HIMPUNAN PERATURAN - JDIH - POLHUKAM

320
HIMPUNAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA JILID II TAHUN 2016 Biro Hukum, Persidangan, dan Hubungan Kelembagaan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Republik Indonesia

Transcript of HIMPUNAN PERATURAN - JDIH - POLHUKAM

HIMPUNAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR

BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA JILID II TAHUN 2016

Biro Hukum, Persidangan, dan Hubungan Kelembagaan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan

Republik Indonesia

i

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya, Biro Hukum, Persidangan, dan

Hubungan Kelembagaan, Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum,

dan Keamanan dapat menyusun himpunan peraturan perundang-undangan

yang diterbitkan di Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan Tahun 2016 sebagai pertanggungjawaban atas salah satu tugas

dan fungsi Biro Hukum, Persidangan, dan Hubungan Kelembagaan, yaitu

melaksanakan pendokumentasian dan publikasi produk hukum. Juga

sebagai salah satu upaya pengembangan Jaringan Dokumentasi dan

Informasi Hukum (JDIH) kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum,

dan Keamanan.

Peraturan Perundang-Undangan yang dihimpun dan diterbitkan di

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan meliputi

Himpunan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan, Himpunan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik,

Hukum, dan Keamanan, serta Himpunan Peraturan Sekretaris Kementerian

Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.

Himpunan Peraturan Perundang-Undangan ini sangat dibutuhkan

untuk dijadikan pedoman dalam menjabarkan tugas dan tanggung jawab

serta wewenang yang dilaksanakan secara profesional dan prosedural baik di

lingkungan kerja Kemenko Polhukam maupun di lapangan.

Semoga buku himpunan ini dapat memberi manfaat bagi

keberhasilan pelaksanaan tugas Kemenko Polhukam.

Jakarta, Desember 2016

Kepala Biro Hukum, Persidangan, dan

Hubungan Kelembagaan

Drs. Subroto, M.M.

ii

iii

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar i

Daftar Isi iii

1. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Nomor 3 Tahun 2016 tentang Rencana Strategis Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Tahun 2015-2019 ……………………………………….

1

2. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan Nomor 4 Tahun 2016 tentang Road Map Reformasi Birokrasi Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Tahun 2015-2019 ………………………………….

151

3. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan di Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan ……………………………………………….

243

iv

1Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR

BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 3 TAHUN 2016

TENTANG

RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KOORDINATOR

BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

TAHUN 2015-2019

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 19 ayat (3)

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 3004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional dan Pasal 3 ayat (1)

Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 3015 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 3015-3019,

perlu menetapkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang

Politik, Hukum, dan Keamanan tentang Rencana Strategis

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan Tahun 2015-2019;

MENTERI KOORDINATOR

BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

REPUBLIK INDONESIA

2 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003

Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4286);

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor

33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4700);

4. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-

2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015

Nomor 3);

5. Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2015 tentang

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2015 Nomor 83);

6. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman

Penyusunan dan Penelaahan Rencana Strategis

Kementerian/Lembaga 2015-2019 (Berita Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 860);

3 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

7. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan Nomor 4 Tahun 2015 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum,

dan Keamanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2015 Nomor 1665);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK,

HUKUM, DAN KEAMANAN TENTANG RENCANA STRATEGIS

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM,

DAN KEAMANAN TAHUN 2015-2019.

Pasal 1

Rencana Strategis Kementerian Koordinator Bidang Politik,

Hukum, dan Keamanan Tahun 2015-2019 yang selanjutnya

disebut Rencana Strategis sebagaimana tercantum dalam

Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Menteri ini.

Pasal 2

Rencana Strategis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1

berlaku sebagai panduan dalam melaksanakan penyusunan

dan evaluasi pelaksanaan program, kebijakan, pengendalian,

dan kegiatan koordinasi bidang politik, hukum dan keamanan

tahun 2015-2019.

4 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

Pasal 3

Rencana Strategis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dapat

dilakukan perubahan sepanjang:

a. terdapat undang-undang yang mengamanatkan

perubahan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga;

atau

b. adanya perubahan struktur organisasi dan/atau tugas

dan fungsi Kementerian/Lembaga.

Pasal 4

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan

Nomor: Per-13/Menko/1/2010 tentang Rencana Strategis

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan Tahun 2010-2014 sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum,

dan Keamanan Nomor: Per-13/Menko/6/2012 tentang

Perubahan atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik,

Hukum, dan Keamanan Nomor: Per-13/Menko/1/2010

tentang Rencana Strategis Kementerian Koordinator Bidang

Politik, Hukum, dan Keamanan Tahun 2010-2014 , dicabut

dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 5

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan

dan berlaku surut sejak tanggal 9 November 2015.

5 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya

dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 26 Agustus 2016

MENTERI KOORDINATOR

BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

LUHUT BINSAR PANDJAITAN

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 26 Agustus 2016

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 1251

Salinan sesuai dengan aslinya KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA Kepala Biro Hukum, Persidangan, dan Hubungan Kelembagaan, ttd. Drs. Subroto, M.M.

6 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR

BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 3 TAHUN 2016

TENTANG

RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN

KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM,

DAN KEAMANAN TAHUN 2015-2019

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Kondisi Umum

1.1.1 Evaluasi Capaian Program Tahun 2010-2014

A. BIDANG POLITIK

1. Politik Dalam Negeri

Kehidupan politik dalam negeri pada era reformasi saat ini,

dibangun dengan lebih mengedepankan sistem politik demokrasi

yang dilandasi oleh nilai-nilai Pancasila dan amanat konstitusi

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945.

Pengelolaan sistem demokrasi lebih mengedepankan pada proses

pemenuhan hak-hak politik masyarakat yang berkualitas dengan

ditandai meningkatnya kualitas pemilihan umum (yang selanjutnya

disebut pemilu) baik pemilu legislatif maupun pemilu

Presiden/Wakil Presiden, dan terbentuknya pemerintahan yang

efisien dan efektif serta menurunnya intensitas permasalahan.

7 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

Secara garis besar program politik dalam negeri dilakukan

dalam rangka mewujudkan sinergi kelembagaan terkait dengan

penyusunan Indeks Demokrasi Indonesia; kondisi organisasi

masyarakat sipil; pelaksanaan pemilu kepala daerah, pemilu

legislatif, dan pemilu Presiden/Wakil Presiden; pelaksanaan

desentralisasi dan otonomi daerah; serta pengelolaan situasi politik

di wilayah Aceh, Papua, dan Papua Barat.

a. Penyusunan Indeks Demokrasi Indonesia (IDI)

1) Hasil yang dicapai:

a) Sejak tahun 2010 Kementerian Koordinator Bidang

Politik, Hukum, dan Keamanan (yang selanjutnya

disebut Kemenko Polhukam) telah melaksanakan

penyusunan IDI bekerjasama dengan Kementerian

Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan

Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian

Dalam Negeri, dan Badan Pusat Statistik (BPS), serta

melibatkan United Nations Development Programme

(UNDP).

b) Penyusunan IDI yang dibuat merupakan country-led

assessment berdasarkan keadaan perkembangan

demokrasi di setiap provinsi, yang meliputi 3 aspek

(kebebasan sipil, hak-hak politik, dan kelembagaan

demokrasi), 11 variabel, dan 28 indikator. Proses

penyusunan IDI melibatkan unsur pakar,

pemerintah pusat dan pemerintah daerah (Pemda),

perguruan tinggi, organisasi kemasyarakatan, serta

media massa.

c) Hasil pengukuran IDI dapat menunjukkan tingkat

perkembangan demokrasi di setiap provinsi di

Indonesia dan membantu perencanaan

8 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

pembangunan politik tingkat provinsi. Data IDI

mampu menunjukkan aspek, variabel, atau indikator

yang tidak/kurang berkembang, sehingga perlu

ditangani oleh pemerintah pusat atau Pemda.

d) Perkembangan IDI dari tahun ke tahun mengalami

perubahan secara fluktuatif, adapun hasil IDI tahun

2009 sebesar 67,30, mengalami penurunan pada

tahun 2010 menjadi sebesar 63,17, selanjutnya

mengalami peningkatan pada tahun 2011 menjadi

sebesar 65,48, dan mengalami penurunan kembali

pada tahun 2012 menjadi sebesar 62,63. Selanjutnya

pada tahun 2013 capaian IDI mengalami kenaikan

menjadi 63,72; sedangkan untuk tahun 2014, masih

dalam proses pengkodingan yang dilakukan oleh BPS

bersama Tim Ahli.

b. Organisasi Masyarakat Sipil (OMS)

1) Hasil yang dicapai:

a) Meningkatnya penataan OMS oleh Pemerintah Pusat

dan Pemerintah Daerah melalui pendataan dan

verifikasi dalam rangka menciptakan sistem

informasi dan kemitraan OMS dengan Pemerintah.

b) Meningkatnya pemberdayaan OMS melalui fasilitasi,

pembinaan, dan kemitraan untuk mewujudkan

sinergitas dalam meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

c) Meningkatnya koordinasi antara

Kementerian/Lembaga (K/L) terkait dengan

stakeholder dalam penanganan tindak anarkis

bermotif keagamaan.

9 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

d) Hasil pendataan OMS yang tercatat pada K/L terkait

sebanyak 163.362 OMS, terdata pada Kementerian

Dalam Negeri 67.735, Kementerian Sosial 25.000,

Kementerian Luar Negeri 109, Kementerian Pertanian

85, Kementerian Pemuda dan Olahraga 150,

Kementerian Lingkungan Hidup 159, Kementerian

Kelautan dan Perikanan 49, Kementerian Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif 75, dan Kementerian Tenaga

Kerja dan Transmigrasi 70.000 OMS.

c. Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

1) Hasil yang dicapai:

a) Secara umum pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah (yang selanjutnya

disebut Pemilukada) telah berlangsung dengan

aman, lancar, tertib, dan demokratis. Pada tahun

2010-2014 telah dilaksanakan 567 Pemilukada,

terdiri dari 32 provinsi, 97 kota, dan 438 kabupaten,

dengan rincian tahun 2010: 224 daerah, tahun 2011:

115 daerah, tahun 2012: 77 daerah, tahun 2013: 149

daerah, dan tahun 2014: 2 daerah.

b) Berkurangnya sengketa Pemilukada, namun dalam

segi kualitas permasalahan Pemilukada semakin

memprihatinkan terutama dikaitkan dengan

permasalahan yang melibatkan pejabat daerah

maupun pimpinan Mahkamah Konstitusi (MK).

c) Sengketa perkara Pemilukada direncanakan tidak

ditangani lagi oleh MK, hal ini didasari atas Pasal 236

C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang

Pemerintahan Daerah dan Pasal 29 ayat 1 huruf e

10 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang

Kekuasaan Kehakiman.

d. Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden/Wakil Presiden Tahun

2014

1) Hasil yang dicapai:

a) Ditetapkannya sejumlah Undang-Undang, Peraturan

Pemerintah, Keputusan Presiden, dan Peraturan

Menteri Dalam Negeri sebagai dasar hukum

penyelenggaraan Pemilu Legislatif dan Pemilu

Presiden/Wakil Presiden tahun 2014.

b) Putusan MK terkait pelaksanaan Pemilu

Presiden/Wakil Presiden tahun 2014 sebagai berikut:

(1) Putusan MK Nomor 22/PUU-XII/2014 tentang

hak pilih anggota Tentara Nasional Indonesia

(TNI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia

(Polri) dalam Pemilu Presiden/Wakil Presiden,

dimana TNI/Polri tidak menggunakan hak

pilihnya.

(2) Keputusan MK untuk mengabulkan

permohonan uji materi terhadap Pasal 159 ayat

1 UU Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilu

Presiden dan Wakil Presiden. Sehingga Pemilu

Presiden 9 Juli 2014 diputuskan berlangsung

satu putaran karena hanya ada dua calon

pasangan.

(3) Putusan MK Nomor 1/PHPU.PRES-XII/2014

tanggal 21 Agustus 2014 tentang Perselisihan

Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil

Presiden Tahun 2014, dengan amar putusan

11 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

ditolak secara keseluruhan permohonan

pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

c) Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden/Wakil Presiden

tahun 2014 secara umum dapat dilaksanakan

dengan baik, aman, tertib dan lancar serta

berkualitas dan demokratis, dimana tingkat

partisipasi pemilih untuk Pemilu Legislatif sebesar

75,11% sedangkan untuk Pemilu Presiden/Wakil

Presiden berkisar 70,91%.

e. Pelaksanaan Desentralisasi dan Otonomi Daerah

1) Hasil yang dicapai:

a) Sejak tahun 1999 sampai saat ini telah terbentuk

223 Daerah Otonom Baru (DOB) yang terdiri dari 8

provinsi, 181 kabupaten, dan 34 kota. Dengan

demikian daerah otonom yang ada hingga saat ini

berjumlah 542 daerah, yang terdiri dari 34 provinsi,

415 kabupaten, dan 93 kota.

b) Ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 78

Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan,

Penghapusan, dan Penggabungan Daerah. Peraturan

Pemerintah ini menjadi pengganti Peraturan

Pemerintah Nomor 129 Tahun 2000 tentang

Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran,

Penghapusan, dan Penggabungan Daerah dan

memuat persyaratan administrasi, persyaratan fisik,

dan persyaratan teknis yang lebih ketat terhadap

usulan pembentukan DOB.

c) Terlaksananya evaluasi terhadap pembentukan DOB

pada tahun 2011 dengan mengukur 4 (empat)

variabel sesuai dengan tujuan dibentuknya daerah

12 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

otonom, yakni: meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, meningkatkan pelayanan publik,

memperbaiki kualitas governance, dan

meningkatkan daya saing daerah. Dari hasil evaluasi

pada tahun 2011, hampir semua DOB belum

memenuhi harapan, total nilai tertinggi yang

diperoleh DOB provinsi sebesar 55,88, sedangkan

rangking tertinggi kabupaten 59,43 dan kota 64,61.

d) Ditetapkannya beberapa peraturan perundang-

undangan yaitu Undang-Undang Nomor 13 Tahun

2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa

Yogyakarta, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa, Peraturan Pemerintah Nomor 43

Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, dan Peraturan

Presiden Nomor 11 Tahun 2010 tentang Kerja Sama

Pemerintah Aceh dengan Lembaga atau Badan di

Luar Negeri.

e) Beberapa rancangan peraturan yang sedang dalam

proses finalisasi dan mendesak antara lain:

(1) Rancangan Undang-Undang revisi Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah;

(2) Rancangan Undang-Undang tentang Pemilihan

Kepala Daerah;

(3) Rancangan Peraturan Presiden tentang

Musyawarah Pimpinan Daerah; dan

(4) Rancangan Peraturan Presiden tentang Tata

Cara Penyusunan Peraturan Daerah.

13 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

f. Pengelolaan Situasi Politik di Provinsi Aceh

1) Hasil yang dicapai:

a) Terlaksananya koordinasi antara Pemerintah dan

Pemerintahan Aceh terkait dengan penolakan

beberapa Qanun. Qanun yang ditolak atau belum

disetujui oleh Pemerintah dikembalikan ke

Pemerintahan Aceh untuk diperbaiki dan

disesuaikan dengan peraturan perundang-

undangan.

b) Terlaksananya koordinasi antara Pemerintah dan

Pemerintahan Aceh dalam penyelarasan dan

harmonisasi substansi Qanun sesuai peraturan

perundang-undangan.

g. Pengelolaan Situasi Politik di Provinsi Papua dan Provinsi

Papua Barat

1) Hasil yang dicapai:

a) Diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun

2011 tentang Unit Percepatan Pembangunan Provinsi

Papua dan Provinsi Papua Barat yang bertujuan

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat melalui

kebijakan pembangunan sosial politik dan budaya

serta pembangunan sosial ekonomi.

b) Diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 84 Tahun

2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

dalam rangka Percepatan Pembangunan Provinsi

Papua dan Provinsi Papua Barat, yang memberikan

kekhususan terhadap pengadaan barang/jasa

pemerintah untuk daerah-daerah terpencil melalui

pengadaan langsung.

14 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

c) Terlaksananya sinkronisasi, koordinasi, monitoring

serta evaluasi program pembangunan dan

pengelolaan permasalahan terkait Papua, baik dalam

hubungan internasional maupun pengelolaan

permasalahan di dalam negeri, melalui kegiatan

antara lain meredam isu pembukaan kantor

perwakilan Organisasi Papua Merdeka (OPM) di

beberapa negara, fasilitasi penyelesaian

permasalahan implementasi Undang-Undang Nomor

21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi

Provinsi Papua, Pemilukada, fasilitasi kunjungan

kerja para Menlu Melanesian Spearhead Group

(MSG) ke Papua dan Maluku, membuka website “We

Love Papua” dengan 10 (sepuluh) feeder-nya, dialog

interaktif media elektronik, dan membuka jaring

informasi/komunikasi langsung dengan seluruh

perwakilan Republik Indonesia di luar negeri terkait

masalah Papua.

d) Dilaksanakannya pembahasan Rancangan Undang-

Undang tentang Pemerintahan di Tanah Papua yang

merupakan usulan dari Pemerintah Provinsi Papua

dan saat ini sedang dalam tahap harmonisasi dengan

melibatkan K/L terkait.

2. Politik Luar Negeri

Dalam kurun waktu 2009-2014, pelaksanaan koordinasi

politik luar negeri telah terlaksana dengan baik dan menunjukkan

berbagai kemajuan hubungan Indonesia baik secara bilateral,

regional, maupun multilateral. Dalam kurun waktu tersebut,

koordinasi politik luar negeri juga melakukan berbagai upaya untuk

mendukung penegakan kedaulatan Negara Kesatuan Republik

15 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

Indonesia (NKRI), diantaranya mendorong pembentukan Flight

Communication Information System dan Flight Information Region;

pengelolaan isu perbatasan; pengelolaan penanganan isu Papua

Merdeka di luar negeri serta pelaksanaan upaya perlindungan

Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di luar negeri.

Dalam hubungan bilateral, fokus koordinasi politik luar

negeri pada kurun waktu tersebut ditekankan pada upaya

peningkatan hubungan dengan negara-negara yang memiliki

kemitraan strategis atau kemitraan komprehensif dengan

Indonesia. Dilakukan pula upaya-upaya pembentukan forum

bilateral antara Kemenko Polhukam dengan mitra di negara

sahabat. Pada tataran regional, Indonesia berperan aktif dalam

memantapkan pembentukan komunitas Association of Southeast

Asian Nation (ASEAN) dalam ketiga pilarnya dan pada saat yang

sama mendorong kesiapan nasional guna mendapatkan manfaat

optimal bagi kepentingan nasional. Berbagai upaya tersebut

dilaksanakan melalui Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN,

Dewan Komunitas Politik-Keamanan ASEAN, dan Badan Sektoral di

bawah pilar politik dan keamanan ASEAN yang mengadakan

pertemuan reguler setiap tahunnya. Menteri Koordinator Bidang

Politik, Hukum, dan Keamanan (yang selanjutnya disebut Menko

Polhukam) menjadi koordinator pilar politik dan keamanan dan

Representative Indonesia pada Dewan Komunitas Politik dan

Keamanan ASEAN.

Di bidang hubungan multilateral, koordinasi politik luar

negeri diarahkan pada pembahasan keanggotaan Indonesia pada

organisasi internasional; landasan hukum bagi keberadaan

Lembaga atau Badan Kerja Sama Asing di Indonesia; kejahatan

lintas batas negara; pemajuan penanganan dan kepentingan

nasional terkait pemeliharaan perdamaian Persatuan Bangsa-

16 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

Bangsa (PBB); Sumber Daya Genetik, Pengetahuan Tradisional dan

Kearifan Lokal; penyusunan dan penegakan konvensi internasional

bagi kepentingan nasional; kerja sama maritim, migran ilegal, isu-

isu Hak Asasi Manusia (HAM), dan pembangunan ekonomi

internasional.

a. Kerja Sama Bilateral

1) Hasil yang dicapai:

Meningkat dan berkembangnya hubungan kerja

sama di bidang politik, hukum, dan keamanan dengan

negara-negara di kawasan Asia Pasifik dan Afrika,

kawasan Amerika dan Eropa dengan hasil meliputi:

a) 16 negara telah menjalin kemitraan strategis atau

kemitraan komprehensif dengan Indonesia.

b) Dukungan diplomasi perbatasan dengan Singapura

telah ditandatangani untuk segmen timur.

Sedangkan dengan Filipina, telah disepakati

Exclusive Economic Zone Boundary Line dalam lima

segmen, sehingga hal ini akan memberikan dampak

positif kerja sama bidang perikanan, patroli

terkoordinasi, dan penanganan transnational crimes.

c) Telah berjalannya forum bilateral tahunan Menko

Polhukam dengan State Councillor Republik Rakyat

Tiongkok (RRT) sejak 2010. Pertemuan tahun 2014

akan dilaksanakan di Beijing RRT dan untuk tahun

2015 akan dilaksanakan di Kemenko Polhukam.

Menko Polhukam juga melaksanakan forum bilateral

dengan Secretary of the Security Council of the

Russian Federation (sebagai mitra Menko Polhukam

di Rusia) yang dikukuhkan melalui Memorandum of

Understanding.

17 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

d) Menjadi peserta aktif dalam pertemuan tahunan

International Conference on High Officials Responsible

for Security Matter di Rusia dan menjadi focal point

dalam pertukaran pengalaman melalui kunjungan 2

(dua) pejabat Colombian Agency for Reintegration ke

Aceh, serta focal point dalam beberapa komisi

bersama bidang pertahanan dan keamanan seperti

dengan Brasil dan Amerika Serikat.

e) Memberikan briefing kepada Kepala Perwakilan

Asing di Jakarta mengenai situasi politik, hukum

dan keamanan Indonesia dalam acara An Update on

Political and Security Situation in Indonesia.

b. Kerja Sama ASEAN

1) Hasil yang dicapai:

a) Adanya percepatan pencapaian Komunitas Politik

dan Keamanan ASEAN dan kesiapan Indonesia

menuju pembentukan komunitas ASEAN pada akhir

tahun 2015.

b) Terbentuknya blueprints Komunitas ASEAN

khususnya cetak biru komunitas politik dan

keamanan ASEAN pada tahun 2009.

c) Diselesaikannya penyusunan dan proses ratifikasi

ASEAN Convention on Counter Terrorism (ACCT)

yang berlaku sejak 27 Mei 2011.

d) Terbentuknya gagasan dan tindak tindak lanjut

ASEAN Common Visa bagi peningkatan people to

people termasuk bisnis.

e) Terimplementasikannya cetak biru pilar politik

keamanan ASEAN dimana Indonesia mengambil

prakarsa untuk melaksanakan 13 action lines dari 32

18 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

yang belum diimplementasikan pada tataran ASEAN

untuk kurun waktu tahun 2014-2015.

f) Terbentuknya ASEAN Maritime Forum dan Expanded

Maritime Forum sejak tahun 2011.

g) Tersusunnya visi ASEAN pasca 2015 terutama

prakarsa Indonesia bagi arsitektur keamanan

kawasan melalui konsep Indo-Pacific Treaty of

Friendship and Cooperation yang diajukan pada

tahun 2013.

c. Kerja Sama Multilateral

1) Hasil yang dicapai:

a) Peran aktif Indonesia sebagai bagian dari solusi

permasalahan global di berbagai forum internasional

seperti menginisiasi perlindungan Genetic

Resources, Traditional Knowledge and Folklore

(GRTKF) serta mendorong target Indonesia untuk

mencapai peringkat 10 besar dunia melalui

pencapaian 4.000 Indonesian peacekeepers dalam

multidimensional mission.

b) Berperan dalam pembentukan dan kelanjutan

mekanisme Bali Process dan Bali Democracy Forum

(BDF), penanganan perompakan internasional di

perairan laut lepas Somalia dan Semenanjung Afrika

serta pencegahan terorisme melalui Financial Action

Task Force (FATF).

c) Berperan dalam berbagai organisasi dan kegiatan

internasional seperti Organisasi Konferensi Islam

khususnya dalam isu Aktivitas Arakan Rohingya

Union, isu HAM internasional seperti indigenous

issue dan self determination, Open Government

19 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

Partnership (OGP), dan berperan aktif dalam

pencapaian perdamaian atas konflik di Timur

Tengah.

d. Pemeliharaan Kedaulatan dan Keutuhan NKRI

1) Hasil yang dicapai:

a) Menangkal kegiatan kelompok Papua merdeka di

luar negeri serta mempelopori pembentukan Flight

Communication Information System (FCIS).

b) Menangkal kampanye kelompok Papua merdeka di

luar negeri dan memberikan informasi yang benar

dan jelas kepada Perwakilan Republik Indonesia.

c) Berperan aktif atas diterimanya Indonesia menjadi

observer Melanesian Spearhead Group (MSG) melalui

KTT ke-18 di Suva pada tahun 2011.

d) Penolakan MSG atas aplikasi West Papua National

Coalition for Liberation sebagai anggota MSG (Juni

2014) dan menetralisir isu-isu HAM oleh berbagai

pihak dan NGO asing atas isu dalam negeri

Indonesia.

e. Perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI)

1) Hasil yang dicapai:

a) Menjadi penjuru dalam menangani kasus-kasus WNI

yang bersifat masif dan sangat krusial seperti

pemulangan WNI overstayers dari Kerajaan Arab

Saudi baik melalui laut dan udara serta berperan

aktif dalam Satuan Tugas Penanganan Kasus WNI

atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Luar Negeri yang

Terancam Hukuman Mati.

20 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

b) Berperan aktif dalam upaya pembebasan WNI awak

kapal MV Sinar Kudus yang disandera di perairan

Somalia dan pemulangan WNI di Suriah.

c) Menangani 442 kasus WNI yang terancam hukuman

mati di luar negeri, dimana 190 WNI berhasil lepas

dari ancaman hukuman mati.

3. Kesatuan Bangsa

Sejak awal berdirinya NKRI, para pendiri negara menyadari

bahwa keberadaan masyarakat yang majemuk merupakan

kekayaan bangsa Indonesia yang harus diakui, diterima, dan

dihormati, yang kemudian diwujudkan dalam semboyan “Bhinneka

Tunggal Ika”. Namun, disadari bahwa ketidakmampuan untuk

mengelola kemajemukan dan ketidaksiapan sebagian masyarakat

untuk menerima kemajemukan tersebut, serta pengaruh negatif

globalisasi telah mengakibatkan terjadinya berbagai gesekan dan

konflik serta memudarnya implementasi nilai-nilai Pancasila yang

berpotensi membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh

karena itu, pada 24 Mei 2011 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

dan Wakil Presiden Boediono mengadakan pertemuan dengan 7

(tujuh) pimpinan Lembaga Negara di Mahkamah Konstitusi guna

membahas penguatan Pancasila sebagai ideologi negara.

a. Wawasan Kebangsaan

1) Hasil yang dicapai:

a) Tersusunnya draf final Desain Induk Pemantapan

Wawasan Kebangsaan Tahun 2012-2025 sebagai

pedoman K/L, pemda, dan segenap komponen

bangsa dalam memperkokoh kehidupan bangsa yang

demokratis berdasarkan Empat Konsensus Dasar

(Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika).

21 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

b) Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang

pentingnya Empat Konsensus Dasar, antara lain

dapat dilihat dari makin banyaknya komponen

masyarakat yang menyelenggarakan diskusi dan

seminar tentang wawasan kebangsaan.

c) Terwujudnya proses peralihan kekuasaan secara

demokratis dan damai melalui Pemilu Legislatif dan

Pemilu Presiden/Wakil Presiden tahun 2014.

b. Harmonisasi Sosial

1) Hasil yang dicapai:

a) Terlaksananya fasilitasi penyelesaian gesekan

berbagai kelompok masyarakat yang terkait dengan

ajaran umat agama tertentu (Ahmadiyah dan Syiah)

dan hubungan antar umat beragama (kasus

pendirian rumah ibadah).

b) Terlaksananya pencegahan konflik dan terciptanya

suasana aman, tenteram, tertib, dan damai sesuai

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang

Penanganan Konflik Sosial.

c. Pemberdayaan Masyarakat

1) Hasil yang dicapai:

a) Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam

mengawasi penyelenggaraan pemerintahan di pusat

dan daerah agar tercipta transparansi dan

akuntabilitas.

b) Terlaksananya fasilitasi organisasi kemasyarakatan

dalam implementasi wawasan kebangsaan dan

sosialisasi Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013

tentang Organisasi Kemasyarakatan.

22 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

c) Terlaksananya fasilitasi pembahasan dan

penyusunan Peraturan Pelaksanaan dari Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yakni

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang Desa, dan Peraturan Pemerintah

Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa.

d. Masyarakat Kawasan Tertinggal

1) Hasil yang dicapai:

a) Terlampauinya target pengentasan kawasan

tertinggal yang ditetapkan dalam RPJMN (Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional) 2010-

2014, sebesar 70 kabupaten (27 kabupaten di

wilayah Timur; 6 kabupaten di wilayah Kalimantan;

35 kabupaten di Wilayah Sumatera; dan 2 kabupaten

di wilayah Jawa) dari target minimal 50 kabupaten

dari 183 daerah tertinggal.

b) Masyarakat di kawasan daerah tertinggal termasuk

di kawasan perbatasan pada umumnya tetap bangga

dan setia kepada NKRI, walaupun belum sejahtera.

e. Pengelolaan Wilayah Khusus

1) Hasil yang dicapai:

Terlaksananya koordinasi antar K/L dalam upaya

pengelolaan pascakonflik dan pascabencana, antara lain

pasca meletusnya Gunung Sinabung, Sumatera Utara dan

Banjir Bandang di Manado, Sulawesi Utara.

4. Komunikasi, Informasi, dan Aparatur

Regulasi di bidang komunikasi, informasi, dan aparatur

seperti Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang

Telekomunikasi, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang

23 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

Pers, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran,

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi

Transaksi Elektronik, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008

tentang Keterbukaan Informasi Publik, Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, dan Undang-Undang Nomor

5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara perlu dioptimalkan

pelaksanaannya guna memperlancar proses dan meningkatkan

intensitas pembangunan nasional.

a. Hasil yang dicapai:

1) Terciptanya iklim kebebasan pers yang semakin kondusif

dan meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap

mekanisme penyelesaian masalah akibat pemberitaan

media massa melalui penggunaan hak jawab/hak koreksi.

