PENGARUH ARUS TERHADAP KELIMPAHAN MAKROZOOBENTHOS DI PERAIRAN BINTAN TIMUR KEPULAUAN RIAU INFLUENCE...

21
PENGARUH ARUS TERHADAP KELIMPAHAN MAKROZOOBENTHOS DI PERAIRAN BINTAN TIMUR KEPULAUAN RIAU INFLUENCE OF CURRENT ON THE ABUNDANCE OF MACROZOOBENTHOS IN THE WATERS OF EASTERN BINTAN RIAU ISLAND PROVINCE Nurul Magfira Yuslan, Noir P. Purba, dan Yuniarti Universitas Padjadjaran Abstrak Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2013 di perairan Bintan Timur Provinsi Kepulauan Riau. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar hubungan arus terhadap kelimpahan makrozoobenthos di perairan Bintan Timur Kepulauan Riau. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif berupa metode survey. Survey lapangan dilakukan di 3 stasiun berbeda berdasarkan kedalaman dan sebaran sedimen menggunakan grab sampler. Parameter perairan yang dikumpulkan antara lain suhu, salinitas, sedimen, makrozoobenthos, dan arus. Parameter seperti arus, suhu, dan salinitas akan dipetakan menggunakan software surfer, sedimen akan dianalisis besar butirnya dan makrozoobenthos akan dihitung kelimpahannya. Hasil penelitian menunjukkan arus di perairan Bintan Timur tergolong kecil yaitu 0.01-0.026 m/s arus kuat terdapat di stasiun I. Sementara arus lemah terdapat di daerah teluk yaitu stasiun II dan arus sedang terdapat di stasiun III. Kekuatan arus yang bervariasi di setiap stasiun mempengaruhi hewan benthos di perairan Program Stara I Ilmu Kelautan e-mail : [email protected]

Transcript of PENGARUH ARUS TERHADAP KELIMPAHAN MAKROZOOBENTHOS DI PERAIRAN BINTAN TIMUR KEPULAUAN RIAU INFLUENCE...

PENGARUH ARUS TERHADAP KELIMPAHAN MAKROZOOBENTHOS DIPERAIRAN BINTAN TIMUR KEPULAUAN RIAU

INFLUENCE OF CURRENT ON THE ABUNDANCE OF MACROZOOBENTHOSIN THE WATERS OF EASTERN BINTAN RIAU ISLAND PROVINCE

Nurul Magfira Yuslan, Noir P. Purba, dan Yuniarti

Universitas Padjadjaran

Abstrak

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2013 diperairan Bintan Timur Provinsi Kepulauan Riau. Tujuanpenelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besarhubungan arus terhadap kelimpahan makrozoobenthos diperairan Bintan Timur Kepulauan Riau. Metode yangdigunakan adalah metode deskriptif berupa metode survey.Survey lapangan dilakukan di 3 stasiun berbedaberdasarkan kedalaman dan sebaran sedimen menggunakangrab sampler. Parameter perairan yang dikumpulkan antaralain suhu, salinitas, sedimen, makrozoobenthos, dan arus.Parameter seperti arus, suhu, dan salinitas akandipetakan menggunakan software surfer, sedimen akandianalisis besar butirnya dan makrozoobenthos akandihitung kelimpahannya. Hasil penelitian menunjukkan arusdi perairan Bintan Timur tergolong kecil yaitu 0.01-0.026m/s arus kuat terdapat di stasiun I. Sementara arus lemahterdapat di daerah teluk yaitu stasiun II dan arus sedangterdapat di stasiun III. Kekuatan arus yang bervariasi disetiap stasiun mempengaruhi hewan benthos di perairan

Program Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]

tersebut. Total individu yang ditemukan berjumlah 76individu dari 17 genus dengan jenis terbanyak dari kelasBivalvia dan Gastropoda. Kelimpahan makrozoobenthosterbanyak ditemukan di stasiun I sebesar 2844.44 ind/m2

dengan arus kuat, stasiun II sebesar 177.78 ind/m2 denganarus lemah dan stasiun III sebesar 355.56 ind/m2 denganarus sedang. Berdasarkan analisis pearson besarnyapengaruh arus terhadap kelimpahan makrozoobenthos diperairan ini cukup kuat.

