BAB I PENDAHULUAN

23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancasila telah mengajarkan kita nilai-nilai dasar tentang nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan dan nilai keadilan itu artinya nilai-nilai pancasila ada di dalam kehidupan setiap individu masing-masing. Pancasila sebagai paradigma dimaksudkan bahwa Pancasila sebagai sistem nilai acuan, kerangka-acuan berpikir, pola-acuan berpikir, atau jelasnya sebagai sistem nilai yang dijadikan kerangka landasan, kerangka cara, dan sekaligus kerangka arah / tujuan bagi yang menyandangnya. Istilah paradigma makin lama makin berkembang tidak hanya di bidang ilmu pengetahuan, tetapi pada bidang lain seperti bidang politik, hukum, sosial dan ekonomi. Paradigma kemudian berkembang dalam pengertian sebagai kerangka pikir, kerangka bertindak, acuan, orientasi, sumber, tolok ukur, parameter, arah dan tujuan. Sesuatu dijadikan paradigma berarti sesuatu itu dijadikan sebagai kerangka, acuan, tolak ukur, parameter, arah, dan tujuan dari sebuah kegiatan. Dengan demikian, paradigma menempati posisi tinggi dan penting dalam melaksanakan segala hal dalam kehidupan 1

Transcript of BAB I PENDAHULUAN

BAB  I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

      Pancasila telah mengajarkan kita nilai-nilai

dasar  tentang nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan,

nilai persatuan, nilai kerakyatan  dan nilai keadilan 

itu artinya nilai-nilai pancasila ada di dalam

kehidupan setiap individu  masing-masing. Pancasila

sebagai paradigma dimaksudkan bahwa Pancasila sebagai

sistem nilai acuan, kerangka-acuan berpikir, pola-acuan

berpikir, atau jelasnya sebagai sistem nilai yang

dijadikan kerangka landasan, kerangka cara, dan

sekaligus kerangka arah / tujuan bagi yang

menyandangnya. Istilah paradigma makin lama makin

berkembang tidak hanya di bidang ilmu pengetahuan,

tetapi pada bidang lain seperti bidang politik, hukum,

sosial dan ekonomi. Paradigma kemudian berkembang dalam

pengertian sebagai kerangka pikir, kerangka bertindak,

acuan, orientasi, sumber, tolok ukur, parameter, arah

dan tujuan. Sesuatu dijadikan paradigma berarti sesuatu

itu dijadikan sebagai kerangka, acuan, tolak ukur,

parameter, arah, dan tujuan dari sebuah kegiatan.

Dengan demikian, paradigma menempati posisi tinggi dan

penting dalam melaksanakan segala hal dalam kehidupan

1

manusia, dan yang menyandangnya itu di antaranya: (a)

bidang politik, (b) bidang ekonomi, (c) bidang social

budaya, (d) bidang hukum, (e) bidang kehidupan antar

umat beragama, Memahami asal mula Pancasila.

Perkembangan ilmu pengetahuan sangatlah pesat, sejalan

dengan kemajuan jaman, begitu pula dengan cara berpikir

masyarakat yang cenderung menyukai hal-hal yang

dinamis.

Semakin banyak penemuan-penemuan atau penelitian

yang dilakukan oleh manusia, tidak menutup kemungkinan

adanya kelemahan-kelemahan didalamnya, maka dari itu

dari apa yang telah diciptakan atau diperoleh dari

penelitian tersebut ada baiknya berdasar pada nilai-

nilai yang menjadi tolak ukur kesetaraan dalam

bermasyarakat, berbangsaan dan bernegara. Yaitu sila

pancasila dengan berpedoman pada nilai-nilai pancasila,

apapun yang diperoleh manusia dalam mengembangkan ilmu

pengetahuan akan sangat bermanfaat untuk mencapai

tujuan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

indonesia guna melaksanakan pembangunan nasional,

reformasi, dan pendidikan pada khususnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Pembangunan Sosial?

2. Bagaimana Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan

Sosial?

2

C. Tujuan

Membuat mahasiswa dan mahasiswi mengerti dan memahami

tentang pembangunan sosial, bagaimana

karakteristiknya, apa saja tujuan dari pembangunan itu

sendiri dll.

