Karil Mei 820620083

46
1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD DALAM RANGKA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DALAM KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT KELAS IV SDN BAKALAN KRAJAN 2 KOTA MALANG Mei Handayanti ¹ Abstrak Matematika merupakan mata pelajaran yang paling menakutkan, tidak menarik, sulit membosankan sehingga berdampak pada keaktifan dan hasil evaluasi yang belum mencapai KKM. Selain itu peran guru juga sangat menentukan keberhasilan siswa Salah satunya dikarenakan oleh pemilihan metode pembelajaran yang kurang tepat sehingga siswa kurang menarik, kurang termotivasi, dan cepat bosan terhadap pembelajan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa setelah diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model STAD.. Pelaksanaan penelitian ini menggunakan penelitian tindakan dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Dari analisis data diketahui bahwa prestasi siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II yaitu siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada pra siklus 57,17%, siklus I naik menjadi 63,33% dan siklus 2 naik menjadi 76,66%. Simpulan dari penelitian adalah penerapan metode pembelajaran kooperatif model STAD mempunyai pengaruh positif terhadap keaktifan dan prestasi belajar siswa sehingga metode ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika konsep operasi hitung bilangan bulat kelas IV. Kata kunci: STAD, keaktifan dan hasil belajar, matematika. Pendahuluan ¹Mahasiswa Program S1 PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Terbuka. NIM. 820620083, Email: [email protected]

Transcript of Karil Mei 820620083

1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD DALAM RANGKA

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA

PELAJARAN MATEMATIKA DALAM KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN

BULAT KELAS IV SDN BAKALAN KRAJAN 2 KOTA MALANG

Mei Handayanti ¹

AbstrakMatematika merupakan mata pelajaran yang paling menakutkan, tidakmenarik, sulit membosankan sehingga berdampak pada keaktifan dan hasilevaluasi yang belum mencapai KKM. Selain itu peran guru juga sangatmenentukan keberhasilan siswa Salah satunya dikarenakan oleh pemilihan metode pembelajaran yangkurang tepat sehingga siswa kurang menarik, kurang termotivasi, dan cepatbosan terhadap pembelajan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipeningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa setelah diterapkannya metodepembelajaran kooperatif model STAD.. Pelaksanaan penelitian inimenggunakan penelitian tindakan dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahapperencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Dari analisis datadiketahui bahwa prestasi siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampaisiklus II yaitu siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) padapra siklus 57,17%, siklus I naik menjadi 63,33% dan siklus 2 naik menjadi76,66%. Simpulan dari penelitian adalah penerapan metode pembelajarankooperatif model STAD mempunyai pengaruh positif terhadap keaktifan danprestasi belajar siswa sehingga metode ini dapat digunakan sebagai salahsatu alternatif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam matapelajaran matematika konsep operasi hitung bilangan bulat kelas IV.

Kata kunci: STAD, keaktifan dan hasil belajar, matematika.

Pendahuluan

¹Mahasiswa Program S1 PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Terbuka. NIM. 820620083, Email:

[email protected]

2

1. Latar Belakang Masalah

1. Identifikasi Masalah

Prestasi belajar berdasarkan observasi yang dilakukan di

SDN Bakalan Krajan 2 belum memuaskan, karena rata-rata

hasil ulangan pada konsep operasi hitung bilangan bulat

adalah 61, sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

pada konsep operasi hitung bilangan bulat tersebut adalah

65. Disamping itu, mata pelajaran matematika merupakan

salah satu pelajaran yang paling ditakuti oleh siswa dan

termasuk dalam mata pelajaran Ujian Sekolah .Berdasarkan

hasil pengamatan di dalam kelas dan data hasil belajar

siswa kelas IV SDN Bakalan Krajan 2, pada semester II

Tahun Pelajaran 2013/2014 diduga penyebab timbulnya

masalah antara lain:

a.Sebagian siswa beranggapan bahwa Matematika merupakan

mata pelajaran yang tidak menarik, sulit, dan

membosankan, setiap guru menyampaikan materi

pembelajaran matematika banyak siswa yang acuh tak

acuh, hasil ulangan rata-rata kelas belum mencapai KKM.

b.Proses pembelajaran Matematika kurang kondusif, dalam

penyampaian pelajaran Matematika hanya menggunakan

metode ceramah yang mungkin dianggap oleh para guru

adalah metode yang paling praktis, mudah dan efisien,

dilaksanakan tanpa persiapan, sehingga siswa tidak bisa

menerima pembelajaran yang telah diberikan gurunya,

yang mengakibatkan hasil belajar Matematika kurang dari

yang diharapkan.

3

c.Rendahnya hasil belajar matematika siswa juga

dikarenakan beberapa guru masih sering mengalami

kesulitan dalam menanamkan konsep-konsep dasar

matematika kepada siswa, khususnya pada konsep operasi

hitung bilangan bulat . Oleh karena itu kewajiban para

gurulah untuk menanamkan rasa senang terhadap materi

pelajaran matematika dengan memberi rangsangan atau

dorongan kepada mereka.

d.Salahsatu cara diantaranya adalah pembelajaran

matematika dengan menggunakan media yang sesuai dengan

materinya, guru harus pandai memilih media yang sesuai

dengan tingkat perkembangan siswa SD khususnya siswa

kelas IV dengan materi operasi hitung bilangan bulat.

Masalah dalam proses pembelajaran tersebut perlu segera

diatasi karena jika dibiarkan akan berpengaruh terhadap

mutu sekolah. Tujuan mata pelajaran matematika di sekolah

dasar bahwa siswa belajar tidak hanya dibidang kognitif

saja, tetapi meluas pada bidang psikomotor dan afektif.

