Aplikasi Sistem Informasi Geografi Untuk Pemodelan Tiga ...

10
Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi ISSN : 2549-9181 | Vol.2 | No.2| 2018 31 Aplikasi Sistem Informasi Geografi Untuk Pemodelan Tiga Dimensi Daerah Ancaman Banjir Di Kecamatan Kambu Kota Kendari Muhammad Apdal 1) , Fitra Saleh 2) , Djafar Mey 2) 1) Mahasiwa Jurusan Geografi Universitas Halu Oleo 2) Jurusan Geografi Universitas Halu Oleo Email: Abstrak: Sistem informasi geografi mampu menyajikan bentuk pemodelan dari satu fenomena hidrologi seperti banjir perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor penyebab banjir dan Melihat distribusi nya serta memvisualisasikan dalam bentuk pemodelan tiga dimensi area ancaman banjir yang terjadi di Kecamatan Kambu Kota Kendari. Proses pembuatan peta ancaman banjir dilakukan dengan mengguanakan metode pembobotan berjenjang. Pembobotan dilakukan pada setiap parameter penyebab banjir yakni penggunaan lahan, curah hujan, kemiringan lereng, jenis tanah, kualitas kawasan terbangun,pola kawasan terbangun dan jarak sungai. Hasil overlay parameter-parameter tersebut menghasilkan peta ancaman banjir dengan luas tingakta ancaman tinggi seluas 338.51 Ha, untuk tingkatan sedang seluas 834.33 Ha dan untuk tingkatan sedang seluas 117.51 Ha. Data tersebut kemudian di visualisasikan dalam bentuk pemodelan 3 dimensi yang di hasilkan dari data DEM yang di ubah menjadi data TIN (Triangulated Irregular Network). Kata Kunci: Sistem Informasi Geografi, Banjir, Pemodelan tiga dimensi Abstract: Geographic information systems are able to present a form of modeling of a hydrological phenomenon such as urban flooding. This study aims to analyze the factors that cause flooding and see the distribution and visualize in the form of three-dimensional modeling of the area of the threat of flooding that occurred in Kambu District, Kendari City. The process of making a flood threat map is done by using a tiered weighting method. Weighting is carried out on every parameter that causes flooding, namely land use, rainfall, slope, soil type, quality of built area, pattern of built area and river distance. The overlay results of these parameters produce a flood threat map with a high threat level covering an area of 338.51 Ha, for the medium level of 834.33 Ha and for the medium level of 117.51 Ha. The data is then visualized in the form of 3-dimensional modeling generated from DEM data which is converted into TIN (Triangulated Irregular Network). Keywords: Geographic Information System, Flooding, Three-dimensional modeling

Transcript of Aplikasi Sistem Informasi Geografi Untuk Pemodelan Tiga ...

Jurnal Geografi Aplikasi Dan TeknologiISSN : 2549-9181

| Vol.2 | No.2| 2018

31

Aplikasi Sistem Informasi GeografiUntuk Pemodelan Tiga Dimensi

Daerah Ancaman Banjir Di Kecamatan KambuKota Kendari

Muhammad Apdal1), Fitra Saleh2), Djafar Mey2)

1)Mahasiwa Jurusan Geografi Universitas Halu Oleo2)Jurusan Geografi Universitas Halu Oleo

Email:

Abstrak: Sistem informasi geografi mampu menyajikan bentuk pemodelan dari satufenomena hidrologi seperti banjir perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisisfaktor-faktor penyebab banjir dan Melihat distribusi nya serta memvisualisasikan dalambentuk pemodelan tiga dimensi area ancaman banjir yang terjadi di Kecamatan Kambu KotaKendari. Proses pembuatan peta ancaman banjir dilakukan dengan mengguanakan metodepembobotan berjenjang. Pembobotan dilakukan pada setiap parameter penyebab banjir yaknipenggunaan lahan, curah hujan, kemiringan lereng, jenis tanah, kualitas kawasanterbangun,pola kawasan terbangun dan jarak sungai. Hasil overlay parameter-parametertersebut menghasilkan peta ancaman banjir dengan luas tingakta ancaman tinggi seluas338.51 Ha, untuk tingkatan sedang seluas 834.33 Ha dan untuk tingkatan sedang seluas117.51 Ha. Data tersebut kemudian di visualisasikan dalam bentuk pemodelan 3 dimensi yangdi hasilkan dari data DEM yang di ubah menjadi data TIN (Triangulated Irregular Network).

