Pedagogik

31
KATA PENGANTAR Alhamdulillahi Rabbil Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT berkat izin dan pertolonganNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Pedagogik yang berjudul : TEORI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISTIK ”. Penulisan makalah ini disusun untuk memenuhi nilai mata kuliah Pedagogik , Program Studi Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. makalah ini diharapkan juga bisa menjadi sarana meningkatkan ilmu dan pengetahuan serta pola pikir penulis khususnya di bidang fisika. Selama proses penulisan makalah ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan terutama dosen mata kuliah pedagogik Ibu Nurwulan Fitriayandi,S.Pd, M.Pfis. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kebaikan penulis pada masa mendatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan pembaca maupun bagi penulis sendiri. Jakarta, Oktober 2012 Penulis

Transcript of Pedagogik

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT

berkat izin dan pertolonganNya kepada penulis, sehingga penulis

dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Pedagogik yang berjudul :

“ TEORI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISTIK

”.

Penulisan makalah ini disusun untuk memenuhi nilai mata kuliah

Pedagogik , Program Studi Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. makalah ini

diharapkan juga bisa menjadi sarana meningkatkan ilmu dan

pengetahuan serta pola pikir penulis khususnya di bidang fisika.

Selama proses penulisan makalah ini, penulis banyak dibantu

oleh berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada teman-teman seperjuangan terutama dosen mata

kuliah pedagogik Ibu Nurwulan Fitriayandi,S.Pd, M.Pfis.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak

kekurangannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan

saran yang membangun demi kebaikan penulis pada masa mendatang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan pembaca

maupun bagi penulis sendiri.

Jakarta, Oktober 2012

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

KATA

PENGANTAR.........................................................

....................................................... i

DAFTAR

ISI...............................................................

................................................................

.................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Masalah .........................................................

..................................................3

1.2. Rumusan

Masalah...........................................................

........................................................ 3

1.3. Tujuan

Penulisan .......................................................

........................................................... 3

1.4.

Manfaat ..........................................................

..................................................................

..................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori

Konstruktivistik.............................................

................. 5

2.2. Hubungan Konstruktivistik Dengan Teori Belajar

Lain.........................................................

7

2.3. Ciri- Ciri Dan Prinsip Pembelajaran Secara

Konstruktivistik................................................ 9

2.4. Proses Belajar Menurut Teori

Konstruktivistik .................................................

.................... 10

2.5. Implikasi Teori Dalam Pembelajaran

Konstruktivistik .................................................

........ 10

2.6. Hakikat Pembelajaran Menurut Teori Pembelajaran

Konstruktivistik .................................. 12

2.7. Kelebihan Dan Kelemahan Teori

Konstruktivistik .................................................

............... 13

BAB IV PENUTUP

4.1.Kesimpulan ...................................................

..................................................................

..................................................14

4.2.

Saran ............................................................

..................................................................

..................................................14

DAFTAR

PUSTAKA ..........................................................

......................................................... 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang

  Saat ini terdapat beragam inovasi baru di dalam dunia

pendidikan terutama pada proses pembelajaran. Salah satu inovasi

tersebut adalah konstruktivisme, pemilihan pendekatan ini lebih

dikarenakan agar pembelajaran membuat siswa antusias terhadap

persoalan yang ada sehingga mereka mau mencoba memecahkan

persoalannya. Pembelajaran di kelas masih dominan menggunakan

metode ceramah dan tanya jawab sehingga kurang memberikan

kesempatan kepada siswa untuk berintekrasi langsung kepada benda-

benda konkret. 

Seorang guru perlu memperhatikan konsep awal siswa sebelum

pembelajaran. Jika tidak demikian, maka seorang pendidik tidak

akan berhasilkan menanamkan konsep yang benar, bahkan dapat

memunculkan sumber kesulitan belajar selanjutnya. Mengajar bukan

hanya untuk meneruskan gagasan-gagasan pendidik pada siswa,

melainkan sebagai proses mengubah konsepsi-konsepsi siswa yang

sudah ada dan di mana mungkin konsepsi itu salah, dan jika

ternyata benar maka pendidik harus membantu siswa dalam

mengkonstruk konsepsi tersebut biar lebih matang.

