integrasi time-driven activity-based costing (tdabc) - Neliti
integrasi antara pendidikan informal dan formal dalam membentuk masyarakat gemar belajar
Transcript of integrasi antara pendidikan informal dan formal dalam membentuk masyarakat gemar belajar
MAKALAH PENDIDIKAN
INTEGRASI PENDIDIKAN INFORMAL DAN FORMAL DALAM
RANGKA MEMBANGUN MASYARAKAT
GEMAR BELAJAR
Disusun Guna Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Landasan Kependidikan
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Joko Sutarto, M.Pd Dr. KhomsunNurhalim, M.Pd
Oleh:
Arum Ratnaningsih
(0103513110)
1
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR KONSENTRASI BAHASA INDONESIA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013ABSTRAK
Makalah ini membahas tentang peran penting antarapendidikan informal dan pendidikan formal dalammenciptakan masyarakat gemar belajar (learning society).Pada makalah ini bertujuan Mengetahui peran pendidikaninformal, pendidikan formal dan integrasi keduanya danpengaruh pendidikan informal dan formal terhadappembentukan masyarakat gemar belajar (learning society).Tri pusat pendidikan membagi lingkungan menjadi tigayaitu keluarga atau pendidikan informal, sekolah ataupendidikan formal, dan masyarakat. Learning societyberkembang dengan cara bertahap, pertama yang harusdilakukan adalah memberi peluang pada masyarakat untukmengembangkan proses belajar melalui pendidikan. Kedua,kesadaran masyarakat terhadap makna pendidikan,sehingga perwujudan masyarakat belajar akan lebih mudahtercapai. Integrasi pendidikan keluarga dan pendidikansekolah dalam rangka membangun masyarakat gemar belajar(learning society), diharapkan dapat mewujudkan masyarakatberencana (planning society). Sehingga dapat memperbaikikualitas masyarakat bangsa Indonesia dalam segala aspekkehidupan dan menjawab tantangan-tantangan persoalanNegara di masa mendatang.
Kata kunci: pendidikan informal, pendidikan formal, dan
masyarkat gemar belajar
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia memiliki sejumlah kemampuan yang dapat
dikembangkan melalui pengalaman di lingkungan.
Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi
manusia, karena lingkungan merupakan tempat seorang
memperoleh pendidikan secara langsung dan tidak
3
langsung. Oleh karena itu diperlukan usaha sadar
untuk mengatur dan mengendalikan lingkungan agar
berorientasi pada tujuan pendidikan yang benar.
Tri pusat pendidikan membagi lingkungan
menjadi tiga yaitu keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Ketiga ranah tersebut mempunyai bagian
sendiri dalam memajukan pendidikan. Namun masyarakat
merupakan komunitas yang khas dalam peran
mencerdaskan generasi muda. Sehingga perlunya ada
kontrol dari tri pusat pendidikan, agar menghasilkan
pendidikan seperti yang kita harapkan bersama.
Pemahaman yang sekarang berkembang adalah
menekankan pendidikan formal pada lingkungan
sekolah, sehingga sekolah mendapat perhatian yang
cukup besar. Sebagai konsekuensinya, apabila terjadi
suatu ketidakselarasan atau penyimpangan pendidikan
yang berlangsung dengan tujuan yang ditetapkan, maka
sekolah akan mendapatkan sorotan yang paling tajam.
Sementara pendidikan keluarga dan lingkungan
masyarakat kurang mendapatkan perhatian, atau bahkan
4
cenderung terabaikan. Inilah yang kemudian membuat
situasi pendidikan terlihat pincang, sebab
pertumbuhan setiap manusia atau setiap masyarakat
tidak hanya ditentukan oleh pengalaman pendidikan
formal. Tetpi juga dipengaruhi oleh lingkungan
keluarga dan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pendidikan informal, formal dan
masyarakat?
2. Bagaimana integrasi antara pendidikan informal
dan formal?
3. Apa pengaruh hubungan pendidikan informal dan
formal terhadap masyarakat gemar belajar?
C. TUJUAN
Mengetahui peran pendidikan informal, pendidikan
formal dan integrasi keduanya dan pengaruh
pendidikan informal dan formal terhadap pembentukan
masyarakat gemar belajar (learning society).
