akulturasi - E-Journal UNSRAT

158

Transcript of akulturasi - E-Journal UNSRAT

AAKKUULLTTUURRAASSII((JJuurrnnaall IIllmmiiaahh AAggrroobbiissnniiss PPeerriikkaannaann))

Akulturasi merupakan Jurnal Ilmiah Agrobisnis Perikanan, diterbitkan dua kali setahun(April dan Oktober). Jurnal ini menerbitkan jurnal asli hasil penelitian di bidang sosialekonomi perikanan dan kelautan. Selain itu jurnal AKULTURASI menerbitkan jurnal aslihasil penelitian di bidang agrobisnis kompleks (pertanian, peternakan dan kehutanan)terutama kajian aspek sosial ekonomi kemasyarakatan.

Susunan Dewan Redaksi Jurnal AKULTURASI, Berdasarkan SK. Dekan FakultasPerikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi Manado.

Pelindung :Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi Manado

Ketua:Prof. Dr. Ir. Eddy Mantjoro, M.Sc

Wakil Ketua:Dr. Jardie A. Andaki, S.Pi., M.Si

Penyunting Pelaksana :Ir. Lexy K. Rarung, M.SiIr. Jueldy Madjid, M.SiIr. Steelma V. Rantung, M.SiIr. Djuwita R.R. Aling, M.Si

Pelaksana Tata Usaha :Roy Tumoka

Alamat :Jurnal AKULTURASI

Program Studi Agrobisnis PerikananFPIK UNSRAT Manado.

Jln. Kampus Bahu. Manado. 95115.Telp: 081220942319 / 0431-868027

Fax: 0431-868027e-mail : [email protected]

Available online : http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________

i Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .........................................................................................................................i

ANALISIS FINANSIAL USAHA IKAN ASAP PINEKUHE DI KABUPATENKEPULAUAN SANGIHE................................................................................................ 183

Danny Rofiyanto Bue; Jardie A. Andaki; Djuwitha R.R. Aling

ANALISIS PENDAPATAN DAN SISTEM BAGI HASIL NELAYAN JARINGINSANG (GILL NET) MALOS 3 DI KELURAHAN MALALAYANG SATUTIMUR KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO................................................ 191

Rolandow l. Dauhan; Jardie A. Andaki; Vonne Lumenta

DAMPAK PARIWISATA TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DIKELURAHAN BUNAKEN KECAMATAN BUNAKEN KEPULAUAN KOTAMANADO....................................................................................................................... 199

Valentino Nelson Lumi; Victoria E.N. Manoppo; Martha P. Wasak

NILAI EKONOMI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI DESA BAHOIKECAMATAN LIKUPANG BARAT KABUPATEN MINAHASA UTARA ......................... 205

Dieri Tarau; Jardie A. Andaki; Steelma V. Rantung

POTENSI EKOWISATA BAHARI DI DAERAH PERLINDUNGAN LAUTDESA BAHOI KECAMATAN LIKUPANG BARAT KABUPATEN MINAHASAUTARA .......................................................................................................................... 217

Cindy S. Walandouw; Jardie A. Andaki; Olvie V. Kotambunan

STRATEGI NELAYAN DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN RUMAHTANGGA (STUDI KASUS DI DESA TATELI DUA KECAMATANMANDOLANG KABUPATEN MINAHASA PROVINSI SULAWESI UTARA) .................. 229

Novita A. Wulandari ; Nurdin Jusuf ; Otniel Pontoh

ANALISIS FINANSIAL USAHA PENGOLAHAN IKAN CAKALANG ASAP DIKELURAHAN SINDULANG SATU................................................................................. 239

Mega S. Apena ; Siti Suhaeni ; Vonne Lumenta

SISTEM PEMASARAN IKAN CAKALANG FUFU DI KELURAHANSINDULANG SATU KOTA MANADO ............................................................................ 253

Yulanda O. Bawinto ; Siti Suhaeni ; Max H. Wagiu

MANAJEMEN USAHA PEMBENIHAN IKAN KERAPU TIKUS (Cromileptesaltivelis) DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS BALAI BENIH IKANPANTAI DESA LAMU KECAMATAN TILAMUTA KABUPATEN BOALEMOPROVINSI GORONTALO.............................................................................................. 261

Yovan Patamani ; Otniel Pontoh ; Jeannette F. Pangemanan

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________

ii Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

KEADAAN SOSIAL EKONOMI NELAYAN PASCA DEKLARASIMORATORIUM PERIKANAN DI KECAMATAN AERTEMBAGA KOTABITUNG ......................................................................................................................... 277

Lolaro Windy Veronika Angel ; Eddy Mantjoro ; Grace O. Tambani

KAJIAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA ILODULUNGAKECAMATAN ANGGREK KABUPATEN GORONTALO UTARA .................................. 291

Marlin Rauf ; Ir. Christian R. Dien, M.Si ; Ir. Djuwita R.R. Aling, M.Si

MANAJEMEN PEMASARAN IKAN MARLIN HITAM (Makaira indica) DIPASAR BERSEHATI KELURUHAN CALACA KOTA MANADO.................................... 299

Zevri Harefa ; Swenekhe S. Durand ; Olvie V. Kotambunan

ANALISIS FINANSIAL ALAT TANGKAP BAGAN DI DESA TATELI WERUKECAMATAN MANDOLANG KABUPATEN MINAHASA .............................................. 309

Sharon E. E. Repi ; Lexy K. Rarung ; Djuwita R.R. Aling

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA IKAN SISTEM KARAMBAJARING TANCAP DI DESA TALIKURANKECAMATAN REMBOKENKABUPATEN MINAHASA PROVINSI SULAWESI UTARA............................................. 317

Claudio David Togas ; Grace O. Tambani ; Nurdin Jusuf

PENGARUH KUALITAS LAYANAN PENGUSAHA MANDIRI “YUSUFKASIM” TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DALAM USAHAPERDAGANGAN IKAN DEMERSAL ANTAR KOTA MANADO.................................... 327

Juan Romel Daud ; Jardie A. Andaki ; Christian R. Dien

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________183 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

ANALISIS FINANSIAL USAHA IKAN ASAP PINEKUHE DI KABUPATENKEPULAUAN SANGIHE

Danny Rofiyanto Bue1; Jardie A. Andaki2; Djuwitha R.R. Aling2

1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.2) Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Koresponden email : [email protected]

AbstractPinekuhe smoked fish business is often faced with the lack of capital and lack of management in an effort to increaseproduction. The lack of efficient production processes in the suspect is a problem that arises due to ignorance of thefishermen in regulating the financial factors of production, that the maximum benefit is not achieved. Based on thesethings, then the problem can be formulated as follows: What are the factors that affect the business financial analysisof smoked fish Pinekuhe in the rate of business profits smoked fish Pinekuhe in Tahuna Sangihe Islands Regency.As well as how to optimize financial Pinekuhe smoked fish in order to achieve the maximum rate of profit. Thepurpose of this study, namely 1) make a financial analysis of smoked fish business Pinekuhe Tahuna on SangiheIslands Regency and 3) to study the rate of profit on Pinekuhe smoked fish business.Basic research will be used is a case study, the research form by studying a particular case in which the object islimited (Widi, 2010). The results showed that the sale of smoked fish "pinekuhe" conducted only in the area of MarketTowo'e in Tahuna. Sales made in addition to the market Towo'o Tahuna also based on orders from customers.Based on the criteria of financial analysis efforts smoked fish "pinekuhe" in Tahuna eligible to run. Small-scaleenterprises of smoked fish business "pinekuhe" causes the value of a little profit.Keywords: pinekuhe, smoked fish, financial analysis

AbstrakUsaha ikan asap Pinekuhe seringkali dihadapkan pada keterbatasan modal dan kurangnya manajemen dalam upayapeningkatan produksi. Ketidak efisiennya proses produksi di duga merupakan suatu masalah yang timbul akibatketidaktahuan nelayan dalam mengatur finansial pada faktor-faktor produksinya, sehingga keuntungan maksimaltidak tercapai. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Faktor apasaja yang berpengaruh pada analisis finansial usaha ikan asap Pinekuhe dalam tingkat keuntungan usaha ikan asapPinekuhe di Tahuna Kabupaten Kepulauan Sangihe. Serta bagaimana cara mengoptimalkan finansial ikan asapPinekuhe agar tercapai tingkat keuntungan secara maksimal. Tujuan penelitian ini, yaitu 1) membuat analisisfinansial usaha ikan asap Pinekuhe Tahuna di Kabupaten Kepulauan Sangihe dan 3) mempelajari tingkatkeuntungan pada usaha ikan asap Pinekuhe.Dasar penelitian yang akan digunakan adalah studi kasus, yaitu bentuk penelitian yang dilakukan dengan caramempelajari suatu kasus tertentu pada obyek yang terbatas (Widi, 2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwapenjualan ikan asap “pinekuhe” dilakukan hanya di wilayah Pasar Towo’e di Tahuna. Penjualan dilakukan selain diPasar Towo’o Tahuna juga dilakukan berdasarkan pesanan dari konsumen. Berdasarkan kriteria analisis finansialusaha ikan asap “pinekuhe” di Tahuna layak dijalankan. Skala usaha yang kecil dari usaha ikan asap “pinekuhe”menyebabkan nilai keuntungan sedikit.

Kata kunci: pinekuhe, ikan asap, analisis financial

PENDAHULUANKegiatan perikanan merupakan

kegiatan ekonomi, oleh sebab itukegiatan produksi, pemasaran, dankonsumsi ada di dalamnya. Salah satukegiatan perikanan yang ada diIndonesia adalah produksi danpemasaran ikan asap. Kegiatanmemproduksi dan memasarkan ikanasap tidak terlepas dari kegiatanpenyimpanan dan pemesanan yangdilakukan oleh penjual dari pengolahproduk ikan asap tersebut. Salah satu

sifat dari hasil produk perikanan adalahmudah rusak atau cepat busuk, olehsebab itu cara pemesanan mulai daripembuatan ikan asap hingga sampaikepada penjual dan cara penyimpananproduk perikanan khususnya ikan asapperlu diperhatikan sehingga para penjualikan asap tidak akan merasa rugi jikahasil produksinya tidak dapat dipasarkandengan baik.

Tekhnologi pengasapan telahdigunakan secara luas dalampengolahan sebagai upaya pengeringan

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________184 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

sekaligus sebagai penghasil aroma danrasa pangan seperti : daging asap, ikanasap, produk barbeque seperti sate, ikanbakar dan lain sebagainya. Pengasapanmerupakan cara pengolahan ataupengawetan dengan kombinasiperlakuan pengeringan dan pemberiansenyawa kimia alami dari hasilpembakaran bahan bakar alami. Asapsendiri diartikan sebagi suatu suspensipartikel-partikel padat dan cair dalammedium gas. Melalui pembakaran akanterbentuk senyawa asap dalam bentukuap dan butiran-butiran tar sertadihasilkan panas. Jadi, prosespengasapan juga termasuk pengawetandengan cara kimiawi sebab bahan-bahan kimia dalam asap dimasukkan kedalam makanan yang diawetkan.

Dalam rangka mencapai sasaranpembangunan perikanan, diperlukanupaya untuk mengembangkan usahaperikanan sehingga harusmemperhatikan analisis finansial.Analisis ini penting untuk menjaminkeberhasilan dan keberlanjutan usahapengolahan ikan, khusus ikan asap.

Tujuan Penelitian

1. Membuat analisis finansial usaha ikanasap Pinekuhe Tahuna di KabupatenKepulauan Sangihe

2. Mempelajari tingkat keuntungan padausaha ikan asap Pinekuhe

Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan dalampelaksanaan penelitian di mulai daripenyusunan rencana kerja hinggapelaksanaan ujian adalah sudah dimulaisejak 5 bulan, yaitu mulai dari bulanMaret sampai dengan bulan Juli 2015.

METODOLOGI PENELITIANPenelitian ini bersifat deskriptif

yaitu penelitian yang menggambarkansemua data atau keadaan yangsubyek/obyek penelitian (seseorang,lembaga, masyarakat dan lain-lain)kemudian dianalisis dan dibandingkanberdasarkan kenyataan yang sedangberlangsung pada saat ini danselanjutnya mencoba untuk melakukanpemecahan masalahnya (Widi, 2010).

Dasar penelitian yang digunakanadalah studi kasus, yaitu bentukpenelitian yang dilakukan dengan caramempelajari suatu kasus tertentu padaobyek yang terbatas (Widi, 2010). Dalamhal ini, studi kasus tentang analisisfinansial usaha ikan asap Pinekuhe diTahuna Kabupaten Kepulauan Sangihe.

Data yang sudah terkumpuldiseleksi dan ditabulasi, selanjutnyadianalisa secara deskriptif. Analisisdeskriptif dimaksud untuk memberikanbahasan atau penafsiaran terhadapdata-data menggunakan perhitunganyang sederhana, seperti penjumlahan,perkalian, persentasi dan nilai rata-rata(Essty, 1998).

HASIL DAN PEMBAHASANAnalisis finansial usaha ikan

asap “pinekuhe” dilakukan berdasarkanlangkah-langkah berikut :Modal Investasi

Dalam menjalankan suatu usahaikan asap “pinekuhe”, hal yang sangat

penting yang harus di sediakan olehseorang pelaku usaha adalah modal.Modal merupakan dana awal dalampembentukan suatu usaha. Modal usahaatau barang investasi usaha ikan asap“pinekuhe”, dapat dilihat sebagai berikut:

Modal Investasi :

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________185 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

No. Uraian Jumlah (Rp.)1. Tempat pengasapan (tempat fufu) 500.0002. Loyang 75.0003. Ember 65.0004. Pisau 15.0005. Parang 25.0006. Kapak 45.0007. Keranjang 48.0008. Ruang pengasapan 150.000

Jumlah 923.000

Tingkat PendapatanBerdasarkan hasil penelitian

tingkat pendapatan usaha ikan asap“pinekuhe” di Tahuna adalah sebesarRp. 52.000.000,- per tahun dalam 52 kaliproduksi (@ 100 ekor x Rp. 30.000).Perhitungan sebagai berikut :

Kapasitas tempat pengasapan100 ekor, dijual per tumpukan 3 ekorselama setahun produksi rata-rata 52kali produksi dikali rata-rata harga jualRp. 30.000, sehingga tingkatpendapatan Rp. 52.000.000.

Struktur BiayaBiaya merupakan faktor yang

menjadi dasar penetapan harga yangditerapakan pada produk. Perusahaanmenginginkan agar harga yang ditetapakan dapat mencakup semua biaya

untuk memproduksi, mendistribusikan,dan menjual produk serta tingkat labayang sesuai dengan upaya yangdilakukan dan resiko yang dihadapi.Biaya merupakan elemen penting dalamstrategi penetapan harga (Machfoedz,2005).

Usaha ikan asap “pinekuhe”,selain modal investasi pelaku usaha ikanasap “pinekuhe” di Tahuna dibebanibiaya-biaya lain, seperti biaya tetap danbiaya tidak tetap.Biaya Tetap (fixed cost)

Menurut (Ibrahim, 2003) biayatetap (fixed cost) adalah biaya yang tidakberubah selama proses produksiberlangsung, merupakan jenis biayayang bersifat statis (tidak berubah)dalam ukuran tertentu. Biaya ini akantetap dikeluarkan meskipun tidakmelakukan aktivitas apapun. Lebihjelasnya dapat dilihat pada rincian biayatetap sebagai berikut:

Biaya Tetap (fixed cost)/ tahun

No. Uraian PembelianUmur

EkonomiNilai Sisa Penyusutan

1. Tempat pengasapan (tempat fufu) 500.000 20 100.000 30.0002. Loyang 75.000 3 0 25.0003. Ember 65.000 3 0 21.6674. Pisau 15.000 15 5.000 1.3335. Parang 25.000 15 5.000 2.0006. Kapak 45.000 15 5.000 3.3337. Keranjang 48.000 3 0 16.0008. Ruang pengasapan 150.000 10 0 15.000

Jumlah 923.000 114.333

Biaya Tidak Tetap (variabel cost)

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________186 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Menurut (Ibrahim, 2005) biayatidak tetap (variabel cost) merupakanbiaya yang berubah sepanjang prosesproduksi berlangsung, jenis biaya inidifungsikan untuk melengkapi biaya

tetap dan bersifat dinamis. Biaya inimengikuti banyaknya jumlah unit yangdiproduksi ataupun banyaknya aktivitasyang dilakukan. lebih jelasnya dapatdilihat perincian sebagai berikut.

No. Uraian Pembelian Harga Satuan (Rp.) Jumlah1. Bahan baku ikan (ekor) 5.200 2.000 10.400.0002. Kayu bakar (tumpuk) 52 100.000 5.200.000

Jumlah 15.600.000TC = FC + VC 15.714.333

Analisis KelayakanMengetahui kelayakan dari

usaha ikan asap yang dilakukan olehpengusaha ikan asap “pinakuhe”diTahuna maka, yang perlu diketahuiterlebih dahulu adalah :

Investasi (I) = 923.000Biaya tetap (FC) = 114.333Biaya tidak tetap (VC) = 15.600.000Biaya total (TC) = 15.714.333Total penerimaan (TR) = 52.000.000

Dalam analisis finansial menggunakanrumus :1. Operating Profit, rumus :

Keterangan :OP = Keuntungan usahaTR = Total penerimaanVC = Biaya tidak tetap

Operating profit dari usaha inisebesar Rp. 36.400.000, merupakankeuntungan yang diperoleh dan dapatdigunakan untuk biaya produksiberikutnya.2. Keuntungan usaha ikan asap

“pinakuhe” yang dilakukan olehpengusaha ikan asap di Tahunasebesar,

Total Profit, rumus :

Keterangan :π = Net profit TR = Total penerimaanTC = Biaya total

Net profit atau keuntunganabsolut sebesar Rp. 36.285.667sehingga dapat di jaminkeberlangsungannya karena keuntunganbersifat positif.Profit rate (Tingkat keuntungan) :

Keterangan : π = Total profit

TC = Biaya total

Profit rate di peroleh sebesar 230,91%,sehingga usaha yang dijalankan cukupmenguntungkan.Rentabilitas, rumus :

Keterangan :π = Total profit I = Investasi

Benefit cost rasio, rumus : BCR = TR/TC

Keterangan :TR = Hasil penjualanTC = Biaya total

Nilai BCR untuk usaha pembenihan ikanmas lebih dari satu yaitu 3,31. Apabilanilai BCR lebih dari satu maka usaha inilayak untuk dijalankan.

Break event point atau titik impas dariusaha ikan asap “pinekuhe”, sebagaiberikut :

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________187 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Keterangan :FC = Biaya tetapVC = Biaya tidak tetapTR = Penerimaan total

Hasil analisis BEP Penjualanmenggambarkan titik impas usaha ikanasap “pinekuhe” pada penjualan Rp.163.332,86. Nilai ini merupakan nilaiacuan penjualan yang harus dicapaipengusaha ikan asap “pinekuhe” untukkeuntungan nihil, artinya penjualan ikanasap harus lebih dari nilai BEPPenjualan.

Hasil analisis BEP Satuanmenggambarkan titik impas usaha ikanasap “pinekuhe” pada produksi 5,44ekor. Nilai ini merupakan nilai acuanproduksi yang harus dicapai pengusahaikan asap “pinekuhe” untuk keuntungannihil, artinya produksi ikan asap haruslebih dari nilai BEP Satuan.Jangka Waktu Pengembalian Investasi,rumus :

Keterangan :I = Investasin = Tahunπ = Total profit

Hasil analisis untuk jangka waktupengembalian investasi 0,03 tahun atau0,36 bulan atau 10,8 hari. Nilai inimenunjukkan jika pengusaha ikan asap“pinekuhe”, melakukan usaha selama10,8 hari berturut, dengan asumsistruktur biaya, produksi dan hargapenjualan konstan, maka pengembalianinvestasi dapat dilakukan selama 10,8hari produksi.

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan1. Penjualan ikan asap “pinekuhe”

dilakukan hanya di wilayah PasarTowo’e di Tahuna. Penjualan

dilakukan selain di Pasar Towo’oTahuna juga dilakukan berdasarkanpesanan dari konsumen.

2. Berdasarkan kriteria analisis finansialusaha ikan asap “pinekuhe” diTahuna layak dijalankan

3. Skala usaha yang kecil dari usahaikan asap “pinekuhe” menyebabkannilai keuntungan sedikit.

Saran1. Potensi sumberdaya ikan dan bahan

penunjang usaha ikan asap“pinekuhe” yang melimpah diTahuna potensial dikembangkanuntuk skala usaha yang lebih besar

2. Perlu adanya pemasaran sampai keluar daerah.

DAFTAR PUSTAKAAfrianto, E., E. Liviawaty, 1991. Pengawetan dan

Pengolahan Ikan. Penerbit Kanasius.Yogyakarta.

Dahuri, R., 2001. Pengelolaan Sumberdaya WilayahPesisir dan Laut Secara Terpadu. Gramedia.Jakarta.

Fauzi, A., dan S. Anna. 2005. PemodelanSumberdaya Perikanan dan Kelautan untukAnalisis Kebijakan. PT. Gramedia PustakaUtama, Jakarta.

Ibrahim. Y. M. H, 2003. Studi Kelayakan Bisnis. PT.Rineka Cipta. Jakarta.

Machfoedz. M, 2005. Kewirausahaan metodemanajemen dan implementasi. BPFE –Yokyakarta.

Monintja, D.R., dan R. Yusfiandayani, 2001.Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir DalamBidang Perikanan Tangkap. ProsidingPelatihan Pengelolaan Wilayah PesisirTerpadu. IPB, Bogor.

Mulyadi. S. 2005. Analisis Ekonomi Usaha Nelayandan Sistem Pengawetan/Pengolahan Ikan.Penerbit.PT. Raja Grafindo Persada Jakarta.

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________188 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Tinungki, G. M., 2005. Evaluasi Model ProduksiSurplus dalam Menduga Hasil TangkapanMaksimum Lestari untuk MenunjangPengelolaan Perikanan Lemuru di Selat Bali.Disertasi (tidak dipublikasikan). SekolahPascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

_______________________________________________________________________________________________________189 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________190 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________191 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

ANALISIS PENDAPATAN DAN SISTEM BAGI HASIL NELAYAN JARINGINSANG (GILL NET) MALOS 3 DI KELURAHAN MALALAYANG SATU TIMUR

KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADORolandow l. Dauhan1; Jardie A. Andaki2; Vonne Lumenta2

1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.2) Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Koresponden email: [email protected]

Abstract

This study aims to: 1) analyze the income of fishermen gill nets in the group fishing Malos 3 in the Village MalalayangThe Eastern District of Malalayang Manado and 2) determine the sharing system fisherman gill nets in the groupfishing Malos 3 in the Village Malalayang The Eastern District of Malalayang City Manado.Basic research is a case study, the research form by studying a specific case of the object is limited (Widi, 2010).The data were then processed and analyzed descriptively. According Sugiyono (2008), descriptive analysis methodis the method used to analyze data in ways that describe or depict the data that has been colected as it is withoutintending to apply to general conclusions or generalizations. Descriptive analysis is intended to provide orpenafsiaran discussion of the data for the conclusion. Descriptive data analysis gives an overview description of thesentences associated with the existing theory, through simple calculations like; the sum, average, and percentage.The results of this study can be concluded: 1) The fishermen groups Malos 3 is a group of fishermen who havecaught fish activity with various types of fishing gear, nets and fishing rods; 2) Activity Malos 3 fishermen's group, notjust involve his fellow group members only, this is seen in the marketing activities of the catch is sold to the market'sshoulders; 3) Revenue fishing groups based on the prevailing prices by applying the calculation of prices prevailingon the number of fish and fish bucket based on the unit; and 4) the sharing system adopts a group of fishermenequally common sense. Members of the group conducting fishing activities will inherit the same on the fish and thesame amount of rupiah for fish sales results.

Keywords: Malos 3, fisherman, revenue, sharing system

Abstrak

Penelitian ini bertujuan : 1) menganalisis pendapatan nelayan jaring insang dalam kelompok penangkap

ikan Malos 3 di Kelurahan Malalayang Satu Timur Kecamatan Malalayang Kota Manado dan 2) mengetahui sistem

bagi hasil nelayan jaring insang dalam kelompok penangkap ikan Malos 3 di Kel. Malalayang Satu Timur Kec.

Malalayang Kota Manado.

Dasar penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu bentuk penelitian yang dilakukan dengan cara

mempelajari suatu kasus tertentu pada obyek yang terbatas (Widi, 2010). Data yang diperoleh selanjutnya diolah

dan dianalisis secara deskriptif. Menurut Sugiyono (2008), metode analisis deskriptif merupakan metode yang

digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

Hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan : 1) Kelompok nelayan Malos 3 merupakan kelompok nelayan

memiliki aktivitas menangkap ikan dengan bebagai jenis alat tangkap, jaring dan pancing; 2) Aktivitas kelompok

nelayan malos 3, tidak hanya melibatkan sesama anggota kelompok saja, hal ini terlihat dalam aktivitas pemasaran

hasil tangkapan dijual ke pasar Bahu; 3) Pendapatan kelompok nelayan didasarkan pada harga yang berlaku

dengan menerapkan perhitungan harga berlaku terhadap jumlah ekor ikan maupun berdasarkan satuan ember ikan;

dan 4) sistem bagi hasil kelompok nelayan menganut sistem sama rata sama rasa. Anggota kelompok yang

melakukan aktivitas melaut akan mendapat bagian yang sama atas ikan hasil tangkapan maupun jumlah rupiah yang

sama untuk ikan hasil penjualan.

Kata kunci : Malos 3, nelayan, pendpaatan, system bagi hasil

PENDAHULUAN

Jaring insang merupakan salahsatu jenis alat tangkap yang banyakdigunakan oleh para nelayan, mulai darijaring insang lingkar, jaring insang

dasar, dan jaring insang permukaan.Usaha penangkapan ikan denganmenggunakan jaring insang sudahbukan merupakan teknologi yang barubagi para nelayan, hal ini disebabkan

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________192 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

karena bahannya lebih mudahdiperoleh, secara teknis mudahdioperasikan, secara ekonomis bisadijangkau oleh nelayan, dan lebihselektif terhadap ukuran ikan yangtertangkap.

Namun pengadaan alat tangkap

ini ternyata masih mempunyai kendala

dalam pembuatannya, disebabkan

besarnya modal produksi. Kondisi ini

terkait kemiskinan nelayan, terutama

nelayan perorangan maupun buruh

nelayan.

