PAPER ILLEGAL FISHING

41
KATA PENGANTAR Tidak ada untaian kata yang Lebih indah selain ke hadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga Makalah tentang Ilegal Fishing telah dapat terselesaikan. Tidak lupa pula kita senantiasa haturkan salawat dan salam kepada Nabi junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Dalam tahap pengerjaan laporan lengkap ini, tidak terlepas dari kendala yang menghambat penyusunan. Namun berkat motifasi dan dorongan dari beberapa pihak sehingga saya dapat menyelesaikannya tepat pada waktu yang di berikan dan dapat mengatasi kendala dan halangan selama penyelesaian Makalah ini. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Pengantar Ilmu Kelautan dan Perikanan. Ucapan terimah kasih saya haturkan kepada teman-teman kelompok 4 yang telah bekerja sama untuk membuat Makalah ini, serta pihak-pihak lainnya yang telah membantu dalam menyelesaikan Makalah ini yang tidak sempat saya sebutkan. Dalam penyusunan Makalah ini, disadari bahwa masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sikap dan tujuannya membangun sangat kami harapkan. Walau demikian, kami tetap berharap Makalah tentang Illegal Fishing ini memberikan manfaat. Amin. Illegal Fishing Page 1

Transcript of PAPER ILLEGAL FISHING

KATA PENGANTAR

Tidak ada untaian kata yang Lebih indah selain ke

hadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayahnya sehingga Makalah tentang Ilegal Fishing

telah dapat terselesaikan. Tidak lupa pula kita

senantiasa haturkan salawat dan salam kepada Nabi

junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Dalam tahap

pengerjaan laporan lengkap ini, tidak terlepas dari

kendala yang menghambat penyusunan. Namun berkat

motifasi dan dorongan dari beberapa pihak sehingga saya

dapat menyelesaikannya tepat pada waktu yang di berikan

dan dapat mengatasi kendala dan halangan selama

penyelesaian Makalah ini.

Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dalam

mata kuliah Pengantar Ilmu Kelautan dan Perikanan.

Ucapan terimah kasih saya haturkan kepada teman-teman

kelompok 4 yang telah bekerja sama untuk membuat

Makalah ini, serta pihak-pihak lainnya yang telah

membantu dalam menyelesaikan Makalah ini yang tidak

sempat saya sebutkan.

Dalam penyusunan Makalah ini, disadari bahwa masih

terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran

yang sikap dan tujuannya membangun sangat kami

harapkan. Walau demikian, kami tetap berharap Makalah

tentang Illegal Fishing ini memberikan manfaat. Amin.

Illegal Fishing Page 1

Makassar, 23 November

2014

Penulis,

DAFTAR ISI

Kata

Pengantar .............................................

.......................................... 1

Daftar

Isi ........................................................

......................................... 2

BAB I

Latar

Belakang ...................................................

...................................... 3

Illegal Fishing Page 2

Rumusan

Masalah ....................................................

................................ 4

Tujuan

Penulisan ..................................................

.................................... 5

BAB II

Pengertian Illegal

Fishing ....................................................

...................... 6

Faktor Penyebab Illegal

Fishing ....................................................

............ 7

Wilayah yang Sering Terjadi Illegal Fishing di

Ilndonesia ......................... 8

Modus Illegal

Fishing ....................................................

............................ 9

Dampat Illegal

Fishing ....................................................

........................... 10

Upaya-Upaya Pemerintah dalam Menanggapi Illegal

Fishing ..................... 13

Illegal Fishing Page 3

Faktor Pendukung Penegakan Hukum Atas TP. Illegal

Fishing .................. 15

Faktor Penghambat Penegakan Hukum Atas TP. Illegal

Fishing ................. 16

Pihak atau Substansi yang Menangani Illegal

Fishing ................................. 21

BAB III

Kesimpulan .................................................

.............................................. 23

DAFTAR

PUSTAKA ....................................................

............................. 25

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Masalah perikanan tangkap yang melanggar hukum

atau lebih dikenal dengan istilah Illegal Fishing

sebenarnya sudah menjadi masalah klasik. Mengapa

dikatakan klasik? karena masalah ini telah ada dari

Illegal Fishing Page 4

zaman dulu yang seakan-akan tidak ada habisnya. Hingga

sekarang pun Illegal Fishing masih sulit untuk di berantas.Pencurian ikan oleh armada kapal ikan asing dari wilayah

laut Indonesia diperkirakan sebesar 1 juta ton/tahun  (Rp 30

triliun/tahun) yang berlangsung sejak pertengahan 1980-an

(FAO, 2008). 

Selain kerugian uang negara sebesar itu, pencurian

ikan oleh nelayan asing berarti juga mematikan peluang

nelayan Indonesia untuk mendapatkan 1 juta ton ikan setiap

tahunnya.  Lebih dari itu, volume ikan sebanyak itu juga

mengurangi pasok ikan segar (raw materials) bagi industri

pengolahan hasil perikanan nasional serta berbagai industri

dan jasa yang terkait.   Sehingga, impor ikan baik volume

maupun nilainya terus meningkat signifikan dalam 5 tahun

terakhir. Berita penangkapan kapal asing oleh patroli

kita, akhir-akhir ini sering terdengar. Akan tetapi

tetap masih saja ada kapal-kapal asing yang masuk

wilayah RI. Atau berita pengeboman ikan atau berita

nelayan kita yang menggunakan Alat Penangkapan Ikan

terlarang. Aktivitas pencurian ikan oleh para nelayan asing juga

merusak kelestarian stok ikan laut Indonesia, karena

biasanya mereka menangkap ikan dengan teknologi yang tidak

ramah lingkungan.  Hal yang sangat penting diceramti adalah

apabila terus membiarkan terjadinya illegal fishing, maka

kedaulatan wilayah pun bisa terongrong, oleh karenanya,

harus ada upaya strategis dan signifikan dalam rangka

Illegal Fishing Page 5

menanggulangi aktivitas pencurian ikan secara illegal di

wilayah perairan laut Republik Indonesia .

Sebagaimana yang telah kita ketahui, peran

pemerintah dalam menjaga perairan di wilayah perbatasan

sangat terbatas, bahkan dapat dikatakan minim baik

dalam hal trasportasi seperti kapal-kapal patroli

maupun dalam hal jumlah ankatan laut maritim yang siaga

berpatroli. Bayangkan saja jika kapal patroli kita,

ataupun kapal penangkap ikan kita yang umumnya

berukuran kecil dan tradisional, harus berhadapan

dengan kapal asing yang berukuran lebih besar dan

modern serta dalam jumlah yang lebih banyak. 

