EFFECT OF ADDITION SHIITAKE MUSHROOM (Lentinula edodes) IN THE MAKING OF CHICKEN SALAMI TO KNOW...

57
PENGARUH PENAMBAHAN JAMUR SHIITAKE (Lentinula edodes) DALAM PEMBUATAN SALAMI DAGING AYAM UNTUK MENGETAHUI NILAI KESUKAAN KONSUMEN TUGAS AKHIR Oleh : RIFATUL AZIZAH NIM. B3210621 KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN POLITEKNIK NEGERI JEMBER 2014

Transcript of EFFECT OF ADDITION SHIITAKE MUSHROOM (Lentinula edodes) IN THE MAKING OF CHICKEN SALAMI TO KNOW...

PENGARUH PENAMBAHAN JAMUR SHIITAKE (Lentinulaedodes) DALAM PEMBUATAN SALAMI DAGING AYAM

UNTUK MENGETAHUI NILAI KESUKAAN KONSUMEN

TUGAS AKHIR

Oleh :

RIFATUL AZIZAHNIM. B3210621

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANPOLITEKNIK NEGERI JEMBER

2014

PENGARUH PENAMBAHAN JAMUR SHIITAKE (Lentinulaedodes) DALAM PEMBUATAN SALAMI DAGING AYAM

UNTUK MENGETAHUI NILAI KESUKAAN KONSUMEN

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikandi Politeknik Negeri Jember Jurusan Teknologi Pertaniann

Program Studi Teknologi Industri Pangan

Oleh :

RIFATUL AZIZAHNIM. B3210621

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANPOLITEKNIK NEGERI JEMBER

2014

ii

LEMBAR PENGESAHAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

PENGARUH PENAMBAHAN JAMUR SHIITAKE (Lentinula edodes)DALAM PEMBUATAN SALAMI DAGING AYAM

UNTUK MENGETAHUI NILAI KESUKAAN KONSUMEN

Telah diuji pada tanggal 7 April 2014

Telah dinyatakan lulus memenuhi syarat

Tim Penguji,

Ketua,

Ir. Wahyu Suryaningsih, MsiNIP. 19620215 198903 1 003

Sekretaris,

Ir. Muhammad HefniNIP. 19601204 198803 1 002

Anggota,

Ir. IdrialNIP. 19581010 198703 1 003

Mengesahkan, DirekturPoliteknik Negeri Jember

Ir. Nanang Dwi Wahyono, MMNIP. 19590822 198803 1 001

Mengetahui, Ketua JurusanTeknologi Pertanian

Ir. Iswahyono, MPNIP.19641110 199202 1 001

iii

PERSEMBAHAN

Sebelumnya terima kasih kepada ALLAH SWT dan ROSUL yang telahmendampingi saya sebagai dzat tempat untuk mengeluh, mengadu dan memberikankesabaran sehingga dapat menyelesaikan KaryaTulis ini.

Karya Tulis ini dipersembahkan untuk orang-orang yang berdedikasi dalamhidup saya:

1. Kedua orang tuaku (Bapak Hadi Sutrisno dan Ibu Rukasih) yang berjuangmencari nafkah untukku dan kakakku. Semangat kalian untuk menyekolahkankuhingga dijenjang ini sangat membuatku haru,

2. Masku (Nur Hasim) yang senantiasa memberikan nasehat-nasehat yangmembangun.

3. Ibu Wahyu, terimakasih atas bimbingannya membuatku semakin menambah ilmubaru.

4. Para Dosen TIP, TP dan POLIJE anda merupakan staff pengajar yang sangatbaik dan telaten membimbingku.

5. Teman-teman TIP Agkatan 2010 khususnya Wahyu Kartika Nursuci, yang telahmembantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

6. Teman kosan (Wiwin Murdianingsih, Ayessha Mitrasari, Dia Malakaraya, EvaMeylina, Indah Putri) terimakasih buat semangatnya dan maaf banyak merepotkankalian.

7. Teman-teman PLJ Manajemen Bisnis Unggas 2014, terimakasih atas dukungankalian.

8. Rajamangala University of Technology Tanyaburi, Thailand (RMUTT),Thank u so much for the unforgettable moment, become the part of my studyabroad experience.

9. Almamater tercinta, POLITEKNIK NEGERI JEMBER.

iv

MOTTO

“Bekerjalah bagaikan tak butuh uang. Mencintailah bagaikan takpernah disakiti. Menarilah bagaikan tak seorang pun sedangmenonton – Mark Twain”“Jenius adalah 1% inspirasi dan 99% keringat. Tidak ada yang dapat

menggantikan kerja keras”

“ Belajarlah dari kesalahan orang lain. Anda tidak dapat hidupcukup lama untuk melakukan semua kesalahan itu sendiri-Martin

Vanbee”

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirohim

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat melaksanakan kegiatan

penelitian Tugas Akhir serta dapat menyelesaikan penyusunan laporan yang berjudul

“Pengaruh Penambahan Jamur Shiitake (Lentinula Edodes) dalam Pembuatan

Salami Daging Ayam untuk Mengetahui Nilai Kesukaan Konsumen”

Laporan Tugas Akhir ini kami susun berdasarkan data yang diperoleh di

penelitian dengan ditunjang literatur yang mendukung. Selain itu bersarkan ilmu

yang didapat dibangku kuliah.

Pelaksanaan dan penyusunan laporan Tugas Akhir ini diajukan sebagai salah

satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Politeknik Negeri Jember, Jurusan

Teknologi Pertanian, Porgram Studi Teknologi Industri Pangan.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan Tugas Akhir ini tidak dapat

terselesaikan tanpa bimbingan, arahan dan petunjuk dari dosen pembimbing serta

bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis sampaikan

banyak terimakasih atas bantuan, bimbingan dan petunjuk yang sangat bermanfaat

bagi penulis. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Ir. Nanang Dwi Wahyono,MM , selaku Direktur Politeknik Negeri Jember

2. Ir. Iswahyono, selaku ketua jurusan Teknologi Pertanian

3. Ir. Muhammad Hefni, selaku ketua bidang studi Teknologi Industri Pangan dan

Dosen Pembimbing II.

4. Ir. Wahyu Suryaningsih, MSi, selaku Dosen Pembimbing I

5. Ir. Idrial, selaku Dosen Penguji

6. Orang tua yang selalu mendukung baik moril dan materi

vi

Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada Rajamangala University of

Technology Tanyaburi (RMUTT) Thailand yang telah memberikan kami bimbingan

dan bantuan sehingga kami dapat melakukan penelitian Tugas Akhir ini. Terimakasih

juga kami sampaikan kepada supervisor kami DR. Kloyjai Cheuyglintase yang telah

sabar membimbing kami dan selalu mengawasi kami selama penelitian Tugas Akhir

berjalan.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan Tugas Akhir kurang senpurna

oleh karena itu, segala bentuk kritik dan saran yang membangun sangat penulis

harapkan. Semoga karya tulis ini dapat berguna bagi pembaca pada umumnya dan

penulis pada khususnya.

Jember, 7 April 2014

Penulis

vii

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ................................................................................... i

Lembar Pengesahan........................................................................... ii

Lembar Persembahan......................................................................... iii

Motto..................................................................................................... iv

Kata Pengantar .................................................................................. v

Daftar Isi ............................................................................................. vii

Daftar Tabel........................................................................................ ix

Daftar Gambar ................................................................................... x

Daftar Lampiran ................................................................................ xi

Surat Pernyataan ............................................................................... xii

Abstrak................................................................................................ xiii

Ringkasan ........................................................................................... xv

Surat Pernyataan Persetujuan Publikasi......................................... xiv

BAB 1.PENDAHULUAN .................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 3

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 3

1.4 Pemecahan Masalah ....................................................................... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................... 5

2.1 Salami............................................................................................. 5

2.2 Daging Dada Ayam........................................................................ 7

2.3 Jamur Shiitake (Lentinula edodes) ................................................. 8

2.4 Garam............................................................................................. 9

2.5 Gula ................................................................................................ 9

viii

2.6 Nasi Putih ....................................................................................... 10

2.7 Bumbu............................................................................................ 11

2.8 Selongsong ..................................................................................... 12

2.9 Bakteri Asam Laktat ...................................................................... 12

BAB III. METODOLOGI ................................................................. 14

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan .................................................... 14

3.2 Alat dan Bahan Penelitian.............................................................. 14

3.3 Metode Penelitian........................................................................... 14

3.4 Prosedur Penelitian......................................................................... 15

3.5 Pengamatan .................................................................................... 17

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................... 18

4.1 Uji Skala Hedonik Warna .............................................................. 18

4.2 Uji Skala Hedonik Aroma.............................................................. 19

4.3 Uji Skala Hedonik Rasa ................................................................. 20

4.4 Uji Skala Hedonik Tekstur............................................................. 23

4.5 Uji Skala Hedonik Kenampakan.................................................... 25

BAB V. PENUTUP............................................................................. 27

5.1 Kesimpulan .................................................................................... 27

5.2 Saran............................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 28

LAMPIRAN........................................................................................ 30

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1. Karakteristik, Bahan dan Prosedur Pembuatan Salami......... 6

Tabel 2.2. Informasi Gizi Daging Dada Ayam per 100 gr..................... 7

Tabel 2.3. Kandungan Kimia Jamur Shiitake yang Telah Dikeringkan 8

Tabel 2.4. Kandungan Kimia Nasi Putih per 100 g ............................... 10

Tabel 3.1. Komposisi Bahan untuk Pembuatan Salami ......................... 15

Tabel 3.2. Skala Hedonik Salami Daging Ayam dengan Jamur Shiitake 17

Tabel 4.1. Hasil ANOVA Uji Organoleptik (Skala Hedonik) Warna ... 18

Tabel 4.2. Hasil ANOVA Uji Organoleptik (Skala Hedonik) Aroma ... 19

Tabel 4.3. Hasil ANOVA Uji Organoleptik (Skala Hedonik) Rasa ...... 21

Tabel 4.4. PH dari Berbagai Formulasi Salami dengan Penambahan

Jamur Shiitake....................................................................... 22

