BAB I PENDAHULUAN

26
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sistem organ dalam tubuh manusia ada beberapa macam, diantaranya adalah sistem muskuloskeletal. Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh, membantu proses pergerakan, serta melindungi organ-organ tubuh yang lunak. Komponen utama dari sistem muskuloskeletal merupakan jaringan ikat. Sistem ini terdiri atas tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligamen, bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur tersebut (Patofisiologi, 2002). Ada tiga macam tumor tulang yaitu yang bersifat lunak, ganas dan yang memiliki lesi di tulang (berlubangnya struktur karena jaringan akibat cedera atau penyakit). Selain itu ada yang bersifat primer dan skunder. Pada tumor tulang sekunder misalnya, seseorang terkena tumor payudara, kemudian menjalar ke tulang dan selanjutnya menggerogoti tulang tersebut. Kanker tulang ini merupakan kelompok tumor tulang yang ganas. Dari berbagai macam jaringan yang menyusun sistem ini, bermacam-macam pula gangguan yang dapat ditimbulkan. Salah satu gangguan itu yaitu Benigna Bone Tumor dan Maligna Bone Tumor. Tumor ini sering terjadi pada anak-anak, karena sifatnya yang jinak tumor ini tidak berbahaya. Tumor-tumor jaringan lunak merupakan suatu golongan heterogen kelainan-kelainan yang berasal dari jaringan asal mesodermal. Dalam jaringan ini termasuk organ gerak, seperti otot-otot dan tendon, kapsula, sendi dan juga semua struktur lemak dan jaringan ikat penyangga, yang berada diantara komponen-komponen epitelial dan di sekitar organ-organ. Sering juga kelainan yang berasal dari struktur mesenkimal, tetapi yang terletak dalam organ tertentu, dibicarakan dan ditangani sebagai kelainan organ- 1

Transcript of BAB I PENDAHULUAN

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sistem organ dalam tubuh manusia ada beberapa macam,diantaranya adalah sistem muskuloskeletal. Sistemmuskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh, membantuproses pergerakan, serta melindungi organ-organ tubuh yanglunak. Komponen utama dari sistem muskuloskeletal merupakanjaringan ikat. Sistem ini terdiri atas tulang, sendi, ototrangka, tendon, ligamen, bursa, dan jaringan-jaringan khususyang menghubungkan struktur-struktur tersebut (Patofisiologi,2002).  Ada tiga macam tumor tulang yaitu yang bersifat lunak,ganas dan yang memiliki lesi di tulang (berlubangnya strukturkarena jaringan akibat cedera atau penyakit). Selain itu adayang bersifat primer dan skunder. Pada tumor tulang sekundermisalnya, seseorang terkena tumor payudara, kemudian menjalarke tulang dan selanjutnya menggerogoti tulang tersebut. Kankertulang ini merupakan kelompok tumor tulang yang ganas.

Dari berbagai macam jaringan yang menyusun sistem ini,bermacam-macam pula gangguan yang dapat ditimbulkan. Salahsatu gangguan itu yaitu Benigna Bone Tumor dan Maligna BoneTumor. Tumor ini sering terjadi pada anak-anak, karena sifatnyayang jinak tumor ini tidak berbahaya. Tumor-tumor jaringanlunak merupakan suatu golongan heterogen kelainan-kelainanyang berasal dari jaringan asal mesodermal. Dalam jaringan initermasuk organ gerak, seperti otot-otot dan tendon, kapsula,sendi dan juga semua struktur lemak dan jaringan ikatpenyangga, yang berada diantara komponen-komponen epitelialdan di sekitar organ-organ. Sering juga kelainan yang berasaldari struktur mesenkimal, tetapi yang terletak dalam organtertentu, dibicarakan dan ditangani sebagai kelainan organ-

1

organ itu dan tidak dimasukkan dalam golongan tumor jaringanlunak.

Tumor tulang Benigna dan Maligna memiliki prevalensi yangjarang (kurang dari 1% dari seluruh kasus tumor), namun tumorini mengakibatkan dampak yang cukup fatal bagi penderitanya.Penderita tumor tulang seringkali merasakan nyeri yang hebatbahkan pasien tidak mampu menjalankan aktivitasnya. Selain itupenderita juga dapat berisiko mengalami cidera akibat frakturpatologik.

