Analisis Penggunaan Interjeksi dalam Novel 'T Spookhuis ...

12
Vol. /05 / No. 01 / Agustus 2014 Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 44 Analisis Penggunaan Interjeksi dalam Novel ‘T Spookhuis (Gedhong Setan) Karya Suparto Brata Oleh : Ika Kartika Angellya Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa [email protected] Abstrak : Penelitian ini bertujuan : (1) mendeskripsikan bentuk interjeksi dalam novel ‘t Spookhuis (Gedhong Setan) (2) mendeskripsikan fungsi interjeksi dalam novel ‘t Spookhuis (Gedhong Setan), yaitu : (a) bentuk primer (ah, lo, wah, oh, wis, uh, o, hiih, huh, wih, ooo, hmm, e, eh, uuh,). (b) bentuk sekunder (gedheng, jamput, gemang, alaa, edan, astagfirullahaladzim, ayo, aja, apa, wadhuh, aduh, embuh, he-eh, iki, ora. Di dalam bentuk sekunder juga terdapat interjeksi yang berbentuk pengulangan kata seperti: ha-ha-ha, aja-aja, lo-lo-lo-lo, hi-hi-hik, uh-uh-uh, embuh-mbuh-mbuh, dan wis- wis-wis. Bentuk interjeksi memiliki fungsi berbeda-beda: (1) mengungkapkan rasa kecewa (ah, gendheng, lo, ora dan alaa), (2) mengungkapkan rasa kekesalan (oh, la, wes, iki, alaa, uh, embuh dan gemang), (3) mengungkapkan rasa kekaguman (wih, dan wah), (4) mengungkapkan rasa kesenangan (o, ah, hihik, dan ha), (5) mengungkapkan rasa kemarahan (he-eh, wis, ah, embuh dan ora), (6) mengungkapkan rasa harapan (ah, eh), (7) mengungkapkan rasa kepuasan (we dan o), (8) mengungkapkan rasa ketakutan (ah, edan, hmm), (9) mengungkapkan rasa ajakan (ayo), (10) mengungkapkan rasa kekagetan (lo, e, ah, ooo, embuh, apa, huh, wadhuh dan astaghfirullohhal’adzim), (11) mengungkapkan rasa keheranan (o, aneh, la, dan wo), (12) mengungkapakan rasa panggilan (heh), (13) mengungkapkan rasa kesakitan (adhuh), (14) mengungkapkan rasa keterkejutan (lo, ah dan hmm). Kata kunci: interjeksi, novel ‘t Spookhuis Pendahuluan Karya sastra merupakan salah satu bentuk seni dengan menggunakan media bahasa. Karya sastra tercipta melalui perenungan yang mendalam dengan tujuan untuk dinikmati, dipahami dan diilhami oleh masyarakat. Salah satu bentuk karya sastra itu adalah novel. Novel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan novel karya Suparto Brata yang berjudul ‘t Spookhuis (Gedhong Setan) yang menceritakan tentang Totje seorang anak pribumi yang bersekolah di HBS sekolah Belanda. Komunikasi dalam sebuah karya sastra sangatlah penting digunakan untuk menyampaikan ide, gagasan, pesan dan ungkapan pikiran yang akan penulis sampaikan kepada pembaca. Dalam karya sastra, terkadang penulis ingin menyampaikan tentang isi dari sebuah karya sastra. Ada beberapa hal yang ingin disampaikan penulis

Transcript of Analisis Penggunaan Interjeksi dalam Novel 'T Spookhuis ...

