Analisis Penggunaan Interjeksi dalam Novel 'T Spookhuis ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Analisis Penggunaan Interjeksi dalam Novel 'T Spookhuis ...
Vol. /05 / No. 01 / Agustus 2014
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 44
Analisis Penggunaan Interjeksi dalam Novel ‘T Spookhuis (Gedhong Setan) Karya Suparto Brata
Oleh : Ika Kartika Angellya
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa [email protected]
Abstrak : Penelitian ini bertujuan : (1) mendeskripsikan bentuk interjeksi dalam novel ‘t Spookhuis (Gedhong Setan) (2) mendeskripsikan fungsi interjeksi dalam novel ‘t Spookhuis (Gedhong Setan), yaitu : (a) bentuk primer (ah, lo, wah, oh, wis, uh, o, hiih, huh, wih, ooo, hmm, e, eh, uuh,). (b) bentuk sekunder (gedheng, jamput, gemang, alaa, edan, astagfirullahaladzim, ayo, aja, apa, wadhuh, aduh, embuh, he-eh, iki, ora. Di dalam bentuk sekunder juga terdapat interjeksi yang berbentuk pengulangan kata seperti: ha-ha-ha, aja-aja, lo-lo-lo-lo, hi-hi-hik, uh-uh-uh, embuh-mbuh-mbuh, dan wis-wis-wis. Bentuk interjeksi memiliki fungsi berbeda-beda: (1) mengungkapkan rasa kecewa (ah, gendheng, lo, ora dan alaa), (2) mengungkapkan rasa kekesalan (oh, la, wes, iki, alaa, uh, embuh dan gemang), (3) mengungkapkan rasa kekaguman (wih, dan wah), (4) mengungkapkan rasa kesenangan (o, ah, hihik, dan ha), (5) mengungkapkan rasa kemarahan (he-eh, wis, ah, embuh dan ora), (6) mengungkapkan rasa harapan (ah, eh), (7) mengungkapkan rasa kepuasan (we dan o), (8) mengungkapkan rasa ketakutan (ah, edan, hmm), (9) mengungkapkan rasa ajakan (ayo), (10) mengungkapkan rasa kekagetan (lo, e, ah, ooo, embuh, apa, huh, wadhuh dan astaghfirullohhal’adzim), (11) mengungkapkan rasa keheranan (o, aneh, la, dan wo), (12) mengungkapakan rasa panggilan (heh), (13) mengungkapkan rasa kesakitan (adhuh), (14) mengungkapkan rasa keterkejutan (lo, ah dan hmm). Kata kunci: interjeksi, novel ‘t Spookhuis Pendahuluan
Karya sastra merupakan salah satu bentuk seni dengan menggunakan media
bahasa. Karya sastra tercipta melalui perenungan yang mendalam dengan tujuan
untuk dinikmati, dipahami dan diilhami oleh masyarakat. Salah satu bentuk karya
sastra itu adalah novel. Novel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan novel
karya Suparto Brata yang berjudul ‘t Spookhuis (Gedhong Setan) yang menceritakan
tentang Totje seorang anak pribumi yang bersekolah di HBS sekolah Belanda.
Komunikasi dalam sebuah karya sastra sangatlah penting digunakan untuk
menyampaikan ide, gagasan, pesan dan ungkapan pikiran yang akan penulis sampaikan
kepada pembaca. Dalam karya sastra, terkadang penulis ingin menyampaikan tentang
isi dari sebuah karya sastra. Ada beberapa hal yang ingin disampaikan penulis
1
Vol. /05 / No. 01 / Agustus 2014
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 45
menggunakan sebuah ungkapan atau pesan yang menggunakan perasaan yang sering
disebut dengan interjeksi.
Ungkapan perasaan yang disebut interjeksi dapat ditemukan dalam bahasa
Jawa. Wedhawati (2006, 417-418) menjelaskan bahwa interjeksi merupakan kategori
kata yang ada untuk mengungkapkan rasa hati penuturnya. Interjeksi dibedakan
menjadi dua bentuk yaitu interjeksi bentuk primer dan interjeksi bentuk sekunder.
