makalah kontribusi sumber daya manusia dalam pembangunan ekonomi dikaji dari geografi ekonomi

38
KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kami dapat menyelesaikan makalah tentang Kontribusi Sumber Daya Manusia dalam Pembangunan Ekonomi di Indonesia Dikaji Dari Geografi Ekonomi ini dengan baik tanpa hambatan. Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada dosen pembimbing dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah untuk mata kuliah Geografi Ekonomi ini. Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih belum sempurna, sehingga kritik, koreksi, dan saran dari semua pihak untuk menyempurnakan makalah yang telah kami buat ini senantiasa akan kami terima dengan tangan terbuka. Akhirul kalam, terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing dan semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Malang, 29 September 2014

Transcript of makalah kontribusi sumber daya manusia dalam pembangunan ekonomi dikaji dari geografi ekonomi

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa, kami dapat menyelesaikan makalah tentang Kontribusi Sumber

Daya Manusia dalam Pembangunan Ekonomi di Indonesia Dikaji Dari Geografi

Ekonomi ini dengan baik tanpa hambatan.

Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada dosen

pembimbing dan semua pihak yang telah membantu dalam

menyelesaikan makalah untuk mata kuliah Geografi Ekonomi ini.

Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun

kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih belum

sempurna, sehingga kritik, koreksi, dan saran dari semua pihak

untuk menyempurnakan makalah yang telah kami buat ini senantiasa

akan kami terima dengan tangan terbuka.

Akhirul kalam, terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

dosen pembimbing dan semua pihak yang telah membantu dalam

pembuatan makalah ini.

Malang, 29 September2014

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................ 1

DAFTAR ISI.................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1....................................................La

tar Belakang Masalah................................. 3

1.2....................................................Ru

musan Masalah........................................ 3

1.3....................................................Tu

juan................................................. 4

1.4....................................................Ma

nfaat................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN

A......................................................Ag

ihan Hewan Dan Tumbuhan Pada Masa Benua Laurasia Dan

Gondwana............................................. 5

1. Perkembangan makhluk hidup menurut perkembangan jaman

6

2. Perkembangan makhluk hidup pada zaman glasial dan

interglasial.......................................

13

B......................................................Fa

ktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persebaran Flora Dan Fauna

14

1. Penyebab persebaran................................

14

2. Sarana persebaran..................................

15

3. Hambatan (barier) persebaran.......................

17

C......................................................Ev

olusi Hewan dan Tumbuhan.............................

18

1. Faktor inten.......................................

19

2. Faktor ekstern.....................................

20

BAB III

PENUTUP

A......................................................Ke

simpulan.............................................

24

DAFTAR PUSTAKA................................................

25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan suatu bangsa memerlukan aspek pokok yangdisebut dengan sumber daya (resources) baik sumber daya alam(natural resources) maupun sumber daya manusia (human resources). Keduasumber daya ini sangat penting dalam menentukan keberhasilansuatu pembangunan. Sejarah menunjukkan masyarakat bisa mencapaikemakmuran karena berhasil memanfaatkan sumber daya yangdimiliki.

Pada dasarnya sumber daya alam merupakan aset  yangdimiliki suatu negara yang meliputi tanah dan kekayaan alamseperti kesuburan tanah, keadaan iklim atau cuaca, hasil hutan,tambang dan hasil laut yang  sangat mempengaruhi pertumbuhanindustri suatu negara, terutama dalam hal penyediaan bahan bakuproduksi.  Dengan adanya sumber daya alam yang melimpah danberpotensi tinggi sangat mendukung pembangunan ekonomi suatunegara. Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan

taraf hidup suatu bangsa yang sering kali diukur dengan tinggirendahnya pendapatan riel perkapita.

Namun sumber daya alam yang ada tersebut tidak sendirinyadiolah olah alam akan tetapi perlu adanya sumber daya manusia,guna mengolah sumber daya alam tersebut. Keahlian dankewirausahaan dibutuhkan untuk mengolah bahan mentah dari alam,menjadi sesuatu yang memiliki nilai lebih tinggi atau disebutjuga sebagai proses produksi.

Sumber daya manusia sangatlah penting, karena jika sebuahnegara memiliki suatu SDM yang terampil dan berkualitas maka iaakan mampu mengolah SDA yang jumlahnya terbatas. Berdasarkanuraian diatas maka penulis cenderung untuk membahas masalahperanan sumber daya alam dan sumber daya manusia terhadappembangunan ekonomi.

1.2Rumusan Masalah1.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1PENGERTIAN, JENIS, DAN PERKEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

2.1.1 pengertian Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia yang akrab disingkat SDM merupakan

orang-orang yang memiliki kemampuan dan mampu memberikan

sumbangan pemikiran dan mampu melakukan berbagai jenis pekerjaan

dalam mencapai suatu tujuan. Dalam sumber daya manusia, yang

diliput bukanlah terbatas kepada tenaga ahli, tenaga

berpendidikan ataupun tenaga yang berpengalaman saja, tetapi

semua tenaga kerja, tetapi semua tenaga kerja yang digunakan

suatu pihak untuk mencapai tujuan-tujuannya. Mendapatkan SDM yang

berkualitas tentunya merupakan impian dari suatu negara, hal ini

disebabkan karena SDM merupakan salah satu langkah awal yang

sangat penting yang dapat digunakan untuk membangun dan memajukan

suatu negara.

Dalam suatu negara, tentunya memiliki SDA yang siap untuk

dimanfaatkan. Dengan adanya sumber daya manusia, maka SDA yang

ada dalam negara tersebut pasti akan dapat dimanfaatkan sebijak

mungkin guna menambah anggaran negara yang bersangkutan. Ditambah

lagi apabila SDM yang dimiliki negara tersebut merupakan SDM yang

berkualitas, dengan begitu pasti akan menambah nilai atau

keuntungan tersendiri bagi perekonomian suatu negara.

Menurut Werther dan Davis yang dikutip oleh Edy Sutrisno

menyatakan bahwa sumber daya manusia adalah pegawai yang siap,

mampu dan siaga dalam mencapi tujuan – tujuan organisasi (Werther

dan Davis dalam Sutrisno, 2009:1).

Menurut Hadari Nawami yang dikutip oleh Ambar Teguh

Sulistiyani dan Rosidah yang dimaksudkan sebagai sumber daya

manusia meliputi tiga pengertian yaitu:

1. Sumber daya manusia adalah manusia yang bekerja dilingkungan

suatu organisasi (disebut juga personil, tenaga kerja,

pegawai atau karyawan)

2. Sumber daya manusia adalah potensi manusiawi sebagai

penggerak organisasi dalam mewujudkan eksistensinya.