Vol. /05 / No. 01 / Agustus 2014

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 44

Analisis Penggunaan Interjeksi dalam Novel ‘T Spookhuis (Gedhong Setan) Karya Suparto Brata

Oleh : Ika Kartika Angellya

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa [email protected]

Abstrak : Penelitian ini bertujuan : (1) mendeskripsikan bentuk interjeksi dalam novel ‘t Spookhuis (Gedhong Setan) (2) mendeskripsikan fungsi interjeksi dalam novel ‘t Spookhuis (Gedhong Setan), yaitu : (a) bentuk primer (ah, lo, wah, oh, wis, uh, o, hiih, huh, wih, ooo, hmm, e, eh, uuh,). (b) bentuk sekunder (gedheng, jamput, gemang, alaa, edan, astagfirullahaladzim, ayo, aja, apa, wadhuh, aduh, embuh, he-eh, iki, ora. Di dalam bentuk sekunder juga terdapat interjeksi yang berbentuk pengulangan kata seperti: ha-ha-ha, aja-aja, lo-lo-lo-lo, hi-hi-hik, uh-uh-uh, embuh-mbuh-mbuh, dan wis-wis-wis. Bentuk interjeksi memiliki fungsi berbeda-beda: (1) mengungkapkan rasa kecewa (ah, gendheng, lo, ora dan alaa), (2) mengungkapkan rasa kekesalan (oh, la, wes, iki, alaa, uh, embuh dan gemang), (3) mengungkapkan rasa kekaguman (wih, dan wah), (4) mengungkapkan rasa kesenangan (o, ah, hihik, dan ha), (5) mengungkapkan rasa kemarahan (he-eh, wis, ah, embuh dan ora), (6) mengungkapkan rasa harapan (ah, eh), (7) mengungkapkan rasa kepuasan (we dan o), (8) mengungkapkan rasa ketakutan (ah, edan, hmm), (9) mengungkapkan rasa ajakan (ayo), (10) mengungkapkan rasa kekagetan (lo, e, ah, ooo, embuh, apa, huh, wadhuh dan astaghfirullohhal’adzim), (11) mengungkapkan rasa keheranan (o, aneh, la, dan wo), (12) mengungkapakan rasa panggilan (heh), (13) mengungkapkan rasa kesakitan (adhuh), (14) mengungkapkan rasa keterkejutan (lo, ah dan hmm). Kata kunci: interjeksi, novel ‘t Spookhuis Pendahuluan

Karya sastra merupakan salah satu bentuk seni dengan menggunakan media

bahasa. Karya sastra tercipta melalui perenungan yang mendalam dengan tujuan

untuk dinikmati, dipahami dan diilhami oleh masyarakat. Salah satu bentuk karya

sastra itu adalah novel. Novel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan novel

karya Suparto Brata yang berjudul ‘t Spookhuis (Gedhong Setan) yang menceritakan

tentang Totje seorang anak pribumi yang bersekolah di HBS sekolah Belanda.

Komunikasi dalam sebuah karya sastra sangatlah penting digunakan untuk

menyampaikan ide, gagasan, pesan dan ungkapan pikiran yang akan penulis sampaikan

kepada pembaca. Dalam karya sastra, terkadang penulis ingin menyampaikan tentang

isi dari sebuah karya sastra. Ada beberapa hal yang ingin disampaikan penulis

1

Vol. /05 / No. 01 / Agustus 2014

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 45

menggunakan sebuah ungkapan atau pesan yang menggunakan perasaan yang sering

disebut dengan interjeksi.

Ungkapan perasaan yang disebut interjeksi dapat ditemukan dalam bahasa

Jawa. Wedhawati (2006, 417-418) menjelaskan bahwa interjeksi merupakan kategori

kata yang ada untuk mengungkapkan rasa hati penuturnya. Interjeksi dibedakan

menjadi dua bentuk yaitu interjeksi bentuk primer dan interjeksi bentuk sekunder.

Penggunaan interjeksi tidak hanya digunakan dalam komunikasi langsung melainkan

komunikasi tulis. Ada beberapa hal yang ingin disampaikan penutur kepada mitra tutur

atau kepada orang lain seperti: kebahagian, kesedihan, kekaguman, terkejut, rasa

marah, rasa kasihan, ketakutan atau bentuk ejekan. Kata tersebut disebut dengan

interjeksi.

