Pedagogik
Transcript of Pedagogik
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT
berkat izin dan pertolonganNya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Pedagogik yang berjudul :
“ TEORI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISTIK
”.
Penulisan makalah ini disusun untuk memenuhi nilai mata kuliah
Pedagogik , Program Studi Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. makalah ini
diharapkan juga bisa menjadi sarana meningkatkan ilmu dan
pengetahuan serta pola pikir penulis khususnya di bidang fisika.
Selama proses penulisan makalah ini, penulis banyak dibantu
oleh berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman seperjuangan terutama dosen mata
kuliah pedagogik Ibu Nurwulan Fitriayandi,S.Pd, M.Pfis.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi kebaikan penulis pada masa mendatang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan pembaca
maupun bagi penulis sendiri.
Jakarta, Oktober 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA
PENGANTAR.........................................................
....................................................... i
DAFTAR
ISI...............................................................
................................................................
.................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Masalah .........................................................
..................................................3
1.2. Rumusan
Masalah...........................................................
........................................................ 3
1.3. Tujuan
Penulisan .......................................................
........................................................... 3
1.4.
Manfaat ..........................................................
..................................................................
..................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori
Konstruktivistik.............................................
................. 5
2.2. Hubungan Konstruktivistik Dengan Teori Belajar
Lain.........................................................
7
2.3. Ciri- Ciri Dan Prinsip Pembelajaran Secara
Konstruktivistik................................................ 9
2.4. Proses Belajar Menurut Teori
Konstruktivistik .................................................
.................... 10
2.5. Implikasi Teori Dalam Pembelajaran
Konstruktivistik .................................................
........ 10
2.6. Hakikat Pembelajaran Menurut Teori Pembelajaran
Konstruktivistik .................................. 12
2.7. Kelebihan Dan Kelemahan Teori
Konstruktivistik .................................................
............... 13
BAB IV PENUTUP
4.1.Kesimpulan ...................................................
..................................................................
..................................................14
4.2.
Saran ............................................................
..................................................................
..................................................14
DAFTAR
PUSTAKA ..........................................................
......................................................... 15
Saat ini terdapat beragam inovasi baru di dalam dunia
pendidikan terutama pada proses pembelajaran. Salah satu inovasi
tersebut adalah konstruktivisme, pemilihan pendekatan ini lebih
dikarenakan agar pembelajaran membuat siswa antusias terhadap
persoalan yang ada sehingga mereka mau mencoba memecahkan
persoalannya. Pembelajaran di kelas masih dominan menggunakan
metode ceramah dan tanya jawab sehingga kurang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berintekrasi langsung kepada benda-
benda konkret.
Seorang guru perlu memperhatikan konsep awal siswa sebelum
pembelajaran. Jika tidak demikian, maka seorang pendidik tidak
akan berhasilkan menanamkan konsep yang benar, bahkan dapat
memunculkan sumber kesulitan belajar selanjutnya. Mengajar bukan
hanya untuk meneruskan gagasan-gagasan pendidik pada siswa,
melainkan sebagai proses mengubah konsepsi-konsepsi siswa yang
sudah ada dan di mana mungkin konsepsi itu salah, dan jika
ternyata benar maka pendidik harus membantu siswa dalam
mengkonstruk konsepsi tersebut biar lebih matang.
Maka dari permasalahan tersebut, pemakalah tertarik melakukan
penelitian konsep untuk mengetahui bagaimana sebenarnya hakikat
teori belajar konstruktivistik ini bisa mengembangkan keaktifan
siswa dalam mengkonstruk pengetahuannya sendiri, sehingga dengan
pengetahuan yang dimilikinya peserta didik bisa lebih memaknai
pembelajaran karena dihubungkan dengan konsepsi awal yang dimiliki
siswa dan pengalaman yang siswa peroleh dari lingkungan
kehidupannya sehari-hari.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, adapun rumusan masalah yang dapat
diambil adalah :
1. Apakah Pengertian teori belajar konstruktivistik?
2. Bagaimana kelebihan dan kekurangan dari teori belajar
konstruktivistik?
