fikih dan mind mapping
Transcript of fikih dan mind mapping
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang penduduknya mayoritas beragama
Islam, yang di dalamnya terdapat beberapa aliran keagamaan (organisasi) yang
dilatarbelakangi oleh adanya perbedaan khususnya berhubungan dengan ilmu
fiqh. Hal ini sangat berdampak terhadap materi fiqh yang diajarkan di lembaga
sekolah.
Di samping hal itu sesuai dengan pengalaman di lapangan bahwa keadaan
sarana prasarana pembelajaran di sebagian sekolah masih banyak yang kurang
memadai, begitu juga lemahnya sumber daya guru dalam mengembangkan
metode pembelajaran yang variatif.
Fiqh merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat berguna sekali
dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, fiqh menyentuh langsung dengan realitas
keadaan sosio masyarakat yang ada.
Oleh karena itu, dalam sebuah proses belajar-mengajar yang berkualitas
seorang pendidik harus memahami suatu metode, pendekatan, maupun strategi
mengajar yang diperlukan dalam sebuah pengajaran, sehingga dengan demikian
tercipta suasana belajar yang aktif, kreatif, dan efektif dan dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang diinginkan.
2
Di samping itu juga, dalam suatu pembelajaran, guru harus dapat menjadi
motifator dan fasilitator sehingga lebih bisa kreatif, agar peserta didik aktif dalam
melakukan kegiatan belajar. Dalam hal ini perlu sekali adanya penggunaan suatu
strategi ataupun metode yang tepat.
Salah satu pelajaran yang diajarkan di SMPT ‘Ibadurrahman adalah mata
pelajaran fiqh. Di mana dalam pembelajaran fiqh seorang guru tidak cukup hanya
menyampaikan materi tentang hukum-hukum atau ibadah, tetapi juga harus dapat
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik secara aktif dan
inovatif. Dari sinilah maka diperlukan suatu metode atau pendekatan yang bisa
mengantarkan guru menjadi aktif dan kreatif dalam mengajar, agar mencapai itu
semua seorang guru harus memperhatikan strategi ataupun metode-metode dalam
pembelajaran .
Adapun pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran fiqh yang
peneliti temukan di antaranya adalah pendekatan ekspositorik dengan pendekatan
yang bersifat deduktif, dengan metode ceramah, hafalan, dan tanya jawab.
Sedangkan SMPT ‘Ibadurrahman salah satu lembaga yang menggunakan
metode mind mapping (peta konsep). Ini semua berdasar pada penelitian yang
dilakukan oleh Prof. Roger Sperry, ditunjukkan bahwa manusia dalam melakukan
aktifitas kegiatannya membagi dalam dua bagian kerja otak yaitu kerja otak kanan
dan kerja otak kiri. Di mana setiap belahan otak tersebut mempunyai wilayah
kerja yang berbeda. Apabila dikaitkan dengan waktu maka aktifitas otak kiri
adalah aktifitas yang terekam dalam memori kita untuk jangka waktu pendek
3
(short time) sedangkan informasi aktifitas yang dilakukan oleh otak kanan adalah
aktifitas yang dapat terekam oleh memori jangka waktu yang lama (long time).
Dalam penelitian Sperry tersebut disebutkan juga bahwa ketika otak kanan
aktif maka otak kiri cenderung mediaktif begitu juga sebaliknya. Jadi bisa
dibayangkan betapa banyak kerugian yang didapatkan ketika seseorang tidak
mampu mensinergikan kerja kedua belahan kedua otaknya. Padahal seseorang
akan mendapatkan hasil yang sangat dahsyat ketika dapat menggunakan kedua
belahan otak tersebut untuk setiap aktifitasnya.
Mind mapping (peta konsep) adalah bentuk penulisan yang penuh warna
dan bersifat visual. Dipusatnya terdapat sebuah gagasan atau gambar sentral.
Kemudian gagasan ini dieksplorasi melalui cabang-cabang yang mewakili
gagasan utama, yang semuanya terhubung pada sentral.1
Berangkat dari sinilah diharapkan proses pembelajaran bisa
mengembangkan potensi guru dan peserta didik untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara, sehingga
tercipta suatu pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.
SMPT ‘Ibadurrahman yang menurut peneliti adalah salah satu lembaga
yang memakai metode mind mapping, berdasarkan penjajagan awal yang peneliti
lakukan di SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo, serta keterangan
1 Tony Buzan, Memahami Peta Pikiran: Mind Maps at Work, Terj. Daniel Nirajaya (Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005), 6.
4
hasil wawancara dengan salah satu staf pengajar pondok, peneliti menemukan
bahwa di SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo ditemukan
fenomena bahwa sekolah mengalami beberapa kendala dalam pelaksanaan mind
mapping (peta konsep).2 Kendala tersebut dari beberapa faktor, di antaranya
adalah faktor guru yang belum terlalu bisa menguasai konsep mind mapping dan
juga murid yang belum bisa memahami mind mapping dengan baik.
Hal ini dibenarkan oleh ust. Idam Mustofa, S.Ag, M.Pd, yang mengatakan
bahwa dalam proses pembelajaran diharapkan semua guru mampu menerapkan
mind mapping guna mempermudah peserta didik dalam belajar, akan tetapi pada
kenyataannya pembelajaran dengan menggunakan mind mapping sulit diterapkan.
Ini semua disebabkan kurangnya pemahaman guru dan peserta didik terhadap
mind mapping.3
Berangkat dari kenyataan tersebut di atas, yakni kendala dalam penerapan
mind mapping di SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo, maka
penulis ingin mengetahui lebih jauh bagaimana proses penerapan mind mapping
dan kendala yang dihadapi serta upaya SMPT ‘Ibadurrahman dalam menghadapi
kendala yang ada.
2 Lihat transkrip wawancara nomor: 01/2-W/F-2/16-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini. 3 Lihat transkrip wawancara nomor: 02/1-W/F-2/18-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
5
Adapun penelitian ini penulis susun dalam bentuk skripsi dengan judul
“IMPLEMENTASI MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN FIQH”
(Studi Kasus di SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo Tahun 2007-
2008).
B. Fokus Penelitian
Untuk membatasi wilayah yang penulis teliti, berdasarkan temuan penulis
di lapangan bahwa di SMPT ‘Ibadurrahman dalam proses belajar mengajar
khususnya materi fiqh. Maka penulis memfokuskan penelitian ini hanya pada
implementasi mind mapping yang meliputi latar belakang, pelaksanaan, manfaat,
dan faktor kendala dan pendukungnya.
C. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang di atas dan untuk lebih memudahkan penulis
dalam melakukan penggalian data maka penulis membuat beberapa rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan mind mapping dalam pembelajaran fiqh di SMPT
‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo tahun pelajaran 2007/2008?
2. Apa saja kendala dan pendukung dalam penerapan mind mapping dalam pada
pembelajaran fiqh di SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo
tahun pelajaran 2007/2008?
6
3. Apa saja upaya yang dilakukan SMPT ‘Ibadurrahman untuk meningkatkan
kualitas dalam penerapan mind mapping pada pembelajaran fiqh di SMPT
'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo tahun pelajaran 2007/2008?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan atau penerapan mind mapping di SMPT
‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo.
2. Untuk mendeskripsikan kendala yang dihadapi dalam penerapan mind
mapping dalam proses pembelajaran fiqh di SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang
Jenangan Ponorogo.
3. Untuk mendeskripsikan upaya yang dilakukan SMPT ‘Ibadurrahman untuk
meningkatkan kualitas dalam penerapan mind mapping pada pembelajaran
fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo tahun pelajaran
2007/2008
E. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini diharapkan memiliki manfaat sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
Untuk menambah khazanah keilmuan di bidang pendidikan,
khususnya dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya
dalam materi fiqh yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
7
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru hasil penelitian ini untuk menambah keilmuan dan
keterampilan sebagai pendidik agar lebih semangat dan bervariasi dalam
proses belajar-mengajar.
b. Bagi murid hasil penelitian ini untuk menambah semangat belajar dan
untuk menumbuhkan sikap aktif, kreatif, dan inovatif.
c. Bagi lembaga pendidikan khususnya SMPT ‘Ibadurrahman, hasil
penelitian ini akan menjadi pijakan dalam pelaksanaan pembelajaran yang
lebih baik serta memiliki relevansi terhadap perkembangan jaman.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metodologi penelitian dengan
pendekatan kualitatif,4 yang memiliki karakteristik alami (natural setting)
sebagai sumber data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan daripada
hasil, analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisa
induktif dan makna merupakan hal yang esensial.
Dalam hal ini, jenis penelitian yang digunakan ialah field research
yaitu peneliti ikut serta atau langsung terjun ke lapangan untuk mendapatkan
data. Peneliti langsung mengamati fenomena yang ada di lapangan, kemudian
4 Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Lihat dalam Lexy
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), 4.
8
diambil data yang berkaitan dengan implementasi mind mapping dalam
pembelajaran fiqh siswa kelas I. Dengan field research ini, peneliti dapat
langsung mendapatkan data secara akurat.
2. Kehadiran Peneliti
Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan
berperan serta,5 sebab peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan
skenarionya. Untuk itu, dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai
instrumen kunci, partisipan penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan
instrumen yang lain sebagai penunjang.
3. Lokasi Penelitian
Peneliti mengambil lokasi penelitian di SMPT ‘Ibadurrahman,
beralamatkan di Desa Nglayang Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo,
karena pada penjajakan awal di situ peneliti menemukan kegiatan belajar
mengajar yang sangat kreatif dan efektif, sehingga siswa aktif dan tidak
merasa bosan. Di sini, dalam proses belajar mengajar menggunakan metode
mind mapping yang melibatkan pendidik (guru), siswa-siswi, media
pendidikan dan masih banyak lagi.
5 Pengamatan berperan serta adalah sebagai penelitian yang bercirikan interaksi-sosial yang
memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subyek dalam lingkungan subyek dan selama itu
data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan catatan tersebut berlaku tanpa
gangguan. Lihat dalam Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 177.
9
4. Sumber Data
Dalam penelitian ini data dapat diperoleh dari dua sumber yaitu:
a. Sumber data hidup (manusia)
Sumber data hidup (manusia) adalah: waka kurikulum, guru
materi fiqh, dan siswa kelas I SMPT ‘Ibadurrahman.
b. Sumber data non hidup (benda mati)
Sumber data non hidup (bukan manusia) adalah: dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini serta buku-buku sebagai
literatur.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah observasi berperan serta (participan observation), wawancara
mendalam (in depth interview) dan dokumentasi.6 Sebab bagi peneliti
kualitatif fenomena dapat dimengerti maknanya secara baik, apabila
dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara mendalam dan
diobservasi pada latar, di mana fenomena tersebut berlangsung dan di
samping itu untuk melengkapi data, diperlukan dokumentasi (tentang bahan-
bahan yang ditulis oleh atau tentang subyek).
Secara lebih rinci, prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
6 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2005), 63.
10
a. Metode Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang
menghendaki komunikasi langsung antar penyelidik dengan subyek atau
responden.7
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang
implementasi mind mapping dalam pembelajaran fiqh siswa kelas I dan
kendala yang dihadapi dalam penerapan mind mapping, serta upaya yang
dilakukan SMPT ‘Ibadurrahman dalam meningkatkan pembelajaran fiqh
di SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo tahun ajaran
2007/2008.
Adapun sumber data yang diwawancarai adalah :
1) Kepala sekolah SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo.
2) Guru mata pelajaran fiqh yang mengajar siswa kelas I SMPT
‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo.
3) Waka kurikulum SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo.
4) Siswa kelas I SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo.
Hasil wawancara dari informan tersebut ditulis lengkap dengan
kode-kode dalam transkrip wawancara. Tulisan lengkap dari wawancara
tersebut dinamakan transkrip wawancara.
7 Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan: Suatu Tinjauan Dasar (Surabaya:
Rineka Cipta, 2003), 67.
11
b. Metode Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian.8
Dalam penelitian ini metode observasi digunakan untuk
memperoleh data tentang:
1) Implementasi mind mapping dalam pembelajaran fiqh di SMPT
‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo tahun ajaran 2007-2008.
2) Kondisi dan susunan pembelajaran fiqh di kelas.
3) Kegiatan siswa dalam pembelajaran fiqh di kelas.
c. Teknik Dokumentasi
Dokumentasi merupakan cara mengumpulkan data melalui
peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku
tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum, dan lain-lain yang
berhubungan dengan masalah penelitian.9
Metode ini digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data
mengenai sejarah berdirinya SMPT ‘Ibadurrahman, letak geografis,
struktur organisasi SMPT ‘Ibadurrahman Ponorogo, jumlah siswa dan
guru SMPT ‘Ibadurrahman, serta keadaan sarana prasarana SMPT
‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo.
8 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 158.
9 Ibid., 181.
12
6. Analisa Data
Teknik analisis data dalam kasus ini menggunakan analisis data
kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles dan Huberman. Miles dan
Huberman, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap
tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh.
Adapun langkah-langkah analisis sebagai berikut:
a. Mereduksi data dalam konteks penelitian yang dimaksud adalah
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan pada hal-hal
yang penting, membuat katagori. Dengan demikian data yang telah
direduksikan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
b. Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data atau menyajikan data ke dalam pola yang dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, grafik, matrik, network, dan chart. Bila pola-pola
yang ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian, maka pola
tersebut sudah menjadi pola yang baku yang selanjutnya akan
didisplaykan pada laporan akhir penelitian.
c. Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif dalam penelitian ini adalah
penarikan kesimpulan dan verivikasi.
