fikih dan mind mapping

81
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang penduduknya mayoritas beragama Islam, yang di dalamnya terdapat beberapa aliran keagamaan (organisasi) yang dilatarbelakangi oleh adanya perbedaan khususnya berhubungan dengan ilmu fiqh. Hal ini sangat berdampak terhadap materi fiqh yang diajarkan di lembaga sekolah. Di samping hal itu sesuai dengan pengalaman di lapangan bahwa keadaan sarana prasarana pembelajaran di sebagian sekolah masih banyak yang kurang memadai, begitu juga lemahnya sumber daya guru dalam mengembangkan metode pembelajaran yang variatif. Fiqh merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat berguna sekali dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, fiqh menyentuh langsung dengan realitas keadaan sosio masyarakat yang ada. Oleh karena itu, dalam sebuah proses belajar-mengajar yang berkualitas seorang pendidik harus memahami suatu metode, pendekatan, maupun strategi mengajar yang diperlukan dalam sebuah pengajaran, sehingga dengan demikian tercipta suasana belajar yang aktif, kreatif, dan efektif dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Transcript of fikih dan mind mapping

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang penduduknya mayoritas beragama

Islam, yang di dalamnya terdapat beberapa aliran keagamaan (organisasi) yang

dilatarbelakangi oleh adanya perbedaan khususnya berhubungan dengan ilmu

fiqh. Hal ini sangat berdampak terhadap materi fiqh yang diajarkan di lembaga

sekolah.

Di samping hal itu sesuai dengan pengalaman di lapangan bahwa keadaan

sarana prasarana pembelajaran di sebagian sekolah masih banyak yang kurang

memadai, begitu juga lemahnya sumber daya guru dalam mengembangkan

metode pembelajaran yang variatif.

Fiqh merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat berguna sekali

dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, fiqh menyentuh langsung dengan realitas

keadaan sosio masyarakat yang ada.

Oleh karena itu, dalam sebuah proses belajar-mengajar yang berkualitas

seorang pendidik harus memahami suatu metode, pendekatan, maupun strategi

mengajar yang diperlukan dalam sebuah pengajaran, sehingga dengan demikian

tercipta suasana belajar yang aktif, kreatif, dan efektif dan dapat mencapai tujuan

pembelajaran yang diinginkan.

2

Di samping itu juga, dalam suatu pembelajaran, guru harus dapat menjadi

motifator dan fasilitator sehingga lebih bisa kreatif, agar peserta didik aktif dalam

melakukan kegiatan belajar. Dalam hal ini perlu sekali adanya penggunaan suatu

strategi ataupun metode yang tepat.

Salah satu pelajaran yang diajarkan di SMPT ‘Ibadurrahman adalah mata

pelajaran fiqh. Di mana dalam pembelajaran fiqh seorang guru tidak cukup hanya

menyampaikan materi tentang hukum-hukum atau ibadah, tetapi juga harus dapat

mengembangkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik secara aktif dan

inovatif. Dari sinilah maka diperlukan suatu metode atau pendekatan yang bisa

mengantarkan guru menjadi aktif dan kreatif dalam mengajar, agar mencapai itu

semua seorang guru harus memperhatikan strategi ataupun metode-metode dalam

pembelajaran .

Adapun pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran fiqh yang

peneliti temukan di antaranya adalah pendekatan ekspositorik dengan pendekatan

yang bersifat deduktif, dengan metode ceramah, hafalan, dan tanya jawab.

Sedangkan SMPT ‘Ibadurrahman salah satu lembaga yang menggunakan

metode mind mapping (peta konsep). Ini semua berdasar pada penelitian yang

dilakukan oleh Prof. Roger Sperry, ditunjukkan bahwa manusia dalam melakukan

aktifitas kegiatannya membagi dalam dua bagian kerja otak yaitu kerja otak kanan

dan kerja otak kiri. Di mana setiap belahan otak tersebut mempunyai wilayah

kerja yang berbeda. Apabila dikaitkan dengan waktu maka aktifitas otak kiri

adalah aktifitas yang terekam dalam memori kita untuk jangka waktu pendek

3

(short time) sedangkan informasi aktifitas yang dilakukan oleh otak kanan adalah

aktifitas yang dapat terekam oleh memori jangka waktu yang lama (long time).

Dalam penelitian Sperry tersebut disebutkan juga bahwa ketika otak kanan

aktif maka otak kiri cenderung mediaktif begitu juga sebaliknya. Jadi bisa

dibayangkan betapa banyak kerugian yang didapatkan ketika seseorang tidak

mampu mensinergikan kerja kedua belahan kedua otaknya. Padahal seseorang

akan mendapatkan hasil yang sangat dahsyat ketika dapat menggunakan kedua

belahan otak tersebut untuk setiap aktifitasnya.

Mind mapping (peta konsep) adalah bentuk penulisan yang penuh warna

dan bersifat visual. Dipusatnya terdapat sebuah gagasan atau gambar sentral.

Kemudian gagasan ini dieksplorasi melalui cabang-cabang yang mewakili

gagasan utama, yang semuanya terhubung pada sentral.1

Berangkat dari sinilah diharapkan proses pembelajaran bisa

mengembangkan potensi guru dan peserta didik untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara, sehingga

tercipta suatu pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.

SMPT ‘Ibadurrahman yang menurut peneliti adalah salah satu lembaga

yang memakai metode mind mapping, berdasarkan penjajagan awal yang peneliti

lakukan di SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo, serta keterangan

1 Tony Buzan, Memahami Peta Pikiran: Mind Maps at Work, Terj. Daniel Nirajaya (Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005), 6.

4

hasil wawancara dengan salah satu staf pengajar pondok, peneliti menemukan

bahwa di SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo ditemukan

fenomena bahwa sekolah mengalami beberapa kendala dalam pelaksanaan mind

mapping (peta konsep).2 Kendala tersebut dari beberapa faktor, di antaranya

adalah faktor guru yang belum terlalu bisa menguasai konsep mind mapping dan

juga murid yang belum bisa memahami mind mapping dengan baik.

Hal ini dibenarkan oleh ust. Idam Mustofa, S.Ag, M.Pd, yang mengatakan

bahwa dalam proses pembelajaran diharapkan semua guru mampu menerapkan

mind mapping guna mempermudah peserta didik dalam belajar, akan tetapi pada

kenyataannya pembelajaran dengan menggunakan mind mapping sulit diterapkan.

Ini semua disebabkan kurangnya pemahaman guru dan peserta didik terhadap

mind mapping.3

Berangkat dari kenyataan tersebut di atas, yakni kendala dalam penerapan

mind mapping di SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo, maka

penulis ingin mengetahui lebih jauh bagaimana proses penerapan mind mapping

dan kendala yang dihadapi serta upaya SMPT ‘Ibadurrahman dalam menghadapi

kendala yang ada.

2 Lihat transkrip wawancara nomor: 01/2-W/F-2/16-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini. 3 Lihat transkrip wawancara nomor: 02/1-W/F-2/18-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini.

5

Adapun penelitian ini penulis susun dalam bentuk skripsi dengan judul

“IMPLEMENTASI MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN FIQH”

(Studi Kasus di SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo Tahun 2007-

2008).

B. Fokus Penelitian

Untuk membatasi wilayah yang penulis teliti, berdasarkan temuan penulis

di lapangan bahwa di SMPT ‘Ibadurrahman dalam proses belajar mengajar

khususnya materi fiqh. Maka penulis memfokuskan penelitian ini hanya pada

implementasi mind mapping yang meliputi latar belakang, pelaksanaan, manfaat,

dan faktor kendala dan pendukungnya.

C. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang di atas dan untuk lebih memudahkan penulis

dalam melakukan penggalian data maka penulis membuat beberapa rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan mind mapping dalam pembelajaran fiqh di SMPT

‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo tahun pelajaran 2007/2008?

2. Apa saja kendala dan pendukung dalam penerapan mind mapping dalam pada

pembelajaran fiqh di SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo

tahun pelajaran 2007/2008?

6

3. Apa saja upaya yang dilakukan SMPT ‘Ibadurrahman untuk meningkatkan

kualitas dalam penerapan mind mapping pada pembelajaran fiqh di SMPT

'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo tahun pelajaran 2007/2008?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan atau penerapan mind mapping di SMPT

‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo.

2. Untuk mendeskripsikan kendala yang dihadapi dalam penerapan mind

mapping dalam proses pembelajaran fiqh di SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang

Jenangan Ponorogo.

3. Untuk mendeskripsikan upaya yang dilakukan SMPT ‘Ibadurrahman untuk

meningkatkan kualitas dalam penerapan mind mapping pada pembelajaran

fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo tahun pelajaran

2007/2008

E. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini diharapkan memiliki manfaat sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

Untuk menambah khazanah keilmuan di bidang pendidikan,

khususnya dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya

dalam materi fiqh yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

7

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru hasil penelitian ini untuk menambah keilmuan dan

keterampilan sebagai pendidik agar lebih semangat dan bervariasi dalam

proses belajar-mengajar.

b. Bagi murid hasil penelitian ini untuk menambah semangat belajar dan

untuk menumbuhkan sikap aktif, kreatif, dan inovatif.

c. Bagi lembaga pendidikan khususnya SMPT ‘Ibadurrahman, hasil

penelitian ini akan menjadi pijakan dalam pelaksanaan pembelajaran yang

lebih baik serta memiliki relevansi terhadap perkembangan jaman.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan metodologi penelitian dengan

pendekatan kualitatif,4 yang memiliki karakteristik alami (natural setting)

sebagai sumber data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan daripada

hasil, analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisa

induktif dan makna merupakan hal yang esensial.

Dalam hal ini, jenis penelitian yang digunakan ialah field research

yaitu peneliti ikut serta atau langsung terjun ke lapangan untuk mendapatkan

data. Peneliti langsung mengamati fenomena yang ada di lapangan, kemudian

4 Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Lihat dalam Lexy

Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), 4.

8

diambil data yang berkaitan dengan implementasi mind mapping dalam

pembelajaran fiqh siswa kelas I. Dengan field research ini, peneliti dapat

langsung mendapatkan data secara akurat.

2. Kehadiran Peneliti

Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan

berperan serta,5 sebab peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan

skenarionya. Untuk itu, dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai

instrumen kunci, partisipan penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan

instrumen yang lain sebagai penunjang.

3. Lokasi Penelitian

Peneliti mengambil lokasi penelitian di SMPT ‘Ibadurrahman,

beralamatkan di Desa Nglayang Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo,

karena pada penjajakan awal di situ peneliti menemukan kegiatan belajar

mengajar yang sangat kreatif dan efektif, sehingga siswa aktif dan tidak

merasa bosan. Di sini, dalam proses belajar mengajar menggunakan metode

mind mapping yang melibatkan pendidik (guru), siswa-siswi, media

pendidikan dan masih banyak lagi.

5 Pengamatan berperan serta adalah sebagai penelitian yang bercirikan interaksi-sosial yang

memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subyek dalam lingkungan subyek dan selama itu

data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan catatan tersebut berlaku tanpa

gangguan. Lihat dalam Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 177.

9

4. Sumber Data

Dalam penelitian ini data dapat diperoleh dari dua sumber yaitu:

a. Sumber data hidup (manusia)

Sumber data hidup (manusia) adalah: waka kurikulum, guru

materi fiqh, dan siswa kelas I SMPT ‘Ibadurrahman.

b. Sumber data non hidup (benda mati)

Sumber data non hidup (bukan manusia) adalah: dokumen-

dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini serta buku-buku sebagai

literatur.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang digunakan

adalah observasi berperan serta (participan observation), wawancara

mendalam (in depth interview) dan dokumentasi.6 Sebab bagi peneliti

kualitatif fenomena dapat dimengerti maknanya secara baik, apabila

dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara mendalam dan

diobservasi pada latar, di mana fenomena tersebut berlangsung dan di

samping itu untuk melengkapi data, diperlukan dokumentasi (tentang bahan-

bahan yang ditulis oleh atau tentang subyek).

Secara lebih rinci, prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

6 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2005), 63.

10

a. Metode Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang

menghendaki komunikasi langsung antar penyelidik dengan subyek atau

responden.7

Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang

implementasi mind mapping dalam pembelajaran fiqh siswa kelas I dan

kendala yang dihadapi dalam penerapan mind mapping, serta upaya yang

dilakukan SMPT ‘Ibadurrahman dalam meningkatkan pembelajaran fiqh

di SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo tahun ajaran

2007/2008.

Adapun sumber data yang diwawancarai adalah :

1) Kepala sekolah SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo.

2) Guru mata pelajaran fiqh yang mengajar siswa kelas I SMPT

‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo.

3) Waka kurikulum SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo.

4) Siswa kelas I SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo.

Hasil wawancara dari informan tersebut ditulis lengkap dengan

kode-kode dalam transkrip wawancara. Tulisan lengkap dari wawancara

tersebut dinamakan transkrip wawancara.

7 Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan: Suatu Tinjauan Dasar (Surabaya:

Rineka Cipta, 2003), 67.

11

b. Metode Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara

sistematis terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian.8

Dalam penelitian ini metode observasi digunakan untuk

memperoleh data tentang:

1) Implementasi mind mapping dalam pembelajaran fiqh di SMPT

‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo tahun ajaran 2007-2008.

2) Kondisi dan susunan pembelajaran fiqh di kelas.