Menurut Mulyana (2011:77) kata seru yaitu kata yang dipakai untuk

menyatakan atau melahirkan rasa. Interjeksi dapat diartikan sebagai kata atau ujaran

yang bertujuan untuk mengungkapan perasaan ataupun isi hati seseorang dimana kata

yang mengungkapkan perasaan batin. Ungkapan kata interjeksi tidak mudah

dimengerti. Kadang seorang pembaca belum paham apa yang disampaikan pengarang

tentang isi novel, sehingga hal ini yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti

tentang interjeksi dalam novel dan memberikan pengetahuan tentang apa itu

interjeksi. Jadi, interjeksi adalah kata yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan

seseorang maupun dalam bentuk senang , sedih, kecewa, jijik, marah, kaget, kangen

dan sebagainya. Misalnya, (wah, ngono kuwi, hah, heh, alhamdulillah dan

astaghfirullohhal’adzim) yang memiliki arti yang berbeda-beda dalam setiap konteks

tuturannya.

Alasan peneliti mengambil judul “Analisis Penggunaan Interjeksi dalam Novel ‘t

Spookhuis (Gedhong Setan) karya Suprato Brata” adalah hal yang menarik dalam

penelitian ini adalah terkadang kata interjeksi itu tidak mudah dipahami dan tidak

mudah dimengerti oleh pembaca, peneliti ingin menjelaskan kepada pembaca tentang

apa itu interjeksi dan apa kata yang berhubungan dengan interjeksi yang berhubungan

isi novel yang disampaikan oleh pengarang. Dalam novel terdapat banyak kata-kata

yang mengandung interjeksi yang dimana pembaca kadang tidak mengetahui kata

Vol. /05 / No. 01 / Agustus 2014

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 46

interjeksi yang terdapat pada novel ‘t Spookhuis (Gedhong Setan) karya Suparto Brata.

Dalam penelitian ini peneliti menekankan pada penggunaan interjeksi dalam

penggunaan bentuk dan fungsi interjeksi. Penelitian ini juga menekankan makna yang

terkandung dalam interjeksi yang sesuai dengan konteks percakapan yang ada dalam

Novel ‘t Spookhuis (Gedhong Setan) terdapat berbagai bentuk, fungsi dan beberapa

variasi bentuk interjeksi yang membuat menarik dalam penelitian ini.

Berdasarkan hasil penelitian dalam novel ‘t Spookhuis (Gedhong Setan) karya

Suparto Brata belum dikaji. Maka, dalam penelitian ini akan membahas masalah yang

ada terutama yang berhubungan dengan analisis penggunaan interjeksi yaitu tentang

bentuk dan fungsi interjeksi. Adapun tujuan dalam penelitian ini ingin mendeskripsikan

bentuk dan fungsi dari beberapa kata interjeksi yang ditemukan dalam novel novel ‘t

Spookhuis (Gedhong Setan) karya Suparto Brata. Adapun judul penelitian ini yaitu

“Analisis Penggunaan Interjeksi dalam Novel ‘t Spookhuis (Gedhong Setan) karya

Suprato Brata”.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, yakni “penelitian yang

digambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah-pisahkan menurut

kategorinya untuk memperoleh kesimpulan” (Ismawati 2011 : 112). Penelitian ini

menggunakan metode deskriptif kualitatif karena data yang dikaji dan diteliti berupa

kata-kata yang termasuk interjeksi yang terdapat dalam novel ‘t Spookhuis (Gedhong

Setan) karya Suparto Brata. Disamping itu, analisis data menggunakan teknik deskriptif

yaitu dengan cara mendeskripsikan semua data menurut kategori masing-masing dan

analisis terkait dengan tuturan yang ada. Objek penelitian yang diteliti adalah ‘t

Spookhuis (Gedhong Setan) karya Suparto Brata. Sumber data menurut Arikunto

(2010: 172) dalam penelitian ini subjek dari mana data diperoleh. Sumber data dalam

penelitian ini, yaitu novel ‘t Spookhuis (Gedhong Setan) karya Suparto Brata. Instrumen

penelitian di sini menggunakan Human Instrument atau peneliti itu sendiri. Teknik

pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, teknik baca dan teknik catat.