Kata Kunci: Sistem Informasi Geografi, Banjir, Pemodelan tiga dimensi

Abstract: Geographic information systems are able to present a form of modeling of ahydrological phenomenon such as urban flooding. This study aims to analyze the factors thatcause flooding and see the distribution and visualize in the form of three-dimensionalmodeling of the area of the threat of flooding that occurred in Kambu District, Kendari City.The process of making a flood threat map is done by using a tiered weighting method.Weighting is carried out on every parameter that causes flooding, namely land use, rainfall,slope, soil type, quality of built area, pattern of built area and river distance. The overlayresults of these parameters produce a flood threat map with a high threat level covering anarea of 338.51 Ha, for the medium level of 834.33 Ha and for the medium level of 117.51 Ha.The data is then visualized in the form of 3-dimensional modeling generated from DEM datawhich is converted into TIN (Triangulated Irregular Network).

Keywords: Geographic Information System, Flooding, Three-dimensional modeling

Jurnal Geografi Aplikasi Dan TeknologiISSN : 2549-9181

| Vol.2 | No.2| 2018

32

1. PENDAHULUANBanjir merupakan limpasan air yang

melebihi tinggi muka air normal sehinggamelimpas dari palung sungai yangmenyebabkan genangan pada lahan rendahdi sisi sungai (Bakornas, 2007). Banjirdisebabkan oleh curah hujan yang tinggidiatas normal, sehingga sistem pengalihanair yang terdiri dari sungai dan anaksungai alamiah serta sistem salurandrainase dan kanal penampung banjirbuatan yang ada tidak mampu menampungakumulasi air hujan sehingga meluap.Kemampuan sistem pengaliran airdimaksud tidak selamanya sama, akantetapi berubah akibat sedimentasi,penyempitan sungai akibat fenomena alamdan ulah manusia, tersumbatnya sampahserta hambatan lainnya .

Pada dasarnya fenomena banjir yangterjadi di perkotaan dapat dilihat melaluiDinamika perkembangan studi hidrologi.perkembangan kajian tersebut tengahmengarah pada kajian yang berbasiskeruangan (spasial). Kajian yang berbasiskeruangan tentu tidak terlepas dari perananSistem Informasi Geografi sebagai alatpendukung. Terlebih lagi fungsi dariSistem Informasi Geografi mampumenyajikan bentuk pemodelan (modelling)dari suatu fenomena hidrologis sepertihalnya fenomena banjir genangan diperkotaan (Rajabidfard, dkk, 2000).Pemodelan tiga dimensi daerah-daerahyang memiliki tingkat bahaya banjir perludilakukan agar pemerintah dapatmengambil kebijakan yang tepat untukmenanggulanginya.

Kebutuhan informasi tiga dimensisaat ini merupakan hal yang penting dalammendukung setiap aktivitas manusia.Selain itu, kajian dan aplikasi bidangkelimuan juga membutuhkan data spasialtiga dimensi diantaranya adalah untuk studiekologi, pemantuan kualitas lingkungan,analisis geologi, ekplorasi tambang,oseanografi, arsitektur arkeologi danotomatisasi navigasi kendaraan, informasitiga wilayah kota, rencana landscape

(Raper. J 1992). Informasi spasial tigadimensi yang dibutuhkan adalah informasispasial yang memiliki referensi geografisatau disebut juga data geospasial.

Penelitian ini bertujuan untukmenganalisis faktor-faktor penyebab banjirdan Melihat distribusi nya sertamemvisualisasikan dalam bentukpemodelan tiga dimensi area ancamanbanjir di Kecamatan Kambu kota kendari.

2. METODE PENELITIANPenelitian ini berada di Kecamatan

Kambu kota Kendari, Sulawesi Tenggara(Gambar 1).

Sumber: Analisis Data 2018Gambar 1. Lokasi Penelitian

2.1 Teknik Analisis DataPengolahan data citra satelit google

earth 2016 dan data DEM menggunakanaplikasi ArcGis 10.2. adapun tahappengelohan data yang di lakukan adalahsebagai berikut.

