PEMBELAJARAN HOLISTIK ANAK USIA DINI MELALUI PENDEKATAN MULTIPLE INTELEGENCE/KECERDASAN JAMAK
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of PEMBELAJARAN HOLISTIK ANAK USIA DINI MELALUI PENDEKATAN MULTIPLE INTELEGENCE/KECERDASAN JAMAK
TUGAS MAKALAH MANDIRI
PEMBELAJARAN HOLISTIK ANAK USIA DINI MELALUI
PENDEKATAN MULTIPLE INTELEGENCE/KECERDASANJAMAK
OLEH :
HULAIMI
NIM. 15.1.13.11.0.032
MAHASISWA PROGRAM DMSS1 KEDUA NON PGMI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya pendidikan yang dilakukan
Tidak jarang kita jumpai adanya guru yang bingung
karena materi yang disampaikan tidak dapat
diterima siswa dengan baik. Meskipun sang guru
telah bersusah payah untuk menyampaikan materi
dengan sejelas-jelasnya tetapi hasilnya masih saja
kurang memuaskan. Guru yang putus asa akan
mengeluh bahkan bisa sampai jengkel kepada murid-
muridnya. Ada guru yang sampai hati membentak dan
bahkan mengatakan ‘bodoh’ kepada muridnya.
Kenyataan seperti ini seringkali menghantui
perasaan sang guru, dimana sebenarnya
permasalahannya berangkat dari ketidak fahaman
guru tentang pembelajaran itu sendiri, tentang
karakteristik anak didik, perkembangan kejiwaan
yang terjadi pada anak didik, strategi-strategi
3
yang perlu dipergunakan, dan hal-hal lain yang
terkait dengan pendidikan.
Sekolah hendaknya menjadi tempat peserta didik dan
guru bekerja guna mencapai tujuan yang saling
menguntungkan. Komunikasi yang terbuka dan jujur
sangat penting, perbedaan individu dihargai dan
kerjasama lebih utama dari pada kompetisi.
Sehingga pada daasarnya seorang individu dapat
menemukan identitas, makna dan tujuan hidup
melalui hubungannya dengan masyarakat, lingkungan
alam, dan nilai-nilai spiritual. Untuk itu
diperlukan suatu system pembelajaran dan
pendekatan pembelajaran yang bisa untuk mengasah
kemampuan peserta didik yang telah dibekali oleh
Allah berupa kecerdasan/intelegensi yang beragam.
Pembelajaran holistik (holistic learning) adalah
pendekatan pembelajaran yang berfokus pada
pemahaman informasi dan mengkaitkannya dengan
topik-topik lain sehingga terbangun kerangka
pengetahuan. Dalam pembelajaran holistik,
4
diterapkan prinsip bahwa siswa akan belajar lebih
efektif jika semua aspek pribadinya (pikiran,
tubuh dan jiwa) dilibatkan dalam pengalaman
siswa.1
Berangkat dari masalah ini maka penulis merasa
perlu untuk mengangkatnya menjadi sebuah kajian
ilmiah berupa makalah dengan judul “Pembelajaran
Holistik Anak Usia Dini Melalui Pendekatan
Multiple Intelegence/Kecerdasan Jamak”
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang di atas maka bisa di
rumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran holistic?
2. Apa yang dimaksud dengan anak usia dini?
3. Apa yang dimaksud dengan kecerdasan jamak?
4. Apa strategi pembelajaran dalam mengembangkan
kemampuan jamak pada anak usia dini?
C. Tujuan
1 http://ippank47.blogspot.com/2011/05/makalah-tentang-holistik.html di aksestanggal 20 April 2014 jam 11:32
5
Makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui maksud dari pembelajaran holistic.
2. Mengetahui hakikat anak usia dini.
3. Mengetahui maksud dari kecerdasan jamak.
4. Mengetahui strategi pembelajaran dalam
mengembangkan kemampuan jamak pada anak usia
dini.
