Dokumen Gereja: Liturgi dan kesalehan populis

46

Transcript of Dokumen Gereja: Liturgi dan kesalehan populis

2 Kesalehan Populis dan Liturgi

LITURGI DAN KESALEHAN POPULIS

Disarikan dari: CONGREGAZIONE PER IL CULTO DIVINO E LA DISCIPLINA DEI

SACRAMENTI, Direttorio su pietà popolare e liturgia: principi e orientamenti, Libreria editrice Vaticana, Città del Vaticano 2002.

1 PENGANTAR

§ Membaca data: Masyarakat kita sangat beragama. Tetapi fungsi agama dalam kehidupan pada

umumnya nampak majis atau instrumental: untuk mencapai/ mendapatkan sesuatu. Biasanya yang ingin dicapai adalah penyelesaian aneka persoalan duniawi (penyakit, pekerjaan, jodoh, dll.). Selain itu, agama dinilai mampu memberikan kepuasan psikologis dan rasa damai.

Hal ini mengantar sebagian besar umat «melarikandiri ke aneka devosi» yang ada dalam Gereja. Namun, Devosi bukan tanpa bahaya. Selain memunculkan «Kesalehan Individual» (pious individualism) seperti yang sudah disinggung di atas, devosi pun menyuburkan keberpusatan pada diri sendiri, ketidakmanusiawian dan melupakan dimensi komunitas/ paguyuban. Tidak ada dimensi sosial (komuniter), ekologis dan solidaritas.

Sikap yang lain adalah: melihatnya sebagai sebuah tahkyul di masa lalu yang tidak selaras dengan

kehidupan beriman di zaman modern terlalu melekat pada devosi-devosi tertentu sehingga menjauhkan orang dari

perwahyuan biblis dan menomorduakan kehadiran sakramen-sakramen dalam bentuk berlebihan, devosi bisa menjebak pada «gerakan purifikasi dan

bahaya sinkretisme» menghidupi religiositas populis sebagai sebuah resistensi dan reaksi pada

budaya teknologis – pragmatis dan utilitarisme religius. Sepanjang Tahun Ekaristi, digalakkan juga Adorasi yang merupakan salah satu

bentuk devosi kepada Sakramen Mahakudus. Adorasi adalah tindakan tertinggi dan terbenar yang dapat dilakukan oleh manusia. Adorasi adalah suatu kebutuhan hakiki dari hati kita yang terdalam yang mencari Yang Ilahi dan Transenden. Namun, sama seperti aneka devosi lainnya, adorasi ekaristi tidak dapat dipisahkan dari hidup kita dengan sesama. Adorasi bukan tindakan keagamaan secara pribadi untuk merasa baik, saleh dan suci, melainkan untuk menjadi semakin peka akan kehadiran Kasih dan tuntutan-Nya. Dengan berdoa kepada Tuhan dalam Sakramen, hati kita menjadi semakin peka dan seperasaan dengan Hati-Nya yang selalu tergerak oleh belaskasihan.

§ Liturgi, yang oleh Konstitusi Sacrosanctum Concilium disebut sebagai puncak dari kehidupan menggereja (SC 10), tidak dapat direduksi menjadi sebuah realitas estetik belaka, atau sebuah sarana saja untuk mencapai tujuan pedagogis atau ekumenis. Di dalam perayaan iman ini, manusia – baik secara individu maupun komuniter – hadir di

Kesalehan Populis dan Liturgi 3

hadapan Allah untuk menguycap syukur, dengan menyadari bahwa kehidupannya tidak dapat mencapai kepenuhan tanpa memuji dan memenuhi Kehendak Allah. Maka, liturgi dan kehidupan merupakan sebuah realitas yang tidak dapat dipisahkan.

§ Perayaan liturgis merupakan sebuah tindak keagamaan yang hendaknya dikarakterkan oleh kedalaman pada pemaknaan ilahi. Di dalamnya, ciptaan bertemu dengan Sang Penciptanya. Oleh sebab itu, sikap dasar yang hendak dibangun adalah melepaskan alas kaki.

§ Dalam tradisi kuno, seperti pengalaman Musa dan Elia, berjumpa dengan Allah facie ad faciem merupakan sebuah kematian. Yang tidak kudus akan hangus bila bertemu dengan Sang Maha Kudus. Seolah-olah ada sebuah nuansa kekudusan ketika manusia masuk di pelatura-Nya. Maka, umat Allah perlu melihat di dalam para imam, diakon dan pelayan liturgi sebuah sikap penuh hormat dan wibawa, yang mampu menghantarnya untuk masuk ke dalam realitas yang tidak terlihat, bahkan tanpa banyak kata dan penjelasan.

§ Sebuah perayaan liturgis yang dipimpin oleh seorang imam adalah sebuah asemblea yang berdoa, berkumpul dalam iman dan mendengarkan Sabda Allah.

§ Bagaimana dengan sebuah perayaan non-liturgis atau sebuah religiositas populis?

§ Sebuah religiositas populis merupakan ungkapan iman yang menggunakan unsur-unsur kebudayaan yang terbentuk oleh lingkungan, sambil menginterpretasikan dan menggugah sensibilitas mereka yang terlibat dalam bentuk yang menghidupkan.

§ Sebuah religiositas populis, ketika itu murni, bersumber pada iman dan tidak bertentangan dengan sentralitas liturgis. Keberadaannya justrus membangun iman umat dan membantu mereka untuk mempersiapkan diri untuk memasuki perayaan-perayaan misteri iman di dalam perayaan liturgi.

§ Bisa dikatakan bahwa mahkota dari religiositas populis ini adalah liturgi.

§ Perayaan religiositas populis yang tidak sejalan dengan doktrin magisterium Gereja hendaknya dimurnikan dengan bijaksana, melalui kontak dengan koordinator dan pendalaman katekese iman.

§ «Religiositas populis tidak bisa diabaikan dan dikucilkan dari kehidupan umat beriman, karena kaya dengan nilai, dan dari dirinya sendiri mengungkapkan sikap-sikap religius di hadapan Allah. Namun, ia perlu untuk terus dievangelisasi, agar iman, yang dimanifestasikan menjadi sebuah tindak yang makin dewasa dan autentik» (Surat apostolik Yohanes Paulus II, Vicesimus Quintus Annus)

§ Maka, menjadi tugas para Gembala, terutama Uskup untuk memberikan orientasi pastoral umum. Dengan demikian diharapkan bahwa komunitas umat beriman dapat terjaga pertumbuhan imannya secara dewasa dan kontekstual.

§ Terbentuklah «Direktorium tentang kesalehan religious dan liturgi» yang berisi prinsip-prinsip dan orientasi untuk perayaan iman yang lebih baik. 1. Problematika dewasa ini, pengajaran dari magisterium yang mengutamakan

kesatuan dengan komunitas gerejawi dan prinsip-prinsip teologis untuk

4 Kesalehan Populis dan Liturgi

memecahkan permasalahan yang muncul berkaitan dengan relasi antara kesalehan religious dan liturgi.

2. Berkaitan dengan usulan-usulan praktis: perayaan-perayaan yang dilaksanakan sepanjang tahun liturgi, penghormatan pada Bunda Maria, devosi kepada para malaikat dan orang kudus, penghormatan untuk mereka yang telah mendahului kita, peziarahan dan santuario.

§ Dokumen ini ditujukan pertama-tama kepada para Uskup, yang bertanggung jawab atas penggembalaan di keuskupannya serta rekan kerja mereka.

1.1 MENJELASKA N ISTILAH

1.1.1 Praktek-praktek kesalehan

§ Yang dimaksud adalah la religiositas, kegiatan keagamaan popular.1 Dalam direktorio ini diperhatikan secara khusus «ungkapan-ungkapan publik atau privat yang, meskipun tidak menjadi bagian dari liturgi, keberadaannya ada dalam keharmonisan dengan liturgi itu sendiri, dengan menghormati semangat, tatanan dan ritmenya. Lebih jauh lagi, dari liturgi diambil beberapa inspirasi dan inilah yang mengantar umat katolik untuk lebih mempersiapkan diri masuk ke dalam misteri yang dirayakan dalam perayaan liturgi».

§ Berbagai bentuk kesalehan religius ini memiliki orientasi pada perwahyuan Yesus Kristus dan memiliki latar belakang eklesial, sejalan dengan tatanan dan hukum Gereja dan dilaksanakan sesuai dengan tradisi yang sudah diakui oleh Gereja (SC 88 13).

1.1.2 Devosi

§ Adalah: berbagai praktek eksterior (teks-teks doa dan nyanyian, pemaknaan waktu-waktu

tertentu, kunjungan ke tempat-tempat tertentu, medali, ajaran, pakaian dan kebiasaan-kebiasaan),

yang membangun sikap batin dalam mengungkapkan iman, mengungkapkan perhatian secara khusus relasi umat beriman dengan Pribadi yang

kudus, baik kepada Bunda Maria atau kepada orang kudus, yang dipertimbangkan di dalam konfigurasi mereka kepada Kristus atau di dalam

peran yang mereka miliki dalam kehidupan menggereja.2

1.1.3 Kesalehan populis

§ Menggambarkan berbagai bentuk manifestasi kultus bercorak privata tau komuniter, yang di dalam lingkungan iman katolik menekankan bukan pertama-tama model liturgis, melainkan bentuk-bentuk khusus yang berasal dari kreativitas umat beriman, suku atau kebudayaan tertentu.

1 Paulus, P.P. VI, Evangelii nuntiandi, § 48; Catechesi tradendae, § 54; KHK § 1234; Yohanes Paulus, P.P. II, Vicesimus quintus Annus; CCC § 1674-1676, namun juga menggunakan kata kesalehan religius (§ 1679). 2 Konsili Trento 3 desember 1563 di DS 1821-1825; Pius, P.P. XII, ens. Mediator Dei, 581-582; SC 104; LG 50.

Kesalehan Populis dan Liturgi 5

§ Ungkapan-ungkapan ini merupakan harta kekayaan umat Allah, karena menyampaikan kehausan akan Allah yang hanya orang miskin dan sederhana bisa mengenalnya.

§ Ungkapan ini bisa sampai pada bentuk-bentuk kemurahan hati, pengorbanan dan heroisme, ketika bertitik tolak dari iman.

§ Ada semacam makna dan nilai yang ingin dicapai untuk mengenal kebapaan Allah, Penyelenggaraan Ilahi-Nya, kehadiran-Nya yang penuh kasih dan selalu ada di samping kita.

§ Dari sini terbangunlah semangat: kesabaran, pemahaman akan makna salib dalam kehidupan sehari-hari, sikap lepas bebas, keterbukaan pada orang lain.3

1.1.4 Religiositas populis

§ Ini adalah sebuah pengalaman universal. Ada sebuah dimensi religius yang ada dalam hati setiap orang dan setiap suku/kebudayaan yang terungkap secara kolektif.

§ Religiositas populis ini tidak selalu mengarah pada perwahyuan katolik di dalam Yesus Kristus. Setiap manusia dan setiap bangsa memiliki kecenderungan untuk mengungkapkan pandangannya akan sakralitas transendental, konsep tentang alam, tentang masyarakat dan sejarah dengan perantaraan sebuah kultus religius bercorak manusiawi dan spiritual.

§ Pada beberapa tempat, lebih mengungkapkan sebuah bentuk katolisitas popular, dimana ada perpaduan antara unsur-unsur religius kehidupan, unsur-unsur kebudayaan dan perwahyuan katolik.

1.2 PANDUAN POKOK

1.2.1 Primasi liturgi

§ Sejarah perjalanan spiritual mengajar kita bahwa dalam periode-periode tertentu, kehidupan beriman ditopang oleh berbagai bentuk praktek kesalehan. Bahkan, dalam bentuk yang lebih ekstrem, praktek ini dicampuradukkan di dalam liturgi.

§ Perayaan-perayaan liturgis selalu memiliki precedenza dibandingkan berbagai bentuk devosi sepanjang tahun. Precedenza ini tidak berarti bahwa antara liturgi dan devosi ada relasi yang saling menegasi, melawan atau menyingkirkan.

1.2.2 Pemberian makna dan pembaharuan

§ Nilai fakultatif yang melekat pada berbagai bentuk kesalehan bukan berarti menghina atau tidak memperhitungkan kehadirannya di dalam kehidupan umat. Sikap yang tepat adalah memberi makna dengan benar dan bijaksana, menggali terus potensialitas yang ditimbulkannya serta aksi kontekstualnya yang bisa dibangkitkan bagi kehidupan umat beriman.

§ Kitab Suci adalah ukuran dan kriteria pokok untuk mengevaluasi setiap bentuk kesalehan religius katolik, baik yang lama maupun yang baru. Dengan demikian, bisa

3 Paulus, P.P. VI, Evangelii Nuntiani, 48

6 Kesalehan Populis dan Liturgi

dihindari setiap bentuk ritus magik, superstiti, spiritismo, balas dendam atau konotasi seksual di dalam ungkapan devosi maupun praktek-praktek religius yang lain.4

§ Beberapa aspek yang musti muncul dalam praktek-praktel religius popular: Semangat biblis: karena tidak mungkin sebuah doa berkarakter katolik tidak

memiliki orientasi langsung atau tidak langsung dengan Kitab Suci. Semangat liturgis: mengantar orang pada misteri iman yang dirayakan dalam

perayaan-perayaan liturgis. Semangat ecumeni: sensibilitas pada tradisi-tradisi kristiani yang lain. Semangat antropologis: terungkap dalam ketekunan menjaga simbol dan

ungkapan-ungkapan khas dari budaya tertentu yang bermakna, dan sekaligus menghindari penggunaan tanda-tanda yang tidak bisa dibaca dan dimaknai dalam konteks kini.

Maka, perlu katekese pedagogis dan dilaksanakan secara bertahap, dengan mempertimbangkan situasi budaya dan daerah setempat.

1.2.3 Perbedaan dan keharmonisan dengan liturgi

§ Perbedaan antara praktek-praktek kesalehan dan devosi terhadap liturgi harus memiliki bentuk-bentuk yang bisa dilihat dalam kultusnya. Secara umum, perayaan ekaristi dan sakramen-sakramen lain harus terpisah dari berbagai bentuk praktek-praktek kesalehan dan devosi.

§ Maka harus dihindari tumpang tindih karena bahasa, ritme, proses perayaan dan tekanan teologis dari kesalehan populis itu berbeda dari perayaan liturgis. Itulah sebabnya hari minggu, hari raya dan waktu-waktu khusus liturgi hendaknya memiliki precedenza dibanding dengan perayaan-perayaan devotif dan praktek-praktek kesalehan yang lain.

§ Kesederhanaan model, bahasa dan ungkapan devosi hendaknya tetap dipertahankan untuk menekankan kekhasan dan semangat yang hendak dibawanya.

§ Ungkapan verbal dan gerakan-gerakan tubuh dari praktek kesalehan religius hendaknya tetap dipertahankan untuk menunjukkan kekayaan misteri iman katolik.

1.3 BAHASA KESALEHA N POPU LIS

1.3.1 Gerakan dan tanda-tanda

§ Ada beberapa tradisi gerakan tubuh yang dihidupi oleh umat seperti: mencium atau menyentuh gambar-gambar suci, relikwi atau benda-benda kudus, berkunjung ke tempat-tempat ziarah, berziarah dan melakukan perarakan, berjalan dengan tanpa alas kaki atau jalan berlutut dengan intensi tertentu, memberikan persembahan, menyalakan lilin, menggunakan pakaian tertentu, berlutut atau tengkurap, membawa medali dan tanda-tanda serupa dst.

§ Semua ini biasanya diteruskan dari orang tua kepada anak selama berabad-abad dalam bentuk yang sederhana dan secara langsung. Untuk apa? Hal-hal ini biasanya

4 Congregation for Divine Worship and the Discipline of the Sacraments, Varietas legitimate, 48.

Kesalehan Populis dan Liturgi 7

dimaknai untuk mengungkapkan perasaan hati, ungkapan iman atau niat untuk menghidupi Injil secara lebih radikal.

§ Menjalankan sebuah ritus atau mengenakan sebuah tanda tanpa memaknainya akan jatuh dalam kekosongan makna atau, dalam bentuk paling ekstrem, adalah berhala, superstiti.

1.3.2 Teks-teks dan rumusan-rumusan

§ Bentuk teks dan rumusan di dalam devosi itu lebih sederhana daripada teks dan rumusan perayaan liturgi. Sumber pokoknya adalah Kitab Suci, Tradisi para bapa gereja, teks liturgis dan magisterium Gereja.

§ Segala bentuk teks dan rumusan (doa) hendaknya mendapat pengakuan dari Ordinaris wilayah.

1.3.3 Lagu-lagu

§ Lagu juga merupakan sebuah ekspresi jiwa dari masyarakat tertentu. Penggunaan lagu-lagu ini hendaknya mengindahkan kaidah biblis dan eklesial, serta terbuka pada revisi dan komposisi baru.

§ Hendaknya dihindari penggunaan lagu-lagu yang terbatas pada sebuah pertunjukan, dan bukan ungkapan doa bersama. Jika sebuah devosi beserta dengan kekayaan kultusnya berkembang di sebuah tempat dengan baik, bukan berarti bahwa di tempat lain harus dipraktekkan hal serupa dengan sempurna (impor devosi = impor budaya?)

1.3.4 Gambar-gambar

§ Penggunaan gambar dimaksudkan untuk membantu umat beriman dalam menempatkan diri di hadapan misteri iman katolik yang dirayakannya.

