Instrumentasi Entomology
-
Upload
institutilmukesehatanbhaktiwiyatakediri -
Category
Documents
-
view
7 -
download
0
Transcript of Instrumentasi Entomology
BORANG
No. Dokumen
Berlaku
Sejak
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi
LABORATORIUM ENTOMOLOGI Halaman
LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI ENTOMOLOGI
PENGENALAN ALAT DAN CARA PENGGUNAANNYA
OLEH
INDRA FAUZI SABBAN
FAKULTAS BIOLOGI
LAPORAN PRATIKUM INSTRUMENTASI ENTOMOLOGI
A. TOPIK PRATIKUM :
Pengenalan laboratorium Entomologi, pengenalan alat-alat
laboratorium dan prinsip kerja alat.
B. TUJUAN :
1. Memperkenalkan beberapa alat yang biasa digunakan pada
laboratorium entomologi.
2. Menjelaskan prinsip kerja alat-alat secara umum, kegunaanya
untuk penelitian dan spesifikasinya.
C. DESKRIPSI LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN :
Laboratorium Entomologi merupakan salah satu unit
pendukung Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada yang
memiliki tugas melaksanakan pembelajaran, penelitian, dan
pengabdian dalam bidang keanekaragaman fauna khususnya pada
serangga.
Kepala laboratorium : Dr. R.C. Hidayat Soesilohadi, M.S.
Nama StaffJabatan
Akademik
Dr. R.C. Hidayat
Soesilohadi, M.S.Lektor Kepala
Dra. Siti Sumarmi, Ph.D. Lektor
Drs. Hari Purwanto, M.P. Lektor
Drs. Ign. Sudaryadi,
M.Kes.Asisten Ahli
Sukirno, S.Si., M.Sc. Dosen CPNS
Pelayanan
1. Pelatihan, kurusu, dan magang:
Biosistematik Serangga,
Patologi Serangga/Eksplorasi Entomopatogenik Fungi,
Bakteria dan Virus,
Berbagai aspek budidaya ulat sutera (murbei ataupun
sutera liar),
Pengendalian lalat buah, Bactrocera spp.,
Rearing serangga,
Pembuatan preparat serangga,
Penangkaran kupu-kupu,
Opset kupu-kupu, kumbang, dll.,
Pengenalan serangga-serangga hama dan parasitoid,
Pembuatan suvenir dari bahan serangga
2. Produk:
Biakan murni : Beberapa varietas Bacillus thuringiensis, fungi
dan virus;
Spesimen serangga kering dan basah;
Cocon sutra;
Peralatan standar untuk sampling serangga;
Petunjuk praktikum patologi serangga;
Buku: Daftar serangga-serangga hama tanaman
3. Konsultasi:
Konsultan berbagai aspek persuteraan (sutera Bombyx mori
dan sutera liar),
Pengendalian hama pertanian/gudang,
Pengendalian lalat buah, Bactocera spp. (Diptera:
Tephritidae),
Perancangan/pembuatan laboratorium,
Konservasi/pengelolaan lingkungan,
Penangkaran kupu-kupu
D. Intrumentasi Alat
1. Teknik Koleksi Serangga
Gambar 1. Alat yang dipergunakan untuk koleksi serangga
Serangga merupakan organisme yang sangat melimpah
keberadaannya dan mampu hidup dimana saja, baik di darat
maupun di air. Habitat serangga sangat bervariasi, masing-
masing spesies mempunyai kekhasan tempat hidup oleh karena
itu perlu dipikirkan metode penangkapan dan koleksi yang
tepat untuk mendapatkan spesies serangga yang diinginkan.
Masing-masing metode dikembangkan untuk menangkap serangga
yang khas yang didasarkan pada perilaku dan habitatnya.
Koleksi serangga memerlukan peralatan tertentu yang telah
disiapkan di dalam tas cangklong yang sewaktu-waktu siap
untuk dikeluarkan. Peralatan tersebut adalah:
(a) Aspirator
Aspirator digunakan untuk menangkap serangga yang kecil dan
pergerakannya sangat cepat, seperti: parasitoid ordo
Hymenoptera, lalat Agromyzidae, trip, dan afid. Aspirator
ini bisa digunakan langsung untuk menyedot serangga pada
tanaman atau serangga-serangga kecil yang berada di dalam
jaring serangga [kombinasi]. Semua serangga yang telah
ditangkap kemudian dibunuh dengan cara dimasukkan kedalam
botol pembunuh.
