PERAN JEPANG MENINGKATKAN KERJASAMA
PERDAGANGAN DENGAN INDONESIA DALAM
KERANGKA INDONESIA - JAPAN ECONOMIC
PARTNERSHIP AGREEMENT (IJEPA)
TAHUN 2010-2011
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh:
Hika Dayama
1112113000013
PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
iv
ABSTRAK
Skripsi ini menganalisa peran Jepang meningkatkan kerjasama
perdagangan dengan Indonesia dalam kerangkan Indonesia-Japan Economic
Partnership Agreement (IJEPA) pada tahun 2010-2011. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalisis bagaimana peran Jepang meningkatkan kerjasama
perdagangan dengan Indonesia dalam kerangkan IJEPA. Penelitian ini dilakukan
melalui studi pustaka secara kualitatif. Peneliti menemukan, bahwa kebangkitan
Jepang ini merupakan bentuk dari besarnya dukungan pemerintah dalam ekonomi
dan industrialisasi disebut juga sebagai Development State. Jepang dikenal tidak
hanya sebagai salah satu mitra dagang utama Indonesia, namun juga sebagai salah
satu negara terbesar dalam hal penanaman modal di Indonesia. Jepang
memandang Indonesia sebagai pasar yang signifikan dan luas dengan prospek
cerah bagi pertumbuhan di masa depan. Berdasarkan hal tersebut, kesepakatan
kerjasama Indonesia dan Jepang diperkuat dalam kerangka perjanjian IJEPA.
Kemudian melihat perjanjian yang dilakukan antara kedua negara, selanjutnya
dianalisa dengan menggunakan kerangka teoritis. Kerangka teori yang digunakan
dalam skripsi ini adalah teori liberalisme Steans dan Pettiford mengenai aturan
tindakan-tindakan dalam perjanjian, framework Sandholtz mengenai kepentingan
kedua negara dalam melakukan kerjasama perdagangan dan framework Trubowitz
mengenai kepentingan nasional. Dari hasil analisa dengan menggunakan satu teori
dan dua konsep, dapat disimpulkan bahwa Jepang membantu Indonesia dalam
perjanjian perdagangan melalui tiga pilar utama, yaitu liberalisasi, fasilitasi dan
cooperation. Melalui perjanjian perdagangan tersebut, adanya peningkatan
potensi pertumbuhan produksi terhadap perekonomian Indonesia yang dilihat dari
meningkatnya kinerja ekspor Indonesia ke Jepang, terbukanya akses pasar untuk
Indonesia dan peluang lapangan kerja untuk Indonesia dilihat dari meningkatnya
kinerja ekspor Indonesia ke Jepang pada tahun 2010-2011.
Kata kunci: Jepang, Indonesia, EPA, IJEPA, tiga pilar utama IJEPA.
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah atas segala rahmat dan nikmat-Nya, tak lupa pula
penulis ucapkan syukur Alhamdulillah atas kemudahan yang telah diberikan
dalam proses menyelesaikan penulisan skripsi dari awal hingga akhir, dengan
tema “Peran Jepang meningkatkan kerjasama perdagangan dengan
Indonesia dalam kerangka Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement
(IJEPA) tahun 2010-2011”. Besarnya harapan penulis untuk menyelesaikan
sebuah karya ilmiah ini sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar
Sarjana Ilmu Hubungan Internasional. Penulis menyadari bahwa skripsi ini bukan
hanya hasil karya penulis, melainkan karena bimbingan, saran dan motivasi dari
berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada yang
telah mendukung baik moril dan materil dalam penulisan skripsi ini, diantaranya:
1. Ayahanda, Alm. Drs. Dahmin Sitorus dan Ibunda Dra. Halimah Situmorang.
Terima kasih atas motivasinya kepada penulis untuk menempuh pendidikan
setinggi-tingginya. I love U, Papa n Mommy
2. Adik Nazli Husain Sitorus calon S.T tetap semangat terus kuliahnya di
semester VI, adik Afrahul Fadhilah Sitorus calon S.E tetap semangat terus
untuk kuliahnya di semester II, adik Husni Qardhawi Sitorus semangat terus
yah yang masih duduk dibangku SMA dan terkahir untuk adik tersayang
Choir Muhammad Sitorus, adik bungsu paling kecil yang masih duduk
dibangku SMP semangat terus belajarnya yah. Kalian semua merupakan
penyemangat terhebat atas selesainya penulisan skripsi ini.
vi
3. Tante Yusliah, Yusriana Fauziah, Yusniwani, Rita Andriani dan Om
Hamdani, Ilham Suheri, Ijul, Pepen, Amir. Terima kasih atas dukungan,
motivasi, saran dan semangatnya yang jauh dari Medan.
4. Bapak Agus Nilmada Azmi, M.Si, selaku dosen Pembimbing Skripsi. Terima
kasih atas kesabaran dan semangatnya dalam membimbing, memotivasi dan
membantu kelancaran proses penulisan dari awal hingga sampai
terselesaikannya skripsi ini.
5. Ibu Rahmi Fitriyanti, M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik. Terima
kasih atas bimbingan dan motivasinya selama masa perkuliahan.
6. Dosen-dosen program studi Ilmu Hubungan Internasional, terimakasih atas
ilmu yang diberikan selama penulis menuntut ilmu di FISIP UIN Jakarta.
7. Penyemangat spesialku Marhamah Pohan. Terima kasih telah menjadi sahabat
yang selalu ada dikala tangis dan tawa, terima kasih juga atas saran dan
motivasinya. Amirah dan Mar, hopefully a long-lasting friendship yeahh..
8. Untuk sahabat tersayang yang sudah seperti keluarga sendiri, Aulia, Vina,
Indira, Nelly, Rani, Elsa, Fanny, Amul dan Imah. Terima kasih sudah menjadi
sahabat terbaik untukku selama 10 tahun lebih. Kalian adalah salah satu
movitasi bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi dan merindukan kalian
mendorong penulis ingin secepatnya pulang ke Medan finally, I’ve finished it.
Bersahabat bersama kalian takkan terlupakan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Salam,
Hika Dayama
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ............................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ............................................ ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ........................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Pernyataan Masalah ........................................................... 1
I.2 Pertanyaan Penelitian ......................................................... 7
I.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 8
I.4 Tinjauan Pustaka ................................................................ 8
I.5 Kerangka Teori................................................................... 12
1. Liberalisme ..................................................................... 14
2. Konsep Kerjasama Internasional.................................... 16
3. Konsep Kepentingan Nasional ....................................... 18
I.6 Metode Penelitian............................................................... 20
I.7 Sistematika Penulisan ........................................................ 22
BAB II BANTUAN JEPANG KE INDONESIA
II.1 Dinamika Hubungan Indonesia dan Jepang ....................... 24
II.2 Sejarah Bantuan Jepang ke Indonesia ................................ 27
1. Sejarah Hubungan Indonesia dan Jepang ..................... 27
2. Bentuk Bantuan-bantuan Jepang ke Indonesia ............ 28
a. Foreign Direct Investment (FDI) ..................... 29
b. Liquefied Natural Gas (LNG) .......................... 32
c. Official Development Assistence (ODA) ........ 37
d. Meningkatkan Volume Perdagangan ............... 42
viii
BAB III INDONESIA-JAPAN ECONOMIC PARTNERSHIP
AGREEMENT (IJEPA)
III.1 Sejarah Pembentukan IJEPA.............................................. 47
III.2 Tujuan IJEPA ..................................................................... 55
III.3 Isi dan Cakupan IJEPA ...................................................... 56
1. Prinsip Dasar Perundingan IJEPA ................................. 56
2. Tiga Pilar Utama IJEPA ................................................. 57
III.4 Pengembangan Capacity Building melalui MIDEC .......... 60
1. Pengertian MIDEC ......................................................... 60
2. Tujuan MIDEC ............................................................. 62
3. Cakupan Kerjasama MIDEC.......................................... 63
BAB IV PERAN JEPANG MENINGKATKAN KERJASAMA
PERDAGANGAN DENGAN INDONESIA DALAM KERANGKA
INDONESIA-JAPAN ECONOMIC PARTNERSHIP
AGREEMENT (IJEPA)
IV.1 Liberalisasi .......................................................................... 68
1. Trade in goods .............................................................. 69
2. Rules of origin .............................................................. 74
IV.2 Facilitation .......................................................................... 76
IV.3 Cooperation ......................................................................... 80
IV.4 Analisa Potensi Pertumbuhan Produksi ............................. 82
IV.5 Analisa Dampak pada Neraca Perdagangan ...................... 87
BAB V PENUTUP
IV. Kesimpulan ........................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. xiv
LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................... xiv
ix
DAFTAR TABEL
Tabel II.1.1 Sumber LNG Jepang .......................................................... 33
Tabel II.1.2 ODA yang diterima Indonesia 1994-1996 ......................... 39
Tabel II.1.3 Perkembangan Ekspor-Impor Indonesia dan Jepang ......... 43
Tabel II.2.1 Produk Impor Utama Jepang ke Indonesia ........................ 45
Tabel II.2.2 Produk Ekspor Utama Indonesia ke Jepang ....................... 46
Tabel III.1.2 MIDEC Sectors .................................................................. 64
Tabel IV.1.1 Kesepakatan Pengurangan dan Penghapusan Tarif Bea
Masuk dalam IJEPA .......................................................... 68
Tabel IV.1.2 Modalitas Penurunan Tarif Bea Masuk Indonesia ke
Jepang ................................................................................. 70
Tabel IV.1.3 Modalitas Penurunan Tarif Bea Masuk atas Kategori
Barang P ............................................................................. 72
Tabel IV.2.1 Applicable HS Varies by Agreement ................................. 75
Tabel IV.2.2 Neraca Perdagangan Sektor Jasa dengen Jepang dalam
Economic Partnersip Agreement (EPA) ............................ 80
Tabel IV.2.3 Perhitungan Business Opportunity ..................................... 84
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.2.1 Indonesia Liquefied Natural Gas Infrastructure ................. 35
Gambar II.2.2 Indonesia LNG Export’s by Destination ............................ 36
Gambar II.2.3 Negara-negara Development Assistance Commite (DAC)
tahun 1994 Jepang .............................................................. 37
Gambar III.1.1 Neraca Perdagangan Indonesia-Jepang sebelum IJEPA .... 50
Gambar IV.1.1 Kinerja Ekspor Indonesia ke Jepang .................................. 89
Gambar IV.1.2 Neraca Perdagangan Indonesia dan Jepang ....................... 90
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Japan-Indonesia Economic Partnership Agreement: Joint Study
Group Report
Lampiran 2 Agreement between the Republic of Indonesia and Japan for an
Economic Partnership “Operational Procedures referred to in
Chapter 2 (Trade in Goods) and Chapter 3 (Rules of Origin)
Lampiran 3 Modalitas Penurunan Tarif Bea Masuk dalam Rangka Persetujuan
antara Republik Indonesia dan Jepang mengenai suatu Kemitraan
Ekonomi
Lampiran 4 Penetapan Tarif Bea Masuk dalam Rangka Persetujuan antara
Republik Indonesia dan Jepang mengenai suatu Kemitraan
Ekonomi
Lampiran 5 Penetapan Tarif Bea Masuk dengan Skema User Spesific Duty
Free Scheme (USDFS) dalam Rangka Persetujuan antara Republik
Indonesia dan Jepang mengenai suatu Kemitraan Ekonomi
Lampiran 6 Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
96/PMK.011/2008 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dengan
Skema User Spesific Duty Free Scheme (USDFS) dalam Rangka
Persetujuan antara Republik Indonesia dan Jepang mengenai suatu
Kemitraan Ekonomi
xii
DAFTAR SINGKATAN
ADB Asian Development Bank
APEC Asia Pasific Economic Cooperation
ASEAN Association South Asia Nation
COO Certificat of Origin
DAC Development Assistance Commite
EIA Energy Information Administration
EPA Economic Partnership Agreement
FDI Foreign Direct Investment
IIEJ Institute of Energy Economic Japan
IJEPA Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement
IMF International Monetary Fund
JAMA Japan Automobile Manufacturer Association
JARI Japan Automotive Reasearch Institute
JBIC Japan Bank for International Cooperation
JCCI The Japan Chamber of Commerce and Industry
JETRO Japan Economic and Trade Representative Office
JICA Japan International Cooperation Agency
JIWES Japan Welding Engineer Society
JSG Joint Study Group
KTT Konferensi Tingkat Tinggi
LNG Liquefied Natural Gas
MAFF Ministry of Agriculture, Foresty and Fishery
MIDEC Manufacturing Industrial Development Center
METI Ministry of International Trade and Industry
MFN Most Favored Nations
xiii
MOF Ministry of Finance
MOFA Ministry of Foreign Affairs
MOC Ministry of Construction
MFN Most Favored Nations
MOT Ministry of Transportation
NEDO New Energy & Industrial Technology Development Organization
ODA Official Development Assistence
OECD Organization Economic Cooperation and Development
PBB Perserikatan Bangsa Bangsa
ROO Rules of Origin
UNDP United Nations Development
UNEP United Nations Environment Programe
UNHCR United Nation High Commissioner for Refugees
USDFS User Specific Duty Free Scheme
xiv
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Arase, David, “Japan Foreign Aid: Old Continuities and New Directions”,
(London and New York: Reoutledge, 2005).
Arifin, Sjamsul, Rae, Dian Ediana, Joseph, Charles P.R, “Kerjasama
Perdagangan Internasional: Peluang dan Tantangan bagi Indonesia,”
(Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2004).
Balaam, David dan Veseth, Michael, “Introduction to International Political
Economy,” (New Jersey: Prentice Hall, 1996).
Budiarjo, Miriam, “Dasar-Dasar Ilmu Politik” (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2008).
Beason, Mark, “The Rise and Fall (?) of The Development State: The Vicissitudes
and Implication of East Asian Intervention” (Stanford University Press:
1982).
B. Weinstein, Franklin, ”Idonesia Foreign Policy and the Dilemma of Dependence
from Soekaro to Soeharto”, (Itacha: Cornel University Press, 1976).
Bantarto, Bandoro, “Beberapa DImensi Hubungan Indoesia-Jepang dan
Pelaporan Untuk Indonesian: Hubungan Luar Negeri Indonesia Selama
Orde Baru”, (Jakarta: CSIS, 1994).
BAPPENAS terj. Daniel Ilyas, “Perdagangan dan Investasi di Indonesia: sebuah
catatan tentang daya saing dan tantangan ke depan”, (Jakarta:
BAPPENAS, 2009).
Coicaud, Jean Marc dan Wheeler, Nicholas J, “National Interest and
International Solidarity: Particular and Universal Ethics in
International life,” (New York: United Nations University Press, 2008).
D. Krasner, Stephen, “Defending the National Interest: Raw Materials
Investments and U.S Foreign Policy”, (United Kingdom: Princeton
University Press, 1978).
D. Lairson, Thomas dan Skidmore, David, “International Political Economy: The
Struggle for Power and Wealth in a Globalizing World”, (New York:
Routledge, 2003).
Ghosh, Peu, “International Relations” (New Delhi: PHI Learning Limited, 2013).
Huges, Helrn, “Achieving Industrialization in East Asia” terj Julius A. Mulyadi.
(Jakarta: Gramedia Pustaka, 1992).
xv
Hua Sing, Lim, “Japan and China in East Asian Integration” (Singapore:
Institute of Southeast Asian Studies, 2008).
Hasegawa, Sukehiro, “Japanese Foreign Aid: Policy and Practice” (New York:
Praeger, 1975).
Hamdi, Saepul, Asep dan E., Bahruddin, “Metode Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif Aplikasi dalam Pendidikan”(Yogyakarta: CV Budi Utama,
2014).
Invision, Duncan, “Postcolonial Liberalism” (United Kingdom: Cambridge
University Press, 2002).
Jackson, Robert & Sorensen, Georg, ”Introduction to International Relations,”
(New York: Oxford University Press Inc, 1999).
Lapau, Buchari, “Metode Penelitian Kesehatan: Metode Ilmiah Penulisan Skripsi,
Tesis dan Disertasi”, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2012).
Marwell, Generald and R. Schmitt, David, “Cooperation An Experimental
Analysis” (New York: Academic Press, INC, 1975).
Miyashita, Akitoshi, “Limits to Power: Asymmetric Dependence and Japanese
Foreign Aid Policy” (USA: Lexington Books, 1964).
Rix, Alam, “Japan’s Foreign Aid Challenge: Policy Reform and Aid Leadership”
(London and New York: Routledge, 1993).
R. Nester, William, “Japan and The Third World: Patterns, Power and Prospects”,
(London and New York: Macmillan, 1992).
Santa K, Septiawan, “Menulis Ilmiah Metode Penelitian Kualitatif” (Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2007),
Shapiro, Ian, “Volusi Hak Alam Teori Liberal” (Jakarta: PT. Bumi Grafika Jaya,
2006).
Sandholtz, Wayne, “High-Tech Europe: The Political Economy of International
Cooperation,” (Berkeley: University of California Press, 1992).
Steans, Jill dan Pettiford, Lloyd, “International Relations: Perspectives and
Themes,” Penerjemah Deasy Silvya Sari (England: Edinburgh Gate,
Harlow, Essex CM202JE, 2009).
Trubowitz, Peter, “Defening the National Interest” (London: The University of
Chaciago Press, 1998).
Tanaka, Hitosi dan P. Liff, Adam, “Japan’s Foreign Policy and East Asian
Regionalism”, International Institutions and Global Governance
xvi
Program Japan Studies Program”. (New York: Council on Foreign
Relations, 2009),
Perwita, Dr. Anak Agung Banyu dan Yani, Dr. Yanyan Mochamad, “Penghantar
Ilmu Hubungan Internasional”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2011).
White, John, “The Politics of Foreign Aid” (New York: St. Martin Press, 1974).
JURNAL
Achdiat, Atmawinata, “Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya
Saing di Pasar Global: Pengaruh Implementasi MIDEC terhadap
Penguatan Struktur Industri” Kementerian Perindustrian Republik
Indonesia (Desember, 2009).
Achdiat, Atmawinata, “Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya
Saing di Pasar Global: Kajian Capacity Building Industri Manufaktur
melalui Implementasi MIDEC-IJEPA” Kementerian Perindustrian
Republik Indonesia (Desember, 2008).
Adam Stott, David, “The Japan-Indonesia Economic Partnership: Agreement
Between Equals,” The Asia-Pasific Journal 6 (Juli 2008).
Afin, Ridai, Yulistiono, Herry dan A Oktarani, Nur, “Perdagangan Internasional,
Investasi Asing dan Efisiensi Perekonomian Negara-negara ASEAN”,
Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Journal (Januari, 2008).
Agreement between the Republic of Indonesia and Japan for an Economic
Partnership OPERATIONAL PROCEDURES referred to in Chapter 2
(Trade in Goods) and Chapter 3 (Rules of Origin), Ministry of Trade
Republic Indonesia.
Bank Indonesia, “Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran”,
Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, (Januari, 2008).
Analysis on Indonesian Retail Services Entry Mode into ASEAN, Buletin Ilmiah
Litabang Perdagangan Journal 1 (Juli 2015).
Fujisaki, Tomoko, dkk. “Japan as Top Donor: the Challenge of Implementing
Softwere Aid Policy”, Journal Pasific Affairs Vol. 69 No. 4 (Winter,
1996-1997).
IJ-EPA and Its Implication to Trade Performance of Indonesia-Japan”, Buletin
Ilmiah Litbang Perdagangan Journal 1 (Juli 2012).
xvii
Indonesia’s Service Export Opportunities to Japan Through Mode 3 (Commercial
Presence) and Mode 4 (Movement of Natural Persons) Under IJEPA”,
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan Journal 1 (Juli 2014).
L. Brooks, William, M. Orr, Robert and JR, “Japan’s Foreign Economic
Assistance” Asian Survey (Maret, 1985).
Laporan Hasil Kajian Free Trade Agreement (FTA) dan Economic Partnership
Agreement (EPA) dan Pengaruhnya terhadap Arus Perdagangan dan
Investasi dengan Negara Mitra”, BKF Kemenkeu, Tim Kajian Pusat
Kebijakan Regional dan Bilateral, jilid 2, tahun 2013.
Liberalisasi Jasa Keuangan dalam Kerangka ASEAN-Japan Comprehensive
Economic Partnership (AJCEP).
Noda, Koichi, “Central Government Reform in Japan: for simple, efficiency and
transparent administration towards 21st century”
Nuechterlein, Donald E, National Interests and Foreign Policy: A Conceptual
Framework for Analysis and Decision-Making”, British Journal of
International Studies 4 (Novermber 2017).
Patton, John R., “Comprehensive Economic Partnership Agreements”, Journal of
Management Policy and Practice 12 (Januari 2011).
Setiawan, Sigit, “Analisis Dampak IJEPA terhadap Indonesia dan Jepang,”
Journal of Economic and Business 17 (Agustus 2012).
Shoji, Tomataka, “Pursuing a Multi-dimensional Relationship: Rising China and
Japan’s Southeast Asia Policy”
Soesastro, Hadi and Basri, Chatib, “The Political Economy of Trade Policy in
Indonesia,” ASEAN Economic Bulletin Journal 22 (April 2005).
The Impact of Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) on
Bilateral Trade Performance”, Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan
Journal 2 (Desember 2015).
MEDIA PUBLIKASI
Ministry of Foreign Affairs Japan, “Joint Announcement by the Prime Minister of
Japan and the President of the Republic of Indonesia on the Possibility
of the Economic Partnership Agreement between Japan and Indonesia”,
[dokumen online] tersedia di http://www.mofa.go.jp/region/asia-
paci/indonesia/pv0306/economy.pdf Internet; diakses pada 8 September
2003.
xviii
Ministry of Foreign Affairs Japan, “Joint Announcement by the Prime Minister of
Japan and the President of the Republic of Indonesia on the Possibility
of the Economic Partnership Agreement between Japan and Indonesia”,
[dokumen online] tersedia di http://www.mofa.go.jp/region/asia-
paci/indonesia/pv0306/economy.pdf Internet; diakses pada 8 September
2003.
Ministry of Foreign Affairs Japan, “The Preparatory Meeting on Japan-Indonesia
Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di
http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/meet0309.html
Internet diakses pada 8 September 2003.
Ministry of Foreign Affairs Japan, “Japan-Indonesia Economic Partnership
Agreement”, Joint Study Group [dokumen online] tersedia di
http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/summit0506/joint-3-
2.pdf Internet; diakses pada (Mei, 2005).
Ministry of Foreign Affairs Japan, “Joint Press Statement on the Occasion of the
entry into force of the agreement between Japan and the Republic of
Indonesia for an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di
http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/joint0807.html
Internet; diakses pada 1 July 2008.
Ministry of Foreign Affairs Japan, “Agreement Between Japan and The Republic
of Indonesia for an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia
di
http://www.mofa.go.jp/region/asiapaci/indonesia/epa0708/agreement.pdf
Internet; diakses pada 1 Juli 2008.
Ministry of Foreign Affairs Japan, “Agreement between Japan and the Republic
of Indonesia an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di
http://www.mofa.go.jp/region/asiapaci/indonesia/epa0708/agreement.pdf
Internet; diakses pada 1 Juli 2008.
Ministry of Foreign Affairs Japan, “Agreement between Japan and the republic of
Indonesia for an economic partnership”, [dokumen online] tersedia
http://www.mofa.go.jp/announce/announce/2007/8/1174856_832.html
Internet; diakses pada 10 Agustus 2007.
Ministry of Foreign Affairs Japan, “Joint Announcement on the Commencement
of Negotiations on the Japan-Indonesia Economic Partnership
Agreement”, [dokumen online] tersedia di
http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/summit0506/joint-
3.html Internet; diakses pada 2 Juni 2005.
Ministry of Foreign Affairs Japan, “Agreement between Japan and the Republic
of Indonesia an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di
xix
http://www.mofa.go.jp/region/asiapaci/indonesia/epa0708/agreement.pdf
Internet; diakses pada 10 Desember 2003.
Ministry of Foreign Affairs, “Agreement between the Republic of Indonesia and
Japan for an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di
http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/agree0807.pdf
Internet; diakses pada 1 Juli 2008.
Ministry of Foreign Affairs, “Agreement between the Republic of Indonesia and
Japan for an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di
http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/agree0807.pdf
Internet; diakses pada 1 Juli 2008.
Ministry of Foreign Affairs, “Agreement between the Republic of Indonesia and
Japan for an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di
http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/agree0807.pdf
Internet; diakses pada 1 Juli 2008.
Ministry of Foreign Affairs Japan, “Join Press Statement Indonesia-Japan
Economic Partnership Agreement”, [dokumen online] tersedia di
http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/joint0611-2.html
Internet; diakes pada 28 November 2006.
Ministry of Foreign Affairs Japan, “Agreement between Japan and the Republic
of Indonesia an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di
http://www.mofa.go.jp/region/asiapaci/indonesia/epa0708/agreeent.pdf
Internet; diakses pada 10 Agustus 2007.
Ministry of Foreign Affairs Japan, “Exchange of diplomatic notes concerning the
entry into force of the economic partnership agreement between japan
and Indonesia” [dokumen online] tersedia di
http://www.mofa.go.jp/announce/announce/2008/5/1180458_1010.html
Internet; diakses pada 27 Mei 2008.
Ministry of Foreign Affairs Japan, “Japan-Malaysia Economic Partnership
Agreement”, Joint Study Group [dokumen online] tersedia di
http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/malaysia/joint0312.pdf Internet;
diakses pada Desember 2003.
Ministry of Finance Indonesia, “Modalitas Penurunan Tarif Bea Masuk dalam
rangka persetujuan antara Indonesia dan Jepang mengenai suatu
kemitraan ekonomi”, Peraturan Menteri Keuangan Nomor
94/PMK.011/2008. Jakarta, [dokumen online] tersedia di
http://www.kemenkeu.go.id/node/20698 Internet; diakses pada 30 Juni
2008.
Ministry of Economy, Trade and Industry (METI) Japan, “Basic Approaches to
Determine the Origin and Exemplification of Documents Necessary to be
Prepared and Stored” Origin Certification Policy Office
xx
http://www.meti.go.jp/policy/external_economy/trade_control/boekikanr
i/download/gensanchi/en_roo_guideline.pdf
Ministry of Economy, Trade and Industry (METI) Japan, “EPA Economic
Partnership Agreement” [dokumen online] tersedia di
http://www.meti.go.jp/policy/trade_policy/epa/english.html Internet;
diakses pada 20 Januari 2017.
PRESENTASI
Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) and Its Effects on
Indonesia and Japanese Economy”, Presentasi Ministry of Trade the
Republik of Indonesia di Tokyo [dokumen online] tersedia di
http://apki.net/wp-content/uploads/2015/07/New-MIDEC.pdf Internet;
diakses pada 8 Juni 2012.
Ketentuan Asal Barang IJEPA dan Tata Cara Pengisian From IJEPA, Departemen
Perdagangan Republik Indonesia, [presentasi online] tersedia di
http://kadin-indonesia.or.id/id/doc/Presentasi%20IJ-EPA-Depperdag.pdf
Internet; 17 November 2008.
Manufacturing Industrial Development Center”, Persentasi Direktorat Jenderal
Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional”, Presentasi
Ministry of Industry Republik of Indonesia [dokumen online] tersedia di
http://apki.net/wp-content/uploads/2015/07/New-MIDEC.pdf
Manufacturing Industry Development Center: New Initiative Approach,
Presentasi Ministry of Industry the Republic of Indonesia, [dokumen
online] tersedia di http://apki.net/wp-content/uploads/2015/07/New-
MIDEC.pdf
Petunjuk pelaksanaan impor barang dalam skema IJEPA” Presentasi Direktorat
Teknis Kepabeanan dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, [dokumen
online] tersedia di
http://itpc.or.jp/wpcontent/uploads/pdf/ijepa/Presentasi%20IJEPA%20B
ea%20dan%20Cukai.pdf internet; diakses pada 30 Juni 2008.
User Spesific Duty Free Scheme (USDFS) dan Implementasi IJEPA, Departemen
Perindustrian Republik Indonesia, [presentasi online] tersedia di
http://kadin-indonesia.or.id/id/doc/Presentasi%20IJ-EPA-Depperin.pdf
SKRIPSI
Dzihnia Fatnilativia, “Kepentingan Jepang dalam Kesepakatan Kemitraan
Ekonomi (Economic Partnership Agreement) dengan Indonesia tahun
xxi
2007” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Indonesia,2008.