3) Kegiatan siswa dalam pembelajaran fiqh di kelas.

c. Teknik Dokumentasi

Dokumentasi merupakan cara mengumpulkan data melalui

peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku

tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum, dan lain-lain yang

berhubungan dengan masalah penelitian.9

Metode ini digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data

mengenai sejarah berdirinya SMPT ‘Ibadurrahman, letak geografis,

struktur organisasi SMPT ‘Ibadurrahman Ponorogo, jumlah siswa dan

guru SMPT ‘Ibadurrahman, serta keadaan sarana prasarana SMPT

‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo.

8 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 158.

9 Ibid., 181.

12

6. Analisa Data

Teknik analisis data dalam kasus ini menggunakan analisis data

kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles dan Huberman. Miles dan

Huberman, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif

dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap

tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh.

Adapun langkah-langkah analisis sebagai berikut:

a. Mereduksi data dalam konteks penelitian yang dimaksud adalah

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan pada hal-hal

yang penting, membuat katagori. Dengan demikian data yang telah

direduksikan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah

peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

b. Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan

data atau menyajikan data ke dalam pola yang dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, grafik, matrik, network, dan chart. Bila pola-pola

yang ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian, maka pola

tersebut sudah menjadi pola yang baku yang selanjutnya akan

didisplaykan pada laporan akhir penelitian.

c. Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif dalam penelitian ini adalah

penarikan kesimpulan dan verivikasi.

13

7. Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari

konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas).10 Derajat

kepercayaan keabsahan data (kredibilitas data) dapat diadakan pengecekan

dengan teknik pengamatan yang tekun, dan triangulasi. Ketekunan

pengamatan yang dimaksud adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur

dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang

dicari. Ketekunan pengamatan ini dilaksanakan peneliti dengan cara:

a. Mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan

terhadap faktor-faktor yang menonjol yang ada hubungannya dengan

pelaksanaan mind mapping dalam pembelajaran fiqh siswa kelas I di

SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo tahun ajaran

2007/2008.

b. Menelaahnya secara rinci sampai pada suatu titik, sehingga pada

pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang

ditelaah sudah difahami dengan cara yang biasa.

Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat macam triangulasi

sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode,

10 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian, 171.

14

penyidik, dan teori.11 Dalam penelitian ini, dalam hal ini digunakan teknik

triangulasi dengan sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang

berbeda. Hal itu dapat dicapai peneliti dengan jalan:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil data wawancara.

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakan secara pribadi.

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

d. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

G. Sistematika Pembahasan

Pembahasan dalam skripsi ini terbagi menjadi beberapa bab. Adapun

untuk memudahkan dalam memahami skripsi ini, maka peneliti menyusun

sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, dalam bab ini terdiri dari: latar belakang masalah,

definisi istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

BAB II : Kajian pustaka, dalam bab ini terdiri dari: pengertian fiqh dan

pembelajaran fiqh, pengertian mind mapping, fungsi dan manfaat

11 Ibid., 178.

15

mind mapping, teknik pembuatan mind mapping serta unsur-unsur

mind mapping.

BAB III : Paparan data, terdiri dari: data tentang keadaan SMPT ‘Ibadurrahman

Nglayang Jenangan Ponorogo, data tentang pelaksanaan mind

mapping di SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo,

data tentang kendala dalam pelaksanaan mind mapping dan

pendukung terhadap pelaksanaan mind mapping, data tentang upaya-

upaya SMPT ‘Ibadurrahman dalam meningkatkan kualitas

pembelajaran fiqh di SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan

Ponorogo.

BAB IV : Analisis data, terdiri dari: analisa data tentang pelaksanaan mind

mapping di SMPT ‘Ibadurrahman, data tentang kendala dalam

pelaksanaan mind mapping dan pendukung terhadap pelaksanaan

mind mapping, data tentang upaya-upaya SMPT ‘Ibadurrahman

dalam meningkatkan kualitas pembelajaran fiqh siswa kelas I di

SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo.

BAB V : Penutup. Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran.

16

BAB II

PEMBELAJARAN FIQH DAN MIND MAPPING

Pembelajaran Fiqh

Pengertian Fiqh dan Pembelajaran Fiqh

Pengertian Fiqh

Mata pelajaran fiqh dalam kurikulum madrasah tsanawiyah adalah

salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan

untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,

dan mengamalkan hukum Islam yang kemudian menjadi dasar pandangan

hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan

penggunaan, pengalaman, dan pembiasaan.

Mata pelajaran fiqh ini meliputi: fiqh ibâdah, fiqh mu’âmalah, fiqh

jinâyat, dan fiqh siyâsah yang menggambarkan bahwa ruang lingkup fiqh

mencakup perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan

hubungan manusia dengan Allah swt, dengan diri sendiri, sesama manusia,

makhluk lainnya, maupun lingkungannya (hablun minallâh wa hablun

minannâs).

Fiqh merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat berguna

sekali dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, fiqh menyentuh langsung

dengan realitas keadaan sosio masyarakat yang ada. Oleh karena itu dalam

17

pembelajarannya harus disiapkan dengan matang dan baik, agar semua

tuntutan yang ada bisa terjawab dengan mudah.

Pengertian Pembelajaran Fiqh

Pembelajaran fiqh terdiri dari dua unsur yaitu pembelajaran dan

fiqh. Pembelajaran menurut kamus besar mempunyai arti “proses atau cara,

perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar”. Kegiatan

pembelajaran terjadi melalui interaksi antara peserta didik di satu pihak,

dengan pendidik di pihak lainnya. Kegiatan belajar dilakukan oleh peserta

didik dan kegiatan membelajarkan dilakukan oleh pendidik. Maka

pembelajaran merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik

dalam melakukan kegiatan belajar.12

Tujuan pembelajaran adalah mengarahkan guru agar berhasil dalam

membelajarkan siswa dan dalam rangka tercapainya tujuan belajar. Adapun

menurut Oemar Hamalik pembelajaran adalah suatu kombinasi yang

tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan,

dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan

pembelajaran.13

Dari pengertian tersebut dapat ditemukan beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam pembelajaran fiqh, di antaranya adalah pendidik atau

guru yang melakukan kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan secara

12 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), 17.

13 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), 57.

18

sadar terhadap peserta didiknya untuk mencapai tujuan dari pembelajaran

fiqh, selain itu juga peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai

tujuan, dalam arti ada yang dibimbing, diajari, atau dilatih dalam

peningkatan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan

terhadap agama Islam dan terhadap hukum-hukumnya (fiqh).

Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Fiqh

Tujuan Fiqh

Suatu usaha yang tidak mempunyai tujuan tidak akan mempunyai arti apa-apa. Ibarat

seseorang yang bepergian tak tentu arah maka hasilnyapun tak lebih dari pengalaman

selama perjalanan.

Adapun pembelajaran fiqh di Madrasah Tsanawiyah bertujuan untuk membekali

peserta didik agar dapat:

Mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara terperinci

dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan dalil ‘aqli. Pengetahuan

dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup dalam

kehidupan dan sosial.

Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar.

Pengalaman tersebut diharapkan menumbuhkan ketaatan menjalankan

hukum Islam, disiplin, dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam

kehidupan pribadi maupun sosial.14

Fungsi Fiqh

Pembelajaran fiqh di Madrasah Tsanawiyah berfungsi untuk:

14 Dra. Yuliati Basyariyah. Makalah KTSP di MTs Hidayat Probolinggo.

http://media.diknas.go.id. Diakses tanggal 27 April 2007.

19

1) Penanaman nilai-nilai dan kesadaran beribadah peserta didik kepada

Allah SWT. Sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia

dan akhirat.

2) Penanaman kebiasaan melaksanakan hukum Islam di kalangan peserta

didik dengan ikhlas dan perilaku yang sesuai dengan peraturan yang

berlaku di sekolah dan masyarakat.

3) Pembentukan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab sosial di sekolah

dan masyarakat.

4) Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, serta

akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, melanjutkan yang telah

ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga.

5) Pembangunan mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan

sosial melalui ibadah dan mu’amalah.

6) Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik

dalam keyakinan dan pelaksanaan ibadah dalam kehidupan sehari-hari.

7) Pembekalan peserta didik untuk memahami fiqh atau hukum Islam

pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.15

Ruang Lingkup Fiqh

Ruang lingkup fiqh meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan

antara:

15 Dra. Yuliati Basyariyah. Makalah KTSP di MTs Hidayat Probolinggo.

http://media.diknas.go.id. Diakses tanggal 27 April 2007.

20

Hubungan manusia dengan Allah SWT

Hubungan manusia dengan sesama manusia, dan

Hubungan manusia dengan alam (selain manusia) dan lingkungan.

Adapun ruang lingkup mata pelajaran fiqh terfokus pada aspek:

a. Fiqh ‘ibâdah

b. Fiqh mu’âmalah

c. Fiqh jinâyah

d. Fiqh siyâsah.16

Standar Kompetensi Mata Pelajaran Fiqh

Standar kompetensi mata pelajaran fiqh berisi sekumpulan kemampuan

minimal yang harus dikuasai peserta didik selama menempuh pelajaran

fiqh di sekolah. Kemampuan ini berorientasi pada perilaku afektif dan

psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka

memperkuat keimanan, ketaqwaan, dan ibadah kepada Allah SWT.

Kemampuan-kemampuan yang tercantum dalam komponen

kemampuan dasar ini merupakan penjabaran dari kemampuan dasar

umum yang harus dicapai di sekolah yaitu:

Kemampuan membiasakan untuk mencari, menyerap, menyampaikan, dan

menggunakan informasi tentang tata cara thaharah, pelaksanaan shalat

16 Ibid.

21

(shalat wajib, jamâ’ah, jama’ qoshor, dharûrat, janâzah, shalat sunnah)

serta mampu mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kemampuan membiasakan untuk mencari, menyerap, menyampaikan, dan

menggunakan informasi tentang sujud, dzikr, dan do’a, puasa, zakat, haji,

dan umrah, makanan minuman yang halal dan haram, qurban, dan aqiqah

serta mampu mengamalkannya.

Kemampuan membiasakan untuk mencari, menyerap, menyampaikan, dan

menggunakan informasi tentang mu’amalah, mu’amalah selain jual beli,

kewajiban terhadap sesama (orang sakit, jenazah, dan ziarah kubur), tata

pergaulan remaja, jinâyat, hudûd dan sanksi hukumnya, kewajiban

mematuhi undang-undang negara dan syari’at Islam, kewajiban mengelola

dan mengolah lingkungan untuk kesejahteraan sosial.17

Seperti tergambar dalam kemampuan dasar umum di atas, kemampuan

dasar tiap kelas yang tercantum dalam standar nasional juga

dikelompokkan ke dalam empat unsur pokok mata pelajaran fiqh yaitu:

fiqh ibadah, fiqh mu’âmalah, fiqh jinâyah, dan fiqh siyâsah.

Berdasarkan pengelompokkan per unsur, kemampuan dasar mata

pelajaran fiqh adalah sebagai berikut:

a. Fiqh ibadah, meliputi:

1) Melakukan thaharah atau bersuci.

17 Dra. Yuliati Basyariyah. Makalah KTSP di MTs Hidayat Probolinggo.

http://media.diknas.go.id. Diakses tanggal 27 April 2007.

22

2) Melakukan shalat wajib.

3) Melakukan shalat berjama’ah.

4) Memahami shalat jama’ qoshor.

5) Memahami tata cara shalat darurat.

6) Melakukan shalat janâzah.

7) Melakukan macam-macam shalat sunnah.

8) Melakukan macam-macam sujud.

9) Melakukan dzikir dan do’a.

10) Membelanjakan harta di luar zakat.

11) Memahami ibadah haji dan umrah.

12) Memahami hukum Islam tentang makanan dan minuman.

13) Memahami ketentuan aqiqah dan qurban.

b. Fiqh mu’amâlah, meliputi:

1) Memahami macam-macam mu’amalah.

2) Memahami mu’amalah di luar jual beli.

3) Melaksanakan kewajiban terhadap orang sakit, jenazah, dan ziarah

kubur.

4) Melakukan pergaulan remaja sesuai syari’at Islam.

c. Fiqh jinâyat, meliputi:

1) Memahami jinayat, hudud, dan sanksinya.

d. Fiqh siyâsah, meliputi:

1) Mematuhi undang-undang negara dan syari’at Islam.

23

2) Memahami kepemimpinan dalam Islam.

3) Memelihara, mengolah lingkungan, dan kesejahteraan sosial.18

Pendekatan Pembelajaran Fiqh dan Penilaiannya

Pendekatan Pembelajaran Fiqh

Cakupan materi pada setiap aspek dikembangkan dalam suasana

pembelajaran yang terpadu, meliputi:

1) Keimanan, yang mendorong peserta didik untuk mengembangkan

pemahaman dan keyakinan tentang adanya Allah SWT sebagai sumber

kehidupan.

2) Pengalaman, mengkondisikan peserta didik untuk mempraktekkan dan

merasakan hasil-hasil pengalaman isi mata pelajaran fiqh dalam

kehidupan sehari-hari.

3) Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan

melakukan tata cara ibadah, bermasyarakat, dan bernegara yang sesuai

dengan materi pelajaran fiqh yang dicontohkan oleh para ulama.

4) Rasional, usaha meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran

fiqh dengan pendekatan yang memfungsikan rasio peserta didik,

sehingga isi dan nilai-nilai yang ditanamkan mudah dipahami dengan

penalaran.

18 Dra. Yuliati Basyariyah. Makalah KTSP di MTs Hidayat Probolinggo.

http://media.diknas.go.id. Diakses tanggal 27 April 2007.

24

5) Emosional, upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam

menghayati pelaksanaan ibadah sehingga lebih terkesan dalam jiwa

peserta didik.