3. Sumber daya manusia adalah potensi yang merupakan asset dan

berfungsi sebagai modal (non material/nonfinansial) didalam

organisasi bisnis, yang dapat diwujudkan menjadi potensi

nyata (real) secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan

eksistensinya. (Nawami dalam Sulistiyani dan Rosidah,

2003:9)

Selain definisi Sumber daya manusia di atas Faustino Cardoso

Gomes (2003:1) menyebutkan bahwa: Sumber daya manusia merupakan

salah satu sumber daya yang terdapat dalam organisasi, meliputi

semua orang yang melakukan aktivitas.

2.1.2 Jenis-Jenis Sumber Daya Manusia

Manusia memiliki akal, budi dan pikiran yang tidak dimiliki

oleh tumbuhan maupun hewan. Meskipun paling tinggi derajatnya,

namun dalam ekosistem, manusia juga berinteraksi dengan

lingkungannya, mempengaruhi dan dipengaruhi lingkungannya

sehingga termasuk dalam salah satu faktor saling ketergantungan.

Sumber daya manusia dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Manusia sebagai sumber daya fisik

Dengan energi yang tersimpan dalam ototnya, manusia dapat

bekerja dalam berbagai bidang, antara lain: bidang

perindustrian, transportasi, perkebunan, perikanan,

perhutanan, dan peternakan.

2. Manusia sebagai sumber daya mental

Kemampuan berpikir manusia merupakan suatu sumber daya alam

yang sangat penting, karena berfikir merupakan landasan

utama bagi kebudayaan. Manusia sebagai makhluk hidup

berbudaya, mampu mengolah sumber daya alam untuk kepentingan

hidupnya dan mampu mengubah keadaan sumber daya alam berkat

kemajuan ilmu dan teknologinya. Dengan akal dan budinya,

manusia menggunakan sumber daya alam dengan penuh

kebijaksanaan. Oleh karena itu, manusia tidak dilihat hanya

sebagai sumber energi, tapi yang terutama ialah sebagai

sumber daya cipta (sumber daya mental) yang sangat penting

bagi perkembangan kebudayaan manusia. (Rindi, 2012)

2.1.3 Perkembangan Sumber Daya Manusia

SDM sudah ada sejak dahulu dalam berbagai bentuk. Manajemen

sumber daya manusia muncul begitu manusia berkumpul untuk sebuah

tujuan yang sama. Meskipun demikian, keberadaan MSDM belum dapat

dipastikan secara jelas pertama kali muncul. Tetapi dalam kurun

waktu terakhir, proses memanajemen manusia menjadi formal.

Suharyanto menyebutkan bahwa aktivitas MSDM berawal dari

tahun 1915 ketika militer Amerika Serikat mengembangkan suatu

korps pengujian psikologi, suatu tim penguji serikat buruh dan

suatu tim semangat kerja (Suharyanto:2005). Beberapa orang yang

terlatih dalam praktek-praktek di ketiga tim tersebut kemudian

menjadi manajer-manajer personalia di bidang industri.

Manajemen kepegawaian di Inggris dan Amerika Serikat

dikembangkan lebih dahulu daripada di Australia ketika negara-

negara ini mengadopsi proses kerja produksi massa, mengikuti

perkembangan revolusi industri. Salah satu tokoh besar dalam masa

ini adalah FW Taylor dengan Gerakan Manajemen Ilmiah sebagai

hasil Studi Gerak dan Waktu. Perangkat yang digerakkan oleh

energi dan sistem produksi yang dikembangkan, memungkinkan

produksi yang lebih murah. Oleh karenanya, hal ini menciptakan

banyak tugas yang monoton, tidak sehat dan bahkan berbahaya.

Dampaknya adalah terdistorsinya peran manusia dalam perusahaan.

Kesadaran akan pentingnya peran manusia dalam organisasi

berkembang ketika  produktivitas karyawan ternyata mempengaruhi

daya saing perusahaan. Faktor manusia menjadi bagian penting

dalam perusahaan karena pengelolaan karyawan yang baik merupakan

salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas di satu sisi dan

daya saing perusahaan di sisi lain. Hal inilah yang kemudian

mendorong manajemen personalia/kepegawaian berubah menjadi kajian

Manajemen SDM.

Ruang lingkup pengembangan SDM yaitu:

1. Pengembangan kompetensi   : Pelatihan kompetensi,

project management, dsb

2. Pengembangan Jumlah SDM : Dilakukan apabila organisasi

membutuhkan tenaga kerja

untuk  melakukan peningkatan kinerja

3. Pengembangan organisasi  : Dengan terciptanya unit

usaha baru, maka secara

organisasi perlu dilakukan penyesuaian

struktur organisasi. (Rindi, 2012)

2.2 SUMBER DAYA MANUSIA DI INDONESIA

Terkait dengan kondisi sumber daya manusia Indonesia yaitu

adanya ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan angkatan

kerja. Jumlah angkatan kerja nasional pada krisis ekonomi tahun

pertama (1998) sekitar 92,73 juta orang, sementara jumlah

kesempatan kerja yang ada hanya sekitar 87,67 juta orang dan ada

sekitar 5,06 juta orang penganggur terbuka (open unemployment).

Angka ini meningkat terus selama krisis ekonomi yang kini

berjumlah sekitar 8 juta.

Kedua, tingkat pendidikan angkatan kerja yang ada masih

relatif rendah. Struktur pendidikan angkatan kerja Indonesia

masih didominasi pendidikan dasar yaitu sekitar 63,2 %. Kedua

masalah tersebut menunjukkan bahwa ada kelangkaan kesempatan

kerja dan rendahnya kualitas angkatan kerja secara nasional di

berbagai sektor ekonomi. Lesunya dunia usaha akibat krisis

ekonomi yang berkepanjangan sampai saat ini mengakibatkan

rendahnya kesempatan kerja terutama bagi lulusan perguruan

tinggi. Sementara di sisi lain jumlah angkatan kerja lulusan

perguruan tinggi terus meningkat. Sampai dengan tahun 2000 ada

sekitar 2,3 juta angkatan kerja lulusan perguruan tinggi.

Kesempatan kerja yang terbatas bagi lulusan perguruan tinggi ini

menimbulkan dampak semakin banyak angka pengangguran sarjana di

Indonesia.

Menurut catatan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen

Dikti) Depdiknas angka pengangguran sarjana di Indonesia lebih

dari 300.000 orang.

Masalah SDM inilah yang menyebabkan proses pembangunan yang

berjalan selama ini kurang didukung oleh produktivitas tenaga

kerja yang memadai. Itu sebabnya keberhasilan pembangunan yang

selama 32 tahun dibanggakan dengan tingkat pertumbuhan rata-rata

7%, hanya berasal dari pemanfaatan sumberdaya alam intensif

(hutan, dan hasil tambang), arus modal asing berupa pinjaman dan

investasi langsung. Dengan demikian, bukan berasal dari kemampuan

manajerial dan produktivitas SDM yang tinggi. Keterpurukan

ekonomi nasional yang berkepanjangan hingga kini merupakan bukti

kegagalan pembangunan akibat dari rendahnya kualitas SDM.

