Observation report of Classroom management

32
LAPORAN OBSERVASI MENGAMATI GURU MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS KELAS VII SEMESTER 2 SMP NEGERI 1 KEPANJEN ANGGOTA KELOMPOK: IZZATUL IKRIMA (125110501111013) INSANTRI AULIA (125110501111014) AULIA NURTINA (125110500111052)

Transcript of Observation report of Classroom management

LAPORAN OBSERVASI

MENGAMATI GURU MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS KELAS VII

SEMESTER 2 SMP NEGERI 1 KEPANJEN

ANGGOTA KELOMPOK:

IZZATUL IKRIMA (125110501111013)

INSANTRI AULIA (125110501111014)

AULIA NURTINA (125110500111052)

                                   

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INGGRIS

2013

PENDAHULUAN

Belajar merupakan sebuah proses mempelajari suatu hal-hal

yang baru. Dalam proses pembelajaran, banyak faktor yang dapat

mempengaruhi cepat atau lambatnya para siswa dalam menangkap

pelajaran. Diantaranya yaitu peran guru, suasana kelas, dan

keinginan dari dalam diri setiap siswa itu sendiri.

Peran guru sangatlah penting dalam menunjang keberhasilan

proses pembelajaran di kelas. Guru yang memiliki motivasi tinggi

dalam mengajar, maka akan menggunakan cara yang inovatif dan

kreatif dalam mengajar para siswanya. Maka dari itu, seorang

guru haruslah memiliki suatu metode atau gebrakan baru dalam

proses pengajaran yang memungkinkan siswanya untuk dapat

menangkap pelajaran dengan mudah.

Tidak hanya peran guru yang penting, namun suasana kelas

dan juga motivasi dari dalam diri setiap siswa juga sangat

mendukung dalam menentukan berhasil atau tidaknya penerimaan

pembelajaran tersebut.

Suasana kelas yang kondusif akan mendukung kenyamanan siswa

dalam proses pembelajaran. Keinginan dan motivasi siswa untuk

dapat berkembang dan maju juga faktor utama penentu keberhasilan

siswa dalam menangkap pembelajaran.

Jadi,guru memiliki peranan paling penting dalam menentukan

keberhasilan proses pembelajaran di dalam kelas. Untuk itu,

hendaknya guru memiliki berbagai metode yang jitu dalam proses

pengajaran sehingga murid tertarik dan mereka mendapatkan ilmu

dengan mudah.

Pengertian Belajar menurut C.T. Morgan dalam buku Introduction

To Psychology (1961), Belajar adalah suatu perubahan yang

relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat / hasil dari

pengalaman yang lalu. Ringkasnya ia mengatakan bahwa belajar

adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku

yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau

pengalaman.Siswa mengalami suatu proses belajar.

Dalam proses belajar tesebut, siswa menggunakan kemampuan

mentalnya untuk mempelajari bahan belajar. Kemampuan-kemampuan

kognitif, afektif dan psikomotorik yang dibelajarkan dengan

bahan belajar menjadi semakin rinci dan menguat. Adanya

informasi tentang sasaran belajar, adanya penguatan-penguatan,

adanya evaluasi dan keberhasilan belajar, menyebabkan siswa

semakin sadar, akan kemampuan dirinya.

Pengertian Mengajar Jerome S. Brunner dalam bukunya Toward a

theory of instruction mengemukakan bahwa mengajar adalah

menyajikan ide, problem atau pengetahuan dalam bentuk yang

sederhana sehingga dapat dipahami oleh setiap siswa. Ngalim

Purwanto dalam bukunya Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis

(1998: 150) mengemukakan yang dimaksud dengan mengajar ialah

memberikan pengetahuan atau melatih kecakapan-kecakapan atau

keterampilan-keterampilan kepada anak-anak.

HASIL OBSERVASI

A.FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELAJARAN

a. Konten isi pembelajaran

Pembelajaran yang akan dipelajari : menyimak dan berbicara

b. Bahan

Bahan rencana pelaksanaan pembelajaran Bahasa Inggris SMPN 1

KEPANJEN VII/2:

1.      Menyimak penjelasan guru tentang procedure text.

2.      Menyimpulkan isi materi yang telah direncanakan oleh guru.

3.      Memperhatikan salah satu contoh procedure text yang akan

diperagakan oleh guru.

4.      Membuat procedure text lalu mempraktekkannya di depan kelas.

5.     Menemukan kosa kata baru yang didapat saat membuat teks

prosedur atau saat mendengarkan teman mempraktekkan teks

prosedurnya.

Bahan rencana pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia SMP PGRI

Bojonegara kelas VIII/1:

1.      Menemukan informasi secara cepat dan tepat dari ensiklopedi

atau buku telepon dengan membaca memindai yang bahannya diambil

dari ensiklopedi dan buku telepon

2.      Menulis surat dinas berkaitan dengan kegiatan sekolah dengan

sistematika yang tepat dan bahasa yang baku yang bahannya

diambil dari buku surat menyurat seperti surat dinas sekolah.

3.      Berwawancara dengan narasumber dari berbagai kalangan dengan

memperhatikan etika berwawancara yang bahannya diambil dari

rekaman wawancara narasumber.

4.      Menulis petunjuk melakukan sesuatu dengan urutan yang tepat

dan menggunakan bahasa yang efektif yang bahannya diambil dari

model-model petunjuk.

5.      Menganalisis laporan yang bahannya diambil dari kumpulan teks

laporan, rekaman laporan.

6.      Menanggapi isi laporan yang bahannya diambil dari teks

laporan narasumber siswa

7.      Menulis laporan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar

yang bahannya diambil dari kegiatan pentas seni, contoh laporan

kegiatan

8.      Menyampaikan laporan secara lisan dengan bahasa yang baik dan

benar yang bahannya diambil dari kumpulan teks laporan

9.      Mendeskripsikan tempat atau arah dalam konteks yang

sebenarnya dengan yang tertera pada denah yang bahannya diambil

dari denah dan peta

10.  Menyampaikan laporan secara lisan dengan bahasa yang baik dan

benar yang bahannya diambil dari kumpulan teks laporan

11.  Membuat synopsis novel remaja yang bahannya diambil dari novel

remaja Indonesia

c. Strategi pembelajaran

Untuk dapat melaksanakan proses belajar mengajar yang efektif,

ada beberapa strategi mengajar yang dilakukan oleh guru bidang

studi bahasa Indonesia SMP PGRI Bojonegara, yakni:

 (1). Menciptakan pertanyaan-pertanyaan, masalah-masalah dan

pemecahannya.

