Pengembangan Media Pembelajaran Audio Visual ...

20
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Media Pembelajaran Audio Visual 2.1.1.1 Hakikat pembelajaran Sebelum mengenal pengertian dari media pembelajaran maka kita harus mengetahui arti dari pembelajaran dan juga media. Pembelajaran menurut KBBI (2005:17) adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Dalam KBBI pembelajaran lebih difokuskan pada suatu cara atau proses yang dilakukan seseorang untuk menjadikan seseorang belajar. Mengembangkan dari definisi KBBI Arief S Sadiman (2008:7) mendefinisikan pembelajaran adalah “usaha-usaha yang terencana dalam manipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa.” Definisi dari KBBI dan Arief S Sadiman jika kita amati sebenarnya tidak terlalu berbeda. Inti definisi dari keduanya adalah usaha membuat seseorang belajar, baik itu dengan memanipulasi sumber-sumber belajar atau dengan cara-cara lainya. Pembelajaran selalu dilakuakan oleh semua orang baik disengaja ataupun tidak. Pembelajaran merupakan proses yang sangat penting untuk membuat manusia lebih baik dari sebelumnya. Banyak para ahli membuat menafsirkan pembelajaran, seperti Jamal Ma‟mur Asmani (2011:5) yang mengatakan pembelajaran merupakan pusat kegiatan belajar, mengajar, yang terdiri dari guru dan siswa, yang bermuara pada pematangan intelektual, kedewasaan emosional, ketinggian spiritual, kecakapan hidup, dan keagungan moral . Dari pernyataan tersebut Jamal Ma‟mur Asmani mengatakan bahwa suatu pembelajaran dilakuakan oleh siswa sebagai subjek serta guru sebagai objek pembelajaran. Selain itu pembelajaran ditujukan untuk membuat manusia matang baik dalam tingkat emosional, intelektual ataupun moral. Pendapat tidak jauh berbeda datang dari Agus Taufiq (2011:1.5) yang mengatakan “pembelajaran adalah proses membantu peserta didik agar berkembang secara optimal, yaitu berkembang setinggi mungkin, sesuai dengan potensi dan sistem nilai yang dianut dalam

Transcript of Pengembangan Media Pembelajaran Audio Visual ...

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Media Pembelajaran Audio Visual

2.1.1.1 Hakikat pembelajaran

Sebelum mengenal pengertian dari media pembelajaran maka kita harus

mengetahui arti dari pembelajaran dan juga media. Pembelajaran menurut KBBI

(2005:17) adalah “proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup

belajar”. Dalam KBBI pembelajaran lebih difokuskan pada suatu cara atau proses

yang dilakukan seseorang untuk menjadikan seseorang belajar. Mengembangkan

dari definisi KBBI Arief S Sadiman (2008:7) mendefinisikan pembelajaran adalah

“usaha-usaha yang terencana dalam manipulasi sumber-sumber belajar agar

terjadi proses belajar dalam diri siswa.” Definisi dari KBBI dan Arief S Sadiman

jika kita amati sebenarnya tidak terlalu berbeda. Inti definisi dari keduanya adalah

usaha membuat seseorang belajar, baik itu dengan memanipulasi sumber-sumber

belajar atau dengan cara-cara lainya.

Pembelajaran selalu dilakuakan oleh semua orang baik disengaja ataupun

tidak. Pembelajaran merupakan proses yang sangat penting untuk membuat

manusia lebih baik dari sebelumnya. Banyak para ahli membuat menafsirkan

pembelajaran, seperti Jamal Ma‟mur Asmani (2011:5) yang mengatakan

pembelajaran merupakan “pusat kegiatan belajar, mengajar, yang terdiri dari guru

dan siswa, yang bermuara pada pematangan intelektual, kedewasaan emosional,

ketinggian spiritual, kecakapan hidup, dan keagungan moral”. Dari pernyataan

tersebut Jamal Ma‟mur Asmani mengatakan bahwa suatu pembelajaran

dilakuakan oleh siswa sebagai subjek serta guru sebagai objek pembelajaran.

Selain itu pembelajaran ditujukan untuk membuat manusia matang baik dalam

tingkat emosional, intelektual ataupun moral. Pendapat tidak jauh berbeda datang

dari Agus Taufiq (2011:1.5) yang mengatakan “pembelajaran adalah proses

membantu peserta didik agar berkembang secara optimal, yaitu berkembang

setinggi mungkin, sesuai dengan potensi dan sistem nilai yang dianut dalam

9

masyarakat.” Agus Taufiq dalam definisinya mengatakan bahwa proses

pembelajaran merupakan suatu peoses atau upaya untuk mengembangkan potensi

yang dimiliki siswa secara penuh. Dalam pembelajaran tentunya difasilitatori oleh

guru sehingga tidak keluar dari sistem nilai yang dianut oleh masyarakat.

Pendapat agak berbeda mengenai pendidikan muncul dari Dinn Wahyudin,

ia mengatakan (2011:1.35) pendidikan sebagai:

„humanisasi’ atau upaya memanusiakan manusia, yaitu suatu upaya

membantu manusia untuk dapat bereksistensi sesuai dengan

martabatnya sebagai manusia. Sebab manusia menjadi manusia

yang sebenarnya jika ia mampu merealisasikan hakikatnya secara

total maka pendidikan hendaknya merupakan upaya yang

dilaksanakan secara sadar dengan bertitik tolak pada asumsi

tentang hakikat manusia.

Dari pengertian diatas Dinn Wahyudin lebih menekankan pendidikan merupakan

upaya yang dilakukan untuk lebih memanusiakan manusia, atau dapat dikatakan

proses untuk menaikan derajat sebagai manusia. Dinn Wahyudin juga mengatakan

bahwa manusia sebenarnya adalah mereka yang mampu menerapkan segala

pengetahuan sebagai manusia dalam kehidupanya sehingga pendidikan

seharusnya dilakukan secara sadar dan berawal dari pengertian dirinya sebagai

manusia.