WEBSITE
BPPT Indonesia, 55 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Jepang “What I
Have Learned form Japan” [artikel online] tersedia di
http://www.bppt.go.id/86-opini/1843-55-tahun-hubungan-diplomatik-
indonesia-dan-jepang-what-i-have-learned-from-japan Internet; diakses
pada 22 November 2013.
Dinamika Hubungan Indonesia-Jepang: akhir abad ke-19 sampai tahun 1970an”
Kompas, [artikel online] tersedia di
http://www.kompasiana.com/ryakair/dinamikahubunganindonesiajepaga
khir-abad-ke-19-tahun-1970an-bag-1_55172856a333111b06b65a96
Internet; diakses pada 24 Juni 2015.
Dinesh, “National Interest: Meaning, components and methods: definition of
national interest” your article library, the next generation library [artikel
online] tersedia di http://www.yourarticlelibrary.com/international-
politics/national-interest-meaning-components-and-methods/48487/
diakses pada 2016.
Embbasy of Japan in Indonesia, “Hubungan Perekonomian Indonesia dan
Jepang” [dokumen online] tersedia di http://www.id.emb-
japan.go.jp/birel_id.html
Halo Jepang, “5 tahun berjalan, MIDEC akan di review”, [artikel online] tersedia
di http://www.halojepang.com/politikkerjasama/7253-midec Internet;
pada 24 Juni 2013.
Japan-Indonesia Relationship, “History of Relations” [dokumen online] tersedia
di http://energy-indonesia.com/datapdf/nihon-indo-relation.pdf
Japan-Indonesia Relationship, “Japan-Indonesia Relations” [dokumen online]
tersedia di http://energy-indonesia.com/datapdf/nihon-indo-relation.pdf
Kedutaan Besar Jepang di Indonesia, “Hubungan Perekonomian Indonesia-
Jepang: Kerjasama,” tersedia di http://www.id.emb-
japan.go.jp/birel_id.html#2
Karikomi, Shunji, “Capital Account Liberalization in Emerging Markets: Lessons
from the Asian Currency Crisis” Institute of Developing Economies and
Research Officer Fuji Research Institute tersedia di
http://www.ide.go.jp/English/Publish/Download/Apec/pdf/1998_05.pdf
Kementerian PPN/Bappenas, “Meningkatkan Kemitraan Indonesia-Jepang untuk
pembangunan,” [dokumen online] tersedia di
http://www.bappenas.go.id/id/berita-dan-siaran-pers/meningkatkan-
xxii
kemitraan-indonesia-jepang-untuk-pembangunan/ Internet; diakses pada
28 Agustus 2016.
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, “Neraca Perdagangan Indonesia
dengan Jepang”, [dokumen online] tersedia di
http://www.kemendag.go.id/id/economicprofile/indonesiaexportimport/b
alance-of-trade-with-trade-partner-country?negara=111 internet; diakses
pada 11 November 2016.
Kementerian Republik Indonesia, “Pemerintah Indonesia dan Jepang Upayakan
Negosiasi Economic Partnership Agreement,” [artikel online] tersedia di
http://www.kemendag.go.id/id/news/2012/11/24/pemerintahindonesia-
dan-jepang-upayakan-negosiasieconomicpartnershipagreementrampung-
juni-2007 Internet; diakses pada 8 Juni 2007.
Kedutaan Besar Republik Indonesia Jepang di Tokyo, Jepang Merangkap Federasi
Micronesia: kerjasama ekonomi, perdagangan dan investasi”,
Kementerian Republik Indonesia, [artikel online] tersedia di
http://www.kemlu.go.id/tokyo/id/Pages/Jepang.aspx
Nippon (Nihon) artinya Japan dalam bahasa Inggris. Sedangkan Keidanren
artinya Federasi Bisnis. Jadi, Nippon Keidenren merupakan suatu
Federasi Bisinis Jepang atau semacam Kadin di Indonesia. Dapat dilihat
di “Kedutaan Besar Republik Indonesia di Tokyo, Jepang Merangkap
Federasi Micronesia” [berita online] tersedia di
http://www.kemlu.go.id/tokyo/id/Pages/Jepang.aspx
Siaran Pers, “Kemenprin Selenggarakan Seminar Implementasi MIDEC 2010-
2011”, [berita online] tersedia di
http://www.kemenperin.go.id/artikel/36/Kemenperin-Selenggarakan-
Seminar-Implementasi-MIDEC-2010-2011 Internet; diakses 15 Juni
2011.
The Institute of Energy Economic Japan (IIEJ), 2002. [dokumen online] tersedia
di https://eneken.ieej.or.jp/en/
The Japan Chamber of Commerce and Industry (JCCI) tersedia di
http://www.jcci.or.jp/english/about.html
U.S. Energy Information Administration (EIA), “What is Liquefied Natural Gas”
[dokumen online] tersedia di
http://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=15331
U.S. Energy Information Administration (EIA), HIS EDIN, “Indonesia LNG
infrastructure” [dokumen online] tersedia di
http://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=15331
xxiii
U.S. Energy information Administration (EIA), “Indonesia LNG export by
destination” [dokumen online] tersedia di
http://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=15331
U.S. Energy information Administration (EIA), “Indonesia LNG export by
destination” [dokumen online] tersedia di
http://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=15331
U.S. Energy Information Administration (EIA), “LNG import coincide with an
increased emphasis on regasification” tersedia di
http://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=15331
U.S. Energy Information Administration (EIA), “LNG import coincide with an
increased emphasis on regasification” tersedia di
http://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=15331
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Pernyataan Masalah
Skripsi ini membahas mengenai peran Jepang meningkatkan kerjasama
perdagangan dengan Indonesia dalam kerangka Indonesia-Japan Economic
Partnership Agreement (IJEPA) pada tahun 2010-2011. Perjanjian IJEPA
merupakan perjanjian perdagangan yang sangat penting bagi Indonesia. Dalam
kesepakatan kerjasama melalui kerangka IJEPA tersebut menghasilkan manfaat
bagi kedua belah pihak secara fair, seimbang dan terukur.1
Jepang aktif menjalin kerjasama perdagangan internasional dengan negara-
negara yang dianggap potensial karena Jepang memerlukan kondisi pasar yang
akomodatif untuk menggerakkan kembali perekonomiannya yang mengalami
stagnasi sejak tahun 1990-an.2 Seperti negara-negara di Association South Asia
Nation (ASEAN), khususnya Indonesia yang merupakan target pasar yang paling
potensial bagi produk Jepang.3
Negara-negara yang menjadi target Jepang untuk mengadakan perjanjian
Economic Partnership Agreement (EPA) adalah negara di Asia Timur seperti
Korea, Tiongkok serta Asia Tenggara, khususnya yang telah tergabung di
1Sigit Setiawan, “Analisis Dampak IJEPA terhadap Indonesia dan Jepang,” Journal of
Economic and Business 17 (Agustus 2012): 1. 2Achdiat Atmawinata, “Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya Saing di
Pasar Global: Pengaruh Implementasi MIDEC terhadap Penguatan Struktur Industri” Kementerian
Perindustrian Republik Indonesia, Jakarta, Desember 2009, h, 3-14.. 3Achdiat Atmawinata, “Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya Saing di
Pasar Global: Kajian Capacity Building Industri Manufaktur melalui Implementasi MIDEC-
IJEPA”Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, Jakarta, Desember 2008, h, 14.
2
ASEAN. Jepang saat ini sudah melakukan kesepakatan EPA dengan beberapa
negara yakni, Meksiko, Chili dan negara ASEAN yaitu Singapura pada Januari
2002; Malaysia pada Desember 2005; Filipina pada Desember 2006; Brunei
Darussalam pada Juni 2007; Indonesia pada Agustus 2007; dan Thailand pada
November 2007.4
Salah satu tujuan dari IJEPA adalah untuk mempererat hubungan kedua
negara dibidang ekonomi melalui tiga pilar utama. 5 Tiga pilar tersebut yaitu,
liberalisme, facilitation dan cooperation. Berdasarkan tiga pilar tersebut,
perjanjian IJEPA mencakup bidang, yaitu: Trade in Goods; Rules of Origin;
Investment; Improvement of Business Confidence; Trade in Services; Movement
of Natural Persons; Energy and Mineral Resources; Customs Procedures;
Intellectual Property Right (IPR)s; Technical Cooperation and Capacity
Building; and General Provisions and Government Procurement. 6 Melalui
kerangka IJEPA, Indonesia sebagai negara mitra Jepang dapat mengembangkan
ekonomi dan sebagai instrument utama penguat hubungan ekonomi.7
Jepang membentuk EPA dengan ASEAN erat kaitannya dengan Jepang
membentuk EPA dengan Indonesia. Bersamaan dengan proses menuju negosiasi
regional dengan ASEAN, Jepang memulai langkah-langkah menuju negosiasi
4David Adam Stott, “The Japan-Indonesia Economic Partnership: Agreement Between
Equals,” The Asia-Pasific Journal 6 (Juli 2008): 2. 5The Impact of Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) on Bilateral
Trade Performance”, Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan Journal, Vol. 9. No. 2, Desember 2015,
[jurnal online] tersedia di http://www.kemendag.go.id/id/view/bulletin/18/132 Internet; diakses
pada 1 Desember 2015, h, 132. 6 Hadi Soesastro and M. Chatib Basri, “The Political Economy of Trade Policy in
Indonesia,” ASEAN Economic Bulletin Journal 22 (April 2005): 16. 7 Atmawinata, “Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya Saing di Pasar
Global: Kajian Capacity Building Industri Manufaktur melalui Implementasi MIDEC-IJEPA”, h,
8-9.
3
bilateral dengan negara-negara pendiri ASEAN, diantaranya Indonesia. 8
Pembentukan Japan-ASEAN yang bermula dari proposal PM Jepang Junichiro
Koizumi yang berjudul Initiative for Japan-ASEAN Comprehensive Economic
Partnership pada Januari 2002 di Singapura. Proposal ini kemudian
ditindaklanjuti di dalam pertemuan tingkat menteri pada forum ASEAN+Japan di
Yangoon pada April 2002.9 Dalam pertemuan ini, kedua pihak bertujuan untuk
memperkuat integrasi ekonomi antara Jepang dan ASEAN.10
Hubungan antara ASEAN dan Jepang di bidang ekonomi didominasi oleh
beberapa faktor, diantaranya perdagangan, Official Development Assistence
(ODA) dan Foreign Direct Investment (FDI). Peranan Jepang dalam
pembangunan ekonomi bermula pada bantuan yang diberikan Jepang kepada
Indonesia dalam program ODA.11 Dari tahun 1994-1996 Indonesia menduduki
posisi pertama negara terbesar penerima ODA Jepang, pada tahun 1994 sebesar
886,53 US$; pada tahun 1995 sebesar 892,43; pada tahun 1996 sebesar 965,53
US$. Bantuan ODA Jepang diberikan dalam bentuk Pinjaman Yen, Hibah dan
Kerjasama Teknis.12
Indonesia sebagai bagian dari ASEAN membutuhkan faktor-faktor
pendukung untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Indonesia ingin ikut
8 John R. Patton, “Comprehensive Economic Partnership Agreements”, Journal of
Management Policy and Practice, 12 (Januari 2011). 9Ministry of Foreign Affairs Japan, “Japan-Malaysia Economic Partnership Agreement”,
Joint Study Group [dokumen online] tersedia di http://www.mofa.go.jp/region/asia-
paci/malaysia/joint0312.pdf Internet; diakses pada (Desember, 2003), h, 2. 10Liberalisasi Jasa Keuangan dalam Kerangka ASEAN-Japan Comprehensive Economic
Partnership (AJCEP). h, 7. 11 Embbasy of Japan in Indonesia,“Hubungan Perekonomian Indonesia dan Jepang”
[dokumen online] tersedia di http://www.id.emb-japan.go.jp/birel_id.html 12Kedutaan Besar Jepang di Indonesia, “Hubungan Perekonomian Indonesia-Jepang:
Kerjasama”, tersedia di http://www.id.emb-japan.go.jp/birel_id.html#2
4
serta dalam kerjasama perdagangan dunia dengan bekerjasama dengan negara-
negara lain, tujuan kerjasama Indonesia adalah untuk meningkatkan kapasitas
nasional khususnya peningkatan daya saing produk Indonesia di pasar dunia.13
Berdasarkan hal tersebut, kesepakatan kerjasama Indonesia dan Jepang
diperkuat dalam kerangka IJEPA. Indonesia melakukan negosiasi dengan Jepang
untuk melakukan kerjasama perdagangan dalam kerangka IJEPA yang
direncanakan pada tahun 2006. 14 Karena, dengan adanya perjanjiam EPA,
Indonesia dapat lebih bersaing dengan negara-negara di kawasan karena hampir
semua negara-negara di ASEAN mengadakan EPA dengan Jepang.15
Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri Jepang
Shinzo Abe pada tanggal 20 Agustus 2007 menyepakati adanya kemitraan
ekonomi antara Indonesia dengan Jepang melalui penandatanganan IJEPA.
Kesepakatan ini merupakan perjanjian perdagangan bilateral yang mencakupi
bidang-bidang yang dimufakati antara Indonesia dan Jepang yang pertama
dilakukan oleh Indonesia dan disahkan melalui Peraturan Presiden No. 38 Tahun
2008 tentang Pengesahan Agreement Between The Republic of Indonesia and
13Atmawinata, “Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya Saing di Pasar
Global: Kajian Capacity Building Industri Manufaktur melalui Implementasi MIDEC-IJEPA”,
h,20. 14 Sjamsul Arifin, Dian Ediana Rae, Charles P.R Joseph,“Kerjasama Perdagangan
Internasional: Peluang dan Tantangan bagi Indonesia,”(Jakarta: PT Elex Media Komputindo,
2004), 8. 15 Kementerian Republik Indonesia, “Pemerintah Indonesia dan Jepang Upayakan
Negosiasi Economic Partnership Agreement,” [artikel online] tersedia di
http://www.kemendag.go.id/id/news/2012/11/24/pemerintah-indonesia-dan-jepang-upayakan-
negosiasi-economic-partnership-agreement-rampung-juni-2007, Internet; diakses pada 8 Juni
2007.
5
Japan for an Economic Partnership dan mulai berlaku efektif pada tanggal 1 Juli
2008.16
Jepang merupakan salah satu negara mitra dagang utama dalam
perdagangan bagi Indonesia.17 Dengan adanya perjanjian IJEPA, Indonesia dapat
meningkatkan volume perdagangannya melalui tiga pilar utama di dalam
perjanjian IJEPA yaitu, Pertama, Liberalisasi, yaitu menghapus atau mengurangi
hambatan perdagangan dan investasi. Sejak berlakunya IJEPA, Jepang
memberikan konsesi khusus kepada Indonesia berupa penghapusan atau
penurunan tarif bea masuk dalam tiga klasifikasi, yaitu fast-track, normal track
dan pengecualian. Dalam pengecualian tersebut, merupakan barang-barang selain
industri dengan memasang emergency and safeguard measures untuk mencegah
dampak negatifnya produk industri domestik.18
Kedua, Facilitation, yaitu pengurangan biaya perdagangan dan
peningkatan kinerja bea cukai, penanganan di pelabuhan terkait jasa perdagangan
dan upaya memperbaiki iklim investasi dan meningkatkan kepercayaan investor
Jepang.Walaupun tariff bea masuk sudah dihapuskan atau diturunkan, namun
produk industri Indonesia tetap mengalami kendala untuk masuk pasar Jepang
karena adanya hambatan-hambatan non tariff seperti standar, peraturan kesehatan,
16“IJ-EPA and Its Implication to Trade Performance of Indonesia-Japan”, Buletin Ilmiah
Litbang Perdagangan Journal, Vol, 6. No.1, Juli 2012, [jurnal online] tersedia di
http://www.kemendag.go.id/id/view/bulletin/6/29 Internet; diakses pada 8 Juni 2012, h, 20. 17 “Laporan Hasil Kajian Free Trade Agreement (FTA) dan Economic Partnership
Agreement (EPA) dan Pengaruhnya terhadap Arus Perdagangan dan Investasi dengan Negara
Mitra”, BKF Kemenkeu, Tim Kajian Pusat Kebijakan Regional dan Bilateral, jilid 2, tahun 2013,
h, 27. 18Setiawan,“Analisis Dampak IJEPA terhadap Indonesia dan Jepang,”h, 2.
6
safety standard yang dikategorikan sebagai smart-regulation. Namun Jepang akan
membantu Indonesia untuk memperbaiki produknya sehingga dapat melewati
hambatan non tariff Jepang. Bantuan tersebut ditampung dalam elemen
cooperation, khusus untuk produk industri.19
Ketiga, Cooperation, yaitu kerjasama dimana Jepang berkomitmen untuk
meningkatkan daya saing industri melalui pembangunan capacity building dalam
pengembangan industri di Indonesia yang disebut Manufacturing Industrial
Development Center (MINDEC). Untuk meningkatkan kapasitas industri
Indonesia, Jepang membantu dalam kegiatan basic study; trainee and trainer; dan
technical assistance.20 Dalam IJEPA terdapat skema khusus yaitu User Specific
Duty Free Scheme (USDFS)21 yang diberikan dari Indonesia ke Jepang dengan
tariff 0% artinya pembebasan bea masuk hanya untuk produk-produk
pembangunan dalam sektor industridengan imbalan Jepang akan memberikan
fasilitas MINDEC terhadap Indonesia untuk pembangunan industri.22
Perjanjian IJEPA merupakan perjanjian yang sangat penting bagi
Indonesia mengingat Jepang merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia.
Menurut sumber dari BPS, processed by Trade and Information Center, Ministry
19 Atmawinata, “Kedalaman struktur industri yang mempunyai daya saing di pasar
global: Kajian Capacity Building Industri Manufaktur Melalui Implementasi MINDEC-IJEPA,”
26. 20 Kementerian PPN/Bappenas, “Meningkatkan Kemitraan Indonesia-Jepang untuk
pembangunan,” [dokumen online] tersedia di http://www.bappenas.go.id/id/berita-dan-siaran-
pers/meningkatkan-kemitraan-indonesia-jepang-untuk-pembangunan/ Internet; diakses pada 28
Agustus 2016. 21USDFS adalah pemberian fasilitas yang dipercepat untuk produk Jepang yang masuk ke
Indonesia terkait dengan industri driver sector dengan syarat utamanya digunakan sebagai bahan
baku dan belum diproduksi/tidak ekonomis dibuat didalam negeri. Driver sector adalah industri
yang menjadi sektor penggerak yaitu dibidang; otomotif, elektronik, alat berat dan energi. 22Setiawan, “Analisis Dampak IJEPA terhadap Indonesia dan Jepang,” 3.
7
of Trade total kinerja ekspor Indonesia ke Jepang pasca implementasi IJEPA dari
2009-2011 meningkat sebesar US$ 33.714.696,1. Pada tahun 2009, sebesar US$
11,979.0; pada tahun 2010, sebesar US$ 16,495.5; pada tahun 2011, sebesar US$
18,330.1. Berdasarkan dari sumber BPS tersebut, dapat dilihat semakin
meningkatnya total perdagangan Indonesia dalam kinerja ekspor, pertumbuhan
ekspor Indonesia ke Jepang menunjukkan pertumbuhan positif, tumbuh sebesar
9,5% per tahun.23
Dari pembahasan diatas penulis tertarik meneliti bagaimana peran Jepang
meningkatkan kerjasama perdagangan dengan Indonesia dalam kerangka IJEPA
pada tahun 2010-2011. Penelitian ini menarik untuk dikaji,karena perjanjian
bilateral ini merupakan perjanjian yang pertama bagi Indonesia dalam melakukan
kerjasama perdagangan melalui kerangka IJEPA, disebabkan karena Indonesia
memiliki pasar yang sangat potensial bagi produk Jepang.
I.2 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan pada pernyataan masalah yang akan menjadi fokus
pembahasan di dalam penelitian dengan judul peran Jepang meningkatkan
kerjasama perdagangan dengan Indonesia dalam kerangka IJEPA, maka
pertanyaan masalah untuk menjawab penelitian ini adalah “Bagaimana Peran
Jepang meningkatkan kerjasama perdagangan dengan Indonesia
23 Kementerian Perdagangan Republik Indonesia,“Neraca Perdagangan Indonesia
dengan Jepang”,[dokumen online] tersedia di http://www.kemendag.go.id/id/economic-
profile/indonesia-export-import/balance-of-trade-with-trade-partner-country?negara=111Internet;
diakses pada 11 November 2016.
8
dalamkerangka Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA)
pada tahun 2010-2011?”
I.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa apa yang menjadi
faktor-faktor utama mendorong mengapa Jepang meningkatkan kerjasama
perdagangan dengan Indonesia dan menjelaskan bagaimana peran Jepang
meningkatkan kerjasama perdagangan dengan Indonesia dalam kerangka
Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) tahun 2010-2011.
Adapun manfaat penelitian ini diharapkan dapat menambah infromasi dan
wawasan yang memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan
ekonomi politik internasional. Penelitian ini juga dapat menjadi salah satu sumber
rujukan penelitian selanjutnya khususnya dalam mengkaji berbagai bentuk
kerjasama perdagangan ekonomi politik internasional yang berkaitan dengan
peran Jepang dan kepentingan Indonesia dalam perjanjian IJEPA pada tahun
2010-2011. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman dan
rekomendasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
I.4 Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini terdapat tiga tinjauan pustaka terkait dengan peran
Jepang dalam meningkatkan kerjasama perdagangan dengan Indonesia dalam
kerangka Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) tahun
2010-2012.
9
Skripsi ini terinspirasi dari Pusat Kebijakan Kerjasama Perdagangan
Internasional, Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan dan
Kementerian Perdagangan, RI, yang ditulis oleh Muhammad Fawaiq dalam jurnal
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan Vol. 8, No. 1 Juli 2014, yang berjudul
“Peluang Ekspor Jasa Indonesia ke Jepang melalui Mode 3 (Commercial
Presence) dan Mode 4 (Movement of Natural Persons) pada Kerjasama
Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA)”. Dalam jurnal ini
Fawaiq membahas mengenai kerjasama IJEPA di sektor jasa lebih membuka
peluang bagi Indonesia untuk mengekspor sektor jasanya. Kerangka konseptual
yang digunakan dalam penelitian ini adalah schedule of commitment (SOC),
indeks hoekman dan mode of supply dalam perdagangan jasa.
Dalam penelitian ini, pemanfaatan sektor jasa Jepang oleh Indonesia hanya
terbatas pada jasa perawat dan caregiver. Peluang ekspor tertinggi Indonesia ke
Jepang terdapat pada sektor jasa moda 3 dan moda 4. Melalui perjanjian IJEPA,
Indonesia mempromosikan sektor jasanya ke Jepang dan kemudian melakukan
negosiasi terkait penghapusan hambatan-hambatan yang ada pada sektor jasa.
Berdasarkan hal tersebut, Indonesia dapat dapat memanfaatkan sektor jasa dari
Jepang. Diantaranya yaitu 27 sub sektor yang didominasi oleh sektor jasa bisnis,
jasa komunikasi, jasa konstruksi, jasa distribusi, jasa pendidikan, jasa lingkungan,
jasa keuangan, jasa kesehatan dan terkait dengan sosial, jasa pariwisata, jasa
rekreasi; budaya; dan olah raga, jasa transportasi dan sub-sektor jasa lainnya.
Pemanfaatan peluang sektor jasa melalui perjanjian IJEPA yang diberikan Jepang
10
kepada Indonesia guna menghasilkan potensi akses pasar sektor jasa yang besar
bagi Indonesia.
Penelitian lain dilakukan oleh Ricky Raymond dari Universitas Indonesia
pada 2009 dengan judul “Peranan Official Development Assistance (ODA)
Jepang dalam Memperkuat Hubungan Ekonomi yang Asimetris dengan Indonesia
pasca Krisis Asia”. Penelitian ini memaparkan mengenai Jepang memperkuat
hubungan ekonomi yang asimetris dengan Indonesia melalui program ODA, pasca
krisis Asia. Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah
development state, konsep flying-geese, konsep ODA.
Menurut Ricky Raymond, terdapat faktor-faktor lemahnya peran dan
posisi Indonesia, yaitu: Pertama, lemahnya posisi tawar pemerintah Indonesia
dalam setiap negosiasi yang ada. Kedua, terletak pada permasalahan
ketergantungan pemerintah Indonesia atas bantuan fiskal dan teknis dari Jepang.
Ketiga, tidak adanya strategis pembangunan ekonomi yang jelas, khususnya
dibidang industri. Dengan adanya penyaluran ODA Jepang guna untuk
mendukung proses pembangunan ekonomi Indonesia.
Ricky Raymond juga menjelaskan bagaimana ODA Jepang yang
disalurkan ke Indonesia dapat menjadi alat untuk memperkuat hubungan ekonomi
yang asimetris antara Jepang dan Indonesia, melalui: Pertama, unsur-unsur yang
memang dimiliki ODA Jepang itu sendiri seperti pinjaman Yen, hibah dan
technical assistace. Berdasarkan unsur-unsur tersebut, ODA dapat secara
langsung memperkuat hubungan asimetris, yakni dengan melemahkan
11
kemampuan dan meningkatkan ketergantungan Indonesia terhadap Jepang
terutama dengan pinjaman. Kedua, melalui investasi yang kemudian terkait juga
dengan perdagangan. Berdasarkan investasi penyaluran ODA ditujukan guna
mendukung proses investasi Jepang yang ingin masuk ke Indonesia. Selain itu,
ODA juga ditujukan untuk melindungi investasi yang telah ada di Indonesia
sebelumnya. Investasi ini kemudian terkait dengan perdagangan. ODA memiliki
peranan yang cukup penting bagi peningkatan volume perdagangan Jepang
dengan Indonesia, khususnya untuk perdagangan barang-barang mentah dari
Indonesia dan perdagangan produk industri Jepang ke Indonesia. Investasi dan
perdagangan inilah yang kemudian semakin memperkuat hubungan ekonomi yang
asimetris antara Jepang dengan Indonesia.
Ketiga, melalui pembentukan Indonesia-Japan Economic Partnership
Agreement (IJEPA), yakni perjanjian kemitraan yang di dalamnya terdapat
semacam perjanjian perdagangan bebas, seperti adanya pengurangan dan
penghapusan bea masuk. Melalui perjanjian ini kepentingan ekonomi Jepang
dapat semakin terwadahi, karena kepentingan ekonomi Jepang yang tersebar
dalam jumlah sektor, dapat dicapai melalui forum ini. Seperti isu keamanan energi
dengan investasi dan perdagangan. Tiga jalur inilah yang menurut Raymond
digunakan oleh pemerintah Jepang untuk memperkuat hubungan ekonomi yang
asimetris antara Jepang dengan Indonesia melalui instrument kebijakan ODA
Jepang. Adapun perbedaan pada penelitian sekarang dimana penulis menganalisa
bagaimana peran Jepang meningkatkan kerjasama perdagangan dengan Indonesia
melalui tiga pilar utama, yaitu liberalisasi, fasilitasi dan kerjasama.
12
Tinjauan pustaka selanjutnya adalah skripsi yang ditulis oleh Fitri Kusuma
Wardhani dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada 2014 dengan judul
“Dukungan Pemerintah Jepang Kepada Pemerintah Indonesia pada Sektor
Pertanian melalui Kerjasama Economic Partnership Agreement (EPA)” tahun
2006-2010. Dalam penelitian ini menjelaskan bahwa sektor pertanian di Indonesia
menghadapi masalah produktivitas yang masih rendah dapat menyebabkan
masyarakat di Indonesia mengalami kemiskinan. Upaya untuk mewujudkan
pembangunan pertanian, pemerintah Indonesia telah melakukan kerjasama dengan
Jepang yang merupakan salah satu negara yang memiliki pengetahuan dan
teknologi yang maju di bidang pertanian.
Kerjasama dilakukan melalui program Official Development Assistance
(ODA), bantuan ini diberikan pada sektor pertanian oleh Jepang. Dalam
kerjasama tersebut kemudian Indonesia dan Jepang membentuk kerjasama melalui
Economic Partnership Agreement (EPA). Melalui EPA, Jepang akan
mengeluarkan dana bantuan yang lebih efisien untuk negara mitranya. Bantuan
yang diberikan pemerintah Jepang melalui EPA kepada Indonesia adalah Grant
Assistance for Underprivileged Farmers yang disebut sebagai bantuan Second
Kennedy Round (2KR), dengan bantuan yang diberikan Jepang telah membantu
peningkatan volume ekspor Indonesia dalam sektor pertanian.
1.5 Kerangka Teori
Kerangka pemikiran untuk menganalisa penelitian yang berjudul peran
Jepang meningkatkan kerjasama perdagangan dengan Indonesia dalam kerangka
13
Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) tahun 2010-2011
akan menggunakan satu teori dan dua konsep, yaitu teori liberalisme dan konsep
kerjasama internasional dan konsep kepentingan nasional.