Guru bahasa Indonesia SMP PGRI Bojonegara menciptakan

pertanyaan-pertanyaan, masalah-masalah dan pemecahannya. Pada

saat proses belajar mengajar dikelas, setelah guru menjelaskan

materi lalu guru membuat pertanyaan-pertanyaan, masalah-masalah

dan pemecahannya sendiri. Lalu guru melontarkan pertanyaan-

pertanyaan tersebut kepada siswa. Diharapkan dengan cara

tersebut siswa dapat lebih memahami materi yang disampaikan oleh

guru dan tetap menginggatnya.

(2). Mengajak siswa untuk saling berinteraksi.

Guru mengajak siswa untuk saling berinteraksi dan berdiskusi.

Misalnya ada sebuah materi, dan ada sebuah kasus, maka siswa

diajak untuk saling berinteraksi, berdiskusi dengan cara

berkelompok. Misalnya ada materi tentang memahami wacana lisan

melalui kegiatan mendengar berita seperti yang ada pada standar

kompetensi kelas VII/1. Maka guru bahasa Indonesia mengajak para

siswa untuk membentuk sebuah kelompok dalam satu kelas dibagi

beberapa kelompok. Dan mereka diajak berdiskusi dan menyampaikan

pendapat mereka masing-masing lalu kemudian dipaparkan kembali

untuk didiskusikan bersama kelompok lain untuk pada akhirnya

dibuat kesimpulan dari diskusi tersebut. Sebab menurut Piaget,

pertukaran gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan

penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat di-ajarkan secara

langsung, per-kembangkannya dapat distimulasi melalui interaksi

dengan siswa pada tingkat yang sama.

(3). Menggunakan istilah teknis.

Hasil searching di google beberapa waktu yang lalu kami

menemukan statement penelitian mengungkapkan bahwa bahasa dapat

memperjelas dan memperkaya gagasan/ide para siswa pada tingkat

perkembangan yang tinggi. Tetapi istilah-istilah teknis dalam

pembelajaran seringkali merintangi alam fikir mereka karena

mereka terpaku pada satu istilah saja tanpa memahami konsep

dasar istilah tersebut. Namun guru bahasa Indonesia di SMP PGRI

Bojonegara menggunakan istilah teknis dalam pembelajaran bahasa

Indonesia dikelas. Guru menyuruh siswa mencari kata yang sulit

yang ditemukan dalam sebuah wacana yang ada dibuku paket,

ataupun di Koran harian, atau dari mana saja, lalu siswa disuruh

mencari makna dari kata sulit tersebut dikamus bahasa Indonesia

yang mereka bawa sebelumnya dari rumah.

(4). Menganjurkan siswa berpikir dengan cara mereka sendiri.

Guru menganjurkan siswa berfikir dengan cara mereka sendiri,

siswa boleh mengutarakan pendapat mereka sebebas mungkin namun

sesuai dengan batasan yang ada tanpa mengurangi nilai esensi

dari demokrasi siswa. Pada SMP PGRI Bojonegara guu memancing

siswa untuk menjelaskan suatu materi yang belum guru jelaskan

sebelumnya. Misalnya dalam materi ragam teks nonsastra meteri

kelas VII/1, sebelum guru menjelaskan apa saja yang masuk

kedalam materi ragam teks nonsastra, guru bertanya terlebih

dahulu kepada para siswa apa saja sih yang masuk dalam ragam

teks nonsastra. Guru memancing terlebih dahulu, membiarkan siswa

mengemukakan pendapat mereka sendiri. Lalu baru guru menjelaskan

materinya, menambahkan yang siswa kemukakan, atau mengoreksi

apabila ada kesalahan dalam pendapat siswa.

(5) Perkenalan ulang (reintroduce).

Guru SMP PGRI Bojonegara sebelum memulai suatu materi baru, guru

mereview kembali apa saja yang sudah diulas pada pertemuan

sebulumnya dengan cara menanyakan pada anak didik mengenai

materi apa saja yang sudah diulas sebelumnya. Hal itu dilakukan

agar para siswa tetap mengingat materi dan tidak melupakannya

pada saat melanjutkan materi baru.

d. Prilaku guru

Pada saat proses belajar mengajar dikelas, guru bahasa Indonesia

SMP PGRI Bojonegara sengaja bersikap ramah kepada setiap anak,

guru melakukan pendekatan psikologis terhadap setiap siswa

secara personal maupun tidak. Apalagi SMP PGRI Bojonegara ini

letaknya disebuah desa Bojonegara yang bisa dibilang hubungan

antara murid dan guru lumayan dekat secara personal karena

sekolah ini merupakan sekolah yang ada didesa, dengan sifat

masyarakat desa itu pada dasarnya adalah homogen, berbeda dengan

dikota yang masyarakatnya bersifat heterogen. Sehingga

memudahkan guru melakukan pendekatan kepada para siswa agar

dapat lebih memahami karakter sikap masing-masing siswa. Hal itu

dilakukan agar siswa merasa nyaman pada pelajaran bahasa

Indonesia, sebab apabila siswa sudah merasa nyaman pada seorang

guru, maka meraka akan menyukai pula mata pelajaran yang

disampaikan oleh guru. Dari yang kami perhatikan nampaknya guru

lebih memperhatikan siswa yang duduk dibangku belakang, sebab 

siswa yang duduk dibelakang biasanya suka sekali mengantuk, dan

tidak memperhatikan pelajaran. Maka sebab itu apabila guru

membuat sebuah pertanyaan, maka yang dilontarkan terlebih dahulu

adalah para siswa yang duduk dibagian belakang. Hal itu akan

menyebabkan siswa fokus kepda pelajaran yang diberikan guru

dikelas.

e. Menstrukturkan pembelajaran

Guru mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP PGRI Bojonegara

menstrukturkan pembelajaran dengan 3 bagian, yakni:

1.      pembukaan : melakukan salam, dilanjutkan dengan melontarkan

pertanyaan apakah siswa masih mengingat materi sebelumnya, lalu

mereview materi yang sudah diulas pada pertemuan sebelumnya.