Kata kunci: Arus, Bentos, Sedimen dan Bintan Timur

Abstract

The research was conducted on May 2013 in the watersof East Bintan Riau Islands Province. The purpose of thisstudy is to determine the influence of current the toabundance of macrozoobenthos in East Bintan waters ofRiau Island Province. The method used is descriptivemethod. Field surveys conducted at 3 different stationsbased on the depth and distribution of sediment by usinga grab sampler. Parameters collected were watertemperature, salinity, sediment, macrozoobenthos, andcurrents. Parameters such as current, temperature, andsalinity will be mapped by using Surfer software, largegrain sediments will be analyzed and will be calculatedmacrozoobenthos abundance by using azis formula. Theresults show the current in East Bintan waters isrelatively slow 0.01-0.026 m/s, the strong currents asfound at station I. Meanwhile there is a weaker currentin the bay area II and the current station being locatedProgram Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]

at station III. Current strength varied at each stationsand affect benthos in these area. Total of 76 individualswere found with 17 genus and mostly from gastropods andbivalvias. Macrozoobenthos abundance that found in eachstations as follows at the station I was 2844.44 ind/m2with strong currents, station II at 177.78 ind/m2 withweak current and III at 355.56 ind/m2 station withmoderate currents. Based on Pearson analysis theinfluence current on abundance makrozoobenthos in thiswaters is strong enough.

Keywords: Current, Benthos, Sediment and East Bintan

Program Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]

Pendahuluan

Menurut Pranowo dan

Husrin (2003), sistem

arus di perairan Pulau

Bintan masuk melalui

Laut Natuna dan Selat

Karimata. Sistem arus

yang terdapat pada Pulau

Bintan Timur menunjukkan

pola arus yang berbeda

setiap pasang maupun

surut. Selain memiliki

sistem arus yang

distribusinya berasal

dari berbagai arah,

perairan Pulau Bintan

Timur menunjukkan arus

yang cukup kuat yaitu

0.5 cm/detik. Jenis

sedimen yang terdapat di

Pulau Bintan berjenis

pasir, pecahan kerang,

dan lumpur, namun

sedimen ini tercampur

oleh aktivitas penambang

pasir laut sehingga

kandungan unsur hara

mempengaruhi

makrozooobenthos pada

perairan tersebut.

Kecepatan arus akan

sangat berpengaruh

terhadap organisme

bentos dan secara tidak

langsung pada substrat

perairan (Nybakken

1992). Makrozoobenthos

adalah biota yang hidup

di sedimen dasar laut

yang menempel di pasir

atau lumpur. Penyebaran

Program Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]

makrozoobenthos memiliki

keterkaitan dengan

kondisi perairan dimana

organisme ini ditemukan

karena peranannya

sebagai penyeimbang

ekosistem perairan dan

sebagai bioindikator

(Setiawan 2008).

Kelimpahan

makrozoobenthos yang

berbeda-beda di tiap

lokasi inilah yang akan

diteliti untuk

mengetahui seberapa

besar pengaruh arus di

perairan Pulau Bintan

Timur.

Metode Penelitian

Penelitian ini

dilakukan pada bulan Mei

2013 dengan tiga titik

stasiun yang mewakili

perairan Bintan Timur,

Kepulauan Riau.

Gambar 1. Lokasi

Penelitian

Pengambilan sampel

makrozoobenthos

dilakukan pada kedalaman

2 meter, 5 meter, dan 8

meter yang berdasarkan

pada sebaran jenis

sedimen diantaranya

stasiun I dengan

substrat pasir lumpuran,

stasiun II dengan

substrat lumpur, dan

stasiun

III dengan

substrat

pasir

pecahan

karang.

Masing-

masing

stasiun

meliputi

Program Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]

tiga kriteria kedalaman

berbeda. Benthos yang

diambil menggunakan grap

sampler kemudian

dipisahkan dari substrat

untuk diawetkan dan

selanjutnya

diidentifikasi di

Laboratorium Ilmu dan

Teknologi Kelautan,

Universitas Padjadjaran.

Identifikasi ini mengacu

pada Colin dan Arneson

(1995) sampai tingkat

taksa terdekat yaitu

genus. Sedangkan untuk

pengambilan data arus

menggunakan floating

drogue pada saat

menjelang pasang dan

surut yang mengacu pada

data prediksi pasang dan

surut perairan Bintan

Timur.