Ahli lain yang juga mendefinisikan pembelajaran yaitu Anang Santoso

(2013:1.20) pembelajaran adalah “suatu proses perubahan psikis dari yang tidak

tahu menjadi tahu, tidak paham menjadi paham, tidak bisa menjadi bisa, tidak

terbiasa menjadi terbiasa”. Anang Santoso dalam definisinya mengatakan suatu

proses pembelajaran pada intinya membuat siswa yang tidak mempunyai

pengetahuan sebelum proses pembelajaran menjadi mempunyai pengetahuan

setelah melakukan rangkaian proses pembelajaran. Pengetahuan yang dimaksud

berkaitan dengan pemahaman, ilmu pengetahuan, atau keterampilan-keterampilan

lainya.

Dari beberapa pengertian di atas menfokuskan pembelajaran sebagai cara

atau proses, sebagai upaya mendewasakan manusia, dan sebagai upaya

memanusiakan manusia. Sehingga dapat disimpulkan pembelajaran adalah proses

atau kegiatan belajar yang dilakukan oleh guru dan siswa yang bertujuan untuk

10

mematangkan intelektual, emosional, spiritual, kecakapan hidup, keagungan

moral serta upaya membantu manusia untuk bereksistensi sesuai martabatnya

sebagai manusia.

2.1.1.2 Media

Media merupakan hal yang sangat penting dalam suatu proses

pembelajaran, terlebih lagi pada pembelajaran jenjang sekolah dasar. Siswa usia

SD belum mampu berfikir abstrak sehingga mereka dalam proses pembelajaran

harus dibuat senyata mungkin. Itu semua dapat menggunakan bantuan media

pembelajaran. Pengertian media itu sendiri menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia adalah “alat (sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi,

film, poster, dan spanduk”.

Pengertian lain oleh Marisa (2012:1.6) mengatakan “kata „media‟

merupakan bentuk jamak dari kata „medium‟ yang berasal dari bahasa Latin yang

berarti „perantara‟. Pengertian lebih jauh tentang media adalah sesuatu yang

membawa informasi dari sumber untuk diteruskan kepada penerima”. Marisa

dalam pengertianya lebih menekankan media digunakan sebagai perantara.

Pendapat tidak jauh berbeda disampaikan oleh Arief S Sadiman (2008:6), ia

mengatakan “media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke

penerima pesan.” Perantara ini digunakan untuk menyampaikan informasi dari

sumber kepada penerima. Dari pengertian Marisa dan Arief S Sadiman secara

tidak langsung mengatakan bahwa media merupakan suatu hal yang sangat

penting, karena tanpa adanya media informasi yang disampaikan tidak akan

sampai ke penerima dengan baik.

Ahli lain yang mendefinisikan media adalah Jamal Ma‟mur Asmani

(2011:239), ia mengatakan “media adalah wadah/medium perantara dari pesan

yang hendak diteruskan oleh sumber atau penyalur kepada sasaran atau penerima

pesan tersebut.” Selain itu Zainal Arifin (2012:124) mengatakan “media adalah

segala bentuk yang digunakan untuk proses penyaluran informasi”. Jamal Ma‟mur

Asmani dan Zainal Arifi dalam pengertianya pada intinya sama. Mereka

mengatakan semua medium dari segala bentuk yang digunakan untuk

menyampaikan informasi dari penyalur kepada penerima disebut sebagai media.

11

Pendapat lain datang dari Gagne (1985), Gagne dalam Asep Herry

Hermawan (2013:11.21) mengatakan media adalah “segala sesuatu atau sistem

yang digunakan untuk menyampaikan komunikasi atau stimulus pembelajaran

lainnya kepada pembelajar”. Gagne dalam definisinya mengatakan media juga

dikatakan sebagai sistem penyampai komunikasi (perantara). Menurut Gagne

media sebagai sistem yang diberikan (stimulus) pengajar untuk mendapatkan

respon dari pembelajar.

Jadi dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media

secara umum adalah suatu alat (sarana) atau medium perantara yang digunakan

untuk menyampaikan informasi dari sumber kepada penerima yang bertujuan

untuk mendapatkan respon dari penerima.

2.1.1.3 Media Pembelajaran

Media secara umum diartikan sebagai penyalur informasi dari sumber

kepada penerima. Pengertian tersebut tidak jauh berbeda dengan media dalam

konteks pembelajaran atau yang biasa disebut dengan media pembelajaran.

Menurut Gatot Muhsetyo (2010:2.3) media pembelajaran adalah “alat bantu

pembelajaran yang secara sengaja dan terencana disiapkan atau disediakan guru

untuk mempresentasikan atau menjelaskan bahan pelajaran, serta digunakan siswa

untuk dapat terlibat langsung dengan pembelajaran”. Gatot Muhsetyo dalam

definisinya mengtakan bahwa media pembelajaran memang direncanakan dan

disiapkan oleh guru. Tujuan perencanaan tersebut agar penyampaian bahan

pelajaran lebih mudah dan juga dapat melibatkan siswa secara langsung. Pendapat

lain diungkapakan oleh Nanang Hanafiah (2010:59), ia mengatakan “media

pembelajaran merupakan segala bentuk perangsang dan alat yang disedikan guru

untuk mendorong siswa belajar secara cepat, tepat, mudah, benar dan tidak

verbalisme”. Definisi dari Nanang Hanafiah lebih kepada media pembelajaran

sebagai alat perangsang siswa agar mampu memahami materi yang diajarkan

lebih mudah sehingga pembelajaran menjadi lebih cepat.

Pendapat mengenai media pembelajaran tidak jauh berbeda diungkapakan

oleh Marisa dan Arief S Sadiman. Menurut Marisa (2012:1.6) mengatakan “media

pembelajaran diartikan sebagai suatu alat atau bahan yang mengandung informasi

12

atau pesan pembelajaran”. Sedangkan Arief S Sadiman (2008:19) mengatakan

“media pembelajaran adalah perangkat lunak (software) berisi pesan atau

informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan mempergunakan peralatan.”