2.      Inti : setelah selesai mereview materi pada pertemuan

sebelumnya, kemudian guru masuk kedalam materi baru. Namun

sebelumnya guru bertanya apakah sudah ada yang membaca materi

baru ini dirumah, guru sengaja memancing pertanyaan-pertanyaan

agar siswa aktif dikelas. Lalu setelah itu baru guru menjelaskan

materi yang harus disampaikan tersebut.

3.      Penutup : setelah pemberian materi selesai, guru memberikan

tugas sesuai dengan materi, lalu kemudian guru menutup pertemuan

dengan mengucapkan salam.

f. Lingkungan belajar

Salah satu faktor penting yang dapat memaksimalkan

kesempatan pembelajaran bagi anak adalah penciptaan lingkungan

pembelajaran yang kondusif. Lingkungan pembelajaran dalam hal

ini, adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses

pembelajaran dilaksanakan. Sedangkan kondusif berarti kondisi

yang benar-benar sesuai dan mendukung keberlangsungan proses

pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan interaksi antara

anak dengan lingkungannya, sehingga pada diri anak terjadi

proses pengolahan informasi menjadi pengetahuan, keterampilan

dan sikap sebagai hasil dari proses belajar.

Lingkungan belajar dapat diciptakan sedemikian rupa,

sehingga dapat memfasilitasi anak dalam melaksanakan kegiatan

belajar. Lingkungan belajar dapat merefleksikan ekspektasi yang

tinggi bagi kesuksesan seluruh anak secara individual. Dengan

demikian, lingkungan belajar merupakan situasi yang direkayasa

oleh guru agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara

efektif. Menurut Saroni (2006) dalam Kusmoro (2008), lingkungan

pembelajaran terdiri atas dua hal utama, yaitu lingkungan fisik

dan lingkungan sosial.

Lingkungan fisik dalam hal ini adalah lingkungan yang ada

disekitar siswa belajar berupa sarana fisik baik yang ada

dilingkup sekolah,  dalam hal ini dalam ruang kelas belajar di

sekolah. Lingkungan fisik dapat berupa sarana dan prasarana

kelas, pencahayaan, pengudaraan, pewarnaan, alat/media belajar,

pajangan serta penataannya. Sedangkan lingkungan sosial

merupakan pola interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran.

Interaksi yang dimaksud adalah interkasi antar siswa dengan

siswa, siswa dengan guru, siswa dengan sumber belajar, dan lain

sebagainya. Dalam hal ini, lingkungan sosial yang baik

memungkinkan adanya interkasi yang proporsional antara guru dan

siswa dalam proses pembelajaran.

Menurut Mulyasa (2006), dalam upaya menciptakan lingkungan

pembelajaran yang kondusif bagi anak, guru harus dapat

memberikan kemudahan belajar kepada siswa, menyediakan berbagai

sarana dan sumber belajar yang memadai, menyampaikan materi

pembelajaran, dan strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa

belajar. Oleh karena itu, peran guru selayaknya membiasakan

pengaturan peran dan tanggung jawab bagi setiap anak terhadap

terciptanya lingkungan fisik kelas yang diharapkan dan suasana

lingkungan sosial kelas yang menjadikan proses pembelajaran

dapat berlangsung secara bermakna. Dengan terciptanya tanggung

jawab bersama antara anak dan guru, maka akan tercipta situasi

pembelajaran yang kondusif dan bersinergi bagi semua anak

(Kusmoro, 2008).

Di SMP PGRI Bojonegara ini lingkungan belajar untuk

pelajaran bahasa Indonesia sudah cukup kondusif. Walaupun tidak

ada hal yang sempurna didunia ini, namun kami rasa sudah cukup

baik. Dalam mengorganisasikan ruang fisik kelas, juga sangat

ditentukan oleh tipe aktivitas pembelajaran yang direncanakan

untuk dilaksanakan oleh anak. Dalam hal ini, perbedaan level

kelas, kecepatan materi antar kelas, aktivitas kelompok dan

aktivitas individual harus dapat terakomodasi secara fleksibel

dalam penataan lingkungan fisik kelas. Menurut Renne (2007) dalam

Santrock (2008), penataan kelas standar dapat dilakukan dalam

lima gaya penataan, yaitu auditorium, tatap-muka, off-set,

seminar, dan klaster.

1. Gaya auditorium, gaya susunan kelas di mana semua siswa

duduk menghadap guru.

2. Gaya tatap muka, gaya susunan kelas di mana siswa saling

menghadap.

3. Gaya off-set, gaya susunan kelas di mana sejumlah siswa

(biasanya tiga atau empat anak) duduk di bangku, tetapi

tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain.

4. Gaya seminar, gaya susunan kelas di mana sejumlah besar

siswa (sepuluh atau lebih) duduk disusunan berbentuk

lingkaran, atau persegi, atau bentuk U.

5. Gaya klaster, gaya susunan kelas di mana sejumlah siswa

(biasanya empat sampai delapan anak) bekerja dalam kelompok

kecil.

SMP PGRI Bojonegara sendiri menggunakan gaya auditorium

yang gaya penyusunan kelas dimana semua siswa duduk menghadap

guru. Dengan penataan bangku, kursi murid menghadap kearah guru

dan papan tulis. Hal itu dilakukan agar perhatian siswa fokus

kepada guru dan tidak terpecah ke hal yang lain. Dan hal itu

sudah terbukti berhasil karena menjadi gaya penataan kelas yang

popular di Indonesia dan menyebabkan siswa fokus ke guru.

Menurut Weinstein dan Mignano (1997) dalam santrock (2008),

kelas juga penting untuk dilakukan personalisasi, meskipun bagi

sekolah yang menggunakan sistem moving class terdapat beberapa

kelas yang belajar dalam satu hari. dan SMP PGRI Bojonegara ini

tidak melakukan moving class Karena menganggap system ini belum

tepat dilakukan di sekolah ini karena memakan waktu cukup lama

hanya untuk perpindahan siswa ke kelas lain pada saat pergantian

pelajaran.