Masalah illegal fishing adalah masalah kita

bersama. Masalah tersebut tidak akan dapat teratasi

jika kita tidak berbenah diri. Salah satu cara untuk

mengatasinya yaitu mungkin dengan menambah armada kapal

patroli kita, supaya kapal-kapal asing yang masuk ke

wilayah perairan kita yang melakukan illegal fishing

bisa ditangkap ataupun bisa dihancurkan kapal mereka.

Mengapa harus demikian? Karena masalah illegal fishing

menimbulkan kerugian yang amat sangat besar bagi Bangsa

dan Negara Indonesia. Berapa Triliunkah uang kita

dicuri oleh Negara lain? Berapa banyak sumberdaya alam

kita dihancurkan dan dicuri oleh Negara lain? 

I.2 Rumusan Masalah

Illegal Fishing Page 6

A. Apa Pengertian Illegal Fishing ?

B. Apa Saja Faktor Penyebab Illegal Fishing Terjadi

di Indonesia ?

C. Dimana Saja Tempat Terjadinya Illegal Fishing di

Perairan Indonesia ?

D. Apa Saja Modus Illegal Fishing ?

E. Apa Saja Dampak Atas Illegal Fishing di

indonesia ?

F. Cara Apa Saja Upaya-Upaya Pemerintah Dalam

Penegakan Hukum Tindak Pidana Illegal Fishing ?G. Apa Saja Faktor Pendukung Penegakan Hukum Terhadap

Tindak Pidana Illegal Fishing ?

H. Apa Saja Faktor Penghambat Penegakan Hukum Tindak

Pidana Illegal Fishing ?

I. Siapa Saja Pihak Yang Menangani Tindak Pidana

Perikanan di Indonesiaidana Illegal Fishing di

Indonesia ?

J. Bagaimana Mekanisme Penanganan Perkara Tindak

Pidana Perikanan ?

I.3 Tujuan Penulisan

a.Untuk Mengetahui Pengertian Illegal Fishing.

b.Untuk Mengetahui Faktor Penyebab Illegal Fishing

Terjadi di Indonesia.

Illegal Fishing Page 7

c.Untuk Mengetahui Tempat-Tempat yang sering Terjadi

Illegal Fishing di Perairan Indonesia.

d.Untuk Mengetahui Modus Illegal Fishing.

e.Untuk Mengetahui Dapak atas Illegal Fishing di

Indonesia.

f.Untuk Mengetahui Upaya-Upaya Apa Saja yang

Dilakukan Pemerintah Dalam Penegakan Hukum Tindak

Pidana Illegal Fishing.g.Untuk Mengetahui Faktor Pendukung Penegakan Hukum

Terhadap Tindak Pidana Illegal Fishing.

h.Untuk Mengetahui Faktor Penghambat Penegakan Hukum

Tindak Pidana Illegal Fishing.

i.Untuk Mengetahui Pihak Yang Menangani Tindak

Pidana Perikanan di Indonesia.

j.Untuk Mengetahui Mekanisme Penanganan Perkara

Tindak Pidana Perikanan.

Illegal Fishing Page 8

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengetian Illegal Fishing

Illegal fishing, adalah kegiatan penangkapan ikan secara ilegal di perairan wilayah atau Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) suatu Negara. Artinya kegiatan penangkapan yang tidak memiliki izin melakukan penangkapan ikan dari Negara bersangkutan. Praktek terbesar dalam  IUU fishing, pada dasarnya adalah poaching atau pirate fishing. Yaitu penangkapan ikan oleh negara lain tanpa izin dari negara yang bersangkutan, atau dengan kata lain pencurian ikan olehpihak asing. Keterlibatan pihak asing dalam pencurian ikan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

Pencurian semi-legal, yaitu pencurian ikan yang dilakukan oleh kapal asing dengan memanfaatkan surat izin penangkapan legal yang dimiliki oleh pengusaha lokal, dengan menggunakan kapal berbendera lokal atau bendera negara lain. Praktek ini tetap dikategorikan sebagai  illegal fishing karena selain menangkap ikan di wilayah perairan yang bukan haknya, pelaku illegal fishing ini tidak jarang juga langsung mengirim hasil tangkapan tanpa melalui proses pendaratan ikan di wilayah yang sah.

Pencurian murni ilegal, yaitu proses penangkapan ikan di mana kapal asing menggunakan benderanya sendiriuntuk menangkap ikan di wilayah negara lain.

Unregulated fishing,  adalah kegiatan penangkapan diperairan wilayah atau ZEE suatu Negara yang tidak

Illegal Fishing Page 9

mematuhi aturan yang berlaku dinegara tersebut. Tercakup dalam hal ini antara lain:

Penggunaan alat tangkap yang merusak seperti

trawl, bom, dan bius.

Pelanggaran wilayah tangkap.

Unreported fishing, adalah kegiatan penangkapan ikandi perairan wilayah atau ZEE suatu negara, yang tidak dilaporkan baik operasionalnya maupun data kapal dan hasil tangkapannya. Perikanan yang tidak dilaporkan mencakup:

Kesalahan dalam pelaporannya (misreported).

Pelaporan yang tidak semestinya (under reported)

Ada pun Pendapat Lain Tentang Illegal Fishingyaitu :

Pengertian illegal fishing mengacu pada pengertian IUU(Illegal, Unreported and Unregulated) yang dikeluarkan olehInternational Plan of Action (IPOA), dimana yang disebut illegalfishing adalah aktifitas penangkapan yang meliputi tigahal :

1. Dilakukan oleh orang atau kapal asing pada suatuperairan yang menjadi yurisdiksi suatu negaratanpa izin dari negara tersebut, atau bertentangandengan peraturan perundang-undangan yang berlakudi negara tempat berlangsungnya kegiatanpenangkapan;

2. Bertentangan dengan peraturan nasional yangberlaku dan/atau peraturan internasional;

Illegal Fishing Page 10

3. Dilakukan oleh kapal yang mengibarkan benderasuatu negara yang menjadi anggota organisasipengelolaan perikanan regional tetapi beroperasitidak sesuai dengan ketentuan pelestarian danpengelolaan yang diterapkan oleh organisasitersebut atau ketentuan hukum internasional yangberlaku

B. Faktor Penyebab Illegal Fishing Terjadi di

Indonesia.

1. Kebutuhan ikan dunia (demand) meningkat, disisi

lain pasokan ikan dunia menurun, terjadi over-

demand terutama jenis ikan dari laut seperti

Tuna. Hal ini mendorong armada perikanan dunia

berburu ikan di manapun dengan cara legal atau

illegal.

2. Disparitas (perbedaan) harga ikan segar utuh

(whole fish) di negara lain dibandingkan di

Indonesia cukup tinggi sehingga membuat masih

adanya surplus pendapatan.

