ANALISIS SUN PLAZA SEBAGAI LANDMARK KOTA MEDAN

10
1 ANALISIS SUN PLAZA SEBAGAI LANDMARK KOTA MEDAN Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho M.T , Rejeki Bastanta Keliat, Henny Handayani, Elferina Dwi Cahya, Sucliany Sutanto, Ivana Idris Mahasiswa Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Jl. Almamater, Kampus USU Medan 20155 INDONESIA Phone/Fax.: +62-61- 8212050 E-mail: [email protected] Abstract Medan city which is the capital city of North Sumatra is known through various diversity that exists in it. Existing diversity arising from many tribes and ethnic groups that settled in medan city so greatly affect the social and economic life, culture, and even up to the architectural buildings in Medan city. Medan city terrain itself historically own building or public space into icon or called Landmark city. Sun Plaza as new buildings that stand with the concept to become Landmark city has stood for 10 years. Impressive facade became one of the main attraction which was created to make Sun Plaza became landmarks of the city. In forming Landmark city, according to Lynch theory there are several indicators that must be considered is the contrast, the peculiarities of architectural order, circulation, internal strength, and negative image. After evaluation of the indicator, Sun Plaza fulfill the architectural structure points, internal strength, and the negative image in full and on circulation points must be made improvements to achieve better circulation. By meeting these indicators, then Sun Plaza can be termed as Landmark of Medan. Keywords: Sun Plaza, Landmark, Indicator, Lynch 1. Pendahuluan Kota medan yang merupakan ibukota sumatera utara dikenal melalui berbagai keragaman yang ada didalamnya. Keragaman yang ada ditimbulkan dari banyaknya suku dan etnis yang menetap pada kota medan sehingga sangat mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi, kebudayaan, bahkan sampai kepada arsitektural pada bangunan-bangunan di kota medan. Sun Plaza termasuk salah satu pusat hiburan di kota Medan yang baik dan dikenal cukup luas oleh masyarakat, karena Sun Plaza mewadahi aktivitas perekonomian di kota Medan yang didalamnya juga menyediakan berbagai sarana untuk aktivitas lain seperti pusat pendidikan, pusat sosial, dan lain sebagainya. Dalam sebuah tulisan pada SWA magazine pada tanggal 10 Nopember 2005, artikel tersebut menjelaskan bahwa ketika Sun Plaza didirikan, yang diresmikan pada tahun 2004, bangunan ini bercita-cita untuk menjadi Landmark kota Medan, dengan bentuk fasad yang berkesan titanium dan kinetic lighting yang memberi pancaran warna yang menarik pada malam hari, membuat bangunan ini memiliki keistimewaan sendiri. Cita-cita ini didukung penuh oleh segenap direksi Sun Plaza, melakukan berbagai promosi yang menarik, sistem regulasi penyewaan yang tidak rumit dan memberi banyak kemudahan pada konsumen Sun Plaza. Semua hal tersebut dilakukan untuk menarik minat pengunjung dan user Sun Plaza, sehingga Sun Plaza dapat menjadi pusat dari segala jenis kegiatan yang ada di Kota Medan. Dari cita-cita yang ingin dicapai oleh direksi Sun Plaza untuk menjadikannya sebagai landmark kota Medan dengan membentuk fasad yang berkesan maka penting untuk meneliti hal tersebut sehingga adanya penelitian dengan judul “Analisa Sun Plaza sebagai Landmark Kota Medan’’. Hal ini penting untuk melihat perkembangan kemajuan kota Medan. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui apakah Sun Plaza dapat disebut sebagai Landmark kota Medan. Melalui penelitian ini diharapkan memiliki manfaat terhadap berbagai aspek. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, terhadap Sun Plaza, dan terhadap Pemerintah Kota Medan.

Transcript of ANALISIS SUN PLAZA SEBAGAI LANDMARK KOTA MEDAN

1

ANALISIS SUN PLAZA

SEBAGAI LANDMARK KOTA MEDAN

Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho M.T , Rejeki Bastanta Keliat, Henny Handayani,

Elferina Dwi Cahya, Sucliany Sutanto, Ivana Idris Mahasiswa Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara

Jl. Almamater, Kampus USU Medan 20155 INDONESIA

Phone/Fax.: +62-61- 8212050

E-mail: [email protected]

Abstract

Medan city which is the capital city of North Sumatra is known through various diversity that exists in it.