Sedangkan untuk pengelolaan kelas yang positif untuk

pembelajaran yang dilakukan oleh guru mata pelajaran bahasa

Indonesia di SMP PGRI Bojonegara menggunakan gaya manajemen

kelas otoritatif berasal dari gaya parenting, di mana guru yang

otoritatif akan mempunyai siswa yang cenderung mandiri, tidak

cepat puas, mau bekerja sama dengan teman, dan menunjukkan

penghargaan diri yang tinggi. Strategi manajemen kelas

otoritatif, mendorong siswa untuk menjadi pemikir yang

independen dan pelaku yang independen, tetapi strategi ini masih

menggunakan sedikit monitoring siswa. Guru otoritatif akan

menjelaskan aturan, regulasi dan  menentukan standar dengan

masukan dari siswa.

g. Pembelajar   

Para pembelajar mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP PGRI

Bojonegara umumnya adalah anak-anak yang juga tinggal didaerah

Bojonegara dan beberapa daerah sekitarnya. Dengan kisaran umur

13-14tahun untuk siswa kelas VII dan kisaran umur 14-15tahun

untuk kelas VIII. Kebanyakan  dari siswa berjenis kelamin

perempuan dan sisanya lelaki dengan perbandingan sekitar 60:40

antara siswa perempuan dan lelaki.

h. Durasi pembelajaran

Kelas VII semester 1 SMP PGRI Bojonegara

No. Kompetensi dasar Alokasi

pembelajaran

1. Menyimpulkan isi berita yang dibacakan

dalam beberapa kalimat.

2x40

2. Menuliskan kembali berita yang

dibacakan kedalam beberapa kalimat.

2x40

3. Menceritakan pengalaman yang paling

mengesankan dengan menggunakan kata

yang efektif.

6x40

4. Menyampaikan pengumuman dengan

intonasi yang tepat serta menggunakan

kalimat lugas.

6x40

5. menemukan makna kata tertentu dalam

kamus secara cepat dan tapat sesuai

dengan konteks yang diinginkan melalui

kegiatan membaca dan memindai.

2x40

6. Memenuhi hal-hal menarik dari dongeng

yang yang diperdengarkan.

Bercerita dengan urutan yang baik,

2x40

7. suara, lafal, intonasi, gesture, dan

mimic yang tepat.

6x40

Kelas VIII semester 1 SMP PGRI BOJONEGARA

No. Kometensi dasar Alokasi waktu

1. Menemukan informasi secara cepat

dan tepat dari ensiklopedi atau

buku telepon dengan membaca

memindai

4x40

2.

.

Menulis surat dinas berkaitan

dengan kegiatan sekolah dengan

sistematika yang tepat dan bahasa

yang baku

2x40

3. Berwawancara dengan narasumber dari

berbagai kalangan dengan

4x40

memperhatikan etika berwawancara

4. Menulis petunjuk melakukan sesuatu

dengan urutan yang tepat dan

menggunakan bahasa yang efektif.

4x40

5. Menganalisis laporan 4x40

.6. Menanggapi isi laporan 4x40

7.

8.

Menulis laporan dengan menggunakan

bahasa yang baik dan benar

Menyampaikan laporan secara lisan

dengan bahasa yang baik dan benar

4x40

4x40

9. Mendeskripsikan tempat atau arah

dalam konteks

yang sebenarnya dengan yang tertera

pada denah

4x40

10. Menyampaikan laporan secara lisan

dengan bahasa yang baik dan benar

2x40

11.  Membuat synopsis novel remaja 2x40

i. lokasi pembelajaran

Lokasi pembelajaran dilakukan di SMP PGRI Bojonegara yang

terletak di jalan id ris no 2 kecamatan  Pulo Ampel, kelurahan

pulo Ampel, kabupaten serang.

B.KARAKTERISTIK GURU

Ada beberapa yang harus dilakukan guru agar efektif belajar:

1.      Apakah guru melakukan review harian : guru mata pelajaran

bahasa Indonesia SMP PGRI Bojonegara memberikan PR kepada siswa

di setiap akhir pertemuan, hal itu dilakukan guna siswa tetap

mengingat materi yang sudah guru berikan. Dan juga melakukan

pertanyaan guna mereview materi pada pertemuan sebelumnya.

2.      Apakah guru menyiapkan materi baru : guru mata pelajaran

bahasa Indonesia SMP PGRI Bojonegara selalu menyiapkan materi

baru setelah materi pada pertemuan sebelumnya telah selesai.

3.      Apakah guru melakukan praktik terbimbing : guru mata

pelajaran bahasa Indonesia SMP PGRI Bojonegara membimbing para

peserta didiknya. Dia memberitahu kepada siswa mana yang benar

dan mana yang salah dalam setiap materi yang diajarkannya

melalui pemberian contoh yang ditulis dipapan tulis maupun

berdasarkan latihan soal yang ada dibuku.

4.      Apakah guru menyiapkan balikan dan koreksi : guru mata

pelajaran bahasa Indonesia SMP PGRI Bojonegara selalu bertanya

disetiap pertemuan, apakah para pembelajar mengerti atau tidak

dengan materi yang disampaikan. Apabila ada yang tidak mengerti

maka guru melakukan penjelasan umum ulang dengan memancing siswa

lain untuk turut menjelaskan materi. Agar kelas kondusif dan

aktif.

5.      Apakah guru melaksanakan praktik mandiri : guru mata

pelajaran bahasa Indonesia SMP PGRI Bojonegara memberikan tugas

individu dan juga kelompok, serta memberikan PR kepada para

siswa. Biasanya tugas individu diberikan agar siswa makin paham

dengan materi yang sudah diberikan guru, agar siswa tidak lupa.

Dan tugas kelompok diberikan kepada siswa dengan pembagian

jumlah yang merata, dan tugas kelompok diberikan waktu yang

lebih lama daripada tugas individu maupun PR.

C.PENDEKATAN

Pendekatan pengajaran yang dilakukan oleh guru mata pelajaran

bahasa Indonesia di SMP PGRI bojonegara adalah Pendekatan

Komunikatif . Menurut David Nunan (1989) dalam Solchan T.W.,dkk

(2001:66). pembelajaran bahasa hendak dibelajarkan menggunakan

pendekatan komunikatif. Dimana pendekatan komunikatif

berdasarkan teori bahasa adalah suatu system untuk

mengekspresikan suatu makna, yang menekankan fasa dimensi

semantik dan komunikatif daripada ciri-ciri gramatikal bahasa.

