PENGARUH ARUS TERHADAP KELIMPAHAN MAKROZOOBENTHOS DI PERAIRAN BINTAN TIMUR KEPULAUAN RIAU INFLUENCE...
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
Transcript of PENGARUH ARUS TERHADAP KELIMPAHAN MAKROZOOBENTHOS DI PERAIRAN BINTAN TIMUR KEPULAUAN RIAU INFLUENCE...
PENGARUH ARUS TERHADAP KELIMPAHAN MAKROZOOBENTHOS DIPERAIRAN BINTAN TIMUR KEPULAUAN RIAU
INFLUENCE OF CURRENT ON THE ABUNDANCE OF MACROZOOBENTHOSIN THE WATERS OF EASTERN BINTAN RIAU ISLAND PROVINCE
Nurul Magfira Yuslan, Noir P. Purba, dan Yuniarti
Universitas Padjadjaran
Abstrak
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2013 diperairan Bintan Timur Provinsi Kepulauan Riau. Tujuanpenelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besarhubungan arus terhadap kelimpahan makrozoobenthos diperairan Bintan Timur Kepulauan Riau. Metode yangdigunakan adalah metode deskriptif berupa metode survey.Survey lapangan dilakukan di 3 stasiun berbedaberdasarkan kedalaman dan sebaran sedimen menggunakangrab sampler. Parameter perairan yang dikumpulkan antaralain suhu, salinitas, sedimen, makrozoobenthos, dan arus.Parameter seperti arus, suhu, dan salinitas akandipetakan menggunakan software surfer, sedimen akandianalisis besar butirnya dan makrozoobenthos akandihitung kelimpahannya. Hasil penelitian menunjukkan arusdi perairan Bintan Timur tergolong kecil yaitu 0.01-0.026m/s arus kuat terdapat di stasiun I. Sementara arus lemahterdapat di daerah teluk yaitu stasiun II dan arus sedangterdapat di stasiun III. Kekuatan arus yang bervariasi disetiap stasiun mempengaruhi hewan benthos di perairan
Program Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]
tersebut. Total individu yang ditemukan berjumlah 76individu dari 17 genus dengan jenis terbanyak dari kelasBivalvia dan Gastropoda. Kelimpahan makrozoobenthosterbanyak ditemukan di stasiun I sebesar 2844.44 ind/m2
dengan arus kuat, stasiun II sebesar 177.78 ind/m2 denganarus lemah dan stasiun III sebesar 355.56 ind/m2 denganarus sedang. Berdasarkan analisis pearson besarnyapengaruh arus terhadap kelimpahan makrozoobenthos diperairan ini cukup kuat.
Kata kunci: Arus, Bentos, Sedimen dan Bintan Timur
Abstract
The research was conducted on May 2013 in the watersof East Bintan Riau Islands Province. The purpose of thisstudy is to determine the influence of current the toabundance of macrozoobenthos in East Bintan waters ofRiau Island Province. The method used is descriptivemethod. Field surveys conducted at 3 different stationsbased on the depth and distribution of sediment by usinga grab sampler. Parameters collected were watertemperature, salinity, sediment, macrozoobenthos, andcurrents. Parameters such as current, temperature, andsalinity will be mapped by using Surfer software, largegrain sediments will be analyzed and will be calculatedmacrozoobenthos abundance by using azis formula. Theresults show the current in East Bintan waters isrelatively slow 0.01-0.026 m/s, the strong currents asfound at station I. Meanwhile there is a weaker currentin the bay area II and the current station being locatedProgram Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]
at station III. Current strength varied at each stationsand affect benthos in these area. Total of 76 individualswere found with 17 genus and mostly from gastropods andbivalvias. Macrozoobenthos abundance that found in eachstations as follows at the station I was 2844.44 ind/m2with strong currents, station II at 177.78 ind/m2 withweak current and III at 355.56 ind/m2 station withmoderate currents. Based on Pearson analysis theinfluence current on abundance makrozoobenthos in thiswaters is strong enough.