Pembelajaran matematika diarahkan untuk pembentukan

kepribadian dan pembentukan arah berpikir yang bersandar

pada hakikat matematika, ini berarti hakekat matematika

merupakan unsur utama dalam pembelajaran matematika. Oleh

karena itu hasil-hasil pembelajaran Matematika perlu

menapak kemampuan berpikir yang matematis dalam diri

siswa. Dalam dunia pendidikan, pada usia anak SD sekitar

6-11 tahun masih suka bermain dan memahami konsep-konsep

yang bersifat konkret. Untuk meningkatkan kemampuan siswa

4

dalam menguasai konsep matematika tentang operasi hitung

bilangan bulat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu

cara yang digunakan adalah dengan metode STAD. Model

pembelajaran kooperatif dapat dilakukan dengan berbagai

pendekatan antara lain dengan model pembelajaran

kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD).

Pembelajaran kooperatif tipe STAD di kembangkan oleh

Robert E. Slavin, di mana pembelajaran tersebut mengacu

pada belajar kelompok peserta didik. Dalam satu kelas

peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan

anggota empat sampai lima orang, setiap kelompok haruslah

heterogen.

2. Analisis Masalah

Dalam pembelajaran matematika yang telah dilakukan di

kelas IV SDN Bakalan Krajan 2 Malang, kemampuan siswa

dalam memehami konsep bilangan bulat dengan kompetensi

dasar operasi bilangan bulat masih rendah. Hal ini dapat

dilihat dari rendahnya nilai test evaluasi siswa. Dari

test evaluasi didapat 57,17 % nilai tes siswa di atas

KKM. Presentase tersebut jauh dari presentase ideal

umumnya antara 75 % - 100 %.Penyebab rendahnya hasil

belajar siswa karena metode yang digunakan guru yang

monoton, cenderung membosankan dan tidak di hadapkan pada

benda konkrit sehingga minat siswa rendah, kurang aktif ,

dan bosan.

3. Alternatif dan prioritas pemecahan masalah

5

Dalam penelitian ini , kajian ditujukan pada

pengembangan metode pembelajaran yang mengarah pada

penggunaan metode pembelajaran yang menuntut aktivitas

siswa dalam mengikuti pembelajaran. Salah satu metode

yang menuntut aktivitas siswa dalam mengikuti

pembelajaran adalah media konkret. Oleh karena itu, upaya

yang dilakukan dalam meningkatkan hasil belajar berupa

penerapan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan

menggunakan metode STAD ( Student Teams Achievement

Divisions ).

B.  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana

tersebut diatas, maka rumusan masalahnya adalah : (nilai)

1. Bagaimana penerapan metode STAD dapat meningkatkan

hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN Bakalan

Krajan 2 khususnya pada operasi hitung bilangan

bulat ?

2. Apakah dengan metode pembelajaran STAD dapat

meningkatkan keaktifan dan nilai siswa kelas IV SDN

Bakalan Krajan 2?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi

tujuan perbaikan adalah:

Meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan

menggunakan metode STAD ( Student Teams Achievent

Divisons ) mata pelajaran matmatika tentang operasi

hitung bilangan bulat dalam penelitian tindakan kelas.

6

D.Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Dari penelitian perbaikan pembelajaran ini, dapat

memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi siswa, penggunaan metode STAD ( Student Teams

Achievent Divisons ) dapat meningkatkan pemahaman

konsep operasi bilangan bulat sehingga dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Bagi guru, hasil penelitian perbaikan pembelajaran ini

dapat dipergunakan untuk mengembangkan kemampuannya

untuk menerapkan STAD ( Student Teams Achievent

Divisons ) ini pada kompetensi dasar lainnya dan dapat

membagi pengalaman yang diperolehnya kepada guru yang

lain.

3. Bagi sekolah, hasil penelitian perbaikan pembelajaran

ini dapat dipergunakan sebagai masukan dalam menyusun

program sekolah dalam upaya meningkatkan mutu

pendidikan dan dapat memperhatikan perkembangan proses

belajar mengajar.

4. Bagi peneliti

Menambah wawasan mengenai penerapan model STAD pada

pembelajaran matematika. Selain itu hasil penelitian

ini dapat digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan

pembelajaran matematika di SD tempat mengajar. Hasil

penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai dasar pada

penelitian berikutnya.

Kerangka Dasar Teori

2.1 Kajian Teori

7

2.1.1 Pengertian Belajar dan Hasil belajar

2.1.1.1 Pengertian Belajar

Pengertian belajar menurut Fontana (dalam Erman

Suherman, 2003:7) adalah proses perubahan tingkah laku

individu yang relatif tetap sebagai hasil dari

pengalaman. Pembelajaran merupakan upaya penataan

lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar

tumbuh dan berkembang secara optimal. Dengan demikian

proses belajar bersifat eksternal yang sengaja

direncanakan dan bersifat rekayasa perilaku.

Menurut Slameto (2003: 2) belajar adalah suatu

proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya.

Simpulan dari beberapa pendapat diatas, hakikat

belajar merupakan perubahan tingkah laku dari

lingkungan. Kondisi belajar di kelas diciptakan untuk

mengantarkan siswa ke tujuan pembelajaran, sehingga

terjadinya perubahan perilakun siswa ke arah positif.

2.1.1.2 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang

diperoleh peserta didik setelah proses pembelajaran

(Anni, 2010). Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman

belajarnya (Sudjana, 2004) membagi tiga macam hasil

belajar mengajar :

8

1) Keterampilan dan kebiasaan

2) Pengetahuan dan pengarahan

3) Sikap dan cita-cita

Menurut Hamalik (2002) hasil belajar tampak sebagai

terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang

diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan, sikap

dan keterampilan.

