Jurnal Perancangan Grafis Lingkungan Puskesmas Medokan Ayu, Kecamatan Rungkut, Surabaya

15
PERANCANGAN GRAFIS LINGKUNGAN PUSKESMAS MEDOKAN AYU SURABAYA Fernanda Arianto, Gregorius Aditya, Cynthia Bunga Larasati, Maria Anastasia Nilamsari Putri dan Hayyu Primandita Mahasiswa Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Teknis Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 6011 E-mail: [email protected] ABSTRAK Puskesmas Medokan Ayu merupakan satu dari dua puskesmas di wilayah Kecamatan Rungkut. Setiap harinya dari jam pagi dibuka sampai menjelang siang, puskesmas yang telah lulus ISO:2008 ini menjadi padat diisi pengunjung baik yang terdiri dari pasien maupun pengantar. Pada jangka waktu tersebut rentan sekali kepadatan di puskesmas menimbulkan ketidaknyamanan terutama bagi pengunjung yang baru pertama kali datang ke puskesmas. Ruang gerak pengunjung untuk mencari informasi di dalam puskesmas menjadi terbatas akibat keramaian di sekitar yang juga mengaburkan kejelasan pengunjung menentukan sirkulasi pelayanan ditambah besarnya kemungkinan bagi para petugas puskesmas sibuk mengurus pasien lain sehingga kurang bisa membantu secara maksimal merupakan bagian permasalahan yang menjadi pertimbangan penting di sini. Untuk itulah, mengadaptasi tema ‘Asri Berseri’ yang terlebih dahulu digunakan oleh pihak puskesmas, dirancanglah sebuah konsep sistem EGD ‘Asri Modern’ yang bertujuan memanajemen pendistribusian informasi yang ada di Puskesmas Medokan Ayu agar dapat terekspos ke pengunjung secara maksimal dengan dukungan pengemasannya dalam desain yang terkesan ramah lingkungan sekaligus modern. Kata kunci : Puskesmas, Informasi, Pelayanan, EGD, Asri, Modern, Medokan Ayu ABSTRACT PHC Medokan Ayu is one of two health centers in the subdistrict of Rungkut. Every day in the morning of opening hours until early afternoon, this health center that has passed ISO: 2008 become densely filled with visitors consisting of either patient or the escort. Around that period of hours, the density of crowd is very prone to cause discomfort especially for first- time visitors in the clinic. Space for visitors to find the information in the health center is limited due to the masses of people around that also obscures the visitor’s clarity as to

Transcript of Jurnal Perancangan Grafis Lingkungan Puskesmas Medokan Ayu, Kecamatan Rungkut, Surabaya

PERANCANGAN GRAFIS LINGKUNGAN

PUSKESMAS MEDOKAN AYU SURABAYA

Fernanda Arianto, Gregorius Aditya, Cynthia Bunga Larasati,

Maria Anastasia Nilamsari Putri dan Hayyu Primandita

Mahasiswa Program Studi Desain Komunikasi Visual

Fakultas Teknis Sipil dan Perencanaan

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 6011

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Puskesmas Medokan Ayu merupakan satu dari dua puskesmas di wilayah Kecamatan

Rungkut. Setiap harinya dari jam pagi dibuka sampai menjelang siang, puskesmas yang telah

lulus ISO:2008 ini menjadi padat diisi pengunjung baik yang terdiri dari pasien maupun

pengantar. Pada jangka waktu tersebut rentan sekali kepadatan di puskesmas menimbulkan

ketidaknyamanan terutama bagi pengunjung yang baru pertama kali datang ke puskesmas.

