analisis model pembelajaran think pair share

30
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN MEDIA PETA PIKIRAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN a. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam yang membahas tentang susunan (struktur), perpindahan atau perubahan bentuk dan energi kinetik zat. Untuk mempelajari ilmu kimia di sekolah diperlukan keterampilan dan penalaran. Fungsi pembelajaran kimia di SMA antara lain, memberikan dasar-dasar kimia untuk mengembangkan ilmu pengetahuan di pendidikan tinggi dan sebagai bekal untuk hidup di masyarakat, mengembangkan keterampilan (lifeskill), mengembangkan sikap dan menimbulkan nilai yang berguna dalam kehidupan sehari-hari. Variasi metode mengajar yang digunakan guru bidang studi masih belum terlalu banyak dan cenderung bersifat informatif atau hanya transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa (pengajaran langsung) sehingga siswa belum terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Ada beberapa siswa yang tidak ingin mengikuti pelajaran kimia bahkan ada yang sama sekali tidak menyukai pelajaran kimia. Namun, ada juga siswa yang sangat antusias dalam pelajaran kimia. Hal ini merupakan tugas berat bagi seorang guru untuk memotivasi belajar siswa. Selain itu juga, pemahaman konsep siswa terhadap mata pelajaran tergantung pada diri siswa dan dapat memanfaatkan situasi yang diciptakan guru yang dapat berperan sebagai fasilitator (Wiwit, 2012). Permasalahan di atas, perlu diupayakan pemecahannya yaitu dengan melakukan tindakan-tindakan yang dapat mengubah suasana

Transcript of analisis model pembelajaran think pair share

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)

DENGAN MEDIA PETA PIKIRAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PADA POKOK BAHASAN KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

a. Latar Belakang

Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam yang

membahas tentang susunan (struktur), perpindahan atau perubahan

bentuk dan energi kinetik zat. Untuk mempelajari ilmu kimia di

sekolah diperlukan keterampilan dan penalaran. Fungsi pembelajaran

kimia di SMA antara lain, memberikan dasar-dasar kimia untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan di pendidikan tinggi dan sebagai

bekal untuk hidup di masyarakat, mengembangkan keterampilan

(lifeskill), mengembangkan sikap dan menimbulkan nilai yang berguna

dalam kehidupan sehari-hari. Variasi metode mengajar yang

digunakan guru bidang studi masih belum terlalu banyak dan

cenderung bersifat informatif atau hanya transfer ilmu pengetahuan

dari guru ke siswa (pengajaran langsung) sehingga siswa belum

terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Ada beberapa

siswa yang tidak ingin mengikuti pelajaran kimia bahkan ada yang

sama sekali tidak menyukai pelajaran kimia. Namun, ada juga siswa

yang sangat antusias dalam pelajaran kimia. Hal ini merupakan

tugas berat bagi seorang guru untuk memotivasi belajar siswa.

Selain itu juga, pemahaman konsep siswa terhadap mata pelajaran

tergantung pada diri siswa dan dapat memanfaatkan situasi yang

diciptakan guru yang dapat berperan sebagai fasilitator (Wiwit,

2012).

Permasalahan di atas, perlu diupayakan pemecahannya yaitu

dengan melakukan tindakan-tindakan yang dapat mengubah suasana

pembelajaran yang semula berpusat pada guru beralih pusat pada

siswa dan metodologi yang lebih didominasi ekspositori (proses

penyampaian materi secara verbal) berganti menjadi partisipatori

(pola interaksi siswa). Salah satu model pembelajaran yang

mempengaruhi pola interaksi dan berpusat pada siswa adalah model

pembelajaran kooperatif.

Model pembelajaran think pair share adalah jenis pembelajaran yang

dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dimana memberi

siswa lebih banyak waktu berpikir untuk mengutarakan pendapat dan

juga belajar menghargai pendapat orang lain. Penerapan model

pembelajaran ini dimulai dari teknik berpikir tentang materi atau

permasalahan yang disampaikan guru, meminta siswa untuk

berpasangan dan mendiskusikan masalah tersebut dengan pasangannya.

Selanjutnya siswa tersebut bersama dengan kelompoknya

membagikannya kepada teman satu kelasnya sehingga selain siswa

sendiri mengerti akan materi yang diajarkan, siswa tersebut juga

bisa membantu temannya dalam mempelajari materi yang diajarkan

guru.

Dapat dilihat bahwa model pembelajaran koperatif tipe think pair

share dapat dijadikan salah satu solusi dalam pembelajaran,

khususnya pada pembelajaran kimia sehingga pembelajaran kimia yang

selama ini belum dapat memberikan hasil belajar sesuai dengan yang

diinginkan akan dapat memberikan perubahan dalam hasil belajar

yang lebih baik. Karena model pembelajaran ini digunakan untuk

melatih cara berfikir siswa yang menekankan pada daya nalar siswa,

daya kritis siswa, daya imajinasi siswa dan daya analisis terhadap

suatu permasalahan (Istarani,2011). Selain itu siswa dituntut

untuk berperan aktif selama pembelajaran dan saling bertukar

pendapat dengan teman sekelompoknya dan juga dengan kelompok

lainnya.

b. Hasil Belajar

Hasil belajar dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang

diperoleh seorang setelah melalui kegiatan belajar. Menurut

Keller dalam Abdurahman (2009) hasil belajar adalah proses aktual

yang dita mpilkan oleh anak sedangkan usaha adalah perbuatan yang

terarah pada penyelasaian tugas- tugas belajar. Dengan demikian

hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha yang dicurahkan,

intelegensi, kesempatan yang diberikan kepada anak untuk

mengembangkan dirinya, yang pada akhirnya akan mempengaruhi

terhadap hasil belajar.

