BAB I PENDAHULUAN - JDIH Lumajang

118
BAB I - 1 LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 59 TAHUN 2019 TENTANG MASTERPLAN PENGEMBANGAN SMART CITY KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2019-2023 BAB I PENDAHULUAN Penyusunan Masterplan Smart City di Kabupaten Lumajang ini didasari pada beberapa pemikiran strategis yang mengacu kepada keinginan Pimpinan Daerah Kabupaten Lumajang untuk membawa Lumajang menjadi sebuah smartcity, baik dalam rangka mengoptimalkan operasional kota, meningkatkan layanan kepada masyarakat, dalam rangka kegiatan monitoring dan evaluasi, termasuk dalam rangka menekan terjadinya korupsi di lingkungan Kabupaten Lumajang. Sesuai arahan team pencegahan KPK, pendekatan e-government dan smart city berbasis TIK dianggap salah satu cara ampuh untuk menekan potensi dan kejadian korupsi di jajaran kota. Semakin maju penerapan TIK di sebuah kota, semakin tranparan informasi yang dapat diketahui bersama, sehingga semakin kecil kemungkinan terjadi penyelewengan. Gambar 1. Ilustrasi Menuju Lumajang Smart city

Transcript of BAB I PENDAHULUAN - JDIH Lumajang

BAB I - 1

LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 59 TAHUN 2019

TENTANG MASTERPLAN PENGEMBANGAN SMART CITY

KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2019-2023

BAB I

PENDAHULUAN

Penyusunan Masterplan Smart City di Kabupaten Lumajang ini

didasari pada beberapa pemikiran strategis yang mengacu kepada keinginan

Pimpinan Daerah Kabupaten Lumajang untuk membawa Lumajang menjadi

sebuah smartcity, baik dalam rangka mengoptimalkan operasional kota,

meningkatkan layanan kepada masyarakat, dalam rangka kegiatan

monitoring dan evaluasi, termasuk dalam rangka menekan terjadinya

korupsi di lingkungan Kabupaten Lumajang. Sesuai arahan team

pencegahan KPK, pendekatan e-government dan smart city berbasis TIK

dianggap salah satu cara ampuh untuk menekan potensi dan kejadian

korupsi di jajaran kota. Semakin maju penerapan TIK di sebuah kota,

semakin tranparan informasi yang dapat diketahui bersama, sehingga

semakin kecil kemungkinan terjadi penyelewengan.

Gambar 1. Ilustrasi Menuju Lumajang Smart city

BAB I - 2

Smart city adalah sebuah pendekatan yang digunakan untuk

mendefinisikan sebuah kota, dari sudut pandang penerapan teknologi

informasi dan komunikasi (TIK) di sebuah Kota. Melalui pendekatan berbasis

smart city, sebuah kota diharapkan mampu meningkatkan kualitas kegiatan

sehari-hari dalam pengelolaan kota, memperbaiki kualitas layanan publik

dan operasional kota, tersedianya alat bantu monitoring dan evaluasi;

mempertinggi efisien, efektifitas dan akuntabilitas proses bisnis kota; dan

pada akhirnya TIK akan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan citra kota

dan kesejahteraan warga kota.

Dalam kerangka smart city, perubahan menuju tata-kelola dan

pemerintahan berbasis elektronik (SPBE) membutuhkan proses transformasi

bukan saja teknologi, tetapi lebih kepada adanya manajemen perubahan

budaya kerja berbasis digital, budaya kerja berbasis kinerja, dan kebijakan

yang disusun secara terstruktur sesuai dengan arah kebijakan politik dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, melalui adanya e-leadership

yang kuat dari pimpinan daerah dan pemangku kepentingan yang lain.

Dengan adanya transformasi pemikiran ini, maka pemanfaatan internet,

pembangunan data center, pembangunan jaringan, dan investasi TIK

lainnya akan dapat dimanfaatkan dengan baik untuk sebesar-besarnya

kepentingan kota dan masyarakat.

Untuk mempermudah arah pengembangan smart city, Kementerian

Kominfo telah memilih satu dari banyak model smart city di dunia, termasuk

model Smart-city.org dan smart city garuda. Model yang dipilih oleh

Kementerian Kominfo ini terdiri dari 6 pilar, yaitu: (1) smart governance,

dalam rangka penguatan layanan, birokrasi dan kebijakan, (2) smart

branding, yang memungkinkan pemanfaatan TIK untuk meningkatkan citra

kota, berbasis penampilan, bisnis dan turistik, (3) smart economy, yang pada

akhirnya akan berujung pada proses transaksi berbasis TIK, peningkatan

kesejahteraan dan pengembangan industri yang semakin maju, (4) smart

living, berujung pada kehidupan yang lebih baik berkat TIK, dengan tujuan

mencapai keserasian hidup, kesehatan dan kemudahan mobilitas, (5) Smart

Society, dengan fokus peningkatan kualitas bermasyarakat, pembelajaran

dan keamanan, dan terakhir (6) smart environment, dimana kota diharapkan

BAB I - 3

mampu menjadi kelangsungan lingkungan, termasuk melalui tata-kelola

limbah secara cerdas dan pemanfaatan energi terbarukan. Model inilah yang

juga dapat digunakan oleh Kabupaten Lumajang.

Gambar 2. Model dan Elemen Pembangunan Smart city

Salah satu ciri dari sebuah kota cerdas adalah dimulai dengan adanya

perencanaan yang terpadu (integrated), terukur (measurable), dapat

diterapkan (aplicable) dan berkelanjutan (sustainable). Sebagimana arahan

dari UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

dan UU No.32/2004 tentang Pemerintah Daerah, jelas tergambar bagaimana

pentingnya melakukan pendekatan perencanaan pembangunan yang harus

menggabungkan hasil analitis, teknis, politis, dan aspek partisipatif baik

dalam program top-down maupun bottom-up. Dalam kerangka

pemerintahan berbasis elektronik (SPBE), maka jelas peran TIK dalam

menyediakan informasi analisis, teknis, politis, dan data partisipasi

masyarakat; akan semakin besar. Selain itu, keterukuran juga harus diawali

dengan pemahaman tentang objek yang akan dilayani menggunakan sistem

elektronik TIK. Untuk itulah, maka pada paragrap berikut akan diberikan

beberapa hal penting di Kabupaten Lumajang, yang nantinya diharapkan

akan dapat didukung dengan adanya pengembangan dan penerapan

teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Data-data ini diambil dari RPJMD

BAB I - 4

Kabupaten Lumajang 2014-2019 dengan berbagai koreksi yang

memungkinkan terkait dengan pergantian pimpinan daerah di tahun 2018.

1.1 Kabupaten Lumajang Dalam Angka

Sub-bab berikut diberikan dalam rangka memberikan data dasar

(baseline) yang sama untuk memahami Kabupaten Lumajang, baik yang

berhubungan dengan kekuatan, potensi, hambatan maupun kelemahan

yang nantinya harus diselesaikan dengan bantuan TIK.

i. Aspek Geografi dan Demografi

Kabupaten Lumajang merupakan satu dari provinsi Jawa-timur

yang mempunyai statistik menarik, sebagaimana yang digambarkan pada

buku Statistik Daerah Lumajang 2017. Kota yang berbatasan dengan

kabupaten Jember, Probolinggo, Malang dan Laut Selatan ini memiliki

geografi berkontur dengan luas total 1.790,9 km2.

Tabel 1. Geografi Kabupaten Lumajang

BAB I - 5

Dari sisi pemerintahan Kabupaten Lumajang mempunyai 21

Kecamatan, 205 desa/kelurahan, 1765 RW dan 7061 RT, serta didukung

oleh 9113 pegawai negeri sipil.

Tabel 2. Pemerintahan dan PNS Kabupaten Lumajang

Berikut ini adalah contoh “kinerja” daerah yang tergambar dalam

Lumajang dalam Angka.

Tabel 3. Kegiatan dan Produk Kabupaten Lumajang

BAB I - 6

Pendapatan Kabupaten Lumajang meningkat dari tahun ke tahun,

dengan angka mencapai sekitar 2T dari APBD dan DAU. Terlihat, bahwa

DAU masih menjadi andalan.

Tabel 4. Pendapatan dan Belanja Kabupaten Lumajang

Penduduk Kabupaten Lumajang yang sebesar sedikit di atas 1 juta

jiwa, didominasi oleh penduduk usia produktif usia 15-64 tahun dengan

persentase di atas 68%. Hal ini merupakan faktor yang menjanjikan untuk

pertumbuhan Kabupaten Lumajang ke depan. Perbedaan kepadatan yang

mulai tinggi antara pusat kota (3135 jiwa/km2), dan di pinggiran (218

jiwa/km2) dapat menjadi pendorong penerapan sistem berbasis TIK untuk

efisiensi.

Tabel 5. Aspek Kependudukan

BAB I - 7

Dari aspek pemanfaatan tenaga kerja, TPAK dan TPT di Kabupaten

Lumajang masih menyisakan pekerjaan rumah, sehingga penerapan TIK

dalam proses penyediaan pekerjaan menjadi sangat penting.

Tabel 6. Data Pekerja dan Pekerjaan

Dari sisi pendidikan, sebagian besar penduduk Kabupaten

Lumajang telah mengenyam pendidikan, dan hanya di bawah 5% yang

belum mengenyam pendidikan. Tetapi survei menunjukkan adanya

sekitar 12% penduduk yang masih buta-huruf, walaupun sudah 6%

penduduk mengenyam bangku perkuliahan (D1-S3).

Tabel 7. Kependidikan

Yang harus ditingkatkan segera adalah IPM (indek pembangunan

manusia) di Kabupaten Lumajang, yang ternyata masih paling rendah,

dibanding rata-rata Jawa Timur, maupun kota-kota di sekitarnya. Jelas

butuh upaya terstruktur untuk meningkatkan hal tersebut, dan TIK

adalah salah satu media untuk percepatan tersebut. Melalui TIK, maka

indek Kesehatan, Pendidikan dan Daya Beli bisa dikondisikan dan

dioptimalkan.

BAB I - 8

Tabel 8 IPM Kabupaten Lumajang (64.23)

Apabila dilihat dari sisi ekonomi, kegiatan ekonomi Kabupaten Lumajang

banyak berasal dari pertanian dengan lahan yang menduduki sekitar

20,5% untuk bertani padi, jagung, ubi-kayu, ubi jalar, kacang-tanah,

kedelai, dan kacang hijau. Selain pertanian, peternakan (sapi potong,

kambing, domba, sapi perah, kerbau, kuda dan babi) menjadi komoditi

ekonomi. Buah pisang menjadikan Kabupaten Lumajang sangat terkenal,

selain buah pepaya, jeruk siam, nangka dan alpukat.

Industri di Kabupaten Lumajang hingga saat ini masih didominasi oleh

industri makanan dan minuman, dengan jumlah sekitar 13.000 industri

dan melibatkan sekitar 56 ribu pekerja. Dengan total omset sekitar 5 T

dan ekspor 1.5 T, membuat industri menjadi kontributor PAD yang cukup

baik. Meskipun demikian, kontribusi industri sektor pariwisata masih

sangat terbatas, yang ditandai dengan tingkat hunian hotel yang belum

efektif.

Penyediaan infrastruktur masih terbatas pada infrastruktur dasar,

seperti jalan kelas IIIA untuk sebagian besar dilewati sepeda motor dan

dukungan telekomunikasi yang masih dinikmati oleh sekitar 50%

penduduk dan internet 15% penduduk, walaupun pemakaian telepon

seluler menjangkau hampir 85% populasi. Hal ini perlu menjadi

pertimbangan untuk lebih banyak membangun dan mengembangkan

BAB I - 9

aplikasi layanan yang berbasis seluler (handphone dan sejenisnya). Harus

disyukuri, bahwa dari total pinjaman perbankan, sebagian besar (65%)

masih teralokasi pada pinjaman modal kerja dan investasi.

Secara umum, pengeluaran masyarakat Lumajang masih di

dominasi pengeluaran konsumsi (makanan). Dengan begitu wajar apabila

pertumbuhan masih di bawah 5%, karena andalan masih produk

pertanian dan pengolahannya. Ada yang menarik, bahwa ada tren

kenaikan pertumbuhan untuk pertambangan (bijih logam) dan penggalian

lainnya, untuk itu perlu dilakukan upaya sistematis untuk mendorong

efektifitas bidang ini.

Melihat angka pertumbuhan ekonomi, PDRB, TPAK, TPT, maka

jelas bahwa kabupaten tidak bisa lagi menggunakan pendekatan

konvensional untuk meningkatkan indeks kinerja kota dan kesejahteraan

masyarakatnya. Diperlukan sebuah terobosan proses bisnis, yang tidak

biasa, sehingga Lumajang dapat melompat ke depan barisan kota-kota

maju di Jawa Timur.

Gambar 3. Peta Administrasi Kabupaten Lumajang

BAB I - 10

ii. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Salah satu indikator kesejahteraan masyarakat adalah IPM, yang di

Kabupaten Lumajang nilai IPM ini terus naik. Masalahnya, nilai IPM 2017

yang sebesar 64.23 masih menunjukkan bahwa Lumajang masih

tertinggal dengan kota-kota lain di sekitarnya, dan masih jauh di bawah

rata-rata IPM provinsi yang mempunyai nilai 70.27.

Dengan demikian wajar bila pada RPJMD 2014-2019, pemerataan

ekonomi dan kesejahteraan menjadi fokus. Sehingga, selain fokus pada

peningkatan PDRB, kota harus semakin mampu melihat pergerakan

inflasi, investasi, penerimaan pajak dan retribusi, pinjaman daerah, dana

perimbangan dan sumber dana lain secara real-time dan per sektor; maka

peranan informasi daerah akan menjadi kunci pengambilan keputusan

kebijakan. Pada akhirnya diperlukan upaya membuat sistem decision

support yang tepat guna. Sebagai contoh, tingkat kemiskinan semakin

turun, tetapi tetap setara dengan fluktuasi jumlah penduduk, sehingga

perlu perlakukan lebih lanjut. Adanya balita Gizi buruk, merupakan

contoh perlunya pendekatan monitoring yang terotomatisasi.

iii. Aspek Pelayanan Umum

Kabupaten Lumajang membagi layanan umum dengan layanan

wajib dan layanan pilihan. Yang disebut layanan wajib adalah yang

meliputi layanan pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, perumahan,

penataan ruang, perencanaan pembangunan, perhubungan, lingkungan

hidup, pertanahan, catatan sipil, pemberdayaan perempuan,

perlindungan anak, KB, ketenaga-kerjaan, sosial, koperasi, UKM,

penanaman modal, otonomi dasrah dan sebagainya. Pelayanan umum

inilah yang pada akhirnya melahirkan UPTD-UPTD.

Yang menjadi masalah, di setiap pelayanan belum secara eksplisit

menampilkan target kinerja yang diinginkan. Contoh pertama, pada

pelayanan pendidikan yang seharusnya fokus kepada peningkatan

kualitas, data yang ada adalah data jumlah sarana dan pentingnya

melanjutkan alokasi 20% APBD untuk pendidikan. Di bidang kesehatan,

hanya disebutkan bahwa rata-rata puskesmas melayani hampir 40 ribu

BAB I - 11

jiwa. Di bidang jalan dan jembatan tidak ada penjelasan bagaimana fungsi

dapat dijaga dengan baik, agar kualitas terjaga. Pada perhubungan, data

yang tersampaikan adalah data jumlah perangkat hasil investasi. Kota

juga telah menjelaskan dukungan kepada UMKM agar dapat tumbuh dan

berkembang secara positif melalui berbagai aspek atau kegiatan antara

lain; (a). Pendanaan; (b). Fasilitas sarana dan prasarana, (c). Informasi

usaha; (d). Kemitraan; (e). Perijinan usaha; (f). Kesempatan berusaha; (g).

Promosi dagang serta dukungan kelembagaan, tetapi korelasi antara

upaya dan hasil yang dicapai masih sulit untuk diperoleh, sehingga

pimpinan baru akan sulit melakukan terobosan dan percepatan. Itu

mungkin yang membuat jumlah UMKM cenderung stagnan atau justru

menurun.

Pada dasarnya, bila mengacu kepada RPJMD, maka semua data

masih dapat dikatakan mengarah pada kuantitas objek dan belum

dikaitkan dengan kinerja. Dengan demikian, masih perlu upaya intensif

untuk mendefinisikan model bisnis sebagaimana amanat Perpres

95/2018 untuk menuju sistem pemerintahan berbasis elektronik.

iv. Aspek Daya Saing Daerah

Dari RPJMD dikatakan bahwa daya saing daerah masih rendah,

karena aktifitas ekonomi daerah, fasilitas daerah dan infrastruktur, serta

iklim investasi dan SDM masih sangat terbatas. Selain itu mobilitas

(angkutan) dianggap sebagai kendala lain, sehingga pembangunan jalan

perlu menjadi prioritas.

Sekali lagi, tidak ditemukan data dan informasi yang

menghubungkan itu semua. Sehingga, semakin jelas urgensi adanya

sistem akuisisi data untuk membantu pengambilan keputusan prioritas

program yang meningkatkan daya saing daerah.

v. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah

Dalam RPJMD, kebijakan pengelolaan keuangan daerah dilakukan

mulai proses perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan,

pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan. Semuanya

BAB I - 12

dilakukan mengacu kepada paket reformasi keuangan negara yang

dituangkan dalam berbagai undang-undang terkait. Yang menjadi

pertanyaan adalah, ketika UU No. 33/2004 mengamanatkan bahwa

keuangan daerah harus dikelola secara tertib, taat pada peraturan

perundangan, efisien, ekonomis, efektif , transparan dan bertanggung

jawab dengan memperhatikan keadilan, kepatutan dan manfaat untuk

masyarakat; maka bagaimanakah kebijakan ini bisa dilakukan dengan

baik saat perencana, penyusun anggaran, pengadaan dan pelaksanaan

dan pengawas berada di dinas yang berbeda dan tidak dilengkapi

perangkat yang dirancang khusus untuk itu.

Akhirnya, kebijakan pemanfaatan alat bantu pengelolaan keuangan

menjadi krusial dalam era pemerintahan berbasis elektronik. Kebijakan

pencarian PAD dan optimasi pembelanjaan menjadi tidak ada artinya

apabila tidak dikoneksikan dengan semua proses di perencanaan

pembangunan, penganggaran, perencanaan proyek, kegiatan pengadaan,

kegiatan penerimaan barang dan aset daerah, hingga kegiatan evaluasi

kinerja hasil pembangunan; dalam rangka melakukan tata kelola dan

pembangunan yang efisien, ekonomis, efektif, transparan dan

bertanggung jawab dengan memperhatikan keadilan, kepatutan dan

manfaat untuk masyarakat. Penerapan GRMS (government resource

management system) adalah contoh bagaimana pengelolaan keuangan

daerah dianggap sebagai bagian penting dari proses bisnis

kota/kabupaten. Artinya perlu kebijakan pendanaan dan anggaran yang

berbasis kinerja yang terukur dan bukan hanya berbasis pada penyerapan

anggaran.

1.2 Landasan Hukum Pengembangan Tata Kelola Berbasis TIK

Dalam melaksanakan penyusunan masterplan smart city untuk

menuju Lumajang smart city ini, berbagai landasan hukum dikaji untuk

meminimalkan potensi cacat hukum.

• Perpres 95/2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik.

• UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik;

BAB I - 13

• UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik;

• Instruksi Presiden RI Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi

Nasional Pengembangan Electronic Government;

• UU Keuangan Negara dan Daerah [UU 17/2003, UU 1/2004, UU 15/2004,

UU 24/2005, UU 33/2004, PP 58/2005, Permendagri 13/2006,

Permendagri 59/2007, UU 28/2009 ...]

• UU 25/2004 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

• UU 32/2004 tentang Pemerintah Daerah

• UU 12/1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten di Propinsi Jawa

timur

• UU 17/2007 RPJP

• UU 26/2007 Penataan Ruang

• UU 79/2005 Pengawasan Daerah

• UU 39/2006 Monev Pelaksanaan Rencana Pembangunan

• PP 3/2007 Pelaporan, PP 38/2007 Pembagian Urusan, PP 6/2008

Evaluasi,

• Perda Kabupaten Lumajang 02/2013 tentangRTRW

• Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945;

• Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional;

• Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Pembangunan Jangka Nasional Tahun 2005-2025;

• Undang-undangNomor 14 Tahun 2008, tentang Informasi Publik;

• Undang-undang Nomor 39 Tahun 2008, tentang Kementerian Negara;

• Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang

Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang

Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;

• Undang-undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi

Pemerintahan;

• Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 juncto Undang-undang Nomor 19

Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik;

BAB I - 14

• Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan

Sistem dan Transaksi Elektronik;

• Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah;

• Peraturan Presiden RI Nomor 95 Tahun 2018 Tentang Sistem

Pemerintahan Berbasis Elektronik;

• Instruksi Presiden RI Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan dan

Strategi Nasional Pengembangan e-Government.

• Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika RI Nomor

57/KEP/MEN.KOMINFO/12/2003 Tentang Panduan Penyusunan

Rencana Induk e-Government;

• Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika RI Nomor 14 Tahun 2016

Tentang Pedoman Nomenklatur Perangkat Daerah Bidang Komunikasi

dan Informatika;

• Dan peraturan perundangan lain yang terkait dengan proses ini.