6
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pembelajaran Holistik
1. Pengertian Pembelajaran Holistik
Pembelajaran holistik (holistic learning) adalah
pendekatan pembelajaran yang berfokus pada
pemahaman informasi dan mengkaitkannya dengan
topik-topik lain sehingga terbangun kerangka
pengetahuan. Dalam pembelajaran holistik,
diterapkan prinsip bahwa siswa akan belajar lebih
efektif jika semua aspek pribadinya (pikiran,
tubuh dan jiwa) dilibatkan dalam pengalaman
siswa.2
Sekolah hendaknya menjadi tempat peserta didik dan
guru bekerja guna mencapai tujuan yang saling
menguntungkan. Komunikasi yang terbuka dan jujur
sangat penting, perbedaan individu dihargai dan
kerjasama lebih utama dari pada kompetisi.
2 http://ippank47.blogspot.com/2011/05/makalah-tentang-holistik.html di akses tanggal 20 April 2014 jam 11:32
7
2. Teori-teori tentang pembelajaran holistic
Dari penelitiannya, Dave Meier berpendapat bahwa
manusia memiliki empat dimensi yakni: tubuh atau
somatis (S), pendengaran atau auditori (A),
penglihatan atau visual (V), dan pemikiran atau
intelek (I). Bertolak dari pandangan ini ia
mengajukan model pembelajaran aktif yang disingkat
SAVI (somatis, auditori, visual dan intelektual).
Dengan pemahaman ini beliau mengajukan sejumlah
prinsip pokok dalam belajar, yakni:
1 – Belajar melibatkan seluruh tubuh dan pikiran
2 – Belajar adalah berkreasi, bukan mengkonsumsi.
3 – Kerjasama membantu proses belajar.
4 – Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan
secara simultan.
5 – Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu
sendiri.
6 – Emosi positif sangat membantu pembelajaran.
8
7 – Otak-citra menyerap informasi secara langsung
dan otomatis.
Sekarang, marilah kita simak pokok-pokok pikiran
Meier, bagaimana prinsip kegiatan belajar
berdasarkan prinsip SAVI itu.
Pertama, belajar somatis, belajar dengan bergerak
dan berbuat. Apa sajakah yang dapat dilakukan?
Jawabnya ialah:
Membuat model dalam suatu proses.
Secara fisik menggerakkan berbagai komponen
dalam suatu proses atau sistem
Menciptakan bagan, diagram, piktogram.
Memeragakan suatu proses, sistem, atau
seperangkat konsep.
Mendapatkan pengalaman, lalu membicarakannya
dan merefleksikannya.
Melengkapi suatu proyek yang memerlukan
kegiatan fisik.
9
Menjalankan belajar aktif (simulasi,permainan
belajar,dan lain-lain)
Melakukan tinjauan lapangan. Lalu menuliskan,
menggambar dan membicarakan apa yang
dipelajari.
Mewawancarai orang di luar kelas.
Dalam tim, menciptakan pelatihan pembelajaran
aktif bagi seluruh kelas.
Kedua, belajar auditori (A), kegiatan mendengar
dan berbicara. Apa saja yang dilakukan dalam
kegiatan?
Membaca keras dari bahan sumber.
Membaca paragraf dan memberikan maknanya.
Membuat rekaman suara sendiri.
Menceritakan buku yang dibaca.
Membicarakan apa yang dipelajari dan bagaimana
menerapkannya.
Meminta pelajar memperagakan sesuatu dan
menjelaskan apa yang dilakukan.
Bersama-sama membaca puisi, menyanyi.
10
Ketiga, belajar visual (V), kegiatan melihat,
mengamati, memperhatikan. Apa sajakah kegiatan
dalam pendekatan ini?
* Mengamati gambar dan memaknainya.
* Memperhatikan grafik atau membuatnya.
* Melihat benda tiga dimensi.
* Menonton video, film.
* Kreasi pictogram
* Pengamatan lapangan
* Dekorasi warna-warni
Keempat, belajar intelektual (I), kegiatan
mencipta, merenungkan, memaknai, memecahkan
masalah. Ada sejumlah kegiatan terkait dengan
pendekatan ini, antara lain:
* Pemecahan masalah
* Menganalisis pengalaman, kasus
* Mengerjakan rencana strategis
* Melahirkan gagasan kreatif
* Mencari dan menjaring informasi
* Merumuskan pertanyaan
11
* Menciptakan model mental
* Menerapkan gagasan bagus pada pekerjaan.
* Menciptakan makna pribadi
* Meramalkan implikasi suatu gagasan3.