Menurut Taksonomi Bloom ada tiga ranah hasil belajar yaitu

ranah kognitif, afektif, psikomotorik. Dari ketiga ranah tersebut

ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai karena berkaitan

dengan kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran.Dominan

kognitif terdiri atas enam bagian sebagai berikut:

1. Pengetahuan mengacu kepada kemampuan mengenal atau mengingat

materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada

teori-teori yang sukar.

2. Pemahaman mengacu kepada kemampuan memahami makna materi.

3. Penerapan mengacu kepada kemampuan menggunakan atau

menerapkan

4. materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan

menyangkut penggunaan aturan, prinsip.

5. Analisis mengacu kepada kemampuan mengurai materi kedalam

komponen-komponen atau faktor penyebabnya, dan mampu memahami

hubungan diantara bagian yang satu dengan yang lainnya

sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti.

6. Sintesis mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau

komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau

bentuk baru.

7. Evaluasi mengacu kepada kemampuan memberikan pertimbangan

terhadap nilai-nilai materi untuk tujun tertentu (Usman,

2004).

c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

Salah satu pendekatan dalam pembelajaran kooperatif adalah

pendekatan struktural tipe TPS. TPS tumbuh dari penelitian

pembelajaran kooperatif. Tipe ini dikembangkan Frank Lyman dan

kawan-kawannya dari Universitas Maryland pada tahun 1985 yang

mampu mengubah asumsi bahwa model resitasi dan diskusi perlu

diselenggarakan dalam kelompok kelas. TPS memiliki prosedur yang

ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak

untuk berfikir, menjawab dan membantu satu sama lain (Slavin,

2005).

Model pembelajaran kooperatif tipe TPS dilandasi oleh teori

belajar konstruktivisme. Teori konstruktivisme menyatakan bahwa

siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi

kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan

merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi

siswa agar benar-benar memahami dan menerapkan pengetahuan, siswa

harus bekerja memecahkan masalah dan menemukan segala sesuatu

untuk dirinya.

Menurut teori konstruktivisme, siswa sebagai pemain dan guru

sebagai fasilitator. Guru mendorong siswa untuk mengembangkan

potensi secara optimal. Siswa belajar bukanlah menerima paket-

paket konsep yang sudah dikemas oleh guru, melainkan siswa sendiri

yang mengemasnya. Bagian terpenting dalam teori konstruktivisme

adalah bahwa dalam proses pembelajaran, siswalah yang harus aktif

mengembangkan kemampuan mereka, bukan guru atau orang lain. Mereka

harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya.

Dalam model pembelajaran TPS, keberhasilan siswa tidak selalu

berakibat pada nilai, tetapi bekerja sebaik-baiknya dalam sebuah

tugas komparatif yang membandingkan rata-rata kinerja satu

kelompok, dengan kelompok lainnya dengan demikian, penghargaan

kelompok dan tanggung jawab individu sesuai dengan hasil

belajarnya.

Manfaat TPS sebagai berikut: (1) Para siswa menggunakan waktu

yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan untuk

mendengarkan satu sama lain, ketika mereka terlibat dalam kegiatan

TPS lebih banyak siswa yang mengangkat tangan mereka untuk

menjawab setelah berlatih dalam pasangannya. Para siswa mungkin

mengingat secara lebih seiring penambahan waktu tunggu dan

kualitas jawaban mungkin menjadi lebih baik, (2) para guru juga

mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir ketika

menggunakan TPS. Mereka dapat berkonsentrasi mendengarkan jawaban

siswa, mengamati reaksi siswa, dan mengajukan pertanyaan tingkat

tinggi.

Teknik belajar mengajar TPS mempunyai beberapa keuntungan

sebagai berikut: (1) mudah dilaksanakan dalam kelas yang besar,

(2) memberikan waktu kepada siswa untuk merefleksikan isi materi

pelajaran, (3) Siswa terlatih mengeluarkan pendapat sebelum

berbagi dengan kelompok kecil atau kelas secara keseluruhan, (4)

Optimalisasi partisipasi siswa, yaitu memberikan kesempatan

delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan

menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain (Isjoni, 2009)

Dengan teknik belajar mengajar TPS, siswa dilatih untuk

banyak berfikir dan saling tukar pendapat baik dengan teman

sebangku ataupun dengan teman sekelas, sehingga dapat meningkatkan

hasil belajar ranah kognitif siawa karena siswa dituntut untuk

mengikuti proses pembelajaran agar dapat menjawab setiap

pertanyaan dan berdiskusi.