6) Fungsional, menyajikan materi fiqh yang memberikan manfaat nyata

bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas.

7) Keteladanan, yaitu pendidikan yang menempatkan dan memerankan

guru serta komponen sekolah lainnya sebagai teladan, sebagai cerminan

dari individu yang mengamalkan materi pembelajaran fiqh.19

Penilaian Fiqh

Penilaian dilakukan terhadap proses dan hasil belajar peserta didik berupa

kompetensi yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan serta

pengalaman.

Penilaian berbasis kelas terhadap ketiga ranah tersebut dilakukan secara

proporsional sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran dengan

mempertimbangkan tingkat perkembangan peserta didik serta bobot setiap

aspek dari setiap materi.

Hal ini yang perlu diperhatikan dalam penilaian fiqh adalah prinsip

kontinuitas, yaitu guru secara terus menerus mengikuti pertumbuhan,

perkembangan, dan perubahan peserta didik. Penilaiannya tidak saja

merupakan kegiatan tes formal melainkan juga perhatian terhadap peserta

19 Dra. Yuliati Basyariyah. Makalah KTSP di MTs Hidayat Probolinggo.

http://media.diknas.go.id. Diakses tanggal 27 April 2007.

25

didik ketika duduk, berbicara dan bersikap, serta pengamatan ketika peserta

didik berada di ruang kelas, di tempat ibadah, dan ketika mereka bermain.

Dari berbagai pengamatan tersebut ada yang perlu dicatat secara tertulis,

terutama tentang perilaku yang menonjol atau kelainan pertumbuhan yang

kemudian harus diikuti dengan langkah bimbingan. Penilaian terhadap

pengamatan dapat digunakan observasi, wawancara, angket, kuesioner,

skala sikap, dan catatan anekdot.20

Metode dalam Pelaksanaan Pembelajaran Fiqh

Permasalahan yang seringkali dijumpai dalam pengajaran khususnya

pengajaran fiqh adalah bagaimana cara menyajikan materi kepada siswa secara

baik sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efisien. Di samping masalah

lainnya yang juga sering didapati adalah kurangnya perhatian guru terhadap

variasi penggunaan metode mengajar dalam upaya peningkatan mutu pengajaran

secara baik.

Metode pendidikan di sini ialah semua cara yang digunakan dalam upaya

mendidik. Kata “metode” di sini diartikan secara luas. Karena mengajar adalah

salah satu bentuk upaya mendidik, maka metode yang dimaksud di sini mencakup

juga metode mengajar.21 Maka seorang pendidik atau guru dituntut agar cermat

20 Dra. Yuliati Basyariyah. Makalah KTSP di MTs Hidayat Probolinggo.

http://media.diknas.go.id. Diakses tanggal 27 April 2007. 21 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Offset, 2001), 131.

26

memilih metode apa yang tepat digunakan waktu menyampaikan materi pelajaran

kepada peserta didik. Metode dalam pembelajaran fiqh antara lain adalah:

Metode Ceramah

Metode ceramah adalah teknik penyampaian pesan pengajaran yang

sudah lazim dipakai oleh para guru di sekolah. Ceramah diartikan sebagai

suatu cara penyampaian bahan secara lisan oleh guru di muka kelas. Peran

murid di sini sebagai penerima pesan, mendengarkan, memperhatikan, dan

mencatat keterangan-keterangan guru bilamana diperlukan.22

Metode Diskusi

Metode diskusi adalah suatu cara mempelajari materi pelajaran

dengan memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu

argumentasi secara rasional dan objektif. Cara ini menimbulkan perhatian dan

perubahan tingkah laku anak dalam belajar. Metode diskusi juga

dimaksudkan untuk dapat merangsang siswa dalam belajar dan berfikir secara

kritis dan mengeluarkan pendapatnya secara rasional dan objektif dalam

pemecahan suatu masalah.23

Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah penyampaian pesan pengajaran dengan

cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa memberikan jawaban atau

22 Drs. M. Basyiruddin Usman, M.Pd, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta:

Ciputat Press, 2002), 34. 23 Ibid., 36.

27

sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan guru yang menjawab

pertanyaan-pertanyaan.24

Metode Demonstrasi dan Eksperimen

Demonstrasi adalah salah satu teknik mengajar yang dilakukan oleh

seorang guru atau orang lain yang dengan sengaja diminta atau siswa sendiri

ditunjuk untuk memperlihatkan kepada kelas tentang suatu proses atau cara

melakukan sesuatu.

Metode eksperimen adalah cara pengajaran di mana guru dan murid

bersama-sama melakukan suatu latihan atau percobaan untuk mengetahui

pengaruh atau akibat dari suatu aksi. Metode demonstrasi dan eksperimen ini

cocok digunakan bilamana antara lain untuk memberikan latihan

keterampilan tertentu kepada siswa dan untuk membantu siswa dalam

memahami suatu proses secara cermat dan teliti.

Metode Resitasi (Pemberian Tugas)

Metode resitasi memberikan kesempatan kepada siswa untuk

melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk langsung yang telah dipersiapkan

guru sehingga siswa dapat mengalami secara nyata. Metode ini sering disebut

dengan pekerjaan rumah, namun dalam pelaksanaan metode ini siswa tidak

24 Drs. M. Basyiruddin Usman, M.Pd, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, 43.

28

hanya mengerjakan tugasnya di rumah, tetapi dapat juga di perpustakaan,

laboratorium, halaman sekolah atau di tempat-tempat lainnya.25

Metode Kerja Kelompok

Metode kerja kelompok dilakukan atas dasar pandangan bahwa anak

didik merupakan suatu kesatuan yang dikelompokkan sesuai dengan

kemampuan dan minatnya untuk mencapai suatu tujuan pengajaran tertentu

dengan sistem gotong royong.

Keunggulan metode kerja kelompok di antaranya adalah ditinjau dari

segi paedagogis, kegiatan kelompok akan dapat meningkatkan kualitas

kepribadian siswa, seperti adanya kerjasama, toleransi, berfikir kritis, dan

disiplin. Adapun kelemahan metode ini adalah bilamana guru kurang kontrol

maka akan terjadi persaingan yang negatif antar kelompok.

Metode Pembiasaan

Pembiasaan sebenarnya berintikan pengalaman. Yang dibiasakan itu

ialah sesuatu yang diamalkan. Oleh karena itu, uraian tentang pembiasaan

selalu menjadi satu dengan uraian tentang perlunya mengamalkan kebaikan

yang telah diketahui.

Inti pembiasaan ialah pengulangan. Jika guru setiap masuk kelas

mengucapkan salam, itu telah dapat diartikan sebagai usaha membiasakan.

Bila murid masuk kelas tidak mengucapkan salam, maka guru mengingatkan

25 Abu Ahmadi dan Joko Triprasetya, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: CV. Pustaka

Setia, 1997), 61.

29

agar bila masuk ruangan hendaklah mengucapkan salam, ini juga satu cara

membiasakan.26

Metode Sosio Drama dan Bermain Peran

Metode sosio drama dan bermain peran adalah teknik mengajar yang

banyak kaitannya dengan pendemonstrasian kejadian-kejadian yang bersifat

sosial.

Metode ini bertujuan agar siswa belajar bagaimana memahami

perasaan orang lain, menggambarkan bagaimana seseorang memecahkan

masalah, serta melukiskan bagaimana seseorang bertindak atau bertingkah

laku dalam situasi sosial tertentu. Metode sosio drama dan bermain peran

biasanya digunakan pada pembelajaran sejarah dan akhlak.

Metode Karya Wisata

Metode karya wisata adalah metode pengajaran yang dilakukan

dengan mengajak para siswa keluar kelas untuk mengunjungi suatu peristiwa

atau tempat yang ada kaitannya dengan pokok bahasan.

Metode ini diterapkan antara lain karena obyek yang akan dipelajari

hanya terdapat di tempat tertentu. Selain itu pengalaman langsung dapat

membuat siswa lebih tertarik kepada pelajaran yang disajikan sehingga ingin

lebih mendalami hal-hal yang diminati dengan mencari informasi dari buku-

buku sumber lainnya, serta memberi hiburan yang kreatif.

26 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, 144.

30

Metode Drill (Latihan)

Metode drill adalah suatu metode dalam pengajaran dengan jalan

melatih anak didik terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan secara

terus menerus sampai anak didik memiliki ketangkasan yang diharapkan.

Metode drill (latihan) merupakan salah satu bentuk dari berbagai

macam metode yang banyak digunakan oleh para pendidik dalam proses

belajar mengajar agar tujuan pembelajaran tercapai. Metode drill lebih

menitikberatkan pada keterampilan siswa seperti kecakapan motoris, mental,

asosiasi yang dibuat dan sebagainya. Ciri khas dari metode ini kegiatan yang

berupa pengulangan yang berkali-kali dilakukan dari sesuatu hal yang sama.

Pengulangan itu dilakukan agar asosiasi antara stimulus dan respon menjadi

sangat kuat dan tidak mudah dilupakan. Dengan demikian terbentuklah

keterampilan siap (pengetahuan siap) yang setiap saat digunakan oleh yang

bersangkutan.27

Metode Sorogan

Metode sorogan adalah metode individual, di mana murid mendatangi

guru untuk mengaji suatu kitab dan guru membimbingnya secara langsung.

Oleh karena itu inti dari metode ini adalah berlangsungnya proses belajar

mengajar (PBM) secara fest to fest antara guru dan murid.

27 M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: Ciputat Pers,

2002), 55-59.

31

Sebagaimana metode lainnya, metode sorogan juga memiliki

kelebihan-kelebihan di samping kelemahan-kelemahan. Kelebihannya antara

lain terjadi hubungan yang erat dan harmonis antara guru dan murid, guru

dapat mengetahui secara pasti kualitas yang telah dicapai muridnya.

Sedangkan kekurangannya antara lain kurang efisien jika murid yang

dihadapi begitu banyak.28

Metode Bandongan

Metode bandongan adalah salah satu metode pembelajaran dalam

pendidikan Islam. Di mana siswa atau santri tidak menghadap guru atau kyai

satu demi satu, tetapi semua peserta didik menghadap guru dengan membawa

buku atau kitab masing-masing. Kemudian guru membacakan,

menerjemahkan, menerangkan kalimat dari kitab yang dipelajari, sementara

santri secara cermat mengikuti penjelasan yang diberikab oleh kyai dengan

memberikan catatan-catatan tertentu.29 Cara belajar seperti ini paling banyak

dilakukan di pesantren-pesantren tradisional.

Strategi Pembelajaran Fiqh

Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, tidak hanya terdapat satu

macam strategi pembelajaran yang dapat diterapkan. Guru dapat memilih strategi

28 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers,

2002), 152. 29 Ibid., 156.

32

apa yang digunakan sesuai dengan situasi pembelajaran. Adapun macam-macam

strategi ada tiga, yaitu sebagai berikut:30

1. Strategi pembelajaran yang berpusat pada guru

Dalam hal ini guru berlaku sebagai sumber informasi yang mempunyai

posisi yang sangat dominan, dan mengajar merupakan penyampaian

informasi kepada peserta didik. Dalam hal ini metode yang biasanya

paling dominan adalah metode ceramah.

2. Strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik

Proses pembelajaran diupayakan untuk menciptakan suasana belajar

bagi siswa secara optimal, yaitu meningkatkan kemampuan siswa untuk

memproses, menemukan, dan menggunakan informasi bagi pengembangan

dirinya dalam konteks lingkungannya. Dalam hal ini, tujuan pembelajaran

terarah pada peningkatan kemampuan, baik dalam bentuk kognitif, afektif,

maupun psikomotorik. Kegiatan pembelajaran tidak lagi sekedar

menyampaikan dan menerima informasi, tetapi mengolah informasi sebagai

masukan pada usaha peningkatan kemampuan.

3. Strategi pembelajaran yang berpusat pada materi pengajaran

Dalam hal ini proses pembelajaran bertujuan untuk menguasai

informasi dari materi yang ada dalam buku teks. Oleh karena itu tujuan

pembelajaran lebih cenderung pada aspek kognitif, di mana pendidikan afektif

30 Gulo, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Grasindo, 2002), 11.

33

dan keterampilan kurang mendapat tempat yang seimbang dalam rangka

peningkatan kualitas manusia seutuhnya.

Ditinjau dari keterlibatan guru dan siswa dalam pengolahan pesan atau

materi, maka strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat dibedakan

menjadi dua macam:31

Strategi pembelajaran ekspositorik

Dalam pembelajaran ekspositorik guru mengolah secara tuntas pesan

atau materi sebelum disampaikan di kelas, sehingga peserta didik tinggal

menerima saja, dan bisa dikatakan peran siswa hampir tidak ada. Dalam

pembelajaran ekspositorik (ekspository learning), langkah-langkah yang

dilalui adalah sebagai berikut:

Preparasi. Guru mempersiapkan bahan secara sistematis.

Apersepsi. Guru bertanya atau memberikan uraian singkat untuk mengarahkan

perhatian siswa kepada materi yang akan diajarkan.

Presentasi. Guru memberikan materi dengan menggunakan metode ceramah

atau menyuruh siswa membaca buku teks.

Resitasi. Guru memberikan pertanyaan sesuai dengan materi yang telah

diajarkan atau disuruh menyatakan kembali pokok-pokok masalah yang

telah dipelajari.32

31 Abdul Madjid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep

dan Implementasi Kurikulum 2004 (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), 45. 32 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Rineka

Cipta), 22-24.