3. Fishing ground di negara-negara lain sudah mulai

habis, sementara di Indonesia masih

menjanjikan, padahal mereka harus

mempertahankan pasokan ikan untuk konsumsi

mereka dan harus mempertahankan produksi

pengolahan di negara tersebut tetap bertahan.

4. Laut Indonesia sangat luas dan terbuka, di sisi

lain kemampuan pengawasan khususnya armada

Illegal Fishing Page 11

pengawasan nasional (kapal pengawas) masih

sangat terbatas dibandingkan kebutuhan untuk

mengawasai daerah rawan. Faktanya, untuk

menjaga zona laut Indonesia yang mencapai luas

5,9 juta km persegi armada AL (angkatan Laut)

yang tersedia hanya 150 unit saja. Untuk laut

Natuna contohnya yang berhadapan langsung

dengan laut China Selatan, hanya di jaga oleh 4

unit armada AL saja, akibatnya pencurian ikan

terus terjadi di area 250.000 km persegi

tersebut.

5. Sistem pengelolaan perikanan dalam bentuk

sistem perizinan saat ini bersifat terbuka

(open access), pembatasannya hanya terbatas pada

alat tangkap (input restriction). Hal ini kurang

cocok jika dihadapkan pada kondisi faktual

geografi Indonesia, khususnya ZEE Indonesia

yang berbatasan dengan laut lepas.

6. Masih terbatasnya sarana dan prasarana

pengawasan serta SDM pengawasan khususnya dari

sisi kuantitas. Sebagai gambaran, sampai dengan

tahun 2008, baru terdapat 578 Penyidik

Perikanan (PPNS Perikanan) dan 340 ABK (Anak

Buah Kapal) Kapal Pengawas Perikanan. Jumlah

tersebut, tentunya sangat belum sebanding

dengan cakupan luas wilayah laut yang harus

Illegal Fishing Page 12

diawasi. Hal ini, lebih diperparah dengan

keterbatasan sarana dan prasarana pengawasan.

7. Persepsi dan langkah kerjasama aparat penegak

hukum masih dalam penanganan perkara tindak

pidana perikanan masih belum solid, terutama

dalam hal pemahaman tindakan hukum, dan

komitmen operasi kapal pengawas di ZEE

C. Tempat-Tempat yang sering Terjadi Illegal Fishing

di Perairan Indonesia.

1.  Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia ( ZEEI )

2.   Laut teritorial

3.   Laut Natuna, nelayan asing yang melakukan

Illegal Fishing antara lain dari Taiwan,

Vietnam, Thailand, Malaysia

4.  Sulawesi Utara bagian utara, nelayan yang

melakukan Illegal Fishing antara lain dari

Philipina

5.   Laut Arafura, nelayan asing yang melakukan

Illegal Fishing antara lain Thailand, RRC,

Taiwan

Ada pun sumber lain yang mengatakan bahwa tempat

terjadinya illegal fishing di Perairan Timur

Indonesia, seperti:

a) Perairan Papua (Sorong, Teluk Bintuni, Fakfak,

Kaimana, Merauke, Perairan Arafuru)

Illegal Fishing Page 13

b) Laut Maluku, Laut Halmahera

c)  Perairan Tual

d)  Laut Sulawesi

e)  Samudra Pasifik

f)   Perairan Indonesia-Australia

g)  Perairan Kalimantan Timur

2. Perairan Barat Indonesia, seperti:

a)  Perairan Kalimantan bagian Utara, daerah Laut Cina

Selatan

b)  Perairan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)

c)  Selat Malaka

d)  Sumatera Utara (Perairan Pandan, Teluk Sibolga)

e Selat Karimata, Perairan Pulau Tambelan (Perairan

antara Riau dan Kalimantan Barat)

f)  Laut Natuna (Perairan Laut Tiongkok Selatan)

g) Perairan Pulau Gosong Niger (Kalimantan Barat)

D. Modus Illegal Fishing.

1. Double Flagging ( penggunaan bendera kapal

ganda ) ;

2.  Manipulasi data dalam mendaftarkan kapal eks.

Asing menjadi KII ( manipulasi Delition

Certificate dan Bill of Sale ) ;

3.  Transhipment di tengah laut ( kapal penangkap

ikan melakukan kegiatan penangkapan ikan di

wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia

Illegal Fishing Page 14

dan memindahkan hasil tangkapan ke kapal pengumpul

yang sudah menunggu di batas luar ZEEI ) ;

4. Mematikan atau memindahkan Vesel Monitoring

System

( VMS ) ke kapal lain ;

5. Satu ijin untuk beberapa kapal yang sengaja

dibuat serupa ( bentuk dan warna) ;

6.  Memasuki wilayah Indonesia dengan alasan

tersesat atau menghindar dari badai ;

7. Melakukan lintas damai namun tidak menyimpan

alat penangkapan ikan di dalam palka ( alat

penangkapan ikan kedapatan dalam kondisi basah ) ;

8.  Alasan Traditional Fishing Right (kapal-kapal

Pump Boat);

9.  Menangkap ikan tidak pada Fishing Ground yang

telah ditetapkan ;

10.Untuk alat tangkap pukat ikan ukuran mata

jaring < dari 50 mm, head rope dan ground rope

melebihi yang tertera pada ijin ;

11. Jaring insang ( Gill Nett melebihi panjang

maksimal /10.000 meter ) ;

12. Penangkapan ikan dengan menggunakan pukat

harimau

( Trawl) atau pukat yang ditarik dua kapal ( Pair

Trawl ) ;

Illegal Fishing Page 15

E. Dapak atas Illegal Fishing Di Indonesia

Pertama,

Perikanan ilegal di perairan Indonesia akan

mengancam kelestarian stok ikan nasional bahkan

dunia. Praktek perikanan yang tidak dilaporkan atau

laporannya salah  (misreported), atau laporannya di

bawah standar (under reported), dan praktek

perikanan yang tidak diatur (unregulated) akan

menimbulkan masalah akurasi data tentang stok ikan

yang tersedia. Jika data stok ikan tidak akurat,

hampir dipastikan pengelolaan perikanan tidak akan

tepat dan akan mengancam kelestarian stok ikan

nasional dan global. Hal ini dapat dikategorikan

melakukan praktek IUU fishing. Dengan kata lain,

jika pemerintah Indonesia tidak serius untuk

mengantisipasi dan mereduksi kegiatan IUU diperairan

Indonesia, maka dengan sendirinya Indonesia

“terkesan” memfasilitasi kegiatan IUU, dan terbuka

kemungkinan untuk mendapat sanksi internasional.