Beberapa hasil penelitianmenunjukkan bahwa distribusipendapatan dari pola bagi hasiltangkapan sangatlah timpang diterimaantara pemilik dan awak kapal. Secaraumum hasil bagi bersih yang diterimaawak kapal dan pemilik kapal adalahsetengah-setengah. Akan tetapi, bagianyang diterima awak kapal harus dibagilagi dengan sejumlah awak yang terlibatdalam aktivitas kegiatan kapal.

Semakin banyak jumlah awak

kapal, semakin kecil bagian yang

diperoleh setiap awaknya. Selain itu

pola umum bagi hasil di beberapa

daerah menunjukkan pemilik selain

mendapat setengah dari hasil

tangkapan juga memperoleh 15% dari

jumlah kotor hasiltangkapan sebagai

cadangan jika ada kerusakan perahu

ataupun jaring. Dengan demikian

pemilik kapal (juragan darat) rata-rata

menerima sekitar 65% dari keseluruhan

hasil tangkapan. Sebaliknya rata-rata

awak kapal akan mendapatakan hasil

jauh lebih rendah dibandingkan yang

diperoleh pemilik. Bagian untuk awak

kapal tersebut dibagi berdasarkan porsi

keterlibatannya secara khusus sebagai

awak. Semakin banyak jumlah awak,

semakin kecil yang diperoleh awak

(Mulyadi, 2005)

Berdasarkan kondisi umum

yang terjadi pada nelayan, khususnya

buruh nelayan jaring insang, maka perlu

dilakukan penelitian mengenai analisis

pendapatan dan sistem bagi hasil.

Penelitian ini diharapkan dapat

memberikan gambaran tentangpendapatan dan sistem bagi hasilnelayan jaring insang yang bekerjadalam satu kelompok penangkap ikanMalos 3 di Kelurahan Malalayang SatuTimur Kecamatan Malalayang KotaManado.

Tujuan PenelitianBerdasarkan

permasalahan-permasalahan penelitianini mempunyai tujuan sebagai berikut :1. Menganalisis pendapatan nelayan

jaring insang dalam kelompokpenangkap ikan Malos 3 di KelurahanMalalayang Satu Timur KecamatanMalalayang Kota Manado

2. Mengetahui sistem bagi hasil nelayanjaring insang dalam kelompokpenangkap ikan Malos 3 di KelurahanMalalayang Satu Timur KecamatanMalalayang Kota Manado

METODOLOGI PENELITIANPenelitian ini bersifat deskriptif

yaitu penelitian yang menggambarkansemua data atau keadaan yangsubyek/obyek penelitian (seseorang,lembaga, masyarakat dan lain-lain)kemudian dianalisis dan dibandingkanberdasarkan kenyataan yang sedangberlangsung pada saat ini danselanjutnya mencoba untuk melakukanpemecahan masalahnya (Widi, 2010).

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________193 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Dasar penelitian yang digunakanadalah studi kasus, yaitu bentukpenelitian yang dilakukan dengan caramempelajari suatu kasus tertentu padaobyek yang terbatas. Dalam hal ini, studikasus tentang analisis efisiensiekonomis soma landra rakit, padaKelompok Nelayan Malos Tiga yangbertempat di Kelurahan Malalayang SatuTimur, Kecamatan Malalayang, KotaManado. deskriptif merupakan metodeyang digunakan untuk menganalisis datadengan cara mendeskripsikan ataumenggambarkan data yang telahterkumpul sebagaimana adanya tanpabermaksud membuat kesimpulan yangberlaku untuk umum atau generalisasi.Analisis deskriptif dimaksud untukmemberikan bahasan atau penafsiaranterhadap data-data untuk memperolehkesimpulan.

Analisa data deskriptifmemberikan gambaran keterangandengan kalimat-kalimat yangdihubungkan dengan teori yang ada,melalui perhitungan sederhana seperti;penjumlahan, rata-rata dan presentase.

HASIL DAN PEMBAHASANKelompok Nelayan di Kota Manado

Menurut laporan Dinas Kelautandan Perikanan Kota Manado (2013)bahwa Kelompok Usaha BersamaNelayan/Perikanan Tangkap yang telahdikukuhkan sampai tahun 2012 adalahsebanyak 70 kelompok, dan yang telahpernah menerima bantuan sebanyak 35kelompok. Jumlah kelompok pada tiapkelurahan disajikan dalam Tabel 1.

_______________________________________________________________________________________________________194 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi

Tabel 1. Jumlah Kelompok Usaha Bersama Nelayan/Perikanan Tangkap di Kota ManadoNo. Kecamatan Kelurahan Jumlah Kelompok

1. Malalayang

Malalayang Satu 4Malalayang Satu Timur 7Malalayang Dua 1Bahu 1

2. SarioSario Tumpaan 4Titiwungan Selatan 2Titiwungan Utara 1

3. Wenang Wenang Selatan 4

4. Tuminting

Sindulang Satu 2Sindulang Dua 1Bitung Karangria 6Tumumpa Dua 4Maasing 2

5. Bunaken

Molas 1Tongkaina 1Manado Tua Satu 8Manado Tua Dua 9Siladen 3Bunaken 6Alungbanua 3

Jumlah 70

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Manado (2011)

Kelompok Nelayan Malos TigaKelompok Nelayan Malos Tiga di

Kelurahan Malalayang Satu TimurKecamatan Malalayang Kota Manadodikukuhkan pada tanggal 11 Mei 2011,dengan jumlah anggota saat itu adalah10 orang dan sekarang telah bertambahmenjadi 15 orang. Kata Malos itu sendiriberupa singkatan dari MalalayangLorong Orang Sanger; karena sebagianbesar masyarakat di wilayah tersebutadalah keturunan suku Sangihe.

Pendirian kelompok inididasarkan atas kesadaran akanpentingnya kelompok nelayan dalammenanggulangi secara bersama-samaresiko usaha penangkapan. Resikodimaksud, yaitu pembiayaan bersamaatas barang modal, perawatan barangmodal dan pertanggung jawabanpenyalura batuan dari pemerintah terkait.

Adanya kelompok akanmempermudah pemerintah terkait untukmelakukan monitoring dan evaluasiprogram batuan yang diberikan kepada

kelompok nelayan. Kelompok NelayanMalos Tiga telah mendapatkan hibahberupa satu set jaring insang permukaanyang digunakan secara bergiliran olehanggota kelompok.

Pendapatan Nelayan KelompokPenangkap Ikan Malos 3

Kelompok nelayan Malos Tigamerupakan kelompok nelayanpenangkap ikan yang memiliki 15anggota dan memiliki 15 perahu, jaring10 buah, serta memiliki alat tangkaplainnya seperti pancing. Dalam kegiatanmelaut satu kelompok terdiri 2 – 3 orangmenuju tempat penangkapan di sekitarwilayah pantai.

Setelah prosespersiapan,penangkapan ikan dan kembali kedaratan, hasil tangkapan berupa ikandikumpulkan untuk dijual. Penjualan ikandilakukan di pinggiran pantai menurutharga yang berlaku. Konsumen ataupembeli biasanya datang langsung keKelompok nelayan untuk melakukan

_______________________________________________________________________________________________________195 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi

transaksi pembelian. Pengukuran yangditetapkan untuk penggambaran hargadilakukan berdasarkan jumlah ekor ikandan atau pengukuran menggunakanember.

Penggunaan pengukuranmenurut jumlah ekor ikan danpengukuran menggunakan ember,dilakukan menurut jumlah ikan hasiltangkapan. Jika ikan sedikit makapengukuran menggunakan jumlah ekorikan yang dipakai, dan jika musim ikanbaik maka pengukuran yang digunakanialah jumlah ember ikan yang dapatditampung.

Penangkapan menggunakanjaring insang permukaan pada KelompokNelayan Malos Tiga, menghasilkan ikan-ikan pelagis kecil dan sedang. Hasilpengamatan di lokasi penelitian,diidentifikasi jenis-jenis ikan pelagis yangsering tertangkap menggunakan jaringinsang permukaan pada KelompokNelayan Malos Tiga, yaitu : selar,layang, tongkol, dan lahoma.

Pendapatan Kelompok NelayanMalos Tiga ditentukan berdasarkan hasilpenjualan ikan hasil tangkapan, yaitu :

Tabel 2. Harga Ikan Hasil Tangkapan KelompokNelayan Malos Tiga Berdasarkan Jenis Ikan UkuranSedang.

No. Jenis IkanRata-rata Harga

per Ekor per Ember1. Selar 2.000 250.0002. Layang 1.500 200.0003. Tongkol 2.000 200.0004. Lahoma 2.500 250.000

Sumber : Data Primer (2015)

Berdasarkan tabel ini,jika diasumsikan jumlah trip 10

kali dalam satu bulan, dengan 10 bulanoperasi penangkapan ikan, makaterdapat 100 kali operasi penangkapanikan. Hasil pengamatan di lokasipenelitian rata-rata penangkapan jikasaat sulit ikan hasil tangkapan berkisar30 – 50 ekor, dan jika musim baik hasiltangkapan berkisar 3 – 5 ember ikan.Dengan demikian pendapatan KelompokNelayan Malos Tiga (Tabel 3).Berdasarkan tabel ini pendapatanKelompok Nelayan Malos Tiga jikapenjualan menggunakan satuan ekorikan berkisar Rp. 5.000.000 sampai Rp.7.500.000 per tahun. Sedangkanmenggunakan penjualan menggunakansatuan ember berkisar Rp. 50.000.000sampai Rp. 75.000.000 per tahun.

Tabel 3. Pendapatan Kelompok Nelayan Malos Tiga Berdasarkan Jenis Ikan Ukuran Sedang.

No. Jenis IkanRata-rata Harga Pendapatan per Trip Pendapatan per Tahun

per Ekor per Ember per 50 Ekor per 5 Ember per 50 Ekor/thn per 5 Ember/thn1. Selar 1.500 150.000 75.000 750.000 7.500.000 75.000.0002. Layang 1.000 150.000 50.000 750.000 5.000.000 75.000.0003. Tongkol 1.250 100.000 62.500 500.000 6.250.000 50.000.0004. Lahoma 2.000 150.000 100.000 750.000 10.000.000 75.000.000

Sumber : Data Primer (2015) hasil olahan

Sistem Bagi HasilPenangkapan ikan yang

dilakukan Kelompok Nelayan Malos Tigadilakukan bagi hasil sebelum dijual danatau sesudah penjualan. Kedua sistembagi hasil ini dilakukan berdasarkankesepakatan angota kelompok yangmelakukan aktivitas melaut. Pilihanmembagi hasil sebelum penjualandilakukan jika hasil tangkapan kurang.Sedangkan setelah penjualan jika hasiltangkapan ikan banyak.

Sistem bagi hasil sebelumpenjualan biasanya hanya untuk ikankonsumsi sendiri. Kurangnya hasiltangkapan membuat jumlah ikan tidaklayak dijual, lebih baik ikan hasiltangkapan dijadikan lauk-lauk untukkebutuhan rumah tangga anggotakelompok yang melakukan aktivitasmelaut. Ikan hasil tangkapan yangkurang jika dijual kemungkinan hasilyang didapatkan tidak dapat dijadikanmodal untuk pembelian bahan

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________196 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

kebutuhan rumah tangga, bahkanmembeli ikan untuk lauklauk. Kondisiinilah yang menyebabkan pilihanmembagi ikan sebelum penjualandilakukan untuk memberikan pilihankepada anggota kelompok, apakah hasilpembagian ikan akan dijual atauhasilnya digunakan untuk konsumsi.

Sistem bagi hasil dilakukansetelah penjualan dilakukan pada hasiltangkapan banyak. Jumlah hasiltangkapan banyak atau melimpahmenjadi sasaran konsumen untukmembeli. Pedagang pengumpul,konsumen rumah tangga merupakanpembeli potensial untuk hasil tangkapanmelimpah dari anggota kelompoknelayan Malos Tiga. Sistem penjualanmengikuti pengukuran jumlah ekor ikandan atau pengukuran menggunakansatuan ember. Hasil penjualan ikankemudian dibagi sama rata terhadapanggota kelompok yang melakukanaktivitas melaut.

Pembagian hasil penjualan 50 :50 telah menjadi kesepakatan bersama.Anggota kelompok yang turun melautakan mendapat bagian yang samabanyak atau sama jumlah rupiah yangditerima. Sistem ini juga berlaku padapembagian sebelum penjualan untukikan maupun pembagian setelahpenjualan untuk jumlah rupiah tertentu.Fenomena bagi hasil sama rata samarasa menghilangkan hirarki strukturorganisasi. Baik ketua maupun anggotamemiliki hak yang sama dalam bagi hasilpenangkapan. Kondisi ini menjadisebuah kenyataan terkait jaring insangpermukaan yang digunakan untukoperasi penangkapan ini merupakanhibah dari pemerintah terkait. Hibahdalam bentuk jaring insang permukaanuntuk operasi penangkapan dipandanganggota kelompok sebagai barangmodal bersama dan menjadi milik

bersama. Sehingga hasil penangkapanmenggunakan jaring insang permukaanhasil hibah pemerintah harus dibagisama rata sama rasa.

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________197 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan

1. Kelompok nelayan Malos 3

merupakan kelompok nelayan yang

memiliki aktivitas menangkap ikan

dengan bebagai jenis alat tangkap,

jaring dan pancing.

2. Aktivitas kelompok nelayan malos 3,

tidak hanya melibatkan sesama

anggota kelompok saja, hal ini

terlihat dalam aktivitas pemasaran

hasil tangkapan dijual ke pasar

Bahu.

3. Pendapatan kelompok

nelayan didasarkan pada harga

yang berlaku dengan menerapkan

perhitungan harga yang berlaku

terhadap jumlah ekor ikan maupun

berdasarkan satuan ember ikan

4. Sistem bagi hasil kelompok nelayan

menganut sistem sama rata sama

rasa. Anggota kelompok yang

melakukan aktivitas melaut akan

mendapat bagian yang sama atas

ikan hasil tangkapan maupun

jumlah rupiah yang sama untuk ikan

hasil penjualan.

Saran1. Perlu adanya iuran atau

persentase potongan hasilpenjualan untuk pemeliharaanbarang modal berupa jaring,perahu dan peralatan lainnya

2. Perlu adanya penambahanbarang modal gunameningkatkan pendapatan dankesempatan meraih keuntunganpada anggota kelompok nelayan.

DAFTAR PUSTAKADahuri, R. (2000) Pendayagunaan Sumberdaya

Kelautan Untuk Kesejahteraan Rakyat.Jakarta: Penerbit Lembaga Informasi danStudi Pembangunan Indonesia. DinasKelautan, Perikanan.

Hernanto, F. 1995. Ilmu Usaha Nelayan. PenebarSwadaya. Jakarta.

Nikijuluw, V. P. H. 2001. Potensi dan Sosial EkonomiMasyarakat Pesisir serta StrategiPemberdayaan Mereka Dalam KonteksPengelolaan Sumberdaya Pesisir SecaraTerpadu. Makalah pada PelatihanPengelolaan Pesisir Terpadu. ProyekPesisir, Pusat kajian sumberdaya pesisirdan laut, Institut Pertanian Bogor (IPB) 17halaman.

Purwanto, E.A.2007. Metode Penelitian Kuantitatifuntuk Administrasi Public dan Masalah–masalah Sosial. Yogyakarta. PenerbitGaya Media.

Rachman, A. 1982. Rencana Pemerintah dalamPengembangan Perikanan Laut diIndonesia dalam Hubungannya denganImplementasi Wawasan Nusantara.Jakarta.

Raharjo Y., 1996. Community Base Management diWilayah Pesisir Indonesia. Makalahpelatihan ICZPM. PKSPL-IPB dan DitjenBangda Depdagri. Tim PemberdayaanMasyarakat Pesisir P

Satria, A. 2009. Ekologi Politis Nelayan YogyakartaLKIS.

Suhardiyono, L., 1992. Penyuluhan Petunjuk BagiPenyuluhan Pernelayanan. Erlangga.Jakarta.

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________198 Vol. 2 No. 2 (Oktober 2014)

ISSN. 2337-4195

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________199 Vol. 2 No. 2 (Oktober 2014)

ISSN. 2337-4195

DAMPAK PARIWISATA TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DIKELURAHAN BUNAKEN KECAMATAN BUNAKEN KEPULAUAN

KOTA MANADOValentino Nelson Lumi1; Victoria E.N. Manoppo2; Martha P. Wasak2

1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.2) Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Koresponden email : [email protected]

AbstractPengembangan pariwisata juga dapat meningkatkan pendapatan dan tingkat ekonomi masyarakat.Dampak inilahyang diharapkan dapat dirasakan baik langsung ataupun secara tidak langsung oleh masyarakat yang tinggal diKelurahan Bunaken Kecamatan Bunaken Kepulauan , Kota Manado.Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana/ apa dampak pariwisata terhadap tingkatkesejahteraan masyarakat di Kelurahan Bunaken.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana/apa dampak pariwisata terhadap tingkatkesejahteraan masyarakat di Kelurahan Bunaken.Serta mempelajari/mengidentifikasikanSetelah dilakukan penelitian dan telah diuji dengan indikator yang digunakan BKKBN dalam pentahapan keluarga.Hasil penelitian di kelurahan Bunaken dapat disimpulkan bahwa dengan adanya Taman Nasional Bunakenmasyarakat Kelurahan Bunaken yang berkecimpung di bidang pariwisata sangat terbantu perekonomian merekauntuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bahkan sudah tidak ada lagi masyarakat yang dikatakan sangat miskin, dansudah ada masyarakat yang memberikan sumbangan baik dalam bentuk material ataupun uang.Kata Kunci: dampak pariwisata, kesejahteraan masyarakat, Bunaken,

Abstract

Tourism development can also increase income and economic level masyarakat.Dampak this is expected to be felteither directly or indirectly by the people who lived in the village Bunaken Bunaken District of Islands, Manado.The problem in this research is how / what the impact of tourism on the level of welfare in the Village Park. Thepurpose of this study was to analyze how / what the impact of tourism on the level of welfare in the VillageBunaken.Serta learn / identify . After doing research and has been tested with the indicators used in the phasingBKKBN family in the village of Bunaken. The results of the study it can be concluded that the presence of BunakenNational Park Bunaken Village community working in the field of tourism greatly helped their economies to meet theirdaily needs. In fact there is no more people were said to be very poor, and there are already people who contributedin the form of materials or money.Keywords: the impact of tourism, public welfare, Bunaken,

PENDAHULUANPengembangan pariwisata juga

dapat meningkatkan pendapatan dantingkat ekonomi masyarakat. Adapunpengembangan pariwisata di Indonesiamemiliki delapan keuntungan, yaitumeningkatkan kesempatan berusaha,meningkatkan kesempatan kerja,meningkatkan penerimaan pajak,meningkatkan pendapatan nasional,mempercepat proses pemerataanpendapatan, meningkatkan nilai tambahproduk hasil kebudayaan, memperluaspasar produk dalam negeri danmemberikan dampak multiplier effectdalam perekonomian sebagai akibatpengeluaran wisatawan, para investor

maupun perdagangan luar negeri(Bappenas, 2008).

Dampak-dampak inilah yangdiharapkan dapat dirasakan baiklangsung ataupun secara tidak langsungoleh masyarakat yang tinggal diKelurahan Bunaken KecamatanBunaken, Kota Manado. Karena wilayahini adalah pusat kegiatan dari TamanNasional Bunaken (TNB yangdijadikandestinasi/tujuan wisatawanasing maupun lokal. Sejauh manadampak keberadaan TNB terhadaptingkat kesejahteraan masyarakat dikelurahan Bunaken, perlu diarahkankegiatan berupa survey untukmendapatkan jawaban yangrepresentatif dan dapat dipertanggung

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________200 Vol. 2 No. 2 (Oktober 2014)

ISSN. 2337-4195

jawabkan. Beranjak dari latar belakang,dapatlah dirumuskan masalah sebagaiberikut : Bagaimana/apa dampakpariwisata terhadap tingkatkesejahteraan masyarakat di kelurahanBunaken?

Adapun tujuan penelitian adalahMenganalisis bagaimana/apa dampakpariwisata terhadap tingkatkesejahteraan masyarakat di kelurahanBunaken.

Penelitian yang dilakukan bersifatdeskriptif yakni bertujuan untukmemberikan gambaran umum dankonkrit tentang kontribusi/imbaspariwisata terhadap masyarakatKelurahan Bunaken

Dasar penelitian yang digunakanadalah survey. Penelitian inidilaksanakan di Kelurahan Bunaken,Kecamatan Bunaken Kota Manadoselama 6 bulan terrhitung mulaiprasurvei pada bulan oktober sampaidengan Ujian Skripsi pada bulan Maret.Teknik yang digunakan dalam penelitianmenggunakan purpose sampling: yaitupengambilan sampel berdasarkan tujuanitu sendiri.

Dalam makalah ini tujuannyadilihat dari dampak pariwisata terhadapmasyarakat. dan faktor yangmempengaruhi dampak pariwisata

tersebut. Dalam penelitian ini untukmemperoleh jumlah sampeldipergunakan teori Gay yangmenyatakan bahwa ukuran sampel yangdapat diterima yaitu untuk populasi yangjumlahnya relatif kecil, minimal sampelyang diambil adalah sebesar 5 – 15%dari jumlah populasi (Umar, 2001).Pengambilan data akan dilaksanakansampling dari 7 lingkungan yang besar diBunaken. Data yang akan dikumpulkanmeliputi data primer dan data sekunder.Data primer diperoleh dari respondendengan mengisi daftar pertanyaan,wawancara dan pengamatan dilapangan. Responden yaitu: 5 – 15%pelaku usaha dan profesi di bidangpariwisata, masyarakat umum,pemerintah. Sedangkan data sekunderakan dikumpulkan dengan caramencatat laporan statistik yang ada padalembaga pemerintah setempat.

Data-data yang akan terkumpulnantinya dianalisis denganmenggunakan analisis deskriptif kualitatifdan analisis deskriptif kuantitatif

PEMBAHASANPariwisata Bunaken dan peluang

ekonomi bagi masyarakat dapat dilihatpada tabel berikut:

Pariwisata Bunaken dan Peluang Ekonomi Bagi MasyarakatNo. Pekerjaan Jumlah pekerja Persentase (%)1. Karyawan resort 60 14.292. Pemilik penginapan / home stay 15 3.573. Usaha rental penyewaan

Alat diving dan snorkeling 40 9.524. Penjual souvenir 40 9.525. Penjual makanan 20 4.766. Tukang ojek 30 7.147. Guide 25 5.958. Tukang kayu 60 14.299. Rental perahu motor / speed boat 130 30.95

Jumlah 420 100

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________201 Vol. 2 No. 2 (Oktober 2014)

ISSN. 2337-4195

1. Karyawan ResortDengan adanya resort sebagai

salah satu fasilitas pendukung untukkenyamanan para wisatawan di TamanNasional Bunaken. MasyarakatKelurahan Bunaken mendapatkandampak positifnya yaitu dapat bekerjasebagai karyawan resort yang upahnyabisa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

2. Pemilik PenginapanSemakin lama semakin banyak

wisatawan yang datang menyelam dipulau Bunaken dan berharap dapattinggal beberapa hari disana. Harapanmereka direspons oleh masyarakatBunaken dengan merubah tempattinggalnya menjadi homestay yangdisewakan pada para turis baik harianataupun secara mingguan.

3. Rental/penyewaan alat menyelamdan “snorkling”

Pada masa-masa awalperkembangan aktivitas pariwisata diBunaken, kebanyakan wisatawan yangdatang untuk menyelam tinggal diManado. Mereka kemudianmenggunakan perahu motormenyeberang ke Pulau Bunaken dansetelah menyelam mereka kembali danmenginap di Manado lagi.4. Penjual kerajinan tangan dan baju

untuk “souvenir” atau buah tanganDi samping itu masyarakat juga

telah berupaya mendirikan usahapendukung kegiatan pariwisata lain.Usaha-usaha tersebut selain usahapenginapan antara lain adalah usahapenjualan kaos bernuasa etnik souvenir.5. Penjual makanan dan warung kecil-kecilan

Masyarakat di kelurahanbunaken ada juga yang mencari nafkahdengan usaha warung yang terkait

dengan kebutuhan wisatawan seperticream anti matahari, shampoo, sandaljepit, kacamata hitam, dan topi. Ada jugawarung yang menjual makanan danminuman seperti nasi campur, nasikuning, mi cakalang, bubur Manado,midal, gorengan, dan aneka minumanhangat dan minuman dingin.

6. Tukang OjekOjek di kelurahan bunaken

kebanyakan pengojeknya hanyamengambil waktu untuk mengisikekosongan waktu luang dari pekerjaanyang sebenarnya mereka tekuni. Tapiada juga yang menjadikannya sebagaipekerjaan sehari-hari.

7 GuideSelain itu penduduk juga terlibat

dalam kegiatan pemandu wisata, jasatransportasi laut, pelatih dan pemandupenyelam (divers). Biasanya guide yangada sudah bekerjasama dengan pemilikspeedboat, resort, homestay,penyewaan alat diving dan snorkeling.

8. Tukang kayuDi Kelurahan Bunaken untuk

membuat rumah dari kayu, meja kayu,lemari kayu, kursi kayu, perahu dan lain-lain yang terbuat dari kayu.

9. Rental Kapal /SpeedboatWisatawan yang ingin

berkunjung ke Taman Nasional Bunakententu saja mebutuhkan alat transportasiyaitu perahu/ kapal.

Dampak PariwisataSecara umum dapatlah dijelaskan

bahwa dampak positif pariwisataterhadap kesejahteraan masyarkat dikelurahan Bunaken adalah sebagaiberikut:1. Menyumbang neraca pembayaran

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________202 Vol. 2 No. 2 (Oktober 2014)

ISSN. 2337-4195

2. Menyebarkan pembangunan kedaerah-daerah non industry

3. Menciptakan kesempatan kerja4. Dampak pada pembangunan

ekonomi pada umumnya melaluidampak penggandaan (multipliereffect).

Sedangkan dampak negatif yangterjadi terhadap sosial budaya meliputibeberapa aspek, antara lain :1. Cara hidup (way of life)2. Aspek budaya3. Komunitas Berikut ini adalah Dampak

Pariwisata terhadap TingkatKesejahteraan Masyarakat Bunaken.