2) Terbentuknya Desk Ketahanan dan Keamanan Informasi

Cyber Nasional berdasarkan Keputusan Menko Polhukam

Nomor 24 Tahun 2014 untuk mendorong terciptanya

ketahanan informasi di lingkungan cyber nasional,

meningkatkan kerja sama regional dan global untuk

menangani 3 (tiga) isu utama dunia (food

security/ketahanan pangan, energy security/ketahanan

energi dan cyber space security/ketahanan ruang cyber)

serta menjaga kemandirian bangsa dalam pengelolaan

informasi di ruang cyber.

3) Dalam rangka mewujudkan transparansi informasi

sebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun

2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, telah

dibentuk Komisi Informasi Pusat dan Komisi Informasi di

provinsi-provinsi serta Pejabat Pengelola Informasi dan

Dokumentasi (PPID) pada badan-badan publik di tingkat

pusat, provinsi, dan kabupaten/kota. Selain itu, telah

24 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

dapat diwujudkan pelayanan informasi yang relatif lebih

cepat dan transparan.

4) Terbitnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang

Aparatur Sipil Negara.

5) Penerapan program Penilaian Mandiri Pelaksanaan

Reformasi Birokrasi (PMPRB) secara online (self-

assessment) di lingkungan Kementerian/Lembaga dan

pemerintah daerah.

6) Reformasi birokrasi telah mampu mendorong secara

signifikan 8 (delapan) area perubahan terutama

menyangkut organisasi, ketatalaksanaan, perundang-

undangan, Sumber Daya Manusia (SDM), pengawasan,

akuntabilitas, pelayanan publik dan mindset aparatur,

dimana Kemenko Polhukam berdasarkan penilaian

mandiri telah mencapai hasil rata-rata 71% namun belum

diverifikasi oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi.

7) Terbangunnya pelayanan publik melalui mekanisme satu

pintu meliputi pelayanan informasi oleh PPID, pelayanan

pengadaan barang/jasa oleh Layanan Pengadaan Secara

Elektronik (LPSE), dan pelayanan fungsional yang

dilaksanakan oleh masing-masing kedeputian.

B. BIDANG HUKUM DAN HAM

Penegakan supremasi hukum (rule of law), dengan

mengedepankan kesetaraan di depan hukum merupakan salah satu

prasyarat untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan

bersih (good governance and clean government). Dalam mendukung

pencapaian penegakan supremasi hukum, Pemerintah telah melakukan

upaya penataan produk hukum maupun penanganan permasalahan

bidang hukum, seperti dalam hal penyusunan peraturan perundang-

25 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

undangan yang diakomodasi melalui Program Legislasi Nasional

(Prolegnas).

Beberapa permasalahan penegakan hukum terkait penanganan

kasus korupsi, penanggulangan pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual

(HKI), serta pemajuan dan perlindungan HAM belum dapat diselesaikan

secara tuntas karena adanya hambatan ego sektoral dari instansi terkait

dan adanya aturan hukum yang ketinggalan seiring berkembangnya

kasus kejahatan tersebut.

1. Penyelesaian Peraturan Perundang-Undangan

a. Hasil yang dicapai:

1) Dalam Prolegnas tahun 2010-2014, hingga bulan Juli

2014 telah disahkan sebanyak 96 Undang-Undang dari

target 340 RUU, khusus Rancangan Undang-Undang

terkait bidang politik, hukum, dan keamanan telah

disahkan 36 Undang-Undang dari target 137 Rancangan

Undang-Undang.

2) Penyusunan Peraturan Pemerintah dan Peraturan

Presiden bidang politik, hukum, dan keamanan

khususnya terkait masalah Aceh baru diselesaikan pada

tahap harmonisasi di Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia dan dilanjutkan rapat Eselon I di Kemenko

Polhukam guna membahas Rancangan Peraturan

Pemerintah tentang Kewenangan Pemerintah yang

bersifat Nasional di Aceh, Rancangan Peraturan

Pemerintah tentang Pengelolaan Bersama Sumber Daya

Alam Minyak dan Gas Bumi di Aceh, Rancangan

Peraturan Presiden tentang Pengalihan Kantor Wilayah

Badan Pertanahan Nasional Aceh dan Kantor Pertanahan

Kabupaten/Kota menjadi Perangkat Daerah Aceh, dan

Rancangan Peraturan Presiden sebagai revisi Keputusan

26 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

Presiden Nomor 63 Tahun 2004 tentang Pengamanan

Obyek Vital Nasional.

3) Dalam mendukung terwujudnya beberapa peraturan

perundang-undangan terkait penyelenggaraan hukum

internasional, Kemenko Polhukam telah

menyelenggarakan pembahasan Rancangan Peraturan

Pemerintah tentang Penjaga Laut dan Pantai, Rancangan

Peraturan Pemerintah tentang Pengawasan Perikanan,

Rancangan Undang-Undang tentang Landas Kontinen

Indonesia, dan revisi Undang-Undang Perairan Nomor 6

Tahun 1996 yang didalamnya memuat pembentukan

Badan Keamanan Laut (BAKAMLA).

2. Peningkatan Peran dan Profesionalitas Aparat Hukum TNI

a. Hasil yang dicapai:

Telah ditandatanganinya Nota Kesepahaman antara Panglima

TNI dan Jaksa Agung terkait dengan tugas Liaison Officer

kepada pihak Kejaksaan sebagai embrio terbentuknya Jaksa

Agung Muda Tindak Pidana Militer.

b. Permasalahan yang dihadapi:

Belum disetujuinya keberadaan Jaksa Agung Muda Tindak

Pidana Militer, karena diperlukan beberapa peraturan

perundang-undangan pendukung persetujuan dimaksud.

3. Penataan Organisasi dan Manajemen Lembaga Pemasyarakatan

(Lapas)

a. Hasil yang dicapai:

1) Pemerintah telah menetapkan perubahan Peraturan

Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 tentang Perubahan

Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999

tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga

Binaan Pemasyarakatan, sehingga pemberian remisi,

27 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

pembebasan bersyarat, dan asimilasi menjadi lebih

diperketat. Substansi dari salah satu perubahan adalah

mengatur tentang syarat narapidana harus bersedia

bekerjasama dengan penegak hukum untuk membantu

membongkar perkara tindak pidana yang dilakukannya;

2) Diselenggarakannya Rapat Koordinasi Tingkat Menteri,

dengan hasil berupa rekomendasi kepada Kementerian

Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk membentuk Tim

Terpadu Penataan Organisasi dan Sistem Manajemen

Lapas;

3) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia telah

melakukan transisi melalui restrukturisasi program yang

diampu oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan dan

melakukan langkah-langkah koordinasi dalam rangka

evaluasi organisasi Lapas.

4. Penegakan Hukum

a. Hasil yang dicapai:

1) Terbentuknya Tim Terpadu Pencari Tersangka, Terpidana

dan Aset dalam Perkara Tindak Pidana. Pada tahun 2014,

tugas Tim Terpadu tidak hanya mencari tersangka dan

terpidana, akan tetapi diperluas untuk mencari aset yang

tidak hanya berkaitan dengan tindak pidana korupsi

melainkan juga aset yang berkaitan dengan tindak pidana

dalam bidang keuangan. Hasil kerja Tim Terpadu yang

dicapai antara lain:

a) mengajukan permintaan ekstradisi terhadap

terpidana Edi Tansil yang melarikan diri ke China.

b) mengajukan permintaan ekstradisi terhadap

terpidana Adrian Kiki Ariawan ke Australia dan

28 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

berhasil dipulangkan ke Indonesia pada 22 Januari

2014.

c) mengajukan permintaan ekstradisi terhadap

terpidana Djoko Soegiarto Tjandra yang melarikan

diri ke Papua Nugini.

d) melakukan pembahasan dan negosiasi perjanjian

ekstradisi antara Pemerintah RI dan Vietnam serta

Papua Nugini.

2) Melakukan aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi,

dengan memantapkan koordinasi peningkatan kapasitas

aparat penegak hukum dan aparat terkait lainnya melalui

koordinasi pelatihan berkala dan pelatihan bersama.

3) Melaksanakan sinkronisasi dan koordinasi penanganan

perkara tindak pidana korupsi yang dilaksanakan oleh

Kejaksaan dan Polri.

4) Merekomendasikan kepada Presiden bahwa kasus hukum

PT Indosat Mega Media (IM2) masih dalam proses hukum

di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor). Semua

pihak baik pemerintah maupun dunia usaha

telekomunikasi seyogyanya menghormati proses hukum

yang sedang berjalan.

5) Melakukan koordinasi dalam rangka pemberantasan

penebangan kayu secara ilegal di kawasan hutan dan

peredarannya di seluruh wilayah Indonesia.

6) Memberikan pendapat hukum kepada Presiden atas

permohonan grasi kepada terpidana mati.

7) Pembentukan Badan Pengelola Penurunan Emisi Gas

Rumah Kaca dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan

Gambut, yang dikenal dengan Badan REDD+ (Reduction

Emissions from Deforestation and Forest Degradation)

29 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2013

tentang Badan Pengelola Penurunan Emisi Gas Rumah

Kaca dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan

Gambut.

8) Melaksanakan koordinasi penanganan kejadian tabrakan

di perairan Selat Sunda antara Kapal Ferry Bahuga Jaya

dan kapal tanker M.V. Norgas Chantika milik Norwegia;

dan ditindaklanjuti dengan merekomendasikan kepada

Komite Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT) untuk

mendalami marine safety investigation guna perbaikan

sistem transportasi.

9) Melakukan pengkajian ulang mengenai keberadaan

Otoritas Pusat (Central Authority) yang saat ini berada di

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia mengingat

tidak lagi menjadi bagian dari integrated criminal justice

system. Otoritas Pusat mempunyai peranan sangat

penting dan strategis dalam mendukung keberhasilan

pelaksanaan kerja sama internasional sebagai bentuk

keikutsertaan Indonesia dalam pergaulan internasional

yang telah meratifikasi Konvensi PBB.

10) Melakukan pemantapan dengan K/L terkait dan pakar

hukum lingkungan dalam penanganan dampak

pencemaran asap lintas batas (transboundary haze

pollution) akibat kebakaran hutan di Provinsi Riau,

berupa pengajuan tuntutan, baik hukum pidana maupun

perdata dari negara yang dirugikan akibat tercemar asap.

30 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

5. Perjanjian Bilateral Batas Wilayah Laut dan Zona Ekonomi Ekslusif

(ZEE)

a. Hasil yang dicapai:

1) Telah dilaksanakan perundingan Republik Indonesia-

Singapura mengenai batas wilayah laut di segmen timur

Selat Singapura antara Tim Teknis Delimitasi Batas

Maritim kedua negara selama 9 (sembilan) putaran.

Putaran ke-9 berlangsung pada 9-10 Desember 2013 di

Singapura; dan telah disepakati Peta lampiran draft

perjanjian oleh pihak berwenang kedua negara. Untuk

Indonesia telah disetujui oleh Badan Informasi Geospasial

(BIG) dan Dinas Hidrografi TNI AL.

2) Telah dilaksanakan perundingan batas ZEE RI-Filipina

mulai tahun 2004 hingga tahun 2007, dengan hasil

menyepakati 3 (tiga) segmen (segmen 1, 3, dan 5) dimana

garis batas ZEE di segmen tersebut telah terletak pada

posisi yang sama/berhimpitan (merged lines), Konstruksi

garis dilakukan sesuai dengan ketentuan Konvensi PBB

tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982), menggunakan

prinsip proporsionalitas, dan mencari balance kebutuhan

dan kepentingan kedua negara.

b. Permasalahan yang dihadapi:

Belum dilaporkannya hasil 2 (dua) perundingan tersebut

kepada Presiden Republik Indonesia, sehingga penandatangan

perjanjian kedua negara belum dilaksanakan.

31 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

6. Pembahasan Mengenai Peran TNI Angkatan Udara sebagai Penegak

Kedaulatan dan Hukum di Udara (Wacana revisi Undang-Undang

tentang Penerbangan)

a. Hasil yang dicapai:

Pada 11 Februari 2014 telah dilaksanakan rapat koordinasi

membahas peran TNI AU sebagai penegak kedaulatan dan

hukum di udara.

7. Perumusan Rules of Engagement pada Tataran Grand Strategy

a. Hasil yang dicapai:

Pada 18 Februari 2013 telah dilaksanakan rapat koordinasi

membahas keperluan pembentukan Rules of Engagement

(RoE) pada tataran grand strategy, sebagai dasar ketentuan

yang legal terkait dengan penggunaan kekuatan dan kekerasan

bersenjata sehingga dibenarkan menurut hukum, serta sesuai

dengan kepentingan/misi yang harus dicapai.

8. Mekanisme Penyelesaian Pelanggaran Hukum yang Dilakukan oleh

Prajurit yang Sedang Tugas Operasi Perdamaian PBB

a. Hasil yang dicapai:

Pada 19 Maret 2014 telah dilaksanakan rapat koordinasi

membahas mekanisme penyelesaian pelanggaran hukum yang

dilakukan oleh prajurit yang sedang melaksanakan tugas

operasi perdamaian PBB.

9. Pemajuan dan Perlindungan HAM

a. Hasil yang dicapai:

1) Penetapan Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2011

tentang Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Tahun

2011-2014 dan telah terbentuk Panitia Pelaksana

Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) di

Pusat sebanyak 40 (empat puluh) K/L dan Panitia

32 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

RANHAM di daerah sebanyak 33 (tiga puluh tiga) provinsi,

dan 451 (empat ratus lima puluh satu) kabupaten/kota.

2) Ratifikasi sejumlah instrumen HAM Internasional:

a) Rancangan Undang-Undang tentang Pengesahan

Konvensi Internasional untuk Perlindungan Semua

Orang dari Penghilangan secara Paksa, masih

menunggu waktu pembahasan dari Komisi I Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR).

b) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2012 tentang

Pengesahan Optional Protocol to the Convention on

the Rights of the Child on the Involvement of Children

in Armed Conflict (Protokol Opsional Konvensi Hak-

Hak Anak mengenai Keterlibatan Anak dalam Konflik

Bersenjata).

c) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2012 tentang

Pengesahan Optional Protocol to the Convention on

the Rights of the Child on the Sale of Children, Child

Prostitution and Child Pornography (Protokol

Opsional Konvensi Hak-hak Anak mengenai

Penjualan Anak, Prostitusi Anak, dan Pornografi

Anak).

d) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2012 tentang

Pengesahan International Convention on The

Protection of The Rights of All Migrant Workers and

Members Their Families (Konvensi Internasional

mengenai Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja

Migran dan Anggota Keluarganya).

e) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang

Pengesahan Convention on The Rights of Persons

33 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

with Disabilities (Konvensi mengenai Hak-hak

Penyandang Disabilitas).

3) Pembentukan kelembagaan untuk perlindungan,

penghormatan, dan pemenuhan HAM.

4) Pengelolaan pengungsi dan korban kerusuhan horizontal

di Ambon, Sampit, dan Poso, serta korban bencana alam

di sejumlah daerah.

5) Pelaksanaan berbagai langkah peningkatan perlindungan

TKI di luar negeri berdasarkan:

a) Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2011 tentang

Satuan Tugas Penanganan Kasus Warga Negara

Indonesia/Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri

yang Terancam Hukuman Mati.

b) Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang

Satuan Tugas Penanganan Kasus Warga Negara

Indonesia/Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri

yang Terancam Hukuman Mati.

6) Penerbitan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2013 tentang

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana

Pendanaan Terorisme.

7) Tercapainya peningkatan citra Indonesia di dunia

internasional dalam penghormatan HAM, antara lain:

a) ASEAN Intergovernmental Commission on Human

Rights (AICHR) yang dibentuk tahun 2009 sebagai

Badan HAM ASEAN.

b) ASEAN Human Rights Declaration (AHRD) yang

disahkan para Pemimpin ASEAN di Phnom Penh,

Kamboja pada 18 November 2012.

34 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

8) Terpilihnya Indonesia sebagai anggota Dewan HAM pada

sidang Majelis Umum PBB:

a) Dalam kiprahnya sebagai negara anggota, Indonesia

pernah menjadi Wakil Presiden Dewan HAM untuk

periode 2009-2010, yang dijabat oleh Wakil Tetap

RI/Duta Besar Dian Triansyah Djani.

b) Indonesia terpilih kembali sebagai anggota Dewan

HAM PBB periode 2011-2014 dengan memperoleh

jumlah suara 184, yang merupakan suara terbanyak

yang diterima oleh seluruh kandidat negara dalam

pemilihan.

9) Terlaksananya Universal Periodic Review (Pengkajian

Berkala Universal terhadap situasi HAM di negara anggota

PBB) di Indonesia. Sidang pembahasan laporan initial dan

periodik pertama Indonesia sebagai negara Pihak

International Covenant on Civil and Political Rights

(ICCPR) Jenewa, Swiss pada tahun 2013.

10) Pemberian kompensasi dan bantuan lainnya kepada

pengungsi eks Timor Timur yang bermukim di wilayah

Indonesia. Melalui Direktif Presiden telah dilakukan

program pembangunan perumahan bagi Masyarakat

Berpenghasilan Rendah (MBR) di Provinsi NTT yang

diperuntukkan bagi Eks warga Timor Timur beserta

masyarakat lokal, dan telah dianggarkan sebesar Rp 1

trilliun untuk tahun 2011-2012 (belum dapat

direalisasikan sepenuhnya karena hambatan sistem

penganggaran).

11) Disepakatinya pembentukan Komisi Kebenaran dan

Persahabatan oleh Pemerintah Republik Indonesia dan

Republik Demokratik Timor Leste pada tahun 2005 untuk

35 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

menyelesaikan permasalahan HAM di Timor Timur yang

bersifat konstruktif dan didasarkan pada pendekatan

restorative justice (penekanan pada pemulihan martabat

dan perbaikan kondisi para korban), bukan pada

prosecutorial justice. Hasil kerja sama Republik

Indonesia- Republik Demokratik Timor Leste adalah

sebagai berikut:

a) Terbentuknya Kelompok Kerja Tindak Lanjut

Rencana Aksi Implementasi Rekomendasi Komisi

Kebenaran dan Persahabatan Pemerintah Republik

Indonesia dan Republik Demokratik Timor Leste

tahun 2005-2014, yang beranggotakan dari

Kementerian/Lembaga terkait.

b) Terlaksananya renovasi Taman Makam Pahlawan

(TMP) Seroja Dili di Timor Leste.

c) Diberlakukannya Pas Lintas Batas (PLB) di 7 (tujuh)

wilayah perbatasan Pemerintah Republik Indonesia

dan Republik Demokratik Timor Leste, dari 9

(sembilan) yang direncanakan.

d) Dilakukan pengembalian/pembayaran Tabungan

Hari Tua (THT), Tabungan Perumahan (Taperum),

dan Jaminan Hari Tua (JHT) bagi mantan Pegawai

Negeri Sipil (PNS), anggota TNI/Polri dan Pegawai

Swasta Indonesia eks Provinsi Timor Timur oleh PT.

Taspen, PT. Asabri, Bapertarum, dan PT. Jamsostek.

e) Terbentuknya Kelompok Kerja Taman Makam

Pahlawan (TMP) untuk renovasi dan relokasi TMP

Seroja di Republik Demokratik Timor Leste, dengan

ketua pejabat Kemlu dan anggota dari K/L terkait.

36 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

f) Terbentuknya Kelompok Kerja mengenai

pembangunan Pusat Budaya Indonesia (PBI) di Dili,

dengan ketua dari Kementerian Luar Negeri dan

anggota dari Kementerian/Lembaga terkait.

g) Dilaksanakannya kerja sama antara

Kementerian/Lembaga di Republik Demokratik

Timor Leste dengan Perguruan Tinggi yang ada di

Indonesia, baik perguruan tinggi negeri maupun

swasta sebagai pelaksanaan pemantapan koordinasi

terkait program Rencana Aksi Implementasi

Rekomendasi Komisi Kebenaran dan Persahabatan

Pemerintah Republik Indonesia dan Republik

Demokratik Timor Leste di bidang pendidikan.

h) Dilaksanakannya kerja sama antara K/L di Republik

Demokratik Timor Leste dengan rumah sakit, baik

negeri maupun swasta, khususnya di Denpasar, Bali

dan Surabaya, Jawa Timur sebagai pelaksanaan

pemantapan koordinasi program Rencana Aksi

Implementasi Rekomendasi Komisi Kebenaran dan

Persahabatan Repubik Indonesia- Republik

Demokratik Timor Leste di bidang kesehatan.

i) Ditandatanganinya berbagai dokumen Berita Acara

Serah Terima Pembayaran Tabungan Hari Tua (THT),

Taperum, dan Dana Pensiun kepada mantan PNS,

Prajurit TNI dan Polri eks Provinsi Timor Timur

antara PT. Taspen, Bapertarum, PT. Asabri (Persero),

dan Sepfope.

37 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

10. Penanganan Penyelesaian Pelanggaran HAM Berat

a. Hasil yang dicapai:

1) Kejaksaan Agung telah menangani 7 (tujuh) laporan

terkait pelanggaran HAM Berat, antara lain untuk Kasus

Semanggi 1 dan 2, Kerusuhan Mei 1998, Kasus Wamena

dan Wasior, Kasus Penghilangan Orang secara Paksa

Tahun 1997-1998, Kasus PKI Tahun 1965 dan 1966.

Berkas tersebut telah dikembalikan kepada Komnas HAM

selaku Penyidik pada 28 Mei 2014.

2) Terhadap kasus Penghilangan Orang secara Paksa,

Komnas HAM sudah memberikan rekomendasi ke DPR

untuk pembentukan Pengadilan Ad Hoc Hak Asasi

Manusia (HAM), untuk 6 kasus lainnya belum ada

rekomendasi dari Komnas HAM.

11. Penanganan Penyelesaian Pelanggaran HAM Berat Masa Lalu

melalui Mekanisme Rancangan Undang-Undang tentang Komisi

Kebenaran dan Rekonsiliasi (RUU KKR)

a. Hasil yang dicapai:

Untuk pelanggaran HAM Berat Masa Lalu, RUU KKR

diharapkan dapat menjadi solusi pembentukan Peradilan HAM

di Indonesia dan akan segera diajukan ke DPR untuk

disahkan.

12. Tindak Pidana Korupsi

Berdasarkan data dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),

selama kurun waktu tahun 2009-Mei 2014, KPK telah menangani

total 265 kasus yang meliputi pengadaan barang/jasa 66 kasus,

perijinan 7, penyuapan 149, pungutan 5, penyalahgunaan

anggaran 22, tindak pidana pencucian uang 13, dan tindakan

merintangi proses KPK 3 kasus.

38 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

Keuangan negara yang diselamatkan dari penindakan tindak

pidana korupsi dan disetor ke kas negara periode 2005-Mei 2014

total sejumlah Rp 999.947.998.138, sedangkan yang disetorkan ke

kas daerah Rp 228.880.475.048 dan dari penindakan tindak

gratifikasi Rp 19.628.559.562.

Penyelamatan keuangan negara dari tindakan pencegahan

terkait pengalihan hak milik negara, sektor migas, dan alokasi gas

bumi untuk pupuk sebesar Rp 196.196.305.391.340, sedangkan

pencegahan potensi keuangan negara terkait pinjam pakai kawasan

hutan dan sumber daya mineral serta batu bara sebesar

Rp 51.508.882.241.869,4.

C. BIDANG KEAMANAN NASIONAL

1. Pertahanan Negara

Pertahanan negara bertujuan untuk menjaga dan melindungi

kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan

segenap bangsa dari segala bentuk ancaman dan gangguan baik

yang berasal dari luar maupun dari dalam negeri. Untuk mencapai

tujuan tersebut, ada 4 (empat) sasaran strategis yang saling terkait,

yaitu terselenggaranya pertahanan yang mampu menghadapi

ancaman militer, terselenggaranya pertahanan yang mampu

menghadapi ancaman nonmiliter, terselenggaranya pertahanan

yang mampu untuk ikut serta mewujudkan perdamaian dunia dan

stabilitas regional, serta terselenggaranya pertahanan negara yang

didukung oleh industri pertahanan yang kuat dan mandiri.

Pemerintah telah melakukan upaya-upaya dalam

mewujudkan sasaran strategis guna mewujudkan pertahanan yang

tangguh melalui pembangunan postur pertahanan, meskipun

dihadapkan dengan terbatasnya keuangan negara, dengan alokasi

anggaran pada awal RPJMN 2004-2009 sebesar 1,1% PDB namun

terdapat penurunan belanja pertahanan pada tahun 2007 sebesar

39 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

0,92% PDB, 0,70% PDN pada tahun 2008, dan 0,63% pada tahun

2009. Kondisi tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap

kemampuan pertahanan dihadapkan dengan berbagai ancaman

dan gangguan kedaulatan NKRI. Sehingga Pemerintah mengambil

kebijakan dalam pengembangan postur dan struktur pertahanan

melalui pemenuhan tahapan Minimum Essential Force (MEF).

a. Pembangunan Kekuatan Pertahanan

1) Hasil yang dicapai:

Realisasi pencapaian MEF pada Rencana Strategis

II (2010 s.d. Mei 2014) telah dilaksanakan sesuai dengan

sasaran program dan anggaran yang telah ditetapkan

yang meliputi pencapaian sasaran kekuatan organisasi,

personel dan materiil/Alutsista dengan persentase

capaian rata-rata sebesar 45,2%, dengan rincian TNI

Angkatan Darat 61,6%, TNI Angkatan Laut 25,5%, dan

TNI Angkatan Udara 50.7%. Hal tersebut bila dihadapkan

pada pelaksanaan tugas pokok serta dukungan anggaran

yang tersedia belum dapat meningkatkan kemampuan

TNI secara keseluruhan, walaupun demikian TNI tetap

dapat melaksanakan tugas pokoknya dengan cukup

memadai sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Sehingga sangat diperlukan kesinambungan

pembangunan MEF sesuai tahapan Rencana Strategis

jangka panjang yang telah ditetapkan.

b. Penggunaan Kekuatan Pertahanan

1) Hasil yang dicapai:

Penggunaan kekuatan TNI pada dasarnya

diarahkan untuk mampu mengatasi tantangan dan

ancaman pertahanan negara baik isu global, regional

maupun nasional utamanya isu kejahatan lintas negara,

40 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

isu keamanan terkait terorisme internasional, isu

keamanan laut dan udara, isu keamanan perbatasan

serta isu-isu keamanan yang berdimensi nirmiliter. Dalam

menghadapi ancaman digunakan kekuatan yang bersifat

gabungan TNI (Tri Matra Terpadu) serta didukung oleh

komponen pertahanan lainnya. Penggunaan kekuatan

pertahanan yang telah dilakukan antara lain:

a) melaksanakan operasi intelijen untuk memantau

situasi wilayah terutama di daerah rawan konflik,

pascakonflik, daerah perbatasan, dan pulau-pulau

terluar guna mencegah munculnya embrio

separatisme, terorisme, dan kejahatan transnasional.

b) melaksanakan operasi pengamanan di seluruh

wilayah NKRI terutama di wilayah perbatasan,

daerah rawan konflik, dan pulau-pulau terluar

berdasarkan peraturan perundang-undangan.

c) melaksanakan patroli laut dan udara serta patroli

terkoordinasi yang diprioritaskan di perairan Selat

Malaka, Kepulauan Riau, Sulawesi, dan di sepanjang

ALKI.

d) melaksanakan bantuan bencana alam dan dukungan

keamanan kepada Polri sesuai permintaan.

e) meningkatkan pemberdayaan wilayah pertahanan

secara terpadu guna mewujudkan kondisi yang

mendukung terselenggaranya Sishanta terutama di

daerah rawan konflik, pascakonflik, dan rawan

bencana.

f) melaksanakan misi perdamaian dunia di bawah

bendera PBB dan organisasi internasional yang

diakui oleh pemerintah.

41 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

c. Pengelolaan Wilayah Perbatasan

1) Hasil yang dicapai:

a) Telah dilaksanakannya perundingan batas negara:

(1) Batas darat:

(a) Diselesaikannya 1 Unresolved Segment di

perbatasan darat Repubik Indonesia-

Republik Demokratik Timor Leste, yaitu di

wilayah Dilumil Memo.

(b) Diperoleh kemajuan pembahasan

Outstanding Boundary Problems (OBP)

Republik Indonesia-Malaysia, yaitu di

wilayah timur (Sabah-Kalimantan Utara).

(c) Disepakatinya rencana pembangunan

monumen di perbatasan Republik

Indonesia-Malaysia pada tahun 2014 dan

rencana survei bersama untuk perapatan

monumen batas MM.

(2) Batas maritim:

(a) Terkait batas maritim Republik Indonesia-

Malaysia, telah dirundingkan konstruksi

usulan garis batas laut wilayah di Laut

Sulawesi, Laut China Selatan di perairan

sekitar Tanjung Datu dan Selat Malaka

bagian Selatan.

(b) Tercapainya kesepakatan oleh Tim Teknis

Perunding untuk penetapan titik-titik batas

laut wilayah Segmen Timur RI-Singapura.

(c) Ditandatanganinya penetapan batas Zona

Ekonomi Eksklusif (ZEE) RI-Filipina di 5

(lima) segmen pada area delimitasi

42 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

sepanjang 599,5 mil laut setara dengan

1.109,35 km.

(d) Terkait batas maritim Republik Indonesia-

Thailand, telah disepakati untuk

melanjutkan perundingan penetapan batas

ZEE di tingkat Tim Teknis.

(e) Terkait batas maritim Republik Indonesia-

Vietnam, telah disepakati penyelesaian

guide lines penyelesaian batas ZEE

Republik Indonesia-Vietnam.

b) Pengelolaan wilayah perbatasan dan pulau-pulau

kecil terluar

(1) Telah dilaksanakan koordinasi pembangunan

sarana prasarana infrastruktur untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat

perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar.

(2) Telah dilaksanakan rapat-rapat dalam rangka

percepatan pembangunan jalan di sepanjang

perbatasan Kalimantan dan Malaysia.

d. Pengelolaan Industri Pertahanan

1) Hasil yang dicapai:

a) Sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 16

Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan,

Pemerintah berupaya membangkitkan industri

pertahanan dengan mewajibkan pemenuhan

Alutsista TNI diupayakan dari produksi dalam negeri

atau membeli material dari luar negeri dengan

menyertakan teknologinya atau Transfer of

Technology (TOT).

43 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

b) Sampai dengan tahun 2014 telah terpenuhi

Alutisista yang didukung oleh produksi dalam negeri

sebesar 43,6% sesuai program MEF.

