PEMBELAJARAN HOLISTIK ANAK USIA DINI MELALUI PENDEKATAN MULTIPLE INTELEGENCE/KECERDASAN JAMAK

34
TUGAS MAKALAH MANDIRI PEMBELAJARAN HOLISTIK ANAK USIA DINI MELALUI PENDEKATAN MULTIPLE INTELEGENCE/KECERDASAN JAMAK OLEH : HULAIMI NIM. 15.1.13.11.0.032 MAHASISWA PROGRAM DMS S1 KEDUA NON PGMI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN 1

Transcript of PEMBELAJARAN HOLISTIK ANAK USIA DINI MELALUI PENDEKATAN MULTIPLE INTELEGENCE/KECERDASAN JAMAK

TUGAS MAKALAH MANDIRI

PEMBELAJARAN HOLISTIK ANAK USIA DINI MELALUI

PENDEKATAN MULTIPLE INTELEGENCE/KECERDASANJAMAK

OLEH :

HULAIMI

NIM. 15.1.13.11.0.032

MAHASISWA PROGRAM DMSS1 KEDUA NON PGMI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

1

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)MATARAM

TAHUN 2014

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Upaya pendidikan yang dilakukan

Tidak jarang kita jumpai adanya guru yang bingung

karena materi yang disampaikan tidak dapat

diterima siswa dengan baik. Meskipun sang guru

telah bersusah payah untuk menyampaikan materi

dengan sejelas-jelasnya tetapi hasilnya masih saja

kurang memuaskan. Guru yang putus asa akan

mengeluh bahkan bisa sampai jengkel kepada murid-

muridnya. Ada guru yang sampai hati membentak dan

bahkan mengatakan ‘bodoh’ kepada muridnya.

Kenyataan seperti ini seringkali menghantui

perasaan sang guru, dimana sebenarnya

permasalahannya berangkat dari ketidak fahaman

guru tentang pembelajaran itu sendiri, tentang

karakteristik anak didik, perkembangan kejiwaan

yang terjadi pada anak didik, strategi-strategi

3

yang perlu dipergunakan, dan hal-hal lain yang

terkait dengan pendidikan.

Sekolah hendaknya menjadi tempat peserta didik dan

guru bekerja guna mencapai tujuan yang saling

menguntungkan. Komunikasi yang terbuka dan jujur

sangat penting, perbedaan individu dihargai dan

kerjasama lebih utama dari pada kompetisi.

Sehingga pada daasarnya seorang individu dapat

menemukan identitas, makna dan tujuan hidup

melalui hubungannya dengan masyarakat, lingkungan

alam, dan nilai-nilai spiritual. Untuk itu

diperlukan suatu system pembelajaran dan

pendekatan pembelajaran yang bisa untuk mengasah

kemampuan peserta didik yang telah dibekali oleh

Allah berupa kecerdasan/intelegensi yang beragam.

Pembelajaran holistik (holistic learning) adalah

pendekatan pembelajaran yang berfokus pada

pemahaman informasi dan mengkaitkannya dengan

topik-topik lain sehingga terbangun kerangka

pengetahuan. Dalam pembelajaran holistik,

4

diterapkan prinsip bahwa siswa akan belajar lebih

efektif jika semua aspek pribadinya (pikiran,

tubuh dan jiwa) dilibatkan dalam pengalaman

siswa.1

Berangkat dari masalah ini maka penulis merasa

perlu untuk mengangkatnya menjadi sebuah kajian

ilmiah berupa makalah dengan judul “Pembelajaran

Holistik Anak Usia Dini Melalui Pendekatan

Multiple Intelegence/Kecerdasan Jamak”

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang di atas maka bisa di

rumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran holistic?

2. Apa yang dimaksud dengan anak usia dini?

3. Apa yang dimaksud dengan kecerdasan jamak?

4. Apa strategi pembelajaran dalam mengembangkan

kemampuan jamak pada anak usia dini?

C. Tujuan

1 http://ippank47.blogspot.com/2011/05/makalah-tentang-holistik.html di aksestanggal 20 April 2014 jam 11:32

5

Makalah ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui maksud dari pembelajaran holistic.

2. Mengetahui hakikat anak usia dini.

3. Mengetahui maksud dari kecerdasan jamak.

4. Mengetahui strategi pembelajaran dalam

mengembangkan kemampuan jamak pada anak usia

dini.