Maka dari permasalahan tersebut, pemakalah tertarik melakukan

penelitian konsep untuk mengetahui bagaimana sebenarnya hakikat

teori belajar konstruktivistik ini bisa mengembangkan keaktifan

siswa dalam mengkonstruk pengetahuannya sendiri, sehingga dengan

pengetahuan yang dimilikinya peserta didik bisa lebih memaknai

pembelajaran karena dihubungkan dengan konsepsi awal yang dimiliki

siswa dan pengalaman yang siswa peroleh dari lingkungan

kehidupannya sehari-hari.

1.2   Rumusan Masalah

  Dari latar belakang diatas, adapun rumusan masalah yang dapat

diambil adalah :

1. Apakah Pengertian teori belajar konstruktivistik?

2. Bagaimana kelebihan dan kekurangan dari teori belajar

konstruktivistik?

3. Bagaimana Ciri-Ciri teori belajar kontruktivistik?

1.3   Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain :

1. Menambah pengetahuan tentang teori-teori pembelajaran

khususnya teori pembelajaran konstruktivistik.

2. Mengetahui ciri-ciri teori pembelajaran konstruktivistik.

3. Mengetahui kelebihan dan kelemahan teori pembelajaran

konstruktivistik.

4. Pandangan teori konstruktivistik terhadap belajar mengajar

dan pembelajara

5. Implikasi teori pembelajaran konstruktivistik dalam

pembelajaran

1.4  Manfaat

Adapun manfaat penulisan dari makalah ini bermaksud untuk

memberikan pengetahuan tentang konsep teori – teori pembelajaran

dimana pembelajaran itu berlangsung khususnya dilihat dari teori

pembelajaran aliran konstruktivistik,sehingga pembaca dan penulis

dapat memahami pentingnya upaya pemahaman konsep pembelajaran yang

efektif dan efisien, dimana lingkungan belajar menjadi

menyenangkan, kompetensi tercapai dan apa yang diinginkan siswa.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN BELAJAR MENURUT TEORI KONSTRUKTIVISTIK

Konstruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat

pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata

susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan

landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa

pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang

hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak

sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,

konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia

harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui

pengalaman nyata.

Menurut paham konstruktivisme, ilmu pengetahuan sekolah tidak

dipindahkan dari guru kepada murid dalam bentuk yang serba

sempurna. Murid perlu membina sesuatu pengetahuan mengikuti

pengalaman masing-masing. Pembelajaran adalah hasil daripada usaha

murid itu sendiri dan guru tidak boleh belajar untuk murid. Blok

binaan asas bagi ilmu pengetahuan sekolah ialah satu skema yaitu

aktivitas mental yang digunakan oleh murid sebagai bahan mentah

bagi proses renungan dan pengabstrakan. Murid tidak akan berpikir

untuk menghadapi realita yang berwujud asing disekitarnya. Realita

yang diketahui murid adalah realita yang dibina sendiri. Murid

sebenarnya telah mempunyai satu set ide dan pengalaman yang

membentuk struktur kognitif terhadap lingkungan sekitar

mereka.Untuk membantu murid membina konsep atau pengetahuan baru,

guru harus mengambil struktur kognitif yang ada pada mereka.

Apabila maklumat baru telah disesuaikan dan diserap untuk

dijadikan sebagian pegangan kuat mereka, barulah kerangka baru

tentang suatu bentuk ilmu pengetahuan dapat dibina.

Adapun tujuan dari teori ini dalah sebagai berikut:

Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung

jawab siswa itu sendiri.

Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan

mencari sendiri pertanyaannya.

Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman

konsep secara lengkap.

Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang

mandiri.

Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.

TOKOH-TOKOH DALAM TEORI KONSTRUKTIVISTIK

1.      Jean Piaget

Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal

berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme adalah teori

perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga disebut teori

perkembangan intelektual. Teori belajar tersebut berkenaan dengan

kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan

intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan

intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu

dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap

sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan.

Selanjutnya, Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis

pertama yang menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam

pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah

penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi

adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi

baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat. Pengertian

tentang akomodasi yang lain adalah proses mental yang meliputi

pembentukan skema baru yang cocok dengan rangsangan baru atau

memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan

rangsangan.