3. Bagaimana Ciri-Ciri teori belajar kontruktivistik?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain :
1. Menambah pengetahuan tentang teori-teori pembelajaran
khususnya teori pembelajaran konstruktivistik.
2. Mengetahui ciri-ciri teori pembelajaran konstruktivistik.
3. Mengetahui kelebihan dan kelemahan teori pembelajaran
konstruktivistik.
4. Pandangan teori konstruktivistik terhadap belajar mengajar
dan pembelajara
5. Implikasi teori pembelajaran konstruktivistik dalam
pembelajaran
1.4 Manfaat
Adapun manfaat penulisan dari makalah ini bermaksud untuk
memberikan pengetahuan tentang konsep teori – teori pembelajaran
dimana pembelajaran itu berlangsung khususnya dilihat dari teori
pembelajaran aliran konstruktivistik,sehingga pembaca dan penulis
dapat memahami pentingnya upaya pemahaman konsep pembelajaran yang
efektif dan efisien, dimana lingkungan belajar menjadi
menyenangkan, kompetensi tercapai dan apa yang diinginkan siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN BELAJAR MENURUT TEORI KONSTRUKTIVISTIK
Konstruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat
pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata
susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan
landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak
sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,
konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia
harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui
pengalaman nyata.
Menurut paham konstruktivisme, ilmu pengetahuan sekolah tidak
dipindahkan dari guru kepada murid dalam bentuk yang serba
sempurna. Murid perlu membina sesuatu pengetahuan mengikuti
pengalaman masing-masing. Pembelajaran adalah hasil daripada usaha
murid itu sendiri dan guru tidak boleh belajar untuk murid. Blok
binaan asas bagi ilmu pengetahuan sekolah ialah satu skema yaitu
aktivitas mental yang digunakan oleh murid sebagai bahan mentah
bagi proses renungan dan pengabstrakan. Murid tidak akan berpikir
untuk menghadapi realita yang berwujud asing disekitarnya. Realita
yang diketahui murid adalah realita yang dibina sendiri. Murid
sebenarnya telah mempunyai satu set ide dan pengalaman yang
membentuk struktur kognitif terhadap lingkungan sekitar
mereka.Untuk membantu murid membina konsep atau pengetahuan baru,
guru harus mengambil struktur kognitif yang ada pada mereka.
Apabila maklumat baru telah disesuaikan dan diserap untuk
dijadikan sebagian pegangan kuat mereka, barulah kerangka baru
tentang suatu bentuk ilmu pengetahuan dapat dibina.
Adapun tujuan dari teori ini dalah sebagai berikut:
Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung
jawab siswa itu sendiri.
Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan
mencari sendiri pertanyaannya.
Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman
konsep secara lengkap.
Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang
mandiri.
Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
TOKOH-TOKOH DALAM TEORI KONSTRUKTIVISTIK
1. Jean Piaget
Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal
berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme adalah teori
perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga disebut teori
perkembangan intelektual. Teori belajar tersebut berkenaan dengan
kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan
intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan
intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu
dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap
sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan.
Selanjutnya, Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis
pertama yang menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam
pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah
penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi
adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi
baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat. Pengertian
tentang akomodasi yang lain adalah proses mental yang meliputi
pembentukan skema baru yang cocok dengan rangsangan baru atau
memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan
rangsangan.
Lebih jauh Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak
diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan.
Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh
mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Sedangkan, perkembangan kognitif itu sendiri merupakan proses
berkesinambungan tentang keadaan ketidak-seimbangan dan keadaan
keseimbangan. Dari pandangan Piaget tentang tahap perkembangan
kognitif anak dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun
kemampuan anak mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan
kematangan intelektual anak.
Berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya menurut
pandangan konstruktivisme, Driver dan Bell mengajukan
karakteristik sebagai berikut:
1) Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan
memiliki tujuan,
2) Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses
keterlibatan siswa,
3) Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan
dikonstruksi secara personal,
4) Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan
melibatkan pengaturan situasi kelas,
5) Kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan
seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber.
