ANALISA PENGARUH EXPERIENTIAL MARKETING TERHADAP MINAT BELI ULANG KONSUMEN CAFE BUNTOS 99 SIDOARJO

16
JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN Vol. 1, No. 2, (2013) 1-8 1 ANALISA PENGARUH EXPERIENTIAL MARKETING TERHADAP MINAT BELI ULANG KONSUMEN CAFE BUNTOS 99 SIDOARJO Gersom Hendarsono dan Sugiono Sugiharto, S.E., M.M. Jurusan Manajemen Pemasaran, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya E-mail: [email protected] ; [email protected] PJURNAL MANAJEMEN PEMASARAN Vol. 1, No. 2, (2013) 1-8 2 Abstrak—Cafe Buntos 99 yang berlokasi di Sidoarjo adalah cafe yang khusus menyediakan minuman yang memiliki nama yang unik dan citarasa berbeda dengan café pada umumnya. Namun, dalam industri cafe yang sangat kompetitif saat ini, Cafe Buntos 99 harus menciptakan experiential marketing di benak konsumennya. Penelitian ini diadakan untuk mengukur tingkat experiential marketing Cafe Buntos 99 terhadap minat beli ulang konsumen. Ada 100 responden yang berkontribusi dalam penelitian ini. Kriteria responden adalah berusia di atas 17 tahun dan sudah datang ke Cafe Buntos 99 dua kali dalam 6 bulan terakhir. Alat analisa yang digunakan adalah Analisis Deskriptif dan Analisis Regresi Linier Berganda. Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa experiential marketing berpengaruh signifikan terhadap minat beli ulang konsumen Café Buntos 99 Sidoarjo. dalam komponen sense experience, feel experience, think experience dan relate experience berpengaruh signifikan terhadap minat beli ulang namun untuk komponen act experience tidak berpengaruh signifikan terhadap minat beli ulang. Kata Kunci—Minat Beli Ulang, Experiential Marketing I. PENDAHULUAN Perkembangan sektor usaha industri makanan dan minuman di Indonesia semakin berkembang dengan pesat. Dalam 3 tahun terakhir industri makanan dan minuman mengalami pertumbuhan secara signifikan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang mencapai 9,98 persen, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran 8,11 persen (Badan Pusat Statistik, 2012).Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa perkembangan usaha khususnya industri makanan dan minuman mengalami pertumbuhan yang tinggi. Banyak café dengan berbagai macam konsep atau ide yang ditawarkan untuk memikat pelanggan dari berbagai kalangan baik ditinjau dari usia, pendidikan, penghasilan dan gender. Café yang sudah lama berdiri maupun café-café yang baru dibuka mereka berusaha untuk mengenalkan atau menawarkan menu-menu baru agar dapat diterima dengan baik oleh para pembeli atau konsumen. Kondisi tersebut akan menimbulkan banyak persaingan antar café semakin ketat untuk menarik pembeli sebanyak-banyaknya agar datang mengunjungi serta menikmati apa yang telah disediakan. Café yang baru dibuka harus bisa semaksimal

Transcript of ANALISA PENGARUH EXPERIENTIAL MARKETING TERHADAP MINAT BELI ULANG KONSUMEN CAFE BUNTOS 99 SIDOARJO

JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN Vol. 1, No. 2, (2013) 1-8 1ANALISA PENGARUH EXPERIENTIAL MARKETING TERHADAP MINAT BELI ULANG KONSUMEN

CAFE BUNTOS 99 SIDOARJOGersom Hendarsono dan Sugiono Sugiharto, S.E., M.M.

Jurusan Manajemen Pemasaran, Universitas Kristen PetraJl. Siwalankerto 121-131, Surabaya

E-mail: [email protected] ; [email protected] MANAJEMEN PEMASARAN Vol. 1, No. 2, (2013) 1-8 2

Abstrak—Cafe Buntos 99 yangberlokasi di Sidoarjo adalah cafeyang khusus menyediakan minuman yangmemiliki nama yang unik dan citarasaberbeda dengan café pada umumnya.Namun, dalam industri cafe yangsangat kompetitif saat ini, CafeBuntos 99 harus menciptakanexperiential marketing di benakkonsumennya. Penelitian ini diadakanuntuk mengukur tingkat experientialmarketing Cafe Buntos 99 terhadapminat beli ulang konsumen. Ada 100responden yang berkontribusi dalampenelitian ini. Kriteria respondenadalah berusia di atas 17 tahun dansudah datang ke Cafe Buntos 99 duakali dalam 6 bulan terakhir. Alat analisa yangdigunakan adalah Analisis Deskriptifdan Analisis Regresi LinierBerganda. Hasil Penelitian inimenunjukan bahwa experientialmarketing berpengaruh signifikanterhadap minat beli ulang konsumenCafé Buntos 99 Sidoarjo. dalamkomponen sense experience, feelexperience, think experience danrelate experience berpengaruhsignifikan terhadap minat beli ulangnamun untuk komponen act experiencetidak berpengaruh signifikanterhadap minat beli ulang. KataKunci—Minat Beli Ulang, ExperientialMarketing

I. PENDAHULUANPerkembangan sektor usaha industrimakanan dan minuman di Indonesia semakinberkembang denganpesat. Dalam 3 tahun terakhirindustri makanan dan minumanmengalami pertumbuhan secarasignifikan. Pertumbuhan tertinggiterjadi pada sektor pengangkutan dankomunikasi yang mencapai 9,98persen, diikuti oleh sektorperdagangan, hotel, dan restoran8,11 persen (Badan Pusat Statistik,2012).Berdasarkan data tersebutdapat dilihat bahwa perkembanganusaha khususnya industri makanan danminuman mengalami pertumbuhan yangtinggi. Banyak café dengan berbagaimacam konsep atau ide yangditawarkan untuk memikat pelanggandari berbagai kalangan baik ditinjaudari usia, pendidikan, penghasilandan gender. Café yang sudah lama berdiri maupun café-caféyang baru dibuka mereka berusahauntuk mengenalkan atau menawarkanmenu-menu baru agar dapat diterimadengan baik oleh para pembeli ataukonsumen. Kondisi tersebut akanmenimbulkan banyak persaingan antarcafé semakin ketat untuk menarikpembeli sebanyak-banyaknya agardatang mengunjungi serta menikmatiapa yang telah disediakan. Café yangbaru dibuka harus bisa semaksimal