Keywords: Current, Benthos, Sediment and East Bintan
Program Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]
Pendahuluan
Menurut Pranowo dan
Husrin (2003), sistem
arus di perairan Pulau
Bintan masuk melalui
Laut Natuna dan Selat
Karimata. Sistem arus
yang terdapat pada Pulau
Bintan Timur menunjukkan
pola arus yang berbeda
setiap pasang maupun
surut. Selain memiliki
sistem arus yang
distribusinya berasal
dari berbagai arah,
perairan Pulau Bintan
Timur menunjukkan arus
yang cukup kuat yaitu
0.5 cm/detik. Jenis
sedimen yang terdapat di
Pulau Bintan berjenis
pasir, pecahan kerang,
dan lumpur, namun
sedimen ini tercampur
oleh aktivitas penambang
pasir laut sehingga
kandungan unsur hara
mempengaruhi
makrozooobenthos pada
perairan tersebut.
Kecepatan arus akan
sangat berpengaruh
terhadap organisme
bentos dan secara tidak
langsung pada substrat
perairan (Nybakken
1992). Makrozoobenthos
adalah biota yang hidup
di sedimen dasar laut
yang menempel di pasir
atau lumpur. Penyebaran
Program Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]
makrozoobenthos memiliki
keterkaitan dengan
kondisi perairan dimana
organisme ini ditemukan
karena peranannya
sebagai penyeimbang
ekosistem perairan dan
sebagai bioindikator
(Setiawan 2008).
Kelimpahan
makrozoobenthos yang
berbeda-beda di tiap
lokasi inilah yang akan
diteliti untuk
mengetahui seberapa
besar pengaruh arus di
perairan Pulau Bintan
Timur.
Metode Penelitian
Penelitian ini
dilakukan pada bulan Mei
2013 dengan tiga titik
stasiun yang mewakili
perairan Bintan Timur,
Kepulauan Riau.
Gambar 1. Lokasi
Penelitian
Pengambilan sampel
makrozoobenthos
dilakukan pada kedalaman
2 meter, 5 meter, dan 8
meter yang berdasarkan
pada sebaran jenis
sedimen diantaranya
stasiun I dengan
substrat pasir lumpuran,
stasiun II dengan
substrat lumpur, dan
stasiun
III dengan
substrat
pasir
pecahan
karang.
Masing-
masing
stasiun
meliputi
Program Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]
tiga kriteria kedalaman
berbeda. Benthos yang
diambil menggunakan grap
sampler kemudian
dipisahkan dari substrat
untuk diawetkan dan
selanjutnya
diidentifikasi di
Laboratorium Ilmu dan
Teknologi Kelautan,
Universitas Padjadjaran.
Identifikasi ini mengacu
pada Colin dan Arneson
(1995) sampai tingkat
taksa terdekat yaitu
genus. Sedangkan untuk
pengambilan data arus
menggunakan floating
drogue pada saat
menjelang pasang dan
surut yang mengacu pada
data prediksi pasang dan
surut perairan Bintan
Timur.
Hasil dan Pembahasan1. Suhu dan Salinitas
Permukaan LautSuhu air laut di
perairan Bintan Timur
menunjukkan nilai yang
beragam yaitu 30°C -
33°C. Kisaran
beda suhu air laut di
perairan Bintan Timur
pada stasiun II adalah
sekitar 1°C. Nilai suhu
air maksimum dalam
penelitian berkisar 33°C
yang dijumpai pada
lapisan permukaan di
stasiun I, dimana
pengamatan dilakukan
pada pagi hari menjelang
siang dalam
Gambar 1. Peta sebaransuhu (0C) permukaan diperairan Bintan Timur
kondisi air laut dari
pasang menuju surut.
Program Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]
Sementara nilai rata-
rata suhu air laut pada
kedalaman 2 meter, 5
meter, dan 8 meter
masing-masing yaitu
31.7oC; 31.4oC; dan 30.9oC sedangkan nilai suhu
minimum berkisar 30°C
yang diperoleh di
stasiun III lebih kecil
dibandingkan stasiun
lain, hal ini disebabkan
karena pengambilan data
diambil pada saat pasang
yang mana membuat suhu
air laut di stasiun ini
menurun. Kisaran suhu
air ini merupakan suhu
optimal bagi
makrozoobenthos.