Peran perawat dalam penyembuhan dan perawatan kliensangat dibutuhkan, karena umumnya pada pasien tumor tulang inipasien mengalami kesulitan bergerak. Bahkan efek dari tindakanmedis juga cukup mengganggu, misalnya pada kemoterapi danpembedahan. Oleh karena itu perawat juga harus mengetahuitumor tulang Benigna dan Maligna secara menyeluruh. Hal iniditujukan agar perawat mampu bertindak secara profesionaldalam asuhan keperawatan dan memberikan perawatan yangsupportif pada penderita tumor tulang.

B. RUMUSAN MASALAH

Untuk membatasi bahasan dalam makalah ini maka penulismembatasi masalah sebagai berikut :1. Apa definisi tumor ?2. Apa definisi tumor jinak?3. Apa saja jenis-jenis tumor jinak pada sistem

muskuloskeletal?4. Bagaimana klasifikasi tumor jinak pada sistem

muskuloskeletal?5. Apa etiologi terjadinya tumor jinak pada sistem

muskuloskeletal?6. Apa saja faktor risiko terjadinya tumor jinak pada sistem

muskuloskeletal?7. Bagaimana patofisiologi Tumor jinak muskuloskeletsl?

2

8. Bagaimana manifestasi klinis Tumor jinak pada sistemmuskuloskeletal?

9. Bagaimana penatalaksanaan medis Tumor jinak pada sistemmuskuloskeletal?

10. Bagaimana pemeriksaan penunjang yang ada pada Tumorjinak sistem muskuloskeletal?

11. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi dari Tumrjinak pada sistem muskuloskeletal?

12. Bagaimana Asuhan Keperawatan klien dengan Tumorjinak sistem muskuloskeletal?

C. TUJUAN

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut:a. Tujuan Umum

Menjelaskan patofisiologi dan asuhan keperawatan Tumorjinak pada sistem muskuloskeletal.

b. Tujuan Khusus1. Menjelaskan definisi Tumor.2. Menjelaskan definisi Tumor jinak.3. Menjelaskan jenis-jenis Tumor jinak pada sistem

muskuloskeletal 4. Menjelaskan klasifikasi tumor jinak pada sistem

muskuloskeletal5. Menjelaskan etiologi Tumor jinak muskuloskeletal.6. Menjelaskan faktor risiko terjadinya Tumor jinak pada

sistem muskuloskeletal7. Menjelaskan patofisiologi Tumor jinak pada sistem

muskuloskeletal.8. Menjelaskan manifestasi klinis Tumor jinak pada sistem

muskuloskeletal.9. Menjelaskan penatalaksanaan medis Tumor jinak pada

istem muskuloskeletal.

3

10. Menjelaskan pemeriksaan penunjang Tumor jinak padasistem muskuloskeletal

11. Menjelaskan komplikasi tumor jinak pada sistemmuskuloskeletal

12. Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien denganTumor jinak pada sistem muskuloskeletal.

D. MANFAAT PENULISAN

1. Pembaca dapat memahami definisi, etiologi, faktor risiko,manifestasi klinis, penatalaksanaan medis, sertapatofisiologi Tumor jinak pada sistem muskuloskeletal.

2. Pembaca khususnya mahasiswa keperawatan memahami asuhankeperawatan pada klien dengan Tumor jinak pada sistemmuskuloskleletal.

3. Perawat dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepatpada klien dengan Tumor jinak pada sistemmuskuloskeletal.

4

BAB IIPEMBAHASAN

A. DEFINISI

Tumor merupakan salah satu dari lima karakteristikinflamasi berasal dari bahasa latin, yang berarti bengkak.Istilah Tumor ini digunakan untuk menggambarkan pertumbuhanbiologikal jaringan yang tidak normal. Menurut Brooker (2001),pertumbuhan tumor dapat digolongkan sebagai ganas (malignant)atau jinak (benign).

Neoplasma (tumor) adalah masa abnormal dari jaringan,yang pertumbuhannya pesat dan tidak terkoordinasi dari padajaringan normal dan berlangsung lama serta berlebihan setelahperhentian stimulus yang menimbulkan perubahan tersebut (Robin1999, 261, basic of pathology disease).

Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat,sehingga tumor jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Seltumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempaksehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkanjaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpaimaka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan caraoperasi (Robin dan Kumar, 1995).

Sedangkan kanker adalah sebuah penyakit yang ditandaidengan pembagian sel yang tidak teratur dan kemampuan sel-selini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik denganpertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi)atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis).Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA,menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel,dan fungsi lainnya (Tjakra, 1991).

5

B. JENIS-JENIS TUMOR JINAK (BENIGNA) PADA SISTEM MUSKULOSKELETALa. Osteoma

Osteoma merupakan lesi tulang yang bersifat jinak  danditandai oleh pertumbuhan tulang yang abnormal. Osteoma klasikberwujud sebagai suatu benjolan yang tumbuh dengan lambat,tidak nyeri. Pada pemeriksaan radiografi, osteoma perifertampak sebagai lesi, lesi menimbulkan adiopak yang meluas dariperrmukaan tulang, osteoma sentral tampak sebagai suatu massasklerotik terbatas jelas didalam tulang. Kalau lesi menimbukangejala-gejala, membesar, atau menyebakan ketidakmampuan makaperawatan yang dipilih adalah eksisi osteoma dengan pembedahan. Operasi pembuangan bagian tulang yang membesar ini jugadilakukan untuk tujuan diagnostic pada lesi-lesi yang besar.Eksisi meemberikan penyembuhan pada tulang.

b. Osteoid Osteoma

Osteoid Osteoma adalah tumor jinak pada tulang yangpertumbuhannya timbul dari osteoblas. Osteoid osteoma dapatmengenai tulang manapun, tetapi biasanya mengenai tulangpanjang/ tulang paha. Osteoid Osteoma merupakan tumor yangsangat kecil, yang biasanya tumbuh dilengan atau tungkai,tetapi dapat terjadi pada semua tulang. Belum diketahui secarapasti penyebab tumbuhnya Osteoid Osteoma tetapi biasanya

6

disebabkan karena trauma, infeksi dan lesi. Biasanya akanmenimbulkan nyeri yang memburuk pada malam hari dan berkurangdengan pemberian aspirin dosis rendah. Kadang otot di sekitartumor akan mengecil (atrofi) dan keadaan ini akan membaiksetelah tumor diangkat. Skening tulang menggunakan pelacakradioaktif bisa membantu menentukan lokasi yang tepat daritumor tersebut. Kadang-kadang tumor sulit ditentukan lokasinyadan perlu dilakukan pemeriksaan tambahan seperti CT scan danfoto rontgen dengan teknik yang khusus. Pengangkatan tumormelalui pembedahan merupakan satusatunya cara untuk menguranginyeri secara permanen. Bila penderita enggan menjalanipembedahan, untuk mengurangi nyeri bisa diberikan aspirin.

c. Kondroblastoma

Kondroblastoma dalah tumor jinak yang jarang di temukan,dan biasanya paling sering mengenai anak-anak pada remaja.Tempat paling sering terserang adalah tulang humerus. Gejalaseringkali berupa nyeri sendi yang timbul dari jaringan tulangrawan. Perawatannya dengan eksisi pembedahan. Jika kambuh,tumor ini akan di tangani dengan eksisi, bedah beku atauradioterapi.

d. Non Ossifying Fibroma

Non Ossifying Fibroma (Nof) adalah kelainan perkembanganyang umum pada anak-anak dan remaja dengan physes terbuka; itutidak terlihat pada orang dewasa.Meskipun namanya, kondisi ini mineralizes dan menghilangdengan jatuh tempo rangka.

Bila lesi sangat kecil, hal itu disebut cacat kortikalberserat. Terjadi eksentris di metaphyses tulang panjang,paling sering di femur distal, tibia proksimal, atau tibiadistalLesi terlihat pada anak-anak dan remaja, tapi tidak pada orangdewasa.