13
7. Pengecekan Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari
konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas).10 Derajat
kepercayaan keabsahan data (kredibilitas data) dapat diadakan pengecekan
dengan teknik pengamatan yang tekun, dan triangulasi. Ketekunan
pengamatan yang dimaksud adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur
dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang
dicari. Ketekunan pengamatan ini dilaksanakan peneliti dengan cara:
a. Mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan
terhadap faktor-faktor yang menonjol yang ada hubungannya dengan
pelaksanaan mind mapping dalam pembelajaran fiqh siswa kelas I di
SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo tahun ajaran
2007/2008.
b. Menelaahnya secara rinci sampai pada suatu titik, sehingga pada
pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang
ditelaah sudah difahami dengan cara yang biasa.
Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat macam triangulasi
sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode,
10 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian, 171.
14
penyidik, dan teori.11 Dalam penelitian ini, dalam hal ini digunakan teknik
triangulasi dengan sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang
berbeda. Hal itu dapat dicapai peneliti dengan jalan:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil data wawancara.
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi.
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
d. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
G. Sistematika Pembahasan
Pembahasan dalam skripsi ini terbagi menjadi beberapa bab. Adapun
untuk memudahkan dalam memahami skripsi ini, maka peneliti menyusun
sistematika pembahasan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, dalam bab ini terdiri dari: latar belakang masalah,
definisi istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
BAB II : Kajian pustaka, dalam bab ini terdiri dari: pengertian fiqh dan
pembelajaran fiqh, pengertian mind mapping, fungsi dan manfaat
11 Ibid., 178.
15
mind mapping, teknik pembuatan mind mapping serta unsur-unsur
mind mapping.
BAB III : Paparan data, terdiri dari: data tentang keadaan SMPT ‘Ibadurrahman
Nglayang Jenangan Ponorogo, data tentang pelaksanaan mind
mapping di SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo,
data tentang kendala dalam pelaksanaan mind mapping dan
pendukung terhadap pelaksanaan mind mapping, data tentang upaya-
upaya SMPT ‘Ibadurrahman dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran fiqh di SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan
Ponorogo.
BAB IV : Analisis data, terdiri dari: analisa data tentang pelaksanaan mind
mapping di SMPT ‘Ibadurrahman, data tentang kendala dalam
pelaksanaan mind mapping dan pendukung terhadap pelaksanaan
mind mapping, data tentang upaya-upaya SMPT ‘Ibadurrahman
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran fiqh siswa kelas I di
SMPT ‘Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo.
BAB V : Penutup. Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran.
16
BAB II
PEMBELAJARAN FIQH DAN MIND MAPPING
Pembelajaran Fiqh
Pengertian Fiqh dan Pembelajaran Fiqh
Pengertian Fiqh
Mata pelajaran fiqh dalam kurikulum madrasah tsanawiyah adalah
salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan
untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,
dan mengamalkan hukum Islam yang kemudian menjadi dasar pandangan
hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan
penggunaan, pengalaman, dan pembiasaan.
Mata pelajaran fiqh ini meliputi: fiqh ibâdah, fiqh mu’âmalah, fiqh
jinâyat, dan fiqh siyâsah yang menggambarkan bahwa ruang lingkup fiqh
mencakup perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan
hubungan manusia dengan Allah swt, dengan diri sendiri, sesama manusia,
makhluk lainnya, maupun lingkungannya (hablun minallâh wa hablun
minannâs).
Fiqh merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat berguna
sekali dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, fiqh menyentuh langsung
dengan realitas keadaan sosio masyarakat yang ada. Oleh karena itu dalam
17
pembelajarannya harus disiapkan dengan matang dan baik, agar semua
tuntutan yang ada bisa terjawab dengan mudah.
Pengertian Pembelajaran Fiqh
Pembelajaran fiqh terdiri dari dua unsur yaitu pembelajaran dan
fiqh. Pembelajaran menurut kamus besar mempunyai arti “proses atau cara,
perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar”. Kegiatan
pembelajaran terjadi melalui interaksi antara peserta didik di satu pihak,
dengan pendidik di pihak lainnya. Kegiatan belajar dilakukan oleh peserta
didik dan kegiatan membelajarkan dilakukan oleh pendidik. Maka
pembelajaran merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik
dalam melakukan kegiatan belajar.12
Tujuan pembelajaran adalah mengarahkan guru agar berhasil dalam
membelajarkan siswa dan dalam rangka tercapainya tujuan belajar. Adapun
menurut Oemar Hamalik pembelajaran adalah suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan,
dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan
pembelajaran.13
Dari pengertian tersebut dapat ditemukan beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pembelajaran fiqh, di antaranya adalah pendidik atau
guru yang melakukan kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan secara
12 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), 17.
13 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), 57.
18
sadar terhadap peserta didiknya untuk mencapai tujuan dari pembelajaran
fiqh, selain itu juga peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai
tujuan, dalam arti ada yang dibimbing, diajari, atau dilatih dalam
peningkatan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan
terhadap agama Islam dan terhadap hukum-hukumnya (fiqh).
Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Fiqh
Tujuan Fiqh
Suatu usaha yang tidak mempunyai tujuan tidak akan mempunyai arti apa-apa. Ibarat
seseorang yang bepergian tak tentu arah maka hasilnyapun tak lebih dari pengalaman
selama perjalanan.
Adapun pembelajaran fiqh di Madrasah Tsanawiyah bertujuan untuk membekali
peserta didik agar dapat:
Mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara terperinci
dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan dalil ‘aqli. Pengetahuan
dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup dalam
kehidupan dan sosial.
Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar.
Pengalaman tersebut diharapkan menumbuhkan ketaatan menjalankan
hukum Islam, disiplin, dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam
kehidupan pribadi maupun sosial.14
Fungsi Fiqh
Pembelajaran fiqh di Madrasah Tsanawiyah berfungsi untuk:
14 Dra. Yuliati Basyariyah. Makalah KTSP di MTs Hidayat Probolinggo.
http://media.diknas.go.id. Diakses tanggal 27 April 2007.
19
1) Penanaman nilai-nilai dan kesadaran beribadah peserta didik kepada
Allah SWT. Sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia
dan akhirat.
2) Penanaman kebiasaan melaksanakan hukum Islam di kalangan peserta
didik dengan ikhlas dan perilaku yang sesuai dengan peraturan yang
berlaku di sekolah dan masyarakat.
3) Pembentukan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab sosial di sekolah
dan masyarakat.
4) Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, serta
akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, melanjutkan yang telah
ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga.
5) Pembangunan mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan
sosial melalui ibadah dan mu’amalah.
6) Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik
dalam keyakinan dan pelaksanaan ibadah dalam kehidupan sehari-hari.
7) Pembekalan peserta didik untuk memahami fiqh atau hukum Islam
pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.15
Ruang Lingkup Fiqh
Ruang lingkup fiqh meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan
antara:
15 Dra. Yuliati Basyariyah. Makalah KTSP di MTs Hidayat Probolinggo.
http://media.diknas.go.id. Diakses tanggal 27 April 2007.
20
Hubungan manusia dengan Allah SWT
Hubungan manusia dengan sesama manusia, dan
Hubungan manusia dengan alam (selain manusia) dan lingkungan.
Adapun ruang lingkup mata pelajaran fiqh terfokus pada aspek:
a. Fiqh ‘ibâdah
b. Fiqh mu’âmalah
c. Fiqh jinâyah
d. Fiqh siyâsah.16
Standar Kompetensi Mata Pelajaran Fiqh
Standar kompetensi mata pelajaran fiqh berisi sekumpulan kemampuan
minimal yang harus dikuasai peserta didik selama menempuh pelajaran
fiqh di sekolah. Kemampuan ini berorientasi pada perilaku afektif dan
psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka
memperkuat keimanan, ketaqwaan, dan ibadah kepada Allah SWT.
Kemampuan-kemampuan yang tercantum dalam komponen
kemampuan dasar ini merupakan penjabaran dari kemampuan dasar
umum yang harus dicapai di sekolah yaitu:
Kemampuan membiasakan untuk mencari, menyerap, menyampaikan, dan
menggunakan informasi tentang tata cara thaharah, pelaksanaan shalat
16 Ibid.
21
(shalat wajib, jamâ’ah, jama’ qoshor, dharûrat, janâzah, shalat sunnah)
serta mampu mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kemampuan membiasakan untuk mencari, menyerap, menyampaikan, dan
menggunakan informasi tentang sujud, dzikr, dan do’a, puasa, zakat, haji,
dan umrah, makanan minuman yang halal dan haram, qurban, dan aqiqah
serta mampu mengamalkannya.
Kemampuan membiasakan untuk mencari, menyerap, menyampaikan, dan
menggunakan informasi tentang mu’amalah, mu’amalah selain jual beli,
kewajiban terhadap sesama (orang sakit, jenazah, dan ziarah kubur), tata
pergaulan remaja, jinâyat, hudûd dan sanksi hukumnya, kewajiban
mematuhi undang-undang negara dan syari’at Islam, kewajiban mengelola
dan mengolah lingkungan untuk kesejahteraan sosial.17
Seperti tergambar dalam kemampuan dasar umum di atas, kemampuan
dasar tiap kelas yang tercantum dalam standar nasional juga
dikelompokkan ke dalam empat unsur pokok mata pelajaran fiqh yaitu:
fiqh ibadah, fiqh mu’âmalah, fiqh jinâyah, dan fiqh siyâsah.
Berdasarkan pengelompokkan per unsur, kemampuan dasar mata
pelajaran fiqh adalah sebagai berikut:
a. Fiqh ibadah, meliputi:
1) Melakukan thaharah atau bersuci.
17 Dra. Yuliati Basyariyah. Makalah KTSP di MTs Hidayat Probolinggo.
http://media.diknas.go.id. Diakses tanggal 27 April 2007.
22
2) Melakukan shalat wajib.
3) Melakukan shalat berjama’ah.
4) Memahami shalat jama’ qoshor.
5) Memahami tata cara shalat darurat.
6) Melakukan shalat janâzah.
7) Melakukan macam-macam shalat sunnah.
8) Melakukan macam-macam sujud.
9) Melakukan dzikir dan do’a.
10) Membelanjakan harta di luar zakat.
11) Memahami ibadah haji dan umrah.
12) Memahami hukum Islam tentang makanan dan minuman.
13) Memahami ketentuan aqiqah dan qurban.
b. Fiqh mu’amâlah, meliputi:
1) Memahami macam-macam mu’amalah.
2) Memahami mu’amalah di luar jual beli.
3) Melaksanakan kewajiban terhadap orang sakit, jenazah, dan ziarah
kubur.
4) Melakukan pergaulan remaja sesuai syari’at Islam.
c. Fiqh jinâyat, meliputi:
1) Memahami jinayat, hudud, dan sanksinya.
d. Fiqh siyâsah, meliputi:
1) Mematuhi undang-undang negara dan syari’at Islam.
23
2) Memahami kepemimpinan dalam Islam.
3) Memelihara, mengolah lingkungan, dan kesejahteraan sosial.18
Pendekatan Pembelajaran Fiqh dan Penilaiannya
Pendekatan Pembelajaran Fiqh
Cakupan materi pada setiap aspek dikembangkan dalam suasana
pembelajaran yang terpadu, meliputi:
1) Keimanan, yang mendorong peserta didik untuk mengembangkan
pemahaman dan keyakinan tentang adanya Allah SWT sebagai sumber
kehidupan.
2) Pengalaman, mengkondisikan peserta didik untuk mempraktekkan dan
merasakan hasil-hasil pengalaman isi mata pelajaran fiqh dalam
kehidupan sehari-hari.
3) Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan
melakukan tata cara ibadah, bermasyarakat, dan bernegara yang sesuai
dengan materi pelajaran fiqh yang dicontohkan oleh para ulama.
4) Rasional, usaha meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran
fiqh dengan pendekatan yang memfungsikan rasio peserta didik,
sehingga isi dan nilai-nilai yang ditanamkan mudah dipahami dengan
penalaran.
18 Dra. Yuliati Basyariyah. Makalah KTSP di MTs Hidayat Probolinggo.
http://media.diknas.go.id. Diakses tanggal 27 April 2007.
24
5) Emosional, upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam
menghayati pelaksanaan ibadah sehingga lebih terkesan dalam jiwa
peserta didik.
6) Fungsional, menyajikan materi fiqh yang memberikan manfaat nyata
bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas.
7) Keteladanan, yaitu pendidikan yang menempatkan dan memerankan
guru serta komponen sekolah lainnya sebagai teladan, sebagai cerminan
dari individu yang mengamalkan materi pembelajaran fiqh.19
Penilaian Fiqh
Penilaian dilakukan terhadap proses dan hasil belajar peserta didik berupa
kompetensi yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan serta
pengalaman.
Penilaian berbasis kelas terhadap ketiga ranah tersebut dilakukan secara
proporsional sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran dengan
mempertimbangkan tingkat perkembangan peserta didik serta bobot setiap
aspek dari setiap materi.
