PERANCANGAN APLIKASI PENUNJANG HOME THERAPY ...

27
PERANCANGAN APLIKASI PENUNJANG HOME THERAPY UNTUK ANAK DOWN SYNDROME SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana dalam bidang ilmu Teknik Industri Disusun oleh: Nama : Tertia Aurelie NPM : 2014610081 PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN 2019

Transcript of PERANCANGAN APLIKASI PENUNJANG HOME THERAPY ...

PERANCANGAN APLIKASI PENUNJANG HOME THERAPY UNTUK ANAK DOWN SYNDROME

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar

Sarjana dalam bidang ilmu Teknik Industri

Disusun oleh:

Nama : Tertia Aurelie NPM : 2014610081

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN 2019

ABSTRAK

Anak down syndrome memiliki kebutuhan yang berbeda dari anak lainnya, salah satunya adalah kebutuhan untuk melakukan terapi. Selain melakukan kegiatan terapi di fasilitas terapi, anak juga butuh melakukan kegiatan terapi di rumah secara rutin. Masalah yang ada pada kegiatan home therapy adalah banyak orang tua yang kesulitan untuk mengingat detail aktivitas dan target terapi, dan juga untuk merekam progres anak mereka untuk kemudian didiskusikan dengan terapis. Padahal, hal tersebut sangat penting untuk mendukung manfaat dari home therapy. Akibat dari masalah tersebut adalah kegiatan home therapy menjadi tidak rutin dilakukan dan jadi tidak maksimal. Saat ini pun belum ada aplikasi yang menunjang kegiatan terapi motorik dan wicara untuk anak down syndrome. Data dikumpulkan dengan mewawancarai orang tua, fisioterapis anak dan terapis wicara di RS Santo Borromeus. Dari wawancara tersebut, diidentifikasi kebutuhan home therapy seperti kebutuhan untuk memahami instruksi motorik, kebutuhan untuk mencatat dan membagikan progres dan target terapi, dan juga kebutuhan untuk melakukan terapi wicara dengan kosakata berbahasa Indonesia. Tahap perancangan dilakukan melalui metode participatory design dengan melibatkan orang tua dan terapis dalam proses desain untuk mendapatkan hasil yang representatif terhadap kebutuhan anak. Hasil dari alternatif rancangan akan didiskusikan dan dipilih yang terbaik oleh responden. Alternatif yang terbaik akan dikembangkan menjadi prototipe. Prototipe ini kemudian diuji kembali kepada user untuk memastikan kemampupakaian dari aplikasi. Hasil dari evaluasi prototipe adalah aplikasi memiliki rata-rata sebesar 91.85% effectiveness rate, 86.67% efficiency rate dan skor SUS 80%. Dapat ditarik kesimpulan bahwa aplikasi jatuh pada grade B dan tingkat kemampupakaiannya sudah cukup baik. Akan tetapi,pada beberapa task list banyak responden yang masih mengalami error dan kesulitan untuk mengoperasikan aplikasi tersebut. Maka dari itu, setelah evaluasi dilakukan, perbaikan dilakukan untuk menyempurnakan prototipe aplikasi.

ABSTRACT

Children with down syndrome have special needs compared to their peers, one of them is therapy routines done at facilities. Aside from doing therapies at the facilities, children also need home therapies done at their respective home. The problems that arise from home therapy routines are the difficulty in memorizing details in activities. Memorizing details in activities are extremely crucial to the effectiveness of the therapy as it impacts their overall development and growth. Currently, there is no proper mobile application to support the need of home therapy for motoric and speech abilities that is integrated.

The data were collected by interviewing parents, physiotherapists and speech therapists in Santo Borromeus Hospital. From said interviews, needs and problems could be identified and became the basis of the designed mobile application. The problems that were identified are the inability of parents to memorize motoric therapy instructions, the inability of parents to write and to share the therapy’s progress & target efficiently, and the absent of a decent application to support speech therapy to exercise Indonesian. Participatory design was used to generate design alternatives by involving parents and therapies in the design process to achieve a goal that best represents the need of the children. The result of those alternatives was discussed and eventually, the best alternative was chosen by the users. The chosen alternative will be developed into a high-fidelity prototype. The high-fidelity prototype that was developed will be reevaluated by users to ensure the usability of the mobile application. The result from the prototype evaluation is that the mobile application has an average of 91.85% of effectiveness rate, 86.67% of efficiency rate and an 80% score in SUS. Out of these numbers, we can conclude that the mobile application falls in the range of grade B and has a decent usability rate. However, some tasks are deemed problematic as many users experiencing difficulties and errors while doing said tasks. In response to those problems, some of the features need to be fixed to enhance the product’s usability.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun laporan skripsi dengan judul “Perancangan Aplikasi Penunjang Home Therapy

untuk Anak Down Syndrome”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu

syarat mendapatkan gelar sarjana.

Dalam penyelesaian kuliah dan penyusunan skripsi, penulis menerima

banyak bantuan baik dari pihak, semua bantuan yang diberikan oleh kedua pihak

sangat berkontribusi dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis ingin mengucapkan

terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Kristiana Asih Damayanti, S.T., M.T sebagai dosen pembimbing

penulis yang telah bersedia membimbing dalam penyelesaian skripsi.

2. Ibu Yani Herawati, S.T., M.T. dan Ibu Chatarina Badra Nawangpalupi,

S.T., M.Eng.Sc., MTD., Ph.D. sebagai dosen penguji yang telah memberi

masukan dalam skripsi ini.

3. Bapak Dr. Sugih Sudharma Tjandra, S.T., M.Si. dan Bapak Romy Loice,

S.T., M.T sebagai penguji siding skripsi yang telah memberi masukan

dalam skripsi ini.

4. Bapak Romy Loice, S.T., M.T sebagai koordinator skripsi yang telah

mengatur dan mengawasi kelancaran mata kuliah skripsi.

5. Kedua orang tua penulis, Mas Hisnu, Mas Ardi, Mba Widya dan Tobias

sebagai keluarga yang memberi dukungan baik secara moral maupun

finansial sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah dan menyusun

skripsi.

6. Keluarga besar Soetrisno Partokoesoemo dan Abdoelrachman yang

sudah memberikan dukungan kepada penulis.

7. Seluruh orang tua dan terapis pada RS Santo Borromeus yang telah

bersedia meluangkan waktunya sehingga penulis dapat menyusun skripsi

ini.

iii

8. Seluruh anggota Parahyangan English Debating Society kabinet

President Duterti yang telah memberikan penulis kepercayaan selama

setahun menjabat sebagai ketua. 9. Axel Oktarino yang telah bersedia menjadi designer dalam skripsi ini, dan

juga sebagai teman dalam mengerjakan tugas selama penulis berkuliah

di Unpar.