Rendahnya SDM Indonesia diakibatkan kurangnya penguasaan

IPTEK, karena sikap mental dan penguasaan IPTEK yang dapat

menjadi subyek atau pelaku pembangunan yang handal. Dalam

kerangka globalisasi, penyiapan pendidikan perlu juga

disinergikan dengan tuntutan kompetisi. Oleh karena itu dimensi

daya saing dalam SDM semakin menjadi faktor penting sehingga

upaya memacu kualitas SDM melalui pendidikan merupakan tuntutan

yang harus dikedepankan.

Salah satu problem struktural yang dihadapi dalam dunia

pendidikan adalah bahwa pendidikan merupakan subordinasi dari

pembangunan ekonomi. Pada era sebelum reformasi pembangunan

dengan pendekatan fisik begitu dominan. Hal ini sejalan dengan

kuatnya orientasi pertumbuhan ekonomi. (Ratih, 2013)

2.3 DAMPAK IPTEK TERHADAP SDM DI INDONESIA

Pengaruh IPTEK terhadap peningkatan SDM Indonesia khususnya

dalam persaingan global sekarang ini meliputi berbagai aspek dan

merubah segenap tatanan masyarakat. Aspek-aspek yang dipengaruhi

salah satunya adalah pada aspek ekonomi.

Dengan adanya IPTEK, maka SDM Indonesia akan semakin

meningkat dengan pengetahuan-pengetahuan dari teknologi tersebut.

Dengan kemajuan SDM ini, tentunya secara tidak langsung akan

mempengaruhi peningkatan ekonomi di Indonesia. Berkaitan dengan

pasar global dwasa ini, tidaklah mungkin jika suatu negara dengan

tingkat SDM rendah dapat bersaing, untuk itulah penguasaan IPTEK

sangat penting sekali untuk dikuasai. Selain itu, tidak

dipungkiri globalisasi telah menimbulkan pergeseran nilai dalam

kehidupan masyarakat di masa kini akibat pengaruh negatif dari

globalisasi. (Ratih, 2013)

2.4 DEFINISI DAN TUJUAN PEMBANGUNAN EKONOMI

2.4.1 Definisi Pembangunan Ekonomi

Menurut Lincolin Arsyad (1993:4), pembangunan ekonomi adalah

kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan

kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya.  Dengan batasan

tersebut, maka pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan

sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita

penduduk suatu negara meningkat dalam jangka panjang. Dari

batasan dan defenisi tersebut dapat diperoleh pengertian bahwa

pembangunan ekonomi adalah:

1. Suatu proses, yang berarti perubahan secara terus menerus

2. Usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita.

3. Kenaikan pendapatan perkapita yang berlangsung dalam jangka

panjang.

Definisi pembangunan ekonomi menurut Maier adalah suatu

proses dimana pendapatan perkapita suatu negara meningkat selama

kurun waktu yang panjang. Dengan catatan bahwa; jumlah penduduk

yang hidup dibawah garis kemiskinan absolut tidak meningkat dan

distribusi pendapatan tidak semaking timpang (Maier dalam

Mudrajad Kuncoro, 1997:17)

Menurut Suparmoko, pembangunan atau perkembangan ekonomi

adalah kegiatan yang menunjukkan perubahan-perubahan dalam

struktur output dan alokasi imput pada berbagai sektor

perekonomian, disamping kenaikan output. (Irawan dan M. suparmoko,

1987:5)

2.4.2  Tujuan Pembangunan Ekonomi

Pembangunan didefinisikan sebagai upaya suatu bangsa untuk

meningkatkan mutu dengan memanfaatkan sumber daya yang ada,

baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam melalui

proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang berkelanjutan

(Sudarja 2005 :1). Sedangkan menurut Soerjono Soekamto (1990:454)

Pembangunan merupakan suatu proses perubahan di segala

bidang kehidupan yang dilakukan secara sengaja berdasarkan

suatu rencana tertentu. Pembangunan nasional Indonesia

misalnya, merupkan suatu proses perubahan yang dilakukan

berdasarkan rencana tertentu dengan sengaja dan memang

dikaehendaki , baik oleh pemerintah yang menjadi pelopor

pembangunan maupun masyarakat.

Pembangunan menurut kacamata Sosiologis terbagi menjadi tiga

dimana setiap bagian memiliki dimensi ukuran, yaitu :

1. Pertumbuhan (Growth) yang diukur melalui Perkapita, GNP,

Fasilitas sosial

2. Perbaikan (Improvement) yang di fokuskan pada

distribusi/pemerataan diukur melalui kurva lorenz dan

koefisien gini.

3. Perubahan (Change) yang direncanakan dan diarahkan (Planned

and Directed) yang diukur strata sosial dan indikator sosial

4. Ukuran yang lebih komprehensif di ukur melalui Indeks

Mutu Hidup (IMH) atau Quality of Lives. IMH terdiri dari

komponen angka harapan hidup (AHH), angka kematian Bayi

(AKB) dan Angka Melek Huruf (AMH). Soekamto (1990:454)

Proses pembangunan bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup

masyarakat , baik secara material maupun spiritual. Peningkatan

taraf hidup masyarakat mencakup suatu perangkat cita-cita yang

meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Pembangunan harus bersifat rasionalistis, artinya

haluan yang diambil harus berlandaskan pada pertimbangan

rasional dalam suatu sistem.

b. Adanya rencana Pembangunan dan proses Pembangunan .

Artinya adanya keinginan untuk selalu membangun pada

ukuran dan haluan yang terkoordinasi secara rasional

dalam suatu sistem.

c. Peningkatan Produktivitas

d. Peningkatan standar kehidupan

e. Kedudukan, peranan dan kesempatan yang sederajat dan

sama dibidang politik, sosial, ekonomi dan hokum

f. Pengembangan lembaga-lembaga sosial dan sikap-sikap

dalam masyarakat Konsolidasi nasional dan

g. Kemerdekaan nasional

Dari pemaparan diatas kita dapat merekonstruksi kembali

tentang hakekat SDM yang berkualitas untuk membangun bangsa ini.

Pembangunan ekonomi menurut Maier bertujuan untuk membangun

identitas nasional atau kepribadian bangsa. Adapun cara untuk

mencapai tujuan ini sangat dipengaruhi pandagan hidup bangsa

tersebut dalam upaya menaikkan output nasional dan pendapatan

masyarakat. (Maier dalam Mudrajad Kuncoro, 1997:17)

Irawan dan Suparmoko mengartikan pembangunan ekonomi sebagai

usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang diukur

melalui tinggi rendahya pendapatan perkapita. Jadi tujuan

pembangunan ekonomi disamping meningkatkan pendapatan nasional

riil, juga meningkatkan produktivitas ( Irawan dan M. Suparmoko,

1987:7)

2.5 PERANAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI

NASIONAL

Sumber daya manusia (SDM) merupakan seluruh kemampuan atau

potensi penduduk yang berada di dalam suatu wilayah tertentu

beserta karakteristik atau ciri demografis, sosial maupun

ekonominya yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembangunan.