Tabel 4.5. Hasil ANOVA Uji Organoleptik (Skala Hedonik) Tekstur .. 23

Tabel 4.6. Hasil Uji Beda Nyata Jujur Tekstur ...................................... 23

Tabel 4.7. Kadar Air Salami Dengan Berbagai Formulasi Penambahan

Jamur Shiitake....................................................................... 24

Tabel 4.8. Hasil ANOVA Uji Organoleptik (Skala Hedonik) Kenampakan 25

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1. Histogram Hasil Uji Hedonik Warna Salami dengan Penambahan

Jamur Shiitake............................................................................... 19

4.2 Histogram Hasil Uji Hedonik Aroma Salami dengan Penambahan

Jamur Shiitake............................................................................... 20

4.3. Histogram Hasil Uji Hedonik Rasa Salami dengan Penambahan

Jamur Shiitake............................................................................... 21

4.4. Histogram Hasil Uji Hedonik Tekstur Salami dengan

Penambahan Jamur Shiitake ........................................................ 25

4.5 Histogram Hasil Uji Hedonik Kenampakan Salami dengan

Penambahan Jamur Shiitake ......................................................... 26

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Teks Halaman

1. Data Hasil Uji Organoleptik (Uji Hedonik) Terhadap Warna ......... 30

2. Data Hasil Uji Organoleptik (Uji Hedonik) Terhadap Aroma......... 31

3. Data Hasil Uji Organoleptik (Uji Hedonik) Terhadap Rasa ............ 32

4. Data Hasil Uji Organoleptik (Uji Hedonik) Terhadap Tekstur........ 33

5. Data Hasil Uji Organoleptik (Uji Hedonik) Terhadap Kenampakan 34

6. Rekapitulasi Hasil Analisa Kimia .................................................... 35

7. Diagram Alir Proses Pembuatan Salami dengan Penambahan

Jamur Shiitake ................................................................................. 36

8. Kuisioner Uji Hedonik ..................................................................... 37

9. Dokumentasi .................................................................................... 38

xii

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Rifatul Azizah

NIM : B3210621

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam Tugas Akhir

saya yang berjudul Pengaruh Penambahan Jamur Shiitake (Lentinula Edodes)

dalam Pembuatan Salami Daging Ayam untuk Mengetahui Nilai Kesukaan

Konsumen merupakan gagasan dan hasil karya saya sendiri dengan arahan komisi

pembimbing, dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi

manapun.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan

dapat diperiksa kebenarannya. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam naskah dan dicantumkan

dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Laporan Tugas Akhir ini.

Jember, 7 April 2014

Rifatul AzizahNIM. B3210621

xiii

EFFECT OF ADDITION SHIITAKE MUSHROOM (Lentinula edodes)IN THE MAKING OF CHICKEN SALAMI

TO KNOW THE CONSUMER PREFERENCES

Rifatul Azizah.1), Wahyu Suryaningsih.2)

ABSTRACT

Salami was a kind of dried fermented sausage family, filled in a mediumcasing, has some rough dough, and has specific flavor (garlic), and can consumedirectly. Fermented sausages publish in Italy in 1970 and called Salami. Theaddition of dried shiitake mushroom in salami was a kind of productdiversification in fermented sausage. The method of making salami with theaddition of shiitake mushroom was begun from making 4 kind of dough (control,20%, 40%, and 50%). The dough consists of shiitake mushroom, chicken meat,sugar, garlic, pepper, white rice, and salt. The dough filled up in the cellulosecasing, and after that fermented until 3 days, then dried 70°C for 2 hours and 50°Cfor 4 hours. The parameter of measuring the quality is from hedonic test andANOVA (Analysis of Variant). The criteria are color, smell, texture, taste andappearance. The result is the highest score of the color is 6,95 from control, thehighest score from smell is 6,55 from salami with 20% shiitake mushroom. Thehighest score from taste is 6,20 from salami with 50% shiitake mushroom, thehighest score from texture is 6,20 from salami with 50% shiitake mushroom. Thehighest score from appearance was 6,55 from salami with 50% shiitakemushroom. The result of ANOVA was the texture of salami with 50% shiitakemushroom has real differentiation. The summary from hedonic test is the texturefrom salami with 40% addition of shiitake mushroom has the same characteristicwith control.

Keywords : Salami, Shiitake mushroom, Hedonic Test

1) Student of State Polytechnic of Jember, Departement of AgriculturalTechnology, Industry Food Technology Study Program

2) Lecturer of State Polytechnic of Jember, Departement of AgriculturalTechnology, Industry Food Technology Study Program

xiv

PENGARUH PENAMBAHAN JAMUR SHIITAKE (Lentinula Edodes)DALAM PEMBUATAN SALAMI DAGING AYAM UNTUK

MENGETAHUI NILAI KESUKAAN KONSUMEN

Rifatul Azizah.1), Wahyu Suryaningsih.2)

ABSTRAK

Salami merupakan famili produk sosis fermentasi kering, dikemas dengancasing berdiameter agak besar, bentuk adonannya kasar, memiliki flavor tertentu(terutama bawang putih), dan dapat langsung dikonsumsi tanpa dimasak. Sosisfermentasi pertama kali diproduksi di Italia pada tahun 1970 dan dikenal dengannama salami. Penambahan jamur shiitake kedalam adonan salami merupakansuatu diversifikasi dalam produk sosis fermentasi. Metode pembuatan salamidengan penambahan jamur shiitake dimulai dengan membuat 4 macam adonan(kontrol, 20%, 40%, dan 50%). Adonan terdiri atas jamur shiitake, daging ayam,gula, bawang putih, merica, nasi putih dan garam. Adonan diisikan kedalamcasing berbahan selulosa, lalu difermentasi selama 3 hari dan dikeringkanmenggunakan oven pada suhu 70°C selama 2 jam lalu suhu 50°C selama 4 jam.Parameter untuk menentukan kualitas salami yaitu dengan menggunakan ujihedonik dan data diolah menggunakan metode ANOVA (Analysis of Variant).Kriteria penilaian uji hedonik adalah warna, aroma, tekstur rasa dan kenampakan.Hasil dari uji hedonik warna salami yang paling tinggi adalah 6,95 dari salamikontrol. Nilai yang paling tinggi dari aroma adalah 6,55 dari salami denganpenambahan 20% jamur shiitake. Nilai yang paling tinggi dari rasa adalah 6,20dari salami dengan penambahan 50% jamur shiitake. Nilai yang paling tinggi daritekstur adalah 6,20 dari salami dengan penambahan 50% jamur shiitake. Nilaiyang paling tinggi dari kenampakan adalah 6,55 dari salami dengan penambahan50% jamur shiitake. Hasil pengujian ANOVA tekstur pada salami denganpenambahan jamur shiitake sebanyak 50% menunjukkan hasil yang berbedanyata. Kesimpulan dari penelitian ini adalah salami dengan penambahan jamurshiitake sebanyak 40% memiliki karakteristik yang sama dengan salami kontrol.

Kata Kunci : Salami, Jamur Shiitake, Uji Hedonik

1) : Mahasiswa Politeknik Negeri Jember, Jurusan Teknologi Pertanian, ProgramStudi Teknologi Industri Pangan2): Dosen Politeknik Negeri Jember, Jurusan Teknologi Pertanian, Program StudiTeknologi Industri Pangan

xv

RINGKASAN

Pengaruh Penambahan Jamur Shiitake (Lentinula Edodes) dalamPembuatan Salami Daging Ayam untuk Mengetahui Nilai KesukaanKonsumen, Rifatul Azizah, Nim B3210621, Tahun 2010, 27 halaman, ProgramStudi Teknologi Industri Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik NegeriJember, Ir Wahyu Suryaningsih, MSi. (Pembimbing I) dan Ir. Muhammad Hefni(Pembimbing II).

Salami merupakan sosis fermentasi yang ditambahkan bakteri asam laktat dari

genus Lactobacillus dan Pediococcus. Proses ini dapat meningkatkan daya

simpan, kandungan nutrisi dan flavor khas salami. Sosis fermentasi yang

memanfaatkan bakteri asam laktat digunakan untuk menghasilkan produk yang

dapat meningkatkan keamanan pangan. Salami merupakan famili produk sosis

fermentasi kering, dikemas dengan casing berdiameter agak besar, bentuk

adonannya kasar, memiliki flavor tertentu (terutama bawang putih), dan dapat

langsung dikonsumsi tanpa dimasak.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan jamur shiitake

(Lentinula edodes) terhadap tingkat kesukaan konsumen serta mengetahui

formulasi salami antara kontrol, 20%, 40% dan 50% yang paling disukai oleh

konsumen.

Kegiatan penelitian Tugas Akhir ini dilaksanakan di Agricultural Faculty,

Rajamangala University of Technology Tanyaburi, Thailand pada bulan

Desember 2012 sampai dengan Februari 2013.

Metode yang digunakan adalah uji hedonik (warna, aroma, rasa, tekstur, dan

kenampakan), uji kimia, dan uji statistik yang digunakan adalah analisis sidik

ragam. Pengujian lanjutan (Uji BNJ) atau Beda Nyata Jujur dilakukan jika

analisis sidik ragam menunjukkan hasil yang berbeda nyata.