Dalam buku Perwita yang berjudul Penghantar Ilmu Hubungan
Internasional. secara umum ekonomi politik internasional merupakan studi yang
mempelajari saling keterhubungan antara ekonomi internasional dan politik
internasional, yang muncul akibat berkembangnya masalah-masalah yang terjadi
dalam sistem internasional. Pengkajian ekonomi politik internasional
membutuhkan integrasi teori-teori dari disiplin ilmu ekonomi dan poltik, misalnya
masalah-masalah dalam isu perdagangan internasional, moneter dan
pembangunan ekonomi.
Namun Sprero mengajukan suatu konstruksi berfikir yang berawal dari
pengertian politik internasional dan ekonomi internasional guna memahami
makna ekonomi dan politik internasional. Politik internasional adalah interaksi
diantara negara-negara dalam upaya mencapai tujuan masing-masing, sedangkan
ekonomi internasional merupakan perilaku negara untuk memenuhi kepentingan
nasionalnya dalam kondisi keterbatasan sumber daya. Pada akhirnya dapat
dikatakan bahwa hubungan internasional mengandung interaksi yang bersifat
ekonomi politik internasional.24
24Dr. Anak Agung Banyu Perwita dan Dr. Yanyan Mochamad Yani, “Penghantar Ilmu
Hubungan Internasional”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h, 75-76.
14
1. Liberalisme
Penulis menggunakan perspektif liberalisme dalam teori hubungan
internasional. Dalam melakukan penelitian ini, Ian Shapiro mendefinisikan bahwa
teori liberalisme sangat relevan sebagai ideologi politik di bidang ekonomi dan
sosial secara mendalam.25
Menurut Woodrow Wilson seorang profesor dalam bidang ilmu politik,
berpendapat, untuk memajukan kerjasama yang damai antar negara adalah elemen
dasar liberalisme. Namun, untuk melakukan kerjasama harus memiliki dukungan
politik yang solid dari negara yang paling kuat dalam sistem internasional
sehingga perang besar akan dapat dicegah.26 Berdasarkan teori ini, menganalisis
mengenai bagaimana peran Jepang sebagai mitra dagang utama untuk
membuktikan suprioritasnya dalam pembangunan ekonomi Indonesia dibidang
perdagangan.
Menurut Duncan Invision dalam bukunya yang berjudul Postcolonial
Liberalism, teori liberalisme bertujuan untuk membenarkan pengaturan politik
yang telah diterapkan di suatu negara dengan implikasi tatanan internasional dari
negara tersebut.27 Defisini lain yang ditulis oleh Jill Steans dan Lloyd Pettiford di
dalam bukunya yang berjudul International Relations: Perspectives and Themes
mengenai liberalisme. Kant mengemukakan pendapatnya untuk mewujudkan
25 Ian Shapiro, “Volusi Hak Alam Teori Liberal” (Jakarta: PT. Bumi Grafika Jaya,
2006),h,84. 26Robert Jackson & Georg Sorensen,”Introduction to International Relations,” (New
York: Oxford University Press Inc, 1999), h, 48-49. 27Duncan Invision,“Postcolonial Liberalism” (United Kingdom: Cambridge University
Press, 2002), h, 14.
15
perpetual peace dengan mengukuhkan sebuah tatanan internasional yang adil
secara hukum internasional untuk mengatur tindakan-tindakan suatu negara.28
Asumsi dasar dari Liberalisme sendiri, adalah:29
1. Kaum liberal percaya bahwa seluruh umat manusia adalah makhluk rasional.
Rasionalitas bisa digunakan dalam dua cara yang berbeda:
a) Dalam pengertian instrument, sebagai kemampuan untuk mengungkapkan
pikiran dan mengejar ‘kepentingan” seseorang.
b) Kemampuan untuk memahami prinsip-prinsip moral dan hidup
berdasarkan aturan hukum.
2. Kaum liberal menilai kebebasan individu diatas segala-galanya.
3. Liberalisme berpandangan positif atau progresif tentang karakteristik manusia.
Kaum liberal percaya bahwa perubahan-perubahan positif dalam hubungan
internasional merupakan hal yang sangat mungkin dicapai.
4. Kaum liberal menekankan kemungkinan bagi agensi manusia untuk
memengaruhi perubahan.
5. Dengan berbagai cara, liberalisme menentang pembagian antara wilayah
domestik dan internasional:
a) Liberalisme merupakan doktrin yang universalis dan juga berkomitmen
pada beberapa konsepsi tentang suatu komunitas umat manusia yang
universal yang melampaui pengidentifikasian diri dengan keanggotaan
dari komunitas negara bangsa.
28Jill Steans dan Lloyd Pettiford, “International Relations: Perspectives and Themes,”
Penerjemah Deasy Silvya Sari (England: Edinburgh Gate, Harlow, Essex CM202JE, 2009), h, 97. 29 Jill Steans dan Lloyd Pettiford, “International Relations: Perspectives and
Themes,”111.
16
b) Konsep kaum liberal tentang interdependensi dan masyarakat dunia
menyatakan bahwa dalam dunia kontemporer batas-batas antar negara
menjadi lebih mudah ditembus.
Kerjasama perdagangan bilateral ini saling mencari keuntungan bersama
melalui perjanjian yang telah disepakati dalam Peraturan Presiden No. 38 Tahun
2008 tentang Pengesahan Agreement Between The Republic of Indonesia and
Japan for an Economic Partnership. Oleh sebab itu, kedua negara harus
melakukan perdagangan melalui peraturan yang telah ditetapkan guna untuk
menghindarkan kejanggalan negara-negara dari perang karena liberalisme lebih
mengedepankan perdamaian dan interdepedensi.
Menurut David Balaam dan Michael Vaset perspektif liberalisme dalam
memandang perdagangan internasional sebagai suatu positive sum-game,
membuat negara menjadi efisien, menyatukan negara yang satu dengan negara
lain dalam suatu ikatan yang menciptakan keuntungan bersama sehingga perang
tidak terjadi.30
2. Konsep Kerjasama Internasional
Nisbet mengemukakan pendapatnya, kerjasama internasional adalah
tindakan kelompok dalam suatu proses yang diarahkan terhadap beberapa tujuan
dalam kepentingan bersama.31 Meliputi berbagai bidang kepentingan yaitu seperti
30David Balaam dan Michael Veseth, “Introduction to International Political Economy,”
(New Jersey: Prentice Hall, 1996), 30-31. Dikutip dalam skripsi Dzihnia Fatnilativia,
“Kepentingan Jepang dalam EPA dengan Indonesia. 31Generald Marwell and David R. Schmitt, “Cooperation An Experimental Analysis”
(New York: Academic Press, INC, 1975), h, 5.
17
ideologi, politik, ekonomi, sosial, lingkungan hidup, kebudayaan, pertahanan dan
keamanan sehingga mengakibatkan berbagai masalah sosial. Untuk mencari solusi
atas berbagai masalah tersebut maka beberapa negara membentuk suatu kerjasama
internasional.32
Menurut Wayne Sandholtz, apabila suatu negara dapat melakukan
langkah-langkah untuk mencapai tujuan akhir, maka negara tidak akan
mempertimbangkan untuk melakukan kerjasama dengan negara lain.33 Sandholtz
juga berpendapat kerjasama internasional pada umumnya, dikarenakan akibat
keterbatasan suatu negara.34
Dalam memulai kerjasama internasional secara efektif, yaitu dengan
melakukan persuading, setting agendas, mobilizing coalitions, promoting
consencus and pushing compromises. 35 Untuk mencukupi kebutuhan, maka
negara melakukan kerjasama dengan negara lain yang memiliki potensial
dibidang tersebut. Jepang merupakan negara mitra dagang utama dalam
perdagangan bagi Indonesia dan Indonesia yang merupakan target pasar yang
paling potensial bagi produk Jepang. Kedua negara melakukan kerjasama karena
saling memiliki kepentingan bersama untuk mencapai suatu tujuan dan
keuntungan dibidang perdagangan.
32Perwita, “Penghantar Ilmu Hubungan Internasional”, h, 34. 33 Wayne Sandholtz, “High-Tech Europe: The Political Economy of International
Cooperation,” (Berkeley: University of California Press, 1992). 8. 34 Wayne Sandholtz, “High-Tech Europe: The Political Economy of International
Cooperation,”h,12. 35 Wayne Sandholtz, “High-Tech Europe: The Political Economy of International
Cooperation,”h, 24.
18
3. Konsep Kepentingan Nasional
Konsep national interest mulanya mengacu pada kepentingan dari suatu
negara.36 Negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai
kekuasaan tertinggi yang sah dan yang ditaati oleh rakyatnya.37 Oleh sebab itu,
kepentingan nasional didefinisikan sebagai tujuan yang dicari oleh suatu negara.38
Menurut Charles Beard, Hans Morgenthau dan Joseph Frankel di dalam
British Journal of International Studies, melalui basic national interest dari
economic interest digunakan untuk menganalisis kepentingan Indonesia yang
ingin melakukan kerjasama perdagangan dengan Jepang. Dimana, ketiga tokoh
tersebut telah menggambarkan basic national interest sebagai berikut:39
1. Defence interests: perlindungan suatu negara dan warga negaranya dari
ancaman kekerasan fisik yang diarahkan dari negara lain.
2. Economic interests: peningkatan kesejahteraan ekonomi suatu negara melalui
kerjasama dengan negara yang dianggap potensial dibidang ekonomi.
3. World order interests: pemeliharaan sistem politik dan ekonomi internasional
terhadap negara yang dianggap aman, sehingga perdagangan dapat beroperasi
secara damai diluar perbatasannya.
36Jean Marc Coicaud dan Nicholas J. Wheeler, “National Interest and International
Solidarity: Particular and Universal Ethics in International life,” (New York: United Nations
University Press, 2008), h, 2. 37Miriam Budiarjo, “Dasar-Dasar Ilmu Politik” (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2008), h, 9. 38Stephen D. Krasner, “Defending the National Interest: Raw Materials Investments and
U.S Foreign Policy”, (United Kingdom: Princeton University Press, 1978), h, 13. 39 Donald E. Nuechterlein, National Interests and Foreign Policy: A Conceptual
Framework for Analysis and Decision-Making”, British Journal of International Studies 4
(Novermber 2017): 248.
19
4. Ideological interests: perlindungan atas nilai-nilai suatu negara dari berbagai
konflik yang terjadi.
Menurut Peter Trubowitz, kepentingan nasional digunakan untuk
menganalisis sistem politik. Untuk mencapai tujuan kepentingan nasional,
masyarakat harus memiliki kekuatan bekerjasama dalam sistem politik sebagai
prioritas dari hasil kebijakan negara. 40 Mengenai pendapat yang dikemukakan
oleh Peter Trubowitz dapat digunakan untuk menganalisis Indonesia
membutuhkan faktor-faktor pendukung untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonominya.
Konsep kepentingan nasional tersebut guna untuk menjelaskan,
mengevaluasi. merasionalisasi atau mengkritik kebijakan luar negeri suatu
negara.41 Dalam kepentingan nasional, tujuan negara adalah untuk melindungi
identitas politik dan budaya terhadap agresi dari negara-negara lain untuk
kelangsungan hidup (survival) yang melibatkan preservation of political identity,
preservation of existing political-economic regimes, preservation of cultural
identity, conservation of ethnic, religious, linguistic and historical pada suatu
negara. Statemen tersebut dikemukakan oleh Morgenthau untuk menganalisa
kebijakan seperti competitive armaments, balance of power, foreign aid alliances,
subversion and economic and propaganda.42
40 Peter Trubowitz, “Defening the National Interest” (London: The University of
Chaciago Press, 1998), h, 4. 41Peu Ghosh, “International Relations” (New Delhi: PHI Learning Limited,2013), h, 65. 42Peu Ghosh, “International Relations,” 66.
20
Terkait dengan politik, untuk mencapai kepentingan nasional, Indonesia
perlu untuk melakukan kerjasama dengan Jepang melalui kerangka IJEPA,
sehingga Indonesia juga dapat ikut serta dalam kerjasama perdagangan dunia
dengan bekerjasama dengan negara-negara lain. Tujuan kerjasama Indonesia
adalah untuk meningkatkan kapasitas nasional khususnya peningkatan daya saing
produk Indonesia di pasar dunia. Dengan demikian, Indonesia terlepas dari
negara-negara yang saling berkompetisi dan berlawanan demi kekuasaan, dan
survival merupakan kebutuhan dan syarat yang paling utama bagi masyarakat.
Demikian dengan pemaparan kerangka teori liberalsime, konsep kerjasama
internasional dan konsep kepentingan nasional saling berkesinambungan yang
relevan untuk membahas lebih lanjut mengenai peran Jepang meningkatkan
kerjasama perdagangan dengan Indonesia dalam kerangka Indonesia-Japan
Economic Partnership Agreement (IJEPA) 2010-2012.
I.6 Metode Penelitian
Penelitian merupakan usaha untuk menemukan, mengembangkan dan
melakukan verifikasi terhadap kebenaran suatu peristiwa atau suatu pengetahuan
dengan menggunakan metode ilmiah. Metode yang dipilih berhubungan erat
dengan prosedur, alat serta desain penelitian yang digunakan. Metode penelitian
membicarakan bagaimana secara berurut suatu penelitian dilakukan, yaitu dengan
alat apa dan prosedur bagaimana suatu penelitian dilakukan.43
43Asep Saepul Hamdi dan E. Bahruddin, “Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Aplikasi dalam Pendidikan”(Yogyakarta: CV Budi Utama, 2014), h, 2.
21
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dapat menjelaskan dan
menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi
seseorang atau kelompok terhadap sesuatu. Penelitian kualitatif adalah suatu
penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena,
peristiwa, aktivitas, sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara
individual maupun kelompok. Beberapa deskripsi digunakan untuk menemukan
prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada penyimpulan. Penelitan
kualitatif bersifat induktif: peneliti membiarkan permasalahan-permasalahan
muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk interpretasi. Data dalam penelitian
juga dihimpun berdasarkan pengamatan dengan seksama, singkat, tepat melalui
sistematika penulisan secara terstruktur yang mencakup deskripsi dalam konteks
yang mendetail dan mudah untuk dipahami.44
Metode penelitian kualitatif adalah pelaporan yang menggunakan
pendekatan induktif untuk membangun teori.45 Penelitian kualitatif adalah sejenis
penelitian yang secara khusus menggunakan teknik untuk memperoleh jawaban
atau informasi mendalam tentang pendapat, persepsi dan perasaan seseorang.
Dengan demikian, mungkin didapatkan hal-hal yang tersirat mengenai sikap,
kepercayaan, motivasi dan perilaku subjek yang diteliti melalui
informasi. 46 Penelitian ini juga menggunakan metode penelitian yang bersifat
deskriptif analitis, yaitu suatu cara untuk membuat gambaran dan analisa berbagai
44Hamdi dan Bahruddin, “Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Aplikasi dalam
Pendidikan”,h, 9. 45Septiawan Santa K, “Menulis Ilmiah Metode Penelitian Kualitatif” (Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 2007), h, 34. 46Buchari Lapau, “Metode Penelitian Kesehatan: Metode Ilmiah Penulisan Skripsi, Tesis
dan Disertasi”, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2012), h, 37.
22
situasi yang menjadi bagian dari permasalahan yang ingin diteliti secara
sistematis.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian didapatkan
melalui library research, yaitu Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Data-data tersebut didapatkan dari buku, skripsi, teisis, disertasi, jurnal,
majalah, artikel, dan document analysis. Seperti Kementerian Perdagangan
Republik Indonesia, Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, Kementerian
Keuangan Republik Indonesia, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia dan
Kementerian Luar Negeri Jepang. Selain itu, teknik pencarian data dalam skripsi
ini juga menggunakan sarana internet dalam proses pengumpulan data yang
berkaitan dan relevan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.
Setelah terkumpul, data-data tersebut dianalisis dengan teori dan konsep yang
digunakan sehingga dapat menjawab pertanyaan penelitian skripsi ini.
I.7 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab pendahuluan ini merupakan suatu dasar dilakukannya penelitian
skripsi. Yang terdiri atas pernyataan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan
manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
23
BAB II BANTUAN JEPANG KE INDONESIA
Bab ini memaparkan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi bantuan
Jepang ke Indonesia. Pada bab ini dibagi atas dua bagian yang akan menjelaskan
mengenai bantuan Jepang ke Indonesia sebelum IJEPA secara berkaitan serta
memaparkan bentuk bantuan Jepang secara langsung ke Indonesia dibidang
perdagangan internasional, yaitu FDI, ODA dan LNG dan ekspor-impor.
BAB III INDONESIA-JAPAN ECONOMIC PARTNERSHIP
AGREEMENT (IJEPA)
Bab ini membahas mengenai perjanjian yang dibuat oleh Jepang yaitu
perjanjian perdagangan dalam kerangka Indonesia-Japan Economic Partnership
Agreement (IJEPA). Pembahasan dibagi menjadi empat sub-bab yang dimulai
dengan menjelaskan sejarah pembentukan IJEPA, tujuan IJEPA, isi dan cakupan
dalam IJEPA melalui tiga pilar utamanya yaitu fasilitasi, liberalisasi perdagangan
dan kerjasama dan sub-bab terakhir yang akan membahas mengenai
meningkatkan kapasitas industri melalui elemen kerjama dalam program MIDEC.
BAB IV PERAN JEPANG MENINGKATKAN KERJASAMA
PERDAGANGAN DENGAN INDONESIA DALAM KERANGKA IJEPA
Pada bab terakhir ini, penulis akan menganalisa mengenai perjanjian
kerjasama bilateral IJEPA bertujuan untuk mempererat hubungan kedua negara di
bidang ekonomi melalui tiga pilar utama, yaitu liberalisasi, facilitation dan
cooperation. Melalui tiga pilar utama tersebut, Jepang membantu Indonesia untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonominya.
24
BAB II
BANTUAN JEPANG KE INDONESIA
Bab ini memaparkan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi bantuan
Jepang ke Indonesia. Pada bab ini dibagi atas dua bagian yang akan menjelaskan
mengenai bantuan Jepang ke Indonesia sebelum IJEPA secara berkaitan.
Pertama, dinamika hubungan Indonesia dan Jepang. Kedua, sejarah hubungan
Indonesia dan Jepang serta memaparkan beberapa bentuk bantuan Jepang secara
langsung ke Indonesia yang berkaitan dibidang perdagangan internasional, yaitu
foreign direct investment (FDI), official development assistance (ODA), liquefied
natural gas (LNG) dan meningkatkannya volume perdagangan pada kinerja
ekspor Indonesia ke Jepang sebelum perjanjian IJEPA.
II.1 Dinamika Hubungan Indonesia dan Jepang
Jepang dikenal tidak hanya sebagai salah satu mitra dagang utama
Indonesia, namun juga sebagai salah satu negara terbesar dalam hal penanaman
modal di Indonesia. Jepang memandang Indonesia sebagai pasar yang signifikan
dan luas dengan prospek cerah bagi pertumbuhan di masa depan. Dinamika
hubungan ekonomi Indonesia dan Jepang antara dimulai pada tahun 1940, dimana
terjadinya kerugian dan duka yang diakibatkan penjajahan perang Jepang terhadap
Indonesia.47 Namun setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, kualitas sumber
daya manusia masih sangat terbatas karena situasi Perang Dunia II berpengaruh
47 Bantarto Bandoro, “Beberapa DImensi Hubungan Indoesia-Jepang dan Pelaporan
Untuk Indonesian: Hubungan Luar Negeri Indonesia Selama Orde Baru”, (Jakarta: CSIS, 1994),
h, 93-124.
24
25
negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sejarah tidak menghalangi
terjadinya sejumlah kerjasama yang saling menguntungkan dalam berbagai bidang
diantara kedua negara.
Pada tahun 1951, ketika itu selain berlangsung penandatanganan
perjanjian damai beserta pembayaran kompensasi pasca PD II, juga terjadi
kesepakatan tentang perihal hutang dan investasi yang menjadi penanda lahirnya
hubungan ekonomi antara kedua negara secara resmi. 48 Namun, hubungan
ekonomi yang erat antara Indonesia dengan Jepang telah berlangsung lama
dimana tercatat lebih dari 50 tahun yang lalu, yakni pada tanggal 20 Januari 1958
Indonesia dan Jepang resmi menjalin hubungan ekonomi yang didasarkan pada
perjanjian perdamaian yang dicetuskan sebagai the Strategic Partnership for
Peaceful and Prosperous Future.49
Kedua negara mengawali hubungan ekonomi dengan sepakat damai
pembayaran ganti rugi akibat perang. Perjanjian damai membuat Jepang harus
memberikan ganti rugi kepada Indonesia sebesar US$ 223,08 juta, setara dengan
80,3 miliyar (dalam yen) kurs saat itu. Dalam perjanjian tersebut, Indonesia juga
48Perjanjian Damai tersebut tertuang di dalam United Nation Treaty Series No. 4688
sementara kesepakatan tentang kompensasi perang yang bernilai sekitar US$ 223 yang akan
dibayarkan secara berangsur selama 12 tahun tercatat di dalam United Nation Treaty Series No.
4689. Sedangkan pertukaran nota kesepakatan hutang dan investasi direkan di dalam United
Nation Treaty Series No. 4691. 49BPPT Indonesia, 55 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Jepang “What I Have
Learned form Japan” [artikel online] tersedia di http://www.bppt.go.id/86-opini/1843-55-tahun-
hubungan-diplomatik-indonesia-dan-jepang-what-i-have-learned-from-japan Internet; diakses pada
22 November 2013.
26
memberi syarat terhadap Jepang untuk menghapus hutang yang berjumlah US$
176,92 juta, diikuti dengan bantuan ekonomi sebesar US$ 400 juta.50
Kemudian walaupun rezim Orde Lama berganti dengan Rezim Orde baru
tahun 1973 pada pemerintahan Presiden Soekarno, kerjasama ekonomi tetap
diteruskan bahkan semakin meningkat seiring dengan kebijakan Orde Baru pada
perekonomian Indonesia. 51 Walaupun sebelumnya ketika terjadi peristiwa
Malari52 pada tanggal 15 Januari 1974 pada saat kedatangan PM Jepang Tanaka
Kakuei, tetapi imbasnya hanya berlangsung sementara pada hubungan antara
kedua negara.53
Di awal abad 21 pasca awal kemerdekaan Indonesia, bangkitnya Indonesia
dari krisis moneter yang terjadi sejak tahun 1997, namun hal tersebut tidak
mengakhiri hubungan antara ekonomi Indonesia dan Jepang.54 Dalam kerjasama
ekonomi, perdagangan dan investasi, adanya kegiatan ekspor dan impor antara
kedua negara. Nilai perdagangan pada ekspor Indonesia meningkat dari tahun
2006 sebesar US$ 27 milyar, tahun 2007 sebesar US$ 30 milyar dan tahun 2008
50Dzihnia Fatnilativia, “Kepentingan Jepang dalam Kesepakatan Kemitraan Ekonomi
(Economic Partnership Agreement) dengan Indonesia tahun 2007” Skripsi S1 Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia,2008, h, 1. 51Franklin B, Weinstein,”Idonesia Foreign Policy and the Dilemma of Dependence from
Soekaro to Soeharto”, (Itacha: Cornel University Press, 1976). 52 Peristiwa Malari pada 1974 terjadi di Jakarta ketika PM Jepang Tanaka Kakuei
berkunjung ke Indonesia yang disambut dengan demontrasi dan kerusuhan massa yang menolak
bantuan modal asing dari Jepang. Namun Indonesia dan Jepang kembali menata hubungannya
dengan berkunjungnya Presiden Soeharto ke Jepang pada bulan Juli 1975.Lihat di Bandoro
Bantarto, h, 108. 53Asvi Warman Adam, “Malari 1974 dan Sisi Gelap Sejarah,” Kompas, 16 Januari 2003. 54 “Dinamika Hubungan Indonesia-Jepang: akhir abad ke-19 sampai tahun 1970an”
Kompas, [artikel online] tersedia di http://www.kompasiana.com/ryakair/dinamika-hubungan-
indonesia-jepang-akhir-abad-ke-19-tahun-1970an-bag-1_55172856a333111b06b65a96 Internet;
diakses pada 24 Juni 2015.
27
sebesar US$ 32,8 milyar, berdasarkan hal tersebut pertumbuhan ekonomi
Indonesia mengalami surplus dengan melakukan kerjasama dengan Jepang.55
Kerjasama ekonomi antara kedua negara terjadi karena dilihat dari
populasi kedua negara sangat berpengaruh dengan adanya kerjasama. Mengenai
populasi tersebut,warga Jepang di Indonesia 11,263 (pada Oktober 2009) dan
warga Indonesia di Jepang 25,620 (legal) dan 5000 (illegal). Tekait banyaknya
populasi Indonesia juga mempengaruhi masuknya investasi dari Jepang. Di
bidang investasi, masuknya investasi Jepang ke Indonesia berupa 1005
perusahaan Toyota, Honda, Panasonic. Adapun hubungan lain seperti setelah
Perang Dunia II, dimana 3000 imperial tentara-tentara Jepang bertarung dengan
Indonesia untuk melawan penjajah Belanda untuk kemerdekaan. Sepertiga tewas
yang dimakamkan di Taman Makan Pahlawan Kalibata56
II.2 Sejarah Bantuan Jepang ke Indonesia di bidang Ekonomi
1. Sejarah Hubungan Indonesia dan Jepang
Sejarah hubungan antara Indonesia dan Jepang dimulai pada tahun 1942-
1945, Jepang menduduki Indonesia selama 3 tahun selama Perang Dunia II, pada
tahun 1945 (17 Agustus), interdependence, pada tahun 1950, anggota ke-60 PBB,
pada tahun 1954, terbuka bantuan Jepang untuk Indonesia bagi peserta pelatihan
peningkatan kapasitas, pada tahun 1958, menandatangani perjanjian perdamaian
55“Kedutaan Besar Republik Indonesia Jepang di Tokyo, Jepang Merangkap Federasi
Micronesia: kerjasama ekonomi, perdagangan dan investasi”, Kementerian Republik Indonesia,
[artikel online] tersedia di http://www.kemlu.go.id/tokyo/id/Pages/Jepang.aspx 56Japan-Indonesia Relationship, “Japan-Indonesia Relations” [dokumen online] tersedia
di http://energy-indonesia.com/datapdf/nihon-indo-relation.pdf h, 2.
28
antara Indonesia dan Jepang, pada tahun 1959, dewi dari wanita Jepang menikah
dengan Soekarno sebagai istri ketiga.
Pada tahun 1960, pembentukan bantuan pembangunan grup (mantan
DAC) Jepang adalah penyedia terbesar dari ODA untuk meningkatkan
perekonomian Indonesia, dimana tahun 1967 Indonesia menjadi anggota pendiri
ASEAN, pada tahun 1974, anti-Jepang untuk huru hara kunjungan PM Tanaka ke
Jakarta, pada tahun 1999, mendirikan G-20 ekonomi utama, anggota bangsa, pada
tahun 2005, pernyataan bersama Indonesia-Jepang “mitra untuk tantangan baru”,
pada tahun 2007, perjanjian Indonesia-Japan Economic Partnership Ageement
(IJEPA), pada tahun 2008, peringatan 50 tahun hubungan diplomatik dan terakhir
pada tahun 2008, perjanjian kemitraan ekonomi (EPA) Indonesia dan Jepang.57
2. Bentuk Bantuan-bantuan Jepang ke Indonesia
Hubungan antara Indonesia dengan Jepang di bidang ekonomi telah
berlangsung lama dimana tercatat lebih dari 50 tahun yang lalu, yakni yang
dimulai pada tanggal 20 Januari 1958 Indonesia dan Jepang resmi menjalin
hubungan ekonomi.58
Kemajuan ekonomi Jepang tidak terjadi begitu saja, kemajuan tersebut
melalui pengimplementasian sejumlah kebijakan ekonomi yang dinilai mampu
mempercepat pertumbuhan ekonomi Jepang dan dalam kemajuan ekonominya,
57 Japan-Indonesia Relationship, “History of Relations” [dokumen online] tersedia di
http://energy-indonesia.com/datapdf/nihon-indo-relation.pdf h, 3. 58BPPT Indonesia, 55 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Jepang “What I Have
Learned form Japan” [artikel online] tersedia di http://www.bppt.go.id/86-opini/1843-55-tahun-
hubungan-diplomatik-indonesia-dan-jepang-what-i-have-learned-from-japan Internet; diakses pada
22 November 2013.
29
Jepang juga melakukan kerjasama dengan beberapa negara diantaranya Indonesia
yang dinilai mampu mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi Jepang
melalui peningkatan investasi, liquefied natural gas, official development
assistance dan kerjasama ekspor dan impor yang dapat meningkatkan
pertumbuhan perekonomian Jepang. 59 Dalam melakukan kerjasama dengan
Indonesia, adapun bentuk-bentuk bantuan yang diberikan oleh Jepang, yaitu:
a) Foreign Direct Investment (FDI)
Foreign direct investment (FDI) atau investasi asing langsung berperan
penting dalam menyediakan akses terhadap teknologi yang dapat meningkatkan
produktivitas dan menciptakan keterkaitan nilai produksi di pasar internasional.