2. Keamanan

Terciptanya rasa aman secara umum diwujudkan dengan

adanya ketenteraman merupakan kebutuhan mendasar dari setiap

individu yang harus terpenuhi di dalam usahanya dalam

menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Dalam kehidupan bermasyarakat setiap orang senantiasa

mengharapkan suasana yang aman sehingga interaksi sosial dapat

terwujud secara harmonis, demikian juga untuk kelancaran

pelaksanaan pembangunan nasional, sangat diperlukan adanya

situasi keamanan yang kondusif.

Situasi keamanan dewasa ini secara umum cukup kondusif

namun masih terjadi beberapa kejadian yang berkaitan dengan

gangguan keamanan, antara lain dampak sengketa Pemilukada dan

Pemilu Legislatif, separatisme dan terorisme, konflik sosial,

kejahatan transnasional, dan unjuk rasa anarkis.

a. Pengelolaan Keamanan

1) Hasil yang dicapai:

a) Meningkatnya peran Polri dalam menciptakan

kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib

dan tegaknya hukum serta terselenggaranya

perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat.

b) Terselenggaranya kerja sama penanganan masalah

keamanan nasional antara TNI dan Polri.

c) Meningkatnya kapasitas kelembagaan dan stabilitas

keamanan melalui Forum Koordinasi dan Konsultasi

44 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

(FKK) dalam rangka penyelesaian permasalahan di

Aceh dan Papua.

d) Terlaksananya pengamanan pelaksanaan Pemilu

Legislatif dan Pemilu Presiden/Wakil Presiden tahun

2014.

e) Meningkatnya efektivitas peran dan fungsi intelijen

keamanan.

f) Meningkatnya peran masyarakat dalam memelihara

keamanan.

b. Pemberantasan Terorisme

1) Hasil yang dicapai:

a) Berbagai upaya dilakukan oleh Pemerintah dalam

memerangi isu terorisme, salah satunya adalah

dengan meningkatkan kerja sama internasional yang

kuat dan berkelanjutan dalam memerangi kejahatan-

kejahatan internasional bagi keamanan, ketenangan

masyarakat, dan perdagangan. Upaya Indonesia

dalam memperkuat pemberantasan tindak pidana

pencucian uang dan pembiayaan terorisme

dilakukan secara berkelanjutan, baik di tingkat

nasional, bilateral, regional, maupun multilateral.

b) Indonesia terus menyempurnakan peraturan

perundang-undangan dalam penanganan tindak

pidana pencucian uang dan pembiayaan terorisme,

termasuk menyesuaikan rekomendasi-rekomendasi

Financial Action Task Force (FATF). Pada tingkat

regional, Indonesia berperan aktif dalam kegiatan

Asia Pacific Group on Money Laundering, dan sebagai

co-chair Southeast Asia Working Group dari Global

Counter-Terrorism Forum dan tindak lanjut dari

45 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

Konvensi Anti Terorisme ASEAN. Mekanisme regional

lainnya adalah melalui ASEAN Regional Forum dan

ASEAN Defense Ministrial Meeting. Pada tingkat

multilateral, Indonesia telah meratifikasi sejumlah

Konvensi Internasional dan Protokol terkait

terorisme, yaitu 1963 Convention on Effences and

Certain Other Acts Commited on Board Aircraft,

Convention for the Suppression of Unlawful Acts

Against the Safety of Civil Aviation, 1980 Conventions

on the Physical Protection of Nuclear Material,

International Convention for the Suppression of the

Financing of Terrorism, 1997 International

Convention for the Suppression of Terrorist Bombing,

Amandment to the Conventions on the Physical

Protection of Nuclear Material, Protocol for the

Suppression of Unlawful Acts of Violence at Airport

Serving International Civil Aviation, dan United

Nations Convention Against Transnational Organized

Crime (UNTOC). Saat ini Indonesia sedang dalam

proses meratifikasi International Convention on the

Suppression of the Acts of Nuclear Terrorism yang

diharapkan dapat diratifikasi pada awal tahun 2014.

c) Pemerintah memiliki komitmen yang kuat dan

menyambut baik setiap keinginan masyarakat

internasional dalam melakukan kerja sama guna

penanggulangan segala bentuk kejahatan

internasional. Di tingkat bilateral, Indonesia telah

menandatangani beberapa perjanjian mengenai

pemberantasan terorisme. Keterpaduan strategi,

kebijakan dan pendekatan perlu dilakukan bukan

46 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

hanya pada tingkat nasional akan tetapi juga pada

tingkat internasional yang memerlukan koordinasi

antar K/L terkait.

c. Tindak Pidana Kejahatan Konvensional, Transnasional,

Kontijensi dan Kekayaan Negara

1) Hasil yang dicapai:

a) Sepanjang tahun 2013, tren gangguan keamanan

dan ketertiban masyarakat cenderung naik. Data

yang disajikan oleh Markas Besar Polri per 8 Januari

2014 menyebutkan terjadi peningkatan kasus

kejahatan sebanyak 4.854 (1,56%).

b) Tren tersebut antara lain kejahatan konvensional

sebanyak 293.047 kasus (2012: 291.228), kejahatan

transnasional 18.429 kasus (2012: 15.450),

kejahatan terhadap kekayaan negara 4.144 kasus

(2012: 3.837) dan kejahatan yang berimplikasi

kontinjensi 398 kasus (2012: 649). Dengan demikian,

jumlah keseluruhan kasus kejahatan tahun 2013

sebanyak 316.018 kasus (2012: 311.164).

Sedangkan jumlah kasus kejahatan yang dapat

diselesaikan hingga akhir November 2013 sebanyak

167.956 kasus atau naik 7.031 kasus, dengan

penyelesaian kasus sebesar 53% (2012: 52%).

c) Kasus kejahatan narkoba berdasarkan data akhir

Badan Narkotika Nasional dan Badan Reserse

Kriminal Polri sebanyak 14.441 kasus (2013: 35.586

kasus), dengan jumlah tersangka 18.017 WNI dan 88

Warga Negara Asing (WNA) (2013: 43.683 WNI dan

149 WNA), sedangkan jumlah barang bukti ganja

17.790.323,76 gr (tahun 2013), heroin 7.889,6 gr,

47 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

kokain 7.597,24 gr (tahun 2012), sabu 164.063,32 gr

dan ekstasi 9.155 butir.

1.2 Potensi dan Permasalahan

A. Potensi / Kekuatan

1. Secara umum stabilitas di bidang poltik, hukum dan

keamanan semakin kondusif. Kehidupan politik yang sehat,

kepastian hukum, dan stabilitas keamanan merupakan

prasyarat dalam pembangunan ekonomi untuk mencapai

kesejahteraan rakyat.

2. Konsolidasi Demokrasi menunjukan kemajuan (Data Indeks

Demokrasi Indonesia).

3. Komitmen terhadap penegakan hukum semakin tinggi.

4. Secara umum kondisi keamanan dalam negeri dalam rangka

menciptakan Kamtibnas menunjukan kemajuan.

5. Komitmen menjaga kedaulatan dan kesatuan NKRI ditunjukan

oleh seluruh elemen bangsa.

6. Ketersediaan sumber daya aparatur dan infrastruktur

pendukung dalam rangka koordinasi serta implementasi

reformasi birokrasi di Kemenko Polhukam sejak tahun 2010.

B. Permasalahan / Kelemahan

1. Ancaman terhadap wibawaan negara

2. Negara dianggap kurang memberikan rasa aman kepada

segenap warga negara, tidak mampu mendeteksi ancaman

terhadap kedaulatan wilayah, memberikan pelanggaran Hak

Asasi Manusia (HAM), lemah dalam penegakan hukum, dan

tidak berdaya dalam mengelola konflik sosial.

3. Intoleransi dan krisis keperibadaian bangsa

48 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

4. Jati diri bangsa terkoyak oleh merebaknya konflik kesektarian

dan berbagai bentuk intolerensi dan menjadi ancaman bagi

pembangunan karakter bangsa.

5. Kuatnya arogansi sektoral.

6. Perlunya penguatan tata kerja koordinasi antara kementerian

koordinator dengan kementerian teknis yang ada di bawahnya.

7. Potensi pemaknaan demokratisasi yang berlebihan.

8. Adanya fenomena regulation trap dan d’botllenecking dalam

peraturan perundang-undangan.

9. Masih adanya potensi separatisme dan terorisme yang menjadi

faham sebagian kelompok tertentu yang mengganggu

kedaulatan bangsa dan negara.

C. Peluang

1. ASEAN Community 2015 merupakan peluang terutama dalam

kepemimpinan Indonesia di ASEAN.

2. Secara geopolitik Indonesia sangat diuntungkan terutama

dalam perwujudan keamanan kawasan.

3. Bonus demografi merupakan peluang tersedianya sumber daya

manusia produktif dalam rangka pembangunan nasional.

4. Komitmen pemerintah untuk mewujudkan tata pemerintahan

yang baik (Good Governance) termasuk pemberantasan

korupsi, narkoba, terorisme, kegiatan ilegal, pengembangan

demokrasi, dan penguatan negara kesatuan.

D. Tantangan

1. Peningkatan stabilitas keamanan negara

Target utama stabilitas sosial dan politik adalah memelihara

ke-bhineka-an Indonesia agar tetap menjadi faktor yang

menginspirasi, memperkaya dan memperkuat Indonesia dalam

49 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

mencapai visi pembangunan nasional. Tantangan lainnya

adalah meningkatkan kesadaran kolektif masyarakat akan

bahaya terorisme bagi kehidupan berbangsa dan bernegara,

meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada aparatur

penegak hukum khususnya Polri, dan meningkatkan kekuatan

Alutsista pada seluruh Matra.

2. Pembangunan tata kelola untuk menciptakan birokrasi yang

efektif dan efisien

Kualitas tata kelola pemerintahan diharapkan dapat

memberikan kontribusi yang optimal untuk mendukung

keberhasilan pembangunan dan peningkatan daya saing

nasional. Proses demokratisasi, desentralisasi dan otonomi

daerah yang berlangsung sejak reformasi telah merubah

struktur hubungan antar berbagai lembaga, khususnya antara

legislatif dan eksekutif, antara pemerintah pusat dan daerah,

dan antara pemerintah masyarakat dan masyarakat.

3. Pemberantasan Korupsi

Pemberantasan korupsi masih merupakan tantangan serius

bagi pembangunan di Indonesia. Korupsi sangat menghambat

efektivitas mobilisasi dan alokasi sumber daya pembangunan

bagi pengentasan kemiskinan dan pembangunan

infrastruktur. Hal ini akan sangat menghambat pencapaian

pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development)

dan akan memunculkan beragam dampak buruk bagi

masyarakat luas. Oleh karena itu korupsi dapat dikategorikan

sebagai kejahatan luar biasa (extra-ordinary crime). Tantangan

utama untuk melaksanakan pemberantasan korupsi adalah

bagaimana mengefektifkan penegakan hukum.

50 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

E. Lingkungan Strategis

1. Lingkungan Geo-Politik Global

Kontelasi geo-politik global akan menjadi tantangan,

khususnya bagi negara yang terbuka dan luas seperti

Indonesia. Kontelasi politik global ditandai dengan munculnya

aktor non-negara yang memiliki kapasitas dan jejaring

internasional. Terorisme global dan indikasi perang teknologi

informasi merupakan salah satu bentuk ancaman terhadap

keamanan negara yang masih akan dihadapi.

2. Lingkungan Geo-Politik Regional

Indonesia secara geo-politik akan menghadapi kepentingan

negara-negara terdekat dalam konsentriknya seperti negara-

negara anggota ASEAN dan Asia Pasifik, negara-negara yang

berkepentingan dengan sumber daya alam termasuk

perikanan, negara-negara yang memiliki armada niaga besar,

memiliki kekuatan maritim, dan negara-negara besar dalam

rangka mencapai tujuan global strateginya.

3. Lingkungan Geo-Politik Nasional

Pada lingkungan strategis nasional, Indonesia akan

mengahadapi suatu lingkungan strategis yang akan

mempengaruhi eksistensi demokrasi dan kemajuan Indonesia.

Tantangan ke depan adalah menguatkan dan memantapkan

Pancasila sebagai ideologi yang dapat menjamin semua

kelompok yang ada di Indonesia, dengan mengutamakan nilai-

nilai toleransi dan non diskriminasi. Konflik-konflik vertikal

dan horizontal yang berdimensi kekerasan harus dicegah

secara serius.

51 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

BAB II

VISI, MISI, DAN TUJUAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

2.1 Visi Kementerian/Lembaga

Terciptanya koordinasi yang efektif untuk mewujudkan keamanan

nasional dan kedaulatan wilayah dalam masyarakat yang demokratis

berlandaskan hukum.

Permasalahan dalam lingkungan strategis yang akan dihadapi dalam

menjalankan peran, tugas dan fungsi Kemenko Polhukam tergambar jelas

dalam kondisi umum, potensi dan analisis permasalahan yang diuaraikan

sebelumnya. Pencapaian tujuan Nasional yang diselenggarakan melalui

pembangunan nasional dapat ditangani secara baik, apabila seluruh jajaran

institusi pemerintah yang terkait dapat dikoordinasikan oleh satu institusi

dalam jajaran pemerintah atau kabinet secara efektif. Selama ini koordinasi

di bidang politik, hukum dan keamanan dalam jajaran kabinet dilakukan oleh

Kemenko Polhukam. Kemenko Polhukam mempunyai tugas

menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian urusan

Kementerian dalam penyelenggaraan pemerintahan di bidang politik, hukum

dan keamanan. Setiap Kementerian/Lembaga yang mempunyai peran, tugas,

dan fungsi terkait dengan isu politik, hukum, dan keamanan akan

dikoordinasikan oleh Kemenko Polhukam. Kondisi tersebut sebagai

konsekuensi logis karena bidang politik, hukum, dan keamanan adalah

bidang yang memiliki irisan atau overlapping dalam pencapaian tujuan dan

sasaran yang dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga.

Kemenko Polhukam sebagai organisasi Pemerintah seharusnya

memiliki kemampuan merespon secara cerdas kondisi dinamis lingkungan

yang secara alamiah tumbuh, berkembang, dan pengaruh mempengaruhi.

Terdapat fakta bahwa dinamika atau perubahan politik dunia yang terjadi di

era globalisasi telah menghadirkan suatu kompetisi antar bangsa. Kondisi

52 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

tersebut cenderung mengarah pada perebutan pengaruh yang cukup ketat,

baik pada level regional maupun global. Perkembangan tersebut antara lain

menyebabkan terjadinya perubahan pada situasi ketertiban nasional

maupun dunia dengan munculnya isu-isu diseminasi nilai-nilai universal dan

percepatan.

Kondisi lingkungan internal dan eksternal tersebut memberikan

gambaran jelas apa yang seharusnya diwujudkan oleh Kemenko Polhukam.

Sebagai organisasi pengoordinir, penyinkron sekaligus pengendali

pelaksanaan kebijakan bidang politik, hukum, dan keamanan maka

Kemenko Polhukam dituntut untuk memiliki kemampuan, kompetensi, dan

kesanggupan baik secara kelembagaan, SDM dan fungsi manajemen lainnya

dalam mengharmonisasi kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait

dengan isu bidang Polhukam.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka Kemenko Polhukam dalam

menjalankan rencana pembangunan 2015-2019 memperhatikan pencapaian

sebelumnya pada Pembangunan Jangka Menengah Nasional periode kedua

2010 – 2014. Pembangunan nasional di bidang politik, hukum, dan

keamanan diarahkan agar mampu mengakomodasi berbagai tantangan yang

berkembang. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, maka Visi Kemenko

Polhukam 2015-2019 disepakati sebagai berikut:

“Terciptanya koordinasi yang efektif untuk mewujudkan keamanan nasional

dan kedaulatan wilayah dalam masyarakat yang demokratis berlandaskan

hukum.”

Kemenko Polhukam mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi,

sinkronisasi, dan pengendalian urusan Kementerian dalam penyelenggaraan

pemerintahan di bidang politik, hukum, dan keamanan. Dengan demikian

Kemenko Polhukam memiliki kekuatan dan kemampuan untuk

menggerakkan Kementerian/Lembaga melaksanakan kebijakan politik,

hukum dan keamanan baik yang dihasilkan oleh Kemenko Polhukam

53 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

maupun dalam rangka pelaksanaan kebijakan yang terkait dengan isu

politik, hukum, dan keamanan.

Dengan visi tersebut, keberadaan Kemenko Polhukam sebagai

koordinator bidang politik, hukum, dan keamanan menjadi semakin penting

dan bernilai manfaat yang tinggi, karena dapat diakui, dipercaya dan

dihormati oleh semua pihak. Kemenko Polhukam bukan hanya bagian dari

pemerintah, melainkan juga bagian dari keseluruhan masyarakat dan aspek

kehidupan.

Visi Kemenko Polhukam tahun 2015-2019 ini tidak terlepas dari

upaya mewujudkan visi Pembangunan Nasional 2005-2025 yaitu “Indonesia

yang mandiri, maju, adil, dan makmur” dan melaksanakan misi

Pembangunan Nasional 2005-2025 yaitu “Mewujudkan masyarakat

demokratis berlandaskan hukum” dan “Mewujudkan Indonesia aman, damai,

dan bersatu”, sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025.

2.2 Misi Kementerian/Lembaga

Perumusan misi Kemenko Polhukam dilakukan dengan

memperhatikan masukan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders),

dan memberikan peluang untuk disesuaikan dengan tuntutan perkembangan

lingkungan strategis. Rumusan misi Kemenko Polhukam bertujuan untuk

mampu:

a) mencakup semua maksud yang terkandung di dalam pernyataan visi;

b) menggambarkan penjabaran RPJMN serta tugas-tugas yang

dibebankan oleh undang-undang terkait;

c) menggambarkan tindakan disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi

Kemenko Polhukam; dan

d) menjembatani penjabaran visi Kemenko Polhukam ke dalam Tujuan

Kemenko Polhukam.

54 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

Pernyataan misi Kemenko Polhukam yang dikaitkan dengan visi Kemenko

Polhukam djabarkan sebagai berikut:

“Meningkatkan kualitas koordinasi perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,

dan pengendalian kebijakan di bidang politik, hukum dan keamanan.”

2.3 Tujuan Kementerian/Lembaga

1. Tercapainya efektifitas sinkronisasi dan koordinasi perencanaan,

penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan bidang politik, hukum dan

keamanan.

2. Meningkatnya kapasitas kelembagaan Kemenko Polhukam dalam

rangka koordinasi dan sinkronisasi kebijakan bidang politik, hukum,

dan keamanan.

2.4 Sasaran Strategis Kementerian/Lembaga

Dalam rangka mencapai tujuan Kemenko Polhukam tersebut di atas maka

disusunlah sasaran strategis beserta indikator untuk lima tahun kedepan

yaitu:

a. Tercapainya efektifitas sinkronisasi dan koordinasi perencanaan,

penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan bidang poltik, hukum dan

keamanan.

Sasaran Indikator

Semakin mantapnya reformasi

birokrasi dan tata kelola

1. Skor Integritas Pelayanan Publik

Terwujudnya penegakan hukum

1. Indeks Persepsi Korupsi 2. Indeks Perilaku Anti

Korupsi

Meningkatnya kualitas

demokrasi dan diplomasi

1. Indeks Demokrasi Indonesia

2. Jumlah Perjanjian dan Kerja sama Internasional Yang disepakati dalam bidang politik, hukum, dan keamanan

55 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

Terciptanya stabilitas keamanan

1. Tahap MEF 2. Persentase kontribusi

industri pertahanan dalam negeri terhadap MEF

Terlaksananya

Koordinasi/Konsolidasi

Pengarusutamaan Wawasan

Kebangsaan dan Karakter

Bangsa

1. Jumlah provinsi dan Kabupaten/Kota yang melaksanakan koordinasi wawasan kebangsaan

dan karakter bangsa (sesuai RPJMN)

b. Meningkatnya kapasitas kelembagaan Kemenko Polhukam dalam

rangka koordinasi dan sinkronisasi kebijakan bidang politik, hukum,

dan keamanan.

Sasaran Indikator

Terwujudnya tata kelola

pemerintahan yang baik di

Kemenko Polhukam

1. Indeks Reformasi Birokrasi Kemenko Polhukam

2. Opini Wajar Tanpa Pengecualian atas laporan keuangan Kemenko Polhukam

56 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

Kerangka Logis Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran

57 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

BAB III

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Nasional

Penyusunan arah kebijakan dan strategi nasional dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) periode ke-3 tahun

2015-2019 berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional (RPJPN) sebagaimana tertuang dalam UU No. 17 Tahun 2007.

Untuk pelaksanaannya, RPJPN 2005-2025 dibagi dalam empat tahap,

yakni RPJMN ke-1 2005-2009, RPJMN ke-2 2010-2014, RPJMN ke-3

2015-2019 dan RPJMN ke-4 2020-2024. Masing-masing tahap memiliki

tujuan pembangunan nasional sebagaimana terlihat pada Gambar 3-1

berikut ini

Dalam kerangka pencapaian visi jangka panjang, yakni Indonesia

yang mandiri, maju, adil dan makmur, RPJPN 2005-2025

mengamanatkan bahwa RPJMN ke-3 periode 2015-2019 diarahkan untuk

lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan

58 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

menekankan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang

berbasis sumber daya alam yang tersedia, sumber daya manusia yang

berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sebagaimana disebutkan dalam buku 1 RPJMN 2015-2019 sub bab 2.2.,

bahwa terdapat tantangan utama pembangunan yang dapat dapat

dikelompokkan atas: (1) dalam rangka meningkatkan wibawa negara,

tantangan utama pembangunan mencakup peningkatan stabilitas dan

keamanan negara, pembangunan tata kelola untuk menciptakan birokrasi

yang efektif dan efisien, serta pemberantasan korupsi; (2) dalam rangka

memperkuat sendi perekonomian bangsa, tantangan utama

pembangunan adalah pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan

berkelanjutan, percepatan pemerataan dan keadilan, serta keberlanjutan

pembangunan; (3) dalam rangka memperbaiki krisis kepribadian bangsa

termasuk intoleransi, tantangan utama pembangunan mencakup

peningkatan kualitas sumberdaya manusia, pengurangan kesenjangan

antarwilayah, dan percepatan pembangunan kelautan.

Berdasarkan dinamika tantangan tersebut, dalam strategi

pembangunan nasional ditekankan pada beberapa hal berikut: pada

konteks norma maka perlu diterapkan bahwa (i) membangun

dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan

masyarakat, (ii) upaya meningkatkan kesejahteraan, kemakmuran dan

produktivitas tidak boleh menciptakan ketimpangan yang makin melebar,

dan (iii) aktivitas pembangunan tidak boleh merusak ekosistem. Selain itu

pada konteks dimensi pembangunan terdapat juga dimensi pembangunan

yaitu (i) pembangunan manusia dan masyarakat, (ii) Dimensi

pembangunan sektor unggulan dengan prioritas, dan (iii) Dimensi

pemerataan dan kewilayahan. Mencermati kondisi tersebut, nampak

bahwa aspek-aspek Sumberdaya manusia dan masyarakat sangat

diperhatikan dalam strategi pembangunan Nasional.

59 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

Selanjutnya untuk menunjukkan prioritas pembangunan, pada

jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri

dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan,

dirumuskan sembilan agenda prioritas. Kesembilan agenda prioritas itu

disebut NAWA CITA. Untuk mencapai Visi dan terlaksana dan tercapainya

agenda pembangunan nasional 2015-2019 maka sasaran utama

Pembangunan adalah: (i) Sasaran Makro; (ii) Sasaran Pembangunan

Manusia dan Masyarakat, (iii) Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan;

(iv) Sasaran Dimensi Pemerataan; (v) Sasaran Pembangunan Wilayah dan

Antarwilayah; dan (vi) Sasaran Politik, Hukum, Pertahanan dan

Keamanan.

Kemenko Polhukam berperan strategis dalam rangka mendukung

dimensi pembangunan nasional yaitu, dimensi pembangunan manusia,

dimensi sektor unggulan serta dimensi pemerataan antar kelompok dan

antar wilayah.

Prakondisi yang harus diwujudkan adalah :

1. Kepastian dalam penegakan hukum;

2. Rasa aman dan terciptanya ketertiban dalam masyarakat;

3. Kondisi politik yang sehat dan demokrasi yang substansial serta

4. Dukungan birokrasi yang profesional sebagai cerminan dari

kesuksesan implementasi reformasi birokrasi; dan

5. Terlaksananya konsolidasi pengarusutamaan wawasan kebangsaan

dan karakter bangsa.

Peran strategis Kemenko Polhukam sejalan dengan 9 Agenda

Prioritas Nasional (Nawacita) Presiden Jokowi yaitu:

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi bangsa dan

memberikan rasa aman pada seluruh warga negara. Melalui

pelaksanaan politik luar negeri bebas-aktif.

60 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola

pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-

daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan

penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui program

Indonesia Pintar dengan wajib belajar 12 tahun bebas pungutan. Dan

program Indonesia Sehat untuk peningkatan layanan kesehatan

masyarakat. Serta Indonesia Kerja dan Indonesia Sejahtera dengan

mendorong program kepemilikan tanah seluas sembilan juta hektar.

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar

internasional.

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-

sektor strategis ekonomi dan domestik.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa melalu penataan kembali

kurikulum pendidikan nasional.

9. Memperteguh ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial

Indonesia melalui penguatan ke-Bhineka-an dan menciptakan ruang

dialog antar warga.

61 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

Peran strategis Kemenko Polhukam berdasarkan Nawacita dapat dirinci

dengan sasaran dan arah kebiijakan sebagai berikut:

62 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

63 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

64 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

65 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

66 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

67 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

68 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

3.2 Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian/Lembaga

Kemenko Polhukam dalam menciptakan stabilitas bidang politik, hukum,

dan keamanan melaksanakan arah kebijakan dan strategi yaitu:

69 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

70 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

71 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

3.2.1 Program dan Kegiatan

a. Program Peningkatan Koordinasi Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan.