Marisa dan Arief S Sadiman menyebutkan bahwa media pembelajaran yang

paling penting adalah mengandung informasi atau pesan pembelajaran. Media

pembelajaran tersebut bisanya merupakan sebuah alat atau perangkat lunak. Jadi

menurut Marisa dan Arief S Sadiman semua alat yang mengandung pesan

pembelajaran merupakan sebuah media pembelajaran.

Sedangkan dalam konteks aktivitas belajar mengajar, menurut Oemar

Hamalik dalam Benny Agus dan Yuni Katrin (1996:3) mengemukakan definisi

media pembelajaran “sebagai teknik yang digunakan dalam rangka lebih

mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses

pendidikan dan pengajaran di sekolah”. Oemar dalam definisinya mengatakan

media pembelajaran sebagai sarana untuk membuat komunikasi menjadi lebih

efektif. Pembelajaran bisa dilakukan tanpa menggunaka media tetapi hasilnya

tidak akan komunikatif jika materi yang diajarkan bersifat abstrak. Melalui media

materi yang sifatnya abstrak bisa dibuat nyata sehingga anak lebih mudah

memahami sehingga komunikasi antara guru dan siswa menjadi lebih

komunikatif.

Sedangkan ahli lain Anang Santoso (2013:6.42) mengatakan “media

pembelajaran adalah alat atau materi lain yang menyajikan bentuk informasi

secara lengkap dan dapat menunjang proses belajar mengajar”. Anang Santoso

dalam definisinya mengatakan di dalam media pembelajaran sebaiknya

menyajikan informasi pembelajaran secara lengkap sehingga ketika digunakan

dalam proses pembelajaran akan lebih menunjang pembelajaran tersebut.

Dari berbagai pengertian di atas maka dapat dikatakan media pembelajaran

merupakan teknik, alat atupun bahan. Media pembelajaran mengandung pesan

pembelajaran, digunakan untuk mengefektivkan komunikasi, dan merangsang

siswa untuk berfikir. Jadi dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah

suatu alat atau bahan yang berisi pesan pembelajaran serta digunakan untuk

13

membuat komunikasi siswa dan guru menjadi efektif dan juga dapat merangsang

siswa untuk berfikir.

2.1.1.4 Manfaat Media Pembelajaran

Media pembelajaran dalam sebuah kegiatan pembelajaran tidak hanya

berfungsi sebagai penyalur materi, tetapi haruslah memberikan manfaat-manfaat

penting lainya. Menurut Gatot Muhsetyo (2010:2.4) berbagai manfaat dari

penggunaan media pembelajaran yaitu: “(a) lebih menarik dan tidak

membosankan bagi siswa, (b) lebih mudah dipahami karena dibantu visualisasi,

(c) lebih bertahan lama untuk diingat, (d) mampu melibatkan peserta

pembelajaran lebih banyak, (e) lebih efektif karena dapat menggurangi waktu....”.

Menurut Gatot Muhsetyo dalam kalimatnya mengatakan selain membuat materi

pelejaran menjadi lebih mudah dipahami fungsi media pembelajaran juga dapat

membuat pembelajaran lebih menarik. Ketika siswa sudah tertarik dengan materi

yang diajarkan maka pengtahuan akan lebih mudah didaptkan oleh siswa. Tidak

hanya itu pengetahuan juga akan bertahan dalam ingatan siswa.

Selain Gatot Muhsetyo, ahli lain yaitu Marisa (2012:1.7) mengatakan

beberapa alasan media pembelajaran perlu digunakan dalam proses pembelajaran

yaitu: “(a) pembelajaran menjadi lebih menarik dan interaktif, (b) pembelajaran

menjadi lebih kongkrit dan nyata, (c) mempersingkat proses penjelasan materi

pembelajaran, (d) mendorong siswa belajar secara lebih mandiri, (c) materi

pembelajaran menjadi lebih terstandarisasi,....”. Marisa dalam tulisanya

menyebutkan pembelajaran menjadi lebih interaktif karena siswa melihat apa

yang dipelajari (secara nyata), tidak hanya dalam angan-angan saja (abstrak).

Ketika siswa mempelajari sesuatu hal yang nyata maka mereka akan lebih mudah

dan cepat memahami materi sehingga pembelajaran menjadi lebih singkat.

Pendapat mengenai manfaat media pembelajaran yang tidak jauh berbeda

datang dari Jamal Ma‟mur Asmani dan Nana Sudjana. Jamal Ma‟mur Asmani

(2011:266) mengatakan manfaat penggunaan media pendidikan yaitu “ (a) bahan

atau materi mengajar akan lebih jelas maknanya, (b) metode mengajar akan lebih

bervariasi, (c) siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar, (d)

pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa”. Sedangkan Nana Sudjana

14

(2009:2) manfaat media pembelajaran adalah “ (a) pengajaran akan lebih menarik

perhatian siswa sehingga menimbulkan motivasi belajar, (b) bahan pengajaran

akan lebih jelas maknanya, (c) metode mengajar akan lebih bervariasi, (d) siswa

lebih banyak melakukan kegiatan belajar”. Pada intinya pendapat dari Jamal

Ma‟mur Asmani dan Nana Sudjana adalah sama. Media pembelajaran dapat

membuat pembelajaran menjadi lebih bervariasi sehingga pengajaran dapat

menarik perhatian siswa. Selain itu melalui media pembelajaran dapat membuat

motivasi siswa untuk belajar siswa menjadi meningkat.

Sedangkan pendapat lain dari Arief S Sadiman (2008:17) menyebutkan

“manfaat media dalam proses belajar mengajar adalah (a) memperjelas penyajian

pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis, (b) mengatasi keterbatasan ruang,

waktu dan daya indra, (c) mengatasi sifat pasif anak didik, (d) memberikan

perangsang.” Arif S Sadiman dalam kalimatnya lebih menekankan manfaat media

pembelajaran untuk merangsang siswa lebih aktif dalam mengikuti proses

pembelajaran. Selain itu melalui media pembelajaran juga dapat mengatasi

keterbatasan ruang dan waktu belajar. Melalui media pembelajaran, pengetahuan

dimanapun dan kapanpun dapat dihadirkan di kelas dalam proses pembelajaran.