Hal ini yang perlu diperhatikan dalam penilaian fiqh adalah prinsip
kontinuitas, yaitu guru secara terus menerus mengikuti pertumbuhan,
perkembangan, dan perubahan peserta didik. Penilaiannya tidak saja
merupakan kegiatan tes formal melainkan juga perhatian terhadap peserta
19 Dra. Yuliati Basyariyah. Makalah KTSP di MTs Hidayat Probolinggo.
http://media.diknas.go.id. Diakses tanggal 27 April 2007.
25
didik ketika duduk, berbicara dan bersikap, serta pengamatan ketika peserta
didik berada di ruang kelas, di tempat ibadah, dan ketika mereka bermain.
Dari berbagai pengamatan tersebut ada yang perlu dicatat secara tertulis,
terutama tentang perilaku yang menonjol atau kelainan pertumbuhan yang
kemudian harus diikuti dengan langkah bimbingan. Penilaian terhadap
pengamatan dapat digunakan observasi, wawancara, angket, kuesioner,
skala sikap, dan catatan anekdot.20
Metode dalam Pelaksanaan Pembelajaran Fiqh
Permasalahan yang seringkali dijumpai dalam pengajaran khususnya
pengajaran fiqh adalah bagaimana cara menyajikan materi kepada siswa secara
baik sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efisien. Di samping masalah
lainnya yang juga sering didapati adalah kurangnya perhatian guru terhadap
variasi penggunaan metode mengajar dalam upaya peningkatan mutu pengajaran
secara baik.
Metode pendidikan di sini ialah semua cara yang digunakan dalam upaya
mendidik. Kata “metode” di sini diartikan secara luas. Karena mengajar adalah
salah satu bentuk upaya mendidik, maka metode yang dimaksud di sini mencakup
juga metode mengajar.21 Maka seorang pendidik atau guru dituntut agar cermat
20 Dra. Yuliati Basyariyah. Makalah KTSP di MTs Hidayat Probolinggo.
http://media.diknas.go.id. Diakses tanggal 27 April 2007. 21 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Offset, 2001), 131.
26
memilih metode apa yang tepat digunakan waktu menyampaikan materi pelajaran
kepada peserta didik. Metode dalam pembelajaran fiqh antara lain adalah:
Metode Ceramah
Metode ceramah adalah teknik penyampaian pesan pengajaran yang
sudah lazim dipakai oleh para guru di sekolah. Ceramah diartikan sebagai
suatu cara penyampaian bahan secara lisan oleh guru di muka kelas. Peran
murid di sini sebagai penerima pesan, mendengarkan, memperhatikan, dan
mencatat keterangan-keterangan guru bilamana diperlukan.22
Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara mempelajari materi pelajaran
dengan memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu
argumentasi secara rasional dan objektif. Cara ini menimbulkan perhatian dan
perubahan tingkah laku anak dalam belajar. Metode diskusi juga
dimaksudkan untuk dapat merangsang siswa dalam belajar dan berfikir secara
kritis dan mengeluarkan pendapatnya secara rasional dan objektif dalam
pemecahan suatu masalah.23
Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah penyampaian pesan pengajaran dengan
cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa memberikan jawaban atau
22 Drs. M. Basyiruddin Usman, M.Pd, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta:
Ciputat Press, 2002), 34. 23 Ibid., 36.
27
sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan guru yang menjawab
pertanyaan-pertanyaan.24
Metode Demonstrasi dan Eksperimen
Demonstrasi adalah salah satu teknik mengajar yang dilakukan oleh
seorang guru atau orang lain yang dengan sengaja diminta atau siswa sendiri
ditunjuk untuk memperlihatkan kepada kelas tentang suatu proses atau cara
melakukan sesuatu.
Metode eksperimen adalah cara pengajaran di mana guru dan murid
bersama-sama melakukan suatu latihan atau percobaan untuk mengetahui
pengaruh atau akibat dari suatu aksi. Metode demonstrasi dan eksperimen ini
cocok digunakan bilamana antara lain untuk memberikan latihan
keterampilan tertentu kepada siswa dan untuk membantu siswa dalam
memahami suatu proses secara cermat dan teliti.
Metode Resitasi (Pemberian Tugas)
Metode resitasi memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk langsung yang telah dipersiapkan
guru sehingga siswa dapat mengalami secara nyata. Metode ini sering disebut
dengan pekerjaan rumah, namun dalam pelaksanaan metode ini siswa tidak
24 Drs. M. Basyiruddin Usman, M.Pd, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, 43.
28
hanya mengerjakan tugasnya di rumah, tetapi dapat juga di perpustakaan,
laboratorium, halaman sekolah atau di tempat-tempat lainnya.25
Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok dilakukan atas dasar pandangan bahwa anak
didik merupakan suatu kesatuan yang dikelompokkan sesuai dengan
kemampuan dan minatnya untuk mencapai suatu tujuan pengajaran tertentu
dengan sistem gotong royong.
Keunggulan metode kerja kelompok di antaranya adalah ditinjau dari
segi paedagogis, kegiatan kelompok akan dapat meningkatkan kualitas
kepribadian siswa, seperti adanya kerjasama, toleransi, berfikir kritis, dan
disiplin. Adapun kelemahan metode ini adalah bilamana guru kurang kontrol
maka akan terjadi persaingan yang negatif antar kelompok.
Metode Pembiasaan
Pembiasaan sebenarnya berintikan pengalaman. Yang dibiasakan itu
ialah sesuatu yang diamalkan. Oleh karena itu, uraian tentang pembiasaan
selalu menjadi satu dengan uraian tentang perlunya mengamalkan kebaikan
yang telah diketahui.
Inti pembiasaan ialah pengulangan. Jika guru setiap masuk kelas
mengucapkan salam, itu telah dapat diartikan sebagai usaha membiasakan.
Bila murid masuk kelas tidak mengucapkan salam, maka guru mengingatkan
25 Abu Ahmadi dan Joko Triprasetya, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: CV. Pustaka
Setia, 1997), 61.
29
agar bila masuk ruangan hendaklah mengucapkan salam, ini juga satu cara
membiasakan.26
Metode Sosio Drama dan Bermain Peran
Metode sosio drama dan bermain peran adalah teknik mengajar yang
banyak kaitannya dengan pendemonstrasian kejadian-kejadian yang bersifat
sosial.
Metode ini bertujuan agar siswa belajar bagaimana memahami
perasaan orang lain, menggambarkan bagaimana seseorang memecahkan
masalah, serta melukiskan bagaimana seseorang bertindak atau bertingkah
laku dalam situasi sosial tertentu. Metode sosio drama dan bermain peran
biasanya digunakan pada pembelajaran sejarah dan akhlak.
Metode Karya Wisata
Metode karya wisata adalah metode pengajaran yang dilakukan
dengan mengajak para siswa keluar kelas untuk mengunjungi suatu peristiwa
atau tempat yang ada kaitannya dengan pokok bahasan.
Metode ini diterapkan antara lain karena obyek yang akan dipelajari
hanya terdapat di tempat tertentu. Selain itu pengalaman langsung dapat
membuat siswa lebih tertarik kepada pelajaran yang disajikan sehingga ingin
lebih mendalami hal-hal yang diminati dengan mencari informasi dari buku-
buku sumber lainnya, serta memberi hiburan yang kreatif.
26 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, 144.
30
Metode Drill (Latihan)
Metode drill adalah suatu metode dalam pengajaran dengan jalan
melatih anak didik terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan secara
terus menerus sampai anak didik memiliki ketangkasan yang diharapkan.
Metode drill (latihan) merupakan salah satu bentuk dari berbagai
macam metode yang banyak digunakan oleh para pendidik dalam proses
belajar mengajar agar tujuan pembelajaran tercapai. Metode drill lebih
menitikberatkan pada keterampilan siswa seperti kecakapan motoris, mental,
asosiasi yang dibuat dan sebagainya. Ciri khas dari metode ini kegiatan yang
berupa pengulangan yang berkali-kali dilakukan dari sesuatu hal yang sama.
Pengulangan itu dilakukan agar asosiasi antara stimulus dan respon menjadi
sangat kuat dan tidak mudah dilupakan. Dengan demikian terbentuklah
keterampilan siap (pengetahuan siap) yang setiap saat digunakan oleh yang
bersangkutan.27
Metode Sorogan
Metode sorogan adalah metode individual, di mana murid mendatangi
guru untuk mengaji suatu kitab dan guru membimbingnya secara langsung.
Oleh karena itu inti dari metode ini adalah berlangsungnya proses belajar
mengajar (PBM) secara fest to fest antara guru dan murid.
27 M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), 55-59.
31
Sebagaimana metode lainnya, metode sorogan juga memiliki
kelebihan-kelebihan di samping kelemahan-kelemahan. Kelebihannya antara
lain terjadi hubungan yang erat dan harmonis antara guru dan murid, guru
dapat mengetahui secara pasti kualitas yang telah dicapai muridnya.
Sedangkan kekurangannya antara lain kurang efisien jika murid yang
dihadapi begitu banyak.28
Metode Bandongan
Metode bandongan adalah salah satu metode pembelajaran dalam
pendidikan Islam. Di mana siswa atau santri tidak menghadap guru atau kyai
satu demi satu, tetapi semua peserta didik menghadap guru dengan membawa
buku atau kitab masing-masing. Kemudian guru membacakan,
menerjemahkan, menerangkan kalimat dari kitab yang dipelajari, sementara
santri secara cermat mengikuti penjelasan yang diberikab oleh kyai dengan
memberikan catatan-catatan tertentu.29 Cara belajar seperti ini paling banyak
dilakukan di pesantren-pesantren tradisional.
Strategi Pembelajaran Fiqh
Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, tidak hanya terdapat satu
macam strategi pembelajaran yang dapat diterapkan. Guru dapat memilih strategi
28 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), 152. 29 Ibid., 156.
32
apa yang digunakan sesuai dengan situasi pembelajaran. Adapun macam-macam
strategi ada tiga, yaitu sebagai berikut:30
1. Strategi pembelajaran yang berpusat pada guru
Dalam hal ini guru berlaku sebagai sumber informasi yang mempunyai
posisi yang sangat dominan, dan mengajar merupakan penyampaian
informasi kepada peserta didik. Dalam hal ini metode yang biasanya
paling dominan adalah metode ceramah.
2. Strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
Proses pembelajaran diupayakan untuk menciptakan suasana belajar
bagi siswa secara optimal, yaitu meningkatkan kemampuan siswa untuk
memproses, menemukan, dan menggunakan informasi bagi pengembangan
dirinya dalam konteks lingkungannya. Dalam hal ini, tujuan pembelajaran
terarah pada peningkatan kemampuan, baik dalam bentuk kognitif, afektif,
maupun psikomotorik. Kegiatan pembelajaran tidak lagi sekedar
menyampaikan dan menerima informasi, tetapi mengolah informasi sebagai
masukan pada usaha peningkatan kemampuan.
3. Strategi pembelajaran yang berpusat pada materi pengajaran
Dalam hal ini proses pembelajaran bertujuan untuk menguasai
informasi dari materi yang ada dalam buku teks. Oleh karena itu tujuan
pembelajaran lebih cenderung pada aspek kognitif, di mana pendidikan afektif
30 Gulo, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Grasindo, 2002), 11.
33
dan keterampilan kurang mendapat tempat yang seimbang dalam rangka
peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
Ditinjau dari keterlibatan guru dan siswa dalam pengolahan pesan atau
materi, maka strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat dibedakan
menjadi dua macam:31
Strategi pembelajaran ekspositorik
Dalam pembelajaran ekspositorik guru mengolah secara tuntas pesan
atau materi sebelum disampaikan di kelas, sehingga peserta didik tinggal
menerima saja, dan bisa dikatakan peran siswa hampir tidak ada. Dalam
pembelajaran ekspositorik (ekspository learning), langkah-langkah yang
dilalui adalah sebagai berikut:
Preparasi. Guru mempersiapkan bahan secara sistematis.
Apersepsi. Guru bertanya atau memberikan uraian singkat untuk mengarahkan
perhatian siswa kepada materi yang akan diajarkan.
Presentasi. Guru memberikan materi dengan menggunakan metode ceramah
atau menyuruh siswa membaca buku teks.
Resitasi. Guru memberikan pertanyaan sesuai dengan materi yang telah
diajarkan atau disuruh menyatakan kembali pokok-pokok masalah yang
telah dipelajari.32
31 Abdul Madjid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep
dan Implementasi Kurikulum 2004 (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), 45. 32 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Rineka
Cipta), 22-24.
34
Strategi pembelajaran heuristik atau kurioristik
Dalam strategi pembelajaran heuristik peserta didik dituntut untuk
mengolah sendiri pesan atau materi dengan pengarahan dari guru. Dengan
menggunakan strategi ini proses pembelajaran diarahkan untuk menciptakan
situasi lingkungan yang membelajarkan peserta didik yang optimal. Dalam hal
ini ada strategi inquiry atau discovery, di mana siswa terlibat secara maksimal
dalam usaha mencari dan menemukan masalah atau konsep. Langkah-langkah
strategi pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
Simulation. Guru memulai dengan mengajukan persoalan, atau menyuruh
siswa membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan.
Problem statement. Siswa diberi kesempatan untuk mengidentifikasi berbagai
permasalahan. Setelah permasalahan dipilih, kemudian dirumuskan dalam
bentuk pertanyaan atau hipotesis, yakni pertanyaan sebagai jawaban
sementara.
