Fisiognomi Mangrove

17
STRUKTUR DAN FISIOGNOMI VEGETASI MANGROVE DI REMPANG CATE KOTA BATAM Yarsi Efendi 1 dan Chalimatus Saadiah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang-surut pantai berlumpur. Karakteristik habitat mangrove diantaranya adalah umumnya tumbuh pada daerah intertidal yang jenis tanahnya berlempung, berlumpur, atau berpasir. Tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari maupun hanya tergenang pada saat pasang purnama. Frekuensi genangan menentukan komposisi vegetasi mangrove, menerima pasokan air tawar dari darat.Terlindung dari gelombang besar dan air pasang surut yang kuat, airnya bersalinitas payau 2-22 ppm hingga asin mencapai 38 ppm (Bengen, 2001). Mangrove biasa ditemukan di sepanjang pantai daerah tropis dan subtropis, pada garis lintang di antara 25 o LU dan 25 o LS di seluruh dunia (Setyawan et. al., 2002). Dari sekitar 15,9 juta ha hutan mangrove yang terdapat didunia, sekitar 27 % berada di Indonesia. (Bengen, 2001) Menurut informasi dari Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Laut (PKSPL) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau luas hutan mangrove di Kepulauan Riau sekitar 55.213,880 hektar, tersebar dipulau-pulau wilayah Propinsi Kepulauan Riau, sebagian berada Di Wilayah Kota Batam. Dari interpretasi Citra Landsat TM tahun 1996, luasan mangrove di Kota Batam tahun 1996 sekitar 197.984.083,24 m 2 atau 19.798,41 ha yang tersebar di pesisir dan pulau-pulau kecil di Kota Batam. Pada tahun 2002 luas mangrove 131.065.381 m 2 atau 13.106,54 ha. Dalam kurun waktu 6 tahun telah terjadi penurunan luasan mangrove sekitar 6.691,87 ha atau 1.115 ha pertahun.Berdasarkan informasi dari Departemen Kehutanan Tahun 1996, hasil kajian insitu terhadap kerapatan hutan bakau luas ekosistem mangrove oleh luas ± 19.798 ha ; Tahun 1997 menyusut dengan luas ± 18.033 ha, dengan kondisi terinci; 71,56% tidak rusak; rusak sedang 24,35% dan rusak berat 4,08%. Tingkat kerapatan tegakan pohon 425 individu ha -1 dengan ketebalan lahan 5-150 m dan berdasarkan Kriteria Baku Mutu Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove (Men-KLH, No.45/11/1996– Program Pantai Lestari) tergolong rusak. Pada laporan tahun 2002/2007 telah menyusut menjadi 13.106 ha akibat proses pembangunan kota Batam (pelabuhan, industri dan perumahan, dll). Kondisi terbaru (Presentasi KP2, Agustus 2008) menunjukkan total luas mangrove pada tahun 2001 seluas 10.054 ha telah menyusut dalam enam tahun kemudian (tahun 2007) menjadi 8.448 ha 1

Transcript of Fisiognomi Mangrove

STRUKTUR DAN FISIOGNOMI VEGETASI MANGROVE DI REMPANG CATE KOTA BATAM

Yarsi Efendi1 dan Chalimatus Saadiah

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangMangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang

didominasi oleh beberapa jenis pohon yang mampu tumbuh danberkembang pada daerah pasang-surut pantai berlumpur.Karakteristik habitat mangrove diantaranya adalah umumnya tumbuhpada daerah intertidal yang jenis tanahnya berlempung, berlumpur,atau berpasir. Tergenang air laut secara berkala, baik setiap harimaupun hanya tergenang pada saat pasang purnama. Frekuensigenangan menentukan komposisi vegetasi mangrove, menerima pasokanair tawar dari darat.Terlindung dari gelombang besar dan airpasang surut yang kuat, airnya bersalinitas payau 2-22 ppm hinggaasin mencapai 38 ppm (Bengen, 2001).

Mangrove biasa ditemukan di sepanjang pantai daerah tropis

dan subtropis, pada garis lintang di antara 25oLU dan 25oLS diseluruh dunia (Setyawan et. al., 2002). Dari sekitar 15,9 juta hahutan mangrove yang terdapat didunia, sekitar 27 % berada diIndonesia. (Bengen, 2001) Menurut informasi dari Pusat KajianSumberdaya Pesisir dan Laut (PKSPL) Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Universitas Riau luas hutan mangrove di Kepulauan Riausekitar 55.213,880 hektar, tersebar dipulau-pulau wilayah PropinsiKepulauan Riau, sebagian berada Di Wilayah Kota Batam. Dariinterpretasi Citra Landsat TM tahun 1996, luasan mangrove di KotaBatam tahun 1996 sekitar 197.984.083,24 m2 atau 19.798,41 ha yangtersebar di pesisir dan pulau-pulau kecil di Kota Batam. Padatahun 2002 luas mangrove 131.065.381 m2 atau 13.106,54 ha. Dalamkurun waktu 6 tahun telah terjadi penurunan luasan mangrovesekitar 6.691,87 ha atau 1.115 ha pertahun.Berdasarkan informasidari Departemen Kehutanan Tahun 1996, hasil kajian insitu terhadapkerapatan hutan bakau luas ekosistem mangrove oleh luas ± 19.798ha ; Tahun 1997 menyusut dengan luas ± 18.033 ha, dengan kondisiterinci; 71,56% tidak rusak; rusak sedang 24,35% dan rusak berat4,08%. Tingkat kerapatan tegakan pohon 425 individu ha-1 denganketebalan lahan 5-150 m dan berdasarkan Kriteria Baku MutuKerusakan Ekosistem Hutan Mangrove (Men-KLH, No.45/11/1996–Program Pantai Lestari) tergolong rusak. Pada laporan tahun2002/2007 telah menyusut menjadi 13.106 ha akibat prosespembangunan kota Batam (pelabuhan, industri dan perumahan, dll).

