BAB I PENDAHULUAN - JDIH Lumajang
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
Transcript of BAB I PENDAHULUAN - JDIH Lumajang
BAB I - 1
LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 59 TAHUN 2019
TENTANG MASTERPLAN PENGEMBANGAN SMART CITY
KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2019-2023
BAB I
PENDAHULUAN
Penyusunan Masterplan Smart City di Kabupaten Lumajang ini
didasari pada beberapa pemikiran strategis yang mengacu kepada keinginan
Pimpinan Daerah Kabupaten Lumajang untuk membawa Lumajang menjadi
sebuah smartcity, baik dalam rangka mengoptimalkan operasional kota,
meningkatkan layanan kepada masyarakat, dalam rangka kegiatan
monitoring dan evaluasi, termasuk dalam rangka menekan terjadinya
korupsi di lingkungan Kabupaten Lumajang. Sesuai arahan team
pencegahan KPK, pendekatan e-government dan smart city berbasis TIK
dianggap salah satu cara ampuh untuk menekan potensi dan kejadian
korupsi di jajaran kota. Semakin maju penerapan TIK di sebuah kota,
semakin tranparan informasi yang dapat diketahui bersama, sehingga
semakin kecil kemungkinan terjadi penyelewengan.
Gambar 1. Ilustrasi Menuju Lumajang Smart city
BAB I - 2
Smart city adalah sebuah pendekatan yang digunakan untuk
mendefinisikan sebuah kota, dari sudut pandang penerapan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) di sebuah Kota. Melalui pendekatan berbasis
smart city, sebuah kota diharapkan mampu meningkatkan kualitas kegiatan
sehari-hari dalam pengelolaan kota, memperbaiki kualitas layanan publik
dan operasional kota, tersedianya alat bantu monitoring dan evaluasi;
mempertinggi efisien, efektifitas dan akuntabilitas proses bisnis kota; dan
pada akhirnya TIK akan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan citra kota
dan kesejahteraan warga kota.
Dalam kerangka smart city, perubahan menuju tata-kelola dan
pemerintahan berbasis elektronik (SPBE) membutuhkan proses transformasi
bukan saja teknologi, tetapi lebih kepada adanya manajemen perubahan
budaya kerja berbasis digital, budaya kerja berbasis kinerja, dan kebijakan
yang disusun secara terstruktur sesuai dengan arah kebijakan politik dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, melalui adanya e-leadership
yang kuat dari pimpinan daerah dan pemangku kepentingan yang lain.
Dengan adanya transformasi pemikiran ini, maka pemanfaatan internet,
pembangunan data center, pembangunan jaringan, dan investasi TIK
lainnya akan dapat dimanfaatkan dengan baik untuk sebesar-besarnya
kepentingan kota dan masyarakat.
Untuk mempermudah arah pengembangan smart city, Kementerian
Kominfo telah memilih satu dari banyak model smart city di dunia, termasuk
model Smart-city.org dan smart city garuda. Model yang dipilih oleh
Kementerian Kominfo ini terdiri dari 6 pilar, yaitu: (1) smart governance,
dalam rangka penguatan layanan, birokrasi dan kebijakan, (2) smart
branding, yang memungkinkan pemanfaatan TIK untuk meningkatkan citra
kota, berbasis penampilan, bisnis dan turistik, (3) smart economy, yang pada
akhirnya akan berujung pada proses transaksi berbasis TIK, peningkatan
kesejahteraan dan pengembangan industri yang semakin maju, (4) smart
living, berujung pada kehidupan yang lebih baik berkat TIK, dengan tujuan
mencapai keserasian hidup, kesehatan dan kemudahan mobilitas, (5) Smart
Society, dengan fokus peningkatan kualitas bermasyarakat, pembelajaran
dan keamanan, dan terakhir (6) smart environment, dimana kota diharapkan
BAB I - 3
mampu menjadi kelangsungan lingkungan, termasuk melalui tata-kelola
limbah secara cerdas dan pemanfaatan energi terbarukan. Model inilah yang
juga dapat digunakan oleh Kabupaten Lumajang.
Gambar 2. Model dan Elemen Pembangunan Smart city
Salah satu ciri dari sebuah kota cerdas adalah dimulai dengan adanya
perencanaan yang terpadu (integrated), terukur (measurable), dapat
diterapkan (aplicable) dan berkelanjutan (sustainable). Sebagimana arahan
dari UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
dan UU No.32/2004 tentang Pemerintah Daerah, jelas tergambar bagaimana
pentingnya melakukan pendekatan perencanaan pembangunan yang harus
menggabungkan hasil analitis, teknis, politis, dan aspek partisipatif baik
dalam program top-down maupun bottom-up. Dalam kerangka
pemerintahan berbasis elektronik (SPBE), maka jelas peran TIK dalam
menyediakan informasi analisis, teknis, politis, dan data partisipasi
masyarakat; akan semakin besar. Selain itu, keterukuran juga harus diawali
dengan pemahaman tentang objek yang akan dilayani menggunakan sistem
elektronik TIK. Untuk itulah, maka pada paragrap berikut akan diberikan
beberapa hal penting di Kabupaten Lumajang, yang nantinya diharapkan
akan dapat didukung dengan adanya pengembangan dan penerapan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Data-data ini diambil dari RPJMD
BAB I - 4
Kabupaten Lumajang 2014-2019 dengan berbagai koreksi yang
memungkinkan terkait dengan pergantian pimpinan daerah di tahun 2018.
1.1 Kabupaten Lumajang Dalam Angka
Sub-bab berikut diberikan dalam rangka memberikan data dasar
(baseline) yang sama untuk memahami Kabupaten Lumajang, baik yang
berhubungan dengan kekuatan, potensi, hambatan maupun kelemahan
yang nantinya harus diselesaikan dengan bantuan TIK.
i. Aspek Geografi dan Demografi
Kabupaten Lumajang merupakan satu dari provinsi Jawa-timur
yang mempunyai statistik menarik, sebagaimana yang digambarkan pada
buku Statistik Daerah Lumajang 2017. Kota yang berbatasan dengan
kabupaten Jember, Probolinggo, Malang dan Laut Selatan ini memiliki
geografi berkontur dengan luas total 1.790,9 km2.
Tabel 1. Geografi Kabupaten Lumajang
BAB I - 5
Dari sisi pemerintahan Kabupaten Lumajang mempunyai 21
Kecamatan, 205 desa/kelurahan, 1765 RW dan 7061 RT, serta didukung
oleh 9113 pegawai negeri sipil.
Tabel 2. Pemerintahan dan PNS Kabupaten Lumajang
Berikut ini adalah contoh “kinerja” daerah yang tergambar dalam
Lumajang dalam Angka.
Tabel 3. Kegiatan dan Produk Kabupaten Lumajang
BAB I - 6
Pendapatan Kabupaten Lumajang meningkat dari tahun ke tahun,
dengan angka mencapai sekitar 2T dari APBD dan DAU. Terlihat, bahwa
DAU masih menjadi andalan.
Tabel 4. Pendapatan dan Belanja Kabupaten Lumajang
Penduduk Kabupaten Lumajang yang sebesar sedikit di atas 1 juta
jiwa, didominasi oleh penduduk usia produktif usia 15-64 tahun dengan
persentase di atas 68%. Hal ini merupakan faktor yang menjanjikan untuk
pertumbuhan Kabupaten Lumajang ke depan. Perbedaan kepadatan yang
mulai tinggi antara pusat kota (3135 jiwa/km2), dan di pinggiran (218
jiwa/km2) dapat menjadi pendorong penerapan sistem berbasis TIK untuk
efisiensi.
Tabel 5. Aspek Kependudukan
BAB I - 7
Dari aspek pemanfaatan tenaga kerja, TPAK dan TPT di Kabupaten
Lumajang masih menyisakan pekerjaan rumah, sehingga penerapan TIK
dalam proses penyediaan pekerjaan menjadi sangat penting.
Tabel 6. Data Pekerja dan Pekerjaan
Dari sisi pendidikan, sebagian besar penduduk Kabupaten
Lumajang telah mengenyam pendidikan, dan hanya di bawah 5% yang
belum mengenyam pendidikan. Tetapi survei menunjukkan adanya
sekitar 12% penduduk yang masih buta-huruf, walaupun sudah 6%
penduduk mengenyam bangku perkuliahan (D1-S3).
Tabel 7. Kependidikan
Yang harus ditingkatkan segera adalah IPM (indek pembangunan
manusia) di Kabupaten Lumajang, yang ternyata masih paling rendah,
dibanding rata-rata Jawa Timur, maupun kota-kota di sekitarnya. Jelas
butuh upaya terstruktur untuk meningkatkan hal tersebut, dan TIK
adalah salah satu media untuk percepatan tersebut. Melalui TIK, maka
indek Kesehatan, Pendidikan dan Daya Beli bisa dikondisikan dan
dioptimalkan.
BAB I - 8
Tabel 8 IPM Kabupaten Lumajang (64.23)
Apabila dilihat dari sisi ekonomi, kegiatan ekonomi Kabupaten Lumajang
banyak berasal dari pertanian dengan lahan yang menduduki sekitar
20,5% untuk bertani padi, jagung, ubi-kayu, ubi jalar, kacang-tanah,
kedelai, dan kacang hijau. Selain pertanian, peternakan (sapi potong,
kambing, domba, sapi perah, kerbau, kuda dan babi) menjadi komoditi
ekonomi. Buah pisang menjadikan Kabupaten Lumajang sangat terkenal,
selain buah pepaya, jeruk siam, nangka dan alpukat.
Industri di Kabupaten Lumajang hingga saat ini masih didominasi oleh
industri makanan dan minuman, dengan jumlah sekitar 13.000 industri
dan melibatkan sekitar 56 ribu pekerja. Dengan total omset sekitar 5 T
dan ekspor 1.5 T, membuat industri menjadi kontributor PAD yang cukup
baik. Meskipun demikian, kontribusi industri sektor pariwisata masih
sangat terbatas, yang ditandai dengan tingkat hunian hotel yang belum
efektif.
Penyediaan infrastruktur masih terbatas pada infrastruktur dasar,
seperti jalan kelas IIIA untuk sebagian besar dilewati sepeda motor dan
dukungan telekomunikasi yang masih dinikmati oleh sekitar 50%
penduduk dan internet 15% penduduk, walaupun pemakaian telepon
seluler menjangkau hampir 85% populasi. Hal ini perlu menjadi
pertimbangan untuk lebih banyak membangun dan mengembangkan
BAB I - 9
aplikasi layanan yang berbasis seluler (handphone dan sejenisnya). Harus
disyukuri, bahwa dari total pinjaman perbankan, sebagian besar (65%)
masih teralokasi pada pinjaman modal kerja dan investasi.
Secara umum, pengeluaran masyarakat Lumajang masih di
dominasi pengeluaran konsumsi (makanan). Dengan begitu wajar apabila
pertumbuhan masih di bawah 5%, karena andalan masih produk
pertanian dan pengolahannya. Ada yang menarik, bahwa ada tren
kenaikan pertumbuhan untuk pertambangan (bijih logam) dan penggalian
lainnya, untuk itu perlu dilakukan upaya sistematis untuk mendorong
efektifitas bidang ini.
Melihat angka pertumbuhan ekonomi, PDRB, TPAK, TPT, maka
jelas bahwa kabupaten tidak bisa lagi menggunakan pendekatan
konvensional untuk meningkatkan indeks kinerja kota dan kesejahteraan
masyarakatnya. Diperlukan sebuah terobosan proses bisnis, yang tidak
biasa, sehingga Lumajang dapat melompat ke depan barisan kota-kota
maju di Jawa Timur.
Gambar 3. Peta Administrasi Kabupaten Lumajang
BAB I - 10
ii. Aspek Kesejahteraan Masyarakat
Salah satu indikator kesejahteraan masyarakat adalah IPM, yang di
Kabupaten Lumajang nilai IPM ini terus naik. Masalahnya, nilai IPM 2017
yang sebesar 64.23 masih menunjukkan bahwa Lumajang masih
tertinggal dengan kota-kota lain di sekitarnya, dan masih jauh di bawah
rata-rata IPM provinsi yang mempunyai nilai 70.27.
Dengan demikian wajar bila pada RPJMD 2014-2019, pemerataan
ekonomi dan kesejahteraan menjadi fokus. Sehingga, selain fokus pada
peningkatan PDRB, kota harus semakin mampu melihat pergerakan
inflasi, investasi, penerimaan pajak dan retribusi, pinjaman daerah, dana
perimbangan dan sumber dana lain secara real-time dan per sektor; maka
peranan informasi daerah akan menjadi kunci pengambilan keputusan
kebijakan. Pada akhirnya diperlukan upaya membuat sistem decision
support yang tepat guna. Sebagai contoh, tingkat kemiskinan semakin
turun, tetapi tetap setara dengan fluktuasi jumlah penduduk, sehingga
perlu perlakukan lebih lanjut. Adanya balita Gizi buruk, merupakan
contoh perlunya pendekatan monitoring yang terotomatisasi.
iii. Aspek Pelayanan Umum
Kabupaten Lumajang membagi layanan umum dengan layanan
wajib dan layanan pilihan. Yang disebut layanan wajib adalah yang
meliputi layanan pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, perumahan,
penataan ruang, perencanaan pembangunan, perhubungan, lingkungan
hidup, pertanahan, catatan sipil, pemberdayaan perempuan,
perlindungan anak, KB, ketenaga-kerjaan, sosial, koperasi, UKM,
penanaman modal, otonomi dasrah dan sebagainya. Pelayanan umum
inilah yang pada akhirnya melahirkan UPTD-UPTD.
Yang menjadi masalah, di setiap pelayanan belum secara eksplisit
menampilkan target kinerja yang diinginkan. Contoh pertama, pada
pelayanan pendidikan yang seharusnya fokus kepada peningkatan
kualitas, data yang ada adalah data jumlah sarana dan pentingnya
melanjutkan alokasi 20% APBD untuk pendidikan. Di bidang kesehatan,
hanya disebutkan bahwa rata-rata puskesmas melayani hampir 40 ribu
BAB I - 11
jiwa. Di bidang jalan dan jembatan tidak ada penjelasan bagaimana fungsi
dapat dijaga dengan baik, agar kualitas terjaga. Pada perhubungan, data
yang tersampaikan adalah data jumlah perangkat hasil investasi. Kota
juga telah menjelaskan dukungan kepada UMKM agar dapat tumbuh dan
berkembang secara positif melalui berbagai aspek atau kegiatan antara
lain; (a). Pendanaan; (b). Fasilitas sarana dan prasarana, (c). Informasi
usaha; (d). Kemitraan; (e). Perijinan usaha; (f). Kesempatan berusaha; (g).
Promosi dagang serta dukungan kelembagaan, tetapi korelasi antara
upaya dan hasil yang dicapai masih sulit untuk diperoleh, sehingga
pimpinan baru akan sulit melakukan terobosan dan percepatan. Itu
mungkin yang membuat jumlah UMKM cenderung stagnan atau justru
menurun.
Pada dasarnya, bila mengacu kepada RPJMD, maka semua data
masih dapat dikatakan mengarah pada kuantitas objek dan belum
dikaitkan dengan kinerja. Dengan demikian, masih perlu upaya intensif
untuk mendefinisikan model bisnis sebagaimana amanat Perpres
95/2018 untuk menuju sistem pemerintahan berbasis elektronik.
iv. Aspek Daya Saing Daerah
Dari RPJMD dikatakan bahwa daya saing daerah masih rendah,
karena aktifitas ekonomi daerah, fasilitas daerah dan infrastruktur, serta
iklim investasi dan SDM masih sangat terbatas. Selain itu mobilitas
(angkutan) dianggap sebagai kendala lain, sehingga pembangunan jalan
perlu menjadi prioritas.
Sekali lagi, tidak ditemukan data dan informasi yang
menghubungkan itu semua. Sehingga, semakin jelas urgensi adanya
sistem akuisisi data untuk membantu pengambilan keputusan prioritas
program yang meningkatkan daya saing daerah.
v. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah
Dalam RPJMD, kebijakan pengelolaan keuangan daerah dilakukan
mulai proses perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan. Semuanya
BAB I - 12
dilakukan mengacu kepada paket reformasi keuangan negara yang
dituangkan dalam berbagai undang-undang terkait. Yang menjadi
pertanyaan adalah, ketika UU No. 33/2004 mengamanatkan bahwa
keuangan daerah harus dikelola secara tertib, taat pada peraturan
perundangan, efisien, ekonomis, efektif , transparan dan bertanggung
jawab dengan memperhatikan keadilan, kepatutan dan manfaat untuk
masyarakat; maka bagaimanakah kebijakan ini bisa dilakukan dengan
baik saat perencana, penyusun anggaran, pengadaan dan pelaksanaan
dan pengawas berada di dinas yang berbeda dan tidak dilengkapi
perangkat yang dirancang khusus untuk itu.
Akhirnya, kebijakan pemanfaatan alat bantu pengelolaan keuangan
menjadi krusial dalam era pemerintahan berbasis elektronik. Kebijakan
pencarian PAD dan optimasi pembelanjaan menjadi tidak ada artinya
apabila tidak dikoneksikan dengan semua proses di perencanaan
pembangunan, penganggaran, perencanaan proyek, kegiatan pengadaan,
kegiatan penerimaan barang dan aset daerah, hingga kegiatan evaluasi
kinerja hasil pembangunan; dalam rangka melakukan tata kelola dan
pembangunan yang efisien, ekonomis, efektif, transparan dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan keadilan, kepatutan dan
manfaat untuk masyarakat. Penerapan GRMS (government resource
management system) adalah contoh bagaimana pengelolaan keuangan
daerah dianggap sebagai bagian penting dari proses bisnis
kota/kabupaten. Artinya perlu kebijakan pendanaan dan anggaran yang
berbasis kinerja yang terukur dan bukan hanya berbasis pada penyerapan
anggaran.
1.2 Landasan Hukum Pengembangan Tata Kelola Berbasis TIK
Dalam melaksanakan penyusunan masterplan smart city untuk
menuju Lumajang smart city ini, berbagai landasan hukum dikaji untuk
meminimalkan potensi cacat hukum.
• Perpres 95/2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik.
• UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik;
BAB I - 13
• UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik;
• Instruksi Presiden RI Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengembangan Electronic Government;
• UU Keuangan Negara dan Daerah [UU 17/2003, UU 1/2004, UU 15/2004,
UU 24/2005, UU 33/2004, PP 58/2005, Permendagri 13/2006,
Permendagri 59/2007, UU 28/2009 ...]
• UU 25/2004 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
• UU 32/2004 tentang Pemerintah Daerah
• UU 12/1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten di Propinsi Jawa
timur
• UU 17/2007 RPJP
• UU 26/2007 Penataan Ruang
• UU 79/2005 Pengawasan Daerah
• UU 39/2006 Monev Pelaksanaan Rencana Pembangunan
• PP 3/2007 Pelaporan, PP 38/2007 Pembagian Urusan, PP 6/2008
Evaluasi,
• Perda Kabupaten Lumajang 02/2013 tentangRTRW
• Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945;
• Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
• Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Pembangunan Jangka Nasional Tahun 2005-2025;
• Undang-undangNomor 14 Tahun 2008, tentang Informasi Publik;
• Undang-undang Nomor 39 Tahun 2008, tentang Kementerian Negara;
• Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
• Undang-undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan;
• Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 juncto Undang-undang Nomor 19
Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik;
BAB I - 14
• Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Sistem dan Transaksi Elektronik;
• Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah;
• Peraturan Presiden RI Nomor 95 Tahun 2018 Tentang Sistem
Pemerintahan Berbasis Elektronik;
• Instruksi Presiden RI Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan e-Government.
• Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika RI Nomor
57/KEP/MEN.KOMINFO/12/2003 Tentang Panduan Penyusunan
Rencana Induk e-Government;
• Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika RI Nomor 14 Tahun 2016
Tentang Pedoman Nomenklatur Perangkat Daerah Bidang Komunikasi
dan Informatika;
• Dan peraturan perundangan lain yang terkait dengan proses ini.
BAB II -
15
BAB II
VISI MISI TIK
MAKSUD – TUJUAN – SASARAN
Pembangunan dan pengembangan sistem pemerintahan berbasis
elektronik, e-government dan smart city tidak dapat dipisahkan dari VISI
MISI pembangunan kota/kabupaten itu sendiri. Maka untuk itulah perlu
dilakukan evaluasi terkait bagaimana VISI MISI Kabupaten Lumajang dapat
dipercepat capaiannya melalui penerapan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK).
2.1 VISI
Mengacu kepada dokumen RPJMD Kabupaten Lumajang 2015-2019,
VISI Kabupaten Lumajang adalah:
“TERWUJUDNYA MASYARAKAT LUMAJANG YANG SEJAHTERA, DAN
BERMARTABAT”
Visi ini kemudian diperbarui oleh Kepala Daerah terpilih menjadi:
“TERWUJUDNYA MASYARAKAT LUMAJANG YANG BERDAYA SAING,
MAKMUR DAN BERMARTABAT”
2.2 MISI
Mengacu kepada dokumen RPJMD Kabupaten Lumajang 2015-2019,
MISI Kabupaten Lumajang adalah:
1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
perekonomian daerah dengan pemanfaatan sumber daya alam yang
berwawasan lingkungan, menciptakan iklim usaha yang kondusif, serta
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pelaku ekonomi.