Ciri utama pada model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah

tiga langkah utamanya yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran.

Yaitu langkah think yaitu: berpikir secara individual, pair yaitu:

berpasangan dengan teman sebangku, dan share yaitu berbagi jawaban

dengan pasangan lain atau seluruh kelas.

1. Think

Pada tahap think, guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah

yang dikaitkan dengan pelajaran, dan siswa diminta untuk berpikir

secara mandiri mengenai pertanyaan atau masalah yang diajukan.

Pada tahapan ini, siswa sebaiknya menuliskan jawabannya. Hal ini

karena guru tidak dapat memantau semua jawaban siswa sehingga

melalui catatan tersebut guru dapat mengetahui jawaban yang harus

diperbaiki atau diluruskan di akhir pembelajaran. Dalam menentukan

batasan waktu untuk tahap ini, guru harus mempertimbangkan

pengetahuan dasar siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan,

jenis dan bentuk pertanyaan yang diberikan, serta jadwal

pembelajaran untuk setiap kali pertemuan.

Kelebihan dari tahap ini adalah adanya think time atau waktu

berpikir yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir

mengenai jawaban mereka sendiri sebelum pertanyaan tersebut

dijawab oleh siswa lain. Selain itu, guru dapat mengurangi masalah

dari adanya siswa yang mengobrol, karena tiap siswa memiliki tugas

untuk dikerjakan sendiri.

2. Pair

Langkah kedua adalah guru meminta para siswa untuk

berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan.

Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama.

Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk

berpasangan. Setiap pasangan siswa saling berdiskusi mengenai

hasil jawaban mereka sebelumnya sehingga hasil akhir yang didapat

menjadi lebih baik, karena siswa mendapat tambahan informasi dan

pemecahan masalah yang lain.

3. Share

Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan

tersebut untuk berbagi hasil pemikiran mereka dengan pasangan lain

atau dengan seluruh kelas. Pada langkah ini akan menjadi efektif

jika guru berkeliling kelas dari pasangan satu ke pasangan yang

lain, sehingga seperempat atau separuh dari pasangan-pasangan

tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor. Langkah ini

merupakan penyempurnaan dari langkah-langkah sebelumnya, dalam

arti bahwa langkah ini menolong agar semua kelompok menjadi lebih

memahami mengenai pemecahan masalah yang diberikan berdasarkan

penjelasan kelompok yang lain. Hal ini juga agar siswa benar-benar

mengerti ketika guru memberikan koreksi maupun penguatan di akhir

pembelajaran.

Mahnudin, (2009) mengemukakan bahwa pembelajaran think pair share

dapat meningkatkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan

dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide

orang lain. Membantu siswa untuk respek pada orang lain dan

menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala

perbedaan. Siswa dapat meningkatkan kemampuan untuk menguji ide

dan hasil belajarnya sendiri dan menerima umpan balik. Interaksi

yang terjadi selama pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan

memberi rangsangan untuk berpikir sehingga bermanfaat bagi proses

pendidikan jangka panjang.

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TPS

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif TPS terdiri dari

enam langkah, dengan tiga langkah utama sebagai ciri khas yaitu

Think, Pair, dan share. Keenam langkah dalam model pembelajaran

kooperatif tipe TPS dapat dilihat dalam tabel berikut:

Fase Kegiatan GuruFase 1Menyampaikan tujuandan memotivasi siswa

Menyampaikan semua tujuan pelajaran yangingin dicapai pada pelajaran tersebut danmemotivasi siswa belajar

Fase 2Menyajikan/menyampaikaninformasi

Menyajikan informasi kepada siswa denganjalan mendemonstrasikan atau lewat bahanbacaan.

Fase 3Mengorganisasikansiswa dalam kelompok– kelompok belajar

Menjelaskan kepada siswa bagaimanacaranya membentuk kelompok belajar danmembantu setiap kelompok agar melakukantransisi secara efisien.

Fase 4Membimbing kelompokbekerja dan belajar

Membimbing kelompok – kelompok belajarpada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Fase 5 Mengevaluasi hasil belajar tentang materi

Evaluasi yang telah diajarkan atau masing – masingkelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 6Memberikanpenghargaan

Mencari cara – cara untuk menghargai baikupaya maupun hasil belajar individu dankelompok.

Kebaikan dan Kekurangan Think Pair Share

Kebaikan

Model pembelajaran Think Pair Share baik digunakan dalam

rangka melatih berfikir siswa secara baik. Untuk itu, model

pembelajaran Think Pair Share ini menekankan pada peningkatan daya

nalar siswa, daya kritis siswa, daya imajinasi siswa, dan daya

analisis terhadap suatu permasalahan. Dengan demikian kelebihan

model pembelajaran Think Pair Share yaitu:

1. Dapat meningkatkan daya nalar siswa, daya kritis siswa, daya

imajinasi siswa, dan daya analisis terhadap suatu

permasalahan.

