BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem transportasi direncanakan sebagai sarana untuk berpindah
dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan satu atau
beberapa moda (alat) transportasi untuk memenuhi kebutuhan
manusia terhadap barang dan jasa. Penggunaan lebih dari satu
moda disebut sebagai system multimoda, yaitu menggabungkan dua
atau lebih moda untuk meningkatkan pelayanan, atau system
intermoda yang mengelola beberapa moda yang berlainan sebagai
satu bagian integral yang saling melengkapi.
Jaringan jalan yang merupakan salah satu bagian dari sistem
transportasi, membawa pengaruh yang besar bagi kegiatan sosial
ekonomi masyarakat. Untuk itu perlu dilakukan perencanaan yang
diselenggarakan dalam konteks ekonomi optimum, yaitu efisiensi
dalam penggunaan dana dan efektif dalam mendukung pertumbuhan
ekonomi. Dalam perencanaannya beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan antara lain rencana pengembangan wilayah,
peraturan perundang-undangan, kebutuhan pergerakan penumpang,
kebijakan dan strategi pengembangan daerah serta kebijakan
sektoral.
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 1
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
Agar dapat memenuhi fungsi dasar dari jalan, yaitu memberikan
pelayanan yang optimum pada arus lalu lintas dan sebagai akses
dari satu tempat ke tempat lain, dilakukan perencanaan yang
meliputi beberapa hal. Salah satu bagian dari perencanan
jaringan jalan adalah perencanaan geometrik (bentuk fisik
jalan).
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Maksud atau visi dari perencangan geometrik jalan adalah
ingin merancang jalan dengan kententuan yang ada yang
menyangkut aspek-aspek perencangan bagian jalan seperti lebar
jalan, tikungan, kelandaian, ruang yang cukup bagi menuver
kendaraan, jarak pandang, dsb, sehingga jalan yang dihasilkan
benar-benar efektif dan efisien. Perencanaan geometerik jalan
mempunyai beberapa tujuan di antaranya:
1. Menghasilkan infrastruktur yang aman dan meningkatkan
efisiensi pelayanan arus lalu lintas.
2. Memaksimalkan rasio tingkat penggunaan/biaya pelaksanaan.
Karena ruang, bentuk dan ukuran jalan dikatakan baik, jika
dapat memberikan rasa aman dan nyaman kepada pemakai jalan.
3. Memberikan keamanan dan kenyamanan seperti: jarak pandangan,
ruang yang cukup bagi maneuver kendaraan dan koefisien gesek
permukaan yang pantas.
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 2
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
4. Memberikan suatu keseragaman geometrik jalan sehubungan
dengan jenis medan (terrain).
Maksud dari perancangan geometrik adalah menghasilkan
infrastruktur yang aman, efisien dalam pelayanan arus lalu
lintas dan memaksimalkan rasio tingkat penggunaan serta biaya
pelaksanaan.
1.2.2 Tujuan
Dalam perancangan geometric jalan terdapat tiga tujuan utama
yaitu :
Memberikan keamanan dan kenyamanan dalam berkendara di track
lurus, tikungan tanjakan maupun turunan, seperti jarak
pandangan, ruang yang cukup untuk maneuver kendaraan dan
koefisien gesek permukaan yang sesuai,
Menjamin suatu perancangan yang ekonomis,
Memberikan suatu keseragaman geometric jalan sehubungan
dengan jenis medan (terrain).
1.3 Ruang Lingkup Kajian
Dasar perencanaan geometrik jalan adalah sifat gerakan, dan
ukuran kendaraan, sifat pemgemudi dalam mengendalikan gerak
kendaraannya, dan karakteristik lalu lintas. Hal-hal tersebut
haruslah menjadi bahan pertimbangan perencana, sehinggaRheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 3
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
dihasilkan bentuk dan ukuran jalan, serta ruang gerak kendaraan
yang memenuhi tingkat kenyamanan dan keamanan yang diharapkan.
Elemen dari perencanaan geometrik jalan antara lain:
1. Perhitungan Awal
Perhitungan awal meliputi perhitungan koordinat titik awal dan
titik akhir, klasifikasi medan, penentuan trase alinemen
horisontal, perhitungan koordinat, jarak, azimuth dan sudut
tikungan.
2. Alinemen horizontal/trase jalan
Perencanaan alinemen horizontal terutama dititikberatkan pada
perencanaan sumbu jalan, apakah jalan yang direncanakan
merupakan jalan lurus atau tikungan. Sumbu jalan terdiri dari
serangkaian garis lurus, lengkung berbentuk lingkaran dan
lengkung peralihan dari bentuk garis lurus ke bentuk busur
lingkaran. Perencanaan alinemen horisontal yang meliputi
penentuan kelas jalan, kecepatan rencana, jarak pandang henti,
perhitungan tikungan, stasioning,, dan penentuan diagram
superelevasi.
Alinemen vertikal/penampang memanjang jalan.
Alinemen vertikal adalah proyeksi sumbu jalan pada suatu bidang
vertikal yang melalui sumbu jalan tersebut. Alinemen vertikal
terdiri atas rangkaian bagian lurus yang dihubungkan oleh
bagian lengkung vertikal dan menitikberatkan pada kelandaian
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 4
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
jalan. Perencanaan alinemen vertikal meliputi penentuan profil
tanah asli, penentuan koordinasi trase alinyemen vertical,
perhitungan kelandaian, perhitungan alinemen vertikal, dan
alinemen vertikal.
Perencanaan Struktur Perkerasan Jalan
Metode ini digunakan untuk menentukan tebal perkerasan jalan
yang dibutuhkan sesuai dengan komponen kendaraan yang melewati
jalan tersebut. MAK ini meliputi penentuan DDT, perhitungan
lintas ekivalen rencana dan indeks perkerasan jalan tersebut.
5. Penampang Melintang Jalan
Perencanaan penampang melintang jalan meliputi menggambar
potongan melintang, bagaimana tipikal potongan melintang
beserta ukurannya, menentukan panjang Damaja, Damija dan
Dawasja, dan menentukan drainase jalan.
