makalah kontribusi sumber daya manusia dalam pembangunan ekonomi dikaji dari geografi ekonomi
-
Upload
universitasnegerimalang -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of makalah kontribusi sumber daya manusia dalam pembangunan ekonomi dikaji dari geografi ekonomi
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, kami dapat menyelesaikan makalah tentang Kontribusi Sumber
Daya Manusia dalam Pembangunan Ekonomi di Indonesia Dikaji Dari Geografi
Ekonomi ini dengan baik tanpa hambatan.
Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada dosen
pembimbing dan semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah untuk mata kuliah Geografi Ekonomi ini.
Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun
kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih belum
sempurna, sehingga kritik, koreksi, dan saran dari semua pihak
untuk menyempurnakan makalah yang telah kami buat ini senantiasa
akan kami terima dengan tangan terbuka.
Akhirul kalam, terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen pembimbing dan semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Malang, 29 September2014
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................ 1
DAFTAR ISI.................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1....................................................La
tar Belakang Masalah................................. 3
1.2....................................................Ru
musan Masalah........................................ 3
1.3....................................................Tu
juan................................................. 4
1.4....................................................Ma
nfaat................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN
A......................................................Ag
ihan Hewan Dan Tumbuhan Pada Masa Benua Laurasia Dan
Gondwana............................................. 5
1. Perkembangan makhluk hidup menurut perkembangan jaman
6
2. Perkembangan makhluk hidup pada zaman glasial dan
interglasial.......................................
13
B......................................................Fa
ktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persebaran Flora Dan Fauna
14
1. Penyebab persebaran................................
14
2. Sarana persebaran..................................
15
3. Hambatan (barier) persebaran.......................
17
C......................................................Ev
olusi Hewan dan Tumbuhan.............................
18
1. Faktor inten.......................................
19
2. Faktor ekstern.....................................
20
BAB III
PENUTUP
A......................................................Ke
simpulan.............................................
24
DAFTAR PUSTAKA................................................
25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan suatu bangsa memerlukan aspek pokok yangdisebut dengan sumber daya (resources) baik sumber daya alam(natural resources) maupun sumber daya manusia (human resources). Keduasumber daya ini sangat penting dalam menentukan keberhasilansuatu pembangunan. Sejarah menunjukkan masyarakat bisa mencapaikemakmuran karena berhasil memanfaatkan sumber daya yangdimiliki.
Pada dasarnya sumber daya alam merupakan aset yangdimiliki suatu negara yang meliputi tanah dan kekayaan alamseperti kesuburan tanah, keadaan iklim atau cuaca, hasil hutan,tambang dan hasil laut yang sangat mempengaruhi pertumbuhanindustri suatu negara, terutama dalam hal penyediaan bahan bakuproduksi. Dengan adanya sumber daya alam yang melimpah danberpotensi tinggi sangat mendukung pembangunan ekonomi suatunegara. Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan
taraf hidup suatu bangsa yang sering kali diukur dengan tinggirendahnya pendapatan riel perkapita.
Namun sumber daya alam yang ada tersebut tidak sendirinyadiolah olah alam akan tetapi perlu adanya sumber daya manusia,guna mengolah sumber daya alam tersebut. Keahlian dankewirausahaan dibutuhkan untuk mengolah bahan mentah dari alam,menjadi sesuatu yang memiliki nilai lebih tinggi atau disebutjuga sebagai proses produksi.
Sumber daya manusia sangatlah penting, karena jika sebuahnegara memiliki suatu SDM yang terampil dan berkualitas maka iaakan mampu mengolah SDA yang jumlahnya terbatas. Berdasarkanuraian diatas maka penulis cenderung untuk membahas masalahperanan sumber daya alam dan sumber daya manusia terhadappembangunan ekonomi.
1.2Rumusan Masalah1.
BAB IIPEMBAHASAN
2.1PENGERTIAN, JENIS, DAN PERKEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
2.1.1 pengertian Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang akrab disingkat SDM merupakan
orang-orang yang memiliki kemampuan dan mampu memberikan
sumbangan pemikiran dan mampu melakukan berbagai jenis pekerjaan
dalam mencapai suatu tujuan. Dalam sumber daya manusia, yang
diliput bukanlah terbatas kepada tenaga ahli, tenaga
berpendidikan ataupun tenaga yang berpengalaman saja, tetapi
semua tenaga kerja, tetapi semua tenaga kerja yang digunakan
suatu pihak untuk mencapai tujuan-tujuannya. Mendapatkan SDM yang
berkualitas tentunya merupakan impian dari suatu negara, hal ini
disebabkan karena SDM merupakan salah satu langkah awal yang
sangat penting yang dapat digunakan untuk membangun dan memajukan
suatu negara.
Dalam suatu negara, tentunya memiliki SDA yang siap untuk
dimanfaatkan. Dengan adanya sumber daya manusia, maka SDA yang
ada dalam negara tersebut pasti akan dapat dimanfaatkan sebijak
mungkin guna menambah anggaran negara yang bersangkutan. Ditambah
lagi apabila SDM yang dimiliki negara tersebut merupakan SDM yang
berkualitas, dengan begitu pasti akan menambah nilai atau
keuntungan tersendiri bagi perekonomian suatu negara.
Menurut Werther dan Davis yang dikutip oleh Edy Sutrisno
menyatakan bahwa sumber daya manusia adalah pegawai yang siap,
mampu dan siaga dalam mencapi tujuan – tujuan organisasi (Werther
dan Davis dalam Sutrisno, 2009:1).
Menurut Hadari Nawami yang dikutip oleh Ambar Teguh
Sulistiyani dan Rosidah yang dimaksudkan sebagai sumber daya
manusia meliputi tiga pengertian yaitu:
1. Sumber daya manusia adalah manusia yang bekerja dilingkungan
suatu organisasi (disebut juga personil, tenaga kerja,
pegawai atau karyawan)
2. Sumber daya manusia adalah potensi manusiawi sebagai
penggerak organisasi dalam mewujudkan eksistensinya.
3. Sumber daya manusia adalah potensi yang merupakan asset dan
berfungsi sebagai modal (non material/nonfinansial) didalam
organisasi bisnis, yang dapat diwujudkan menjadi potensi
nyata (real) secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan
eksistensinya. (Nawami dalam Sulistiyani dan Rosidah,
2003:9)
Selain definisi Sumber daya manusia di atas Faustino Cardoso
Gomes (2003:1) menyebutkan bahwa: Sumber daya manusia merupakan
salah satu sumber daya yang terdapat dalam organisasi, meliputi
semua orang yang melakukan aktivitas.
