EVI FEBRIANTI ALWI K1A1 11 041

29
KESEHATAN MASYARAKAT DOSEN PEMBIMBING : dr. Asriati, M.Kes PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR (P2M) “ FLU BURUNG OLEH : EVI FEBRIANTI ALWI K1A1 11 041 KESEHATAN MASYARAKAT, P2M FLU BURUNG Page 1

Transcript of EVI FEBRIANTI ALWI K1A1 11 041

KESEHATAN MASYARAKAT

DOSEN PEMBIMBING :

dr. Asriati,

M.Kes

PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR (P2M) “ FLU BURUNG

OLEH :

EVI FEBRIANTI ALWI

K1A1 11 041

KESEHATAN MASYARAKAT, P2M FLU BURUNG Page 1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2012

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr.Wb

Rasa syukur hamba ucapkan kehadirat Allah SWT

karena atas berkah, rahmat dan hidayah yang Kau

karuniakan kepada hamba, Engkau beri kemudahan dalam

berpikir, berbicara, bertindak, sehingga hamba dapat

menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul

“Pencegahan Penyakit Menular khususnya Flu Burung”,

dimana makalah ini merupakan salah satu tugas pada

non blok Kesehatan Masyarakat Program Studi

Pendidikan Dokter 2012 di Universitas Haluoleo

Kendari.

Penulis menyadari bahwa isi maupun pengadaan

makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, namun

dengan segala kerendahan hati penulis memohon kepada

pembaca untuk senantiasa memberikan kritikan dan

saran yang sifatnya membangun.

KESEHATAN MASYARAKAT, P2M FLU BURUNG Page 2

Terwujudnya makalah ini tentunya tidak lepas

dari bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak,

baik moril maupun materil. Untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih atas kerja samanya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan

memberikan kontribusi ilmu pengetahuan bagi para

pembaca. Amin.

Kendari, Juni 2012

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................i

DAFTAR ISI...........................................ii

BAB I. PENDAHULUAN

A................................Latar Belakang

4

B.Rumusan Masalah.............................5

C.Tujuan Penulisan............................6

D.Manfaat Penulisan...........................6

KESEHATAN MASYARAKAT, P2M FLU BURUNG Page 3

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

1. Patogenesis Penyakit Flu Burung............7

2. ..............Pengobatan Penyakit Flu Burung

9

3. Pencegahan Penyakit Flu Burung............11

4......Program di Puskesmas Penyakit Flu Burung

12

BAB III. PEMBAHASAN

Tingkatan Pencegahan Penyakit Flu Burung...17

BAB IV. PENUTUP

A.Kesimpulan.................................18

B.Saran.....................................19

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

KESEHATAN MASYARAKAT, P2M FLU BURUNG Page 4

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah

penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa

Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi

setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat

kesehatan masyarakat yang optimal. Sejalan dengan

perkembangan zaman dan teknologi yang semakin modern

berbagai macam timbul masalah kesehatan yang terjadi

pada setiap individu yang mana kejadian dan

penyebabnya dapat bersifat kompleks dan sangat

dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan,

biopsikososial, dan perilaku masyarakat.

Untuk dapat mencapai tujuan pembangunan

kesehatan, maka penyelenggaraan upaya kesehatan

perlu memperhatikan kebijakan – kebijakan umum,

diantaranya adalah peningkatan upaya kesehatan

melalui pencegahan dan pengurangan angka kesakitan

(morbiditas), angka kematian (mortalitas) dan

kecacatan dalam masyarakat terutama pada bayi, anak

balita dan wanita hamil, melahirkan dan masa nifas

melalui upaya peningkatan (promosi) hidup sehat,

pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta

pengobatan dan rehabilitasi (Depkes, 1999).

