Decison Making & Negotiation

31
Studi Kasus Negosiasi Nasional dan Internasional Ditujukan Untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Decision Making and Negotiation Disusun Oleh : Yogie Thalim (1353046) PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

Transcript of Decison Making & Negotiation

Studi Kasus NegosiasiNasional dan Internasional

Ditujukan Untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester

Mata Kuliah Decision Making and Negotiation

Disusun Oleh :

Yogie Thalim (1353046)

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

2014

Kasus 1 Negosiasi Nasional

Masalah Perbatasan Indonesia-Timor Leste

Masalah Perbatasan Indonesia – Timor Leste

Pada pertengahan Oktober 2013, konflik antarwarga diperbatasan Indonesia-Timor Leste kembali pecah. Warga keduanegara saling serang dengan melempar batu dan kayu diperbatasan Kabupaten Timor Tengah Utara (Indonesia) denganDistrik Oecussi (Timor Leste). Konflik ini menimbulkanketegangan hubungan antarwarga hingga berhari-hari berikutnya(Tempo,15 Oktober 2013). Konflik tersebut bukan pertama kaliterjadi, karena pada akhir Juli 2012 konflik serupa jugaterjadi di kabupaten yang sama, tetapi melibatkan warga daridesa yang berbeda. 

Kasus konflik komunal di perbatasan Indonesia-Timor Lestemenarik, karena jenis konflik tersebut hampir tidak terjadi di

wilayah perbatasan darat Indonesia lainnya, baik di Kalimantanmaupun di Papua. Biasanya masalah yang muncul di wilayahperbatasan darat tersebut berupa belum disepakatinyadelimitasi dan demarkasi batas serta maraknya aktivitas lintasbatas ilegal. Bisa dikatakan jarang sekali terjadi kekerasanantarwarga. Oleh karena itu, analisis terhadap konflik komunaldi perbatasan Indonesia-Timor Leste tersebut penting untukdilakukan, agar Indonesia dapat membuat langkah antisipasisehingga kejadian serupa tidak terjadi di masa depan. Tulisanini berusaha menjelaskan kronologi konflik komunal tersebut,faktor-faktor penyebab, usaha penyelesaian, dan langkah yangbisa dilakukan ke depan. 

Kronologi Konflik  

Pada Oktober 2013, Pemerintah Republik Demokratik TimorLeste membangun jalan di dekat perbatasan Indonesia-TimorLeste, di mana menurut warga Timor Tengah Utara, jalantersebut telah melintasi wilayah NKRI sepanjang 500 m dan jugamenggunakan zona bebas sejauh 50 m. Padahal berdasarkan notakesepahaman kedua negara pada tahun 2005, zona bebas ini tidakboleh dikuasai secara sepihak, baik oleh Indonesia maupunTimor Leste. Selain itu, pembangunan jalan oleh Timor Lestetersebut merusak tiang-tiang pilar perbatasan, merusak pintugudang genset pos penjagaan perbatasan milik Indonesia, sertamerusak sembilan kuburan orang-orang tua warga Nelu, KecamatanNaibenu, Kabupaten Timor Tengah Utara. 

Pembangunan jalan baru tersebut kemudian memicuterjadinya konflik antara warga Nelu, Indonesia dengan wargaLeolbatan, Timor Leste pada Senin, 14 Oktober 2013. Merekasaling lempar batu dan kayu. Aksi ini semakin besar karenamelibatkan anggota polisi perbatasan  Timor Leste (Cipol) yangturut serta dalam aksi saling lempar batu dan kayu tersebut.Dari aksi tersebut, enam warga Leolbatan dan satu anggota

Cipol menderita luka parah, sementara dari sisi Indonesiahanya ada satu warga Nelu yang menderita luka ringan. 

Setelah jatuhnya korban dari kedua belah pihak, aksisaling serang kemudian dihentikan. Namun demikian, warga masihberjaga-jaga di perbatasan masing-masing. Eskalasi konfliksemakin meningkat setelah terjadi insiden penggiringan 19 ekorsapi milik warga Indonesia yang diduga digiring oleh wargaTimor Leste masuk ke wilayah mereka. Selanjutnya, 10 wargaIndonesia didampingi enam anggota TNI Satgas-Pamtas masuk kewilayah Timor Leste untuk mencari 19 ekor sapi tersebut.Sementara itu, ratusan warga lainnya dari empat desa diKecamatan Naibenu berjaga-jaga di perbatasan dan siap perangmelawan warga Leolbatan, Desa Kosta, Kecamatan Kota, DistrikOekussi, Timor Leste. Berita terakhir yang terkumpul darimedia massa, warga masih berjaga-jaga di perbatasan (Tempo, 18Oktober 2013). 

Konflik tersebut bukan pertama kali terjadi di perbatasanIndonesia-Timor Leste. Satu tahun sebelumnya, konflik jugaterjadi di perbatasan Timur Tengah Utara-Oecussi. Pada 31 Juli2012, warga desa Haumeni Ana, Kecamatan Bikomi Utara,Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT, terlibat bentrok denganwarga Pasabbe, Distrik Oecussi, Timor Leste. Bentrokan inidipicu oleh pembangunan Kantor Pelayanan Bea Cukai, Imigrasi,dan Karantina (CIQ) Timor Leste di zona netral yang masihdisengketakan, bahkan dituduh telah melewati batas dan masukke wilayah Indonesia sejauh 20 m. Tanaman dan pepohonan ditanah tersebut dibabat habis oleh pihak Timor Leste. Setelahterlibat aksi saling ejek, warga dari kedua negara kemudiansaling lempar batu dan benda tajam sebelum akhirnya dileraioleh aparat TNI perbatasan dan tentara Timor Leste (Sindo, 31Juli 2012; Tempo, 2 Agustus 2012; dan  Kompas, 6 Agustus2012). 

Faktor Penyebab Konflik

Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinyakonflik komunal tersebut.

1. Pertama, masih belum tuntasnya delimitasi perbatasanantara kedua negara. Berdasarkan nota kesepahaman antarakedua negara pada 2005, masih terdapat 4% perbatasandarat yang masih belum disepakati. Menurut Badan NasionalPengelola Perbatasan (BNPP), kedua negara masihmempersengketakan tiga segmen batas yaitu

segmen di Noelbesi Citrana, Desa Netemnanu Utara,Amfoang Timur, Kabupaten Kupang, dengan DistrikOecussi, Timor Leste, menyangkut areal persawahansepanjang Sungai Noelbesi, yang status tanahnyamasih sebagai zona netral.