Pandangan tentang anak dari kalangan konstruktivistik yang
lebih mutakhir yang dikembangkan dari teori belajar kognitif
Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran
seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan
skema yang dimilikinya. Belajar merupakan proses aktif untuk
mengembangkan skemata sehingga pengetahuan terkait bagaikan jaring
laba-laba dan bukan sekedar tersusun secara hirarkis.
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa belajar adalah
suatu aktivitas yang berlangsung secara interaktif antara faktor
intern pada diri pebelajar dengan faktor ekstern atau lingkungan,
sehingga melahirkan perubahan tingkah laku.
Berikut adalah tiga dalil pokok Piaget dalam kaitannya dengan
tahap perkembangan intelektual atau tahap perkembangan kognitif
atau biasa juga disebut tahap perkembagan mental. Ruseffendi
(1988: 133) mengemukakan;
a. perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap
beruntun yang selalu terjadi dengan urutan yang sama. Maksudnya,
setiap manusia akan mengalami urutan-urutan tersebut dan dengan
urutan yang sama,
b. tahap-tahap tersebut didefinisikan sebagai suatu cluster
dari operasi mental (pengurutan, pengekalan, pengelompokan,
pembuatan hipotesis dan penarikan kesimpulan) yang menunjukkan
adanya tingkah laku intelektual dan
c. gerak melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh
keseimbangan (equilibration), proses pengembangan yang menguraikan
tentang interaksi antara pengalaman (asimilasi) dan struktur
kognitif yang timbul (akomodasi).
2. Vygotsky
Berbeda dengan kontruktivisme kognitif ala Piaget,
konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vigotsky adalah
bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan
lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam
belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya
seseorang.Dalam penjelasan lainmengatakan bahwa inti konstruktivis
Vigotsky adalah interaksi antara aspek internal dan ekternal yang
penekanannya pada lingkungan sosial dalam belajar.
Beberapa ahli konstruktivisme yang terkemuka berpendapat
bahwa pembelajaran yang bermakna itu bermula dengan pengetahuan
atau pengalaman sedia ada murid.Rutherford dan Ahlgren berpendapat
bahawa murid mempunyai ide mereka sendiri tentang hampir semua
perkara, di mana ada yang betul dan ada yang salah. Jika kepahaman
dan miskonsepsi ini diabaikan atau tidak ditangani dengan baik,
kepahaman atau kepercayaan asal mereka itu akan tetap kekal
walaupun dalam pemeriksaan mereka mungkin memberi jawaban seperti
yang dikehendaki oleh guru.
John Dewey menguatkan lagi teori konstruktivisme ini
mengatakan bahawa pendidik yang cekap harus melaksanakan
pengajaran dan pembelajaran sebagai proses menyusun atau membina
pengalaman secara berterusan. Beliau juga menekankan kepentingan
penyertaan murid di dalam setiap aktivitas pengajaran dan
pembelajaran.
Dari persepektif epistemologi yang disarankan dalam
konstruktivisme fungsi guru akan berubah. Perubahan akan berlaku
dalam teknik pengajaran dan pembelajaran, penilaian, penyelidikan
dan cara melaksanakan kurikulum. Sebagai contoh, perspektif ini
akan mengubah kaedah pengajaran dan pembelajaran yang menumpu
kepada kejayaan murid meniru dengan tepat apa saja yang
disampaikan oleh guru kepada kaedah pengajaran dan pembelajaran
yang menumpu kepada kejayaan murid membina skema pengkonsepan
berdasarkan kepada pengalaman yang aktif. Ia juga akan mengubah
tumpuan penyelidikan daripada pembinaan model daripada kaca mata
guru kepada pembelajaran sesuatu konsep daripada kaca mata murid.
3. Tasker
Tasker (1992: 30) mengemukakan tiga penekanan dalam teori
belajar konstruktivisme sebagai berikut.Pertama adalah peran aktif
siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna.Kedua
adalah pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam
pengkonstruksian secara bermakna.Ketiga adalah mengaitkan antara
gagasan dengan informasi baru yang diterima.