B. Hakikat Anak Usia Dini
Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan
nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini
adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut4
Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan
sampai usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia yang
sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan
3 http://ippank47.blogspot.com/2011/05/makalah-tentang-holistik.html di akses tanggal 20April 2014 jam 11:32
4 (UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14).
12
kepribadian anak5. Usia dini merupakan usia di mana
anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang
pesat. Usia dini disebut sebagai usia emas (golden
age). Makanan yang bergizi yang seimbang serta
stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan tersebut.
Ada berbagai kajian tentang hakikat anak usia dini,
khususnya anak TK diantaranya oleh Bredecam dan
Copple, Brener, serta Kellough6 sebagai berikut.
1. Anak bersifat unik.
2. Anak mengekspresikan perilakunya secararelative spontan.
3. Anak bersifat aktif dan enerjik.
4. Anak itu egosentris.
5. Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat danantusias terhadap banyak hal.
6. Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang.
7. Anak umumnya kaya dengan fantasi.
5 Sujono, Yuliani nurani. (2009) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks,7
6 Masitoh dkk. (2005) Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Pusat Pnerbit Universitas Terbuka.1.12-1.13
13
8. Anak masih mudah frustrasi.
9. Anak masih kurang pertimbangan dalambertindak.
10. Anak memiliki daya perhatian yang pendek.
11. Masa anak merupakan masa belajar yang palingpotensial.
12. Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman.
C. Karakteristik Cara Belajar Anak Usia Dini
Anak memiliki karakteristik yang berbeda dengan
orang dewasa dalam berperilaku. Dengan demikian
dalam hal belajar anak juga memiliki karakteristik
yang tidak sama pula dengan orang dewasa.
Karakteristik cara belajar anak merupakan fenomena
yang harus dipahami dan dijadikan acuan dalam
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran untuk
anak usia dini. Adapun karakterisktik cara belajar
anak menurut Masitoh dkk. 7adalah :
1. Anak belajar melalui bermain.
2. Anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya.
7 Ibid, 6.9-6.12
14
3. Anak belajar secara alamiah.
4. Anak belajar paling baik jika apa yang
dipelajarinya mempertimbangkan keseluruhan aspek
pengembangan, bermakna, menarik, dan fungsional.
D. Karakteristik Pembelajaran untuk Anak Usia Dini
Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini, menurut
Sujiono dan Sujiono, pada dasarnya adalah
pengembangan kurikulum secara konkret berupa
seperangkat rencana yang berisi sejumlah pengalaman
belajar melalui bermain yang diberikan pada anak
usia dini berdasarkan potensi dan tugas perkembangan
yang harus dikuasainya dalam rangka pencapaian
kompetensi yang harus dimiliki oleh anak.8
Atas dasar pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa
pembelajaran untuk anak usia dini memiliki
karakteristik sebagai berikut.
1. Belajar, bermain, dan bernyanyi
8 Sujono, Yuliani nurani. (2009) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks. 138
15
Pembelajaran untuk anak usia dini menggunakan
prinsip belajar, bermain, dan bernyanyi9.
Pembelajaran untuk anak usia dini diwujudkan
sedemikian rupa sehingga dapat membuat anak aktif,
senang, bebas memilih. Anak-anak belajar melalui
interaksi dengan alat-alat permainan dan
perlengkapan serta manusia. Anak belajar dengan
bermain dalam suasana yang menyenangkan. Hasil
belajar anak menjadi lebih baik jika kegiatan
belajar dilakukan dengan teman sebayanya. Dalam
belajar, anak menggunakan seluruh alat inderanya.
2. Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan
Pembelajaran yang berorientasi pada
perkembangan mengacu pada tiga hal penting,
yaitu : 1) berorientasi pada usia yang tepat, 2)
berorientasi pada individu yang tepat, dan 3)
berorientasi pada konteks social budaya.10
9 Slamet Suyanto. (2005) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidiikan Tenaga Kependidikan dan Ketegagaan Perguruan Tinggi. 133
10 Masitoh dkk. (2005) Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Pusat Pnerbit Universitas Terbuka, 3.12
16
Pembelajaran yang berorientasi pada
perkembangan harus sesuai dengan tingkat usia
anak, artinya pembelajaran harus diminati,
kemampuan yang diharapkan dapat dicapai, serta
kegiatan belajar tersebut menantang untuk
dilakukan anak di usia tersebut.
