ANALISIS FRAUD DIAMOND TERHADAP PENDETEKSIAN ...

47
1 TESIS ANALISIS FRAUD DIAMOND TERHADAP PENDETEKSIAN FINANCIAL STATEMENT FRAUD DENGAN CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Empiris pada Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2015) ANALYSIS OF FRAUD DIAMOND AGAINST THE DETECTION OF FINANCIAL STATEMENT FRAUD WITH CORPORATE GOVERNANCE AS A MODERATING VARIABLE (Empirical Studi on LQ-45 Firms Listed In Indonesia Stock Exchange 2010-2015) MUHAMMAD IKRAM MARHAM JANUANTO PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

Transcript of ANALISIS FRAUD DIAMOND TERHADAP PENDETEKSIAN ...

1

TESIS

ANALISIS FRAUD DIAMOND TERHADAP PENDETEKSIAN FINANCIAL STATEMENT FRAUD DENGAN CORPORATE

GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Empiris pada Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2015)

ANALYSIS OF FRAUD DIAMOND AGAINST THE DETECTION OF FINANCIAL STATEMENT FRAUD WITH

CORPORATE GOVERNANCE AS A MODERATING VARIABLE

(Empirical Studi on LQ-45 Firms Listed In Indonesia Stock Exchange 2010-2015)

MUHAMMAD IKRAM MARHAM JANUANTO

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2017

2

TESIS

ANALISIS FRAUD DIAMOND TERHADAP PENDETEKSIAN FINANCIAL STATEMENT FRAUD DENGAN CORPORATE

GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Empiris pada Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2015)

ANALYSIS OF FRAUD DIAMOND AGAINST THE DETECTION OF FINANCIAL STATEMENT FRAUD WITH

CORPORATE GOVERNANCE AS A MODERATING VARIABLE

(Empirical Studi on LQ-45 Firms Listed In Indonesia Stock Exchange 2010-2015)

sebagai persyaratan untuk memeroleh gelar Magister

disusun dan diajukan oleh

MUHAMMAD IKRAM MARHAM JANUANTO P3400215017

kepada

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2017

3

4

v

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,

nama : Muhammad Ikram Marham Januanto

NIM : P3400215017

Jurusan/program studi : Magister Akuntansi

menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa tesis yang berjudul

ANALISIS FRAUD DIAMOND TERHADAP PENDETEKSIAN FINANCIAL STATEMENT FRAUD DENGAN CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI

VARIABEL MODERASI

adalah karya ilmiah saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di dalam naskah tesis ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan/ditulis/diterbitkan sebelumnya, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari ternyata di dalam naskah tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).

Makassar, 31 Agustus 2017

Yang membuat pernyataan,

Muhamad Ikram Marham Januanto

vi

PRAKATA

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allh SWT, yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis

ini merupakan tugas akhir untuk mencapai gelar Magister Sains (M.Si) pada

Program Sekolah Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Hasanuddin.

Peneliti mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya

kepada Ibu Dr. Kartini, SE., Ak., M.Si., CA dan Bapak Drs. Harryanto, M.com.,

Ph.D sebagai tim penasehat I dan II, atas waktu yang telah diluangkan untuk

membimbing, memberi motivasi, memberi bangunan literature serta diskusi-

diskusi untuk kelancaran penyusunan tesis ini. Ucapan terima kasih juga terutama

kepada Ayahanda H. Abd. Hakim, SE. dan ibunda Hj. Marsada beserta adinda Dwi

Reski Marham Novianti atas doa, bantuan, nasihat dan motivasi yang diberikan

selama menempuh pendidikan sampai penyelesaian tesis ini.

Penyelesaian tesis ini mendapat dukungan dari berbagai pihak baik langsung

maupun tidak langsung. Dengan rendah hati peneliti mengucapkan terima kasih

dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Rektor Universitas Hasanuddin, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unhas,

dan Direktur Program Pasca Sarjana atas kesempatan yang diberikan kepada

penulis untuk melanjutkan pendidikan pada Program Pasca Sarjana Unhas.

2. Ketua Program Studi Magister Akuntansi yang telah memberi motivasi dalam

penyelesaian studi.

3. Bapak dan ibu dosen pada Program Pasca Sarjana Unhas yang telah

memberikan wawasan keilmuan baru dan pendalaman pengetahuan.

4. Bapak dan ibu penguji tesis yang telah memberikan masukan-masukan untuk

perbaikan tesis ini.

5. Teman-teman angkatan 2015 beserta pegawai program studi akuntansi dan

program pasca sarjana yang telah memberi andil yang sangat besar dalam

pelaksanaan penelitian dan penyelesaian penulisan tesis ini.

6. Teristimewa buat Nur Azizah Basmar, SE., M. Acc., Ak. atas semangat,

motivasi dan doa selama penulis menempuh pendidikan.

7. Semua pihak yang tidak sempat peneliti sebutkan satu persatu atas segala

bantuannya selama peneliti menempuh pendidikan.

vii

Peneliti menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna walaupun telah

menerima bantuan dari berbagai pihak. Apabila terdapat kesalahan dalam tesis ini

sepenuhnya menjadi tanggungjawab peneliti dan bukan para pemberi bantuan.

Kritik dan saran yang membangun akan lebih menyempurnakan tesis ini.

Makassar, 31 Agustus 2017

Peneliti

MUHAMMAD IKRAM MARHAM JANUANTO

viii

ix

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ..................................... v

PRAKATA ....................................................................................................... vi

ABSTRAK ....................................................................................................... viii

ABSTRACT .................................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 8 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 10 1.4 Kegunaan Penelitian ........................................................................ 11

1.4.1 Kegunaan Teoritis ............................................................. 11

1.4.2 Kegunaan Praktis ............................................................... 11

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 12 1.6 Sistematika Penulian ...................................................................... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori dan konsep .............................................................. 14 2.1.1 Agency Theory .................................................................... 14 2.1.2 Fraud ................................................................................... 15

2.1.2.1 Tipologi Fraud .......................................................... 15 2.1.2.2 Jenis Fraud .............................................................. 16 2.1.2.3 Gejala adanya Fraud ................................................ 17

2.1.3 Financial Statement Fraud .................................................... 18 2.1.3.1 Pelaku Financial Statement Fraud ........................... 19

2.1.3.2 Tipe Financial Statement Fraud ............................... 19

2.1.4 Fraud Diamond Theory ........................................................ 20 2.1.4.1 Pressure or Incentive (Tekanan atau Dorongan) .. 20

2.1.4.2 Opportunity (Kesempatan) .................................. 23

2.1.4.3 Rationalization (Pembenaran) ............................. 24

2.1.4.4 Capability (Kemampuan) ..................................... 25

2.1.5 Corporate Governance ........................................................ 27 2.1.5.1 Pengertian Corporate Governance .......................... 27

2.1.5.2 Prinsip Corporate Governance ................................. 27

2.1.5.3 Manfaat Corporate Governance ............................... 29

2.1.5.4 Mekanisme Corporate Governance ......................... 29

2.2 Tinjauan Empiris …………………………………………………. ......... 30

xi

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual ................................................................. 33 3.2 Hipotesis .................................................................................... 35

3.2.1 Pressure Berpengaruh terhadap Pendeteksian Financial Statement Fraud .............................................................. 35

3.2.2 Pressure Berpengaruh terhadap Pendeteksian Financial Statement Fraud dengan Corporate Governance sebagai Variabel Moderasi ........................................................... 36

3.2.3 Opportunity Berpengaruh terhadap Pendeteksian Financial Statement Fraud .............................................................. 37

3.2.4 Opportunity Berpengaruh terhadap Pendeteksian Financial Statement Fraud dengan Corporate Governance sebagai Variabel Moderasi ........................................................... 38

3.2.5 Rationalization Berpengaruh terhadap Pendeteksian Financial Statement Fraud ............................................... 39

3.2.6 Rationalization Berpengaruh terhadap Pendeteksian Financial Statement Fraud dengan Corporate Governance sebagai Variabel Moderasi ............................................. 40

3.2.7 Capability Berpengaruh terhadap Pendeteksian Financial Statement Fraud .............................................................. 41

3.2.8 Capability Berpengaruh terhadap Pendeteksian Financial Statement Fraud dengan Corporate Governance sebagai Variabel Moderasi ........................................................... 42