Selain Arief S Sadiman, Zainal Arifin (2012:128) juga mengungkapakan

manfaat media pembelajaran yaitu“ (a) alat untuk memperjelas bahan pengajaran,

(b) alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji, (c) sumber

belajar bagi siswa.” Zainal Arifin dalam kalimatnya mengatakan media dapat

dimanfaatkan untuk membuat persoalan yang ingin dipelajari siswa. Persoalan

tersebut yang nantinya dapat dikaji bersama dan diselesaikan oleh siswa sehingga

persoalan tersebut dapat menjadi sumber belajar bagi siswa.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan manfaat media

pembelajaran yaitu untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, membuat

pembelajaran lebih interaktif dan komunikatif, membuat materi yang abstrak

menjadi kongkrit, serta mempermudah siswa mempelajari hal-hal yang tidak

dapat dipelajari siswa di dalam kelas.

15

2.1.1.5 Media Audio

Jenis media pembelajaran yang ada sekarang sangatlah banyak, salah

satunya adalah media audio. Menurut KBBI (2005:76) audio berarti “bersifat

dapat didengar, atau alat peraga yang bersifat dapat didengar (misalnya radio)”.

Media audio lebih ditekankan pada kemampuan siswa mendengarkan. Media

audio ini sangat cocok digunakan untuk pembelajaran bagi siswa yang suka

belajar sambil mendengarkan.

Menurut Asep Herry Hermawan (2013:11.26) mengungkapkan “„audio‟

yang berarti penerimaan bunyi, pendengaran, media audio adalah media yang

mengandung pesan pembelajaran yang berbentuk suara atau bunyi (hanya dapat

didengar”. Definisi dari Asep Heri Herawan ini lebih membatasi bahwa media

audio hanyalah media yang dapat didengar. Definisi senama diungkapkan oleh

Amir Hamzah (1981:26), ia mengungkapkan “alat/media audio yaitu alat-alat

yang dapat menghasilkan bunyi atau suara. Contohnya cassette tape recorder dan

radio”.

Pendapat lain dari media audio muncul dari Nana Sudjana (2009:129), ia

mengatakan media audio adalah “ bahan yang mengandung pesan dalam bentuk

auditif (pita suara atau piringan suara), yang dapat merangsang pikiran, perasaan,

perhatian dan kemauan siswa, sehingga terjadi proses belajar mengajar”. Nana

Sudjana dalam definisinya mengungkapkan bahwa media audio merupakan

sebuah pesan pembelajaran yang dimanfaatkan untuk merangsang siswa berfikir.

Memang semua media pembelajaran semestinya dapat merangsang siswa untuk

berfikir tidak hanya terlihat menarik. Media pembelajaran yang hanya terlihat

menarik tanpa dapat merangsang siswa untuk berfikir akan menjad sia-sia karena

media pembelajaran yang baik haruslah dapat merangsang siswa untuk berfikir.

Sedangkan Andi Prastowo (2013:264) mengatakan media audio adalah

“jenis bahan ajar noncetak yang di dalamnya mengandung suatu sistem yang

menggunakan sinyal audio secara langsung, yang dapat dimainkan atau

diperdengarkan oleh pendidik kepada peserta didiknya guna membantu menguasai

kompetensi tertentu.” Andi Prastowo dalam pengertianya lebih menekankan

media audio merupakan media yang bukan termasuk media cetak. Media audio

16

mengandung sinyal audio yang dapat diperdengarkan untuk mengajarkan suatu

kompetensi kepada siswa.

Dari beberapa pengertian di atas semua ahli mengatakan bahwa media

audio pada dasarnya adalah media pembelajaran yang dapat didengar. Maka dari

itu dapat disimpulkan media audio adalah suatu alat pembelajaran yang bersifat

dapat didengar (menghasilkan bunyi) yang di dalamnya mengandung pesan

pembelajaran yang berfungsi untuk merangsang siswa berfikir dan membantu

siswa menguasai kompetensi tertentu.

2.1.1.6 Media Visual

Selain media yang dapat didengar yang biasa disebut dengan media audio,

ada pula media yang dapat dilihat atau sering sebut dengan media visual. Visual

itu sendiri menurut KBBI (2005:1262) berarti “dapat dilihat dengan indra

penglihat (mata), atau berdasarkan penglihatan”. Media visual lebih

memanfaatkan indra penglihatan manusia. Dengan media ini seseorang akan lebih

mudah berfikir karena melihat langsung objek yang ingin diajarkan.

Menurut Asep Herry Hermawan (2013:11.26) mengungkapkan “media

visual adalah media yang berisi pesan yang hanya dapat dilihat. Media visual

dapat dikelompokkan ke dalam media visual yang diproyeksikan dan media visual

yang tidak diproyeksikan”. Asep Herry Hermawan dalam definisinya

mengungkapkan media visual memanfaatkan penglihatan dalam penggunaanya.

Selain itu media visual dibagi menjadi dua yaitu media visual yang dapat

diproyeksikan atau ditayangkan menggunakan OHP atau proyektor, dan juga

media yang tidak diproyeksikan seperti gambar.

Selain gambar media pembelajaran juga ada yang berbentuk tiga dimensi

misalkan patung, model, atau benda asli. Seperti yang diungkapkan Amir Hamzah

Sulaiman (1981:26), ia mengungkapkan “media visual yaitu alat-alat yang dapat

memperlihatkan rupa atau bentuk, yang kita kenal sebagai alat peraga. Alat-alat

visual terbagi atas: a) Alat-alat visual dua dimensi, meliputi gambar, foto..., b)

Alat-alat visual tiga dimensi, meliputi benda asli, model, ...”.

17

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan media visual adalah alat-alat

untuk pembelajaran yang memperlihatkan bentuk/rupa yang berisi pesan yang

dapat dilihat dengan indra penglihat (mata).

