AMEL BANGUNAN AIR

23
Warta Mojokerto Berita Mojokerto, Artikel Mojokerto, Info Mojokerto, Sejarah Mojokerto, Blogger Mojokerto, Komunitas Mojokerto, Peta Mojokerto, Budaya Mojokerto, Kerajinan Mojokerto, Wisata Mojokerto, Iklan Mojokerto dan semua hal yang berkaitan dengan Mojokerto Mojokerto Sebuah wilayah yang kaya sejarah masa silam, kini menjadi kota yang terus berkembang..mari sama-sama kita dukung ! Minggu, 10 Mei 2009 Bangunan Air Dari Masa Majapahit Ditulis oleh Karina Arifin Bangunan air yang ditemukan di masa Majapahit adalah waduk, kanal, kolam dan saluran air yang sampai sekarang masih ditemukan sisa-sisanya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa pemerintah kerajaan Majapahit membuat bangunan air tersebut untuk kepentingan irigasi pertanian dan sarana

Transcript of AMEL BANGUNAN AIR

Warta Mojokerto Berita Mojokerto, Artikel Mojokerto, Info Mojokerto, Sejarah Mojokerto, Blogger Mojokerto, Komunitas Mojokerto, Peta Mojokerto, Budaya Mojokerto, Kerajinan Mojokerto, Wisata Mojokerto, Iklan Mojokerto dan semua hal yang berkaitan dengan Mojokerto

MojokertoSebuah wilayah yang kaya sejarah masa silam, kini menjadi kota yang terus berkembang..mari sama-sama kita dukung !

Minggu, 10 Mei 2009Bangunan Air Dari Masa Majapahit

Ditulis oleh Karina Arifin

Bangunan air yang ditemukan di masa Majapahit adalah waduk,kanal, kolam dan saluran air yang sampai sekarang masih ditemukansisa-sisanya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukandiketahui bahwa pemerintah kerajaan Majapahit membuat bangunanair tersebut untuk kepentingan irigasi pertanian dan sarana

mengalirkan air sungai ke waduk: penampungan dan penyimpanan air,serta pengendali banjir.

Hasil penelitian membuktikan terdapat sekitar 20 waduk kuno yangtersebar di dataran sebelah utara daerah Gunung Anjasmoro,Welirang, dan Arjuno. Waduk Baureno, Kumitir, Domas, Temon,Kraton dan Kedung Wulan adalah waduk-waduk yang berhubungandengan Kota Majapahit yang letaknya diantara Kali Gunting disebelah barat dan kali Brangkal di sebelah timur. Hanya wadukKedung Wulan yang tidak ditemukan lagi sisa-sisa bangunannya,baik dari foto udara maupun di lapangan.

Waduk Baureo adalah waduk terbesar yang terletak 0,5 km daripertemuan Kali Boro dengan Kali Landean. Bendungannya dikenaldengan sebutan Candi Lima. Tidak jauh dari Candi Lima, gabungansungai tersebut bersatu dengan Kali Pikatan membentuk KaliBrangkal. Bekas waduk ini sekarang merupakan cekungan alamiahyang ukurannya besar dan dialiri oleh beberapa sungai. Sepertihalnya Waduk Baureno, waduk-waduk lainnya sekarang telah rusakdan yang terlihat hanya berupa cekungan alamiah, misalnya WadukDomas yang terletak di utara Waduk Baureno; Waduk Kumitir (RawaKumitir) yang terletak di sebelah barat Waduk Baureno; WadukKraton yang terletak di utara Gapura Bajangratu; dan Waduk Temonyang terletak di selatan Waduk Kraton dan di barat daya WadukKumitir.

Disamping waduk-waduk tersebut, di Trowulan terdapat tiga kolambuatan yang letaknya berdekatan, yaitu Segaran, Balong Bunder danBalong Dowo. Kolam Segaran memperoleh air dari saluran yangberasal dari Waduk Kraton. Balong Bunder sekarang merupakan rawayang terletak 250 meter di sebelah selatan Kolam Segaran. BalongDowo juga merupakan rawa yang terletak 125 meter di sebelah baratdaya Kolam Segaran. Hanya Kolam Segaran yang diperkuat dengandinding-dinding tebal di keempat sisinya, sehingga terlihatmerupakan bangunan air paling monumental di Kota Majapahit.