Segmen di Bijaelsunan, Oben, di Kabupaten TimorTengah Utara dengan Distrik Oecussi, yaitu padaareal seluas 489 bidang tanah sepanjang 2,6 km atau142,7 ha. Tanah tersebut merupakan tanah yangdisterilkan agar tidak menimbulkan masalah karenaIndonesia-Timor Leste mengklaim sebagai miliknya.

Segmen di Delomil Memo, Kabupaten Belu yangberbatasan dengan Distrik Bobonaro, yaitu perbedaanidentifikasi terhadap Median Mota Malibaca padaaliran sungai sepanjang 2, 2 km atau pada arealseluas 41,9 ha (Tempo, 15 Agustus 2012). 

2. Kedua, terjadi perbedaan interpretasi mengenai zonanetral yang terdapat di perbatasan kedua negara. Darisudut pandang Indonesia, pemerintah dan warganyamenganggap bahwa zona netral adalah zona yang masih belumditetapkan statusnya sebagai milik negara Indonesia atauTimor Leste, sehingga harus dikosongkan dari segalaaktivitas warga. Sementara dari sudut pandang TimorLeste, zona itu sebenarnya adalah wilayah Timor Lesteyang digunakan oleh PBB sebagai kawasan koordinasikeamanan antara TNI dan PBB, sebagai tempat fasilitasipembangunan pasar bagi warga di perbatasan, dan sebagai

tempat rekonsiliasi antara masyarakat eks Timtim denganmasyarakat Pasabe, Distrik Oecussi. Dengan demikian,setelah PBB meninggalkan Timor Leste, seharusnya zonanetral tersebut tetap menjadi bagian wilayah kedaulatanTimor Leste. 

3. Ketiga, terkait dengan aspek sosial budaya, yaitu masihterdapat sentimen negatif antarwarga Indonesia denganwarga Timor Leste. Sebenarnya, masyarakat Timor TengahUtara dan Oecussi di perbatasan berasal dari nenek moyangyang sama, yaitu sama-sama orang Timor, baik itu sukuTetun, Marae (Bunak), Kemak, dan Dawan. Hubungankekerabatan pun sudah lama terjalin, apalagi Timor Lestepernah menjadi bagian dari Indonesia sejak tahun 1975hingga 1999. Namun, pasca pemisahan Timor Timur sebagaihasil referendum, sentimen negatif tersebut menguat. Disatu sisi, warga Timor Leste, terutama yang padareferendum menjadi bagian kelompok prokemerdekaan,melihat Indonesia sebagai negara yang telah menjajahmereka selama hampir 25 tahun. Di sisi lain, wargaIndonesia melihat warga Timor Leste sebagai orang-orangyang tidak berterima kasih, apalagi banyak anggotakelompok prointegrasi yang memilih mengungsi ke wilayahIndonesia pasca referendum. Sentimen negatif ini semakinmenguat ketika masyarakat kedua negara sama-sama dalamkondisi miskin dan mereka terlibat perebutan sumberdayaseperti lahan kebun dan sapi. 

Upaya Penyelesaian  

Indonesia sudah melakukan berbagai tindakan untukmenyelesaikan permasalahan ini, baik tindakan yang bersifatjangka pendek (penyelesaian konflik yang terjadi) maupuntindakan yang bersifat jangka panjang (penyelesaian sumberkonflik). Pada penyelesaian yang bersifat jangka pendek, untukkonflik yang terjadi tahun 2012, aparat TNI dari Korem 161Wirasakti Kupang berhasil menghentikan pembangunan kantor QICyang dilakukan oleh pihak Timor Leste. Menurut Komandan Korem,pembangunan tersebut sudah melewati tapal batas Indonesia

sejauh 20 m sehingga TNI meminta Timor Leste agar segeramenghentikan pembangunan tersebut. Sambil menunggupenyelesaian lebih lanjut, TNI bersama dengan tentara TimorLeste berhasil menghentikan konflik antarwarga perbatasankedua negara dan menciptakan kondisi yang kondusif kembali(Tempo, 27 Juli 2012). Dari kasus di atas, Indonesia mendapatpembelajaran bahwa kekuatan TNI yang ditempatkan di titik-titik perbatasan ternyata masih kurang dalam menghentikankonflik antar warga perbatasan, sehingga Komandan Korem diKupang perlu datang sendiri ke lokasi konflik. Oleh karena itudalam jangka panjang, kekuatan TNI di tiap titik perbatasanperlu ditambah agar di masa yang akan datang konflik-konfliktersebut bisa diantisipasi. 

Namun dalam kasus 2013, keterlibatan aparat keamanan darikedua negara, baik Cipol-nya Timor Leste maupun TNI-nyaIndonesia, justru membuat konflik ini semakin besar. Dengankekuatan senjata api yang mereka pegang, keterlibatan aparatkeamanan justru semakin meningkatkan eskalasi konflik dandapat menimbulkan korban yang lebih besar. Padahal, aparatkeamanan ini seharusnya bisa menjadi functional actor yang bisamenenangkan warga dari negara masing-masing untuk tidakmelakukan aksi kekerasan, seperti yang terjadi pada kasustahun 2012. 

Dalam usaha penyelesaian yang bersifat jangka panjang,Indonesia melakukan diplomasi dalam rangka menyelesaikandelimitasi terhadap segmen-segmen yang masih belum disepakati.Berdasarkan perjanjian perbatasan darat 2012, kedua negaratelah menyepakati 907 koordinat titik-titik batas darat atausekitar 96% dari panjang total garis batas. Garis batas darattersebut ada di sektor Timur (Kabupaten Belu) yang berbatasanlangsung dengan Distrik Covalima dan Distrik Bobonarosepanjang 149,1 km dan di sektor Barat (Kabupaten Kupang danKabupaten Timor Tengah Utara) yang berbatasan langsung denganwilayah enclave Oecussi sepanjang 119,7 km (GanewatiWuryandari, 2012). Upaya diplomasi ini tidak hanya berfokuspada penyelesaian garis demarkasi terhadap tiga segmen batas

yang belum disepakati, tetapi juga pengenalan pengaturan dikawasan perbatasan yang memungkinkan warga Timor Leste danwarga Indonesia yang berada di sisi perbatasan masing-masinguntuk bisa melanjutkan hubungan sosial dan kekeluargaannyayang selama ini telah terjalin di antara mereka. (WebsiteSekretaris Negara, 20 Maret 2013).

Dalam upaya diplomasi untuk menyelesaikan sisa segmenyang belum disepakati, hambatan yang perlu diantisipasi adalahperbedaan pola pendekatan penyelesaian yang digunakan olehmasing-masing pihak. Pihak Timor Leste dengan dipandu olehahli perbatasan dari United Nations Temporary ExecutiveAdministration (UNTEAD) menekankan bahwa penyelesaian perbatasanhanya mengacu kepada traktat antara Belanda-Portugis tahun1904 dan sama sekali tidak memperhitungkan dinamika adat-istiadat yang berkembang di wilayah tersebut. Sementara itu,pihak Indonesia mengusulkan agar pendapat masyarakat adat ikutdipertimbangkan (Harmen Batubara, 2013). Perbedaan polapendekatan ini perlu disamakan terlebih dahulu sebelumpembahasan tentang tiga segmen batas dilanjutkan. 