Existing diversity arising from many tribes and ethnic groups that settled in medan city so greatly affect the

social and economic life, culture, and even up to the architectural buildings in Medan city. Medan city terrain

itself historically own building or public space into icon or called Landmark city. Sun Plaza as new buildings

that stand with the concept to become Landmark city has stood for 10 years. Impressive facade became one of

the main attraction which was created to make Sun Plaza became landmarks of the city. In forming Landmark

city, according to Lynch theory there are several indicators that must be considered is the contrast, the

peculiarities of architectural order, circulation, internal strength, and negative image. After evaluation of the

indicator, Sun Plaza fulfill the architectural structure points, internal strength, and the negative image in full

and on circulation points must be made improvements to achieve better circulation. By meeting these

indicators, then Sun Plaza can be termed as Landmark of Medan.

Keywords: Sun Plaza, Landmark, Indicator, Lynch

1. Pendahuluan

Kota medan yang merupakan ibukota sumatera

utara dikenal melalui berbagai keragaman yang

ada didalamnya. Keragaman yang ada

ditimbulkan dari banyaknya suku dan etnis yang

menetap pada kota medan sehingga sangat

mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi,

kebudayaan, bahkan sampai kepada arsitektural

pada bangunan-bangunan di kota medan.

Sun Plaza termasuk salah satu pusat hiburan di

kota Medan yang baik dan dikenal cukup luas

oleh masyarakat, karena Sun Plaza mewadahi

aktivitas perekonomian di kota Medan yang

didalamnya juga menyediakan berbagai sarana

untuk aktivitas lain seperti pusat pendidikan,

pusat sosial, dan lain sebagainya. Dalam sebuah

tulisan pada SWA magazine pada tanggal 10

Nopember 2005, artikel tersebut menjelaskan

bahwa ketika Sun Plaza didirikan, yang

diresmikan pada tahun 2004, bangunan ini

bercita-cita untuk menjadi Landmark kota

Medan, dengan bentuk fasad yang berkesan

titanium dan kinetic lighting yang memberi

pancaran warna yang menarik pada malam hari,

membuat bangunan ini memiliki keistimewaan

sendiri. Cita-cita ini didukung penuh oleh

segenap direksi Sun Plaza, melakukan berbagai

promosi yang menarik, sistem regulasi

penyewaan yang tidak rumit dan memberi

banyak kemudahan pada konsumen Sun Plaza.

Semua hal tersebut dilakukan untuk menarik

minat pengunjung dan user Sun Plaza, sehingga

Sun Plaza dapat menjadi pusat dari segala jenis

kegiatan yang ada di Kota Medan.

Dari cita-cita yang ingin dicapai oleh direksi

Sun Plaza untuk menjadikannya sebagai

landmark kota Medan dengan membentuk fasad

yang berkesan maka penting untuk meneliti hal

tersebut sehingga adanya penelitian dengan

judul “Analisa Sun Plaza sebagai Landmark

Kota Medan’’. Hal ini penting untuk melihat

perkembangan kemajuan kota Medan. Tujuan

dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui

apakah Sun Plaza dapat disebut sebagai

Landmark kota Medan. Melalui penelitian ini

diharapkan memiliki manfaat terhadap berbagai

aspek. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi

ilmu pengetahuan, terhadap Sun Plaza, dan

terhadap Pemerintah Kota Medan.

2

2. Tinjauan Pustaka

Dalam memahami elemen-elemen fisik

pembentuk kota dan yang membantu pengamat

dalam menangkap gambaran tentang sebuah

kota (image content), secara fisik terdapat

sebuah pandangan oleh Kevin Lynch, yaitu

dalam melihat elemen-elemen sebuah kota,

Kevin Lynch membagi dalam lima elemen yaitu

Paths, Edges, Districts, Nodes, dan Landmark.