Data collection. Siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai
informasi yang relevan.
Data processing. Pengolahan informasi yang telah didapat.
Verification. Pengujian hipotesis berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran
dari informasi yang ada.
Generalization. Siswa membuat kesimpulan.
Dilihat dari cara pengolahan atau memproses pesan atau materi, strategi
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dibedakan menjadi:
35
1. Strategi pembelajaran deduksi
Yaitu pesan diolah mulai dari umum menuju kepada yang khusus, dari
hal-hal yang abstrak kepada contoh-contoh yang konkrit.
2. Strategi pembelajaran induksi
Yaitu pengolahan pesan yang dimulai dari hal-hal yang khusus menuju
kepada hal-hal yang umum, dari peristiwa-peristiwa yang bersifat
individual menuju kepada generalisasi, dari pengalaman-pengalaman
empiris yang individual menuju kepada konsep yang bersifat umum.
Kedua strategi di atas tujuannya sama-sama membimbing siswa agar dapat
mengambil kesimpulan dari berbagai persoalan analisis yang ada, yang
membedakannya terletak pada kekhususan dan keumumannya saja.33
Mind Mapping
Pengertian Mind Mapping (Peta Konsep)
Mind mapping (peta konsep) merupakan alat yang bisa membantu otak
berfikir secara teratur dan sederhana. Mind mapping (peta konsep) adalah
bentuk penulisan catatan yang penuh warna dan bersifat visual, yang bisa
dikerjakan satu orang atau lebih. Dipusatnya terdapat sebuah gagasan atau
gambar sentral. Kemudian gagasan utama yang kesemuanya terhubung pada
gagasan sentral.34
33 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, 103.
34 Tomy dan Barry Buzan, Memahami Peta Pikiran: The Mind Map Book, Terj. Alexander
Sindoro (Batam Centre: Interaksara, 2004), 23.
36
Di setiap cabang gagasan utama ada cabang-cabang sub gagasan yang
mengeksplorasi tema-tema tersebut secara lebih mendalam. Dan pada cabang
sub gagasan ini kita dapat menambahkan lebih banyak sub cabang, sambil
terus mengeksplorasi gagasan secara lebih mendalam lagi. Sama seperti semua
cabang yang saling berhubungan. Faktor ini membuat mind mapping (peta
konsep) memiliki ruang lingkup yang dalam dan luas, yang tidak dimiliki oleh
daftar gagasan biasa.
Dengan bekerja dari pusat ke arah luar, mind mapping (peta konsep)
mendorong fikiran agar berperilaku dengan cara yang sama. Gagasan-gagasan
akan segera berkembang dan dapat memancarkan pemikiran kreatif dan
imajinatif.
Mind mapping (peta konsep) merupakan cara paling mudah untuk
memasukkan informasi ke dalam otak, dan untuk mengambil informasi dari
otak. Cara ini adalah cara yang kreatif dan efektif dalam membuat catatan.
Semua mind mapping (peta konsep) memiliki beberapa kesamaan, mind
mapping (peta konsep) selalu menggunakan warna. Struktur alamiah mind
mapping berupa radial yang memancar keluar dari gambar sentral. Mind
mapping (peta konsep) menggunakan garis, lambang, kata-kata, serta gambar
berdasarkan seperangkat aturan yang sederhana, mendasar, alami, dan akrab
bagi otak.
Dengan menggunakan mind mapping (peta konsep) daftar informasi
yang panjang dan menjemukan bisa diubah bentuknya menjadi diagram yang
37
penuh warna, mudah diingat dan sangat beraturan serta sejalan dengan cara
kerja alami otak.
Peta pikiran ini merupakan pendekatan keseluruhan otak yang
membuat kita mampu membuat catatan yang menyeluruh dalam satu halaman.
Dengan menggunakan citra visual dan perangkat grafis lainnya, peta pikiran
akan memberikan kesan yang lebih dalam.
Teknik pencatatan ini dikembangkan pada 1970-an oleh Tony Buzan
dan disiarkan pada riset tentang bagaimana cara kerja otak yang sempurna.
Otak kita seringkali mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol,
bentuk-bentuk, dan perasaan. Peta pikiran menggunakan pengingat-pengingat
visual dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan, seperti peta jalan yang
digunakan untuk belajar, mengorganisasikan, dan merencanakan. Peta ini
dapat membangkitkan ide-ide orisinil dan memicu ingatan yang mudah. Ini
jauh lebih mudah daripada metode pencatatan tradisional karena ia
mengaktifkan kedua belahan otak kita (karena itu disebut dengan istilah
“pendekatan keseluruhan otak”).35 Cara ini juga menyenangkan,
menenangkan, dan kreatif. Pikiran kita tidak akan menjadi mandeg karena
mengulangi catatan kita jika catatan-catatan tersebut dibuat dalam bentuk peta
pikiran.
35 Bobbi De Porter dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman
dan Menyenangkan (Bandung: Penerbit Kaifa, 1999), 152.
38
Oleh karena itu, mencatat dengan menggunakan peta konsep
merupakan cara kreatif bagi tiap siswa untuk menghasilkan gagasan, mencatat
apa yang dipelajari atau merencanakan tugas baru. Meminta siswa untuk
membuat peta konsep memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi dengan
jelas dan kreatif apa yang telah mereka pelajari atau apa yang tengah mereka
rencanakan.36
Dengan peta konsep juga guru dapat memperkenalkan kepada siswa
sebuah konsep baru dalam mengembangkan pikiran, memperkenalkan kepada
murid alat baru yang revolusioner yang membuat murid mampu mengambil
manfaat sebesar-besarnya dalam semua aspek baru. Dengan mind mapping
juga dapat memberikan kepada murid kebebasan intelektual yang besar dengan
mendemonstrasikan bahwa murid dapat mengendalikan sifat alami dan
perkembangan dari proses berfikir, dan bahwa kemampuan murid untuk
berfikir secara kreatif secara teoritis adalah tidak terbatas. Mind mapping juga
dapat memberikan kepada murid pengalaman praktis dan pemikiran radikal,
dengan demikian dapat meningkatkan standar dari banyak keterampilan
intelektual dan kecerdasan murid secara signifikan.
Mind mapping merupakan bagian fondasi dalam membimbing murid
melewati aplikasi praktis dari ketrampilan belahan otak kiri dan kanan,
menunjukkan bagaimana murid dapat menggunakan masing-masing secara
36 Melwin L. Silberman, Actif Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif (Bandung: Nusamedia,
2006), 200.
39
terpisah, dan bagaimana kemudian murid dapat menggabungkan keduanya
dengan cara yang spesifik meningkatkan secara dramatik manfaat yang
diperoleh oleh murid dari penggunaan otak.
Mind mapping dapat diaplikasikan bukan saja dalam proses
pembelajaran, akan tetapi juga dalam proses pemecahan masalah pribadi,
keluarga, pendidikan, bisnis, dan profesional serta masa depan seseorang.
Itulah salah satu keunikan dan kehebatan dari mind mapping yang dituliskan
oleh Tony Buzan.37
Mind Mapping Sebagai Mekanisme Berfikir Kreatif
Mind mapping idealnya cocok untuk berfikir kreatif karena metode ini
menggunakan semua ketrampilan yang umumnya berasosiasi dengan
kreatifitas terutama imajinasi, asosiasi ide, dan fleksibilitas.
Menurut aturan dan teori umum peta konsep bahwa peta konsep
sebenarnya adalah manifestasi eksternal yang canggih dan elegan dari semua
kategori yang ditetapkan yaitu manifestasi eksternal dari proses berfikir kreatif
lengkap.
Pemikiran kreatif didasarkan pada imajinasi dan asosiasi. Tujuannya
adalah menghubungkan jenis A dan jenis B kemudian menghasilkan ide baru
dan inovatif. Dalam literatur psikologi, terutama dalam perangkat manual
menguji mengenai berfikir kreatif oleh E. Paul Torrence, fleksibilitas
37 Tomy dan Barry Buzan, Memahami Peta Pikiran: The Mind Map Book, Terj. Alexander
Sindoro, 15.
40
diidentifikasi sebagai elemen yang vital dalam berfikir. Faktor-faktor lain yang
penting termasuk kemampuan untuk:
Menghubungkan ide baru dan unik dengan ide yang sudah ada.
Menggunakan warna berbeda.
Menggunakan bentuk berbeda.
Menggunakan bentuk dan kode yang sesuai.38
Di antara keunggulan mind mapping dari metode lain adalah:
a. Mind mapping atau peta konsep berfikir kreatif secara otomatis
menggunakan semua ketrampilan berfikir kreatif.
b. Mind mapping atau peta konsep berfikir kreatif menghasilkan energi
mental yang terus meningkat ketika pemeta pikiran bergerak ke arah
sasarannya.
c. Mind mapping atau peta konsep berfikir kreatif memungkinkan pemeta
pikiran untuk memandang banyak sekali elemen sekaligus, jadi
meningkatkan probabilitas asosiasi dan integrasi kreatif.
d. Mind mapping atau peta konsep berfikir kreatif membuat otak manusia
berburu ide yang secara normal terletak dalam kekaburan di bagian tepi
dari pemikiran mereka.
e. Mind mapping atau peta konsep berfikir kreatif meningkatkan probabilitas
memperoleh pemahaman baru.
38 Ibid., 183.
41
f. Mind mapping atau peta konsep berfikir kreatif memperoleh dan
menunjang proses pembelajaran, meningkatkan probabilitas menghasilkan
ide-ide baru.39
Fungsi dan Manfaat Mind Mapping
Adapun fungsi dari mind mapping secara garis besar adalah
memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran dan memudahkan
murid dalam belajar dan mencatat materi pembelajaran.
Manfaat dari mind mapping atau peta konsep berfikir kreatif adalah
sebagai berikut:
Metode ini secara otomatis memberi semangat siswa sehingga tertarik, maka
membuat mereka lebih mau menerima dan bekerjasama dalam kelas.
Metode ini membuat pelajaran dan presentasi lebih spontan, kreatif, dan
menyenangkan baik bagi guru maupun bagi siswa.
Catatan guru tidak lagi relatif tetap kaku seiring dengan perjalanan waktu,
melainkan fleksibel dan dapat disesuaikan. Pada masa perubahan dan
perkembangan yang cepat ini, guru harus dapat mengubah dan menambah
catatan pelajaran dengan cepat dan dengan mudah.
Karena peta konsep hanya menyajikan material yang relevan dalam bentuk
yang jelas dan mudah diingat, siswa cenderung mendapat nilai dan prestasi
yang lebih baik.
39 Tomy dan Barry Buzan, Memahami Peta Pikiran: The Mind Map Book, Terj. Alexander
Sindoro, 25.
42
Tidak seperti teks linier, peta konsep tidak hanya menunjukkan fakta tetapi
juga menunjukkan hubungan antara fakta-fakta tersebut.
Volume fisik dari catatan berkurang secara dramatis.
Peta konsep terutama bermanfaat untuk anak-anak yang mengalami kesulitan
belajar, peta konsep membuat anak jauh lebih alami, lengkap, dan
mempercepat ekspresi diri.40
Teknik Pembuatan Mind Mapping
Untuk teknik pembuatan mind mapping digunakan pena berwarna, dan
pencatatan dimulai dari bagian tengah kertas. Diusahakan menggunakan kertas
secara melebar untuk mendapatkan lebih banyak tempat, lalu mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut:
Menulis gagasan utamanya di tengah-tengah kertas dan melingkupinya dengan
lingkaran, persegi, atau bentuk lain.
Menambahkan sebuah cabang yang keluar dari pusatnya untuk setiap poin atau
gagasan utama. Jumlah cabang-cabangnya akan bervariasi, tergantung dari
jumlah gagasan atau segmen. Gunakan warna yang berbeda untuk tiap-tiap
cabang.
Menulis kata kunci atau frase pada tiap-tiap cabang dan mengembangkannya
secara detail. Kata-kata kunci adalah kata-kata yang menyampaikan inti
sebuah gagasan dan memicu ingatan. Jika menggunakan singkatan,
40 Tomy dan Barry Buzan, Memahami Peta Pikiran: The Mind Map Book, Terj. Alexander
Sindoro, 270-271.
43
hendaknya yang mudah diingat, sehingga bisa mengingatnya selama
berhari-hari atau berminggu-minggu setelahnya.
Menambahkan simbol-simbol dan ilustrasi-ilustrasi untuk mendapatkan
ingatan yang lebih baik.41
Di sini ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membuat catatan
peta konsep agar lebih mudah diingat:
a. Menulis secara rapi dengan menggunakan huruf-huruf kapital.
b. Menulis gagasan-gagasan penting dengan huruf-huruf yang lebih besar
sehingga langsung dapat tampak begitu membuka kembali catatan
tersebut.
c. Menggambar peta konsep dengan hal-hal yang berhubungan dengan
sesuatu yang menarik.
d. Memberi garis bawah kata-kata tersebut dan menggunakan huruf tebal.
e. Hendaknya penulis bersikap kreatif dan berani dalam desain karena otak
lebih mudah mengingat hal yang tidak biasa.
f. Menggunakan bentuk-bentuk acak untuk menunjukkan hal-hal atau
gagasan-gagasan tertentu.
g. Menciptakan peta pikiran kira secara horizontal untuk memperbesar ruang
bagi pekerjaan.42
41 Tomy dan Barry Buzan, Memahami Peta Pikiran: The Mind Map Book, Terj. Alexander
Sindoro, 273-274. 42 Ibid., 275-276.