BAB II - 16
2. Meningkatkan masyarakat yang bermartabat melalui peningkatan tata
kelola pemerintahan yang baik dengan peningkatan sumber daya
manusia dan profesionalisme aparatur.
3. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui peningkatan kehidupan
beragama, kualitas pendidikan, penanganan sosial dan pengentasan
kemiskinan.
Di era pimpinan daerah yang baru, MISI tersebut kemudian dielaborasi
kembali dalam bentuk 3 (tiga) poin MISI, yaitu:
1. Meningkatkan Kualitas SDM yang Agamis, Cerdas, Kreatif, Inovatif dan
Bermoral melalui Pemenuhan Kebutuhan Dasar Masyarakat yang
Berkeadilan.
2. Meningkatkan Perekonomian Daerah dan Kesejahteraan Masyarakat yang
Mandiri dan Berdaya Saing Melalui Pengembangan Kawasan Berbasis
Pertanian, Pemberdayaan Usaha Mikro dan Jasa Pariwisata serta Usaha
Pendukungnya secara Berkelanjutan.
3. Mewujudkan Pemerintahan yang Baik, Benar dan Bersih melalui
Reformasi Birokrasi dan Pelayanan Publik yang Profesional, Aspiratif,
Partisipatif dan Transparan.
2.3 VISI MISI TIK Kabupaten Lumajang
2.3.1 VISI TIK Kabupaten Lumajang
Terwujudnya sistem pemerintahan berbasis elektronik yang terpadu
(integrated), untuk mencapai sistem pemerintahan yang efektif dan
efisien, berbasis penerapan TIK yang dapat diterapkan (aplicable)
untuk sistem administrasi dan pelayanan publik yang terukur
(measurable) dan berkelanjutan (sustainable) untuk mewujudkan
Kabupaten Lumajang berdaya saing, makmur dan sejahtera.
BAB II - 17
2.3.2 MISI TIK Kabupaten Lumajang
• Melakukan penataan dan penguatan organisasi dan tata kelola sistem
pemerintahan berbasis elektronik yang terpadu dalam kerangka e-
Government dan smart city; di wilayah Kabupaten Lumajang.
• Mengembangkan sistem adminisitrasi dan pelayanan publik berbasis
elektronik yang terpadu dalam kerangka e-Government dan Lumajang
Smart city, secara menyeluruh untuk menjalankan MISI Kabupaten
Lumajang, dengan fokus pada permasalahan utama.
▪ Smart Governance (Mewujudkan Pemerintahan yang Baik, Benar dan
Bersih melalui Reformasi Birokrasi dan Pelayanan Publik yang
Profesional, Aspiratif, Partisipatif dan Transparan)
▪ Smart Economy (untuk meningkatkan Perekonomian Daerah dan
Kesejahteraan Masyarakat yang Mandiri dan Berdaya Saing Melalui
Pengembangan Kawasan Berbasis Pertanian, Pemberdayaan Usaha
Mikro dan Jasa Pariwisata serta Usaha Pendukungnya secara
Berkelanjutan)
▪ Smart Society (dalam rangka meningkatkan Kualitas SDM yang
Agamis, Cerdas, Kreatif, Inovatif dan Bermoral melalui Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Masyarakat yang Berkeadilan)
• Membangun fondasi teknologi informasi dan komunikasi yang
terintegrasi, aman, dan andal; untuk diintegrasikan ke sistem
pemerintahan berbasis elektronik (SPBE), termasuk membangun SDM
yang kompeten dan inovatif berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
• Membangun ketersediaan infrastruktur TIK yang terintegrasi dan adanya
Pusat Data Pemerintah Kabupaten Lumajang.
2.3 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN MASTER PLAN SMART CITY
Master Plan Smart City Kabupaten Lumajang ini disusun dengan
maksud untuk memberikan dasar pemikiran dan panduan, dalam rangka
merencanakan, mengembangkan, dan membangun, serta mendayagunakan
teknologi informasi dan komunikasi dalam penyelenggaraan pemerintahan di
Pemerintah Kabupaten Lumajang. Melalui panduan berupa Master Plan ini,
diharapkan setiap proses dapat dilakukan dengan standar dan panduan
BAB II - 18
yang memberikan arah yang jelas, terintegrasi dan selaras dengan kebijakan
dan strategi pembangunan Kabupaten Lumajang sehingga dapat
meningkatkan kualitas layanan publik yang efektif dan efisien, serta
mewujudkan sistem manajemen pemerintahan yang transparan dan
akuntabel.
Adapun tujuan yang hendak dicapai dari keberadaan Master Plan
Smart City Kabupaten Lumajang ini, adalah:
• Sebagai dasar membangun e-leadership, melalui peningkatan
kepedulian (awarenes), dan komitmen di tingkat pimpinan untuk
mengembangkan Lumajang Smart City sebagai bagian dari upaya
reformasi birokrasi guna mewujudkan tata kelola pemerintahan yang
baik.
• Mewujudkan kebijakan dan program pengembangan konsep e-
Government, dan Smart City di lingkup pemerintah Kabupaten
Lumajang yang lebih terarah, terukur, berkesinambungan dan selaras
dengan rencana strategis dan RPJMD Pemerintah Kabupaten
Lumajang, termasuk dalam rangka menjalankan Peraturan Presiden
Republik Indonesia No. 95 Tahun 2018, tentang Sistem Pemerintahan
Berbasis Elektronik (SPBE).
• Membangun proses bisnis, aplikasi, infrastruktur sistem informasi dan
komunikasi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lumajang yang
komprehensif dan terintegrasi untuk meningkatkan kualitas layanan
publik; mendukung terbentuknya sistem manajemen dan proses kerja
penyelenggaraan kepemerintahan yang efektif, efisien, transparan, dan
akuntabel dengan tersedian sistem monitoring dan evaluasi berbasis
teknologi informasi dan komunikasi.
• Menyediakan dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan berbagai
investasi di bidang-bidang yang memanfaatkan sistem dan teknologi
informasi komunikasi.
2.4 SASARAN
Adapun Sasaran yang hendak dicapai dari keberadaan Master Plan
Smart City Kabupaten Lumajang ini, adalah:
BAB II - 19
a. Tersedianya konsep pembangunan TIK berkesinambungan dalam
rangka merealisasikan konsep Smart City di Kabupaten Lumajang.
b. Tersedianya rangkaian program/ kegiatan mengacu kepada konsep
Smart City Kabupaten Lumajang, baik dalam jangka pendek (1-3
tahun), jangka menengah (5 tahun) dan jangka panjang (10 tahun).
c. Tersedianya dukungan rancangan teknis dan teknologi terkait
percepatan implementasi Teknologi Informasi dan Komunikasi
mengacu kepada petunjuk Peraturan Presiden Republik Indonesia No.
95 Tahun 2018, tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik.
d. Tersedianya skenario dan strategi awal pembangunan Smart City
Kabupaten Lumajang, sebagai acuan untuk pengadaan barang dan
jasa TIK untuk mendukung pembangunan dan pengembangan menuju
LUMAJANG YANG BERDAYA SAING, MAKMUR DAN
BERMARTABAT.
BAB III - 20
BAB III
HASIL ASESMEN
TIK KABUPATEN LUMAJANG
Pada bab ini akan disampaikan beberapa hal terkait dengan hasil
asesmen terhadap kesiapan pembangunan dan pengembangan sistem
pemerintahan elektronik di Kabupaten Lumajang. Sebagaimana
diketahui, Pemerintah merupakan unsur penting dalam ketatanegaraan
terutama dalam konteks pelayanan publik, yang merupakan salah satu
tugas pokok pemerintah. Fungsi tersebut menjadi begitu urgen karena
berhubungan erat dan berdampak terhadap kemajuan bangsa, sehingga
sangat membutuhkan perlunya tata kelola pemerintahan yang baik.
Untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih, efektif,
transparan, akuntabel, serta terwujudnya pelayanan publik yang prima,
berkualitas, terpercaya, di era digitalisasi maka sangat diperlukan adanya
implementasi sistem pemerintahan berbasis elektronik.
Dalam rangka menjalankan kebijakan e-Government telah ditetapkan
melalui Inpres Nomor 3 Tahun 2003 dan dengan adanya Perpres RI Nomor
95 tahun 2018, ternyata dalam penerapannya masih memiliki banyak
kendala dan belum berjalan optimal. Untuk itulah perlu diberikan
beberapa kata kunci, sebagai berikut.
BAB III - 21
Gambar 4. Tantangan Utama Penerapan e-Government
• E-Government butuh Komitmen Pemimpin (e-Leadership)
Kegagalan terbesar dari penerapan e-Government termasuk smart
city adalah akibat kurangnya komitmen pimpinan untuk menuju sistem
pemerintahan berbasis elektronik. Visi pemerintahan berbasis elektronik
yang dalam implementasinya masih jauh dari harapan apalagi terpadu;
kebijakan dan regulasi yang belum lengkap atau selalu berubah, di sisi
Legislatif belum adanya komitmen anggaran sebagai akibat lemahnya
regulasi, serta masih kuatnya ego sektoral. Untuk itulah di era digitalisasi
ini sangat dibutuhkan pimpinan yang mempunyai komitmen yang tinggi
terhadap pentingnya penyelenggaraan pemerintahan berbasis elektronik
(e-Government). Diagram di bawah ini, secara skematis menunjukkan
tantangan utama penerpan e-Government di Indonesia, yang meliputi
aspek kepemimpinan, aspek manajemen dan budaya, dan aspek
teknologi.
• Perlu Transformasi Manajemen dan Budaya (Cultural
Transformation)
Penerapan e-Government dan smart city tidak semata-mata masalah
teknologi, tetapi perubahan manajemen dan budaya kerja. Hal itu diawali
BAB III - 22
dengan mulainya standar kerja yang jelas berbasis Indikator Kinerja
Utama (IKU), dikembangkannya tata kelola pemerintahan yang efektif,
peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pemanfaatan sumber
daya secara bersama (resource sharing) dalam sebuah kerangka kerja
yang baik, dan penerapan sistem pemerintahan berbasis elektronik.
• Perlu Memahami Teknologi Terbaru (Technology)
Untuk wilayah yang sedang memulai proses penerapan e-Government,
teknologi selalu dianggap menjadi kendala utama. Sebagian besar daerah
yang memulai menerapkan e-Government menggunakan infrastruktur,
sistem dan aplikasi yang dikembangkan secara terpisah-pisah dan parsial,
sehingga proses menjadi tidak efektif dan efisien. Akibat ketidaktahuan dan
kesenjangan digital, banyak teknologi yang diterapkan secara tidak tepat.
Pada akhirnya, keamanan informasi akan juga menjadi masalah besar.
Untuk itulah Pemerintah Daerah direkomendasikan untuk fokus pada
permasalahan dan pendekatan elektronik terpadu untuk mendukung sistem
layanan dan operasional agar dapat masuk dalam era internet of data dengan
baik, sebagaimana yang diamanatkan dalam Perpres Nomor 95 tahun 2018.
Dengan memperhatikan 3 hal di atas, maka dilakukanlah asesmen
melalui survei ke OPD-OPD di lingkungan Kabupaten Lumajang. Analis yang
dilakukan meliputi, Analisis Umum Tata Kelola dan Proses Bisnis; Analisis
Pembangunan dan Pengembangan Aplikasi TIK; Analisis Ketersediaan
Dukungan Infrastruktur TIK (Pengolah Data & Informasi dan Jaringan);
Analisis Keamanan Data; Analisis Kesiapan SDM dan akhirnya diberikan
data Resume Hasil Survei.
3.1 Analisis Umum Tata Kelola dan Proses Bisnis
Dalam tata kelola pemerintahan Pemahaman akan Proses Bisnis,
adalah kunci keberhasilan pelaksanaan e-Government, smart city dan upaya
menuju SPBE. Proses bisnis adalah sekumpulan kegiatan yang terstruktur
dan saling terkait dalam pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pusat dan
pemerintah daerah masing-masing. Penyusunan proses bisnis bertujuan
untuk memberikan pedoman dalam penggunaan data dan informasi, serta
BAB III - 23
penerapan aplikasi, keamanan dan pelayanan berbasis elektronik. Untuk
itulah, setiap Perangkat Daerah pengguna sistem e-Government harus
mampu mendefinisikan TUPOKSI masing-masing dan menyusun proses
bisnis yang dilakukan berdasarkan pada arsitektur sistem di daerah
tersebut. Proses bisnis yang saling terkait jelas harus disusun secara
terintegrasi untuk mendukung pembangunan atau pengembangan aplikasi
dan layanan berbasis elektronik terintergasi. Adanya proses bisnis standar,
umum atau khusus dapat dikomunikasikan dengan kementrian terkait.
Analisis terhadap hasil survei menunjukkan, bahwa pendefinisian
tupoksi dan pelaksanaan layanan kepada masyarakat belum didukung oleh
pendefinisian proses bisnis yang terstruktur dan terukur, sehingga
dimungkinkan untuk melakukan monitoring dan evaluasi kinerja masing-
masing OPD. Contoh berikut diambil dalam rangka menunjukkan
pendefinisian tugas pokok dan fungsi yang akan sangat sulit diukur,
termasuk apabila menggunakan bantuan TIK.
Pada kasus diatas, pertanyaan terbesar adalah siapa yang akan
melaksanakan pelayanan kepada masyarakat dan bagaimana prosesnya.
Beruntung, bahwa pendefinisian tersebut telah mulai diperbaiki dengan
munculnya kebijakan pembangunan prioritas, yang pada akhirnya akan
membutuhkan pendefinisian proses bisnis untuk mencapainya.
Peraturan Daerah Kabupaten Lumajang nomor 15 Tahun 2016 tentang Pembentukan
dan Susunan Perangkat Daerah dan Peraturan Bupati Lumajang Nomor 78 Tahun
2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi serta Tata
Kerja;
Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang dan Tata Ruang Kabupaten Lumajang
mempunyai tugas membantu Bupati melaksanakan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah di bidang pekerjaan umum dan tata ruang.
Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang memiliki fungsi sebagai berikut :
• perumusan kebijakan teknis di bidang pekerjaan umum dan tata ruang;
• pelaksanaan kebijakan daerah di bidang pekerjaan umum dan tata ruang;
• pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pekerjaan umum dan tata
ruang;
• pelaksanaan administrasi Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang;
• pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati terkait dengan tugas dan
fungsinya;
BAB III - 24
E-Present (Kehadiran) &
Pelaksanaan
Tupoksi
Hanya dengan melihat pendekatan kedua, dapat mulai ditelusuri,
bahwa setiap proses tidak hanya dapat diselesaikan oleh satu atau dua OPD.
Urgensi penyusunan proses bisnis pada akhirnya adalah sinkronisasi dari
perencanaan, penganggaran, pendanaan, pengadaan, penerimaan barang,
pemeriksaan hingga monitoring kinerja hasil pekerjaan. Apabila seluruh
elemen sudah dilihat secara bersama, maka sistem TIK akan dengan mudah
memberi solusi optimal terhadap proses bisnis kota/kabupaten. Contoh ini
bisa dilihat pada integrasi GRMS di bawah ini, di mana di setiap tahap bisa
diketahui siapa yang bertanggung-jawab untuk melaksanakannya. Apabila
proses bisnis dari sudut pandang administrasi, maka proses bisnis dari
sudut pandang layanan kepada masyarakat akan juga dapat didefinisikan
dengan lebih mudah.
Gambar 5. GRMS Terpadu Sebagai Perwujudan Model Bisnis Kota
Problem:
• Masih adanya ruas jalan dan jembatan dalam kondisi rusak berat dan sedang.
• Ketersediaan infrastuktur pertanian belum memadai.
• Belum maksimalnya penyediaan air bersih.
• Masih adanya kawasan permukiman kumuh di kawasan perkotaan.
• Kurang tersedianya luasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik yang sesuai
standar.
• Masih kurangnya dukungan pemanfaatan teknologi informasi.
Solusi:
• Peningkatan Seluruh Ruas Jalan menjadi Hotmix dan revitalisasi jembatan
• Peningkatan ketersediaan infrastruktur pendukung pertanian
• Pemenuhan kebutuhan air bersih di daerah rawan air
• Penanganan kawasan permukiman kumuh secara terpadu
• Penambahan Ruang Terbuka Hijau
• Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi
BAB III - 25
Pada intinya, dari asesmen terlihat, bahwa pemerintahan berjalan
berbasis nomenklatur OPD dan jabatan, belum ada pendefinisian proses
bisnis, termasuk pembagian tugas secara terstruktur dan rinci. Pada
akhirnya, hal ini akan mempersulit pemberian tunjangan kinerja, karena
memang tidak pernah dilakukan pendefinisian capaian berbasis indikator
kinerja.
3.2 Analisis Pembangunan dan Pengembangan Aplikasi TIK (APP)
Dari hasil survei yang dilakukan secara sampling di sekitar 48 OPD,
diperoleh hasil, bahwa Kabupaten Lumajang telah mulai menerapkan
berbagai aplikasi elektronik, khususnya aplikasi yang wajib diterapkan
berdasar perintah kementrian atau pusat. Terdapat sekitar 70 aplikasi yang
sebagian besar masih terpisah-pisah dan atau dikembangkan tanpa konsep
yang terstruktur.
Pembangunan Aplikasi dalam e-Government, yang biasanya berupa
sekumpulan program komputer atau prosedur untuk melakukan layanan
elektronik, harus memperhatikan kesesuaian dengan proses bisnis, baik
yang berupa aplikasi umum (aplikasi untuk menjalankan fungsi standar),
maupun aplikasi khusus yang dikembangkan dalam memenuhi kebutuhan
khusus, instansi khusus maupun membutuhkan pengolahan data spesifik.
Aplikasi umum dibangun dan dikembangkan mengacu pada arsitektur
dan ditetapkan oleh Kementerian Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi,
dan dilakukan setelah nantinya mendapat pertimbangan dari Kementerian
Kominfo. Penetapan dan pertimbangan, akan mengacu pada standar teknis
dan prosedur pembangunan dan pengembangan aplikasi umum yang
dikeluarkan oleh Kementerian Kominfo. Dalam hal tidak ada aplikasi umum,
maka harus menggunakan aplikasi yang sejenis dengan aplikasi umum.
Aplikasi sejenis dapat digunakan dengan syarat telah dioperasikan
sebelumnya, ada kajian biaya dan manfaat, sesuai proses bisnis dan fungsi
yang ditentukan di aplikasi umum, mendapat pertimbangan dari
Kementerian Kominfo, yang akan menyimpan aplikasi dan source code dalam
repositori aplikasi. Aplikasi khusus juga harus dibangun dan dikembangkan
mengacu pada arsitektur dan ditetapkan oleh Kementerian Aparatur Negara
BAB III - 26
dan Reformasi Birokrasi, dan dilakukan setelah mendapat pertimbangan dari
Kementerian Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Penetapan dan
pertimbangan, akan mengacu pada standar teknis dan prosedur
pembangunan dan pengembangan aplikasi umum yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kominfo.
Tentunya dalam pembangunan setiap aplikasi, baik umum atau
khusus harus mempertimbangkan dukungan pengendalian keamanan yang
terpadu. Bidang persandian merupakan bidang yang semestinya berperan
penting dalam hal ini. Dalam hal pemrograman, aplikasi diarahkan untuk
mengutamakan penggunaan kode dari sumber terbuka (open source).
Pemanfaatan kode sumber tertutup, harus mendapatkan pertimbangan dari
Kementerian Kominfo. Tabel berikut menunjukkan distribusi dari masing-
masing aplikasi.
BAB III - 32
Melihat data yang ada, sudah sangat jelas, bahwa pendekatan yang
digunakan pada saat lalu, belumlah mengacu kepada standard baku, karena
memang saat itu belum diterbitkan Perpres 95/2018 tentang SPBE.
Meskipun demikian, dari data yang ada dapat diambil beberapa poin penting
untuk pengembangan ke depan, antara lain :
▪ Sebagian besar OPD berusaha untuk mempunyai aplikasi berbasis
WEB, khususnya dalam rangka diseminasi informasi. Akan tetapi,
aplikasi-aplikasi tersbut mempunyai format dan konsep yang berbeda-
beda. Apabila aplikasi ini ditujukan untuk masyarakat, maka akan
menimbulkan kebingungan, akibat keberadaan banyak alamat dan
aplikasi berbeda di setiap alamat. Maka, langkah pertama adalah
melakukan penyatuan aplikasi berbasis WEB di situs resmi
lumajangkab.go.id.
▪ Sebagian besar OPD telah mengembangkan aplikasi administrasi
teknis masing-masing, tetapi konektifitas dan sinkronisasi dengan
aplikasi lain belum terbentuk. Sebagai contoh :
o aplikasi dikembangkan oleh OPD yang tidak membidangi bidang
tersebut;
o aplikasi yang dibutuhkan semua OPD masih baru digunakan di
OPD tertentu dan dengan skala tertentu;
o data yang dihasilkan oleh sebuah aplikasi harus dikomversi
dahulu secara manual sebelum dikirimkan dan atau
ditransaksikan dengan aplikasi lain atau untuk aplikasi
pelaporan;
o Pengadaan aplikasi masih parsial, sebagian besar swa-kelola
dengan pihak ketiga dan tidak adanya aktifitas review pra-
pengembangan;
o Sebagian besar aplikasi yang disebut dengan SIM, masih berupa
sistem data-base yang tidak mempunyai kemampuan pelaporan
dan analitis.