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Informal dan Formal
1.Pengertian Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah kegiatan
pendidikan yang tidak diorganisasikan secara
struktural dan tidak mengenal tingkatan umum
maupun keterampilan atau pengetahuan (Kadir,
2012). Tim pengembang ilmu pendidikan (2007),
6
Pendidikan informal adalah proses yang berlangsung
sepanjang usia sehingga hasilnya setiap individu
memperoleh nilai, sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang bersumber dari pengalaman hidup
sehari-hari. Sedangkan pengaruh lingkungan
termasuk di dalamnya adalah pengaruh kehidupan
keluarga, hubungan dengan tetangga, lingkungan
pekerjaan, permainan, pasar, perpustakaan dan
media masa.
Danim (2010) mengatakan, pendidikan informal
atau pendidikan kemasyarakatan yang umumnya
merupakan jalur pendidikan keluarga dan
lingkungan. Sedangkan menurut (Undang Undang No 20
tahun 2003 Pasal 1 Ayat (11) dan Ayat (13),
pendidikan informal adalah jalur pendidikan
keluarga dan lingkungan. Pendidikan
diselenggarakan dengan memberi keteladanan,
membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas
peserta didik dalam proses pembelajaran.
7
Keluarga mengambil peran penting dalam
pendidikan. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan
lingkungan pertama dan utama bagi anak dalam
berinteraksi dan sebagai tempat pembentukan
kepribadian yang meliputi akhlak, nilai-nilai atau
norma, kebiasaan atau etika. Lingkungan keluarga
berpengaruh kepada anak dari sisi yang meliputi
perlakuan, kedudukan, keadaan ekonomi, keadaan
pendidikan, dan pekerjaan orang tua. Untuk sukses
membina dan mendidik anak di dalam keluarga
melalui dua cara yaitu keluarga harus dibina
secara harmonis dan mengikuti perubahan zaman
secara selektif.
Jadi pendidikan informal ialah proses
pendidikan yang mulai sejak lahir hingga akhir
hayatnya yang terjadi di dalam keluarga tanpa
mengenal tingkatan. Pendidikan informal juga dapat
diartikan sebagai pendidikan yang ditempuh manusia
di lembaga-lembaga keterampilan atau kegiatan
8
belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar
dan bertanggung jawab.
2.Pengertian Pendidikan Formal
Kadir (2012), Pendidikan formal adalah
kegiatan yang sistematis, berstruktur, bertingkat,
berjenjang, dimulai dari sekolah dasar sampai
dengan perguruan tinggi. Misalnya: kegiatan studi
yang berorientasi akademis dan umum, program
spesialisasi, dan latihan profesional, yang
dilaksanakan dalam waktu yang terus menerus. Danim
(2010), mengatakan pendidikan formal atau sekolah
merupakan jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Pendidikan formal menurut Undang Undang No 20
tahun 2003 adalah jalur pendidikan yang
terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi.
9
Jadi pendidikan formal yaitu pendidikan
yang diselenggarakan di sekolah dan mempunyai
jalur yang berjenjang jelas mulai dari dasar
sampai perguruan tinggi. Pendidikan formal
merupakan bagian dari pendidikan nasional yang
bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya sesuai dengan fitrahnya, yaitu pribadi
yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, demokratis, menjunjung
tinggi hak asasi manusia, menguasai ilmu
pengetahuan, tekhnologi dan seni, memiliki
kesehatan jasmani dan rohani, memiliki
keterampilan hidup yang berharkat dan bermartabat,
memiliki kepribadian yang mantap, mandiri, dan
kreatif, serta memiliki tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan yang mampu
mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas dan
berdaya saing di era global.
Fungsi sekolah menurut Sudarwan, sebagai
pusat pendidikan formal, terlihat pada tujuan
10
institusional yaitu tujuan kelembagaan pada
masing-masing jenis dari tingkatan sekolah. Selain
itu menurut Inglis merinci enam fungsi dasar
sekolah antara lain: fungsi penyesuaian (adjustive
function), pengintegrasian (integrating function),
diagnotik dan direktif (diagnostic and directive
function), diferensiasi (deferentiation function),
selektif (selective function), hubungan pembantuan dan
referral (helping and referral function). Dalam konteks
pendidikan anak, fungsi sekolah antara lain:
mewadahi anak untuk meniru atau mengikuti,
tanggungjawab, pelestarian budaya, latihan dan
pengembangan tenaga kerja, dan fungsi kecerdasan.
