JAPAN ECONOMIC PARTNERSHIP AGREEMENT

127
PERAN JEPANG MENINGKATKAN KERJASAMA PERDAGANGAN DENGAN INDONESIA DALAM KERANGKA INDONESIA - JAPAN ECONOMIC PARTNERSHIP AGREEMENT (IJEPA) TAHUN 2010-2011 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos) Oleh: Hika Dayama 1112113000013 PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

Transcript of JAPAN ECONOMIC PARTNERSHIP AGREEMENT

PERAN JEPANG MENINGKATKAN KERJASAMA

PERDAGANGAN DENGAN INDONESIA DALAM

KERANGKA INDONESIA - JAPAN ECONOMIC

PARTNERSHIP AGREEMENT (IJEPA)

TAHUN 2010-2011

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh:

Hika Dayama

1112113000013

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

iv

ABSTRAK

Skripsi ini menganalisa peran Jepang meningkatkan kerjasama

perdagangan dengan Indonesia dalam kerangkan Indonesia-Japan Economic

Partnership Agreement (IJEPA) pada tahun 2010-2011. Tujuan penelitian ini

adalah untuk menganalisis bagaimana peran Jepang meningkatkan kerjasama

perdagangan dengan Indonesia dalam kerangkan IJEPA. Penelitian ini dilakukan

melalui studi pustaka secara kualitatif. Peneliti menemukan, bahwa kebangkitan

Jepang ini merupakan bentuk dari besarnya dukungan pemerintah dalam ekonomi

dan industrialisasi disebut juga sebagai Development State. Jepang dikenal tidak

hanya sebagai salah satu mitra dagang utama Indonesia, namun juga sebagai salah

satu negara terbesar dalam hal penanaman modal di Indonesia. Jepang

memandang Indonesia sebagai pasar yang signifikan dan luas dengan prospek

cerah bagi pertumbuhan di masa depan. Berdasarkan hal tersebut, kesepakatan

kerjasama Indonesia dan Jepang diperkuat dalam kerangka perjanjian IJEPA.

Kemudian melihat perjanjian yang dilakukan antara kedua negara, selanjutnya

dianalisa dengan menggunakan kerangka teoritis. Kerangka teori yang digunakan

dalam skripsi ini adalah teori liberalisme Steans dan Pettiford mengenai aturan

tindakan-tindakan dalam perjanjian, framework Sandholtz mengenai kepentingan

kedua negara dalam melakukan kerjasama perdagangan dan framework Trubowitz

mengenai kepentingan nasional. Dari hasil analisa dengan menggunakan satu teori

dan dua konsep, dapat disimpulkan bahwa Jepang membantu Indonesia dalam

perjanjian perdagangan melalui tiga pilar utama, yaitu liberalisasi, fasilitasi dan

cooperation. Melalui perjanjian perdagangan tersebut, adanya peningkatan

potensi pertumbuhan produksi terhadap perekonomian Indonesia yang dilihat dari

meningkatnya kinerja ekspor Indonesia ke Jepang, terbukanya akses pasar untuk

Indonesia dan peluang lapangan kerja untuk Indonesia dilihat dari meningkatnya

kinerja ekspor Indonesia ke Jepang pada tahun 2010-2011.

Kata kunci: Jepang, Indonesia, EPA, IJEPA, tiga pilar utama IJEPA.

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah atas segala rahmat dan nikmat-Nya, tak lupa pula

penulis ucapkan syukur Alhamdulillah atas kemudahan yang telah diberikan

dalam proses menyelesaikan penulisan skripsi dari awal hingga akhir, dengan

tema “Peran Jepang meningkatkan kerjasama perdagangan dengan

Indonesia dalam kerangka Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement

(IJEPA) tahun 2010-2011”. Besarnya harapan penulis untuk menyelesaikan

sebuah karya ilmiah ini sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar

Sarjana Ilmu Hubungan Internasional. Penulis menyadari bahwa skripsi ini bukan

hanya hasil karya penulis, melainkan karena bimbingan, saran dan motivasi dari

berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada yang

telah mendukung baik moril dan materil dalam penulisan skripsi ini, diantaranya:

1. Ayahanda, Alm. Drs. Dahmin Sitorus dan Ibunda Dra. Halimah Situmorang.

Terima kasih atas motivasinya kepada penulis untuk menempuh pendidikan

setinggi-tingginya. I love U, Papa n Mommy

2. Adik Nazli Husain Sitorus calon S.T tetap semangat terus kuliahnya di

semester VI, adik Afrahul Fadhilah Sitorus calon S.E tetap semangat terus

untuk kuliahnya di semester II, adik Husni Qardhawi Sitorus semangat terus

yah yang masih duduk dibangku SMA dan terkahir untuk adik tersayang

Choir Muhammad Sitorus, adik bungsu paling kecil yang masih duduk

dibangku SMP semangat terus belajarnya yah. Kalian semua merupakan

penyemangat terhebat atas selesainya penulisan skripsi ini.

vi

3. Tante Yusliah, Yusriana Fauziah, Yusniwani, Rita Andriani dan Om

Hamdani, Ilham Suheri, Ijul, Pepen, Amir. Terima kasih atas dukungan,

motivasi, saran dan semangatnya yang jauh dari Medan.

4. Bapak Agus Nilmada Azmi, M.Si, selaku dosen Pembimbing Skripsi. Terima

kasih atas kesabaran dan semangatnya dalam membimbing, memotivasi dan

membantu kelancaran proses penulisan dari awal hingga sampai

terselesaikannya skripsi ini.

5. Ibu Rahmi Fitriyanti, M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik. Terima

kasih atas bimbingan dan motivasinya selama masa perkuliahan.

6. Dosen-dosen program studi Ilmu Hubungan Internasional, terimakasih atas

ilmu yang diberikan selama penulis menuntut ilmu di FISIP UIN Jakarta.

7. Penyemangat spesialku Marhamah Pohan. Terima kasih telah menjadi sahabat

yang selalu ada dikala tangis dan tawa, terima kasih juga atas saran dan

motivasinya. Amirah dan Mar, hopefully a long-lasting friendship yeahh..

8. Untuk sahabat tersayang yang sudah seperti keluarga sendiri, Aulia, Vina,

Indira, Nelly, Rani, Elsa, Fanny, Amul dan Imah. Terima kasih sudah menjadi

sahabat terbaik untukku selama 10 tahun lebih. Kalian adalah salah satu

movitasi bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi dan merindukan kalian

mendorong penulis ingin secepatnya pulang ke Medan finally, I’ve finished it.

Bersahabat bersama kalian takkan terlupakan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Salam,

Hika Dayama

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ............................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ............................................ ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ........................................... iii

ABSTRAK ................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................. v

DAFTAR ISI ................................................................................................ vii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Pernyataan Masalah ........................................................... 1

I.2 Pertanyaan Penelitian ......................................................... 7

I.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 8

I.4 Tinjauan Pustaka ................................................................ 8

I.5 Kerangka Teori................................................................... 12

1. Liberalisme ..................................................................... 14

2. Konsep Kerjasama Internasional.................................... 16

3. Konsep Kepentingan Nasional ....................................... 18

I.6 Metode Penelitian............................................................... 20

I.7 Sistematika Penulisan ........................................................ 22

BAB II BANTUAN JEPANG KE INDONESIA

II.1 Dinamika Hubungan Indonesia dan Jepang ....................... 24

II.2 Sejarah Bantuan Jepang ke Indonesia ................................ 27

1. Sejarah Hubungan Indonesia dan Jepang ..................... 27

2. Bentuk Bantuan-bantuan Jepang ke Indonesia ............ 28

a. Foreign Direct Investment (FDI) ..................... 29

b. Liquefied Natural Gas (LNG) .......................... 32

c. Official Development Assistence (ODA) ........ 37

d. Meningkatkan Volume Perdagangan ............... 42

viii

BAB III INDONESIA-JAPAN ECONOMIC PARTNERSHIP

AGREEMENT (IJEPA)

III.1 Sejarah Pembentukan IJEPA.............................................. 47

III.2 Tujuan IJEPA ..................................................................... 55

III.3 Isi dan Cakupan IJEPA ...................................................... 56

1. Prinsip Dasar Perundingan IJEPA ................................. 56

2. Tiga Pilar Utama IJEPA ................................................. 57

III.4 Pengembangan Capacity Building melalui MIDEC .......... 60

1. Pengertian MIDEC ......................................................... 60

2. Tujuan MIDEC ............................................................. 62

3. Cakupan Kerjasama MIDEC.......................................... 63

BAB IV PERAN JEPANG MENINGKATKAN KERJASAMA

PERDAGANGAN DENGAN INDONESIA DALAM KERANGKA

INDONESIA-JAPAN ECONOMIC PARTNERSHIP

AGREEMENT (IJEPA)

IV.1 Liberalisasi .......................................................................... 68

1. Trade in goods .............................................................. 69

2. Rules of origin .............................................................. 74

IV.2 Facilitation .......................................................................... 76

IV.3 Cooperation ......................................................................... 80

IV.4 Analisa Potensi Pertumbuhan Produksi ............................. 82

IV.5 Analisa Dampak pada Neraca Perdagangan ...................... 87

BAB V PENUTUP

IV. Kesimpulan ........................................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. xiv

LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................... xiv

ix

DAFTAR TABEL

Tabel II.1.1 Sumber LNG Jepang .......................................................... 33

Tabel II.1.2 ODA yang diterima Indonesia 1994-1996 ......................... 39

Tabel II.1.3 Perkembangan Ekspor-Impor Indonesia dan Jepang ......... 43

Tabel II.2.1 Produk Impor Utama Jepang ke Indonesia ........................ 45

Tabel II.2.2 Produk Ekspor Utama Indonesia ke Jepang ....................... 46

Tabel III.1.2 MIDEC Sectors .................................................................. 64

Tabel IV.1.1 Kesepakatan Pengurangan dan Penghapusan Tarif Bea

Masuk dalam IJEPA .......................................................... 68

Tabel IV.1.2 Modalitas Penurunan Tarif Bea Masuk Indonesia ke

Jepang ................................................................................. 70

Tabel IV.1.3 Modalitas Penurunan Tarif Bea Masuk atas Kategori

Barang P ............................................................................. 72

Tabel IV.2.1 Applicable HS Varies by Agreement ................................. 75

Tabel IV.2.2 Neraca Perdagangan Sektor Jasa dengen Jepang dalam

Economic Partnersip Agreement (EPA) ............................ 80

Tabel IV.2.3 Perhitungan Business Opportunity ..................................... 84

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.2.1 Indonesia Liquefied Natural Gas Infrastructure ................. 35

Gambar II.2.2 Indonesia LNG Export’s by Destination ............................ 36

Gambar II.2.3 Negara-negara Development Assistance Commite (DAC)

tahun 1994 Jepang .............................................................. 37

Gambar III.1.1 Neraca Perdagangan Indonesia-Jepang sebelum IJEPA .... 50

Gambar IV.1.1 Kinerja Ekspor Indonesia ke Jepang .................................. 89

Gambar IV.1.2 Neraca Perdagangan Indonesia dan Jepang ....................... 90

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Japan-Indonesia Economic Partnership Agreement: Joint Study

Group Report

Lampiran 2 Agreement between the Republic of Indonesia and Japan for an

Economic Partnership “Operational Procedures referred to in

Chapter 2 (Trade in Goods) and Chapter 3 (Rules of Origin)

Lampiran 3 Modalitas Penurunan Tarif Bea Masuk dalam Rangka Persetujuan

antara Republik Indonesia dan Jepang mengenai suatu Kemitraan

Ekonomi

Lampiran 4 Penetapan Tarif Bea Masuk dalam Rangka Persetujuan antara

Republik Indonesia dan Jepang mengenai suatu Kemitraan

Ekonomi

Lampiran 5 Penetapan Tarif Bea Masuk dengan Skema User Spesific Duty

Free Scheme (USDFS) dalam Rangka Persetujuan antara Republik

Indonesia dan Jepang mengenai suatu Kemitraan Ekonomi

Lampiran 6 Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor

96/PMK.011/2008 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dengan

Skema User Spesific Duty Free Scheme (USDFS) dalam Rangka

Persetujuan antara Republik Indonesia dan Jepang mengenai suatu

Kemitraan Ekonomi

xii

DAFTAR SINGKATAN

ADB Asian Development Bank

APEC Asia Pasific Economic Cooperation

ASEAN Association South Asia Nation

COO Certificat of Origin

DAC Development Assistance Commite

EIA Energy Information Administration

EPA Economic Partnership Agreement

FDI Foreign Direct Investment

IIEJ Institute of Energy Economic Japan

IJEPA Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement

IMF International Monetary Fund

JAMA Japan Automobile Manufacturer Association

JARI Japan Automotive Reasearch Institute

JBIC Japan Bank for International Cooperation

JCCI The Japan Chamber of Commerce and Industry

JETRO Japan Economic and Trade Representative Office

JICA Japan International Cooperation Agency

JIWES Japan Welding Engineer Society

JSG Joint Study Group

KTT Konferensi Tingkat Tinggi

LNG Liquefied Natural Gas

MAFF Ministry of Agriculture, Foresty and Fishery

MIDEC Manufacturing Industrial Development Center

METI Ministry of International Trade and Industry

MFN Most Favored Nations

xiii

MOF Ministry of Finance

MOFA Ministry of Foreign Affairs

MOC Ministry of Construction

MFN Most Favored Nations

MOT Ministry of Transportation

NEDO New Energy & Industrial Technology Development Organization

ODA Official Development Assistence

OECD Organization Economic Cooperation and Development

PBB Perserikatan Bangsa Bangsa

ROO Rules of Origin

UNDP United Nations Development

UNEP United Nations Environment Programe

UNHCR United Nation High Commissioner for Refugees

USDFS User Specific Duty Free Scheme

xiv

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Arase, David, “Japan Foreign Aid: Old Continuities and New Directions”,

(London and New York: Reoutledge, 2005).

Arifin, Sjamsul, Rae, Dian Ediana, Joseph, Charles P.R, “Kerjasama

Perdagangan Internasional: Peluang dan Tantangan bagi Indonesia,”

(Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2004).

Balaam, David dan Veseth, Michael, “Introduction to International Political

Economy,” (New Jersey: Prentice Hall, 1996).

Budiarjo, Miriam, “Dasar-Dasar Ilmu Politik” (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2008).

Beason, Mark, “The Rise and Fall (?) of The Development State: The Vicissitudes

and Implication of East Asian Intervention” (Stanford University Press:

1982).

B. Weinstein, Franklin, ”Idonesia Foreign Policy and the Dilemma of Dependence

from Soekaro to Soeharto”, (Itacha: Cornel University Press, 1976).

Bantarto, Bandoro, “Beberapa DImensi Hubungan Indoesia-Jepang dan

Pelaporan Untuk Indonesian: Hubungan Luar Negeri Indonesia Selama

Orde Baru”, (Jakarta: CSIS, 1994).

BAPPENAS terj. Daniel Ilyas, “Perdagangan dan Investasi di Indonesia: sebuah

catatan tentang daya saing dan tantangan ke depan”, (Jakarta:

BAPPENAS, 2009).

Coicaud, Jean Marc dan Wheeler, Nicholas J, “National Interest and

International Solidarity: Particular and Universal Ethics in

International life,” (New York: United Nations University Press, 2008).

D. Krasner, Stephen, “Defending the National Interest: Raw Materials

Investments and U.S Foreign Policy”, (United Kingdom: Princeton

University Press, 1978).

D. Lairson, Thomas dan Skidmore, David, “International Political Economy: The

Struggle for Power and Wealth in a Globalizing World”, (New York:

Routledge, 2003).

Ghosh, Peu, “International Relations” (New Delhi: PHI Learning Limited, 2013).

Huges, Helrn, “Achieving Industrialization in East Asia” terj Julius A. Mulyadi.

(Jakarta: Gramedia Pustaka, 1992).

xv

Hua Sing, Lim, “Japan and China in East Asian Integration” (Singapore:

Institute of Southeast Asian Studies, 2008).

Hasegawa, Sukehiro, “Japanese Foreign Aid: Policy and Practice” (New York:

Praeger, 1975).

Hamdi, Saepul, Asep dan E., Bahruddin, “Metode Penelitian Kualitatif dan

Kuantitatif Aplikasi dalam Pendidikan”(Yogyakarta: CV Budi Utama,

2014).

Invision, Duncan, “Postcolonial Liberalism” (United Kingdom: Cambridge

University Press, 2002).

Jackson, Robert & Sorensen, Georg, ”Introduction to International Relations,”

(New York: Oxford University Press Inc, 1999).

Lapau, Buchari, “Metode Penelitian Kesehatan: Metode Ilmiah Penulisan Skripsi,

Tesis dan Disertasi”, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2012).

Marwell, Generald and R. Schmitt, David, “Cooperation An Experimental

Analysis” (New York: Academic Press, INC, 1975).

Miyashita, Akitoshi, “Limits to Power: Asymmetric Dependence and Japanese

Foreign Aid Policy” (USA: Lexington Books, 1964).

Rix, Alam, “Japan’s Foreign Aid Challenge: Policy Reform and Aid Leadership”

(London and New York: Routledge, 1993).

R. Nester, William, “Japan and The Third World: Patterns, Power and Prospects”,

(London and New York: Macmillan, 1992).

Santa K, Septiawan, “Menulis Ilmiah Metode Penelitian Kualitatif” (Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia, 2007),

Shapiro, Ian, “Volusi Hak Alam Teori Liberal” (Jakarta: PT. Bumi Grafika Jaya,

2006).

Sandholtz, Wayne, “High-Tech Europe: The Political Economy of International

Cooperation,” (Berkeley: University of California Press, 1992).

Steans, Jill dan Pettiford, Lloyd, “International Relations: Perspectives and

Themes,” Penerjemah Deasy Silvya Sari (England: Edinburgh Gate,

Harlow, Essex CM202JE, 2009).

Trubowitz, Peter, “Defening the National Interest” (London: The University of

Chaciago Press, 1998).

Tanaka, Hitosi dan P. Liff, Adam, “Japan’s Foreign Policy and East Asian

Regionalism”, International Institutions and Global Governance

xvi

Program Japan Studies Program”. (New York: Council on Foreign

Relations, 2009),

Perwita, Dr. Anak Agung Banyu dan Yani, Dr. Yanyan Mochamad, “Penghantar

Ilmu Hubungan Internasional”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2011).

White, John, “The Politics of Foreign Aid” (New York: St. Martin Press, 1974).

JURNAL

Achdiat, Atmawinata, “Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya

Saing di Pasar Global: Pengaruh Implementasi MIDEC terhadap

Penguatan Struktur Industri” Kementerian Perindustrian Republik

Indonesia (Desember, 2009).

Achdiat, Atmawinata, “Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya

Saing di Pasar Global: Kajian Capacity Building Industri Manufaktur

melalui Implementasi MIDEC-IJEPA” Kementerian Perindustrian

Republik Indonesia (Desember, 2008).

Adam Stott, David, “The Japan-Indonesia Economic Partnership: Agreement

Between Equals,” The Asia-Pasific Journal 6 (Juli 2008).

Afin, Ridai, Yulistiono, Herry dan A Oktarani, Nur, “Perdagangan Internasional,

Investasi Asing dan Efisiensi Perekonomian Negara-negara ASEAN”,

Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Journal (Januari, 2008).

Agreement between the Republic of Indonesia and Japan for an Economic

Partnership OPERATIONAL PROCEDURES referred to in Chapter 2

(Trade in Goods) and Chapter 3 (Rules of Origin), Ministry of Trade

Republic Indonesia.

Bank Indonesia, “Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran”,

Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, (Januari, 2008).

Analysis on Indonesian Retail Services Entry Mode into ASEAN, Buletin Ilmiah

Litabang Perdagangan Journal 1 (Juli 2015).

Fujisaki, Tomoko, dkk. “Japan as Top Donor: the Challenge of Implementing

Softwere Aid Policy”, Journal Pasific Affairs Vol. 69 No. 4 (Winter,

1996-1997).

IJ-EPA and Its Implication to Trade Performance of Indonesia-Japan”, Buletin

Ilmiah Litbang Perdagangan Journal 1 (Juli 2012).

xvii

Indonesia’s Service Export Opportunities to Japan Through Mode 3 (Commercial

Presence) and Mode 4 (Movement of Natural Persons) Under IJEPA”,

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan Journal 1 (Juli 2014).

L. Brooks, William, M. Orr, Robert and JR, “Japan’s Foreign Economic

Assistance” Asian Survey (Maret, 1985).

Laporan Hasil Kajian Free Trade Agreement (FTA) dan Economic Partnership

Agreement (EPA) dan Pengaruhnya terhadap Arus Perdagangan dan

Investasi dengan Negara Mitra”, BKF Kemenkeu, Tim Kajian Pusat

Kebijakan Regional dan Bilateral, jilid 2, tahun 2013.

Liberalisasi Jasa Keuangan dalam Kerangka ASEAN-Japan Comprehensive

Economic Partnership (AJCEP).

Noda, Koichi, “Central Government Reform in Japan: for simple, efficiency and

transparent administration towards 21st century”

Nuechterlein, Donald E, National Interests and Foreign Policy: A Conceptual

Framework for Analysis and Decision-Making”, British Journal of

International Studies 4 (Novermber 2017).

Patton, John R., “Comprehensive Economic Partnership Agreements”, Journal of

Management Policy and Practice 12 (Januari 2011).

Setiawan, Sigit, “Analisis Dampak IJEPA terhadap Indonesia dan Jepang,”

Journal of Economic and Business 17 (Agustus 2012).

Shoji, Tomataka, “Pursuing a Multi-dimensional Relationship: Rising China and

Japan’s Southeast Asia Policy”

Soesastro, Hadi and Basri, Chatib, “The Political Economy of Trade Policy in

Indonesia,” ASEAN Economic Bulletin Journal 22 (April 2005).

The Impact of Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) on

Bilateral Trade Performance”, Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan

Journal 2 (Desember 2015).

MEDIA PUBLIKASI

Ministry of Foreign Affairs Japan, “Joint Announcement by the Prime Minister of

Japan and the President of the Republic of Indonesia on the Possibility

of the Economic Partnership Agreement between Japan and Indonesia”,

[dokumen online] tersedia di http://www.mofa.go.jp/region/asia-

paci/indonesia/pv0306/economy.pdf Internet; diakses pada 8 September

2003.

xviii

Ministry of Foreign Affairs Japan, “Joint Announcement by the Prime Minister of

Japan and the President of the Republic of Indonesia on the Possibility

of the Economic Partnership Agreement between Japan and Indonesia”,

[dokumen online] tersedia di http://www.mofa.go.jp/region/asia-

paci/indonesia/pv0306/economy.pdf Internet; diakses pada 8 September

2003.

Ministry of Foreign Affairs Japan, “The Preparatory Meeting on Japan-Indonesia

Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di

http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/meet0309.html

Internet diakses pada 8 September 2003.

Ministry of Foreign Affairs Japan, “Japan-Indonesia Economic Partnership

Agreement”, Joint Study Group [dokumen online] tersedia di

http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/summit0506/joint-3-

2.pdf Internet; diakses pada (Mei, 2005).

Ministry of Foreign Affairs Japan, “Joint Press Statement on the Occasion of the

entry into force of the agreement between Japan and the Republic of

Indonesia for an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di

http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/joint0807.html

Internet; diakses pada 1 July 2008.

Ministry of Foreign Affairs Japan, “Agreement Between Japan and The Republic

of Indonesia for an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia

di

http://www.mofa.go.jp/region/asiapaci/indonesia/epa0708/agreement.pdf

Internet; diakses pada 1 Juli 2008.

Ministry of Foreign Affairs Japan, “Agreement between Japan and the Republic

of Indonesia an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di

http://www.mofa.go.jp/region/asiapaci/indonesia/epa0708/agreement.pdf

Internet; diakses pada 1 Juli 2008.

Ministry of Foreign Affairs Japan, “Agreement between Japan and the republic of

Indonesia for an economic partnership”, [dokumen online] tersedia

http://www.mofa.go.jp/announce/announce/2007/8/1174856_832.html

Internet; diakses pada 10 Agustus 2007.

Ministry of Foreign Affairs Japan, “Joint Announcement on the Commencement

of Negotiations on the Japan-Indonesia Economic Partnership

Agreement”, [dokumen online] tersedia di

http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/summit0506/joint-

3.html Internet; diakses pada 2 Juni 2005.

Ministry of Foreign Affairs Japan, “Agreement between Japan and the Republic

of Indonesia an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di

xix

http://www.mofa.go.jp/region/asiapaci/indonesia/epa0708/agreement.pdf

Internet; diakses pada 10 Desember 2003.

Ministry of Foreign Affairs, “Agreement between the Republic of Indonesia and

Japan for an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di

http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/agree0807.pdf

Internet; diakses pada 1 Juli 2008.

Ministry of Foreign Affairs, “Agreement between the Republic of Indonesia and

Japan for an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di

http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/agree0807.pdf

Internet; diakses pada 1 Juli 2008.

Ministry of Foreign Affairs, “Agreement between the Republic of Indonesia and

Japan for an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di

http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/agree0807.pdf

Internet; diakses pada 1 Juli 2008.

Ministry of Foreign Affairs Japan, “Join Press Statement Indonesia-Japan

Economic Partnership Agreement”, [dokumen online] tersedia di

http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/joint0611-2.html

Internet; diakes pada 28 November 2006.

Ministry of Foreign Affairs Japan, “Agreement between Japan and the Republic

of Indonesia an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di

http://www.mofa.go.jp/region/asiapaci/indonesia/epa0708/agreeent.pdf

Internet; diakses pada 10 Agustus 2007.

Ministry of Foreign Affairs Japan, “Exchange of diplomatic notes concerning the

entry into force of the economic partnership agreement between japan

and Indonesia” [dokumen online] tersedia di

http://www.mofa.go.jp/announce/announce/2008/5/1180458_1010.html

Internet; diakses pada 27 Mei 2008.

Ministry of Foreign Affairs Japan, “Japan-Malaysia Economic Partnership

Agreement”, Joint Study Group [dokumen online] tersedia di

http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/malaysia/joint0312.pdf Internet;

diakses pada Desember 2003.

Ministry of Finance Indonesia, “Modalitas Penurunan Tarif Bea Masuk dalam

rangka persetujuan antara Indonesia dan Jepang mengenai suatu

kemitraan ekonomi”, Peraturan Menteri Keuangan Nomor

94/PMK.011/2008. Jakarta, [dokumen online] tersedia di

http://www.kemenkeu.go.id/node/20698 Internet; diakses pada 30 Juni

2008.

Ministry of Economy, Trade and Industry (METI) Japan, “Basic Approaches to

Determine the Origin and Exemplification of Documents Necessary to be

Prepared and Stored” Origin Certification Policy Office

xx

http://www.meti.go.jp/policy/external_economy/trade_control/boekikanr

i/download/gensanchi/en_roo_guideline.pdf

Ministry of Economy, Trade and Industry (METI) Japan, “EPA Economic

Partnership Agreement” [dokumen online] tersedia di

http://www.meti.go.jp/policy/trade_policy/epa/english.html Internet;

diakses pada 20 Januari 2017.

PRESENTASI

Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) and Its Effects on

Indonesia and Japanese Economy”, Presentasi Ministry of Trade the

Republik of Indonesia di Tokyo [dokumen online] tersedia di

http://apki.net/wp-content/uploads/2015/07/New-MIDEC.pdf Internet;

diakses pada 8 Juni 2012.

Ketentuan Asal Barang IJEPA dan Tata Cara Pengisian From IJEPA, Departemen

Perdagangan Republik Indonesia, [presentasi online] tersedia di

http://kadin-indonesia.or.id/id/doc/Presentasi%20IJ-EPA-Depperdag.pdf

Internet; 17 November 2008.

Manufacturing Industrial Development Center”, Persentasi Direktorat Jenderal

Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional”, Presentasi

Ministry of Industry Republik of Indonesia [dokumen online] tersedia di

http://apki.net/wp-content/uploads/2015/07/New-MIDEC.pdf

Manufacturing Industry Development Center: New Initiative Approach,

Presentasi Ministry of Industry the Republic of Indonesia, [dokumen

online] tersedia di http://apki.net/wp-content/uploads/2015/07/New-

MIDEC.pdf

Petunjuk pelaksanaan impor barang dalam skema IJEPA” Presentasi Direktorat

Teknis Kepabeanan dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, [dokumen

online] tersedia di

http://itpc.or.jp/wpcontent/uploads/pdf/ijepa/Presentasi%20IJEPA%20B

ea%20dan%20Cukai.pdf internet; diakses pada 30 Juni 2008.

