BAB I PENDAHULUAN
Transcript of BAB I PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila telah mengajarkan kita nilai-nilai
dasar tentang nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan,
nilai persatuan, nilai kerakyatan dan nilai keadilan
itu artinya nilai-nilai pancasila ada di dalam
kehidupan setiap individu masing-masing. Pancasila
sebagai paradigma dimaksudkan bahwa Pancasila sebagai
sistem nilai acuan, kerangka-acuan berpikir, pola-acuan
berpikir, atau jelasnya sebagai sistem nilai yang
dijadikan kerangka landasan, kerangka cara, dan
sekaligus kerangka arah / tujuan bagi yang
menyandangnya. Istilah paradigma makin lama makin
berkembang tidak hanya di bidang ilmu pengetahuan,
tetapi pada bidang lain seperti bidang politik, hukum,
sosial dan ekonomi. Paradigma kemudian berkembang dalam
pengertian sebagai kerangka pikir, kerangka bertindak,
acuan, orientasi, sumber, tolok ukur, parameter, arah
dan tujuan. Sesuatu dijadikan paradigma berarti sesuatu
itu dijadikan sebagai kerangka, acuan, tolak ukur,
parameter, arah, dan tujuan dari sebuah kegiatan.
Dengan demikian, paradigma menempati posisi tinggi dan
penting dalam melaksanakan segala hal dalam kehidupan
1
manusia, dan yang menyandangnya itu di antaranya: (a)
bidang politik, (b) bidang ekonomi, (c) bidang social
budaya, (d) bidang hukum, (e) bidang kehidupan antar
umat beragama, Memahami asal mula Pancasila.
Perkembangan ilmu pengetahuan sangatlah pesat, sejalan
dengan kemajuan jaman, begitu pula dengan cara berpikir
masyarakat yang cenderung menyukai hal-hal yang
dinamis.
Semakin banyak penemuan-penemuan atau penelitian
yang dilakukan oleh manusia, tidak menutup kemungkinan
adanya kelemahan-kelemahan didalamnya, maka dari itu
dari apa yang telah diciptakan atau diperoleh dari
penelitian tersebut ada baiknya berdasar pada nilai-
nilai yang menjadi tolak ukur kesetaraan dalam
bermasyarakat, berbangsaan dan bernegara. Yaitu sila
pancasila dengan berpedoman pada nilai-nilai pancasila,
apapun yang diperoleh manusia dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan akan sangat bermanfaat untuk mencapai
tujuan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
indonesia guna melaksanakan pembangunan nasional,
reformasi, dan pendidikan pada khususnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Pembangunan Sosial?
2. Bagaimana Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Sosial?
2
C. Tujuan
Membuat mahasiswa dan mahasiswi mengerti dan memahami
tentang pembangunan sosial, bagaimana
karakteristiknya, apa saja tujuan dari pembangunan itu
sendiri dll.
BAB II
PEMBAHASAN
3
A. Pengertian Pembangunan Sosial
Standar pertama dari Generally Accepted Auditing
Standar di Indonesia untuk audit lapanganadalah
perencanaan yang memadai.Berikut adalah tiga alasan
utama mengapa seorang auditor harus mempersiapkan
rencanakontrak kerja yang tepat sehingga auditor
dapat memperoleh bukti yang cukup kompoten
untuk kondisi yang ada, membantu menjaga agar biaya
audit yang dikeluarkan tetap wajar, sertamenghindari
kesalahpahaman dengan kliennya.
Resiko akseptibilitas audit adalah ukuran untuk
menilai seberapa besar kesedian auditor
untuk menerima bahwa laporan keuangan mungkin saja
disajikan dengan kesalah penyajian yangmaterial
setlah proses audit diselesaikan dan pendapat
wajar tanpa syarat telah dinyatakan.Dengan
mempergunakan model resiko audit akan terlihatnya
asektibilitas audit dan bukti audityang
direncanakan. Sebagai contoh, jika auditor
memutuskan akan mengurangi nilai resikoasekptibilias
audit, maka akan mengurangi pula resiko deteksi
terencana serta bukti audit yangdirencanakaan akan
dikumpulkan harus ditingkatkan. Auditor pun
seseringkali harusmenugaskan staf yang lebih
berpengalaman atau meriview kertas kerja dengan
4
lebih cermat bagiklien dengan tingkat resiko
akseptibilitas audit yang lebih rendah.