Adapun indikator yang digunakandalam menganalisa tingkatkesejahteraan, yaitu yang digunakanoleh BKKBN dalam pentahapan keluargasejahtera meliputi:A. Prasejahtera (sangat miskinB. Keluarga Sejahtera I (miskin)C. Keluarga sejahtera IID. Keluarga Sejahtera III

KESIMPULANSetelah dilakukan penelitian dan

telah diuji dengan indikator yangdigunakan BKKBN dalam pentahapankeluarga. Hasil penelitian di KelurahanBunaken dapat disimpulkan bahwadengan adanya Taman NasionalBunaken masyarakat KelurahanBunaken yang berkecimpung di bidangpariwisata sangat terbantuperekonomian mereka untuk memenuhikebutuhan sehari-hari. Bahkan sudahtidak ada lagi masyarakat yangdikatakan sangat miskin, dan sudah adamasyarakat yang memberikansumbangan baik dalam bentuk materialataupun uang.

SARANSelanjutnya dari apa yang telah

dibahas dan disimpulkan dalam

penelitian ini dapatlah kami sarankansebagai berikut:1. Keberlanjutan perekonomian

masyarakat Kelurahan Bunaken yangberkecimpung di bidang pariwisatasangat diharapkan perhatianpemerintah bersama masyarakatsetempat dalam menjaga kelestarianlingkungan kawasan Taman NasionalBunaken. Karena itu merupakankekayaan sumber perekonomian bagimasyarakat yang ada di kawasanTaman Nasional Bunaken.

2. Perlu adanya perhatian pemerintahdalam mengfasilitasi usaha merekademi perbaikan status keberadaanmereka dalam memenuhi kebutuhanhidupnya. Mereka sangatmembutuhkan fasiulitas transportasiyang lebih memadai. Saranaprasarana yang lebih layak, dan perluadanya fasilitas bank demi lancarnyatransaksi usaha dan mereka bisamenyisihkan sebagian uang dariusaha mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, M Y. 2009. Tayangan Wisata Kuliner danKepuasan. Surakarta: Universitas SebelasMaret.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2008).Dampak Pariwisata TerhadapPerekonomianNasional. [Online].http://kppo.bappenas.go.id/preview/282.

Brenen, J. 2002. Memadu Metode Penelitian kualitatif dankuantitatif. Penerbit Pustaka Pelajar. Jakarta.

Gamal, S, 2002. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta:Penerbit Andi.

Koenjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat,Jakarta: PT Gramedia, Cet. XIII, 1994.

Mantjoro, E. 1981. Metodologi Penelitian. Pengantar KuliahFakultas Perikanan Universitas Samratulangi.Manado.

Soekadijo. 1997. Anatomi Pariwisata (MemahamiPariwisata Sebagai “Sistemic Linkage”). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Soemardjan, Selo. (1982). Perubahan Sosial diYogyakarta. Yogyakarta: Gadja Mada UniversityPress.

Todaro, Michael P 2003. Pembangunan Ekonomi Di DuniaKetiga. Alih Bahasa: Aminuddin danDrs.Mursid.Jakarta: Ghalia Indonesia.

Yuginta D. 2009. Dampak Pengembangan KawasanTambak Udang Terhadap Sosial, Ekonomi,

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________203 Vol. 2 No. 2 (Oktober 2014)

ISSN. 2337-4195

Budaya dan Lingkungan Masyarakat Sekitar(Studi Kasus Kawasan Tambak Udang PIR PT.CP Bahari Lampung)

Nugroho, Iwan. 2011. Ekowisata & PembangunanBerkelanjutan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Fandeli, C. & Mukhlison . 2000. Pengusahaan Ekowisata.Yogyakarta: Fakultas Kehutanan UniversitasGadjah Mada Yogyakarta

Departemen Komunikasi dan Informatika. 2005.Pengembangan Ekowisata Bahari. SwamediaInformatika. http:/www.lin.go.id/news.asp?kode=290402MzYT0002. 27September2006.

Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan JasaLingkungan. 2002. Kriteria Standar PenilaianODTW (Analisis Daerah Operasi). PerlindunganHutan dan Konservasi Alam. DepartemenKehutanan.

Gunn, C.A. 1994. Tourism Planning: Basics, Concepts,Cases. Third Edition. Taylor & FrancisPublisher.

Inskeep, E. 1991. Tourism Planning : An Integrated andSustainable Development Approach VanNosttrand Reinhold, New York, U.S.A.

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________204 Vol. 2 No. 2 (Oktober 2014)

ISSN. 2337-4195

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________205 Vol. 2 No. 2 (Oktober 2014)

ISSN. 2337-4195

NILAI EKONOMI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI DESA BAHOIKECAMATAN LIKUPANG BARAT KABUPATEN MINAHASA UTARA

Dieri Tarau1; Jardie A. Andaki2; Steelma V. Rantung2

1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.2) Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Koresponden email: [email protected]

AbstractMangrove ecosystem is the main motivator of life in the coastal and marine area. Mangrove not only have

ecological function as providers for aquatic biota but also the place for the spawning ground, nursery ground, andmany kinds of aquatic biota, retaining abration, wind break, tsunami, absorben of waste etch. The social economicfunction of mangrove as the fuel producer, industrial basic material, pharmacology, furniture, cosmetic, food, textiles,glue taner, seed fish, shrimp, crustacean, bird eggs honey and also as the tourism object, conservation, educationand research.

The aim of this research are 1). To indentified the economic benefit of mangrove ecosystem and 2). Tocalculate the economic valuation of mangrove ecosystem of Bahoi Village North Minahasa Regency. The basicmethod in this research is the case study, the collected data through interview direct observation, literature review,and the guidance of cost analyze to build beach damn. The retrieval data used purposive sampling. The data arecollected as primary and secondary data. Primary data obtained through interview, questioner and observation theactivities of society related with utilization of mangrove ecosystem.

The primary data are to 1).KPPD Bahoi Management, 2). Marine ecotourism group, 3). The Government ofBahoi Village. The result research shows the mangrove ecosystem consist of direct use value and indirect use valueas retaining abration and break wave is Rp.60.127.034.000,- can hold out 20 years and the benefit of mangrove willlost for rehabilitation period is Rp. 137.837.551.000,- / 10 years and income society are lost Rp. 20.862.240.000,- for10 years and option value of mangrove ecosystem with 28 hectares is Rp.55.322.400,- for 10 years. Total economicvalue of mangrove ecosystem at Bahoi Village is Rp. 404.920.912.688,-.

Keywords: Ecosystem, Mangrove, Resources, Economic Valuation

AbstrakHutan Mangrove merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan yang penting di wilayah pesisir dan

lautan. Selain mempunyai fungsi ekologis sebagai penyedia bagi biota perairan yaitu sebagai tempat pemijahan danasuhan bagi berbagai macam biota, penahan abrasi, amukan angin taufan, dan tsunami, penyerap limbah dan lainsebagainya, fungsi sosial dan ekonomis penting sebagai penghasil bahan bakar, bahan baku industri, obat – obatan,perabot rumah tangga, kosmetik, makanan, tekstil, lem penyamak kulit dan lainnya, penghasil bibit/benih ikan,udang, kerang kepiting, telur burung, madu, dan lainnya sebagai kawasan wisata, konservasi, pendidikan danpenelitian (Dahuri, dkk. 2001)

Penelitian ini bertujuan untuk 1).Mengidentifikasi manfaat ekonomi ekosistem hutan mangrove dan 2).Menghitung nilai ekonomi ekosistem hutan mangrove di Desa Bahoi Kabupaten Minahasa Utara. Metode dasar yangdigunakan dalam penelitian ini yaitu studi kasus, metode pengumpulan data dan informasi dalam penelitian iniadalah dengan adalah wawancara, observasi langsung dan studi pustaka mengenai rehabilitasi dan sumberdayahutan mangrove serta pedoman analisis biaya pembangunan Tanggul Pantai dari sumber – sumber yang terkait.Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling.Data yang dikumpulkan berupa dataprimer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara, pengisian daftar pertanyaan, dan observasilangsung ke lapangan untuk melihat langsung keadaan hutan mangrove, keadaan masyarakat, dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di lapangan oleh masyarakat yang terkait dengan pemanfaatan hutan mangroveWawancara untuk memperoleh data primer dilakukan pada :1). Pengurus Kelompok Pengelola Pesisir Desa (KPPD)Bahoi, 2). Kelompok Ekowisata Bahari, 3). Hukum Tua Desa Bahoi.

Berdasarkan hasil penelitian, nilai ekonomi ekosistem hutan mangrove di Desa Bahoi, yaitu terdiri darimanfaat tidak langsung sebagai penahan abrasi dan gelombang sebesar Rp.60,127,034,000bisa bertahan lebih dari20 tahun. dan manfaat hutan mangrove yang akan hilang jika hutan mangrove yang ada di Desa Bahoi ditebangadalah Rp.137.837.551.600,-/10 tahun untuk masa rehabilitasi, dan pendapatan masyarakat yang akan hilang jikahutan mangrove ditebang adalah Rp.20.862.240.000,-/10 tahun dengan luasan hutan mangrove 28 hektar dan nilaidari manfaat pilihan sebesar Rp.55.322.400,00/10 tahun,sehingga total dari keseluruhan Nilai Ekonomi ekosistemhutan mangrove di Desa Bahoi tersebut adalah sebesar Rp.404.920.912.688,00.Kata Kunci : Ekosistem,Mangrove, Sumberdaya, Nilai Ekonomi

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________206 Vol. 2 No. 2 (Oktober 2014)

ISSN. 2337-4195

PENDAHULUANMenurut Peraturan Menteri

Negara Lingkungan Hidup RepublikIndonesia Nomor 15 Tahun 2012 tentangPanduan Valuasi Ekonomi EkosistemHutan bahwa Hutan merupakan salahsatu Sumber Daya Alam (SDA) yangmempunyaiperanan sangat penting diIndonesia, karena hampir sebagianbesar wilayahIndonesia berupa hutan.Walaupun hutan merupakan SDA yangdapatdiperbaharui tetapipemanfaatannya harus tetap dijagasecara bijaksanauntuk mempertahankankeseimbangan ekosistem yang adaIndonesia memiliki hutan tropik yangproduktif dan tinggi nilainya, baikdarihasil kayunya maupun nilai flora danfaunanya.

Kerusakan ekosistem hutanumumnya didefinisikan sebagai suatupenurunan kerapatan pohon dan/ataumeningkatnya kerusakan hutan yangmenyebabkan hilangnya hasil-hasil hutandan berbagai layanan ekologisnya.Penyebab umum terjadinya kerusakanhutan adalah karena ulah manusia danalam. Kerugian utama yang timbul sebagaiakibat kerusakan dapat berupa kehilanganproduk kayudan non kayu; erosi tanah;kehilangan unsur hara tanah; pengurangankesuburan tanah; penurunan produktifitaspertanian, perikanan dan transportasi,penimbunan tanah di bagian hilir; sertakehilangan air karena tingkat larian air yangtinggi (water run-off). Mengingat berbagaikeunikan dan manfaatnya bagi kehidupanmanusia serta kerentanannya, makapemanfaatan ekosistem hutan memerlukanadanya perencanaan yang sangat hati-hati.Prinsip kehati-hatian (precautionaryprinciple) adalah merupakan kemutlakanyang harus direncanakan dan diterapkansecara terpadu. Valuasi ekonomi ekosistemhutan, dengan demikian diharapkan akanmenjadi pintu masuk strategi perencanaanyangdapat menggambarkan sejauh manapemanfaatan ekosistem hutan dapatdilakukan.

Salah satu ekosistem utama diwilayah pesisir dan lautan adalah ekosistemhutan mangrove. Dari sekitar 15,9 juta Hamangrove yang terdapat di dunia, sekitar27% berada di Indonesia. Ekosistem hutanmangrove terdapat di tiga wilayah iklimyakni (a) Zona Katulistiwa antara 10°LU dan5°LS, (b) zona kering hutan tropis atausebelah utara dan selatan katulistiwa antara25° - 30° LU dan LS, (c) wilayah beriklimsedang yang pada musim dingin tidakterlalu dingin (Bengen, 2004).

Hutan Mangrove merupakanekosistem utama pendukung kehidupanyang penting di wilayah pesisir dan lautan.Selain mempunyai fungsi ekologis sebagaipenyedia bagi biota perairan, tempatpemijahan dan asuhan bagi berbagaimacam biota, penahan abrasi, amukanangin taufan, dan tsunami, penyerap limbah,pencegah intrusi air laut, dan lainsebagainya, hutan mangrove juga memilikifungsi sosial dan ekonomis penting sebagaipenghasil bahan bakar, bahan baku industri,obat – obatan, perabot rumah tangga,kosmetik, makanan, tekstil, lem penyamakkulit dan lainnya, penghasil bibit/benih ikan,udang, kerang kepiting, telur burung, madu,dan lainnya sebagai kawasan wisata,konservasi, pendidikan dan penelitian(Dahuri, dkk., 2001).

Besarnya manfaat yang ada padaekosistem hutan mangrove menjadikannyasangat rentan terhadap eksploitasi yangberlebihan dan degradasi lingkungan yangcukup parah, sehingga mengakibatkanberkurangnya luasan hutan mangrove untuksetiap tahunnya. Pengembangan hutanmangrove sangat diperlukan untukmeningkatkan baik pendapatan ekonomimaupun kondisi sosial masyarakat. Namunsemua hal ini tidak terlepas dari penilaian,pertimbangan dan analisis lingkungan yangbaik bagi masyarakat tanpa harusmemberikan dampak buruk bagi hutanmangrove yang telah ada (Kalitouw, 2015).

Penilaian atau valuasi ekonomiadalah suatu upaya untuk memberikan nilaikuantitatif terhadap barang dan jasa yangdihasilkan oleh sumber daya alam dan

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________207 Vol. 2 No. 2 (Oktober 2014)

ISSN. 2337-4195

lingkungan terlepas dari apakah nilai pasartersedia atau tidak. Menurut paradigmaneoklasik, nilai ekonomi dapat dilihat darisisi kepuasan konsumen dan keuntunganperusahaan, dengan konsep dasar yangdigunakan, yaitu surplus konsumen dansurplus produsen.Sedangkan berdasarkanpandangan ecological economics tujuanpenilaian tidak semata terkait denganmaksimisasi kesejahteraan individumelainkan juga terkait dengan tujuanekologi dan keadilan distribusi. Tujuanvaluasi ekonomi pada dasarnya adalahmembantu pengambilan keputusan untukmenduga efisiensi ekonomi dari berbagaipemanfaatan yang mungkin dilakukanterhadap ekosistem yang ada di kawasanpesisir dan laut. Pengertian nilai atau value,khususnya menyangkut barang dan jasayang dihasilkan oleh sumberdaya alam danlingkungan, memang bisa berbeda jikadipandang dari berbagai disiplin ilmu.Secaraumum, nilai ekonomi dapat didefinisikansebagai pengukuran jumlah maksimumseseorang ingin mengorbankan barang danjasa untuk memperoleh barang dan jasalainnya (Fauzi 1999, dalam Lewenusa2011).

Menyadari pentingnya kawasanhutan mangrove ini, diperlukan penelitianuntuk mengetahui seberapa besar nilaimanfaat ekonomi yang terkandung darihutan mangrove di Desa Bahoi, hal inidikarenakan Desa Bahoi termasuk dalamDaerah Perlindungan Laut (DPL), kondisiatau keadaan ekosistem hutan mangrovetersebut masih dalam kondisi yang baikkarena pengelolaannya bukan hanyaPengurus Kelompok Pengelola Pesisir Desa(KPPD) yang telah ditunjuk oleh pemerintahnamun masyarakat setempat ikut sertadalam menjaga, melindungi, memeliharadan melestarikan ekosistem hutanmangrove tersebut.

Hasilnya diharapkan bisa dijadikaninformasi bagi masyarakat maupunpemerintah dalam pengambilan keputusandan kebijakan, serta pemanfaatan yangtepat untuk kawasan hutan mangrove yang

ada di Desa Bahoi, agar dapat memberikanmanfaat ekologi dan ekonomi.

Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang, maka

dapat dirumuskan permasalahan sebagaiberikut :1. Apa saja manfaat ekonomi dari

ekosistem hutan mangrove di DesaBahoi Kabupaten Minahasa Utara

2. Berapa nilai ekonomi dari ekosistemhutan mangrove di Desa BahoiKabupaten Minahasa Utara

Tujuan dan Manfaat PenelitianTujuan penelitian ini merupakan

rincian lebih lanjut dari masalah yang telahdirumuskan. Tujuan penelitian ini yaitu :1. Mengidentifikasi manfaat ekonomi

ekosistem hutan mangrove di DesaBahoi Kabupaten Minahasa Utara.

2. Menghitung nilai ekonomi ekosistemhutan mangrove di Desa BahoiKabupaten Minahasa Utara.

Manfaat yang diharapkan daripenelitian antara lain :1. Bidang studi Agrobisnis Perikanan

mendapatkan tambahan pengetahuankhususnya yang terkait dengan nilaiekonomi ekosistem hutan mangrove.

2. Menjadi acuan pemanfaatan ekosistemhutan mangrove ; peningkatan nilaiekonomi ekosistem hutan mangrove

Tempat dan Waktu PenelitianTempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di DesaBahoi, Kecamatan Likupang Barat,Kabupaten Minahasa Utara, ProvinsiSulawesi Utara. Lokasi ini dipilih karenadesa ini memiliki hutan mangrove yangdikelolah sebagai kawasan konservasi.

Waktu PenelitianPelaksanaan penelitian ini dimulai

dari survei lokasi penelitian, konsultasi danpenyusunan rencana kerja penelitian,pelaksanaan dalam pengumpulan data,konsultasi laporan sampai pada ujian hasildan ujian komprehensif, diperkirakan ± 6

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________208 Vol. 2 No. 2 (Oktober 2014)

ISSN. 2337-4195

bulan yang dimulai sejak bulan Januari 2016hingga bulan Juni 2016.METODOLOGI PENELITIANMetode Penelitian

Metode dasar yang digunakandalam penelitian ini yaitu studi kasus.Studi kasus merupakan penelitian yangdilakukan dengan caramempelajari/mendalami suatu kasustertentu dengan mengumpulkanberagam sumber informasi (Raco, 2010).Studi Kasus dilaksanakan di Desa Bahoi,Kecamatan Likupang Barat, KabupatenMinahasa Utara khususnya padaEkosistem Hutan Mangrove.

Metode Pengumpulan DataMetode pengumpulan data dan

informasi dalam penelitian adalahwawancara, observasi langsung danstudi pustaka mengenai rehabilitasi dansumberdaya hutan mangrove sertapedoman analisis biaya pembangunantanggul pantai dari sumber – sumberyang terkait. Pengambilan datadilakukan dengan menggunakan metodepurposive sampling.

Data yang dikumpulkan berupa dataprimer dan data sekunder. Data primerdiperoleh melalui wawancara, pengisiandaftar pertanyaan, dan observasi langsungke lapangan. Hal ini dilakukan untuk melihatlangsung keadaan hutan mangrove,keadaan masyarakat, dan kegiatan-kegiatanyang dilakukan di lapangan oleh masyarakatyang terkait dengan pemanfaatan hutanmangrove. Data sekunder yang diperlukanmeliputi kondisi geografis lokasi penelitian,keadaan demografi, keadaan sosialekonomi masyarakat, melalui website desaBahoi, LSM Manengkel Solidaritas danStatistik Desa Bahoi.

Responden dalam penelitian inidapat dilihat pada tabel di bawah ini

Responden PenelitianResponden Jumlah

Pengurus KPPD Bahoi 2Kelompok Ekowisata Bahari Desa Bahoi 2Pemerintah Desa Bahoi 2LSM Manengkel Solidaritas 2Total 8Sumber : Data Primer (2016)

Metode dan Prosedur Analisis DataMetode analisis data yang

digunakan adalah analisis deskriptif,kualitatif dan kuantitatif denganmenggunakan Microsoft Excell2010.Analisis deskriptif digunakan untukmengidentifikasi kondisi aktual hutanmangrove. Nilai ekonomi ekosistemhutan mangrove tersebut dinilai melaluiidentifikasi manfaat dan fungsi yangterkait dengan hutan mangrove sertakuantifikasi nilai manfaat tersebut kedalam nilai uang.

Identifikasi Manfaat dan FungsiEkosistem Hutan Mangrove

Menurut Benu, dkk., (2011), Nilaiguna langsung (direct use value) Nilaimanfaat langsung adalah nilai yangdihasilkan dari pemanfaatan secaralangsung dari suatu sumberdaya.Manfaat langsung bisa diartikan manfaatyang dapat dikonsumsi. Nilai manfaatlangsung hutan mangrove dihitungdengan persamaan:

DUV = ∑ DUVi..........................................(1)

Dimana :DUV = Direct Use ValueDUV 1 = Manfaat Penangkapan IkanDUV 2 = Manfaat Ikan OlahanDUV 3 = Manfaat Penangkapan Kepiting

Nilai guna tidak langsung dari hutanmangrove dapat diidentifikasi dari manfaatfisik dan biologisnya serta dari potensikawasan hutan mangrove sebagai tujuanekowisata. Manfaat fisik dari hutanmangrove yaitu sebagai penahan abrasi airlaut, sedangkan manfaat biologisnya yaitu

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________209 Vol. 2 No. 2 (Oktober 2014)

ISSN. 2337-4195

sebagai tempat pemijahan ikan (spawningground), daerah asuhan ikan (nurseryground) dan sebagai penyedia makananbagi ikan (feeding ground). Penilaian hutanmangrove secara fisik diestimasi dari fungsihutan mangrove sebagai penahanabrasi.Nilai ekonomi hutan mangrovesebagai penahan abrasi ini diperolehberdasarkan pendekatan biaya pengganti(Replacement cost) pembuatan penahanabrasi atau Tanggul Pantai.

Nilai guna pilihan (option value)untuk hutan mangrove biasanyamenggunakan metode benefit transfer, yaitudengan cara menilai perkiraan benefit daritempat lain (dimana sumberdaya tersedia)lalu benefit tersebut ditransfer untukmemperoleh perkiraan yang kasarmengenai manfaat dari lingkungan. Metodetersebut didekati dengan cara menghitungbesarnya nilai keanekaragaman hayati yangada pada ekosistem mangrove tersebut.Menurut Ruitenbeek (1991) dalam Fahrudin(1996), hutan mangrove Indonesiamempunyai nilai biodiversity sebesarUS$1,500 per km2. Nilai ini dapat dipakai diseluruh hutan mangrove yang ada diIndonesia apabila ekosistem hutanmangrovenya secara ekologis penting dantetap dipelihara secara alami. Nilai manfaatpilihan ini diperoleh dengan persamaan:

OV = US$15 per ha x luas hutanmangrove................................................(2)

Dimana: OV = option value

Kuantifikasi Manfaat ke dalam Nilai UangSetelah seluruh manfaat dapat

diidentifikasi, selanjutnya adalahmengkuantifikasi seluruh manfaat ke dalamnilai uang dengan beberapa nilai yaitu:1. Nilai pasar

Pendekatan nilai pasar inidigunakan untuk menghitung nilai ekonomidari komoditas - komoditas yang langsungdapat dimanfaatkan dari sumberdayamangrove.2. Harga tidak langsung

Pendekatan ini digunakan untukmenilai manfaat tidak langsung dari hutanmangrove.

3. Contingent value methodPendekatan CVM digunakan untuk

menghitung nilai dari suatu sumberdayayang tidak dijual di pasaran, contohnya nilaikeberadaan.4. Nilai manfaat ekonomi total

Nilai manfaat total dari hutanmangrove merupakan penjumlahan seluruhnilai ekonomi dari manfaat hutan mangroveyang telah diidentifikasidan dikuantifikasikan. Nilai manfaat totaltersebut menggunakan persamaan:TEV= DV+IV+OV+EV...............................(3)

Dimana:TEV = Total economic valueDV = Nilai manfaat langsungIV = Nilai manfaat tidak langsungOV = Nilai manfaat pilihanEV = Nilai manfaat keberadaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Daerah PenelitianLetak Administratif

Desa Bahoi terletak dipantai utaramerupakan bagian dari wilayah KecamatanLikupang Barat, Kabupaten Minahasa Utara,Provinsi Sulawesi Utara dan luas wilayahDesa Bahoi mencapai 186 Ha atau 6,25 Kmpada ketinggian 3 - 76 m dari permukaanlaut, termasuk wilayah rawa laut dan hutanbakau (Mangrove) dengan pemukiman 10Ha dan luas hutan mencapai 15 Ha yangterletak di sebelah selatan, Desa Bahoiberbatasan dengan :Sebelah Utara : Wilayah Desa Serei,

Batu Peli, Selat LihagaSebelah Selatan : Batu Krois, Wilayah

Desa Bulutui, WilayahDesa Mubune

Sebelah Timur : Selat Lihaga, NapoBahoi, Napo Ila

Sebelah Barat : Jalan Raya MenujuDesa Serei

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________210 Vol. 2 No. 2 (Oktober 2014)

ISSN. 2337-4195

Wilayah Desa Bahoi ini terdiri atasTiga (3) Jaga dengan pola pemukimanterkumpul termasuk desa yang berpotensiperkebunan.Iklim yang ada di desa Bahoi,sebagaimana iklim yang ada di Indonesiayaitu iklim tropis dengan dua musim, yaitumusim kemarau dan musim penghujan yangmempunyai pengaruh langsung kepada polatanam dan para nelayan yang ada di DesaBahoi. Suhu rata-rata harian 22 – 240C danhujan rata-rata 100 mm/thn, (Website DesaBahoi,2016).

KependudukanKeadaan penduduk desa Bahoi

dikategorikan Heterogen (masyarakatmajemuk) dapat dilihat pada tabel 2 dandiagram berikut ini :Etnis Penduduk di Desa Bahoi

ETNIS JUMLAHSitaro,Sangihe & Talaud 417

Minahasa 13

Gorontalo, Makassar & Ambon 9

Total 439Sumber :Website Desa Bahoi (2016)

Berdasarkan Tabel 2 dan diagrampersentasi di atas dapat dilihat etnis yangmendominasi penduduk di Desa Bahoiadalah berasal dari etnis Sitaro, Sangihedan Talaud yaitu 95%, sedangkan etnisyang paling sedikit adalah etnis Gorontalo,Makassar dan Ambon hanya 2%.