Langkah ke Depan  

Kasus penyelesaian konflik perbatasan antara Indonesiadengan Timor Leste di atas menggambarkan bahwa langkah jangkapendek dan jangka panjang telah dilakukan, baik melaluipenempatan kekuatan TNI maupun melalui negosiasi bilateralyang dikawal oleh Kementerian Luar Negeri kedua negara. Namundemikian, hal yang perlu dilakukan adalah pelibatan unsurmasyarakat dalam upaya penyelesaian tersebut. Unsur masyarakatdi sini penting karena penguasaan tanah di perbatasan terkaiterat dengan adat-istiadat yang berlaku di sana. Pada satusisi, pemerintah melakukan perundingan di tingkat pemerintah,tapi pada sisi lain masyarakat adat membuat kesepakatan-kesepakatan terkait batas lahan dan aturan pengelolaan kebundi wilayah mereka, yang sangat mungkin hasilnya bertentangandengan hasil yang disepakati pemerintah. 

Namun demikian, sebelum pelibatan unsur masyarakattersebut dilakukan, pemerintah Indonesia perlu membekaliwarganya dengan pendidikan guna meningkatkan pengetahuantentang perbatasan dan menguatkan jiwa nasionalisme, sehinggaketerlibatan masyarakat akan memberikan dampak positif bagiposisi Indonesia dalam perundingan. Gabungan kekuatan militer,diplomasi, dan unsur masyarakat ini dapat menjadi senjataampuh dalam mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayahNKRI, dan keselamatan segenap bangsa di wilayah-wilayahperbatasan Indonesia.`

Dikutip dari: http://www.politik.lipi.go.id/in/kolom/politik-internasional/899-konflik-komunal-di-perbatasan-indonesia-timor-leste-dan-upaya-penyelesaiannya.html

Pembahasan

Siapa vs siapa : Indonesia Vs Timor Leste

Masalah yang diributkan: Perbatasan wilayah (Biasanya masalahyang muncul di wilayah perbatasan darat tersebut berupa belumdisepakatinya delimitasi dan demarkasi batas serta maraknyaaktivitas lintas batas ilegal)

Faktor penyebab konflik

1. Pertama, masih belum tuntasnya delimitasi perbatasanantara kedua negara, serta kurang tegasnya kedua Negaradalam menetapkan batas Negara.

2. Terjadi perbedaan interpretasi mengenai zona netral yangterdapat di perbatasan kedua negara yang menyebabkankonflik akan selalu berkecampuk di daerah tersebut.

3. Terkait dengan aspek sosial budaya, yaitu masih terdapatsentimen negatif antarwarga Indonesia dengan warga TimorLeste, dimana kita ketahui Timor Leste dahulu adalahmerupakan wilayah Indonesia dan masyarakat Timor Leste

menilai bahwa mereka adalah anak tiri yang tidakdiperhatikan oleh Ibu Pertiwi.

Tawaran Negosiasi :

Indonesia:

Menghentikan pembangunan kantor QIC yang dilakukan olehpihak Timor Leste. Menurut Komandan Korem, pembangunantersebut sudah melewati tapal batas Indonesia sejauh 20 msehingga TNI meminta Timor Leste agar segera menghentikanpembangunan tersebut

Indonesia melakukan diplomasi dalam rangka menyelesaikandelimitasi terhadap segmen-segmen yang masih belumdisepakati

Indonesia mengusulkan agar pendapat masyarakat adat ikutdipertimbangkan (Harmen Batubara, 2013). Perbedaan polapendekatan ini perlu disamakan terlebih dahulu sebelumpembahasan tentang tiga segmen batas dilanjutkan. 

Timor Leste:

Pihak Timor Leste dengan dipandu oleh ahli perbatasandari United Nations Temporary Executive Administration (UNTEAD)menekankan bahwa penyelesaian perbatasan hanya mengacu kepadatraktat antara Belanda-Portugis tahun 1904 dan sama sekalitidak memperhitungkan dinamika adat-istiadat yang berkembangdi wilayah tersebut.

Hasil negosiasi:

Masih perlu adanya persamaan pola pendekatan terlebihdahulu sebelum pembahasan tentang tiga segmen batasdilanjutkan. Agar tidak terjadi kesalahan dalam pembagianbatas wilayah.

Opini Pribadi :

Permasalahan antar Timor Leste dan Indonesia menurut sayaharus melibatkan Mahkamah Internasional sebagai mediasi,dimana harus ada pihak netral yang menilai batas – bataswilayah kedua Negara ini, karena jika tidak maka baikIndonesia maupun Timor Leste akan tetap mengklaim wilayah nyamasing – masing.

Gambit-Gambit / Langkah-Langkah Strategi :

1. Gambit-Gambit Negosiasi Awal

Pada tahap ini kedua belah pihak bisa mengajukanpenawaran atas solusi perbatasan yang sedangdipermasalahkan. Baik pihak Indonesia dan Timor Lestebisa secara bebas mengajukan apa saja yang diinginkandalam perundingan ini. Pihak adat sendiri harus berada disalah satu pihak, tidak boleh berada di dua pihaksekaligus. Hal ini untuk menghindari kekisruhan karenatidak konsistennya pihak adat dalam melakukan negosiasiantar negara.

Dalam proses mendengarkan pendapat dan keinginan masing-masing negara, tidak boleh ada interupsi untuk menurunkantensi dari permasalahan yang sedang dibahas. Baik pihakIndonesia dan Timor Leste harus bisa menghargai danmemahami setiap permintaan dan alasan dari permintaantersebut.

2. Gambit-Gambit Negosiasi Tengah

Pada proses ini pihak mediator harus bisa menjadipengawas yang memperhatikan dan mengakomodir kebutuhansemua pihak. Hal yang terpenting dan sensitif adalahpermasalahan yang melibatkan perwakilan dari adat. Selaindari legalitas hukum dan kesepakatan sebelumnya, Mediator

harus bisa menjamin bahwa kedua negara turut mengakomodirkebutuhan dari adat. Karena dalam pelaksanaan dilapangan, pihak yang nanti akan sering bertikai adalahpewakilan dari adat.