Kondisi terbaru (Presentasi KP2, Agustus 2008) menunjukkantotal luas mangrove pada tahun 2001 seluas 10.054 ha telahmenyusut dalam enam tahun kemudian (tahun 2007) menjadi 8.448 ha

1

atau berkurang 1.606 ha (± 16%). Dari data lapangan menunjukkanbahwa laju kerusakan hutan bakau dengan peringkat paling tinggi (±70%) disebabkan oleh proses penebangan kayu untuk kegiatanpembuatan arang, sisanya untuk kawasan industri, keperluan rumahtangga dan kegiatan pertanian serta pemukiman. Setiap bulandiperkirakan terjadi penebangan hutan bakau untuk bahan baku arangmencapai ± 52,2 ha atau sebesar 626,4 ha tahun-1. Sedangkankegiatan lainnya 187,9 ha. tahun-1. Total setiap tahun telahterjadi kerusakan kawasan bakau seluas ± 375,82 ha. Jika kegiatantersebut sudah berlangsung selama kurun waktu ± 10 tahun berjalan,sehingga diperkirakan total kerusakan mencapai ± 4.000 ha, makasisa hutan bakau yang masih fungsional ekologis hanya tersisa ±50% dari seluas 8.448 ha hutan bakau di wilayah Pemko Batam.

Adanya perubahan tata guna dan fungsi lahan mangrove sertaberbagai aktifitas pembukaan lahan telah menyebabkan semakinberkurangnya luas hutan mangrove dan terjadinya perubahan strukturdan komposisi vegetasi pada berbagai strata pertumbuhan sepertiseedling, sapling dan pohon (Bengen, 2001). Perubahan strukturvegetasi juga akan menyebabkan perubahan dari profil (fisiognomi)vegetasi tumbuhan yang menyusun komunitas mangrove.

1. Fisiognomi VegetasiFisiognomi adalah kenampakan vegetasi tumbuhan (struktur

komunitas) yang berkombinasi dengan faktor lingkungan fisik, kimiadan biotik. Faktor biotik yang mempengaruhi adalah: spesiesdominan, lifeform, stratifikasi, densitas daun (foliage density), penutupan(coverage), dispersal tumbuhan (pemencaran), dan lain-lain. Spesiesdominan adalah spesies yang sangat berpengaruh pada habitat yangdikaji artinya dominan mengontrol struktur dan komposisi spesiesdalam komunitas dengan mempengaruhi faktor fisik dan kimia.Penutupan (coverage) adalah area yang ditutupi oleh vegetasi yangdiproyeksikan tegak lurus ke lantai habitat, dapatdiklasifikasikan secara kualitatif menjadi jarang, sedang danrapat. Pemencaran (dispersal) adalah distribusi spasial tumbuhanyang dapat diklasifikasikan sebagai seragam (uniform), random, danbergerombol (clumped). Hal tersebut tejadi akibat faktortopografi, nutrien, kelembaban, dan suksesi (Setyawan et. al., 2002).

Sistem fisiognomi merupakan studi tentang vegetasi yangtidak berdasarkan flora. Dalam pengenalan fisiognomi, ahli ekologimemulai dengan daftar flora dari semua spesies dan dilanjutkandengan menentukan peranan masing-masing spesies dalam vegetasi.Hal ini memungkinkan untuk membuat gambar atau grafik (simbol)dari vegetasi dengan berdasarkan fisiognominya. Fisiognomi sendirididefinisikan sebagai penampakan umum dari komunitas. Hal iniditentukan oleh bentuk kehidupan dari spesies dominan tanpa perlumengidentifikasi spesies tersebut. Sistem nonflora ini akan bisamembantu ahli geografi dan peneliti yang bukan ahli taksonomidalam mendalami vegetasi. Vegetasi sendiri merupakan sekumpulan

2

spesies tanaman dalam waktu dan tempat tertentu (spato-temporal)(Anonimous, 2009).

Fisiognomi (diagram profil hutan) dibuat dengan meletakkanplot, biasanya dengan panjang 40-70 m dan lebar 10 m, tergantungdensitas pohon. Kemudian ditentukan posisi setiap pohon, digambararsitekturnya berdasarkan skala tertentu, diukur tinggi, diametersetinggi dada, tinggi cabang pertama, serta dilakukan pemetaanproyeksi kanopi ke tanah. Profil hutan menunjukkan situasi nyataposisi pepohonan dalam hutan, sehingga dapat langsung dilihat adatidaknya strata hutan secara visual dan kualitatif (Baker danWilson, 2000).