Ruang gerak pengunjung untuk mencari informasi di dalam puskesmas menjadi terbatas

akibat keramaian di sekitar yang juga mengaburkan kejelasan pengunjung menentukan

sirkulasi pelayanan ditambah besarnya kemungkinan bagi para petugas puskesmas sibuk

mengurus pasien lain sehingga kurang bisa membantu secara maksimal merupakan bagian

permasalahan yang menjadi pertimbangan penting di sini. Untuk itulah, mengadaptasi tema

‘Asri Berseri’ yang terlebih dahulu digunakan oleh pihak puskesmas, dirancanglah sebuah

konsep sistem EGD ‘Asri Modern’ yang bertujuan memanajemen pendistribusian informasi

yang ada di Puskesmas Medokan Ayu agar dapat terekspos ke pengunjung secara maksimal

dengan dukungan pengemasannya dalam desain yang terkesan ramah lingkungan sekaligus

modern.

Kata kunci: Puskesmas, Informasi, Pelayanan, EGD, Asri, Modern, Medokan Ayu

ABSTRACT

PHC Medokan Ayu is one of two health centers in the subdistrict of Rungkut. Every day in the

morning of opening hours until early afternoon, this health center that has passed ISO: 2008

become densely filled with visitors consisting of either patient or the escort. Around that

period of hours, the density of crowd is very prone to cause discomfort especially for first-

time visitors in the clinic. Space for visitors to find the information in the health center is

limited due to the masses of people around that also obscures the visitor’s clarity as to

determine the service circulation in the clinic in addition to the amount of possibilities for the

staffs being occupied by patients so they are less able to help the visitors to the fullest is some

part of the important issues to be considered here. For this reason, adapting the theme 'Asri

Berseri' who first used by the clinic, it is designed an EGD system with 'Asri Modern' as its

concept which aims to manage the distribution of information in PHC Medokan Ayu to be

optimally exposed to visitors, assisted with a design in which suggested an environmentally

friendly and modern feeling.

Keywords: Public Health Center, Information, Services, EGD, Asri, Modern, Medokan Ayu

PENDAHULUAN

Keberadaan puskesmas memegang peranan vital di lingkungan masyarakat karena puskesmas

merupakan bagian sistem kesehatan nasional sebagai sarana pelayanan kesehatan strata

pertama yang bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan

masyarakat di wilayah kerjanya. Seorang pasien yang ingin berobat ke rumah sakit bahkan

harus meminta rujukan terlebih dahulu ke puskesmas terdekat di daerahnya sebelum

ditunjukkan rumah sakit mana yang sekiranya sesuai untuk pasien.

Standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi ada kriteria pertimbangan lain

yang memungkinkan suatu kecamatan memiliki lebih dari satu puskesmas di wilayahnya.

Seperti di Kecamatan Rungkut–Surabaya yang jumlah penduduknya melebihi 30.000 orang,

Puskesmas Medokan Ayu merupakan satu dari dua puskesmas di kecamatan itu.

Fasilitas dan pelayanan di Puskesmas Medokan Ayu telah terjamin dengan lolos standar

ISO:2008 disertai pengecekan berkala yang diberlakukan oleh Dinas Kesehatan Kota. Namun

apabila fasilitas dan pelayanan yang layak nan memadai tersebut kurang diimbangi dengan

kejelasan informasi prosedural dan pengetahuan di dalamnya, sangat mungkin sekali subjek

yang baru pertama kali datang ke puskesmas belum tentu akan langsung mengerti dengan

sendirinya bagaimana jalan alur pelayanan di sana. Kehadiran petugas yang siap dan sigap

membantu menjelaskan juga tidak menjamin semua subjek yang datang untuk dapat dilayani

secara bersamaan. Apalagi letak Puskesmas Medokan Ayu yang sangat strategis berada di

tengah-tengah pemukiman membuat penduduk sering memadati puskesmas tersebut.

Puskesmas tampak paling ramai dari ketika buka pukul 08.00 hingga pukul 12.00 WIB. Pada

jam-jam tersebut, kepadatan kerap terjadi di area-area seperti lobi, unit pendaftaran, sampai

lorong-lorong klinik seolah tidak terhindarkan lagi sehingga sangat rentan timbul

ketidaknyamanan terutama bagi subjek yang masih merasa asing dengan lingkungan

puskesmas. Ditambah efek samping dengan adanya keramaian ini adalah mengurangi ruang

gerak pengunjung lain dan membatasi pengunjung baru untuk dapat mencari informasi secara

optimal di dalam puskesmas.