Lebih jauh Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak

diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan.

Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh

mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.

Sedangkan, perkembangan kognitif itu sendiri merupakan proses

berkesinambungan tentang keadaan ketidak-seimbangan dan keadaan

keseimbangan. Dari pandangan Piaget tentang tahap perkembangan

kognitif anak dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun

kemampuan anak mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan

kematangan intelektual anak.

Berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya menurut

pandangan konstruktivisme, Driver dan Bell mengajukan

karakteristik sebagai berikut:

1)      Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan

memiliki tujuan,

2)      Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses

keterlibatan siswa,

3)      Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan

dikonstruksi secara personal,

4)     Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan

melibatkan pengaturan situasi kelas,

5)      Kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan

seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber.

Pandangan tentang anak dari kalangan konstruktivistik yang

lebih mutakhir yang dikembangkan dari teori belajar kognitif

Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran

seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan

skema yang dimilikinya. Belajar merupakan proses aktif untuk

mengembangkan skemata sehingga pengetahuan terkait bagaikan jaring

laba-laba dan bukan sekedar tersusun secara hirarkis.

Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa belajar adalah

suatu aktivitas yang berlangsung secara interaktif antara faktor

intern pada diri pebelajar dengan faktor ekstern atau lingkungan,

sehingga melahirkan perubahan tingkah laku.

Berikut adalah tiga dalil pokok Piaget dalam kaitannya dengan

tahap perkembangan intelektual atau tahap perkembangan kognitif

atau biasa juga disebut tahap perkembagan mental. Ruseffendi

(1988: 133) mengemukakan;

a.       perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap

beruntun yang selalu terjadi dengan urutan yang sama. Maksudnya,

setiap manusia akan mengalami urutan-urutan tersebut dan dengan

urutan yang sama,

b.      tahap-tahap tersebut didefinisikan sebagai suatu cluster

dari operasi mental (pengurutan, pengekalan, pengelompokan,

pembuatan hipotesis dan penarikan kesimpulan) yang menunjukkan

adanya tingkah laku intelektual dan

c.       gerak melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh

keseimbangan (equilibration), proses pengembangan yang menguraikan

tentang interaksi antara pengalaman (asimilasi) dan struktur

kognitif yang timbul (akomodasi).

2.      Vygotsky

Berbeda dengan kontruktivisme kognitif ala Piaget,

konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vigotsky adalah

bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan

lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam

belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya

seseorang.Dalam penjelasan lainmengatakan bahwa inti konstruktivis

Vigotsky adalah interaksi antara aspek internal dan ekternal yang

penekanannya pada lingkungan sosial dalam belajar.

Beberapa ahli konstruktivisme yang terkemuka berpendapat

bahwa pembelajaran yang bermakna itu bermula dengan pengetahuan

atau pengalaman sedia ada murid.Rutherford dan Ahlgren berpendapat

bahawa murid mempunyai ide mereka sendiri tentang hampir semua

perkara, di mana ada yang betul dan ada yang salah. Jika kepahaman

dan miskonsepsi ini diabaikan atau tidak ditangani dengan baik,

kepahaman atau kepercayaan asal mereka itu akan tetap kekal

walaupun dalam pemeriksaan mereka mungkin memberi jawaban seperti

yang dikehendaki oleh guru.

John Dewey menguatkan lagi teori konstruktivisme ini

mengatakan bahawa pendidik yang cekap harus melaksanakan

pengajaran dan pembelajaran sebagai proses menyusun atau membina

pengalaman secara berterusan. Beliau juga menekankan kepentingan

penyertaan murid di dalam setiap aktivitas pengajaran dan

pembelajaran.