2. Struktur Vegetasi MangrovePada umumnya, Vegetasi yang tumbuh di kawasan mangrove

mempunyai variasi yang seragam, yakni terdiri dari satustrata berupa pohon-pohon yang berbatang lurus dengan tinggipohon mencapai 20m-30m. Jika tumbuh di pantai berpasir atauterumbu karang, tanaman akan tumbuh kerdil, rendah, danbatang tanaman seringkali bengkok (Arief, 2003).

Vegetasi mangrove di Indonesia memiliki keanekaragamanjenis yang tinggi, dengan jumlah jenis tercatat sebanyak 202jenis terdiri atas 89 jenis pohon, 5 jenis palem, 19 jenisliana, 44 jenis epifit, dan 1 jenis sikas. Namun ada 47jenis tumbuhan yang spesifik hutan mangrove. Paling tidakdidalam hutan mangrove terdapat salah satu tumbuhan sejatipenting atau dominan yang termasuk ke dalam 4 famili:Rhizophoraceae (Rhizophora,Bruguiera,dan Ceriops),Sonneratiaceae (Sonneratia sp), Avicenniaceae (vecennia sp) danMeliaceae (Xylocarpus sp) (Bengen, 2001).

Sruktur dan fisiognomi mangrove sangat dipengaruhi olehzonasi yang terjadi pada areal tumbuh mangrove. Perbedaan zonaakan mengakibatkankan perbedaan struktur dan komposisi vegetasi.Mall et. al.(1982) dalam Arief (2003) menyebutkan tiga zona yangterdapat pada kawasan mangrove, yang disebabkan oleh terjadinyaperbedaan penggenangan yang juga berakibat pada perbedaansalinitas. Hal inilah yang membuat adanya perbedaan jenis dikawasan mangrove. Adapun pembagian kawasan mangrove berdasarkanperbedaan penggenangan adalah sebagai berikut:

a) Zona proksimal, yaitu kawasan (zona) yang terdekat denganlaut. Pada zona ini biasanya akan ditemukan jenis-jenis R.Apiculata, R. Mucronata, dan S. Alba.

b) Zona midle,yaitu kawasan (zona) yang terletak diantara lautdan darat.Pada zona ini biasanya akan ditemukan jenis-jenisS. caseolaris, R. alba, B. gymnorrhiza, A. marina, A. officinalis, dan Ceriopstagal.

3

c) Zona distal, yaitu zona yang terjauh dari laut. Pada zona inibiasanya akan ditemukan jenis-jenis Heritiera littoralis, Pongamia,Pandanus spp., dan Hibiscus tiliaceus.

Pembagian zonasi juga dapat dilakukan berdasarkan jenisvegetasi yang mendominasi, dari arah laut ke daratan berturut –turut sebagai berikut :a) Zona Avicennia, terletak pada lapisan paling luar dari hutan

mangrove. Pada zona ini, tanah berlumpur lembek dan berkadargaram tinggi. Jenis Avicennia banyak ditemui berasosiasidengan Sonneratia spp. Karena tumbuh dibibir laut, jenis-jenisini memiliki perakaran yang sangat kuat yang dapat bertahandari hempasan ombak laut. Zona ini juga merupakan zonaperintis atau pioner, karena terjadi penimbunan sedimentanah akibat cengkraman perakaran tumbuhan jenis-jenis ini.

b) Zona Rhizophora, terletak dibelakang zona Avicennia danSonneratia. Pada zona ini, tanah berlumpur lembek dengankadar garam lebih rendah. Perakaran tanaman tetap terendamselama air laut pasang.

c) Zona Bruguiera, terletak dibelakang zona Rhizophora. Padazona ini, tanah berlumpur agak keras. Perakaran tanamanlebih peka serta hanya terendam pasang naik dua kalisebulan.

d) Zona Nipah, Yaitu zona pembatas antara daratan dan lautan,namun zona ini sebenarnya tidak harus ada, kecuali jikaterdapat air tawar yang mengalir (sungai ) ke laut.

Melihat pentingya informasi tentang struktur dan fisiognomivegetasi sebagai landasan dalam upaya untuk konservasi sumber dayamangrove di kota Batam, maka dilakukan kajian tentang struktur danfisiognomi vegetasi mangrove dengan mengambil wilayah studi diRempang Cate Kecamatan Galang Kota Batam. Pemilihan daerah inisetelah tinjauan lapangan pada saat pra penelitian didapatkanbahwa secara struktur dan fisiognomi yang diamati secara visualcukup mewakili struktur dan fisiognomi mangrove Kota Batam secaraumum.

BAB II. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu PenelitianLokasi penelitian adalah kawasan hutan mangrove Kelurahan

Cate Pulau Rempang Kecamatan Galang Kota Batam Propinsi KepulauanRiau.Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal Maret 2013 sampaiMei 2013.