Kolam Segaran pertama kali ditemukan oleh Maclaine Pont padatahun 1926. Kolam ini berukuran panjang 375 meter dan lebar 175meter dan dalamnya sekitar 3 meter, membujur arah timurlaut –baratdaya. Dindingnya dibuat dari bata yang direkatkan tanpa

bahan perekat. Ketebalan dinding 1,60 meter. Di sisi tenggaraterdapat saluran masuk sedangkan di sisi barat laut terdapatsaluran keluar menuju ke Balong Dowo dan Balong Bunder.

Foto udara yang dibuat pada tahun 1970an di wilayah Trowulan dansekitarnya memperlihatkan dengan jelas adanya kanal-kanal berupajalur-jalur yang bersilangan saling tegak lurus dengan orientasiutara-selatan dan barat-timur. Juga terdapat jalur-jalur yangagak menyerong dengan lebar bervariasi, antara 35-45 m atau hanya12 m, dan bahkan 94 m yang kemungkinan disebabkan oleh aktivitaspenduduk masa kini.

Kanal-kanal di daerah pemukiman, berdasarkan pengeboran yangpernah dilakukan memperlihatkan adanya lapisan sedimentasisedalam empat meter dan pernah ditemukan susunan bata setinggi2,5 meter yang memberi kesan bahwa dahulu kanal-kanal tersebutdiberi tanggul, seperti di tepi kanal yang terletak di daerahKedaton yang lebarnya 26 meter diberi tanggul. Kanal-kanal ituada yang ujungnya berakhir di Waduk Temon dan Kali Gunting, dansekurang-kurangnya tiga kanal berakhir di Kali Kepiting, diselatan Kota Majapahit. Kanal-kanal yang cukup lebar menimbulkandugaan bahwa fungsinya bukan sekedar untuk mengairi sawah(irigasi), tetapi mungkin juga untuk sarana transportasi yang dapatdilalui oleh perahu kecil.

Kanal, waduk dan kolam buatan ini didukung pula oleh saluran-saluran air yang lebih kecil yang merupakan bagian dari sistemjaringan air di Majapahit. Di wilayah Trowulan gorong-gorong yangdibangun dari bata sering ditemukan ukurannya cukup besar,memungkinkan orang dewasa untuk masuk ke dalamnya. Candi Tikusyang merupakan pemandian (petirtaan) misalnya, mempunyai gorong-gorong yang besar untuk menyalurkan airnya ke dalam dan ke luarcandi. Selain gorong-gorong atau saluran bawah tanah, banyak puladitemukan saluran terbuka untuk mengairi sawah-sawah, sertatemuan pipa-pipa terakota yang kemungkinan besar digunakan untukmenyalurkan air ke rumah-rumah, serta selokan-selokan darisusunan bata di antara sisa-sisa rumah-rumah kuno. Hal inimenunjukkan bagaimana masyarakat Majapahit telah mempunyaikesadaran yang tinggi terhadap sanitasi dan pengendalian air.

Melihat banyak dan besarnya bangunan-bangunan air dapatdiperkirakan bahwa pembangunan dan pemeliharaannya membutuhkansuatu sistem organisasi yang teratur. Hal ini terbukti daripengetahuan dana teknologi yang mereka miliki yang memungkinkanmereka mampu mengendalikan banjir dan menjadikan pusat kotaterlindungi serta aman dihuni.Sampai sekarang, baik dari prasasti maupun naskah kuno, tidakdiperoleh keterangan mengenai kapan waduk dan kanal-kanaltersebut dibangun serta berapa lama berfungsinya. Rusaknyabangunan-bangunan air tersebut mungkin diawali oleh letusanGunung Anjasmoro pada tahun 1451 yang membawa lapisan lahar tebalyang membobol Waduk Baureno dan merusak sistem jaringan air yangada. Candi Tikus yang letaknya diantara Waduk Kumitir dan WadukKraton bahkan seluruhnya pernah tertutup oleh lahar.