Dari penjelasan beberapa ahli, dapat diambil kesimpulan

bahwa belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan

perilaku siswa dalam bakat pengalaman dan pelatihan.

Artinya tujuan kegiatan belajar mengajar ialah

perubahan tingkahlaku, baik yang menyangkut

pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi

segenap aspek pribadi. Kegiatan belajar pengajar

seperti mengorganisasi pengalaman belajar, menilai

proses dan hasil belajar, termasuk dalam cakupan

tanggung jawab guru dalam pencapaian hasil belajar

siswa.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan

bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari

proses dan pengamatan yang telah dilakukan berulang-

ulang serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau

bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil

belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu

yang selalu ingin mencapai hasil belajar yang lebih

baik sehingga akan merubah cara berpikir serta

menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

9

2.1.2. Hakekat Matematika

Beberapa pengertian matematika yaitu :

a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan

terorganisir secara sistematik

b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan

kalkulasi

c. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran

logis dan berhubungan dengan bilangan

d. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-

struktur yang logik yang bersifat konsisten

e. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan

yang ketat

Karakteristik matematika yaitu :

a. Memiliki objek kajian yang abstrak

b. Bertumpu pada kesepakatan

c. Berpola pikir deduktif

d. Memiliki simbol yang kosong dari arti

e. Memperhatikan semesta pembicaraan

f. Konsisten dalam sistemnya

Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio

( penalaran ), bukan menekankan dari hasil eksperimen

atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiran-

pikiran manusia, yang berhubungan dengan idea, proses,

dan penalaran siswa akan memperoleh pengetahuan baru

( new knowledge ).

2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif

10

Istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri

khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode

tertentu, yaitu rasional teoritik yang logis, tujuan

pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku mengajar

yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan

secara berhasil, dan lingkungan belajar yang diperlukan

agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Mohammad

Asikin, 2001:3).

Pada penelitian tindakan kelas ini peneliti

menggunakan pendekatan tipe STAD karena pembelajaran

kooperatif tipe STAD merupakan tipe pembelajaran

kooperatif yang paling sederhana dan paling mudah

diterapkan. Selain itu di kelas IV SDN Bakalan Krajan 2

belum pernah menerapkan pembelajaran kooperatif sehingga

peneliti memilih pembelajaran kooperatif STAD dengan

harapan dapat mudah diikuti oleh siswa kelas tersebut.

Selanjutnya akan dijelaskan mengenai pembelajaran

kooperatif tipe STAD.

2.1.3.1. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Menurut Slavin (dalam Richard Arends: 1997)

menyatakan pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri

dari lima komponen utama, yaitu pengajaran, belajar

kelompok, kuis, skor perkembangan, dan penghargaan

kelompok.

Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif mode

STAD sebagai berikut:

11

1. Kelompokkan siswa dengan masing-masing kelompok

terdiri dari tiga sampai dengan lima orang. Anggota-

anggota kelompok dibuat heterogen meliputi

karakteristik kecerdasan, kemampuan awal matematika,

motivasi belajar, jenis kelamin, atupun latar

belakang etnis yang berbeda.

2. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan presentasi guru

dalam menjelaskan pelajaran berupa paparan masalah,

pemberian data, pemberian contoh. Tujuan peresentasi

adalah untuk mengenalkan konsep dan mendorong rasa

ingin tahu siswa.

3. Pemahan konsep dilakukan dengan cara siswa diberi

tugas-tugas kelompok. Mereka boleh mengerjakan

tugas-tugas tersebut secara serentak atau saling

bergantian menanyakan kepada temannya yang lain atau

mendiskusikan masalah dalam kelompok atau apa saja

untuk menguasai materi pelajaran tersebut. Para

siswa tidak hanya dituntut untuk mengisi lembar

jawaban tetapi juga untuk mempelajari konsepnya.

Anggota kelompok diberitahu bahwa mereka dianggap

belum selesai mempelajari materi sampai semua

anggota kelompok memahami materi pelajaran tersebut.

4. Siswa diberi tes atau kuis individual dan teman

sekelompoknya tidak boleh menolong satu sama lain.

Tes individual ini bertujuan untuk mengetahui

tingkat penguasaaan siswa terhadap suatu konsep

dengan cara siswa diberikan soal yang dapat

12

diselesaikan dengan cara menerapkan konsep yang

dimiliki sebelumnya.

5. Hasil tes atau kuis selanjutnya dibandingkan dengan

rata-rata sebelumnya dan poin akan diberikan

berdasarkan tingkat keberhasilan siswa mencapai atau

melebihi kinerja sebelumnya. Poin ini selanjutnya

dijumlahkan untuk membentuk skor kelompok.

6. Setelah itu guru memberikan pernghargaan kepada

kelompok yang terbaik prestasinya atau yang telah

memenuhi kriteria tertentu. Penghargaan disini dapat

berupa hadiah, sertifikat, dan lain-lain.

Gagasan utama dibalik model STAD adalah untuk

memotivasi para siswa untuk mendorong dan membantu

satu sama lain untuk menguasai keterampilan-

keterampilan yang disajikan oleh guru. Jika para

siswa menginginkan agar kelompok mereka memperoleh

penghargaan, mereka harus membantu teman

sekelompoknya mempelajari materi yang diberikan.

Mereka harus mendorong teman meraka untuk melakukan

yang terbaik dan menyatakan suatu norma bahwa

belajar itu merupakan suatu yang penting, berharga

dan menyenangkan.