Manusia merupakan makhluk individu. Perbedaan
individual juga harus manjadi pertimbangan guru
dalam merancang, menerapkan, mengevaluasi
kegiatan, berinteraksi, dan memenuhi harapan anak.
Selain berorientasi pada usia dan individu
yang tepat, pembelajaran berorientasi perkembangan
harus mempertimbangkan konteks sosial budaya anak.
Untuk dapat mengembangkan program pembelajaran
yang bermakna, guru hendaknya melihat anak dalam
konteks keluarga, masyarakat, faktor budaya yang
melingkupinya.
E. Kecerdasan Jamak
17
Kecerdasan jamak adalah berbagai jenis kecerdasan
yang dapat dikembangkan pada anak. Cara merangsang
Kecerdasan Jamak.
1. Untuk merangsang kecerdasan berbahasa verbalajaklah bercakap-cakap, bacakan cerita berulang-ulang, rangsang untuk berbicara dan bercerita,menyanyikan lagu anak-anak dll.
2. Latih kecerdasan logika-matematik denganmengelompokkan, menyusun, merangkai, menghitungmainan, bermain angka, halma, congklak, sempoa,catur, kartu, teka-teki, puzzle, monopoli,permainan komputer dll.
3. Kembangkan kecerdasan visual-spatial denganmengamati gambar, foto, merangkai dan membongkarlego, menggunting, melipat, menggambar, halma,puzzle, rumah-rumahan, permainan komputer dll.
4. Melatih kecerdasan gerak tubuh dengan berdiri satukaki, jongkok, membungkuk, berjalan di atas satugaris, berlari, melompat, melempar, menangkap,latihan senam, menari, olahraga permainan dll.
5. Merangsang kecerdasan musikal dengan mendengarkanmusik, bernyanyi, memainkan alat musik, mengikutiirama dan nada
6. Melatih kecerdasan emosi inter-personal denganbermain bersama dengan anak yang lebih tua danlebih muda, saling berbagi kue, mengalah,meminjamkan mainan, bekerjasama membuat sesuatu,permainan mengendalikan diri, mengenal berbagaisuku, bangsa, budaya, agama melalui buku, TV dll.
7. Melatih kecerdasan emosi intra- personal denganmenceritakan perasaan, keinginan, cita-cita,pengalaman, berkhayal, mengarang ceritera dll.
8. Merangsang kecerdasan naturalis dengan menanambiji hingga tumbuh, memelihara tanaman dalam pot,memelihara binatang, berkebun, wisata di hutan,
18
gunung, sungai, pantai, mengamati langit, awan,bulan, bintang dll.11
Melewati rentangan waktu, jenis kecerdasan
bertambah dengan jenis kecerdasan spiritual. Zohar
dan Marshall (Yuliani & Bambang, 2010) beranggapan
bahwa kecerdasan spiritual dapat diartikan sebagai
kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan
makna dan nilai. Kecerdasan untuk menempatkan
perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang
lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa
tindakan atau jalan hidup seseorang labih bermakna
dibandingkan dengan yang lain. Berhubungan dengan
kecerdasan spiritual bagi anak usia dini, Gutama
dalam Yuliani & Bambang (2010:63) menuliskan bahwa
“kecerdasan spiritual adalah ekspresi pemikiran yang
muncul dari dalam kalbu seseorang. Bagi anak,
kesadaran ini memacu mereka untuk menemukan dan
mengembangkan bakat bawaan, energi, dan hasratnya
11 http://paudanakcerdas.blogspot.com/2013/05/kecerdasan-jamak.htmldiakses 22 April 2014 Jam 12.43
19
serta sebagai sumber motivasi yang memiliki kekuatan
luar biasa”
Gardner (Santrock, 2007) mengungkapkan bahwa
terdapat banyak cara belajar dan kecenderungan
intelligensi anak untuk dapat mempelajari suatu
keterampilan atau konsep. Menurut Sabri (dalam
Sujiono, 2012) : “Tujuan penting dalam mengetahui
berbagai aspek yang terdapat dalam kecerdasan jamak
adalah diharapkan para pendidik dapat memperlakukan
anak sesuai dengan cara-cara dan gaya belajarnya
masing-masing”. Pemahaman tentang kecerdasan jamak
dapat membantu pendidik dan orang tua untuk menuntun
anak terutama dalam mengajari anak sesuai dengan
cara yang paling mudah menurut minat dan
kecenderungan potensi kecerdasan anak.12
F. Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini
12 http://elicious-edu.blogspot.com/p/materi-kuliah.html diakses pada 22 April 2014 Jam 19:58
20
Kecerdasan jamak untuk anak usia dini
disebutkan oleh Elis komalasari & Siti Khodijah
dalam blognya sebagai berikut:
Gardner & Krechevsky (2013) dalam tulisannya
mengenai “Munculnya dan Pemeliharaan Kecerdasan Majemuk
pada Masa Balita: Pendekatan Proyek Spektrum” mengemukakan
bahwa kemungkinan bakat luar biasa anak-anak yang
dapt dikenali di usia muda dan bahwa profil
kemampuan yang ditunjukan oleh anak-anak prasekolah
dapat dengan jelas dibedakan satu dari yang lain.