Di sinilah sistem desain grafis lingkungan sangat berperan untuk membantu manajemen

pendistribusian informasi yang ada di puskesmas agar dapat terekspos ke subjek secara

maksimal, disertai pengemasannya dengan desain yang membuat subjek mudah menemukan,

memahami, memanfaatkan, sekaligus menikmati informasi yang disediakan. Desain Grafis

Lingkungan (EGD atau Environmental Graphic Design) sendiri merupakan sebuah profesi

desain yang merangkul berbagai disiplin ilmu termasuk di dalamnya, yaitu desain grafis,

arsitektur, desain industri, dan arsitektur lansekap. Kata lingkungan mengacu pada desain

grafis sebagai bagian dari menciptakan lingkungan binaan, bukan untuk lingkungan alam atau

teknik lingkungan. Sedangkan aspek visual yang diperhatikan di sini meliputi wayfinding,

komunikasi identitas, desain informasi, dan pembentukan rasa tempat.

Diharapkan dengan adanya suatu sistem seperti itu dapat membuat subjek yang bisa berupa

pasien atau sekedar pengunjung menjadi lebih mandiri dalam mengelola informasi yang

diberikan serta mengidentifikasi berbagai macam fasilitas dan pelayanan yang ada di

puskesmas dengan nyaman dan percaya diri.

STUDI LITERATUR

TENTANG PUSKESMAS

Berdasar Peraturan Kemendagri no. 5/47, puskesmas secara administratif berada di bawah

administrasi Pemda Kabupaten (Bupati sebagai kepala daerah), tetapi secara medis teknis

mendapat pembinaan dari Dinkes Kabupaten/Kota dan Provinsi. Wewenang untuk

menentukan luas wilayah kerja puskesmas dilakukan oleh Bupati/Walikota berdasarkan saran

dari Kepala Dinkes Kabupaten/Kota.

VISI PUSKESMAS

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya

Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran

masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan,

yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki

kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,

serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yakni lingkungan

sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu serta derajat kesehatan

penduduk kecamatan.

MISI PUSKESMAS

Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung

tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah:

a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.

b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah

kerjanya.

c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan

kesehatan yang diselenggarakan.

d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat

beserta lingkungannya.

TUJUAN

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung

tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah

kerja puskesmas, agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka

mewujudkan Indonesia Sehat 2010.

FUNGSI

Ada tiga fungsi puskesmas, yaitu:

a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.

b. Pusat Pemberdayaan Masyarakat

c. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama

IDENTITAS PUSKESMAS

Puskesmas Medokan Ayu terletak di Jl. Medokan Asri Utara IV No. 31, Kecamatan Rungkut,

Surabaya. Puskesmas ini diresmikan pada tanggal 29 November 1995.29 November 1995 dan

termasuk dalam jenis puskesmas dengan rawat inap persalinan. Batas wilayah kerja

Puskesmas Medokan Ayu adalah Kecamatan Sukolilo (Utara), Kecamatan Gunung Anyar

(Selatan), Kelurahan Kalirungkut (Barat), dan Selat Madura (Timur). Luas wilayahnya adalah

1.552.772 Ha yang terdiri dari tiga kelurahan, yakni Kelurahan Penjaringan Sari, Wonorejo,

dan Medokan Ayu.