1.4 Tahapan Pengerjaan
Secara garis besar tahapan-tahapan perancangan desain
suatu jalan raya setelah dilakukan pemetaan pada peta dibagi
menjadi enam tahap yaitu:
TAHAP 1: PERHITUNGAN AWAL
Penentuan Trase Alinemen Horizintal
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 5
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
Klasifikasi Medan
Perhitungan Koordinat, Jarak, Azimut, dan Sudut Tikungan
Klasifikasi Jalan dan Kecepatan Rencana
Jarak Pandang Henti dan Mendahului
TAHAP 2: ALINYEMEN HORIZONTAL
Alinyemen Horizontal
a. Panjang Bagian Lurus
b. Penentuan Jenis Tikungan
c. Stasioning
d. Pencapaian Superelevasi
e. Diagram Superelevasi
TAHAP 4: ALIN Y EMEN VERTIKAL
a. Profil Tanah Asli
b. Panjang Kritis Suatu Kelandaian
c. Penentuan Trase Alinemen Vertikal
d. Lengkung Vertikal
TAHAP 5 : PERENCANAAN STRUKTUR PERKERSAN JALAN
Metode Perkerasan dengan MAK
Perhitungan DDT (daya dukung tanah),
LER (Lalu Lintas ekivalen Rencana)
ITP (indeks tebal perkerasan)
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 6
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
TAHAP 6: POTONGAN MELINTANG
Potongan Melintang Jalan
Tipikal Potongan Melintang
TAHAP 7 : KESIMPULAN
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 7
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
BAB II
PERHITUNGAN AWAL
2.1 Penentuan trase Alinyemen Horizontal
Trase merupakan garis-garis yang merupakan rencana sumbu jalan,
digunakan untuk menentukan koridor rencana yang menghubungkan
titik awal dan titik akhir jalan. Faktor-faktor pertimbangan
dalam menentukan lokasi koridor jalan antara lain pengaruh
medan/topografi, perpotongan dengan sungai, daerah lahan
kritis, daerah aliran sungai, material konstruksi jalan, galian
dan timbunan, pembebasan tanah, lingkungan dan sosial.
2.2 Klasifikasi Medan
Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar
kemiringan medan yang diukur tegak lurus garis kontur.
Penentuan kemiringan medan dilakukan dengan identifikasi
kemiringan tegak lurus sumbu jalan ( dengan membuat garis
panjang minimal sesuai lebar jalan rencana). Pada masing-masing
garis tersebut dihitung kemiringan tanah aslinya. Kemiringan
medan merupakan sebagian besar kemiringan melintang garis-garis
tersebut. Klasifikasi medan jalan untuk perencanaan geometrik
dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 8
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
Tabel 2.1 Klasifikasi Medan
Jenis Medan NotasiKemiringan Medan
(%)
Datar D <3Perbukitan B 3-25Pegunungan G >25
Sumber : Tata Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota,
Departemen PU, Ditjen Bina Marga, 1997
Tabel 2.2 Perhitungan Klasifikasi Medan
No.segme
nh1 h2 ∆h
%
A1 28,5 25 2213,000
A2 31 26 2316,000
A3 32 26,5 2318,000
A4 33 28,4 2614,000
A5 38 33 2918,000
A6 37 32,8 29,215,600
A7 37 33 30,213,600
A8 36 32,8 3012,000
A9 33 31 29 8,000A10 30 29 28,3 3,400
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 9
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
A11 31,2 30,5 29,8 2,800A12 35 33,8 32 6,000A13 36,5 34,2 32 9,000
A14 35,5 33 2913,000
A15 39 34 2920,000
A16 41 35 2924,000
A17 40 35 2922,000
rata-
rata ∆h
13,43
5
Dari hasil perhitungan persegmen yang telah dilakukan,
diperoleh rata-rata ketinggian kontur adalah 13,435 %.
Dari tabel diatas, dapat diklasifikasikan medan tersebut adalah
perbukitan
2.3 Penentuan Koordinat
Pada perencanaan ini, titik awal dan akhir dari jalan yang akan
dibangun sudah ditentukan. Penentuan koordinat diantaranya
dipilih berdasarkan peta kontur yang ada dan memilih jalur yang
tercepat, ternyaman dan yang paling ekonomis.
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 10
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
Koordinat titik-titik utama pada trase alinemen horizontal :
Titik A = (15155,125;15378,895)
Titik B = (14991,729;15257,342)
Titik C = (14562,222;15369,284)
Titik D = (14398,880;15256,997)
Dimana titik A adalah titik awal dan titik D adalah titik akhir
jalan rencana. Sedangkan titik B dan C adalah titik tikungan
yang dipilih berdasarkan pertimbangan sebelumnya.
2.4 Perhitungan Jarak
Dari sudut tikungan yang sudah ditentukan sebelumnya, jarak
antar titik penting harus dicari untuk memenuhi tahap
selanjutnya. Hasil perhitungan jarak antar titik penting dapat
dilihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 2.3 Perhitungan Jarak
Titik
KordinatJarak
x y meter
A 15155,125 15378,895
203,650B 14991,7
29 15257,342
443,855C 14562,2
22 15369,284
198,214
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 11
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
D 14398,880 15256,997
Perhitungan jarak antara titik penting diatas dicari
dengan menggunakan persamaan :
di-j = Jarak antara titik i dan titik j, (m)
xi = Koordinat x titik i,
xj = Koordinat x titik j,
yi = Koordinat y titik i,
yj = Koordinat y titik j,
dengan rumus tersebut dihitung jarak antar titik-titik A, B, C,
dan D dengan cara seperti dibawah ini :
2.5 Perhitungan Azimuth
Perhitungan azimuth digunakan untuk selanjutnya menentukan
sudut jurusan tikungan yang ada. Azimuth adalah sudut yang
dimulai dari arah utara suatu titik searah dengan perputaran
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 12
di−j=√(xj−xi)2+(yj−yi)2
dAB=√(XB−XA )2+(YB−YA )2=√(14991,729-15155,125)2+(15257,342−15378,895 )2=203,650 m
dBC=√(XC−XB)2+(YC−YB)
2=√ (14562,222−14991,729 )2+(15369,284−15257,342 )2=443,855m
dCD=√(XD−XC)2+(YD−YC )2=√(14398,880−14562,222 )2+(15256,997−15369,284)2=198,214 m
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
jarum jam sampai ke sisi yang bersangkutan. Hasil perhitungan
azimuth dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.4 Perhitungan Azimuth
Titik
Kordina
t
Jarak (xj-xi)/(yj-yi) azimuth (α)
meter xj-xi yj-yi (θ)arctan (θ)
(rad)arctan (θ) (O)
A
203,650
-163,39
6
-121,55
3 1.344237 0.93119996453.353827
79233.353
8B
443,855
-429,50
7111,94
2 -3.83687-
1.315839143
-75.392029
4 284.608C
198,214
-163,34
2
-112,28
7 1.454683 0.96855315255.494007
86 235.494D
Perhitungan azimuth ini dirumuskan dengan :
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 13
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
αi=arctan(xj−xi¿ yj−yi ¿¿
¿)i = azimuth dari titik awal
xi = koordinat x titik awal
yi = koordinat y titik awal
xj = koordinat x titik akhir
yj = koordinat y titik akhir
dengan rumus tersebut dicari azimuth pada trase jalan
αAB=tan−1(XB−XA
YB−YA )=53,35382779=180+53,35382779=233,3538o
αBC=tan−1(XC−XBYC−YB )=−75,3920294o=360−75,3920294=284,608o
αCD=tan−1(XD−XCYD−YC )=55,49400786o=180+55,49400786=235,494o
2.6 Perhitungan Sudut Tikungan
Setelah mendapatkan nilai azimuth, sudut tikungan akan dapat
ditentukan. Sudut ini berfungsi untuk menentukan variable
penting lain dalam perhitungan tikungan. Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 14
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
Tabel 2.5 Sudut Tikungan
Titik
Kordinat
azimuth
(α)
sudut
tikungan
(∆)arctan
(θ) (O)(O)
A
233.3538B 51.25414
284.608C -49.114
235.494D
Penghitungan sudut tikungan diperoleh dengan persamaan sebagai
berikut :
ΔB=αBC−αAB=51,25414o (⇒ (+ ) tikungan ke kanan )ΔC=αCD−αBC=-49,114
o (⇒ (− ) tikungan ke kiri)
2.7 Klasifikasi Menurut Fungsi Jalan
Menurut PP nomor 34 nomor 2006 tentang jalan klasifikasi jalan
diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu:
Tabel 2.6 Klasifikasi Jalan
No Kelompok Klasifikasi1. Sistem a. Jalan Primer
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 15
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
Jaringanb. Jalan Sekunder
2. Fungsi
a. Arteri
b. Kolektor
c. Lokal
d. Lingkungan
3. Status
a. Jalan Nasional
b. Jalan Propinsi
c. Jalan Kabupaten
d. Jalan Kota
e. Jalan Desa
4. Kelas Jalan
a. Penggunaan jalan dan kelancaran lalu
lintas dan angkutan jalan
b. Spesifikasi penyediaan prasarana
jalan
Sumber: PP nomor 34 tahun 2006 tentang Jalan
Klasifikasi menurut fungsi jalan terbagi atas :
Jalan Arteri : Jalan yang melayani angkutan utama dengan
ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi,
dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 16
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
Jalan Kolektor : Jalan yang melayani angkutan
pengumpul/pembagi dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang,
kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
Jalan Lokal : Jalan yang melayani angkutan setempat dengan
ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata
rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
Jalan Lingkungan :
Fungsi jalan juga terbagi menurut sistem jaringannya yang
diklasifikasikan dalam jalan primer dan jalan sekunder.