Pembobotan BerjenjangPembobotan berjenjang memberikan

nilai yang sama untuk setiap komponenyang digunakan dalam analisisnya. Setiapkomponen diberikan harkat yang samauntuk analisisnya, dengan asumsi bahwasetiap komponen mempunyai pengaruhyang sama pada objek yang dianalisis.Kombinasi parameter yang digunakan padapenelitian-penelitian sebelumnya berbeda-beda. Perbedaan jenis parameter danjumlah parameter yang digunakan padapemetaan ancman banjir menyebabkanproporsi atau pembobotan dari tiap-tiapparameter.

Jurnal Geografi Aplikasi Dan TeknologiISSN : 2549-9181

| Vol.2 | No.2| 2018

33

Tabel 1. Komponen Indikator Ancaman Bencana BanjirNo Komponen Indikator Skor

1 Peta penggunaan lahan

Hutan, jalan 1Tambak,hutan mangrove, Lahan Terbuka 3Kebun Campuran, Permukiman 5

Sungai 7

2 Peta curah hujan

1000 – 1500 mm/thn 11500 – 2000 mm/thn 3

2000 – 2500 mm/thn 52500 – 3000 mm/thn 7

3 Peta kemiringan lereng

> 30 % Sangat curam 115 – 30 % Curam 3

2 – 15 % Landai 50 – 2 % Datar 7

4 Peta jenis tanah

Podsolik 1Gleisol 3Aluvial 5

5 Kualitas Drainase

2,28 – 3,10 Km Rapat 11,45 – 2,27 Km Agak Rapat 3<1,44 Km Agak jarang 5

6Pola kawasanterbangun

Teratur >50% 1Cukup Teratur 25%-50% 3TidakTeratur < 25% 5

7Kualitas Kawasanterbangun

< 40% Jarang 140% – 60% Sedang 3

> 60%Padat 5

8 Jarak Sungai

500 m 1250 m 3100 m 5

Sumber: Nurhayati (2002), Eko Kusyanto (2004), Cipta Karya (1999), Chow (1964) DenganModifikasi

Pembuatan Kelas Ancaman BanjirPembuatan nilai interval kelas

ancaman banjir bertujuan untukmembedakan kelas ancaman banjir antarayang satu dengan yang lain. Rumus yangdigunakan untuk membuat kelas intervaladalah persamaan Sturgess:

Keterangan:Ki : Kelas IntervalXt : Nilai tertinggiXr : Nilai terendahK : Jumlah kelas yang diinginkan

Ancaman banjir dalam penelitian initerbagi menjadi tiga kelas tingkat ancaman,

yaitu Tinggi, sedang dan Rendah.Kompomenen kelas ancaman banjr dapatdilihat pada TabelTabel 2. Komponen Kelas Ancaman BanjirNo Tingkat Ancaman

BanjirKelas AncamanBanjir

1 Tinggi > 28,22 Sedang 17,6-28,23 Rendah <17,6Sumber: Hasil Perhitungan

2.2 Uji akurasi citraUji akurasi di lakukan antara

penggunaan lahan hasil klasifikasiinterpertasi visual dengan penggunaanlahan yang di peroleh di lapangan. Syarattingkat akurasi yang di butuhkan agarhasil intervertasi dapat digunakan adalah85%. Metode yang digunakan untuk

Jurnal Geografi Aplikasi Dan TeknologiISSN : 2549-9181

| Vol.2 | No.2| 2018

34

menentukan tingkat ketelitian klasifiksiadalah metode confusion matrix denganperhitungan sebagai berikut :

.(1)

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Parameter Ancaman BanjirBanjir yang terjadi di suatu daerah

didasarkan pada faktor-faktor alam danfaktor manusia antara lain yakni intensitascurah hujan, Penggunaan lahan, jenistanah, kemiringan lereng, kualitas drainase,pola kawasan terbangun, Kualitas kawasanterbangun dan jarak sungai. Adapunpenjabaran dari faktor-faktor diatas,adalah sebagai berikut:

Penggunaan lahanPenggunaan lahan merupakan segala

aktifitas manusia pada dan dalamkaitannya dengan penggunaan lahan. Hasilpengolahan citra google earthmenunjukkan 9 penggunaan lahan yangada di Kecamatan Kambu yakni, hutan,hutan mangrove, kebun campur,pemukiman, perdagangan dan jasa,perkantoran/pendidikan sungai, jalan sertatambak masing-masing penggunaan lahanini memberikan pengaruh yang berbedaterhadap tingkat ancaman banjir. Petapenggunaan kecamatan kambu dapat dilihat pada gambar 2.