Dengan demikian, jelas diperlukan kebijakan khusus untuk
mengembangkan aplikasi secara terpadu, sesuai sasaran penerapan TIK di
Smart City Kabupaten Lumajang.
BAB III - 33
3.3 Analisis Ketersediaan Dukungan Infrastruktur TIK
Idealnya, pembangunan infrastruktur e-Government, terdiri dari
semua perangkat keras, perangkat lunak, dan fasilitas yang menjadi
penunjang utama untuk menjalankan sistem, aplikasi, komunikasi data,
pengolahan dan penyimpanan data, perangkat integrasi/penghubung, dan
perangkat elektronik lainnya, tentu harus dipilih dan dibangun untuk
menjalankan model bisnis yang telah ditetapkan. Dimungkinkan
penggunaan infrastruktur dengan bagi pakai antara pemerintah pusat dan
daerah.
Infrastruktur dapat dibangun oleh instansi pusat (oleh Kementerian
Kominfo) maupun instansi daerah. Sinergi pembangunan infrastruktur pusat
dan daerah, secara bagi pakai, bertujuan untuk meningkatkan efisiensi,
keamanan dan kemudahan integrasi infrastruktur dan layanan. Itulah
sebabnya penyusunan arsitektur sistem nasional akan menjadi kunci
keberhasilan. Sebelum arsitektur tersebut terbentuk, maka pembangunan di
Kabupaten Lumajang akan dilakukan menggunakan arsitektur standar yang
telah berlaku di bidang informasi dan komunikasi.
3.3.1 Infrastruktur Pengolah Data dan Informasi
Pusat Data adalah contoh fasilitas, bagian infrastruktur, yang
digunakan untuk penempatan sistem elektronik dan komponen terkait
lainnya untuk keperluan penempatan, penyimpanan dan pengolahan data,
dan pemulihan data, atau pengolah data dan informasi.
Data dan informasi yang dimaksud dalam hal ini adalah semua data dan
informasi yang dimiliki oleh instansi pusat dan daerah, dan atau yang
diperoleh dari masyarakat. Penggunaan data dan informasi tersebut,
tentunya harus dilakukan dengan mengutamakan bagi pakai data dan
informasi antar Instansi Pusat dan/atau Pemerintah Daerah dengan
berdasarkan tujuan dan cakupan, penyediaan akses data dan informasi, dan
pemenuhan standar interoperabilitas data dan informasi. Intinya, pusat data
yang dimiliki daerah dan instansi, harus dapat terhubung ke pusat data
nasional secara bagi pakai dan saling terhubung. Standard interoperabilitas
informasi akan ditetapkan oleh Kementerian Kominfo, dan pemanfaatannya
akan tergantung arsitektur pemerintah daerah masing-masing, dibawah
BAB III - 34
koordinasi Bappenas/ Bappeda. Apabila pusat data dengan standard
nasional belum ada, maka Pusat Data harus mengikuti standard
internasional terkait desain pusat data dan manajemen pusat data.
Apabila dilihat dari hasil survei, maka paling tidak sudah ada 16 OPD
yang mempunyai server untuk aplikasi internal, dengan 8 di antaranya dapat
dikoneksikan ke server eksternal. Sebagian besar server berupa server
generasi awal, dan ditempatkan di ruang server. Seluruh server dikoneksikan
dengan terminal akses, yang berupa PC atau laptop. Dan belum satupun
server yang terhubung ke sistem akuisisi data langsung, termasuk sistem
biometrik.
Untuk itu direkomendasikan untuk melakukan tidak saja integrasi
DATA dan INFORMASI, tetapi juga integrasi seluruh perangkat pengolah
data, server dalam sebuah data center Kabupaten Lumajang. Apabila data
dapat disatukan, maka potensi untuk dapat membuat sistem bantu
pengambilan keputusan akan dapat semakin besar. Dan, pada akhirnya
Lumajang akan menjadi Smart City yang sebenarnya.
3.3.2 Jaringan
Pusat data ini berfungsi dalam jaringan intra (jaringan yang tertutup
yang menghubungkan antar simpul jaringan dalam organisasi pusat dan
daerah), maupun melalui sistem penghubung layanan lain untuk
melakukan pertukaran layanan melalui aplikasi antar instansi pusat dan
daerah. Jaringan intra ini dapat menggunakan jaringan fisik yang dibangun
oleh pusat atau daerah dan atau dibangun oleh penyedia jasa layanan
jaringan. Pada dasarnya penentuan jaringan sendiri atau jaringan sewa akan
tergantung pertimbangan teknis dan ekonomis.
Dari hasil survei, infrastruktur jaringan masih campuran antara
jaringan milik sendiri, jaringan lokal, jaringan VPN dan jaringan non VPN.
Bervariasinya media dan penyedia (biznet, speedy, astinet, indihome) jelas
akan mempersulit untuk memperoleh service level yang diharapkan dan
berpotensi tidak optimalnya pembiayaan jaringan. Untuk itu penyatuan
jaringan direkomendasikan dengan melalui pendefinisian aplikasi,
kebutuhan per pengguna dan tingkat layanan (SLA) yang diinginkan.
BAB III - 41
3.4 Analisis Keamanan Data/ Informasi
Idealnya, keamanan informasi diperlukan dalam rangka penjaminan
kerahasiaan, keutuhan, ketersediaan, keaslian dan kenirsangkalan sumber
daya terkait data dan informasi, infrastruktur dan aplikasi. Penggunaan TIK
yang makin kompleks dapat menyebabkan kerawanan dan ancaman
Keamanan Informasi, yang meliputi aspek kerahasiaan, keutuhan, dan
ketersediaan layanan, sehingga dapat mengganggu kinerja Penyelenggara
Pelayanan publik. Untuk itu, keamanan harus dijaga untuk seluruh aspek,
diantaranya :
▪ Keamanan aplikasi; untuk setiap aplikasi yang dikembangkan oleh
Perangkat Daerah belum menjamin kerahasiaan data karena
dikembangkan oleh pihak ketiga demikian dengan keamanan sistem
aplikasi yang dikembangkan;
▪ Keamanan jaringan; dalam jaringan komputer hal yang tidak boleh
dilupakan adalah masalah keamanan jaringan dan keamanan data,
apalagi system yang dikembangkan oleh Perangkat Daerah masing-
masing memiliki data yang sangat banyak. Untuk keamanan jaringan
masing-masing Perangkat Daerah berlangganan internet dengan berbagai
jenis seperti; speedy, indihome, wifi.id dan astinet. Hal ini menunjukkan
bahwa Perangkat Daerah belum menggunakan Fiber Optic (FO) ataupun
VIPN;
▪ Keamanan Lingkungan, kondisi yang digambarkan pada saat ini
menunjukkan bahwa setiap Perangkat Daerah yang mempunyai aplikasi
tidak memiliki kemanan yang baik karena tidak menyediakan ruangan
sever, UPS, AC ruangan, ataupun genset sebagai cadangan apabila listrik
padam.
Untuk itulah, ke depan keamanan harus menjadi salah satu target, misalnya:
▪ Pengembangan aplikasi yang dilaksanakan oleh Pihak ketiga harus
disertai dengan keamanan sehingga dapat menjamin kerahasian data
yang ada;
▪ Penggunaan fiber optic untuk semua Perangkat Daerah lingkup
Pemerintah;
BAB III - 42
▪ Perlu penataan ruangan Server yang dilengkapi dengan UPS, Server,
fingerprint, AC, Genset, tabung pemadam kebakaran
Untuk mencapai hal itu, masih merupakan tugas yang berat, karena
hingga saat ini keamanan infrastruktur informasi masih belum dianggap
penting.
3.5 Analisis Kesiapan SDM
Dari hasil survei, terindentifikasi adanya SDM yang memang berlatar
belakang IT (TIK, Informatika, sistem informasi, komputer, manajemen
informatika, elektro, dll) dan tersebar di seluruh OPD. Di sisi lain, banyak
aplikasi yang digawangi oleh personil non TIK (statistik, pendidikan,
ekonomi, MIPA, arsitek, manajemen, pemerintahan, sosiologi, ekonomi,
teknik sipil, administrasi negara, kearsipan, akuntansi, dll). Dalam rangka
menuju sistem pemerintahan berbasis elektronik dan sejalan dengan disiplin
ilmu yang semakin konvergen dengan TIK, maka direkomendasikan langkah-
langkah berikut:
▪ Identifikasi SDM/ ASN yang berpotensi sebagai pelaku TIK
▪ Pembentukan tim TIK, dewan TIK ataupun kelompok kerja TIK yang
mewadahi personal TIK lintas OPD
▪ Penguatan SDM TIK dengan sertifikasi kemampuan khusus, sertifikasi
CIO maupun studi lanjut di bidang TIK, termasuk S2 CIO
▪ Penguatan e-leadership bagi pimpinan
3.6 Resume Hasil Survei
Berdasarkan hasil survei, maka disimpulkan kesiapan Kabupaten
Lumajang untuk menjadi Smart City, sebagai berikut:
▪ Kondisi saat ini masih belum dianggap embrio menuju Smart City.
▪ Masih diperlukan upaya terstruktur, termasuk kebijakan pengembangan
Smart City yang realistis, dimulai dari penguatan pemahaman model
bisnis.
▪ Dengan pemahaman model bisnis, dapat dilanjutkan dengan penguatan
dan integrasi aplikasi existing yang dibutuhkan oleh semua OPD (aplikasi
umum), dan mulai mengembangkan aplikasi khusus sesuai prioritas dari
pimpinan daerah.
BAB III - 43
▪ Dengan semakin banyaknya aplikasi, maka diperlukan integrasi
pengolahan data dalam sebuah data center yang terkoneksi melalui
jaringan data terpadu internal maupun melalui penghubung eksternal.
▪ Masih membutuhkan banyak SDM untuk memperkuat sistem TIK di
Kabupaten Lumajang.
BAB IV -
46
BAB IV
ARAH KEBIJAKAN TIK KABUPATEN LUMAJANG
Pembangunan TIK tidak dapat dipisahkan dari isu strategis
pembangunan daerah, termasuk kaitannya dengan permasalahan
kontekstual dan potensi daerah yang harus digarap secara terpadu. Untuk
itulah diperlukan e-leadership yang tergambar dari pelaksanaan rumusan
kebijakan khusus, dalam hal ini adalah kebijakan Penerapan TIK di
Kabupaten Lumajang. Untuk itu juga, pada bab ini diberikan benang merah
antara kondisi TIK saat ini di Lumajang dengan kondisi ideal yang diinginkan
dikaitkan dengan permasalahan, prioritas dan kebijakan pendukung.
4.1 Isu Strategis Pembangunan Daerah
Dari Visi Misi Bupati Lumajang 2018-2023, tergambar beberapa isu
strategis pembangunan sebagai berikut, di antaranya:
▪ Kebutuhan masyarakat akan layanan terus meningkat baik dari sisi
jumlah maupun kualitasnya.
▪ Masalah manajemen pemerintahan, dimana peran pemerintah sangat
menentukan keberhasilan pembangunan, karena pemerintah daerah
kurang melaksanakan fungsinya secara optimal.
▪ Pembangunan yang tidak fokus pada penyelesaian masalah, partisipasi
dan dukungan masyarakat yang rendah.
▪ Kurang sinergi di kalangan birokrasi pemerintahan daerah.
▪ Pemborosan penggunaan anggaran untuk hal-hal yang kurang prioritas.
▪ Upaya-upaya penggalian potensi Pendapatan Asli Daerah masih
memerlukan upaya intensifikasi dan ekstensifikasi, khususnya melalui
cara-cara kreatif dan inovatif terkait dengan perolehan pendapatan
melalui mekanisme perpajakan dan retribusi daerah.
Kesemuanya itu berpotensi membangkitkan berbagai permasalahan
strategis, seperti:
BAB IV - 47
▪ Pendidikan → meningkatkan aksesibilitas pendidikan, menyamakan
mutu pendidikan kota dan desa, peningkatan efisiensi sara dan
prasarana, manajemen layanan pendidikan, pendidik dan partisipasi
kependidikan.
▪ Kesehatan → menurunkan angka kematian ibu, meningkatkan jumlah
tenaga kesehatan, peningkatan jumlah dan kualitas sarana-prasarana
kesehatan, dan peningkatan partisipasi masyarakat di bidang
kesehatan.
▪ Pertanian → penerapan teknologi modern di pertanian; sistem
pengendalian harga, supply dan demand; manajemen pengolahan dan
distribusi pupuk.
▪ Reformasi birokrasi untuk peningkatan kualitas pelayanan, termasuk
layanan kependudukan, proses perijinan yang belum satu pintu dan
e-government belum terintegrasi.
▪ Pariwisata dan budaya → keterbatasan infrastruktur pariwisata,
promosi, optimasi antar sektor dan manajemen pengelolaan
pariwisata, pengembangan dan pelestarian budaya Lumajang.
▪ Infrastruktur → infrastruktur transportasi dan pertanian perlu
ditingkatkan, kawasan kumuh dan keterbatasan RTH, dukungan
infrastruktur TIK masih kurang
▪ Sosial → minimnya data PMKS Kabupaten Lumajang
▪ Energi dan sumber daya mineral → kelistrikan, ijin pertambangan,
pengawasan pengelolaan pertambangan, sistem perdagangan
pertambangan berbasis IT.
▪ Pemberdayaan ekonomi masyarakat → manajemen investasi, akses
informasi modal, teknologi baru dan pasar
4.2 Permasalahan Kontekstual dan Potensi Daerah
Dari isu yang mempengaruhi pembangunan diatas, terdapat beberapa
permasalahan kontektual yang akan sulit diselesaikan menggunakan
pendekatan konvensional, seperti :
BAB IV - 48
▪ Masalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang diperoleh dari
Indeks Kesehatan, Indeks Pendidikan; dan Indeks Pengeluaran,
membutuhkan solusi terpadu untuk penduduk.
▪ Masalah Kemiskinan, yang terkait dengan angka inflasi yang berada di
atas pertumbuhan ekonomi, penurunan kemampuan daya beli
masyarakat menurun, akses penduduk yang lemah terhadap sumber
daya ekonomi, rendahnya tingkat pendidikan serta minimnya
keterampilan menjadi penyebab pokok timbulnya kemiskinan. Ke
depan, permasalahan kemiskinan ini harus ditangani secara lebih
fokus dan bersama-sama melalui program-program yang langsung
menyentuh masyarakat.
▪ Masalah Pengangguran (tingkat pengangguran terbuka) menghambat
produktivitas, pertumbuhan ekonomi serta berpotensi menimbulkan
gangguan keamanan. Pemerintah daerah bertanggung jawab terhadap
besarnya jumlah pengangguran ini dan diperlukan langkah-langkah
strategis untuk mengatasinya.
Dengan melihat berbagai masalah di atas, jelas secara konvensional
solusinya adalah pengembangan kependidikan, standarisasi layanan
kesehatan, pengembangan sistem pertanian modern, peningkatan
kualitas aparat, pengembangan sistem on-line, penguatan penerapan e-
government, pembangunan sektor pariwisata yang berkesinambungan,
peningkatan seluruh infrastruktur kabupaten termasuk infrastruktur
TIK, pelayanan dan rehabilitas penyandang masalah sosial, perbaikan
tata kelola penambangan pasir, memfasilitasi aktifitas ekonomi.
Kesemuanya itu bisa diwujudkan melalui kegiatan percepatan layanan
administrasi, pusat perijinan, membebaskan biaya bersalin, penambahan
kapasitas listrik, pembangunan TOL dan jalan poros desa hotmix,
bantuan beasiswa, bantuan honor guru ngaji, pembangunan sarana WiFi,
pembangunan RTH, pembangunan BUMD, pembangunan pasar,
pembangunan kepemudaan, pemberian TPP dan tunjangan lain.
Akan tetapi, tanpa didukung dengan adanya teknologi informasi dan
komunikasi akan sulit untuk mencapai target. Sebagai contoh,
BAB IV - 49
pemberian TPP minimal membutuhkan informasi kehadiran, yang jelas
tidak mungkin valid apabila masih menggunakan data kehadiran manual.
Pemberian tunjangan kinerja, akan sulit dilakukan apabila belum
dilakukan pendefinisan KINERJA secara eksplisit dan berbasis IT. Untuk
itulah dalam paragrap berikut diberikan gambaran arah kebijakan
penerapan TIK di Kabupaten Lumajang.
4.3 Pola Fikir Pengembangan TIK
Dari misi yang dimiliki oleh Kabupaten Lumajang, terdapat enam kondisi
harus difikirkan dan dilaksanakan secara terstruktur, yaitu:
1. Smart Governance
• Pemimpin yang efektif dan manajemen pemerintahan daerah
yang amanah, tanggap dan berkemampuan andal memecahkan
masalah rakyat.
• Terkelolanya sumber daya daerah yang berdayaguna, unggul,
produktif, berkelanjutan, serta bermanfaat luas secara ekonomi
dan sosial.
• Pengelolaan infrastruktur strategis secara profesional dengan
daya dukung yang kokoh untuk menyokong produktivitas
masyarakat, kemajuan wilayah, serta peningkatan
kesejahteraan umum.
2. Smart Economy
• Sistem pertanian modern sebagai basis pengembangan model
ekonomi kerakyatan yang berdaya saing tangguh, memicu
investasi dan industri, menjadi lokomotif penggerak
perekonomian daerah.
• Kemandirian dalam upaya pemberdayaan masyarakat miskin,
pengangguran, serta perluasan kesempatan kerja.
3. Smart Living
• Penataan kawasan yang nyaman untuk semua dimana tersedia
ruang publik yang memadai, berwawasan kelestarian
BAB IV - 50
lingkungan, pengurangan ketimpangan antara wilayah
pedesaan dengan perkotaan
4. Smart Society
• Penataan kawasan yang nyaman untuk semua, pengurangan
ketimpangan antara wilayah pedesaan dengan perkotaan
• Peran aktif Pemerintah Daerah dalam memajukan sistem
pelayanan pendidikan dan kesehatan masyarakat, guna
mendorong kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang hebat
dan bertaqwa
5. Smart Branding
• Budaya Keteladanan, berbenah, lebih maju, religius
6. Smart Environment
• Penataan kawasan yang berwawasan kelestarian lingkungan
Dengan adanya enam komponen kondisi tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa Kabupaten Lumajang perlu memiliki keinginan dalam
memajukan pembangunan dengan bantuan teknologi informasi, dimana
semua TIK harus dikembangkan dengan memahami proses bisnis
kabupaten, dengan contoh kebutuhan sebagai berikut:
• Pemimpin efektif yang membutuhkan Decision Support System
• Pengelolaan sumber daya daerah dan infrastruktur yang
membutuhkan sistem informasi yang terpadu
• Pertanian modern dan kemandirian baru yang dapat dicapai jika
ada dukungan sistem
• Penataan wilayah yang harus berbasis data spasial yang tepat dan
sesuai.
• Layanan yang tepat sasaran dan efektif yang membutuhkan sistem
informasi yang terpadu
Hal-hal di atas, kemudian akan menjadi semakin menarik ketika
dihubungkan dengan urgensi pengembangan kota, Visi, Misi, Tujuan dan
Sasaran. Apabila akan diarahkan menjadi kegiatan, tujuan-tujuan
tersebut harus dilakukan melalui kuantisasi yang terstruktur dan
terukur.
BAB IV - 51
Contoh Target 1: Membentuk budaya keteladanan pemimpin yang
efektif, guna mengembangkan manajemen pemerintahan daerah yang
amanah, tanggap, dan berkemampuan andal dalam memecahkan
masalah.
Memiliki tujuan mewujudkan tata kelola pemerintahan daerah yang baik
dengan indikator : Pencapaian SPM, dan IKM. Untuk mencapai tujuan
tersebut sasaran yang akan dicapai adalah:
a. Tersedianya aparatur pemerintahan daerah yang profesional, dengan
indikator sasaran:
a) Rasio jumlah aparatur yang sesuai dengan kebutuhan dalam
struktur organisasi dan tata kerja (SOTK) pemerintah Kabupaten
Lumajang;
b) Persentase aparatur sipil negara (ASN) yang sesuai dengan
kompetensi
b. Terwujudnya kelembagaan dan tata laksana pemerintahan daerah
yang efektif dan efisien, dengan indikator sasaran:
a) Persentase Perangkat Daerah yang memiliki struktur organisasi
sesuai dengan beban kerjanya;
b) Persentase Perangkat Daerah yang melaksanakan Sistem
pengendalian internal pemerintah (SPIP);
c) Persentase Perangkat Daerah yang menerapkan pemanfaatan E-
Goverment untuk mendukung inovasi pelayanan publik;
d) Persentase instansi yang mengelola arsip secara baku;
e) Penyelesaian LKPJ, LAKIP, dan LPPD tepat waktu;
f) Skor SAKIP Kabupaten; dan
g) Status Kinerja LPPD Kabupaten.
c. Meningkatnya kemandirian keuangan daerah yang didasari oleh
transparansi dan akuntabilitas, dengan indikator sasaran:
a) Rasio PAD terhadap total pendapatan;
b) Rasio PAD terhadap total belanja daerah;
c) Rasio belanja langsung terhadap belanja tidak langsung;
d) Rasio belanja modal terhadap total belanja;
e) Tindak lanjut terhadap temuan BPK;
BAB IV - 52
f) Tindak Lanjut terhadap temuan inspektorat dan APIP Lainnya.
d. Terwujudnya tata kelola pemerintahan desa yang baik, dengan
indikator sasaran:
a) Persentase desa yang memiliki RPJMDes;
b) Persentase desa yang memiliki RPJMDes yang sinkron dengan
RPJMD Kabupaten;
c) Persentase desa yang memiliki RKPDes sinkron dengan RKPD
Kabupaten; persentase desa yang memiliki RAPBD sinkron dengan
RAPBD Kabupaten;
d) Rata-rata persentase penyerapan dana desa; dan
e) Persentase desa yang melaksanakan laporan sesuai dengan tata
peraturan perundangan yang berlaku.
e. Terwujudnya pelayanan administrasi kependudukan dan catatan sipil
yang prima, dengan indikator:
a) Persentase penduduk yang memiliki KTP elektronik;
b) Persentase keluarga yang memiliki KK; persentase penduduk diatas
15 tahun yang memiliki akta lahir; dan
c) Persentase pelayanan administrasi kependudukan dan catatan sipil
yang sudah menerapkan E-Goverment.