2.1.2 Jenis-Jenis Sumber Daya Manusia
Manusia memiliki akal, budi dan pikiran yang tidak dimiliki
oleh tumbuhan maupun hewan. Meskipun paling tinggi derajatnya,
namun dalam ekosistem, manusia juga berinteraksi dengan
lingkungannya, mempengaruhi dan dipengaruhi lingkungannya
sehingga termasuk dalam salah satu faktor saling ketergantungan.
Sumber daya manusia dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Manusia sebagai sumber daya fisik
Dengan energi yang tersimpan dalam ototnya, manusia dapat
bekerja dalam berbagai bidang, antara lain: bidang
perindustrian, transportasi, perkebunan, perikanan,
perhutanan, dan peternakan.
2. Manusia sebagai sumber daya mental
Kemampuan berpikir manusia merupakan suatu sumber daya alam
yang sangat penting, karena berfikir merupakan landasan
utama bagi kebudayaan. Manusia sebagai makhluk hidup
berbudaya, mampu mengolah sumber daya alam untuk kepentingan
hidupnya dan mampu mengubah keadaan sumber daya alam berkat
kemajuan ilmu dan teknologinya. Dengan akal dan budinya,
manusia menggunakan sumber daya alam dengan penuh
kebijaksanaan. Oleh karena itu, manusia tidak dilihat hanya
sebagai sumber energi, tapi yang terutama ialah sebagai
sumber daya cipta (sumber daya mental) yang sangat penting
bagi perkembangan kebudayaan manusia. (Rindi, 2012)
2.1.3 Perkembangan Sumber Daya Manusia
SDM sudah ada sejak dahulu dalam berbagai bentuk. Manajemen
sumber daya manusia muncul begitu manusia berkumpul untuk sebuah
tujuan yang sama. Meskipun demikian, keberadaan MSDM belum dapat
dipastikan secara jelas pertama kali muncul. Tetapi dalam kurun
waktu terakhir, proses memanajemen manusia menjadi formal.
Suharyanto menyebutkan bahwa aktivitas MSDM berawal dari
tahun 1915 ketika militer Amerika Serikat mengembangkan suatu
korps pengujian psikologi, suatu tim penguji serikat buruh dan
suatu tim semangat kerja (Suharyanto:2005). Beberapa orang yang
terlatih dalam praktek-praktek di ketiga tim tersebut kemudian
menjadi manajer-manajer personalia di bidang industri.
Manajemen kepegawaian di Inggris dan Amerika Serikat
dikembangkan lebih dahulu daripada di Australia ketika negara-
negara ini mengadopsi proses kerja produksi massa, mengikuti
perkembangan revolusi industri. Salah satu tokoh besar dalam masa
ini adalah FW Taylor dengan Gerakan Manajemen Ilmiah sebagai
hasil Studi Gerak dan Waktu. Perangkat yang digerakkan oleh
energi dan sistem produksi yang dikembangkan, memungkinkan
produksi yang lebih murah. Oleh karenanya, hal ini menciptakan
banyak tugas yang monoton, tidak sehat dan bahkan berbahaya.
Dampaknya adalah terdistorsinya peran manusia dalam perusahaan.
Kesadaran akan pentingnya peran manusia dalam organisasi
berkembang ketika produktivitas karyawan ternyata mempengaruhi
daya saing perusahaan. Faktor manusia menjadi bagian penting
dalam perusahaan karena pengelolaan karyawan yang baik merupakan
salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas di satu sisi dan
daya saing perusahaan di sisi lain. Hal inilah yang kemudian
mendorong manajemen personalia/kepegawaian berubah menjadi kajian
Manajemen SDM.
Ruang lingkup pengembangan SDM yaitu:
1. Pengembangan kompetensi : Pelatihan kompetensi,
project management, dsb
2. Pengembangan Jumlah SDM : Dilakukan apabila organisasi
membutuhkan tenaga kerja
untuk melakukan peningkatan kinerja
3. Pengembangan organisasi : Dengan terciptanya unit
usaha baru, maka secara
organisasi perlu dilakukan penyesuaian
struktur organisasi. (Rindi, 2012)
2.2 SUMBER DAYA MANUSIA DI INDONESIA
Terkait dengan kondisi sumber daya manusia Indonesia yaitu
adanya ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan angkatan
kerja. Jumlah angkatan kerja nasional pada krisis ekonomi tahun
pertama (1998) sekitar 92,73 juta orang, sementara jumlah
kesempatan kerja yang ada hanya sekitar 87,67 juta orang dan ada
sekitar 5,06 juta orang penganggur terbuka (open unemployment).
Angka ini meningkat terus selama krisis ekonomi yang kini
berjumlah sekitar 8 juta.
Kedua, tingkat pendidikan angkatan kerja yang ada masih
relatif rendah. Struktur pendidikan angkatan kerja Indonesia
masih didominasi pendidikan dasar yaitu sekitar 63,2 %. Kedua
masalah tersebut menunjukkan bahwa ada kelangkaan kesempatan
kerja dan rendahnya kualitas angkatan kerja secara nasional di
berbagai sektor ekonomi. Lesunya dunia usaha akibat krisis
ekonomi yang berkepanjangan sampai saat ini mengakibatkan
rendahnya kesempatan kerja terutama bagi lulusan perguruan
tinggi. Sementara di sisi lain jumlah angkatan kerja lulusan
perguruan tinggi terus meningkat. Sampai dengan tahun 2000 ada
sekitar 2,3 juta angkatan kerja lulusan perguruan tinggi.
Kesempatan kerja yang terbatas bagi lulusan perguruan tinggi ini
menimbulkan dampak semakin banyak angka pengangguran sarjana di
Indonesia.
Menurut catatan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen
Dikti) Depdiknas angka pengangguran sarjana di Indonesia lebih
dari 300.000 orang.
Masalah SDM inilah yang menyebabkan proses pembangunan yang
berjalan selama ini kurang didukung oleh produktivitas tenaga
kerja yang memadai. Itu sebabnya keberhasilan pembangunan yang
selama 32 tahun dibanggakan dengan tingkat pertumbuhan rata-rata
7%, hanya berasal dari pemanfaatan sumberdaya alam intensif
(hutan, dan hasil tambang), arus modal asing berupa pinjaman dan
investasi langsung. Dengan demikian, bukan berasal dari kemampuan
manajerial dan produktivitas SDM yang tinggi. Keterpurukan
ekonomi nasional yang berkepanjangan hingga kini merupakan bukti
kegagalan pembangunan akibat dari rendahnya kualitas SDM.