44
Kiat-kiat untuk membuat peta konsep:
a. Di tengah kertas, membuat lingkaran dari gagasan utama.
b. Menambahkan sebuah cabang dari pusatnya untuk tiap-tiap poin kunci
menggunakan pena warna-warni.
c. Menuliskan kata kunci atau frase pada tiap-tiap cabang, kemudian
mengembangkan untuk menambahkan detail-detail.
d. Menambahkan simbol dan ilustrasi.
e. Menggunakan huruf-huruf kapital.
f. Menuliskan gagasan-gagasan penting dengan huruf-huruf yang lebih besar.
g. Menghidupkan peta konsep.
h. Memberi garis bawah kata-kata tersebut dan menggunakan huruf-huruf
tebal.
i. Hendaknya bersikap kreatif dan berani.
j. Menggunakan bentuk-bentuk acak untuk menunjukkan gagasan-gagasan.
k. Membuat peta konsep secara horizontal.43
43 Tomy dan Barry Buzan, Memahami Peta Pikiran: The Mind Map Book, Terj. Alexander
Sindoro, 277.
45
BAB III
IMPLEMENTASI MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN FIQH
DI SMPT 'IBADURRAHMAN NGLAYANG JENANGAN PONOROGO
Data Umum
Sejarah Berdirinya SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo dan
Perkembangannya
Berdirinya Pondok Pesantren ‘Ibadurrahman sebenarnya merupakan
realisasi keinginan beberapa orang untuk mendirikan pesantren di Desa
Panjeng, yang pada akhir tahun 1997 masih juga ide, karena beberapa
kendala. Pada pertengahan tahun 1998, diperoleh kabar tentang adanya tanah
wakaf di Desa Nglayang milik H. Amir Luqman yang belum tertangani. Maka
dikomandai oleh saudara Nurul Iman Lc, dan H. Sucipto Amir Lukman, S.Ag,
segera dihimpun potensi alumni Gontor dan pondok-pondok alumninya untuk
dapat menggarap tanah wakaf tersebut.
Pada musyawarah pertama yayasan ‘Ibadurrahman pada September
1998 disepakati untuk mempersiapkan diri selama 4 tahun, hingga dibukanya
pondok pesantren pada tahun 2002. Sejak saat itu dikembangkan berbagai
kegiatan-kegiatan khas pondok seperti pengajian anak-anak dan orang tua,
serta mulai dirintis pembangunan asrama santri.44
44 Lihat trankrip dokumentasi nomor: 01/D/8-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini.
46
Dengan keadaan pondok yang sedemikian rupa, dan dengan usaha yang
gigih, maka yayasan ‘Ibadurrahman telah membuka SMP Terpadu
‘Ibadurrahman pada tahun pelajaran 2002/2003, dan telah memiliki piagam
izin penyelenggaraan sekolah swasta oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Jawa Timur, dengan nomor: 421.3/1378/108.08/2002 dan nomor statistik
sekolah: 202051102004 yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten
Ponorogo. Keberadaannya berada di bawah naungan yayasan ‘Ibadurrahman
Nglayang Jenangan Ponorogo yang berdiri pada tanggal 17 Agustus 1998,
dengan akta notaris nomor: 06 tanggal 7 September 1998. Keberadaan SMP
Terpadu ‘Ibadurrahman menyatu dengan Pondok Pesantren ‘Ibadurrahman.
Dengan demikian, segala aktifitas pendidikan dikemas dalam sistem asrama.
Untuk tahap pertama, SMP Terpadu ‘Ibadurrahman hanya menerima
siswa sekaligus menyediakan sarana dan prasarana berupa masjid, asrama,
ruang belajar, kamar mandi/WC dan lapangan olah raga. Namun, saat ini
pembangunan ruang kelas masih dapat disiapkan 75% dan masih diusahakan
penyempurnaannya.
Visi, Misi, dan Tujuan SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo
Visi
Mencetak generasi muslim-muslimah yang berbudi tinggi, berbadan sehat,
berpengetahuan luas, dan berfikiran bebas.
Misi
Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang berasaskan Islam.
47
Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran berbasis modern dan
terkini.
Tujuan
Tujuan SMPT 'Ibadurrahman tertuang dalam panca tujuan pondok atau SMPT
'Ibadurrahman, yaitu sebagai berikut:
Beribadah thâlabul ‘ilmi.
Beriman, berilmu, beramal sholeh, dan berjihad fî sabîlillâh.
Hidup sederhana.
Bermasyarakat dan menjadi warga negara yang baik.
Cinta agama dan tanah air.45
Letak Geografis SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo
SMPT 'Ibadurrahman berada di Dusun Mojoraden Desa Nglayang
Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo, 20 km arah timur kota Ponorogo.
Sampai saat ini SMPT ‘Ibadurrahman mempunyai 3 ruang belajar, 2 asrama
santri, 1 ruangan kantor guru. Dikarenakan letaknya yang cukup terpencil dan
jauh dari keramaian kota, sehingga untuk menuju lokasi harus melalui
beberapa tahap, seandainya menggunakan transportasi umum harus berganti
beberapa kali, serta harus berjalan kaki kira-kira + 2 km menuju lokasi
tersebut.46
45 Lihat trankrip dokumentasi nomor: 02/D/8-IX /2007 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini. 46 Lihat trankrip dokumentasi nomor: 03/D/8-IX /2007 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
48
Struktur Organisasi SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo47
Gambar 1
Struktur Organisasi
Sumber dokumen : dokumen SMPT ‘Ibadurrahman tahun 1999
Kurikulum
Sebagaimana di sebagian pondok pesantren yang ada sekarang,
kurikulum SMPT ‘Ibadurrahman juga merupakan perpaduan antara kurikulum
47 Lihat trankrip dokumentasi nomor: 04/D/8-IX /2007 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
Yayasan
‘Ibadurrahman
Kepala
Sekolah
Pimpinan
Pondok
Tata
Usaha
Waka
Kurikulum
Waka
Kesiswaan
Waka
Sarpras
Wali Kelas Dewan Guru
Siswa
49
diknas dan kurikulum pondok modern. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi
kelemahan pada masing-masing kurikulum.
Kurikulum-kurikulum dirancang secara akomodatif tersebut antara lain
sebagai berikut:
Kurikulum dari pondok modern (Gontor), meliputi materi-materi tentang
ketrampilan bahasa asing (Arab), antara lain mata pelajaran muthâla’ah,
nahwu, sharf, insyâ’, imlâ’, dan tamrîn, selain itu juga pelajaran tarbiyah
wa-t-ta’lîm, târikh Islam, târikh adâbil lughah, mahfudhât, dan
sebagainya.
Kurikulum dari diknas, meliputi pelajaran-pelajaran umum, seperti ekonomi,
fisika, PPKn, Bahasa Indonesia, matematika, geografi, dan lain
sebagainya.48
Fasilitas/Sarana Prasarana Kegiatan Belajar Mengajar di SMPT 'Ibadurrahman
Nglayang Jenangan Ponorogo
Dalam proses belajar mengajar di sekolah, sarana pendidikan sangat
menunjang dan juga bisa menentukan hasil evaluasi siswa, selain itu sarana
pendidikan juga sangat membantu pada kelancaran proses belajar mengajar di
sekolah. Biasanya di sekolah-sekolah yang maju, sarana pendidikan sangat
diperlukan, karena sarana pendidikan itu akan menunjang keberhasilan prestasi
anak didik.
48 Lihat trankrip dokumentasi nomor: 05/D/8-IX /2007 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
50
Dari hal-hal di atas fungsi kepala sekolah sangat diperlukan, karena
untuk mengontrol sarana-sarana yang ada di sekolah, yang pada akhirnya tahu
sarana apa yang sering dipakai dan yang tidak pernah dipakai. Untuk sarana
yang tidak pernah dipakai kepala sekolah harus tanggap serta punya gambaran,
bagaimana caranya sarana tersebut bisa dipakai dan difungsikan oleh anak
didik dan guru.
Sebagai kepala sekolah maupun guru, mereka akan tahu bakat serta
minat anak didik, sehingga guru tahu kemana arah dan tujuan anak didiknya.
Karena bakat anak didik satu dengan yang lainnya berbeda, maka sarana
pendidikan dituntut kelengkapannya guna untuk keberhasilan anak didik di
sekolah tersebut.
Adapun sarana prasarana yang ada di SMPT ‘Ibadurrahman saat ini
adalah:49
Tabel I
Sarana dan Prasarana
No Uraian Jumlah
1. Masjid masyarakat seluas 8 x 10 m 1 Buah
2. Wartel 2 KBU
3. Kamar mandi dan WC 3 Buah
4. Meja dan bangku belajar 30 Set
5. Peralatan belajar (papan tulis dan lain-lain) 3 Buah
6. Meja dan kursi kantor 2 Set
7. Meubeleir 1 Set
8. Komputer 4 Buah
49 Lihat trankrip dokumentasi nomor: 06/D/8-IX /2007 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
51
9. Mesin Ketik 1 Buah
Sumber dokumen : Arsip SMPT ‘Ibadurrahman tahun 1999
Dari data di atas, teramat banyak kekurangan pada sarana maupun
prasarana, namun dari pihak yayasan tetap berusaha dengan sekuat tenaga.
Dan juga penambahan alat-alat olah raga, seperti bola kaki, bola tangan,
perlengkapan atletik dan juga penambahan alat kesenian, seperti orgen,
seruling, dan satu set perlengkapan hadroh modern.
Dilihat dari sarana yang ada di SMPT ‘Ibadurrahman, ada sarana yang
belum tersedia, dan itu harus dilengkapi, yaitu:
a. Ruang pertemuan yang representatif.
b. Ruang UKS yang memadai.
c. Ruang TU dan kepala sekolah yang masih menyatu dengan ruang guru.
d. Ruang tamu yang masih menyatu dengan ruang guru.
e. Lapangan olah raga yang memadai.
f. Ruang perpustakaan dan dengan segala isi di dalamnya.
Kedaaan Guru dan Siswa SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo
Keadaan Guru
Pendidik adalah merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas yang sangat
utama, di dalam kaitannya dengan pendidikan, guru merupakan salah satu tokoh
52
kunci utama dalam rangka meningkatkan SDM. Melalui interaksi antara guru dan
murid yang berlangsung secara efektif, tentunya akan membawa suatu prodak
pendidikan yang cukup berarti, selain keberhasilan di dalam rangka memberantas
kebodohan dan keterbelakangan, juga merupakan tolak ukur kemajuan suatu bangsa.
Namun demikian, untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia juga bukan
terletak pada guru semata, tetapi juga menyangkut peran aktif dari berbagai pihak
untuk mensukseskannya, salah satu tolak ukur suatu bangsa bukan hanya terletak
pada sejauhmana kemajuan di sektor industrinya, namun hal itu juga terkait dengan
masalah sistem pendidikan.
Di dalam proses pendidikan, profesi guru mempunyai fungsi yang sangat strategis di
dalam upaya untuk mencerdaskan bangsa, peranan ini sangat besar dan tidak bisa
dipungkiri. Tetapi kita juga menyimak beberapa media masa, maka banyak sekali
keluhan-keluhan yang dilontarkan sebagai masyarakat kita yang menilai bahwa
profesionalisme guru kita masih dianggap kurang memadai. Anggapan tersebut dapat
dianggap wajar sehubungan dengan keadaan yang dihadapi sekarang.
Seorang guru mempunyai komitmen kepada muridnya dalam proses belajar, yaitu
kepentingan siswanya, ia harus bisa menguasai berbagai materi yang akan diajarkan
pada muridnya serta menguasai metode pengajaran yang dilandasi oleh rasa tanggung
jawab serta dapat memantau hasil belajar siswa melalui cara pengamatan terhadap
perilaku siswa sampai dengan tes hasil belajar, bahkan guru harus mempunyai pikiran
yang sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalaman.
Hal ini berarti guru harus tahu pengaruh apa yang diajarkan kepada siswanya. Ia
harus tahu baik buruknya dampak dari proses belajar tersebut. Karena guru adalah
merupakan bagian dari masyarakat, belajar di dalam lingkungan profesinya harus
diakui bahwa sikap profesionalisme termasuk guru merupakan tuntunan masa depan.