Resiko Inheren adalah ukuran penilaian auditor atas
kemungkinan adanya kesalah penyajiaanyang material
atas akun sebelum mempertimbangkan efektivitas
pengendalian internnya.Penilaian terhadap resiko
akseptabilitas audit dan inheren adalah bagian yang
penting
dari perencanaan audit, karenan penilaian tersebut m
empengaruhi jumlah bukti audit yang harusdikumpulkan
dan staf yang harus ditugaskan untuk penugasan
itu.Selain semakin meningkatnya bukti audit yang
diperlukan untuk suatu tingkat resiko inherenyang
lebih tinggi dalam suatu area audit tertentu,
merupakan hal yang umum dilakukan pulauntuk
menugaskan staf yang memiliki lebih banyak
pengalaman untuk melakukan audit padaarea tersebut
serta melakukan revieu yang lebih mendalam pada
kertas kerja yang telah dibuat.
B. Pengertian Sosial Budaya
Sosial merupakan rangkaian norma, moral,
nilai dan aturan yang bersumber dari kebudayaan suatu
masyarakat atau komuniti yang digunakan sebagai acuan
dalam berhubungan antar manusia yang bersifat abstrak
dan berisikan simbol-simbol yang berkaitan dengan
5
pemahaman terhadap lingkungan dan berfungsi untuk
mengatur tindakan-tindakan yang dimunculkan oleh
individu-individu sebagai anggota suatu masyarakat.
Sedangkan budaya berasal dari kata Sans yaitu
Bodhya yang artinya pikiran dan akal budi.Budaya adalah
segala hal yang dibuat oleh manusia berdasarkan pikiran
dan akal budinya yang mengandung cinta, rasa, dan
kepercayaan adat istiadat ataupun ilmu.
Maka, pengertian sosial budaya itu sendiri adalah
segala hal yang diciptakan oleh manusia dengan
pemikiran dan budi nuraninya untuk kehidupan
bermasyarakat. Atau, lebih singkatnya, manusia membuat
sesuatu berdasarkan budi dan pikirannya yang
dipeuntukan dalam kehidupan bermasyarakat.
C. Pengertian Pancasila
Pancasila telah menjadi istilah resmi sebagai
dasar falsafah negara Republik Indonesia, baik ditinjau
dari sudut bahasa maupun dari sudut sejarah. Hai
tersebut dapat dilihat secara etimologis atau secara
teminologi sebagimana penjelasan berikut,
1) Secara Etimologis
Berdasarkan asal kata, Pancasila berasal dari
bahasa India, yakni bahasa Sansekerta. Menurut Muhammad
Yamin, Pancasila memiliki dua macam arti, yaitu Panca
artinya lima, syila dengan (i) biasa (pendek) artinya
6
sendi, alas, atau dasar, syila dengan (i) panjang
artinya peraturan tingkah laku yang penting, baik, dan
senonoh. Kata sila dalam bahasa Indonesia menjadi
susila artinya tingkah laku baik.
2) Secara Terminologi
Pada 1 Juni 1945, dalam sidang Badan Penyelidik
Usaha- Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
perkataan Pancasila (lima asas dasar) digunakan oleh
Presiden Soekarno untuk memberi nama pada lima prinsip
dasar negara yang diusulkannya. Perkataan tersebut
dibisikkan oleh temannya seorang ahli bahasa yang duduk
disamping Soekarno, yaitu Muhammad Yamin.
D. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Sosial
7
Pancasila itu sendiri. Prinsip etika Pancasila pada
hakikatnya bersifat humanistik, artinya nilai-nilai
Pancasila mendasarkan pada nilai yang bersumber pada
harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang
berbudaya. Dalam rangka pembangunan sosial, Pancasila
sebagai kerangka kesadaran yang dapat mendorong untuk :
Universalisasi
yaitu,
melepaskan simbol-simbol dari
keterikatan struktur, dan
Transendentalisasi yaitu, meningkatkan derajat
kemerdekaan manusia, kebebasan spiritual.
Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik karena
memang pancasila bertolak dari hakikat dan kedudukan
kodrat manusia itu sendiri. Hal ini sebagaimana
tertuang dalam sila Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Oleh karena itu, pembangunan sosial budaya harus mampu
meningkatkan harkat dan martabat manusia, yaitu menjadi
manusia yang berbudaya dan beradab. Pembangunan sosial
budaya yang menghasilkan manusia-manusia biadab, kejam,
brutal dan bersifat anarkis jelas bertentangan
8
Manusia tidak cukup sebagai manusia secara fisik,
tetapi harus mampu meningkatkan derajat kemanusiaannya.
Manusia harus dapat mengembangkan dirinya dari tingkat
homo menjadi human. Berdasar sila persatuan Indonesia,
pembangunan sosial dikembangkan atas dasar penghargaan
terhadap nilai sosial dan budaya-budaya yang beragam di
seluruh wilayah Nusantara menuju pada tercapainya rasa
persatuan sebagai bangsa.
Perlu ada pengakuan dan penghargaan terhadap
budaya dan kehidupan sosial berbagai kelompok bangsa
Indonesia sehingga mereka merasa dihargai dan diterima
sebagai warga bangsa. Dengan demikian, pembangunan
sosial tidak menciptakan kesenjangan, kecemburuan,
diskriminasi, dan ketidakadilan sosial. Paradigma-baru
dalam pembangunan nasional berupa paradigma pembangunan
berkelanjutan, yang dalam perencanaan dan
pelaksanaannya perlu diselenggarakan dengan menghormati
hak budaya komuniti-komuniti yang terlibat, disamping
hak negara untuk mengatur kehidupan berbangsa dan hak
asasi individu secara berimbang (Sila Kedua).
Hak budaya komuniti dapat sebagai
perantara/penghubung/penengah antara hak negara dan hak
asasi individu. Paradigma ini dapat mengatasi sistem
perencanaan yang sentralistik dan yang mengabaikan
9
kemajemukan masyarakat dan keanekaragaman kebudayaan
Indonesia. Dengan demikian, era otonomi daerah tidak
akan mengarah pada otonomi suku bangsa tetapi justru
akan memadukan pembangunan lokal/daerah dengan
pembangunan regional dan pembangunan nasional (Sila
Keempat), sehingga ia akan menjamin keseimbangan dan
kemerataan (Sila Kelima) dalam rangka memperkuat
persatuan dan kesatuan bangsa yang akan sanggup
menegakan kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI (Sila
Ketiga).
Pembangunan sosial bidang kebudayaan, harus
dilandasi dengan berpikir tentang masalah persatuan dan
kesatuan bangsa. Negara harus menjalankan pemerintahan
yang serba efektif harus menghilangkan mental birokrasi
serta mau membangun sistem budaya dalam hal norma
maupun pengembangan iptek dengan melakukan pemberdayaan
kebudayaan lokal guna memfungsikan etos budaya bangsa
yang majemuk. Kehidupan setiap insan harus
dipertahankan dengan baik dalam menghadapi segala
tantangan dan hambatan serta dapat membangun dirinya
sendiri menjadi masyarakat yang berkeadilan, demokrasi,
inovatif, dan mencapai kemajuan kehidupan yang beradab.
Apabila dicermati, sesungguhnya nilai-nilai
Pancasila itu memenuhi kriteria sebagai puncak-puncak
10
kebudayaan, sebagai kerangka-acuan-bersama, bagi
kebudayaan - kebudayaan di daerah:
(1) Sila Pertama, menunjukkan tidak satu pun suku
bangsa ataupun golongan sosial dan komuniti setempat di
Indonesia yang tidak mengenal kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
(2) Sila Kedua, merupakan nilai budaya yang
dijunjung tinggi oleh segenap warga negara Indonesia
tanpa membedakan asal-usul kesukubangsaan,
kedaerahan, maupun golongannya.