Secara aspek dan legalitas hukum dan perundingan,perwakilan dari masing-masing negara minimal harus levelmentri sebagai perwakilan dari pemimpin masing-masingnegara. Dan akan lebih baik jika perundingan ini bisadilakukan langsung oleh kepala negara masing-masing. Halini bertujuan agar setiap keputusan yang dilakukan dapatditerima oleh penduduk masing-masing negara.

3. Gambit-Gambit Negosiasi Akhir

Dalam proses negosiasi akhir, maka harus sudah bisadiputuskan dalam kerangka kesimpulan. Hal-hal yangberkaitan dengan apa yang diminta masing-masing pihakseharusnya bisa diakomodir di dalam sebuah keputusan yangdisetujui oleh kedua belah pihak. Fokus yang harusdicapai adalah menciptakan kedamaian di perbatasan,sehingga masyarakt yang menghuni tidak menjadi ketakutandan terus menggangu proses kerjasama antar negara.

Kasus 2 Negosiasi Nasional

Semua Fraksi di DPR Bersiap Sahkan UU Pilkada Kamis, 25 September 2014 06:041

VIVAnews - Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat dan pemerintah sepakat membawa rancangan undang-undang pemilihan kepala daerah ke Sidang Paripurna DPR, Kamis 25 September 2014. KetuaKomisi II DPR, Agun Gunandjar Sudarsa, mengatakan sebelum pemungutan suara (voting) dilakukan, pandangan mini setiap fraksi di DPR harus dibuat varian dan sesederhana mungkin.

"Gerbongnya tetap ada dua, langsung dan tidak langsung," ujar Agun dalam rapat pengambilan keputusan tingkat I RUU Pilkada

di Gedung DPR, Jakarta, Rabu 25 September 2014.

Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi menyatakan pemerintah setuju RUU Pilkada dibawa ke Paripurna DPR dan disajikan apa adanya.

"Biar Paripurna memutuskan. Enam isu belum disetujui di sini (Komisi II DPR)," kata dia.

Enam isu yang dimaksud Gamawan antara lain, pelaksanaan secaralangsung atau tidak langsung, serentak atau tidak, politik dinasti, paket atau tidak paket, pemungutan suara terbanyak, atau cukup 30 persen, serta isu penghapusan Panitia Pemilihan Kecamatan dan Panitia Pemungutan Suara.

Pandangan FraksiFraksi Partai Golkar berpandangan pemilihan kepala daerah yangcocok dengan kebudayaan Indonesia adalah dipilih melalui perwakilan di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

"Sementara mekanisme yang tepat untuk pemilihan wakil kepala daerah adalah dipilih langsung oleh kepala daerah terpilih, sehingga wakil hanya menjalankan fungsi administratif," ujar Anggota Komisi II dari Fraksi Golkar, Nurul Arifin.

Terkait larangan politik dinasti, menurut Nurul, pihaknya setuju larangan politik dinasti hanya berlaku untuk hubungan suami istri.

"Anak masih perlu untuk bertarung sebagai kandidat calon," ungkap dia.

Hal itu diamini oleh Anggota Komisi II dari Fraksi PDIP Yasonna Laoly. Menurut dia, PDIP setuju pembatasan hubungan darah hanya berlaku untuk suami istri. Sebab, pembatasan pada anak dan saudara berbahaya secara konstitusi karena bisa digugat.

Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa juga menyetujui pembatasan politik dinasti ini hanya berlaku untuk hubungan istri, kecuali setelah ada jeda lima tahun.Pandangan lain muncul dari Fraksi Partai Amanat Nasional.

Mereka berpendapat pelaksanaan pilkada langsung perlu dimoratorium hingga adanya amandemen Undang-Undang Dasar 1945.

"PAN juga setuju kepala daerah dan wakilnya dipilih secara paket," kata Anggota Komisi II dari Fraksi PAN Yandri Susanto.

Sementara itu, Anggota Komisi II dari Fraksi Demokrat Nuki Sutarno berpendapat, ke depan sebaiknya kepala daerah terpilihyang menentukan calon wakilnya. Kepala daerah, kata dia, bisa mengajukan kandidat wakil kepala daerah ke Kementerian Dalam Negeri.

Terkait pelaksanaan Pilkada serentak, Ketua Panja RUU Pilkada Abdul Hakam Naja mengatakan pihaknya telah menyetujui dilakukan pada tahun 2015 dan 2018. Sementara pelaksaan pilkada dan pemilu secara serentak dilakukan tahun 2020.

Dalam finalisasi draft RUU Pilkada ini, peta dukungan RUU Pilkada langsung belum berubah. Fraksi Gerindra, Fraksi Golkar, Fraksi PPP, Fraksi PAN, dan Fraksi PKS tetap menginginkan pelaksanaan pilkada tidak langsung. Sementara Fraksi PDIP, Fraksi PKB, Fraksi Hanura, dan Fraksi Demokrat menginginkan pilkada tetap dipilih langsung oleh rakyat. (ren)

© VIVA.co.id

Pembahasan

Kasus Sidang Paripurna DPR RI untuk memutuskan apakah Pilkada diIndonesia dilakukan melalui pemilihan langsung atau melaluiLegislatif

Siapa vs SiapaFraksi PDI-P, PKB, Hanura dan Demokrat vs Fraksi Golkar, PPP,PAN dan PKS

MasalahTerjadi perbedaan pendapat di tingkat Legislatif DPR-RImengenai tata cara pemilihan Kepala Daerah, dimana saat inipemilihan dengan cara langsung, akan direvisi menjadi

pemilihan di tingkat legislative masing-masing. Pihak yang ProPilkada langsung berpendapat bahwa cara tersebut merupakancara yang paling demokratis bagi rakyat Indonesia untukmemilih pemimpinnya seperti : Gubernur, Bupati atau Walikota,karena setiap orang memiliki hak yg sama untuk menentukanpilihannya. Kemudian ada kekhawatiran bahwa pemilihan melaluilegislative akan membuat politik uang di legislative semakinmarak.

Sementara pihak yang Kontra Pilkada Langsung berpendapat bahwapilkada langsung telah melahirkan biaya politik yang tinggibagi pesertanya, dimana pilkada membutuhkan biaya sosialisasiyang tidak murah dan seringkali membuat pasangan pemenangberusaha untuk “balik modal” dan menghasilkan perilakukorupsi. Selain itu, dengan adanya pilkada langsung adakecenderungan konflik antar pendukung pasangan calon, sehinggamenimbulkan keresahan di masyarakat. Pihak yang kontra punmerasa bahwa hal ini sesuai dengan Pancasila sila ke – 4“Kerakyatan sosial yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan danpermusyawaratan/perwakilan”

PenawaranDi dalam sidang paripurna terjadi lobi antar fraksi agar dapatmemutuskan masalah ini melalui musyawarah dimana masing-masingFraksi bisa memberikan pendapat serta alasan dalam pilihanmereka masing-masing. Di dalam proses tersebut, FraksiDemokrat sebagai mencetuskan opsi Pilkada Langsung dengan 10syarat, karena memang merasa bahwa masih banyak kekurangan didalam pilkada langsung. Pihak yang pro terhadap pilkadalangsung merasa tidak masalah dengan usulan tersebut.