Contoh Target 2: Mengelola sumber daya daerah menjadi lebih
berdayaguna, unggul, produktif dan berkelanjutan serta bermanfaat
luas secara ekonomi dan sosial melalui investasi, industri,
perdagangan, dan pengembangan pariwisata menjadi lokomotif
penggerak perekonomian daerah.
Memiliki tujuan mewujudkan perekonomian daerah yang tanggung
berbasis potensi daerah dengan indikator : persentase pertumbuhan
sektor perdagangan, industri, dan UMKM. Untuk mewujudkan tujuan
tersebut, sasaran yang akan dicapai adalah:
a. Meningkatnya jumlah dan daya saing sektor UMKM dan Koperasi
berbasis potensi daerah dengan indikator:
1) Persentase pertumbuhan UMK;
2) Persentase pertumbuhan Usaha Menengah;
BAB IV - 53
3) Persentase pertumbuhan produk unggulan daerah; persen
peningkatan jumlah koperasi aktif;
4) Persentase peningkatan jumlah KSP/USP sehat;
5) Jumlah modal kopetasi dan UMKM; dan
6) Jumlah desa yang memiliki BUMDes
b. Meningkatnya volume industri dan perdagangan dengan indikator:
1) Cakupan bina kelompok pengrajin industri kecil, menengah dan
kreatif;
2) Jumlah industri kecil, menengah, besar dan kreatif
c. Optimalisasi sektor pariwisata daerah dengan indikator: jumlah
destinasi wisata dan jumlah kunjungan wisata.
d. Peningkatan iklim investasi sebagai pendorong pengembangan
ekonomi daerah dengan indikator:
1) Persentase pertumbuhan investasi lokal, dalam negeri dan asing;
persentase pengurusan pelayanan perijinan tepat waktu dan
2) Jumlah layanan perizinan yang sudah on-line.
Contoh Target 3: Mewujudkan pengelolaan infrastruktur strategis
secara profesional, agar memiliki daya dukung yang kokoh untuk
menyokong produktivitas masyarakat, kemajuan wilayah, serta
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Misi ini bertujuan mewujudkan infrastruktur daerah yang mantap dengan
indikator : persentase kondisi mantap jalan; ketersediaan sumber air
baku pertanian; dan jumlah sarana perhubungan
khususnya untuk bidang pertanian. Untuk mencapai tujuan tersebut,
sasaran yang akan dicapai adalah
a. Meningkatnya kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana jalan,
jembatan dan irigasi dengan indikator:
1) Persentase jalan kabupaten dan poros strategis, dan lingkungan
dalam kondisi baik;
2) Persentase jembatan dalam kondisi baik;
3) Persentase cakupan irigasi teknis.
b. Meningkatnya kuantitas dan kualitas sarana perhubungan dengan
indikator :
BAB IV - 54
1) Kecukupan terminal dan halte;
2) Menurunnya angka kecelakaan;
3) Tersedianya layanan angkutan umum dan halte khusus pertanian.
Contoh Target 4: Membangun pertanian sebagai pengembangan model
berbasis ekonomi kerakyatan yang berdaya saing tangguh.
Target ini bertujuan mewujudkan sektor pertanian, perkebunan,
peternakan, perikanan yang mantap dan berdaya saing dengan indikator:
Persentase pertumbuhan sektor pertanian, Nilai Tukar Petani (NTP) dan
persentase peningkatan produktivitas pertanian, perkebunan, peternakan
dan perikanan organik. Untuk mencapai tujuan tersebut sasaran yang
akan dicapai adalah:
1. Meningkatnya ketahanan pangan daerah, dengan indikator :
peningkatan volume PDRB sektor pertanian, perkebunan, peternakan
dan perikanan;
1) Score pola pangan harapan;
2) Persentase lahan pertanian pangan berkelanjutan;
3) Kualitas gizi pangan daerah; ketersediaan bahan pangan pokok
daerah.
2. Terwujudnya sentra pertanian, perkebunan, peternakan dan
perikanan organik dengan indikator :
1) persentase penggunaan pupuk organik, persentase luas lahan
pertanian dan perkebunan organik,
2) persentase produktifitas peternakan dan perikanan organik.
Contoh Target 5: Menata kawasan yang nyaman untuk semua, dengan
ketersediaan ruang publik yang memadai dan berwawasan
lingkungan.
Misi ini bertujuan :
1. Mewujudkan kawasan yang nyaman bagi warga masyarakat dengan
indikator : Persentase kesesuaian pembangunan dengan dokumen tata
ruang; dan persentase rumah layak huni sehat. Untuk mencapai
tujuan ini sasaran yang yang akan dicapai adalah:
a. Ketersediaan dokumen tata ruang yang diterbitkan;
BAB IV - 55
1) Persentase rumah tangga pengguna air bersih;
2) Jumlah MCK komunal dan jumlah septictank komunal.
b. Meningkatnya daya dukung lingkungan hidup dengan indikator:
1) Persentase konservasi daerah tangkapan air;
2) Persentase konservasi lahan kritis dan persentase ruang
terbuka hijau
c. Pengembangan sistem mitigasi SDA dan lingkungan dengan
indikator :
1) Kecukupan sarana dan prasarana penanggulangan bencana;
2) Adanya sosialisasi kepada masyarakat terhadap perubahan
iklim dan pemahaman bencana; serta
3) Kecukupan SDM penanggulangan bencana yang bersertifikat.
2. Mewujudkan ketahanan budaya dan religi warga masyarakat dengan
sasaran terjaganya kelestarian nilai-nilai sosial dan budaya lokal
dengan indikator :
1) Jumlah festival seni budaya dan agama; jumlah benda/situs
budaya dan agama yang dilestarikan; jumlah kelompok seni budaya
yang dibina;
2) Jumlah pelanggaran peraturan daerah;
3) Jumlah angka kriminalitas dan
4) Tingkat partisipasi masyarakat dalam Pemilu.
Contoh Target 6: Membangun prinsip kemandirian dalam upaya
pemberdayaan masyarakat dan desa miskin, pengangguran serta
perluasan kesempatan kerja, melindungi hak-hak masyarakat.
Misi ini bertujuan:
1. Mengentaskan kemiskinan dan pengangguran melalui pemberdayaan
dan perluasan kesempatan kerja dengan indikator : Persentase
kemiskinan; persentase tingkat pengangguran terbuka dan Gini Rasio.
Untuk mencapai tujuan tersebut, sasaran yang akan dicapai adalah:
a. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat miskin melalui
perluasan lapangan kerja dan peningkatan kesempatan
berusaha dengan indikator:
1) Persentase angka pengangguran;
BAB IV - 56
2) Rasio angkatan kerja lokal yang terserap;
3) Jumlah nilai swadaya masyrakat;
4) Persentase pencari kerja yang ditempatkan.
2. Mewujudkan ketahanan sosial masyarakat dalam pencegahan dan
penanganan masalah kesejahteraan sosial dengan sasaran yang ingin
dicapai meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan sosial
utamanya PMKS dengan indikator :
1) Persentase penurunan PMKS; dan
2) PMKS yang ditangani.
Contoh Target 7: Meningkatkan peran aktif Pemerintah Daerah dalam
memajukan sistem pelayanan pendidikan dan kesehatan masyarakat
guna mendorong kualitas SDM yang handal, mempunyai kompetensi
yang cukup, membangun jiwa bangsa melalui pemberdayaan
pemudadan olahraga yang bertaqwa, berbudaya dan berkepribadian.
Tujuan yang akan dicapai dari misi ini adalah :
1. Mewujudkan pendidikan yang merata dan berkualitas dengan
indikator : rata-rata lama sekolah; angka melek huruf usia 15-55
tahun; persentase SD/MI; SMP/MTs; dan SMA/MA yang terakreditasi
minimalB. Untuk mencapai tujuan tersebut sasaran yang akan dicapai
adalah
a. Terwujudnya akses pendidikan yang berkualitas bagi seluruh
warga, dengan indikator :
1) APK dan APM PAUD, SD/Mi, SMP/MTs, dan SMA/MA;
2) Persentase angka putus sekolah SMP/MTs dan SMA/MA.
b. Tersedianya SDM tenaga pendidik dan kependidikan yang
merata dan berkualitas dengan indikator :
1) Rasio Guru terhadap murid untuk jenjang SD/MI;
2) Rasio guru terhadap murid untuk jenjang SMP/MTs;
3) Rasio Guru terhadap murid untuk jenjang SMA/MA;
4) persentase tenaga kependidikan yang memenuhi standar
kualifikasi;
5) persen guru yang telah tersertifikasi;
BAB IV - 57
c. Tersedianya sarana pendidikan yang berkualitas dengan
indikator :
1) Rasio kecukupan ruang kelas terhadap rombongan belajar
untuk jenjang SD/MI; SMP/MTs; dan SMA/MA;
2) jumlah ruang kelas dalam kondisi baik untuk jenjang SD/MI;
SMP/MTs; dan SMA/MA.;
3) jumlah perpustakaan sekolah;
4) jumlah perpustakaan kecamatan;
5) jumlah kunjungan perpustakaan; dan
6) rata-rata jumlah judul buku yang dimiliki
2. Mewujudkan layanan kesehatan yang merata dan berkualitas dengan
indikator: Angka Harapan Hidup dan IKM RSUD. Untuk mencapai
tujuan tersebut, sasaran yang akan dicapai adalah
a. Terwujudnya pemerataan dan mutu dan pelayanan kesehatan,
dengan indikator :
1) jumlah kecamatan yang memiliki minimal satu PUSKESMAS
terakreditasi;
2) dan persentase KK Miskin yang telah memiliki asuransi
kesehatan.
b. Meningkatnya ketersediaan tenaga medis, para medis dan
tenaga kesehatan yang berkualitas dengan indikator :
1) Rasio dokter umum, dokter gigi, bidan, mantri kesehatan;
2) Rasio Apoteker terhadap jumlah penduduk;
c. Meningkatnya kesadaran kesehatan masyarakat dan
pengendalian penyakit menular dengan Indikator :
1) Angka kematian ibu, angka kematian bayi per 100.000
kelahiran;
2) prevalensi kekurangan gizi pada anak, prevalensi TB, HIV dan
penyakit menular lainnya.
d. Peningkatan kualitas layanan RSUD dengan indikator:
1) persentase kunjungan pasien rawat jalan dan rawat inap;
2) rasio kecukupan tenaga medis;
3) BOR, TOI, ALOS, NDR dan CRR.
BAB IV - 58
3. Mewujudkan pemberdayaan perempuan, pemuda dan pelindungan
akan dan Manula serta pemantapan KB dengan indikator : Indeks
Gender; jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak;
jumlah organisasi kepemudaan dan jumlah prestasi cabang olahraga.
Untuk mencapai tujuan tersebut, sasaran yang akan dicapai adalah
a. Terwujudnya pemberdayaan perempuan, perlindungan anak
dan Manula dengan indikator : persentase Posyandu Balita,
Manula aktif; persentase KB aktif; dan jumlah organisasi
perempuan (PKK).
b. Meningkatnya pembinaan pemuda dan olahraga dengan
indikator : persentase karang taruna aktif, jumlah cabang
olahraga yang dibina, jumlah kelompok seni budaya yang
dibinda, jumlah even pemuda yang diselenggarakan dan jumlah
sarana olahraga.
Pada intinya, setiap aktifitas pembangunan dan pengembangan TIK
haruslah dikaitkan dengan upaya transformasi digital, baik dalam kerangka
e-government sesuai Inpres 3/2003 maupun dalam kerangka pelaksanaan
Sistem Pemerintahan Berbasis elektronik. Dengan demikian ketika
Pemerintahan Daerah, melakukan pembuatan Master Smart City diharapkan
menjadi sarana mencapai tujuan
1. Meningkatkan mutu layanan publik melalui pemanfaatan TIK dalam
proses penyelenggaraan Pemerintah.
2. Terbentuknya pemerintah yang bersih, transparan, dan mampu
menjawab tuntutan perubahan secara efektif.
3. Perbaikan organisasi, sistem manajemen, dan proses kerja
kepemerintahan.
4. Pembentukan jaringan informasi dan transaksi pelayanan publik yang
berkualitas dan terjangkau.
5. Pembentukan hubungan interaktif dengan dunia usaha untuk
meningkatkan dan memperkuat kemampuan perekonomian
menghadapi perubahan dan persaingan perdagangan internasional.
BAB IV - 59
6. Pembentukan mekanisme komunikasi antar lembaga pemerintah serta
penyediaan fasilitas bagi partisipasi masyarakat dalam proses
kepemerintah.
7. Pembentukan sistem manajemen dan proses kerja yang transparan
dan efisien serta memperlancar transaksi dan layanan antar lembaga
pemerintah.
Transformasi Digital Pemerintahan Daerah Kabupaten Lumajang
4.4 Arah Kebijakan Penerapan TIK di Kabupaten Lumajang
Apabila butir-butir diatas difahami sebagai pola pikir, maka tujuh poin
dibawah ini, memberikan arahan kebijakan penerapan TIK di Kabupaten
Lumajang dalam menuju Lumajang Smart-city.
4.4.1 Kebijakan pengembangan e-Govt. dalam Kerangka SPBE
Kebijakan pertama adalah, bahwa pimpinan kota bertekad untuk
membawa kabupaten Lumajang menjadi Smart-city dengan berpedoman
BAB IV - 60
pada konsep e-Government dan sesuai kerangka sistem pemerintahan
berbasis elektronik. Pada akhirnya Kabupaten Lumajang akan cerdas karena
mempunyai berbagai aplikasi layanan yang terintegrasi dalam rangka
optimalisasi layanan administrasi maupun layanan publik, melalui
pendefinisian model bisnis secara terstruktur, penyiapan aplikasi, penyiapan
infrastruktur TIK (data akuisisi, server dan jaringan), sistem keamanan
hingga SDM yang mumpuni.
Gambar 6. Sistem Ideal Kabupaten Lumajang
Dengan sistem tersebut, dimungkinkan untuk mempunyai sebuah
sistem, yang tidak saja mendukung administrasi dan melayani masyarakat
secara on-line, tetapi juga tersedia sistem bantu pengambilan keputusan
untuk pimpinan daerah dalam rangka operasional layanan masyarakat,
operasional kota, hingga monitoring dan evaluasi. Dengan sistem yang
terpadu, dimungkinkan untuk mempunyai sekaligus informasi kinerja
(berbasis indikator kierja utama, IKU/ KPI), pengukuran kepuasan layanan
(SLA) dan manajemen aset secara real-time.
Agar terstruktur, maka unsur-unsur TIK seperti sistem informasi,
sistem infrastruktur, jaringan telematika dan lain-lain yang dipakai dalam
BAB IV - 61
proses penyelenggaraan Pemerintah harus dirancang dengan baik, mulai
Penggunaan Internet, Penggunaan Infrastruktur Telematika, Penggunaan
Sistem Informasi, Standarisasi Meta Data, Transaksi dan Pertukaran Data
Elektronik dan Sistem Dokumentasi Elektronik. Dengan demikian
diharapkan tersedia sistem yang menjamin keterpaduan serta
interoperabilitas inter komponen dalam sistem dan juga antar sistem e-
Government dan smart city.
Kerangka Arsitektur e-Government
Kebijakan ini jelas tidak dapat dilakukan secara serta-merta, harus
bertahap, sehingga tahapan implementasinyapun harus bertahap. Dengan
menyesuaikan keadaan dari Kabupaten Lumajang, terdapat beberapa
tahapan yang perlu dilaksanakan untuk mengembangkan e-Government dari
Kabupaten Lumajang.
Tahapan Pengembangan di Kabupaten Lumajang
Dari tahapan yang digambarkan tersebut, dapat diuraikan menjadi beberapa
poin, yaitu:
Survey kondisi existing
Identifikasi tupoksi dan
regulasi
Disainsistem/
arsitektur terintegrasi
Basic Design Sub-system
dan Perangkat
Dukung
Penyusunan pentahapan
dan spesifikasi
dasar
BAB IV - 62
• Melakukan inventarisasi dan kajian dokumen terkait perencanaan,
pengembangan, Pelaksanaan TIK
• Melakukan identifikasi kondisi makro penerapan TIK saat ini,
hambatan dan kendala penerapan, serta berbagai kebijakan penerapan
TIK
• Melakukan identifikasi kondisi teknis (identifikasi dan evaluasi teknis)
TIK terapan dan potensi pengembangannya
• Melakukan desain sistem atau arsitektur terintergasi dalam rangka
penerapan teknologi dengan mengacu kepada 3 pilar pokok, yaitu
proses bisnis yang tepat, peraturan (regulasi) terkait dan teknologi
terbaik yang sesuai untuk penerapan di Kabupaten Lumajang
• Berdasarkan hasil desain sistem akan dilakukan desain sub-system
dan perangkat dukung.
• Berdasarkan hasil basic desain akan dilakukan penyusunan
pentahapan dan spesifikasi dasar dari teknologi yang nantinya
diterapkan.
Untuk Kabupaten Lumajang tahap pertama adalah tahap penerapan
Internet of Data. Dalam tahapan ini, target yang ingin dicapai adalah
Lumajang SATU DATA, yaitu semua perencanaan dan pelaksanaan berdasar
data yang sama. Dengan data yang sama dan valid, maka kemungkinan
kesalahan sasaran program akan bisa diminimalisir. Contoh pembangunan
aplikasi kehadiran elektronik merupakan elemen pengumpulan data yang
dapat digunakan untuk berbagai keperluan administrasi. Sehingga, apabila
tahap ini tercapai Lumajang bisa masuk ke era decision support layanan,
operasional dan monev yang terintegrasi.
BAB IV - 63
Gambar 7. Tahapan implementasi Lumajang Smart City
Tahap berikutnya adalah mengembangkan layanan otomatis yang
dapat diakses online melalui internet, melalui konsep “internet of services”.
Melalui tahap ini masyarakat disediakan layanan on-line, misal untuk
melihat ketersediaan kamar rumah-sakit, layanan antrian, perijinan online
dll.
Tahap berikutnya adalah memanfaatkan sensor-sensor, CCTV dan
masukan input data lain dalam rangka layanan operasional, dan
administrasi. Pemanfaatan sensor untuk antisipasi banjir, pengaturan
pengairan sawah, deteksi hama dan lain-lain adalah contoh dari konsep ini.
Pada akhirnya, TIK dapat dimanfaatkan untuk mencerdaskan
masyarakat Lumajang melalui konsep internet of people lewat pemasangan
WiFi, belajar jarak-jauh, pelatihan on-line, dll.
4.4.2 Kebijakan Penguatan Aplikasi Umum dan Khusus
Mengacu kepada Perpres 95/2018, sebenarnya TIK telah benar-benar
harus difungsikan untuk membantu kota dalam melaksanakan fungsi
pelayanannya.
BAB IV - 64
smart city yang diterapkan bagi Kabupaten Lumajang merupakan smart city
yang berbasis layanan, dimana terdapat beberapa poin yang akan menjadi
komponen pendukung dalam smart city Kabupaten Lumajang.
Proses Pengembangan Smart City Berbasis Layanan
Dari gambar terlihat terdapat lima komponen, dimana masing-masing
komponen memiliki persyaratan dan atau ketentuan tertentu. Persyaratan
bagi masing-masing komponen tersebut adalah
• Proses Bisnis
Pada komponen ini, diperlukan bagi pihak OPD untuk mendefinisikan
proses kerja masing-masing OPD, apakah sebagai bagian dari
administrasi atau layanan langsung.
• Aplikasi
Untuk komponen aplikasi, setiap OPD perlu memahami aplikasi yang
diperlukan untuk administrasi dan aplikasi yang digunakan untuk
melayani.
• Infrastruktur
Infrastruktur adalah komponen yang penting, karena tanpa dukungan
infrastruktur yang memadai, layanan tidak akan bisa efektif dan efisien.
• Security
Seluruh proses dan aplikasi yang ada harus didukung dengan proyeksi
keamanan, untuk mencegah terjadinya pencurian data, kerusakan data
dan system dan hal lain yang bias mengkibatkan kerugian.