4.Wheatley
Wheatley (1991: 12) mendukung pendapat di atas dengan
mengajukan dua prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori
belajar konstrukltivisme.Pertama, pengetahuan tidak dapat
diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif
siswa.Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu
pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.
5. Hanbury
Selain penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu
diperhatikan dalam teori belajar konstruktivisme, Hanbury (1996:
3) mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan
pembelajaran, yaitu (1) siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan
cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki, (2) pembelajaran
menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti, (3) strategi siswa
lebih bernilai, dan (4) siswa mempunyai kesempatan untuk
berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan
dengan temannya
.
2.2 HUBUNGAN KONSTRUKTIVISTIK DENGAN TEORI BELAJAR LAIN
Selama 20 tahun terakhir ini konstruktivisme telah banyak
mempengaruhi pendidikan Sains dan Matematika di banyak negara
Amerika, Eropa, dan Australia.Inti teori ini berkaitan dengan
beberapa teori belajar seperti teori Perubahan Konsep, Teori
Belajar Bermakna dan Ausuble, dan Teori Skema.
A. Teori Belajar Konsep
Dalam banyak penelitian diungkapkan bahwa teori petubahan
konsep ini dipengaruhi atau didasari oleh filsafat kostruktivisme.
Konstruktivisme yang menekankan bahwa pengetahuan dibentuk oleh
siswa yang sedang belajar, dan teori perubahan konsep yang
menjelaskan bahwa siswa mengalami perubahan konsep terus menerus,
sangat berperan dalam menjelaskan mengapa seorang siswa bisa salah
mengerti dalam menangkap suatu konsep yang ia pelajari.
Kostruktivisme membantu untuk mengerti bagaimana siswa membentuk
pengetahuan yang tidak tepat.
Dengan demikian, seorang pendidik dibantu untuk mengarahkan
sisiwa dalam pembentukan pengetahuan mereka yang lebih tepat.Teori
perubahan konsep sangat membantu karena mendorong pendidik agar
menciptakan suasana dan keadaan yang memungkinkan perubahan konsep
yang kuat pada murid sehingga pemahaman mereka lebih sesuai dengan
ilmuan.Konstrutivisme dan Teori Perubahan Konsep memberikan
pengertian bahwa setiap orang dapat membentuk pengertian yang
berbeda tersebut bukanlah akhir pengembangan karena setiap kali
mereka masih dapat mengubah pengertiannya sehingga lebih sesuai
dengan pengertian ilmuan.“Salah pengrtian” dalam memahami sesuatu,
menurut Teori Konstruktivisme dan teori Perubahan Konsep, bukanlah
akhir dari segala-galanyamelainkan justru menjadi awal untuk
pengembangan yang lebih baik.
B. Teori Bermakna Ausubel
Menurut Ausubel, seseorang belajar dengan mengasosiasikan
fenomena baru ke dalam sekema yang telah ia punya. Dalam proses
itu seseorang dapat memperkembangkan sekema yang ada atau dapat
mengubahnya. Dalam proses belajar ini siswa mengonstruksi apa yang
ia pelajari sendiri.
Teori Belajar bermakna Ausuble ini sangat dekat dengan
Konstruktivesme.Keduanya menekankan pentingnya pelajar
mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam
sistem pengertian yang telah dipunyai.Keduanya menekankan
pentingnya asimilasi pengalaman baru kedalam konsep atau
pengertian yang sudah dipunyai siswa. Keduanya mengandaikan bahwa
dalam proses belajar itu siswa aktif.
C. Teori Skema
Menurut teori ini, pengetahuan disimpan dalam suatu paket
informasi, atau sekema yang terdiri dari konstruksi mental gagasan
kita.Teori ini lebih menunjukkan bahwa pengetahuan kita itu
tersusun dalam suatu skema yang terletak dalam ingatan kita.Dalam
belajar, kita dapat menambah skema yang ada sihingga dapa t
menjadi lebih luas dan berkembang.