User Spesific Duty Free Scheme (USDFS) dan Implementasi IJEPA, Departemen

Perindustrian Republik Indonesia, [presentasi online] tersedia di

http://kadin-indonesia.or.id/id/doc/Presentasi%20IJ-EPA-Depperin.pdf

SKRIPSI

Dzihnia Fatnilativia, “Kepentingan Jepang dalam Kesepakatan Kemitraan

Ekonomi (Economic Partnership Agreement) dengan Indonesia tahun

xxi

2007” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Indonesia,2008.

WEBSITE

BPPT Indonesia, 55 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Jepang “What I

Have Learned form Japan” [artikel online] tersedia di

http://www.bppt.go.id/86-opini/1843-55-tahun-hubungan-diplomatik-

indonesia-dan-jepang-what-i-have-learned-from-japan Internet; diakses

pada 22 November 2013.

Dinamika Hubungan Indonesia-Jepang: akhir abad ke-19 sampai tahun 1970an”

Kompas, [artikel online] tersedia di

http://www.kompasiana.com/ryakair/dinamikahubunganindonesiajepaga

khir-abad-ke-19-tahun-1970an-bag-1_55172856a333111b06b65a96

Internet; diakses pada 24 Juni 2015.

Dinesh, “National Interest: Meaning, components and methods: definition of

national interest” your article library, the next generation library [artikel

online] tersedia di http://www.yourarticlelibrary.com/international-

politics/national-interest-meaning-components-and-methods/48487/

diakses pada 2016.

Embbasy of Japan in Indonesia, “Hubungan Perekonomian Indonesia dan

Jepang” [dokumen online] tersedia di http://www.id.emb-

japan.go.jp/birel_id.html

Halo Jepang, “5 tahun berjalan, MIDEC akan di review”, [artikel online] tersedia

di http://www.halojepang.com/politikkerjasama/7253-midec Internet;

pada 24 Juni 2013.

Japan-Indonesia Relationship, “History of Relations” [dokumen online] tersedia

di http://energy-indonesia.com/datapdf/nihon-indo-relation.pdf

Japan-Indonesia Relationship, “Japan-Indonesia Relations” [dokumen online]

tersedia di http://energy-indonesia.com/datapdf/nihon-indo-relation.pdf

Kedutaan Besar Jepang di Indonesia, “Hubungan Perekonomian Indonesia-

Jepang: Kerjasama,” tersedia di http://www.id.emb-

japan.go.jp/birel_id.html#2

Karikomi, Shunji, “Capital Account Liberalization in Emerging Markets: Lessons

from the Asian Currency Crisis” Institute of Developing Economies and

Research Officer Fuji Research Institute tersedia di

http://www.ide.go.jp/English/Publish/Download/Apec/pdf/1998_05.pdf

Kementerian PPN/Bappenas, “Meningkatkan Kemitraan Indonesia-Jepang untuk

pembangunan,” [dokumen online] tersedia di

http://www.bappenas.go.id/id/berita-dan-siaran-pers/meningkatkan-

xxii

kemitraan-indonesia-jepang-untuk-pembangunan/ Internet; diakses pada

28 Agustus 2016.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, “Neraca Perdagangan Indonesia

dengan Jepang”, [dokumen online] tersedia di

http://www.kemendag.go.id/id/economicprofile/indonesiaexportimport/b

alance-of-trade-with-trade-partner-country?negara=111 internet; diakses

pada 11 November 2016.

Kementerian Republik Indonesia, “Pemerintah Indonesia dan Jepang Upayakan

Negosiasi Economic Partnership Agreement,” [artikel online] tersedia di

http://www.kemendag.go.id/id/news/2012/11/24/pemerintahindonesia-

dan-jepang-upayakan-negosiasieconomicpartnershipagreementrampung-

juni-2007 Internet; diakses pada 8 Juni 2007.

Kedutaan Besar Republik Indonesia Jepang di Tokyo, Jepang Merangkap Federasi

Micronesia: kerjasama ekonomi, perdagangan dan investasi”,

Kementerian Republik Indonesia, [artikel online] tersedia di

http://www.kemlu.go.id/tokyo/id/Pages/Jepang.aspx

Nippon (Nihon) artinya Japan dalam bahasa Inggris. Sedangkan Keidanren

artinya Federasi Bisnis. Jadi, Nippon Keidenren merupakan suatu

Federasi Bisinis Jepang atau semacam Kadin di Indonesia. Dapat dilihat

di “Kedutaan Besar Republik Indonesia di Tokyo, Jepang Merangkap

Federasi Micronesia” [berita online] tersedia di

http://www.kemlu.go.id/tokyo/id/Pages/Jepang.aspx

Siaran Pers, “Kemenprin Selenggarakan Seminar Implementasi MIDEC 2010-

2011”, [berita online] tersedia di

http://www.kemenperin.go.id/artikel/36/Kemenperin-Selenggarakan-

Seminar-Implementasi-MIDEC-2010-2011 Internet; diakses 15 Juni

2011.

The Institute of Energy Economic Japan (IIEJ), 2002. [dokumen online] tersedia

di https://eneken.ieej.or.jp/en/

The Japan Chamber of Commerce and Industry (JCCI) tersedia di

http://www.jcci.or.jp/english/about.html

U.S. Energy Information Administration (EIA), “What is Liquefied Natural Gas”

[dokumen online] tersedia di

http://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=15331

U.S. Energy Information Administration (EIA), HIS EDIN, “Indonesia LNG

infrastructure” [dokumen online] tersedia di

http://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=15331

xxiii

U.S. Energy information Administration (EIA), “Indonesia LNG export by

destination” [dokumen online] tersedia di

http://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=15331

U.S. Energy information Administration (EIA), “Indonesia LNG export by

destination” [dokumen online] tersedia di

http://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=15331

U.S. Energy Information Administration (EIA), “LNG import coincide with an

increased emphasis on regasification” tersedia di

http://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=15331

U.S. Energy Information Administration (EIA), “LNG import coincide with an

increased emphasis on regasification” tersedia di

http://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=15331

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Pernyataan Masalah

Skripsi ini membahas mengenai peran Jepang meningkatkan kerjasama

perdagangan dengan Indonesia dalam kerangka Indonesia-Japan Economic

Partnership Agreement (IJEPA) pada tahun 2010-2011. Perjanjian IJEPA

merupakan perjanjian perdagangan yang sangat penting bagi Indonesia. Dalam

kesepakatan kerjasama melalui kerangka IJEPA tersebut menghasilkan manfaat

bagi kedua belah pihak secara fair, seimbang dan terukur.1

Jepang aktif menjalin kerjasama perdagangan internasional dengan negara-

negara yang dianggap potensial karena Jepang memerlukan kondisi pasar yang

akomodatif untuk menggerakkan kembali perekonomiannya yang mengalami

stagnasi sejak tahun 1990-an.2 Seperti negara-negara di Association South Asia

Nation (ASEAN), khususnya Indonesia yang merupakan target pasar yang paling

potensial bagi produk Jepang.3

Negara-negara yang menjadi target Jepang untuk mengadakan perjanjian

Economic Partnership Agreement (EPA) adalah negara di Asia Timur seperti

Korea, Tiongkok serta Asia Tenggara, khususnya yang telah tergabung di

1Sigit Setiawan, “Analisis Dampak IJEPA terhadap Indonesia dan Jepang,” Journal of

Economic and Business 17 (Agustus 2012): 1. 2Achdiat Atmawinata, “Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya Saing di

Pasar Global: Pengaruh Implementasi MIDEC terhadap Penguatan Struktur Industri” Kementerian

Perindustrian Republik Indonesia, Jakarta, Desember 2009, h, 3-14.. 3Achdiat Atmawinata, “Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya Saing di

Pasar Global: Kajian Capacity Building Industri Manufaktur melalui Implementasi MIDEC-

IJEPA”Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, Jakarta, Desember 2008, h, 14.

2

ASEAN. Jepang saat ini sudah melakukan kesepakatan EPA dengan beberapa

negara yakni, Meksiko, Chili dan negara ASEAN yaitu Singapura pada Januari

2002; Malaysia pada Desember 2005; Filipina pada Desember 2006; Brunei

Darussalam pada Juni 2007; Indonesia pada Agustus 2007; dan Thailand pada

November 2007.4

Salah satu tujuan dari IJEPA adalah untuk mempererat hubungan kedua

negara dibidang ekonomi melalui tiga pilar utama. 5 Tiga pilar tersebut yaitu,

liberalisme, facilitation dan cooperation. Berdasarkan tiga pilar tersebut,

perjanjian IJEPA mencakup bidang, yaitu: Trade in Goods; Rules of Origin;

Investment; Improvement of Business Confidence; Trade in Services; Movement

of Natural Persons; Energy and Mineral Resources; Customs Procedures;

Intellectual Property Right (IPR)s; Technical Cooperation and Capacity

Building; and General Provisions and Government Procurement. 6 Melalui

kerangka IJEPA, Indonesia sebagai negara mitra Jepang dapat mengembangkan

ekonomi dan sebagai instrument utama penguat hubungan ekonomi.7

Jepang membentuk EPA dengan ASEAN erat kaitannya dengan Jepang

membentuk EPA dengan Indonesia. Bersamaan dengan proses menuju negosiasi

regional dengan ASEAN, Jepang memulai langkah-langkah menuju negosiasi

4David Adam Stott, “The Japan-Indonesia Economic Partnership: Agreement Between

Equals,” The Asia-Pasific Journal 6 (Juli 2008): 2. 5The Impact of Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) on Bilateral

Trade Performance”, Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan Journal, Vol. 9. No. 2, Desember 2015,

[jurnal online] tersedia di http://www.kemendag.go.id/id/view/bulletin/18/132 Internet; diakses

pada 1 Desember 2015, h, 132. 6 Hadi Soesastro and M. Chatib Basri, “The Political Economy of Trade Policy in

Indonesia,” ASEAN Economic Bulletin Journal 22 (April 2005): 16. 7 Atmawinata, “Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya Saing di Pasar

Global: Kajian Capacity Building Industri Manufaktur melalui Implementasi MIDEC-IJEPA”, h,

8-9.

3

bilateral dengan negara-negara pendiri ASEAN, diantaranya Indonesia. 8

Pembentukan Japan-ASEAN yang bermula dari proposal PM Jepang Junichiro

Koizumi yang berjudul Initiative for Japan-ASEAN Comprehensive Economic

Partnership pada Januari 2002 di Singapura. Proposal ini kemudian

ditindaklanjuti di dalam pertemuan tingkat menteri pada forum ASEAN+Japan di

Yangoon pada April 2002.9 Dalam pertemuan ini, kedua pihak bertujuan untuk

memperkuat integrasi ekonomi antara Jepang dan ASEAN.10

Hubungan antara ASEAN dan Jepang di bidang ekonomi didominasi oleh

beberapa faktor, diantaranya perdagangan, Official Development Assistence

(ODA) dan Foreign Direct Investment (FDI). Peranan Jepang dalam

pembangunan ekonomi bermula pada bantuan yang diberikan Jepang kepada

Indonesia dalam program ODA.11 Dari tahun 1994-1996 Indonesia menduduki

posisi pertama negara terbesar penerima ODA Jepang, pada tahun 1994 sebesar

886,53 US$; pada tahun 1995 sebesar 892,43; pada tahun 1996 sebesar 965,53

US$. Bantuan ODA Jepang diberikan dalam bentuk Pinjaman Yen, Hibah dan

Kerjasama Teknis.12

Indonesia sebagai bagian dari ASEAN membutuhkan faktor-faktor

pendukung untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Indonesia ingin ikut

8 John R. Patton, “Comprehensive Economic Partnership Agreements”, Journal of

Management Policy and Practice, 12 (Januari 2011). 9Ministry of Foreign Affairs Japan, “Japan-Malaysia Economic Partnership Agreement”,

Joint Study Group [dokumen online] tersedia di http://www.mofa.go.jp/region/asia-

paci/malaysia/joint0312.pdf Internet; diakses pada (Desember, 2003), h, 2. 10Liberalisasi Jasa Keuangan dalam Kerangka ASEAN-Japan Comprehensive Economic

Partnership (AJCEP). h, 7. 11 Embbasy of Japan in Indonesia,“Hubungan Perekonomian Indonesia dan Jepang”

[dokumen online] tersedia di http://www.id.emb-japan.go.jp/birel_id.html 12Kedutaan Besar Jepang di Indonesia, “Hubungan Perekonomian Indonesia-Jepang:

Kerjasama”, tersedia di http://www.id.emb-japan.go.jp/birel_id.html#2

4

serta dalam kerjasama perdagangan dunia dengan bekerjasama dengan negara-

negara lain, tujuan kerjasama Indonesia adalah untuk meningkatkan kapasitas

nasional khususnya peningkatan daya saing produk Indonesia di pasar dunia.13

Berdasarkan hal tersebut, kesepakatan kerjasama Indonesia dan Jepang

diperkuat dalam kerangka IJEPA. Indonesia melakukan negosiasi dengan Jepang

untuk melakukan kerjasama perdagangan dalam kerangka IJEPA yang

direncanakan pada tahun 2006. 14 Karena, dengan adanya perjanjiam EPA,

Indonesia dapat lebih bersaing dengan negara-negara di kawasan karena hampir

semua negara-negara di ASEAN mengadakan EPA dengan Jepang.15

Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri Jepang

Shinzo Abe pada tanggal 20 Agustus 2007 menyepakati adanya kemitraan

ekonomi antara Indonesia dengan Jepang melalui penandatanganan IJEPA.

Kesepakatan ini merupakan perjanjian perdagangan bilateral yang mencakupi

bidang-bidang yang dimufakati antara Indonesia dan Jepang yang pertama

dilakukan oleh Indonesia dan disahkan melalui Peraturan Presiden No. 38 Tahun

2008 tentang Pengesahan Agreement Between The Republic of Indonesia and

13Atmawinata, “Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya Saing di Pasar

Global: Kajian Capacity Building Industri Manufaktur melalui Implementasi MIDEC-IJEPA”,

h,20. 14 Sjamsul Arifin, Dian Ediana Rae, Charles P.R Joseph,“Kerjasama Perdagangan

Internasional: Peluang dan Tantangan bagi Indonesia,”(Jakarta: PT Elex Media Komputindo,

2004), 8. 15 Kementerian Republik Indonesia, “Pemerintah Indonesia dan Jepang Upayakan

Negosiasi Economic Partnership Agreement,” [artikel online] tersedia di

http://www.kemendag.go.id/id/news/2012/11/24/pemerintah-indonesia-dan-jepang-upayakan-

negosiasi-economic-partnership-agreement-rampung-juni-2007, Internet; diakses pada 8 Juni

2007.

5

Japan for an Economic Partnership dan mulai berlaku efektif pada tanggal 1 Juli

2008.16

Jepang merupakan salah satu negara mitra dagang utama dalam

perdagangan bagi Indonesia.17 Dengan adanya perjanjian IJEPA, Indonesia dapat

meningkatkan volume perdagangannya melalui tiga pilar utama di dalam

perjanjian IJEPA yaitu, Pertama, Liberalisasi, yaitu menghapus atau mengurangi

hambatan perdagangan dan investasi. Sejak berlakunya IJEPA, Jepang

memberikan konsesi khusus kepada Indonesia berupa penghapusan atau

penurunan tarif bea masuk dalam tiga klasifikasi, yaitu fast-track, normal track

dan pengecualian. Dalam pengecualian tersebut, merupakan barang-barang selain

industri dengan memasang emergency and safeguard measures untuk mencegah

dampak negatifnya produk industri domestik.18

Kedua, Facilitation, yaitu pengurangan biaya perdagangan dan

peningkatan kinerja bea cukai, penanganan di pelabuhan terkait jasa perdagangan

dan upaya memperbaiki iklim investasi dan meningkatkan kepercayaan investor

Jepang.Walaupun tariff bea masuk sudah dihapuskan atau diturunkan, namun

produk industri Indonesia tetap mengalami kendala untuk masuk pasar Jepang

karena adanya hambatan-hambatan non tariff seperti standar, peraturan kesehatan,

16“IJ-EPA and Its Implication to Trade Performance of Indonesia-Japan”, Buletin Ilmiah

Litbang Perdagangan Journal, Vol, 6. No.1, Juli 2012, [jurnal online] tersedia di

http://www.kemendag.go.id/id/view/bulletin/6/29 Internet; diakses pada 8 Juni 2012, h, 20. 17 “Laporan Hasil Kajian Free Trade Agreement (FTA) dan Economic Partnership

Agreement (EPA) dan Pengaruhnya terhadap Arus Perdagangan dan Investasi dengan Negara

Mitra”, BKF Kemenkeu, Tim Kajian Pusat Kebijakan Regional dan Bilateral, jilid 2, tahun 2013,

h, 27. 18Setiawan,“Analisis Dampak IJEPA terhadap Indonesia dan Jepang,”h, 2.

6

safety standard yang dikategorikan sebagai smart-regulation. Namun Jepang akan

membantu Indonesia untuk memperbaiki produknya sehingga dapat melewati

hambatan non tariff Jepang. Bantuan tersebut ditampung dalam elemen

cooperation, khusus untuk produk industri.19

Ketiga, Cooperation, yaitu kerjasama dimana Jepang berkomitmen untuk

meningkatkan daya saing industri melalui pembangunan capacity building dalam

pengembangan industri di Indonesia yang disebut Manufacturing Industrial

Development Center (MINDEC). Untuk meningkatkan kapasitas industri

Indonesia, Jepang membantu dalam kegiatan basic study; trainee and trainer; dan

technical assistance.20 Dalam IJEPA terdapat skema khusus yaitu User Specific

Duty Free Scheme (USDFS)21 yang diberikan dari Indonesia ke Jepang dengan

tariff 0% artinya pembebasan bea masuk hanya untuk produk-produk

pembangunan dalam sektor industridengan imbalan Jepang akan memberikan

fasilitas MINDEC terhadap Indonesia untuk pembangunan industri.22

Perjanjian IJEPA merupakan perjanjian yang sangat penting bagi

Indonesia mengingat Jepang merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia.

Menurut sumber dari BPS, processed by Trade and Information Center, Ministry

19 Atmawinata, “Kedalaman struktur industri yang mempunyai daya saing di pasar

global: Kajian Capacity Building Industri Manufaktur Melalui Implementasi MINDEC-IJEPA,”

26. 20 Kementerian PPN/Bappenas, “Meningkatkan Kemitraan Indonesia-Jepang untuk

pembangunan,” [dokumen online] tersedia di http://www.bappenas.go.id/id/berita-dan-siaran-

pers/meningkatkan-kemitraan-indonesia-jepang-untuk-pembangunan/ Internet; diakses pada 28

Agustus 2016. 21USDFS adalah pemberian fasilitas yang dipercepat untuk produk Jepang yang masuk ke

Indonesia terkait dengan industri driver sector dengan syarat utamanya digunakan sebagai bahan

baku dan belum diproduksi/tidak ekonomis dibuat didalam negeri. Driver sector adalah industri

yang menjadi sektor penggerak yaitu dibidang; otomotif, elektronik, alat berat dan energi. 22Setiawan, “Analisis Dampak IJEPA terhadap Indonesia dan Jepang,” 3.

7

of Trade total kinerja ekspor Indonesia ke Jepang pasca implementasi IJEPA dari

2009-2011 meningkat sebesar US$ 33.714.696,1. Pada tahun 2009, sebesar US$

11,979.0; pada tahun 2010, sebesar US$ 16,495.5; pada tahun 2011, sebesar US$

18,330.1. Berdasarkan dari sumber BPS tersebut, dapat dilihat semakin

meningkatnya total perdagangan Indonesia dalam kinerja ekspor, pertumbuhan

ekspor Indonesia ke Jepang menunjukkan pertumbuhan positif, tumbuh sebesar

9,5% per tahun.23

Dari pembahasan diatas penulis tertarik meneliti bagaimana peran Jepang

meningkatkan kerjasama perdagangan dengan Indonesia dalam kerangka IJEPA

pada tahun 2010-2011. Penelitian ini menarik untuk dikaji,karena perjanjian

bilateral ini merupakan perjanjian yang pertama bagi Indonesia dalam melakukan

kerjasama perdagangan melalui kerangka IJEPA, disebabkan karena Indonesia

memiliki pasar yang sangat potensial bagi produk Jepang.

I.2 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pada pernyataan masalah yang akan menjadi fokus

pembahasan di dalam penelitian dengan judul peran Jepang meningkatkan

kerjasama perdagangan dengan Indonesia dalam kerangka IJEPA, maka

pertanyaan masalah untuk menjawab penelitian ini adalah “Bagaimana Peran

Jepang meningkatkan kerjasama perdagangan dengan Indonesia

23 Kementerian Perdagangan Republik Indonesia,“Neraca Perdagangan Indonesia

dengan Jepang”,[dokumen online] tersedia di http://www.kemendag.go.id/id/economic-

profile/indonesia-export-import/balance-of-trade-with-trade-partner-country?negara=111Internet;

diakses pada 11 November 2016.

8

dalamkerangka Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA)

pada tahun 2010-2011?”

I.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa apa yang menjadi

faktor-faktor utama mendorong mengapa Jepang meningkatkan kerjasama

perdagangan dengan Indonesia dan menjelaskan bagaimana peran Jepang

meningkatkan kerjasama perdagangan dengan Indonesia dalam kerangka

Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) tahun 2010-2011.

Adapun manfaat penelitian ini diharapkan dapat menambah infromasi dan

wawasan yang memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan

ekonomi politik internasional. Penelitian ini juga dapat menjadi salah satu sumber

rujukan penelitian selanjutnya khususnya dalam mengkaji berbagai bentuk

kerjasama perdagangan ekonomi politik internasional yang berkaitan dengan

peran Jepang dan kepentingan Indonesia dalam perjanjian IJEPA pada tahun

2010-2011. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman dan

rekomendasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

I.4 Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini terdapat tiga tinjauan pustaka terkait dengan peran

Jepang dalam meningkatkan kerjasama perdagangan dengan Indonesia dalam

kerangka Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) tahun

2010-2012.

9

Skripsi ini terinspirasi dari Pusat Kebijakan Kerjasama Perdagangan

Internasional, Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan dan

Kementerian Perdagangan, RI, yang ditulis oleh Muhammad Fawaiq dalam jurnal

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan Vol. 8, No. 1 Juli 2014, yang berjudul

“Peluang Ekspor Jasa Indonesia ke Jepang melalui Mode 3 (Commercial

Presence) dan Mode 4 (Movement of Natural Persons) pada Kerjasama

Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA)”. Dalam jurnal ini

Fawaiq membahas mengenai kerjasama IJEPA di sektor jasa lebih membuka

peluang bagi Indonesia untuk mengekspor sektor jasanya. Kerangka konseptual

yang digunakan dalam penelitian ini adalah schedule of commitment (SOC),

indeks hoekman dan mode of supply dalam perdagangan jasa.

Dalam penelitian ini, pemanfaatan sektor jasa Jepang oleh Indonesia hanya

terbatas pada jasa perawat dan caregiver. Peluang ekspor tertinggi Indonesia ke

Jepang terdapat pada sektor jasa moda 3 dan moda 4. Melalui perjanjian IJEPA,

Indonesia mempromosikan sektor jasanya ke Jepang dan kemudian melakukan

negosiasi terkait penghapusan hambatan-hambatan yang ada pada sektor jasa.

Berdasarkan hal tersebut, Indonesia dapat dapat memanfaatkan sektor jasa dari

Jepang. Diantaranya yaitu 27 sub sektor yang didominasi oleh sektor jasa bisnis,

jasa komunikasi, jasa konstruksi, jasa distribusi, jasa pendidikan, jasa lingkungan,

jasa keuangan, jasa kesehatan dan terkait dengan sosial, jasa pariwisata, jasa

rekreasi; budaya; dan olah raga, jasa transportasi dan sub-sektor jasa lainnya.

Pemanfaatan peluang sektor jasa melalui perjanjian IJEPA yang diberikan Jepang

10

kepada Indonesia guna menghasilkan potensi akses pasar sektor jasa yang besar

bagi Indonesia.

Penelitian lain dilakukan oleh Ricky Raymond dari Universitas Indonesia

pada 2009 dengan judul “Peranan Official Development Assistance (ODA)

Jepang dalam Memperkuat Hubungan Ekonomi yang Asimetris dengan Indonesia

pasca Krisis Asia”. Penelitian ini memaparkan mengenai Jepang memperkuat

hubungan ekonomi yang asimetris dengan Indonesia melalui program ODA, pasca

krisis Asia. Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah

development state, konsep flying-geese, konsep ODA.

Menurut Ricky Raymond, terdapat faktor-faktor lemahnya peran dan

posisi Indonesia, yaitu: Pertama, lemahnya posisi tawar pemerintah Indonesia

dalam setiap negosiasi yang ada. Kedua, terletak pada permasalahan

ketergantungan pemerintah Indonesia atas bantuan fiskal dan teknis dari Jepang.

Ketiga, tidak adanya strategis pembangunan ekonomi yang jelas, khususnya

dibidang industri. Dengan adanya penyaluran ODA Jepang guna untuk

mendukung proses pembangunan ekonomi Indonesia.

Ricky Raymond juga menjelaskan bagaimana ODA Jepang yang

disalurkan ke Indonesia dapat menjadi alat untuk memperkuat hubungan ekonomi

yang asimetris antara Jepang dan Indonesia, melalui: Pertama, unsur-unsur yang

memang dimiliki ODA Jepang itu sendiri seperti pinjaman Yen, hibah dan

technical assistace. Berdasarkan unsur-unsur tersebut, ODA dapat secara

langsung memperkuat hubungan asimetris, yakni dengan melemahkan

11

kemampuan dan meningkatkan ketergantungan Indonesia terhadap Jepang

terutama dengan pinjaman. Kedua, melalui investasi yang kemudian terkait juga

dengan perdagangan. Berdasarkan investasi penyaluran ODA ditujukan guna

mendukung proses investasi Jepang yang ingin masuk ke Indonesia. Selain itu,

ODA juga ditujukan untuk melindungi investasi yang telah ada di Indonesia

sebelumnya. Investasi ini kemudian terkait dengan perdagangan. ODA memiliki

peranan yang cukup penting bagi peningkatan volume perdagangan Jepang

dengan Indonesia, khususnya untuk perdagangan barang-barang mentah dari

Indonesia dan perdagangan produk industri Jepang ke Indonesia. Investasi dan

perdagangan inilah yang kemudian semakin memperkuat hubungan ekonomi yang

asimetris antara Jepang dengan Indonesia.

Ketiga, melalui pembentukan Indonesia-Japan Economic Partnership

Agreement (IJEPA), yakni perjanjian kemitraan yang di dalamnya terdapat

semacam perjanjian perdagangan bebas, seperti adanya pengurangan dan

penghapusan bea masuk. Melalui perjanjian ini kepentingan ekonomi Jepang

dapat semakin terwadahi, karena kepentingan ekonomi Jepang yang tersebar

dalam jumlah sektor, dapat dicapai melalui forum ini. Seperti isu keamanan energi

dengan investasi dan perdagangan. Tiga jalur inilah yang menurut Raymond

digunakan oleh pemerintah Jepang untuk memperkuat hubungan ekonomi yang

asimetris antara Jepang dengan Indonesia melalui instrument kebijakan ODA

Jepang. Adapun perbedaan pada penelitian sekarang dimana penulis menganalisa

bagaimana peran Jepang meningkatkan kerjasama perdagangan dengan Indonesia

melalui tiga pilar utama, yaitu liberalisasi, fasilitasi dan kerjasama.

12

Tinjauan pustaka selanjutnya adalah skripsi yang ditulis oleh Fitri Kusuma

Wardhani dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada 2014 dengan judul

“Dukungan Pemerintah Jepang Kepada Pemerintah Indonesia pada Sektor

Pertanian melalui Kerjasama Economic Partnership Agreement (EPA)” tahun

2006-2010. Dalam penelitian ini menjelaskan bahwa sektor pertanian di Indonesia

menghadapi masalah produktivitas yang masih rendah dapat menyebabkan

masyarakat di Indonesia mengalami kemiskinan. Upaya untuk mewujudkan

pembangunan pertanian, pemerintah Indonesia telah melakukan kerjasama dengan

Jepang yang merupakan salah satu negara yang memiliki pengetahuan dan

teknologi yang maju di bidang pertanian.

Kerjasama dilakukan melalui program Official Development Assistance

(ODA), bantuan ini diberikan pada sektor pertanian oleh Jepang. Dalam

kerjasama tersebut kemudian Indonesia dan Jepang membentuk kerjasama melalui

Economic Partnership Agreement (EPA). Melalui EPA, Jepang akan

mengeluarkan dana bantuan yang lebih efisien untuk negara mitranya. Bantuan

yang diberikan pemerintah Jepang melalui EPA kepada Indonesia adalah Grant

Assistance for Underprivileged Farmers yang disebut sebagai bantuan Second

Kennedy Round (2KR), dengan bantuan yang diberikan Jepang telah membantu

peningkatan volume ekspor Indonesia dalam sektor pertanian.