Dari persepektif epistemologi yang disarankan dalam

konstruktivisme fungsi guru akan berubah. Perubahan akan berlaku

dalam teknik pengajaran dan pembelajaran, penilaian, penyelidikan

dan cara melaksanakan kurikulum. Sebagai contoh, perspektif ini

akan mengubah kaedah pengajaran dan pembelajaran yang menumpu

kepada kejayaan murid meniru dengan tepat apa saja yang

disampaikan oleh guru kepada kaedah pengajaran dan pembelajaran

yang menumpu kepada kejayaan murid membina skema pengkonsepan

berdasarkan kepada pengalaman yang aktif. Ia juga akan mengubah

tumpuan penyelidikan daripada pembinaan model daripada kaca mata

guru kepada pembelajaran sesuatu konsep daripada kaca mata murid.

3. Tasker

Tasker (1992: 30) mengemukakan tiga penekanan dalam teori

belajar konstruktivisme sebagai berikut.Pertama adalah peran aktif

siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna.Kedua

adalah pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam

pengkonstruksian secara bermakna.Ketiga adalah mengaitkan antara

gagasan dengan informasi baru yang diterima.

4.Wheatley

Wheatley (1991: 12) mendukung pendapat di atas dengan

mengajukan dua prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori

belajar konstrukltivisme.Pertama, pengetahuan tidak dapat

diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif

siswa.Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu

pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.

5. Hanbury

Selain penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu

diperhatikan dalam teori belajar konstruktivisme, Hanbury (1996:

3) mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan

pembelajaran, yaitu (1) siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan

cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki, (2) pembelajaran

menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti, (3) strategi siswa

lebih bernilai, dan (4) siswa mempunyai kesempatan untuk

berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan

dengan temannya

.

2.2 HUBUNGAN KONSTRUKTIVISTIK DENGAN TEORI BELAJAR LAIN

Selama 20 tahun terakhir ini konstruktivisme telah banyak

mempengaruhi pendidikan Sains dan Matematika di banyak negara

Amerika, Eropa, dan Australia.Inti teori ini berkaitan dengan

beberapa teori belajar seperti teori Perubahan Konsep, Teori

Belajar Bermakna dan Ausuble, dan Teori Skema.

A. Teori Belajar Konsep

Dalam banyak penelitian diungkapkan bahwa teori petubahan

konsep ini dipengaruhi atau didasari oleh filsafat kostruktivisme.

Konstruktivisme yang menekankan bahwa pengetahuan dibentuk oleh

siswa yang sedang belajar, dan teori perubahan konsep yang

menjelaskan bahwa siswa mengalami perubahan konsep terus menerus,

sangat berperan dalam menjelaskan mengapa seorang siswa bisa salah

mengerti dalam menangkap suatu konsep yang ia pelajari.

Kostruktivisme membantu untuk mengerti bagaimana siswa membentuk

pengetahuan yang tidak tepat.

Dengan demikian, seorang pendidik dibantu untuk mengarahkan

sisiwa dalam pembentukan pengetahuan mereka yang lebih tepat.Teori

perubahan konsep sangat membantu karena mendorong pendidik agar

menciptakan suasana dan keadaan yang memungkinkan perubahan konsep

yang kuat pada murid sehingga pemahaman mereka lebih sesuai dengan

ilmuan.Konstrutivisme dan Teori Perubahan Konsep memberikan

pengertian bahwa setiap orang dapat membentuk pengertian yang

berbeda tersebut bukanlah akhir pengembangan karena setiap kali

mereka masih dapat mengubah pengertiannya sehingga lebih sesuai

dengan pengertian ilmuan.“Salah pengrtian” dalam memahami sesuatu,

menurut Teori Konstruktivisme dan teori Perubahan Konsep, bukanlah

akhir dari segala-galanyamelainkan justru menjadi awal untuk

pengembangan yang lebih baik.

B. Teori Bermakna Ausubel

Menurut Ausubel, seseorang belajar dengan mengasosiasikan

fenomena baru ke dalam sekema yang telah ia punya. Dalam proses

itu seseorang dapat memperkembangkan sekema yang ada atau dapat

mengubahnya. Dalam proses belajar ini siswa mengonstruksi apa yang

ia pelajari sendiri.

Teori Belajar bermakna Ausuble ini sangat dekat dengan

Konstruktivesme.Keduanya menekankan pentingnya pelajar

mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam

sistem pengertian yang telah dipunyai.Keduanya menekankan

pentingnya asimilasi pengalaman baru kedalam konsep atau

pengertian yang sudah dipunyai siswa. Keduanya mengandaikan bahwa

dalam proses belajar itu siswa aktif.