Keadaan kerajaan yang kacau karena perebutan kekuasaan ditambahdengana munculnya kekuasaan baru di daerah pesisir menyebabkankerusakan bangunan air tidak dapat diperbaiki seperti sediakala.Erosi dan banjir yang terus menerus terjadi mengakibatkan daerahini tidak layak huni dan perlahan-lahan ditinggalkan olehpenghuninya.

Sumber : Majapahit Kingdom Diposkan oleh Blogger Mojokerto di 21:17

Menggantung Harapan di Bendungan Wonorejo

Tidak hanya menyuguhkan sisi keindahan panorama alamnya, bendungan ini juga besar fungsinya bagi kelangsungan hidup masyarakat banyak.

Dengan mengacu pada salah satu definisi manajemen aset yang dirumuskan sebagai penyelarasan yang terencana, antara kebutuhan dan aset (the planned alignment between demand and asset-Qld. Dept. of PW & Housing).

Sebuah kajian ini akan membahas parameter-parameter capaian pemenuhan kebutuhan, yang berkaitan dengan maksud dibangunnya sebuah bendungan dan persiapan rencana realisasi pemanfaatannya.

Maka Bendungan Wonorejo yang terletak di Desa Wonorejo, KecamatanPagerwojo, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur dibangun sebagai pengendalian banjir di kota seluas 1.055,65 kilometer persegi itu. Sekaligus sebagai pembangkit tenaga listrik, terutama juga untuk menyediakan pasokan air baku untuk Surabaya dan sekitarnya.

Karena itu pula salah satu bendungan terbesar di Kawasan Asia Tenggara ini memiliki banyak kelebihan. Yaitu pada elevasi titik puncak setinggi 188 meter, tinggi bendungan 100 meter, panjang bendungan 545 meter, volume timbunan 6,05 juta meter kubik, sertaluas permukaan air maksimal 3,85 juta meter persegi.

Sedangkan bersebelahan dengan keberadaan bendungan terdapat bangunan pelimpahan (Spillway), yang berguna untuk penampungan luapan air banjir. Dengan sebanyak kapasitas limpahan 540 meter kubik per detik.

Tumpuan HarapanBendungan Wonorejo memiliki sejumlah fungsi penting. Khususnya bagi kelangsungan hidup masyarakat luas. Fungsi itu antara lain, menyediakan air baku untuk Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Surabaya sebanyak delapan meter kubik per detik, mengusahakan pembangkit tenaga listrik 6,02 megawatt, mengendalikan banjir bagi daerah Tulungagung seluas 1.479 hektar,dan mendukung irigasi pertanian untuk sawah penduduk setempat seluas 1.200 hektar.

Manfaat lain untuk masyarakat sekitar, seperti budidaya perikanan, kawasan sabuk hijau untuk tanaman keras produktif, serta beberapa keunggulan dari aspek kepariwisataan. Untuk perikanan, menurut Pimpinan Proyek Pengembangan Sungai Brantas IrSukistiono Dipl HE, di Waduk Wonorejo sendiri dapat menghasilkan sebanyak 200 ton ikan per tahun.

Berkaitan dengan dibukanya Waduk Wonorejo sebagai kawasan wisata,setiap pengunjung yang masuk ke kawasan waduk harus membayar Rp 2ribu per orang. Selepas melewati pintu masuk, pengunjung tinggal menempuh perjalanan sekitar satu kilometer untuk mencapai bendungan.

Untuk pengelolaan bendungan berkapasitas tampung 122 juta meter kubik itu berada pada Perum Jasa Tirta I yang berkedudukan di Malang. Dan Bendungan Wonorejo merupakan bendungan yang ketujuh

dari pengaturan dan pengendalian penggunaan air di Daerah Aliran Sungai Brantas wilayah Jawa Timur.Sedangkan untuk sisi pengembangan pengelolaan aset wisata bendungan yang diresmikan pada 21 Juni 2001 itu, di bawah kelola Dinas Pariwisata, seni dan budaya Kabupaten Tulungagung. Pihak pemkab setempat juga getol untuk terus memoles dan mempromosikan keberadaan potensi wisata Bendungan Wonorejo.