Akan tetapi pelayanan kesehatan dari pemerintah

tidak cukup efektif tanpa adanya upaya tersendiri

oleh masyarakat, atau masyarakat sendiri perlu

KESEHATAN MASYARAKAT, P2M FLU BURUNG Page 5

meningkatkan kesadaran walaupun tanpa adanya

penyuluhan oleh lembaga-lembaga kesehatan. Biasanya

masyarakat terutama masyarakat desa sering

menganggap remeh hal kesehatan, padahal jika

dianalisis lebih jauh, penyakit yang dianggap kecil

tersebut sangat berbahaya, misalnya penyakit flu

burung yang berasal dari unggas peliharaan.

Masyarakat cenderung mengabaikan kepedulian terhadap

lingkungan baik melalui interaksi langsung maupun

tidak langsung. Padahal efek dari sesuatu yang kecil

tersebut akan menimbulkan dampak yang fatal. Dalam

kehidupan sehari-hari Kesehatan adalah hal yang

paling berharga bagi semua orang. Mulai dari

olahraga teratur, pola makan yang disiplin, dan

istirahat yang cukup dilakukan demi mendapatkan

tubuh yang tetap fit. Namun terkadang antioksidan

dalam tubuh juga melemah karena kecapaian atau

nutrisi yang kurang dalam tubuh. Hal ini menyebabkan

penyakit mudah masuk dan menyerang dalam tubuh.

Akhir-akhir ini influensa unggas memperoleh

perhatian dunia ketika ditemukan ada strain

(turunan) dari subtipe H5N1 yang sangat

patogen, yang mungkin sudah muncul di China

Selatan sebelum tahun 1997, menyerang ternak

unggas di seluruh Asia Tenggara dan secara tidak

terduga melintasi batas antar kelas terjadi

KESEHATAN MASYARAKAT, P2M FLU BURUNG Page 6

penularan dari burung ke mamalia (kucing, babi,

manusia). Meskipun bukan merupakan kejadian pertama,

sejumlah kasus infeksi pada manusia akhir - akhir

ini, yang ditandai dengan gejala parah dan

menimbulkan kematian telah menimbulkan

kekhawatiran akan kemungkinan terjadinya pandemi

infeksi virus strain H5N1. Hal ini menunjukkan bahwa

virus H5N1 telah mengalami peningkatan potensi

patogenik pada beberapa spesies mamalia.

Oleh karena itu, perlu adanya pembahasan lebih

lanjut tentang patogenesis, pengobatan, pencegahan,

serta program di puskesmas mengenai penyakit-

penyakit berbahaya yang berasal dari lingkungan

masyarakat salah satunya adalah adalah “flu burung”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah

diuraikan sebelumnya maka rumusan masalah dalam

penulisan ini adalah :

1. Bagaimanakah patogenesis dari flu burung?

2. Bagaimanakah pengobatan bagi penderita flu

burung?

3. Bagaimana pencegahan flu burung?

4. Bagaimanakah program di puskesmas mengenai flu

burung ?

KESEHATAN MASYARAKAT, P2M FLU BURUNG Page 7

5. Termasuk tingkatan pencegahan ke berapakah

penyakit flu burung ?

C. Tujuan Penulisan

Setelah melihat semua perumusan masalah yang

dijadikan acuan dalam penyusunan makalah ini maka

tujuan pembahasannya adalah:

1. Mengetahui patogenesis dari flu burung.

2. Mengetahui pengobatan yang akan dilakukan.

3. Mengetahui pencegahan flu burung.

4. Mengetahui program di puskesmas mengenai flu

burung.

5. Mengetahui tingkatan pencegahan pada flu burung.

D. Metode Penulisan

Dalam pembuatan makalah ini Penulis memperoleh

data dengan cara membaca media internet. Penulis

mengunakan metode deskriptif.

KESEHATAN MASYARAKAT, P2M FLU BURUNG Page 8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. Patogenesis Flu Burung

Avian Influenza (AI) atau flu burung (bird

flu) atau sampar unggas (fowl plague) pertama kali

ditemukan menyerang di Italia sekitar 100 tahun

yang lalu. Pada mulanya penyakit ini hanya

menyerang unggas mulai dari ayam, merpati, sampai

burung-burung liar. Akan tetapi, laporan terakhir

menyebutkan serangan pada babi dan manusia.

Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird

Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit

KESEHATAN MASYARAKAT, P2M FLU BURUNG Page 9

menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe

A dan ditularkan oleh unggas..

Mutasi genetik virus avian influenza

seringkali terjadi sesuai dengan kondisi dan

lingkungan replikasinya. Mutasi gen ini tidak

saja untuk mempertahankan diri akan tetapi

juga dapat meningkatkan sifat patogenisitasnya.

Penelitian terhadap virus H5N1 yang diisolasi

dari pasien yang terinfeksi pada tahun 1997,

menunjukkan bahwa mutasi genetik pada posisi 627

dari gen PB2 yang mengkode ekspresi polymesase

basic protein (Glu627Lys) telah menghasilkan

highly cleavable hemagglutinin glycoprtein yang

merupakan faktor virulensi yang dapat

meningkatkan aktivitas replikasi virus H5N1

dalam sel hospesnya (Hatta M, et. al. 2001).

Disamping itu adanya substitusi pada nonstructural

protein (Asp92Glu), menyebabkan H5N1 resisten

terhadap interferon dan tumor necrosis factor α

(TNF- α) secara invitro (Seo SH, et.al. 2002).

Infeksi virus H5N1 dimulai ketika

virus memasuki sel hospes setelah terjadi

penempelan spikes virion dengan reseptor spesifik

yang ada di permukaan sel hospesnya. Virion akan

menyusup ke sitoplasma sel dan akan

mengintegrasikan materi genetiknya di dalam

KESEHATAN MASYARAKAT, P2M FLU BURUNG Page 10

inti sel hospesnya, dan dengan menggunakan

mesin genetik dari sel hospesnya, virus dapat

bereplikasi membentuk virion-virion baru, dan

virion-virion ini dapat menginfeksi kembali

sel-sel disekitarnya. Dari beberapa hasil

pemeriksaan terhadap spesimen klinik yang

diambil dari penderita ternyata avian influenza

H5N1 dapat bereplikasi di dalam sel nasofaring dan

di dalam sel gastrointestinal Virus H5N1 juga

dapat di deteksi di dalam darah, cairan

serebrospinal, dan tinja pasien (WHO,2005).

Fase penempelan (attachment) adalah fase yang

paling menentukan apakah virus bisa masuk atau

tidak ke dalam sel hospesnya untuk me- lanjutkan

replikasinya. Virus influenza A melalui spikes

hemaglutinin (HA) akan berikatan dengan reseptor

yang mengandung sialic acid (SA) yang ada pada

permukaan sel hospesnya. Ada perbedaan penting

antara molekul reseptor yang ada pada manusia

dengan reseptor yang ada pada unggas atau binatang.

Pada virus flu burung, mereka dapat mengenali

dan terikat pada reseptor yang hanya terdapat pada

jenis ung- gas yang terdiri dari oligosakharida

yang mengandung N-acethylneura- minic acid α-2,3-

galactose (SA α-2,3- Gal), dimana molekul ini

berbeda dengan reseptor yang ada pada manusia.

KESEHATAN MASYARAKAT, P2M FLU BURUNG Page 11

Reseptor yang ada pada permukaan sel manusia

adalah SA α-2,6-galactose (SA α-2,6-Gal), sehingga

secara teoritis virus flu burung tidak bisa

menginfeksi manusia karena perbedaan reseptor

spesifiknya. Namun demikian, dengan perubahan

hanya 1 asam amino saja konfigurasi reseptor

tersebut dapat dirubah sehingga reseptor pada

manusia dikenali oleh HPAI-H5N1. Potensi virus

H5N1 untuk melakukan mutasi inilah yang

dikhawatirkan sehingga virus dapat membuat

varian-varian baru dari HPAI-H5N1 yang dapat

menular antar manusia ke manusia (Russel CJ and

Webster RG.2005, Stevens J. et. al. 2006).

