Jurnal Ekonomi Syariah p-ISSN 2548-5032Vol. 2. No. 1. Mei ...
Karil Mei 820620083
-
Upload
universitasterbukaindonesia -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
Transcript of Karil Mei 820620083
1
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD DALAM RANGKA
MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA
PELAJARAN MATEMATIKA DALAM KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN
BULAT KELAS IV SDN BAKALAN KRAJAN 2 KOTA MALANG
Mei Handayanti ¹
AbstrakMatematika merupakan mata pelajaran yang paling menakutkan, tidakmenarik, sulit membosankan sehingga berdampak pada keaktifan dan hasilevaluasi yang belum mencapai KKM. Selain itu peran guru juga sangatmenentukan keberhasilan siswa Salah satunya dikarenakan oleh pemilihan metode pembelajaran yangkurang tepat sehingga siswa kurang menarik, kurang termotivasi, dan cepatbosan terhadap pembelajan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipeningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa setelah diterapkannya metodepembelajaran kooperatif model STAD.. Pelaksanaan penelitian inimenggunakan penelitian tindakan dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahapperencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Dari analisis datadiketahui bahwa prestasi siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampaisiklus II yaitu siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) padapra siklus 57,17%, siklus I naik menjadi 63,33% dan siklus 2 naik menjadi76,66%. Simpulan dari penelitian adalah penerapan metode pembelajarankooperatif model STAD mempunyai pengaruh positif terhadap keaktifan danprestasi belajar siswa sehingga metode ini dapat digunakan sebagai salahsatu alternatif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam matapelajaran matematika konsep operasi hitung bilangan bulat kelas IV.
Kata kunci: STAD, keaktifan dan hasil belajar, matematika.
Pendahuluan
¹Mahasiswa Program S1 PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Terbuka. NIM. 820620083, Email:
2
1. Latar Belakang Masalah
1. Identifikasi Masalah
Prestasi belajar berdasarkan observasi yang dilakukan di
SDN Bakalan Krajan 2 belum memuaskan, karena rata-rata
hasil ulangan pada konsep operasi hitung bilangan bulat
adalah 61, sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
pada konsep operasi hitung bilangan bulat tersebut adalah
65. Disamping itu, mata pelajaran matematika merupakan
salah satu pelajaran yang paling ditakuti oleh siswa dan
termasuk dalam mata pelajaran Ujian Sekolah .Berdasarkan
hasil pengamatan di dalam kelas dan data hasil belajar
siswa kelas IV SDN Bakalan Krajan 2, pada semester II
Tahun Pelajaran 2013/2014 diduga penyebab timbulnya
masalah antara lain:
a.Sebagian siswa beranggapan bahwa Matematika merupakan
mata pelajaran yang tidak menarik, sulit, dan
membosankan, setiap guru menyampaikan materi
pembelajaran matematika banyak siswa yang acuh tak
acuh, hasil ulangan rata-rata kelas belum mencapai KKM.
b.Proses pembelajaran Matematika kurang kondusif, dalam
penyampaian pelajaran Matematika hanya menggunakan
metode ceramah yang mungkin dianggap oleh para guru
adalah metode yang paling praktis, mudah dan efisien,
dilaksanakan tanpa persiapan, sehingga siswa tidak bisa
menerima pembelajaran yang telah diberikan gurunya,
yang mengakibatkan hasil belajar Matematika kurang dari
yang diharapkan.
3
c.Rendahnya hasil belajar matematika siswa juga
dikarenakan beberapa guru masih sering mengalami
kesulitan dalam menanamkan konsep-konsep dasar
matematika kepada siswa, khususnya pada konsep operasi
hitung bilangan bulat . Oleh karena itu kewajiban para
gurulah untuk menanamkan rasa senang terhadap materi
pelajaran matematika dengan memberi rangsangan atau
dorongan kepada mereka.
d.Salahsatu cara diantaranya adalah pembelajaran
matematika dengan menggunakan media yang sesuai dengan
materinya, guru harus pandai memilih media yang sesuai
dengan tingkat perkembangan siswa SD khususnya siswa
kelas IV dengan materi operasi hitung bilangan bulat.
Masalah dalam proses pembelajaran tersebut perlu segera
diatasi karena jika dibiarkan akan berpengaruh terhadap
mutu sekolah. Tujuan mata pelajaran matematika di sekolah
dasar bahwa siswa belajar tidak hanya dibidang kognitif
saja, tetapi meluas pada bidang psikomotor dan afektif.
Pembelajaran matematika diarahkan untuk pembentukan
kepribadian dan pembentukan arah berpikir yang bersandar
pada hakikat matematika, ini berarti hakekat matematika
merupakan unsur utama dalam pembelajaran matematika. Oleh
karena itu hasil-hasil pembelajaran Matematika perlu
menapak kemampuan berpikir yang matematis dalam diri
siswa. Dalam dunia pendidikan, pada usia anak SD sekitar
6-11 tahun masih suka bermain dan memahami konsep-konsep
yang bersifat konkret. Untuk meningkatkan kemampuan siswa
4
dalam menguasai konsep matematika tentang operasi hitung
bilangan bulat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu
cara yang digunakan adalah dengan metode STAD. Model
pembelajaran kooperatif dapat dilakukan dengan berbagai
pendekatan antara lain dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD).