Rendahnya SDM Indonesia diakibatkan kurangnya penguasaan
IPTEK, karena sikap mental dan penguasaan IPTEK yang dapat
menjadi subyek atau pelaku pembangunan yang handal. Dalam
kerangka globalisasi, penyiapan pendidikan perlu juga
disinergikan dengan tuntutan kompetisi. Oleh karena itu dimensi
daya saing dalam SDM semakin menjadi faktor penting sehingga
upaya memacu kualitas SDM melalui pendidikan merupakan tuntutan
yang harus dikedepankan.
Salah satu problem struktural yang dihadapi dalam dunia
pendidikan adalah bahwa pendidikan merupakan subordinasi dari
pembangunan ekonomi. Pada era sebelum reformasi pembangunan
dengan pendekatan fisik begitu dominan. Hal ini sejalan dengan
kuatnya orientasi pertumbuhan ekonomi. (Ratih, 2013)
2.3 DAMPAK IPTEK TERHADAP SDM DI INDONESIA
Pengaruh IPTEK terhadap peningkatan SDM Indonesia khususnya
dalam persaingan global sekarang ini meliputi berbagai aspek dan
merubah segenap tatanan masyarakat. Aspek-aspek yang dipengaruhi
salah satunya adalah pada aspek ekonomi.
Dengan adanya IPTEK, maka SDM Indonesia akan semakin
meningkat dengan pengetahuan-pengetahuan dari teknologi tersebut.
Dengan kemajuan SDM ini, tentunya secara tidak langsung akan
mempengaruhi peningkatan ekonomi di Indonesia. Berkaitan dengan
pasar global dwasa ini, tidaklah mungkin jika suatu negara dengan
tingkat SDM rendah dapat bersaing, untuk itulah penguasaan IPTEK
sangat penting sekali untuk dikuasai. Selain itu, tidak
dipungkiri globalisasi telah menimbulkan pergeseran nilai dalam
kehidupan masyarakat di masa kini akibat pengaruh negatif dari
globalisasi. (Ratih, 2013)
2.4 DEFINISI DAN TUJUAN PEMBANGUNAN EKONOMI
2.4.1 Definisi Pembangunan Ekonomi
Menurut Lincolin Arsyad (1993:4), pembangunan ekonomi adalah
kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan
kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya. Dengan batasan
tersebut, maka pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan
sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita
penduduk suatu negara meningkat dalam jangka panjang. Dari
batasan dan defenisi tersebut dapat diperoleh pengertian bahwa
pembangunan ekonomi adalah:
1. Suatu proses, yang berarti perubahan secara terus menerus
2. Usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita.
3. Kenaikan pendapatan perkapita yang berlangsung dalam jangka
panjang.
Definisi pembangunan ekonomi menurut Maier adalah suatu
proses dimana pendapatan perkapita suatu negara meningkat selama
kurun waktu yang panjang. Dengan catatan bahwa; jumlah penduduk
yang hidup dibawah garis kemiskinan absolut tidak meningkat dan
distribusi pendapatan tidak semaking timpang (Maier dalam
Mudrajad Kuncoro, 1997:17)
Menurut Suparmoko, pembangunan atau perkembangan ekonomi
adalah kegiatan yang menunjukkan perubahan-perubahan dalam
struktur output dan alokasi imput pada berbagai sektor
perekonomian, disamping kenaikan output. (Irawan dan M. suparmoko,
1987:5)
2.4.2 Tujuan Pembangunan Ekonomi
Pembangunan didefinisikan sebagai upaya suatu bangsa untuk
meningkatkan mutu dengan memanfaatkan sumber daya yang ada,
baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam melalui
proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang berkelanjutan
(Sudarja 2005 :1). Sedangkan menurut Soerjono Soekamto (1990:454)
Pembangunan merupakan suatu proses perubahan di segala
bidang kehidupan yang dilakukan secara sengaja berdasarkan
suatu rencana tertentu. Pembangunan nasional Indonesia
misalnya, merupkan suatu proses perubahan yang dilakukan
berdasarkan rencana tertentu dengan sengaja dan memang
dikaehendaki , baik oleh pemerintah yang menjadi pelopor
pembangunan maupun masyarakat.
Pembangunan menurut kacamata Sosiologis terbagi menjadi tiga
dimana setiap bagian memiliki dimensi ukuran, yaitu :
1. Pertumbuhan (Growth) yang diukur melalui Perkapita, GNP,
Fasilitas sosial
2. Perbaikan (Improvement) yang di fokuskan pada
distribusi/pemerataan diukur melalui kurva lorenz dan
koefisien gini.
3. Perubahan (Change) yang direncanakan dan diarahkan (Planned
and Directed) yang diukur strata sosial dan indikator sosial
4. Ukuran yang lebih komprehensif di ukur melalui Indeks
Mutu Hidup (IMH) atau Quality of Lives. IMH terdiri dari
komponen angka harapan hidup (AHH), angka kematian Bayi
(AKB) dan Angka Melek Huruf (AMH). Soekamto (1990:454)
Proses pembangunan bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat , baik secara material maupun spiritual. Peningkatan
taraf hidup masyarakat mencakup suatu perangkat cita-cita yang
meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Pembangunan harus bersifat rasionalistis, artinya
haluan yang diambil harus berlandaskan pada pertimbangan
rasional dalam suatu sistem.
b. Adanya rencana Pembangunan dan proses Pembangunan .
Artinya adanya keinginan untuk selalu membangun pada
ukuran dan haluan yang terkoordinasi secara rasional
dalam suatu sistem.
c. Peningkatan Produktivitas
d. Peningkatan standar kehidupan
e. Kedudukan, peranan dan kesempatan yang sederajat dan
sama dibidang politik, sosial, ekonomi dan hokum
f. Pengembangan lembaga-lembaga sosial dan sikap-sikap
dalam masyarakat Konsolidasi nasional dan
g. Kemerdekaan nasional
Dari pemaparan diatas kita dapat merekonstruksi kembali
tentang hakekat SDM yang berkualitas untuk membangun bangsa ini.
Pembangunan ekonomi menurut Maier bertujuan untuk membangun
identitas nasional atau kepribadian bangsa. Adapun cara untuk
mencapai tujuan ini sangat dipengaruhi pandagan hidup bangsa
tersebut dalam upaya menaikkan output nasional dan pendapatan
masyarakat. (Maier dalam Mudrajad Kuncoro, 1997:17)
Irawan dan Suparmoko mengartikan pembangunan ekonomi sebagai
usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang diukur
melalui tinggi rendahya pendapatan perkapita. Jadi tujuan
pembangunan ekonomi disamping meningkatkan pendapatan nasional
riil, juga meningkatkan produktivitas ( Irawan dan M. Suparmoko,
1987:7)
2.5 PERANAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI
NASIONAL
Sumber daya manusia (SDM) merupakan seluruh kemampuan atau
potensi penduduk yang berada di dalam suatu wilayah tertentu
beserta karakteristik atau ciri demografis, sosial maupun
ekonominya yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembangunan.