Jadi membahas sumber daya manusia berarti membahas penduduk

dengan segala potensi atau kemampuannya yang terdiri atas aspek

kualitas dan kuantitas.

Bicara tentang kuantitas (jumlah) berarti menunjukkan

bagaimana karakteristik demografis tentang jumlah dan pertumbuhan

penduduk, penyebaran dan  komposisi penduduk. Sedangkan untuk

kualitas (mutu) menjelaskan bagaimana seorang manusia berhubungan

dengan karakteristik sosial dan ekonomi agar terciptanya suatu

keberhasilan dalam pembangunan suatu Negara. Tentunya sangat

dibutuhkan sekali sumber daya manusia yang tangguh, unggul dan

baik secara fisik maupun mental.

Sumberdaya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci

dalam persaingan global, yakni bagaimana menciptakan SDM yang

berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi

dalam persaingan global yang selama ini kita abaikan. Globalisasi

yang sudah pasti dihadapi oleh bangsa Indonesia menuntut adanya

efisiensi dan daya saing dalam dunia usaha.

Sumber daya manusia atau penduduk menjadi asset tenaga kerja

yang efektif untuk menciptakan kesejahteraan. Kekayaan alam yang

melimpah tidak akan mampu memberikan manfaat yang besar bagi

manusia apabila sumber daya manusia yang ada tidak mampu mengolah

dan memanfaatkan kekayaan alam yang tersedia.

2.5.1 Penduduk sebagai Produsen

Masyarakat sebagai produsen mencakup berbagai bentuk

kegiatan masyarakat yang dapat menghasilkan pendapatan, misalnya

dapat berupa kegiatan usaha, berdagang, bercocok tanam, beternak,

dan sebagainya.

Sistem ekonomi Indonesia memiliki acuan yang jelas, yaitu

Undang-Undang Dasar 1945. Maka dari itu sistem ekonomi bukanlah

pasar bebas maupun perencanaan sentral, melainkan sistem ekonomi

Indonesia mendasarkan pada ekonomi kerakyatan. Dalam sistem

ekonomi kerakyatan masyarakat memegang peranan aktif dalam

kegiatan ekonomi, sedangkan pemerintah menciptakan iklim yang

sehat bagi pertumbuhan dan perkembangan dunia usaha.

Sistem ekonomi kerakyatan dapat didefinisikan sebagai

pengaturan kehidupan ekonomi yang memungkinkan seluruh potensi

masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan

ekonomi. Kesejahteraan rakyat yang meningkat, merata, dan

berkeadilan merupakan tujuan utama demokrasi ekonomi kerakyatan.

Salah satu pilar penyangga ekonomi kerakyatan adalah usaha

informal yang berkembang dalah kehidupan masyarakat. Ciri-ciri

sektor usaha informal adalah sebagai berikut :

Sektor usaha informal tidak memiliki alat-alat produksi

yang canggih.

Pelaku ekonomi sektor usaha informal tidak memiliki

pendidikan / keahlian khusus.

Sektor usaha informal dapat membuka lapangan kerja yang

tidak sedikit jumlahnya.

Sektor usaha informal hanya memiliki ruang lingkup

usaha ekonomi yang sempit dan kecil.

Beberapa contoh kegiatan ekonomi sektor usaha informal adalah

pedagang asongan, pedagang sambilan, pedagang kaki lima, pedagang

keliling

2.5.2 Penduduk sebagai Konsumen

Masyarakat sebagai konsumen memerlukan barang dan jasa bagi

kelangsungan hidup masyarakat. Masyarakat adalah pengguna

(konsumen) "public goods" atau produk-produk umum, seperti jalan

raya, jembatan, rumah sakit, sekolah, dan lain-lain.

Penggunaan public goods yang pada umumnya disediakan oleh

pemerintah pusat maupun daerah, bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya.

Masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan atau pengangguran

merupakan bentuk kehidupan yang hanya melakukan kegiatan konsumsi

saja, sehingga sering menimbulkan masalah di masyarakat. Berbagai

tindak kejahatan dilakukan semata-mata karena untuk memenuhi

kegiatan konsumsi. Di mana orang memiliki banyak kebutuhan,

tetapi tidak memiliki pekerjaan yang dapat menghasilkan

pendapatan bagi pemenuhan kebutuhan tersebut.

Oleh karena itu, penting bagi setiap orang sejak dini tertanam

sikap untuk mampu berproduksi dan bukan hanya melakukan konsumsi

saja. Di samping itu berkaitan dengan kegiatan konsumsi, perlu

dilandasi sikap mental untuk bisa mengukur kemampuan diri,

sehingga tidak besar pasak daripada tiang.

2.5.3 Penduduk sebagai Distributor

Masyarakat sebagai distributor diwujudkan dalam bentuk

terjadinya penyaluran proses penyaluran barang dan jasa dari

produsen ke konsumen. Lalu lintas perdagangan dan transportasi

yang membawa barang-barang pemenuhan kebutuhan dalam kehidupan

masyarakat merupakan bentuk kegiatan distribusi yang berlangsung

di masyarakat.

Kelancaran arus distribusi yang berlangsung di masyarakat

dapat kita amati dari lancar-tidaknya proses transportasi barang

kebutuhan dari satu kota ke kota yang lain. Salah satu faktor

yang memicu terjadinya kelangkaan barang antara lain disebabkan

ketidaklancaran proses distribusi. Hal ini sering terjadi di

daerah-daerah yang sulit transportasinya.

2.6 MASALAH DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

Penduduk Indonesia yang berjumlah besar dapat menjadi modal

pembangunan bila memiliki kualitas yang memadai. Hal ini mengacu

pada konsep bahwa manusia merupakan pelaku, pelaksana, dan

penikmat pembangunan. Artinya, dengan kualitas penduduk yang

rendah, maka manusia akan lebih banyak berperan sebagai penikmat

dan kurang berperan sebagai pelaku dan pelaksana pembangunan.

Akhir-akhir ini pembicaraan tentang sumber daya manusia

semakin terdengar. Hal ini tidak lepas dari kesadaran bersama

bahwa manusia tidak hanya sebagai penikmat pembangunan. Disamping

itu muncul juga kesadaran bahwa pembangunan tidak hanya bisa

tergantung pada sumber daya alam. Teknologi sebagai sumber daya

pembangunan yang lain memang menjadi penting pula belakangan ini.