Hasil akhirKarena didalam proses lobi tidak menemukan kata sepakat, makapimpinan memutuskan untuk melakukan Voting terbuka, dengan duaopsi Pilkada Langsung atau Pilkada melalui Legislatif. Atashal ini Fraksi Demokrat protes karena hanya memunculkan 2opsi, tetapi tidak ada opsi ketiga sesuai usulan mereka.Karena hal ini pihak Demokrat memutuskan walkout dari prosesVoting dan setelah Voting dilaksanakan hasilnya adalah pilkadamelalui anggota Legislatif

Pemenang

Yang dimenangkan dalam proses negosiasi ini adalah Fraksipendukung Pilkada oleh Legislatif, karena proses votingmenggunakan jumlah terbanyak.

Opini Pribadi :

Permasalahan yang terjadi disini adalah permasalahan rivalitaspartai – partai penguasa yang ingin memuluskan semua rencananya. Menurut saya ini adalah permasalahan klise dalam erademokrasi di Indonesia sekarang ini, karena mereka berperanseolah – olah sebagai boneka politisi yang memainkan merekadari belakang gedung DPR, mereka membuat keputusan berdasarkantuntutan partai, dan bukan berdasarkan hati nurani mereka. Kedepannya harapan saya adalah Indonesia menjadi Negara yangbukan hanya ber demokrasi, tetapi juga Negara yang benar –benar memiliki jiwa nasionalisme, dimana semua keputusananggota DPR adalah untuk kemajuan bangsa Indonesia.

Gambit-Gambit / Langkah-Langkah Strategi :

1. Gambit-Gambit Negosiasi Awal

Pada tahap ini, pihak yang ingin Pilkada langsung maupuntidak harus mendatangi setiap fraksi dan melakukan prosestukar pikiran dalam permasalahan tersebut. Proses tukarpikiran harus dilakukan dalam kondisi yang terbuka dan

bersifat kekeluargaan sehingga suasana tidak semakinpanas. Akan lebih baik jika proses ini dilakukan sebelumsidang paripurna dijalankan. Dengan mengetahui keinginandan motivasi masing-masing partai maka bisa diketahuijuga langkah apa yang harus dilakukan

2. Gambit-Gambit Negosiasi Tengah

Pada proses ini harus sudah bisa bertemu dengan pimpinanFraksi masing-masing sehingga keputusan yang diambil bisadisampaikan kepada anggota Fraksi lainnya. Dalam hal iniharus ada sebuah trade off yang benar-benar bisadirealisasikan sehingga tidak tergoda oleh penawaranpihak yang bersebrangan. Trade off harus hal yang bisamelebihi penawaran dari pihak seberang. Tetapi dalamproses pertukaran tersebut harus mengedepankan aspekkebenaran dan tidak bertentangan dengan hukum.

3. Gambit-Gambit Negosiasi Akhir

Dalam proses negosiasi akhir, maka setiap fraksi harussudah mengumumkan sikap dalam menghadapi proses voting,sehingga tidak terjadi lagi kemungkinan-kemungkinan bahwaada perubahan mendadak saat proses voting berlangsung. Didalam hal ini masyrakat pada akhirnya bisa menilaikonsistensi dari setiap fraksi yang ada.

Kasus 3 Negosiasi Internasional

Pendekar Kuliner Kaki LimaDi dunia kuliner, Iwan Tjandra dikenal sebagai dokter

spesialis restoran. Lewat Eat and Eat, ia berandil besar

mengagkat pamor dan gengsi pedagang kaki lima di kancah bisnis

kuliner modern. Bagaimana lika-likunya bergelut di dunia

kuliner yang telah dilakoni lebih dari separuh usianya itu?

Dalam ajang World Street Food Congress yang digelar Juni

tahun lalu di Singapura. Iwan Tjandra dinobatkan sebagai

Street Food Enterpreneur of the Year. Ajang yang dihadiri

street food warrior tingkat dunia seperti Anthony Bourdain,

James Oseland, K.F. Seetoh,Johnny Chan ini, juga menambalkan

Eat and Eat sebagai The Best Street Food Eatery Concept

Ya, lewat Eat and Eat, dunia melihat dan mengakui kiprah

Iwan Tjandra yang mengangkat kuliner kaki lima ke tempat

terhormat. Konsep food market yang diusung Eat and Eat

mengantarkan para pedagang kaki lima masuk pusat perbelanjaan

papan atas. Lihat saha Eat and Eat yang menempati areal seluas

2.350 m2 di lantai tiga Mal Kelapa Gading 3, Jakarta utara.

Mangususng konsep Pecinan, Iwan dengan jeli menghadirkan

suasana tempo doeloe tetapi tetap homey. Interior ruangan yang

didomnasi material kayu dan aksen potongan pintu kayu yang

sudah dimakan usia mempercantik restoran yang berkapasitas

sekitar 640 orang ini. Untuk menghadirkan suasana Pecinan

tempo doeloe, Iwan bahkan berburu sendiri hingga ke Pekalongan

untuk mencari barang antik.

Dengan slogan Creating Food Adventure, pengunjung diajak

bertualang dengan berbagai kuliner. Tidak kurang dari 34

konter makanan yang menyajikan masakan khas dari berbagai

daerah dan beragam pilihan amsakan khas Tionghoa peranakan,

Malaysia dan Singapura. Dari nasi guling, gado0gado Aa, warung

kerupuk, babat gongso, pepes goring, pindang iga sapi, nasi

langgi, krawu, bebek goreng, raja gurame, tongseng kambing,

soto betawi, gudeg, empek-empek Palembang sampai young taofu

Singapura. Tak ketinggalan, es dawet, es pelangi, mi juhi,

asinan Bogor sampai camilan lawas seperti kembang gula dan

aneka kerupuk kampong. Ada pula Warung Kopi Lay yang merupakan

konter penyedia kopi.

“Kami menyajikan makanan Indonesia dan Asia dengan rasa

yang orisinal,” kata Iwan. Ia menambahkan, Eat and Eat memang

didedikasikan untuk mengangkat warisan kuliner dengan rasa

yang orisinal. “Saya langsung turun tangan sendiri melakukan

uji coba rasa pada setiap tenant.” Tututr Iwan. Karena ebih

menitikberatkan pada warisan kuliner, Iwan tidak menampilkan

nama atau merek besar dari konter makanannya, melainkan nama

masakan yang menjadi keunggullan Eat and Eat.