Jadi membahas sumber daya manusia berarti membahas penduduk
dengan segala potensi atau kemampuannya yang terdiri atas aspek
kualitas dan kuantitas.
Bicara tentang kuantitas (jumlah) berarti menunjukkan
bagaimana karakteristik demografis tentang jumlah dan pertumbuhan
penduduk, penyebaran dan komposisi penduduk. Sedangkan untuk
kualitas (mutu) menjelaskan bagaimana seorang manusia berhubungan
dengan karakteristik sosial dan ekonomi agar terciptanya suatu
keberhasilan dalam pembangunan suatu Negara. Tentunya sangat
dibutuhkan sekali sumber daya manusia yang tangguh, unggul dan
baik secara fisik maupun mental.
Sumberdaya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci
dalam persaingan global, yakni bagaimana menciptakan SDM yang
berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi
dalam persaingan global yang selama ini kita abaikan. Globalisasi
yang sudah pasti dihadapi oleh bangsa Indonesia menuntut adanya
efisiensi dan daya saing dalam dunia usaha.
Sumber daya manusia atau penduduk menjadi asset tenaga kerja
yang efektif untuk menciptakan kesejahteraan. Kekayaan alam yang
melimpah tidak akan mampu memberikan manfaat yang besar bagi
manusia apabila sumber daya manusia yang ada tidak mampu mengolah
dan memanfaatkan kekayaan alam yang tersedia.
2.5.1 Penduduk sebagai Produsen
Masyarakat sebagai produsen mencakup berbagai bentuk
kegiatan masyarakat yang dapat menghasilkan pendapatan, misalnya
dapat berupa kegiatan usaha, berdagang, bercocok tanam, beternak,
dan sebagainya.
Sistem ekonomi Indonesia memiliki acuan yang jelas, yaitu
Undang-Undang Dasar 1945. Maka dari itu sistem ekonomi bukanlah
pasar bebas maupun perencanaan sentral, melainkan sistem ekonomi
Indonesia mendasarkan pada ekonomi kerakyatan. Dalam sistem
ekonomi kerakyatan masyarakat memegang peranan aktif dalam
kegiatan ekonomi, sedangkan pemerintah menciptakan iklim yang
sehat bagi pertumbuhan dan perkembangan dunia usaha.
Sistem ekonomi kerakyatan dapat didefinisikan sebagai
pengaturan kehidupan ekonomi yang memungkinkan seluruh potensi
masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan
ekonomi. Kesejahteraan rakyat yang meningkat, merata, dan
berkeadilan merupakan tujuan utama demokrasi ekonomi kerakyatan.
Salah satu pilar penyangga ekonomi kerakyatan adalah usaha
informal yang berkembang dalah kehidupan masyarakat. Ciri-ciri
sektor usaha informal adalah sebagai berikut :
Sektor usaha informal tidak memiliki alat-alat produksi
yang canggih.
Pelaku ekonomi sektor usaha informal tidak memiliki
pendidikan / keahlian khusus.
Sektor usaha informal dapat membuka lapangan kerja yang
tidak sedikit jumlahnya.
Sektor usaha informal hanya memiliki ruang lingkup
usaha ekonomi yang sempit dan kecil.
Beberapa contoh kegiatan ekonomi sektor usaha informal adalah
pedagang asongan, pedagang sambilan, pedagang kaki lima, pedagang
keliling
2.5.2 Penduduk sebagai Konsumen
Masyarakat sebagai konsumen memerlukan barang dan jasa bagi
kelangsungan hidup masyarakat. Masyarakat adalah pengguna
(konsumen) "public goods" atau produk-produk umum, seperti jalan
raya, jembatan, rumah sakit, sekolah, dan lain-lain.
Penggunaan public goods yang pada umumnya disediakan oleh
pemerintah pusat maupun daerah, bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan atau pengangguran
merupakan bentuk kehidupan yang hanya melakukan kegiatan konsumsi
saja, sehingga sering menimbulkan masalah di masyarakat. Berbagai
tindak kejahatan dilakukan semata-mata karena untuk memenuhi
kegiatan konsumsi. Di mana orang memiliki banyak kebutuhan,
tetapi tidak memiliki pekerjaan yang dapat menghasilkan
pendapatan bagi pemenuhan kebutuhan tersebut.
Oleh karena itu, penting bagi setiap orang sejak dini tertanam
sikap untuk mampu berproduksi dan bukan hanya melakukan konsumsi
saja. Di samping itu berkaitan dengan kegiatan konsumsi, perlu
dilandasi sikap mental untuk bisa mengukur kemampuan diri,
sehingga tidak besar pasak daripada tiang.
2.5.3 Penduduk sebagai Distributor
Masyarakat sebagai distributor diwujudkan dalam bentuk
terjadinya penyaluran proses penyaluran barang dan jasa dari
produsen ke konsumen. Lalu lintas perdagangan dan transportasi
yang membawa barang-barang pemenuhan kebutuhan dalam kehidupan
masyarakat merupakan bentuk kegiatan distribusi yang berlangsung
di masyarakat.
Kelancaran arus distribusi yang berlangsung di masyarakat
dapat kita amati dari lancar-tidaknya proses transportasi barang
kebutuhan dari satu kota ke kota yang lain. Salah satu faktor
yang memicu terjadinya kelangkaan barang antara lain disebabkan
ketidaklancaran proses distribusi. Hal ini sering terjadi di
daerah-daerah yang sulit transportasinya.
2.6 MASALAH DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
Penduduk Indonesia yang berjumlah besar dapat menjadi modal
pembangunan bila memiliki kualitas yang memadai. Hal ini mengacu
pada konsep bahwa manusia merupakan pelaku, pelaksana, dan
penikmat pembangunan. Artinya, dengan kualitas penduduk yang
rendah, maka manusia akan lebih banyak berperan sebagai penikmat
dan kurang berperan sebagai pelaku dan pelaksana pembangunan.
Akhir-akhir ini pembicaraan tentang sumber daya manusia
semakin terdengar. Hal ini tidak lepas dari kesadaran bersama
bahwa manusia tidak hanya sebagai penikmat pembangunan. Disamping
itu muncul juga kesadaran bahwa pembangunan tidak hanya bisa
tergantung pada sumber daya alam. Teknologi sebagai sumber daya
pembangunan yang lain memang menjadi penting pula belakangan ini.
Namun perkembangan dan pemanfaatan teknologi itu sendiri sangat
tergantung pada manusia. Pengalaman-pengalaman negara maju
seperti Jerman, Inggris, Perancis, Amerika Serikat, serta negara-
negara industry baru, seperti Korea Selatan dan Taiwan,
menunjukkan bahwa pertumbuhan mereka sebagian mereka besar
didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas tinggi.