Jumlah Penduduk di Desa Bahoi

JagaJumlah jiwa

Total

Kepalakeluarga

Laki-Laki

Perem-puan

(KK)

Jaga 1 72 59 131 44Jaga 2 64 66 130 21Jaga 3 100 78 178 46TOTAL 236 203 439 111

Sumber :Website Desa Bahoi (2016).

Jenis Pekerjaan Penduduk di Desa BahoiJenis Pekerjaan Persentasi (%)

Nelayan 43

Wiraswasta 11Petani 20

PNS/TNI/POLRI 11Pegawai 11Lainnya 4Sumber :Website Desa Bahoi(2016)

Diagram Jenis Pekerjaan Penduduk di DesaBahoi

Kondisi Mangrove

Komposisi Jenis Mangrove di DesaBahoi

Hutan mangrove di Desa Bahoimemiliki luasan 28 Hektar, 5 Hektartermasuk dalam Daerah Perlindungan Laut(DPL) dan terdapat 12 spesies mangrovedari 33 spesies nasional, yaitu Aigicerasfloridium, Rhizophora apiculata, Bruguieragymnorrhiza, Rhizophora stylossa,Sonneratia alba, Xylocarpus granatum,Xylocarpus moluccensis, Xylocarpusrumphii, Phempis acidula, Osborniaoctodonta, Bruguiera parviflora, Heritieraglobos (Time For Planet, 2014). Komposisijenis mangrove didominasi oleh Rhizophoramucronata, R. apiculata, Bruguieragymnorrhiza, B. cylindrical, dan Sonneratiaalba. Walaupun di desa ini sejak beberapatahun belakangan ini sudah mendapatintervensi program konservasi mangrovebaik itu dari pemerintah lewat DinasKelautan dan Perikanan provinsi SulawesiUtara maupun Kabupaten Minahasa Utara,namun isu-isu perusakan mangrove sepertipenebangan kayu bakau untuk konsumsi

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________211 Vol. 2 No. 2 (Oktober 2014)

ISSN. 2337-4195

warga masih terjadi sampai saat ini (Dien,2015).

Keanekaragaman dan KerapatanJenis Mangrove di Desa Bahoi

Menurut hasil penelitian Dien (2015)dalam tabel 5 memperlihatkan kerapatanjenis dan kerapatan total mangrove di 3(tiga) lokasi penelitian di Desa Bahoi. Hasilpenelitian ini menunjukan bahwa mangrovedi Desa Bahoi di dominasi oleh jenis-jenisseperti Rhizophora mucronata, Rhizophoraapiculata, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguieracylindrical, dan Sonneratia alba.

Identifikasi Manfaat Tidak LangsungEkosistem Hutan Mangrove

Berdasarkan hasil penelitian nilaiekonomi manfaat tidak langsung hutanmangrove dari fungsinya sebagai penahanabrasi diestimasi dari biaya pembangunanTanggul Pantai. Menurut KementrianPekerjaan Umum (2012) Tanggul Pantaiadalah struktur pengamanan pantai yangdibangun di pantai dalam arah sejajar pantaidengan tujuan untuk melindungi dataranpantai rendah dari genangan yangdisebabkan oleh air pasang, gelombang danbadai.

Biaya pembangunan tanggul pantaidengan panjang garis pantai Desa Bahoi4,487.51 meterdengan daya tahan diatas 20tahun berdasarkan pedoman yang

dikeluarkan oleh Kementrian PekerjaanUmum Konstruksi Bangunan dan RekayasaSipil tentang Analisis Harga SatuanPekerjaan (AHSP) Bidang Pekerjaan UmumTahun 2012, dengan harga satuanRp.13,398,752/m³ telah diperoleh biayasebesar Rp.60,127,034,000, biaya tersebutbelum termasuk biaya operasional tender,biaya non-teknis lainnya yang berhubungandengan proses kontrak dan dampaklingkungan dari proses konstruksi bangunantanggul pantai

Prediksi Nilai Ekonomi padaRehabilitasi Hutan Mangrove

Hutan mangrove yang telahditebang akan kehilangan komponenekonomi dan peluang kerja bagi masyarakatyang tinggal di pesisir, khususnyamasyarakat di Desa Bahoi. Pada sisi lainhasil rehabilitasi mangrove dalam jangkawaktu tertentu sudah dapat memberikanmanfaat langsung bagi manyarakat yangtinggal di wilayah pesisir. RUITENBEEK(1994) dalam Supriyadi, I.H danWouthhuyzen, S. (2005)mengatakanbahwa, adanya jalur hijau (green belt),penanaman kembali (replanting) atautebang selektif (selective cutting) dapatmemperkecil potensi hilangnya nilaiekonomi sumberdaya mangrove.

Hilangnya Nilai Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove di Desa Bahoi jika ditebangMangroveResources

RehabilitationPeriods

Rehabilitation Periods Income People Income People

(1 Ha)/6 years ( 28 Ha)/6 years (1 Ha)/1 year ( 28 Ha)/1 year

……..…………….. dalam juta rupiah………………………….

Litter – fall - - - -

Mud – crab 43,897,824.00 1,229,139,072.00 8,400,000.00 235,200,000.00

Juvenil - - 1,200,000.00 33,600,000.00

Bait Fish 2,016,000,000.00 56,448,000,000.00 48,150,000.00 1,348,200,000.00

Fish Catch 840,000,000.00 23,520,000,000.00 5,850,000.00 163,800,000.00

Fish Handling - - 7,650,000.00 214,200,000.00

2.899.897.824,00 81.197.139.072,00 71.250.000,00 1.995.000.000,00

Total 324.788.556.288,00 19.950.000.000,00

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________212 Vol. 2 No. 2 (Oktober 2014)

ISSN. 2337-4195

MangroveResources

RehabilitationPeriods

Rehabilitation Periods Income People Income People

(10 Years)

MangroveResources

Rehabilitation Periods Rehabilitation Periods Income People Income People

(1 Ha)/6 years ( 28 Ha)/6 years (1 Ha)/1 year ( 28 Ha)/1 year

……..…………….. dalam juta rupiah………………………….

Litter – fall - - - -

Mud – crab 43,897,824.00 1,229,139,072.00 8,400,000.00 235,200,000.00

Juvenil - - 1,200,000.00 33,600,000.00

Bait Fish 2,016,000,000.00 56,448,000,000.00 48,150,000.00 1,348,200,000.00

Fish Catch 840,000,000.00 23,520,000,000.00 5,850,000.00 163,800,000.00

Fish Handling - - 7,650,000.00 214,200,000.00

2.899.897.824,00 81.197.139.072,00 71.250.000,00 1.995.000.000,00

Total(10 Years)

324.788.556.288,0019.950.000.000,00

Sumber :Data Primer (2016)

Hasil analisis berdasarkan tabel diatas, nilai ekonomi yang akan hilang jikahutan mangrove yang ada di Desa Bahoiditebang adalah Rp.81.197.139.072,00,-untuk periode rehabilitasi dalam waktu 6tahun atau Rp.13.532.856.512,00,-/tahun,jika dikalikan dengan 10 tahun makadiperoleh hasil sebesarRp.324.788.556.288,00,- dan pendapatanmasyarakat yang akan hilang jika hutanmangrove dalam periode rehabilitasi adalahRp.1.995.000.000,00,-/tahun atau sebesarRp. 19.950.000.000,00,-/10 tahun denganluasan hutan mangrove 28 hektar di DesaBahoi

Manfaat Pilihan Ekosistem HutanMangrove di Desa Bahoi

Manfaat pilihan pada ekosistemhutan mangrove yang ada di Desa Bahoidapat didekati dengan menggunakanmetode benefit transfer, yaitu dengan caramenilai perkiraan benefit dari tempat lain(dimana sumberdaya tersedia) kemudianbenefit tersebut ditransfer untukmemperoleh perkiraan yang kasarmengenai manfaat dari lingkungan. Metodetersebut didekati dengan cara menghitungdari manfaat keanekaragaman hayati(biodiversity) yang ada pada kawasan

mangrove ini. Menurut Ruitenbeek (1991)dalam Fahrudin (1996) hutan mangroveIndonesia mempunyai nilai biodiversitysebesar US$1,500 per km2 atau US$15 perha per tahunnya. Nilai ini dapat dipakaidiseluruh hutan mangrove yang ada diseluruh wilayah Indonesia apabilaekosistem hutan mangrovenya secaraekologis penting dan tetap terpeliharasecara alami.

Nilai total dari manfaat biodiversityini didapat dengan cara mengalikan nilaimanfaatnya yaitu US$15 per hektar pertahun dengan nilai tukar rupiah terhadapdolar AS yaitu Rp.13.172,00 (pada 10 Juli2016), sehingga didapat nilai sebesarRp. 197.580,00. Hasil tersebut dikalikandengan luas total dari ekosistem hutanmangrove yang ada saat ini yaitu seluas 28Ha. Dengan demikian nilai total dari manfaatbiodiversity pada hutan mengrove di DesaBahoi sebesar Rp.5.532.240,00 per tahun.Jika dihitung dalam sepuluh tahun, makaRp.5.532.240,00 dikalikan dengan 10,hasilnya sebesar Rp.55.322.400 persepuluh tahun.

Nilai Manfaat Total Ekosistem HutanMangrove

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________213 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Nilai manfaat total dari hutanmangrove merupakan penjumlahan darimanfaat-manfaat hutan mangrove yangtelah diidentifikasi dan dikuantifikasi selain

manfaat potensi kayu. Proporsi manfaattotal dari hutan mangrove Desa Bahoitampak padaTabel di bawah ini

Total Nilai Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove di Desa Bahoi

No. Jenis ManfaatNilai Manfaat (Rp)/

10 Tahun

1.Manfaat Tidak Langsung sebagaiPenahan Abrasi /Tanggul Pantai

60,127,034,000,00

2.Manfaat LangsungRehabilitasi

324.788.556.288,00

4. Pendapatan Masyarakat 19.950.000.000,00

5. Manfaat Pilihan 55.322.400,00

TOTAL 404.920.912.688,00

Sumber :Data Primer (2016)

Berdasarkan hasil penelitian yangditampilkan pada tabel 9 di atas, dapatdilihat bahwa total nilai ekonomi ekosistemhutan mangrove yang ada di Desa Bahoi,Kecamatan Likupang Barat, KabupatenMinahasa Utara yang diidentifikasi daribiaya sebagai penahan abrasi atau tanggulpantai sebesar Rp.60,127,034,000,-biayarehabilitasi sebesar Rp.324.788.556.288,00/10 tahun.

Pendapatan Masyarakat (incomepeople) sebesarRp.19.950.000.000,00/10tahun, dan nilai dari manfaat pilihan sebesarRp.55.322.400,00/10 tahun, maka total darikeseluruhan biaya tersebut adalahRp.404.920.912.688,00

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan1. Hutan Mangrove merupakan ekosistem

utama pendukung kehidupan yangpenting di wilayah pesisir dan lautan.Selain mempunyai fungsi ekologissebagai penyedia bagi biota perairan,tempat pemijahan dan asuhan bagiberbagai macam biota, penahan abrasi,amukan angin taufan, dan tsunami,penyerap limbah dan lain sebagainya,hutan mangrove juga memiliki fungsisosial dan ekonomis penting sebagai

penghasil bahan bakar, bahan bakuindustri, obat–obatan, perabot rumahtangga, kosmetik, makanan, tekstil, lempenyamak kulit dan lainnya, penghasilbibit/benih ikan, udang, kerang kepiting,telur burung, madu, dan lainnya sebagaikawasan wisata, konservasi, pendidikandan penelitian.

2. Hutan mangrove di Desa Bahoi memilikiluasan 28 Hektar, 5 Hektar termasukdalam Daerah Perlindungan Laut (DPL)dan terdapat 12 spesies mangrove dari33 spesies nasional, yaitu Aigicerasfloridium, Rhizophora apiculata,Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophorastylossa, Sonneratia alba, Xylocarpusgranatum, Xylocarpus moluccensis,Xylocarpus rumphii, Phempis acidula,Osbornia octodonta, Bruguieraparviflora, Heritiera globosa (Time ForPlanet, 2014).

3. Berdasarkan hasil penelitian diperolehTotal nilai ekonomi ekosistem hutanmangrove di Desa Bahoi, yaitu terdiridari manfaat tidak langsung sebagaipenahan abrasi sebesarRp.60,127,034,000 yang bisa bertahanhingga 20 tahun lebih dan manfaathutan mangrove yang akanhilang jikahutan mangrove yang ada di DesaBahoi ditebang adalah Rp.324.788.556.288,00,-/10 tahun untukmasa rehabilitasi, dan pendapatanmasyarakat yang akan hilang jika hutan

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________214 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

mangrove ditebang adalah Rp.19.950.000.000,00,-/10 tahun denganluasan hutan mangrove 28 hektar dannilai dari manfaat pilihan sebesarRp.55.322.400,00/10 tahun, Total darikeseluruhan Nilai Ekonomi ekosistemhutan mangrove di Desa Bahoi tersebutadalah sebesar Rp.404.920.912.688,00.

Saran1. Perlu adanya penelitian lebih

komprehensif untuk menilai secara totalatau Nilai Total Ekonomi (NTE)Ekosistem Hutan Mangrove di DesaBahoi, Kecamatan Likupang Barat,Kabupaten Minahasa Utara.

2. Perlu adanya dukungan pemerintahdaerah/kabupaten agar dibentukperaturan daerah tentang perlindungandan pelestarian ekosistem hutanmangrove di tingkat Kabupaten.

3. Perlu adanya kerjasama dalam halpromosi ekowisata hutan mangrove diDesa Bahoi oleh pihak pemerintah,akademisi dan masyarakat Desa Bahoi.

DAFTAR PUSTAKAAndaki, J.A., 2012. Masyarakat Pantai Kota Manado

Pasca Reklamasi. Disertasi. UniversitasPadjajaran. Bandung

Benu, O. L. S., Timban, J., Kaunang, R., Ahmad, F.Valuasi Ekonomi Sumberdaya HutanMangrove Di Desa Palaes KecamatanLikupang Barat. ASE-Volume 7 Nomor 2,Mei 2011 : 29 – 38.

Bengen, D.G., 2002. Sinopsis Ekosistem danSumberdaya Alam Pesisirdan Laut SertaPrinsip Pengelolaannya.PKSPL-IPB.Bogor.

Bengen, Dietrech G. 2004. Pedoman TeknisPengenalan dan PengelolaanEkosistemMangrove.PKSPL-IPB. Bogor.

Dahuri, R., Rais, J., S. P Ginting. dan M. J Sitepu.2001. Pengelolaan Sumberdaya Pesisirdan Lautan Secara Terpadu. Balai Pustaka,Bogor.

Dien, A.M.H. 2015.Profil Ekosistem Mangrove DiDesa Bahoi Kabupaten MinahasaUtara.Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan UNSRAT. Manado. Jurnal IlmiahPlatax.Vol.3:(2). ISSN: 2302-3589

Good Planet Foundation. 2014. Project InformationTime For The Planet. For Internal UseOnly.

Harahab, N. 2010.Penilaian Ekonomi EkosistemHutan Mangrove & Aplikasinya DalamPerencanaan Wilayah Pesisir.Graha Ilmu.Yogyakarta.

http://bahoi.desasulut.id/wilayah-desa/, WebsiteDesa Bahoi Kabupaten Minahasa Utara.Dibuat Oleh Mahasiswa KKT 111 UNSRAT.di unduh tanggal 26 Mei 2016, Pukul 15.24WITA.

http://dapurilmiah.blogspot.co.id/2014/06/analisis-data-kualitatif.html, Kumpulan PenelitianIlmiah Analisis Data Kualitatif. Blogger :Amiruddun Alatas. Sumenep, Jawa Timur.2009. di unduh tanggal 06 Januari 2016.Pukul 10.30 WITA.

Kalitouw, Windha D. 2015.Valuasi Ekonomi HutanMangrove Di Desa Tiwoho KecamatanWori Kabupaten Minahasa Utara.FakultasPertanian.UNSRAT.Manado.

Kementrian Pekerjaan Umum. Pedoman BahanKonstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipiltentang Analisis Harga Satuan Pekerjaan(AHSP) Bidang Pekerjaan Umum Tahun2012.

Lewenussa, I. S., 2011. Valuasi EkonomiSumberdaya Perikanan danLingkungan.Universitas Pattimura.Ambon.

Marvasti, A.B., 2004. Qualitative Research inSosiology An Introduction. SagePublications. London. Thousand Oaks.New Delhi.

Moleong, L.J., 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif.Edisi Revisi. Cetakan Keduapuluh Enam.Penerbit PT. Remaja Rosdakarya.Bandung.

Muhidin, S.A. dan Abdurahman, M. 2007. AnalisisKorelasi Regresi, dan Jalur DalamPenelitian. Pustaka Setia Bandung.Bandung.

Munasinghe, M. 1993. Environmental Economics andSustainable Development.The World Bank.Washington DC.

Nurfatriani F., 2006. Konsep Nilai Ekonomi Total danMetode Penilaian Sumberdaya Hutan.

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________215 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Puslit Sosial Ekonomi dan KebijakanHutan.16 Hal.

Nuri N.A., 2012. Metode dan Model PenelitianMantra Dangdan Banjarsari : CerminKonsep Cantik Orang Sunda di Banjarsari.Universitas Pendidikan Indonesia.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan HidupRepublik Indonesia Nomor 15 Tahun 2012TentangPanduan Valuasi EkonomiEkosistem Hutan

Raco J. R., 2010. Metode Penelitian Kualitatif.GRASINDO. Jakarta

Santoso, D., 2005. Valuasi Ekonomi Hutan Mangrovedi Kawasan Pondok Bali, Desa Legonkulun,Kabupaten Subang, Jawa Barat.Skripsi.FakultasPerikanan dan IlmuKelautan.Institut Pertanian Bogor. Bogor

Saparinto, C., 2007. Pendayagunaan EkosistemMangrove. Dahara Prize. Semarang.

Sribianti, I., 2008. Valuasi Ekonomi Hutan MangroveStudi Kasus Valuasi Ekonomi KawasanHutan Mangrove Manili Kabupaten LuwuTimur.JurnalSains & Teknologi.Vol. 8. No: 3:186-192

Suparmoko, M., 2009.Ekonomi Lingkungan(Pengertian, Manfaat danMetodologi).Bahan Pelatihan EkonomiSumberdaya Alam dan Lingkungan UntukPara Pembuat Kebijakan. Bogor 10-12Maret 2009.

Supriyadi, I.H dan Wouthhuyzen, S., 2005.PenilaianEkonomi Sumberdaya Mangrove di TelukKotania, Seram Barat, Provinsi Maluku.Oseanologi dan Limnologi LIPI.No.38 : 1 –21.

Zen, L.W., dan Ulfa, F., 2015. Valuasi EkonomiHutan Mangrove Di Pulau Dompak KotaTanjungpinang Provinsi KepulauanRiau.Universitas Maritim RajaAli.Tanjungpinang.

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________216 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________217 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

POTENSI EKOWISATA BAHARI DI DAERAH PERLINDUNGAN LAUT DESABAHOI KECAMATAN LIKUPANG BARAT KABUPATEN MINAHASA UTARA

Cindy S. Walandouw1; Jardie A. Andaki2; Olvie V. Kotambunan2

1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.2) Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Koresponden email: [email protected]

AbstractThis study aims to identify the potential for marine ecotourism located in the village of Marine Protected

Areas Bahoi Likupang Western District of North Minahasa Regency and determine the contributing factors to thepotential of marine ecotourism in the village of Marine Protected Areas Bahoi Likupang Western District of NorthMinahasa regency. The results based on the analysis of SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Treath) the factorof the power potential of marine ecotourism in protected village Bahoi namely: (1) the existence of mangrove,seagrass and coral reefs that are potentially used as tourist attraction, (2) the naturalness and authenticity of theregion DPL Village Bahoi, (3) the appeal and beauty of the sea, (4) government policies through village regulationsthat favor the development of marine ecotourism, (5) There is a group of business Coastal Village and Groupbusiness Ecotourism supporting and regulating the activities of ecotourism development nautical Village Bahoi, (6)cultural attractions of the community as a visitor attraction. (7) The access road is good, (8) Access good andadequate, (9) The availability of human resources as a potential workforce. There is also the disadvantage that thereare factors that are still lacking and the promotion of facilities and infrastructures are inadequate as the carryingcapacity of marine ecotourism development in the village of Marine Protected Areas Bahoi.Keywords : Potential, Ecotourism, Ecosystem

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi ekowisata bahari yang terdapat di Daerah

Perlindungan Laut Desa Bahoi Kecamatan Likupang Barat Kabupaten Minahasa Utara serta menentukan faktorpendukung terhadap potensi ekowisata bahari di Daerah Perlindungan Laut Desa Bahoi Kecamatan Likupang BaratKabupaten Minahasa Utara. Hasil penelitian berdasarkan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Treath)maka faktor kekuatan potensi ekowisata bahari di DPL Desa Bahoi yaitu : (1) keberadaan ekosistem mangrove,lamun dan terumbu karang yang potensial dijadikan obyek wisata, (2) kealamian dan keaslian kawasan DPL DesaBahoi, (3) daya tarik dan keindahan bawah laut, (4) kebijakan pemerintah lewat peraturan desa yangmenguntungkan pengembangan ekowisata bahari, (5) Adanya Kelompok Pengelola Pesisir Desa dan KelompokPengelola Ekowisata yang mendukung dan mengatur kegiatan pengembangan ekowisata bahari di Desa Bahoi, (6)Atraksi budaya dari masyarakat sebagai daya tarik pengunjung. (7) Akses jalan yang baik, (8) Akses jaringan yangbaik dan memadai, (9) Tersedianya sumberdaya manusia yang berpotensi sebagai tenaga kerja. Adapula terdapatfaktor kelemahan yaitu promosi yang masih kurang serta sarana dan prasana yang belum memadai sebagai dayadukung pengembangan ekowisata bahari di DPL Desa Bahoi.Kata Kunci : Potensi, Ekowisata, Ekosistem

PENDAHULUANPotensi sumberdaya dan ekosistem

di wilayah pesisir perlu dikembangkan dandimanfaatkan bagi kesejahteraan rakyatmelalui upaya konservasi sumber daya alamhayati dan ekosistemnya, sehingga tercapaikeseimbangan antara perlindungan, danpemanfaatan secara lestari (Rasyid, 2013).Salah satu upaya konservasi adalah denganmembentuk DPL (Daerah PerlindunganLaut). DPL diyakini sebagai salah satuupaya yang efektif dalam mengurangikerusakan ekosistem pesisir, yaitu denganmelindungi habitat penting di wilayah pesisir(Khotijah, 2012).

Keberagaman sumber daya alamSulawesi Utara merupakan kekuatan yangberpotensi untuk dikembangkan terutamadalam bidang ekowisata. Salah satu desayang memiliki DPL adalah Desa Bahoi.Desa Bahoi masuk dalam wilayahadministrasi Kecamatan Likupang Barat,Kabupaten Minahasa Utara. Desa Bahoimemiliki struktur ekosistem wilayah pesisiryang lengkap seperti hutan mangrove,padang lamun dan terumbu karang yangmerupakan pembentuk mata rantaiketahanan pangan laut. DaerahPerlindungan Laut (DPL) di Desa Bahoiberpotensi untuk dikembangkan kegiatanwisata. Salah satu jenis kegiatan wisata

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________218 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

adalah ekowisata. Ekowisata merupakankonsep yang dapat dikembangkan sebagaiusaha pengelolaan wilayah pesisir dan lautkarena ekowisata menerapkan prinsipkonservasi (Tuwo, 2011).

Desa Bahoi adalah desa yang mulaimengembangkan kegiatan ekowisatasebagai wujud dari upaya konservasi,meskipun demikian kegiatan ekowisata diDesa Bahoi belum tertata dengan baikkarena masih ada beberapa hal yang perludibenahi dan dilihat dari adanya potensi diDPL yang belum dikembangkan untukkegiatan ekowisata. Oleh karena perludilakukan penelituian untuk penelitianmengetahui potensi ekowisata bahari yangada di Daerah Perlindungan Laut DesaBahoi Kecamatan Likupang BaratKabupaten Minahasa Utara.

yang ada di kawasan pesisir danlaut. Pengertian nilai atau value, khususnyamenyangkut barang dan jasa yangdihasilkan oleh sumberdaya alam danlingkungan, memang bisa berbeda jikadipandang dari berbagai disiplin ilmu.Secaraumum, nilai ekonomi dapat didefinisikansebagai pengukuran jumlah maksimumseseorang ingin mengorbankan barang danjasa untuk memperoleh barang dan jasalainnya (Fauzi 1999, dalam Lewenusa2011).

Menyadari pentingnya kawasanhutan mangrove ini, diperlukan penelitianuntuk mengetahui seberapa besar nilaimanfaat ekonomi yang terkandung darihutan mangrove di Desa Bahoi, hal inidikarenakan Desa Bahoi termasuk dalamDaerah Perlindungan Laut (DPL), kondisiatau keadaan ekosistem hutan mangrovetersebut masih dalam kondisi yang baikkarena pengelolaannya bukan hanyaPengurus Kelompok Pengelola Pesisir Desa(KPPD) yang telah ditunjuk oleh pemerintahnamun masyarakat setempat ikut sertadalam menjaga, melindungi, memeliharadan melestarikan ekosistem hutanmangrove tersebut.

Hasilnya diharapkan bisa dijadikaninformasi bagi masyarakat maupunpemerintah dalam pengambilan keputusan

dan kebijakan, serta pemanfaatan yangtepat untuk kawasan hutan mangrove yangada di Desa Bahoi, agar dapat memberikanmanfaat ekologi dan ekonomi.

METODOLOGI PENELITIANMetode penelitian pada dasarnya

merupakan cara ilmiah untuk mendapatkandata dengan tujuan dan kegunaan tertentu(Santoso, 2005). Metode yang digunakandalam penelitian ini adalah metode survei.Menurut Hamdi dan Baharudin (2012),survei adalah suatu penelitian yangdilakukan dengan cara mengumpulkan datadan menafsirkan data secara umum sebagaiapa yang tersedia di lapangan.