Oleh karna itu yang perlu ditonjolkan adalah interaksi dan

komunikasi bahasa, bukan pengetahuan tentang bahasa.

Teori belajar yang cocok untuk pendekatan ini adalah teori

pemerolehan bahasa ke dua secara alamiah. Teori ini beranggapan

bahwa proses belajar lebih efektif apabila bahasa diajarkan

secara alamiah sehingga proses belajar bahasa lebih efektif

dilakukan melalui komunikasi langsung dalam bahasa yang

dipelajari. Kebutuhan siswa yang utama dalam belajar bahasa

berkaitan dengan kebutuhan berkomunikasi maka tujuan umum

pembelajaran bahasa adalah untuk mengembangkan siswa untuk

berkomunikasi. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan

pendekatan komunikatif siswa dihadapkan pada situasi komunikasi

nyata , seperti tukar menukar informasi, negoisasi makna atau

kegiatan lain yang sifatnya riil. Dalam pendekatan komunikatif

peran guru hanya bersifat memfasilitasi proses komunikasi ,

partisipan tugas dan teks, menganalisa kebutuhan, konselor dan

manajer pembelajaran.

Sementara siswa berposisi pada pemberi dan penerima, negosiator,

dan interaktor sehingga siswa tidak hanya menguasai bentuk-

bentuk bahasa, tetapi bentuk dan maknanya dalam kaitannya dengan

konteks pemakaian. Materi yang disajikan dalam peranan sebagai

pendukung usaha meningkatkan kemahiran berbahasa dalam tindak

komunikasi nyata. Menurut pendekatan komunikatif metode yang

tepat diterapkan adalah metode komunikatif itu sendiri dengan

uraian teknik seperti yang diuaraikan dalam Santosa, dkk yang

dipetik dari Tarigan yang disarikan dari Solchan, dkk. (2001)

berikut ini,

 1. Teknik pelajaran menyimak,

2. Teknik pembelajaran berbicara, 

3. Teknik pembelajaran membaca,

4. Teknik pembelajaran menulis. 

Sementara teknik evaluasi untuk pendekatan ini adalah tes

diskrit yaitu

1. Tes yang bersifat terpisah antar aspek kebahasaan.

2. Tes integratif yaitu tes yang memadukan semua aspek

kebahasaan pada suatu tes evaluasi yang bersifat tercampur.

3. Tes pragmatik yaitu kemampuan siswa dalam menggunakan elemen-

elemen kebahasaan dalam konteks situasional tertentu sebagai

tolak ukurnya. Beberapa jenis tes pragmatis adalah, dikte,

berbicara, parafrase, menjawab pertanyaan, dan teknik rumpang

D.PENGELOLAAN KELAS

Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan

dan kelas. Pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah “kelola”,

ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari

pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata yang

aslinya dari bahasa Inggris, yaitu management yang berarti

ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan.(Djamarah2006:175)

“Pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada

semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan dan

pencapaian tujuan”Dekdibud (dalam Rachman 1997:11). Pengelolaan

dalam pengertian umum menurut Arikunto (dalam Djamarah 2006:175)

adalah pengadministrasian pengaturan atau penataan suatu

kegiatan.

 Menurut Hamalik (dalam Djamarah 2006:175) ”kelas adalah

suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama

yang mendapat pengajaran dari guru” sedangkan menurut Ahmad

(1995:1) “kelas ialah ruangan belajar dan atau rombongan

belajar” Hadari Nawawi memandang kelas dari dua sudut, yaitu:

1. Kelas dalam arti sempit yakni, ruangan yang dibatasi oleh

empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti

proses belajar mengajar. Kelas dalam pengertian tradisional ini

mengandung sifat statis karena sekadar menunjuk pengelompokan

siswa menurut tingkat \ perkembangan yang antara lain didasarkan

pada batas umur kronologis masing-masing.

2. Kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang

merupakan merupakan bagian dari masyarakat sekolah yang sebagai

suatu kesatuan diorganisasi menjadi unit kerja yang secara

dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang

kreatif untuk mencapai suatu tujuan (Djamarah2006:176).

“Pengelolaan kelas merupakan ketrampilan guru untuk

menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan

mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.”

(Mulyasa2006:91). Sedangkan menurut Sudirman (dalam Djamarah

2006:177) ”Pengelolaan kelas adalah upaya mendayagunakan potensi

kelas.” Ditambahkan lagi oleh Nawawi (dalam Djamarah 2006:177)

”Manajemen atau pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai

kemampuan guru dalam mendayagunakan potensi kelas berupa

pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap \ personal

untuk melakukan kegitan-kegiatan yang kreatif dan terarah .”

Arikunto (dalam Djamarah 2006:177) juga berpendapat “ bahwa

penelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh

penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu

dengan maksud agardicapai kondisi optimal sehingga dapat

terlaksana kegiatan belajar yang seperti \ diharapkan.”

Pengelolaan dapat dilihat dari dua segi, yaitu pengelolaan yang

menyangkut siswa dan pengelolaan fisik (ruangan, perabot, alat

pelajaran). Ruang Kelas adalah suatu ruangan dalam bangunan

sekolah, yang berfungsi sebagai tempat untuk kegiatan tatap muka

dalam proses kegiatan belajar mengajar(KBM). Mebeler dalam

ruangan ini terdiri dari meja siswa, kursi siswa, meja guru,

lemari kelas, papan tulis, serta aksesoris ruangan lainnya yang

sesuai. Ukuran yang umum adalah 9m x 8m. Ruang kelas memiliki

syarat kelayakan dan standar tertentu, misalnya ukuran,

pencahayaan alami, sirkulasi udara, dan persaratan lainnya yang

telah dibakukan oleh pihak berwenang terkait. Dalam peranya

sebagai pengelola kelas, guru hendaknya mampu mengelola kelas

sebagai lingkungan belajar serat merupakan aspek dari lingkungan

sekolah yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan

diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan

pendidikan. Lingkungan yang baik adalah yang bersifat menantang,

dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan

kepuasan dalam mencapai tujuan. PERAN guru sebagai ujung tombak

pendidikan amat strategis dalam mengembangkan potensi siswa.