• Sumber Daya Manusia
Seluruh proses harus didukung oleh Sumber Daya Manusia yang terlatih,
termasuk CIO. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan jalannya suatu
•Admin
•Publik
Proses Bisnis
•Umum
•Khusus
Aplikasi•Pengolah Info
•Komunikasi
Infrastruktur
•Standard BSN
Security•SDM TIK
Berkualifikasi
SDM
BAB IV - 65
aplikasi ataupun system yang akan diterapkan.
Dari gambar dibawah, diilustrasikan bahwa diperlukan transformasi
dari proses semi manual di masa lalu yang cenderung hanya mengikuti
regulasi dalam menjalankan proses bisnis, dan menggunakan teknologi bila
perlu saja, menjadi sepenuhnya sistem pemerintahan berbasis elektronik.
Gambar 8. Pendekatan Pengembangan Aplikasi Berbasis Perpres 95/2018
Kunci dari perubahan ini adalah adanya transformasi birokrasi dan
transformasi digital dengan kemampuan pendefinisian proses bisnis sebagai
kunci pengembangan aplikasi. Setelah mampu mendefinisikan proses bisnis,
maka kota harus mengembangkan aplikasi, yang dimulai dengan aplikasi
umum dalam rangka melaksanakan tupoksi sesuai koridor e-government
dalam rangka mencapai smart governance. Gambaran apliaksi umum adalah
aplikasi GRMS berikut ini.
BAB IV - 66
Gambar 9. Pembangunan, Pengembangan dan Integrasi Aplikasi Umum
Setelah aplikasi umum terlaksana, maka dalam kerangka pelayanan
prima kepada masyarakat, diperlukan upaya untuk setiap OPD mempunyai
aplikasi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara langsung. Contoh
aplikasi perijinan di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu, aplikasi perpajakan dan retribusi di Badan Pajak dan Retribusi
Daerah, aplikasi PSB di Dinas Pendidikan, aplikasi monitoring truk pasir oleh
dinas terkait dan sebagainya.
Pada intinya, kebijakan pengembangan aplikasi harus dilakukan
secara terstruktur, mengacu kepada tupoksi dan model bisnis, serta
didukung oleh infrastruktur, keamanan dan SDM yang mumpuni. Dengan
pendekatan tersebut, maka untuk Kabupaten Lumajang “smart governance”
jelas akan menjadi sasaran utama, disusul dengan “smart economy”, “Smart
Society” dan “smart branding”, setelah itu baru “smart living” dan “smart
environment”.
BAB IV - 67
Gambar 10. Pola Pengembangan Aplikasi
4.4.3 Kebijakan Integrasi Infrastruktur Informasi
Mengacu kepada hasil survei, terlihat bahwa kabupaten Lumajang
telah mulai mempunyai perangkat, aplikasi dan jaringan TIK di operasional
kota. Kondisi terakhir adalah, semua aplikasi dan infrastruktur masih parsial
dan belum terintegrasi. Untuk itu diperlukan kebijakan integrasinya.
Mengacu pada ilustrasi di gambar 11, maka sudah selayaknya Server dan
data center berada dalam satu manajemen, dalam satu lapis, di mana semua
data dan informasi diolah di satu tempat, atau boleh berbeda tempat, tetapi
dalam 1 manajemen data.
Dengan kebijakan terpadu ini, yang paling diperlukan adalah adanya
sistem proteksi dan pengamanan data (security).
4.4.4 Kebijakan integrasi jaringan intern dan penghubung
Mengacu kepada gambar yang sama, maka kebijakan terkait jaringan
intern dan penghubung juga harus terintegrasi. Tidak peduli apakah
nantinya jaringan ini berbasis kabel (wires), nirkabel (radio, seluler dan FO),
jaringan sewa atau jaringan privat (termasuk VPN), yang terpenting adalah
jaringan harus dalam satu manajemen, sehingga semua operasional,
pemeliaharaan, pengaturan bandwidth dll., bisa berada dalam satu platform
yang sama, sehingga kualitasnya dapat dijaga.
Dengan memahami jaringan secara benar, maka pemanfaatan sensor,
CCTV dan sumber data lain di masa depan hanyalah masalah manajemen
jaringan dan data.
BAB IV - 68
Gambar 11. Arsitektur Berlapis TIK Kota Cerdas
4.4.5 Kebijakan Keamanan Informasi
Mau atau tidak keamanan informasi manjadi hal penting dalam
penerapan TIK di sebuah kota. Diperlukan struktur yang kuat untuk
melakukan manajemen informasi dan khususnya keamanannya. Kebijakan
keamanan harus dituangkan dalam sebuah dokumen manual keamanan
atau SOP security.
4.4.6 Kebijakan Pengembangan SDM TIK
SDM TIK pada masa lalu harus berasal dari bidang TIK, tetapi saat ini
dimungkinkan memperoleh SDM TIK dari sumber dan disiplin ilmu yang
berbeda. Untuk itu diperlukan kebijakan pengembangan SDM TIK melalui
berbagai pelatihan umum (operator), pelatihan khusus, sertifikasi
kompetensi CIO hingga studi lanjut CIO dan TIK secara umum.
Pada level operator, lulusan SMK di Indonesia telah cukup mampu
melakukan fungsinya, tetapi untuk level diatasnya diperlukan pendidikan
yang lebih tinggi. Sebagai contoh, sebuah kota di Jawa Timur hanya
mempunyai 10 ASN TIK, yang dalam operasionalnya didukung oleh 80
alumni SMK dan beroperasi sangat bagus.
BAB IV - 69
4.4.7 Kebijakan Pendanaan dan Anggaran
Pembangunan dan pengembangan Bidang TIK pada tahap awal selalu
membutuhkan dana yang tidak sedikit, sehingga selain membutuhkan
dukungan e-leadership juga membutuhkan dukung alokasi dana dan
anggaran khusus untuk pelaksanaannya.
Dalam banyak kasus, kebijakan pendanaan dan anggaran TIK
dipisahkan antar aplikasi dan infrastruktur.
▪ Pengembangan aplikasi umum, biasa diinisiasi oleh Bappeda
bersama OPD terkait. Proses bisnis disusun oleh OPD terkait,
dengan Bappeda sebagai moderator integrasi. Anggaran bisa di
Bappeda atau Dinas Kominfo sebagai Leading Sector di bidang dan
layanan TIK.
▪ Untuk aplikasi khusus, Proses bisnis disusun oleh OPD terkait, dan
penganggaran serta pelaksanaan oleh Dinas Kominfo sebagai
Leading Sector di bidang dan layanan TIK.
▪ Perencanaan, Anggaran dan pelaksanaan pembangunan
infrastruktur dan integrasi oleh Dinas Kominfo sebagai Leading
Sector di bidang dan layanan TIK, berkoordinasi dengan Bappeda
dan administrasi pembangunan.
▪ Perencanaan, Anggaran dan pelaksanaan integrasi jaringan oleh
Dinas Kominfo sebagai Leading Sector di bidang dan layanan TIK,
dengan berkomunikasi aktif dengan OPD pengguna.
▪ Perencanaan, Anggaran dan pelaksanaan pengembangan SDM oleh
badan kepegawaian dan SDM, dengan spesifikasi berkonsultasi
dengan Dinas Kominfo sebagai Leading Sector di bidang dan
layanan TIK.
BAB V -
70
BAB V
STRATEGI PENERAPAN TIK
UNTUK SMART CITY LUMAJANG
5.1 Strategi Umum
Secara sederhana, untuk menerapkan TIK digunakan strategi yang
digambarkan dalam diagram berikut:
Gambar 12. Strategi Penerapan TIK untuk Lumajang Smart City
Setelah tersusunnya masterplan smart city yang disusun berdasar
RPJMD (berisis issue strategis dan inputan masyarakat) oleh Pokja Smart
city dan dengan memperhatikan berbagai hasil audit terhadap indikator
kinerja utama, maka Dinas Kominfo bersama OPD terkait akan
memutuskan melakukan rancangan penerapan teknologi dan
integrasinya dalam sebuah roadmap TIK yang paling sesuai dengan
kebutuhan di Kabupaten Lumajang saat itu, baik terkait dengan
infrastruktur maupun aplikasinya.
Melalui sudut pandang yang lain, tanpa adanya master plan dan
roadmap TIK yang yang disusun secara sistematis berbasis visi-misi dan
hasil audit, maka pengadaan barang dan jasa dapat dianggap bisa
menimbulkan masalah.
BAB V - 71
Gambar 13. Dari Visi-Misi ke Investasi TIK
Maka, dari itu, strategi penerapan yang diambil dalam merealisasikan
Lumjang Smart city, disusun mengikuti arah kebijakan TIK di bab
sebelumnya, yaitu mulai dari (1) Pendefinisian proses bisnis dan tata
kelola berbasis kinerja, (2) Integrasi Layanan Administrasi melalui
Aplikasi Umum, (3) Pembangunan sistem tata kelola cerdas, berbasis
Internet of Data, Lumajang Satu Data untuk operasional kota/kabupaten,
layanan kepada masyarakat, serta monitoring dan evaluasi, (4)
Pembangunan dan pengembangan aplikasi khusus dengan menerapkan
sistem Internet of Services, internet of things dan menuju terwujudnya
internet of people.
5.1 Pendefinisian Proses Bisnis dan Tata Kelola Berbasis Kinerja
Strategi ini disusun untuk membuat sebuah aplikasi fungsional dan
bermanfaat. Walaupun saat ini, telah diberikan rancangan untuk 5 tahun
ke depan, tetapi secara paralel, setiap OPD harus memahami tupoksinya
dan memformatnya dalam bentuk proses bisnis dengan aktifitas dan
kinerja yang terukur.
BAB V - 72
Gambar 14. Dari Tupoksi ke Proses Bisnis dan Aplikasi
5.2 Integrasi Layanan Administrasi melalui Aplikasi Umum
Apabila proses bisnis telah terdefinisi, maka tahap berikutnya adalah
integrasi layanan administrasi melalui aplikasi umum. Karena aplikasi
umum sama untuk semua kota/kabupaten, hal ini akan menjadi program
nasional, tetapi Kabupaten Lumajang dapat melakukan percepatan untuk
hal-hal yang krusial.
5.3 Pembangunan Sistem Tata Kelola Cerdas, Berbasis Internet Of
Data, Lumajang Satu Data Untuk Operasional Kota/Kabupaten,
Layanan Kepada Masyarakat, Serta Monitoring Dan Evaluasi
Dengan berjalannya konsep Internet of Data, Lumajang Satu Data,
maka untuk mendukung operasional kota/kabupaten dan pemberian
layanan kepada masyarakat, serta dalam rangka monitoring dan evaluasi
kinerja, maka strategi berikutnya adalah memperkuat proses standarisasi
data, integrasi data hasil proses, dan memanfaatkannya melalui aplikasi
pendukung pengambilan keputusan, melalui penguatan aplikasi umum.
5.4 Pembangunan Dan Pengembangan Aplikasi Khusus Dengan
Menerapkan Sistem Internet Of Services, Internet Of Things Dan
Menuju Terwujudnya Internet Of People
Secara bertahap, dilakukan pembangunan aplikasi khusus yang
menjadi alat bagi masing-masing OPD untuk menjalankan fungsi layanan
BAB V - 73
publiknya, dengan contoh-contoh sebagai berikut:
▪ Layanan Perijinan On-line
▪ Layanan ATCS di Dishub
▪ Layanan Peringatan Dini Bencana di LH dan BPBD
▪ Layanan Aplikasi Reservasi Wisata
▪ ....
Berdasarkan hasil survey, ternyata aplikasi yang telah dimiliki belum
menunjang semua kegiatan pada seluruh bidang di masing-masing OPD. Hal
tersebut akhirnya membuat setiap OPD memiliki keinginan untuk
menambah aplikasi penunjang kegiatan lainnya yang belum didukung oleh
Teknologi Informasi. Pada tabel dibawah ini, terdapat 18 Badan, Dinas,
Bagian di Lingkup Sekretariat Daerah dan 21 Kecamatan yang
mengharapkan beberapa aplikasi yang dapat menunjang kerja mereka.
Daftar aplikasi yang diharapkan dimiliki oleh OPD di Kabupaten Lumajang
No OPD Aplikasi Yang Diharapkan
1 Dinas Kependudukan
dan Catatan Sipil
- Web Portal Interaksi (Sudah bisa menyediakan
data Via Webserver)
2 Badan Pengelola
Keuangan dan Aset
Daerah
Dashboard SIMDA Keuangan Terpadu
3 Badan Kepegawaian
Daerah
- Simpeg Terpadu
- Absensi Online
- E-Kinerja
- E-Mutasi
4 Dinas Perumahan dari
Kawasan Pemukiman
- Site Plan (Persetujuan Rencana Tapah)
- Web GIS
- Persetujuan data teknis IMB
- Keterangan Rencana Kabupaten - web GIS
- Integrasi dengan PU
5 Bagian Administrasi
Pembangunan
- Survey Kepuasan Layanan
- Aplikasi PPK - POKJA
- E-Planing
- E-Arsip
BAB V - 74
No OPD Aplikasi Yang Diharapkan
- E-Surat
6 Dinas Perhubungan - ATCS
- Smart PJU
- E-UJIKIR
- Smart Parkir
7 Bagian Organisasi
Sekretariat Daerah
- E-ANJAB &ABK
- E-EVALU
8 Dinas Parawisata - Jadwal Kegiatan
- Smart Tourism (Website dan Android)
9 Bappeda - E-Delivery
- E-SPJ
- Sim Hibah Bansos
10 Rumah Sakit Umum
Daerah
- Aset NonMedis
- PACS
- Pengembangan
- Indek Kepuasan Pelanggan
11 Bagian Hukum - Optimalkan SIMARKUM-JDHI-Lokal.bagian
12 Dinas Pertanian - E-Surat
- E-Monev
- E-Planning
- Sebaran Populasi
- E-Pelaporan
- E-Kinerja
13
Dinas Pekerjaan
Umum
- Peneteran daerah jaringan irigasi
- Menunggu Perda Dll Prijinan RT, RW (All)
14 Dinas Pendidikan - LIS (Laporan Individu Sekolah)
- Pusat Data (Dashboord)
- SI Siswa tidak mampu
- SI SDM GTT-PTT
- Informasi Pendidikan Formal & NonFormal
Publikasi
15 Dinas Kesehatan - IKM (Indeks Kepuasan Masyarakat)
- SPGD
- Dashboard Kesehatan
BAB V - 75
No OPD Aplikasi Yang Diharapkan
16 Dinas Lingkungan
Hidup
- Waste Management
- Pemetaan sumber air, tempat sampah, hutan
kota ruang terbuka hijau.
- Sistem Pengendalian Pencemaran, konserfasi
pengendalian kerusakan lingkungan
- Penataan, pendataan perlindungan,
pengelolahan kerusakan lingkungan
17 Kecamatan - PATEN
- Aplikasi SIMADES (SIAK untuk data
kependudukan)
- SIMDA & E-Planing harus sampai kelurahan
18 Bagian Layanan
Pengadaan
- Buku tamu pembuktian kualifikasi
19 Dinas Komunikasi dan
Informatika
• Media Sosial Analitik
• E-Lapor
• E-Info Harga Pasar
• E-Surat (TNDE)
• Aplikasi GRMS
Infrastruktur informasi elektronik pemerintah merupakan gabungan
perangkat keras dan lunak yang membentuk fasilitas dasar (platform) untuk
kegiatan layanan publik yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Lumajang.
Komponen utama yang harus tersedia dari suatu infrastruktur
informasi elektronik yang diperlukan adalah
1. Jalur fisik informasi;
2. Jaringan intra pemerintah yang diamankan (Government Secured
Intranet-GSI);
3. Pusat Manajemen Data Pemerintah (Government Data Management
Centre-GDMC);
4. Aplikasi-aplikasi dasar untuk mendukung kegiatan front-office dan
back-office;
5. Jaringan informasi global (internet).
BAB V - 76
Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk membangun
jaringan fisik informasi adalah sebagai berikut :
1. Analisis terhadap tahapan dari layanan SPBE yang akan dibangun.
2. Menetapkan jenis jaringan informasi yang dibutuhkan.
3. Menetapkan jaringan informasi yang perlu dibangun.
Sedangkan langkah guna menetapkan spesifikasi teknis dari seluruh
perangkat yang dibutuhkan, meliputi :
1. Penentuan koneksi internal dan eksternal yang akan dipergunakan.
2. Pemetaan lembaga pemerintah yang terkait dengan kegiatan layanan.
3. Penentuan kebutuhan bandwidth sesuai dengan jenis layanan.
Saat ini kualitas servis jaringan khususnya internet masih kurang
dikarenakan semakin banyaknya pengguna dan kurangnya pengaturan
jaringan secara optimal oleh masing-masing Organisasi Pemerintahan
Daerah (OPD) di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lumajang.
Pengaturan jaringan yang tidak optimal mengakibatkan jaringan tidak stabil
terhadap masing-masing pengguna. Hal ini berakibat pada bandwidth yang
diterima oleh masing-masing pengguna masih kurang, sehingga tingkat
kepuasan pun menurun. Sehingga strategi optimasi bandwidth melalui
integrasi diperlukan.
Jaringan nirkabel juga perlu dikembangkan salah satunya bagi
masyarakat dan staf dalam melaksanakan pelayanan pemerintahan daerah.
Koneksi jaringan komputer dan internet berbasis jaringan nirkabel perlu
diperluas di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lumajang. Sehingga
90% wilayah Pemerintah Daerah Kabupaten Lumajang tercakup dalam area
jaringan nirkabel yang disediakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Lumajang. Selain itu didukung juga dengan keberadaan area wireless yang
disediaan oleh provider broadband. Hal ini mendukung harapan Pemerintah
Daerah Kabupaten Lumajang menjadi pemerintahan yang cyber city di Jawa
Timur. Tingkat optimalisasi peluasan jaringan nirkabel pada setiap OPD dan
kepastian jaringan nirkabel di seluruh lingkungan Pemerintah Daerah
Kabupaten Lumajang sebagai keharusan pada pelayanan jaringan ke End
user / Masyarakat Kabupaten Lumajang.
BAB V - 77
Kabupaten Lumajang belum memiliki Pusat Manajemen Data
Pemerintah (Government Data Management Center). Kebutuhan akan data
center Pemerintah Daerah Kabupaten Lumajang merupakan kebutuhan
mendasar dari Dinas Komunikasi dan Informatika. Pengelolaan GDMC
tersebut hanya pada pengelolaan website dan aplikasi seluruh pemerintah
Kabupaten Lumajang. Sebagai sebuah organisasi besar, dengan unit kerja
dan proses bisnis yang sangat banyak, sudah menjadi keharusan bagi
Kabupaten Lumajang untuk memiliki Pusat Data (Data Center) yang
memenuhi standar. Pengembangan Data Center menjadi semakin penting
bila aplikasi semakin besar.
Langkah kunci dalam implementasi proyek SI/TI Pemerintahan
Kabupaten Lumajang adalah program pendidikan dan pelatihan. Untuk
menangani masalah pengembangan sumber daya manusia, diperlukan
inisiatif knowledge management yang menitikberatkan pada
pelatihan/training, seminar, dan workshop untuk para staf demi
menghasilkan keahlian dasar dalam penanganan implementasi SI/TI.
Setelah itu pimpinan harus membentuk sebuah tim / lembaga yang khusus
dalam penanganan TIK di Pemkab Lumajang, agar fokus pada
pengembangan TIK di ranah jasa pelayanan.
Pranata Komputer adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, wewenang,
tanggung jawab, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk
melakukan kegiatan sistem informasi berbasis komputer (Kepmenpan
66/KEP/M.PAN/2003). Selanjutnya pada peraturan yang sama pada pasal 4
dinyatakan bahwa tugas pokok pranata komputer adalah merencanakan,
menganalisis, merancang, mengimplementasikan, mengembangkan dan atau
mengoperasikan sistem informasi berbasis komputer.
Jelas bahwa definisi Pranata Komputer (Prakom) di sini ialah definisi
fungsional. Dan jelas pula bahwa fungsi prakom ialah seperti tersebut diatas.
Kalau disingkat (supaya gampang diingat), garis besar fungsi tersebut ialah
fungsi operator, teknisi, pengembangan (rekayasa), analisa, dan
perencanaan.
Berdasarkan hasil survei dan analisis terhadap kondisi SDM IT di
Kabupaten Lumajang, masih sedikit OPD saja yang memiliki SDM IT,
BAB V - 78
sedangkan sisanya tidak memiliki SDM yang berpendidikan IT. Hal ini perlu
dipertimbangkan, mengingat bahwa diperlukan setidaknya satu SDM dengan
pendidikan IT untuk tiap OPD. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa
para pranata computer ini tidak berlatar belakang pendidikan IT namun
dapat mengusai berbagai aplikasi yang nantinya dibutuhkan. Peningkatan
kemampuan ini dapat dipelajari dari berbagai pelatihan. Akan tetapi, sayang
sekali bahwa hanya sedikit OPD yang mengikutkan pranata komputer
mereka ke pelatihan ataupun sertifikasi untuk IT.