34

Strategi pembelajaran heuristik atau kurioristik

Dalam strategi pembelajaran heuristik peserta didik dituntut untuk

mengolah sendiri pesan atau materi dengan pengarahan dari guru. Dengan

menggunakan strategi ini proses pembelajaran diarahkan untuk menciptakan

situasi lingkungan yang membelajarkan peserta didik yang optimal. Dalam hal

ini ada strategi inquiry atau discovery, di mana siswa terlibat secara maksimal

dalam usaha mencari dan menemukan masalah atau konsep. Langkah-langkah

strategi pembelajaran ini adalah sebagai berikut:

Simulation. Guru memulai dengan mengajukan persoalan, atau menyuruh

siswa membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan.

Problem statement. Siswa diberi kesempatan untuk mengidentifikasi berbagai

permasalahan. Setelah permasalahan dipilih, kemudian dirumuskan dalam

bentuk pertanyaan atau hipotesis, yakni pertanyaan sebagai jawaban

sementara.

Data collection. Siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai

informasi yang relevan.

Data processing. Pengolahan informasi yang telah didapat.

Verification. Pengujian hipotesis berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran

dari informasi yang ada.

Generalization. Siswa membuat kesimpulan.

Dilihat dari cara pengolahan atau memproses pesan atau materi, strategi

pembelajaran Pendidikan Agama Islam dibedakan menjadi:

35

1. Strategi pembelajaran deduksi

Yaitu pesan diolah mulai dari umum menuju kepada yang khusus, dari

hal-hal yang abstrak kepada contoh-contoh yang konkrit.

2. Strategi pembelajaran induksi

Yaitu pengolahan pesan yang dimulai dari hal-hal yang khusus menuju

kepada hal-hal yang umum, dari peristiwa-peristiwa yang bersifat

individual menuju kepada generalisasi, dari pengalaman-pengalaman

empiris yang individual menuju kepada konsep yang bersifat umum.

Kedua strategi di atas tujuannya sama-sama membimbing siswa agar dapat

mengambil kesimpulan dari berbagai persoalan analisis yang ada, yang

membedakannya terletak pada kekhususan dan keumumannya saja.33

Mind Mapping

Pengertian Mind Mapping (Peta Konsep)

Mind mapping (peta konsep) merupakan alat yang bisa membantu otak

berfikir secara teratur dan sederhana. Mind mapping (peta konsep) adalah

bentuk penulisan catatan yang penuh warna dan bersifat visual, yang bisa

dikerjakan satu orang atau lebih. Dipusatnya terdapat sebuah gagasan atau

gambar sentral. Kemudian gagasan utama yang kesemuanya terhubung pada

gagasan sentral.34

33 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, 103.

34 Tomy dan Barry Buzan, Memahami Peta Pikiran: The Mind Map Book, Terj. Alexander

Sindoro (Batam Centre: Interaksara, 2004), 23.

36

Di setiap cabang gagasan utama ada cabang-cabang sub gagasan yang

mengeksplorasi tema-tema tersebut secara lebih mendalam. Dan pada cabang

sub gagasan ini kita dapat menambahkan lebih banyak sub cabang, sambil

terus mengeksplorasi gagasan secara lebih mendalam lagi. Sama seperti semua

cabang yang saling berhubungan. Faktor ini membuat mind mapping (peta

konsep) memiliki ruang lingkup yang dalam dan luas, yang tidak dimiliki oleh

daftar gagasan biasa.

Dengan bekerja dari pusat ke arah luar, mind mapping (peta konsep)

mendorong fikiran agar berperilaku dengan cara yang sama. Gagasan-gagasan

akan segera berkembang dan dapat memancarkan pemikiran kreatif dan

imajinatif.

Mind mapping (peta konsep) merupakan cara paling mudah untuk

memasukkan informasi ke dalam otak, dan untuk mengambil informasi dari

otak. Cara ini adalah cara yang kreatif dan efektif dalam membuat catatan.

Semua mind mapping (peta konsep) memiliki beberapa kesamaan, mind

mapping (peta konsep) selalu menggunakan warna. Struktur alamiah mind

mapping berupa radial yang memancar keluar dari gambar sentral. Mind

mapping (peta konsep) menggunakan garis, lambang, kata-kata, serta gambar

berdasarkan seperangkat aturan yang sederhana, mendasar, alami, dan akrab

bagi otak.

Dengan menggunakan mind mapping (peta konsep) daftar informasi

yang panjang dan menjemukan bisa diubah bentuknya menjadi diagram yang

37

penuh warna, mudah diingat dan sangat beraturan serta sejalan dengan cara

kerja alami otak.

Peta pikiran ini merupakan pendekatan keseluruhan otak yang

membuat kita mampu membuat catatan yang menyeluruh dalam satu halaman.

Dengan menggunakan citra visual dan perangkat grafis lainnya, peta pikiran

akan memberikan kesan yang lebih dalam.

Teknik pencatatan ini dikembangkan pada 1970-an oleh Tony Buzan

dan disiarkan pada riset tentang bagaimana cara kerja otak yang sempurna.

Otak kita seringkali mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol,

bentuk-bentuk, dan perasaan. Peta pikiran menggunakan pengingat-pengingat

visual dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan, seperti peta jalan yang

digunakan untuk belajar, mengorganisasikan, dan merencanakan. Peta ini

dapat membangkitkan ide-ide orisinil dan memicu ingatan yang mudah. Ini

jauh lebih mudah daripada metode pencatatan tradisional karena ia

mengaktifkan kedua belahan otak kita (karena itu disebut dengan istilah

“pendekatan keseluruhan otak”).35 Cara ini juga menyenangkan,

menenangkan, dan kreatif. Pikiran kita tidak akan menjadi mandeg karena

mengulangi catatan kita jika catatan-catatan tersebut dibuat dalam bentuk peta

pikiran.

35 Bobbi De Porter dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman

dan Menyenangkan (Bandung: Penerbit Kaifa, 1999), 152.

38

Oleh karena itu, mencatat dengan menggunakan peta konsep

merupakan cara kreatif bagi tiap siswa untuk menghasilkan gagasan, mencatat

apa yang dipelajari atau merencanakan tugas baru. Meminta siswa untuk

membuat peta konsep memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi dengan

jelas dan kreatif apa yang telah mereka pelajari atau apa yang tengah mereka

rencanakan.36

Dengan peta konsep juga guru dapat memperkenalkan kepada siswa

sebuah konsep baru dalam mengembangkan pikiran, memperkenalkan kepada

murid alat baru yang revolusioner yang membuat murid mampu mengambil

manfaat sebesar-besarnya dalam semua aspek baru. Dengan mind mapping

juga dapat memberikan kepada murid kebebasan intelektual yang besar dengan

mendemonstrasikan bahwa murid dapat mengendalikan sifat alami dan

perkembangan dari proses berfikir, dan bahwa kemampuan murid untuk

berfikir secara kreatif secara teoritis adalah tidak terbatas. Mind mapping juga

dapat memberikan kepada murid pengalaman praktis dan pemikiran radikal,

dengan demikian dapat meningkatkan standar dari banyak keterampilan

intelektual dan kecerdasan murid secara signifikan.

Mind mapping merupakan bagian fondasi dalam membimbing murid

melewati aplikasi praktis dari ketrampilan belahan otak kiri dan kanan,

menunjukkan bagaimana murid dapat menggunakan masing-masing secara

36 Melwin L. Silberman, Actif Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif (Bandung: Nusamedia,

2006), 200.

39

terpisah, dan bagaimana kemudian murid dapat menggabungkan keduanya

dengan cara yang spesifik meningkatkan secara dramatik manfaat yang

diperoleh oleh murid dari penggunaan otak.

Mind mapping dapat diaplikasikan bukan saja dalam proses

pembelajaran, akan tetapi juga dalam proses pemecahan masalah pribadi,

keluarga, pendidikan, bisnis, dan profesional serta masa depan seseorang.

Itulah salah satu keunikan dan kehebatan dari mind mapping yang dituliskan

oleh Tony Buzan.37

Mind Mapping Sebagai Mekanisme Berfikir Kreatif

Mind mapping idealnya cocok untuk berfikir kreatif karena metode ini

menggunakan semua ketrampilan yang umumnya berasosiasi dengan

kreatifitas terutama imajinasi, asosiasi ide, dan fleksibilitas.

Menurut aturan dan teori umum peta konsep bahwa peta konsep

sebenarnya adalah manifestasi eksternal yang canggih dan elegan dari semua

kategori yang ditetapkan yaitu manifestasi eksternal dari proses berfikir kreatif

lengkap.

Pemikiran kreatif didasarkan pada imajinasi dan asosiasi. Tujuannya

adalah menghubungkan jenis A dan jenis B kemudian menghasilkan ide baru

dan inovatif. Dalam literatur psikologi, terutama dalam perangkat manual

menguji mengenai berfikir kreatif oleh E. Paul Torrence, fleksibilitas

37 Tomy dan Barry Buzan, Memahami Peta Pikiran: The Mind Map Book, Terj. Alexander

Sindoro, 15.

40

diidentifikasi sebagai elemen yang vital dalam berfikir. Faktor-faktor lain yang

penting termasuk kemampuan untuk:

Menghubungkan ide baru dan unik dengan ide yang sudah ada.

Menggunakan warna berbeda.

Menggunakan bentuk berbeda.

Menggunakan bentuk dan kode yang sesuai.38

Di antara keunggulan mind mapping dari metode lain adalah:

a. Mind mapping atau peta konsep berfikir kreatif secara otomatis

menggunakan semua ketrampilan berfikir kreatif.

b. Mind mapping atau peta konsep berfikir kreatif menghasilkan energi

mental yang terus meningkat ketika pemeta pikiran bergerak ke arah

sasarannya.

c. Mind mapping atau peta konsep berfikir kreatif memungkinkan pemeta

pikiran untuk memandang banyak sekali elemen sekaligus, jadi

meningkatkan probabilitas asosiasi dan integrasi kreatif.

d. Mind mapping atau peta konsep berfikir kreatif membuat otak manusia

berburu ide yang secara normal terletak dalam kekaburan di bagian tepi

dari pemikiran mereka.

e. Mind mapping atau peta konsep berfikir kreatif meningkatkan probabilitas

memperoleh pemahaman baru.

38 Ibid., 183.

41

f. Mind mapping atau peta konsep berfikir kreatif memperoleh dan

menunjang proses pembelajaran, meningkatkan probabilitas menghasilkan

ide-ide baru.39

Fungsi dan Manfaat Mind Mapping

Adapun fungsi dari mind mapping secara garis besar adalah

memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran dan memudahkan

murid dalam belajar dan mencatat materi pembelajaran.

Manfaat dari mind mapping atau peta konsep berfikir kreatif adalah

sebagai berikut:

Metode ini secara otomatis memberi semangat siswa sehingga tertarik, maka

membuat mereka lebih mau menerima dan bekerjasama dalam kelas.

Metode ini membuat pelajaran dan presentasi lebih spontan, kreatif, dan

menyenangkan baik bagi guru maupun bagi siswa.

Catatan guru tidak lagi relatif tetap kaku seiring dengan perjalanan waktu,

melainkan fleksibel dan dapat disesuaikan. Pada masa perubahan dan

perkembangan yang cepat ini, guru harus dapat mengubah dan menambah

catatan pelajaran dengan cepat dan dengan mudah.

Karena peta konsep hanya menyajikan material yang relevan dalam bentuk

yang jelas dan mudah diingat, siswa cenderung mendapat nilai dan prestasi

yang lebih baik.

39 Tomy dan Barry Buzan, Memahami Peta Pikiran: The Mind Map Book, Terj. Alexander

Sindoro, 25.

42

Tidak seperti teks linier, peta konsep tidak hanya menunjukkan fakta tetapi

juga menunjukkan hubungan antara fakta-fakta tersebut.

Volume fisik dari catatan berkurang secara dramatis.

Peta konsep terutama bermanfaat untuk anak-anak yang mengalami kesulitan

belajar, peta konsep membuat anak jauh lebih alami, lengkap, dan

mempercepat ekspresi diri.40

Teknik Pembuatan Mind Mapping

Untuk teknik pembuatan mind mapping digunakan pena berwarna, dan

pencatatan dimulai dari bagian tengah kertas. Diusahakan menggunakan kertas

secara melebar untuk mendapatkan lebih banyak tempat, lalu mengikuti

langkah-langkah sebagai berikut:

Menulis gagasan utamanya di tengah-tengah kertas dan melingkupinya dengan

lingkaran, persegi, atau bentuk lain.

Menambahkan sebuah cabang yang keluar dari pusatnya untuk setiap poin atau

gagasan utama. Jumlah cabang-cabangnya akan bervariasi, tergantung dari

jumlah gagasan atau segmen. Gunakan warna yang berbeda untuk tiap-tiap

cabang.

Menulis kata kunci atau frase pada tiap-tiap cabang dan mengembangkannya

secara detail. Kata-kata kunci adalah kata-kata yang menyampaikan inti

sebuah gagasan dan memicu ingatan. Jika menggunakan singkatan,

40 Tomy dan Barry Buzan, Memahami Peta Pikiran: The Mind Map Book, Terj. Alexander

Sindoro, 270-271.

43

hendaknya yang mudah diingat, sehingga bisa mengingatnya selama

berhari-hari atau berminggu-minggu setelahnya.