Namun perkembangan dan pemanfaatan teknologi itu sendiri sangat

tergantung pada manusia. Pengalaman-pengalaman negara maju

seperti Jerman, Inggris, Perancis, Amerika Serikat, serta negara-

negara industry baru, seperti Korea Selatan dan Taiwan,

menunjukkan bahwa pertumbuhan mereka sebagian mereka besar

didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas tinggi.

Beberapa ahli sepakat bahwa pembangunan di Indonesia juga

sudah semestinya mengandalkan sumber daya manusia. Dengan

tersedianya sumber daya yang memadai dalam arti kuantitas dan

kualitas, maka tantangan di masa mendatang akan bisa diatasi

dengan baik. Para ahli juga sepakat bahwa kualitas sumber daya

manusia yang sekarang kita miliki masih perlu ditingkatkan, agar

tantangan tersebut bisa teratasi dengan baik.

2.6.1 Pendidikan dan Ketenagakerjaan

Dimensi sumber daya manusia meliputi jumlah, komposisi,

karakteristik (kualitas), dan persebaran penduduk (Effendi,

1991). Dimensi tersebut saling terkait satu dengan yang lainnya.

Selain keterkaitan antara kuantitas dan kualitas yang telah

disinggung sebelumnya, komposisi dan persebaran juga sangat

penting.

Bila rasio ketergantungan tinggi, artinya banyak penduduk

usia tidak produktif, pengembangan sumber daya manusia juga akan

mengalami banyak kesulitan. Demikian pula bila sumber daya

manusia yang berkualitas terkonsentrasi di wilayah tertentu.

Ada beberapa pendekatan untuk mengembangkan sumber daya

manusia. Satu diantaranya adalah pendekatan mutu modal manusia

(human capital). Dalam pendekatan human capital, manusia menempati

peranan yang amat penting selain modal (uang), sumber alam, dan

teknologi dalam proses produksi. Untuk mengembangkan sumber daya

manusia, perlu juga diingat bahwa ada beberapa hambatan yang

tentu akan dihadapi. Secara garis besar hambatan itu ada dua,

hambatan dari dalam dan hambatan dari luar. Akan tetapi menurut

perhitungan World Bank, untuk negara berkembang seperti

Indonesia, hambatan dari dalam lebih besar pengaruhnya. Karena

alasan ini pula, maka dalam pembicaraan selanjutnya juga akan

banyak dibicarakan tentang kondisi kita sendiri.

Dua hal kiranya bisa menggambarkan keadaan sumber daya

manusia Indonesia saat ini disamping hal-hal lain, yaitu

pendidikan dan ketenagakerjaan. Pada tahun 1971 hingga 1990,

kenaikan proporsi penduduk yang berpendidikan cukup baik. Namun

kita sadar bahwa angka yang telah dicapai tersebut belum

memuaskan. Disamping masih ada sebagian yang belum mengenyam

pendidikan formal, kebanyakan usianya lanjut, proporsi yang

pendidikannya rendah cukup besar (Sunarto, 1992). Oleh karena itu

bisa dimengerti bila pemerintah dalam waktu dekat ini akan

mengenakan wajib sekolah hingga 9 tahun masa belajar (setingkat

SLTP).

Kenaikan jumlah yang berpendidikan formal ini disertai juga

dengan kecenderungan naiknya tingkat pendidikan angkatan kerja.

Sekali lagi, kita tidak boleh cepat puas dengan keadaan ini.

Disamping perbedaan tempat (desa-kota) dan jenis kelamin yang

masih menjadi masalah, angkatan kerja yang tingkat pendidikannya

rendah masih menonjol. Kita barangkali sepakat, bahwa dimasa

mendatang dibutuhkan lebih banyak lagi tenaga kerja dengan

tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

Belum lengkap rasanya hanya melihat data-data seperti yang

telah disajikan diatas. Bagaimana pemanfaatan tenaga kerja kita?

Dari tahun ke tahun, tingkat pengangguran di Indonesia

menunjukkan angka resmi yang kecil. Hal ini dikarenakan oleh

definisi pengangguran yang terlalu lunak.

Oleh karena itu, para ahli ketenagakerjaan umumnya lebih

tertarik melihat proporsi tenaga kerja yang kurang termanfaatkan

(underutilization). Tenaga kerja kurang termanfaatkan ini secara

operasional didefinisikan sebagai jumlah pengangguran ditambah

setengah pengangguran. Dengan melihat proporsi tenaga kerja yang

kurang termanfaatkan, maka akan diketahui bahwa produktivitas

tenaga kerja masih memprihatinkan. Banyak faktor yang

mempengaruhi hal tersebut. Terbatasnya lapangan kerja adalah

salah satu factor yang sering dijadikan alasan munculnya keadaan

seperti itu. Meskipun kenyataan ini harus diakui, ada baiknya

tidak semata-mata menyalahkan kurangnya kesempatan kerja ini.

Sebab pada kenyataannya sering dijumpai keluhan masih kurangnya

tenaga kerja yang dibutuhkan, terutama tenaga kerja dengan

kualifikasi yang berketerampilan tinggi. Keluhan seperti ini

kemudian merembet pada terbatasnya tenaga kerja yang siap pakai.

Oleh karena itu tidak mengherankan bila kemudian muncul dan

meningkat pengangguran terdidik. Keadaan semacam ini juga bisa

mengakibatkan munculnya mismatch (ketidaksesuain antara keahlian

dengan pekerjaan). Kendati data-data tentang mismatch ini masih

sulit sekali diperoleh, namun, diperkirakan hal ini akan

mempengaruhi pula produktivitas tenaga kerja, selain juga

menyebabkan pemborosan biaya.

Disamping dua masalah yang dikemukakan tadi, tentunya masih

ada beberap masalah lain yang terkait. Masalah-masalah ini banyak

terkait dengan kualitas manusia yang antara lain meliputi etos

kerja, disiplin, daya saing, dan sebagainya. Sebagai contoh,

penelitian Ancok dan Faturochman (1989) menemukan bahwa kualitas

kekaryaan merupakan pengembangan dari etos kerja pada sebagian

masyarakat kita masih perlu ditingkatkan.

2.7 PENGARUH TINGKAT PERKEMBANGAN PENDUDUK TERHADAP PEMBANGUNAN

EKONOMI

Penduduk memiliki dua peranan dalam pembangunan ekonomi;

satu dari segi permintaan dan yang lain dari segi penawaran. Dari

segi permintaan penduduk bertindak sebagai konsumen dan dari segi

penawaran bertindak sebagai produsen. Oleh karena itu

perkembangan penduduk yang cepat tidak selalu merupakan

penghambat bagi jalannya pembangunan ekonomi jika penduduk ini

mempunyai kapasitas yang tinggi untuk menghasilkan dan menyerap

hasil produksi yang dihasilkan. Ini berarti tingkat pertambahan

penduduk yang tinggi disertai dengan tingkat penghasilan yang

tinggi pula. Jadi pertambahan penduduk dengan tingkat penghasilan

yang redah tidak ada gunanya bagi pembagunan ekonomi.

