Pengaruh Sistem Pengukuran Kinerja dan Remunerasi ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of Pengaruh Sistem Pengukuran Kinerja dan Remunerasi ...
Pengaruh SPK dan Remunerasi thdp Kinerja Pegawai………
SimposiumNasionalAkuntansi XX, Jember, 20171
Pengaruh Sistem Pengukuran Kinerja dan
Remunerasi terhadap Kinerja Pegawai dengan
Budaya Organisasi sebagai Variabel Moderating Poster paper
Dewi Noor F Rokhimakhumullah Universitas Negeri Malang
Rosidi Universitas Brawijaya Malang
NamaPenulisPertama Afiliasi
e-mail address
Penulis Paper Kedua afiliasi
e-mail address Roekhudin
Universitas Brawijaya Malang [email protected]
Penulis Paper Ketiga Afiliasi
e-mail address
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh sistem pengukuran kinerja dan
remunerasi terhadap kinerja pegawai dengan budaya organisasi sebagai variabel
moderating. Penelitian ini menggunakan desain penelitian survey dengan analisis data
menggunakan Partial Least Square (PLS). Responden dalam penelitian ini adalah pegawai
yang memiliki jabatan struktural di KPP Madya Malang dan KPP Pratama Batu yang
berjumlah 66 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pengukuran kinerja mampu
meningkatkan kinerja pegawai. Hasil penelitian membuktikan bahwa budaya organisasi
sebagai variabel moderating dapat memperkuat hubungan sistem pengukuran kinerja dan
remunerasi terhadap kinerja pegawai. Selain itu hasil penelitian tidak dapat membuktikan
bahwa remunerasi dapat meningkatkan kinerja pegawai, karena remunerasi yang diberikan
oleh direktorat jenderal pajak tanpa disertai dengan penilaian kinerja yang baik..
Kata Kunci : Sistem pengukuran kinerja, remunerasi, budaya organisasi, kinerja pegawai
1. Pendahuluan
Organisasi telah berusaha untuk mengembangkan sistem pengukuran kinerja untuk memberikan
informasi kepada manajer dan karyawan agar dapat membantu mengelola operasi organisasi mereka
(Fullerton dan McWatters, 2002; Ittner, et al., 2003; Lillis, 2002; Malina dan Selto, 2001; Ullrich dan
Tuttle, 2004; Hall, 2008). Demikian juga dalam organisasi sektor publik sangat perlu diberlakukan
sistem pengukuran kinerja. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) merupakan salah satu organisasi
pemerintah yang sangat vital bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Organisasi ini
memiliki fungsi yang penting dalam penerimaan negara, sehingga perlu diterapkan suatu sistem
pengukuran kinerja.
Pengaruh SPK dan Remunerasi thdp Kinerja Pegawai………
SimposiumNasionalAkuntansi XX, Jember, 20172
Sistem pengukuran kinerja yang selama ini diterapkan oleh DJP berupa Indikator Kinerja Utama
(IKU) pegawai. IKU merupakan tolak ukur pencapaian sasaran strategis yang dapat dicapai oleh
masing-masing pegawai. Selain penerapan sistem pengukuran kinerja yang efektif, remunerasi di
pemerintahan juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kebijakan reformasi birokrasi.
Pemberian remunerasi dengan ditentukan berdasarkan grading terkait dengan pelaksanaan penilaian
kinerja di lingkungan DJP masih merupakan isu yang baru, sehingga sangat menarik dilakukan
penelitian.
Hasil penelitian sebelumnya yang diperoleh menunjukkan bahwa hubungan antara sistem
pengukuran kinerja dan remunerasi terhadap kinerja pegawai menunjukkan hasil yang tidak konsisten
(Hoque dan James, 2000; Mintje, 2013; Kald and Nilsson, 2000). Adanya perbedaan hasil penelitian
tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti kembali dengan menggunakan teori kontijensi
(Govindarajan, 1986) dengan penambahan variabel budaya organisasi (Robbins, 2003) sebagai
variabel moderating. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pegawai Kantor Pelayanan
Pajak Madya Malang dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batu, karena kedua KPP ini telah
mendapat peringkat pertama nasional untuk pencapaian kinerja.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah sistem pengukuran kinerja dan remunerasi
dapat mempengaruhi kinerja pegawai dengan dimoderasi oleh budaya organisasi.Berdasarkan
permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian adalah untuk menguji pengaruh sistem pengukuran
kinerja dan remunerasi terhadap kinerja pegawai dengan budaya organisasi sebagai variabel
moderating.
2. Kerangka Teori dan Pengembangan Hipotesis
Sistem pengukuran kinerja merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan oleh perusahaan
dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi. Sistem pengukuran kinerja menyediakan sarana
kerjasama manajemen dalam mencapai tujuan organisasi dan merupakan alat yang digunakan oleh
manajemen senior untuk memilih ukuran-ukuran yang mewakili strategi perusahaan. Strategi yang
terpilih akan mendefinisikan faktor kunci keberhasilan dari operasi sistem pengendalian manajemen
Pengaruh SPK dan Remunerasi thdp Kinerja Pegawai………
SimposiumNasionalAkuntansi XX, Jember, 20173
(Chenhall, 2003; Henri,2006). Hubungan ini sejalan dengan teori sistem pengendalian managemen
yang mengemukakan bahwa ketika perusahaan melakukan sistem pengendalian maka perusahaan
dapat mengawasi setiap aktivitas-aktivitas operasional yang ada, jika hal ini dilakukan maka
manajemen dapat melakukan tindakan sebagai evaluasi kinerja. Hasil penelitian Rahman, dkk (2007)
dan Mintje (2013); menemukan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan antara sistem pengukuran
kinerja dan kinerja karyawan.
Untuk meningkatkan kinerja pegawai, maka organisasi juga perlu memperhatikan imbal jasa
yang diberikan kepada pegawai atas kinerja yang dihasilkan, yakni dengan pemberian remunerasi.
Remunerasi berpotensi sebagai salah satu sarana terpenting dalam membentuk perilaku dan
memengaruhi kinerja pegawai. Pemberian remunerasi dalam jumlah yang tinggi kepada pegawai
dapat meningkatkan motivasi pegawai (Rowley and Jackson, 2010:281). Penelitian Wilfred, et al
(2014); dan Fitria, dkk (2014) menemukan pengaruh positif dan signifikan antara remunerasi dan
kinerja pegawai.
Berdasarkan teori kontinjensi tidak terdapat sistem pengendalian yang secara universal selalu
tepat untuk bisa diterapkan pada seluruh organisasi dalam setiap keadaan (Fisher,1998). Suatu sistem
pengendalian akan berbeda-beda di tiap-tiap organisasi yang berdasarkan pada faktor organisatoris
dan faktor situasional. Sehingga penelitian mengenai pengaruh sistem pengukuran kinerja dan
remunerasi terhadap kinerja sering terjadi perbedaan. Untuk menyelesaikan perbedaan dari berbagai
hasil penelitian tersebut dengan menggunakan pendekatan kontijensi (contingency approach) yang
mengevaluasi berbagai faktor kondisional atau variabel yang dapat memengaruhi efektivitas sistem
pengukuran kinerja terhadap kinerja pegawai (Govindarajan, 1986).
Para peneliti telah membuktikan bahwa keefektifan sistem pengukuran kinerja dan remunerasi
tergantung pada faktor kontekstual organisasional dan sifat psikologis pegawai (Brownell,1981, 1982;
Govindarajan,1986; Chenhall and Brownell,1988; Mia,1988). Faktor kontekstual dan psikologis
pegawai terdiri atas bermacam-macam variabel, tetapi penelitian ini menggunakan budaya organisasi
sebagai variabel kontijensi sebagai model prediksi. Budaya organisasi dapat digunakan sebagai
variabel moderating karena dapat memperkuat hubungan sistem pengukuran kinerja dan remunerasi
Pengaruh SPK dan Remunerasi thdp Kinerja Pegawai………
SimposiumNasionalAkuntansi XX, Jember, 20174
terhadap kinerja pegawai (Hoftsede et al., 1990; Goddard, 1997; O'Connor, 1995; Subramaniam dan
Ashkanasy, 2001; Sardjito, dkk., 2007).
Budaya organisasi dipengaruhi dan memengaruhi perilaku anggota organisasi. Budaya organisasi
tercipta dari ide pendiri organisasi yang kemudian menjadi identitas organisasi yang membedakan
dengan organisasi lain (Robbins, 2003). Selanjutnya, budaya organisasi berperan sebagai mekanisme
kendali yang membentuk sikap dan perilaku karyawan (Robbins, 2003), artinya budaya memiliki
pengaruh yang besar dalam membentuk perilaku anggota organisasi karena tingginya tingkat
kebersamaan dan intensitas menciptakan suatu kondisi kerja yang efektif dan efisien.