Penularan virus flu burung ke manusia sampai

terjadi kejadian sakit dapat melalui fakot-faktor

berikut :

a.Binatang: kontak langsung dengan unggas yang sakit

atau produk unggas yang sakit

b.Lingkungan: udara atau peralatan yang tercemar

virus tersebut baik yang berasal dari tinja atau

sekret unggas yang terserang virus flu burung (AI)

KESEHATAN MASYARAKAT, P2M FLU BURUNG Page 12

c.Manusia: sangat terbatas dan tidak efisien

(ditemukannya beberapa kasus dalam kelompok / cluster)

d.Konsumsi produk unggas yang tidak dimasak dengan

sempurna mempunyai potensi penularan virus flu

burung.

Sifat virus avian influenza sebagaimana virus

lainnya memerlukan bahan organik untuk tetap

hidup. Didalam tubuh unggas dan babi virus avian

influenza dapat berkembang biak atau bereplikasi

menjadi sangat banyak Virus avian influenza juga

bersifat labil atau mudah mengalami mutasi dari

potogen ringan ke yang ganas atau sebaliknya.

Virus avian influenza juga dapat beradaptasi

dengan obat maupun vaksin. Sehingga perlu

dilakukan monitoring faksinasi untuk mengetahui

apakah vaksin yang dipergunakan masih efektif atau

tidak. Jika tidak, maka harus dibuat vaksin yang

baru dengan menggunakan virus yang ditemukan di

lapangan yang dilemahkan.

2. Pengobatan Flu Burung

Pengobatan bagi penderita flu burung

adalah:

- Oksigenasi bila terdapat sesak napas.

KESEHATAN MASYARAKAT, P2M FLU BURUNG Page 13

- Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral

(infus).

- Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg

dosis tunggal selama 7 hari.

- Anti replikasi neuramidase (inhibitor): Tamiflu

dan Zanamivir

- Amantadin diberikan pada awal infeksi, sedapat

mungkin dalam waktu 48 jam pertama selama 3-5

hari dengan dosis 5 mg/kg BB perhari dibagi dalam

2 dosis. Bila berat badan lebih dari 45 kg

diberikan 100 mg 2 kali sehari.

Dewasa ini terdapat 4 jenis obat antiviral

untuk pengobatan terhadap Flu Burung, yaitu

amantadine, rimantadine, zanamivir, dan

oseltamivir (tamiflu). Mekanisme kerja amantadine

dan rimantadine adalah menghambat replikasi

virus. Namun demikian kedua obat ini sudah

tidak mempan lagi untuk membunuh virus H5N1

yang saat ini beredar luas (Beigel JH,

et.al.2005). Sedangkan zanamivir dan oseltamivir

merupakan inhibitor neuraminidase. Sebagaimana

kita ketahui bahwa neuraminidase ini diperlukan

oleh virus H5N1 untuk lepas dari sel hospes

pada fase budding sehingga membentuk virion yang

infektif. Bila neuraminidase ini dihambat oleh

KESEHATAN MASYARAKAT, P2M FLU BURUNG Page 14

oseltamivir atau zanamivir, maka replikasi

virus tersebut dapat dihentikan. Namun

demikian belum ada uji klinik pada manusia

yang secara resmi dilakukan untuk mengevaluasi

efektifitas dari zanamivir dan oseltamivir

untuk pengobatan avian influenza A (H5N1)

(Herman RA & Strorck M. 2005). Secara in vitro

memang telah diketahui bahwa virus H5N1 sensitif

terhadap oselta- mivir dan zanamivir, oleh sebab

itu dianjurkan bagi penderita yang diduga

terinfeksi virus H5N1 dapat diberikan obat

oseltamivir atau zanamivir (Leneva

IA,et.al.2000, Govorkova EA.et.al. 2001).

Namun belakangan ini telah ditemukan

bahwa Virus H5N1 yang diisolasi beberapa kasus

penderita flu burung telah resisten terhadap

oseltamivir (WHO,2005, Gupta, R. K, et.al.2006).

Beberapa obat lain sedang diteliti untuk dapat

digunakan sebagai penghambat virus H5N1 antara

lain adalah peramivir, long-acting topical neuroamidase

inhibitor, ribavirin, dan interferon alfa.