Sumber:Analisis Data 2018Gambar 2. Peta Penggunaan Lahan

Luasan tingkat ancaman banjirberdasarkan penggunaan lahan dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Luasan tingkat kelas ancamanbanjir berdasarkan penggunaanlahan

No KelurahanKelas (Ha)

Tinggi Sedang Rendah1 Kambu 517,54 - 50,72 Mokoau 1.110,07 51,28 -3 Padaleu 306,48 - -4 Lalolara 272,96 - -

Total 2.207,68 51,28 50,7Sumber : Hasil Analisis citra, 2018

Jenis TanahJenis tanah mempengaruhi kuantitas

resapan air kedalam tanah. Semakin kecilukuran partikel tanah maka semakinbanyak waktu yang di butuhkan air untukmeresap ke dalam tanah. Secara umum,keadaan tanah (soil) Kecamatan Kambu initerdiri dari tanah liat bercampur pasir halusdan berbatu. Jenis tanah yang terdapat diKecamatan Kambu terdiri dari tanahAluvial, Gleisol dan Podsolik (Gambar 3).

Sumber:Analisis Data 2018Gambar 3. Peta Jenis Tanah

Luasan tingkat ancaman banjirberdasarkan jenis tanah dapat di lihat padatabel 4.Tabel 4. Luasan tingkat kelas ancaman

banjir berdasarkan jenis tanah

No KelurahanKelas (Ha)

Tinggi Sedang Rendah1 Kambu 361,46 78,18 143,892 Mokoau - - 1107,13 Padaleu 15,93 - 257,184 Lalolara 235,89 67,49 -

Total 613,28 145,67 1.508,17Sumber : Hasil Analisis peta jenis tanah kota

kendari

Jurnal Geografi Aplikasi Dan TeknologiISSN : 2549-9181

| Vol.2 | No.2| 2018

35

Kemiringan LerengKemiringan lereng merupakan

perbandingan persentase antara jarakvertikal (tinggi lahan) dengan jarakhorizontal (panjang lahan datar).Kemiringan lereng (slope) merupakanfaktor yang mempengaruhi jumlah dankecepatan limpasan permukaan, drainasepermukaan, penggunaan lahan dan erosi.Hasil analisis peta kemiringan lerengKecamatan Kambu yang diperoleh daridata DEM menunjukkan bahwa wilayahKecamatan Kambu digolongkan menjadi 4golongan yaitu: kemiringan lereng 0-2%(datar), 2%-15% (landai), 15%-30%(curam) dan >30% (sangat curam)(Gambar 4).

Sumber: Analisis Data 2018Gambar 4. Peta Kemiringan Lereng

Secara umum luasan tingkatAncamabn banjir berdasarkan kemiringanlereng di kecamatan kambu dapat dilihatpada tabel 5Tabel 5. Luasan tingkat kelas ancaman

banjir berdasarkan jenis tanah

No KelurahanKelas (Ha)

Tinggi Sedang Rendah1 Kambu 553,87 13,31 -2 Mokoau 899,91 101,25 102,243 Padaleu 209,07 38,99 -4 Lalolara 302,52 2.66 -

Total 1.965,37 156,21 102,24Sumber : Hasil Analisis Peta Jenis Tanah Kota

Kendari

Pola Kawasan TerbangunSecara umum pola kawasan terbangun

di daerah Kecamatan Kambu menyebardiseluruh kelurahan, dengan persentaseberdasarkan bangunan yang ada pada satu

unit kawasan terbangun tertata teratur padadaerah penelitian. Hasil anilisis peta polakawasan terbangun berdasarkaninterpretasi citra Google Earth padagambar 5 di dapat kan 3 pola kawasanterbangun yakni, teratur, cukup teratur, dantidak teratur.