Menambahkan simbol-simbol dan ilustrasi-ilustrasi untuk mendapatkan

ingatan yang lebih baik.41

Di sini ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membuat catatan

peta konsep agar lebih mudah diingat:

a. Menulis secara rapi dengan menggunakan huruf-huruf kapital.

b. Menulis gagasan-gagasan penting dengan huruf-huruf yang lebih besar

sehingga langsung dapat tampak begitu membuka kembali catatan

tersebut.

c. Menggambar peta konsep dengan hal-hal yang berhubungan dengan

sesuatu yang menarik.

d. Memberi garis bawah kata-kata tersebut dan menggunakan huruf tebal.

e. Hendaknya penulis bersikap kreatif dan berani dalam desain karena otak

lebih mudah mengingat hal yang tidak biasa.

f. Menggunakan bentuk-bentuk acak untuk menunjukkan hal-hal atau

gagasan-gagasan tertentu.

g. Menciptakan peta pikiran kira secara horizontal untuk memperbesar ruang

bagi pekerjaan.42

41 Tomy dan Barry Buzan, Memahami Peta Pikiran: The Mind Map Book, Terj. Alexander

Sindoro, 273-274. 42 Ibid., 275-276.

44

Kiat-kiat untuk membuat peta konsep:

a. Di tengah kertas, membuat lingkaran dari gagasan utama.

b. Menambahkan sebuah cabang dari pusatnya untuk tiap-tiap poin kunci

menggunakan pena warna-warni.

c. Menuliskan kata kunci atau frase pada tiap-tiap cabang, kemudian

mengembangkan untuk menambahkan detail-detail.

d. Menambahkan simbol dan ilustrasi.

e. Menggunakan huruf-huruf kapital.

f. Menuliskan gagasan-gagasan penting dengan huruf-huruf yang lebih besar.

g. Menghidupkan peta konsep.

h. Memberi garis bawah kata-kata tersebut dan menggunakan huruf-huruf

tebal.

i. Hendaknya bersikap kreatif dan berani.

j. Menggunakan bentuk-bentuk acak untuk menunjukkan gagasan-gagasan.

k. Membuat peta konsep secara horizontal.43

43 Tomy dan Barry Buzan, Memahami Peta Pikiran: The Mind Map Book, Terj. Alexander

Sindoro, 277.

45

BAB III

IMPLEMENTASI MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN FIQH

DI SMPT 'IBADURRAHMAN NGLAYANG JENANGAN PONOROGO

Data Umum

Sejarah Berdirinya SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo dan

Perkembangannya

Berdirinya Pondok Pesantren ‘Ibadurrahman sebenarnya merupakan

realisasi keinginan beberapa orang untuk mendirikan pesantren di Desa

Panjeng, yang pada akhir tahun 1997 masih juga ide, karena beberapa

kendala. Pada pertengahan tahun 1998, diperoleh kabar tentang adanya tanah

wakaf di Desa Nglayang milik H. Amir Luqman yang belum tertangani. Maka

dikomandai oleh saudara Nurul Iman Lc, dan H. Sucipto Amir Lukman, S.Ag,

segera dihimpun potensi alumni Gontor dan pondok-pondok alumninya untuk

dapat menggarap tanah wakaf tersebut.

Pada musyawarah pertama yayasan ‘Ibadurrahman pada September

1998 disepakati untuk mempersiapkan diri selama 4 tahun, hingga dibukanya

pondok pesantren pada tahun 2002. Sejak saat itu dikembangkan berbagai

kegiatan-kegiatan khas pondok seperti pengajian anak-anak dan orang tua,

serta mulai dirintis pembangunan asrama santri.44

44 Lihat trankrip dokumentasi nomor: 01/D/8-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian

ini.

46

Dengan keadaan pondok yang sedemikian rupa, dan dengan usaha yang

gigih, maka yayasan ‘Ibadurrahman telah membuka SMP Terpadu

‘Ibadurrahman pada tahun pelajaran 2002/2003, dan telah memiliki piagam

izin penyelenggaraan sekolah swasta oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Jawa Timur, dengan nomor: 421.3/1378/108.08/2002 dan nomor statistik

sekolah: 202051102004 yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten

Ponorogo. Keberadaannya berada di bawah naungan yayasan ‘Ibadurrahman

Nglayang Jenangan Ponorogo yang berdiri pada tanggal 17 Agustus 1998,

dengan akta notaris nomor: 06 tanggal 7 September 1998. Keberadaan SMP

Terpadu ‘Ibadurrahman menyatu dengan Pondok Pesantren ‘Ibadurrahman.

Dengan demikian, segala aktifitas pendidikan dikemas dalam sistem asrama.

Untuk tahap pertama, SMP Terpadu ‘Ibadurrahman hanya menerima

siswa sekaligus menyediakan sarana dan prasarana berupa masjid, asrama,

ruang belajar, kamar mandi/WC dan lapangan olah raga. Namun, saat ini

pembangunan ruang kelas masih dapat disiapkan 75% dan masih diusahakan

penyempurnaannya.

Visi, Misi, dan Tujuan SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo

Visi

Mencetak generasi muslim-muslimah yang berbudi tinggi, berbadan sehat,

berpengetahuan luas, dan berfikiran bebas.

Misi

Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang berasaskan Islam.

47

Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran berbasis modern dan

terkini.

Tujuan

Tujuan SMPT 'Ibadurrahman tertuang dalam panca tujuan pondok atau SMPT

'Ibadurrahman, yaitu sebagai berikut:

Beribadah thâlabul ‘ilmi.

Beriman, berilmu, beramal sholeh, dan berjihad fî sabîlillâh.

Hidup sederhana.

Bermasyarakat dan menjadi warga negara yang baik.

Cinta agama dan tanah air.45

Letak Geografis SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo

SMPT 'Ibadurrahman berada di Dusun Mojoraden Desa Nglayang

Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo, 20 km arah timur kota Ponorogo.

Sampai saat ini SMPT ‘Ibadurrahman mempunyai 3 ruang belajar, 2 asrama

santri, 1 ruangan kantor guru. Dikarenakan letaknya yang cukup terpencil dan

jauh dari keramaian kota, sehingga untuk menuju lokasi harus melalui

beberapa tahap, seandainya menggunakan transportasi umum harus berganti

beberapa kali, serta harus berjalan kaki kira-kira + 2 km menuju lokasi

tersebut.46

45 Lihat trankrip dokumentasi nomor: 02/D/8-IX /2007 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini. 46 Lihat trankrip dokumentasi nomor: 03/D/8-IX /2007 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini.

48

Struktur Organisasi SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo47

Gambar 1

Struktur Organisasi

Sumber dokumen : dokumen SMPT ‘Ibadurrahman tahun 1999

Kurikulum

Sebagaimana di sebagian pondok pesantren yang ada sekarang,

kurikulum SMPT ‘Ibadurrahman juga merupakan perpaduan antara kurikulum

47 Lihat trankrip dokumentasi nomor: 04/D/8-IX /2007 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini.

Yayasan

‘Ibadurrahman

Kepala

Sekolah

Pimpinan

Pondok

Tata

Usaha

Waka

Kurikulum

Waka

Kesiswaan

Waka

Sarpras

Wali Kelas Dewan Guru

Siswa

49

diknas dan kurikulum pondok modern. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi

kelemahan pada masing-masing kurikulum.

Kurikulum-kurikulum dirancang secara akomodatif tersebut antara lain

sebagai berikut:

Kurikulum dari pondok modern (Gontor), meliputi materi-materi tentang

ketrampilan bahasa asing (Arab), antara lain mata pelajaran muthâla’ah,

nahwu, sharf, insyâ’, imlâ’, dan tamrîn, selain itu juga pelajaran tarbiyah

wa-t-ta’lîm, târikh Islam, târikh adâbil lughah, mahfudhât, dan

sebagainya.

Kurikulum dari diknas, meliputi pelajaran-pelajaran umum, seperti ekonomi,

fisika, PPKn, Bahasa Indonesia, matematika, geografi, dan lain

sebagainya.48

Fasilitas/Sarana Prasarana Kegiatan Belajar Mengajar di SMPT 'Ibadurrahman

Nglayang Jenangan Ponorogo

Dalam proses belajar mengajar di sekolah, sarana pendidikan sangat

menunjang dan juga bisa menentukan hasil evaluasi siswa, selain itu sarana

pendidikan juga sangat membantu pada kelancaran proses belajar mengajar di

sekolah. Biasanya di sekolah-sekolah yang maju, sarana pendidikan sangat

diperlukan, karena sarana pendidikan itu akan menunjang keberhasilan prestasi

anak didik.

48 Lihat trankrip dokumentasi nomor: 05/D/8-IX /2007 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini.

50

Dari hal-hal di atas fungsi kepala sekolah sangat diperlukan, karena

untuk mengontrol sarana-sarana yang ada di sekolah, yang pada akhirnya tahu

sarana apa yang sering dipakai dan yang tidak pernah dipakai. Untuk sarana

yang tidak pernah dipakai kepala sekolah harus tanggap serta punya gambaran,

bagaimana caranya sarana tersebut bisa dipakai dan difungsikan oleh anak

didik dan guru.

Sebagai kepala sekolah maupun guru, mereka akan tahu bakat serta

minat anak didik, sehingga guru tahu kemana arah dan tujuan anak didiknya.

Karena bakat anak didik satu dengan yang lainnya berbeda, maka sarana

pendidikan dituntut kelengkapannya guna untuk keberhasilan anak didik di

sekolah tersebut.

Adapun sarana prasarana yang ada di SMPT ‘Ibadurrahman saat ini

adalah:49

Tabel I

Sarana dan Prasarana

No Uraian Jumlah

1. Masjid masyarakat seluas 8 x 10 m 1 Buah

2. Wartel 2 KBU

3. Kamar mandi dan WC 3 Buah

4. Meja dan bangku belajar 30 Set

5. Peralatan belajar (papan tulis dan lain-lain) 3 Buah

6. Meja dan kursi kantor 2 Set

7. Meubeleir 1 Set

8. Komputer 4 Buah

49 Lihat trankrip dokumentasi nomor: 06/D/8-IX /2007 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini.

51

9. Mesin Ketik 1 Buah

Sumber dokumen : Arsip SMPT ‘Ibadurrahman tahun 1999

Dari data di atas, teramat banyak kekurangan pada sarana maupun

prasarana, namun dari pihak yayasan tetap berusaha dengan sekuat tenaga.

Dan juga penambahan alat-alat olah raga, seperti bola kaki, bola tangan,

perlengkapan atletik dan juga penambahan alat kesenian, seperti orgen,

seruling, dan satu set perlengkapan hadroh modern.

Dilihat dari sarana yang ada di SMPT ‘Ibadurrahman, ada sarana yang

belum tersedia, dan itu harus dilengkapi, yaitu:

a. Ruang pertemuan yang representatif.

b. Ruang UKS yang memadai.

c. Ruang TU dan kepala sekolah yang masih menyatu dengan ruang guru.

d. Ruang tamu yang masih menyatu dengan ruang guru.

e. Lapangan olah raga yang memadai.

f. Ruang perpustakaan dan dengan segala isi di dalamnya.

Kedaaan Guru dan Siswa SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo

Keadaan Guru

Pendidik adalah merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas yang sangat

utama, di dalam kaitannya dengan pendidikan, guru merupakan salah satu tokoh

52

kunci utama dalam rangka meningkatkan SDM. Melalui interaksi antara guru dan

murid yang berlangsung secara efektif, tentunya akan membawa suatu prodak

pendidikan yang cukup berarti, selain keberhasilan di dalam rangka memberantas

kebodohan dan keterbelakangan, juga merupakan tolak ukur kemajuan suatu bangsa.

Namun demikian, untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia juga bukan

terletak pada guru semata, tetapi juga menyangkut peran aktif dari berbagai pihak

untuk mensukseskannya, salah satu tolak ukur suatu bangsa bukan hanya terletak

pada sejauhmana kemajuan di sektor industrinya, namun hal itu juga terkait dengan

masalah sistem pendidikan.

Di dalam proses pendidikan, profesi guru mempunyai fungsi yang sangat strategis di

dalam upaya untuk mencerdaskan bangsa, peranan ini sangat besar dan tidak bisa

dipungkiri. Tetapi kita juga menyimak beberapa media masa, maka banyak sekali

keluhan-keluhan yang dilontarkan sebagai masyarakat kita yang menilai bahwa

profesionalisme guru kita masih dianggap kurang memadai. Anggapan tersebut dapat

dianggap wajar sehubungan dengan keadaan yang dihadapi sekarang.

Seorang guru mempunyai komitmen kepada muridnya dalam proses belajar, yaitu

kepentingan siswanya, ia harus bisa menguasai berbagai materi yang akan diajarkan

pada muridnya serta menguasai metode pengajaran yang dilandasi oleh rasa tanggung

jawab serta dapat memantau hasil belajar siswa melalui cara pengamatan terhadap

perilaku siswa sampai dengan tes hasil belajar, bahkan guru harus mempunyai pikiran

yang sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalaman.

Hal ini berarti guru harus tahu pengaruh apa yang diajarkan kepada siswanya. Ia

harus tahu baik buruknya dampak dari proses belajar tersebut. Karena guru adalah

merupakan bagian dari masyarakat, belajar di dalam lingkungan profesinya harus

diakui bahwa sikap profesionalisme termasuk guru merupakan tuntunan masa depan.