1.5 Kerangka Teori

Kerangka pemikiran untuk menganalisa penelitian yang berjudul peran

Jepang meningkatkan kerjasama perdagangan dengan Indonesia dalam kerangka

13

Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) tahun 2010-2011

akan menggunakan satu teori dan dua konsep, yaitu teori liberalisme dan konsep

kerjasama internasional dan konsep kepentingan nasional.

Dalam buku Perwita yang berjudul Penghantar Ilmu Hubungan

Internasional. secara umum ekonomi politik internasional merupakan studi yang

mempelajari saling keterhubungan antara ekonomi internasional dan politik

internasional, yang muncul akibat berkembangnya masalah-masalah yang terjadi

dalam sistem internasional. Pengkajian ekonomi politik internasional

membutuhkan integrasi teori-teori dari disiplin ilmu ekonomi dan poltik, misalnya

masalah-masalah dalam isu perdagangan internasional, moneter dan

pembangunan ekonomi.

Namun Sprero mengajukan suatu konstruksi berfikir yang berawal dari

pengertian politik internasional dan ekonomi internasional guna memahami

makna ekonomi dan politik internasional. Politik internasional adalah interaksi

diantara negara-negara dalam upaya mencapai tujuan masing-masing, sedangkan

ekonomi internasional merupakan perilaku negara untuk memenuhi kepentingan

nasionalnya dalam kondisi keterbatasan sumber daya. Pada akhirnya dapat

dikatakan bahwa hubungan internasional mengandung interaksi yang bersifat

ekonomi politik internasional.24

24Dr. Anak Agung Banyu Perwita dan Dr. Yanyan Mochamad Yani, “Penghantar Ilmu

Hubungan Internasional”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h, 75-76.

14

1. Liberalisme

Penulis menggunakan perspektif liberalisme dalam teori hubungan

internasional. Dalam melakukan penelitian ini, Ian Shapiro mendefinisikan bahwa

teori liberalisme sangat relevan sebagai ideologi politik di bidang ekonomi dan

sosial secara mendalam.25

Menurut Woodrow Wilson seorang profesor dalam bidang ilmu politik,

berpendapat, untuk memajukan kerjasama yang damai antar negara adalah elemen

dasar liberalisme. Namun, untuk melakukan kerjasama harus memiliki dukungan

politik yang solid dari negara yang paling kuat dalam sistem internasional

sehingga perang besar akan dapat dicegah.26 Berdasarkan teori ini, menganalisis

mengenai bagaimana peran Jepang sebagai mitra dagang utama untuk

membuktikan suprioritasnya dalam pembangunan ekonomi Indonesia dibidang

perdagangan.

Menurut Duncan Invision dalam bukunya yang berjudul Postcolonial

Liberalism, teori liberalisme bertujuan untuk membenarkan pengaturan politik

yang telah diterapkan di suatu negara dengan implikasi tatanan internasional dari

negara tersebut.27 Defisini lain yang ditulis oleh Jill Steans dan Lloyd Pettiford di

dalam bukunya yang berjudul International Relations: Perspectives and Themes

mengenai liberalisme. Kant mengemukakan pendapatnya untuk mewujudkan

25 Ian Shapiro, “Volusi Hak Alam Teori Liberal” (Jakarta: PT. Bumi Grafika Jaya,

2006),h,84. 26Robert Jackson & Georg Sorensen,”Introduction to International Relations,” (New

York: Oxford University Press Inc, 1999), h, 48-49. 27Duncan Invision,“Postcolonial Liberalism” (United Kingdom: Cambridge University

Press, 2002), h, 14.

15

perpetual peace dengan mengukuhkan sebuah tatanan internasional yang adil

secara hukum internasional untuk mengatur tindakan-tindakan suatu negara.28

Asumsi dasar dari Liberalisme sendiri, adalah:29

1. Kaum liberal percaya bahwa seluruh umat manusia adalah makhluk rasional.

Rasionalitas bisa digunakan dalam dua cara yang berbeda:

a) Dalam pengertian instrument, sebagai kemampuan untuk mengungkapkan

pikiran dan mengejar ‘kepentingan” seseorang.

b) Kemampuan untuk memahami prinsip-prinsip moral dan hidup

berdasarkan aturan hukum.

2. Kaum liberal menilai kebebasan individu diatas segala-galanya.

3. Liberalisme berpandangan positif atau progresif tentang karakteristik manusia.

Kaum liberal percaya bahwa perubahan-perubahan positif dalam hubungan

internasional merupakan hal yang sangat mungkin dicapai.

4. Kaum liberal menekankan kemungkinan bagi agensi manusia untuk

memengaruhi perubahan.

5. Dengan berbagai cara, liberalisme menentang pembagian antara wilayah

domestik dan internasional:

a) Liberalisme merupakan doktrin yang universalis dan juga berkomitmen

pada beberapa konsepsi tentang suatu komunitas umat manusia yang

universal yang melampaui pengidentifikasian diri dengan keanggotaan

dari komunitas negara bangsa.

28Jill Steans dan Lloyd Pettiford, “International Relations: Perspectives and Themes,”

Penerjemah Deasy Silvya Sari (England: Edinburgh Gate, Harlow, Essex CM202JE, 2009), h, 97. 29 Jill Steans dan Lloyd Pettiford, “International Relations: Perspectives and

Themes,”111.

16

b) Konsep kaum liberal tentang interdependensi dan masyarakat dunia

menyatakan bahwa dalam dunia kontemporer batas-batas antar negara

menjadi lebih mudah ditembus.

Kerjasama perdagangan bilateral ini saling mencari keuntungan bersama

melalui perjanjian yang telah disepakati dalam Peraturan Presiden No. 38 Tahun

2008 tentang Pengesahan Agreement Between The Republic of Indonesia and

Japan for an Economic Partnership. Oleh sebab itu, kedua negara harus

melakukan perdagangan melalui peraturan yang telah ditetapkan guna untuk

menghindarkan kejanggalan negara-negara dari perang karena liberalisme lebih

mengedepankan perdamaian dan interdepedensi.

Menurut David Balaam dan Michael Vaset perspektif liberalisme dalam

memandang perdagangan internasional sebagai suatu positive sum-game,

membuat negara menjadi efisien, menyatukan negara yang satu dengan negara

lain dalam suatu ikatan yang menciptakan keuntungan bersama sehingga perang

tidak terjadi.30

2. Konsep Kerjasama Internasional

Nisbet mengemukakan pendapatnya, kerjasama internasional adalah

tindakan kelompok dalam suatu proses yang diarahkan terhadap beberapa tujuan

dalam kepentingan bersama.31 Meliputi berbagai bidang kepentingan yaitu seperti

30David Balaam dan Michael Veseth, “Introduction to International Political Economy,”

(New Jersey: Prentice Hall, 1996), 30-31. Dikutip dalam skripsi Dzihnia Fatnilativia,

“Kepentingan Jepang dalam EPA dengan Indonesia. 31Generald Marwell and David R. Schmitt, “Cooperation An Experimental Analysis”

(New York: Academic Press, INC, 1975), h, 5.

17

ideologi, politik, ekonomi, sosial, lingkungan hidup, kebudayaan, pertahanan dan

keamanan sehingga mengakibatkan berbagai masalah sosial. Untuk mencari solusi

atas berbagai masalah tersebut maka beberapa negara membentuk suatu kerjasama

internasional.32

Menurut Wayne Sandholtz, apabila suatu negara dapat melakukan

langkah-langkah untuk mencapai tujuan akhir, maka negara tidak akan

mempertimbangkan untuk melakukan kerjasama dengan negara lain.33 Sandholtz

juga berpendapat kerjasama internasional pada umumnya, dikarenakan akibat

keterbatasan suatu negara.34

Dalam memulai kerjasama internasional secara efektif, yaitu dengan

melakukan persuading, setting agendas, mobilizing coalitions, promoting

consencus and pushing compromises. 35 Untuk mencukupi kebutuhan, maka

negara melakukan kerjasama dengan negara lain yang memiliki potensial

dibidang tersebut. Jepang merupakan negara mitra dagang utama dalam

perdagangan bagi Indonesia dan Indonesia yang merupakan target pasar yang

paling potensial bagi produk Jepang. Kedua negara melakukan kerjasama karena

saling memiliki kepentingan bersama untuk mencapai suatu tujuan dan

keuntungan dibidang perdagangan.

32Perwita, “Penghantar Ilmu Hubungan Internasional”, h, 34. 33 Wayne Sandholtz, “High-Tech Europe: The Political Economy of International

Cooperation,” (Berkeley: University of California Press, 1992). 8. 34 Wayne Sandholtz, “High-Tech Europe: The Political Economy of International

Cooperation,”h,12. 35 Wayne Sandholtz, “High-Tech Europe: The Political Economy of International

Cooperation,”h, 24.

18

3. Konsep Kepentingan Nasional

Konsep national interest mulanya mengacu pada kepentingan dari suatu

negara.36 Negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai

kekuasaan tertinggi yang sah dan yang ditaati oleh rakyatnya.37 Oleh sebab itu,

kepentingan nasional didefinisikan sebagai tujuan yang dicari oleh suatu negara.38

Menurut Charles Beard, Hans Morgenthau dan Joseph Frankel di dalam

British Journal of International Studies, melalui basic national interest dari

economic interest digunakan untuk menganalisis kepentingan Indonesia yang

ingin melakukan kerjasama perdagangan dengan Jepang. Dimana, ketiga tokoh

tersebut telah menggambarkan basic national interest sebagai berikut:39

1. Defence interests: perlindungan suatu negara dan warga negaranya dari

ancaman kekerasan fisik yang diarahkan dari negara lain.

2. Economic interests: peningkatan kesejahteraan ekonomi suatu negara melalui

kerjasama dengan negara yang dianggap potensial dibidang ekonomi.

3. World order interests: pemeliharaan sistem politik dan ekonomi internasional

terhadap negara yang dianggap aman, sehingga perdagangan dapat beroperasi

secara damai diluar perbatasannya.

36Jean Marc Coicaud dan Nicholas J. Wheeler, “National Interest and International

Solidarity: Particular and Universal Ethics in International life,” (New York: United Nations

University Press, 2008), h, 2. 37Miriam Budiarjo, “Dasar-Dasar Ilmu Politik” (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

2008), h, 9. 38Stephen D. Krasner, “Defending the National Interest: Raw Materials Investments and

U.S Foreign Policy”, (United Kingdom: Princeton University Press, 1978), h, 13. 39 Donald E. Nuechterlein, National Interests and Foreign Policy: A Conceptual

Framework for Analysis and Decision-Making”, British Journal of International Studies 4

(Novermber 2017): 248.

19

4. Ideological interests: perlindungan atas nilai-nilai suatu negara dari berbagai

konflik yang terjadi.

Menurut Peter Trubowitz, kepentingan nasional digunakan untuk

menganalisis sistem politik. Untuk mencapai tujuan kepentingan nasional,

masyarakat harus memiliki kekuatan bekerjasama dalam sistem politik sebagai

prioritas dari hasil kebijakan negara. 40 Mengenai pendapat yang dikemukakan

oleh Peter Trubowitz dapat digunakan untuk menganalisis Indonesia

membutuhkan faktor-faktor pendukung untuk meningkatkan pertumbuhan

ekonominya.

Konsep kepentingan nasional tersebut guna untuk menjelaskan,

mengevaluasi. merasionalisasi atau mengkritik kebijakan luar negeri suatu

negara.41 Dalam kepentingan nasional, tujuan negara adalah untuk melindungi

identitas politik dan budaya terhadap agresi dari negara-negara lain untuk

kelangsungan hidup (survival) yang melibatkan preservation of political identity,

preservation of existing political-economic regimes, preservation of cultural

identity, conservation of ethnic, religious, linguistic and historical pada suatu

negara. Statemen tersebut dikemukakan oleh Morgenthau untuk menganalisa

kebijakan seperti competitive armaments, balance of power, foreign aid alliances,

subversion and economic and propaganda.42

40 Peter Trubowitz, “Defening the National Interest” (London: The University of

Chaciago Press, 1998), h, 4. 41Peu Ghosh, “International Relations” (New Delhi: PHI Learning Limited,2013), h, 65. 42Peu Ghosh, “International Relations,” 66.

20

Terkait dengan politik, untuk mencapai kepentingan nasional, Indonesia

perlu untuk melakukan kerjasama dengan Jepang melalui kerangka IJEPA,

sehingga Indonesia juga dapat ikut serta dalam kerjasama perdagangan dunia

dengan bekerjasama dengan negara-negara lain. Tujuan kerjasama Indonesia

adalah untuk meningkatkan kapasitas nasional khususnya peningkatan daya saing

produk Indonesia di pasar dunia. Dengan demikian, Indonesia terlepas dari

negara-negara yang saling berkompetisi dan berlawanan demi kekuasaan, dan

survival merupakan kebutuhan dan syarat yang paling utama bagi masyarakat.

Demikian dengan pemaparan kerangka teori liberalsime, konsep kerjasama

internasional dan konsep kepentingan nasional saling berkesinambungan yang

relevan untuk membahas lebih lanjut mengenai peran Jepang meningkatkan

kerjasama perdagangan dengan Indonesia dalam kerangka Indonesia-Japan

Economic Partnership Agreement (IJEPA) 2010-2012.

I.6 Metode Penelitian

Penelitian merupakan usaha untuk menemukan, mengembangkan dan

melakukan verifikasi terhadap kebenaran suatu peristiwa atau suatu pengetahuan

dengan menggunakan metode ilmiah. Metode yang dipilih berhubungan erat

dengan prosedur, alat serta desain penelitian yang digunakan. Metode penelitian

membicarakan bagaimana secara berurut suatu penelitian dilakukan, yaitu dengan

alat apa dan prosedur bagaimana suatu penelitian dilakukan.43

43Asep Saepul Hamdi dan E. Bahruddin, “Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif

Aplikasi dalam Pendidikan”(Yogyakarta: CV Budi Utama, 2014), h, 2.

21

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dapat menjelaskan dan

menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi

seseorang atau kelompok terhadap sesuatu. Penelitian kualitatif adalah suatu

penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena,

peristiwa, aktivitas, sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara

individual maupun kelompok. Beberapa deskripsi digunakan untuk menemukan

prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada penyimpulan. Penelitan

kualitatif bersifat induktif: peneliti membiarkan permasalahan-permasalahan

muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk interpretasi. Data dalam penelitian

juga dihimpun berdasarkan pengamatan dengan seksama, singkat, tepat melalui

sistematika penulisan secara terstruktur yang mencakup deskripsi dalam konteks

yang mendetail dan mudah untuk dipahami.44

Metode penelitian kualitatif adalah pelaporan yang menggunakan

pendekatan induktif untuk membangun teori.45 Penelitian kualitatif adalah sejenis

penelitian yang secara khusus menggunakan teknik untuk memperoleh jawaban

atau informasi mendalam tentang pendapat, persepsi dan perasaan seseorang.

Dengan demikian, mungkin didapatkan hal-hal yang tersirat mengenai sikap,

kepercayaan, motivasi dan perilaku subjek yang diteliti melalui

informasi. 46 Penelitian ini juga menggunakan metode penelitian yang bersifat

deskriptif analitis, yaitu suatu cara untuk membuat gambaran dan analisa berbagai

44Hamdi dan Bahruddin, “Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Aplikasi dalam

Pendidikan”,h, 9. 45Septiawan Santa K, “Menulis Ilmiah Metode Penelitian Kualitatif” (Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia, 2007), h, 34. 46Buchari Lapau, “Metode Penelitian Kesehatan: Metode Ilmiah Penulisan Skripsi, Tesis

dan Disertasi”, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2012), h, 37.

22

situasi yang menjadi bagian dari permasalahan yang ingin diteliti secara

sistematis.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian didapatkan

melalui library research, yaitu Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Data-data tersebut didapatkan dari buku, skripsi, teisis, disertasi, jurnal,

majalah, artikel, dan document analysis. Seperti Kementerian Perdagangan

Republik Indonesia, Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, Kementerian

Keuangan Republik Indonesia, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia dan

Kementerian Luar Negeri Jepang. Selain itu, teknik pencarian data dalam skripsi

ini juga menggunakan sarana internet dalam proses pengumpulan data yang

berkaitan dan relevan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.

Setelah terkumpul, data-data tersebut dianalisis dengan teori dan konsep yang

digunakan sehingga dapat menjawab pertanyaan penelitian skripsi ini.

I.7 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab pendahuluan ini merupakan suatu dasar dilakukannya penelitian

skripsi. Yang terdiri atas pernyataan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan

manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

23

BAB II BANTUAN JEPANG KE INDONESIA

Bab ini memaparkan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi bantuan

Jepang ke Indonesia. Pada bab ini dibagi atas dua bagian yang akan menjelaskan

mengenai bantuan Jepang ke Indonesia sebelum IJEPA secara berkaitan serta

memaparkan bentuk bantuan Jepang secara langsung ke Indonesia dibidang

perdagangan internasional, yaitu FDI, ODA dan LNG dan ekspor-impor.

BAB III INDONESIA-JAPAN ECONOMIC PARTNERSHIP

AGREEMENT (IJEPA)

Bab ini membahas mengenai perjanjian yang dibuat oleh Jepang yaitu

perjanjian perdagangan dalam kerangka Indonesia-Japan Economic Partnership

Agreement (IJEPA). Pembahasan dibagi menjadi empat sub-bab yang dimulai

dengan menjelaskan sejarah pembentukan IJEPA, tujuan IJEPA, isi dan cakupan

dalam IJEPA melalui tiga pilar utamanya yaitu fasilitasi, liberalisasi perdagangan

dan kerjasama dan sub-bab terakhir yang akan membahas mengenai

meningkatkan kapasitas industri melalui elemen kerjama dalam program MIDEC.

BAB IV PERAN JEPANG MENINGKATKAN KERJASAMA

PERDAGANGAN DENGAN INDONESIA DALAM KERANGKA IJEPA

Pada bab terakhir ini, penulis akan menganalisa mengenai perjanjian

kerjasama bilateral IJEPA bertujuan untuk mempererat hubungan kedua negara di

bidang ekonomi melalui tiga pilar utama, yaitu liberalisasi, facilitation dan

cooperation. Melalui tiga pilar utama tersebut, Jepang membantu Indonesia untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonominya.

24

BAB II

BANTUAN JEPANG KE INDONESIA

Bab ini memaparkan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi bantuan

Jepang ke Indonesia. Pada bab ini dibagi atas dua bagian yang akan menjelaskan

mengenai bantuan Jepang ke Indonesia sebelum IJEPA secara berkaitan.

Pertama, dinamika hubungan Indonesia dan Jepang. Kedua, sejarah hubungan

Indonesia dan Jepang serta memaparkan beberapa bentuk bantuan Jepang secara

langsung ke Indonesia yang berkaitan dibidang perdagangan internasional, yaitu

foreign direct investment (FDI), official development assistance (ODA), liquefied

natural gas (LNG) dan meningkatkannya volume perdagangan pada kinerja

ekspor Indonesia ke Jepang sebelum perjanjian IJEPA.

II.1 Dinamika Hubungan Indonesia dan Jepang

Jepang dikenal tidak hanya sebagai salah satu mitra dagang utama

Indonesia, namun juga sebagai salah satu negara terbesar dalam hal penanaman

modal di Indonesia. Jepang memandang Indonesia sebagai pasar yang signifikan

dan luas dengan prospek cerah bagi pertumbuhan di masa depan. Dinamika

hubungan ekonomi Indonesia dan Jepang antara dimulai pada tahun 1940, dimana

terjadinya kerugian dan duka yang diakibatkan penjajahan perang Jepang terhadap

Indonesia.47 Namun setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, kualitas sumber

daya manusia masih sangat terbatas karena situasi Perang Dunia II berpengaruh

47 Bantarto Bandoro, “Beberapa DImensi Hubungan Indoesia-Jepang dan Pelaporan

Untuk Indonesian: Hubungan Luar Negeri Indonesia Selama Orde Baru”, (Jakarta: CSIS, 1994),

h, 93-124.

24

25

negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sejarah tidak menghalangi

terjadinya sejumlah kerjasama yang saling menguntungkan dalam berbagai bidang

diantara kedua negara.

Pada tahun 1951, ketika itu selain berlangsung penandatanganan

perjanjian damai beserta pembayaran kompensasi pasca PD II, juga terjadi

kesepakatan tentang perihal hutang dan investasi yang menjadi penanda lahirnya

hubungan ekonomi antara kedua negara secara resmi. 48 Namun, hubungan

ekonomi yang erat antara Indonesia dengan Jepang telah berlangsung lama

dimana tercatat lebih dari 50 tahun yang lalu, yakni pada tanggal 20 Januari 1958

Indonesia dan Jepang resmi menjalin hubungan ekonomi yang didasarkan pada

perjanjian perdamaian yang dicetuskan sebagai the Strategic Partnership for

Peaceful and Prosperous Future.49

Kedua negara mengawali hubungan ekonomi dengan sepakat damai

pembayaran ganti rugi akibat perang. Perjanjian damai membuat Jepang harus

memberikan ganti rugi kepada Indonesia sebesar US$ 223,08 juta, setara dengan

80,3 miliyar (dalam yen) kurs saat itu. Dalam perjanjian tersebut, Indonesia juga

48Perjanjian Damai tersebut tertuang di dalam United Nation Treaty Series No. 4688

sementara kesepakatan tentang kompensasi perang yang bernilai sekitar US$ 223 yang akan

dibayarkan secara berangsur selama 12 tahun tercatat di dalam United Nation Treaty Series No.

4689. Sedangkan pertukaran nota kesepakatan hutang dan investasi direkan di dalam United

Nation Treaty Series No. 4691. 49BPPT Indonesia, 55 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Jepang “What I Have

Learned form Japan” [artikel online] tersedia di http://www.bppt.go.id/86-opini/1843-55-tahun-

hubungan-diplomatik-indonesia-dan-jepang-what-i-have-learned-from-japan Internet; diakses pada

22 November 2013.

26

memberi syarat terhadap Jepang untuk menghapus hutang yang berjumlah US$

176,92 juta, diikuti dengan bantuan ekonomi sebesar US$ 400 juta.50

Kemudian walaupun rezim Orde Lama berganti dengan Rezim Orde baru

tahun 1973 pada pemerintahan Presiden Soekarno, kerjasama ekonomi tetap

diteruskan bahkan semakin meningkat seiring dengan kebijakan Orde Baru pada

perekonomian Indonesia. 51 Walaupun sebelumnya ketika terjadi peristiwa

Malari52 pada tanggal 15 Januari 1974 pada saat kedatangan PM Jepang Tanaka

Kakuei, tetapi imbasnya hanya berlangsung sementara pada hubungan antara

kedua negara.53

Di awal abad 21 pasca awal kemerdekaan Indonesia, bangkitnya Indonesia

dari krisis moneter yang terjadi sejak tahun 1997, namun hal tersebut tidak

mengakhiri hubungan antara ekonomi Indonesia dan Jepang.54 Dalam kerjasama

ekonomi, perdagangan dan investasi, adanya kegiatan ekspor dan impor antara

kedua negara. Nilai perdagangan pada ekspor Indonesia meningkat dari tahun

2006 sebesar US$ 27 milyar, tahun 2007 sebesar US$ 30 milyar dan tahun 2008

50Dzihnia Fatnilativia, “Kepentingan Jepang dalam Kesepakatan Kemitraan Ekonomi

(Economic Partnership Agreement) dengan Indonesia tahun 2007” Skripsi S1 Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia,2008, h, 1. 51Franklin B, Weinstein,”Idonesia Foreign Policy and the Dilemma of Dependence from

Soekaro to Soeharto”, (Itacha: Cornel University Press, 1976). 52 Peristiwa Malari pada 1974 terjadi di Jakarta ketika PM Jepang Tanaka Kakuei

berkunjung ke Indonesia yang disambut dengan demontrasi dan kerusuhan massa yang menolak

bantuan modal asing dari Jepang. Namun Indonesia dan Jepang kembali menata hubungannya

dengan berkunjungnya Presiden Soeharto ke Jepang pada bulan Juli 1975.Lihat di Bandoro

Bantarto, h, 108. 53Asvi Warman Adam, “Malari 1974 dan Sisi Gelap Sejarah,” Kompas, 16 Januari 2003. 54 “Dinamika Hubungan Indonesia-Jepang: akhir abad ke-19 sampai tahun 1970an”

Kompas, [artikel online] tersedia di http://www.kompasiana.com/ryakair/dinamika-hubungan-

indonesia-jepang-akhir-abad-ke-19-tahun-1970an-bag-1_55172856a333111b06b65a96 Internet;

diakses pada 24 Juni 2015.

27

sebesar US$ 32,8 milyar, berdasarkan hal tersebut pertumbuhan ekonomi

Indonesia mengalami surplus dengan melakukan kerjasama dengan Jepang.55

Kerjasama ekonomi antara kedua negara terjadi karena dilihat dari

populasi kedua negara sangat berpengaruh dengan adanya kerjasama. Mengenai

populasi tersebut,warga Jepang di Indonesia 11,263 (pada Oktober 2009) dan

warga Indonesia di Jepang 25,620 (legal) dan 5000 (illegal). Tekait banyaknya

populasi Indonesia juga mempengaruhi masuknya investasi dari Jepang. Di

bidang investasi, masuknya investasi Jepang ke Indonesia berupa 1005

perusahaan Toyota, Honda, Panasonic. Adapun hubungan lain seperti setelah

Perang Dunia II, dimana 3000 imperial tentara-tentara Jepang bertarung dengan

Indonesia untuk melawan penjajah Belanda untuk kemerdekaan. Sepertiga tewas

yang dimakamkan di Taman Makan Pahlawan Kalibata56

II.2 Sejarah Bantuan Jepang ke Indonesia di bidang Ekonomi

1. Sejarah Hubungan Indonesia dan Jepang

Sejarah hubungan antara Indonesia dan Jepang dimulai pada tahun 1942-

1945, Jepang menduduki Indonesia selama 3 tahun selama Perang Dunia II, pada

tahun 1945 (17 Agustus), interdependence, pada tahun 1950, anggota ke-60 PBB,

pada tahun 1954, terbuka bantuan Jepang untuk Indonesia bagi peserta pelatihan

peningkatan kapasitas, pada tahun 1958, menandatangani perjanjian perdamaian

55“Kedutaan Besar Republik Indonesia Jepang di Tokyo, Jepang Merangkap Federasi

Micronesia: kerjasama ekonomi, perdagangan dan investasi”, Kementerian Republik Indonesia,

[artikel online] tersedia di http://www.kemlu.go.id/tokyo/id/Pages/Jepang.aspx 56Japan-Indonesia Relationship, “Japan-Indonesia Relations” [dokumen online] tersedia

di http://energy-indonesia.com/datapdf/nihon-indo-relation.pdf h, 2.

28

antara Indonesia dan Jepang, pada tahun 1959, dewi dari wanita Jepang menikah

dengan Soekarno sebagai istri ketiga.

Pada tahun 1960, pembentukan bantuan pembangunan grup (mantan

DAC) Jepang adalah penyedia terbesar dari ODA untuk meningkatkan

perekonomian Indonesia, dimana tahun 1967 Indonesia menjadi anggota pendiri

ASEAN, pada tahun 1974, anti-Jepang untuk huru hara kunjungan PM Tanaka ke

Jakarta, pada tahun 1999, mendirikan G-20 ekonomi utama, anggota bangsa, pada

tahun 2005, pernyataan bersama Indonesia-Jepang “mitra untuk tantangan baru”,

pada tahun 2007, perjanjian Indonesia-Japan Economic Partnership Ageement

(IJEPA), pada tahun 2008, peringatan 50 tahun hubungan diplomatik dan terakhir

pada tahun 2008, perjanjian kemitraan ekonomi (EPA) Indonesia dan Jepang.57

2. Bentuk Bantuan-bantuan Jepang ke Indonesia

Hubungan antara Indonesia dengan Jepang di bidang ekonomi telah

berlangsung lama dimana tercatat lebih dari 50 tahun yang lalu, yakni yang

dimulai pada tanggal 20 Januari 1958 Indonesia dan Jepang resmi menjalin

hubungan ekonomi.58

Kemajuan ekonomi Jepang tidak terjadi begitu saja, kemajuan tersebut

melalui pengimplementasian sejumlah kebijakan ekonomi yang dinilai mampu

mempercepat pertumbuhan ekonomi Jepang dan dalam kemajuan ekonominya,

57 Japan-Indonesia Relationship, “History of Relations” [dokumen online] tersedia di

http://energy-indonesia.com/datapdf/nihon-indo-relation.pdf h, 3. 58BPPT Indonesia, 55 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Jepang “What I Have

Learned form Japan” [artikel online] tersedia di http://www.bppt.go.id/86-opini/1843-55-tahun-

hubungan-diplomatik-indonesia-dan-jepang-what-i-have-learned-from-japan Internet; diakses pada

22 November 2013.

29

Jepang juga melakukan kerjasama dengan beberapa negara diantaranya Indonesia

yang dinilai mampu mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi Jepang

melalui peningkatan investasi, liquefied natural gas, official development

assistance dan kerjasama ekspor dan impor yang dapat meningkatkan

pertumbuhan perekonomian Jepang. 59 Dalam melakukan kerjasama dengan

Indonesia, adapun bentuk-bentuk bantuan yang diberikan oleh Jepang, yaitu:

a) Foreign Direct Investment (FDI)

Foreign direct investment (FDI) atau investasi asing langsung berperan

penting dalam menyediakan akses terhadap teknologi yang dapat meningkatkan

produktivitas dan menciptakan keterkaitan nilai produksi di pasar internasional.