Penggunaan interjeksi tidak hanya digunakan dalam komunikasi langsung melainkan
komunikasi tulis. Ada beberapa hal yang ingin disampaikan penutur kepada mitra tutur
atau kepada orang lain seperti: kebahagian, kesedihan, kekaguman, terkejut, rasa
marah, rasa kasihan, ketakutan atau bentuk ejekan. Kata tersebut disebut dengan
interjeksi.
Menurut Mulyana (2011:77) kata seru yaitu kata yang dipakai untuk
menyatakan atau melahirkan rasa. Interjeksi dapat diartikan sebagai kata atau ujaran
yang bertujuan untuk mengungkapan perasaan ataupun isi hati seseorang dimana kata
yang mengungkapkan perasaan batin. Ungkapan kata interjeksi tidak mudah
dimengerti. Kadang seorang pembaca belum paham apa yang disampaikan pengarang
tentang isi novel, sehingga hal ini yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti
tentang interjeksi dalam novel dan memberikan pengetahuan tentang apa itu
interjeksi. Jadi, interjeksi adalah kata yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan
seseorang maupun dalam bentuk senang , sedih, kecewa, jijik, marah, kaget, kangen
dan sebagainya. Misalnya, (wah, ngono kuwi, hah, heh, alhamdulillah dan
astaghfirullohhal’adzim) yang memiliki arti yang berbeda-beda dalam setiap konteks
tuturannya.
Alasan peneliti mengambil judul “Analisis Penggunaan Interjeksi dalam Novel ‘t
Spookhuis (Gedhong Setan) karya Suprato Brata” adalah hal yang menarik dalam
penelitian ini adalah terkadang kata interjeksi itu tidak mudah dipahami dan tidak
mudah dimengerti oleh pembaca, peneliti ingin menjelaskan kepada pembaca tentang
apa itu interjeksi dan apa kata yang berhubungan dengan interjeksi yang berhubungan
isi novel yang disampaikan oleh pengarang. Dalam novel terdapat banyak kata-kata
yang mengandung interjeksi yang dimana pembaca kadang tidak mengetahui kata
Vol. /05 / No. 01 / Agustus 2014
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 46
interjeksi yang terdapat pada novel ‘t Spookhuis (Gedhong Setan) karya Suparto Brata.
Dalam penelitian ini peneliti menekankan pada penggunaan interjeksi dalam
penggunaan bentuk dan fungsi interjeksi. Penelitian ini juga menekankan makna yang
terkandung dalam interjeksi yang sesuai dengan konteks percakapan yang ada dalam
Novel ‘t Spookhuis (Gedhong Setan) terdapat berbagai bentuk, fungsi dan beberapa
variasi bentuk interjeksi yang membuat menarik dalam penelitian ini.
Berdasarkan hasil penelitian dalam novel ‘t Spookhuis (Gedhong Setan) karya
Suparto Brata belum dikaji. Maka, dalam penelitian ini akan membahas masalah yang
ada terutama yang berhubungan dengan analisis penggunaan interjeksi yaitu tentang
bentuk dan fungsi interjeksi. Adapun tujuan dalam penelitian ini ingin mendeskripsikan
bentuk dan fungsi dari beberapa kata interjeksi yang ditemukan dalam novel novel ‘t
Spookhuis (Gedhong Setan) karya Suparto Brata. Adapun judul penelitian ini yaitu
“Analisis Penggunaan Interjeksi dalam Novel ‘t Spookhuis (Gedhong Setan) karya
Suprato Brata”.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, yakni “penelitian yang
digambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah-pisahkan menurut
kategorinya untuk memperoleh kesimpulan” (Ismawati 2011 : 112). Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif karena data yang dikaji dan diteliti berupa
kata-kata yang termasuk interjeksi yang terdapat dalam novel ‘t Spookhuis (Gedhong
Setan) karya Suparto Brata. Disamping itu, analisis data menggunakan teknik deskriptif
yaitu dengan cara mendeskripsikan semua data menurut kategori masing-masing dan
analisis terkait dengan tuturan yang ada. Objek penelitian yang diteliti adalah ‘t
Spookhuis (Gedhong Setan) karya Suparto Brata. Sumber data menurut Arikunto
(2010: 172) dalam penelitian ini subjek dari mana data diperoleh. Sumber data dalam
penelitian ini, yaitu novel ‘t Spookhuis (Gedhong Setan) karya Suparto Brata. Instrumen
penelitian di sini menggunakan Human Instrument atau peneliti itu sendiri. Teknik
pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, teknik baca dan teknik catat.