Sumber:Analisis Data 2018Gambar 5. Peta Pola Kawasan Terbangun

Adapun luasan tingkat ancaman banjirberdasarkan pola kawasan terbangun dapatdi lihat pada tabel 6.Tabel 6. Luasan tingkat kelas ancaman

banjir berdasarkan jenis tanah

No KelurahanKelas (Ha)

Tinggi Sedang Rendah1 Kambu 175,35 35,56 112,562 Mokoau 79,23 8,71 8,793 Padaleu 61,79 - 22,134 Lalolara 117,94 - 6,45

Total 434,31 44,27 149.93Sumber : Hasil Analisis citra

Kualitas Kawasan TerbangunPersentase kualitas kawasan terbangun

berdasarkan banyaknya bangunan dankerapatan bangunan dapat dilihat antarabangunan yang satu dengan bangunan yanglainnya pada daerah penelitian. Hasilanalisis peta kualitas kawasan terbangunberdasarkan interpretasi citra Google Earthpada gambar 6 didapatkan tiga Kualitaspembangunan yaitu kawasan terbangunpadat, kawasan terbangun sedang dankualitas kawasan terbangun jarang.

Jurnal Geografi Aplikasi Dan TeknologiISSN : 2549-9181

| Vol.2 | No.2| 2018

36

Sumber: Analisis Data 2018Gambar 6. Peta Kualitas Kawasan

Terbangun

Secara umum luasan tingkat Ancamanbanjir berdasarkan kemiringan lereng dikecamatan kambu dapat dilihat pada tabel7 di bawahTabel 7. Luasan tingkat kelas ancaman

banjir berdasarkan kualitaskawasan terbangun

No KelurahanKelas (Ha)

Tinggi Sedang Rendah1 Kambu 32,48 86,18 174,592 Mokoau 13,38 17,58 92,423 Padaleu 35,19 1,92 26,314 Lalolara 60,06 8,16 44,44

Total 141,11 113,84 337,76Sumber : Hasil Analisis Citra

Kualitas DrainasePeta kualitas drainase diperoleh dari

survey lapangan langsung berdasarkanacuan peta kualitas kawasan terbangun.Peta kulitas Kawasan terbangun dijadikanacuan klasifikasi kualitas drainase untukmemperoleh wilayah-wilayah mana sajayang memiliki kondisi drainase baik,drainese sedang, maupun drainase buruk.Penentuan drainase baik, drainase sedangdan drainase buruk di tentukan berdasakanpanjang drainase dalam satuan Kilometer(Km) dan keadaan aliran drainase padasetiap blok wilyah kualitas kawasanTerbangun. Klasifikasi penentuan drainaseyakni ada tiga kelas yaitu 2,28 Km - 3,10Km (Baik), 1,45 km - 2,27 Km (sedang)dan <1,45 Km (Buruk) seperti yang adapada tabel Komponen Indikator AncamanBencana Banjir. Peta drainase dapat dilihatpada gambar 7.

Sumber: Analisis Data 2018Gambar 7. Peta Kualitas Drainase

Pada dasarnya drainase primer,skunder dan tersier yang beradadikecamtan Kambu sudah baik, namunpangjang drainase sering terputus olehberbagi faktor seperti stengah drainasebeton dan stenaghnya lagi drainase bukanbeton, sehingga aliran darinase tidak begitubaik, di sisi lain drainase bukan betonmenjadi penyabab terjadinya sedimentasidalam drainase beton yang menyebabkankedalaman drainase berkurang. Berdasarkan hasil peta kondisi drainase diKecamatan Kambu dapat di klasifikasikandengan tingkat ancaman banjir yang beradapada setiap kelurahan pada KecamatanKambu. Dapat dilihat pada tabel 8Tabel 8. Luasan tingkat kelas ancaman

banjir berdasarkan kualitasdrainase

No KelurahanKelas (Ha)

Tinggi Sedang Rendah1 Kambu 302,1 - 21,362 Mokoau 87,94 25,13 -3 Padaleu 61,79 8,07 -4 Lalolara 117,94 6,45 -