Kebijakan investasi asing langsung juga memiliki peran penting dalam

meningkatkan daya saing suatu negara. Dengan meningkatnya aliran investasi ke

dalam negeri akan terjadi kerjasama multinasional yang akan berkontribusi

penting terhadap proses transfer teknologi yang bermanfaat untuk meningkatkan

produktivitas dan nilai tambah bahkan daya saing.60

Salah satu kebijakan dari Jepang yang dinilai mampu mempercepat

pertumbuhan ekonomi, mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi dan

meningkatkan volume ekspor komoditasnya melalui penyaluran investasi asing,

59Helen Huges (ed), “Keberhasilan Industrialisasi di Asia Timur”, (Jakarta; Gramedia

Pustaka, 1992), h, 144. 60 BAPPENAS terj. Daniel Ilyas, “Perdaganga dan Investasi di Indonesia: sebuah

catatan tentang daya saing dan tantangan ke depan”, (Jakarta: BAPPENAS, 2009), h, 2.

30

diantaranya penyaluran investasi Jepang ke Indonesia.61 Meningkatnya ekspor,

menjadi faktor utama pendorong masuknya investasi yang lebih tinggi dengan

meningkatnya permintaan baik domestik, bilateral dan multilateral. Karena

peningkatan pada kinerja ekspor mendorong tingginya permintaan harga

komoditas di sektor industri dan sektor perdagangan.62

Bagi negara berkembang seperti Indonesia investasi berfungsi untuk

pembukaan lapangan pekerjaan, pertumbuhan industri lokal dan transfer

teknologi. Oleh karena itu, Indonesia bersaing dengan negara berkembang yang

lain untuk menarik investor. Jepang menekankan bahwa pentingnya investasi

untuk meningkatkan lingkungan bisnis perusahaan asing yang dapat terus stabil

beroperasi, terutama terhadap Indonesia agar dapat mewujudkan pembangunan

ekonomi dengan mendorong masuknya investasi asing.

Melakukan investasi di Indonesia, pihak Jepang menyatakan

kepentingannya di liberalisasi sektor jasa terkait manufaktur, jasa konstruksi,

informasi layanan manufaktur dan layanan komunikasi, transportasi dan

pariwisata, jasa distribusi, jasa keuangan dan jasa hukum. Jepang menyatakan

bahwa Jepang bisa berkontribusi pada perbaikan infrastruktur di Indonesia, terkait

industri manufaktur bagi perekonomian Indonesia. Pihak Indonesia juga

menyatakan minatnya dalam liberalisasi sektor jasa, termasuk pariwisata,

61 Helen Huges, “Achieving Industrialization in East Asia” terj Julius A. Mulyadi.

(Jakarta: Gramedia Pustaka, 1992). Dikutip oleh Ana Maratuthoharoh dari Universitas Airlangga

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 2012. Diakses pada 26 Mei 2014. 62Bank Indonesia, “Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran”, Buletin

Ekonomi Moneter dan Perbankan, (Januari, 2008), h, 177.

31

informasi dan layanan komunikasi, transportasi laut, kontruksi, pendidikan dan

layanan kesehatan yang berhubungan.63

Investasi asing langsung Jepang ke Indonesia bermula pada tahun 1967

sebesar 19,47%. Namun pasca krisis Asia, Jepang tetap menjadi salah satu

investor utama bagi Indonesia. Sekalipun Jepang tidak terkena imbasnya secara

langsung, perekonomian Jepang tetap saja menerima efek buruk yang ditimbulkan

krisis tersebut. Hal ini disebabkan karena banyaknya investasi Jepang di Indonesia

dan Indonesia merupakan salah satu negara yang paling parah terkena dampak

krisis. Akibatnya perusahaan Jepang dikawasan tersebut mengalami

kebangkrutan, ruginya perusahaan Jepang yang beroperasi di Indonesia, tentunya

akan berdampak buruk pada ekonominya.64

Diperkirakan terdapat sekitar 1000 perusahaan Jepang beroperasi di

Indonesia yang dapat menyerap tenaga kerja lokal berjumlah sekitar 200.000

orang. Investasi Jepang di Indonesia bergerak pada sektor elektrik dan elektronik

sebesar US$ 2,8 milyar; peralatan otomotif dan transportasi sebesar US$ 1,6

milyar; industri mineral dan non-metal sebesar US$ 862.000.000; kimia dan

farmasi sebesar US$ 780.000.000; serta perdagangan dan perbaikan sebesar US$

661.000.000.65

63Joint Study Group (JSG), h, 12-14. 64Shunji Karikomi, “Capital Account Liberalization in Emerging Markets: Lessons from

the Asian Currency Crisis” Institute of Developing Economies and Research Officer Fuji Research

Institute tersedia di http://www.ide.go.jp/English/Publish/Download/Apec/pdf/1998_05.pdf

ChapterV,h, 2. 65Joint Study Group (JSG), h, 4.

32

Berdasarkan besarnya populasi manusia sebanyak 240 juta jiwa yang

tinggal Indonesia, maka Jepang dapat memberikan peluang terhadap Indonesia

sebagai konsumen terbesar keempat di dunia apabila Indonesia mempunyai daya

beli yang tinggi. Indonesia dapat mengembangkan industri dan teknologi serta

sekaligus memperdalam keterlibatan Indonesia dalam jaringan produksi regional

maupun internasional. Indonesia dapat dijadikan sebagai production based bagi

perusahaan multinasional Jepang dan pasarnya bisa untuk kawasan ASEAN dan

kawasan regional lainnya.66

Hingga tahun 2007, Jepang merupakan investor asing terbesar di Indonesia

dengan jumlah akumulatif dan Jepang juga merupakan negara asal investasi asing

ke-4 di Indonesia sebesar US$ 40 milyar. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa Jepang adalah salah satu partner potensial dan penting yang tidak dapat

diabaikan dalam rangka memperluas investasi di Indonesia.67

b) Liquefied Natural Gas (LNG)

Liquefied natural gas (LNG) atau gas alam cair merupakan gas alam yang

telah didinginkan ke -260oF untuk pengiriman atau penyimpanan sebagai cairan,

proses tersebut juga dikenal sebagai pencairan. Volume cairan adalah 1/600 dari

bentuk gas. Dalam bentuk yang ringkas ini, gas alam dapat dikirimkan dalam

tanker kriogenik untuk terminal penerima di negara-negara pengimpor. Pada

terminal ini, LNG dikembalikan ke bentuk gas (proses yang dikenal sebagai

66 Amawinata, “Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya Saing di Pasar

Global: Kajian Capacity Building Industri Manufaktur melalui Implementasi MIDEC-IJEPA”,

h, 3-18. 67Stott,“The Japan-Indonesia Economic Partnership: Agreement Between Equals”, h, 3.

33

regasifikasi) dan diangkut melalui jaringan pipa ke perusahaan distribusi,

konsumen industri, dan pembangkit listrik. Pencairan gas alam menyediakan

sarana bergerak jarak jauh di mana transportasi pipa tidak layak, yang

memungkinkan konsumen untuk mengakses gas alam dari daerah yang terlalu

jauh dari pasar pengguna akhir untuk dihubungkan dengan pipa.68

Indonesia merupakan negara yang memiliki populasi keempat terbesar

setelah Tiongkok, India dan Amerika Serikat. Selain itu, Indonesia merupakan

salah satu negara yang kaya akan migas. 69 Dengan demikian, Indonesia

merupakan negara yang berpotensi jika pertumbuhan ekonominya dapat terwujud

setelah berakhirnya krisis Asia yang menghantam perekonomian Indonesia.

Tabel II.1.1.

Sumber LNG Jepang (Nilai: Juta Kubik Meter)70

Tahun Indonesia Malaysia Brunei USA Australia UEA Qatar Oman Algeria Total

1989 24.9 8.7 71 1.3 0.9 3.1 0.3 45.3

1990 27.6 8.6 72 1.4 3.9 3.2 51.9

1991 30 9.5 7 1.3 5.2 3.5 56.5

1992 31.6 9.9 7.1 1.4 6.2 3.4 59.5

1993 31.9 10.5 76 1.4 6.7 3.4 61.5

1994 35.1 11 78 1.6 9.1 4.3 67.9

1995 33.2 12.9 85 1.6 10.1 5.4 71.7

1996 36 17.7 87 1.8 9.5 6 79.7

1997 35.7 20.1 82 1.7 9.7 6.2 2.7 84.3

1998 36.1 19.4 81 1.9 9.78 6.3 3.7 85.16

1999 38.81 20.47 8.41 1.65 9.88 6.48 6.57 92.27

2000 35.7 20.88 8.79 1.65 6.93 6.93 12.28 2.23 95.39

Sumber: The Institute of Energy Economic Japan (IIEJ), 2002.

68 U.S. Energy Information Administration (EIA), “What is Liquefied Natural

Gas”[dokumen online] tersedia di http://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=15331 69William R. Nester, “William R. Nester, “Japan and The Third World: Patterns, Power

and Prospects”, (London and New York: Macmillan, 1992), h, 8. 70The Institute of Energy Economic Japan (IIEJ), 2002. [dokumen online] tersedia di

https://eneken.ieej.or.jp/en/

34

LNG Jepang didominasi sebesar 22% dari Indonesia, 20% dari Australia,

sebesar 19% dari Malaysia, sebesar 12% dari Qatar, 10% dari Brunei, sebesar

10% dari Uni Emirat Arab, sebesar 5% dari Oman selebihnya dari Algeria.71

Selama ini, Indonesia merupakan produsen gas terbesar di Asia Pasifik. Indonesia

memiliki cadangan gas alam 90 triliyun kubik dan menjadi negara ke-13 terbesar

di dunia. Potensi ini sesuai dengan kondisi Jepang yang memang membutuhkan

energi cukup besar. Jepang adalah negara pengimpor LNG terbesar di dunia.72

Jepang sangat membutuhkan sumber daya energi yang dimiliki Indonesia

berupa migas. Oleh karena itu, Jepang tertarik membantu Indonesia untuk

meningkatkan kemakmuran pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Berdasarkan

bantuan yang diberikan, Jepang mengambil keuntungan dari tingkat upah yang

murah dan sumber daya alam yang besar.73

Sejak pertengahan tahun 1970-an, Indonesia telah menjadi pemasok

terbesar gas alam ke Jepang. Pada periode tersebut, Jepang membeli 50%-70%

ekspor LNG Indonesia dan sisanya ke LNG dunia. Sejak saat itu Indonesia dan

Jepang menjalin hubungan dibidang ekonomi yang menumbuhkan sikap saling

ketergantungan.74

71U.S. Energy Information Administration (EIA), 2006. 72Asian Development Bank, 2008. 73Stott, “The Japan-Indonesia Economic Partnership: Agreement Between Equals,” h, 6 74Atmawinata, , “Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya Saing di Pasar

Global: Pengaruh Implementasi MIDEC terhadap Penguatan Struktur Industri”, h, 5.

35

Gambar II.2.1.

Indonesia Liquefied Natural Gas Infrastructure75

Sumber: U.S. Energy Information Administration, HIS EDIN.

Pengolahan LNG utama Indonesia terdapat di pabrik Arun yang terletak di

Lhokseumawe Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, di pabrik Badak yang terletak

di Bontang Provinsi Kalimantan Timur, di pabrik Tangguh yang terletak di pulau

Sumatera dan terdapat pula di Papua. Dimana keduanya dibangun pada

pertengahan 1970-an di bawah kontrak untuk pasokan Jepang. Perusahaan-

perusahaan yang berpengaruh dalam LNG adalah Kanzai Electric Power Gas,

Chubu Electric, Kyushu Electric, Osaka Gas, Toho Gas dan Nippon Steel Corp,

75 U.S. Energy Information Administration (EIA), HIS EDIN, Indonesia LNG

infrastructure” [dokumen online] tersedia di

http://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=15331

36

sedangkan perusahaan yang bersangkutan dalam minyakadalah di Pabrik Badak,

Kalimantan Timur Indonesia76

Gambar II.2.2.

Indonesia LNG Exports by Destination77

Sumber: U.S. Energy Information Administration, PFC Energy.

Menurut sumber yang didapatkan dari U.S. Energy Information

Administration, sampai tahun 2006, Indonesia adalah eksportir LNG terbesar di

dunia. Indonesia saat ini eksportir terbesar keempat LNG setelah Qatar, Malaysia

dan Australia. Indonesia mengekspor hampir semua LNG ke Korean Selatan,

Jepang, Tiongkok dan Taiwan dengan volume yang jauh lebih kecil yaitu

Meksiko dan beberapa negara lainnya. Berdasarkan diagram diatas, Jepang

merupakan negara yang menjadi ekportir terbesar LNG dari Indonesia.

76 U.S. Energy Information Administration (EIA), “LNG import coincide with an

increased emphasis on regasification” tersedia di

http://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=15331 77U.S. Energy information Administration (EIA), “Indonesia LNG export by destination”

[dokumen online] tersedia di http://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=15331

37

c) Official Development Assistance (ODA)

Official Development Assistance (ODA) merupakan sebuah kebijakan

yang dibuat oleh negara-negara maju untuk membantu negara-negara berkembang

dalam proses pembangunannya.78

Gambar II.2.3.

Negara-negara Development Assistance Commite (DAC)

Tahun 1994 (dalam Juta Dollar AS)

Sumber: Lim Hua Sing, 2008.

Grafik di atas menjelaskan bahwa pada tahun 1994, Jepang menjadi

negara pendonor paling besar ketimbang sejumlah negara-negara lainnya yang

tergabung dalam Development Assistance Commite (DAC) yang terdapat di dalam

OECD. Jepang pada tahun tersebut memberikan donor sebesar US$ 13.239 juta,

Amerika Serikat sebesar US$ 9.851 juta, Jerman sebesar US$ 6.751 juta, Inggris

sebesar US$ 3.805 juta dan Denmark sebesar US$ 1.450 juta.79

78 Thomas D. Lairson dan David Skidmore, “International Political Economy: The

Struggle for Power and Wealth in a Globalizing World”, (New York: Routledge, 2003), h, 317. 79Lim Hua Sing, “Japan and China in East Asian Integration” (Singapore: Institute of

Southeast Asian Studies, 2008) h, 24.

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000

Denmark

Jepang

Amerika Serikat

Jerman

Inggris

38

Pada dasarnya ada empat perkembangan ODA Jepang, yaitu:80Pertama,

pada tahun 1946-1951 tahap di mana Jepang masih menjadi negara penerima

ODA asing, seperti dari Amerika dan Bank Dunia. Kedua, pada tahun 1945 tahap

di mana Jepang bergabung dalam Colombo Plan, menandai mulainya penyaluran

bantuan luar negeri Jepang ke sejumlah negara-negara di Asia. Melalui program

reparasi perang (sebagai alasan awal Jepang dalam menyalurkan ODA-nya),

Jepang menyalurkan bantuan luar negerinya yang mayoritas pada saat itu berupa

bantuan teknis dan hibah.

Bantuan-bantuan ini pada dasarnya tidak semata-mata karena motif

kemanusiaan ataupun tanggung jawab moral melainkan justru lebih menekankan

pada motif ekonominya. Hal ini terlihat dari bentuk dari bantuan-bantuan yang

ada umumnya bersifat mengikat, yang tentunya bertujuan untuk mempromosikan

ekspor Jepang semata.81 Kemudian bentuk bantuan yang ada lebih berkembang

pada bentuk pinjaman Yen, ketimbang bentuk bantuan lainnya.

Ketiga, pada tahun 1976 tahap dimana akhir program reparasi perang

Jepang. Dalam tahap ini, semenjak masuk bergabung dalam OECD, 82 Jepang

mnjadi lebih aktif dalam memberikan bantuannya. Salah satu penyebabnya adalah

karena adanya sejumlah desakan dari negara-negara maju terutama Amerika

Serikat. Namun pada tahun 1950-1960-an motif ODA Jepang adalah murni

80Tomoko Fujisaki, dkk. “Japan as Top Donor: the Challenge of Implementing Softwere

Aid Policy”, Jurnal Pasific Affairs Vol. 69 No. 4 (Winter, 1996-1997), h, 520-521. 81William L. Brooks, Robert M. Orr and JR, “Japan’s Foreign Economic Assistance”

Asian Survey (Maret, 1985), h, 322. 82 OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) merupakan

organisasi yang bergerak di bidang kerja sama ekonomi dan pembangunan. OECD didirikan pada

tahun 1961.

39

disebabkan oleh motif ekonomi saja. Selanjutnya sejak tahun 1970-1980-an

orientasi ODA-nya bukan hanya bersifat ekonomi saja, namun juga merambah ke

politik. Terutama dalam melindungi kepentingan-kepentingan Barat.83Keempat,

pada tahun 1989 tahap dimana Jepang telah menjadi salah satu pendonor terbesar,

terutama untuk wilayah Asia yang mencapai 66 persen dari total ODA yang

disalurkan Kepang pada tahun 1994.

Tabel II.1.2.

ODA yang diterima Indonesia 1994-1996 (Nilai: dalam jumlah US$)

Tipe Jumlah

Pinjaman Yen 137

Hibah 12

Kerjasama Teknis 230

Sumber: MOFA, 2006. Lihat di www.mofa.go.jp

Dari tahun 1994-1996 Indonesia menduduki posisi pertama dalam hal

negara yang paling banyak menerima ODA bilateral Jepang. Pada tahun 1994

sebesar US$ 8886,53 juta, pada tahun 1995 sebesar US$ 892,43 juta dan pada

tahun 1996 sebesar US$ 965,53 juta. Dibandingkan dengan Thailand dan Filipina

pada tahun 1994 sebesar US$ 382,55 juta, pada tahun 1995 sebesar US$ 667,37

dan 416,13 juta dan terakhir pada tahun 1996 sebesar US$ 664 dan 414,45 juta.84

Adapun tujuan dasar disalurkannya ODA Jepang, yaitu: 85 Pertama,

menstimulasikan ekonomi domestik dan ekspor Jepang. Kedua, sebagai cara

untuk mengamankan sumber-sumber bahan mentah dan energi bagi keperluan

domestic dan industrinya. Ketiga, sebagai alat untuk memperluas pengaruh

83Akitoshi Miyashita, “Limits to Power: Asymmetric Dependence and Japanese Foreign

Aid Policy” (USA: Lexington Books, 1964), h, 6. 84Ministry of Foreign Affairs of Japan (MOFA), 2006. 85John White, “The Politics of Foreign Aid”(New York: St. Martin Press, 1974), h, 30.

40

Jepang atas dinamika ekonomi-poliitk global ataupun mengintegrasikan wilayah-

wilayah tertentu, terutama wilayah Asia Pasifik ke dalam pengaruh Jepang.

Seperti apa yang dicita-citakan Jepang pada saat Perang Dunia II yang sekalipun

tidak melalui jalur militer.

Keempat, sebagai satu-satunya cara untuk bisa berhubungan baik dengan

negara-negara berkembang, terutama negara-negara yang pernah dijajah oleh

Jepang. Hasegawa juga menyimpulkan bahwa bantuan Jepang, pada dasarnya

memiliki dua tujuan, yakni untuk kepentingan nasionalnya serta dominasi

internasional baik secara ekonomi maupun politik (walaupun secara non

militeristik).86

Pemberian ODA Jepang disalurkan melalui dua cara, yaitu: 87Pertama,

secara bilateral, yang langsung disalurkan ke negara-negara penerima, seperti

penyaluran ke negara-negara anggota ASEAN, diantaranya Indonesia. Yang

diberikan pada saat berlangsungnya KTT ASEAN-Jepang pertama, guna

menstabilisasi perekonomian negara-negara di ASEAN sekaligus mencegah

masuknya pengaruh komunis Tiongkok, khususnya di Burma (Myanmar) dan

Indonesia. Kedua, secara multilateral, melalui organisasi internasional PBB,

seperti UNDP, UNEP, UNHCR dan melalui institusi financial, seperti ADB, IMF,

World Bank, APEC dan OECD.88

86Sukehiro Hasegawa, “Japanese Foreign Aid: Policy and Practice”(New York: Praeger,

1975), h, 5. 87 Tomataka Shoji, “Pursuing a Multi-dimensional Relationship: Rising China and

Japan’s Southeast Asia Policy” h, 160. 88Lim Hua Sing, ““Japan and China in East Asian Integration”, h, 265.

41

Terdapat empat institusi birokrasi yang menjadi utama dalam setiap

perumusan ODA yang pada perkembangannya terjadi perubahan atas dasar

struktur pembuat kebijakan ODA itu sendiri,89 yaitu METI, yang menginginkan

agar setiap ODA yang disalurkan lebih diutamakan kepada peningkatan investasi

dan perdagangan Jepang. MOFA, yang menginginkan agar ODA yang ada lebih

difokuskan untuk tujuan-tujuan internasional. MOF, yang menginginkan

penurunan dalam hal kuantitas ODA agar tidak mengganggu neraca pembayaran

Jepang dan juga dapat menciptakan defisit anggaran. Serta EPA.90

Serta beberapa aktor lainnya, antara keterlibatan institusi ini terkait dengan

penyaluran ODA yang memiliki tujuan atau proyek spesifik, yakni MAFF, MOT,

MOC.91 Selain itu kementerian ini pada dasarnya memiliki badan-badan sendiri,

seperti JICA dan JBIC yang biasanya menjadi implementator di lapangan.92

ODA Jepang disalurkan ke Indonesia dapat menjadi alat untuk

memperkuat hubungan ekonomi Indonesia dan Jepang melalui pemberian

pinjaman yen, hibah dan kerjasama teknis. Penyaluran ODA Jepang ke Indonesia

juga dapat meningkatkan investasi terkait perdagangan. Penyaluran ODA

memiliki peran yang cukup penting untuk meningkatkan volume perdagangan.

Namun rumitnya struktur birokrasi dalam merumuskan ODA dinilai menjadi

salah satu faktor sulitnya reformasi terhadap ODA Jepang, yang seharusnya

89 Koichi Noda, “Central Government Reform in Japan: for simple, efficiency and

transparent administration towards 21st century”, h, 6 90David Arase, “Japan Foreign Aid: Old Continuities and New Directions”, (London and

New York: Reoutledge, 2005), h, 10. 91William R. Nester, “Japan and The Third World: Patterns, Power and Prospects”, h,

77. 92 Alam Rix, “Japan’s Foreign Aid Challenge: Policy Reform and Aid Leadership”

(London and New York: Routledge, 1993), h, 33.

42

digunakan lebih kepada aturan-aturan ODA internasional seperti pengentasan

kemiskinan, bukannya untuk kepentingan perdagangan Jepang semata.93

d) Meningkatkan Volume Perdagangan

Perdagangan internasional merupakan salah satu motor penggerak

perekonomian dan memegang peran strategis dalam pertumbuhan ekonomi

negara-negara di dunia, diantaranya Indonesia. Hal tersebut didasari oleh semakin

terintegrasinya perekonomian negara-negara di dunia sebagai dampak adanya

globalisasi yang semakin mempermudah arus perpindahan informasi serta barang

dan jasa dari satu negara ke negara yang lain. Perdagangan internasional juga

dapat memberikan manfaat bagi suatu negara dengan memproduksi produk yang

memiliki keunggulan kompetitif serta mendorong masuknya investasi asing ke

dalam negeri. Investasi tersebut dapat menjadi faktor utama dalam mendorong

perkembangan industri dalam negeri dan meningkatkan produktivitas dengan

adanya technology spillover.94

Adapun beberapa penjelasan mengenai keuntungan dan kerugian dalam

melakukan perdagangan internasional, yaitu:95

1. Keuntungan perdagangan internasional adalah meningkatkan kemakmuran,

yaitu dengan memberikan kesempatan kepada setiap negara untuk

berspesialisasi dalam memproduksi barang dan jasa yang relatif efisien.

93David Arase,“Japan Foreign Aid: Old Continuities and New Directions”, h, 11. 94Ridai Afin, Herry Yulistiono dan Nur A Oktarani, “Perdagangan Internasional, Investasi

Asing dan Efisiensi Perekonomian Negara-negara ASEAN”, Buletin Ekonomi Moneter dan

Perbankan Journal, Januari 2008, h, 268. 95Ridai Afin, Herry Yulistiono dan Nur A Oktarani, h, 269.

43

2. Kerugian perdagangan internasional adalah ketika suatu negara

menemukan perusahaan lokalnya bangkrut dan negara tersebut menjadi

terbuka terhadap eksploitasi oleh monopoli asing. Akhirnya, beberapa peneliti

menantang perdagangan internasional karena penyeragaman budaya dan

kemungkinan terjadi dominasi politik yang disebut senagai trade off. Namun,

saat ini banyak pakar ekonomi mempercayai bahwa manfaat perdagangan

internasional melebihi kerugiannya.

Perkembangan nilai perdagangan antara Indonesia dan Jepang meningkat

tiap tahunnya dan neraca perdagangannya surplus untuk Indonesia seperti terlihat

pada table berikut:

Tabel II.1.3.

Perkembangan Ekspor-Impor Indonesia dan Jepang

(Nilai: dalam USD x Juta)96

Tahun Ekspor Impor Neraca

2000 16.380 7.586 -8.794

2001 14.870 6.404 -8.466

2002 14.183 6.215 -7.968

2003 16.468 7.164 -9.304

2004 18.670 9.064 -9.606

2005 20.937 9.297 -11.640

2006 24.146 7.378 -16.771

2007 26.445 9.047 -17.398

Sumber: Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, 2008

Berdasarkan tabel diatas, perkembangan nilai ekspor Indonesia ke Jepang

dalam perdagangan dari tahun 2000 sampai tahun 2007 meningkat setiap

tahunnya, sedangkan nilai impor Jepang ke Indonesia mengalami peningkatan

96 Atmawinata,“Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya Saing di Pasar

Global: Kajian Capacity Building Industri Manufaktur melalui Implementasi MIDEC-IJEPA”,

h, 11.

44

naik turun. Ekspor Indonesia ke Jepang didominasi dari tahun 2000 sebesar

16.380; tahun 2001 14.870; tahun 2002 sebesar 14.183; tahun 2003

sebesar16.468; tahun 2004 sebesar 18.670; tahun 2005 sebesar 20.937; tahun

2006 sebesar 24.146; dan tahun 2007 sebesar 26.445 volume perdagangan antar

kedua negara meningkat pesat dari yang sebelumnya berjumlah US$

30.159.470.700,00 pada tahun 2007 sebelum terjadinya perjanjian IJEPA antara

kedua negara.

Jepang merupakan mitra dagang utama Indonesia. Ini dapat dilihat dari

besarnya volume perdagangan kedua negara. Hingga 2007 Jepang masih

merupakan tujuan ekspor utama nomor 1 Indonesia dengan penyerapan sekitar

20% dari seluruh produk ekspor Indonesia yang diekspor ke Jepang. Di samping

itu Jepang merupakan asal impor terbesar dari Indonesia dengan penyerapan

sebesar 13% dari total impor Indonesia. Data yang ada menunjukkan bahwa

Jepang merupakan tujuan utama dari 70% produk ekspor migas, logam dan

mineral dengan penyerapan sebesar 14,6% produk non migas selama 30 tahun

terakhir. Neraca perdagangan kedua negara surplus untuk Indonesia. Produk

utama ekspor Indonesia ke Jepang adalah minyak dari Jepang ke Indonesia adalah

barang industri, barang modal dan permesinan.97

97Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.

45

Tabel II.2.1.