Karena itu penguasaan pengelolaan kelas mutlak harus dikuasai.

 Pengelolaan kelas meliputi ruang, waktu, bahan ajar

bersama metode pembelajarannya serta perangkat evaluasinya.

Berangkat dari penyusunan perangkat persiapan hingga terwujudnya

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), yang telah dicontohkan

oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), instrumen ini

sudah dapat menggambarkan keadaan kelas dan memprediksi

bagaimana guru menjalankan fungsinya di depan kelas. Beranjak

dari pengamatan di lapangan, RPP yang telah buat oleh beberapa

guru dilihat dari sisi pengelolaan waktunya, rupanya beragam

seperti yangtercantum dalam kop lembarannya. Ada yang tertulis 2

x 45 menit, ada pula 8 x 45 menit, sampai 20 x 45 menit.

Pengelolaan kelas ( classroom management ) berdasarkan

pendekatan menurut Weber diklasifikasikan kedalam dua

pengertian, yaitu berdasarkan pendekatan otoriter dan pendekatan

permisif. Berikut dijelaskan pengertian dari masing-masing

pendekatan tersebut Pertama, berdasarkan pendekatan otoriter

pengelolaan kelas adalah kegiatan guru untuk mengkontrol tingkah

laku siswa, guru berperan menciptakan dan memelihara aturan

kelas  melalui penerapan disiplin secara ketat ( Weber ) Bagi

sekolah atau guru yang menganut pendekatan otoriter, maka dalam

mengelola kelas guru atau sekolah tersebut menciptakan iklim

sekolah dengan berbagai aturan atau ketentuan-ketentuan zang

harus ditaati oleh warga sekolah/ kelas.

Walaupun menggunakan pendekatan otoriter, berbagai aturan

zang dirumuskan tentu saja tidak hanza didasarkan pada kemauan

sepihak dari pengelola sekolah /kelas saja, melainkan dengan

memasukan aspirasi dari siswa. Hal ini penting mengingat aturan

zang dibuat diperuntukan bagi kepentingan bersama, zaitu untuk

menunjang terjadinya proses pembelajaran zang efektif dan

efisien. Kedua pendekatan permisif mengartikan pengelolaan kelas

adalah uapaya zang dilakukan oleh guru untuk memberi kebebasan

untuk siswa melekukan berbagai aktivitas sesuai dengan zang

mereka inginkan. Pengertian kedua ini tentu saja bertolak

belakang dengan pendapat pertama. Menurut pandangan permisif,

fungsi guru adalah bagaimana menciptakan kondisi siswa merasa

aman untuk melakukan aktivitas di dalam kelas, tanpa aharus

merasa takut dan tertekan Ada lima definisi tentang pengelolaan

kelas.

Definisi pertama, memandang bahwa pengelolaan kelas sebagai

proses untuk mengontrol tingkah laku siswa. Pandangan ini

bersifat otoritatif. Dalam kaitan ini tugas guru ialah

menciptakan dan memelihara ketertiban suasana kelas. Penggunaan

disiplin amat diutamakan. Menurut pandangan ini istilah

pengelolaan kelas dan disiplin kelas dipakai sebagai sinonim.

Secara lebih khusus, definisi pertama ini dapat berbunyi:

pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk

menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas.

Definisi kedua bertolak belakang dengan definisi pertama diatas,

yaitu yang didasarkan atas pandangan yang bersifat permisif.

Pandangan ini menekankan bahwa tugas guru ialah memaksimalkan

perwujudan kebebasan siswa. Dalam hal ini guru membantu siswa

untuk merasa bebas melakukan hal yang ingin dilakukannya.

Berbuat sebaliknya berarti guru menghambat atau menghalangi

perkembangan anak secara alamiah. Dengan demikian, definisi

kedua dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat

kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa.

Meskipun kedua pandangan diatas, pandangan otortatif dan

permisif, mempunyai sejumlah pengikut, namun keduanya dianggap

kurang efektif bahkan kurang bertanggungjawab. Pandangan

otoritatif adalah kurang manusiawi sedangkan pandangan permisif

kurang realistik. Definisi ketiga didasarkan pada prinsip-

prinsip pengubahan tingkah laku (behavioral modification). Dalam

kaitan ini pengelolaan kelas dipandang sebagai proses pengubahan

tingkah laku siswa. Peranan guru ialah mengembangkan dan

mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan.

Secara singkat, guru membantu siswa dalam mempelajari tingkah

laku yang tepat melalui penerapan prinsip-prinsip yang diambil

dari teori penguatan (reinforcement). Definisi yang didasarkan

pada pandangan ini dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah

seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku siswa

yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang

tidak diinginkan.

 Definisi keempat memandang pengelolaan kelas sebagai

proses penciptaan iklim sosio-emosional yang positif didalam

kelas. Pandangan ini mempunyai anggaran dasar bahwa kegiatan

belajar akan berkembang secara maksimal di dalam kelas yang

beriklim positif, yaitu suasana hubungan interpersonal yang baik

antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Untuk

terciptanya suasana seperti ini guru memegang peranan kunci.

Dengan demikian peranan guru ialah mengembangkan iklim sosio

emosional kelas yang positif melalui pertumbuhan hubungan

interpersonal yang sehat. Dalam kaitan ini definisi keempat

dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan

guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan

iklim sosio-emosional kelas yang positif. Definisi kelima

bertolak dari anggapan bahwa kelas merupakan sistem sosial

dengan proses kelompok (group process) sebagai intinya. Dalam

kaitan ini dipakailah anggapan dasar bahwa pengajaran

berlangsung dalam kaitannya dengan suatu kelompok.

 Dengan demikian, kehidupan kelas sebagai kelompok

dipandang mempunyai pengaruh yang amat berarti terhadap kegiatan

belajar, meskipun belajar dianggap sebagai proses individual.

Peranan guru ialah mendorong berkembangnya dan berprestasinya

sistem kelas yang efektif. Definisi kelima dapat berbunyi:

pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk

menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif.