Terbukti dengan adanya kelengkapan sarana dan prasarana penunjangbagi para wisatawan yang ada di sana. Seperti penginapan memadai,restoran, jogging track, taman rekreasi keluarga, dan kenyamanan jalur transportasi menuju lokasi yang sangat layak dilalui berbagai jenis kendaraan. Sedangkan dari sisi promosi pihak terkait kerap melakukan penawaran promosi paket kunjungan wisata di Kabupaten Tulungagung. Baik diperuntukan bagi para wisatawan domestik maupun mancanegara.

MembludakMelihat betapa besar perubahan dan pembenahan fasilitas di Bendungan Wonorejo. Masyarakat setempat dan dari luar Kabupaten Tulungagung, nampak kian tertarik untuk datang ke sana.Hal ini dapat dilihat dari data jumlah kunjungan wisatawan yang dalam setiap bulannya terus meningkat. Hingga pada kisaran ratusan setiap bulan. Atau bila dalam perhitungan tahunan setiap tahun mencapai angka kunjungan sebesar tiga ribu pengunjung.

Asumsi jumlah kunjungan para wisatawan itu bahkan bisa lebih. Belum lagi bila pihak pengelolah wisata Bendungan Wonorejo dan pihak Pemkab Tulungagung menggelar pesta rakyat di sana, seperti pagelaran pentas dangdut dan beberapa pertunjukan kesenian

tradisional setempat. Jumlah kunjungan pun bisa menembus lima ribu orang pertahunnya.

Tak salah apabila di saat-saat seperti itu lokasi bendungan bagailautan manusia. Warna-warni mereka nampak berhias dan bersanding dengan keindahan panorama alam yang tersuguhkan.

naskah dan foto : m.ridlo’i

Jenis-jenis Pintu Pengendali Banjir (Flood   Gate) Ditulis oleh I Putu Gustave Suryantara Pariartha di/pada Februari17, 2009

Floodgate merupakan pintu yang dapat diatur  yang digunakan untuk mengatur air di bendungan, sungai, maupun tanggul sungai. Alat ini juga dapat didisain untuk spillway  pada bendungan, mengatur laju aliran pada saluran, atau dapat juga didisain untuk menghentikan air sebagai bagian dari sistem tanggul. Untuk pengendalian banjir, bangunan ini juga digunakan untuk menurunkan

muka air banjir pada sungai atau pada saluran air pada saat terjadinya banjir.

Jenis-jenis floodgate :

1. Bulkhead gates

       Bulkhead gates adalah dinding vertikal dengan bagian yang bisa digerakkan ataupun tidak bisa digerakkan. Bagian yang bergerak dapat  diangkat untuk membiarkan air lewat di bawahnya

(sama seperti sluice gate).

 

 

 

 

 

2. Hinged crest gates

      Hinged crest gates adalah bagian dinding yang dapat digerakkan dari vertikal ke horisontal terganting dari tinggi bendungan. Bangunan ini dikontrol dengan tenaga hidraulik.

 

 

3. Radial gates

      Radial gates adalah bagian yang dapat berputar (rotary) terdiri dari bagian berbentuk silindris. Bangunan ini dapat berputar secara vertikal maupun  horisontal. Salah satu jenisnya adalah tainter gates. Tainter gates didisain untuk mengangkat ke atas dan membiarkan air lewat di bawahnya. Bangunan ini dapat menutup sendiri berdasarkan beratnya.

 

  

 4. Drum Gates

      Drum gates adalah sebuah bangunan yang dapat mengambang di air dengan membiarkan air masuk ke flotation chamber sehingga bangunan ini akan mengambang dan menaikkan puncak spillway.

 

 

5. Roller Gates

      Roller gates merupakan silinder yang besar yang diangkat dengan menggunakan rantai.