Kedua,

Perikanan ilegal di perairan Indonesia akan

mengurangi kontribusi perikanan tangkap di wilayah

ZEEI atau laut lepas kepada ekonomi nasional (PDB).

Disamping juga mendorong hilangnya rente sumberdaya

perikanan yang seharusnya dinikmati oleh Indonesia.

Pemerintah mengklaim bahwa kerugian dari praktek

Illegal Fishing Page 16

perikanan ilegal mencapai US$ 4 milyar per tahun.

Jika diasumsikan harga ikan ilegal berkisar antara

US$ 1.000-2.000 per ton maka setiap tahunnya

Indonesia kehilangan sekitar 2-4 juta ton ikan.

Perhitungan lain menyebutkan, bahwa total kerugian

negara akibat perikanan ilegal mencapai US$ 1,924

miliar per tahun. Angka ini terdiri dari pelanggaran

daerah operasi sebesar US$ 537,75 juta; dokumen

palsu US$ 142,5 juta kapal tanpa dokumen atau liar

US$ 1,2 juta dan penggunaan ABK asing US$ 780 juta.

Ketiga,

Perikanan ilegal mendorong ke arah penurunan tenaga

kerja pada sektor perikanan nasional, seperti usaha

pengumpulan dan pengolahan ikan. Apabila hal ini

tidak secepatnya diselesaikan maka akan mengurangi

peluang generasi muda nelayan untuk mengambil bagian

dalam usaha penangkapan ikan.

Keempat,

perikanan ilegal akan mengurangi peran tempat

pendaratan ikan nasional (pelabuhan perikanan

nasional) dan penerimaan uang pandu pelabuhan.

Karena kapal penangkapan ikan ilegal umumnya tidak

mendaratkan ikan hasil tangkapannya di pelabuhan

perikanan nasional. Hal ini akan berdampak secara

nyata terhadap berkurangnya pendapatan nasional dari

sektor perikanan.

Illegal Fishing Page 17

Kelima,

Perikanan ilegal akan mengurangi pendapatan dari

jasa dan pajak dari operasi yang sah. Perikanan

ilegal akan mengurangi sumberdaya perikanan, yang

pada gilirannya akan mengurangi pendapatan dari

perusahaan yang memiliki izin penangkapan yang sah.

Keenam,

Baik secara langsung maupun tidak langsung,

multiplier effects dari perikanan ilegal memilikib

hubungan dengan penangkapan ikan nasional. Karena

aktivitas penangkapan ikan nasional akan otomotis

berkurang sejalan dengan hilangnya potensi

sumberdaya ikan akibat aktivitas perikanan ilegal.

Apabila potensi ikan yang dicuri dapat dijala oleh

armada perikanan nasional, maka sedikitnya dapat

menjamin bahan baku yang cukup bagi industri

pengolahan hasil perikanan, misalnya pengalengan

tuna. Pada umumnya ikan yang dicuri dari perairan

Indonesia adalah ikan tuna dan ikan pelagis besar

lainnya. Jika setiap industri pengalengan ikan tuna

memerlukan bahan baku minimal 80-100 ton per hari

atau sekitar 28.000-36.000 ton per tahun, maka ikan

yang dicuri tersebut sedikitnya dapat menghidupi 42

industri pengalengan ikan tuna nasional.

Ketujuh,

Illegal Fishing Page 18

Perikanan ilegal akan berdampak pada kerusakan

ekosistem, akibat hilangnya nilai dari kawasan

pantai, misalnya udang yang dekat ke wilayah

penangkapan ikan pantai dan dari area bakau yang

boleh jadi dirusak oleh perikanan ilegal.

Selanjutnya akan berdampak pada pengurangan

pendapatan untuk masyarakat yang melakukan

penangkapan ikan di wilayah pantai.

Kedelapan,

Perikanan ilegal akan meningkatkan konflik dengan

armada nelayan tradisional. Maraknya perikanan

ilegal mengganggu keamanan nelayan Indonesia

khususnya nelayan tradisional dalam menangkap ikan

di perairan Indonesia. Nelayan asing selain

melakukan penangkapan secara ilegal, mereka juga

sering menembaki nelayan tradisional yang sedang

melakukan penangkapan ikan di daerah penangkapan

(fishing ground) yang sama. Selain itu perikanan

illegal juga akan mendorong ke arah pengurangan

pendapatan rumah tangga nelayan dan selanjutnya akan

memperburuk situasi kemiskinan.

Kesembilan,

Perikanan ilegal berdampak negatif pada stok ikan

dan ketersediaan ikan, yang merupakan sumber protein

penting bagi Indonesia. Pengurangan ketersediaan

ikan pada pasar lokal akan mengurangi ketersediaan

Illegal Fishing Page 19

protein dan keamanan makanan nasional. Hal ini akan

meningkatkan risiko kekurangan gizi dalam

masyarakat, dan berdampak pada rencana pemerintah

untuk meningkatkan nilai konsumsi ikan.

Kesepuluh,

Perikanan ilegal akan berdampak negative pada isu

kesetaraan gender dalam penangkapan ikan dan

pengolahan serta pemasaran hasil penangkapan ikan.

Fakta di beberapa daerah menunjukkan bahwa istri

nelayan memiliki peranan penting dalam aktivitasb

penangkapan ikan di pantai dan pengolahan hasil

tangkapan, termasuk untuk urusan pemasaran hasil

perikanan.

F. Upaya-Upaya Apa Saja yang Dilakukan Pemerintah

Dalam Penegakan Hukum Tindak Pidana Illegal

Fishing.

Upaya Preventif

Sosialisasi berbagai peraturan perundang –

undangan yang mengatur tentang sumberdaya perikanan

dan pengelolaannya kepada masyarakat di Kabupaten

Merauke tentang dampak tindak pidana Illegal Fishing

terhadap pembangunan bangsa dan negara dimasa yang

akan datang. Masyarakat diharapkan mengetahui

tentang prosedur mendapatkan ijin penangkapan,

pengangkutan dan pengolahan ikan yang benar dan

Illegal Fishing Page 20

sekaligus untuk menambah pengetahuan masyarakat guna

menghadapi para investor perikanan yang tidak

beritikad baik.

Sosialisasi teknis proses penegakan hukum

tindak pidana Illegal Fishing kepada aparat

penegakan hukum meliputi kualifikasi aspek tindak

pidana, dan administratif dalam perkara Illegal

Fishing hal ini dimaksudkan agar para penegak hukum

tidak salah dalam menerapkan aturan hukum. Penataan

kembali administrasi perijinan perikanan pada

Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik

Indonesia, Dinas kelautan dan Perikanan Propinsi

papua dan Dinas kelautan dan Perikanan Kabupaten

merauke. Memperketat proses pemberiaan ijin

penangkapan, pengangkutan, pengolahan ikan dan

pengawasannya. Hal ini dimaksudkan agar Pemerintah

dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan

Republik Indonesia, Dinas kelautan dan Perikanan

Propinsi papua dan Dinas kelautan dan Perikanan

Kabupaten merauke tidak kecolongan atau sembarangan

menerbitkan ijin.