Berikut ini tabel keadaan guru SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo:50
Tabel II
Daftar Guru
No Nama Jabatan Mata Pelajaran
1. Idam Mustofa, M.Pd KS
2. Zainal Hasan,S.Pd Waka Kurikulum PPKn
3. Afidatul Laila,S.Pd Waka Kesiswaan Matematika, Sains
4. Wempi Catur Ariyanto Waka Sarpras B. Indonesia, TIK
5. H. Sucipto,S.Ag Guru PAI
6. Etik Nisakurin,S.Pd Guru/Wali Kelas Bahasa Inggris
7. Ali Mustofa,S.Pd Guru/Wali Kelas IPS
8. Dodi Aji S Guru/Wali Kelas Penjaskes
50 Lihat trankrip dokumentasi nomor: 07/D/8-IX /2007 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
53
9. Imam Badri Guru Bahasa Jawa
10. Agung Kurniawan Guru Kertakes
Sumber dokumen: Arsip SMPT ‘Ibadurrahman tahun 2002
Keadaan Siswa
Melihat dengan kenyataan bahwa kondisi sekolah yang masih baru, bisa dikatakan
baru karena untuk SMP sampai saat ini masih mengalami pembangunan yang sampai
saat ini belum sempurna, masih mengalami kendala terutama pada dana yang belum
maksimal, maka saat ini masih ada 3 kelas, yaitu kelas 1, kelas 2, dan kelas 3, dengan
jumlah murid 38, terdiri dari kelas 1 sebanyak 11 siswa, kelas 2 sebanyak 15 siswa,
dan kelas 3 sebanyak 12 siswa. Dengan prinsip jemput bola diharapkan dapat kiranya
menarik para putra-putri lulusan SD atau MI untuk bersekolah ke SMPT
‘Ibadurrahman.51
Dari data di atas, jelas diketahui bahwa minat dari masyarakat untuk menyekolahkan
putra-putrinya ke SMPT ‘Ibadurrahman sangatlah minim, karena pada kenyataannya,
di sekitar lokasi SMPT ‘Ibadurrahman banyak sekali anak-anak yang disekolahkan
keluar daerah tersebut. Karena mereka beranggapan sekolah di kota akan berhasil dan
juga mudah untuk masuk ke jenjang pendidikan selanjutnya.
Dari hal-hal di atas untuk menunjang keberhasilan siswa, maka dari pihak SMPT
‘Ibadurrahman di luar jam pelajaran diadakan les dan juga program kursus kilat yang
mendatangkan tutor dari luar daerah, dan juga tak ketinggalan mengadakan kegiatan
ekstrakurikuler, antara lain:52
Tabel III
Jenis Kegiatan
No Jenis Kegiatan Waktu Pembimbing
1. Pramuka Ahad Sore Ustdz. Etik Nisakurin,S.Pd
2. Komputer Sabtu Malam Ustd. Wempi Catur A
3. Kursus Bahasa Inggris Selasa Malam Ustd. Munirul Ikhwan
4. Kursus Bahasa Arab Rabu Malam Ustd. H. Sucipto,S.Ag
5. Muhadhoroh Kamis Malam Ustd. Zainal Hasan,S.Pd
6. Hadroh Modern Sabtu Malam Ustd. Imam Mustofa,A.Ma
7. Seni Teater Rabu Sore Ustd. Wempi Catur A
Sumber dokumen : Asip SMPT ‘Ibadurrahman tahun 2001
51 Lihat trankrip dokumentasi nomor: 07/D/8-IX /2007 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini. 52 Lihat trankrip dokumentasi nomor: 08/D/8-IX /2007 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
54
Demikian jenis-jenis kegiatan ekstra kurikuler yang ada di SMPT 'Ibadurrahman
Nglayang Jenangan Ponorogo.
Data Khusus
Pelaksanaan Mind Mapping dalam Pembelajaran Fiqh Siswa Kelas I di SMPT
'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo Tahun Ajaran 2007/2008
Pembelajaran fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan
Ponorogo menggunakan sistem pembelajaran mind mapping dengan latar
belakang selain tuntutan dari kurikulum juga untuk memotivasi belajar siswa
sehingga kesuksesan belajar akan tercapai. Maka dalam pembelajaran siswa
berposisi sebagai subyek bukan obyek disesuaikan dengan perbedaan
kemampuan siswa.
Dalam proses belajar mengajar di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang
Jenangan Ponorogo ini menggunakan metode mind mapping yang dapat
membuat siswa lebih aktif dan kreatif dalam belajar dan mencatat materi yang
diajarkan, sehingga siswa merasa tidak jenuh dan untuk memotivasi anak
supaya mudah dalam belajar dan tujuan pembelajaran akan tercapai dengan
baik. Metode mind mapping ini memberi kebebasan pada siswa dalam proses
belajar mengajar, tidak memberi keterbatasan. Sehingga siswa merasa tidak
jenuh dengan tetap ada pantauan dan arahan dari guru.
Untuk pembelajaran fiqh di SMPT 'Ibadurrahman dengan metode
mind mapping ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan, akan tetapi
pihak lembaga terus berusaha untuk bisa memaksimalkan metode mind
55
mapping ini dalam pembelajaran fiqh, diharapkan pembelajaran fiqh di SMPT
'Ibadurrahman dapat membuat siswa senang dan aktif dalam belajar. Sehingga
dapat tercapai tujuan pembelajaran fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang
Jenangan Ponorogo.
Adapun proses pembelajaran fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang
Jenangan Ponorogo melalui beberapa tahap, yaitu:
a. Persiapan atau perencanaan pembelajaran
Mind mapping diharapkan ada persiapan atau perencanaan dari
guru, persiapan yang dilakukan guru fiqh kelas I di SMPT 'Ibadurrahman
Nglayang Jenangan Ponorogo diungkapkan oleh Bapak H. Sucipto, S.Ag
selaku guru fiqh, yakni sebagai berikut:
Guru memberikan penyemangat kepada siswa agar nantinya lebih mudah
menangkap atau memahami materi yang akan disampaikan oleh guru, guru
mengidentifikasikan secara jelas tujuannya pembelajaran. Guru memberikan
pemahaman kepada siswa tentang mind mapping diharapkan dalam
pembelajaran siswa dapat mudah menangkap informasi yang diberikan oleh
guru. Selain itu siswa dapat membangun pengetahuan berdasarkan informasi ini,
rangkaian pembelajaran terdiri dari beberapa tahap dan aktifitas yang dipandu
guru. Guru mengorganisasikan kelas dan sumber belajar. Guru menentukan
bagaimana cara mengukur pencapaian siswa.53
Itulah beberapa persiapan yang dilakukan guru agama dalam
proses belajar mengajar di kelas I SMPT 'Ibadurrahman Nglayang
Jenangan Ponorogo.
53 Lihat transkrip wawancara nomor: 07/1-W/F-1/27-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
56
b. Proses pelaksanaan pembelajaran
Proses pembelajaran fiqh di kelas I SMPT 'Ibadurrahman
Nglayang Jenangan Ponorogo terbagi menjadi dua kegiatan pembelajaran
yakni kegiatan pembelajaran di dalam kelas dan kegiatan pembelajaran di
luar kelas. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas dengan dimulai
absen kelas dan membaca surat-surat pendek al-Qur'an selama sepuluh
menit disetiap awal pelajaran. Kemudian guru mengingatkan pelajaran
yang sudah dijelaskan pada pertemuan sebelumnya dan mengarahkan
siswa kepada materi pelajaran yang akan dipelajari pada pertemuan itu.
Seperti yang diungkapkan oleh Bapak H. Sucipto, S.Ag selaku
guru fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo yaitu:
Dalam pembelajaran fiqh yang dilakukan di kelas dengan dimulai absen kelas
dan membaca surat-surat pendek al-Qur'an selama sepuluh menit disetiap awal
pelajaran. Kemudian guru mengingatkan pelajaran yang sudah dijelaskan pada
pertemuan sebelumnya dan mengarahkan siswa kepada materi pelajaran yang
akan dipelajari pada pertemuan tersebut dengan menggunakan metode mind
mapping yaitu guru memberi gambar dengan konsep-konsep yang ada
kaitannya dengan materi.54
Hal tersebut juga diungkapkan oleh Bapak Idam Mustofa,M.Pd
selaku kepala sekolah SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan
Ponorogo, sebagai berikut:
Proses belajar mengajar yang dilakukan di kelas dengan diawali do’a bersama,
membuka juz’amma, membaca surat-surat pendek dan dilanjutkan dengan
materi pelajaran pada pertemuan tersebut dengan menggunakan mind mapping
dengan konsep dan pikiran yang sesuai dengan materi yang diajarkan.55
54 Lihat transkrip wawancara nomor: 08/2-W/F-1/27-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini. 55 Lihat transkrip wawancara nomor: 09/1-W/F-1/27-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
57
Dan dalam proses belajar mengajar selain dilakukan dalam kelas
juga bisa di luar kelas misalnya di masjid, di perpustakaan, di halaman
sekolah dan bisa juga dilakukan di luar lingkungan kelas.
Proses kegiatan pembelajaran semacam ini berjalan terus menerus
dan berkesinambungan. Seperti yang dijelaskan di atas maka di SMPT
'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo mempunyai pendekatan
dalam penyampaian materi. Adapun pendekatan yang digunakan oleh
SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo menggunakan
pendekatan mind mapping. Selain pembelajaran yang bersifat aktif dan
kreatif, pendekatan ini dapat mengajak siswa berfikir dan menulis secara
aktif dan kreatif.
Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Zainal Hasan, S.Pd selaku
waka kurikulum, bahwa:
Pelaksanaan mind mapping mulai dilaksanakan di SMPT 'Ibadurrahman
Nglayang Jenangan Ponorogo pada tahun 2006 didukung oleh sarana kelas yang
memadai.56
Dan yang menjadi motivasi untuk menggunakan sistem
pendekatan mind mapping di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan
Ponorogo khususnya pada materi fiqh seperti yang diungkapkan oleh
Bapak H. Sucipto, S.Ag selaku guru fiqh, sebagai berikut:
Di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo ini mengharapkan
pendidikan yang membuat siswa aktif dan kreatif, sehingga di kemudian hari
56 Lihat transkrip wawancara nomor: 10/3-W/F-1/26-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
58
siswa dapat menerapkannya, baik di lapangan sekolah, keluarga, dan lingkungan
masyarakat.57
Dalam penyampaian materi guru menggunakan pendekatan
keterlibatan aktif siswa sangat diperlukan sehingga proses pembelajaran
tidak saja pada tataran kognitif tetapi juga pada tataran afektif dan
psikomotorik. Dengan mengajarkan anak didik atau siswa untuk
melaksanakan proses pembelajaran secara langsung misalnya praktek
ibadah.
Observasi yang penulis lakukan pada saat proses belajar mengajar
di kelas I SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo yakni:
Ketika proses belajar mengajar fiqh dengan materi ibadah bab
thâharah, sebelum pelajaran dimulai, percakapan ringan sebagai pembuka
dan dimulai dengan absen kelas dan membaca surat-surat pendek kurang
lebih selama lima belas menit seperti biasanya. Kemudian guru menyuruh
siswa untuk membuka buku pelajaran, buku tulis maupun buku paket.
Guru membuka materi pelajaran dengan mengadakan tanya jawab
mengenai wacana yang akan diajarkan. Guru menuliskan inti pokok
pelajaran dengan menggunakan pendekatan mind mapping. Guru
menjelaskan pelajaran dengan menggunakan metode mind mapping dan
siswa mendengarkan. Siswa disuruh membaca dan memahami maksud
inti pelajaran yang diajarkan melalui metode mind mapping dan mencoba
57 Lihat transkrip wawancara nomor: 11/2-W/F-1/26-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
59
untuk menulis inti pelajaran dengan menggunakan metode mind mapping.
Kemudian guru memberi kesempatan bertanya kepada siswa apabila ada
yang belum bisa dipahami. Siswa bertanya dan ada yang menanggapi
pertanyaan dari siswa. Guru mengevaluasi langsung dengan pertanyaan
dan menunjuk siswa untuk menjawabnya kemudian guru menyimpulkan
materi.58
Selain itu, guru juga menunjuk siswa untuk maju ke depan kelas
untuk mendemonstrasikan hasil dari kesimpulan inti pelajaran yang
ditulisnya dengan metode mind mapping, dan siswa yang lainnya
mendengarkan, kemudian memberikan tanggapan apabila siswa yang di
depan sudah selesai menjelaskan.
Untuk menguatkan keterangan-keterangan tentang proses
pelaksanaan pembelajaran fiqh di kelas I SMPT 'Ibadurrahman Nglayang
Jenangan Ponorogo dari hasil dokumentasi dapat diketahui bahwa siswa
berperan aktif dan efektif dalam proses belajar mengajar dengan tidak
merasa jenuh.59
Dari hasil observasi dan dokumentasi tersebut, interaksi antara
guru dan siswa mendorong terciptanya pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan, sehingga pembelajaran tidak membuat anak
58 Lihat transkrip observasi nomor: 01/O/F-1/24-VII/2007 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini. 59 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 09/D/08-XI/2007 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
60
pasif dalam berfikir dan membuat ringkasan catatan dari isi materi
pelajaran yang diajarkan, akan tetapi pembelajaran cenderung membuat
anak berani mencoba, berani bertindak, berani mengemukakan pendapat
atau gagasan sehingga proses pembelajaran dapat optimal.
Dengan pendekatan pembelajaran yang telah dikembangkan di
SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo diharapkan ada
korelasi yang serasi antara metode yang dikembangkan dengan guru
penyampaiannya, karena bagaimanapun juga peran guru sangatlah
penting dalam proses pembelajaran. Jika guru dalam menyampaikan
materi mengetahui cara-cara yang seharusnya digunakan maka tidak
menutup kemungkinan keberhasilan proses pembelajaran akan tercapai,
namun sebaliknya jika guru dalam menyampaikan materi tidak
mengetahui cara-cara yang seharusnya digunakan maka mustahil tujuan
pendidikan tercapai.
Cara guru menyampaikan materi dalam pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar berdasarkan pendekatan mind mapping pada bidang
studi fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo sangat
membantu siswa dalam memahami materi yang diajarkannya, metode
mind mapping sedikit agak berbeda dengan metode yang lainnya.