(3) Sila Ketiga, mencerminkan nilai budaya yang
menjadi kebulatan tekad masyarakat majemuk di kepulauan
nusantara untuk mempersatukan diri sebagai satu bangsa
yang berdaulat.
(4) Sila Keempat, merupakan nilai budaya yang luas
persebarannya dikalangan masyarakat majemuk Indonesia
untuk melakukan kesepakatan melalui musyawarah. Sila
ini sangat relevan untuk mengendalikan nilai-nilai
budaya yang mendahulukan kepentingan perorangan
(5) Sila Kelima, betapa nilai-nilai keadilan
sosial itu menjadi landasan yang membangkitkan semangat
11
perjuangan bangsa Indonesia dalam memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikutserta melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.
E. Contoh Kasus Pembangunan Sosial
Pembangunan yang hanya mendasarkan pada pertumbuhan
ekonomi menyebabkan semakin terjadinya kesenjangan
dalam masyarakat.
Di banyak negara, khususnya negara berkembang,
pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama. Akibatnya
muncul berbagai ketimpangan khususnya kemiskinan yang
merupakan dampak dari pembangunan ekonomi. Untuk
mengatasi permasalahan ketimpangan yang disebabkan
karena lebih memprioritas pembangunan ekonomi perlu
adanya “pembangunan tandingan” yang berupa pembangunan
sosial.
12
Peningkatan taraf hidup masyarakat tersebut tidak dapat
dilakukan tanpa adanya keterkaitan dengan pembangunan
ekonomi. Jadi pokok pikiran dari Midgley bahwa
pembangunan sosial tidak akan dapat dijalankan tanpa
adanya keterpaduan dengan pembangunan ekonomi.
Perencanaan dalam pembangunan sosial harus juga membuat
perencanaan pembangunan ekonomi.
Pembangunan sosial lebih kepada meningkatkan keadilan
terhadap semua anggota masyarakat. Jadi pembangunan
sosial adalah proses pembangunan yang direncanakan dan
diselaraskan dengan pembangunan ekonomi yang bertujuan
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan
keadilan. Untuk melihat suatu pembangunan mempunyai
dimensi pembangunan sosial dapat dilihat dari
karateristik pembangunan sosial itu sendiri.
F. Karakteristik dari pembangunan sosial
13
1. Proses dari pembangunan sosial yang dilakukan
tidak terlepas dari pembangunan ekonomi.
Keberhasilan pembangunan sosial tidak akan
terlepas dari keberhasilan pembangunan ekonomi.
Tujuan dari pembangunan sosial hanya akan tercapai
jika pembangunan ekonomi berkembang.
2. Pembangunan sosial yang dilakukan harus melibatkan
berbagai macam disiplin ilmu khususnya ilmu
sosial. keberhasilan pembangunan sosial tidak akan
terlepas dari peran politik dan ekonomi dari suatu
negara. Selain itu juga pembangunan sosial sangat
dipengaruhi nilai-nilai yang ada dalam masyarakat
yang bersangkutan.
3. Tekanan dari pembangunan sosial lebih kepada
proses yang dilakukan dalam pembangunan sosial itu
sendiri. Dengan demikian dalam pembangunan sosial
harus dilihat tiga aspek yaitu kondisi awal
sebelum adanya pembangunan sosial, proses
pembangunan itu sendiri yang merupakan proses
perubahan sosial, dan kondisi akhir setelah
perubahan sosial dilakukan.
4. Pembangunan sosial merupakan proses yang bersiat
progresif, artinya pembangunan yang dilakukan
merupakan proses yang bersifat dinamis untuk
mencapai kemajuan. Pembangunan sosial diarahkan
14
untuk mencapai kondisi yang lebih baik
dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.
5. Pembangunan sosial merupakan proses yang lebih
bersifat intervensi. Ini berarti bahwa pembangunan
sosial dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang
muncul akibat adanya distorsi dari pembangunan itu
sendiri. Distorsi dari pembangunan ini sendiri
akan menjadi permasalahan yang harus diselesaikan
dan pembangunan sosial inilah yang akan
menyelesaikan distorsi dari pembangunan tadi.