Menurut Moleong (2011: 330) triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data

Vol. /05 / No. 01 / Agustus 2014

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 47

yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Jadi, dalam Proses yang digunakan dalam

pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi. Teknik penyajian hasil

analisis dalam penelitian ini menggunakan teknik informal.

Pembahasan

1. Bentuk interjeksi

a. Bentuk primer

Interjeksi primer merupakan interjeksi yang dari segi bentuk

memperlihatkan bentuk yang sederhana. Interjeksi primer cenderung

berbentuk sederhana, terdiri atas satu silabe.

Indikator interjeksi bentuk primer : wah, lo, o, ayo, ah, uh, he-eh, wes, la,

huh, hiih, apa, uuh, wih, heh, ooo, hik,.

b. Bentuk sekunder

Interjeksi sekunder cenderung terdiri atas lebih dari satu silabe. Dalam

interjeksi sekunder dibedakan menjadi beberapa jenis bentuk interjeksi (a)

bentuk kata, seperti : wadhuh, gedheng, aneh, ora, apa, alaa, iki, aja, edan,

jamput. (b) bentuk pengulangan kata, seperti: ha-ha-ha, aja-aja, lo-lo-lo-lo,

hi-hi-hik, uh-uh-uh, embuh-mbuh-mbuh, dan wis-wis-wis.

2. Fungsi Interjeksi

a. Interjeksi Kekecewaan

Interjeksi kekecewaan, yaitu ungkapan perasaan yang muncul karena

tidak puas dengan apa yang terjadi. Indikator : (ah, gendheng, lo, ora

dan alaa).

Contoh:

Tuturan:

“gendheng! La kok udan maneh! Mendhunge putih”

Konteks:

Malam itu ketika Totje sedang bersiap-siap pergi ke gedung setan,

ternyata hujan turun deras. (Skndr/ Kcw/ Dt.01/ Hal.05)

Vol. /05 / No. 01 / Agustus 2014

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 48

Pada konteks tuturan di atas, kata gendheng mengungkapkan

sebuah perasaan kecewa Totje. Karena Totje ingin pergi ke gedung

setan tetapi hujan turun dengan deras.

b. Interjeksi Keheranan

Interjeksi keheranan, yaitu perasaan yang muncul karena mendengar

atau melihat sesuatu yang ganjil. Indikator: (o, aneh, la, dan wo).

contoh

Tuturan:

“apa anggone ing njaban gedhong iki, lo, apa mung ethok-ethokan?”

Konteks:

Jaan dan Sonia sebenarnya mempunyai hubungan kekasih, tetapi

Sonia selalu dilarang bapaknya untuk pergi bersama Jaan, sehingga

jaan melampiaskan kemarahannya dengan ingin memperkosa Sonia

di dalam gedung setan. Ketika merasa ketakutan dan kepucatan

berarti benar Jaan memang benar-benar tidak berpura-pura. (Pr/

Hrn/ Dt.227/ Hal.104)

Pada konteks tuturan di atas, kata lo mengungkapkan sebuah

perasaan keheranan. Totje merasa heran setelah mendengarkan

cerita dan dengan tingkah laku yang dilakukan Jaan di dalam gedung

setan bukanlah pura-pura tetapi benar Jaan merasakan ketakutan.

c. Interjeksi Harapan

Interjeksi harapan, yaitu ungkapan perasaan yang muncul karena

mengharapkan sesuatu, berkeinginan dengan sesuatu. Indikator: (ah,

eh).