Program Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]
Gambar 2. Peta sebaransalinitas (ppt) pemukaandi perairan Bintan Timur
Salinitas permukaan
air laut di perairan
Bintan Timur
memperlihatkan kisaran
25 – 33 ppt. Rata-rata
salinitas air laut pada
setiap stasiun I, II,
dan III masing-masing
yaitu 32.6 ppt; 25.4 ppt;
dan 31.3 ppt. Untuk
stasiun I dan III
salinitas masih berada
di batas normal untuk
variasi nilai salinitas
air laut pada perairan
laut dangkal. Sementara
untuk stasiun II
menunjukkan nilai
salinitas minimum yaitu
25.4 ppt. Rendahnya
salinitas di stasiun ini
disebabkan oleh
lokasinya yang dekat
dengan muara sungai
Kawal dimana masukan air
Program Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]
tawar mempengaruhi
salinitas pada daerah
ini. Oleh karena itu,
pada stasiun II hanya
ditemukan sedikit
makroozoobenthos
dibandingkan pada
stasiun I dan III,
karena tidak sesuai
dengan kriteria
hidupnya.
Substrat
Dari hasil analisis
besar butir, didapat
bahwa presentase fraksi
tertinggi di setiap
stasiun adalah pasir.
Presentase fraksi pasir
tertinggi terdapat di
stasiun III yaitu
sebesar 74.82 %,
sedangkan terendah
terdapat di stasiun II
yaitu sebesar 68.87 %.
Jenis sedimen merupakan
salah satu faktor yang
menentukan penyebaran
jenis bentos.
Program Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]
Banyaknya hewan benthos
yang hidup di substrat
pasir menunjukkan bahwa
substrat jenis ini cukup
baik dalam berkolerasi
terhadap sirkulasi air
yang mengatur kelembaban
dan mengsuplai oksigen
serta nutrien.
Pada tiga stasiun
memiliki dominan
substrat yang sama
berupa substrat
berpasir, namun terdapat
perbedaan pada saat
penelitian di lapangan
yang diamati secara
visual yaitu stasiun I
yang merupakan ekosistem
lamun memiliki substrat
pasir berlumpur, stasiun
II substrat lumpur, dan
stasiun III substart
pasir pecahan kerang.
Kedalaman
Program Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]
Stasiu
n
Jenis Fraksi (%)Keri
kil
Pas
ir
Lumpu
rI 5 70.
62
19.66
II 4.89 68.
87
23.77
III 9.4 74.
82
15.36
Tabel 1. Jenis substratpada setiap stasiunberdasarkan skala
Selama pengamatan
didapatkan data rata-
rata kedalaman di
perairan Bintan Timur
berkisar antara 2 meter
hingga 8 meter seperti
yang telah ditentukan.
Kedalaman yang
bervariasi diperoleh
dari stasiun II, dimana
pada stasiun ini
memiliki sedimen
berjenis lumpur sehingga
cukup sulit menentukan
kedalaman menggunakan
tali penduga. Menurut
Setiobudiandi (1997)
kedalaman perairan akan
mempengaruhi jumlah
jenis, jumlah individu
dan biomass organisme
makrozoobenthos, selain
itu dapat juga
mempengaruhi pola
distribusi atau
penyebaran
makrozoobenthos.
Gambar 3. Peta kedalamandi perairan Bintan Timur
Arus
Kecepatan arus di
perairan ini menunjukkan
nilai kecepatan yang
bervariasi berkisar
antara 0.01 - 0.026 m/s
dengan nilai rata-rata
0.017m/s.