Beberapa ahli sepakat bahwa pembangunan di Indonesia juga
sudah semestinya mengandalkan sumber daya manusia. Dengan
tersedianya sumber daya yang memadai dalam arti kuantitas dan
kualitas, maka tantangan di masa mendatang akan bisa diatasi
dengan baik. Para ahli juga sepakat bahwa kualitas sumber daya
manusia yang sekarang kita miliki masih perlu ditingkatkan, agar
tantangan tersebut bisa teratasi dengan baik.
2.6.1 Pendidikan dan Ketenagakerjaan
Dimensi sumber daya manusia meliputi jumlah, komposisi,
karakteristik (kualitas), dan persebaran penduduk (Effendi,
1991). Dimensi tersebut saling terkait satu dengan yang lainnya.
Selain keterkaitan antara kuantitas dan kualitas yang telah
disinggung sebelumnya, komposisi dan persebaran juga sangat
penting.
Bila rasio ketergantungan tinggi, artinya banyak penduduk
usia tidak produktif, pengembangan sumber daya manusia juga akan
mengalami banyak kesulitan. Demikian pula bila sumber daya
manusia yang berkualitas terkonsentrasi di wilayah tertentu.
Ada beberapa pendekatan untuk mengembangkan sumber daya
manusia. Satu diantaranya adalah pendekatan mutu modal manusia
(human capital). Dalam pendekatan human capital, manusia menempati
peranan yang amat penting selain modal (uang), sumber alam, dan
teknologi dalam proses produksi. Untuk mengembangkan sumber daya
manusia, perlu juga diingat bahwa ada beberapa hambatan yang
tentu akan dihadapi. Secara garis besar hambatan itu ada dua,
hambatan dari dalam dan hambatan dari luar. Akan tetapi menurut
perhitungan World Bank, untuk negara berkembang seperti
Indonesia, hambatan dari dalam lebih besar pengaruhnya. Karena
alasan ini pula, maka dalam pembicaraan selanjutnya juga akan
banyak dibicarakan tentang kondisi kita sendiri.
Dua hal kiranya bisa menggambarkan keadaan sumber daya
manusia Indonesia saat ini disamping hal-hal lain, yaitu
pendidikan dan ketenagakerjaan. Pada tahun 1971 hingga 1990,
kenaikan proporsi penduduk yang berpendidikan cukup baik. Namun
kita sadar bahwa angka yang telah dicapai tersebut belum
memuaskan. Disamping masih ada sebagian yang belum mengenyam
pendidikan formal, kebanyakan usianya lanjut, proporsi yang
pendidikannya rendah cukup besar (Sunarto, 1992). Oleh karena itu
bisa dimengerti bila pemerintah dalam waktu dekat ini akan
mengenakan wajib sekolah hingga 9 tahun masa belajar (setingkat
SLTP).
Kenaikan jumlah yang berpendidikan formal ini disertai juga
dengan kecenderungan naiknya tingkat pendidikan angkatan kerja.
Sekali lagi, kita tidak boleh cepat puas dengan keadaan ini.
Disamping perbedaan tempat (desa-kota) dan jenis kelamin yang
masih menjadi masalah, angkatan kerja yang tingkat pendidikannya
rendah masih menonjol. Kita barangkali sepakat, bahwa dimasa
mendatang dibutuhkan lebih banyak lagi tenaga kerja dengan
tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Belum lengkap rasanya hanya melihat data-data seperti yang
telah disajikan diatas. Bagaimana pemanfaatan tenaga kerja kita?
Dari tahun ke tahun, tingkat pengangguran di Indonesia
menunjukkan angka resmi yang kecil. Hal ini dikarenakan oleh
definisi pengangguran yang terlalu lunak.
Oleh karena itu, para ahli ketenagakerjaan umumnya lebih
tertarik melihat proporsi tenaga kerja yang kurang termanfaatkan
(underutilization). Tenaga kerja kurang termanfaatkan ini secara
operasional didefinisikan sebagai jumlah pengangguran ditambah
setengah pengangguran. Dengan melihat proporsi tenaga kerja yang
kurang termanfaatkan, maka akan diketahui bahwa produktivitas
tenaga kerja masih memprihatinkan. Banyak faktor yang
mempengaruhi hal tersebut. Terbatasnya lapangan kerja adalah
salah satu factor yang sering dijadikan alasan munculnya keadaan
seperti itu. Meskipun kenyataan ini harus diakui, ada baiknya
tidak semata-mata menyalahkan kurangnya kesempatan kerja ini.
Sebab pada kenyataannya sering dijumpai keluhan masih kurangnya
tenaga kerja yang dibutuhkan, terutama tenaga kerja dengan
kualifikasi yang berketerampilan tinggi. Keluhan seperti ini
kemudian merembet pada terbatasnya tenaga kerja yang siap pakai.
Oleh karena itu tidak mengherankan bila kemudian muncul dan
meningkat pengangguran terdidik. Keadaan semacam ini juga bisa
mengakibatkan munculnya mismatch (ketidaksesuain antara keahlian
dengan pekerjaan). Kendati data-data tentang mismatch ini masih
sulit sekali diperoleh, namun, diperkirakan hal ini akan
mempengaruhi pula produktivitas tenaga kerja, selain juga
menyebabkan pemborosan biaya.
Disamping dua masalah yang dikemukakan tadi, tentunya masih
ada beberap masalah lain yang terkait. Masalah-masalah ini banyak
terkait dengan kualitas manusia yang antara lain meliputi etos
kerja, disiplin, daya saing, dan sebagainya. Sebagai contoh,
penelitian Ancok dan Faturochman (1989) menemukan bahwa kualitas
kekaryaan merupakan pengembangan dari etos kerja pada sebagian
masyarakat kita masih perlu ditingkatkan.
2.7 PENGARUH TINGKAT PERKEMBANGAN PENDUDUK TERHADAP PEMBANGUNAN
EKONOMI
Penduduk memiliki dua peranan dalam pembangunan ekonomi;
satu dari segi permintaan dan yang lain dari segi penawaran. Dari
segi permintaan penduduk bertindak sebagai konsumen dan dari segi
penawaran bertindak sebagai produsen. Oleh karena itu
perkembangan penduduk yang cepat tidak selalu merupakan
penghambat bagi jalannya pembangunan ekonomi jika penduduk ini
mempunyai kapasitas yang tinggi untuk menghasilkan dan menyerap
hasil produksi yang dihasilkan. Ini berarti tingkat pertambahan
penduduk yang tinggi disertai dengan tingkat penghasilan yang
tinggi pula. Jadi pertambahan penduduk dengan tingkat penghasilan
yang redah tidak ada gunanya bagi pembagunan ekonomi.