Tujuan pengadaan lembaga pendidikan formal menurut
Andika yaitu tempat sumber ilmu pengetahuan,
tempat untuk mengembangkan bangsa, dan tempat
untuk menguatkan masyarakat bahwa pendidikan itu
penting guna bekal kehidupan di masyarakat
sehingga siap pakai.
3.Pengertian Masyarakat Gemar Belajar
11
Masyarakat gemar belajar mengandung
pengertian perubahan dari situasi kehidupan semu
(dreaming society) ke arah masyarakat berencana
(planning society). Kehidupan yang semu digambarkan
sebagai suasana kehidupan yang merasa tertekan,
masa bodoh, tercekam dalam derita kehidupan, dan
fatal. Dalam masyarakat ini penduduk tidak dapat
berinteraksi positif dengan lingkungannya. Mereka
senantiasa menjadi objek dan bukan subjek
pengembangan masyarakat yang ditandai rendahnya
tingkat pendidikan, pendapatan, kesehatan,
kesempatan kerja dan kesadaran terhadap
lingkungan.
Manurut Kamil (2005), munculnya konsep
masyarakat gemar belajar sebagai master concept
yang mendorong individu, lembaga, asosiasi,
masyarakat peduli pendidikan atau badan usaha lain
untuk ikut berpartisipasi dalam mengembangkan cara
berpikir baru serta merespon tantangan kebutuhan
baru masyarakat tentang pendidikan dan belajar
12
(learning). Masyarakat gemar belajar disebut juga
masyarakat berencana (planning society), adalah
masyarakat yang amat tanggap terhadap perubahan-
perubahan yang sedang terjadi dan kemungkinan
perubahan yang akan terjadi di masa depan.
Masyarakat memiliki kesadaran yang tinggi terhadap
lingkungan dan pembangunan masyarakat, bangsa dan
negara. Sikap ilmiah dan terbuka, pikiran dan
tindakan rasional, toleransi terhadap perbedaan
pandangan dan latar belakang kehidupan, serta
menitik beratkan segi kemanusiaan mewarnai tingkah
laku mereka. Jadi masyarakat gemar belajar ialah
masyarakat yang mau menata dalam kehidupan nyata
untuk mandiri belajar dan mengkondisikan
lingkungan untuk mau merubah dengan kebiasaan yang
baik.
Strategi yang digunakan dalam membangun
masyarakat gemar belajar antara lain dengan
membuka peluang keterampilan dan kecakapan sesuai
dengan potensi. Strategi dasar yang digunakan
13
melalui pendekatan kemanusiaan, pendekatan
partisipatif, pendekatan kolaboratif, pendekatan
berkelanjutan, dan pendekatan budaya.
Beberapa harapan yang ingin dicapai melalui
learning society, khususnya jika dikaitkan dengan
perwujudan masyarakat madani, menurut Pudji
Muljono (2007) adalah sebagai berikut:
a. Terciptanya masyarakat yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Terciptanya masyarakat yang demokratis dan
beradab yang menghargai adanya perbedaan
pendapat.
c. Masyarakat yang mengakui hak-hak asasi manusia.
d. Masyarakat yang tertib dan sadar hukum, budaya
malu apabila melanggar hukum yang melekat dalam
semua lapisan kehidupan kenegaraan dan
kemasyarakatan.
e. Masyarakat yang percaya pada diri sendiri,
memiliki kemandirian dan kreatif terhadap
pemecahan masalah yng dihadapi, masyarakat
14
memiliki orientasi yang kuat pada penguasaan
ilmu dan teknologi.
f. Sebagai bagian dari masyarakat global, yang
memiliki semangat kompetitif dalam suasana
kooperatif, penuh persaudaraan dengan bangsa-
bangsa lain dengan semangat kemanusiaan yang
universal.
g. Terwujudnya tatanan masyarakat yang beradab
yang menjunjung tinggi.
h. Mewujudkan masyarakat belajar yang tumbuh dari
masyarakat, oleh masyarakat dan untuk
masyarakat.
B. Integrasi antara Pendidikan Informal dan Pendidikan
Formal
Pendidikan keluarga dan pendidikan sekolah
dapat berjalan secara integrasi, maka akan
mengefektifan pengokohan nilai-nilai moral yang
baik. Akan tetapi, pada kenyataannya pendidikan
keluarga dan pendidikan sekolah belum dapat
bersinergis dalam membangun masyarakat gemar belajar
15
(learning society). Orang tua dan pendidik seringkali
masih memiliki pandangan yang kurang tepat dan
sempit tentang proses membangun masyarakat gemar
belajar (learning society), yakni terbatas pada kegiatan
akademik saja, seperti: membaca, menulis,
menghitung, dan mendengar. Oleh karena itu
diperlukan suatu langkah nyata dalam membangun
masyarakat gemar belajar (learning society) yaitu dengan
adanya Integrasi Pendidikan Keluarga dan Pendidikan
Sekolah dalam Rangka membangun masyarakat gemar
belajar (learning society).