Disamping pemberian obat anti- viral,

terapi supportif di dalam perawatan di rumah

sakit sangat penting untuk dilaksanakan.

Sebagian besar penderita memerlukan oksigenasi,

dan pemberian cairan parenteral (infus). Obat

KESEHATAN MASYARAKAT, P2M FLU BURUNG Page 15

lain yang dapat diberikan adalah antibiotika

berspektrum luas dan juga kortikosteroid (Beigel

JH, et al. 2005).

3. Pencegahaan Flu Burung

Pada Unggas:

- Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu

burung

- Vaksinasi pada unggas yang

sehat

Pada Manusia:

Kelompok berisiko tinggi

(pekerja peternakan dan pedagang):

- Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi

sehabis bekerja.

- Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas

yang terinfeksi flu

burung.

- Menggunakan alat pelindung diri. (contoh :

masker dan pakaian kerja).

- Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.

- Membersihkan kotoran unggas setiap hari.

- Imunisasi.

KESEHATAN MASYARAKAT, P2M FLU BURUNG Page 16

Masyarakat umum:

- Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan

bergizi & istirahat cukup.

- Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu :

Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-

gejala penyakit pada tubuhnya)

- Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 800 °C

selama 1 menit dan pada telur sampai dengan suhu

± 640 °C selama 4,5 menit.

- Basuh tangan sesering mungkin, penjamah

sebaiknya juga melakukan disinfeksi tangan

(dapat dengan alcohol 70%, atau larutan

pemutih/khlorin 0,5% untuk alat-alat instrumen)

- Lakukan pengamatan pasif terhadap kesehatan

mereka yang terpajan dan keluarganya. Perhatikan

keluhan-keluhan seperti Flu, radang mata,

keluhan pernafasan.

4. Program di Puskesmas Mengenai Flu Burung

1. Peran dan Fungsi Puskesmas

Puskesmas adalah tempat pelayanan kesehatan

pertama yang dituju oleh masyarakat sebelum

KESEHATAN MASYARAKAT, P2M FLU BURUNG Page 17

melakukan rujukan ke rumah sakit. Peran

puskesmas dalam penanggulangan/pencegahan

penyakit menular (P2M) Avian Influenza atau flu

burung sangat penting, yaitu:

1. Deteksi kasus secara dini,

2. Rujukan kasus sedini mungkin,

3. Memfasilitasi pemberian Tamiflu dalam

jangka waktu 48 jam,

4. Pencegahan terjadinya kasus baru.

Fungsi dari puskesmas dalam

penanggulangan/pencegahan penyakit menular

(P2M) Avian Influenza atau flu burung adalah,

1. Sebagai pusat pembangunan berwawasan

kesehatan, yaitu penekanan pada kegiatan-

kegiatan promotif dan preventif dalam

peningkatan tingkat kesehatan masyarakat,

2. Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat,

yaitu masyarakat mempunyai hak dan daya

(power) dalam mengambil keputusan yang

berhubungan dengan kesehatan, dan

meningkatkan keterlibatan masyarakat secara

KESEHATAN MASYARAKAT, P2M FLU BURUNG Page 18

aktif, mulai dari perencanaan, pelaksanaan,

monitoring dan evaluasi,

3. Sebagai pusat pelayanan kesehatan, yaitu

terdiri dari dua kegiatan, wajib dan

pengembangan, beberapa kegiatan wajib

antara lain promosi kesehatan, kesehatan

keluarga, gizi, kesehatan lingkungan, dan

pengobatan yang profesional, bermutu dan

aman.

2. Upaya Puskesmas dalam Penanggulangan

Penyakit Flu Burung

Upaya-upaya yang dilakukan Puskesmas

dalam pemberantasan Flu burung dilakukan

dengan melalui beberapa pendekatan, antara

lain :

1. Pendekatan PKMD (Pengembangan Kesehatan

Masyarakat Desa), dengan pemberdayaan

masyarakat.