7

Pementasan (seperti dengan lesi jinak lainnya):

Tahap 1: Laten (~ 96%)

Tahap 2: Aktif (~ 2-3%)

Tahap 3: Agresif (<1%)

Alam sejarah: Aktif tahap 2 selama masa kanak-kanak Menjadilaten tahap 1 dalam pematangan kerangka.

e. Endrokoma

Endrokoma atau kondroma sentral adalah tumor jinak sel-sel rawan displatik yang timbul pada  metafisis tulang fibula,terutama pada tangan dan kaki. Pada pemerikasasn radiografididapati titik-titik perkapuran yang berbatas tegas , membesardan menipis. Tanda ini merupakan ciri khas dari tumor. Tumorberkembang semasa pertumbuhan pada anak-anak atau remaja.Keadaan ini meningkatkan fraktur patologis untuk jenisgangguan ini biasanya dilakukan pembedahan dengan kuretase danpencangkokan tulang.

f. Tumor sel raksasa

Sifat khas sel raksasa adalah adanya stroma vascular yangterdiri dari sel-sel dan bentuk oval yang mengandung sejumlahnucleus lonjong, kecil dan berwarna gelap. Sel raksasa inimerupakan sel besar dengan sitoplasma yang berwarna merahmuda. Sel ini mengandung sejumlah  nucleus yang vesicular danmenyerupai sel-sel stroma. Walaupun tumor ini dianggap jinaktetapi tetap memiliki derajat keganasaaan bergantung padasifat sarkopatosa dari stromanya. Padajenis yang ganas, tumorini menjadi anaplastik dengan daerah-daerah nekrosis danperdarahan . Tumor-tumor sel raksasa terjadi pada orang dewasamuda dan lebih banyak terjadi pada perempuan. Tempat-tempatbiasa yangt di sarang pada tumor ini adalah ujung-ujung tulang

8

panjang radius. Gejala yang paling sering adalah nyeri, jugaada keterbatasan gerakan sendi dan keleamahan. Setelahdibiopsi untuk memastikan adanyan tumor ini , biasanyadiperlukkan eksisi yang cukup luas, termasuk pengangkatan ditepi tumor. Tumor ini cenderung kambuh secara local dan tumoryang kambuh setelah suatu eksisi yang tidak bersih biasanyalebih ganas. Dengan melakukan biopsy maka diagnosis dapatditegakkan dan yang disertai tindakan rekontruksi segera dapatdilakukan . Pada kasus-kasus tumor sel raksasa ini menyerangsuatu daerah yang luas di bagian distal radius, maka bagianproksimal fibula pasien dapat di cangkokkan untuk rekontruksilengan bawah.

C. KLASIFIKASI

Klasifikasi tumor tulang berdasarkan asal sel.

1. Primer

a. Tumor yang membentuk tulang (Osteogenik)

Jinak : – Osteoid Osteoma

Ganas : – Osteosarkoma

– Osteoblastoma

– Parosteal Osteosarkoma, Osteoma

b. Tumor yang membentuk tulang rawan (Kondrogenik)

Jinak : – Kondroblastoma

Ganas : – Kondrosarkoma

            – Kondromiksoid Fibroma

9

– Enkondroma

– Osteokondroma

c. Tumor jaringan ikat (Fibrogenik)

Jinak: – Non Ossifying Fibroma

Ganas: – Fibrosarkoma

d. Tumor sumsum tulang (Myelogenik)

Ganas : – Multiple Myeloma

Sarkoma Ewing

Sarkoma Sel Retikulum

e. Tumor lain-lain

Jinak : – Giant cell tumor

Ganas : – Adamantinoma

– Kordoma

2. Sekunder/Metastatik

Tumor tulang metastatik merupakan tumor tulang yangberasal dari tumor dibagian tubuh lain yang telah menyebarketulang.

Lesi tulang metastatik dibagi menjadi tiga kelompok

1. Lesi Osteolitik2. Lesi Osteoblastik3. Lesi Campuran

10

Lesi osteolitik merupakan yan paling seringditemukan pada proses destruktif. Lesi osteoblastikterjadi akibat pertumbuhan tulang baru yang dirangsangoleh tumor. Secara mikroskopik, sebagian besar tumortulang metastatik merupakan lesi campuran.

4. Neoplasma Simulating Lesions

– Simple bone cyst

– Fibrous dysplasia

– Eosinophilic granuloma

– Brown tumor/hyperparathyroidism

Klasifikasi menurut TNM.