BAB II -

15

BAB II

VISI MISI TIK

MAKSUD – TUJUAN – SASARAN

Pembangunan dan pengembangan sistem pemerintahan berbasis

elektronik, e-government dan smart city tidak dapat dipisahkan dari VISI

MISI pembangunan kota/kabupaten itu sendiri. Maka untuk itulah perlu

dilakukan evaluasi terkait bagaimana VISI MISI Kabupaten Lumajang dapat

dipercepat capaiannya melalui penerapan teknologi informasi dan

komunikasi (TIK).

2.1 VISI

Mengacu kepada dokumen RPJMD Kabupaten Lumajang 2015-2019,

VISI Kabupaten Lumajang adalah:

“TERWUJUDNYA MASYARAKAT LUMAJANG YANG SEJAHTERA, DAN

BERMARTABAT”

Visi ini kemudian diperbarui oleh Kepala Daerah terpilih menjadi:

“TERWUJUDNYA MASYARAKAT LUMAJANG YANG BERDAYA SAING,

MAKMUR DAN BERMARTABAT”

2.2 MISI

Mengacu kepada dokumen RPJMD Kabupaten Lumajang 2015-2019,

MISI Kabupaten Lumajang adalah:

1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan

perekonomian daerah dengan pemanfaatan sumber daya alam yang

berwawasan lingkungan, menciptakan iklim usaha yang kondusif, serta

meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pelaku ekonomi.

BAB II - 16

2. Meningkatkan masyarakat yang bermartabat melalui peningkatan tata

kelola pemerintahan yang baik dengan peningkatan sumber daya

manusia dan profesionalisme aparatur.

3. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui peningkatan kehidupan

beragama, kualitas pendidikan, penanganan sosial dan pengentasan

kemiskinan.

Di era pimpinan daerah yang baru, MISI tersebut kemudian dielaborasi

kembali dalam bentuk 3 (tiga) poin MISI, yaitu:

1. Meningkatkan Kualitas SDM yang Agamis, Cerdas, Kreatif, Inovatif dan

Bermoral melalui Pemenuhan Kebutuhan Dasar Masyarakat yang

Berkeadilan.

2. Meningkatkan Perekonomian Daerah dan Kesejahteraan Masyarakat yang

Mandiri dan Berdaya Saing Melalui Pengembangan Kawasan Berbasis

Pertanian, Pemberdayaan Usaha Mikro dan Jasa Pariwisata serta Usaha

Pendukungnya secara Berkelanjutan.

3. Mewujudkan Pemerintahan yang Baik, Benar dan Bersih melalui

Reformasi Birokrasi dan Pelayanan Publik yang Profesional, Aspiratif,

Partisipatif dan Transparan.

2.3 VISI MISI TIK Kabupaten Lumajang

2.3.1 VISI TIK Kabupaten Lumajang

Terwujudnya sistem pemerintahan berbasis elektronik yang terpadu

(integrated), untuk mencapai sistem pemerintahan yang efektif dan

efisien, berbasis penerapan TIK yang dapat diterapkan (aplicable)

untuk sistem administrasi dan pelayanan publik yang terukur

(measurable) dan berkelanjutan (sustainable) untuk mewujudkan

Kabupaten Lumajang berdaya saing, makmur dan sejahtera.

BAB II - 17

2.3.2 MISI TIK Kabupaten Lumajang

• Melakukan penataan dan penguatan organisasi dan tata kelola sistem

pemerintahan berbasis elektronik yang terpadu dalam kerangka e-

Government dan smart city; di wilayah Kabupaten Lumajang.

• Mengembangkan sistem adminisitrasi dan pelayanan publik berbasis

elektronik yang terpadu dalam kerangka e-Government dan Lumajang

Smart city, secara menyeluruh untuk menjalankan MISI Kabupaten

Lumajang, dengan fokus pada permasalahan utama.

▪ Smart Governance (Mewujudkan Pemerintahan yang Baik, Benar dan

Bersih melalui Reformasi Birokrasi dan Pelayanan Publik yang

Profesional, Aspiratif, Partisipatif dan Transparan)

▪ Smart Economy (untuk meningkatkan Perekonomian Daerah dan

Kesejahteraan Masyarakat yang Mandiri dan Berdaya Saing Melalui

Pengembangan Kawasan Berbasis Pertanian, Pemberdayaan Usaha

Mikro dan Jasa Pariwisata serta Usaha Pendukungnya secara

Berkelanjutan)

▪ Smart Society (dalam rangka meningkatkan Kualitas SDM yang

Agamis, Cerdas, Kreatif, Inovatif dan Bermoral melalui Pemenuhan

Kebutuhan Dasar Masyarakat yang Berkeadilan)

• Membangun fondasi teknologi informasi dan komunikasi yang

terintegrasi, aman, dan andal; untuk diintegrasikan ke sistem

pemerintahan berbasis elektronik (SPBE), termasuk membangun SDM

yang kompeten dan inovatif berbasis teknologi informasi dan komunikasi.

• Membangun ketersediaan infrastruktur TIK yang terintegrasi dan adanya

Pusat Data Pemerintah Kabupaten Lumajang.

2.3 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN MASTER PLAN SMART CITY

Master Plan Smart City Kabupaten Lumajang ini disusun dengan

maksud untuk memberikan dasar pemikiran dan panduan, dalam rangka

merencanakan, mengembangkan, dan membangun, serta mendayagunakan

teknologi informasi dan komunikasi dalam penyelenggaraan pemerintahan di

Pemerintah Kabupaten Lumajang. Melalui panduan berupa Master Plan ini,

diharapkan setiap proses dapat dilakukan dengan standar dan panduan

BAB II - 18

yang memberikan arah yang jelas, terintegrasi dan selaras dengan kebijakan

dan strategi pembangunan Kabupaten Lumajang sehingga dapat

meningkatkan kualitas layanan publik yang efektif dan efisien, serta

mewujudkan sistem manajemen pemerintahan yang transparan dan

akuntabel.

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari keberadaan Master Plan

Smart City Kabupaten Lumajang ini, adalah:

• Sebagai dasar membangun e-leadership, melalui peningkatan

kepedulian (awarenes), dan komitmen di tingkat pimpinan untuk

mengembangkan Lumajang Smart City sebagai bagian dari upaya

reformasi birokrasi guna mewujudkan tata kelola pemerintahan yang

baik.

• Mewujudkan kebijakan dan program pengembangan konsep e-

Government, dan Smart City di lingkup pemerintah Kabupaten

Lumajang yang lebih terarah, terukur, berkesinambungan dan selaras

dengan rencana strategis dan RPJMD Pemerintah Kabupaten

Lumajang, termasuk dalam rangka menjalankan Peraturan Presiden

Republik Indonesia No. 95 Tahun 2018, tentang Sistem Pemerintahan

Berbasis Elektronik (SPBE).

• Membangun proses bisnis, aplikasi, infrastruktur sistem informasi dan

komunikasi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lumajang yang

komprehensif dan terintegrasi untuk meningkatkan kualitas layanan

publik; mendukung terbentuknya sistem manajemen dan proses kerja

penyelenggaraan kepemerintahan yang efektif, efisien, transparan, dan

akuntabel dengan tersedian sistem monitoring dan evaluasi berbasis

teknologi informasi dan komunikasi.

• Menyediakan dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan berbagai

investasi di bidang-bidang yang memanfaatkan sistem dan teknologi

informasi komunikasi.

2.4 SASARAN

Adapun Sasaran yang hendak dicapai dari keberadaan Master Plan

Smart City Kabupaten Lumajang ini, adalah:

BAB II - 19

a. Tersedianya konsep pembangunan TIK berkesinambungan dalam

rangka merealisasikan konsep Smart City di Kabupaten Lumajang.

b. Tersedianya rangkaian program/ kegiatan mengacu kepada konsep

Smart City Kabupaten Lumajang, baik dalam jangka pendek (1-3

tahun), jangka menengah (5 tahun) dan jangka panjang (10 tahun).

c. Tersedianya dukungan rancangan teknis dan teknologi terkait

percepatan implementasi Teknologi Informasi dan Komunikasi

mengacu kepada petunjuk Peraturan Presiden Republik Indonesia No.

95 Tahun 2018, tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik.

d. Tersedianya skenario dan strategi awal pembangunan Smart City

Kabupaten Lumajang, sebagai acuan untuk pengadaan barang dan

jasa TIK untuk mendukung pembangunan dan pengembangan menuju

LUMAJANG YANG BERDAYA SAING, MAKMUR DAN

BERMARTABAT.

BAB III - 20

BAB III

HASIL ASESMEN

TIK KABUPATEN LUMAJANG

Pada bab ini akan disampaikan beberapa hal terkait dengan hasil

asesmen terhadap kesiapan pembangunan dan pengembangan sistem

pemerintahan elektronik di Kabupaten Lumajang. Sebagaimana

diketahui, Pemerintah merupakan unsur penting dalam ketatanegaraan

terutama dalam konteks pelayanan publik, yang merupakan salah satu

tugas pokok pemerintah. Fungsi tersebut menjadi begitu urgen karena

berhubungan erat dan berdampak terhadap kemajuan bangsa, sehingga

sangat membutuhkan perlunya tata kelola pemerintahan yang baik.

Untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih, efektif,

transparan, akuntabel, serta terwujudnya pelayanan publik yang prima,

berkualitas, terpercaya, di era digitalisasi maka sangat diperlukan adanya

implementasi sistem pemerintahan berbasis elektronik.

Dalam rangka menjalankan kebijakan e-Government telah ditetapkan

melalui Inpres Nomor 3 Tahun 2003 dan dengan adanya Perpres RI Nomor

95 tahun 2018, ternyata dalam penerapannya masih memiliki banyak

kendala dan belum berjalan optimal. Untuk itulah perlu diberikan

beberapa kata kunci, sebagai berikut.

BAB III - 21

Gambar 4. Tantangan Utama Penerapan e-Government

• E-Government butuh Komitmen Pemimpin (e-Leadership)

Kegagalan terbesar dari penerapan e-Government termasuk smart

city adalah akibat kurangnya komitmen pimpinan untuk menuju sistem

pemerintahan berbasis elektronik. Visi pemerintahan berbasis elektronik

yang dalam implementasinya masih jauh dari harapan apalagi terpadu;

kebijakan dan regulasi yang belum lengkap atau selalu berubah, di sisi

Legislatif belum adanya komitmen anggaran sebagai akibat lemahnya

regulasi, serta masih kuatnya ego sektoral. Untuk itulah di era digitalisasi

ini sangat dibutuhkan pimpinan yang mempunyai komitmen yang tinggi

terhadap pentingnya penyelenggaraan pemerintahan berbasis elektronik

(e-Government). Diagram di bawah ini, secara skematis menunjukkan

tantangan utama penerpan e-Government di Indonesia, yang meliputi

aspek kepemimpinan, aspek manajemen dan budaya, dan aspek

teknologi.

• Perlu Transformasi Manajemen dan Budaya (Cultural

Transformation)

Penerapan e-Government dan smart city tidak semata-mata masalah

teknologi, tetapi perubahan manajemen dan budaya kerja. Hal itu diawali

BAB III - 22

dengan mulainya standar kerja yang jelas berbasis Indikator Kinerja

Utama (IKU), dikembangkannya tata kelola pemerintahan yang efektif,

peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pemanfaatan sumber

daya secara bersama (resource sharing) dalam sebuah kerangka kerja

yang baik, dan penerapan sistem pemerintahan berbasis elektronik.

• Perlu Memahami Teknologi Terbaru (Technology)

Untuk wilayah yang sedang memulai proses penerapan e-Government,

teknologi selalu dianggap menjadi kendala utama. Sebagian besar daerah

yang memulai menerapkan e-Government menggunakan infrastruktur,

sistem dan aplikasi yang dikembangkan secara terpisah-pisah dan parsial,

sehingga proses menjadi tidak efektif dan efisien. Akibat ketidaktahuan dan

kesenjangan digital, banyak teknologi yang diterapkan secara tidak tepat.

Pada akhirnya, keamanan informasi akan juga menjadi masalah besar.

Untuk itulah Pemerintah Daerah direkomendasikan untuk fokus pada

permasalahan dan pendekatan elektronik terpadu untuk mendukung sistem

layanan dan operasional agar dapat masuk dalam era internet of data dengan

baik, sebagaimana yang diamanatkan dalam Perpres Nomor 95 tahun 2018.

Dengan memperhatikan 3 hal di atas, maka dilakukanlah asesmen

melalui survei ke OPD-OPD di lingkungan Kabupaten Lumajang. Analis yang

dilakukan meliputi, Analisis Umum Tata Kelola dan Proses Bisnis; Analisis

Pembangunan dan Pengembangan Aplikasi TIK; Analisis Ketersediaan

Dukungan Infrastruktur TIK (Pengolah Data & Informasi dan Jaringan);

Analisis Keamanan Data; Analisis Kesiapan SDM dan akhirnya diberikan

data Resume Hasil Survei.

3.1 Analisis Umum Tata Kelola dan Proses Bisnis

Dalam tata kelola pemerintahan Pemahaman akan Proses Bisnis,

adalah kunci keberhasilan pelaksanaan e-Government, smart city dan upaya

menuju SPBE. Proses bisnis adalah sekumpulan kegiatan yang terstruktur

dan saling terkait dalam pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pusat dan

pemerintah daerah masing-masing. Penyusunan proses bisnis bertujuan

untuk memberikan pedoman dalam penggunaan data dan informasi, serta

BAB III - 23

penerapan aplikasi, keamanan dan pelayanan berbasis elektronik. Untuk

itulah, setiap Perangkat Daerah pengguna sistem e-Government harus

mampu mendefinisikan TUPOKSI masing-masing dan menyusun proses

bisnis yang dilakukan berdasarkan pada arsitektur sistem di daerah

tersebut. Proses bisnis yang saling terkait jelas harus disusun secara

terintegrasi untuk mendukung pembangunan atau pengembangan aplikasi

dan layanan berbasis elektronik terintergasi. Adanya proses bisnis standar,

umum atau khusus dapat dikomunikasikan dengan kementrian terkait.

Analisis terhadap hasil survei menunjukkan, bahwa pendefinisian

tupoksi dan pelaksanaan layanan kepada masyarakat belum didukung oleh

pendefinisian proses bisnis yang terstruktur dan terukur, sehingga

dimungkinkan untuk melakukan monitoring dan evaluasi kinerja masing-

masing OPD. Contoh berikut diambil dalam rangka menunjukkan

pendefinisian tugas pokok dan fungsi yang akan sangat sulit diukur,

termasuk apabila menggunakan bantuan TIK.

Pada kasus diatas, pertanyaan terbesar adalah siapa yang akan

melaksanakan pelayanan kepada masyarakat dan bagaimana prosesnya.

Beruntung, bahwa pendefinisian tersebut telah mulai diperbaiki dengan

munculnya kebijakan pembangunan prioritas, yang pada akhirnya akan

membutuhkan pendefinisian proses bisnis untuk mencapainya.

Peraturan Daerah Kabupaten Lumajang nomor 15 Tahun 2016 tentang Pembentukan

dan Susunan Perangkat Daerah dan Peraturan Bupati Lumajang Nomor 78 Tahun

2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi serta Tata

Kerja;

Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang dan Tata Ruang Kabupaten Lumajang

mempunyai tugas membantu Bupati melaksanakan urusan pemerintahan yang

menjadi kewenangan daerah di bidang pekerjaan umum dan tata ruang.

Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang memiliki fungsi sebagai berikut :

• perumusan kebijakan teknis di bidang pekerjaan umum dan tata ruang;

• pelaksanaan kebijakan daerah di bidang pekerjaan umum dan tata ruang;

• pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pekerjaan umum dan tata

ruang;

• pelaksanaan administrasi Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang;

• pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati terkait dengan tugas dan

fungsinya;

BAB III - 24

E-Present (Kehadiran) &

Pelaksanaan

Tupoksi

Hanya dengan melihat pendekatan kedua, dapat mulai ditelusuri,

bahwa setiap proses tidak hanya dapat diselesaikan oleh satu atau dua OPD.

Urgensi penyusunan proses bisnis pada akhirnya adalah sinkronisasi dari

perencanaan, penganggaran, pendanaan, pengadaan, penerimaan barang,

pemeriksaan hingga monitoring kinerja hasil pekerjaan. Apabila seluruh

elemen sudah dilihat secara bersama, maka sistem TIK akan dengan mudah

memberi solusi optimal terhadap proses bisnis kota/kabupaten. Contoh ini

bisa dilihat pada integrasi GRMS di bawah ini, di mana di setiap tahap bisa

diketahui siapa yang bertanggung-jawab untuk melaksanakannya. Apabila

proses bisnis dari sudut pandang administrasi, maka proses bisnis dari

sudut pandang layanan kepada masyarakat akan juga dapat didefinisikan

dengan lebih mudah.

Gambar 5. GRMS Terpadu Sebagai Perwujudan Model Bisnis Kota

Problem:

• Masih adanya ruas jalan dan jembatan dalam kondisi rusak berat dan sedang.

• Ketersediaan infrastuktur pertanian belum memadai.

• Belum maksimalnya penyediaan air bersih.

• Masih adanya kawasan permukiman kumuh di kawasan perkotaan.

• Kurang tersedianya luasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik yang sesuai

standar.

• Masih kurangnya dukungan pemanfaatan teknologi informasi.

Solusi:

• Peningkatan Seluruh Ruas Jalan menjadi Hotmix dan revitalisasi jembatan

• Peningkatan ketersediaan infrastruktur pendukung pertanian

• Pemenuhan kebutuhan air bersih di daerah rawan air

• Penanganan kawasan permukiman kumuh secara terpadu

• Penambahan Ruang Terbuka Hijau

• Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi

BAB III - 25

Pada intinya, dari asesmen terlihat, bahwa pemerintahan berjalan

berbasis nomenklatur OPD dan jabatan, belum ada pendefinisian proses

bisnis, termasuk pembagian tugas secara terstruktur dan rinci. Pada

akhirnya, hal ini akan mempersulit pemberian tunjangan kinerja, karena

memang tidak pernah dilakukan pendefinisian capaian berbasis indikator

kinerja.

3.2 Analisis Pembangunan dan Pengembangan Aplikasi TIK (APP)

Dari hasil survei yang dilakukan secara sampling di sekitar 48 OPD,

diperoleh hasil, bahwa Kabupaten Lumajang telah mulai menerapkan

berbagai aplikasi elektronik, khususnya aplikasi yang wajib diterapkan

berdasar perintah kementrian atau pusat. Terdapat sekitar 70 aplikasi yang

sebagian besar masih terpisah-pisah dan atau dikembangkan tanpa konsep

yang terstruktur.

Pembangunan Aplikasi dalam e-Government, yang biasanya berupa

sekumpulan program komputer atau prosedur untuk melakukan layanan

elektronik, harus memperhatikan kesesuaian dengan proses bisnis, baik

yang berupa aplikasi umum (aplikasi untuk menjalankan fungsi standar),

maupun aplikasi khusus yang dikembangkan dalam memenuhi kebutuhan

khusus, instansi khusus maupun membutuhkan pengolahan data spesifik.

Aplikasi umum dibangun dan dikembangkan mengacu pada arsitektur

dan ditetapkan oleh Kementerian Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi,

dan dilakukan setelah nantinya mendapat pertimbangan dari Kementerian

Kominfo. Penetapan dan pertimbangan, akan mengacu pada standar teknis

dan prosedur pembangunan dan pengembangan aplikasi umum yang

dikeluarkan oleh Kementerian Kominfo. Dalam hal tidak ada aplikasi umum,

maka harus menggunakan aplikasi yang sejenis dengan aplikasi umum.

Aplikasi sejenis dapat digunakan dengan syarat telah dioperasikan

sebelumnya, ada kajian biaya dan manfaat, sesuai proses bisnis dan fungsi

yang ditentukan di aplikasi umum, mendapat pertimbangan dari

Kementerian Kominfo, yang akan menyimpan aplikasi dan source code dalam

repositori aplikasi. Aplikasi khusus juga harus dibangun dan dikembangkan

mengacu pada arsitektur dan ditetapkan oleh Kementerian Aparatur Negara

BAB III - 26

dan Reformasi Birokrasi, dan dilakukan setelah mendapat pertimbangan dari

Kementerian Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Penetapan dan

pertimbangan, akan mengacu pada standar teknis dan prosedur

pembangunan dan pengembangan aplikasi umum yang dikeluarkan oleh

Kementerian Kominfo.

Tentunya dalam pembangunan setiap aplikasi, baik umum atau

khusus harus mempertimbangkan dukungan pengendalian keamanan yang

terpadu. Bidang persandian merupakan bidang yang semestinya berperan

penting dalam hal ini. Dalam hal pemrograman, aplikasi diarahkan untuk

mengutamakan penggunaan kode dari sumber terbuka (open source).

Pemanfaatan kode sumber tertutup, harus mendapatkan pertimbangan dari

Kementerian Kominfo. Tabel berikut menunjukkan distribusi dari masing-

masing aplikasi.

BAB III - 27

Tabel Aplikasi Kabupaten Lumajang

BAB III - 28

BAB III - 29

BAB III - 30

BAB III - 31

BAB III - 32

Melihat data yang ada, sudah sangat jelas, bahwa pendekatan yang

digunakan pada saat lalu, belumlah mengacu kepada standard baku, karena

memang saat itu belum diterbitkan Perpres 95/2018 tentang SPBE.