Langkah-langkah yang diambil :

a. Melaksanakan langkah langkah

konsolidasi di Puskesmas bersama

seluruh staf puskesmas, pustu, bidan

desa, perawat, dll

KESEHATAN MASYARAKAT, P2M FLU BURUNG Page 19

b. Melaksanakan langkah langkah advokasi

dan bina suasana (kerja

sama/partnership) dengan Camat dan

Pejabat Kecamatan lain khususnya kepala

desa yang terkena kasus.

Membicarakan tentang rencana :

1. Melaksanakan pertemuan tingkat

kecamatan dengan pihak terkait

2. Melaksanakan penggerakan

pemberdayaan di kelurahan kelurahan

terutama yang ada kasus flu burungnya

kemudian kelurahan lainnya

c. Melaksanakan pertemuan tingkat

kecamatan, diikuti oleh desa-desa

diwilayahnya.

2. Puskesmas ikut berperan dalam Desa Siaga

Langkah-langkah yang diambil :

a. Mengkoordinasikan semua kegiatan

b. Melakukan pembinaan terhadap desa

siaga

KESEHATAN MASYARAKAT, P2M FLU BURUNG Page 20

c. Menyiapkan fasilitas kesehatan yang

diperlukan oleh desa siaga dalam

penanganan kasus-kasus Kejadian Luar

Biasa dan korban bencana

d. Melakukan sosialisasi kemasyarakat

mengenai desa siaga

e. Melakukan pelatihan penanggulangan KLB

dan Kegawatdaruratan terhadap desa siaga

3. Puskesmas berperan sebagai kader Flu

Burung

Yang bertanggung jawab antara lain :

1. Deteksi dini gejala suspek avian

influenza pada manusia

2. Surveilans sederhana

3. Penyuluhan pencegahan risiko

penularan dari unggas dan olahannya

ke manusia

4. Pemantauan kontak kasus

5. Menginformasikan pada masyarakat

desinfeksi sumber penularan

KESEHATAN MASYARAKAT, P2M FLU BURUNG Page 21

6. Melaporkan ke puskesmas adanya kasus

suspek sebagai bentuk komunikasi

cepat rujukan

3. Surveilans Flu Burung Di Tingkat Puskesmas

Tujuan Umum :

Mengetahui perkembangan epidemiologi,

virologi dan klinis Avian influenza yang

mampu mendukung upaya penanggulangan KLB

Avian influenza dan kesiapsiagaan

menghadapi pandemi influenza.

Tujuan Khusus :

1. Deteksi dini wabah Avian influenza

unggas/hewan penular

2. Gambaran epidemiologi Avian influenza

unggas dan subtipe virus

3. Gambaran epidemiologi faktor risiko

Avian influenza unggas

4. Pemetaan daerah tertular, terancam dan

bebas Avian influenza unggas

5. Deteksi, peringatan dini & respon cepat

kasus Avian influenza

KESEHATAN MASYARAKAT, P2M FLU BURUNG Page 22

6. Gambaran epid. Avian influenza (klinis,

epidemiologi dan mikrobiologi), sumber

dan cara penularan serta rumusan

penanggulangannya

7. Deteksi dini risiko penularan Avian

influenza unggas –manusia

8. Deteksi dini risiko penularan Avian

influenza manusia – manusia

9. Gambaran klinis, fisiologi dan penata-

laksanaan kasus serta resistensi obat.

KESEHATAN MASYARAKAT, P2M FLU BURUNG Page 23

BAB III

PEMBAHASAN

Berdasarkan data yang telah diperoleh,

disimpulkan bahwa tingkatan pencegahan penyakit

Flu Burung adalah termasuk tingkatan pencegahan

pertama (Primer Preventation) yaitu upaya

pencegahan yangg dilakukan saat proses penyakit

belum mulai (pada periode pre-patogenesis) dengan

tujuan agar tidak terjadi proses penyakit. Upaya

yang dilakukan adalah untuk memutus mata rantai

infeksi “agent – host - environment” yang terdiri

dari Health promotion (promosi kesehatan) dan Specific

protection (perlindungan khusus)

Berbagai tindakan pencegahan bertujuan agar

wabah flu burung dari hewan tidak menular pada

manusia. Pencegahan primer tersebut dilakukan oleh

setiap individu, puskesmas maupun pemerintah.