• T. Tumor induk• TX tumor tidak dapat dicapai• T0 tidak ditemukan tumor primer• T1 tumor terbatas dalam periost• T2 tumor menembus periost• T3 tumor masuk dalam organ atau struktur sekitar tulang• N Kelenjar limfe regional• N0 tidak ditemukan tumor di kelenjar limfe• N1 tumor di kelenjar limfe regional• M. Metastasis jauh• M1 tidak ditemukan metastasis jauh• M2 ditemukan metastasis jauh

11

D. ETIOLOGI

Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini, penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suatu zatdalam tubuh yaitu C-Fos dapat meningkatkan kejadian tumortulang. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi, keturunan,beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakitpaget (akibat pajanan radiasi ), (Smeltzer. 2001).

Meskipun tidak ada penyebab tumor tulang yang pasti, adabeberapa factor yang berhubungan  dan memungkinkan menjadifaktor penyebab terjadinya  tumor tulang yang meliputi:

Genetik

Beberapa kelainan genetik dikaitkan dengan terjadinyakeganasan tulang, misalnya sarcoma jaringan lunak atau softtissue sarcoma (STS). Dari data penelitian diduga mutasigenetic pada sel induk mesinkin dapat menimbulkan  sarcoma.Ada beberapa gen yang sudah diketahui ,mempunyai peranandalam  kejadian sarcoma,  antara lain gen RB-1 dan p53. Mutasip53 mempunyai peranan yang jelas dalam terjadinya STS. Genlain yang juga diketahui  mempunyai peranan adalah gen MDM-2(Murine Double Minute 2). Gen ini dapat menghasilkan suatuprotein yang dapat mengikat pada gen p53 yang telah mutasi danmenginaktivitas gen tersebut.

 

Radiasi.

Keganasan jaringan lunak dapat terjadi pada daerah tubuh yangterpapar radiasi seperti pada klien karsinoma mamma danlimfoma maligna yang mendapat radioterapi. Halperin dkk.Memperkirakan resiko terjadinya sarcoma pada klien penyakit

12

Hodgkin yang diradiasi adalah 0,9 %.  Terjadinya keganasanjaringan lunak dan bone sarcoma akibat pemaparan radiasi sudahdiketahui sejak 1922. Walaupun jarang ditemukan, prognosisnyaburuk dan umumnya high grade.

Tumor yang sering ditemukan akibat radiasi adalah malignantfibrous histiocytoma (MFH) dan angiosarkoma ataulimfangiosarkoma. Jarak waktu antara radiasi dan terjadinyasarcoma diperkirakan sekitar 11 tahun.

Bahan Kimia.

Bahan kimia seperti Dioxin dan Phenoxyherbicide diduga dapatmenimbulkan sarkoma, tetapi belum dapat dibuktikan. Pemaparanterhadap torium dioksida (Thorotrast), suatu bahan kontras,dapat menimbulkan angiosarkoma, pada hepar, selain itu, absesjuga diduga dapat menimbulkan mosotelioma,  sedangkanpolivilin klorida dapat menyebabkan angiosarkoma hepatik.

Trauma

Sekitar 30 % kasus keganasan pada jaringan lunak mempunyairiwayat trauma. Walaupun sarkoma kadang-kadang timbul padajaringan sikatriks lama, luka bakar, dan riwayat trauma, semuaini tidak pernah dapat dibuktikan.

Limfedema kronis.

Limfedema akibat operasi atau radiasi dapat menimbulkanlimfangiosarkoma dan kasus limfangiosarkoma pada ekstremitassuperior ditemukan pada klien karsinoma mammae yang mendapatradioterapi pasca-mastektomi.

Infeksi.

Keganasan pada jaringan lunak dan tulang dapat juga disebabkanoleh infeksi parasit, yaitu filariasis. Pada klien limfedema

13

kronis akibat obstruksi, filariasis dapat menimbulkanlimfangiosrakoma.

E. FAKTOR RESIKO

Beberapa faktor resiko yang menyebabkan terjadinya tumortulang yaitu:

1. Kecepatan pertumbuhan tulang yang memacu timbulnya tumortulang ganas selama masa kanak-kanak terutama daerahmetafise tulang panjang.