 

 

6. Clamshell Gates

      Bangunan ini mempunyai bukaan berbentuk clamshell.

 

 

 7 September 2009 | Lebak

Bendungan Kimijan Ambrol, Pelaksana Proyek Siap Tanggungjawab

LEBAK | Dinas Sumber Daya Air (SDA) Kabupaten Lebak dan pihak pemborong proyek bendungan Situ Kimijan di Kampung Koeng, Desa Malabar, Kecamatan Cibadak yang jebol, Sabtu (5/9) malam lalu mengklaim kualitas bangunan bendungan tersebut sudah sesuai dengan standar kelayakan. Bahkan, jebolnya tanggul disinyalir hanya karena diterpa banjir bandang.

“Kualitas bangunan tanggul sudah sesuai dengan aturan yang berlaku, karenanya tanggul itu jebol hanya musibah akibat luapan air yang cukup besar dan bukan karena kualitas bangunan yang buruk dan kami akan bertanggung jawab sepenuhnya, namanya musibahsiapapun pelaksananya tidak akan pernah menginginkan seperti ini,” Ujar Direktur CV Harapan, Rahmat melalui telepon selulernya.

Atas dasar itu, lanjut Rahmat pihaknya telah melakukan pertemuan dengan Dinas SDA Kabupaten Lebak untuk melakukan tindak lanjut atas persoalan tersebut. “Lusa (Rabu –red) kami akan melakukan pembangunan kembali tanggul yang jebol itu sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan pembangunan,” ungkapnya.

Sementara itu, Sekretaris Dinas SDA Kabupaten Lebak, Tatang Suarna kepada wartawan dirung kerjanya, mengatakan proyek pembangunan bendungan Kimijan itu telah dilaksanakan CV Harapan yang menghabiskan anggaran Rp. 104,156 Juta. “Terkait plang yang tidak diketahui warga mungkin sudah dicabut. Namun sebagaimana hasil kajian, bendungan tersebut telah dilaksanakan sesuai denganstandar kelayakan dan aturan yang berlaku,” tuturnya.

Tatang juga menyatakan akan langsung menerjunkan tim untuk melakukan uji petik lapangan untuk menyelidiki penyebab jebolnya tanggul.

“Kami telah menerima laporan dari Kepala Desa Malabar (Jubed Fasmi, Red) dan pihak pelaksana proyek tentang kejadian tersebut secara lisan, namun saya meminta agar laporan ditindaklanjuti dengan laporan tertulis,” tegasnya.

Diberitakan sebelumnya, belum genap dua bulan pasca diselesaikan pembangunannya, tanggul Bendungan Kimijan Sabtu (5/9) malam sekitar pukul 20.30 WIB jebol. Akibatnya, ribuan hektar sawah terancam tidak bisa ditanami karena kekeringan dan sebuah perahu warga hancur terbelah dua. Diduga tanggul jebol akibat kualitas bangunan yang buruk, karena ambruk tanpa ada penyebab banjir ataukerusakan alam lainnya.

Menurut informasi yang dihimpun Koranbanten.Com, tanggul yang baru selesai awal bulan Agustus 2009 lalu itu jebol secara tiba-tiba tanpa ada penyebab hujan atau angin. Bahkan, saat gempa bumimengguncang wilayah Jawa Barat beberapa waktu lalu, tidak terlihat tanda-tanda akan terjadi ambrol.

(Yan Dahlan)

 

 

 

 

Menelusuri Bendungan di Masa IslamBy Republika NewsroomKamis, 15 Oktober 2009 pukul 08:46:00

MUSLIMHERITAGE

Bendungan dibangun dengan kemampuan teknik yang tinggi.

Ilmu pengetahuan telah menebar jaringnya ke segala ranah kehidupan. Ini terjadi di dunia Islam. Beragam karya bertebaran dari pemikiran cendekiawan Muslim. Tak hanya karya dalam tataran

pemikiran, tetapi juga berwujud bangunan-bangunan megah.