Integrasi antara pendidikan informal dengan
pendidikan formal ini bertujuan untuk mensinergikan
peran komponen-komponen aktif pembangun masyarakat
pada masing-masing lingkungan keluarga dan
lingkungan sekolah sehingga gemar belajar (learning
society) yang akan dimiliki oleh seorang anak
berkualitas baik dan kokoh. Pada integrasi antara
pendidikan keluarga dan pendidikan sekolah dapat
dioptimalisasikan dalam bentuk forum diskusi antar
16
orang tua seorang siswa serta pendidik. Jadi dengan
adanya forum tersebut orang tua siswa dapat
mengutarakan berbagai persoalan mengenai
perkembangan anaknya kepada para pendidik, sehingga
pendidik dapat mengetahui kebutuhan pendidikan
setiap siswanya. Selain itu, antara orang tua dan
pendidik harus saling menghargai potensi anak,
memberi rangsangan-rangsangan yang kaya untuk segala
aspek perkembangan anak, baik secara kognitif,
afektif, sosial emosional, moral, agama, dan
psikomotorik.
Usaha yang dapat dilakukan guna mewujudkan
masyarakat belajar adalah dengan memberdayakan
keluarga agar menjadi keluarga yang gemar belajar.
Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat
sangat menentukan karakteristik sosial ekonomi dan
budaya masyarakat. Pengaruh keluarga dalam hal ini
adalah mengarahkan proses tumbuh kembang generasi
muda dalam masyarakat.
17
Dengan terlaksananya integrasi pendidikan
keluarga dan pendidikan sekolah dalam rangka
membangun masyarakat gemar belajar (learning society),
diharapkan dapat mewujudkan masyarakat berencana
(planning society). Sehingga dapat memperbaiki kualitas
masyarakat bangsa Indonesia dalam segala aspek
kehidupan dan menjawab tantangan-tantangan persoalan
Negara di masa mendatang.
C. Pengaruh Pendidikan Informal dan Pendidikan Formal
terhadap Masyarakat Gemar Belajar
Menurut Tatang, manusia adalah makhluk yang
perlu didik dan perlu mendidik. Adapun asumsi bahwa
manusia perlu mendidik melalui berbagai prinsip
antara lain prinsip historisitas, prinsip idealitas,
dan prinsip posibilitas/aktualitas. Sedangkan asumsi
bahwa manusia perlu didik melalui prinsip yang
melandasinya antara lain prinsip potensialitas,
prinsip dinamika, prinsip sosialitas, prinsip
individualitas, dan prinsip moralitas. Keluarga
merupakan bagian dari pendidikan informal dan bagian
18
terkecil dari sebuah masyarakat. Keluarga juga
merupakan lingkungan pendidik yang pertama dan
utama. Sehingga peran keluarga memiliki pengaruh
yang sangat kuat terhadap perkembangan kepribadian
dan potensi anak. Sedangkan pendidikan pada dasarnya
mencegah atau mengendalikan kemungkinan-kemungkinan
terjadinya perubahan yang mengarah kejelekan.
Menurut Andika, peran keluarga terhadap anak sangat
penting hal ini dikarenakan anak meniru norma-norma
pada keluarga.
Sedangkan sekolah sebagai bagian dari
pendidikan formal yang memegang peranan penting
dalam pembentukan sifat masyarakat dan memberikan
pengaruh yang sangat besar terhadap jiwa anak.
Meskipun demikian, sekolah tidak dapat berdiri
sendiri tanpa adanya dukungan dari lingkungan
masyarakat sekitar. Selain itu, menurut Rakhmat W.
dalam Syaripudin terdapat komponen kegiatan
pembelajaran yang meliputi masukan mentah (raw input)
19
meliputi siswa, masukan sarana (instrumental input)
meliputi sumber belajar, tempat serta peralatan
belajar, media pembelajaran dan sebagainya, masukan
lingkungan (environmental input) meliputi faktor sosial
budaya, keamanan lingkungan, dan lain-lain, masukan
lain (other input) meliputi kebijakan-kebijakan atau
peraturan yang berhubungan langsung dengan kegiatan
pembelajaran, dan pengaruh (impact) meliputi
kurikulum, pemerintahan, aktivitas kelompok sosial
dan lain-lain.