Pembelajaran kooperatif tipe STAD di kembangkan oleh
Robert E. Slavin, di mana pembelajaran tersebut mengacu
pada belajar kelompok peserta didik. Dalam satu kelas
peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan
anggota empat sampai lima orang, setiap kelompok haruslah
heterogen.
2. Analisis Masalah
Dalam pembelajaran matematika yang telah dilakukan di
kelas IV SDN Bakalan Krajan 2 Malang, kemampuan siswa
dalam memehami konsep bilangan bulat dengan kompetensi
dasar operasi bilangan bulat masih rendah. Hal ini dapat
dilihat dari rendahnya nilai test evaluasi siswa. Dari
test evaluasi didapat 57,17 % nilai tes siswa di atas
KKM. Presentase tersebut jauh dari presentase ideal
umumnya antara 75 % - 100 %.Penyebab rendahnya hasil
belajar siswa karena metode yang digunakan guru yang
monoton, cenderung membosankan dan tidak di hadapkan pada
benda konkrit sehingga minat siswa rendah, kurang aktif ,
dan bosan.
3. Alternatif dan prioritas pemecahan masalah
5
Dalam penelitian ini , kajian ditujukan pada
pengembangan metode pembelajaran yang mengarah pada
penggunaan metode pembelajaran yang menuntut aktivitas
siswa dalam mengikuti pembelajaran. Salah satu metode
yang menuntut aktivitas siswa dalam mengikuti
pembelajaran adalah media konkret. Oleh karena itu, upaya
yang dilakukan dalam meningkatkan hasil belajar berupa
penerapan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan
menggunakan metode STAD ( Student Teams Achievement
Divisions ).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana
tersebut diatas, maka rumusan masalahnya adalah : (nilai)
1. Bagaimana penerapan metode STAD dapat meningkatkan
hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN Bakalan
Krajan 2 khususnya pada operasi hitung bilangan
bulat ?
2. Apakah dengan metode pembelajaran STAD dapat
meningkatkan keaktifan dan nilai siswa kelas IV SDN
Bakalan Krajan 2?
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi
tujuan perbaikan adalah:
Meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan
menggunakan metode STAD ( Student Teams Achievent
Divisons ) mata pelajaran matmatika tentang operasi
hitung bilangan bulat dalam penelitian tindakan kelas.
6
D.Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Dari penelitian perbaikan pembelajaran ini, dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi siswa, penggunaan metode STAD ( Student Teams
Achievent Divisons ) dapat meningkatkan pemahaman
konsep operasi bilangan bulat sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Bagi guru, hasil penelitian perbaikan pembelajaran ini
dapat dipergunakan untuk mengembangkan kemampuannya
untuk menerapkan STAD ( Student Teams Achievent
Divisons ) ini pada kompetensi dasar lainnya dan dapat
membagi pengalaman yang diperolehnya kepada guru yang
lain.
3. Bagi sekolah, hasil penelitian perbaikan pembelajaran
ini dapat dipergunakan sebagai masukan dalam menyusun
program sekolah dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan dan dapat memperhatikan perkembangan proses
belajar mengajar.
4. Bagi peneliti
Menambah wawasan mengenai penerapan model STAD pada
pembelajaran matematika. Selain itu hasil penelitian
ini dapat digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan
pembelajaran matematika di SD tempat mengajar. Hasil
penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai dasar pada
penelitian berikutnya.
Kerangka Dasar Teori
2.1 Kajian Teori
7
2.1.1 Pengertian Belajar dan Hasil belajar
2.1.1.1 Pengertian Belajar
Pengertian belajar menurut Fontana (dalam Erman
Suherman, 2003:7) adalah proses perubahan tingkah laku
individu yang relatif tetap sebagai hasil dari
pengalaman. Pembelajaran merupakan upaya penataan
lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar
tumbuh dan berkembang secara optimal. Dengan demikian
proses belajar bersifat eksternal yang sengaja
direncanakan dan bersifat rekayasa perilaku.
Menurut Slameto (2003: 2) belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.
Simpulan dari beberapa pendapat diatas, hakikat
belajar merupakan perubahan tingkah laku dari
lingkungan. Kondisi belajar di kelas diciptakan untuk
mengantarkan siswa ke tujuan pembelajaran, sehingga
terjadinya perubahan perilakun siswa ke arah positif.
2.1.1.2 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang
diperoleh peserta didik setelah proses pembelajaran
(Anni, 2010). Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajarnya (Sudjana, 2004) membagi tiga macam hasil
belajar mengajar :
8
1) Keterampilan dan kebiasaan
2) Pengetahuan dan pengarahan
3) Sikap dan cita-cita
Menurut Hamalik (2002) hasil belajar tampak sebagai
terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang
diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan, sikap
dan keterampilan.
Dari penjelasan beberapa ahli, dapat diambil kesimpulan
bahwa belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan
perilaku siswa dalam bakat pengalaman dan pelatihan.
Artinya tujuan kegiatan belajar mengajar ialah
perubahan tingkahlaku, baik yang menyangkut
pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi
segenap aspek pribadi. Kegiatan belajar pengajar
seperti mengorganisasi pengalaman belajar, menilai
proses dan hasil belajar, termasuk dalam cakupan
tanggung jawab guru dalam pencapaian hasil belajar
siswa.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan
bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari
proses dan pengamatan yang telah dilakukan berulang-
ulang serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau
bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil
belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu
yang selalu ingin mencapai hasil belajar yang lebih
baik sehingga akan merubah cara berpikir serta
menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.