(b) Jaring serangga
Ada tiga jenis jaring yang umum dipakai untuk menangkap
serangga, yaitu:
(1) Aerial nets adalah jaring yang digunakan dengan bantuan
tangan untuk menangkap serangga yang aktif terbang, seperti:
kupu-kupu, capung, lebah, dan tawon. Sebaiknya gagang jaring
dibuat dari bahan yang sangat ringan dan jaringnya terbuat
dari kain kasa yang lembut. Biasanya kain kasa yang dipakai
berwarna putih, tetapi beberapa ahli lebih suka menggunakan
kain kasa yang berwarna hitam untuk menghindari terjadinya
pantulan cahaya yang membuat takut serangga sebelum
terjaring. Semua serangga yang telah ditangkap kemudian
dibunuh dengan cara dimasukkan kedalam botol pembunuh.
(2) Sweep nets adalah jaring yang digunakan dengan bantuan
tangan untuk menangkap serangga-serangga kecil yang gesit
dan berada di rerumputan atau pada pucuk-pucuk tanaman,
seperti: kumbang Coccinellidae, wereng Cicadellidae dan
Delphacidae. Semua serangga yang telah ditangkap kemudian
dibunuh dengan cara dimasukkan kedalam botol pembunuh.
(3) Aquatic nets adalah jaring yang digunakan dengan bantuan
tangan untuk menangkap serangga-serangga yang hidup didalam
air [serangga air], seperti: larva Trichoptera dan
Lepidotera.
(c) Pinset
Cara penangkapan ini efektif untuk serangga yang relatif
besar dan pergerakannya relatif tidak begitu gesit, seperti:
ulat daun, belalang sembah, kumbang, dan semut. Penangkapan
dengan menggunakan tangan perlu suatu pengalaman dan
keterampilan khusus. Hal yang perlu diperhatikan adalah
ketika hendak menangkap serangga-serangga yang beracun atau
bersengat, seperti ulat api famili Limacodidae dan semut
subfamili Ponerine maka perlu alat bantu berupa pinset.
Sedangkan kuas juga dapat digunakan sebagai alat bantu untuk
menangkap serangga-serangga kecil yang lunak, seperti: nimfa
Ephemeroptera dan Plecoptera.
(d) Botol pembunuh
Botol pembunuh merupakan botol yang digunakkan untuk
membunuh serangga yang sudah ditangkap. Botol ini berisi
alkohol 75% yang berfungsi untuk membunuh serangga.
(e) Kertas HVS dibentuk segitiga
Kertas HVS yang dibentuk segitiga ini merupakan teknik untuk
membuat serangga tetap dalam bentuk yang semula dan
mempertahankan bentuk serangga.
(f) Buku catatan
Buku catatan merupakan alat yang berfungsi untuk mencatat
semua yang didapatkan di lapangan seperti habitat serangga
yang ditangkap atau kondisi saat ditangkap.
(g) Kertas label
Serangga-serangga yang telah diawetkan harus diberi label
agar mempunyai arti ilmiah. Label berisi informasi dasar
mengenai tempat serangga ditemukan, tanggal serangga
ditemukan, dan nama kolektornya. Selain itu juga perlu
dituliskan nama spesies dan pendeterminasinya (dalam hal ini
hanya sampai Ordo).
Nama lokasi serangga itu ditemukan perlu dicatat sedemikian
rupa sehingga tempat itu dapat ditemukan pada peta dengan
baik. Nama kota atau desa tidak boleh disingkat untuk
mencegah diartikan keliru dengan tempat lain oleh seseorang
yang kurang mengenal daerah tersebut. Dengan meningkatnya
penggunaan koleksi data-base dan kebutuhan yang berkaitan
dengan standarisasi data secara internasional maka label-
label di museum spesimen perlu mencantumkan pula garis
lintang utara dan selatan seperti contoh sebagai berikut:
36002’S 142038’E.