BAB II

PEMBAHASAN

3

A. Pengertian Pembangunan Sosial

Standar pertama dari Generally Accepted Auditing

Standar  di Indonesia untuk audit lapanganadalah

perencanaan yang memadai.Berikut adalah tiga alasan

utama mengapa seorang auditor harus mempersiapkan

rencanakontrak kerja yang tepat sehingga auditor

dapat memperoleh bukti yang cukup kompoten

untuk kondisi yang ada, membantu menjaga agar biaya

audit yang dikeluarkan tetap wajar, sertamenghindari

kesalahpahaman dengan kliennya.

Resiko akseptibilitas audit adalah ukuran untuk

menilai seberapa besar kesedian auditor

untuk menerima bahwa laporan keuangan mungkin saja

disajikan dengan kesalah penyajian yangmaterial

setlah proses audit diselesaikan dan pendapat

wajar tanpa syarat telah dinyatakan.Dengan

mempergunakan model resiko audit akan terlihatnya

asektibilitas audit dan bukti audityang

direncanakan. Sebagai contoh, jika auditor

memutuskan akan mengurangi nilai resikoasekptibilias

audit, maka akan mengurangi pula resiko deteksi

terencana serta bukti audit yangdirencanakaan akan

dikumpulkan harus ditingkatkan. Auditor pun

seseringkali harusmenugaskan staf yang lebih

berpengalaman atau meriview kertas kerja dengan

4

lebih cermat bagiklien dengan tingkat resiko

akseptibilitas audit yang lebih rendah.

Resiko Inheren adalah ukuran penilaian auditor atas

kemungkinan adanya kesalah penyajiaanyang material

atas akun sebelum mempertimbangkan efektivitas

pengendalian internnya.Penilaian terhadap resiko

akseptabilitas audit dan inheren adalah bagian yang

penting

dari perencanaan audit, karenan penilaian tersebut m

empengaruhi jumlah bukti audit yang harusdikumpulkan

dan staf yang harus ditugaskan untuk penugasan

itu.Selain semakin meningkatnya bukti audit yang

diperlukan untuk suatu tingkat resiko inherenyang

lebih tinggi dalam suatu area audit tertentu,

merupakan hal yang umum dilakukan pulauntuk

menugaskan staf yang memiliki lebih banyak

pengalaman untuk melakukan audit padaarea tersebut

serta melakukan revieu yang lebih mendalam pada

kertas kerja yang telah dibuat.

B. Pengertian Sosial Budaya

          Sosial merupakan rangkaian norma, moral,

nilai dan aturan yang bersumber dari kebudayaan suatu

masyarakat atau komuniti  yang digunakan sebagai acuan

dalam berhubungan antar manusia yang bersifat abstrak

dan berisikan simbol-simbol yang berkaitan dengan

5

pemahaman terhadap lingkungan dan berfungsi untuk

mengatur tindakan-tindakan yang dimunculkan oleh

individu-individu sebagai anggota suatu masyarakat.

Sedangkan budaya berasal dari kata Sans yaitu

Bodhya yang artinya pikiran dan akal budi.Budaya adalah

segala hal yang dibuat oleh manusia berdasarkan pikiran

dan akal budinya yang mengandung cinta, rasa, dan

kepercayaan adat istiadat ataupun ilmu.

Maka, pengertian sosial budaya itu sendiri adalah

segala hal yang diciptakan oleh manusia dengan

pemikiran dan budi nuraninya untuk kehidupan

bermasyarakat. Atau, lebih singkatnya, manusia membuat

sesuatu berdasarkan budi dan pikirannya yang

dipeuntukan dalam kehidupan bermasyarakat.

C. Pengertian Pancasila

Pancasila telah menjadi istilah resmi sebagai

dasar falsafah negara Republik Indonesia, baik ditinjau

dari sudut bahasa maupun dari sudut sejarah. Hai

tersebut dapat dilihat secara etimologis atau secara

teminologi sebagimana penjelasan berikut,

1) Secara Etimologis

Berdasarkan asal kata, Pancasila berasal dari

bahasa India, yakni bahasa Sansekerta. Menurut Muhammad

Yamin, Pancasila memiliki dua macam arti, yaitu Panca

artinya lima, syila dengan (i) biasa (pendek) artinya

6

sendi, alas, atau dasar, syila dengan (i) panjang

artinya peraturan tingkah laku yang penting, baik, dan

senonoh. Kata sila dalam bahasa Indonesia menjadi

susila artinya tingkah laku baik.