C. Teori Skema

Menurut teori ini, pengetahuan disimpan dalam suatu paket

informasi, atau sekema yang terdiri dari konstruksi mental gagasan

kita.Teori ini lebih menunjukkan bahwa pengetahuan kita itu

tersusun dalam suatu skema yang terletak dalam ingatan kita.Dalam

belajar, kita dapat menambah skema yang ada sihingga dapa t

menjadi lebih luas dan berkembang.

D. Konstruktivisme, Behaviorisme, dan Maturasionisme

Konstruktivisme berbeda dengan Behavorisme dan

Maturasionisme.Bila Behaviorisme menekankan keterampilan sebagai

suatu tujuan pengajaran, konstruktivime lebih menekankan

pengembangan konsep dan pengertian yang mendalam.Bila

Maturasionisme lebih menekankan pengetahuan yang berkembang sesuai

dengan langkah–langkah perkembangan kedewasaan.Konstruktivisme

lebih menekankan pengetahuan sebagai konstruksi aktif sibelajar.

Dalam pengertian Maturasionisme, bila seseorang mengikuti

perkembangan pengetahuan yang ada, dengan sendirinya ia akan

menemukan pengetahuan yang lengkap. Menurut Konstruktivisme, bla

seseorang tidak mengkonstruktiviskan pengetahuan secara aktif,

meskipun ia berumur tua akan tetap tidakakan berkembang

pengetahuannya.

Dalam teori ini kreatifitas dan keaktifan siswa akan membantu

mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif mereka.

Mereka akan terbantu menjadi orang yang kritis menganalisis

sesuatu hal karena mereka berfikir dan bukan meniru saja. Kadang–

kadang orang menganggap bahwa konstruktivisme sama dengan Teori

Pencarian Sendiri (Inguiry Approach) dalam belajar. Sebenarnya

kalau kita lihat secara teliti, kedua teori ini tidak sama. Dalam

banyak hal mereka punya kesamaan,seperti penekanan keaktifan siswa

untuk memenuhi suatu hal. Dapat terjadi bahwa metode pencarian

sendiri memang merupakan metode konstruktivisme tetapi tidak semua

semua konstruktivis dengan metode pencarian sendiri.Dalam

konstruktivisme terlibih yang personal sosial, justru dikembangkan

belajar bersama dalam kelompok.Hal ini yang tidak ada dalam metode

mencari sendiri.Bahkan, dalam praktek metode pencarian sendiri

tidak memungkinkan siswa mengkonstruk pengetahuan sendiri, karena

langkah-langkah pencarian dan bagaimana pencarian dilaporkan dan

dirumuskan sudah dituliskan sebelumnya.

2.3. CIRI-CIRI DAN PRINSIP PEMBELAJARAN SECARA KONSTUKTIVISTIK

A. Ciri-Ciri Pembelajaran Secara Konstruktivistik

Adapun ciri – ciri pembelajaran secara kontruktivistik adalah

Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui

penglibatan dalam dunia sebenarnya.

Menggalakkan persoalan/ide yang dimulai oleh murid dan

menggunakannya sebagai panduan merancang pengajaran.

Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.

Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid,

kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.

Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga

selalu terjadi perubahan konsep ilmiah

Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar

proses kontruksi berjalan lancar.

Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah

pertanyaan

B. PRINSIP-PRINSIP KONSTRUKTIVISTIK

Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang

diterapkan dalam belajar mengajar adalah:

Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.

Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid,

kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.

Murid aktif mengkontruksi secara terus menerus, sehingga

selalu terjadi perubahan konsep ilmiah.

Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar

proses kontruksi berjalan lancar.

Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.

Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah

pertanyaan.

mencari dan menilai pendapat siswa.

Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting

adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan

kepada siswa .siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya

sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara

mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat

relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan

mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi

mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada

siswa yang mana tangga itu nantinya dimaksudkan dapat membantu

mereka mencapai tingkat penemuan.