Hasil penelitian dan analisis menunjukkan bahwa tekstur salami dengan

penambahan jamur shiitake sebanyak 40% memiliki karakteristik yang sama

dengan kontrol.

xiv

PERNYATAANPERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGANAKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Rifatul AzizahNIM : B3210621Program Studi : Teknologi Industri PanganJurusan : Teknologi Pertanian

Demi pengembangan Ilmu Pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikankepada UPT. Perpustakaan Politeknik Negeri Jember, Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) atas Karya Ilmiah berupaLaporan Tugas Akhir (TA) saya yang berjudul :

Pengaruh Penambahan Jamur Shiitake (Lentinula Edodes) dalamPembuatan Salami Daging Ayam untuk Mengetahui Nilai Kesukaan

Konsumen

Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini UPT. Perpustakaan PoliteknikNegeri Jember berhak menyimpan, mengalih media atau format, mengelola dalambentuk Pangkalan Data (Database), mendistribusikan karya dan menampilkan ataumempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademistanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagaipenulis atau pencipta.

Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihakPoliteknik Negeri Jember, Segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atasPelanggaran Hak Cipta dalam Karya ilmiah ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.Dibuat di : JemberPada Tanggal : 7 April 2014

Yang menyatakan,

Nama : Rifatul AzizahNIM : B3210621

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salami merupakan salah satu olahan daging sejenis sosis yang disukai oleh

masyarakat dunia. Salami merupakan sosis fermentasi yang ditambahkan bakteri

asam laktat dari genus Lactobacillus dan Pediococcus (Leroy et al., 2006 dalam

Cahyanto, 2009). Proses ini dapat meningkatkan daya simpan, kandungan nutrisi

dan flavor khas salami. Sosis fermentasi yang memanfaatkan bakteri asam laktat

digunakan untuk menghasilkan produk yang dapat meningkatkan keamanan

pangan. Rantsiou et al. (2005) dalam Hidayati, (2006) mengemukakan bahwa

bakteri asam laktat (BAL) yang terdapat pada sosis fermentasi berperan sebagai

bioproteksi dan biopreservasi dalam meningkatkan keamanan pangan pada produk

tersebut. Hal ini disebabkan bakteri asam laktat salah satunya memproduksi

senyawa antimikroba berupa bacteriocin. Produk sosis fermentasi ini dikenal

dengan nama dry sausage atau semi dry sausage.

Fermentasi merupakan salah satu teknologi pengawetan dan pengolahan

bahan pangan, termasuk daging (Estiasih dan Achmadi, 2009). Produk daging

fermentasi telah dikenal di beberapa negara misalnya Italia dengan Salami,

Jerman dengan Thuringer, Cina dengan Lup Cheong, Thailand dengan Sai Krok

Prew serta Indonesia khususnya di daerah Bali dengan sosis fermentasi yang

dikenal dengan nama Urutan. Penerapan teknologi fermentasi daging

membutuhkan starter kultur untuk dapat mengendalikan proses fermentasi dan

menyeragamkan mutu produk yang dihasilkan. Penggunaan kultur bakteri asam

laktat sebagai starter kultur fermentasi daging sangat menguntungkan karena

bersifat antisinergis sehingga produk olahan menjadi lebih awet (Hugas dan

Monfort, 1997, dalam Susilawati, 2012). Starter kultur bakteri asam laktat yang

banyak digunakan untuk fermentasi daging antara

lain Pediococcus dan Lactobacillus. Beberapa spesies Lactobacillus bersifat

sebagai probiotik yang sinergis dengan kondisi lingkungan saluran pencernaan

sehingga sesuai dijadikan starter kultur daging fermentasi yang dikonsumsi

manusia (Lucke, 1997 dalam Hidayati, 2006).

2

Pada umumnya sosis fermentasi yang beredar di pasaran terbuat dari

daging sapi atau daging ayam dengan penambahan bumbu untuk menambah cita

rasa seperti garam, gula, merica, bawang putih. Selain bumbu-bumbu tersebut,

sumber karbohidrat perlu ditambahkan untuk membantu berlangsungnya proses

fermentasi. Proses fermentasi menghasilkan rasa asam pada produk salami. Rasa

asam pada salami menjadi ciri khas yang menjadikan produk ini banyak

diproduksi di negara Thailand yang mayoritas penduduknya menyukai makanan

bercita rasa asam.

Penambahan jamur shiitake (Lentinula edodes) pada salami merupakan

salah satu diversifikasi produk olahan sosis fermentasi. Jamur shiitake merupakan

jamur yang mempunyai berbagai manfaat. Kandungan protein shiitake lebih

rendah daripada daging ayam, tetapi hampir sama dengan kacang-kacangan, yaitu

antara 10-12 % (berat kering), sedangkan kandungan protein daging ayam sekitar

21,86 %. Kandungan karbohidratnya 43-78 % (berat kering) dan termasuk bahan

pangan rendah kalori, total mineral antara 2.6-6.5 % dengan kandungan Ca, P, Fe,

Na dan K yang ideal di dalam pangan. Selain kandungan kimia diatas, shiitake

juga mengandung lentinan, yaitu sejenis polisakarida yang larut air dan dipercaya

memiliki kemampuan sebagai zat antikanker. Kandungan lentinan tertinggi

terdapat pada bagian batang dekat tudung dan bagian tudung. Bagian batang tidak

banyak digunakan dan seringkali menjadi limbah. Pemanfaatan batang jamur

shiitake untuk ditambahkan pada produk salami diharapkan dapat mengurangi

limbah, disamping itu dapat menambah nilai gizi dari salami. Batang jamur

shiitake mengandung serat dan karbohidrat. Serat dapat membantu mengurangi

cita rasa asam karena rasa sosis fermentasi yang terlalu asam. Terdapat 4

perlakuan yang dilakukan pada penelitian ini, diantaranya penambahan jamur

shiitake kedalam formulasi salami sebanyak 20%, 40%, 50%, dan kontrol atau

tanpa penambahan jamur. Formulasi 20% diberikan karena pada 10%

penambahan jamur diduga flavor jamur masih tidak terasa. Penambahan 40% dan

50% diberikan karena jika lebih dari 50% diduga flavor daging ayam sudah tidak

terasa.

3

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah

penelitian yang akan dilakukan adalah :

1. Apakah penambahan jamur shiitake (Lentinula edodes) berpengaruh terhadap

tingkat kesukaan konsumen?.

2. Formulasi manakah antara 20%, 40% dan 50% yang memiliki karakteristik

yang sama dengan kontrol?.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pengaruh penambahan jamur shiitake (Lentinula edodes) terhadap

tingkat kesukaan konsumen.

2. Mengetahui formulasi salami antara 20%, 40% dan 50% yang memiliki

karakteristik yang sama dengan kontrol.

1.3.2 Manfaat

Adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain :

1. Memberikan informasi tambahan tentang pemanfaatan jamur shiitake

(Lentinula edodes) dalam pengendalian tingkat kesukaan konsumen.

2. Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang pemanfaataan jamur

shiitake (Lentinula edodes) yang dapat mempengaruhi tingkat kesukaan

konsumen pada produk salami.

1.4 Pemecahan Masalah

Dari rumusan masalah di atas, cara pemecahan masalah yang dilakukan

antara lain :

1. Melakukan pembuatan salami dengan 4 formulasi yang berbeda, meliputi

kontrol (tanpa penambahan jamur) , 20%, 40% serta 50% penambahan jamur

shiitake (Lentinula edodes).

4

2. Melakukan uji kimia dan uji hedonik untuk mengetahui tingkat kesukaan

konsumen mengkonsumsi salami dengan tambahan jamur shiitake (Lentinula

edodes).

5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Salami

Salami berasal dari kata suh-lah-mee. Salami merupakan famili produk

sosis fermentasi kering, dikemas dengan casing berdiameter agak besar, bentuk

adonannya kasar, memiliki flavor tertentu (terutama bawang putih), dan dapat

langsung dikonsumsi tanpa dimasak. Hammes et al., (2003) dalam Hidayati

(2006) melaporkan bahwa sosis fermentasi pertama kali diproduksi di Italia pada

tahun 1970 dan dikenal dengan nama salami.

Sosis fermentasi adalah produk olahan daging yang melibatkan

mikroorganisme yang konsisten khususnya bakteri asam laktat, sehingga produk

menjadi lebih awet disamping dapat meningkatkan citarasa yang diinginkan

(Nursiam, 2011). Tujuan fermentasi pada pengolahan sosis fermentasi adalah

untuk pengawetan, peningkatan nilai gizi serta citarasa. Fermentasi juga member

flavor yang lebih baik dan tektur yang lebih kompak (Lucke, 1985 dalam

Cahyanto, 2009). Syarat kualitas mikrobiologi sosis daging perlu diperhatikan

untuk menjaga keamanan pangan produk olahan daging yang aman dikonsumsi

Menurut Hui et al., (2011) dalam Cahyanto (2009), sosis fermentasi

dibedakan berdasarkan kadar airnya, yaitu sosis kering (dry sausage) dengan

kadar air 30% - 40% dan sosis semi kering (semi-dry sausage) dengan kadar air

40% - 50%. Sosis kering secara umum memiliki beberapa ciri, yaitu daging

digiling kasar dengan aroma bawang putih yang tajam, umumnya dilakukan

pengasapan dingin, memiliki kadar air kurang dari 35% dan memiliki pH yang

berkisar antara 5,0-5,5, sehingga sosis ini memiliki daya simpan yang baik dan

dapat disimpan tanpa pendinginan, waktu fermentasi menurut Hui et al., (2011)

dalam Cahyanto (2009), waktu fermentasi berkisar antara 1-3 hari dengan lama

penyimpanan (pemeraman) selama 10-90 hari.

Sosis yang dikenal di masyarakat menurut Bacus (1984) dalam Hidayati

(2006) dibagi menjadi lima kelas, yaitu sosis segar, sosis segar diasap, sosis

masak tidak diasap, sosis kering, sosis agak kering atau sosis fermentasi dan sosis

spesialis daging masak. Banyak terdapat jenis sosis fermentasi di negara Eropa.

6

Italia merupakan salah satu negara yang masyarakatnya gemar mengkonsumsi

sosis fermentasi. Terdapat tiga jenis sosis fermentasi tradisional asal Italia yaitu

Salame bergamasco, Salame cremanese, Salame mantovano. Tabel 2.1

menunjukkan karakteristik dari ketiga sosis fermentasi tersebut.