Beberapa kegiatan yang dilakukan yang

termasuk dalam Health promotion (promosi kesehatan) dan

KESEHATAN MASYARAKAT, P2M FLU BURUNG Page 24

Specific protection (perlindungan khusus) pada Flu Burung

diantaranya adalah:

a. Pendidikan kesehatan, penyuluhan

tentang wabah flu burung

b. Gizi yang cukup dengan perkembangan

c. Pemeriksaan kesehatan berkala

d. Imunisasi

e. Kebersihan perorangan

f. Sanitasi lingkungan

g. Penggunaan gizi tertentu

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird

Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit

menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe

A dan ditularkan oleh unggas. Pada mulanya

penyakit ini hanya menyerang unggas mulai dari

ayam, merpati, sampai burung-burung liar. Akan

tetapi, laporan terakhir menyebutkan serangan pada

babi dan manusia.

KESEHATAN MASYARAKAT, P2M FLU BURUNG Page 25

Penularan virus flu burung ke manusia sampai

terjadi kejadian sakit dapat melalui fakot-faktor

berikut :

a.Binatang: kontak langsung dengan unggas yang sakit

atau produk unggas yang sakit

b.Lingkungan: udara atau peralatan yang tercemar

virus tersebut baik yang berasal dari tinja atau

sekret unggas yang terserang virus flu burung (AI)

c.Manusia: sangat terbatas dan tidak efisien

(ditemukannya beberapa kasus dalam kelompok / cluster)

d.Konsumsi produk unggas yang tidak dimasak dengan

sempurna mempunyai potensi penularan virus flu

burung.

Berdasarkan data, maka disimpulkan bahwa Flu

Burung termasuk dalam tingkat pencegahan pertama

(Primer Preventation) yaitu upaya pencegahan yangg

dilakukan saat proses penyakit belum mulai (pada

periode pre-patogenesis) dengan tujuan agar tidak

terjadi proses penyakit.

B. Saran

KESEHATAN MASYARAKAT, P2M FLU BURUNG Page 26

1. Hendaknya tidak terkontaminasi secara langsung

dengan unggas yang dicurigai positif terkena virus

H5N1.

2. Sekaku menjaga kebersihan,baik kebersihan kandang

unggas maupun disekitar lingkungan.

KESEHATAN MASYARAKAT, P2M FLU BURUNG Page 27

DAFTAR PUSTAKA

Beigel JH, Farrar J, Han AM, et.al. Avian influenza

(H5N1) infecttion in humans. N Engl J Med.2005 :

1374-1385.

Govorkova EA, Leneva IA, Golou- beva OG, Bush K,

Webster RG. Comparison of efficacies of RWJ-

270201, zanamivir, and oselta- mivir against

H5N1, H9N2, and other avian influenza viruses.

Antimicrob Agents Chemother 2001;45:2723-2732.

Herman RA, and Strock M. Possibel Pandemic Threat on

the horizon- Avian influenza A (H5N1).

World Drug Infor. 2005; 16(4) :1-4.

Leneva I A, Roberts N, Govorkova EA, Goloubeva OG,

Webster RG. The neuraminidase inhibitor GS4104

(oseltamivir phosphate) is efficacious against

A/Hong Kong/156/97 (H5N1) and A/ Hong

Kong/1074/99 (H9N2) in- fluenza viruses.

Antiviral Res 2000;48:101-115.

KESEHATAN MASYARAKAT, P2M FLU BURUNG Page 28

WHO. (2006) : Cumulative Number of Confirmed Human

Cases of Avian Influenza A/(H5N1) Reported to

WHO, 28 Agustus 2006. Available from :

http:/ / www.who.int/csr/disease / avian_in

fluenza/country / cases_table_2006_08_23/en /

index.htm .

http://www.program-pemberantasan-penyakit-menular.com

KESEHATAN MASYARAKAT, P2M FLU BURUNG Page 29