Kebijakan investasi asing langsung juga memiliki peran penting dalam
meningkatkan daya saing suatu negara. Dengan meningkatnya aliran investasi ke
dalam negeri akan terjadi kerjasama multinasional yang akan berkontribusi
penting terhadap proses transfer teknologi yang bermanfaat untuk meningkatkan
produktivitas dan nilai tambah bahkan daya saing.60
Salah satu kebijakan dari Jepang yang dinilai mampu mempercepat
pertumbuhan ekonomi, mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi dan
meningkatkan volume ekspor komoditasnya melalui penyaluran investasi asing,
59Helen Huges (ed), “Keberhasilan Industrialisasi di Asia Timur”, (Jakarta; Gramedia
Pustaka, 1992), h, 144. 60 BAPPENAS terj. Daniel Ilyas, “Perdaganga dan Investasi di Indonesia: sebuah
catatan tentang daya saing dan tantangan ke depan”, (Jakarta: BAPPENAS, 2009), h, 2.
30
diantaranya penyaluran investasi Jepang ke Indonesia.61 Meningkatnya ekspor,
menjadi faktor utama pendorong masuknya investasi yang lebih tinggi dengan
meningkatnya permintaan baik domestik, bilateral dan multilateral. Karena
peningkatan pada kinerja ekspor mendorong tingginya permintaan harga
komoditas di sektor industri dan sektor perdagangan.62
Bagi negara berkembang seperti Indonesia investasi berfungsi untuk
pembukaan lapangan pekerjaan, pertumbuhan industri lokal dan transfer
teknologi. Oleh karena itu, Indonesia bersaing dengan negara berkembang yang
lain untuk menarik investor. Jepang menekankan bahwa pentingnya investasi
untuk meningkatkan lingkungan bisnis perusahaan asing yang dapat terus stabil
beroperasi, terutama terhadap Indonesia agar dapat mewujudkan pembangunan
ekonomi dengan mendorong masuknya investasi asing.
Melakukan investasi di Indonesia, pihak Jepang menyatakan
kepentingannya di liberalisasi sektor jasa terkait manufaktur, jasa konstruksi,
informasi layanan manufaktur dan layanan komunikasi, transportasi dan
pariwisata, jasa distribusi, jasa keuangan dan jasa hukum. Jepang menyatakan
bahwa Jepang bisa berkontribusi pada perbaikan infrastruktur di Indonesia, terkait
industri manufaktur bagi perekonomian Indonesia. Pihak Indonesia juga
menyatakan minatnya dalam liberalisasi sektor jasa, termasuk pariwisata,
61 Helen Huges, “Achieving Industrialization in East Asia” terj Julius A. Mulyadi.
(Jakarta: Gramedia Pustaka, 1992). Dikutip oleh Ana Maratuthoharoh dari Universitas Airlangga
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 2012. Diakses pada 26 Mei 2014. 62Bank Indonesia, “Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran”, Buletin
Ekonomi Moneter dan Perbankan, (Januari, 2008), h, 177.
31
informasi dan layanan komunikasi, transportasi laut, kontruksi, pendidikan dan
layanan kesehatan yang berhubungan.63
Investasi asing langsung Jepang ke Indonesia bermula pada tahun 1967
sebesar 19,47%. Namun pasca krisis Asia, Jepang tetap menjadi salah satu
investor utama bagi Indonesia. Sekalipun Jepang tidak terkena imbasnya secara
langsung, perekonomian Jepang tetap saja menerima efek buruk yang ditimbulkan
krisis tersebut. Hal ini disebabkan karena banyaknya investasi Jepang di Indonesia
dan Indonesia merupakan salah satu negara yang paling parah terkena dampak
krisis. Akibatnya perusahaan Jepang dikawasan tersebut mengalami
kebangkrutan, ruginya perusahaan Jepang yang beroperasi di Indonesia, tentunya
akan berdampak buruk pada ekonominya.64
Diperkirakan terdapat sekitar 1000 perusahaan Jepang beroperasi di
Indonesia yang dapat menyerap tenaga kerja lokal berjumlah sekitar 200.000
orang. Investasi Jepang di Indonesia bergerak pada sektor elektrik dan elektronik
sebesar US$ 2,8 milyar; peralatan otomotif dan transportasi sebesar US$ 1,6
milyar; industri mineral dan non-metal sebesar US$ 862.000.000; kimia dan
farmasi sebesar US$ 780.000.000; serta perdagangan dan perbaikan sebesar US$
661.000.000.65
63Joint Study Group (JSG), h, 12-14. 64Shunji Karikomi, “Capital Account Liberalization in Emerging Markets: Lessons from
the Asian Currency Crisis” Institute of Developing Economies and Research Officer Fuji Research
Institute tersedia di http://www.ide.go.jp/English/Publish/Download/Apec/pdf/1998_05.pdf
ChapterV,h, 2. 65Joint Study Group (JSG), h, 4.
32
Berdasarkan besarnya populasi manusia sebanyak 240 juta jiwa yang
tinggal Indonesia, maka Jepang dapat memberikan peluang terhadap Indonesia
sebagai konsumen terbesar keempat di dunia apabila Indonesia mempunyai daya
beli yang tinggi. Indonesia dapat mengembangkan industri dan teknologi serta
sekaligus memperdalam keterlibatan Indonesia dalam jaringan produksi regional
maupun internasional. Indonesia dapat dijadikan sebagai production based bagi
perusahaan multinasional Jepang dan pasarnya bisa untuk kawasan ASEAN dan
kawasan regional lainnya.66
Hingga tahun 2007, Jepang merupakan investor asing terbesar di Indonesia
dengan jumlah akumulatif dan Jepang juga merupakan negara asal investasi asing
ke-4 di Indonesia sebesar US$ 40 milyar. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa Jepang adalah salah satu partner potensial dan penting yang tidak dapat
diabaikan dalam rangka memperluas investasi di Indonesia.67
b) Liquefied Natural Gas (LNG)
Liquefied natural gas (LNG) atau gas alam cair merupakan gas alam yang
telah didinginkan ke -260oF untuk pengiriman atau penyimpanan sebagai cairan,
proses tersebut juga dikenal sebagai pencairan. Volume cairan adalah 1/600 dari
bentuk gas. Dalam bentuk yang ringkas ini, gas alam dapat dikirimkan dalam
tanker kriogenik untuk terminal penerima di negara-negara pengimpor. Pada
terminal ini, LNG dikembalikan ke bentuk gas (proses yang dikenal sebagai
66 Amawinata, “Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya Saing di Pasar
Global: Kajian Capacity Building Industri Manufaktur melalui Implementasi MIDEC-IJEPA”,
h, 3-18. 67Stott,“The Japan-Indonesia Economic Partnership: Agreement Between Equals”, h, 3.
33
regasifikasi) dan diangkut melalui jaringan pipa ke perusahaan distribusi,
konsumen industri, dan pembangkit listrik. Pencairan gas alam menyediakan
sarana bergerak jarak jauh di mana transportasi pipa tidak layak, yang
memungkinkan konsumen untuk mengakses gas alam dari daerah yang terlalu
jauh dari pasar pengguna akhir untuk dihubungkan dengan pipa.68
Indonesia merupakan negara yang memiliki populasi keempat terbesar
setelah Tiongkok, India dan Amerika Serikat. Selain itu, Indonesia merupakan
salah satu negara yang kaya akan migas. 69 Dengan demikian, Indonesia
merupakan negara yang berpotensi jika pertumbuhan ekonominya dapat terwujud
setelah berakhirnya krisis Asia yang menghantam perekonomian Indonesia.
Tabel II.1.1.
Sumber LNG Jepang (Nilai: Juta Kubik Meter)70
Tahun Indonesia Malaysia Brunei USA Australia UEA Qatar Oman Algeria Total
1989 24.9 8.7 71 1.3 0.9 3.1 0.3 45.3
1990 27.6 8.6 72 1.4 3.9 3.2 51.9
1991 30 9.5 7 1.3 5.2 3.5 56.5
1992 31.6 9.9 7.1 1.4 6.2 3.4 59.5
1993 31.9 10.5 76 1.4 6.7 3.4 61.5
1994 35.1 11 78 1.6 9.1 4.3 67.9
1995 33.2 12.9 85 1.6 10.1 5.4 71.7
1996 36 17.7 87 1.8 9.5 6 79.7
1997 35.7 20.1 82 1.7 9.7 6.2 2.7 84.3
1998 36.1 19.4 81 1.9 9.78 6.3 3.7 85.16
1999 38.81 20.47 8.41 1.65 9.88 6.48 6.57 92.27
2000 35.7 20.88 8.79 1.65 6.93 6.93 12.28 2.23 95.39
Sumber: The Institute of Energy Economic Japan (IIEJ), 2002.
68 U.S. Energy Information Administration (EIA), “What is Liquefied Natural
Gas”[dokumen online] tersedia di http://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=15331 69William R. Nester, “William R. Nester, “Japan and The Third World: Patterns, Power
and Prospects”, (London and New York: Macmillan, 1992), h, 8. 70The Institute of Energy Economic Japan (IIEJ), 2002. [dokumen online] tersedia di
https://eneken.ieej.or.jp/en/
34
LNG Jepang didominasi sebesar 22% dari Indonesia, 20% dari Australia,
sebesar 19% dari Malaysia, sebesar 12% dari Qatar, 10% dari Brunei, sebesar
10% dari Uni Emirat Arab, sebesar 5% dari Oman selebihnya dari Algeria.71
Selama ini, Indonesia merupakan produsen gas terbesar di Asia Pasifik. Indonesia
memiliki cadangan gas alam 90 triliyun kubik dan menjadi negara ke-13 terbesar
di dunia. Potensi ini sesuai dengan kondisi Jepang yang memang membutuhkan
energi cukup besar. Jepang adalah negara pengimpor LNG terbesar di dunia.72
Jepang sangat membutuhkan sumber daya energi yang dimiliki Indonesia
berupa migas. Oleh karena itu, Jepang tertarik membantu Indonesia untuk
meningkatkan kemakmuran pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Berdasarkan
bantuan yang diberikan, Jepang mengambil keuntungan dari tingkat upah yang
murah dan sumber daya alam yang besar.73
Sejak pertengahan tahun 1970-an, Indonesia telah menjadi pemasok
terbesar gas alam ke Jepang. Pada periode tersebut, Jepang membeli 50%-70%
ekspor LNG Indonesia dan sisanya ke LNG dunia. Sejak saat itu Indonesia dan
Jepang menjalin hubungan dibidang ekonomi yang menumbuhkan sikap saling
ketergantungan.74
71U.S. Energy Information Administration (EIA), 2006. 72Asian Development Bank, 2008. 73Stott, “The Japan-Indonesia Economic Partnership: Agreement Between Equals,” h, 6 74Atmawinata, , “Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya Saing di Pasar
Global: Pengaruh Implementasi MIDEC terhadap Penguatan Struktur Industri”, h, 5.
35
Gambar II.2.1.
Indonesia Liquefied Natural Gas Infrastructure75
Sumber: U.S. Energy Information Administration, HIS EDIN.
Pengolahan LNG utama Indonesia terdapat di pabrik Arun yang terletak di
Lhokseumawe Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, di pabrik Badak yang terletak
di Bontang Provinsi Kalimantan Timur, di pabrik Tangguh yang terletak di pulau
Sumatera dan terdapat pula di Papua. Dimana keduanya dibangun pada
pertengahan 1970-an di bawah kontrak untuk pasokan Jepang. Perusahaan-
perusahaan yang berpengaruh dalam LNG adalah Kanzai Electric Power Gas,
Chubu Electric, Kyushu Electric, Osaka Gas, Toho Gas dan Nippon Steel Corp,
75 U.S. Energy Information Administration (EIA), HIS EDIN, Indonesia LNG
infrastructure” [dokumen online] tersedia di
http://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=15331
36
sedangkan perusahaan yang bersangkutan dalam minyakadalah di Pabrik Badak,
Kalimantan Timur Indonesia76
Gambar II.2.2.
Indonesia LNG Exports by Destination77
Sumber: U.S. Energy Information Administration, PFC Energy.
Menurut sumber yang didapatkan dari U.S. Energy Information
Administration, sampai tahun 2006, Indonesia adalah eksportir LNG terbesar di
dunia. Indonesia saat ini eksportir terbesar keempat LNG setelah Qatar, Malaysia
dan Australia. Indonesia mengekspor hampir semua LNG ke Korean Selatan,
Jepang, Tiongkok dan Taiwan dengan volume yang jauh lebih kecil yaitu
Meksiko dan beberapa negara lainnya. Berdasarkan diagram diatas, Jepang
merupakan negara yang menjadi ekportir terbesar LNG dari Indonesia.
76 U.S. Energy Information Administration (EIA), “LNG import coincide with an
increased emphasis on regasification” tersedia di
http://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=15331 77U.S. Energy information Administration (EIA), “Indonesia LNG export by destination”
[dokumen online] tersedia di http://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=15331
37
c) Official Development Assistance (ODA)
Official Development Assistance (ODA) merupakan sebuah kebijakan
yang dibuat oleh negara-negara maju untuk membantu negara-negara berkembang
dalam proses pembangunannya.78
Gambar II.2.3.
Negara-negara Development Assistance Commite (DAC)
Tahun 1994 (dalam Juta Dollar AS)
Sumber: Lim Hua Sing, 2008.
Grafik di atas menjelaskan bahwa pada tahun 1994, Jepang menjadi
negara pendonor paling besar ketimbang sejumlah negara-negara lainnya yang
tergabung dalam Development Assistance Commite (DAC) yang terdapat di dalam
OECD. Jepang pada tahun tersebut memberikan donor sebesar US$ 13.239 juta,
Amerika Serikat sebesar US$ 9.851 juta, Jerman sebesar US$ 6.751 juta, Inggris
sebesar US$ 3.805 juta dan Denmark sebesar US$ 1.450 juta.79
78 Thomas D. Lairson dan David Skidmore, “International Political Economy: The
Struggle for Power and Wealth in a Globalizing World”, (New York: Routledge, 2003), h, 317. 79Lim Hua Sing, “Japan and China in East Asian Integration” (Singapore: Institute of
Southeast Asian Studies, 2008) h, 24.
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000
Denmark
Jepang
Amerika Serikat
Jerman
Inggris
38
Pada dasarnya ada empat perkembangan ODA Jepang, yaitu:80Pertama,
pada tahun 1946-1951 tahap di mana Jepang masih menjadi negara penerima
ODA asing, seperti dari Amerika dan Bank Dunia. Kedua, pada tahun 1945 tahap
di mana Jepang bergabung dalam Colombo Plan, menandai mulainya penyaluran
bantuan luar negeri Jepang ke sejumlah negara-negara di Asia. Melalui program
reparasi perang (sebagai alasan awal Jepang dalam menyalurkan ODA-nya),
Jepang menyalurkan bantuan luar negerinya yang mayoritas pada saat itu berupa
bantuan teknis dan hibah.
Bantuan-bantuan ini pada dasarnya tidak semata-mata karena motif
kemanusiaan ataupun tanggung jawab moral melainkan justru lebih menekankan
pada motif ekonominya. Hal ini terlihat dari bentuk dari bantuan-bantuan yang
ada umumnya bersifat mengikat, yang tentunya bertujuan untuk mempromosikan
ekspor Jepang semata.81 Kemudian bentuk bantuan yang ada lebih berkembang
pada bentuk pinjaman Yen, ketimbang bentuk bantuan lainnya.
Ketiga, pada tahun 1976 tahap dimana akhir program reparasi perang
Jepang. Dalam tahap ini, semenjak masuk bergabung dalam OECD, 82 Jepang
mnjadi lebih aktif dalam memberikan bantuannya. Salah satu penyebabnya adalah
karena adanya sejumlah desakan dari negara-negara maju terutama Amerika
Serikat. Namun pada tahun 1950-1960-an motif ODA Jepang adalah murni
80Tomoko Fujisaki, dkk. “Japan as Top Donor: the Challenge of Implementing Softwere
Aid Policy”, Jurnal Pasific Affairs Vol. 69 No. 4 (Winter, 1996-1997), h, 520-521. 81William L. Brooks, Robert M. Orr and JR, “Japan’s Foreign Economic Assistance”
Asian Survey (Maret, 1985), h, 322. 82 OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) merupakan
organisasi yang bergerak di bidang kerja sama ekonomi dan pembangunan. OECD didirikan pada
tahun 1961.
39
disebabkan oleh motif ekonomi saja. Selanjutnya sejak tahun 1970-1980-an
orientasi ODA-nya bukan hanya bersifat ekonomi saja, namun juga merambah ke
politik. Terutama dalam melindungi kepentingan-kepentingan Barat.83Keempat,
pada tahun 1989 tahap dimana Jepang telah menjadi salah satu pendonor terbesar,
terutama untuk wilayah Asia yang mencapai 66 persen dari total ODA yang
disalurkan Kepang pada tahun 1994.
Tabel II.1.2.
ODA yang diterima Indonesia 1994-1996 (Nilai: dalam jumlah US$)
Tipe Jumlah
Pinjaman Yen 137
Hibah 12
Kerjasama Teknis 230
Sumber: MOFA, 2006. Lihat di www.mofa.go.jp
Dari tahun 1994-1996 Indonesia menduduki posisi pertama dalam hal
negara yang paling banyak menerima ODA bilateral Jepang. Pada tahun 1994
sebesar US$ 8886,53 juta, pada tahun 1995 sebesar US$ 892,43 juta dan pada
tahun 1996 sebesar US$ 965,53 juta. Dibandingkan dengan Thailand dan Filipina
pada tahun 1994 sebesar US$ 382,55 juta, pada tahun 1995 sebesar US$ 667,37
dan 416,13 juta dan terakhir pada tahun 1996 sebesar US$ 664 dan 414,45 juta.84
Adapun tujuan dasar disalurkannya ODA Jepang, yaitu: 85 Pertama,
menstimulasikan ekonomi domestik dan ekspor Jepang. Kedua, sebagai cara
untuk mengamankan sumber-sumber bahan mentah dan energi bagi keperluan
domestic dan industrinya. Ketiga, sebagai alat untuk memperluas pengaruh
83Akitoshi Miyashita, “Limits to Power: Asymmetric Dependence and Japanese Foreign
Aid Policy” (USA: Lexington Books, 1964), h, 6. 84Ministry of Foreign Affairs of Japan (MOFA), 2006. 85John White, “The Politics of Foreign Aid”(New York: St. Martin Press, 1974), h, 30.
40
Jepang atas dinamika ekonomi-poliitk global ataupun mengintegrasikan wilayah-
wilayah tertentu, terutama wilayah Asia Pasifik ke dalam pengaruh Jepang.
Seperti apa yang dicita-citakan Jepang pada saat Perang Dunia II yang sekalipun
tidak melalui jalur militer.
Keempat, sebagai satu-satunya cara untuk bisa berhubungan baik dengan
negara-negara berkembang, terutama negara-negara yang pernah dijajah oleh
Jepang. Hasegawa juga menyimpulkan bahwa bantuan Jepang, pada dasarnya
memiliki dua tujuan, yakni untuk kepentingan nasionalnya serta dominasi
internasional baik secara ekonomi maupun politik (walaupun secara non
militeristik).86
Pemberian ODA Jepang disalurkan melalui dua cara, yaitu: 87Pertama,
secara bilateral, yang langsung disalurkan ke negara-negara penerima, seperti
penyaluran ke negara-negara anggota ASEAN, diantaranya Indonesia. Yang
diberikan pada saat berlangsungnya KTT ASEAN-Jepang pertama, guna
menstabilisasi perekonomian negara-negara di ASEAN sekaligus mencegah
masuknya pengaruh komunis Tiongkok, khususnya di Burma (Myanmar) dan
Indonesia. Kedua, secara multilateral, melalui organisasi internasional PBB,
seperti UNDP, UNEP, UNHCR dan melalui institusi financial, seperti ADB, IMF,
World Bank, APEC dan OECD.88
86Sukehiro Hasegawa, “Japanese Foreign Aid: Policy and Practice”(New York: Praeger,
1975), h, 5. 87 Tomataka Shoji, “Pursuing a Multi-dimensional Relationship: Rising China and
Japan’s Southeast Asia Policy” h, 160. 88Lim Hua Sing, ““Japan and China in East Asian Integration”, h, 265.
41
Terdapat empat institusi birokrasi yang menjadi utama dalam setiap
perumusan ODA yang pada perkembangannya terjadi perubahan atas dasar
struktur pembuat kebijakan ODA itu sendiri,89 yaitu METI, yang menginginkan
agar setiap ODA yang disalurkan lebih diutamakan kepada peningkatan investasi
dan perdagangan Jepang. MOFA, yang menginginkan agar ODA yang ada lebih
difokuskan untuk tujuan-tujuan internasional. MOF, yang menginginkan
penurunan dalam hal kuantitas ODA agar tidak mengganggu neraca pembayaran
Jepang dan juga dapat menciptakan defisit anggaran. Serta EPA.90
Serta beberapa aktor lainnya, antara keterlibatan institusi ini terkait dengan
penyaluran ODA yang memiliki tujuan atau proyek spesifik, yakni MAFF, MOT,
MOC.91 Selain itu kementerian ini pada dasarnya memiliki badan-badan sendiri,
seperti JICA dan JBIC yang biasanya menjadi implementator di lapangan.92
ODA Jepang disalurkan ke Indonesia dapat menjadi alat untuk
memperkuat hubungan ekonomi Indonesia dan Jepang melalui pemberian
pinjaman yen, hibah dan kerjasama teknis. Penyaluran ODA Jepang ke Indonesia
juga dapat meningkatkan investasi terkait perdagangan. Penyaluran ODA
memiliki peran yang cukup penting untuk meningkatkan volume perdagangan.
Namun rumitnya struktur birokrasi dalam merumuskan ODA dinilai menjadi
salah satu faktor sulitnya reformasi terhadap ODA Jepang, yang seharusnya
89 Koichi Noda, “Central Government Reform in Japan: for simple, efficiency and
transparent administration towards 21st century”, h, 6 90David Arase, “Japan Foreign Aid: Old Continuities and New Directions”, (London and
New York: Reoutledge, 2005), h, 10. 91William R. Nester, “Japan and The Third World: Patterns, Power and Prospects”, h,
77. 92 Alam Rix, “Japan’s Foreign Aid Challenge: Policy Reform and Aid Leadership”
(London and New York: Routledge, 1993), h, 33.
42
digunakan lebih kepada aturan-aturan ODA internasional seperti pengentasan
kemiskinan, bukannya untuk kepentingan perdagangan Jepang semata.93
d) Meningkatkan Volume Perdagangan
Perdagangan internasional merupakan salah satu motor penggerak
perekonomian dan memegang peran strategis dalam pertumbuhan ekonomi
negara-negara di dunia, diantaranya Indonesia. Hal tersebut didasari oleh semakin
terintegrasinya perekonomian negara-negara di dunia sebagai dampak adanya
globalisasi yang semakin mempermudah arus perpindahan informasi serta barang
dan jasa dari satu negara ke negara yang lain. Perdagangan internasional juga
dapat memberikan manfaat bagi suatu negara dengan memproduksi produk yang
memiliki keunggulan kompetitif serta mendorong masuknya investasi asing ke
dalam negeri. Investasi tersebut dapat menjadi faktor utama dalam mendorong
perkembangan industri dalam negeri dan meningkatkan produktivitas dengan
adanya technology spillover.94
Adapun beberapa penjelasan mengenai keuntungan dan kerugian dalam
melakukan perdagangan internasional, yaitu:95
1. Keuntungan perdagangan internasional adalah meningkatkan kemakmuran,
yaitu dengan memberikan kesempatan kepada setiap negara untuk
berspesialisasi dalam memproduksi barang dan jasa yang relatif efisien.
93David Arase,“Japan Foreign Aid: Old Continuities and New Directions”, h, 11. 94Ridai Afin, Herry Yulistiono dan Nur A Oktarani, “Perdagangan Internasional, Investasi
Asing dan Efisiensi Perekonomian Negara-negara ASEAN”, Buletin Ekonomi Moneter dan
Perbankan Journal, Januari 2008, h, 268. 95Ridai Afin, Herry Yulistiono dan Nur A Oktarani, h, 269.
43
2. Kerugian perdagangan internasional adalah ketika suatu negara
menemukan perusahaan lokalnya bangkrut dan negara tersebut menjadi
terbuka terhadap eksploitasi oleh monopoli asing. Akhirnya, beberapa peneliti
menantang perdagangan internasional karena penyeragaman budaya dan
kemungkinan terjadi dominasi politik yang disebut senagai trade off. Namun,
saat ini banyak pakar ekonomi mempercayai bahwa manfaat perdagangan
internasional melebihi kerugiannya.
Perkembangan nilai perdagangan antara Indonesia dan Jepang meningkat
tiap tahunnya dan neraca perdagangannya surplus untuk Indonesia seperti terlihat
pada table berikut:
Tabel II.1.3.
Perkembangan Ekspor-Impor Indonesia dan Jepang
(Nilai: dalam USD x Juta)96
Tahun Ekspor Impor Neraca
2000 16.380 7.586 -8.794
2001 14.870 6.404 -8.466
2002 14.183 6.215 -7.968
2003 16.468 7.164 -9.304
2004 18.670 9.064 -9.606
2005 20.937 9.297 -11.640
2006 24.146 7.378 -16.771
2007 26.445 9.047 -17.398
Sumber: Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, 2008
Berdasarkan tabel diatas, perkembangan nilai ekspor Indonesia ke Jepang
dalam perdagangan dari tahun 2000 sampai tahun 2007 meningkat setiap
tahunnya, sedangkan nilai impor Jepang ke Indonesia mengalami peningkatan
96 Atmawinata,“Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya Saing di Pasar
Global: Kajian Capacity Building Industri Manufaktur melalui Implementasi MIDEC-IJEPA”,
h, 11.
44
naik turun. Ekspor Indonesia ke Jepang didominasi dari tahun 2000 sebesar
16.380; tahun 2001 14.870; tahun 2002 sebesar 14.183; tahun 2003
sebesar16.468; tahun 2004 sebesar 18.670; tahun 2005 sebesar 20.937; tahun
2006 sebesar 24.146; dan tahun 2007 sebesar 26.445 volume perdagangan antar
kedua negara meningkat pesat dari yang sebelumnya berjumlah US$
30.159.470.700,00 pada tahun 2007 sebelum terjadinya perjanjian IJEPA antara
kedua negara.
Jepang merupakan mitra dagang utama Indonesia. Ini dapat dilihat dari
besarnya volume perdagangan kedua negara. Hingga 2007 Jepang masih
merupakan tujuan ekspor utama nomor 1 Indonesia dengan penyerapan sekitar
20% dari seluruh produk ekspor Indonesia yang diekspor ke Jepang. Di samping
itu Jepang merupakan asal impor terbesar dari Indonesia dengan penyerapan
sebesar 13% dari total impor Indonesia. Data yang ada menunjukkan bahwa
Jepang merupakan tujuan utama dari 70% produk ekspor migas, logam dan
mineral dengan penyerapan sebesar 14,6% produk non migas selama 30 tahun
terakhir. Neraca perdagangan kedua negara surplus untuk Indonesia. Produk
utama ekspor Indonesia ke Jepang adalah minyak dari Jepang ke Indonesia adalah
barang industri, barang modal dan permesinan.97
97Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.
45
Tabel II.2.1.
Produk Impor Utama Jepang ke Indonesia98
No H S Uraian Produk
11 84 Nuclear reactors, boilers, machinery & mechanical appliances, co
22 87 Vehicles other than railway or tramway rolling stock
33 72 Iron & Steel
34 73 Articles of iron or steel
55 00 Commodities not classified or re-ekspor or re-impor goods
66 85 Electrical machines & Equipment & Part, Telecomunication equip,
Sound recorders, Television recorders
77 90 Optical, Photographic, Cinematographic, Measuring, Checking,
Precission
88 29 Organic Chemicals
99 32 Tanning or Dyeing Ectracts, Dyes, Pigment, Paints & Vernishes,
Putty, Inks.