Jalan yang akan direncanakan dalam kasus ini telah
ditentukan, yaitu jalan Arteri Primer.
Jalan ini menghubungkan
antarpusat kegiatan nasional
atau antara pusat kegiatan
nasional dengan pusat kegiatan
nasional dengan pusat kegiatan
wilayah.
Jalan ini didesain berdasarkan
kecepatan paling rendah 60 (enam puluh) kilometer per jam
dengan lebar badan jalan paling sedikit 11 (sebelas) meter.
Jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang lebih besar
dari volume lalu lintas rata-
rata. Pada jalan ini, lalu
lintas jarak jauh tidak boleh
terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal,
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 17
Gambar 2.1 Contoh JalanArteri Primer
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
dan kegiatan lokal. Dalam hal ruang milik jalan tidak cukup
luas, lebar ruang pengawasan jalan ditentukan dari tepi
badan jalan paling sedikit dengan ukuran 15 meter. Salah
satu contoh jalan arteri primer adalah Jalan yang
menghubungkan Kota Surabaya dengan Kota Sidoarjo yaitu Jl.
A. Yani atau jalan yang menghubungkan Kota Surabaya dengan
Kota Gresik adalah Jl. Gresik.
2.8 Klasifikasi Menurut Kelas Jalan
Kelas jalan dikelompokkan berdasarkan penggunaan jalan dan
kelancaran lalu lintas dan angkutan
jalan, serta spesifikasi penyediaan
prasarana jalan.
Kelas jalan dikelompokkan atas
jalan bebas hambatan, jalan raya, jalan
sedang, dan jalan kecil. Pada tugas
besar ini,kami mendapatkan kelas jalan
raya. Jalan raya meupakan jalan umum untuk lalu lintas secara
menerus dengan pengendalian jalan masuk secara terbatas dan
dilengkapi dengan median, paling
sedikit 2 (dua) lajur setiap arah, lebar lajur paling sedikit
3,5 (tiga koma lima) meter.
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 18
Gambar 2.2 Contoh Kelas Jalan Raya
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
2.9 Kecepatan Rencana
Kecepatan rencana (Design speed) adalah kecepatan yang
ditentukan untuk perancangan dan korelasi dari bentuk
fisik suatu jalan yang mempengaruhi operasi dari
kendaraan. Suatu design speed haruslah sesuai dengan kelas
jalan, fungsi jalan dan jenis medan.
VR untuk masing-masing fungsi jalan dapat ditetapkan dari
tabel di bawah ini.
Tabel 2.7 Kecepatan Rencana
Fungsi Kecepatan Rencana, VR, km/jam
Datar Perbukitan PegununganArteri 70-120 60-80 40-70
Kolektor 60-90 50-60 30-50Lokal 40-70 30-50 20-30
Sumber : Tata Perencanaan Geometric Jalan Antar Kota,
Departemen PU, Ditjen Bina Marga, 1997
Berdasarkan tabel tersebut, sesuai dengan fungsi jalan yang
sudah ditetapkan yaitu kolektor dan medan jalan yang sudah
dicari yaitu perbukitan maka kecepatan rencana yang sesuai
adalah 50 km/jam.
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 19
, atau
Gambar 3.1 Tikungan FC
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
BAB III
PERENCANAAN ALINYEMEN HORIZONTAL
3.1 Teori Perencanaan
Alinemen horizontal atau trase jalan adalah proyeksi sumbu
jalan tegak lurus bidang kertas/bidang horizontal yang terdiri
dari garis lurus dan garis lengkung. Bentuk lengkung (tikungan)
dapat berupa:
1. Tikungan Lingkaran Penuh
Lengkung lingkaran yang menghubungkan dua jalan lurus,
disebut juga tikungan lingkaran penuh (full circle-FC). Tipe ini
digunakan untuk tikungan dengan jari-jari yang relative
besar.
2. Tikungan Spiral–Circle–Spiral (SCS)
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 20
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
Lengkung yang menghubungkan dua jalan lurus berupa
lengkungan transisi dan lengkung lingkaran, disebut sebagai
tikungan transisi dengan lingkaran (SCS). Pada tikungan tipe
SCS, lengkung lingkaran diapit oleh dua spral yang identik,
sehingga dihasilakan tikungan yang simetrik.
Gambar 3.2 Tikungan SCS
3. Tikungan Spiral.
Menghubungkan dua jalan lurus berupa lengkungan-lengkungan
transisi, disebut dengan lengkung spiral-spiral (SS).
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 21
θs=Ls2R
2602π
∆c=∆−2θs
Lc= ∆c360
2πR
Yc=Ls26R
Xc=Ls−Ls340R2
k=xc−Rsin∆cp=yc−R (1−cosθs)Ts=(R+P)tan ∆
2+k
Es= (R+P)
cos ∆2
−R
Ltotal=Lc+2Ls
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
Gambar 3.3 Tikungan SS
Untuk menentukann kombinasi tikungan, terlebih dahulu harus
ditentukan nilai kecepatan rencana, nilai superelevasi pada
tikungan dan rencana jumlah lajur yang akan dibuat pada jalan
tersebut. Setelah nilai-nilai ini ditentukan, tikungan-tikungan
dapat didesain sesuai dengan yang diinginkan dengan melihat
pada tabel AASTHO seperti terlampir dibawah.