2.1.3.2. Pendekatan Kontekstual

Menurut Zahorik (1995) kontekstual secara bahasa

berasal dari bahasa Latin contextum yang artinya dalam

konteks. Maksud konteks yaitu keadaan, situasi dan

13

kejadian. Secara umum, kontekstual membawa

pengertian:

(1) yang berkenaan, relevan, ada hubungan atau kaitan

langsung, mengikuti konteks.

(2) yang membawa maksud, makna dan kepentingan

(meaningful).

2.4. Kerangka Berpikir

Pada tahap awal sebelum guru menggunakan model

pembelajaran dengan tipe STAD ( Student Teams Achievement

Divison ) dengan media garis bilangan guru masih

menggunakan metode ceramah, hasil belajar siswa dalam

pelajaran Matematika di SDN Bakalan Krajan 2 kelas IV

masih rendah. Guru berupaya melakukan inovasi

pembelajaran, yaitu menambah model pembelajarannya dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

( Student Teams Achievement Divison ) di SDN Bakalan

Krajan 2 kelas IV.

Untuk memberikan penjelasan dapat digambarkan dalam

kerangka berpikir:

a.Pada kondisi awal, guru melaksanakan pembelajaran

dengan metode ceramah. Hasil belajar siswa masih rendah

dan siswa yang tuntas di bawah 50 %

b.Setelah dilakukan PTK dalam dua siklus dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

(Student Teams Achievement Divison) diharapkan dapat

meningkatkan hasil belajar matematika dalam pokok

bahasan operasi hitung bilangan bulat.

14

2.5 Hipotesisi Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan maka

hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan adalah

sebagai berikut :

Penerapan pembelajaran model STAD (Student Teams

Achievement Divison) meningkatkan keaktifan dan hasil

belajar matematika siswa kelas IV semester 2 SDN Bakalan

Krajan 2 khususnya pada operasi hitung bilangan bulat.

Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan

dalam melakukan penelitian untuk memperoleh

data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat

di SDN Bakalan Krajan 2.tahun pelajaran

2013/2014.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya

penelitian atau saat penelitian ini

dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan 26

dan 28 Mei 2014.Subyek Penelitian

3. Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas IV

SDN Bakalan Krajan 2 tahun pelajaran 2013/2014

pada pokok bahasan Operasi hitung bilangan

bulat.

B. Rancangan Penelitian

15

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas

(PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah

suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh

pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan

kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam

melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap

tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta

memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran

tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2000: 3).

Sedangkan menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu

bentuk kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh

pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran

yang dilakukan.

Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk

memperbaiki/meningkatkan praktek pembelajaran secara

berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya

adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru

(Mukhlis, 2000: 5).

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu

penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan

model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart

(dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari

sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap

siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan),

observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah

pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah

direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum

16

masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan

yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral

dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat

dilihat pada gambar berikut :

Refleksi

Tindakan/

Observasi

Refleksi

Tindakan/

Observasi

Refleksi

Tindakan/ Observasi

Rencana awal/rancang

an

Rencana yang direvisi / siklus 1

Rencana yang direvisi/ siklus 2

Putaran 1

Putaran 2

Putaran 3

17

Gambar 3.1 Alur PTK

Penjelasan alur di atas adalah:

1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan

penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan

dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya

instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.

2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang

dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun

pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau

dampak dari diterapkannya metode pembelajaran model

STAD.

3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan

mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan

yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang

diisi oleh pengamat.

18

4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil

refleksi dari pengamat membuat rancangan yang

direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.

Observasi dibagi dalam dua putaran, yaitu

putaran 1 dan 2 dimana masing putaran dikenai

perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan

membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan

tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam

dua putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem

pengajaran yang telah dilaksanakan.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

terdiri dari:

1. Silabus

Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan

tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas,

serta penilaian hasil belajar.

2. Rencana Pelajaran (RP)

Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang

digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan

disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RP berisi

kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil

belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan

belajar mengajar.

3. Lembar Kegiatan Siswa

Lembar kegitan ini yang dipergunakan siswa

untuk membantu proses pengumpulan data hasil

19

kegiatan proses belajar mengajar dengan metode

kooperatif model STAD.

4. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar

a. Lembar observasi pengolahan metode

pembelajaran kooperatif model STAD, untuk

mengamati kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran.

b. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru,

untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama

proses pembelajaran.

5. Tes formatif

Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran

yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur

kemampuan pemahaman konsep matematika pada pokok

bahasan Operasi hitung bilangan bulat Tes formatif

ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang

diberikan adalah pilihan ganda (objektif).

Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 45 soal yang

telah diujicoba, kemudian penulis mengadakan

analisis butir soal tes yang telah diuji validitas

dan reliabilitas pada tiap soal. Analisis ini

digunakan untuk memilih soal yang baik dan memenuhi

syarat digunakan untuk mengambil data. Langkah-

langkah analisi butir soal adalah sebagai berikut:

a. Validitas Tes

Validitas butir soal atau validitas item

digunakan untuk mengetahui tingkat kevalidan

20

masing-masing butir soal. Sehingga dapat

ditentukan butir soal yang gagal dan yang

diterima. Tingkat kevalidan ini dapat dihitung

dengan korelasi Product Moment:

(Suharsimi

Arikunto, 2001: 72)

Dengan: rxy : Koefisien korelasi product

moment

N : Jumlah peserta tes

ΣY : Jumlah skor total

ΣX : Jumlah skor butir soal

ΣX2 : Jumlah kuadrat skor butir soal

ΣXY : Jumlah hasil kali skor butir soal

b. Reliabilitas

Reliabilitas butir sola dalam penelitian ini

menggunakan rumus belah dua sebagai berikut:

(Suharsimi Arikunto, 20001: 93)

Dengan:r11 : Koefisien reliabilatas yang sudah

disesuaikan

r1/21/2 : Korelasi antara skor-skor setiap

belahan tes

Kriteria reliabilitas tes jika harga r11 dari

perhitungan lebih besar dari harga r pada tabel

product moment maka tes tersebut reliabel.

c. Taraf Kesukaran

21

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya

suatu soal adalah indeks kesukaran. Rumus yang

digunakan untuk menentuikan taraf kesukaran

adalah:

(Suharsimi Arikunto, 2001: 208)

Dengan: P : Indeks kesukaran

B :Banyak siswa yang menjawab soal

dengan benar

Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria untuk menentukan indeks kesukaran

soal adalah sebagai berikut:

- Soal dengan P = 0,000 sampai 0,300 adalah

sukar

- Soal dengan P = 0,301 sampai 0,700 adalah

sedang

- Soal dengan P = 0,701 sampai 1,000 adalah

mudah

d. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu

soal untuk membedakan antara siswa yang

berkemampuan tinggi dengan siswa yang

berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan

besarnya daya pembeda disebut indeks

diskriminasi. Rumus yang digunakan untuk

menghitung indeks diskriminasi adalah sebagai

berikut:

22

(Suharsimi Arikunto, 2001: 211)

Dimana:

D : Indeks diskriminasi

BA : Banyak peserta kelompok atas yang

menjawab dengan benar

BB : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab

dengan benar

JA : Jumlah peserta kelompok atas

JB : Jumlah peserta kelompok bawah

Proporsi peserta kelompok atas yang

menjawab benar.

Proporsi peserta kelompok bawah yang

menjawab benar

Kriteria yang digunakan untuk menentukan

daya pembeda butir soal sebagai berikut:

- Soal dengan D = 0,000 sampai 0,200 adalah jelek

- Soal dengan D = 0,201 sampai 0,400 adalah cukup

- Soal dengan D = 0,401 sampai 0,700 adalah baik

- Soal dengan D = 0,701 sampai 1,000 adalah

sangat baik

D. Metode Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini

diperoleh melalui observasi pengolahan metode

pembelajaran kooperatif model STAD ( Student Teams

23

Achievement Division ) observasi aktivitas siswa dan guru,

dan tes formatif.

E. Teknik Pengumpulan Data

Observasi

Dalam penelitian ini ada dua pedoman observasi yaitu

observasi keaktifan siswa dan observasi terhadap

proses pelaksanaan pembelajaran melalui model STAD

( Student Teams Achievement Division ). Observasi siwa

difokuskan pada pengamatan keaktifan siswa selama

proses pembelajaran pada materi operasi hitung

bilangan bulat. Sedangkan observasi pelaksanaan

pembelajaran difokuskan pada aktifitas guru dan

penerapan model STAD ( Student Teams Achievement Division )

yang akan digunakan.

Wawancara

Wawancara dilakukan dengan cara bertanya kepada

siswa tentang penerapan pembelajaran STAD ( Student

Teams Achievement Division ) yang sudah dilakukan.

Tes

Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan atau

tingkat pemahaman siswa setelah mempelajari materi

operasi hitung bilangan bulat dengan menggunakan

model STAD ( Student Teams Achievement Division ) yang

digunakan berupa tes individu.

Dokumentasi

24

Dokumentasi diperoleh dari hasil tes siswa, lembar

observasi, lembar wawancara, daftar kelompok siswa

dan foto selama proses pembelajaran.

E. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam

kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data.

Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis

deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian

yang bersifat menggambarkan kenyataa atau fakta sesuai

dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk

mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa juga untuk

memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran

serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau

persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar

mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara

memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada

setiap akhir putaran.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistic

sederhana yaitu:

1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang

diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan

jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga

diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

25

Dengan : = Nilai rata-rata

Σ X = Jumlah semua nilai siswa

Σ N = Jumlah siswa

2. Untuk ketuntasan belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu

secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan

petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994

(Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas

belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65,

dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas

tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap

lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung

persentase ketuntasan belajar digunakan rumus

sebagai berikut:

3. Untuk lembar observasi

a. Lembar observasi pengelola metode pembelajarn

koooperatif model STAD.

Untuk menghitung lembar observasi pengelolaan

metode pembelajaran kooperatif model STAD

digunakan rumus sebagai berikut :

X =

Dimana P1 = Pengamat 1 dan P2 = Pengamat 2

b. Lembar observasi aktifitas guru dan siswa

Untuk menghitung lembar observasi aktifitas guru

dan siswa digunakan rumus sebagai berikut :

26

% = x 100 % dengan

X = =

Dimana : % = Presentase pengamatan

X = Rata-rata

x∑ = Jumlah rata-rata

P1 = Pengamat 1

P2 = Pengamat

Hasil Dan Pembahasan

Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu

data pengamatan pengelolaan metode pembelajaran

kooperatif model STAD yang digunakan untuk mengetahui

pengaruh penerapan metode pembelajaran kooperatif model

STAD dalam meningkatkan Hasil Belajar siswa dan data

pengamatan aktivitas siswa dan guru.

Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan Hasil

Belajarbelajar siswa setelah diterapkan metode

pembelajaran kooperatif model STAD.