Gambar 1
Kerangka Konseptual Penelitian
SPK : Sistem Pengukuran Kinerja
R : Remunerasi
KP : Kinerja Pegawai
BO : Budaya Organisasi
2.1. Sistem Pengukuran Kinerja dan Kinerja Pegawai
Sistem pengukuran kinerja merupakan suatu proses organisasi dalam menilai kinerja para
pegawai yang dapat memengaruhi kemungkinan bahwa organisasi tersebut telah
mengimplementasikan strateginya dengan berhasil (Anthony dan Govindarajan, 1998). Sistem
pengukuran kinerja dapat memandu proses pengambilan keputusan dan membantu mengevaluasi
keputusan di masa lalu (Malina and Selto, 2001) untuk memperbaiki kinerja berdasarkan standar yang
telah ditetapkan terlebih dahulu agar berhasil dalam menerapkan strategi perusahaan.
Sistem pengukuran kinerja yang digunakan oleh DJP berupa IKU (Indikator Kinerja Utama)
yang merupakan tolak ukur pencapaian sasaran strategis yang dapat dicapai oleh masing-masing
pegawai. Dengan adanya IKU, maka kepala bagian dapat senantiasa memonitor sejauhmana kinerja
pegawainya dan dapat segera melakukan perbaikan bilamana kinerja pegawai tidak sesuai dengan
target. Untuk itu, dengan adanya sistem pengukuran kinerja yang terukur dapat meningkatkan kinerja
pegawai.
R
KP
Pegawa
i
SPK
BO
Organ
isasi
Pengaruh SPK dan Remunerasi thdp Kinerja Pegawai………
SimposiumNasionalAkuntansi XX, Jember, 20175
Menurut Rahman, Nasir, dan Handayani (2007), Tupamahu (2009), Tarigan (2011) sistem
pengukuran kinerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja. Dengan adanya sistem
pengukuran kinerja, maka atasan senantiasa dapat memonitor dan melakukan evaluasi terhadap hasil
kerja dari para pegawai. Kim and Larry (1998) menyatakan bahwa pengukuran kinerja mengenai
kualitas dalam aktivitas operasional perusahaan dapat mendorong kinerja pegawai menjadi lebih baik.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem pengukuran kinerja dapat
memberikan informasi yang tepat guna pengambilan keputusan terkait kinerja suatu organisasi
melalui kinerja pegawainya. Sistem pengukuran kinerja yang dilakukan dengan baik oleh suatu
organisasi, maka akan dapat mendorong pegawai untuk memberikan kontribusi yang baik bagi
organisasi tersebut.
H1. Sistem Pengukuran Kinerja Berpengaruh Positif terhadap Kinerja Pegawai
2.2. Remunerasi dan Kinerja Pegawai
Renumerasi sebagai bagian dari reformasi birokrasi merupakan terobosan untuk mendorong
individu dan organisasi memiliki kinerja yang baik. Remunerasi yang telah menjadi kebajikan
pemerintah di organisasi sektor publik, mengharuskan pegawai bekerja lebih profesional dan tepat
sasaran. Remunerasi dalam sektor publik disebut dengan tunjangan kinerja, yang berfungsi sebagai
sarana untuk meningkatkan kinerja pegawai sektor publik, khususnya di lingkungan DJP dalam
melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenang dalam pemungutan pajak guna mendukung penerimaan
negawa dari sektor perpajakan yang berdasarkan atas capaian kinerja penerimaan pajak yang telah
ditetapkan (Perpres No.37 tahun 2015).
Ukuran profesionalisme pegawai dan mampu atau tidaknya seorang pegawai dalam
melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya diukur dari hasil penilaian kinerjanya, hasil
penilaian kinerja seorang pegawai diharapkan dapat memberikan bahan untuk evaluasi kinerja
seorang pegawai dan berpengaruh terhadap penentuan grade remunerasi yang diterima seorang
pegawai berdasarkan tugas yang dibebankan kepadanya. Hasil penelitian Widyastuti (2010), Sancoko
(2010), Santoso (2013), Wilfred, et al (2014); dan Fitria, dkk (2014) menemukan pengaruh positif dan
signifikan antara remunerasi dan kinerja pegawai.
Pengaruh SPK dan Remunerasi thdp Kinerja Pegawai………
SimposiumNasionalAkuntansi XX, Jember, 20176
Berdasarkan uraian diatas, dapat Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
penelitian tentang pengaruh remunerasi terhadap kinerja pegawai menunjukkan temuan yang
inkonklusif. Individu yang bekerja pada suatu organisasi mengharapkan pemberian remunerasi yang
adil dan layak untuk memenuhi kebutuhan hidup. Remunerasi yang adil dan layak mampu
memotivasi produktivitas kerja dan meningkatkan kinerja pegawai.
H2. Remunerasi berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai
2.3 Sistem Pengukuran Kinerja, Budaya Organisasi, dan Kinerja Pegawai
Berdasarkan teori kontijensi, sistem pengendalian akan berbeda setiap organisasi tergantung
faktor organisatoris dan faktor situasional pada organisasi tersebut. Pengaruh sistem pengukuran
kinerja kemungkinan dipengaruhi oleh variabel lain, salah satunya budaya organisasi. Menurut Schein
(1996) kegagalan yang paling mencolok dari sistem penilaian kinerja adalah karena sistem yang
sangat sederhana tidak mengakui realitas pekerjaan dan budaya organisasi. Seharusnya, penilaian
kinerja dikaitkan dengan budaya organisasi sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk
mengungkapkan seberapa baik karyawan berkinerja sesuai dengan budaya organisasi.
Beberapa penelitian menggunakan budaya organisasi sebagai faktor kontijensi, antara lain
penelitian yang dilakukan oleh Hoftsede et al., 1990; Goddard, 1997; O'Connor, 1995; Subramaniam
dan Ashkanasy, 2001; Sardjito, dkk., 2007, yang menggunakan budaya organisasi sebagai variabel
moderating. Budaya organisasi yang dianut oleh KPP Madya Malang dan KPP Pratama Batu diyakini
merupakan faktor utama yang menyebabkan kesuksesan kinerja organisasi. Hal ini didukung dengan
penerapan nilai-nilai budaya organisasi yang diterpakan di kedua KPP tersebut menyebabkan
karyawan mempunyai nilai, keyakinan, dan perilaku yang sesuai dengan budaya yang ada. Budaya
organisasi yang kuat akan memicu pegawai untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai
organisasi yang meliputi integritas, profesionalisme, seinergi, pelayanan dan kesempurnaan, sehingga
kesesuaian ini dapat mendorong pegawai untuk meningkatkan kinerjanya menjadi lebih baik, dalam
mewujudkan kualitas dan kuantitas kinerjanya.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem pengukuran kinerja yang dikaitkan
dengan budaya organisasi menghasilkan kinerja yang semakin baik. Sistem pengukuran kinerja yang
Pengaruh SPK dan Remunerasi thdp Kinerja Pegawai………
SimposiumNasionalAkuntansi XX, Jember, 20177
baik akan mendorong penerapan budaya organisasi yang sesuai dengan visi dan misi organisasi,
sehingga dapat meningkatkan kualitas kinerja.
H3. Pengaruh Positif Sistem Pengukuran Kinerja terhadap Kinerja Pegawai diperkuat oleh Budaya
Organisasi
2.4 Remunerasi, Budaya Organisasi, dan Kinerja Pegawai
Kondisi lingkungan yang cenderung berubah sangat memengaruhi budaya suatu organisasi.
Budaya organisasi yang kuat mendorong inisiatif individual, yaitu tingkat tanggung jawab, kebebasan
atau indepedensi yang dimiliki setiap anggota organisasi dalam mengemukakan pendapat. Inisiatif
individual tersebut perlu dihargai oleh kelompok atau pimpinan suatu organisasi sepanjang
menyangkut ide untuk memajukan dan mengembangkan organisasi (Robbins, 2003:279),
penghargaan yang didapat oleh individu atas inisiatifnya biasanya berupa remunerasi. Sebaliknya,
budaya organisasi yang lemah dapat menimbulkan kontraproduktif yang berdampak buruk pada iklim
kerja dan kinerja.