Upaya Represif

Dalam pelaksanaan kegiatan gelar patroli

keamanan laut yang dilakukan sejak Tahun 2005 sampai

dengan 2009 dilaksanakan oleh Kapal Pengawas milik

Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik

Illegal Fishing Page 21

Indonesia maupun milik TNI - Angkatan Laut yang mana

kegiatan patroli keamanan laut tersebut melibatkan

unsur penyidik TNI - Angkatan Laut dan penyidik

Pegawai Negeri Sipil Kementerian Kelautan dan

Perikanan – Republik Indonesia yang terlaksana

secara terpadu. Menindak lanjuti temuan maupun

informasi yang berasal dari petugas intelegen maupun

informasi dari masyarakat tentang adanya tindak

pidana Illegal Fishing. Keseriusan menangani perkara

Illegal Fishing dengan memprioritaskan penanganan

perkara Illegal Fishing dalam waktu yang relatif

singkat untuk selanjutnya diserahkan ke Kejaksaan

dan diproses lebih lanjut.

Kejaksaan sebagai Instansi tingkat kedua

dalam proses penegakan hukum terhadap tindak pidana

Illegal Fishing setelah Penyidik mengkualifikasikan

perkara Illegal Fishing sebagai perkara prioritas

yang perlu ditangani serius. Hal ini merupakan

bentuk keseriusan pemerintah melalui Kejaksaan dalam

memberantas penangkapan ikan secara ilegal di

Indonesia walaupun masih ada kendala terutama dalam

proses membuat tuntutan terhadap pelaku Illegal

Fishing yang cukup panjang atau relatif lama karena

harus diajukan kepada Kejaksaan Tinggi dan

diteruskan ke Kejaksaan Agung.

Illegal Fishing Page 22

Pengadilan sendiri telah berupaya untuk

serius menangani perkara Illegal Fishing terutama

oleh para Hakim dengan menerapkan aturan hukum yang

benar terhadap para pelaku dan memutuskan perkara

dalam waktu yang relatif singkat dengan berdasarkan

kepada rasa keadilan, kepastian hukum, dan

kemanfaatan yang tercermin dalam putusannya.

Terlepas dari semua itu masyarakat sebagai pihak

yang awam terhadap hukum akan selalu mempertanyakan

putusan pengadilan dengan adanya praktek– praktek

yang unprofesional oleh aparat penegak hukum baik

PPNS Perikanan, TNI - Angkatan Laut, Penyidik Polri,

Jaksa maupun Hakim namun tentu saja hal tersebut

harus mempunyai dasar yang kuat agar Lembaga Penegak

Hukum sendiri tidak dirugikan dengan tudingan –

tudingan yang tidak berdasar. Sebaliknya jika

tudingan tersebut terbukti, maka oknum Penegak Hukum

tersebut harus segera ditindak dengan tegas

berdasarkan aturan hukum dan hal ini berarti Lembaga

Penegak Hukum perlu melakukan pembaharuan

G. Faktor Pendukung Penegakan Hukum Terhadap Tindak

Pidana Illegal Fishing.

Adanya seperangkat aturan (norma hukum) yang

mengatur tentang tindak pidana perikanan yaitu:

Illegal Fishing Page 23

1) Undang - Undang Nomor 31 Tahun 2004 dan

perubahannya Undang - Undang Nomor 45 Tahun 2009

tentang Perikanan,

2) UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah

Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil serta aturan

pelaksanaannya lainnya seperti : Peraturan

Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Usaha

Perikanan,

3) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang

Konservasi Sumberdaya Ikan,

4) Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan

Perikanan,

5). Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

PER.13/MEN/2005 tentang Forum Koordinasi Penanganan

Tindak Pidana di Bidang Perikanan,

6) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

PER.14/MEN/2005 tentang Komisi Nasional Pengkajian

Sumber Daya Ikan,

7). Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

PER.15/MEN/2005 tentang Penangkapan Ikan dan/atau

Pembudidaya Ikan Di Wilayah Pengelolaan Perikanan

Republik Indonesia Yang Bukan Untuk Tujuan

Komersial,

8). Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

PER.05/MEN/2008 tentang Usaha Perikanan Tangkap,

Illegal Fishing Page 24

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

PER.06/MEN/2008 tentang Penggunaan Pukat Hela di

Perairan Kalimantan Timur Bagian Utara, Peraturan

Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.08/MEN/2008

tentang Penggunaan Alat Penangkap Ikan Jaring

Ingsang (Gill Net) di Zona Ekonomi Eksklusif

Indonesia (ZEEI).

Tersedianya Lembaga Penegak Hukum di kabupaten

Merauke yang terdiri atau yang meliputi : Kepolisian

Resort Merauke, Lantamal - XI Merauke, Kejaksaan

Negeri Merauke, Pengadilan Negeri Merauke, Advokat

dan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II b Merauke,

sarana dan Prasarana teknologi dan telekomunikasi

sebagai penunjang proses penegakan hukum Tindak

Pidana Illegal Fishing di Perairan Laut Arafura

Kabupaten Merauke. Walaupun dalam kenyataannya dan

pelaksanaannya berbagai sarana dan prasarana

tersebut belum memadai, dan respon yang sangat

positif dari Pemerintah Daerah dalam membantu

Kegiatan Pengawasan Gelar Patroli Keamanan Laut

dalam rangka mencegah terjadinya tindak pidana

Illegal Fishing yang semakin marak di Wilayah

Pengelolaan Perikanan Republik Indonsia.

H. Faktor Penghambat Penegakan Hukum Tindak Pidana

Illegal Fishing.

Illegal Fishing Page 25

Obyek Penegak Hukum Sulit Ditembus Hukum

Obyek yang dimaksud disini adalah pelaku yang

terlibat dalam kejahatan Illegal Fishing yaitu

pelaku yang menjadi otak dari kegiatan tersebut.