mungkin untuk mengenalkan menu-menuterbaiknya agar bisa diterima ditengah-tengah masyarakat umum. Untukcafé yang mempunyai usia yang cukuplama juga harus mampu mempertahankankesuksesannya apalagi semakinmenjamurnya café-café baru denganberbagai jenis konsep dan menu yangditawarkan mungkin potensialmenggusur minat para pelanggan yang sudah lama tersebut. Café yang inginberhasil menembus persaingandisamping menu yang ditawarkanmereka juga dituntut harus sekreatifmungkin untuk mengkonsep café itusendiri. Dewasa ini, Fitur-fituryang diberikan oleh suatuproduk/jasa tidak cukup untukmembuat konsumen mengkonsumsi produktersebut secara terus menerus ataudapat dikatakan tidak terjadinyaminat beli ulang konsumen tersebut.Untuk mengatasi haltersebut, konsep pemasaran telahberkembang pesat kepada sebuahexperiential marketing yangdiberikan oleh penyedia barangataupun jasa sehingga konsumenmemilik sebuah pengalaman tersendiriyang unik serta menarik yang membuatkeinginan membeli ulang produk/jasatersebut meningkat.Hal ini sangatmenarik untuk diteliti dimanaperkembangan konsep pemasaran telahberkembang pesat dimana sekarangkonsep pemasaran tidak lagi berfokuspada produknya tetapi kini konseppemasaran berfokus pada konsumen.Sehingga, sebuah pengalaman menarikakan memberikan sesuatu yang berbedabagi konsumen dalam menikmatiproduk/jasanya. Dengan pengalamantersebut diharapkan timbul minatbeli konsumen pada suatuproduk/jasa.Melihat fenomena diataspenulis ingin melakukan penelitiandiantara pengunjung mengenai

experiential marketing dari CaféBuntos 99 Sidoarjo untuk memahamisejauh mana experiential marketingberpengaruh terhadap minat beliulang di Cafe tersebut. Agar CaféBuntos 99 mampu bertahan menghadapiketatnya persaingan antar cafe yangada di Sidoarjo dewasa ini.

RUMUSAN MASALAHBerdasarkan latar belakang yangtelah diuraikan diatas maka dapatditarik rumusan masalah sebagaiberikut :1. Apakah komponen sense experience,feel experience, think experience,act experience, relateexperiencemempengaruhi minat beliulang konsumen Café Buntos 99Sidoarjo?2. Komponen experiential marketingmanakah yang paling dominanmempengaruhi minat beli ulangkonsumen di Café Buntos 99 Sidoarjo?

TUJUAN PENELITIAN1. Untuk menguji komponen senseexperience, feel experience, think experience, actexperience, relate experience yang mempengaruhi minatbeli ulang.2. Untuk mengetahui komponenexperiential marketing apa atau manayang dominan di Café Buntos 99Sidoarjo.

II. TINJAUAN PUSTAKAA. Pengertian PemasaranPengertian pemasaran menurut PhilipKotler (2009:7) Pemasaran adalahsuatu proses sosial yang di dalamnyaindividu dan kelompok mendapatkanapa yang mereka butuhkan daninginkan dengan menciptakan,menawarkan dan secara bebasmempertukarkan produk yangbernilaidi pihak lain.

Menurut Ali Hasan (2008) pemasaran(marketing) “merupakan sebuah konsep ilmu denganstrategi bisnis yang bertujuan untukmencapai kepuasan berkelanjutan bagistakeholder (pelanggan, karyawan,pemegang saham).”Menurut DjaslimSaladin (2002) “pemasaran adalahsuatu sistem total dari kegiatanbisnis yang dirancang untukmerencanakan, menentukan harga,promosi dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskankeinginan dan mencapai pasar sasaranserta tujuan perusahaan.”MenurutKotler dan Keller (2009:45) definisipemasaran dapat dibedakan antaradefinisi pemasaran secara manajerialdan secara sosial. Definisi secaramanajerial pemasaran seringdigambarkan sebagai seni menjualproduk, sedangkan definisi pemasaransecara sosial adalah suatu prosessosial yang didalamnya individu dankelompok mendapatkan apa yang merekabutuhkan dan inginkan denganmenciptakan, menawarkan dan secarabebas mempertukarkan produk dan jasayang bernilai dengan pihak lain.

B. Marketing 3.0Dalam buku “Marketing 3.0: FromProducts to Customer to the HumanSpirit” tim MarkPlus bersama PhilipKotler mengatakan bahwa praktikpemasaran akan semakin bergeser danmengalami transformasi dari levelintelektual (marketing 1.0) menujuke level yang mengarah padaemosional (marketing 2.0), danakhirnya ke level human spirit(marketing 3.0). Marketing 1.0mengandalkan rational intelligence :produk bagus, harga terjangkau.Konsumen memilih produk berdasarkantinggi-rendahnya harga yangditawarkan produsen. Level pemasaran

yang bersifat intelektual iniditandai dengan penggunaan perangkatampuh seperti marketing mix,branding, positioning, dansebagainya. Pada level ini, konsumensangat mudah berpindah. Seiringdengan perkembangan zaman, terutamatren globalisasi dan perananteknologi yang semakin canggih,dunia pemasaran mulai bergeser keera “Marketing 2.0” yang ditandaioleh emotional marketing. Hinggakini varian dari emotional marketingini sudah berkembang demikian luasdan telah menjadi buzzword marketingyang popular. Sebut saja beberapadiantaranya seperti: customerrelationship management,experiential marketing, emotionalbranding, dan sebagainya. Secarakonsep, praktik pemasaran di era“Marketing 2.0” berbasiskanemotional intellegence yaitusentuhlah hati customer. Meski suatuproduk lebih mahal dibanding yanglain, tapi produk tetap dipilihkonsumen sebab sudah memiliki ikatanemosinal dengan produknya. Namun,strategi bisnis yang dimiliki perludilandasi nilai-nilai spiritualitasyang kukuh. Inilah yang disebutsebagai era “Marketing 3.0” yangdilandasi spiritual intelligence.Marketing 3.0 ini akan terlihat dariseberapa dalam hubungan produsendengan konsumen atau stakeholder-nya. Wujud spiritualisme adalahbagaimana mencintai jejaringstakeholder bisnis dengan modal danmenjunjung tinggi kejujuran.Kejujuran bisa menjadi sumberkeunggulan bersaing yang sangatkukuh, karena tidak banyakperusahaan yang mampu melakukannyadan kemampuan tersebut sulit ditirupesaing. Secara teoritis, jikasebuah perusahaan mampu melakukan

sesuatu yang sulit ditiru pesaing,maka ia akan memiliki daya saingyang kuat dan sustainable dalamjangka panjang. Jika sudah sampaitahap spiritual sedemikian itu,hubungan antara perusahaan dan siapapun yang berkepentingan, apakah itukonsumen, karyawan, shareholder, danlain sebagainya, akan bertahan lama.