Gardner, dkk mengungkapkan beberapa hasil temuan
mengenai implikasi pendidikan dan pendekatan
spectrum untuk penilaian yang menyebutkan bahwa
kemampuan orang belajar dan syaraf menawarkan
dukungan baru untuk pandangan majemuk mengenai
kemampuan orang belajar dan menyarankan bahwa
pikiran diorganisasikan dalam wilayah fungsi yang
secara relatif terpisah.
Menurut Gardner (2013) kecerdasan didasarkan
paling sedikitnya dari potensi biologis, yang
21
kemudian diekspresikan sebagai hasil dari faktor-
faktor genetik dan lingkungan yang saling
mempengaruhi. Pada bayi, kecerdasan tidak pernah
dijumpai dalam bentuk murni. Sebaliknya, kecerdasan
tertanam dalam berbagai sistem simbol, seperti
bahasa yang dipakai untuk berbicara. Pendidikan pada
suatu saat mewakili pemeliharaan kecerdasan seperti
yang telah diwakili sepanjang waktu dalam berbagai
sistem mode budaya.
Proyek spektrum, suatu usaha inovatif untuk
mengukur profil kecerdasan dan gaya bekerja pada
anak-anak dilaksanakan oleh beberapa orang peneliti
termasuk didalamnya adalah Howard Gardner. Spektrum
mulai dengan asumsi bahwa setiap anak mempunyai
potensi untuk mengembangkan kekuatan dalam satu atau
beberapa area. Fokus proyek ini pada anak-anak
prasekolah mempunyai dorongan ilmiah dan praktis.
Dalam proyek ini, Gardner, dkk mencoba untuk
melakukan deteksi dan perkiraan nilai dari
identifikasi awal mengenai perbedaan individual
22
dengan tujuh kecerdasan. Dalam ruang Spectrum,
setiap hari anak-anak dikelilingi oleh material yang
kaya dan melibatkan aktivitasnya yang membangkitkan
sejumlah kecerdasan. Gardner, dkk tidak menggunakan
label untuk meransang kecerdasan secara langsung,
misalnya “ruang” atau “logika-matematika”.
Sebaliknya, Gardner, dkk menggunakan material yang
mempunyai peran sosial atau status akhir yang
dihargai, menggunakan kombinasi kecerdasan yang
relevan. Gardner, dkk menyiapkan beragam area,
antara lain:
1. Sudut ilmu pengetahuan
Tempat berbagai spesimen biologi dibawa untuk
diteliti dan dibandingkan dengan material lain,
area ini menuntut kemampuan indera dan juga
kekuatan analitik logika
2. Sudut bercerita
Tempat siswa menceritakan dongeng khayalan
menggunakan perangkat peralatan sandiwara yang
membangkitkan ingatan mereka, mempunyai peluang
23
untuk mendesain rangkaian gambar yang
bercerita, area ini membangkitkan bakat
linguistik, dramatik dan khayalan.
3. Sudut bangunan
Tempat siswa dapat membangun model dari ruang
kelas dan memanipulasi foto berukuran kecil
dari siswa dan guru dalam ruang; area ini
menggunakan kecerdasan ruang, gerakan badan dan
pribadi.