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian ....................................................................... 44 4.2 Situs dan Waktu Penelitian .............................................................. 44 4.3 Populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel .......................... 45 4.4 Jenis dan sumber data ..................................................................... 45 4.5 Metode Pengumpulan Data ............................................................. 46 4.6 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional .................................. 46

4.6.1 Variabel Penelitian ................................................................. 46 4.6.2 Definisi Operasional ............................................................... 47

4.6.2.1 Financial Statement Fraud (Y) ................................... 47 4.6.2.2 Pressure (X1) ............................................................. 48 4.6.2.3 Opportunity (X2) ......................................................... 49 4.6.2.4 Rationalization (X3) .................................................... 50 4.6.2.5 Capability (X4) ............................................................ 51 4.6.2.6 Corporate Governance (M) ........................................ 52

4.7 Teknik Analisis Data .................................................................. 52 4.7.1 Analisis Statistik Deskriptif .............................................. 53 4.7.2 Pengujian Hipotesis ........................................................ 53

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1 Deskripsi Data .................................................................................. 55 5.2 Deskripsi Hasil Penelitian ................................................................ 62

5.2.1 Hasil Analisis Model Pertama ................................................. 62 5.2.1.1 Menguji Kelayakan Model Regresi ............................. 62 5.2.1.2 Menguji Keseluruhan Model (Overall Model Fit) ......... 64 5.2.1.3 Pengujian Significance Test ....................................... 65

xii

5.2.2 Hasil Analisis Model Kedua .................................................... 66 5.2.2.1 Menguji Kelayakan Model Regresi ............................. 66 5.2.2.2 Menguji Keseluruhan Model (Overall Model Fit) ......... 68 5.2.2.3 Pengujian Significance Test ....................................... 69

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Pressure Berpengaruh terhadap Pendeteksian Financial Statement Fraud ............................................................................................... 72

6.2 Pressure Berpengaruh terhadap Pendeteksian Financial Statement Fraud dengan Corporate Governance Sebagai Variabel Moderasi . 73

6.3 Opportunity Berpengaruh terhadap Pendeteksian Financial Statement Fraud ............................................................................................... 74

6.4 Opportunity Berpengaruh terhadap Pendeteksian Financial Statement Fraud dengan Corporate Governance Sebagai Variabel Moderasi . 74

6.5 Rationalization Berpengaruh terhadap Pendeteksian Financial Statement Fraud .............................................................................. 75

6.6 Rationalization Berpengaruh terhadap Pendeteksian Financial Statement Fraud dengan Corporate Governance Sebagai Variabel Moderas .......................................................................................... 76

6.7 Capability Berpengaruh terhadap Pendeteksian Financial Statement Fraud ............................................................................................... 77

6.8 Capability Berpengaruh terhadap Pendeteksian Financial Statement Fraud dengan Corporate Governance Sebagai Variabel Moderasi . 78

BAB VII PENUTUP

7.1 Kesimpulan ...................................................................................... 80 7.2 Implikasi ........................................................................................... 81 7.3 Keterbatasan Penelitian .................................................................... 81 7.4 Saran ............................................................................................... 82

xiii

DAFTAR TABEL Tabel Halaman Tabel 1.1 Kasus Kecurangan yang terjadi di berbagai negara ........................ 2 Tabel 4.1 Rasio Keuangan untuk mengukur Beneish M-Score ....................... 48 Tabel 4.2 Operasionalisasi variabel ................................................................. 52 Tabel 5.1 Rasio Keuangan untuk mengukur Beneish M-Score ....................... 55 Tabel 5.2 Sampel Penelitian ........................................................................... 57 Tabel 5.3 Deskripsi Data Financial Statement Fraud ...................................... 58 Tabel 5.4 Deskripsi Data Pressure ................................................................. 59 Tabel 5.5 Deskripsi Data Opportunity ............................................................. 59 Tabel 5.6 Deskripsi Data Rationalization ........................................................ 60 Tabel 5.7 Deskripsi Data Capability ................................................................ 61 Tabel 5.8 Deskripsi Data Corporate Governance ............................................ 61 Hasil Analisis Model Pertama Tampilan 1 ...................................................................................................... 63 Tampilan 2 ...................................................................................................... 63 Tampilan 3 ...................................................................................................... 63 Tampilan 4 ...................................................................................................... 64 Tampilan 5 ...................................................................................................... 65 Hasil Analisis Model Kedua Tampilan 1 ...................................................................................................... 67 Tampilan 2 ...................................................................................................... 67 Tampilan 3 ...................................................................................................... 68 Tampilan 4 ...................................................................................................... 69 Tampilan 5 ...................................................................................................... 70

xiv

DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman Gambar 2.1 Fraud Diamond ................................................................. 20 Gambar 3.1 Kerangka Peneltian ............................................................ 34

xv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1 Rekapitulasi Data .................................................................... 87

2 Deskriptif Data Penelitian ........................................................ 95

3 Hasil Pengujian Data Model Persamaan Pertama ................... 97

4 Hasil Pengujian Data Model Persamaan Kedua ...................... 98

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaporan keuangan secara umum ditujukan untuk memberikan informasi

mengenai posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan. Laporan keuangan

berguna bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam

membuat keputusan serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas

penggunaan sumber-sumber daya yang telah dipercayakan (Ikatan Akuntan

Indonesia, 2009). Oleh karena itu, para pelaku bisnis diharapkan dapat

memberikan informasi laporan keuangan yang akurat dan relevan serta terbebas

dari adanya kecurangan yang dapat menyesatkan para pengguna laporan

keuangan dalam pengambilan keputusan. Tetapi, tidak semua pelaku bisnis

menyadari pentingnya laporan keuangan yang akurat, relevan dan terbebas dari

kecurangan. Rezaee (2002) menjelaskan bahwa dalam dua dekade terakhir

financial statement fraud mengalami peningkatan secara substansial. Peningkatan

kecurangan yang terjadi pada laporan keuangan berdampak pada keuntungan

yang diperoleh para pelaku bisnis karena mereka dapat memanipulasi hasil usaha

(overstated) dan posisi keuangan mereka sehingga laporan keuangannya dapat

terlihat baik dalam pandangan publik. Tetapi, dengan adanya peningkatan

kecurangan laporan keuangan tidak semua berdampak pada keuntungan disatu

sisi sangat merugikan publik yang menggantungkan pengambilan keputusan

mereka berdasarkan laporan keuangan. Menurut Financial Accounting Standard

Board (FASB), pengguna utama laporan keuangan adalah pemegang saham,

investor lain, dan kreditor (Hendriksen, 2000).

2

Rezaee (2002) mengatakan bahwa financial statement fraud erat kaitannya

dengan tindakan manajemen laba. Jika pemilik tidak mengetahui atau melakukan

pembiaran pihak manajemen melakukan tindakan manajemen laba, maka hal ini

dapat menyebabkan financial statement fraud yang material. Kondisi ini dapat

dijelaskan dengan agency theory yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling

(1976), dimana manajer mempunyai andil sebagai agent yang bertanggungjawab

dalam memaksimalkan keuntungan dan kesejahteraan para principal (Ujiyanto

dan Pramuka, 2007). Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

agency problem antara principal (pemilik) dan agent (manajemen) dapat

mengakibatkan timbulnya financial statement fraud yang merugikan.

Financial statement fraud merupakan sebuah kesalahan ataupun kelalaian

yang berdampak material dan mengakibatkan kesalahan informasi terhadap

penggunanya (Taylor dan Glezen dalam Soselisa dan Muchlasin, 2008).

Sedangkan, Rezaee (2005) mengemukakan kecurangan laporan keuangan

adalah bentuk usaha yang biasanya dilakukan dengan sengaja untuk memberikan

informasi yang tidak benar kepada pengguna laporan keuangan, seperti investor

dan kreditor dengan tujuan saham perusahaan tetap diminati.

Financial statement fraud menjadi sebuah batu sandungan bagi para

stakeholder dalam pengambilan keputusan. Adapun beberapa contoh kasus

kecurangan dari berbagai negara yaitu:

Tabel 1.1 Kasus kecurangan yang terjadi di berbagai negara Negara Perusahaan Kasus

Indonesia Bank BNI Tbk Kasus L/C fiktif dan pembobolan dibeberapa cabang BNI.

Indonesia PT. Kimia Farma Tbk

Pada tahun 2002 PT. Kimia Farma melakukan kecurangan laporan keuangan dengan menggelembungkan laba perusahaan agar menunjukkan kondisi keuangan perusahaan stabil dan baik.