STRUKTUR ORGANISASI

Puskesmas Medokan Ayu juga merupakan salah satu dari 62 Puskemas yang ada di Surabaya

dipimpin oleh seorang kepala puskesmas. Kapus (Kepala Puskesmas) inilah yang bertindak

sebagai pemegang program di puskesmas. Meski tanggung jawab puskesmas tidak dipegang

sendiri oleh kapus. Terdapat dua jenis jabatan yang diterapkan, yaitu struktural dan

fungsional. Secara struktural, puskesmas memiliki KTU (Kantor Tata Usaha) sedangkan

secara fungsional, staf-staf di puskesmas bekerja sesuai latar pendidikan masing-masing dan

tidak saling membawahi satu sama lain. Jika dibuat skema:

KEADAAN TANAH

Puskesmas ini dibangun di atas tanah rawa-rawa yang dapat dikategorikan sebagai Wetland

(Lahan Basah). Wetland adalah wilayah-wilayah di mana tanahnya jenuh dengan air, baik

bersifat permanen (menetap) atau musiman. Wilayah-wilayah itu sebagian atau seluruhnya

kadang-kadang tergenangi oleh lapisan air yang dangkal (Wikipedia: Lahan Basah, 2014).

Untuk membuat sebuah bangunan di tanah tipe ini, pondasi bangunan menjadi permasalahan

utama karena diperlukan pondasi yang kuat untuk mendirikan bangunan di tanah yang

strukturnya tidak keras. Serta, level lantai bangunan juga perlu ditinggikan dari permukaan

untuk menghindari risiko menjadi tempat tujuan luapan air terutama saat musim hujan, atau

antisipasi terhadap banjir.

DESAIN GRAFIS LINGKUNGAN

Bagan 1. Struktur Organisasi Puskesmas Medokan Ayu

(Arianto, dkk: 2014)

Grafis lingkungan (enviromental graphic design) adalah cabang ilmu desain yang

mempelajari desain informasi dalam suatu ruang lingkup lingkungan dengan kejelasan dan

keefektifan sebagai tujuannya serta melibatkan berbagai macam pendekatan disiplin ilmu lain

untuk mengkomunikasikan dan mengkombinasikan keahlian dari desain grafis, tehnik,

psikologi, ilmu komunikasi, dan kajian budaya (Tissen dalam O’Grady & O’Grady, 2008).

Termasuk di dalamnya terdapat empat elemen penting dari desain grafis lingkungan, yaitu

Signage, Wayfinding, Interpretation, dan Placemaking. Signage adalah tanda berisi

informasi, sedangkan wayfinding lebih ke membantu penemuan jalan atau rute menuju

tempat yang ingin dituju. Interpretation memfokuskan ke bagaimana suatu objek dibuat beda

(dinstict) dari objek lain agar menonjol sesuai ciri khasnya. Lalu placemaking lebih mengarah

ke pembangunan citra objek atau bagaimana kesan yang ditimbulkan dari lingkungan

tersebut.

SISTEM TANDA

Terdapat empat jenis sign system (Sumbo Tinarbuko, 2008) yaitu, sbb:

1. Main directory: penunjuk utama yang biasanya berupa peta kawasan dan posisi seseorang

terhadap kawasan tersebut dengan tujuan memandu yang bersangkutan untuk mengambil

keputusan dan bergerak sesuai kebutuhannya.

2. Directional Sign: tanda informasi yang berfungsi sebagai alat navigasi pemirsa sebagai

pemandu gerak sehingga bersifat dinamis.

3. Identification Sign: tanda informasi yang berfungsi sebagai alat konfirmasi sebuah

tujuan/pencapaian, contohnya untuk gedung, gerbang kawasan, gapura, patung di bundaran,

nama jalan, nomor rumah, in, exit, toilet, office, information here, dll.

4. Safety Sign/Regulatori: anda informasi yang bersifat himbauan, peringatan, maupun

larangan. Ditujukkan secara positif untuk mengendalikan, mengatur, dan melindungi publik.