Tanggal koleksi akan memberi data tentang musim saat
koleksi. Tulis hari/tanggal, bulan, dan tahun. Pergunakan
sesuai perjanjian internasional dalam menulis hari dan tahun
merujuk angka Arab dan bulan dengan angka Roman; sebagai
alternative bulan dapat disingkat seperti 03.viii.1993 atau
03 Aug. 1993. jangan ditulis seperti ini: 03.08.1993 sebab
dapat diartikan di beberapa Negara sebagai bulan Maret
tanggal 8, 1993. Jangan menyingkat tahun 1993 dengan ’93.
apabila beberapa hari berturut-turut dipergunakan untuk
koleksi di sebuah lokasi, maka hari-hari tersebut dapat
ditulis sebagai berikut: 03-06.xi.1994.
Nama kolektor memungkinkan untuk berhubungannya kolektor
dari suatu tempat (dalam/luar negeri) untuk saling
bekerjasama dalam mencari informasi lebih lanjut atau
menimbang kebenaran dari label yang tercantum. Tulis ejaan
nama akhir kolektor atau nama depan disingkat.
Data lain: banyak informasi yang penting, tetapi tidak ada
relevansinya atau tidak tersedia untuk semua serangga.
Biasanya ditulis dalam label tersendiri sebagai tambahan
data-data primer, misalnya:
• Catatan tentang inang serangga parasitik dan tanaman inang
dari serangga fitopagus (apabila informasi tersebut dapat
diketahui).
• Macam habitat secara rinci yang meliputi ketinggian
tempat, tipe ekologi, dan kondisi cuaca saat koleksi.
Label untuk spesimen yang dipin dan atau dikarding harus
dicetak rapi dengan tinta hitam yang tidak luntur dan
berkualitas baik. Ukuran label tidak boleh lebih besar dari
18 mm x 8 mm dan apabila label pertama terlalu kecil untuk
data, beberapa data harus ditulis lagi pada label kedua yang
dideretkan di bawah label pertama di bawah pin spesimen
tersebut. Label harus berjarak dari spesimen agar mudah
dibaca dari atas. Label untuk spesimen di dalam alkohol
harus ditulis dengan tinta hitam yang tidak luntur dengan
kertas yang baik. Ukuran label tidak boleh lebih dari 5 x 2
cm; klasifikasi spesimen dan data koleksi harus ditulis pada
label tersebut. Label harus dimasukkan ke dalam botol
bersama-sama dengan spesimen tidak ditempel dengan lem
diluar botol.
2. Metode Pengawetan Serangga
Pengawetan serangga yang benar membutuhkan suatu pengetahuan
dan keterampilan yang cukup. Serangga awetan [Spesimen] sangat
penting untuk keperluan penelitian terutama yang berkaitan
dengan biodiversitas serangga. Pengawetan serangga yang salah
dapat berakibat fatal bagi spesimen yang disimpan. Pengawetan
serangga diperlukan peralatan-peralatan khusus seperti:
- Relaxing dish
- Pinset
- Span block
- Pinning block
- Jarum serangga
- Jarum penthol
- Lem PVAC
- Kertas karding
- Botol koleksi
- Alkohol 80%
- Kertas label
- Pensil atau tinta tahan luntur
Pengawetan serangga dan artropoda lain dilakukan dengan cara
yang berbeda-beda pada setiap spesies dan fase tumbuhnya. Ada
dua cara pengawetan yang umum dilakukan, yaitu pengawetan
kering dan pengawetan basah.