Bendungan menjadi salah satu dari beragam buah karya cendekiawan Muslim. Mereka merancang dan membangun bendungan tak semata untukmewujudkan sebuah fungsi. Namun, ada sentuhan seni dan teknik tingkat tinggi.

Walaupun, terkadang tak ada pengakuan jujur atas buah karya mereka. Dalam bukunya, History of Dams, Norman Smith, seorang ilmuwan Barat, mengungkapkan keprihatinannya itu. Ia menuliskannya saat mengawali bab dalam bukunya tersebut.

Menurut Smith, yang dikutip situs Muslimheritage, sejarawan teknik sipil hampir sepenuhnya mengabaikan bangunan bendungan yang ada pada periode Muslim. Mereka tak membuat referensi mengenai hasil karya Muslim.

Bahkan, dinyatakan pula, pada masa Ummayah dan Abbasiyah, pembangunan bendungan, irigasi, dan aktivitas teknik lainnya mengalami kemunduran tajam dan kepunahan. ''Pandangan seperti initak adil dan tak benar,'' kata Smith.

Padahal, menurut Josef Schnitter, seorang arsitek dan ahli teknik, Muslim telah membangun banyak bendungan dengan beragam struktur dan bentuk. Mayoritas bendungan paling awal dibangun di wilayah Arabia, yang menjadi awal pusat penyebaran Islam.

Schnitter mencontohkan keberadaan Qusaybah, sebuah bendungan yangada di dekat Madinah, memiliki tinggi 30 meter dan panjang 205 meter. Berdasarkan penemuannya, sepertiga dari bendungan yang dibangun pada abad ke-7 dan ke-8 itu masih utuh hingga sekarang.

Hal ini tentu saja menunjukkan kekuatan bangunan bendungan dan kemampuan arsitekturnya yang dimiliki para cendekiawan Muslim. DiIrak, di sekitar Kota Baghdad, terdapat sejumlah besar bendungan yang dibangun pada masa Kalifah Abbasiyah.

Kebanyakan bendungan tersebut dibangun di Sungai Tigris yang menggambarkan kemampuan teknik sipil yang tinggi. Sebagai contoh,

sebuah bendungan di Baghdad dibangun dari balok-balok batu yang dipotong dengan hati-hati.

Lalu, balok-balok itu dipaku dengan paku besi. Lubang-lubang tempat paku besi ditancapkan, diisi dengan timah cair. Dari konstruksi bendungan itu, sudah terlihat kekuatan dan kekerasannya untuk menahan aliran air.

Di Iran, terdapat bendungan dengan nama Kebar yang dibangun pada abad ke-13. Bendungan itu dibuat dari pecahan-pecahan batu yang dicampur dengan adukan semen, yang terbuat dari jeruk nipis dilumatkan dengan abu tanaman gurun lokal.

Campuran ini membuat adukan kuat dan keras. Adukan yang sangat ideal bagi pembuatan bendungan itu yang menjadikannya tahan lama.Selain itu, dengan adukan yang kuat itu membuat tak ada retakan pada bendungan.

Selain itu, di Dezful, Iran, juga terdapat bendungan yang mampu mengalirkan 50 kubik air untuk menyuplai kebutuhan masyarakat Muslim di kota itu. Bendungan ini menjadi contoh bagi pembangunanbendungan di kota-kota lain.

Keberadaan sejumlah bendungan, membuat masyarakat Muslim pada masa itu tak mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air bersih. Pun, mereka tak menghadapi kendala mendapatkan air yang dibutuhkan untuk mengairi kebun dan tanah pertanian mereka.

Di wilayah yang sekarang ini disebut Afghanistan, terdapat tiga bendungan lebih tua dibandingkan Kebar yang ada di Iran. Ketiga bendungan itu dibangun oleh Raja Mahmoud dari Ghaznah (998-1030).Bendungan dibangun di dekat ibu kota kerajaan, Kabul.

Satu di antara ketiga bendungan itu dinamai sesuai namanya, yakniBendungan Mahmoud. Bendungan tersebut memiliki tinggi 32 meter dan panjang 220 meter, yang terletak pada jarak 100 km dari Kabul.