Terutama dalam hal ini adalah oknum Pejabat

Penyelenggara Negara, oknum Aparat Penegak Hukum

atau oknum Pegawai Negeri Sipil yang tidak diatur

secara khusus dalam Undang – Undang tentang

Perikanan tersebut. Penerapan Pasal 56 ayat (1) KUHP

yang mengkualifikasikan pelaku tindak pidana sebagai

orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan dan

yang turut serta melakukan perbuatan pidana dapat

juga diterapkan dalam kejahatan Illegal Fishing yang

melibatkan banyak pihak. Namun demikian beban pidana

yang harus ditanggung secara bersama dalam

terjadinya tindak pidana Illegal Fishing juga dapat

mengurangi rasa keadilan masyarakat, karena dengan

kualitas dan akibat perbuatan yang tidak sama

terhadap pelaku turut serta, dapat dipidanakan

maksimum sama dengan si pembuat menurut ketentuan

Pasal 56 ayat (1) KUHP, sedangkan ternyata peranan

pelaku utamanya sulit ditemukan.

Lemahnya Koordinasi Antar Penegak Hukum

Lemahnya koordinasi antar Instansi Penegak

Hukum dapat menimbulkan tumpang tindih kewenangan

dan kebijakan masing – masing, sehingga sangat rawan

Illegal Fishing Page 26

menimbulkan konflik kepentingan. Penegakan hukum

yang tidak terkoordinasi merupakan salah satu

kendala dalam penanggulangan kejahatan Illegal

Fishing.

Proses peradilan mulai dari penyidikan hingga ke

persidangan membutuhkan biaya yang sangat besar,

proses hukum yang sangat panjang dan sarana /

prasarana yang sangat memadai membutuhkan keahlian

khusus dalam penanganan kasus tersebut. Dalam satu

Instansi tentu tidak memiliki semua komponen,

data/informasi ataupun sarana dan prasarana yang

dibutuhkan dalam rangka penegakan hukum. Oleh karena

itu diperlukan koordinasi dan kerjasama yang

sinergis antar Instansi yang terkait dalam upaya

penegakan hukum terhadap Illegal Fishing tersebut.

Dalam pemberantasan kejahatan Illegal Fishing

yang terjadi di Indonesia sering ditemui bahwa yang

merupakan salah satu kendala dalam pemberantasan

Illegal Fishing ialah disebabkan oleh kurangnya

koordinasi yang efektif dan efisien antara berbagai

Instansi yang terkait, yang mana sesuai dengan

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

PER/11/MEN/2006 tentang Perubahan Peraturan Menteri

Nomor PER/13/MEN/2005 tentang Forum Koordinasi

Penanganan Tindak Pidana Di Bidang Perikanan yaitu

dalam hal ini terdapat 10 (sepuluh) Instansi yang

Illegal Fishing Page 27

terkait yang berada dalam satu mata rantai

pemberantasan Illegal Fishing yang sangat menentukan

proses penegakan hukum kejahatan perikanan yaitu :

Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kepolisian

Republik Indonesia,

TNI - Angkatan Laut, Kejaksaan Agung,

Kementerian Hukum dan HAM Ditjen Keimigrasian,

Kemeterian Perhubungan Ditjen Perhubungan Laut,

Kementerian Keuangan Ditjen Bea dan Cukai,

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Ditjen

Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan, Mahkamah Agung

dan Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota.

Koordinasi antar berbagai Instansi tersebut sangat

menentukan keberhasilan dalam penegakan hukum pidana

terhadap kejahatan Illegal Fishing yang merupakan

kejahatan terorganisir yang memiliki jaringan yang

sangat luas mulai dari penangkapan ikan secara

ilegal, tanshipment ikan ditengah laut hingga

eksport ikan secara ilegal.

Masalah Pembuktian

Berbicara mengenai masalah pembuktian yang

dianut oleh hukum pidana Indonesia adalah sistem

negatif (negatif wettelijke stelsel) yang merupakan

gabungan dari sistem bebas dengan sistem positif

(Syahrani, 1983:129). Lebih lanjut menurut Syahrini

bahwa dalam sistem negatif Hakim hanya boleh

Illegal Fishing Page 28

menjatuhkan pidana terhadap terdakwa apabila

berdasarkan bukti – bukti yang sah menurut hukum

sehingga Hakim mempunyai keyakinan bahwa terdakwalah

yang telah bersalah melakukan tindak pidana. Hal ini

berdasarkan ketentuan Pasal 183 UU No. 8 Tahun 1981

KUHAP, yang menyatakan bahwa : “ Hakim tidak boleh

menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila

dengan sekurang – kurangnya dua alat bukti yang sah

ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana

benar – benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang

bersalah melakukannya”.

Alat bukti utama yang dapat dijadikan dasar

tuntutan dalam tindak pidana Illegal Fishing adalah

keterangan saksi ahli untuk menjelaskan keadaan laut

ataupun akibat dari penangkapan ikan secara ilegal

yang disebabkan oleh kajahatan oleh para pelaku

Illegal Fishing, proses ini juga sangat memerlukan

waktu yang cukup lama dari tindak pidana umum serta

sangat dibutuhkan ketelitian dalam proses

penanganannya. Pembuktian terhadap tindak pidana

Illegal Fishing yang masih mengacu pada KUHAP

seperti tersebut diatas, adalah merupakan kewajiban

penyidik dan penuntut umum untuk membuktikan

sangkaannya terhadap tersangka, kemudian alat – alat

bukti yang juga mengacu pada KUHAP seperti halnya

tindak pidana biasa, sangat sulit untuk menjerat

Illegal Fishing Page 29

pelaku – pelaku yang berada di belakang kasus

tersebut. Belum diaturnya mekanisme proses untuk

mengakses alat – alat bukti seperti akses informasi

pada bank atau ketentuan yang memerintahkan kepada

bank untuk meblokir rekening tersangka yang diduga

sebagai pelaku tindak pidana.

Ruang Lingkup Tindak Pidana yang Masih Sempit

Ruang lingkup tindak pidana yang diatur dalam

Undang –Undang Nomor 31 Tahun 2004 dan perubahannya

Undang - Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang

Perikanan belum meliputi tindak pidana korporasi,

tindak pidana penyertaan dan tindak pidana pembiaran

(ommission). Tindak pidana Pembiaraan atau

(ommission) adalah terutama yang dilakukan oleh

pejabat yang memiliki kewenangan dalam masalah

penanggulangan Illegal Fishing

Rumusan Sanksi Pidana

Rumusan sanksi pidana dalam pasal Undang -

Undang Nomor 31 Tahun 2004 dan perubahannya Undang -

Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan yang

memiliki sanksi pidana denda yang sangat berat

dibandingkan dengan ketentuan pidana yang lain,

ternyata belum memberikan efek jera kepada pelaku

kejahatan Illegal Fishing. Ancaman hukuman penjara

yang paling berat 6 (enam) tahun bagi pelaku yang

melakukan penangkapan ikan tanpa memiliki atau

Illegal Fishing Page 30

membawa SIPI (Surat Ijin Penangkapan Ikan) dan

paling berat 7 (tujuh) tahun bagi yang melakukan

pemalsuan dan memakai ijin palsu berupa SIUP, SIPI,

SIKPI. Pidana denda yang paling banyak Rp.