Meskipun demikian, dari data yang ada dapat diambil beberapa poin penting

untuk pengembangan ke depan, antara lain :

▪ Sebagian besar OPD berusaha untuk mempunyai aplikasi berbasis

WEB, khususnya dalam rangka diseminasi informasi. Akan tetapi,

aplikasi-aplikasi tersbut mempunyai format dan konsep yang berbeda-

beda. Apabila aplikasi ini ditujukan untuk masyarakat, maka akan

menimbulkan kebingungan, akibat keberadaan banyak alamat dan

aplikasi berbeda di setiap alamat. Maka, langkah pertama adalah

melakukan penyatuan aplikasi berbasis WEB di situs resmi

lumajangkab.go.id.

▪ Sebagian besar OPD telah mengembangkan aplikasi administrasi

teknis masing-masing, tetapi konektifitas dan sinkronisasi dengan

aplikasi lain belum terbentuk. Sebagai contoh :

o aplikasi dikembangkan oleh OPD yang tidak membidangi bidang

tersebut;

o aplikasi yang dibutuhkan semua OPD masih baru digunakan di

OPD tertentu dan dengan skala tertentu;

o data yang dihasilkan oleh sebuah aplikasi harus dikomversi

dahulu secara manual sebelum dikirimkan dan atau

ditransaksikan dengan aplikasi lain atau untuk aplikasi

pelaporan;

o Pengadaan aplikasi masih parsial, sebagian besar swa-kelola

dengan pihak ketiga dan tidak adanya aktifitas review pra-

pengembangan;

o Sebagian besar aplikasi yang disebut dengan SIM, masih berupa

sistem data-base yang tidak mempunyai kemampuan pelaporan

dan analitis.

Dengan demikian, jelas diperlukan kebijakan khusus untuk

mengembangkan aplikasi secara terpadu, sesuai sasaran penerapan TIK di

Smart City Kabupaten Lumajang.

BAB III - 33

3.3 Analisis Ketersediaan Dukungan Infrastruktur TIK

Idealnya, pembangunan infrastruktur e-Government, terdiri dari

semua perangkat keras, perangkat lunak, dan fasilitas yang menjadi

penunjang utama untuk menjalankan sistem, aplikasi, komunikasi data,

pengolahan dan penyimpanan data, perangkat integrasi/penghubung, dan

perangkat elektronik lainnya, tentu harus dipilih dan dibangun untuk

menjalankan model bisnis yang telah ditetapkan. Dimungkinkan

penggunaan infrastruktur dengan bagi pakai antara pemerintah pusat dan

daerah.

Infrastruktur dapat dibangun oleh instansi pusat (oleh Kementerian

Kominfo) maupun instansi daerah. Sinergi pembangunan infrastruktur pusat

dan daerah, secara bagi pakai, bertujuan untuk meningkatkan efisiensi,

keamanan dan kemudahan integrasi infrastruktur dan layanan. Itulah

sebabnya penyusunan arsitektur sistem nasional akan menjadi kunci

keberhasilan. Sebelum arsitektur tersebut terbentuk, maka pembangunan di

Kabupaten Lumajang akan dilakukan menggunakan arsitektur standar yang

telah berlaku di bidang informasi dan komunikasi.

3.3.1 Infrastruktur Pengolah Data dan Informasi

Pusat Data adalah contoh fasilitas, bagian infrastruktur, yang

digunakan untuk penempatan sistem elektronik dan komponen terkait

lainnya untuk keperluan penempatan, penyimpanan dan pengolahan data,

dan pemulihan data, atau pengolah data dan informasi.

Data dan informasi yang dimaksud dalam hal ini adalah semua data dan

informasi yang dimiliki oleh instansi pusat dan daerah, dan atau yang

diperoleh dari masyarakat. Penggunaan data dan informasi tersebut,

tentunya harus dilakukan dengan mengutamakan bagi pakai data dan

informasi antar Instansi Pusat dan/atau Pemerintah Daerah dengan

berdasarkan tujuan dan cakupan, penyediaan akses data dan informasi, dan

pemenuhan standar interoperabilitas data dan informasi. Intinya, pusat data

yang dimiliki daerah dan instansi, harus dapat terhubung ke pusat data

nasional secara bagi pakai dan saling terhubung. Standard interoperabilitas

informasi akan ditetapkan oleh Kementerian Kominfo, dan pemanfaatannya

akan tergantung arsitektur pemerintah daerah masing-masing, dibawah

BAB III - 34

koordinasi Bappenas/ Bappeda. Apabila pusat data dengan standard

nasional belum ada, maka Pusat Data harus mengikuti standard

internasional terkait desain pusat data dan manajemen pusat data.

Apabila dilihat dari hasil survei, maka paling tidak sudah ada 16 OPD

yang mempunyai server untuk aplikasi internal, dengan 8 di antaranya dapat

dikoneksikan ke server eksternal. Sebagian besar server berupa server

generasi awal, dan ditempatkan di ruang server. Seluruh server dikoneksikan

dengan terminal akses, yang berupa PC atau laptop. Dan belum satupun

server yang terhubung ke sistem akuisisi data langsung, termasuk sistem

biometrik.

Untuk itu direkomendasikan untuk melakukan tidak saja integrasi

DATA dan INFORMASI, tetapi juga integrasi seluruh perangkat pengolah

data, server dalam sebuah data center Kabupaten Lumajang. Apabila data

dapat disatukan, maka potensi untuk dapat membuat sistem bantu

pengambilan keputusan akan dapat semakin besar. Dan, pada akhirnya

Lumajang akan menjadi Smart City yang sebenarnya.

3.3.2 Jaringan

Pusat data ini berfungsi dalam jaringan intra (jaringan yang tertutup

yang menghubungkan antar simpul jaringan dalam organisasi pusat dan

daerah), maupun melalui sistem penghubung layanan lain untuk

melakukan pertukaran layanan melalui aplikasi antar instansi pusat dan

daerah. Jaringan intra ini dapat menggunakan jaringan fisik yang dibangun

oleh pusat atau daerah dan atau dibangun oleh penyedia jasa layanan

jaringan. Pada dasarnya penentuan jaringan sendiri atau jaringan sewa akan

tergantung pertimbangan teknis dan ekonomis.

Dari hasil survei, infrastruktur jaringan masih campuran antara

jaringan milik sendiri, jaringan lokal, jaringan VPN dan jaringan non VPN.

Bervariasinya media dan penyedia (biznet, speedy, astinet, indihome) jelas

akan mempersulit untuk memperoleh service level yang diharapkan dan

berpotensi tidak optimalnya pembiayaan jaringan. Untuk itu penyatuan

jaringan direkomendasikan dengan melalui pendefinisian aplikasi,

kebutuhan per pengguna dan tingkat layanan (SLA) yang diinginkan.

BAB III - 35

Tabel Perangkat Keras Kabupaten Lumajang

BAB III - 36

BAB III - 37

BAB III - 38

Tabel Infrastruktur TIK Kabupaten Lumajang

BAB III - 39

BAB III - 40

BAB III - 41

3.4 Analisis Keamanan Data/ Informasi

Idealnya, keamanan informasi diperlukan dalam rangka penjaminan

kerahasiaan, keutuhan, ketersediaan, keaslian dan kenirsangkalan sumber

daya terkait data dan informasi, infrastruktur dan aplikasi. Penggunaan TIK

yang makin kompleks dapat menyebabkan kerawanan dan ancaman

Keamanan Informasi, yang meliputi aspek kerahasiaan, keutuhan, dan

ketersediaan layanan, sehingga dapat mengganggu kinerja Penyelenggara

Pelayanan publik. Untuk itu, keamanan harus dijaga untuk seluruh aspek,

diantaranya :

▪ Keamanan aplikasi; untuk setiap aplikasi yang dikembangkan oleh

Perangkat Daerah belum menjamin kerahasiaan data karena

dikembangkan oleh pihak ketiga demikian dengan keamanan sistem

aplikasi yang dikembangkan;

▪ Keamanan jaringan; dalam jaringan komputer hal yang tidak boleh

dilupakan adalah masalah keamanan jaringan dan keamanan data,

apalagi system yang dikembangkan oleh Perangkat Daerah masing-

masing memiliki data yang sangat banyak. Untuk keamanan jaringan

masing-masing Perangkat Daerah berlangganan internet dengan berbagai

jenis seperti; speedy, indihome, wifi.id dan astinet. Hal ini menunjukkan

bahwa Perangkat Daerah belum menggunakan Fiber Optic (FO) ataupun

VIPN;

▪ Keamanan Lingkungan, kondisi yang digambarkan pada saat ini

menunjukkan bahwa setiap Perangkat Daerah yang mempunyai aplikasi

tidak memiliki kemanan yang baik karena tidak menyediakan ruangan

sever, UPS, AC ruangan, ataupun genset sebagai cadangan apabila listrik

padam.

Untuk itulah, ke depan keamanan harus menjadi salah satu target, misalnya:

▪ Pengembangan aplikasi yang dilaksanakan oleh Pihak ketiga harus

disertai dengan keamanan sehingga dapat menjamin kerahasian data

yang ada;

▪ Penggunaan fiber optic untuk semua Perangkat Daerah lingkup

Pemerintah;

BAB III - 42

▪ Perlu penataan ruangan Server yang dilengkapi dengan UPS, Server,

fingerprint, AC, Genset, tabung pemadam kebakaran

Untuk mencapai hal itu, masih merupakan tugas yang berat, karena

hingga saat ini keamanan infrastruktur informasi masih belum dianggap

penting.

3.5 Analisis Kesiapan SDM

Dari hasil survei, terindentifikasi adanya SDM yang memang berlatar

belakang IT (TIK, Informatika, sistem informasi, komputer, manajemen

informatika, elektro, dll) dan tersebar di seluruh OPD. Di sisi lain, banyak

aplikasi yang digawangi oleh personil non TIK (statistik, pendidikan,

ekonomi, MIPA, arsitek, manajemen, pemerintahan, sosiologi, ekonomi,

teknik sipil, administrasi negara, kearsipan, akuntansi, dll). Dalam rangka

menuju sistem pemerintahan berbasis elektronik dan sejalan dengan disiplin

ilmu yang semakin konvergen dengan TIK, maka direkomendasikan langkah-

langkah berikut:

▪ Identifikasi SDM/ ASN yang berpotensi sebagai pelaku TIK

▪ Pembentukan tim TIK, dewan TIK ataupun kelompok kerja TIK yang

mewadahi personal TIK lintas OPD

▪ Penguatan SDM TIK dengan sertifikasi kemampuan khusus, sertifikasi

CIO maupun studi lanjut di bidang TIK, termasuk S2 CIO

▪ Penguatan e-leadership bagi pimpinan

3.6 Resume Hasil Survei

Berdasarkan hasil survei, maka disimpulkan kesiapan Kabupaten

Lumajang untuk menjadi Smart City, sebagai berikut:

▪ Kondisi saat ini masih belum dianggap embrio menuju Smart City.

▪ Masih diperlukan upaya terstruktur, termasuk kebijakan pengembangan

Smart City yang realistis, dimulai dari penguatan pemahaman model

bisnis.

▪ Dengan pemahaman model bisnis, dapat dilanjutkan dengan penguatan

dan integrasi aplikasi existing yang dibutuhkan oleh semua OPD (aplikasi

umum), dan mulai mengembangkan aplikasi khusus sesuai prioritas dari

pimpinan daerah.

BAB III - 43

▪ Dengan semakin banyaknya aplikasi, maka diperlukan integrasi

pengolahan data dalam sebuah data center yang terkoneksi melalui

jaringan data terpadu internal maupun melalui penghubung eksternal.

▪ Masih membutuhkan banyak SDM untuk memperkuat sistem TIK di

Kabupaten Lumajang.

BAB III - 44

Tabel SDM TIK Kabupaten Lumajang

BAB III - 45

BAB IV -

46

BAB IV

ARAH KEBIJAKAN TIK KABUPATEN LUMAJANG

Pembangunan TIK tidak dapat dipisahkan dari isu strategis

pembangunan daerah, termasuk kaitannya dengan permasalahan

kontekstual dan potensi daerah yang harus digarap secara terpadu. Untuk

itulah diperlukan e-leadership yang tergambar dari pelaksanaan rumusan

kebijakan khusus, dalam hal ini adalah kebijakan Penerapan TIK di

Kabupaten Lumajang. Untuk itu juga, pada bab ini diberikan benang merah

antara kondisi TIK saat ini di Lumajang dengan kondisi ideal yang diinginkan

dikaitkan dengan permasalahan, prioritas dan kebijakan pendukung.

4.1 Isu Strategis Pembangunan Daerah

Dari Visi Misi Bupati Lumajang 2018-2023, tergambar beberapa isu

strategis pembangunan sebagai berikut, di antaranya:

▪ Kebutuhan masyarakat akan layanan terus meningkat baik dari sisi

jumlah maupun kualitasnya.

▪ Masalah manajemen pemerintahan, dimana peran pemerintah sangat

menentukan keberhasilan pembangunan, karena pemerintah daerah

kurang melaksanakan fungsinya secara optimal.

▪ Pembangunan yang tidak fokus pada penyelesaian masalah, partisipasi

dan dukungan masyarakat yang rendah.

▪ Kurang sinergi di kalangan birokrasi pemerintahan daerah.

▪ Pemborosan penggunaan anggaran untuk hal-hal yang kurang prioritas.

▪ Upaya-upaya penggalian potensi Pendapatan Asli Daerah masih

memerlukan upaya intensifikasi dan ekstensifikasi, khususnya melalui

cara-cara kreatif dan inovatif terkait dengan perolehan pendapatan

melalui mekanisme perpajakan dan retribusi daerah.

Kesemuanya itu berpotensi membangkitkan berbagai permasalahan

strategis, seperti:

BAB IV - 47

▪ Pendidikan → meningkatkan aksesibilitas pendidikan, menyamakan

mutu pendidikan kota dan desa, peningkatan efisiensi sara dan

prasarana, manajemen layanan pendidikan, pendidik dan partisipasi

kependidikan.

▪ Kesehatan → menurunkan angka kematian ibu, meningkatkan jumlah

tenaga kesehatan, peningkatan jumlah dan kualitas sarana-prasarana

kesehatan, dan peningkatan partisipasi masyarakat di bidang

kesehatan.

▪ Pertanian → penerapan teknologi modern di pertanian; sistem

pengendalian harga, supply dan demand; manajemen pengolahan dan

distribusi pupuk.

▪ Reformasi birokrasi untuk peningkatan kualitas pelayanan, termasuk

layanan kependudukan, proses perijinan yang belum satu pintu dan

e-government belum terintegrasi.

▪ Pariwisata dan budaya → keterbatasan infrastruktur pariwisata,

promosi, optimasi antar sektor dan manajemen pengelolaan

pariwisata, pengembangan dan pelestarian budaya Lumajang.

▪ Infrastruktur → infrastruktur transportasi dan pertanian perlu

ditingkatkan, kawasan kumuh dan keterbatasan RTH, dukungan

infrastruktur TIK masih kurang

▪ Sosial → minimnya data PMKS Kabupaten Lumajang

▪ Energi dan sumber daya mineral → kelistrikan, ijin pertambangan,

pengawasan pengelolaan pertambangan, sistem perdagangan

pertambangan berbasis IT.

▪ Pemberdayaan ekonomi masyarakat → manajemen investasi, akses

informasi modal, teknologi baru dan pasar

4.2 Permasalahan Kontekstual dan Potensi Daerah

Dari isu yang mempengaruhi pembangunan diatas, terdapat beberapa

permasalahan kontektual yang akan sulit diselesaikan menggunakan

pendekatan konvensional, seperti :

BAB IV - 48

▪ Masalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang diperoleh dari

Indeks Kesehatan, Indeks Pendidikan; dan Indeks Pengeluaran,

membutuhkan solusi terpadu untuk penduduk.

▪ Masalah Kemiskinan, yang terkait dengan angka inflasi yang berada di

atas pertumbuhan ekonomi, penurunan kemampuan daya beli

masyarakat menurun, akses penduduk yang lemah terhadap sumber

daya ekonomi, rendahnya tingkat pendidikan serta minimnya

keterampilan menjadi penyebab pokok timbulnya kemiskinan. Ke

depan, permasalahan kemiskinan ini harus ditangani secara lebih

fokus dan bersama-sama melalui program-program yang langsung

menyentuh masyarakat.

▪ Masalah Pengangguran (tingkat pengangguran terbuka) menghambat

produktivitas, pertumbuhan ekonomi serta berpotensi menimbulkan

gangguan keamanan. Pemerintah daerah bertanggung jawab terhadap

besarnya jumlah pengangguran ini dan diperlukan langkah-langkah

strategis untuk mengatasinya.

Dengan melihat berbagai masalah di atas, jelas secara konvensional

solusinya adalah pengembangan kependidikan, standarisasi layanan

kesehatan, pengembangan sistem pertanian modern, peningkatan

kualitas aparat, pengembangan sistem on-line, penguatan penerapan e-

government, pembangunan sektor pariwisata yang berkesinambungan,

peningkatan seluruh infrastruktur kabupaten termasuk infrastruktur

TIK, pelayanan dan rehabilitas penyandang masalah sosial, perbaikan

tata kelola penambangan pasir, memfasilitasi aktifitas ekonomi.

Kesemuanya itu bisa diwujudkan melalui kegiatan percepatan layanan

administrasi, pusat perijinan, membebaskan biaya bersalin, penambahan

kapasitas listrik, pembangunan TOL dan jalan poros desa hotmix,

bantuan beasiswa, bantuan honor guru ngaji, pembangunan sarana WiFi,

pembangunan RTH, pembangunan BUMD, pembangunan pasar,

pembangunan kepemudaan, pemberian TPP dan tunjangan lain.

Akan tetapi, tanpa didukung dengan adanya teknologi informasi dan

komunikasi akan sulit untuk mencapai target. Sebagai contoh,

BAB IV - 49

pemberian TPP minimal membutuhkan informasi kehadiran, yang jelas

tidak mungkin valid apabila masih menggunakan data kehadiran manual.

Pemberian tunjangan kinerja, akan sulit dilakukan apabila belum

dilakukan pendefinisan KINERJA secara eksplisit dan berbasis IT. Untuk

itulah dalam paragrap berikut diberikan gambaran arah kebijakan

penerapan TIK di Kabupaten Lumajang.

4.3 Pola Fikir Pengembangan TIK

Dari misi yang dimiliki oleh Kabupaten Lumajang, terdapat enam kondisi

harus difikirkan dan dilaksanakan secara terstruktur, yaitu:

1. Smart Governance

• Pemimpin yang efektif dan manajemen pemerintahan daerah

yang amanah, tanggap dan berkemampuan andal memecahkan

masalah rakyat.

• Terkelolanya sumber daya daerah yang berdayaguna, unggul,

produktif, berkelanjutan, serta bermanfaat luas secara ekonomi

dan sosial.

• Pengelolaan infrastruktur strategis secara profesional dengan

daya dukung yang kokoh untuk menyokong produktivitas

masyarakat, kemajuan wilayah, serta peningkatan

kesejahteraan umum.

2. Smart Economy

• Sistem pertanian modern sebagai basis pengembangan model

ekonomi kerakyatan yang berdaya saing tangguh, memicu

investasi dan industri, menjadi lokomotif penggerak

perekonomian daerah.

• Kemandirian dalam upaya pemberdayaan masyarakat miskin,

pengangguran, serta perluasan kesempatan kerja.

3. Smart Living

• Penataan kawasan yang nyaman untuk semua dimana tersedia

ruang publik yang memadai, berwawasan kelestarian

BAB IV - 50

lingkungan, pengurangan ketimpangan antara wilayah

pedesaan dengan perkotaan

4. Smart Society

• Penataan kawasan yang nyaman untuk semua, pengurangan

ketimpangan antara wilayah pedesaan dengan perkotaan

• Peran aktif Pemerintah Daerah dalam memajukan sistem

pelayanan pendidikan dan kesehatan masyarakat, guna

mendorong kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang hebat

dan bertaqwa

5. Smart Branding

• Budaya Keteladanan, berbenah, lebih maju, religius

6. Smart Environment

• Penataan kawasan yang berwawasan kelestarian lingkungan

Dengan adanya enam komponen kondisi tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa Kabupaten Lumajang perlu memiliki keinginan dalam

memajukan pembangunan dengan bantuan teknologi informasi, dimana

semua TIK harus dikembangkan dengan memahami proses bisnis

kabupaten, dengan contoh kebutuhan sebagai berikut:

• Pemimpin efektif yang membutuhkan Decision Support System

• Pengelolaan sumber daya daerah dan infrastruktur yang

membutuhkan sistem informasi yang terpadu

• Pertanian modern dan kemandirian baru yang dapat dicapai jika

ada dukungan sistem

• Penataan wilayah yang harus berbasis data spasial yang tepat dan

sesuai.

• Layanan yang tepat sasaran dan efektif yang membutuhkan sistem

informasi yang terpadu

Hal-hal di atas, kemudian akan menjadi semakin menarik ketika

dihubungkan dengan urgensi pengembangan kota, Visi, Misi, Tujuan dan

Sasaran. Apabila akan diarahkan menjadi kegiatan, tujuan-tujuan

tersebut harus dilakukan melalui kuantisasi yang terstruktur dan

terukur.

BAB IV - 51

Contoh Target 1: Membentuk budaya keteladanan pemimpin yang

efektif, guna mengembangkan manajemen pemerintahan daerah yang

amanah, tanggap, dan berkemampuan andal dalam memecahkan

masalah.