Produk Impor Utama Jepang ke Indonesia98

No H S Uraian Produk

11 84 Nuclear reactors, boilers, machinery & mechanical appliances, co

22 87 Vehicles other than railway or tramway rolling stock

33 72 Iron & Steel

34 73 Articles of iron or steel

55 00 Commodities not classified or re-ekspor or re-impor goods

66 85 Electrical machines & Equipment & Part, Telecomunication equip,

Sound recorders, Television recorders

77 90 Optical, Photographic, Cinematographic, Measuring, Checking,

Precission

88 29 Organic Chemicals

99 32 Tanning or Dyeing Ectracts, Dyes, Pigment, Paints & Vernishes,

Putty, Inks.

110 38 Miscellaneous Chemical Products

111 82 Tools, Spoons & Forks of base metal

112 74 Cooper & Articles thereof

113 68 Articles of stone, Plaster, Cement, Asbestos, Mica

114 37 Photographic or Cinematographic goods

115 79 Zinc & Articles thereof

Sumber: Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, 2008.

Dilihat pada tabel impor diatas, dari produk impor utama Jepang ke

Indonesia memperlihatkan bahwa Jepang sangat membutuhkan energi dan bahan

dasar dari Indonesia melalui kode HS yang telah disepakati oleh kedua negara.

Berdasarkan hal tersebut, adanya kepentingan Jepang terhadap Indonesia untuk

memenuhi kebutuhan domestiknya. Oleh karena itu, Jepang aktif menjalin

kerjasama internasional dengan negara-negara mitra utamanya maupun negara

potensial menurut Jepang. Berdasarkan hal tersebut, Jepang menjadikan Indonesia

sebagai negara partner di bidang perdagangan karena Indonesia dinilai mampu

untuk memenuhi kebutuhan domestik Jepang, disebabkan karena besarnya

populasi penduduk Indonesia yang dapat dijadikan sebagai tenaga kerja.

98Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.

46

Tabel II.2.2.

Produk Ekspor Utama Indonesia ke Jepang99

No H S Uraian Produk

11 27 Mineral fuels, Oils, Waxes & Biluminious sub

12 26 Ore Slag & Ash

13 44 Wood & Articles of woods, Woods charcoal

14 75 Nicle & Article thereof

15 03 Fish

66 40 Rubbers & Article thereof

77 48 Paper & Paperboard, Article of paper pulp

88 76 Rubbers & Article thereof

99 94 Furnituner, Bediing, Cushion, Lamp & Lighting fitting nesoi

illuminate

110 16 Ed. Prep. Of Meat, Fish, Crustaceans, etc

111 80 Tin & Article thereof

112 64 Footwear, Gaiters & the like

113 09 Coffe, Tea, Mate & Spices

114 52 Cotton, Inc yarn & Woven fabrics thereof

115 55 Man-made filament staple fiber, Yarn & Woven, etc

Sumber: Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, 2008.

Dilihat pada tabel ekspor diatas, dari produk ekspor utama Indonesia ke

Jepang memperlihatkan bahwa Indonesia membutuhkan barang modal dari

Jepang. Produk-produk utama perdagangan Indonesia yang di ekspor ke Jepang

seperti terlihat pada tabel diatas. Berdasarkan hal tersebut, Indonesia menyadari

perlunya bekerjasama dengan Jepang. Kerjasama dengan Jepang dinilai mampu

untuk meningkatkan kapasitas daya saing produk Indonesia di pasar dunia.

Karena, Jepang merupakan mitra dagang utama Indonesia, yang dilihat dari

besarnya volume perdagangan kedua negara. Bahkan hingga tahun 2007 Jepang

masih merupakan negara tujuan ekspor Indonesia.

99Atmawinata, “Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya Saing di Pasar

Global: Kajian Capacity Building Industri Manufaktur melalui Implementasi MIDEC-IJEPA”,

h, 10.

47

BAB III

INDONESIA-JAPAN ECONOMIC PARTNERSHIP AGREEMENT (IJEPA)

Bab ini membahas mengenai perjanjian yang dibuat oleh Jepang yaitu

perjanjian perdagangan dalam kerangka Indonesia-Japan Economic Partnership

Agreement (IJEPA). Pembahasan dibagi menjadi empat sub-bab yang dimulai

dengan menjelaskan sejarah pembentukan IJEPA, tujuan IJEPA, isi dan cakupan

dalam IJEPA melalui tiga pilar utamanya yaitu liberalisasi perdagangan, fasilitasi

dan kerjasama dan sub-bab terakhir yang akan membahas mengenai

meningkatkan kapasitas industri melalui elemen kerjama dalam program MIDEC.

III.1 Sejarah Pembentukan IJEPA

Jepang merupakan negara di kawansan Asia Timur pertama yang berhasil

melakukan proses pembangunan ekonomi dengan cepat pasca kehancuran pada

Perang Dunia II. Kebangkitan Jepang ini merupakan bentuk dari besarnya

dukungan pemerintah dalam ekonomi dan idustrialisasi,100 disebut juga sebagai

Development State.101

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan populasi terbesar ke-4

dunia setelah Tiongkok, India dan Amerika Serikat. Indonesia mewakili pasar

100Mark Beason, “The Rise and Fall (?) of The Development State: The Vicissitudes and

Implication of East Asian Intervention” (Stanford University Press: 1982), h, 1. 101 Development State menjadi model pembangunan Jepang yang banyak ditiru oleh

negara-negara Asia Tenggara, antara lain Singapura, Laos dan Malaysia. Kebijakan Development

State Jepang digambarkan dalam suatu formasi flying geese, dimana Jepang berada pada posisi

terdepan yang mempimpin perekonomian Asia melalui pemberian modal, transfer pengetahuan

teknologi dan managerial. lihat di Hitosi Tanaka dan Adam P. Liff, “Japan’s Foreign Policy and

East Asian Regionalism”, International Institutions and Global Governance Program Japan

Studies Program”. (New York: Council on Foreign Relations, 2009), h, 1.

47

48

asing yang potensial apabila pertumbuhan ekonomi berkesinambungan dapat

terwujud. Indonesia juga merupakan negara yang mampu mengatasi krisis

moneter dilihat juga dari hubungan ekonomi khususnya dibidang perdagangan

antara Indonesia dan Jepang yang semakin meningkat.

Jepang dikenal tidak hanya sebagai salah satu mitra dagang utama

Indonesia, namun juga sebagai salah satu negara terbesar dalam hal penanaman

modal di Indonesia. Jepang memandang Indonesia sebagai pasar yang signifikan

dan luas dengan prospek cerah bagi pertumbuhan di masa depan. Hubungan

ekonomi yang erat antara Indonesia dengan Jepang telah berlangsung lama

dimana tercatat lebih dari 50 tahun yang lalu, yakni pada tanggal 20 Januari 1958

Indonesia dan Jepang resmi menjalin hubungan ekonomi. 102 Ketika itu selain

berlangsung penandatanganan perjanjian damai beserta pembayaran kompensasi

pasca Perang Dunia II, juga terjadi kesepakatan tentang perihal hutang dan

investasi yang menjadi penanda lahirnya hubungan ekonomi antara kedua negara

secara resmi.103

Economic Partnership Agreement (EPA) adalah suatu perjanjian

kemitraan ekonomi, perjanjian ini merupakan perjanjian untuk menentukan

penghapusan atau pengurangan tariff yang dikenakan pada ekspor dan impor

102BPPT Indonesia, 55 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Jepang “What I Have

Learned form Japan” [artikel online] tersedia di http://www.bppt.go.id/86-opini/1843-55-tahun-

hubungan-diplomatik-indonesia-dan-jepang-what-i-have-learned-from-japan Internet; diakses pada

22 November 2013. 103Perjanjian Damai tersebut tertuang di dalam United Nation Treaty Series No. 4688

sementara kesepakatan tentang kompensasi perang yang bernilai sekitar US$ 223 yang akan

dibayarkan secara berangsur selama 12 tahun tercatat di dalam United Nation Treaty Series No.

4689. Sedangkan pertukaran nota kesepakatan hutang dan investasi direkan di dalam United

Nation Treaty Series No. 4691.

49

terhadap satu negara dengan negara lain. Perjanjian ini dapat dimanfaatkan selain

menyediakan tingkat tariff yang rendah (berdasarkan tariff yang tercantum dalam

perjanjian) pada ekspor dan impor, perjanjian ini juga menetapkan aturan

mengenai relaksasi peraturan tentang industri jasa dan pengembangan lingkungan

investasi.104

Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) merupakan

kerjasama ekonomi di bidang perdagangan antara Indonesia dan Jepang dengan

menghapuskan atau mengurangi hambatan perdagangan dan investasi,

memperbaiki investasi dan meningkatkan tingkat kepercayaan bagi investor

Jepang dan kerjasama di bidang prosedur kepabeanan pelabuhan dan jasa-jasa

perdagangan dan meningkatkan kerjasama melalui capacity building untuk sektor-

sektor industri prioritas sehingga kapasitas Indonesia lebih mampu bersaing

memanfaatkan secara optimal peluang pasar dari perjanjian.105

Negara-negara yang menjadi target Jepang untuk mengadakan perjanjian

EPA adalah negara di Asia Timur seperti Korea, Tiongkok serta Asia Tenggara,

khususnya yang telah tergabung di ASEAN. Jepang saat ini sudah melakukan

kesepakatan EPA dengan beberapa negara yakni, Meksiko, Chili dan negara

ASEAN yaitu Singapura pada Januari 2002; Malaysia pada Desember 2005;

104 Ministry of Economy, Trade and Industry Japan, “EPA Economic Partnership

Agreement” [dokumen online] tersedia di

http://www.meti.go.jp/policy/trade_policy/epa/english.html Internet; diakses pada 20 Januari

2017. 105 Ministry of Foreign Affairs Japan, “Exchange of diplomatic notes concerning the

entry into force of the economic partnership agreement between japan and Indonesia” [dokumen

online] tersedia di http://www.mofa.go.jp/announce/announce/2008/5/1180458_1010.html

Internet; diakses pada 27 Mei 2008.

50

Filipina pada Desember 2006; Brunei Darussalam pada Juni 2007; Indonesia pada

Agustus 2007; dan Thailand pada November 2007.106

Tercatat neraca perdagangan antara kedua negara berspekulasi dari tahun

ke tahun. Gambaran neraca perdagangan antara Indonesia dan Jepang sebelum

IJEPA ditandatangani dapat terlihat dari neraca berikut, yakni:107

Gambar III.1.1.

Neraca Perdagangan Indonesia dan Jepang sebelum IJEPA108

Sumber: Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, 2008.

Berdasarkan tabel diatas, perkembangan nilai ekspor Indonesia ke Jepang

dalam perdagangan dari tahun 2000 sampai tahun 2007 meningkat setiap

tahunnya, sedangkan nilai impor Jepang ke Indonesia mengalami peningkatan

naik turun. Ekspor Indonesia ke Jepang didominasi dari tahun 2000 sebesar

16.380; tahun 2001 14.870; tahun 2002 sebesar 14.183; tahun 2003

106 Stott, “The Japan-Indonesia Economic Partnership: Agreement Between Equals,”h, 2. 107 Data Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. 108Atmawinata,“Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya Saing di Pasar

Global: Kajian Capacity Building Industri Manufaktur melalui Implementasi MIDEC-IJEPA”,

h, 11

51

sebesar16.468; tahun 2004 sebesar 18.670; tahun 2005 sebesar 20.937; tahun

2006 sebesar 24.146; dan tahun 2007 sebesar 26.445 volume perdagangan antar

kedua negara meningkat pesat dari yang sebelumnya berjumlah US$

30.159.470.700,00 pada tahun 2007 sebelum perjanjian IJEPA.

Berdasarkan meningkatnya perdagangan antara Indonesia dan Jepang

sebelum IJEPA ditandatangani, pada akhirnya mendorong lahirnya suatu

pemikiran untuk lebih meningkatkan hubungan dagang melalui perjanjian

perdagangan bilateral. Kemudian bersambut ketika Presiden Indonesia kala itu,

yakni Megawati sedang berkunjung ke Tokyo pada tanggal 22-25 Juni 2003

dimana pada saat itu Megawati ditawari sebuah proposal yang diajukan PM

Jepang sebelumnya, yakni Junichiro Koizumi.109

Melalui “Joint Announcement by the Prime Minister of Japan and the

President of the Republic of Indonesia on the Possibility of the Economic

Partnership Agreement between Japan and Indonesia” pada tanggal 24 Juni 2003

Presdien Megawati dari Indonesia dan PM Junichiro Koizumi dari Jepang sepakat

untuk menugaskan pejabat di masing-masing pemerintah untuk mengadakan

pertemuan pendahuluan demi mendiskusikan kemungkinan lebih lanjut mengenai

pembentukan EPA antara Indonesia dan Jepang.110

109Ministry of Foreign Affairs Japan, “Joint Announcement by the Prime Minister of

Japan and the President of the Republic of Indonesia on the Possibility of the Economic

Partnership Agreement between Japan and Indonesia”, [dokumen online]tersedia di

http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/pv0306/economy.pdf Internet; diakses pada 8

September 2003. 110Ministry of Foreign Affairs Japan, “Joint Announcement by the Prime Minister of

Japan and the President of the Republic of Indonesia on the Possibility of the Economic

Partnership Agreement between Japan and Indonesia”, [dokumen online]tersedia di

52

Para pejabat akan bertemu secara bergantian di Jepang dan Indonesia.

Negara yang akan menjadi tuan rumah akan menyediakan sekretariat untuk

mendukung pertemuan. Diantara isu-isu yang dibahas oleh para pejabat dari

Jepang dan para perjabat dari Indonesia, yakni:

a) Arsitektur yang mungkin termasuk dalam lingkup EPA. dalam membahas

lingkup EPA, para pejabat akan memeriksa antara kedua negara di bidang

liberalisasi perdagangan barang, jasa dan investasi serta kerjasama bilateral di

bidang lain.

b) Persyaratan untuk EPA tersebut harus memenuhi jika ingin konsisten dengan

aturan WTO.

c) Fleksibilitas yang mungkin diperlukan untuk kedua negara adalah

memperhitungkan daerah sensitif dan kesulitan lainnya. Pengecualian di

berbagai bidang seperti, pertanian, kehutanan, perikanan dan sektor lainnya.

d) Manfaat strategis dan ekonomi bagi Jepang dan Indonesia bisa berasal dari

pembentuka EPA tersebut.

Lalu pada tanggal 8 September 2003 pertemuan pendahuluan tersebut pun

berlangsung di Tokyo dengan dihadiri Tri Mardjoko yang merupakan Direktur

Kerjasama Bilateral dari Kemanterian Perdagangan dan Perindustrian Indonesia,

sementara Jepang diwakili Fumio Yawata yang merupakan Direktur Devisi EPA

dari Biro Kerjasama Ekonomi, Kementerian Luar Negeri Jepang. Pertemuan

pendahuluan tersebut membicarakan banyak hal terkait pandangan masing-masing

http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/pv0306/economy.pdf Internet; diakses pada 8

September 2003..

53

negara atas bentuk EPA yang ingin mereka berlakukan juga isu-isu perdagangan

dan hal-hal terkait seperti jasa, investasi, HAKI, prosedur bea cukai, standar

teknis dan lain-lain. Pada pertemuan tersebut merupakan langkah awal dalam

proses konsultasi untuk mengeksplorasi kemungkinan EPA bilateral antara

Indonesia dan Jepang. Pertemuan akan diadakan secara rutin setiap 4 bulan sesuai

pada tanggal yang telah disepakati antara kedua belah pihak, secara bergantian di

Indonesia dan Jepang.111

Pada tanggal 6 November 2004 ketika tampuk pemerintah Indonesia telah

beralih dari Megawati ke Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Kepala Nippon

Keidanren,112 Hiroshi Okuda datang ke Jakarta. Hasil pertemuan tersebut berupa

komitmen dari Presiden SBY untuk melanjutkan proses negosiasi pembentukan

EPA yang diusulkan di masa Presiden Megawati. Lalu Presiden SBY

menyampaikan secara resmi kepada PM Koizumi untuk mengenai pentingnya

EPA sebagai alat untuk meningkatkan hubungan ekonomi diantara kedua

negara.113

Pasca pertemuan tersebut, pada tanggal 15 Desember 2004 Menteri

Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang, Soichi Nakagawa bertemu dengan

Menko Perekonomian Indonesia, Aburizal Bakrie disusul kemudian dengan

111Ministry of Foreign Affairs Japan, “The Preparatory Meeting on Japan-Indonesia

Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di http://www.mofa.go.jp/region/asia-

paci/indonesia/meet0309.html Internet diakses pada 8 September 2003. 112Nippon (Nihon) artinya Japan dalam bahasa Inggris. Sedangkan Keidanren artinya

Federasi Bisnis. Jadi, Nippon Keidenren merupakan suatu Federasi Bisinis Jepang atau semacam

Kadin di Indonesia. Dapat dilihat di “Kedutaan Besar Republik Indonesia di Tokyo, Jepang

Merangkap Federasi Micronesia” [berita online] tersedia di

http://www.kemlu.go.id/tokyo/id/Pages/Jepang.aspx 113 Ministry of Foreign Affairs Japan, “Japan-Indonesia Economic Partnership

Agreement”, Joint Study Group [dokumen online] tersedia di http://www.mofa.go.jp/region/asia-

paci/indonesia/summit0506/joint-3-2.pdf Internet; diakses pada (Mei, 2005), h, 3.

54

Menteri Perdagangan Indonesia, Mari Elka Pangestu di Jakarta keesokan harinya.

Hasilnya, pada tanggal 1 Februari 2005 mereka saling sepakat untuk membentuk

Joint Study Group (JSG) yang bertugas mengkaji dan memberikan penilaian

menyeluruh tentang kemungkinan pembentukan kesepakatan EPA serta biaya dan

keuntungan yang akan dihasilkan oleh kerjasama ini juga sektorr-sektor apa saja

yang akan dimasukkan ke dalam kerangka kerjasama tersebut.114

Hasil pertemuan tersebut kemudian diikuti dengan tiga putaran pertemuan

JSG hingga sampailah ke tahap negosiasi. Negosiasi berlangsung lama karena

Indonesia dan Jepang sama-sama memiliki resistensi yang tinggi terhadap

permintaan liberalisasi di sektor-sektor tertentu. Namun akhirnya setelah dua

tahun bernegosiasi tercapai juga kesepakatan untuk membentuk Indonesia-Japan

Economic Partnership Agreement (IJEPA) yang ditandatangani tanggal 20

Agustus 2007. IJEPA telah diratifikasi oleh Indonesia melalui Peraturan Presiden

No. 36 tahun 2008 tentang Pengesahan Agreement between the Republic of

Indonesia and Japan for an Economic Partnership. Perjanjian ini mulai berlaku

efektif tanggal 1 Juli 2008 dan akan ditinjau kembali pelaksanaannya pada 1 Juli

2013.115

114Hadi Soesastro dan M. Chatib Basri, “The Political Economy of Trade Policy in

Indonesia”, ASEAN Economic Bulletin Vol. 22, No, 1 (April, 2005), h, 16. 115Ministry of Foreign Affairs Japan, “Joint Press Statement on the Occasion of the entry

into force of the agreement between Japan and the Republic of Indonesia for an Economic

Partnership”, [dokumen online] tersedia di http://www.mofa.go.jp/region/asia-

paci/indonesia/joint0807.html Internet; diakses pada 1 July 2008.

55

III.2 Tujuan IJEPA

Tujuan-tujuan dari perjanjian IJEPA terdiri dari116 Pertama, memfasilitasi,

mempromosikan dan meliberalisasi perdagangan barang dan jasa di antara kedua

negara, meningkatkan kesempatan investasi melalui penguatan perlindungan

investasi dan kegiatan investasi di kedua negara. Kedua, menjamin perlindungan

hak kekayaan atas intelektual dan meningkatkan kerjasama di bidang industri

yang dapat meningkatkan transparansi dalam rezim pengaturan pengadaan barang

dan jasa oleh masing-masing pemerintah sekaligus mempromosikan kerjasama

antara kedua belah pihak pada rezim tersebut.

Ketiga, meningkatkan persaingan usaha dengan jalan menerapkan hukum

persaingan usaha dan bekerjasama untuk meningkatkan iklim persaingan tersebut.

Dalam memperbaiki iklim usaha di tiap negara peserta, negara dapat menetapkan

kerangka kerja dalam rangka mempererat kerjasama di sektor-sektor yang

disepakati di dalam perjanjian. Sehingga, dapat menciptakan prosedur yang

efektif untuk implementasi dan aplikasi dari perjanjian ini dan juga untuk

penyelesaian sengketa.

Mengenai adanya tujuan dalam perjanjian IJEPA antara kedua negara

dalam perjanjian kerjasama ekonomi ini akan memperkokoh kerjasama ekonomi

dengan negara dan kawasan lainnya di berbagai bidang dengan pembebasan dan

memfasilitasi bergeraknya sumber daya manusia, barang dan modal berdasarkan

116Ministry of Foreign Affairs Japan, “Agreement Between Japan and The Republic of

Indonesia for an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di

http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/epa0708/agreement.pdf Internet; diakses pada

10 Desember 2003, h, 10.

56

ketentuan-ketentuan yang telah diterapkan oleh kedua negara mengenai suatu

kerjasama kemitraan ekonomi antara Indonesia dan Jepang.117

III.3 Isi dan Cakupan Perjanjian IJEPA

1. Prinsip Dasar Perundingan Perjanjian IJEPA

Adapun prinsip dasar perundingan IJEPA adalah: 118 Pertama, bersifat

single undertaking (nothing is agreed until everything is agreed). Liberalisasi

perdagangan harus konsisten dengan pasar yang terdapat dalam general

agreement on trade in service pada tahun 2006 yang harus mengacu terhadap

sektor jasa tertentu. Dalam perdagangan jasa dibagi menjadi 12 sektor yaitu, jasa

bisnis, jasa komunikasi, jasa konstruksi, jasa distribusi, jasa pendidikan, jasa

lingkungan, jasa keuangan, jasa kesehatan terkait dengan sosial, jasa pariwisata,

jasa rekreasi, budaya dan olahraga, jasa transportasi.

Kedua, kerjasama perdagangan didasarkan pada request klasifikasi tariff

mitra berdasarkantariff line by line dan ketentuan produk-produknya berdasarkan

rules of origin, dimana Indonesia membuka akses pasarnya sekitar 93% dari

11.163 tarif line-nya bagi produk Jepang, dengan 58% dari tarif line tersebut akan

langsung berlaku sejak perjanjian dimulai pada tanggal 1 Juli 2008. Sebaliknya

Jepang membuka pasarnya bagi produk Indonesia lebih dari 90% dari 9.275 tarif

117 “Laporan Hasil Kajian Free Trade Agreement (FTA) dan Economic Partnership

Agreement (EPA) dan Pengaruhnya terhadap Arus Perdagangan dan Investasi dengan Negara

Mitra”, BKF Kemenkeu, Tim Kajian Pusat Kebijakan Regional dan Bilateral, h, 4. 118Atmawinata, “Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya Saing di Pasar

Global: Kajian Capacity Building Industri Manufaktur melalui Implementasi MIDEC-IJEPA”,

h, 3-19.

57

line-nya, dengan 80% dari tarif line tersebut langsung berlaku sejak perjanjian

dimulai.119

Melalui ketentuan-ketentuan rules of origin, untuk memberlakukan

perdagangan barang ini harus bisa dibuktikan bahwa produk tersebut benar-benar

dibuat di Indonesia atau Jepang. Untuk memanfaatkan keuntungan ini, perlu untuk

menjelaskan bahwa barang yang akan diekspor adalah barang dari pihak EPA

(barang asal). Yang bertujuan, setiap EPA telah menetapkan aturan untuk

menentukan apakah barang memenuhi syarat sebagai barang asal (rules of origin).

Ketiga, menjadikan Indonesia sebagai base rate untuk Jepang 1 April

2005, terkait kategori penurunan dan penghapusan tariff bersifat linier dengan

kategori fast track, normal track dan exclusive. Konsesi pengurangan dan

penghapusan tariff bea masuk dalam perdagangan barang, perlu menetapkan

modalitas penurunan tarif bea masuk dalam rangka persetujuan antara Indonesia

dan Jepang mengenai suatu kemitraan ekonomi. Modal penurunan tarif bea masuk

yaitu penurunan yang dilakukan secara bertahap berdasarkan waktu dan akhirnya

tarif bea masuk tersebut menjadi 0%. Penahapan tersebut dikelompokkan dalam 6

kelompok yaitu A, B3, B5, B7, B10, B15, X dan P.

2. Tiga Pilar IJEPA

Pihak Indonesia memandang IJEPA sebagai bentuk dari suatu kemitraan

formal antara Indonesia dan Jepang yang tujuan utamanya untuk meningkatkan

119Atmawinata, “Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya Saing di Pasar

Global: Kajian Capacity Building Industri Manufaktur melalui Implementasi MIDEC-IJEPA”, h,

3-20.

58

volume perdagangan kedua negara.120 Kerjasama IJEPA ini dibangun dengan tiga

pilar utama yaitu: Fasilitation, Liberalisme dan Cooperation.121

a) Liberalisasi: liberalisasi dalam perdagangan merupakan pengurangan atau

penghapusan batasan dan hambatan lain dari perdagangan (penyederhanaan

pengurusan tariff barang mengenai peraturan-peraturan yang terkait business

regulations).

b) Facilitation: Fasilitasi dalam perdagangan merupakan pengurangan biaya

perdagangan dan peningkatan kinerja bea cukai, penanganan di pelabuhan

(port holding) dan jasa-jasa yang terkait dengan perdagangan.

c) Cooperation: kerjasama merupakan elemen yang khusus berkaitan dengan

IJEPA dimana kedua pihak menyetujui untuk bekerjasama di berbagai bidang

di luar perdagangan. MIDEC merupakan kompensasi yang diberikan pihak

Jepang terhadap Indonesia. MIDEC juga berfungsi sebagai motor untuk

pembangunan capacity building dari sumber-sumber daya yang penting bagi

Indonesia.di mana pihak Jepang berkewajiban memberikan bantuan dalam

kegiatan yang meliputi, yaitu: basic study, trainee and trainer,technical

assistance yang dilengkapi dengan workshop dan kunjungan ke lapangan.

120Ministry of Foreign Affairs Japan, “Agreement between Japan and the Republic of

Indonesia an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di

http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/epa0708/agreement.pdf Internet; diakses pada

10 Agustus 2007, h, 9. 121Ministry of Foreign Affairs Japan, “Agreement between Japan and the republic of

Indonesia for an economic partnership”, [dokumen online] tersedia

http://www.mofa.go.jp/announce/announce/2007/8/1174856_832.html Internet; diakses pada 10

Agustus 2007.

59

Berdasarkan pilar tersebut disepakati 11 elemen yang dibicarakan dalam

kerangka perundingan IJEPA, yaitu:122

1. Trade in Goods;

2. Rules of Origin;

3. Customs Procedurs;

4. Investment;

5. Trade in Services;

6. Move of Natural Persons;

7. Energy and Mineral Resources;

8. Intellectual Property Right;

9. Government Procurement;

10. Competition Policy;

11. Cooperation;

Untuk mengakomodasi secara komprehensif dan memperlancar jalannya

perundingan IJEPA mewajibkan untuk membentuk komite bersama yang terdiri

dari wakil-wakil pemerintah kedua negara yang berfungsi meninjau kembali,

memantau pelaksanaan dan operasional persetujuan serta mempertimbangkan dan

merekomendasikan kepada pemerintah masing-masing setiap perubahan yang

terjadi pada persetujuan ini.

122Ministry of Foreign Affairs Japan, “Joint Announcement on the Commencement of

Negotiations on the Japan-Indonesia Economic Partnership Agreement”, [dokumen online]

tersedia di http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/summit0506/joint-3.html Internet;

diakses pada 2 Juni 2005.

