analisis model pembelajaran think pair share
Transcript of analisis model pembelajaran think pair share
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)
DENGAN MEDIA PETA PIKIRAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
PADA POKOK BAHASAN KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN
a. Latar Belakang
Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam yang
membahas tentang susunan (struktur), perpindahan atau perubahan
bentuk dan energi kinetik zat. Untuk mempelajari ilmu kimia di
sekolah diperlukan keterampilan dan penalaran. Fungsi pembelajaran
kimia di SMA antara lain, memberikan dasar-dasar kimia untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan di pendidikan tinggi dan sebagai
bekal untuk hidup di masyarakat, mengembangkan keterampilan
(lifeskill), mengembangkan sikap dan menimbulkan nilai yang berguna
dalam kehidupan sehari-hari. Variasi metode mengajar yang
digunakan guru bidang studi masih belum terlalu banyak dan
cenderung bersifat informatif atau hanya transfer ilmu pengetahuan
dari guru ke siswa (pengajaran langsung) sehingga siswa belum
terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Ada beberapa
siswa yang tidak ingin mengikuti pelajaran kimia bahkan ada yang
sama sekali tidak menyukai pelajaran kimia. Namun, ada juga siswa
yang sangat antusias dalam pelajaran kimia. Hal ini merupakan
tugas berat bagi seorang guru untuk memotivasi belajar siswa.
Selain itu juga, pemahaman konsep siswa terhadap mata pelajaran
tergantung pada diri siswa dan dapat memanfaatkan situasi yang
diciptakan guru yang dapat berperan sebagai fasilitator (Wiwit,
2012).
Permasalahan di atas, perlu diupayakan pemecahannya yaitu
dengan melakukan tindakan-tindakan yang dapat mengubah suasana
pembelajaran yang semula berpusat pada guru beralih pusat pada
siswa dan metodologi yang lebih didominasi ekspositori (proses
penyampaian materi secara verbal) berganti menjadi partisipatori
(pola interaksi siswa). Salah satu model pembelajaran yang
mempengaruhi pola interaksi dan berpusat pada siswa adalah model
pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran think pair share adalah jenis pembelajaran yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dimana memberi
siswa lebih banyak waktu berpikir untuk mengutarakan pendapat dan
juga belajar menghargai pendapat orang lain. Penerapan model
pembelajaran ini dimulai dari teknik berpikir tentang materi atau
permasalahan yang disampaikan guru, meminta siswa untuk
berpasangan dan mendiskusikan masalah tersebut dengan pasangannya.
Selanjutnya siswa tersebut bersama dengan kelompoknya
membagikannya kepada teman satu kelasnya sehingga selain siswa
sendiri mengerti akan materi yang diajarkan, siswa tersebut juga
bisa membantu temannya dalam mempelajari materi yang diajarkan
guru.
Dapat dilihat bahwa model pembelajaran koperatif tipe think pair
share dapat dijadikan salah satu solusi dalam pembelajaran,
khususnya pada pembelajaran kimia sehingga pembelajaran kimia yang
selama ini belum dapat memberikan hasil belajar sesuai dengan yang
diinginkan akan dapat memberikan perubahan dalam hasil belajar
yang lebih baik. Karena model pembelajaran ini digunakan untuk
melatih cara berfikir siswa yang menekankan pada daya nalar siswa,
daya kritis siswa, daya imajinasi siswa dan daya analisis terhadap
suatu permasalahan (Istarani,2011). Selain itu siswa dituntut
untuk berperan aktif selama pembelajaran dan saling bertukar
pendapat dengan teman sekelompoknya dan juga dengan kelompok
lainnya.
b. Hasil Belajar
Hasil belajar dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang
diperoleh seorang setelah melalui kegiatan belajar. Menurut
Keller dalam Abdurahman (2009) hasil belajar adalah proses aktual
yang dita mpilkan oleh anak sedangkan usaha adalah perbuatan yang
terarah pada penyelasaian tugas- tugas belajar. Dengan demikian
hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha yang dicurahkan,
intelegensi, kesempatan yang diberikan kepada anak untuk
mengembangkan dirinya, yang pada akhirnya akan mempengaruhi
terhadap hasil belajar.
Menurut Taksonomi Bloom ada tiga ranah hasil belajar yaitu
ranah kognitif, afektif, psikomotorik. Dari ketiga ranah tersebut
ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai karena berkaitan
dengan kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran.Dominan
kognitif terdiri atas enam bagian sebagai berikut:
1. Pengetahuan mengacu kepada kemampuan mengenal atau mengingat
materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada
teori-teori yang sukar.
2. Pemahaman mengacu kepada kemampuan memahami makna materi.
3. Penerapan mengacu kepada kemampuan menggunakan atau
menerapkan
4. materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan
menyangkut penggunaan aturan, prinsip.