Berikut ini tabel keadaan guru SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo:50

Tabel II

Daftar Guru

No Nama Jabatan Mata Pelajaran

1. Idam Mustofa, M.Pd KS

2. Zainal Hasan,S.Pd Waka Kurikulum PPKn

3. Afidatul Laila,S.Pd Waka Kesiswaan Matematika, Sains

4. Wempi Catur Ariyanto Waka Sarpras B. Indonesia, TIK

5. H. Sucipto,S.Ag Guru PAI

6. Etik Nisakurin,S.Pd Guru/Wali Kelas Bahasa Inggris

7. Ali Mustofa,S.Pd Guru/Wali Kelas IPS

8. Dodi Aji S Guru/Wali Kelas Penjaskes

50 Lihat trankrip dokumentasi nomor: 07/D/8-IX /2007 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini.

53

9. Imam Badri Guru Bahasa Jawa

10. Agung Kurniawan Guru Kertakes

Sumber dokumen: Arsip SMPT ‘Ibadurrahman tahun 2002

Keadaan Siswa

Melihat dengan kenyataan bahwa kondisi sekolah yang masih baru, bisa dikatakan

baru karena untuk SMP sampai saat ini masih mengalami pembangunan yang sampai

saat ini belum sempurna, masih mengalami kendala terutama pada dana yang belum

maksimal, maka saat ini masih ada 3 kelas, yaitu kelas 1, kelas 2, dan kelas 3, dengan

jumlah murid 38, terdiri dari kelas 1 sebanyak 11 siswa, kelas 2 sebanyak 15 siswa,

dan kelas 3 sebanyak 12 siswa. Dengan prinsip jemput bola diharapkan dapat kiranya

menarik para putra-putri lulusan SD atau MI untuk bersekolah ke SMPT

‘Ibadurrahman.51

Dari data di atas, jelas diketahui bahwa minat dari masyarakat untuk menyekolahkan

putra-putrinya ke SMPT ‘Ibadurrahman sangatlah minim, karena pada kenyataannya,

di sekitar lokasi SMPT ‘Ibadurrahman banyak sekali anak-anak yang disekolahkan

keluar daerah tersebut. Karena mereka beranggapan sekolah di kota akan berhasil dan

juga mudah untuk masuk ke jenjang pendidikan selanjutnya.

Dari hal-hal di atas untuk menunjang keberhasilan siswa, maka dari pihak SMPT

‘Ibadurrahman di luar jam pelajaran diadakan les dan juga program kursus kilat yang

mendatangkan tutor dari luar daerah, dan juga tak ketinggalan mengadakan kegiatan

ekstrakurikuler, antara lain:52

Tabel III

Jenis Kegiatan

No Jenis Kegiatan Waktu Pembimbing

1. Pramuka Ahad Sore Ustdz. Etik Nisakurin,S.Pd

2. Komputer Sabtu Malam Ustd. Wempi Catur A

3. Kursus Bahasa Inggris Selasa Malam Ustd. Munirul Ikhwan

4. Kursus Bahasa Arab Rabu Malam Ustd. H. Sucipto,S.Ag

5. Muhadhoroh Kamis Malam Ustd. Zainal Hasan,S.Pd

6. Hadroh Modern Sabtu Malam Ustd. Imam Mustofa,A.Ma

7. Seni Teater Rabu Sore Ustd. Wempi Catur A

Sumber dokumen : Asip SMPT ‘Ibadurrahman tahun 2001

51 Lihat trankrip dokumentasi nomor: 07/D/8-IX /2007 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini. 52 Lihat trankrip dokumentasi nomor: 08/D/8-IX /2007 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini.

54

Demikian jenis-jenis kegiatan ekstra kurikuler yang ada di SMPT 'Ibadurrahman

Nglayang Jenangan Ponorogo.

Data Khusus

Pelaksanaan Mind Mapping dalam Pembelajaran Fiqh Siswa Kelas I di SMPT

'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo Tahun Ajaran 2007/2008

Pembelajaran fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan

Ponorogo menggunakan sistem pembelajaran mind mapping dengan latar

belakang selain tuntutan dari kurikulum juga untuk memotivasi belajar siswa

sehingga kesuksesan belajar akan tercapai. Maka dalam pembelajaran siswa

berposisi sebagai subyek bukan obyek disesuaikan dengan perbedaan

kemampuan siswa.

Dalam proses belajar mengajar di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang

Jenangan Ponorogo ini menggunakan metode mind mapping yang dapat

membuat siswa lebih aktif dan kreatif dalam belajar dan mencatat materi yang

diajarkan, sehingga siswa merasa tidak jenuh dan untuk memotivasi anak

supaya mudah dalam belajar dan tujuan pembelajaran akan tercapai dengan

baik. Metode mind mapping ini memberi kebebasan pada siswa dalam proses

belajar mengajar, tidak memberi keterbatasan. Sehingga siswa merasa tidak

jenuh dengan tetap ada pantauan dan arahan dari guru.

Untuk pembelajaran fiqh di SMPT 'Ibadurrahman dengan metode

mind mapping ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan, akan tetapi

pihak lembaga terus berusaha untuk bisa memaksimalkan metode mind

55

mapping ini dalam pembelajaran fiqh, diharapkan pembelajaran fiqh di SMPT

'Ibadurrahman dapat membuat siswa senang dan aktif dalam belajar. Sehingga

dapat tercapai tujuan pembelajaran fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang

Jenangan Ponorogo.

Adapun proses pembelajaran fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang

Jenangan Ponorogo melalui beberapa tahap, yaitu:

a. Persiapan atau perencanaan pembelajaran

Mind mapping diharapkan ada persiapan atau perencanaan dari

guru, persiapan yang dilakukan guru fiqh kelas I di SMPT 'Ibadurrahman

Nglayang Jenangan Ponorogo diungkapkan oleh Bapak H. Sucipto, S.Ag

selaku guru fiqh, yakni sebagai berikut:

Guru memberikan penyemangat kepada siswa agar nantinya lebih mudah

menangkap atau memahami materi yang akan disampaikan oleh guru, guru

mengidentifikasikan secara jelas tujuannya pembelajaran. Guru memberikan

pemahaman kepada siswa tentang mind mapping diharapkan dalam

pembelajaran siswa dapat mudah menangkap informasi yang diberikan oleh

guru. Selain itu siswa dapat membangun pengetahuan berdasarkan informasi ini,

rangkaian pembelajaran terdiri dari beberapa tahap dan aktifitas yang dipandu

guru. Guru mengorganisasikan kelas dan sumber belajar. Guru menentukan

bagaimana cara mengukur pencapaian siswa.53

Itulah beberapa persiapan yang dilakukan guru agama dalam

proses belajar mengajar di kelas I SMPT 'Ibadurrahman Nglayang

Jenangan Ponorogo.

53 Lihat transkrip wawancara nomor: 07/1-W/F-1/27-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini.

56

b. Proses pelaksanaan pembelajaran

Proses pembelajaran fiqh di kelas I SMPT 'Ibadurrahman

Nglayang Jenangan Ponorogo terbagi menjadi dua kegiatan pembelajaran

yakni kegiatan pembelajaran di dalam kelas dan kegiatan pembelajaran di

luar kelas. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas dengan dimulai

absen kelas dan membaca surat-surat pendek al-Qur'an selama sepuluh

menit disetiap awal pelajaran. Kemudian guru mengingatkan pelajaran

yang sudah dijelaskan pada pertemuan sebelumnya dan mengarahkan

siswa kepada materi pelajaran yang akan dipelajari pada pertemuan itu.

Seperti yang diungkapkan oleh Bapak H. Sucipto, S.Ag selaku

guru fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo yaitu:

Dalam pembelajaran fiqh yang dilakukan di kelas dengan dimulai absen kelas

dan membaca surat-surat pendek al-Qur'an selama sepuluh menit disetiap awal

pelajaran. Kemudian guru mengingatkan pelajaran yang sudah dijelaskan pada

pertemuan sebelumnya dan mengarahkan siswa kepada materi pelajaran yang

akan dipelajari pada pertemuan tersebut dengan menggunakan metode mind

mapping yaitu guru memberi gambar dengan konsep-konsep yang ada

kaitannya dengan materi.54

Hal tersebut juga diungkapkan oleh Bapak Idam Mustofa,M.Pd

selaku kepala sekolah SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan

Ponorogo, sebagai berikut:

Proses belajar mengajar yang dilakukan di kelas dengan diawali do’a bersama,

membuka juz’amma, membaca surat-surat pendek dan dilanjutkan dengan

materi pelajaran pada pertemuan tersebut dengan menggunakan mind mapping

dengan konsep dan pikiran yang sesuai dengan materi yang diajarkan.55

54 Lihat transkrip wawancara nomor: 08/2-W/F-1/27-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini. 55 Lihat transkrip wawancara nomor: 09/1-W/F-1/27-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini.

57

Dan dalam proses belajar mengajar selain dilakukan dalam kelas

juga bisa di luar kelas misalnya di masjid, di perpustakaan, di halaman

sekolah dan bisa juga dilakukan di luar lingkungan kelas.

Proses kegiatan pembelajaran semacam ini berjalan terus menerus

dan berkesinambungan. Seperti yang dijelaskan di atas maka di SMPT

'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo mempunyai pendekatan

dalam penyampaian materi. Adapun pendekatan yang digunakan oleh

SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo menggunakan

pendekatan mind mapping. Selain pembelajaran yang bersifat aktif dan

kreatif, pendekatan ini dapat mengajak siswa berfikir dan menulis secara

aktif dan kreatif.

Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Zainal Hasan, S.Pd selaku

waka kurikulum, bahwa:

Pelaksanaan mind mapping mulai dilaksanakan di SMPT 'Ibadurrahman

Nglayang Jenangan Ponorogo pada tahun 2006 didukung oleh sarana kelas yang

memadai.56

Dan yang menjadi motivasi untuk menggunakan sistem

pendekatan mind mapping di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan

Ponorogo khususnya pada materi fiqh seperti yang diungkapkan oleh

Bapak H. Sucipto, S.Ag selaku guru fiqh, sebagai berikut:

Di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo ini mengharapkan

pendidikan yang membuat siswa aktif dan kreatif, sehingga di kemudian hari

56 Lihat transkrip wawancara nomor: 10/3-W/F-1/26-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini.

58

siswa dapat menerapkannya, baik di lapangan sekolah, keluarga, dan lingkungan

masyarakat.57

Dalam penyampaian materi guru menggunakan pendekatan

keterlibatan aktif siswa sangat diperlukan sehingga proses pembelajaran

tidak saja pada tataran kognitif tetapi juga pada tataran afektif dan

psikomotorik. Dengan mengajarkan anak didik atau siswa untuk

melaksanakan proses pembelajaran secara langsung misalnya praktek

ibadah.

Observasi yang penulis lakukan pada saat proses belajar mengajar

di kelas I SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo yakni:

Ketika proses belajar mengajar fiqh dengan materi ibadah bab

thâharah, sebelum pelajaran dimulai, percakapan ringan sebagai pembuka

dan dimulai dengan absen kelas dan membaca surat-surat pendek kurang

lebih selama lima belas menit seperti biasanya. Kemudian guru menyuruh

siswa untuk membuka buku pelajaran, buku tulis maupun buku paket.

Guru membuka materi pelajaran dengan mengadakan tanya jawab

mengenai wacana yang akan diajarkan. Guru menuliskan inti pokok

pelajaran dengan menggunakan pendekatan mind mapping. Guru

menjelaskan pelajaran dengan menggunakan metode mind mapping dan

siswa mendengarkan. Siswa disuruh membaca dan memahami maksud

inti pelajaran yang diajarkan melalui metode mind mapping dan mencoba

57 Lihat transkrip wawancara nomor: 11/2-W/F-1/26-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini.

59

untuk menulis inti pelajaran dengan menggunakan metode mind mapping.

Kemudian guru memberi kesempatan bertanya kepada siswa apabila ada

yang belum bisa dipahami. Siswa bertanya dan ada yang menanggapi

pertanyaan dari siswa. Guru mengevaluasi langsung dengan pertanyaan

dan menunjuk siswa untuk menjawabnya kemudian guru menyimpulkan

materi.58

Selain itu, guru juga menunjuk siswa untuk maju ke depan kelas

untuk mendemonstrasikan hasil dari kesimpulan inti pelajaran yang

ditulisnya dengan metode mind mapping, dan siswa yang lainnya

mendengarkan, kemudian memberikan tanggapan apabila siswa yang di

depan sudah selesai menjelaskan.

Untuk menguatkan keterangan-keterangan tentang proses

pelaksanaan pembelajaran fiqh di kelas I SMPT 'Ibadurrahman Nglayang

Jenangan Ponorogo dari hasil dokumentasi dapat diketahui bahwa siswa

berperan aktif dan efektif dalam proses belajar mengajar dengan tidak

merasa jenuh.59

Dari hasil observasi dan dokumentasi tersebut, interaksi antara

guru dan siswa mendorong terciptanya pembelajaran yang aktif, kreatif,

efektif dan menyenangkan, sehingga pembelajaran tidak membuat anak

58 Lihat transkrip observasi nomor: 01/O/F-1/24-VII/2007 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini. 59 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 09/D/08-XI/2007 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini.

60

pasif dalam berfikir dan membuat ringkasan catatan dari isi materi

pelajaran yang diajarkan, akan tetapi pembelajaran cenderung membuat

anak berani mencoba, berani bertindak, berani mengemukakan pendapat

atau gagasan sehingga proses pembelajaran dapat optimal.

Dengan pendekatan pembelajaran yang telah dikembangkan di

SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo diharapkan ada

korelasi yang serasi antara metode yang dikembangkan dengan guru

penyampaiannya, karena bagaimanapun juga peran guru sangatlah

penting dalam proses pembelajaran. Jika guru dalam menyampaikan

materi mengetahui cara-cara yang seharusnya digunakan maka tidak

menutup kemungkinan keberhasilan proses pembelajaran akan tercapai,

namun sebaliknya jika guru dalam menyampaikan materi tidak

mengetahui cara-cara yang seharusnya digunakan maka mustahil tujuan

pendidikan tercapai.