C. Pengertian Experiential MarketingExperiential Marketing berasal daridua kata yaituExperience dan Marketing. Definisiexperience menurut Schmitt (1999,p.60): “Experiences are privateevents that occur in response tosome stimulation (e.g. as providedby marketing efforts before andafter purchase)” yang berartipengalaman merupakan peristiwa-peristiwa pribadi yang terjadidikarenakan adanya stimulus tertentu(misalnya yang diberikan oleh pihakpemasar sebelum dan sesudahpembelian barang atau jasa). Pine II dan Gilmore (1999, p.97)berpendapat bahwa “Experience areevent that engage individuals in apersonal way” yang berartipengalaman adalah suatu kejadianyang terjadi dan mengikat padasetiap individu secarapersonal.Sedangkan pengertianmarketing menurut Evans and Berman(1992, p.8): “Marketing is theanticipation, management andsatisfaction of demand through theexchange process”, artinya bahwamarketing adalah suatu aktivitasuntuk melakukan antisipasi,pengelolaan dan pencapaian kepuasankonsumen melalui proses pertukaran.Menurut Kotler et.al (2003, p.5):”Marketing is typically seen as thetask of crediting, promoting anddelivering goods and services to

consumers and businesses”, artinyamarketing adalah suatu aktivitasbertypikal sebagai tugas untukberekreasi atau menciptakan,berpromosi dan menjembatani antarabarang dan jasa kepada konsumen danbisnis. Bisa dikatakan bahwapengertian Experiential Marketingadalah suatu aktivitas untukmelakukan antisipasi, pengelolaandan pencapaian kepuasan konsumenmelalui proses pertukaran yangmerupakan peristiwa-peristiwapribadi yang terjadi sebagaitanggapan atau beberapa stimulus.Schmitt (1999, p.12) membagiExperiential Marketing menjadi empatkunci karakteristik antara lain:1)Fokus pada pengalaman konsumenSuatu pengalaman terjadi sebagaipertemuan, menjalani atau melewatisituasi tertentu yang memberikannilai-nilai indrawi, emosional,kognitif, perilaku dan relasionalyang menggantikan nilai-nilaifungsional. Dengan adanya pengalamantersebut dapat menghubungkan badanusaha beserta produknya dengan gayahidup konsumen yang mendorongterjadinya pembelian pribadi dandalam lingkup usahanya.2)Menguji situasi konsumenBerdasarkan pengalaman yang telahada konsumen tidak hanyamenginginkan suatu produk dilihatdari keseluruhan situasi pada saatmengkonsumsi produk tersebut tetapijuga dari pengalaman yang didapatkanpada saat mengkonsumsi produktersebut.3)Mengenali aspek rasional danemosional sebagai pemicu darikonsumsi Dalam Experiential Marketing,konsumen bukan hanya dilihat darisisi rasional saja melainkan jugadari sisi emosionalnya. Jangan

memperlakukan konsumen hanya sebagaipembuat keputusan yang rasionaltetapi konsumen lebih menginginkanuntuk dihibur, dirangsang sertadipengaruhi secara emosional danditantang secara kreatif4)Metode dan perangkat bersifatelektikMetode dan perangkat untuk mengukurpengalaman seseorang lebih bersifat elektik.Maksudnya lebih bergantung padaobjek yang akan diukur atau lebihmengacu pada setiap situasi yangterjadi daripada menggunakan suatustandar yang sama..

D. Manfaat Experiential MarketingFokus utama dari suatu ExperientialMarketing adalah pada tanggapanpanca indra, pengaruh, tindakanserta hubungan. Oleh karena itusuatu badan usaha harus dapatmenciptakan experiential brand yangdihubungkan dengan kehidupan nyatadari konsumen. Dan ExperientialMarketing dapat dimanfaatkan secaraefektif apabila diterapkan padabeberapa situasi tertentu. Adabeberapa manfaat yang dapat diterimadan dirasakan suatu badan usahamenurut pandangan Schmitt (1999,p.34) apabila menerapkanExperiential Marketing antara lain:1) Untuk membangkitkan kembali merekyang sedang merosot, 2) Untuk membedakan satu produkdengan produk pesaing, 3) Untuk menciptakan citra danidentitas sebuah perusahaan, 4) Untuk mempromosikan inovasi, 5) Untuk membujuk percobaan,pembelian dan loyalitas konsumen.

E. Alat Ukur Experiential MarketingSchmitt (1991, p.63) berpendapatbahwa experiential marketing dapat

diukur dengan menggunakan 5 faktoryaitu :1)SenseSense Experience didefinisikansebagai usaha pencipataan pengalamanyang berkaitan dengan panca inderamelalui penglihatan, suara,sentuhan, rasa, dan bau. Dimanadigunakan untuk mendiferensasikanbadan usaha dan produknya di market,memotivasi konsumen untuk maumembeli produk tersebut danmenyampaikan value pada konsumen.2)FeelFeel experience adalah strategi danimplementasi untuk memberikanpengaruh merek kepada konsumenmelalui komunikasi (iklan), produk(kemasan dan isinya), identitasproduk (co-branding), lingkungan,website, pemahaman yang jelasmengenai cara penciptaan perasaanmelalui pengalaman konsumsi yangdapat menggerakkan imajinasikonsumen yang diharapkan konsumendapat membuat keputusan untukmembeli. Feel experience timbulsebagai hasil kontak dan interaksiyang berkembang sepanjang waktu, dimana dapat dilakukan melaluiperasaan dan emosi yang ditimbulkan.Selain itu juga dapat ditampilkanmelalui ide dan kesenangan sertareputasi akan pelayanankonsumen.Tujuan dari feel experienceadalah untuk menggerakkan stimulusemosional (events, agents, objects)sebagai bagian dari feel strategiessehingga dapat mempengaruhi emosidan suasana hati konsumen.3)Think / Creative CognitiveExperienceTujuannnya adalah mendorong konsumensehingga tertarik dan berpikirsecara kreatif sehingga mungkindapat menghasilkan evaluasi kembali