Ketiga definisi yang terakhir tersebut diatas masing-masing

bertitik tolak dari dasar pandangan yang berbeda. Manakah yang

terbaik diantara ketiga definisi itu? Dari ketiga pandangan itu

tidak satupun pernah dibuktikan sebagai pandangan yang terbaik.

Oleh karena itu adalah bermanfaat apabila guru mampu membentuk

suatu pandangan yang bersifat pluralistic, yaitu pandangan

tersebut. Perlu dicatat bahwa pandangan pluralistic yang

merangkum tiga dasar pandangan itu (pandangan tentang pengubahan

tingkah laku, iklim sosio-emosional, dan proses kelompok) tidak

mungkin merangkum juga pandangan yang bersifat otoritatif dan

permisif. Pandangan yang otoritatif dan permisif itu justru

dapat berlawanan dengan pandangan pluralistic yang dimaksud.

Definisi yang pluralistic itu dapat berbunyi: pengelolaan kelas

ialah seperangkat kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku

siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah

laku yang tidak diinginkan, mengembangkan hubungan interpersonal

dan iklim sosio-emosional yang positif, serta mengembangkan dan

mempertahankan organisasi kelas yang efektif dan produktif.Guru-

guru perlu memahami dan memegang salah satu definisi tersebut

diatas yang akan menjadi pedoman bagi tingkah laku dan kegiatan

guru didalam kelas dalam rangka mengelola kelasnya. Definisi

yang lebih tepat bagi guru-guru kiranya adalah definisi yang

bersifat pluralistic. Pengelolaan dan Pembelajaran Pengelolaan

dan pembelajaran dapat dibedakan tapi memilki fungsi zang sama.

Pengelolaan tekannya lebih kuat pada aspek pengaturan

( management ) lingkungan pembelajaran, sementara pembelajaran (

instruction ) lebih kuat berkenaan dengan aspek mengelola atau

memproses materi pelajaran. Pada akhirnya dari kedua aktivitas

tersebut, keduanya dilakukan dalam rangka untuk mencapai tujuan

yang sama yaitiu tujuan pembelajaran Contoh aspek pengelolaan,

jika di dalam kelas terdapat gambar yang di anggap kurang baik

atau tidak apada tempatnya untuk ditempelkan di dinding karena

akan menggangu konsentrasi siswa dalam belajar, maka guru

tersebut memindahkannya dan menempatkan pada tempat yang di

anggap paling cocok. Adapun pembelajaran, jika diperoleh siswa

yang mengelami kesulitan belajar untuk materi-materi tertentu,

maka guru mengidentifikasi sebab-sebabnya, dan membantu siswa

mengahadapi kesulitan-kesulitan yang dihadapinya itu Komponen-

Komponen Pengelolaan Kelas Pengelolaan kelas dilakukan untuk

mendukung terjadinya proses pembelajaran zang lebih berkualitas.

Oleh karena itu pendekatan atau teori apapun zang dipilih dan

zang dijadikan dasar dalam pengelolaan kelas, harus

diorientasikan pada terciptanya proses pembelajaran secara aktif

dan produktif. Untuk mendukung proses pembelajaran tersebut,

maka aunsur-unsur pengelolaan meliputi dua tindakan, yaitu ;

1. Model tindakan

a.Preventif , yaitu upaya yang dilakukan oleh guru untuk

mencegah terjadinza gangguan dalam pembelajaran. Mencegah lebih

baik dari pada mengobati. . Implikasi bagi guru melalui kegiatan

preventif ini yaitu sedini mungkin guru mengidentifikasi hal-hal

atau gejala-gejala zang dianggap akan mengganggu pembelajaran

Beberapa upaya atau keterampilan yang harus dimiliki oleh

seorang guru untuk mendukung terhadap tindakan prteventis antara

lain ;

1. Tanggap /peka, sikap tanggap ini ditunjukan oleh kemampuan

guru secara dini mampu dengan segera merespon terhadap berbagai

perilaku atau aktivitas yang di anggap akan mengganggu

pembelajaran atau berkembangnza sikap maupun sifat negatif dari

siswa maupun lingkungan pembelajaran lainnya

2. Perhatian yaitu selalu mencurahkan perhatian pada berbagai

aktivitas, lingkungan maupun segala sesuatu zang muncul.

Perhatian merupakan salah satu bentuk keterampilan dan kebiasaan

zang harus dimiliki oleh guru.