Menurut Moleong (2011: 330) triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
Vol. /05 / No. 01 / Agustus 2014
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 47
yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Jadi, dalam Proses yang digunakan dalam
pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi. Teknik penyajian hasil
analisis dalam penelitian ini menggunakan teknik informal.
Pembahasan
1. Bentuk interjeksi
a. Bentuk primer
Interjeksi primer merupakan interjeksi yang dari segi bentuk
memperlihatkan bentuk yang sederhana. Interjeksi primer cenderung
berbentuk sederhana, terdiri atas satu silabe.
Indikator interjeksi bentuk primer : wah, lo, o, ayo, ah, uh, he-eh, wes, la,
huh, hiih, apa, uuh, wih, heh, ooo, hik,.
b. Bentuk sekunder
Interjeksi sekunder cenderung terdiri atas lebih dari satu silabe. Dalam
interjeksi sekunder dibedakan menjadi beberapa jenis bentuk interjeksi (a)
bentuk kata, seperti : wadhuh, gedheng, aneh, ora, apa, alaa, iki, aja, edan,
jamput. (b) bentuk pengulangan kata, seperti: ha-ha-ha, aja-aja, lo-lo-lo-lo,
hi-hi-hik, uh-uh-uh, embuh-mbuh-mbuh, dan wis-wis-wis.
2. Fungsi Interjeksi
a. Interjeksi Kekecewaan
Interjeksi kekecewaan, yaitu ungkapan perasaan yang muncul karena
tidak puas dengan apa yang terjadi. Indikator : (ah, gendheng, lo, ora
dan alaa).
Contoh:
Tuturan:
“gendheng! La kok udan maneh! Mendhunge putih”
Konteks:
Malam itu ketika Totje sedang bersiap-siap pergi ke gedung setan,
ternyata hujan turun deras. (Skndr/ Kcw/ Dt.01/ Hal.05)
Vol. /05 / No. 01 / Agustus 2014
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 48
Pada konteks tuturan di atas, kata gendheng mengungkapkan
sebuah perasaan kecewa Totje. Karena Totje ingin pergi ke gedung
setan tetapi hujan turun dengan deras.
b. Interjeksi Keheranan
Interjeksi keheranan, yaitu perasaan yang muncul karena mendengar
atau melihat sesuatu yang ganjil. Indikator: (o, aneh, la, dan wo).
contoh
Tuturan:
“apa anggone ing njaban gedhong iki, lo, apa mung ethok-ethokan?”
Konteks:
Jaan dan Sonia sebenarnya mempunyai hubungan kekasih, tetapi
Sonia selalu dilarang bapaknya untuk pergi bersama Jaan, sehingga
jaan melampiaskan kemarahannya dengan ingin memperkosa Sonia
di dalam gedung setan. Ketika merasa ketakutan dan kepucatan
berarti benar Jaan memang benar-benar tidak berpura-pura. (Pr/
Hrn/ Dt.227/ Hal.104)
Pada konteks tuturan di atas, kata lo mengungkapkan sebuah
perasaan keheranan. Totje merasa heran setelah mendengarkan
cerita dan dengan tingkah laku yang dilakukan Jaan di dalam gedung
setan bukanlah pura-pura tetapi benar Jaan merasakan ketakutan.
c. Interjeksi Harapan
Interjeksi harapan, yaitu ungkapan perasaan yang muncul karena
mengharapkan sesuatu, berkeinginan dengan sesuatu. Indikator: (ah,
eh).