mengenai perusahaan dan merektersebut. Think experience lebihmengacu pada future, focused, value,quality dan growth dan dapatditampilkan melalui inspirational,high technology, surprise.Adabeberapa prinsip yang terkandungdalam think experience yaitu :a. Surprise, Merupakan dasar pentingdalam memikat konsumen untukberpikir kreatif. Di mana surprisetimbul sebagai akibat jika konsumenmerasa mendapatkan sesuatu melebihidari apa yang diinginkan ataudiharapkan, sehingga timbulsatisfaction.b. Intrigu, Merupakan pemikiran yangtergantung tingkat pengetahuan, halyang menarik konsumen, ataupengalaman yang sebelumnya pernahdialami oleh masing-masing individu.c. Rovocation, Sifatnya menciptakansuatu kontroversi atau kejutan baikyang menyenangkan maupun yang kurangberkenan.4)Act / Phsyical Experience andEntitle LifestyleMerupakan teknik pemasaran untukmenciptakan pengalaman konsumen yangberhubungan dengan tubuh secarafisik, pola perilaku, dan gaya hidupjangka panjang serta pengalaman yangterjadi dari interaksi dengan oranglain. Di mana gaya hidup sendirimerupakan pola perilaku individudalam hidup yang direfleksikan dalamtindakan, minat dan pendapat. Actexperience yang berupa gaya hidupdapat diterapkan dengan menggunakantrend yang sedang berlangsung ataumendorong terciptanya trend budayabaru. Tujuan dari Act experienceadalah untuk memberikan kesanterhadap pola perilaku dan gayahidup, serta memperkaya pola

interaksi sosial melalui strategiyang dilakukan.5) Relate / Social IdentityExperienceRelate experience merupakan gabungandari keempat aspek experientialmarketing yaitu sense, feel, think,act. Pada umumnya relate experiencemenunjukan hubungan dengan oranglain, kelompok lain (misalnyapekerjaan, gaya hidup) ataukomunitas sosial yang lebih luas danabstrak misalnya negara, masyarakat,budaya). Tujuan dari Relateexperience adalah menghubungkankonsumen tersebut dengan budaya danlingkungan sosial yang dicerminkanoleh merek suatu produk.

F. Pengertian Minat Beli UlangMinat merupakan salah satu aspekpsikologis yang mempunyai pengaruhcukup besar terhadap sikap perilakudan minat juga merupakan sumbermotivasi yang akan mengarahkanseseorang dalam melakukan apa yangmereka lakukan. Gunarso (2005),mengartikan bahwa minat adalahsesuatu yang pribadi dan berhubungandengan sikap, individu yang berminatterhadap suatu obyek akan mempunyaikekuatan atau dorongan untukmelakukan serangkaian tingkah lakuuntuk mendekati atau mendapatkanobjek tersebut. Sab’atun (2001)berpendapat, minat merupakan suatumotif yang menyebabkan individuberhubungan secara aktif denganobyek yang menarik baginya. Olehkarena itu minat dikatakan sebagaisuatu dorongan untuk berhubungandengan lingkungannya, kecenderunganuntuk memeriksa, menyelidiki ataumengerjakan suatu aktivitas yangmenarik baginya. Apabila individumenaruh minat terhadap sesuatu halini disebabkan obyek itu berguna

untuk menenuhi kebutuhannya.Kecenderungan seseorang untukmemberikan perhatian apabiladisertai dengan perasaan suka atausering disebut dengan minat (Rustan,2008). Minat tersebut apabila sudahterbentuk pada diri seseorang makacenderung menetap sepanjang obyekminat tersebut efektif baginya,sehingga apabila obyek minattersebut tidak efektif lagi makaminatnya pun cenderung berubah. Padadasarnya minat merupakan suatu sikapyang dapat membuat seseorang merasasenang terhadap obyek situasiataupun ide-ide tertentu yangbiasanya diikuti oleh perasaansenang dan kecenderungan untukmencari obyek yang disenangitersebut. Minat seseorang baik yangbersifat menetap atau yang bersifatsementara, dan berbagai sistemmotivasi yang dominan merupakanfaktor penentu internal yang benar-benar mendasar dalam mempengaruhiperhatiannya (Marx dalam Suntara,2008). Ratnawati (2002) mengemukakanbahwa minat merupakan suatukecenderungan untuk bertingkah lakuyang berorientasi pada obyek,kegiatan dan pengalaman tertentu,selanjutnya menjelaskan bahwaintensitas kecenderungan yangdimiliki seseorang berbeda denganyang lainnya, mungkin lebih besarintensitasnya atau lebih keciltergantung pada masing-masingorangnya. Artinya ketika seseorangmenyalurkan keinginan dengan suatutindakan dan terus dilakukansehingga membentuk kebiasaan makadapat dikatakan sebagai terbentuknyaminat. Menurut Chaplin (2005) minatmerupakan suatu sikap yang kekal,mengikutsertakan perhatian individudalam memilih obyek yang dirasakanmenarik bagi dirinya dan minat juga

merupakan suatu keadaan darimotivasi yang mengarahkan tingkahlaku pada tujuan tertentu. minatjuga merupakan kesadaran individuterhadap suatu obyek tertentuseperti benda, orang, situasi ataumasalah yang mempunyai sangkut pautdengan dirinya. Minat dipandangsebagai reaksi yang sadar, karenaitu kesadaran atau info tentangsuatu obyek harus ada terlebihdahulu daripada datangnya minatterhadap obyek tersebut, cukup kalauindividu merasa bahwa obyek tersebutmenimbulkan perbedaan bagi dirinya.Menurut Cronin et al., (1992) minatbeli ulang pada dasarnya adalahperilaku pelanggan dimana pelangganmerespon positif terhadap apa yangtelah diberikan oleh suatuperusahaan dan berminat untukmelakukan kunjungan kembali ataumengkonsumsi kembali produkperusahaan tersebut. SementaraFornell (1992) menyatakan bahwakonsumen atau pelanggan yang puasakan melakukan kunjungan ulang padawaktu yang akan datang danmemberitahukan kepada orang lainatas jasa yang dirasakan. Model laindikemukakan oleh Betner & Spenceryaitu adanya perilaku masa lampauyang dapat mempengaruhi minat secaralangsung dan perilaku mengkonsumsiulang pada waktu yang akan datang(dalam Heru 1999).