2.1.1.7 Media Pembelajaran Audio Visual

Menurut Amir Hamzah Sulaiman (1981:11) mengatakan “alat-alat audio-

visual adalah alat-alat yang „audible‟ artinya dapat didengar dan alat-alat yang

„visible‟ artinya dapat dilihat. Alat-alat/media audio visual yaitu alat-alat yang

dapat menghasilkan rupa dan suara dalam satu unit”. Amir Hamzah juga

mengatakan “Alat-alat audio-visual gunanya untuk membuat cara berkomunikasi

menjadi efektif. Alat-alat audio-visual itu termasuk gambar, foto, slaid, model,

pita kaset tape-recorder, filem bersuara dan televise”.

Menurut Asep Herry Hermawan (2013:11.26) mengungkapkan ”jenis

media audio-visual mengandung unsur audion dan visual. Pesan pembelajaran

yang disampaikan melalui media ini dapat dipandang dan didengar oleh siswa

sehingga media audio-visual biasanya disebut media pandang dengar”. Asep

Herry Hermawan (2013) juga menyebutkan “contoh media audio-visual yaitu

televisi, slide suara, program video pembelajaran, dan program conpact disk (CD)

interaktif dalam pembelajaran”.

Sedangkan menurut Hujair AH Sanaky “media audio visual adalah

seperangkat alat yang dapat memproyeksikan gambar bergerak dan bersuara.

Paduan antara gambar dan suara membentuk karakter sama dengan objek

aslinya”. Definisi dari Hujair AH Sanaky menyebutkan bahwa media audio visual

merupakan tiruan dari objek aslinya. Tiruan objek aslinya tersebut dibuat dalam

sebuah gambar bergerak dilengkapi dengan suara dari objek tersebut. Gambar dan

suara tersebut dikemas dalam sebuah media yang disebut sebagai media audio

visual.

Dari beberpa pengertian di atas maka dapat disimpulkan media

pembelajaran audio-visual adalah alat-alat pembelajaran yang menghasilkan rupa

dan suara dalam satu unit sehingga dapat dipandang dan didengar oleh siswa.

18

2.1.2 Powerpoint

Dalam dunia pendidikan guru tidak perlu pusing memilih aplikasi untuk

digunakan sebagai media pembelajaran. Banyak sekali aplikasi yang tersedia,

salah satunya adalah powerpoint. Menurut wahana komputer (2005:279)

“microsoft powerpoint adalah program aplikasi komputer yang digunakan untuk

membuat presentasi”. Menurut wahana komputer powerpoint lebih diutamakan

untuk membuat sebuah presentasi yang akan digunakan sebagai penawaran suatu

produk ataupun juga bisa berisi materi pembelajaran. Pembutan presentasi

tersebut sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Pandangan mengenai powerpoint

menurut Istiningsih (2012:119) “Mikrosoft powerpoint merupakan software yang

akan membantu dalam menyusun sebuah presentasi yang efektif, profesional, dan

juga mudah yang menjadikan sebuah gagasan menjadi lebih menarik dan jelas

tujuannya”. Istianingsih (2012:119) dalam pengertiannya menyatakan melalui

powerpoint suatu gagasan atau presentasi yang dibuat akan menjadi lebih efektif.

Selain itu melalui powerpoint maka gagasan yang dibuat dapat disesuaikan

dengan tujuan yang diinginkan. Pembuatan bahan presentasi juga tidak rumit dan

mudah dipelajari. Manfaat penggunaan powerpoint dalam pembelajaran menurut

Istiningsih (2012:119) yaitu “penyampaian pembelajaran lebih menarik,

menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien, dan materi pembelajaran

disampaikan secara utuh melalui pointer-pointer materi.” Melalui powerpoint

dapat membuat materi yang disajikan menjadi lebih menarik karena dapat

ditambahkan animasi-animasi yang dapat mendukung materi tersebut. Selain itu

tampilan juga dapat dimodifikasi sesuai dengan keinginan guru. Karena dapat

memodifikasi materi sehingga menarik bagi siswa maka pembelajaran yang

tercipta tentunya akan lebih efektif dan efisien.

Sedangkan pandangan lain yang tidak jauh berbeda mengenai powerpoint

muncul dari Marisa (2012:7.12) “powerpoint adalah program aplikasi komputer

yang dirancang untuk membantu seseorang untuk mempresentasikan materi

pelajaran atau bahan presentasi dengan menggunakan program aplikasi

powerpoint yang ada di komputer sebagai sebuah media pembelajaran.” Pedapat

Marisa mengenai powerpoint tidak jauh berbeda dari pendapat Istianingsih dan

19

juga wahana komputer. Inti dari powerpoint adalah media yang dapat

mempresentasikan suatu gagasan atau materi. Marisa juga mengatakan

“powerpoint merupakan program elektronik (slide show) untuk mengembangkan

presentasi berbasis multimedia yang dapat mengombinasikan unsur text, sound

(suara), grafik, dan video.” Dalam powerpoint gagasan atau materi yang ingin

disampaikan tidak hanya berupa tulisan melainkan dapat dikombinasikan dengan

suara, grafik, bahkan video sesuai dengan yang diinginkan. Sedangkan

keuntungan penggunaan powerpoint menurut Marisa (2012:7.16) yaitu “slide

yang dibuat dapat diperbaharui dengan cepat, efek yang rumit dapat dibuat oleh

orang yang tidak profesional sekalipun, tampilan lebih menarik karena dapat lebih

memodifikasi tampilan dengan lebih leluasa.” Menurut Marisa dalam membuat

ataupun memperbaharui slide menggunkan powerpoint tidaklah sulit, tidak harus

dilakukan oleh orang yang profesional melainkan dapat dilakukan oleh siapa saja

yang mau mempelajarinya.

Dari beberapa pengertian para ahli mengenai powerpoint di atas dapat

disimpulkan bahwa powerpoint adalah sebuah program aplikasi komputer yang

digunakan untuk membuat presentasi suatu materi agar menjadi lebih efektif,

lebih menarik, dan jelas. Keuntungan dari penggunaan powerpoint yaitu materi

yang dipresentasikan dapat dikombinasikan dengan suara, grafik, bahkan video

sesuai dengan yang diinginkan.