Contoh:
Tuturan:
“oh, aku tansah yakin yen ing njero omah kuwi ana wong uripe,
dudu setan”
Konteks:
Vol. /05 / No. 01 / Agustus 2014
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 49
Totje berkeyakinan jika gedung setan berisikan manusia yang masih
hidup buka setan, karena menemui kejadian yang bisa dilakukan
hanya oleh manusia saja. (Pr/Hrpn/ Dt.229/ Hal.104)
Pada konteks tuturan di atas, kata oh mengungkapkan sebuah
perasaan harapan. Totje berharap jika yang berada di dalam gedung
setan bukan dhemit melainkan orang hidup yang berada di dalam
gedung setan.
d. Interjeksi Kesenangan
Interjeksi kesenangan, yaitu Perasaan senang, seperti menyetujui,
anjuran, memuji, gembira. Indikator: (o, ah, hihik, dan ha).
Contoh:
Tuturan:
“hoaha-ha-ha! ing kene iki ora ana dhemit jim setan lan liya-liyane!”
Konteks:
Sonia takut dengan suara setan, tetapi Jaan malah menertawaan
Sonia karena takut dengan setan. (Skndr/Snng/ Dt.159/ Hal.80)
Pada konteks tuturan di atas, kata ha mengungkapkan sebuah
perasaan kesenangan. Jaan merasa senang ketika menertawakan
Sonia yang sedang ketakutannya.
e. Interjeksi Keterkejutan
Interjeksi keterkejutan, yaitu ungkapan perasaan yang muncul sesorang
merasa kaget dan terkejut dengan sesuatu. Indikator: (lo, ah dan hmm).
Contoh:
Tuturan:
“ana rambut! oh, saksirahe! rambute klabangan, digelung”
Konteks:
Di tengah rasa ketakutan dan kekagetan Totje, Totje menerangi arah
bawah dan pada saat itu Totje melihat ada rambut panjang yang
tergerai dalam bayangan Totje benar-benar arwah Ciu Giok Nio yang
Vol. /05 / No. 01 / Agustus 2014
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 50
meninggal karena jatuh dan perutnya ditusuk pedang (Pr/ Tkjt/
Dt.176/ Hal.85)
Pada konteks tuturan di atas, kata oh mengungkapkan sebuah
perasaan keterkejutan. Totje terkejut dan penasaran dan penuh was-
was dia turun ke bawah dan menerangi bayangan arwah Ciu Giok
Nio.
f. Interjeksi Kekagetan
Interjeksi kekagetan, yaitu ungkapan perasaan yang muncul sesorang
merasa kaget dan terkejut dengan sesuatu. Indikator: (lo, e, ah, ooo,
embuh, apa, huh, wadhuh, dan astaghfirullohhal’adzim).
Contoh:
Tuturan:
“huh! Astagfirulalla...! Pak Kusir njingkat kaget”
Konteks:
Pak kusir merasakan deg-degan seketika itu Totje menjulurkan
tangannya ke bahu kusir delman tersebut dan pak kusir kaget
sehingga melompat dari tempat duduknya. (Pr/ Kgt/ Dt.69/ Hal. 30)
Pada konteks tuturan di atas, kata huh mengungkapkan sebuah
perasaan kekagetan. Pak kusir kaget ketika Totje iseng-iseng
memegang pundak pak kusir yang sedang konsen mengendarai
delmannya.
g. Interjeksi Kekesalan
Interjeksi kekesalan, yaitu ungkapan perasaan yang muncul karena
merasa tidak puas dengan apa yang terjadi. Indikator :(oh, la, wes, iki,
alaa, uh, embuh dan gemang).
Contoh:
Tuturan:
“ah! Umuk
Konteks:
Vol. /05 / No. 01 / Agustus 2014
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 51
Totje berkata yang tidak diterima oleh ibunya, ketika itu ada seorang
tamu yang mencari Totje di rumahnya. (Pr/ Ksl/ Dt.19/ Hal.09)
Pada konteks tuturan di atas, kata ah mengungkapkan sebuah
perasaan kekesalan. Totje tidak ingin bertemu dengan tamu yang
mencarinya
h. Interjeksi Kemarahan
Interjeksi kemarahan, yaitu ungkapan perasaan yang muncul dalam
bentuk kata seru untuk menyatakan rasa tidak suka. Indikator: (he-eh,
wis, ah, embuh dan ora).