Gambar 4. Grafikkecepatan arus setiapstasiun
Program Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]
Gambar 5. Grafik pasang
dan surut TMD pada
pengambilan data arus
Berdasarkan data
pasang surut yang diplot
dalam bentuk grafik
kondisi arus permukaan
perairan Bintan Timur
lebih dibangkitkan oleh
pasang surut tipe
Campuran Cenderung
Semidiurnal yaitu saat
air pasang/surut penuh
dan tidak penuh
terjadinya dua kali
dalam sehari (Pranowo
dkk 2003). Jika
dibandingkan dengan pola
arus yang terjadi di
Bintan Timur,
kecepatannya masih
tergolong sangat kecil.
Kecilnya arus di
perairan ini mungkin
disebabkan oleh jenis
perairan yang dangkal
dan dikelilingi oleh
pulau-pulau kecil yang
berada disekitarnya.
Terdapat 4 pulau kecil
yang tersebar di sekitar
Pulau Bintan Timur,
keberadaan pulau kecil
ini mempengaruhi arus
pada daerah tersebut.
Arus kuat yang masuk
melalui Selat Singapura
menjadi lemah saat masuk
menuju tenggara pulau
Bintan Timur karena
terhalang oleh pulau-
Program Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]
pulau kecil di daerah
tersebut.
Pada stasiun II dan
III rata-rata memiliki
kecepatan arus sebesar
0.01 - 0.023 m/s. Untuk
arah arus saat menjelang
pasang cenderung menuju
utara, sedangkan arah
arus saat menjelang
surut cenderung menuju
timur laut. Pola arah
arus menunjukkan bahwa
arus di perairan ini
dipengaruhi oleh arus
pasang surut. Perairan
di bagian Timur Bintan
pada stasiun I merupakan
perairan yang arusnya
lebih kuat dibandingkan
stasiun II dan III. Arus
yang kuat pada stasiun I
juga banyak ditemukan
makrozoobenthos sebanyak
67 individu, karena
memiliki arus yang
sedang yang disukai
bentos. Tingginya
kecepatan di stasiun ini
disebabkan oleh kuatnya
angin yang bertiup dari
arah laut ke darat dan
sebaliknya pada saat
pengambilan data. Arus
yang sedang lebih
disukai benthos karena
dapat membawa asupan
bahan organik sebagai
makanan bentos
dibandingkan arus kuat
dan lemah yang
menyulitkan bentos dalam
memperolah makanan.
Program Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]
Pola pergerakan air
menjelang surut
menunjukkan secara
dominan arus bergerak
dari arah Utara menuju
Selatan dan sebagian
kecil berbelok ke
selatan menuju Selat
Kawal, lokasi stasiun
II. Utara Pulau Bintan
berbatasan langsung
dengan Selat Singapura
yang membawa arus kuat
ke perairan ini
sedangkan selatan Pulau
Bintan berbatasan
langsung dengan Selat
Karimata. Pola
pergerakan air menjelang
pasang, arus secara
dominan bergerak dari
arah utara, timur, dan
tenggara menuju barat.
Pada saat menjelang
Program Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]
(i) (ii)
Gambar 6. Pola Arus Permukaan di Perairan Bintan Timurberdasarkan : (i) Arus saat menjelang surut dan (ii) Arus saat
menjelang pasang
surut terdapat angin
yang bertiup cukup kuat
di perairan ini, namun
pada saat menjelang
pasang angin cenderung
lemah. Meskipun
kecepatan arus menjelang
pasang lebih tinggi
daripada kecepatan arus
menjelang surut namun
tidak terdapat perbedaan
yang cukup signifikan
terhadap kecepatan arus
menjelang surut maupun
menjelang pasang.
Kelimpahan
Makrozoobenthos
Tercatat 76
individu dengan 17 genus
yang tersebar di tiga
titik stasiun perairan
Bintan Timur. Walaupun
jenisnya cukup beragam
namun jumlah ini
tergolong sedikit untuk
kondisi perairan seperti
Bintan Timur. Kisaran
jumlah spesies yang
ditemukan pada setiap
stasiun adalah 23
spesies. Kebanyakan
ditemukan spesies dari
kelas Bivalvia dan
Gastropoda yang banyak
terdapat di stasiun I
dan III. Pada stasiun I
ditemukan 64 individu
dari 11 genus yang
didominansi oleh
gastropoda. Banyaknya
jumlah individu yang
ditemukan pada stasiun I
dikarenakan oleh
substrat perairan yang
merupakan substrat pasir
berlumpur dan merupakan
ekosistem padang lamun
sehingga persediaan
makanan seperti plankton
Program Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]
dan tumbuhan banyak di
jumpai di stasiun ini.