110 38 Miscellaneous Chemical Products
111 82 Tools, Spoons & Forks of base metal
112 74 Cooper & Articles thereof
113 68 Articles of stone, Plaster, Cement, Asbestos, Mica
114 37 Photographic or Cinematographic goods
115 79 Zinc & Articles thereof
Sumber: Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, 2008.
Dilihat pada tabel impor diatas, dari produk impor utama Jepang ke
Indonesia memperlihatkan bahwa Jepang sangat membutuhkan energi dan bahan
dasar dari Indonesia melalui kode HS yang telah disepakati oleh kedua negara.
Berdasarkan hal tersebut, adanya kepentingan Jepang terhadap Indonesia untuk
memenuhi kebutuhan domestiknya. Oleh karena itu, Jepang aktif menjalin
kerjasama internasional dengan negara-negara mitra utamanya maupun negara
potensial menurut Jepang. Berdasarkan hal tersebut, Jepang menjadikan Indonesia
sebagai negara partner di bidang perdagangan karena Indonesia dinilai mampu
untuk memenuhi kebutuhan domestik Jepang, disebabkan karena besarnya
populasi penduduk Indonesia yang dapat dijadikan sebagai tenaga kerja.
98Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.
46
Tabel II.2.2.
Produk Ekspor Utama Indonesia ke Jepang99
No H S Uraian Produk
11 27 Mineral fuels, Oils, Waxes & Biluminious sub
12 26 Ore Slag & Ash
13 44 Wood & Articles of woods, Woods charcoal
14 75 Nicle & Article thereof
15 03 Fish
66 40 Rubbers & Article thereof
77 48 Paper & Paperboard, Article of paper pulp
88 76 Rubbers & Article thereof
99 94 Furnituner, Bediing, Cushion, Lamp & Lighting fitting nesoi
illuminate
110 16 Ed. Prep. Of Meat, Fish, Crustaceans, etc
111 80 Tin & Article thereof
112 64 Footwear, Gaiters & the like
113 09 Coffe, Tea, Mate & Spices
114 52 Cotton, Inc yarn & Woven fabrics thereof
115 55 Man-made filament staple fiber, Yarn & Woven, etc
Sumber: Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, 2008.
Dilihat pada tabel ekspor diatas, dari produk ekspor utama Indonesia ke
Jepang memperlihatkan bahwa Indonesia membutuhkan barang modal dari
Jepang. Produk-produk utama perdagangan Indonesia yang di ekspor ke Jepang
seperti terlihat pada tabel diatas. Berdasarkan hal tersebut, Indonesia menyadari
perlunya bekerjasama dengan Jepang. Kerjasama dengan Jepang dinilai mampu
untuk meningkatkan kapasitas daya saing produk Indonesia di pasar dunia.
Karena, Jepang merupakan mitra dagang utama Indonesia, yang dilihat dari
besarnya volume perdagangan kedua negara. Bahkan hingga tahun 2007 Jepang
masih merupakan negara tujuan ekspor Indonesia.
99Atmawinata, “Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya Saing di Pasar
Global: Kajian Capacity Building Industri Manufaktur melalui Implementasi MIDEC-IJEPA”,
h, 10.
47
BAB III
INDONESIA-JAPAN ECONOMIC PARTNERSHIP AGREEMENT (IJEPA)
Bab ini membahas mengenai perjanjian yang dibuat oleh Jepang yaitu
perjanjian perdagangan dalam kerangka Indonesia-Japan Economic Partnership
Agreement (IJEPA). Pembahasan dibagi menjadi empat sub-bab yang dimulai
dengan menjelaskan sejarah pembentukan IJEPA, tujuan IJEPA, isi dan cakupan
dalam IJEPA melalui tiga pilar utamanya yaitu liberalisasi perdagangan, fasilitasi
dan kerjasama dan sub-bab terakhir yang akan membahas mengenai
meningkatkan kapasitas industri melalui elemen kerjama dalam program MIDEC.
III.1 Sejarah Pembentukan IJEPA
Jepang merupakan negara di kawansan Asia Timur pertama yang berhasil
melakukan proses pembangunan ekonomi dengan cepat pasca kehancuran pada
Perang Dunia II. Kebangkitan Jepang ini merupakan bentuk dari besarnya
dukungan pemerintah dalam ekonomi dan idustrialisasi,100 disebut juga sebagai
Development State.101
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan populasi terbesar ke-4
dunia setelah Tiongkok, India dan Amerika Serikat. Indonesia mewakili pasar
100Mark Beason, “The Rise and Fall (?) of The Development State: The Vicissitudes and
Implication of East Asian Intervention” (Stanford University Press: 1982), h, 1. 101 Development State menjadi model pembangunan Jepang yang banyak ditiru oleh
negara-negara Asia Tenggara, antara lain Singapura, Laos dan Malaysia. Kebijakan Development
State Jepang digambarkan dalam suatu formasi flying geese, dimana Jepang berada pada posisi
terdepan yang mempimpin perekonomian Asia melalui pemberian modal, transfer pengetahuan
teknologi dan managerial. lihat di Hitosi Tanaka dan Adam P. Liff, “Japan’s Foreign Policy and
East Asian Regionalism”, International Institutions and Global Governance Program Japan
Studies Program”. (New York: Council on Foreign Relations, 2009), h, 1.
47
48
asing yang potensial apabila pertumbuhan ekonomi berkesinambungan dapat
terwujud. Indonesia juga merupakan negara yang mampu mengatasi krisis
moneter dilihat juga dari hubungan ekonomi khususnya dibidang perdagangan
antara Indonesia dan Jepang yang semakin meningkat.
Jepang dikenal tidak hanya sebagai salah satu mitra dagang utama
Indonesia, namun juga sebagai salah satu negara terbesar dalam hal penanaman
modal di Indonesia. Jepang memandang Indonesia sebagai pasar yang signifikan
dan luas dengan prospek cerah bagi pertumbuhan di masa depan. Hubungan
ekonomi yang erat antara Indonesia dengan Jepang telah berlangsung lama
dimana tercatat lebih dari 50 tahun yang lalu, yakni pada tanggal 20 Januari 1958
Indonesia dan Jepang resmi menjalin hubungan ekonomi. 102 Ketika itu selain
berlangsung penandatanganan perjanjian damai beserta pembayaran kompensasi
pasca Perang Dunia II, juga terjadi kesepakatan tentang perihal hutang dan
investasi yang menjadi penanda lahirnya hubungan ekonomi antara kedua negara
secara resmi.103
Economic Partnership Agreement (EPA) adalah suatu perjanjian
kemitraan ekonomi, perjanjian ini merupakan perjanjian untuk menentukan
penghapusan atau pengurangan tariff yang dikenakan pada ekspor dan impor
102BPPT Indonesia, 55 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Jepang “What I Have
Learned form Japan” [artikel online] tersedia di http://www.bppt.go.id/86-opini/1843-55-tahun-
hubungan-diplomatik-indonesia-dan-jepang-what-i-have-learned-from-japan Internet; diakses pada
22 November 2013. 103Perjanjian Damai tersebut tertuang di dalam United Nation Treaty Series No. 4688
sementara kesepakatan tentang kompensasi perang yang bernilai sekitar US$ 223 yang akan
dibayarkan secara berangsur selama 12 tahun tercatat di dalam United Nation Treaty Series No.
4689. Sedangkan pertukaran nota kesepakatan hutang dan investasi direkan di dalam United
Nation Treaty Series No. 4691.
49
terhadap satu negara dengan negara lain. Perjanjian ini dapat dimanfaatkan selain
menyediakan tingkat tariff yang rendah (berdasarkan tariff yang tercantum dalam
perjanjian) pada ekspor dan impor, perjanjian ini juga menetapkan aturan
mengenai relaksasi peraturan tentang industri jasa dan pengembangan lingkungan
investasi.104
Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) merupakan
kerjasama ekonomi di bidang perdagangan antara Indonesia dan Jepang dengan
menghapuskan atau mengurangi hambatan perdagangan dan investasi,
memperbaiki investasi dan meningkatkan tingkat kepercayaan bagi investor
Jepang dan kerjasama di bidang prosedur kepabeanan pelabuhan dan jasa-jasa
perdagangan dan meningkatkan kerjasama melalui capacity building untuk sektor-
sektor industri prioritas sehingga kapasitas Indonesia lebih mampu bersaing
memanfaatkan secara optimal peluang pasar dari perjanjian.105
Negara-negara yang menjadi target Jepang untuk mengadakan perjanjian
EPA adalah negara di Asia Timur seperti Korea, Tiongkok serta Asia Tenggara,
khususnya yang telah tergabung di ASEAN. Jepang saat ini sudah melakukan
kesepakatan EPA dengan beberapa negara yakni, Meksiko, Chili dan negara
ASEAN yaitu Singapura pada Januari 2002; Malaysia pada Desember 2005;
104 Ministry of Economy, Trade and Industry Japan, “EPA Economic Partnership
Agreement” [dokumen online] tersedia di
http://www.meti.go.jp/policy/trade_policy/epa/english.html Internet; diakses pada 20 Januari
2017. 105 Ministry of Foreign Affairs Japan, “Exchange of diplomatic notes concerning the
entry into force of the economic partnership agreement between japan and Indonesia” [dokumen
online] tersedia di http://www.mofa.go.jp/announce/announce/2008/5/1180458_1010.html
Internet; diakses pada 27 Mei 2008.
50
Filipina pada Desember 2006; Brunei Darussalam pada Juni 2007; Indonesia pada
Agustus 2007; dan Thailand pada November 2007.106
Tercatat neraca perdagangan antara kedua negara berspekulasi dari tahun
ke tahun. Gambaran neraca perdagangan antara Indonesia dan Jepang sebelum
IJEPA ditandatangani dapat terlihat dari neraca berikut, yakni:107
Gambar III.1.1.
Neraca Perdagangan Indonesia dan Jepang sebelum IJEPA108
Sumber: Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, 2008.
Berdasarkan tabel diatas, perkembangan nilai ekspor Indonesia ke Jepang
dalam perdagangan dari tahun 2000 sampai tahun 2007 meningkat setiap
tahunnya, sedangkan nilai impor Jepang ke Indonesia mengalami peningkatan
naik turun. Ekspor Indonesia ke Jepang didominasi dari tahun 2000 sebesar
16.380; tahun 2001 14.870; tahun 2002 sebesar 14.183; tahun 2003
106 Stott, “The Japan-Indonesia Economic Partnership: Agreement Between Equals,”h, 2. 107 Data Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. 108Atmawinata,“Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya Saing di Pasar
Global: Kajian Capacity Building Industri Manufaktur melalui Implementasi MIDEC-IJEPA”,
h, 11
51
sebesar16.468; tahun 2004 sebesar 18.670; tahun 2005 sebesar 20.937; tahun
2006 sebesar 24.146; dan tahun 2007 sebesar 26.445 volume perdagangan antar
kedua negara meningkat pesat dari yang sebelumnya berjumlah US$
30.159.470.700,00 pada tahun 2007 sebelum perjanjian IJEPA.
Berdasarkan meningkatnya perdagangan antara Indonesia dan Jepang
sebelum IJEPA ditandatangani, pada akhirnya mendorong lahirnya suatu
pemikiran untuk lebih meningkatkan hubungan dagang melalui perjanjian
perdagangan bilateral. Kemudian bersambut ketika Presiden Indonesia kala itu,
yakni Megawati sedang berkunjung ke Tokyo pada tanggal 22-25 Juni 2003
dimana pada saat itu Megawati ditawari sebuah proposal yang diajukan PM
Jepang sebelumnya, yakni Junichiro Koizumi.109
Melalui “Joint Announcement by the Prime Minister of Japan and the
President of the Republic of Indonesia on the Possibility of the Economic
Partnership Agreement between Japan and Indonesia” pada tanggal 24 Juni 2003
Presdien Megawati dari Indonesia dan PM Junichiro Koizumi dari Jepang sepakat
untuk menugaskan pejabat di masing-masing pemerintah untuk mengadakan
pertemuan pendahuluan demi mendiskusikan kemungkinan lebih lanjut mengenai
pembentukan EPA antara Indonesia dan Jepang.110
109Ministry of Foreign Affairs Japan, “Joint Announcement by the Prime Minister of
Japan and the President of the Republic of Indonesia on the Possibility of the Economic
Partnership Agreement between Japan and Indonesia”, [dokumen online]tersedia di
http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/pv0306/economy.pdf Internet; diakses pada 8
September 2003. 110Ministry of Foreign Affairs Japan, “Joint Announcement by the Prime Minister of
Japan and the President of the Republic of Indonesia on the Possibility of the Economic
Partnership Agreement between Japan and Indonesia”, [dokumen online]tersedia di
52
Para pejabat akan bertemu secara bergantian di Jepang dan Indonesia.
Negara yang akan menjadi tuan rumah akan menyediakan sekretariat untuk
mendukung pertemuan. Diantara isu-isu yang dibahas oleh para pejabat dari
Jepang dan para perjabat dari Indonesia, yakni:
a) Arsitektur yang mungkin termasuk dalam lingkup EPA. dalam membahas
lingkup EPA, para pejabat akan memeriksa antara kedua negara di bidang
liberalisasi perdagangan barang, jasa dan investasi serta kerjasama bilateral di
bidang lain.
b) Persyaratan untuk EPA tersebut harus memenuhi jika ingin konsisten dengan
aturan WTO.
c) Fleksibilitas yang mungkin diperlukan untuk kedua negara adalah
memperhitungkan daerah sensitif dan kesulitan lainnya. Pengecualian di
berbagai bidang seperti, pertanian, kehutanan, perikanan dan sektor lainnya.
d) Manfaat strategis dan ekonomi bagi Jepang dan Indonesia bisa berasal dari
pembentuka EPA tersebut.
Lalu pada tanggal 8 September 2003 pertemuan pendahuluan tersebut pun
berlangsung di Tokyo dengan dihadiri Tri Mardjoko yang merupakan Direktur
Kerjasama Bilateral dari Kemanterian Perdagangan dan Perindustrian Indonesia,
sementara Jepang diwakili Fumio Yawata yang merupakan Direktur Devisi EPA
dari Biro Kerjasama Ekonomi, Kementerian Luar Negeri Jepang. Pertemuan
pendahuluan tersebut membicarakan banyak hal terkait pandangan masing-masing
http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/pv0306/economy.pdf Internet; diakses pada 8
September 2003..
53
negara atas bentuk EPA yang ingin mereka berlakukan juga isu-isu perdagangan
dan hal-hal terkait seperti jasa, investasi, HAKI, prosedur bea cukai, standar
teknis dan lain-lain. Pada pertemuan tersebut merupakan langkah awal dalam
proses konsultasi untuk mengeksplorasi kemungkinan EPA bilateral antara
Indonesia dan Jepang. Pertemuan akan diadakan secara rutin setiap 4 bulan sesuai
pada tanggal yang telah disepakati antara kedua belah pihak, secara bergantian di
Indonesia dan Jepang.111
Pada tanggal 6 November 2004 ketika tampuk pemerintah Indonesia telah
beralih dari Megawati ke Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Kepala Nippon
Keidanren,112 Hiroshi Okuda datang ke Jakarta. Hasil pertemuan tersebut berupa
komitmen dari Presiden SBY untuk melanjutkan proses negosiasi pembentukan
EPA yang diusulkan di masa Presiden Megawati. Lalu Presiden SBY
menyampaikan secara resmi kepada PM Koizumi untuk mengenai pentingnya
EPA sebagai alat untuk meningkatkan hubungan ekonomi diantara kedua
negara.113
Pasca pertemuan tersebut, pada tanggal 15 Desember 2004 Menteri
Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang, Soichi Nakagawa bertemu dengan
Menko Perekonomian Indonesia, Aburizal Bakrie disusul kemudian dengan
111Ministry of Foreign Affairs Japan, “The Preparatory Meeting on Japan-Indonesia
Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di http://www.mofa.go.jp/region/asia-
paci/indonesia/meet0309.html Internet diakses pada 8 September 2003. 112Nippon (Nihon) artinya Japan dalam bahasa Inggris. Sedangkan Keidanren artinya
Federasi Bisnis. Jadi, Nippon Keidenren merupakan suatu Federasi Bisinis Jepang atau semacam
Kadin di Indonesia. Dapat dilihat di “Kedutaan Besar Republik Indonesia di Tokyo, Jepang
Merangkap Federasi Micronesia” [berita online] tersedia di
http://www.kemlu.go.id/tokyo/id/Pages/Jepang.aspx 113 Ministry of Foreign Affairs Japan, “Japan-Indonesia Economic Partnership
Agreement”, Joint Study Group [dokumen online] tersedia di http://www.mofa.go.jp/region/asia-
paci/indonesia/summit0506/joint-3-2.pdf Internet; diakses pada (Mei, 2005), h, 3.
54
Menteri Perdagangan Indonesia, Mari Elka Pangestu di Jakarta keesokan harinya.
Hasilnya, pada tanggal 1 Februari 2005 mereka saling sepakat untuk membentuk
Joint Study Group (JSG) yang bertugas mengkaji dan memberikan penilaian
menyeluruh tentang kemungkinan pembentukan kesepakatan EPA serta biaya dan
keuntungan yang akan dihasilkan oleh kerjasama ini juga sektorr-sektor apa saja
yang akan dimasukkan ke dalam kerangka kerjasama tersebut.114
Hasil pertemuan tersebut kemudian diikuti dengan tiga putaran pertemuan
JSG hingga sampailah ke tahap negosiasi. Negosiasi berlangsung lama karena
Indonesia dan Jepang sama-sama memiliki resistensi yang tinggi terhadap
permintaan liberalisasi di sektor-sektor tertentu. Namun akhirnya setelah dua
tahun bernegosiasi tercapai juga kesepakatan untuk membentuk Indonesia-Japan
Economic Partnership Agreement (IJEPA) yang ditandatangani tanggal 20
Agustus 2007. IJEPA telah diratifikasi oleh Indonesia melalui Peraturan Presiden
No. 36 tahun 2008 tentang Pengesahan Agreement between the Republic of
Indonesia and Japan for an Economic Partnership. Perjanjian ini mulai berlaku
efektif tanggal 1 Juli 2008 dan akan ditinjau kembali pelaksanaannya pada 1 Juli
2013.115
114Hadi Soesastro dan M. Chatib Basri, “The Political Economy of Trade Policy in
Indonesia”, ASEAN Economic Bulletin Vol. 22, No, 1 (April, 2005), h, 16. 115Ministry of Foreign Affairs Japan, “Joint Press Statement on the Occasion of the entry
into force of the agreement between Japan and the Republic of Indonesia for an Economic
Partnership”, [dokumen online] tersedia di http://www.mofa.go.jp/region/asia-
paci/indonesia/joint0807.html Internet; diakses pada 1 July 2008.
55
III.2 Tujuan IJEPA
Tujuan-tujuan dari perjanjian IJEPA terdiri dari116 Pertama, memfasilitasi,
mempromosikan dan meliberalisasi perdagangan barang dan jasa di antara kedua
negara, meningkatkan kesempatan investasi melalui penguatan perlindungan
investasi dan kegiatan investasi di kedua negara. Kedua, menjamin perlindungan
hak kekayaan atas intelektual dan meningkatkan kerjasama di bidang industri
yang dapat meningkatkan transparansi dalam rezim pengaturan pengadaan barang
dan jasa oleh masing-masing pemerintah sekaligus mempromosikan kerjasama
antara kedua belah pihak pada rezim tersebut.
Ketiga, meningkatkan persaingan usaha dengan jalan menerapkan hukum
persaingan usaha dan bekerjasama untuk meningkatkan iklim persaingan tersebut.
Dalam memperbaiki iklim usaha di tiap negara peserta, negara dapat menetapkan
kerangka kerja dalam rangka mempererat kerjasama di sektor-sektor yang
disepakati di dalam perjanjian. Sehingga, dapat menciptakan prosedur yang
efektif untuk implementasi dan aplikasi dari perjanjian ini dan juga untuk
penyelesaian sengketa.
Mengenai adanya tujuan dalam perjanjian IJEPA antara kedua negara
dalam perjanjian kerjasama ekonomi ini akan memperkokoh kerjasama ekonomi
dengan negara dan kawasan lainnya di berbagai bidang dengan pembebasan dan
memfasilitasi bergeraknya sumber daya manusia, barang dan modal berdasarkan
116Ministry of Foreign Affairs Japan, “Agreement Between Japan and The Republic of
Indonesia for an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di
http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/epa0708/agreement.pdf Internet; diakses pada
10 Desember 2003, h, 10.
56
ketentuan-ketentuan yang telah diterapkan oleh kedua negara mengenai suatu
kerjasama kemitraan ekonomi antara Indonesia dan Jepang.117
III.3 Isi dan Cakupan Perjanjian IJEPA
1. Prinsip Dasar Perundingan Perjanjian IJEPA
Adapun prinsip dasar perundingan IJEPA adalah: 118 Pertama, bersifat
single undertaking (nothing is agreed until everything is agreed). Liberalisasi
perdagangan harus konsisten dengan pasar yang terdapat dalam general
agreement on trade in service pada tahun 2006 yang harus mengacu terhadap
sektor jasa tertentu. Dalam perdagangan jasa dibagi menjadi 12 sektor yaitu, jasa
bisnis, jasa komunikasi, jasa konstruksi, jasa distribusi, jasa pendidikan, jasa
lingkungan, jasa keuangan, jasa kesehatan terkait dengan sosial, jasa pariwisata,
jasa rekreasi, budaya dan olahraga, jasa transportasi.
Kedua, kerjasama perdagangan didasarkan pada request klasifikasi tariff
mitra berdasarkantariff line by line dan ketentuan produk-produknya berdasarkan
rules of origin, dimana Indonesia membuka akses pasarnya sekitar 93% dari
11.163 tarif line-nya bagi produk Jepang, dengan 58% dari tarif line tersebut akan
langsung berlaku sejak perjanjian dimulai pada tanggal 1 Juli 2008. Sebaliknya
Jepang membuka pasarnya bagi produk Indonesia lebih dari 90% dari 9.275 tarif
117 “Laporan Hasil Kajian Free Trade Agreement (FTA) dan Economic Partnership
Agreement (EPA) dan Pengaruhnya terhadap Arus Perdagangan dan Investasi dengan Negara
Mitra”, BKF Kemenkeu, Tim Kajian Pusat Kebijakan Regional dan Bilateral, h, 4. 118Atmawinata, “Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya Saing di Pasar
Global: Kajian Capacity Building Industri Manufaktur melalui Implementasi MIDEC-IJEPA”,
h, 3-19.
57
line-nya, dengan 80% dari tarif line tersebut langsung berlaku sejak perjanjian
dimulai.119
Melalui ketentuan-ketentuan rules of origin, untuk memberlakukan
perdagangan barang ini harus bisa dibuktikan bahwa produk tersebut benar-benar
dibuat di Indonesia atau Jepang. Untuk memanfaatkan keuntungan ini, perlu untuk
menjelaskan bahwa barang yang akan diekspor adalah barang dari pihak EPA
(barang asal). Yang bertujuan, setiap EPA telah menetapkan aturan untuk
menentukan apakah barang memenuhi syarat sebagai barang asal (rules of origin).
Ketiga, menjadikan Indonesia sebagai base rate untuk Jepang 1 April
2005, terkait kategori penurunan dan penghapusan tariff bersifat linier dengan
kategori fast track, normal track dan exclusive. Konsesi pengurangan dan
penghapusan tariff bea masuk dalam perdagangan barang, perlu menetapkan
modalitas penurunan tarif bea masuk dalam rangka persetujuan antara Indonesia
dan Jepang mengenai suatu kemitraan ekonomi. Modal penurunan tarif bea masuk
yaitu penurunan yang dilakukan secara bertahap berdasarkan waktu dan akhirnya
tarif bea masuk tersebut menjadi 0%. Penahapan tersebut dikelompokkan dalam 6
kelompok yaitu A, B3, B5, B7, B10, B15, X dan P.
2. Tiga Pilar IJEPA
Pihak Indonesia memandang IJEPA sebagai bentuk dari suatu kemitraan
formal antara Indonesia dan Jepang yang tujuan utamanya untuk meningkatkan
119Atmawinata, “Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya Saing di Pasar
Global: Kajian Capacity Building Industri Manufaktur melalui Implementasi MIDEC-IJEPA”, h,
3-20.
58
volume perdagangan kedua negara.120 Kerjasama IJEPA ini dibangun dengan tiga
pilar utama yaitu: Fasilitation, Liberalisme dan Cooperation.121
a) Liberalisasi: liberalisasi dalam perdagangan merupakan pengurangan atau
penghapusan batasan dan hambatan lain dari perdagangan (penyederhanaan
pengurusan tariff barang mengenai peraturan-peraturan yang terkait business
regulations).
b) Facilitation: Fasilitasi dalam perdagangan merupakan pengurangan biaya
perdagangan dan peningkatan kinerja bea cukai, penanganan di pelabuhan
(port holding) dan jasa-jasa yang terkait dengan perdagangan.
c) Cooperation: kerjasama merupakan elemen yang khusus berkaitan dengan
IJEPA dimana kedua pihak menyetujui untuk bekerjasama di berbagai bidang
di luar perdagangan. MIDEC merupakan kompensasi yang diberikan pihak
Jepang terhadap Indonesia. MIDEC juga berfungsi sebagai motor untuk
pembangunan capacity building dari sumber-sumber daya yang penting bagi
Indonesia.di mana pihak Jepang berkewajiban memberikan bantuan dalam
kegiatan yang meliputi, yaitu: basic study, trainee and trainer,technical
assistance yang dilengkapi dengan workshop dan kunjungan ke lapangan.
120Ministry of Foreign Affairs Japan, “Agreement between Japan and the Republic of
Indonesia an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di
http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/epa0708/agreement.pdf Internet; diakses pada
10 Agustus 2007, h, 9. 121Ministry of Foreign Affairs Japan, “Agreement between Japan and the republic of
Indonesia for an economic partnership”, [dokumen online] tersedia
http://www.mofa.go.jp/announce/announce/2007/8/1174856_832.html Internet; diakses pada 10
Agustus 2007.
59
Berdasarkan pilar tersebut disepakati 11 elemen yang dibicarakan dalam
kerangka perundingan IJEPA, yaitu:122
1. Trade in Goods;
2. Rules of Origin;
3. Customs Procedurs;
4. Investment;
5. Trade in Services;
6. Move of Natural Persons;
7. Energy and Mineral Resources;
8. Intellectual Property Right;
9. Government Procurement;
10. Competition Policy;
11. Cooperation;
Untuk mengakomodasi secara komprehensif dan memperlancar jalannya
perundingan IJEPA mewajibkan untuk membentuk komite bersama yang terdiri
dari wakil-wakil pemerintah kedua negara yang berfungsi meninjau kembali,
memantau pelaksanaan dan operasional persetujuan serta mempertimbangkan dan
merekomendasikan kepada pemerintah masing-masing setiap perubahan yang
terjadi pada persetujuan ini.
122Ministry of Foreign Affairs Japan, “Joint Announcement on the Commencement of
Negotiations on the Japan-Indonesia Economic Partnership Agreement”, [dokumen online]
tersedia di http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/summit0506/joint-3.html Internet;
diakses pada 2 Juni 2005.
60
Komite bersama yang dibentuk terbagi ke dalam 11 sub komite, yaitu: (1)
Sub komite perdagangan barang; (2) sub komite asal barang; (3) sub komite
prosedur kepabeanan; (4) sub komite penanaman modal; (5) sub komite
perdagangan jasa; (6) sub komite perpindahan orang perseorangan; (7) sub komite
energy dan sumber daya mineral; (8) sub komite kekayaan intelektual; (9) sub
komite pengadaan barang dan jasa bagi pemerintah; (10) sub komite perbaikan
lingkungan usaha dan peningkatan kepercayaan usaha; dan (11) sub komite
kerjasama. IJEPA ini tertuang dalam naskah perjanjian yang terdiri dari 15 Bab
154 Pasal dan 12 Lampiran.123
III.4 Pengembangan Capacity Building melalui program MIDEC
1. Pengertian MIDEC
Pengembangan kapasitas industri adalah proses dimana individu,
organisasi, lembaga dan masyarakat mengembangkan kemampuan (individu dan
kolektif) untuk melakukan fungsi, memecahkan masalah dan menetapkan untuk
suatu mencapai tujuan. Peningkatan kapasitas perlu didasarkan pada tujuan yang
jelas untuk apa tujuan tersebut dan melihat kemampuan masyarakat untuk
mewujudkan tujuan tersebut dalam pengembangan kapasitas industri suatu
negara.124
123Ministry of Foreign Affairs Japan, “Agreement between Japan and the Republic of
Indonesia an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di
http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/epa0708/agreement.pdf Internet; diakses pada
10 Agustus 2007, h, 17. 124Atmawinata, 2008. Bab 6, h, 2.
61
Peran pengembangan kapasitas industri, yaitu:125
a) Peningkatan kapabilitas melalui penguasaan pengetahuan tentang teknologi
manufaktur.
b) Peningkatan kapasitas manufaktur industri nasional melalui peningkatan
efisiensi internal dan efektivitas pasar
c) Penguatan organisasi industri yang mendukung sektor manufaktur terutama
yang diarahkan pada pemberdayaan dan koordinasi.