Adapun berbagai kecerdasan lain, dan
kombinasi kecerdasan disadap dalam puluhan area
dan aktivitas ruang kelas spectrum lainnya. Pada
umumnya, anak-anak siap melakukan eksplorasi pada
sebagian besar area dan anak-anak yang tidak
menunjukan ketertarikannya didorong untuk mencoba
material atau pendekatan alternatif. Guru siap
mengamati ketertarikan dan bakat anak selama kurun
waktu setahun, dan tidak ada penilaian khusus
yanng diperlukan. Namun untuk bidang pemikiran dan
kerajinan tangan, kelas spectrum menyediakan
24
permainan atau aktifitas spesifik yang
memungkinkan penetapan kecerdasan anak secara
tepat di area tersebut.13
G. Strategi Pembelajaran dalam Pengembangan
Kecerdasan Jamak
Pembelajaran dengan pendekatan kecerdasan jamak
dalam pendidikan anak usia dini sangat penting
terutama untuk mengenali perbedaan individu anak
didik. Implikasi teori kecerdasan jamak dalam
pembelajaran adalah bahwa pengajar perlu mengenali
modalitas kecerdasan yang dimiliki tiap-tiap anak.
Sehingga dengan strategi dan pendekatan yang
bervariasi maka diharapkan anak dapat tergali
modalitas yang menjadi gaya dan cara belajar anak
sehingga minat dan bakat anak dapat dikenali sejak
dini. Model pembelajaran dapat dipilih sesuai dengan
cara dan gaya belajar anak sehingga anak merasa
senang dan nyaman dalam belajar. Hal ini dapat
13 http://elicious-edu.blogspot.com/p/materi-kuliah.html diakses pada 22 April 2014 Jam 21:54
25
membantu anak mengenali diri dan kecenderungannya
sehingga modalitas minat anak dapat berkembang
secara optimal. Hal ini dapat pula membantu orang
tua dalam mengarahkan anak khususnya dalam meraih
cita-cita anak sesuai dengan minatnya
Multiple intelligence/ Kecerdasan Jamak adalah sebuah
penilaian yang melihat secara deskriptif bagaimana
individu menggunakan kecerdasannya untuk memecahkan
masalah dan menghasilkan sesuatu. Pendekatan ini
merupakan alat untuk melihat bagaimana pikiran
manusia mengoperasikan dunia, baik itu benda-benda
yang konkret maupun hal-hal yang abstrak. Bagi
Gardner tidak ada anak yang bodoh atau pintar, yang
ada anak yang menonjol dalam salah satu atau
beberapa jenis kecerdasan. Dengan demikian, dalam
menilai dan menstimulasi kecerdasan anak, orangtua
dan guru selayaknya dengan jeli dan cermat merancang
sebuah metode khusus.
26
Beberapa materi program yang dapat mengembangkan
kecerdasan majemuk akan dipaparkan dalam bentuk tabel
di bawah ini.
Tabel 1Kegiatan Pengembangan Kecerdasan Majemuk
JenisKecerdasan
Materi dan Kegiatan
Kecerdasan Linguistik
Mengajak anak berbicara Membacakan cerita Bermain huruf Merangkai cerita Berdiskusi dan bercakap-cakap Bermain peran Memperdengarkan lagu anak-anak
Kecerdasan Logika-Matematika
Bermain puzzle Mengenal bentuk geometri Mengenalkan bilangan melalui sajak berirama dan lagu Eksplorasi pikiran melalui diskusi dan olah pikir ringan Pengenalan pola Eksperimen di alam Memperkaya pengalaman berinteraksi dengan konsep matematika Games penuh strategi dan eksperimen
Kecerdasan Fisik-Kinestetik
Menari Bermain peran Drama Latihan fisik Pantomim Berbagai olah gerak
27
Kecerdasan Visual Spasial
Menggambar dan melukis Mencorat-coret Membuat prakarya Mengunjungi berbagai tempat Melakukan permainan konstruktif dan kreatif Menagtur dan merancang
Kecerdasan Intrapersonal
Menciptakan citra diri positif Menciptakan suasana yang mendukung pengembangan kemampuan interpersonal dan penghargaan diri anak Menuangkan isi hati dalam jurnalpribadi Memberikan kesempatan menggambardiri sendiri dari sudut pandang anak Membayangkan diri di masa datang Mengajak berimajinasi jadi satu tokoh dalam cerita
Kecerdasan Interpersonal
Memimpin Mengorganisasi Berinteraksi Berbagi Menyayangi Berbicara Sosialisasi Menjadi pendamai Permainan kelompok Klub Teman-teman Kelompok, dan Kerja sama
Kecerdasan Musikal
Memberi kesempatan pada anak untuk memainkan alat musik dan bernyanyi Mengembangkan pemahaman anak
28
tenatng musik Memberikan stimulus-stimulus ringan pada anak agar lebih termotivasi pada bidang musik Memberikan pengalaman empiris yang praktis, seperti memberikan penghargaan terhadap karya anak, misalnya membuat pentas seni.