Cara guru menyampaikan materi dalam pelaksanaan kegiatan

belajar mengajar berdasarkan pendekatan mind mapping pada bidang

studi fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo sangat

membantu siswa dalam memahami materi yang diajarkannya, metode

mind mapping sedikit agak berbeda dengan metode yang lainnya.

Perbedaan itu terletak pada cara guru mengkondisikan siswa pada waktu

proses pelaksanaan pembelajaran. Pada waktu proses pelaksanaan

pembelajaran misalnya ruangan, dinding kelas berwarna-warni dengan

61

catatan-catatan pelajaran yang ditulis oleh siswa sendiri dengan

menggunakan metode mind mapping supaya kelas menjadi lebih indah

dan tidak membosankan, ada tempat penempelan hasil belajar siswa dan

meja belajar tidak selalu berjajar ke belakang seperti biasa, tetapi meja

ditata seperti letter U dan kadang juga ditata sesuai dengan kelompok

belajar siswa di kelas.60

Untuk menguatkan kondisi ruang kelas dalam proses pelaksanaan

pembelajaran, dari hasil dokumentasi dapat diketahui bahwa sarana dan

prasarana yang mendukung pembelajaran serta suasana yang

menyenangkan dapat memberi semangat belajar siswa dan tidak merasa

bosan.61

Dari penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode mind

mapping maka diperlukan tanggapan siswa tentang metode tersebut.

Adapun tanggapan siswa tentang mind mapping guna mengetahui

penerapan mind mapping pada bidang studi fiqh di SMPT 'Ibadurrahman

Nglayang Jenangan Ponorogo sebagai berikut:

1) Tanggapan siswa tentang seringnya bertanya kepada guru ketika

belajar di kelas

60 Lihat transkrip observasi nomor: 02/O/F-1/26-VII/2007 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini. 61 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 10/D/08-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini.

62

Siswa banyak yang aktif dalam bertanya ketika pembelajaran fiqh di

kelas berlangsung. Sebagaimana hasil wawancara dengan Tika (siswa kelas I)

dan Syamsul Arifin dan Mujiono (siswa kelas I):

Sering bertanya kepada guru, karena merasa kurang jelas terhadap materi

yang disampaikan guru.62

Sering bertanya, karena ada kesempatan untuk bertanya.63

Sering bertanya, agar lebih faham tentang materi yang diajarkan.64

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa

siswa aktif bertanya kepada guru ketika belajar di kelas.

2) Tanggapan siswa tentang pemahaman siswa terhadap materi yang

telah disampaikan guru

Guru dalam menyampaikan materi mudah dipahami oleh siswa sehingga

banyak siswa selalu memahami materi fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang

Jenangan Ponorogo, seperti hasil wawancara dengan siswa kelas I dan siswa

kelas I sebagai berikut:

Kadang-kadang materi yang disampaikan bisa dipahami, kadang-kadang

juga tidak bisa dipahami, tergantung sulit tidaknya materi.65

Kadang-kadang bisa memahami langsung setelah guru menyampaikan

materi.66

62 Lihat transkrip wawancara nomor: 12/4-W/F-1/28-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini. 63 Lihat transkrip wawancara nomor: 13/5-W/F-1/28-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini. 64 Lihat transkrip wawancara nomor: 14/6-W/F-1/28-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini. 65 Lihat transkrip wawancara nomor: 12/4-W/F-1/28-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini.

63

Kadang-kadang, tapi langsung diberi kesempatan untuk bertanya sebelum

dilanjutkan pada materi pelajaran selanjutnya.67

Dari keterangan-keterangan di atas, terdapat kesamaan yang

intinya siswa bisa memahami materi yang disampaikan guru,

walaupun kadang-kadang ada yang masih belum bisa difahami

langsung bisa ditanyakan pada guru.

3) Tanggapan siswa tentang seringnya siswa membuat catatan-catatan

atau gambar-gambar yang berhubungan dengan materi pelajaran fiqh

Sering mencatat waktu belajar di kelas.68

Sering mencatat dan kadang menggambar dan belajar membuat simbol dari

gambar yang dibuat.69

Sering membuat catatan dan menggambar serta membuat simbol.70

Berdasarkan keterangan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa siswa

selalu membuat catatan-catatan atau gambar-gambar yang berhubungan dengan

materi fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo dan

membuktikan bahwa kebanyakan siswa kelas 1 SMPT 'Ibadurrahman Nglayang

Jenangan Ponorogo dalam belajar fiqh selalu kreatif. Seperti menguraikan

66 Lihat transkrip wawancara nomor: 13/5-W/F-1/28-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini. 67 Lihat transkrip wawancara nomor: 14/6-W/F-1/28-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini. 68 Lihat transkrip wawancara nomor: 12/4-W/F-1/28-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini. 69 Lihat transkrip wawancara nomor: 13/5-W/F-1/28-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini. 70 Lihat transkrip wawancara nomor: 14/6-W/F-1/28-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini.

64

sesuatu dengan menunjukkan tulisan-tulisan dan gambar-gambar yang menarik

yang penuh warna dan simbol-simbol.

4) Tanggapan siswa tentang rasa senang dalam belajar fiqh dengan

menggunakan metode mind mapping di kelas I SMPT 'Ibadurrahman

Nglayang Jenangan Ponorogo

Senang, karena tidak membosankan.71

Sangat menyenangkan karena tidak menjenuhkan dan bisa membuat siswa

lebih kreatif dalam mencatat.72

Dari tanggapan siswa di atas dapat diketahui bahwa siswa

selalu merasa senang dalam belajar fiqh dengan menggunakan metode

mind mapping di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo.

Faktor-faktor Kendala dan Pendukung dalam Pelaksanaan Mind Mapping Pada

Pembelajaran Fiqh Siswa Kelas I di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan

Ponorogo

Faktor-faktor kendala terhadap pelaksanaan mind mapping pada

pembelajaran fiqh

Dalam penerapan mind mapping di SMPT 'Ibadurrahman

Nglayang Jenangan Ponorogo terdapat beberapa kendala yang dihadapi

oleh lembaga dan juga guru. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Zainal

71 Lihat transkrip wawancara nomor: 12/4-W/F-1/28-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini. 72 Lihat transkrip wawancara nomor: 13/5-W/F-1/28-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini.

65

Hasan,S.Pd selaku waka kurikulum dan Bapak H. Sucipto, S.Ag selaku

guru fiqh sebagai berikut:

Kendala yang menghambat pelaksanaan mind mapping pada pembelajaran fiqh

di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo di antaranya dari faktor:

dari segi SDM (Sumber Daya Manusia) guru yang kurang bisa memahami apa

yang dimaksud tentang mind mapping dan faktor dari segi siswa yang belum

menghayati tentang pelaksanaan mind mapping.73

Kendala pihak lembaga

Kendala yang timbul dari pihak lembaga adalah sulitnya

menyiapkan tenaga pengajar yang benar-benar siap dan mampu

memahami mind mapping secara mendalam.

Kendala guru

Kurangnya pemahaman guru terhadap mind mapping,

sehingga guru merasa kesulitan dalam memberikan materi kepada

murid.

Kendala murid.

Media pembelajaran atau kurangnya sarana pengajaran.

Biaya yang relatif mahal.

Memerlukan waktu yang lama.

Kendala lingkungan.

Faktor pendukung terhadap pelaksanaan mind mapping pada pembelajaran

fiqh

73 Lihat transkrip wawancara nomor: 01/2-W/F-2/16-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini.

66

Agar siswa lebih mudah memahami fiqh dan mampu mengamalkan fiqh

dalam kehidupan sehari-hari serta dan mengajarkannya kepada orang

lain. Selain daripada itu setelah siswa lulus diharapkan dapat berfikir

kritis, kreatif, produktif, belajar mandiri, bertanggung jawab, bisa

bekerjasama, mencari dan memanfaatkan informasi, memecahkan

masalah dan siap dalam menghadapi perubahan siswa, dapat menjadi

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt. Kapanpun dan

dimanapun berada.

Hal tersebut harus didukung dengan sarana prasarana, kerjasama

lembaga dengan pihak lain yang baik dengan menyiapkan tenaga

pendidik yang profesional yang bisa memahami mind mapping secara

mendalam serta faktor lingkungan yang mendukung, baik lingkungan

keluarga mapun masyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak

Zainal Hasan, S.Pd selaku waka kurikulum dan Bapak H. Sucipto,S.Ag

selaku guru fiqh di SMPT 'Ibadurrahman, yaitu sebagai berikut:

Yang mendukung pelaksanaan mind mapping dalam pembelajaran fiqh di

antaranya sarana dan prasarana kelas seperti media pembelajaran dan alat-alat

tulis lainnya yang digunakan dalam pembuatan mind mapping.74

Upaya SMPT 'Ibadurrahman dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Fiqh di

SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo

74 Lihat transkrip wawancara nomor: 15/2-W/F-1/28-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil

penelitian ini.

67

Penggunaan metode pembelajaran fiqh melalui metode mind mapping

di atas memang cukup efektif untuk menumbuhkan kreatifitas anak didik,

bahkan para siswa tidak begitu banyak menemui kesulitan belajar dan

mengerjakan soal-soal latihan atau evaluasi.

Namun penggunaan metode mind mapping sebagaimana tersebut di

atas memiliki beberapa kekurangan, yaitu antara lain kurang efisien dalam

penggunaan waktu. Maka dalam hal ini guru harus mengupayakan suatu

metode untuk mengantisipasi adanya kekurangan-kekurangan tersebut.

Adapun upaya yang dilakukan oleh SMPT 'Ibadurrahman antara lain

mengikutsertakan guru pada pelatihan mind mapping bekerjasama dengan

KPI Surabaya, di dalamnya guru dilatih untuk lebih bisa dan kreatif dalam

penggunaan mind mapping dalam suatu pembelajaran dan juga praktek dalam

penggunaan mind mapping dalam suatu pembelajaran. Dan training seperti

ini tidak cukup sekali dilakukan oleh guru SMPT 'Ibadurrahman, akan tetapi

diadakan terus menerus secara berkesinambungan. Diharapkan agar ilmu

yang didapat benar-benar bisa melekat pada guru.

68

BAB IV

ANALISIS IMPLEMENTASI MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN

FIQH DI SMPT 'IBADURRAHMAN NGLAYANG JENANGAN PONOROGO

TAHUN AJARAN 2007/2008

Setelah penulis mengumpulkan data-data yang diperoleh dalam penelitian

melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi, penulis memaparkan hasil penelitian

dengan apa adanya sehingga memperoleh temuan-temuan penelitian.

A. Analisis Tentang Pelaksanaan Mind Mapping dalam Pembelajaran Fiqh

Siswa Kelas I di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo

Dari pemaparan data dapat diketahui bahwa, pembelajaran fiqh di SMPT

'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo menggunakan metode atau

pendekatan mind mapping. Harapan dari ini semua adalah bisa tercapainya

pembelajaran yang baik secara maksimal.

Berdasarkan pemaparan di atas, mind mapping merupakan suatu

pendekatan yang bisa membuat anak aktif, kreatif, dan juga inovatif. Pendekatan

ini sangat sesuai apabila digunakan pada materi fiqh seperti yang dilakukan di

SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo.

Dengan menggunakan mind mapping (peta konsep) daftar informasi yang

panjang dan menjemukan bisa diubah bentuknya menjadi diagram yang penuh

warna, mudah diingat dan sangat beraturan serta sejalan dengan cara kerja alami

otak.

69

Peta pikiran ini merupakan pendekatan keseluruhan otak yang membuat

kita mampu membuat catatan yang menyeluruh dalam satu halaman. Dengan

menggunakan citra visual dan perangkat grafis lainnya, peta pikiran akan

memberikan kesan yang lebih dalam.

Dengan peta konsep juga guru dapat memperkenalkan kepada siswa

sebuah konsep baru dalam mengembangkan pikiran, memperkenalkan kepada

murid alat baru yang revolusioner yang membuat murid mampu mengambil

manfaat sebesar-besarnya dalam semua aspek baru. Dengan mind mapping juga

dapat memberikan kepada murid kebebasan intelektual yang besar dengan

mendemonstrasikan bahwa murid dapat mengendalikan sifat alami dan

perkembangan dari proses berfikir, dan bahwa kemampuan murid untuk berfikir

secara kreatif secara teoritis adalah tidak terbatas. Mind mapping juga dapat

memberikan kepada murid pengalaman praktis dan pemikiran radikal, dengan

demikian dapat meningkatkan standar dari banyak keterampilan intelektual dan

kecerdasan murid secara signifikan.

Selain itu juga, sebagaimana data yang tertulis dalam bab tiga dapat

diketahui bahwa dalam proses belajar mengajar di SMPT 'Ibadurrahman

Nglayang Jenangan Ponorogo menggunakan sistem mind mapping diharapkan

dalam pembelajaran siswa akan lebih mudah dalam menyerap ilmu yang

diberikan oleh guru. Mind mapping merupakan cara paling mudah untuk

memasukkan informasi ke dalam otak. Cara ini merupakan cara yang kreatif dan

efektif dalam membuat catatan baik untuk siswa maupun guru.

70

Proses pembelajaran fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan

Ponorogo melalui beberapa tahap, yaitu tahap persiapan atau perencanaan

pembelajaran dan proses pelaksanaan pembelajaran. Tahap persiapan atau

perencanaan meliputi pemberian semangat kepada anak didik, pengidentifikasian

secara jelas tujuan dari pembelajaran, serta guru lebih dahulu memberikan

pemahaman tentang mind mapping kepada anak didik sebagai pembuka dari

pelajaran saat itu. Dalam tahap pelaksanaan pembelajaran ada dua kegiatan, yaitu

kegiatan pembelajaran di dalam kelas dan kegiatan pembelajaran di luar kelas.