Seluruh komponen di atas saling mempengaruhi,
oleh karena itu antara sistem pendidikan informal,
sistem pendidikan formal dan sistem yang ada dalam
masyarakat akan saling mempengaruhi. Jadi learning
society berkembang dengan cara bertahap. Pertama yang
harus dilakukan adalah memberi peluang pada
masyarakat untuk mengembangkan proses belajar
melalui pendidikan. Selama ini, pendidikan memang
telah menunjukkan perannya, akan tetapi tidak jarang
peran tersebut tidak selaras dengan gerak
20
pembangunan di sektor lainnya, sehingga terlihat
pincang. Oleh karena itu, bergulirnya gagasan
otonomi daerah, yang diikuti oleh otonomi pendidikan
perlu disambut gembira, dengan harapan peran
masyarakat dalam pendidikan dan proses belajar dapat
berlangsung secara maksimal dan optimal. Pada sisi
lain, dengan adanya otonomi pendidikan diharapkan
akan meningkatkan tanggungjawab masyarakat terhadap
keberlangsungan kehidupan, khususnya dalam
mempersiapkan generasi mudanya, guna menyongsong
masa depan yang lebih baik dengan penuh optimisme.
Kedua, kesadaran masyarakat terhadap makna
pendidikan, sehingga perwujudan masyarakat belajar
akan lebih mudah tercapai. Usaha dalam mewujudkan
masyarakat belajar ini tidak terlepas dari political will
pemerintah untuk memberikan kesempatan yang seluas-
luasnya kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam
dunia pendidikan, termasuk di dalamnya keterlibatan
masyarakat dalam memutuskan kebijakan-kebijakan di
21
bidang pendidikan dalam rangka pemberdayaan
masyarakat itu sendiri.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Pendidikan informal juga dapat diartikan
sebagai pendidikan yang ditempuh manusia di lembaga-
lembaga keterampilan atau kegiatan belajar secara
mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung
22
jawab. Pendidikan formal yaitu pendidikan yang
diselenggarakan di sekolah dan mempunyai jalur yang
berjenjang jelas mulai dari dasar sampai perguruan
tinggi. Masyarakat gemar belajar ialah masyarakat
yang mau menata dalam kehidupan nyata untuk mandiri
belajar dan mengkondisikan lingkungan untuk mau
merubah dengan kebiasaan yang baik.
Integrasi antara pendidikan informal dengan
pendidikan formal ini bertujuan untuk mensinergikan
peran komponen-komponen aktif pembangun masyarakat
pada masing-masing lingkungan keluarga dan
lingkungan sekolah sehingga gemar belajar (learning
society). Pengaruh lembaga formal yang resmi mampu
memberikan dampak yang positif seperti tumbuhnya
semangat dan motivasi untuk belajar mandiri
(independent learning), sehingga terwujud pendidikan
sepanjang hayat pada masyarakat melalui masyarakat
gemar belajar (learning society).
B. SARAN
23
Untuk mewujudkan masyarakat gemar belajar (learning
society) perlu adanya dukungan sepenuhnya dari
berbagai pihak.
Daftar Pustaka
Danim, Sudarwan. 2010. Pengantar Kependidikan. Bandung:Alfabeta.Kadir, Abdul dkk. 2012. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group. Kamil, Mustofa. 2005. Pendidikan Non-Formal dalam Membangun
Masyarakat Gemar Belajar (Learning Society) AnalisisMasyarakat sebagai Sasaran. Bandung:Universitas Pendidikan Indonesia.
Muljono, Pudji. 2007. Learning society, Penyuluhan danPembangunan Bangsa. Bogor: InstitutPertanian Bogor.
Syaripudin, Tatang. 2012. Landasan Pendidikan. Jakarta:DirJend. Pendidikan Islam.
Tim pengembang ilmu pendidikan FIP-UPI. 2007. ilmu &aplikasi pendidikan bagian 2 ilmu pendidikan praktis.Bandung: IMTIMA.
http://ketikaduniakuberbicara.blogspot.com/ (diaksestanggal 23/11/2013, pukul 18:41)
http://andhiecka.wordpress.com (diakses tanggal23/11/2013, pukul 18:42)
24