Amerika Serikat

Enron Skandal yang dilakukan yaitu dengan memanipulasi keuntungan perusahaan sebesar USD 600 juta disaat perusahaan sedang mengalami kerugian.

3

Amerika Serikat

Tyco Dewan direksi meminjam USD 150 juta tanpa persetujuan dari pemegang saham

Amerika Serikat

Worldcom Pada tahun 2001 melakukan manipulasi keuntungan sebesar USD 1,3 miliar.

Jepang Kanebo Limited Melakukan penggelembangan laba sebesar USD 2 miliar selama lebih dari lima tahun periode.

India Satyam Computer Serves

Menaikkan nilai piutang USD 100 miliar dan menurunkan nilai kewajiban sebesar USD 250 miliar untuk kepentingan pribadi pemilik.

Sumber: Tuanakotta, 2013

Corporate governance sering dikaitkan juga dengan financial statement

fraud. Dechow et al. (1996) dalam Skousen et al. (2009) mengatakan bahwa

kejadian fraud paling tinggi terjadi karena kelemahan corporate governance dan

perusahaan didominasi oleh orang dalam yang cenderung tidak memiliki komite

audit. Hal ini diperkuat dengan pendapat Dunn (2004) yang menyatakan bahwa

kemungkinan terjadinya fraud dikarenakan adanya campur tangan orang dalam.

Peningkatan berbagai kasus kecurangan dalam laporan keuangan

menyebabkan berbagai pihak berpendapat bahwa manajemen ikut andil

didalamnya (Skousen et al., 2009). Meutia (2004) berpendapat bahwa kecurangan

laporan keuangan terjadi dikarenakan adanya pemisahan antara kepemilikan

dengan pengelolaan perusahaan. Corporate governance berguna untuk

mengurangi permasalahan keagenan antara pemilik perusahaan dan manajer

(Ritonga, 2014).

Kelemahan corporate governance menyebabkan kemungkinan terjadinya

kecurangan laporan keuangan yang sulit terdeteksi. Corporate governance

merupakan suatu alat dalam menjamin kinerja direksi dan manajer agar bertindak

yang terbaik untuk kepentingan investor (Jackson, 2009). Badan pengelola pasar

modal diberbagai negara mengatakan bahwa dengan penerapan corporate

governance yang baik telah berhasil mencegah adanya praktik kecurangan

laporan keuaangan (Sutoyo dan Aldridge, 2005).

4

Kepemilikan saham orang dalam dapat mempengaruhi kebijakan

manajerial terhadap pengungkapan kinerja keuangan, Skousen et al. (2009)

berpendapat bahwa saham yang dimiliki oleh orang dalam merupakan bentuk

controling terhadap pelaporan keuangan. Menurut Chen et al. (2006) dalam

penelitiannya menjelaskan bahwa kemungkinan terjadinya fraud dipengaruhi oleh

persentase kepemilikan saham oleh orang dalam, ketika persentase kepemilikan

saham oleh orang dalam semakin besar maka kemungkinan terjadinya fraud

semakin kecil. Penerapan corporate governance yang baik diharapkan

menghasilkan laporan keuangan yang terbebas dari tindakan kecurangan.

Berdasarkan beberapa kasus yang telah terjadi maka dianggap perlu

adanya pencegahan dan pendeteksian agar kecurangan pada laporan keuangan

tidak terus terjadi. American Institute Certified Public Accountant (AICPA)

memberikan solusi terhadap pendeteksian financial statement fraud dengan

menerbitkan Statement of Auditing Standards No. 99 (SAS No. 99) tentang

Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit pada Oktober 2002. Tujuan

dikeluarkannya SAS No.99 yaitu untuk meningkatkan kinerja auditor dalam

pendeteksian kecurangan laporan keuangan dengan melihat pada faktor risiko

kecurangan perusahaan.

Namun kenyataannya fraud semakin berkembang, penelitian yang

dilakukan oleh Association of Certified Fraud Examiners dalam Report to the

Nations on Occuppational Fraud and Abuse (2014) menemukan bahwa sekitar

77% kecurangan dilakukan oleh individu melalui departemen seperti akuntansi,

operasi, penjualan, eksekutif atau menejemen tingkat atas, layanan konsumen,

pembelian dan keuangan. Selain itu, terjadi peningkatan pada sebagian besar

jenis fraud salah satunya pada kecurangan laporan keuangan sebesar 9,0%,

meningkat dari tahun 2012 yang hanya 7,6% (ACFE, 2012). Angka ini tidak terlalu

5

besar jika dibandingkan dengan penyalahgunaan aset yang mencapai 85,4%,

tetapi kecurangan laporan keuangan menyebabkan dampak keuangan terbesar.

Hal ini dapat mengakibatkan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan

tidak relevan dan tidak dapat diandalkan. Informasi tersebut juga dapat

mempengaruhi pengambilan keputusan pihak eksternal dan internal perusahaan,

serta dapat berpotensi munculnya pihak yang merasa dirugikan. Seperti

terbongkarnya beberapa kasus kecurangan laporan keuangan yang berdampak

besar terhadap perekonomian dunia.

Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan dalam mendeteksi

kecurangan laporan keuangan seperti fraud triangle dan fraud diamond. Menurut

Wolfe dan Hermanson (2014) kondisi yang menyebabkan seseorang melakukan

tindakan fraud tidak hanya didasari dari ketiga kondisi dalam fraud triangle tetapi

dalam mendesain suatu sistem pendeteksian kecurangan, hal yang sangat penting

dipertimbangkan adalah orang-orang didalam perusahaan tersebut yang memiliki

kapabilitas untuk melakukan tindakan fraud. Maka, dari itu Wolfe dan Hermanson

(2004) menambahkan komponen capability yang dikenal dengan fraud diamond.

Fraud tidak terjadi jika seseorang dapat mengendalikan dirinya dengan baik.

Penipuan mudah dilakukan dengan seorang yang memiliki kemampuan

(capability) dalam melaksanakannya (Wolfe dan Hermanson, 2004). Elemen

capability bisa digunakan dalam menilai risiko kecurangan, dikarenakan posisi

seseorang dalam organisasi dapat memberikan kemampuan dalam memafaatkan

kesempatan untuk melakukan penipuan, orang yang tepat dengan kemampuan

yang tepat dapat cukup cerdas untuk memanfaatkan kelemahan pengendalian

internal, fungsi, akses wewenang untuk keuntungannya, serta orang yang tepat

dan memiliki ego yang kuat, serta keyakinan bahwa dia tidak terdeteksi melakukan

kecurangan (Wolfe dan Hermanson, 2004).

6

Penelitian yang dilakukan tentang fraud diamond terhadap pendeteksian

financial statemen fraud belum banyak dilakukan. Adapun beberapa penelitian

yang telah dilakukan seperti Sihombing (2014) menyatakan bahwa variabel

financial stability, external pressure, nature of industry dan rationalization

berpengaruh terhadap financial statement fraud. Sedangkan, variabel financial

target, ineffective monitoring, change auditor dan capability berpengaruh terhadap

financial statement fraud. Penelitian oleh Annisya et al. (2016) menyimpulkan

variabel financial stability berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan

dan variabel external pressure, financial target, nature of industry dan capability

tidak berpengaruh terhadap financial statement fraud. Penelitian sejenis juga

dilakukan oleh Putriasih et al. (2016) dengan hasil penelitian yaitu secara parsial

fraud diamond dapat digunakan dalam mendeteksi financial statement fraud dan

secara simultan fraud diamond dapat digunakan dalam mendeteksi financial

statement fraud.

Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mempunyai hasil yang

berbeda dan belum bisa menjawab apakah dengan menggunakan analisis fraud

diamond dapat digunakan dalam mendeteksi financial statement fraud, karena

selama ini hanya berdasarkan dari pengamatan studi kasus yang menyebabkan

keterbatasan pada penemuan terdahulu dan belum bisa berlaku secara general

(KMPG Forensic, 2004 dalam Kartini, 2012). Berdasarkan hal tersebut, maka

penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali pendeteksian financial statement

fraud dengan menggunakan analisis fraud diamond. Namun dalam penelitian ini,

peneliti menambahkan corporate governance sebagai variabel moderasi karena

terjadinya kecurangan laporan keuangan dikarenakan lemahnya corporate

governance dalam suatau perusahaan (Gbegi dan Adebisi, 2013).