A. Analisis Data Penelitian Persiklus

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan

perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana

pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alat-

alat pengajaran yang mendukung.

b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

27

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk

siklus I dilaksanakan pada tanggal 26 Mei 2014 di

kelas IV dengan jumlah siswa 30 siswa. Dalam hal

ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun

proses belajar mengajar mengacu pada rencana

pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan

(observasi) dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksaaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa

diberi tes formatif I dengan tujuan untuk

mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar yang telah dilakukan.

Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.1 Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus I

No Aspek yang diamati

Penilaian

Rata-rata

P1 P2

I Pengamatan KBMA. Pendahuluan 1. Memotivasi siswa2. Menyampaikan tujuan

pembelajaran3. Menghubungkan dengan

pelajaran sebelumnya 4. Mengatur siswa dalam

kelompok-kelompok belajar

22

22

22

B. Kegiatan inti1. Mempresentasikan langkah-

langkah metode pembelajaran

3

3

3

3

3

28

kooperatif 2. Membimbing siswa melakukan

kegiatan 3. Melatih keterampilan

kooperatif 4. Mengawasi setiap kelompok

secara bergiliran 5. Memberikan bantuan kepada

kelompok yang mengalami kesulitan

3

33

3

33

33

33

C. Penutup 1. Membimbing siswa membuat

rangkuman 2. Memberikan evaluasi

33

33

33

II Pengelolaan Waktu 2 2 2II

I

Antusiasme Kelas1. Siswa antusias2. Guru antisias

23

23

23

Jumlah 32 32 32Keterangan : Nilai : Kriteria

1) : Tidak Baik

2) : Kurang Baik

3) : Cukup Baik

4) : Baik

Berdasarkan tabel di atas aspek-aspek

yang mendapatkan kriteria kurang adalah

memotivasi siswa, pengelolaan waktu, dan

membuat siswa antusias. Ketiga aspek yang

mendapat nilai kurang baik di atas, merupakan

suatu kelemahan yang terjadi pada siklus I dan

akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan

revisi yang akan dilakukan pada siklus II.

29

Hasil observasi berikutnya adalah

aktivitas guru dan siswa seperti pada tabel

berikut :

Tabel 4.2. Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus I

No Aktivitas Guru yang diamati Presentase

123456

7

89

Menyampaikan tujuanMemotivasi siswaMengkaitkan dengan pelajaransebelumnyaMenyampaikan materi/ langkah-langkah/ strategiMenjelaskan materi yang sulitMembimbing dan mengamati siswadalam menemukan konsepMeminta siswa menyajikan danmendiskusikan hasil kegiatanMemberikan umpan balikMembimbing siswa merangkumpelajaran

18,358,38,36,713,321,7

10,0

13,38,3

No Aktivitas siswa yang diamati Presentase

123456789

Mendengarkan/ memperhatikanpenjelasan guruMembaca bukuBekerja dengan sesama anggotakelompokDiskusi antar siswa/ antara siswadengan guruMenyajikan hasil pembelajaranMenyajikan/ menanggapi pertanyaan/ideMenulis yang relevan dengan KBMMerangkum pembelajaranMengerjakan tes evaluasi

22,511,518,714,42,95,28,96,98,9

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru

yang paling dominan pada siklus I adalah :

30

1. Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan

konsep, yaitu 21,7 %.

2. Aktivitas lain yang presentasinya cukup besar

adalah memberi umpan balik/ evaluasi, tanya jawab

dan menjelaskan materi yang sulit yaitu masing-

masing sebesar 13,3 %.

3. Aktivitas siswa yang paling dominan adalah

mengerjakan/ memperhatikan penjelasan guru yaitu

22,5 %.

4. Aktivitas lain yang presentasinya cukup besar adalah

bekerja dengan sesama anggota kelompok yaitu 18,7 %,

kemudian

5. Diskusi antara siswa/ antara siswa dengan guru 14,4

%, dan

6. Membaca buku yaitu 11,5 %.

Pada siklus I, secaraa garis besar kegiatan

belajar mengajar dengan metode pembelajaran kooperatif

model STAD sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun

peran guru masih cukup dominan untuk memberikan

penjelasan dan arahan, karena model tersebut masih

dirasakan baru oleh siswa.

Table 4.3. Nilai Tes Formatif

Pada Siklus I

No. Absen Skor KeteranganT TT

1 40 √2 40 √3 70 √4 70 √

31

5 80 √6 40 √7 40 √8 80 √9 50 √10 50 √11 50 √12 70 √13 50 √14 70 √15 80 √16 50 √17 70 √18 80 √19 90 √20 70 √21 70 √22 80 √23 40 √24 40 √25 70 √26 70 √27 70 √28 70 √29 70 √30 40 √

Jumlah 1860 19 9

Keterangan: T : Tuntas

TT : Tidak

Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas : 19

Jumlah siswa yang belum tuntas : 11

Jumlah Skor Tercapai 1860

Jumlah Skor Maksimal Ideal 3000

Rata-Rata Skor Tercapai 63,33

32

Klasikal : Belum

tuntas

Tabel 4.4. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif

Siswa Pada Siklus I

No Uraian Hasil Siklus

I1

2

3

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas

belajar

Persentase ketuntasan belajar

62

20

63,33

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa

dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif

model STAD diperoleh :

1.Nilai rata-rata Hasil belajar siswa adalah 62

2.Ketuntasan belajar mencapai 63,33 % atau ada 19

siswa dari 30 siswa sudah tuntas belajar. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama

secara klasikal siswa belum tuntas belajar,

karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya

sebesar 63,33% lebih kecil dari persentase

ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%.