5. Analisis mengacu kepada kemampuan mengurai materi kedalam
komponen-komponen atau faktor penyebabnya, dan mampu memahami
hubungan diantara bagian yang satu dengan yang lainnya
sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti.
6. Sintesis mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau
komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau
bentuk baru.
7. Evaluasi mengacu kepada kemampuan memberikan pertimbangan
terhadap nilai-nilai materi untuk tujun tertentu (Usman,
2004).
c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
Salah satu pendekatan dalam pembelajaran kooperatif adalah
pendekatan struktural tipe TPS. TPS tumbuh dari penelitian
pembelajaran kooperatif. Tipe ini dikembangkan Frank Lyman dan
kawan-kawannya dari Universitas Maryland pada tahun 1985 yang
mampu mengubah asumsi bahwa model resitasi dan diskusi perlu
diselenggarakan dalam kelompok kelas. TPS memiliki prosedur yang
ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak
untuk berfikir, menjawab dan membantu satu sama lain (Slavin,
2005).
Model pembelajaran kooperatif tipe TPS dilandasi oleh teori
belajar konstruktivisme. Teori konstruktivisme menyatakan bahwa
siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi
kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan
merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi
siswa agar benar-benar memahami dan menerapkan pengetahuan, siswa
harus bekerja memecahkan masalah dan menemukan segala sesuatu
untuk dirinya.
Menurut teori konstruktivisme, siswa sebagai pemain dan guru
sebagai fasilitator. Guru mendorong siswa untuk mengembangkan
potensi secara optimal. Siswa belajar bukanlah menerima paket-
paket konsep yang sudah dikemas oleh guru, melainkan siswa sendiri
yang mengemasnya. Bagian terpenting dalam teori konstruktivisme
adalah bahwa dalam proses pembelajaran, siswalah yang harus aktif
mengembangkan kemampuan mereka, bukan guru atau orang lain. Mereka
harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya.
Dalam model pembelajaran TPS, keberhasilan siswa tidak selalu
berakibat pada nilai, tetapi bekerja sebaik-baiknya dalam sebuah
tugas komparatif yang membandingkan rata-rata kinerja satu
kelompok, dengan kelompok lainnya dengan demikian, penghargaan
kelompok dan tanggung jawab individu sesuai dengan hasil
belajarnya.
Manfaat TPS sebagai berikut: (1) Para siswa menggunakan waktu
yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan untuk
mendengarkan satu sama lain, ketika mereka terlibat dalam kegiatan
TPS lebih banyak siswa yang mengangkat tangan mereka untuk
menjawab setelah berlatih dalam pasangannya. Para siswa mungkin
mengingat secara lebih seiring penambahan waktu tunggu dan
kualitas jawaban mungkin menjadi lebih baik, (2) para guru juga
mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir ketika
menggunakan TPS. Mereka dapat berkonsentrasi mendengarkan jawaban
siswa, mengamati reaksi siswa, dan mengajukan pertanyaan tingkat
tinggi.
Teknik belajar mengajar TPS mempunyai beberapa keuntungan
sebagai berikut: (1) mudah dilaksanakan dalam kelas yang besar,
(2) memberikan waktu kepada siswa untuk merefleksikan isi materi
pelajaran, (3) Siswa terlatih mengeluarkan pendapat sebelum
berbagi dengan kelompok kecil atau kelas secara keseluruhan, (4)
Optimalisasi partisipasi siswa, yaitu memberikan kesempatan
delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan
menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain (Isjoni, 2009)
Dengan teknik belajar mengajar TPS, siswa dilatih untuk
banyak berfikir dan saling tukar pendapat baik dengan teman
sebangku ataupun dengan teman sekelas, sehingga dapat meningkatkan
hasil belajar ranah kognitif siawa karena siswa dituntut untuk
mengikuti proses pembelajaran agar dapat menjawab setiap
pertanyaan dan berdiskusi.
Ciri utama pada model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah
tiga langkah utamanya yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran.
Yaitu langkah think yaitu: berpikir secara individual, pair yaitu:
berpasangan dengan teman sebangku, dan share yaitu berbagi jawaban
dengan pasangan lain atau seluruh kelas.
1. Think
Pada tahap think, guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah
yang dikaitkan dengan pelajaran, dan siswa diminta untuk berpikir
secara mandiri mengenai pertanyaan atau masalah yang diajukan.
Pada tahapan ini, siswa sebaiknya menuliskan jawabannya. Hal ini
karena guru tidak dapat memantau semua jawaban siswa sehingga
melalui catatan tersebut guru dapat mengetahui jawaban yang harus
diperbaiki atau diluruskan di akhir pembelajaran. Dalam menentukan
batasan waktu untuk tahap ini, guru harus mempertimbangkan
pengetahuan dasar siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan,
jenis dan bentuk pertanyaan yang diberikan, serta jadwal
pembelajaran untuk setiap kali pertemuan.