Tabel 2.1 Karakteristik, Bahan dan Prosedur Pembuatan Salami

Tipe Karakteristik Casing BahanProses

pembuatanSalamebergamasco

Diameter 8cm, panjang25 cm danberat 1,4 kg

Alami Daging babi,lemak babi,NaCl, bawangputih, lada,gula, anggurmerah, nitrit.

Pengeringanpada suhu25°C selama2 haridengan RH85%,pematanganuntuk 60 haridengan suhu12-13°Cdengan RH65%-85%.

Salamecremanese

Diameter 6,5cm, panjang15 cm danberat 1 kg

Alami Daging babi,lemak babi,NaCl, bawangputih, ladahitam, gula,anggur merahdan putih,nitrit.

Pengeringanpada suhu25°C selama2 haridengan RH85%pematanganuntuk 56 haridengan suhu11-12°Cdengan RH65%-85%.

Salamemantovano

Diameter 5cm, panjang20 cm danberat 800 gr

Alami Daging babi,lemak babi,NaCl, bawangputih, ladahitam, bubukcengkeh, gula,anggur merah,nitrit

Pengeringanpada suhu15°C selama2 haridengan RH80%,pematanganuntuk 60 haridengan suhu10-12°Cdengan RH65%-85%.

Sumber : Cocolin et al, (2009) dalam Susilawati (2012).

7

Proses fermentasi pada sosis dapat terjadi secara alami oleh bakteri asam

laktat, tetapi memiliki kekurangan yaitu populasi dan tipe bakteri asam laktat yang

terdapat dalam daging segar sulit dikontrol. Jika jumlah bakteri asam laktat kecil,

maka penurunan pH akan berlangsung lambat sehingga bakteri pembusuk dan

pathogen akan berkembang (Hui et al., 2011 dalam Cahyanto, 2009).

Pembuatan sosis fermentasi diawali dengan penggilingan, pencampuran

atau pencacahan daging pada temperatur -4,4°C sampai -2,2°C, ditambahkan

lemak, kemudian dimasukkan starter, garam dan bumbu, kemudian produk

dipadatkan dalam casing pada temperatur -2,2°C sampai -1,1°C. Produk

diinkubasi pada proses fermentasi oleh mikroorganisme asam laktat pada

temperature 21,1°C sampai 37,8°C, selama proses fermentasi produk digantung,

pengeringan dilakukan pada temperatur 10-21°C (Soeparno, 1998).

2.2 Daging Dada Ayam

Daging ayam memiliki ciri khusus yaitu warna keputihan, mempunyai

serat daging yang halus dan panjang, konsistensi sedors diantara serat, daging

tidak ada depa lemak, lemak berwarna putih kekuningan dan konsistensi lembek

(Muchtadi dan Sugiyono, 1992). Informasi kimia daging dada ayam per 100 gr

dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Informasi Gizi Daging Dada Ayam per 100 gr.

No. Informasi Gizi Per 100 gr1.2.3.3.13.23.33.43.54.4.14.25.6.

EnergiProteinLemak- Lemak jenuh- Lemak Trans- Lemak tak Jenuh Ganda- Lemak tak Jenuh Tunggal- KolesterolKarbohidrat- Serat- gulaSodiumKalium

110 kkal23,09 g

1,240,33 g0,025 g0,28 g0,3 g

58 mg0 g0 g0 g

65 mg255 mg

Sumber: FatSecret Indonesia, (2013)

8

2.3 Jamur Shiitake (Lentinula edodes)

Jamur shiitake (Lentinula edodes) termasuk dalam famili

tricholomataceae ordo agaricales dan kelas basidomycetes. Jamur shiitake

termasuk salah satu jamur kayu yang dapat dimakan. Jamur shiitake memiliki gizi

tinggi sehingga budidaya jamur ini berkembang pesat di Cina, Taiwan, Jepang,

Korea Selatan. Nama lain yang sering digunakan untuk menyebut jamur ini adalah

Hoang-ko, Siang-Ku (Wikipedia, 2013).

Kandungan vitamin jamur ini cukup banyak terutama vitamin B-

kompleks, seperti B1 (tiamin), B2 (riboflavin), B12, serta niasin dan asam

pantotenat, juga vitamin D. menurut Suriawiria (2001), kandungan protein jamur

shiitake lebih rendah daripada daging sapi, tetapi hampir sama dengan kacang-

kacangan yaitu antara 10-29%. Kandungan karbohidrat sebanyak 43-78% (berat

kering) dan termasuk bahan pangan rendah kalori, total mineral antara 2,6-6,5%

dengan kandungan kalsium, fosfor, besi dan kalium yang ideal di dalam pangan

(RatraAgro, 2011). Menurut Jones (1995), jamur shiitake kaya akan karbohidrat

kompleks yang disebut polisakarida, selain itu jamur shiitake juga berpotensi

untuk menjaga sistem kekebalan tubuh. Kandungan kimia jamur shiitake

(Lentinula edodes) yang telah dikeringkan dapat dilihat pada tabel 2.3.

Tabel 2.3 Kandungan kimia jamur shiitake yang telah dikeringkan.No. Informasi Gizi Tudung Batang1.2.34.5.6.7.8.9.10.

BesiSeng

MangannitrogenFosfor

PotassiumSodiumKalsium

MagnesiumPolisakarida

88,3 μg/g-

37,2 μg/g37,5 mg/g10,7 mg/g33,9 mg/g0,2 mg/g0,2 mg/g1,9 mg/g

38,3-39,5%

46,5 μg/g83,0 μg/g60,9 μg/g14,3 mg/g13,9 mg/g27,3 mg/g0,5 mg/g0,6 mg/g3,8 mg/g

48,7-51,6%

Sumber: Kenneth Jones, (1995)

Batang jamur shiitake yang telah dikeringkan mempunyai kandungan

fosfor, sodium, kalsium dan polisakarida yang lebih tinggi daripada pada bagian

tudung. Sehingga penggunaan jamur shiitake untuk dijadikan bahan tambahan

pada salami dapat mempercepat proses fermentasi akibat kandungan polisakarida

9

yang terdapat pada bagian batang jamur. Karbohidrat yang ditambahkan, secara

cepat akan mengaktifkan proses fermentasi, mampu menurunkan pH dengan

cepat. Menurunnya pH menunjukkan bahwa L. plantarum mampu beradaptasi dan

terjadi pertumbuhan bakteri secara cepat yang dpaat menurunkan pH. Hal ini

disebabkan kemampuan bakteri untuk memetabolis gula/glikogen menjadi asam

laktat (Varnam dan Sutherland, 1995 dalam Cahyanto, 2009). Hal tersebut juga

dinyatakan oleh Fardiaz (1992) dalam Cahyanto, (2009), bahwa bakteri asam

laktat akan menghasilkan asam laktat dari fermentasi karbohidrat. Asam laktat

yang dihasilkan akan menurunkan pH lingkungannya sehingga menimbulkan rasa

asam (Buckle et al., 1987 dalam Cahyanto, 2009)

2.4 Garam

Garam ditambahkan pada sosis fermentasi dengan konsentrasi 2,5%-3%.

Penambahan gaaram selain bertujuan untuk memberikan citarasa juga untuk

memberikan kondisi yang selektif bagi mikroba (Lawrie, 1998 dalam Cahyanto,

2009). Menurut Buckle et al., 1987 dalam Cahyanto, 2009), penambahan garam

selain sebagai bahan flavor, digunakan pula untuk memperbaiki tekstur dari sosis

dan juga sebagai pengawet. Garam bertindak sebagai agen bakteriostatik di dalam

sosis dibantu oleh nitrit atau nitrat (Price dan Schweigert, 1986 dalam Cahyanto,

2009).

2.5 Gula

Gula ditambahkan sebagai substrat untuk pertumbuhan bakteri asam

laktat, juga berperan dalam pembentukan citarasa dan tektur sosis, gula yang

ditambahkan dalam sosis adalah dekstrosa dengan kisaran antara 0,5%-1%

(Romans dan Castello, 1994 dalam Cahyanto, 2009). Gula yang ditambahkan,

secara cepat dapat mengaktifkan proses fermentasi, mampu menurunkan pH

dengan cepat (Varnam dan Sutherland, 1995 dalam Cahyanto, 2009). Gula juga

dapat menghasilkan produk fermentasi dengan flavor yang tajam (Buckle et al,

1987 dalam Cahyanto, 2009).

10

2.6 Nasi Putih

Nasi adalah beras yang telah direbus (dan ditanak). Penanakan diperlukan

untuk membangkitkan aroma nasi dan membuatnya lebih lunak tetapi tetap

terjaga. Nasi dimakan oleh sebagian besar penduduk Asia sebagai

sumber karbohidrat utama dalam menu sehari-hari. Nasi sebagai makanan

pokok biasanya dihidangkan bersama lauk sebagai pelengkap rasa dan juga

melengkapi kebutuhan gizi seseorang. Nasi bisa dikatakan makanan pokok bagi

masyarakat di Asia, khususnya Asia Tenggara (Wikipedia, 2013).

Nasi putih yang ditambahkan kedalam formulasi sosis berguna untuk

mempercepat proses fermentasi karena mengandung karbohidrat yang membantu

mempercepat pertumbuhan bakteri asam laktat. Selain itu nasi putih juga dapat

memberikan tekstur yang berbeda pada salami. Surono (2004) dalam Cahyanto

(2009) mengatakan bahwa pada proses fermentasi daging spontan, bakteri asam

laktat yang berasal dari bahan mentah atau lingkungan menyebabkan terbentuknya

asam laktat dari penggunaan karbohidrat, maupun rendahnya nilai pH (5.9 sampai

4.6). Kandungan kimia nasi putih per 100 g dapat dilihat pada tabel 2.4.

Tabel 2.4 Kandungan Kimia Nasi Putih per 100 g.