10. Jeanne Sanjaya, Nicholas Zherenovski, Devris Wijaya, Ancilla Pramudita, dan Revian Wirabuana sebagai senior, pelatih Parahyangan English

Debating Society, dan sebagai teman baik saat kompetisi maupun saat

kuliah.

11. Keisha S, C. Deyans, Mellisa D, Galuh L dan Nadya P selaku teman

penulis di saat kuliah.

12. Michael P, Felicia E, Marcelino R, Cindy Irawan, Devi R, Melissa L, selaku teman dan team-mate penulis pada saat kompetisi.

13. Seluruh mahasiswa TI Unpar 2014, khususnya kelas C yang telah

membantu penulis pada masa kuliah dan saat penyusunan skripsi.

14. I Made Arisanto, Muhammad Al-Kindi, dan Giovanni Nickson yang telah

menemani penulis selama pengerjaan skripsi.

15. Asri Fitri, Fakhrisya Ayutia dan Nadita Afifah sebagai teman SMA penulis 16. Seluruh debater di Indonesian debating circuit yang selama penulis kuliah

sudah menunjukan kecerdasan dan jiwa sportifitas sehingga menjadi

contoh yang baik untuk penulis.

Saya menyadari, bahwa dalam penyusunan skripsi ini, masih banyak

kekurangan yang kami lakukan. Maka dari itu, kami berharap bahwa pembaca

dapat memberikan kritik dan saran sehingga dapat bermanfaat bagi kami dan

pembaca lainnya. Saya harap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Bandung, 12 Juli 2019

Penulis

iv

DAFTAR ISI ABSTRAK ............................................................................................................ i

ABSTRACT ..........................................................................................................ii KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ v

DAFTAR TABEL ............................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... I-1 I.1 Latar Belakang Permasalahan ................................................................ I-1

I.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah ....................................................... I-2

I.3 Pembatasan Masalah dan Asumsi ........................................................ I-11

I.4 Tujuan Penelitian .................................................................................. I-11

I.5 Manfaat Penelitian ................................................................................ I-12

I.6 Metodologi Penelitian ............................................................................ I-12

I.7 Sistematika Penulisan ........................................................................... I-15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... II-1

II.1 Down Syndrome.................................................................................... II-1

II.2 Desain Interaksi .................................................................................... II-3

II.3 Tahap Desain Interaksi ......................................................................... II-4 II.4 Mengumpulkan Data Mentah User ........................................................ II-6

II.5 Prototipe ............................................................................................... II-7 II.6 System Usability Scale ........................................................................ II-10

II.5 Participatory Design ............................................................................ II-12

BAB III PERANCANGAN DAN EVALUASI APLIKASI ................................... III-1 III.1 Observasi Home Therapy .................................................................... III-1

III.2 Pengumpulan dan Interpretasi Data .................................................... III-1

III.3 Observasi Terapi ............................................................................... III-13

III.3.1 Observasi Terapi Motorik .......................................................... III-14

III.3.2 Observasi Terapi Wicara .......................................................... III-16

III.4 Persona ............................................................................................ III-17

III.5 Perancangan Alternatif Desain .......................................................... III-19

III.5.1 Desain Alternatif Pertama ......................................................... III-20

v

III.5.2 Desain Alternatif Kedua ............................................................ III-34

III.5.3 Pemilihan Konsep ..................................................................... III-45

III.6 Perancangan Prototipe Aplikasi ........................................................ III-49

III.7 Evaluasi Prototipe ............................................................................. III-65 III.7.1 Effectiveness ............................................................................ III-65

III.7.2 Efficiency .................................................................................. III-71

III.7.3 System Usability Scale ............................................................. III-72

III.8 Perbandungan Prototipe ................................................................... III-75 BAB IV ANALISIS ...........................................................................................IV-1

IV.1 Analisis Identifikasi Kebutuhan ...........................................................IV-1

IV.2 Analisis Metode Desain Partisipatif .....................................................IV-2

IV.3 Analisis Pemilihan Konsep ..................................................................IV-4

IV.4 Analisis Prototipe ................................................................................IV-5

IV.5 Analisis Evaluasi dan Perbaikan .........................................................IV-6 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................IV-1

V.1 Kesimpulan ..........................................................................................IV-1

V.2 Saran ...................................................................................................IV-2 DAFTAR PUSTAKA

vi

DAFTAR TABEL Tabel I.1 Masalah Pada Program Terapi............................................................ I-4

Tabel I.2 Kekurangan dan Kelebihan Aplikasi Sekarang .................................... I-9

Tabel III.1 Profil Partisipan ............................................................................... III-2

Tabel III.2 Daftar Pertanyaan Kepada Orang Tua ............................................ III-3

Tabel III.3 Interpretasi Kebutuhan Orang Tua .................................................. III-4

Tabel III.4 Daftar Pertanyaan untuk Terapis ..................................................... III-9

Tabel III.5 Tabel Pernyataan dan Interpretasi Fisioterapis Anak .................... III-10

Tabel III.6 Pernyataan dan Interpretasi Terapis Wicara ................................. III-11

Tabel III.7 Rekapitulasi Kebutuhan Orang Tua dan Terapis ........................... III-12

Tabel III.8 Komentar Positif dan Komentar Negatif untuk Setiap Alternatif ..... III-46

Tabel III.9 Penilaian Alternatif 1 dan Alternatif 2............................................. III-47

Tabel III.10 Tabel Signifikansi Alternatif 1 dan 2 ............................................ III-48 Tabel III.11 Task List...................................................................................... III-65

Tabel III.12 Tabel Effectiveness ..................................................................... III-69

Tabel III.13 Rekap Error dan Kesulitan Partisipan .......................................... III-70

Tabel III.14 Tabel Efficiency ........................................................................... III-71

Tabel III.15 Skor SUS Skala 0-4 .................................................................... III-73

Tabel III.16 Komentar dan Usulan Partisipan ................................................. III-74

vii

DAFTAR GAMBAR Gambar I.1 Aplikasi Gross Motor Skill for Children with Down Syndrome

Mobile Companion ......................................................................... I-7

Gambar I.2 Aplikasi Let Me Talk ........................................................................ I-8

Gambar I.3 Metodologi Penelitian .................................................................... I-14

Gambar II.1 Tahap Desain Interaksi ................................................................. II-5

Gambar II.2 Storyboard .................................................................................... II-9

Gambar II.3 Contoh Simbol dan Ikon ................................................................ II-9 Gambar II.4 Prototipe Index Card ................................................................... II-10

Gambar II.5 Skor SUS .................................................................................... II-11

Gambar II.6 Interpretasi Skor SUS.................................................................... II-1