Contoh:

Tuturan:

“oh, aku tansah yakin yen ing njero omah kuwi ana wong uripe,

dudu setan”

Konteks:

Vol. /05 / No. 01 / Agustus 2014

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 49

Totje berkeyakinan jika gedung setan berisikan manusia yang masih

hidup buka setan, karena menemui kejadian yang bisa dilakukan

hanya oleh manusia saja. (Pr/Hrpn/ Dt.229/ Hal.104)

Pada konteks tuturan di atas, kata oh mengungkapkan sebuah

perasaan harapan. Totje berharap jika yang berada di dalam gedung

setan bukan dhemit melainkan orang hidup yang berada di dalam

gedung setan.

d. Interjeksi Kesenangan

Interjeksi kesenangan, yaitu Perasaan senang, seperti menyetujui,

anjuran, memuji, gembira. Indikator: (o, ah, hihik, dan ha).

Contoh:

Tuturan:

“hoaha-ha-ha! ing kene iki ora ana dhemit jim setan lan liya-liyane!”

Konteks:

Sonia takut dengan suara setan, tetapi Jaan malah menertawaan

Sonia karena takut dengan setan. (Skndr/Snng/ Dt.159/ Hal.80)

Pada konteks tuturan di atas, kata ha mengungkapkan sebuah

perasaan kesenangan. Jaan merasa senang ketika menertawakan

Sonia yang sedang ketakutannya.

e. Interjeksi Keterkejutan

Interjeksi keterkejutan, yaitu ungkapan perasaan yang muncul sesorang

merasa kaget dan terkejut dengan sesuatu. Indikator: (lo, ah dan hmm).

Contoh:

Tuturan:

“ana rambut! oh, saksirahe! rambute klabangan, digelung”

Konteks:

Di tengah rasa ketakutan dan kekagetan Totje, Totje menerangi arah

bawah dan pada saat itu Totje melihat ada rambut panjang yang

tergerai dalam bayangan Totje benar-benar arwah Ciu Giok Nio yang

Vol. /05 / No. 01 / Agustus 2014

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 50

meninggal karena jatuh dan perutnya ditusuk pedang (Pr/ Tkjt/

Dt.176/ Hal.85)

Pada konteks tuturan di atas, kata oh mengungkapkan sebuah

perasaan keterkejutan. Totje terkejut dan penasaran dan penuh was-

was dia turun ke bawah dan menerangi bayangan arwah Ciu Giok

Nio.

f. Interjeksi Kekagetan

Interjeksi kekagetan, yaitu ungkapan perasaan yang muncul sesorang

merasa kaget dan terkejut dengan sesuatu. Indikator: (lo, e, ah, ooo,

embuh, apa, huh, wadhuh, dan astaghfirullohhal’adzim).

Contoh:

Tuturan:

“huh! Astagfirulalla...! Pak Kusir njingkat kaget”

Konteks:

Pak kusir merasakan deg-degan seketika itu Totje menjulurkan

tangannya ke bahu kusir delman tersebut dan pak kusir kaget

sehingga melompat dari tempat duduknya. (Pr/ Kgt/ Dt.69/ Hal. 30)

Pada konteks tuturan di atas, kata huh mengungkapkan sebuah

perasaan kekagetan. Pak kusir kaget ketika Totje iseng-iseng

memegang pundak pak kusir yang sedang konsen mengendarai

delmannya.

g. Interjeksi Kekesalan

Interjeksi kekesalan, yaitu ungkapan perasaan yang muncul karena

merasa tidak puas dengan apa yang terjadi. Indikator :(oh, la, wes, iki,

alaa, uh, embuh dan gemang).

Contoh:

Tuturan:

“ah! Umuk

Konteks:

Vol. /05 / No. 01 / Agustus 2014

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 51

Totje berkata yang tidak diterima oleh ibunya, ketika itu ada seorang

tamu yang mencari Totje di rumahnya. (Pr/ Ksl/ Dt.19/ Hal.09)

Pada konteks tuturan di atas, kata ah mengungkapkan sebuah

perasaan kekesalan. Totje tidak ingin bertemu dengan tamu yang

mencarinya

h. Interjeksi Kemarahan

Interjeksi kemarahan, yaitu ungkapan perasaan yang muncul dalam

bentuk kata seru untuk menyatakan rasa tidak suka. Indikator: (he-eh,

wis, ah, embuh dan ora).