Manufacturing Industrial Development Center (MIDEC) merupakan
konpesasi yang diberikan pihak Jepang ke Indonesia. MIDEC berfungsi sebagai
motor untuk pembangunan capacity building di mana pihak Jepang berkewajiban
memberikan bantuan dalam kegiatan yang meliputi, yaitu: basic study, trainee
and trainer dan technologi.126
MIDEC dalam kerangka kerjasama IJEPA merupakan sebuah tujuan yang
ingin dicapai Jepangdalam meningkatkan kapasitas industri di Indonesia. Yang
pada tahap awal difokuskan pada tiga driver sektor yaitu, otomotif, elektronika
dan alat berat, konservasi energi.127
Melalui elemen cooperation Jepang menyatakan komitmennya akan
membantu Indonesia untuk meningkatkan kapasitas industrinya agar produk dan
125Atmawinata, “Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya Saing di Pasar
Global: Kajian Capacity Building Industri Manufaktur melalui Implementasi MIDEC-IJEPA”,
h, 6- 2. 126Achdiat Atmawinata, “Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya Saing di
Pasar Global: Pengaruh Implementasi MIDEC terhadap Penguatan Struktur Industri” Kementerian
Perindustrian Republik Indonesia, Jakarta, Desember 2009, h, 4. 127Persentasi Ministry of Trade the Republik of Indonesia di Tokyo, “Indonesia-Japan
Economic Partnership Agreement (IJEPA) and Its Effects on Indonesia and Japanese Economy”,
[dokumen online] diakses pada 30 November 2007, h, 22..
62
jasa Indonesia bisa memenuhi persyaratan mutu yang dituntut oleh pasar
Jepang.. 128 Untuk itu MIDEC perlu menetapkan visi dan misi dalam rencana
strategisnya, pusat pengembangan industri manufaktur MIDEC membuat visi misi
sebagai komitmen dalam mencapai tujuannya:129
a) Visi MIDEC menjadi pusat jaringan kerjasama lintas institusi yang berperan
dalam pembangunan kapasitas industri manufaktur Indonesia yang berdaya
saing global.
b) Misi MIDEC mendorong pengembangan kapasitas dan kapabilitas daya saing
produk manufaktur Indonesia di pasar dunia serta peningkatan kesejahteraan
masyarakat Indonesia di pasar dunia melalui kerjasama antar institusi/lembaga
yang didukung oleh pemerintah Indonesia dan Jepang dalam memajukan
empat sektor penggerak, yaitu: automotive, electrical and electronics, heavy
equipment dan energi.
2. Tujuan MIDEC
Adapun tujuan dari pusat pengembangan industri dalam MIDEC, yaitu:130
1. Meningkatkan daya saing industri manufaktur Indonesia
a) Indonesia menjadi basis produksi produk manufaktur Jepang.
b) Meningkatnya pemakaian produk manufakturr berdaya saing tinggi “made
in Indonesia” di pasar dunia.
128Persentasi Ministry of Trade the Republik of Indonesia di Tokyo, h, 14. 129Atmawinata, ““Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya Saing di Pasar
Global: Kajian Capacity Building Industri Manufaktur melalui Implementasi MIDEC-IJEPA”, h,
4-1. 130Atmawinata, ““Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya Saing di Pasar
Global: Pengaruh Implementasi MIDEC terhadap Penguatan Struktur Industri”, h, 1-3.
63
c) Meningkatnya kemampuan sumber daya manusia industri melalui
pelatihan industri.
2. Meningkatnya daya beli masyarakat Indonesia melalui property development
program.
3. Terjalinnya jejaring antara actor pengembangan industri manufaktur melalui
MIDEC.
4. Berperannya Indonesia menjadi mitra strategis Jepang di pasar internasional
khususnya di pasar ASEAN.
5. Terjalinnya kerjasama jangka panjang Indonesia dan Jepang dalam
pengembangan industry manufaktur dengan Jepang di bawah payung MIDEC-
IJEPA.
3. Cakupan Kerjasama dalam MIDEC
Sesuai dengan kesepakatan antara pihak Indonesia dan Jepang, maka
lingkup kerjasama MIDEC mencakup tiga belas sektor kegiatan. Kesepakatan
tersebut diawali dengan kesepakatan pada perundingan tanggal 10 November
2006, ‘Consolidated Paper on Invitative for Manufacturing Industy Development
Center” dimana kedua belah pihak setuju bekerjasama untuk indutri-industri yang
bersifat cross sectoral dan specific sector.131
131 Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, “Manufacturing Industrial
Development Center”, Persentasi Direktorat Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses
Industri Internasional, h, 9.
64
Tabel III.1.2.
MIDEC Sectors132
Cross sectoral Spesific Sectoral
- Metal Working - Automotive
- Welding - Electronics
- Mold & Dies - Steel
- Energy Conservation - Textile
- Export & Investment
Promotion
- Non-Ferrous
- Small & Medium Enterprises - Chemical (Petro & Oleo)
- Food & Beverages
Sumber: Persentasi Manufacturing Development Asisstance.
Stakeholders utama MIDEC yaitu, Pihak Indonesia, Pemerintah Republik
Indonesia, KADIN (kamar dagang dan industri), IMDIA (Indonesia Mold and
Dies Industry Association), API/IWS (Assosiasi Pengelasan Indonesia/Indonesia
Welding Society), Gabel (Gabungan Elektronik), HINABI (Asosiasi Industri Alat
Berat Indonesia), GIAMM (Gabungan Industri Alat-alat Mobil dan Motor),
GAIKINDO (Gabungan Industi Kendaraan Bermotor Indonesia), GAMMA
(Gabungan Asosiasi Perusahaan Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia),
GAPBESI (Gabungan Asosiasi Produsen Besi Baja seluruh Indonesia), API
(Asosiasi Pertekstilan Indonesia), INAPLAS (Industri Olevin dan Plastik
Indonesia) dan GAPMMI (Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman seluruh
Indonesia). Pihak Jepang, Pemerintah Jepang, JAMA (Japan Automobile
Manufacturer Association), JICA (Japan International Cooperation Agency),
JETRO (Japan Economic & Trade Representative Office), JARI (Japan
132Manufacturing Industry Development Center, ”New Initiative Approach”Ministry of
Industry the Republic of Indonesia, h, 10.
65
Automobile Research Institute), JIWES (Japan Welding Engineer Society) and
NEDO (New Energy and Industrial Technology Development Organization).133
MIDEC merupakan suatu bidang dalam IJEPA dengan dua tugas utama,
yaitu: Pertama, melaksanakan hasil kesepakatan kerjasama ekonomi antara
Indonesia dan Jepang dalam bidang pengembangan industri manufaktur. Kedua,
mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan kerjasama sesuai dengan Sub Bidang
yang meliputi perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi secara
berkelanjutan.
Sesuai dengan tiga belas sektor kegiatan kerjasama untuk pengembangan
industri manufaktur Indonesia, maka organisasi MIDEC mencakup tiga belas Sub
Bidang, yaitu:134
1. Sub Bidang Pengembangan Teknologi Logam (Support for Improvement of
Metalworking-Related Technologies).
2. Sub Bidang Teknik Peralatan (Tooling Technique).
3. Sub Bidang Teknik Pengelasan (Welding Technique).
4. Sub Bidang Teknik Konservation Energy (Energy Conservation).
5. Sub Bidang Program Pengembangan Industri, Ekspor dan Promosi Investasi
(Industry Support Program for Ekspor and Investment Promotion).
6. Sub Bidang Usaha Kecil dan Menengah (Small and Medium Scale Enterprise
Promotion).
133Manufacturing Industry Development Center, h, 12. 134Atmawinata, 2008, Bab 4, h, 3.
66
7. Sub Bidang Kenderaan Bermotor dan Komponen Kenderaan Bermotor
(Automotive/Automotive Part).
8. Sub Bidang Peralatan Listrik dan Elektronika (Elektrik/Elektronik Equipment).
9. Sub Bidang Baja dan Produk Baja (Steel/Steel Products).
10. Sub Bidang Tekstik dan Produk Tekstil (Textile).
11. Sub Bidang Kimia Organik dan Kimia Anorganik (Petro and oleoChemical).
12. Sub Bidang Non Logam (Non Ferrous).
13. Sub Bidang Makanan dan Minuman (Food and Beverages)
EPA dengan Jepang merupakan perjanjian bilateral yang pertama bagi
Indonesia dan menempatkan Indonesia sejajar dengan negara pesaing di pasar
Jepang, terutama yang memiliki perjanjian EPA dengan Jepang seperti Singapura,
Thailand, Malaysia, Filipina, Brunei dan Meksiko. EPA dengan Jepang konsisten
dan komplementer dengan komitmen perjanjian perdagangan lain.
Dengan melakukan kerjasama perdagangan dengan Jepang, adapun
manfaat MIDEC bagi kepentingan Indonesia, yaitu peningkatan akses pasar
barang, ekspor ke Jepang dapat ditingkatkan lebih dari 20%. Adanya investasi
Jepang di Indonesia melalui kerjasama capacity building dapat mendorong
supporting industries yang akan bermanfaat bagi perkembangan industri
Indonesia akan membuka lapangan kerja, berkembangnya industri pendukung dan
pertumbuhan ekonomi serta meningkatnya daya beli masyarakat.135
135Atmawinata, “Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya Saing di Pasar
Global: Pengaruh Implementasi MIDEC terhadap Penguatan Struktur Industri”, h, 6- 9.
67
BAB IV
PERAN JEPANG MENINGKATKAN KERJASAMA PERDAGANGAN
MELALUI KERANGKA IJEPA
Perundingan bilateral antara Indonesia dengan Jepang telah diselesaikan
dalam perjanjian kerjasama bilateral yaitu Indonesia-Japan Economic Partnership
Agreement (IJEPA) yang ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dan PM. Jepang Shinzo Abe pada tanggal 20 Agustus 2007 di Jakarta.
Namun pengesahan persetujuan antara Indonesia dan Jepang mengenai suatu
kemitraan ekonomi berlaku secara efektif pada tanggal 1 Juli 2008.136
Perjanjian kerjasama bilateral IJEPA bertujuan untuk mempererat
hubungan kedua negara di bidang ekonomi melalui tiga pilar utama.Tiga pilar
tersebut yaitu, Liberalisasi, Facilitation dan Cooperation. 137 Dalam perjanjian
IJEPA terdapat 11 elemen yang disepakati yaitu, Trade in Goods; Rules of
Origin; Customs Procedures; Investment; Trade in Service; Move of Natural
Persons; Energy and Mineral Resources; Intellectual Property Right;
Goverrnment Procurement; Competition Policy; dan Cooperation. Dari 11
elemen tersebut, yang sangat terkait dengan sektor industri adalah: Trade in
Goods; Rules of Origin; Trade in Service; dan Cooperation.138
136User Spesific Duty Free Scheme (USDFS) dan Implementasi IJEPA, Departemen
Perindustrian Republik Indonesia, [presentasi online] tersedia di http://kadin-
indonesia.or.id/id/doc/Presentasi%20IJ-EPA-Depperin.pdf h, 1. 137User Spesific Duty Free Scheme (USDFS) dan Implementasi IJEPA, h, 2. 138Ketentuan Asal Barang IJEPA dan Tata Cara Pengisian From IJEPA, Departemen
Perdagangan Republik Indonesia, [presentasi online] tersedia dihttp://kadin-
indonesia.or.id/id/doc/Presentasi%20IJ-EPA-Depperdag.pdf Internet; 17 November 2008, h, 5.
67
68
IV.1 Liberalisasi
Liberalisasi berdasarkan perdagangan dalam perjanjian IJEPA merupakan
pengurangan atau penghapusan hambatan dan investasi asing dalam perdagangan
(bea masuk, perbaikan kapasitas hukum) antara negara Indonesia dan Jepang.139
Sejak berlakunya perjanjian IJEPA, Jepang memberikan konsesi khusus kepada
Indonesia berupa pengurangan dan penghapusan tariff bea masuk dalam tiga
kategori,yaitu fast-track, normal-track dan exclusive. Namun, untuk kategori
(exclusive) barang selain industri dengan memasang emergency and safeguard
measures untuk mencegah adanya dampak negatif dari produk domestik.
Tabel IV.1.1.
Kesepakatan Pengurangan dan Penghapusan Tarif Bea Masuk IJEPA140
Konsesi Indonesia Konsesi Jepang
Sekitar 93% dari pos tariff (92%
dari nilai ekspor Jepang ke
Indonesia) masuk dalam IJEPA
Lebih 90% dari pos tariff (99% dari
nilai ekspor Indonesia ke Jepang)
masuk ke dalam IJEPA
Sekitar 35% dari pos tariff akan = 0
pada saat berlakunya IJEPA (fast
track).
Sekitar 80% dari pos tariff akan = 0
pada saat berlakunya IJEPA (fast
track)
Sekitar 58% dari pos tariff secara
bertahap akan = 0 (3-15 tahun sejak
berlakunya IJEPA)
Sekitar 10% dari pos tariff secara
bertahap akan = 0 (3-10 tahun sejak
berlakunya IJEPA)
Sekitar 7% dari seluruh pos tariff
(834) tidak masuk IJEPA (exclusive
list).
Sekitar 10% dari pos tariff (886)
tidak masuk dalam IJEPA
(exclusive list)
Jumlah pos tariff Indonesia 11163
tahun 2006. Nilai ekspor Jepang ke
Indonesia US$ 5,5 milyar
Jumlah seluruh pos tariff Jepang
9275. Nilai ekspor Indonesia ke
Jepang tahun 2006 US$ 21 milyar
Sumber: Departemen Perdagangan Republik Indonesia, 2008.
Berdasarkan tabel diatas menurut Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun
2008 tentang pengesahan Agreement between the Republic of Indonesia and
139Ketentuan Asal Barang IJEPA dan Tata Cara Pengisian From IJEPA, h, 2. 140User Spesific Duty Free Scheme (USDFS) dan Implementasi IJEPA, h, 3.
69
Japan for an Economic Partnership mengenai perjanjian pengurangan dan
penghapusan tariff bea masuk dalam IJEPA yang telah disepakati oleh Indonesia
dan Jepang. Indonesia membuka akses pasarnya sekitar 93% dari 11.163 tarif
line-nya bagi produk Jepang, dengan 58% dari tarif line tersebut akan langsung
berlaku sejak perjanjian dimulai pada tanggal 1 Juli 2008.
Sedangkan Jepang membuka pasarnya bagi produk Indonesia lebih dari
90% dari 9.275 tarif line-nya, dengan 80% dari tarif line tersebut langsung berlaku
sejak perjanjian dimulai.141 Terkait konsesi pengurangan dan penghapusan bea
masuk dalam perdagangan barang, perlu menetapkan modalitas penurunan tarif
bea masuk dalam rangka persetujuan antara Indonesia dan Jepang mengenai suatu
kemitraan ekonomi.142
1. Trade in Goods
Pada trade in goods, dirundingkan modal penurunan tarif bea masuk yaitu
penurunan yang dilakukan secara bertahap berdasarkan waktu dan akhirnya tarif
bea masuk tersebut menjadi 0%. Penahapan tersebut dikelompokkan dalam 6
kelompok yaitu A, B3, B5, B7, B10, B15, X dan P.
Kelompok A atau disebut fast track mulai langsung diberlakukan begitu
perjanjian diberlakukan (entry to force).Kelompok B mulai diberlakukan secara
bertahap sesuai dengan angka pada B yang menunjukkan tahun mulai berlaku.
141Atmawinata, “Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya Saing di Pasar
Global: Pengaruh Implementasi MIDEC terhadap Penguatan Struktur Industri”, h, 3-20. 142Ministry of Finance Indonesia, “Modalitas Penurunan Tarif Bea Masuk dalam rangka
persetujuan antara Indonesia dan Jepang mengenai suatu kemitraan ekonomi”, Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 94/PMK.011/2008. Jakarta, [dokumen online] tersedia di
http://www.kemenkeu.go.id/node/20698 Internet; diakses pada 30 Juni 2008, h, 1.
70
Kelompok P merupakan pengaturan dengan catatan-catatan dan kelompok X
adalah komoditi yang tidak dimasukkan dalam skema penurunan tarif. Adapun
dalam perjanjian IJEPA diatur modalitas penurunan tarif bea masuk dari
Indonesia ke Jepang yang terbagi dalam beberapa kategori, yang akan dipaparkan
dalam tabel berikut ini:143
Tabel IV.1.2.
Modalitas Penurunan Tarif Bea Masuk Indonesia ke Jepang144
Kategori
Barang
Jadwal Penurunan Tarif Bea Masuk
A Tariff bea masuk menjadi 0% pada tanggal implementasi
B3 Tariff bea masuk menjadi 0% dalam 4 tahap dengan tingkat penurunan
yang sama setiap tahun. Penurunan tahap pertama dimulai pada
tanggal implementasi.
B5 Tariff bea masuk menjadi 0% dalam 6 tahap dengan tingkat penurunan
yang sama setiap tahun. Penurunan tahap pertama dimulai pada
tanggal implementasi.
B7 Tariff bea masuk menjadi 0% dalam 8 tahap dengan tingkat penurunan
yang sama setiap tahun. Penurunan tahap pertama dimulai pada
tanggal implementasi.
B10 Tariff bea masuk menjadi 0% dalam 11 tahap dengan tingkat
penurunan yang sama setiap tahun. Penurunan tahap pertama dimulai
pada tanggal implementasi.
B15 Tariff bea masuk menjadi 0% dalam 16 tahap dengan tingkat
penurunan yang sama setiap tahun. Penurunan tahap pertama dimulai
pada tanggal implementasi.
X Dikecualikan dari penurunan tariff bea masuk, berlaku tariff MFN
P Tariff bea masuk diturunkan dengan mengikuti catatan-catatan
sebagaimana tercantum dalam penjelasan.
Sumber: Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2008.
Berdasarkan tabel modalitas penurunan tarif bea masuk Indonesia ke
Jepang dengan kategori fast track, normal track dan exclusive. Adanya penetapan
atau penurunan tariff bea masuk berdasarkan barang-barang yang dibagi dalam
bebeapa kategori, yaitu: Pertama, fast track berdasarkan kategori barang A,
143Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang termaktub di dalam Implementing Agreement
IJEPA. 144Ministry of Finance Indonesia, “Modalitas Penurunan Tarif Bea Masuk dalam rangka
persetujuan antara Indonesia dan Jepang mengenai suatu kemitraan ekonomi”, h, 3.
71
Kedua, normal track berdasarkan kategori barang B dan P dengan catatan dan
Ketiga, Pengecualian, berdasarkan kategori barang X. Dari kategori-kategori tabel
diatas juga dapat dilihat bahwa penurunan tariff bea masuk Indonesia ke Jepang
disesuaikan dengan kategori yang ditetapkan pada saat tanggal implementasi oleh
Departemen Keuangan Republik Indonesia. Ekspor Indonesia ke Jepang dalam
pos-pos tariff khusus mencakup 93% dari pos tariff yang akan diturunkan hingga
0% pada saat berlakunya perjanjian IJEPA. Adapun kategori penurunan tariff
dalam perdagangan barang, yaitu:145
a) Fast Track
Dalam kategori jalur cepat, persentase tertentu dari total pos tariff 35% akan
diturunkan ke 0% pada saat berlakunya IJEPA atau pada tanggal di
implementasikan karena skema ini termasuk kedalam skema jalur cepat.
b) Normal Track
Dalam kategori bertahap, tariff diturunkan menjadi 0% pada jangka waktu
tertentu yang bervariasi dari minimal tiga tahun hingga maksimal menjadi 10
tahun (bagi Jepang) atau 15 tahun (bagi Indonesia) sejak berlakunya IJEPA
bagi persentase tertentu dari total pos tariff 58%.
c) Exclusive
Dalam kategori pengecualian, kategori ini termasuk ke dalam konsesi tariff
khusus bagi sektor-sektor industri tertentu dan konpensasinya melalui fasilitasi
pusat pengembangan industri manufaktur dan pada tariff bea masuk ini
145 “Petunjuk pelaksanaan impor barang dalam skema IJEPA” Direktorat Teknis
Kepabeanan dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, [presentasi online] tersedia di
http://itpc.or.jp/wpcontent/uploads/pdf/ijepa/Presentasi%20IJEPA%20Bea%20dan%20Cukai.pdf
internet; diakses pada 30 Juni 2008, h, 3.
72
diturunkan dari pos tariff 7% menjadi pos tariff 0% dengan pengecualian yang
berlaku pada tariff most favored nations.
Adapaun tabel catatan-catatan dari kategori modalitas penurunan tariff bea
masuk Indonesia ke Jepang, yaitu:
TabelIV.1.3.
Modalitas Penurunan Tarif Bea Masuk atas Kategori Barang P146
Catatan Jadwal Penurunan Tarif Bea Masuk
1 Terhadap barang dengan tariff bea masuk 5% diturunkan menjadi 0% secara bertahap
dengan tingkat penurunan yang sama, dengan ketentuan:
(a) Penurunan pada tahun pertama berlaku pada tanggal implementasi.
(b) Penurunan tahunan berikutnya diterapkan setiap tanggal 1 Januari.
(c) Menjadi 0% pada tanggal 1 Januari 2010.
2 Diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan tersendiri tentang skema User Specific Duty
Free Scheme (USDFS).
3 Tingkat tariff bea masuk diturunkan dengan ketentuan menjadi:
(a) 15% pada tanggal implementasi.
(b) 12% pada tanggal 1 Januari 2016.
4 Terhadap barang dengan tariff bea masuk 5% diturunkan menjadi 0% secara bertahap
dengan tingkat penurunan yang sama, dengan ketentuan:
(a) Penurunan pada tahun pertama berlaku pada tanggal implementasi
(b) Penurunan tahun berikutnya diterapkan setiap tanggal 1 Januari.
(c) Menjadi 0% pada tanggal 1 Januari 2009.
5 Tingkat tariff bea masuk diturunkan dengan ketentuan menjadi:
(a) 20% pada tanggal implementasi.
(b) 16% pada tanggal 1 Januari 2016.
6 Tingkat tariff bea masuk diturunkan dengan ketentuan menjadi:
(a) 10% pada tanggal implementasi.
(b) 5% atau menjadi tingkat tariff bea masuk yang berlaku dalam skema
Kesepakatan Perdagangan Barang sebagai bagian dari Kesepakatan Kerangka
Kerja Kerjasama Ekonomi Menyeluruh antar Negara-negara Anggota ASEAN
dan Republik Korea (AK-FTA) pada tanggal 1 Januari 2016. Apabila ada
perbedaan tingkat tariff bea masuk, yang berlaku adalah tingkat tariff bea
masuk yang lebih rendah.
7 Terhadap barang dengan tariff bea masuk 10% diturunkan menjadi 0% secara bertahap
dengan tingkat penurunan yang sama, dengan ketentuan:
(a) Penurunan pada tahun pertama berlaku pada tanggal implementasi.
(b) Penurunan tahunan berikutnya berlaku setiap tanggal 1 Januari.
(c) Menjadi 0% pada ttanggal 1 Januari 2010.
8 Tariff bea masuk diturunkan dengan ketentuan menjadi:
(a) 10% pada tanggal implementasi.
(b) 8% pada tanggal 1 Januari 2009.
(c) 6% pada tanggal 1 Januari 2010.
(d) 4% pada tanggal 1 Januari 2011.
146Ministry of Finance Indonesia, “Modalitas Penurunan Tarif Bea Masuk dalam rangka
persetujuan antara Indonesia dan Jepang mengenai suatu kemitraan ekonomi”, h, 4-6.
73
(e) 0% pada tanggal 1 Januari 2012.
9 Terhadap barang dengan tariff bea masuk 15% diturunkan menjadi 0% secara bertahap
dengan tingkat penurunan yang sama, dengan ketentuan:
(a) Penurunan pada tahun pertama berlaku pada tanggal implementasi.
(b) Penurunan tahunan berikutnya berlaku setiap tanggal 1 Januari
(c) Menjadi 0% pada tanggal 1 Januari 2011
10 Terhadap barang dengan tariff bea masuk 8% diturunkan menjadi 0% secara bertahap
dengan tingkat penurunan yang sama, dengan ketentuan:
(a) Penurunan pada tahun pertama berlaku pada tanggal implementasi.
(b) Penurunan tahunan berikutnya berlaku setiap tanggal 1 Januari
Menjadi 0% pada tanggal 1 Januari 2009
11 Tingkat tariff bea masuk diturunkan dengan ketentuan menjadi:
(a) 8% pada tanggal implementasi
(b) 5% atau menjadi tingkat tariff bea masuk yang berlaku dalam AKFTA pada
tanggal 1 Januari 2016. Apabila terdapat perbedaan tingkat tariff bea masuk,
yang berlaku adalah tingkat tariff bea masuk yang lebih rendah.
12 Tingkat tariff bea masuk diturunkan dengan ketentuan menjadi:
(a) 8% pada tanggal implementasi.
(b) 6,4% pada tanggal 1 Januari 2016.
13 Tingkat ttarif bea masuk diturunkan dengan ketentuan menjadi:
(a) 60% pada tanggal implementasi.
(b) 20% pada tanggal 1 Januari 2012.
(c) 5% atau menjadi tingkat tariff bea masuk yang berlaku dalam AKFTA pada
tangggal 1 Januari 2016. Apabila ada perbedaan tingkat tariff bea masuk, yang
berlaku adalah tingkat tariff bea masuk yang lebih rendah.
14 Tingkat tariff bea masuk diturunkan dengan ketentuan menjadi:
(a) 45% pada tanggal implementasi.
(b) 20% pada tanggal 1 Januari 2012.
(c) 5% atau menjadi tingkat tariff bea masuk yang berlaku dalam AKFTA pada
tanggal 1 Januari 2016. Apabila ada perbedaan tingkat tariff bea masuk, yang
berlaku adalah tingkat tariff bea masuk yang lebih rendah.
15 Tingkat tariff bea masuk diturunkan dengan ketentuan menjadi:
(a) 40% pada tanggal implementasi.
(b) 20% pada tanggal 1 Januari 2012.
(c) 5% atau menjadi tingkat tariff bea masuk yang berlaku dalam AKFTA pada
tanggal 1 Januari 2016. Apabila ada perbedaan tingkat tariff bea masuk, yang
berlaku adalah tingkat tariff bea masuk yang lebih rendah.
Sumber: Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2008.
Berdasarkan tabel yang terdapat pada catatan-catatan modalitas penurunan
tariff bea masuk Indonesia ke Jepang merupakan hal terpenting bagi negara yang
telah bekerjasama dalam perjanjian IJEPA, sehingga bagi negara pengguna tariff
bea masuk dalam IJEPA bisa mengetahui berapa persen penurunan bea masuk
yang ditetapkan sesuai dengan kategori barangnya.
74
2. Rules of Origin (ROO)
Ketentuan asal barang adalah suatu peraturan atau ketentuan administrasi
yang diterapkan oleh suatu kelompok negara untuk menentukan negara asal
barang.147 Negara asal barang tersebut bisa diperoleh bila seluruh barang tersebut
diproduksi dari suatu negara (wholly obtained goods) atau bisa juga barang
tersebut hanya sebagian diproduksi suatu negara dan sisanya mengandung
bahan/komponen impor (not wholly obtained goods).148
Untuk memberlakukan perdagangan barang ini harus bisa dibuktikan
bahwa produk tersebut benar-benar dibuat di Indonesia atau Jepang. Itu juga
sudah disepakati dalam forum perundingan ketentuan asal barang dalam IJEPA.