B. Alat dan Bahan PenelitianAlat alat yang dibutuhkan dalam penelitian adalah;Kompas

untuk menentukan arah garis transek, meteran 100m, Tali untuk

4

membuat garis transek dan plot, Alat hitung atau hand tallycounter, Gunting atau pisau , Jangka sorong, Kamera digital, Alattulis, Buku panduan untuk mengidentifikasi jenis mangrove(Kitamura et. al., 2003 dan Panduan Pengenalan Mangrove, Nooret,al., 2006)

C. Teknik Pengambilan SamplingMenentukan stasiun pengamatan yang mewakili wilayah

kajian, pada stasiun pengamatan dibuat linier transek (transekgaris ) panjangnya 50 meter vertikal dari garis pantai ke daratdan sepanjang garis transek diletakkan plot–plot berbentukpersegi dengan ukuran 10 meter x 10 meter. (Bengen, 2001)

Pengamatan dilakukan pada setiap tingkat pertumbuhansuatu vegetasiyang dikelompokkan ke dalam :1) Tingkat semai (seedling), yaitu sejak perkecambahan sampaitinggi 1,5 meter.2) Tingkat sapihan (sapling), yaitu tingkat pertumbuhan permudaan

yang mencapai tinggi > 1,5 meter dengan diameter batang < 10cm.

3) Tingkat pohon yaitu tingkat pertumbuhan yang berukurandengan diameter batang >10cm (dbh).

D. Data dan Sumber DataData yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadidua yaitu :1) Data Primer

Data primer mencakup data yang diamati atau diukurlangsung pada lokasi penelitian, meliputi: Keanekaragamanspesies, serta diagram profil vegetasi mangrove

2) Data sekunderData sekunder berupa parameter lingkungan, meliputi:

salinitas, suhu (air), pH (air), DO air, karakter tanah,kandungan bahan amonia (NH3), kecerahan air.

E. Analisis Data

1) Data vegetasi yang terkumpul kemudian dianalisis untukmengetahui kerapatan jenis, kerapatan relatif, dominansi jenis ,dominansi relatif, frekuensi jenis dan frekuensi relatif sertaNilai Penting menggunakan rumus : (Setyawan et. al., 2002) sebagaiberikut:1. Kerapatan (K) = Jumlah individu suatujenis Luas seluruh plot

5

1. Kerapatan relatif (KR) = Kerapatan tiap jenisx 100%

Kerapatan seluruh jenis

2. Dominansi (D) = Jumlah nilai penutupanjenis

Luas seluruh plot

3. Dominansi relatif (DR) = Dominansi suatu jenisx 100%

Dominansi seluruh jenis

4. Frekuensi (F) = Jumlah plot yangditempati suatu jenis

Jumlah seluruh plot pengamatan

5. Frekuensi relatif jenis (FR) = Frekuensi suatu jenisx 100 frekuensiseluruh jenis

6. Nilai penting = KR + FR + DR

2) Skema fisiognomi horisontal Skema Struktur profil vegetasi horisontal menggambarkan

penampakan samping vegetasi. Dibuat gambar dengan sumbu xmenunjukkan panjang transek, sumbu y menunjukkan lebar transek,dan sumbu z menunjukkan tinggi pohon. setelah itu setiap spesiesdiberi nomor atau kode dan ditentukan posisinya terhadap sumbu xdan y, lalu diukur tinggi total, tinggi cabang pertama, lebar danpanjang kanopi, dan diameter setinggi dada (diameter at breast high;DBH; 137 cm).

3) Skema fisiognomi vertikalSkema struktur vegetasi vertikal menggambarkan proyeksi

penampakan vegetasi dari atas. Dibuat gambar dengan sumbu xmenunjukkan panjang transek dan y menunjukkan lebar transek,kemudian dibuat fisiognomi vegetasi secara vertikal denganmemproyeksikan kanopi kepermukaan lantai hutan.diukur lebarkanopi.

BAB IIIHASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Mangrove Vegetasi mangrove yang diamati dalam penelitian ini

memiliki luasan vegetasi yang tipis (0 -50 m) dari bibirpantai, ditemukan 13 spesies tumbuhan mangrove yang memberi

6

bentuk pada fisiognomi vegetasi, secara taksonomi tergolongdalam 8 famili yaitu: Rhizophoraceae yang memiliki ragamspesies paling banyak dijumpai (Rhizophora mucronata, Rhizophoraapiculata, Bruguiera cylindrica, Ceriops decandra, Ceriops tagal), Meliacea(Xylocarpus granatum), Combretaceae (Lumnitzera littorea), Pteridiceae(Acrostichum aureum), Malvaceae (Thespesia populnea, Hibiscus tiliaceus),Myrtaceae (Mirtacea sp), Euphorbiaceae (Macaranga biloba), Palmae (Cocosnucifera). Dari ketiga belas spesies yang ditemukan dapatdiklasifikasikan kedalam tiga kelompok besar,yaitu: mangrovemayor ( Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Bruguiera cylindrica,Ceriops decandra, Ceriops tagal, Lumnitzera littorea), mangrove minor(Acrostichum aureum, Xylocarpus granatum), mangrove asosiasi (Thespesiapopulnea, Hibiscus tiliaceus, Macaranga biloba, Cocos nucifera, Mirtacea sp),sesuai dengan pendapat Tomlinson (1986) dalam Setyawan et. al.(2002).