2. Meningkatkan kerjasama antar siswa karena mereka dibentuk

dalam kelompok.

3. Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menghargai

pendapat orang lain.

4. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menyampaikan pendapat

sebagai implementasi ilmu pengetahuannya.

5. Guru lebih memungkinkan untuk menambahkan pengetahuan anak

ketika selesai diskusi.

Kekurangan:

1. Sulit menentukan permasalahan yang cocok dengan tingkat

pemikiran siswa.

2. Bahan-bahan yang berkaitan dengan membahas permasalahan yang

ada tidak dipersiapkan baik oleh guru maupun siswa.

3. Kurang terbiasa memulai pembelajaran dengan suatu permasalahan

yang ril atau nyata.

RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama Sekolah             : SMA

Mata Pelajaran            : Kimia

Kelas / Semester          : XI / 2

Materi Pokok              : Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

Alokasi Waktu            : 4 x 45 menit (2 x pertemuan)

A. Kompetensi Inti (KI)

KI 1 :Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KI 2 :Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,

tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,

damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap

sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam

berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam

serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam

pergaulan dunia.

KI 3 :Memahami ,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang

ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora

dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan

peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta

menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang

spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan

masalah.

KI 4 :Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah

abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya

di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda

sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator

2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu,

disiplin, jujur, objektif, terbuka, mampu membedakan fakta

dan opini, ulet, teliti, bertanggung jawab, kritis, kreatif,

inovatif, demokratis, komunikatif) dalam merancang dan

melakukan percobaan serta berdiskusi yang diwujudkan dalam

sikap sehari-hari.

2.2 Menunjukkan perilaku kerjasama, santun, toleran, cinta damai

dan peduli lingkungan serta hemat dalam memanfaatkan sumber

daya alam.

2.3 Menunjukkan perilaku responsif dan pro-aktif serta bijaksana

sebagai wujud kemampuan memecahkan masalah dan membuat

keputusan

3.1.4 Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi

berdasarkan prinsip kelarutan dan data hasil kali kelarutan

(Ksp).

Menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau

larutan garam yang sukar larut.

Menuliskan ungkapan berbagai Ksp elektrolit yang sukar

larut dalam air.

Menghubungkan tetapan hasil kali kelarutan dengan

tingkat kelarutan atau pengendapannnya.

Menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut

berdasarkan data harga Ksp atau sebaliknya.

Menentukan pH larutan dari harga Kspnya

Menjelaskan pengaruh penambahan ion senama dalam larutan

Memperkirakan terbentuknya endapan berdasarkan harga Ksp

C. Tujuan Pembelajaran

Siswa dapat:

1. Menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan

garam yang sukar larut

2. Menghubungkan kelarutan dan hasil kali kelarutan

3. Menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut

berdasarkan data harga Ksp atau sebaliknya

4. Menjelaskan pengaruh penambahan ion senama dalam larutan

5. Memperkirakan terbentuknya endapan berdasarkan harga Ksp

6. Mencari pH larutan berdasarkan kelarutan dan hasil kali

kelarutan.

D. Materi Ajar

KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

Kelarutan zat dalam air sangat beragam. Ada zat yang mudah

larut dan ada pula yang sukar larut. Sebagai patoka kasar, zat

yang memiliki kelarutan yang lebih besar dari 0,02 mol L-1 dianggap

larut, sedangkan yang lebih kecil dari nilai itu dianggap sukar

larut. Pada umumnya, kelarutan bertambah dengan kenaikan suhu.

Kelarutan dari berbagai jenis zat juga dipengaruhi pH larutan.

A. Kelarutan (s)Istilah kelarutan (solubility) digunakan untuk menyatakan jumlah

maksimal zat yang dapat larut dalam sejumlah tertentu pelarut. Kelarutan

(khususnya untuk zat yang sukar larut) dinyatakan dalam satuan mol.L–1.

Jadi, kelarutan (s) sama dengan molaritas (M).

Kelarutan suatu senyawa dalam suatu pelarut didefenisikan

sebagai jumlah terbanyak (yang dinyatakan baik dalam gram ataupun

mol) yang akan larut dalam kesetimbangan dalam volume pelarut

tertentu pada suhu tertentu. Meskipun pelerut-pelarut selain air

banyak digunakan dalam banyak aplikasi, larutan dalam air adalah

yang paling penting dan banyak digunakan.

B. Hasil Kali Kelarutan (Ksp)

Dalam suatu larutan jenuh dari suatu elektrolit yang sukar

larut, terdapat kesetimbangan antara zat padat yang tidak larut

dan ion-ion zat itu yang larut.

MxAy(s) x My+(aq) + y Ax–(aq)

Karena zat padat tidak mempunyai molaritas, maka tetapan

kesetimbangan reaksi di atas hanya melibatkan ion-ionnya saja, dan

tetapan kesetimbangannya disebut tetapan hasil kali kelarutan (Ksp).

Contoh soal:

1. Tuliskan rumus tetapan hasil kali kelarutan untuk senyawa

Mg(OH)2!