Kalau seandainya terjadi penurunan jumlah penduduk, maka

akan terjadi pula penurunan dalam rangsangan untuk mengadakan

investasi dan permintaan agregatif juga akan turun. Jika

perkembangan penduduk tertunda maka akumulasi kapital juga akan

menjadi lesu karena beberapa alasan,yaitu: wiraswasta akan

mengira bahwa pasar menjadi semakin sempit. Sedangkan karena

tingkat keuntungan merupakan fungsi dari luasnya pasar, maka

investasi yang tergantung pada tingkat keuntungan akan menurun.

Disamping alasan itu pertambahan penduduk juga mendorong adanya

perluasan investasi karena adanya kebutuhan perumahan yang

semakin besar dan juga kebutuhan-kebutuhan yang bersifat umum

seperti jalan raya, fasilitas transportasi umum, persediaan air

minum, kesehatan dan sebagainya. Kebutuhan akan kapital dalam

bidang ini relatif lebih besar daripada bidang-bidang lain

sehingga penurunan tingkat perkembangan penduduk akan

mengakibatkan turunya akumulasi kapital.

Produktivitas penduduk dinegara-negara berkembang adalah

rendah sehingga mengakibatkan rendahnya produksi pula. Karena

sebagian besar penduduk tinggal di desa dan hidupnya sebagian

berasal dari sector pertanian. Maka hampir semua hampir semua

penghasilan yang didapatnya akan dikondumeir seluruhnya.

Seandainya ada sisa, hanya relatif kecil jumlahnya. Akibatnya

tingkat investasi juga akan rendah. Jadi, di negara-negara sedang

berkembang, dimana sudah terdapat perbandingan yang tinggi antara

jumlah manusia dan jumlah faktor-faktor produksi yang lain,

perkembangan penduduk yang cepat akan menimbulkan diseconomies of

scale. Di negara-negara yang sedang berkembang dimana kepadatan

penduduk yang cepat akan dapat pula mendorong perkembangan

ekonomi, apabila kapital dan kemampuan managerial termasuk

organisasi dan administrasi dapat mengimbangi tantangan penduduk

tersebut.

2.8 KENDALA YANG DIHADAPI SDM DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI NASIONAL

Dalam pencapaian pembangunan ekonomi nasional banyak kendala

yang dihadapi. Termasuk juga SDM yang ada juga mengalami kendala-

kendala dalam pengembangan pembangunan ekonomi nasional,

diantaranya:

2.8.1 Tingkat Pendidikan

Keadaan penduduk di negara-negara yang sedang berkembang

tingkat pendidikannya relatif lebih rendah dibandingkan penduduk

di negara-negara maju, demikian juga dengan tingkat pendidikan

penduduk Indonesia. Rendahnya tingkat pendidikan penduduk

Indonesia disebabkan oleh:

Tingkat kesadaran masyarakat untuk bersekolah rendah.

Besarnya anak usia sekolah yang tidak seimbang dengan

penyediaan sarana pendidikan.

Pendapatan perkapita penduduk di Indonesia rendah.

Dampak yang ditimbulkan dari rendahnya tingkat pendidikan

terhadap pembangunan adalah:

a. Rendahnya penguasaan teknologi maju, sehingga harus

mendatangkan tenaga ahli dari negara maju. Keadaan ini

sungguh ironis, di mana keadaan jumlah penduduk Indonesia

besar, tetapi tidak mampu mencukupi kebutuhan tenaga ahli

yang sangat diperlukan dalam pembangunan.

b. Rendahnya tingkat pendidikan mengakibatkan sulitnya

masyarakat menerima hal-hal yang baru. Hal ini nampak dengan

ketidakmampuan masyarakat merawat hasil pembangunan secara

benar, sehingga banyak fasilitas umum yang rusak karena

ketidakmampuan masyarakat memperlakukan secara tepat.

Kenyataan seperti ini apabila terus dibiarkan akan

menghambat jalannya pembangunan. Oleh karena itu, pemerintah

mengambil beberapa kebijakan yang dapat meningkatkan mutu

pendidikan masyarakat. Usaha-usaha tersebut di antaranya:

Pencanangan wajib belajar 9 tahun.

Mengadakan proyek belajar jarak jauh seperti SMP

Terbuka dan Universitas Terbuka.

Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan (gedung

sekolah, perpustakaan, laboratorium, dan lain-lain).

Meningkatkan mutu guru melalui penataran-penataran.

Menyempurnakan kurikulum sesuai perkembangan zaman.

Mencanangkan gerakan orang tua asuh.

Memberikan beasiswa bagi siswa yang berprestasi.

Sistem pendidikan perlu dirubah total karena jika kita terus

bertahan disistem pendidikan lama seperti sekarang ini maka kita

akan terus terpuruk khususnya dibidang ekonomi. Karena sistem

pendidikan diIndonesia terus menerus melatih siswa dengan

mematikan karakteristik dan bakat terpendam siswa. Sistem

pendidikan di Indonesia hanya membunuh karakter siswa lihat saja

siswa yang baru masuk sekolah begitu riang dan gembira akan

tetapi setelah masuk sekolah dan menerima berbagai pelajaran,

dirinya mulai bosan dan ingin segera keluar dari sekolah. Karena

ada yang terbunuh dari jiwanya yaitu kebebasannya dalam

mengembangkan bakat dasar yang dia bawa sejak lahir.Jika siswa

terbiasa terkekang dan takut dengan berbagai ancaman maka wajar

saja kelak dirinya menjadi pengangguran karena kreativitasnya

telah lama terpasung dan terbiasa bergantung serta lebih senang

mencari kerja dari pada menciptakan lapangan kerja padahal

lapangan kerja semakin terbatas.

2.8.2 Tingkat Kesehatan

Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh faktor-faktor

lingkungan, perilaku kesehatan, pelayanan kesehatan dan

kependudukan. Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator

untuk mengukur derajat kesehatan masyarakat. Meskipun angka

kematian bayi di Indonesia menunjukkan penurunan yang sangat

signifikan sebagai dampak pelaksanaan pembangunan di segala

bidang, termasuk intervensi program kesehatan yang sangat

intensif dilaksanakan di seluruh pelosok tanah air, namun dengan

terjadinya krisis ekonomi yang dimulai pada pertengahan tahun

1997 dapat dipastikan bahwa angka kematian bayi dapat meningkat

kembali sejalan dengan meningkatnya prevelensi balita kekurangan

energi dan protein. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan

bagian dari investasi yang perlu diperhatikan dan keberhasilan di

bidang tersebut akan memberikan andil dalam mempercepat

pembangunan nasional.