§ Penghormatan pada rapresentasi ini sejalan dengan natura dari tradisi bentuk-bentuk kesalehan katolik. Ini adalah tanda kekayaan patrimoni artistik, yang terdapat juga di dalam berbagai gereja, santuari.

§ Penghargaan kepada rapresentasi ini diarahkan secara langsung kepada pribadi yang dihadirkan, tidak berhenti pada keindahannya yang menakjubkan.5

1.3.5 Tempat

§ Selain gereja, ada tempat-tempat tertentu yang menyampaikan nuansa religius. Kerapkali tempat-tempat semacam ini dipergunakan untuk napak tilas dan membangkitkan rasa religius pada peziarah untuk mengungkapkan iman dalam doa maupun komitmen pribadi dan atau komuniter.

§ Tempat-tempat ini adalah santuari, rumah, tempat kerja dan kehidupan sehari-hari orang kudus tertentu, jalan atau ruang publik tertentu yang memberikan ungkapan dan nuansa iman.

5 Bdk. Konsili Nicea II, Definitio de sacris imaginibus, 23 oktober 787, DS. 601

8 Kesalehan Populis dan Liturgi

1.3.6 Waktu

§ Waktu siang atau malam, hari, bulan dan musim tertentu, seringkali menyertai penyelenggaraan kesalehan populis tertentu.

§ Terkait dengan peristiwa yang ingin dirayakan: saat sedih, gembira, menunggu, pesta dst.

2 BERANGKAT DARI SEJARAH, MAGISTERIUM DAN TEOLOGI

2.1 LITURGI DAN KESA LEHA N PO PULIS DALA M TERA NG SEJA RAH

2.1.1 Liturgi dan kesalehan populis dalam perjalanan sejarah

§ Sekarang kita akan melihat secara sekilas, perkembangan relasi antara iman yang dirayakan dalam liturgi dan dalam devosi dalam sejarah spiritual. Bagaimana selama ini misteri iman ini dihidupi.

2.1.1.1 Dalam gereja katolik purba

§ Pada zaman para rasul, ada penggabungan harmonis berbagai ungkapan kultus yang saat ini kita sebut dan kita bedakan antara liturgi dan kesalehan populis.

§ Bagi komunitas jemaat perdana, realitas yang menentukan secara mendasar adalah Yesus Kristus (bdk. Kol 2,16), sabda kehidupannya (bdk. Yoh 6,63), perintah kasihnya (bdk Yoh 13,34), perintah melakukan ritus untuk mengenangkannya (bdk. 1Kor 11,24-26). Hal-hal yang lain seperti hari, bulan, musim, tahun, pesta, bulan purnama, makan dan minum…. adalah sekunder (bdk. Gal 4,10; Kol 2,16-19).

§ Namun, ada juga tradisi iman yang dirayakan dalam jemaat perdana, yang merupakan bentuk kesalehan pribadi, seperti berkajang dalam doa siang dan malam tiada henti (bdk. Lk 18,1; Rm 12,12; 1Tes 5,17), memulai segala sesuatu dengan syukur (1Kor 10,31; 1Tes 2,13; Kol 3,17). Ini merupakan tradisi yang sudah dihidupi dan diwariskan turun temurun oleh bangsa Israel.

§ Beberapa ungkapan dalam teks Kitab Suci didaraskan secara privat sejak awal. Dari contoh-contoh berikut ini, mulailah dikembangkan berbagai macam doa yang terarah kepada Kristus oleh umat, sepanjang abad. Yesus, Putera Daud, kasihanilah Aku (Lk 18,38) Tuhan, jika Engkau berkenan, Engkau dapa menyembuhkan aku (Mat 8,1) Yesus, ingatlah akan daku ketika Engkau masuk ke dalam kerajaan-Mu (Lk 23,42) Ya Tuhanku dan Allahku (Yoh 20,28) Tuhan Yesus, terimalah roh ku (Kis 7,59).

§ Sejak abad II, sudah muncul dalam perayaan-perayaan iman, bahwa Gereja mengadopsi budaya bangsa Israel, roma-yunani dan dari budaya lain, maupun ungkapan-ungkapan kesalehan personal, domestik dan komuniter. Misalnya, perayaan orang wafat – 1 november (Lucerna, bunga di makam aroma dan wangi-wangian pada makam dst), penghormatan pada Bunda maria (doa sub tuum praesidium dan ikon Bunda Maria di katakombe Priscilla di Roma).

Kesalehan Populis dan Liturgi 9

§ Baik liturgi maupun bentuk-bentuk kesalehan populis, keduanya berjalan beriringan dalam suatu sinergi pastoral yang harmonis. Semuanya membentuk sebuah perayaan misteri Kristus.

§ Mulai abad IV, ketika Gereja berkembang menjadi sebuah institusi resmi, mulai diperkenalkan istilah inkulturasi iman. Relasi antara ungkapan-ungkapan liturgis dan kesalehan populis mulai dilaksanakan dengan sebuah kesadaran inkulturatif. Berbagai bentuk kultus hari raya dan pesta dari berbagai kultus pagan, yang mampu menggerakkan jiwa umat, diadopsi menjadi sebuah kultus liturgi. Bentuk-bentuk ini setelah dipurifikasikan, tidak bertentangan dengan kebenaran injili dan kemurnian iman katolik.

§ Dalam kurun abad IV – V, sering muncul dalam publik rasa hormat akan waktu dan tempat. Selain undangan Gereja untuk menghormati hari Tuhan, pesta-pesta paskah, periode puasa (bdk. Mk 2,18-22), ditetapkan juga beberapa hari khusus untuk merayakan misteri keselamatan Kristus seperti: Epifani, Natal, Kenaikan Yesus ke surga, dies natalis para martir, peringatan dies depositionis para gembala umat, atau hari-hari khusus untuk perayaan sakramen dan peringatan pernikahan, kaul atau imamat.

§ Berkaitan dengan tempat, Gereja mengadopsi banyak bentuk tempat kultus pagan dan memberi makna religius katolik, yang memancarkan misteri Kristus dan gambaran sebuah Gereja yang merayakan iman.

§ Di gereja-gereja metropolitan (semacam keuskupan agung dalam pengertian sekarang), dengan kemajuan bahasa, tradisi teologis, sensibilitas spiritual dan konteks sosial, mulai dibedakan beberapa kelompok kultus liturgis dan non liturgis. Hal yang paling mencolok adalah kesatuan bentuk kultural perayaan kultus kepada Allah (misalnya pada ekaristi hari minggu). Dengan ini, mulailah dibentuk sebuah sistem liturgis, masing-masing dengan teks dan ritus khusus. Peran para uskup pada waktu itu adalah menjaga stabilitas doktrin iman katolik dan keindahan bentuk yang diungkapkan dalam perayaan.

§ St. Gregorius agung (590-604) memberikan orientasi berikut: Agar pertobatan bangsa-bangsa non romawi tidak mengorbankan budaya dan

tradisi mereka, namun makin diperkaya tanpa mengabaikan inti iman yang mau dirayakan.

Agar ada keserasian antara keindahan artistik dan sensibilitas populis. Agar tetap terjaga semangat persatuan dalam kultus

2.1.1.2 Pada abad pertengahan

§ Pada abad pertengahan, di gereja timur (Konstantinopoli) ada sebuah perjuangan melawan ikonoklasme (725-787 dan 815-843). Pokok permasalahan adalah: perkembangan liturgi, komentar klasik tentang liturgi ekaristi dan ikonografi terutama bangunan kultus.

§ Pada masa krisis ini makin digali berbagai macam simbol dan budaya yang dipakai dalam liturgi, dalam ikonografi beserta berbagai bentuk definitif yang sudah ada dan

10 Kesalehan Populis dan Liturgi

berkembang di kalangan umat, termasuk di dalamnya menggali pandangan tentang hirarki dan sakralitas dunia, idealisme, struktur dan tradisi monastik, inspirasi populis, intuisi par amistikus dan peraturan askese.

§ Krisis ini terlewati dengan dekrit De sacris imaginisbus dari konsili Nicea II (th. 787)6. Kemudian, kultus pada ikon makin berkemabng dengan kekuatan simbolisnya yang bisa membangkitkan sensus fidei bagi umat beriman.

§ Di barat, pertemuan Gereja dengan budaya celtik, visigot, anglosaxon, prancis-jerman yang terjadi pada abad V memberikan sebuah proses formasi bagi terbentuknya budaya baru, institusi politik dan kemasyarakatan yang baru. Kita ingat bahwa pada masa ini ada kesatuan amat erat antara kuasa gerejawi dan tatanan sosial. Pengaruhnya di dalam iman yang dirayakan oleh umat amat nyata pada abad pertengahan. Ada semacam dualisme perayaan. Di satu sisi perayaan liturgis ditandai oleh penggunaan bahasa latin, sedangkan perayaan kesalehan religius dirayakan oleh komunitas dengan bahasa setempat.

§ Beberapa alasan yang makin mempertajam dualisme ini adalah: Ide bahwa perayaan liturgi adalah kompetensi hanya bagi kleriskus. Maka, awam

hanyalah penonton saja. Tatanan sosial berkasta juga ada pada masa ini. Kaum klerikus, rahib dan awam

memiliki tempat sendiri/sendiri dan ini memberikan bentuk dan gaya yang berbeda dalam berdoa.

Kekhasan liturgi pada waktu itu adalah sentralitas pada perayaan paska, sementara berbagai kultus dan kesalehan popular berkonsentrasi pada beberapa aspek khusus dari misteri Kristus.

Pemahaman a la kadarnya tentang Kitab suci di kalangan umat, juga klerikus dan religus menjadi penghambat juga untuk memahami struktur dan bahasa simbolis dari liturgi.

Penyebaran amat luas bacaan-bacaan apokrif, yang kaya dengan cerita-cerita mujijat dan berbagai anekdot, mempengaruhi pandangan dan perhatian umat beriman tentang liturgi dan kultus iconografi.

Formasi dan katekese yang kurang, mistagogi yang mulai menghilang serta keterlibatan umat yang berkarakter sekunder makin membuat perayaan-perayaan liturgis tertutup pada intelektualisme dan menjadi elitis. Maka tidak mengherankan muncul berbagai bentuk kultus alternatif.

Berbagai bentuk alegorisme yang memberikan berbagai interpretasi tentang teks dan ritus yang dipakai, makin membelokkan umat beriman dari pemahaman natura liturgi.

Berbagai bentuk pembaharuan men jadi makin tidak dipahami dan jauh dari realitas kehidupan beriman.

§ Pada masa ini, banyak berkembang berbagai gerakan-gerakan spiritual yang memberikan struktur pada relasi antara liturgi dan kesalehan religius. Misalnya:

6 Bdk. DS. 600-603.

Kesalehan Populis dan Liturgi 11

Tarekat-tarekat baru berkarakter apostolik yang membaktikan diri pada pewartaan injil. Mereka ini memiliki model perayaan liturgis lebih sederhana, lebih dekat dengan rutinitas masyarakat umum dan memiliki ekspresi religius yang tidak rumit. Dari sini, lahir pula berbagai bentuk praktek kesalehan dan devosi yang mulai ditularkan juga dari anggota tarekat pada umat.

Konfraternitas religius, yang lahir dengan tujuan memurnikan kultus, aktivitas sosial atau berkonsentrasi pada profesionalitas tertentu, memberikan juga bentuk yang lain perayaan iman. Doa bersama dalam sebuah ruang doa (kapel), memilih seorang pelindung dan merayakan pestanya. Di sini lebih ditonjolkan kreativitas umat beriman untuk membentuk sebuah teks doa beserta dengan gestualitasnya.

Bermunculan juga berbagai sekolah spiritualitas yang pada periode berikutnya menjadi acuan penting kehidupan menggereja. Sekolah-sekolah ini mencoba untuk menginterpretasi kehidupan Kristus di dalam Roh Kudus. Maka tidak mengherankan bila beberapa perayaan liturgi mendapat perhatian lebih besar dari yang lainnya, misalnya perayaan sengsara kristus. (mulai mucul tradisi jalan salib pada periode abad pertengahan ini juga).

§ Beberapa hal yang masih kita warisi dari abad pertengahan: Beberapa puisi non latin yang memiliki pengaruh amat kuat dalam kehidupan dan

mengundang partisipasi umat beriman. Beberapa bentuk devosi alternatif yang berjalan seiring dengan liturgi, misalnya: Jarang misa mingguan dan menerima ekaristi bisa diganti dengan berbagai

adorasi ekaristi. Mendaraskan rosario secara komplit bisa menggantikan pendarasan ibadat

harian (yang wajib terutama bagi para religius). Berbagai raktek kesalehan religius yang dibuat pada hari jumat agung untuk

menghormati sensara Yesus bisa menggantikan kegiatan liturgis pada hari itu. Berbagai kultus pada Bunda Maria dan orang kudus seperti: ziarah ke tanah suci,

ke makam para rasul dan para mártir, penghormatan pada relikwi, litani, mengaplikasikan doa untuk orang yang sudah meninggal.

Berbagai ritus pemberkatan (ritus ini sudah muncul pada periode pra-katolik). Muncul berbagai waktu kudus seperti triduum, settenari, ottavari, novena,

bulan-bulan yang dikhususkan untuk devosi popular, karnaval dst.

§ Relasi antara liturgi, devosi, praktek kesalehan populis amat kompleks pada periode abad pertengahan. Nampak bahwa kegiatan liturgis menginspirasikan dan makin menyuburkan kesalehan populis, dan beberapa bentuk kesalehan populis ini diadopsi dan diintegrasikan ke dalam liturgi (terutama: tahbisan, pernikahan, pesta dan bermacam-macam pemberkatan).

§ Namun, pada akhir masa abad pertengahan terjadi krisi lagi: Dalam liturgi, ada keretakan dalam kesatuan kultus dimana unsur-unsur sekunder

mulai melampaui unsur pokok iman yang hendak dirayakan.

12 Kesalehan Populis dan Liturgi

Dalam kesalehan populis, ada kekeringan katekese, pembelokan dan tanda-tanda yang berlebihan sehingga mengancam ekspresi ungkapan iman yang benar dalam kultus liturgi katolik.

2.1.1.3 Pada zaman modern

§ Awal zaman modern seolah-olah tidak menjanjikan apa-apa pada relasi yang harmonis dan sinergis antara liturgi dan devosi. Baru pada pertengahan abad XV, dengan kemunculan devotio moderna, mulai meluas di kalangan klerikus dan umat beriman berbagai bentuk tradisi doa yang dibimbing oleh para mistikus.

§ Karakter utama dari tradisi ini berpusat pada kemanusiaan Kristus (dari kelahiran hingga kesengsaraan dan wafat-Nya), dengan latar belakang keterlibatan afektivitas dan dilaksanakan dalam suasana meditatif. Tujuan pokok adalah mencapai kesempurnaan kristiani.

§ Beberapa contoh: De imitatione Christi (Thomas a Kempis), jalan salib, ave maria dst.

§ Tradisi ini mengarahkan umat beriman lebih untuk tiba pada kesalehan individual. Tekanan amat kuat pada sikap lepas bebas dari dunia, undangan untuk mendengarkan suara hati, sedikit unsur komuniter dan eklesial masuk dalam bentuk-bentuk doanya. Maka, amat sedikit dalam tradisi ini unsur yang memaknai lebih kehadiran perayaan-perayaan liturgis.

§ Pada akhir abad XV dan awal XVI, dengan penemuan benua-benua baru, relasi antara liturgi dan devosi menemukan konotasi yang baru.

§ Pewartaan iman dan katekese di daerah misi, jauh dari pusat tradisi kehidupan katolik di Eropa, berpusat pada pewartaan Injil dan perayaan sakramen (bdk. Mt 28,19), serta penyebaran berbagai bentuk praktek kesalehan dan devosi oleh para misionaris.

§ Berbagai bentuk praktek kesalehan dan devosi ini menjadi sarana untuk pewartaan iman dan menjaga keberlangsungan iman umat yang baru dibabtis. Pertemuan antara iman dan kebudayaan terjadi lebih cepat dan lebih mudah di dalam lingkup prakte kesalehan populis.

§ Sesaat setelah penutupan Konsili Lateran V (16 maret 1517) yang menekankan pembinaan liturgi pada kaum muda, muncul keberatan-keberatan dari pihak protestan berkaitan dengan magisterium katolik tentang sakramen dan kultus di dalam gereja, terutama praktek kesalehan populis.

§ Anjuran Konsili Lateran didukung oleh para rahib Camaldolesi dengan Libellus ad Leonem X, berkaitan dengan pembaharuan liturgis. Pembaharuan ini mencakup pembinaan tentang Kitab Suci bagi para imam dan religius, penggunaan bahasa-bahasa non latin dalam liturgi, pengaturan buku-buku liturgi, pemurnian devosi-devosi dan praktek-praktek kesalehan yang tidak sejalan dengan magisterium gereja, katekese dan memperkenalkan makna perayaan liturgis sebagai iman yang dirayakan kepada umat.

§ Konsili Trento (1545-1563), demi mebela iman katolik dan tradisi liturgis dalam Gereja, mulai memberikan arahan untuk bersikap pada kesalahan dan penyalahgunaan devosi dan berbagai praktek kesalehan populis.

Kesalehan Populis dan Liturgi 13

§ Maka, perlahan-lahan dibakukan beberapa panduan pokok dalam kurun waktu relatif singkat: kalender liturgi dalam Ritus Romawi (1568-1614), liturgi ibadat harian / brevir (9 Juli 1568), Missale Romanum (14 juli 1570). Sebagai panduan pembinaan pastoral-liturgis, disusun buku Catechismus ad parochos.