6. Adanya strategi yang harus digunakan dalam
pembangunan sosial untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Strategi ini digunakan untuk
melakukan intervensi akibat adanya distorsi
pembangunan tadi. Strategi juga dapat digunakan
untuk menghubungkan pembangunan sosial yang
dilakukan dengan pembangunan ekonomi.
7. Ditinjau dari ruang lingkupnya, pembangunan sosial
bersifat universal. Hal ini berarti bahwa
pembangunan sosial ditujukan untuk seluruh
masyarakat.
8. Pembangunan sosial yang dilakukan ditujukan untuk
dapat mempromosikan atau mendukung terwujudnya
kesejahteraan sosial.
15
Tujuan dari pembangunan sosial ini lebih luas
dibandingkan dengan pembangunan ekonomi, sehingga untuk
mencapainya diperlukan strategi khusus. Strategi yang
digunakan dalam pembangunan sosial menurut Midgley
(1995; 103-138) adalah :
1. Pembangunan sosial melalui individu dengan
pendekatan individualis. Strategi ini kurang
populer dalam pembangunan sosial, karena lebih
menekannya pada pengembangan dan fungsi individu
serta hubungan antar individu. Individu-individu
yang ada dalam masyarakat berswadaya memberdayakan
masyarakat itu sendiri dengan membentuk usaha
pelayanan. Dengan adanya usaha membentuk pelayanan
yang bersifat swadaya tadi maka strategi ini
sering juga disebut juga sebagai pendekatan
perusahaan (enterprise approach)
2. Pembangunan sosial melalui komunitas, dikenal juga
dengan pendekatan komunitarian. Pendekatan ini
sangat dipengaruhi oleh ideology populis. Dalam
strategi ini kelompok-kelompok yang ada di dalam
masyarakat mencoba untuk saling berhubungan dalam
rangka memenuhi kebutuhan masing-masing kelompok.
Kerja sama antar kelompok itu akan menghasilkan
jaringan kelompok yang selanjutnya digunakan untuk
16
pengembangan kelompok lokal yang ada dalam
masyarakat.
3. Pembangunan sosial melalui pemerintah, yang sering
dikenal dengan pendekatan statis. Pendekatan ini
sangat lekat dengan ideologi kolektivis atau
sosialis. Ideologi ini menekankan betapa
pentingnya kolektivitas. Pembangunan sosial
dilakukan dengan menggunakan lembaga-lembaga yang
ada di dalam organisasi pemerintah. Pada strategi
ini pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk
membuat kebijakan dan mengimplementasikan
kebijakan sosial yang telah dibuat. Jadi dengan
demikian partisipasi dalam pembangunan sosial
tidak hanya dilakukan oleh individu dan
masyarakat, tetapi juga oleh pemerintah.
Konsep Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan sosial merupakan konsep yang abstrak. Hal
ini disebabkan karena untuk melihat kesejahteraan
sosial bisa bersifat subyektif. Kesejahteraan sosial
dapat dicapai dengan menciptakan tiga elemen yaitu :
1. Sejauh mana masalah-masalah sosial dapat diatur.
Masalah sosial yang ada dalam masyarakat sangat
banyak. Dengan banyaknya masalah sosial yang ada
sangat sulit untuk membuat perencanaan pemecahan
17
masalah sosial yang ada. Untuk memudahkan hal ini,
masalah sosial yang ada harus diidentifikasi dan
dipilah-pilah. Selanjutnya masalah sosial yang
sudah dikategorikan dapat dibuat prioritas
pemecahannya.
2. Sejauh mana kebutuhan-kebutuhan sosial dipenuhi
3. Sejauh mana kesempatan untuk meningkatkan taraf
hidup dapat diselesaikan.
Berdasarkan ketiga elemen tersebut terlihat bahwa
keberhasilan dari kesejahteraan sosial sangat
tergantung kepada masyarakat masing-masing dan negara
yang bersangkutan. Untuk melihat kesejahteraan sosial,
ada baiknya dilihat terlebih dahulu definsi
kesejahteraan sosial itu sendiri. Definisi dan konsep
kesejahteraan sosial dapat dipandang dari empat sisi.