2.4 .PROSES BELAJAR MENURUT KONSTRUKVISTIK

Pada bagian ini akan dibahas proses belajar dari pandangan

kontruktifistik dan dari aspek-aspek si belajar, peranan guru,

sarana belajar, dan evaluasi belajar.

1. Proses belajar kontruktivistik secara konseptual proses belajar

jika dipandang dari pendekatan kognitif, bukan sebagai perolehan

informasi yang berlangsung satu arah dari luar kedalam diri siswa

kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang

bermuara pada pemuktahiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar

lebih dipandang dari segi rosesnya dari pada segi perolehan

pengetahuan dari pada fakta-fakta yang terlepas-lepas.

2. Peranan siswa; Menurut pandangan ini belajar merupakan suatu

proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan

oleh si belajar.Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir,

menyusun konsep, dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang

dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk

menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya

belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan adalah terwujudnya

gejala belajar adalah niat belajar siswa itu sendiri.

3. Peranan guru; Dalam pendekatan ini guru atau pendidik berperan

membantu agar proses pengkontruksian pengetahuan oleh siswa

berjalan lancar. Guru tidak mentransferkan pengetahuan yang telah

dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk

pengetahuannya sebdiri.

4. Sarana belajar; Pendekatan ini menekankan bahwa peranan utama

dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkontruksi

pengetahuannya sendiri.Segala sesuatu seperti bahan, media,

peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk

membantu pembentukan tersebut.

5. Evaluasi; Pandangan ini mengemukakan bahwa lingkungan belajar

sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi

terhadap realitas, kontruksi pengetahuan, serta aktifitas-

aktifitas lain yang didasarkan pada pengalaman.

2.5. Implikasi Teori Konstruktivistik dalam Pembelajaran

Teori konstruksivisme membawa implikasi dalam pembelajaran

yang harus bersifat kolektif atu kelompok. Proses sosial masing-

masing siswa harus bisa diwujudkan. C. Asri Budiningsih dalam buku

Pembelajaran Moral menyatakan bahwa keberhasilan belajar sangat

ditentukan oleh peran social yang ada dalam diri siswa. Dalam

situasi sosial akanterjadi situasi saling berhubungan, terdapat

tata hubungan, tata tingkah laku dan sikap diantara sesame

manusia. Konsekuensinya, siswa harus memiliki keterampilan untuk

menyesuaikan diri (adaptasi) secara cepat.

Bagi kaum konstruktivis, mengajar bukanlah kegiatan

memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa, melainkan suatu

penciptaan suasana yang memungkinkan siswa membangun sendiri

pengetahuannya.Mengajar berarti partisipasi aktif guru bersama-

sama siswa dalam membangun pengetahuan, membuat makna, mencari

kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi.Jadi

mengajar adalah belajar itu sendiri. Menurut prinsip

konstruktivisme, guru berperan sebagai mediator dan fasilitator

yang membantu agar proses belajar siswa berjalan sebagaimana

mestinya. Sebagai fasilitator dan mediator tugas guru dapat

dijabarkan sebagai berikut:

a. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa

bertanggung jawab dalam merencanakan aktivitas belajar, proses

belajar serta hasil belajar yang diperolehnya. Dengan demikian

menjadi jelas bahwa memberi kuliah atau ceramah bukanlah tugas

utama guru. Memberikan sejumlah kegiatan yang dapat merangsang

keingintahuan siswa dan mendorong mereka untuk meng-ekspresikan

gagasan-gagasannya serta mengkomukasikan-nya secara ilmiah;

b. Menyediakan sarana belajar yang merangsang siswa berpikir

secara produktif. Guru hendaknya menciptakan rangsangan belajar

melalui penyediaan situasi problematik yang memungkinkan siswa

belajar memecahkan masalah.

c. Memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan tingkat perkembangan

berpikir siswa.

Guru dapat menunjukkan dan mempertanyakan sejauh mana

pengetahuan siswa untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan

dengan pengetahuan yang dimilikinya. (Ditulis Oleh Drs.Agustinus

Maniyeni, M.Pd – Dalam buku “Wawasan Pembelajaran” halaman 1-15)

Konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan non objektif, bersifat

temporer, selalu berubah dan tidak menentu.Belajar adalah

penyusunan pengetahuan dari dari pengalaman konkrit, aktifitas

kolaboratif dan refleksi dan interpretasi. Seseorang yang belajar

akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan

tergantung pengalamannya dan persepektif yang didalam

menginterprestasikannya.