6

BAB III

PEMBAHASAN

A. Pembelajaran Holistik

1. Pengertian Pembelajaran Holistik

Pembelajaran holistik (holistic learning) adalah

pendekatan pembelajaran yang berfokus pada

pemahaman informasi dan mengkaitkannya dengan

topik-topik lain sehingga terbangun kerangka

pengetahuan. Dalam pembelajaran holistik,

diterapkan prinsip bahwa siswa akan belajar lebih

efektif jika semua aspek pribadinya (pikiran,

tubuh dan jiwa) dilibatkan dalam pengalaman

siswa.2

Sekolah hendaknya menjadi tempat peserta didik dan

guru bekerja guna mencapai tujuan yang saling

menguntungkan. Komunikasi yang terbuka dan jujur

sangat penting, perbedaan individu dihargai dan

kerjasama lebih utama dari pada kompetisi.

2 http://ippank47.blogspot.com/2011/05/makalah-tentang-holistik.html di akses tanggal 20 April 2014 jam 11:32

7

2. Teori-teori tentang pembelajaran holistic

Dari penelitiannya, Dave Meier berpendapat bahwa

manusia memiliki empat dimensi yakni: tubuh atau

somatis (S), pendengaran atau auditori (A),

penglihatan atau visual (V), dan pemikiran atau

intelek (I). Bertolak dari pandangan ini ia

mengajukan model pembelajaran aktif yang disingkat

SAVI (somatis, auditori, visual dan intelektual).

Dengan pemahaman ini beliau mengajukan sejumlah

prinsip pokok dalam belajar, yakni:

1 – Belajar melibatkan seluruh tubuh dan pikiran

2 – Belajar adalah berkreasi, bukan mengkonsumsi.

3 – Kerjasama membantu proses belajar.

4 – Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan

secara simultan.

5 – Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu

sendiri.

6 – Emosi positif sangat membantu pembelajaran.

8

7 – Otak-citra menyerap informasi secara langsung

dan otomatis.

Sekarang, marilah kita simak pokok-pokok pikiran

Meier, bagaimana prinsip kegiatan belajar

berdasarkan prinsip SAVI itu.

Pertama, belajar somatis, belajar dengan bergerak

dan berbuat. Apa sajakah yang dapat dilakukan?

Jawabnya ialah:

Membuat model dalam suatu proses.

Secara fisik menggerakkan berbagai komponen

dalam suatu proses atau sistem

Menciptakan bagan, diagram, piktogram.

Memeragakan suatu proses, sistem, atau

seperangkat konsep.

Mendapatkan pengalaman, lalu membicarakannya

dan merefleksikannya.

Melengkapi suatu proyek yang memerlukan

kegiatan fisik.

9

Menjalankan belajar aktif (simulasi,permainan

belajar,dan lain-lain)

Melakukan tinjauan lapangan. Lalu menuliskan,

menggambar dan membicarakan apa yang

dipelajari.

Mewawancarai orang di luar kelas.

Dalam tim, menciptakan pelatihan pembelajaran

aktif bagi seluruh kelas.

Kedua, belajar auditori (A), kegiatan mendengar

dan berbicara. Apa saja yang dilakukan dalam

kegiatan?

Membaca keras dari bahan sumber.

Membaca paragraf dan memberikan maknanya.

Membuat rekaman suara sendiri.

Menceritakan buku yang dibaca.

Membicarakan apa yang dipelajari dan bagaimana

menerapkannya.

Meminta pelajar memperagakan sesuatu dan

menjelaskan apa yang dilakukan.

Bersama-sama membaca puisi, menyanyi.

10

Ketiga, belajar visual (V), kegiatan melihat,

mengamati, memperhatikan. Apa sajakah kegiatan

dalam pendekatan ini?

* Mengamati gambar dan memaknainya.

* Memperhatikan grafik atau membuatnya.

* Melihat benda tiga dimensi.

* Menonton video, film. 

* Kreasi pictogram

* Pengamatan lapangan

* Dekorasi warna-warni

Keempat, belajar intelektual (I), kegiatan

mencipta, merenungkan, memaknai, memecahkan

masalah. Ada sejumlah kegiatan terkait dengan

pendekatan ini, antara lain:

* Pemecahan masalah

* Menganalisis pengalaman, kasus

* Mengerjakan rencana strategis

* Melahirkan gagasan kreatif

* Mencari dan menjaring informasi

* Merumuskan pertanyaan

11

* Menciptakan model mental

* Menerapkan gagasan bagus pada pekerjaan.