Perbedaan itu terletak pada cara guru mengkondisikan siswa pada waktu
proses pelaksanaan pembelajaran. Pada waktu proses pelaksanaan
pembelajaran misalnya ruangan, dinding kelas berwarna-warni dengan
61
catatan-catatan pelajaran yang ditulis oleh siswa sendiri dengan
menggunakan metode mind mapping supaya kelas menjadi lebih indah
dan tidak membosankan, ada tempat penempelan hasil belajar siswa dan
meja belajar tidak selalu berjajar ke belakang seperti biasa, tetapi meja
ditata seperti letter U dan kadang juga ditata sesuai dengan kelompok
belajar siswa di kelas.60
Untuk menguatkan kondisi ruang kelas dalam proses pelaksanaan
pembelajaran, dari hasil dokumentasi dapat diketahui bahwa sarana dan
prasarana yang mendukung pembelajaran serta suasana yang
menyenangkan dapat memberi semangat belajar siswa dan tidak merasa
bosan.61
Dari penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode mind
mapping maka diperlukan tanggapan siswa tentang metode tersebut.
Adapun tanggapan siswa tentang mind mapping guna mengetahui
penerapan mind mapping pada bidang studi fiqh di SMPT 'Ibadurrahman
Nglayang Jenangan Ponorogo sebagai berikut:
1) Tanggapan siswa tentang seringnya bertanya kepada guru ketika
belajar di kelas
60 Lihat transkrip observasi nomor: 02/O/F-1/26-VII/2007 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini. 61 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 10/D/08-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
62
Siswa banyak yang aktif dalam bertanya ketika pembelajaran fiqh di
kelas berlangsung. Sebagaimana hasil wawancara dengan Tika (siswa kelas I)
dan Syamsul Arifin dan Mujiono (siswa kelas I):
Sering bertanya kepada guru, karena merasa kurang jelas terhadap materi
yang disampaikan guru.62
Sering bertanya, karena ada kesempatan untuk bertanya.63
Sering bertanya, agar lebih faham tentang materi yang diajarkan.64
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa
siswa aktif bertanya kepada guru ketika belajar di kelas.
2) Tanggapan siswa tentang pemahaman siswa terhadap materi yang
telah disampaikan guru
Guru dalam menyampaikan materi mudah dipahami oleh siswa sehingga
banyak siswa selalu memahami materi fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang
Jenangan Ponorogo, seperti hasil wawancara dengan siswa kelas I dan siswa
kelas I sebagai berikut:
Kadang-kadang materi yang disampaikan bisa dipahami, kadang-kadang
juga tidak bisa dipahami, tergantung sulit tidaknya materi.65
Kadang-kadang bisa memahami langsung setelah guru menyampaikan
materi.66
62 Lihat transkrip wawancara nomor: 12/4-W/F-1/28-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini. 63 Lihat transkrip wawancara nomor: 13/5-W/F-1/28-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini. 64 Lihat transkrip wawancara nomor: 14/6-W/F-1/28-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini. 65 Lihat transkrip wawancara nomor: 12/4-W/F-1/28-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
63
Kadang-kadang, tapi langsung diberi kesempatan untuk bertanya sebelum
dilanjutkan pada materi pelajaran selanjutnya.67
Dari keterangan-keterangan di atas, terdapat kesamaan yang
intinya siswa bisa memahami materi yang disampaikan guru,
walaupun kadang-kadang ada yang masih belum bisa difahami
langsung bisa ditanyakan pada guru.
3) Tanggapan siswa tentang seringnya siswa membuat catatan-catatan
atau gambar-gambar yang berhubungan dengan materi pelajaran fiqh
Sering mencatat waktu belajar di kelas.68
Sering mencatat dan kadang menggambar dan belajar membuat simbol dari
gambar yang dibuat.69
Sering membuat catatan dan menggambar serta membuat simbol.70
Berdasarkan keterangan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa siswa
selalu membuat catatan-catatan atau gambar-gambar yang berhubungan dengan
materi fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo dan
membuktikan bahwa kebanyakan siswa kelas 1 SMPT 'Ibadurrahman Nglayang
Jenangan Ponorogo dalam belajar fiqh selalu kreatif. Seperti menguraikan
66 Lihat transkrip wawancara nomor: 13/5-W/F-1/28-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini. 67 Lihat transkrip wawancara nomor: 14/6-W/F-1/28-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini. 68 Lihat transkrip wawancara nomor: 12/4-W/F-1/28-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini. 69 Lihat transkrip wawancara nomor: 13/5-W/F-1/28-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini. 70 Lihat transkrip wawancara nomor: 14/6-W/F-1/28-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
64
sesuatu dengan menunjukkan tulisan-tulisan dan gambar-gambar yang menarik
yang penuh warna dan simbol-simbol.
4) Tanggapan siswa tentang rasa senang dalam belajar fiqh dengan
menggunakan metode mind mapping di kelas I SMPT 'Ibadurrahman
Nglayang Jenangan Ponorogo
Senang, karena tidak membosankan.71
Sangat menyenangkan karena tidak menjenuhkan dan bisa membuat siswa
lebih kreatif dalam mencatat.72
Dari tanggapan siswa di atas dapat diketahui bahwa siswa
selalu merasa senang dalam belajar fiqh dengan menggunakan metode
mind mapping di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo.
Faktor-faktor Kendala dan Pendukung dalam Pelaksanaan Mind Mapping Pada
Pembelajaran Fiqh Siswa Kelas I di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan
Ponorogo
Faktor-faktor kendala terhadap pelaksanaan mind mapping pada
pembelajaran fiqh
Dalam penerapan mind mapping di SMPT 'Ibadurrahman
Nglayang Jenangan Ponorogo terdapat beberapa kendala yang dihadapi
oleh lembaga dan juga guru. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Zainal
71 Lihat transkrip wawancara nomor: 12/4-W/F-1/28-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini. 72 Lihat transkrip wawancara nomor: 13/5-W/F-1/28-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
65
Hasan,S.Pd selaku waka kurikulum dan Bapak H. Sucipto, S.Ag selaku
guru fiqh sebagai berikut:
Kendala yang menghambat pelaksanaan mind mapping pada pembelajaran fiqh
di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo di antaranya dari faktor:
dari segi SDM (Sumber Daya Manusia) guru yang kurang bisa memahami apa
yang dimaksud tentang mind mapping dan faktor dari segi siswa yang belum
menghayati tentang pelaksanaan mind mapping.73
Kendala pihak lembaga
Kendala yang timbul dari pihak lembaga adalah sulitnya
menyiapkan tenaga pengajar yang benar-benar siap dan mampu
memahami mind mapping secara mendalam.
Kendala guru
Kurangnya pemahaman guru terhadap mind mapping,
sehingga guru merasa kesulitan dalam memberikan materi kepada
murid.
Kendala murid.
Media pembelajaran atau kurangnya sarana pengajaran.
Biaya yang relatif mahal.
Memerlukan waktu yang lama.
Kendala lingkungan.
Faktor pendukung terhadap pelaksanaan mind mapping pada pembelajaran
fiqh
73 Lihat transkrip wawancara nomor: 01/2-W/F-2/16-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
66
Agar siswa lebih mudah memahami fiqh dan mampu mengamalkan fiqh
dalam kehidupan sehari-hari serta dan mengajarkannya kepada orang
lain. Selain daripada itu setelah siswa lulus diharapkan dapat berfikir
kritis, kreatif, produktif, belajar mandiri, bertanggung jawab, bisa
bekerjasama, mencari dan memanfaatkan informasi, memecahkan
masalah dan siap dalam menghadapi perubahan siswa, dapat menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt. Kapanpun dan
dimanapun berada.
Hal tersebut harus didukung dengan sarana prasarana, kerjasama
lembaga dengan pihak lain yang baik dengan menyiapkan tenaga
pendidik yang profesional yang bisa memahami mind mapping secara
mendalam serta faktor lingkungan yang mendukung, baik lingkungan
keluarga mapun masyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak
Zainal Hasan, S.Pd selaku waka kurikulum dan Bapak H. Sucipto,S.Ag
selaku guru fiqh di SMPT 'Ibadurrahman, yaitu sebagai berikut:
Yang mendukung pelaksanaan mind mapping dalam pembelajaran fiqh di
antaranya sarana dan prasarana kelas seperti media pembelajaran dan alat-alat
tulis lainnya yang digunakan dalam pembuatan mind mapping.74
Upaya SMPT 'Ibadurrahman dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Fiqh di
SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo
74 Lihat transkrip wawancara nomor: 15/2-W/F-1/28-IX/2007 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
67
Penggunaan metode pembelajaran fiqh melalui metode mind mapping
di atas memang cukup efektif untuk menumbuhkan kreatifitas anak didik,
bahkan para siswa tidak begitu banyak menemui kesulitan belajar dan
mengerjakan soal-soal latihan atau evaluasi.
Namun penggunaan metode mind mapping sebagaimana tersebut di
atas memiliki beberapa kekurangan, yaitu antara lain kurang efisien dalam
penggunaan waktu. Maka dalam hal ini guru harus mengupayakan suatu
metode untuk mengantisipasi adanya kekurangan-kekurangan tersebut.
Adapun upaya yang dilakukan oleh SMPT 'Ibadurrahman antara lain
mengikutsertakan guru pada pelatihan mind mapping bekerjasama dengan
KPI Surabaya, di dalamnya guru dilatih untuk lebih bisa dan kreatif dalam
penggunaan mind mapping dalam suatu pembelajaran dan juga praktek dalam
penggunaan mind mapping dalam suatu pembelajaran. Dan training seperti
ini tidak cukup sekali dilakukan oleh guru SMPT 'Ibadurrahman, akan tetapi
diadakan terus menerus secara berkesinambungan. Diharapkan agar ilmu
yang didapat benar-benar bisa melekat pada guru.
68
BAB IV
ANALISIS IMPLEMENTASI MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN
FIQH DI SMPT 'IBADURRAHMAN NGLAYANG JENANGAN PONOROGO
TAHUN AJARAN 2007/2008
Setelah penulis mengumpulkan data-data yang diperoleh dalam penelitian
melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi, penulis memaparkan hasil penelitian
dengan apa adanya sehingga memperoleh temuan-temuan penelitian.
A. Analisis Tentang Pelaksanaan Mind Mapping dalam Pembelajaran Fiqh
Siswa Kelas I di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo
Dari pemaparan data dapat diketahui bahwa, pembelajaran fiqh di SMPT
'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo menggunakan metode atau
pendekatan mind mapping. Harapan dari ini semua adalah bisa tercapainya
pembelajaran yang baik secara maksimal.
Berdasarkan pemaparan di atas, mind mapping merupakan suatu
pendekatan yang bisa membuat anak aktif, kreatif, dan juga inovatif. Pendekatan
ini sangat sesuai apabila digunakan pada materi fiqh seperti yang dilakukan di
SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo.
Dengan menggunakan mind mapping (peta konsep) daftar informasi yang
panjang dan menjemukan bisa diubah bentuknya menjadi diagram yang penuh
warna, mudah diingat dan sangat beraturan serta sejalan dengan cara kerja alami
otak.
69
Peta pikiran ini merupakan pendekatan keseluruhan otak yang membuat
kita mampu membuat catatan yang menyeluruh dalam satu halaman. Dengan
menggunakan citra visual dan perangkat grafis lainnya, peta pikiran akan
memberikan kesan yang lebih dalam.
Dengan peta konsep juga guru dapat memperkenalkan kepada siswa
sebuah konsep baru dalam mengembangkan pikiran, memperkenalkan kepada
murid alat baru yang revolusioner yang membuat murid mampu mengambil
manfaat sebesar-besarnya dalam semua aspek baru. Dengan mind mapping juga
dapat memberikan kepada murid kebebasan intelektual yang besar dengan
mendemonstrasikan bahwa murid dapat mengendalikan sifat alami dan
perkembangan dari proses berfikir, dan bahwa kemampuan murid untuk berfikir
secara kreatif secara teoritis adalah tidak terbatas. Mind mapping juga dapat
memberikan kepada murid pengalaman praktis dan pemikiran radikal, dengan
demikian dapat meningkatkan standar dari banyak keterampilan intelektual dan
kecerdasan murid secara signifikan.
Selain itu juga, sebagaimana data yang tertulis dalam bab tiga dapat
diketahui bahwa dalam proses belajar mengajar di SMPT 'Ibadurrahman
Nglayang Jenangan Ponorogo menggunakan sistem mind mapping diharapkan
dalam pembelajaran siswa akan lebih mudah dalam menyerap ilmu yang
diberikan oleh guru. Mind mapping merupakan cara paling mudah untuk
memasukkan informasi ke dalam otak. Cara ini merupakan cara yang kreatif dan
efektif dalam membuat catatan baik untuk siswa maupun guru.
70
Proses pembelajaran fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan
Ponorogo melalui beberapa tahap, yaitu tahap persiapan atau perencanaan
pembelajaran dan proses pelaksanaan pembelajaran. Tahap persiapan atau
perencanaan meliputi pemberian semangat kepada anak didik, pengidentifikasian
secara jelas tujuan dari pembelajaran, serta guru lebih dahulu memberikan
pemahaman tentang mind mapping kepada anak didik sebagai pembuka dari
pelajaran saat itu. Dalam tahap pelaksanaan pembelajaran ada dua kegiatan, yaitu
kegiatan pembelajaran di dalam kelas dan kegiatan pembelajaran di luar kelas.