METODOLOGI

METODE PENGUMPULAN DATA

Berikut adalah metode pengumpulan data baik data verbal maupun data visual beserta

hasilnya:

Survei Lapangan

• Luas wilayah

• Material bangunan

• Fasilitas dan Layanan

• Grafis Lingkungan

Observasi

• Sirkulasi Pengunjung

• Rutinitas Pengunjung

• Aksesibilitas

Wawancara

• Sejarah Bangunan

• Profil Pengelola

• Jam Kepadatan

Informasi Data

• Profil Pengguna

• Profil Lingkungan

• Diagram Kepuasan Pengunjung

Dari situ dapat disimpulkan bahwa permasalah utama dalam sistem informasi grafis

lingkungan di Puskemas Medokan Ayu adalah masih kurangnya pengeksposan informasi-

informasi penting yang cenderung prosedural dan pengemasan desainnya yang kurang

memiliki daya tarik untuk diperhatikan pengunjung.

Dari hasil analisis bentuk, papan tanda petunjuk ruangan di puskesmas hanya berupa teks

verbal tanpa ada ilustrasi pendukung. Pemilihan warna per papan tanda yang didominasi

warna terang merah, biru, dan kuning membuat sign system di puskesmas ini menimbulkan

kesan saling kontras dan terkesan random. Meski begitu, pemilihan jenis huruf dan

keterbacaan terlihat jelas sesuai prinsip Desain Komunikasi Visual, namun tipe font yang

digunakan memiliki ujung-ujung tajam hampir pada tiap hurufnya sehingga dirasa kurang

cocok untuk diterapkan di area pelayanan kesehatan seperti Puskesmas Medokan Ayu.

Berdasarkan hasil wawancara dan informasi dari pihak pengelola didapatkan data-data verbal

mengenai struktur organisasi, sejarah bangunan, fasilitas-fasilitas, tingkat kunjungan, dan

struktur organisasi perusahaan.

METODE ANALISIS DATA

Metode analisis data yang digunakan adalah dari hasil penemuan-penemuan masalah yang

didapatkan dari survei lapangan secara menyeleruh di Puskesmas Medokan Ayu. Kesemuaan

permasalahan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam sebuah tabel prioritas dengan

pembagian kategori berdasar pengguna, fasilitas, dan sirkulasi. Kemudian dari situ, nilai

prioritasnya ditentukan menurut empat poin penting menurut standar grafis lingkungan yaitu,

wayfinding, signage, site location, dan branding. Dari situ, perancangan grafis lingkungan

Puskemas Medokan Ayu pun akan mengacu terhadap penyelesaian daftar permasalahan

menurut skala prioritasnya.

METODE VISUALISASI DESAIN

Terdiri dari beberapa tahapan untuk memvisualisasikan desain sistem informasi (grafis

lingkungan) Puskesmas Medokan Ayu, yaitu proses berfikir dan proses perancangan yang

terdiri dari riset, analisis, sketsa kasar, serta penyempurnaan dengan program komputer.

Kesemua proses perancangan dilalui dengan melakukan studi bentuk, studi tipografi, studi

Tabel 1. Metode Pengumpulan Data di Puskesmas Medokan Ayu dan Ringkasan Hasil Data

(Arianto, dkk: 2014)

warna dan studi komposisi, guna menentukan desain pilihan yang sekiranya cocok dan

berkemungkinan besar menyelesaikan permasalahan sistem grafis lingkungan di puskesmas.

PEMBAHASAN

KONSEP DESAIN

Setelah menyusun daftar permasalahan di Puskesmas Medokan Ayu yang sekiranya

berhubungan dan kemungkinan besar dapat diselesaikan dengan perancangan desain grafis

lingkungan, maka terciptalah konsep desain bertema ‘Asri Modern’. Mengadopsi citra

puskesmas yang ‘Asri Berseri’, kami ingin mengemas informasi-informasi penting yang ada

di puskesmas dengan seramah, seindah, dan sejelas mungkin sesuai konsep desain. ‘Asri

Modern’ berarti menciptakan kesan yang sejuk, nyaman, dan ramah lingkungan disertai

sentuhan modern agar sesuai dengan perkembangan era teknologi zaman sekarang. Dari situ,

sistem signage dan wayfinding serta penempatannya menjadi fokus terpenting dalam

perancangan ini.