Memiliki tujuan mewujudkan tata kelola pemerintahan daerah yang baik

dengan indikator : Pencapaian SPM, dan IKM. Untuk mencapai tujuan

tersebut sasaran yang akan dicapai adalah:

a. Tersedianya aparatur pemerintahan daerah yang profesional, dengan

indikator sasaran:

a) Rasio jumlah aparatur yang sesuai dengan kebutuhan dalam

struktur organisasi dan tata kerja (SOTK) pemerintah Kabupaten

Lumajang;

b) Persentase aparatur sipil negara (ASN) yang sesuai dengan

kompetensi

b. Terwujudnya kelembagaan dan tata laksana pemerintahan daerah

yang efektif dan efisien, dengan indikator sasaran:

a) Persentase Perangkat Daerah yang memiliki struktur organisasi

sesuai dengan beban kerjanya;

b) Persentase Perangkat Daerah yang melaksanakan Sistem

pengendalian internal pemerintah (SPIP);

c) Persentase Perangkat Daerah yang menerapkan pemanfaatan E-

Goverment untuk mendukung inovasi pelayanan publik;

d) Persentase instansi yang mengelola arsip secara baku;

e) Penyelesaian LKPJ, LAKIP, dan LPPD tepat waktu;

f) Skor SAKIP Kabupaten; dan

g) Status Kinerja LPPD Kabupaten.

c. Meningkatnya kemandirian keuangan daerah yang didasari oleh

transparansi dan akuntabilitas, dengan indikator sasaran:

a) Rasio PAD terhadap total pendapatan;

b) Rasio PAD terhadap total belanja daerah;

c) Rasio belanja langsung terhadap belanja tidak langsung;

d) Rasio belanja modal terhadap total belanja;

e) Tindak lanjut terhadap temuan BPK;

BAB IV - 52

f) Tindak Lanjut terhadap temuan inspektorat dan APIP Lainnya.

d. Terwujudnya tata kelola pemerintahan desa yang baik, dengan

indikator sasaran:

a) Persentase desa yang memiliki RPJMDes;

b) Persentase desa yang memiliki RPJMDes yang sinkron dengan

RPJMD Kabupaten;

c) Persentase desa yang memiliki RKPDes sinkron dengan RKPD

Kabupaten; persentase desa yang memiliki RAPBD sinkron dengan

RAPBD Kabupaten;

d) Rata-rata persentase penyerapan dana desa; dan

e) Persentase desa yang melaksanakan laporan sesuai dengan tata

peraturan perundangan yang berlaku.

e. Terwujudnya pelayanan administrasi kependudukan dan catatan sipil

yang prima, dengan indikator:

a) Persentase penduduk yang memiliki KTP elektronik;

b) Persentase keluarga yang memiliki KK; persentase penduduk diatas

15 tahun yang memiliki akta lahir; dan

c) Persentase pelayanan administrasi kependudukan dan catatan sipil

yang sudah menerapkan E-Goverment.

Contoh Target 2: Mengelola sumber daya daerah menjadi lebih

berdayaguna, unggul, produktif dan berkelanjutan serta bermanfaat

luas secara ekonomi dan sosial melalui investasi, industri,

perdagangan, dan pengembangan pariwisata menjadi lokomotif

penggerak perekonomian daerah.

Memiliki tujuan mewujudkan perekonomian daerah yang tanggung

berbasis potensi daerah dengan indikator : persentase pertumbuhan

sektor perdagangan, industri, dan UMKM. Untuk mewujudkan tujuan

tersebut, sasaran yang akan dicapai adalah:

a. Meningkatnya jumlah dan daya saing sektor UMKM dan Koperasi

berbasis potensi daerah dengan indikator:

1) Persentase pertumbuhan UMK;

2) Persentase pertumbuhan Usaha Menengah;

BAB IV - 53

3) Persentase pertumbuhan produk unggulan daerah; persen

peningkatan jumlah koperasi aktif;

4) Persentase peningkatan jumlah KSP/USP sehat;

5) Jumlah modal kopetasi dan UMKM; dan

6) Jumlah desa yang memiliki BUMDes

b. Meningkatnya volume industri dan perdagangan dengan indikator:

1) Cakupan bina kelompok pengrajin industri kecil, menengah dan

kreatif;

2) Jumlah industri kecil, menengah, besar dan kreatif

c. Optimalisasi sektor pariwisata daerah dengan indikator: jumlah

destinasi wisata dan jumlah kunjungan wisata.

d. Peningkatan iklim investasi sebagai pendorong pengembangan

ekonomi daerah dengan indikator:

1) Persentase pertumbuhan investasi lokal, dalam negeri dan asing;

persentase pengurusan pelayanan perijinan tepat waktu dan

2) Jumlah layanan perizinan yang sudah on-line.

Contoh Target 3: Mewujudkan pengelolaan infrastruktur strategis

secara profesional, agar memiliki daya dukung yang kokoh untuk

menyokong produktivitas masyarakat, kemajuan wilayah, serta

peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Misi ini bertujuan mewujudkan infrastruktur daerah yang mantap dengan

indikator : persentase kondisi mantap jalan; ketersediaan sumber air

baku pertanian; dan jumlah sarana perhubungan

khususnya untuk bidang pertanian. Untuk mencapai tujuan tersebut,

sasaran yang akan dicapai adalah

a. Meningkatnya kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana jalan,

jembatan dan irigasi dengan indikator:

1) Persentase jalan kabupaten dan poros strategis, dan lingkungan

dalam kondisi baik;

2) Persentase jembatan dalam kondisi baik;

3) Persentase cakupan irigasi teknis.

b. Meningkatnya kuantitas dan kualitas sarana perhubungan dengan

indikator :

BAB IV - 54

1) Kecukupan terminal dan halte;

2) Menurunnya angka kecelakaan;

3) Tersedianya layanan angkutan umum dan halte khusus pertanian.

Contoh Target 4: Membangun pertanian sebagai pengembangan model

berbasis ekonomi kerakyatan yang berdaya saing tangguh.

Target ini bertujuan mewujudkan sektor pertanian, perkebunan,

peternakan, perikanan yang mantap dan berdaya saing dengan indikator:

Persentase pertumbuhan sektor pertanian, Nilai Tukar Petani (NTP) dan

persentase peningkatan produktivitas pertanian, perkebunan, peternakan

dan perikanan organik. Untuk mencapai tujuan tersebut sasaran yang

akan dicapai adalah:

1. Meningkatnya ketahanan pangan daerah, dengan indikator :

peningkatan volume PDRB sektor pertanian, perkebunan, peternakan

dan perikanan;

1) Score pola pangan harapan;

2) Persentase lahan pertanian pangan berkelanjutan;

3) Kualitas gizi pangan daerah; ketersediaan bahan pangan pokok

daerah.

2. Terwujudnya sentra pertanian, perkebunan, peternakan dan

perikanan organik dengan indikator :

1) persentase penggunaan pupuk organik, persentase luas lahan

pertanian dan perkebunan organik,

2) persentase produktifitas peternakan dan perikanan organik.

Contoh Target 5: Menata kawasan yang nyaman untuk semua, dengan

ketersediaan ruang publik yang memadai dan berwawasan

lingkungan.

Misi ini bertujuan :

1. Mewujudkan kawasan yang nyaman bagi warga masyarakat dengan

indikator : Persentase kesesuaian pembangunan dengan dokumen tata

ruang; dan persentase rumah layak huni sehat. Untuk mencapai

tujuan ini sasaran yang yang akan dicapai adalah:

a. Ketersediaan dokumen tata ruang yang diterbitkan;

BAB IV - 55

1) Persentase rumah tangga pengguna air bersih;

2) Jumlah MCK komunal dan jumlah septictank komunal.

b. Meningkatnya daya dukung lingkungan hidup dengan indikator:

1) Persentase konservasi daerah tangkapan air;

2) Persentase konservasi lahan kritis dan persentase ruang

terbuka hijau

c. Pengembangan sistem mitigasi SDA dan lingkungan dengan

indikator :

1) Kecukupan sarana dan prasarana penanggulangan bencana;

2) Adanya sosialisasi kepada masyarakat terhadap perubahan

iklim dan pemahaman bencana; serta

3) Kecukupan SDM penanggulangan bencana yang bersertifikat.

2. Mewujudkan ketahanan budaya dan religi warga masyarakat dengan

sasaran terjaganya kelestarian nilai-nilai sosial dan budaya lokal

dengan indikator :

1) Jumlah festival seni budaya dan agama; jumlah benda/situs

budaya dan agama yang dilestarikan; jumlah kelompok seni budaya

yang dibina;

2) Jumlah pelanggaran peraturan daerah;

3) Jumlah angka kriminalitas dan

4) Tingkat partisipasi masyarakat dalam Pemilu.

Contoh Target 6: Membangun prinsip kemandirian dalam upaya

pemberdayaan masyarakat dan desa miskin, pengangguran serta

perluasan kesempatan kerja, melindungi hak-hak masyarakat.

Misi ini bertujuan:

1. Mengentaskan kemiskinan dan pengangguran melalui pemberdayaan

dan perluasan kesempatan kerja dengan indikator : Persentase

kemiskinan; persentase tingkat pengangguran terbuka dan Gini Rasio.

Untuk mencapai tujuan tersebut, sasaran yang akan dicapai adalah:

a. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat miskin melalui

perluasan lapangan kerja dan peningkatan kesempatan

berusaha dengan indikator:

1) Persentase angka pengangguran;

BAB IV - 56

2) Rasio angkatan kerja lokal yang terserap;

3) Jumlah nilai swadaya masyrakat;

4) Persentase pencari kerja yang ditempatkan.

2. Mewujudkan ketahanan sosial masyarakat dalam pencegahan dan

penanganan masalah kesejahteraan sosial dengan sasaran yang ingin

dicapai meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan sosial

utamanya PMKS dengan indikator :

1) Persentase penurunan PMKS; dan

2) PMKS yang ditangani.

Contoh Target 7: Meningkatkan peran aktif Pemerintah Daerah dalam

memajukan sistem pelayanan pendidikan dan kesehatan masyarakat

guna mendorong kualitas SDM yang handal, mempunyai kompetensi

yang cukup, membangun jiwa bangsa melalui pemberdayaan

pemudadan olahraga yang bertaqwa, berbudaya dan berkepribadian.

Tujuan yang akan dicapai dari misi ini adalah :

1. Mewujudkan pendidikan yang merata dan berkualitas dengan

indikator : rata-rata lama sekolah; angka melek huruf usia 15-55

tahun; persentase SD/MI; SMP/MTs; dan SMA/MA yang terakreditasi

minimalB. Untuk mencapai tujuan tersebut sasaran yang akan dicapai

adalah

a. Terwujudnya akses pendidikan yang berkualitas bagi seluruh

warga, dengan indikator :

1) APK dan APM PAUD, SD/Mi, SMP/MTs, dan SMA/MA;

2) Persentase angka putus sekolah SMP/MTs dan SMA/MA.

b. Tersedianya SDM tenaga pendidik dan kependidikan yang

merata dan berkualitas dengan indikator :

1) Rasio Guru terhadap murid untuk jenjang SD/MI;

2) Rasio guru terhadap murid untuk jenjang SMP/MTs;

3) Rasio Guru terhadap murid untuk jenjang SMA/MA;

4) persentase tenaga kependidikan yang memenuhi standar

kualifikasi;

5) persen guru yang telah tersertifikasi;

BAB IV - 57

c. Tersedianya sarana pendidikan yang berkualitas dengan

indikator :

1) Rasio kecukupan ruang kelas terhadap rombongan belajar

untuk jenjang SD/MI; SMP/MTs; dan SMA/MA;

2) jumlah ruang kelas dalam kondisi baik untuk jenjang SD/MI;

SMP/MTs; dan SMA/MA.;

3) jumlah perpustakaan sekolah;

4) jumlah perpustakaan kecamatan;

5) jumlah kunjungan perpustakaan; dan

6) rata-rata jumlah judul buku yang dimiliki

2. Mewujudkan layanan kesehatan yang merata dan berkualitas dengan

indikator: Angka Harapan Hidup dan IKM RSUD. Untuk mencapai

tujuan tersebut, sasaran yang akan dicapai adalah

a. Terwujudnya pemerataan dan mutu dan pelayanan kesehatan,

dengan indikator :

1) jumlah kecamatan yang memiliki minimal satu PUSKESMAS

terakreditasi;

2) dan persentase KK Miskin yang telah memiliki asuransi

kesehatan.

b. Meningkatnya ketersediaan tenaga medis, para medis dan

tenaga kesehatan yang berkualitas dengan indikator :

1) Rasio dokter umum, dokter gigi, bidan, mantri kesehatan;

2) Rasio Apoteker terhadap jumlah penduduk;

c. Meningkatnya kesadaran kesehatan masyarakat dan

pengendalian penyakit menular dengan Indikator :

1) Angka kematian ibu, angka kematian bayi per 100.000

kelahiran;

2) prevalensi kekurangan gizi pada anak, prevalensi TB, HIV dan

penyakit menular lainnya.

d. Peningkatan kualitas layanan RSUD dengan indikator:

1) persentase kunjungan pasien rawat jalan dan rawat inap;

2) rasio kecukupan tenaga medis;

3) BOR, TOI, ALOS, NDR dan CRR.

BAB IV - 58

3. Mewujudkan pemberdayaan perempuan, pemuda dan pelindungan

akan dan Manula serta pemantapan KB dengan indikator : Indeks

Gender; jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak;

jumlah organisasi kepemudaan dan jumlah prestasi cabang olahraga.

Untuk mencapai tujuan tersebut, sasaran yang akan dicapai adalah

a. Terwujudnya pemberdayaan perempuan, perlindungan anak

dan Manula dengan indikator : persentase Posyandu Balita,

Manula aktif; persentase KB aktif; dan jumlah organisasi

perempuan (PKK).

b. Meningkatnya pembinaan pemuda dan olahraga dengan

indikator : persentase karang taruna aktif, jumlah cabang

olahraga yang dibina, jumlah kelompok seni budaya yang

dibinda, jumlah even pemuda yang diselenggarakan dan jumlah

sarana olahraga.

Pada intinya, setiap aktifitas pembangunan dan pengembangan TIK

haruslah dikaitkan dengan upaya transformasi digital, baik dalam kerangka

e-government sesuai Inpres 3/2003 maupun dalam kerangka pelaksanaan

Sistem Pemerintahan Berbasis elektronik. Dengan demikian ketika

Pemerintahan Daerah, melakukan pembuatan Master Smart City diharapkan

menjadi sarana mencapai tujuan

1. Meningkatkan mutu layanan publik melalui pemanfaatan TIK dalam

proses penyelenggaraan Pemerintah.

2. Terbentuknya pemerintah yang bersih, transparan, dan mampu

menjawab tuntutan perubahan secara efektif.

3. Perbaikan organisasi, sistem manajemen, dan proses kerja

kepemerintahan.

4. Pembentukan jaringan informasi dan transaksi pelayanan publik yang

berkualitas dan terjangkau.

5. Pembentukan hubungan interaktif dengan dunia usaha untuk

meningkatkan dan memperkuat kemampuan perekonomian

menghadapi perubahan dan persaingan perdagangan internasional.

BAB IV - 59

6. Pembentukan mekanisme komunikasi antar lembaga pemerintah serta

penyediaan fasilitas bagi partisipasi masyarakat dalam proses

kepemerintah.

7. Pembentukan sistem manajemen dan proses kerja yang transparan

dan efisien serta memperlancar transaksi dan layanan antar lembaga

pemerintah.

Transformasi Digital Pemerintahan Daerah Kabupaten Lumajang

4.4 Arah Kebijakan Penerapan TIK di Kabupaten Lumajang

Apabila butir-butir diatas difahami sebagai pola pikir, maka tujuh poin

dibawah ini, memberikan arahan kebijakan penerapan TIK di Kabupaten

Lumajang dalam menuju Lumajang Smart-city.

4.4.1 Kebijakan pengembangan e-Govt. dalam Kerangka SPBE

Kebijakan pertama adalah, bahwa pimpinan kota bertekad untuk

membawa kabupaten Lumajang menjadi Smart-city dengan berpedoman

BAB IV - 60

pada konsep e-Government dan sesuai kerangka sistem pemerintahan

berbasis elektronik. Pada akhirnya Kabupaten Lumajang akan cerdas karena

mempunyai berbagai aplikasi layanan yang terintegrasi dalam rangka

optimalisasi layanan administrasi maupun layanan publik, melalui

pendefinisian model bisnis secara terstruktur, penyiapan aplikasi, penyiapan

infrastruktur TIK (data akuisisi, server dan jaringan), sistem keamanan

hingga SDM yang mumpuni.

Gambar 6. Sistem Ideal Kabupaten Lumajang

Dengan sistem tersebut, dimungkinkan untuk mempunyai sebuah

sistem, yang tidak saja mendukung administrasi dan melayani masyarakat

secara on-line, tetapi juga tersedia sistem bantu pengambilan keputusan

untuk pimpinan daerah dalam rangka operasional layanan masyarakat,

operasional kota, hingga monitoring dan evaluasi. Dengan sistem yang

terpadu, dimungkinkan untuk mempunyai sekaligus informasi kinerja

(berbasis indikator kierja utama, IKU/ KPI), pengukuran kepuasan layanan

(SLA) dan manajemen aset secara real-time.

Agar terstruktur, maka unsur-unsur TIK seperti sistem informasi,

sistem infrastruktur, jaringan telematika dan lain-lain yang dipakai dalam

BAB IV - 61

proses penyelenggaraan Pemerintah harus dirancang dengan baik, mulai

Penggunaan Internet, Penggunaan Infrastruktur Telematika, Penggunaan

Sistem Informasi, Standarisasi Meta Data, Transaksi dan Pertukaran Data

Elektronik dan Sistem Dokumentasi Elektronik. Dengan demikian

diharapkan tersedia sistem yang menjamin keterpaduan serta

interoperabilitas inter komponen dalam sistem dan juga antar sistem e-

Government dan smart city.

Kerangka Arsitektur e-Government

Kebijakan ini jelas tidak dapat dilakukan secara serta-merta, harus

bertahap, sehingga tahapan implementasinyapun harus bertahap. Dengan

menyesuaikan keadaan dari Kabupaten Lumajang, terdapat beberapa

tahapan yang perlu dilaksanakan untuk mengembangkan e-Government dari

Kabupaten Lumajang.

Tahapan Pengembangan di Kabupaten Lumajang

Dari tahapan yang digambarkan tersebut, dapat diuraikan menjadi beberapa

poin, yaitu:

Survey kondisi existing

Identifikasi tupoksi dan

regulasi

Disainsistem/

arsitektur terintegrasi

Basic Design Sub-system

dan Perangkat

Dukung

Penyusunan pentahapan

dan spesifikasi

dasar

BAB IV - 62

• Melakukan inventarisasi dan kajian dokumen terkait perencanaan,

pengembangan, Pelaksanaan TIK

• Melakukan identifikasi kondisi makro penerapan TIK saat ini,

hambatan dan kendala penerapan, serta berbagai kebijakan penerapan

TIK

• Melakukan identifikasi kondisi teknis (identifikasi dan evaluasi teknis)

TIK terapan dan potensi pengembangannya

• Melakukan desain sistem atau arsitektur terintergasi dalam rangka

penerapan teknologi dengan mengacu kepada 3 pilar pokok, yaitu

proses bisnis yang tepat, peraturan (regulasi) terkait dan teknologi

terbaik yang sesuai untuk penerapan di Kabupaten Lumajang

• Berdasarkan hasil desain sistem akan dilakukan desain sub-system

dan perangkat dukung.

• Berdasarkan hasil basic desain akan dilakukan penyusunan

pentahapan dan spesifikasi dasar dari teknologi yang nantinya

diterapkan.

Untuk Kabupaten Lumajang tahap pertama adalah tahap penerapan

Internet of Data. Dalam tahapan ini, target yang ingin dicapai adalah

Lumajang SATU DATA, yaitu semua perencanaan dan pelaksanaan berdasar

data yang sama. Dengan data yang sama dan valid, maka kemungkinan

kesalahan sasaran program akan bisa diminimalisir. Contoh pembangunan

aplikasi kehadiran elektronik merupakan elemen pengumpulan data yang

dapat digunakan untuk berbagai keperluan administrasi. Sehingga, apabila

tahap ini tercapai Lumajang bisa masuk ke era decision support layanan,

operasional dan monev yang terintegrasi.

BAB IV - 63

Gambar 7. Tahapan implementasi Lumajang Smart City

Tahap berikutnya adalah mengembangkan layanan otomatis yang

dapat diakses online melalui internet, melalui konsep “internet of services”.

Melalui tahap ini masyarakat disediakan layanan on-line, misal untuk

melihat ketersediaan kamar rumah-sakit, layanan antrian, perijinan online

dll.

Tahap berikutnya adalah memanfaatkan sensor-sensor, CCTV dan

masukan input data lain dalam rangka layanan operasional, dan

administrasi. Pemanfaatan sensor untuk antisipasi banjir, pengaturan

pengairan sawah, deteksi hama dan lain-lain adalah contoh dari konsep ini.

Pada akhirnya, TIK dapat dimanfaatkan untuk mencerdaskan

masyarakat Lumajang melalui konsep internet of people lewat pemasangan

WiFi, belajar jarak-jauh, pelatihan on-line, dll.

4.4.2 Kebijakan Penguatan Aplikasi Umum dan Khusus

Mengacu kepada Perpres 95/2018, sebenarnya TIK telah benar-benar

harus difungsikan untuk membantu kota dalam melaksanakan fungsi

pelayanannya.

BAB IV - 64

smart city yang diterapkan bagi Kabupaten Lumajang merupakan smart city

yang berbasis layanan, dimana terdapat beberapa poin yang akan menjadi

komponen pendukung dalam smart city Kabupaten Lumajang.