§ Dengan ini, berbagai bentuk praktek kesalehan populis mulai dikontrol isi doktrinal dari teks yang mereka gunakan, agar menunjukkan kemurnian iman, kesatuan ritus dengan liturgi gereja latin dan memilki martabat serta keindahan ekspresinya.

§ Sistem ini makin menuntun pada pembedaan makin jelas antara liturgi dan berbagai bentuk praktek kesalehan populis serta devosi. Liturgi menjadi makin statis dan uniform semantara yang lain makin berkembang dengan berbagai kreativitasnya.

§ Dalam reformasi katolik, dikenal juga istilah misi umat. Program ini mengungkapkan kesatuan antara liturgi dan berbagai bentuk praktek kesalehan populis serta devosi. Tujuan gerakan ini adalah menghantar umat pada sakramen tobat dan menerima komuni ekaristi. Untuk tiba pada tujuan ini, sarana yang amat mengundang keterlibatan umat adalah praktek-praktek kesalehan dan devosi. Oleh sebab itu, bentuk-bentuk ini mulai diorganisasi sedemikian rupa dengan mengindahkan berbagai situasi kehidupan, waktu ilturgi, hari, bulan dan tahun.

§ Efek samping yang muncul adalah pencampuradukan dan tumpang tindih (rosario di dalam misa), dalam pastoral lebih diprioritaskan devosi dari pada sentralitas Kitab Suci dan misteri Kristus dalam liturgi.

§ Pada periode pencerahan, muncul nuansa pemisahan antara «agama orang terpelajar» yang dekat dengan liturgi, dan «agama orang-orang sederhana» yang dekat dengan praktek kesalehan populis serta devosi. Kelompok pertama mendasarkan praktek keagamaan mereka pada akal budi dan intelektualitas berteologi, sementara yang kedua cenderung dinutrisi oleh fanatisme dan superstisi.

§ Pada periode ini, kelompok giansenismo makin memperparah dengan upaya pemurnian liturgi pada periode purba, menekankan aspek pengetahuan, semangat kritis, karakter askese amat kuat dan kesucian individual yang menggiring pada kelompok elitis di dalam gereja.

§ Dalam situasi krisis ini, sekali lagi, praktek- praktek kesalehan populis serta devosi melindungi umat beriman dari kehancuran yang dibawa oleh giansenisme. Beberapa gerakan mereka adalah: penghormatan pada Hati Kudus Yesus dengan adorasi dan memunculkan lebih dari 300 kongregasi dan institusi religius baru dalam kurun waktu singkat, muncul tradisi jumat pertama.

§ Pada awal abad ekspansi misioner (XVI-XVII): Fisionomi liturgi mempertahankan ritus latin. Problema inkulturasi masih kurang

dieksplorasi. Namun, patut dipuji upaya Matteo Ricci yang menerbitkan Ritus Cina dan Roberto de’Nobili dengan Ritus India.

Hal ini dipilih karena praktek kesalehan populis terancam oleh sinkretisme religius, terutama di daerah dimana iman katolik belum berakar. Namun, hal ini tidak

14 Kesalehan Populis dan Liturgi

menuntut kemungkinan agar para misionaris tetap kreatif untuk menciptakan sebuah tradisi berkarakter lokal sekaligus setia pada tradisi dan ajaran iman katolik.

2.1.1.4 Pada zaman contemporánea

§ Pada abad XIX, krisis revolusi prancis mulai dilampaui. Iman katolik beserta dengan kultusnya mulai menunjukkan semangat yang baru. Kebaruan ini ditopang oleh pemaknaan baru tentang Gereja, yang dilihat tidak hanya sebagai sebuah komunitas hirarkis, namun juga sebagai umat Allah dan komunitas kultus.7

§ Pembaharuan liturgi ini juga diimbangi dengan munculnya berbagai lagu liturgis non latin, penyebaran buku misa dalam dua bahasa kepada umat serta propaganda amat cepat buku-buku devosi.

§ Muncul juga pada periode ini berbagai inisiatif populis yang berorientasi pada tempat dan peristiwa-peristiwa mujijat, penampakan … Beberapa mendapat pengakuan dari otoritas gerejawi dan dilindungi serta dimasukkan ke dalam kalender liturgi. Munculnya berbagai tempat peziarahan, santuari, beberapa tempat khusus liturgi tobat dan ekaristi, ziarah mariana perlu disikapi dengan teliti.

§ Paus Pius X meminta sebuah afermasi yang tegas berkaitan dengan superioritas obyektif liturgi di atas segala bentuk praktek kesalehan-devosi dan menolak tumpang tindih dua bidang ini serta mendukung relasi yang saling mendukung demi perkembangan umat.

§ Maka, segala tujuan pembaharuan liturgi hendaknya memiliki karakter pastoral: Mendukung pemahaman pada tingkat akal budi tentang iman yang sedang

dirayakan. Menumbuhkan rasa cinta pada perayaan-perayaan misteri Ilahi.

§ Dalam hal ini, para penggerak liturgi perlu berhati-hati agar tidak memberi cap pada ungkapan-ungkapan religius populis – devosi sebagai penyebab dekadensi liturgi. Dengan ide untuk memurnikan liturgi, maka kembali secara radikal pada liturgi

zaman katolik purba, akan mengeliminasi juga (misalnya) berbagai ungkapan religius populis yang berasal dari abad pertengahan hingga sekarang.

Perlu berhati-hati juga dengan kecenderungan untuk menggantikan ekspresi dalam perayaan-perayaan liturgis dengan budaa kultus populis.

§ Konstitusi dogmatik Sacrosanctum Concilium 7, 10 dan 13 memberikan definisi lebih jelas tentang relasi liturgi dan kesalehan populis – devosi.

2.1.2 Liturgi dan kesalehan populis: berbagai permasalahan aktual

§ Dari sudut pandang sejarah, kita bisa mempelajari beberapa petunjuk berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan pastoral yang kini sering muncul.

2.1.2.1 Petunjuk dari sejarah: penyebab ketidakseimbangan

§ Beberapa penyebab ketidakseimbangan antara liturgi dan praktek-praktek kesalehan religius-devosional:

7 Perlu diperhatikan reformasi eklesial secara khusus Antonio Rosmini (+1885) dan Kard. Jhon Henry Newman (+1890).

Kesalehan Populis dan Liturgi 15

Pemahaman yang lemah dan penghayatan yang kurang tentang makna paskah dan sentralitasnya di dalam sejarah keselamatan, dimana liturgi katolik merupakan aktualisasi yang paling nyata. Akibatnya, banyak umat beriman mengorientasikan diri pada praktek hidup rohani mereka pada misteri-misteri kehidupan Kristus, Bunda Maria, para malaikat dan orang kudus dan kurang memperhatikan hirarki Kebenaran.

Pemahaman yang makin kering akan makna imamat umum. Apalagi dalam setiap perayaan liturgis, selalu dipimpin oleh kaum religius-klerus dan keterlibatan umat kadang diabaikan. Sedangkan dalam praktek-praktek kesalehan religius-devosional, keterlibatan kaum awam nampak lebih aktif.

Kurang pemahaman terhadap ungkapan ekspresi liturgi (bahasa, tanda, simbol, gerak tubuh …) mengakibatkan banyak umat mengalami kesulitan untuk menangkap misteri iman yang dirayakan. Tidak mengherankan bila praktek-praktek kesalehan religius-devosional yang menggunakan bahasa dan budaya umat setempat lebih dirasa menyentuh dan melibatkan umat.

2.1.2.2 Dalam terang Konstitusi liturgi

§ Dalam terang konstitusi Sacrosanctum Concilium, berbagai bentuk kesalehan devosional tersubordinasi dan bertujuan untuk menciptakan kondisi pada perayaan liturgi. Praktek-praktek kesalehan religius-devosional bukanlah saingan dan tidak menggantikan liturgi. Beberapa sikap yang perlu dipertimbangkan: Praktek-praktek kesalehan religius-devosional merupakan sebuah realitas eklesial

yang didorong oleh gerakan Roh Kudus, dimana magisterium gereja akan melihat dan mengevaluasi strukturnya dan menjamin autentisitasnya.

Dari praktek-praktek yang luhur ini bisa menghasilkan buah-buah bagi pertumbuhan jemaat.

Seringkali muncul gerakan untuk «memurnikan liturgi» yang kerap memberikan kriteri subyektif pada pemaknaan kata puritas. Perlu hati-hati ketika mengaktualisasikan gagasan ini sebagai sebuah inspirasi ideal daripada realitas historis.

Perlu dibedakan antara sentimentalisme pasar dengan unsur jiwa manusia yang disebut perasaan, yang terungkap dalam ekspresi liturgis dan devosional.

§ Tumpang tindih antara liturgi dan praktek-praktek kesalehan religius-devosional bisa menimbulkan penyimpangan dalam praktek pastoral, sehingga bertolak belakang dengan SC § 10. Beberapa pernyataan yang sering muncul: Praktek-praktek kesalehan religius-devosional merupakan ruang lebih luas, bebas

dan spontan untuk merayakan kehidupan dengan berbagai ekspresinya, sementara liturgi hanya berpusat pada misteri Kristus, terlalu statis, penuh dengan aturan, kurang memberikan spontanitas dalam berekspresi dan monoton.

Liturgi tidak mampu melibatkan umat ke dalam totalitas jatidiri, tubuh mistik dan rohnya, sementara ketika berbicara tentang manusia, praktek-praktek kesalehan religius-devosional melibatkan seluruh tubuh, jiwa dan rohnya.

16 Kesalehan Populis dan Liturgi

Praktek-praktek kesalehan religius-devosional merupakan sebuah ruang khas kehidupan doa. Di dalamnya umat beriman dirasa berdialog sungguh dengan Allah, dengan kata dan tindak personal yang dipahami sepenuhnya; sementara rumusan-rumusan liturgi, yang bukan merupakan rumusan personal, dirasa asing dalam dunia budayanya. Daripada membantu, rumusan-rumusan ini kerap menjadi halangan dalam berdoa.

Ritus devosional sering ditangkap dan diterima lebih mudah karena sejalan dengan dunia budaya dan bahasa ritualnya sendiri, sementara ritualitas liturgi datang dari budaya lain yang dirasa jauh.

2.1.2.3 Pentingnya pembinaan

§ Apa yang dirasa perlu dibuat sekarang? Kehidupan rohani tidak akan pernah kering dalam partisipasi liturgis belaka. Partisipasi dalam ekaristi tidak bisa meniadakan doa pribadi atau bentuk-bentuk

kesalehan religius yang lain. Perlu formasi liturgis dan praktek-praktek kesalehan religius-devosional agar

muncul pemahaman yang benar dan tidak saling meniadakan.

2.2 LITURGI DAN KESA LEHA N PO PULIS DALA M MAGIST ERIUM

Tujuan dari paragraph ini adalah membuat sebuah sintesis tentang Magisterium Gereja berkaitan dengan pokok bahasan, untuk memudahkan pemahaman orientasi doktriner dan membantu kinerja pastoral yang tepat.

2.2.1 Nilai-nilai dari kesalehan populis

§ Praktek-praktek kesalehan populis merupakan sebuah realitas yang hidup di dalam Gereja dan sekaligus menampilkan wajah Gereja karena: di dalamnya hadir dan berkarya secara aktif Roh Kudus berorientasi pada misteri Kristus, Pencipta dan Penebus bertujuan untuk memuliakan Allah dan keselamatan manusia dalam sejarah, merupakan pertemuan antara pewartaan iman dan kebudayaan. Didukung kemudian oleh transmisi iman dari orang tua kepada anak-anak

mereka, dari generasi yang satu ke generasi yang lain. Kesatuan antara pietas populis dan iman yang dihayati bisa menumbuhkan

identitas budaya suatu bangsa. Misalnya, pietas kepada Bunda Maria.

§ Penghargaan dari Gereja ini muncul karena bentuk-bentuk kesalehan ini meng-inkarnasi-kan nilai-nilai injili. Mengungkapkan kehausan akan Allah: kebapaan-Nya, penyelenggaraan Ilahi-Nya,

kehadiran-Nya yang selalu dan penuh cinta kasih serta belas kasihan-Nya.

§ Tekanan pokok dari pietas populis ini adalah misteri-misteri inkarnasi Yesus Kristus, dari kelahiran hingga wafat-Nya. Maka, ada ruang luas untuk mengungkapkan keinginan untuk bersatu dengan keluarga para kudus di surga.

§ Beberapa keutamaan yang nampak dari sebuah praktek yang benar: Kesabaran

Kesalehan Populis dan Liturgi 17

Penyerahan diri total, meski dihadapkan pada situasi yang seolah-olah “tidak mungkin ada jalan lain”

Pasrah diri total pada Allah Disponibilitas – kesediaan untuk menderita dan memahami makna salib

(penderitaan) yang dihadapi setiap hari Hasrat untuk membahagiakan Allah (dan sesama), memperbaiki kesalhan dan

melakukan sikap tobat terus menerus Sikap lepas bebas pada hal-hal duniawi Solidaritas dan keterbukaan pada orang lain dan “yang berbeda” dengan saya Berkembang dalam memahami makna persaudaraan, persahabatan, cinta kasih

dan kesatuan sebagai satu keluarga bagi dunia.

§ Itulah sebabnya, mengapa Magisterium terus menggali pentingnya devosi: Untuk kehidupan beriman umat Untuk menutrisi dan menjaga iman umat: dimana umat katolik jarang mendapat

pelayanan pastoral, dimana pewartaan iman masih belum cukup, umat masih belum dewasa dalam iman, …. Maka, iman umat akan terungkap di dalam pietas.

Untuk mendewasakan pilihan umat agar berani membuat inisiatif-inisiatif pewartaan iman.

2.2.2 Beberapa bahawa yang dapat menyimpangkan kesalehan populis

§ Beberapa bahaya yang mengancam: Unsur-unsur pokok iman kurang dihadirkan Makna keselamatan kebangkitan Kristus tidak diberi tempat yang cukup Rendahnya rasa memiliki pada Gereja, pada sesama umat Kurang memberi waktu untuk merenung dan mengenal karya Roh Kudus Rasa penghormatan yang kurang seimbang antara kultus kepada para orang kudus

dan kultus pada Yesus Kristus beserta dengan misteri-misterinya Minimnya kontak dengan Kitab Suci, Tradisi Suci dan magisterium Gereja Mengisolasikan diri dari kehidupan sakramental dan komunitas di dalam Gereja Kecenderungan memisahkan antara waktu kultus dan waktu berkarya dalam

kehidupan sehari-hari → sebuah kehidupan berlaci-laci. Konsep utilitarisme pada berbagai bentuk pietas: penggunaan kata-kata, tanda,

gerakan-gerakan badan hingga dalam bentuk yang berlebihan, bahkan acara kultus seolah-olah menjadi sebuah pertunjukan.

Pada kasus ekstrem, bisa jatuh dalam resiko ilmu magis, idolatria, superstisi, fatalisme … bahkan bisa menekan pribadi lain.

§ Menjadi tugas dan kewajiban Gereja untuk menjaga dan memurnikannya.

2.2.3 Subyek kesalehan populis

§ Subyek setiap doa adalah umat katolik, yang berdoa secara pribadi maupun komuniter.8

8 Bdk. Institutio generalis de Liturgia Horarum, 9.

18 Kesalehan Populis dan Liturgi

§ Dalam surat anjuran apostolik Familiaris consortio, setelah menyanjung keluarga sebagai Gereja DOmestik, Paus Yohanes Paulus II menganjurkan keluarga-keluarga untuk mempersiapkan diri dan bahkan memperpanjang kultus di Gereja dengan berdoa.

§ Ada banyak tradisi doa. Selain doa pagi dan doa malam, doa pribadi maupun bersama dalam keluarga, bisa diperkenalkan juga kegiatan lain seperti: membaca dan merenungkan Sabda Allah, devosi dan penyerahan diri pada Hati Kudus Yesus, berbagai bentuk kultus pada Bunda Maria, doa makan dll.

§ Subyek lain adalah konfraternitas religius atau asosiasi umat beriman. Di samping kalender liturgi, biasanya mereka juga memiliki kalender personal, dimana tertulis hari raya dan pesta khusus, kapan dilakukan novena, triduum atau settenari yang harus dijalankan, kapan dilaksanakan peziarahan, tobat atau kegiatan sosial dst. Mereka kerap juga memiliki buku devosi khusus, tanda khusus, scapolar, medali, pakaian dan singel serta tempat khusus untuk berdoa (kadang juga kuburan).

2.2.4 Praktek-praktek kesalehan

§ Bentuk ini berbeda dari kesalehan populis dari segi gaya, bahasa, tujuan maupun isi.

§ Beberapa hal yang perlu diingat: Seiring dengan doktrin dan hukum Gereja Berjalan secara harmonis dengan liturgi Mengundang partisipasi aktif dan kreatif pada doa bersama di komunitas (Gereja)

2.2.5 Liturgi dan latihan-latihan kesalehan

§ Dalam hirarki nilai maupun natura ekspresi kultual kedua bidang ini, liturgi berada jauh dari latihan-latihan kesalehan.

§ Perlu semangat untuk mengharmonisasikan, agar masing-masing tahu tempat dan fungsinya.

2.2.6 Karakter-karakter umum untuk pembaharuan latihan-latihan kesalehan

§ Kriteri teologis, pastoral, historis-antropologis dan leterer harus dipergunakan untuk merestaurasi ekspresi latihan-latihan kesalehan tersebut.