* Menciptakan makna pribadi

* Meramalkan implikasi suatu gagasan3. 

B. Hakikat Anak Usia Dini

Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan

nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini

adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada

anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan

untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani

dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam

memasuki pendidikan lebih lanjut4

Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan

sampai usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia yang

sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan

3 http://ippank47.blogspot.com/2011/05/makalah-tentang-holistik.html di akses tanggal 20April 2014 jam 11:32

4 (UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14).

12

kepribadian anak5. Usia dini merupakan usia di mana

anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

pesat. Usia dini disebut sebagai usia emas (golden

age). Makanan yang bergizi yang seimbang serta

stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk

pertumbuhan dan perkembangan tersebut.

Ada berbagai kajian tentang hakikat anak usia dini,

khususnya anak TK diantaranya oleh Bredecam dan

Copple, Brener, serta Kellough6 sebagai berikut.

1.     Anak bersifat unik.

2.     Anak mengekspresikan perilakunya secararelative spontan.

3.     Anak bersifat aktif dan enerjik.

4.     Anak itu egosentris.

5.     Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat danantusias terhadap banyak hal.

6.     Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang.

7.     Anak umumnya kaya dengan fantasi.

5 Sujono, Yuliani nurani. (2009) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:  PT Indeks,7

6 Masitoh dkk. (2005) Strategi Pembelajaran TK. Jakarta:  Pusat Pnerbit Universitas Terbuka.1.12-1.13

13

8.     Anak masih mudah frustrasi.

9.     Anak masih kurang pertimbangan dalambertindak.

10.  Anak memiliki daya perhatian yang pendek.

11.  Masa anak merupakan masa belajar yang palingpotensial.

12.  Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman.

C. Karakteristik Cara Belajar Anak Usia Dini

Anak memiliki karakteristik yang berbeda dengan

orang dewasa dalam berperilaku. Dengan demikian

dalam hal belajar anak juga memiliki karakteristik

yang tidak sama pula dengan orang dewasa.

Karakteristik cara belajar anak merupakan fenomena

yang harus dipahami dan dijadikan acuan dalam

merencanakan dan melaksanakan pembelajaran untuk

anak usia dini. Adapun karakterisktik cara belajar

anak menurut Masitoh dkk. 7adalah :

1. Anak belajar melalui bermain.

2. Anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya.

7 Ibid, 6.9-6.12

14

3. Anak belajar secara alamiah.

4. Anak belajar paling baik jika apa yang

dipelajarinya mempertimbangkan keseluruhan aspek

pengembangan, bermakna, menarik, dan fungsional.

D. Karakteristik Pembelajaran untuk Anak Usia Dini

Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini, menurut

Sujiono dan Sujiono, pada dasarnya adalah

pengembangan kurikulum secara konkret berupa

seperangkat rencana yang berisi sejumlah pengalaman

belajar melalui bermain yang diberikan pada anak

usia dini berdasarkan potensi dan tugas perkembangan

yang harus dikuasainya dalam rangka pencapaian

kompetensi yang harus dimiliki oleh anak.8

Atas dasar pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa

pembelajaran untuk anak usia dini memiliki

karakteristik sebagai berikut.

1. Belajar, bermain, dan bernyanyi

8 Sujono, Yuliani nurani. (2009) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:  PT Indeks. 138

15

Pembelajaran untuk anak usia dini menggunakan

prinsip belajar, bermain, dan bernyanyi9. 

Pembelajaran untuk anak usia dini diwujudkan

sedemikian rupa sehingga dapat membuat anak aktif,

senang, bebas memilih.  Anak-anak belajar melalui

interaksi dengan alat-alat permainan dan

perlengkapan serta manusia. Anak belajar dengan

bermain dalam suasana yang menyenangkan. Hasil

belajar anak menjadi lebih baik jika kegiatan

belajar dilakukan dengan teman sebayanya. Dalam

belajar, anak menggunakan seluruh alat inderanya.

2. Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan

Pembelajaran yang berorientasi pada

perkembangan mengacu pada tiga hal penting,

yaitu : 1) berorientasi pada usia yang tepat, 2)

berorientasi pada individu yang tepat, dan 3)

berorientasi pada konteks social budaya.10

9 Slamet Suyanto. (2005) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidiikan Tenaga Kependidikan dan Ketegagaan Perguruan Tinggi. 133

10 Masitoh dkk. (2005) Strategi Pembelajaran TK. Jakarta:  Pusat Pnerbit Universitas Terbuka, 3.12

16

Pembelajaran yang berorientasi pada

perkembangan harus sesuai dengan tingkat usia

anak, artinya pembelajaran harus diminati,

kemampuan yang diharapkan dapat dicapai, serta

kegiatan belajar tersebut menantang untuk

dilakukan anak di usia tersebut.

Manusia merupakan makhluk individu. Perbedaan

individual juga harus manjadi pertimbangan guru

dalam merancang, menerapkan, mengevaluasi

kegiatan, berinteraksi, dan memenuhi harapan anak.

Selain berorientasi pada usia dan individu

yang tepat, pembelajaran berorientasi perkembangan

harus mempertimbangkan konteks sosial budaya anak.

Untuk dapat mengembangkan program pembelajaran

yang bermakna, guru hendaknya melihat anak dalam

konteks keluarga, masyarakat, faktor budaya yang

melingkupinya.

E. Kecerdasan Jamak

17

Kecerdasan jamak adalah berbagai jenis kecerdasan

yang dapat dikembangkan pada anak. Cara merangsang

Kecerdasan Jamak.

1. Untuk merangsang kecerdasan berbahasa verbalajaklah bercakap-cakap, bacakan cerita berulang-ulang, rangsang untuk berbicara dan bercerita,menyanyikan lagu anak-anak dll.

2. Latih kecerdasan logika-matematik denganmengelompokkan, menyusun, merangkai, menghitungmainan, bermain angka, halma, congklak, sempoa,catur, kartu, teka-teki, puzzle, monopoli,permainan komputer dll.

3. Kembangkan kecerdasan visual-spatial denganmengamati gambar, foto, merangkai dan membongkarlego, menggunting, melipat, menggambar, halma,puzzle, rumah-rumahan, permainan komputer dll.

4. Melatih kecerdasan gerak tubuh dengan berdiri satukaki, jongkok, membungkuk, berjalan di atas satugaris, berlari, melompat, melempar, menangkap,latihan senam, menari, olahraga permainan dll.

5. Merangsang kecerdasan musikal dengan mendengarkanmusik, bernyanyi, memainkan alat musik, mengikutiirama dan nada

6. Melatih kecerdasan emosi inter-personal denganbermain bersama dengan anak yang lebih tua danlebih muda, saling berbagi kue, mengalah,meminjamkan mainan, bekerjasama membuat sesuatu,permainan mengendalikan diri, mengenal berbagaisuku, bangsa, budaya, agama melalui buku, TV dll.

7. Melatih kecerdasan emosi intra- personal denganmenceritakan perasaan, keinginan, cita-cita,pengalaman, berkhayal, mengarang ceritera dll.

8. Merangsang kecerdasan naturalis dengan menanambiji hingga tumbuh, memelihara tanaman dalam pot,memelihara binatang, berkebun, wisata di hutan,

18

gunung, sungai, pantai, mengamati langit, awan,bulan, bintang dll.11

Melewati rentangan waktu, jenis kecerdasan

bertambah dengan jenis kecerdasan spiritual. Zohar

dan Marshall (Yuliani & Bambang, 2010) beranggapan

bahwa kecerdasan spiritual dapat diartikan sebagai

kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan

makna dan nilai. Kecerdasan untuk menempatkan

perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang

lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa

tindakan atau jalan hidup seseorang labih bermakna

dibandingkan dengan yang lain. Berhubungan dengan

kecerdasan spiritual bagi anak usia dini, Gutama

dalam Yuliani & Bambang (2010:63) menuliskan bahwa

“kecerdasan spiritual adalah ekspresi pemikiran yang

muncul dari dalam kalbu seseorang. Bagi anak,

kesadaran ini memacu mereka untuk menemukan dan

mengembangkan bakat bawaan, energi, dan hasratnya

11 http://paudanakcerdas.blogspot.com/2013/05/kecerdasan-jamak.htmldiakses 22 April 2014 Jam 12.43

19

serta sebagai sumber motivasi yang memiliki kekuatan

luar biasa”