Budaya organisasi KPP Madya Malang dan KPP Pratama Batu merupakan sistem nilai yang
diyakini oleh para pegawai, yang dipelajari, diterapkan, dan dikembangkan secara berkesinambungan,
berfungsi sebagai sistem perekat, serta dijadikan aturan perilaku dalam organisasi untuk mencapai
tujuan KPP yang telah ditetapkan. Apabila budaya organisasi bermanfaat bagi pegawainya (misalnya,
memperhatikan karyawan yang berorientasi pada prestasi, keadilan dan sportivitas), maka dapat
diharapkan adanya peningkatan kinerja yang lebih baik. Sebaliknya, bilamana budaya organisasi yang
ada bertentangan dengan tujuan, kebutuhan dan motivasi pribadi, kemungkinan yang timbul adalah
kinerja berkurang. Dengan kata lain, suatu organisasi ditentukan oleh interaksi antara kebutuhan
individu dengan budaya organisasi yang ada dalam organisasi tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa budaya sangat berperan dalam
memengaruhi perilaku dan kinerja pegawai. Perilaku pegawai dapat diapresiasi dengan pemberian
remunerasi. Sehingga hubungan remunerasi dan kinerja dapat diperkuat dengan adanya budaya
organiasi yang kuat.
H4. Pengaruh Positif Remunerasi terhadap Kinerja Pegawai diperkuat oleh Budaya Organisasi
Pengaruh SPK dan Remunerasi thdp Kinerja Pegawai………
SimposiumNasionalAkuntansi XX, Jember, 20178
3. Metode Penelitian
3.1 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai yang memiliki jabatan struktural di KPP
Madya Malang dan KPP Pratama Batu, yang berjumlah 189 orang , karena telah menggunakan IKU
dan telah menerima remunerasi sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Tabel 1
Populasi Penelitian KPP Jumlah Pegawai (orang)
Madya Malang 114
Pratama Batu 75
Jumlah 189
Sumber : sikka-djp, 2015
Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah teknik cluster sampling, yaitu
pemilihan sejumlah sampel dari suatu populasi secara acak pada suatu kluster tertentu. Alasan
penggunaan teknik ini adalah populasi tersebar di dua KPP, sehingga penggunaan teknik ini dapat
mendapatkan sampel penelitian yang akurat (dapat mewakili setiap KPP).
Tabel 2
Sampel Penelitian KPP Sampel (orang)
Madya Malang 40
Pratama Batu 26
Jumlah 66
Sumber : data diolah, 2015
3.2 Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam oleh peneliti adalah data primer yang diperoleh langsung dari
responden. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan memberikan sejumlah item
pernyataan dengan format tertutup yang berbentuk kuisioner kepada responden.
Penelitian ini menggunakan instrument dari penelitian sebelumnya yang telah teruji validitas dan
reabilitasnya, namun beberapa instrument yang peneliti kembangkan sendiri. Oleh karena itu perlu
dilakukan uji instrument. Uji instrument terdiri atas uji pilot dan uji lapangan akhir. Uji pilot
digunakan untuk meyakinkan bahwa item-item kuisioner telah mencukupi, benar, dan dapat dipahami
(Hartono dan Abdillah, 2015:69). Ukuran sampel pada uji pilot sekitar 10-30 responden. Uji pilot
dalam penelitian ini akan melibatkan responden yang memiliki karakteristik yang hampir sama
Pengaruh SPK dan Remunerasi thdp Kinerja Pegawai………
SimposiumNasionalAkuntansi XX, Jember, 20179
dengan sampel yang akan diteliti, yaitu yang telah menggunakaan sistem pengukuran kinerja berupa
IKU dan sudah menerima remunerasi, meliputi pegawai pajak di KPP Pratama Malang Utara yang
berjumlah 33 orang.
Setelah instrument dinyatakan valid dan realibel, maka selanjutnya dilakukan penyebaran
kuisioner pada responden penelitian dan melaksanakan uji lapangan akhir. Selanjutnya pengujian
akhir dilakukan apabila data kuisioner telah terkumpul.
3.3 Definisi Operasional dan Teknik Pengukuran Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan empat variabel penelitian. Variabel-variabel tersebut adalah kinerja
pegawai, sistem pengukuran kinerja, remunerasi, dan budaya organisasi. Variabel dependen, variabel
independen, dan variabel moderating diukur dengan menggunakan skala likert yang sudah
dimodifikasi (Arikunto, 2010:222), dengan empat alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju (SS) diberi
bobot 4, Setuju (S) diberi bobot 3, Tidak Setuju (TS) diberi bobot 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS)
diberi bobot 1.Definisi operasional dan pengukuran setiap variabel penelitian dijelaskan sebagai
berikut :
1. Kinerja Pegawai (Y) sebagai variabel dependen
Kinerja pegawai merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Robbins,
2003:7). Kinerja pegawai di sektor publik adalah hasil kinerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang
diberikan kepadanya. Hasil kinerja dapat dilihat dari besarnya capaian atau realisasi anggaran yang
telah dibuat. Indikator yang dikembangkan merujuk dari teori Bernadin and Russel (2003) yang telah
digunkan oleh penelitian sebelumnya, yaitu penelitian Kawedar (2015) dan Rusman (2015). Adapun
indikator-indikator untuk mengukur kinerja antara lain (Bernadin and Russel, 2003) :
1. Kualitas kerja (Quality of work)
2. Kuantitas kerja (Quantity of work)
3. Pengetahuan tentang pekerjaan (Job Knowledge)
4. Kerja sama (Cooperation)
5. Kreativitas (Creativeness)
Pengaruh SPK dan Remunerasi thdp Kinerja Pegawai………
SimposiumNasionalAkuntansi XX, Jember, 201710
6. Inisiatif (Initiative)
7. Kepercayaan dan keandalan (Dependability)
2. Variabel Independen
Penelitian ini menggunakan dua variabel independen, yaitu sistem pengukuran kinerja dan
remunerasi. Setiap variabel independen dijelaskan sebagai berikut :
a. Sistem Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi dan
personelnya, berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya (Mulyadi,
2007:2). KMK No. 467 /KMK.01/2014 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Kementerian
Keuangan, menyebutkan tujuan penilaian kinerja pegawai adalah untuk menjadi dasar penataan
pegawai, dasar pertimbangan pemberian penghargaan pegawai, mengembangkan iklim kerja yang
kondusif dan kompetitif, mewujudkan pegawai yang kompeten dan memiliki motivasi tinggi serta
memberikan kontribusi maksimal pada unit kerja, membangun komunikasi efektif dan hubungan yang
harmonis antara bawahan dan atasan, dan menumbuhkan tingkat kepuasan pegawai. Indikator sistem
pengukuran kinerja menggunakan indikator yang telah disahkan dalam KMK. Indikator penentuan
IKU menurut KMK No. 467 /KMK.01/2014 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Kementerian
Keuangan adalah :
1. Menganut prinsip SMART-C (Specific, Measurable, Agreeable, Realistic, Time-bounded,
Continously Improved).
2. Kalimat yang disusun harus bersifat definitive bukan normative, sehingga tidak menimbulkan
pengertian ganda.
3. Mencerminkan keseluruhan tugas dan fungsi organisasi/pegawai.
4. Suatu organisasi/pegawai yang memiliki Peta Strategi hendaknya memiliki tidak lebih dari 25
IKU.
5. Suatu organisasi/pegawai yang tidak memiliki Peta Strategi hendaknya memiliki tidak lebih
dari 10 IKU.
6. Dalam penyusunan IKU dimungkinkan adanya sub IKU.
b. Remunerasi
Pengaruh SPK dan Remunerasi thdp Kinerja Pegawai………
SimposiumNasionalAkuntansi XX, Jember, 201711
Menurut Deluca (1993) remunerasi merupakan jumlah pembayaran yang diberikan kepada
karyawan berdasarkan layanan yang telah diberikan. Renumerasi dalam sektor publik disebut dengan
tunjangan kinerja. Menurut Peraturan Presiden No.37 Tahun 2015 tentang Tunjangan Kinerja
Pegawai di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, tunjangan kinerja diberikan untuk meningkatkan
kinerja pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak dalam melaksanakan fungsi, tugas, dan
wewenang dalam pemungutan pajak guna mendukung penerimaan negara dari sektor perpajakan yang
berdasarkan atas capaian kinerja penerimaan pajak yang ditetapkan. Penelitian ini menggunakan
indikator remunerasi yang dikembangkan oleh Kawedar (2015), yakni berdasarkan capaian realisasi
anggaran, masa kerja, beban kerja, pengalaman kerja, dan capaian kinerja pegawai.
c. Budaya Organisasi sebagai Variabel Moderating
Sistem penilaian kinerja dapat membantu menemukan dan merumuskan aspek-aspek penting dari
budaya dengan spesifikasi perilaku dan kompetensi yang karyawan untuk menyumbang keberhasilan
organisasi, unit, kelompok, atau posisi (Schein, 1996). Budaya organiasi mendorong adanya inisiatif
individual tersebut perlu dihargai oleh kelompok atau pimpinan suatu organisasi sepanjang
menyangkut ide untuk memajukan dan mengembangkan organisasi (Robbins, 2006), penghargaan
yang didapat oleh individu atas inisiatifnya dapat berupa remunerasi. Indikator yang digunakan
berdasar pada teori budaya organisasi Robbins (2006:721), karena budaya di KPP bersifat homogen.