7

Perbedaan lain dari penelitian sebelumya terletak pada jumlah variabel,

tahun pengamatan yang digunakan yaitu periode 2010-2015 dan sampel yang

digunakan yaitu perusahaan yang tergolong kedalam indeks LQ-45 karena

masyarakat lebih berfikir bahwa dengan kualitas saham dan tingkat liquid yang

bagus, maka perusahaan yang termasuk indeks LQ-45 dapat menghasilkan

laporan keuangan yang terbebas dari financial statement fraud

Variabel independen dalam penelitian ini yaitu elemen-elemen dari fraud

diamond oleh Wolfe dan Hermanson (2004), dengan berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Sihombing (2014). Dalam fraud diamond terdapat empat

kecenderungan seseorang melakukan fraud yaitu pressure, opportunity,

rationalization dan capability.

Elemen-elemen dari Fraud diamond ini tidak dapat begitu saja diteliti

sehingga membutuhkan variabel. Menurut SAS no. 99, terdapat empat jenis

pressure yang dapat mengakibatkan kecurangan pada laporan keuangan. Jenis

pressure tersebut adalah financial stability, external pressure, personal financial

need, dan financial targets. Pada penelitian ini untuk pressure menggunakan

variabel financial stability karena sekitar 95% fraud terjadi dikarenakan adanya

pressure dari segi finansial (Albrecht et al., 2011). SAS no. 99 mengklasifikasikan

opportunity yang terjadi pada kecurangan laporan keuangan menjadi tiga kategori.

Jenis peluang tersebut termasuk nature of industry, ineffective monitoring, dan

organizational structure. Dalam penelitian ini untuk opportunity menggunakan

variabel ineffective monitoring karena berdasarkan hasil penelitian Kurniawati dan

Surya (2012) mengatakan bahwa keadaan yang paling berpengaruh dalam

opportuninty (peluang) yaitu pengendalian internal. Kurangnya pengendalian

internal dalam sebuah perusahaan memberikan peluang untuk melakukan

8

kecurangan. Rationalization dan capability adalah bagian dari Fraud diamond yang

paling sulit diukur.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis melakukan penelitian dengan

judul ”Analisis Fraud Diamond terhadap Pendeteksian Financial Statement Fraud

dengan corporate governance sebagai variabel moderasi”.

1.2 Rumusan Masalah

Laporan keuangan berguna bagi sebagian besar kalangan pengguna

laporan keuangan dalam membuat keputusan serta menunjukkan

pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang

telah dipercayakan (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009). Oleh karena itu, para pelaku

bisnis diharapkan dapat memberikan informasi laporan keuangan yang akurat dan

relevan serta terbebas dari adanya kecurangan yang menyesatkan para pengguna

laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. Rezaee (2002) menjelaskan

bahwa dalam dua dekade terakhir financial statement fraud mengalami

peningkatan secara substansial. Peningkatan kecurangan yang terjadi pada

laporan keuangan berdampak pada keuntungan yang diperoleh para pelaku bisnis

karena mereka dapat memanipulasi hasil usaha (overstated) dan posisi keuangan

mereka sehingga laporan keuangannya terlihat baik dalam pandangan publik.

Kondisi ini dapat dijelaskan dengan agency theory yang dikemukakan oleh

Jensen dan Meckling (1976), dimana manajer mempunyai andil sebagai agent

yang bertanggungjawab dalam memaksimalkan keuntungan dan kesejahteraan

para principal (Ujiyanto dan Pramuka, 2007). Berdasarkan penjelasan diatas,

dapat disimpulkan bahwa agency problem antara principal (pemilik) dan agent

(manajemen) mengakibatkan timbulnya financial statement fraud yang merugikan.

Financial statement fraud juga sering dikaitkan dengan corporate

govenance. Dechow et al. (1996) dalam Skousen et al. (2009) mengatakan bahwa

9

kejadian fraud paling tinggi terjadi karena kelemahan corporate governance dan

perusahaan didominasi oleh orang dalam yang cenderung tidak memiliki komite

audit. Berdasarkan beberapa kasus yang telah terjadi maka dianggap perlu

adanya pencegahan dan pendeteksian agar kecurangan pada laporan keuangan

tidak terus terjadi. Maka, salah satu cara yang dapat digunakan dalam mendeteksi

kecurangan laporan keuangan adalah fraud diamond.

Fraud diamond terdiri dari empat elemen yaitu pressure, rationalization,

opportunity dan capability. Penelitian yang dilakukan tentang pendeteksian

financial statement fraud dengan menggunakan analisis fraud diamond belum

banyak dilakukan dan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mempunyai

hasil yang berbeda dan belum bisa menjawab apakah dengan menggunakan

analisis fraud diamond dapat digunakan dalan mendeteksi financial statement

fraud, karena selama ini hanya berdasarkan dari pengamatan studi kasus yang

menyebabkan keterbatasan pada penemuan terdahulu dan belum bisa berlaku

secara general (KMPG Forensic, 2004 dalam Kartini 2012)

Berdasarkan uraian masalah penelitian di atas maka dilakukan penelitian

tentang analisis fraud diamond terhadap pendeteksian financial statement fraud

dengan menggunakan corporate governance sebagai variabel moderasi. Adapun

pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah pressure berpengaruh terhadap pendeteksian financial statement

fraud?

2. Apakah pressure berpengaruh terhadap pendeteksian financial statement

fraud dengan menggunakan corporate governance sebagai variabel

moderasi?

3. Apakah opportunity berpengaruh terhadap pendeteksian financial statement

fraud?

10

4. Apakah opportunity berpengaruh terhadap pendeteksian financial statement

fraud dengan menggunakan corporate governance sebagai variabel

moderasi?

5. Apakah rationalization berpengaruh terhadap pendeteksian financial statement

fraud?

6. Apakah rationalization berpengaruh terhadap pendeteksian financial statement

fraud dengan menggunakan corporate governance sebagai variabel

moderasi?

7. Apakah capability berpengaruh terhadap pendeteksian financial statement

fraud?

8. Apakah capability berpengaruh terhadap pendeteksian financial statement

fraud dengan menggunakan corporate governance sebagai variabel

moderasi?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh pressure terhadap pendeteksian

financial statement fraud.

2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh pressure terhadap pendeteksian

financial statement fraud dengan menggunakan corporate governance sebagai

variabel moderasi.

3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh opportunity terhadap pendeteksian

financial statement fraud.

4. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh opportunity terhadap pendeteksian

financial statement fraud dengan menggunakan corporate governance sebagai

variabel moderasi.

11

5. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh rationalitazion terhadap

pendeteksian financial statement fraud.

6. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh rationalization terhadap

pendeteksian financial statement fraud dengan menggunakan corporate

governance sebagai variabel moderasi.

7. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh capability terhadap pendeteksian

financial statement fraud.

8. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh capability terhadap pendeteksian

financial statement fraud dengan menggunakan corporate governance sebagai

variabel moderasi.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoritis

1. Memberikan sumbangsi pemikiran dalam peningkatan ilmu pengetahuan

dalam bidang ilmu akuntansi tentang pendeteksian financial statement fraud.

2. Memberikan pemahaman tentang financial statement fraud secara mendalam

melalui model yang telah teruji secara empiris sesuai dengan kondisi yang

berlaku di Indonesia.

3. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam

penelitian selanjutnya.

1.4.2. Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi kepada pihak manajemen penyebab terjadinya financial

statement fraud dan hal-hal yang dapat dilakukan dalam mendeteksinya agar

kecurangan dapat diminimalisir.

12

2. Memberikan informasi kepada investor, kreditor, pemegang saham dan pihak

lain penyebab terjadinya financial statement fraud supaya dalam pengambilan

keputusan tidak keliru.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan kepada seluruh perusahaan yang tergolong indeks

LQ-45 yang terdaftar dalam Bursa efek indonesia selama periode 2010-2015

dengan melakukan analisis antara variabel independen yang merupakan

komponen fraud diamond dengan financial statement fraud dan corporate

governance sebagai variabel moderasi.

1.6 Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, kegunaan, ruang lingkup, definisi dan

istilah dan diakhiri dengan sistematika penulisan

Bab II : Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka memuat uraian sistematik tentang teori, konsep,

pemikiran dan hasil penelitian terdahulu yang ada hubungannya

dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

Bab III : Kerangka Konseptual Dan Hipotesis

Kerangka konseptual dan hipotesis memuat penggambaran

hubungan dengan konsep yang diteliti dan hubungan logis antara

dua atau lebih variabel yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan

yang dapat diuji.