3.Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa

baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan

dan digunakan guru dengan menerapkan metode

pembelajaran kooperatif model STAD.

c. Refleksi

33

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai

berikut:

1) Siswa kurang termotivasi dalam mengikuti

pembelajaran

2) Siswa kurang pemanfaatan waktu dalam bekerja

berkelompok

3) Siswa kurang begitu antusias selama

pembelajaran berlangsung.

d. Refisi

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada

siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga

perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus

berikutnya.

1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi

siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan

pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk

terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang

akan dilakukan.

2) Guru perlu pemanfaatan waktu secara baik dengan

menambahkan informasi-informasi yang dirasa

perlu dan memberi catatan

3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam

memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih

antusias.

2. Siklus II

a. Tahap perencanaan

34

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan

perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana

pelajaran 2, LKS, 2, soal tes formatif II dan

alat-alat pengajaran yang mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk

siklus II dilaksanakan pada tanggal 28 Mei 2014

di kelas IV dengan jumlah siswa 30 siswa. Dalam

hal ini guru bertindak sebagai peneliti Adapun

proses belajar mengajar mengacu pada rencana

pelajaran dengan memperhatikan refisi pada siklus

I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus

I tidak terulanga lagi pada siklus II. Pengamatan

(observasi) dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa

diberi tes formatif II dengan tujuan untuk

mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar yang telah dilakukan.

Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II.

Adapun data hasil penelitian pada siklus II

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1. Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus

II

No Aspek yang diamati

Penilaian

Rata-rata

P1 P2

35

I

Pengamatan KBMa. Pendahuluan 1. Memotivasi siswa2. Menyampaikan tujuan

pembelajaran3. Menghubungkan dengan

pelajaran sebelumnya 4. Mengatur siswa dalam

kelompok-kelompok belajar

33

34

33,5

b. Kegiatan inti1. Mempresentasikan langkah-

langkah metode pembelajaran kooperatif

2. Membimbing siswa melakukan kegiatan

3. Melatih keterampilan kooperatif

4. Mengawasi setiap kelompok secara bergiliran

5. Memberikan bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan

344

4

3

444

4

3

3,544

4

3

c. Penutup Membimbing siswa

membuat rangkumanMemberikan

evaluasi

34

44

3,54

II Pengelolaan Waktu 3 3 2

III

Antusiasme Kelas1. Siswa antusias2. Guru antisias

44

34

3,54

Jumlah 41 43 42Keterangan : Nilai : Kriteria

1. : Tidak Baik

2. : Kurang Baik

3. : Cukup Baik

4. : Baik

36

Dari tabel di atas, tanpak aspek-aspek

yang diamati pada kegiatan belajar mengajar

(siklus II) yang dilaksanakan oleh guru dengan

menerapkan metode pembelajarn kooperatif model

STAD mendapatkan penilaian yang cukup baik dari

pengamat. Maksudnya dari seluruh penilaian tidak

terdapat nilai kurang. Namun demikian penilaian

tesebut belum merupakan hasil yang optimal, untuk

itu ada beberapa aspek yang perlu mendapatkan

perhatian untuk penyempurnaan penerapan

pembelajaran selanjutnya. Aspek-aspek tersebut

adalah memotivasi siswa, membimbing siswa

merumuskan kesimpulan/ menemukan konsep, dan

pengelolaan waktu.

Dengan penyempurnaan aspek-aspek di atas

penerapan metode pembelajaran kooperatif model

STAD diharapkan siswa dapat menyimpulkan apa yang

telah mereka pelajari dan mengemukakan

pendapatnya sehingga mereka akan lebih memahami

tentang apa ynag telah mereka lakukan.

Berikut disajikan hasil observasi akivitas guru

dan siswa

Tabel 4.2. Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus

II

No Aktivitas Guru yang diamati Presentase

1 Menyampaikan tujuan 6,7

37

23456

7

89

Memotivasi siswaMengkaitkan dengan pelajaransebelumnyaMenyampaikan materi/ langkah-langkah/strategiMenjelaskan materi yang sulitMembimbing dan mengamati siswa dalammenemukan konsepMeminta siswa menyajikan danmendiskusikan hasil kegiatanMemberikan umpan balikMembimbing siswa merangkum pelajaran

6,76,711,711,725,0

8,2

16,66,7

No Aktivitas siswa yang diamati Presentase

123456789

Mendengarkan/ memperhatikanpenjelasan guruMembaca bukuBekerja dengan sesama anggotakelompokDiskusi antar siswa/ antara siswadengan guruMenyajikan hasil pembelajaranMenyajikan/ menanggapi pertanyaan/ideMenulis yang relevan dengan KBMMerangkum pembelajaranMengerjakan tes evaluasi

17,912,121,013,84,65,47,76,710,8

Berdasarkan tabel I di atas, tampak bahwa :

1. Aktifitas guru yang paling dominan pada siklus II

adalah membimbing dan mengamati siswa dalam

menentukan konsep yaitu 25%. Jika dibandingkan

dengan siklus I, aktivitas ini mengalami

peningkatan. Aktivitas guru yang mengalami

penurunan adalah memberi umpan balik/evaluasi/

Tanya jawab (16,6%), menjelaskan materi yang sulit

38

(11,7). Meminta siswa mendiskusikan dan menyajikan

hasil kegiatan (8,2%), dan membimbing siswa

merangkum pelajaran (6,7%).

2.Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan

pada siklus II adalah bekerja dengan sesama anggota

kelompok yaitu (21%). Jika dibandingkan dengan

siklus I, aktifitas ini mengalami peningkatan.

Aktifitas siswa yang mengalami penurunan adalah

mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru (17,9%).

3.Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru

(13,8%),

4.Menulis yang relevan dengan KBM (7,7%) dan

5.Merangkum pembelajaran (6,7%).