Hasil dan Pembahasan1. Suhu dan Salinitas

Permukaan LautSuhu air laut di

perairan Bintan Timur

menunjukkan nilai yang

beragam yaitu 30°C -

33°C. Kisaran

beda suhu air laut di

perairan Bintan Timur

pada stasiun II adalah

sekitar 1°C. Nilai suhu

air maksimum dalam

penelitian berkisar 33°C

yang dijumpai pada

lapisan permukaan di

stasiun I, dimana

pengamatan dilakukan

pada pagi hari menjelang

siang dalam

Gambar 1. Peta sebaransuhu (0C) permukaan diperairan Bintan Timur

kondisi air laut dari

pasang menuju surut.

Program Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]

Sementara nilai rata-

rata suhu air laut pada

kedalaman 2 meter, 5

meter, dan 8 meter

masing-masing yaitu

31.7oC; 31.4oC; dan 30.9oC sedangkan nilai suhu

minimum berkisar 30°C

yang diperoleh di

stasiun III lebih kecil

dibandingkan stasiun

lain, hal ini disebabkan

karena pengambilan data

diambil pada saat pasang

yang mana membuat suhu

air laut di stasiun ini

menurun. Kisaran suhu

air ini merupakan suhu

optimal bagi

makrozoobenthos.

Program Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]

Gambar 2. Peta sebaransalinitas (ppt) pemukaandi perairan Bintan Timur

Salinitas permukaan

air laut di perairan

Bintan Timur

memperlihatkan kisaran

25 – 33 ppt. Rata-rata

salinitas air laut pada

setiap stasiun I, II,

dan III masing-masing

yaitu 32.6 ppt; 25.4 ppt;

dan 31.3 ppt. Untuk

stasiun I dan III

salinitas masih berada

di batas normal untuk

variasi nilai salinitas

air laut pada perairan

laut dangkal. Sementara

untuk stasiun II

menunjukkan nilai

salinitas minimum yaitu

25.4 ppt. Rendahnya

salinitas di stasiun ini

disebabkan oleh

lokasinya yang dekat

dengan muara sungai

Kawal dimana masukan air

Program Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]

tawar mempengaruhi

salinitas pada daerah

ini. Oleh karena itu,

pada stasiun II hanya

ditemukan sedikit

makroozoobenthos

dibandingkan pada

stasiun I dan III,

karena tidak sesuai

dengan kriteria

hidupnya.

Substrat

Dari hasil analisis

besar butir, didapat

bahwa presentase fraksi

tertinggi di setiap

stasiun adalah pasir.

Presentase fraksi pasir

tertinggi terdapat di

stasiun III yaitu

sebesar 74.82 %,

sedangkan terendah

terdapat di stasiun II

yaitu sebesar 68.87 %.

Jenis sedimen merupakan

salah satu faktor yang

menentukan penyebaran

jenis bentos.

Program Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]

Banyaknya hewan benthos

yang hidup di substrat

pasir menunjukkan bahwa

substrat jenis ini cukup

baik dalam berkolerasi

terhadap sirkulasi air

yang mengatur kelembaban

dan mengsuplai oksigen

serta nutrien.

Pada tiga stasiun

memiliki dominan

substrat yang sama

berupa substrat

berpasir, namun terdapat

perbedaan pada saat

penelitian di lapangan

yang diamati secara

visual yaitu stasiun I

yang merupakan ekosistem

lamun memiliki substrat

pasir berlumpur, stasiun

II substrat lumpur, dan

stasiun III substart

pasir pecahan kerang.

Kedalaman

Program Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]

Stasiu

n

Jenis Fraksi (%)Keri

kil

Pas

ir

Lumpu

rI 5 70.

62

19.66

II 4.89 68.

87

23.77

III 9.4 74.

82

15.36

Tabel 1. Jenis substratpada setiap stasiunberdasarkan skala

Selama pengamatan

didapatkan data rata-

rata kedalaman di

perairan Bintan Timur

berkisar antara 2 meter

hingga 8 meter seperti

yang telah ditentukan.

Kedalaman yang

bervariasi diperoleh

dari stasiun II, dimana

pada stasiun ini

memiliki sedimen

berjenis lumpur sehingga

cukup sulit menentukan

kedalaman menggunakan

tali penduga. Menurut

Setiobudiandi (1997)

kedalaman perairan akan

mempengaruhi jumlah

jenis, jumlah individu

dan biomass organisme

makrozoobenthos, selain

itu dapat juga

mempengaruhi pola

distribusi atau

penyebaran

makrozoobenthos.