Data yang dikumpulkan berupa dataprimer dan data sekunder. Data primeradalah data yang diperoleh secara langsungmelalui proses wawancara terhadapresponden dalam hal ini terdidri dari ketuakelompok pengelola pesisir Desa Bahoi,ketua kelompok pengelola ekowisata danhukum tua Desa Bahoi. Sedangkan datasekunder diperoleh dengan mengutip datastatistik yang ada di kantor Desa Bahoi.

Pengambilan sampel dilakukandengan menggunakan purposive sampling.Singarimbun dan Effendi (1982)mengatakan bahwa purposive samplingyaitu pengambilan sampel secara sengajadengan menentukan bagian tertentu dalampopulasi responden. Sedangkan metodeanalisis yang digunakan adalah analisiSWOT. Menurut Mulyadi (2014), metodeanalisis yang digunakan dalam penelitian iniialah analisis SWOT. Analisis SWOTmerupakan instrumen perencanaanstrategis klasik terdiri dari analisis strength(kekuatan), weakness (kelemahan),opportuinity (peluang), dan threat(ancaman), . Analisis SWOT digunakanuntuk melihat potensi ekowisata di DaerahPerlindungan Laut (DPL) Desa Bahoi.

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________219 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

HASIL DAN PEMBAHASANKeadaan Penduduk Desa Bahoi

Keadaan penduduk desa Bahoidikategorikan Heterogen (masyarakatmajemuk) yang terdiri dari etnis:1. Sitaro, Sangihe dan Talaud = 95%2. Minahasa = 3%3. Gorontalo, Makassar, Ambon

Jumlah PendudukPenduduk adalah orang-orang

yang berada di dalam suatu wilayahyang terikat oleh aturan-aturan yangberlaku dan saling berinteraksi satusama lain secara terus menerus/kontinu.Dalam sosiologi, penduduk adalahkumpulan manusia yang menempatiwilayah geografi dan ruang tertentu.Bicara mengenai penduduk tak pernahlepas dari pertumbuhan penduduktersebut.

Pertumbuhan penduduk danjumlah penduduk di suatu wilayah dipengaruhi oleh empat faktor yaitukelahiran, kematian, migrasi masuk danmigrasi keluar. Faktor paling dominanyang mempengaruhi pertumbuhanpenduduk adalah ke-lahiran dankematian, sedangkan migrasi masuk danmigrasi keluar sangatlah rendah (Tuwo,2011).

Jumlah penduduk di suatudaerah akan mempengaruhi tingkatkesejahteraan masyarakat.Jumlahpenduduk yang ada di Desa Bahoi dapatdilihat pada tabel berikut :

No. JagaJumlah Jiwa

TotalL P

1 Jaga 1 72 59 1312 Jaga 2 64 66 1303 Jaga 3 100 78 178

Jumlah 236 202 439Sumber : Data Sekunder Desa Bahoi 2016

Berdasarkan data pada tabelyang ada di atas dapat disimpulkanbahwa jumlah penduduk yang ada diDesa Bahoi yang paling banyak berada

di Jaga 3 berjumlah 178 jiwa denganlaki-laki 100 jiwa dan perempuan 78 jiwa.

Tingkat PendidikanPendidikan merupakan upaya

dalam membimbing manusia yang belumdewasa ke arah kedewasaan.Pendidikan merupakan faktor pentingyang patut dipertimbangkan dalampengembangan ekowisata bahari diDesa Bahoi. Pentingnya pendidikandapat mempengaruhi kualitassumberdaya manusia yang ada. Tingkatpendidikan masyarakat Desa Bahoi agardapat dipahami dan dimengerti dapatdilihat pada diagram berikut :

Melalui data di atas dapatdikatakan bahwa wajib belajar di DesaBahoi belum berjalan dengan baikkarena masih banyak penduduk yanghanya lulusan SD. Hal ini disebabkanmasih ku-rangnya fasilitas pendidikantingkat SMP dan SMA. Masyarakat yangingin melanjutkan sekolah harusmenambah biaya transpor karna merekaharus pergi keluar desa dan bersekolahdi desa Likupang.

Mata PencaharianMata pencaharian atau

pekerjaan merupakan hal yang sangatpenting bagi manusia. Pekerjaan adalahsesuatu yang dilakukan oleh manusiauntuk tujuan tertentu yang dilakukandengan cara yang baik dan benar.Manusia perlu bekerja untuk

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________220 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

mempertahankan hidupnya. Matapencaharian masyarakat yang ada diDesa Bahoi dapat dilihat pada tabelberikut :No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah Jiwa1. Petani 242. Nelayan 863. Tukang 204. Usaha Kecil 225. Swasta 216. Peternak 247. PNS 148. Sopir dan Ojek 6

Jumlah 217

Sumber : Data Sekunder Desa Bahoi, 2016

Berdasarkan data di atas bahwapekerjaan masyarakat desa Bahoi palingbanyak adalah sebagai nelayan denganjumlah 86 jiwa. Hal ini disebabkankarena masih banyak masyarakat desaBahoi yang hanya lulusan sekolah dasar(SD) sehingga untuk bekerja sebagaiPNS atau bekerja di perusahaan minimalmasyarakat harus memiliki ijazahSekolah Menengah Atas (SMA). LetakDesa Bahoi yang berada di pesisir pantaimenymbuat kebanyakan masyarakathanya menggantungkan matapencaharian mereka sebagai nelayandan hasil laut lainya.

Potensi Ekowisata Bahari di DPLDesa Bahoi

Pada tahun 1999, Desa Bahoibersama dengan 30 desa lainnyadiarahkan sebagai wilayah DaerahPerlindungan Laut (DPL). Melaluiprogram Coastal ResourcesManagement Project (CRMP), wargadesa mendapat sejumlah kegiatan dansosialisasi. Program ini menjadibarometer bagi desa-desa dipesisiruntuk melihat sejauh mana merekamampu mengelola potensi yang ada.

Perdes tentang DPL kemudianditetapkan pada tahun 2003, denganluas DPL mencapai 10 hektar. Padatahun 2003, masyarakat di Desa Bahoi

mulai merintis kegiatan pelestarian danperlindungan kawasan pesisir yangdidanai oleh Program NasionalPemberdayaan Masyarakat LingkunganMandiri Pedesaan (PNPM LMP).

Daerah Perlindungan Laut DesaBahoi dibagi dalam dua zona yaitu zonainti dan zona penyangga. Pada areazona inti kegiatan penangkapan ikan danaktivitas pengambilan sumberdaya alamlaut lainnya sama sekali tidakdiperbolehkan, begitu pula kegiatan yangmerusak terumbu karang, sepertipengambilan karang, pelepasan jangkarserta penggunaan galah untukmendorong perahu juga tidakdiperbolehkan.. Di Zona penyangga,yang merupakan zona di sekeliling zonainti, kegiatan penangkapan ikandiperbolehkan tetapi denganmenggunakan alat-alat tradisional saja.

Pembentukan DPL mengajarkankepada masyarakat tentang carapemanfaatan sumberdaya perikanan dankelautan yang berkelanjutan. Terbuktidari 31 desa hanya Desa Bahoi yangmampu mempertahankan DPL nyasampai saat ini. Dampak dari DPL selainpeningkatan produksi perikanan jujapada tahun 2011 masyarakat DesaBahoi dapat berbangga karena Bahoimendapatkan penghargaan “Adi BaktiMina Bahari”. Perlahan masyarakat desaBahoi telah menikmati hasil dengantersedianya DPL. Saat ini masyarakatsudah mulai menerima manfaat darikeberadaan DPL sebagai bank ikan.Melindungi laut merupakan upaya tidakhanya untuk kehidupan saat ini namunjuga untuk kehidupan generasi yangakan datang.

Kegiatan ekowisata di DesaBahoi dimulai pada tahun 2010 melaluibantuan Program NasionalPemberdayaan Masyarakat LingkunganMandiri Perdesaan (PNPM LMP) oleh

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________221 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Direktorat Jenderal PemberdayaanMasyarakat dan Desa, KementerianDalam Negeri. Pada tahun 2010merupakan awal dibentuk dandimulainya kegiatan kelompok pengelolaekowisata berbasis masyarakat di DesaBahoi. Paket wisata yang disodorkanantara lain perjalanan ke DPL di arealterumbu karang, wisata mangrove,diving dan snorkeling. Sebagai desapesisir laut, masyarakat Desa Bahoihidup dari hasil laut, sehingga laut perludijaga keberadaanya melalui DaerahPerlindungan Laut. Daerah PerlindunganLaut Desa Bahoi memiliki ekosistempesisr yang lengkap yaitu mangrove,lamun, dan terumbu karang yangberpotensi untuk dikembangkan untukkegiatan ekowisata bahari.

Ekosistem MangroveEkosistem mangrove adalah

suatu sistem di alam tempatberlangsungnya kehidupan yangmencerminkan hubungan timbal balikantara makhluk hidup denganlingkungannya dan diantara makhlukhidup itu sendiri, terdapat pada wilayahpesisir, terpengaruh pasang surut airlaut, dan didominasi oleh spesies pohonatau semak yang khas dan mamputumbuh dalam perairan asin/payau(Santoso, 2000).

Luas ekosistem mangrove yangterdapat di DPL Desa Bahoi yaitu 5hektar. Menurut Anonimus, 2014terdapat 12 spesies mangrove yaitu : (1)Aegiceras floridum, (2) Rhizophoraapiculata, (3) Rhizophora stylosa, (4)Phempis acidula, (5) Sonneratia alba, (6)Xylocarpus granatum, (7) Xylocarpusmoluccencis, (8 )Xylocarpus rumphii (9)Bruguiera gymnorrhiza, (10) Bruguieraparviflora, (11) Heriteia globosa, (12)Osbornia octodonta

Jenis mangrove yang menonjoldi desa Bahoi adalah tipe Rhizophoramencapai tinggi berkisar antara 8-15 mdengan diameter 18-25 cm. Ekosistemmangrove di Desa Bahoi berfungsisebagai pelindung pantai dari bahayatsunami, sebagai penahan abrasi,sebagai tempat berlindung dan tempatmencari makan dari berbagai organisme.

Ekosistem mangrove di DesaBahoi juga berpotensi sebagai tempatwisata karena adanya kawasan pasirputih yang berada ditengah-tengahmangrove serta adanya gazebo yangdibuat ditengah mangrove untuk menarikperhatian wisatawan. Adapun aksesjalan masuk dari ujung perkampunganyang telah dibuat sedemikian rupa olehmasyarakat dengan menggunakanjembatan sepanjang 100 meter yangdapat memudahkan akses masuk untukmenikmati keanekaragaman mangroveyang ada.

Kondisi ekosistem mangroveyang ada di DPL masih terjagakealamiahannya. Hal ini didukung olehpartisipasi masyarakat yang aktif untukmenjaga dan melestarikan ekosistemmangrove yang ada. Apabila ada yangingin merusak dan menebang pohonmangrove maka akan dikenakan sanksiyaitu tebang 1 tanam 10 serta adapunsanksi lainnya yang diatur dalam PerdesBahoi No.02 Tahun 2010 yang ada.

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________222 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Kondisi Jembatan dan Gazebo pada EkosisitemMangrove di DPL Desa Bahoi

Ekosistem LamunEkosistem lamun merupakan

salah satu ekosistem laut dangkal yangproduktivitasnya tinggi. Ekosistem lamunmerupakan pondasi bagi sebuahekosistem dan sebagai produsen primer,dimana habitatnya seringkali sebagaiwadah yang mendukung kehidupan ikan-ikan dan krustasea. Adapun jenis-jenislamun yang terdapat di Desa Bahoi yaitu: (1) Enhalus acoroides, (2) Halophilaovalis, (3) Thalassia hemprichii (4)Cymodocea rotundata, (5) Cymodoceaserrulata, (6) Halodule uninervis, (7)Halodule pinifolia, (8) Syringodiumisoetifolium

Komunitas Lamun di Desa Bahoi

Pesisir Desa Bahoi bersubstratpasir dengan diameter 0,31 - 0,48 mm.Diameter yang berbeda diduga akanmempengaruhi kepadatan jenis lamun.Secara keseluruhan, kepadatan tertinggiterdapat di daerah padang lamun, diikutidengan daerah yang berada di dekatmangrove, dan kemudian kepadatanterendah berada di daerah dekatterumbu karang.

Ekosisitem Terumbu KarangMenurut Tuwo (2011) , terumbu

karang adalah bangunan kapur besar yangdibentuk dan dihasilkan oleh hewan karangdan biota berkapur lainnya, sehinggamembentuk suatau ekosistem yang kompaksebagai habitat bagi biota-biota laut.Terumbu karang merupakan suatuekosistem khas yang terdapat di wilayahpesisir daerah tropis.

Desa Bahoi memiliki ekosistempesisir yang lengkap termasuk salahsatunya adalah ekosistem terumbu karang.Keindahan terumbu karang dan ikan karangmerupakan daya tarik utama wisata bawahlaut di Bahoi. Formasi pertumbuhan karangberdasarkan bentuk dan hubunganperbatasan tumbuhnya terumbu karangdengan dataran Bahoi membuat desa Bahoiterkenal akan karangnya sebagai obyekwisata dan mampu memikat para wisatawanlokal maupun mancanegara.

Foto oleh : Efra WantahKondisi Terumbu Karang di DPL Desa Bahoi

Faktor Pendukung Ekowisata Baharidi Desa Bahoi1. Faktor Fisik Pendukung Ekowisata

Bahari di Desa BahoiFaktor fisik pendukung kegiatan

ekowisata bahari di Desa Bahoi yaituadanya fasilitas-fasilitas penunjangdalam pengembangan ekowisata bahari.Adapun fasilitas-fasilitas pendukungkegiatan pengembangan ekowisatabahari di Desa Bahoi dapat dilihat padatabel berikut :

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________223 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

2. Faktor Non Fisik Pendukung EkowisataBahari di Desa Bahoi

Faktor non fisik merupakan faktoryang berperan penting dalam menunjangekowisata bahari. Faktor non fisik dapatberupa sumber daya manusia, budaya,kelembagaan dan kemitraan.

Sumber Daya ManusiaMasyarakat Desa Bahoi dalam

upaya mendukung kegiatan ekowisatabahari, telah dibekali dengan pelatihan-pelatihan, yaitu pelatihan pemanduwisata (tour guide) dan pembuatkerajinan tangan (handycraft). Pelatihansebagai pemandu wisata danpembuatan kerajinan tangan dilakukanlewat Program Nasional PemberdayaanMasyarakat Lingkungan MandiriPedesaan (PNPM LMP) tahun 2010.Saat ini untuk tenaga pembuatankerajinan tangan masih aktif dan telahmemproduksi beragam jenis kerajinanmulai dari gantungan kunci, vas bunga,mangkuk, serta pajangan dan hiasan lainyang berbentuk ikan yang dijual mulaidengan harga Rp. 5.000 - 300.000.Bahan baku produk berasal dari kelapa,sisa-sisa kayu dan tempurung. Kendaladalam pembuatan kerajinan tangan iniadalah peralatan yang digunakan masihmanual.

Sementara untuk tour guide padaawal perencanaan dibentuk 10 orangnamun saat ini yang masih aktif hanya 3orang. Kondisi ini disebabkan karenajumlah pengunjung yang tidak banyak

dan tidak konstan, sehingga tour guideyang ada lebih memilih pekerjaan yanglain, misalnya : nelayan, tukang, buruhtani dan melanjutkan pendidikan. Tourguide yang ada sudah dilengkapi denganlisensi menyelam hanya sajakemampuan mereka dalam berbahasaasing masih perlu untuk ditingkatkanlagi. Pelatihan ini dibuat untukmemberdayakan dan untukmeningkatkan kesejahteraan masyarakatDesa Bahoi.

BudayaFaktor budaya merupakan salah satufaktor yang perlu menjadi pertimbangandalam pengembangan ekowisata. Hal inididasarkan pada alasan bahwakarakteristik kehidupan masyarakatpesisir biasanya memiliki nilai-nilai tradisidan kepercayaan yang dapat menunjangupaya pelestarian lingkungan.Masyarakat pesisir juga biasanyamemiliki seni dan atraksi budaya yangdapat menjadi daya tarik wisatawan.Salah satu upacara adat tahunan yangdiselenggarakan oleh masyarakat DesaBahoi adalah upacara adat Tuludedimana upacara adat ini merupakanupacara memasuki tahun baru bagi sukuSangihe, karena sebagian besarmasyarakat Desa Bahoi merupakansuku Sangihe. Selain upacara tuludemasyarakat Desa Bahoi juga memilikibeberapa budaya tari dan nyanyi, yaituampa wayer dan masamper. Budaya inidituangkan dalam suatu kesenian musikdan tari sebagai penyambutan tamu danmenyambut tahun baru.Atraksi-atraksi budaya ini dapatmemberikan nuansa berbeda di sampingsajian lingkungan alamiah pesisir diDesa Bahoi. Kelestarian budaya tari dannyanyi dapat menjadi daya tariktersendiri dalam pengembanganekowisata bahari.

No Jenis bangunan Jumlah Kondisi1. Rumah apung 1 Baik

2. Pondok wisata 2PerluPerbaikan

3. Homestay 6 Baik4. Dive center 1 Baik5. Peralatan selam 8 Baik6. Kompresor oksigen 1 Baik

7. Kapal wisata 1 Baik

8.Mesin tempel 15PK

1 Baik

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________224 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Kelembagaan dan KemitraanKelembagaan ekowisata telah

dibentuk sebuah kelompok, yaituKelompok Pengelola Ekowisata yangdiketuai oleh Bapak Hans Lahamenduyang bertugas untuk mengatur danmengembangkan ekowisata sertaKelompok Pengelola Pesisir Desa Bahoi(KPPD) yang diketuai oleh Bapa MaxiLahading. Kedua kelompok ini diaturdalam Peraturan Desa No. 2 Tahun2010 tentang Pengelolaan KawasanPesisir dan Laut Desa Bahoi. Perdes initelah dikeluarkan oleh pemerintah desauntuk mendukung dan menjagakawasaran psisir dan laut yang ada diDesa Bahoi.

Sebagai upaya untukmengembangkan kegiatan ekowisatabahari dan menjaga kelestarianekosistem pesisir, Desa Bahoibekerjasama dengan LSM ManengkelSolidaritas serta Yapeka (PemberdayaanMasyarakat dan Pendidikan KonservasiAlam) sebagai pendampingan yang jugamembantu Desa Bahoi dalam promosi.

Eksistensi alamiah danpartisipasi masyarakat di Desa Bahoiyang berkomitmen kuat menjagakelestarian ekosistem pesisir,merupakan modal besar untukpengembangan ekowisata bahari yangberkelanjutan. Kesadaran masyarakat inimerupakan modal sosial yang menjaminkeberlangsungan tujuan pengembanganekowisata bahari. Menurut Coleman(1999) dalam (Andaki, 2012), modalsosial (social capital) dapat didefinisikansebagai kemampuan masyarakat untukbekerja bersama, demi mencapai tujuan-tujuan bersama, di dalam berbagaikelompok dan organisasi. Secara lebihkomperehensif Burt (1992) dalam(Andaki, 20012), mendefinsikan, modalsosial adalah kemampuan masyarakatuntuk melakukan asosiasi

(berhubungan) satu sama lain danselanjutnya menjadi kekuatan yangsangat penting bukan hanya bagikehidupan ekonomi akan tetapi jugasetiap aspek sosial yang lainnya.

Analisis SWOT Potensi EkowisataBahari di DPL Desa Bahoi

Analisis SWOT merupakanperencanaan strategis klasik yang terdiridari analisis strength (kekuatan), weakness(kelemahan), opportuinity (peluang), danthreat (ancaman). Analisis SWOT potensiekowisata di DPL Desa Bahoi dapat dilihatpada tabel berikut :

Strengths Weaknesses1. Keberadaan ekosistem

mangrove, lamun danterumbu karang yangpotensial dijadikan obyekwisata

2. Kealamian dan keasliankawasan DPL Desa Bahoi

3. Daya tarik dan keindahanbawah laut

4. Kebijakan pemerintahlewat peraturan desa yangmenguntungkanpengembangan ekowisatabahari

5. Adanya KelompokPengelola Pesisr Desa(KPPD) dan KelompokPengelola Ekowisata yangmendukung dan mengaturkegiatan pengembanganekowisata bahari di DesaBahoi

6. Atraksi budaya darimasyarakat sebagai dayatarik pengunjung

7. Akses jalan yang baik8. Akses jaringan yang baik

dan memadai9. Tersedianya sumberdaya

manusia yang berpotensisebagai tenaga kerja

1. Kurangnyainformasi danpromosiwisata

2. Keterbatasansarana danprasaranapendukungkegiatanwisata

3. Belum adazonasiperuntukankawasan

Opportunity Threat

1. Lokasinya strategis

2. Ekosistem pesisir tropislengkap pada satukawasan

3. Adanya pendampinganYayasan PendidikanKonservasi Alam danManengkel Solidaritas

1. Alternatifwisata pantaitersedia disekitar DesaBahoi

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________225 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Rumusan StrategiRumusan strategi pengembangan

ekowisata bahari di DPL Desa Bahoi, diperoleh melalui Matrik SWOT. Matrik SWOTdipakai untuk menggambarkan secara jelasbagaimana peluang dan ancaman eksternalyang dihadapi dalam pengembanganekowisata bahari di DPL Desa Bahoi dapatdisesuaikan dengan kekuatan dankelemahan yang dimilikinya. StrategiPengembangan Ekowisata Bahari di DPLDesa Bahoi dapat dilihat pda tabel berikut.

Strengths Weaknesses

Op

po

rtu

nit

ies

S/O1) Pengembangan

infrastruktur dantransportasi

2) Menyusun danmengembangkanproduk paketekowisata bahari

3) Mengembangkankerjasamadengan pihakperguruan tinggi,pemerintah danswasta

W/O1) Pembangunan

sarana danprasarana yangmenunjangkegiatan wisata

2) Promosi potensiwisata

3) Peningkatankualitas danpemberdayaanmasyarakat

Th

reat

s

S/T1) Pemanfaatan

potensisumberdayapesisir dan lautsecaraberkelanjutan

2) Penataaan ruangpada kawasanpesisir dan laut

3) Pengawasan danpenegakanaturan untukmenjagakelestarianlingkungan

W/T1) Mengikutsertakan

masyarakat lokal didalam promosiwisata dansekaligus marketingwisata.

2) Peningkatankegiatan produksiyang ramahlingkungan

Strength-Opportunity (Kekuatan-Peluang)

Pengembangan infrastrukur dantransportasi dapat berupapengembangan dermaga yang ada diDesa Bahoi lebih dimaksimalkan karenadermaga sudah ada tetapi kondisinyamasih perlu perbaikan. Penambahanpembangunan jembatan di area

mangrove juga dapat dilakukan agarwisatawan dapat memperbesarkapasitas wisatawan untuk menikmatipemandangan dan keindahan alam yangada di ekosistem mangrove. salah satustrategi yang juga dapat dilakukan olehDesa Bahoi adalah penambahan saranatransportasi berupa bus pariwisata yangdapat memudahkan wisatawan untukberkunjung ke Desa Bahoi.

Menyusun dan mengembangkanproduk paket ekowisata bahari dalam halini dapat dilakukan promosi denganpilihan paket wisata yabg ditawarkanberupa snorkeling, diving, wisata hutanmangrove, perjalanan mengelilingi areaDPL serta paket menginap di homestay.

Mengembangkan kerjasamadengan pihak perguruan tinggi,pemerintah dan swasta. Kerjasamadapat dilakukan dibidang penelitian,pengembangan, konservasi, penguatankelembagaan serta dapat menjalinkerjasama dengan melakukan promosi.Intermediasi atau kemitraan yang terjalindengan semua pihak ini dapatmemperkuat kelembagaan dalampromosi, pendampingan, bahkanpembiayaan dalam meningkatkan usahaekowisata bahari di Dea Bahoi.

Weakness-Opportunity (Kelemahan-Peluang)

Pembangunan sarana danprasarana yang menunjang kegiatanwisata, seperti pengadaan sarana airbesih, pembuatan tempat MCK, jugadengan tersedianya rumah makan diDesa Bahoi sehingga wisatawan tidakkesulitan untuk mencari makan di tempatlain. Hal ini juga dapat memberikankeuntungan bagi masyarakat denganmenambah penghasilan mereka melaluiusaha rumah makan.

Promosi potensi wisata dapatdilakukan melalui media cetak, media

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________226 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

elektronik maupun media sosial yangdapat menjadikan Desa Bahoi sebagaidestinasi wisata yang diminati. Promosiyang dilakukan akan meningkatkankedatangan wisatawan lokaldanmancanegara serta peneliti dibidangekosistem wilayah tropis.

Peningkatan kualitas danpemberdayaan masyarakat, dalam halini masyarakat dapat menjadi agen untukpromosi dan dalam hal kualitas layanankarena masyarakat yang ada dapatberpotensi sebagai tenaga kerja.Masyarakat juga dapat dibekali denganlebih banyak pelatihan karnasebelumnya sudah ada peatihanpembuat kerajinan tangan, pemanduwisata serta pengelola homestay jadidari kondisi ini kedepannya masyarakatdapat dibekali dengan kemampuanberbahasa asing, peningkatan kualitaslisensi bagi para tour guide sertapeningkatan kreativitas dan inovasi bagipara pembuat kerajinan tangan.

Strength-Threat (Kekuatan-Ancaman)Pemanfaatan potensi

sumberdaya pesisir dan laut secaraberkelanjutan, dengan carameningkatkan kesadaran masyarakatDesa Bahoi tentang pentingnya menjagasumberdaya pesisir dan laut sehinggamasyarakat yang ada tidak merusakekosistem pesisir dan sumberdaya yangada dapat dimanfaatkan secaraberkelanjutan bukan untuk saat ini sajatapi untuk masa yang akan datangsehingga kekayaan sumberdaya pesisirdan laut nantinya juga akan dirasakanoleh anak dan cucu. Hal ini juga dapatberdampak pada pengembanganekowisata karena jika ekosistem pesisirterjaga maka keindahan dan kealamihanyang ada tetap terjaga dan dapatmenarik perhatian wisatawan.

Penataaan ruang pada kawasanpesisir dan laut yatu dengan mementukzonasi di area yang ada dimana adazonasi untuk masyaraka bolehmenangkap ikan, ada zonasi yangdilindungi serta ada zonasi dimanaterjadi kegiatan ekowisata. Zonasi dapatmemberikan arahan terhadappemanfaatan sumberdaya wilayahpesisir Desa Bahoi sesuai kebutuhandan daya dukung ekosistem.