Proses Pengembangan Smart City Berbasis Layanan

Dari gambar terlihat terdapat lima komponen, dimana masing-masing

komponen memiliki persyaratan dan atau ketentuan tertentu. Persyaratan

bagi masing-masing komponen tersebut adalah

• Proses Bisnis

Pada komponen ini, diperlukan bagi pihak OPD untuk mendefinisikan

proses kerja masing-masing OPD, apakah sebagai bagian dari

administrasi atau layanan langsung.

• Aplikasi

Untuk komponen aplikasi, setiap OPD perlu memahami aplikasi yang

diperlukan untuk administrasi dan aplikasi yang digunakan untuk

melayani.

• Infrastruktur

Infrastruktur adalah komponen yang penting, karena tanpa dukungan

infrastruktur yang memadai, layanan tidak akan bisa efektif dan efisien.

• Security

Seluruh proses dan aplikasi yang ada harus didukung dengan proyeksi

keamanan, untuk mencegah terjadinya pencurian data, kerusakan data

dan system dan hal lain yang bias mengkibatkan kerugian.

• Sumber Daya Manusia

Seluruh proses harus didukung oleh Sumber Daya Manusia yang terlatih,

termasuk CIO. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan jalannya suatu

•Admin

•Publik

Proses Bisnis

•Umum

•Khusus

Aplikasi•Pengolah Info

•Komunikasi

Infrastruktur

•Standard BSN

Security•SDM TIK

Berkualifikasi

SDM

BAB IV - 65

aplikasi ataupun system yang akan diterapkan.

Dari gambar dibawah, diilustrasikan bahwa diperlukan transformasi

dari proses semi manual di masa lalu yang cenderung hanya mengikuti

regulasi dalam menjalankan proses bisnis, dan menggunakan teknologi bila

perlu saja, menjadi sepenuhnya sistem pemerintahan berbasis elektronik.

Gambar 8. Pendekatan Pengembangan Aplikasi Berbasis Perpres 95/2018

Kunci dari perubahan ini adalah adanya transformasi birokrasi dan

transformasi digital dengan kemampuan pendefinisian proses bisnis sebagai

kunci pengembangan aplikasi. Setelah mampu mendefinisikan proses bisnis,

maka kota harus mengembangkan aplikasi, yang dimulai dengan aplikasi

umum dalam rangka melaksanakan tupoksi sesuai koridor e-government

dalam rangka mencapai smart governance. Gambaran apliaksi umum adalah

aplikasi GRMS berikut ini.

BAB IV - 66

Gambar 9. Pembangunan, Pengembangan dan Integrasi Aplikasi Umum

Setelah aplikasi umum terlaksana, maka dalam kerangka pelayanan

prima kepada masyarakat, diperlukan upaya untuk setiap OPD mempunyai

aplikasi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara langsung. Contoh

aplikasi perijinan di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu

Pintu, aplikasi perpajakan dan retribusi di Badan Pajak dan Retribusi

Daerah, aplikasi PSB di Dinas Pendidikan, aplikasi monitoring truk pasir oleh

dinas terkait dan sebagainya.

Pada intinya, kebijakan pengembangan aplikasi harus dilakukan

secara terstruktur, mengacu kepada tupoksi dan model bisnis, serta

didukung oleh infrastruktur, keamanan dan SDM yang mumpuni. Dengan

pendekatan tersebut, maka untuk Kabupaten Lumajang “smart governance”

jelas akan menjadi sasaran utama, disusul dengan “smart economy”, “Smart

Society” dan “smart branding”, setelah itu baru “smart living” dan “smart

environment”.

BAB IV - 67

Gambar 10. Pola Pengembangan Aplikasi

4.4.3 Kebijakan Integrasi Infrastruktur Informasi

Mengacu kepada hasil survei, terlihat bahwa kabupaten Lumajang

telah mulai mempunyai perangkat, aplikasi dan jaringan TIK di operasional

kota. Kondisi terakhir adalah, semua aplikasi dan infrastruktur masih parsial

dan belum terintegrasi. Untuk itu diperlukan kebijakan integrasinya.

Mengacu pada ilustrasi di gambar 11, maka sudah selayaknya Server dan

data center berada dalam satu manajemen, dalam satu lapis, di mana semua

data dan informasi diolah di satu tempat, atau boleh berbeda tempat, tetapi

dalam 1 manajemen data.

Dengan kebijakan terpadu ini, yang paling diperlukan adalah adanya

sistem proteksi dan pengamanan data (security).

4.4.4 Kebijakan integrasi jaringan intern dan penghubung

Mengacu kepada gambar yang sama, maka kebijakan terkait jaringan

intern dan penghubung juga harus terintegrasi. Tidak peduli apakah

nantinya jaringan ini berbasis kabel (wires), nirkabel (radio, seluler dan FO),

jaringan sewa atau jaringan privat (termasuk VPN), yang terpenting adalah

jaringan harus dalam satu manajemen, sehingga semua operasional,

pemeliaharaan, pengaturan bandwidth dll., bisa berada dalam satu platform

yang sama, sehingga kualitasnya dapat dijaga.

Dengan memahami jaringan secara benar, maka pemanfaatan sensor,

CCTV dan sumber data lain di masa depan hanyalah masalah manajemen

jaringan dan data.

BAB IV - 68

Gambar 11. Arsitektur Berlapis TIK Kota Cerdas

4.4.5 Kebijakan Keamanan Informasi

Mau atau tidak keamanan informasi manjadi hal penting dalam

penerapan TIK di sebuah kota. Diperlukan struktur yang kuat untuk

melakukan manajemen informasi dan khususnya keamanannya. Kebijakan

keamanan harus dituangkan dalam sebuah dokumen manual keamanan

atau SOP security.

4.4.6 Kebijakan Pengembangan SDM TIK

SDM TIK pada masa lalu harus berasal dari bidang TIK, tetapi saat ini

dimungkinkan memperoleh SDM TIK dari sumber dan disiplin ilmu yang

berbeda. Untuk itu diperlukan kebijakan pengembangan SDM TIK melalui

berbagai pelatihan umum (operator), pelatihan khusus, sertifikasi

kompetensi CIO hingga studi lanjut CIO dan TIK secara umum.

Pada level operator, lulusan SMK di Indonesia telah cukup mampu

melakukan fungsinya, tetapi untuk level diatasnya diperlukan pendidikan

yang lebih tinggi. Sebagai contoh, sebuah kota di Jawa Timur hanya

mempunyai 10 ASN TIK, yang dalam operasionalnya didukung oleh 80

alumni SMK dan beroperasi sangat bagus.

BAB IV - 69

4.4.7 Kebijakan Pendanaan dan Anggaran

Pembangunan dan pengembangan Bidang TIK pada tahap awal selalu

membutuhkan dana yang tidak sedikit, sehingga selain membutuhkan

dukungan e-leadership juga membutuhkan dukung alokasi dana dan

anggaran khusus untuk pelaksanaannya.

Dalam banyak kasus, kebijakan pendanaan dan anggaran TIK

dipisahkan antar aplikasi dan infrastruktur.

▪ Pengembangan aplikasi umum, biasa diinisiasi oleh Bappeda

bersama OPD terkait. Proses bisnis disusun oleh OPD terkait,

dengan Bappeda sebagai moderator integrasi. Anggaran bisa di

Bappeda atau Dinas Kominfo sebagai Leading Sector di bidang dan

layanan TIK.

▪ Untuk aplikasi khusus, Proses bisnis disusun oleh OPD terkait, dan

penganggaran serta pelaksanaan oleh Dinas Kominfo sebagai

Leading Sector di bidang dan layanan TIK.

▪ Perencanaan, Anggaran dan pelaksanaan pembangunan

infrastruktur dan integrasi oleh Dinas Kominfo sebagai Leading

Sector di bidang dan layanan TIK, berkoordinasi dengan Bappeda

dan administrasi pembangunan.

▪ Perencanaan, Anggaran dan pelaksanaan integrasi jaringan oleh

Dinas Kominfo sebagai Leading Sector di bidang dan layanan TIK,

dengan berkomunikasi aktif dengan OPD pengguna.

▪ Perencanaan, Anggaran dan pelaksanaan pengembangan SDM oleh

badan kepegawaian dan SDM, dengan spesifikasi berkonsultasi

dengan Dinas Kominfo sebagai Leading Sector di bidang dan

layanan TIK.

BAB V -

70

BAB V

STRATEGI PENERAPAN TIK

UNTUK SMART CITY LUMAJANG

5.1 Strategi Umum

Secara sederhana, untuk menerapkan TIK digunakan strategi yang

digambarkan dalam diagram berikut:

Gambar 12. Strategi Penerapan TIK untuk Lumajang Smart City

Setelah tersusunnya masterplan smart city yang disusun berdasar

RPJMD (berisis issue strategis dan inputan masyarakat) oleh Pokja Smart

city dan dengan memperhatikan berbagai hasil audit terhadap indikator

kinerja utama, maka Dinas Kominfo bersama OPD terkait akan

memutuskan melakukan rancangan penerapan teknologi dan

integrasinya dalam sebuah roadmap TIK yang paling sesuai dengan

kebutuhan di Kabupaten Lumajang saat itu, baik terkait dengan

infrastruktur maupun aplikasinya.

Melalui sudut pandang yang lain, tanpa adanya master plan dan

roadmap TIK yang yang disusun secara sistematis berbasis visi-misi dan

hasil audit, maka pengadaan barang dan jasa dapat dianggap bisa

menimbulkan masalah.

BAB V - 71

Gambar 13. Dari Visi-Misi ke Investasi TIK

Maka, dari itu, strategi penerapan yang diambil dalam merealisasikan

Lumjang Smart city, disusun mengikuti arah kebijakan TIK di bab

sebelumnya, yaitu mulai dari (1) Pendefinisian proses bisnis dan tata

kelola berbasis kinerja, (2) Integrasi Layanan Administrasi melalui

Aplikasi Umum, (3) Pembangunan sistem tata kelola cerdas, berbasis

Internet of Data, Lumajang Satu Data untuk operasional kota/kabupaten,

layanan kepada masyarakat, serta monitoring dan evaluasi, (4)

Pembangunan dan pengembangan aplikasi khusus dengan menerapkan

sistem Internet of Services, internet of things dan menuju terwujudnya

internet of people.

5.1 Pendefinisian Proses Bisnis dan Tata Kelola Berbasis Kinerja

Strategi ini disusun untuk membuat sebuah aplikasi fungsional dan

bermanfaat. Walaupun saat ini, telah diberikan rancangan untuk 5 tahun

ke depan, tetapi secara paralel, setiap OPD harus memahami tupoksinya

dan memformatnya dalam bentuk proses bisnis dengan aktifitas dan

kinerja yang terukur.

BAB V - 72

Gambar 14. Dari Tupoksi ke Proses Bisnis dan Aplikasi

5.2 Integrasi Layanan Administrasi melalui Aplikasi Umum

Apabila proses bisnis telah terdefinisi, maka tahap berikutnya adalah

integrasi layanan administrasi melalui aplikasi umum. Karena aplikasi

umum sama untuk semua kota/kabupaten, hal ini akan menjadi program

nasional, tetapi Kabupaten Lumajang dapat melakukan percepatan untuk

hal-hal yang krusial.

5.3 Pembangunan Sistem Tata Kelola Cerdas, Berbasis Internet Of

Data, Lumajang Satu Data Untuk Operasional Kota/Kabupaten,

Layanan Kepada Masyarakat, Serta Monitoring Dan Evaluasi

Dengan berjalannya konsep Internet of Data, Lumajang Satu Data,

maka untuk mendukung operasional kota/kabupaten dan pemberian

layanan kepada masyarakat, serta dalam rangka monitoring dan evaluasi

kinerja, maka strategi berikutnya adalah memperkuat proses standarisasi

data, integrasi data hasil proses, dan memanfaatkannya melalui aplikasi

pendukung pengambilan keputusan, melalui penguatan aplikasi umum.

5.4 Pembangunan Dan Pengembangan Aplikasi Khusus Dengan

Menerapkan Sistem Internet Of Services, Internet Of Things Dan

Menuju Terwujudnya Internet Of People

Secara bertahap, dilakukan pembangunan aplikasi khusus yang

menjadi alat bagi masing-masing OPD untuk menjalankan fungsi layanan

BAB V - 73

publiknya, dengan contoh-contoh sebagai berikut:

▪ Layanan Perijinan On-line

▪ Layanan ATCS di Dishub

▪ Layanan Peringatan Dini Bencana di LH dan BPBD

▪ Layanan Aplikasi Reservasi Wisata

▪ ....

Berdasarkan hasil survey, ternyata aplikasi yang telah dimiliki belum

menunjang semua kegiatan pada seluruh bidang di masing-masing OPD. Hal

tersebut akhirnya membuat setiap OPD memiliki keinginan untuk

menambah aplikasi penunjang kegiatan lainnya yang belum didukung oleh

Teknologi Informasi. Pada tabel dibawah ini, terdapat 18 Badan, Dinas,

Bagian di Lingkup Sekretariat Daerah dan 21 Kecamatan yang

mengharapkan beberapa aplikasi yang dapat menunjang kerja mereka.

Daftar aplikasi yang diharapkan dimiliki oleh OPD di Kabupaten Lumajang

No OPD Aplikasi Yang Diharapkan

1 Dinas Kependudukan

dan Catatan Sipil

- Web Portal Interaksi (Sudah bisa menyediakan

data Via Webserver)

2 Badan Pengelola

Keuangan dan Aset

Daerah

Dashboard SIMDA Keuangan Terpadu

3 Badan Kepegawaian

Daerah

- Simpeg Terpadu

- Absensi Online

- E-Kinerja

- E-Mutasi

4 Dinas Perumahan dari

Kawasan Pemukiman

- Site Plan (Persetujuan Rencana Tapah)

- Web GIS

- Persetujuan data teknis IMB

- Keterangan Rencana Kabupaten - web GIS

- Integrasi dengan PU

5 Bagian Administrasi

Pembangunan

- Survey Kepuasan Layanan

- Aplikasi PPK - POKJA

- E-Planing

- E-Arsip

BAB V - 74

No OPD Aplikasi Yang Diharapkan

- E-Surat

6 Dinas Perhubungan - ATCS

- Smart PJU

- E-UJIKIR

- Smart Parkir

7 Bagian Organisasi

Sekretariat Daerah

- E-ANJAB &ABK

- E-EVALU

8 Dinas Parawisata - Jadwal Kegiatan

- Smart Tourism (Website dan Android)

9 Bappeda - E-Delivery

- E-SPJ

- Sim Hibah Bansos

10 Rumah Sakit Umum

Daerah

- Aset NonMedis

- PACS

- Pengembangan

- Indek Kepuasan Pelanggan

11 Bagian Hukum - Optimalkan SIMARKUM-JDHI-Lokal.bagian

12 Dinas Pertanian - E-Surat

- E-Monev

- E-Planning

- Sebaran Populasi

- E-Pelaporan

- E-Kinerja

13

Dinas Pekerjaan

Umum

- Peneteran daerah jaringan irigasi

- Menunggu Perda Dll Prijinan RT, RW (All)

14 Dinas Pendidikan - LIS (Laporan Individu Sekolah)

- Pusat Data (Dashboord)

- SI Siswa tidak mampu

- SI SDM GTT-PTT

- Informasi Pendidikan Formal & NonFormal

Publikasi

15 Dinas Kesehatan - IKM (Indeks Kepuasan Masyarakat)

- SPGD

- Dashboard Kesehatan

BAB V - 75

No OPD Aplikasi Yang Diharapkan

16 Dinas Lingkungan

Hidup

- Waste Management

- Pemetaan sumber air, tempat sampah, hutan

kota ruang terbuka hijau.

- Sistem Pengendalian Pencemaran, konserfasi

pengendalian kerusakan lingkungan

- Penataan, pendataan perlindungan,

pengelolahan kerusakan lingkungan

17 Kecamatan - PATEN

- Aplikasi SIMADES (SIAK untuk data

kependudukan)

- SIMDA & E-Planing harus sampai kelurahan

18 Bagian Layanan

Pengadaan

- Buku tamu pembuktian kualifikasi

19 Dinas Komunikasi dan

Informatika

• Media Sosial Analitik

• E-Lapor

• E-Info Harga Pasar

• E-Surat (TNDE)

• Aplikasi GRMS

Infrastruktur informasi elektronik pemerintah merupakan gabungan

perangkat keras dan lunak yang membentuk fasilitas dasar (platform) untuk

kegiatan layanan publik yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten

Lumajang.

Komponen utama yang harus tersedia dari suatu infrastruktur

informasi elektronik yang diperlukan adalah

1. Jalur fisik informasi;

2. Jaringan intra pemerintah yang diamankan (Government Secured

Intranet-GSI);

3. Pusat Manajemen Data Pemerintah (Government Data Management

Centre-GDMC);

4. Aplikasi-aplikasi dasar untuk mendukung kegiatan front-office dan

back-office;

5. Jaringan informasi global (internet).

BAB V - 76

Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk membangun

jaringan fisik informasi adalah sebagai berikut :

1. Analisis terhadap tahapan dari layanan SPBE yang akan dibangun.

2. Menetapkan jenis jaringan informasi yang dibutuhkan.

3. Menetapkan jaringan informasi yang perlu dibangun.

Sedangkan langkah guna menetapkan spesifikasi teknis dari seluruh

perangkat yang dibutuhkan, meliputi :

1. Penentuan koneksi internal dan eksternal yang akan dipergunakan.

2. Pemetaan lembaga pemerintah yang terkait dengan kegiatan layanan.

3. Penentuan kebutuhan bandwidth sesuai dengan jenis layanan.

Saat ini kualitas servis jaringan khususnya internet masih kurang

dikarenakan semakin banyaknya pengguna dan kurangnya pengaturan

jaringan secara optimal oleh masing-masing Organisasi Pemerintahan

Daerah (OPD) di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lumajang.

Pengaturan jaringan yang tidak optimal mengakibatkan jaringan tidak stabil

terhadap masing-masing pengguna. Hal ini berakibat pada bandwidth yang

diterima oleh masing-masing pengguna masih kurang, sehingga tingkat

kepuasan pun menurun. Sehingga strategi optimasi bandwidth melalui

integrasi diperlukan.

Jaringan nirkabel juga perlu dikembangkan salah satunya bagi

masyarakat dan staf dalam melaksanakan pelayanan pemerintahan daerah.

Koneksi jaringan komputer dan internet berbasis jaringan nirkabel perlu

diperluas di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lumajang. Sehingga

90% wilayah Pemerintah Daerah Kabupaten Lumajang tercakup dalam area

jaringan nirkabel yang disediakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten

Lumajang. Selain itu didukung juga dengan keberadaan area wireless yang

disediaan oleh provider broadband. Hal ini mendukung harapan Pemerintah

Daerah Kabupaten Lumajang menjadi pemerintahan yang cyber city di Jawa

Timur. Tingkat optimalisasi peluasan jaringan nirkabel pada setiap OPD dan

kepastian jaringan nirkabel di seluruh lingkungan Pemerintah Daerah

Kabupaten Lumajang sebagai keharusan pada pelayanan jaringan ke End

user / Masyarakat Kabupaten Lumajang.

BAB V - 77

Kabupaten Lumajang belum memiliki Pusat Manajemen Data

Pemerintah (Government Data Management Center). Kebutuhan akan data

center Pemerintah Daerah Kabupaten Lumajang merupakan kebutuhan

mendasar dari Dinas Komunikasi dan Informatika. Pengelolaan GDMC

tersebut hanya pada pengelolaan website dan aplikasi seluruh pemerintah

Kabupaten Lumajang. Sebagai sebuah organisasi besar, dengan unit kerja

dan proses bisnis yang sangat banyak, sudah menjadi keharusan bagi

Kabupaten Lumajang untuk memiliki Pusat Data (Data Center) yang

memenuhi standar. Pengembangan Data Center menjadi semakin penting

bila aplikasi semakin besar.

Langkah kunci dalam implementasi proyek SI/TI Pemerintahan

Kabupaten Lumajang adalah program pendidikan dan pelatihan. Untuk

menangani masalah pengembangan sumber daya manusia, diperlukan

inisiatif knowledge management yang menitikberatkan pada

pelatihan/training, seminar, dan workshop untuk para staf demi

menghasilkan keahlian dasar dalam penanganan implementasi SI/TI.

Setelah itu pimpinan harus membentuk sebuah tim / lembaga yang khusus

dalam penanganan TIK di Pemkab Lumajang, agar fokus pada

pengembangan TIK di ranah jasa pelayanan.

Pranata Komputer adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, wewenang,

tanggung jawab, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk

melakukan kegiatan sistem informasi berbasis komputer (Kepmenpan

66/KEP/M.PAN/2003). Selanjutnya pada peraturan yang sama pada pasal 4

dinyatakan bahwa tugas pokok pranata komputer adalah merencanakan,

menganalisis, merancang, mengimplementasikan, mengembangkan dan atau

mengoperasikan sistem informasi berbasis komputer.

Jelas bahwa definisi Pranata Komputer (Prakom) di sini ialah definisi

fungsional. Dan jelas pula bahwa fungsi prakom ialah seperti tersebut diatas.

Kalau disingkat (supaya gampang diingat), garis besar fungsi tersebut ialah

fungsi operator, teknisi, pengembangan (rekayasa), analisa, dan

perencanaan.