Pengawetan kering dilakukan untuk serangga-serangga yang
bertubuh keras [umumya fase imago] dengan cara di pin [ditusuk
dengan jarum preparat atau di karding]. Jarum yang digunakan
untuk menusuk spesimen serangga harus jarum anti karat
atau stainless steel (bukan dari baja hitam atau dari kuningan)
sebab jarum non-stainless akan cepat berkarat apabila terkena
cairan tubuh serangga. Ukuran diameter dan panjang jarum
bervariasi mulai dari nomor 00 sampai 9. Apabila jarum
ditusukkan secara tidak langsung ke tubuh serangga, seperti
halnya karding, jarum stainless steel tidak perlu
dipergunakan, cukup dengan jarum dari baja. Beberapa serangga
besar akan berubah warna atau kotor apabila diawetkan kering,
oleh sebab itu perlu dilakukan proses pengeluaran isi perut
atau ‘gutting’ sebelum serangga di pin. Buat belahan sedikit
di salah satu sisi pleural membrane diantara sternal dan
tergal plates. Pergunakan pinset untuk mengeluarkan alimentary
canal, alat pencernaan makanan perlu hati-hati jangan sampai
sambungan anterior dan posterior patah. Bagian perut kemudian
dibersihkan dengan cermat dengan kapas dan tissue. Perutnya
kemudian dibentuk kembali dengan diisi kapas agar bentuk
abdomen kembali seperti sebelumnya. Belahan pada ujung pleural
membrane kemudian dirapatkan kembali dan harus tertutup
kembali sebelum serangga kering.
Pengawetan basah dilakukan untuk serangga-serangga yang
bertubuh lunak [umumnya fase larva] dilakukan dengan cara
menyimpan serangga didalam botol yang telah diisi dengan
alkohol 80%, dengan ketentuan bahwa spesimen yang diawetkan
dalam alkohol harus disimpan dalam botol gelas dengan tutup
yang rapat. Menggunakan botol plastik tidak baik untuk tempat
spesimen karena mudah retak apabila diisi dengan alkohol.
Pilih botol yang cukup besarnya agar spesimen tidak tertekuk
dan hancur, selain itu juga akan memudahkan pengambilan pada
saat akan diteliti/diamati.
Setiap spesies serangga dan artropoda lain mempunyai kekhasan
cara pengawetan, secara umum dapat dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
LABA-LABA
Matikan dan awetkan dalam 80% ethanol. Sedikit ditambah
glycerol pada ethanol akan membuat spesimen lemas (fleksibel).
COLLEMBOLA
Matikan dalam 80% ethanol. Jernihkan dalam KOH dan slide mount
di euparal dengan spesimen diletakkan pada sisi kanan.
Peletakan gelas obyektif dan de glass dengan menggunakan kutek
tak berwarna.
PROTURA
Matikan dalam 80% ethanol. Jernihkan dalam KOH dan slide mount
di euparal dengan spesimen diletakkan pada sisi ventral.
Peletakan gelas obyektif dan de glass dengan menggunakan kutek
tak berwarna.
DIPLURA
Matikan dalam 80% ethanol, jernihkan dalam KOH dan slide mount
dalam euparal. Peletakan gelas obyektif dan de glass dengan
menggunakan kutek tak berwarna.
THYSANURA
Matikan dan awetkan dalam 80% ethanol.
ODONATA
Matikan dalam botol pembunuh, sebaiknya capung dewasa
dibiarkan hidup selama satu atau dua hari di dalam kertas
amplop agar isi perutnya terserap tubuh. Serangga yang mati
akan mengalami pembusukan isi perutnya sehingga akan
mempengaruhi warna kulit perutnya atau bahkan putus karena
busuk. Setelah capung dewasa mati, tusuklah dengan jarum
serangga pada bagian tengah mesothorax (jarum harus keluar
dari bagian bawah tubuh diantara pasangan kaki pertama dan
kaki kedua). Kembangkan kedua pasang sayapnya dengan ketentuan
letak anterior pinggir sayap belakang tegak lurus dengan tubuh
dan letak sayap depan simetris.
ORTHOPTERA
Matikan belalang dewasa dalam botol pembunuh. Tusuklah dengan
jarum serangga pada bagian kanan mesothorax (biasanya pada
dasar sayap depan bagian kanan) belalang dewasa; bentangkan
sayap bagian kiri dengan pinggir anterior sayap belakang
membentuk garis tegak lurus dengan tubuh; atur kaki dengan
sempurna dan antena yang panjang diatur menjulur ke belakang
di atas tubuh.