Oleh karena itu langkah kunci dalam implementasi proyek SI/TI
Kabupaten Lumajang adalah program pendidikan dan pelatihan. Untuk
menangani masalah pengembangan sumber daya manusia, diperlukan
inisiatif knowledge management yang menitikberatkan pada
pelatihan/training, seminar, dan workshop untuk para staf demi
menghasilkan keahlian dasar dalam penanganan implementasi SI/TI.
Berdasarkan hasil kuisioner yang telah direkap oleh tim konsultan,
keadaan Pranata Komputer atau lembaga khusus yang menangani
pengembangan dan perencanaan Teknologi Informasi & Komunikasi di
wilayah Pemerintahan Kabupaten Lumajang masih berjalan sendiri-sendiri
sesuai dengan kebutuhan OPD saja.
Seharusnya kegiatan perencanaan dan pengembangan TIK ini
terpusat, diatur atau dibina oleh OPD Dinas Komunikasi & Informatika
(Dinas Kominfo). Namun kenyataannya, di wilayah Pemerintahan Kabupaten
Lumajang ini, kegiatan TIK termasuk untuk perencanaan dan
pengembangannya ditentukan oleh OPD masing-masing. Melihat keadaan ini
tentu akan terlihat adanya ego sektoral, karena data yang diolah hanya
dikonsumsi oleh OPD itu sendiri, sedangkan kenyataannya data yang diolah
oleh OPD tertentu akan dibutuhkan juga oleh OPD lain, sehingga perlu
adanya Data Interchange atau pertukaran data antar OPD mutlak harus
dilakukan dalam kegiatan Pemerintahan Kabupaten Lumajang.
Berdasarkan hasil survei dan analisis terhadap kemampuan teknologi
informasi dari sumber daya manusia (SDM) di seluruh Kabupaten Lumajang
didapat gambaran bahwa kemampuan SDM di bidang Information and
Communication Technology (ICT) sangat bervariasi, mulai yang rendah,
BAB V - 79
menengah sampai yang mahir. Namun sebagian besar SDM hanya memiliki
keahlian menggunakan word processor dan excel serta menggunakan web.
Itulah tadi beberapa hal yang secara umum dapat diberikan dalam
memahami berbagai keterbatasan di Kabupaten Lumajang terkait penerapan
TIK. Sehingga semakin jelas, bahwa Lumajang membutuhkan terobosan dan
crash program yang akan dibahas di bab berikutnya.
BAB V - 80
Ilustrasi konektifitas antara visi-misi, sasaran hingga strategi dalam perencanaan TIK
VISI TIK MISI SASARAN TARGET
MISI MISI SASARAN TARGET
SASARAN SASARAN
TARGET MISI SASARAN
STRATEGI
Terwujudnya sistem
pemerintahan berbasis
elektronik yang terpadu
(integrated), untuk
mencapai sistem
pemerintahan yang efektif
dan efisien, berbasis
penerapan TIK yang
dapat diterapkan
(aplicable) untuk sistem
administrasi dan
pelayanan publik yang
terukur (measurable) dan
berkelanjutan
(sustainable) untuk
mewujudkan Kabupaten
Lumajang berdaya saing,
makmur dan sejahtera.
Melakukan penataan dan
penguatan organisasi dan
tata kelola sistem
pemerintahan berbasis
elektronik yang terpadu
dalam kerangka e-
Government dan smart-
city; di wilayah Kabupaten
Lumajang.
- Mewujudkan sistem pemerintahan dan
tata-kelola berbasis elektronik melalui
pendekatan e-Govt, smart-city, SPBE
- Tersedianya sistem panduan
pelaksanaan pemerintahan berbasis
elektronik, melalui pendefinisian proses
bisnis dan kebijakan dukungan sumber
daya
Tersedianya peraturan dan juklak
tentang penerapan e-Govt dalam
pemerintahan berbasis elektronik
- Menyusun regulasi tentang
penerapan e-Gov, smart-city, SPBE
termasuk kebijakan satu data
- Penyusunan rencana induk,
roadmap, dan desain TIK
- Penyusunan SOP dan juklak TIK
Mengembangkan sistem
adminisitrasi dan
pelayanan publik berbasis
elektronik yang terpadu
dalam kerangka e-
Government dan
Lumajang Smart-city,
secara menyeluruh untuk
menjalankan MISI
Kabupaten lumajang,
dengan fokus pada
permasalahan utama.
Smart Governance (Mewujudkan
Pemerintahan yang Baik, Benar dan
Bersih melalui Reformasi Birokrasi dan
Pelayanan Publik yang Profesional,
Aspiratif, Partisipatif dan Transparan)
Smart Economy (untuk meningkatkan
Perekonomian Daerah dan Kesejahteraan
Masyarakat yang Mandiri dan Berdaya
Saing Melalui Pengembangan Kawasan
Berbasis Pertanian, Pemberdayaan Usaha
Mikro dan Jasa Pariwisata serta Usaha
Pendukungnya secara Berkelanjutan)
Smart Society (dalam rangka
meningkatkan Kualitas SDM yang Agamis,
Cerdas, Kreatif, Inovatif dan Bermoral
melalui Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Masyarakat yang Berkeadilan)
- Penguatan aplikasi umum
untuk layanan administrasi
dalam kerangka GRMS
(goverment resource
management system) berbasis
internet of data
- Pengembangan aplikasi khusus
untuk layanan publik melalui
pendekatan internet of services,
internet of things dan internet of
people.
- Pengembangan dan integrasi
apliaksi GRMS: Perencanaan,
penganggaran, keuangan,
pengadaan barang dan jasa,
kearsipan, pengelolaan barang milik
negara, akutabilitas dan aplikasi
lain
- Pengembangan dan integrasi sistem
perkantoran,kepegawaian,
pengawasan, hingga aplikasi
pengukuran kinerja dan pemberian
tunjangan.
- Pengembangan aplikasi khusus
untuk layanan publik melalui
pendekatan internet of services,
internet of things dan internet of
people, yang dikaitkan dengan
smart-branding, smart-living,
BAB V - 81
smart-economy, dan smart society
Membangun fondasi
teknologi informasi dan
komunikasi yang
terintegrasi, aman, dan
andal; untuk
diintegrasikan ke sistem
sistem pemerintahan
berbasis elektronik
(SPBE), termasuk
membangun SDM yang
kompeten dan inovatif
berbasis teknologi
informasi dan
komunikasi.
- Adanya sistem dukung elektronik
dalam pengambilan keputusan
kebijakan, evaluasi dan monitoring
kinerja
- SDM TIK yang mencukupi dari jumlah
dan kualitas
- Tersedianya sistem pengolahan
data (server, storage, dan sistem
akusisi data)
- Tersedianya sistem jaringan
intern dan jaringan penghubung
- Tersedianya sistem pengamanan
dalam penerapan pemerintahan
berbasis elektronik
- Penguatan SDM TIK dari jumlah
menuju SDM berkualitas
- Pelaksanaan program
peningkatan kompetensi SDM,
melalui program edukasi,
sertifikasi dan pelatihan;
termasuk pelatihan transformasi
digital untuk personal non-TIK
- Pembangunan data center,
command center untuk menuju
sistem pemerintahan berbasis
elektronik, melalui Pengembangan
interface integrator aplikasi
(management dash-board).
Membangun ketersediaan
infrastruktur TIK yang
terintegrasi dan adanya
Pusat Data pemerintah
Kabupaten Lumajang.
Tersedia dukungan infrastruktur integrasi
dalam mendukung Lumajang Satu data
- Optimalisasi pemanfaatan dan
kualitas jaringan internet,
termasuk WiFi
- Penguatan konektifitas antar
OPD
- Penguatan infrastruktur
komunikasi antar wilayah
- Optimalisasi bandwidth dan
konektifitas ke data center
berbasis SLA (service level
agreement)
- Penguatan konektifitas antar
wilayah spot komunikasi
BAB VI - 82
BAB VI
REKOMENDASI DAN ROADMAP
PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN
TIK KABUPATEN LUMAJANG
Pada bagian ini akan dilakukan penetapan skala prioritas pada sektor
kebijakan, program, dan kegiatan. Selanjutnya disusun tahapan
implementasi sesuai skala prioritas yang telah ditentukan. Kemudian
disusun berbagai rekomendasi yaitu rekomendasi kebijakan, rekomendasi
kelembagaan, rekomendasi perencanaan, rekomendasi aplikasi, hingga
rekomendasi sarana TIK yang akan di implementasikan di wilayah
Pemerintahan Kabupaten Lumajang ini.
Membangun e-Government atau layanan pemerintahan berbasis
elektronik bukan saja membangun infrastruktur komunikasi data dan
informasi, tetapi juga berarti membangun infrastruktur sistem aplikasi,
standarisasi metadata, pengembangan sumber daya manusia,
pengembangan prosedur, kebijakan dan peraturan.
6.1 Rekomendasi Tahapan Pengimplementasian SPBE (Pengembangan
TIK)
Rekomendasi untuk skala prioritas pada sektor kebijakan, program,
dan kegiatan pada pengimplementasian arsitektur TIK di Kabupaten
Lumajang dapat dilihat pada tabel, dimana dijelaskan mengenai rencana
tahapan jenis program yang dapat dilaksakan berserta rencana tahun
pengerjaannya. Diharapkan rekomendasi ini dapat memberikan gambaran
mengenai hal apa saja yang perlu dilaksanakan.
BAB VI - 83
No Program 2019
2020
2021
2022
2023
A. Dimensi Kebijakan
1. Penetapan regulasi terkait
pengembangan, pengelolaan dan
pemanfaatan egovernment/TIK
terintegrasi
√ √
2. Perubahan proses birokrasi dan
budaya kerja dengan
menyesuaikan seoptimal
mungkin pemanfaatan TIK
√ √
3. Penetapan kebijakan sentralisasi
dan desentralisasi kewenangan
pengelolaan TIK
√
4. Penetapan alat kontrol dan
monitoring tingkat pemanfaatan
TIK disemua unit kerja
√ √
5. Penambahan kewenangan OPD
Kominfo untuk membuat
rekomendasi
optimalisasianggaran
penyelenggaraan TIK untuk
seluruh OPD
√
B. Dimensi Kelembagaan
1. Perlunya kebijakan
pendampingan oleh pihak ketiga
untuk pengembangan TIK dan
beberapa operasional
infrastruktur TIK
√ √ √ √ √
2. Pembentukan Organisasi
Fungsional pada tataran
strategis (CIO / Chief
information officer)
√ √ √ √
BAB VI - 84
No Program 2019
2020
2021
2022
2023
3. Diseminasi pengembangan dan
pemanfaatan e- government
kepada level eksekutif
√ √ √ √
4. Evaluasi dan Restrukturisasi
OPD Dinas Kominfo √
5. Peningkatan kuantitas dan
kualitas pengelola TIK di semua
OPD serta pendistribusiannya
yang efektif dan efisien. Jumlah,
kualifikasi, dan pendidikan.
√
6. Pembentukan Jabatan
Fungsional SDM pengelola TIK
dan Kebijakan legalitas pengelola
TIK di OPD
√
7. Pembentukan fungsi kerja TIK
sebagai Helpdesk dan monitoring
jaringan OPD baik eksternal
maupun internal dilakukan
secara cepat.
√ √
C. Dimensi Infrastruktur
1. Adanya kebijakan standar
pengelolaan infrastruktur TIK di
OPD
√
2. Percepatan penyediaan jaringan
backbone menggunakan Fiber
Optic yang menjangkau seluruh
OPD dan jaringan distribusi
layanan masyarakat sampai
dengan tingkat kelurahan/desa,
puskesmas, dan sekolah
√ √ √ √
3. Percepatan pengembangan dan
pengelolaan Data Center dan √ √ √ √ √
BAB VI - 85
No Program 2019
2020
2021
2022
2023
Data Recovery yang baik untuk
menjamin availibility dan
peningkatan keamanan
informasi
4. Pemanfaatan intranet untuk
komunikasi antar OPD √ √ √ √ √
5. Kebijakan manajemen
bandwidth, IP dan pemanfaatan
akses internet untuk seluruh
OPD
√
D. Dimensi Aplikasi
1. Pengembangan kepemilikan,
pemanfaatan data/informasi dan
aplikasi e-government yang
terintegrasi dalam kerangka
interoperabilitas
√ √ √ √ √
2. Kebijakan sentralisasi data dan
informasi yang dihasilkan dari
pemrosesan data di OPD pada
datacenter OPD kominfo
√
3. Standardisasi metadata untuk
pengembangan aplikasi dan
pengelolaan data tunggal dalam
rangka interoperabilitas
√ √ √ √ √
4. Kebijakan OpenSource Software
dan Cloud Computing digunakan
untuk pengembangan aplikasi
berbasis layanan (service base)
√ √ √ √ √
5. Percepatan pengembangan
aplikasi e- government dimana
setiap OPD memiliki sistem
informasi baik untuk layanan
√ √ √ √ √
BAB VI - 86
No Program 2019
2020
2021
2022
2023
masyarakat (G2C), dunia usaha
(G2B) maupun layanan internal
(G2E), sesuai dengan prioritas
kebutuhan secara bertahap.
E. Dimensi Perencanaan
1. Penetapan dokumen Master Plan
Pengembangan e-Governement
digunakan sebagai bahan
penyusunan RPJMD dan renstra
OPD terkait pengembangan TIK
√
2. Penyusunan dokumen action
plan untuk setiap kegiatan TIK
yang berdampak luas terhadap
kinerja OPD
√ √ √ √ √
3. Penyusunan Business Continuity
Plan (BCP) untuk layanan
infrastruktur TIK
√ √ √
4. Rekomendasi optimalisasi
anggaran penyelenggaraan TIK
untuk seluruh OPD dari OPD
Kominfo.
√ √ √ √ √
6.2 Rekomendasi Kebijakan TIK
Dalam hal Kebijakan mengenai Teknologi Informasi dan Komunikasi
sepenuhnya tentu hanya OPD terkait (Dinas Komunikasi dan Informatika)
dan pimpanan setempat yang berhak menentukan peraturan yang
diperlukan untuk Pemerintahan Kabupaten Lumajang. Dalam hal ini, tim
konsultan hanya memberikan rekomendasi gambaran kebijakan yang harus
dibuat untuk TIK itu sendiri.
Kebijakan yang nantinya akan dibuat dan diputuskan harus sudah
mencakupi beberapa aspek. Pada tabel berikut ini merupakan penjelasan
dari cakupan kebijakan yang harus ada untuk mengawal perencanaan dan
BAB VI - 87
pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi di Pemerintahan
Kabupaten Lumajang sesuai dengan regulasi yang ada.
Regulasi Cakupan
Perbup -
Kebijakan
Organisasi Pengelola e-Government yang berisi
tentang Ketetapan Visi dan Misi, Bentuk Organisasi,
Tupoksi, Indikator keberhasilan dan Kinerja
Perbup -
Kebijakan
Pengembangan dan Implementasi aplikasi e-
Government terintegrasi
Perbup -
Kebijakan
Pengembangan dan pemanfaatan infrastruktur
terpadu
Perbup -
Kebijakan
Standardisasi metadata
Perbup -
Kebijakan
Pengelolaan aset informasi daerah
Perbup -
Kebijakan
Pemanfaatan software legal (opensource, proprietary,
Cloud Computing)
Perbup -
Kebijakan
Pemanfaatan akses informasi
Perbup - SOP Keamanan Informasi dan Incident handling
Perbup - SOP Pengelolaan Datacenter
Perbup - SOP Pengelolaan Jaringan LAN
6.3 Rekomendasi Kelembagaan
Bagian rekomendasi kelembagaan ini berisi penjelasan mengenai
rekomendasi yang dapat dilakukan pada sektor kelembagaan. Rekomendasi
ini terdiri atas rekomendasi bagi pengelola teknologi informasi dan
komunikasi, organisasi perangkat daerah dan rekomendasi untuk
penambahan sumber daya manusia.
Pemerintah Kabupaten Lumajang memiliki berbagai organisasi
perangkat daerah OPD yang mempunyai tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI).
BAB VI - 88
Dalam pemanfaatan TIK, antar OPD akan terjadi kebutuhan yang tidak sama
antara satu OPD dengan yang lain. Agar tidak terjadi tumpang tindih
kepentingan teknis dan administrasinya, maka perlu diatur koordinasinya
untuk bisa bersinergi dalam rangka memenuhi semua kebutuhan oleh
masing-masing pihak. Para pihak dimaksud adalah sebagai berikut :
a. OPD Pengelola TIK Pemerintah Kabupaten Lumajang, yaitu Dinas
Komunikasi dan Informatika yang menangani urusan sebagai berikut :
1) Pengembangan Sistem Informasi dan Aplikasi, bidang ini
menjalankan tugas sebagai berikut:
a) Tatalaksana sistem yaitu menjalankan fungsi perencanaan e-
Government secara komprehensif, perencanaan sistem aplikasi
(SIM – Sistem Informasi Manajement; EIS – Executive Information
System; DSS – Decision Support System), penyusunan dokumen
pengembangan sistem, sosialisasi sistem, pengukuran kinerja
sistem
b) Pengembangan aplikasi dan sistem terintegrasi menjalankan
fungsi pengembangan aplikasi layanan pemerintah berbasis
elektronik, migrasi sistem, pengamanan sistem, help desk
system, pengendalian software proprietary, kebijakan
pengembangan sistem, repository aplikasi e-Government dan
pengembangan aplikasi berbasis Cloud Computing.
c) Pengelolaan data menjalankan fungsi merencanakan aliran data
seluruh proses birokrasi pemerintah daerah, inventarisasi
pengamanan data, backup/restore data, berkoordinasi dengan
OPD untuk pemanfaatan data, perencanaan kebutuhan
infrastruktur untuk penyimpanan dan transaksi data, kebijakan
dan pengelolaan aset informasi, dan pengembangan dan
pengelolaan website pemerintah daerah
2) Pengelolaan sarana prasarana Teknologi Informasi dan Komunikasi,
bidang ini menjalankan tugas sebagai berikut:
a) Pengelolaan Data Center dan Data Recovery Center menjalankan
fungsi pengelolaan semua perangkat dan pengendalian
persyaratan berjalannya Data Center dan Data Recovery Center,
BAB VI - 89
pemeliharaan dan perawatan sistem, pengendalian pengadaan
dan pemanfaatan data center dan Monitoring system.
b) Pengelolaan Jaringan dan perangkat TIK menjalankan fungsi
pengelolaan media transmisi data (wireline dan wireless),
inventarisasi dan pengendalian perangkat TIK, helpdesk
perawatan dan pemeliharaan perangkat TIK di OPD, instalasi
dan perawatan serta pengendalian jaringan dan media
transmisinya, serta monitoring traffic jaringan.
c) Pengelolaan Keamanan Informasi menjalankan fungsi
monitoring perilaku traffic, update anti malware, kebijakan
keamanan informasi, penanganan kejadian keamanan
informasi, dan koordinasi dengan institansi terkait pengamanan
data milik negara
3) OPD pemilik proses birokrasi yaitu OPD selain OPD pengelolaan TIK,
sebagai pemilik data/informasi dan proses birokrasinya, sebagai
pengguna sarana dan prasarana TIK dan sistem informasi, bertugas :
a) Business processes re-engineering yaitu melakukan inventarisasi
proses birokrasi terkini yang bisa diotimatisasikan menjadi
sistem informasi
b) Wali data yang berfungsi untuk melakukan akuisisi dan validasi
data dasar, kebijakan data / informasi yang dihasilkan dari
pemrosesan data melalui sistem informasi, kebijakan
pemanfaatan dan distribusi data, dan pengamanan dan
pemeliharaan data
c) Pengembangan sistem yang berfungsi menetapkan proses yang
akan dijadikan modul sistem informasi, berkoordinasi dengan
team teknis pengembangan sistem di OPD Kominfo dalam hal
pengelolaan data, memberikan penjelasan terkait proses bisnis
(proses kerja sistem), Metodologi, Platform (bahasa
pemrograman, database engine, sistem aplikasi, dll) yang ada di
OPD, aktor pelaksana, kelayakan dan ketersediaan anggaran,
pengelolaan sistem, sarana dan prasarana yang tersedia (Server,
jaringan, PC terminal, dll), serta ketersediaan sistem di pasaran.
BAB VI - 90
Pengembang sistem juga bertugas berkoordinasi dengan OPD
Kominfo untuk mendapatkan ijin kelayakannya tentang
kebutuhan software proprietary dan aplikasi dari pemerintah
pusat atau propinsi untuk dianalisis integrasi dengan sistem
yang sudah ada serta berkoordinasi dengan OPD lain dalam hal
akuisisi data, pengelolaan dan tanggung jawab kepemilikannya.
b. Pemanfaatan infrastruktur TIK yang meliputi :
1) Koordinasi setiap OPD dengan Dinas Kominfo dalam hal kapasitas
yang dibutuhkan, jumlah dan kualitas media komunikasi data,
tingkat keamanan, sistem jaringan yang dibutuhkan, kompatibilitas
hardware, spesifikasi teknis kebutuhan untuk pekerjaan, serta
mekanisme pemeliharaan, pengoperasian dan pengendaliannya.
2) Setiap OPD tidak seharusnya melaksanakan pengadaan, Perawatan
dan pengendalian infrastruktur TIK sendiri apalagi tanpa
berkoordinasi dengan Dinas Kominfo, hal ini dimaksudkan untuk
pengendalian keamanan asset.