Gardner (Santrock, 2007) mengungkapkan bahwa

terdapat banyak cara belajar dan kecenderungan

intelligensi anak untuk dapat mempelajari suatu

keterampilan atau konsep. Menurut Sabri (dalam

Sujiono, 2012) : “Tujuan penting dalam mengetahui

berbagai aspek yang terdapat dalam kecerdasan jamak

adalah diharapkan para pendidik dapat memperlakukan

anak sesuai dengan cara-cara dan gaya belajarnya

masing-masing”. Pemahaman tentang kecerdasan jamak

dapat membantu pendidik dan orang tua untuk menuntun

anak terutama dalam mengajari anak sesuai dengan

cara yang paling mudah menurut minat dan

kecenderungan potensi kecerdasan anak.12

F. Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini

12 http://elicious-edu.blogspot.com/p/materi-kuliah.html diakses pada 22 April 2014 Jam 19:58

20

Kecerdasan jamak untuk anak usia dini

disebutkan oleh Elis komalasari & Siti Khodijah

dalam blognya sebagai berikut:

Gardner & Krechevsky (2013) dalam tulisannya

mengenai “Munculnya dan Pemeliharaan Kecerdasan Majemuk

pada Masa Balita: Pendekatan Proyek Spektrum” mengemukakan

bahwa kemungkinan bakat luar biasa anak-anak yang

dapt dikenali di usia muda dan bahwa profil

kemampuan yang ditunjukan oleh anak-anak prasekolah

dapat dengan jelas dibedakan satu dari yang lain.

Gardner, dkk mengungkapkan beberapa hasil temuan

mengenai implikasi pendidikan dan pendekatan

spectrum untuk penilaian yang menyebutkan bahwa

kemampuan orang belajar dan syaraf menawarkan

dukungan baru untuk pandangan majemuk mengenai

kemampuan orang belajar dan menyarankan  bahwa

pikiran diorganisasikan  dalam wilayah fungsi yang

secara relatif terpisah.

Menurut Gardner (2013) kecerdasan didasarkan

paling sedikitnya dari potensi biologis, yang

21

kemudian diekspresikan sebagai hasil dari faktor-

faktor genetik dan lingkungan yang saling

mempengaruhi. Pada bayi, kecerdasan tidak pernah

dijumpai dalam bentuk murni. Sebaliknya, kecerdasan

tertanam  dalam berbagai sistem simbol, seperti

bahasa yang dipakai untuk berbicara. Pendidikan pada

suatu saat mewakili pemeliharaan kecerdasan seperti

yang telah diwakili sepanjang waktu dalam berbagai

sistem mode budaya.

Proyek spektrum, suatu usaha inovatif untuk

mengukur profil kecerdasan dan gaya bekerja pada

anak-anak dilaksanakan oleh beberapa orang peneliti

termasuk didalamnya adalah Howard Gardner. Spektrum

mulai dengan asumsi bahwa setiap anak mempunyai

potensi untuk mengembangkan kekuatan dalam satu atau

beberapa area. Fokus proyek ini pada anak-anak

prasekolah mempunyai dorongan ilmiah dan praktis.

Dalam proyek ini, Gardner, dkk  mencoba untuk

melakukan deteksi dan perkiraan nilai dari

identifikasi awal mengenai perbedaan individual

22

dengan tujuh kecerdasan. Dalam ruang Spectrum,

setiap hari anak-anak dikelilingi oleh material yang

kaya dan melibatkan aktivitasnya yang membangkitkan

sejumlah kecerdasan. Gardner, dkk tidak menggunakan

label untuk meransang kecerdasan secara langsung,

misalnya “ruang” atau “logika-matematika”.

Sebaliknya, Gardner, dkk menggunakan material yang

mempunyai peran sosial atau status akhir yang

dihargai, menggunakan kombinasi kecerdasan yang

relevan. Gardner, dkk menyiapkan beragam area,

antara lain:

1.      Sudut ilmu pengetahuan

Tempat berbagai spesimen biologi dibawa untuk

diteliti dan dibandingkan dengan material lain,

area ini menuntut kemampuan indera dan juga

kekuatan analitik logika

2.      Sudut bercerita

Tempat siswa menceritakan dongeng khayalan

menggunakan perangkat peralatan sandiwara yang

membangkitkan ingatan mereka, mempunyai peluang

23

untuk mendesain rangkaian gambar yang

bercerita, area ini membangkitkan bakat

linguistik, dramatik dan khayalan.

3.      Sudut bangunan

Tempat siswa dapat membangun model dari ruang

kelas dan memanipulasi foto berukuran kecil

dari siswa dan guru dalam ruang; area ini

menggunakan kecerdasan ruang, gerakan badan dan

pribadi.