Jawab:

Mg(OH)2 dalam larutan akan terurai menjadi ion-ionnya,

Mg(OH)2(s) Mg2+(aq) + 2 OH-(aq)

maka dari rumus umum Ksp diperoleh Ksp = [Mg2+][OH-]2

2. Tulislah persamaan tetapan hasilkali kelarutan untuk gram/basa berikut:

a. AgCl b. Ca3(PO4)2 c. Al(OH)3

Jawab:a. AgCl(s) Ag+(aq) + Cl-(aq)

Ksp = [Ag+] [Cl-]b. Ca3(PO4)2(s) 3Ca2+(aq) + 2PO4 3-(aq)

Ksp = [Ca2+]3 [PO4 3-]2

c. Al(OH)3(s) Al3+(aq) + 3OH-(aq)

Ksp = [Al3+] [OH-]3

C. Hubungan Kelarutan (s) dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)

Ksp =

[My+]x[Ax-]y

Besarnya nilai hasil kali kelarutan mencerminkan kelarutan elektrolit yang sukarlarut dalam air.

Konsentrasi ion Ay+ dan ion Bx- dapat dikaitkan dengan

kelarutan AxBy, yaitu sesuai dengan stoikiometri reaksi

(perbandingan koefisien reaksinya). Jika kelarutan AxBy dinyatakan

dengan s, maka konsentrasi ion Ay+ adalah x.s dan konsentrasi ion Bx-

adalah y.s.

AxBy(s)xAy+(aq) + yBx-(aq)

s x.s y.s

Oleh karena itu, secara percobaan tetapan hasilkali kelarutan (Ksp)

dapat ditentukan dari harga kelarutan. Hubungan antara tetapan

hasilkali kelarutan (Ksp) elektrolit AxBy dengan kelarutannya (s) dapat

dinyatakan sebagai berikut.

AxBy(s)xAy+(aq) + yBx-(aq)Ksp = [Ay+] [Bx-]y

= (xs)x (ys)y

= xx yy s(x+y)

Namun demikian, perlu diingatkan bahwa konsentrasi

stoikiometrik dari ion Ay+ dan Bx- itu hanya dapat dibenarkan jika

garam AxBy hanya sedikit larut, sehingga ion-ion Ay+ dan Bx- benar-

benar bebas dalam larutan dan tidak berasolasi. Untuk lebih

memahami hubungan tetapan hasilkali kelarutan (Ksp) dengan kelarutan

(s), perhatikanlah beberapa contoh berikut.

Contoh 1: Ag2CrO4

Ag2CrO4 (s) 2Ag+(aq) + CrO4 2-(aq)

s 2s 2Jika kelarutan Ag2CrO4 adalah s mol L-1, maka konsentrasi ionAg+ adalah 2s mol L-1 dan konsentrasi ion CO4

2- = s mol L-1.Ksp = [Ag+]2 [CrO4

2-]= (2s)2 (s)= 4s3

Contoh 2: Al(OH)3

Al(OH)3 (s) Al3+(aq) + 3OH-(aq)s s 3s

Jika kelarutan Al(OH)3 = s mol L-1, maka konsentrasi ion Al3+ =s mol L-1 dan konsentrasi ion OH- = 3s mol L-1.

Ksp = [Al3+] [OH-]3

= (s) (3s)3 = 27s4

Ksp = hasil perkalian [kation] dengan [anion] dari larutan

jenuh suatu elektrolit yang sukar larut menurut kesetimbangan

heterogen. Kelarutan suatu elektrolit ialah banyaknya mol

elektrolit yang sanggup melarut dalam tiap liter larutannya.

Contoh: AgCl(s) Ag+(aq) + Cl-(aq)

K = ¿¿¿

K.[AgCl] = [Ag+][Cl-]

KspAgCl = [Ag+] [Cl-]

Bila Ksp AgCl = 10-10 , maka berarti larutan jenuh AgCl dalam

air pada suhu 25oC, Mempunyai nilai [Ag+] [Cl-] = 10-1

Apabila rumus umum garam AxBy, maka kelarutan garam dalam airdapat dinyatakan dengan:

Ksp=xx×yy×S(x+y )atauS=x+y√ KSP

xx×yy

dimana: s = sulobility = kelarutan Kelarutan tergantung pada:

- suhu

- pH larutan

- ada tidaknya ion sejenis

D. Pengaruh Ion Senama pada KelarutanAB(s) A+ (aq) + B- (aq)

s           n.s         s

Larutan AX :

AX(aq)   A+(aq) + X-(aq)

b            b         b

maka dari kedua persamaan reaksi di atas:

[A+] = s + b = b, karena nilai s cukup kecil bila dibandingkan

terhadap nilai b sehingga dapat diabaikan. [B-1] = s

Jadi :   Ksp AB = b . s

Contoh: 

Bila diketahui Ksp AgCl = 10-10 ,berapa mol kelarutan (s) maksimum

AgCl dalam 1 liter larutan 0.1 M NaCl ?