2. Paparan radiasi3. Beberapa kasus pada tumor tulang ganas disebabkan oleh

kelainan DNA pada tulang faktor genetik contohnya:a) Retinoblastoma kelainan pada gen 13q14b) Displasi tulang, penyakit paget, fibrous

displasia, enchondromatosis, eksostosis hereditermultiple

c) L1-Fraumenisyndrome (mutasi TP 53)d) Gaya hidup yang tak sehat misalnya merokok,

makanan dan minuman yang mengandung karbon.e) Rothmund-thomson sindrom yaitu kelainan pada

resesif autosomal yang berkaitan dengan kelainantulang kongenitaaaal, displasia rambut dan kulit,hipogonadism, dan katarak

F. PATOFISIOLOGI

Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunakdiinvasi oleh sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normaldengan respon osteolitik yaitu proses destruksi ataupenghancuran tulang dan respon osteoblastik atau prosespembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal. Pada

14

proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadipenimbunan periosteum tulang yang baru dekat tempat lesiterjadi, sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.

Kelainan congenital, genetic, gender / jenis kelamin, usia,rangsangan fisik berulang, hormon, infeksi, gaya hidup,karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi) dapat menimbulkantumbuh atau berkembangnya sel tumor. Sel tumor dapat bersifatbenign (jinak) atau bersifat malignant (ganas).

Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehinggatumor jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumormendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak sehinggaterbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringantumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka padaumumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi.

Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehinggatumor ganas pada umumnya cepat menjadi besar. Sel tumor ganastumbuh menyusup ke jaringan sehat sekitarnya, sehingga dapatdigambarkan seperti kepiting dengan kaki-kakinya mencengkeramalat tubuh yang terkena. Disamping itu sel kanker dapatmembuat anak sebar (metastasis) ke bagian alat tubuh lain yangjauh dari tempat asalnya melalui pembuluh darah dan pembuluhgetah bening dan tumbuh kanker baru di tempat lain. Penyusupansel kanker ke jaringan sehat pada alat tubuh lainnya dapatmerusak alat tubuh tersebut sehingga fungsi alat tersebutmenjadi terganggu.

Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagiansel yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untukmenyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhanlangsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau denganmigrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yangtidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkanmutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsilainnya (Tjakra, Ahmad. 1991).

15

Adapun siklus tumbuh sel kanker adalah membelah diri,membentuk RNA, berdiferensiasi / proliferasi, membentuk DNAbaru, duplikasi kromosom sel, duplikasi DNA dari sel normal,menjalani fase mitosis, fase istirahat (pada saat ini seltidak melakukan pembelahan).

G. MANIFESTASI KLINIS1. Rasa sakit (nyeri),

Nyeri dan atau pembengkakan ekstremitas yang terkena(biasanya menjadi semakin parah pada malam hari danmeningkat sesuai dengan progresivitas penyakit).

2. Pembengkakan

Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendianserta pergerakan yang terbatas (Gale. 1999: 245).

3. Keterbatasan gerak4. Fraktur patologik.5. Menurunnya berat badan6. Teraba massa; lunak dan menetap dengan kenaikan suhu kulit

di atas massa serta distensi pembuluh darahmaupun pelebaran vena.

7. Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada,batuk, demam, berat badan menurun dan malaise (Smeltzer.2001: 2347).

H. PENATALAKSANAAN

16

Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumortersebut saat didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umummeliputi pengangkatan tumor, pencegahan amputasi jikamemungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara maksimal darianggota tubuh atau ekstremitas yang sakit. Penatalaksanaanmeliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapikombinasi. Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahandan / atau radiasi dan kemoterapi. Protokol kemoterapi yangdigunakan biasanya meliputi adriamycin (doksorubisin) cytoksandosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi(MTX) dengan leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secaratersendiri atau dalam kombinasi.

Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasidengan pemberian cairan normal intravena, diuretika,mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat, mitramisin,kalsitonin atau kortikosteroid. ( Gale. 1999: 245 ).

Tujuan dari penatalaksanaan adalah untuk menghancurkan ataumengangkat jaringan maligna dengan menggunakan metode yangseefektif mungkin.