Kalau seandainya terjadi penurunan jumlah penduduk, maka
akan terjadi pula penurunan dalam rangsangan untuk mengadakan
investasi dan permintaan agregatif juga akan turun. Jika
perkembangan penduduk tertunda maka akumulasi kapital juga akan
menjadi lesu karena beberapa alasan,yaitu: wiraswasta akan
mengira bahwa pasar menjadi semakin sempit. Sedangkan karena
tingkat keuntungan merupakan fungsi dari luasnya pasar, maka
investasi yang tergantung pada tingkat keuntungan akan menurun.
Disamping alasan itu pertambahan penduduk juga mendorong adanya
perluasan investasi karena adanya kebutuhan perumahan yang
semakin besar dan juga kebutuhan-kebutuhan yang bersifat umum
seperti jalan raya, fasilitas transportasi umum, persediaan air
minum, kesehatan dan sebagainya. Kebutuhan akan kapital dalam
bidang ini relatif lebih besar daripada bidang-bidang lain
sehingga penurunan tingkat perkembangan penduduk akan
mengakibatkan turunya akumulasi kapital.
Produktivitas penduduk dinegara-negara berkembang adalah
rendah sehingga mengakibatkan rendahnya produksi pula. Karena
sebagian besar penduduk tinggal di desa dan hidupnya sebagian
berasal dari sector pertanian. Maka hampir semua hampir semua
penghasilan yang didapatnya akan dikondumeir seluruhnya.
Seandainya ada sisa, hanya relatif kecil jumlahnya. Akibatnya
tingkat investasi juga akan rendah. Jadi, di negara-negara sedang
berkembang, dimana sudah terdapat perbandingan yang tinggi antara
jumlah manusia dan jumlah faktor-faktor produksi yang lain,
perkembangan penduduk yang cepat akan menimbulkan diseconomies of
scale. Di negara-negara yang sedang berkembang dimana kepadatan
penduduk yang cepat akan dapat pula mendorong perkembangan
ekonomi, apabila kapital dan kemampuan managerial termasuk
organisasi dan administrasi dapat mengimbangi tantangan penduduk
tersebut.
2.8 KENDALA YANG DIHADAPI SDM DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI NASIONAL
Dalam pencapaian pembangunan ekonomi nasional banyak kendala
yang dihadapi. Termasuk juga SDM yang ada juga mengalami kendala-
kendala dalam pengembangan pembangunan ekonomi nasional,
diantaranya:
2.8.1 Tingkat Pendidikan
Keadaan penduduk di negara-negara yang sedang berkembang
tingkat pendidikannya relatif lebih rendah dibandingkan penduduk
di negara-negara maju, demikian juga dengan tingkat pendidikan
penduduk Indonesia. Rendahnya tingkat pendidikan penduduk
Indonesia disebabkan oleh:
Tingkat kesadaran masyarakat untuk bersekolah rendah.
Besarnya anak usia sekolah yang tidak seimbang dengan
penyediaan sarana pendidikan.
Pendapatan perkapita penduduk di Indonesia rendah.
Dampak yang ditimbulkan dari rendahnya tingkat pendidikan
terhadap pembangunan adalah:
a. Rendahnya penguasaan teknologi maju, sehingga harus
mendatangkan tenaga ahli dari negara maju. Keadaan ini
sungguh ironis, di mana keadaan jumlah penduduk Indonesia
besar, tetapi tidak mampu mencukupi kebutuhan tenaga ahli
yang sangat diperlukan dalam pembangunan.
b. Rendahnya tingkat pendidikan mengakibatkan sulitnya
masyarakat menerima hal-hal yang baru. Hal ini nampak dengan
ketidakmampuan masyarakat merawat hasil pembangunan secara
benar, sehingga banyak fasilitas umum yang rusak karena
ketidakmampuan masyarakat memperlakukan secara tepat.
Kenyataan seperti ini apabila terus dibiarkan akan
menghambat jalannya pembangunan. Oleh karena itu, pemerintah
mengambil beberapa kebijakan yang dapat meningkatkan mutu
pendidikan masyarakat. Usaha-usaha tersebut di antaranya:
Pencanangan wajib belajar 9 tahun.
Mengadakan proyek belajar jarak jauh seperti SMP
Terbuka dan Universitas Terbuka.
Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan (gedung
sekolah, perpustakaan, laboratorium, dan lain-lain).
Meningkatkan mutu guru melalui penataran-penataran.
Menyempurnakan kurikulum sesuai perkembangan zaman.
Mencanangkan gerakan orang tua asuh.
Memberikan beasiswa bagi siswa yang berprestasi.
Sistem pendidikan perlu dirubah total karena jika kita terus
bertahan disistem pendidikan lama seperti sekarang ini maka kita
akan terus terpuruk khususnya dibidang ekonomi. Karena sistem
pendidikan diIndonesia terus menerus melatih siswa dengan
mematikan karakteristik dan bakat terpendam siswa. Sistem
pendidikan di Indonesia hanya membunuh karakter siswa lihat saja
siswa yang baru masuk sekolah begitu riang dan gembira akan
tetapi setelah masuk sekolah dan menerima berbagai pelajaran,
dirinya mulai bosan dan ingin segera keluar dari sekolah. Karena
ada yang terbunuh dari jiwanya yaitu kebebasannya dalam
mengembangkan bakat dasar yang dia bawa sejak lahir.Jika siswa
terbiasa terkekang dan takut dengan berbagai ancaman maka wajar
saja kelak dirinya menjadi pengangguran karena kreativitasnya
telah lama terpasung dan terbiasa bergantung serta lebih senang
mencari kerja dari pada menciptakan lapangan kerja padahal
lapangan kerja semakin terbatas.
2.8.2 Tingkat Kesehatan
Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh faktor-faktor
lingkungan, perilaku kesehatan, pelayanan kesehatan dan
kependudukan. Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator
untuk mengukur derajat kesehatan masyarakat. Meskipun angka
kematian bayi di Indonesia menunjukkan penurunan yang sangat
signifikan sebagai dampak pelaksanaan pembangunan di segala
bidang, termasuk intervensi program kesehatan yang sangat
intensif dilaksanakan di seluruh pelosok tanah air, namun dengan
terjadinya krisis ekonomi yang dimulai pada pertengahan tahun
1997 dapat dipastikan bahwa angka kematian bayi dapat meningkat
kembali sejalan dengan meningkatnya prevelensi balita kekurangan
energi dan protein. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan
bagian dari investasi yang perlu diperhatikan dan keberhasilan di
bidang tersebut akan memberikan andil dalam mempercepat
pembangunan nasional.