D. Konstruktivisme, Behaviorisme, dan Maturasionisme
Konstruktivisme berbeda dengan Behavorisme dan
Maturasionisme.Bila Behaviorisme menekankan keterampilan sebagai
suatu tujuan pengajaran, konstruktivime lebih menekankan
pengembangan konsep dan pengertian yang mendalam.Bila
Maturasionisme lebih menekankan pengetahuan yang berkembang sesuai
dengan langkah–langkah perkembangan kedewasaan.Konstruktivisme
lebih menekankan pengetahuan sebagai konstruksi aktif sibelajar.
Dalam pengertian Maturasionisme, bila seseorang mengikuti
perkembangan pengetahuan yang ada, dengan sendirinya ia akan
menemukan pengetahuan yang lengkap. Menurut Konstruktivisme, bla
seseorang tidak mengkonstruktiviskan pengetahuan secara aktif,
meskipun ia berumur tua akan tetap tidakakan berkembang
pengetahuannya.
Dalam teori ini kreatifitas dan keaktifan siswa akan membantu
mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif mereka.
Mereka akan terbantu menjadi orang yang kritis menganalisis
sesuatu hal karena mereka berfikir dan bukan meniru saja. Kadang–
kadang orang menganggap bahwa konstruktivisme sama dengan Teori
Pencarian Sendiri (Inguiry Approach) dalam belajar. Sebenarnya
kalau kita lihat secara teliti, kedua teori ini tidak sama. Dalam
banyak hal mereka punya kesamaan,seperti penekanan keaktifan siswa
untuk memenuhi suatu hal. Dapat terjadi bahwa metode pencarian
sendiri memang merupakan metode konstruktivisme tetapi tidak semua
semua konstruktivis dengan metode pencarian sendiri.Dalam
konstruktivisme terlibih yang personal sosial, justru dikembangkan
belajar bersama dalam kelompok.Hal ini yang tidak ada dalam metode
mencari sendiri.Bahkan, dalam praktek metode pencarian sendiri
tidak memungkinkan siswa mengkonstruk pengetahuan sendiri, karena
langkah-langkah pencarian dan bagaimana pencarian dilaporkan dan
dirumuskan sudah dituliskan sebelumnya.
2.3. CIRI-CIRI DAN PRINSIP PEMBELAJARAN SECARA KONSTUKTIVISTIK
A. Ciri-Ciri Pembelajaran Secara Konstruktivistik
Adapun ciri – ciri pembelajaran secara kontruktivistik adalah
Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui
penglibatan dalam dunia sebenarnya.
Menggalakkan persoalan/ide yang dimulai oleh murid dan
menggunakannya sebagai panduan merancang pengajaran.
Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid,
kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga
selalu terjadi perubahan konsep ilmiah
Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar
proses kontruksi berjalan lancar.
Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah
pertanyaan
B. PRINSIP-PRINSIP KONSTRUKTIVISTIK
Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang
diterapkan dalam belajar mengajar adalah:
Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid,
kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
Murid aktif mengkontruksi secara terus menerus, sehingga
selalu terjadi perubahan konsep ilmiah.
Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar
proses kontruksi berjalan lancar.
Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah
pertanyaan.
mencari dan menilai pendapat siswa.
Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting
adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan
kepada siswa .siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya
sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara
mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat
relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan
mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi
mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada
siswa yang mana tangga itu nantinya dimaksudkan dapat membantu
mereka mencapai tingkat penemuan.
2.4 .PROSES BELAJAR MENURUT KONSTRUKVISTIK
Pada bagian ini akan dibahas proses belajar dari pandangan
kontruktifistik dan dari aspek-aspek si belajar, peranan guru,
sarana belajar, dan evaluasi belajar.
1. Proses belajar kontruktivistik secara konseptual proses belajar
jika dipandang dari pendekatan kognitif, bukan sebagai perolehan
informasi yang berlangsung satu arah dari luar kedalam diri siswa
kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang
bermuara pada pemuktahiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar
lebih dipandang dari segi rosesnya dari pada segi perolehan
pengetahuan dari pada fakta-fakta yang terlepas-lepas.