Gambar 3. Peta kedalamandi perairan Bintan Timur

Arus

Kecepatan arus di

perairan ini menunjukkan

nilai kecepatan yang

bervariasi berkisar

antara 0.01 - 0.026 m/s

dengan nilai rata-rata

0.017m/s.

Gambar 4. Grafikkecepatan arus setiapstasiun

Program Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]

Gambar 5. Grafik pasang

dan surut TMD pada

pengambilan data arus

Berdasarkan data

pasang surut yang diplot

dalam bentuk grafik

kondisi arus permukaan

perairan Bintan Timur

lebih dibangkitkan oleh

pasang surut tipe

Campuran Cenderung

Semidiurnal yaitu saat

air pasang/surut penuh

dan tidak penuh

terjadinya dua kali

dalam sehari (Pranowo

dkk 2003). Jika

dibandingkan dengan pola

arus yang terjadi di

Bintan Timur,

kecepatannya masih

tergolong sangat kecil.

Kecilnya arus di

perairan ini mungkin

disebabkan oleh jenis

perairan yang dangkal

dan dikelilingi oleh

pulau-pulau kecil yang

berada disekitarnya.

Terdapat 4 pulau kecil

yang tersebar di sekitar

Pulau Bintan Timur,

keberadaan pulau kecil

ini mempengaruhi arus

pada daerah tersebut.

Arus kuat yang masuk

melalui Selat Singapura

menjadi lemah saat masuk

menuju tenggara pulau

Bintan Timur karena

terhalang oleh pulau-

Program Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]

pulau kecil di daerah

tersebut.

Pada stasiun II dan

III rata-rata memiliki

kecepatan arus sebesar

0.01 - 0.023 m/s. Untuk

arah arus saat menjelang

pasang cenderung menuju

utara, sedangkan arah

arus saat menjelang

surut cenderung menuju

timur laut. Pola arah

arus menunjukkan bahwa

arus di perairan ini

dipengaruhi oleh arus

pasang surut. Perairan

di bagian Timur Bintan

pada stasiun I merupakan

perairan yang arusnya

lebih kuat dibandingkan

stasiun II dan III. Arus

yang kuat pada stasiun I

juga banyak ditemukan

makrozoobenthos sebanyak

67 individu, karena

memiliki arus yang

sedang yang disukai

bentos. Tingginya

kecepatan di stasiun ini

disebabkan oleh kuatnya

angin yang bertiup dari

arah laut ke darat dan

sebaliknya pada saat

pengambilan data. Arus

yang sedang lebih

disukai benthos karena

dapat membawa asupan

bahan organik sebagai

makanan bentos

dibandingkan arus kuat

dan lemah yang

menyulitkan bentos dalam

memperolah makanan.

Program Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]

Pola pergerakan air

menjelang surut

menunjukkan secara

dominan arus bergerak

dari arah Utara menuju

Selatan dan sebagian

kecil berbelok ke

selatan menuju Selat

Kawal, lokasi stasiun

II. Utara Pulau Bintan

berbatasan langsung

dengan Selat Singapura

yang membawa arus kuat

ke perairan ini

sedangkan selatan Pulau

Bintan berbatasan

langsung dengan Selat

Karimata. Pola

pergerakan air menjelang

pasang, arus secara

dominan bergerak dari

arah utara, timur, dan

tenggara menuju barat.

Pada saat menjelang

Program Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]

(i) (ii)

Gambar 6. Pola Arus Permukaan di Perairan Bintan Timurberdasarkan : (i) Arus saat menjelang surut dan (ii) Arus saat

menjelang pasang

surut terdapat angin

yang bertiup cukup kuat

di perairan ini, namun

pada saat menjelang

pasang angin cenderung

lemah. Meskipun

kecepatan arus menjelang

pasang lebih tinggi

daripada kecepatan arus

menjelang surut namun

tidak terdapat perbedaan

yang cukup signifikan

terhadap kecepatan arus

menjelang surut maupun

menjelang pasang.