3) Informasi pemerintah daerah, apabila sudah ada sistem yang
dibangun dari pusat untuk kepentingan nasional, maka sistem bisa
diatur sedemikian rupa agar tidak terjadi masalah teknis operasional
akses informasi yang mengganggu kinerja seluruh jaringan
pemerintah daerah. Dinas Kominfo yang memiliki kewenangan
kebijakan untuk pengamanan seluruh sistem.
4) Kepala Daerah memiliki kewenangan penuh untuk mengendalikan
dan memanfaatkan seluruh sumber daya yang ada di wilayahnya
untuk sebesar-besarnya kepentingan masyarakatnya, untuk itu
setiap OPD wajib tunduk pada kebijakan Kepala Daerah. Termasuk
diantaranya adalah kepemilikan data/informasi sebagai aset
informasi.
5.3.1 Organisasi Perangkat Daerah (OPD)
Reorientasi Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Komunikasi dan
Informatikamerupakan rekomendasi utama dalam percepatan implementasi
e-Government di Pemerintah Kabupaten Lumajang, yakni :
BAB VI - 91
▪ Tupoksi Lama : Mengkoordinasikan perumusan kebijakan teknis
komunikasi dan informasi meliputi ketatausahaan, pengolahan data,
penyiaran, jaringan dan komunikasi data, dan pengembangan sistem
aplikasi sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku agar
terbentuknya sistem jaringan komunikasi dan informasi di Kabupaten
Lumajang.
▪ Tupoksi Baru : Melaksanakan pengembangan dan pengelolaan
pemerintahan elektronik meliputi Perumusan kebijakan teknis
dibidang Komunikasi dan Informatika; pelaksanaan tugas bidang
pengembangan dan pengelolaan sarana dan prasarana e-Government;
pelaksanaan tugas bidang pengembangan dan pengelolaan Data dan
aplikasi terintegrasi e-Government; pelaksanaan tugas bidang
penglolaan Pos dan telekomunikasi serta diseminasi informasi publik;
pelaksanaan tugas lain yang diberikan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
5.3.2 Penambahan SDM
a. Infrastruktur TIK : 6 orang, dengan rincian penugasan khusus sebagai
berikut :
1) Datacenter/Data recovery center : 2 orang dengan tugas instalasi,
perawatan, monitoring fisik DC, perbaikan perangkat, help desk,
kerjasama pihak ketiga untuk pengelolaan DRC, Bandwidth dan IP
serta kebijakan akses situs nasional/internasional.
2) Jaringan MAN, WAN, LAN untuk melayani seluruh OPD : 2 orang
dengan tugas yaitu intalasi dan perawatan media transmisi, routing,
cabling, data traffic monitoring, kerjasama dengan pihak ketiga dalam
penyediaan local loop.
3) Sistem pengamanan informasi : 2 orang dengan tugas yaitu melakukan
instalasi sistem pengamanan informasi, monitoring, insiden handling,
kebijakan pengamanan informasi, sisialisasi awareness serta
kerjasama dengan komunitas dan institusi jejaring pengamanan
informasi nasional dan internasional.
BAB VI - 92
b. Sistem Informasi : 6 orang, dengan penugasan khusus sebagai berikut :
1) Data Manajemen : 2 orang dengan tugas untuk membangun dan
memelihara Arsitektur data, pengumpulan data, pengelolaan data,
distribusi dan pemanfaatan data
2) Pengembangan aplikasi dan sistem integrasi : 2 orang dengan tugas
untuk pengembangan aplikasi, pemeliharaan aplikasi, kebijakan
pengembangan aplikasi dan backup system.
3) Tata laksana sistem informasi : 2 orang dengan tugas untuk
membangun proses bisnis, IT management, perencanaan TIK,
dokumentasi sistem, tester aplikasi, implementasi dan sosialisasi,
pengelolaan aplikasi top down, dan pengendalian software proprietary.
5.1 Rekomendasi Infrastruktur
Rekomendasi yang ada dibawah ini merupakan sebaik-baiknya kondisi
sarana dan prasarana TIK yang ada di sebuah institusi. Dengan segala
bentuk jenis perangkatnya, seperti Data Center, Jaringan, Keamanan,
Service, Manajemen SDM, dan Konektifitas. Pada tabel berikut ini dapat
dilihat rekomendasi untuk Sarana & Prasarana TIK di Pemerintahan
Kabupaten Lumajang.
No Indikator Spesifikasi Kebijakan Strategi Hasil
1. Data Center Ruang DC:
raise floor,
wall, cyling,
pendingin,
kontrol
kelembaban,
kontrol debu,
smoke
detector,
pemadam,
cabling
Ruang Green
DC/DRC
dengan
standar TIA
942 Tier 1
Membangun
Datacenter
1. Menentukan
Luas Ruang yang
dibutuhkan
2. Menentukan
lokasi ruang
yang tepat
3. Mengukur
daya yang
dibutuhkan
4. Mengatur
pendinginan &
kelembaban
Ruang DC
ukuran P/L 10
M2, tinggi 3,5
M, Raise Floor
50 Cm, dingin
22oC,
pemadam,
keteraturan
kabel
BAB VI - 93
No Indikator Spesifikasi Kebijakan Strategi Hasil
ruang
5. Lantai anti
statis (raised
Floor System)
6. Memilih Jenis
Rack Server&
Pengaturan
Kabel
7. Pemadam
kebakaran &
System
keamanan
lainnya
Pemanfaatan
DRC milik pihak
ketiga
2 Server dan
Networking
Server,
storage,
switch,
router,
Firewall / IPS
Efisiensi
sumber daya
perangkat
dengan
menggunakan
teknologi
terkini
Pengadaan
Perangkat TI
Instalasi berbasis
cloud
Kesiapan
instalasi
3 Mekanikal
dan
Elektrikal
Rack, Main
Power,
secondary
Power, UPS,
Grounding,
power
capacity,
power
network
Efisiensi
sumber daya
perangkat
dengan
menggunakan
teknologi
terkini
Pengadaan
equipment
Instalasi berbasis
Green DC
Memastikan
grounding 0 Ohm
Power PLN dan
Genset
Kesiapan
instalasi
4 Data Security Monitoring
logical
Jaminan SLA
Monitoring 24 x
7 Insident
Down Time
<22 jam/thn
BAB VI - 94
No Indikator Spesifikasi Kebijakan Strategi Hasil
security,
phisical
security
99,9 % Handling Response Time
1 jam
5 Maintenance Perawatan,
penggantian
alat dan
ketersedian
alat
perawatan
Perawatan
Harian
Kesiapan
perangkat
pengganti
Aktifitas
monitoring
harian Log Book
Analisis
Perbaikan
Down Time
<22 jam/thn
Response Time
1 Jam
6. Manajemen
dan
Operasional
Standar
layanan
Menggunakan
IT
Infrastructure
Library (ITIL)
Pemahaman
system
Pelaksanaan
system Monev
Kebijakan
Pimpinan
Daerah dan
SOP
Dilaksanakan
secara terpadu
Pemahaman
system
Pelaksanaan
system Monev
Audit TI Dilaksanakan
tiap tahun
Audit optimasi
infrastruktur
Audit
pemanfaatan
Aplikasi Audit
tatakelola
7 Kelembagaan SDM Optimalisasi
SDM
Perekrutan,
penugasan,
distribusi, karir,
kesejahteraan
6. Akses Bandwidth
dan
Jaringan
Intranet
antar OPD
Optimasi
kebutuhan
dan
pemanfaatann
ya
Pengadaan dan
distribusi
pemanfaatannya
BAB VI - 95
Data Center
Dalam sistem informasi, data yang saling berhubungan dan digunakan
oleh beberapa bagian seharusnya tersimpan dalam suatu server database,
sedangkan sistem aplikasi yang digunakan untuk mengelola datanya
tersimpan dalam server aplikasi. Agar para pengguna bisa menggunakan
sistem informasi tersebut dengan baik, maka jaringan komputer eksisting
harus didukung oleh sistem manajemen jaringan. Manajemen jaringan,
database dan aplikasi tersebut dikelola dalam sebuah tempat atau fasilitas
yang disebut data center. Disini berbagai perangkat jaringan dan server
beserta tim pengelolanya melakukan berbagai aktivitas agar jaringan
komputer dan semua sistem informasi berjalan dengan baik.
Pembangunan data center haruslah memenuhi standar untuk
menjamin eksitensi data yang tersimpan di dalamnya. Salah satu standar
data center yang telah diakui internasional adalah TIA–942, standar ini
dikeluarkan oleh Telecommunications Industry Association (TIA)
bekerjasama dengan Asosiasi Industri Elektronika (EIA), suatu organisasi
terpisah yang diakui oleh ANSI (American National Standard Institute).
Berikut adalah beberapa catatan mengenai implementasi pembangunan data
center agar dapat dilakukan dengan baik dan benar.
Pembangunan data center memiliki dasar hukum yang harus diperhatikan.
Dasar hukum mengenai data center tersebut adalah :
a. Instruksi Presiden Nomor 6 tahun 2001. (Tentang Pengembangan
dan Pendayagunaan Telematika di Indonesia).
b. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003. (Tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan E-Government).
c. Keputusan Menteri Kominfo Nomor 57 Tahun 2003. (Tentang
Panduan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan E-Government
Lembaga).
d. Panduan Penyelenggaraan Situs Web Pemerintah Daerah
(Depkominfo, 5 Agustus 2003).
BAB VI - 96
e. Peraturan Menteri Kominfo Nomor 28 Tahun 2006. (Tentang
Penggunaan Nama Domain go.id Untuk Situs Web Resmi Pemerintah
Pusat dan Daerah).
f. Undang Undang No.14 Tahun 2008. (Tentang Keterbukaan
Informasi Publik).
g. Perpres No. 95 Tahun 2018 (Sistem Pemerintahan Berbasis
Elektronik)
Selain dasar hukum, pembangunan data center juga memiliki standar teknis
yang harus diperhatikan. Standar teknis (Best Practice) mengenai data center
tersebut adalah:
a. ANSI/TIA-942: 2010 (Telecommunications Infrastructure Standards
for Data Centers).
b. The UpTime Institute, 2010 (Tier Classifications define site
infrastructure performance).
c. ASHRAE TC 9.9 2011 (Thermal Guidelines for Data Processing
Environments – Expanded Data Center Classes and Usage Guidance).
d. ISO/IEC 24764 Data Center.
e. ANSI/BICSI 002:2011 (Data Center Design and Implementation Best
Practices).
f. ITU TL. 1300 (Best Practices for Green Data Center).
g. SNI-03-1726-2003 (Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
untuk Bangunan Gedung).
h. SNI-0225-2011 (Persyaratan Umum Instalasi Listrik - PUIL 2011).
i. BNPB Indeks Rawan Bencana Indonesia 2011.
j. SNI 03-3985-2000 (Tata cara perencanaan, pemasangan system
deteksi dan alarm kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran
pada bangunan rumah dan gedung).
Data center dibangun berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan. Sebelum membangun, terlebih dahulu harus ditentukan
klasifikasi data center yang hendak dibangun. Klasifikasi untuk Data
Center menurut TIA-942 dapat dilihat pada tabel 5.5 dimana disana
diterangkan list jenis servis yang dibutuhkan dalam membangun data
BAB VI - 97
center, dan batas minimal peralatan untuk masing-masing servis
tergantung dari tingkatan TIER yang akan dibangun.
Dari tabel 5.5 tersebut klasifikasi Data Center terbagi atas 4, masing-
masing dengan servis tertentu yang menyertainya. Di Tier I adalah Tier
dasar atau terbawah, dimana disini merupakan batas bawah dari
suatu data center. Sedangkan Tier II dengan jenis komponen yang
redundant adalah yang terbaik kualitasnya. Penentuan Tier ini juga
akan berpengaruh terhadap biaya yang digunakan dalam
pembangunannya.
Tabel 5.5 Klasifikasi Data Center
Sedangkan pada tabel berikutnya dapat dilihat kriteria yang
dibutuhkan untuk pembangunan data center. Kriteria tersebut meliputi
beberapa aspek, yang terdiri atas aspek lokasi, sarana penunjang dan
komunikasi. Masing-masing aspek tersebut memiliki kriteria tertentu yang
harus dipertimbangkan dan ditaati.
SERVICESTIER I
BASIC
Building Type
UPS
Generator
Power Point
PDU (Electrical Panel)
Fire Protection
Raised Floor
R/F Height
Grounding For DC
Uptime
Plan Down Time (H)
Feeder Supply
Tenant
N Units
N Units
1 Fuse
to Many Outlets
(N) PDU
Wet Sprinkler
> 500 ft2
>/=0,3408 m
Not Required
99,67 %
18.8
1 Wing
TIER IIREDUNDANT
COMPONENTS
Tenant
N+1 Units
N+1 Units
1 Fuse
to 1 Sockets
(N+1) PDU
Dry Pre Action
> 1000 ft2
>/=0,4572 m
Not Required
99,75 %
14
1 Wing
TIER IIREDUNDANT
COMPONENTS
Stand Alone
2N Units
2N Units
Multiple Fuseto Multi Sockets
(2N) PDU
Dry Pre Action+Gas+Vesda
> 5000 ft2
>/=0,762 m
Required
99,98 %
1,6
2 Wing (1 Active)
TIER IIREDUNDANT
COMPONENTS
Stand Alone
2x(N+1) Units
2x(N+1) Units
Multiple Fuseto Multi Sockets
2 Source
2x(N+1) PDU
Dry Pre Action+Gas+Vesda
> 5000 ft2
>/=0,9144 m
Required
99,99 %
0,4
2 Wing (2 Active)
BAB VI - 98
Berdasarkan perumusan dan keterangan mengenai data center di atas,
maka rekomendasi spesifikasi umum Data Center/Data Recovery Center
untuk Pemerintah Kabupaten Lumajang terdiri atas :
1. Data Recovery Center dititipkan ke pihak ketiga yang mempunyai
standar pengamanan informasi yang baik, lebih diutamakan yang sudah
memiliki ISO 27001:2005 atau SS504 atau juga yang menggunakan
standar itu meskipun belum bersertifikat
2. Ruangan : 2.5 x 4 meter, tanpa jendela / dinding kaca yang mepet ke
pinggir luar gedung.
3. Jumlah rack minimal 3 buah, yakni rack keamanan dan storage, rack
server dan rack distribusi
4. Pendingin ruangan, suhu ruangan dibawah 20 derajad celcius
5. Raise floor dan atap : apabila menggunakan bahan standar dan aman
dari akses binatang (pengerat, serangga ataupun melata), maka sangat
baik digunakan sebagai jalur kabel, tinggi raise floor sekitar 30 Cm.
6. Pintu berpengaman kunci biometric.
7. Setiap kabel mempunyai label alamat asal dan tujuan.
8. Pemeliharaan berkala untuk setiap perangkat.
ASPEK KETERANGAN
LOKASI
- Berada di luar radius mitigasi bencana/gunung berapi (>15km)- Tidak berada dalam jalur patahan geologi- Jika merupakan data center untuk Disaster Recovery, minimum berjarak >
40km dari data center utama
- Cukup tersamarkan dari pengenalan publik (tidak ekspose)
SARANA
PENUNJANG
- Generator listrik cadangan- Catuan PLN, dengan minimum 2 sumber pembangkit yang berbeda untuk
tier tinggi- Uninterruptible Power Supply (UPS), dengan baterai berkapasitas memadai
yang mampu menyediakan pasokan daya sebelum Genset dihidupkan- Pengatur udara (HVAC, Heating, Ventilation, and Air Conditioning), yang
mampu menjaga suhu dan kelembaban- Sistem Pentanahan (Grounding), tahanan terintegrasi < 0,5 ohm
KOMUNIKASI
- Memiliki koneksi komunikasi data network lebih dari 1 sumber dengan lebihdari 1 operator untuk tier tinggi
- Jika diperlukan, penyiapan koneksi komunikasi data dapat menggunakanakses satelit
- Penyiapan jalur komunikasi untuk kordinasi dan komando, misalmenggunakan Radio HF/SSB
- Pengamanan jalur komunikasi untuk menjaga confidentiality suatu data /informasi
BAB VI - 99
Pada tabel dapat dilihat Rekomendasi spesifikasi detail perangkat Data
Center/Data Recovery Center untuk Pemerintah Kabupaten Lumajang.
Spesifikasi
Server
- Memiliki Processor Intel Xeon Silver 4114(2.2GHz/10-
core/13.75MB/85W) Processor
- Memiliki Memory DDR4 RDIMM
Memory,16GB,2400MT/s,2Rank(1G*8bit),1.2V, ECC
Spesifikasi
Storage
Software Storage Data Center:
- Device Management
- Smart Thin
- Smart Multitenant
- Smart Migration
- Smart Erase
- Smart Motion
- Cloud Service
- System Reporter
- Memiliki HDD 1.8TB 10K RPM SAS Disk Unit(2.5")
- Memiliki License Thin Provisioning, SnapShot, Copy,
Clone dan Replikasi
Spesifikasi
Cloud
Computing
Minimal memiliki:
- Processor 8 core
- RAM 8 Gb
- HDD 500 Gb
Bandwidth minimal 2 mbps
- Memilio
Spesifikasi
Jaringan
ROUTER CLOUD:
- Memiliki 12 port Gigabit ethernet, 1 port serial dan 1
port USB
- Memiliki CPU Tilera Tile-Gx16 1.2GHz 16 Cores
- Dilengkapi dengan memori 2GB RAM
Spesifikasi
UPS, WS,
RACK, AC
RACK:
- Standing Close Rack
dengan ukuran 19" (42U)
PENDINGIN RUANGAN:
- Bertipe Floor Standing
- Kapasitas Pendinginan:
BAB VI - 100
- Pintu Kaca (Glass Door)
- Kedalaman 900 mm
- Dilengkapi dengan:
• Front Door, Steel Rear
Door, 2 Side Door with
Lock
• 1 Unit 8 Outlet Powerset
for 20U, 27U & 32U With
Switch
• 1 Unit 12 Outlet Powerset
for 42U & 45U with
Switch
• 2 Fan for 20U, 27U &
32U, 4 Fan for 42U &
45U
• 1 Pcs Fix Shelf and 50
Set Cagenuts and Screws
• 4 Pcs Adjustable Foots
and 4 Pcs Castors
24.550 Btu per jam
- Daya Listrik 2500 watt
- Tipe Refrigerant: R-410a
Rencana pengembangan jaringan Backbone mengacu pada kondisi
infrastruktur yang sudah dibangun saat ini. Sudah selayaknya seluruh Dinas
/ Kantor yang berada di lingkup Pemerintahan Kabupaten Lumajang sudah
menggunakan jaringan komputer dengan teknologi Fiber Optic (FO), karena
sebagian topografi Kabupaten Lumajang yang tidak semua datar, untuk
daerah dengan topografi dataran maka diprioritaskan untuk membangun
dengan teknologi FO karena teknologi ini lebih memungkinkan kecepatan
dan kestabilan akses data. Pembangunan dilakukan hingga jaringan internet
dapat menjangkau desa/kelurahan, sekolah dan puskesmas. Pada gambar
berikut ini dapat dilihat diagram Perencanaan Jaringan Pemerintah
Kabupaten Lumajang.
BAB VI - 101
Rekomendasi Bandwidth
Untuk meningkatkan kinerja penggunaan aplikasi berbasis web,
sebelum dibangunnya system jaringan intranet, maka diperlukan jaringan
internet untuk mengakses aplikasi dari tersebut. Berdasarkan survey yang
sudah dilakukan, pada tabel berikut ini merupakan kebutuhan bandwidth
masing-masing OPD.