9
2.1.2. Hakekat Matematika
Beberapa pengertian matematika yaitu :
a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan
terorganisir secara sistematik
b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan
kalkulasi
c. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran
logis dan berhubungan dengan bilangan
d. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-
struktur yang logik yang bersifat konsisten
e. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan
yang ketat
Karakteristik matematika yaitu :
a. Memiliki objek kajian yang abstrak
b. Bertumpu pada kesepakatan
c. Berpola pikir deduktif
d. Memiliki simbol yang kosong dari arti
e. Memperhatikan semesta pembicaraan
f. Konsisten dalam sistemnya
Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio
( penalaran ), bukan menekankan dari hasil eksperimen
atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiran-
pikiran manusia, yang berhubungan dengan idea, proses,
dan penalaran siswa akan memperoleh pengetahuan baru
( new knowledge ).
2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif
10
Istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri
khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode
tertentu, yaitu rasional teoritik yang logis, tujuan
pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku mengajar
yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan
secara berhasil, dan lingkungan belajar yang diperlukan
agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Mohammad
Asikin, 2001:3).
Pada penelitian tindakan kelas ini peneliti
menggunakan pendekatan tipe STAD karena pembelajaran
kooperatif tipe STAD merupakan tipe pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana dan paling mudah
diterapkan. Selain itu di kelas IV SDN Bakalan Krajan 2
belum pernah menerapkan pembelajaran kooperatif sehingga
peneliti memilih pembelajaran kooperatif STAD dengan
harapan dapat mudah diikuti oleh siswa kelas tersebut.
Selanjutnya akan dijelaskan mengenai pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
2.1.3.1. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Menurut Slavin (dalam Richard Arends: 1997)
menyatakan pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri
dari lima komponen utama, yaitu pengajaran, belajar
kelompok, kuis, skor perkembangan, dan penghargaan
kelompok.
Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif mode
STAD sebagai berikut:
11
1. Kelompokkan siswa dengan masing-masing kelompok
terdiri dari tiga sampai dengan lima orang. Anggota-
anggota kelompok dibuat heterogen meliputi
karakteristik kecerdasan, kemampuan awal matematika,
motivasi belajar, jenis kelamin, atupun latar
belakang etnis yang berbeda.
2. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan presentasi guru
dalam menjelaskan pelajaran berupa paparan masalah,
pemberian data, pemberian contoh. Tujuan peresentasi
adalah untuk mengenalkan konsep dan mendorong rasa
ingin tahu siswa.
3. Pemahan konsep dilakukan dengan cara siswa diberi
tugas-tugas kelompok. Mereka boleh mengerjakan
tugas-tugas tersebut secara serentak atau saling
bergantian menanyakan kepada temannya yang lain atau
mendiskusikan masalah dalam kelompok atau apa saja
untuk menguasai materi pelajaran tersebut. Para
siswa tidak hanya dituntut untuk mengisi lembar
jawaban tetapi juga untuk mempelajari konsepnya.
Anggota kelompok diberitahu bahwa mereka dianggap
belum selesai mempelajari materi sampai semua
anggota kelompok memahami materi pelajaran tersebut.
4. Siswa diberi tes atau kuis individual dan teman
sekelompoknya tidak boleh menolong satu sama lain.
Tes individual ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat penguasaaan siswa terhadap suatu konsep
dengan cara siswa diberikan soal yang dapat
12
diselesaikan dengan cara menerapkan konsep yang
dimiliki sebelumnya.
5. Hasil tes atau kuis selanjutnya dibandingkan dengan
rata-rata sebelumnya dan poin akan diberikan
berdasarkan tingkat keberhasilan siswa mencapai atau
melebihi kinerja sebelumnya. Poin ini selanjutnya
dijumlahkan untuk membentuk skor kelompok.
6. Setelah itu guru memberikan pernghargaan kepada
kelompok yang terbaik prestasinya atau yang telah
memenuhi kriteria tertentu. Penghargaan disini dapat
berupa hadiah, sertifikat, dan lain-lain.
Gagasan utama dibalik model STAD adalah untuk
memotivasi para siswa untuk mendorong dan membantu
satu sama lain untuk menguasai keterampilan-
keterampilan yang disajikan oleh guru. Jika para
siswa menginginkan agar kelompok mereka memperoleh
penghargaan, mereka harus membantu teman
sekelompoknya mempelajari materi yang diberikan.
Mereka harus mendorong teman meraka untuk melakukan
yang terbaik dan menyatakan suatu norma bahwa
belajar itu merupakan suatu yang penting, berharga
dan menyenangkan.
2.1.3.2. Pendekatan Kontekstual
Menurut Zahorik (1995) kontekstual secara bahasa
berasal dari bahasa Latin contextum yang artinya dalam
konteks. Maksud konteks yaitu keadaan, situasi dan
13
kejadian. Secara umum, kontekstual membawa
pengertian:
(1) yang berkenaan, relevan, ada hubungan atau kaitan
langsung, mengikuti konteks.
(2) yang membawa maksud, makna dan kepentingan
(meaningful).