Gambar III.1 Jumlah Kebutuhan Baru Kumulatif .............................................. III-8

Gambar III.2 Persona Pertama ...................................................................... III-18

Gambar III.3 Persona Kedua ......................................................................... III-18

Gambar III.4 Persona Ketiga.......................................................................... III-19 Gambar III.5 Menu Halaman Log In dan Sign Up Alternatif 1 ......................... III-21

Gambar III.6 Tampilan Home Aplikasi Alternatif 1 .......................................... III-21

Gambar III.7 Halaman Terapi Wicara Pelafalan Alternatif 1 ........................... III-22

Gambar III.8 Tampilan Menu Terapi Wicara Kosakata Alternatif 1 ................. III-23

Gambar III.9 Tampilan Menu Penambahan Silabus/Tema dan Kosakata

Alternatif 1 ................................................................................ III-24

Gambar III.10 Menu Terapi Motorik Stimulasi Alternatif 1 .............................. III-25

Gambar III.11 Instruksi Terapi Motorik Stimulasi Alternatif 1 .......................... III-26

Gambar III.12 Penambahan Instruksi Aktivitas Baru Alternatif 1 .................... III-27

Gambar III.13 Tampilan Menu Utama Progres dan Target Alternatif 1 ........... III-28

Gambar III.14 Halaman Pencatatan Progres Wicara dan Motorik

Alternatif 1 ............................................................................... III-29

Gambar III.15 Halaman Pencatatan Target Wicara dan Target Motorik

Alternatif 1 ............................................................................... III-30

Gambar III.16 Tampilan Halaman Profil Anak Alternatif 1 .............................. III-31

Gambar III.17 Tampilan Pemilihan Tanggal Progres Terapi Alternatif 1 ......... III-31

ix

Gambar III.18 Halaman Akses Progres Terapi Alternatif 1 ............................. III-32

Gambar III.19 Tampilan Pemilihan Tanggal Target Terapi Alternatif 1 ........... III-33

Gambar III.20 Halaman Akses Target Terapi Alternatif 1 ............................... III-33 Gambar III.21 Menu Halaman Log-In dan Sign Up Alternatif 2 ....................... III-34

Gambar III.22 Halaman Aktivitas Terapi Motorik Alternatif 2 .......................... III-35

Gambar III.23 Instruksi Terapi Motorik Alternatif 2 ......................................... III-36

Gambar III.24 Tampilan Menu Tambah Aktivitas Alternatif 2 .......................... III-36

Gambar III.25 Tampilan Pencatatan Target Terapi Alternatif 2 ...................... III-37

Gambar III.26 Tampilan Akses Target Terapi Motorik Alternatif 2 .................. III-38

Gambar III.27 Tampilan Pencatatan Log Book Terapi Alternatif 2 .................. III-38 Gambar III.28 Tampilan Akses Log Book Terapi Motorik Alternatif 2 ............. III-39

Gambar III.29 Halaman Aktivitas Terapi Wicara Alternatif 2 ........................... III-40

Gambar III.30 Tampilan Latihan Kosakata Alternatif 2 ................................... III-41

Gambar III.31 Tampilan Halaman Penambahan Topik dan Kosakata

Terapi Wicara Alternatif ........................................................... III-41

Gambar III.32 Halaman Tampilan Pencatatan Target Wicara Alternatif 2 ...... III-42

Gambar III.33 Halaman Tampilan Akses Target Wicara Alternatif 2 ............... III-43

Gambar III.34 Halaman Tampilan Pencatatan Progres Terapi Wicara

Alternatif 2 ............................................................................... III-43 Gambar III.35 Halaman Tampilan Akses Log Book Wicara Alternatif 2 .......... III-44

Gambar III.36 Halaman Notifikasi Alternatif 2................................................. III-45 Gambar III.37 Halaman Sign Up Aplikasi ....................................................... III-50

Gambar III.38 Halaman Log In Aplikasi .......................................................... III-50

Gambar III.39 Halaman Menu Aktivitas Motorik ............................................. III-51

Gambar III.40 Instruksi Terapi Motorik Duduk Tegak ..................................... III-52

Gambar III.41 Instruksi Terapi Motorik Stimulasi ............................................ III-53

Gambar III.42 Instruksi Terapi Motorik Merangkak ......................................... III-54

Gambar III.43 Tambah Aktivitas Motorik ........................................................ III-54

Gambar III.44 Catat Target Motorik ................................................................ III-55

Gambar III.45 Lihat Target Motorik ................................................................ III-56

Gambar III.46 Catat Progres Motorik ............................................................. III-57

Gambar III.47 Lihat Progres Motorik .............................................................. III-58

Gambar III.48 Halaman Pelafalan Huruf ........................................................ III-59

Gambar III.49 Halaman Pelafalan Kosakata .................................................. III-60

x

Gambar III.50 Tambah Topik dan Kosakata ................................................... III-61

Gambar III.51 Catat Target Wicara ................................................................ III-61

Gambar III.52 Lihat Target Wicara ................................................................. III-62

Gambar III.53 Catat Progres Wicara .............................................................. III-63

Gambar III.54 Lihat Progres Wicara ............................................................... III-64

Gambar III.55 Halaman Notifikasi .................................................................. III-64

Gambar III.56 Perbaikan Halaman Catat Target Motorik dan Wicara ............. III-76

Gambar III.57 Perbaikan Halaman Tambah Aktivitas Motorik ........................ III-77

Gambar III.58 Perbaikan Halaman Instruksi Motorik ...................................... III-77

Gambar III.59 Perbaikan Halaman Instruksi per Langkah .............................. III-78

Gambar III.60 Perbaikan Halaman Akses Target dan Progres Terapi ............ III-79

Gambar III.61 Petunjuk Penggunaan Halaman Aktivitas Wicara .................... III-79

Gambar III.62 Perbaikan Halaman Penambahan Kosakata ........................... III-80

xi

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi mengenai latar belakang masalah dari penelitian yang

dilakukan. Selain itu, bab ini juga berisi identifikasi dan perumusan masalah,

pembatasan dan asumsi masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

metodologi penelitian, serta sistematika penulisan.

I.1 Latar Belakang Permasalahan Perkembangan teknologi merupakan bagian integral dari kehidupan

masyarakat dan telah digunakan oleh hampir seluruh lapisan masyarakat dari berbagai kalangan dan berbagai usia. Setelah peluncuran smartphone,

masyarakat semakin lekat dengan keberadaan teknologi karena dengan smartphone dan aplikasi yang disediakan oleh smartphone, banyak sekali

kegiatan-kegiatan yang menjadi lebih efektif dan lebih efisien. Menurut survey

yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2018, pengguna smartphone di daerah urban adalah sebanyak

70,96%, rural urban 45,42%, dan rural sebanyak 42,06%. Besarnya jumlah masyarakat yang memiliki smartphone ini dikarenakan pada zaman sekarang,

banyak sekali aktivitas yang dapat dibantu oleh aplikasi-aplikasi di smartphone.