2.3 PRINSIP-PRINSIP TEOLOGI UNTU K MENGEVALUAS I DAN M EMPERBARUI

KESALEHAN POPULIS

2.3.1 Kehidupan kultus: comunio dengan Bapa, dengan perantaraan Yesus Kristus di dalam Roh kudus

§ Secara khusus, obyek kultus dari bangsa Israel dan doa mereka adalah kenangan akan mirabilia Dei, yaitu intervensi keselamatan Allah dalam sejarah. Di dalamnya, penyertaan Allah dan janji-Nya dipenuhi sehingga menjadi titik orientasi bagi refleksi iman serta kehidupan doa.

§ Misteri Yesus Kristus, yang berpuncak pada misteri Paska, merupakan perwahyuan dan aktualisasi definitif dan sempurna dari janji-janji keselamatan. Maka, pusat bagi kehidupan iman dan doa umat Allah ada dalam pribadi dan karya-karya Kristus. Dialah

Kesalehan Populis dan Liturgi 19

Guru Kebenaran (Mt 22,16), Saksi yang setia (Why 1,5), Imam tertinggi (Ibr 4,4), Gembala bagi jiwa-jiwa kita (1Ptr 2,25), Perantara yang tunggal dan sempurna (1Tim 2,5; Ibr 8,6; 9,15; 12,24) dan melalui Dia, manusia tiba kepada Allah Bapa (Yoh 14,6).

§ Di dalam Kristus, umat beriman menemukan model pencarian intensif dan yang tidak kunjung henti akan Allah, yang selalu menerangi, menuntun dan menopang keberadaannya.

§ Dengan demikian, karakter khusus doa-doa katolik terarah kepada Bapa, dengan perantaraan Kristus dan dalam kuasa Roh Kudus.

2.3.2 Gereja, komunitas kultus

§ Ungkapan-ungkapan kesalehan populis hendaknya selalu diterangi oleh prinsip-prinsip eklesiologis: Memiliki relasi yang benar antara Gereja Particular dan Gereja Universal. Praktek

kesalehan populis pada dasarnya berpusat pada kebutuhan dan nilai-nilai budaya local. Dalam hal ini ada godaan untuk menutup diri pada nilai-nilai Gereja Katolik beserta dengan perspektif eklesiologisnya.

Menempatkan penghormatan dan devosi pada Bunda Maria, para malaikat, orang kudus maupun doa untuk para arwah dalam relasi yang benar antara Gereja yang jaya dan Gereja peziarah.

2.3.3 Imamat umum dan kesalehan populis

§ Dengan sakramen inisiasi, umat beriman menjadi bagian Gereja, yang memiliki tugas sebagai imam (menguduskan), nabi (mewartakan) dan gembala (mendampingi).

§ Berdasarkan ini, kesalehan populis membantu umat: untuk setia dalam doa dan dalam pujian kepada Bapa, untuk bersaksi tentang Kristus (Kis 2,42-47) dan untuk memberikan jawaban tentang pengharapan akan kehidupan kekal dalam terang Roh Kudus (1Pt 3,15).

2.3.4 Sabda Allah dan kesalehan populis

§ Sabda Allah merupakan sarana khusus dan tidak tergantikan tentang karya Roh Kudus dalam kehidupan kultus umat beriman.

§ Oleh sebab itu, pembacaan Kitab Suci hendaknya ditemani dengan doa, agar dialog antara Allah dan manusia yang lebih dalam dan intim bisa terjadi. Perayaan liturgi bisa menjadi model ungkapan praktek-praktek kesalehan religius. Pemilihan teks biblis dalam praktek tersebuh hendaknya memprioritaskan teks

yang pendekmudah diingat, mudah dipahami dan tajam. Jalan salib dan rosario, misalnya, merupakan bentuk aktual dari praktek tersebut

yang menunjang pemahaman tentang Kitab suci: gerak dan doa bisa dihafal dengan mudah dan episode biblis dari kehidupan Yesus mudah diingat oleh umat beriman.

2.3.5 Kesalehan populis dan perwahyuan pribadi

§ Hampir selalu dan dimana saja, di dalam religiositas populis terdapat fenomen dan kejadian-kejadian luar biasa, sering berkaitan dengan perwahyuan pribadi.

20 Kesalehan Populis dan Liturgi

§ Apakah penampakan dan perwahuyuan pribadi berpengaruh pada depositum fidei? Sepanjang sejarah Gereja, ditemui banyak sekali perwahuan pribadi. Fakta-fakta ini tidak masuk dalam depositum fidei, tidak juga melengkapi atau menyempurnakan perwahyuan definitif Yesus Kristus, melainkan bertujuan membantu umat beriman untuk menghidupnya secara lebih penuh – secara khusus dalam periode historis tertentu.

2.3.6 Inkulturasi dan kesalehan populis

§ Hendaknya praktek-praktek kesalehan religius mempertahankan identitas asli, terdalam dan fisionomi esensialnya. Untuk itu, perlu menjaga kesegaran later belakang terbentuknya prakter tersebut serta ajaran doktrinal dan kultual yang menyertainya.

§ Sikap berjaga-jaga dan discernmen selalu ditumbuhkan untuk mengantisipasi segala tindak penyimpangan yang bertentangan dengan iman katolik (sinkretisme!) dan rasa memiliki terhadap Gereja (sektarian!).

3 ORIENTASI ARAH UNTUK MENGHARMONISKAN KESALEHAN POPULIS

DENGAN LITURGI

3.1 TAHUN LITURGI DAN KESA LEHAN PO PULIS

§ Tahun liturgi adalah struktur temporal dimana Gereja merayakan misteri Kristus secara keseluruhan: dari inkarnasi, kelahiran hingga kenaikan ke surga, pentakosta hinnga penantian dengan penuh harap kedatangan Allah (SC 102).

§ Dalam tahun liturgi ini, misteri paska merupakan momen khusus dan istimewa dalam kultus katolik yang dikembangkan dalam kultus harian, mingguan dan tahunan. Itulah sebabnya, berbagai bentuk kesalehan – devosi, liturgi hari minggu memiliki prioritas yang istimewa.

3.1.1 Hari minggu

§ Adalah pesta primordial, dasar dan nukleus seluruh tahun liturgi.9

3.1.2 Masa Adven

§ Adalah waktu penantian (pemenuhan janji), pertobatan (Mt 3,2) dan pengharapan (akan keselamatan Kristus).

§ Sejalan dengan tradisi pengharapan profetis bangsa Israel akan kedatangan Mesias.

3.1.2.1 Corona Adven

§ 4 lilin di atas ranting-ranting yang selalu hijau. Terutama di Jerman dan Amerika Utara, ini merupakan simbol advén di dalam rumah-rumah keluarga katolik.

3.1.2.2 Prosesi masa adven

§ Di beberapa daerah, dibuat prosesi ini:

9 SC 106; bdk. CALENDARIUM ROMANUM ex decreto Sacrosancti Oecumenici Concilii Vaticani II instauratum auctoritate Pauli PP. VI, Typis Poliglottis Vaticanis 1969, Normae universales, 4.

Kesalehan Populis dan Liturgi 21

mengumumkan di jalan-jalan tengan kelahiran Penyelamat yang akan datang (bintang di jalan-jalan)

menghadirkan perjalanan Maria dan Yosep menuju Betlehem serta pencarían mereka akan tempat dimana Yesus akan dilahirkan (le posadas

dalam tradisi hispanik dan amerika latin)

3.1.2.3 Le tempora d’inverno

§ Pesta yang menandakan pergantian musim.

§ Pada musim dingin ini, biji gandum sudah disemai, dan biasanya tertimbun oleh salju dan diselubungi oleh panasnya bumi. Mereka menunggu panas dari matahari yang akan menstimulus mereka untuk bertumbuh dengan cepat.

3.1.2.4 Bunda Maria pada masa adven

§ Perayaan-perayaan ini hendak mengingat: beberapa perempuan di masa penantian dalam Perjanjian Lama. Sikap iman dan kerendahan hati Maria

§ Diingat pada hari raya imacolata 8 desember dan novena natal.

§ Bagi gereja katolik ritus timur, semua misteri kehidupan Maria merupakan misteri kristologi, maksudnya, berorientasi pada misteri keselamatan Kristus.

§ Maka, disenandungkan Madah Maria Theotokia. Di Siria, masa adven ini disebut dengan istilah Subbara, Annunciazione.

§ Dalam ritus bizantin, natal dipersiapkan dengan mengumandangkan refren-refren pada Bunda Maria.

§ 8 desember memiliki tempat khusus karena mengingatkan kembali akan nubuat kenabian dan simbol-simbol Perjanjian Lama, yang digunakan dalam masa advén.

§ Hari raya ini ditemani oleh berbagai kultus populis seperti Nostra Signora Guadalupe (12 desember) di daerah Amerika Latin.

3.1.2.5 Novena natal

§ Novena ini, antara 17-23 november, berfungsi untuk memberi salam pada umat akan kebesaran misteri yang akan dirayakan pada hari natal.

3.1.2.6 Gua natal

§ Mulai muncul 1223 (abad XIII) dengan St. Fransiskus dari Assisi yang memulai sebuah kandang natal di Greccio dan kemudian dianjurkan ke setiap rumah.

§ Inilah kesempatan katekese bagi anak-anak (doa bersama, membaca kisah kelahiran, menjelaskan jati diri Yesus dan kehidupannya …), karena biasanya mereka yang terlibat langsung mempersiapkannya. Ini sekaligus menjadi tanda keterlibatan mereka pada misteri natal.

3.1.2.7 Kesalehan populis dan semangat adven

§ Kesalehan populis memberi isyarat bahwa Tidak bisa merayakan natal selain dalam suasana kerendahan hati, kesederhanaan

dan solidaritas terhadap yang miskin.

22 Kesalehan Populis dan Liturgi

Tidak bisa merayakan kelahiran Dia yang menyelamatkan bangsanya dari dosa, tanpa upaya kita sendiri untuk membersihkan diri dari setiap bentuk dosa dan kejahatan.

3.1.3 Masa natal

§ Masa natal ini dipenuhi dengan berbagai ekspresi kesalehan populis yang hendak menghidupi spiritualitas natal pada: Pengalaman berbagi: Yes 9,5 (Seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera

telah diberikan untuk kita). Inilah cinta kasih Allah yang begitu mencintai duni sehingga memberikan putera-Nya yang tunggal bagi kita (Yoh 3,6)

Pesan solidaritas: II Kor 8,9 (bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya).

Nilai kesakralan kehidupan dalam setiap kelahiran dari seorang ibu. Nilai kebahagiaan dan kedamaian (Yes 9,5). Diungkapkan juga dalam salam para

malaikat Lk 2,14 (Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya)

Suasana kerendahan hati, kesederhanaan, kerendahan hati dan kepercayaan kepada Allah.

3.1.3.1 Malam natal

§ Waktu antara ibadat sore I hingga perayaan vigilia natal pada tengh malam, ada beberapa ungkapan doa, nyanyian dan tradisi populis yang berkembang: Kunjungan ke gua natal dan peletakan kanak-kanak Yesus di gua yang dibuat di

rumah-rumah. Ini bisa menjadi kesempatan doa bersama, mendengarkan Sabda (kisah kelahiran) maupun mengumandangkan lagu natal bersama di rumah.

Pohon natal: memberi simbol pohon yang ditanam di pusat eden (kej 2,9), pohon kayu salib. Diantara kado yang ada di bawah pohon natal, HARUS ADA KADO juga untuk orang yang berkekurangan.

Makan malam bersama pada hari natal. Keistimewaan beberapa Liturgi malam natal: pewartaan kelahiran Yesus dari

formula Martirologio Romano, doa umat berkarakter universal, persembahan disertai dengan kado untuk yang berkekurangan lalu pada akhir perayaan, umat diberi kesempatan untuk mencium bayi Yesus di palungan.

3.1.3.2 Pesta keluarga kudus

§ Dirayakan Hari minggu di dalam oktaf natal.

§ Pembaharuan penyerahan keluarga kepada Keluarga Kudus di Nazaret, pemberkatan anak-anak, pembaharuan janji perkawinan setiap orang tua, atau pengukuhan janji para calon keluarga.

3.1.3.3 Pesta para martir kanak-kanak Yesus

§ Perhatian khusus pada nasib anak-anak yang sudah lahir dan yang belum lahir.

Kesalehan Populis dan Liturgi 23

3.1.3.4 31 desember

§ Tema pokok renungan hari ini adalah misteri waktu, penyesalan atas kesalahan dan dosa, penyesalan karena melewatkan rahmat Allah serta syukur atas segala berkat di masa lampau.

§ Kidung Te Deum sebagai ungkapan pujian dan syukur komunitas

§ Di beberapa komunitas monastik, 31 malam merupakan malam tuguran dan ditutup dengan perayaan ekaristi.

3.1.3.5 Hari raya Bunda Allah

§ Dirayakan awal tahun baru, dibawah bimbingan Maria.

§ Hari pedamaian sedunia, sejak 1 januari 1967

3.1.3.6 Hari raya penampakan Tuhan - Epifani

§ Beberapa tradisi yang hidup dalam gereja: Pengumuman hari raya paska dan hari raya pokok dalam kalender liturgi (bahkan

dilagukan!) Pemberkatan rumah, dimana setiap rumah hendaknya memasang salib di atas

pintu masuk inisiatif solidaritas: Tukar kado epifani, pengumpulan dana untuk kegiatan misioner pemberian santo pelindung untuk beberapa komunitas

3.1.3.7 Pesta Pembabtisan Tuhan

§ Pesta ini menuntup masa natal. Bisa ditandai dengan ritus perecikan air babtis, pembaharuan janji babtis dalam bentuk meriah serta kotbah dan katekese yang berpusat pada pembabtisan.

3.1.3.8 Pesta Yesus dipersembahkan ke Bait Allah

§ Hingga tahun 1969, selalu dirayakan pada tanggal 2, tepat 40 hari setelah natal.

§ Dihidupi tradisi: pembersihan dan pemberkatan calon ibu baru untuk menghindari pandangan atau

efek negatif yang bisa mengganggu kelahiran. Dalam Rituale Romanum ada ritus untuk pemberkatan ibu sebelum dan sesudah

melahirkan. Kesetiaan Yusuf dan Maria pada janji-janji Allah.

3.1.4 Masa prapaska

§ Ini adalah saat tepat untuk merenungkan Sabda Allah, bertobat, mempersiapkan diri atau mengenang pembabtisan, berekonsiliasi dengan Allah dan sesama, membekali diri dengan doa, puasa dan derma.10

§ Praktek-praktek kesalehan populis – devosi cenderung berpusat pada beberapa misteri kemanusiaan Kristus, terutama sengsara dan wafat-Nya. Perlu diupayakan

10 Bdk. MISSALE ROMANUM, Feria IV Cinerum, Collecta.

24 Kesalehan Populis dan Liturgi

beberapa tema dan nilai yang mengungkapkan relasi antara sakramen 40 hari dengan sakramen-sakramen inisiasi, beserta dengan misteri keluaran.

§ Rabu abu, berkaitan dengan ritus kuno dimana mereka yang bertobat memberikan diri pada penitensi kanonik, pemberian abu. Ini berarti mengakui kelemahan dan mortalitas pribadi serta menunjukkan hasrat untuk menerima penebusan dan belas kasih Allah. Gereja memelihara tradisi ini dengan lebih menekankan pertobatan hati.

§ Beberapa praktek kesalehan mengkhususkan hari-hari tertentu dan tradisi doa tertentu pada masa ini, sesuai dengan kebudayaan setempat.

3.1.4.1 Penghormatan pada Kristus tersalib

§ Masa prapaska ditutup dengan perayaan Cena Domini, lalu masuklah dalam triduum. Namun, tradisi mencintai untuk mengantisipasi peristiwa jumat agung. Maka dikembangkan devosi pada misteri salib sejak pertengahan abad IV dalam berbagai bentuk: lagu, doa, mencium salib, prosesi, pemberkatan dengan salib, pada Ecce Homo, pada luka-luka di salib, pada darah yang tertumpah dari salib, pada sarana-sarana penyaliban (cambuk, tangga pretorio, mahkota duri, paku, tombak) juga pada kain kafan.

§ Untuk menghindari keterpecahan dalam devosi, hendaknya dipertimbangkan peristiwa sengsara Tuhan dalam cakrawala Paska, dalam koridor yang lebih luas pada tradisi biblis dan patristik.

3.1.4.2 Bacaan-bacaan misteri sengsara Tuhan

§ Dalam masa ini Gereja juga menganjurkan untuk lebih sering merenungkan Sabda Allah. Ordo unctionis infirmo rum eorumque pastoralis curae menganjurkan pembacaan kisah sengsara Tuhan pada umat katolik yang mengalami agonia.

3.1.4.3 Jalan salib Tuhan

§ Jalan salib merupakan sebuah sintesis dari berbagai devosi yang muncul berkaitan dengan kisah sengsara Tuhan, yang mulai dikembangkan abad pertengahan dalam sejarah spiritualitas: peziarahan ke tanah suci, devosi pada tempat-tempat kisah sengsara, devosi pada Yesus yang jatuh di bawah Salib, devosi pada perjalanan Kristus yang menyengsarakan, devosi pada pemberhentian Kristus sepanjang jalan menuju Kalvari. Bentuk yang sekarang merupakan hasil pematangan di abad XVII dan disebarkan oleh St. Leonardus dari Porto Maurizio (+1751), yang diakui oleh Tatha suci dan diperkaya dengan indulgensi.