2.1.3 Saintifik

Saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang akhir-akhir ini disoroti

pemerintah karena muculnya kurikulum 2013. Saintifik dinilai berbeda dari

pendekatan-pendekatan lainnya karena dinilai mampu mengembangkan sikap,

pengetahuan, serta keterampilan siswa. Menurut Daryanto (2014:51)

pembelajaran saintifik adalah:

Pembelajaran saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang

sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi

konsep, hukum atau prinsip melalui tahap-tahap mengamati (untuk

mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,

mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data

dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan,

20

dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang

„ditemukan‟.

Daryanto dalam pengertiannya menyebutkan bahawa rancangan pembelajaran

saintifik dimaksudkan untuk membangun pengetahuan siswa. Membangun

pengetahuan tersebut melalui pembangunan konsep pengetahuan siswa dalam

setiap pembelajaran yang dilakukannya.

Selain Daryanto banyak ahli lain yang menyebutkan pengertian

pembelajaran saintifik salah satunya Endah Tri Priyatni (2014:96), ia

menyebutkan:

Pembelajaran dengan pendekatan ilmiah dapat didefinisikan

sebagai “pembelajaran yang dirancang untuk meningkatkan peran

serta peserta didik secara aktif dalam mengonstruk konsep, hukum

atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk

mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,

mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data

dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan,

dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang

„ditemukan‟ (Kemdikbud, 2013)”.

Endah Tri Priyatni (2014:97) juga menyebutkan “penerapan pendekatan

ilmiah dalam pembelajaran melibatkan 5 keterampilan proses yang esensial, yaitu

mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan. Kelima

tahapan tersebut disingkat dengan 5 M”.

Ahli lainya yang juga menyoroti tentang saintifik seperti Syawal Gultom

(2014:18) mengatakan:

Kurikulum 2013 mengemanatkan esensi pendekatan saintifik

dalam pembelajaran. Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian

emas perkembangan dan pengembangan sikap, ketrampilan, dan

pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja

yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuwan lebih

mengedepankan penlaran induktif (inductive reasoning)

dibandingkan dengan penalaran deduktif (deductive reasoning).

Syawal Gultom lebih memandang pendekatan saintifik sebagai cara paling

tepat untuk perubahan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.

Dengan pemdekatan saintifik ini siswa akan dibiasakan dengan pola pikir ilmiah.

Syawal Gultom (2014:19) juga mengatakan “proses pembalajaran terdiri atas lima

21

pengalaman belajar pokok yaitu: (a) mengamati, (b) menanya, (c) mengumpulkan

informasi/eksperimen, (d) mengasosiasikan/mengolah informasi, (e)

mengkomunikasikan.”

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan pembelajaran saintifik adalah

suatu pembelajaran yang dirancang untuk meningkatkan keaktifan, penguasaan

konsep, serta lebih menggunakan penalaran induktif dengan melewati lima tahap

pembelajaran mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, serta

mengkomunikasikan. Melalui pedekatan saintifik maka siswa akan diajarkan cara

berfikir keilmuan yaitu memandang suatu persoalan dengan berfikir secara

induktif. Persoalan yang dihadapi dapat dipecahkan dengan bijak sesuai dengan

data yang jelas dan bukan menyelesaikan persoalan menggunakan perkiraan

semata.

2.1.4 Matematika

Matematika adalah salah satu pembelajaran yang wajib dikuasai oleh

siswa pada kurikulum 2006. Menurut Suminarsih (2007:1) mengemukakan bahwa

“Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memberikan kontribusi

positif tercapainya masyarakat yang cerdas dan bermartabat melalui sikap kritis

dan berpikir logis”. Dalam Permendiknas no 22 tahun 2006 juga disebutkan

“Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi

modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya

pikir manusia”. Dalam permendiknas no 22 tahun 2006 juga disebutkan bahwa

“matematika dalam jenjang SD/MI meliputi aspek-aspek bilangan, geometri dan

pengukuran, pengolahan data”.

Sedangkan menurut KBBI (2005:723) “Matematika adalah ilmu tentang

bilangan, hubungan antar bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan

dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan”.

Menurut Ruseffendi (1991) dalam Heruman (2013:1) mengatakan

matematika adalah “ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara

induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari

unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau

postulat, dan akhirnya ke dalil”.

22

Dari uraian diatas dapat disimpulkan matematika adalah suatu mata

pelajaran mengenai bilangan, hubungan antar bilangan, pola keteraturan, serta

prosedur operasional untuk menyelesaikan masalah bilangan, geometri

pengukuran, dan pengolahan data yang melatih siswa untuk berfikir kritis dan

logis.

2.1.5 Efektivitas Pembelajaran

Suatu pembelajaran selain untuk mendapatkan hasil yang baik juga

dituntut agar pembelajaran yang dilakukan efektif. Jamal Ma‟mur Asmani

(2011:60) mengatakan:

Efektif berarti proses pembelajaran tersebut bermakna bagi siswa.

Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses

pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang

harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung.

Sebab, belajar memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus

dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan, tetapi

tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tidak ubahnya seperti

bermaian biasa.

Menurut Jamal Ma‟mur Asmani kriteria pembelajaran dikatakan efektif

apabila menyenangkan dan mencapai sejumlah tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai. Pembelajaran yang hanya menyenangkan tetapi tidak mencapai tujuan

yang diinginkan maka tidak dapat dikatakan sebagai pembelajaran tetapi

merupakan sebuah permainan. Jamal Ma‟mur Asmani (2011:93) juga

menyebutkan “gambaran mengenai peran guru dan siswa dalam pembelajaran

efektif yaitu: (a) guru mencapai tujuan pembelajaran, (b) siswa mencapai

kompetensi yang diharapkan”.