Contoh:

Tuturan:

“emoh! wis kebacut klebus, aku kudu mbuktekake yen setan

gendruwo banaspati kuwi ora ana

Konteks:

Sonia terus merintih meminta pulang, tetapi Totje menolak. Totje

hanya beromong-kosong sebenarnya setan, dhemit itu tidak ada,

Totje sudah terlanjur masuk ke dalam gedung setan untuk

membuktikan kalau setan, dhemit dan ganaspati itu tidak ada.

(Skndr/ Mrh/ Dt.99/ Hal.41)

Pada konteks tuturan di atas, kata emoh mengungkapkan

sebuah perasaan kemarahan. Totje marah terhadap Sonia, Sonia

meminta pulang dan Totje bisa meneruskan misinya unuk memotret

dhemit yang ada di dalam gedung setan.

i. Interjeksi Kekaguman

Interjeksi kekaguman, yaitu ungkapan perasaan yang muncul karena

merasa kagum, takjub dengan sesuatu atau kepada sesuatu. Indikator:

(wih, dan wah).

Contoh:

Tuturan:

“ooo, met movie kleren als cinderella.”

Vol. /05 / No. 01 / Agustus 2014

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 52

Konteks:

Dengan keadaan marah ibunya menjawab, dia seperti cinderela, diam

memakai baju modern, seperti orang yang mau pergi ke sebuah

pesta. (Pr/ Kgm/ Dt.27/ Hal.10)

Pada konteks tuturan di atas, kata ooo mengungkapkan sebuah

perasaan kecewa. Totje kaguman pada saat ibunya berbicara ada

tamu yang mencarinya yang cantiknya seperti cinderella.

j. Interjeksi Ketakutan

Interjeksi ketakutan, yaitu ungkapan perasaan yang muncul karena

merasa takut dengan sesuatu. Indikator :(ah, edan, hmm).

Contoh:

Tuturan:

“hiiih, nggegiris!apa maneh yen ora ngilang, nangning banjur obah-

obah tangi lan mlaku”

Konteks:

Sonia dengan tangan yang berlumuran darah melihat Ciu Goik Niu

yang tidak bergerak, tetapi Totje merasa takut jika Ciu Giok Nio akan

jalan merangkak dengan perut yang sobek berlumuran darah. (Pr/

Tkt/ Dt.206/ Hal.93)

Pada konteks tuturan di atas, kata hiih mengungkapkan sebuah

perasaan ketakutan. Totje takut ketika Sonia tangannya berlumuran

darah dan berpikiran jika mayat Ciu Goik Nio akan bangun membuat

Totje ketakutan.

k. Interjeksi Kesakitan

Interjeksi kesakitan, yaitu ungkapan perasaan yang muncul karena

merasa sakit, takjub dengan sesuatu. Indikator : (adhuh).

Contoh:

Tuturan:

“... nabrak lawang! Adhuh, iyung-iyung-iyung!”

Konteks:

Vol. /05 / No. 01 / Agustus 2014

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 53

Terikan Sonia di atas loteng membuat Totje harus menolong Sonia,

karena dengan keadaan tergesah-gesah setelah mematikan kamera

Totje menabrak pintu kamar. (Skndr / Skt/ Dt.204/ Hal.92)

Pada konteks tuturan di atas, kata adhuh mengungkapkan

sebuah perasaan kesakitan. Totje merasa kesakitan ketika menabrak

pintu pada saat ingin menolong Sonia.

l. Interjeksi Ajakan

Interjeksi ajakan, yaitu ungkapan perasaan yang muncul karena

seseorang untuk mengajak atau meminta untuk datang. Indikator:

(ayo).

Contoh:

Tuturan:

“ayo mlebu! Genah omah iki suwung!”