2) Secara Terminologi

Pada 1 Juni 1945, dalam sidang Badan Penyelidik

Usaha- Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)

perkataan Pancasila (lima asas dasar) digunakan oleh

Presiden Soekarno untuk memberi nama pada lima prinsip

dasar negara yang diusulkannya. Perkataan tersebut

dibisikkan oleh temannya seorang ahli bahasa yang duduk

disamping Soekarno, yaitu Muhammad Yamin.

D. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan

Sosial

7

    Pancasila itu sendiri. Prinsip etika Pancasila pada

hakikatnya bersifat humanistik, artinya nilai-nilai

Pancasila mendasarkan pada nilai yang bersumber pada

harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang

berbudaya. Dalam rangka pembangunan sosial, Pancasila

sebagai kerangka kesadaran yang dapat mendorong untuk :

Universalisasi

yaitu,

melepaskan simbol-simbol dari

keterikatan struktur, dan

Transendentalisasi yaitu, meningkatkan derajat

kemerdekaan manusia, kebebasan spiritual.

Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik karena

memang pancasila bertolak dari hakikat dan kedudukan

kodrat manusia itu sendiri. Hal ini sebagaimana

tertuang dalam sila Kemanusiaan yang adil dan beradab.

Oleh karena itu, pembangunan sosial budaya harus mampu

meningkatkan harkat dan martabat manusia, yaitu menjadi

manusia yang berbudaya dan beradab. Pembangunan sosial

budaya yang menghasilkan manusia-manusia biadab, kejam,

brutal dan bersifat anarkis jelas bertentangan

8

Manusia tidak cukup sebagai manusia secara fisik,

tetapi harus mampu meningkatkan derajat kemanusiaannya.

Manusia harus dapat mengembangkan dirinya dari tingkat

homo menjadi human. Berdasar sila persatuan Indonesia,

pembangunan sosial dikembangkan atas dasar penghargaan

terhadap nilai sosial dan budaya-budaya yang beragam di

seluruh wilayah Nusantara menuju pada tercapainya rasa

persatuan sebagai bangsa.

Perlu ada pengakuan dan penghargaan terhadap

budaya dan kehidupan sosial berbagai kelompok bangsa

Indonesia sehingga mereka merasa dihargai dan diterima

sebagai warga bangsa. Dengan demikian, pembangunan

sosial tidak menciptakan kesenjangan, kecemburuan,

diskriminasi, dan ketidakadilan sosial. Paradigma-baru

dalam pembangunan nasional berupa paradigma pembangunan

berkelanjutan, yang dalam perencanaan dan

pelaksanaannya perlu diselenggarakan dengan menghormati

hak budaya komuniti-komuniti yang terlibat, disamping

hak negara untuk mengatur kehidupan berbangsa dan hak

asasi individu secara berimbang (Sila Kedua).

Hak budaya komuniti dapat sebagai

perantara/penghubung/penengah antara hak negara dan hak

asasi individu. Paradigma ini dapat mengatasi sistem

perencanaan yang sentralistik dan yang mengabaikan

9

kemajemukan masyarakat dan keanekaragaman kebudayaan

Indonesia. Dengan demikian, era otonomi daerah tidak

akan mengarah pada otonomi suku bangsa tetapi justru

akan memadukan pembangunan lokal/daerah dengan

pembangunan regional dan pembangunan nasional (Sila

Keempat), sehingga ia akan menjamin keseimbangan dan

kemerataan (Sila Kelima) dalam rangka memperkuat

persatuan dan kesatuan bangsa yang akan sanggup

menegakan kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI (Sila

Ketiga).

       Pembangunan sosial bidang kebudayaan, harus

dilandasi dengan berpikir tentang masalah persatuan dan

kesatuan bangsa. Negara harus menjalankan pemerintahan

yang serba efektif harus menghilangkan mental birokrasi

serta mau membangun sistem budaya dalam hal norma

maupun pengembangan iptek dengan melakukan pemberdayaan

kebudayaan lokal guna memfungsikan etos budaya bangsa

yang majemuk. Kehidupan setiap insan harus

dipertahankan dengan baik dalam menghadapi segala

tantangan dan hambatan serta dapat membangun dirinya

sendiri menjadi masyarakat yang berkeadilan, demokrasi,

inovatif, dan mencapai kemajuan kehidupan yang beradab.