Dengan bertambahnya penggunaan smartphone, muncul banyak konten

aplikasi yang membantu kehidupan manusia. Salah satu aplikasi tersebut adalah

aplikasi yang ditujukan untuk mereka yang berkebutuhan khusus, seperti autisme, cerebral palsy, ADHD, down syndrome, dll. Di antara mereka yang

berkebutuhan khusus, banyak yang masih anak-anak sehingga butuh dukungan

orang tua dalam perkembangan proses anak berkebutuhan khusus. Karena

anak-anak butuh terapi yang mungkin harus dilakukan di luar ruang fisioterapi, maka peran orang tua dalam mengawasi terapi yang disebut home therapy

sangat penting. Jika program home therapy tidak dilaksanakan, maka

perkembangan anak tidak akan maksimal. Tidak sedikit aplikasi smartphone yang ditujukan untuk orang tua dan

kepada anak-anak berkebutuhan khusus dalam membantu proses pembelajaran.

I-1

BAB I PENDAHULUAN

Contoh dari aplikasi khusus untuk pembelajaran anak berkebutuhan khusus

adalah aplikasi Look At Me untuk membantu anak autis agar dapat

mempertahankan kontak mata. Aplikasi ini dikembangkan oleh doktor-doktor dan

profesor dari Seoul National University Bundag dan Yonsei University Department of Psychology. Aplikasi ini menggunakan foto, teknologi facial

recognition dan permainan untuk membantu mengerti emosi dan berkomunikasi

dengan orang lain. Setelah trial dengan 20 anak dalam waktu 8 minggu, 60% dari

anak menunjukkan peningkatan dalam kontak mata dengan orang. Aplikasi ini

mendapat tanggapan positif dari keluarga anak autis dan juga para ahli sehingga

banyak orang tua dan keluarga anak berkebutuhan lainnya menaruh harapan

besar pada perkembangan aplikasi-aplikasi lainnya. Besar harapan dari para ahli

untuk menciptakan aplikasi yang juga dapat membantu orang tua untuk

melakukan terapi untuk anak-anak berkebutuhan khusus lainnya.

I.2 Identifikasi dan Perumusah Masalah

Menurut Gunahardi (2005), down syndrome adalah suatu kumpulan

gejala akibat dari abnormalitas kromosom, biasanya kromosom 21 yang tidak dapat memisahkan diri selama meiosis sehingga terjadi individu dengan 47

kromosom. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan, tingkat prevalensi down

syndrome di Indonesia pada tahun 2010 adalah 0,12% dan pada tahun 2013,

angka tersebut meningkat menjadi 0,13%. Penelitian di RSUD Serang Indonesia pada tahun 2007-2010 menemukan 13 kasus penderita down syndrome atau

sekitar 2 sampai 4 kasus setiap tahunnya. Menurut Selikowitz (2011), anak penderita down syndrome biasanya sulit

untuk mengkoordinasikan antara motorik kasar dan motorik halus. Selain itu juga anak penderita down syndrome memiliki kesulitan untuk mengkoordinasi

kemampuan kognitif dan bahasa, seperti memahami manfaat suatu benda. Anak down syndrome memiliki otot yang lebih lemah dari anak lainnya, sehingga anak

down syndrome akan mengalami keterlambatan dalam perkembangan fisik

mereka. Tanpa terapi, anak down syndrome akan mengalami kesulitan untuk

mengejar ketertinggalan perkembangan mental dan fisik mereka dibandingkan

dengan anak lainnya. Jika hal tersebut dibiarkan, mereka akan mengalami

berbagai masalah saat mereka tumbuh besar, seperti sulitnya berjalan dan

berlari, sulitnya berbicara dan memahami orang dll. Kemampuan-kemampuan

I-2

BAB I PENDAHULUAN

seperti berjalan, berlari, berbicara dan memahami orang adalah kemampuan

yang sangat esensial untuk mendapatkan kualitas hidup yang baik. Terapi yang

biasa diberikan di fasilitas terapi anak dibagi menjadi tiga yaitu terapi okupasi,

terapi motorik dan terapi wicara yang dilakukan secara berkala di tempat

fisioterapi anak. Selain dari jadwal terapi per minggu, terapis juga memberi sebuah home therapy program yang ditujukan agar pada terapi berikutnya sesi

lebih efisien dan efektif. Peran orang tua sangatlah penting pada pelaksanaan home therapy karena hanya orang tualah yang dapat mengawasi dan mengerti

program-program terapi yang diberikan oleh terapis. Menurut Doman (2003), sebanyak 15% orang tua yang mengetahui anaknya mengalami down syndrome

akan kembali ke rumah dan tidak melakukan program terapi apapun, padahal

melakukkan program terapi baik di rumah maupun di fasilitas fisioterapi sangat penting untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak down

syndrome.

Menurut para terapis yang bekerja di RS Borromeus, program Home

Therapy sangat penting karena jika terapi hanya dilakukan setiap jadwal terapi di

tempat fisioterapi, hasilnya tidak akan maksimum karena badan anak harus terus

dibiasakan dan dilatih agar manfaat terapi dapat terasa. Akan tetapi, banyak dari

orang tua tidak melakukan program home therapy secara optimal karena

batasan-batasan tertentu. Maka alat termudah yang bisa dijangkau oleh semua orang tua anak dengan down syndrome adalah aplikasi untuk membantu home

therapy.

Terapis RS Santo Borromeus pun menambahkan bahwa, anak-anak penderita down syndrome menghadapi masalah-masalah yang berbeda dengan

kebanyakan anak lainnya. Mereka memiliki masalah dalam kemampuan motorik,

kemampuan berkonsentrasi dan kemampuan untuk bicara. Untuk melatih ketiga

kemampuan tersebut, banyak orang tua memilih jalur terapi yang biasa

disediakan di kebanyakan rumah sakit.

Program terapi yang biasa diberi terapis RS Santo Borromeus pada anak down syndrome biasanya dibagi menjadi tiga, yaitu terapi motorik, terapi wicara

dan terapi okupasi. Penjelasan tentang jenis-jenis dan detail terapi didapatkan

setelah melakukan wawancara dan observasi dengan terapis-terapis yang

bertugas di RS Santo Borromeus. Terapi motorik dibagi kembali menjadi dua

yaitu terapi motorik halus dan terapi motorik kasar. Terapi motorik halus

I-3

BAB I PENDAHULUAN

berhubungan dengan keterampilan fisik yang menggunakan otot-otot kecil dan

koordinasi mata-tangan. Biasanya terapi motorik halus yang ada di fisioterapi

adalah permainan menyusun balok dan memasukan benda ke dalam lubang.