2.4. Kerangka Berpikir
Pada tahap awal sebelum guru menggunakan model
pembelajaran dengan tipe STAD ( Student Teams Achievement
Divison ) dengan media garis bilangan guru masih
menggunakan metode ceramah, hasil belajar siswa dalam
pelajaran Matematika di SDN Bakalan Krajan 2 kelas IV
masih rendah. Guru berupaya melakukan inovasi
pembelajaran, yaitu menambah model pembelajarannya dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
( Student Teams Achievement Divison ) di SDN Bakalan
Krajan 2 kelas IV.
Untuk memberikan penjelasan dapat digambarkan dalam
kerangka berpikir:
a.Pada kondisi awal, guru melaksanakan pembelajaran
dengan metode ceramah. Hasil belajar siswa masih rendah
dan siswa yang tuntas di bawah 50 %
b.Setelah dilakukan PTK dalam dua siklus dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Teams Achievement Divison) diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar matematika dalam pokok
bahasan operasi hitung bilangan bulat.
14
2.5 Hipotesisi Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan maka
hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan adalah
sebagai berikut :
Penerapan pembelajaran model STAD (Student Teams
Achievement Divison) meningkatkan keaktifan dan hasil
belajar matematika siswa kelas IV semester 2 SDN Bakalan
Krajan 2 khususnya pada operasi hitung bilangan bulat.
Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan
dalam melakukan penelitian untuk memperoleh
data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat
di SDN Bakalan Krajan 2.tahun pelajaran
2013/2014.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya
penelitian atau saat penelitian ini
dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan 26
dan 28 Mei 2014.Subyek Penelitian
3. Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas IV
SDN Bakalan Krajan 2 tahun pelajaran 2013/2014
pada pokok bahasan Operasi hitung bilangan
bulat.
B. Rancangan Penelitian
15
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah
suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh
pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan
kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam
melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap
tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta
memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran
tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2000: 3).
Sedangkan menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu
bentuk kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh
pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran
yang dilakukan.
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk
memperbaiki/meningkatkan praktek pembelajaran secara
berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya
adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru
(Mukhlis, 2000: 5).
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu
penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan
model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart
(dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari
sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap
siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan),
observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah
pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah
direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum
16
masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan
yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral
dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat
dilihat pada gambar berikut :
Refleksi
Tindakan/
Observasi
Refleksi
Tindakan/
Observasi
Refleksi
Tindakan/ Observasi
Rencana awal/rancang
an
Rencana yang direvisi / siklus 1
Rencana yang direvisi/ siklus 2
Putaran 1
Putaran 2
Putaran 3
17
Gambar 3.1 Alur PTK
Penjelasan alur di atas adalah:
1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan
penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan
dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya
instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang
dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun
pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau
dampak dari diterapkannya metode pembelajaran model
STAD.
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan
mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan
yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang
diisi oleh pengamat.
18
4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil
refleksi dari pengamat membuat rancangan yang
direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Observasi dibagi dalam dua putaran, yaitu
putaran 1 dan 2 dimana masing putaran dikenai
perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan
membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan
tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam
dua putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem
pengajaran yang telah dilaksanakan.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari:
1. Silabus
Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan
tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas,
serta penilaian hasil belajar.
2. Rencana Pelajaran (RP)
Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang
digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan
disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RP berisi
kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil
belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan
belajar mengajar.
3. Lembar Kegiatan Siswa
Lembar kegitan ini yang dipergunakan siswa
untuk membantu proses pengumpulan data hasil
19
kegiatan proses belajar mengajar dengan metode
kooperatif model STAD.
4. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar
a. Lembar observasi pengolahan metode
pembelajaran kooperatif model STAD, untuk
mengamati kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran.
b. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru,
untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama
proses pembelajaran.
5. Tes formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur
kemampuan pemahaman konsep matematika pada pokok
bahasan Operasi hitung bilangan bulat Tes formatif
ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang
diberikan adalah pilihan ganda (objektif).
Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 45 soal yang
telah diujicoba, kemudian penulis mengadakan
analisis butir soal tes yang telah diuji validitas
dan reliabilitas pada tiap soal. Analisis ini
digunakan untuk memilih soal yang baik dan memenuhi
syarat digunakan untuk mengambil data. Langkah-
langkah analisi butir soal adalah sebagai berikut:
a. Validitas Tes
Validitas butir soal atau validitas item
digunakan untuk mengetahui tingkat kevalidan
20
masing-masing butir soal. Sehingga dapat
ditentukan butir soal yang gagal dan yang
diterima. Tingkat kevalidan ini dapat dihitung
dengan korelasi Product Moment:
(Suharsimi
Arikunto, 2001: 72)
Dengan: rxy : Koefisien korelasi product
moment
N : Jumlah peserta tes
ΣY : Jumlah skor total
ΣX : Jumlah skor butir soal
ΣX2 : Jumlah kuadrat skor butir soal
ΣXY : Jumlah hasil kali skor butir soal
b. Reliabilitas
Reliabilitas butir sola dalam penelitian ini
menggunakan rumus belah dua sebagai berikut:
(Suharsimi Arikunto, 20001: 93)
Dengan:r11 : Koefisien reliabilatas yang sudah
disesuaikan
r1/21/2 : Korelasi antara skor-skor setiap
belahan tes
Kriteria reliabilitas tes jika harga r11 dari
perhitungan lebih besar dari harga r pada tabel
product moment maka tes tersebut reliabel.