b. Refrensif, keterampilan refrensif tidak diartikan sebagai

tindakan kekerasan seperti halnya penanganan dalam gangguan

keamanan. Keterampilan refrensif sebagai salah satu unsur dari

keterampilan pengelolaan kelas

c. Modifikasi tingkah laku

• Modifikasi tingkah laku yaitu bahwa setiap tingkah laku dapat

diamati. Oleh karena itu bagaimana dengan tingkah laku yang

muncul dengan positif, guru memberi respon positif agar

kebiasaan baik itu lebih kuat dan dapat dipelihara

• Pengelolaan kelompok, untuk menangani permasalahan hendaknya

dilakukan secara kolaborasi dan mengikutsertakan beberapa

komponen atau unsur yang terkait

• Diagnisis yaitu suatu keterampilan untuk mencari unsur-unsur

yang akan menjadi penyebab gangguan maupun unsur-unsur yang

menjadi kekuatan bagi peningkatan proses pembelajaran

Keberhasilan guru mengajar di kelas tidak cukup bila hanya

berbekal pada pengetahuan tentang kurikulum, metode mengajar,

media pengajaran, dan wawasan tentang materi yang akan

disampaikan kepada anak didik. Di samping itu guru harus

menguasai kiat manajemen kelas. Guru hendaknya dapat menciptakan

dan mempertahankan kondisi kelas yang menguntungkan bagi anak

didik supaya tumbuh iklim pembelajaran yang aktif, kreatif,

efektif, dan menyenangkan (PAKEM). Hampir seluruh hasil survei

mengenai keefektifan guru ( teacher effectiveness ) melaporkan

bahwa keterampilan manajemen kelas menentukan keberhasilan

proses belajar siswa atau peringkat yang dicapainya. Dengan

demikian keterampilan manajemen kelas sangat krusial dan

fudemental dalam mendukung proses pembelajaran. Guru – guru yang

rendah keterampilannya dalam bidang manajemen kelas, barangkali

tidak dapat menyelesaikan banyak hal yang menjadi tugas

pokoknya. Pendapat ini dikemukakan oleh Brophy dan Evertson

dalam Learning from Teaching, tahun 1976. Menurut beberapa

pendapat yang dapat saya simpulkan konsep manajemen kelas lebih

luas dari pada sebatas menciptakan iklim untuk menegakkan

disiplin siswa. Konsep manajemen kelas mencakup segala hal,

yaitu guru harus merangsang keterlibatan dan kerjasama siswa di

dalam keseluruhan aktivitas kelas dan menata lingkungan kerja

menjadi lebih produktif lagi bagi proses pendidikan dan

pembelajaran. Guru yang melaksanakan manajemen kelas sebagai

proses pemapanan dan pemeliharaan ( establishing and maintaining

) lingkungan belajar yang efektif cendrung lebih sukses dari

pada guru – guru yang memposisikan atau memerankan diri sebagai

figure otoritas atau penegak disiplin ( authority figures or

disciplinarians ) belaka. Kinerja manajemen kelas yang efektif

memungkinkan lahirnya roda penggerak bagi penciptaan pemahaman

diri, evaluasi diri dan internalisasi control diri pada kalangan

siswa. Dalam keseharian tugas dinasnya bahwa siswa paling banyak

berhubungan dengan guru dan demikian juga sebaliknya merupakan

perwajahan sekolah yang dapat dilihat dengan mata telanjang.

Dalam tugas kesehariannya, guru berhadapan dengan siswa yang

berbadan tinggi, sedang atau rendah prestasi akademiknya. Ida

pun juga berhadapan dengan siswa yang baik – baik, santun

arogan, cuek, pengganggu bahkan kuat, sedang atau lemah

fisiknya. Belum lagi keragaman tersebut dilihat dari perspektif

social, ekonomi, kultur, kebiasaan, agama, kepedulian dan

derajat kohensifitasnya dan lain sebagainya. Siswa yang

bermasalah biasanya menjadi beban si guru dalam mengajar di

kelas dan merupakan kepedulian tindakan yang menjadi beban dari

tugas si guru. Bentuk kenakalan dan prilaku menyimpang para

siswa beragam, dari permasalah sampah,berisik dikelas, mencuri,

berkelahi, bolos, pecandu narkoba, dan tidak disiplin dalam

belajar. Mengapa siswa cendrung berprilaku buruk? Ada banyak

faktor penyebab hal tersebut, antaranya adalah faktor sosial,

ekonomi, kultural, agama, jenis kelamin, ras, tempat tinggal,

perbedaan potensial kognitif, kesehatan, kebiasaan hidup dan

lain – lain. Faktor yang lain adalah penyebabnya yaitu sekolah

sendiri. Tidak semua sekolah dapat melaksanakan kegiatan

pembelajaran secara kondusif, misalnya adalah sekolah lebih

dekat dengan tempat keramaian, bangunan yang sudah terlalu tua,

ruang kelas yangmengundang gerah, disiplin guru yang tidak

memadai, manajemen sekolah yang buruk, terlalu banyak pungutan

dan lain sebagainya.Ini berarti ada tantangan serius bagi

sekolah. Kedua, menetapkan tata aturan dan prosedur disiplin

yang jelas dan standar, serta mengikat semua anak didik.Ketiga,

melembagakan dan memberi keteladanan mengenai norma – norma etik

yang menjadi pemandu hubungan antar subjek di lingkungan

sekolah.

Dari semua hal tersebut diatas, mari kita lihat pengelolaan

kelas di SMP PGRI Bojonegara pada mata pelajaran bahasa

Indonesia kelas VII dan VIII semester 1 dapat diketahui bahwa

pada mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP PGRI Bojonegara guru

memberikan reward kepada siswa yang bisa dikatagorikan sebagai

siswa yang terpandai dikelas dengan memberikan ranking kepada

siswa yang pandai tersebut, hal itu dilakukan agar para siswa

termotivasi untuk mendapat nilai yang baik dikelas agar mereka

bisa memperoleh ranking atau reward yang ada. Reward bukan hanya

diberikan dalam bentuk pemberian ranking terhadap murid pandai

saja, namun juga dilakukan dengan cara memberi aplouse kepada

siswa yang bisa menjawab pertanyaan yang dilontarkan guru ketika

penyampaian materi. Hal itu dilakukan agar menciptakan suasana

aktif dan kondusif yang memancing para siswa untuk terus aktif

dikelas.

E.KONTENSASI KELAS

1. Intristik kelas

Di dalam kelas terdapat struktur organisasi yang dimulai dari

Ketua Kelas, Wakil ketua Kelas, Sekertaris, Bendahara, dan seksi

kebersihan. Mereka dipilih langsung oleh para siswa. Dengan cara

voting, jabatan itu berlaku selama satu tahun selama masa KBM.

Dan tugas dibagi berdasarkan hak jabatan masing-masing.

2. Ekstrinstik kelas

Di SMP PGRI Bojonegara tidak terdapat kontensasi kelas yang

termasuk dalam jenis ekstrinstik kelas.

  

KESIMPULAN

Dari observasi yang kami lakukan di SMPN 1 KEPANJEN-MALANG

pada mata pelajaran Bahasa Inggris kelas VII semester 2 dapat

diambil kesimpulan bahwa guru matapelajaran bahasa Inggris di

SMP tersebut menggunakan system pendekatan individu di dalam

kelas, yakni guru mendekati para siswa dikelas karena di smp ini

adalah termasuk kedalam masyarakat homogeny sebab berada di

pedesaan. Sehingga memudahkan guru untuk melakukan interaksi

lebih spesifik terhadap siswa dikelas, hal itu diharapkan agar

siswa merasa nyaman untuk mengikuti pelajaran bahasa Indonesia

dikelas. Gurupun rutin memberikan pertanyaan pada saat proses

KBM dikelas agar anak murid menjadi aktif, guru juga memberikan

tugas individu, serta kelompok pada saat KBM, agar siswa tetap

mengingap materi yang guru sampaikan. Dari semua ini dapat

ditarik kesimpulan bahwa peranan guru sangatlah besar bagi

proses belajar mengajar dikelas.