3.1.4.4 Jalan keibuan Maria (La Via Matris)

§ Berpartisipasi dalam rencana keselamatan Allah secara langsung, Kristus yang tersalib (Manusia yang bersengsara) dan Bunda yang berduka (socio passionis) juga dihormati secara bersama-sama dalam Liturgi dan kesalehan-kesalehan populis. Maka, mengikuti jejak Via crucis, terbentuklah tradisi Via Matris dolorosa (dan biasanya disingkat hanya dengan la Via Matris) sejak abad XVI.

§ Tema-tema yang disajikan berkaitan dengan penolakan manusia terhadap Kristus (bdk. Yoh 1,11; Lk 2,1-7; 2,34-35; 4,28-29; Mt 26,47-56; Kis 12,1-5), sejak nubuat

Kesalehan Populis dan Liturgi 25

profetis dari Simeon (bdk. Lk 2,34-35) hingga penguburan Kristus. Dengan demikian, kristologi la Via Matris mengantar kita masuk ke dalam realitas misteri Kristus yang bersengsara (bdk. Yes 52,13-53,12).

3.1.4.5 Pekan suci

§ Ada dua siklus yang amat ketat dalam minggu ini: yang pertama adalah liturgi dan yang lain adalah praktek-praktek kesalehan, terutama prosesi.

3.1.4.6 Minggu Palma: Daun palma, zaitun atau tanaman lain

§ Setelah perayaan minggu palma, banyak orang ingin menyimpan daun palma yang telah diberkati dan dibawa dalam prosesi, di rumah atau di tempat kerja mereka. Perlu ditekankan partisipasi ini agar tidak terjebak dalam mencari palma saja.

§ Daun ini disimpan sebagai tanda kesaksian iman di dalam Kristus.

3.1.5 Triduum paskah

3.1.5.1 Kamis suci: kunjungan ke tempat ekaristi ditahtakan

§ Praktek-praktek kesalehan populis amat sensitif pada adorasi hari kamis yang diikuti dengan perayaan Perjamuan Malam Tuhan. Setelah perayaan tersebut, umat beriman berziarah ke tempat ekaristi ditahtakan. Dalam ziarah adoratif tersebut, ada undangan untuk melakukan adorasi dalam keheningan.

§ Sedapat mungkin dihindarkan penggunaan istilah makam. Demikian pula sakramen disimpan di tabernakel yang tertutup, tidak dengan ostensorium.

§ Ada pula tradisi berziarah ke tujuh gereja setelah adorasi.

3.1.5.2 Jumat agung 3.1.5.2.1 Prosesi jumat agung

§ Selain beberapa praktek kesalehan populis seperti jalan salib pada hari jumat agung, ada juga prosesi Yesus yang wafat. Ide ini mengambil dari kisah kelompok kecil para murid dan sahabat yang memanggul jenasah Yesus dari Kalvari ke pemakaman.

§ Situasi prosesi ini: hening, sederhana dan dalam suasana doa. Meski ini menarik, perayaan liturgis hari jumat agung tidak boleh diganti dan dimasuki prosesi ini.

3.1.5.2.2 Kisah sengsara Tuhan

§ Kisah ini lahir dari tradisi mendaraskan ibadat harian dari para rahib, yang kemudian diperluas pada pendarasan kisah sengsara Tuhan hingga masuk ke dalam liturgi jumat agung.

§ Harus dibuang praktek pertobatan dengan mempraktekkan penyaliban sungguhan dengan paku! (146)

3.1.5.2.3 Mengenang Bunda Maria yang bersengsara

§ Tradisi ini berakar dari Yoh 19,25-27 dan Lk 2,34ss. Dari bacaan-bacaan ini lahir: Planctus Mariae yang mengungkapkan penderitaan yang amat sangat. Di sini

dikisahkan bagaimana Bunda Maria menangis bukan hanya karena kematian Puteranya, yang kudus dan tak bernoda, tetapi juga karena kehilangan orang-orang yang percaya pada Puteranya dan karena dosa-dosa umat manusia.

26 Kesalehan Populis dan Liturgi

L’ora desolata. Di sini umat beriman menemani Bunda yang tinggal sendirian, terkubur dalam kedukaan setelah kematian Putera tunggalnya. Dengan merenungkan Bunda Perawan dengan Putera dalam rahimnya – Pieta –, umat beriman diajak untuk menyadari bahwa di dalam diri Bunda Maria terkonsentrasi kedukaan seluruh alam semesta karena wafat Kristus. Di dalam dirinya, dihadirkan kedukaan semua ibu-ibu yang menangis karena kehilangan putera/i nya. Di Amerika latin, tradisi ini disebut dengan El pésame. Namun, bagi yang menjalankan

3.1.5.3 Sabtu suci

§ Pada hari ini Gereja berdiam di depan kubur Tuhan, dengan merenungkan kisah sengsara, kematian-Nya, turunnya ke tempat penantian, sambil menantikan dalam doa dan puasa, kebangkitan-Nya.

3.1.5.3.1 L’ora della Madre

§ Di dalam Bunda Maria yang berhenti di depan makam, seluruh Gereja berkumpul di sekitarnya. Dialah credentium collection universa.

3.1.5.4 Minggu paska

§ Di sini banyak ditemukan tradisi lokal yang mencoba mengungkapkan situasi baru di dalam penebusan dan kebangkitan Kristus.

3.1.5.4.1 Pertemuan Kristus bangkit dengan ibunya, Maria

§ Praktek-praktek kesalehan mengintuisi kebersamaan Yesus dan Maria di dalam peristiwa sengsara, kematian, kegembiraan dan kebangkitan!

§ Dalam ritus pertemuan pada pagi hari minggu paska ini, hendak digambarkan bagaimana Bunda Maria merupakan orang pertama dan berpartisipasi penuh dalam kebangkitan Putera-Nya.

3.1.5.4.2 Pemberkatan perjamuan kekeluargaan

§ Makna kebaruan menyeruak ke seluruh liturgi paska: natura yang baru, api dan air yang baru, hati yang baru dengan inisiasi serta ekaristi yang baru yang diinaugurasi oleh Kristus dengan kebangkitan-Nya.

§ Dalam tradisi, kebaruan ini diungkapkan dengan pemberkatan telur, simbol kehidupan, kemudian pemberkatan perjamuan keluarga serta tradisi air paska yang sudah diberkati, yang dipergunakan dalam kesempatan doa bersama dan perjamuan keluarga.

3.1.5.4.3 Salam paska kepada Bunda dari Kristus yang bangkit.

§ Di beberapa tempat dihidupi pemberkatan bunga-bunga setelah ibadat sore II pada hari minggu Paska. Bunga-bunga ini kemudian dibagi-bagikan sebagai salam kepada Bunda yang bersengsara, namun sekarang mendapat mahkota. Pembagian ini diiringi dengan lagu Regina caeli. Umat beriman, yang bersatu dengan Bunda Maria dalam kesengsaraannya, kini ingn berbagi juga kegembiraan dengan dia dalam kebangkitan Putera-Nya.

Kesalehan Populis dan Liturgi 27

3.1.6 Masa paska

3.1.6.1 Pemberkatan keluarga dan rumah tahunan

§ Sepanjang masa paska, atau pada masa lain, dilakukan ritus pemberkatan keluarga di rumah-rumah mereka. Secara pastoral, ini mengingatkan umat akan kehadiran Allah dalam keluarga domestik, yang selalu memberkati dan mengajak semua anggota keluarga untuk hidup sejalan dengan Injil.

3.1.6.2 La Via lucis

§ Jalan terang. Dalam jalan terang ini (Via lucis), berlawanan dengan jalan salib (Via Crucis), umat beriman mengingat kemabli inti dari iman kita: kebangkitan Kristus, serta kondisi kemuridan mereka yang dalam babtis, mereka beranjak dari kegelapan dosa menuju pada terang rahmat Allah (bdk. Kol 1,13; Ef 5,8).

§ Tradisi Via lucis ini merupakan pedagogi iman yang optimal! Per crucem ad lucem, dari salib menuju kepada cahaya, terang.

§ Dalam dunia yang terus menghidupi budaya kekerasan dan budaya kematian, tradisi Via lucis merupakan rangsangan untuk menginstaurasi sebuah budaya kehidupan.

3.1.6.3 Devosi kerahiman ilahi

§ Disebarkan oleh St. Faustina Kowalska dan dirayakan pada minggu paska II. Inti devosi ini adalah belas kasih Kristus yang wafat dan bangkit, yang mengampuni dosa dan mengembalikan kebahagiaan sebagai orang yang ditebus dan diselamatkan.

3.1.6.4 Novena pentakosta

§ Sebetulnya, dalam Missale Romanum dan Ibadat harian, novena ini sudah ada. Teks-teks biblis yang ada sudah menekankan aspek penantian kedatangan Paraklitus.

§ Di beberapa tempat, pada masa ini diselenggarakan pekan doa untuk persatuan umat kristiani.

3.1.6.5 Minggu pentakosta

§ Salah satu bentuk yang populer adalah lagu Veni, creator Spiritus, Veni Sancte spiritus) dan Rosario pada misteri mulia III: Roh Kudus turun atas para rasul.

3.1.7 Masa biasa sepanjang tahun

3.1.7.1 Hari raya Tritunggal mahakudus

§ Pada abad pertengahan, terutama pada masa Carolingia, marak berkembang berbagai praktek kesalehan religius – devosi kepada misetri Allah yang satu dan triniter. Paus Yohanes XXII mengembangkannya tahun 1334 dengan menetapkan minggu Hari raya Tritunggal maha kudus pada seluruh Gereja ritus latin.

§ Bentuk praktek kesalehan populis yang lain adalah rumusan tanda salib, kemuliaan, rumusan babtis, pemberkatan, doksologi. Di samping ini, di gereja ritus timur, juga berkembang Trisagio biblis (kudus, kudus, kudus), dan liturgis (Allah yang kudus, Allah yang kuat, Allah yang kekal, kasihanilah kami) (bdk. Yes 6,3 dan Why 4,8).

28 Kesalehan Populis dan Liturgi

§ Dari sini tersebar juga lagu kudus dalam perayaan ekaristi, madah Te Deum, dan dalam ritus penyembahan salib pada hari jumat agung.

3.1.7.2 Hari raya Tubuh dan Darah Kristus

§ Hari kamis setelah hari raya Trinitas diadakan pesta Tubuh dan darah Kristus. Pesta ini menjadi pesta seluruh Gereja ritus latin pada masa Paus Urbanus IV tahun 1264.

§ Di satu sisi, pesta ini merupakan JAWABAN IMAN atas berbagai macam kultus dan doktrin heretik tentang misteri kehadiran real Kristus di dalam Ekaristi. Di sisi lain, pesta ini merupakan mahkota dari devosi umat yang tiada henti pada sakramen ekaristi di atas altar. Maka, kultus iman umat yang dirayakan makin menyuburkan pemaklumatan pesta Corpus Domini.

§ Pada abad XVI-XVII, iman (yang perlu bersikap pada penolakan-penolakan yang dimunculkan oleh protestantisme) dan budaya (berbagai kesenian, sastra, folklor…) makin meneguhkan umat akan misteri Kristus yang hadir dalam ekaristi.

§ Perlu diingat bahwa, orientasi pokok dan utama dari berbagai praktek kesalehan pada ekaristi adalah PASKA.

3.1.7.3 Adorasi ekaristi

§ Tradisi ini merupakan kelanjutan dari tuguran kamis putih: antara perayaan kenangan sengsar Tuhan dan kehadirannya secara permanen di dalam hosti yang dikonsakrir.

§ Beberapa modalitas adorasi ekaristi: Visitasi, kunjungan pada sakramen mahakudus. Sebuah pertemuan pendek dengan

Kristus, pribadi dan dalam doa yang hening. Adorasi publik dengan Ostensorium atau Pisside. Waktu relatif. Adorasi perpetua atau adorasi 40 jam. Ini terkait dengan komunitas religius,

parokial atau kongregasi / konfraternitas.

§ Melihat relasi yang erat antara Bunda Maria dan Kristus, maka mendaraskan rosari bisa membantu orientasi kristologis doa-doa kita, sambil merenungkan di dalamnya misteri-misteri penjelmaan dan penebusan.11

3.1.7.4 Hati Kudus Yesus

§ Hari jumat dalam Minggu II setelah Pentakosta.

§ Abad pertengahan merupakan abad yang subur untuk perkembangan devosi pada Hati Kudus Yesus. Banyak orang kudus memperdalam spiritualitasnya: St. Bernardus (+1153), St. Bonaventura (+1274), para mistikus St. Lutgarda (+1246), St. Matilde dari Magdeburgo (+1282), Matilda (+1299) dan Gertrude (+1302) dari biara di Helfta, Ludolfo dari Sassonia (+1378), St. Caterina dari Siena (+1380). Dalam hati kugus itu mereka melihat rumah pengungsian, tahta belaskasihan, sumber yang dari padanya keluar air, tempat pertemuan dengan Kristus, sumber cinta kasih tidak terbatas, tanah terjanji dan surga yang kekal.

11 Bdk. Paulus, PP. VI, Marialis Cultus, 46; Lettera della Congregazine per il Culto Divino e la Disciplina dei Sacramenti (15.1.1997), in Notizie 34 (1998) 506-510; Penitenzieria Apostolica, Notizie 34 (1998) 511.

Kesalehan Populis dan Liturgi 29

§ Pada zaman modern, penghormatan ini meledak tiada taranya. St. Fransiskus dari Sales, St. Margherita Maria Alacoque, St. Yohanes Eudes, St. Claudio la Colombière, st. Yohanes Bosco… lebih dari 300 kongregasi muncul dalam 2 abad dengan nama dan berinspirasi dari Hati kudus.

§ Beberapa tradisi yang bisa diingat: Penyerahan diri pribadi. Paus Pius XI menekankan ini sebagai tindak utama. Penyerahan keluarga: agar Kristus meraja di hati setiap anggotanya. Litani Hati kudus Yesus, yang diteguhkan 1891 untuk seluruh Gereja. Praktek 9 kali jumat pertama, yang mengambil tradisi dari janji agung Yesus pada

St. Margherita Maria Alacoque. Diiringi biasanya dengan sakramen rikonsiliasi dan ekaristi.

3.1.7.5 Hati tak bernoda Santa Perawan Maria

§ Mulai berkembang marak dengan penampakan di Fatima 1917. 25 tahun kemudian, Paus Pius XII mempersembahkan Gereja dan seluruh umat manusia pada Hati tak bernoda Santa Perawan Maria. Tahun 1944, pesta ini dirayakan diseluruh Gereja.

§ Praktek kesalehan yang dikembangkan kemudian adalah: 5 sabtu pertama (seiring dengan 9 jumat pertama).

3.1.7.6 Darah Kristus yang maha indah

§ Gereja mengenangkan misteri Darah Kristus tidakhanya pada hari raya Corpus Domini, tapi juga dalam ibada sore pada masa natal, adorasi salib jumat agung, dan di hari paska juga.

§ Beberapa tradisi yang masih diingat: Corona Darah Kristus yang berharga. Ini mengingatkan akan 7 darah Kristus yang

tertumpah: saat disunat, di taman zaitun, saat didera, saat dimahkotai duri, saat naik ke kalvari, saat disalibkan dan saat ditusuk pada lambung.

Litani Darah Kristus. Rumusan yang sekarang telah diteguhkan oleh Paus Yohanes XXIII 24 februari 1960.

Adorasi pada Darah Kristus yang berharga. La Via Sanguinis (Jalan yang berdarah). Tradisi ini muncul diantara komunitas

katolik di Afrika, dengan mengambil format Jalan Salib.

3.1.7.7 Kenaikan Bunda Maria ke surga

§ Pesta 15 agustus ini amat marak sebagai natal kedua.

§ Ada juga tradisi memberkati erbe aromatiche (herbal?)

3.1.7.8 Pekan doa untuk persatuan umat kristiani

§ Jejak sejarah: Sekitar tahun 1740 di Skotlandia, lahirlah sebuah gerakan pentakostal yang

memiliki relasi dengan Amerika Utar. Pesan baru dari gerakan ini adalah pembaharuan iman untuk berdoa bagi seluruh gereja. Pengkotbah dari Gereja evangelis, Jonathan Edwards mengundang pada suatu hari untuk berdoa dan

30 Kesalehan Populis dan Liturgi

berpuasa bagi kesatuan, agar gereja-gereja menemukan kembali semangat misionaris universal.

Tahun 1840, Pastor Anglikan, Ignatius Spencer, bersatu dalam kepenuhan dengan Gereja katolik, mengusulkan pembentukan “Persekutuan doa untuk persatuan”.

Tahun 1894, Paus leo XIII, dalam berbagi dokumen mendukung praktek Ottavario doa untuk persatuan dalam konteks pentakosta.

1902 Patriark ekumensi Kostantinopoli, Ioachim III, menulis sebuah surat ensiklik patriarkal dan sinodal yang mengundan untuk berdoa demi kesatuan umat beriman di dalam Kristus.

1908 Pastor Paul Wattson memulai dan merayakan untuk pertama kali di Graymoor (New York), sebuah “Ottavario doa demi persatuan” (Chair of Unity Octave), dari 18 hingga 25 januari, sambil berharap agar makin menjadi luas.

1964 Paus Paulus VI dan Patriark Athenagoras I berdoa bersama di Yerusalem, doa Yesus “agar semua menjadi satu” (Gv 17, 21).

§ Diadakan setiap tahun mulai tanggal 18 januari dan ditutup dengan perayaan pertobatan St. Paulus, 25 januari.