Kelebihan dari tahap ini adalah adanya think time atau waktu
berpikir yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir
mengenai jawaban mereka sendiri sebelum pertanyaan tersebut
dijawab oleh siswa lain. Selain itu, guru dapat mengurangi masalah
dari adanya siswa yang mengobrol, karena tiap siswa memiliki tugas
untuk dikerjakan sendiri.
2. Pair
Langkah kedua adalah guru meminta para siswa untuk
berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan.
Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama.
Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk
berpasangan. Setiap pasangan siswa saling berdiskusi mengenai
hasil jawaban mereka sebelumnya sehingga hasil akhir yang didapat
menjadi lebih baik, karena siswa mendapat tambahan informasi dan
pemecahan masalah yang lain.
3. Share
Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan
tersebut untuk berbagi hasil pemikiran mereka dengan pasangan lain
atau dengan seluruh kelas. Pada langkah ini akan menjadi efektif
jika guru berkeliling kelas dari pasangan satu ke pasangan yang
lain, sehingga seperempat atau separuh dari pasangan-pasangan
tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor. Langkah ini
merupakan penyempurnaan dari langkah-langkah sebelumnya, dalam
arti bahwa langkah ini menolong agar semua kelompok menjadi lebih
memahami mengenai pemecahan masalah yang diberikan berdasarkan
penjelasan kelompok yang lain. Hal ini juga agar siswa benar-benar
mengerti ketika guru memberikan koreksi maupun penguatan di akhir
pembelajaran.
Mahnudin, (2009) mengemukakan bahwa pembelajaran think pair share
dapat meningkatkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan
dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide
orang lain. Membantu siswa untuk respek pada orang lain dan
menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala
perbedaan. Siswa dapat meningkatkan kemampuan untuk menguji ide
dan hasil belajarnya sendiri dan menerima umpan balik. Interaksi
yang terjadi selama pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan
memberi rangsangan untuk berpikir sehingga bermanfaat bagi proses
pendidikan jangka panjang.
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TPS
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif TPS terdiri dari
enam langkah, dengan tiga langkah utama sebagai ciri khas yaitu
Think, Pair, dan share. Keenam langkah dalam model pembelajaran
kooperatif tipe TPS dapat dilihat dalam tabel berikut:
Fase Kegiatan GuruFase 1Menyampaikan tujuandan memotivasi siswa
Menyampaikan semua tujuan pelajaran yangingin dicapai pada pelajaran tersebut danmemotivasi siswa belajar
Fase 2Menyajikan/menyampaikaninformasi
Menyajikan informasi kepada siswa denganjalan mendemonstrasikan atau lewat bahanbacaan.
Fase 3Mengorganisasikansiswa dalam kelompok– kelompok belajar
Menjelaskan kepada siswa bagaimanacaranya membentuk kelompok belajar danmembantu setiap kelompok agar melakukantransisi secara efisien.
Fase 4Membimbing kelompokbekerja dan belajar
Membimbing kelompok – kelompok belajarpada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Fase 5 Mengevaluasi hasil belajar tentang materi
Evaluasi yang telah diajarkan atau masing – masingkelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6Memberikanpenghargaan
Mencari cara – cara untuk menghargai baikupaya maupun hasil belajar individu dankelompok.
Kebaikan dan Kekurangan Think Pair Share
Kebaikan
Model pembelajaran Think Pair Share baik digunakan dalam
rangka melatih berfikir siswa secara baik. Untuk itu, model
pembelajaran Think Pair Share ini menekankan pada peningkatan daya
nalar siswa, daya kritis siswa, daya imajinasi siswa, dan daya
analisis terhadap suatu permasalahan. Dengan demikian kelebihan
model pembelajaran Think Pair Share yaitu:
1. Dapat meningkatkan daya nalar siswa, daya kritis siswa, daya
imajinasi siswa, dan daya analisis terhadap suatu
permasalahan.
2. Meningkatkan kerjasama antar siswa karena mereka dibentuk
dalam kelompok.
3. Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menghargai
pendapat orang lain.
4. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menyampaikan pendapat
sebagai implementasi ilmu pengetahuannya.
5. Guru lebih memungkinkan untuk menambahkan pengetahuan anak
ketika selesai diskusi.
Kekurangan:
1. Sulit menentukan permasalahan yang cocok dengan tingkat
pemikiran siswa.
2. Bahan-bahan yang berkaitan dengan membahas permasalahan yang
ada tidak dipersiapkan baik oleh guru maupun siswa.
3. Kurang terbiasa memulai pembelajaran dengan suatu permasalahan
yang ril atau nyata.
RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SMA
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas / Semester : XI / 2
Materi Pokok : Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit (2 x pertemuan)
A. Kompetensi Inti (KI)
KI 1 :Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 :Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam
serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
KI 3 :Memahami ,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
KI 4 :Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya
di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda
sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu,
disiplin, jujur, objektif, terbuka, mampu membedakan fakta
dan opini, ulet, teliti, bertanggung jawab, kritis, kreatif,
inovatif, demokratis, komunikatif) dalam merancang dan
melakukan percobaan serta berdiskusi yang diwujudkan dalam
sikap sehari-hari.
2.2 Menunjukkan perilaku kerjasama, santun, toleran, cinta damai
dan peduli lingkungan serta hemat dalam memanfaatkan sumber
daya alam.
2.3 Menunjukkan perilaku responsif dan pro-aktif serta bijaksana
sebagai wujud kemampuan memecahkan masalah dan membuat
keputusan
3.1.4 Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi
berdasarkan prinsip kelarutan dan data hasil kali kelarutan
(Ksp).
Menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau
larutan garam yang sukar larut.
Menuliskan ungkapan berbagai Ksp elektrolit yang sukar
larut dalam air.
Menghubungkan tetapan hasil kali kelarutan dengan
tingkat kelarutan atau pengendapannnya.
Menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut
berdasarkan data harga Ksp atau sebaliknya.
Menentukan pH larutan dari harga Kspnya
Menjelaskan pengaruh penambahan ion senama dalam larutan
Memperkirakan terbentuknya endapan berdasarkan harga Ksp
C. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat:
1. Menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan
garam yang sukar larut
2. Menghubungkan kelarutan dan hasil kali kelarutan
3. Menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut
berdasarkan data harga Ksp atau sebaliknya
4. Menjelaskan pengaruh penambahan ion senama dalam larutan
5. Memperkirakan terbentuknya endapan berdasarkan harga Ksp
6. Mencari pH larutan berdasarkan kelarutan dan hasil kali
kelarutan.
D. Materi Ajar
KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN
Kelarutan zat dalam air sangat beragam. Ada zat yang mudah
larut dan ada pula yang sukar larut. Sebagai patoka kasar, zat
yang memiliki kelarutan yang lebih besar dari 0,02 mol L-1 dianggap
larut, sedangkan yang lebih kecil dari nilai itu dianggap sukar
larut. Pada umumnya, kelarutan bertambah dengan kenaikan suhu.
Kelarutan dari berbagai jenis zat juga dipengaruhi pH larutan.
A. Kelarutan (s)Istilah kelarutan (solubility) digunakan untuk menyatakan jumlah
maksimal zat yang dapat larut dalam sejumlah tertentu pelarut. Kelarutan
(khususnya untuk zat yang sukar larut) dinyatakan dalam satuan mol.L–1.
Jadi, kelarutan (s) sama dengan molaritas (M).
Kelarutan suatu senyawa dalam suatu pelarut didefenisikan
sebagai jumlah terbanyak (yang dinyatakan baik dalam gram ataupun
mol) yang akan larut dalam kesetimbangan dalam volume pelarut
tertentu pada suhu tertentu. Meskipun pelerut-pelarut selain air
banyak digunakan dalam banyak aplikasi, larutan dalam air adalah
yang paling penting dan banyak digunakan.
B. Hasil Kali Kelarutan (Ksp)
Dalam suatu larutan jenuh dari suatu elektrolit yang sukar
larut, terdapat kesetimbangan antara zat padat yang tidak larut
dan ion-ion zat itu yang larut.
MxAy(s) x My+(aq) + y Ax–(aq)
Karena zat padat tidak mempunyai molaritas, maka tetapan
kesetimbangan reaksi di atas hanya melibatkan ion-ionnya saja, dan
tetapan kesetimbangannya disebut tetapan hasil kali kelarutan (Ksp).
Contoh soal:
1. Tuliskan rumus tetapan hasil kali kelarutan untuk senyawa
Mg(OH)2!
Jawab:
Mg(OH)2 dalam larutan akan terurai menjadi ion-ionnya,
Mg(OH)2(s) Mg2+(aq) + 2 OH-(aq)
maka dari rumus umum Ksp diperoleh Ksp = [Mg2+][OH-]2
2. Tulislah persamaan tetapan hasilkali kelarutan untuk gram/basa berikut:
a. AgCl b. Ca3(PO4)2 c. Al(OH)3
Jawab:a. AgCl(s) Ag+(aq) + Cl-(aq)
Ksp = [Ag+] [Cl-]b. Ca3(PO4)2(s) 3Ca2+(aq) + 2PO4 3-(aq)
Ksp = [Ca2+]3 [PO4 3-]2
c. Al(OH)3(s) Al3+(aq) + 3OH-(aq)
Ksp = [Al3+] [OH-]3
C. Hubungan Kelarutan (s) dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)
Ksp =
[My+]x[Ax-]y
Besarnya nilai hasil kali kelarutan mencerminkan kelarutan elektrolit yang sukarlarut dalam air.