3.1 Diagram Profil Vegetasi Mangrove Strata Pohon

Tabel 1. Hasil analisis vegetasi mangrove strata pohon

NO NAMA SPESIESKR(%) FR (%) DR (%) NP (%)

1 Macaranga biloba 11,11 14,29 15,04 40,422 Cocos nucifera 22,22 14,29 21,20 57,713 Ceriops decandra 55,56 57,14 54,58 167,554 Rhizophora apiculata 11,11 14,29 8,90 34,29

Pada lokasi penelitian jarang sekali ditemukan tumbuhanmangrove mayor pada strata pohon. Hanya ditemukan 2 jenis yaituCeriops decandra dan Rhizophora apiculata. Kondisi ini disebabkan olehtingginya eksploitasi mangrove pada strata pohon untuk kebutuhanindustri konvensional yang banyak di temui di kelurahan RempangCate. Jenis lain adalah kelompok mangrove asosiasi (Cocos nuciferadan Macaranga biloba) yang hidup dipinggir vegetasi berdekatan dengan

7

daratan. Profil ini terlihat pada diagram profil vegetasimangrove strata pohon (gambar 1).

Dari hasil analisis vegetasi Ceriops decandra memiliki nilaipenting paling besar (167,55 %) dibandingkan Rhizophora apiculata(34,29 %), karena jenis Rhizophora apiculata banyak diambil untuk kayuarang oleh masyarakat setempat dibanding jenis Ceriops decandra. Halini sesuai dengan SNM (2003), bahwa Rhizophora apiculata dan R.mucronata dapat menghasilkan arang berkualitas tinggi, karenaberat, padat, keras, bernilai kalori tinggi (7.300 kalori pergram), dan berjelaga sedikit.

Selain itu pada lokasi penelitian tidak ditemukan pohonmemiliki kondisi klimaks, Rhizophora apiculata seharusnya dapatmencapai tinggi 20 -30 m ( Arif, 2003) tetapi pada lokasipenelitian hanya sampai sekitar 8 m, hal ini menunjukkan vegetasimangrove Rempang Cate berada pada tahap suksesi skunder dimanahanya ditumbuhi tumbuhan muda (tinggi < 10 m) akibat adanyakerusakan hutan yang diakibatkan oleh penebangan hutan.

B. Diagram Profil Vegetasi Mangrove Strata SaplingDiagram profil vegetasi mangrove strata sapling (gambar.2),

menunjukkan vegetasi mangrove Rempang Cate didominasi oleh stratasapling, baik mangrove mayor (Rhizophora mucronata, Rhizophoraapiculata, Bruguiera cylindrica, Ceriops decandra, Ceriops tagal, Lumnitzera littorea),maupun mangrove minor (Xylocarpus granatum), dan mangrove asosiasi(Thespesia populnea, Hibiscus tiliaceus, Mirtacea sp), kondisi ini menunjukkanvegetasi mengalami permudaan dan proses regenerasi secara alami,kemampuan regenerasi vegetasi bisa dilihat berdasarkan kerapatanantara vegetasi strata pohon dengan permudaannya baik stratasapling maupun seedling (Nursal, 2005). Keberadaan permudaan(sapling) memberikan harapan terhadap kelanjutan regenerasivegetasi dimasa datang. Pada strata ini Rhizophora apiculata palingmendominasi dibandingkan spesies lain, hasil analisis vegetasimenunjukkan Rhizophora apiculata memiliki nilai penting paling besar(120,49 %), berarti sapling Rhizophora apiculata mampu beradaptasidengan baik pada kondisi lingkungan vegetasi mangrove RempangCate, dan memiliki kemampuan beregenerasi lebih besardibandingkan dengan spesies lain. Dan diagram profil menunjukkanRhizophora apiculata memiliki penyebaran spesies yang baik, hal inididukung dengan nilai frekwensi Rhizophora apiculata (19,23 %) lebihtinggi dibandingkan spesies lain.Tabel 2. Hasil analisis vegetasi mangrove strata sapling

NO NAMA SPESIES KR (%) FR (%) DR (%) NP(%)

1 Hibiscus tiliaceus 1,04 3,85 4,11 8,992 Thespesia populnea 0,52 3,85 1,84 6,213 Lumnitzera littorea 7,81 11,54 7,66 27,014 Xylocarpus granatum 13,54 15,39 15,42 44,355 Mirtacea sp 1,042 3,85 0,86 5,75

8

6 Ceriops tagal 1,04 3,85 0,97 5,867 Ceriops decandra 13,02 11,54 12,18 36,738 Bruguiera cylindrica 6,77 15,39 4,60 26,76

9 Rhizophora apiculata 52,60 19,23 48,66120,4

910 Rhizophora mucronata 2,60 11,54 3,69 17,83

3.3. Diagram Profil Vegetasi Mangrove Strata Seedling Diagram profil vegetasi mangrove Rempang Cate pada strata

seedling menunjukkan tegakan anakan Rhizophora apiculata mendominasihampir pada seluruh area penelitian, selain itu vegetasi jugaditumbuhi anakan Bruguiera cylindrica, Ceriops decandra, Xylocarpus granatum,Lumnitzera littorea, Hibiscus tiliaceus, dan ditemukan Acrosticum aureum yangbiasa hidup pada habitat mangrove yang rusak akibat penebanganhutan, kemudian menghambat tumbuhan mangrove untuk beregenersi(Noor et.al., 2006). Bibit Rhizophora apiculata umumnya tumbuh dibawahnaungan kanopi, karena intensitas cahaya 50 % dapat meningkatkandaya tumbuh Rhizophora apiculata (SNM, 2003).