Berdasarkan hasil survei dan analisis terhadap kondisi SDM IT di

Kabupaten Lumajang, masih sedikit OPD saja yang memiliki SDM IT,

BAB V - 78

sedangkan sisanya tidak memiliki SDM yang berpendidikan IT. Hal ini perlu

dipertimbangkan, mengingat bahwa diperlukan setidaknya satu SDM dengan

pendidikan IT untuk tiap OPD. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa

para pranata computer ini tidak berlatar belakang pendidikan IT namun

dapat mengusai berbagai aplikasi yang nantinya dibutuhkan. Peningkatan

kemampuan ini dapat dipelajari dari berbagai pelatihan. Akan tetapi, sayang

sekali bahwa hanya sedikit OPD yang mengikutkan pranata komputer

mereka ke pelatihan ataupun sertifikasi untuk IT.

Oleh karena itu langkah kunci dalam implementasi proyek SI/TI

Kabupaten Lumajang adalah program pendidikan dan pelatihan. Untuk

menangani masalah pengembangan sumber daya manusia, diperlukan

inisiatif knowledge management yang menitikberatkan pada

pelatihan/training, seminar, dan workshop untuk para staf demi

menghasilkan keahlian dasar dalam penanganan implementasi SI/TI.

Berdasarkan hasil kuisioner yang telah direkap oleh tim konsultan,

keadaan Pranata Komputer atau lembaga khusus yang menangani

pengembangan dan perencanaan Teknologi Informasi & Komunikasi di

wilayah Pemerintahan Kabupaten Lumajang masih berjalan sendiri-sendiri

sesuai dengan kebutuhan OPD saja.

Seharusnya kegiatan perencanaan dan pengembangan TIK ini

terpusat, diatur atau dibina oleh OPD Dinas Komunikasi & Informatika

(Dinas Kominfo). Namun kenyataannya, di wilayah Pemerintahan Kabupaten

Lumajang ini, kegiatan TIK termasuk untuk perencanaan dan

pengembangannya ditentukan oleh OPD masing-masing. Melihat keadaan ini

tentu akan terlihat adanya ego sektoral, karena data yang diolah hanya

dikonsumsi oleh OPD itu sendiri, sedangkan kenyataannya data yang diolah

oleh OPD tertentu akan dibutuhkan juga oleh OPD lain, sehingga perlu

adanya Data Interchange atau pertukaran data antar OPD mutlak harus

dilakukan dalam kegiatan Pemerintahan Kabupaten Lumajang.

Berdasarkan hasil survei dan analisis terhadap kemampuan teknologi

informasi dari sumber daya manusia (SDM) di seluruh Kabupaten Lumajang

didapat gambaran bahwa kemampuan SDM di bidang Information and

Communication Technology (ICT) sangat bervariasi, mulai yang rendah,

BAB V - 79

menengah sampai yang mahir. Namun sebagian besar SDM hanya memiliki

keahlian menggunakan word processor dan excel serta menggunakan web.

Itulah tadi beberapa hal yang secara umum dapat diberikan dalam

memahami berbagai keterbatasan di Kabupaten Lumajang terkait penerapan

TIK. Sehingga semakin jelas, bahwa Lumajang membutuhkan terobosan dan

crash program yang akan dibahas di bab berikutnya.

BAB V - 80

Ilustrasi konektifitas antara visi-misi, sasaran hingga strategi dalam perencanaan TIK

VISI TIK MISI SASARAN TARGET

MISI MISI SASARAN TARGET

SASARAN SASARAN

TARGET MISI SASARAN

STRATEGI

Terwujudnya sistem

pemerintahan berbasis

elektronik yang terpadu

(integrated), untuk

mencapai sistem

pemerintahan yang efektif

dan efisien, berbasis

penerapan TIK yang

dapat diterapkan

(aplicable) untuk sistem

administrasi dan

pelayanan publik yang

terukur (measurable) dan

berkelanjutan

(sustainable) untuk

mewujudkan Kabupaten

Lumajang berdaya saing,

makmur dan sejahtera.

Melakukan penataan dan

penguatan organisasi dan

tata kelola sistem

pemerintahan berbasis

elektronik yang terpadu

dalam kerangka e-

Government dan smart-

city; di wilayah Kabupaten

Lumajang.

- Mewujudkan sistem pemerintahan dan

tata-kelola berbasis elektronik melalui

pendekatan e-Govt, smart-city, SPBE

- Tersedianya sistem panduan

pelaksanaan pemerintahan berbasis

elektronik, melalui pendefinisian proses

bisnis dan kebijakan dukungan sumber

daya

Tersedianya peraturan dan juklak

tentang penerapan e-Govt dalam

pemerintahan berbasis elektronik

- Menyusun regulasi tentang

penerapan e-Gov, smart-city, SPBE

termasuk kebijakan satu data

- Penyusunan rencana induk,

roadmap, dan desain TIK

- Penyusunan SOP dan juklak TIK

Mengembangkan sistem

adminisitrasi dan

pelayanan publik berbasis

elektronik yang terpadu

dalam kerangka e-

Government dan

Lumajang Smart-city,

secara menyeluruh untuk

menjalankan MISI

Kabupaten lumajang,

dengan fokus pada

permasalahan utama.

Smart Governance (Mewujudkan

Pemerintahan yang Baik, Benar dan

Bersih melalui Reformasi Birokrasi dan

Pelayanan Publik yang Profesional,

Aspiratif, Partisipatif dan Transparan)

Smart Economy (untuk meningkatkan

Perekonomian Daerah dan Kesejahteraan

Masyarakat yang Mandiri dan Berdaya

Saing Melalui Pengembangan Kawasan

Berbasis Pertanian, Pemberdayaan Usaha

Mikro dan Jasa Pariwisata serta Usaha

Pendukungnya secara Berkelanjutan)

Smart Society (dalam rangka

meningkatkan Kualitas SDM yang Agamis,

Cerdas, Kreatif, Inovatif dan Bermoral

melalui Pemenuhan Kebutuhan Dasar

Masyarakat yang Berkeadilan)

- Penguatan aplikasi umum

untuk layanan administrasi

dalam kerangka GRMS

(goverment resource

management system) berbasis

internet of data

- Pengembangan aplikasi khusus

untuk layanan publik melalui

pendekatan internet of services,

internet of things dan internet of

people.

- Pengembangan dan integrasi

apliaksi GRMS: Perencanaan,

penganggaran, keuangan,

pengadaan barang dan jasa,

kearsipan, pengelolaan barang milik

negara, akutabilitas dan aplikasi

lain

- Pengembangan dan integrasi sistem

perkantoran,kepegawaian,

pengawasan, hingga aplikasi

pengukuran kinerja dan pemberian

tunjangan.

- Pengembangan aplikasi khusus

untuk layanan publik melalui

pendekatan internet of services,

internet of things dan internet of

people, yang dikaitkan dengan

smart-branding, smart-living,

BAB V - 81

smart-economy, dan smart society

Membangun fondasi

teknologi informasi dan

komunikasi yang

terintegrasi, aman, dan

andal; untuk

diintegrasikan ke sistem

sistem pemerintahan

berbasis elektronik

(SPBE), termasuk

membangun SDM yang

kompeten dan inovatif

berbasis teknologi

informasi dan

komunikasi.

- Adanya sistem dukung elektronik

dalam pengambilan keputusan

kebijakan, evaluasi dan monitoring

kinerja

- SDM TIK yang mencukupi dari jumlah

dan kualitas

- Tersedianya sistem pengolahan

data (server, storage, dan sistem

akusisi data)

- Tersedianya sistem jaringan

intern dan jaringan penghubung

- Tersedianya sistem pengamanan

dalam penerapan pemerintahan

berbasis elektronik

- Penguatan SDM TIK dari jumlah

menuju SDM berkualitas

- Pelaksanaan program

peningkatan kompetensi SDM,

melalui program edukasi,

sertifikasi dan pelatihan;

termasuk pelatihan transformasi

digital untuk personal non-TIK

- Pembangunan data center,

command center untuk menuju

sistem pemerintahan berbasis

elektronik, melalui Pengembangan

interface integrator aplikasi

(management dash-board).

Membangun ketersediaan

infrastruktur TIK yang

terintegrasi dan adanya

Pusat Data pemerintah

Kabupaten Lumajang.

Tersedia dukungan infrastruktur integrasi

dalam mendukung Lumajang Satu data

- Optimalisasi pemanfaatan dan

kualitas jaringan internet,

termasuk WiFi

- Penguatan konektifitas antar

OPD

- Penguatan infrastruktur

komunikasi antar wilayah

- Optimalisasi bandwidth dan

konektifitas ke data center

berbasis SLA (service level

agreement)

- Penguatan konektifitas antar

wilayah spot komunikasi

BAB VI - 82

BAB VI

REKOMENDASI DAN ROADMAP

PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN

TIK KABUPATEN LUMAJANG

Pada bagian ini akan dilakukan penetapan skala prioritas pada sektor

kebijakan, program, dan kegiatan. Selanjutnya disusun tahapan

implementasi sesuai skala prioritas yang telah ditentukan. Kemudian

disusun berbagai rekomendasi yaitu rekomendasi kebijakan, rekomendasi

kelembagaan, rekomendasi perencanaan, rekomendasi aplikasi, hingga

rekomendasi sarana TIK yang akan di implementasikan di wilayah

Pemerintahan Kabupaten Lumajang ini.

Membangun e-Government atau layanan pemerintahan berbasis

elektronik bukan saja membangun infrastruktur komunikasi data dan

informasi, tetapi juga berarti membangun infrastruktur sistem aplikasi,

standarisasi metadata, pengembangan sumber daya manusia,

pengembangan prosedur, kebijakan dan peraturan.

6.1 Rekomendasi Tahapan Pengimplementasian SPBE (Pengembangan

TIK)

Rekomendasi untuk skala prioritas pada sektor kebijakan, program,

dan kegiatan pada pengimplementasian arsitektur TIK di Kabupaten

Lumajang dapat dilihat pada tabel, dimana dijelaskan mengenai rencana

tahapan jenis program yang dapat dilaksakan berserta rencana tahun

pengerjaannya. Diharapkan rekomendasi ini dapat memberikan gambaran

mengenai hal apa saja yang perlu dilaksanakan.

BAB VI - 83

No Program 2019

2020

2021

2022

2023

A. Dimensi Kebijakan

1. Penetapan regulasi terkait

pengembangan, pengelolaan dan

pemanfaatan egovernment/TIK

terintegrasi

√ √

2. Perubahan proses birokrasi dan

budaya kerja dengan

menyesuaikan seoptimal

mungkin pemanfaatan TIK

√ √

3. Penetapan kebijakan sentralisasi

dan desentralisasi kewenangan

pengelolaan TIK

4. Penetapan alat kontrol dan

monitoring tingkat pemanfaatan

TIK disemua unit kerja

√ √

5. Penambahan kewenangan OPD

Kominfo untuk membuat

rekomendasi

optimalisasianggaran

penyelenggaraan TIK untuk

seluruh OPD

B. Dimensi Kelembagaan

1. Perlunya kebijakan

pendampingan oleh pihak ketiga

untuk pengembangan TIK dan

beberapa operasional

infrastruktur TIK

√ √ √ √ √

2. Pembentukan Organisasi

Fungsional pada tataran

strategis (CIO / Chief

information officer)

√ √ √ √

BAB VI - 84

No Program 2019

2020

2021

2022

2023

3. Diseminasi pengembangan dan

pemanfaatan e- government

kepada level eksekutif

√ √ √ √

4. Evaluasi dan Restrukturisasi

OPD Dinas Kominfo √

5. Peningkatan kuantitas dan

kualitas pengelola TIK di semua

OPD serta pendistribusiannya

yang efektif dan efisien. Jumlah,

kualifikasi, dan pendidikan.

6. Pembentukan Jabatan

Fungsional SDM pengelola TIK

dan Kebijakan legalitas pengelola

TIK di OPD

7. Pembentukan fungsi kerja TIK

sebagai Helpdesk dan monitoring

jaringan OPD baik eksternal

maupun internal dilakukan

secara cepat.

√ √

C. Dimensi Infrastruktur

1. Adanya kebijakan standar

pengelolaan infrastruktur TIK di

OPD

2. Percepatan penyediaan jaringan

backbone menggunakan Fiber

Optic yang menjangkau seluruh

OPD dan jaringan distribusi

layanan masyarakat sampai

dengan tingkat kelurahan/desa,

puskesmas, dan sekolah

√ √ √ √

3. Percepatan pengembangan dan

pengelolaan Data Center dan √ √ √ √ √

BAB VI - 85

No Program 2019

2020

2021

2022

2023

Data Recovery yang baik untuk

menjamin availibility dan

peningkatan keamanan

informasi

4. Pemanfaatan intranet untuk

komunikasi antar OPD √ √ √ √ √

5. Kebijakan manajemen

bandwidth, IP dan pemanfaatan

akses internet untuk seluruh

OPD

D. Dimensi Aplikasi

1. Pengembangan kepemilikan,

pemanfaatan data/informasi dan

aplikasi e-government yang

terintegrasi dalam kerangka

interoperabilitas

√ √ √ √ √

2. Kebijakan sentralisasi data dan

informasi yang dihasilkan dari

pemrosesan data di OPD pada

datacenter OPD kominfo

3. Standardisasi metadata untuk

pengembangan aplikasi dan

pengelolaan data tunggal dalam

rangka interoperabilitas

√ √ √ √ √

4. Kebijakan OpenSource Software

dan Cloud Computing digunakan

untuk pengembangan aplikasi

berbasis layanan (service base)

√ √ √ √ √

5. Percepatan pengembangan

aplikasi e- government dimana

setiap OPD memiliki sistem

informasi baik untuk layanan

√ √ √ √ √

BAB VI - 86

No Program 2019

2020

2021

2022

2023

masyarakat (G2C), dunia usaha

(G2B) maupun layanan internal

(G2E), sesuai dengan prioritas

kebutuhan secara bertahap.

E. Dimensi Perencanaan

1. Penetapan dokumen Master Plan

Pengembangan e-Governement

digunakan sebagai bahan

penyusunan RPJMD dan renstra

OPD terkait pengembangan TIK

2. Penyusunan dokumen action

plan untuk setiap kegiatan TIK

yang berdampak luas terhadap

kinerja OPD

√ √ √ √ √

3. Penyusunan Business Continuity

Plan (BCP) untuk layanan

infrastruktur TIK

√ √ √

4. Rekomendasi optimalisasi

anggaran penyelenggaraan TIK

untuk seluruh OPD dari OPD

Kominfo.

√ √ √ √ √

6.2 Rekomendasi Kebijakan TIK

Dalam hal Kebijakan mengenai Teknologi Informasi dan Komunikasi

sepenuhnya tentu hanya OPD terkait (Dinas Komunikasi dan Informatika)

dan pimpanan setempat yang berhak menentukan peraturan yang

diperlukan untuk Pemerintahan Kabupaten Lumajang. Dalam hal ini, tim

konsultan hanya memberikan rekomendasi gambaran kebijakan yang harus

dibuat untuk TIK itu sendiri.

Kebijakan yang nantinya akan dibuat dan diputuskan harus sudah

mencakupi beberapa aspek. Pada tabel berikut ini merupakan penjelasan

dari cakupan kebijakan yang harus ada untuk mengawal perencanaan dan

BAB VI - 87

pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi di Pemerintahan

Kabupaten Lumajang sesuai dengan regulasi yang ada.

Regulasi Cakupan

Perbup -

Kebijakan

Organisasi Pengelola e-Government yang berisi

tentang Ketetapan Visi dan Misi, Bentuk Organisasi,

Tupoksi, Indikator keberhasilan dan Kinerja

Perbup -

Kebijakan

Pengembangan dan Implementasi aplikasi e-

Government terintegrasi

Perbup -

Kebijakan

Pengembangan dan pemanfaatan infrastruktur

terpadu

Perbup -

Kebijakan

Standardisasi metadata

Perbup -

Kebijakan

Pengelolaan aset informasi daerah

Perbup -

Kebijakan

Pemanfaatan software legal (opensource, proprietary,

Cloud Computing)

Perbup -

Kebijakan

Pemanfaatan akses informasi

Perbup - SOP Keamanan Informasi dan Incident handling

Perbup - SOP Pengelolaan Datacenter

Perbup - SOP Pengelolaan Jaringan LAN

6.3 Rekomendasi Kelembagaan

Bagian rekomendasi kelembagaan ini berisi penjelasan mengenai

rekomendasi yang dapat dilakukan pada sektor kelembagaan. Rekomendasi

ini terdiri atas rekomendasi bagi pengelola teknologi informasi dan

komunikasi, organisasi perangkat daerah dan rekomendasi untuk

penambahan sumber daya manusia.

Pemerintah Kabupaten Lumajang memiliki berbagai organisasi

perangkat daerah OPD yang mempunyai tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI).

BAB VI - 88

Dalam pemanfaatan TIK, antar OPD akan terjadi kebutuhan yang tidak sama

antara satu OPD dengan yang lain. Agar tidak terjadi tumpang tindih

kepentingan teknis dan administrasinya, maka perlu diatur koordinasinya

untuk bisa bersinergi dalam rangka memenuhi semua kebutuhan oleh

masing-masing pihak. Para pihak dimaksud adalah sebagai berikut :

a. OPD Pengelola TIK Pemerintah Kabupaten Lumajang, yaitu Dinas

Komunikasi dan Informatika yang menangani urusan sebagai berikut :

1) Pengembangan Sistem Informasi dan Aplikasi, bidang ini

menjalankan tugas sebagai berikut:

a) Tatalaksana sistem yaitu menjalankan fungsi perencanaan e-

Government secara komprehensif, perencanaan sistem aplikasi

(SIM – Sistem Informasi Manajement; EIS – Executive Information

System; DSS – Decision Support System), penyusunan dokumen

pengembangan sistem, sosialisasi sistem, pengukuran kinerja

sistem

b) Pengembangan aplikasi dan sistem terintegrasi menjalankan

fungsi pengembangan aplikasi layanan pemerintah berbasis

elektronik, migrasi sistem, pengamanan sistem, help desk

system, pengendalian software proprietary, kebijakan

pengembangan sistem, repository aplikasi e-Government dan

pengembangan aplikasi berbasis Cloud Computing.

c) Pengelolaan data menjalankan fungsi merencanakan aliran data

seluruh proses birokrasi pemerintah daerah, inventarisasi

pengamanan data, backup/restore data, berkoordinasi dengan

OPD untuk pemanfaatan data, perencanaan kebutuhan

infrastruktur untuk penyimpanan dan transaksi data, kebijakan

dan pengelolaan aset informasi, dan pengembangan dan

pengelolaan website pemerintah daerah

2) Pengelolaan sarana prasarana Teknologi Informasi dan Komunikasi,

bidang ini menjalankan tugas sebagai berikut:

a) Pengelolaan Data Center dan Data Recovery Center menjalankan

fungsi pengelolaan semua perangkat dan pengendalian

persyaratan berjalannya Data Center dan Data Recovery Center,

BAB VI - 89

pemeliharaan dan perawatan sistem, pengendalian pengadaan

dan pemanfaatan data center dan Monitoring system.

b) Pengelolaan Jaringan dan perangkat TIK menjalankan fungsi

pengelolaan media transmisi data (wireline dan wireless),

inventarisasi dan pengendalian perangkat TIK, helpdesk

perawatan dan pemeliharaan perangkat TIK di OPD, instalasi

dan perawatan serta pengendalian jaringan dan media

transmisinya, serta monitoring traffic jaringan.

c) Pengelolaan Keamanan Informasi menjalankan fungsi

monitoring perilaku traffic, update anti malware, kebijakan

keamanan informasi, penanganan kejadian keamanan

informasi, dan koordinasi dengan institansi terkait pengamanan

data milik negara

3) OPD pemilik proses birokrasi yaitu OPD selain OPD pengelolaan TIK,

sebagai pemilik data/informasi dan proses birokrasinya, sebagai

pengguna sarana dan prasarana TIK dan sistem informasi, bertugas :

a) Business processes re-engineering yaitu melakukan inventarisasi

proses birokrasi terkini yang bisa diotimatisasikan menjadi

sistem informasi

b) Wali data yang berfungsi untuk melakukan akuisisi dan validasi

data dasar, kebijakan data / informasi yang dihasilkan dari

pemrosesan data melalui sistem informasi, kebijakan

pemanfaatan dan distribusi data, dan pengamanan dan

pemeliharaan data

c) Pengembangan sistem yang berfungsi menetapkan proses yang

akan dijadikan modul sistem informasi, berkoordinasi dengan

team teknis pengembangan sistem di OPD Kominfo dalam hal

pengelolaan data, memberikan penjelasan terkait proses bisnis

(proses kerja sistem), Metodologi, Platform (bahasa

pemrograman, database engine, sistem aplikasi, dll) yang ada di

OPD, aktor pelaksana, kelayakan dan ketersediaan anggaran,

pengelolaan sistem, sarana dan prasarana yang tersedia (Server,

jaringan, PC terminal, dll), serta ketersediaan sistem di pasaran.

BAB VI - 90

Pengembang sistem juga bertugas berkoordinasi dengan OPD

Kominfo untuk mendapatkan ijin kelayakannya tentang

kebutuhan software proprietary dan aplikasi dari pemerintah

pusat atau propinsi untuk dianalisis integrasi dengan sistem

yang sudah ada serta berkoordinasi dengan OPD lain dalam hal

akuisisi data, pengelolaan dan tanggung jawab kepemilikannya.

b. Pemanfaatan infrastruktur TIK yang meliputi :

1) Koordinasi setiap OPD dengan Dinas Kominfo dalam hal kapasitas

yang dibutuhkan, jumlah dan kualitas media komunikasi data,

tingkat keamanan, sistem jaringan yang dibutuhkan, kompatibilitas

hardware, spesifikasi teknis kebutuhan untuk pekerjaan, serta

mekanisme pemeliharaan, pengoperasian dan pengendaliannya.