Contoh:
Tuturan:
“emoh! wis kebacut klebus, aku kudu mbuktekake yen setan
gendruwo banaspati kuwi ora ana
Konteks:
Sonia terus merintih meminta pulang, tetapi Totje menolak. Totje
hanya beromong-kosong sebenarnya setan, dhemit itu tidak ada,
Totje sudah terlanjur masuk ke dalam gedung setan untuk
membuktikan kalau setan, dhemit dan ganaspati itu tidak ada.
(Skndr/ Mrh/ Dt.99/ Hal.41)
Pada konteks tuturan di atas, kata emoh mengungkapkan
sebuah perasaan kemarahan. Totje marah terhadap Sonia, Sonia
meminta pulang dan Totje bisa meneruskan misinya unuk memotret
dhemit yang ada di dalam gedung setan.
i. Interjeksi Kekaguman
Interjeksi kekaguman, yaitu ungkapan perasaan yang muncul karena
merasa kagum, takjub dengan sesuatu atau kepada sesuatu. Indikator:
(wih, dan wah).
Contoh:
Tuturan:
“ooo, met movie kleren als cinderella.”
Vol. /05 / No. 01 / Agustus 2014
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 52
Konteks:
Dengan keadaan marah ibunya menjawab, dia seperti cinderela, diam
memakai baju modern, seperti orang yang mau pergi ke sebuah
pesta. (Pr/ Kgm/ Dt.27/ Hal.10)
Pada konteks tuturan di atas, kata ooo mengungkapkan sebuah
perasaan kecewa. Totje kaguman pada saat ibunya berbicara ada
tamu yang mencarinya yang cantiknya seperti cinderella.
j. Interjeksi Ketakutan
Interjeksi ketakutan, yaitu ungkapan perasaan yang muncul karena
merasa takut dengan sesuatu. Indikator :(ah, edan, hmm).
Contoh:
Tuturan:
“hiiih, nggegiris!apa maneh yen ora ngilang, nangning banjur obah-
obah tangi lan mlaku”
Konteks:
Sonia dengan tangan yang berlumuran darah melihat Ciu Goik Niu
yang tidak bergerak, tetapi Totje merasa takut jika Ciu Giok Nio akan
jalan merangkak dengan perut yang sobek berlumuran darah. (Pr/
Tkt/ Dt.206/ Hal.93)
Pada konteks tuturan di atas, kata hiih mengungkapkan sebuah
perasaan ketakutan. Totje takut ketika Sonia tangannya berlumuran
darah dan berpikiran jika mayat Ciu Goik Nio akan bangun membuat
Totje ketakutan.
k. Interjeksi Kesakitan
Interjeksi kesakitan, yaitu ungkapan perasaan yang muncul karena
merasa sakit, takjub dengan sesuatu. Indikator : (adhuh).
Contoh:
Tuturan:
“... nabrak lawang! Adhuh, iyung-iyung-iyung!”
Konteks:
Vol. /05 / No. 01 / Agustus 2014
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 53
Terikan Sonia di atas loteng membuat Totje harus menolong Sonia,
karena dengan keadaan tergesah-gesah setelah mematikan kamera
Totje menabrak pintu kamar. (Skndr / Skt/ Dt.204/ Hal.92)
Pada konteks tuturan di atas, kata adhuh mengungkapkan
sebuah perasaan kesakitan. Totje merasa kesakitan ketika menabrak
pintu pada saat ingin menolong Sonia.
l. Interjeksi Ajakan
Interjeksi ajakan, yaitu ungkapan perasaan yang muncul karena
seseorang untuk mengajak atau meminta untuk datang. Indikator:
(ayo).
Contoh:
Tuturan:
“ayo mlebu! Genah omah iki suwung!”