13

Bab IV : Metode Penelitian

Bagian ini memuat rancangan penelitian, lokasi dan waktu

penelitian, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel yang

digunakan dalam penelitian, variabel dan definisi operasional,

instrumen pengumpul data serta metode analisis.

Bab V : Hasil Penelitian

Bab ini mencakup deskripsi data penelitian dan deskripsi hasil

penelitian.

Bab VI : Pembahasan

Bab ini menjelaskan pembahasan yang memaparkan jawaban

penelitian atau rumusan masalah, menafsirkan temuan-temuan,

mengintegrasikan hasil dan temuan pada ilmu atau teori yang telah

mapan, dan memodifikasi teori yang ada.

Bab VII : Penutup

Bab ini merupakan bab terakhir dari penelitian ini yang memuat

empat hal pokok, yaitu kesimpulan, implikasi, keterbatasan

penelitian dan saran.

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori dan Konsep

2.1.1 Agency Theory

Jensen dan Meckling (1976) mengemukakan keagenan yaitu sebuah

perjanjian antara manajer dengan pemilik. Ujiyanto dan Pramuka (2007)

mengatakan bahwa manajer mempunyai andil sebagai agent yang

bertanggungjawab dalam memaksimalkan keuntungan dan kesejahteraan para

pemilik (principal). Perbedaan kepentingan atau biasa disebut conflict of

interestyang terjadi antara prinsipal dan agen inilah yang dapat menyebabkan

terjadinya agency problem yang dapat berimbas kepadalaporan kualitas laba.

Perbedaan kepentingan tersebut menimbulkan konflik kepentingan antara

agent dan principal yang berdampak pada timbunya biaya agensi. Jensen dan

Meckling (1976) membagi biaya agensi menjadi tiga jenis yaitu (a) monitoring cost

adalah biaya dalam mengawasi perilaku agen, (b) bonding cost adalah biaya untuk

membuat dan menyesuaikan kepentingan agent dan principal dalam satu

perjanjian; (c) residual cost adalah adanya kemungkinan agent membuat

beberapa keputusan yang tidak sepenuhnya untuk kepentingan prinsipal (Godfrey

et al., 2010:363).

Menurut Eisenhardt (1989), agensy theory menggunakan tiga asumsi sifat

manusia yaitu: (1) Self interest (mementingkan diri sendiri), (2) Bounded rationality

(keterbatasan daya pikir tentang masa depan), dan (3) Risk averse (menghindari

risiko). Berdasarkan tiga asumsi sifat manusia tersebut memicu terjadinya

asymmetric information yaitu informasi yang diberikan selalu dipertanyakan

15

kebenarannya dan informasinya tidak sesuai dengan apa yang terjadi pada

perusahaan (Ujiyantho dan Pramuka, 2007).

Salah satu bentuk financial statement fraud adalah manajemen laba yang

diakibatkan karena adanya conflict of interest dan asymmetric information.

Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Rezaee (2002) yang mengatakan

financial statement fraud erat kaitannya dengan tindakan manajemen laba. Jika

pemilik (principal) tidak mengetahui atau melakukan pembiaran kepada pihak

menajemen melakukan tindakan manajemen laba, hal ini menyebabkan financial

statement fraud yang material. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa adanya agency problem antara principal (pemilik) dan agent

(manajemen) mengakibatkan timbulnya financial statement fraud yang merugikan.

2.1.2 Fraud

Fraud adalah suatu penyimpangan perilaku negatif yang sering terjadi di

masyarakat, termasuk dalam berbagai bidang pekerjaan. Seseorang melakukan

kecurangan disebabkan karenauntuk mencapai sesuatu terdapat hambatan dan

dapat dipermudah dengan melakukan kecurangan tersebut.

Vona (2008: 6) mengemukan bahwa fraud adalah tindakan yang dilakukan

kepada organisasi atau oleh organisasi atau untuk organisasi. Tindakan ini

sengaja dilakukan oleh pihak internal maupun eksternal. Akibat yang ditimbulkan

dari fraud yaitu hilangnya nilai atau reputasi perusahaan. Sedangkan menurut

Albrecht et al. (2011) fraud merupakan tindakan yang bersifat umum dan cara

seseorang agar mendapatkan keuntungan dengan melakukan salah saji.

2.1.2.1 Tipologi Fraud

Menurut The Association of Certified Fraud Examiner (2002) fraud yaitu

menggunakan posisi seseorang dalam memperkaya diri sendiri dengan cara

16

menggunakan sumber daya tidak sesuai dengan peruntukannya secara sengaja

misalnya penggunaan asset organisasi. The Association of Certified Fraud

Examiner membagi fraud dalam tiga kategori yaitu:

a. Asset Missapropriation (Penyelewengan Aset) yaitu seseorang yang diberikan

wewenang mengelola atau mengawasi asset mengambil tersebut asset secara

ilegal.

b. Fraudulent Financial Statement (Kecurangan Laporan Keuangan) yaitu fraud

yang dilakukan oleh pihak manajemen dengan memanipulasi laporan

keuangan baik secara over statement maupun under statement yang

berdampak merugikan investor dan kreditor.

c. Corruption (Korupsi) yang dimaksud korupsi disini adalah conflict of interest

(pertentangan kepentingan), bribery (penyuapan), illegal gratuities (hadiah

tidak sah) dan economic exortion (pemerasan ekonomi).

2.1.2.2 Jenis Fraud

Albrecht et al (2011) mengelompokkan fraud kedalam lima jenis, yaitu:

a. Occupational fraud atau Embezzlement employee

Yaitu fraud yang dilakukan oleh bawahan kepada atasan. Dimana jenis

fraud ini bawahan melakukan kecurangan baik secara langsung maupun tidak

langsung kepada atasannya.

b. Management fraud

Yaitu pihak manajemen puncak melakukan fraud kepada kreditor,

pemegang saham dan pihak lain yang menggunakan laporan keuangan.

Manajemen puncak melakukan fraud dengan memberikan informasi keuangan

yang keliru.

17

c. Investment scams

Yaitu seseorang atau individu melakukan fraud kepada investor.

Seseorang melakukan fraud dengan cara menipu investor agar menginvestasikan

uangnya.

d. Vendor fraud

Merupakan jenis fraud yang dilakukan oleh perorangan atau organisasi

dalam menjual barang atau jasa kepada perusahaan yang menjual barang atau

jasa. Jenis fraud ini melakukan pemasangan harga yang terlalu tinggi atau tidak

melakukan pengiriman barang walaupun telah dilakukan pembayaran.

e. Customer fraud

Merupakan jenis fraud yang dilakukan oleh pelanggan perusahaan yang

melakukan penjualan barang atau jasa. Jenis fraud ini dilakukan dengan cara

penjual dituduh oleh pelanggan memberikan lebih sedikit dari yang seharusnya.

2.1.2.3 Gejala adanya Fraud

Gejala awal adanya fraud, yaitu:

1. Gejala kecurangan pada manajemen

Gejala pada manajemen yang menjadikan penanda adanya kecurangan,

contohnya: terjadi ketidak harmonisan (disharmony) antara manajemen puncak

dalam pengambilan keputusan, motivasi kerja karyawan yang menurun

dikarenakan ketidakpercayaan kepada pihak manajemen (distrust), meningkatnya

komplain konsumen, pemasok, atau badan otoritas terhadap perusahaan, terjadi

kekurangan kas karena pengeluaran yang tidak memiliki bukti, performance

perusahaan yang menurun, utang dan piutang meningkat secara tidak wajar,

persediaan mengalami kekurangan atau kelebihan jumlah secara tidak wajar.

18

2. Gejala kecurangan pada karyawan

Pada tingkat karyawan, gejala yang muncul yaitu terjadinya pengeluaran

financial tidak menggunakan bukti, kesalahan atau ketidakakuratan pencatatan,

jumlah persediaan tidak sesuai dengan kuantitas dan kualitasnya, harga

persediaan yang terlalu tinggi dari yang sebelumnya, terjadi penyesuaian dalam

pembukuan perusahaan tanpa persetujuan dari manajemen.