Iwan mengaku lebih sreg menyebt konsep yan diusungnya

sebagai food market, bukan food court yan lebih bersifat

konvensional dengan mengusung brand resto. Di Eat and Eat

justru para tenant yang hadir adalah nobrand. “Jadi, saya

lebih suka dengan penyebutan konsep food market. Konsep ini

juga mengedepankan dining experience,” ungkap pria kelahiran

Bandung ini.

Konsep food market dengan dining experience, menurut pakar

kuliner Bondan Winarno, sebagai sebuah trend setter di dunia

kuliner. Dalam tulisannya dis ebuah media, Bondan menyebut

Iwan sebagai food artist yang bertangan dingin dalam urusan

makanan. Bondan sendiri memang ikut terlibat dalam penggodokan

konsep Eat and Eat. “Iwan mengajak saya memikirkan konsep food

market Eat and Eat sejak titik awal. Saya menerima honor

sebagai konsultan,” ungkap Bondan. Menurutnya konsep sangat

berbeda disbanding food court lain yang ada di Indonesia.

“dining experience merupakan konsep yang menonjol di Eat and

Eat,” imbuh Bondan.

Meski tidak mengusung merek top, makanan yang disajikan di

seluruh gerai Eat and Eat diakui Iwan sudah melalui proses

seleksi ketat yang langsung ditanganinya sendiri sampai

sekarang. Diakui Iwan, tidak semua makanan paling enak di

kategorinya kemudian diboyong ke dalam Eat and Eat. Sementara

dalam penilaian Bonan beragam makanan yang disajikan di Eat

and Eat adalah yang top arkotop. Banyak makanan meski tidak

mengusung merek resto merupakan best seller yang selalu

diantre, “Sebagai konsultan, saya committer sekurang-kurangnya

sekali dalam seminggu hadir di Eat and Eat untuk melakukan

inspeksi. Biasaynya saya berkeliling sambil menyapa tamu-

tamu,” tulis Bondan.

Menurut Bondan, semua orang pasti mengininkan makanan yang

enak. “Makanan enak bisa dibuat,” katanya. Tak heran

lanjutnya, semua food court mencari tenant yang sudah popular

dengan makanannya, karena harapannya pasti akan mendongkrak

penjualan food court itu. Di Eat and Eat Iwan justru

membalikannya. Menurutnya, ia memang berusaha menyajikan

makanan yang meminjam istilah Bondan “mak nyos:. Toh boleh

jadi tidak semua makanan di Eat and Eat “maknyus”.

Ia mencontohkan, kalau di resto lain ketika makanan tidak

enak maka ia tidak akan datang lagi. Beda dengan Eat and Eat,

satu makanan tidak enak tidak membuat orang kapok datang,

“Suasana nyaman dengan interior unik juga akan membuat orang

datang lagi. Karena suasana di Eat and Eat beda sehingga

pengunjung akan datang lagi msti tidak membeli gado-gado lagi

misalnya,” papar Bondan.

Diskusi Desi, karyawan sebuah perusahaan asuransi, yang

kerap datang ke eat ans Eat lantai 3 Grand metropolitan

bekasi, ia tidak hanya berwisata kuliner tetapi juga membeli

suasana, “Sembari makan bisa melihat suasana jalan tol,”

ujarnya. Eat and Eat bukan sekedar tempat makantetapi juga

destinasi. “Makanannya enak dan banyak macamnya, interiornya

juga menarik, karena itu beberapa saya mengadakan arisan

keluarga di sini,” tutur Desi.

Interior memang menjadi keunggulan lain Eat and Eat,

Hebatnya, Iwan membedakan konsep interior dari masing-masing

Eat and Eat. Di Kelapa Gading mengususng konsep Pecinan tempo

doeloe, di gandaria City berkonsep industrial food, sedangkan

di Pasar Apung, Sentul City, bebeda lagi. Diakuinya Eat and

Eat di Pasar Apung merupakan konsep terunik dari tempat

kuliner yang ada. Menempati lahan seluas 2.670 m2 Eat and Eat

di sini menyajikan lebih dari 26 konter makanan daerah dan

negara Asia lainnya, amsing-masing konter menawarkan lebih

dari 10 menu yang siap memanjakan lidah pengunjung.

Yang menarik panorama alam dengan gemericik air sungai yang

mengeilingi Eat and Eat pasar Apung. Juga arena bermain bagi

anak-anak. Iwan menyatakan Eat and Eat Pasar Apung memang

dibuat dengan nuansa yang sangat berbeda dan nuansa yang cozy

disbanding Eat and Eat lainnya. Diakuinya, konsep yang

memadukan suasana alam dengan kelezatan makanan ini dikemas

bersama-sama dengan Bondan yang telah menjadi sahabatnya sejak

lama.

Selain konsep dining experience, Iwan juga melakukan

terobosan dalam hal cara pembayaran. Eat and Eat tidak

menerima pembayaran bentuk tunai, debit atau kartu kredit

secara langsung. Untuk melakukan transaksi pembelian,

pengunjung diwajibkan membeli kartu isi ulang yang kemudian

diisi sejumlah rupiah dengan nominal tertentu. Dengan kartu

tersbut, pengunjung bebas bertransaksi di konter mana pun di

area Eat and Eat. Pada saat bertransaksi, pengunjung tinggal

menodorkan kartu yang sudah diisi sejumlah nominal tersebut.

Kasir akan mendebit kartu itu sesuai dengan harga makanan yang

dibeli. Kalau ternate di kartu masih tersisa uang, pengunjung

bisa menukarkan denga uang tunai.

Konsep baru yang dikenalkan Iwan di Eat and Eat ini

ternyata mendapat respon positif. Lewat bendera PT Marche

International, Eat and Eat menjadi trend stter tempat makan

yang paling up to date saat ini. setelah sukses di Kelapa

Gading yang dibuka pada 2008 yang semakin meneguhkan Kelapa

Gading sebagai kota mandiri pusat kuliner, Eat and Eat

kemudian dibuka di Gandaria City dengan konsep industrial

food, Eat and Eat juga hadir di Mal Summarecon Serpong,

Tangrang, Sentul City, dan Grand Metropolitan Bekasi. Langkah

Iwan makin agresif. Tak hanya Jabodetabek, Eat and Eat pun

merambah Surabaya, Bali dan Medan. Total ada 10 Eat and Eat

saat ini. Kecuali yang di luar Jabodetabek Eat and Eat

dimiliki sepenuhnya oleh Iwan. “Untuk yang di luar kota, saya

bermitra dengan pengusaha local,” ungkapnya.