Apabila dicermati, sesungguhnya nilai-nilai

Pancasila itu memenuhi kriteria sebagai puncak-puncak

10

kebudayaan, sebagai kerangka-acuan-bersama, bagi

kebudayaan - kebudayaan di daerah:

(1) Sila Pertama, menunjukkan tidak satu pun suku

bangsa ataupun golongan sosial dan komuniti setempat di

Indonesia yang tidak mengenal kepercayaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa.

(2) Sila Kedua, merupakan nilai budaya yang

dijunjung tinggi oleh segenap warga negara Indonesia

tanpa   membedakan asal-usul kesukubangsaan,

kedaerahan, maupun golongannya.

(3) Sila Ketiga, mencerminkan nilai budaya yang

menjadi kebulatan tekad masyarakat majemuk di kepulauan

nusantara untuk mempersatukan diri sebagai satu bangsa

yang berdaulat.

(4) Sila Keempat, merupakan nilai budaya yang luas

persebarannya dikalangan masyarakat majemuk Indonesia

untuk melakukan kesepakatan melalui musyawarah. Sila

ini sangat relevan untuk mengendalikan nilai-nilai

budaya yang mendahulukan kepentingan perorangan

(5) Sila Kelima, betapa nilai-nilai keadilan

sosial itu menjadi landasan yang membangkitkan semangat

11

perjuangan bangsa Indonesia dalam memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan

ikutserta melaksanakan ketertiban dunia yang

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan

sosial.

E. Contoh Kasus Pembangunan Sosial

Pembangunan yang hanya mendasarkan pada pertumbuhan

ekonomi menyebabkan semakin terjadinya kesenjangan

dalam masyarakat. 

Di banyak negara, khususnya negara berkembang,

pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama. Akibatnya

muncul berbagai ketimpangan khususnya kemiskinan yang

merupakan dampak dari pembangunan ekonomi. Untuk

mengatasi permasalahan ketimpangan yang disebabkan

karena lebih memprioritas pembangunan ekonomi perlu

adanya “pembangunan tandingan” yang berupa pembangunan

sosial.

12

Peningkatan taraf hidup masyarakat tersebut tidak dapat

dilakukan tanpa adanya keterkaitan dengan pembangunan

ekonomi. Jadi pokok pikiran dari Midgley bahwa

pembangunan sosial tidak akan dapat dijalankan tanpa

adanya keterpaduan dengan pembangunan ekonomi.

Perencanaan dalam pembangunan sosial harus juga membuat

perencanaan pembangunan ekonomi. 

Pembangunan sosial lebih kepada meningkatkan keadilan

terhadap semua anggota masyarakat. Jadi pembangunan

sosial adalah proses pembangunan yang direncanakan dan

diselaraskan dengan pembangunan ekonomi yang bertujuan

untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan

keadilan. Untuk melihat suatu pembangunan mempunyai

dimensi pembangunan sosial dapat dilihat dari

karateristik pembangunan sosial itu sendiri. 

F. Karakteristik dari pembangunan sosial

13

1. Proses dari pembangunan sosial yang dilakukan

tidak terlepas dari pembangunan ekonomi.

Keberhasilan pembangunan sosial tidak akan

terlepas dari keberhasilan pembangunan ekonomi.

Tujuan dari pembangunan sosial hanya akan tercapai

jika pembangunan ekonomi berkembang.

2. Pembangunan sosial yang dilakukan harus melibatkan

berbagai macam disiplin ilmu khususnya ilmu

sosial. keberhasilan pembangunan sosial tidak akan

terlepas dari peran politik dan ekonomi dari suatu

negara. Selain itu juga pembangunan sosial sangat

dipengaruhi nilai-nilai yang ada dalam masyarakat

yang bersangkutan.

3. Tekanan dari pembangunan sosial lebih kepada

proses yang dilakukan dalam pembangunan sosial itu

sendiri. Dengan demikian dalam pembangunan sosial

harus dilihat tiga aspek yaitu kondisi awal

sebelum adanya pembangunan sosial, proses

pembangunan itu sendiri yang merupakan proses

perubahan sosial, dan kondisi akhir setelah

perubahan sosial dilakukan.

4. Pembangunan sosial merupakan proses yang bersiat

progresif, artinya pembangunan yang dilakukan

merupakan proses yang bersifat dinamis untuk

mencapai kemajuan. Pembangunan sosial diarahkan

14

untuk mencapai kondisi yang lebih baik

dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.