Hal ini terbukti dalam proses belajar mengajar yang dilakukan di dalam kelas
diawali dengan berdo’a bersama, membaca surat-surat pendek selama sepuluh
sampai lima belas menit. Kemudian guru mengingatkan pelajaran yang dibahas
pada pertemuan sebelumnya dan mengarahkan siswa kepada materi yang akan
dipelajari.
Cara guru menyampaikan materi dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar berdasarkan pendekatan mind mapping pada bidang studi fiqh di SMPT
'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo sangat membantu siswa dalam
memahami materi yang diajarkannya, metode mind mapping sedikit agak berbeda
dengan metode yang lainnya. Perbedaan itu terletak pada cara guru
mengkondisikan siswa pada waktu proses pelaksanaan pembelajaran. Pada waktu
proses pelaksanaan pembelajaran misalnya ruangan, dinding kelas berwarna-
warni dengan catatan-catatan pelajaran yang ditulis oleh siswa sendiri dengan
menggunakan metode mind mapping supaya kelas menjadi lebih indah dan tidak
71
membosankan, ada tempat penempelan hasil belajar siswa dan meja belajar tidak
selalu berjajar ke belakang seperti biasa, tetapi meja ditata seperti letter U dan
kadang juga ditata sesuai dengan kelompok belajar siswa di kelas.
Setelah materi disampaikan dengan strategi yang bervariasi, guru
mengajak siswa mendemonstrasikan atau mempraktekkannya yang didukung oleh
sarana prasarana pembelajaran dan sumber belajar serta suasana yang aktif,
efektif, dan kreatif. Sebagai kegiatan akhir guru mengadakan evaluasi dan
pemberian tugas. Selain dilakukan dalam kelas juga bisa di luar kelas misalnya di
masjid, di perpustakaan, di halaman sekolah, dan bisa juga di luar sekolah.
Proses pembelajaran seperti tersebut di atas, merupakan pembelajaran
yang aktif yang lebih banyak melibatkan aktivitas peserta didik dalam proses
pembelajaran di kelas sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang
dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya.
Adapun pembelajaran fiqh dengan menggunakan metode mind mapping di
SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo adalah sebuah pembelajaran
yang menggunakan metode-metode dan pendekatan yang sesuai agar dalam
pembelajaran siswa dapat merasakan kepuasan. Selain itu juga dengan metode ini
diharapkan pendidikan yang dilakukan di SMPT 'Ibadurrahman dapat membuat
siswa yang aktif dan kreatif, sehingga di kemudian hari siswa dapat
menerapkannya, baik di lingkungan sekolah, keluarga, dan lingkungan
masyarakat.
72
Dari fenomena-fenomena tersebut di atas maka peran mind mapping
sangat diharapkan dalam pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran fiqh yang
ada di kelas I SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo. Karena mind
mapping merupakan suatu konsep atau model yang tepat karena berisikan
sejumlah strategi pembelajaran yang aktif, efektif, dan kreatif. Mind mapping
bertujuan untuk menciptakan dan mengembangkan suatu model pembelajaran
yang betul-betul peduli dan memperhatikan kebutuhan siswa dengan pengalaman
belajar yang menyenangkan atau secara khas dengan metode pembelajaran di
antaranya yaitu siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan
pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui
berbuat. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan
semangat siswa dalam belajar termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber
belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan guru
mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih
menarik. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif
termasuk cara belajar kelompok. Guru mendorong siswa untuk menemukan
caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah dan untuk mengungkapkan
semua gagasannya.
Dari proses pembelajaran tersebut diharapkan agar siswa dapat belajar
dengan aktif, kreatif, efektif, dan dapat mempermudah siswa dalam menerima
pelajaran. Sehingga bisa mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
73
B. Analisis Tentang Faktor-faktor Kendala dan Pendukung dalam Pelaksanaan
Mind Mapping Pada Pembelajaran Fiqh Siswa Kelas I di SMPT
'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo Tahun Ajaran 2007/2008
1. Faktor-faktor Kendala Terhadap Pelaksanaan Mind Mapping Pada
Pembelajaran Fiqh
Penggunaan suatu metode atau strategi dalam pembelajaran tidak
lepas dari suatu kendala. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam
penggunaan metode mind mapping pada pembelajaran fiqh terdapat beberapa
kendala.
Adapun kendala yang terdapat pada pembelajaran fiqh dengan
menggunakan mind mapping adalah pihak lembaga yang merasa kesulitan
untuk menyiapkan tenaga pendidik yang profesional yang bisa memahami
mind mapping secara profesional, kurangnya alokasi waktu dalam proses
pembelajaran. Hal ini lebih parah lagi ketika adanya jadwal kegiatan
peringatan hari-hari besar nasional. Dengan adanya agenda kegiatan
peringatan-peringatan hari besar nasional secara otomatis akan
mempengaruhi jumlah pertemuan dalam kelas. Sedangkan dalam pembuatan
mind mapping dalam proses belajar sangat memerlukan waktu yang relatif
panjang. Contoh: waktu untuk menggambar, berimajinasi, mewarnai, dan
membuat simbol dari gambar dari dibuat. Selain itu juga kendala dari pihak
lembaga, yang mana kendala ini timbul karena sulitnya menyiapkan tenaga
pengajar yang betul-betul siap dan dapat memahami metode mind mapping
74
secara mendalam. Kendala yang lainnya adalah kurangnya pemahaman guru
terhadap mind mapping, sehingga metode ini jarang digunakan dalam proses
belajar mengajar. Dan juga mind mapping membutuhkan biaya yang relatif
mahal (seperti memerlukan kertas yang banyak, alat tulis, dan lain
sebagainya), kurangnya kemampuan siswa dalam menerima materi yang
disampaikan guru dengan menggunakan mind mapping. Serta kendala dari
faktor lingkungan baik lingkungan keluarga maupun masyarakat.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa mind mapping dalam
pembelajaran fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo
belum dapat membelajarkan siswa secara optimal, karena dalam proses
pembelajaran masih terdapat kendala dan kekurangan.
2. Faktor-faktor Pendukung Terhadap Pelaksanaan Mind Mapping Pada
Pembelajaran Fiqh
Sebagaimana pemaparan data mengenai faktor pendukung terhadap
pelaksanaan mind mapping pada pembelajaran fiqh diketahui bahwa yang
mendukung pelaksanaan mind mapping dalam pembelajaran fiqh di kelas I
SMPT 'Ibadurrahman adalah: sarana dan prasarana kelas seperti media
pembelajaran dan alat-alat tulis (seperti: pena warna, kertas, spidol dan
sebagainya), kerjasama lembaga dengan pihak lain yang baik dengan
menyiapkan tenaga pendidik yang profesional, yang mampu memahami mind
75
mapping secara mendalam. Selain itu faktor lingkungan yang mendukung
baik lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat.
C. Analisis Tentang Upaya SMPT 'Ibadurrahman Untuk Meningkatkan
Pelaksanaan Mind Mapping Pada Pembelajaran Fiqh Siswa Kelas I di SMPT
'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo Tahun Ajaran 2007/2008
Dengan adanya beberapa kendala dalam pelaksanaan mind mapping
tersebut, maka SMPT 'Ibadurrahman berupaya untuk mengantisipasinya agar
kendala-kendala yang ada dapat diminimalisir. Dengan mengikutsertakan guru
pada pelatihan mind mapping bekerjasama dengan KPI Surabaya. Guru fiqh
memilah dan memilih materi pokok fiqh yang ada dalam silabus pengajaran,
materi mana yang sekiranya lebih substansial dan didahulukan dalam
penyampaiannya kepada siswa. Guru mencari literatur primer yang sangat
berperan banyak pada kegiatan pembelajaran. Guru bekerjasama dengan pihak
lembaga untuk membuat fasilitas pendukung. Guru melakukan pembagian
anggota kelompok belajar siswa yang lebih bervariasi dan akomodatif. Guru
berusaha selalu belajar menguasai teori maupun metode belajar mengajar,
sehingga mampu lebih kreatif dan aktif dalam membentuk variasi strategi belajar
mengajar. Guru berusaha menggunakan media dan fasilitas di lingkungan belajar
secara maksimal, juga merupakan salah satu bentuk upaya guru untuk mengatasi
kendala pelaksanaan mind mapping terkait dengan persoalan keterbatasan
76
fasilitas. Upaya seperti ini tidak cukup sekali dilakukan, akan tetapi diadakan
terus menerus secara berkesinambungan.
Selain itu lembaga juga berusaha menyediakan media atau sarana yang
cukup memadai, agar pembelajaran fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang
Jenangan Ponorogo bisa berjalan dengan baik sesuai harapan dari pihak lembaga
dan semua pendidik yang ada.
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pelaksanaan mind mapping pada pembelajaran fiqh siswa kelas I di SMPT
'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo yaitu sebagai wujud tuntutan
dari kurikulum yang menganjurkan untuk pembelajaran yang aktif dan kreatif
dan bisa memotivasi siswa supaya mudah dalam proses belajar mengajar serta
tujuan pembelajaran bisa tercapai sesuai dengan harapan, sehingga siswa
dapat menerapkannya di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.
2. Kendala yang terdapat pada pembelajaran fiqh dengan menggunakan mind
mapping adalah pihak lembaga yang merasa kesulitan untuk menyiapkan
tenaga pendidik yang profesinal, kurangnya alokasi waktu, biaya yang relatif
mahal. Adapun faktor pendukung dalam pelaksanaan mind mapping dalam
pembelajaran fiqh di SMPT 'Ibadurrahman adalah sarana dan prasarana kelas
seperti media pembelajaran dan alat-alat tulis (seperti: pena warna, kertas,
spidol dan sebagainya), kerjasama lembaga dengan pihak lain yang baik
dengan menyiapkan tenaga pendidik yang profesional yang mampu
memahami mind mapping secara mendalam. Selain itu faktor lingkungan
yang mendukung baik lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat.
3. Upaya SMPT 'Ibadurrahman untuk meningkatkan kualitas mind mapping
pada pembelajaran fiqh di SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan
78
Ponorogo adalah dengan adanya kegiatan works shop bagi guru dan siswa,
selain itu juga menambahkan jam pelajaran dengan tujuan untuk menutupi
kekurangan jam yang ada.
B. Saran
1. Dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya pelajaran
fiqh dan umumnya seluruh mata pelajaran yang ada, hendaknya pelaksanaan
mind mapping lebih ditingkatkan dari segi guru yang kompeten dalam
mengajar, pengelolaan kelas, sarana pembelajaran dan sumber belajar,
sehingga dapat meningkatkan mutu hasil atau kelulusan siswa yang unggul
dan berkualitas.
2. SMPT 'Ibadurrahman salah satu lembaga pendidikan yang selalu
mengembangkan metode mind mapping, dapat memberikan pembinaan pada
guru serta dapat memberikan pelayanan, memperhatikan, dan mengupayakan
pendidikan siswa SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan Ponorogo dengan
sebaik-baiknya agar siswa bisa memiliki skill religius dalam kehidupan
beragama di masyarakat dengan baik.
3. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam dengan maksimal,
hendaknya lembaga pendidikan SMPT 'Ibadurrahman Nglayang Jenangan
Ponorogo lebih meningkatkan lagi proses pembelajaran dengan menggunakan
mind mapping untuk pendalaman materi Pendidikan Agama Islam (fiqh) yang
diajarkan dengan tujuan dapat menunjang kesuksesan pembelajaran.
79
4. Karena masalah fiqh banyak ditemui dan dialami dalam kehidupan sehari-hari
serta mengalami perkembangan, hendaknya para pengelola lembaga
(SMPT/pondok) terutama guru fiqh lebih meningkatan pemantauan dan
kontrol kepada para santri atau siswa dalam pelaksanaan ibadah serta hal-hal
yang berhubungan dengan syari’at, tentu saja guru atau ustadz harus lebih
banyak memberikan contoh dan teladan, sehingga pembelajaran dan
penilaiannya tidak hanya terbatas pada aspek kognitif, tetapi juga afektif, dan
piskomotornya.
80
DAFTAR RUJUKAN
Arif, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat
Pers, 2002.
Basyariyah, Yuliati. Makalah KTSP di MTs Hidayat Probolinggo.
http://media.diknas.go.id. Diakses tanggal 27 April 2007.
Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2002.
De Porter, Bobby dan Mike Hernacki. Quantum Learning: Membiasakan Belajar
Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Penerbit Kaifa, 1999.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2002.
Gulo, W. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Grasindo, 2002.
Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 1999.
Hernowo. Quantum Writing: Cara Cepat Nan Bermanfaat untuk Merangsang
Munculnya Potensi Menulis. Bandung: Mizan Media Utama (MMU), 2004.
Madjid, Abdul dan Dian Andayani. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi:
Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004.
Madjid, Abdul. Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005.
Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004.
Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2002.
Riyanto, Yatim. Metodologi Penelitian Pendidikan: Suatu Tinjauan Dasar.
Surabaya: Rineka Cipta, 2003.
Sabri, Ahmad. Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. Ciputat: PT. Ciputat
Press, 2005.
81
Silbermen, Melwin L. Actif Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung:
Nusamedia, 2006.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2005.
Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Offset, 2001.
Tomy dan Barry Buzan. Memahami Peta Pikiran: The Mind Map Book. Batam
Centre: Interaksara, 2004.
Usman, M. Basyiruddin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat
Pers, 2002.