Tingkat kesehatan suatu negara umumnya dilihat dari besar

kecilnya angka kematian, karena kematian erat kaitannya dengan

kualitas kesehatan. Kualitas kesehatan yang rendah umumnya

disebabkan:

a. Kurangnya sarana dan pelayanan kesehatan.

b. Kurangnya air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.

c. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan.

d. Gizi yang rendah.

e. Penyakit menular.

f. Lingkungan yang tidak sehat (lingkungan kumuh).

Dampak rendahnya tingkat kesehatan terhadap pembangunan

adalah terhambatnya pembangunan fisik karena perhatian tercurah

pada perbaikan kesehatan yang lebih utama karena menyangkut jiwa

manusia. Selain itu, jika tingkat kesehatan manusia sebagai objek

dan subjek pembangunan rendah, maka dalam melakukan apa pun

khususnya pada saat bekerja, hasilnya pun akan tidak optimal.

Untuk menanggulangi masalah kesehatan ini, pemerintah

mengambil beberapa tindakan untuk meningkatkan mutu kesehatan

masyarakat, sehingga dapat mendukung lancarnya pelaksanaan

pembangunan. Upaya-upaya tersebut di antarnya:

Mengadakan perbaikan gizi masyarakat.

Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular.

Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan.

Membangun sarana-sarana kesehatan, seperti puskesmas,

rumah sakit, dan lain-lain.

Mengadakan program pengadaan dan pengawasan obat dan

makanan.

Mengadakan penyuluhan tentang kesehatan gizi dan

kebersihan lingkungan.

2.8.3 Tingkat penghasilan/pendapatan

Tingkat penghasilan/pendapatan suatu negara biasanya diukur

dari pendapatan per kapita, yaitu jumlah pendapatan rata-rata

penduduk dalam suatu negara. Negara-negara berkembang umumnya

mempunyai pendapatan per kapita rendah, hal ini disebabkan oleh:

Pendidikan masyarakat rendah, tidak banyak tenaga ahli,

dan lain-lain.

Jumlah penduduk banyak.

Besarnya angka ketergantungan.

Berdasarkan pendapatan per kapitanya, negara digolongkan menjadi

3, yaitu:

Negara kaya, pendapatan per kapitanya > US$ 1.000.

Negara sedang, pendapatan per kapitanya = US$ 300 – 1.00.

Negara miskin, pendapatan per kapitanya < US$ 300.

Adapun dampak rendahnya tingkat pendapatan penduduk terhadap

pembangunan adalah:

Rendahnya daya beli masyarakat menyebabkan pembangunan

bidang ekonomi kurang berkembang baik.

Tingkat kesejahteraan masyarakat rendah menyebabkan hasil

pembangunan hanya banyak dinikmati kelompok masyarakat

kelas sosial menengah ke atas.

Untuk meningkatkan pendapatan masyarakat (kesejahteraan

masyarakat), sehingga dapat mendukung lancarnya pelaksanaan

pembangunan pemerintah melakukan upaya dalam bentuk:

Menekan laju pertumbuhan penduduk.

Merangsang kemauan berwiraswasta.

Menggiatkan usaha kerajinan rumah tangga/industrialisasi.

Memperluas kesempatan kerja.

Meningkatkan GNP dengan cara meningkatkan barang dan

jasa.

2.8.4 Minimnya Lapangan Pekerjaan dan Pengangguran

Orang tidak bekerja alias pengangguran merupakan masalah

bangsa yang tidak pernah selesai. Ada tiga hambatan yang menjadi

alasan kenapa orang tidak bekerja, yaitu hambatan kultural,

kurikulum sekolah, dan pasar kerja. Hambatan kultural yang

dimaksud adalah menyangkut budaya dan etos kerja. Sementara yang

menjadi masalah dari kurikulum sekolah adalah belum adanya

standar baku kurikulum pengajaran di sekolah yang mampu

menciptakan dan mengembangkan kemandirian SDM yang sesuai dengan

kebutuhan dunia kerja. Sedangkan hambatan pasar kerja lebih

disebabkan oleh rendahnya kualitas SDM yang ada untuk memenuhi

kebutuhan pasar kerja.

Ekonomi abad ke-21, yang ditandai dengan globalisasi

ekonomi, merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan,

di mana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan

pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas

teritorial negara. Globalisasi yang sudah pasti dihadapi oleh

bangsa Indonesia menuntut adanya efisiensi dan daya saing dalam

dunia usaha.

Masalah daya saing dalam pasar dunia yang semakin terbuka

merupakan isu kunci dan tantangan yang tidak ringan. Tanpa

dibekali kemampuan dan keunggulan saing yang tinggi niscaya

produk suatu negara, termasuk produk Indonesia,tidak akan mampu

menembus pasar internasional. Bahkan masuknya produk impor dapat

mengancam posisi pasar domestik. Dengan kata lain, dalam pasar

yang bersaing, keunggulan kompetitif merupakan faktor yang

berpengaruh dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Oleh karena

itu, upaya meningkatkan daya saing dan membangun keunggulan

kompetitif bagi produk Indonesia tidak dapat ditunda-tunda lagi

dan sudah selayaknya menjadi perhatian berbagai kalangan, bukan

saja bagi para pelaku bisnis itu sendiri tetapi juga bagi aparat

birokrasi, berbagai organisasi dan anggota masyarakat yang

merupakan lingkungan kerja dari bisnis corporate (kerjasama).

Oleh karena itu, untuk mengantisipasi tuntutan globalisasi

seyogyanya kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan sistem

pendidikan perlu dirubah.Hubungan antara pendidikan dengan dunia

kerja mutlak diperlukan.Siswa butuh praktek lapangan bukan hanya

duduk diam dan mendengarkan serta diberi test tulis yang amat

membosankan tapi berilah soal dunia nyata agar kreativitas dan

pikiran bawah sadarnya dapat optimal serta terlatih. Namun sayang

sistem pendidikan diIndonesia hanya menitik beratkan pada test

tulis terbukti pada peningkatan standart kelulusan pada UAN atau

UNAS tiap tahunnya. Padahal jika dilihat lebih lanjut kebijakan

tersebut merupakan kebijakan terbodoh yang pernah ada. Karena hal

tersebut hanya membuat siswa terpaksa belajar hanya untuk meraih

nilai standar bukan untuk melatih skill yang dirinya butuhkan untuk

menghadapi tantangan persaingan global padahal yang dibutuhkan

sekarang bukan nilai akademik yang tertulis tapi skill yang benar-

benar dikuasai dan dipraktekkan didunia nyata maka wajar saja

jika Indonesia masih minim sumberdaya manusia yang benar-benar

memiliki keahlian dibidangnya sebaliknya angka pengangguran terus

meningkat.