G. Kerangka KonseptualGambar 1.

H. Hipotesis Hipotesis merupakan jawabansementara terhadap rumusan masalahpenelitian, oleh karena itu rumusanmasalah biasanya disusun dalambentuk kalimat pertanyaan. Dikatakansementara, karena jawaban yangdiberikan baru didasarkan pada teoriyang relevan, belum didasarkan padafakta-fakta empiris yang diperolehmelalui pengumpulan data (Sugiyono,2002).Hipotesis 1: Diduga Sense experienceberpengaruh positif terhadap minatbeli ulang.Hipotesis 2: Diduga Feel experienceberpengaruh positif terhadap minatbeli ulang.Hipotesis 3: Diduga Think experienceberpengaruh positif terhadap minatbeli ulang.Hipotesis 4: Diduga Act experienceberpengaruh positif terhadap minatbeli ulang. Hipotesis 5: Diduga Relateexperience berpengaruh positifterhadap minat beli ulang.

III.METODEPENELITIANI. Jenis Penelitian dan Devinisi OperasionalVariabel

Pada penelitian ini menggunakanrancangan penelitian kausal, karenaperlu melihat satu variabel ataulebih menyebabkan atau menjadideterminan terhadap variabel lain(Jasfar, 2004). Hubungan sebabakibat pada penelitian ini yaituuntuk mengungkap pengaruh dariexperiential marketing terhadapminat beli. Pendekatan yangdigunakan dalam penelitian adalahpendekatan kuantitatif. Di manapendekatan kuantitatif yaitupendekatan penelitian yangmenekankan pada keluasan informasi,sehingga metode ini cocok digunakanuntuk populasi yang luas denganvariabel yang terbatas, sehinggadata atau hasil riset dianggapmerupakan representasi dari seluruhpopulasi” (Sugiyono, 2005, p.7).

Definisi operasional darivariabel independen (X) berupaexperiential marketing adalah:1. Sense experience (X1)Adalah usaha penciptaan pengalamanyang berkaitan dengan panca indramelalui penglihatan, suara,sentuhan, rasa dan bau. Indikatordari sense experience adalah:X1.1: Desain dan layout Café Buntos99 menarik.X1.2: Ruangan Cafe Buntos 99 bersih.X1.3: Musik yang diputar sudah tepatdalam menemani konsumen saatmenikmati minuman.X1.4: Cita rasa minuman yangdisajikan sesuai dengan apa yangdiinginkan konsumen.2. Feel experience (X2)Adalah usaha penciptaan pengalamanyang berkaitan dengan emosional yangdiciptakan antara konsumen denganpihak Cafe Buntos 99 Sidoarjo.indikator dari feel experienceadalah:

X2.1: Pelayanan yang diberikan olehkaryawan Café Buntos cepat dantepat. X2.2: Pemilik dan karyawan CaféBuntos 99 mengenali dan menghafalnama konsumen. X2.3: Pemilik dan karyawan CaféBuntos 99 ramah dan sopan.3. Think experience (X3)Adalah usaha penciptaan pengalamanyang berkaitan dengan rangsangankreatifitas dan rasional yangdiberikan oleh Cafe Buntos 99Sidoarjo. Indikator dari thinkexperience adalah :X3.1: Café Buntos 99 menghasilkanproduk minuman yang lebih baik dariharapan konsumen.X3.2: Café Buntos 99 memberikesempatan pada konsumen untukmengeluarkan ide konsumen dalam halpembuatan minuman baru.4. Act experience (X4)Adalah usaha penciptaan pengalamanyang berkaitan dengan gaya hidup danimage yang dibentuk. Indikator dariact experience adalah :X4.1: Produk minuman yang ditawarkanCafé Buntos 99 unik dan menarik.X4.2: Café Buntos 99 memilikireputasi yang baik di matamasyarakat. 5. Relate Experience (X5)Adalah usaha penciptaan pengalamanyang berkaitan dengan hubungansosial seperti hubungan satuindividu dengan individu lainnya.Indikator dari relate experienceadalah :X5.1: Konsumen merasa di istimewakankarena mendapatkan perlakuan yang istimewa.X5.2: Dengan pertalian erat antarapemilik, karyawan dan pelanggan,Konsumen merasa diterima dan banggamenjadi bagian dari Café Buntos 99.

X5.3: Konsumen akan merekomendasikanCafe Buntos 99 kepada orang lain.

Definisi Operasional dari variabeldependen berupa minat beli ulang(Y). Minat beli ulang adalah responpositif atas tindakan masa lalusehingga terjadi penguatan niat yangakan memungkinkan konsumen tersebutuntuk melakukan pembelian secaraberulang di Cafe Buntos 99 Sidoarjo.Indikator dari minat beli ulangadalah :Y1: Dengan pengalaman yang konsumendapatkan bersama Cafe Buntos 99,konsumen berminat untuk melakukankunjungan ulang ke Cafe Buntos 99.

J. Populasi dan Teknik Pengambilan SamplingPopulasi dalam penelitian ini adalahseluruh konsumen Cafe Buntos 99Sidorajo. Sedangkan teknikpengambilan sampel yang digunakanadalah non probability sampling.Menurut Hadi (2006, p.82), “Nonprobability sampling yaitu tekniksampling yang tidak memberi peluangatau kesempatan sama bagi setiapunsur atau anggota populasi untukdipilih menjadi sampel”. Nonprobability sampling ini terdiridari sampling sistematis, samplingkuota, sampling aksidental,purposive sampling, sampling jenuh,snowball sampling(Sugiyono, 2005,p.77). Jenis non probabilitysampling yang digunakan adalahpurposive sampling. Menurut Santosodan Tjiptono (2008, p.89),“Purposive sampling merupakan metodememilih sampel yang mempunyai ciri-ciri tertentu”. Jadi teknikpengambilan sampel dalam penelitianini mempunyai karakteristik yaituberusia 17 tahun keatas dan yangberkunjung minimal 1 kali dalam tigabulan terakhir. Responden yang

diambil sebanyak 100 orang dalampenelitian ini, hal ini disesuaikandengan rumus Slovin (Malhotra, 2005)yaitu:

Dimana :

K. Teknik Pengumpulan DataMenurut Kuncoro (2009), jenis datadibagi menjadi dua, yaitu:1. Data primer dan data sekunder.a. Data Primer yaitu data yangdiperoleh untuk tujuan tertentu ataudalam rangka kegiatan penelitiantertentu. Data primer yang diprolehbersumber dari hasil penelitianlapangan melalui wawancara langsung,observasi dan kuesioner kepadasejumlah responden.b. Data sekunder yaitu data yangdikumpulkan untuk tujuan yang laindan telah tersedia. Data sekunderadalah data yang diperoleh bersumberdari laporan dan dokumentasi.