No. Informasi Gizi Per 1 porsi (100 g)1.2.3.3.13.23.33.44.4.14.25.6.

EnergiKaliumLemak- Lemak jenuh- Lemak tak Jenuh Ganda- Lemak tak Jenuh Tunggal- KolesterolKarbohidrat- Serat- gulaSodiumProtein

135 kkal37 mg0,29 g0,08 g0,079 g0,092 g0 mg

28,59 g0,3 g0,05 g

383 mg2,38 g

Sumber: Wikipedia, 2013.

11

2.7 Bumbu

Penambahan bumbu selain pembentuk citarasa juga sebagai komponen

pengawet (antimikroba dan antioksidan). Bumbu dapur tertentu seperti lada,

bawang putih, jahe, mustard dan kayu manis mengandung stimulator produksi

asam dari bakteri asam laktat, berupa manganese (Gilliland, 1986 dalam

Cahyanto, 2009).

Penambahan bumbu seperti bawang, paprika dan pala sangat penting

untuk aroma pada produk akhir (Toldra et al., 2001 dalam Hidayati, 2006).

Berbagai rempah-rempah yang ditambahkan, berperan dalam flavor yang

diperkuat oleh pengasapan, juga memperbaiki warna dan menghambat terjadinya

oksidasi lemak (Buckle et al., dalam Cahyanto, 1987).

Bawang putih ditambahkan untuk meningkatkan flavor, bukan hanya

sebagai preservative. Bawang putih memiliki aroma dan rasa yang tajam tetapi

tidak berbau jika belum dimemarkan dan dipotong-potong (Farrel, 1990 dalam

Cahyanto, 2009). Bawang putih dapat digunakan sebagai bahan pengawet karena

bersifat bakteriostatik yang disebabkan oleh adanya zat aktif alicin yang sangat

efektif terhadap bakteri. Selain itu bawang putih mengandung scordinin, yaitu

senyawa kompleks thioglisidin yang bersifat antioksidan (Palungkun dan

Bhudiarti, 1995 dalam Hidayati, 2006).

Selain bawang putih, merica juga ditambahkan kedalam adonan. Merica

merupakan biji bunga yang dikumpulkan setelah warnanya agak kuning dan lada

putih memiliki aroma yang agak rendah daripada lada hitam (Soeparno, 1998).

Menurut Lewis (1984) dalam Cahyanto (2009), biji merica digunakan sebagai

bumbu pemberi rasa dan aroma, karena rempah-rempah dapat menyamarkan

makanan dengan menutup rasa bagi makanan yang kurang enak. Selain itu, juga

berfungsi sebagai pengawet. Merica mengandung minyak atsiri, pinena,

kariofilena, filandrena, alkaloid, piperina, kavisin, piperitina, zat pahit dan minyak

lemak.

12

2.8 Selongsong

Selongsong dalam pembuatan sosis bertujuan untuk memberikan bentuk

dan menjaga stabilitas sosis serta melindungi dari kerusakan kimia seperti

oksidasi, mikroorganisme atau kerusakan fisik seperti kekeringan. Selongsong

sosis ad dua tipe yaitu selongsong alami dan selongsong buatan (Judge et al.,

1989 dalam Cahyanto, 2009). Selongsong alami berasal dari usus ternak, seperti

usus sapi, kambing, dan domba. Selongsong buatan dapat menggantikan

selongsong alami bahkan memiliki beberapa kelebihan antara lain mudah

disimpan tanpa bahan pengawet, ukuran dan bentuknya seragam, harganya murah

dan sifatnya mudah diatur sesuai kebutuhan. Selongsong buatan diperoleh dari

berbagai bahan, sperti selulosa dan kolagen, baik yang edible, maupun yang tidak

dapat dimakan, sperti selongsong plastik. Selongsong sosis yang terbuat dari

kolagen memiliki sifat mudah mengkerut, tembus air dan udara serta tetap

menempel pada bahan (Soeparno, 1998).

2.9 Bakteri Asam Laktat

BAL sering ditemukan secara alamiah dalam bahan pangan. Bakteri ini

hidup pada susu, daging segar, dan sayur-sayuran (Jenie dan Rini, 1995 dalam

Hidayati, 2009). Pada proses fermentasi daging spontan, BAL yang berasal dari

bahan mentah atau lingkungan menyebabkan terbentuknya asam laktat dari

penggunaan karbohidrat, maupun rendahnya nilai pH (5.9 sampai 4.6) (Surono,

2004 dalam Cahyanto 2009). Bakteri yang dikategorikan sebagai bakteri asam

laktat adalah bakteri dari genus Aerococcus, Carnobacterium, Dolosigranulum,

Enterococcus, Glabicatella, Lactobacillus, Lactosphaera, Leuconostoc,

Oenococus, Pediococcus, Streptococcus, Tetragenococcus, Vagococcus dan

Weisella. Bakteri asam laktat termasuk kelompok bakteri gram positif, tidak

membentuk spora, berbentuk batang dan bulat, katalase negatif dan oksidase

negatif serta bersifat anaerob fakultatif (Axellsson, 1998 dalam Cahyanto, 2009).

Walaupun BAL dapat hidup dengan dan tanpa oksigen, sumber energi terbesarnya

untuk tumbuh adalah fermentasi gula. Bakteri ini mempunyai kapasitas respirasi

13

yang sangat terbatas dan tidak dapat memperoleh ATP dari proses respirasi

(Salminen & Wright 2004 dalam Cahyanto, 2009).

Lactobacillus spp. merupakan genus terbesar dari kelompok BAL

(Axelsson, 1993 dalam Cahyanto, 2009). Genus Lactobacillus bersifat Gram

positif dan tidak membentuk spora, bersifat anaerob fakultatif, tumbuh optimum

pada kisaran suhu 30-40°C tapi dapat tumbuh pada kisaran 5-35°C. Lactobacillus

tumbuh optimum pada pH 5.5-5.8, namun secara umum dapat tumbuh pada pH

kurang dari 5. Lactobacillus spp. banyak terdapat pada produk makanan

fermentasi seperti produk-produk susu fermentasi (yoghurt, keju, yakult) produk

fermentasi daging seperti sosis fermentasi, serta produk fermentasi sayuran seperti

pikel dan sauerkraut.Lactobacillus spp. berkontribusi untuk pengawetan,

ketersediaan nutrisi, dan flavor pada produk fermentasi tersebut (Salminen &

Wright, 2004 dalam Cahyanto, 2009).

14

BAB III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian yang berjudul Pengaruh Penambahan Jamur Shiitake (Lentinula

edodes) dalam Pembuatan Salami Daging Ayam untuk Mengetahui Nilai

Kesukaan Konsumen ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan

Februari Tahun 2013 dan dilaksanakan di Food Analysis Laboratory dan Factory

Building Rajamangala University of Technology Tanyaburi (RMUTT) Thailand.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Peralatan yang digunakan untuk pembuatan salami adalah pisau, telenan,

chopper, sausage stuffer, timbangan, baskom, mangkuk, oven, lemari pendingin.

Peralatan yang digunakan dalam uji organoleptik adalah kompor, wajan, spatula,

nampan, wadah plastik, gelas.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain daging ayam

bagian dada, gula, garam, merica, nasi putih, bawang putih, selongsong berbahan

selulosa. Bahan-bahan tersebut dibeli dari pasar Rangsit, Thailand. Batang jamur

shiitake (Lentinula edodes) kering diperoleh dari Chiangmai, Thailand bagian

utara. Bahan yang digunakan dalam uji organoleptik sosis adalah minyak goreng,

air putih, label dan lembar kuisioner diperoleh dari laboratorium analisis pangan

di Chalemprakit Building RMUTT.

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam menganalisis data dalam penelitian kali ini

yaitu Rancangan Acak Lengkap pola non Faktorial (RAL) 4 perlakuan dan 3

ulangan. Faktor perlakuan adalah perbedaan konsentrasi jamur shiitake dari berat

daging ayam (T), sebagai berikut:

T0 = Jamur shiitake 0% (0 gram), daging ayam 250 gram

T1 = Jamur shiitake 20% (50 gram), daging ayam 200 gram

T2 = Jamur shiitake 40% (150 gram), daging ayam 100 gram

T3 = Jamur shiitake 50% (125 gram), daging ayam 125 gram

15

Model matematika rancangan tersebut menurut Steel dan Torrie adalah

sebagai berikut :

Yij = μ + τi + εij

Keterangan :

Yij = Hasil yang diperoleh akibat pengaruh taraf ke-i perbedaan konsentrasi

jamur shiitake pada ulangan ke-j

μ = Nilai tengah umum

τi = Pengaruh sebenarnya dari perlakuan konsentrasi jamur shiitake

εij = Galat percobaan

Data hasil penelitian dilakukan analisa sidik ragam dan uji lanjutan Beda

Nyata Jujur (BNJ).

3.4 Prosedur Penelitian

Proses pembuatan salami pada penelitian ini menggunakan metode

fermentasi spontan. Fermentasi spontan. Fermentasi spontan dilakukan tanpa

menggunakan kultur starter bakteri asam laktat akan tetapi terjadi dengan

sendirinya. Perlakuan dalam penelitian ini berat daging dan jamur shiitake untuk

setiap perlakuan berbeda-beda. Komposisi bahan untuk pembuatan salami dapat

dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Komposisi Bahan untuk Pembuatan Salami

No Bahan-bahanBerat (gr)

Kontrol 20% 40% 50%1.2.3.4.5.6.7.

AyamShiitake basah

GaramGula

Bawang putihNasi

Merica

25005

2,517,5105

200505

2,517,5105

1501005

2,517,5105

1251255

2,517,5105

Sumber: Hasil Formulasi Sosis Fermentasi Daging Ayam di Factory BuildingRajamangala University of Technology Tanyaburi, Thailand padaTanggal 15 Desember 2012.