Adapun berbagai kecerdasan lain, dan

kombinasi kecerdasan disadap dalam puluhan area

dan aktivitas ruang kelas spectrum lainnya. Pada

umumnya, anak-anak siap melakukan eksplorasi pada

sebagian besar area dan anak-anak yang tidak

menunjukan ketertarikannya didorong untuk mencoba

material atau pendekatan alternatif. Guru siap

mengamati ketertarikan dan bakat anak selama kurun

waktu setahun, dan tidak ada penilaian khusus

yanng diperlukan. Namun untuk bidang pemikiran dan

kerajinan tangan, kelas spectrum menyediakan

24

permainan atau aktifitas spesifik yang

memungkinkan penetapan kecerdasan anak secara

tepat di area tersebut.13

G. Strategi Pembelajaran dalam Pengembangan

Kecerdasan Jamak

Pembelajaran dengan pendekatan kecerdasan jamak

dalam pendidikan anak usia dini sangat penting

terutama untuk mengenali perbedaan individu anak

didik. Implikasi teori kecerdasan jamak dalam

pembelajaran adalah bahwa pengajar perlu mengenali

modalitas kecerdasan yang dimiliki tiap-tiap anak.

Sehingga dengan strategi dan pendekatan yang

bervariasi maka diharapkan anak dapat tergali

modalitas yang menjadi gaya dan cara belajar anak

sehingga minat dan bakat anak dapat dikenali sejak

dini. Model pembelajaran dapat dipilih sesuai dengan

cara dan gaya belajar anak sehingga anak merasa

senang dan nyaman dalam belajar. Hal ini dapat

13 http://elicious-edu.blogspot.com/p/materi-kuliah.html diakses pada 22 April 2014 Jam 21:54

25

membantu anak mengenali diri dan kecenderungannya

sehingga modalitas minat anak dapat berkembang

secara optimal. Hal ini dapat pula membantu orang

tua dalam mengarahkan anak khususnya dalam meraih

cita-cita anak sesuai dengan minatnya

Multiple intelligence/ Kecerdasan Jamak adalah sebuah

penilaian yang melihat secara deskriptif bagaimana

individu menggunakan kecerdasannya untuk memecahkan

masalah dan menghasilkan sesuatu. Pendekatan ini

merupakan alat untuk melihat bagaimana pikiran

manusia mengoperasikan dunia, baik itu benda-benda

yang konkret maupun hal-hal yang abstrak. Bagi

Gardner tidak ada anak yang bodoh atau pintar, yang

ada anak yang menonjol dalam salah satu atau

beberapa jenis kecerdasan. Dengan demikian, dalam

menilai dan menstimulasi kecerdasan anak, orangtua

dan guru selayaknya dengan jeli dan cermat merancang

sebuah metode khusus.

26

Beberapa materi program yang dapat mengembangkan

kecerdasan majemuk akan dipaparkan dalam bentuk tabel

di bawah ini.

Tabel 1Kegiatan Pengembangan Kecerdasan Majemuk

JenisKecerdasan

Materi dan Kegiatan

Kecerdasan Linguistik

Mengajak anak berbicara Membacakan cerita Bermain huruf Merangkai cerita Berdiskusi dan bercakap-cakap Bermain peran Memperdengarkan lagu anak-anak

Kecerdasan Logika-Matematika

Bermain puzzle Mengenal bentuk geometri Mengenalkan bilangan melalui sajak berirama dan lagu Eksplorasi pikiran melalui diskusi dan olah pikir ringan Pengenalan pola Eksperimen di alam Memperkaya pengalaman berinteraksi dengan konsep matematika Games penuh strategi dan eksperimen

Kecerdasan Fisik-Kinestetik

Menari Bermain peran Drama Latihan fisik Pantomim Berbagai olah gerak

27

Kecerdasan Visual Spasial

Menggambar dan melukis Mencorat-coret Membuat prakarya Mengunjungi berbagai tempat Melakukan permainan konstruktif dan kreatif Menagtur dan merancang

Kecerdasan Intrapersonal

Menciptakan citra diri positif Menciptakan suasana yang mendukung pengembangan kemampuan interpersonal dan penghargaan diri anak Menuangkan isi hati dalam jurnalpribadi Memberikan kesempatan menggambardiri sendiri dari sudut pandang anak Membayangkan diri di masa datang Mengajak berimajinasi jadi satu tokoh dalam cerita