Konsentrasi ion Ay+ dan ion Bx- dapat dikaitkan dengan
kelarutan AxBy, yaitu sesuai dengan stoikiometri reaksi
(perbandingan koefisien reaksinya). Jika kelarutan AxBy dinyatakan
dengan s, maka konsentrasi ion Ay+ adalah x.s dan konsentrasi ion Bx-
adalah y.s.
AxBy(s)xAy+(aq) + yBx-(aq)
s x.s y.s
Oleh karena itu, secara percobaan tetapan hasilkali kelarutan (Ksp)
dapat ditentukan dari harga kelarutan. Hubungan antara tetapan
hasilkali kelarutan (Ksp) elektrolit AxBy dengan kelarutannya (s) dapat
dinyatakan sebagai berikut.
AxBy(s)xAy+(aq) + yBx-(aq)Ksp = [Ay+] [Bx-]y
= (xs)x (ys)y
= xx yy s(x+y)
Namun demikian, perlu diingatkan bahwa konsentrasi
stoikiometrik dari ion Ay+ dan Bx- itu hanya dapat dibenarkan jika
garam AxBy hanya sedikit larut, sehingga ion-ion Ay+ dan Bx- benar-
benar bebas dalam larutan dan tidak berasolasi. Untuk lebih
memahami hubungan tetapan hasilkali kelarutan (Ksp) dengan kelarutan
(s), perhatikanlah beberapa contoh berikut.
Contoh 1: Ag2CrO4
Ag2CrO4 (s) 2Ag+(aq) + CrO4 2-(aq)
s 2s 2Jika kelarutan Ag2CrO4 adalah s mol L-1, maka konsentrasi ionAg+ adalah 2s mol L-1 dan konsentrasi ion CO4
2- = s mol L-1.Ksp = [Ag+]2 [CrO4
2-]= (2s)2 (s)= 4s3
Contoh 2: Al(OH)3
Al(OH)3 (s) Al3+(aq) + 3OH-(aq)s s 3s
Jika kelarutan Al(OH)3 = s mol L-1, maka konsentrasi ion Al3+ =s mol L-1 dan konsentrasi ion OH- = 3s mol L-1.
Ksp = [Al3+] [OH-]3
= (s) (3s)3 = 27s4
Ksp = hasil perkalian [kation] dengan [anion] dari larutan
jenuh suatu elektrolit yang sukar larut menurut kesetimbangan
heterogen. Kelarutan suatu elektrolit ialah banyaknya mol
elektrolit yang sanggup melarut dalam tiap liter larutannya.
Contoh: AgCl(s) Ag+(aq) + Cl-(aq)
K = ¿¿¿
K.[AgCl] = [Ag+][Cl-]
KspAgCl = [Ag+] [Cl-]
Bila Ksp AgCl = 10-10 , maka berarti larutan jenuh AgCl dalam
air pada suhu 25oC, Mempunyai nilai [Ag+] [Cl-] = 10-1
Apabila rumus umum garam AxBy, maka kelarutan garam dalam airdapat dinyatakan dengan:
Ksp=xx×yy×S(x+y )atauS=x+y√ KSP
xx×yy
dimana: s = sulobility = kelarutan Kelarutan tergantung pada:
- suhu
- pH larutan
- ada tidaknya ion sejenis
D. Pengaruh Ion Senama pada KelarutanAB(s) A+ (aq) + B- (aq)
s n.s s
Larutan AX :
AX(aq) A+(aq) + X-(aq)
b b b
maka dari kedua persamaan reaksi di atas:
[A+] = s + b = b, karena nilai s cukup kecil bila dibandingkan
terhadap nilai b sehingga dapat diabaikan. [B-1] = s
Jadi : Ksp AB = b . s
Contoh:
Bila diketahui Ksp AgCl = 10-10 ,berapa mol kelarutan (s) maksimum
AgCl dalam 1 liter larutan 0.1 M NaCl ?
Jawab:
AgCl(s) Ag+(aq) + Cl-(aq)
s s s
NaCl(aq) Na+(aq) + Cl-(aq)
Ksp AgCl = [Ag+] [Cl-] = s . 10-1
Maka s = 10-10/10-1 = 10-9 mol/liter
E. Reaksi Pengendapan
Harga Ksp suatu elektrolit dapat digunakan untuk memperkirakan
apakah elektrolit tersebut dapat larut atau mengendap dalam suatu
larutan. Semakin besar harga Ksp suatu senyawa, maka semakin mudah
larut senyawa tersebut. Dengan membandingkan harga Ksp dengan
harga hasil kali konsentrasi ion-ion (Qsp) yang ada dalam larutan
yang dipangkatkan dengan koefisien reaksi masingmasing, maka ada
tiga kemungkinan yang akan terjadi jika dua buah larutan
elektrolit dicampurkan, yaitu:
• Jika Qsp < Ksp, larutan belum jenuh (tidak ada endapan)
• Jika Qsp = Ksp, larutan tepat jenuh (belum ada endapan)
• Jika Qsp > Ksp, larutan lewat jenuh (ada endapan)
Contoh soal:500 mL larutan Pb(NO3)2 10–3 M dicampurkan dengan 1 liter larutan
NaI 10–2 M. Jika diketahui Ksp PbI2 = 6 . 10–9, tentukan apakah
terbentuk endapan atau belum?