Hasil analisis vegetasi menunjukkan Rhizophora apiculata sebagaimangrove mayor memiliki nilai penting paling tinggi (186,80),disusul Ceriops decendra (31,94), Bruguiera cylindrica (25,42), Lumnitzeralittorea (6,95), Sedangkan pada mangrove minor Xylocarpus granatum(26,51) dan Acrosticum aureum hanya (6,90) dan mangrove asosiasiHibiscus tiliaceus (15,47). Hal ini menunjukkan Mangrove mayor memiliki

9

kemempuan regenerasi dan nilai eksistensi lebih besar dibandingkanmangrove minor dan mangrove asosiasi. Selain faktor habitat yangsesuai juga ditunjang dengan sifat dan cara perkembangbiakan daribiji yang bersifat vivipari. Vivipari adalah kondisi embrio yangtumbuh, memecah kulit biji, dan keluar dari buah pada saat masihmelekat pada tumbuhan induk, misalnya Bruguiera, Ceriops, Kandelia, danRhizophora. (Ng dan Sivasothi, 2001).

Tabel 4. Hasil analisis vegetasi strata seedling

NO NAMA SPESIES KR(%)

FR(%)

DR(%)

NP(%)

1 Hibiscus tiliaceus 1,38 11,76 2,32 15,472 Lumnitzera littorea 0,69 5,88 0,38 6,95

3Acrostichum aureum 0,69 5,88 0,32 6,90

4Xylocarpus granatum 3,45 17,65 5,42 26,51

5 Ceriops decandra 3,45 23,53 4,97 31,946 Bruguiera cylindrica 7,59 11,76 6,07 25,42

7Rhizophora apiculata 82,76 23,53 80,52

186,80

10

3.4. Diagram profil horisontal ( preformasi habitat “ zonasi)

Berdasarkan tipe subtrat, pada lokasi penelitian daerahyang berhadapan langsung dengan laut, selalu tergenang danmemiliki subtrat berlumpur didominasi oleh Rhizophora apiculata tetapijuga ditemukan Rhizophora mucronata, Pada umumnya zona ini didominasiS. alba dan A. alba menurut samingan (1980) dalam Noor et.al. (2006).Van Steenis (1958) dalam Noor et.al. (2006) bahwa komposisifloristik dari komunitas di zona terbuka sangat tergantung padasubtratnya, S. Alba cenderung mendominasi daerah berpasir, sementaraAvicennia eucalyptifolia mendominasi daerah yang berkarang, sementarayang berpasir didominasi oleh Rhizophora sp.

Dibelakang zona terbuka memiliki substrat berlumpur danterkadang tergenang masih didominasi Rhizophora apiculata tetapi didaerah ini juga ditemukan spesies lain seperti Xylocarpus granatum,Ceriops decandra, beberapa Bruguiera cylindrica,dan Rhizophora mucronata. Didaerah yang memiliki subtrat berlumpur dan tergenang saat pasangtinggi ditemukan Lumnitzera littorea, Xylocarpus granatum, Ceriops decandra,Bruguiera cylindrica, dan beberapa Rhizophora apiculata, juga ditemukanAcrostichum aureum yang biasa ditemukan pada habitat mangrove yangrusak akibat ditebangi yang kemudian menghambat tumbuhan mangroveuntuk beregenersi (Noor et.al., 2006). Di Indonesia, areal yangdigenangi oleh pasang sedang didominasi oleh jenis-jenisRhizophora. Adapun areal yang digenangi hanya saat pasang tinggi,yang mana areal ini lebih kedaratan umumnya didominasi oleh jenisBruguiera dan Xylocarpus granatum, sedangkan areal yang digenangi padasaat pasang tertinggi umumnya didominasi oleh Lumnitzera littorea (Nooret.al., 2006). Dan di daerah terjauh dari laut dan berhadapan

11

langsung dengan daratan memiliki subtrat yang berlumpur sedikitberpasir agak keras dan cenderung kering ditemukan Mangroveasosiasi (Mirtacea sp, Ceriops tagal, Macaranga biloba, Cocos nucifera, Hibiscustiliaceus, Thespesia populnea). Menurut Arief (2003) zona yang terjauh darilaut biasanya akan ditemukan jenis-jenis Hibiscus tiliaceus.

Sedangkan berdasarkan jenis vegetasi yang mendominasiterdapat pembagian zona vegetasi yang terdiri atas 3 zona, yaitu:zona terbuka yang didominasi Rhizophora apiculata dan Rhizophoramucronata, dibelakang zona terbuka terdapat zona campuran didominasiRhizophora apiculata, tetapi ditemukan juga spesies-spesies lain,seperti: Rhizophora mucronata, Bruguiera cylindrica, Ceriops decandra, Ceriopstagal, Xylocarpus granatum, Lumnitzera littorea, Acrostichum aureum. Dan zonadaratan yang didomonasi Thespesia populnea, Hibiscus tiliaceus, Mirtacea sp,Macaranga biloba, Cocos nucifera.