Kelimpahan

Makrozoobenthos

Tercatat 76

individu dengan 17 genus

yang tersebar di tiga

titik stasiun perairan

Bintan Timur. Walaupun

jenisnya cukup beragam

namun jumlah ini

tergolong sedikit untuk

kondisi perairan seperti

Bintan Timur. Kisaran

jumlah spesies yang

ditemukan pada setiap

stasiun adalah 23

spesies. Kebanyakan

ditemukan spesies dari

kelas Bivalvia dan

Gastropoda yang banyak

terdapat di stasiun I

dan III. Pada stasiun I

ditemukan 64 individu

dari 11 genus yang

didominansi oleh

gastropoda. Banyaknya

jumlah individu yang

ditemukan pada stasiun I

dikarenakan oleh

substrat perairan yang

merupakan substrat pasir

berlumpur dan merupakan

ekosistem padang lamun

sehingga persediaan

makanan seperti plankton

Program Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]

dan tumbuhan banyak di

jumpai di stasiun ini.

Hal ini dinyatakan oleh

Fuller (1979) menyatakan

bahwa mayoritas

makrozoobenthos lebih

suka hidup pada sedimen

lumpur hingga pasir.

Pada stasiun II hanya

ditemukan 4 individu

dengan 4 genus berbeda

yang merupakan kelas

Gastropoda. Sedikitnya

jumlah individu yang

ditemukan pada stasiun

II dikarenakan oleh

substrat perairan yang

merupakan substrat

berlumpur dengan tingkat

kekeruhan yang tinggi.

Oleh sebab itu, bentos

yang ditemukan di

stasiun II merupakan

bentos yang mampu

beradaptasi dengan

lingkungan perairan.

Bentos yang ditemukan di

stasiun III tidak

berbeda jauh dengan

stasiun II yaitu

sebanyak 8 individu

dengan 5 genus. Stasiun

ini memiliki

substrat jenis

pasir pecahan

kerang yang

kurang disukai

bentos. Hal ini

dilansirkan oleh Hidayah

(2003) bahwa substrat

pasir memiliki rongga

udara, sehingga pasokan

oksigen dari kolom

perairan menjadi lancar

dan ketersediaan oksigen

cukup tinggi. Substrat

jenis ini sulit untuk

mengakumulasi masukan

bahan organik.

Program Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]

Gambar 7. Kelimpahanmakrozoobenthosberdasarkan stasiun

Pada stasiun I

jumlah dari individu

makrozoobentos ditemukan

64 individu dengan

kelimpahan 2844,44

individu/m2 dikarenakan

stasiun I memiliki

ketersediaan makanan

yang lebih banyak

dibandingkan dengan

stasiun yang lain.

Perpaduan substrat pasir

dan lumpur lebih disukai

bentos karena substrat

tersebut dijadikan

sebagai tempat melekat,

berlindung dan mencari

makan di banding dengan

stasiun lain. Jumlah ini

tergolong banyak jika

dibandingkan dengan

kelimpahan yang

ditemukan pada stasiun

II sebesar 177,78

individu/m2 dan stasiun

III sebesar 355,56

individu/m2.

Gambar 8. Kelimpahanmakrozoobenthosberdasarkan kedalaman

Pada kedalaman 2

meter kelimpahan

makrozoobenthos mencapai

400 individu/m2 yang

disebabkan oleh dekatnya

lokasi pengambilan

sampling dengan daerah

ekosistem padang lamun

yang merupakan habitat

asli Bivalvia dan

Gastropoda. Kelimpahan

makrozoobenthos

terbanyak berada pada

kedalaman 8 meter

Program Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]

sebesar 2977,78

individu/m2, karena

makrozoobenthos umumnya

ditemui di kedalaman

lebih dari 7 meter

dengan penetrasi cahaya

yang kurang, suhu dan

salinitas yang optimal

serta asupan nutrien

yang didapat lebih

banyak ditemukan di

kedalaman lebih dari 7

meter. Hal ini

berbanding terbalik

dengan makrozoobenthos

yang tidak ditemukan

sama sekali pada

kedalaman 5 meter yang

dimungkinkan disebabkan

oleh kandungan kimia

yang berada pada

substrat maupun kondisi

kimia perairan yang

tidak mendukung

berkembangnya

makrozoobenthos di

kedalaman ini.