Teori ini lebih menekankan pada diri siswa dalam penyusun

pengetahuan yang ingin diperoleh oleh siswa tersebut. Teori ini

memberikan keaktifan terhadap siswa untuk belajar menemukan

sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang

diperlakukan guna menggembangkan dirinya sendiri.Adapun tujuan

dari teori ini adalah sebagai berikut:

Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung

jawab siswa itu sendiri.

Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan

mencari sendiri pertanyaanya.

Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman

konsep secara lengkap.

Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang

mandiri.

Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.

Adapun implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam

pendidikan anak (Poedjiadi, 1999: 63) adalah sebagai berikut:

(a) tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme

adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan

berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi,

(b) kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi

yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi

oleh peserta didik. Selain itu, latihan memcahkan masalah

seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis

masalah dalam kehidupan sehari-hari dan

(c) peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan

cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi

sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi yang

kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta

didik.

Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar

konstruktivisme, Tytler (1996: 20) mengajukan beberapa saran yang

berkaitan dengan rancangan pembelajaran, sebagai berikut:

(1) memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya

dengan bahasa sendiri,

(2) memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang

pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif,

(3) memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru,

(4) memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah

dimiliki siswa,

(5) mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka,

dan

(6) menciptakan lingkungan belajar yang kondusif

2.6. HAKIKAT PEMBELAJARAN MENURUT TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa menurut teori belajar

konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja

dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus

aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan

kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa

tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan

berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.

Sehubungan dengan hal di atas, Tasker (1992: 30) mengemukakan

tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai

berikut.

1.      Peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara

bermakna.

2.      Pentingya membuat kaitan antara gagasan dalam

pengkonstruksian secara bermakna.

3.      Mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang

diterima.

Wheatley (1991: 12) mendukung pendapat di atas dengan mengajukan

dua prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar

konstruktivisme.

1.      Pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi

secara aktif oleh struktur kognitif siswa.

2.      Fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu

pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.

Kedua pengertian di atas menekankan bagaimana pentingnya

keterlibatan anak secara aktif dalam proses pengaitan sejumlah

gagasan dan pengkonstruksian ilmu pengetahuan melalui

lingkungannya. Bahkan secara spesifik Hudoyo (1990: 4) mengatakan

bahwa seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar

itu didasari kepada apa yang telah diketahui orang lain. Oleh

karena itu, untuk mempelajari suatu materi yang baru, pengalaman

belajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi terjadinya

proses belajar tersebut.

Selain penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu

diperhatikan dalam teori belajar konstruktivisme, Hanbury (1996:

3) mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan

pembelajaran, yaitu

1. siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan

ide yang mereka miliki,

2.pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti,

3. strategi siswa lebih bernilai,

4. siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling

bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.

Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar

konstruktivisme, Tytler (1996: 20) mengajukan beberapa saran yang

berkaitan dengan rancangan pembelajaran, sebagai berikut:

(1) memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya

dengan bahasa sendiri,

(2) memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang

pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif,

(3) memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru,

(4) memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah

dimiliki siswa,

(5) mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka,

dan

(6) menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

2.7. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN TEORI KONSTRUTIVISTIK

1.      Kelebihan

Dalam proses membina pengetahuan baru, murid berpikir untuk

menyelesaikan masalah, mengembangkan ide dan membuat keputusan.

Oleh karena murid terlibat secara langsung dalam membina

pengetahuan baru, mereka akan lebih paham dan boleh

mengapliksikannya dalam semua situasi.

Oleh karena murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka

akan ingat lebih lama semua konsep. Yakin murid melalui pendekatan

ini membina sendiri kefahaman mereka. Justru mereka lebih yakin

menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.Kemahiran

sosial diperoleh apabila interaksi dengan rekan dan guru dalam

membina pengetahuan baru.Oleh kerana mereka terlibat secara terus,

mereka paham, ingat, yakin dan berinteraksi dengan sehat.