1) Kegiatan Prioritas Nasional :

a. Koordinasi Demokrasi dan Organisasi Masyarakat Sipil

dengan indikator :

001 Persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait

Demokrasi ditindaklanjuti

002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan

terkait Demokrasi yang efektif

003 Jumlah analisis kebijakan Bidang Demokrasi Sipil

yang tersinkronisasi

004 Laporan Indeks Demokrasi Indonesia (IDI)

005 Laporan Seminar Demokrasi dan Organisasi

Masyarakat Sipil

006 Laporan Kajian Demokrasi dan Organisasi

Masyarakat Sipil

007 Laporan Utilisasi Hasil IDI 2014

b. Koordinasi Kerja Sama ASEAN, dengan indikator :

001 Persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait Kerja

Sama ASEAN yang ditindaklanjuti

002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan

terkait Kerja Sama ASEAN yang efektif

72 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

003 Jumlah analisis kebijakan terkait Kerja Sama ASEAN

yang tersinkronisasi

c. Koordinasi Peningkatan Pelayanan Publik, dengan

indikator:

001 Persentase (%) Rekomendasi kebijakan terkait

Pelayanan Publik yang ditindak lanjuti

002 Persentase (%) Pengendalian kebijakan terkait

Pelayanan Publik yang efektif

003 Jumlah analisa kebijakan terkait Pelayanan Publik

004 Persentase (%) Rekomendasi kebijakan terkait

Rancangan Peraturan Pemerintah amanat dari

Undang-Undang tentang Pelayanan Publik yang

ditindak lanjuti

d. Koordinasi Penegakan Hukum, dengan indikator :

001 Persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait

Penegakan Hukum dan Pemberdayaan Aparatur

Hukum yang ditindaklanjuti

002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan

terkait Penegakan Hukum dan Pemberdayaan

Aparatur Hukum yang efektif

003 Jumlah analisis kebijakan terkait Penegakan Hukum

dan Pemberdayaan Aparatur Hukum

004 Persentase (%) Rekomendasi Tim Terpadu Pencari

Tersangka, Terpidana dan Aset dalam Perkara Tindak

Pidana Korupsi yang ditindaklanjuti

e. Koordinasi Wilayah Perbatasan dan Tata Ruang

Pertahanan, dengan indikator :

001 persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait

Wilayah Perbatasan dan Tata Ruang Pertahanan

yang ditindaklanjuti

73 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

002 persentase (%) pengendalian rekomendasi Wilayah

Perbatasan dan Tata Ruang Pertahanan yang efektif

003 Jumlah analisis Kebijakan Wilayah Perbatasan dan

Tata Ruang Pertahanan yang tersinkronisasi

004 Laporan Rapat Koordinasi Wiltas dan Tata Ruang

Pertahanan

005 Laporan Penguatan Desk Wiltas dan PPKT

f. Koordinasi Penanganan Konflik dan Keamanan

Transportasi, dengan indikator :

001 Persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait

Penanganan Konflik dan Keamanan Transportasi

yang ditindaklanjuti

002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan

terkait Penanganan Konflik dan Keamanan

Transportasi yang efektif

003 Jumlah analisis kebijakan terkait Penanganan

Konflik dan Keamanan Transportasi yang

tersinkronisasi

004 persentase (%) Rekomendasi terkait Desk Keamanan

dalam Negeri yang ditindak lanjuti

005 persentase (%) Forum koordinasi pencegahan dan

penanganan konflik sosial terbentuk di pusat dan

daerah

006 Laporan Rapat Koordinasi Penanganan Keamanan

Transportasi

007 Laporan Pemantapan Penanganan Keamanan

Transportasi

008 Laporan Rapat Koordinasi Penanganan Kebakaran

Hutan dan Lahan

74 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

009 Laporan Pemantapan Penanganan Kebakaran Hutan

dan Lahan

g. Koordinasi Intelijen Keamanan, Bimbingan Masyarakat,

dan Obyek Vital Nasional, dengan indikator :

001 Persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait

Intelijen Keamanan, Bimbingan Masyarakat, dan

Obyek Vital yang ditindaklanjuti

002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan

terkait Intelijen Keamanan, Bimbingan Masyarakat,

dan Obyek Vital yang efektif

003 Jumlah analisis kebijakan terkait Intelijen

Keamanan, Bimbingan Masyarakat, dan Objek Vital

yang tersinkronisasi

h. Koordinasi Wawasan Kebangsaan, dengan indikator :

001 Persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait

Wawasan Kebangsaan yang ditindaklanjuti

002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan

terkait rekomendasi kebijakan terkait Wawasan

Kebangsaan yang ditindaklanjuti

003 Jumlah rekomendasi Tim Terpadu Pemantapan

Wawasan Kebangsaan yang ditindaklanjuti

004 Jumlah analisis kebijakan terkait Wawasan

Kebangsaan yang tersinkronisasi

005 Laporan Desk Wawasan Kebangsaan

006 Dokumen panduan dan kriteria pengarusutamaan

wasbang dan karbang dalam kebijakan dan regulasi

007 Jumlah regulasi penerapan wasbang dan karbang di

Pusat dan Daerah

75 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

008 Jumlah K/L dan Pemerintah Daerah yang

menerapkan pengarusutamaan wasbang dan

karbang

2) Kegiatan prioritas bidang :

a. Koordinasi Otonomi Khusus, dengan indikator:

001 Jumlah (%) rekomendasi kebijakan terkait Otonomi

Khusus yang ditindaklanjuti

002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan

terkait Pemantapan Otonomi Khusus yang efektif

003 Jumlah analisis kebijakan Otonomi Khusus yang

tersinkronisasi

004 Laporan Desk Otonomi Khusus

005 Laporan Kajian Desk Otonomi Khusus

b. Koordinasi Kerja Sama Asia, Pasifik dan Afrika, dengan

indikator :

001 Persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait Kerja

Sama Asia, Pasifik, dan Afrika yang ditindaklanjuti

002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan

terkait Kerja Sama Asia, Pasifik, dan Afrika yang

efektif

003 Jumlah analisis kebijakan terkait Kerja Sama Asia,

Pasifik, dan Afrika yang tersinkronisasi

c. Koordinasi Organisasi Internasional, dengan indikator :

001 Persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait

Organisasi Internasional yang ditindaklanjuti

002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan

terkait Organisasi Internasional yang efektif

003 Jumlah analisis kebijakan terkait Organisasi

Internasional yang tersinkronisasi

76 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

d. Koordinasi Kekuatan, Kemampuan, dan Kerja Sama

Pertahanan, dengan indikator :

001 Persentase (%) rekomendasi Kekuatan, Kemampuan,

dan Kerja Sama Pertahanan yang ditindaklanjuti

002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan

Kemampuan, Kerja Sama Pertahanan, Potensi

Pertahanan, dan Integritas Nasional yang efektif

003 Jumlah analisis kebijakan terkait Kekuatan,

Kemampuan, Kerja Sama Pertahanan, yang

tersinkronisasi

004 Persentase (%) rekomendasi Pertahanan dan

Integritas Nasional yang ditindaklanjuti

005 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan Potensi

Pertahanan dan Integritas Nasional yang efektif

006 Koordinasi Potensi Pertahanan dan Diplomasi

Pertahanan

e. Koordinasi Penanganan Kejahatan Transnasional dan dan

Kejahatan Luar Biasa, dengan indikator :

001 Persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait

Penanganan Kejahatan Transnasional dan Kejahatan

Luar Biasa yang ditindaklanjuti

002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan

terkait rekomendasi kebijakan terkait Penanganan

Kejahatan Transnasional dan Kejahatan Luar Biasa

yang efektif

003 Jumlah analisis kebijakan terkait Penanganan

Kejahatan Transnasional dan Kejahatan Luar Biasa

yang tersinkronisasi

004 Laporan Koordinasi Penanganan Narkoba

77 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

005 Laporan Koordinasi Penanganan Terorisme dan

Radikalisme

f. Koordinasi Kesadaran Bela Negara, dengan indikator :

001 persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait

Kesadaran Bela Negara yang ditindaklanjuti

002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan

terkait Kesadaran Bela Negara yang ditindaklanjuti

003 Jumlah analisis kebijakan terkait Kesadaran Bela

Negara yang tersinkronisasi

g. Koordinasi Informasi Publik dan Media Massa, dengan

indikator :

001 persentase (%) kebijakan terkait Bidang Informasi

Publik yang ditindaklanjuti

002 persentase (%) kebijakan terkait Bidang Media

Massa yang ditindaklanjuti

003 Persentase (%) pengendalian kebijakan terkait

Informasi Publik dan Media Massa yang efektif

004 Jumlah dokumen analisis regulasi media massa yang

ditindaklanjuti

005 Laporan analisis PPID

006 Jumlah dokumen analisis media Cetak

007 Jumlah dokumen analisis media Penyiaran

008 Laporan analisis media Online

3) Kegiatan prioritas Kementerian/Lembaga:

a. Koordinasi Desentralisasi dan Otonomi Daerah, dengan

indikator :

001 Persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait

Pemantapan Desentralisasi dan Otonomi Daerah

yang ditindaklanjuti

78 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan

terkait Pemantapan Desentralisasi dan Otonomi

Daerah yang efektif

003 Laporan Pemantapan Desentralisasi dan Otonomi

Daerah

004 Laporan Kajian Otonomi Daerah

b. Koordinasi Tata Kelola Pemerintahan, dengan indikator:

001 Persentase (%) Rekomendasi kebijakan terkait

Rancangan Peraturan Pemerintah amanat dari

Undang-Undang tentang Aparatur Sipil Negara yang

ditindak lanjuti

002 Persentase (%) Rekomendasi kebijakan terkait

Rancangan Peraturan Pemerintah amanat dari

Undang-Undang tentang Administrasi Pemerintahan

yang ditindak lanjuti

003 Persentase (%) pengendalian kebijakan terkait

Pendayagunaan Aparatur yang efektif

004 Jumlah analisa kebijakan terkait bidang

Pendayagunaan Aparatur

005 Persentase (%) Rekomendasi kebijakan terkait Tata

Kelola Pemerintahan yang ditindak lanjuti

006 Persentase (%) Pengendalian kebijakan terkait Tata

Kelola Pemerintahan yang efektif

007 Jumlah analisa kebijakan terkait Tata Kelola

Pemerintahan

c. Sekretariat Deputi Bidang Koordinasi Pertahanan Negara,

dengan indikator :

001 Jumlah Laporan Perencanaan dan Evaluasi

002 Jumlah Laporan Pengelolaan Ketatausahaan

003 Bulan Layanan Administrasi Kedeputian

79 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

004 Jumlah Dokumen Pelaksanaan Fungsi Lainnya

Deputi Bidang Pertahanan Negara

d. Koordinasi Doktrin dan Strategi Pertahanan, dengan

indikator :

001 Persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait terkait

Doktrin dan Strategi Pertahanan yang ditindaklanjuti

002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan

terkait Doktrin dan Strategi Pertahanan yang efektif

003 Jumlah analisis kebijakan terkait Doktrin dan

Strategi Pertahanan yang tersinkronisasi

e. Sekretariat Deputi Bidang Koordinasi Kesatuan Bangsa,

dengan indikator :

001 Jumlah Laporan Perencanaan dan Evaluasi

002 Jumlah Laporan Pengelolaan Ketatausahaan

003 Bulan Layanan Administrasi Kedeputian

f. Koordinasi Hukum Internasional, dengan indikator :

001 Persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait

Hukum Internasional yang ditindaklanjuti

002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan

terkait Hukum Internasional yang efektif

003 Jumlah analisis kebijakan terkait Hukum

Internasional

g. Koordinasi Intelijen Pertahanan, dengan indikator :

001 Persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait

Intelijen Pertahanan yang ditindaklanjuti

002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan

terkait rekomendasi Intelijen Pertahanan yang efektif

003 Jumlah analisis kebijakan terkait Bidang Intelijen

Pertahanan yang tersinkronisasi

80 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

h. Koordinasi Kerja Sama Amerika dan Eropa, dengan

indikator :

001 Persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait Kerja

Sama Amerika dan Eropa yang ditindaklanjuti

002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan

terkait Kerja Sama Amerika dan Eropa yang efektif

003 Jumlah analisis kebijakan terkait Kerja Sama

Amerika dan Eropa yang tersinkronisasi

i. Koordinasi Kewaspadaan Nasional, dengan indikator :

001 Persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait

Kewaspadaan Nasional yang ditindaklanjuti

002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan

terkait Kewaspadaan Nasional yang ditindaklanjuti

003 Jumlah analisis kebijakan terkait Kewaspadaan

Nasional yang tersinkronisasi

j. Koordinasi Materi Hukum, dengan indikator :

001 Persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait Materi

Hukum yang ditindaklanjuti

002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan

terkait Materi Hukum yang efektif

003 Jumlah analisis kebijakan terkait Materi Hukum

yang tersinkronisasi

k. Sekretariat Deputi Bidang Koordinasi Komunikasi,

Informasi, dan Aparatur, dengan indikator :

001 Jumlah Laporan Perencanaan dan Evaluasi

002 Jumlah Laporan Pengelolaan Ketatausahaan

003 Bulan Layanan Administrasi Kedeputian

81 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

l. Koordinasi Telekomunikasi dan Informatika, dengan

indikator :

001 persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait

Ketahanan dan Keamanan Informasi Cyber Nasional

002 persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait

Telekomunikasi dan Informatika

003 Persentase (%) pengendalian kebijakan terkait

Telekomunikasi dan Informatika yang efektif

004 Jumlah dokumen Analisis Regulasi Teknologi

Informasi dan Komunikasi (TIK)

005 Laporan Indeks Ketanggap siagaan sistem cyber

nasional

006 Jumlah rekomendasi kebijakan oleh Pusat

Pemantauan Krisis (PPK)

m. Sekretariat Deputi Bidang Koordinasi Politik Dalam Negeri,

dengan indikator:

001 Jumlah Laporan Perencanaan dan Evaluasi

002 Jumlah Laporan Pengelolaan Ketatausahaan

003 Bulan Layanan Administrasi Kedeputian

004 Jumlah Dokumen Pelaksanaan Fungsi Lainnya

Deputi Bidang Koordinasi Politik Dalam Negeri

n. Koordinasi Pemajuan dan Perlindungan HAM, dengan

indikator:

001 Persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait

Pemajuan dan Perlindungan HAM

002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan

terkait Pemajuan dan Perlindungan HAM yang efektif

003 Jumlah analisis kebijakan terkait Pemajuan dan

Perlindungan HAM

82 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

o. Sekretariat Deputi Bidang Koordinasi Hukum dan HAM,

dengan indikator:

001 Jumlah Laporan Perencanaan dan Evaluasi

002 Jumlah Laporan Pengelolaan Ketatausahaan

003 Bulan Layanan Administrasi Kedeputian

p. Koordinasi Memperteguh Ke-Bhineka-an, dengan indikator:

001 persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait

Memperteguh Ke-Bhineka-an yang ditindaklanjuti

002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan

terkait Memperteguh Ke-Bhineka-an yang

ditindaklanjuti

003 Jumlah analisis kebijakan terkait Memperteguh Ke-

Bhineka-an yang tersinkronisasi

q. Sekretaris Deputi Bidang Koordinasi Keamanan dan

Ketertiban Masyarakat, dengan indikator:

001 Jumlah Laporan Perencanaan dan Evaluasi

002 Jumlah Laporan Pengelolaan Ketatausahaan

003 Bulan Layanan Administrasi Kedeputian

004 Jumlah Dokumen Pelaksanaan Fungsi Lainnya

Deputi Bidang Keamanan dan Ketertiban Masyarakat

r. Koordinasi Penanganan Kejahatan Konvensional dan

Kejahatan Terhadap Kekayaan Negara, dengan indikator:

001 Persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait

Penanganan Kejahatan Konvensional dan Kejahatan

Terhadap Kekayaan Negara yang ditindaklanjuti

002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan

terkait rekomendasi kebijakan terkait Penanganan

Kejahatan Konvensional dan Kejahatan Terhadap

Kekayaan Negara yang efektif

83 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

003 Jumlah analisis kebijakan terkait Penanganan

Kejahatan Konvensional dan Kejahatan Terhadap

Kekayaan Negara yang tersinkronisasi

004 Laporan Tim Evaluasi Pelaksanaan Tugas Satgas

Pemberantasan Ikan secara Ilegal

s. Koordinasi Pengelolaan Pemilu dan Penguatan Partai

Politik, dengan indikator:

001 Persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait

Pengelolaan Pemilu yang ditindaklanjuti

002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan

terkait Pengelolaan Pemilu yang efektif

003 Jumlah analisis kebijakan Pengelolaan Pemilu dan

Penguatan Partai Politik

004 Jumlah Partai Politik yang memenuhi standar

kelayakan

005 Persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait

Penguatan Partai Politik yang ditindaklanjuti

006 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan

terkait Penguatan Partai Politik yang efektif

007 Laporan Pelaksanaan Pemilu dan Penguatan Partai

Politik

t. Sekretariat Deputi Bidang Koordinasi Politik Luar Negeri,

dengan indikator:

001 Jumlah Laporan Perencanaan dan Evaluasi

002 Jumlah Laporan Pengelolaan Ketatausahaan

003 Bulan Layanan Administrasi Kedeputian

84 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

IV.2.b. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis

Lainnya Kemenko Polhukam, dengan kegiatan :

1) Kegiatan Penyusunan dan Pengembangan Rencana Kerja,

Evaluasi, Organisasi dan Tata Laksana, Perpustakaan, dan

Data, dengan indikator :

001 Dokumen Perencanaan Program dan Anggaran

002 Dokumen Organisasi dan Tata Laksana

003 Dokumen Pemantapan dan Evaluasi Pelaksanaan

Anggaran

004 Dokumen Data dan Informasi

2) Kegiatan Pengelolaan Administrasi Umum, Kepegawaian,

Perlengkapan dan Rumah Tangga, Keuangan, Protokol, dan

Keamanan, dengan indikator :

001 Dokumen Pengelolaan Tata Usaha dan Protokol

002 Dokumen Pengembangan Kepegawaian

003 Dokumen Pengelolaan Pengadaan dan Rumah Tangga

004 Dokumen Keuangan

005 Dokumen Pelaksanaan Tugas Lainnya

006 Layanan Perkantoran

007 Gedung/Bangunan (m2)

3) Kegiatan Penyelenggaraan Pelayanan Persidangan dan

Hubungan Antar Lembaga, dengan indikator :

001 Dokumen Layanan Hukum

002 Dokumen Penyusunan Persidangan dan Risalah

003 Dokumen Penyusunan Naskah Persidangan

004 Dokumen Penyusunan Hubungan Kelembagaan dan

Hubungan Masyarakat

85 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

4) Kegiatan Pengelolaan Pengawasan Internal, dengan indikator :

001 Laporan Pengawasan Pelaksanaan Rencana Kerja

002 Laporan Hasil Audit dari Badan Pemeriksa Keuangan

(BPK)

003 Persentase (%) laporan pengawasan pelaksanaan rencana

kerja yang akuntabel dan tepat waktu

004 Laporan Kinerja Kemenko Polhukam

005 Laporan Penilaian Mandiri Reformasi Birokrasi

5) Kegiatan Telaahan dan Rekomendasi Kebijakan Bidang Politik,

Hukum, dan Keamanan, dengan indikator :

001 Jumlah laporan hasil telaahan dan rekomendasi

Kebijakan Bidang Polhukam

6) Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelayanan Tugas Teknis

Lainnya Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) dengan

indikator:

001 Jumlah Dokumen Perencanaan Anggaran dan Program

Kerja

002 Jumlah Laporan Pengelolaan Informasi dan Sumberdaya

003 Jumlah Laporan Pengawasan dan Pemantapan Kinerja

Kepolisian

004 Pengaduan Masyarakat Terhadap Kinerja Kepolisian yang

ditindaklanjuti

005 Jumlah Laporan Penelitian dan Pengembangan

006 Jumlah Rekomendasi oleh Komisi Kepolisian Nasional

kepada Presiden

007 Layanan perkantoran

008 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran

86 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

7) Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelayanan Tugas Teknis

Lainnya Komisi Kejaksaan Republik Indonesia (Komjak RI)

dengan indikator:

001 Jumlah Dokumen Perencanaan Anggaran dan Program

Kerja

002 Jumlah Pengembangan Organisasi dan Tata Laksana

Komisi Kejaksaan Republik Indonesia dan Sekretariat

Komisi Kejaksaan Republik Indonesia

003 Layanan Data dan Perpustakaan

004 Laporan Pengawasan dan Pemantapan Kinerja Jaksa

dan/atau Pegawai Kejaksaan

005 Pengawasan, Pemantapan dan Tindak Lanjut Laporan

atau Pengaduan Masyarakat

006 Koordinasi dan Peningkatan Hubungan Antar Lembaga

007 Rekomendasi dan Laporan Komisi Kejaksaan Republik

Indonesia

008 Layanan perkantoran

009 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran

IV.2.c. Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur Kemenko

Polhukam, dengan kegiatan peningkatan sarana dan prasarana

aparatur dengan Indikator

001 Tersedianya sarana dan prasarana

002 Tersedianya kendaraan dinas

87 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

3.3 Kerangka Kelembagaan

Dengan dibentuknya Kementerian Kabinet Kerja dengan Keputusan

Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian

dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019 pada

tanggal 27 Oktober 2014, maka struktur organisasi Kemenko Polhukam

telah disusun dengan mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun

2015 tentang Organisasi Kementerian Negara. Adapun sebagai tindak

lanjut, perumusan tugas, fungsi, organisasi, dan tata kerja Kemenko

Polhukam telah ditetapkan dengan:

1. Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2015 tentang Kementerian

Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan; dan

2. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan Nomor 4 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.

Guna kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi, Menteri

Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dibantu oleh:

1. Pejabat Eselon I, terdiri dari:

a. Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan (Sesmenko Polhukam);

b. Deputi:

1) Deputi I, Bidang Koordinasi Politik Dalam Negeri;

2) Deputi II, Bidang Koordinasi Politik Luar Negeri;

3) Deputi III, Bidang Koordinasi Hukum dan Hak Asasi

Manusia;

4) Deputi IV, Bidang Koordinasi Pertahanan Negara;

5) Deputi V, Bidang Koordinasi Keamanan dan Ketertiban

Masyarakat;

6) Deputi VI, Bidang Koordinasi Kesatuan Bangsa; dan

7) Deputi VII, Bidang Koordinasi Komunikasi, Informasi, dan

Aparatur.

88 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

c. Staf Ahli:

1) Staf Ahli Bidang Ideologi dan Konstitusi;

2) Staf Ahli Bidang Ketahanan Nasional;

3) Staf Ahli Bidang Kedaulatan Wilayah dan Kemaritiman;

4) Staf Ahli Bidang Sumber Daya Manusia dan Teknologi; dan

5) Staf Ahli Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Hidup.

d. Staf Khusus (3 orang)

2. Pejabat Eselon II kebawah:

a. Asisten Deputi sebanyak 28 (dua puluh delapan) orang dengan

masing-masing Deputi membawahi 4 (empat) orang Asisten

Deputi;

b. Sekretaris Deputi sebanyak 7 (tujuh) orang dengan masing-

masing Deputi membawahi 1 (satu) orang Sekretaris Deputi;

c. Kepala Biro sebanyak 3 (tiga) orang di bawah Sesmenko

Polhukam;

d. Inspektur sebanyak 1 (satu) orang yang bertanggungjawab

kepada Menko Polhukam dan secara administratif

dikoordinasikan oleh Sesmenko Polhukam; dan

e. Pejabat Eselon III dan IV sebanyak 141 orang.

89 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

BAB IV

TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

4.1 Target Kinerja

Tolok ukur keberhasilan pelaksanaan Rencana Strategis Kemenko

Polhukam Tahun 2015 – 2019 diukur dengan berbagai indikator kinerja

beserta target kinerjanya. Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai

target kinerja yang ditetapkan untuk indikator kinerja sasaran

stratetegis, indikator kinerja program dan indikator kinerja kegiatan.

4.1.1 Indikator Kinerja Sasaran Strategis

Indikator Sasaran Strategis Kemenko Polhukam untuk Pembangunan

Jangka Menengah periode 2015 – 2019 merupakan alat ukur yang

mengindikasikan keberhasilan pencapaian sasaran strategis Kemenko

Polhukam dalam kurun waktu tersebut.

Adapun Indikator Kinerja Sasaran Strategis Kemenko Polhukam Tahun

2015 – 2019 disertai target kinerjanya adalah sebagai berikut:

90 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

91 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

92 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

93 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

4.1.2 Indikator Kinerja Program dan Indikator Kinerja Kegiatan

Untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis yang telah ditetapkan,

maka dalam kurun waktu 2015 – 2019, Kemenko Polhukam akan

menjalankan 1 (satu) program teknis dan 2 (dua) program generik.

Tolok ukur keberhasilan pelaksanaan program teknis dan program

generik tersebut disertai masing-masing kegiatan ini perlu ditetapkan

dengan Indikator Kinerja Program (IKP) dan Indikator Kinerja Kegiatan

(IKK). Indikator Kinerja Program merupakan alat ukur yang

mengindikasikan keberhasilan pencapaian hasil (outcome) dari suatu

program. Indikator Kinerja Program ditetapkan secara spesifik untuk

mengukur pencapaian kinerja berkaitan dengan sasaran program

(outcome). Sedangkan Indikator Kinerja Kegiatan merupakan alat ukur

yang mengindikasikan keberhasilan pencapaian keluaran (output) dari

suatu kegiatan. Indikator Kinerja Kegiatan ditetapkan secara spesifik

untuk mengukur pencapaian kinerja berkaitan dengan sasaran kegiatan

(output).

Indikator kinerja program dan indikator kinerja kegiatan dari masing-

masing program dan kegiatan Kemenko Polhukam dalam kurun waktu

2015 – 2019 adalah sebagai berikut:

94 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

95 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

96 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

97 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

98 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

99 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

100 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

101 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

102 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

103 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

104 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

105 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

106 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

107 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

108 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

109 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

110 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

111 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

112 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

113 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

114 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

115 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

116 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

117 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

118 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

119 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

120 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

121 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

122 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

123 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

124 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

125 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

126 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

127 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

128 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

129 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

130 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

131 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

132 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

133 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

134 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

135 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

136 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

137 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

138 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

139 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

140 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

4.2 Kerangka Pendanaan

Kerangka pendanaan merupakan kebutuhan pendanaan secara

keseluruhan untuk mencapai sasasaran strategis Kemenko Polhukam.

Adapun kerangka pendanaan yang dibutuhkan untuk mendukung

pelaksanaan keseluruhan program dan kegiatan Kemenko Polhukam

adalah sebagai berikut:

141 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

142 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

143 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

144 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

145 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

146 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

147 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

148 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

149 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016

BAB V

PENUTUP

Penyusunan Rencana Strategis Kemenko Polhukam mengacu pada

pedoman yang telah ditetapkan oleh Kementerian Perencanaan

Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dengan

mengakomodasi program dan kegiatan yang bersumber dari kebijakan

Presiden, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-

2019, Nawacita Presiden, dan Program Prioritas Bidang Polhukam.

Lingkup materi Rencana Strategis ini mencakup analisis lingkungan

strategis, potensi, permasalahan dan tantangan, kelemahan serta peluang

yang dihadapi oleh Kemenko Polhukam, dan identifikasi berbagai

permasalahan lainnya yang dihadapi oleh bangsa dan negara. Perumusan

tujuan dan sasaran yang hendak dicapai dalam 5 (lima) tahun mendatang

sejalan dengan agenda nasional Kabinet Kerja. Demikian juga, arah

kebijakan dan strategi untuk pencapaian tujuan dan sasaran strategis

tersebut diatas dituangkan dalam bentuk program dan kegiatan yang

kesemuanya sejalan dengan upaya perwujudan visi dan misi Presiden melalui

Nawacita.

Rencana Strategis ini berbeda dengan Rencana Strategis sebelumnya,

karena memuat program dan kegiatan yang telah disesuaikan dengan acuan

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional mengenai Restrukturisasi Penyusunan Program dan

Kegiatan, dengan tujuan untuk menciptakan institusi pemerintah yang

transparan, akuntabel dan berorientasi pada kinerja yang terukur

(hasil/outcome). Rencana Strategis Kemenko Polhukam ini diharapkan dapat

mewujudkan keselarasan pedoman, persepsi, pemahaman program dan

kegiatan, pola tindak dan pola kerja antar Kementerian/Lembaga dibawah

koordinasi Kemenko Polhukam dan unit-unit kerja dalam kantor Kemenko

Polhukam.

150 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

Mengingat bahwa Rencana Strategis ini menjadi pedoman bagi segenap

pejabat terkait, maka penetapannya dilakukan dengan Peraturan Menteri

Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan.

MENTERI KOORDINATOR

BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIRANTO

Salinan sesuai dengan aslinya

KEMENTERIAN KOORDINATOR

BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

REPUBLIK INDONESIA

Kepala Biro Hukum, Persidangan, dan Hubungan Kelembagaan,

ttd.

Drs. Subroto, M.M.

151Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR

BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 4 TAHUN 2016

TENTANG

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM,

DAN KEAMANAN TAHUN 2015-2019

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan Bab II angka 2.1 Peraturan

Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design

Reformasi Birokrasi 2010-2025 dinyatakan bahwa Road

Map Reformasi Birokrasi 2015-2019 menjadi pedoman bagi

Kementerian/Lembaga dan pemerintah daerah dalam

menyusun Road Map masing-masing dalam pelaksanaan

reformasi birokrasi;

b. bahwa Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik,

Hukum, dan Keamanan Nomor: Per-

375/Menko/Polhukam/12/2009 tentang Program

Percepatan (Quick Wins) di Kementerian Koordinator

Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dan Peraturan

MENTERI KOORDINATOR

BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

REPUBLIK INDONESIA

152 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan

Nomor: Per-05/Menko/Polhukam/10/2011 tentang Road

Map Reformasi Birokrasi 2010-2014 Kementerian

Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan sudah

tidak sesuai dengan perkembangan reformasi birokrasi

sehingga perlu diganti;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a dan huruf b serta dalam rangka

menindaklanjuti ketentuan Pasal 1 huruf b Peraturan

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Nomor 11 Tahun 2015 tentang Road Map

Reformasi Birokrasi 2015-2019, perlu menetapkan

Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan tentang Road Map Reformasi Birokrasi

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan Tahun 2015-2019.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang

Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari

Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur

Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5494);

3. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand

Design Reformasi Birokrasi 2010-2025;

153 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

4. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-

2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015

Nomor 3);

5. Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2015 tentang

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2015 Nomor 83);

6. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan Nomor: PER-7/Menko/12/2011 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Komisi Kejaksaaan

Republik Indonesia;

7. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

dan Reformasi Birokrasi Nomor 9 Tahun 2011 tentang

Pedoman Penyusunan Road Map Reformasi Birokrasi

Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah;

8. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan Nomor: PER-01/Menko/1/2012 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Komisi Kepolisian

Nasional

9. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan Nomor 4 Tahun 2015 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum,

dan Keamanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2015 Nomor 1665);

10. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Nomor 11 Tahun 2015 tentang Road

Map Reformasi Birokrasi 2015-2019 (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 985);

154 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK,

HUKUM, DAN KEAMANAN TENTANG ROAD MAP REFORMASI

BIROKRASI KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK,

HUKUM, DAN KEAMANAN TAHUN 2015-2019.

Pasal 1

Road Map Reformasi Birokrasi Kementerian Koordinator

Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Tahun 2015-2019,

adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri

ini.

Pasal 2

Road Map Reformasi Birokrasi Kementerian Koordinator

Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Tahun 2015-2019

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 digunakan sebagai

acuan untuk melaksanakan reformasi birokrasi di lingkungan

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan.

Pasal 3

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, maka:

1. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum,

dan Keamanan Nomor: Per-375/Menko/Polhukam

/12/2009 tentang Program Percepatan (Quick Wins) di

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan; dan

155 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

2. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum,

dan Keamanan Nomor: Per-05/Menko/Polhukam/10

/2011 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan;

3. dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 4

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan

dan berlaku surut sejak tanggal 1 Desember 2015.

156 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya

dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 8 November 2016

MENTERI KOORDINATOR

BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

Wiranto

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 17 November 2016

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 1746

Salinan sesuai dengan aslinya KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA Kepala Biro Hukum, Persidangan, dan Hubungan Kelembagaan, ttd. Drs. Subroto, M.M.

157 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR

BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 4 TAHUN 2016

TENTANG

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG

POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

TAHUN 2015 - 2019

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN KOORDINATOR

BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

TAHUN 2015 - 2019

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk

melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem

penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek

kelembagaan (organisasi), sumber daya manusia aparatur, dan

ketatalaksanaan (business process). Tujuan reformasi birokrasi adalah

membangun aparatur negara agar mampu mengemban misi, tugas dan

fungsi serta peranannya masing-masing, secara bersih, efektif, dan

efisien, dalam rangka meningkatkan pelayanan publik yang lebih baik.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN 2005-

2025) mengamanatkan bahwa pendayagunaan aparatur dilakukan

158 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

melalui reformasi birokrasi yang kemudian dijabarkan dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2010-2014) yang

telah menetapkan bahwa reformasi birokrasi dan tata kelola merupakan

program prioritas pertama pembangunan nasional. Selanjutnya dalam

rangka pelaksanaan reformasi birokrasi, telah ditetapkan Peraturan

Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi

Birokrasi 2010-2025 dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang

Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014.

Sesuai tahapan pelaksanaan reformasi birokrasi sebagaimana

termuat dalam Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand

Design Reformasi Birokrasi 2010-2025, pelaksanaan reformasi birokrasi

periode pertama telah berakhir (2010-2014) dan sekarang telah

memasuki periode kedua (2015-2019). Sebagaimana halnya periode

sebelumnya, untuk dapat mengikuti arah kebijakan pelaksanaan

reformasi birokrasi nasional yang termuat dalam rancangan induk

(grand design) untuk kurun waktu 2010-2025, Kementerian

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi selaku motor

penggerak pelaksanaan reformasi birokrasi nasional telah menerbitkan

Road Map Reformasi Birokrasi 2015-2019 melalui Peraturan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 11

Tahun 2015 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2015-2019 yang

menjadi acuan bagi Kementerian/Lembaga dalam penyusunan Road

Map Reformasi Birokrasi 2015-2019 di masing-masing instansi.

Road Map Reformasi Birokrasi merupakan bentuk

operasionalisasi Grand Design Reformasi Birokrasi yang disusun dan

dilakukan setiap 5 (lima) tahun sekali dan merupakan rencana rinci

pelaksanaan reformasi birokrasi dari satu tahapan ke tahapan

selanjutnya selama lima tahun dengan sasaran tiap tahun jelas, dimana

sasaran tahun pertama akan menjadi dasar bagi sasaran tahun

159 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

berikutnya, begitupun sasaran tahun-tahun berikutnya mengacu pada

sasaran tahun sebelumnya.