20.000.000.000,- (dua puluh milyar rupiah).

Rumusan sanksi dalam Undang – Undang ini tidak

mengatur rumusan

sanksi paling rendah atau minimum sehingga

seringkali sanksi pidana yang dijatuhkan tidak

memberi efek jera kepada pelaku. Demikian juga belum

diatur tentang sanksi pidana bagi Korporasi serta

sanksi pidana tambahan terutama kepada tindak pidana

pembiaran.

Subyek dan Pelaku Tindak Pidana

Subyek atau pelaku yang diatur dalam

ketentuan pidana Perikanan secara tersurat hanya

dapat diterapkan kepada pelaku yang secara langsung

melakukan penangkapan ikan secara ilegal maupun

kepada kapal ikan yang yang melakukan transhipment

secara ilegal. Ketentuan tentang pidana perikanan

itu belum menyentuh pelaku lain termasuk pelaku

intelektual yang terkait dengan Illegal Fishing

secara keseluruhan seperti Korporasi, Pejabat

Penyelenggara Negara, Pegawai Negeri Sipil,

TNI/POLRI, dan Pemilik Kapal.

Proses Penyitaan

Illegal Fishing Page 31

Barang bukti berupa kapal perikanan, ikan dan

dokumen – dokumen kapal dalam tindak pidana

perikanan khususnya ikan dalam proses penyitaan

sebagai barang bukti sangat perlu diperhatikan

dimana barang bukti tersebut memiliki sifat yang

cepat membusuk sehingga dalam proses penyitaan

sebagai barang bukti harus dilakukan secara baik

yaitu setelah barang bukti tersebut disita

selanjutnya segera di lelang dengan persetujuan

Ketua Pengadilan kemudian uang hasil lelang tersebut

digunakan sebagai barang bukti di Pengadilan.

Ganti Kerugian Ekologis

Tindak pidana Illegal Fishing adalah tindak

pidana yang mempunyai dampak terhadap kerugian

lingkungan (ekologis) sehingga sangat perlu

dirumuskan pasal tentang perhitungan kerugian secara

ekologis. Hal ini juga belum diatur dalam Undang –

Undang Perikanan.

Kurangnya Wawasan dan Integritas Para Penegak Hukum

Salah satu faktor yang sangat menentukan

dalam penegakan hukum terhadap tindak pidana Illegal

Fishing adalah adanya wawasan dan integritas para

penegak hukum terutama menyangkut penguasaan hukum

materil dan formil, hal ini dikarenakan begitu

cepatnya perkembangan masyarakat yang semakin

moderen, telekomunikasi dan teknologi sehingga

Illegal Fishing Page 32

banyak kejahatan baru yang bermunculan dengan jenis

dan modus operandi yang baru dan beraneka jenis,

termasuk kejahatan tindak pidana Illegal Fishing.

Adanya perkembangan jenis maupun modus operandi

suatu tindak pidana harus dibarengi dengan

peningkatan wawasan dan integritas para penegak

hukum agar tidak salah dalam menerapkan hukum dan

dapat menegakkan hukum dengan sebaik – baiknya.

I. Pihak Yang Menangani Tindak Pidana Perikanan di

Indonesia dalam UU Nomor 45 Tahun 2009 tentang TP.

Perikanan, antara lain :

1.   Terkait pengawasan dan penegakan hukum, yaitu :-       Mekanisme koordinasi antar instansi penyidikdalam penyidikan TP. Perikanan ( Bakorkamla ) ;-       Penerapan sanksi ( pidana badan atau denda ) ;-       Hukum Acara Pidana ( limitatif batas waktupenyelesaian perkara ) -       Adanya kemungkinan upaya penenggelaman kapalberbendera asing .2.   Terkait pengelolaan perikanan, antara lain :-       Ke-Pelabuhan perikanan ;-       Konservasi ;-       Perijinan ;-       Ke-syahbandaran .3.   Terkait perluasan Yurisdiksi PengadilanPerikanan .

G. Mekanisme Penanganan Perkara TP. Perikanan :-       Penyidik memberitahukan dimulainya penyidikankepada Penuntut Umum ( SPDP ) paling lama 7 (tujuh)

Illegal Fishing Page 33

hari sejak ditemukan adanya tindak pidana di bidangperikanan ;-       Penerimaan berkas perkara ( tahap satu ), yaitubahwa :

1.   Penyidikan kasus TP. di bidang Perikanan diwilayah pengelolaan perikanan RI dilakukan oleh PPNSPerikanan, Penyidik Perwira TNI AL dan atau PenyidikPolri ;

2. Untuk Locus Delicti di wilayah ZEEI, JPU hanyamenerima berkas perkara yang disidik oleh PPNSperikanan ( PSDKP ) dan penyidik perwira TNI AL danberkas perkara TP. Perikanan dengan locus delicti diZEEI yang disidik oleh penyidik Polri, JPU agarmemberikan petunjuk untuk dilakukan penyidikan ulangoleh penyidik yang berwenang sesuai pasal 73 ayat 2 UUNomor 45 tahun 2009, yaitu penyidik PPNS Perikanan(PSDKP) atau penyidik perwira TNI AL ;

3. Penelitian berkas perkara ( Pra Penuntutan )oleh JPU harus melakukan penelitian syarat formil yaitumencakup identitas tersangka, penangkapan, penahanan,penggeledahan, penyitaan BB, daftar BB, dan penelitiansyarat materiil yaitu antara lain unsur pasal yangdisangkakan terkait wilayah ( ZEEI atau diluar ZEEI )dimana khusus untuk wilayah ZEEI wajib dijuncto-kandengan pasal 102 UU nomor 45 / 2009, tempos dan locusdelicti ( terkait kompetensi absolut dan relatif ),peran masing-masing tersangka, keterangan saksi danahli .4.Tenggang waktu penelitian berkas perkara maksimal 5(lima) hari terhitung sejak tanggal diterimanya berkasperkara hasil penyidikan ;5. Penyidikan dianggap telah selesai apabila dalamwaktu 5 hari, JPU tidak mengembalikan berkas perkarakepada penyidik ;6. Dalam waktu paling lama 10 hari terhitung sejaktanggal penerimaan berkas perkara, penyidik harusmenyampaikan kembali berkas perkara tersebut kepada JPU;

Illegal Fishing Page 34

7. JPU melimpahkan berkas perkara kepada Ketua PNpaling lama 30 (tigapuluh) hari sejak tanggal berkasperkara dinyatakan lengkap oleh JPU.