2.      Kelemahan

Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita

lihat dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik

itu sepertinya kurang begitu mendukung. Pada bagian ini akan

dibahas proses belajar dari pandangan kontruktifistik dan dari

aspek-aspek si belajar, peranan guru, sarana belajar, dan evaluasi

belajar.

1.      Proses belajar kontruktivistik secara konseptual adalah

proses belajar yang bukan merupakan perolehan informasi yang

berlangsung satu arah dari luar kedalam diri siswa kepada

pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara

pada pemuktahiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih

dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan

dari pada fakta-fakta yang terlepas-lepas.

2.      Peranan siswa. Menurut pandangan ini belajar merupakan

suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus

dilakukan oleh si belajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan,

aktif berfikir, menyusun konsep, dan memberi makna tentang hal-hal

yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil

prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi

terjadinya belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan adalah

terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa itu sendiri.

3.      Peranan guru. Dalam pendekatan ini guru atau pendidik

berperan membantu agar proses pengkontruksian pengetahuan oleh

siswa berjalan lancar. Guru tidak mentransferkan pengetahuan yang

telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk

pengetahuannya sendiri.

4.      Sarana belajar. Pendekatan ini menekankan bahwa peranan

utama dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam

mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti

bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya

disediakan untuk membantu pembentukan tersebut.

5.      Evaluasi. Pandangan ini mengemukakan bahwa lingkungan

belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan

interpretasi terhadap realitas, kontruksi pengetahuan, serta

aktifitas-aktifitas lain yang didasarkan pada pengalaman.

BAB III

PENUTUP

Pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar

konstruktivisme lebih menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam

mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam

refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh

guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk

mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan

akomodasi.

Jadi teori kontruktivisme adalah sebagai pembelajaran yang

bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa

yang dipelajari. Salah satu teori atau pandangan yang sangat

terkenal berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme adalah

teori perkembangan mental Piaget yang merupakan bagian dari teori

kognitif juga. Piaget menegaskan bahwa penekanan teori

kontruktivisme pada proses untuk menemukan teori atau pengetahuan

yang dibangun dari realitas lapangan. Peran guru dalam

pembelajaran menurut teori kontruktivisme adalah sebagai

fasilitator atau moderator.Pandangan tentang anak dari kalangan

konstruktivistik yang lebih mutakhir yang dikembangkan dari teori

belajar kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun

dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi

sesuai dengan skemata yang dimilikinya.

Berbeda dengan kontruktivisme kognitif ala Piaget,

konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vigotsky adalah

bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan

lingkungan sosial maupun fisik.bahwa pembelajaran yang mengacu

kepada teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada

kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan

kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan

dan dilakukan oleh guru .Teori konstruktivisme pada dasarnya

menekankan pembinaan konsep yang asas sebelum konsep itu

dibangunkan dan kemudiannya diaplikasikan apabila diperlukan .

3.2 Saran

Sebaiknya pemahaman konsep pembelajaran ini perlu di bahas

masalah yang berkembang sekarang ini dan bagaimana upaya dalam

berbagai model pembelajaran yang ada  sehingga pembaca lebih

mengerti maksud dari penyajian makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Sabri, Alisuf. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Raya, 1995.

Meliala, Adrianus. NY. Teori-teori Belajar.

http://www.adrianusmeliala.com/files/kuliah .

Sudrajat, Ahmat.  2009. Psikologi Belajar.

http://Ahmadsudrajat.wordpress.com .

http://mahmud09-kumpulanmakalah.blogspot.com/2012/07/macam-macam-

teori-belajar-dan.html.

http://www.google.com/teori-teori-belajar. Diakses tanggal 30

September 2012, Pukul 20.00 WIB.

Meliala, Adrianus. NY. Teori-teori Belajar.

http://www.adrianusmeliala.com/files/kuliah. Diakses tanggal 30

September 2012, Pukul 20.00 WIB.

http://edukasi.kompasiana.com/2011/10/24/teori-belajar-

konstruktivisme/. Diakses tanggal 3 Oktober 2012, Pukul 21.00 WIB.