Hal ini terbukti dalam proses belajar mengajar yang dilakukan di dalam kelas

diawali dengan berdo’a bersama, membaca surat-surat pendek selama sepuluh

sampai lima belas menit. Kemudian guru mengingatkan pelajaran yang dibahas

pada pertemuan sebelumnya dan mengarahkan siswa kepada materi yang akan

dipelajari.

Cara guru menyampaikan materi dalam pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar berdasarkan pendekatan mind mapping pada bidang studi fiqh di SMPT

'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo sangat membantu siswa dalam

memahami materi yang diajarkannya, metode mind mapping sedikit agak berbeda

dengan metode yang lainnya. Perbedaan itu terletak pada cara guru

mengkondisikan siswa pada waktu proses pelaksanaan pembelajaran. Pada waktu

proses pelaksanaan pembelajaran misalnya ruangan, dinding kelas berwarna-

warni dengan catatan-catatan pelajaran yang ditulis oleh siswa sendiri dengan

menggunakan metode mind mapping supaya kelas menjadi lebih indah dan tidak

71

membosankan, ada tempat penempelan hasil belajar siswa dan meja belajar tidak

selalu berjajar ke belakang seperti biasa, tetapi meja ditata seperti letter U dan

kadang juga ditata sesuai dengan kelompok belajar siswa di kelas.

Setelah materi disampaikan dengan strategi yang bervariasi, guru

mengajak siswa mendemonstrasikan atau mempraktekkannya yang didukung oleh

sarana prasarana pembelajaran dan sumber belajar serta suasana yang aktif,

efektif, dan kreatif. Sebagai kegiatan akhir guru mengadakan evaluasi dan

pemberian tugas. Selain dilakukan dalam kelas juga bisa di luar kelas misalnya di

masjid, di perpustakaan, di halaman sekolah, dan bisa juga di luar sekolah.

Proses pembelajaran seperti tersebut di atas, merupakan pembelajaran

yang aktif yang lebih banyak melibatkan aktivitas peserta didik dalam proses

pembelajaran di kelas sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang

dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya.

Adapun pembelajaran fiqh dengan menggunakan metode mind mapping di

SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo adalah sebuah pembelajaran

yang menggunakan metode-metode dan pendekatan yang sesuai agar dalam

pembelajaran siswa dapat merasakan kepuasan. Selain itu juga dengan metode ini

diharapkan pendidikan yang dilakukan di SMPT 'Ibadurrahman dapat membuat

siswa yang aktif dan kreatif, sehingga di kemudian hari siswa dapat

menerapkannya, baik di lingkungan sekolah, keluarga, dan lingkungan

masyarakat.

72

Dari fenomena-fenomena tersebut di atas maka peran mind mapping

sangat diharapkan dalam pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran fiqh yang

ada di kelas I SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo. Karena mind

mapping merupakan suatu konsep atau model yang tepat karena berisikan

sejumlah strategi pembelajaran yang aktif, efektif, dan kreatif. Mind mapping

bertujuan untuk menciptakan dan mengembangkan suatu model pembelajaran

yang betul-betul peduli dan memperhatikan kebutuhan siswa dengan pengalaman

belajar yang menyenangkan atau secara khas dengan metode pembelajaran di

antaranya yaitu siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan

pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui

berbuat. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan

semangat siswa dalam belajar termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber

belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan guru

mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih

menarik. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif

termasuk cara belajar kelompok. Guru mendorong siswa untuk menemukan

caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah dan untuk mengungkapkan

semua gagasannya.

Dari proses pembelajaran tersebut diharapkan agar siswa dapat belajar

dengan aktif, kreatif, efektif, dan dapat mempermudah siswa dalam menerima

pelajaran. Sehingga bisa mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

73

B. Analisis Tentang Faktor-faktor Kendala dan Pendukung dalam Pelaksanaan

Mind Mapping Pada Pembelajaran Fiqh Siswa Kelas I di SMPT

'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo Tahun Ajaran 2007/2008

1. Faktor-faktor Kendala Terhadap Pelaksanaan Mind Mapping Pada

Pembelajaran Fiqh

Penggunaan suatu metode atau strategi dalam pembelajaran tidak

lepas dari suatu kendala. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam

penggunaan metode mind mapping pada pembelajaran fiqh terdapat beberapa

kendala.

Adapun kendala yang terdapat pada pembelajaran fiqh dengan

menggunakan mind mapping adalah pihak lembaga yang merasa kesulitan

untuk menyiapkan tenaga pendidik yang profesional yang bisa memahami

mind mapping secara profesional, kurangnya alokasi waktu dalam proses

pembelajaran. Hal ini lebih parah lagi ketika adanya jadwal kegiatan

peringatan hari-hari besar nasional. Dengan adanya agenda kegiatan

peringatan-peringatan hari besar nasional secara otomatis akan

mempengaruhi jumlah pertemuan dalam kelas. Sedangkan dalam pembuatan

mind mapping dalam proses belajar sangat memerlukan waktu yang relatif

panjang. Contoh: waktu untuk menggambar, berimajinasi, mewarnai, dan

membuat simbol dari gambar dari dibuat. Selain itu juga kendala dari pihak

lembaga, yang mana kendala ini timbul karena sulitnya menyiapkan tenaga

pengajar yang betul-betul siap dan dapat memahami metode mind mapping

74

secara mendalam. Kendala yang lainnya adalah kurangnya pemahaman guru

terhadap mind mapping, sehingga metode ini jarang digunakan dalam proses

belajar mengajar. Dan juga mind mapping membutuhkan biaya yang relatif

mahal (seperti memerlukan kertas yang banyak, alat tulis, dan lain

sebagainya), kurangnya kemampuan siswa dalam menerima materi yang

disampaikan guru dengan menggunakan mind mapping. Serta kendala dari

faktor lingkungan baik lingkungan keluarga maupun masyarakat.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa mind mapping dalam

pembelajaran fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo

belum dapat membelajarkan siswa secara optimal, karena dalam proses

pembelajaran masih terdapat kendala dan kekurangan.

2. Faktor-faktor Pendukung Terhadap Pelaksanaan Mind Mapping Pada

Pembelajaran Fiqh

Sebagaimana pemaparan data mengenai faktor pendukung terhadap

pelaksanaan mind mapping pada pembelajaran fiqh diketahui bahwa yang

mendukung pelaksanaan mind mapping dalam pembelajaran fiqh di kelas I

SMPT 'Ibadurrahman adalah: sarana dan prasarana kelas seperti media

pembelajaran dan alat-alat tulis (seperti: pena warna, kertas, spidol dan

sebagainya), kerjasama lembaga dengan pihak lain yang baik dengan

menyiapkan tenaga pendidik yang profesional, yang mampu memahami mind

75

mapping secara mendalam. Selain itu faktor lingkungan yang mendukung

baik lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat.

C. Analisis Tentang Upaya SMPT 'Ibadurrahman Untuk Meningkatkan

Pelaksanaan Mind Mapping Pada Pembelajaran Fiqh Siswa Kelas I di SMPT

'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo Tahun Ajaran 2007/2008

Dengan adanya beberapa kendala dalam pelaksanaan mind mapping

tersebut, maka SMPT 'Ibadurrahman berupaya untuk mengantisipasinya agar

kendala-kendala yang ada dapat diminimalisir. Dengan mengikutsertakan guru

pada pelatihan mind mapping bekerjasama dengan KPI Surabaya. Guru fiqh

memilah dan memilih materi pokok fiqh yang ada dalam silabus pengajaran,

materi mana yang sekiranya lebih substansial dan didahulukan dalam

penyampaiannya kepada siswa. Guru mencari literatur primer yang sangat

berperan banyak pada kegiatan pembelajaran. Guru bekerjasama dengan pihak

lembaga untuk membuat fasilitas pendukung. Guru melakukan pembagian

anggota kelompok belajar siswa yang lebih bervariasi dan akomodatif. Guru

berusaha selalu belajar menguasai teori maupun metode belajar mengajar,

sehingga mampu lebih kreatif dan aktif dalam membentuk variasi strategi belajar

mengajar. Guru berusaha menggunakan media dan fasilitas di lingkungan belajar

secara maksimal, juga merupakan salah satu bentuk upaya guru untuk mengatasi

kendala pelaksanaan mind mapping terkait dengan persoalan keterbatasan

76

fasilitas. Upaya seperti ini tidak cukup sekali dilakukan, akan tetapi diadakan

terus menerus secara berkesinambungan.

Selain itu lembaga juga berusaha menyediakan media atau sarana yang

cukup memadai, agar pembelajaran fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang

Jenangan Ponorogo bisa berjalan dengan baik sesuai harapan dari pihak lembaga

dan semua pendidik yang ada.

77

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pelaksanaan mind mapping pada pembelajaran fiqh siswa kelas I di SMPT

'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo yaitu sebagai wujud tuntutan

dari kurikulum yang menganjurkan untuk pembelajaran yang aktif dan kreatif

dan bisa memotivasi siswa supaya mudah dalam proses belajar mengajar serta

tujuan pembelajaran bisa tercapai sesuai dengan harapan, sehingga siswa

dapat menerapkannya di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.

2. Kendala yang terdapat pada pembelajaran fiqh dengan menggunakan mind

mapping adalah pihak lembaga yang merasa kesulitan untuk menyiapkan

tenaga pendidik yang profesinal, kurangnya alokasi waktu, biaya yang relatif

mahal. Adapun faktor pendukung dalam pelaksanaan mind mapping dalam

pembelajaran fiqh di SMPT 'Ibadurrahman adalah sarana dan prasarana kelas

seperti media pembelajaran dan alat-alat tulis (seperti: pena warna, kertas,

spidol dan sebagainya), kerjasama lembaga dengan pihak lain yang baik

dengan menyiapkan tenaga pendidik yang profesional yang mampu

memahami mind mapping secara mendalam. Selain itu faktor lingkungan

yang mendukung baik lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat.

3. Upaya SMPT 'Ibadurrahman untuk meningkatkan kualitas mind mapping

pada pembelajaran fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan

78

Ponorogo adalah dengan adanya kegiatan works shop bagi guru dan siswa,

selain itu juga menambahkan jam pelajaran dengan tujuan untuk menutupi

kekurangan jam yang ada.

B. Saran

1. Dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya pelajaran

fiqh dan umumnya seluruh mata pelajaran yang ada, hendaknya pelaksanaan

mind mapping lebih ditingkatkan dari segi guru yang kompeten dalam

mengajar, pengelolaan kelas, sarana pembelajaran dan sumber belajar,

sehingga dapat meningkatkan mutu hasil atau kelulusan siswa yang unggul

dan berkualitas.

2. SMPT 'Ibadurrahman salah satu lembaga pendidikan yang selalu

mengembangkan metode mind mapping, dapat memberikan pembinaan pada

guru serta dapat memberikan pelayanan, memperhatikan, dan mengupayakan

pendidikan siswa SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo dengan

sebaik-baiknya agar siswa bisa memiliki skill religius dalam kehidupan

beragama di masyarakat dengan baik.

3. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam dengan maksimal,

hendaknya lembaga pendidikan SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan

Ponorogo lebih meningkatkan lagi proses pembelajaran dengan menggunakan

mind mapping untuk pendalaman materi Pendidikan Agama Islam (fiqh) yang

diajarkan dengan tujuan dapat menunjang kesuksesan pembelajaran.

79

4. Karena masalah fiqh banyak ditemui dan dialami dalam kehidupan sehari-hari

serta mengalami perkembangan, hendaknya para pengelola lembaga

(SMPT/pondok) terutama guru fiqh lebih meningkatan pemantauan dan

kontrol kepada para santri atau siswa dalam pelaksanaan ibadah serta hal-hal

yang berhubungan dengan syari’at, tentu saja guru atau ustadz harus lebih

banyak memberikan contoh dan teladan, sehingga pembelajaran dan

penilaiannya tidak hanya terbatas pada aspek kognitif, tetapi juga afektif, dan

piskomotornya.

80

DAFTAR RUJUKAN

Arif, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat

Pers, 2002.

Basyariyah, Yuliati. Makalah KTSP di MTs Hidayat Probolinggo.

http://media.diknas.go.id. Diakses tanggal 27 April 2007.

Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2002.

De Porter, Bobby dan Mike Hernacki. Quantum Learning: Membiasakan Belajar

Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Penerbit Kaifa, 1999.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2002.

Gulo, W. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Grasindo, 2002.

Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 1999.

Hernowo. Quantum Writing: Cara Cepat Nan Bermanfaat untuk Merangsang

Munculnya Potensi Menulis. Bandung: Mizan Media Utama (MMU), 2004.

Madjid, Abdul dan Dian Andayani. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi:

Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2004.

Madjid, Abdul. Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005.

Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004.

Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2002.

Riyanto, Yatim. Metodologi Penelitian Pendidikan: Suatu Tinjauan Dasar.

Surabaya: Rineka Cipta, 2003.

Sabri, Ahmad. Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. Ciputat: PT. Ciputat

Press, 2005.

81

Silbermen, Melwin L. Actif Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung:

Nusamedia, 2006.

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2005.

Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya Offset, 2001.

Tomy dan Barry Buzan. Memahami Peta Pikiran: The Mind Map Book. Batam

Centre: Interaksara, 2004.

Usman, M. Basyiruddin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat

Pers, 2002.