Tingkat kesehatan suatu negara umumnya dilihat dari besar
kecilnya angka kematian, karena kematian erat kaitannya dengan
kualitas kesehatan. Kualitas kesehatan yang rendah umumnya
disebabkan:
a. Kurangnya sarana dan pelayanan kesehatan.
b. Kurangnya air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
c. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan.
d. Gizi yang rendah.
e. Penyakit menular.
f. Lingkungan yang tidak sehat (lingkungan kumuh).
Dampak rendahnya tingkat kesehatan terhadap pembangunan
adalah terhambatnya pembangunan fisik karena perhatian tercurah
pada perbaikan kesehatan yang lebih utama karena menyangkut jiwa
manusia. Selain itu, jika tingkat kesehatan manusia sebagai objek
dan subjek pembangunan rendah, maka dalam melakukan apa pun
khususnya pada saat bekerja, hasilnya pun akan tidak optimal.
Untuk menanggulangi masalah kesehatan ini, pemerintah
mengambil beberapa tindakan untuk meningkatkan mutu kesehatan
masyarakat, sehingga dapat mendukung lancarnya pelaksanaan
pembangunan. Upaya-upaya tersebut di antarnya:
Mengadakan perbaikan gizi masyarakat.
Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular.
Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan.
Membangun sarana-sarana kesehatan, seperti puskesmas,
rumah sakit, dan lain-lain.
Mengadakan program pengadaan dan pengawasan obat dan
makanan.
Mengadakan penyuluhan tentang kesehatan gizi dan
kebersihan lingkungan.
2.8.3 Tingkat penghasilan/pendapatan
Tingkat penghasilan/pendapatan suatu negara biasanya diukur
dari pendapatan per kapita, yaitu jumlah pendapatan rata-rata
penduduk dalam suatu negara. Negara-negara berkembang umumnya
mempunyai pendapatan per kapita rendah, hal ini disebabkan oleh:
Pendidikan masyarakat rendah, tidak banyak tenaga ahli,
dan lain-lain.
Jumlah penduduk banyak.
Besarnya angka ketergantungan.
Berdasarkan pendapatan per kapitanya, negara digolongkan menjadi
3, yaitu:
Negara kaya, pendapatan per kapitanya > US$ 1.000.
Negara sedang, pendapatan per kapitanya = US$ 300 – 1.00.
Negara miskin, pendapatan per kapitanya < US$ 300.
Adapun dampak rendahnya tingkat pendapatan penduduk terhadap
pembangunan adalah:
Rendahnya daya beli masyarakat menyebabkan pembangunan
bidang ekonomi kurang berkembang baik.
Tingkat kesejahteraan masyarakat rendah menyebabkan hasil
pembangunan hanya banyak dinikmati kelompok masyarakat
kelas sosial menengah ke atas.
Untuk meningkatkan pendapatan masyarakat (kesejahteraan
masyarakat), sehingga dapat mendukung lancarnya pelaksanaan
pembangunan pemerintah melakukan upaya dalam bentuk:
Menekan laju pertumbuhan penduduk.
Merangsang kemauan berwiraswasta.
Menggiatkan usaha kerajinan rumah tangga/industrialisasi.
Memperluas kesempatan kerja.
Meningkatkan GNP dengan cara meningkatkan barang dan
jasa.
2.8.4 Minimnya Lapangan Pekerjaan dan Pengangguran
Orang tidak bekerja alias pengangguran merupakan masalah
bangsa yang tidak pernah selesai. Ada tiga hambatan yang menjadi
alasan kenapa orang tidak bekerja, yaitu hambatan kultural,
kurikulum sekolah, dan pasar kerja. Hambatan kultural yang
dimaksud adalah menyangkut budaya dan etos kerja. Sementara yang
menjadi masalah dari kurikulum sekolah adalah belum adanya
standar baku kurikulum pengajaran di sekolah yang mampu
menciptakan dan mengembangkan kemandirian SDM yang sesuai dengan
kebutuhan dunia kerja. Sedangkan hambatan pasar kerja lebih
disebabkan oleh rendahnya kualitas SDM yang ada untuk memenuhi
kebutuhan pasar kerja.
Ekonomi abad ke-21, yang ditandai dengan globalisasi
ekonomi, merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan,
di mana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan
pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas
teritorial negara. Globalisasi yang sudah pasti dihadapi oleh
bangsa Indonesia menuntut adanya efisiensi dan daya saing dalam
dunia usaha.
Masalah daya saing dalam pasar dunia yang semakin terbuka
merupakan isu kunci dan tantangan yang tidak ringan. Tanpa
dibekali kemampuan dan keunggulan saing yang tinggi niscaya
produk suatu negara, termasuk produk Indonesia,tidak akan mampu
menembus pasar internasional. Bahkan masuknya produk impor dapat
mengancam posisi pasar domestik. Dengan kata lain, dalam pasar
yang bersaing, keunggulan kompetitif merupakan faktor yang
berpengaruh dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Oleh karena
itu, upaya meningkatkan daya saing dan membangun keunggulan
kompetitif bagi produk Indonesia tidak dapat ditunda-tunda lagi
dan sudah selayaknya menjadi perhatian berbagai kalangan, bukan
saja bagi para pelaku bisnis itu sendiri tetapi juga bagi aparat
birokrasi, berbagai organisasi dan anggota masyarakat yang
merupakan lingkungan kerja dari bisnis corporate (kerjasama).
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi tuntutan globalisasi
seyogyanya kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan sistem
pendidikan perlu dirubah.Hubungan antara pendidikan dengan dunia
kerja mutlak diperlukan.Siswa butuh praktek lapangan bukan hanya
duduk diam dan mendengarkan serta diberi test tulis yang amat
membosankan tapi berilah soal dunia nyata agar kreativitas dan
pikiran bawah sadarnya dapat optimal serta terlatih. Namun sayang
sistem pendidikan diIndonesia hanya menitik beratkan pada test
tulis terbukti pada peningkatan standart kelulusan pada UAN atau
UNAS tiap tahunnya. Padahal jika dilihat lebih lanjut kebijakan
tersebut merupakan kebijakan terbodoh yang pernah ada. Karena hal
tersebut hanya membuat siswa terpaksa belajar hanya untuk meraih
nilai standar bukan untuk melatih skill yang dirinya butuhkan untuk
menghadapi tantangan persaingan global padahal yang dibutuhkan
sekarang bukan nilai akademik yang tertulis tapi skill yang benar-
benar dikuasai dan dipraktekkan didunia nyata maka wajar saja
jika Indonesia masih minim sumberdaya manusia yang benar-benar
memiliki keahlian dibidangnya sebaliknya angka pengangguran terus
meningkat.