c. Taraf Kesukaran
21
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya
suatu soal adalah indeks kesukaran. Rumus yang
digunakan untuk menentuikan taraf kesukaran
adalah:
(Suharsimi Arikunto, 2001: 208)
Dengan: P : Indeks kesukaran
B :Banyak siswa yang menjawab soal
dengan benar
Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria untuk menentukan indeks kesukaran
soal adalah sebagai berikut:
- Soal dengan P = 0,000 sampai 0,300 adalah
sukar
- Soal dengan P = 0,301 sampai 0,700 adalah
sedang
- Soal dengan P = 0,701 sampai 1,000 adalah
mudah
d. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu
soal untuk membedakan antara siswa yang
berkemampuan tinggi dengan siswa yang
berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan
besarnya daya pembeda disebut indeks
diskriminasi. Rumus yang digunakan untuk
menghitung indeks diskriminasi adalah sebagai
berikut:
22
(Suharsimi Arikunto, 2001: 211)
Dimana:
D : Indeks diskriminasi
BA : Banyak peserta kelompok atas yang
menjawab dengan benar
BB : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab
dengan benar
JA : Jumlah peserta kelompok atas
JB : Jumlah peserta kelompok bawah
Proporsi peserta kelompok atas yang
menjawab benar.
Proporsi peserta kelompok bawah yang
menjawab benar
Kriteria yang digunakan untuk menentukan
daya pembeda butir soal sebagai berikut:
- Soal dengan D = 0,000 sampai 0,200 adalah jelek
- Soal dengan D = 0,201 sampai 0,400 adalah cukup
- Soal dengan D = 0,401 sampai 0,700 adalah baik
- Soal dengan D = 0,701 sampai 1,000 adalah
sangat baik
D. Metode Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini
diperoleh melalui observasi pengolahan metode
pembelajaran kooperatif model STAD ( Student Teams
23
Achievement Division ) observasi aktivitas siswa dan guru,
dan tes formatif.
E. Teknik Pengumpulan Data
Observasi
Dalam penelitian ini ada dua pedoman observasi yaitu
observasi keaktifan siswa dan observasi terhadap
proses pelaksanaan pembelajaran melalui model STAD
( Student Teams Achievement Division ). Observasi siwa
difokuskan pada pengamatan keaktifan siswa selama
proses pembelajaran pada materi operasi hitung
bilangan bulat. Sedangkan observasi pelaksanaan
pembelajaran difokuskan pada aktifitas guru dan
penerapan model STAD ( Student Teams Achievement Division )
yang akan digunakan.
Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara bertanya kepada
siswa tentang penerapan pembelajaran STAD ( Student
Teams Achievement Division ) yang sudah dilakukan.
Tes
Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan atau
tingkat pemahaman siswa setelah mempelajari materi
operasi hitung bilangan bulat dengan menggunakan
model STAD ( Student Teams Achievement Division ) yang
digunakan berupa tes individu.
Dokumentasi
24
Dokumentasi diperoleh dari hasil tes siswa, lembar
observasi, lembar wawancara, daftar kelompok siswa
dan foto selama proses pembelajaran.
E. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam
kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data.
Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis
deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian
yang bersifat menggambarkan kenyataa atau fakta sesuai
dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk
mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa juga untuk
memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran
serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau
persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar
mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara
memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada
setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistic
sederhana yaitu:
1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang
diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan
jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga
diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:
25
Dengan : = Nilai rata-rata
Σ X = Jumlah semua nilai siswa
Σ N = Jumlah siswa
2. Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu
secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan
petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994
(Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas
belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65,
dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas
tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap
lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung
persentase ketuntasan belajar digunakan rumus
sebagai berikut:
3. Untuk lembar observasi
a. Lembar observasi pengelola metode pembelajarn
koooperatif model STAD.
Untuk menghitung lembar observasi pengelolaan
metode pembelajaran kooperatif model STAD
digunakan rumus sebagai berikut :
X =
Dimana P1 = Pengamat 1 dan P2 = Pengamat 2
b. Lembar observasi aktifitas guru dan siswa
Untuk menghitung lembar observasi aktifitas guru
dan siswa digunakan rumus sebagai berikut :
26
% = x 100 % dengan
X = =
Dimana : % = Presentase pengamatan
X = Rata-rata
x∑ = Jumlah rata-rata
P1 = Pengamat 1
P2 = Pengamat
Hasil Dan Pembahasan
Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu
data pengamatan pengelolaan metode pembelajaran
kooperatif model STAD yang digunakan untuk mengetahui
pengaruh penerapan metode pembelajaran kooperatif model
STAD dalam meningkatkan Hasil Belajar siswa dan data
pengamatan aktivitas siswa dan guru.
Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan Hasil
Belajarbelajar siswa setelah diterapkan metode
pembelajaran kooperatif model STAD.