Dalam perdagangan barang suatu produk dapat dikatakan berasal dari salah satu
negara bila produk tersebut telah mengalami satu atau beberapa tahapan proses,
yang menyebabkan produk tersebut nomor HS-nya berubah dari nomor HS awal
yang disebut juga sebagai HS substantial transformation.149
Terkait kode HS yang telah disepakati antara kedua negara, dimana
Indonesia dan Jepang dalam melakukan perdagangan barang secara ekspor dan
impor harus melihat dari mana barang tersebut berasal. Adapun cara melihat kode
HS dalam perdagangan yang telah disepakati dalam perjanjian IJEPA.
147Ketentuan Asal Barang IJEPA dan Tata Cara Pengisian From IJEPA, h, 6. 148Ministry of Foreign Affairs, “Agreement between the Republic of Indonesia and Japan
for an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di http://www.mofa.go.jp/region/asia-
paci/indonesia/agree0807.pdf Internet; diakses pada 1 Juli 2008. “Parties which accept this from
the purpose of preferential treatment under the agreement between the Republic of Indonesia and
Japan for an Economic Partnership (hereinafter refered) to as the agreement” are Indonesia and
Japan” Preference Criteria. Part 2 Section 1 Appendix 1-B. 149Ministry of Foreign Affairs, “Agreement between the Republic of Indonesia and Japan
for an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di http://www.mofa.go.jp/region/asia-
paci/indonesia/agree0807.pdf Internet;diakses pada 1 Juli 2008. Dokumen, Part2 Section1 Rule1.
75
Tabel IV.2.1.
Applicable HS Varies by Agreement150
HS2002 Japan-Mexico, Japan-Malaysia, Japan-Chile, Japan-Thailand,
Japan-Indonesia, Japan Brunei, Japan-ASEAN and Japan-
Philippines
HS2007 Japan-Switzerland, Japan-Vietnam, Japan-India and Japan-
Peru
HS2012 Japan-Australia
Sumber: Ministry of Economy, Trade and Industry (METI) Japan.
Berdasarkan tabel diatas, referensi prosedur memperoleh Certificat of
Origin (COO), yaitu: 151 Pertama, Check the HS Number of Export Goods,
pertama-tama, jumlah nomor HS dari barang ekspor diperiksa untuk
memanfaatkan EPA. oleh karena itu bertanya kepada importir untuk memeriksa
nomor HS yang benar, seperti HS2012 digunakan untuk negara Japan-Australia,
HS2012 untuk negara Japan-Switzerland, Japan-Vietnam, Japan-India and Japan-
Peru dan HS 2002 untuk perjanjian lainnya. Kedua, Check the EPA Tariff Rate,
periksa tingkat tariff barang EPA yang dikonfirmasi dengan nomor HS (apakah
tingkat tariff lebih menguntungkan dari pada yang berlaku biasanya) yang dapat
dilihat di EPA’s concession schedule and JETRO’s world tariffs.
Ketiga, Check the Rules of Origin of Export Goods,periksa ketentuan
aturan asal barang untuk mengkonfirmasi apakah barang memenuhi syarat untuk
memperoleh manfaat dari EPA dan periksa aturan asal barang ekspor tertentu di
bab ROO dari perjanjian EPA. Keempat, Check the Origin Status of Export
150 Ministry of Economy,Trade and Industry (METI) Japan,“Basic Approaches to
Determine the Origin and Exemplification of Documents Necessary to be Prepared and
Stored”OriginCertification Policy
Officehttp://www.meti.go.jp/policy/external_economy/trade_control/boekikanri/download/gensanc
hi/en_roo_guideline.pdf h, 7. 151 Ministry of Economy, Trade and Industry (METI) Japan, h, 22.
76
Goods, setelah aturan asal barang telah ditentukan. Kelima, Apply for and Obtain
the COO, setelah barang yang diekpor dikonfirmasi dilanjutkankan dengan
mengakses situs JCCI152 untuk memulai prosedur permohonan penerbitan COO.
COO merupakan sebuah perjanjian kemitraan ekonomi yang bermanfaat
untuk mengurangi dan menghilangkan tariff pada barang yang dihasilkan dalam
perjanjian. COO juga membuktikan bahwa suatu barang berasal dari Indonesia ke
Jepang atau dari Jepang ke Indonesia.153 Untuk memanfaatkan keuntungan ini,
perlu untuk menjelaskan bahwa barang yang akan diekspor adalah barang dari
pihak EPA (barang asal). Untuk tujuan ini, setiap EPA telah menetapkan aturan
untuk menentukan apakah barang memenuhi syarat sebagai barang asal (rules of
origin).
IV.2 Facilitation
Fasilitasi berdasarkan perdagangan dalam perjanjian IJEPA merupakan
pengurangan biaya perdagangan dan peningkatan kinerja bea cukai, penanganan
di pelabuhan, upaya memperbaiki iklim investasi, penanganan di pelabuhan,
meningkatkan kepercayaan investor Jepang terkait jasa perdagangan.154
Terkait dengan penghapusan tariff dalam perjanjian IJEPA ini, kiranya
sangat perlu diperhatikan dengan adanya berbagai hambatan-hambatan non tariff.
152The Japan Chamber of Commerce and Industry (JCCI) is a network of comprehensive
local economic organizations made up of the representatives of some 1.26 million member
businesses nationwide, embracing everything from large and medium-sized corporations down to
small firms and sole proprietors. The first Chamber of Commerce and Industry in Japan was
established in March 1878 in Tokyo. Chambers were later set up in other cities, and in 1892 fifteen
chambers gathered together to form the Federation of Chambers of Commerce and Industry. This
organization was changed to the Japan Chamber of Commerce and Industry (JCCI) in 1922. Lihat
di http://www.jcci.or.jp/english/about.html 153Ketentuan Asal Barang IJEPA dan Tata Cara Pengisian From IJEPA, h, 14. 154Ketentuan Asal Barang IJEPA dan Tata Cara Pengisian From IJEPA, h, 2.
77
Walaupun tariff bea masuk sudah dihapuskan atau diturunkan, namun produk
Indonesia tetap mengalami kendala untuk masuk pasar Jepang karena adanya
hambatan-hambatan non tariff seperti standar, peraturan kesehatan, safety
standard yang dikategorikan sebagai smart-regulation.
Industri-industri Jepang dengan teknologi tingginya jauh lebih maju
dibandingkan industri Indonesia. Selain penghapusan tariff dalam perdagangan
jasa, Indonesia memberikan tambahan fasilitas pembebasan tariff (tariff khusus
yang diberikan Indonesia ke Jepang) yang dipercepat untuk bahan baku sejumlah
328 pos tariff guna menunjang driver sector yang disebutsebagai tariff USDFS.155
User Specific Duty Free Scheme (USDFS) merupakan pemberian fasilitas
yang dipercepat untuk produk Jepang yang akan masuk ke Indonesia berupa
penetapan bea masuk menjadi nol persen atas impor barang dan bahan dari Jepang
yang disepakati kedua negara.156 Terkait dengan industri driver sector157 dengan
syarat utamanya digunakan sebagai bahan baku dan belum dibuat atau diproduksi
di dalam negeri. Persyaratan memakai USDFS digunakan sebagai bahan baku
yang belum diproduksi atau tidak ekonomis dibuat di dalam negeri.158
155Atmawinata, 2009, Bab 4, h, 1. 156Mengacu pada section 3 Notes for Schedule of Indonesia Note 2 in Section 1 of Part 3
of Annex 1 refered to in Chapter 2 in Basic Agreement. Lihat di Agreement between the Republic
of Indonesia and Japan for an Economic Partnership OPERATIONAL PROCEDURES referred to
in Chapter 2 (Trade in Goods) and Chapter 3 (Rules of Origin). 157 Driver sector adalah industri yang menjadi sektor penggerak yaitu; otomotif,
elektronik, alat berat dan energi. 158User Spesific Duty Free Scheme (USDFS) adalah skema penempatan tariff bea masuk
yang diberikan User dalam rangka persetujuan antara Indonesia dan Jepang mengenai suatu
kemitraan ekonomi atau disebut sebagai IJEPA.User adalah badan usaha yang berbadan hukum di
Indonesia yang layak mendapatkan fasilitas USDFS sesuai surat keterangan veriifkasi Industri-
USDFS yang diterbitkan oleh surveyor yang ditunjuk oleh Menteri Perindustrial. Lihat di
Departemen Keuangan Republik Indonesia DIrektorat Jenderal Bea dan Cukai Nomor-09/BC/2008
78
Hasil kesepakatan USDFS adalah sebagai berikut: 159 Pertama, kedua
belah pihak sepakat diberlakukan skema USDFS untuk barang impor dari Jepang
yang terkait dengan empatdriver sektor interest yakni: automotive; motorcycle
and components thereof; electric and electronic; construction mechineries and
heavy equipment; dan petroleum, gas and electric powermerupakan produk bahan
bakuyang belum diproduksi sehingga tidak menyaingi produk industri dalam
negeri untuk produk sejenis. Terkait jumlah, harga dan waktu pengiriman yang
mengacu pada kode HS 10 digit berstandard nasional Indonesia akan review
setiap 5 tahun. Produk tersebut, tidak terbatas hanya kepada produk logam/baja,
tetapi juga termasuk produk plastik, karet dan kimia.
Kedua, dalam pengajuan USDFS dilakukan oleh perusahaan produsen dan
selanjutnya dilakukan verifikasi oleh lembaga verifikasi yang ditunjuk oleh
Departemen Perindustrian.Penilaian dan pengesahan kualitas produk impor
merupakan wewenang Pemerintah Indonesia. Namun, khusus untuk sektor energi
akan dibicarakan kasus per-kasus, apabila perusahaan Jepang ditunjuk sebagai
kontraktor utama (main contractor) dalam proyek energi di Indonesia.
Berdasarkan dengan adanya kinerja impor atas tambahan fasilitas tariff
khusus yang diberikan Indonesia ke Jepang membuka peluang Indonesia di sektor
jasa. Pada kerjasama perdagangan yang dilaksanakan Indonesia di sektor jasa
merupakan peluang dan tantangan bagi Indonesia dalam memanfaatkan akses
tentang tata cara pelayanan dan pengawasan penggunaan USDFS berdasarkan persetujuan antara
Indonesia dan Jepang mengenai suatu kemitraan ekonomi. 159Ministry of Foreign Affairs, “Agreement between the Republic of Indonesia and Japan
for an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di http://www.mofa.go.jp/region/asia-
paci/indonesia/agree0807.pdf Internet; diakses pada 1 Juli 2008. User Registration. Part 1 Section
3 Rule 4.
79
pasar jasa Jepang dan tantangan masuknya penyedia jasa asing ke Indonesia.
Perdagangan di sektor jasa dibagi empat kategori, yaitu pasokan lintas batas (cross
border supply), konsumsi luar negeri (consumption abroad), keberadaan komersial
(consumption abroad) dan perpindahan manusia (presence of natural person).160
Sektor jasa dibagi menjadi 12 sektor yaitu, jasa bisnis, jasa komunikasi,
jasa konstruksi, jasa distribusi, jasa pendidikan, jasa lingkungan, jasa keuangan,
jasa kesehatan terkait dengan sosial, jasa pariwisata, jasa rekreasi, budaya dan
olahraga, jasa transportasi.161
Adapun keuntungan yang didapatkan Indonesia, yaitu adanya peluang
akses pasar bagi Indonesia, dimana Jepang berkomitmen untuk menerima
investasi di sektor jasa dari Indonesia, Jepang juga memberikan kesempatan pada
tenaga kerja Indonesia untuk bekerja, Indonesia dapat masuk ke Jepang tanpa
memberikan pembatasan dan tenaga kerja Indonesia yang bekerja di sektor jasa
berdasarkan equal treatment akan diberikan kesempatan yang sama dengan
penyedia jasa Jepang.162
Peran sektor jasa sebesar 72,4% dalam perekonomian Jepang. Peran sektor
jasa Indonesia ke Jepang masih tergolong sangat kecil. Dengan kesepakatan yang
terdapat dalam perjanjian IJEPA, diharapkan akan menguntungkan posisi
160 Analysis on Indonesian Retail Services Entry Mode into ASEAN, Jurnal Buletin
Ilmiah Litabang Perdagangan Vol.9. No.1, Juli 2015, [jurnal online] tersedia di
http://www.kemendag.go.id/id/view/bulletin/17/126 Internet; diakses pada 21 April 2015, h, 26. 161“Indonesia’s Service Export Opportunities to Japan Through Mode 3 (Commercial
Presence) and Mode 4 (Movement of Natural Persons) Under IJEPA”, JurnalBuletin Ilmiah
Litbang Perdagangan, Vol. 8 N0. 1, Juli 2014, [jurnal online] tersedia di
http://www.kemendag.go.id/id/view/bulletin/15/108 Internet; diakses pada 2 Mei 2014, h, 25. 162Ministry of Foreign Affairs Japan, “Join Press Statement Indonesia-Japan Economic
Partnership Agreement”, [dokumen online] tersedia di http://www.mofa.go.jp/region/asia-
paci/indonesia/joint0611-2.html Internet; diakes pada 28 November 2006.
80
Indonesia. Namun, sejak penandatanganan IJEPA ekspor indonesia ke Jepang
selalu defisit.
Tabel IV.2.2.
Neraca Perdagangan Sektor Jasa dengan Jepang dalam EPA163
Tahun Indonesia
(IJEPA)
Malaysia
(MJEPA)
Philippines
(PJEPA)
Thailand
(TJEPA)
2000 0,64 0,51 0,29 0,21
2001 0,35 0,65 0,37 0,16
2002 0,44 0,56 0,42 0,37
2003 0,13 1,44 -0,16 0,25
2004 -0,10 2,40 -0,06 0,75
2005 -0,10 1,42 -0,29 -0,15
2006 -0,34 1,06 0,64 -1,06
2007 0,04 1,00 0,35 -1,43
2008 -0,28 1,80 0,49 -1,94
2009 -0,10 0,53 0,51 0,31
2010 -0,63 0,14 0,62 0,11
2011 -1,54 -0,67 0,47 0,36
Sumber: Ministry of Trade Republic of Indonesia,
Berdasarkan tabel diatas permasalahan terkait defisit neraca perdagangan
di sektor jasa Indonesia ke Jepang karena masih kurangnya informasi terutama
yang berkaitan dengan peluang ekspor jasa Indonesia ke Jepang yang
menyebabkan Indonesia tidak optimal dalam pemanfaatan perjanjian tersebut.164
Menyadari ketidakseimbangan tersebut dan sebagai konpensasi terhadap
USDFS, Jepang akan membantu Indonesia untuk memperbaiki produknya
sehingga bisa melewati batas toleransi hambatan non tariffnya Jepang. Bantuan
163 Indonesia’s Service Export Opportunities to Japan Through Mode 3 (Commercial
Presence) and Mode 4 (Movement of Natural Persons) Under IJEPA, h, 27. 164 Indonesia’s Service Export Opportunities to Japan Through Mode 3 (Commercial
Presence) and Mode 4 (Movement of Natural Persons) Under IJEPA, h, 28.
81
Jepang ditampung dalam elemen cooperation.165 Khusus produk Industri yang
diberikan Jepang difokuskan pada pengembangan industri manufakturdisebut
sebagai Manufacturing Industri Development Center (MIDEC).166
IV.3 Cooperation
Elemen ini, dimana antara kedua negara menyetujui untuk bekerjasama
diberbagai bidang diluar perdagangan dan Jepang berkomitmen melakukan
kegiatan untuk membangun capacity building dari sumber-sumber daya yang
penting bagi Indonesia. Capacity building dalam IJEPA merupakan mekanisme
untuk meningkatkan daya saing produksi di Indonesia.167
MIDEC merupakan konpesasi yang diberikan pihak Jepang ke Indonesia.
MIDEC berfungsi sebagai motor untuk pembangunan capacity building di mana
pihak Jepang berkewajiban memberikan bantuan dalam kegiatan yang meliputi,
yaitu: basic study, trainee and trainer, dan technical assistance yang dilengkapi
dengan workshop dan kunjungan ke lapangan.168
Kerjasama MIDEC mencakup tiga belas sektor kegiatan. Kesepakatan
tersebut diawali dengan kesepakatan pada perundingan tanggal 10 November
2006, ‘Consolidated Paper on Invitative for Manufacturing Industy Development
Center” dimana kedua belah pihak setuju bekerjasama untuk indutri-industri yang
165Ministry of Foreign Affairs Japan, “Agreement between Japan and the Republic of
Indonesia an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di
http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/epa0708/agreeent.pdf Internet; diakses pada 10
Agustus 2007, h, 96. 166Halo Jepang, “5 tahun berjalan, MIDEC akan di review”, [artikel online]
tersedia di http://www.halojepang.com/politikkerjasama/7253-midec Internet; pada 24 Juni 2013. 167Ketentuan Asal Barang IJEPA dan Tata Cara Pengisian From IJEPA, h, 2. 168Achdiat Atmawinata, “Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya Saing di
Pasar Global: Pengaruh Implementasi MIDEC terhadap Penguatan Struktur Industri” Kementerian
Perindustrian Republik Indonesia, Jakarta, Desember 2009, h, 4.
82
bersifat cross sectoral dan specific sector.169 Produk-produk pada cross sectoral,
yaitu metal working, welding, mold & dies dan energy conservation.170 Namun
produk-produk pada specific sectoral, yaitu automotive& automotive parts,
electronics, steel, textile, non-ferrous, chemical (petro&oleo) dan food &
beverages. Adapun produk-produk industry sectoral, yaitu small & medium
enterprises dan export & investment promotion. 171
IV.4 Analisa Potensi Pertumbuhan Produksi
Potensi produksi untuk industri penunjang seperti metal working, tooling
(mold & dies), welding, energy conservation yang telah mendapatkan bantuan dari
Jepang, adanya perubahan pada industri menjadi lebih meningkat dari segi
efisiensi proses produksi, penggunaan bahan baku, mesin atau peralatan produksi,
energi dan peningkatan mutu produk yang dihasilkan. Sehingga produksi industri
tersebut banyak digunakan oleh industri yang membutuhkan seperti industri
automotif, elektrik dan elektronik, tekstil dan produk tekstil dan industri makan
dan minuman. Adanya potensi pertumbuhan produksi menyebabkan pasar ekspor
akan meningkatkan produksi perusahaannya, dengan demikian menandakan
adanya peningkatan kinerja dari proses pertumbuhan produksi terhadap
bimbingan yang diberikan dari Jepang.
169 Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, “Manufacturing Industrial
Development Center”, Persentasi Direktorat Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses
Industri Internasional, h, 9. 170Siaran Pers, “Kemenprin Selenggarakan Seminar Implementasi MIDEC 2010-
2011”, [berita online] tersedia di http://www.kemenperin.go.id/artikel/36/Kemenperin-
Selenggarakan-Seminar-Implementasi-MIDEC-2010-2011Internet; diakses 15 Juni 2011. 171Manufacturing Industry Development Center, ”New Initiative Approach”Ministry of
Industry the Republic of Indonesia, [presentasi online] tersedia di http://apki.net/wp-
content/uploads/2015/07/New-MIDEC.pdf h, 10.
83
Potensi produksi untuk sektor industri penunjang seperti automotif,
electric/electronic, steel & steel products, textile, oleo & petro chemical, non-
ferrous, khususnya untuk komponen mobil dan sepeda motor. Sebelum IJEPA
pada tahun 2006 nilai US$ 1 milyar untuk produksi mobil dan US$ 1,2 milyar
untuk produksi sepeda motor. Namun setelah IJEPA pada tahun 2010 ditargetkan
nilainya menjadi US$ 2,5 untuk produksi mobil dan US$ 2 milyar untuk produksi
sepeda motor. Harga produk dari industri penunjang dapat bersaing setelah
adanya manfaat dari bimbingan yang di berikan Jepang terhadap industry-industri
penunjang dan berdampak terhadap pengguna hasil produksi industri penunjang
sendiri karena telah berhasil meningkatkan mutu produksinya. Dengan penawaran
harga yang dapat bersaing akan meningkatkan permintaan pasar dari produk
industry-industrii penunjang driver sector sehingga akan meningkatkan kinerja
produksinya.
Begitu juga potensi untuk produk industri seperti SMEs dan ekspor &
investment promotion and food & beverages. Produksinya meningkat dengan
adanya peningkatan daya beli masyarakat dari dampak bantuan kegiatan-kegiatan
yang diberikan dari Jepang. Adapun target keberhasilan dan peluang bisnis yang
diharapkan untuk industri-industri driver sector yang produksinya meningkat
setelah adanya MIDEC-IJEPA, yaitu:
84
Tabel IV.2.3.
Perhitungan Business Opportunity
Driver Sector Sebelum 2008 Setelah 2012
1. Automotive & Komponen US$ 3,5 milyar units
mobil
US$ 5 milyar units
sepeda motor
US$ 10 milyar units
mobil
US$ 8 milyar units
sepeda motor
2. Electronics & Electric Total ekspor ke pasar
lokal sebesar US$ 1,4
milyar
Total ekspor ke pasar
global sebesar US$ 7,5
milyar (termasuk
sebesar US$ 1,2 milyar
ekspor Indonesia ke
Jepang ).
Total produksi sebesar
US$ 18 milyar
dipasarkan untuk:
1. Ekspor ke pasar
lokal sebesar US$
3 milyar
2. Ekspor ke pasar
dunia sebesar US$
15 milyar
3. Prosperity product based
Footwear
Woods and Article of woods
Rubber
Plastics
Nickels and Articles of
Alumuniums and Articles
Furniture
US$ 4,5 milyar
US$ 935 milyar
US$ 135 milyar
US$ 1,15 milyar
US$ 594 milyar
US$ 371 milyar
US$ 867 milyar
US$ 304 milyar
US$ 208 milyar
Double export sebesar US$
9 milyar
4. Contruction Machinery US$ 0,8 milyar US$ 2,5 milyar (US$ 2
milyar dari 10.000 units &
US$ 0,5 milyar dari
komponnen parts).
5. Infrastructures project:
Water treatment
Energy
Electricity
Sea port
Gas piping
Highway
Railway
Airport
Telecommunication
US$ 13 milyar
Total Value US$ 22,1 milyar US$ 65 milyar
Sumber: Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, 2008.
Berdasarkan tabel diatas, target ekspor dari empat driver sector diharapkan
mampu mendorong nilai ekspor Indonesia ke Jepang dan pasar negara lain secara
signifikan. Di bidang industri automotive & komponen, Indonesia menginginkan
agar Jepang dapat mendukung sepenuhnya rencana untuk menjadikan Indonesia
85
sebagai proction based mobil dengan target produksi 1 juta unit (US$ 10 milyar)
dan sepeda motor dengan target produksi 7-8 juta unit (US$ 8 milyar) pada tahun
2012. Produksi 1 juta unit mobil, untuk memenuhi pasar dunia serta kebutuhan
dalam domestik. Pada bidang industri otomotif, mengalami peningkatan
dibandingkan tahun 2007 yang hanya mencapai sekitar 350.000 unit mobil (US$
3,5 milyar) dan sekitar 5 juta unit sepeda motor (US$ 5 milyar).
Di bidang industri electronics & electric, Indonesia menargetkan ekspor
akan dapat mencapai angka sebesar US$ 15 milyar ke pasar dunia dan US$ 3
milyar untuk konsumsi domestik pada tahun 2012. Pada industri elektronik dan
elektrik, mengalami 2 kalinya peningkatan dibandingkan pada tahun 2007 yang
mencapai US$ 7,5 milyar (US$ 1,2 milyar ekspor ke Jepang) dan US$ 1,4 milyar
untuk keperluan domestik.
Di bidang industri contruction machinery, pada tahun 2007 produksi
Indonesia baru mencapai sebesar 4000 unit (US$ 0,8 milyar). Namun di bidang
industri contruction machinerypada tahun 2012 mengalami peningkatan US$ 2,5
milyar (US$ 2 milyar dari produksi 10.000 unit dan US$ 0,5 dari nilai ekspor
component & parts). Namun, pada bidang energi yang merupakan salah satu dari
proyek infrastruktur, ekspor Indonesia meningkat pada tahun 2012 sebesar US$
13 milyar.172
Berdasarkan potensi pertumbuhan ekonomi dengan adanya perjanjian
IJEPA adapun peluang yang akan diperoleh Indonesia, yaitu: Pembukaan pasar
172 Angka-angka ini merupakan perkiraan yang telah dikaji oleh Tim Perunding
Departmen Perindustrian, yang menunjukkan betapa besarnya “peluang” bagi dunia bisnis antara
Indonesia dan Jepang. Peluang bisnis tersebut dapat direalisasikan dimana kedua negara bertindak
sebagai pendorong dan fasititator agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi kedua negara.
86
Indonesia di negara Jepang melalui penghapusan tarif bea masuk yang lebih cepat
dari negara lain yang belum mempunyai kerjasama perdagangan dengan Jepang,
sehingga akan membuka peluang pasar yang lebih besar.
Peluang lain berasal dari elemen Cooperation, dimana Jepang akan
memberikan bantuan untuk meningkatkan kapasitas industri manufacturing
Indonesia melalui MIDEC. Dengan demikian diharapkan produk Indonesia dapat
memenuhi persyaratan teknis atau standar yang merupakan hambatan non Tarif
untuk memasuki pasar Jepang. Terbukanya kesempatan untuk belajar atau transfer
teknologi dari Jepang yang merupakan negara yang sudah terbukti memiliki
produk-produk berdaya saing yang tinggi diharapkan dapat menyeimbangkan
kekuatan teknologi dan industri manufacturing Indonesia dengan Jepang.
Adapun manfaat IJEPA bagi kepentingan Indonesia, yaitu: Pertama,
Peningkatan akses pasar barang, dimana ekspor ke Jepang dapat ditingkatkan
lebih dari 20% dari total ekspor Indonesia. Peningkatan akses pasar jasa, dimana
potensi pasar Jepang bagi tenaga kerja terlatih dari Indonesia. Peningkatan
investasi Jepang di Indonesia, meningkatnya investasi akan membuka lapangan
kerja, pertumbuhan ekonomi, berkembangnya sektor industri serta meningkatnya
daya beli masyarakat.
Kedua, Kerjasama Capacity Building mendorong tumbuhnya supporting
industries yang akan bermanfaat bagi perkembangan industri Indonesia.
Ketiga,EPA dengan Jepang merupakan perjanjian bilateral yang pertama bagi
Indonesia dan menempatkan Indonesia sejajar dengan negara pesaing di pasar
87
Jepang, terutama yang sudah memiliki perjanjian EPA dengan Jepang seperti
Singapura, Thailand, Malaysia, Filipina, Brunei dan meksiko.
IV. Analisa Dampak pada Neraca Perdagangan
Sejak berlakunya IJEPA pertama kali secara efektif pada tanggal 1 Juli
2008, total perdagangan Indonesia menujukkan adanya peningkatan setelah
implementasi. Total perdagangan antara kedua negara pada tahun 2009,
mengalami pertumbuhan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 12,7% per
tahun.173
Dalam perjanjian perdagangan antara Indonesia dan Jepang, maka
hambatan tariff yang mempengaruhi daya kompetitif dalam segi harga untuk
setiap produk dari kedua negara menjadi berkurang karena adanya peraturan yang
telah disepakati oleh kedua negara mengenai pengurangan dan penghapusan tariff
bea masuk antara Indonesia dan Jepang dalam perjanjian perdagangan. Kemudian,
dengan terkait akses pasar, Jepang memberikan fasilitas pengurangan dan
penghapusan bea masuk sebesar 90% dari 9.275 bagi produk Indonesia. Selain itu,
hambatan non tariff juga berkurang dan dihapuskan dengan memperbaiki
birokrasi perdagangan antara kedua negara.
Eratnya hubungan ekonomi antara Indonesia dan Jepang mulai dari sektor
perdagangan hingga sektor investasi sebelum berlangsungnya IJEPA yang
menyebabkan lahirnya keuntungan kedua negara saat IJEPA dapat direalisasikan
173 “The Impact of Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) on
Bilateral Trade Performance”, Jurnal Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 9. No. 2,
Desember 2015, [jurnal online] tersedia di http://www.kemendag.go.id/id/view/bulletin/18/132
Internet; diakses pada 1 Desember 2015, h, 136.
88
sebagai landasan hukum kerjasama ekonomi kedua negara dalam menjalankan
perdagangan.174
Berdasarkan konsesi tariff, Indonesia sebagai negara berkembang dalam
meningkatkan kinerja ekspor Indonesia ke Jepang lebih diuntungkan karena
Jepang membuka akses perdagangannya untuk produk Indonesia dengan
memberikan fasilitas pengurangan dan penghapusan tariff bea masuk sebesar 80
dari 90% tariff line produk Indonesia. Namun, walaupun akses yang diberikan
Jepang terhadap Indonesia sangat besar. Indonesia masih kurang mampu
memanfaatkannya shingga surplus perdagangan Indonesia terhadap Jepang
mengalami peningkatan setelah implementasi dibandingkan sebelum
implementasi meskipun perjanjian perdagangan kedua negara efektif berlaku.