Sedangkan terapi motorik kasar melatih gerakan tubuh yang menggunakan otot-

otot besar yang memengaruhi kemampuan seperti menaiki dan menuruni tangga,

berlari, meloncat dan lain sebagainya. Sebelum anak bisa berlari, meloncat dan

aktivitas-aktivitas berat lainnya, biasanya otot dirangsang dengan beberapa aktivitas peregangan, seperti hip stretch, arm stretch dan latihan punggung di

lantai.

Terapi wicara melatih kemampuan anak untuk mengerti bahasa dan berbicara bahasa tersebut. Terapi ini juga penting untuk anak down syndrome

karena kebanyakan dari anak down syndrome memiliki kesulitan untuk dapat

mengerti dan berbicara dalam suatu bahasa sehingga kebanyakan anak down

syndrome baru dapat berbicara di usia yang lebih dewasa dari kebanyakan anak

lainnya. Terapi ini biasanya berbentuk pengenalan kosakata yang diajarkan dalam bentuk flash card sehingga anak lebih tertarik dan lebih cepat paham

kosakata tersebut. Terapi okupasi melatih konsentrasi dari anak down syndrome. Terapi ini

penting karena anak dengan down syndrome memiliki kesulitan untuk

berkonsentrasi sehingga terkadang lambat untuk menangkap suatu informasi.

Terapi ini biasanya dalam bentuk permainan yang dapat melatih konsentrasi anak yaitu puzzle.

Orang tua dan anak biasanya akan datang ke rumah sakit untuk

mengikuti program terapi setiap minimal seminggu sekali, terapis akan

memberikan tugas aktivitas-aktivitas terapi yang bisa dilakukan di rumah untuk

menunggu sesi terapi berikutnya. Akan tetapi, karena terapi di rumah bukan

terapi yang ditangani langsung oleh terapis, terkadang orang tua mengalami

beberapa kesulitan untuk melakukan terapi di rumah.

Setelah melakukan wawancara dengan 3 terapis dan 4 orang tua, didapat

masalah-masalah yang sering ditemui pada terapi di rumah adalah seperti yang

tertera pada Tabel I.1 Tabel I.1 Masalah Pada Program Terapi Rumah

No Masalah

1 Jumlah target terapi yang harus dilakukan orang tua banyak sehingga orang

I-4

BAB I PENDAHULUAN

tua sering lupa.

2 Gerakan yang dilakukan pada terapi rumit sehingga orang tua sering lupa detail gerakan terapi.

(lanjut)

Tabel I.1 Masalah Pada Program Terapi Rumah (lanjutan) No Masalah

3 Terkadang lupa untuk melakukan terapi di rumah

4 Terkadang lupa untuk merekam progress

5 Terapi wicara terbatas jika menggunakan flash card karena kosakata di flash

card terbatas.

Masalah-masalah yang tertera pada Tabel I.1 membuat terapi menjadi

tidak maksimal. Pada permasalahan pertama, karena jumlah target terapi yang

banyak (latihan paha, latihan perut, latihan kaki), orang tua sering lupa target-

target tersebut. Target-target tersebut juga meliputi jumlah latihan yang harus

dilakukan, beserta dengan durasinya. Selain pada target, timbul permasalahan

kedua yaitu gerakan yang dilakukan pada terapi rumit. Gerakan-gerakan tersebut

adalah bagian dari melatih otot anak, sehingga gerakan tersebut harus dilakukan

secara detail agar anak nyaman dan tidak cedera. Akan tetapi, karena jumlah

gerakannya banyak dan kompleks, kadang orang tua sering lupa detail gerakan

tersebut. Permasalahan ini sering muncul pada terapi motorik, karena

kebanyakan dari orang tua hanya mengobservasi atau diberitahu gerakan-gerakan tersebut secara lisan dan orang tua tidak diberi training for trainers

sehingga orang tua terkadang kurang memahami gerakan-gerakan yang aman

untuk terapi motorik.

Permasalahan ketiga adalah orang tua terkadang lupa melakukan program home therapy. Karena orang tua terkadang sibuk mengerjakan berbagai

macam urusan, maka kadang lupa untuk melakukan terapi di rumah. Timbul juga

masalah lain yaitu terkadang orang tua lupa merekam aktivitas dan progress

terapi di rumah. Hal ini penting supaya terapis tahu program apa yang harus

dilakukan untuk terapi-terapi selanjutnya. Misalkan anak melakukan suatu terapi

okupasi dan tidak berhasil selama beberapa percobaan dan anak makin jengkel

melakukan aktivitas tersebut, terapis dapat mempertimbangkan detail-detail

tersebut untuk terapi berikutnya.

I-5

BAB I PENDAHULUAN

Masalah terakhir adalah untuk terapi wicara. Terapi wicara biasa

dilakukan menggunakan flash card yang berisi gambar dan kosakata. Akan

tetapi, tidak semua orang tua memiliki flash card dan walaupun ada yang

memiliki flash card, jumlah gambar dan kosakata pada flash card tersebut

terbatas, sehingga terapi wicara di rumah tidak bisa hanya bergantung seluruhnya pada flash card.

Masalah-masalah yang telah diterangkan sebelumnya membuat home

therapy menjadi tidak maksimal. Home therapy harus dimaksimalkan karena sulit

untuk bergantung pada fisioterapi di rumah sakit saja karena kemampuan anak

harus terus diasah dan badan anak juga harus dibiasakan untuk menerima

terapi. Jika terapi di rumah tidak dimaksimalkan, maka usia kembang anak akan

mundur dan akan ada jarak yang signifikan antara usia kembang dengan usia

sesungguhnya. Hal ini menyebabkan anak menjadi sulit melakukan sesuatu yang

seharusnya sudah bisa dilakukan oleh anak-anak lain dengan usia yang sama.

Pada beberapa permasalahan pada Tabel 1, beberapa orang tua ada yang mencatat/merekam detail-detail terapi, dan membuat jadwal home therapy

di kertas atau di buku. Akan tetapi, sering terlewat detail-detail tersebut dan

karena jadwal tidak dibuka setiap hari, maka sering juga lupa melakukan terapi.