Konteks:

Totje mangajak Sonia untuk menuruskan misinya untuk masuk ke

dalam gedung setan, benar-benar rumah yang kosong, tidak ada

setan. (Skndr / Ajkn/ Dt.126/ Hal.55)

Pada konteks tuturan di atas, kata ayo mengungkapkan sebuah

perasaan ajakan. Totje mengajak Sonia untuk masuk ke dalam

gedung setan.

m. Interjeksi Panggilan

Interjeksi panggilan, yaitu ungkapan perasaan yang muncul karena saat

seseorang memanggil dengan menyerukan nama orang lain. Indikator:

(heh).

Contoh:

Tuturan:

“heh, aku ya perlu melu mlebu!”

Konteks:

Vol. /05 / No. 01 / Agustus 2014

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 54

Jaan memanggil Totje meminta untuk mengikuti Totje masuk ke

dalam gedung setan dan mengajak Sonia untuk bisa melihat isi dalam

‘t Spookhuis. (Pr/ Pgln/ Dt. 129. Hal.55)

Pada konteks tuturan di atas, kata heh mengungkapkan sebuah

perasaan panggilan. Ketika Jaan memanggil Totje untuk ikut masuk

ke dalam gedung setan.

n. Interjeksi Kepuasan

Interjeksi kepuasan, yaitu merupakan ungkapan perasaan yang muncul

karena merasa puas dengan sesuatu. Indikator: (we dan o).

Contoh:

Tuturan:

“oh, yen iki bangsane dhemit, aku kudu ndang motret!”

Konteks:

Tidak lama kemudian Totje mengambil foto Ciu Giok Nio sebagai

bukti, siapa tahu biasa dijadikan bukti. (Pr/ Puas/ 187/ Hal.87)

Pada konteks tuturan di atas, kata oh mengungkapkan sebuah

perasaan kepuasan. Totje puas setelah mendapatkan foto Ciu Giok

Nio yang bisa menjadi bukti Totje masuk ke dalam gedung setan.

Simpulan

Pada penelitian analisis penggunaan interjeksi dalam novel ‘t Spookhuis

(Gedhong Setan). Dalam penyajian data dan analisis juga banyak ditemukan kata

interjeksi, baik yang berbentuk: (1) berbentuk primer maupun sekunder, interjeksi

primer lebih mendominasi dalam novel ‘t Spookhuis (Gedhong Setan) karya Suparto

Brata. Seperti kata : wah, lo, o, ayo, ah, uh, he-eh, wes, la, huh, hiih, apa, uuh, wih, heh,

ooo, hik,. Sedangkan, interjeksi sekunder yaitu interjeksi yang terdiri dari dua atau

lebih silabe (suku kata). Seperti kata : wadhuh, gedheng, aneh, ora, apa, alaa, iki, aja,

edan, jamput. Di dalam bentuk sekunder juga terdapat interjeksi yang berbentuk

pengulangan kata seperti: ha-ha-ha, aja-aja, lo-lo-lo-lo, hi-hi-hik, uh-uh-uh, embuh-

mbuh-mbuh, dan wis-wis-wis. Setiap kata seru yang ditemukan di dalam novel

Vol. /05 / No. 01 / Agustus 2014

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 55

terkadang memiliki arti yang sama dengan konteks tuturan, tetapi juga terkadang kata

seru mempunyai arti yang berbeda disetiap konteks tuturan tergantung situasi tutur

dalam novel. (2) Dalam novel ditemukan banyak fungsi interjeksi yang

mengungkapakan sebuah perasaan seperti: Kemarahan, Kesenangan, Kekecewaan,

Harapan, Ketakutan, Kekagetan, Ketakutan, Kekaguman, Kekesalan, Ajakan, Panggilan,

Kepuasan, Keterkejutan.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Ismawati, Esti. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa Dan Sastra. Surakarta:

Yuma Pustaka.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Mulyana. 2007. Morfologi Bahasa Jawa. Yogyakarta: Kanwa Publisher

Wedhawati, dkk. 2006. Tata Bahasa Jawa Mutakhir. Yogyakarta: KANISIUS 2006.