2.1.3 Financial Statement Fraud

Menurut American Institute Certified Public Accountant (1998). Financial

statement fraud merupakan kegiatan yang dilakukan secara sengaja dan

mengakibatkan salah saji material dalam laporan keuangan. Sedangkan menurut

Australian Auditing Standards (AAS), financial statement fraud adalah suatu

tindakan menyajikan ataupun mengungkapkan laporan keuangan yang keliru

secara sengaja untuk menipu pengguna laporan keuangan (Brennan dan

McGrath, 2007).

Menurut Wells (2011) dalam Sihombing (2014) mengemukakan financial

statement fraud mencakup beberapa modus antara lain:

1. Pemalsuan dokumen pendukung atau transaksi bisnis.

2. Menghilangkan secara sengaja informasi yang signifikan sebagai sumber

penyajian laporan keuangan.

3. Menerapkan prinsip akuntansi yang tidak sesuai dengan prosedur yang

digunakan dalam pelaporan atau pengungkapan transasi bisnis.

4. Tidak menyajikan informasi tentang prinsip dan kebijakan akuntansi yang

digunakan dalam pembuatan laporan keuangan.

Menurut SAS No.99, kecurangan laporan keuangan dilakukan dengan:

1. Memalsukan, merubah atau memanipulasi dokumen pendukung dalam

penyusunan laporan keuangan.

19

2. Kekeliruan yang dilakukan secara sengaja terhadap laporan keuangan.

3. Menyalahgunakan secara sengaja prinsip-prinsip akuntansi tentang klasifikasi,

jumlah pengungkapan atau cara penyajian.

2.1.3.1 Pelaku Financial Statement Fraud

Menurut Taylor (2004) dalam Nguyen (2008), membagi dua pelaku utama

dalam financial statement fraud. Urutannya sebagai berikut:

1. Pada tingkatan senior manajemen seperti CEO, CFO dan lain-lain. CEO

melakukan kecurangan sebesar 72%, sedangkan CFO melakukan tindakan

kecurangan sebesar 43 %.

2. Tingkatan karyawan menengah dan rendah. Pada tingkatan ini karyawan

melakukan tindakan kecurangan laporan keuangan agar dapat mendapatkan

bonus dari kinerja yang baik atau menutupi kinerjanya yang buruk.

2.1.3.2 Tipe Financial Statement Fraud

SAS No.99, membagi dua pertimbangan auditor karena terjadinya fraud

yang disebabkan penyalahsajian laporan keuangan yang relevan dengan audit,

yaitu:

1. Fraudulent financial reporting merupakan kelalaian atau salah saji yang

disengaja dalam pengungkapan laporan keuangan yang dilakukan agar

pengguna laporan keuangan mengalami kerugian.

Misappropriation of assets merupakan penyalahgunaan aset yang

dilakukan dalam beberapa hal (penggelapan penerimaan, pencurian aset

berwujud maupun aset tidak berwujud, atau menimbulkan pembayaran untuk

barang atau jasa yang tidak diterima oleh perusahaan). Kwok dalam Nguyen

(2008) mengatakan penyalahgunaan aset dilakukan dengan menyembunyikan

kehilangan aset dengan cara memanipulasi pencatatannya yang secara tidak

langsung menimbulkan penyimpangan terhadap laporan keuangan.

20

2.1.4 Fraud Diamond Theory

Fraud diamond adalah terobosan baru dalam fenomena fraud yang

dicetuskan oleh Wolfe dan Hermanson (2004). Fraud diamond adalah suatu

pengembangan dari fraud triangle oleh Cressey (1953). Wolfe dan Hermanson

(2004) menambahkan elemen capability (kemampuan) dari ketiga kondisi yang

telah ditemukan oleh Cressey (1953) dalam Skousen et al. (2008) tentang

keadaan yang dapat mempengaruhi seseorang melakukan tindakan kecurangan.

Melakukan penipuan secara detail tidak terjadi tanpa seseorang yang tepat dan

memiliki kemampuan yang tepat (Wolfe dan Hermanson, 2004). Bentuk dari fraud

diamond sebagai berikut:

Opportunity

Pressure Razionalization

Capabilty

Gambar 2.1 Fraud Diamond

2.1.4.1 Pressure or incentive (tekanan atau dorongan)

Tekanan merupakan dorongan yang mengakibatkan seseorang

melakukan kecurangan. Kecurangan terjadi karena kebutuhan keuangan atau

hanya sekedar keserakahan. Tekanan keuangan, kebiasaan buruk, tekanan

lingkungan kerja, dan kebiasaan lain yang merugikan menyebabkan dorongan

pihak karyawan dan manajer untuk melakuan fraud.

Albrecht et al. (2011) mengelompokkan pressure menjadi empat kategori,

yaitu:

21

1. Financial pressures (tekanan finansial)

Tekanan yang muncul dari finansial menimbulkan fraud hampir 95%.

Tekanan finansial yang sering diselesaikan dengan mencuri (Fraud) dapat

disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

a Greedy (Keserakahan)

b Living beyond one’s means (Standar hidup yang terlalu tinggi)

c High bills or personal debt (Banyaknya tagihan dan utang)

d Poor credit (Kredit yang hampir jatuh tempo)

e Unexpected financial needs (Kebutuhan hidup yang tidak terduga)

2. Vices pressures (Tekanan kebiasaan buruk)

Vices pressures merupakan dorongan untuk memenuhi kebutuhan

kebiasaan buruk, seperti: judi, narkoba, minuman keras dan barang-barang negatif

lainnya.

3. Work-related pressures (Tekanan yang berhubungan dengan pekerjaan)

Karyawan tidak memperoleh kepuasan kerja, contohnya: manajemen

kurang memperhatikan kebutuhan karyawan, tidak adil dan lain-lain. Hal tersebut

dapat mengakibatkan karyawan melakukan fraud agar mendapatkan “balasan”

yang sesuai.

Terdapat empat kondisi terkait pressure (tekanan) yang menyebabkan

seseorang melakukan kecurangan (SAS No. 99 dalam Skousen et al.,2008), yaitu:

1. Financial stability (Stabilitas keuangan)

Financial stability adalah suatu kondisi yang menjelaskan keadaan

keuangan perusahaan dalam posisi stabil. SAS No. 99 menjelaskan bahwa

manajer dihadapkan pada tekanan untuk melakukan fraud laporan keuangan

ketika keuangan dan profitabilitas perusahaan tidak stabil. Selain itu, manajemen

melakukan kecurangan terhadap laporan keuangan berkaitan dengan

22

pertumbuhan aset perusahaan. Perusahaan yang mengalami pertumbuhan

dibawah rata-rata industri, dapat mengakibatkan manajemen melakukan

manipulasi laporan keuangan dalam peningkatan prospek perusahaan

(Loebbecke dan Bell dalam Skousen et al., 2008). Beasley et al. dalam Skousen

et al. (2008) menyatakan salah satu upaya kecurangan laporan keuangan yaitu

dengan pertumbuhan aset. Dengan demikian, variabel stabilitas keuangan

(financial stability) dapat dikur dengan rasio perubahan total aset. Pendapat ini

dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Skousen et al. (2008) yang

menyatakan bahwa semakin besar rasio perubahan total aset suatu perusahaan,

maka kemungkinan terjadinya financial statement fraud suatu perusahaan

semakin tinggi.

2. External pressure (Tekanan eksternal)

Skousen et al. (2008) mengatakan tekanan eksternal terjadi karena

kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang atau melengkapi persyaratan

hutang. Selain itu, pihak manajemen dihadapkan dengan kondisi untuk

memperoleh tambahan utang atau modal. maka rasio leverage yaitu debt to asset

ratio dapat digunakan sebagai alat ukur external pressure.

3. Personal financial need (Kelemahan keuangan pribadi)

Pihak direksi maupun manajemen perusahaan melakukan manipulasi

kondisi keuangan untuk kebutuhan pribadi yang dapat berdampak pada kondisi

perusahaan (Dunn et al.,2004 dalam Skousen et al.,2008).

4. Financial target (Target keuangan)

Skousen et al. (2008) mengemukakan bahwa ROA merupakan suatu

ukuran kinerja operasional perusahaan yang digunakan dalam menunjukkan

efisiensi penggunaan aset. Dalam menilai kinerja manajer rasio yang sering

digunakan adalah ROA.