Jamur shiitake yang akan digunakan direndam dahulu kedalam air dingin

selama 1 jam, selama menunggu proses perendaman, daging ayam di trimming

16

bagian kulit dan lemaknya, setelah itu dipotong dadu berukuran 1,5 x 1,5 cm dan

dimasukkan kedalam lemari pendingin selama 30 menit. Jamur shiitake yang telah

direndam kemudian di blanching selama 30 menit lalu ditiriskan. Daging dan

jamur shiitake kemudian di hancurkan secara terpisah menggunakan chopper

sampai setengah halus. Bumbu-bumbu seperti lada, bawang putih yang sudah

dihaluskan, gula, garam ditimbang sesuai dengan jumlah tiap formulasi (Lampiran

8).

Adonan sosis dibuat sebanyak 4 macam dengan rincian salami kontrol

atau tanpa penambahan jamur shiitake, 20%, 40% dan 50% jamur shiitake.

Adonan dibuat dengan cara memasukkan jamur shiitake dan daging ayam yang

telah dihancurkan sampai setengah halus, nasi putih dan bumbu kedalam chopper

untuk proses pencampuran adonan dan untuk membuat teksturnya menjadi lebih

halus. Setelah adonan salami tercampur dengan merata, selanjutnya dimasukkan

kedalam selongsong menggunakan sausage stuffer. Adonan yang ada didalam

selongsong dipadatkan sampai tidak ada sela yang kosong, lalu diikat setiap 10

cm agar mudah disimpan.

Proses fermentasi salami dilakukan selama 3 hari dengan cara dimasukkan

kedalam wadah kotak plastik transparan berukuran 20 x 10 x 5 cm lalu ditutup

rapat kemudian dimasukkan lagi kedalam kotak berukuran 80 x 50 x 80 cm dan

ditutup rapat. Setelah 3 hari, salami dikeringkan menggunakan oven dengan suhu

70°C selama 2 jam dan dilanjutkan dengan suhu 50°C selama 4 jam. Setelah

dikeringkan, sosis disimpan kedalam lemari pendingin dengan suhu 13°C sampai

hari ke-6. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 7.

17

3.2 Pengamatan

3.2.1 Uji Hedonik

Pengujian sifat organoleptik menggunakan uji hedonik yaitu uji yang lebih

spesifik yang biasanya bertujuan untuk mengetahui respon panelis terhadap sifat

mutu organoleptik yang umum, misalnya tekstur, bau/rasa dan warna. Sedangkan

uji kesukaan merupakan salah satu jenis uji penerimaan (Rahayu, 1998 dalam

Laksmi et al., 2012). Uji kesukaan adalah pengujian terhadap suatu produk

dengan cara meminta tanggapan dari panelis mengenai kesukaan atau tidak suka.

Selain diminta tanggapan tentang suka atau tidak, panelis juga diminta untuk

mengemukakan tingkat kesukaannya. Pengujian kesukaan ini juga disebut uji

hedonik (Soekarto, 1985 dalam Laksmi et al., 2012).

Uji hedonik dilakukan terhadap bau, rasa, warna, tekstur dan kenampakan

disetiap perlakuan dengan tujuan untuk mengetahui sosis fermentasi daging ayam

yang paling disukai oleh panelis. Pengujian menggunakan 9 skala dari 1 – 9.

Tabel 3.2 Skala Hedonik Salami Daging Ayam dengan Penambahan JamurShiitake

No Atribut Mutu Kriteria12345

BauRasaWarnaTeksturKenampakan

1 = amat sangat tidak suka;2 = sangat tidak suka;3 = tidak suka;4 = agak tidak suka;5 = netral;6 = agak suka;7 = suka;8 = sangat suka;9 = amat sangat suka.

Panelis yang digunakan adalah panelis semi terlatih yang merupakan

mahasiswa dan mahasiswi Rajamangala University of Technology Thanyaburi

dengan jumlah sebanyak 20 orang.

18

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Uji Skala Hedonik Warna

Analisis sidik ragam terhadap warna salami dengan penambahan jamur

shiitake diperoleh dari data hasil uji skala hedonik pada Lampiran 1. Hasil analisis

sidik ragam terhadap warna dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Analisis sidik ragam (ANOVA) uji organoleptik (Skala Hedonik)terhadap warna

Sumber dB Jumlah Kuadrat F-hitung F-tabelKeragaman Kuadrat Tengah 5% 1%Perlakuan 3 24.137 8.046 2.647 ns 2.72 4.05Galat 76 231.050 3.040Total 79 255.188

Keterangan : ns = Tidak berbeda nyata

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa warrna salami yang

ditambahkan jamur shiitake tidak berbeda nyata dengan salami kontrol. Hasil uji

hedonik warna pada salami tanpa jamur shiitake (kontrol) menunjukkan hasil

agak suka (6,95), penambahan shiitake 20% menunjukkan hasil agak suka (6,55),

penambahan shiitake 40% menunjukkan hasil netral (5,45) dan penambahan

shiitake sebanyak 50% menunjukkan hasil agak suka (6,30). Nilai uji hedonik

penambahan jamur shiitake pada formulasi salami terhadap warna disajikan pada

Gambar 4.1.

19

Gambar 4.1. Histogram Hasil Uji Hedonik Warna dengan Penambahan Jamur

Shiitake

4.2 Uji Skala Hedonik Aroma

Analisis sidik ragam terhadap aroma salami dengan penambahan jamur

shiitake diperoleh dari data hasil uji skala hedonik pada Lampiran 2. Hasil analisis

sidik ragam terhadap aroma dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil Analisis sidik ragam (ANOVA) uji organoleptik (Skala Hedonik)terhadap aroma

Sumber dB Jumlah Kuadrat F-hitung F-tabelKeragaman Kuadrat Tengah 5% 1%Perlakuan 3 10.137 3.379 1.096 ns 2.72 4.05Galat 76 234.250 3.082Total 79 244.388

Keterangan ; ns = Tidak berbeda nyata

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa aroma salami yang

ditambahkan jamur shiitake tidak berbeda nyata dengan salami kontrol. Hasil uji

hedonik aroma pada sampel kontrol menunjukkan hasil agak suka (6,15), sampel

dengan penambahan jamur shiitake sebanyak 20% menujukkan hasil agak suka

(6,55), sampel penambahan jamur shiitake sebanyak 40% menunjukkan hasil

netral (5,55) dan sampel dengan penambahan jamur shiitake sebanyak 50%

menunjukkan hasil agak suka (6,10). Angka tersebut menunjukkan bahwa

6.956.55

5.456.30

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Kontrol 20% 40% 50%

War

na

Perlakuan

20

konsumen suka terhadap aroma salami dengan penambahan jamur shiitake

sebanyak 20% tersebut. Penambahan jamur shiitake yang semakin tinggi akan

menyebabkan bau langu yang dihasilkan dari jamur shiitake semaki tinggi.

Menurut Wikipedia (2013), jamur shiitake dinamakan jamur jengkol karena

bentuk dan aromanya seperti jengkol walaupun bagi sebagian orang rasa jamur ini

seperti rasa petai. Salami tanpa penambahan jamur shiitake hanya memunculkan

aroma daging yang difermentasi terlalu menyengat. Penambahan jamur shiitake

sebanyak 20% pada salami daging ayam menyebabkan aroma menyengat dari

salami tidak terlalu dominan dan mengurangi bau langu yang dihasilkan jamur

shiitake. Nilai uji hedonik kecap terhadap aroma disajikan pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2. Histogram Hasil Uji Hedonik Aroma dengan Penambahan jamur

Shiitake

4.3 Uji Skala Hedonik Rasa

Analisis sidik ragam terhadap rasa salami dengan penambahan jamur

shiitake diperoleh dari data hasil uji skala hedonik pada Lampiran 3. Hasil analisis

sidik ragam terhadap rasa dapat dilihat pada Tabel 4.3.

6.156.55

5.556.10

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Kontrol 20% 40% 50%

Bau

Perlakuan

21

Tabel 4.3 Hasil Analisis sidik ragam (ANOVA) uji organoleptik (Skala Hedonik)terhadap rasa

Sumber dB Jumlah Kuadrat F-hitung F-tabelKeragaman Kuadrat Tengah 5% 1%Perlakuan 3 30.137 10.046 2.234 ns 2.72 4.05Galat 76 341.750 4.497Total 79 371.888

Keterangan : ns : Tidak Berbeda nyataAnalisa sidik ragam pada rasa salami yang tidak berbeda nyata

dikarenakan mayoritas orang-orang Thailand menyukai makanan bercita rasa

asam, jadi panelis tidak merasakan perbedaan yang signifikan antara salami

kontrol dengan salami yang ditambahkan jamur shiitake. Uji hedonik salami tanpa

penambahan jamur shiitake (kontrol) memberikan hasil agak tidak suka (4,50),

sampel dengan penambahan jamur shiitake sebanyak 20% memberikan hasil

netral (5,50), sampel dengan penambahan jamur shiitake sebanyak 40%

memberikan hasil netral (5,15) dan sampel dengan penambahan jamur shiitake

sebanyak 50% memberikan nilai agak suka (6,20). Nilai uji hedonik salami

terhadap rasa disajikan pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3. Histogram Hasil Uji Hedonik Rasa dengan Penambahan jamur

Shiitake

4.50

5.505.15

6.20

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Kontrol 20% 40% 50%

Ras

a

Perlakuan

22

Faktor rasa asam merupakan akibat dari pH sosis. Nilai pH pada salami

dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 PH dari Berbagai Formulasi Salami dengan penambahan Jamur ShiitakeFormulasi Salami Kadar pH

Kontrol 4,6620% 4,6440% 4,5850% 4,54

Tabel 4.4 menunjukkan pH salami dengan berbagai konsentrasi yang

selalu menurun dari hari ke hari. PH Salami kontrol adalah 4,66, pada salami

dengan penambahan jamur shiitake sebanyak 20% adalah 4,64, pada salami

dengan penambahan jamur shiitake sebanyak 40% adalah 4,58 dan pada salami

dengan penambahan jamur shiitake sebanyak 50% adalah 4,54. Hal tersebut

menunjukkan bahwa semakin tinggi penambahan jamur shiitake membuat rasa

asam menjadi berkurang. Menurut Varnam dan Sutherland (1995) dalam

Cahyanto (2009), gula yang ditambahkan dalam pembuatan sosis akan

difermentasi oleh bakteri yang akan menghasilkan asam laktat. Akumulasi asam

laktat dalam sosis akan menurunkan pH. Nilai pH rendah pada sosis berperan

dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang tidak diinginkan dan

menurunkan daya ikat air oleh protein sehingga produk mudah untuk dikeringkan.