L. Teknik Analisa dan Alat Penggalian DataTeknik analisis data diperolehdengan menggunakan rumus yangperhitungannya menggunakan analisisregresesi linier berganda dan

dibantu dengan program computer SPSSversi 13.Menurut Ghozali (2005, h.13)Analisis ini digunakan untukmenganalisis pengaruh dari berbagaivariabel independen yaitu sense,feel, think, act, dan relateterhadap satu variabel dependen.Variabel dependen dalam penelitianini adalah minat beli konsumen CafeBuntos 99 Sidoarjo. Formula untukregresi linear berganda padapenelitian ini adalah sebagaiberikut: Y = α+ β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 +β5X5+e Dimana : Y = minat beli ulangX1 = Sense X2 = Feel X3 = ThinkX4 = Act X5 = Relate α = konstantaβ1 = koefisien regresi untukvariabel sense β2 = koefisien regresi untukvariabel feel β3 = koefisien regresi untukvariabel think β4 = koefisien regresi untukvariabel act β5 = koefisien regresi untukvariabel relate e = error

IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum RespondenCafe Buntos 99 berdiri tanggal 15Oktober 2010 oleh Stevy Kalalo. Café ini berada diJalan Raya Cemengkapuk no 37Sidoarjo. Pada awalnya owner hanyamencoba usaha cafe ini, tetapisetelah berjalannya waktu ownermerasa usaha ini juga cocok untukdikembangkan. Cafe Buntos 99

menyediakan berbagai minumanberbahan dasar soda dan kopi denganharga yang relatif murah dan jugamemiliki nama dan kemasan yangmenarik. Menu utama yang ada di CafeBuntos 99 adalah minuman berbahandasar soda, tepung roti, coklat dankopi yang alami dan tanpa bahan-bahan kimia. Total ada 60 menu yangditawarkan di cafe ini dengankeempat bahan dasar tadi, beberapacontoh minuman yang favorit di CafeBuntos 99 ini adalah es terangbulan, es blackforest, kopi tensecond, kopi bakar, es hawaii.Selain itu konsumen juga dapatmemilih minuman yang tidak tertulisdi menu atau dengan kata lainminuman by request atau dengan katalain konsumen dapat memesanminumannya sesuai dengan apa yangmereka inginkan, dengan ketentuanbahwa Cafe Buntos 99 memiliki bahanbaku dari minuman yang dipesan. Parapekerja yang ada cukup profesionalmengingat pengalaman kerja yangdimiliki dan kemampuan kerja yangbaik. Penyeleksian juga dilakukandengan ketat agar dapat diperolehpekerja yang potensial dan memuaskanbagi konsumen.

B. Uji Validitas dan ReliabilitiasValiditas menunjukkan kemampuanpengukuran dari sebuah indikator dalam mengukursuatu konsep. Uji validitasdilakukan terhadap masing-masingitem pertanyaan (indikator) yangmembentuk variabel penelitian. Untukmengukur validitas di dalampenelitian ini digunakan korelasipearson dengan kriteria jikasignifikansi nilai korelasi pearsonantara masing-masing pertanyaandengan skor total adalah

lebih kecil dari α=5%, makaindikator tersebut dinyatakan valid.Berikut ini adalah hasil daripengujian validitas indikatorpertanyaan pada penelitian ini

Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahuibahwa seluruh item pertanyaan(indikator) pada semua variabelpenelitian menghasilkan nilaisignifikansi r Pearson yang lebihkecil dari 0.05 (α=5%), sehinggadengan demikian dapat disimpulkanbahwa item-item pertanyaan yangmengukur setiap variabel penelitiandapat dinyatakan valid.Reliabilitasmenunjukkan sejauh mana alatpengukur dapat diandalkan. Untukmengukur reliabilitas digunakannilai alpha cronbach. Jika nilaialpha cronbach > 0.6, maka item-itempertanyaan yang membentuk variabelpenelitian dikatakan reliabel.

Tabel 2, menunjukkan bahwa besarnya

nilai Cronbach Alpha setiap variabelpenelitian nilainya lebih besar dari0.6, sehingga dengan demikian dapatdisimpulkan bahwa kuisioner padapenelitian ini dapat dinyatakanmemenuhi syarat kehandalan kuisioneratau reliabel.

C. Analisis Regresi Linier BergandaAnalisis regresi linier bergandadilakukan untuk mengetahui pengaruhsense experience (X1), feelexperience (X2), think experience(X3), act experience (X4), relateexperience (X5) serta variabel minatbeli ulang (Y) di Cafe Buntos 99.Berikut ini adalah hasil analisisregresi linear berganda denganmenggunakan program SPSS 13.0:

Model regresi linear berganda dalampenelitian ini adalah:Y = 0.164 + 0.212 X1 + 0.265 X2 +0.207 X3 + 0.102 X4 + 0.199 X5

D. Uji FDari hasil penelitian, dapatdiketahui bahwa nilai F hitungadalah sebesar 45.65 serta nilaisignifikansi uji F yang nilainyakurang dari 0.05 (α=5%). Dari hasilini dapat disimpulkan bahwa modelregresi yang dihasilkan telah cocok(fit) digunakan untuk mengetahuihubungan pengaruh antara variabelbebas yaitu sense experience (X1),feel experience (X2), think

experience (X3), act experience(X4), relate experience (X5)terhadap variabel minat beli ulang(Y) di Cafe Buntos 99. Dari hasilini maka hipotesis pertamapenelitian dapat diterimakebenarannya.