Secara umum penatalaksanaan osteosarkoma ada dua, yaitu:

1. Pada pengangkatan tumor dengan pembedahan biasanyadiperlukan tindakan amputasi pada ekstrimitas yang terkena,dengan garis amputasi yang memanjang melalui tulang atausendi di atas tumor untuk control lokal terhadap lesiprimer. Beberapa pusat perawatan kini memperkenalkanreseksi lokal tulang tanpa amputasi dengan menggunakanprosthetik metal atau allograft untuk mendukung kembalipenempatan tulang-tulang.

2. Kemoterapi

Obat yang digunakan termasuk dosis tinggi metotreksat yangdilawan dengan factor citrovorum, adriamisin, siklifosfamid,dan vinkristin.

17

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan yang biasa dilakukan:

1. Pemeriksaan radiologis menyatakan adanya segitiga codmandan destruksi tulang.

2. CT scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru.3. Biopsi terbuka menentukan jenis malignansi tumor tulang,

meliputi tindakan insisi, eksisi, biopsi jarum, dan lesi-lesi yang dicurigai.

4. Skrening tulang untuk melihat penyebaran tumor.5. Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan adanya peningkatan

alkalin fosfatase.6. MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada

tulang dan penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya.7. Scintigrafi untuk dapat dilakukan mendeteksi adanya “skip

lesion”, ( Rasjad. 2003).

J. KOMPLIKASI

Komplikasi yang mungkin muncul dari tumor-tumor jinakdiatas diantaranya sebagai berikut :

a. Akibat langsung : patah tulangb. Akibat tidak langsung : penurunan berat badan, anemia,

penurunan kekebalan tubuhc. Akibat pengobatan : gangguan saraf tepi, penurunan kadar

sel darah, kebotakan pada kemoterapi.

18

19

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN1. Identitas pasien

Nama, umur, jenis kelamin, pendidkan, pekerjaan, statusperkawinan, alamat, dan lain-lain.

2. Riwayat kesehatan

Pasien mengeluh nyeri pada daerah tulang yang terkena.

Klien mengatakan susah untuk beraktifitas/keterbatasan gerak

Mengungkapkan akan kecemasan akan keadaannya

3. Pengkajian fisik

Pada palpasi teraba massa pada derah yang terkena.

Pembengkakan jaringan lunak yang diakibatkan oleh tumor.

a. Pengkajian status neurovaskuler; nyeri tekanKeterbatasan rentang gerak 

4. Hasil laboratorium/radiologi

Terdapat gambaran adanya kerusakan tulang dan pembentukan tulang baru.

Adanya gambaran sun ray spicules atau benang-benang tulang dari kortek tulang.

Terjadi peningkatan kadar alkali posfatase. 

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

20

1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologik dan pembedahan (amputasi).

2. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan   muskuluskletal, nyeri, dan amputasi.

3. Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan penekanan pada daerah tertentu dalam waktu yang lama.

4. Resiko infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka kerusakan jaringan lunak.

C. RENCANA TINDAKAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologik dan pembedahan (amputasi).

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah nyeri akut teratasi seluruhnya.

Kriteria Hasil :

a.       Klien mengatakan nyeri hilang dan terkontrol,

b.      Klien tampak rileks, tidak meringis, dan mampu istirahat/tidur dengan tepat,

c.       Tampak memahami nyeri akut dan metode untuk menghilangkannya, dan

d.      Skala nyeri 0-2.

Intervensi:

1. Catat dan kaji lokasi dan intensitas nyeri (skala 0-10). Selidiki perubahan karakteristik nyeri.

21

R / : Untuk mengetahui respon dan sejauh mana tingkat nyeri pasien.

2. Berikan tindakan kenyamanan (contoh ubah posisi sering, pijatan lembut).

R / : Mencegah pergeseran tulang dan penekanan pada jaringan yang luka.

3. Berikan sokongan (support) pada ektremitas yang luka.

R / : Peningkatan vena return, menurunkan edema, dan mengurangi nyeri.

4. Berikan lingkungan yang tenang.

R / : Agar pasien dapat beristirahat dan mencegah timbulnya stress.

5. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian analgetik, kaji efektifitas dari tindakan penurunan rasa nyeri.

R / : Untuk mengurangi rasa sakit / nyeri. 

2. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan   muskuluskletal, nyeri, dan amputasi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah kerusakan mobillitas fisik teratasi seluruhnya.

Kriteria Hasil :

Pasien menyatakan pemahaman situasi individual, program pengobatan, dan tindakan keamanan,

Pasien tampak ikut serta dalam program latihan / menunjukan keinginan berpartisipasi dalam aktivitas,

22

1. Pasien menunjukan teknik / perilaku yang memampukan tindakanberaktivitas, dan

2. Pasien tampak mempertahankan koordinasi dan mobilitas sesuaitingkat optimal.

Intervensi :

1. Kaji tingkat immobilisasi yang disebabkan oleh edema dan persepsi pasien tentang immobilisasi tersebut.

R /: Pasien akan membatasi gerak karena salah persepsi (persepsi tidak proporsional).

2. Dorong partisipasi dalam aktivitas rekreasi (menonton TV,membaca koran dll ).

R / : Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memusatkan perhatian, meningkatkan perasaan mengontrol diri pasien dan membantu dalam mengurangi isolasi sosial.

3. Anjurkan pasien untuk melakukan latihan pasif dan aktif pada yang cedera maupun yang tidak.

R / : Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot, mempertahankan mobilitas sendi, mencegah kontraktur / atropi dan reapsorbsi Ca yang tidak digunakan.

4. Bantu pasien dalam perawatan diri.

R / : Meningkatkan kekuatan dan sirkulasi otot, meningkatkan pasien dalam mengontrol situasi, meningkatkan kemauan pasien untuk sembuh.

5. Berikan diit Tinggi protein Tinggi kalori , vitamin ,  dan mineral.

23

R / : Mempercepat proses penyembuhan, mencegah penurunan BB, karena pada immobilisasi biasanya terjadi penurunan BB.

6. Kolaborasi dengan bagian fisioterapi.

R / : Untuk menentukan program latihan. 

3. Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan penekanan pada daerah tertentu dalam waktu yang lama.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah kerusakan integritas kulit / jaringan teratasi seluruhnya.

Kriteria Hasil : Klien Menunjukkan prilaku / tehnik untuk mencegah kerusakan kulit tidak berlanjut.

Intervensi :

1. Kaji adanya perubahan warna kulit.

R / : Memberikan informasi tentang sirkulasi kulit.

2. Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan.

R / : Untuk menurunkan tekanan pada area yang peka resiko kerusakan kulit lebih lanjut.

3. Ubah posisi dengan sesering mungkin.

R / : Untuk mengurangi tekanan konstan pada area yang sama danmeminimalkan  resiko kerusakan kulit.

4. Beri posisi yang nyaman kepada pasien.

24

R / : Posisi yang tidak tepat dapat menyebabkan  cedera kulit / kerusakan kulit.

5. Kolaborasi dengan tim kesehatan dan pemberian zalf / antibiotic.

R / : Untuk mengurangi terjadinya kerusakan integritas kulit.

4. Resiko infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka kerusakan jaringan lunak.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah resiko infeksi tidak terjadi.

Kriteria Hasil :

1. Tidak ada tanda-tanda Infeksi,2. Leukosit dalam batas normal, dan3. Tanda-tanda vital dalam batas normal. 

Intervensi :

1. Kaji keadaan luka (kontinuitas dari kulit) terhadap adanya: edema, rubor, kalor, dolor, fungsi laesa.

R/ : Untuk mengetahui tanda-tanda infeksi.

2. Anjurkan pasien untuk tidak memegang bagian yang luka.

R/ : Meminimalkan terjadinya kontaminasi.

3. Rawat  luka dengan menggunakan tehnik aseptik

R/ : Mencegah kontaminasi dan kemungkinan infeksi silang.

4. Mewaspadai adanya keluhan nyeri mendadak, keterbatasan gerak, edema lokal, eritema pada daerah luka.

25

R/ : Merupakan indikasi adanya osteomilitis.

5. Kolaborasi pemeriksaan darah : Leukosit

R/ : Leukosit yang meningkat artinya sudah terjadi proses infeksi.

26