Di Indonesia terjadi ketimpangan antara jumlah kesempatan

kerja dan angkatan kerja  dimana tentunya lapangan pekerjaan yang

jauh lebih sedikit dibandingkan para pencari kerjanya. Selain itu

kondisi ini juga diperparah dengan tingkat pendidikan angkatan

kerja yang ada masih relatif rendah dimana stuktur pendidikan

angkatan kerja di Indonesia masih didominasi pendidikan dasar

hampir lebih dari 50%. Lesunya dunia usaha akibat

krisis ekonomi yang berkepanjangan sampai saat ini mengakibatkan

rendahnya kesempatan kerja terutama bagi lulusan perguruan tinggi

hal inilah yang membuat angka pengangguran sarjana makin tinggi.

Karena begitu banyaknya lulusan perguruan tinggi tiap tahunnya

tidak diimbangi dengan lapangan kerja yang memadai.

Pengaturan Sumber Daya Manusia adalah sangat sulit dan

kompleks. Manusia mempunyai pikiran, perasaan, status, keinginan,

latar belakang sosial budaya dan sebagainya yang bervariasi dan

sering terbawa serta ke dalam unit kerja/ organiasi.

Jumlah penduduk yang besar adalah merupakan salah satu modal

dasar pembagunan nasional, tetapi penduduk yang tidak memiliki

kemauan dan kemampuan untuk bekerja akan menimbulkan masalah di

dalam pembangunan nasional. Hampir setiap Negara mengalami

masalah di dalam menangani masalah pengangguran. Penyebab

timbulnya pengangguran adalah:

Tidak dimilikinya pendidikan yang memadai

Tidak dimiliki bekal keterampilan untuk dapat melakukan

aktifitas pekerjaan

Berikut ini adalah masalah-masalah yang akan timbul dari

pengangguran :

Adanya kesenjangan sosial

Adanya kerawanan sosial

Lesunya dunia usaha akibat krisis ekonomi yang

berkepanjangan sampai saat ini mengakibatkan rendahnya kesempatan

kerja terutama bagi lulusan perguruan tinggi. Sementara di sisi

lain jumlah angkatan kerja lulusan perguruan tinggi terus

meningkat. Sampai dengan tahun 2000 ada sekitar 2,3 juta angkatan

kerja lulusan perguruan tinggi. Kesempatan kerja yang terbatas

bagi lulusan perguruan tinggi ini menimbulkan dampak semakin

banyak angka pengangguran sarjana di Indonesia.

Pendidikan memang merupakan salah satu sarana untuk

meningkatkan mutu sumberdaya manusia. Dengan pendidikan dapat

ditingkatkan pengetahuan dan ketrampilan yang selanjutnya akan

berdampak pada peningkatan produktivitas.

Pendidikan dapat pula dilihat sebagai investasi sumberdaya

manusia dan hasilnya akan diperoleh beberapa tahun kemudian

(Tjiptoherijanto P, 1996). Namun, peningkatan mutu pendidikan

yang tidak diimbangi dengan tersedianya lapangan pekerjaan akan

menimbulkan permasalahan baru. Walaupun saat ini ada

kecenderungan bahwa sarjana lulusan perguruan tinggi lebih banyak

yang menganggur daripada bekerja. Hal, ini terutama disebabkan

terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia, padahal penduduk

yang lulus perguruan tinggi setiap tahunnya selalu bertambah.

Sebagai akibatnya banyak diantara para sarjana yang bekerja pada

bidang yang bukan keahliannya. Hal ini terpaksa dilakukannya

dengan pertimbangan daripada menganggur.

Oleh karena itu, setiap dalam mengenyam pendidikan

seharusnya peserta didik diberikan ketrampilan agar memiliki

kemampuan untuk berwirausaha. Sehingga, tidak bergantung pada

instansi yang sudah didirikan orang lain maupun pemerintah, akan

tetapi dapat mendirikan usaha sendiri sehingga juga dapat

menarik tenaga kerja dan mengurangi pengangguran.

Masalah SDM inilah yang menyebabkan proses pembangunan yang

berjalan selama ini kurang didukung oleh produktivitas tenaga

kerja yang memadai. Itu sebabnya keberhasilan pembangunan yang

selama 32 tahun dibanggakan dengan tingkat pertumbuhan rata-rata

7%, hanya berasal dari pemanfaatan sumberdaya alam intensif

(hutan, dan hasil tambang), arus modal asing berupa pinjaman dan

investasi langsung. Dengan demikian, bukan berasal dari kemampuan

manajerial dan produktivitas SDM yang tinggi. Keterpurukan

ekonomi nasional yang berkepanjangan hingga kini merupakan bukti

kegagalan pembangunan akibat dari rendahnya kualitas SDM dalam

menghadapi persaingan ekonomi global.

Sekarang bukan saatnya lagi Indonesia membangun perekonomian

dengan kekuatan asing. Tapi sudah seharusnya bangsa Indonesia

secara benar dan tepat memanfaatkan potensi sumberdaya daya yang

dimiliki dengan kemampuan SDM yang tinggi sebagai kekuatan dalam

membangun perekonomian nasional.

DAFTAR RUJUKAN

Cahyani, Rindi Tri. 2012. Macam-Macam Sumber Daya Manusia. (Online),

(http://rinditri cahyani.blogspot.com/2012/11/macam-macam-

sumber-daya-manusia.html), diakses jam 18:55 tanggal 1

Oktober 2014.

Rois, Fatma. 2014. Makalah Kontribusi Sumber Daya Manusia dalam

Pembangunan Ekonomi di Indonesia Dikaji Dari Geografi Ekonomi,

(Online), (http://aimowchan.blogspot.com /2014/04/makalah-

kontribusi-sumber-daya-manusia.html), diakses jam18:47

tanggal 1 Oktober 2014.

Gusmao, Laurenco. 2011. Peranan SDA dan SDM terhadap

Pembangunan Ekonomi, (Online),

(http://dodogusmao.wordpress.com/2011/05/26/peranan-sda-dan-

sdm-terhadap-pembangunan-ekonomi/), diakses jam 18:42

tanggal 1 Oktober 2014.

Ratih. 2013. Pengaruh Sumber Daya Manusia Indonesia dalam Bidang Pendidikan

Terhadap Persaingan Globa., (Online),

(http://ratih102.wordpress.com/2013/05/02/pengaruh-sumber-

daya-manusia-indonesia-dalam-bidang-pendidikan-terhadap-

persaingan-global/), diakses jam 19:01 tanggal 1 Oktober

2014.

Irawan, M. Suparmoko. 1995. Ekonomi Pembangunan, Edisi Lima,

Cetakan ke Empat. Yogyakarta: Penerbit BPFE.

Kuncoro, Mudrajad. 1997. Ekonomi Pembangunan, Teori, Masalah dan

Kebijakan (Cetakan pertama). Yogyakarta: Unit penerbitan dan

percetakan akademi manajemen perusahaan YKPN.