Illegal Fishing Page 35

BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan Dari pemaparan materi di atas penulis dapat

menyimpulkan beberapa gagasan yaitu :1. Illegal Fishing adalah suatu kegiatan adalah

kegiatan penangkapan ikan secara ilegal di perairan

wilayah atau Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) suatu

Negara. Artinya kegiatan penangkapan yang tidak

memiliki izin melakukan penangkapan ikan dari

Negara bersangkutan.yang terbagi atas dua jenis

illegal fising yaitu pencurian semi-ilegal dan

pencurian murni ilegal.

2. Beberapa Faktor Penyebab Illegal Fishing Terjadi di

Indonesia adalah kebutuhan ikan dunia yang

meningkat, disparitas(perbedaan),fishing ground,

laut indonesia yang sanagt luas dan terbuka, sistem

pengelolaan perikanan dalam bentuk perizinan

bersifat terbuka, masih terbatas sarana dan

prasarana, dan yang trahir adalah kinerja

pemerintah yang belum solid.

Illegal Fishing Page 36

3. Tempat Terjadinya Illegal Fishing di Perairan

Indonesia mencakup wilayah-wilayah Indonesia bagian

Timur dan Barat , di bagian timur seperti

Perairan Papua (Sorong, Teluk Bintuni, Fakfak,

Kaimana, Merauke, Perairan Arafuru), Laut Maluku,

Laut Halmahera, Perairan Tual, Laut Sulawesi,

Samudra Pasifik. Perairan Indonesia-Australia,

Perairan Kalimantan Timur, Perairan Kalimantan

bagian Utara, daerah Laut Cina Selatan, Perairan

Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Selat Malaka,

Sumatera Utara (Perairan Pandan, Teluk Sibolga),

Selat Karimata, Perairan Pulau Tambelan (Perairan

antara Riau dan Kalimantan Barat), Laut Natuna

(Perairan Laut Tiongkok Selatan), Perairan Pulau

Gosong Niger (Kalimantan Barat)

4. Dampak Atas Illegal Fishing di indonesia, dapat

merusak ekosistem alam dan merugikan negara,

5. Upaya-Upaya Pemerintah Dalam Penegakan Hukum

Tindak Pidana Illegal Fishing adalah dengan cara

Sosialisasi berbagai peraturan perundang – undangan

yang mengatur tentang sumberdaya perikanan dan

pengelolaannya dan Dalam pelaksanaan kegiatan gelar

patroli keamanan laut yang dilakukan sejak Tahun 2005

sampai dengan 2009 dilaksanakan oleh Kapal Pengawas

milik Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik

Indonesia maupun milik TNI - Angkatan Laut yang mana

Illegal Fishing Page 37

kegiatan patroli keamanan laut tersebut melibatkan

unsur penyidik TNI - Angkatan Laut dan penyidik Pegawai

Negeri Sipil Kementerian Kelautan dan Perikanan –

Republik Indonesia yang terlaksana secara terpadu.

Menindak lanjuti temuan maupun informasi yang berasal

dari petugas intelegen maupun informasi dari masyarakat

tentang adanya tindak pidana Illegal Fishing.6. Faktor Pendukung Penegakan Hukum Terhadap Tindak

Pidana Illegal Fishing adalah adanya seperangkat aturan

hukum yang mengatur tentang penindak tegasan atas tindak

pidana perikanan.

7. Faktor Penghambat Penegakan Hukum Tindak Pidana

Illegal Fishing ada 10 diantaranya adalah : objek

pengelolaan sulit di tembus,lemahnya kordinasi antar penegak

hukum, masalah pembuktian, ruang lingkup tindak pidana yang

masih sempit, rumusan sanksi pidana, subyek pelaku tindak

pidana, proses penyitaan, ganti kerugian ekologis, dan

kurangnya wawasan dan integritas para penegak hukum.

Dan kesimpulan terahir yang dapat di ambil olehpenulis adalah bahwa Indonesia saat ini sayangmemerlukan SDM yang kualitatif bukan Kuantitatfi agardapat menyelesaikan kasus Illegal fishing yang sejakdulu tidak ada penyelesaiannya,

Illegal Fishing Page 38

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, S.Z. (2002). Kebijakan Publik. Yayasan Pancur

Siwah, Jakarta.

Aspek Hukum Penanganan TP. Perikanan (Illegal Fishing),

materi narasumber pada Diklat Teknis Penanganan TP.

Perikanan Angkatan II, Pusdiklat Kejagung RI,

Makalah, Maret 2013 .

Bahan ceramah Sesjampidsus pada Diklat Penanganan TP.

Perikanan Tahun 2013, Makalah, April 2013 .

Buku kumpulan Petunjuk Teknis Penyelesaian Perkara

Tindak Pidana Perikanan, Oktober 2012 .

Kitab Undang – Undang Hukum Pidana ( KUHP ), Prof.

Moelyatno.

Anatomi permasalahan Illegal Fishing di

Indonesia,

Prof.Dr. Rohmin Dahuri, Makalah, Tahun 2012 .

Illegal Fishing Page 39

Mantjoro, E dan O. Pontoh. (1993). International

Fisheries Policy (Kebijaksanaan Perikanan

International). Seri Dokumentasi dan Publikasi

Ilmiah Ilmu sosial Ekonomi Perikanan.Dharma

Pendidikan. Laboratorium Ekonomi dan Bisnis

Perikanan. Fakultas Perikanan Universitas Sam

Ratulangi. Manado.

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang

Konservasi Sumberdaya Ikan

Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan

Perikanan

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

PER.13/MEN/2005 tentang Forum Koordinasi Penanganan

Tindak Pidana di Bidang Perikanan

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

PER.14/MEN/2005 tentang Komisi Nasional Pengkajian

Sumber Daya Ikan

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

PER.15/MEN/2005 tentang Penangkapan Ikan dan/atau

Pembudidaya Ikan Di Wilayah Pengelolaan Perikanan

Republik Indonesia Yang Bukan Untuk Tujuan

Komersial,

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

PER.05/MEN/2008 tentang Usaha Perikanan Tangkap.

Illegal Fishing Page 40

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

PER.06/MEN/2008 tentang Penggunaan Pukat Hela di

Perairan Kalimantan Timur Bagian Utara,

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

PER.08/MEN/2008 tentang Penggunaan Alat Penangkap

Ikan Jaring Ingsang (Gill Net) di Zona Ekonomi

Eksklusif Indonesia (ZEEI)

Undang - Undang Nomor 31 Tahun 2004 dan perubahannya

Undang - Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang

Perikanan,

Undang - Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan

Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil serta

aturan pelaksanaannya lainnya seperti : Peraturan

Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Usaha

Perikanan,

Illegal Fishing Page 41