60

Komite bersama yang dibentuk terbagi ke dalam 11 sub komite, yaitu: (1)

Sub komite perdagangan barang; (2) sub komite asal barang; (3) sub komite

prosedur kepabeanan; (4) sub komite penanaman modal; (5) sub komite

perdagangan jasa; (6) sub komite perpindahan orang perseorangan; (7) sub komite

energy dan sumber daya mineral; (8) sub komite kekayaan intelektual; (9) sub

komite pengadaan barang dan jasa bagi pemerintah; (10) sub komite perbaikan

lingkungan usaha dan peningkatan kepercayaan usaha; dan (11) sub komite

kerjasama. IJEPA ini tertuang dalam naskah perjanjian yang terdiri dari 15 Bab

154 Pasal dan 12 Lampiran.123

III.4 Pengembangan Capacity Building melalui program MIDEC

1. Pengertian MIDEC

Pengembangan kapasitas industri adalah proses dimana individu,

organisasi, lembaga dan masyarakat mengembangkan kemampuan (individu dan

kolektif) untuk melakukan fungsi, memecahkan masalah dan menetapkan untuk

suatu mencapai tujuan. Peningkatan kapasitas perlu didasarkan pada tujuan yang

jelas untuk apa tujuan tersebut dan melihat kemampuan masyarakat untuk

mewujudkan tujuan tersebut dalam pengembangan kapasitas industri suatu

negara.124

123Ministry of Foreign Affairs Japan, “Agreement between Japan and the Republic of

Indonesia an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di

http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/epa0708/agreement.pdf Internet; diakses pada

10 Agustus 2007, h, 17. 124Atmawinata, 2008. Bab 6, h, 2.

61

Peran pengembangan kapasitas industri, yaitu:125

a) Peningkatan kapabilitas melalui penguasaan pengetahuan tentang teknologi

manufaktur.

b) Peningkatan kapasitas manufaktur industri nasional melalui peningkatan

efisiensi internal dan efektivitas pasar

c) Penguatan organisasi industri yang mendukung sektor manufaktur terutama

yang diarahkan pada pemberdayaan dan koordinasi.

Manufacturing Industrial Development Center (MIDEC) merupakan

konpesasi yang diberikan pihak Jepang ke Indonesia. MIDEC berfungsi sebagai

motor untuk pembangunan capacity building di mana pihak Jepang berkewajiban

memberikan bantuan dalam kegiatan yang meliputi, yaitu: basic study, trainee

and trainer dan technologi.126

MIDEC dalam kerangka kerjasama IJEPA merupakan sebuah tujuan yang

ingin dicapai Jepangdalam meningkatkan kapasitas industri di Indonesia. Yang

pada tahap awal difokuskan pada tiga driver sektor yaitu, otomotif, elektronika

dan alat berat, konservasi energi.127

Melalui elemen cooperation Jepang menyatakan komitmennya akan

membantu Indonesia untuk meningkatkan kapasitas industrinya agar produk dan

125Atmawinata, “Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya Saing di Pasar

Global: Kajian Capacity Building Industri Manufaktur melalui Implementasi MIDEC-IJEPA”,

h, 6- 2. 126Achdiat Atmawinata, “Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya Saing di

Pasar Global: Pengaruh Implementasi MIDEC terhadap Penguatan Struktur Industri” Kementerian

Perindustrian Republik Indonesia, Jakarta, Desember 2009, h, 4. 127Persentasi Ministry of Trade the Republik of Indonesia di Tokyo, “Indonesia-Japan

Economic Partnership Agreement (IJEPA) and Its Effects on Indonesia and Japanese Economy”,

[dokumen online] diakses pada 30 November 2007, h, 22..

62

jasa Indonesia bisa memenuhi persyaratan mutu yang dituntut oleh pasar

Jepang.. 128 Untuk itu MIDEC perlu menetapkan visi dan misi dalam rencana

strategisnya, pusat pengembangan industri manufaktur MIDEC membuat visi misi

sebagai komitmen dalam mencapai tujuannya:129

a) Visi MIDEC menjadi pusat jaringan kerjasama lintas institusi yang berperan

dalam pembangunan kapasitas industri manufaktur Indonesia yang berdaya

saing global.

b) Misi MIDEC mendorong pengembangan kapasitas dan kapabilitas daya saing

produk manufaktur Indonesia di pasar dunia serta peningkatan kesejahteraan

masyarakat Indonesia di pasar dunia melalui kerjasama antar institusi/lembaga

yang didukung oleh pemerintah Indonesia dan Jepang dalam memajukan

empat sektor penggerak, yaitu: automotive, electrical and electronics, heavy

equipment dan energi.

2. Tujuan MIDEC

Adapun tujuan dari pusat pengembangan industri dalam MIDEC, yaitu:130

1. Meningkatkan daya saing industri manufaktur Indonesia

a) Indonesia menjadi basis produksi produk manufaktur Jepang.

b) Meningkatnya pemakaian produk manufakturr berdaya saing tinggi “made

in Indonesia” di pasar dunia.

128Persentasi Ministry of Trade the Republik of Indonesia di Tokyo, h, 14. 129Atmawinata, ““Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya Saing di Pasar

Global: Kajian Capacity Building Industri Manufaktur melalui Implementasi MIDEC-IJEPA”, h,

4-1. 130Atmawinata, ““Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya Saing di Pasar

Global: Pengaruh Implementasi MIDEC terhadap Penguatan Struktur Industri”, h, 1-3.

63

c) Meningkatnya kemampuan sumber daya manusia industri melalui

pelatihan industri.

2. Meningkatnya daya beli masyarakat Indonesia melalui property development

program.

3. Terjalinnya jejaring antara actor pengembangan industri manufaktur melalui

MIDEC.

4. Berperannya Indonesia menjadi mitra strategis Jepang di pasar internasional

khususnya di pasar ASEAN.

5. Terjalinnya kerjasama jangka panjang Indonesia dan Jepang dalam

pengembangan industry manufaktur dengan Jepang di bawah payung MIDEC-

IJEPA.

3. Cakupan Kerjasama dalam MIDEC

Sesuai dengan kesepakatan antara pihak Indonesia dan Jepang, maka

lingkup kerjasama MIDEC mencakup tiga belas sektor kegiatan. Kesepakatan

tersebut diawali dengan kesepakatan pada perundingan tanggal 10 November

2006, ‘Consolidated Paper on Invitative for Manufacturing Industy Development

Center” dimana kedua belah pihak setuju bekerjasama untuk indutri-industri yang

bersifat cross sectoral dan specific sector.131

131 Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, “Manufacturing Industrial

Development Center”, Persentasi Direktorat Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses

Industri Internasional, h, 9.

64

Tabel III.1.2.

MIDEC Sectors132

Cross sectoral Spesific Sectoral

- Metal Working - Automotive

- Welding - Electronics

- Mold & Dies - Steel

- Energy Conservation - Textile

- Export & Investment

Promotion

- Non-Ferrous

- Small & Medium Enterprises - Chemical (Petro & Oleo)

- Food & Beverages

Sumber: Persentasi Manufacturing Development Asisstance.

Stakeholders utama MIDEC yaitu, Pihak Indonesia, Pemerintah Republik

Indonesia, KADIN (kamar dagang dan industri), IMDIA (Indonesia Mold and

Dies Industry Association), API/IWS (Assosiasi Pengelasan Indonesia/Indonesia

Welding Society), Gabel (Gabungan Elektronik), HINABI (Asosiasi Industri Alat

Berat Indonesia), GIAMM (Gabungan Industri Alat-alat Mobil dan Motor),

GAIKINDO (Gabungan Industi Kendaraan Bermotor Indonesia), GAMMA

(Gabungan Asosiasi Perusahaan Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia),

GAPBESI (Gabungan Asosiasi Produsen Besi Baja seluruh Indonesia), API

(Asosiasi Pertekstilan Indonesia), INAPLAS (Industri Olevin dan Plastik

Indonesia) dan GAPMMI (Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman seluruh

Indonesia). Pihak Jepang, Pemerintah Jepang, JAMA (Japan Automobile

Manufacturer Association), JICA (Japan International Cooperation Agency),

JETRO (Japan Economic & Trade Representative Office), JARI (Japan

132Manufacturing Industry Development Center, ”New Initiative Approach”Ministry of

Industry the Republic of Indonesia, h, 10.

65

Automobile Research Institute), JIWES (Japan Welding Engineer Society) and

NEDO (New Energy and Industrial Technology Development Organization).133

MIDEC merupakan suatu bidang dalam IJEPA dengan dua tugas utama,

yaitu: Pertama, melaksanakan hasil kesepakatan kerjasama ekonomi antara

Indonesia dan Jepang dalam bidang pengembangan industri manufaktur. Kedua,

mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan kerjasama sesuai dengan Sub Bidang

yang meliputi perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi secara

berkelanjutan.

Sesuai dengan tiga belas sektor kegiatan kerjasama untuk pengembangan

industri manufaktur Indonesia, maka organisasi MIDEC mencakup tiga belas Sub

Bidang, yaitu:134

1. Sub Bidang Pengembangan Teknologi Logam (Support for Improvement of

Metalworking-Related Technologies).

2. Sub Bidang Teknik Peralatan (Tooling Technique).

3. Sub Bidang Teknik Pengelasan (Welding Technique).

4. Sub Bidang Teknik Konservation Energy (Energy Conservation).

5. Sub Bidang Program Pengembangan Industri, Ekspor dan Promosi Investasi

(Industry Support Program for Ekspor and Investment Promotion).

6. Sub Bidang Usaha Kecil dan Menengah (Small and Medium Scale Enterprise

Promotion).

133Manufacturing Industry Development Center, h, 12. 134Atmawinata, 2008, Bab 4, h, 3.

66

7. Sub Bidang Kenderaan Bermotor dan Komponen Kenderaan Bermotor

(Automotive/Automotive Part).

8. Sub Bidang Peralatan Listrik dan Elektronika (Elektrik/Elektronik Equipment).

9. Sub Bidang Baja dan Produk Baja (Steel/Steel Products).

10. Sub Bidang Tekstik dan Produk Tekstil (Textile).

11. Sub Bidang Kimia Organik dan Kimia Anorganik (Petro and oleoChemical).

12. Sub Bidang Non Logam (Non Ferrous).

13. Sub Bidang Makanan dan Minuman (Food and Beverages)

EPA dengan Jepang merupakan perjanjian bilateral yang pertama bagi

Indonesia dan menempatkan Indonesia sejajar dengan negara pesaing di pasar

Jepang, terutama yang memiliki perjanjian EPA dengan Jepang seperti Singapura,

Thailand, Malaysia, Filipina, Brunei dan Meksiko. EPA dengan Jepang konsisten

dan komplementer dengan komitmen perjanjian perdagangan lain.

Dengan melakukan kerjasama perdagangan dengan Jepang, adapun

manfaat MIDEC bagi kepentingan Indonesia, yaitu peningkatan akses pasar

barang, ekspor ke Jepang dapat ditingkatkan lebih dari 20%. Adanya investasi

Jepang di Indonesia melalui kerjasama capacity building dapat mendorong

supporting industries yang akan bermanfaat bagi perkembangan industri

Indonesia akan membuka lapangan kerja, berkembangnya industri pendukung dan

pertumbuhan ekonomi serta meningkatnya daya beli masyarakat.135

135Atmawinata, “Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya Saing di Pasar

Global: Pengaruh Implementasi MIDEC terhadap Penguatan Struktur Industri”, h, 6- 9.

67

BAB IV

PERAN JEPANG MENINGKATKAN KERJASAMA PERDAGANGAN

MELALUI KERANGKA IJEPA

Perundingan bilateral antara Indonesia dengan Jepang telah diselesaikan

dalam perjanjian kerjasama bilateral yaitu Indonesia-Japan Economic Partnership

Agreement (IJEPA) yang ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono dan PM. Jepang Shinzo Abe pada tanggal 20 Agustus 2007 di Jakarta.

Namun pengesahan persetujuan antara Indonesia dan Jepang mengenai suatu

kemitraan ekonomi berlaku secara efektif pada tanggal 1 Juli 2008.136

Perjanjian kerjasama bilateral IJEPA bertujuan untuk mempererat

hubungan kedua negara di bidang ekonomi melalui tiga pilar utama.Tiga pilar

tersebut yaitu, Liberalisasi, Facilitation dan Cooperation. 137 Dalam perjanjian

IJEPA terdapat 11 elemen yang disepakati yaitu, Trade in Goods; Rules of

Origin; Customs Procedures; Investment; Trade in Service; Move of Natural

Persons; Energy and Mineral Resources; Intellectual Property Right;

Goverrnment Procurement; Competition Policy; dan Cooperation. Dari 11

elemen tersebut, yang sangat terkait dengan sektor industri adalah: Trade in

Goods; Rules of Origin; Trade in Service; dan Cooperation.138

136User Spesific Duty Free Scheme (USDFS) dan Implementasi IJEPA, Departemen

Perindustrian Republik Indonesia, [presentasi online] tersedia di http://kadin-

indonesia.or.id/id/doc/Presentasi%20IJ-EPA-Depperin.pdf h, 1. 137User Spesific Duty Free Scheme (USDFS) dan Implementasi IJEPA, h, 2. 138Ketentuan Asal Barang IJEPA dan Tata Cara Pengisian From IJEPA, Departemen

Perdagangan Republik Indonesia, [presentasi online] tersedia dihttp://kadin-

indonesia.or.id/id/doc/Presentasi%20IJ-EPA-Depperdag.pdf Internet; 17 November 2008, h, 5.

67

68

IV.1 Liberalisasi

Liberalisasi berdasarkan perdagangan dalam perjanjian IJEPA merupakan

pengurangan atau penghapusan hambatan dan investasi asing dalam perdagangan

(bea masuk, perbaikan kapasitas hukum) antara negara Indonesia dan Jepang.139

Sejak berlakunya perjanjian IJEPA, Jepang memberikan konsesi khusus kepada

Indonesia berupa pengurangan dan penghapusan tariff bea masuk dalam tiga

kategori,yaitu fast-track, normal-track dan exclusive. Namun, untuk kategori

(exclusive) barang selain industri dengan memasang emergency and safeguard

measures untuk mencegah adanya dampak negatif dari produk domestik.

Tabel IV.1.1.

Kesepakatan Pengurangan dan Penghapusan Tarif Bea Masuk IJEPA140

Konsesi Indonesia Konsesi Jepang

Sekitar 93% dari pos tariff (92%

dari nilai ekspor Jepang ke

Indonesia) masuk dalam IJEPA

Lebih 90% dari pos tariff (99% dari

nilai ekspor Indonesia ke Jepang)

masuk ke dalam IJEPA

Sekitar 35% dari pos tariff akan = 0

pada saat berlakunya IJEPA (fast

track).

Sekitar 80% dari pos tariff akan = 0

pada saat berlakunya IJEPA (fast

track)

Sekitar 58% dari pos tariff secara

bertahap akan = 0 (3-15 tahun sejak

berlakunya IJEPA)

Sekitar 10% dari pos tariff secara

bertahap akan = 0 (3-10 tahun sejak

berlakunya IJEPA)

Sekitar 7% dari seluruh pos tariff

(834) tidak masuk IJEPA (exclusive

list).

Sekitar 10% dari pos tariff (886)

tidak masuk dalam IJEPA

(exclusive list)

Jumlah pos tariff Indonesia 11163

tahun 2006. Nilai ekspor Jepang ke

Indonesia US$ 5,5 milyar

Jumlah seluruh pos tariff Jepang

9275. Nilai ekspor Indonesia ke

Jepang tahun 2006 US$ 21 milyar

Sumber: Departemen Perdagangan Republik Indonesia, 2008.

Berdasarkan tabel diatas menurut Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun

2008 tentang pengesahan Agreement between the Republic of Indonesia and

139Ketentuan Asal Barang IJEPA dan Tata Cara Pengisian From IJEPA, h, 2. 140User Spesific Duty Free Scheme (USDFS) dan Implementasi IJEPA, h, 3.

69

Japan for an Economic Partnership mengenai perjanjian pengurangan dan

penghapusan tariff bea masuk dalam IJEPA yang telah disepakati oleh Indonesia

dan Jepang. Indonesia membuka akses pasarnya sekitar 93% dari 11.163 tarif

line-nya bagi produk Jepang, dengan 58% dari tarif line tersebut akan langsung

berlaku sejak perjanjian dimulai pada tanggal 1 Juli 2008.

Sedangkan Jepang membuka pasarnya bagi produk Indonesia lebih dari

90% dari 9.275 tarif line-nya, dengan 80% dari tarif line tersebut langsung berlaku

sejak perjanjian dimulai.141 Terkait konsesi pengurangan dan penghapusan bea

masuk dalam perdagangan barang, perlu menetapkan modalitas penurunan tarif

bea masuk dalam rangka persetujuan antara Indonesia dan Jepang mengenai suatu

kemitraan ekonomi.142

1. Trade in Goods

Pada trade in goods, dirundingkan modal penurunan tarif bea masuk yaitu

penurunan yang dilakukan secara bertahap berdasarkan waktu dan akhirnya tarif

bea masuk tersebut menjadi 0%. Penahapan tersebut dikelompokkan dalam 6

kelompok yaitu A, B3, B5, B7, B10, B15, X dan P.

Kelompok A atau disebut fast track mulai langsung diberlakukan begitu

perjanjian diberlakukan (entry to force).Kelompok B mulai diberlakukan secara

bertahap sesuai dengan angka pada B yang menunjukkan tahun mulai berlaku.

141Atmawinata, “Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya Saing di Pasar

Global: Pengaruh Implementasi MIDEC terhadap Penguatan Struktur Industri”, h, 3-20. 142Ministry of Finance Indonesia, “Modalitas Penurunan Tarif Bea Masuk dalam rangka

persetujuan antara Indonesia dan Jepang mengenai suatu kemitraan ekonomi”, Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 94/PMK.011/2008. Jakarta, [dokumen online] tersedia di

http://www.kemenkeu.go.id/node/20698 Internet; diakses pada 30 Juni 2008, h, 1.

70

Kelompok P merupakan pengaturan dengan catatan-catatan dan kelompok X

adalah komoditi yang tidak dimasukkan dalam skema penurunan tarif. Adapun

dalam perjanjian IJEPA diatur modalitas penurunan tarif bea masuk dari

Indonesia ke Jepang yang terbagi dalam beberapa kategori, yang akan dipaparkan

dalam tabel berikut ini:143

Tabel IV.1.2.

Modalitas Penurunan Tarif Bea Masuk Indonesia ke Jepang144

Kategori

Barang

Jadwal Penurunan Tarif Bea Masuk

A Tariff bea masuk menjadi 0% pada tanggal implementasi

B3 Tariff bea masuk menjadi 0% dalam 4 tahap dengan tingkat penurunan

yang sama setiap tahun. Penurunan tahap pertama dimulai pada

tanggal implementasi.

B5 Tariff bea masuk menjadi 0% dalam 6 tahap dengan tingkat penurunan

yang sama setiap tahun. Penurunan tahap pertama dimulai pada

tanggal implementasi.

B7 Tariff bea masuk menjadi 0% dalam 8 tahap dengan tingkat penurunan

yang sama setiap tahun. Penurunan tahap pertama dimulai pada

tanggal implementasi.

B10 Tariff bea masuk menjadi 0% dalam 11 tahap dengan tingkat

penurunan yang sama setiap tahun. Penurunan tahap pertama dimulai

pada tanggal implementasi.

B15 Tariff bea masuk menjadi 0% dalam 16 tahap dengan tingkat

penurunan yang sama setiap tahun. Penurunan tahap pertama dimulai

pada tanggal implementasi.

X Dikecualikan dari penurunan tariff bea masuk, berlaku tariff MFN

P Tariff bea masuk diturunkan dengan mengikuti catatan-catatan

sebagaimana tercantum dalam penjelasan.

Sumber: Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2008.

Berdasarkan tabel modalitas penurunan tarif bea masuk Indonesia ke

Jepang dengan kategori fast track, normal track dan exclusive. Adanya penetapan

atau penurunan tariff bea masuk berdasarkan barang-barang yang dibagi dalam

bebeapa kategori, yaitu: Pertama, fast track berdasarkan kategori barang A,

143Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang termaktub di dalam Implementing Agreement

IJEPA. 144Ministry of Finance Indonesia, “Modalitas Penurunan Tarif Bea Masuk dalam rangka

persetujuan antara Indonesia dan Jepang mengenai suatu kemitraan ekonomi”, h, 3.

71

Kedua, normal track berdasarkan kategori barang B dan P dengan catatan dan

Ketiga, Pengecualian, berdasarkan kategori barang X. Dari kategori-kategori tabel

diatas juga dapat dilihat bahwa penurunan tariff bea masuk Indonesia ke Jepang

disesuaikan dengan kategori yang ditetapkan pada saat tanggal implementasi oleh

Departemen Keuangan Republik Indonesia. Ekspor Indonesia ke Jepang dalam

pos-pos tariff khusus mencakup 93% dari pos tariff yang akan diturunkan hingga

0% pada saat berlakunya perjanjian IJEPA. Adapun kategori penurunan tariff

dalam perdagangan barang, yaitu:145

a) Fast Track

Dalam kategori jalur cepat, persentase tertentu dari total pos tariff 35% akan

diturunkan ke 0% pada saat berlakunya IJEPA atau pada tanggal di

implementasikan karena skema ini termasuk kedalam skema jalur cepat.

b) Normal Track

Dalam kategori bertahap, tariff diturunkan menjadi 0% pada jangka waktu

tertentu yang bervariasi dari minimal tiga tahun hingga maksimal menjadi 10

tahun (bagi Jepang) atau 15 tahun (bagi Indonesia) sejak berlakunya IJEPA

bagi persentase tertentu dari total pos tariff 58%.

c) Exclusive

Dalam kategori pengecualian, kategori ini termasuk ke dalam konsesi tariff

khusus bagi sektor-sektor industri tertentu dan konpensasinya melalui fasilitasi

pusat pengembangan industri manufaktur dan pada tariff bea masuk ini

145 “Petunjuk pelaksanaan impor barang dalam skema IJEPA” Direktorat Teknis

Kepabeanan dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, [presentasi online] tersedia di

http://itpc.or.jp/wpcontent/uploads/pdf/ijepa/Presentasi%20IJEPA%20Bea%20dan%20Cukai.pdf

internet; diakses pada 30 Juni 2008, h, 3.

72

diturunkan dari pos tariff 7% menjadi pos tariff 0% dengan pengecualian yang

berlaku pada tariff most favored nations.

Adapaun tabel catatan-catatan dari kategori modalitas penurunan tariff bea

masuk Indonesia ke Jepang, yaitu:

TabelIV.1.3.

Modalitas Penurunan Tarif Bea Masuk atas Kategori Barang P146

Catatan Jadwal Penurunan Tarif Bea Masuk

1 Terhadap barang dengan tariff bea masuk 5% diturunkan menjadi 0% secara bertahap

dengan tingkat penurunan yang sama, dengan ketentuan:

(a) Penurunan pada tahun pertama berlaku pada tanggal implementasi.

(b) Penurunan tahunan berikutnya diterapkan setiap tanggal 1 Januari.

(c) Menjadi 0% pada tanggal 1 Januari 2010.

2 Diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan tersendiri tentang skema User Specific Duty

Free Scheme (USDFS).

3 Tingkat tariff bea masuk diturunkan dengan ketentuan menjadi:

(a) 15% pada tanggal implementasi.

(b) 12% pada tanggal 1 Januari 2016.

4 Terhadap barang dengan tariff bea masuk 5% diturunkan menjadi 0% secara bertahap

dengan tingkat penurunan yang sama, dengan ketentuan:

(a) Penurunan pada tahun pertama berlaku pada tanggal implementasi

(b) Penurunan tahun berikutnya diterapkan setiap tanggal 1 Januari.

(c) Menjadi 0% pada tanggal 1 Januari 2009.

5 Tingkat tariff bea masuk diturunkan dengan ketentuan menjadi:

(a) 20% pada tanggal implementasi.

(b) 16% pada tanggal 1 Januari 2016.

6 Tingkat tariff bea masuk diturunkan dengan ketentuan menjadi:

(a) 10% pada tanggal implementasi.

(b) 5% atau menjadi tingkat tariff bea masuk yang berlaku dalam skema

Kesepakatan Perdagangan Barang sebagai bagian dari Kesepakatan Kerangka

Kerja Kerjasama Ekonomi Menyeluruh antar Negara-negara Anggota ASEAN

dan Republik Korea (AK-FTA) pada tanggal 1 Januari 2016. Apabila ada

perbedaan tingkat tariff bea masuk, yang berlaku adalah tingkat tariff bea

masuk yang lebih rendah.

7 Terhadap barang dengan tariff bea masuk 10% diturunkan menjadi 0% secara bertahap

dengan tingkat penurunan yang sama, dengan ketentuan:

(a) Penurunan pada tahun pertama berlaku pada tanggal implementasi.

(b) Penurunan tahunan berikutnya berlaku setiap tanggal 1 Januari.

(c) Menjadi 0% pada ttanggal 1 Januari 2010.

8 Tariff bea masuk diturunkan dengan ketentuan menjadi:

(a) 10% pada tanggal implementasi.

(b) 8% pada tanggal 1 Januari 2009.

(c) 6% pada tanggal 1 Januari 2010.

(d) 4% pada tanggal 1 Januari 2011.

146Ministry of Finance Indonesia, “Modalitas Penurunan Tarif Bea Masuk dalam rangka

persetujuan antara Indonesia dan Jepang mengenai suatu kemitraan ekonomi”, h, 4-6.

73

(e) 0% pada tanggal 1 Januari 2012.

9 Terhadap barang dengan tariff bea masuk 15% diturunkan menjadi 0% secara bertahap

dengan tingkat penurunan yang sama, dengan ketentuan:

(a) Penurunan pada tahun pertama berlaku pada tanggal implementasi.

(b) Penurunan tahunan berikutnya berlaku setiap tanggal 1 Januari

(c) Menjadi 0% pada tanggal 1 Januari 2011

10 Terhadap barang dengan tariff bea masuk 8% diturunkan menjadi 0% secara bertahap

dengan tingkat penurunan yang sama, dengan ketentuan:

(a) Penurunan pada tahun pertama berlaku pada tanggal implementasi.

(b) Penurunan tahunan berikutnya berlaku setiap tanggal 1 Januari

Menjadi 0% pada tanggal 1 Januari 2009

11 Tingkat tariff bea masuk diturunkan dengan ketentuan menjadi:

(a) 8% pada tanggal implementasi

(b) 5% atau menjadi tingkat tariff bea masuk yang berlaku dalam AKFTA pada

tanggal 1 Januari 2016. Apabila terdapat perbedaan tingkat tariff bea masuk,

yang berlaku adalah tingkat tariff bea masuk yang lebih rendah.

12 Tingkat tariff bea masuk diturunkan dengan ketentuan menjadi:

(a) 8% pada tanggal implementasi.

(b) 6,4% pada tanggal 1 Januari 2016.

13 Tingkat ttarif bea masuk diturunkan dengan ketentuan menjadi:

(a) 60% pada tanggal implementasi.

(b) 20% pada tanggal 1 Januari 2012.

(c) 5% atau menjadi tingkat tariff bea masuk yang berlaku dalam AKFTA pada

tangggal 1 Januari 2016. Apabila ada perbedaan tingkat tariff bea masuk, yang

berlaku adalah tingkat tariff bea masuk yang lebih rendah.

14 Tingkat tariff bea masuk diturunkan dengan ketentuan menjadi:

(a) 45% pada tanggal implementasi.

(b) 20% pada tanggal 1 Januari 2012.

(c) 5% atau menjadi tingkat tariff bea masuk yang berlaku dalam AKFTA pada

tanggal 1 Januari 2016. Apabila ada perbedaan tingkat tariff bea masuk, yang

berlaku adalah tingkat tariff bea masuk yang lebih rendah.

15 Tingkat tariff bea masuk diturunkan dengan ketentuan menjadi:

(a) 40% pada tanggal implementasi.

(b) 20% pada tanggal 1 Januari 2012.

(c) 5% atau menjadi tingkat tariff bea masuk yang berlaku dalam AKFTA pada

tanggal 1 Januari 2016. Apabila ada perbedaan tingkat tariff bea masuk, yang

berlaku adalah tingkat tariff bea masuk yang lebih rendah.

Sumber: Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2008.

Berdasarkan tabel yang terdapat pada catatan-catatan modalitas penurunan

tariff bea masuk Indonesia ke Jepang merupakan hal terpenting bagi negara yang

telah bekerjasama dalam perjanjian IJEPA, sehingga bagi negara pengguna tariff

bea masuk dalam IJEPA bisa mengetahui berapa persen penurunan bea masuk

yang ditetapkan sesuai dengan kategori barangnya.

74

2. Rules of Origin (ROO)

Ketentuan asal barang adalah suatu peraturan atau ketentuan administrasi

yang diterapkan oleh suatu kelompok negara untuk menentukan negara asal

barang.147 Negara asal barang tersebut bisa diperoleh bila seluruh barang tersebut

diproduksi dari suatu negara (wholly obtained goods) atau bisa juga barang

tersebut hanya sebagian diproduksi suatu negara dan sisanya mengandung

bahan/komponen impor (not wholly obtained goods).148

Untuk memberlakukan perdagangan barang ini harus bisa dibuktikan

bahwa produk tersebut benar-benar dibuat di Indonesia atau Jepang. Itu juga

sudah disepakati dalam forum perundingan ketentuan asal barang dalam IJEPA.