3.2 PENGHORMATAN PADA BUNDA ALLA H

3.2.1 Beberapa prinsip

§ Umat beriman memahami dengan cepat relasi yang mengikat dan memeprsatukan antara Sang Putera dan ibu-Nya. Mereka paham bahwa Sang Putera adalah Allah dan bahwa Bunda Maria adalah juga ibu mereka. Mereka merasakan kedekatan sang ibu pada kehidupan mereka sehari-hari dan paham bahwa dia juga menderita banyak dengan kesabaran dan kelemahlembutan hati. Itulah sebabnya mereka turut berbela rasa dalam kesengsaraannya yang melihat Puteranya menderita di salib dan wafat; serta turut berbahagia pula dengannya dalam kebangkitan. Kebanyakan dari mereka tidak mentolerasi siapa saja yang bersikap tidak layak dan bahkan… tidak mempercayai mereka yang tidak menghormatinya dengan layak.12

§ Dalam praktek kesalehan religius ini, liturgi harus nampak sebagai bentuk eksemplar, sumber inspirasi dan orientasi pokok yang stabil.13 Praktek ini pun juga harus berkarakter trinitas serta menimba selalu dari Kitab dan Tradisi Suci.

3.2.2 Masa praktek-praktek kesalehan mariana

3.2.2.1 Perayaan pesta

§ Praktek-praktek kesalehan mariana terikat hampir semuanya pada pesta-pesta liturgis dalam kalender Ritus Romawi atau kalender keuskupan dan kongregasi religius. Secara liturgis, pesta ini berkaitan dengan sejarah keselamatan yang dibawa Kristus dan dirayakan di dalamnya salah satu aspek kehidupan Bunda Maria dalam kaitannya dengan misteri Kristus.

12 Bdk. CONGREGAZIONI PER IL CULTO DIVINO, Lettera circolare Orientamenti e proposte per la celebrazione dell’Anno mariano (3.4.1987), 67. 13 Bdk. PAOLO, PP. VI, Marialis Cultus, 24.

Kesalehan Populis dan Liturgi 31

3.2.2.2 Hari Sabtu

§ Missale Romanum memiliki banyak sekali formula untuk menghoramti Bunda Maria pada hari sabtu14, demikian juga dalam ibadat harian. Perayaan ini muncul pada masa Carolingia (abad IX), tapi tidak ada alasan tajam mengapa dipilih hari sabtu. Apakah ini untuk mengenangkan peristiwa sabtu suci?15

3.2.2.3 Triduum, Settenari, Novena maria

§ Sebuah hari raya besar biasanya didahului dengan Triduum, Settenari atau Novena. Maka, pelaksanaan tradisi ini hendaknya mengarah pada masa liturgi dan bisa menjadi katekese serta kesaksian iman.

3.2.2.4 Bulan-bulan maria

§ Dalam ritus bizantin, sejak abad XIII diperingati bulan agustus diperingati bulan Maria yang berpuncak pada La Dormizione di Maria (atau kalau di ritus barat adalah Hari raya Maria diangkat ke surga, 15 agustus). Dalam ritus barat, kesaksian-kesaksian awal menempatkan bulan Mei sebagai bulan Maria pada akhir abad XVI. Di beberapa tempat dirayakan pada bulan novembre. Pada bulan Maria ini, sisi pastoral mengarah pada kegiatan apostolik yang memberi tempat khusus pada Bunda.

§ Namun, dalam pastoral ini, Jiwa-jiwa umat beriman hendaknya terarah pertama-tama pada perayaan-perayaan pokok kehidupan Yesus, yang di dalamnya terkait juga peran Bunda Maria – per Iesum ad Mariam – (SCC 108).

3.2.3 Beberapa prinsip praktek kesalehan mariana yang dianjurkan oleh Magisterium

3.2.3.1 Merenungkan Sabda Allah dalam doa

3.2.3.2 Malaikat Tuhan

§ Doa ini didaraskan pada saat fajar, tengah hari dan matahari terbenam untuk mengenang peistiwa keselamatan seturut dengan Rencana Bapa, dimana Sang Sabda, oleh Roh Kudus, berinkarnasi dalam rahim Bunda Perawan Maria.

§ Doa ini memiliki struktur sederhana, berkarakter biblis, beritme liturgis, yang menguduskan beberapa cuplikan waktu dalam hari, terbuka pada misteri paska, dan sepanjang sejarah ini telah dipelihara dan dijaga kesegarannya. Doa ini bisa juga dimeriahkan dengan nyanyian Ave Maria dan bunyi lonceng.

3.2.3.3 Ratu surga

§ Pada masa paska, seturut petunjuk Paus Benediktus XIV (20 April 1972), didaraskan Regina Coeli. Doa ini muncul sekitar abad X-XI.

§ Dalam undangan untu bergembira (bdk. Lk 1,28), hendak dikaitkan misteri inkarnasi Kristus dan misteri Paska.

14 Bisa dilihat di Collectio missarum de beata Maria Virgine, Praenotanda 34-36. 15 Berbagai alas an bisa dibaca di Umberto de Romanis, De vita regulari, II. Cap XXIV, Quare sabbatum attribuitur beatae Virgini, Typis A. Befani, Romae 1889, 72/75.

32 Kesalehan Populis dan Liturgi

3.2.3.4 Rosario

§ Ini adalah salah satu doa yang paling eccelente pada Bunda Tuhan. Itulah sebabnya, banyak sekali Paus menganjurkan doa ini karena berkarakter biblis, berpusat pada peristiwa-peristiwa keselamatan dalam kehidupan kristus dan terikat amat erat dengan Maria. Dalam ritme meditatif, doa ini mengantar orang masuk ke dalam misteri keselamatan.

§ Dalam Ritus Romanum, Gereja secara khusus bahkan membuat sebuah ritus pemberkatan korona rosario. Ritus ini berkarakter komuniter dan dengan demikian, diberkati juga mereka yang akan mendaraskan korona ini, agar dapat mengharmonisasikan kehidupan dan doa mereka dengan Kristus.

§ Ritus ini bisa dibuat dengan partisipasi umat pada pesta-pesta Bunda Maria, pada bulan rosario atau pada kesempatan peziarahan.

§ Kalau NATAL jatuh pada hari JUMAT, misteri/peristiwa apa yang hendak kita meditasikan dan daraskan dalam rosario?

§ Rosario adalah sebuah doa amat istimewa dimana umat beriman harus merasa bebas, tenang dan terpesona oleh keindahan interiornya (MC 55)

3.2.3.5 Litani-litani Santa Perawan Maria

§ Litani ini bukan formula kelanjutan dari doa rosario, tapi berdiri sendiri!

§ Formulanya amat sederhana: bagian pertama adalah pujian (Virgo clemens) dan yang kedua adalah suplica (ora pronobis).

§ Pada abad XVI, formula litani ini meledak banyak sekali, bahkan dengan kesalehan yang tidak masuk akal! Maka, Paus Clemens VIII mempubilkasikan dekrit Quoniam multi, dimana HANYA litani kuno yang terdapat di dalam ibada harian, dalam buku misa, dalam anjuran para Paus, dalam ritus dan yang telah diakui oleh Gereja sajalah yang boleh didaraskan secara publik.16

3.2.3.6 Penyerahan diri (konsakrasi) kepada Bunda Maria

§ Tradisi ini berbeda dari formula konsakrasi liturgis (perayaan kaul atau tahbisan). Pernah ada usul menggunakan istilah: mempercayakan diri atau memberikan diri pada Bunda Maria, namun teologi liturgi mempertahankan istilah lama (konsakrasi), untuk menggarisbawahi penyerahan diri kepada Allah, secara total (seluruh hati, kehendak dan tindakan) dan secara perpetual (selama-lamanya), berdasar Babtis dan Krisma.

§ St. Luigi Maria Grignion de Monfort menganjurkan umat katolik untuk mempersembahkan diri kepada Kristus dengan perantaraan Maria, agar mampu mengemban tanggung jawab janji babtis (RM 48).

3.2.3.7 Scapolare

§ Mulai muncul scapolare Bunda Maria dari Bukit Carmel.

16 Magnum Bullarium Romanum, III, Lugduni 1656, p. 1609)

Kesalehan Populis dan Liturgi 33

§ Scapolare ini adalah tanda eksterior yang menunjukkan relasi kepercayaan total pada perantaraannyaantara Perawan, Ibu dan Ratu dari Carmel dengan dia yang mengenakannya, dengan tidak mengabaikan primasi kehidupan rohani dan doa.

§ Penyerahan ini dibuat secara publik dengan ritus khusus dan umat yang hendak menerimanya dipersiapkan.

3.2.3.8 Medali wasiat

§ Merupakan ungkapan kepercayaan pada perlindungan maternal dari Bunda Maria.

§ Gereja memberikan berkat pada obyek-obyek kultus ini, dengan mengingatkan bahwa sarana ini membantu umat untuk mengenang cinta kasih Allah dan menumbuhkan kepercayaan pada Bunda Maria. Di sisi lain, Gereja juga menegaskan pada umat beriman agar tidak melupakan bahwa devosi pada Bunda Yesus mendesk sebuah kesaksian hidup yang seimbang.

§ Medali wasiat muncul tahun 1830 pada penampakan Bunda Maria kepada St. Catarina Labouré. Medali ini menghantar kita pada misteri penebusan, cinta kasih Hati Kristus dan hati Maria yang bersengsara, sarana perantara pada Bunda Maria, misteri Gereja, relasi antara surga dan dunia, hidup kini dan hidup kekal.

§ Medali ini bukan sebuah jimat. Pesan Bunda Maria, barang siapa mengenakan ini akan menerima rahmat besar, musti diimbangi dari pihak yang mengenakannya sebuah sikap kerendahan hati, iman pada pesan pokok misteri keselamatan, doa yang teratur dan penuh kepercayaan serta kehidupan yang selaras.

3.2.3.9 Madah Akhatistos

§ Artinya, madah yang dinyanyikan sambil berdiri, merupakan salah satu madah yang paling agung dalam tradisi bizantin. Madah ini dilantunkan terutama pada sabtu prapaska kelima.

§ Ini adalah mahakarya agung teologis dan sastra, yang terangkum dalam sebuah doa dimana sejak abad pertama, umat katolik sudah mempercayai Maria dengan konsensus universal.

§ Sumber inspirasinya adalah Kitab Suci, doktrin konsili ecumeni NIcea (325), Efesus (431) dan Calcedonia (451) serta refleksi para bapa gereja timur, terutama pada abad IV-V.

3.3 PENGHORMATAN PADA PA R A ORANG K UDUS (PA RA BEATO/A DAN SANTO/A)

3.3.1 Beberapa prinsip

§ Berangkat dari Kitab Suci (bdk. Kis 7,54-60; Why 6,9-11; 7,9-17) dan sudah dijalankan dengan pasti sejak pertengahan abad II, kultus pada para orang kudus, terutama para martir, merupakan sebuah fakta eklesial amat kuno.17

§ Meski sempat digoyang oleh protestantisme, namun Gereja Katolik memberikan dasar biblis, teologis dan historis dari kultus ini yang memberikan model kesaksian iman

17 Bdk. EUSEBIO DI CESAREA, Storia ecclesiastica, V, XV, 42-47: Sch 31, Paris 1952, 189-190.

34 Kesalehan Populis dan Liturgi

katolik yang konkrit dan sungguh-sungguh. Pada hari natal mereka, Gereja merayakan misteri Paska di dalam diri orang kudus yang telah menderita bersama Kristus dan kini mulia di surga. Inilah model bagi kita semua!

§ Doktrin Gereja dan liturginya menganjurkan kultus ini karena para orang kudus tersebut: Adalah saksi sejarah panggilan umum pada kekudusan. Adalah model-model kehidupan injili. Adalah warga Yerusalem Surgawi yang mengumandangkan madah pujian dan belas

kasih Allah tanpa henti. Adalah perantara dan sahabat umat beriman yang masih berziarah di dunia ini. Adalah pelindung Gereja setempat, karena tidak jarang mereka adalah pendiri (St.

Guido Conforti bagi xaverian), atau pujangga gereja (St. Ambrosius di Milano), atau telah berjasa besar untuk pertobatan sebuah kota atau bangsa pada iman katolik (St. Thomas dan St. Bartolomeus Rasul di India), atau hendak menunjukkan identitas nasional (St. Patrick dari Irlandia), satu profesi (St. Omobono untuk tukang jahit/ st. Hilarius untuk tukang sepatu), atau dalam saat-saat tertentu (St. Anna, peilndung bagi ibu yang melahirkan, St Yosep pelindung di saat ajal), atau berkaitan dengan permohonan rahmat khusus (St. Biaggio untu perlindungan dalam perjalanan, St. Lucia untuk mata dst.).

§ Dalam kehidupan para kudus, dia memberikan teladan, dengan perantaraan mereka sebuah pertolongan dan dalam komunitas berahmat, sebuah ikatan cintakasih persaudaraan (Praefatio I de Sanctis).

§ Inteligensi doktrinal Gereja katolik pada kultus ini bisa diperdalam dari butir-butir dalam Credo: Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik. Persekutuan para kudus. Kehadiran Kristus sebagai perantara tunggal (bdk. ITim 2,5) tidak meng-eliminasi

mediasi lain dibawahnya.

§ Maka, dalam sebuah katekese harus ditekankan bahwa relasi kita dengan orang kudus harus dipahami dalam koridor iman, makin mengintensifkan adorasi kita pada Allah Tritunggal, mendewasakan iman kita pada sentralitas paskah dan tidak boleh menenggelamkan kultus pada Bapa, dengan perantaraan Kristus di dalam Roh Kudus.

§ Sebuah kultus autentik pada orang kudus tidak terletak pada moltiplikasi kultus eksterior, melainkan pertobatan internal dan intensitas cinta kasih yang aktif, yang diterjemahkan pada kesungguhan mempraktekkan hidup injili.

3.3.2 Para malaikat kudus

§ Berangkat dari tradisi biblis di Kej 3,24; 21,17; Gdc 13,3-7; Mzm 91,11; Yes 6,1-4; Why 8,3-4; 1Raja 19,4-8; Dan 3,49-50; 6,23;Tb 12,15; Lk 1,26-38; Mt 1,18-25; Lc 2,8-14; Mt 2,13-20; Mt 4,11; Lk 22,43; Mc 16,1-8; Mt 18,10; Lk 15,10, Mt 25,31.

Kesalehan Populis dan Liturgi 35

§ Gereja, sejak awal mula dilindungi dan dibela dengan pelayanan para malaikat (bdk. Kis 5,17-20; 12,6-11). Maka ada hari-hari tertentu yang didedikaikan kepada mereka, terutama tgl 29 september, 2 oktober.

§ Dalam tradisi populis, muncul: Santuari seperti Mont-Saint-Michel di Normandia, San Michlee della Chiusa di

Piemonte dan San Michele al Gargano di Puglia Devosi pada malaikat pelindung. St. Basilius Agung (+379): setiap umat beriman

memiliki seorang malaikat di sampingnya sebagai pelindung dan gembala, untuk mengantarnya pada kehidupan. Tulisan ini makin mengembangkan berbagai madah, praktek kesalehan populis dan mulai terkonsolidasi dengan matang oleh St. Bernardo dari Chiaravalle (+1153).

§ Devosi ini memberikan sebuah kehidupan berkarakter: syukur pada cinta kasih Allah yang selalu setia pada manusia, sikap matang dalam iman karena kesadaran, serta ketenangan dalam menghadapi berbagai situasi sulit karena kesadaran akan kehadiran para malaikat di sekitarnya. Ini semua menuntut sebuah pilihan dasar untuk memeluk Injil sepenuhnya, berjuang menghidupinya dengan sungguh-sungguh dalam kerendahan hati dan doa tak kunjung putus.

3.3.3 Santo Yosep

§ Tidak pernah berbicara, namun berpartisipasi aktif dan berbuat banyak hal untuk karya keselamatan Allah serta mendapat penilaian banyak sekali (bdk. Mat 1,19, Lk 1,27). Beberapa keutamaan yang menjadi model bagi kita: Iman, yang diterjemahkan dengan kesungguhan seluruh hati dan keberanian yntuk

berpartisipasi pada karya keselamatan Allah dengan seluruh hidupnya. Ketaatan yang siap dan dalam keheningan Cinta kasih dan kesetiaan pada hukum, kesalehan yang tulus dan keteguhan dalam

cobaan Cinta kasih pada Maria, kewajiban menjalankan tugas kebapakan dan dia tetap

tinggal dalam keheningan yang sangat aktif.

§ Liturgi merayakannya pada masa adven (terutama peran pokok pada genealogi Mt 1,1-17 tgl 17 desember, pada pewartaan malaikat pada Yosep di Mt 1,18-24 tgl 18 desember), masa natal (pesta keluarga kudus) dan hari raya 19 maret serta peringatan 1 mei.

§ Kesalehan populis menganjurkan perlindungannya di saat ajal, hari rabu didedikasikan pada St. Yosep (sejak abad XVII), partisipasi dalam 7 hari rabu untuk menghormatinya, juga ada korona 7 kecemasan dan 7 kegembiraan St. Yosep (Sette angosce e sette allegrezze di san Giuseppe).

3.3.4 Santo Yohanes pembabtis

§ Kultus ini amat kuno. Selain peringatan wafatnya 29 agustus seperti orang kudus yang lain, diperingati juga kelahirannya 24 juni, yang terikat dengan siklus matahari yang ada di utara mulai turun. Untuk menunjukkan bahwa Kristuslah matahari sejati, bukan Yohanes Pembabtis (bdk. Yoh 3,30). Oleh sebab itu, pada malam harinya dinyalakan

36 Kesalehan Populis dan Liturgi

sebuah api unggun dengan intensi doa: agar umat beriman bisa melewati kegelapan ini dan tiba pada Allah, Terang yang tidak terpadamkan.