Kevin Lynch (1975), mengatakan bahwa

landmark merupakan simbol yang menarik

secara visual dengan sifat penempatan yang

menarik perhatian. Biasanya Landmark

mempunyai bentuk yang unik serta terdapat

perbedaan skala dalam lingkungannya. Beberapa

Landmark hanya mempunyai arti di daerah kecil

dan hanya dapat dilihat di daerah itu, sedangkan

Landmark lain mempunyai arti untuk

keseluruhan kota dan bisa di lihat dari mana-

mana. Landmark adalah elemen penting dari

bentuk kota karena membantu orang mengenali

suatu daerah. Selain itu Landmark bisa juga

merupakan titik yang menjadi ciri dari suatu

kawasan. Lynch (1975), melihat bahwa yang

perlu diperhatikan dalam merancang elemen-

elemen fisik kota khususnya landmark dapat

dilihat pada tabel 2.1 berikut ini,

3. Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah

penelitian terapan (applied research) dan

penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian terapan

bertujuan untuk memecahkan persoalan-

persoalan taktis yang dihadapi oleh masyarakat

(Haryadi 1995). Penelitian deskriptif kualitatif

adalah penelitian yang datanya berupa lisan atau

deskripsi dari objek yang diamati peneliti.

Moleong (2007) mengemukakan bahwa

metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamati. Ia juga

mengemukakan bahwa penelitian kualitatif

adalah pengumpulan data pada suatu latar

alamiah, dengan menggunakan metode alamiah,

dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang

tertarik secara alamiah.

Lokasi penelitian berada pada Jalan Kh. Zainul

Arifin, Medan. Pada lokasi ini terdapat

bangunan Kantor Gubernur Sumatera Utara,

Medan Club, Sekolah, Cafe, Restoran, dan

Bank. Objek yang akan diteliti adalah gaya

arsitektural, bentuk, ketinggian bangunan, serta

lokasi dan posisi bangunan.

Pengumpulan data ada 2 yaitu pengumpulan

data primer dan pengumpulan data sekunder.

Pengambilan data yang dilakukan berdasarkan

indikator yang memiliki keterangan dan hasil

yang dapat dilihat melalui tabel 3.1. berikut ini.

3

4. Data Eksisting

Berikut merupakan data eksisting dari site Sun

Plaza yang ada di kota medan, sumatera utara,

Indonesia.

Sun Plaza diresmikan pada tanggal 1 Januari

2004. Sun Plaza berdekatan dengan Kantor

Gubernur Sumatera Utara, Mesjid Agung Medan

(mesjid terbesar di Sumatera), SMA Negeri 1

Medan, dan Apartemen Cambridge. Di pusat

perbelanjaan ini terdapat Pujasera, Sun 21,

department store Sogo, Hypermart , Sport

Warehouse , Gramedia , Sun 21 , Planet Ice

Skating , ACE Hardware , Index Furnishings ,

Innovation Store , Timezone , Shaga Fitness ,

Guardian , Breadtalk , J.Co , Starbucks , KFC ,

dan Pizza Hut .

Denah Sun plaza terdiri dari 6 lantai utama, 1

basement,1 lower ground floor dan 1 entrance

floor. Keadaan pada bagian luar bangunan /

outdoor ditampilkan dalam gambar 4.16 sampai

pada gambar 4.22

Keadaan indoor meliputi deskripsi suasana

aktivitas yang terjadi didalam ruang-ruang Sun

Plaza. Gambar 4.23 dan gambar 4.24

menunjukan aktivitas yang terjadi didalam Sun

Plaza.

4

5. Analisis

Kekontrasan

Ketinggian sun plaza = ±72,5 meter sampai

kepada bagian ujung penangkal petir yang ada

pada bagian puncak bangunan. Untuk

meghasilkan bentuk yang kontras harus

memiliki jangkauan mata sebesar 45 derajat itu

berarti pada bagian bangunan paling pinggir

harus dapat dilihat secara keseluruhan

orientasinya pada jarak terdekat ±72,5 meter

Kekhasan Arsitektural 1. Wujud

Sisi luar karakteristik atau konfigurasi

permukaan suatu bentuk tertentu. Wujud juga

merupakan aspek utama di mana bentuk –

bentuk dapat diidentifikasi dan dikategorikan.