Indikator yang digunakan untuk mengukur budaya, yaitu:
1. Orientasi orang.
2. Inovasi dan pengambilan risiko.
3. Perhatian terhadap detail.
4. Orientasi hasil.
5. Kemantapan.
6. Orientasi tim.
7. Keagresifan.
3.4 Metode Analisis Data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Partial Least Square (PLS)
dengan bantuan aplikasi SmartPLS 2.0. Model analisis dengan menggunakan PLS menggunakan
Pengaruh SPK dan Remunerasi thdp Kinerja Pegawai………
SimposiumNasionalAkuntansi XX, Jember, 201712
beberapa tahapan, yaitu merancang model struktural (inner model), merancang model pengukuran
(outer model), dan mengkonstruksi diagram jalur. Model persamaan inner model dapat disusun
sebagai berikut :
KP = γ1SPK + γ2R + β1SPK*BO + β2R*BO + e
Outer model atau model pengukuran menggambarkan hubungan antara blok indiktor dengan
variabel latennya (Hartono dan Abdillah, 2015:194). Adapun gambar hubungan reflektif antar
konstruk dan indikator dijelaskan melalui gambar 2
Gambar 2
Diagram Jalur Antar Variabel
Keterangan :
KP = Variabel laten kinerja pegawai
Y1.1-7 = Konstruk dimensi kinerja pegawai
SPK = Variabel laten sistem pengukuran kinerja
X1.1 = Konstruk dimensi sistem pengukuran kinerja
R = Variabel laten remunerasi
X2.1 = Konstruk dimensi remunerasi
BO = Variabel laten budaya organisasi
BO1-7 = Konstruk dimensi budaya organisasi
SPK*BO = Variabel laten sistem pengukuran kinerja budaya organisasi
R*BO = Variabel laten remunerasi budaya organisasi
3.5 Evaluasi Model
Analisis outer model digunakan untuk mengetahui tingkat validitas dan reabilitas konstruk. Inner
model dievaluasi dengan menggunakan Q2 predictive relevance atau sering disebut predictive sample
reuse (Ghozali, 2011:26). Hipotesis dalam penelitian ini merupakan hipotesis one-tailed, sehingga
untuk tingkat alpha 5 persen, maka hipotesis penelitian diterima apabila nilai t-statistic ≥ 1,64.
Pengaruh SPK dan Remunerasi thdp Kinerja Pegawai………
SimposiumNasionalAkuntansi XX, Jember, 201713
4. Hasil
4.1 Deskripsi Data Demografi Responden
Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah pegawai pajak yang memiliki jabatan
struktural di Kantor Pelayanan Pajak Madya Malang dan Pratama Batu. Jumlah responden yang
digunakan sejumlah 66 orang pegawai.
Jumlah kuisioner yang dikirim sebanyak 66 kuisioner, yakni 40 kuisioner ditujukan untuk
pegawai di KPP Madya Malang dan 26 kuisioner untuk pegawai KPP Pratama Batu. Semua
responden merupakan Pegawai Negeri Sipil dan telah mendapatkan pendidikan formal dan mengikuti
pelatihan yang relevan dengan jabatan masing-masing. Untuk mendapatkan gambaran mengenai
responden, peneliti melakukan perhitungan frekuensi berdasarkan kriteria yang ditentukan.
4.2 Evaluasi Model
Untuk meningkatkan nilai AVE dari konstruk budaya organisasi, peneliti menghapus dua
indikator terkait konstruk budaya organisasi yang memiliki nilai outer loading kurang dari 0,50.
Indikator tersebut adalah BO2, BO3, BO8, BO10, BO11, BO12, BO13, dan BO14. Selain itu, untuk
meningkatkan validitas diskriminan indikator SPK 5, SPK6, R1, R3, KP1, dan KP19 karena memiliki
nilai outer loading kurang dari 0,50. Hasil pengujian algoritma setelah terjadi pengurangan indikator
konstruk disajikan berdasarkan tabel 3 berikut:
Tabel 3
Hasil Pengujian Algoritma
AVE
Composite
Reliability
R
Square
Cronbachs
Alpha Communality Redundancy
BO 0,508523 0,857146 0,000000 0,799339 0,508523 0,000000
KP 0,508616 0,948144 0,866679 0,941858 0,508616 0,066449
R 0,833675 0,95241 0,000000 0,932908 0,833675 0,000000
SPK 0,646048 0,934073 0,000000 0,916395 0,646048 0,000000
Sumber : Data diolah 2016
Keterangan : KP = Kinerja Pegawai, SPK = Sistem Pengukuran Kinerja, R= Remunerasi, BO = Budaya
Organisasi
Validitas konvergen dapat dilihat pada tabel 3 yang menunjukkan nilai AVE dan communality
seluruh konstruk lebih dari 0,50. Dengan demikian, nilai AVE dan communality telah memenuhi rule
of thumb uji validitas konvergen (Chin, 1995 dalam Hartono dan Abdillah, 2015:195). Hal ini,
mengindikasikan bahwa data telah valid untuk dilakukan pengujian berikutnya.
Pengaruh SPK dan Remunerasi thdp Kinerja Pegawai………
SimposiumNasionalAkuntansi XX, Jember, 201714
Hasil uji validitas diskriminan berdasarkan nilai cross loading (lampiran) adalah nilai cross
loading pada masing-masing indikator konstruk memiliki nilai yang lebih tinggi atau mengumpul
pada konstruk yang telah ditetapkan. Hal ini membuktikan bahwa setiap konstruk dapat memprediksi
indikator pada blok mereka lebih baik dibandingkan dengan indikator blok lainnya.
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa reliabilitas semua konstruk memiliki nilai composite
reliability >0,60 dan cronbach’s alpha lebih dari 0,70. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
indikator setiap konstruk telah reliabel.
Nilai R2 kinerja pegawai seperti terlihat pada tabel 3 adalah 0,866679. Ini menjelaskan bahwa
konstruk kinerja pegawai dapat dijelaskan 86% melalui konstruk sistem pengukuran kinerja,
remunerasi, dan budaya organisasi; sedangkan 14% dijelaskan melalui konstruk di luar model.
Apabila nilai Q2 lebih besar dari nol, menunjukan inner model memiliki predictive relevance.
Nilai Q2 dihitung dengan formula:
Q2 = 1 – (1 – R2)
Q2 = 1 – (1 – 0,7511)
Q2 = 0,7511
Hasil penghitungan menunjukkan nilai Q2 untuk inner model sebesar 0,7511 yang berarti model
penelitian ini memiliki predictive relevance yang besar, karena nilainya lebih besar dari nol sehingga
layak digunakan untuk pengujian hipotesis.
4.3 Pengaruh Sistem Pengukuran Kinerja Terhadap Kinerja Pegawai
Hipotesis pertama dalam penelitian ini menyatakan bahwa sistem pengukuran kinerja
berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai. Pengujian hipotesis memperlihatkan hasil yang
mendukung hipotesis awal. Dengan deminikian dapat dikatakan bahwa temuan ini mendukung
hipotesis pertama.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya, yakni penelitian Rahman, dkk
(2007), Tupamahu (2009), dan Tarigan (2011) yang menyatakan bahwa sistem pengukuran kinerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja. Sistem pengukuran kinerja dapat membantu
proses pengambilan keputusan dan membantu mengevaluasi keputusan di masa lalu (Malina and
Selto, 2001) untuk memperbaiki kinerja berdasarkan standar yang telah ditetapkan terlebih dahulu
Pengaruh SPK dan Remunerasi thdp Kinerja Pegawai………
SimposiumNasionalAkuntansi XX, Jember, 201715
agar berhasil dalam menerapkan strategi perusahaan. Temuan ini juga mendukung teori sistem
pengendalian manajemen.
Pengukuran kinerja atau penilaian kinerja tidak sekadar menilai, yaitu mencari pada aspek-aspek
apa pegawai kurang atau lebih, tetapi lebih luas lagi yaitu membantu pegawai untuk mencapai kinerja
yang diharapkan oleh organisasi dan berorientasi pada pengembangan pegawai ataupun organisasi.