Total 569,68 39,65 21.36Sumber : Hasil Survei Teretris

Jarak SungaiPeta jarak sungai di buat untuk

menunjukkan daerah yang berbatasan atauberdekatan dengan sungai, dimana semakindekat suatu daerah dengan sungai makasemakin besar peluang suatu daerah untukterjadinya banjir. Hasil anilisis peta Jaraksungai berdasarkan garis sungai yang didapatkan dari interpretasi citra Google

60

Jurnal Geografi Aplikasi Dan TeknologiISSN : 2549-9181

| Vol.2 | No.2| 2018

37

Earth dan analisis peta adminstrasi kotakendari pada gambar 8.

Sumber:Analisis Data 2018Gambar 8. Peta jarak sunagi

Berdasarkan hasil peta Jarak sungai diKecamatan Kambu dapat di klasifikasikandengan tingkat ancaman banjir yang beradapada setiap kelurahan pada KecamatanKambu dengan luasan seperti di bawahpada tabel 9.Tabel 9. Luasan Tingkat Kelas Ancaman

Banjir Berdasarkan Jarak Sungai

No KelurahanKelas (Ha)

Tinggi Sedang Rendah1 Kambu 170,96 186,97 55,462 Mokoau 163,63 229,33 293,573 Padaleu 13,48 17,85 27,934 Lalolara 94,28 111.91 96,75

Total 442,35 546,6 473,71Sumber : Hasil Peta Jarak Sungai

3.2 Pemetaan Tingkat Ancaman BanjirPenentuan tingkat kelas ancaman

banjir di tentukan berdasarkan skor darisetiap parameter atau variabel, dimanasemakin besar pengaruh parameter tersebutmaka nilai skornya semakin besar.Sebaliknya jika pengaruhnya kecil makanilai skornya juga kecil. Parameter-parameter tersebut di tumpang susunkan(overlay) dan di hitung total skorkeseluruhannya untuk mendapat kan nilaiinterval kelas ancaman banjir padakeseluruhan parameter.

Berdasarkan hasil overlay dan hasilakumulasi perhitungan skor dari beberapakomponen penentu tingkat ancaman banjirdi Kecamatan Kambu pada lampirangambar 9, Di dapatkan bahwa Tingkatancaman banjir tinggi pada Kecamatan

Kambu di dapatkan dengan luas 338,51 Hayang tersebar di kelurahan kambu seluas197,86 Ha, kelurahan Lalolara dengan luas124,57 Ha dan kelurahan Mokau seluas16,09 Ha sedangkan tingkat ancamansedang yaitu seluas 834,33 Ha tersebar diseluruh kelurahan yang ada wilayahKecamatan Kambu, serta tingkat ancamanrendah didaptkan seluas 117,5 Ha yangtersebar di kelurahan Kambu seluas 84,64Ha dan kelurahan padaleu 32,87 Ha(Gambar 9).

Sumber Analisis Data 2018Gambar 9. Peta Ancaman Banjir

Tabel 10 menunjukkan distribusiancaman banjir di Kecamatan Kambu KotaKendari.Tabel 10. Luasan Tingkat Kelas Ancaman

Banjir Berdasarkan Jarak Sungai

No KelurahanKelas (Ha)

Tinggi Sedang Rendah1 Kambu 302,1 - 21,362 Mokoau 87,94 25,13 -3 Padaleu 61,79 8,07 -4 Lalolara 117,94 6,45 -

Total 569,68 39,65 21.36Sumber : Hasil Analisis overlay

3.3 Visualisasi Tiga Dimensi AncamanBanjirVisualisasi pemodelan peta yang di

hasilkan mengambarkan tiga dimensiancaman banjir di Kecamatan Kambuberdasarkan data ketinggian. Pemodelantiga dimensi di hasilkan dari data DEMyang di ubah menjadi data TIN(Triangulated Irregular Network) (Gambar10) sehingga informasi ketinggian dapatberpariasi sesaui dengan keadaan dilapangan yang sebenarnya.