Pengawasan dan penegakanaturan untuk menjaga kelestarianlingkungan dengan penguatan peraturandesa yang ada ke tingkat kecamatan dankepada pemerintah kabupaten. Hal inidilakuna supaya da kejelasanpenegakan aturan serta pnerapanhukuman (sanksi) terkait pengeloaankawana pesisir di Desa Bahoi.

Weakness-Threat (Klemahan-Ancaman)

Mengikutsertakan masyarakat lokaldi dalam promosi wisata dan sekaligusmarketing wisata. Hal ini dapatmeningkatkan pengetahuan akan potensiekowisata bahari di Desa Bahoi danpeluang-peluang yang dapat muncul terkaitdengan kegiatan ekowisata bahari. Peluang-peluang yang dimaksud denganmemunculkan berbagai jenis usaha yangbelum ada saat ini misalnya warung,munimarket, tempat menginap sertatawaran souvenir yang telah disediakan.

Peningkatan kegiatan produksiyang ramah lingkungan, sepertipengurangan penggunaan plastik,menhindari produk yang menuntut bahanbaku dari alam seperti kayu dari mangrove,hiasan dari karang atau produksi-produksiyang dapat meningkatkan pencemaran diudara, air tawar serta air laut. Kegiatanproduksi yang ramah lingkungan dapatmempertahankan ekosistem dankeberlanjutan ekosistem diwilayah pesisirDesa Bahoi.

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________227 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan1. Ekosistem yang ada di DPL Desa

Bahoi, yaitu magrove, lamun danterumbu karang berpotensi untukdijadikan sebagai obyek ekowisatabahari.

2. Pengembangan ekowisata bahari diDesa Bahoi masih terdapatkelemahan di antaranya promosimasih kurang serta keterbatasansaran dan prasarana sebagaipendukung kegiatan ekowisatabahari.

3. Model pengembangan ekowisatabahari di DPL Desa Bahoi sangattepat untuk dikembangkan sebagaiupaya pelestarian ekosistem pesisir,sehingga sumberdaya yang adadapat dimanfaatkan secaraberkelanjutan serta dapatmeningkatkan kesejahteraanmasyarakat Desa Bahoi.

Saran1. Perlu adanya promosi dari pihak

pengelola, pemerintah dan akademisi2. Perlu adanya dukungan dari

pemerintah untuk menerbitkan aturantentang perlindungan dan pelestarianekosistem pesisir ditingkat kabupaten.

DAFTAR PUSTAKAAndaki, J.A., 2012. Masyarakat Pantai Kota Manado

Pasca Reklamasi. Disertasi. ProgramPascasarjana Universitas PadjadjaranBandung.

Hamdi, A.S dan Baharuddin, E., 2012. MetodePenelitian Kuantitatif Aplikasi DalamPenelitian. Deepublisher Publisher.Yogyakarta.

Khotijah, 2012. Daerah Perlindungan Laut (DPL) danManfaatnya.http://khotija.blogspot.co.id/2012/03/daerah-perlindungan-laut-indonesia.html Diunduhpada 05 Februari 2016

Mulyadi, A., & Nasution, S., (2014). Study of MarineEcotourism Potential in Balai Island AcehSingkil Regency of Aceh Province. JurnalOnline Mahasiswa (JOM) Bidang Perikanandan Ilmu Kelautan, 1(2), 1-14.

Santoso, G. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatifdan Kualitatif. Prestasi Pustaka.Jakarta.

Santoso, N., 2000. Pola Pengawasan EkosistemMangrove. Makalah disampaikan padaLokakarya Nasional PengembanganSistem Pengawasan Ekosistem Laut Tahun2000. Jakarta, Indonesia.

Singarimbun, M dan Effendi S, 1982. MetodePenelitian dan Survey. LP3ES. Jakarta.

Tuwo, A., 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir danLaut. Brillian Internasional. Surabaya

Website Desa Bahoi http://bahoi.desa.sulut.id.

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________228 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________229 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

STRATEGI NELAYAN DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN RUMAH TANGGA(STUDI KASUS DI DESA TATELI DUA KECAMATAN MANDOLANG

KABUPATEN MINAHASA PROVINSI SULAWESI UTARA)Novita A. Wulandari1; Nurdin Jusuf2; Otniel Pontoh2

1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.2) Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Koresponden email: [email protected]

AbstractFishermen household has a special characteristic, such use the use of coastal and marine areas (common

property) as a factor of production, working hours should follow the oceanographic conditions (sail only an average ofabout 20 days in a month, the rest is relatively idle). Fishermen were particularly vulnerable to seasonal changescaused by climate change, making studies of the lives of fishermen generally emphasize the poverty and economicuncertainty experienced fishermen and their families. Based on those problems that can be formulated, any strategythat made the fisherman community in meeting the needs of the household?. The purpose of this study are: 1).examines the general state of the village Tateli Dua Mandolang Minahasa District of Northern Sulawesi province, 2).detailing the standard of living in terms of the social aspect is education, number of dependents, age structure, andorganization / social institutions, 3). detailing the standard of living in terms of the economic aspects ie venturecapital, marketing catches, income and expenditure, 4). explore and learn strategies fishermen community in meetingthe needs of the household. Basic research will be used is a case study. The case study is a study done by studyinga particular case in which the object is limited (Helmi and Satria, 2012). The results showed that in meetinghousehold needs, fishermen in the village Tateli Two has a three-pronged strategy: 1). The use of alternativelivelihoods, 2). Contributions empowerment fisherman's wife, and 3). Saving of household spending.Keywords: Household, Fishermen, Strategy

AbstrakRumah tangga nelayan memiliki ciri khusus seperti penggunaan wilayah pesisir dan laut (common

property) sebagai faktor produksi, jam kerja harus mengikuti kondisi oseanografis (melaut hanya rata-rata sekitar 20hari dalam satu bulan, sisanya relatif menganggur). Nelayan menjadi sangat rentan terhadap perubahan musim yangdiakibatkan oleh perubahan iklim, membuat kajian-kajian terhadap kehidupan nelayan umumnya menekankan padakemiskinan dan ketidakpastian ekonomi yang dialami nelayan dan keluarganya. Berdasarkan hal tersebut dapatdirumuskan permasalahan yaitu, strategi apa saja yang dilakukan masyarakat nelayan dalam memenuhi kebutuhanrumah tangga?. Tujuan dari penelitian ini yaitu : 1). menelaah keadaan umum Desa Tateli Dua KecamatanMandolang Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara, 2). merinci taraf hidup ditinjau dari aspek sosial adalahpendidikan, jumlah tanggungan keluarga, struktur umur, dan organisasi/lembaga sosial, 3). memerinci taraf hidupditinjau dari aspek ekonomi yaitu modal usaha, pemasaran hasil tangkapan, pendapatan dan pengeluaran serta 4).menggali dan mempelajari strategi masyarakat nelayan dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga. Dasar penelitianini adalah studi kasus. Studi kasus adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari satu kasus tertentupada obyek yang terbatas (Helmi dan Satria, 2012). Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam memenuhi kebutuhanrumah tangga, nelayan yang ada di Desa Tateli Dua memiliki tiga bentuk strategi yaitu 1). Penggunaan matapencaharian alternatif, 2). Kontribusi pemberdayaan istri nelayan, dan 3). Penghematan belanja rumah tanggaKata Kunci : Rumah tangga, Nelayan, Strategi

PENDAHULUANUsaha perikanan memiliki peran

penting dalam penyediaan bahan pangandan pendorong ekonomi suatu wilayahkhususnya pada daerah pesisir. Dimanausaha perikanan tangkap merupakan salahsatunya usaha yang dapat memenuhikebutuhan bahan pangan ikan dalamrangka menjaga ketahanan pangan suatuwilayah. Pemanfaatan sumberdayaperikanan, khususnya perikanan laut(tangkap) sampai saat ini masih didominasioleh usaha perikanan rakyat yang umumnya

memiliki karakteristik skala usaha kecil,aplikasi teknologi yang sederhana,jangkauan penangkapan yang terbatas danproduktivitas yang relatif masih rendah.

Rumah tangga nelayan memiliki cirikhusus seperti penggunaan wilayah pesisirdan laut (common property) sebagai faktorproduksi, jam kerja harus mengikuti kondisioseanografis (melaut hanya rata-rata sekitar20 hari dalam satu bulan, sisanya relatifmenganggur). Demikian juga pekerjaanmenangkap ikan adalah pekerjaan yangpenuh resiko, sehingga pekerjaan ini

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________230 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

umumnya dikerjakan oleh lelaki. Hal inimengandung arti bahwa keluarga yang laintidak dapat membantu secara penuh,sehingga masyarakat yang tinggal diwilayah pesisir pada umumnya seringdiidentikkan dengan masyarakat miskin(Wasak, 2012).

Jumlah nelayan yang ada diKabupaten Minahasa pada tahun 2015mencapai 9.173 orang nelayan. Jumlah initerdiri atas 4.672 orang nelayan penuh,2.125 orang nelayan sambilan utama dansisanya adalah nelayan sambilan tambahandengan total produksi perikanan pertahunsebanyak 12.904 ton dengan nilai produksimencapai Rp. 294.759.895 (Dinas Kelautandan Perikanan Kabupaten Minahasa, 2015).

Nelayan hidup dalam suatulingkungan yang tidak menentu(uncertainity), ketidak-menentuan yangmenjadikan karakteristik kehidupan nelayanberdampak dari kondisi lingkungan fisik.Nelayan menjadi sangat rentan terhadapperubahan musim yang diakibatkan olehperubahan iklim. Hal tersebut membuatkajian-kajian terhadap kehidupan nelayanumumnya menekankan pada kemiskinandan ketidakpastian ekonomi yang dialaminelayan dan keluarganya. Mengatasi haltersebut mereka cenderung meminimalkankemungkinan kegagalan usaha dari padamencari peluang untuk mendapatkan hasilmaksimal, karena kegagalan usaha berartimengancam eksistensi mereka

Desa Tateli Dua KecamatanMandolang Kabupaten Minahasa ProvinsiSulawesi Utara belum pernah diadakanpenelitian mengenai strategi nelayan dalammemenuhi kebutuhan rumah tangga, makapenelitian penting untuk dilaksanakan dalamrangka pengembangan taraf hidup nelayan.

Tujuan Penelitian1. Menelaah keadaan umum Desa Tateli

Dua Kecamatan Mandolang KabupatenMinahasa Provinsi Sulawesi Utara

2. Merinci taraf hidup ditinjau dari aspeksosial adalah pendidikan, jumlahtanggungan keluarga, struktur umur,dan organisasi/lembaga sosial.

3. Memerinci taraf hidup ditinjau dariaspek ekonomi yaitu modal usaha,pemasaran hasil tangkapan,pendapatan dan pengeluaran.

4. Menggali dan mempelajari strategimasyarakat nelayan dalam memenuhikebutuhan rumah tangga.

Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di Desa

Tateli Dua Kecamatan MandolangKabupaten Minahasa. Waktu yangdiperlukan untuk melaksanakan penelitianmulai dari penyusunan rencana kerjapenelitian sampai dengan pelaksanaan ujianadalah ± 6 bulan, yaitu dari bulan Januari2016 sampai pada bulan Juni 2016.

METODOLOGI PENELITIANDasar penelitian ini adalah studi

kasus. Studi kasus adalah penelitian yangdilakukan dengan cara mempelajari satukasus tertentu pada obyek yang terbatas(Helmi dan Satria, 2012). Kasus yang ditelitiadalah strategi nelayan dalam memenuhikebutuhan rumah tangga di Desa Tateli 2Kecamatan Mandolang KabupatenMinahasa Provinsi Sulawesi Utara. Sesuaidengan tujuan yang ingin dicapai, makapenelitian ini bersifat eksploratif ataumengungkapkan keadaaan sebenarnya dariobjek penelitian. Data yang dikumpulkanpada penelitian ini terdiri atas data primerdan data sekunder. Data primer diperolehberdasarkan observasi langsung melaluipengamatan dan wawancara terhadapkeadaan atau perilaku obyek di lokasipenelitian, sedangkan data sekunderdiperoleh dari bahan bacaan yang berkaitandengan data yang dibutuhkan sertamengutip data dari laporan-laporan sertainstansi yang terkait dengan objekpenelitian.

Analisis data yang digunakan dalampenelitian ini adalah analisis deskriptifkualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif.Analisis deskriptif kualitatif yaitu analisisdengan memberikan gambaran sertaketerangan dengan menggunakan kalimatpenulis secara sistematis dan mudah

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________231 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

dimenegerti sesuai dengan data yangdiperoleh. Sedangkan untuk analisisdeskriptif kuantitatif merupakan analisis datadengan memberikan bahasan atau kajianterhadap data yang ada denganmenggunakan hitungan-hitungansederhana, seperti perkalian, penjumlahan,rata-rata, persentase, serta untuk mengukurkemiskinan digunakan Indeks Engel.

Indeks Engel adalah proposipengeluaran makanan terhadap totalpengeluaran rumah tangga. Banyakpenelitian menunjukan bahwa rumah tanggamiskin akan cenderung mempunyai proporsipengeluaran makanan yang lebih besardibandingkan rumah tangga kaya. Adapunrumur Indeks Engel adalah :

Indeks Engel dalam penelitian inidibatasi jika Indeks Engel yang diperoleh>50% maka dapat dikatakan rumah tanggatersebut miskin karena lebih dari bagianpendapatannya digunakan untuk memenuhikebutuhan makanan, namun apabila IndeksEngel, < 50% dapat dikatakan bahwa rumahtangga tersebut tidak terlalu miskin karenakurnag dari sebagian pendapatannya yangdigunakan untuk biaya makan. Makin kecinilai Indeks Engel maka akan semakinbagus.

HASIL DAN PEMBAHASANKeadaan Umum Desa Tateli Dua

Desa Tateli Dua terletak diKecamatan Mandolang KabupatenMinahasa Provinsi Sulawesi Utara dansecara geografis terletak pada 10 26'43.340

U Lintang Utara, 124045'15.500 Bujur Timur.Desa Tateli Dua Berasal dari HasilPemekaran dari Desa Tateli yang dulunyamasuk dalam bagian dari wilayah atau jagayaitu, jaga III ,jaga IV, jaga V dan jaga VII.Luas Desa Tateli Dua sebesar 429.00 Hadengan batas wilayah Desa Tateli Duaadalah sebagai berikut :

1. Sebelah utara berbatasan dengan lautSulawesi

2. Sebelah selatan berbatasan denganperkebunan Desa Koha

3. Sebelah barat berbatasan denganDesa Tateli Tiga

4. Sebelah timur berbatasan denganDesa Tateli Satu

Jarak dari Desa Tateli Dua ke IbuKota Kecamatan Mandolang 20 km denganwaktu tempuh selama 1 jam sedangkan keIbu Kota Kabupaten Tondano 45 km denganwaktu tempuh 2 jam 30 menit. Suhu udaraberkisar antara 25 – 28 0 C pada ketinggian25 – 30 meter di atas permukaan laut.

Keadaan Penduduk Desa Tateli DuaEtnik penduduk yang terdapat di

Desa Tateli Dua terdiri dari Suku Jawa,Suku Minahasa, Suku Ambon, SukuTernate, Suku Makassar dan Suku Buton.Berikut adalah tabel jumlah etnik pendudukyang ada di Desa Tateli Dua :

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________232 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Jumlah Etnik Penduduk yang Ada di Desa Tateli Dua

No Etnik Jumlah %

1 Minahasa 2100 80,92

2 Jawa 110 4,24

3 Buton 2 0,08

4 Makassar 16 0,62

5 Ternate 16 0,62

6 Gorontalo 351 13,53

Total 2595 100Sumber : Kantor Desa Tateli Dua, 2016

Tabel di atas menunjukan bahwaetnik yang paling banyak mendiami DesaTateli Dua adalah Suku Minahasa denganpresentase 80,92%, selanjutnya SukuGorontalo sebanyak 13,53%, Suku Jawasebanyak 4,24%, Suku Ternate dan SukuMakassar sebanyak 0,62% dan Suku Buton0,08%.

Jumlah penduduk yang ada di DesaTateli Dua sebanyak 2.595 orang yangterdiri dari 1.420 orang laki-laki dan sisanya1.175 orang perempuan yang sedangkanuntuk jumlah pendududuk yang ada di DesaTateli Dua adalah terdiri atas 632 kepala

keluarga. Kepadatan pendududuk DesaTateli Dua 400 jiwa/km2.

Menurut Badan Pusat Statistik,mereka yang termasuk dalam golongan usia15-64 tahun termasuk dalam usia produktiftenaga kerja. Data pada tabel 2 di atasmenunjukan bahwa jumlah penduduk di usiaproduktif yaitu kisaran umur 15-64 tahunberjumlah 1505 orang dengan persentase57,5% dari total keseluruhan jumlahpenduduk yang ada di Desa Tateli Dua.Berikut adalah data jenis mata pencaharianpokok penduduk di Desa Tateli Dua :

Jenis Mata Pencaharian Pokok Penduduk Desa Tateli DuaNo Jenis Pekerjaan Jumlah %1 Petani 300 58,48

2 Buruh Tani 100 19,49

3 Nelayan 22 4,29

4 POLRI 8 1,56

5 Pedagang 20 3,90

6 Peternak 10 1,95

7 Montir 20 3,90

8 TNI 14 2,73

9 Pengacara 10 1,95

10 Pensiunan 8 1,56

11 Bidan 1 0,19

Total 513 100Sumber : Data Sekunder, 2016

Berdasarkan data di atas dapatdilihat bahwa pekerjaan sebagai petanimendominasi jenis mata pencaharian pokokwarga Desa Tateli Dua yaitu sebesar 58%hal ini disebabkan karena di Desa TateliDua terdapat banyak kolam yang digunakan

untuk ditanami sayuran kangkung, sertauntuk pekerjaan sebagai buruh petanisebesar 19% sedangkan untuk pekerjaansebagai nelayan sebesar 4% dengan jumlah22 orang dari jumlah keseluruhan pendudukyang bermata pencaharian sebagaimana

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________233 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

yang telah dicantumkan dalam tabel diatasyakni 513 orang.

Faktor Sosial Rumah Tangga NelayanTingkat Pendidikan

Pendidikan nelayan di Desa TateliDua masih sangat rendah hal ini terbuktidengan masih banyaknya nelayan yangtidak lulus pendidikan dasar 9 tahun.Berdasarkan hasil dari penelitian bahwa halini disebabkan karena terbatasnya biayayang dimiliki oleh orang tua nelayan padasaat itu sehingga para nelayan yangdahulunya masih berada pada usia sekolahmemilih berhenti sekolah dan memutuskanuntuk bekerja membantu mencukupikebutuhan rumah tangga, selain itupenyebab lainnya adalah kurangnyakesadaran dari para nelayan tentangpentingnya pendidikan untuk masa depansehingga mereka memutuskan untukberhenti sekolah. Namun seiringperkembangan zaman yang semakinberdampak pada kehidupan sebagaiseorang nelayan, mereka menyadari bahwapada saat ini pendidikan itu penting umtukmasa depan keluarga dengan harapan agaranak-anak mereka bisa mengenyampendidikan setinggi mungkin.

Jumlah Tanggungan KeluargaBerdasarkan hasil wawancara dari

22 responden yang ada maka diperolehdata jumlah tanggungan keluarga dari setiapnelayan di Desa Tateli Dua adalah yangberjumlah lebih dari tanggungan 4 dalamsatu kepala keluarga berjumlah 18 kepalakeluarga atau 81,9%. Dengan jumlahtanggungan keluarga yang cukup banyak inimembuat beban untuk memenuhikebutuhan sehari-hari semakin besar,sementara pendapatan yang diperoleh daripekerjaan sebagai nelayan sangat sedikit,sehingga nelayan harus melakukankegiatan-kegiatan yang berhubungandengan mencukupi kebutuhan rumahtangga mereka sehari-hari.

Struktur UmurUmur responden nelayan di lokasi

penelitian adalah kebanyakan berumur 30-49 tahun dengan jumlah 12 orang atau 54%dari total jumlah keseluruhan, sedangkansisanya adalah berumur 20-29 tahunberjumlah 3 orang atau 13%, umur 50-59tahun berjumlah 6 orang atau 26% dan yangberumur lebi dari 70 berjumlah 1 orangdengan persentasi 13%.

Umur nelayan dapat mempengaruhitingkat pendapatan nelayan, hal tersebutdidukung dengan kurangnya pengalamanmelaut nelayan sehingga berkurangnyahasil tangkapan dan juga jumlahpendapatannya rendah. Denganpengalaman yang memadai seorangnelayan akan dengan mudah mendapatkanhasil tangkapannya karena seorang nelayanyang berpengalaman dapat mengetahuidimana tempat ikan berkumpul.

Umur seseorang menentukanprestasi kerja atau kinerja orang tersebut.Semakin berat pekerjaan secara fisik makasemakin tua tenaga kerja akan semakinturun pula prestasinya. Namun, dalam haltanggung jawab semakin tua umur tenagakerja akan berpengaruh karena justrusemakin berpengalaman.

Organisasi SosialBerdasarkan hasil penelitian,

organisasi sosial yang diikuti oleh nelayanyang ada di Desa Tatali Dua adalahorganisasi atau kelompok usaha nelayanCumi-cumi dan kelompok usaha nelayanMalalugis. Organisasi sosial atau kelompokusaha nelayan tersebut dibentuk sebagaisalah satu syarat bagi nelayan untuk bisamendapatkan bantuan dari Dinas Kelautandan Perikanan, tetapi tidak semua nelayanmengikuti organisasi atau kelompok usahanelayan tersebut. Berdasarkan data yangdidapatkan 59% nelayan di Desa Tateli Duamengikuti organisasi sosial dan sisanya41% tidak mengikuti.

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________234 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Faktor Ekonomi Rumah TanggaNelayan

ModalModal adalah barang atau uang

yang secara bersama-sama faktor produksi,tanah dan tenaga kerja menghasilkanbarang yang baru. Modal mempunyaihubungan yang sangat kuat dengan berhasiltidaknya suatu usaha produksi yangdidirikan. Modal merupakan salah satu asetyang dibutuhkan oleh nelayan untuk biayaoperasional antara lain untuk membelibahan bakar, perbekalan atau konsumsi

serta peralatan dan perlengkapan melautlainnya. Dalam usaha perikanan tangkap,modal dapat berupa alat tangkap, perahu,motor tempel dan uang tunai yang akandipakai dalam usaha penangkapan ikan(Prakorso dalam Sujarno, 2008).

Nelayan di Desa Tateli Dua dalammenjalankan dan mengembangkanusahanya, menggunakan modal sendiri danmodal pinjaman yang berasal dari kerabat,saudara ataupun orang tua. Berikut adalahrincian modal nelayan berdasarkan jenisalat tangkap:

Jumlah Modal Berdasarkan Jenis Alat Tangkap

No. Jenis Alat Tangkap Modal InvestasiModal Kerja/Tahun

Biaya Tetap Biaya Tidak tetap

1 Gill net/ Soma Tude Rp. 25.000.000 Rp.5.450.000 Rp.31.640.000

2 Hand line/Pancing Rp.7.075.000 Rp.2.323.000 Rp.26.640.000

Sumber : Data Primer, 2016

Tabel di atas menunjukan bahwamodal investasi terbesar terdapat pada jenisalat tangkap Gill net/ Soma tude. Perbedaantersebut disebabkan oleh perbedaan jenis,modal, serta harga dari setiap materialdalam setiap pembuatan alat tangkap.

PemasaranPemasaran ikan hasil tangkapan

nelayan yang ada di Desa Tateli Dua,berdasarkan hasil penelitian yang dilakukankebanyakan langsung dijual di pasar olehpara isteri nelayan di pasar Tateli atau dipasar Karombasan. Tetapi ada jugasebagian nelayan yang menjual hasiltangkapannya kepada pedagang pengencerdan masyarakat konsumen ikan segar yangdatang langsung. Menurut penelitian yangdilakukan nelayan lebih merasa untung jikamenjual hasil tangkapan di pasardibandingkan dijual ke pedagang pengencerkarena harga jual kepada pedagangpengencer biasanya lebih murahdibandingkan dengan harga jual di pasar .Jenis-jenis ikan yang ditangkap olehnelayan di Desa Tateli Dua yang dipasarkanadalah ikan cakalang (Katsuwonus

pelamis), ikan selar (Selaroides leptolepis),ikan tongkol (Euthynnus affinis), dan ikantuna (Thunnus alalunga).

PendapatanPenghasilan terendah nelayan dari

pendapatan utama nelayan adalah Rp9.600.000 per tahun hal ini disebabkandimana setiap nelayan jumlahtangkapannya berbeda-beda. Menurutpenelitian yang dilakukan didapati adanelayan yang tidak memiliki motor/mesinperahu dan hanya memiliki alat tangkappancing saja. Akibatnya wilayahpenangkapannya hanya disekitaran lautTateli, yang dapat menyebabkan hasiltangkapan kurang maksimal sehinggamempengaruhi jumlah pendapatan. Selainitu pendapatan utama sebagai seorangnelayan juga dipengaruhi oleh musim,dimana dalam satu tahun hanya 7-8 bulanmelakukan operasi penangkapan.

Jumlah keseluruhan pendapatanutama nelayan di Desa Tateli Dua perbulanadalah Rp 781.600.000 dengan rata-rataadalah Rp 35.200.000 per tahun, kemudiantotal penghasilan sampingan nelayan

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________235 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

adalah Rp 8.000.000 dengan rata-rata Rp640.000 per tahun, sedangkan totalpenghasilan tambahan angggota keluarganelayan adalah Rp 36.400.000 dengan rata-rata Rp 2.400.000 per tahun.

PengeluaranTotal pengeluaran nelayan di Desa

Tateli untuk makanan adalah sebesar Rp595.200.000 per tahun dengan rata-ratasebesar Rp 18.600.000 per tahun atau 43%dari total biaya pengeluaran yaituRp692.422.000. Dengan kata lain, nelayanmenggunakan hampir separuh daripendapatannya untuk makan. Hal inimenggambarkan bahwa rumah tangganelayan di Desa Tateli Dua merupakanrumah tangga yang berpenghasilan rendahkarena proporsi pengeluaran yang lebihbesar untuk konsumsi makananmengindikasikan rumah tangga nelayansebagai rumah tangga berpenghasilanrendah.