2. Peranan siswa; Menurut pandangan ini belajar merupakan suatu
proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan
oleh si belajar.Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir,
menyusun konsep, dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang
dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk
menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya
belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan adalah terwujudnya
gejala belajar adalah niat belajar siswa itu sendiri.
3. Peranan guru; Dalam pendekatan ini guru atau pendidik berperan
membantu agar proses pengkontruksian pengetahuan oleh siswa
berjalan lancar. Guru tidak mentransferkan pengetahuan yang telah
dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk
pengetahuannya sebdiri.
4. Sarana belajar; Pendekatan ini menekankan bahwa peranan utama
dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkontruksi
pengetahuannya sendiri.Segala sesuatu seperti bahan, media,
peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk
membantu pembentukan tersebut.
5. Evaluasi; Pandangan ini mengemukakan bahwa lingkungan belajar
sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi
terhadap realitas, kontruksi pengetahuan, serta aktifitas-
aktifitas lain yang didasarkan pada pengalaman.
2.5. Implikasi Teori Konstruktivistik dalam Pembelajaran
Teori konstruksivisme membawa implikasi dalam pembelajaran
yang harus bersifat kolektif atu kelompok. Proses sosial masing-
masing siswa harus bisa diwujudkan. C. Asri Budiningsih dalam buku
Pembelajaran Moral menyatakan bahwa keberhasilan belajar sangat
ditentukan oleh peran social yang ada dalam diri siswa. Dalam
situasi sosial akanterjadi situasi saling berhubungan, terdapat
tata hubungan, tata tingkah laku dan sikap diantara sesame
manusia. Konsekuensinya, siswa harus memiliki keterampilan untuk
menyesuaikan diri (adaptasi) secara cepat.
Bagi kaum konstruktivis, mengajar bukanlah kegiatan
memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa, melainkan suatu
penciptaan suasana yang memungkinkan siswa membangun sendiri
pengetahuannya.Mengajar berarti partisipasi aktif guru bersama-
sama siswa dalam membangun pengetahuan, membuat makna, mencari
kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi.Jadi
mengajar adalah belajar itu sendiri. Menurut prinsip
konstruktivisme, guru berperan sebagai mediator dan fasilitator
yang membantu agar proses belajar siswa berjalan sebagaimana
mestinya. Sebagai fasilitator dan mediator tugas guru dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa
bertanggung jawab dalam merencanakan aktivitas belajar, proses
belajar serta hasil belajar yang diperolehnya. Dengan demikian
menjadi jelas bahwa memberi kuliah atau ceramah bukanlah tugas
utama guru. Memberikan sejumlah kegiatan yang dapat merangsang
keingintahuan siswa dan mendorong mereka untuk meng-ekspresikan
gagasan-gagasannya serta mengkomukasikan-nya secara ilmiah;
b. Menyediakan sarana belajar yang merangsang siswa berpikir
secara produktif. Guru hendaknya menciptakan rangsangan belajar
melalui penyediaan situasi problematik yang memungkinkan siswa
belajar memecahkan masalah.
c. Memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan tingkat perkembangan
berpikir siswa.
Guru dapat menunjukkan dan mempertanyakan sejauh mana
pengetahuan siswa untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan
dengan pengetahuan yang dimilikinya. (Ditulis Oleh Drs.Agustinus
Maniyeni, M.Pd – Dalam buku “Wawasan Pembelajaran” halaman 1-15)
Konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan non objektif, bersifat
temporer, selalu berubah dan tidak menentu.Belajar adalah
penyusunan pengetahuan dari dari pengalaman konkrit, aktifitas
kolaboratif dan refleksi dan interpretasi. Seseorang yang belajar
akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan
tergantung pengalamannya dan persepektif yang didalam
menginterprestasikannya.