Dilihat dari data statistik Kementerian Perdagangan Republik Indonesia,
setelah diberlakukannya implementasi sejak berlakunya perjanjian IJEPA surplus
pada kinerja ekspor Indonesia ke Jepang yang relatif meningkat setiap tahunnya
pasca implementasi. Meningkatnya menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi
dalam kinerja ekspor Indonesia ke Jepang terjadi pada tahun 2009-2011 yang
dapat dilihat pada grafik berikut ini.
174Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IEPA) lihat di http://www.docs-
engine.com/pdf/2/ijepa.html
89
Gambar IV.1.1.
Kinerja Ekspor Indonesia ke Jepang175
Sumber: BPS, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, 2015.
Berdasarkan dari grafik tersebut, dengan semakin meningkatnya total
perdagangan Indonesia dan Jepang dapat mempengaruhi meningkatnya
pertumbuhan kinerja ekspor Indonesia ke Jepang yang menunjukkan pertumbuhan
positif sebesar 9,5% per tahun. Berdasarkan kinerja ekspor Indonesia ke Jepang
terdiri dari migas sebesar US$ 4,8 miliar dan non migas US$ 15,8 miliar.
Tercatat pada tahun pertama mulai bergulirnya perdagangan bebas di
bawah rezim IJEPA volume perdagangan antar kedua negara meningkat pesat dari
yang berjumlah US$ 17,106,1 pada tahun 2007 menjadi US$ 12,615.8 pada tahun
2008. Setelah IJEPA diimplementasikan, krisis finansial global yang menghantam
sejak akhir 2008 dan berlangsung hingga 2009 menurunkan volume perdagangan
antara kedua negara secara drastis pada tahun 2009 menjadi hanya sebesar US$
8,731.0. Namun, setelah implementasi dengan kinerja perbaikan ekonomi global
175 “The Impact of Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) on
Bilateral Trade Performance”, h, 137.
90
pada volume neraca perdagangan di antara kedua pun kembali meningkat hingga
mencapai US$ 8,816.0 pada tahun 2010 dan US$ 14,278.1 pada tahun 2011.
Gambar IV.1.2.
Neraca Perdagangan Indonesia dan Jepang176
Sumber: BPS, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, 2015.
Berdasarkan tabel diatas, kinerja ekspor dan impor pada neraca
perdagangan Indonesia dan Jepang baik sebelum dan sesudah implementasi sejak
berlakunya perjanjian antara kedua negara mengalami surplus pada periode
tertentu. Namun, setelah implementasi surplus neraca perdagangan antara
Indonesia dan Jepang pada periode 2009-2011 mencapai nilai sebesar US$ 14,3
miliar.
176 “The Impact of Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) on
Bilateral Trade Performance”, h, 138.
91
BAB V
KESIMPULAN
Jepang merupakan negara di kawansan Asia Timur pertama yang berhasil
melakukan proses pembangunan ekonomi dengan cepat pasca kehancuran pada
Perang Dunia II. Kebangkitan Jepang ini merupakan bentuk dari besarnya
dukungan pemerintah dalam ekonomi dan idustrialisasi disebut sebagai
Development State. Indonesia merupakan negara kepulauan dengan populasi
terbesar ke-empat di dunia setelah Tiongkok, India dan Amerika Serikat.
Indonesia mewakili pasar asing yang potensial apabila pertumbuhan ekonomi
berkesinambungan dapat terwujud.
Hubungan ekonomi yang erat antara Indonesia dengan Jepang telah
berlangsung lama dimana tercatat lebih dari 50 tahun yang lalu, yakni pada
tanggal 20 Januari 1958 Indonesia dan Jepang resmi menjalin hubungan ekonomi
yang didasarkan pada perjanjian perdamaian yang dicetuskan sebagai the
Strategic Partnership for Peaceful and Prosperous Future.
Di awal abad 21 pasca awal kemerdekaan Indonesia, bangkitnya Indonesia
dari krisis moneter yang terjadi sejak tahun 1997, namun hal tersebut tidak
mengakhiri hubungan antara ekonomi Indonesia dan Jepang. Dalam kerjasama
ekonomi, perdagangan dan investasi, adanya kegiatan ekspor dan impor antara
kedua negara. Volume perdagangan kedua negara meningkat pesat didominasi
dari tahun 2000 sampai tahun 2007 yang berjumlah US$ 30.159.470.700,00.
92
Berdasarkan hal tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami surplus
dengan melakukan kerjasama dengan Jepang.
Kemajuan ekonomi Jepang tidak terjadi begitu saja, kemajuan tersebut
melalui pengimplementasian sejumlah kebijakan ekonomi yang dinilai mampu
mempercepat pertumbuhan ekonomi Jepang dan dalam kemajuan ekonominya,
Jepang juga melakukan kerjasama dengan beberapa negara diantaranya Indonesia
yang dinilai mampu mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi Jepang
melalui peningkatan investasi FDI, LNG, ODA dan kerjasama ekspor dan impor
yang dapat meningkatkan pertumbuhan perekonomian Jepang.
Berdasarkan hal tersebut, pada akhirnya mendorong lahirnya suatu
pemikiran untuk lebih meningkatkan hubungan dagang melalui perjanjian
perdagangan bilateral yang disepakati antara Indonesia dan Jepang dalam
Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) ditandatangani
tanggal 20 Agustus 2007 dan disahkan melalui Peraturan Presiden No. 36 tahun
2008 tentang Pengesahan Agreement between the Republic of Indonesia and
Japan for an Economic Partnership. Namun, perjanjian ini mulai berlaku efektif
tanggal 1 Juli 2008.
IJEPA merupakan kerjasama ekonomi di bidang perdagangan antara
Indonesia dan Jepang dengan menghapuskan atau mengurangi hambatan
perdagangan dan investasi, memperbaiki investasi dan meningkatkan tingkat
kepercayaan bagi investor Jepang dan kerjasama di bidang prosedur kepabeanan
pelabuhan dan jasa-jasa perdagangan dan meningkatkan kerjasama melalui
93
capacity building untuk sektor-sektor industri prioritas sehingga kapasitas
Indonesia lebih mampu bersaing memanfaatkan secara optimal peluang pasar dari
perjanjian.
Perjanjian kerjasama bilateral IJEPA bertujuan untuk mempererat
hubungan kedua negara di bidang ekonomi melalui tiga pilar utama.Tiga pilar
tersebut yaitu, liberalisasi, facilitation dan cooperation. Dalam perjanjian IJEPA
terdapat 11 elemen yang disepakati yaitu, Trade in Goods; Rules of Origin;
Customs Procedures; Investment; Trade in Service; Move of Natural Persons;
Energy and Mineral Resources; Intellectual Property Right; Goverrnment
Procurement; Competition Policy; dan Cooperation. Dari 11 elemen tersebut,
yang sangat terkait dengan sektor industri adalah: Trade in Goods; Rules of
Origin; Trade in Service; dan Cooperation.
Berdasarkan peran Jepang melalui tiga pilar utama tersebut, volume
perdagangan antar kedua negara meningkat pesat dari yang berjumlah US$
17,106,1 pada tahun 2007 menjadi US$ 12,615.8 pada tahun 2008. Setelah IJEPA
diimplementasikan, krisis finansial global yang menghantam sejak akhir 2008 dan
berlangsung hingga 2009 menurunkan volume perdagangan antara kedua negara
secara drastis pada tahun 2009 menjadi hanya sebesar US$ 8,731.0. Namun,
setelah implementasi dengan kinerja perbaikan ekonomi global pada volume
neraca perdagangan di antara kedua pun kembali meningkat hingga mencapai
US$ 8,816.0 pada tahun 2010 dan US$ 14,278.1 pada tahun 2011.
xiv
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Arase, David, “Japan Foreign Aid: Old Continuities and New Directions”,
(London and New York: Reoutledge, 2005).
Arifin, Sjamsul, Rae, Dian Ediana, Joseph, Charles P.R, “Kerjasama
Perdagangan Internasional: Peluang dan Tantangan bagi Indonesia,”
(Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2004).
Balaam, David dan Veseth, Michael, “Introduction to International Political
Economy,” (New Jersey: Prentice Hall, 1996).
Budiarjo, Miriam, “Dasar-Dasar Ilmu Politik” (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2008).
Beason, Mark, “The Rise and Fall (?) of The Development State: The Vicissitudes
and Implication of East Asian Intervention” (Stanford University Press:
1982).
B. Weinstein, Franklin, ”Idonesia Foreign Policy and the Dilemma of Dependence
from Soekaro to Soeharto”, (Itacha: Cornel University Press, 1976).
Bantarto, Bandoro, “Beberapa DImensi Hubungan Indoesia-Jepang dan
Pelaporan Untuk Indonesian: Hubungan Luar Negeri Indonesia Selama
Orde Baru”, (Jakarta: CSIS, 1994).
BAPPENAS terj. Daniel Ilyas, “Perdagangan dan Investasi di Indonesia: sebuah
catatan tentang daya saing dan tantangan ke depan”, (Jakarta:
BAPPENAS, 2009).
Coicaud, Jean Marc dan Wheeler, Nicholas J, “National Interest and
International Solidarity: Particular and Universal Ethics in
International life,” (New York: United Nations University Press, 2008).
D. Krasner, Stephen, “Defending the National Interest: Raw Materials
Investments and U.S Foreign Policy”, (United Kingdom: Princeton
University Press, 1978).
D. Lairson, Thomas dan Skidmore, David, “International Political Economy: The
Struggle for Power and Wealth in a Globalizing World”, (New York:
Routledge, 2003).
Ghosh, Peu, “International Relations” (New Delhi: PHI Learning Limited, 2013).
Huges, Helrn, “Achieving Industrialization in East Asia” terj Julius A. Mulyadi.
(Jakarta: Gramedia Pustaka, 1992).
xv
Hua Sing, Lim, “Japan and China in East Asian Integration” (Singapore:
Institute of Southeast Asian Studies, 2008).
Hasegawa, Sukehiro, “Japanese Foreign Aid: Policy and Practice” (New York:
Praeger, 1975).
Hamdi, Saepul, Asep dan E., Bahruddin, “Metode Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif Aplikasi dalam Pendidikan”(Yogyakarta: CV Budi Utama,
2014).
Invision, Duncan, “Postcolonial Liberalism” (United Kingdom: Cambridge
University Press, 2002).
Jackson, Robert & Sorensen, Georg, ”Introduction to International Relations,”
(New York: Oxford University Press Inc, 1999).
Lapau, Buchari, “Metode Penelitian Kesehatan: Metode Ilmiah Penulisan Skripsi,
Tesis dan Disertasi”, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2012).
Marwell, Generald and R. Schmitt, David, “Cooperation An Experimental
Analysis” (New York: Academic Press, INC, 1975).
Miyashita, Akitoshi, “Limits to Power: Asymmetric Dependence and Japanese
Foreign Aid Policy” (USA: Lexington Books, 1964).
Rix, Alam, “Japan’s Foreign Aid Challenge: Policy Reform and Aid Leadership”
(London and New York: Routledge, 1993).
R. Nester, William, “Japan and The Third World: Patterns, Power and Prospects”,
(London and New York: Macmillan, 1992).
Santa K, Septiawan, “Menulis Ilmiah Metode Penelitian Kualitatif” (Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2007),
Shapiro, Ian, “Volusi Hak Alam Teori Liberal” (Jakarta: PT. Bumi Grafika Jaya,
2006).
Sandholtz, Wayne, “High-Tech Europe: The Political Economy of International
Cooperation,” (Berkeley: University of California Press, 1992).
Steans, Jill dan Pettiford, Lloyd, “International Relations: Perspectives and
Themes,” Penerjemah Deasy Silvya Sari (England: Edinburgh Gate,
Harlow, Essex CM202JE, 2009).
Trubowitz, Peter, “Defening the National Interest” (London: The University of
Chaciago Press, 1998).
Tanaka, Hitosi dan P. Liff, Adam, “Japan’s Foreign Policy and East Asian
Regionalism”, International Institutions and Global Governance
xvi
Program Japan Studies Program”. (New York: Council on Foreign
Relations, 2009),
Perwita, Dr. Anak Agung Banyu dan Yani, Dr. Yanyan Mochamad, “Penghantar
Ilmu Hubungan Internasional”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2011).
White, John, “The Politics of Foreign Aid” (New York: St. Martin Press, 1974).
JURNAL
Achdiat, Atmawinata, “Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya
Saing di Pasar Global: Pengaruh Implementasi MIDEC terhadap
Penguatan Struktur Industri” Kementerian Perindustrian Republik
Indonesia (Desember, 2009).
Achdiat, Atmawinata, “Kedalaman Struktur Industri yang Mempunyai Daya
Saing di Pasar Global: Kajian Capacity Building Industri Manufaktur
melalui Implementasi MIDEC-IJEPA” Kementerian Perindustrian
Republik Indonesia (Desember, 2008).
Adam Stott, David, “The Japan-Indonesia Economic Partnership: Agreement
Between Equals,” The Asia-Pasific Journal 6 (Juli 2008).
Afin, Ridai, Yulistiono, Herry dan A Oktarani, Nur, “Perdagangan Internasional,
Investasi Asing dan Efisiensi Perekonomian Negara-negara ASEAN”,
Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Journal (Januari, 2008).
Agreement between the Republic of Indonesia and Japan for an Economic
Partnership OPERATIONAL PROCEDURES referred to in Chapter 2
(Trade in Goods) and Chapter 3 (Rules of Origin), Ministry of Trade
Republic Indonesia.
Bank Indonesia, “Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran”,
Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, (Januari, 2008).
Analysis on Indonesian Retail Services Entry Mode into ASEAN, Buletin Ilmiah
Litabang Perdagangan Journal 1 (Juli 2015).
Fujisaki, Tomoko, dkk. “Japan as Top Donor: the Challenge of Implementing
Softwere Aid Policy”, Journal Pasific Affairs Vol. 69 No. 4 (Winter,
1996-1997).
IJ-EPA and Its Implication to Trade Performance of Indonesia-Japan”, Buletin
Ilmiah Litbang Perdagangan Journal 1 (Juli 2012).
xvii
Indonesia’s Service Export Opportunities to Japan Through Mode 3 (Commercial
Presence) and Mode 4 (Movement of Natural Persons) Under IJEPA”,
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan Journal 1 (Juli 2014).
L. Brooks, William, M. Orr, Robert and JR, “Japan’s Foreign Economic
Assistance” Asian Survey (Maret, 1985).
Laporan Hasil Kajian Free Trade Agreement (FTA) dan Economic Partnership
Agreement (EPA) dan Pengaruhnya terhadap Arus Perdagangan dan
Investasi dengan Negara Mitra”, BKF Kemenkeu, Tim Kajian Pusat
Kebijakan Regional dan Bilateral, jilid 2, tahun 2013.
Liberalisasi Jasa Keuangan dalam Kerangka ASEAN-Japan Comprehensive
Economic Partnership (AJCEP).
Noda, Koichi, “Central Government Reform in Japan: for simple, efficiency and
transparent administration towards 21st century”
Nuechterlein, Donald E, National Interests and Foreign Policy: A Conceptual
Framework for Analysis and Decision-Making”, British Journal of
International Studies 4 (Novermber 2017).
Patton, John R., “Comprehensive Economic Partnership Agreements”, Journal of
Management Policy and Practice 12 (Januari 2011).
Setiawan, Sigit, “Analisis Dampak IJEPA terhadap Indonesia dan Jepang,”
Journal of Economic and Business 17 (Agustus 2012).
Shoji, Tomataka, “Pursuing a Multi-dimensional Relationship: Rising China and
Japan’s Southeast Asia Policy”
Soesastro, Hadi and Basri, Chatib, “The Political Economy of Trade Policy in
Indonesia,” ASEAN Economic Bulletin Journal 22 (April 2005).
The Impact of Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) on
Bilateral Trade Performance”, Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan
Journal 2 (Desember 2015).
MEDIA PUBLIKASI
Ministry of Foreign Affairs Japan, “Joint Announcement by the Prime Minister of
Japan and the President of the Republic of Indonesia on the Possibility
of the Economic Partnership Agreement between Japan and Indonesia”,
[dokumen online] tersedia di http://www.mofa.go.jp/region/asia-
paci/indonesia/pv0306/economy.pdf Internet; diakses pada 8 September
2003.
xviii
Ministry of Foreign Affairs Japan, “Joint Announcement by the Prime Minister of
Japan and the President of the Republic of Indonesia on the Possibility
of the Economic Partnership Agreement between Japan and Indonesia”,
[dokumen online] tersedia di http://www.mofa.go.jp/region/asia-
paci/indonesia/pv0306/economy.pdf Internet; diakses pada 8 September
2003.
Ministry of Foreign Affairs Japan, “The Preparatory Meeting on Japan-Indonesia
Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di
http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/meet0309.html
Internet diakses pada 8 September 2003.
Ministry of Foreign Affairs Japan, “Japan-Indonesia Economic Partnership
Agreement”, Joint Study Group [dokumen online] tersedia di
http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/summit0506/joint-3-
2.pdf Internet; diakses pada (Mei, 2005).
Ministry of Foreign Affairs Japan, “Joint Press Statement on the Occasion of the
entry into force of the agreement between Japan and the Republic of
Indonesia for an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di
http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/joint0807.html
Internet; diakses pada 1 July 2008.
Ministry of Foreign Affairs Japan, “Agreement Between Japan and The Republic
of Indonesia for an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia
di
http://www.mofa.go.jp/region/asiapaci/indonesia/epa0708/agreement.pdf
Internet; diakses pada 1 Juli 2008.
Ministry of Foreign Affairs Japan, “Agreement between Japan and the Republic
of Indonesia an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di
http://www.mofa.go.jp/region/asiapaci/indonesia/epa0708/agreement.pdf
Internet; diakses pada 1 Juli 2008.
Ministry of Foreign Affairs Japan, “Agreement between Japan and the republic of
Indonesia for an economic partnership”, [dokumen online] tersedia
http://www.mofa.go.jp/announce/announce/2007/8/1174856_832.html
Internet; diakses pada 10 Agustus 2007.
Ministry of Foreign Affairs Japan, “Joint Announcement on the Commencement
of Negotiations on the Japan-Indonesia Economic Partnership
Agreement”, [dokumen online] tersedia di
http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/summit0506/joint-
3.html Internet; diakses pada 2 Juni 2005.
Ministry of Foreign Affairs Japan, “Agreement between Japan and the Republic
of Indonesia an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di
xix
http://www.mofa.go.jp/region/asiapaci/indonesia/epa0708/agreement.pdf
Internet; diakses pada 10 Desember 2003.
Ministry of Foreign Affairs, “Agreement between the Republic of Indonesia and
Japan for an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di
http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/agree0807.pdf
Internet; diakses pada 1 Juli 2008.
Ministry of Foreign Affairs, “Agreement between the Republic of Indonesia and
Japan for an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di
http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/agree0807.pdf
Internet; diakses pada 1 Juli 2008.
Ministry of Foreign Affairs, “Agreement between the Republic of Indonesia and
Japan for an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di
http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/agree0807.pdf
Internet; diakses pada 1 Juli 2008.
Ministry of Foreign Affairs Japan, “Join Press Statement Indonesia-Japan
Economic Partnership Agreement”, [dokumen online] tersedia di
http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/joint0611-2.html
Internet; diakes pada 28 November 2006.
Ministry of Foreign Affairs Japan, “Agreement between Japan and the Republic
of Indonesia an Economic Partnership”, [dokumen online] tersedia di
http://www.mofa.go.jp/region/asiapaci/indonesia/epa0708/agreeent.pdf
Internet; diakses pada 10 Agustus 2007.
Ministry of Foreign Affairs Japan, “Exchange of diplomatic notes concerning the
entry into force of the economic partnership agreement between japan
and Indonesia” [dokumen online] tersedia di
http://www.mofa.go.jp/announce/announce/2008/5/1180458_1010.html
Internet; diakses pada 27 Mei 2008.
Ministry of Foreign Affairs Japan, “Japan-Malaysia Economic Partnership
Agreement”, Joint Study Group [dokumen online] tersedia di
http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/malaysia/joint0312.pdf Internet;
diakses pada Desember 2003.
Ministry of Finance Indonesia, “Modalitas Penurunan Tarif Bea Masuk dalam
rangka persetujuan antara Indonesia dan Jepang mengenai suatu
kemitraan ekonomi”, Peraturan Menteri Keuangan Nomor
94/PMK.011/2008. Jakarta, [dokumen online] tersedia di
http://www.kemenkeu.go.id/node/20698 Internet; diakses pada 30 Juni
2008.
Ministry of Economy, Trade and Industry (METI) Japan, “Basic Approaches to
Determine the Origin and Exemplification of Documents Necessary to be
Prepared and Stored” Origin Certification Policy Office
xx
http://www.meti.go.jp/policy/external_economy/trade_control/boekikanr
i/download/gensanchi/en_roo_guideline.pdf
Ministry of Economy, Trade and Industry (METI) Japan, “EPA Economic
Partnership Agreement” [dokumen online] tersedia di
http://www.meti.go.jp/policy/trade_policy/epa/english.html Internet;
diakses pada 20 Januari 2017.
PRESENTASI
Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) and Its Effects on
Indonesia and Japanese Economy”, Presentasi Ministry of Trade the
Republik of Indonesia di Tokyo [dokumen online] tersedia di
http://apki.net/wp-content/uploads/2015/07/New-MIDEC.pdf Internet;
diakses pada 8 Juni 2012.
Ketentuan Asal Barang IJEPA dan Tata Cara Pengisian From IJEPA, Departemen
Perdagangan Republik Indonesia, [presentasi online] tersedia di
http://kadin-indonesia.or.id/id/doc/Presentasi%20IJ-EPA-Depperdag.pdf
Internet; 17 November 2008.
Manufacturing Industrial Development Center”, Persentasi Direktorat Jenderal
Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional”, Presentasi
Ministry of Industry Republik of Indonesia [dokumen online] tersedia di
http://apki.net/wp-content/uploads/2015/07/New-MIDEC.pdf
Manufacturing Industry Development Center: New Initiative Approach,
Presentasi Ministry of Industry the Republic of Indonesia, [dokumen
online] tersedia di http://apki.net/wp-content/uploads/2015/07/New-
MIDEC.pdf
Petunjuk pelaksanaan impor barang dalam skema IJEPA” Presentasi Direktorat
Teknis Kepabeanan dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, [dokumen
online] tersedia di
http://itpc.or.jp/wpcontent/uploads/pdf/ijepa/Presentasi%20IJEPA%20B
ea%20dan%20Cukai.pdf internet; diakses pada 30 Juni 2008.
User Spesific Duty Free Scheme (USDFS) dan Implementasi IJEPA, Departemen
Perindustrian Republik Indonesia, [presentasi online] tersedia di
http://kadin-indonesia.or.id/id/doc/Presentasi%20IJ-EPA-Depperin.pdf
SKRIPSI
Dzihnia Fatnilativia, “Kepentingan Jepang dalam Kesepakatan Kemitraan
Ekonomi (Economic Partnership Agreement) dengan Indonesia tahun
xxi
2007” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Indonesia,2008.
WEBSITE
BPPT Indonesia, 55 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Jepang “What I
Have Learned form Japan” [artikel online] tersedia di
http://www.bppt.go.id/86-opini/1843-55-tahun-hubungan-diplomatik-
indonesia-dan-jepang-what-i-have-learned-from-japan Internet; diakses
pada 22 November 2013.
Dinamika Hubungan Indonesia-Jepang: akhir abad ke-19 sampai tahun 1970an”
Kompas, [artikel online] tersedia di
http://www.kompasiana.com/ryakair/dinamikahubunganindonesiajepaga
khir-abad-ke-19-tahun-1970an-bag-1_55172856a333111b06b65a96
Internet; diakses pada 24 Juni 2015.
Dinesh, “National Interest: Meaning, components and methods: definition of
national interest” your article library, the next generation library [artikel
online] tersedia di http://www.yourarticlelibrary.com/international-
politics/national-interest-meaning-components-and-methods/48487/
diakses pada 2016.
Embbasy of Japan in Indonesia, “Hubungan Perekonomian Indonesia dan
Jepang” [dokumen online] tersedia di http://www.id.emb-
japan.go.jp/birel_id.html
Halo Jepang, “5 tahun berjalan, MIDEC akan di review”, [artikel online] tersedia
di http://www.halojepang.com/politikkerjasama/7253-midec Internet;
pada 24 Juni 2013.
Japan-Indonesia Relationship, “History of Relations” [dokumen online] tersedia
di http://energy-indonesia.com/datapdf/nihon-indo-relation.pdf
Japan-Indonesia Relationship, “Japan-Indonesia Relations” [dokumen online]
tersedia di http://energy-indonesia.com/datapdf/nihon-indo-relation.pdf
Kedutaan Besar Jepang di Indonesia, “Hubungan Perekonomian Indonesia-
Jepang: Kerjasama,” tersedia di http://www.id.emb-
japan.go.jp/birel_id.html#2
Karikomi, Shunji, “Capital Account Liberalization in Emerging Markets: Lessons
from the Asian Currency Crisis” Institute of Developing Economies and
Research Officer Fuji Research Institute tersedia di
http://www.ide.go.jp/English/Publish/Download/Apec/pdf/1998_05.pdf
Kementerian PPN/Bappenas, “Meningkatkan Kemitraan Indonesia-Jepang untuk
pembangunan,” [dokumen online] tersedia di
http://www.bappenas.go.id/id/berita-dan-siaran-pers/meningkatkan-
xxii
kemitraan-indonesia-jepang-untuk-pembangunan/ Internet; diakses pada
28 Agustus 2016.
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, “Neraca Perdagangan Indonesia
dengan Jepang”, [dokumen online] tersedia di
http://www.kemendag.go.id/id/economicprofile/indonesiaexportimport/b
alance-of-trade-with-trade-partner-country?negara=111 internet; diakses
pada 11 November 2016.
Kementerian Republik Indonesia, “Pemerintah Indonesia dan Jepang Upayakan
Negosiasi Economic Partnership Agreement,” [artikel online] tersedia di
http://www.kemendag.go.id/id/news/2012/11/24/pemerintahindonesia-
dan-jepang-upayakan-negosiasieconomicpartnershipagreementrampung-
juni-2007 Internet; diakses pada 8 Juni 2007.
Kedutaan Besar Republik Indonesia Jepang di Tokyo, Jepang Merangkap Federasi
Micronesia: kerjasama ekonomi, perdagangan dan investasi”,
Kementerian Republik Indonesia, [artikel online] tersedia di
http://www.kemlu.go.id/tokyo/id/Pages/Jepang.aspx
Nippon (Nihon) artinya Japan dalam bahasa Inggris. Sedangkan Keidanren
artinya Federasi Bisnis. Jadi, Nippon Keidenren merupakan suatu
Federasi Bisinis Jepang atau semacam Kadin di Indonesia. Dapat dilihat
di “Kedutaan Besar Republik Indonesia di Tokyo, Jepang Merangkap
Federasi Micronesia” [berita online] tersedia di
http://www.kemlu.go.id/tokyo/id/Pages/Jepang.aspx
Siaran Pers, “Kemenprin Selenggarakan Seminar Implementasi MIDEC 2010-
2011”, [berita online] tersedia di
http://www.kemenperin.go.id/artikel/36/Kemenperin-Selenggarakan-
Seminar-Implementasi-MIDEC-2010-2011 Internet; diakses 15 Juni
2011.
The Institute of Energy Economic Japan (IIEJ), 2002. [dokumen online] tersedia
di https://eneken.ieej.or.jp/en/
The Japan Chamber of Commerce and Industry (JCCI) tersedia di
http://www.jcci.or.jp/english/about.html
U.S. Energy Information Administration (EIA), “What is Liquefied Natural Gas”
[dokumen online] tersedia di
http://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=15331
U.S. Energy Information Administration (EIA), HIS EDIN, “Indonesia LNG
infrastructure” [dokumen online] tersedia di
http://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=15331
xxiii
U.S. Energy information Administration (EIA), “Indonesia LNG export by
destination” [dokumen online] tersedia di
http://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=15331
U.S. Energy information Administration (EIA), “Indonesia LNG export by
destination” [dokumen online] tersedia di
http://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=15331
U.S. Energy Information Administration (EIA), “LNG import coincide with an
increased emphasis on regasification” tersedia di
http://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=15331
U.S. Energy Information Administration (EIA), “LNG import coincide with an
increased emphasis on regasification” tersedia di
http://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=15331
Top Related