Menurut Adityawarman, (2011) dalam Laksmi et al., (2012), pengukuran derajat

keasaman (pH) sangat berhubungan dengan nilai total asam. Semakin

meningkatnya total asam bahan pangan, maka akan semakin menurunkan pH

bahan pangan, mengakibatkan mikroba-mikroba tertentu termasuk mikroba

patogen mati, sehingga bahan pangan tersebut menjadi lebih lama daya

simpannya.

Djaafar dan Rahayu (2006) dalam Laksmi et al. (2012) menyatakan

selama proses fermentasi BAL akan memanfaatkan karbohidrat yang ada hingga

terbentuk asam laktat, hingga terjadi penurunan nilai pH dan peningkatan

keasaman.

23

4.4 Uji Skala Hedonik Tekstur

Kartika et al., (1988) dalam Laksmi et al., (2012) menyatakan bahwa

tekstur merupakan sifat penting dalam mutu pangan, karena setiap produk pangan

memiliki perbedaan yang sangat luas dalam sifat dan strukturnya. Analisis sidik

ragam terhadap tekstur salami diperoleh dari data uji hedonik pada Lampiran 4.

Hasil analisis sidik ragam terhadap tekstur salami dengan penambahan jamur

shiitake menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap salami yang tidak

ditambahkan jamur shiitake (Tabel 4.5) lalu dilakukan uji lanjutan dengan cara uji

BNJ.

Tabel 4.5 Hasil Analisis sidik ragam (ANOVA) uji organoleptik (Skala Hedonik)terhadap tekstur

Sumber dB Jumlah Kuadrat F-hitung F-tabelKeragaman Kuadrat Tengah 5% 1%Perlakuan 3 41.250 13.750 2.865 * 2.72 4.05Galat 76 364.700 4.799Total 79 405.950

Keterangan : * = Berbeda nyata

Pengujian Beda Nyata Jujur (BNJ) dilakukan pada tekstur salami karena

hasil yang berbeda nyata. Hasil uji BNJ pada tekstur salami tercantum pada Tabel

4.6.

Tabel 4.6. Hasil Uji Beda Nyata Jujur TeksturPerlakuan Rata-rata Ranking BNJ 5% Notasi

Kontrol 4.250 4 1,825 b20% 5.600 2 ab40% 5.050 3 ab50% 6.200 1 a

Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan tidak bebeda nyata pada uji BNJ 5%

Salami dengan penambahan shiitake sebanyak 50% mendapat notasi “a”

dan salami kontrol mendapat notasi “b”, sedangkan salami dengan penambahan

jamur shiitake sebanyak 20% dan 40% menunjukkan notasi “ab”. Hal tersebut

menunjukkan tekstur salami 20% dan 40% mempunyai karakteristik yang sama

dengan kontrol, maka dari itu tekstur salami dengan penambahan jamur shiitake

sebanyak 50% memiliki karakteristik yang berbeda dengan kontrol.

24

Hasil analisa sidik ragam yang berbeda nyata pada tekstur dikarenakan

penambahan jamur shiitake yang semakin banyak kedalam adonan menyebabkan

teksturnya semakin kompak. Penyebab tekstur yang kompak pada sosis dengan

penambahan jamur shiitake adalah karena kadar air yang terkandung dalam

salami. Nilai kadar air pada salami dapat dilihat pada Gambar 4.7.

Tabel 4.7 Kadar Air Salami dengan Berbagai Formulasi penambahan JamurShiitakeFormulasi Salami Kadar Air (%)

Kontrol 49,8120% 46,5140% 44,3350% 41,56

Persentase kadar air pada salami dengan berbagai formulasi penambahan

jamur shiitake pada Tabel 4.7 menujukkan hasil yang semakin menurun seiring

dengan penambahan persentase jamur shiitake. Hal tersebut menunjukkan bahwa

semakin tinggi penambahan jamur shiitake membuat kadar air menjadi berkurang.

Jamur shiitake mengandung polisakarida yang dapat mengikat air. Air

terikat (bound water) merupakan interaksi air dengan solid atau bahan pangan, air

dalam bahan pangan terikat secara kuat pada sisi sisi kimia, komponen bahan

pangan misal grup hidroksil dari polisakarida, grup karbonil dan amino dari

protein dan sisi polar lain yg dapat mengikat air dengan ikatan hidrogen

(Winarno, 1997).

Uji hedonik salami tanpa penambahan jamur (kontrol) memberikan hasil

agak tidak suka (4,25), sampel dengan penambahan jamur shiitake sebanyak 20%

memberikan hasil netral (5,60), sampel dengan penambahan jamur shiitake

sebanyak 40% memberikan hasil netral (5,05) dan sampel dengan penambahan

jamur shiitake sebanyak 50% memberikan hasil agak suka (6,20). Nilai uji

hedonik salami terhadap tekstur disajikan pada Gambar 4.4.

25

Gambar 4.4. Histogram Hasil Uji Hedonik Tekstur dengan Penambahan jamur

Shiitake

4.5 Uji Skala Hedonik Kenampakan

Analisis sidik ragam terhadap kenampakan salami dengan penambahan

jamur shiitake diperoleh dari data hasil uji skala hedonik pada Lampiran 5. Hasil

analisis sidik ragam terhadap kenampakan dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Hasil Analisis sidik ragam (ANOVA) uji organoleptik (Skala Hedonik)terhadap kenampakan

Sumber dB Jumlah Kuadrat F-hitung F-tabelKeragaman Kuadrat Tengah 5% 1%Perlakuan 3 12.500 4.167 1.030 ns 2.72 4.05Galat 76 307.300 4.043Total 79 319.800

Keterangan : ns = Tidak berbeda nyata

Hasil analisis sidik ragam yang tidak berbeda nyata pada kenampakan

dikarenakan kenampakan salami yang ditambahkan jamur shiitake tidak berbeda

dengan salami kontrol. Hasil uji hedonik kenampakan ditunjukkan pada Gambar

4.5.

4.25

5.605.05

6.20

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Kontrol 20% 40% 50%

Tek

stur

Perlakuan

26

Gambar 4.5. Histogram Hasil Uji Hedonik Kenampakan dengan Penambahan

jamur Shiitake

Hasil uji hedonik kenampakan salami kontrol menunjukkan hasil agak

suka (5,55), salami dengan penambahan jamur shiitake sebanyak 20%

menunjukkan hasil suka (6,30), salami dengan penambahan jamur shiitake

sebanyak 40% memberikan hasil agak suka (5,8), dan salami dengan penambahan

jamur shiitake sebanyak 50% menunjukkan hasil suka (6,55). Kenampakan pada

salami dengan penambahan jamur shiitake sebanyak 50% disebabkan oleh tekstur

salami. Salami daging ayam dengan penambahan jamur shiitake yang semakin

banyak menyebabkan kenampakan yang lebih baik karena teksturnya yang

kompak dan tidak mudah hancur.

Walaupun dalam penelitian salami dengan kaidah statistik dipilih

campuran jamur shiitake sebanyak 40% yang memiliki sifat sama dengan kontrol,

tetapi sifat organoleptik yang lainnya lebih baik daripada kontrol.

5.556.30

5.806.55

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Kontrol 20% 40% 50%

Ken

ampa

kan

Perlakuan

27

BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari uraian pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa penambahan

jamur shiitake memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada nilai uji hedonik

tekstur salami daging ayam dan tidak berpengaruh nyata terhadap uji hedonik

warna, aroma, rasa dan kenampakan. Tekstur salami dengan penambahan jamur

shiitake sebanyak 40% memiliki karakteristik yang sama dengan salami kontrol.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang pemanfaatan jamur shiitake

yang disubtitusi kedalam salami seperti pengujian kadar protein, lemak, serta uji

mikroba patogen.

28

DAFTAR PUSTAKA

Cahyanto. 2009. Kualitas Mikrobiologi Salami dengan Kombinasi Kultur StarterBakteri Asam Laktat yang Berpotensi Sebagai Probiotik. Institut PertanianBogor.

Estiasih, T. dan Ahmadi. 2009. Teknologi Pengolahan Pangan. Jakarta. PT BumiAksara.

Fatsecret. 2013. Nilai Gizi Nasi Putih. http://www.fatsecret.co.id/kalori-gizi/umum/nasi-putih?portionid=17592&portionamount=1,000 (Diaksespada Tanggal 18 November 2013 Jam 12.30).

Hidayati, N. 2012. Isolasi, Identifikasi dan Karakterisasi Lactobacillus plantarumAsal Daging Sapi dan Aplikasinya Pada Kondisi Pembuatan SosisFermentasi. Hal 1-10.

Jones, K. 1995. Shiitake, the healing mushroom, Healing Arts Press, Rochester,Vermont, pp 58-66.

Laksmi, et al. 2012. Daya Ikat air, Ph dan Sifat Organoleptik Chicken Nuggetyang Disubstitusi dengan Telur Rebus. Animal Agriculture Journal, Vol.1, 2012, halaman 454.

Muchtadi dan Sugiyono. 2011. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Pusat AntarUniversitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor.

Nursiam. 2011. Fermentasi Salami.http://intannursiam.wordpress.com/2011/01/10/sosis-fermentasi-salami/(Diakses pada tanggal 19 November 2013 Jam 18.14).