Di pusat kekuasaan Islam di Spanyol, bendungan juga banyak

berdiri. Konstruksinya tak kalah megah dan indah. Di Sungai Guadalquivir, Kordoba, terdapat sebuah bendungan tertua yang merupakan peninggalan masa pemerintahan Islam.

Menurut seorang ahli geografi abad ke-12 bernama Al-Idrisi, bendungan itu terbuat dari batu qibtiyyah sedangkan pilar-pilarnya terbuat dari batu marmer. Bendungan dibangun mengikuti aliran zig-zag air sungai hingga seberang sungai.

Bentuk bendungan ini menunjukkan orang-orang yang membangunnya, memiliki tujuan meningkatkan kapasitas air yang melimpah. Sisa-sisa bendungan tersebut masih dapat dilihat hingga saat ini.

Diperkirakan, bendungan tersebut semula memiliki tinggi sekitar tujuh atau delapan meter di atas permukaan air tinggi, dengan ketebalan delapan kaki. Bukti lain kejeniusan para insinyur Muslim juga terlihat dari kokohnya delapan bendungan di Sungai Turia.

Hingga ratusan tahun, bendungan-bendungan itu tak membutuhkan perbaikan sama sekali. Jika dilihat, tampaknya bendungan di Sungai Turia memiliki berat yang berlebihan pada badan bendungan.Ini bukannya tanpa sebab.

Jadi, mereka tak sembarangan membuat bentuk bendungan yang semacam itu. Bendungan dengan bentuk demikian, diperlukan untuk menahan aliran air sungai yang tak menentu gerakannya. Selain itu, juga untuk menahan hantaman pohon maupun batu.

Bendungan di Sungai Turia berusia lebih dari 10 abad. Meski telahdimakan zaman, bendungan itu masih terus mampu memenuhi kebutuhanirigasi di Valencia, Spanyol, tanpa memerlukan tambahan sistem.

Di Sungai Segura, umat Islam membangun sebuah bendungan untuk mengairi lahan yang luas di wilayah Murcia. Bendungan ini dibangun dengan rancangan dan konstruksi sempurna, dengan tinggi 25 kaki serta ketebalan 150 kaki dan l25 kaki.

Layaknya bendungan lainnya, bendungan ini terbuat dari pecahan-

pecahan batu dan adukan semen. Pada masa itu, teknik yang digunakan oleh para tukang batu dan insinyur Islam untuk membangun bendungan juga sudah sangat tinggi.

Mereka sudah mampu mengukur baik kedalaman maupun lebar sungai. Sehingga, mereka bisa membuat desain bendungan yang cocok dengan ukuran sungai-sungai tersebut. Para insinyur Muslim telah memiliki kemampuan tinggi.

Selain itu, mereka juga menggunakan metode survei. Manfaatnya, mereka mampu membangun sebuah bendungan di lokasi yang tepat dan paling sesuai. Tak hanya itu, mereka juga telah mampu menata sistem kanal yang begitu kompleks.

Untuk mempermudah semua itu, mereka menggunakan astrolabes dan perhitungan trigonometri. Pada masa kekhalifahan, para cendekiawan Muslim merancang bangunan bendungan yang tak hanya berfungsi untuk mengatur air, tetapi juga mengalihkan arus air.

Bendungan yang juga berfungsi sebagai pengatur air, pertama kali dibangun insinyur Muslim di Sungai Uzaym yang terletak di Jabal Hamrin, Irak. Setelah itu, bendungan semacam itu pun banyak dibangun di kota dan negeri lain di dunia Islam.

Perusakan

Pada suatu masa, ada tangan-tangan yang menghancurkan bendungan-bendungan yang berhasil dibangun itu. Pada 1220, misalnya, tentara Jengis Khan dari Mongol, menghancurkan seluruh bagian timur peradaban di wilayah Islam, termasuk bendungan.

Perusakan terhadap Bendungan Jurjaniyah, yang ada di sebelah selatan Laut Aral, menyebabkan Sungai Oxus mengalami kekeringan pada abad-abad berikutnya. Perusakan juga terjadi pada 163 tahun kemudian, yaitu pada 1383.