Jawab:

AgCl(s)   Ag+(aq) + Cl-(aq)

    s           s            s

NaCl(aq)   Na+(aq) + Cl-(aq)

Ksp AgCl = [Ag+] [Cl-] = s . 10-1

Maka s = 10-10/10-1 = 10-9 mol/liter

E. Reaksi Pengendapan

Harga Ksp suatu elektrolit dapat digunakan untuk memperkirakan

apakah elektrolit tersebut dapat larut atau mengendap dalam suatu

larutan. Semakin besar harga Ksp suatu senyawa, maka semakin mudah

larut senyawa tersebut. Dengan membandingkan harga Ksp dengan

harga hasil kali konsentrasi ion-ion (Qsp) yang ada dalam larutan

yang dipangkatkan dengan koefisien reaksi masingmasing, maka ada

tiga kemungkinan yang akan terjadi jika dua buah larutan

elektrolit dicampurkan, yaitu:

• Jika Qsp < Ksp, larutan belum jenuh (tidak ada endapan)

• Jika Qsp = Ksp, larutan tepat jenuh (belum ada endapan)

• Jika Qsp > Ksp, larutan lewat jenuh (ada endapan)

Contoh soal:500 mL larutan Pb(NO3)2 10–3 M dicampurkan dengan 1 liter larutan

NaI 10–2 M. Jika diketahui Ksp PbI2 = 6 . 10–9, tentukan apakah

terbentuk endapan atau belum?

Jawab:Mol Pb2+ = V . M

= 0,5 liter × 10–3 M = 5 . 10–4 mol

Mol I– = V . M

= 1,0 liter × 10–2 M = 1 . 10–2 mol

Konsentrasi setelah pencampuran:

[Pb2+] = molPb2

Vtotal= 5 . 10–4 mol/1,5 L

= 3,33 . 10–4 M

[I–] = mol I−¿

Vtotal¿

= 1 . 10–2 mol/1,5 L

= 6,67 . 10–3 M

Qsp = [Pb2+][I–]

= (3,33 . 10–4) (6,67 . 10–3)

= 1,5.10–8

Harga Qsp > Ksp maka terjadi pengendapan PbI2

F. Hubungan Harga Ksp dan pH

Kelarutan suatu zat dapat ditentukan dari harga Ksp tersebut.

Sebaliknya, harga Ksp suatu zat dapat dperoleh dari kelarutan zat

tersebut. Jika kelarutan suatu zat tersebut diketahui, maka

sususan konsentrasi ion-ion tersebut dalam larutab jenuhnya dapar

diketahui. Dengan demikian, pH larutan jenuhnya dapat ditentukan.

Dengan demikian sebalikya, dengan mengetahui pH larutan jenuh

suatu zat maka harga Ksp zat tersebut dapat diketahui.

Contoh:1. Basa L(OH)2 mempunyai harga Ksp = 3,2 x 10-11. Tentukan pH dari

larutan jenuh L(OH)2

Penyelesaian:Kelarutan (S) dari L(OH)2 dapat ditentukan dengan cara

S= x+y√ KspXxxYy=¿ 3√3.210−1111x22

=210−4

Maka,L(OH)2 L2+ + 2OH-

Maka s. [OH-] = 4 10-4

Maka pOH = 4 – log4Dan pH = 10 + log 4

2. Jika larutan MgCl2 0,3 M ditetesi larutan NaOH, pada pH

berapakah endapan Mg(OH)2 mulai terbentuk? (Ksp Mg(OH)2 =

3,0 . 10–11 )

Jawab:

Ksp Mg(OH)2 = [Mg2+][OH–]2

3,0 . 10–11 = (0,3) [OH–]2

[OH–]2 = 10–10

[OH–] = 10–5 M

pOH = 5

pH = 14 – 5 = 9

G. Model Pembelajaran

a. Model Pembelajaran: Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

b. Metode : diskusi, penugasan, tanya jawab

H. Media pembelajaran

Peta Pikiran (Mind mapping)

I. Sumber BelajarBuku kimia SMA kelas XI

J. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

SINTAK DESKRIPSI WAKTUFASE 1

(menyampaikan

tujuan

pembelajaran

dan memotivasi

siswa)

Kegiatan Awal

1. Salam Pembuka

2. Guru mengecek Kehadiran siswa

3. Guru menjelaskan kepada siswa

bahwa pembelajaran hari ini

menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe TPS dan

menyampaikan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai

4. Guru menjelaskan kepada siswa

mengenai peta pikiran dan

menjelaskan bahwa dikegiatan

akhir siswa akan merangkum

materi dalam bentuk peta

pikiran dan siswa akan membuat

peta pikiran sendiri

5 menit

FASE 2

(menyajikan

informasi)

5. Guru memperlihatkan peta

pikiran dan menjelaskan materi

singkat mengenai kelarutan dan

15 menit

hasil kali kelarutan, hubungan

kelarutan dan hasil kali

kelarutan dan kelarutan zat

dalam ion sejenis menggunakan

peta pikiran yang dibuat oleh

guru

Fase 3

(mengorganisasik

an siswa dalam

kelompok belajar

kooperatif)