Jawab:Mol Pb2+ = V . M
= 0,5 liter × 10–3 M = 5 . 10–4 mol
Mol I– = V . M
= 1,0 liter × 10–2 M = 1 . 10–2 mol
Konsentrasi setelah pencampuran:
[Pb2+] = molPb2
Vtotal= 5 . 10–4 mol/1,5 L
= 3,33 . 10–4 M
[I–] = mol I−¿
Vtotal¿
= 1 . 10–2 mol/1,5 L
= 6,67 . 10–3 M
Qsp = [Pb2+][I–]
= (3,33 . 10–4) (6,67 . 10–3)
= 1,5.10–8
Harga Qsp > Ksp maka terjadi pengendapan PbI2
F. Hubungan Harga Ksp dan pH
Kelarutan suatu zat dapat ditentukan dari harga Ksp tersebut.
Sebaliknya, harga Ksp suatu zat dapat dperoleh dari kelarutan zat
tersebut. Jika kelarutan suatu zat tersebut diketahui, maka
sususan konsentrasi ion-ion tersebut dalam larutab jenuhnya dapar
diketahui. Dengan demikian, pH larutan jenuhnya dapat ditentukan.
Dengan demikian sebalikya, dengan mengetahui pH larutan jenuh
suatu zat maka harga Ksp zat tersebut dapat diketahui.
Contoh:1. Basa L(OH)2 mempunyai harga Ksp = 3,2 x 10-11. Tentukan pH dari
larutan jenuh L(OH)2
Penyelesaian:Kelarutan (S) dari L(OH)2 dapat ditentukan dengan cara
S= x+y√ KspXxxYy=¿ 3√3.210−1111x22
=210−4
Maka,L(OH)2 L2+ + 2OH-
Maka s. [OH-] = 4 10-4
Maka pOH = 4 – log4Dan pH = 10 + log 4
2. Jika larutan MgCl2 0,3 M ditetesi larutan NaOH, pada pH
berapakah endapan Mg(OH)2 mulai terbentuk? (Ksp Mg(OH)2 =
3,0 . 10–11 )
Jawab:
Ksp Mg(OH)2 = [Mg2+][OH–]2
3,0 . 10–11 = (0,3) [OH–]2
[OH–]2 = 10–10
[OH–] = 10–5 M
pOH = 5
pH = 14 – 5 = 9
G. Model Pembelajaran
a. Model Pembelajaran: Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
b. Metode : diskusi, penugasan, tanya jawab
H. Media pembelajaran
Peta Pikiran (Mind mapping)
I. Sumber BelajarBuku kimia SMA kelas XI
J. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
SINTAK DESKRIPSI WAKTUFASE 1
(menyampaikan
tujuan
pembelajaran
dan memotivasi
siswa)
Kegiatan Awal
1. Salam Pembuka
2. Guru mengecek Kehadiran siswa
3. Guru menjelaskan kepada siswa
bahwa pembelajaran hari ini
menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS dan
menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai
4. Guru menjelaskan kepada siswa
mengenai peta pikiran dan
menjelaskan bahwa dikegiatan
akhir siswa akan merangkum
materi dalam bentuk peta
pikiran dan siswa akan membuat
peta pikiran sendiri
5 menit
FASE 2
(menyajikan
informasi)
5. Guru memperlihatkan peta
pikiran dan menjelaskan materi
singkat mengenai kelarutan dan
15 menit
hasil kali kelarutan, hubungan
kelarutan dan hasil kali
kelarutan dan kelarutan zat
dalam ion sejenis menggunakan
peta pikiran yang dibuat oleh
guru
Fase 3
(mengorganisasik
an siswa dalam
kelompok belajar
kooperatif)
6. Guru membagi siswa dalam
kelompok dan tiap kelompok
terdiri atas 2 orang siswa yang
berbeda tingkat kemampuannya
(heterogen) dan membagi materi
dan soal-soal yang berkaitan
dengan kelarutan dan hasil kali
kelarutan, hubungan kelarutan
dan hasil kali kelarutan dan
pengaruh ion sejenis terhadap
kelarutan untuk didiskusikan
7. Siswa bergabung dengan
kelompoknya ataupun pasangannya
dan setiap pasangan diberi soal
untuk dikerjakan
3 menit
FASE 4
( membimbing
kelompok belajar)
Tahap 1:
THINK
8. Siswa mengerjakan ataupun
mencari solusi dari soal-soal
maupun pertanyaan yang telah
diberikan oleh guru, dalam
10 menit
Tahap 2:
PAIR
tahap ini siswa melakukannya
secara individu
9. Siswa berpasagan dengan
kelompoknya dan mengerjakan
ataupun membahas soal yang
diberikan oleh guru dengan
cara berbagi pengetahuan dengan
pasangannya, dalam tahap ini
siswa bergantian menguju
terhadap pasangannya
10. Siswa mengecek pekerjaan
temannya sebagai pelatih begitu
pula sebaliknya siswa bertukar
peran
5 menit
FASE 5:
(Evaluasi)
Tahap 3:
SHARE
11. Guru mengarahkan siswa
untuk memaparkan hasil diskusi