23

2.1.4.2 Opportunity (Kesempatan)

Kesempatan muncul dikarenakan pengendalian internal, lemahnya sanksi

dan ketidakmampuan untuk menilai kualitas kinerjadalam mencegah dan

mendeteksi fraud yang lemah. Albrecht et al. (2011) mengkalsifikasikan faktor-

faktor peningkatan peluang bagi seseorangdalam melakukan Fraud, antara lain:

1. Kurangnya pengendalian dalam mencegah atau mendeteksi Fraud.

2. Keterbatasan dalam menilai kualitas kinerja

3. Kegagalan untuk mendisiplinkan para pelaku Fraud

4. Pengawasan terhadap akses informasi yang kurang

5. Ketidakmampuan dan ketidakpedulian dalam pengantisipasian Fraud

6. Audit trail (kurangnya jejak audit)

Menurut SAS No. 99 dalam Sousen et al. (2008) terdapat tiga keadaan

terkait opportunity (kesempatan) yang dapat menyebabkan seseorang melakukan

kecurangan yaitu:

1. Nature of industry (Kondisi industri)

Loebbecke et al., (1989) dalam Skousen et al. (2008) melakukan

pengamatan terhadap sejumlah kasus penipuan tentang piutang dan persediaan.

Selain itu, Summers dan Sweeney (1998) memprediksikan bahwa pihak

manajemen menggunakan catatan piutang tak tertagih dan persediaan dalam

identifikasi kecurangan laporan keuangan. Rasio yang diguakan untuk mengukur

nature of industry yang berkaitan tentang piutang yaitu rasio perubahan dalam

piutang usaha/RECEIVALE.

2. Ineffective of monitoring

Perusahaan yang memiliki anggota dewan komisaris eksternal yang sedikit

lebih rentang melakukan fraud ketimbang perusahaan yang memiliki anggota

dewan komisaris eksternal yang banyak (Dun et al., 2004 dalam Skousen et al.,

24

2008). Maka, untuk mengetahui persentase anggota dewan komisaris eksternal

BDOUT dapat digunakan dalam pengukurannya.

3. Struktur Organisasi

Pengambilan keputusan sangat didominasi oleh kedudukan seorang CEO

dalam sebuah perusahaan (Dun et al., 2004 dalam Skousen et al., 2008). Struktur

organisasi memberikan gambaran pengendalian internal dan arus hubungan

vertikal maupun horizontal terhadap pihak–pihak yang bertanggungjawab dalam

perusahaan.

2.1.4.3 Pembenaran (Rationalization)

Dalam melakukan tindakannya para pelaku fraud selalu mencari

pembenaran terhadap tindakan yang dilakukannya, antara lain:

a. Menganggap semua yang dilakukannya adalah hal yang wajar dan orang lain

juga melakukan.

b. Pelaku menganggap dirinya patut diberikan lebih banyak dari yang telah

diterima karena merasa mempunyai jasa besar terhadap perusahaan.

c. Pelaku beranggapan hanya meminjam dan mengembalikannya dikemudian

hari.

Terdapat beberapa keadaan terkait rationalization (pembenaran) yang

dapat mengakibatkan seseorang melakukan kecurangan yaitu:

1. Auditor Change

Rasionalisasi merupakan tindakan pembenaran dalam melakukan setiap

kegiatan kejahatan (Shelton, 2014). Loebbecke et al. (1989) dalam Skousen et al.

(2008) mengemukakan bahwa terjadinya kegagalan audit dan peningkatan litigasi

dikarenakan setelah adanya perubahan auditor. Oleh karena itu, untuk mengukur

rasionalisasi dapat menggunakan perubahan auditor.

25

2. Opini Audit

Rasionalisasi merupakan faktor dalam mendeteksi fraud yang masih sulit

dalam pengukurannya (Skousen et al., 2008). Dalam pemberian opini, seorang

auditor memberikan opininya berdasarkan kondisi perusahaan tersebut. Wajar

tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan merupakan salah satu opini yang

biasa diberikan oleh auditor. Francis dan Krishnan (1999) dalam Skousen et al.

(2008) dalam penelitiannya menggunakan opini audit untuk mengukur

rasionalisasi, karena pembenaran terhadap kesalahan yang dilakukan merupakan

indikasi dari rasionalisasi.

2.1.4.4 Kemampuan (Capability)

Wolfe dan Hermanson mengemukakan bahwa adanya penambahan

elemen fraud triangle dalam peningkatan pendeteksian dan pencegahan

kecurangan (fraud) yaitu dengan menambahkan Capability.

Wolfe dan Hermanson (2004) mengemukakan kecurangan (fraud) yang

berskala besar tidak terjadi tanpa adanya orang dengan kapabilitas baik dalam

sebuah perusahaan. Opportunity memberikan peluang untuk seseorang

melakukan kecurangan (fraud) sedangkan, pressure dan rationalization

memberikan dorongan seseorang dalam melakukannya. Namun, seseorang yang

melakukannya harus memiliki kapabilitas agar menyadari peluang yang terbuka

agar dapat dimanfaatkan bukan hanya sekali tapi berkali-kali.

Dalam mendesain suatu sistem pendeteksi kecurangan, hal yang sangat

penting dipertimbangkan adalah orang-orang didalam perusahaan yang memiliki

kapabilitas untuk melakukan tindakan fraud. Penipuan tidak mungkin terjadi tanpa

adanya orang yang tepat dengan kemampuan yang tepat dalam melaksanakan

setiap detail dari penipuan (Wolfe dan Hermanson, 2004)

26

Teori ini menerangkan bahwa inti dalam memitigasi Fraud adalah dengan

fokus pada kondisi khusus yang terjadi selain pressure dan rationalization serta

perpaduan antara opportunity dan capability.

Berikut ini penjelasan dari fraud diamond (Wolfe dan Hermanson, 2004)

yaitu:

1. Position/function

Kedudukan seseorang dalam sebuah perusahaan memberikan

kemampuan dalam memanfaatkan peluang untuk melakukan penipuan.

Seseorang pada jabatan tinggi akan memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap

kondisi tertentu.

2. Brains

Pelaku kecurangan memiliki kemampuan tingkat kecerdasan dalam

memanfaatkan kelemahan kondisi dalam sebuah perusahaan untuk melakukan

tindakannya.

3. Confidence/ego

Pelaku tindak kecurangan memiliki kepercayaan diri yang besar dan yakin

bahwa tindakan kecurangan yang dilakukan tidak diketahui atau terdeteksi.

4. Coercion skills

Pelaku kecurangan dapat memaksa orang lain untuk ikut melakukan atau

menyembunyikan kecurangan. Pelaku biasanya bersifat persuasif dan dapat

dengan mudah meyakinkan orang lain agar bekerja sama dalam melakukan

kecurangan.

5. Effective lying

Kebohongan yang konsisten merupakan kunci sukse untuk perilaku

seorang yang melakukan kecurangan. karena untuk menghindari kecurigaan

maka dia harus berbohong dalam meyakinkan.

27

6. Immunity to stress

Seseorang yang melakukan tindakan kecurangan harus mengendalikan

tingkat stresnya karena dengan menyembunyikan kelakuannya dalam waktu yang

lama dapat mengakibatkan stress.

2.1.5 Corporate Governance

2.1.5.1 Pengertian Corporate Governance

Corporate governance adalah hubungan antara stakeholder dengan

perusahaan dalam menentukan arah dan melakukan pengendalian kinerja (Doli D.

Siregar, 2004: 400). Corporate governance dikatakan efektif jikadapat

menyeimbangkan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham

sehingga menghasilkan keunggulan kompetitif bagi perusahaan.

World Bank menjelaskan bahwa good corporate governance adalah

kumpulan hukum, peraturan dan kaidah–kaidah yang harus dipenuhi dalam

mendorong kinerja perusahaan agar bekerja dengan efisien, menghasilkan nilai

ekonomi jangka panjang yang berkelanjutan bagi pemegang saham maupun

masyarakat sekitar secara keseluruhan.

Berdasarkan beberapa pengertian corporate governance, dapat

disimpulkan bahwa corporate governance adalah suatu proses dan struktur yang

digunakan untuk mengarahkan dan mengelola usaha dalam rangka meningkatkan

kinerja dan akuntabilitas sebagai entitas bisnis terhadap masyarakat dan

stakeholders.