5. Pembangunan sosial merupakan proses yang lebih

bersifat intervensi. Ini berarti bahwa pembangunan

sosial dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang

muncul akibat adanya distorsi dari pembangunan itu

sendiri. Distorsi dari pembangunan ini sendiri

akan menjadi permasalahan yang harus diselesaikan

dan pembangunan sosial inilah yang akan

menyelesaikan distorsi dari pembangunan tadi.

6. Adanya strategi yang harus digunakan dalam

pembangunan sosial untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Strategi ini digunakan untuk

melakukan intervensi akibat adanya distorsi

pembangunan tadi. Strategi juga dapat digunakan

untuk menghubungkan pembangunan sosial yang

dilakukan dengan pembangunan ekonomi.

7. Ditinjau dari ruang lingkupnya, pembangunan sosial

bersifat universal. Hal ini berarti bahwa

pembangunan sosial ditujukan untuk seluruh

masyarakat.

8. Pembangunan sosial yang dilakukan ditujukan untuk

dapat mempromosikan atau mendukung terwujudnya

kesejahteraan sosial.

15

Tujuan dari pembangunan sosial ini lebih luas

dibandingkan dengan pembangunan ekonomi, sehingga untuk

mencapainya diperlukan strategi khusus. Strategi yang

digunakan dalam pembangunan sosial menurut Midgley

(1995; 103-138) adalah :

1. Pembangunan sosial melalui individu dengan

pendekatan individualis. Strategi ini kurang

populer dalam pembangunan sosial, karena lebih

menekannya pada pengembangan dan fungsi individu

serta hubungan antar individu. Individu-individu

yang ada dalam masyarakat berswadaya memberdayakan

masyarakat itu sendiri dengan membentuk usaha

pelayanan. Dengan adanya usaha membentuk pelayanan

yang bersifat swadaya tadi maka strategi ini

sering juga disebut juga sebagai pendekatan

perusahaan (enterprise approach)

2. Pembangunan sosial melalui komunitas, dikenal juga

dengan pendekatan komunitarian. Pendekatan ini

sangat dipengaruhi oleh ideology populis. Dalam

strategi ini kelompok-kelompok yang ada di dalam

masyarakat mencoba untuk saling berhubungan dalam

rangka memenuhi kebutuhan masing-masing kelompok.

Kerja sama antar kelompok itu akan menghasilkan

jaringan kelompok yang selanjutnya digunakan untuk

16

pengembangan kelompok lokal yang ada dalam

masyarakat.

3. Pembangunan sosial melalui pemerintah, yang sering

dikenal dengan pendekatan statis. Pendekatan ini

sangat lekat dengan ideologi kolektivis atau

sosialis. Ideologi ini menekankan betapa

pentingnya kolektivitas. Pembangunan sosial

dilakukan dengan menggunakan lembaga-lembaga yang

ada di dalam organisasi pemerintah. Pada strategi

ini pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk

membuat kebijakan dan mengimplementasikan

kebijakan sosial yang telah dibuat. Jadi dengan

demikian partisipasi dalam pembangunan sosial

tidak hanya dilakukan oleh individu dan

masyarakat, tetapi juga oleh pemerintah.

Konsep Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial merupakan konsep yang abstrak. Hal

ini disebabkan karena untuk melihat kesejahteraan

sosial bisa bersifat subyektif. Kesejahteraan sosial

dapat dicapai dengan menciptakan tiga elemen yaitu :

1.  Sejauh mana masalah-masalah sosial dapat diatur.

Masalah sosial yang ada dalam masyarakat sangat

banyak. Dengan banyaknya masalah sosial yang ada

sangat sulit untuk membuat perencanaan pemecahan

17

masalah sosial yang ada. Untuk memudahkan hal ini,

masalah sosial yang ada harus diidentifikasi dan

dipilah-pilah. Selanjutnya masalah sosial yang

sudah dikategorikan dapat dibuat prioritas

pemecahannya.

2. Sejauh mana kebutuhan-kebutuhan sosial dipenuhi

3. Sejauh mana kesempatan untuk meningkatkan taraf

hidup dapat diselesaikan.