3.3.5 Beberapa kultus kepada para orang kudus

3.3.5.1 Perayaan orang kudus

§ Ini merupakan sebuah perayaan kultus, namun, pada banyak peristiwa, selalu membawa dan dibawa pada perayaan ekaristi. Maka, muncullah beberapa kalender khusus yang muncul dari martirologi umum seperti: Martirologio Siriaco (abad V), Martirologium Hieronymianum (abad VI), Martirologio San Beda (abad VIII), Martirologio dari Lion, Usardo dan Adone (abad IX). Pada 14 januari 1584, Paus Gergorius XIII membuat Martyrologium Romanum untuk keperluan liturgi.

§ Untuk katekese perlu ditekankan: relasi antara pesta para orang kudus dan perayaan misteri keselamatan Kristus, discerment tentang makna dan nilai pesta orang kudus terutama yang memiliki misi pada sejarah keselamatan (24 juni, 19 maret, 29 juni, 22 juli, 29 juli, 26 desember).

3.3.5.2 Pada hari pesta

§ Bukan berarti sebuah pesta pora yang memboroskan uang dan tidak sejalan dengan etika, melainkan sebuah peneguhan akan makna kehidupan dan penciptaan, sebuah ungkapan syukur dan pengharapan akan kebahagiaan yang lebih penuh.

3.3.5.3 Dalam perayaan ekaristi

§ Doa syukur agung III memberikan tempat khusus dan panjang.

3.3.5.4 Litani-litani orang kudus

§ Merupakan perpaduan antara tradisi populis dan liturgis yang mengungkapkan kepercayaan gereja pada perantaraan para orang kudus dan pengalaman komunio kehidupan antara Gereja Yerusalem surgawi dan Gereja berziarah.

3.3.5.5 Relikwi orang kudus

§ Yang termasuk relikwi: terutama badan, lalu obyek (sandang, tulisan, makam)

§ Tradisi menempatkan Relikwi yang ditempatkan dibawah altar berasal dari makna kurban Kristus di atas altar. Maka orang yang dihadirkan itu menjadi simbol persatuan dalam kurban Kristus yang satu, yang dengan darahnya telah menunjukkan kesetiaannya pada Mempelai dan Tuhannya.

§ Dalam katekese: perlu pengecekan keaslian dari relikwi tersebut, dihindari maniak pada benda-benda kudus, perlu kewaspadaan agar tidak menimbulkan kesombongan rohani!

§ Tidak dibenarkan menempatkan relikwi di atas altar, karena ini adalah tempat khusus bagi Tubuh dan Darah Sang Raja para martir.

Kesalehan Populis dan Liturgi 37

3.3.5.6 Gambar-gambar suci

§ Konsili Nicea II tahun 787 menetapkan, yang dimaksud adalah gambaran Kristus, Bunda Maria, para malaikat atau orang kudus; dalam bentuk lukisan, gambar, mozaik, patung; dengan berbagai bahan yang layak.

§ Dalam ajaran Gereja, gambar-gambar suci ini adalah: Sebuah iconografi pesan injili, maka harus berkarakter biblis. Berorientasi pada Kristus: gambar para orang kudus hendak memuliakan Kristus

yang di dalam diri mereka dimuliakan. Kenangan akan keluarga para kudus Antuan dalam doa Mendorong untuk lebih serius dalam mengikuti jejak Kristus Bentuk katekese: bisa membantu untuk memperdalam iman dan bercorak relatif.

§ Di dalam ritus timur, aturan ini amat ketat, sementara di barat cukup diabaikan sehingga muncul berbagai macam tipologi. Namun ini tidak berarti bahwa di dalam ritus latin kurang waspada. Kerap dilarang penggunaan reproduksi yang bertentangan dengan iman katolik, ungkapan kerohanian yang abstrak, spiritualitas disinkarnatif, bahkan bisa terjebak pada kultus wajah daripada spiritualitas yang autentik.

3.3.5.7 Perarakan – prosesi

§ Beberapa prosesi liturgis: Berkaitan dengan peristiwa Kristus: 2 februari (bdk. Lk 2,22-38), minggu palma dan

Vigilia Paska (penyeberangan dari kegelapan makam ke cahaya kebangkitan) Berkaitan dengan adorasi ekaristi pada hari Corpus Domini, prosesi pemberkatan

ladang dan pekerjaan, prosesi ke makam (2 november). Perarakan prapaska: prosesi jalan salib, prosesi penerimaan minyak krisma pada

kamis putih, prosesi pembabtisan dari menuju bejana babtis, prosesi dalam ekaristi (saat masuk, prosesi bacaan injil, persembahan, komuni), prosesi untuk membawa viaticum, prosesi pemakaman dan pemindahan relikwi.

§ Untuk katekese: hati-hati dengan devosi pada sakramen yang bisa dinomorduakan atau bahkan ditinggalkan, lebih suka kemeriahan ritus eksternal dari pada pertobatan dalam hati, degradasi kesaksian iman yang merosot menjadi sebuah pertunjukan ritus. Dari sudut pandang teologis, perarakan mengambil inspirasi dari sequela Christi.

Kita berjalan bersama Kristus dan berjalan dibelakangnya, dengan menyadari bahwa rumah kita tidak di dunia ini (Ibr 13,14)

Dari sudut pandang liturgis, hendaknya prosesi ini mengarah pada penghayatan yang lebih kaya akan perayaan liturgi.

Dari sudut pandang antropologis: hendaknya ditekankan makna berjalan bersama dalam doa, nyanyian, menuju tujuan yang sama, menjadi makin determinatif untuk mengkonkretisasikan dalam peziarahan ini kehidupan beriman yang makin dewasa.

38 Kesalehan Populis dan Liturgi

3.4 UNTUK ORANG MENINGGAL

3.4.1 Iman dalam kebangkitan orang mati

§ Barangsiapa percaya kepada Kristus, dia tidak akan mati, melainkan memilik ihidup kekal (Yoh 3,16). Itulah sebabnya dalam credo, didengungkan aku menantikan kebangkitan orang mati dan kehidupan di dunia yang akan datang. Iman akan kebangkitan orang mati meruapakan unsur pokok dalam perwahyuan katolik.

§ Kematian merupakan salah satu tahap dari peziarahan kehidupan kita di dunia, tetapi bukan akhir dari keberadaan kita. Kehidupan kita diukur oleh waktu dan ini terus berubah… kita pun menjadi tua seperti ciptaan yang lain lalu kematian nampak seperti akhir yang normal dari kehidupan ini (bdk. KHK 1007).

§ Dari sudut pandang iman, kematian adalah akhir peziarahan manusia di bumi, akhir dari masa berahmat dan belas kasih yang Allah tawarkan untuk merealisasikan kehidupan di bumi agar berjalan seturut rencana keselamatan Allah (bdk. KHK 1013)

§ Kematian adalah sebuah penyeberangan menuju kehidupan yang sejati. Gereja menyebutnya dengan dies natalis, hari kelahiran ke surga, dimana tidak ada lagi kematian, kedukaan, ratap tangis (Why 21,4). Dalam prefasi dinyatakan kepada umatmu ya Tuhan, kehidupan tidak diambil dari padanya, namun di transformasi. Sementara dihancurkan rumah di dalam pembuangan ini, disiapkan sebuah rumah kekal di surga.18

§ Pada akhirnya,kematian adalah sebuah momen berahmat. Di dalam kristus dan bagi Kristus menjadi sebuah nilai dan makna positif. Dari sudut pandang biblis, hal ini di dasari bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan (Fil 1,21) dan jika kita mati dengan Dia, kitapun hidup bersama Dia (IITim 2,11).

3.4.2 Makna dari pengaplikasian doa

§ Tujuannya adalah memohon belas kasih Allah pada arwah-arwah orang beriman, agar membersihkannya dengan api cinta kasih dan menuntunnya ke dalam Kerajaan kehidupan. Dalam hal ini, perayaan ekaristi menempati prioritas (Konsili di Lion, 6 juli 1274, DS 8567), kemudian diikuti dengan doa pribadi, sedekah, karya kasih dst.

3.4.3 Le esequie cristiane (penghormatan kepada arwah)

§ Disederhanakan menjadi: Tuguran di rumah yang berduka: berdoa, berbela sungkawa, tanda solidaritas

kepada keluarga yang ditinggalkan (Rm 12,15) Perayaan ekaristi: di sini komunitas lingkungan berkumpul untuk mendegarkan

Sabda Allah yang mewartakan misteri Paska, memupuk pengharapan untuk bersua kembali di dalam kerjaan Allah dan menimba semangat untuk lebih berani memberikan kesaksian hidup injili.

Ritus pelepasan jenazah, prosesi ke pemakaman dan penguburan: Gereja atau komunitas setempat memberikan salam terakhir, mendampingi jasad menuju tempat peristirahatan hingga kebangkitannya (bdk. IKor 15,42-44)

18 MISSALE ROMANUM, Praefatio defunctorum, I

Kesalehan Populis dan Liturgi 39

3.4.4 Bentuk-bentuk lain pengaplikasian doa

§ Mendoakan arwah tidak hanya pada hari meninggalnya, namun juga 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1000 hari dan dalam kalender liturgi, secara khusus diperingati 2 november dalam ekaristi, dalam ibadat harian.

§ Hendaknya dihindari pandangan posesif tentang misa hanya untuk orang tertentu.19 Justru diingat bahwa dalam setiap perayaan ekaristi, Gereja mendoakan semua orang yang sudah mendahului kita dalam iman agar beristirahat dalam Kristus.

3.4.5 Peringatan arwah dalam kesalehan populis

§ Hal-hal yang perlu dihindari: Praktek pemanggilan arwah. Menerjemahkan mimpi, yang berkaitan dengan orang mati, tentang makna dan

efek imaginer, sehingga ketakutan itu mengkondisikan kita untuk bertindak secara rasional dan dalam iman.

Paham reinkarnasi. Penolakan pada kekekalan jiwa. Aplikasi kategori ruang-waktu dari orang yang meninggal pada peristiwa sekarang

(jam nggeblak, hari baik dan tidak baik).

§ Sebuah ketidakbijaksanaan doktriner dan pastoral bila realitas dan tanda-tanda kematian disembunyikan. Maka, perlu katekese jelas, karena masyarakat kita seolah-olah tidak memberi tempat pada orang-orang mati, simbol-simbol yang dibawanya dan bahkan menolak kehadiran mereka. Dampaknya, tanda-tanda kematian pun ditolak dan diserahkan pada yang berwajib. Dari sini (misalnya) muncul praktek seperti tanatopraxis untuk memperlambat pembusukan mayat.

§ Umat katolik hendaknya menjadi familiar dan tenang berhadapan dengan realitas kematian dan menentang segala bentuk pemikiran dan kegiatan yang tidak memilik ipengharapan dan iman pada Kristus yang wafat dan bangkit.

§ Beberapa tradisi yang hidup dalam Gereja katolik: Novena menjelang peringatan arwah orang beriman (2 november) atau peringatan

7 hari setelahnya. Kunjungan ke makam: biasanya dilaksanakan secara komuniter (bersama-sama)

pada tanggal 2 november, pada kedatangan pastor paroki yang baru atau pada akhir misi umat (katekese umat). Kalau dilakukan secara pribadi, dalam kesempatan apapun, hendaknya dimaknai bukan sebagai sebuah kewajiban (misalnya, kalau makam tidak dibersihkan dan diberi bunga pada hari-hari tertentu maka akan mendatangkan celaka), tetapi kunjungan itu hendaknya mengungkapkan sebuah relasi, sebuah ikatan, sebuah kesatuan Gereja.

pengaplikasian doa, karya kasih, puasa, indulgensi, pendarasan Mazmur de Profundis, pendarasan Requiem aeternam yang diikuti dengan doa Angelus, rosario, pemberkatan perjamuan dst.

19 Institutio generalis Missalis Romani, 355.

40 Kesalehan Populis dan Liturgi

3.5 SANTUARIO DAN PEZIARA HAN

§ Santuario, yang biasanya didedikasikan kepada Allah Tritunggal, Kristus Tuhan, Bunda Maria, para Malaikat serta para orang kudus (santo/a, beato/a), merupakan tempat dimana liturgi dan kesalehan populis menampakkan relasi yang amat erat. Di sini diuraikan tradisi biblis dan dirayakan berbagai perayaan iman, terutama ekaristi dan pengakuan dosa, sambil merayakan berbagai bentuk praktek kesalehan populis yang sudah diakui.

3.5.1 Santuario

§ Dari sudut pandang teologis, santuario adalah tanda kehadiran aktif dari keselamatan Allah di dalam sejarah dan sebuah perhentian bagi umat Allah, peziarah di dunia ini. Setelah berhenti, beristirahat, merenung dan menimba kekuatan, para peziarah diharapkan bisa melanjutkan perjalanan mereka dengan lebih serius dan dedikasi menuju kota abadi (bdk. Ibr 13,14).

§ Dari sudut pandang iman, santuari ini adalah: Dari asalnya, merupakan kenangan sebuah peristiwa Dari tanda-tanda yang muncul, menunjukkan kekhasan tempat khusus untuk

melantunkan permohonan doa Dari tempatnya, cenderung sunyi, indah, terpencil Dari kotbahnya, menekankan pertobatan, karya kasih dan dorongan untuk hidup

lebih dekat dengan Kristus Dari sakramen-sakramen yang dirayakan, mengarah pada tempat untuk bertumbuh

dalam rahmat, bertahan dalam cobaan dan percaya pada pengharapan.

3.5.1.1 Pengakuan kanonik

§ KHK 1230 memberikan definisi bahwa santuario ini adalah sebuah gereja atau sebuah tempat kudus, dimana karena alasan kesalehan dan dengan pengakuan dari Ordinaris wilayah, menjadi sebuah tempat peziarahan bagi umat beriman.

§ Tempat ini berfungsi untuk menerima peziarah yang datang untuk memuliakan Allah, menyatakan iman mereka, berdamai dengan Allah, dengan Gereja dan dengan sesama serta memohonkan bantuan Bunda Maria atau orang kudus.

3.5.1.2 Santuari sebagai tempat perayaan kultus

§ Di sini dirayakan Perayaan tobat, Perayaan ekaristi, Perayaan perminyakan, Perayaan sakramen-sakramen lain, Perayaan ibadat harian, Perayaan sakramental.

§ Melihat kecenderungan para peziarah, sebagian besar datang untuk merayakan sakramen rikonsiliasi. Maka, biasanya ditempat ini ada bapa pengakuan, perayaan persiapan sakramen tobat bersama dan kadang-kadang diberi kesempatan untuk berdialog dengan pendamping rohani atau bapa pengakuan lebih panjang.

§ Perayaan ekaristi di tempat ini hendaknya mengantar para peziarah pada sebuah pertemuan lebih dalam dengan Yesus Kristus. Amat dianjurkan untuk tidak merayakan misa dalam kelompok-kelompok kecil pada waktu bersamaan, karena bisa mengurangi makna kesatuan dan persaudaraan serta tidak mencerminkan universalitas Gereja.

Kesalehan Populis dan Liturgi 41

§ Jika para peziarah adalah orang-orang sakit, maka sangat dimungkinkan penerimaan sakramen perminyakan komuniter.

§ Perayaan sakramen yang lain hendaknya selalu dalam komunikasi dengan komunias paroki dan uskup setempat.

§ Ibadat harian, terutama ibadat pagi (laudes) dan ibadat sore (Vesper) atau perayaan tertentu berkaitan dengan dedikasi dari santuario, bisa ditawarkan kepada para peziarah.

§ Berkaitan dengan pemberkatan orang, tempat, makanan atau benda-benda rohani, hendaknya pemimpin santuario melaksanakannya dengan bijaksana. Sedapat mungkin pewartaan Sabda Allah dan doa umat menjadi bagian sentralnya.

3.5.1.3 Santuario sebagai tempat pewartaan

§ Kepada para peziarah yang datang, hendaknya beberapa pesan pokok injili disampaikan kepada mereka seperti: kotbah di bukit, cinta kasih dan kebapaan Allah, hukum utama, makna salib serta nasib transenden dari kehidupan manusia.

3.5.1.4 Santuari sebagai tempat karitas

§ Melalui kemurahan hati para peziarah dan kesaksian iman dari para pengelola santuario, banyak santuario merupakan tempat mediasi antara cinta kasih Allah dan cinta kasih persaudaraan dari mereka yang membutuhkan.

§ Beberapa bentuk cinta kasih ini misalnya nampak dalam berbagai bentuk pelayanan yang dibuat di sekitar tempat peziarahan bagi para peziarah maupun bagi mereka yang sakit, yang tua dan yang berkekurangan.

3.5.1.5 Santuario sebagai tempat kebudayaan

§ Banyak santuario menawarkan sebuah kesaksian sejarah dan artistik dalam bentuk gambar, lukisan, mozaik, sastra maupun musik tertentu. Dalam hal ini, santuario bisa membantu masyarakat setempat untuk menemukan identitas jati dirinya.