dengan kelompoknya kepada teman
sekelas dengan cara
mempersentasekannya di depan
kelas dan kelompok yang maju
dipilih guru secara acak
12. Siswa memaparkan hasil
diskusinya di depan kelas
13. Siswa bertanya kepada
kelompok penyaji apabila ada
yang belum dimengerti dari
30 menit
penjelasan penyaji dan kelompok
penyaji menjawab pertanyaan
dari forum
14. Setelah diskusi berakhir
guru dan siswa membahas diskusi
secara bersama-sama untuk
mengevaluasi jalannya diskusiFASE 6:
(memberikan
penghargaan)
15. Memberikan penghargaan
berupa tepuk tangan bagi
kelompok yang memiliki kinerja
dan kerja sama yang baik
16. Siswa mengumpulkan hasil
diskusi tiap kelompok
3 menit
Kegiatan Penutup
17. Siswa merangkum materi
pembelajaran hari ini dalam
bentuk peta pikiran agar siswa
lebih mengingat dan memahami
materi
18. Memberikan tugas kepada
siswa untuk dikerjakan di rumah
19. Menginformasikan kepada
siswa bahwa diskusi akan
dilanjutkan pada oertemuan
berikutnya
20. Memberikan salam penutup
10 menit
3 menit
Pertemuan 2
SINTAK DESKRIPSI WAKTUFASE 1
(menyampaikan
tujuan
pembelajaran
dan memotivasi
siswa)
1. Salam Pembuka
2. Guru mengecek kehadiran siswa
3. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin
dicapai
4. Guru menjelaskan kepada siswa
dikegiatan akhir siswa akan
merangkum materi dalam bentuk
peta pikiran dan siswa akan
membuat peta pikiran sendiri
5 menit
FASE 2
(menyajikan
informasi)
5. Guru memperlihatkan peta
pikiran dan menjelaskan materi
singkat mengenai reaksi
pengendapan dan hubungan Ksp
dengan pH menggunakan peta
pikiran yang dibuat oleh guru
15 menit
Fase 3
(mengorganisasik
an siswa dalam
kelompok belajar
kooperatif)
6. Siswa bergabung dengan
kelompoknya ataupun
pasangannya yang telah dibagi
dipertemuan sebelumnya dan
setiap pasangan diberi soal
untuk dikerjakan
3 menit
FASE 4
( membimbing
kelompok belajar)
Tahap 1: 7. Siswa mengerjakan ataupun
mencari solusi dari soal-soal
10 menit
THINK
Tahap 2:
PAIR
maupun pertanyaan yang telah
diberikan oleh guru, dalam
tahap ini siswa melakukannya
secara individu
8. Siswa berpasagan dengan
kelompoknya dan mengerjakan
ataupun membahas soal yang
diberikan oleh guru dengan
cara berbagi pengetahuan
dengan pasangannya, dalam
tahap ini siswa bergantian
menguju terhadap pasangannya
9. Siswa mengecek pekerjaan
temannya sebagai pelatih
begitu pula sebaliknya siswa
bertukar peran
5 menit
FASE 5:
(Evaluasi)
Tahap 3:
SHARE
10. Guru mengarahkan siswa
untuk memaparkan hasil diskusi
dengan kelompoknya kepada
teman sekelas dengan cara
mempersentasekannya di depan
kelas dan kelompok yang maju
dipilih guru secara acak
11. Siswa memaparkan hasil
diskusinya di depan kelas
12. Siswa bertanya kepada
30 menit
kelompok penyaji apabila ada
yang belum dimengerti dari
penjelasan penyaji dan
kelompok penyaji menjawab
pertanyaan dari forum
13. Setelah diskusi berakhir
guru dan siswa membahas
diskusi secara bersama-sama
untuk mengevaluasi jalannya
diskusiFASE 6:
(memberikan
penghargaan)
14. Memberikan penghargaan
berupa tepuk tangan bagi
kelompok yang memiliki kinerja
dan kerja sama yang baik
15. Siswa mengumpulkan hasil
diskusi tiap kelompok
3 menit
Kegiatan Penutup
16. Siswa merangkum materi
pembelajaran hari ini dalam
bentuk peta pikiran agar siswa
lebih mengingat dan memahami
materi
17. Memberitahukan bahwa
pertemuan berikutnya akan
melakukan posttest
18. Memberikan salam penutup
10 menit
3 menit
K. PENILAIAN
Kognitif : 1. Test awal (Pretes) 2. Test akhir (postes)
Bentuk Instrumen (Uraian) Contoh Instrumen
No Butir Soal Penyelesaian Skor1 Pada saat kapan
ion NaCl dalam
larutan tidak
dapat melarutkan
NaCl lagi? Apa
yang terjadi jika
larutan tersebut
ditambahkan NaCl
kembali?