Total keseluruhan pengeluaran dantotal keseluruan pengeluaran untuk makandapat menentukan Indeks Engel sehinggadiperoleh :

Perhitungan di atas menunjukanbawa Indeks Engel yanag diperoleh adalah94%, dengan demikian rumah tangganelayan di Desa Tateli Dua menggunakanlebih dari sebagian dari total pendapatanuntuk biaya makan. Hal ini berarti bahwanelayan yang ada di Desa Tateli duamerupakan nelayan yang belum makmurkarena Indeks Engel mereka yang lebih dari50%.

Strategi Nelayan Dalam MemenuhiKebutuhan Rumah Tangga

Penggunaan Mata PencaharianAlternatif

Penciptaan sumber pendapatanmelalui mata pencaharian aternatif

merupakan kebutuhan mendesak untukmenjawab kelangsungan hidup rumahtangga nelayan. Rumah tangga nelayanakan menghadapi kesulitan jika hanyabertumpu pada aktivitas dari melaut, karenasumberdaya perikanan terus mengalamipenipisan (Kusnadi, 2009).

Sebanyak 46% nelayan yang ada diDesa Tateli Dua merupakan nelayan penuhatau nelayan yang seluruh waktu kerjanyadigunakan untuk menangkap ikan,sedangkan sebanyak 54% merupakannelayan sambilan utama yaitu nelayan yangsebagian besar waktu bekerjanyadigunakan untuk menangkap ikan. Makauntuk menambah pendapatan selain darihasil bekerja sebagai nelayan, nelayan diDesa Tateli Dua melakukan beberapapekerjaan guna memenuhi kebutuhanrumah tangga.

Sebanyak 12 orang nelayanmemiliki pekerjaan sambilan yang terbagiatas 8 orang berpekerjaan sambilan sebagaiburuh tani dan 4 orang berpekerjaansambilan sebagai tukang. sebagian besarpekerjaan sambilan nelayan adalah sebagaiburuh tani, ini karena di Desa Tateli Duaterdapat banyak usaha pertanian tanamankangkung yang luas penggunaan lahannyamencapai 20 Ha. Hal ini dimanfaat paranelayan guna mendapatkan pekerjaansambilan yakni sebagai buruh tani tanamankangkung. Upah per hari sebagai buruh tani,nelayan dibayar sebesar Rp.40.000 per 1gulungan atau 1 ikatan besar tanamankangkung yang berisi 100 ikatan kecilkangkung. Rata-rata para nelayan yangbekerja sebagai buruh mampumenghasilkan 2 gulungan per hari bisadengan upah Rp 80.000. Sedangkan untukpekerjaan sebagai tukang, nelayan bisamendapat penghasilan sebesar Rp 100.000per hari.

Kontribusi Pemberdayaan IstriNelayan

Pemberdayaan istri merupakanpendekatan gender yang perlu mendapatperhatian dalam mengatasi kemiskinan dimanapun juga termasuk daerah pesisir.

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________236 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Karena mereka yang biasanya mengaturdan mengetahui kondisi keuangan keluarga.Selain itu urusan anak mulai dari memenuhikebutuhan pokok sampai pendidikan jugaada di dalam kendali seorang istri(Saraswati, 2014)

Berdasarkan gambar di atas,terlihat bahwa sebanyak 55% istri nelayanbekerja sebagai penjual ikan hasiltangkapan para suami, jika para suami tidakmendapatkan ikan mereka menjual ikanyang mereka beli di TPI Tumumpa dandijual kembali di Pasar Tateli ataupun di jualberkeliling kampung. Selanjutnya sebanyak9% istri nelayan lainnya bekerja tukang jahitdan membuka usaha warung di rumah.Serta sebanyak 5% menjual sayur dipasar,4% bekerja sebagai karyawan toko dansisanya 18% tidak bekerja.

Selain melakukan pekerjaan diatas,istri nelayan juga ikut mengelola potensikomunitas, yang hasil akhirnya juga untukkepentingan ekonomi dan investasi sosialrumah tangga masyarakat nelayan. Perananini diwujudkan dalam bentuk keterlibatanpara istri nelayan di Desa Tateli Dua dalammengikuti kegiatan berupa arisan,sumbangan timbal balik hajatan dankegiatan gotong-royong lainnya. Sebanyak45% istri nelayan mengikuti arisansimpanan yang disebut arisan jumat’an danmengikuti rukun duka. Dengan mengikutikegiatan-kegiatan tersebut, istri nelayanberpartisipasi mengelola potensisumberdaya sosial ekonomi masyarakatyang suatu saat dapat dimanfaatkan untukmenopang kebutuhan rumah tangga, sepertipenghasilan dari laut menurun, diderapenyakit,atau kebutuhan mendadak lainnya.

Penghematan Belanja Rumah TanggaNelayan

Berdasarkan wawancara danpenelitian yang dilakukan di Desa Tateli Duadidapatkan hasil bahwa walaupun nelayanidentik dengan sifat yang boros, itu terjadihanya pada saat mereka mendapatkanpenghasilan yang besar dan sebaliknya jikadatang musim paceklik yang mendesakmereka harus memenuhi kebutuhan rumahtangga maka salah satu strategi rumahtangga nelayan adalah dengan melakukanpenghematan pengeluaran rumah tangga.

Kebiasaan rumah tangga nelayan diDesa Tateli Dua dalam hal pola makanbiasanya dua kali sehari yang tanpa merekasadari bahwa hal ini merupakan salah satucara untuk menghemat pengeluaranbelanja, akan tetapi ada juga masyarakatyang makan tiga kali dalam sehari. Selainitu, juga ditemui beberapa rumah tanggayang memiliki kebun sendiri yang ditanamisayur dan rempah-rempah yang selain dijualjuga dikonsumsi sendiri demi menghematpengeluaran belanja. Sama halnya dengankebutuhan akan sandang, mereka biasanyahanya mengeluarkan biaya dalam satutahun sekali yaitu pada saat hari raya IdulFitri dan hari raya Natal.

Setelah dilakukan penelitian dilapangan dapat diketahui jelas bagaimanacara yang dilakukan para nelayantradisional yang ada di Desa Tateli Duauntuk memenuhi kebutuhan rumah tangga,segala kemampuan dan kerja keras telahdilakukan hanya saja pada zaman sekarangini sangat sulit untuk mendapatkanpekerjaan yang memiliki penghasilan tetapuntuk para nelayan yang hanya memilikijenjang pendidikan di bawah yaitu tidakmenyelesaikan pendidikan dasar 9 tahun,dengan demikian mereka sangat rentandengan kemiskinan dan sering mengalamimasa-masa sulit.

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan

Desa Tateli Dua terletak diKecamatan Mandolang KabupatenMinahasa Provinsi Sulawesi Utara dengan

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________237 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

luas daerah sebesar 429.000 Ha dimanamayoritas penduduknya sebanyak 58%bermata pencaharian pokok sebagai petani.

Faktor-faktor sosial rumah tangganelayan yang menjadi permasalahan sosialdalam kehidupan nelayan di Desa TateliDua diantaranya adalah tingkat pendidikan,jumlah tanggungan keluarga, struktur umur,dan organisasi sosial.

Faktor-faktor ekonomi yangmenentukan keberlangsungan suatu rumahtangga nelayan di Desa Tateli Dua adalahmodal, pemasaran, pendapatan danpengeluaranStrategi nelayan di Desa Tateli Dua dalammemenuhi kebutuhan rumah tangga adabeberapa cara yaitu penggunaan matapencaharian alternatif, kontribusipemberdayaan isteri nelayan danmelakukan penghematan belanja rumahtangga.

SaranDinas Kelautan dan Perikanan

harus lebih selektif dalam memberikanbantuan mesin perahu supaya lebih tepatsasaran yang nantinya dapat membantu

meningkatkan kesejahteraan nelayan yangada di Desa Tateli Dua.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2015. Diunduh Tanggal 23Februari 2016 dari http://www.bps.go.id/

Dinas Perikanan Dan Kelautan Kabupaten Minahasa.2015. Jumlah Perikanan Nelayan TangkapDilaut Menurut Kategori Nelayan.

Helmi, A., dan Satria, A. 2012. Strategi AdaptasiNelayan Terhadap Perubahan Ekologis. JurnalSosial Humaniora. Vol.16 No.1

Kusnadi, 2009. Keberdayaan Nelayan Dan DinamikaEkonomi Pesisir. Ar-RuzzMedia. Yogyakarta.

Sujarno. 2008. Analisis Faktor-faktor YangMempengaruhi Pendapatan Nelayan DiKabupaten Langkat. Thesis. Program StudiEkonomi Pembangunan Sekolah PascaSarjana Universitas Negeri Medan. 117 Hal

Wasak, M., 2012. Keadaan Sosial-EkonomiMasyarakat Nelayan dl Desa KinabuhutanKecamatan Likupang Barat. KabupatenMinahasa Utara, Sulawesi Utara. Jurnal PasificVol.1 Hal.7

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________238 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________239 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

ANALISIS FINANSIAL USAHA PENGOLAHAN IKAN CAKALANG ASAP DIKELURAHAN SINDULANG SATU

Mega S. Apena1; Siti Suhaeni2; Vonne Lumenta2

1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.2) Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Koresponden email: [email protected]

AbstractThe aim of this to analyze the finance of businees smoked tuna fish processing in Sindulang one village

and to find out whether it was good for this business. Based on the analyzes the financial, there are three business inSindulang one. The value BCR on the three business > 1. The three business are categorized good are reached100%, because it has provitability value >100% are profit rate back business are reach 46%-6-%. BEP in SederhanaI sales value Rp 12.436.709 in 286 unit, Sederhana II BEP sales 17.122.062 in 321 unit, Sederhana III BEP sales19.257.836 in 308 unit. The return on investment less than one month 15 day Sederhana I, 4 day Sederhana II, and22 day Sederhana III.Keywords: Financial Analysis, Business, Skipjack Smoke, Sindulang OneVillage

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara finansial tentang usaha pengolahan ikan cakalang asap

di Kelurahan Sindulang Satu dan untuk mengetahui apakah usaha itu layak atau tidak untuk dijalankan. Berdasarkanhasil analisis secara finansial, ketiga usaha di Kelurahan Sindulang Satu tersebut sangat layak dijalankan karenasemua nilai OP positif , PR dari setiap usaha mencapai 46% hingga 60%, nilai BCR dari ketiga usaha > 1, ketigausaha tersebut termasuk kategori sangat baik karena mempunyai nilai rentabilitas >100%, BEP atau titik impas tidaksama yaitu Sederhana I di BEP penjualan Rp 12.136.709 dan BEP satuan 286 jepit, Sederhana II berada pada titikimpas BEP penjualan Rp 17.122.062 dan BEP satuan 321 jepit dan Sederhana III berada pada titik impas BEPpenjulalan Rp 19.257.836 dan BEP satuan 308 jepit.. Tingkat pengembalian investasi ketiga usaha tersebut sangatlayak dijalankan karena ketiganya dapat mengembalikan investasi kurang dari 1 bulan, yaitu Sederhana I PP 15 hari,Sederhana II PP 4 satu hari dan Sederhana III PP 22 hari.Kata Kunci : Analisis Finansial, Usaha, Ikan Cakalang Asap, Kelurahan Sindulang Satu

PENDAHULUANPerikanan merupakan kegiatan

yang terorganisir yang berhubungan denganpengolahan dan pemanfaatan sumberdayaikan serta lingkungannya, mulai daripraproduksi, produksi, pengolahan, sampaidengan pemasaran yang dilaksanakandalam satu bisnis perikanan (Anggraini,2008). Hasil perikanan merupakan komoditiyang cepat mengalami kemunduran mutu,atau mengalami pembusukan, karena ikanmempunyai kandungan protein (18-30%)dan air yang cukup tinggi (70-80%)sehingga merupakan media yang baik bagiperkembangan bakteri pembusuk terutamadalam keadaan segar, sehingga ikan perludiawetkan. (Moeljanto, 1992).

Ada berbagai macam jenispengawetan ikan, antara lain dengan cara:penggaraman, pengeringan, pemindangan,pengasapan, peragian, pengalengan, danpendinginan ikan (Desroiser, Norman, 1998dalam Karyadi, dkk, 2010). Usahapengolahan produk hasil perikanan dapat

dilakukan secara modern dengan peralatandan teknologi yang maju atau moderenataupun secara tradisional tanpa teknologidan peralatan yang maju. Umumnya usahapengasapan ikan masih dilakukan secaratradisional atau dilakukan dalam tarafindustri rumah tangga yang berskala kecilberdasarkan kekuatan modal, peralatan danteknologi yang masih Sederhana, sertajumlah tenaga kerja yang terbatas(Permatasari, 2001).

Pengasapan ikan merupakanpenggabungan dari proses penggaraman,pengeringan, dan pemberian asap.Pengasapan memiliki beberapa keuntunganyaitu memberikan efek pengawetan,mempengaruhi citarasa, memanfaatkanhasil tangkap yang berlebih ketika hasiltangkapan berlimpah hal ini memungkinkanikan untuk disimpan lebih lama sampaimusim paceklik, dan meningkatkanketersediaan protein bagi masyarakatsepanjang tahun. Ikan asap menjadi awetkarena adanya pengurangan kadar air

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________240 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

akibat dari proses pemanasan dan adanyasenyawa-senyawa kimia di dalam asapseperti golongan fenol yang dapatmenghambat pertumbuhan mikroorganismedan berperan sebagai antioksidan,pengasapan juga memberikan warna,tekstur dan flavor yang khas (Daulay, 2014).

Menurut Afrianto dan Liviawaty(1989) dalam Karyadi, dkk (2010), yangdapat meningkatkan daya awet ikan dalamproses pengasapan adalah unsur-unsurkimia yang terdapat dalam asap. Unsur-unsur kimia tersebut berperan sebagai: 1)berfungsi sebagai desinfektan yangmenghambat pertumbuhan atau membunuhmikroorganisme penyebab pembusukanyang terdapat dalam tubuh ikan, 2) pemberiwarna pada tubuh ikan sehingga ikan yangtelah diawetkan dengan proses pengasapanberwarna cokelat keemasan yang dapatmenarik selera konsumen, 3) sebagai bahanpengawet, karena komponen dalam asapmampu memberikan daya tahan padadaging ikan.

Ikan cakalang asap yaitupengawetan ikan cakalang dengan carapengasapan. Dalam proses pengasapanikan cakalang, unsur yang paling berperanadalah asap yang dihasilkan dari hasilpembakaran kayu, tempurung maupunsabut kelapa. Di daerah Sulawesi Utarakhususnya Manado lebih dikenal dengannama ikan cakalang fufu untuk menyebutikan cakalang asap.

Kelurahan Sindulang Satu adalahsalah satu kelurahan di Kota Manado yangbeberapa penduduknya mempunyai usahapengolahan ikan asap dengan caratradisional dan cukup dikenal olehmasyarakat Kota Manado. Produk ikancakalang asap merupakan produk yangsudah lama dikembangkan dan digemarioleh masyarakat Kota Manado. Produk ikancakalang asap tersebut bisa ditemukandibeberapa tempat penjualan, misalnya dipasar maupun di super market. Ikancakalang asap dapat dinikmati oleh semuagolongan masyarakat, mulai dari golonganbawah, menengah dan golongan atas,karena itu harga ikan cakalang asap sangat

bervariasi, ada yang mahal dan murah.Harga ikan cakalang asap per jepitnyamengikuti berat (kg) dari produk olahan itusendiri.

Hal yang menarik jika ada pelatihanpengolahan ikan baik itu dari PemerinatahDaerah maupun Balai Diklat PenyuluhanPerikanan selalu diadakan di KelurahanSindulang Satu. Pelatihan diadakan untukmemperbaiki cara pengolahan ikancakalang asap secara teknis, maupunsecara ekonomis juga diajarkan caramemasarkan hasil produksi agar mendapatkeuntungan sehingga dapat meningkatkanpandapatan, untuk menaikan taraf hidup.Hal inilah yang menjadi alasan mengapapenulis ingin meneliti atau menganalisisusaha pengolahan ikan cakalang asap diKelurahan Sindulang Satu.

Setiap usaha yang dilakukan olehseseorang bertujuan untuk menghasilkankeuntungan yang berkelanjutan. Olehkarena itu, perlu melakukan penelitiantentang analisis finansial usaha pengasapanikan cakalang asap skala rumah tanggasehingga diperlukan data seberapa besarbiaya dan benefit setiap unit denganberbagai asumsi antara lain harga jual ikanasap per jepit serta menganalisis usahapengasapannya melalui analisis keuntungandan analisis imbangan penerimaan danbiaya yang biasa disebut dengan RC ratio(R/C) serta analisis break even point (BEP).Untuk itu peneliti ingin mengetahui apakahusaha pengasapan ikan cakalang skalarumah tangga yang ada di KelurahanSindulang Satu secara finansial layakdijalankan atau tidak.

METODOLOGI PENELITIANPenelitian ini bersifat deskriptif

dengan dasar penelitian studi kasus.Metode yang digunakan dalampengambilan data yaitu dengan carasensus, data yang dikumpulkan berupadata primer dan data sekunder. Dataprimer diperoleh melalui survei lokasi,wawancara dan pengisisan kuesioner

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________241 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

oleh 3 responden pemilik usaha ikancakalang asap.

Data yang diperoleh daripenelitian ini, selanjutnya diolah dandianalisis dengan analisis deskriptifkualitatif dan analisis deskriptifkuantitatif. Analisis yang digunakanuntuk mengetahui kelayakan usaha yaitudengan menghitung operating profit, netprofit, profit rate, benefit cost ratio,rentabilitas, break even point danpayback period.

HASIL DAN PEMBAHASANAspek Teknik (Produksi)Tempat dan Alat-alat Produksi

Untuk membuat ikan cakalangasap tidak perlu menggunakanbangunan khusus atau pabrik berskalabesar, karena usaha pengolahan ikancakalang asap ini bersifat industri rumahtangga atau usaha pengolahan berskalakecil sehingga pengolahan atau prosesproduksi dapat dilakukan di rumahpribadi.

Dalam proses pengolahan ikancakalang asap diperlukan peralatanproduksi, yaitu sebagai berikut:

1. Rumah pengasapan, sebagai tempatpengasapan ikan cakalang asap

2. Meja produksi, digunakan sebagaimedia untuk memotong dan menjepitikan mentah

3. Pisau, digunakan untuk memotongdan membersihkan ikan

4. Bambu, digunakan untuk menjepitikan cakalang segar

5. Daun palem (woka), digunakanuntuk mengikat bagian-bagian ikanyang dijepit dengan bambu

6. Loyang, untuk mengisi limbah ikanyang tidak terpakai, seperti bagianinsang dari ikan

7. Ember, sebagai tempat mengisibagian ikan yang akan digunakanuntuk membuat bakasang ikan yaitubagian hati ikan

8. Air, digunakan untuk mencuci ikanyang yang sudah dibersihkan bagiandalamnya

9. Kayu, digunakan sebagai bahanbakar

10. Freezer, untuk menyimpan produkikan cakalang asap yang belumdijual

11. Cool Box Fiber, untuk menyimpanikan yang belum diolah

12. Bak Air, untuk menampung airselama proses produksi.

Faktor Produksi Pembuatan IkanCakalang Asap

Dalam pembuatan ikan cakalangasap tentunya ada faktor-faktor produksiyang harus digunakan secara langsungdalam proses produksi, seperti rumahpengasapan, meja produksi, ikancakalang segar, bambu, daun palem,kayu, dan tenaga kerja.

Rumah PengasapanRumah pengasapan digunakan

saat proses pengasapan ikan. Setiaprumah produksi yang ada di SindulangSatu memiliki 1 rumah pengasapan,rumah pengasapan tersebut terbuat daribeberapa rangkaian besi. Besidigunakan sebagai alat pengasapankarena tidak mudah terbakar dan bisabertahan lama. Masing-masing rumahpengasapan yang di miliki oleh masing-masing rumah produksi ikan cakalangasap di Kelurahan Sindulang Satumemiliki ukuran yang berbeda-beda.

Luas rumah pengasapan

No. Rumah ProduksiLuas RumahPengasapan

Kapasitas Jumlah per Jepit

1. Sederhana I 10 x 6 meter 300 Ekor 6002. Sederhana II 8 x 2,5 meter 200 Ekor 4003. Sederhana III 5 x 3 meter 150 Ekor 300

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________242 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Bahan Baku Ikan Cakalang MentahIkan cakalang memiliki tubuh

yang membulat atau memanjang dangaris leteral. Ciri khas dari ikan cakalangmemiliki 4-6 garis berwarna hitam yangmemanjang di samping bagian tubuh.Ikan cakalang pada umumnyamempunyai berat sekitar 0,5 – 11,5 kgserta panjang sekitar 30-80 cm. ikancakalang mempunyai ciri-ciri khususyaitu tubuhnya mempunyai bentukmenyerupai torpedo, bulat danmemanjang, serta mempunyai tapisinsang sekitatr 53-63 buah. Ikancakalang memiliki dua sirip punggungyang letaknya terpisah. Sirip punggungpertama terdapat 14-16 jari-jari keras,pada sirip punggung perut diikuti oleh 7-9 finlet. Terdapat sebuah rigi-rigi yangsangat kuat diantara dua rigi-rigi yanglebih kecil pada masing-masing sisi dansirip ekor .

Produsen ikan asap di KelurahanSindulang Satu menggunakan ikancakalang segar sebagai bahan bakuutama pembuatan ikan cakalang asap.Masing-masing rumah produksi sudahmemiliki nelayan yang menjadi pemasokatau langganan ikan cakalang segar.Dengan pemasok ikan yang berbedamaka setiap pengusaha ikan cakalangasap di Kelurahan Sindulang Satu punmendapat harga yang berbeda-bedapula.

Dalam pembuatan ikan cakalangasap, tingkat kesegaran dari ikancakalang mentah sangat menentukankualitas dari produk akhir ikan cakalangasap. Apabila jumlah ikan segar yangada tidak mencapai 50 ekor, makaproses produksi akan ditunda dan ikanyang sudah ada disimpan di dalam coolbox yang sudah disediakan.

Bahan Bakar KayuProses produksi ikan cakalang

asap di Kelurahan Sindulang Satu masihmenggunakan cara tradisional, sehinggabahan bakar yang digunakan cukupmudah untuk ditemui, bahan bakar yangdigunakan yaitu kayu. Jenis kayu yangdigunakan dalam proses pengasapanikan tidak menentu, para produsenbiasanya mengambil kayu-kayu bekasdari sisa-sisa pembuatan bangunan.Para produsen membeli kayu tersebutdengan harga Rp 500.000,00 hingga Rp600.000,00 per mobil pickup ukuran 1,48x 0,3 x 2,2. Jumlah kayu yang diangkutpun tidak menentu, namun dalam 1 kalipesanan biasanya kayu tersebut bisadigunakan untuk 3 kali produksi.

BambuPengusaha ikan cakalang asap

yang ada di Kelurahan Sindulang Satusemuanya menggunakan bambusebagai alat penjepit ikan. Setiap rumahproduksi di Kelurahan Sindulang Satu,memiliki cara sendiri dalam penggunaanbambu, ada yang menggunakan satujenis bambu dan ada yangmenggunakan dua jenis bambu. Jenisbambu yang digunakan dalampembuatan ikan cakalang asap yaitu,jenis bambu wulung atau bambu yangsering digunakan masyarakat untukmembuat pagar dan jenis bambu taliatau bambu yang sering digunakanuntuk membakar makanan tradisionalnasi bulu. Kedua jenis bambu inimemiliki fungsi yang berbeda-beda,bambu wulung biasa digunakan sebagaipenjepit ikan sedangkan jenis bambu talidigunakan untuk menyangga atau yangdiletakan di bagian tengah ikan untukmemisahkan sisi kiri dan kanan ikan,namun dua dari tiga tempat pengolahanikan asap di Kelurahan Sindulang Satulebih memilih untuk memakai satu jenis

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________243 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

bambu untuk menjepit maupun sebagaipenyangga, bambu yang digunakanyaitu jenis bambu walung.

Daun Palem/WokaDaun woka menjadi pilihan

pengusaha ikan cakalang asap yangberada di Kelurahan Sindulang Satusebagai bahan untuk mengikat setiapbagian bambu yang menghubungkanbambu yang satu dengan bambu yanglainnya, agar bambu yang digunakantidak mudah terpisah saat prosespengasapan. Kenapa menggunakanwoka, karena daun woka dipercaya tidakmudah terbakar, sehingga parapengusaha menggunakan daun wokasebagai alat pengikat. Sebelumdigunakan untuk mengikat, daun wokaharus direndam dulu semala 1 jam agardaun woka agak lentur dan mudah untukdigunakan.

Tenaga KerjaUsaha industri pengasapan ikan

di Kelurahan Sindulang Satu masihmerupakan industri rumahan, tenagakerja yang dipakai juga masih memilikihubungan keluarga atau kerabat dekatdengan pemilik usaha. Tenaga kerjayang digunakan adalah tenaga kerjadalam proses produksi, sehingga pemilikusaha memberikan upah/gaji kepadakaryawan hanya saat ada produksi sajaartinya, jika tidak ada produksi makapara pekerja tidak mendapat upah.

Tenaga kerja yang digunakantidak memiliki persyaratan khususseperti pendidikan dan umur, syaratnyahanya mampu bekerja dengan baik.Masing-masing tempat pengasapan ikandi Kelurahan Sindulang Satu memilikitenaga kerja untuk proses produksi.

Jumlah Tenaga Kerja dari Masing-masing Rumah Produksi

No. Nama Tempat Usaha Jumlah Tenaga Kerja

1. Sederhana I 5 orang2. Sederhana II 6 orang3. Sederhana III 8 orang

Seperti terlihat pada tabel bahwaSederhana I memiliki jumlah tenagakerja 5 orang, yang terdiri dari 1 orangmemotong ikan, 2 orang memasangbambu dan mengikat ikan, dan 2 orangmengatur ikan yang siap diasapi padatempat pengasapan, memasang api danmengatur serta menjaga nyala api.Rumah pengasapan Sederhana IImemiliki 6 orang pekerja yaitu 1 oranguntuk memotong ikan, 3 orangmemasang dan mengikat bambu, dan 2orang yang bertanggungjawab untukmengatur ikan pada tempat pengasapanserta memasang dan mengontrol api,namun yang sering masuk hanya 4orang. Rumah pengasapan Sederhana

III memiliki 8 orang pekerja yaitu 1 orangmemotong ikan, 2 orang memasang danmengikat bambu, 2 orang mengatur ikandi tempat pengasapan, 1 orangmengontrol api, dan 2 orang untukpemasaran.