Invasi pasukan Tartar juga menyebabkan kehancuran banyak bendungan. Misalnya, bendungan di Zaranj ibu kota Provinsi Seistan. Nasib serupa juga menimpa bendungan yang ada di Band-I-

Rustam serta wilayah Bust.

Berutang pada Al-Kindi dan Al-Biruni

Al-Kindi dan Al-Biruni dinilai memiliki jasabagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang teknik. Termasuk teknik pembangunan bendungan dan bangunan-bangunan megah lainnya.Al-Kindi, bernama lengkap Abu Yusuf Yaqub ibn Ishaq al-Sabbah Al-Kindi.

Al-Kindi merupakan ahli matematika dan fisika. Ia lahir pada tahun 801 dan mengembuskan napas terakhirnya pada 873. Selain bisa berbahasa Arab, ia juga fasih berbahasa Yunani. Dia telah menerjemahkan banyak karya para filsuf Yunani, baik karya Aristoteles maupun Plotinus.

Selain itu, Al-Kindi juga diketahui berasal dari kalangan bangsawan di Irak. Ia berasal dari suku Kindah, hidup di Basra dan meninggal di Bagdad. Ia dikenal pula sebagai seorang tokoh besar yang menuliskan banyak karya dalam berbagai bidang.

Geometri, fisika, meteorologi, psikologi, astronomi, astrologi, aritmatika, dan musik dikuasai Al-Kindi. Ia mengumpulkan pula berbagai karya filsafat secara ensiklopedis. Seabad kemudian, diselesaikan oleh Ibnu Sina. Sedikitnya, Al-Kindi menulis 250 buku.

Sebagian besar bukunya adalah ilmu geometri, sebanyak 32  buku. Geometri dan fisika yang dikuasai Al-Kindi, sangat penting dan

bermanfaat untuk mendirikan sebuah bangunan, seperti bangunan, irigasi, jembatan, maupun rumah.

Selain itu, Al-Kindi juga menulis tentang filsafat sebanyak 22 buku, logika sembilan buku, dan fisika sebanyak 12 buku. Sementara itu, Abu Raihan Al-Biruni, yang sering disebut Al-Biruni, merupakan seorang ahli matematika dari Persia.

Selain itu, Al-Biruni juga mahir dalam bidang astronomi, fisika, ensiklopedia, filsafat, sejarah, serta farmasi. Sumbangan terbesar dari pemikirannya adalah di bidang matematika, filsafat,dan obat-obatan.

Al-Biruni dilahirkan di Khawarazmi, Turkmenistan atau Khiva di kawasan Danau Aral di Asia Tengah. Pada masa itu, wilayah tersebut terletak di wilayah kekaisaran Persia. Dia belajar matematika dan pengkajian bintang dari Abu Nashr Mansur.

Al-Biruni juga merupakan teman filsuf dan ahli obat-obatan Abu Ali Al-Hussain Ibn Abdallah Ibn Sina atau Ibnu Sina. Selain itu, ia juga pernah mengembara ke India dengan Mahmud dari Ghazni untuk mempelajari bahasa, falsafah, dan agama mereka serta menulis buku mengenainya.

Al-Biruni juga menguasai beberapa bahasa di antaranya bahasa Yunani, Suriah, Berber, dan Sansekerta. Beberapa pemikirannya yang penting bagi pembangunan baik bendungan maupun irigasi adalah geometri, sudut segitiga, dan teorema Archimedes.

Tower Air Dikonversi Menjadi Bangunan MultifunsgiPosted on October 25, 2008 by N. A. Hilal

Ide menarik mengkonversi bangunan tower air manjadi bangunan multifungsi, hal ini dilakukan di Denmark. Saya tertarik mengekspose ini karena saya melihat banyak bangunan tower serupa di Indonesia, saya tidak tahu apakah tower-tower itu masih

berfungsi apa tidak, kalau tidak maka ada baiknya juga dikonversi.