Selain itu, pencatatan pada buku juga dinilai tidak efisien karena terapi ini akan

dilakukan dalam jangka panjang sehingga jika penulisan perkembangan anak

dilakukan dengan buku akan terlalu tebal sehingga sulit untuk dibawa. Selain itu,

pencatatan secara manual tidak akan terlalu jelas karena beberapa detail

membutuhkan foto atau video. Orang tua terkadang menggunakan notes pada smartphone mereka, tapi metode ini juga dinilai kurang efisien karena aplikasi

notes pada smartphone sulit diintegrasikan foto atau video dan penyimpanan

akan sulit untuk teratur. Pada terapi wicara juga walaupun orang tua punya flash

card, kosakata dan gambar yang ada pada flash card juga terbatas dan jika

kosakata yang ingin diajarkan tidak ada pada flash card, maka orang tua harus

mencari benda tersebut di rumah sehingga tidak efisien. Maka dari itu, kehadiran aplikasi-aplikasi yang dapat membantu home therapy sangat dibutuhkan oleh

orang tua. User pada penelitian ini adalah orang tua atau care taker anak down

syndrome karena merekalah yang mengerti program terapi dan home therapy,

akan tetapi yang akan menjadi end user-nya adalah anak down syndrome ini.

I-6

BAB I PENDAHULUAN

Kebutuhan home therapy dan terapi pada anak down syndrome berbeda setiap

umurnya, walaupun ketiga jenis terapi yang telah disebutkan sebelumnya selalu

dilakukan. Pada umumnya, anak berusia di bawah 2 tahun akan fokus pada

terapi motorik kasar dengan merangsang otot-otot untuk melakukan gerakan

berlari, meloncat dan lain-lain dengan cara memijat tubuh anak. Setelah dari

umur 2 tahun, akan dilihat perkembangan motorik anak, apakah masih perlu

perangsangan otot kasar atau tidak, jika iya terapi perangsangan otot dilanjutkan. Setelah umur 2 tahun, anak down syndrome pada umumnya akan mulai

dikenalkan dengan terapi okupasi, motorik halus dan terapi wicara untuk mengejar ketertinggalan dengan anak lainnya. Jadi tidak semua anak down

syndrome melakukan tiga jenis terapi dalam waktu bersamaan, ada beberapa

anak yang hanya fokus pada terapi wicara dan terapi okupasi saja, ada juga

anak yang hanya fokus pada terapi motorik saja, tapi juga ada beberapa anak

yang melakukan ketiga jenis terapi di tahun yang sama.

Aplikasi yang ditujukan untuk penunjang terapi anak berkebutuhan khusus sudah ada beberapa di google play store atau di app store, akan tetapi

aplikasi khusus untuk penunjang home therapy anak down syndrome masih

sedikit. Aplikasi yang ditujukan untuk anak berkebutuhan khusus lainnya tidak

bisa merepresentasikan kebutuhan home therapy anak down syndrome secara

maksimal karena kebutuhan anak down syndrome berbeda dengan anak

berkebutuhan khusus lainnya. Sebagai contoh, anak down syndrome memiliki

fisik yang berbeda dari anak berkebutuhan khusus lainnya, sehingga terapi motorik yang dirancang harus spesifik dengan kondisi tubuh anak down

syndrome. Selain itu, bentuk terapi untuk setiap anak berkebutuhan khusus

berbeda. Misalkan pada anak autis, terapi untuk fokus dan mempertahankan kontak mata adalah terapi yang diprioritaskan, atau anak dengan cerebal palsy

memiliki fokus terapi motorik berbeda dari anak down syndrome. Maka dari itu

aplikasi yang tidak dirancang khusus untuk anak down syndrome belum bisa

memenuhi kebutuhan anak down syndrome secara maksimal.

Pada saat ini, sudah ada beberapa aplikasi penunjang terapi khusus down syndrome yang tersedia di appstore maupun playstore. Aplikasi tersebut

ditujukan untuk membantu orang tua melakukan terapi dari rumah sehingga

kegiatan terapi di rumah sakit akan lebih efisien. Aplikasi tersebut adalah: 1. Gross Motor Skills for Children with Down Syndrome Mobile Companion

I-7

BAB I PENDAHULUAN

Terdapat dua fitur dalam aplikasi ini, yaitu task lists untuk terapi motorik

anak dan activity log untuk mencatat terapi-terapi yang dilakukan di rumah.

Akan tetapi aplikasi ini hanya tersedia untuk pengguna yang tinggal di

Amerika Serikat sehingga tidak aksesibel untuk pengguna yang tinggal di

Indonesia. Selain itu aplikasi ini hanya dapat membantu untuk terapi motorik saja. Gambar I.1 menunjukan tampilan aplikasi gross motor skills for children

with down syndrome mobile companion. Aplikasi ini mempunyai fitur untuk

merekam detail home therapy anak berupa berapa kali anak mencoba

melakukan suatu aktivitas, berapa kali anak gagal melakukan aktivitas,

berapa kali anak berhasil melakukan aktivitas, emosi anak saat melakukan

aktivitas tersebut, waktu dan catatan tambahan dari aktivitas tersebut. Selain

itu, aplikasi ini juga menyediakan instruksi berupa gambar dan narasi untuk

melakukan terapi motorik kasar.

Gambar I.1 Aplikasi Gross Motor Skill for Children with Down Syndrome Mobile

Companion

2. Let Me Talk

Aplikasi ini ditujukan untuk melatih kemampuan bicara anak dengan

gambar-gambar yang jika disentuh akan mengeluarkan bunyi sesuai dengan

I-8

BAB I PENDAHULUAN

gambar tersebut. Aplikasi Let Me Talk membantu anak-anak berkebutuhan

khusus untuk berbicara dan aplikasi ini hanya memfasilitasi jenis terapi

wicara saja. Akan tetapi aplikasi ini tidak menyediakan terapi bicara dalam

Bahasa Indonesia sehingga banyak terapis dan orang tua enggan menggunakan aplikasi ini. Tampilan aplikasi Let Me Talk dapat dilihat di

Gambar I.2. Gambar I.2 Aplikasi Let Me Talk

Setelah meminta tanggapan pada terapis dan orang tua (terapis dan orang

tua yang sama dengan wawancara sebelumnya) terhadap aplikasi-aplikasi yang

sudah ada, mereka memberi beberapa aspek kekurangan dan kelebihan dari

masing-masing aplikasi. Tabel tentang kekurangan dan kelebihan masing-

masing aplikasi dapat dilihat di Tabel I.2.