Ion NaCl tidak dapat melarutkan
NaCl saat larutan berada dalam
keadaan jenuh. Jika Larutan
tersebut ditambahkan dengan NaCl
akan terjadi ionisasi yang
menghasilkan ion natrium dan ion
klorida, seperti reaksi berikut
NaCl (s) Na+(s) + Cl-
(s)
Jika pelarutan NaCl merupakan
perubahan dari NaCl menjadi ion-
ionnya maka pengendapan NaCl
merupakan perubahan ion-ionnya
menjadi NaCl padat.
Na+(aq) + Cl-
(aq) NaCl (s)
0-10
2Tulislah rumusan
ksp untuk senyawa
garam-garam
berikut ini!
a) AlCl3 Al3+ + 3Cl-
Ksp = [Al3+] [Cl-]3
b) Ba3(PO4)2 Ba2+ + PO42-
Ksp = [Ba2+]3 [ PO43-]2
0-15
a) AlCl
b) Ba
c) Al(OH)
c) Al(OH)3 Al3+ + 3OH-
Ksp = [Al3+] [OH-]3
3 Tentukan Kelarutan
Ag2CrO4 jika Ksp
Ag2CrO4 = 4 x 10-12
Kelarutan Ag2CrO4 = s mol/L
Ag2CrO4 (s) 2Ag+ (aq) +
CrO42-(aq)
Ksp = [Ag+]2 [CrO42-]
= 4s3
s = 3√ksp4 = 3√4x10−12
4 = 10-
4
0-15
4 Diketahui Ksp
garam AgCl sebesar
1,5 x 10-10.
Kelarutannya dalam
air murni adalah
sebesar s mol/L.
Jika garam AgCl
dilarutkan dalam
larutan NaCl 0,1
M. Berapakah
kelarutan dari
AgCl?
s = √1,5×10−10 = 1,3 x 10-5
karena dilarutkan dalam NaCl
0,1 M maka dalam larutan
telah terdapat 0,1 M ion Cl-
dari penguraian NaCl. Pada
saat AgCl dalam larutan NaCl
0,1 M menjadi jenuh dan yang
larut sebesar s mol/L maka
didapat,
AgCl Ag+ + Cl-
s s s
[Ag+] = s mol/L dan [Cl-] =
(0,1 + s) mol/L
Pada saat jenuh terjadi
0-20
keseimbangan sebesar
Ksp = [Ag+] [Cl-]
1,5 x 10-10 = s x (0,1 + s)
Karena harga s sangat kecil
dibandingkan 0,1 maka
diabaikan
1,5 x 10-10 = 0,1s
S = 1,5 x 10-9 mol/L
6 Diketahui Ksp
Ag2CrO4 = 2.4 x 10-
12. Jika 25 mL
larutan AgNO3 10-3
M dicampur dengan
75 mL larutan
Na2CrO4 10-3M,
apakah terjadi
endapan?
Setelah dicampurkan:
[AgNO3][Ag+] = (25 mL x 10-3 }: 100
mL= 2.5x 10-4 M
[N2CrO4] = (75 mL x 10-3M) : 100 mL
= 7.5x 10-4 M
Qc Ag2CrO4 = [Ag+]2 [CrO42-] = (2.5x
10-4)2 (7.5x 10-4) = 46.8 x 10-12
Jadi Qc Ag2CrO4 > Ksp Ag2CrO4,
sehingga terjadi endapan Ag2CrO4
0-20
7 Larutan jenuh dari
L(OH)2 mempunyai
pH = 10, Ksp dari
L(OH)2 tersebut
adalah …
pH = 10 → pOH = 4 → OH- = 10-4
OH- = x . M
10-4 = 2 . M
M = 5 . 10-5
L(OH)2 ↔ L+2 + 2OH-
s s 2s
Ksp L(OH)2 = (L+2) + (OH-)2
0-20