Bagaimana Iwan menggandeng mitra usahanya? Bagi Iwan, yang

terpenting dalam mencari mitra kerja adalah hobi dan passion

si pemilik terhadap usaha kulinernya. Karena di matanya, ada

banyak tipe pelaku usahakuliner. Ada yang semata buang duit

dan buang waktu. Ada juga yang sudah punya bisnis utama yang

lain dan kuliner hanya dijadikan sebagai penghasilan harian.

Di Eat and Eat, Iwan menerapkan sistem bagi hasil 70:30.

Tenant tidak dipungut biaya sewa tempat.

Iwan mengaku investasi untuk membangun at and Eat lumayan

besar. “Tapi gak perlu di publish lah” Kata Iwan. Maklum, ia

sudah puluhan tahun bergelut di bisnis kuliner. Tak ada bisnis

lain yang digelutinya selain makanan. “Saya sejak awal sudah

focus di dunia kuliner.” ujar lulusan NHI Bandung ini.

Selama menggeluti bisnis kuliner, perjalanannya tidak

selalu mulus. “Saya sudah merasakan di atas dan di bawah.

Usaha kurang baik. Tapi ya tetap saya jalankan,”ungkap Iwan

dengan logat Sunda yang kental. Bagi dia, soal rugi bukan

beban yang besar, karena ketika restonya tutup ia masih bisa

mengerjakam atau bisa membuka resto lagi yang lebih bagus.

“Mencintai dan tekun adalah bagian dari sebuah kesuksesan

di bisnis kuliner,”katanya. Meski kini terbilang sukses, Iwan

tidak lantas santai. “Tetap bangun pagi dan pulang malam

karena usaha makanan harus dijalankan langsung,”katanya.

Karena itu, imbuhnya bagi yang tidak punya passion di makanan

akan terasa berat.

Lewat Eat and Eat, ia mendongkrak pamor makana tradisional

dan kaki lima ke ranah profesionalisme modern, “saya ingin

makanan Indoesia tidak kalah dan dikemas secara

profesionalisme. Saya akan kembangkan konsep Eat and Eat ini,”

katanya. Ya lewat Eat and Eat, Iwan sukses mengedukasi para

usaha kuliner kaki lima untuk konsisten menjaga kualitas dan

citarasa orisinil makanan. Termasuk, mengajarkan bahwa di

bisnis kuliner, pelayanan juga menjadi barometer keberhasilan.

Iwan sangat mengutamakan kualitas dan kebersihan. Termasuk,

pelayanan pada pengunjung. Karena itu ia sangat ketat

memberlakukan aturan main bagi para tenant, termasuk pegawai

Eat and Eatsendri. Semisal, tidak boleh berkuku panjang,

rambut harus diikat, tidak boleh memegang handphone di konter.

Secara berkala, Iwan akan mengevaluasi para tenant-nya.

Di luar kesibikan mengelola Eat and Eat dan resto lainnya,

Iwan meluangkan waktunya setiap sore dengan membuat praktik

konsultasi kuliner. Di pojokan Eat and Eat Kelapa Gading, Iwan

membagi ilmunya kepada para pelaku usaha kuliner terutama

anak-anak muda yang terjun di bisnis kuliner.

Pembahasan

Kasus

Persaingan dalam bidang kuliner antara pemilik usaha pedagangkaki lima dengan restaurant yang menyebabkan matinya kulinerkhas kaki lima.

Faktor penyebab

Pamor kuliner kaki lima yang kalah dengan restaurant yangmemiliki dana lebih besar untuk melakukan promosi sertapengaruh gaya hidup masyarakat saat ini.

Hasil Negosiasi

Bpk Iwan Tjandra sebagai pemilik Eat & Eat menciptakan peluangbagi para pengusaha kuliner pedagang kaki lima untuk bisabersaing dengan restaurant yang semakin banyak di Indonesia.Dengan mengutamakan rasa dan kenyamanan Bpk Iwan Tjandraberhasil menghadirkan sesuatu yang luar biasa dalam perannyameningkatkan pamor kuliner kaki lima menjadi setaraf denganrestaurant lainnya.

Hasil negosiasi dilakukan oleh Bpk. Iwan tjandra denganpemiliki usaha kuliner kaki lima adalah dengan pembagianprofit sharing sebesar 70:30. Eat n eat mendapatkan porsi 70%.Selain itu tenant tidak dikenakan biaya sewa.

Hasil negosiasi yang saling menguntungkan. Hingga saat iniusaha tersebut bisa berkembang dengan pesat dan telah membukabeberapa tempat di jabodetabek dan didaerah lainnya.

Opini Pribadi :

Dalam kasus ini meurut saya pihak manajemen Eat & Eat berusahamencari win win solution bagi para pedagang kaki lima yangmempunyai modal pas – pasan. Hasil dari negosiasi ini pun

menurut saya sangat baik, karena kedua belah pihak sama – samadiuntungkan satu dengan yang lainnya.

Gambit-Gambit / Langkah-Langkah Strategi :

1. Gambit-Gambit Negosiasi Awal

Pada tahap ini Eat & Eat selaku inisiator harus bisamembuat skema yang menguntungkan kedua belah pihaksehingga tenant-tenant yang diundang untuk mengisi bisamerasa menjadi sebuah kerjasama yang menguntungkan.Rencana dan konsep Eat & Eat harus bisa dipaparkan secaralengkap kepada calon tenant. Hal ini agar tenant dapatmempertimbangkan tidak dalam jangka pendek saja, tetapijuga kerjasaman dalam jangka yang lebih panjang.

2. Gambit-Gambit Negosiasi Tengah

Pada proses ini Eat & Eat harus bisa menerima masukanatau negosiasi atas skema yang ditawarkan dalam melakukanbisnis kerjasama. Proses ini harus terbuka dalam sebuahasas keadilan. Hal yang penting dalam hal ini adalahsebuah standarisasi yang adil dengan semua tenant,sehingga tidak terjadi kecemburuan antar tenant karenakondisi yang berbeda satu sama lain. Masukan yangditerima pada akhirnya menjadi sebuah kesepakatang yangbisa diterima satu sama lain.

3. Gambit-Gambit Negosiasi Akhir

Dalam proses negosiasi akhir, maka setiap tenant yangsudah setuju dapat melakukan kontrak secara legal di atasdokumen-dokumen yang berkekuatan hukum. Hal ini pentingkarena dalam proses bisnis, penjaminan hukum yangmelindungi kerjasama amatlah penting untuk menghindariperbuatan yang tidak diinginkan.

Kasus 4 Negosiasi Internasional

Ini Rencana Rusia dan Korea Utara...