Tabel I.2 Kekurangan dan Kelebihan Aplikasi Sekarang Aplikasi Kelebihan Kekurangan

Gross Motor Skills for

Children with Down

Syndrome Mobile

Companioni

1. Terdapat instruksi

berupa foto dan

narasi untuk terapi

motorik

2. Terdapat fitur untuk merekam aktivitas

anak seperti

frekuensi, durasi

dan emosi anak

1. Hanya tersedia

bagi pengguna

yang tinggal di

Amerika Serikat

2. Hanya untuk terapi motorik kasar

3. Tidak bisa menambahkan task

list

Let Me Talk 1. Mempunyai library

kosakata yang

cukup luas

2. Dapat menambahkan

gambar dan kosa

kata baru

1. Tidak dalam

Bahasa Indonesia

2. Pelafalan untuk

kata Bahasa Indonesia yang

ditambahkan tidak

jelas

3. Hanya

memfasilitasi terapi

wicara saja

I-9

BAB I PENDAHULUAN

Aplikasi Gross Motor Skills for Children with Down Syndrome Mobile

Companion memiliki instruksi berupa narasi dan foto yang detail sehingga orang

tua dapat mengingat seluruh detail gerakan-gerakan yang direkomendasikan terapis untuk home therapy, selain itu juga ada fitur untuk merekam aktivitas

anak secara detail sehingga mempermudah komunikasi antara terapis dan orang

tua. Akan tetapi, aplikasi ini hanya tersedia bagi pengguna yang tinggal di

Amerika Serikat sehingga orang tua yang tinggal di Indonesia tidak dapat mengunduh aplikasi ini. Aplikasi ini juga hanya dapat memfasilitasi home therapy

berbentuk motorik kasar saja dan tidak ada fitur untuk menambahkan task list jika

terapis mengusulkan aktivitas motorik kasar yang spesifik kepada anak atau jenis

terapi lainnya. Aplikasi Let Me Talk ditujukan untuk melatih kemampuan anak dalam

bicara. Aplikasi ini memiliki library kosakata yang cukup luas sehingga anak

dapat mempelajari kosakata yang banyak dan ada fitur untuk menambah gambar

dan kosakata baru pada aplikasi ini. Akan tetapi, aplikasi ini tidak dalam Bahasa

Indonesia dan jika ingin menambahkan kosakata Indonesia yang baru, pelafalan

tidak sesuai dengan pelafalan Indonesia. Sehingga anak yang menggunakan

aplikasi ini konsentrasinya terbagi dua menjadi Bahasa Inggris yang diajarkan

oleh aplikasi ini dan Bahasa Indonesia yang diajarkan oleh lingkungan

sekitarnya. Pengajaran terapi wicara dengan Bahasa Indonesia dan pelafalan Indonesia penting agar anak down syndrome yang tinggal di Indonesia dapat

mengerti dan bisa berbahasa Indonesia dan fokusnya tidak terbagi menjadi dua

bahasa atau lebih.

Berdasarkan Tabel I.2, masih ada beberapa kekurangan yang belum

dapat difasilitasi oleh aplikasi yang telah ada sekarang, maka dari itu perlu

dirancang suatu aplikasi yang dapat mengatasi kelemahan-kelemahan aplikasi

sekarang dan mempertahankan kelebihan-kelebihan aplikasi tersebut. Perlu

dirancang aplikasi baru dengan konsep dan tampilan yang berbeda dari kedua

aplikasi yang ada, maka dari itu fokus dari penelitian ini bukan pengembangan

aplikasi, akan tetapi perancangan aplikasi baru. Perancangan aplikasi akan dilakukan menggunakan metode participatory

design dimana user akan sangat terlibat dalam merancang aplikasi. Pada

metode participatory design, user akan merancang konsep-konsep yang akan

menjadi alternatif dan user juga akan memilih konsep alternatif yang dirasa

I-10

BAB I PENDAHULUAN

paling baik. Metode ini digunakan karena end-user dari aplikasi ini adalah anak

down syndrome yang memiliki kebutuhan khusus. Maka dari itu, orang yang

paling tepat untuk merancang aplikasi ini adalah orang yang mengerti betul bagaimana home therapy harus dilakukan dan bagaimana cara mengaplikasikan

terapi yang diajarkan pada fasilitas terapi ke rumah user masing-masing. Dengan

metode participatory design, kebutuhan anak down syndrome dapat

direpresentasikan lebih baik karena orang-orang yang mengerti akan kebutuhan

mereka sangat terlibat dalam perancangan aplikasi. Metode perancangan desain

dimana peneliti merancang sendiri aplikasi tidak cocok dengan penelitian ini,

karena peneliti tidak memiliki cukup pengetahuan atau pengalaman dalam menangani terapi ataupun home therapy untuk anak down syndrome sehingga

peneliti tidak dapat merepresentasikan kebutuhan anak down syndrome dengan

baik. Setelah mengetahui permasalahan dari terapi di rumah dan aplikasi yang

telah ada, didapat rumusan-rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah kebutuhan aplikasi penunjang home therapy penderita down

syndrome?

2. Bagaimana rancangan aplikasi penunjang home therapy untuk anak

down syndrome?

3. Bagaimana evaluasi rancangan aplikasi penunjang home therapy untuk

anak down syndrome?

I.3 Pembatasan Masalah dan Asumsi Pada penelitian perancangan aplikasi penunjang terapi untuk anak penderita down syndrome, terdapat beberapa pembatasan masalah sebagai

berikut:

1. Responden adalah orang tua dan terapis yang melakukan terapi di

Rumah Sakit Santo Borromeus. 2. Penelitian ditujukan untuk orang tua dengan anak penderita down

syndrome dengan umur di bawah 5 tahun.

3. Aplikasi hanya akan memfasilitasi kegiatan home therapy untuk terapi

motorik dan terapi wicara. 4. Prototipe yang dirancang merupakan high-fidelity prototype dengan

menggunakan aplikasi justinmind.

I-11

BAB I PENDAHULUAN

Pada penelitian perancangan aplikasi penunjang terapi untuk anak

penderita down syndrome juga terdapat asumsi yang ditetapkan di awal

penelitian. Asumsi tersebut adalah :

1. Asumsi program terapi yang menjadi rujukan tetap selama penelitian

berlangsung.

2. Fitur terapi okupasi tidak dirancang pada penelitian ini.

I.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian perancangan prototipe aplikasi penunjang terapi untuk anak down syndrome adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui kebutuhan aplikasi penunjang home therapy anak penderita

down syndrome.

2. Membuat rancangan aplikasi penunjang home therapy untuk anak down

syndrome.

3. Melakukan evaluasi rancangan aplikasi penunjang home therapy untuk

anak down syndrome.

I.5 Manfaat Penelitian Penelitian yang akan dilakukan diharapkan akan memberi manfaat kepada pembaca, orang tua anak down syndrome, terapis anak down syndrome,

anak down syndrome dan pada peneliti sendiri. Manfaat yang dapat diperoleh

adalah sebagai berikut : 1. Membantu orang tua anak down syndrome untuk melakukan program

home therapy secara lebih efektif.

2. Membantu terapis untuk melihat perkembangan anak sehingga dapat

menyusun program terapi secara lebih baik.

3. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya tentang topik yang berkaitan dengan perancangan aplikasi penunjang home therapy untuk anak down

syndrome.