Dalam perdagangan barang suatu produk dapat dikatakan berasal dari salah satu

negara bila produk tersebut telah mengalami satu atau beberapa tahapan proses,

yang menyebabkan produk tersebut nomor HS-nya berubah dari nomor HS awal

yang disebut juga sebagai HS substantial transformation.149

Terkait kode HS yang telah disepakati antara kedua negara, dimana

Indonesia dan Jepang dalam melakukan perdagangan barang secara ekspor dan

impor harus melihat dari mana barang tersebut berasal. Adapun cara melihat kode

HS dalam perdagangan yang telah disepakati dalam perjanjian IJEPA.

147Ketentuan Asal Barang IJEPA dan Tata Cara Pengisian From IJEPA, h, 6. 148Ministry of Foreign Affairs, “Agreement between the Republic of Indonesia and Japan

for an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di http://www.mofa.go.jp/region/asia-

paci/indonesia/agree0807.pdf Internet; diakses pada 1 Juli 2008. “Parties which accept this from

the purpose of preferential treatment under the agreement between the Republic of Indonesia and

Japan for an Economic Partnership (hereinafter refered) to as the agreement” are Indonesia and

Japan” Preference Criteria. Part 2 Section 1 Appendix 1-B. 149Ministry of Foreign Affairs, “Agreement between the Republic of Indonesia and Japan

for an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di http://www.mofa.go.jp/region/asia-

paci/indonesia/agree0807.pdf Internet;diakses pada 1 Juli 2008. Dokumen, Part2 Section1 Rule1.

75

Tabel IV.2.1.

Applicable HS Varies by Agreement150

HS2002 Japan-Mexico, Japan-Malaysia, Japan-Chile, Japan-Thailand,

Japan-Indonesia, Japan Brunei, Japan-ASEAN and Japan-

Philippines

HS2007 Japan-Switzerland, Japan-Vietnam, Japan-India and Japan-

Peru

HS2012 Japan-Australia

Sumber: Ministry of Economy, Trade and Industry (METI) Japan.

Berdasarkan tabel diatas, referensi prosedur memperoleh Certificat of

Origin (COO), yaitu: 151 Pertama, Check the HS Number of Export Goods,

pertama-tama, jumlah nomor HS dari barang ekspor diperiksa untuk

memanfaatkan EPA. oleh karena itu bertanya kepada importir untuk memeriksa

nomor HS yang benar, seperti HS2012 digunakan untuk negara Japan-Australia,

HS2012 untuk negara Japan-Switzerland, Japan-Vietnam, Japan-India and Japan-

Peru dan HS 2002 untuk perjanjian lainnya. Kedua, Check the EPA Tariff Rate,

periksa tingkat tariff barang EPA yang dikonfirmasi dengan nomor HS (apakah

tingkat tariff lebih menguntungkan dari pada yang berlaku biasanya) yang dapat

dilihat di EPA’s concession schedule and JETRO’s world tariffs.

Ketiga, Check the Rules of Origin of Export Goods,periksa ketentuan

aturan asal barang untuk mengkonfirmasi apakah barang memenuhi syarat untuk

memperoleh manfaat dari EPA dan periksa aturan asal barang ekspor tertentu di

bab ROO dari perjanjian EPA. Keempat, Check the Origin Status of Export

150 Ministry of Economy,Trade and Industry (METI) Japan,“Basic Approaches to

Determine the Origin and Exemplification of Documents Necessary to be Prepared and

Stored”OriginCertification Policy

Officehttp://www.meti.go.jp/policy/external_economy/trade_control/boekikanri/download/gensanc

hi/en_roo_guideline.pdf h, 7. 151 Ministry of Economy, Trade and Industry (METI) Japan, h, 22.

76

Goods, setelah aturan asal barang telah ditentukan. Kelima, Apply for and Obtain

the COO, setelah barang yang diekpor dikonfirmasi dilanjutkankan dengan

mengakses situs JCCI152 untuk memulai prosedur permohonan penerbitan COO.

COO merupakan sebuah perjanjian kemitraan ekonomi yang bermanfaat

untuk mengurangi dan menghilangkan tariff pada barang yang dihasilkan dalam

perjanjian. COO juga membuktikan bahwa suatu barang berasal dari Indonesia ke

Jepang atau dari Jepang ke Indonesia.153 Untuk memanfaatkan keuntungan ini,

perlu untuk menjelaskan bahwa barang yang akan diekspor adalah barang dari

pihak EPA (barang asal). Untuk tujuan ini, setiap EPA telah menetapkan aturan

untuk menentukan apakah barang memenuhi syarat sebagai barang asal (rules of

origin).

IV.2 Facilitation

Fasilitasi berdasarkan perdagangan dalam perjanjian IJEPA merupakan

pengurangan biaya perdagangan dan peningkatan kinerja bea cukai, penanganan

di pelabuhan, upaya memperbaiki iklim investasi, penanganan di pelabuhan,

meningkatkan kepercayaan investor Jepang terkait jasa perdagangan.154

Terkait dengan penghapusan tariff dalam perjanjian IJEPA ini, kiranya

sangat perlu diperhatikan dengan adanya berbagai hambatan-hambatan non tariff.

152The Japan Chamber of Commerce and Industry (JCCI) is a network of comprehensive

local economic organizations made up of the representatives of some 1.26 million member

businesses nationwide, embracing everything from large and medium-sized corporations down to

small firms and sole proprietors. The first Chamber of Commerce and Industry in Japan was

established in March 1878 in Tokyo. Chambers were later set up in other cities, and in 1892 fifteen

chambers gathered together to form the Federation of Chambers of Commerce and Industry. This

organization was changed to the Japan Chamber of Commerce and Industry (JCCI) in 1922. Lihat

di http://www.jcci.or.jp/english/about.html 153Ketentuan Asal Barang IJEPA dan Tata Cara Pengisian From IJEPA, h, 14. 154Ketentuan Asal Barang IJEPA dan Tata Cara Pengisian From IJEPA, h, 2.

77

Walaupun tariff bea masuk sudah dihapuskan atau diturunkan, namun produk

Indonesia tetap mengalami kendala untuk masuk pasar Jepang karena adanya

hambatan-hambatan non tariff seperti standar, peraturan kesehatan, safety

standard yang dikategorikan sebagai smart-regulation.

Industri-industri Jepang dengan teknologi tingginya jauh lebih maju

dibandingkan industri Indonesia. Selain penghapusan tariff dalam perdagangan

jasa, Indonesia memberikan tambahan fasilitas pembebasan tariff (tariff khusus

yang diberikan Indonesia ke Jepang) yang dipercepat untuk bahan baku sejumlah

328 pos tariff guna menunjang driver sector yang disebutsebagai tariff USDFS.155

User Specific Duty Free Scheme (USDFS) merupakan pemberian fasilitas

yang dipercepat untuk produk Jepang yang akan masuk ke Indonesia berupa

penetapan bea masuk menjadi nol persen atas impor barang dan bahan dari Jepang

yang disepakati kedua negara.156 Terkait dengan industri driver sector157 dengan

syarat utamanya digunakan sebagai bahan baku dan belum dibuat atau diproduksi

di dalam negeri. Persyaratan memakai USDFS digunakan sebagai bahan baku

yang belum diproduksi atau tidak ekonomis dibuat di dalam negeri.158

155Atmawinata, 2009, Bab 4, h, 1. 156Mengacu pada section 3 Notes for Schedule of Indonesia Note 2 in Section 1 of Part 3

of Annex 1 refered to in Chapter 2 in Basic Agreement. Lihat di Agreement between the Republic

of Indonesia and Japan for an Economic Partnership OPERATIONAL PROCEDURES referred to

in Chapter 2 (Trade in Goods) and Chapter 3 (Rules of Origin). 157 Driver sector adalah industri yang menjadi sektor penggerak yaitu; otomotif,

elektronik, alat berat dan energi. 158User Spesific Duty Free Scheme (USDFS) adalah skema penempatan tariff bea masuk

yang diberikan User dalam rangka persetujuan antara Indonesia dan Jepang mengenai suatu

kemitraan ekonomi atau disebut sebagai IJEPA.User adalah badan usaha yang berbadan hukum di

Indonesia yang layak mendapatkan fasilitas USDFS sesuai surat keterangan veriifkasi Industri-

USDFS yang diterbitkan oleh surveyor yang ditunjuk oleh Menteri Perindustrial. Lihat di

Departemen Keuangan Republik Indonesia DIrektorat Jenderal Bea dan Cukai Nomor-09/BC/2008

78

Hasil kesepakatan USDFS adalah sebagai berikut: 159 Pertama, kedua

belah pihak sepakat diberlakukan skema USDFS untuk barang impor dari Jepang

yang terkait dengan empatdriver sektor interest yakni: automotive; motorcycle

and components thereof; electric and electronic; construction mechineries and

heavy equipment; dan petroleum, gas and electric powermerupakan produk bahan

bakuyang belum diproduksi sehingga tidak menyaingi produk industri dalam

negeri untuk produk sejenis. Terkait jumlah, harga dan waktu pengiriman yang

mengacu pada kode HS 10 digit berstandard nasional Indonesia akan review

setiap 5 tahun. Produk tersebut, tidak terbatas hanya kepada produk logam/baja,

tetapi juga termasuk produk plastik, karet dan kimia.

Kedua, dalam pengajuan USDFS dilakukan oleh perusahaan produsen dan

selanjutnya dilakukan verifikasi oleh lembaga verifikasi yang ditunjuk oleh

Departemen Perindustrian.Penilaian dan pengesahan kualitas produk impor

merupakan wewenang Pemerintah Indonesia. Namun, khusus untuk sektor energi

akan dibicarakan kasus per-kasus, apabila perusahaan Jepang ditunjuk sebagai

kontraktor utama (main contractor) dalam proyek energi di Indonesia.

Berdasarkan dengan adanya kinerja impor atas tambahan fasilitas tariff

khusus yang diberikan Indonesia ke Jepang membuka peluang Indonesia di sektor

jasa. Pada kerjasama perdagangan yang dilaksanakan Indonesia di sektor jasa

merupakan peluang dan tantangan bagi Indonesia dalam memanfaatkan akses

tentang tata cara pelayanan dan pengawasan penggunaan USDFS berdasarkan persetujuan antara

Indonesia dan Jepang mengenai suatu kemitraan ekonomi. 159Ministry of Foreign Affairs, “Agreement between the Republic of Indonesia and Japan

for an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di http://www.mofa.go.jp/region/asia-

paci/indonesia/agree0807.pdf Internet; diakses pada 1 Juli 2008. User Registration. Part 1 Section

3 Rule 4.

79

pasar jasa Jepang dan tantangan masuknya penyedia jasa asing ke Indonesia.

Perdagangan di sektor jasa dibagi empat kategori, yaitu pasokan lintas batas (cross

border supply), konsumsi luar negeri (consumption abroad), keberadaan komersial

(consumption abroad) dan perpindahan manusia (presence of natural person).160

Sektor jasa dibagi menjadi 12 sektor yaitu, jasa bisnis, jasa komunikasi,

jasa konstruksi, jasa distribusi, jasa pendidikan, jasa lingkungan, jasa keuangan,

jasa kesehatan terkait dengan sosial, jasa pariwisata, jasa rekreasi, budaya dan

olahraga, jasa transportasi.161

Adapun keuntungan yang didapatkan Indonesia, yaitu adanya peluang

akses pasar bagi Indonesia, dimana Jepang berkomitmen untuk menerima

investasi di sektor jasa dari Indonesia, Jepang juga memberikan kesempatan pada

tenaga kerja Indonesia untuk bekerja, Indonesia dapat masuk ke Jepang tanpa

memberikan pembatasan dan tenaga kerja Indonesia yang bekerja di sektor jasa

berdasarkan equal treatment akan diberikan kesempatan yang sama dengan

penyedia jasa Jepang.162

Peran sektor jasa sebesar 72,4% dalam perekonomian Jepang. Peran sektor

jasa Indonesia ke Jepang masih tergolong sangat kecil. Dengan kesepakatan yang

terdapat dalam perjanjian IJEPA, diharapkan akan menguntungkan posisi

160 Analysis on Indonesian Retail Services Entry Mode into ASEAN, Jurnal Buletin

Ilmiah Litabang Perdagangan Vol.9. No.1, Juli 2015, [jurnal online] tersedia di

http://www.kemendag.go.id/id/view/bulletin/17/126 Internet; diakses pada 21 April 2015, h, 26. 161“Indonesia’s Service Export Opportunities to Japan Through Mode 3 (Commercial

Presence) and Mode 4 (Movement of Natural Persons) Under IJEPA”, JurnalBuletin Ilmiah

Litbang Perdagangan, Vol. 8 N0. 1, Juli 2014, [jurnal online] tersedia di

http://www.kemendag.go.id/id/view/bulletin/15/108 Internet; diakses pada 2 Mei 2014, h, 25. 162Ministry of Foreign Affairs Japan, “Join Press Statement Indonesia-Japan Economic

Partnership Agreement”, [dokumen online] tersedia di http://www.mofa.go.jp/region/asia-

paci/indonesia/joint0611-2.html Internet; diakes pada 28 November 2006.

80

Indonesia. Namun, sejak penandatanganan IJEPA ekspor indonesia ke Jepang

selalu defisit.

Tabel IV.2.2.

Neraca Perdagangan Sektor Jasa dengan Jepang dalam EPA163

Tahun Indonesia

(IJEPA)

Malaysia

(MJEPA)

Philippines

(PJEPA)

Thailand

(TJEPA)

2000 0,64 0,51 0,29 0,21

2001 0,35 0,65 0,37 0,16

2002 0,44 0,56 0,42 0,37

2003 0,13 1,44 -0,16 0,25

2004 -0,10 2,40 -0,06 0,75

2005 -0,10 1,42 -0,29 -0,15

2006 -0,34 1,06 0,64 -1,06

2007 0,04 1,00 0,35 -1,43

2008 -0,28 1,80 0,49 -1,94

2009 -0,10 0,53 0,51 0,31

2010 -0,63 0,14 0,62 0,11

2011 -1,54 -0,67 0,47 0,36

Sumber: Ministry of Trade Republic of Indonesia,

Berdasarkan tabel diatas permasalahan terkait defisit neraca perdagangan

di sektor jasa Indonesia ke Jepang karena masih kurangnya informasi terutama

yang berkaitan dengan peluang ekspor jasa Indonesia ke Jepang yang

menyebabkan Indonesia tidak optimal dalam pemanfaatan perjanjian tersebut.164

Menyadari ketidakseimbangan tersebut dan sebagai konpensasi terhadap

USDFS, Jepang akan membantu Indonesia untuk memperbaiki produknya

sehingga bisa melewati batas toleransi hambatan non tariffnya Jepang. Bantuan

163 Indonesia’s Service Export Opportunities to Japan Through Mode 3 (Commercial

Presence) and Mode 4 (Movement of Natural Persons) Under IJEPA, h, 27. 164 Indonesia’s Service Export Opportunities to Japan Through Mode 3 (Commercial

Presence) and Mode 4 (Movement of Natural Persons) Under IJEPA, h, 28.

81

Jepang ditampung dalam elemen cooperation.165 Khusus produk Industri yang

diberikan Jepang difokuskan pada pengembangan industri manufakturdisebut

sebagai Manufacturing Industri Development Center (MIDEC).166

IV.3 Cooperation

Elemen ini, dimana antara kedua negara menyetujui untuk bekerjasama

diberbagai bidang diluar perdagangan dan Jepang berkomitmen melakukan

kegiatan untuk membangun capacity building dari sumber-sumber daya yang

penting bagi Indonesia. Capacity building dalam IJEPA merupakan mekanisme

untuk meningkatkan daya saing produksi di Indonesia.167

MIDEC merupakan konpesasi yang diberikan pihak Jepang ke Indonesia.

MIDEC berfungsi sebagai motor untuk pembangunan capacity building di mana

pihak Jepang berkewajiban memberikan bantuan dalam kegiatan yang meliputi,

yaitu: basic study, trainee and trainer, dan technical assistance yang dilengkapi

dengan workshop dan kunjungan ke lapangan.168

Kerjasama MIDEC mencakup tiga belas sektor kegiatan. Kesepakatan

tersebut diawali dengan kesepakatan pada perundingan tanggal 10 November

2006, ‘Consolidated Paper on Invitative for Manufacturing Industy Development

Center” dimana kedua belah pihak setuju bekerjasama untuk indutri-industri yang

165Ministry of Foreign Affairs Japan, “Agreement between Japan and the Republic of

Indonesia an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di

http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/epa0708/agreeent.pdf Internet; diakses pada 10

Agustus 2007, h, 96. 166Halo Jepang, “5 tahun berjalan, MIDEC akan di review”, [artikel online]

tersedia di http://www.halojepang.com/politikkerjasama/7253-midec Internet; pada 24 Juni 2013. 167Ketentuan Asal Barang IJEPA dan Tata Cara Pengisian From IJEPA, h, 2. 168Achdiat Atmawinata, “Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya Saing di

Pasar Global: Pengaruh Implementasi MIDEC terhadap Penguatan Struktur Industri” Kementerian

Perindustrian Republik Indonesia, Jakarta, Desember 2009, h, 4.

82

bersifat cross sectoral dan specific sector.169 Produk-produk pada cross sectoral,

yaitu metal working, welding, mold & dies dan energy conservation.170 Namun

produk-produk pada specific sectoral, yaitu automotive& automotive parts,

electronics, steel, textile, non-ferrous, chemical (petro&oleo) dan food &

beverages. Adapun produk-produk industry sectoral, yaitu small & medium

enterprises dan export & investment promotion. 171

IV.4 Analisa Potensi Pertumbuhan Produksi

Potensi produksi untuk industri penunjang seperti metal working, tooling

(mold & dies), welding, energy conservation yang telah mendapatkan bantuan dari

Jepang, adanya perubahan pada industri menjadi lebih meningkat dari segi

efisiensi proses produksi, penggunaan bahan baku, mesin atau peralatan produksi,

energi dan peningkatan mutu produk yang dihasilkan. Sehingga produksi industri

tersebut banyak digunakan oleh industri yang membutuhkan seperti industri

automotif, elektrik dan elektronik, tekstil dan produk tekstil dan industri makan

dan minuman. Adanya potensi pertumbuhan produksi menyebabkan pasar ekspor

akan meningkatkan produksi perusahaannya, dengan demikian menandakan

adanya peningkatan kinerja dari proses pertumbuhan produksi terhadap

bimbingan yang diberikan dari Jepang.

169 Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, “Manufacturing Industrial

Development Center”, Persentasi Direktorat Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses

Industri Internasional, h, 9. 170Siaran Pers, “Kemenprin Selenggarakan Seminar Implementasi MIDEC 2010-

2011”, [berita online] tersedia di http://www.kemenperin.go.id/artikel/36/Kemenperin-

Selenggarakan-Seminar-Implementasi-MIDEC-2010-2011Internet; diakses 15 Juni 2011. 171Manufacturing Industry Development Center, ”New Initiative Approach”Ministry of

Industry the Republic of Indonesia, [presentasi online] tersedia di http://apki.net/wp-

content/uploads/2015/07/New-MIDEC.pdf h, 10.

83

Potensi produksi untuk sektor industri penunjang seperti automotif,

electric/electronic, steel & steel products, textile, oleo & petro chemical, non-

ferrous, khususnya untuk komponen mobil dan sepeda motor. Sebelum IJEPA

pada tahun 2006 nilai US$ 1 milyar untuk produksi mobil dan US$ 1,2 milyar

untuk produksi sepeda motor. Namun setelah IJEPA pada tahun 2010 ditargetkan

nilainya menjadi US$ 2,5 untuk produksi mobil dan US$ 2 milyar untuk produksi

sepeda motor. Harga produk dari industri penunjang dapat bersaing setelah

adanya manfaat dari bimbingan yang di berikan Jepang terhadap industry-industri

penunjang dan berdampak terhadap pengguna hasil produksi industri penunjang

sendiri karena telah berhasil meningkatkan mutu produksinya. Dengan penawaran

harga yang dapat bersaing akan meningkatkan permintaan pasar dari produk

industry-industrii penunjang driver sector sehingga akan meningkatkan kinerja

produksinya.

Begitu juga potensi untuk produk industri seperti SMEs dan ekspor &

investment promotion and food & beverages. Produksinya meningkat dengan

adanya peningkatan daya beli masyarakat dari dampak bantuan kegiatan-kegiatan

yang diberikan dari Jepang. Adapun target keberhasilan dan peluang bisnis yang

diharapkan untuk industri-industri driver sector yang produksinya meningkat

setelah adanya MIDEC-IJEPA, yaitu:

84

Tabel IV.2.3.

Perhitungan Business Opportunity

Driver Sector Sebelum 2008 Setelah 2012

1. Automotive & Komponen US$ 3,5 milyar units

mobil

US$ 5 milyar units

sepeda motor

US$ 10 milyar units

mobil

US$ 8 milyar units

sepeda motor

2. Electronics & Electric Total ekspor ke pasar

lokal sebesar US$ 1,4

milyar

Total ekspor ke pasar

global sebesar US$ 7,5

milyar (termasuk

sebesar US$ 1,2 milyar

ekspor Indonesia ke

Jepang ).

Total produksi sebesar

US$ 18 milyar

dipasarkan untuk:

1. Ekspor ke pasar

lokal sebesar US$

3 milyar

2. Ekspor ke pasar

dunia sebesar US$

15 milyar

3. Prosperity product based

Footwear

Woods and Article of woods

Rubber

Plastics

Nickels and Articles of

Alumuniums and Articles

Furniture

US$ 4,5 milyar

US$ 935 milyar

US$ 135 milyar

US$ 1,15 milyar

US$ 594 milyar

US$ 371 milyar

US$ 867 milyar

US$ 304 milyar

US$ 208 milyar

Double export sebesar US$

9 milyar

4. Contruction Machinery US$ 0,8 milyar US$ 2,5 milyar (US$ 2

milyar dari 10.000 units &

US$ 0,5 milyar dari

komponnen parts).

5. Infrastructures project:

Water treatment

Energy

Electricity

Sea port

Gas piping

Highway

Railway

Airport

Telecommunication

US$ 13 milyar

Total Value US$ 22,1 milyar US$ 65 milyar

Sumber: Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, 2008.

Berdasarkan tabel diatas, target ekspor dari empat driver sector diharapkan

mampu mendorong nilai ekspor Indonesia ke Jepang dan pasar negara lain secara

signifikan. Di bidang industri automotive & komponen, Indonesia menginginkan

agar Jepang dapat mendukung sepenuhnya rencana untuk menjadikan Indonesia

85

sebagai proction based mobil dengan target produksi 1 juta unit (US$ 10 milyar)

dan sepeda motor dengan target produksi 7-8 juta unit (US$ 8 milyar) pada tahun

2012. Produksi 1 juta unit mobil, untuk memenuhi pasar dunia serta kebutuhan

dalam domestik. Pada bidang industri otomotif, mengalami peningkatan

dibandingkan tahun 2007 yang hanya mencapai sekitar 350.000 unit mobil (US$

3,5 milyar) dan sekitar 5 juta unit sepeda motor (US$ 5 milyar).

Di bidang industri electronics & electric, Indonesia menargetkan ekspor

akan dapat mencapai angka sebesar US$ 15 milyar ke pasar dunia dan US$ 3

milyar untuk konsumsi domestik pada tahun 2012. Pada industri elektronik dan

elektrik, mengalami 2 kalinya peningkatan dibandingkan pada tahun 2007 yang

mencapai US$ 7,5 milyar (US$ 1,2 milyar ekspor ke Jepang) dan US$ 1,4 milyar

untuk keperluan domestik.

Di bidang industri contruction machinery, pada tahun 2007 produksi

Indonesia baru mencapai sebesar 4000 unit (US$ 0,8 milyar). Namun di bidang

industri contruction machinerypada tahun 2012 mengalami peningkatan US$ 2,5

milyar (US$ 2 milyar dari produksi 10.000 unit dan US$ 0,5 dari nilai ekspor

component & parts). Namun, pada bidang energi yang merupakan salah satu dari

proyek infrastruktur, ekspor Indonesia meningkat pada tahun 2012 sebesar US$

13 milyar.172

Berdasarkan potensi pertumbuhan ekonomi dengan adanya perjanjian

IJEPA adapun peluang yang akan diperoleh Indonesia, yaitu: Pembukaan pasar

172 Angka-angka ini merupakan perkiraan yang telah dikaji oleh Tim Perunding

Departmen Perindustrian, yang menunjukkan betapa besarnya “peluang” bagi dunia bisnis antara

Indonesia dan Jepang. Peluang bisnis tersebut dapat direalisasikan dimana kedua negara bertindak

sebagai pendorong dan fasititator agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi kedua negara.

86

Indonesia di negara Jepang melalui penghapusan tarif bea masuk yang lebih cepat

dari negara lain yang belum mempunyai kerjasama perdagangan dengan Jepang,

sehingga akan membuka peluang pasar yang lebih besar.

Peluang lain berasal dari elemen Cooperation, dimana Jepang akan

memberikan bantuan untuk meningkatkan kapasitas industri manufacturing

Indonesia melalui MIDEC. Dengan demikian diharapkan produk Indonesia dapat

memenuhi persyaratan teknis atau standar yang merupakan hambatan non Tarif

untuk memasuki pasar Jepang. Terbukanya kesempatan untuk belajar atau transfer

teknologi dari Jepang yang merupakan negara yang sudah terbukti memiliki

produk-produk berdaya saing yang tinggi diharapkan dapat menyeimbangkan

kekuatan teknologi dan industri manufacturing Indonesia dengan Jepang.

Adapun manfaat IJEPA bagi kepentingan Indonesia, yaitu: Pertama,

Peningkatan akses pasar barang, dimana ekspor ke Jepang dapat ditingkatkan

lebih dari 20% dari total ekspor Indonesia. Peningkatan akses pasar jasa, dimana

potensi pasar Jepang bagi tenaga kerja terlatih dari Indonesia. Peningkatan

investasi Jepang di Indonesia, meningkatnya investasi akan membuka lapangan

kerja, pertumbuhan ekonomi, berkembangnya sektor industri serta meningkatnya

daya beli masyarakat.

Kedua, Kerjasama Capacity Building mendorong tumbuhnya supporting

industries yang akan bermanfaat bagi perkembangan industri Indonesia.

Ketiga,EPA dengan Jepang merupakan perjanjian bilateral yang pertama bagi

Indonesia dan menempatkan Indonesia sejajar dengan negara pesaing di pasar

87

Jepang, terutama yang sudah memiliki perjanjian EPA dengan Jepang seperti

Singapura, Thailand, Malaysia, Filipina, Brunei dan meksiko.

IV. Analisa Dampak pada Neraca Perdagangan

Sejak berlakunya IJEPA pertama kali secara efektif pada tanggal 1 Juli

2008, total perdagangan Indonesia menujukkan adanya peningkatan setelah

implementasi. Total perdagangan antara kedua negara pada tahun 2009,

mengalami pertumbuhan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 12,7% per

tahun.173

Dalam perjanjian perdagangan antara Indonesia dan Jepang, maka

hambatan tariff yang mempengaruhi daya kompetitif dalam segi harga untuk

setiap produk dari kedua negara menjadi berkurang karena adanya peraturan yang

telah disepakati oleh kedua negara mengenai pengurangan dan penghapusan tariff

bea masuk antara Indonesia dan Jepang dalam perjanjian perdagangan. Kemudian,

dengan terkait akses pasar, Jepang memberikan fasilitas pengurangan dan

penghapusan bea masuk sebesar 90% dari 9.275 bagi produk Indonesia. Selain itu,

hambatan non tariff juga berkurang dan dihapuskan dengan memperbaiki

birokrasi perdagangan antara kedua negara.

Eratnya hubungan ekonomi antara Indonesia dan Jepang mulai dari sektor

perdagangan hingga sektor investasi sebelum berlangsungnya IJEPA yang

menyebabkan lahirnya keuntungan kedua negara saat IJEPA dapat direalisasikan

173 “The Impact of Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) on

Bilateral Trade Performance”, Jurnal Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 9. No. 2,

Desember 2015, [jurnal online] tersedia di http://www.kemendag.go.id/id/view/bulletin/18/132

Internet; diakses pada 1 Desember 2015, h, 136.

88

sebagai landasan hukum kerjasama ekonomi kedua negara dalam menjalankan

perdagangan.174

Berdasarkan konsesi tariff, Indonesia sebagai negara berkembang dalam

meningkatkan kinerja ekspor Indonesia ke Jepang lebih diuntungkan karena

Jepang membuka akses perdagangannya untuk produk Indonesia dengan

memberikan fasilitas pengurangan dan penghapusan tariff bea masuk sebesar 80

dari 90% tariff line produk Indonesia. Namun, walaupun akses yang diberikan

Jepang terhadap Indonesia sangat besar. Indonesia masih kurang mampu

memanfaatkannya shingga surplus perdagangan Indonesia terhadap Jepang

mengalami peningkatan setelah implementasi dibandingkan sebelum

implementasi meskipun perjanjian perdagangan kedua negara efektif berlaku.