Hal ini dinyatakan oleh
Fuller (1979) menyatakan
bahwa mayoritas
makrozoobenthos lebih
suka hidup pada sedimen
lumpur hingga pasir.
Pada stasiun II hanya
ditemukan 4 individu
dengan 4 genus berbeda
yang merupakan kelas
Gastropoda. Sedikitnya
jumlah individu yang
ditemukan pada stasiun
II dikarenakan oleh
substrat perairan yang
merupakan substrat
berlumpur dengan tingkat
kekeruhan yang tinggi.
Oleh sebab itu, bentos
yang ditemukan di
stasiun II merupakan
bentos yang mampu
beradaptasi dengan
lingkungan perairan.
Bentos yang ditemukan di
stasiun III tidak
berbeda jauh dengan
stasiun II yaitu
sebanyak 8 individu
dengan 5 genus. Stasiun
ini memiliki
substrat jenis
pasir pecahan
kerang yang
kurang disukai
bentos. Hal ini
dilansirkan oleh Hidayah
(2003) bahwa substrat
pasir memiliki rongga
udara, sehingga pasokan
oksigen dari kolom
perairan menjadi lancar
dan ketersediaan oksigen
cukup tinggi. Substrat
jenis ini sulit untuk
mengakumulasi masukan
bahan organik.
Program Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]
Gambar 7. Kelimpahanmakrozoobenthosberdasarkan stasiun
Pada stasiun I
jumlah dari individu
makrozoobentos ditemukan
64 individu dengan
kelimpahan 2844,44
individu/m2 dikarenakan
stasiun I memiliki
ketersediaan makanan
yang lebih banyak
dibandingkan dengan
stasiun yang lain.
Perpaduan substrat pasir
dan lumpur lebih disukai
bentos karena substrat
tersebut dijadikan
sebagai tempat melekat,
berlindung dan mencari
makan di banding dengan
stasiun lain. Jumlah ini
tergolong banyak jika
dibandingkan dengan
kelimpahan yang
ditemukan pada stasiun
II sebesar 177,78
individu/m2 dan stasiun
III sebesar 355,56
individu/m2.
Gambar 8. Kelimpahanmakrozoobenthosberdasarkan kedalaman
Pada kedalaman 2
meter kelimpahan
makrozoobenthos mencapai
400 individu/m2 yang
disebabkan oleh dekatnya
lokasi pengambilan
sampling dengan daerah
ekosistem padang lamun
yang merupakan habitat
asli Bivalvia dan
Gastropoda. Kelimpahan
makrozoobenthos
terbanyak berada pada
kedalaman 8 meter
Program Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]
sebesar 2977,78
individu/m2, karena
makrozoobenthos umumnya
ditemui di kedalaman
lebih dari 7 meter
dengan penetrasi cahaya
yang kurang, suhu dan
salinitas yang optimal
serta asupan nutrien
yang didapat lebih
banyak ditemukan di
kedalaman lebih dari 7
meter. Hal ini
berbanding terbalik
dengan makrozoobenthos
yang tidak ditemukan
sama sekali pada
kedalaman 5 meter yang
dimungkinkan disebabkan
oleh kandungan kimia
yang berada pada
substrat maupun kondisi
kimia perairan yang
tidak mendukung
berkembangnya
makrozoobenthos di
kedalaman ini.
Hubungan Arus
dengan
Kelimpahan
Makrozoobenthos
Kecepatan arus
berpengaruh terhadap
distribusi biota yang
relatif menetap di
perairan, yaitu benthos
(Hynes 1974). Kondisi
fisika kimiawi sebagai
parameter pendukung
seperti suhu, dan
salinitas menjadi faktor
yang mempengaruhi
kelimpahan
makrozoobentos.