3.5.1.6 Santuario sebagai tempat untuk penggalakan ekumenisme

§ Berkaitan dengan pekan doa sedunia untuk persatuan umat kristiani, santuario menawarkan juga kepada para peziarah beberapa pertemuan doa, seminar, konferensi atau sharing berkaitan dengan intensi ini. Disadari juga bahwa tidak semua para peziarah adalah umat katolik. Maka, segala kegiatan kultus yang dijalankan di santuario harus sejalan dengan identitas katolik, tanpa menyembunyikan rasa memiliki pada iman katolik.

3.5.2 Peziarahan

§ Peziarahan, yang merupakan ungkapan religius universal, adalah salah satu kekhasan dari kesalehan populis yang terikat dengan tempat berziarah. Seorang peziarah membutuhkan tempat tujuan, yaitu santuario, dan sebaliknya.

§ Dari sudut pandang biblis, kita bisa melihat peziarahan Abraham, Isak dan Yakub ke Sikem (bdk. Kej 12,6-7;33,18-20), Betel (bdk. Ke 28,10-22; 35,1-5) dan mamre (bdk. Kej 13,18; 18,1-5) dimana Allah menyatakan diri kepada mereka dan berupaya

42 Kesalehan Populis dan Liturgi

memberikan tanah terjanji. Peziarahan Musa bersama bangsa Israel menuju tanah terjanji juga memiliki makna peziarahan karena: perjalanan ini diberkati oleh Allah, ada kehadiran tabut perjanjian dan tabernakel yang melambangkan kehadiran-Nya.

§ Dalam tradisi bangsa Israel, tiga kali setahun orang laki-laki wajib pergi ke Bait Allah di Yerusalem untuk mempersembahkan dirinya kepada Allah (bdk. Kel 23,17). Ada tiga kesempatan untuk berziarah seperti yang dilakukan keluarga kudus di Nazaret: la festa degli Azzimi (Paska), delle settimane (Pentakosta) dan delle tende.

§ Pada tiga abat pertama, peziarahan tidak menjadi ungkapan khas kultus kekatolikan. Gereja takuat akan kontaminasi dari praktek-praktek religius yang datang dari yudaisme dan dunia kafir. Namun ada bentuk turunan lain dari peziarahan ini, yaitu kultus pada para mártir yang diadakan di katekombe-katakombe.

§ Pada abad berikutnya, pasca Constantinus, mulai merebak kunjungan ke Palestina atau ke tempat-tempat kudus bermulai di Yerusalem, di tanah suci. Pembangunan santuario pun mulai dilaksanakan. Anastasis di makam Yesus, Martyrium di atas gunung kalvari serta di beberapa tempat lain, bahkan dalam tradisi Perjanjian Lama seperti di Sinai.

§ Pada abad pertengahan, peziarahan ke tanah suci terutama, membentuk identitas kekatolikan dai Barat. Beberapa relikwi dari kisah sengsara Yesus mulai diusung seperti: la túnica, il volto santo, la scala santa dan la sindone. Peziarahan selain di tanah suci juga berkembang di Roma (mengunjungi basilika atau katakombe), di Santiago de Compostela di Spanyol (marak abad IX-XVI), di Tours (St. Martinus), Canterbury (st. Thomas Becket), Monte Gargano di Puglia (St. Mikael) dan santuario mariana di Loreto.

§ Di zaman modern, di bawah pengaruh perubahan budaya, gerakan protestan, pengaruh iluminisme, peziarahan mulai surut. Perjalanan ke tempat yang jauh menjadi sebuah peziarahan rohani, perjalanan menuju ke dalam diri sendiri, sebuah perarakan simbolis … seperti terungkap dalam devosi jalan salib. Namun, pada pertengahan ‘800, mulai marak kembali peziarahan ini dalam fisionomi yang berbeda. Santuario, yang menjadi tempat tujuan para peziarah, lebih merupakan identitas iman dan budaya dari sebuah bangsa. Misalnya: Aparecida, Assisi, Czestochowa, Fatima, Guadalupe, Loreto, Lourdes Montevergine, Montserrat, Nagasaki, Padova, Pompei, San Giovanni Rotondo dst.

3.5.2.1 Spiritualitas peziarahan

§ Dimensi eskatologis: Umat katolik, sebagai homo viator, yang melakukan perjalanan menuju santuario merupakan simbol dari peziarahan menuju Kerajaan Allah.

§ Dimensi penitensial: peziarahan dikaitkan seabagi sebuah perjalanan pertobatan. Dengan berjalan, peziarah mencoba mengevaluasi dirinya, melihat ikatan-ikatan yang membelenggu dan tidak berguna untuk pencapaian kebebasan interior dan pemahaman tentang makna kehidupan. Selesai berziarah, umat beriman diharapkan untuk lebih tegas dalam mengorientasikan dirinya kepada Allah dan mentransformasi hidupnya.

Kesalehan Populis dan Liturgi 43

§ Dimensi pesta: peziarahan dikaitkan dengan solidaritas, persaudaraan katolik, memberi tempat dan waktu untuk mempererat persahabatan, saling berbagi.

§ Dimensi kultual: tindak berziarah adalah sebuah tindak kultus. Berjalan menuju santuario diidentikkan dengan perjalanan kita menuju kepada Allah, untuk tinggal dalam kehadiran-Nya dalam adorasi dan dialog yang erat. Dialog ini terungkap dalam berbagai bentuk pujian dan adorasi, ucapan syukur, pemenuhan janji, memohon rahmat tertentu dalam kehidupan atau memohon pengampunan atas kesalahan dan dosa yang telah dibuat.

§ Dimensi apostolik bisa ditelaah dalam setiap perjalanan Yesus bersama par amuridnya untuk mewartakan Injil di jalan-jalan di Palestina.

§ Dimensi komuniter terungkap bahwa seorang peziarah tidak pernah berjalan sendiri, namun bersama dengan Allah (bdk. Lk 24,13-35), bersama komunitas asalnya (Gereja secara keseluruhan), bersama para umat Allah yang sepanjang sejarah telah berjalan dan berdoa di santuario tersebut, bersama dengan alam yang mengelilingi santuario, bersama dengan umat manusia dengan penderitaan dan pengharapan yang terungkap dalam berbagai bentuk dan tanda-tanda di santuario.

3.5.2.2 Praksis peziarahan

§ Dalam prakteknya hendaknya diperhatikan pada saat keberangkatan (doa, misa, ibadat atau berkat perutusan bagi para peziarah), pada tahap terakhir (mulai jalan, berarakan, bernyanyi, berdoa…), penyambutan (pertemuan antara peziarah dan pengelola santuario), masa tinggal (hendaknya diisi dengan doa pribadi, devosi, perayaan ekaristi dan sakramen-sakramen lain) dan sebagai penutup adalah sebuah syukur dengan permohonan kepada Allah agar menjaga mereka untuk tetap setia pada niat-niat baik untuk lebih menghayati panggilan hidup katolik.

penerjemah P. Alfons sx

44 Kesalehan Populis dan Liturgi

DAFTAR ISI

1 PENGANTAR 2

1.1 Menjelaskan istilah 4 1.1.1 Praktek-praktek kesalehan .............................................................................................................................. 4 1.1.2 Devosi .............................................................................................................................................................. 4 1.1.3 Kesalehan populis ............................................................................................................................................ 4 1.1.4 Religiositas populis .......................................................................................................................................... 5

1.2 Panduan pokok 5 1.2.1 Primasi liturgi ................................................................................................................................................... 5 1.2.2 Pemberian makna dan pembaharuan ............................................................................................................. 5 1.2.3 Perbedaan dan keharmonisan dengan liturgi ................................................................................................. 6

1.3 Bahasa kesalehan populis 6 1.3.1 Gerakan dan tanda-tanda................................................................................................................................ 6 1.3.2 Teks-teks dan rumusan-rumusan .................................................................................................................... 7 1.3.3 Lagu-lagu .......................................................................................................................................................... 7 1.3.4 Gambar-gambar............................................................................................................................................... 7 1.3.5 Tempat ............................................................................................................................................................. 7 1.3.6 Waktu ............................................................................................................................................................... 8

2 BERANGKAT DARI SEJARAH, MAGISTERIUM DAN TEOLOGI 8

2.1 Liturgi dan kesalehan populis dalam terang sejarah 8 2.1.1 Liturgi dan kesalehan populis dalam perjalanan sejarah ................................................................................ 8

2.1.1.1 Dalam gereja katolik purba ........................................................................................................................ 8 2.1.1.2 Pada abad pertengahan ............................................................................................................................. 9 2.1.1.3 Pada zaman modern ................................................................................................................................ 12 2.1.1.4 Pada zaman contemporánea ................................................................................................................... 14

2.1.2 Liturgi dan kesalehan populis: berbagai permasalahan aktual .................................................................... 14 2.1.2.1 Petunjuk dari sejarah: penyebab ketidakseimbangan .............................................................................. 14 2.1.2.2 Dalam terang Konstitusi liturgi ................................................................................................................. 15 2.1.2.3 Pentingnya pembinaan ............................................................................................................................ 16

2.2 Liturgi dan kesalehan populis dalam magisterium 16 2.2.1 Nilai-nilai dari kesalehan populis ................................................................................................................... 16 2.2.2 Beberapa bahawa yang dapat menyimpangkan kesalehan populis............................................................. 17 2.2.3 Subyek kesalehan populis ............................................................................................................................. 17 2.2.4 Praktek-praktek kesalehan ............................................................................................................................ 18 2.2.5 Liturgi dan latihan-latihan kesalehan ............................................................................................................ 18 2.2.6 Karakter-karakter umum untuk pembaharuan latihan-latihan kesalehan................................................... 18

2.3 Prinsip-prinsip teologi untuk mengevaluasi dan memperbarui kesalehan populis 18 2.3.1 Kehidupan kultus: comunio dengan Bapa, dengan perantaraan Yesus Kristus di dalam Roh kudus .......... 18 2.3.2 Gereja, komunitas kultus ............................................................................................................................... 19 2.3.3 Imamat umum dan kesalehan populis .......................................................................................................... 19 2.3.4 Sabda Allah dan kesalehan populis ............................................................................................................... 19 2.3.5 Kesalehan populis dan perwahyuan pribadi ................................................................................................. 19 2.3.6 Inkulturasi dan kesalehan populis ................................................................................................................. 20

Kesalehan Populis dan Liturgi 45

3 ORIENTASI ARAH UNTUK MENGHARMONISKAN KESALEHAN POPULIS DENGAN LITURGI 20

3.1 Tahun liturgi dan kesalehan populis 20 3.1.1 Hari minggu.................................................................................................................................................... 20 3.1.2 Masa Adven ................................................................................................................................................... 20

3.1.2.1 Corona Adven .......................................................................................................................................... 20 3.1.2.2 Prosesi masa adven.................................................................................................................................. 20 3.1.2.3 Le tempora d’inverno .............................................................................................................................. 21 3.1.2.4 Bunda Maria pada masa adven ................................................................................................................ 21 3.1.2.5 Novena natal ............................................................................................................................................ 21 3.1.2.6 Gua natal ................................................................................................................................................. 21 3.1.2.7 Kesalehan populis dan semangat adven .................................................................................................. 21

3.1.3 Masa natal ..................................................................................................................................................... 22 3.1.3.1 Malam natal ............................................................................................................................................. 22 3.1.3.2 Pesta keluarga kudus ............................................................................................................................... 22 3.1.3.3 Pesta para martir kanak-kanak Yesus ....................................................................................................... 22 3.1.3.4 31 desember ............................................................................................................................................ 23 3.1.3.5 Hari raya Bunda Allah............................................................................................................................... 23 3.1.3.6 Hari raya penampakan Tuhan - Epifani .................................................................................................... 23 3.1.3.7 Pesta Pembabtisan Tuhan ........................................................................................................................ 23 3.1.3.8 Pesta Yesus dipersembahkan ke Bait Allah .............................................................................................. 23

3.1.4 Masa prapaska ............................................................................................................................................... 23 3.1.4.1 Penghormatan pada Kristus tersalib ........................................................................................................ 24 3.1.4.2 Bacaan-bacaan misteri sengsara Tuhan ................................................................................................... 24 3.1.4.3 Jalan salib Tuhan ...................................................................................................................................... 24 3.1.4.4 Jalan keibuan Maria (La Via Matris) ......................................................................................................... 24 3.1.4.5 Pekan suci ................................................................................................................................................ 25 3.1.4.6 Minggu Palma: Daun palma, zaitun atau tanaman lain ............................................................................ 25

3.1.5 Triduum paskah ............................................................................................................................................. 25 3.1.5.1 Kamis suci: kunjungan ke tempat ekaristi ditahtakan .............................................................................. 25 3.1.5.2 Jumat agung ............................................................................................................................................. 25 3.1.5.3 Sabtu suci ................................................................................................................................................. 26 3.1.5.4 Minggu paska ........................................................................................................................................... 26

3.1.6 Masa paska .................................................................................................................................................... 27 3.1.6.1 Pemberkatan keluarga dan rumah tahunan............................................................................................. 27 3.1.6.2 La Via lucis ............................................................................................................................................... 27 3.1.6.3 Devosi kerahiman ilahi ............................................................................................................................. 27 3.1.6.4 Novena pentakosta .................................................................................................................................. 27 3.1.6.5 Minggu pentakosta .................................................................................................................................. 27

3.1.7 Masa biasa sepanjang tahun ......................................................................................................................... 27 3.1.7.1 Hari raya Tritunggal mahakudus .............................................................................................................. 27 3.1.7.2 Hari raya Tubuh dan Darah Kristus........................................................................................................... 28 3.1.7.3 Adorasi ekaristi ........................................................................................................................................ 28 3.1.7.4 Hati Kudus Yesus ...................................................................................................................................... 28 3.1.7.5 Hati tak bernoda Santa Perawan Maria ................................................................................................... 29 3.1.7.6 Darah Kristus yang maha indah................................................................................................................ 29 3.1.7.7 Kenaikan Bunda Maria ke surga ............................................................................................................... 29 3.1.7.8 Pekan doa untuk persatuan umat kristiani .............................................................................................. 29

3.2 Penghormatan pada Bunda Allah 30 3.2.1 Beberapa prinsip ............................................................................................................................................ 30 3.2.2 Masa praktek-praktek kesalehan mariana .................................................................................................... 30

3.2.2.1 Perayaan pesta ........................................................................................................................................ 30 3.2.2.2 Hari Sabtu ................................................................................................................................................ 31 3.2.2.3 Triduum, Settenari, Novena maria ........................................................................................................... 31 3.2.2.4 Bulan-bulan maria .................................................................................................................................... 31

3.2.3 Beberapa prinsip praktek kesalehan mariana yang dianjurkan oleh Magisterium ...................................... 31 3.2.3.1 Merenungkan Sabda Allah dalam doa ..................................................................................................... 31 3.2.3.2 Malaikat Tuhan ........................................................................................................................................ 31

46 Kesalehan Populis dan Liturgi

3.2.3.3 Ratu surga ................................................................................................................................................ 31 3.2.3.4 Rosario ..................................................................................................................................................... 32 3.2.3.5 Litani-litani Santa Perawan Maria ............................................................................................................ 32 3.2.3.6 Penyerahan diri (konsakrasi) kepada Bunda Maria .................................................................................. 32 3.2.3.7 Scapolare ................................................................................................................................................. 32 3.2.3.8 Medali wasiat ........................................................................................................................................... 33 3.2.3.9 Madah Akhatistos .................................................................................................................................... 33

3.3 Penghormatan pada para orang kudus (para beato/a dan santo/a) 33 3.3.1 Beberapa prinsip ............................................................................................................................................ 33 3.3.2 Para malaikat kudus ...................................................................................................................................... 34 3.3.3 Santo Yosep ................................................................................................................................................... 35 3.3.4 Santo Yohanes pembabtis ............................................................................................................................. 35 3.3.5 Beberapa kultus kepada para orang kudus ................................................................................................... 36

3.3.5.1 Perayaan orang kudus.............................................................................................................................. 36 3.3.5.2 Pada hari pesta ........................................................................................................................................ 36 3.3.5.3 Dalam perayaan ekaristi .......................................................................................................................... 36 3.3.5.4 Litani-litani orang kudus........................................................................................................................... 36 3.3.5.5 Relikwi orang kudus ................................................................................................................................. 36 3.3.5.6 Gambar-gambar suci ................................................................................................................................ 37 3.3.5.7 Perarakan – prosesi.................................................................................................................................. 37

3.4 Untuk orang meninggal 38 3.4.1 Iman dalam kebangkitan orang mati ............................................................................................................ 38 3.4.2 Makna dari pengaplikasian doa..................................................................................................................... 38 3.4.3 Le esequie cristiane (penghormatan kepada arwah) ................................................................................... 38 3.4.4 Bentuk-bentuk lain pengaplikasian doa ........................................................................................................ 39 3.4.5 Peringatan arwah dalam kesalehan populis ................................................................................................. 39

3.5 Santuario dan peziarahan 40 3.5.1 Santuario ........................................................................................................................................................ 40

3.5.1.1 Pengakuan kanonik .................................................................................................................................. 40 3.5.1.2 Santuari sebagai tempat perayaan kultus ................................................................................................ 40 3.5.1.3 Santuario sebagai tempat pewartaan ...................................................................................................... 41 3.5.1.4 Santuari sebagai tempat karitas ............................................................................................................... 41 3.5.1.5 Santuario sebagai tempat kebudayaan .................................................................................................... 41 3.5.1.6 Santuario sebagai tempat untuk penggalakan ekumenisme .................................................................... 41

3.5.2 Peziarahan ..................................................................................................................................................... 41 3.5.2.1 Spiritualitas peziarahan ............................................................................................................................ 42 3.5.2.2 Praksis peziarahan ................................................................................................................................... 43