Panjang tikungan didesain dengan batasan :
1. Jumlah panjang Ts dari tiap tikungan tidak lebih besar
dari dPI1-PI2. Sebagai pertimbangan untuk kenyamanan pengemudi,
maka jarak antara station TS dari tikungan berurutan diberi
selang minimal sejauh kurang lebih 50 m.
2. Panjang Ts untuk tikungan pertama tidak lebih panjang dari
dA-PI1.
3. Panjang Ts tikungan kedua tidak lebih panjang dari dPI2 - B.
4. memperhatikan kecepatan rencana dan nilai superelevasi
pada tikungan sesuai tabel AASHTO terlampir dibawah ini :Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 22
θs=½Δ∆c=0Lc= ∆c
3602πR
Yc=Ls2
6R
Xc=Ls−Ls340R2
k=xc−Rsin∆cp=yc−R (1−cosθs)Ts=(R+P)tan ∆
2+k
Es= (R+P)
cos ∆2
−R
Ltotal=2Ls
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
Tabel 3.1 Tabel AASHTO e10%
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 23
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
3.2 Perhitungan Tikungan Alinemen Horizontal
Dalam perencanaan geometrik jalan kali ini, tikungan yang
digunakan adalah jenis Tikungan Spiral–Circle–Spiral (SCS) dan
Tikungan Spiral (SS). Perhitungan tikungan dilakukan dengan
memasukkan nilai jari-jari (R) dan e yang sesuai hingga panjang
tikungan (Ls) memenuhi syarat baik panjang awal, akhir maupun
gabungan keduanya. Perhitungan dilakukan sesuai jenis tikungan
dengan rumus yang sudah dijelaskan diatas dengan menggunakan
tabel AASHTO yang sesuai. Setelah memilih jenis tikungannya,
didapatkan perhitungan setiap tikungan seperti dibawah untuk
setiap tikungan.
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 24
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
Tikungan 1 (S-C-S)
1 = 51o
Tabel 3.2 Perhitungan Tikungan SCS
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 25
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
Tikungan 2 (S-C-S)
2 = 49o
Tabel 3.3 Perhitungan Tikungan SCS
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 26
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
Dari kedua tabel diatas, jari-jari yang dipilih untuk tikungan
1 dan 2 sama yaitu 250 m dan 175 m. dimana setelah perhitungan
didapatkan L tikungan 1 adalah 267,5295 dan tikungan 2 adalah
207,662
Contoh Perhitungan Tikungan 1 (S-C-S):
R=250;e=0,056;Ls=45; 1 = 51
θs=Ls2R
3602π
=45
2×2503602π
=5,15662°
∆c=∆−2θs= 51° - 2 x 5,15662° =40,68676°
Lc= ∆c360
2πR=40,68676
360×2π×250=177,5295meter
Yc=Ls26R =
4526×250=1,35meter
Xc=Ls− Ls340R2
=45−453
40×2502=44,96meter
k=Xc−Rsin∆c=44,96−250sin40,68676=22,49meterp=Yc−R (1−cosθs)=1,35−250 ¿
Ts=(R+P)tan ∆2
+k=(250+0,338)tan 51°2
+22,49=141,89meter
Es= (R+P)
cos ∆2
−R=(250+0,338)
cos 51°2
−250=27,356meter
Ltotal = Lc + 2Ls = 177,5295 + 2(45) = 267,5295 meter
Contoh Perhitungan Tikungan 2 (S-C-S):
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 27
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
R=175;e=0,071;Ls=58; 1 = 49
θs=Ls2R
3602π
=58
2×1753602π
=9.494°
∆c=∆−2θs= 49° - 2 x 9.494° =30.01°
Lc= ∆c360
2πR=30.01360
×2π×175=92.661meter
Yc=Ls26R =
5826×175=3.2meter
Xc=Ls− Ls340R2
=58−583
40×1752=57.84meter
k=Xc−Rsin∆c=57.84−175sin30.01=28.97meterp=Yc−R (1−cosθs)=3.2−175¿
Ts=(R+P)tan ∆2
+k=(175+0.806)tan 49°2
+28.97=109.09meter
Es= (R+P)
cos ∆2
−R=(175+0.806)
cos 49°2
−175=18.202meter
Ltotal = Lc + 2Ls = 92.661 + 2(58) = 207.662 meter
3.3 Stasioning
Stasioning adalah penomoran titik-titik penting hasil
perancangan sumbu jalan dengan menggunkan nomer kode referensi
tertentu, dimana angka yang tercantum pada stasioning
menunjukkan jarak atau lokasi titik tersebut terhadap titik
acuan. Format umum stasionimg adalah : X+YYY dimana X
menunjukkan besaran kilometer dan Y adalah besaran meter.
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 28
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
Perhitungan stasioning pada tikungan SCS dan SS, dengan titik
A sebagai titik acuan dapat dilihat pada tabel dibawah.
Tabel 3.4 Data Stationing
Perhitungan Stasioning
Dab 61.751 Station Distance
TsB 45.000 A 0+ 0.000
LsB 177.529 TS1 0+ 61.751
LcB 45.000 SC1 0+ 106.751
dBC 192.858 CS1 0+ 284.280
TsC 58.000 ST1 0+ 329.280
LsC 91.662 TS2 0+ 522.138
LcC 58.000 SC2 0+ 580.138
dCD 89.187 CS2 0+ 671.800
ST2 0+ 729.800
B 0+ 818.987
3.4 Diagram Superelevasi
Untuk menggambarkan perubahan kemiringan potongan melintang
yang terjadi akibat adanya tikungan maka digambarlah suatu
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 29
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
diagram superelevasi. Potongan melintang normal pada desain
jalan ini mempunyai kemiringan 2 % di kiri dan kanannya
terhadap sumbu jalan. Untuk tikungan-tikungan yang didesain,
tiap jari-jari tertentu dan kecepatan tertentu superelevasinya
didesain sesuai tabel dibawah.
Superelevasi dicapai secara bertahap dari kemiringan melintang
normal pada bagian jalan yang lurus sampai ke kemirigan penuh
(superelevasi) pada bagian lengkung.
Pada tikungan SCS, pencapaian superelevasi dilakukan
secara linear, diawali dari bentuk normal sampai awal
lengkung peralihan (TS) yang terbentuk pada bagian lurus
jalan, lalu dilanjutkan sampai superelevasi penuh pada
bagian akhir bagian lengkung peralihan (SC).
Pada tikungan FC, pencapaian superelevasi dilalukan secara
linear, diawali dari bagian lurus sepanjang ⅔ LS sampai
dengan bagian lingkaran penuh sepanjang ⅓ bagian panjang
LS.
Pada tikugan SS, pencapaian superelevasi seluruhnya
dilakukan pada bagian spiral.
Dalam perencaan geometrik jalan ini, pencapaian superelevasi
dilakukan secara linear karena jenis tikungan yang dipakai
adalah SCS dan SS.