E. Uji tDari hasil penelitian yang telahdilakukan, menunjukkan bahwavariabel bebas sense experience(X1), feel experience(X2), thinkexperience (X3), dan relateexperience (X5) masing-masingmenghasilkan nilai signifikansi thitung yang lebih kecil dari 0.05(α=5%) yaitu 0.00 untuk X1, 0.00untuk X2, 0.00 untuk X3, dan 0.01untuk X5 . Dari hasil ini ini makadapat disimpulkan bahwa secaraparsial masing-masing variabeltersebut yaitu bebas senseexperience (X1), feel experience(X2), think experience (X3), relateexperience (X5) memiliki pengaruhyang signifikan terhadap KeputusanPembelian di Cafe Buntos 99, ataudengan kata lain apabila performamasing-masing dari sense experience(X1), feel experience (X2), think experience(X3), dan relate experience (X5) semakinbaik, maka minat beli ulang konsumendi Cafe Buntos 99 akan mengalamipeningkatan secara nyata.Dari penelitian ini juga dapatdiketahui bahwa signifikansi thitung dari variabel Act experience(X4) adalah sebesar 0.11, dimananilai ini lebih besar dari 0.05(α=5%) sehingga dapat disimpulkanbahwa secara parsial variabel Actexperience(X4) tidak berpengaruhsignifikan terhadap minat beliulangkonsumen di Cafe Buntos 99.

V. KESIMPULAN & SARAN

Dari hasil temuan lapangan dananalisis yang telah dilakukan, maka penulis dapatmengambil kesimpulan sebagaiberikut:1)Dapat disimpulkan bahwa secarasimultan komponen-komponenexperiential marketing yaitu senseexperience, feel experience, thinkexperience, act experience, relateexperience berpengaruh secarasignifikan terhadap minat beliulang.2)Dapat disimpulkan bahwa secaraparsial komponen experientialmarketing yaitu sense experience,feel experience, think experience,relate experience berpengaruh secarasignifikan terhadap Minat BeliUlang. Sedangkan salah satu komponenexperiential marketing yaitu actexperience tidak berpengaruh secarasignifikan terhadap minat beliulang.3) Berdasarkan nilai beta, dapatdiketahui bahwa komponen-komponendari experiential marketing yaitusense experience, feel experience,think experience, act experience,relate experience yang palingdominan mempengaruhi minat beliulang adalah variabel feelexperience karena variabel tersebutmemiliki nilai beta terbesar yaitusebesar 0.262, sehingga dapatdisimpulkan bahwa usaha penciptaanpengalaman yang berkaitan denganemosional yang diciptakan antarakonsumen dengan pihak Cafe Buntos 99adalah faktor yang paling besarpengaruhnya terhadap minat beliulang dari konsumen.Dari hasilpenelitian yang menunjukan adanyapengaruh antara experientialmarketing terhadap minat beli ulang,maka peneliti dapat memberi saransebagai berikut:

1) Café Buntos 99 perlu meningkatkanlagi pelayanan kepada konsumennyabaik itu tentang jasa yang diberikanmaupun produk yang disajikan,Caranya adalah dengan membuatstandart tertentu terhadap produkdan jasa yang diberikan ke konsumen,salah satu caranya adalah pihak CaféBuntos 99 dapat menerapkan 3S yaitu(senyum, sapa, salam) saat konsumendatang maupun meninggalkan Café,agar konsumen merasa dihormati dandihargai saat berkunjung ke CaféBuntos 99. Hal ini sesuai dengankomponen experiential marketing yaitu feelexperience. 2) Café Buntos 99 perlu jugamemberikan kesempatan pada konsumenuntuk mengeluarkan ide konsumendalam hal pembuatan minuman baru.Hal ini dapat dilakukan dengan carasetiap hari pada jam-jam tertentumenyediakan waktu untuk memberikesempatan kepada konsumen yangatang untuk memberikan ide tentang minumanyang diinginkannya, nanti padaakhirnya ide-ide tersebutdikumpulkan lalu dipilih yangterbaik untuk menjadi menu baru diCafé Buntos 99 dan diberi namasesuai penemu ide tersebut. Cara inidilakukan karena sesuai dengankomponen experiential marketing aituthink experience yang mendorongkonsumen untuk berpikir kreatif agardapat tertarik dan membeli produkCafé Buntos 99.3) Café Buntos 99 perlu jugamembangun suatu komunitas sepertijaringan sosial atau media lainnya.Café Buntos 99 dapat melakukankomunikasi langsung kepada konsumendalam komunitas tersebut. Komunikasiini dapat berupapemberitahuan jikaada program ataupun menu baru. Agar

dapat menarik konsumen untukbergabung didalam komunitas di CaféBuntos 99 sehingga dapat jugasebagai ajang mempererat hubunganantar anggota komunitas dan jugadengan pihak Café Buntos 99.Pengguna jaringan sosial juga dapatdimaksimalkan denganmenyelenggarakan kuis secara berkaladengan hadiah voucher Café Buntos99, selain itu Café Buntos 99. Caraini dapat membangun pertalian eratantara pihak Café Buntos 99 dengankonsumennya dan sesuai dengankomponen experiential marketingyaitu relate experience, terlebihrelate experience merupakan variabeltertinggi diantara yang lainnya.4)Hal pertama yang dirasakankonsumen di dalam gerai adalahsesuatu yang dapat dirasakan olehpanca indera. Café Buntos 99 dapatmelakukan perubahan layout desainlayout café menjadi lebih menarik.Selain itu Café Buntos 99 juga dapatmeningkatkan kebersihan ruangan cafédengan cara menetapkan standartkebersihan ruangan café. Hal-halyang berhubungan dengan panca inderaini sesuai dengan komponenexperiential marketing yaitu senseexperience.5)Act experience adalah variabelyang paling rendah diantara variabellainnya. Namun, bukan berartivariabel ini tidak mempunyaipengaruh sama sekali, hanya sajapengaruhnya paling rendah diantaravariabel yang lain. Untuk mengatasihal tersebut pihak Café Buntos 99harus dapat menciptakan uatu image atau reputasi di dalam benakkonsumen untuk menjadi pembedadibandingkan pesain. Image ataureputasi yang dapat dibentukdisesuaikan dengan kelebihan produkdari Café Buntos 99 yaitu

menyediakan produk (minuman) dengannama yang unik juga dengan rasa yangunik dan berbeda dengan produk yangdimiliki oleh pesaing. Selain ituadanya produk yang tidak tertulis di menu,jadi konsumen dapat memesan menusesuai dengan selera mereka ataudengan kata lain by request. Hal inisesuai dengan komponen experientialmarketing yaitu act experience yangberkaitan dengan gaya hidup danimage yang dibentuk.