Gambar dibawah
menjelaskan arus di
perairan Bintan Timur
Program Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]
cukup mempengaruhi
distribusi populasi
biota benthos. Hasil
menunjukkan
makrozoobenthos banyak
terdapat di perairan
bersubstrat pasir
berlumpur pada stasiun I
dengan arus yang cukup
kuat sedangkan perairan
bersubstart lumpur pada
stasiun II sangat
sedikit ditemukan
benthos yang juga
memiliki arus lemah.
Sementara perairan
bersubstrat pasir
pecahan kerang pada
stasiun III kurang
banyak ditemukan benthos
karena arus di perairan
ini dapat dikategorikan
sedang.
Gambar 9. Hubungan arusdengan kelimpahanmakrozoobenthos
Kecepatan arus yang
berbeda di setiap
stasiun
mempengaruhi jumlah
individu
makrozoobenthos. Seperti
yang telah dilansirkan
Hynes (1974) bahwa
kecepatan arus
berpengaruh terhadap
distribusi biota yang
relatif menetap di
perairan, yaitu benthos.
Berdasarkan
analisis korelasi
Pearson didapat bahwa
pengaruh arus terhadap
kelimpahan
makrozoobenthos adalah
sebesar 0.715 yang masuk
dalam kategori positif
atau korelasi linear
positif yang artinya
perubahan salah satu
nilai variabel diikuti
Program Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]
perubahan nilai variabel
yang lainnya secara
teratur dengan arah yang
sama. Jika nilai
variabel x mengalami
kenaikan, maka variabel
y akan ikut naik, begitu
juga sebaliknya.
Kesimpulan
Berdasarkan
analisis korelasi
Pearson menunjukkan
bahwa arus cukup kuat
berpengaruh terhadap
kelimpahan
makrozoobenthos yaitu
sebesar 0.715 namun
rendahnya salinitas
serta jenis sedimen
dengan tingkat kekeruhan
tinggi juga turut
mempengaruhi kelimpahan
benthos. Hal ini dilihat
dari interval kecepatan
arus dan kelimpahan
makrozoobenthos pada
stasiun I dan II yang
terpaut cukup jauh.
Makrozoobenthos banyak
terdapat di perairan
bersubstrat pasir
berlumpur dengan arus
yang cukup kuat
sedangkan perairan
bersubstart lumpur
sangat sedikit ditemukan
benthos yang juga
memiliki arus lemah.
Sementara perairan
bersubstrat pasir
pecahan kerang kurang
banyak ditemukan benthos
karena arus di perairan
ini dapat dikategorikan
sedang.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan
terima kasih kepada Noir
Program Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]
Purba, Yuniarti MS serta
seluruh rekan yang turut
membantu penulis dalam
pengambilan dan
pengolahan data selama
penelitian.
Daftar Pustaka
Colin, P. dan Arneson,A. 1995. TropicalPasific Invertebrate.California: CoralReef Press
Fuller, S. L. H. 1979.Pollution Ecology ofEstuarine Invertebrates.Academic Press, NewYork. 78-117 pp.
Hynes, H. B. N. 1974.The Ecology of RunningWaters. LiverpoolUniversity Press:England
Nybakken, J.W. 1992.Biologi Laut SuatuPendekatan Biologis.Jakarta: PTGramedia.
Pranowo, W.S. dan S.Husrin. 2003.Kondisi Oseanografi
Perairan Pulau Bintan,Kepulauan Riau,Halaman 34-49.Penerbit PusatRiset Wilayah Laut& SumberdayaNonhayati, BRKP,Departemen Kelautan& Perikanan.Desember 2003.ISBN: 979-98165-0-5.
Setiawan, D. 2008.Struktur KomunitasMakrozoobenthosSebagai BioindikatorKualitas LingkunganPerairan Hilir SungaiMusi. Bogor:Institute PertanianBogor.
Setiobudiandi, I. 1997.Makrozoobenthos.Bogor : InstitutePertanian Bogor
Program Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]