Road Map Reformasi Birokrasi memiliki arti yang sangat penting

untuk Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan

(yang selanjutnya disebut Kemenko Polhukam), karena:

1. Mendorong efektivitas dan efisiensi serta mengarah kepada tujuan

yang ingin dicapai;

2. Sebagai pedoman kegiatan reformasi birokrasi di Kemenko

Polhukam;

3. Mendorong terciptanya budaya perubahan ke arah perbaikan;

4. Pelaksanaan Road Map Reformasi Birokrasi dapat dimonitor dan

dievaluasi secara berkelanjutan, sehingga setiap tahapan proses

manajemen dapat dipastikan telah dilakukan secara tepat dan

benar serta sesuai dengan rencana yang telah digariskan. Bahkan

proses perubahan dapat segera diperbaiki ketika proses perubahan

tidak lagi relevan dengan kondisi terkini; dan

5. Menjaga momentum pelaksanaan reformasi birokrasi Kemenko

Polhukam tidak kehilangan arah, tujuan dan target yang hendak

dicapai pada tahun 2025 sebagaimana tertuang dalam Grand

Design Reformasi Birokrasi 2010–2025, yaitu terciptanya

Pemerintahan Kelas Dunia.

B. Tugas dan Fungsi Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2015 tentang

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan,

Kemenko Polhukam berada dibawah dan bertanggung jawab kepada

Presiden. Kemenko Polhukam dipimpin oleh Menteri Koordinator.

Kemenko Polhukam mempunyai tugas menyelenggarakan

koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian urusan Kementerian dalam

160 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

penyelenggaraan pemerintahan di bidang politik, hukum, dan

keamanan.

Dalam melaksanakan tugasnya, Kemenko Polhukam menjalankan

menyelenggarakan fungsi:

a. koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan

pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan

isu di bidang politik, hukum, dan keamanan;

b. pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang

terkait dengan isu di bidang politik, hukum, dan keamanan;

c. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian

dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di

lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan;

d. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung

jawab Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan;

e. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian

Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan; dan

f. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Presiden.

Kemenko Polhukam mengoordinasikan Kementerian dan Lembaga

yaitu Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Luar Negeri, Kementerian

Pertahanan, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Kementerian

Komunikasi dan Informatika, Kementerian Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi, Kejaksaan Agung, Badan Intelijen

Negara, Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik

Indonesia, dan Instansi lain yang dianggap perlu.

Pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi oleh Kemenko Polhukam

dilakukan melalui penerapan peta bisnis proses yang menggambarkan

tata hubungan kerja yang efektif dan eefisien baik antar

161 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

Kementerian/Lembaga yang dikoordinasikannya maupun dengan

Kementerian/Lembaga lain yang terkait.

Selain melalui penerapan peta bisnis proses, pelaksanaan

koordinasi dan sinkronisasi oleh Kemenko Polhukam dilakukan melalui

rapat koordinasi Menteri Koordinator atau rapat koordinasi gabungan

antar Menteri Koordinator, rapat koordinasi Menteri Koordinator dengan

Kementerian/Lembaga terkait baik dalam koordinasi Menteri

Koordinator maupun di luar koordinasi Menteri Koordinator, rapat

koordinasi tingkat Pimpinan Tinggi Madya dengan Kementerian dan

Lembaga terkait, rapat kelompok kerja yang dibentuk oleh Menteri

Koordinator sesuai dengan kebutuhan, forum-forum koordinasi dan

konsultasi yang sudah ada sesuai dengan peraturan perundang-

undangan, konsultasi langsung dengan para Menteri dan pimpinan

lembaga lain yang terkait; dan rapat koordinasi internal.

Hasil pelaksanaan koordinasi oleh Menteri Koordinator Bidang

Politik, Hukum, dan Keamanan dilaporkan kepada Presiden. Hasil

pelaksanaan koordinasi oleh Pimpinan Tinggi Madya Kementerian

Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dilaporkan kepada

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan guna

dijadikan bahan laporan kepada Presiden dan menjadi bahan tindak

lanjut pelaksanaan hasil koordinasi, baik oleh Pimpinan Tinggi Madya

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan

maupun bersama dengan unsur Kementerian dan Lembaga terkait.

Pelaksanaan reformasi birokrasi dimulai dengan penetapan

Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design

Reformasi Birokrasi 2010-2025 dan ditindaklanjuti dengan penetapan

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi

Birokrasi 2010-2014. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010

162 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

tersebut digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan reformasi

birokrasi di lingkungan Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah

periode 2010-2014.

Selama periode 2010-2014, Kemenko Polhukam telah melakukan

reformasi birokrasi internal dengan berpedoman pada Peraturan Menteri

Koordinator Bidang Politik Hukum, dan Keamanan Nomor: Per-

5/Menko/Polhukam/10/2011 tentang Road Map Reformasi Birokrasi

2010-2014 Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan. Program reformasi birokrasi yang dilaksanakan di Kemenko

Polhukam meliputi Manajemen Perubahan, Penataan Peraturan

Perundang-undangan, Penataan dan Penguatan Organisasi, Penataan

Tatalaksana, Penataan Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia

Aparatur, Penguatan Pengawasan, Penguatan Akuntabilitas Kinerja,

Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik, Monitoring dan Evaluasi, dan

penetapan quick wins Kemenko Polhukam.

C. Permasalahan

Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan reformasi

birokrasi di Kemenko Polhukam periode 2010-2014 terkait dengan 9

(sembilan) Program dan Quick Wins Kemenko Polhukam, yaitu:

1. Manajemen Perubahan

Kemenko Polhukam telah melakukan berbagai upaya

pembenahan yang berkaitan dengan manajemen perubahan,

namun perhatian dan komitmen dalam upaya peningkatan etos dan

budaya kerja, orientasi kinerja, kreativitas dan inovasi dari seluruh

aparatur Kemenko Polhukam belum maksimal.

163 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

2. Penataan Peraturan Perundang-Undangan

Masih adanya pemahaman bahwa permasalahan hanya

dapat diselesaikan dengan membentuk Peraturan Menteri, sehingga

terdapat beberapa Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik,

Hukum, dan Keamanan dibentuk tanpa benar-benar

memperhatikan ada/tidaknya amanah dari peraturan perundang-

undangan yang lebih tinggi, kesesuaian substansi, dan realitas

budaya hukum. Konsekuensinya, terdapat Peraturan Menteri

Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang diduga

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih

tinggi dan tumpang tindih dengan Peraturan Menteri Koordinator

Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan lainnya.

Upaya identifikasi, pemetaan, dan analisis melalui analisis

dan evaluasi/penelaahan Peraturan Menteri Koordinator Bidang

Politik, Hukum, dan Keamanan telah dilakukan, namun mengingat

belum ada fungsi yang khusus menangani evaluasi/penelaahan

Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan, sehingga analisis dan evaluasi/penelaahan dilakukan

oleh fungsi lain. Oleh karenanya, analisis dan evaluasi/penelaahan

masih bersifat umum dan belum dilakukan secara komprehensif

untuk tiap Peraturan Menteri. Analisis dan evaluasi/penelaahan

Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan untuk tiap Peraturan Menteri baru dilakukan ketika ada

permintaan dari unit pemrakasa.

3. Penataan dan Penguatan Organisasi

Terdapat tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas dan

fungsi unit organisasi karena kurang jelasnya ketentuan tugas dan

fungsi dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum,

dan Keamanan Nomor: Per-367/Menko/Polhukam/10/2010

164 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang

Politik, Hukum, dan Keamanan.

4. Penataan Tata Laksana

Pelaksanaan E-Government di Kemenko Polhukam belum

didukung dengan pembangunan sistem kerja berbasis teknologi

informasi dan komunikasi yang mengarah pada proses digitalisasi

kerja di lingkungan Kemenko Polhukam (manajemen persuratan,

kearsipan, dan ketatalaksanaan yang berbasis Teknik Informatika

dan Komputer).

5. Penataan Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)

Aparatur

Masih adanya permasalahan dalam penataan Sistem

Manajemen Sumber Daya Manusia di Kemenko Polhukam yaitu

belum berjalannya penegakan hukum disiplin pegawai, penerapan

sistem prestasi kerja, penerapan peta jabatan, pola karier pegawai

belum belum berjalan secara optimal, belum adanya assessment

test, penempatan pegawai belum sepenuhnya berdasarkan

kompetensi, dan Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian

Kemenko Polhukam belum mutakhir.

6. Penguatan Pengawasan

Masih diperlukan peningkatan pengawasan oleh Aparat

Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). Permasalahan dari

pengawasan intern yaitu belum dilakukan pencanangan dan

pembangunan Zona Integritas, rendahnya kapabilitas Aparat

Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) di Kemenko Polhukam,

Sistem Pengawasan Intern Pemerintah (SPIP) belum

terimplementasi secara optimal, dan belum adanya Standar

165 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

Operasional Prosedur (SOP) pengaduan masyarakat, pelaporan

gratifikasi, dan Whistleblower System.

7. Penguatan Akuntabilitas Kinerja

Hasil penilaian Kementerian Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi terhadap evaluasi kinerja Kemenko

Polhukam Tahun 2015 memperoleh nilai B, namun masih

memerlukan peningkatan dalam beberapa hal untuk mencapai nilai

yang lebih tinggi. Adapun hal-hal yang perlu diperbaiki

diantaranya adalah belum tersedianya dokumen Indikator Kinerja

Utama (IKU) yang mampu mengakomodir kinerja tiap unit dan

ketersediaan IKU sampai dengan tingkatan staf, belum tersedianya

sistem pengumpulan kinerja secara elektronik yang mampu

menggambarkan keseluruhan kegiatan setiap unit di Kemenko

Polhukam, belum tersedianya pengelolaan kinerja berbasis

Balanced Score Card di seluruh unit Kemenko Polhukam, belum

tersedianya sistem monitoring dan evaluasi secara elektronik,

belum optimalnya sistem akuntabilitas kinerja di Kemenko

Polhukam, dan belum tersedianya pengembangan sistem publikasi

dokumen terhadap publik.

8. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

Belum dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap standar

layanan dan kualitas pelayanan publik di Kemenko Polhukam,

belum optimalnya implementasi Standar Operasional Prosedur

(SOP) Pelayanan Publik, dan belum ada reward and punishment

terkait pelayanan publik.

166 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

9. Monitoring dan Evaluasi

Pelaksanaan kegiatan monitoring, evaluasi, dan

pengendalian program reformasi birokrasi internal belum maksimal

karena belum memiliki sumber daya manusia yang kompeten dalam

melaksanakan penilaian mandiri reformasi birokrasi.

10. Quick Wins

Penetapan Quick Wins Kemenko Polhukam memerlukan

waktu yang cukup lama sehingga terdapat penundaan dalam

pencapaian program prioritas Kemenko Polhukam.

D. Upaya Mengatasi Permasalahan

Dari penjabaran terkait permasalahan yang dihadapi dalam

pelaksanaan reformasi birokrasi di Kemenko Polhukam periode 2010-

2014, selanjutnya dirumuskan langkah-langkah perbaikan yang akan

dilakukan pada 9 (sembilan) Program dan Quick Wins dalam Road Map

Reformasi Birokrasi Kemenko Polhukam 2015-2019, yaitu:

1. Manajemen Perubahan

a. Melanjutkan pembentukan Tim Reformasi Birokrasi Kemenko

Polhukam periode 2015-2019.

b. Monitoring dan evaluasi atas implementasi rencana kerja

reformasi birokrasi secara menyeluruh. Selama ini hanya

dilaksanakan secara parsial pada bidang-bidang tertentu yang

menjadi fokus perbaikan.

c. Identifikasi ulang program maupun kegiatan yang dianggap

sebagai “quick wins” bagi keberhasilan pelaksanaan reformasi

birokrasi di Kemenko Polhukam.

d. Diseminasi dan internalisasi Road Map Reformasi Birokrasi

yang menyangkut arah strategi dan kebijakan dalam rangka

167 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

penyempurnaan sektor organisasi, tata laksana dan sumber

daya manusia.

e. Melakukan penilaian atas pelaksanaan reformasi birokrasi

melalui Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi

dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan di

Kemenko Polhukam.

f. Implementasi atas rencana tindak lanjut hasil penilaian

pelaksanaan reformasi birokrasi melalui koordinasi dan

koordinasi yang intensif diantara para pegawai Kemenko

Polhukam.

g. Penguatan peran serta aktif dari seluruh pegawai Kemenko

Polhukam sebagai prasyarat keberhasilan pelaksanaan

reformasi birokrasi internal.

h. Pembentukan Agent of Change/Role Model secara formal

untuk menggerakkan organisasi menuju perubahan.

2. Penguatan Sistem Pengawasan

a. Monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan

penanganan gratifikasi disertai dengan tindak lanjut atas hasil

pelaksanaan monitoring dan evaluasi.

b. Pelaksanaan penilaian risiko atas organisasi disertai dengan

pembekalan bagi individu yang menangani penilaian resiko

pada masing-masing organisasi.

c. Monitoring dan evaluasi atas penanganan pengaduan

masyarakat disertai dengan tindak lanjut atas hasil monitoring

dan evaluasi tersebut.

d. Monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan Whistle

Blowing System disertai dengan tindak lanjut atas hasil

monitoring dan evaluasi tersebut.

168 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

e. Monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan

penanganan benturan kepentingan disertai dengan tindak

lanjut atas hasil pelaksanaan monitoring dan evaluasi.

f. Pelaksanaan pembangunan zona integritas disertai dengan

monitoring dan evaluasi yang menghasilkan unit kerja yang

ditetapkan sebagai “menuju WBK/WBBM”.

g. Penyempurnaan pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah (SPIP).

h. Perbaikan sistem yang memungkinkan seluruh fungsi

pengawasan internal berfokus pada klien dan audit berbasis

risiko.

3. Penguatan Akuntabilitas Kinerja

a. Penyempurnaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang

Politik, Hukum, dan Keamanan yang menekankan pada aspek

kewajiban seluruh pimpinan memantau pencapaian kinerja

secara berkala.

b. Upaya peningkatan kapasitas sumber daya manusia yang

menangani akuntabilitas kinerja di seluruh lini organisasi

Kemenko Polhukam.

c. Perancangan sistem Pengukuran Kinerja secara elektronik

yang menjamin ketepatan dan keakuratan capaian kinerja

pada satu waktu serta dapat diakses oleh seluruh unit

organisasi.

4. Penguatan Kelembagaan Penataan dan Penguatan Organisasi

Evaluasi atas seluruh aspek/kriteria pembentukan

organisasi di Kemenko Polhukam, baik menyangkut ketepatan

fungsi, jenjang organisasi, kemungkinan duplikasi, kesesuaian

169 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

struktur dengan mandat organisasi, dan berbagai hal teknis lainnya

guna menjamin organisasi dapat adaptif terhadap dinamika

lingkungan strategis yang ada di sekitarnya.

5. Penguatan Tatalaksana

a. Upaya pengembangan e-Government yang bertujuan

mempermudah pelaksanaan pekerjaan, sinkronisasi pekerjaan

diantara satuan unit organisasi, dan peningkatan kualitas

pelayanan kepada pihak yang berkepentingan di Kemenko

Polhukam.

b. Penyusunan Proses Bisnis di Kementerian Koordinator Bidang

Politik, Hukum, dan Keamanan sebagai panduan dalam

penyusunan sistem kerja di Kemenko Polhukam.

c. Evaluasi dan penyempurnaan Standar Operasional Prosedur

(SOP) melalui serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan

mengenai berbagai proses penyelenggaraan administrasi,

bagaimana, kapan harus dilakukan, di mana dan oleh siapa

dilakukan, sehingga Standar Operasional Prosedur (SOP)

disusun dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi.

d. Pembangunan fungsi kepemerintahan secara online maupun

berbasis elektronik sesuai tugas dan fungsi.

e. Penerapan kebijakan keterbukaan informasi publik.

f. Monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan

keterbukaan informasi publik, disertai dengan upaya tindak

lanjut atas rencana perbaikan atas kebijakan tersebut.

g. Evaluasi atas penerapan kearsipan dan tata naskah dinas

dalam rangka penyempurnaan kebijakan terkait kearsipan dan

tata naskah dinas.

170 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

6. Penguatan Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia Aparatur

a. Perencanaan kebutuhan pegawai sesuai dengan kebutuhan

organisasi.

b. Pelaksanaan assessment test kepada seluruh pegawai dalam

rangka promosi dan rotasi guna menjamin tersedianya pegawai

yang kompeten dalam mendukung terwujudnya sasaran

organisasi.

c. Perumusan dan penetapan kebijakan sistem rekrutmen dan

seleksi pegawai secara transparan, obyektif, akuntabel, dan

bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme.

d. Pengembangan kompetensi yang dibutuhkan bagi para

pegawai untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas

yang berguna dalam pelaksanaan aktivitas pekerjaan sehari-

hari dengan didukung dengan anggaran yang memadai.

e. Perumusan dan penetapan kebijakan pengendalian kualitas

pendidikan dan pelatihan.

f. Penyusunan dan penetapan pola karir.

g. Penyempurnaan atas pelaksanaan seleksi jabatan secara

terbuka sebagai wujud dari amanat Undang-Undang Aparatur

Sipil Negara dengan disertai dengan implementasi kebijakan

internal terkait seleksi terbuka dan pembekalan kepada

aparatur yang bertugas menangani promosi jabatan terbuka

tersebut.

h. Pemantauan dan evaluasi atas penetapan kinerja individu

sebagai upaya penilaian kinerja pegawai yang hasilnya dapat

dijadikan dasar bagi pengembangan karir dan pemberian

tunjangan kinerja pegawai.

i. Monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan aturan

disiplin/kode etik/kode perilaku instansi dengan tindak lanjut

171 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

berupa pemberian sanksi dan imbalan (reward) kepada seluruh

unit organisasi.

j. Penguatan dan pengembangan sistem informasi kepegawaian,

yang akan digunakan sebagai pendukung pengambilan

kebijakan manajemen sumber daya manusia.

7. Penguatan Peraturan Perundang-Undangan

a. Analisis dan evaluasi/penelaahan Peraturan Menteri

Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dilakukan

berkala setiap tahun dan akan lebih komprehensif dengan

analisis dan evaluasi/penelaahan untuk setiap Peraturan

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan

yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan yang lebih tinggi dan tumpang tindih dengan

Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan lainnya. Selain itu analisis dan

evaluasi/penelaahan dapat dilakukan pada Peraturan Menteri

Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang perlu

untuk disesuaikan dengan perkembangan peraturan

perundang-undangan, perkembangan organisasi, dan

perkembangan reformasi birokrasi. Dengan adanya penataan

organisasi dan penyempurnaan fungsi pada Bagian Hukum

pada Biro Hukum, Persidangan, dan Hubungan Kelembagaan

sesuai Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum,

dan Keamanan Nomor 4 Tahun 2015 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum,

dan Keamanan, maka fungsi analisis dan evaluasi/penelaahan

Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum telah

termuat dalam satu subbagian di dalam Bagian Hukum.

172 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

b. Menindaklanjuti hasil analisis dan evaluasi dengan

penyempurnaan kebijakan atau deregulasi melalui perubahan

atau penggabungan beberapa Peraturan Menteri Koordinator

Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan atau pencabutan

Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan.

c. Melakukan studi kelayakan pada materi yang akan dijadikan

Rancangan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik,

Hukum, dan Keamanan agar terbentuk Peraturan Menteri

Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang

berkualitas dan dalam rangka memperkuat sistem

pengendalian atas penyusunan peraturan perundang-

undangan.

d. Perbaikan atas sistem pengendalian atas penyusunan

peraturan perundang-undangan di Kemenko Polhukam

mencakup rapat koordinasi, studi kelayakan, dan paraf

koordinasi. Selain itu akan diatur ketentuan mengenai policy

paper.

e. Pembangunan dan pengembangan Jaringan Dokumentasi dan

Informasi Hukum Kemenko Polhukam.

8. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

a. Pelaksanaan reviu dan perbaikan atas standar pelayanan,

termasuk penyempurnaan kebijakan dan perbaikan SOP

standar pelayanan.

b. Pelaksanaan sosialisasi/pelatihan dalam upaya penerapan

Budaya Pelayanan Prima (contoh: kode etik, estetika, capacity

building, dan pelayanan prima).

173 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

c. Penyusunan sistem punishment (sanksi)/reward bagi

pelaksana layanan serta pemberian kompensasi kepada

penerima layanan bila layanan tidak sesuai standar.

d. Penyusunan inovasi pelayanan yang diciptakan dan

bermanfaat bagi penerima pelayanan.

e. Pelaksanaan tindak lanjut atas seluruh pengaduan pelayanan

untuk perbaikan kualitas pelayanan.

f. Pelaksanaan survei kepuasan masyarakat terhadap pelayanan,

termasuk tindak lanjut atas hasil rekomendasi survei tersebut.

g. Penyusunan rencana penerapan teknologi informasi dalam

pemberian pelayanan disertai dengan implementasi dan

perbaikan terus menerus.

h. Penguatan sistem dan sarana layanan terpadu/terintegrasi

pada seluruh jenis pelayanan.

i. Pelayanan cepat sesuai standar pelayanan.

9. Monitoring dan Evaluasi

Untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan reformasi

birokrasi internal di Kemenko Polhukam, perlu dilakukan

monitoring dan evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi dalam

setiap triwulan dan setiap tahun serta melalui Penilaian Mandiri

Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB). Dengan demikian

diharapkan adanya peningkatan akuntabilitas, meningkatnya

efisiensi, dan efektivitas pelaksanaan reformasi birokrasi.

10. Quick Wins

Keberadaan program Quick Wins merupakan sebuah

keharusan dalam upaya pelaksanaan reformasi birokrasi di masing-

masing Kementerian/Lembaga. Setiap instansi harus memilih

Quick Wins yang sejalan dengan bidang tugas utamanya, terutama

174 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

yang berkaitan dengan pelayanan masyarakat, sehingga

masyarakat dapat langsung merasakan perubahan yang sedang

dilakukan oleh masing-masing instansi.

Pelaksanaan Quick Wins di Kementerian Koordinator Bidang

Politik, Hukum, dan Keamanan diawali dengan menetapkan

program unggulan sebagai Quick Wins dengan harapan dapat

memberikan dampak positif dan perbaikan yang signifikan dalam

pelayanan publik serta peningkatan kinerja.

Berdasarkan hal tersebut diatas, Kemenko Polhukam melalui

Tim Reformasi Birokrasi Kementerian Koordinator Bidang Politik,

Hukum, dan Keamanan telah menetapkan Desk Pemantapan

Wawasan Kebangsaan, yang dikelola dan dikoordinasikan secara

teknis oleh Deputi Bidang Koordinasi Kesatuan Bangsa sebagai

Quick Wins Reformasi Birokrasi Internal di Kemenko Polhukam

pada tahun 2016.

Adapun untuk Quick Wins ditahun 2017, tahun 2018, dan

tahun 2019 akan ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Menteri

Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dengan

mempertimbangkan evaluasi pelaksanaan Quick Wins di tahun

2016 dan hasil identifikasi ulang Quick Wins.

175 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

BAB II

AGENDA REFORMASI BIROKRASI NASIONAL 2015-2019

A. Sasaran dan Strategi Reformasi Birokrasi Nasional 2015-2019

Tujuan akhir implementasi reformasi birokrasi dalam lima tahun ke

depan diharapkan melalui reformasi birokrasi pemerintah sudah

beranjak ke tahapan pemerintahan yang berbasis kinerja dan pada

tahun 2025 diharapkan pemerintahan sudah beranjak pada tatanan

pemerintahan yang dinamis. Pemerintahan berbasis kinerja ditandai

dengan beberapa hal, antara lain:

1. Penyelenggaraan pemerintahan dilaksanakan dengan berorientasi

pada prinsip efektif, efisien dan ekonomis.

2. Kinerja pemerintah difokuskan pada upaya untuk mewujudkan

outcomes (hasil).

3. Seluruh instansi pemerintah menerapkan manajemen kinerja yang

didukung dengan penerapan sistem berbasis elektronik untuk

memudahkan pengelolaan data kinerja.

4. Setiap individu pegawai memiliki kontribusi yang jelas terhadap

kinerja unit kerja terkecil, satuan unit kerja di atasnya hingga pada

organisasi secara keseluruhan. Setiap instansi pemerintah, sesuai

dengan tugas dan fungsinya, secara terukur, juga memiliki

kontribusi terhadap kinerja pemerintah secara keseluruhan.

Gambar

Tujuan Jangka Panjang Pelaksanaan Reformasi Birokrasi

176 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, dirumuskan sasaran

reformasi birokrasi, yaitu:

1. Birokrasi yang bersih dan akuntabel.

Arah kebijakan dari sasaran ini meliputi:

a. Penerapan sistem nilai dan integritas birokrasi yang efektif.

b. Penerapan pengawasan yang independen, profesional, dan

sinergis.

c. Peningkatan kualitas pelaksanaan dan integrasi antara sistem

akuntabilitas keuangan dan kinerja.

d. Peningkatan fairness, transparansi dan profesionalisme dalam

pengadaan barang dan jasa.

2. Birokrasi yang efektif dan efisien

Arah kebijakan dari sasaran ini meliputi:

a. Penguatan agenda reformasi birokrasi nasional dan

peningkatan kualitas implementasinya.

b. Penataan kelembagaan instansi pemerintah yang tepat

ukuran, tepat fungsi, dan sinergis.

c. Penataan bisnis proses yang sederhana, transparan,

partisipatif, dan berbasis e-government.

d. Penerapan manajemen Aparatur Sipil Negara yang transparan,

kompetitif, dan berbasis merit untuk mewujudkan Aparatur

Sipil Negara yang profesional dan bermartabat.

e. Penerapan sistem manajemen kinerja nasional yang efektif.

f. Peningkatan kualitas kebijakan publik.

g. Pengembangan kepemimpinan untuk perubahan dalam

birokrasi untuk mewujudkan kepemimpinan yang visioner,

berkomitmen tinggi, dan transformatif.

177 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

h. Peningkatan efisiensi (belanja aparatur) penyelenggaraan

birokrasi.

i. Penerapan manajemen kearsipan yang handal, komprehensif,

dan terpadu.

3. Birokrasi yang memiliki pelayanan publik berkualitas

a. Penguatan kelembagaan dan manajemen pelayanan:

1) Implementasi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009

tentang Pelayanan Publik.

2) Pemanfaatan Information Communication Technology

(ICT).

3) Integritas dan kualitas sumber daya manusia pelayanan.

4) Budaya pelayanan.

5) Quick Wins.

b. Penguatan kapasitas pengelolaan kinerja pelayanan publik.

1) Penguatan monitoring evaluasi kinerja.

2) Efektivitas pengawasan.

3) Sistem pengaduan.

4) Penerapan reward and punishment.

Ketiga sasaran strategis tersebut memiliki rumusan yang berbeda

dengan sasaran reformasi birokrasi pada periode tahun 2010 – 2014.

Namun demikian, keselarasan ketiga sasaran dimaksud dengan sasaran

reformasi birokrasi pada tahap sebelumnya secara substansi tidak

memiliki perbedaan.

B. Area Perubahan dan Program Reformasi Birokrasi

Guna melaksanakan percepatan dalam pelaksanaan reformasi

birokrasi di Indonesia agar berjalan dengan baik, pemerintah dalam hal

ini Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

178 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

Birokrasi menerapkan 9 (sembilan) program untuk mencapai 8 (delapan)

area perubahan yang menjadi tujuan dalam pelaksanaan grand design

reformasi birokrasi. Melalui 9 (sembilan) program reformasi birokrasi

tersebut diharapkan, akan mendorong pelaksanaan reformasi birokrasi

di Kementerian, Lembaga, dan Pemerintah Daerah lebih terarah dan

berjalan dengan baik serta dapat mencapai tujuan akhir dari reformasi

birokrasi tersebut.

Untuk mewujudkan ketiga sasaran reformasi birokrasi

sebagaimana disebutkan di atas, ditetapkan area-area perubahan

birokrasi. Perubahan-perubahan pada area tertentu dalam lingkup

birokrasi diharapkan menciptakan kondisi yang kondusif untuk

mendukung pencapaian empat sasaran reformasi birokrasi. Area-area

perubahan dan hasil yang diharapkan sebagai berikut:

Tabel 1

Area Perubahan dan Hasil Yang diharapkan

Area

Hasil yang diharapkan

1. Mental Aparatur/

Manajemen

Perubahan

Meningkatnya penerapan/internalisasi

asas, prinsip, nilai dasar, kode etik, dan

kode perilaku, termasuk penguatan

budaya kinerja dan budaya pelayanan;

Meningkatnya penerapan budaya kerja

positif di setiap instansi pemerintah;

Meningkatnya integritas aparatur;

Meningkatnya profesionalisme aparatur;

Meningkatnya citra positif aparatur

sebagai pelayan masyarakat; dan

Meningkatnya kepuasan masyarakat.

179 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

Area

Hasil yang diharapkan

2. Pengawasan

Meningkatnya kapasitas Aparatur

Pengawasan Intern Pemerintah;

Meningkatnya penerapan sistem

pengawasan yang independen,

profesional, dan sinergis;

Meningkatnya penerapan

penyelenggaraan pemerintahan yang

bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan

nepotisme;

Meningkatnya efisiensi penyelenggaraan

birokrasi;

Menurunnya tingkat penyimpangan oleh

aparatur; dan

Meningkatnya jumlah instansi

pemerintah yang memperoleh opini Wajar

Tanpa Pengecualian dari Badan

Pemeriksa Keuangan.

3. Akuntabilitas

Meningkatnya kualitas penerapan sistem

akuntabilitas keuangan dan kinerja yang

terintegrasi;

Meningkatnya kualitas penerapan sistem

pengadaan barang dan jasa yang adil,

transparan, dan profesional;

Meningkatnya penerapan sistem

manajemen kinerja nasional; dan

Meningkatnya akuntabilitas aparatur.