Jurnal Geografi Aplikasi Dan TeknologiISSN : 2549-9181

| Vol.2 | No.2| 2018

38

Sumber: Analisis Data 2018Gambar 10 . Penampang Melintang

Peta 3 D

Penampang melintanag merupakanpersentase untuk mengetahui secera jelasbentuk dan ketinggian serta menyajikangambaran bentuk muka bumi sepertikemiringan, puncak maupun lembah yangmenyerupai atau mendekati bentuk yangsesungguhnya di lapangan. Informasipemodelan tiga dimensi juga dapat menjadipengambilan kebijakan yang tepat olehpemerintah terkait dalam menanggulangibencana banjir (Gambar 11).

Sumber: Analisis Data 2018Gambar 11. Peta 3 Dimensi Ancaman Banjir

4 KesimpulanHasil penelitian dapat disimpukan

sebagai berikut. Analisis faktor ancamanbanjir digunakan dengan teknik overlaydengan metode skoring, dimana parameterpenentunya adalah penggunaan lahan, jenistanah, kemiringan lereng, kualitas kawasanterbangun, pola kawasan terbangun,kualitas drainase, jarak sungai, danintensitas curah setiap parameter di beriskor sesuai dengan pengaruh terhadapanalisis ancaman banjir. Faktor yangpaling berpengaruh dalam ancaman banjiryakni curah hujan, kemiringan lereng dankualitas drainase. Distribusi ancamanbanjir tinggi pada Kecamatan Kambu didapatkan dengan luas 338,51 Ha yang

tersebar di kelurahan kambu seluas 197,86Ha, kelurahan Lalolara dengan luas 124,57Ha dan kelurahan Mokau seluas 16,09 Hasedangkan tingkat ancaman sedang yaituseluas 834,33 Ha tersebar di seluruhkelurahan yang ada wilayah KecamatanKambu, serta tingkat ancaman rendahdidaptkan seluas 117,5 Ha yang tersebar dikelurahan Kambu seluas 84,64 Ha dankelurahan padaleu 32,87 Ha. Visualisasipemodelan tiga dimensi ancaman banjirdipersentasikan dengan penampangmelintang untuk mengetahui bentuk danketinggian serta menyajikan gambaranbentuk muka bumi seperti kemiringan,puncak maupun Lembah yang menyerupaiatau mendekati bentuk yang sesungguhnyadi lapangan. Visualisasi pemodelan tigadimensi dihasilkan dari data DEM yangdiubah ke Data TIN (TriangulatedIrregular Network), dan di overlay dengandata ancaman banjir sehingga data petaancaman banjir yang memberiakaninformasi interaktif.

DAFTAR PUSTAKABadan koordinasi nasional (Bakornas).

2007. Jenis - jenis pengenalankarakteristik bencana dan upayamitigasinya di Indonesia. Edisi kedua.Jakarta: Direktorat Mitigasi.

Chow, V.T., 1964. Handbook of AppliedHydrology. McGraw-Hill BookCompany. New York. Sec-25. pp.1-124)

Cipta Karya. 1999. Penentuan KualitasPermukiman. Departemen PU. Jakarta:Direktorat Jendral Cipta KaryaDepertemen Pekerjaan Umum.

Kustiyanto, E . 2004. Aplikasi SistemInformasi Geografis Untuk ZonasiTingkat Kerentanan Banjir (StudiKasus Kabupaten Purworejo, ProvinsiJawa Tengah) [Skripsi]. Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada.

Nurhayati. 2012. Kajian Risiko BencanaBanjir Dan Tanah Longsor DiKabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi

Jurnal Geografi Aplikasi Dan TeknologiISSN : 2549-9181

| Vol.2 | No.2| 2018

39

Tenggara [Skripsi]. Kendari:Universitas Halu Oleo

Raper,J.1992. Key 3D modelling con-ceptsfor geoscientific analysis. In:Threedimensi- onal modeling withgeoscientific by A. K Turner (ed.).NATO ASI Series, Kluwer Aca- demicPublishings. pp. 215-232

Rajabidfard, Abbas and Williamson, I.P.2000. Spatial Data Infrastructures :Concept, SDI Hierarchy and FutureDirections. Victoria: Spatial DataResearch Group. Melbourne:Department of Geomatics, TheUniversity of Melbourne

Jurnal Geografi Aplikasi Dan TeknologiISSN : 2549-9181

| Vol.2 | No.2| 2018

40