Pengukuran kinerja harus dikaitkan dengan usaha pencapaian kinerja yang diharapkan, maka
sebelumnya harus ditentukan tujuan-tujuan setiap pekerjaan, kemudian penentuan standar atau
dimensi-dimensi kinerja serta ukurannya, diikuti dengan penentuan metode penilaian, pelaksanaan,
dan evaluasi (Hariandja, 2002: 198).
Sistem pengukuran kinerja yang diterapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) berupa Indikator
Kinerja Utama (IKU) dapat menjadi tolak ukur pencapaian sasaran strategis yang dapat dicapai oleh
masing-masing pegawai. Dengan adanya sistem pengukuran kinerja yang jelas dan terstandar, maka
kinerja pegawai dapat dievaluasi secara langsung, semakin tinggi poin IKU yang diperoleh,
menunjukkan kinerja pegawai semakin baik.
4.4 Pengaruh Remunerasi terhadap Kinerja Pegawai
Hipotesis kedua penelitian ini menyatakan bahwa remunerasi berpengaruh positif terhadap kinerja
pegawai. Pengujian hipotesis menunjukkan hasil yang bertolak belakang dengan hipotesis awal. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa remunerasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja
pegawai. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa temuan ini tidak mendukung hipotesis kedua.
Temuan ini tidak konsisten dengan penelitian sebelumnya, yaitu penelitian Widyastuti (2010),
Sancoko (2010), Santoso (2013), Wilfred, et al (2014); dan Fitria, dkk (2014) yang menemukan
pengaruh positif dan signifikan antara remunerasi dan kinerja pegawai. Namun, penelitian ini
memperkuat penelitian penelitian Mensah and Dogde (2011) yang menemukan bahwa pemberian
remunerasi tidak memiliki pengaruh terhadap peningkatan kinerja pegawai.
Temuan ini juga tidak mendukung teori remunerasi yang menyatakan bahwa ukuran kinerja
merupakan ukuran yang dipakai dalam pemberian remunerasi (Martini, 2011) dan tidak mendukung
hasil penelitian Muparrih, dkk (2009) yang menyatakan bahwa remunerasi diharapkan mampu
memberikan motivasi dan dorongan bagi pegawai untuk lebih professional dan meningkatkan
Pengaruh SPK dan Remunerasi thdp Kinerja Pegawai………
SimposiumNasionalAkuntansi XX, Jember, 201716
kinerjanya. Remunerasi tidak dapat memotivasi kinerja pegawai jika pemeberian remunerasi tidak
berdasarkan penilaian kinerja yang baik (Mensah and Dodge, 2011).
Menurut Deluca (1993) remunerasi merupakan jumlah pembayaran yang diberikan kepada
karyawan berdasarkan layanan yang telah diberikan. Selain itu remunerasi diberikan agar dapat
memotivasi pegawai untuk mencapai target kinerja. Penyebab remunerasi tidak memengaruhi kinerja
pegawai di Kantor Pelayanan Pajak Madya Malang dan Pratama Batu adalah remunerasi yang
diberikan tanpa disertai dengan penilaian kinerja yang baik, artinya bahwa capaian kinerja pegawai
belum dijadikan dasar pemberian remunerasi. Besaran remunerasi yang diberikan kepada pegawai
Direktorat Jenderal Pajak didasarkan atas capaian realisasi penerimaan pajak nasional. Ketentuan ini
mengakibatkan pemberian remunerasi yang diterima tahun 2016 belum berdasarkan penilaian kinerja
yang baik.
Realisasi penerimaan pajak nasional tahun 2015 hanya sebesar 81,5% dari target penerimaan,
sehingga berdasarkan Perpres No.37 Tahun 2015 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak, remunerasi (tunjangan kinerja) yang dibayarkan kepada pegawai pajak
hanya 80%. Kondisi tersebut akan mengakibatkan pada ketidakadilan pemberian remunerasi yang
diterima oleh pegawai pajak. Pegawai yang bekerja di daerah yang memiliki target realisasi
penerimaan pajak yang tinggi dengan wajib pajak yang banyak, seperti di kota-kota besar, maka
tentunya memerlukan kinerja yang semakin intensif, sebaliknya pegawai yang berada di daerah yang
memiliki target penerimaan yang relatif kecil dan wajib pajak yang tidak terlalu banyak, maka kinerja
yang diperlukan juga tidak terlalu intensif. Sehingga akan sangat berpengaruh pada kinerja pegawai.
4.5 Pengaruh Sistem Pengukuran Kinerja terhadap Kinerja Pegawai dengan Budaya Organisasi
sebagai Variabel Moderating
Hipotesis ketiga menyatakan bahwa pengaruh positif sistem pengukuran kinerja terhadap kinerja
pegawai diperkuat oleh budaya organisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya organisasi
mampu memoderasi hubungan antara sistem pengukuran kinerja terhadap kinerja pegawai. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penetian Muparrih, dkk (2009), Juliningrum (2013), Awadh and
Alyahya (2013), Ng’ang’a and Nyongesa (2012). Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian
Schein (1996) bahwa sistem penilaian kinerja dapat membantu menemukan dan merumuskan aspek-
Pengaruh SPK dan Remunerasi thdp Kinerja Pegawai………
SimposiumNasionalAkuntansi XX, Jember, 201717
aspek penting dari budaya dengan spesifikasi perilaku dan kompetensi yang karyawan untuk
menyumbang keberhasilan organisasi, unit, kelompok, atau posisi.
Hasil penelitian ini mendukung teori kontijensi dalam konteks hubungan sistem pengukuran
kinerja dengan kinerja pegawai. Budaya organisasi dapat memoderasi pengaruh sistem pengukuran
kinerja terhadap kinerja pegawai. Budaya yang kuat dapat ditemukan pada kebijakan, struktur
organisasi, prosedur dan peraturan yang detail. Sistem pengukuran kinerja yang jelas disertai dengan
aplikasi budaya organisasi pembentuk perilaku pegawai yang kondusif, dapat meningkatkan kinerja
pegawai, karena pegawai senantiasa terpacu untuk memaksimalkan kinerja dalam lingkungan yang
baik.
4.6 Pengaruh Remunerasi terhadap Kinerja Pegawai dengan Budaya Organisasi sebagai Variabel
Moderating
Hipotesis keempat menyatakan bahwa pengaruh positif remunerasi terhadap kinerja pegawai
diperkuat oleh budaya organisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya organiasi dapat
memperkuat hubungan remunerasi dengan kinerja pegawai. Hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian Kotler (1994) dan Rowley and Jackson (2010) yang menyatakan bahwa pemberian
remunerasi dapat meningkatkan kinerja pegawai.
Budaya organisasi dapat meningkatkan hubungan remunerasi dengan kinerja pegawai. Kondisi
lingkungan yang cenderung berubah sangat memengaruhi budaya suatu organisasi. Budaya organisasi
yang kuat mendorong inisiatif individual, yaitu tingkat tanggung jawab, kebebasan atau indepedensi
yang dimiliki setiap anggota organisasi dalam mengemukakan pendapat. Inisiatif individual tersebut
perlu dihargai oleh kelompok atau pimpinan suatu organisasi sepanjang menyangkut ide untuk
memajukan dan mengembangkan organisasi (Robbins, 2003), penghargaan yang didapat oleh
individu atas inisiatifnya biasanya berupa remunerasi. Sebaliknya, budaya organisasi yang lemah
dapat menimbulkan kontraproduktif yang berdampak buruk pada iklim kerja dan kinerja. Singkatnya,
budaya sangat berperan dalam memengaruhi perilaku dan kinerja pegawai. Perilaku pegawai dapat
diapresiasi dengan pemberian remunerasi.
Temuan ini juga mendukung teori kontijensi dalam konteks hubungan remunerasi dengan kinerja
pegawai. Budaya organisasi dapat memperkuat hubungan remunerasi dengan kinerja pegawai.
Pengaruh SPK dan Remunerasi thdp Kinerja Pegawai………
SimposiumNasionalAkuntansi XX, Jember, 201718
Dengan adanya remunerasi, yang diperkuat dengan budaya organisasi yang baik, maka akan
meningkatkan kinerja pegawai, karena pegawai akan terbiasa bertindak mengikuti budaya yang ada
dalam suatu organisasi tersebut.