Tabel 3.5 Data superelevasi
Stasiun No Kiri e Kanan e
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 30
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
.STA A 1 0.000 -2 0.000 -2
STA TS1 2 61.751 -2 61.751 -2
STAa 3 85.435 2 85.435 -2
STA SC1 4 106.751 5.6 106.751
-5.6
STA CC1 5 177.529 5.6 177.529
-5.6
STA CS 1 6 284.280 5.6 284.280
-5.6
STAb 7 307.964 2 307.964 -2
STA ST1 8 329.280 -2 329.280 -2
STA BC/TS2 9 314.275 -2 314.275 -2
STAc 10 337.960 -2 337.960 -2
STA SC2 11 580.138 -5.6
580.138 5.6
STA CC2 12 91.662 -5.6
91.662 5.6
STA CS 2 13 671.8 -5.6
671.800 5.6
STAd 14695.484
2 -2 695.484 -2
STA ST2 15 729.8 -2 729.800 -2
STA D 16 818.987 -2 818.987 -2
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 31
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
0.000
61.751
85.435
106.751
177.529
284.280
307.964
329.280
314.275
337.960
580.138
91.662
671.800
695.484
729.800
818.987
-6
-4
-2
0
2
4
6
Diagram Superelevasi
KiriKANAN
Grafik 3.1 Diagram Superelevasi
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 32
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
BAB IV
PERENCANAAN ALINYEMEN VERTIKAL
Alinyemen vertikal merupakan garis potong yang dibentuk
oleh bidang vertical melalui sumbu jalan dengan bidang
permukaan perkerasan jalan yang bersangkutan. Selain itu
alinyemen vertical adalah proyeksi penampang memanjang sumbu
jalan tegak lurus terhadap bidang horizontal jalan. Alinyemen
vertical terdiri atas rangkaian bagian lurus yang dihubungkan
oleh bagian lengkung vertical.
Gambar garis alinyemen vertical dilengkapi dengan
ketinggian setiap titik serta bagian-bagian yang penting dari
suatu jalan. Gambar ini biasa disebut gambar ‘penampang
memanjang’ atau ‘alinyemen vertical jalan’. Bentuk penampang
memanjang sangat menentukan dan berpengaruh pada pergerakan
kendaraan.
Perencanaan lengkung vertikal harus dilakukan sebaik
mungkin karena sangat sulit dan mahal untuk memperbaiki suatu
kelandaian jalan dikemudian hari. Dimana kelandaian diusahakan
mengikuti bentuk permukaan tanah asli sebanyak mungkin untuk
mengurangi galian dan timbunan. Perencanaan Alinyemen Vertikal
dibagi menjadi lengkung cekung dan cembung.
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 33
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
Lengkung cembung (crest vertical curves) dan Lengkung
Cekung (sag vertical curves) masing-masing memiliki 2 tipe
lengkung yang dapat dilihat dibawah.
Gambar 4.1 TipeLengkung Vertikal
Tipe 1 dan 2 adalah tipe lengkung cembung vertical dan tipe 3
dan 4 adalah tipe lengkung cekung. Dalam lengkung cembung, hal
yang perlu diperhatikan dalam perencanaannya adalah jarak
pandangan henti dan menyiap. Sedangkan pada lengkung cekung,
hal yang harus diperhatikan adalah sorot lampu yang lebih
pendek.
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 34
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
4.1 Profil Tanah Asli
Profil tanah asli diperlukan untuk pembuatan trase alinemen
vertikal. Data profil tanah asli ini didapat setelah alinemen
horizontal yang direncanakan di gambar pada peta berkontur.
Dengan skala yang sudah ditentukan yaitu skala horizontal
1:1000 dan skala vertikal 1:100, maka setiap titik titik pada
garis alinemen horizontal yang memotong kontur diplot pada
milimeter blok.
Setelah titik-titik tersebut diplot, maka kemudian dihubungkan
dengan garis-garis. Cara menghubungkan garis-garis yang baik
adalah dengan melihat apakah antara selang titik-titik tersebut
konturnya membentuk cekungan atau cembung. Dengan begitu profil
tanah asli yang kita gambarkan diharapkan dapat mendekati
profil yang sebenarnya.
Tabel 4.1 ketinggian kontur tanah
Ketinggian Jarak
25.00 0.00026.00 50.000
26.50100.00
0
28.40150.00
0
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 35
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
33.00153.67
9
32.80203.67
9
33.00253.67
9
32.80303.67
9
31.00353.67
9
29.00403.67
9
30.50453.67
9
33.80503.67
9
34.20547.52
7
33.00597.52
7
34.00647.52
7
35.00697.52
7
35.00751.14
7
0.000 200.000 400.000 600.000 800.0000.005.0010.0015.0020.0025.0030.0035.0040.00
Profil Tanah Asli
Profil Tanah Asli
Grafik 4.1 Profil Tanah Asli
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 36
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
4.2 Penentuan Trase Alinemen Vertikal
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentuan trase alinemen
vertikal diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Pekerjaan galian diusahakan seimbang dengan pekerjaan
timbunan sehingga secara keseluruhan biaya yang dibutuhkan
tetap dapat dipertanggungjawabkan.
2. Batas kemiringan atau kelandaian yang telah dibahas pada
bagian sebelumnya.
Tabel 4.2 Data Trase
Statio
ning
Ketingg
ian0.000 25.000
365.000 33.000751.147 35.000
0.000 200.000 400.000 600.000 800.0000.005.0010.0015.0020.0025.0030.0035.0040.00
Trase Jalan
Profil Tanah AsliTrase
Grafik 4.2 Trase Jalan
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 37
Grafik 4.1 Profil tanah
SSD
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
4.3 Lengkung Vertikal
Lengkung vertikal dipergunakan untuk merubah secara bertahap
perubahan dari dua macam kelandaian. Panjang minimum lengkung
vertikal cembung yang didasarkan pada jarak pandangan biasanya
memenuhi syarat keamanan, kenyamanan dan penampilan.
Rumus dasar yang dipakai adalah:
1. Lengkung vertikal cembung:
Gambar 4.2 Vertikal Cembung
Jika S<L :
L=AS2658
Jika S>L :
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 38
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
L=2S−(658A )
di mana :
L = panjang lengkung vertikal (m)
S = jarak pandangan (m)
A = perbedaan aljabar kelandaian (%)
Persamaan lengkung vertikal :
A=g2−g1
y=Ax2
2Lv
Ev=ALv8
di mana g1 dan g2 adalah kelandaian jalan dalam %.
Tabel 4.3 Perhitungan Panjang Lengkung Vertikal
Kelandaian Satua
ng
1 2.192 %
g
2 0.518 %
A 1.674 %S 130 mV 50 km/
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 39
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
r jam
S > LvL
v -133.107 m
E
v -27.8501 m
S < LvL
v 42.99081 m
E
v 8.994985 m
Dari perhitungan diatas dan syarat yang ada, nilai Lv yang
memenuhi adalah 42.99081. Lv yang digunakan untuk perhitungan
seterusnya akan dibulatkan menjadi 50 m.