2) Setiap OPD tidak seharusnya melaksanakan pengadaan, Perawatan

dan pengendalian infrastruktur TIK sendiri apalagi tanpa

berkoordinasi dengan Dinas Kominfo, hal ini dimaksudkan untuk

pengendalian keamanan asset.

3) Informasi pemerintah daerah, apabila sudah ada sistem yang

dibangun dari pusat untuk kepentingan nasional, maka sistem bisa

diatur sedemikian rupa agar tidak terjadi masalah teknis operasional

akses informasi yang mengganggu kinerja seluruh jaringan

pemerintah daerah. Dinas Kominfo yang memiliki kewenangan

kebijakan untuk pengamanan seluruh sistem.

4) Kepala Daerah memiliki kewenangan penuh untuk mengendalikan

dan memanfaatkan seluruh sumber daya yang ada di wilayahnya

untuk sebesar-besarnya kepentingan masyarakatnya, untuk itu

setiap OPD wajib tunduk pada kebijakan Kepala Daerah. Termasuk

diantaranya adalah kepemilikan data/informasi sebagai aset

informasi.

5.3.1 Organisasi Perangkat Daerah (OPD)

Reorientasi Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Komunikasi dan

Informatikamerupakan rekomendasi utama dalam percepatan implementasi

e-Government di Pemerintah Kabupaten Lumajang, yakni :

BAB VI - 91

▪ Tupoksi Lama : Mengkoordinasikan perumusan kebijakan teknis

komunikasi dan informasi meliputi ketatausahaan, pengolahan data,

penyiaran, jaringan dan komunikasi data, dan pengembangan sistem

aplikasi sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku agar

terbentuknya sistem jaringan komunikasi dan informasi di Kabupaten

Lumajang.

▪ Tupoksi Baru : Melaksanakan pengembangan dan pengelolaan

pemerintahan elektronik meliputi Perumusan kebijakan teknis

dibidang Komunikasi dan Informatika; pelaksanaan tugas bidang

pengembangan dan pengelolaan sarana dan prasarana e-Government;

pelaksanaan tugas bidang pengembangan dan pengelolaan Data dan

aplikasi terintegrasi e-Government; pelaksanaan tugas bidang

penglolaan Pos dan telekomunikasi serta diseminasi informasi publik;

pelaksanaan tugas lain yang diberikan sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

5.3.2 Penambahan SDM

a. Infrastruktur TIK : 6 orang, dengan rincian penugasan khusus sebagai

berikut :

1) Datacenter/Data recovery center : 2 orang dengan tugas instalasi,

perawatan, monitoring fisik DC, perbaikan perangkat, help desk,

kerjasama pihak ketiga untuk pengelolaan DRC, Bandwidth dan IP

serta kebijakan akses situs nasional/internasional.

2) Jaringan MAN, WAN, LAN untuk melayani seluruh OPD : 2 orang

dengan tugas yaitu intalasi dan perawatan media transmisi, routing,

cabling, data traffic monitoring, kerjasama dengan pihak ketiga dalam

penyediaan local loop.

3) Sistem pengamanan informasi : 2 orang dengan tugas yaitu melakukan

instalasi sistem pengamanan informasi, monitoring, insiden handling,

kebijakan pengamanan informasi, sisialisasi awareness serta

kerjasama dengan komunitas dan institusi jejaring pengamanan

informasi nasional dan internasional.

BAB VI - 92

b. Sistem Informasi : 6 orang, dengan penugasan khusus sebagai berikut :

1) Data Manajemen : 2 orang dengan tugas untuk membangun dan

memelihara Arsitektur data, pengumpulan data, pengelolaan data,

distribusi dan pemanfaatan data

2) Pengembangan aplikasi dan sistem integrasi : 2 orang dengan tugas

untuk pengembangan aplikasi, pemeliharaan aplikasi, kebijakan

pengembangan aplikasi dan backup system.

3) Tata laksana sistem informasi : 2 orang dengan tugas untuk

membangun proses bisnis, IT management, perencanaan TIK,

dokumentasi sistem, tester aplikasi, implementasi dan sosialisasi,

pengelolaan aplikasi top down, dan pengendalian software proprietary.

5.1 Rekomendasi Infrastruktur

Rekomendasi yang ada dibawah ini merupakan sebaik-baiknya kondisi

sarana dan prasarana TIK yang ada di sebuah institusi. Dengan segala

bentuk jenis perangkatnya, seperti Data Center, Jaringan, Keamanan,

Service, Manajemen SDM, dan Konektifitas. Pada tabel berikut ini dapat

dilihat rekomendasi untuk Sarana & Prasarana TIK di Pemerintahan

Kabupaten Lumajang.

No Indikator Spesifikasi Kebijakan Strategi Hasil

1. Data Center Ruang DC:

raise floor,

wall, cyling,

pendingin,

kontrol

kelembaban,

kontrol debu,

smoke

detector,

pemadam,

cabling

Ruang Green

DC/DRC

dengan

standar TIA

942 Tier 1

Membangun

Datacenter

1. Menentukan

Luas Ruang yang

dibutuhkan

2. Menentukan

lokasi ruang

yang tepat

3. Mengukur

daya yang

dibutuhkan

4. Mengatur

pendinginan &

kelembaban

Ruang DC

ukuran P/L 10

M2, tinggi 3,5

M, Raise Floor

50 Cm, dingin

22oC,

pemadam,

keteraturan

kabel

BAB VI - 93

No Indikator Spesifikasi Kebijakan Strategi Hasil

ruang

5. Lantai anti

statis (raised

Floor System)

6. Memilih Jenis

Rack Server&

Pengaturan

Kabel

7. Pemadam

kebakaran &

System

keamanan

lainnya

Pemanfaatan

DRC milik pihak

ketiga

2 Server dan

Networking

Server,

storage,

switch,

router,

Firewall / IPS

Efisiensi

sumber daya

perangkat

dengan

menggunakan

teknologi

terkini

Pengadaan

Perangkat TI

Instalasi berbasis

cloud

Kesiapan

instalasi

3 Mekanikal

dan

Elektrikal

Rack, Main

Power,

secondary

Power, UPS,

Grounding,

power

capacity,

power

network

Efisiensi

sumber daya

perangkat

dengan

menggunakan

teknologi

terkini

Pengadaan

equipment

Instalasi berbasis

Green DC

Memastikan

grounding 0 Ohm

Power PLN dan

Genset

Kesiapan

instalasi

4 Data Security Monitoring

logical

Jaminan SLA

Monitoring 24 x

7 Insident

Down Time

<22 jam/thn

BAB VI - 94

No Indikator Spesifikasi Kebijakan Strategi Hasil

security,

phisical

security

99,9 % Handling Response Time

1 jam

5 Maintenance Perawatan,

penggantian

alat dan

ketersedian

alat

perawatan

Perawatan

Harian

Kesiapan

perangkat

pengganti

Aktifitas

monitoring

harian Log Book

Analisis

Perbaikan

Down Time

<22 jam/thn

Response Time

1 Jam

6. Manajemen

dan

Operasional

Standar

layanan

Menggunakan

IT

Infrastructure

Library (ITIL)

Pemahaman

system

Pelaksanaan

system Monev

Kebijakan

Pimpinan

Daerah dan

SOP

Dilaksanakan

secara terpadu

Pemahaman

system

Pelaksanaan

system Monev

Audit TI Dilaksanakan

tiap tahun

Audit optimasi

infrastruktur

Audit

pemanfaatan

Aplikasi Audit

tatakelola

7 Kelembagaan SDM Optimalisasi

SDM

Perekrutan,

penugasan,

distribusi, karir,

kesejahteraan

6. Akses Bandwidth

dan

Jaringan

Intranet

antar OPD

Optimasi

kebutuhan

dan

pemanfaatann

ya

Pengadaan dan

distribusi

pemanfaatannya

BAB VI - 95

Data Center

Dalam sistem informasi, data yang saling berhubungan dan digunakan

oleh beberapa bagian seharusnya tersimpan dalam suatu server database,

sedangkan sistem aplikasi yang digunakan untuk mengelola datanya

tersimpan dalam server aplikasi. Agar para pengguna bisa menggunakan

sistem informasi tersebut dengan baik, maka jaringan komputer eksisting

harus didukung oleh sistem manajemen jaringan. Manajemen jaringan,

database dan aplikasi tersebut dikelola dalam sebuah tempat atau fasilitas

yang disebut data center. Disini berbagai perangkat jaringan dan server

beserta tim pengelolanya melakukan berbagai aktivitas agar jaringan

komputer dan semua sistem informasi berjalan dengan baik.

Pembangunan data center haruslah memenuhi standar untuk

menjamin eksitensi data yang tersimpan di dalamnya. Salah satu standar

data center yang telah diakui internasional adalah TIA–942, standar ini

dikeluarkan oleh Telecommunications Industry Association (TIA)

bekerjasama dengan Asosiasi Industri Elektronika (EIA), suatu organisasi

terpisah yang diakui oleh ANSI (American National Standard Institute).

Berikut adalah beberapa catatan mengenai implementasi pembangunan data

center agar dapat dilakukan dengan baik dan benar.

Pembangunan data center memiliki dasar hukum yang harus diperhatikan.

Dasar hukum mengenai data center tersebut adalah :

a. Instruksi Presiden Nomor 6 tahun 2001. (Tentang Pengembangan

dan Pendayagunaan Telematika di Indonesia).

b. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003. (Tentang Kebijakan dan

Strategi Nasional Pengembangan E-Government).

c. Keputusan Menteri Kominfo Nomor 57 Tahun 2003. (Tentang

Panduan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan E-Government

Lembaga).

d. Panduan Penyelenggaraan Situs Web Pemerintah Daerah

(Depkominfo, 5 Agustus 2003).

BAB VI - 96

e. Peraturan Menteri Kominfo Nomor 28 Tahun 2006. (Tentang

Penggunaan Nama Domain go.id Untuk Situs Web Resmi Pemerintah

Pusat dan Daerah).

f. Undang Undang No.14 Tahun 2008. (Tentang Keterbukaan

Informasi Publik).

g. Perpres No. 95 Tahun 2018 (Sistem Pemerintahan Berbasis

Elektronik)

Selain dasar hukum, pembangunan data center juga memiliki standar teknis

yang harus diperhatikan. Standar teknis (Best Practice) mengenai data center

tersebut adalah:

a. ANSI/TIA-942: 2010 (Telecommunications Infrastructure Standards

for Data Centers).

b. The UpTime Institute, 2010 (Tier Classifications define site

infrastructure performance).

c. ASHRAE TC 9.9 2011 (Thermal Guidelines for Data Processing

Environments – Expanded Data Center Classes and Usage Guidance).

d. ISO/IEC 24764 Data Center.

e. ANSI/BICSI 002:2011 (Data Center Design and Implementation Best

Practices).

f. ITU TL. 1300 (Best Practices for Green Data Center).

g. SNI-03-1726-2003 (Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa

untuk Bangunan Gedung).

h. SNI-0225-2011 (Persyaratan Umum Instalasi Listrik - PUIL 2011).

i. BNPB Indeks Rawan Bencana Indonesia 2011.

j. SNI 03-3985-2000 (Tata cara perencanaan, pemasangan system

deteksi dan alarm kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran

pada bangunan rumah dan gedung).

Data center dibangun berdasarkan kriteria yang telah

ditentukan. Sebelum membangun, terlebih dahulu harus ditentukan

klasifikasi data center yang hendak dibangun. Klasifikasi untuk Data

Center menurut TIA-942 dapat dilihat pada tabel 5.5 dimana disana

diterangkan list jenis servis yang dibutuhkan dalam membangun data

BAB VI - 97

center, dan batas minimal peralatan untuk masing-masing servis

tergantung dari tingkatan TIER yang akan dibangun.

Dari tabel 5.5 tersebut klasifikasi Data Center terbagi atas 4, masing-

masing dengan servis tertentu yang menyertainya. Di Tier I adalah Tier

dasar atau terbawah, dimana disini merupakan batas bawah dari

suatu data center. Sedangkan Tier II dengan jenis komponen yang

redundant adalah yang terbaik kualitasnya. Penentuan Tier ini juga

akan berpengaruh terhadap biaya yang digunakan dalam

pembangunannya.

Tabel 5.5 Klasifikasi Data Center

Sedangkan pada tabel berikutnya dapat dilihat kriteria yang

dibutuhkan untuk pembangunan data center. Kriteria tersebut meliputi

beberapa aspek, yang terdiri atas aspek lokasi, sarana penunjang dan

komunikasi. Masing-masing aspek tersebut memiliki kriteria tertentu yang

harus dipertimbangkan dan ditaati.

SERVICESTIER I

BASIC

Building Type

UPS

Generator

Power Point

PDU (Electrical Panel)

Fire Protection

Raised Floor

R/F Height

Grounding For DC

Uptime

Plan Down Time (H)

Feeder Supply

Tenant

N Units

N Units

1 Fuse

to Many Outlets

(N) PDU

Wet Sprinkler

> 500 ft2

>/=0,3408 m

Not Required

99,67 %

18.8

1 Wing

TIER IIREDUNDANT

COMPONENTS

Tenant

N+1 Units

N+1 Units

1 Fuse

to 1 Sockets

(N+1) PDU

Dry Pre Action

> 1000 ft2

>/=0,4572 m

Not Required

99,75 %

14

1 Wing

TIER IIREDUNDANT

COMPONENTS

Stand Alone

2N Units

2N Units

Multiple Fuseto Multi Sockets

(2N) PDU

Dry Pre Action+Gas+Vesda

> 5000 ft2

>/=0,762 m

Required

99,98 %

1,6

2 Wing (1 Active)

TIER IIREDUNDANT

COMPONENTS

Stand Alone

2x(N+1) Units

2x(N+1) Units

Multiple Fuseto Multi Sockets

2 Source

2x(N+1) PDU

Dry Pre Action+Gas+Vesda

> 5000 ft2

>/=0,9144 m

Required

99,99 %

0,4

2 Wing (2 Active)

BAB VI - 98

Berdasarkan perumusan dan keterangan mengenai data center di atas,

maka rekomendasi spesifikasi umum Data Center/Data Recovery Center

untuk Pemerintah Kabupaten Lumajang terdiri atas :

1. Data Recovery Center dititipkan ke pihak ketiga yang mempunyai

standar pengamanan informasi yang baik, lebih diutamakan yang sudah

memiliki ISO 27001:2005 atau SS504 atau juga yang menggunakan

standar itu meskipun belum bersertifikat

2. Ruangan : 2.5 x 4 meter, tanpa jendela / dinding kaca yang mepet ke

pinggir luar gedung.

3. Jumlah rack minimal 3 buah, yakni rack keamanan dan storage, rack

server dan rack distribusi

4. Pendingin ruangan, suhu ruangan dibawah 20 derajad celcius

5. Raise floor dan atap : apabila menggunakan bahan standar dan aman

dari akses binatang (pengerat, serangga ataupun melata), maka sangat

baik digunakan sebagai jalur kabel, tinggi raise floor sekitar 30 Cm.

6. Pintu berpengaman kunci biometric.

7. Setiap kabel mempunyai label alamat asal dan tujuan.

8. Pemeliharaan berkala untuk setiap perangkat.

ASPEK KETERANGAN

LOKASI

- Berada di luar radius mitigasi bencana/gunung berapi (>15km)- Tidak berada dalam jalur patahan geologi- Jika merupakan data center untuk Disaster Recovery, minimum berjarak >

40km dari data center utama

- Cukup tersamarkan dari pengenalan publik (tidak ekspose)

SARANA

PENUNJANG

- Generator listrik cadangan- Catuan PLN, dengan minimum 2 sumber pembangkit yang berbeda untuk

tier tinggi- Uninterruptible Power Supply (UPS), dengan baterai berkapasitas memadai

yang mampu menyediakan pasokan daya sebelum Genset dihidupkan- Pengatur udara (HVAC, Heating, Ventilation, and Air Conditioning), yang

mampu menjaga suhu dan kelembaban- Sistem Pentanahan (Grounding), tahanan terintegrasi < 0,5 ohm

KOMUNIKASI

- Memiliki koneksi komunikasi data network lebih dari 1 sumber dengan lebihdari 1 operator untuk tier tinggi

- Jika diperlukan, penyiapan koneksi komunikasi data dapat menggunakanakses satelit

- Penyiapan jalur komunikasi untuk kordinasi dan komando, misalmenggunakan Radio HF/SSB

- Pengamanan jalur komunikasi untuk menjaga confidentiality suatu data /informasi

BAB VI - 99

Pada tabel dapat dilihat Rekomendasi spesifikasi detail perangkat Data

Center/Data Recovery Center untuk Pemerintah Kabupaten Lumajang.

Spesifikasi

Server

- Memiliki Processor Intel Xeon Silver 4114(2.2GHz/10-

core/13.75MB/85W) Processor

- Memiliki Memory DDR4 RDIMM

Memory,16GB,2400MT/s,2Rank(1G*8bit),1.2V, ECC

Spesifikasi

Storage

Software Storage Data Center:

- Device Management

- Smart Thin

- Smart Multitenant

- Smart Migration

- Smart Erase

- Smart Motion

- Cloud Service

- System Reporter

- Memiliki HDD 1.8TB 10K RPM SAS Disk Unit(2.5")

- Memiliki License Thin Provisioning, SnapShot, Copy,

Clone dan Replikasi

Spesifikasi

Cloud

Computing

Minimal memiliki:

- Processor 8 core

- RAM 8 Gb

- HDD 500 Gb

Bandwidth minimal 2 mbps

- Memilio

Spesifikasi

Jaringan

ROUTER CLOUD:

- Memiliki 12 port Gigabit ethernet, 1 port serial dan 1

port USB

- Memiliki CPU Tilera Tile-Gx16 1.2GHz 16 Cores

- Dilengkapi dengan memori 2GB RAM

Spesifikasi

UPS, WS,

RACK, AC

RACK:

- Standing Close Rack

dengan ukuran 19" (42U)

PENDINGIN RUANGAN:

- Bertipe Floor Standing

- Kapasitas Pendinginan:

BAB VI - 100

- Pintu Kaca (Glass Door)

- Kedalaman 900 mm

- Dilengkapi dengan:

• Front Door, Steel Rear

Door, 2 Side Door with

Lock

• 1 Unit 8 Outlet Powerset

for 20U, 27U & 32U With

Switch

• 1 Unit 12 Outlet Powerset

for 42U & 45U with

Switch

• 2 Fan for 20U, 27U &

32U, 4 Fan for 42U &

45U

• 1 Pcs Fix Shelf and 50

Set Cagenuts and Screws

• 4 Pcs Adjustable Foots

and 4 Pcs Castors

24.550 Btu per jam

- Daya Listrik 2500 watt

- Tipe Refrigerant: R-410a

Rencana pengembangan jaringan Backbone mengacu pada kondisi

infrastruktur yang sudah dibangun saat ini. Sudah selayaknya seluruh Dinas

/ Kantor yang berada di lingkup Pemerintahan Kabupaten Lumajang sudah

menggunakan jaringan komputer dengan teknologi Fiber Optic (FO), karena

sebagian topografi Kabupaten Lumajang yang tidak semua datar, untuk

daerah dengan topografi dataran maka diprioritaskan untuk membangun

dengan teknologi FO karena teknologi ini lebih memungkinkan kecepatan

dan kestabilan akses data. Pembangunan dilakukan hingga jaringan internet

dapat menjangkau desa/kelurahan, sekolah dan puskesmas. Pada gambar

berikut ini dapat dilihat diagram Perencanaan Jaringan Pemerintah

Kabupaten Lumajang.

BAB VI - 101

Rekomendasi Bandwidth

Untuk meningkatkan kinerja penggunaan aplikasi berbasis web,

sebelum dibangunnya system jaringan intranet, maka diperlukan jaringan

internet untuk mengakses aplikasi dari tersebut. Berdasarkan survey yang

sudah dilakukan, pada tabel berikut ini merupakan kebutuhan bandwidth

masing-masing OPD.