5. Kesimpulan, Implikasi, dan Keterbatasan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh sistem pengukuran kinerja dan remunerasi
terhadap kinerja yang didasarkan teori kontijensi dengan menggunakan budaya organisasi sebagai
variabel kontijensi. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa kinerja pegawai dipengaruhi
oleh sistem pengukuran kinerja dan remunerasi yang dimoderasi oleh budaya organisasi. Hal ini
menunjukkan bahwa sistem pengukuran kinerja mampu memengaruhi kinerja pegawai sehingga
organisasi tersebut akan mengimplementasikan strateginya dengan berhasil melalui tindakan evaluasi
kinerja. Dengan adanya sistem pengukuran kinerja yang jelas dan terstandar, maka kinerja pegawai
dapat dievaluasi secara langsung, semakin tinggi poin IKU yang diperoleh, menunjukkan kinerja
pegawai semakin baik.
Hasil penelitian memperkuat teori kontijensi dengan budaya organisasi sebagai variabel
kontijensi. Budaya organisasi dapat memoderasi pengaruh sistem pengukuran kinerja terhadap
kinerja pegawai. Sistem pengukuran kinerja yang jelas disertai dengan aplikasi budaya organisasi
pembentuk perilaku pegawai yang kondusif, dapat meningkatkan kinerja pegawai, karena pegawai
senantiasa terpacu untuk memaksimalkan kinerja dalam lingkungan yang baik.
Selain itu, dengan adanya remunerasi, yang diperkuat dengan budaya organisasi yang baik.
Budaya organisasi yang kuat mendorong inisiatif individual, yaitu tingkat tanggung jawab,
kebebasan atau indepedensi yang dimiliki setiap anggota organisasi dalam mengemukakan pendapat.
Inisiatif individual tersebut perlu dihargai oleh kelompok atau pimpinan suatu organisasi sepanjang
menyangkut ide untuk memajukan dan mengembangkan organisasi (Robbins, 2003), maka akan
meningkatkan kinerja pegawai, karena pegawai akan terbiasa bertindak mengikuti budaya yang ada
dalam suatu organisasi tersebut.
Pengaruh SPK dan Remunerasi thdp Kinerja Pegawai………
SimposiumNasionalAkuntansi XX, Jember, 201719
Hasil penelitian tidak dapat membuktikan bahwa remunerasi dapat meningkatkan kinerja
pegawai. Hal ini dikarenakan remunerasi yang diberikan tanpa disertai dengan penilaian kinerja yang
baik, artinya bahwa capaian kinerja pegawai belum dijadikan dasar pemberian remunerasi. Besaran
remunerasi yang diberikan kepada pegawai Direktorat Jenderal Pajak didasarkan atas capaian
realisasi penerimaan pajak nasional. Ketentuan ini mengakibatkan pemberian remunerasi yang
diterima tahun 2016 belum berdasarkan penilaian kinerja yang baik. Kondisi tersebut akan
mengakibatkan pada ketidakadilan pemberian remunerasi yang diterima oleh pegawai pajak
Penggunaan skala likert yang telah dimodifikasi (Arikunto, 2010) menyebabkan pemilihan
alternative jawaban yang dimiliki responden kurang bervariasi, yang dimungkinkan dapat
memengaruhi hasil penelitian. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan skala
pengukuran likert dengan alternative jawaban yang lebih variatif.
Penelitian ini tidak dapat membuktikan bahwa remunerasi dapat meningkatkan kinerja pegawai.
Hal ini dikarenakan remunerasi yang diberikan oleh DJP tidak berdasarkan pencapaian lokal,
melainkan berdasarkan pencapaian target penerimaan pajak nasional. Untuk itu, saran bagi
pemerintah adalah dapat melakukan peninjauan kembali peraturan yang ada terkait penerimaan
remunerasi di lingkungan DJP.
Reference
. KMK No. 467 /KMK.01/2014 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Kementerian Keuangan.
. Peraturan Menteri PAN Nomor: PER/15/M.PAN/7/2008 tentang Pedoman Umum Reformasi
Birokrasi.
. Peraturan Presiden No. 136 Tahun 2014 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan
Kementerian Keuangan.
. Peraturan Presiden No. 37 Tahun 2015 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan Direktorat
Jenderal Pajak.
. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Nasional Jangka Panjang
2005-2025.a
Anthony, R and Govindarajan, V. 1998. Management Control System, Ninth Edition. The Mc Grow-Hill.
Bernardin, H, J., and Russel, J, E, A. (2003). Human Resource Management (An Experimental Approach
International Edition). Mc. Graw-Hill Inc Singapore.
Boedianto, S. 2012. Pengaruh Pemberian Remunerasi terhadap Kinerja Pegawai Lembaga Pemasyarakatan
Kelas IIA Anak Blitar. Jurnal Ilmu Manajemen, REVITALISASI, vol. 1, no.3.
Braam, G and Nijjsen, E. 2004. Performance Effects of Using the Balanced Scorecard: A Note on The Dutch
Experience. Long Range Planning 37, pp.335–349.
Deluca, M, J. 1993. Handbook of Compensation Management. New Jersey, US: Prentice-Hall.
Fitria, R., dkk. 2014. Pengaruh Remunerasi, Motivasi dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai di Kantor
Pengadilan Tinggi Agama Samarinda. eJournal Administrative Reform 2, pp. 1691-1704.
Ghozali, I. 2008. Structural Equation Modelling Metode Alternatif dengan Partial Least Square. UNDIP.
Semarang.
Pengaruh SPK dan Remunerasi thdp Kinerja Pegawai………
SimposiumNasionalAkuntansi XX, Jember, 201720
Govindarajan, V. 1986. Impact of Participation in the Budgetary Process on Managerial Attitudes and
Performance: Universalistic and Contigency Perspective. Decision Sciences, pp. 496-516.
Govindarajan, V. 1988. A Contingency Approach to Strategy Implementation at the Business – Unit Level :
Integrating Administrative Mechanisms with Strategy. Academy of Management Journal 31, pp. 828 –
853.
Hall, M., 2008. The Effect of Comprehensive Performance Measurement Systems on Role Clarity,
Psychological Empowerment and Managerial Performance. Accounting, Organizations and Society 33,
pp. 141–163.
Hartono, J. and Abdillah, W. 2015. Partial Least Square (PLS) Alternatif Structural Equation Modeling (SEM)
dalam Penelitian Bisnis. Yogyakarta : Andi.
Hatch, J.M. 1997. Organizational Theory: Modern, Symbolic, and Postmodern Perspectives. Oxford University
Press.
Henry, J.F., 2006. Organizational Culture and Performance Measurement Systems. Accounting, Organizations
and Society 31, pp. 77–103.
Hofstede, G. et al. 1990. Measuring Organizational Cultures:A Qualitative and Quantitative Study across
Twenty Cases. Administrative Science Quarterly 35, pp. 286-316.
Hoque, Z., and James, W. 2000. Lingking Balanced Scorecard Measures to Size and Market Factors: Impact on
Organizational Performance. Journal of Management Accounting Research 12, pp. 1-15.
Hoque, Z., et al. 2001. Market Competition, Computer-Aided Manufacturing and Use of Multiple Performance
Measures: An Empirical Study. British Accounting Review 33, pp. 23–45.
Ittner, C.D and Larcker, D.F. 2001. Assessing Empirical Research in Management Accounting: A Value Based
Perspective. Journal of Accounting and Economics 32, pp. 349–410.
Ittner, C.D., et al. 2003. Performance Implications of Strategic Performance Measurement in Financial Services
Firms. Accounting, Organizations and Society 28, pp. 715-741.
Jensen, M.C., and Meckling,W.H. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and
Ownership Structure. Journal of Financial Economics 3, pp. 305–360.
Juliningrum, E., Sudiro, A. 2013. Pengaruh Kompensasi, Budaya Organisasi, Terhadap Motivasi Kerja dan
Kinerja Pegawai. Jurnal Aplikasi Manajemen, vol.11, no.4.
Jusoh, R., et al. 2008. The Performance Consequence of Multiple Performance Measures Usage: Evidence from
the Malaysian Manufacturers. International Journal of Productivity and Performance Management 57,
pp. 119-136.
Jusuf, R.S. 2013. Analisis Pengaruh TQM, Sistem Pengukuran Kinerja dan Reward terhadap Kinerja
Manajerial. Jurnal EMBA vol.1, no.3, pp. 634-644.
Kald, M and Nilsson, F. 2000. Performance Measurement at Nordic Companies. European Management
Journal 18, pp. 113–127.
Kawedar, W. 2015. Pengaruh Penganggaran Partisipatif, Remunerasi, dan Karakteristik Demografi terhadap
Kinerja Manajerial dengan Berbagi Pengetahuan sebagai Variabel Mediasi. Disertasi Universitas
Brawijaya Malang.