Meskipun kelihatannya terdapat zonasi dalam Vegetasimangrove, namun kenyataan dilapangan tidaklah mudah. Banyakformasi serta zona vegetasi yang tumpang tindih dan bercampurserta sering kali struktur dan korelasi yang nampak pada suatudaerah tidak selalu dapat diaplikasikan didaerah yang lain. (Nooret.al., 2006).

Dalam penelitian ini secara keseluruhan vegetasi mangroveRempang Cate merupakan formasi famili Rhizophoraceae, karenaberdasarkan nilai penting famili Rhizophoraceae (Rhizophora apiculata,Ceriops decandra dan Bruguiera cylindrica) memiliki nilai penting terbesardan mendominasi untuk setiap tingkat pertumbuhan. Dimana untuktingkat semai (anakan) famili Rhizophoraceae mendominasi nilaipenting sebesar 81%, untuk tingkat permudaan (tiang/sapling)sebesar 69% dan untuk tingkatan pohon sebesar 67%. Makaberdasarkan kondisi tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwaformasi vegetasi mangrove di kelurahan Cate adalah formasiRhizophoraceae. Hal ini sesuai dengan pendapat Tomlinson dalamNursal (2005), bahwa pada umumnya jenis-jenis tersebut umumdijumpai pada hutan mangrove dipesisir kawasan indo-malesia(indonesia, malaysia) yang merupakan pusat biogeografi jenis-jenistertentu seperti Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Sonneratia,Avecinea, dan lain-lain.

3.4. Diagram Profil Vertikal (Tutupan Tajuk) Diagram profil vegetasi vertikal (gambar. 5) menunjukkan

adanya ruang-ruang kosong diantara kanopi. Area kosong ini dapatberisikan tumbuhan dengan strata herba, bibit (seedling) pohon dansapling yang tidak terekam karena memiliki tutupan tajuk yangsangat kecil, namun dapat pula berupa lahan yang betul-betulkosong tanpa vegetasi, dapat juga berisi sampah-sampah rumahtangga. Ruang-ruang yang kosong ditunjukkan gambar 6-9.

12

Hal ini menunjukkan vegetasi mangrove Rempang Cate mengalamikerusakan, dibuktikan dengan adanya nilai dominansi atau tutupankanopi yang relatif kecil. Tabel 5. Nilai tutupan kanopi dan dominansi spesies mangrove

NO Nama SpesiesJumlah NilaiPenutupan (m2) Dominansi

Ph Sp Sd Ph Sp Sd

1Macaranga bibola 5,31 0 0

0,010613 0 0

2 Cocos nucifera 7,43 0 00,014962 0 0

3 Hibiscus tiliaceus 0,00 12,76 0,77 0,000,0255

130,001539

4Thespesia populnea 0,00 5,75 0 0,00

0,011445 0

5Lumnitzera littorea 0 23,75 0,13 0

0,047509

0,00026

6Acrostichum aureum 0 0 0,11 0 0

0,00021

7Xylocarpus granatum 0 47,85 1,79 0

0,09567

0,003587

8 Mirtacea sp 0,00 2,67 0 0,00 0,01 0

9 Ceriops tagal 0,00 3,01 0 0,000,0060

25 0

10 Ceriops decandra19,353 37,78 1,64 0,039 0,08

0,00329

11Bruguiera cylindrica 0,00 14,29 2,01 0,00 0,03 0,00

12Rhizophora apiculata

3,140

150,944 26,665 0,006 0,302 0,053

13 Rhizophora 0,00 11,45 0 0,000 0,02 0

13

mucronata 0

BAB VPENUTUP

5.1. Kesimpulan Pada vegetasi Rempang Cate ditemukan 13 spesies

tergolong dalam 8 famili, yaitu: Rhizophora mucronata, Rhizophoraapiculata, Bruguiera cylindrica, Ceriops decandra, Ceriops tagal, Xylocarpusgranatum, Lumnitzera littorea, Acrostichum aureum, Thespesia populnea,Hibiscus tiliaceus, Mirtacea sp, Macaranga biloba, Cocos nucifera yang menyusunvegetasi mangrove di Rempang Cate Kota Batam.

Secara umum vegetasi Rempang Cate dalam kondisi suksesiskunder setelah kerusakan hutan yang diakibatkan adanyapenebangan pohon, fisiognomi (diagram profil) menunjukkanvegetasi didominasi oleh strata sapling dan seedling, sangatjarang ditemukan strata pohon, karena lokasi penelitianberdekatan dengan dapur arang. Selain itu pohon yang ditemukanhanya berupa pohon muda, tidak ditemukan pohon dalam kondisiklimaks ( mencapai 20-30 m) menurut Arief (2003).

Hanya ditemukan 2 strata kanopi, hal ini menunjukkantelah terjadi kerusakan vegetasi, karena Tingkat kerusakanvegetasi atau sebaliknya tingkat kelestarian dan pemeliharaanvegetasi mangrove mempengaruhi jumlah strata yang terbentuk,di samping faktor-faktor lingkungan fisik, seperti jenis tanahdan iklim (Setyawan A.D., 2005), Diagram profil vertikalmenunjukkan terdapat ruang-ruang kosong diantara tutupankanopi. Tetapi dengan adanya sapling dan seedling memberikanharapan eksistensi vegetasi mangrove ini dimasa akan datang,dengan syarat jika tidak terjadi penebangan hutan dalam skalabesar.