Contoh Perhitungan:
G1=Ya−YbXa−Xb
×100=33−25365−0
×100=2.192%
A=|g2−g1|=|2.192−0.518|=1.674 %
Misal : S<L
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 40
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
L=AS2658
=1.674×1302
658=42.99m≈43m
Ev=ALv8
=1.674×42.99
8=8.99m≈9m
Dari nilai Lv persamaan lengkung vertikal dapat ditentukan
sehingga lengkung vertikal dapat dihitung sebagai berikut:
Tabel 4.4 Perhitungan Lengkung Vertikal
Stationin
gX Y
Elevasi
TraseVertikal
340.000 0 0 32.45205 32.45205
345.000 5 0.004185 32.56164 32.55746
350.000 10 0.016738 32.67123 32.65449
355.000 15 0.037661 32.78082 32.74316
360.000 20 0.066954 32.89041 32.82346
365.000 25 0.104615 33 32.89538
370.000 20 0.066954 33.02637 32.95941
375.000 15 0.037661 33.05227 33.0146
380.000 10 0.016738 33.07816 33.06142
385.000 5 0.004185 33.10406 33.09987
390.000 0 0 33.12996 33.12996
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 41
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
Contoh Perhitungan :
Stationing 345
X= 5
y=Ax2
2Lv=1.674×52
2×50 =0.004185
Elevasi=(0.002192∗345)+25=32.56164Vertikal=Y+elevasi=0.004185+32.56164=32.55746
0.000 200.000 400.000 600.000 800.0000.00
10.00
20.00
30.00
40.00
Lengkung Vertikal
Profil Tanah AsliTraseLengkung Vertikal
Grafik 4.3 Lengkung vertikal
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 42
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
BAB V
PERENCANAAN STRUKTUR PERKERSAN JALAN
5.1 Struktur Perkersan Lentur
Persyaratan dasar suatu jalan pada hakekatnya adalah
dapatnya menyediakan lapisan permukaan yang selalu rata,
konstruksi yang kuat sehingga dapat menjamin kenyamanan dan
keamanan yang tinggi untuk masa pelayanan (umur jalan) yang
cukup lama yang memerlukan pemeliharaan sekecil-kecilnya dalam
berbagai keadaan. Konstruksi perkerasan yang lazim pada saat
sekarang ini adalah konstruksi perkerasan yang terdiri dari
berberapa lapis bahan dengan kualitas yang berbeda, di mana
bahan yang paling kuat biasanya diletakkan di lapisan yang
paling atas. Bentuk kontruksi perkerasan seperti ini untuk
pembangunan jalan-jalan yang ada di seluruh Indonesia pada
umumnya menggunakan apa yang dikenal dengan jenis konstruksi
perkerasan lentur (Flexible Pavement). Perkerasan lentur
(Flexible Pavement) merupakan perkerasan yang menggunakan bahan
pengikat aspal dan konstruksinya terdiri dari beberapa lapisan
bahan yang terletak di atas tanah dasar, seperti dapat dilihat
pada gambar berikut
ini:
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 43
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
Gambar 5.1. Susunan lapisan konstruksi perkerasan lentur
Lapisan permukaan (Surface Course)
Lapis permukaan struktur pekerasan lentur terdiri atas
campuran mineral agregat dan bahan pengikat yang
ditempatkan sebagai lapisan paling atas dan biasanya
terletak di atas lapis pondasi.
Fungsi lapis permukaan antara lain :
a. Sebagai bagian perkerasan untuk menahan beban
roda.
b. Sebagai lapisan tidak tembus air untuk
melindungi badan jalan dari kerusakan akibat cuaca.
c. Sebagai lapisan aus (wearing course)
Bahan untuk lapis permukaan umumnya sama dengan bahan
untuk lapis pondasi dengan persyaratan yang lebih tinggi.
Penggunaan bahan aspal diperlukan agar lapisan dapat
bersifat kedap air, disamping itu bahan aspal sendiri
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 44
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
memberikan bantuan tegangan tarik, yang berarti
mempertinggi daya dukung lapisan terhadap beban roda.
Pemilihan bahan untuk lapis permukaan perlu
mempertimbangkan kegunaan, umur rencana serta pentahapan
konstruksi agar dicapai manfaat sebesar-besarnya dari
biaya yang dikeluarkan.
Lapisan pondasi atas (Base Course)
Lapis pondasi adalah bagian dari struktur perkerasan
lentur yang terletak langsung di bawah lapis permukaan.
Lapis pondasi dibangun di atas lapis pondasi bawah atau,
jika tidak menggunakan lapis pondasi bawah, langsung di
atas tanah dasar.
Fungsi lapis pondasi antara lain :
a. Sebagai bagian konstruksi perkerasan yang menahan
beban roda.
b. Sebagai perletakan terhadap lapis
permukaan.
Bahan-bahan untuk lapis pondasi harus cukup kuat dan awet
sehingga dapat menahan beban-beban roda. Sebelum
menentukan suatu bahan untuk digunakan sebagai bahan
pondasi, hendaknya dilakukan penyelidikan dan pertimbangan
sebaik-baiknya sehubungan dengan persyaratan teknik.
Bermacam-macam bahan alam/setempat (CBR > 50%, PI < 4%)
dapat digunakan sebagai bahan lapis pondasi, antara lain :
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 45
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
batu pecah, kerikil pecah yang distabilisasi dengan semen,
aspal, pozzolan, atau kapur.
Lapisan pondasi bawah (Subbase Course)
Lapis pondasi bawah adalah bagian dari struktur perkerasan
lentur yang terletak antara tanah dasar dan lapis pondasi.
Biasanya terdiri atas lapisan dari material berbutir
(granular material) yang dipadatkan, distabilisasi ataupun
tidak, atau lapisan tanah yang distabilisasi.
Fungsi lapis pondasi bawah antara lain :
a. Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk
mendukung dan menyebar beban roda.
b. Mencapai efisiensi penggunaan material yang
relatif murah agar lapisan-lapisan di atasnya dapat
dikurangi ketebalannya (penghematan biaya
konstruksi).
c. Mencegah tanah dasar masuk ke dalam lapis
pondasi.
d. Sebagai lapis pertama agar pelaksanaan
konstruksi berjalan lancar.
Lapis pondasi bawah diperlukan sehubungan dengan terlalu
lemahnya daya dukung tanah dasar terhadap roda-roda alat
berat (terutama pada saat pelaksanaan konstruksi) atau
karena kondisi lapangan yang memaksa harus segera menutup
tanah dasar dari pengaruh cuaca.
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 46
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
Bermacam-macam jenis tanah setempat (CBR > 20%, PI < 10%)
yang relatif lebih baik dari tanah dasar dapat digunakan
sebagai bahan pondasi bawah.
Campuran-campuran tanah setempat dengan kapur atau semen
portland, dalam beberapa hal sangat dianjurkan agar
diperoleh bantuan yang efektif terhadap kestabilan
konstruksi perkerasan.
Tanah dasar (Sub Grade)
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat
tergantung pada sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar.
Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi
sebagai tempat perletakan lapis perkerasan dan mendukung
konstruksi perkerasan jalan diatasnya. Menurut
Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas dari
timbunan badan jalan setebal 30 cm, yang mempunyai
persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu yang
berkenaan dengan kepadatan dan daya dukungnya (CBR).
Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang
dipadatkan jika tanah aslinya baik, atau tanah urugan yang
didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi
dan lain lain.
Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar
dibedakan atas :
Lapisan tanah dasar, tanah galian.
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 47
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
Lapisan tanah dasar,tanah urugan.
Lapisan tanah dasar,tanah asli.
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat
tergantung dari sifat-sifat dan daya dukung tanah
dasar.Persoalan tanah dasar yang sering ditemui antara
lain :
a. Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) dari jenis
tanah tertentu sebagai akibat beban lalu-lintas.
b. Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu
akibat perubahan kadar air.
c. Daya dukung tanah tidak merata dan sukar ditentukan
secara pasti pada daerah dan jenis tanah yang sangat
berbeda sifat dan kedudukannya, atau akibat pelaksanaan
konstruksi.
d. Lendutan dan lendutan balik selama dan sesudah
pembebanan lalu-lintas untuk jenis tanah tertentu.
e. Tambahan pemadatan akibat pembebanan lalu-lintas dan
penurunan yang diakibatkannya, yaitu pada tanah
berbutir (granular soil) yang tidak dipadatkan secara
baik pada saat pelaksanaan konstruksi.
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 48
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
5.2 Menentukan Nilai CBR dan DDT
DDT atau daya dukung tanah adalah suatu skala yang dipakai
dalam nomogram penetapan tebal perkerasan untuk menyatakan
kekuatan tanah dasar.
Dari hasil eksperimen di 20 titik pada tiap-tiap segmen,
didapatkan data-data sebagai berikut:
Untuk segmen awal, nilai CBR (%) = 3.4; 2.9; 3.6; 3.8;
3.4; 2.9; 3.4; 3.7; 3.4; 3.2; 3.2; 3.8; 4.0; 3.7; 2.6;
3.2; 3.7; 3.0; 3.8; dan 2.5.
Untuk segmen tengah, nilai CBR (%) = 4.0; 3.3; 3.1; 2.8;
2.7; 3.3; 3.7; 3.9; 3.5; 3.6; 2.9; 3.7; 2.7; 3.2; 2.9;
2.7; 2.9; 2.6; 3.8; dan 3.2.
Untuk segmen akhir, nilai CBR (%) = 3.6; 3.5; 3.0; 2.9;
3.3; 2.9; 2.5; 2.8; 3.4; 3.0; 3.5; 3.9; 3.2; 3.5; 3.0;
3.0; 3.2; 2.7; 2.7; dan 3.6.
Tabel 5.1 Perhitungan Statistik CBR
segmen awal
cbr
yang
sama/lebih
besar
%
sama
2.50% 20 100
2.60% 19 95
2.90% 18 90
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 49
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
3.00% 16 80
3.20% 15 75
3.40% 12 60
3.60% 8 40
3.70% 7 35
3.80% 4 20
4.00% 1 5
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 50
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
Grafik 5.1 Segmen Awal
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 51
segmen tengah
cbr
yang
sama/lebih
besar
%
sama
2.60% 20 1002.70% 19 952.80% 16 802.90% 15 753.10% 12 603.20% 11 553.30% 9 453.50% 7 353.60% 6 303.70% 5 253.80% 3 153.90% 2 104.00% 1 5
segmen akhir
cbr
yang
sama/lebih
besar
%
sama
2.50% 20 100
2.70% 19 95
2.80% 17 85
2.90% 16 80
3.00% 14 70
3.20% 10 50
3.30% 8 40
3.40% 7 35
3.50% 6 30
3.60% 3 15
3.90% 1 5
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
2 3 4 50
20
40
60
80
100
segmen tengah
segmen tengah
Nilai CBR
%
Grafik 5.2 Segmen Tengah
22.4
2.8
3.2
3.6 4
0
20
40
60
80
100
segmen akhir
segmen akhir
Nilai CBR
%
Grafik 5.3 Segmen Akhir
Untuk menentukan nilai CBR setiap segmen, diambil suatu nilai
CBR yang dapat mewakili 90% dari data-data tersebut. Dengan
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 52
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
cara menghitung kumulatifnya dan mencari nilai kumulatif 90%
maka didapat nilai CBR untuk masing-masing segmen adalah 2.9
(awal); 2.7 (tengah); dan 2.75 (akhir).
Untuk mencari nilai DDT, digunakan rumus sebagai berikut:
DDT=4.3log (CBR )+1.7
Dengan memasukan nilai CBR terkecil kedalam rumus tersebut,
maka didapat nilai DDT untuk tiap segmen adalah sebesar
3.554864
5.2.1 Menghitung nilai DDT tiap lapisan
o Lapis pondasi, diketahui nilai CBR : 100%
DDT2 = 4,3 log(100) + 1,7 = 10,3
Lapis pondasi menggunakan bahan batu pecah kelas A
o Lapis pondasi bawah, diketahui nilai CBR : 70%
DDT3 = 4,3 log(70) + 1,7 = 9,6
Lapis pondasi bawah menggunakan bahan sirtu kelas A
o Lapis tanah dasar, menggunakan nilai CBR yang didapat di
lapangan, yakni CBR 90% sebesar 2,733
DDT4 = 4,3 log(2,7) + 1,7 = 3,554864
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 53
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
5.3 Perhitungan LER jalan
LER atau suatu besaran yang dipakai dalam nomogram penetapan
tebal perkerasan untuk menyatakan jumlah lintas ekivalen sumbu
tunggal seberat 8,16 ton pada jalur rencana. Penentuan LER
ditentukan dengan menentukan dahulu
AE (angka ekivalen)
Nilai AE ditentukan dari
a. Menentukan beban (ton) dan jumlah sumbu untuk setiap
jenis sumbu (STRT, STRG, STdRG, STrRG).
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 54
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
Gambar 5.2 Beban Sumbu
b. Menentukan beban satu sumbu untuk setiap jenis sumbu
(STRT, STRG, STdRG, STrRG). Beban satu sumbu = beban
sumbu / jumlah sumbu
c. Menghitung angka ekivalen :
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 55
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
Gambar 5.3 Sumbu Kendaraan
STRT=jumlahsumbuSTRTx [bebansatusumbu8.16 ]4
x1
STRG=jumlahsumbuSTRGx[ bebansatusumbu8.16 ]4
x1
STdRG=jumlahsumbuSTdRGx [bebansatusumbu8.16 ]4
x0.086
STrRG=jumlahsumbuSTrRGx [bebansatusumbu8.16 ]4
x0.021
AE total untuk setiap kendaraan :
AE = STRT + STRG + STdRG + STrRG
LHR ( lintas harian rata-rata)
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 56
13,5 in
13,5 in
13,5 in
48 in
13,5 in
48 in 48 in
STRT
STdRG
STrRG
STRG
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
LHRakhir=LHRawal (1+g )UR
Nilai g adalah pertumbuhan pembangunannya
LEP ( lintas ekivalen permulaan)LEP=∑LHRixCxAE
dimana C adalah koefisien distribusi kendaraan ;
LEA (lintas ekivalen akhir)
LEA=∑ LHRi(1+g)URxCxAE
UR adalah Umur Rencana
LET (lintas ekivales tengah).