Kenis, I. 1979. Effects of Budgetary Goal Characteristics on Managerial Attitudes of Performance. The
Accounting Review 54, pp. 707–722.
Kren. 1992. Budgetary Participation and Managerial Performance: The Impact of Information and
Environmental Volatility. The Accounting Review, pp. 511-526.
Locke, E.A. 1968. Toward a Theory of Task Motivation and Incentives. Organizational Behavior and Human
Performance, vol.3, pp.157-189.
Malina, M.A., and Selto, F.H. 2004. Causality in a Performance Measurement Model. http:\\www.ssrn.com.
Diakses 20 Agustus 2015.
Mallin, et al. 2015. The Remuneration of Independent Directors in the UK and Italy: An Empirical Analysis
Based on Agency Theory. International Business Review 24, pp. 175-186.
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: ANDI.
Mensah, F.B and Dogde, O.D. 2011. Performance-Based Pay as a Motivational Tool for Achieving
Organisasional Performance: An Exploratory Case Study. International Journal of Business and
Management, vol.6, no.12, pp. 270-285.
Mia, L and Clarke. 1999. Market Competition, Use of Information Management Accounting System,
Performance Unit Business. Management Accounting Research, pp. 137-158.
Mintje, N. 2013. Pengaruh TQM, Sistem Penghargaan dan Sistem Pengukuran Kinerja terhadap Kinerja
Manajerial pada PT. Air Manado. Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi Unsrat,
vol.1, no.3.
Mulyadi, 2007. Sistem Akuntansi. Jakarta : Selemba Empat.
Pengaruh SPK dan Remunerasi thdp Kinerja Pegawai………
SimposiumNasionalAkuntansi XX, Jember, 201721
Muparrih, dkk. 2009. Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Remunerasi terhadap Kinerja Pegawai melalui
Kepuasan Kerja Pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis, vol.1,
no.14, hal. 1-12.
Ng’ang’a, M.J., and Nyongesa, W.J. 2012. The Impact of Organisational Culture on Performance of Educational
Institutions. International Journal of Business and Social Science, vol. 3, no. 8.
Pollitt, C. 2006. Performance Management in Practice: a Comparative Study of Executive Agencies. Journal of
Public Administration Research and Theory 16, pp. 25–44.
Pora, A. D. 2011. Remunerasi: Kompesasi dan Benefit. Jakarta : Rana Pustaka.
Rahman, S., dkk. 2007. Pengaruh Sistem Pengukuran Kinerja terhadap Kejelasan Peran, Pemberdayaan
Psikologis dan Kinerja Manajerial (Pendekatan Partial Least Square) Penelitian terhadap Manajer
Perusahaan Manufaktur di Jawa Tengah). Simposium Nasional Akuntansi 10. Makassar : Universitas
Hasanudin.
Riyadi, S. 2011. Pengaruh Kompensasi Finansial, Gaya Kepemimpinan, dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan pada Perusahaan Manufaktur di Jawa timur. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, vol.13,
no.1, pp. 40-45.
Robbins, S.P. 2003. Perilaku organisasi. Jakarta : PT. Indeks Kelompok Gramedia.
Rusman. 2015. Pengaruh Remunerasi, Budaya Organisasi, Karakgteristik Demografi, dan Pengawasan
Fungsional terhadap Kinerja Pegawai Pengelola Keuangan (Studi pada Kementrian Agama Propinsi
Sulawesi Tenggara). Tesis. Program Magister Akuntansi Universitas Brawijaya.
Sancoko, B. 2010. Pengaruh Remunerasi terhadap Kualitas Pelayanan Publik. Jurnal Ilmu Administrasi dan
Organisasi 17, hal. 43-51
Setiardja, G.A. 1990. Dialektika Hukum dan Moral dalam Pembangunan Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
Simmamora, V. 2014. Pengaruh Budaya Organisasi, Sistem Pengukuran Kinerja, dan Sistem Penghargaan
terhadap Kinerja Manajerial pada PT. Federal Internatinal Finance di Kota Medan. Tesis. Program
Studi Magister Akuntansi. Universitas Negeri Medan
Spekle, R.F. 2014. The Use of Performance Measurement Systems in The Public Sector: Effects on
Performance. Management Accounting Research 25, pp. 131–146.
Supomo, B. 1998. Pengaruh Struktur dan Kultur Organisasional terhadap Keefektifan Anggaran Partisipatif
dalam Peningkatan Kinerja Manajerial : Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Indonesia. Tesis
Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada (Tidak Dipublikasikan)
Tarigan, A.F. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai dalam Organisasi Sektor
Publik. Universitas Diponegoro
Tupamahu, K.H. 2009. Hubungan Sistem Pengukuran Kinerja Komprehensif dengan Kinerja Manajerial:
Pemberdayaan Psikologis dan Kejelasan Peran Sebagai Variabel Moderating. Tesis. Program Magister
Akuntansi Universitas Gadjahmada.
Otley, D. 1980. The Contigency Theory of Management Accounting: Achievement and Prognosis. Accounting
Orgaizations and Society, vol. 5, pp. 413-428.
Verbeeten, F.H.M., 2008. Performance Management Practices in Public Sector Organizations: Impact on
Performance. Accounting, Auditing and Accountability Journal 21, pp. 427–454.
Wibowo. 2011. Manajemen Kinerja. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Widyastuti, Y. 2010. Pengaruh Persepsi Remunerasi Pegawai, Motivasi Kerja dan Disiplin Kerja terhadap
Kinerja Pegawai di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Percontohan Serang Provinsi
Banten. Tesis. Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Wilfred, O.N., et al. 2014. Effect of Remuneration on Employees Performance in the Ministry of Internal
Security: A Case of Kisii County. International Journal of Human Resource Studies, vol. 4, no.1
Pengaruh SPK dan Remunerasi thdp Kinerja Pegawai………
SimposiumNasionalAkuntansi XX, Jember, 201722
Appendix
Hasil Pengujian Outer Loading Pengujian Alogaritma
BO KP R SPK
BO1 0,598556
BO4 0,779887
BO5 0,917509
BO6 0,513621
BO7 0,74011
BO9 0,656697
KP10 0,859765
KP11 0,572837
KP12 0,702739
KP13 0,636425
KP14 0,803113
KP15 0,520177
KP16 0,711501
KP17 0,580937
KP18 0,640413
KP2 0,722568
KP20 0,778692
KP3 0,67727
KP4 0,710326
KP5 0,827375
KP6 0,879329
KP7 0,642812
KP8 0,677807
KP9 0,772864
R2 0,958314
R4 0,93996
R5 0,860592
R6 0,890051
SPK1 0,880039
SPK10 0,899666
SPK2 0,597017
SPK3 0,904532
SPK4 0,547695
SPK7 0,732703
SPK8 0,922112
SPK9 0,850177
Pengaruh SPK dan Remunerasi thdp Kinerja Pegawai………
SimposiumNasionalAkuntansi XX, Jember, 201723
Hasil Pengujian Cross Loading Pengujian Alogaritma
BO KP R SPK
BO1 0,598556 0,430707 0,642081 0,459077
BO4 0,779887 0,653593 0,693479 0,622248
BO5 0,917509 0,847424 0,904632 0,904532
BO6 0,513621 0,486873 0,472654 0,555817
BO7 0,74011 0,623038 0,544191 0,649264
BO9 0,656697 0,337975 0,630789 0,471267
KP10 0,772747 0,859765 0,779375 0,811194
KP11 0,2973 0,572837 0,333253 0,418624
KP12 0,618532 0,702739 0,627542 0,598968
KP13 0,360709 0,636425 0,350794 0,526498
KP14 0,745391 0,803113 0,753737 0,764989
KP15 0,333257 0,520177 0,278303 0,397781
KP16 0,398374 0,711501 0,254991 0,48348
KP17 0,513169 0,580937 0,394049 0,488605
KP18 0,544012 0,640413 0,495617 0,526477
KP2 0,559501 0,722568 0,512744 0,750956
KP20 0,807968 0,778692 0,753737 0,764989
KP3 0,790217 0,67727 0,776104 0,777083
KP4 0,553303 0,710326 0,517331 0,764657
KP5 0,818259 0,827375 0,71221 0,825003
KP6 0,704983 0,879329 0,675278 0,879314
KP7 0,529489 0,642812 0,527273 0,530638
KP8 0,501485 0,677807 0,335367 0,571174
KP9 0,48196 0,772864 0,480978 0,665478
R2 0,880292 0,757819 0,958314 0,80645
R4 0,826222 0,732655 0,93996 0,785888
R5 0,759973 0,628444 0,860592 0,672307
R6 0,885925 0,715968 0,890051 0,793352
SPK1 0,668411 0,851042 0,625819 0,880039
SPK10 0,85439 0,81993 0,849042 0,899666
SPK2 0,413261 0,457957 0,344699 0,597017
SPK3 0,917509 0,847424 0,904632 0,904532
SPK4 0,493184 0,361721 0,514804 0,547695
SPK7 0,629232 0,825179 0,480978 0,732703
SPK8 0,756292 0,857889 0,703697 0,922112
SPK9 0,870288 0,739707 0,876197 0,850177
Pengaruh SPK dan Remunerasi thdp Kinerja Pegawai………
SimposiumNasionalAkuntansi XX, Jember, 201724
Diagram Jalur Penelitian
Pengaruh SPK dan Remunerasi thdp Kinerja Pegawai………
SimposiumNasionalAkuntansi XX, Jember, 201725
KUISIONER
A. KINERJA PEGAWAI
(Skala Pengukuran 1 = Sangat Tidak Setuju, 2 = Tidak
Setuju, 3 = Setuju, 4 = Sangat Setuju SKALA PENGUKURAN
JAWABAN
1. Pada tahun lalu, Kantor Pelayanan Pajak ini telah
mencapai penerimaan pajak sesuai target
1 2 3 4
2. Saya mampu/berhasil merealisasikan jumlah
output pekerjaan/kegiatan sesuai target yang telah
ditentukan
1 2 3 4
3. Saya menyelesaikan pekerjaan/kegiatan dengan
tepat waktu dan sangat baik
1 2 3 4
4. Saya mampu menyelesaikan program/kegiatan
sesuai kontrak kerja
1 2 3 4
5. Saya mampu mengoperasikan program-program
(software) baru untuk menunjang kualitas kerja
1 2 3 4
6. Dalam bekerja, Saya patuh pada kode etik maupun
aturan kepegawaian
1 2 3 4
7. Saya mampu melaksanakan kegiatan tambahan di
luar kegiatan yang telah disetujui di awal kontrak
kerja
1 2 3 4
8. Saya memahami sepenuhnya apa yang menjadi
tugas pokok Saya dalam bekerja
1 2 3 4
9. Pemahaman Saya tentang prosedur kerja dan ruang
lingkup pekerjaan di bidang perpajakan meningkat
seiring dengan pengalaman dan pelatihan yang
pernah diikuti.