2.1.5.2 Prinsip Corporate Governance

Organization for Economic Cooperation and Development (OECD)

membagi good corporate governance kedalam lima prinsip, yaitu:

1 Kesetaraan dan kewajaran (Fairness)

28

Fairness melindungi hak pemegang saham, baik pemegang saham

minoritas maupun pemegang saham asing, serta melaksanakan komitmen

terhadap yang telah dibuat dengan penanam modal. Dengan diterapkannya

prinsip fairness diharapkan pengelolaan aset perusahaan dapat terlindungi

dengan baik dan hati-hati dengan harapan kepentingan investor juga dapat

terjaga. Inti dari penerapan prinsip fairness ini yaitu adanya peraturan yang jelas,

konsisten, tegas dalam pelaksanaannya.

2 Keterbukaan informasi (Transparancy)

Prinsip transparancy ini mengharuskan keterbukaan informasi, ketepatan

waktu dan kejelasan dalam pengelolaan keuangan perusahaan maupun

kepemilikan. Stakeholder mengharapkan dengan diterapkannya prinsip

transparancy agar dapat membantu penilaian risiko dan meminimalisir terjadinya

benturan kepentingan.

3 Akuntabilitas (Accountability)

Prinsip accountability menggambarkan tanggungjawab dan peran pihak

manajemen dan pemegang saham agar terjadinya keseimbangan kepentingan

diantara keduanya. Terdapat beberapa langkah pelaksanaan dari prinsip

accountability yaitu berjalannya praktik audit internal yang dapat menjelaskan hak,

kewajiban dan tanggungjawab sehingga pencapaian perusahaan sesuai dengan

yang ditargetkan. Dengan diterapkannya prinsip accountability maka hak,

kewajiban, fungsi dan tanggungjawab investor dewan direksi dan dewan komisaris

dapat terlihat jelas.

4 Pertanggungjawaban (Responsibiliy)

Responsibility dimaksudkan agar nilai-nilai social yang merupakan

cerminan dapat dipatuhi sebagai sebuah peraturan. Harapan yang ingin dicapai

29

dengan diterapkannya prinsip ini yaitu kesadaran dalam kegiatan operasional

perusahaan biasanya mempunyai dampak negatif terhadap masyarakat.

5 Kemandirian (Independency)

Independency adalah keadaan pada suatu perusahaan yang dalam

pengelolaannya tidak terjadi benturan kepentingan atau tekanan dari pihak

manajemen yang dapat membuat perusahaan melakukan tindakan yang tidak

sesuai dengan peraturan yang berlaku dan prinsip yang sehat.

2.1.5.3 Manfaat Corporate Governance

Priambodo dan Supriyanto (2007) mengemukakan empat manfaat dari

diterapkannya good corporate governance pada perusahaan baik manfaat jangka

pendek maupun jangka panjang, yaitu:

1 Pengurangan dalan biaya agensi, yakni terjadinya biaya dikarenakan

penyalahgunaan wewenang atau biaya yang muncul akibat terjadinya suatu

masalah sehingga dibutuhkan pengawasan.

2 Peningkatan citra perusahaan dimata publik dalam jangka waktu yang lama

dan berimbas kepada peningkatan nilai saham perusahaan.

3 Hak dan kepentingan pemegang saham terlindungi.

4 Kinerja manajemen perusahaan, dewan pengurus dan manajemen puncak

terjadi peningkatan baik secara efisiensi maupun efektif.

2.1.5.4 Mekanisme Corporate Governance

Mekanisme corporate governance adalah kejelasan hubungan antara

pihak stakeholder dengan pihak yang melakukan pengawasan terhadap

keputusan tersebut. Mekanisme terhadapkontrol corporate governance terbagi

antara mekanisme internal dan mekanisme eksternal (Iskander dan Chamlou

2000). Mekanisme internal merupakan pengendalian perusahaan dengan proses

30

internal contohnya pertemuan dengan board of director, komposisi dewan

komisaris, komposisi dewan direksi dan rapat umum pemegang saham (RUPS),

Sedangkan mekanisme eksternal merupakan pengendalian perusahaan terhadap

pengaruh yang dapat diberikan kepada pihak eksternal perusahaan seperti

pengendalian pasar.

2.2 Tinjauan Empiris

Penelitian terdahulu mengenai fraud telah banyak dilakukan oleh beberapa

peneliti sebelumnya. Namun, penlitian terkait fraud diamond belum banyak

dilakukan. Berikut beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan variabel-

variabel yang dibahas dalam penelitian ini.

Penelitian pertama oleh Wolfe dan Hermanson (2004) meneliti tentang

capability sebagai salah satu fraud risk factor yang melatar belakangi terjadinya

fraud menyimpulkan bahwa perubahan direksi dapat mengindikasikan terjadinya

fraud. Perubahan direksi tidak selamanya berdampak baik bagi perusahaan.

Perubahaan direksi bisa menjadi suatu upaya perusahaan untuk memperbaiki

kinerja direksi sebelumnya dengan melakukan perubahan susunan direksi

ataupun perekrutan direksi yang baru yang dianggap lebih berkompeten dari

direksi sebelumnya. Sementara disisi lain, pergantian direksi bisa jadi merupakan

upaya perusahaan untuk menyingkirkan direksi yang dianggap mengetahui fraud

yang dilakukan perusahaan serta perubahan direksi dianggap membutuhkan

waktu adaptasi sehingga kinerja awal tidak maksimal.

Penelitian kedua Sihombing (2014) menyatakan bahwa variabel financial

stability yang diproksikan dengan rasio perubahan total asset, variabel external

pressure yang diproksikan dengan leverage ratio, variabel nature of industry yang

diproksikan dengan rasio perubahan piutang dan variable rationalization yang

diproksikan dengan rasio perubahan total akrual terbukti berpengaruh terhadap

31

financial statement fraud. Namun, penelitian ini tidak membuktikan bahwa variabel

financial target yang diproksikan dengan ROA, variabel innefective monitoring

yang diproksikan dengan rasio dewan komisaris independen, change in auditor,

dan Capability yang diproksikan dengan perubahan direksi memiliki pengaruh

terhadap financial statement fraud.

Penelitian ketiga dilakukan oleh Putriasih et.al. (2016) meneliti tentang

Analisis Fraud Diamond dalam Mendeteksi Financial Statement Fraud. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa secara parsial fraud diamond (pressure,

opportunity, rationalization dan capability) dapat digunakan untuk mendeteksi

financial statement fraud dan secara simultan fraud fraud diamond (pressure,

opportunity, rationalization dan capability) dapat digunakan untuk mendeteksi

financial statement fraud.

Penelitian keempat dilakukan oleh Annisya et al. (2016) menyatakan

bahwa variabel stabilitas keuangan yang diukur dengan rasio perubahan total aset

menunjukkan pengaruh positif terhadap laporan keuangan penipuan. Penelitian ini

tidak menemukan tekanan eksternal variabel yang diukur dengan rasio leverage,

target keuangan yang diukur dengan return on asset, sifat industri yang diukur

dengan rasio perubahan persediaan, opini audit yang diukur dengan mendapatkan

opini wajar tanpa pengecualian dengan Bahasa mengklarifikasi, dan capablity

diukur dengan perubahan direksi pengaruh pada laporan keuangan penipuan.

Penelitian kelima dilakukan oleh Norbani (2012) meneliti tentang

Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan dengan Analisis Fraud Triangle

yang diadopsi dalam SAS No. 99. Hasil penelitian menunjukkan financial stability

dengan proksi rasio perubahan total asset, personal financial need dengan proksi

rasio kepemilikan saham oleh orang dalam dan ineffective monitoring dengan

proksi rasio komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap financial

32

statement fraud. Sedangkan, external pressure dengan proksi rasio arus kas

bebas (free cash flow) dan financial target dengan proksi return on asset terbukti

berpengaruh signifikan terhadap financial statement fraud.

Penelitian keenam dilakukan oleh Skousen et al (2008) meneliti tentang

Detecting and Predicting Financial Statement Fraud: The Effectivines of The Fraud

Triangle and SAS N0.99. Hasil penelitian menunjukkan lima dari delapan variabel

proksi tekanan berpengaruh signifikan terhadap pendeteksian fraud. Sedangkan

untuk variabel rasionalisasi tidak berpengaruh signifikan terhadap pendeteksian

fraud.

Penelitian ketujuh dilakukan oleh Shelton (2014) meneliti tentang Analisys

of Capabilities Attributed to the Fraud Diamond. Hasil penelitian menunjukkan

delapan dari semua tes yang melakukan hipotesis nol: positioning versus coercion,

intelligence versus ego, intelligence versus deceit, ego versus coercion, ego

versus stress management, coercion versus deceit, coercion versus stress

management, and deceit versus stress management.