Kelompok yang dominan dari vegetasi Mangrove RempangCate adalah Famili Rhizophoraceae (Rhizophora apiculata, Ceriopsdecandra dan Bruguiera cylindrica) memiliki prosentase nilai pentingyang mendominasi untuk setiap tingkatan pertumbuhan. Dimanauntuk tingkat seedling adalah 81%, sapling 69% dan pohon 67%.Sehingga dapat dikatakan bahwa secara fisiognomi, vegetasimangrove Rempang cate adalah formasi Rhizophoraceae.

Secara Horizontal terdapat pembagian zona vegetasi yangterdiri atas 3 zona, yaitu: zona terbuka yang didominasiRhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata, dibelakang zona terbukaterdapat zona campuran didominasi Rhizophora apiculata, tetapiditemukan juga spesies-spesies lain, seperti: Rhizophoramucronata, Bruguiera cylindrica, Ceriops decandra, Ceriops tagal, Xylocarpusgranatum, Lumnitzera littorea, Acrostichum aureum. Dan zona daratanyang didomonasi Thespesia populnea, Hibiscus tiliaceus, Mirtacea sp,Macaranga biloba, Cocos nucifera. Dan berdasarkan substrat juga ditemukan adanya zonasi yaitu, zona selalu tergenang dengan

14

substrat berlumpur, zona tergenang saat pasang substratberlumpur, zonasi lumpur berpasir yang tergenang saat pasangtinggi dan zona kering berpasir.

DAFTAR PUSTAKA

Arief ,A.2003. Hutan Mangrove Fungsi & manfaatnya. Kanisius.Yogyakarta.

Baker, P.J. and J.S. Wilson. 2000. Aquantitative technique for theidentification of canopy stratifikasi in tropical and temperate forests. ForestEcology and Management 127: 77-86

Bengen, D.G. 2001. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. PusatKajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Penerbit IPB. Bogor.

DKP Kepri. Profil Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007.Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Kepulauan Riau,Tanjung Pinang. 33 hal

DKP2K Batam, 2008. Laporan Akhir Pengelolaan Berbasis Masyarakat COREMAP IIKota Batam 2008. Yayasan Laksamana Samudera. Sekupang Batam.150 hal.

Grubb, P.J., J.R. Lloyd, T.D. Pennington, and T.C. Whitmore.1963.Acomparison of montane and lower rain forest in Ecuador. I. Theforest structure, physiognomy and floristics. Journal of Ecology 51: 567-601

Irwanto .2007.Analisis Vegetasi untuk Pengelolaan kawasan Hutan Lindung PulauMarsegu Kabupaten Seram Bagian Barat Propinsi Maluku. ilmu kehutanan.UGM.Yogyakarta.

Kitamura,S.,Anwar, C., Chaniago, A., Baba, S. 2003.Buku PanduanMangrove di Indonesia Bali dan Lombok. Departemen KehutananRepublik Indonesia dan Japan International CooperationAgency. Penerbit Mangrove Information Centre Project.Denpasar

Kusmana, C. dan Istomo. 1995. Ekologi Hutan. Bogor: Fakultas KehutananIPB.

Muller-Dombois, D. dan H. Ellenberg. 1974. Aims and Methods of Vegetation Ecology. John Wiley & Sons. New York.

15

Ng, P.K.L. and N. Sivasothi (ed.). 2001. A Guide to Mangroves ofSingapore.Volume 1: The Ecosystem and Plant Diversity. Singapore: TheSingapore Science Centre dalam Setyawan, A.D.2005 .Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan SelatanJawa Tengah.Progaram studi ilmu lingkungan.UNS.Surakarta.

Noor, Y.R., M. Khazali, dan N.N. Suryadiputra.2006. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Wetlands International Indonesia Programe. Bogor.

Nursal. 2005. Struktur dan Komposisi Vegetasi Mangrove Tanjung SekodiKabupaten Bengkalis Riau. FKIP Biologi . UNRI.Pekan baru. JurnalBiogenesis Vol.2(1)

Setyawan,A.D.,Susilowati,A.,Sutarno.2002.Biodiversitas Genetik, Spesies danEkosistem Mangrove di Jawa Petunjuk Praktikum Biodiversitas; Studi KasusMangrove. Kelompok Kerja Biodeversitas Jurusan Biologi FMIPAUNS.Surakarta.

Setyawan, A.D. 2005 .Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara danSelatan Jawa Tengah .Progaram studi ilmulingkungan.UNS .Surakarta.

SNM (Strategi Nasional Mangrove). 2003. Strategi Nasional PengelolaanMangrove di Indonesia; Buku II: Mangrove di Indonesia.Jakarta: KantorMenteri Negara Lingkungan Hidup.

Suryawan,F.2007.Keanekaragaman Vegetasi Mangrove Pasca Tsunami di KawasanPesisir Pantai Timur Nangro Aceh Darussalam.FMIPA BiologiUNSYIAH.Banda Aceh.Biodeversitas Vol 8 nomor 4

16

17