6. Guru membagi siswa dalam

kelompok dan tiap kelompok

terdiri atas 2 orang siswa yang

berbeda tingkat kemampuannya

(heterogen) dan membagi materi

dan soal-soal yang berkaitan

dengan kelarutan dan hasil kali

kelarutan, hubungan kelarutan

dan hasil kali kelarutan dan

pengaruh ion sejenis terhadap

kelarutan untuk didiskusikan

7. Siswa bergabung dengan

kelompoknya ataupun pasangannya

dan setiap pasangan diberi soal

untuk dikerjakan

3 menit

FASE 4

( membimbing

kelompok belajar)

Tahap 1:

THINK

8. Siswa mengerjakan ataupun

mencari solusi dari soal-soal

maupun pertanyaan yang telah

diberikan oleh guru, dalam

10 menit

Tahap 2:

PAIR

tahap ini siswa melakukannya

secara individu

9. Siswa berpasagan dengan

kelompoknya dan mengerjakan

ataupun membahas soal yang

diberikan oleh guru dengan

cara berbagi pengetahuan dengan

pasangannya, dalam tahap ini

siswa bergantian menguju

terhadap pasangannya

10. Siswa mengecek pekerjaan

temannya sebagai pelatih begitu

pula sebaliknya siswa bertukar

peran

5 menit

FASE 5:

(Evaluasi)

Tahap 3:

SHARE

11. Guru mengarahkan siswa

untuk memaparkan hasil diskusi

dengan kelompoknya kepada teman

sekelas dengan cara

mempersentasekannya di depan

kelas dan kelompok yang maju

dipilih guru secara acak

12. Siswa memaparkan hasil

diskusinya di depan kelas

13. Siswa bertanya kepada

kelompok penyaji apabila ada

yang belum dimengerti dari

30 menit

penjelasan penyaji dan kelompok

penyaji menjawab pertanyaan

dari forum

14. Setelah diskusi berakhir

guru dan siswa membahas diskusi

secara bersama-sama untuk

mengevaluasi jalannya diskusiFASE 6:

(memberikan

penghargaan)

15. Memberikan penghargaan

berupa tepuk tangan bagi

kelompok yang memiliki kinerja

dan kerja sama yang baik

16. Siswa mengumpulkan hasil

diskusi tiap kelompok

3 menit

Kegiatan Penutup

17. Siswa merangkum materi

pembelajaran hari ini dalam

bentuk peta pikiran agar siswa

lebih mengingat dan memahami

materi

18. Memberikan tugas kepada

siswa untuk dikerjakan di rumah

19. Menginformasikan kepada

siswa bahwa diskusi akan

dilanjutkan pada oertemuan

berikutnya

20. Memberikan salam penutup

10 menit

3 menit

Pertemuan 2

SINTAK DESKRIPSI WAKTUFASE 1

(menyampaikan

tujuan

pembelajaran

dan memotivasi

siswa)

1. Salam Pembuka

2. Guru mengecek kehadiran siswa

3. Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yang ingin

dicapai

4. Guru menjelaskan kepada siswa

dikegiatan akhir siswa akan

merangkum materi dalam bentuk

peta pikiran dan siswa akan

membuat peta pikiran sendiri

5 menit

FASE 2

(menyajikan

informasi)

5. Guru memperlihatkan peta

pikiran dan menjelaskan materi

singkat mengenai reaksi

pengendapan dan hubungan Ksp

dengan pH menggunakan peta

pikiran yang dibuat oleh guru

15 menit

Fase 3

(mengorganisasik

an siswa dalam

kelompok belajar

kooperatif)

6. Siswa bergabung dengan

kelompoknya ataupun

pasangannya yang telah dibagi

dipertemuan sebelumnya dan

setiap pasangan diberi soal

untuk dikerjakan

3 menit

FASE 4

( membimbing

kelompok belajar)

Tahap 1: 7. Siswa mengerjakan ataupun

mencari solusi dari soal-soal

10 menit

THINK

Tahap 2:

PAIR

maupun pertanyaan yang telah

diberikan oleh guru, dalam

tahap ini siswa melakukannya

secara individu

8. Siswa berpasagan dengan

kelompoknya dan mengerjakan

ataupun membahas soal yang

diberikan oleh guru dengan

cara berbagi pengetahuan

dengan pasangannya, dalam

tahap ini siswa bergantian

menguju terhadap pasangannya

9. Siswa mengecek pekerjaan

temannya sebagai pelatih

begitu pula sebaliknya siswa

bertukar peran

5 menit

FASE 5:

(Evaluasi)

Tahap 3:

SHARE

10. Guru mengarahkan siswa

untuk memaparkan hasil diskusi

dengan kelompoknya kepada

teman sekelas dengan cara

mempersentasekannya di depan

kelas dan kelompok yang maju

dipilih guru secara acak

11. Siswa memaparkan hasil

diskusinya di depan kelas

12. Siswa bertanya kepada

30 menit

kelompok penyaji apabila ada

yang belum dimengerti dari

penjelasan penyaji dan

kelompok penyaji menjawab

pertanyaan dari forum

13. Setelah diskusi berakhir

guru dan siswa membahas

diskusi secara bersama-sama

untuk mengevaluasi jalannya

diskusiFASE 6:

(memberikan

penghargaan)

14. Memberikan penghargaan

berupa tepuk tangan bagi

kelompok yang memiliki kinerja

dan kerja sama yang baik

15. Siswa mengumpulkan hasil

diskusi tiap kelompok

3 menit

Kegiatan Penutup

16. Siswa merangkum materi

pembelajaran hari ini dalam

bentuk peta pikiran agar siswa

lebih mengingat dan memahami

materi

17. Memberitahukan bahwa

pertemuan berikutnya akan

melakukan posttest

18. Memberikan salam penutup

10 menit

3 menit

K. PENILAIAN

Kognitif : 1. Test awal (Pretes) 2. Test akhir (postes)

Bentuk Instrumen (Uraian) Contoh Instrumen

No Butir Soal Penyelesaian Skor1 Pada saat kapan

ion NaCl dalam

larutan tidak

dapat melarutkan

NaCl lagi? Apa

yang terjadi jika

larutan tersebut

ditambahkan NaCl

kembali?

Ion NaCl tidak dapat melarutkan

NaCl saat larutan berada dalam

keadaan jenuh. Jika Larutan

tersebut ditambahkan dengan NaCl

akan terjadi ionisasi yang

menghasilkan ion natrium dan ion

klorida, seperti reaksi berikut

NaCl (s) Na+(s) + Cl-

(s)

Jika pelarutan NaCl merupakan

perubahan dari NaCl menjadi ion-

ionnya maka pengendapan NaCl

merupakan perubahan ion-ionnya

menjadi NaCl padat.

Na+(aq) + Cl-

(aq) NaCl (s)

0-10

2Tulislah rumusan

ksp untuk senyawa

garam-garam

berikut ini!

a) AlCl3 Al3+ + 3Cl-

Ksp = [Al3+] [Cl-]3

b) Ba3(PO4)2 Ba2+ + PO42-

Ksp = [Ba2+]3 [ PO43-]2

0-15

a) AlCl

b) Ba

c) Al(OH)

c) Al(OH)3 Al3+ + 3OH-

Ksp = [Al3+] [OH-]3

3 Tentukan Kelarutan

Ag2CrO4 jika Ksp

Ag2CrO4 = 4 x 10-12

Kelarutan Ag2CrO4 = s mol/L

Ag2CrO4 (s) 2Ag+ (aq) +

CrO42-(aq)

Ksp = [Ag+]2 [CrO42-]

= 4s3

s = 3√ksp4 = 3√4x10−12

4 = 10-

4

0-15

4 Diketahui Ksp

garam AgCl sebesar

1,5 x 10-10.

Kelarutannya dalam

air murni adalah

sebesar s mol/L.

Jika garam AgCl

dilarutkan dalam

larutan NaCl 0,1

M. Berapakah

kelarutan dari

AgCl?

s = √1,5×10−10 = 1,3 x 10-5

karena dilarutkan dalam NaCl

0,1 M maka dalam larutan

telah terdapat 0,1 M ion Cl-

dari penguraian NaCl. Pada

saat AgCl dalam larutan NaCl

0,1 M menjadi jenuh dan yang

larut sebesar s mol/L maka

didapat,

AgCl Ag+ + Cl-

s s s

[Ag+] = s mol/L dan [Cl-] =

(0,1 + s) mol/L

Pada saat jenuh terjadi

0-20

keseimbangan sebesar

Ksp = [Ag+] [Cl-]

1,5 x 10-10 = s x (0,1 + s)

Karena harga s sangat kecil

dibandingkan 0,1 maka

diabaikan

1,5 x 10-10 = 0,1s

S = 1,5 x 10-9 mol/L

6 Diketahui Ksp

Ag2CrO4 = 2.4 x 10-

12. Jika 25 mL

larutan AgNO3 10-3

M dicampur dengan

75 mL larutan

Na2CrO4 10-3M,

apakah terjadi

endapan?

Setelah dicampurkan:

[AgNO3][Ag+] = (25 mL x 10-3 }: 100

mL= 2.5x 10-4 M

[N2CrO4] = (75 mL x 10-3M) : 100 mL

= 7.5x 10-4 M

Qc Ag2CrO4 = [Ag+]2 [CrO42-] = (2.5x

10-4)2 (7.5x 10-4) = 46.8 x 10-12

Jadi Qc Ag2CrO4 > Ksp Ag2CrO4,

sehingga terjadi endapan Ag2CrO4

0-20

7 Larutan jenuh dari

L(OH)2 mempunyai

pH = 10, Ksp dari

L(OH)2 tersebut

adalah …

pH = 10 → pOH = 4 → OH- = 10-4

OH- = x . M

10-4 = 2 . M

M = 5 . 10-5

L(OH)2 ↔ L+2 + 2OH-

s s 2s

Ksp L(OH)2 = (L+2) + (OH-)2

0-20

= (s) + (2s)2

= 4s3

= 4(5.10-5)3

= 500 . 10-15

= 5. 10-13

NILAI TOTAL 100