Hubungan Arus

dengan

Kelimpahan

Makrozoobenthos

Kecepatan arus

berpengaruh terhadap

distribusi biota yang

relatif menetap di

perairan, yaitu benthos

(Hynes 1974). Kondisi

fisika kimiawi sebagai

parameter pendukung

seperti suhu, dan

salinitas menjadi faktor

yang mempengaruhi

kelimpahan

makrozoobentos.

Gambar dibawah

menjelaskan arus di

perairan Bintan Timur

Program Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]

cukup mempengaruhi

distribusi populasi

biota benthos. Hasil

menunjukkan

makrozoobenthos banyak

terdapat di perairan

bersubstrat pasir

berlumpur pada stasiun I

dengan arus yang cukup

kuat sedangkan perairan

bersubstart lumpur pada

stasiun II sangat

sedikit ditemukan

benthos yang juga

memiliki arus lemah.

Sementara perairan

bersubstrat pasir

pecahan kerang pada

stasiun III kurang

banyak ditemukan benthos

karena arus di perairan

ini dapat dikategorikan

sedang.

Gambar 9. Hubungan arusdengan kelimpahanmakrozoobenthos

Kecepatan arus yang

berbeda di setiap

stasiun

mempengaruhi jumlah

individu

makrozoobenthos. Seperti

yang telah dilansirkan

Hynes (1974) bahwa

kecepatan arus

berpengaruh terhadap

distribusi biota yang

relatif menetap di

perairan, yaitu benthos.

Berdasarkan

analisis korelasi

Pearson didapat bahwa

pengaruh arus terhadap

kelimpahan

makrozoobenthos adalah

sebesar 0.715 yang masuk

dalam kategori positif

atau korelasi linear

positif yang artinya

perubahan salah satu

nilai variabel diikuti

Program Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]

perubahan nilai variabel

yang lainnya secara

teratur dengan arah yang

sama. Jika nilai

variabel x mengalami

kenaikan, maka variabel

y akan ikut naik, begitu

juga sebaliknya.

Kesimpulan

Berdasarkan

analisis korelasi

Pearson menunjukkan

bahwa arus cukup kuat

berpengaruh terhadap

kelimpahan

makrozoobenthos yaitu

sebesar 0.715 namun

rendahnya salinitas

serta jenis sedimen

dengan tingkat kekeruhan

tinggi juga turut

mempengaruhi kelimpahan

benthos. Hal ini dilihat

dari interval kecepatan

arus dan kelimpahan

makrozoobenthos pada

stasiun I dan II yang

terpaut cukup jauh.

Makrozoobenthos banyak

terdapat di perairan

bersubstrat pasir

berlumpur dengan arus

yang cukup kuat

sedangkan perairan

bersubstart lumpur

sangat sedikit ditemukan

benthos yang juga

memiliki arus lemah.

Sementara perairan

bersubstrat pasir

pecahan kerang kurang

banyak ditemukan benthos

karena arus di perairan

ini dapat dikategorikan

sedang.

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan

terima kasih kepada Noir

Program Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]

Purba, Yuniarti MS serta

seluruh rekan yang turut

membantu penulis dalam

pengambilan dan

pengolahan data selama

penelitian.

Daftar Pustaka

Colin, P. dan Arneson,A. 1995. TropicalPasific Invertebrate.California: CoralReef Press

Fuller, S. L. H. 1979.Pollution Ecology ofEstuarine Invertebrates.Academic Press, NewYork. 78-117 pp.

Hynes, H. B. N. 1974.The Ecology of RunningWaters. LiverpoolUniversity Press:England

Nybakken, J.W. 1992.Biologi Laut SuatuPendekatan Biologis.Jakarta: PTGramedia.

Pranowo, W.S. dan S.Husrin. 2003.Kondisi Oseanografi

Perairan Pulau Bintan,Kepulauan Riau,Halaman 34-49.Penerbit PusatRiset Wilayah Laut& SumberdayaNonhayati, BRKP,Departemen Kelautan& Perikanan.Desember 2003.ISBN: 979-98165-0-5.

Setiawan, D. 2008.Struktur KomunitasMakrozoobenthosSebagai BioindikatorKualitas LingkunganPerairan Hilir SungaiMusi. Bogor:Institute PertanianBogor.

Setiobudiandi, I. 1997.Makrozoobenthos.Bogor : InstitutePertanian Bogor

Program Stara I Ilmu Kelautane-mail : [email protected]