Ahli lain yang juga memandang tentang efektifitas dalam suatu

pembelajaran yaitu Rudi Hartono (2013:160), ia mengatakan:

Pembelajaran disebut efektif ketika pembelajaran telah mencapai

tujuan yang diinginkan dalam jagad pendidikan, seperti pada

penguasaan IPTEK sebagai bahan ajar, pembentukan keterampilan

atau kemampuan belajar yang lebih efektif dan efisien. Dan, akan

dikatakan lebih efektif sebuah pembelajaran apabila mampu

memberi pengalaman baru bagi siswa ataupun bagi guru. Agar

proses pembelajaran menjadi efektif, ada beberapa hal yang patut

dimiliki guru, antara lain: (a) menguasai materi dengan baik, (b)

23

enguasai strategi dengan baik, (c) memahami gaya belajar siswa,

(d) memotivasi siswa, (e) memahai tujuan pembelajaran, (f) tidak

monoton dalam menggunakan metode, (g) mengajarkan cara

mengajari sesuatu, (h) melakukan penilaian dengan benar

Rudi Hartono dalam kalimatnya juga mengatakan bahwa pembelajaran

dikatakan efektif jika tujuan pembelajaran tercapai. Selain itu pembelajaran yang

dilakukan dapat memberikan pengalaman baru bagi guru ataupun siswa. Untuk

dapat mewujudkan proses pembelajaran yang efektif setidaknya guru haruslah

menguasai bahan ajar dengan baik dan memahami tujuan apa yang ingin dicapai.

Selain itu guru juga dapat menggunakan variasi metode pembelajaran agar siswa

tidak merasa bosan dalam mengikuti proses pembelajaran.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan efektivitas adalah suatu

keadaan dimana pembelajaran yang dilakukan guru bermakna bagi siswa dan

mencapai tujuan yang diinginkan seperti pembentukan keterampilan, atau

menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah pembelajaran berlangsung.

Suatu media pembelajaran dikatakan efektif jika membuat suatu pembelajaran

menjadi menyenangkan dan juga siswa mencapai kompetensi yang diharapkan

yang dapat diukur dengan hasil belajar yang melebihi KKM yang ditetapkan.

Hasil belajar itu sendiri menurut Nana Sudjana (2004:39) dipengaruhi oleh

dua faktor yaitu “(1) faktor dari dalam diri siswa itu,.... (2) faktor yang datang dari

luar diri siswa atau faktor lingkungan, lingkungan belajar yang paling dominan

mempengaruhi hasil belajar di sekolah ialah kualitas pengajaran.” Dari kalimat

Nana Sudjana tersebut faktor dari luar yang mempengaruhi hasil belajar adalah

kualitas pengajaran. Kulitas pengajaran selain dipengaruhi oleh cara guru

mengajar dan metode yang digunakan juga dipengaruhi oleh media pembelajaran

yang digunakan. Melalui media pembelajaran materi yang abstrak dapat dibuat

menjadi kongkrit. Siswa sekolah dasar lebih mudah memahami materi yang

sifatnya nyata sehingga pembelajaran yang menggunakan media akan

mempermudah penanaman konsep sehingga hasil belajar siswa akan menjadi

lebih baik.

24

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Siti fatmawati Utami (2013), dalam skripsi yang berjudul Pengembangan

Media Audio Visual untuk Menunjang Pembelajaran Membaca Indah Tembang

Dolanan pada Siswa Kelas II SD. Hasil penelitianya adalah menunjukkan bahwa

penilaian prototipe dari ahli media sebesar 82,95% termasuk ke dalam kriteria

baik dan dari ahli materi sebesar 75% menunjukkan kriteria cukup. Selanjutnya

prototipe direvisi sesuai saran dari ahli. Namun, tidak semua saran masukan

yang didapat dijadikan sebagai dasar perbaikan karena peneliti mempunyai

konsep, desain serta pertimbangan sendiri. Produk yang sudah direvisi kemudian

diujicobakan pada siswa kelas II AlGhazaly SD Unggulan Muslimat NU Kudus.

Dari hasil uji coba diketahui bahwa terjadi peningkatan presentase sebesar

10,02% dari nilai rata-rata 69,83 menjadi 76,83. Penelitian ini perlu

penyempurnaan dan pengembangan lagi agar bisa menghasilkan produk baru

yang lebih menarik dan menyenangkan untuk menunjang pembelajaran

membaca indah tembang dolanan.

Achmad Nurul Mubin (2012), dalam skripsi yang berjudul

“Pengembangan media ajar berbasis multimedia interaktif dengan memanfaatkan

Macromedia flash profesional 8 untuk siswa kelas V SD pada mata pelajaran IPA

topik pesawat sederhana”. Hasil penelitianya adalah sebuah produk multimedia

interaktif IPA topik pesawat sederhana yang layak digunakan sebagai media

pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan nilai tes siswa yang menunjukkan nilai

rata-rata tinggi diatas KKM sebesar 70, maupun dari validasi pakar dan uji coba.

Validasi materi menunjukkan skor 3,6 yang berada pada kategori baik dan skor

validasi pakar sebesar 3,93 juga berada pada kategori baik. Hasil dari uji coba

terbatas menunjukkan skor 4,5 masuk ke kategori sangat baik dan skor uji coba

luas adalah 4,6 juga masuk ke kategori sangat baik.

Penelitian Fitria Dewi (2005), dalam skripsi yang berjudul

“Pengembangan Media Audio Visual Dalam Pembelajaran Kosakata Bahasa

Inggris Pada Siswa Kelas IV Madrasyah Ibtidaiyyah Negeri (MIN) Bawu

Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara”. Hasil penelitianya adalah hasil uji coba

pada 5 siswa dapat diketahui bahwa nilai t (5,614) > t (2,015) yang berarti

25

menolak hipotesis (H0) dan menerima hipotesis (H1) yang dapat disimpulkan

bahwa pengembangan media VCD Pembelajaran kosakata Bahasa Inggris untuk

siswa kelas IV Madrasyah Ibtidaiyyah Negeri (MIN) Bawu Bataealit Jepara

tingkat efektifitasnya lebih tinggi dari pada media VCD yang ada.