6.Adapun aktifitas siswa yang mengalami peningkatan

adalah membaca buku (12,1%)

7.Menyajikan hasil pembelajaran (4,6%)

8.Menanggapi/mengajukan pertanyaan/ide (5,4%), dan

9.Mengerjakan tes evaluasi (10,8%).

Table 4.3. Nilai Tes Formatif Pada Siklus II

No. Absen Skor KeteranganT TT

1 70 √2 50 √3 90 √4 80 √5 90 √6 80 √7 50 √8 80 √9 80 √10 50 √

39

11 50 √12 70 √13 50 √14 70 √15 80 √16 50 √17 80 √18 80 √19 100 √20 90 √21 70 √22 80 √23 50 √24 80 √25 80 √26 80 √27 70 √28 80 √29 80 √30 50 √

Jumlah 2160 23 7

Keterangan: T : Tuntas

TT : Tidak

Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas : 23

Jumlah siswa yang belum tuntas : 7

Klasikal : Belum

tuntas

Tabel 4.4. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa

Pada Siklus II

Jumlah Skor Tercapai 2160

Jumlah Skor Maksimal Ideal 3000

Rata-Rata Skor Tercapai 72

40

No Uraian Hasil Siklus

II1

2

3

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas

belajar

Persentase ketuntasan belajar

72

23

76,66

Dari tabel di atas diperoleh :

1. Nilai rata-rata Hasil Belajar siswa adalah 72,61

2. Ketuntasan belajar mencapai 76,66 % atau ada 23

siswa dari 30 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini

menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan

belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan

lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil

belajar siswa ini karena setelah guru

menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan

selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan

berikutnya siswa lebih termotivasi utnuk belajar.

Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang

dimaksudkan dan dinginkan guru dengan menerapkan

metode pembelajaran kooperatif model STAD.

c. Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh

informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:

1) Memotivasi siswa

2) Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan

konsep

41

3) Pengelolaan waktu.

d. Revisi Rancangan

Pelaksanaan kegiatan belelajar pada siklus II ini

masih terdapat kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya

revisi untuk dilaksanakan pada siklus II antara lain:

1. Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat

siswa lebih termotivasi selama proses belajar

mengajar berlangsung.

2. Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak

ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk

mengemukakan pendapat atau bertanya.

3. Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa

merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.

4. Guru harus mendistribusikan waktu secara baik

sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai

dengan yang diharapkan.

5. Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan

memberi soal-soal latihan pada siswa untuk

dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar

Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah

tercapai sebesar 76,66% (termasuk kategori tuntas).

Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik

dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar pada

siklus II ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan

kemampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran

kooperatif model STAD yang membuat siswa menjadi lebih

42

terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa

lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.

C. Pembahasan

1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa

Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

metode pembelajaran kooperatif model STAD memiliki

dampak positif dalam meningkatkan Hasil belajar

siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya

pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan

guru (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II,

) yaitu masing-masing 63,33%; 76,66%. Pada siklus

II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah

tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas

siswa dalam proses metode pembelajaran kooperatif

model STAD dalam setiap siklus mengalami

peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap

Hasil Belajarbelajar siswa yaitu dapat ditunjukkan

dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada

setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas

siswa dalam proses pembelajaran matematika pada

pokok bahasan operasi bilangan bulat dengan metode

pembelajaran kooperatif model STAD yang paling

dominan adalah mendengarkan/memperhatikan penjelasan

43

guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan

guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa

dapat dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama

pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah

metode pembelajaran kooperatif model STAD dengan

baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang

muncul di antaranya aktivitas membimbing dan

mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan

LKS/menemukan konsep, menjelaskan, memberi umpan

balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk

aktivitas di atas cukup besar.

Simpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah

dilakukan selama dua siklus, dan berdasarkan seluruh

pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan kooperatif model STAD memiliki

dampak positif dalam meningkatkan Hasil

Belajarbelajar siswa yang ditandai dengan

peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap

siklus, yaitu siklus I 63,33% , siklus II 76,66%.

2. Penerapan metode pembelajaran kooperatif model STAD

mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dari

hasil wawancara dengan beberapa siswa, rata-rata

44

jawaban siswa menyatakan bahwa mereka tertarik dan

berminat dengn metode pembelajaran kooperatif model

STAD sehingga mereka menjadi termotivasi untuk

belajar.

2. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian

sebelumnya agar proses belajar mengajar matematika

lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal

bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:

1. Untuk melaksanakan metode pembelajaran kooperatif

model STAD memerlukan persiapan yang cukup matang,

sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih

topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan metode

pembelajaran kooperatif model STAD dalam proses

belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang

optimal.

2. Dalam rangka meningkatkan Hasil Belajarbelajar

siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa

dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf

yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat

menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan

45

keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu

memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

Daftar Pustaka

Karso dkk. 2009. Pendidikan Matematika I. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Muhsetyo, Gatot dkk. 2012. Pembelajaran Matematika SD.

Jakarta: Universitas Terbuka.

Tambunan, G. 1982. Pengajaran Matematika. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Walle, John A. Van De. Matematika Sekolah Dasar dan Menengah

Edisi IV (Jilid I). Terjemahan. 2008. Jakarta: Erlangga.

Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran.

Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka.

Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya

Usaha Nasional.

Nur, Muhammad. 1996. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya.

Universitas Negeri Surabaya.

Purwanto, N. 1988. Prinsip-prinsip dan Teknis Evaluasi Pengajaran.

Bandung. Remaja Rosda Karya.

Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina

Aksara.

Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.

Jakarta: Bina Aksara.

46