Teori ini lebih menekankan pada diri siswa dalam penyusun
pengetahuan yang ingin diperoleh oleh siswa tersebut. Teori ini
memberikan keaktifan terhadap siswa untuk belajar menemukan
sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang
diperlakukan guna menggembangkan dirinya sendiri.Adapun tujuan
dari teori ini adalah sebagai berikut:
Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung
jawab siswa itu sendiri.
Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan
mencari sendiri pertanyaanya.
Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman
konsep secara lengkap.
Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang
mandiri.
Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
Adapun implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam
pendidikan anak (Poedjiadi, 1999: 63) adalah sebagai berikut:
(a) tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme
adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan
berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi,
(b) kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi
yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi
oleh peserta didik. Selain itu, latihan memcahkan masalah
seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis
masalah dalam kehidupan sehari-hari dan
(c) peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan
cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi
sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi yang
kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta
didik.
Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar
konstruktivisme, Tytler (1996: 20) mengajukan beberapa saran yang
berkaitan dengan rancangan pembelajaran, sebagai berikut:
(1) memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya
dengan bahasa sendiri,
(2) memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang
pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif,
(3) memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru,
(4) memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah
dimiliki siswa,
(5) mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka,
dan
(6) menciptakan lingkungan belajar yang kondusif
2.6. HAKIKAT PEMBELAJARAN MENURUT TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa menurut teori belajar
konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja
dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus
aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan
kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa
tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan
berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.
Sehubungan dengan hal di atas, Tasker (1992: 30) mengemukakan
tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai
berikut.
1. Peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara
bermakna.
2. Pentingya membuat kaitan antara gagasan dalam
pengkonstruksian secara bermakna.
3. Mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang
diterima.
Wheatley (1991: 12) mendukung pendapat di atas dengan mengajukan
dua prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar
konstruktivisme.
1. Pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi
secara aktif oleh struktur kognitif siswa.
2. Fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu
pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.
Kedua pengertian di atas menekankan bagaimana pentingnya
keterlibatan anak secara aktif dalam proses pengaitan sejumlah
gagasan dan pengkonstruksian ilmu pengetahuan melalui
lingkungannya. Bahkan secara spesifik Hudoyo (1990: 4) mengatakan
bahwa seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar
itu didasari kepada apa yang telah diketahui orang lain. Oleh
karena itu, untuk mempelajari suatu materi yang baru, pengalaman
belajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi terjadinya
proses belajar tersebut.
Selain penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu
diperhatikan dalam teori belajar konstruktivisme, Hanbury (1996:
3) mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan
pembelajaran, yaitu
1. siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan
ide yang mereka miliki,
2.pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti,
3. strategi siswa lebih bernilai,
4. siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling
bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.
Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar
konstruktivisme, Tytler (1996: 20) mengajukan beberapa saran yang
berkaitan dengan rancangan pembelajaran, sebagai berikut:
(1) memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya
dengan bahasa sendiri,
(2) memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang
pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif,
(3) memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru,
(4) memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah
dimiliki siswa,
(5) mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka,
dan
(6) menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
2.7. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN TEORI KONSTRUTIVISTIK
1. Kelebihan
Dalam proses membina pengetahuan baru, murid berpikir untuk
menyelesaikan masalah, mengembangkan ide dan membuat keputusan.
Oleh karena murid terlibat secara langsung dalam membina
pengetahuan baru, mereka akan lebih paham dan boleh
mengapliksikannya dalam semua situasi.
Oleh karena murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka
akan ingat lebih lama semua konsep. Yakin murid melalui pendekatan
ini membina sendiri kefahaman mereka. Justru mereka lebih yakin
menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.Kemahiran
sosial diperoleh apabila interaksi dengan rekan dan guru dalam
membina pengetahuan baru.Oleh kerana mereka terlibat secara terus,
mereka paham, ingat, yakin dan berinteraksi dengan sehat.