MANTODEA
Matikan dalam botol pembunuh, untuk nimfa awetkan dalam 80%
ethanol. Belalang sembah dewasa diawetkan dengan cara ditusuk
dengan jarum serangga pada garis tengah mesothorax bagian
kanan dan kembangkan sayap depan dan belakang sebelah kiri
dengan pinggir anterior sayap belakang membentuk garis tegak
lurus dengan tubuh. Isi perut belalang sembah betina yang
besar harus dibersihkan dan diisi dengan kapas.
HEMIPTERA
Matikan dalam botol pembunuh. Tusuklah dengan menggunakan
jarum pada bagian skutelum bagian kanan. Serangga yang kecil
harus dikarding dengan cara menempelkan bagian tengah thorax
(antara sepasang kaki depan dengan sepasang kaki tengah) pada
ujung kertas segitiga; posisi kepala berada disebelah kiri.
THYSANOPTERA
Matikan dalam 80% ethanol. Awetkan dalam lembaran kertas
persegi panjang dengan bagian ventral menghadap ke atas,
bentangkan sayap-sayapnya, kaki-kaki dan luruskan antenanya.
NEUROPTERA
Matikan dalam botol pembunuh. Awetkan dalam lembaran kertas
karding dengan cara menempelkan bagian tengah thorax (antara
sepasang kaki depan dengan sepasang kaki tengah) pada ujung
kertas segitiga; posisi kepala berada disebelah kiri. Larvanya
awetkan dalam 80% ethanol.
COLEOPTERA
Tusuklah serangga dewasa tepat pada anterior elytron sebelah
kanan sehingga jarum keluar diantara coxa tengah dan belakang;
atur kaki-kakinya sehingga ruas-ruas tarsi dapat terlihat
dengan jelas. Spesies dengan ukuran sangat kecil dikarding
dengan cara menempelkan bagian tengah thorax (antara sepasang
kaki depan dengan sepasang kaki tengah) pada ujung kertas
segitiga; posisi kepala berada disebelah kiri. Larva diawetkan
dalam 80% ethanol.
DIPTERA
Tusuklah serangga dewasa pada bagian tengah mesothorax sebelah
kanan. Atur sayap-sayapnya untuk spesies yang besar sehingga
sayap mengembang pada sisi anterior membentuk posisi tegak
lurus. Serangga yang ukuran tubuhnya kecil dikarding dengan
cara menempelkan bagian tengah thorax (antara sepasang kaki
depan dengan sepasang kaki tengah) pada ujung kertas
segitiga; posisi kepala berada disebelah kiri, sayapnya
dinaikkan ke atas dan kaki-kakinya diatur ke arah bawah.
Serangga dewasa famili Tipulidae diawetkan dalam 80% ethanol
atau dilem dibagian thorax pada kartu segiempat sehingga kaki-
kakinya menempel pada kartu dengan setetes lem pada setiap
tibia. Larva diawetkan dalam 80% ethanol.
LEPIDOPTERA
Tusuklah dengan jarum pada bagian garis tengah mosthorax untuk
serangga dewasa; atur kedua sayapnya dengan ketentuan sayap
depan bagian posterior tegak lurus dengan badan, sayap kedua
menyesuaikan. Pengaturan posisi sayap dilakukan pada span
block. Larvanya diawetkan dalam 80% ethanol.
HYMENOPTERA
Tusuklah serangga dewasa pada bagian kanan garis tengah
mesothorax; atur sayapnya agar terlihat jelas venasinya.
Spesies yang kecil dan atau semua jenis semut perlu dikarding
dengan cara menempelkan bagian tengah thorax (antara sepasang
kaki depan dengan sepasang kaki tengah) pada ujung kertas
segitiga; posisi kepala berada disebelah kiri. Larvanya
diawetkan dalam 80% ethanol.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat. ___. Entomologi.http://web.ipb.ac.id/~phidayat/entomologi/bab-14%20KOLEKSI%20DAN%20PENGAWETAN%20SERANGGA%20edited%20fin.htm (Diakses 9 Februari 2014).
Qolamul Hanna. 2013. Entomologi Serangga Cara Koleksi.http://planthospital.blogspot.com/2013/10/entomologi-serangga-cara-koleksi.html (Diakses 9 Februari 2014).
Wikipedia.2013. Aspirator.http://en.wikipedia.org/wiki/Aspirator_(pump) (Diakses9 Februari 2014).