180 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

Area

Hasil yang diharapkan

4. Kelembagaan

Meningkatnya kualitas pelaksanaan

agenda reformasi birokrasi nasional;

Meningkatnya ketepatan ukuran,

ketepatan fungsi, dan

sinergisme/kesinergisan kelembagaan

Kementerian/Lembaga Pemerintah Non

Kementerian/Lembaga Non Struktural;

Menurunnya tumpang tindih tugas dan

fungsi antar Kementerian/Lembaga dan

antar Kementerian/Lembaga dengan

Pemerintah daerah;

Meningkatnya kejelasan pembagian

kewenangan antara pemerintah pusat,

pemerintah provinsi, dan pemerintah

kabupaten/kota;

Meningkatnya sinergisme kelembagaan

antara instansi pemerintah pusat dan

daerah;

Meningkatnya sinergisme dan penguatan

kelembagaan pada masing-masing bidang

pembangunan; dan

Meningkatnya kinerja aparatur.

5. Tatalaksana

Meningkatnya penerapan sistem, proses,

dan prosedur kerja yang jelas, efektif,

efisien, cepat, terukur sederhana,

transparan, partisipatif, dan berbasis e-

Government;

181 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

Area

Hasil yang diharapkan

Meningkatnya kualitas tata hubungan

antara pemerintah pusat dan daerah;

Meningkatnya penerapan keterbukaan

informasi publik;

Meningkatnya penerapan sistem

pengadaan barang dan jasa secara

elektronik;

Meningkatnya penerapan manajemen

kearsipan yang handal; dan

Meningkatnya kualitas pelayanan.

6. Sumber daya

manusia aparatur

sipil negara

Meningkatnya kemampuan unit yang

mengelola sumber daya manusia

Aparatur Sipil Negara untuk mewujudkan

sumber daya manusia aparatur yang

kompeten dan kompetitif;

Meningkatnya kepatuhan instansi untuk

penerapan manajemen sumber daya

manusia aparatur yang berbasis merit;

Meningkatnya jumlah instansi yang

mampu menerapkan manajemen kinerja

individu untuk mengidentifikasi dan

meningkatkan kompetensi sumber daya

manusia aparatur;

Meningkatnya jumlah instansi untuk

membentuk talent pool (kelompok

suksesi) untuk pengembangan karier

pegawai di lingkungannya;

182 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

Area

Hasil yang diharapkan

Meningkatnya jumlah instansi yang

mampu mewujudkan sistem informasi

manajemen sumber daya manusia yang

terintegrasi di lingkungannya;

Meningkatnya penerapan sistem

pengembangan kepemimpinan untuk

perubahan;

Meningkatnya pengendalian penerapan

sistem merit dalam manajamen sumber

daya manusia aparatur; dan

Meningkatnya profesionalisme aparatur

7. Peraturan

Perundang-

undangan

Meningkatnya keterlibatan publik dalam

proses perumusan kebijakan; dan

Meningkatnya kualitas regulasi yang

melindungi, berpihak pada publik,

harmonis, tidak tumpang tindih dan

mendorong iklim kondusif bagi publik.

8. Pelayanan publik Meningkatnya sistem monitoring dan

evaluasi terhadap kinerja pelayanan

publik;

Meningkatnya kualitas pelayanan publik

sesuai kebutuhan dan harapan

masyarakat;

Meningkatnya profesionalisme aparatur.

183 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

Program-program reformasi birokrasi, baik dalam tingkatan Makro,

Meso, maupun Mikro adalah sebagai berikut:

Tabel 2

Program-program Reformasi Birokrasi

Program-program

pada Tingkatan

Makro

Program-program

pada Tingkatan Meso

Program-program

pada Tingkatan Mikro

Revolusi Mental

Aparatur

Manajemen

Perubahan

Manajemen Perubahan

Penguatan Sistem

Pengawasan

Monitoring, Evaluasi,

dan Pelaporan

Penguatan Sistem

Pengawasan

Peningkatan

Akuntabilitas Kinerja

Peningkatan

Akuntabilitas Kinerja

Penguatan

Kelembagaan

Penguatan

Kelembagaan

Penguatan

Tatalaksana

Penguatan

Tatalaksana

Penguatan Sistem

Manajemen Sumber

Daya Manusia

Aparatur Sipil Negara

Penguatan Sistem

Manajemen Sumber

Daya Manusia

Aparatur Sipil Negara

Penguatan Peraturan

Perundang-undangan

Penguatan Peraturan

Perundang-undangan

Peningkatan Kualitas

Pelayanan Publik

Peningkatan Kualitas

Pelayanan Publik

Quick Wins Nasional Quick Wins

184 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

BAB III

KONSOLIDASI RENCANA AKSI

REFORMASI BIROKRASI KEMENKO POLHUKAM

TAHUN 2015-2019

A. Capaian

Sejak dilaksanakannya Road Map Reformasi Birokrasi di Kemenko

Polhukam dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014, terdapat capaian

sebagai berikut:

1. Peningkatan kualitas pelayanan publik dengan sistem pelayanan

satu atap yang dilaksanakan oleh Unit Pelayanan Publik.

2. Mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas Laporan

Keuangan Kementerian yang diaudit oleh Badan Pemeriksa

Keuangan berturut-turut sejak tahun 2010 sampai dengan 2014.

3. Mendapatkan penghargaan Barang Milik Negara Award dari

Kementerian Keuangan untuk kepatuhan pelaporan Barang Milik

Negara dengan peringkat 3 (tiga) nasional pada tahun 2013 dan

tahun 2014.

4. Mendapatkan nilai B untuk hasil evaluasi Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi pada tahun 2014.

5. Penerapan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara dan

Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil Negara. Adapun untuk

kepatuhan pegawai Kemenko Polhukam yang wajib menyampaikan

Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil Negara telah mencapai 89%

dari total wajib lapor Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil

Negara.

6. Rekruitmen dan seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil tahun 2013 dan

tahun 2014 yang dilakukan secara transparan, obyektif, akuntabel,

dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme.

185 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

B. Visi dan Misi

Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi sejak

tahun 2009 hingga tahun 2014, dirasakan perlu untuk melakukan reviu

atas visi dan misi Reformasi Birokrasi Kementerian Koordinator Bidang

Politik, Hukum, dan Keamanan guna mempertajam dan sebagai langkah

akselerasi atas upaya perbaikan dan penyempurnaan implementasi

Reformasi Birokrasi Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum,

dan Keamanan yang selaras dengan Program Reformasi Birokrasi

Nasional sebagai berikut.

Visi:

“Birokrasi dengan integritas dan kinerja yang tinggi”

Misi:

1. SDM Profesional dan Sejahtera

2. Organisasi berkualitas dan Akuntabel

3. Prosedur Kerja Jelas, Efektif dan Efisien

Implementasi dan pencapaian visi misi Reformasi Birokrasi

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan 2015-

2019 tersebut sangat bergantung pada upaya dan aktualisasi dari setiap

langkah perubahan yang sudah ditetapkan. Selain itu, keberhasilan

pelaksanaan reformasi birokrasi sesuai visi di atas, tidak terlepas dari

dukungan kerjasama dan partisipasi baik dari intern Kementerian

Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan maupun dari

pemangku kepentingan (stakeholder). Reformasi birokrasi yang telah

dan sedang dilaksanakan pada Kementerian Koordinator Bidang Politik,

Hukum, dan Keamanan merupakan suatu siklus perubahan yang

berlangsung terus-menerus dan berkelanjutan, sehingga harus tetap

dikawal agar tetap konsisten. Berbagai perbaikan pada aspek

kelembagaan, budaya organisasi, ketatalaksanaan, regulasi/deregulasi

186 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

birokrasi, sumber daya manusia, dan beberapa perubahan yang lain

telah terjadi kearah yang lebih baik.

C. Konsolidasi Rencana Aksi

Konsolidasi Rencana Aksi Program dalam kurun waktu 2015-2019

mencakup:

1. Kegiatan;

2. Kriteria keberhasilan;

3. Tahapan Kegiatan;

4. Waktu Pelaksanaan;

5. Penanggung Jawab;

6. Anggaran; dan

7. Agenda Prioritas.

187 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

188 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

189 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

190 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

191 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

192 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

193 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

194 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

195 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

196 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

197 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

198 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

199 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

200 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

201 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

202 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

203 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

204 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

205 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

206 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

207 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

208 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

209 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

210 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

211 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

212 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

213 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

214 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

215 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

216 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

217 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

218 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

219 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

220 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

221 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

222 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

223 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

224 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

225 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

226 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

227 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

228 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

229 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

230 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

231 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

232 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

233 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

234 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

235 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

236 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

237 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

BAB IV

MONITORING DAN EVALUASI

A. Monitoring

Monitoring pelaksanaan reformasi birokrasi dilakukan dalam

tingkatan lingkup unit/satuan kerja, lingkup kementerian/lembaga, dan

pemerintah daerah, dan lingkup nasional. Monitoring dilakukan untuk

mempertahankan agar rencana aksi yang dituangkan dalam Road Map

Reformasi Birokrasi dapat berjalan sesuai dengan jadwal, target-target,

dan tahapan sebagaimana telah ditetapkan. Dari proses monitoring,

berbagai hal yang perlu dikoreksi dapat langsung dikoreksi pada saat

kegiatan reformasi birokrasi dilaksanakan, sehingga tidak terjadi

penyimpangan dari target-target yang telah ditentukan. Pada lingkup

unit/satuan kerja, monitoring dapat dilakukan melalui beberapa media

sebagai berikut:

1. pertemuan rutin dengan pimpinan unit/satuan kerja untuk

membahas kemajuan, hambatan yang dihadapi, dan penyesuaian

yang perlu dilakukan untuk merespon permasalahan atau

perkembangan lingkungan strategis. Pertemuan ini penting

mengingat reformasi birokrasi harus terus dimonitor oleh masing-

masing pimpinan unit/satuan kerja untuk menjaga

keberlanjutannya. Pertemuan rutin dengan pimpinan juga

dilakukan pada unit/satuan kerja yang melaksanakan Quick Wins,

untuk membahas kemajuan, hambatan yang dihadapi, dan

penyesuaian yang perlu dilakukan untuk merespon permasalahan

atau perkembangan lingkungan strategis;

2. pertemuan dengan pimpinan unit/satuan kerja untuk merespon

permasalahan yang harus cepat diselesaikan;

3. survey terhadap kepuasan masyarakat dan pengaduan masyarakat;

238 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

4. pengukuran target-target kegiatan reformasi birokrasi sebagaimana

diuraikan dalam Road Map dengan realisasinya; dan

5. pertemuan dalam rangka Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi

Birokrasi (PMPRB), yang dikoordinasikan oleh Inspektorat.

Pada lingkup Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum,

dan Keamanan, monitoring dilakukan melalui beberapa media sebagai

berikut:

1. pertemuan rutin pada tingkat tim pengarah;

2. pertemuan rutin pada tingkat tim pelaksana;

3. pertemuan rutin pada tingkat kelompok kerja;

4. survey kepuasan masyarakat dan pengaduan masyarakat;

5. pengukuran target-target kegiatan reformasi birokrasi sebagaimana

diuraikan dalam Road Map dengan realisasinya; dan

6. pertemuan dalam rangka penilaian mandiri pelaksanaan reformasi

birokrasi, yang dikoordinasikan oleh Inspektorat.

B. Evaluasi

Evaluasi terhadap pelaksanaan reformasi birokrasi di instansi

pemerintah dilakukan dalam rentang waktu tertentu yang ditentukan

oleh masing instansi pemerintah. Dalam lingkup instansi pemerintah

pusat, evaluasi dilakukan setiap enam bulan dan tahunan. Evaluasi

dilakukan untuk menilai kemajuan pelaksanaan reformasi birokrasi

secara keseluruhan termasuk tindak lanjut hasil monitoring yang

dilakukan pada saat pelaksanaan kegiatan. Evaluasi dilakukan melalui

beberapa tahapan mulai dari unit kerja sampai pada tingkat instansi,

sebagai berikut:

1. evaluasi semesteran atau tahunan di tingkat unit kerja yang

dipimpin oleh pimpinan unit/satuan kerja untuk membahas

kemajuan, hambatan yang dihadapi, dan penyesuaian kegiatan

yang perlu dilakukan pada 6 (enam) bulan atau 1 (satu) tahun ke

239 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

depan, sehingga tidak terjadi permasalahan yang sama atau dalam

rangka merespon perkembangan lingkungan strategis. Evaluasi

dilakukan secara menyeluruh terhadap seluruh prioritas yang telah

ditetapkan;

2. evaluasi semesteran atau tahunan di tingkat instansi, yang

dipimpin langsung oleh ketua tim pelaksana reformasi birokrasi;

3. evaluasi semesteran atau tahunan di tingkat instansi, yang

dipimpin langsung oleh ketua tim pengarah reformasi birokrasi;

4. berbagai informasi yang digunakan sebagai bahan pengambilan

keputusan dapat diperoleh dari:

a. hasil-hasil monitoring;

b. survey kepuasan masyarakat dan pengaduan masyarakat;

c. pengukuran target-target kegiatan reformasi birokrasi

sebagaimana diuraikan dalam Road Map dengan realisasinya;

dan

d. pertemuan dalam rangka penilaian mandiri pelaksanaan

reformasi birokrasi, yang dikoordinasikan oleh Inspektorat.

Hasil evaluasi diharapkan dapat secara terus menerus

memberikan masukan terhadap pelaksanaan reformasi birokrasi di

tahun-tahun berikutnya.

240 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

BAB V

PENUTUP

Reformasi birokrasi sebagai sebuah tuntutan pembangunan termasuk

di dalamnya masyarakat harus disikapi secara positif. Hal ini membutuhkan

komitmen seluruh jajaran Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum,

dan Keamanan dan pemangku kepentingan (stakeholders) dalam upaya

mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), yang

muaranya akan menuju peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Terdapat 5 (lima) faktor penentu kesuksesan reformasi birokrasi, yaitu:

1. kemauan dan komitmen;

2. kesamaan persepsi dan tujuan;

3. konsistensi dan keberlanjutan;

4. ketersediaan anggaran; dan

5. dukungan masyarakat dan stakeholders.

Perubahan pola pikir (mind set), budaya kerja (cultural set) dan sistem

manajemen pemerintahan sebagai suatu sasaran reformasi birokrasi

menggambarkan adanya persepsi bahwa penanganan aspek sumber daya

manusia aparatur dengan aspek sistem manajemen pemerintahan

merupakan suatu yang harus ditata secara paralel atau bersamaan. Hal ini

menjadi dikotomi siapa yang memegang andil terbesar dari kondisi birokrasi

241 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016

kita saat ini dapat dipinggirkan. Upaya yang telah dilakukan oleh

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan hanyalah

sebagian dari upaya pemerintah untuk mewujudkan tata kelola

pemerintahan yang baik. Oleh karena itu, semangat perubahan ini harus

terus berjalan dan perlu dilakukan evaluasi secara berkala.

MENTERI KOORDINATOR

BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIRANTO

Salinan sesuai dengan aslinya

KEMENTERIAN KOORDINATOR

BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

REPUBLIK INDONESIA

Kepala Biro Hukum, Persidangan, dan Hubungan Kelembagaan,

ttd.

Drs. Subroto, M.M.

242 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

295Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR

BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 5 TAHUN 2016

TENTANG

PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DI KEMENTERIAN KOORDINATOR

BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengembangan dan penyempurnaan

standar operasional prosedur administrasi pemerintahan di

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan, diperlukan suatu kesatuan pedoman

penyusunan standar operasional prosedur administrasi

pemerintahan yang didalamnya memuat siklus

penyusunan standar operasional prosedur administrasi

pemerintahan mulai dari persiapan sampai dengan

monitoring dan evaluasi;

MENTERI KOORDINATOR

BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

REPUBLIK INDONESIA

296 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

b. bahwa Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik,

Hukum, dan Keamanan Nomor PER-03/MENKO/

POLHUKAM/7/2012 tentang Pedoman Evaluasi Standar

Operasional Prosedur Kementerian Koordinator Bidang

Politik, Hukum, dan Keamanan dan Peraturan Menteri

Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Nomor

13 Tahun 2013 tentang Standar Operasional Prosedur

Administrasi Pemerintahan Kementerian Koordinator

Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan perlu disesuaikan

kembali dengan perkembangan peraturan perundang-

undangan dan sistem ketatalaksanaan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan

tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional

Prosedur Administrasi Pemerintahan di Kementerian

Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.

Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand

Design Reformasi Birokrasi 2010-2025;

2. Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2015 tentang

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2015 Nomor 83);

3. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Nomor 35 Tahun 2012 tentang

Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur

297 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016

Administrasi Pemerintahan (Berita Negara Republik

Indonesia Tahun 2012 Nomor 649);

4. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan Nomor 4 Tahun 2015 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum,

dan Keamanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2015 Nomor 1665);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK,

HUKUM, DAN KEAMANAN TENTANG PEDOMAN

PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DI KEMENTERIAN

KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN.

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Standar Operasional Prosedur, yang selanjutnya disingkat

SOP, adalah serangkaian instruksi tertulis yang

dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan

aktifitas organisasi, bagaimana dan kapan harus

dilakukan, dimana, dan oleh siapa dilakukan.

2. Standar Operasional Prosedur Administrasi

Pemerintahan, yang selanjutnya disingkat SOP AP, adalah

standar operasional prosedur dari berbagai proses

penyelenggaraan administrasi pemerintahan yang sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

298 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

3. Administrasi Pemerintahan adalah pengelolaan proses

pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintahan yang

dijalankan oleh organisasi pemerintah.

4. Prosedur Kerja adalah rangkaian tata kerja yang berkaitan

satu sama lain sehingga menunjukkan adanya urutan

tahapan secara jelas dan pasti serta cara-cara yang harus

ditempuh dalam rangka penyelesaian satu bidang tugas

yang merupakan salah satu bagian dari proses yang

dikembangkan dalam SOP AP.

5. SOP Administratif adalah prosedur standar yang bersifat

umum dan tidak rinci dari kegiatan yang dilakukan oleh

lebih dari satu orang aparatur atau pelaksana dengan

satu peran atau jabatan.

6. SOP Teknis adalah prosedur standar yang sangat rinci

dari kegiatan yang dilakukan oleh satu orang aparatur

atau pelaksana dengan satu peran atau jabatan.

7. Simbol-Simbol adalah suatu gambar yang

merepresentasikan suatu proses tertentu dalam SOP AP.

8. Judul SOP AP adalah nama dari suatu rangkaian tahapan

proses penyelesaian seluruh uraian jenis kegiatan yang

dimulai dari pendaftaran/pemasukan dokumen usulan

sampai dengan diperolehnya keluaran hasil/produk akhir

kegiatan.

9. Produk adalah barang/jasa yang dihasilkan atau

dikerjakan oleh suatu unit organisasi.

10. Mutu Baku adalah standar-standar mutu dilihat dari sisi

kelengkapan, ketepatan waktu penyelesaian, dan output

yang dihasilkan.

299 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016

11. Hari Kerja adalah hari kerja di Kementerian Koordinator

Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang

dilaksanakan 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu

mulai hari senin sampai dengan hari jumat dan/atau

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

12. Jam Kerja Efektif adalah jam kerja yang secara efektif

dipergunakan untuk menjalankan atau melaksanakan

tugas, yaitu jam kerja dikurangi waktu kerja yang hilang

atau luang karena tidak bekerja.

13. Monitoring adalah suatu cara untuk mengetahui

pelaksanaan seluruh tahapan dalam SOP AP dengan

mengidentifikasi permasalahan dalam praktik

pelaksanaan SOP AP.

14. Evaluasi adalah peninjauan kembali tingkat keakuratan

yang telah disusun dan diterapkan dalam pelaksanaan

SOP AP agar SOP AP tersebut dapat berjalan dengan

efektif dan efisien

Pasal 2

(1) Setiap pimpinan unit organisasi bertanggung jawab

terhadap penyusunan SOP AP bagi unit organisasi di

lingkungan kerjanya.

(2) Penyusunan SOP AP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan dengan mengacu pada Pedoman Penyusunan

SOP AP di Kementerian Koordinator Bidang Politik,

Hukum, dan Keamanan sebagaimana tercantum dalam

Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Menteri ini.

300 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

(3) SOP AP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat

dinamis dan dapat dikembangkan sesuai dengan

kebutuhan dan perkembangan tata kerja, prosedur, dan

sistem kerja dari unit organisasi.

Pasal 3

(1) SOP AP ditetapkan oleh pimpinan unit organisasi masing-

masing sesuai dengan kewenangannya.

(2) SOP AP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selanjutnya

diintegrasikan dengan SOP AP dari seluruh unit

organisasi di Kementerian Koordinator Bidang Politik,

Hukum, dan Keamanan.

(3) SOP AP yang telah diintegrasikan sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Menteri

Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.

Pasal 4

SOP AP yang telah ditetapkan sebelum Peraturan Menteri ini

berlaku dinyatakan tetap berlaku sampai dengan ditetapkan

SOP AP sesuai dengan Peraturan Menteri ini.

Pasal 5

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:

a. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum,

dan Keamanan Nomor PER-03/MENKO/

POLHUKAM/7/2012 tentang Pedoman Evaluasi Standar

Operasional Prosedur Kementerian Koordinator Bidang

Politik, Hukum, dan Keamanan; dan

301 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016

b. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum,

dan Keamanan Nomor 13 Tahun 2013 tentang Standar

Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan,

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 6

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal

diundangkan.

302 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya

dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 6 Desember 2016

MENTERI KOORDINATOR

BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

Wiranto

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 14 Desember 2016

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 1898

Salinan sesuai dengan aslinya KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA Kepala Biro Hukum, Persidangan, dan Hubungan Kelembagaan, ttd. Drs. Subroto, M.M.

303 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016

LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR

BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 5 TAHUN 2016

TENTANG

PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR

OPERASIONAL PROSEDUR ADMINISTRASI

PEMERINTAHAN DI KEMENTERIAN

KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN

KEAMANAN

PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DI KEMENTERIAN KOORDINATOR

BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejalan dengan upaya dalam mewujudkan tata kelola

pemerintahan yang baik (good governance), telah dilaksanakan program

reformasi birokrasi di Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum,

dan Keamanan melalui pelaksanaan Road Map Reformasi Birokrasi

2010-2014 Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan pada unsur-unsur organisasi di Kementerian Koordinator

Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, yang meliputi 9 (sembilan)

program dimana terdapat area yang fokus pada bidang penataan dan

penguatan organisasi dan penataan tata laksana.

304 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

Untuk bidang penataan dan penguatan organisasi Kementerian

Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan pada tahun 2015

telah melakukan proses evaluasi dan penataan organisasi dengan

menghasilkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum,

dan Keamanan Nomor 4 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.

Sejalan dengan proses tersebut dan dalam rangka terlaksananya

tugas, fungsi, dan pelayanan yang sesuai dengan peraturan dan

ketentuan yang baru, maka diperlukan adanya rangkaian prosedur yang

telah distandardisasikan. Prosedur standar yang dimaksud adalah SOP

AP, dimana tahapan dalam proses penyusunan SOP AP merupakan

sebuah siklus yang dimulai dari persiapan, penilaian kebutuhan,

pengembangan, penerapan, hingga monitoring dan evaluasi.

Dalam kaitan dengan hal tersebut diatas, Kementerian

Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan melakukan upaya

pengembangan dan penyempurnaan pengaturan terkait penyusunan

dan evaluasi SOP AP yang sebelumnya telah diatur dengan Peraturan

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Nomor PER-

03/MENKO/POLHUKAM/7/2012 tentang Pedoman Evaluasi Standar

Operasional Prosedur Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum,

dan Keamanan dan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik,

Hukum, dan Keamanan Nomor 13 Tahun 2013 tentang Standar

Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan Kementerian

Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan guna menjadi acuan

bagi unit-unit organisasi di Kementerian Koordinator Bidang Politik,

Hukum, dan Keamanan.

305 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016

B. Maksud, Tujuan dan Sasaran

1. Maksud

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan merupakan instansi yang memberikan pelayanan, baik

secara internal maupun secara eksternal kepada stakeholders

dan/atau masyarakat. Untuk itu, pedoman penyusunan SOP AP ini

disusun agar dapat digunakan oleh seluruh unit-unit organisasi di

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan

untuk menstandarkan prosedur-prosedur penting dalam

melaksanakan tugas, fungsi, dan kewenangannya.

2. Tujuan dan Sasaran

Pedoman ini bertujuan memberikan panduan bagi setiap

unit-unit organisasi di Kementerian Koordinator Bidang Politik,

Hukum, dan Keamanan dalam mengidentifikasi dan menyusun SOP

AP berdasarkan persamaan prinsip dan persepsi,

mendokumentasikan, mengembangkan dan menyempurnakan,

memonitor, dan mengevaluasi SOP AP dalam melaksanakan tugas

dan fungsi. Dengan demikian, sasaran dari pedoman ini adalah agar

setiap unit organisasi di Kementerian Koordinator Bidang Politik,

Hukum, dan Keamanan hingga unit terkecil memiliki SOP AP

untuk mendukung terciptanya proses penyelenggaraan

pemerintahan yang lebih baik, tertib, dan mampu memberikan

pelayanan maksimal kepada stakeholders dan/atau masyarakat.

306 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

C. Manfaat

Manfaat SOP AP dalam lingkup tugas dan fungsi pada

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan adalah:

1. sebagai standarisasi mekanisme/proses yang dilakukan

Pejabat/Pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan yang menjadi

tugas dan fungsinya;

2. meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas, fungsi,

dan tanggung jawab individual Pejabat/Pegawai Kementerian

Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dan organisasi

secara keseluruhan;

3. meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan tugas;

4. memberikan informasi mengenai kualifikasi kompetensi yang harus

dikuasai oleh Pejabat/Pegawai Kementerian Koordinator Bidang

Politik, Hukum, dan Keamanan dalam melaksanakan tugasnya;

5. memberikan informasi mengenai beban tugas yang harus

dilaksanakan oleh Pejabat/Pegawai tersebut;

6. menghindari tumpang tindih aktifitas dalam melaksanakan tugas;

dan

7. membantu memberikan informasi yang diperlukan dalam

penyusunan standar pelayanan, sekaligus dapat memberikan

informasi bagi kinerja pelayanan.

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pedoman penyusunan SOP ini secara umum

meliputi:

1. pendahuluan;

2. jenis, format, dan dokumen SOP AP;

3. mekanisme penyusunan SOP AP;

4. penetapan dokumen SOP AP; dan

5. monitoring dan evaluasi SOP.

307 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016

E. Prinsip

1. Prinsip Penyusunan SOP AP

a. Kemudahan dan kejelasan

Prosedur-prosedur yang distandarkan harus dapat dengan

mudah dimengerti dan diterapkan oleh semua aparatur

bahkan bagi seseorang yang sama sekali baru dalam

pelaksanaan tugasnya.

b. Efisiensi dan efektifitas

Prosedur-prosedur yang distandarkan harus dapat dengan

mudah dimengerti dan diterapkan oleh semua aparatur

bahkan bagi seseorang yang sama sekali baru dalam

pelaksanaan tugasnya.

c. Keselarasan

Prosedur-prosedur yang distandarkan harus selaras dengan

prosedur-prosedur standar lain yang terkait.

d. Keterukuran

Output dari prosedur-prosedur yang distandarkan

mengandung capaian kualitas atau mutu baku tertentu yang

dapat diukur pencapaian keberhasilannya.

e. Dinamis

Prosedur-prosedur yang distandarkan harus dengan cepat

dapat disesuaikan dengan kebutuhan peningkatan kualitas

pelayanan yang berkembang dalam penyelenggaraan

administrasi pemerintahan.

f. Berorientasi pada pengguna atau pihak yang dilayani

Prosedur-prosedur yang distandarkan harus

mempertimbangkan kebutuhan pengguna (customer’s need)

sehingga dapat memberikan kepuasan kepada pengguna.

308 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

g. Kepatuhan Hukum

Prosedur-prosedur yang distandarkan harus memenuhi

ketentuan dan peraturan-peraturan pemerintah yang berlaku.

h. Kepastian Hukum

Prosedur-prosedur yang distandarkan harus ditetapkan oleh

pimpinan sebagai sebuah produk hukum yang ditaati,

dilaksanakan, dan menjadi instrumen untuk melindungi

aparatur atau pelaksana dari kemungkinan tuntutan hukum.

2. Prinsip Pelaksanaan SOP AP

a. Konsisten

SOP AP harus dilaksanakan secara konsisten dari waktu ke

waktu, oleh siapa pun, dan dalam kondisi yang relatif sama

oleh seluruh jajaran organisasi pemerintahan.

b. Komitmen

SOP AP harus dilaksanakan dengan komitmen penuh dari

seluruh jajaran organisasi, dari tingkatan yang paling rendah

dan tertinggi.

c. Perbaikan berkelanjutan

Pelaksanaan SOP AP harus terbuka terhadap penyempurnaan-

penyempurnaan untuk memperoleh prosedur yang benar-

benar efisien dan efektif.

d. Mengikat

SOP AP harus mengikat pelaksana dalam melaksanakan

tugasnya sesuai dengan prosedur standar yang telah

ditetapkan.

e. Seluruh unsur memiliki peran penting

Seluruh aparatur melaksanakan peran-peran tertentu dalam

setiap prosedur yang distandarkan. Jika aparatur tertentu

tidak melaksanakan perannya dengan baik, maka akan

309 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016

mengganggu keseluruhan proses, yang akhirnya juga

berdampak pada terganggunya proses penyelenggaraan

pemerintah.

f. Terdokumentasi dengan baik

Seluruh prosedur yang telah distandarkan harus

didokumentasikan dengan baik, sehingga dapat selalu

dijadikan acuan atau referensi bagi setiap pihak-pihak yang

memerlukan.

310 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

BAB II

JENIS, FORMAT, DAN DOKUMEN SOP AP

A. Jenis SOP

1. SOP berdasarkan sifat kegiatan

a. SOP Administratif

SOP Administratif mencakup kegiatan lingkup makro

dengan ruang lingkup yang besar dan tidak mencerminkan

pelaksana kegiatan secara detail dan kegiatan lingkup mikro

dengan ruang lingkup yang kecil dan mencerminkan pelaksana

yang sesungguhnya dari kegiatan yang dilakukan.