UCAPAN TERIMA KASIHPenulis menyampaikan rasa terimakasih kepada orang-orang yang telahmembimbing dan memberikan dukungankepada penulis selama prosespenyelesaian jurnal penelitian ini,yakni Bapak Sugiono Sugiharto, SE.,M.M.,selaku dosen pembimbing, Orangtua dan teman penulis yang telahmembantu dalam doa. Serta respondenyang telah ikut berpartisipasi dalampenelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA[1] Ali Hasan. 2008. Marketing.Yogyakarta: Medpress.[2] Anoraga, Pandji. 2000. ManajemenBisnis. Jakarta: PT. Rineka Cipta[3] Badan Pusat Statistik. RetrievedMarch 28, 2013, fromhttp://bps.go.id/aboutus.php?news=989[4] Chaplin, James P. 2005. KamusLengkap Psikologi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.[5] Cronin, J., Joseph, Jr., StevenA., & Taylor. (1992). Measuring service quality : Areexamination and extention. Journal of Marketing,56(3),55-68. [6] Djaslim Saladin. 2002. ManajemenPemasaran, PT. Linda Karya Bandung.

[7] Dodds, B., Monroe Kent B., danDhruv Grewal (1991), “Effect ofPrice, Brand, and Store Informationon Buyers’ Product Evaluations”,Journal of Marketing Research, 28(August), p.307-319[8] Engel, J.F., Miniard, P.W., &Blackwell, R.D. (2001). Consumerbehavior (9th ed.). USA : Harcourt. [9] Evan., Joel R, Berman. (1992).Marketing. USA : Prentice Hall[10] Ferdinand, A.T, ,2002;Structural Equation Modelling dalamPenelitian Manajemen; Seri PustakaKunci 03/2000, Badan PenerbitUniversitas Diponegoro, Semarang .[11] Fornel, C. (1992). A nationalcustomer satisfaction barometer: Theswedish experience. Journal ofMarketing, 56(1),6-21 [12] Fransisca Andreani. 2007. Experiental marketing. Jurnal Manajemen Pemasaran.Vol. 2. No. 1. p. 1-8 [13] Ghozali, Imam, 2005, AplikasiAnalisis Multivariate dengan ProgramSPSS, Semarang: Badan PenerbitUniversitas Diponegoro.[14] Gunarso, Singgih D. dan YuliaSinggih D. Gunarso. 2005. PsikologisPraktis Anak, Remaja dan Keluarga.Jakarta: BPK Gunung Mulia.Sab’atun [15] Hadi, Sutrisno, 2006,Metodologi Research, Edisi Kesepuluh, Yogyakarta: Andi Offset.[16] Hawkins, Del I., Roger J. Best,dan Kenneth A. Coney (1998),Consumer Behavior :BuildingMarketing Strategy, Irwin/McGraw-Hill.[17] Heru, S. (1999). Hubunganantara kualitas & kepuasan pelanggandalam pembentukan intensi pembelianpelanggan: Studi pada empat industrijasa di semarang. Jurnal BisnisStrategi, 2(4).

[18] Howard , Jhon A., Robert P.Shay dan Christopher A. Green, 1988,Measuring The Effect of MarketingInformation on Buying Intentions,Journal of Service Marketing Vol. 2No. 4 Fall, P : 27-36 [19] Jasfar Farida, 2004.ManajemenJasa: PendekatanTerpadu.Ghalia, Bogor: Indonesia[20]Kuncoro, M. 2003, Metode riset untukbisnis dan ekonomi : bagaimanameneliti dan menulis thesis?(1sted.). Jakarta: PT. Erlangga.[21] Kotler, Philip. 2002, ManajemenPemasaran. Jakarta: PT. Erlangga.[22] Kotler, P & Amstrong, J.(2003). Dasar-dasar pemasaran. (9thed.). Jakarta: PT. Index KelompokGramedia[23] Kotler, P., Bowen, J. & Makens,J. (2003). Marketing for hospitalityand tourism (3rd ed.). Upper SaddleRiver: Pearson Prentice Hall. Intl.Inc.[24] Kotler, P. & Amstrong, J.(2004). Principles of marketing(10th ed.). Upper Saddle River:Pearson Prentice Hall., Intl[25] Kotler, P., & Garry A. (2006),Principle of marketing. (11th ed.).New Jersey: Prentice Hall.[26] Kotler, Philip and Keller,Kevin Lane. 2006, MarketingManagement, (12th ed.). Upper SaddleRiver: Pearson Eduacatrion, Inc.[27] Kotler et al, Marketing 3.0 :Mulai dari Produk ke Pelanggan keHuman Spirit, Penerbit Erlangga,2010.[28] Lovelock, Cristopher, H. 1992.Managing Service, Englewood Cliff,Prentice Hall, New Jersey.[29] Malhotra. N. K. 2005.RisetPenelitian. Jakarta: GramediaPustaka Utama

[30] Merle. C. (2002), Mechanics OfFluids, Wadsworth Group, UnitedState of America.[31] Neufert, Ernst. 2002. DataArsitek- Jilid 2 - Edisi 33. Jakarta: Erlangga[32] Pine, B. Joseph II, and JamesH. Gilmore, 1999, Welcome to TheExperience Economic. HarvardBusiness Review, 76 (July – August)97-105.[33] Ratnawati. 2002. MengukurKepuasan Masyarakat terhadapPelayanan Pendidikan. JurnalPendidikan No. 043. Juli 2002 [34] Schiffman, L.G., & Leslie L.K.(2004). Consumer behavior (8th ed.). New Jersey:Prentice Hall[35] Schmitt, B (1999). Experientialmarketing. New York: FreePass.[36] Söderlund, Magnus dan MatsVilgon (1999), “CustomerSatisfaction and Links to CustomerProfitability : an EmpiricalExamination of the AssociationBetween Attitudes and Behavior”,Working Paper Series in BusinessAdministration, No. 1.[37] Soekresno (2000). Managementfood and baverage service hotel.Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama[38] Sugiarto, E & Sulartiningrum,S.(2001) Pengantar akomodasi dan restoran. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.[39] Sugiyono, E. Wibowo, 2005,Statistika Penelitian, Edisi Kesatu,Bandung: Alfabeta. [40] Suntara, P 1998. Hubunganantara Sikap Menonton Iklan Rinso diTelevisi terhadap Minat Membeli padaIbu-Ibu Kelurahan Sangkrah. Skripsi(tidak diterbitkan). Surakarta :Fakultas Psikologi UMS.

[41] Tjiptono, F., 2008, StrategiPemasaran, Edisi Kedua, Yogyakarta:Andi Offset..