KONSEP BENTUK

Upaya memaksimalkan prosedur penyebaran informasi melalui sistem signage sangat

dipengaruhi pula oleh bentukan papan tanda atau petunjuk yang tidak hanya menjadi media

pengaplikasian informasi tetapi juga mencerminkan konsep desain ‘Asri Modern’. Di sini

bentukan dengan ujung lancip atau tajam sangat dihindari karena memberika kesan awas,

angkuh, dan kaku yang sangat berkebalikan dengan konsep desain yang cenderung memberi

kesan ramah, nyaman, terbuka, dan relaks. Karena itu bentukan signage dengan ujung tidak

tajam cenderung melengkung membentuk kira-kira seperempat kurva di setiap sudut dipilih

menjadi konsep awal sketsa bentukan utamanya.

KONSEP WARNA

Bisa dibilang warna pengikat sebagai branding dalam perancangan konsep desain ‘Asri

Modern’ ini memegang peranan vital yang sangat penting karena dari kejauhan atau bagi

seseorang yang baru pertama kali memasuki puskesmas, warna adalah hal pertama dilihat dan

cenderung memberi kesan pada pandangan pertama pada seseorang tersebut. Karena itulah,

UJUNG LANCIP UJUNG MELENGKUNG

Gambar 1. Sketsa Konsep Bentukan Dasar Papan Signage untuk EGD Puskesmas Medokan Ayu

(Arianto, dkk: 2014)

demi mendukung konsep ‘Asri Modern’ ini warna-warna yang dipilih adalah empat warna

yang dirasa memiliki pembawaan sesuai kriteria asri (sejuk, dingin, ramah, bersahabat,

menenangkan, indah, bersih, sehat, aman) dan modern. Dalam hal ini, sisi modern lebih

merujuk pada kesimpelan bentukan signage yang efisien sekaligus memanjakan mata ketika

menyampaikan informasi kepada pengunjung. Warna-warna utama yang dipilih adalah sbb:

KONSEP TIPOGRAFI

Merujuk pada tema konsep desain dengan mempertimbangkan standar ADA (American with

Disabilities Act) dan penyandang disleksia, tipe font yang dipilih adalah Comfortaa karena

sesuai namanya yang berarti ‘kenyamanan’, bentukan dasar abjad pada font ini adalah sans

serif geometris bertipe bulat yang ditunjukan untuk tulisan dalam ukuran besar dan memiliki

jarak spasi yang tidak terlalu rapat. Font ini memiliki kesan luwes nan modern yang

keterbacaannya juga jelas dan enak dipandang. Berikut adalah rinciannya:

Gambar 2. Color palette yang digunakan untuk EGD Puskesmas Medokan Ayu

(Primandita, dkk: 2014)

PIKTOGRAM

Piktogram merupakan simbol yang mengacu pada sebuah benda, kegiatan proses, dan

konsep. Kehadiran piktogram berupa ikon sederhana mengacu pada berbagai fasilitas yang

ada sehingga dapat memandu pengunjung dengan mudah dapat memahami maksud dan

tujuan dari sign informasi. Dalam proses perancangannya, terlebih dahulu diawali dengan

sketsa kasar berbagai fasilitas, dilanjutkan dengan redrawing di komputer untuk kemudian

disempurnakan. Adapun tahapan-tahapannya antara lain:

1. SKETSA AWAL PIKTOGRAM

2. ALTERNATIF TERPILIH

3. HASIL DIGITALISASI

Gambar 3. Font yang digunakan untuk EGD Puskesmas Medokan Ayu

Sumber: http://www.dafont.com/img/illustration/c/o/comfortaa.png

(Aakerlund, Johan: 2013)

Gambar 4. Sketsa Awal Piktogram untuk EGD Puskesmas Medokan Ayu

(Arianto, dkk: 2014)