2. Kelemahan
Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita
lihat dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik
itu sepertinya kurang begitu mendukung. Pada bagian ini akan
dibahas proses belajar dari pandangan kontruktifistik dan dari
aspek-aspek si belajar, peranan guru, sarana belajar, dan evaluasi
belajar.
1. Proses belajar kontruktivistik secara konseptual adalah
proses belajar yang bukan merupakan perolehan informasi yang
berlangsung satu arah dari luar kedalam diri siswa kepada
pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara
pada pemuktahiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih
dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan
dari pada fakta-fakta yang terlepas-lepas.
2. Peranan siswa. Menurut pandangan ini belajar merupakan
suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus
dilakukan oleh si belajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan,
aktif berfikir, menyusun konsep, dan memberi makna tentang hal-hal
yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil
prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi
terjadinya belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan adalah
terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa itu sendiri.
3. Peranan guru. Dalam pendekatan ini guru atau pendidik
berperan membantu agar proses pengkontruksian pengetahuan oleh
siswa berjalan lancar. Guru tidak mentransferkan pengetahuan yang
telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk
pengetahuannya sendiri.
4. Sarana belajar. Pendekatan ini menekankan bahwa peranan
utama dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam
mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti
bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya
disediakan untuk membantu pembentukan tersebut.
5. Evaluasi. Pandangan ini mengemukakan bahwa lingkungan
belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan
interpretasi terhadap realitas, kontruksi pengetahuan, serta
aktifitas-aktifitas lain yang didasarkan pada pengalaman.
BAB III
PENUTUP
Pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar
konstruktivisme lebih menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam
mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam
refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh
guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk
mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan
akomodasi.
Jadi teori kontruktivisme adalah sebagai pembelajaran yang
bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa
yang dipelajari. Salah satu teori atau pandangan yang sangat
terkenal berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme adalah
teori perkembangan mental Piaget yang merupakan bagian dari teori
kognitif juga. Piaget menegaskan bahwa penekanan teori
kontruktivisme pada proses untuk menemukan teori atau pengetahuan
yang dibangun dari realitas lapangan. Peran guru dalam
pembelajaran menurut teori kontruktivisme adalah sebagai
fasilitator atau moderator.Pandangan tentang anak dari kalangan
konstruktivistik yang lebih mutakhir yang dikembangkan dari teori
belajar kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun
dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi
sesuai dengan skemata yang dimilikinya.
Berbeda dengan kontruktivisme kognitif ala Piaget,
konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vigotsky adalah
bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan
lingkungan sosial maupun fisik.bahwa pembelajaran yang mengacu
kepada teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada
kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan
kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan
dan dilakukan oleh guru .Teori konstruktivisme pada dasarnya
menekankan pembinaan konsep yang asas sebelum konsep itu
dibangunkan dan kemudiannya diaplikasikan apabila diperlukan .
3.2 Saran
Sebaiknya pemahaman konsep pembelajaran ini perlu di bahas
masalah yang berkembang sekarang ini dan bagaimana upaya dalam
berbagai model pembelajaran yang ada sehingga pembaca lebih
mengerti maksud dari penyajian makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Sabri, Alisuf. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Raya, 1995.
Meliala, Adrianus. NY. Teori-teori Belajar.
http://www.adrianusmeliala.com/files/kuliah .
Sudrajat, Ahmat. 2009. Psikologi Belajar.
http://Ahmadsudrajat.wordpress.com .
http://mahmud09-kumpulanmakalah.blogspot.com/2012/07/macam-macam-
teori-belajar-dan.html.
http://www.google.com/teori-teori-belajar. Diakses tanggal 30
September 2012, Pukul 20.00 WIB.
Meliala, Adrianus. NY. Teori-teori Belajar.
http://www.adrianusmeliala.com/files/kuliah. Diakses tanggal 30
September 2012, Pukul 20.00 WIB.
http://edukasi.kompasiana.com/2011/10/24/teori-belajar-
konstruktivisme/. Diakses tanggal 3 Oktober 2012, Pukul 21.00 WIB.