Berdasarkan ketiga elemen tersebut terlihat bahwa

keberhasilan dari kesejahteraan sosial sangat

tergantung kepada masyarakat masing-masing dan negara

yang bersangkutan. Untuk melihat kesejahteraan sosial,

ada baiknya dilihat terlebih dahulu definsi

kesejahteraan sosial itu sendiri. Definisi dan konsep

kesejahteraan sosial dapat dipandang dari empat sisi.

Kesejahteraan sosial dapat tercapai jika ada institusi

yang akan berupaya untuk mencapai tujuan tersebut. Ada

tiga pendekatan dalam mengidentikasi kesejahteraan

sosial dengan menggunakan institusi, yaitu :

1. Kegiatan philantropis, yang mendasarkan kegiatan

dalam mencapai kesejahteraan sosial dengan

menggantungkan diri pada donasi yang diberikan.

Pencapaian kesejahteraan sosial dilakukan dengan

18

mencoba mengalihkan sebagian materi dan pelayanan

yang dimiliki oleh seseorang kepada orang lain.

2. Pekerjaan sosial yang merupakan tenaga-tenaga

profesional yang digunakan untuk mencapai tujuan

kesejahteraan sosial. Pekerjaan sosial dalam usaha

untuk mencapai tujuan kesejahteraan sosial bekerja

dengan individu, kelompok dan komunitas. Pekerjaan

sosial membuat kegiatan yang bersifat amal menjadi

lebih sistematis.

3. Pendekatan administrasi sosial yang dikenal dengan

pelayanan sosial atau pendekatan kebijakan sosial.

pemerintah merupakan pihak yang bertanggung jawab

untuk menciptakan kesejahteraan sosial kepada

seluruh masyarakat.

Hubungan Pembangunan Sosial dengan Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial dapat didefinisikan sebagai suatu

keadaan. Berdasarkan definisi ini kesejahteraan sosial

merupakan tujuan untuk mencapai suatu keadaan yang

dianggap sejahtera baik itu secara ekonomi, psikologis,

maupun sosial. Di sisi lain pembangunan sosial oleh Edi

Suharto secara sempit dapat disamakan dengan

pembangunan kesejahteraan sosial. Berdasarkan pendapat

Edi Suharto tersebut bahwa pembangunan kesejahteraan

sosial berorientasi untuk memenuhi kebutuhan dasar

(tujuan) dari kelompok yang kurang beruntung melalui

19

kegiatan-kegiatan pemberdayaan ekonomi dan sosial

psikologis. Dengan demikian pembangunan sosial secara

sempit diarahkan untuk mencapai keadaan yang sejahtera,

terpenuhi semua kebutuhan hidup.

Hubungan yang erat antara pembangunan sosial dan

kesejahteraan sosial sebagai suatu keadaan menjadikan

keduanya tidak akan terlepas dari pembangunan ekonomi.

Kolaborasi antara pembangunan sosial (dalam hal ini

sebagai pembangunan kesejahteraan sosial) dengan

pembangunan ekonomi akan memperlihatkan sebuah negara

apakah termasuk negara sejahtera atau negara tidak

sejahtera.

20

BAB III

PENUTUP

A.   Kesimpulan

     Jadi dapat disimpulkan bahwa pancasila memuat

nilai-nilai fundamental tentang sosial budaya bangsa

indonesia. Oleh karena itu pancasila merupakan dasar,

rangka, suasana bagi kehidupan kenegaraan dan tertib

21

hukum negara indonesia sehingga memiliki sifat yang

sangat menentukan bagi bangsa dan negara republik

indonesia. Sebagai bentuk asas hukum dan hidup

kanegaraan republik indonesia.

B. Saran

Dengan demikian pancasila juga sebagai norma

fundamental yang berfungsi sebagai suatu cita-cita

moral atau ide yang harus direalisasikan menjadi suatu

kenyataan. Maka dalam pelaksanaan hidup sehari-hari

bangsa indonesia tidak boleh bertentangan dengan norma

agama, susila, kesopanan, dan norma hukum yang berlaku.

22

DAFTAR PUSTAKA

1. (http://www.scribd.com/doc/18184016/Pancasila-Sebagai-Sumber-

Nilai-Dan-Paradigma-Pembangunan)

2. (http://www.gudangmateri.com/2010/04/makalah-pancasila-sebagai-

paradigma.html)

3. Budhi Wibhawa, Santoso Tri Raharjo, Meilani Budiarti, (2010), Dasar-

dasar Pekerjaan Sosial, Bandung, Widya Padjadjaran.

23