MOSKWA, KOMPAS.com – Rusia dan Korea Utara membahaskemungkinan mewujudkan rezim bebas visa di antara keduanegara. Beragam rencana bisnis di antara kedua negara jugasudah mulai dirancang.

“Sebuah pertanyaan terkait transisi rezim bebas visa telahdimasukkan ke dalam agenda pertemuan. Hal ini dianggap sebagaisesuatu hal yang bijaksana bagi kedua belah pihak,” kataMenteri Pembangunan Kawasan Timur Jauh Rusia, AlexanderGalushka, Selasa (28/10/2014).

Galuskha yang baru saja pulang dari kunjungan ke Korea Utara,menambahkan, rencana itu tetap saja tak akan bisa diwujudkansecara instan. Menurut dia, masih akan pertemuan lanjutanuntuk membahas masalah itu. “Dan secara resmi di akhirpertemuan harus ada catatan resmi yang ditandatangani keduabelah pihak,” kata dia.

Informasi yang dihimpun Ria Novosti, pada Juni 2014 kontraktorkereta api Rusia, Mostovik, menjadi pihak asing pertama yangmendapatkan visa jangka panjang untuk masuk ke Korea Utara.

Menurut Galuskha, dalam pertemuannya dengan para pejabat KoreaUtara dinyatakan juga pembukaan kesempatan bagi para pencarikerja asal Korea Utara untuk membantu pembangunan proyek dikawsan Timur Jauh Rusia. "Rusia berencana membangun 14 kawasanberprioritas tinggi, yang berfungsi mempercepat pembangunan diwilayah lain,” ujar Galuskha.

Selain itu, Rusia dan Korea Utara sepakat membentuk sebuahdewan yang mengatur kerja sama bisnis. Dewan tersebut akanmengatur komunikasi antara pelaku usaha dari kedua negara."Dewan itu nantinya akan mempertemukan pengusaha yang inginmengembangkan bisnis mereka ke luar negeri,” kata Galuskha.

Bisnis dan stabilitas semenanjung Korea

Namun, Galuskha memberikan catatan, bahwa keberhasilan kerja sama ekonomi dan perdagangan antara Rusia dan Korea Utara tergantung juga kepada stabilitas politik dan militer di Semenanjung Korea. Dia pun menekankan bahwa kerja sama kedua negara akan menguatkan stabilitas di kawasan tersebut.

Dalam pernyataannya, Galuskha menyampaikan pula bahwa Rusia pun berencana memperluas jaringan listrik ke Korea Utara dan Korea Selatan. Perusahaan yang bergerak di bidang infrastruktur asal Rusia, Rus Grido, telah menunjukkan minat mengembangkan jaringan ke Korea Utara.

“Korea Utara juga telah setuju dengan ide jaringan energi yangmembentang dari Rusia hingga ke Korea Selatan,” ujar Galuskha.

Menurut Galuskha, pengusaha Rusia juga menunjukkan

ketertarikan membangun Kawasan Ekonomi Spesial Kaesong. Para pengusaha yang telah mengunjungi kawasan tersebut, kata dia, merasa puas dan berkeinginan turut berusaha di kawasan itu.

Sebaliknya, tutur Galuskha, investor asal Korea Utara juga telah menunjukkan minat untuk mengembangkan sektor agrikultur di kawasan Timur Jauh. “Minat yang paling tinggi ditujukan untuk pembangunan kawasan Amur,” sebut Galuskha.

Pembahasan

Penyebab permasalahan :

Rusia dan Korea Utara membahas kemungkinan mewujudkan rezim bebas visa di antara kedua negara. Beragam rencana bisnis di antara kedua negara juga sudah mulai dirancang untukmenjalin kerjasama.

Rencana Negosiasi

Rusia :

rezim bebas visa pembukaan kesempatan bagi para pencari kerja asal Korea

Utara untuk membantu pembangunan proyek di kawsan TimurJauh Rusia

memperluas jaringan listrik ke Korea Utara dan KoreaSelatan.

Korea Utara :

rezim bebas visa mengembangkan sektor agrikultur di kawasan Timur Jauh.

Minat yang paling tinggi ditujukan untuk pembangunankawasan Amur, Rusia.

Hasil negosiasi

Kontraktor kereta api Rusia, Mostovik, menjadi pihakasing pertama yang mendapatkan visa jangka panjang untukmasuk ke Korea Utara.

Rusia dan Korea Utara membentuk dewan bisnis untukmempermudah dalam memperluar bisnis di Rusia maupun diKorea Utara

Rusia dan Korea Utara setuju dengan membuat jaringan energi yang membentang dari Rusia hingga ke Korea Utara.

Opini Pribadi :

Dalam kasus ini negosiasi yang dilakukan adalah didalamkategori kerjasama bilateral antar Korea Utara dengan Rusia.Modal awal yang didasari dalam kerjasama ini kesamaanideologis antara Rusia dan Korea Utara sebagai negara yangberpaham Komunis. Sehingga Korea Utara yang selama initertutup kepada negara lain bisa membuka kerjasama. Dalam halini terjadi kesepakatan tidak hanya dalam bidang bisnis tetapijuga kerjasama politik yang lebih erat. Rusia sebagai negarayang memiliki posisi tawar lebih besar akan lebih banyakberpengaruh di dalam setiap negosiasi yang dilakukan.

Gambit-Gambit / Langkah-Langkah Strategi :

1. Gambit-Gambit Negosiasi Awal

Pada tahap ini pihak Korea Utara dan Rusia harus bisamemaparkan kerjasama-kerjasama yang akan dilakukan sertahal-hal apa saja yang menjadi tujuan dan maksud di dalamkerjasama tersebut. Dalam hal ini kepentingan nasionalakan dipertimbangkan sehingga bisa menggangu prosesnegosiasi bisnis yang sedang diupayakan. Dalam hal inipenyamaan persepsi dari tujuan yang lebih besar amatlahpenting, sehingga kedua negara bisa bernegosiasi dalamkonteks yang sama.

2. Gambit-Gambit Negosiasi Tengah

Pada proses ini kedua negara harus sudah bisa melanjutkansebuah pembicaraan ke tahap detail pelaksanaan kerjasamainvestasinya di dalam konteks legalitas, hukum danpembiayaan. Berbagai hal teknis dari macam-macam aspekharus dibahas secara tuntas sehingga tidak menjadihambatan dalam proses pelaksanaan di lapangan.

3. Gambit-Gambit Negosiasi Akhir

Dalam proses negosiasi akhir, maka setiap kesepakatanyang sudah dibicarakan dapat disepakati dalam bentuk MoUdan penandatangan kesepakatan atas hal-hal yang sudahditentukan. Dengan adanya kekuatan hukum yang mengikatmaka proses investasi Rusia di Korea Utara bisa berjalandengan lancar.