Di Indonesia terjadi ketimpangan antara jumlah kesempatan
kerja dan angkatan kerja dimana tentunya lapangan pekerjaan yang
jauh lebih sedikit dibandingkan para pencari kerjanya. Selain itu
kondisi ini juga diperparah dengan tingkat pendidikan angkatan
kerja yang ada masih relatif rendah dimana stuktur pendidikan
angkatan kerja di Indonesia masih didominasi pendidikan dasar
hampir lebih dari 50%. Lesunya dunia usaha akibat
krisis ekonomi yang berkepanjangan sampai saat ini mengakibatkan
rendahnya kesempatan kerja terutama bagi lulusan perguruan tinggi
hal inilah yang membuat angka pengangguran sarjana makin tinggi.
Karena begitu banyaknya lulusan perguruan tinggi tiap tahunnya
tidak diimbangi dengan lapangan kerja yang memadai.
Pengaturan Sumber Daya Manusia adalah sangat sulit dan
kompleks. Manusia mempunyai pikiran, perasaan, status, keinginan,
latar belakang sosial budaya dan sebagainya yang bervariasi dan
sering terbawa serta ke dalam unit kerja/ organiasi.
Jumlah penduduk yang besar adalah merupakan salah satu modal
dasar pembagunan nasional, tetapi penduduk yang tidak memiliki
kemauan dan kemampuan untuk bekerja akan menimbulkan masalah di
dalam pembangunan nasional. Hampir setiap Negara mengalami
masalah di dalam menangani masalah pengangguran. Penyebab
timbulnya pengangguran adalah:
Tidak dimilikinya pendidikan yang memadai
Tidak dimiliki bekal keterampilan untuk dapat melakukan
aktifitas pekerjaan
Berikut ini adalah masalah-masalah yang akan timbul dari
pengangguran :
Adanya kesenjangan sosial
Adanya kerawanan sosial
Lesunya dunia usaha akibat krisis ekonomi yang
berkepanjangan sampai saat ini mengakibatkan rendahnya kesempatan
kerja terutama bagi lulusan perguruan tinggi. Sementara di sisi
lain jumlah angkatan kerja lulusan perguruan tinggi terus
meningkat. Sampai dengan tahun 2000 ada sekitar 2,3 juta angkatan
kerja lulusan perguruan tinggi. Kesempatan kerja yang terbatas
bagi lulusan perguruan tinggi ini menimbulkan dampak semakin
banyak angka pengangguran sarjana di Indonesia.
Pendidikan memang merupakan salah satu sarana untuk
meningkatkan mutu sumberdaya manusia. Dengan pendidikan dapat
ditingkatkan pengetahuan dan ketrampilan yang selanjutnya akan
berdampak pada peningkatan produktivitas.
Pendidikan dapat pula dilihat sebagai investasi sumberdaya
manusia dan hasilnya akan diperoleh beberapa tahun kemudian
(Tjiptoherijanto P, 1996). Namun, peningkatan mutu pendidikan
yang tidak diimbangi dengan tersedianya lapangan pekerjaan akan
menimbulkan permasalahan baru. Walaupun saat ini ada
kecenderungan bahwa sarjana lulusan perguruan tinggi lebih banyak
yang menganggur daripada bekerja. Hal, ini terutama disebabkan
terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia, padahal penduduk
yang lulus perguruan tinggi setiap tahunnya selalu bertambah.
Sebagai akibatnya banyak diantara para sarjana yang bekerja pada
bidang yang bukan keahliannya. Hal ini terpaksa dilakukannya
dengan pertimbangan daripada menganggur.
Oleh karena itu, setiap dalam mengenyam pendidikan
seharusnya peserta didik diberikan ketrampilan agar memiliki
kemampuan untuk berwirausaha. Sehingga, tidak bergantung pada
instansi yang sudah didirikan orang lain maupun pemerintah, akan
tetapi dapat mendirikan usaha sendiri sehingga juga dapat
menarik tenaga kerja dan mengurangi pengangguran.
Masalah SDM inilah yang menyebabkan proses pembangunan yang
berjalan selama ini kurang didukung oleh produktivitas tenaga
kerja yang memadai. Itu sebabnya keberhasilan pembangunan yang
selama 32 tahun dibanggakan dengan tingkat pertumbuhan rata-rata
7%, hanya berasal dari pemanfaatan sumberdaya alam intensif
(hutan, dan hasil tambang), arus modal asing berupa pinjaman dan
investasi langsung. Dengan demikian, bukan berasal dari kemampuan
manajerial dan produktivitas SDM yang tinggi. Keterpurukan
ekonomi nasional yang berkepanjangan hingga kini merupakan bukti
kegagalan pembangunan akibat dari rendahnya kualitas SDM dalam
menghadapi persaingan ekonomi global.
Sekarang bukan saatnya lagi Indonesia membangun perekonomian
dengan kekuatan asing. Tapi sudah seharusnya bangsa Indonesia
secara benar dan tepat memanfaatkan potensi sumberdaya daya yang
dimiliki dengan kemampuan SDM yang tinggi sebagai kekuatan dalam
membangun perekonomian nasional.
DAFTAR RUJUKAN
Cahyani, Rindi Tri. 2012. Macam-Macam Sumber Daya Manusia. (Online),
(http://rinditri cahyani.blogspot.com/2012/11/macam-macam-
sumber-daya-manusia.html), diakses jam 18:55 tanggal 1
Oktober 2014.
Rois, Fatma. 2014. Makalah Kontribusi Sumber Daya Manusia dalam
Pembangunan Ekonomi di Indonesia Dikaji Dari Geografi Ekonomi,
(Online), (http://aimowchan.blogspot.com /2014/04/makalah-
kontribusi-sumber-daya-manusia.html), diakses jam18:47
tanggal 1 Oktober 2014.
Gusmao, Laurenco. 2011. Peranan SDA dan SDM terhadap
Pembangunan Ekonomi, (Online),
(http://dodogusmao.wordpress.com/2011/05/26/peranan-sda-dan-
sdm-terhadap-pembangunan-ekonomi/), diakses jam 18:42
tanggal 1 Oktober 2014.
Ratih. 2013. Pengaruh Sumber Daya Manusia Indonesia dalam Bidang Pendidikan
Terhadap Persaingan Globa., (Online),
(http://ratih102.wordpress.com/2013/05/02/pengaruh-sumber-
daya-manusia-indonesia-dalam-bidang-pendidikan-terhadap-
persaingan-global/), diakses jam 19:01 tanggal 1 Oktober
2014.
Irawan, M. Suparmoko. 1995. Ekonomi Pembangunan, Edisi Lima,
Cetakan ke Empat. Yogyakarta: Penerbit BPFE.