A. Analisis Data Penelitian Persiklus
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan
perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana
pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alat-
alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
27
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk
siklus I dilaksanakan pada tanggal 26 Mei 2014 di
kelas IV dengan jumlah siswa 30 siswa. Dalam hal
ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
proses belajar mengajar mengacu pada rencana
pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan
(observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksaaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa
diberi tes formatif I dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.1 Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus I
No Aspek yang diamati
Penilaian
Rata-rata
P1 P2
I Pengamatan KBMA. Pendahuluan 1. Memotivasi siswa2. Menyampaikan tujuan
pembelajaran3. Menghubungkan dengan
pelajaran sebelumnya 4. Mengatur siswa dalam
kelompok-kelompok belajar
22
22
22
B. Kegiatan inti1. Mempresentasikan langkah-
langkah metode pembelajaran
3
3
3
3
3
28
kooperatif 2. Membimbing siswa melakukan
kegiatan 3. Melatih keterampilan
kooperatif 4. Mengawasi setiap kelompok
secara bergiliran 5. Memberikan bantuan kepada
kelompok yang mengalami kesulitan
3
33
3
33
33
33
C. Penutup 1. Membimbing siswa membuat
rangkuman 2. Memberikan evaluasi
33
33
33
II Pengelolaan Waktu 2 2 2II
I
Antusiasme Kelas1. Siswa antusias2. Guru antisias
23
23
23
Jumlah 32 32 32Keterangan : Nilai : Kriteria
1) : Tidak Baik
2) : Kurang Baik
3) : Cukup Baik
4) : Baik
Berdasarkan tabel di atas aspek-aspek
yang mendapatkan kriteria kurang adalah
memotivasi siswa, pengelolaan waktu, dan
membuat siswa antusias. Ketiga aspek yang
mendapat nilai kurang baik di atas, merupakan
suatu kelemahan yang terjadi pada siklus I dan
akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan
revisi yang akan dilakukan pada siklus II.
29
Hasil observasi berikutnya adalah
aktivitas guru dan siswa seperti pada tabel
berikut :
Tabel 4.2. Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus I
No Aktivitas Guru yang diamati Presentase
123456
7
89
Menyampaikan tujuanMemotivasi siswaMengkaitkan dengan pelajaransebelumnyaMenyampaikan materi/ langkah-langkah/ strategiMenjelaskan materi yang sulitMembimbing dan mengamati siswadalam menemukan konsepMeminta siswa menyajikan danmendiskusikan hasil kegiatanMemberikan umpan balikMembimbing siswa merangkumpelajaran
18,358,38,36,713,321,7
10,0
13,38,3
No Aktivitas siswa yang diamati Presentase
123456789
Mendengarkan/ memperhatikanpenjelasan guruMembaca bukuBekerja dengan sesama anggotakelompokDiskusi antar siswa/ antara siswadengan guruMenyajikan hasil pembelajaranMenyajikan/ menanggapi pertanyaan/ideMenulis yang relevan dengan KBMMerangkum pembelajaranMengerjakan tes evaluasi
22,511,518,714,42,95,28,96,98,9
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru
yang paling dominan pada siklus I adalah :
30
1. Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan
konsep, yaitu 21,7 %.
2. Aktivitas lain yang presentasinya cukup besar
adalah memberi umpan balik/ evaluasi, tanya jawab
dan menjelaskan materi yang sulit yaitu masing-
masing sebesar 13,3 %.
3. Aktivitas siswa yang paling dominan adalah
mengerjakan/ memperhatikan penjelasan guru yaitu
22,5 %.
4. Aktivitas lain yang presentasinya cukup besar adalah
bekerja dengan sesama anggota kelompok yaitu 18,7 %,
kemudian
5. Diskusi antara siswa/ antara siswa dengan guru 14,4
%, dan
6. Membaca buku yaitu 11,5 %.
Pada siklus I, secaraa garis besar kegiatan
belajar mengajar dengan metode pembelajaran kooperatif
model STAD sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun
peran guru masih cukup dominan untuk memberikan
penjelasan dan arahan, karena model tersebut masih
dirasakan baru oleh siswa.
Table 4.3. Nilai Tes Formatif
Pada Siklus I
No. Absen Skor KeteranganT TT
1 40 √2 40 √3 70 √4 70 √
31
5 80 √6 40 √7 40 √8 80 √9 50 √10 50 √11 50 √12 70 √13 50 √14 70 √15 80 √16 50 √17 70 √18 80 √19 90 √20 70 √21 70 √22 80 √23 40 √24 40 √25 70 √26 70 √27 70 √28 70 √29 70 √30 40 √
Jumlah 1860 19 9
Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak
Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 19
Jumlah siswa yang belum tuntas : 11
Jumlah Skor Tercapai 1860
Jumlah Skor Maksimal Ideal 3000
Rata-Rata Skor Tercapai 63,33
32
Klasikal : Belum
tuntas
Tabel 4.4. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif
Siswa Pada Siklus I
No Uraian Hasil Siklus
I1
2
3
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas
belajar
Persentase ketuntasan belajar
62
20
63,33
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa
dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif
model STAD diperoleh :
1.Nilai rata-rata Hasil belajar siswa adalah 62
2.Ketuntasan belajar mencapai 63,33 % atau ada 19
siswa dari 30 siswa sudah tuntas belajar. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama
secara klasikal siswa belum tuntas belajar,
karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya
sebesar 63,33% lebih kecil dari persentase
ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%.
3.Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa
baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan
dan digunakan guru dengan menerapkan metode
pembelajaran kooperatif model STAD.
c. Refleksi
33
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai
berikut:
1) Siswa kurang termotivasi dalam mengikuti
pembelajaran
2) Siswa kurang pemanfaatan waktu dalam bekerja
berkelompok
3) Siswa kurang begitu antusias selama
pembelajaran berlangsung.
d. Refisi
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada
siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga
perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus
berikutnya.