SOP Administratif ini pada umumnya memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

1) pelaksana kegiatan berjumlah banyak atau lebih dari satu

aparatur/pelaksana atau lebih dari satu jabatan dan

bukan merupakan satu kesatuan tunggal; dan

2) berisi tahapan pelaksanaan kegiatan atau langkah-

langkah pelaksanaan kegiatan yang bersifat makro

ataupun mikro yang tidak menggambarkan cara

melakukan kegiatan.

b. SOP Teknis

Setiap prosedur pada SOP Teknis diuraikan dengan

sangat teliti sehingga tidak ada kemungkinan-kemungkinan

variasi lain. SOP Teknis pada umumnya memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

1) Pelaksana kegiatan berjumlah satu orang atau satu

kesatuan tim kerja atau satu jabatan meskipun dengan

pemangku yang lebih dari satu; dan

2) Berisi langkah rinci atau cara melakukan pekerjaan atau

langkah detail pelaksanaan kegiatan.

311 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016

2. SOP Menurut Cakupan dan Besaran Kegiatan

a. SOP Makro adalah SOP berdasarkan cakupan dan besaran

kegiatannya mencakup beberapa SOP (SOP mikro) yang

mencerminkan bagian dari kegiatan tersebut atau SOP yang

merupakan integrasi dari beberapa SOP (SOP mikro) yang

membentuk serangkaian kegiatan dalam SOP tersebut. SOP

makro ini tidak mencerminkan kegiatan yang sesungguhnya

dilakukan oleh pelaksananya (misalnya Menteri X mengirim

surat ke Menteri Y, yang mengirim surat adalah caraka),

sedangkan SOP mikro mencerminkan kegiatan yang dilakukan

pelaksananya misalnya caraka mengirim surat, yang mengirim

adalah caraka itu sendiri bukan pelaksananya lainnya).

Contoh: SOP Monitoring dan Evaluasi SOP merupakan SOP

makro dari SOP Persiapan Monitoring dan Evaluasi SOP, SOP

Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi SOP, dan SOP Pelaporan

Monitoring dan Evaluasi SOP.

b. SOP Mikro adalah SOP yang berdasarkan cakupan dan

besaran kegiatannya merupakan bagian dari sebuah SOP (SOP

makro) atau SOP yang kegiatannya menjadi bagian dari

kegiatan SOP (SOP makro) yang lebih besar cakupannya.

Contoh:

SOP Persiapan Monitoring dan Evaluasi SOP, SOP Pelaksanaan

Monitoring dan Evaluasi SOP, dan SOP Pelaporan Monitoring

dan Evaluasi SOP merupakan SOP mikro dari SOP Monitoring

dan Evaluasi SOP.

Pendekatan lain yang dapat dilakukan untuk memahami SOP

mikro adalah dengan melakukan identifikasi terhadap kegiatan

terkait dari SOP makro karena pada dasarnya kegiatan yang

terkait tersebut adalah kegiatan mikro yang selanjutnya bila

disusun akan menjadi SOP mikro.

312 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

3. SOP Menurut Cakupan dan Kelengkapan Kegiatan

a. SOP Final adalah SOP yang berdasarkan cakupan kegiatannya

telah menghasilkan produk utama yang paling akhir.

b. SOP Parsial adalah SOP yang berdasarkan cakupan

kegiatannya belum menghasilkan produk utama yang paling

akhir, sehingga kegiatan ini masih memiliki rangkaian

kegiatan lanjutan yang mencerminkan produk utama

akhirnya.

4. SOP Menurut Cakupan dan Jenis Kegiatan

a. SOP Generik adalah SOP yang berdasarkan sifat dan muatan

kegiatannya relatif memiliki kesamaan baik dari kegiatan yang

di-SOP-kan maupun dari tahapan kegiatan dan pelaksananya.

Variasi SOP yang ada hanya disebabkan perbedaan lokasi SOP

itu diterapkan. Contoh: SOP Penyusunan Program dan

Anggaran di Deputi A dan SOP Penyusunan Program di Deputi

B memiliki SOP generik yaitu SOP Penyusunan Program

dengan pelaksana yaitu Sekretaris Deputi, Kepala Bagian

Program dan Evaluasi, dan Kepala Subbagian Penyusunan

Program.

b. SOP Spesifik (khusus) adalah SOP yang berdasarkan sifat dan

muatan kegiatannya relatif memiliki perbedaan dari kegiatan

yang di-SOP-kan, tahapan kegiatan, pelaksana, dan tempat

SOP tersebut diterapkan.

B. Format SOP AP

Agar para pejabat/pegawai mudah memahami dalam

menyelesaikan tugas dan fungsinya dengan baik, serta dilaksanakan

sesuai batasan tanggung jawab dan kewenangannya, maka ditetapkan

format SOP AP yang menggambarkan paduan antara penggunaan simbol

dan alur penyelesaian setiap uraian jenis kegiatan.

313 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016

Guna keseragaman penulisan, dokumen SOP AP di Kementerian

Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan digunakan format

penyusunan sebagai berikut:

1. Penggunaan Kertas

a. Kertas yang digunakan untuk menyusun SOP AP adalah kertas

HVS dengan ukuran F4 custom 21 cm x 33 cm, berat maksimal

80 gram; dan

b. Bentuk kertas (orientation paper) adalah horisontal

(landscape).

2. Ketentuan margin

a. Top : 2,5 cm

b. Bottom : 2,5 cm

c. Left : 3 cm

d. Right : 2,5 cm

3. Jenis huruf dan warna tinta

a. Jenis huruf yang dipergunakan dalam penyusunan SOP AP

adalah tipe “Bookman Old Style” dengan ukuran minimal 10;

b. Tinta yang dipergunakan dalam penyusunan SOP AP adalah

warna hitam; dan

c. Header “KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK,

HUKUM, DAN KEAMANAN” dengan jenis huruf “Bookman Old

Style” ukuran 12 diletakkan di pojok kiri atas pada lembar

identitas SOP AP.

4. Ketentuan jarak/spasi

Dalam penentuan jarak/spasi, hendaknya diperhatikan aspek

keserasian dan estetika, dengan mempertimbangkan banyaknya isi

naskah SOP AP.

314 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

5. Simbol-simbol dalam Diagram Alir

Simbol-simbol yang digunakan dalam Diagram Alir yaitu

sebagai berikut:

No. Simbol Arti Keterangan

1. Simbol kapsul

(terminator)

Untuk

mendeskripsikan

kegiatan mulai dan

berakhir

2. Simbol kotak

(process)

Untuk

mendeskripsikan

proses atau kegiatan

eksekusi

3. Simbol belah

ketupat

(decission)

Untuk

mendeskripsikan

kegiatan pengambilan

keputusan

4. Simbol anak

panah (arrow)

Untuk

mendeskripsikan arah

kegiatan (arah proses

kegiatan)

5. Simbol segi

lima (off page

connector)

Untuk

mendeskripsikan

hubungan antar

simbol yang berbeda

halaman

315 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016

C. Dokumen SOP AP

Dokumen SOP AP memiliki 2 (dua) unsur utama, yaitu:

1. Unsur Dokumentasi

Merupakan unsur dari Dokumen SOP AP yang berisi hal-hal

terkait dengan proses pendokumentasian SOP AP sebagai sebuah

dokumen. Adapun unsur dokumentasi SOP AP antara lain

mencakup:

a. Halaman judul (cover)

Halaman judul merupakan halaman pertama sebagai

sampul muka sebuah dokumen SOP AP. Halaman judul ini

berisi informasi mengenai:

1) Judul SOP AP;

2) Nama unit organisasi;

3) Tahun pembuatan; dan

4) Informasi lain yang diperlukan.

316 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

Berikut adalah contoh halaman judul sebuah dokumen

SOP AP

317 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016

b. Keputusan Pimpinan Unit Organisasi

Karena dokumen SOP AP merupakan pedoman bagi setiap

pejabat/pegawai, dokumen ini harus memiliki kekuatan

hukum. Dalam halaman selanjutnya setelah halaman judul,

disajikan keputusan pimpinan unit organisasi selaku

penanggung jawab kegiatan yang menetapkan dokumen SOP

AP.

c. Daftar isi dokumen SOP AP

Daftar isi dibutuhkan untuk membantu mempercepat

pencarian informasi dan menulis perubahan atau revisi yang

dibuat untuk bagian tertentu dari SOP AP terkait.

2. Unsur Prosedur

Unsur ini dibagi dalam 2 (dua) bagian, yaitu:

a. Bagian Identitas

Bagian identitas dari unsur prosedur dalam SOP AP dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1) Logo Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum,

dan Keamanan dan nomenklatur unit organisasi.

2) Nomor SOP AP, diisi dengan nomor secara berurutan

dalam 1 (satu) tahun takwim.

3) Tanggal pengesahan, diisi tanggal disahkannya SOP AP

oleh Pejabat Eselon I atau Pejabat Eselon II pimpinan unit

organisasi.

4) Tanggal revisi, diisi tanggal SOP AP direvisi atau tanggal

rencana diperiksa kembali SOP AP yang bersangkutan.

5) Pengesahan oleh pimpinan unit organisasi atau pejabat

yang berwenang pada unit organisasi. Item pengesahan

berisi nomenklatur jabatan, tanda tangan, nama pejabat

yang disertai dengan Nomor Induk Pegawai/Nomor

Registrasi Pusat.

318 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

6) Judul SOP AP, sesuai dengan kegiatan yang sesuai

dengan tugas dan fungsi yang dimiliki.

7) Dasar hukum, berupa peraturan perundang-undangan

yang mendasari prosedur yang dibuat menjadi SOP AP

beserta peraturan pelaksanaannya.

8) Keterkaitan, memberikan penjelasan mengenai

keterkaitan prosedur yang distandarkan dengan

prosedur/SOP lain yang distandarkan (SOP AP lain yang

terkait secara langsung dalam proses pelaksanaan

kegiatan dan menjadi bagian dari kegiatan tersebut).

9) Peringatan, memberikan kejelasan mengenai

kemungkinan yang terjadi ketika prosedur dilaksanakan

atau tidak dilaksanakan. Peringatan memberikan indikasi

berbagai permasalahan yang mungkin muncul dan berada

di luar kendali pelaksana ketika prosedur dilaksanakan,

serta berbagai dampak lain yang ditimbulkan. Dalam hal

ini dijelaskan pula bagaimana cara mengatasinya bila

diperlukan. Umumnya menggunakan kata peringatan,

yaitu jika/apabila maka (if-then) atau batas waktu (dead

line) kegiatan harus dilaksanakan.

10) Kualifikasi Pelaksana, memberikan penjelasan mengenai

kualifikasi pelaksana yang dibutuhkan dalam

melaksanakan perannya pada prosedur yang

distandarkan.

11) Peralatan dan perlengkapan, memberikan penjelasan

mengenai daftar peralatan utama (pokok) dan

perlengkapan yang dibutuhkan yang terkait secara

langsung dengan prosedur yang dibuat menjadi SOP AP.

12) Pencatatan dan pendataan, memuat berbagai hal yang

perlu didata dan dicatat oleh pejabat tertentu. Dalam hal

319 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016

ini perlu dibuat formulir-formulir tertentu yang akan diisi

oleh setiap pelaksana yang terlibat dalam proses. Proses

pencatatan dan pendataan akan menjadi dokumen yang

memberikan informasi penting mengenai “apakah

prosedur telah dijalankan dengan benar”.

Contoh Bagian Identitas SOP AP

b. Bagian Flowcharts

Merupakan uraian mengenai langkah-langkah kegiatan

secara berurutan dan sistematis dari prosedur yang

distandarkan, yang berisi:

1) Nomor, diisi nomor urut;

320 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

2) Tahapan kegiatan, diisi tahapan kegiatan yang

merupakan urutan logis suatu proses kegiatan. Biasanya

menggunakan kalimat efektif dengan awalan “me-“.

3) Pelaksana, merupakan pelaku (aktor) kegiatan. Simbol-

simbol diagram alir sesuai dengan proses yang dilakukan.

Keterangan simbol sebagaimana ditentukan pada daftar

simbol. Pelaksana diisi dengan nama-nama jabatan

(jabatan struktural dan jabatan fungsional) yang ada pada

unit organisasi yang bersangkutan. Urutan penulisan

jabatan dimulai dari jabatan terlebih dahulu melakukan

tahapan kegiatan. Jika dalam SOP AP tersebut terkait

dengan unit organisasi lain, maka jabatan unit organisasi

lain diletakkan setelah kolom jabatan di unit yang

bersangkutan.

4) Mutu Baku, berisi kelengkapan, waktu, output, dan

keterangan. Agar SOP AP ini terkait dengan kinerja, maka

setiap aktifitas hendaknya mengidentifikasikan mutu

baku tertentu, seperti waktu yang diperlukan untuk

menyelesaikan persyaratan/kelengkapan yang diperlukan

dan output-nya. Mutu baku ini akan menjadi alat kendali

mutu sehingga produk akhirnya dari sebuah proses telah

memenuhi kualitas yang diharapkan, sebagaimana

ditetapkan dalam standar pelayanan. Untuk

memudahkan dalam pendokumentasian dan

implementasi, sebaiknya SOP AP memiliki kesamaan

dalam unsur prosedur meskipun muatan dari unsur

tersebut akan berbeda sesuai dengan kebutuhan unit

organisasi. Norma waktu bisa dalam hitungan menit, jam,

dan hari.

321 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016

Contoh Bagian Flowcharts

322 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

BAB III

MEKANISME PENYUSUNAN SOP AP

A. Tahapan Penyusunan SOP AP

Penyusunan SOP AP meliputi siklus yang terdiri dari:

1. persiapan;

2. penilaian kebutuhan SOP AP;

3. pengembangan SOP AP;

4. penerapan SOP AP; dan

5. monitoring dan evaluasi SOP AP.

Secara rinci tahapan penyusunan SOP AP melalui proses sebagai

berikut:

Penjelasan dari tiap tahapan penyusunan SOP AP akan dijelaskan

lebih lanjut pada sub bab dibawah ini.

323 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016

B. Persiapan

Agar penyusunan SOP AP dapat dilakukan dengan baik, maka perlu

dilakukan persiapan-persiapan sebagai berikut:

1. Pembentukan Tim

Agar SOP AP yang disusun dapat menjawab tantangan

perubahan terutama yang berkaitan dengan peningkatan kualitas

pelaksanaan tugas dan fungsi, maka perlu dibentuk tim yang

bertugas memfasilitasi penyusunan dan menyempurnakan SOP AP.

Tim ini terdiri dari orang-orang yang berada dalam unit organisasi

di Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.

Dalam pembentukan tim tersebut, dapat dilibatkan beberapa

unsur:

a. Internal

Anggota tim dapat diambil dari unit yang memiliki tugas

yang berkaitan dengan peningkatan kapasitas internal

manajemen pada unit organisasi yang terkait.

b. Independen (konsultan)

Anggota tim dapat diambil dari unit eksternal organisasi

(konsultan).

c. Gabungan

Gabungan kedua model tersebut merupakan model yang

ideal.

Tugas tim antara lain:

1) melakukan identifikasi kebutuhan;

2) mengumpulkan data;

3) melakukan analisis prosedur;

4) melakukan pengembangan;

5) melakukan uji coba;

6) melakukan sosialisasi;

7) mengawal penerapan;

324 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

8) memonitor dan melakukan evaluasi;

9) melakukan penyempurnaan-penyempurnaan; dan

10) menyajikan hasil-hasil pengembangan kepada pimpinan.

2. Kelengkapan Tim

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membentuk tim:

a. Tim harus dilengkapi dengan kewenangan dan tanggung

jawab.

b. Keanggotaan tim sebaiknya dibatasi, agar pengelolaan

terhadap rentang kendali (span of control) dapat dilakukan

dengan baik.

c. Tim harus dilengkapi dengan struktur yang jelas, tidak terlalu

banyak hierarki, dan lebih bersifat fungsional sehingga dapat

dibagi ke dalam sub-sub tim tertentu yang menangani aspek

prosedur tertentu.

d. Tim sebaliknya merumuskan dahulu apa misi, tujuan, dan

sasaran tim serta berapa banyak waktu dan sumber-sumber

lain yang diperlukan untuk pengembangan SOP AP.

e. Tugas tim meliputi aspek substansi SOP AP dan aspek

administratif.

f. Tim pengembangan SOP AP sangat tergantung dari sumber-

sumber apa yang dapat mereka peroleh dalam rangka

pengembangan SOP AP tersebut.

Kelengkapan tim lainnya melingkupi:

a. Pedoman bagi tim dalam melaksanakan tugasnya, yang berisi

deskripsi mengenai uraian tugas dan kewenangan dan

mekanisme kerja tim.

b. Fasilitas yang dibutuhkan tim, yaitu agar tim dapat bekerja

dengan baik, seperti: pembiayaan, sarana dan prasarana, dan

kebutuhan lainnya.

c. Komitmen pimpinan untuk mendukung kerja tim.

325 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016

d. Memberikan pelatihan bagi anggota tim.

e. Memastikan bahwa seluruh unit mengetahui upaya pimpinan

untuk melakukan perubahan terhadap prosedur.

C. Penilaian Kebutuhan SOP AP

Penilaian kebutuhan adalah proses awal penyusunan SOP AP yang

dilakukan untuk mengidentifikasi tingkat kebutuhan SOP AP yang akan

disusun. Tahapan ini merupakan tahapan untuk melihat kembali SOP

AP yang sudah dimiliki dan mengidentifikasi kebutuhan SOP AP.

1. Tujuan Penilaian Kebutuhan SOP AP

a. Penilaian kebutuhan SOP AP bertujuan untuk mengetahui

ruang lingkup, jenis, dan jumlah SOP AP yang dibutuhkan.

b. Ruang lingkup, berkaitan dengan bidang tugas dari prosedur-

prosedur operasional yang distandarkan.

c. Jenis, berkaitan dengan tipe dan format SOP AP yang sesuai

untuk diterapkan.

d. Jumlah, berkaitan dengan jumlah SOP AP yang dibuat sesuai

dengan prioritas.

Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam ketika

melakukan penilaian kebutuhan, yaitu:

a. Lingkungan Operasional

Yang dimaksud dengan lingkungan operasional adalah

lingkungan yang harus dipertimbangkan oleh Kementerian

Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya baik internal maupun

eksternal.

b. Kebijakan Pemerintah

Yang dimaksud dengan kebijakan pemerintah adalah

peraturan perundang-undangan yang memberikan pengaruh

dalam penyusunan SOP AP. Peraturan perundang-undangan

326 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

yang dimaksud bisa berbentuk undang-undang, peraturan

pemerintah, peraturan presiden, atau bentuk peraturan

lainnya yang terkait dengan organisasi pemerintah.

c. Kebutuhan Organisasi dan Pemangku Kepentingan

Penilaian kebutuhan organisasi dan pemangku

kepentingan (stakeholder) berkaitan erat dengan prioritas

terhadap prosedur-prosedur yang mendesak untuk segera

distandarkan. Kebutuhan mendesak dapat terjadi karena

perubahan struktur organisasi (susunan organisasi dan tata

kerja) di Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan atau karena desakan dari pemangku kepentingan

(stakeholder) yang menginginkan perubahan terhadap kualitas

pelayanan.

2. Langkah-Langkah Penilaian Kebutuhan SOP AP

a. Menyusun rencana tindak penilaian kebutuhan

Pelaksanaan penilaian kebutuhan yang menyeluruh

dapat menjadi sebuah proses yang cukup padat dan memakan

waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, perlu disusun

sebuah rencana dan target-target yang jelas, serta pembagian

tugas siapa melakukan apa. Untuk membantu menyusun

rencana tindak penilaian kebutuhan, dapat digunakan tabel

sebagai berikut.

327 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016

Tabel Rencana Tindak Tim Penyusunan SOP AP

No. Uraian

Kegiatan Output

Penanggung

Jawab

Jadwal

b. Melakukan penilaian kebutuhan

Jika organisasi telah memiliki SOP AP dan ingin

melakukan penyempurnaan terhadap SOP AP yang telah ada,

maka proses penilaian kebutuhan dapat dimulai dengan

mengevaluasi SOP AP yang sudah ada di Kementerian

Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.

Untuk membantu melakukan penilaian kebutuhan dapat

digunakan tabel sebagai berikut:

Tabel Rencana Tindak Tim Penyusunan SOP AP

Unit

Kerja Bidang Prosedur

Penilaian Keterkaitan dengan Prioritas

Kebutuhan

Tugas

dan

Fungsi

Peraturan

Perundang

-undangan

Stake-

holders

Prosedur

lainnya

1 2 3 4 5 6 7 8

328 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

Kolom 1 : Nama unit kerja tempat SOP AP akan

diterapkan.

Kolom 2 : Klasifikasi/pengelompokkan SOP AP

pada bidang tugas/proses tertentu

(misalnya: perencanaan, pelaksanaan,

monitoring dan evaluasi, kepegawaian,

keuangan, pembuatan kebijakan, dan

sebagainya).

Kolom 3 : Nama prosedur yang akan distandarkan

yang menjadi bagian dari bidang

klasifikasi/pengelompokkannya

Kolom 4 : Penilaian keterkaitan dengan tugas dan

fungsi (penilaian: sangat terkait, terkait,

kurang terkait, tidak terkait)

Kolom 5 : Penilaian keterkaitan dengan peraturan

perundang-undangan (penilaian: sangat

terkait, terkait, kurang terkait, tidak

terkait)

Kolom 6 : Penilaian keterkaitan dengan

stakeholders (penilaian: sangat terkait,

terkait, kurang terkait, tidak terkait)

Kolom 7 : Penilaian keterkaitan dengan prosedur

lainnya (penilaian: sangat terkait,

terkait, kurang terkait, tidak terkait)

Kolom 8 : Prioritas kebutuhan (penilaian: sangat

terkait, terkait, kurang terkait, tidak

terkait)

329 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016

c. Membuat sebuah daftar mengenai SOP AP yang akan

dikembangkan

Dari tahapan diatas, dapat disusun sebuah daftar

mengenai SOP AP apa saja yang akan disempurnakan maupun

dibuatkan yang baru. Setiap SOP AP yang masuk ke dalam

daftar disertai dengan pertimbangan dampak yang akan terjadi

baik secara internal maupun eksternal apabila SOP AP ini

dikembangkan dan dilaksanakan. Informasi ini akan

memudahkan bagi pengambil keputusan untuk menetapkan

kebutuhan SOP AP yang akan diterapkan di Kementerian

Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.

Untuk memudahkan pembuatan daftar, dapat digunakan

tabel sebagai berikut:

Unit

Organisasi

SOP AP yang akan

dikembangkan Alasan

Pengembangan Bidang Prosedur

1 2 3 4

330 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

Kolom 1 : Nama unit organisasi/kerja tempat

SOP AP akan diterapkan.

Kolom 2 : Klasifikasi/pengelompokkan SOP AP

pada bidang tugas/proses tertentu

(misalnya: perencanaan,

pelaksanaan, monitoring dan

evaluasi, kepegawaian, keuangan,

pembuatan kebijakan, dan

sebagainya).

Kolom 3 : Nama prosedur yang akan

distandarkan yang menjadi bagian

dari bidang

klasifikasi/pengelompokkannya

Kolom 4 : Alasan SOP AP tersebut

dikembangkan

D. Pengembangan SOP AP

Tahap selanjutnya setelah kita melakukan penilaian kebutuhan

adalah melakukan pengembangan SOP AP. Sebagai sebuah standar yang

akan dijadikan acuan dalam proses pelaksanaan tugas keseharian

organisasi, maka pengembangan SOP AP tidak merupakan sebuah

kegiatan yang dilakukan sekali langsung jadi, tetapi memerlukan reviu

berulang kali sebelum akhirnya menjadi SOP AP yang valid dan reliable

yang benar-benar menjadi acuan bagi setiap proses dalam organisasi di

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.

Pengembangan SOP AP pada dasarnya meliputi 5 (lima) tahapan

proses kegiatan. Secara berurutan dapat dirinci sebagai berikut:

1. Pengumpulan informasi dan identifikasi alternatif

Berdasarkan penilaian kebutuhan dapat ditentukan berbagai

informasi yang dibutuhkan untuk pengembangan SOP AP.

331 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016

Identifikasi informasi yang akan dicari, dapat dipisahkan mana

informasi yang dicari dari sumber primer dan mana yang dicari dari

sumber sekunder.

Ada berbagai kemungkinan teknik pengumpulan informasi

yang dapat digunakan untuk mengembangkan SOP AP seperti

melalui brainstorming, focus group discussion, wawancara, survey,

benchmark, telaahan dokumen, dan lainnya. Teknik mana yang

akan digunakan, sangat erat dengan instrumen pengumpul

informasinya.

a. Teknik Curah Pendapat (brainstorming)

Biasanya dilakukan dalam keadaan tim tidak memiliki

cukup informasi yang diperlukan dalam pengembangan SOP

AP. Pada organisasi yang baru berdiri, atau organisasi yang

belum memiliki SOP AP, kemungkinan kondisi seperti ini dapat

terjadi. Oleh karena itu, teknik ini akan dapat membantu

pemahaman tim terhadap kebutuhan SOP AP yang

diharapkan.

b. Teknik Diskusi Terfokus (Focus Group Discussion)

Dilakukan jika tim telah memiliki cukup informasi terkait

prosedur-prosedur yang akan distandarkan tetapi ingin lebih

mendalaminya dari orang-orang yang akan dianggap

menguasai secara teknis berkaitan dengan informasi tersebut.

c. Teknik Wawancara

Dilakukan jika tim ingin mendapatkan informasi secara

mendalam dari seorang informan kunci, yaitu orang-orang

yang menguasai secara teknis berkaitan dengan prosedur-

prosedur yang akan distandarkan.

332 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

d. Teknik Survey

Dilakukan jika tim ingin memperoleh informasi dari

sejumlah besar orang yang terkait dengan pelayanan melalui

representasinya yang dipilih secara acak yang kemudian

disebut responden.

Teknik ini biasanya dilakukan untuk memperoleh

gambaran mengenai kualitas pelayanan apa yang diinginkan

oleh masyarakat. Informasi mengenai gambaran kualitas

pelayanan sangat penting dalam pengembangan SOP AP.

e. Teknik Perbandingan Kualitas (Benchmark)

Dilakukan jika tim ingin memandang bahwa terdapat

banyak unit sejenis yang sudah memiliki SOP AP dapat

dijadikan contoh untuk pengembangan SOP AP. Dari segi

waktu teknik ini akan mempercepat proses perumusan SOP

AP.

f. Telaahan Dokumen (Review Document)

Dilakukan untuk memperoleh informasi sekunder dari

dokumen-dokumen pemerintah berkaitan dengan peraturan

perundang-undangan yang terkait dengan prosedur yang akan

distandarkan.

Guna mempermudah pengumpulan informasi dan

identifikasi alternatif dapat digunakan tabel sebagai berikut:

333 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016

Tabel Identifikasi SOP AP Unit Organisasi/Kerja

Unit Organisasi/Kerja: ……………………

Bidang Prosedur Aktifitas Persyaratan/

Kelengkapan Waktu Output

1 2 3 4 5 6

1. 1.1.

1.2.

2. 2.1.

dst …. dst …..

Unit

Organisasi/

Kerja

: Diisi dengan nama unit

organisasi/kerja dimana informasi

diperoleh dan SOP AP akan

dikembangkan.

Kolom 1 : Klasifikasi/pengelompokkan SOP AP

pada bidang tugas/proses tertentu

(misalnya: perencanaan,

pelaksanaan, monitoring dan

334 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

evaluasi, kepegawaian, keuangan,

pembuatan kebijakan, dan

sebagainya).

Kolom 2 : Nama prosedur yang di-SOP AP kan

(misalnya dalam bidang

perencanaan, nama prosedur yang

akan di SOP AP kan adalah SOP

Penyusunan Rencana Strategis, SOP

Penyusunan Rencana Kerja

Tahunan, dan sebagainya).

Kolom 3 : Proses sejak dari mulai sampai

dihasikannya sebuah output untuk

setiap SOP AP (misalnya untuk SOP

Penyusunan Rencana Strategis,

kegiatan akan menjabarkan proses

dimulai sampai dengan dihasilkan

sebuah output yaitu dokumen

Rencana Strategis.

Kolom 4,5,6 : Diisi dengan

persyaratan/kelengkapan apa yang

diperlukan dan output pada setiap

kegiatan yang dilakukan.

Tabel tersebut diatas dapat dibuat untuk mengidentifikasi

beberapa alternatif yang diajukan oleh tim.

Sebagai alternatif cara untuk mengidentifikasi kebutuhan

SOP AP dapat dipergunakan cara identifikasi judul-judul SOP

AP dengan melakukan analisis tugas dan fungsi yang dimiliki

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan sesuai dengan Peraturan Menteri Koordinator

335 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016

Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan terkait organisasi dan

tata kerja. Cara identifikasi ini dilakukan berdasarkan asumsi-

asumsi sebagai berikut:

1) Bahwa setiap organisasi pemerintah dapat dipastikan

selalu memiliki peraturan mengenai struktur organisasi

dan tata kerja sebagai dasar pembagian struktur

organisasi serta pembagian tugas dan fungsi

organisasinya.

2) Bahwa tugas dan fungsi organisasi pemerintah terbagi

habis seiring dengan pembagian struktur organisasi dari

tingkatan tertinggi sampai dengan tingkatan terendah.

3) Bahwa setiap tugas dan fungsi struktur terendah dalam

organisasi pemerintah dapat dipastikan mencerminkan

fungsi dari tugas dan fungsi struktur tingkat atasnya

sampai struktur yang paling tinggi, atau dengan kata lain

bahwa tugas dan fungsi yang ada di dalam struktur

terendah merupakan operasionalisasi tugas dan fungsi

seluruh tingkatan yang ada dalam struktur organisasi

yang bersangkutan.

4) Bahwa tugas dan fungsi organisasi pemerintah

tercerminkan dari output final atau end product (keluaran

akhir) yang dihasilkan oleh seluruh tingkatan struktur

organisasi yang bersangkutan baik yang berupa

barang/benda (dokumen) yang berdimensi produk

maupun berupa jasa/kegiatan yang berdimensi proses.

5) Bahwa judul-judul SOP AP dirumuskan berdasarkan

output final yang didahului aspek kegiatan secara

keseluruhan (makro) maupun secara parsial (mikro),

yaitu: saat awal (pra), pada saat (in), dan setelahnya

(pasca).

336 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

6) Bahwa setiap organisasi pemerintah memiliki fungsi

operating core (fungsi utama), fungsi techno-structure

(fungsi bantuan teknis) seperti pengawasan dan fungsi

support staff (fungsi pendukung/kesekretariatan)

sehingga judul SOP AP sangat ditentukan jenis-jenis

fungsi yang diemban sebagai leading sector (unit inti)

fungsi tersebut.