Konteks:
Totje mangajak Sonia untuk menuruskan misinya untuk masuk ke
dalam gedung setan, benar-benar rumah yang kosong, tidak ada
setan. (Skndr / Ajkn/ Dt.126/ Hal.55)
Pada konteks tuturan di atas, kata ayo mengungkapkan sebuah
perasaan ajakan. Totje mengajak Sonia untuk masuk ke dalam
gedung setan.
m. Interjeksi Panggilan
Interjeksi panggilan, yaitu ungkapan perasaan yang muncul karena saat
seseorang memanggil dengan menyerukan nama orang lain. Indikator:
(heh).
Contoh:
Tuturan:
“heh, aku ya perlu melu mlebu!”
Konteks:
Vol. /05 / No. 01 / Agustus 2014
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 54
Jaan memanggil Totje meminta untuk mengikuti Totje masuk ke
dalam gedung setan dan mengajak Sonia untuk bisa melihat isi dalam
‘t Spookhuis. (Pr/ Pgln/ Dt. 129. Hal.55)
Pada konteks tuturan di atas, kata heh mengungkapkan sebuah
perasaan panggilan. Ketika Jaan memanggil Totje untuk ikut masuk
ke dalam gedung setan.
n. Interjeksi Kepuasan
Interjeksi kepuasan, yaitu merupakan ungkapan perasaan yang muncul
karena merasa puas dengan sesuatu. Indikator: (we dan o).
Contoh:
Tuturan:
“oh, yen iki bangsane dhemit, aku kudu ndang motret!”
Konteks:
Tidak lama kemudian Totje mengambil foto Ciu Giok Nio sebagai
bukti, siapa tahu biasa dijadikan bukti. (Pr/ Puas/ 187/ Hal.87)
Pada konteks tuturan di atas, kata oh mengungkapkan sebuah
perasaan kepuasan. Totje puas setelah mendapatkan foto Ciu Giok
Nio yang bisa menjadi bukti Totje masuk ke dalam gedung setan.
Simpulan
Pada penelitian analisis penggunaan interjeksi dalam novel ‘t Spookhuis
(Gedhong Setan). Dalam penyajian data dan analisis juga banyak ditemukan kata
interjeksi, baik yang berbentuk: (1) berbentuk primer maupun sekunder, interjeksi
primer lebih mendominasi dalam novel ‘t Spookhuis (Gedhong Setan) karya Suparto
Brata. Seperti kata : wah, lo, o, ayo, ah, uh, he-eh, wes, la, huh, hiih, apa, uuh, wih, heh,
ooo, hik,. Sedangkan, interjeksi sekunder yaitu interjeksi yang terdiri dari dua atau
lebih silabe (suku kata). Seperti kata : wadhuh, gedheng, aneh, ora, apa, alaa, iki, aja,
edan, jamput. Di dalam bentuk sekunder juga terdapat interjeksi yang berbentuk
pengulangan kata seperti: ha-ha-ha, aja-aja, lo-lo-lo-lo, hi-hi-hik, uh-uh-uh, embuh-
mbuh-mbuh, dan wis-wis-wis. Setiap kata seru yang ditemukan di dalam novel
Vol. /05 / No. 01 / Agustus 2014
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 55
terkadang memiliki arti yang sama dengan konteks tuturan, tetapi juga terkadang kata
seru mempunyai arti yang berbeda disetiap konteks tuturan tergantung situasi tutur
dalam novel. (2) Dalam novel ditemukan banyak fungsi interjeksi yang
mengungkapakan sebuah perasaan seperti: Kemarahan, Kesenangan, Kekecewaan,
Harapan, Ketakutan, Kekagetan, Ketakutan, Kekaguman, Kekesalan, Ajakan, Panggilan,
Kepuasan, Keterkejutan.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Ismawati, Esti. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa Dan Sastra. Surakarta:
Yuma Pustaka.
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyana. 2007. Morfologi Bahasa Jawa. Yogyakarta: Kanwa Publisher
Wedhawati, dkk. 2006. Tata Bahasa Jawa Mutakhir. Yogyakarta: KANISIUS 2006.