Bentuk bangunan yang airodinamis memberikan

kesan tersendiri terhadap Sun plaza. Bangunan

memiliki elemen bentuk lengkung dan persegi

yang dipadukan menjadi suatu kesatuan yang

unik, yang membedakan bentuk Sun Plaza dari

bangunan yang lain.

Pada penjelasan diatas menunjukkan bahwa

penggunaan bahan kaca dan alucobond

mendominasi fasad-fasad pada bangunan yang

termasuk dalam arsitektur modern dalam

penggunaan bahan bangunan dan bentuk fasad

yang unik.

2. Dimensi

Dimensi fisik suatu bentuk berupa panjang,

lebar dan tebal. Dimensi – dimensi ini

menentukan proporsi dari bentuk, sedangkan

skalanya ditentukan oleh ukuran relatifnya

terhadap bentuk – bentuk lain dalam

konteksnya.

5

Bentuk yang ditampilkan tidak kontekstual

dengan lingkungan sekitarnya. Sun plaza

memiliki dimensi yang lebih besar dari

bangunan lain yang ada disekitarnya. Bentuk

bangunan juga tidak monoton, dapat dilihat

melalui bentuk denah bangunan.

3. Warna

Warna adalah atribut yang paling

menyolok membedakan suatu bentuk dari

lingkungannya. Warna juga mempengaruhi

bobot visual suatu bentuk.Sun Plaza didominasi

dengan warna putih dan tampilan biru dan hitam

pada bagian kaca. Memberikan kesan warna

yang menarik bagi pengunjung.

4. Tekstur

kualitas yang dapat diraba dan dapat dilihat yang

diberikan ke permukaan oleh ukuran, bentuk,

pengaturan dan proporsi bagian benda. Tekstur

juga menentukan sampai di mana permukaan

suatu bentuk memantulkan atau menyerap

cahaya.

Secara keseluruhan tekstur bangunan ditunjukan

melalui maju mundurnya tampak bangunan yang

ditampilkan diseluruh bagian.

6

Bentuk tampilan

Posisi

Inersia Visual

Jika dilihat dari posisi tersebut maka sun plaza

akan terlihat seperti gambar dibawah ini.

Orientasi

Orientasi Sun Plaza sebenarnya

menghadap ke utara dan timur, namun untuk

bagian fasade dan entrance dibuat menghadap

langsung pada jalan utama. Adapun jenis

kawasan dapat dilihat secara fisik melalui tipe

bangunan yang ada disekitar kawasan tersebut.

Berikut merupakan analisis fungsi atau tipe

bangunan yang ada di sekitar Sun Plaza

Sirkulasi

Pencapaian bangunan hanya terletak pada depan

bangunan yaitu Jl. Zainal Arifin.

7

Pintu masuk pada Sun Plaza terdapat pada

samping bangunan dan depan bangunan.

Pintu masuk pada Sun Plaza pada

samping bangunan

Pada bagian samping bangunan terdapat

pintu masuk yang langsung bisa

ditemukan setelah Drop Off seperti pada

gambar 5.42 berikut.

Pintu masuk pada Sun Plaza pada depan

bangunan

Pintu masuk pada bagian depan dibuat

tidak terlalu besar namun cukup sebagai

pintu masuk pada bagian Entrance

seperti pada gambar 5.43 berikut.

Sirkulasi pada interior Sun Plaza memiliki

suasana yang nyaman dan lebar sirkulasi

cukup . hal tersebut dapat kita lihat melalui

gambar 5.45 dan gambar 5.46

Sirkulasi Sun Plaza juga meliputi sirkulasi yang

ada pada bagian dalam bangunan {indoor) dan

sirkulasi yang berada pada jalur disekitar Sun

Plaza (outdoor).