No Nama Satuan Kerja Perangkat Daerah Sudah Belum Bandwidth

1. Inspektorat X 25 Mbps

2. RSUD X 20 Mbps

3. Satuan Polisi PP X 5 Mbps

4. Badan Kepegawaian Pendidikan Dan

Pelatihan Daerah

X 10 Mbps

5. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik X 5 Mbps

6. Badan Penanggulangan Bencana Daerah X 5 Mbps

7. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Dan Litbang

X 20 Mbps

8. Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan

Daerah

X 20 Mbps

9. Sekda X 5 Mbps

10. Asisten I X 3 Mbps

11. Asisten II X 3 Mbps

BAB VI - 102

No Nama Satuan Kerja Perangkat Daerah Sudah Belum Bandwidth

12. Asisten III X 3 Mbps

13. Staf Ahli X 3 Mbps

14. Bagian Administrasi Kesra Dan Masyarakat X 5 Mbps

15. Bagian Administrasi Pembangunan X 25 Mbps

16. Bagian Administrasi Pemerintahan Umum X 5 Mbps

17. Bagian Administrasi Perekonomian X 5 Mbps

18. Bagian Administrasi Sda X 5 Mbps

19. Bagian Hukum X 5 Mbps

20. Bagian Humas Dan Protokol X 5 Mbps

21. Bagian Organisasi X 5 Mbps

22. Bagian Layanan Pengadaan X 20 Mbps

23. Bagian Umum X 5 Mbps

24. Sekretariat DPRD X 5 Mbps

25. Dinas Perdagangan Koperasi Dan Usaha

Mikro

X 5 Mbps

26. Dinas Pariwisata X 5 Mbps

27. Dinas Pemuda dan Olah Raga X 5 Mbps

28. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil X 20 Mbps

29. Dinas Komunikasi Informatika Dan

Statistik

X 10 Mbps

30. Dinas Tenaga Kerja X 5 Mbps

31. Dinas Kesehatan X 5 Mbps

32. Dinas Ketahanan Pangan X 5 Mbps

33. Dinas Lingkungan Hidup X 5 Mbps

34. Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan

Ruang

X 10 Mbps

35. Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan

Dan Perlindungan Anak

X 5 Mbps

36. Dinas Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa X 5 Mbps

37. Dinas Penanaman Modal & Ptsp X 20 Mbps

38. Dinas Pengendalian Penduduk Dan

Keluarga Berencana

X 5 Mbps

39. Dinas Pendidikan X 5 Mbps

40. Dinas Perhubungan X 10 Mbps

BAB VI - 103

No Nama Satuan Kerja Perangkat Daerah Sudah Belum Bandwidth

41. Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan X 5 Mbps

42. Dinas Pertanian Dan Perikanan X 5 Mbps

43. Dinas Perumahan Dan Kawasan

Pemukiman

X 5 Mbps

Total kebutuhan bandwidth 250 Mbps

Kecamatan – Kecamatan Kabupaten Sudah Belum Bandwidth

1 Kecamatan1 X 5 Mbps

2 Kecamatan 2 X 5 Mbps

3 Kecamatan 3 X 5 Mbps

4 Kecamatan 4 X 5 Mbps

5 Kecamatan 5 X 5 Mbps

6 Kecamatan 6 X 5 Mbps

7 Kecamatan 7 X 5 Mbps

8 Kecamatan 8 X 5 Mbps

9 Kecamatan 9 X 5 Mbps

10 Kecamatan 10 X 5 Mbps

11 Kecamatan 11 X 5 Mbps

12 Kecamatan 12 X 5 Mbps

13 Kecamatan 13 X 5 Mbps

14 Kecamatan 14 X 5 Mbps

15 Kecamatan 15 X 5 Mbps

16 Kecamatan 16 X 5 Mbps

17 Kecamatan 17 X 5 Mbps

18 Kecamatan 18 X 5 Mbps

19 Kecamatan 19 X 5 Mbps

20 Kecamatan 20 X 5 Mbps

21 Kecamatan 21 X 5 Mbps

Total kebutuhan bandwidth kecamatan 105 Mbps

21 21

Gedung pemerintahan

1 Kantor Kepala Daerah X 10 Mbps

2 Rumah Dinas Bupati X 10 Mbps

3 Rumah Dinas Wakil Bupati X 5 Mbps

BAB VI - 104

Gedung Pemerintahan

4 PKK X 5 Mbps

5 TIC X 5 Mbps

6 Gedung Kopri X 5 Mbps

7 Total kebutuhan bandwidth 40 Mbps

Grand Total Kebutuhan Bandwidth 502 Mbps

Rekomendasi Aplikasi

Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan, dapat dipetakan

kebutuhan aplikasi untuk mendukung implementasi layanan pemerintah

berbasis elektronik di Kabupaten Lumajang. Sesuai dengan perpres no.95 th

2018 mengenai Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik, ada beberapa hal

yang harus ada sebagai bentuk layanan pemerintah terhadap kepada

masyarakat. Beberapa aplikasi yang sebaiknya harus dimiliki oleh

pemerintaha daerah dalam mewujudkan system pemerintahan berbasi

elektronik adalah sesuai dengan gambar ini.

BAB VI - 105

Rekomendasi kebutuhan aplikasi dapat dilihat pada tabel berikut, dimana

jenis aplikasi dibagi menurut kegunaan dari aplikasi yang di

rekomendasikan, beserta OPD yang sekiranya membutuhkan aplikasi

tersebut.

No Jenis Aplikasi OPD Integrasi

A. Layanan Publik

1. Kependudukan Dukcapil

Simduk Nasional/Prop/Kota-

Kab Semua sistem layanan

publik

2. Pajak dan Retribusi BPRD Bank Jatim, Sistem Pelayanan

Perijinan Terpadu (Simpadu)

3. Pendaftaran dan

Perijinan DPMPTSP

Katalog Hukum, Peraturan dan

Perundang-undangan Bisnis

dan Investasi Web

4. Pengaduan

Masyarakat Kominfo

Publikasi Informasi Umum dan

Kepemerintahan, SIAK (Sistem

Informasi Administrasi

Kependudukan)

5.

Publikasi Info

Umum dan

Kepemerintahan

(Web Site)

Kominfo

Semua aplikasi e-Government

yang membutuhkan publikasi

informasi ke masyarakat

B. Administrasi dan Manajemen

1.

E-Mail, surat

elektronik dan

dokumentasi

elektroniknya

Kominfo

Sistem Informasi Manajemen

Administrasi Kepegawaian

(SIMAK)

2. Dokumen

Elektronik (e-Filling) Seluruh OPD E-Finance, DJP Online

C. Legislasi

1. Administrasi DPRD Setwan JDIH

2. Sistem Pemilu

Daerah KPUD Website Informasi

3. Katalog Hukum Bag. Hukum JDIH Propinsi, JDIHN

BAB VI - 106

No Jenis Aplikasi OPD Integrasi

D. Pembangunan

1. SIM Data

Pembangunan Bappeda

Perencanaan pembangunan

Daerah. Pengadaan barang dan

Jasa Pengelolaan Proyek

Sistem Evaluasi dan Informasi

Hasil Pembangunan

2.

Perencanaan

pembangunan

Daerah

Bappeda

Sistem Informasi dan

Manajemen Data

Pembangunan Pengelolaan

Proyek Sistem Evaluasi dan

Informasi Hasil Pembangunan

3. Pengadaan barang

dan Jasa LPSE

Pengelolaan dan Monitoring

Proyek Perencanaan

pembangunan Daerah

4. Pengelolaan dan

Monitoring Proyek LPSE

Sistem Pengadaan Barang dan

Jasa Perencanaan

pembangunan Daerah

5.

Sistem Evaluasi dan

Informasi Hasil

Pembangunan

Bappeda

Sistem Perencanaan

Pembangunan DaerahSistem

Anggaran

E. Keuangan

1. Sistem Anggaran BPKD

Sistem Kas dan

Perbendaharaan Sistem

Akuntansi Daerah

Perencanaan Pengelolaan dan

Monitoring Proyek

2. Kas dan

Perbendaharaan BPKD

Sistem Anggaran Sistem

Akuntansi Daerah

3. Akuntansi daerah BPKD Sistem Anggaran Sistem Kas

dan Perbendaharaan

F. Kepegawaian

1. Mutasi dan Bangrir BKD

Pelayanan, Modul Publikasi

Informasi Umum dan

Kepemerintahan

BAB VI - 107

No Jenis Aplikasi OPD Integrasi

2. Absensi dan

penggajian BKD Keuangan

3. Penilaian Kinerja

PNS BKD Sistem Absensi dan Penggajian

4. Pendidikan dan

Pelatihan BKD

Publikasi Informasi Umum dan

Kepemerintahan

G. Dinas Lembaga

1. Kepemerintahan Keuangan Pembangunan

Pengelolaan Barang

Daerah BPKD

Sistem Pengadaan Barang dan

Jasa Sistem Anggaran Katalog

Barang daerah

Katalog Barang

Daerah Setiap OPD

Sistem Perencanaan

Pembangunan daerah

Pengelolaan Barang daerah

Pengelolaan

Pendapatan Daerah BPKD

Perpajakan dan Retribusi

Sistem Kas dan

Perbendaharaan

Pengelolaan

Perusahaan Daerah Perusda

Modul Industri dan

Perdagangan Perpajakan dan

Retribusi

2. Kewilayahan

Tata Ruang dan

Lingkungan Hidup

Bappeda

DLH

DPKP

DPUTR

Modul Publikasi Informasi

Umum dan Kepemerintahan

Potensi Daerah

Disperindag

Disbudpar

Bappeda

DPMPTSP

Disperta

Setda

Modul Publikasi Informasi

Umum dan Kepemerintahan

Modul Katalog Hukum,

Peraturan dan Perundang-

undangan Modul Bisnis dan

Investasi Modul Pendaftaran

dan Perijinan

Pertanian,

Perikanan,

Disperta

Diskan Modul Potensi Daerah

BAB VI - 108

No Jenis Aplikasi OPD Integrasi

Peternakan

Pariwisata Disbudpar Blok Fungsi Dinas & Lembaga,

Sub- Modul Potensi Daerah.

Koperasi, Usaha

Kecil dan Menengah

Dinkop dan

UM Modul Potensi Daerah

3. Kemasyarakatan

Kesehatan Dinkes

SIAK dan Simduk Publikasi

Informasi Umum dan

Kepemerintahan. Aplikasi Top

Down Sosial dan Kemiskinan

Pendidikan Dindik

SIAK dan Simduk Publikasi

Informasi Umum dan

Kepemerintahan Aplikasi Top

Down Sosial dan Kemiskinan

Ketenagakerjaan Disnaker

SIAK dan SIMDUK Publikasi

Informasi Umum dan

Kepemerintahan. Industri dan

Perdagangan

Industri dan

Perdagangan Dindag

Publikasi Informasi Umum dan

Kepemerintahan

Ketenagakerjaan

Sosial dan

Kemiskinan

Dinsos

Bappeda

Publikasi Informasi Umum dan

Kepemerintahan, SIAK

Pemerintahan DPMD

Kecamatan

SIAK dan Simduk Sosial dan

Kemiskinan

4. Sarana dan

Prasarana

Transportasi Dishub

Publikasi Informasi Umum dan

Kepemerintahan. Perencanaan

pembangunan daerah

Jalan, Jembatan

dan drainase DPUTR

Publikasi Informasi Umum dan

Kepemerintahan. Perencanaan

pembangunan daerah

Komunikasi (Kabel, Kominfo Publikasi Informasi Umum dan

BAB VI - 109

No Jenis Aplikasi OPD Integrasi

BTS broadband, Hot

Spot, dll)

Kepemerintahan. Perencanaan

pembangunan daerah

Sampah dan

Limbah DLH

Publikasi Informasi Umum dan

Kepemerintahan. Perencanaan

pembangunan daerah

Ruang terbuka

hijau DLH

Publikasi Informasi Umum dan

Kepemerintahan. Perencanaan

pembangunan daerah

Bangunan dan

gedung DPUTR

Publikasi Informasi Umum dan

Kepemerintahan. Perencanaan

pembangunan daerah

Perumahan dan

Permukiman DPKP

Publikasi Informasi Umum dan

Kepemerintahan. Perencanaan

pembangunan daerah

Penerangan Jalan

Umum Dishub

Publikasi Informasi Umum dan

Kepemerintahan. Perencanaan

pembangunan daerah

Air Bersih PDAM

Publikasi Informasi Umum dan

Kepemerintahan. Perencanaan

pembangunan daerah

Potensi daerah

Standarisasi Data

Dalam sistem informasi, data yang saling berhubungan dan digunakan

oleh beberapa bagian seharusnya tersimpan dalam suatu server database,

sedangkan sistem aplikasi yang digunakan untuk mengelola datanya

tersimpan dalam server aplikasi. Agar para pengguna bisa menggunakan

system informasi tersebut dengan baik, maka jaringan komputer eksisting

harus didukung oleh sistem manajemen jaringan. Manajemen jaringan,

database dan aplikasi tersebut dikelola dalam sebuah tempat atau fasilitas

yang disebut data center. Disini berbagai perangkat jaringan dan server

beserta tim pengelolanya melakukan berbagai aktivitas agar jaringan

komputer dan semua sistem informasi berjalan dengan baik.

BAB VI - 110

6.2 ROADMAP PEMBANGUNAN TIK

Pada bagian sebelumnya, telah dijelaskan bahwa setiap OPD telah

mempunyai aplikasi yang diinginkan, selain aplikasi yang telah ada; maka

dari itu, secara singkat dijabarkan di sini, urgensi mempunyai program

percepatan sebagai berikut:

(1) Pemetaan Proses Bisnis dan IKU (Bappeda/Bagian Organisasi Setda)

dalam rangka integrasi aplikasi umum dan khusus untuk layanan

administrasi dan layanan publik

(2) Pembangunan Interface Integrasi GRMS dan Aplikasi Umum Tahap

1 untuk Pelaporan dan Decision Support System berbasis Data

(3) Pembangunan Dashboard berbasis Web & Mobile Apps dengan Spatial

Display/GIS

(4) Pengembangan Aplikasi Khusus Terpilih untuk mendukung Layanan

Publik,

(5) Rintisan Internet of Things pada sistem monitoring industri

“pertambangan”

Program ini butir (3) misalnya, akan menjadi pusat dari sistem Smart City

Lumajang di masa depan. Program Quick Win ini merupakan langkah

percepatan dalam mewujudkan Smart Gorvernance di Pemerintah

Kabupaten Lumajang. Adapun modul-modul yang siap diintegrasikan yang

terdiri dari Smart Governance, Smart Branding, Smart Economy, Smart Living,

Smart Society, Smart Environment yang ditunjukkan pada tabel berikut :

No SMART NAMA MODUL

1 SMART

GOVERNANCE

E-GOVERNMENT

APP.

1. Service

a. e-Transport

b. E-Parking

c. E-Pengujian

d. Aplikasi survei kepuasan masyarakat

2. Bureaucarcy

a. Government Resource Management

System (dari e-planning, e-budgeting,

e-project planning, e-procurement, e-

BAB VI - 111

No SMART NAMA MODUL

aset, e-inventaris, hingga e-

performance)

b. E-Surat

c. Absensi digital, bioetric & on-line

d. Komunikasi VoIP

e. Entreprise Resource Planning

f. E-Dishub

3. Polecy

a. E-aduan, ...

b. Pilkada on-line

c. Dashboard & management decision

support

d. COMMAND CENTER

e. Data Center

4. E-Tilang

2 SMART BRANDING

1. Appearance

a. Smart Reklame Kota

b. Web Kota, Portal

2. Bussiness

a. Perijinan online

3. Tourism

a. Aplikasi Smart-tourism

4. Aplikasi Agrowisata

3 SMART ECONOMY 1. Transaction

a. Smart Retribusi

b. Smart Reklame

c. SIM Koperasi

2. Welfare

a. SIM monitoring penerima bantuan

sosial

BAB VI - 112

No SMART NAMA MODUL

b. Pembangunan infrastructur

Komunikas, Fiber Optic

3. Industry

a. Aplikasi pengujian produk otomatis

4. Aplikasi Persediaan

4 SMART LIVING 1. Mobility

a. ATCS-ITS (Pengatur Lalin kota besar)

b. SARTI (pengatur lalin kota kecil dan

menengah)

c. Sistem Informasi Kapal &

kepelabuhan

d. E-Revenu

e. E-Armada, E-terminal

f. Intelligent Transport Command

Center

2. Health

a. e-Health,

b. SIMRS

c. Sistem Antrian Rumah Sakit

3. Harmony

4. SIM HOTEL

5 SMART SOCIETY 1. Security

a. City Security berbasis CCTV

b. Save City

2. Learning

a. SIMAkademic

b. PSBOnline

3. Community

4. WiFi dan Broadband Learning Center

BAB VI - 113

No SMART NAMA MODUL

6 SMART

ENVIRONMENT

1. Energi

a. Smart Lamp Rumah Tangga

b. Solar Panel Power Plant

2. Waste

a. Waste management

b. Tracking Armada

3. Protection

4. Wireless Sensor Network

Roadmap merupakan rencana yang memuat tahapan sistematis dalam

pelaksanaan program kegiatan dalam kurun waktu tertentu. Fungsi dari

roadmap untuk pengembangan Teknologi Informasi Kabupaten Lumajang ini

dimaksudkan untuk memandu para pelaksana dalam menjalankan langkah

demi langkah pelaksanaan pengembangan TI tersebut.

Tabel berikut adalah rincian rencana pengembangan Teknologi

Informasi & Komunikasi di Kabupaten Lumajang. Adapun pada Tabel

tersebut, rencana pengembangan meliputi aspek Infrastruktur IT yang

berupa Data Center, Internet & Jaringan. Sedangkan aspek Tata Kelola IT

meliputi Arah & Pengembangan Kebijakan IT, Organisasi dan Sumber Daya

Manusia (SDM) IT, Standar Operasional Prosedur (SOP). Masing-masing

aspek direncanakan dalam 5 tahap.

BAB VI - 114

Infrastruktur IT Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 5

Data Centre

1. Menyiapkan ruang

untuk Data Centre yang

sesuai standart (lokasi,

konstruksi, power

manajemen, dsb)

2. Pengadaan Server &

Data Center di

Lingkungan Kabupaten

Lumajang

1. Implementasi &

Instalasi Data

Centre

2. Rancangan

infrastruktur

Jaringan

(Jaringan &

Data Center)

1. Penambagan

Storage Data

Center

2. Proses Instalasi

Aplikasi ke Data

Center

1. Maintenance Data

Center

2. Penambagan

Storage Data

Center (jika

diperlukan)

1. Maintenance Data

Centre

2. Maintenance

Jaringan

Internet &

Jaringan

1. Merancang topologi

jaringan untuk

lingkungan OPD

Pemkab Lumajang

2. Merancang jaringan

internet agar terpusat &

dapat koneksi antar

komputer / OPD di

Lingkungan Pemkab

Lumajang

3. Pengadaan Internet

OPD yang guna

percepatan penyediaan

infrastruktur yang

menghubungkan tiap

1. Membagi

bandwidth ke

tiap-tiap OPD

Pemkab

Lumajang

karena sudah

terpusat

2. Memastikan

antar bagian

bisa saling

terhubung

1. Menambah kuota

internet untuk

keperluan

manajemen dan

publik sesuai

kebutuhan

2. Maintenance

Jaringan Internet

1. Menambah kuota

internet untuk

keperluan

manajemen dan

publik sesuai

kebutuhan

2. Maintenance

Jaringan Internet

1. Menambah kuota

internet untuk

keperluan

manajemen dan

publik sesuai

kebutuhan

2. Maintenance

Jaringan Internet

BAB VI - 115

Infrastruktur IT Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 5

OPD dan

menghubungkan OPD

dengan data center

Tata Kelola IT Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 5

Arah dan

Pengembangan

(Kebijakan TIK)

1. Merancang Master Plan

Pengembangan e-

Government

2. Study banding

1. Evaluasi dan

monitoring

Master Plan dan

menindak

lanjuti

1. Evaluasi &

Monitoring

1. Evaluasi &

Monitoring

1. Evaluasi &

Monitoring

Organisasi dan

SDM IT

1. Membentuk bidang

yang khusus

menangani IT

2. Menyiapkan SDM IT

baik dari internal OPD

Kominfo maupun dari

pihak eksternal

3. Pelatihan dan workshop

SDM

1. Evaluasi dan

monitoring dan

menindak

lanjuti

2. Memberikan

pelatihan &

workshop IT

3. Memberikan

pelatihan

jaringan

1. Evaluasi &

Monitoring SDM IT

& Jaringan

1. Evaluasi &

Monitoring SDM IT

& Jaringan

1. Evaluasi &

Monitoring SDM IT

& Jaringan

Standart

Operasional

Prosedure (SOP)

1. Membuat SOP

penggunaan IT di

lingkungan OPD

Pemkab Lumajang

1. Evaluasi dan

monitoring dan

menindak

lanjuti hasil

SOP

1. Evaluasi dan

monitoring dan

menindak

lanjuti hasil SOP

1. Evaluasi dan

monitoring dan

menindak

lanjuti hasil SOP

1. Evaluasi dan

monitoring dan

menindak

lanjuti hasil SOP

BAB VI - 116

Infrastruktur IT Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 5

2. Mengatur hak dan

otoritas User dalam

mengakses Aplikasi

BAB VII - 117

BAB VII

PENUTUP

Dengan selesainya dokumen Master Plan Smart City Kabupaten

Lumajang ini, diharapkan akan diperoleh arahan yang jelas dan tegas terkait

pembangunan dan pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

untuk sebesar-besarnya layanan kepada masyarakat. Melalui proses bisnis

yang disusun secara terpadu, dan dibantu dengan bantuan perangkat mobil,

jaringan cloud negara, teknologi IoT hingga kecerdasan buatan, maka

aktiftas perijinan, kependdudukan, kependidikan, kesehatan di kota dapat

berlangsung lebih mudah, murah, cepat, transparan, terpadu dan aman.

Dengan demikian layanan administrasi di lingkup pemerintahan, layanan

khusus untuk dunia usaha dan masyarakat dapat berlangsung dengan

efektif, efisien dan membawa manfaat yang berkesinambungan. Dengan

demikian, perlu sinergi yang baik antara pemerintah, akademisi, dan

masyarakat secara terpadu.

BAB VII - 118

Sebagai sebuah Master Plan, jelas masih dibutuhkan upaya-upaya

perbaikan secara kontinyu dari waktu ke waktu. Untuk itu, transformasi ke

digital dari pelaku pemerintahan menjadi urgen untuk dilakukan secara

cepat, sehingga dari waktu ke waktu semua pelaku bisa berperan dalam

proses bisnis dalam rangka menjalankan sistem pemerintahan berbasis

elektronik melalui teknologi informasi dan komunikasi.

BUPATI LUMAJANG

Ttd.

H. THORIQUL HAQ, M.ML.