Dilihat dari data statistik Kementerian Perdagangan Republik Indonesia,

setelah diberlakukannya implementasi sejak berlakunya perjanjian IJEPA surplus

pada kinerja ekspor Indonesia ke Jepang yang relatif meningkat setiap tahunnya

pasca implementasi. Meningkatnya menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi

dalam kinerja ekspor Indonesia ke Jepang terjadi pada tahun 2009-2011 yang

dapat dilihat pada grafik berikut ini.

174Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IEPA) lihat di http://www.docs-

engine.com/pdf/2/ijepa.html

89

Gambar IV.1.1.

Kinerja Ekspor Indonesia ke Jepang175

Sumber: BPS, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, 2015.

Berdasarkan dari grafik tersebut, dengan semakin meningkatnya total

perdagangan Indonesia dan Jepang dapat mempengaruhi meningkatnya

pertumbuhan kinerja ekspor Indonesia ke Jepang yang menunjukkan pertumbuhan

positif sebesar 9,5% per tahun. Berdasarkan kinerja ekspor Indonesia ke Jepang

terdiri dari migas sebesar US$ 4,8 miliar dan non migas US$ 15,8 miliar.

Tercatat pada tahun pertama mulai bergulirnya perdagangan bebas di

bawah rezim IJEPA volume perdagangan antar kedua negara meningkat pesat dari

yang berjumlah US$ 17,106,1 pada tahun 2007 menjadi US$ 12,615.8 pada tahun

2008. Setelah IJEPA diimplementasikan, krisis finansial global yang menghantam

sejak akhir 2008 dan berlangsung hingga 2009 menurunkan volume perdagangan

antara kedua negara secara drastis pada tahun 2009 menjadi hanya sebesar US$

8,731.0. Namun, setelah implementasi dengan kinerja perbaikan ekonomi global

175 “The Impact of Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) on

Bilateral Trade Performance”, h, 137.

90

pada volume neraca perdagangan di antara kedua pun kembali meningkat hingga

mencapai US$ 8,816.0 pada tahun 2010 dan US$ 14,278.1 pada tahun 2011.

Gambar IV.1.2.

Neraca Perdagangan Indonesia dan Jepang176

Sumber: BPS, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, 2015.

Berdasarkan tabel diatas, kinerja ekspor dan impor pada neraca

perdagangan Indonesia dan Jepang baik sebelum dan sesudah implementasi sejak

berlakunya perjanjian antara kedua negara mengalami surplus pada periode

tertentu. Namun, setelah implementasi surplus neraca perdagangan antara

Indonesia dan Jepang pada periode 2009-2011 mencapai nilai sebesar US$ 14,3

miliar.

176 “The Impact of Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) on

Bilateral Trade Performance”, h, 138.

91

BAB V

KESIMPULAN

Jepang merupakan negara di kawansan Asia Timur pertama yang berhasil

melakukan proses pembangunan ekonomi dengan cepat pasca kehancuran pada

Perang Dunia II. Kebangkitan Jepang ini merupakan bentuk dari besarnya

dukungan pemerintah dalam ekonomi dan idustrialisasi disebut sebagai

Development State. Indonesia merupakan negara kepulauan dengan populasi

terbesar ke-empat di dunia setelah Tiongkok, India dan Amerika Serikat.

Indonesia mewakili pasar asing yang potensial apabila pertumbuhan ekonomi

berkesinambungan dapat terwujud.

Hubungan ekonomi yang erat antara Indonesia dengan Jepang telah

berlangsung lama dimana tercatat lebih dari 50 tahun yang lalu, yakni pada

tanggal 20 Januari 1958 Indonesia dan Jepang resmi menjalin hubungan ekonomi

yang didasarkan pada perjanjian perdamaian yang dicetuskan sebagai the

Strategic Partnership for Peaceful and Prosperous Future.

Di awal abad 21 pasca awal kemerdekaan Indonesia, bangkitnya Indonesia

dari krisis moneter yang terjadi sejak tahun 1997, namun hal tersebut tidak

mengakhiri hubungan antara ekonomi Indonesia dan Jepang. Dalam kerjasama

ekonomi, perdagangan dan investasi, adanya kegiatan ekspor dan impor antara

kedua negara. Volume perdagangan kedua negara meningkat pesat didominasi

dari tahun 2000 sampai tahun 2007 yang berjumlah US$ 30.159.470.700,00.

92

Berdasarkan hal tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami surplus

dengan melakukan kerjasama dengan Jepang.

Kemajuan ekonomi Jepang tidak terjadi begitu saja, kemajuan tersebut

melalui pengimplementasian sejumlah kebijakan ekonomi yang dinilai mampu

mempercepat pertumbuhan ekonomi Jepang dan dalam kemajuan ekonominya,

Jepang juga melakukan kerjasama dengan beberapa negara diantaranya Indonesia

yang dinilai mampu mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi Jepang

melalui peningkatan investasi FDI, LNG, ODA dan kerjasama ekspor dan impor

yang dapat meningkatkan pertumbuhan perekonomian Jepang.

Berdasarkan hal tersebut, pada akhirnya mendorong lahirnya suatu

pemikiran untuk lebih meningkatkan hubungan dagang melalui perjanjian

perdagangan bilateral yang disepakati antara Indonesia dan Jepang dalam

Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) ditandatangani

tanggal 20 Agustus 2007 dan disahkan melalui Peraturan Presiden No. 36 tahun

2008 tentang Pengesahan Agreement between the Republic of Indonesia and

Japan for an Economic Partnership. Namun, perjanjian ini mulai berlaku efektif

tanggal 1 Juli 2008.

IJEPA merupakan kerjasama ekonomi di bidang perdagangan antara

Indonesia dan Jepang dengan menghapuskan atau mengurangi hambatan

perdagangan dan investasi, memperbaiki investasi dan meningkatkan tingkat

kepercayaan bagi investor Jepang dan kerjasama di bidang prosedur kepabeanan

pelabuhan dan jasa-jasa perdagangan dan meningkatkan kerjasama melalui

93

capacity building untuk sektor-sektor industri prioritas sehingga kapasitas

Indonesia lebih mampu bersaing memanfaatkan secara optimal peluang pasar dari

perjanjian.

Perjanjian kerjasama bilateral IJEPA bertujuan untuk mempererat

hubungan kedua negara di bidang ekonomi melalui tiga pilar utama.Tiga pilar

tersebut yaitu, liberalisasi, facilitation dan cooperation. Dalam perjanjian IJEPA

terdapat 11 elemen yang disepakati yaitu, Trade in Goods; Rules of Origin;

Customs Procedures; Investment; Trade in Service; Move of Natural Persons;

Energy and Mineral Resources; Intellectual Property Right; Goverrnment

Procurement; Competition Policy; dan Cooperation. Dari 11 elemen tersebut,

yang sangat terkait dengan sektor industri adalah: Trade in Goods; Rules of

Origin; Trade in Service; dan Cooperation.

Berdasarkan peran Jepang melalui tiga pilar utama tersebut, volume

perdagangan antar kedua negara meningkat pesat dari yang berjumlah US$

17,106,1 pada tahun 2007 menjadi US$ 12,615.8 pada tahun 2008. Setelah IJEPA

diimplementasikan, krisis finansial global yang menghantam sejak akhir 2008 dan

berlangsung hingga 2009 menurunkan volume perdagangan antara kedua negara

secara drastis pada tahun 2009 menjadi hanya sebesar US$ 8,731.0. Namun,

setelah implementasi dengan kinerja perbaikan ekonomi global pada volume

neraca perdagangan di antara kedua pun kembali meningkat hingga mencapai

US$ 8,816.0 pada tahun 2010 dan US$ 14,278.1 pada tahun 2011.

xiv

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Arase, David, “Japan Foreign Aid: Old Continuities and New Directions”,

(London and New York: Reoutledge, 2005).

Arifin, Sjamsul, Rae, Dian Ediana, Joseph, Charles P.R, “Kerjasama

Perdagangan Internasional: Peluang dan Tantangan bagi Indonesia,”

(Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2004).

Balaam, David dan Veseth, Michael, “Introduction to International Political

Economy,” (New Jersey: Prentice Hall, 1996).

Budiarjo, Miriam, “Dasar-Dasar Ilmu Politik” (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2008).

Beason, Mark, “The Rise and Fall (?) of The Development State: The Vicissitudes

and Implication of East Asian Intervention” (Stanford University Press:

1982).

B. Weinstein, Franklin, ”Idonesia Foreign Policy and the Dilemma of Dependence

from Soekaro to Soeharto”, (Itacha: Cornel University Press, 1976).

Bantarto, Bandoro, “Beberapa DImensi Hubungan Indoesia-Jepang dan

Pelaporan Untuk Indonesian: Hubungan Luar Negeri Indonesia Selama

Orde Baru”, (Jakarta: CSIS, 1994).

BAPPENAS terj. Daniel Ilyas, “Perdagangan dan Investasi di Indonesia: sebuah

catatan tentang daya saing dan tantangan ke depan”, (Jakarta:

BAPPENAS, 2009).

Coicaud, Jean Marc dan Wheeler, Nicholas J, “National Interest and

International Solidarity: Particular and Universal Ethics in

International life,” (New York: United Nations University Press, 2008).

D. Krasner, Stephen, “Defending the National Interest: Raw Materials

Investments and U.S Foreign Policy”, (United Kingdom: Princeton

University Press, 1978).

D. Lairson, Thomas dan Skidmore, David, “International Political Economy: The

Struggle for Power and Wealth in a Globalizing World”, (New York:

Routledge, 2003).

Ghosh, Peu, “International Relations” (New Delhi: PHI Learning Limited, 2013).

Huges, Helrn, “Achieving Industrialization in East Asia” terj Julius A. Mulyadi.

(Jakarta: Gramedia Pustaka, 1992).

xv

Hua Sing, Lim, “Japan and China in East Asian Integration” (Singapore:

Institute of Southeast Asian Studies, 2008).

Hasegawa, Sukehiro, “Japanese Foreign Aid: Policy and Practice” (New York:

Praeger, 1975).

Hamdi, Saepul, Asep dan E., Bahruddin, “Metode Penelitian Kualitatif dan

Kuantitatif Aplikasi dalam Pendidikan”(Yogyakarta: CV Budi Utama,

2014).

Invision, Duncan, “Postcolonial Liberalism” (United Kingdom: Cambridge

University Press, 2002).

Jackson, Robert & Sorensen, Georg, ”Introduction to International Relations,”

(New York: Oxford University Press Inc, 1999).

Lapau, Buchari, “Metode Penelitian Kesehatan: Metode Ilmiah Penulisan Skripsi,

Tesis dan Disertasi”, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2012).

Marwell, Generald and R. Schmitt, David, “Cooperation An Experimental

Analysis” (New York: Academic Press, INC, 1975).

Miyashita, Akitoshi, “Limits to Power: Asymmetric Dependence and Japanese

Foreign Aid Policy” (USA: Lexington Books, 1964).

Rix, Alam, “Japan’s Foreign Aid Challenge: Policy Reform and Aid Leadership”

(London and New York: Routledge, 1993).

R. Nester, William, “Japan and The Third World: Patterns, Power and Prospects”,

(London and New York: Macmillan, 1992).

Santa K, Septiawan, “Menulis Ilmiah Metode Penelitian Kualitatif” (Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia, 2007),

Shapiro, Ian, “Volusi Hak Alam Teori Liberal” (Jakarta: PT. Bumi Grafika Jaya,

2006).

Sandholtz, Wayne, “High-Tech Europe: The Political Economy of International

Cooperation,” (Berkeley: University of California Press, 1992).

Steans, Jill dan Pettiford, Lloyd, “International Relations: Perspectives and

Themes,” Penerjemah Deasy Silvya Sari (England: Edinburgh Gate,

Harlow, Essex CM202JE, 2009).

Trubowitz, Peter, “Defening the National Interest” (London: The University of

Chaciago Press, 1998).

Tanaka, Hitosi dan P. Liff, Adam, “Japan’s Foreign Policy and East Asian

Regionalism”, International Institutions and Global Governance

xvi

Program Japan Studies Program”. (New York: Council on Foreign

Relations, 2009),

Perwita, Dr. Anak Agung Banyu dan Yani, Dr. Yanyan Mochamad, “Penghantar

Ilmu Hubungan Internasional”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2011).

White, John, “The Politics of Foreign Aid” (New York: St. Martin Press, 1974).

JURNAL

Achdiat, Atmawinata, “Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya

Saing di Pasar Global: Pengaruh Implementasi MIDEC terhadap

Penguatan Struktur Industri” Kementerian Perindustrian Republik

Indonesia (Desember, 2009).

Achdiat, Atmawinata, “Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya

Saing di Pasar Global: Kajian Capacity Building Industri Manufaktur

melalui Implementasi MIDEC-IJEPA” Kementerian Perindustrian

Republik Indonesia (Desember, 2008).

Adam Stott, David, “The Japan-Indonesia Economic Partnership: Agreement

Between Equals,” The Asia-Pasific Journal 6 (Juli 2008).

Afin, Ridai, Yulistiono, Herry dan A Oktarani, Nur, “Perdagangan Internasional,

Investasi Asing dan Efisiensi Perekonomian Negara-negara ASEAN”,

Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Journal (Januari, 2008).

Agreement between the Republic of Indonesia and Japan for an Economic

Partnership OPERATIONAL PROCEDURES referred to in Chapter 2

(Trade in Goods) and Chapter 3 (Rules of Origin), Ministry of Trade

Republic Indonesia.

Bank Indonesia, “Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran”,

Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, (Januari, 2008).

Analysis on Indonesian Retail Services Entry Mode into ASEAN, Buletin Ilmiah

Litabang Perdagangan Journal 1 (Juli 2015).

Fujisaki, Tomoko, dkk. “Japan as Top Donor: the Challenge of Implementing

Softwere Aid Policy”, Journal Pasific Affairs Vol. 69 No. 4 (Winter,

1996-1997).

IJ-EPA and Its Implication to Trade Performance of Indonesia-Japan”, Buletin

Ilmiah Litbang Perdagangan Journal 1 (Juli 2012).

xvii

Indonesia’s Service Export Opportunities to Japan Through Mode 3 (Commercial

Presence) and Mode 4 (Movement of Natural Persons) Under IJEPA”,

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan Journal 1 (Juli 2014).

L. Brooks, William, M. Orr, Robert and JR, “Japan’s Foreign Economic

Assistance” Asian Survey (Maret, 1985).

Laporan Hasil Kajian Free Trade Agreement (FTA) dan Economic Partnership

Agreement (EPA) dan Pengaruhnya terhadap Arus Perdagangan dan

Investasi dengan Negara Mitra”, BKF Kemenkeu, Tim Kajian Pusat

Kebijakan Regional dan Bilateral, jilid 2, tahun 2013.

Liberalisasi Jasa Keuangan dalam Kerangka ASEAN-Japan Comprehensive

Economic Partnership (AJCEP).

Noda, Koichi, “Central Government Reform in Japan: for simple, efficiency and

transparent administration towards 21st century”

Nuechterlein, Donald E, National Interests and Foreign Policy: A Conceptual

Framework for Analysis and Decision-Making”, British Journal of

International Studies 4 (Novermber 2017).

Patton, John R., “Comprehensive Economic Partnership Agreements”, Journal of

Management Policy and Practice 12 (Januari 2011).

Setiawan, Sigit, “Analisis Dampak IJEPA terhadap Indonesia dan Jepang,”

Journal of Economic and Business 17 (Agustus 2012).

Shoji, Tomataka, “Pursuing a Multi-dimensional Relationship: Rising China and

Japan’s Southeast Asia Policy”

Soesastro, Hadi and Basri, Chatib, “The Political Economy of Trade Policy in

Indonesia,” ASEAN Economic Bulletin Journal 22 (April 2005).

The Impact of Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) on

Bilateral Trade Performance”, Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan

Journal 2 (Desember 2015).

MEDIA PUBLIKASI

Ministry of Foreign Affairs Japan, “Joint Announcement by the Prime Minister of

Japan and the President of the Republic of Indonesia on the Possibility

of the Economic Partnership Agreement between Japan and Indonesia”,

[dokumen online] tersedia di http://www.mofa.go.jp/region/asia-

paci/indonesia/pv0306/economy.pdf Internet; diakses pada 8 September

2003.

xviii

Ministry of Foreign Affairs Japan, “Joint Announcement by the Prime Minister of

Japan and the President of the Republic of Indonesia on the Possibility

of the Economic Partnership Agreement between Japan and Indonesia”,

[dokumen online] tersedia di http://www.mofa.go.jp/region/asia-

paci/indonesia/pv0306/economy.pdf Internet; diakses pada 8 September

2003.

Ministry of Foreign Affairs Japan, “The Preparatory Meeting on Japan-Indonesia

Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di

http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/meet0309.html

Internet diakses pada 8 September 2003.

Ministry of Foreign Affairs Japan, “Japan-Indonesia Economic Partnership

Agreement”, Joint Study Group [dokumen online] tersedia di

http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/summit0506/joint-3-

2.pdf Internet; diakses pada (Mei, 2005).

Ministry of Foreign Affairs Japan, “Joint Press Statement on the Occasion of the

entry into force of the agreement between Japan and the Republic of

Indonesia for an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di

http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/joint0807.html

Internet; diakses pada 1 July 2008.

Ministry of Foreign Affairs Japan, “Agreement Between Japan and The Republic

of Indonesia for an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia

di

http://www.mofa.go.jp/region/asiapaci/indonesia/epa0708/agreement.pdf

Internet; diakses pada 1 Juli 2008.

Ministry of Foreign Affairs Japan, “Agreement between Japan and the Republic

of Indonesia an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di

http://www.mofa.go.jp/region/asiapaci/indonesia/epa0708/agreement.pdf

Internet; diakses pada 1 Juli 2008.

Ministry of Foreign Affairs Japan, “Agreement between Japan and the republic of

Indonesia for an economic partnership”, [dokumen online] tersedia

http://www.mofa.go.jp/announce/announce/2007/8/1174856_832.html

Internet; diakses pada 10 Agustus 2007.

Ministry of Foreign Affairs Japan, “Joint Announcement on the Commencement

of Negotiations on the Japan-Indonesia Economic Partnership

Agreement”, [dokumen online] tersedia di

http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/summit0506/joint-

3.html Internet; diakses pada 2 Juni 2005.

Ministry of Foreign Affairs Japan, “Agreement between Japan and the Republic

of Indonesia an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di

xix

http://www.mofa.go.jp/region/asiapaci/indonesia/epa0708/agreement.pdf

Internet; diakses pada 10 Desember 2003.

Ministry of Foreign Affairs, “Agreement between the Republic of Indonesia and

Japan for an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di

http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/agree0807.pdf

Internet; diakses pada 1 Juli 2008.

Ministry of Foreign Affairs, “Agreement between the Republic of Indonesia and

Japan for an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di

http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/agree0807.pdf

Internet; diakses pada 1 Juli 2008.

Ministry of Foreign Affairs, “Agreement between the Republic of Indonesia and

Japan for an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di

http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/agree0807.pdf

Internet; diakses pada 1 Juli 2008.

Ministry of Foreign Affairs Japan, “Join Press Statement Indonesia-Japan

Economic Partnership Agreement”, [dokumen online] tersedia di

http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/joint0611-2.html

Internet; diakes pada 28 November 2006.

Ministry of Foreign Affairs Japan, “Agreement between Japan and the Republic

of Indonesia an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di

http://www.mofa.go.jp/region/asiapaci/indonesia/epa0708/agreeent.pdf

Internet; diakses pada 10 Agustus 2007.

Ministry of Foreign Affairs Japan, “Exchange of diplomatic notes concerning the

entry into force of the economic partnership agreement between japan

and Indonesia” [dokumen online] tersedia di

http://www.mofa.go.jp/announce/announce/2008/5/1180458_1010.html

Internet; diakses pada 27 Mei 2008.

Ministry of Foreign Affairs Japan, “Japan-Malaysia Economic Partnership

Agreement”, Joint Study Group [dokumen online] tersedia di

http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/malaysia/joint0312.pdf Internet;

diakses pada Desember 2003.

Ministry of Finance Indonesia, “Modalitas Penurunan Tarif Bea Masuk dalam

rangka persetujuan antara Indonesia dan Jepang mengenai suatu

kemitraan ekonomi”, Peraturan Menteri Keuangan Nomor

94/PMK.011/2008. Jakarta, [dokumen online] tersedia di

http://www.kemenkeu.go.id/node/20698 Internet; diakses pada 30 Juni

2008.

Ministry of Economy, Trade and Industry (METI) Japan, “Basic Approaches to

Determine the Origin and Exemplification of Documents Necessary to be

Prepared and Stored” Origin Certification Policy Office

xx

http://www.meti.go.jp/policy/external_economy/trade_control/boekikanr

i/download/gensanchi/en_roo_guideline.pdf

Ministry of Economy, Trade and Industry (METI) Japan, “EPA Economic

Partnership Agreement” [dokumen online] tersedia di

http://www.meti.go.jp/policy/trade_policy/epa/english.html Internet;

diakses pada 20 Januari 2017.

PRESENTASI

Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) and Its Effects on

Indonesia and Japanese Economy”, Presentasi Ministry of Trade the

Republik of Indonesia di Tokyo [dokumen online] tersedia di

http://apki.net/wp-content/uploads/2015/07/New-MIDEC.pdf Internet;

diakses pada 8 Juni 2012.

Ketentuan Asal Barang IJEPA dan Tata Cara Pengisian From IJEPA, Departemen

Perdagangan Republik Indonesia, [presentasi online] tersedia di

http://kadin-indonesia.or.id/id/doc/Presentasi%20IJ-EPA-Depperdag.pdf

Internet; 17 November 2008.

Manufacturing Industrial Development Center”, Persentasi Direktorat Jenderal

Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional”, Presentasi

Ministry of Industry Republik of Indonesia [dokumen online] tersedia di

http://apki.net/wp-content/uploads/2015/07/New-MIDEC.pdf

Manufacturing Industry Development Center: New Initiative Approach,

Presentasi Ministry of Industry the Republic of Indonesia, [dokumen

online] tersedia di http://apki.net/wp-content/uploads/2015/07/New-

MIDEC.pdf

Petunjuk pelaksanaan impor barang dalam skema IJEPA” Presentasi Direktorat

Teknis Kepabeanan dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, [dokumen

online] tersedia di

http://itpc.or.jp/wpcontent/uploads/pdf/ijepa/Presentasi%20IJEPA%20B

ea%20dan%20Cukai.pdf internet; diakses pada 30 Juni 2008.

User Spesific Duty Free Scheme (USDFS) dan Implementasi IJEPA, Departemen

Perindustrian Republik Indonesia, [presentasi online] tersedia di

http://kadin-indonesia.or.id/id/doc/Presentasi%20IJ-EPA-Depperin.pdf

SKRIPSI

Dzihnia Fatnilativia, “Kepentingan Jepang dalam Kesepakatan Kemitraan

Ekonomi (Economic Partnership Agreement) dengan Indonesia tahun

xxi

2007” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Indonesia,2008.

WEBSITE

BPPT Indonesia, 55 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Jepang “What I

Have Learned form Japan” [artikel online] tersedia di

http://www.bppt.go.id/86-opini/1843-55-tahun-hubungan-diplomatik-

indonesia-dan-jepang-what-i-have-learned-from-japan Internet; diakses

pada 22 November 2013.

Dinamika Hubungan Indonesia-Jepang: akhir abad ke-19 sampai tahun 1970an”

Kompas, [artikel online] tersedia di

http://www.kompasiana.com/ryakair/dinamikahubunganindonesiajepaga

khir-abad-ke-19-tahun-1970an-bag-1_55172856a333111b06b65a96

Internet; diakses pada 24 Juni 2015.

Dinesh, “National Interest: Meaning, components and methods: definition of

national interest” your article library, the next generation library [artikel

online] tersedia di http://www.yourarticlelibrary.com/international-

politics/national-interest-meaning-components-and-methods/48487/

diakses pada 2016.

Embbasy of Japan in Indonesia, “Hubungan Perekonomian Indonesia dan

Jepang” [dokumen online] tersedia di http://www.id.emb-

japan.go.jp/birel_id.html

Halo Jepang, “5 tahun berjalan, MIDEC akan di review”, [artikel online] tersedia

di http://www.halojepang.com/politikkerjasama/7253-midec Internet;

pada 24 Juni 2013.

Japan-Indonesia Relationship, “History of Relations” [dokumen online] tersedia

di http://energy-indonesia.com/datapdf/nihon-indo-relation.pdf

Japan-Indonesia Relationship, “Japan-Indonesia Relations” [dokumen online]

tersedia di http://energy-indonesia.com/datapdf/nihon-indo-relation.pdf

Kedutaan Besar Jepang di Indonesia, “Hubungan Perekonomian Indonesia-

Jepang: Kerjasama,” tersedia di http://www.id.emb-

japan.go.jp/birel_id.html#2

Karikomi, Shunji, “Capital Account Liberalization in Emerging Markets: Lessons

from the Asian Currency Crisis” Institute of Developing Economies and

Research Officer Fuji Research Institute tersedia di

http://www.ide.go.jp/English/Publish/Download/Apec/pdf/1998_05.pdf

Kementerian PPN/Bappenas, “Meningkatkan Kemitraan Indonesia-Jepang untuk

pembangunan,” [dokumen online] tersedia di

http://www.bappenas.go.id/id/berita-dan-siaran-pers/meningkatkan-

xxii

kemitraan-indonesia-jepang-untuk-pembangunan/ Internet; diakses pada

28 Agustus 2016.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, “Neraca Perdagangan Indonesia

dengan Jepang”, [dokumen online] tersedia di

http://www.kemendag.go.id/id/economicprofile/indonesiaexportimport/b

alance-of-trade-with-trade-partner-country?negara=111 internet; diakses

pada 11 November 2016.

Kementerian Republik Indonesia, “Pemerintah Indonesia dan Jepang Upayakan

Negosiasi Economic Partnership Agreement,” [artikel online] tersedia di

http://www.kemendag.go.id/id/news/2012/11/24/pemerintahindonesia-

dan-jepang-upayakan-negosiasieconomicpartnershipagreementrampung-

juni-2007 Internet; diakses pada 8 Juni 2007.

Kedutaan Besar Republik Indonesia Jepang di Tokyo, Jepang Merangkap Federasi

Micronesia: kerjasama ekonomi, perdagangan dan investasi”,

Kementerian Republik Indonesia, [artikel online] tersedia di

http://www.kemlu.go.id/tokyo/id/Pages/Jepang.aspx

Nippon (Nihon) artinya Japan dalam bahasa Inggris. Sedangkan Keidanren

artinya Federasi Bisnis. Jadi, Nippon Keidenren merupakan suatu

Federasi Bisinis Jepang atau semacam Kadin di Indonesia. Dapat dilihat

di “Kedutaan Besar Republik Indonesia di Tokyo, Jepang Merangkap

Federasi Micronesia” [berita online] tersedia di

http://www.kemlu.go.id/tokyo/id/Pages/Jepang.aspx

Siaran Pers, “Kemenprin Selenggarakan Seminar Implementasi MIDEC 2010-

2011”, [berita online] tersedia di

http://www.kemenperin.go.id/artikel/36/Kemenperin-Selenggarakan-

Seminar-Implementasi-MIDEC-2010-2011 Internet; diakses 15 Juni

2011.

The Institute of Energy Economic Japan (IIEJ), 2002. [dokumen online] tersedia

di https://eneken.ieej.or.jp/en/

The Japan Chamber of Commerce and Industry (JCCI) tersedia di

http://www.jcci.or.jp/english/about.html

U.S. Energy Information Administration (EIA), “What is Liquefied Natural Gas”

[dokumen online] tersedia di

http://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=15331

U.S. Energy Information Administration (EIA), HIS EDIN, “Indonesia LNG

infrastructure” [dokumen online] tersedia di

http://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=15331

xxiii

U.S. Energy information Administration (EIA), “Indonesia LNG export by

destination” [dokumen online] tersedia di

http://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=15331

U.S. Energy information Administration (EIA), “Indonesia LNG export by

destination” [dokumen online] tersedia di

http://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=15331

U.S. Energy Information Administration (EIA), “LNG import coincide with an

increased emphasis on regasification” tersedia di

http://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=15331

U.S. Energy Information Administration (EIA), “LNG import coincide with an

increased emphasis on regasification” tersedia di

http://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=15331