1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi
siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan
pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk
terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang
akan dilakukan.
2) Guru perlu pemanfaatan waktu secara baik dengan
menambahkan informasi-informasi yang dirasa
perlu dan memberi catatan
3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam
memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih
antusias.
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
34
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan
perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana
pelajaran 2, LKS, 2, soal tes formatif II dan
alat-alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk
siklus II dilaksanakan pada tanggal 28 Mei 2014
di kelas IV dengan jumlah siswa 30 siswa. Dalam
hal ini guru bertindak sebagai peneliti Adapun
proses belajar mengajar mengacu pada rencana
pelajaran dengan memperhatikan refisi pada siklus
I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus
I tidak terulanga lagi pada siklus II. Pengamatan
(observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa
diberi tes formatif II dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II.
Adapun data hasil penelitian pada siklus II
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1. Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus
II
No Aspek yang diamati
Penilaian
Rata-rata
P1 P2
35
I
Pengamatan KBMa. Pendahuluan 1. Memotivasi siswa2. Menyampaikan tujuan
pembelajaran3. Menghubungkan dengan
pelajaran sebelumnya 4. Mengatur siswa dalam
kelompok-kelompok belajar
33
34
33,5
b. Kegiatan inti1. Mempresentasikan langkah-
langkah metode pembelajaran kooperatif
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
3. Melatih keterampilan kooperatif
4. Mengawasi setiap kelompok secara bergiliran
5. Memberikan bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan
344
4
3
444
4
3
3,544
4
3
c. Penutup Membimbing siswa
membuat rangkumanMemberikan
evaluasi
34
44
3,54
II Pengelolaan Waktu 3 3 2
III
Antusiasme Kelas1. Siswa antusias2. Guru antisias
44
34
3,54
Jumlah 41 43 42Keterangan : Nilai : Kriteria
1. : Tidak Baik
2. : Kurang Baik
3. : Cukup Baik
4. : Baik
36
Dari tabel di atas, tanpak aspek-aspek
yang diamati pada kegiatan belajar mengajar
(siklus II) yang dilaksanakan oleh guru dengan
menerapkan metode pembelajarn kooperatif model
STAD mendapatkan penilaian yang cukup baik dari
pengamat. Maksudnya dari seluruh penilaian tidak
terdapat nilai kurang. Namun demikian penilaian
tesebut belum merupakan hasil yang optimal, untuk
itu ada beberapa aspek yang perlu mendapatkan
perhatian untuk penyempurnaan penerapan
pembelajaran selanjutnya. Aspek-aspek tersebut
adalah memotivasi siswa, membimbing siswa
merumuskan kesimpulan/ menemukan konsep, dan
pengelolaan waktu.
Dengan penyempurnaan aspek-aspek di atas
penerapan metode pembelajaran kooperatif model
STAD diharapkan siswa dapat menyimpulkan apa yang
telah mereka pelajari dan mengemukakan
pendapatnya sehingga mereka akan lebih memahami
tentang apa ynag telah mereka lakukan.
Berikut disajikan hasil observasi akivitas guru
dan siswa
Tabel 4.2. Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus
II
No Aktivitas Guru yang diamati Presentase
1 Menyampaikan tujuan 6,7
37
23456
7
89
Memotivasi siswaMengkaitkan dengan pelajaransebelumnyaMenyampaikan materi/ langkah-langkah/strategiMenjelaskan materi yang sulitMembimbing dan mengamati siswa dalammenemukan konsepMeminta siswa menyajikan danmendiskusikan hasil kegiatanMemberikan umpan balikMembimbing siswa merangkum pelajaran
6,76,711,711,725,0
8,2
16,66,7
No Aktivitas siswa yang diamati Presentase
123456789
Mendengarkan/ memperhatikanpenjelasan guruMembaca bukuBekerja dengan sesama anggotakelompokDiskusi antar siswa/ antara siswadengan guruMenyajikan hasil pembelajaranMenyajikan/ menanggapi pertanyaan/ideMenulis yang relevan dengan KBMMerangkum pembelajaranMengerjakan tes evaluasi
17,912,121,013,84,65,47,76,710,8
Berdasarkan tabel I di atas, tampak bahwa :
1. Aktifitas guru yang paling dominan pada siklus II
adalah membimbing dan mengamati siswa dalam
menentukan konsep yaitu 25%. Jika dibandingkan
dengan siklus I, aktivitas ini mengalami
peningkatan. Aktivitas guru yang mengalami
penurunan adalah memberi umpan balik/evaluasi/
Tanya jawab (16,6%), menjelaskan materi yang sulit
38
(11,7). Meminta siswa mendiskusikan dan menyajikan
hasil kegiatan (8,2%), dan membimbing siswa
merangkum pelajaran (6,7%).
2.Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan
pada siklus II adalah bekerja dengan sesama anggota
kelompok yaitu (21%). Jika dibandingkan dengan
siklus I, aktifitas ini mengalami peningkatan.
Aktifitas siswa yang mengalami penurunan adalah
mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru (17,9%).
3.Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru
(13,8%),
4.Menulis yang relevan dengan KBM (7,7%) dan
5.Merangkum pembelajaran (6,7%).