LET=[LEP+LEA2 ]
❑
LER
LER=LETX [UR10 ]❑
Pertumbuhan tahun 2010-2011 adalah 4 %
Pertumbuhan tahun 2011-2026 adalah 6 %
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 57
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
Tabel 5.2 Perhitungan AE, LHR, LEP, LEA, LET dan LER
Contoh perhitungan untuk kendaraan penumpang
Kendaraan penumpang adalah jenis STRT
Maka perhitungan AE nya adalah
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 58
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
STRT=jumlahsumbuSTRTx [bebansatusumbu8.16 ]4
x1
¿2x[ 28.16 ]
4
x1 = 0.007
Sehingga Angka Ekivalen untuk kendaraan penumpang adalah 0.004
LHR kendaraan penumpang tahun 2010
= 45 % x 30000
= 13500 kendaraan
LHR kendaraan penumpang tahun 2011
= 13500 x (1+0.04)^1
= 14040 kendaraan
LHR kendaraan penumpang tahun 2025
= 14040 x (1+0.06)^15 = 33647.67703 kendaraan
LEP Kendaraan penumpang tahun 2011
= 14040 x 0.3 x 0.007
= 30.40029
LEA Kendaraan penumpang tahun 2026
= 33647.67703 x 0.3 x 0.007
= 72.85606
LET
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 59
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
= 30.40029+72.856062
= 51.62817
LER
= 51.62817 x 1510
= 77.44226
Sehingga Nilai LER total adalah 762249.4
5.4 Menghitung Nilai ITP
Dengan menggunakan data-data dari perhitungan sebelumnya
yaitu:
DDT2 = 10,3
DDT3 = 9,6
DDT4 = 3,554864
Dan juga
LER = 762249.4
Kita dapat menentukan besar nilai ITP. Nilai ITP didapat
dari nomogram yang diperpanjang garisnya dengan asumsi FR : 1.
Tabel 5.3 Faktor Regional
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 60
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
Dari perhitungan nomogram, didapatkan nilai:
ITP1 = 11,6
ITP2 = 13
ITP3 = 23.2917
Gambar 5.4 Nomogram 1
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 61
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
Tebal Perkerasan
Perkerasan yang akan dipakai yaitu:
Lapis permukaan : Laston (MS-744 kg) (a=0.40)
Lapis pondasi : Laston Atas (MS-454) (a=0.26)
Lapis pondasi bawah : Sirtu kelas A (a=0.13)
Nilai a didapat dari tabel 5.4.
Tabel 5.4 Koefisien Kekuatan relatif
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 62
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
Untuk tebal minimum lapisan perkerasan, gunakan tabel 5.5
Tabel 5.5 Tebal Minimum Lapis Permukaan
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 63
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
Sehingga dapat dihitung nilai ketebalan perkerasaan masing-masing
lapisan yaitu
Lapisan permukaan
ITP1 = a1 x d1 (Jenis perkerasan: Laston)
11,6 = 0,4 x d1
d1 = 29 cm
Nilai minimum d1 dengan menggunakan laston adalah 10 cm,
maka d1 yang dipakai adalah 29 cm)
Lapisan pondasi
ITP2 = (a1 x d1) + (a2 x d2)
(Jenis perkerasan: Laston Atas)
13 = 11,6 + 0,26 (d2)
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 64
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
d2 = 5.38 cm
Nilai minimum d2 yang menggunakan Laston Atas, dengan nilai
ITP 13 adalah 25 cm, maka nilai d2 yang dipakai adalah nilai
d2 minimum, yaitu 25 cm.
Lapisan tanah asli
ITP3 = (a1 x d1) + (a2 x d2) + (a3 x
d3) (Jenis perkerasan: sirtu kelas a)
23.29 = 11.6 + 6.5 + 0.13(d3)
d3 = 39.92 cm ≈ 40 cm
Sehingga dapat digambarkan diagram tebal lapisan jalan
rencana sebagai berikut:
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 65
Lapisan Pondasi25 cm
Lapisan Tanah Asli40 cm
Lapisan Permukaan 29 cm
Gambar 5.5 Tebal
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 66
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
BAB VII
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari tugas besar ini adalah
sebagai berikut :
1. Klasaifikasi Medan jalan adalah perbukitan.
2. Jalan yang akan dibangun menggunakan kecepatan rencana 50
km/jam dengan jarak pandang henti 130 m.
3. Desain jalan yang akan dibangun mempunyai 2 tikungan.
Tikungan pertama menggunakan tipe SCS ( spiral-lingkaran-
spiral ) dengan jari-jari tikungan = 250 m dan elevasi
maksimum sebesar 5.6 %.
Tikungan kedua menggunakan tipe SCS ( Spiral-Lingkaran-
Spiral ) dengan jari-jari tikungan = 175 m dan elevasi
maksimum sebesar 7.1%.
4. Elemen vertikal di desain sedemikian rupa sehingga trase
elemen vertikal mempunyai satu lengkungan vertikal. Lengkung
vertikal didesain dengan jarak pandang menggunakan jarak
pandang henti ( 130 m ), panjang lengkung vertikal ( Lv )
sebesar 50 m, dan Ev sebesar 9 m.
5. Desain perkerasan menggunakan 3 lapisan.
Lapisan pertama merupakan lapisan permukaan dengan tebal 29
cm
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 67
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
lapisan kedua merupakan lapisan pondasi dengan tebal 25 cm
lapisan ketiga adalah lapisan tanah asli engan tebal 40
cm .
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 68
Laporan Tugas Besar SI-2241 Rekayasa Jalan
DAFTAR PUSTAKA
American Association of State Highway and Transportatin
Officials. A Policy on Geometric Design og Highway and Streets 1993.
1993. USA : American Association of State Highway and
Transportatin Officials.
American Association of State Highway and Transportatin
Officials. A Policy on Geometric Design og Highway and Streets 2001.
2001. USA : American Association of State Highway and
Transportatin Officials.
Departemen Permukiman dan Perencanaan Wilayah. Pedoman
Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur. 2002. Jakarta : Departemen
Permukiman dan Perencanaan Wilayah.
Direktorat Jenderal Bina Marga. Tata Cara Perencanaan Jalan Antar
Kota. 1997. Jakarta: Departemen PU Dirjen Binamarga.
Kosasih, Djunaedi. Desain Geometrik Jalan ( Diktat Kuliah ). 2002.
Jakarta: Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik UNTAR.
Sulaksono Wibowo, Sony. Pengantar Rekayasa Jalan ( Introduction to
Hghway Engineering ). 2001. Bandung : Institut Teknologi
Bandung.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2005
Tentang Jalan Tol.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006
Tentang Jalan.
Rheza Syahputra (15011090)Odilia Rizky Callista (15011091)Erlanda Abdi Saputra (15011092 69