Kecerdasan Natural
Melakukan kegiatan sains permulaan, ilmu botani, gejala-gejalaalam atau hubunagn antara benda-bendahidup dan tak hidup yang ada di lingkungan sekitar Karya wisata ke kebun binatang Jalan-jalan di alam terbuka Melihat keluar jendela Tanaman sebagai dekorasi Ekostudi, ekologi yang diintegrasikan ke dalam setiap bagianpelajaran di sekolah
Kecerdasan Spiritual
Mengajarkan doa atau puji-pujiankepada Sang Pencipta Membiasakan diri untuk bersikap sesuai ajaran agama, seperti memberi salam, mengikuti tata cara ibadah sesuai dengan agama yang dianut, mengembangkan sikap dermawan, membangun sikap toleransi terhadap sesama · Memberikan teladan yang baik secara lisan, tulisan maupun perbuatan, melalui serita ataudongeng · Mengamati berbagai buki kebesaran Sang Pencipta14
14 Yuliani, N.S . (2011). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : PT. Indek 185-194
29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah ini dapat di simpulan
beberapa hal diantaranya:
1. Pembelajaran holistik (holistic learning) adalah
pendekatan pembelajaran yang berfokus pada
pemahaman informasi dan mengkaitkannya dengan
topik-topik lain sehingga terbangun kerangka
pengetahuan.
2. Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan
sampai usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia yang
sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan
kepribadian anak. Usia dini merupakan usia di mana
anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang
pesat. Usia dini disebut sebagai usia emas (golden
age). Makanan yang bergizi yang seimbang serta
31
stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan tersebut
3. Kecerdasan jamak adalah berbagai jenis kecerdasan
yang dapat dikembangkan pada anak.
4. Strategi pembelajaran yang digunakan dalam
pendekatan jamak ini bervariasi tergantung dari
kemampuan individu. Model pembelajaran dapat
dipilih sesuai dengan cara dan gaya belajar anak
sehingga anak merasa senang dan nyaman dalam
belajar.
B. Saran-saran
1. Pembelajaran holistic hendaknya perlu diperdalam
oleh semua kalangan pendidik untuk bisa lebih
mengoptimalkan pembelajaran terutama para pendidik
usia dini.
2. Penerapan strategi pembelajaran untuk anak usia
dini sangat tergantung dari individu anak didik
itu sendiri, sehingga sebagai guru diharapkan
hendaknya memahami dengan sepenuhnya mengenai
tahapan-tahapan perkembangan anak didik.
32
DAFTAR PUSTAKA
(UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14).
Sujono, Yuliani nurani. (2009) Konsep DasarPendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks
http://ippank47.blogspot.com/2011/05/ makalah- tentang-holistik .html di akses tanggal 20 April 2014 jam11:32
http://elicious-edu.blogspot.com/p/ materi- kuliah .html diakses pada 22 April 2014 Jam 19:58
http://paudanakcerdas.blogspot.com/2013/05/kecerdasan-jamak .html diakses 22 April 2014 Jam 12.43
Masitoh dkk. (2005) Strategi Pembelajaran TK.Jakarta: Pusat Pnerbit Universitas Terbuka.
Slamet Suyanto. (2005) Konsep Dasar Pendidikan AnakUsia Dini. Jakarta: Direktorat Pembinaan PendidiikanTenaga Kependidikan dan Ketegagaan Perguruan Tinggi.
Sujono, Yuliani nurani. (2009) Konsep DasarPendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.
Yuliani, N.S . (2011). Konsep Dasar Pendidikan Anak UsiaDini. Jakarta: PT. Indek
34