No Nama Satuan Kerja Perangkat Daerah Sudah Belum Bandwidth
1. Inspektorat X 25 Mbps
2. RSUD X 20 Mbps
3. Satuan Polisi PP X 5 Mbps
4. Badan Kepegawaian Pendidikan Dan
Pelatihan Daerah
X 10 Mbps
5. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik X 5 Mbps
6. Badan Penanggulangan Bencana Daerah X 5 Mbps
7. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Dan Litbang
X 20 Mbps
8. Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan
Daerah
X 20 Mbps
9. Sekda X 5 Mbps
10. Asisten I X 3 Mbps
11. Asisten II X 3 Mbps
BAB VI - 102
No Nama Satuan Kerja Perangkat Daerah Sudah Belum Bandwidth
12. Asisten III X 3 Mbps
13. Staf Ahli X 3 Mbps
14. Bagian Administrasi Kesra Dan Masyarakat X 5 Mbps
15. Bagian Administrasi Pembangunan X 25 Mbps
16. Bagian Administrasi Pemerintahan Umum X 5 Mbps
17. Bagian Administrasi Perekonomian X 5 Mbps
18. Bagian Administrasi Sda X 5 Mbps
19. Bagian Hukum X 5 Mbps
20. Bagian Humas Dan Protokol X 5 Mbps
21. Bagian Organisasi X 5 Mbps
22. Bagian Layanan Pengadaan X 20 Mbps
23. Bagian Umum X 5 Mbps
24. Sekretariat DPRD X 5 Mbps
25. Dinas Perdagangan Koperasi Dan Usaha
Mikro
X 5 Mbps
26. Dinas Pariwisata X 5 Mbps
27. Dinas Pemuda dan Olah Raga X 5 Mbps
28. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil X 20 Mbps
29. Dinas Komunikasi Informatika Dan
Statistik
X 10 Mbps
30. Dinas Tenaga Kerja X 5 Mbps
31. Dinas Kesehatan X 5 Mbps
32. Dinas Ketahanan Pangan X 5 Mbps
33. Dinas Lingkungan Hidup X 5 Mbps
34. Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan
Ruang
X 10 Mbps
35. Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan
Dan Perlindungan Anak
X 5 Mbps
36. Dinas Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa X 5 Mbps
37. Dinas Penanaman Modal & Ptsp X 20 Mbps
38. Dinas Pengendalian Penduduk Dan
Keluarga Berencana
X 5 Mbps
39. Dinas Pendidikan X 5 Mbps
40. Dinas Perhubungan X 10 Mbps
BAB VI - 103
No Nama Satuan Kerja Perangkat Daerah Sudah Belum Bandwidth
41. Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan X 5 Mbps
42. Dinas Pertanian Dan Perikanan X 5 Mbps
43. Dinas Perumahan Dan Kawasan
Pemukiman
X 5 Mbps
Total kebutuhan bandwidth 250 Mbps
Kecamatan – Kecamatan Kabupaten Sudah Belum Bandwidth
1 Kecamatan1 X 5 Mbps
2 Kecamatan 2 X 5 Mbps
3 Kecamatan 3 X 5 Mbps
4 Kecamatan 4 X 5 Mbps
5 Kecamatan 5 X 5 Mbps
6 Kecamatan 6 X 5 Mbps
7 Kecamatan 7 X 5 Mbps
8 Kecamatan 8 X 5 Mbps
9 Kecamatan 9 X 5 Mbps
10 Kecamatan 10 X 5 Mbps
11 Kecamatan 11 X 5 Mbps
12 Kecamatan 12 X 5 Mbps
13 Kecamatan 13 X 5 Mbps
14 Kecamatan 14 X 5 Mbps
15 Kecamatan 15 X 5 Mbps
16 Kecamatan 16 X 5 Mbps
17 Kecamatan 17 X 5 Mbps
18 Kecamatan 18 X 5 Mbps
19 Kecamatan 19 X 5 Mbps
20 Kecamatan 20 X 5 Mbps
21 Kecamatan 21 X 5 Mbps
Total kebutuhan bandwidth kecamatan 105 Mbps
21 21
Gedung pemerintahan
1 Kantor Kepala Daerah X 10 Mbps
2 Rumah Dinas Bupati X 10 Mbps
3 Rumah Dinas Wakil Bupati X 5 Mbps
BAB VI - 104
Gedung Pemerintahan
4 PKK X 5 Mbps
5 TIC X 5 Mbps
6 Gedung Kopri X 5 Mbps
7 Total kebutuhan bandwidth 40 Mbps
Grand Total Kebutuhan Bandwidth 502 Mbps
Rekomendasi Aplikasi
Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan, dapat dipetakan
kebutuhan aplikasi untuk mendukung implementasi layanan pemerintah
berbasis elektronik di Kabupaten Lumajang. Sesuai dengan perpres no.95 th
2018 mengenai Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik, ada beberapa hal
yang harus ada sebagai bentuk layanan pemerintah terhadap kepada
masyarakat. Beberapa aplikasi yang sebaiknya harus dimiliki oleh
pemerintaha daerah dalam mewujudkan system pemerintahan berbasi
elektronik adalah sesuai dengan gambar ini.
BAB VI - 105
Rekomendasi kebutuhan aplikasi dapat dilihat pada tabel berikut, dimana
jenis aplikasi dibagi menurut kegunaan dari aplikasi yang di
rekomendasikan, beserta OPD yang sekiranya membutuhkan aplikasi
tersebut.
No Jenis Aplikasi OPD Integrasi
A. Layanan Publik
1. Kependudukan Dukcapil
Simduk Nasional/Prop/Kota-
Kab Semua sistem layanan
publik
2. Pajak dan Retribusi BPRD Bank Jatim, Sistem Pelayanan
Perijinan Terpadu (Simpadu)
3. Pendaftaran dan
Perijinan DPMPTSP
Katalog Hukum, Peraturan dan
Perundang-undangan Bisnis
dan Investasi Web
4. Pengaduan
Masyarakat Kominfo
Publikasi Informasi Umum dan
Kepemerintahan, SIAK (Sistem
Informasi Administrasi
Kependudukan)
5.
Publikasi Info
Umum dan
Kepemerintahan
(Web Site)
Kominfo
Semua aplikasi e-Government
yang membutuhkan publikasi
informasi ke masyarakat
B. Administrasi dan Manajemen
1.
E-Mail, surat
elektronik dan
dokumentasi
elektroniknya
Kominfo
Sistem Informasi Manajemen
Administrasi Kepegawaian
(SIMAK)
2. Dokumen
Elektronik (e-Filling) Seluruh OPD E-Finance, DJP Online
C. Legislasi
1. Administrasi DPRD Setwan JDIH
2. Sistem Pemilu
Daerah KPUD Website Informasi
3. Katalog Hukum Bag. Hukum JDIH Propinsi, JDIHN
BAB VI - 106
No Jenis Aplikasi OPD Integrasi
D. Pembangunan
1. SIM Data
Pembangunan Bappeda
Perencanaan pembangunan
Daerah. Pengadaan barang dan
Jasa Pengelolaan Proyek
Sistem Evaluasi dan Informasi
Hasil Pembangunan
2.
Perencanaan
pembangunan
Daerah
Bappeda
Sistem Informasi dan
Manajemen Data
Pembangunan Pengelolaan
Proyek Sistem Evaluasi dan
Informasi Hasil Pembangunan
3. Pengadaan barang
dan Jasa LPSE
Pengelolaan dan Monitoring
Proyek Perencanaan
pembangunan Daerah
4. Pengelolaan dan
Monitoring Proyek LPSE
Sistem Pengadaan Barang dan
Jasa Perencanaan
pembangunan Daerah
5.
Sistem Evaluasi dan
Informasi Hasil
Pembangunan
Bappeda
Sistem Perencanaan
Pembangunan DaerahSistem
Anggaran
E. Keuangan
1. Sistem Anggaran BPKD
Sistem Kas dan
Perbendaharaan Sistem
Akuntansi Daerah
Perencanaan Pengelolaan dan
Monitoring Proyek
2. Kas dan
Perbendaharaan BPKD
Sistem Anggaran Sistem
Akuntansi Daerah
3. Akuntansi daerah BPKD Sistem Anggaran Sistem Kas
dan Perbendaharaan
F. Kepegawaian
1. Mutasi dan Bangrir BKD
Pelayanan, Modul Publikasi
Informasi Umum dan
Kepemerintahan
BAB VI - 107
No Jenis Aplikasi OPD Integrasi
2. Absensi dan
penggajian BKD Keuangan
3. Penilaian Kinerja
PNS BKD Sistem Absensi dan Penggajian
4. Pendidikan dan
Pelatihan BKD
Publikasi Informasi Umum dan
Kepemerintahan
G. Dinas Lembaga
1. Kepemerintahan Keuangan Pembangunan
Pengelolaan Barang
Daerah BPKD
Sistem Pengadaan Barang dan
Jasa Sistem Anggaran Katalog
Barang daerah
Katalog Barang
Daerah Setiap OPD
Sistem Perencanaan
Pembangunan daerah
Pengelolaan Barang daerah
Pengelolaan
Pendapatan Daerah BPKD
Perpajakan dan Retribusi
Sistem Kas dan
Perbendaharaan
Pengelolaan
Perusahaan Daerah Perusda
Modul Industri dan
Perdagangan Perpajakan dan
Retribusi
2. Kewilayahan
Tata Ruang dan
Lingkungan Hidup
Bappeda
DLH
DPKP
DPUTR
Modul Publikasi Informasi
Umum dan Kepemerintahan
Potensi Daerah
Disperindag
Disbudpar
Bappeda
DPMPTSP
Disperta
Setda
Modul Publikasi Informasi
Umum dan Kepemerintahan
Modul Katalog Hukum,
Peraturan dan Perundang-
undangan Modul Bisnis dan
Investasi Modul Pendaftaran
dan Perijinan
Pertanian,
Perikanan,
Disperta
Diskan Modul Potensi Daerah
BAB VI - 108
No Jenis Aplikasi OPD Integrasi
Peternakan
Pariwisata Disbudpar Blok Fungsi Dinas & Lembaga,
Sub- Modul Potensi Daerah.
Koperasi, Usaha
Kecil dan Menengah
Dinkop dan
UM Modul Potensi Daerah
3. Kemasyarakatan
Kesehatan Dinkes
SIAK dan Simduk Publikasi
Informasi Umum dan
Kepemerintahan. Aplikasi Top
Down Sosial dan Kemiskinan
Pendidikan Dindik
SIAK dan Simduk Publikasi
Informasi Umum dan
Kepemerintahan Aplikasi Top
Down Sosial dan Kemiskinan
Ketenagakerjaan Disnaker
SIAK dan SIMDUK Publikasi
Informasi Umum dan
Kepemerintahan. Industri dan
Perdagangan
Industri dan
Perdagangan Dindag
Publikasi Informasi Umum dan
Kepemerintahan
Ketenagakerjaan
Sosial dan
Kemiskinan
Dinsos
Bappeda
Publikasi Informasi Umum dan
Kepemerintahan, SIAK
Pemerintahan DPMD
Kecamatan
SIAK dan Simduk Sosial dan
Kemiskinan
4. Sarana dan
Prasarana
Transportasi Dishub
Publikasi Informasi Umum dan
Kepemerintahan. Perencanaan
pembangunan daerah
Jalan, Jembatan
dan drainase DPUTR
Publikasi Informasi Umum dan
Kepemerintahan. Perencanaan
pembangunan daerah
Komunikasi (Kabel, Kominfo Publikasi Informasi Umum dan
BAB VI - 109
No Jenis Aplikasi OPD Integrasi
BTS broadband, Hot
Spot, dll)
Kepemerintahan. Perencanaan
pembangunan daerah
Sampah dan
Limbah DLH
Publikasi Informasi Umum dan
Kepemerintahan. Perencanaan
pembangunan daerah
Ruang terbuka
hijau DLH
Publikasi Informasi Umum dan
Kepemerintahan. Perencanaan
pembangunan daerah
Bangunan dan
gedung DPUTR
Publikasi Informasi Umum dan
Kepemerintahan. Perencanaan
pembangunan daerah
Perumahan dan
Permukiman DPKP
Publikasi Informasi Umum dan
Kepemerintahan. Perencanaan
pembangunan daerah
Penerangan Jalan
Umum Dishub
Publikasi Informasi Umum dan
Kepemerintahan. Perencanaan
pembangunan daerah
Air Bersih PDAM
Publikasi Informasi Umum dan
Kepemerintahan. Perencanaan
pembangunan daerah
Potensi daerah
Standarisasi Data
Dalam sistem informasi, data yang saling berhubungan dan digunakan
oleh beberapa bagian seharusnya tersimpan dalam suatu server database,
sedangkan sistem aplikasi yang digunakan untuk mengelola datanya
tersimpan dalam server aplikasi. Agar para pengguna bisa menggunakan
system informasi tersebut dengan baik, maka jaringan komputer eksisting
harus didukung oleh sistem manajemen jaringan. Manajemen jaringan,
database dan aplikasi tersebut dikelola dalam sebuah tempat atau fasilitas
yang disebut data center. Disini berbagai perangkat jaringan dan server
beserta tim pengelolanya melakukan berbagai aktivitas agar jaringan
komputer dan semua sistem informasi berjalan dengan baik.
BAB VI - 110
6.2 ROADMAP PEMBANGUNAN TIK
Pada bagian sebelumnya, telah dijelaskan bahwa setiap OPD telah
mempunyai aplikasi yang diinginkan, selain aplikasi yang telah ada; maka
dari itu, secara singkat dijabarkan di sini, urgensi mempunyai program
percepatan sebagai berikut:
(1) Pemetaan Proses Bisnis dan IKU (Bappeda/Bagian Organisasi Setda)
dalam rangka integrasi aplikasi umum dan khusus untuk layanan
administrasi dan layanan publik
(2) Pembangunan Interface Integrasi GRMS dan Aplikasi Umum Tahap
1 untuk Pelaporan dan Decision Support System berbasis Data
(3) Pembangunan Dashboard berbasis Web & Mobile Apps dengan Spatial
Display/GIS
(4) Pengembangan Aplikasi Khusus Terpilih untuk mendukung Layanan
Publik,
(5) Rintisan Internet of Things pada sistem monitoring industri
“pertambangan”
Program ini butir (3) misalnya, akan menjadi pusat dari sistem Smart City
Lumajang di masa depan. Program Quick Win ini merupakan langkah
percepatan dalam mewujudkan Smart Gorvernance di Pemerintah
Kabupaten Lumajang. Adapun modul-modul yang siap diintegrasikan yang
terdiri dari Smart Governance, Smart Branding, Smart Economy, Smart Living,
Smart Society, Smart Environment yang ditunjukkan pada tabel berikut :
No SMART NAMA MODUL
1 SMART
GOVERNANCE
E-GOVERNMENT
APP.
1. Service
a. e-Transport
b. E-Parking
c. E-Pengujian
d. Aplikasi survei kepuasan masyarakat
2. Bureaucarcy
a. Government Resource Management
System (dari e-planning, e-budgeting,
e-project planning, e-procurement, e-
BAB VI - 111
No SMART NAMA MODUL
aset, e-inventaris, hingga e-
performance)
b. E-Surat
c. Absensi digital, bioetric & on-line
d. Komunikasi VoIP
e. Entreprise Resource Planning
f. E-Dishub
3. Polecy
a. E-aduan, ...
b. Pilkada on-line
c. Dashboard & management decision
support
d. COMMAND CENTER
e. Data Center
4. E-Tilang
2 SMART BRANDING
1. Appearance
a. Smart Reklame Kota
b. Web Kota, Portal
2. Bussiness
a. Perijinan online
3. Tourism
a. Aplikasi Smart-tourism
4. Aplikasi Agrowisata
3 SMART ECONOMY 1. Transaction
a. Smart Retribusi
b. Smart Reklame
c. SIM Koperasi
2. Welfare
a. SIM monitoring penerima bantuan
sosial
BAB VI - 112
No SMART NAMA MODUL
b. Pembangunan infrastructur
Komunikas, Fiber Optic
3. Industry
a. Aplikasi pengujian produk otomatis
4. Aplikasi Persediaan
4 SMART LIVING 1. Mobility
a. ATCS-ITS (Pengatur Lalin kota besar)
b. SARTI (pengatur lalin kota kecil dan
menengah)
c. Sistem Informasi Kapal &
kepelabuhan
d. E-Revenu
e. E-Armada, E-terminal
f. Intelligent Transport Command
Center
2. Health
a. e-Health,
b. SIMRS
c. Sistem Antrian Rumah Sakit
3. Harmony
4. SIM HOTEL
5 SMART SOCIETY 1. Security
a. City Security berbasis CCTV
b. Save City
2. Learning
a. SIMAkademic
b. PSBOnline
3. Community
4. WiFi dan Broadband Learning Center
BAB VI - 113
No SMART NAMA MODUL
6 SMART
ENVIRONMENT
1. Energi
a. Smart Lamp Rumah Tangga
b. Solar Panel Power Plant
2. Waste
a. Waste management
b. Tracking Armada
3. Protection
4. Wireless Sensor Network
Roadmap merupakan rencana yang memuat tahapan sistematis dalam
pelaksanaan program kegiatan dalam kurun waktu tertentu. Fungsi dari
roadmap untuk pengembangan Teknologi Informasi Kabupaten Lumajang ini
dimaksudkan untuk memandu para pelaksana dalam menjalankan langkah
demi langkah pelaksanaan pengembangan TI tersebut.
Tabel berikut adalah rincian rencana pengembangan Teknologi
Informasi & Komunikasi di Kabupaten Lumajang. Adapun pada Tabel
tersebut, rencana pengembangan meliputi aspek Infrastruktur IT yang
berupa Data Center, Internet & Jaringan. Sedangkan aspek Tata Kelola IT
meliputi Arah & Pengembangan Kebijakan IT, Organisasi dan Sumber Daya
Manusia (SDM) IT, Standar Operasional Prosedur (SOP). Masing-masing
aspek direncanakan dalam 5 tahap.
BAB VI - 114
Infrastruktur IT Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 5
Data Centre
1. Menyiapkan ruang
untuk Data Centre yang
sesuai standart (lokasi,
konstruksi, power
manajemen, dsb)
2. Pengadaan Server &
Data Center di
Lingkungan Kabupaten
Lumajang
1. Implementasi &
Instalasi Data
Centre
2. Rancangan
infrastruktur
Jaringan
(Jaringan &
Data Center)
1. Penambagan
Storage Data
Center
2. Proses Instalasi
Aplikasi ke Data
Center
1. Maintenance Data
Center
2. Penambagan
Storage Data
Center (jika
diperlukan)
1. Maintenance Data
Centre
2. Maintenance
Jaringan
Internet &
Jaringan
1. Merancang topologi
jaringan untuk
lingkungan OPD
Pemkab Lumajang
2. Merancang jaringan
internet agar terpusat &
dapat koneksi antar
komputer / OPD di
Lingkungan Pemkab
Lumajang
3. Pengadaan Internet
OPD yang guna
percepatan penyediaan
infrastruktur yang
menghubungkan tiap
1. Membagi
bandwidth ke
tiap-tiap OPD
Pemkab
Lumajang
karena sudah
terpusat
2. Memastikan
antar bagian
bisa saling
terhubung
1. Menambah kuota
internet untuk
keperluan
manajemen dan
publik sesuai
kebutuhan
2. Maintenance
Jaringan Internet
1. Menambah kuota
internet untuk
keperluan
manajemen dan
publik sesuai
kebutuhan
2. Maintenance
Jaringan Internet
1. Menambah kuota
internet untuk
keperluan
manajemen dan
publik sesuai
kebutuhan
2. Maintenance
Jaringan Internet
BAB VI - 115
Infrastruktur IT Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 5
OPD dan
menghubungkan OPD
dengan data center
Tata Kelola IT Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 5
Arah dan
Pengembangan
(Kebijakan TIK)
1. Merancang Master Plan
Pengembangan e-
Government
2. Study banding
1. Evaluasi dan
monitoring
Master Plan dan
menindak
lanjuti
1. Evaluasi &
Monitoring
1. Evaluasi &
Monitoring
1. Evaluasi &
Monitoring
Organisasi dan
SDM IT
1. Membentuk bidang
yang khusus
menangani IT
2. Menyiapkan SDM IT
baik dari internal OPD
Kominfo maupun dari
pihak eksternal
3. Pelatihan dan workshop
SDM
1. Evaluasi dan
monitoring dan
menindak
lanjuti
2. Memberikan
pelatihan &
workshop IT
3. Memberikan
pelatihan
jaringan
1. Evaluasi &
Monitoring SDM IT
& Jaringan
1. Evaluasi &
Monitoring SDM IT
& Jaringan
1. Evaluasi &
Monitoring SDM IT
& Jaringan
Standart
Operasional
Prosedure (SOP)
1. Membuat SOP
penggunaan IT di
lingkungan OPD
Pemkab Lumajang
1. Evaluasi dan
monitoring dan
menindak
lanjuti hasil
SOP
1. Evaluasi dan
monitoring dan
menindak
lanjuti hasil SOP
1. Evaluasi dan
monitoring dan
menindak
lanjuti hasil SOP
1. Evaluasi dan
monitoring dan
menindak
lanjuti hasil SOP
BAB VI - 116
Infrastruktur IT Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 5
2. Mengatur hak dan
otoritas User dalam
mengakses Aplikasi
BAB VII - 117
BAB VII
PENUTUP
Dengan selesainya dokumen Master Plan Smart City Kabupaten
Lumajang ini, diharapkan akan diperoleh arahan yang jelas dan tegas terkait
pembangunan dan pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
untuk sebesar-besarnya layanan kepada masyarakat. Melalui proses bisnis
yang disusun secara terpadu, dan dibantu dengan bantuan perangkat mobil,
jaringan cloud negara, teknologi IoT hingga kecerdasan buatan, maka
aktiftas perijinan, kependdudukan, kependidikan, kesehatan di kota dapat
berlangsung lebih mudah, murah, cepat, transparan, terpadu dan aman.
Dengan demikian layanan administrasi di lingkup pemerintahan, layanan
khusus untuk dunia usaha dan masyarakat dapat berlangsung dengan
efektif, efisien dan membawa manfaat yang berkesinambungan. Dengan
demikian, perlu sinergi yang baik antara pemerintah, akademisi, dan
masyarakat secara terpadu.
BAB VII - 118
Sebagai sebuah Master Plan, jelas masih dibutuhkan upaya-upaya
perbaikan secara kontinyu dari waktu ke waktu. Untuk itu, transformasi ke
digital dari pelaku pemerintahan menjadi urgen untuk dilakukan secara
cepat, sehingga dari waktu ke waktu semua pelaku bisa berperan dalam
proses bisnis dalam rangka menjalankan sistem pemerintahan berbasis
elektronik melalui teknologi informasi dan komunikasi.
BUPATI LUMAJANG
Ttd.
H. THORIQUL HAQ, M.ML.