Dari analisis sirkulasi yang berada pada bagian

dalam bangunan dapat kita lihat bahwa setiap

lantai dari bangunan Sun Plaza sangat

diperhatikan sirkulasi yang ada dengan tujuan

untuk memberikan kenyamanan kepada

pengunjung Sun Plaza. Dari setiap lantai pada

bangunan Sun Plaza sekitar 20 % luasnya

digunakan untuk sirkulasi pengunjung yang

datang. Penataan retail juga dibuat sedemikian

rupa untuk memudahkan sirkulasi pengunjung

Untuk menganalisa sirkulasi indoor dilakukan

hal seperti gambar berikut.

8

Sirkulasi yang terjadi pada bagian out door

memiliki beberapa permasalah pada

kepadatan yang terjadi pada waktu tertentu

menyebabkan kemacetan pada lingkungan

Sun Plaza, parkir yang disediakan cukup

luasa namun dalam pengelolaan masih cukup

membingungkan, akses sirkulasi pejalan kaki

kurang diperhatikan pada nagian luar Sun

Plaza.

Kekuatan internal

Fasilitas penunjang kenyamanan atau

kemudahan yang diberikan kepada pengunjung.

Adapun fasilitas yang bnayak ditemui adalah

retail belanja, kafe atau restoran, parkir, dll.

Didalam Sun plaza terjadi banyak aktivitas yang

diwadahi oleh berbagai fasilitas yang cukup

mendukung aktivitas yang ada, adapun akitivitas

yang paling sering terjadi menurut pengamatan

yaitu :

Kekuatan internal yang dimunculkan

pada Sun Plaza memiliki tingkat keberhasilan

yang sangat baik dan efektif karena aktifitas

yang terjadi sesuai dengan fungsi fasilitas yang

disediakan.

Image negatif

Kegiatan yang menimbulkan image negatif di

sekitar Sun Plaza diantaranya:

Image negatif yang berupa kemacetan pada

beberapa titik diluar maupun didalam

lingkungan Sun plaza ataupun parkir

sembarangan yang ikut mendukung dikenalnya

Sun Plaza oleh masyarakat.

Kesimpulan Analisis

9

Kesimpulan diambil berdasarkan hasil

pengamatan yang dilakukan berdasarkan

indikator yang telah dikaji dan diamati dalam

menganalisa Sun Plaza sebagai Landmark Kota

medan, adapun kesimpulan yang didapat yaitu :

Sun Plaza memiliki poin kekontrasan

yang rendah karena selain ada bangunan

dengan ketinggian hampir sama

disekitarnya jarak pandang pengamat

yang diharapkan yaitu sekitar 72, 5 m

juga tidak tercapai diakibatkan

banyaknya bangunan yang tersebar

menutupi Sun Plaza.

Sun Plaza memiliki bentuk tampilan

yang sangat jelas. Bentuk yang

ditampilkan sangat menonjol dan

berbeda dari sekitarnya, mulai dari

wujud, warna , tekstur dan dimensi dari

Sun Plaza itu sendiri. Hal-hal yang

tersebut diatas menjadikan Sun Plaza

memiliki tatanan Arsitektural yang khas

disamping gaya bangunan yang modern.

Sirkulasi indoor pada Sun Plaza sangat

baik namun pada bagian sirkulasi

outdoor perlu dilakukan perbaikan

tatanan parkir, kemudian memperkecil

laju kendaraan agar tidak terjadi

kemacatan pada saat waktu sibuk.

Kekuatan internal yang dimunculkan

pada Sun Plaza memiliki tingkat

keberhasilan yang sangat baik dan

efektif karena aktifitas yang terjadi

sesuai dengan fungsi fasilitas yang

disediakan.

Image negatif yang berupa kemacetan

pada beberapa titik diluar maupun

didalam lingkungan Sun plaza ataupun

parkir sembarangan yang ikut

mendukung dikenalnya Sun Plaza oleh

masyarakat.

6. Kesimpulan Dan Saran

Setelah melakukan analisis dengan metode

deskriptif kualitatif pada bangunan Sun Plaza

maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dan

saran sebagai berikut.