Gambar 5 Sketsa Alternatif Terpilih Piktogram untuk EGD Puskesmas Medokan Ayu

(Arianto, dkk: 2014)

MATERIAL

Material dasar yang digunakan untuk membuat signage berbahan dari polymethylmetacrylate

(PMMA) atau yang lebih dikenal dengan nama akrilik. Karakteristik akrilik yang berwarna

bening transparan menyerap sedikit sinar matahari dan meskipun ketebalanan materialnya

bertambah, sifat transparannya tersebut tidak banyak terpengaruh atau berkurang. Bahan

akrilik juga lebih elastis dari bahan seperti kaca serta secara teknis lebih dapat bertahan pada

hentakan tekanan dinamik air. Di tambah lagi, material akrilik tidak gampang berlumut

sehingga bisa lebih awet baik diletakkan di indoor maupun outdoor.

Material penopang yang digunakan adalah besi. Material ini digunakan untuk menopang

berdirinya signage yang terpasang. Dapat berupa lempengan maupun tiang. Kemudian

sebagai tambahan material terutama untuk signage berukuran besar yang perlu penampang

Gambar 6.1 dan 6.2. Bahan Material Akrilik dan Aluminum Composite Panel

(Sumber: http://www.ertareklam.com.tr/reklammalzemeleri/akrilik-levha.jpg)

Gambar 5 Hasil Final Piktogram yang Didigitalisasi untuk EGD Puskesmas Medokan Ayu

(Putri, dkk: 2014)

Gambar 6.1 Gambar 6.2

yang kuat, pondasi inti signage selain ditopang dengan besi juga akan menggunakan bahan

Alucopan atau Aluminum Composite Panel (ACP).

Alucopan memiliki komposisi polyethylene core diantara dua lempeng aluminum dan dilapisi

dengan extra durable PVDF (PolyVinyliDene Fluoride) sebagai struktur komposit yang

menghasilkan karakteristik menakjubkan seperti inti plastik non toksik, tahan air, insulasi

panas, insulasi suara dan tahan terhadap korosi, polusi dan pemakaian.

Kemudian, biaya untuk material akrilik mencapai Rp 2.450.000,00 per lembarnya dengan

ukuran 2m x 3m – ketebalan 5 mm.

PROSES DESAIN

Berikut adalah tahapan-tahapan perancangan hasil desain yang dimulai dari sketsa kasar

kemudian dimodifikasi ulang lewat digital sehingga menghasilkan beberapa alternatif desain

sebelum akhirnya terpilih satu desain utama.

1. Sketsa awal:

2. Digitalisasi dan alternatif:

Gambar 7.1 dan 7.2. Sketsa Awal Signage untuk EGD Puskesmas Medokan Ayu

(Putri, dkk: 2014)

Gambar 7.1 Gambar 7.2

Gambar 8.1 Gambar 8.2

3. Finalisasi 3D:

Gambar 8.3

Gambar 8.5

Gambar 8.4

Gambar 8.1, 8.2, 8.3, 8.4 dan 8.5

Alternatif Signage yang sudah

didigitalisasi untuk EGD

Puskesmas Medokan Ayu

(Primandita, dkk: 2014)

Gambar 9.1 Tampak Samping Hasil Finalisasi 3D Signage untuk EGD Puskesmas Medokan Ayu

(Primandita, dkk: 2014)

Gambar 9.2 Tampak Depan Hasil Finalisasi 3D Signage untuk EGD Puskesmas Medokan Ayu

(Primandita, dkk: 2014)