7) Bahwa fungsi-fungsi struktur organisasi pemerintah yang

sama akan memiliki SOP AP yang relatif sama dengan

perbedaan hanya pada kolom pelaksana dan mutu baku

serta identitas tertentu saja.

Adapun langkah-langkah identifikasi SOP AP berdasarkan

analisis tugas dan fungsi yang dimiliki organisasi pemerintah

adalah sebagai berikut:

1) Menganalisis tugas dan fungsi organisasi

Analisis tugas dan fungsi dilakukan dengan merinci

(mem-breakdown) tugas dan fungsi organisasi

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan terendah menjadi kegiatan yang operasional,

yang mencerminkan output sementaranya baik yang

berdimensi produk maupun yang berdimensi proses.

2) Mengidentifikasi output final (end product)

Identifikasi output final dari output sementara yang

dihasilkan struktur organisasi terendah di Kementerian

Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan,

dengan melakukan penelusuran struktur yang

menghasilkan output final tersebut.

337 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016

3) Mengidentifikasi aspek kegiatan dari output final (end

product)

Identifikasi aspek kegiatan dari output final dengan

merumuskan aspek kegiatan keseluruhan (makro) dan

aspek parsial (mikro) yang ada di awal (pra), pada saat ini

(in), dan setelah (pasca) dari output final tersebut.

4) Merumuskan judul SOP AP

Rumusan judul SOP AP dilakukan dengan

menggabungkan aspek kegiatan dengan output final.

Penggabungan aspek kegiatan secara keseluruhan

(makro) dengan output final menjadi judul SOP AP makro

dan penggabungan aspek parsial (mikro) menjadi judul

SOP AP mikro.

5) Mengidentifikasi seluruh judul SOP AP

Rumusan judul SOP AP yang telah dihasilkan baik

judul SOP AP makro maupun mikro dengan

mengelompokkan sesuai dengan tingkat struktur

organisasi di Kementerian Koordinator Bidang Politik,

Hukum, dan Keamanan. keseluruhan judul SOP AP inilah

merupakan kebutuhan riil SOP AP yang harus disusun.

338 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

Untuk mempermudah identifikasi SOP AP dapat

mempergunakan formulir identifikasi sebagai berikut:

Tabel Formulir Identifikasi SOP AP

Berdasarkan Tugas dan Fungsi

No. Tugas Fungsi Uraian

Tugas Kegiatan Ouput

Aspek

Kegiatan

Judul

SOP AP

1 2 3 4 5 6 7 8

Kolom 1 : Nomor diisi dengan nomor urut tugas

(sebaiknya dengan huruf kapital A)

Kolom 2 : Tugas diisi dengan tugas berdasarkan peraturan

yang ada (sebaiknya diisi sesuai dengan

peraturan yang ada dengan diberi nomor angka

arab, misal: 1, 2, 3, …..)

Kolom 3 : Fungsi diisi dengan fungsi berdasarkan

peraturan yang ada (sebaiknya diisi sesuai

dengan peraturan yang ada dengan diberi huruf

abjad kecil, misal: a, b, c, d, ….)

Kolom 4 : Uraian tugas diisi dengan uraian tugas yang

merupakan bagian dari fungsi yang ada dengan

diberi angka arab berkurung satu, misal: 1), 2),

3), ……

Kolom 5 : Kegiatan ini diisi dengan nama kegiatan yang

merupakan perwujuan riil dari uraian tugas

339 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016

yang ada dengan diberi huruf abjad kecil

berkurung, misal: a), b), c), ……

Kolom 6 : Output diisi dengan output final yang dihasilkan

dari penelusuran end product sesuai struktur

organisasi dan diberi angka arab dalam kurung,

misal: (1), (2), (3), ……

Kolom 7 : Aspek kegiatan diisi dengan aspek kegiatan yang

terkait dengan output yang bersangkutan baik

aspek keseluruhan (makro) maupun aspek

parsial (mikro). Aspek ini biasanya berupa

fungsi manajemen, misal: penyusunan,

pelaksanaan, evaluasi, pelaporan, dan

sebagainya).

Kolom 8 : Judul SOP AP diisi judul SOP AP yang terdiri

dari unsur output final dan aspek kegiatan,

misalnya: SOP Penyusunan Rencana Strategis

(Renstra)

(Penyusunan aspek, Renstra output final).

Untuk memudahkan menghitung jumlahnya

maka sebaiknya diberi angka arab dari SOP

nomor urut pertama sampai dengan terakhir.

2. Analisis dan pemilihan alternatif

Prinsip-prinsip penyusunan SOP AP sebagaimana diuraikan

dalam bab sebelumnya dapat digunakan sebagai acuan untuk

menentukan mana alternatif prosedur yang akan dipilih untuk

distandarkan antara lain, yaitu:

a. kemudahan dan kejelasan;

b. efisiensi dan efektivitas;

c. keselarasan;

d. keterukuran;

340 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

e. dinamis;

f. berorientasi pada pengguna (mereka yang dilayani);

g. kepatuhan hukum; atau

h. kepastian hukum.

Dengan menggunakan aspek-aspek tersebut diatas, setiap

alternatif prosedur dapat diuji satu per satu. Hasil pengujian akan

memberikan informasi mengenai keuntungan dan kerugian dari

setiap alternatif yang diajukan.

3. Penulisan SOP AP

Kegiatan penulisan SOP AP adalah pembuatan unsur prosedur

SOP AP yang terdiri dari bagian flowchart dan identitas dengan

menggunakan 5 (lima) simbol dan format diagram alir bercabang

(branching flowchart) yang telah dibahas pada bab sebelumnya.

Dalam menentukan SOP AP yang akan dibuat, terlebih dahulu

diidentifikasi melalui tugas dan fungsi sebagaimana telah

dijelaskan pada bagian penilaian kebutuhan. Hal yang penting

dalam proses ini adalah bahwa aktivitas yang terdapat dalam

organisasi saling terkait dengan proses dan prosedur yang akan

distandarkan.

4. Pengujian dan Reviu SOP AP

Tahapan pengujian dan reviu dilakukan melalui dua cara,

yaitu:

a. Simulasi, yaitu kegiatan menjalankan prosedur sesuai dengan

SOP AP yang telah dibuat, tetapi tidak dengan pelaksana yang

sebenarnya, melainkan oleh tim penyusun SOP AP untuk

melihat apakah prosedur yang disusun telah memenuhi

prinsip penyusunan SOP AP; dan

b. Uji coba, yaitu kegiatan percobaan untuk menjalankan

prosedur sesuai dengan SOP AP yang telah dibuat dengan

341 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016

melibatkan pelaksana yang sebenarnya sehingga kendala-

kendala yang kemungkinan ditemui pada tahapan penerapan

nantinya, dapat dikenali terlebih dahulu.

5. Pengesahan SOP AP

Proses pengesahan merupakan tindakan pengambilan

keputusan oleh pimpinan unit organisasi. Proses pengesahan akan

meliputi penelitian ulang oleh pimpinan unit organisasi terhadap

prosedur yang distandarkan. Adapun prosedur pengesahan SOP AP

adalah sebagai berikut:

a. unit organisasi pemrakarsa mengajukan nota dinas fasilitasi

penyusunan SOP AP kepada unit organisasi yang mempunyai

tugas dan fungsi teknis di bidang tata laksana (unit tata

laksana);

b. unit tata laksana melakukan identifikasi kebutuhan SOP AP

dan analisis prosedur;

c. unit organisasi pemrakarsa menyusun SOP AP sesuai dengan

ruang lingkup tugas dan fungsinya berdasarkan hasil

identiifikasi unit tata laksana. Unit organisasi pemrakarsa

dapat membentuk tim untuk mengumpulkan bahan-bahan

perumusan materi SOP AP dan persiapan sumber daya

manusia maupun sarana lainnya;

d. unit organisasi pemrakarsa berkoordinasi dengan unit tata

laksana dalam menyusun SOP AP;

e. unit tata laksana melakukan harmonisasi dan koreksi

terhadap rancangan teknis SOP AP yang diusulkan oleh unit

organisasi pemrakarsa;

f. unit organisasi pemrakarsa melakukan perbaikan terhadap

rancangan teknis SOP AP sesuai dengan pembahasan/koreksi

dan menyerahkan rancangan teknis tersebut kepada unit tata

laksana;

342 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

g. unit tata laksana melakukan verifikasi teknis terhadap

rancangan teknis SOP AP tersebut;

h. Pejabat Eselon I atau Pejabat Eselon II pimpinan unit

organisasi selaku penanggung jawab kegiatan

menandatangani SOP AP yang telah terverifikasi, kemudian

menyerahkan SOP AP tersebut kepada unit tata laksana;

i. unit tata laksana memberikan penomoran terhadap SOP AP

tersebut dan membuat lembar pengesahan SOP AP;

j. unit tata laksana menggandakan SOP AP dan menyerahkan

hasil penggandaan kepada unit organisasi pemrakarsa; dan

k. unit tata laksana menyimpan naskah asli SOP AP.

343 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016

Contoh Lembar Pengesahan SOP AP

PENGESAHAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

ADMINISTRASI PEMERINTAHAN (SOP AP)

……. (Unit Organisasi Eselon I atau Eselon II) ……

SEKRETARIAT KEMENTERIAN KOORDINATOR

Jakarta, 2016

Kepala Biro

Perencanaan dan Organisasi,

(………………….)

Penanggung Jawab

Kegiatan

…….......….,

(…………………)

Telah diverifikasi oleh:

1) Kepala Bagian Organisasi dan

Tata Laksana

:

2) Kepala Subbagian Tata

Laksana

:

3) Analis Tata Laksana :

344 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

E. Penerapan SOP AP

Proses penerapan harus dapat memastikan bahwa tujuan-tujuan

berikut ini dapat tercapai:

1. Setiap pelaksana mengetahui SOP AP yang baru/diubah dan

mengetahui alasan perubahannya.

2. Salinan SOP AP disebarluaskan sesuai dengan kebutuhan dan siap

diakses oleh semua pengguna yang potensial.

3. Setiap pelaksana mengetahui perannya dalam SOP AP dan dapat

menggunakan semua pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki

untuk menerapkan SOP AP secara aman dan efektif (termasuk

pemahaman akan akibat yang akan terjadi bila gagal dalam

melaksanakan SOP AP).

4. Terdapat sebuah mekanisme untuk memonitor kinerja,

mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin muncul, dan

menyediakan dukungan dalam proses penerapan SOP AP.

Keberhasilan pelaksanaan penerapan bergantung pada

keberhasilan proses simulasi dan pengujian pada tahapan

pengembangan SOP AP. Artinya, keberhasilan pada tahapan tersebut

juga akan menjamin keberhasilan pada praktek riil-nya.

Atas dasar hal tersebut diatas, untuk menjamin keberhasilan

penerapan SOP AP diperlukan strategi penerapan yang meliputi langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Perencanaan dan Penerapan SOP AP

Pengembangan atau perubahan SOP AP harus disertai dengan

rencana penerapan yang tepat. Rencana penerapan akan

memberikan kesempatan untuk setiap pegawai dalam organisasi

yang berkepentingan untuk mempelajari dan memahami semua

tugas, arahan, dan jadwal serta kebutuhan sumber daya yang

terkait.

345 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016

2. Pemberitahuan

Langkah selanjutnya dari proses penerapan setelah

penyusunan rencana penerapan adalah proses pemberitahuan/

penyebarluasan informasi perubahan.

3. Distribusi dan Aksesbilitas

Salinan dari berbagai SOP AP yang dikembangkan harus

tersedia untuk semua pelaksana yang terkait dalam SOP AP

tersebut. Jika pelaksana tidak memiliki akses terhadap SOP AP

yang baru dikembangkan, maka SOP AP tidak dapat diterapkan

dengan baik, sehingga mereka tidak dapat dianggap bertanggung

jawab jika terdapat kesalahan prosedur.

4. Pelatihan dan Pemahaman SOP AP

Penerapan SOP AP yang efektif terkadang membutuhkan

pelatihan untuk pelaksananya. Tergantung dengan kebutuhan dan

waktu yang ada, pelatihan bisa dalam bentuk formal atau informal,

dilaksanakan dalam kelas ataupun pada pelaksanaan tugas sehari

hari.

Tetapi apapun bentuknya, yang paling utama adalah program

yang dirancang harus dapat memenuhi prinsip-prinsip pendidikan

orang dewasa, dengan mempertimbangkan 4 (empat) komponen

utama (motivasi, alih informasi, kesempatan untuk melatih

keterampilan baru, dan peningkatan kemampuan).

Pemberian pelatihan dimulai dengan penilaian kebutuhan

pelatihan, penyusunan materi pelatihan, pemilihan peserta

pelatihan, pemilihan instruktur, serta penjadwalan dan

pengadministrasian pelatihan.

346 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

5. Supervisi

Penerapan SOP AP juga memerlukan adanya supervisi sampai

SOP AP benar-benar dipahami oleh para pelaksana. Dalam kaitan

dengan hal ini, maka perlu dibentuk tim yang selalu siap

memberikan supervisi secara terus menerus.

F. Monitoring dan Evaluasi

Pelaksanaan penerapan SOP AP harus secara terus menerus

dipantau sehingga proses penerapannya dapat berjalan dengan baik.

Masukan-masukan dalam setiap upaya monitoring akan menjadi bahan

yang berharga dalam evaluasi sehingga penyempurnaan-

penyempurnaan terhadap SOP AP dapat dilakukan secara cepat sesuai

kebutuhan. Ketentuan lebih lanjut mengenai monitoring dan evaluasi

SOP AP akan dijelaskan pada Bab selanjutnya.

347 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016

BAB IV

MONITORING DAN EVALUASI SOP AP

A. Monitoring

Sebagai bahan dari proses dalam penerapan SOP AP, organisasi

harus mempersiapkan suatu mekanisme monitoring dan memastikan

bahwa SOP AP telah diimplementasikan dengan baik. Proses ini

diarahkan untuk membandingkan dan memastikan kinerja pegawai

sesuai dengan maksud dan tujuan sebagaimana dimaksud dalam SOP

AP, mengidentifikasi permasalahan/kendala yang mungkin timbul, dan

menentukan cara untuk memperbaiki hasil penerapan atau

menyediakan dukungan tambahan untuk semua pegawai.

Salah satu kunci keberhasilan pelaksanaan dan penerapan SOP AP

adalah sampai sejauhmana setiap pejabat dan/atau pegawai memahami

SOP AP yang telah ditetapkan. Agar para pejabat dan/atau pegawai

memahami SOP AP, perlu dilakukan upaya pemberitahuan dan

internalisasi serta integrasi dalam pelaksanaan tugas dan fungsi sehari-

hari. Tujuannya adalah agar setiap pegawai dapat bertanggung jawab

terhadap kinerja pelaksanaan tugasnya dengan SOP AP yang berkenaan.

Agar dalam penyelenggaraan monitoring SOP AP dapat berjalan

efektif, diperlukan metode yang terukur dan obyektif, yaitu:

1. Observasi supervisi

Metode ini menggunakan supervisor di setiap unsur organisasi

sebagai observer yang memantau jalannya penerapan SOP AP.

2. Wawancara dan/atau mengumpulkan pendapat pegawai

Wawancara dapat dilakukan oleh tim yang telah dibentuk

sebelumnya.

348 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

3. Wawancara dan/atau mengumpulkan pendapat pihak yang

dilayani atau stakeholders

Informasi dari pihak luar organisasi, terutama pada pihak yang

dilayani akan sangat bermanfaat sebagai bahan masukan

monitoring. Informasi yang diperoleh dari pihak yang dilayani

berkaitan dengan aspek kualitas pelayanan, kesesuaian dengan

janji pelayanan dan prosedur pelayanan.

4. Pertemuan dan diskusi dengan unit-unit organisasi yang terkait

Unit yang secara langsung terlibat dalam proses penyusunan

dan/atau pengembangan SOP AP serta dengan unit organisasi

pelaksana atau pengguna SOP AP.

5. Pengarahan dalam tahap awal implementasi SOP AP

Metode ini menjamin agar proses dapat berjalan sesuai dengan

prosedur yang telah dibakukan.

Seluruh kegiatan monitoring SOP AP tidak terlepas dari

pencatatan dan pendokumentasian berbagai hal yang berkaitan

dengan pelaksanaan implementasi. Hal ini diperlukan untuk

memastikan bahwa SOP AP telah dilaksanakan dengan benar. Hasil

monitoring SOP AP tersebut akan menjadi masukan dalam tahap

evaluasi SOP AP.

B. Evaluasi

SOP AP secara substansial akan membantu organisasi menjadi

lebih produktif. Dengan adanya SOP AP, organisasi telah melakukan

sebuah komitmen jangka panjang dalam rangka membangun sebuah

organisasi yang modern. Tidak selamanya SOP AP berlaku permanen,

karena perubahan dan dinamika lingkungan organisasi selalu membawa

pengaruh terhadap pelaksanaan SOP AP. Oleh karena itu, SOP AP perlu

senantiasa dievaluasi agar prosedur-prosedur dalam organisasi selalu

merujuk pada akuntabilitas dan kinerja yang baik.

349 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016

Tahapan evaluasi dalam siklus penyusunan SOP AP merupakan

sebuah analisis yang sistematis terhadap serangkaian kegiatan dan

aktivitas yang telah dilakukan dalam SOP AP dari sebuah organisasi,

dalam rangka menentukan efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi

organisasi selalu secara keseluruhan. Tujuannya adalah untuk melihat

kembali tingkat keakuratan dan ketepatan SOP AP yang tersusun

dengan proses penyelenggaraan tugas dan fungsi, sehingga organisasi

dapat berjalan secara efisien dan efektif.

Evaluasi sebagai langkah tindak lanjut dari monitoring, meliputi:

1. Substansi SOP AP sendiri, yaitu kemampuan dalam mendorong

kinerja pegawai dan organisasi, tingkat pemahaman pegawai

terhadap SOP AP, baik tidaknya pekerjaan, perlu tidaknya

penyempurnaan terhadap SOP yang ada, kemampuan SOP AP

dalam mengatasi permasalahan yang muncul, kemampuan SOP AP

menjawab tantangan perubahan lingkungan organisasi, dan

kemampuan berjalan secara sinergis dengan SOP AP lainnya; dan

2. proses penerapan, yaitu meliputi strategi dalam penerapan SOP AP,

tingkat penerimaan pegawai terhadap pemberlakuan SOP AP,

bagaimana kemampuan bekerja unit organisasi atau tim yang

ditunjuk untuk menyusun dan/atau mengembangkan SOP AP,

efektivitas supervisi SOP AP, pelatihan dan internalisasi penerapan

SOP AP, dan resiko yang muncul pada saat terjadi perubahan SOP

AP dan bagaimana respon menanganinya.

C. Pelaksana Monitoring dan Evaluasi SOP AP

Agar monitoring dan evaluasi SOP AP dapat berjalan dengan baik

dan efektif, perlu dibentuk tim yang bertugas secara khusus dalam

melaksanakan monitoring dan evaluasi SOP AP. Tim akan dapat bekerja

secara efektif apabila terdiri atas pegawai yang sebelumnya terlibat

langsung dengan penyusunan dan/atau pengembangan SOP AP dan

350 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

mengikutsertakan pula pegawai yang berasal dari unit organisasi

pengguna SOP AP dan mengetahui keseluruhan ruang lingkup kegiatan

pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi bersangkutan.

1. Tugas dan wewenang Tim Pelaksana Monitoring dan Evaluasi SOP

AP

a. tugas tim terdiri dari:

1) menyusun dan menetapkan kerangka kerja monitoring

dan evaluasi SOP AP;

2) melakukan monitoring dan evaluasi SOP AP;

3) mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi

hasil monitoring dan evaluasi SOP AP; dan

4) menyusun dan menyampaikan laporan monitoring dan

evaluasi SOP AP.

b. wewenang tim terdiri dari:

1) mengakses data dan informasi yang dibutuhkan terkait

dengan pelaksanaan monitoring dan evaluasi ;

2) meminta penjelasan dan penegasan kepada pihak-pihak

terkait; dan

3) melaksanakan tugas lain yang berkaitan dengan

pelaksanaan monitoring dan evaluasi SOP AP.

2. Pelaksana Monitoring dan Evaluasi SOP AP.

Pelaksana monitoring dan evaluasi SOP AP di Kementerian

Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan adalah Biro

Perencanaan dan Organisasi sesuai dengan tugas dan fungsinya

sebagaimana tercantum dalam Pasal 10 dan Pasal 11 Peraturan

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Nomor

4 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, yang mengatur

bahwa Bagian Organisasi dan Tata Laksana mempunyai tugas

melaksanakan koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan

351 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016

anggaran, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan program

dan anggaran, pembinaan dan penataan organisasi dan tata

laksana, serta pengelolaan data dan sistem informasi di

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.

Adapun salah satu fungsi Biro Perencanaan dan Organisasi

yang berkaitan dengan tugas dimaksud, adalah penataan dan

penguatan keorganisasian, penataan dan penyempurnaan sistem

ketatalaksanaan, serta penelitian dan pengembangan terhadap

aspek-aspek kelembagaan dan/atau ketatalaksanaan di

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.

D. Metode dan Instrumen Monitoring dan Evaluasi SOP AP

Tim atau Satuan Tugas atau unit organisasi melakukan monitoring

dan evaluasi SOP AP secara periodik dan teratur sesuai dengan rencana

kerja dan kegiatan masing–masing, serta sekurang–kurangnya sekali

dalam setiap tahun.

Rangkaian kegiatan monitoring dan evaluasi SOP AP pada semua

unit organisasi di Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan

Keamanan untuk memperoleh data/informasi. Pelaksanaan monitoring

dan evaluasi dilakukan dengan mengamati secara langsung prosedur

kegiatan pelaksanaan tugas dan fungsi serta pelayanan yang sedang

terjadi pada unit organisasi yang bersangkutan.

Kegiatan atau metode monitoring dan evaluasi SOP AP adalah

sebagai berikut:

1. melakukan pengamatan secara langsung/supervisi di lapangan;

2. melakukan wawancara mendalam atau diskusi dengan pimpinan

unit organisasi dan atau pemangku/pelaksana kegiatan pelayanan

yang mempunyai keterkaitan dengan pelaksanaan SOP AP;

352 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

3. melakukan identifikasi atas permasalahan dan atau

ketidaksesuaian dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana

tercantum dalam SOP AP; dan

4. mencari data/informasi lain dari sumber sekunder, baik berupa

pendapat/laporan.

Data/informasi berupa pendapat ditujukan guna mendapatkan

gambaran mengenai aspek capaian hasil atau manfaat atas

diterapkannya SOP AP dan dapat dilakukan dengan cara menyebarkan

serta mengumpulkan kuesioner yang diisi oleh para pegawai di

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.

Jumlah responden sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen)

dari masing-masing total jumlah populasi pegawai tiap unit organisasi.

Hasilnya berupa rata-rata persentase pendapat responden terhadap

setiap unsur yang dinyatakan/ditanyakan berkaitan dengan penerapan

SOP AP.

Mekanisme monitoring dan evaluasi SOP AP, adalah sebagai

berikut.

1. Pelaksana monitoring dan evaluasi SOP AP sebelum melakukan

monitoring dan evaluasi, terlebih dahulu menyusun kerangka kerja

misalnya waktu tahapan pelaksanaan, SOP AP yang akan di

monitoring dan evaluasi, lokasi monitoring dan evaluasi, dan lain –

lain dan mempersiapkan segala sesuatu berkenaan dengan

administratif kegiatan.

2. Pelaksana monitoring dan evaluasi SOP AP memberitahukan

rencana kegiatan kepada unit organisasi pelaksana atau pengguna

SOP AP (locus) dan unit organisasi atasannya secara berjenjang,

selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum monitoring dan

evaluasi.

353 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016

3. Setiap pelaksana monitoring dan evaluasi SOP AP membawa

dokumen SOP AP dan/atau dokumen lainnya yang berkaitan

langsung dengan pelaksanaan monitoring dan evaluasi SOP AP.

4. Pelaksana monitoring dan evaluasi SOP AP wajib membuat laporan

monitoring dan evaluasi SOP AP per unit organisasi pelaksana atau

pengguna SOP AP (locus) dan laporan akhir yang memuat

data/informasi berkenaan dengan monitoring dan evaluasi SOP AP

secara keseluruhan.

Instrumen monitoring dan evaluasi SOP AP terhadap aspek

administratif dan aspek teknis menggunakan matriks sebagaimana

tercantum dalam form penilaian. Sedangkan aspek capaian hasil atau

manfaat atas diterapkannya SOP AP menggunakan formulir kuesioner

sebagaimana tercantum dalam form kuisioner.

E. Pelaporan Monitoring dan Evaluasi SOP AP

Laporan monitoring dan evaluasi SOP AP terdiri atas:

1. Laporan monitoring dan evaluasi per unit organisasi pelaksana atau

pengguna SOP AP (locus); dan

2. Laporan akhir yang memuat data informasi berkenaan dengan

monitoring dan evaluasi SOP AP secara keseluruhan atau

merupakan rangkuman dari seluruh laporan monitoring dan

evaluasi SOP AP yang disusun oleh masing-masing Pelaksana

Monitoring dan Evaluasi SOP AP pada setiap unit organisasi

pelaksana atau pengguna SOP AP (locus).

Pelaksana Monitoring dan Evaluasi SOP AP tingkat Kementerian

Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan menyampaikan hasil

laporan kepada pimpinan Kementerian Koordinator Bidang Politik,

Hukum, dan Keamanan.

354 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

Hasil laporan monitoring dan evaluasi SOP AP menjadi bagian

referensi oleh:

1) Biro Perencanaan dan Organisasi dalam meneliti, memeriksa,

memberikan koreksi dan masukan, serta menyusun konsep

rekomendasi persetujuan tertulis Sekretaris Kementerian

Koordinator terhadap usulan SOP AP semua unit organisasi di

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan;

dan

2) Masing-masing unit organisasi di Kementerian Koordinator Bidang

Politik, Hukum, dan Keamanan dalam menyusun dan/atau

mengembangkan (membuat baru, menambah, dan merevisi) SOP

AP pada periode berikutnya.

355 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016

356 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

357 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016

358 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

359 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016

360 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

361 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016

362 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

Form Kuesioner

Monitoring dan Evaluasi Standar Operasional Prosedur

Administrasi Pemerintahan

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan

A. Identitas Responden

Usia : < 30

tahun

30 s.d. 50

tahun

> 50

tahun

Pendidikan :

SLTA D3/S1/

Akmil/Akpol S2/S3

Lama

bekerja di

Kemenko

Polhukam

:

< 1 tahun 1 s.d. 5

tahun

> 5

tahun

B. Pertanyaan

Pemberitahuan

1. Apakah saudara mengetahui bahwa telah ditetapkan dan

diterapkan SOP AP dalam setiap pelaksanaan kegiatan tugas dan

fungsi?

a) Tidak mengetahui.

b) Kurang mengetahui.

c) Mengetahui.

2. Jika saudara menjawab “mengetahui” pada pertanyaan nomor 1,

menurut pengetahuan saudara, apakah telah disosialisasikan

penerapan SOP AP tersebut?

a) Tidak dilakukan diseminasi/sosialisasi.

b) Dilakukan diseminasi/sosialisasi tetapi saya tidak tahu.

c) Dilakukan diseminasi/sosialisasi tetapi saya tahu.

363 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016

Distribusi dan Aksesbilitas

3. Bagaimana saudara memperoleh dokumen SOP AP tersebut ?

a) Pinjam atasan langsung.

b) Pustaka kantor.

c) Internet/intranet.

Pemahaman

4. Apakah uraian dan proses kegiatan dalam SOP AP secara

keseluruhan mudah dibaca ?

a) Tidak mudah dibaca.

b) Kurang mudah dibaca.

c) Mudah dibaca.

5. Menurut saudara, apakah uraian dan proses kegiatan dalam SOP

AP mudah dimengerti ?

a) Tidak mudah dimengerti.

b) Kurang mudah dimengerti.

c) Mudah dimengerti.

Penerapan/Integrasi

6. Apakah saudara menerapkan SOP AP dalam setiap pelaksanaan

tugas dan fungsi sehari-hari ?

a) Ya.

b) Tidak.

7. Jika saudara menjawab “ya” pada pertanyaan nomor 6, mohon

jelaskan alasan saudara ?

a) Praktis.

b) Efisien.

c) Alasan lainnya, sebutkan ………………………………………………

364 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

8. Jika saudara menjawab “tidak” pada pertanyaan nomor 6, mohon

jelaskan alasan saudara ?

a) Rumit

b) Tidak praktis dan efisien

c) Alasan lainnya, sebutkan …………………………………………….

Pemahaman

9. Menurut pendapat saudara, apakah dengan menerapkan SOP AP

dapat meningkatkan kinerja organisasi ?

a) Tidak dapat meningkatkan kinerja organisasi

b) Kurang dapat meningkatkan kinerja organisasi

c) Dapat meningkatkan kinerja organisasi

10. Menurut pendapat saudara, apakah ada SOP AP yang berlaku di

unit kerja ini sudah dianggap tidak relevan lagi dan perlu dihapus?

a) Tidak ada

b) Ada, sebutkan nama SOP-nya …………………………………..…..

365 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016

BAB V

PENUTUP

Meskipun SOP AP merupakan bagian kecil dalam aspek

penyelenggaraan sistem admininstrasi pemerintahan, namun SOP AP

cenderung memiliki peran yang cukup vital dalam mewujudkan

pemerintahan yang efektif, efisien, dan transparan dalam pemberian

pelayanan kepada publik.

Pelaksanaan monitoring dan evaluasi SOP AP merupakan suatu proses

yang penting dalam program penataan tata laksana yang dilakukan dalam

rangka pelaksanaan dan pengembangan reformasi birokrasi Kementerian

Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan untuk mendorong

perbaikan proses internal sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan

kepada masyarakat maupun para stakeholders.

Dengan adanya peningkatan kualitas pelayanan, maka akan

meningkatkan akuntabilitas yang pada akhirnya juga akan meningkatkan

kepercayaan dan kredibilitas kepada Kementerian Koordinator Bidang Politik,

Hukum, dan Keamanan.

MENTERI KOORDINATOR

BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIRANTO

Salinan sesuai dengan aslinya

KEMENTERIAN KOORDINATOR

BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

REPUBLIK INDONESIA

Kepala Biro Hukum, Persidangan, dan Hubungan Kelembagaan,

ttd.

Drs. Subroto, M.M.

366 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

REPUBLIK INDONESIA