6.Adapun aktifitas siswa yang mengalami peningkatan
adalah membaca buku (12,1%)
7.Menyajikan hasil pembelajaran (4,6%)
8.Menanggapi/mengajukan pertanyaan/ide (5,4%), dan
9.Mengerjakan tes evaluasi (10,8%).
Table 4.3. Nilai Tes Formatif Pada Siklus II
No. Absen Skor KeteranganT TT
1 70 √2 50 √3 90 √4 80 √5 90 √6 80 √7 50 √8 80 √9 80 √10 50 √
39
11 50 √12 70 √13 50 √14 70 √15 80 √16 50 √17 80 √18 80 √19 100 √20 90 √21 70 √22 80 √23 50 √24 80 √25 80 √26 80 √27 70 √28 80 √29 80 √30 50 √
Jumlah 2160 23 7
Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak
Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 23
Jumlah siswa yang belum tuntas : 7
Klasikal : Belum
tuntas
Tabel 4.4. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa
Pada Siklus II
Jumlah Skor Tercapai 2160
Jumlah Skor Maksimal Ideal 3000
Rata-Rata Skor Tercapai 72
40
No Uraian Hasil Siklus
II1
2
3
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas
belajar
Persentase ketuntasan belajar
72
23
76,66
Dari tabel di atas diperoleh :
1. Nilai rata-rata Hasil Belajar siswa adalah 72,61
2. Ketuntasan belajar mencapai 76,66 % atau ada 23
siswa dari 30 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini
menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan
belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan
lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil
belajar siswa ini karena setelah guru
menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan
selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan
berikutnya siswa lebih termotivasi utnuk belajar.
Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang
dimaksudkan dan dinginkan guru dengan menerapkan
metode pembelajaran kooperatif model STAD.
c. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh
informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:
1) Memotivasi siswa
2) Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan
konsep
41
3) Pengelolaan waktu.
d. Revisi Rancangan
Pelaksanaan kegiatan belelajar pada siklus II ini
masih terdapat kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya
revisi untuk dilaksanakan pada siklus II antara lain:
1. Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat
siswa lebih termotivasi selama proses belajar
mengajar berlangsung.
2. Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak
ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk
mengemukakan pendapat atau bertanya.
3. Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa
merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.
4. Guru harus mendistribusikan waktu secara baik
sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai
dengan yang diharapkan.
5. Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan
memberi soal-soal latihan pada siswa untuk
dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar
Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah
tercapai sebesar 76,66% (termasuk kategori tuntas).
Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik
dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar pada
siklus II ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan
kemampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran
kooperatif model STAD yang membuat siswa menjadi lebih
42
terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa
lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.
C. Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
metode pembelajaran kooperatif model STAD memiliki
dampak positif dalam meningkatkan Hasil belajar
siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya
pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan
guru (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II,
) yaitu masing-masing 63,33%; 76,66%. Pada siklus
II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah
tercapai.
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas
siswa dalam proses metode pembelajaran kooperatif
model STAD dalam setiap siklus mengalami
peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap
Hasil Belajarbelajar siswa yaitu dapat ditunjukkan
dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada
setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas
siswa dalam proses pembelajaran matematika pada
pokok bahasan operasi bilangan bulat dengan metode
pembelajaran kooperatif model STAD yang paling
dominan adalah mendengarkan/memperhatikan penjelasan
43
guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan
guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa
dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama
pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah
metode pembelajaran kooperatif model STAD dengan
baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang
muncul di antaranya aktivitas membimbing dan
mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan
LKS/menemukan konsep, menjelaskan, memberi umpan
balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk
aktivitas di atas cukup besar.
Simpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan selama dua siklus, dan berdasarkan seluruh
pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan kooperatif model STAD memiliki
dampak positif dalam meningkatkan Hasil
Belajarbelajar siswa yang ditandai dengan
peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap
siklus, yaitu siklus I 63,33% , siklus II 76,66%.
2. Penerapan metode pembelajaran kooperatif model STAD
mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dari
hasil wawancara dengan beberapa siswa, rata-rata
44
jawaban siswa menyatakan bahwa mereka tertarik dan
berminat dengn metode pembelajaran kooperatif model
STAD sehingga mereka menjadi termotivasi untuk
belajar.
2. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian
sebelumnya agar proses belajar mengajar matematika
lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal
bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan metode pembelajaran kooperatif
model STAD memerlukan persiapan yang cukup matang,
sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih
topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan metode
pembelajaran kooperatif model STAD dalam proses
belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang
optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan Hasil Belajarbelajar
siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa
dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf
yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat
menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan
45
keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
Daftar Pustaka
Karso dkk. 2009. Pendidikan Matematika I. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Muhsetyo, Gatot dkk. 2012. Pembelajaran Matematika SD.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Tambunan, G. 1982. Pengajaran Matematika. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Walle, John A. Van De. Matematika Sekolah Dasar dan Menengah
Edisi IV (Jilid I). Terjemahan. 2008. Jakarta: Erlangga.
Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran.
Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka.
Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya
Usaha Nasional.
Nur, Muhammad. 1996. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya.
Universitas Negeri Surabaya.
Purwanto, N. 1988. Prinsip-prinsip dan Teknis Evaluasi Pengajaran.
Bandung. Remaja Rosda Karya.
Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina
Aksara.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.
Jakarta: Bina Aksara.