I.6 Metodologi Penelitian

I-12

BAB I PENDAHULUAN

Metodologi dari penelitian ini mengikuti beberapa rangkaian tahap dari

mulai penentuan topik hingga penarikan kesimpulan dan saran. Tahapan

metodologi penelitian dapat dilihat lebih detail pada Gambar I.3.

1. Penentuan topik

Penelitian diawali dengan penentuan topik dan mengkonsentrasikan perancangan prototipe aplikasi penunjang home therapy untuk anak down

syndrome dengan umur di bawah 5 tahun.

2. Studi awal

Studi awal meliputi observasi kegiatan terapi yang dilakukkan oleh anak down syndrome baik di rumah maupun di tempat fisioterapi. Selain itu

dilakukan juga wawancara dan observasi terahadap terapis dan orang tua

mengenai kegiatan terapi.

3. Identifikasi masalah

Dari hasil observasi dan wawancara, diteliti apa yang menjadi masalah pada kegiatan terapi terutama program home therapy yang diberikan oleh

para terapis kepada orang tua anak down syndrome sehingga ditemukan

berbagai masalah yang akan diminimalisasi oleh prototipe aplikasi yang

akan dirancang.

4. Penentuan asumsi dan batasan masalah

Asumsi dan batasan masalah ditentukan di tahap ini agar penelitian tidak

terlalu luas dan membantu untuk fokus terhadap tujuan dari penelitian.

5. Studi literatur

Studi literatur dilakukan untuk memahami karakteristik dan kebutuhan anak down syndrome secara umum dan studi literatur juga dilakukan

untuk mengerti dan memahami ilmu perancangan aplikasi sehingga prototipe aplikasi dapat memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan user dan

anak down syndrome.

6. Identifikasi kebutuhan Setelah memahami karakteristik anak down syndrome, langkah

selanjutnya adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan anak-anak down

syndrome. Identifikasi kebutuhan dilakukan dengan cara observasi

kegiatan terapi di RS Santo Borromeus dan juga mewawancarai para terapis di bagian fisioterapi anak dan juga para orang tua anak down

syndrome. Wawancara dilakukan tidak hanya pada orang tua anak down

I-13

BAB I PENDAHULUAN

syndrome, tetapi pada terapis yang bekerja di RS Santo Borromeus. Dari

hasil wawancara tersebut, kebutuhan home therapy anak-anak down

syndrome diinterpretasikan.

7. Perancangan konsep dan desain alternatif

Setelah kebutuhan teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah merancang

konsep-konsep prototipe yang telah disesuaiakan berdasarkan kebutuhan-kebutuhan anak down syndrome. Perancangan dilakukan oleh

peneliti sendiri menggunakan paper-based-prototype sehingga dihasilkan

beberapa desain alternatif. Hasil dari beberapa desain alternatif akan dievaluasi oleh user dan dipilih satu desain alternatif dengan nilai paling

tinggi untuk diteruskan ke tahap selanjutnya. Komentar dari alternatif juga

akan dipertimbangkan untuk dikembangkan dalam prototipe selanjutnya.

8. Perancangan prototipe

Dari konsep yang telah terpilih dari tahap sebelumnya, langkah

selanjutnya adalah merancang prototipe. Prototipe yang dirancang

merupakan bentuk tampilan aplikasi yang dirancang oleh aplikasi justinmind.

9. Evaluasi prototipe

Dari prototipe yang telah dirancang, prototipe akan dievaluasi oleh

pengguna untuk menguji apakah prototipe tersebut sudah dapat

digunakan dengan baik. Evaluasi akan dilakukan dengan memberikan user serangkaian tugas dan aktivitas untuk dilakukan, dan dinilai melalui

tingkat efektifitas, tingkat efisiensi dan usability scale dari aplikasi

tersebut.

10. Perbaikan prototipe

Dari hasil evaluasi prototipe, kelemahan-kelemahan yang telah ditemukan

pada tahap sebelumnya akan diperbaiki di tahap ini sehingga

menghasilkan prototipe yang lebih baik.

11. Analisis

Analisis dilakukan setelah perancangan selesai dilakukan, dan berguna

untuk mengetahui apakah aplikasi yang dirancang telah menjawab

pertanyaan dan permasalahan penelitian. Selain itu, kekurangan dari

penelitian yang telah dilakukan akan diteliti.

12. Kesimpulan dan Saran

I-14

BAB I PENDAHULUAN

Pada akhir penelitian, kesimpulan akan diberikan dari awal penelitian

hingga akhir penelitian. Saran juga akan diberikan untuk membantu

peneliti lain di masa depan jika ingin meneruskan penelitian yang serupa.

Gambar I.3 Metodologi Penelitian

I.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang terdapat pada penelitian ini terdiri dari lima

bab. Lima bab tersebut terdiri dari pendahuluan, tinjauan pustaka, perancangan

aplikasi dan evaluasi, analisis, serta kesimpulan dan saran. Berikut merupakan

penjelasan singkat mengenai keseluruhan laporan yang akan dibuat.

BAB I PENDAHULUAN

Bab satu terdiri dari latar belakang permasalahan, identifikasi dan

perumusan masalah, pembatasan masalah dan asumsi, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan. Latar

belakang permasalahan serta identifikasi dan perumusan masalah menjadi dasar

I-15

BAB I PENDAHULUAN

dalam penelitian. Sementara pembatasan masalah dan asumsi bertujuan agar

masalah yang diteliti tidak terlalu luas dan terfokus pada permasalahan utama.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab dua membahas mengenai teori-teori yang menunjang penyelesaian

masalah yang dihadapi. Oleh sebab itu, teori-teori yang dibahas merupakan

teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan yang ada.

BAB III PERANCANGAN DAN EVALUASI APLIKASI

Bab tiga berisi langkah-langkah yang dilakukan dalam perancangan dan

evaluasi aplikasi. Tahap-tahap perancangan aplikasi dilaksanakan sesuai

metode perancangan aplikasi dari mulai identifikasi kebutuhan hingga evaluasi kemampupakaian aplikasi oleh user.

BAB IV ANALISIS Bab empat akan membahas mengenai analisis dari home therapy

sekarang dan analisis home therapy usulan yang sudah menerapkan aplikasi

yang telah dirancang. Selain itu, pada bab ini akan dibahas pula apakah

pertanyaan pada rumusan masalah telah dijawab oleh aplikasi home therapy

yang telah dirancang.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab lima berisi kesimpulan yang didapatkan dari penelitian yang

dilakukan yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

Saran diberikan untuk perbaikan lebih lanjut dari penelitian yang akan dilakukan

selanjutnya maupun untuk perusahaan agar lebih baik lagi ke depannya.

I-16