Penelitian Setyaningsih (2012), dalam skripsinya yang berjudul

“Pengembangan Multimedia Pembelajaran dengan Ulead Video Studio Mata

Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Sifat-Sifat Benda Kelas III SD”. Hasil

penelitianya adalah media audio visual VCD pembelajaran memenuhi kriteria

bagus, ditunjukan dengan hasil rata-rata indikator tampilan VCD pembelajaran

sebesar 3,7 (bagus), isi/materi VCD pembelajaran sebesar 4,0 (bagus), pengaruh

VCD pembelajaran terhadap minat sebesar 3,8 (bagus). Dengan demikian kualitas

dari VCD pembelajaran untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang

sifat-sifat benda ini telah layak dijadikan sebagai media dalam pembelajaran.

Penelitian Made Tirta Pertiwi (2012), dalam jurnal ilmiahnya yang

berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran Audio Visual Dalam Mata

Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Pada Siswa Kelas VIII Semester II

Tahun Pelajaran 2012/2013 SMPN 2 Kerambitan Tabanan”. Hasil penelitianya

adalah Review ahli isi mata pelajaran mengenai naskah mencapai 92%

katagori sangat. Review ahli isi mata pelajaran mengenai kualitas media audio

visual mencapai 93% katagori sangat baik, review ahli media pembelajaran

mengenai kualitas media audio visual mencapai 82,5% katagori baik, review

ahli desain pembelajaran mengenai kualitas media audio visual mencapai

86,2% katagori baik. Uji coba perorangan mencapai 84,67% katagori baik, uji

coba kelompok kecil mencapai 89% katagori baik, dan uji coba lapangan

mencapai 87,70% katagori baik. Daftar kajian hasil penelitian yang relevan

dicantumkan pada tabel 1.

26

Tabel 1

Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

No Nama Variabel X Variabel Y Hasil

1 Siti Fatmawati

(2013)

Pengembangan

Media Audio

Visual

Hasil Belajar Meningkat 10,02%

dari nilai rata-rata

69,83 menjadi

76,83

2 Achmad Nurul

Mubin (2012)

Pengembangan

media ajar

berbasis

multimedia

interaktif dengan

memanfaatkan

Macromedia flash

profesional 8

Hasil Belajar diatas KKM sebesar

70

3 Fitria Dewi

(2005)

Pengembangan

Media Audio

Visual Dalam

Pembelajaran

Kosakata Bahasa

Inggris

Efektifitas t (5,614) > t (2,015)

yang berarti

menolak hipotesis

(H0) dan menerima

hipotesis (H1) yang

artinya media yang

dibuat efektif.

4

5

Setyaningsih

(2012)

Made Tirta

Pertiwi (2012)

Pengembangan

Multimedia

Pembelajaran

dengan Ulead

Video Studio

Pengembangan

media

pembelajaran

audio visual

dalam mata

pelajaran PKn

Hasil Belajar

Efektifitas

Nilai terendah 6,5

dan tertinggi 9,5

sedangkan nilai

rata-rata adalah 7,9

Uji coba

perorangan

mencapai 84,67%

kategori baik, uji

coba kelompok

kecil 89% kategori

baik, uji coba

lapangan mencapai

87,70% kategori

baik

2.3 Kerangka Pikir

Munculnya kurikulum 2013 yang mengharuskan proses pembelajaran

menempuh langkah mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,

mengasosiasikan/ mengolah informasi, serta mengkomunikasikan. Langkah-

langkah tersebut sesuai dengan pendekatan saintifik. Munculnya kurikulum 2013

membuat sebagian sekolah binggung, terutama mengenai media pembelajaran

27

yang mereka miliki. Media pembelajaran yang ada di sekolah rata-rata belum

menerapkan prinsip saintifik yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan

informasi, mengasosiasikan/mengolah informasi, serta mengkomunikasikan.

Dengan adanya pengembangan media pembelajaran yang menerapkan prinsip

saintifik maka akan membantu pemerintah dalam menerapkan kembali kurikulum

2013. Dengan mengembangkan media berbasis saintifik maka akan membiasakan

siswa melakukan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik. Selain itu

karena media pembelajaran dikembangkan berbasis audio dan visual maka akan

cocok bagi tipe belajar anak yang senang belajar dengan mendengarkan dan juga

melihat. Media ini juga dikembangkan untuk membantu mengkongkritkan materi

yang bersifat abstrak bagi siswa. Dengan penggunaan media pembelajaran ini

siswa akan lebih mudah mempelajari materi. Siswa akan melakukan pembelajaran

belajar sambil melihat dan mendengar, sehingga akan membuat pembelajaran

lebih mudah dipahami oleh siswa. Pembelajaran dengan media yang

dikembangkan juga membuat pembelajaran tidak seperti pembelajaran yang

dilakukan sehari-hari sehingga pembelajaran akan terasa lebih menyenangkan.

Selain itu materi pelajaran dalam media pembelajaran ini disajikan dengan jelas

dan menarik sehingga mudah dipahami oleh siswa. Pembelajaran yang

menyenangkan dan penyajian materi yang jelas akan mendorong semangat belajar

siswa sehingga hasil belajar siswa akan naik. Kita ketahui bersama bahwa hasil

belajar siswa dipengaruhi oleh banyak sekali faktor, salah satunya adalah media

pembelajaran yang digunakan. Melalui media yang dikembangkan pembelajaran

akan lebih bermakna dan menyenangkan sehingga motivasi siswa untuk belajar

tinggi. Dari motivasi belajar yang tinggi tersebut maka akan membuat hasil

belajar siswa meningkat. Dengan demikian pembelajaran akan menjadi efektif.

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir yang telah dikemukakan, maka hipotesis

tindakan sebagai jawaban sementara dalam penelitian ini adalah:

Media pembelajaran audio visual powerpoint mata pelajaran Matematika yang

dikembangkan dengan menerapkan kerangka kerja saintifik efektif dalam

pembelajaran di kelas 5 Sekolah Dasar.