Priyanto, G. 1988. Teknik Pengawetan Pangan. Pusat Antar Universitas Pangandan Gizi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Ratraagro. 2010. Kandungan Nutrisi Jamur Shiitake.http://ratraagro.blogspot.com/2010/07/kandungan-nutrisi-jamur-shiitake.html (Diakses pada tanggal 7 Desember 2013 Jam 19.00).

Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta: Gajah Mada UniversityPress.

Suriawiria, H. U. 2001. Sukses Beragrobisnis Jamur Kayu: Shiitake, Kuping,Tiram. Jakarta: Penebar Swadaya.

Susilawati, S. 2012. Kualitas Mikrobiologis Sosis Fermentasi yang DiberiProbiotik Lactobacillus plantarum 2C12 atau Lactobacillus acidophilus2B4. Hal 4-5.

29

Wikipedia, 2013. Jamur Shiitake. http://id.wikipedia.org/wiki/Shiitake. (Diaksespada Tanggal 6 Maret 2014, jam 16.06).

Wikipedia, 2013. Nasi. http://id.wikipedia.org/wiki/Nasi (Diakses pada Tanggas18 November 2013 Jam 13.28).

Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

30

Lampiran 1. Data Hasil Uji Organoleptik (Skala Hedonik) Terhadap WarnaUlangan

(Panelis)

PerlakuanJumlah

Rata-

rataKontrol 20% 40% 50%

1 9 5 3 4 21 5.25

2 6 9 4 9 28 7.00

3 9 6 8 6 29 7.25

4 9 7 7 8 31 7.75

5 8 5 4 4 21 5.25

6 7 8 6 9 30 7.50

7 5 6 5 5 21 5.25

8 5 5 3 5 18 4.50

9 8 7 9 7 31 7.75

10 7 7 7 5 26 6.50

11 8 7 8 9 32 8.00

12 9 8 6 4 27 6.75

13 7 7 3 6 23 5.75

14 8 8 6 8 30 7.50

15 6 5 6 5 22 5.50

16 4 4 4 6 18 4.50

17 5 6 3 4 18 4.50

18 6 7 1 7 21 5.25

19 6 7 8 8 29 7.25

20 7 7 8 7 29 7.25

Jumlah 139 131 109 126 505

Rata-rata 6.95 6.55 5.45 6.30 6.31

31

Lampiran 2. Data Hasil Uji Organoleptik (Uji Hedonik) Terhadap AromaUlangan

(Panelis)

PerlakuanJumlah

Rata-

rataKontrol 20% 40% 50%

1 6 8 7 4 25 6.25

2 6 9 4 9 28 7.00

3 9 7 8 7 31 7.75

4 8 8 4 8 28 7.00

5 7 6 6 7 26 6.50

6 6 9 6 7 28 7.00

7 6 5 5 5 21 5.25

8 3 4 3 4 14 3.50

9 8 7 8 7 30 7.50

10 8 8 5 4 25 6.25

11 8 7 7 9 31 7.75

12 9 7 8 7 31 7.75

13 5 5 5 5 20 5.00

14 4 8 7 7 26 6.50

15 6 6 5 4 21 5.25

16 4 5 4 5 18 4.50

17 6 6 4 5 21 5.25

18 1 3 2 5 11 2.75

19 6 6 6 6 24 6.00

20 7 7 7 7 28 7.00

Jumlah 123 131 111 122 487

Rata-rata 6.15 6.55 5.55 6.10 6.09

32

Lampiran 3. Data Hasil Uji Organoleptik (Uji Hedonik) Terhadap RasaUlangan

(Panelis)

PerlakuanJumlah

Rata-

rataKontrol 20% 40% 50%

1 3 3 3 8 17 4.25

2 4 4 5 7 20 5.00

3 2 7 2 4 15 3.75

4 7 4 8 9 28 7.00

5 4 4 6 5 19 4.75

6 7 6 9 8 30 7.50

7 1 5 5 4 15 3.75

8 2 6 5 7 20 5.00

9 2 8 3 9 22 5.50

10 8 5 5 5 23 5.75

11 8 8 8 8 32 8.00

12 7 8 8 8 31 7.75

13 3 4 4 4 15 3.75

14 4 7 7 8 26 6.50

15 5 6 4 6 21 5.25

16 2 3 3 3 11 2.75

17 3 3 3 2 11 2.75

18 5 5 1 4 15 3.75

19 6 6 7 8 27 6.75

20 7 8 7 7 29 7.25

Jumlah 90 110 103 124 427

Rata-rata 4.50 5.50 5.15 6.20 5.34

33

Lampiran 4. Data Hasil Uji Organoleptik (Uji Hedonik) Terhadap TeksturUlangan

(Panelis)

PerlakuanJumlah

Rata-

rataKontrol 20% 40% 50%

1 8 8 8 8 32 8.00

2 4 5 5 7 21 5.25

3 3 7 3 6 19 4.75

4 7 8 7 8 30 7.50

5 3 5 7 6 21 5.25

6 1 8 6 7 22 5.50

7 1 5 5 6 17 4.25

8 2 5 2 7 16 4.00

9 5 7 2 7 21 5.25

10 8 6 4 6 24 6.00

11 8 8 7 9 32 8.00

12 6 7 8 9 30 7.50

13 1 3 3 3 10 2.50

14 6 6 8 8 28 7.00

15 4 5 5 5 19 4.75

16 2 3 2 3 10 2.50

17 1 1 3 6 11 2.75

18 3 3 3 2 11 2.75

19 5 4 5 5 19 4.75

20 7 8 8 6 29 7.25

Jumlah 85 112 101 124 422

Rata-rata 4.25 5.60 5.05 6.20 5.28

34

Lampiran 5. Data Hasil Uji Organoleptik (Uji Hedonik) TerhadapKenampakan

Ulangan

(Panelis)

PerlakuanJumlah

Rata-

rataKontrol 20% 40% 50%

1 9 8 8 8 33 8.25

2 5 6 6 8 25 6.25

3 6 9 7 8 30 7.50

4 8 7 7 8 30 7.50

5 3 7 7 6 23 5.75

6 7 7 7 6 27 6.75

7 1 5 5 4 15 3.75

8 2 5 3 7 17 4.25

9 7 7 4 8 26 6.50

10 8 6 4 6 24 6.00

11 8 8 8 9 33 8.25

12 9 8 8 8 33 8.25

13 4 6 4 5 19 4.75

14 7 7 8 8 30 7.50

15 6 6 6 5 23 5.75

16 2 3 3 3 11 2.75

17 2 2 3 3 10 2.50

18 5 4 4 6 19 4.75

19 5 7 6 8 26 6.50

20 7 8 8 7 30 7.50

Jumlah 111 126 116 131 484

Rata-rata 5.55 6.30 5.80 6.55 6.05

35

Lampiran 6. Rekapitulasi Hasil Analisa Kimia

Lampiran 6a. Rekapitulasi Pengujian Kadar Air Sosis Fermentasi Daging Ayam

dan Jamur Shiitake dengan berbagai Perlakuan

PerlakuanUlangan

JumlahRata-

rataI II III

0% 49.82 49.90 49.71 149.43 49.810

20% 46.52 46.42 46.59 139.53 46.510

40% 44.23 44.44 44.32 132.99 44.330

50% 41.51 41.69 41.48 124.68 41.560

Jumlah 182.08 182.45 182.10 546.63

Rata-rata 45.520 45.613 45.525 45.553

Lampiran 6b. Rekapitulasi Pengujian pH Sosis Fermentasi Daging Ayam dan

Jamur Shiitake dengan berbagai Perlakuan

PerlakuanUlangan

JumlahRata-

rataI II III

0% 4.66 4.67 4.65 13.98 4.660

20% 4.64 4.63 4.65 13.92 4.640

40% 4.57 4.59 4.58 13.74 4.580

50% 4.53 4.55 4.53 13.61 4.537

Jumlah 18.40 18.44 18.41 55.25

Rata-rata 4.600 4.610 4.603 4.604

36

Lampiran 7. Diagram Alir Proses Pembuatan Salami dengan PenambahanJamur Shiitake

Jamur shiitake Daging ayam

Perendaman Trimming Kulit

Perebusan suhu 100°C Pencucian

selama 30 menit

Penghancuran

Penirisan

Pengisian kedalam

Selongsong berbahan

Selulosa

Nasi, lada, bawang

Putih, garam

Fermentasi anaerob

Selama 3 hari

Pengeringan suhu 70°C

Selama 2 jam dan suhu 50°C

Selama 4 jam

Penyimpanan suhu 13°C

37

Lampiran 8. Kuisioner Uji Organoleptik (Uji Hedonik)

FORM OF HEDONIC TEST

Name :

Age :

Gender : Male/ Female

Year’s of Study : 1st/ 2nd/ 3rd / 4th

Date of Test :

INSTRUCTION1. How well do you like the following food?2. Give score in the part of table with hedonic scale.

CharacteristicSample Code

Smell (กลิน)

Taste (ลิมรส)

Color (สี)

Texture (เนือผ้า)

Appearance (การปรากฏ)

Hedonic Scale1 2 3 4 5 6 7 8 9

SuperBad

ReallyBad

BadJust aLittleBad

MaybeGood orMaybe

Bad

Just aLittleGood

GoodReallyGood

SuperGood

Comment:……………………………………………………………………………

38

Lampiran 9. Dokumentasi

Perendaman jamur shiitake Jamur shiitake yang telah direndam

Daging ayam Jamur shiitake setelah dihancurkan

Bahan pembuat Sosis Adonan sosis

39

Pengisian Sosis Sosis

Proses pengisian dan pengikatan sosis Salami kontrol setelah dikeringkan

Salami 20% setelah dikeringkan Salami 40% setelah dikeringkan

40

Salami 50% setelah dikeringkan Persiapan uji hedonik

Persiapan uji Hedonik Uji hedonik