1 2 3 4
10. Jika menghadapi kesulitan dalam masalah
pekerjaan, Saya berkonsultasi ke Satker
lain/Kanwil/Inspektorat Jenderal.
1 2 3 4
11. Saya menyelesaikan pekerjaan terkait perpajakan
meskipun belum diminta atasan.
1 2 3 4
12. Saya mampu mengorganisir tim dalam rangka
menindaklanjuti hasil temuan dan melaksanakan
tugas dan fungsi pelayanan perpajakan
1 2 3 4
13. Saya mampu meminimalisir konflik yang ada
dalam tim kerja.
1 2 3 4
14. Saya dapat menyusun laporan realisasi penerimaan
pajak sesuai dengan waktu yang ditentukan.
1 2 3 4
15. Saya selalu hadir dan mematuhi jam kerja yang
ditentukan.
1 2 3 4
16. Saya sering menyelesaikan pekerjaan sebelum
waktu yang ditentukan pimpinan.
1 2 3 4
17. Saya tertantang untuk melaksanakan tugas baru
yang dipercayakan pimpinan.
1 2 3 4
18. Saya bersedia menyelesaikan pekerjaan rekan
Saya jika dibutuhkan.
1 2 3 4
Pengaruh SPK dan Remunerasi thdp Kinerja Pegawai………
SimposiumNasionalAkuntansi XX, Jember, 201726
19. Saya bersedia membantu rekan Saya yang
membutuhkan bantuan terkait perpajakan.
1 2 3 4
20. Saya sering mengingatkan dan menasehati rekan
kerja yang melakukan kesalahan.
1 2 3 4
B. SISTEM PENGUKURAN KINERJA
(Skala Pengukuran 1 = Sangat Tidak Setuju, 2 = Tidak
Setuju, 3 = Setuju, 4 = Sangat Setuju SKALA PENGUKURAN
JAWABAN
1. IKU yang dirancang mampu menyatakan sesuatu
yang khas/unik dalam menilai kinerja
1 2 3 4
2. IKU yang dirancang dapat diukur dengan jelas,
memiliki satuan pengukuran, dan jelas pula cara
pengukurannya
1 2 3 4
3. IKU yang dipilih sudah disepakati antara bawahan
dan atasan
1 2 3 4
4. IKU yang dipilih dapat dicapai dan menantang 1 2 3 4
5. IKU yang dipilih mempunyai batas waktu
pencapaian
1 2 3 4
6. IKU dapat menyesuaikan dengan perkembangan
strategi organisasi
1 2 3 4
7. Kalimat yang digunakan IKU tidak menimbulkan
pengertian ganda.
1 2 3 4
8. IKU yang dirancang mencerminkan keseluruhan
tugas dan fungsi organisasi/pegawai
1 2 3 4
9. Pegawai yang memiliki Peta Strategi memiliki
tidak lebih dari 25 IKU
1 2 3 4
10. Pegawai yang tidak memiliki Peta Strategi
memiliki tidak lebih dari 10 IKU
1 2 3 4
C. REMUNERASI
(Skala Pengukuran 1 = Sangat Tidak Setuju, 2 = Tidak
Setuju, 3 = Setuju, 4 = Sangat Setuju SKALA PENGUKURAN
JAWABAN
1. Apakah anda setuju, jika jumlah remunerasi
diterima setiap bulannya berdasarkan capaian
realisasi penerimaan ataupun belanja secara
nasional ?
1 2 3 4
2. Apakah anda setuju, jika remunerasi yang
diterima setiap bulannya berdasarkan masa kerja?
1 2 3 4
3. Apakah anda setuju, jika remunerasi yang
diterima setiap bulannya berdasarkan beban
kerja?
1 2 3 4
4. Apakah anda setuju, jika remunerasi yang
diterima setiap bulannya berdasarkan pengalaman
kerja?
1 2 3 4
5. Apakah anda setuju, jika remunerasi yang
diterima setiap bulannya berdasarkan capaian
kinerja?
1 2 3 4
Pengaruh SPK dan Remunerasi thdp Kinerja Pegawai………
SimposiumNasionalAkuntansi XX, Jember, 201727
6. Apakah anda setuju, jika remunerasi yang
diterima setiap bulannya tanpa memperhatikan
beban kerja?
1 2 3 4
D. BUDAYAORGANISASI
(Skala Pengukuran 1 = Sangat Tidak Setuju, 2 = Tidak
Setuju, 3 = Setuju, 4 = Sangat Setuju SKALA PENGUKURAN
JAWABAN
1. KPP ini mendorong Saya untuk selalu berinovasi 1 2 3 4
2. KPP ini menyediakan fasilitas komputer yang
memadai untuk membantu memberikan pelayanan
perpajakan
1 2 3 4
3. KPP ini telah memiliki standard operasional
prosedur (SOP) terkait pelayanan perpajakan
1 2 3 4
4. KPP ini telah memiliki sistem dokumentasi yang
rapi untuk penyimpanan file dan arsip perpajakan
1 2 3 4
5. KPP ini memberikan perhatian yang khusus
tentang pentingnya pelayanan perpajakan kepada
masyarakat dan perhatian terhadap ketepatan
waktu dalam setiap penyampaian laporan
perpajakan
1 2 3 4
6. Saya dapat memahami dan menjelaskan hal-hal
yang terkait dengan pelayanan perpajakan
1 2 3 4
7. KPP ini telah melakukan program peningkatkan
kompetensi Saya dibidang perpajakan yang
dibiayai oleh instansi.
1 2 3 4
8. KPP ini telah menempatkan Saya dalam tim sesuai
dengan kompetensi yang Anda miliki.
1 2 3 4
9. KPP ini membantu dan memperhatikan
pengembangan karir Saya sebagai pegawai pajak.
1 2 3 4
10. Saya menilai ada kompetisi kerja yang sehat
dalam lingkungan kerja di KPP ini.
1 2 3 4
11. Saya terlibat aktif dalam penyelesaian pekerjaan 1 2 3 4
12. Saya memiliki motivasi untuk meningkatkan
kemampuan secara mandiri.
1 2 3 4
13. Kehadiran Saya telah memenuhi jam kerja yang
ditentukan.
1 2 3 4
14. Saya bangga dengan pekerjaan Anda. 1 2 3 4