Kesimpulan

1. Sun Plaza memenuhi tiga kriteria secara

baik dan satu kriteria secara cukup

sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa

Sun Plaza dapat disebut sebagai

Landmark kota. Adapun ketiga kriteria

tersebut yaitu :

Sun Plaza memiliki bentuk tampilan

yang sangat jelas. Bentuk yang

ditampilkan sangat menonjol dan

berbeda dari sekitarnya, mulai dari

wujud, warna, tekstur dan dimensi dari

Sun Plaza itu sendiri. Hal-hal yang

tersebut diatas menjadikan Sun Plaza

memiliki tatanan Arsitektural yang khas

disamping gaya bangunan yang modern.

Kekuatan internal yang dimunculkan

pada Sun Plaza memiliki tingkat

keberhasilan yang sangat baik dan

efektif karena aktifitas yang terjadi

sesuai dengan fungsi fasilitas yang

disediakan.

Image negatif yang berupa kemacetan

pada beberapa titik diluar maupun

didalam lingkungan Sun plaza ataupun

parkir sembarangan yang ikut

mendukung dikenalnya Sun Plaza oleh

masyarakat.

Adapun satu kriteria landmark yang kurang

dipenuhi pada Sun Plaza yaitu Sirkulasi.

Sirkulasi indoor pada Sun Plaza sangat baik

namun pada bagian sirkulasi outdoor perlu

dilakukan perbaikan tatanan parkir, kemudian

memperkecil laju kendaraan agar tidak terjadi

kemacetan pada saat waktu sibuk.

2. Kekuatan utama Sun Plaza yaitu pada

kekuatan internal yaitu pada aktivitas

yang dilakukan di Sun Plaza didukung

oleh fasilitas yang disediakan dan

berjalan secara efektif. Kekhasan tatanan

arsitektural yaitu pada bentuk yang

ditampilkan sangat menonjol dan

berbeda dari sekitarnya, mulai dari

wujud, warna, tekstur dan dimensi dari

Sun Plaza itu sendiri.

Saran

Untuk memaksimalkan fungsi suatu

bangunan atau suatu hal yang menjadi

landmark kota dalam kasus ini Sun Plaza,

maka pemerintah kota memerlukan

informasi tentang pembentukan Landmark

yang dan benar sehingga lebih efesien dalam

penggunaan dan tujuan yang diharapkan

dapat tercapai dengan maksimal.

Kriteria yang dipenuhi Sun Plaza

sebagai landmark kota Medan harus tetap

10

dipertahankan namun tidak menutup

kemungkinan melakukan pembenahan pada

poin kriteria yang tidak terpenuhi melalui

kaidah-kaidah yang benar dan sesuai untuk

kota Medan.

Kriteria yang dirumuskan dalam

penelitian ini disesuaikan dengan keadaan

kota Medan dan Sun Plaza, bagi peneliti

yang ingin melakukan penelitian yang

sejenis dapat melakukan penyesuaian yang

lebih beragam sesuai dengan daerah atau

lokasi penelitian dan objek penelitian.

Daftar Pustaka

[1].Ching, Frank. 1996. Architecture: Form

Space and Order.Van Nostrand

Reinhold. New York

[2].Lynch, Kevin. 1960. The Image Of The City.

The MIT Press. Cambridge

[3].Milles, M.B. and Huberman, M.A. 1984.

Qualitative Data Analysis. London:

Sage Publication.

[4].Rapoport, A. 1969. “House, Form and

Culture”. Prentice Hall. New York

[5].Suryabrata, Sumadi. 1998. Metodologi

Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

[6].Susilohadi, Angga Dwi . 2013 . Konsep

Perancangan Menara Surabaya sebagai

Landmark dalam Fenomena

‘Iconisation’. Surabaya. Institut

Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

[7].Yuliantoro, D. Irawan.2004. Sistem Visual

dan Aspek Non Fisik Koridor

Pendukung Tugu Muda Semarang

sebagai Tetengger. Semarang.

Universitas Diponegoro Semarang

[8].http://rullydamayanti.wordpress.com/

[9].http://google.com/

[10].http://wikipedia.com/