Kecerdasan Interpersonal

Memimpin Mengorganisasi Berinteraksi Berbagi Menyayangi Berbicara Sosialisasi Menjadi pendamai Permainan kelompok Klub Teman-teman Kelompok, dan Kerja sama

Kecerdasan Musikal

Memberi kesempatan pada anak untuk memainkan alat musik dan bernyanyi Mengembangkan pemahaman anak

28

tenatng musik Memberikan stimulus-stimulus ringan pada anak agar lebih termotivasi pada bidang musik Memberikan pengalaman empiris yang praktis, seperti memberikan penghargaan terhadap karya anak, misalnya membuat pentas seni.

Kecerdasan Natural

Melakukan kegiatan sains permulaan, ilmu botani, gejala-gejalaalam atau hubunagn antara benda-bendahidup dan tak hidup yang ada di lingkungan sekitar Karya wisata ke kebun binatang Jalan-jalan di alam terbuka Melihat keluar jendela Tanaman sebagai dekorasi  Ekostudi, ekologi yang diintegrasikan ke dalam setiap bagianpelajaran di sekolah

Kecerdasan Spiritual

Mengajarkan doa atau puji-pujiankepada Sang Pencipta Membiasakan diri untuk bersikap sesuai ajaran agama, seperti memberi salam, mengikuti tata cara ibadah sesuai dengan agama yang dianut, mengembangkan sikap dermawan, membangun sikap toleransi terhadap sesama ·         Memberikan teladan yang baik secara lisan, tulisan maupun perbuatan, melalui serita ataudongeng ·         Mengamati berbagai buki kebesaran Sang Pencipta14

14 Yuliani, N.S . (2011). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : PT. Indek 185-194

29

30

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan makalah ini dapat di simpulan

beberapa hal diantaranya:

1. Pembelajaran holistik (holistic learning) adalah

pendekatan pembelajaran yang berfokus pada

pemahaman informasi dan mengkaitkannya dengan

topik-topik lain sehingga terbangun kerangka

pengetahuan.

2. Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan

sampai usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia yang

sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan

kepribadian anak. Usia dini merupakan usia di mana

anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

pesat. Usia dini disebut sebagai usia emas (golden

age). Makanan yang bergizi yang seimbang serta

31

stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk

pertumbuhan dan perkembangan tersebut

3. Kecerdasan jamak adalah berbagai jenis kecerdasan

yang dapat dikembangkan pada anak.

4. Strategi pembelajaran yang digunakan dalam

pendekatan jamak ini bervariasi tergantung dari

kemampuan individu. Model pembelajaran dapat

dipilih sesuai dengan cara dan gaya belajar anak

sehingga anak merasa senang dan nyaman dalam

belajar.

B. Saran-saran

1. Pembelajaran holistic hendaknya perlu diperdalam

oleh semua kalangan pendidik untuk bisa lebih

mengoptimalkan pembelajaran terutama para pendidik

usia dini.

2. Penerapan strategi pembelajaran untuk anak usia

dini sangat tergantung dari individu anak didik

itu sendiri, sehingga sebagai guru diharapkan

hendaknya memahami dengan sepenuhnya mengenai

tahapan-tahapan perkembangan anak didik.

32

33

DAFTAR PUSTAKA

(UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14).

Sujono, Yuliani nurani. (2009) Konsep DasarPendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:  PT Indeks

http://ippank47.blogspot.com/2011/05/ makalah- tentang-holistik .html di akses tanggal 20 April 2014 jam11:32

http://elicious-edu.blogspot.com/p/ materi- kuliah .html diakses pada 22 April 2014 Jam 19:58

http://paudanakcerdas.blogspot.com/2013/05/kecerdasan-jamak .html diakses 22 April 2014 Jam 12.43

Masitoh dkk. (2005) Strategi Pembelajaran TK.Jakarta:  Pusat Pnerbit Universitas Terbuka.

Slamet Suyanto. (2005) Konsep Dasar Pendidikan AnakUsia Dini. Jakarta: Direktorat Pembinaan PendidiikanTenaga Kependidikan dan Ketegagaan Perguruan Tinggi.

Sujono, Yuliani nurani. (2009) Konsep DasarPendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:  PT Indeks.

Yuliani, N.S . (2011). Konsep Dasar Pendidikan Anak UsiaDini. Jakarta: PT. Indek

34