Kesejahteraan sosial dapat tercapai jika ada institusi
yang akan berupaya untuk mencapai tujuan tersebut. Ada
tiga pendekatan dalam mengidentikasi kesejahteraan
sosial dengan menggunakan institusi, yaitu :
1. Kegiatan philantropis, yang mendasarkan kegiatan
dalam mencapai kesejahteraan sosial dengan
menggantungkan diri pada donasi yang diberikan.
Pencapaian kesejahteraan sosial dilakukan dengan
18
mencoba mengalihkan sebagian materi dan pelayanan
yang dimiliki oleh seseorang kepada orang lain.
2. Pekerjaan sosial yang merupakan tenaga-tenaga
profesional yang digunakan untuk mencapai tujuan
kesejahteraan sosial. Pekerjaan sosial dalam usaha
untuk mencapai tujuan kesejahteraan sosial bekerja
dengan individu, kelompok dan komunitas. Pekerjaan
sosial membuat kegiatan yang bersifat amal menjadi
lebih sistematis.
3. Pendekatan administrasi sosial yang dikenal dengan
pelayanan sosial atau pendekatan kebijakan sosial.
pemerintah merupakan pihak yang bertanggung jawab
untuk menciptakan kesejahteraan sosial kepada
seluruh masyarakat.
Hubungan Pembangunan Sosial dengan Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan sosial dapat didefinisikan sebagai suatu
keadaan. Berdasarkan definisi ini kesejahteraan sosial
merupakan tujuan untuk mencapai suatu keadaan yang
dianggap sejahtera baik itu secara ekonomi, psikologis,
maupun sosial. Di sisi lain pembangunan sosial oleh Edi
Suharto secara sempit dapat disamakan dengan
pembangunan kesejahteraan sosial. Berdasarkan pendapat
Edi Suharto tersebut bahwa pembangunan kesejahteraan
sosial berorientasi untuk memenuhi kebutuhan dasar
(tujuan) dari kelompok yang kurang beruntung melalui
19
kegiatan-kegiatan pemberdayaan ekonomi dan sosial
psikologis. Dengan demikian pembangunan sosial secara
sempit diarahkan untuk mencapai keadaan yang sejahtera,
terpenuhi semua kebutuhan hidup.
Hubungan yang erat antara pembangunan sosial dan
kesejahteraan sosial sebagai suatu keadaan menjadikan
keduanya tidak akan terlepas dari pembangunan ekonomi.
Kolaborasi antara pembangunan sosial (dalam hal ini
sebagai pembangunan kesejahteraan sosial) dengan
pembangunan ekonomi akan memperlihatkan sebuah negara
apakah termasuk negara sejahtera atau negara tidak
sejahtera.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa pancasila memuat
nilai-nilai fundamental tentang sosial budaya bangsa
indonesia. Oleh karena itu pancasila merupakan dasar,
rangka, suasana bagi kehidupan kenegaraan dan tertib
21
hukum negara indonesia sehingga memiliki sifat yang
sangat menentukan bagi bangsa dan negara republik
indonesia. Sebagai bentuk asas hukum dan hidup
kanegaraan republik indonesia.
B. Saran
Dengan demikian pancasila juga sebagai norma
fundamental yang berfungsi sebagai suatu cita-cita
moral atau ide yang harus direalisasikan menjadi suatu
kenyataan. Maka dalam pelaksanaan hidup sehari-hari
bangsa indonesia tidak boleh bertentangan dengan norma
agama, susila, kesopanan, dan norma hukum yang berlaku.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. (http://www.scribd.com/doc/18184016/Pancasila-Sebagai-Sumber-
Nilai-Dan-Paradigma-Pembangunan)
2. (http://www.gudangmateri.com/2010/04/makalah-pancasila-sebagai-
paradigma.html)
3. Budhi Wibhawa, Santoso Tri Raharjo, Meilani Budiarti, (2010), Dasar-
dasar Pekerjaan Sosial, Bandung, Widya Padjadjaran.
23