SIGN PROGRAMMING

Signage-signage tersebut akan diletakkan sesuai fungsi dan kebutuhan serta menyesuaikan

lingkungan Puskesmas Medokan Ayu. Sebagian besar Identification Signage Indoor untuk

menandai klinik-klinik ditempatkan di lokasi yang sama seperti sebelumnya karena selain

letaknya yang memang sudah sesuai, para pengunjung pun sudah terbiasa dengan posisi

signage di pintu ruang klinik. Lalu untuk Directional Signage Outdoor akan ditempatkan di

persimpangan ruas pertama dari gerbang utama karena pasti dilalui siapapun yang masuk ke

puskesmas. Hal ini untuk mempermudah pengunjung yang datang menggunakan kendaraan

memarkir sesuai tempatnya. Begitu pula Directional Signage Indoor yang akan diletakkan di

tempat pengunjung berkumpul setelah pertama masuk melewati lorong resepsionis, yaitu

lobi, agar bisa membantu memberi arahan dimana tempat yang sekiranya dituju. Sedangkan

Orientation Signage Indoor yang diletakkan juga di area sekitar lobi yang rentan padat oleh

pengunjung agar lebih diperhatikan dan gampang ditemukan, seperti dinding masuk lobi dari

lorong resepsionis, di setiap dekat tempat sampah (khusus untuk signage anjuran membuang

sampah pada tempatnya), dan sela-sela ruangan klinik.

KESIMPULAN

Perancangan sistem grafis lingkungan suatu tempat atau area memerlukan pengetahuan dan

pemahaman yang mendalam mengenai tempat tersebut, karena sistem grafis lingkungan yang

efektif di suatu tempat belum tentu juga efektif di tempat yang lain. Terutama jika itu

menyangkut pencintraan tempat tersebut (placemaking). Dalam hal ini, yang menjadi objek

perancangan adalah sebuah pusat kesehatan masyarakat dimana penyajian informasi dan

media yang digunakan menjadi fokus utamanya. Disebabkan setiap harinya tempat tersebut

menjadi rujukan orang-orang atau masyarakat sekitar yang memiliki masalah berhubungan

dengan kesehatan.

Melalui perancangan grafis lingkungan, Puskesmas Medokan Ayu kini memiliki konsep

sistem identitas yang berfungsi untuk mengoptimalkan penyampaian segala informasi yang

diperlukan oleh pasien maupun pengunjung di puskesmas. Sign system yang dirancang secara

sistematis nan estetis mempermudah subjek menemukan dan memahami informasi mengenai

berbagai hal di objek tempat. Secara tidak langsung grafis lingkungan turut membangun citra

positif untuk puskesmas ini dibenak pasien atau pengunjung. Melalui tahapan proses

perancangan dan konsep yang jelas, perancangan grafis lingkungan dapat dijadikan media

informasi yang efektif dan komunikatif serta memiliki nilai kebaruan.

Ke depannya, rancangan EGD Puskesmas Medokan Ayu ini semoga dapat dikembangkan

menjadi sistem yang lebih menyeluruh, tidak menutup kemungkinan dengan mengadaptasi

media baru seperti media digital atau AR (Augmented Reality). Yang berarti, informasi yang

disampaikan tidak hanya sekedar dilihat dan dibaca oleh mata, namun juga audiovisual.

Kemudian juga bisa lebih menelusuri sisi ergonomis fasilitas dan pelayanan yang disediakan

puskesmas karena kurang terlalu didalami di penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Gibson, David. 2009. The Wayfinding Handbook: Information Design for Public Places.

New York: Princeton Architectural Press.

W., Okky Ardya. 2008. Environmental Graphic Design (vol 04 edisi 2), Concept.

O’Grady, Ken Visocky & Jenn. 2008. The Information Design Hand Book, Switzerland:

Rotovison.

Tinarbuko, Sumbo. 2008. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalansutra.

Blogspot. “Pusat Kesehatan Masyarakat.” http://zahroniananta.blogspot.com/2014/03/pusat-

kesehatan-masyarakat.html (diakses tanggal 5 Januari 2015)

Wikipedia. “Lahan Basah.” http://id.wikipedia.org/wiki/Lahan_basah (diakses tanggal 5

Januari 2015)

Hasil wawancara. (drg. Siti Januarsih, Kepala Puskesmas Puskesmas Medokan Ayu, 18

Oktober 2014, Surabaya)