Proses Produksi Cakalang AsapProses produksi ikan cakalang

asap di Kelurahan Sindulang Satuumumnya masih dilakukan secaratradisional dan turun temurun. Alatproduksi yang digunakan masihsederhana, dengan sarana pengasapanmenggunakan tempat pengasapan yangterdapat di dalam rumah produksi

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________244 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Proses produksi dimulai denganmencuci bersih bahan baku ikan mentah,kemudian dipisahkan menurut ukuran(kg). Proses pembersihan ikan mentahdimulai dari ukuran yang kecil yaitu 2 kghingga yang paling besar berukuran 7kg, namun akhir-akhir ini ikan cakalangmentah yang digunakan yang palingmendominasi yaitu yang berukuran 2 kghingga 5 kg, untuk ukuran 6 kg dan 7 kgada tapi hanya beberapa ekor saja,dilanjutkan dengan membersihkanbagian dalam ikan dan memotong ikanmenjadi dua bagian dengan cara difilet,ikan yang sudah dipisahkan menjadi duabagian tersebut kemudian dibelah lagipada bagian tengah mulai dari bagiankepala hingga ekor lalu dimasukkanbambu di bagian mata ikan memanjangke bagian ekor kemudian diikat dengan

menggunakan daun woka. Pada bagiantengah ikan disangga dengan bambuuntuk memisahkan bagian kiri dan kananikan.

Aspek FinansialModal Investasi

Modal investasi adalah modalyang digunakan ketika akan memulaiusaha. Modal investasi (awal) dalamusaha pengolahan ikan asapdialokasikan untuk pengadaan ataumembangun seperti, rumahpengasapan, coolbox, meja produksi danbeberapa alat yang digunakan untukproduksi dalam jangka panjang(Mahyuddin, 2008). Besarnya modalinvestasi dari setiap usaha pengasapanikan di Kelurahan Sindulang Satu dapatdilihat pada Tabel.

Modal investasi Sederhana INo. Uraian Banyaknya Biaya (Rp) Jumlah (Rp)

1. Cool box fiber 6 1.000.000 6.000.0002. Mesin pompa air 1 900.000 900.0003. Instalasi listrik 1 200.000 200.0004. Rumah pengasapan 1 10.000.000 10.000.0005. Meja produksi 1 500.000 500.0006. Parang 1 150.000 150.000

Jumlah 17.750.000

Modal investasi Sederhana IINo. Uraian Banyaknya Biaya (Rp) Jumlah (Rp)

1. Freezer 52 WH 520 ltr 1 5.400.000 5.400.000

2. Freezer 20 WH 200 ltr 1 3.050.000 3.050.000

3. Cool box fiber 6 1.000.000 6.000.000

4. Pompa air 1 1.500.000 1.500.000

5. Instalasi listrik 1 300.000 300.000

6. Rumah pengasapan 1 5.000.000 5.000.000

7. Rumah produksi 1 25.000.000 25.000.000

8. Meja produksi 1 500.000 500.000

9. Motor viar box 1 18.500.000 18.500.000

10. Parang 1 150.000 150.000

Jumlah 65.400.000

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________245 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Struktur BiayaBiaya adalah salah satu faktor

penting dalam menjalankan suatu usaha.Biaya yang dikeluarkan menjadi patokanuntuk menentukan harga pada produkyang akan dipasarkan. Pengusahaberharap hasil penjualan/pendapatandapat menutup biaya yang dikeluarkanbahkan biasa mendapatkan keuntungan.Adapun biaya terbagi atas 2 jenis, yaitubiaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak

tetap (variabel cost). Biaya tetap yaitubiaya yang tidak tergantung padabanyak sedikitnya jumlah hasilproduksinya, sedangkan biaya tidaktetap yaitu biaya yang dikeluarkan setiapkali akan melakukan produksi biaya inibisa bertambah maupun berkutang,tergantung dari berapa banyak jumlahproduksi. Biaya tetap dan biaya tidaktetap setiap usaha di KelurahanSindulang Satu dapat dilihat pada Tabel.

Fixed Cost Sederhana I

No. Uraian Biaya

1. Penyusutan mesin pompa air 15.000

2. Perawatan mesin pompa air 25.0003. Rekening listrik 125.0004. Perawatan rumah pengasapan 50.0005. Penyusutan rumah pengasapan 165.0006. Penyusutan cool box 100.0007. Penyusutan meja produksi 14.0008. Gaji Manajer

4.000.0009. Parang 6.000

10. Pajak 200.000Jumlah 4.700.000

Variabel cost Sederhana I

No Uraian Pembelian Harga Satuan Biaya (bulan)

1 Ikan cakalang segar 1200 ekor 45.000 54.000.000

2 Daun palem (woka) 48 ujung 2.500 120.000

3 Bambu 50 ujung 20.000 1.000.000

4 Kayu 4 truk 600.000 2.400.000

5 Loyang 2 buah 30.000 60.000

6 Ember 2 buah 20.000 40.000

7 Transportasi 12 kali 15.000 180.000

8 Tenaga kerja (12 kali produksi) 5 orang 900.000 4.500.000

9 Biaya lain-lain 200.000

Jumlah 62.500.000

TC = FC + VC 67.200.000

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________246 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Fixed cost Sederhana IINo. Uraian Biaya1. Penyusutan mesin pompa air 16.5002. Perawatan mesin pompa air 25.0003. Tagihan listrik 175.0004. Penyusutan rumah pengasapan 133.0005. Perawatan rumah pengasapan 50.0006. Penyusutan bak air 8.0007. Penyusutan meja produksi 21.0008. Penyusutan cool box fiber 17.0009. Parang 6.000

10. Gaji manajer 6.000.00011. Pajak 400.000

Jumlah 6.851.500

Variabel cost Sederhana II

No. Uraian Pembelian Harga Satuan Jumlah

1. Ikan cakalang segar 2400 ekor 55.000 132.000.000

2. Bambu walung 40 ujung 25.000 1.000.000

3. Bambu tali 40 ujung 7.500 300.000

4. Daun palem (woka) 300 ujung 2.500 750.000

5. Tenaga kerja (30 kali produksi) 4 orang 100.000 12.000.000

6. Loyang 2 buah 30.000 60.000

7. Keranjang 5 buah 95.000 475.000

8. Ember 1 buah 25.000 25.000

9. Transportasi 30 kali 15.000 450.000

10. Kayu 10 truk 600.000 6.000.000

11. Biaya lain-lain 500.000

Jumlah 153.560.000

TC = FC + VC 160.411.500

Fixed costSederhana III

No. Uraian Biaya (bulan)1. Perawatan Pompa Air 25.0002. Biaya Listrik 215.0003. Penyusutan freezer 520 ltr 90.0004. penyusutan freezer 200 ltr 51.0005. Perawatan Rumah Pengasapan 25.0006. Penyusutan Rumah Pengasapan 83.0007. Penyusutan cool box fiber 100.0008. Penyusutan rumah produksi 417.0009. Perawatan rumah produksi 17.000

10. perawatan motor viar box 125.00011. Penyusutan Motor Viar Box 100.000

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________247 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

12. penyusutan meja produksi 21.00013. Parang 6.00014. Gaji manajer 5.000.00015. Pajak 250.000

Jumlah 6.525.000

Variabel cost Sederhana III

No. Uraian Pembelian Harga Satuan Jumlah

1. Ikan cakalang segar 2250 ekor 65.000 146.250.000

2. Bambu 80 ujung 10.000 800.000

3. Daun woka 100 ujung 2.500 250.000

4. Kayu 7 truk 600.000 4.200.000

6. Loyang 2 buah 25.000 50.000

7. Tenaga kerja 6 orang 5.625.000 33.750.000

8. Bensin 24 liter 6.500 156.000

9. Biaya lain-lain 500.000

Jumlah 185.956.000

TC = FC + VC 192.481.000

PendapatanDalam menjalankan suatu usaha,

seorang pengusaha tentunyamengharapkan pendapatan yang lebihatau keuntungan yang besar dari usahayang dijalankan. Pendapatan pengusahaikan caklang asap tergantung dariberapa jumlah ikan yang diasapi danharga jual dari setiap jepit ikan asaptersebut. Pendapatan berperan pentingdalam mengukur tingkat produktifitasdari suatu usaha, dari pendapatan dapatdilihat apakah dari pendapatan dapatmenutupi biaya pengeluaran padaproduksi dan apakah bisa mendapatkanuntung yang lebih.

Dari hasil penelitian yang didapatmaka dari ketiga usaha pengolahan ikanasap setiap bulannya di KelurahanSindulang Satu dapat diuraikan sebagaiberikut:1) Sederhana I: setiap bulannya

memproduksi ikan asap sebanyak1200 ekor atau 2400 jepit produk ikancakalang asap dengan harga jualrata-rata Rp 42.500,00 per jepit (kg),

itu berarti jumlah pendapatan rata-rata Sederhana I yaitu 2400 x Rp42.500,00 = Rp 102.000.000,00

2) Sederhana II : setiap bulannyamemproduksi ikan rata-rata sebanyak2.400 atau sebanyak 4.800 jepit ikancakalang asap dengan harga jualrata-rata Rp 53.333,00 per jepit (kg),itu berarti jumlah pendapatan dalam 1bulan yaitu 4.800 x Rp 53.333,00 =Rp 256.000.000,00

3) Sederhana III : setiap bulannyamemprodiksi ikan rata-rata 2.250 ekoratau 4.500 gepe per bulannya denganharga jual rata-rata Rp 62.500,00 perjepit (kg), itu berarti jumlahpendapatan dalam 1 bulan yaitu4.500 x Rp 62.500,00 = Rp281.250.000,00

Analisis FinansialUntuk melihat kelayakan dari

usaha pengolahan ikan cakalang asap diKelurahan Sindulang Satu mulai dariusaha Sederhana I, Sederhana II danSederhana III yang selanjutnya dalam

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________248 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

analisis angka 1 digunakan untukSederhana I, angka 2 untuk SederhanaIIdan angka 3 untuk Sederhana III.

Besarnya investasi, FC, VC,TC, dan TRdapat dilihat pada Tabel.

Tabel investasi, FC, VC,TC, dan TRUraian Sederhana I Sederhana II Sederhana III

Investasi (I) 17.750.000 11.350.000 65.400.000Fixed cost (FC) 4.700.000 6.851.500 6.525.000Biaya Tidak Tetap (VC) 62.500.000 153.560.000 185.956.000Total Cost (TC) 67.200.000 160.411.500 192.481.000Total Revenue (TR) 102.000.000 256.000.000 281.250.000

Operating Profit (OP)

OP1 = TR – VC= Rp 102.000.000,00 – Rp 62.500.000,00= Rp 39.500.000,00

Dapat dilihat bahwa operating profit dariusaha pengolahan ikan asap SederhanaI yaitu sebesar Rp 39.500.000,00 inimerupakan keuntungan dari usahatersebut dan dapat digunakan untukbiaya produksi berikutnya.

OP2= TR – VC= Rp 256.000.000,00 – Rp 153.560.000,00= Rp 102.440.000,00

Operating profit dari usaha pengolahanikan cakalang asap Sederhana II yaitusebesar Rp 102.440.000,00 inimerupakan keuntungan dari usahatersebut, dan keuntungan ini dapatdigunakan untuk biaya produksiberikutnya.

OP3 = TR – VC= Rp 281.250.000,00 – Rp 185.956.000,00= Rp 95.294.000,00

Operating profit dari usaha pengolahanikan asap Sederhana III yaitu sebesarRp 95.294.000,00 ini merupakankeuntungan yang didapat dankeuntungan tersebut dapat digunakanuntuk biaya produksi berikutnya.

Net Profit

1 = TR - TC

= Rp 102.000.000,00 – Rp 67.200.000,00= Rp 34.800.000,00

Net profit atau keuntungan absolutSederhana I adalah Rp 34.800.000,00.Keuntungan ini menggambarkan bahwausaha pengolahan ikan asap ini dijaminkeberlangsungannya karena hasilmenunjukkan angka positif.

2 = TR - TC

= Rp 256.000.000,00 – Rp 160.411.500,00= Rp 95.588.500,00

Net profit yang didapat Sederhana IIyaitu sebesar Rp 95.588.5000,00.Keuntungan ini menggambarkan bahwausaha tersebut dijaminkeberlangsungnanya, karena hasil darikeuntungan absolut bernilai positif.

3 = TR - TC

= Rp 281.250.000,00 – Rp 192.481.000,00= Rp 88.769.000,00

Net profit yang didapat Sederhana IIIyaitu sebesar Rp. 88.769.000,00.Keuntungan ini menggambarkan bahwausaha ini dapat dijaminkeberlangsungannya, karenakeuntungan absolutnya bernilai positif.Besarnya nilai keuntungan absolut yangdidapat dari setiap usaha yang ada diKelurahan Sindulang Satu

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________249 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

menggambarkan prospek usahapengolahan ikan cakalang asap inidijamin keberlangsunganya, karenakeuntungan absolut dari ketiga usahabernilai positif.

Profit Rate (Tingkat Keuntungan)

PR1=

=

= 52%

Tingkat keuntungan menunjukkan usahatersebut memberikan keuntungandibandingkan dengan jumlahkeseluruhan biaya yang dikeluarkan.Tingkat keuntungan yang didapatSederhana I yaitu sebesar 52% yangberarti usaha yang dijalankanmendatangkan keuntungan.

PR2=

=

= 60%

Tingkat keuntungan yang didapatSederhana II yaitu sebesar 60% yangberarti usaha yang dijalankanmendatangkan keuntungan sebanyak60% dari total pendapatan.

PR3=

=

= 46%

Tingkat keuntungan yang didapatSederhana III yaitu sebesar 46% yangberarti usaha yang dijalankanmendatangkan keuntungan sebanyak46% dari total pendapatan.

Benefit Cost Ratio (BCR)

BCR1= = = 1,52

BCR yang didapat Sederhana I yaitusebesar 1,52 itu berarti usaha ini layakuntuk dijalankan, karena nilai BCR > 1.

BCR2= = = 1,60

BCR yang didapat Sederhana I yaitusebesar 1,60 itu berarti usaha ini layakuntuk dijalankan, karena nilai BCR > 1.

BCR3= = = 1,46

BCR yang didapat Sederhana I yaitusebesar 1,46 itu berarti usaha ini layakuntuk dijalankan, karena nilai BCR > 1.Benefit cost ratio yaitu perkiraan manfaatyang diharapkan untuk waktu yang akandatang. Nilai BCR yang didapat dariketiga usaha yang berada di KelurahanSindulang Satu yaitu Sederhana Isebesar 1,52, Sederhana II sebesar1,60, dan Sederhana III yaitu 1,46, makadapat dikatakan ketiga usaha tersebutdapat dijalankan karena nilai BCR dariketiga usaha tersebut lebih besar dari 1 (>1 )

Rentabilitas

R1 =

= = 196%

Besarnya rentabilitas pada usahapengolahan ikan asap Sederhana I yaitusebesar 196% menunjukkan usaha yangdijalankan termasuk dalam kategori baiksekali karena > 100%.

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________250 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

R2 =

= = 842%

Besarnya rentabilitas pada usahapengolahan ikan asap Sederhana II yaitusebesar 842% menunjukkan bahwausaha yang dijalankan termasuk dalamkategori baik sekali karena >100%.

R3 =

= = 136%

Besarnya rentabilitas pada usahapengolahan ikan asap Sederhana IIIyaitu sebesar 136% menunjukkan bahwausaha yang dijalankan tarmasuk dalamkategori baik sekali karena > 100% .

Rentabilitas merupakan rasiokeuntungan bersih dengan investasidalam satu unit usaha. Hasil analisisrentabilitas pada ketiga usahapengolahan ikan cakalang asap diKelurahan Sindulang Satu yaituSederhana I sebesar 196%, SederhanaII sebesar 842% dan Sederhana IIIsebesar 136%. Hasil tersebutmenunjukkan bahwa keuntungan yangdidapat lebih besar daripada investasiyang ditanam dan termasuk dalamkategori baik sekali, karena ketiga usahatersebut mendapatkan nilai yang lebihdari > 100%.

Break Even Point (BEP)

BEP Penjualan1=

=

= = Rp 12.136.709

BEP Satuan1=

= = 286

Berdasarkan hasil analisis yang didapatyaitu BEP penjualan yaitu sebesar Rp12.136.709,00 yang menunjukkanbahwa titik impas dari usaha SederhanaI dan BEP satuan sebesar 286.

BEP Penjualan2=

=

= = Rp 17.122.062

BEP Satuan2=

= = 321

Berdasarkan hasil analisis yang didapatyaitu BEP penjualan yaitu sebesar Rp17.122.062,00 yang menunjukkanbahwa titik impas dari usaha SederhanaII dan BEP satuan sebesar 321.

BEP Penjualan3=

=

= = Rp 19.257.836

BEP Satuan3=

= = 308

Berdasarkan hasil analisis yang didapatyaitu BEP penjualan yaitu sebesar Rp19.257.836,00 yang menunjukkanbahwa titik impas dari usaha SederhanaIII dan BEP satuan sebesar 308.

Payback Period (PP)

PP1 =

= = 15 hari

PP2 =

= = 4 hari

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________251 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

PP3 =

= = 22 hari

Berdasarkan hasil analisis usahapengolahan ikan asap di Kelurahan

Sindulang Satu, pengembalian investasidalam sebulan (30 hari) yaitu SederhanaI = 15 Sederhana II = 4 dan SederhanaIII = 22.

Hasil AnalisisNo. Keterangan Sederhana I Sederhana II Sederhana III1. Operating Profit 39.500.000 102.440.000 95.294.0002. Net Profit 34.800.000 95.588.500 88.769.0003. Profit Rate 52% 60% 46%4. Benefit Cost Ratio 1,52 1,60 1,465. Rentabilitas 196% 842% 136%6. BEP Penjualan

12.136.709 17.122.062 19.257.836BEP Satuan 286 321 308

7. Payback Period 15 4 22

Dapat dilihat Sederhana II memilikijangka waktu pengembalian yang lebihcepat daripada ke dua usaha yang lainitu berarti Sederhana II yang terbaik,kemudian Sederhana I dan yang terakhirSederhana III. Tapi, bukan berartiSederhana III terburuk itu karena usahaSederhana III membuat produk olahanlain seperti nugget ikan, abon ikan danbakasang sehingga untuk perhitunganpayback period terlihat Sederhana IIIpaling lama jangka waktupengembaliannya karena investasi yangada di Sederhana III dihitung secarakeseluruhan walaupun ada beberapaalat investasi dipakai oleh beberapaproduk olahan lainnya juga.

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan

Dari hasil penelitian maka dapatdisimpulkan bahwa:1. Nilai OP, ketiga usaha tersebut

sangat layak dijalankan karenasemua nilai OP positif yaitu OP1 Rp39.500.000, OP2 Rp 102.440.000,dan OP3 Rp 95.294.000, yang berartidapat membiayai seluruh operasionalusaha.

2. PR ketiga usaha mempunyaikemampuan untuk menghasilkankeuntungannya lebih dari 46% hingga60% dari seluruh biaya yangdikeluarkan.

3. BCR, semua usaha mempunyai nilaiBCR > 1 yaitu BCR1 1,52, BCR2 1,60,dan BCR3 1,46, yang artinya ketigausaha tersebut layak untukdijalankan.

4. Rentabilitas dari ketiga usahatersebut termasuk kategori sangatbaik karena mempunyai nilairentabilitas >100% yaitu R1 196%, R2

842%, dan R3 136%.5. BEP usaha tersebut berbeda-beda

yang berarti bahwa setiap usahamempunyai titik impas yang tidaksama yaitu Sederhana I di BEPpenjualan Rp 12.136.709 dan BEPsatuan 286 jepit, Sederhana II beradapada titik impas BEP penjualan Rp17.122.062 dan BEP satuan 321 jepitdan Sederhana III berada pada titikimpas BEP penjulalan Rp 19.257.836dan BEP satuan 308 jepit.

6. Tingkat pengembalian investasiketiga usaha tersebut sangat layakdijalankan karena ketiganya dapat

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________252 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

mengembalikan investasi kurang dari1 bulan, yaitu Sederhana I PP 15 atau15 hari, Sederhana II PP 4 atau 4 haridan Sederhana III PP 22 atau 22 hari.

7. Keuntungan bersih, ketiga usaha itusangat layak dijalankan karena NP1

Rp 34.800.000, NP2 Rp 95.558.500dan NP3 Rp 88.769.000. Semuamempunyai keuntungan bersih tiapbulannya jauh melebihi investasi.

SaranPengusaha ikan cakalang asap di

Kelurahan Sindulang Satu sebaiknyamemberi tanda atau label pada produkolahannya, agar masyarakat bisamengenal dengan baik produk olahanyang biasa mereka konsumsi dan perluadanya manajemen usaha, agarkeuntungan yang didapat bisa dilihat.

DAFTAR PUSTAKA

Moeljanto. 1992. Pengawetan dan Pengolahan HasilPerikanan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Permatasari, R. A. 2001. Analisis Finansial UsahaPengolahan Produk Fish Nugget di KecamatanCisolok Kabupaten Sukabumi Jawa Barat.Institut Pertanian Bogor.

Karyadi., R. Pranomo., Sulistyowati. 2010. AnaalisisFinansial dan Pendapatan Usaha PengasapanIkan “Mina Asri” Rumah Tangga di KelurahanTanjung Mas Kecamatan Semarang Utara KotaSemarang. Sekolah Tinggi IlmuPertanianFarming Semarang. Semarang

Dulay., pasaribu., kanisius. 2014. PengolahanTradisional Pengasapan Ikan Cakalang(Katsuwonus pelamis). Makalah Pribadi DasarTeknologi Hasil Perairan. ManajemenSumberdaya Perairan. Universitas SumatreraUtara

Mahyuddin. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele.Penebar Swadaya. Jakarta.

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________253 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

SISTEM PEMASARAN IKAN CAKALANG FUFU DI KELURAHAN SINDULANGSATU KOTA MANADO

Yulanda O. Bawinto1; Siti Suhaeni2; Max H. Wagiu2

1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.2) Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Koresponden email: [email protected]

AbstrakPenelitian ini bertujuan, untuk mengetahui sistem pemasaran atau saluran pemasaran ikan cakalang fufu

dari Kelurahan Sindulang I dan mengetahui margin pemasaran pada tiap saluran pemasaran.Dasar penelitian ini adalah studi kasus. Populasi dalam penelitian ini adalah semua produsen pengolah

ikan cakalang fufu di Kelurahan Sindulang I dan pedagang yang menyalurkannya. Produsen ikan cakalang fufu adatiga orang, metode pengambilan data menggunakan metode sensus yaitu data yang diambil dari seluruh populasi.Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer di kumpulkan melalui wawancara,observasi, dan kuisioner. Sedangkan data sekunder hanya mengutip dari data yang sudah ada di kantor-kantor yangberhubungan dengan penelitian ini.

Hasil penelitian diketahui bahwa di Kelurahan Sindulang I terdapat tiga produsen pengolah ikan cakalangfufu, yang masing-masing di beri nama sederhan I, sederhana II, dan sederhana III. Setiap usaha mempunyaisaluran pemasaran sendiri-sendiri. Meski setiap usaha mempunyai saluran pemasaran sendiri-sendiri tetapi hanyaada dua macam saluran pemasaran ikan cakalang fufu di Kelurahan Sindulang I. Pertama yaitu dari produsenlangsung ke konsumen, dan yang kedua dari produsen melalui pasar swalayan kemudian ke konsumen. Pasarswalayan yang menyalurkan ikan cakalang fufu dari Kelurahan Sindulang I adalah Golden, Multimart, Freshmart, danKawanua. Setiap swalayan memberikan kemasan sendiri-sendiri sehingga harga yang ditawarkan juga bervariasi.

Adapun yang paling bagus adalah Saluran I karena mempunyai margin sama dengan nol, sebab produsenmenjual langsung kepada konsumen sehingga yang diterima produsen sama dengan yang dibayarkan olehkonsumen. Adapun Saluran II yang mempunyai margin terkecil adalah ikan cakalang fufu yang di pasarkan darisederhana II melalui Multimart Swalayan yaitu hanya Rp.10.800/gepe, sedangkan yang terbesar adalah yang disalurkan dari sederhana II melalui freshmart swalayan yaitu Rp.52.600/kg. Margin ikan cakalang fufu yang disalurkanmelalui Golden swalayan yaitu dari sederhana I sebesar Rp.34.000/kg, dan yang disalurkan melalui Kawanuasebesar Rp.30.000/kg. Dari ketiga produsen yang ada di Sindulang I yang terbaik pemasarannya adalah sederhanaIII, karena produsen memasarkan langsung ke konsumen sehingga marginnya sama dengan nol, walaupun ketigaprodusen tersebut menetapkan harga jual yang sama yaitu Rp.35.000/kg.Kata kunci : Sistem Pemasaran Ikan Cakalang Fufu.

ABSTRACTThis study aims to determine the system of marketing or marketing channels skipjack fufu of Sindulang

Village I and determine the marketing margin on each marketing channel.Basic research is a case study. The population in this study is all producers of tuna fish processing

Sindulang fufu in the Village I and merchant channel. Manufacturer tuna fufu there are three people, the dataretrieval methods using census data taken from the entire population. Data collected in the form of primary data andsecondary data. Primary data was collected through interviews, observation, and questionnaires. While secondarydata only quote from data that already exist in offices related to this research.

The survey results revealed that in Sub Sindulang I there are three fufu manufacturers’ tuna processors,each of which was named sederhan I, II simple, and modest III. Every business has its own marketing channels.Although every effort has its own marketing channels but there are only two kinds of tuna fufu marketing channels inthe Village of Sindulang I. First ie from the producer directly to consumers, and the second from the manufacturerthrough the supermarket and then to consumers. Supermarket channel tuna fufu from District Sindulang I is Golden,Multimart, Freshmart, and Kawanua. Each self-provide their own packaging so that the price offered is also varied.

As for the best are the first line because it has a margin equal to zero, because manufacturers sell directlyto consumers so received by producers similar to those paid by consumers. The Channel II which has the smallestmargin is tuna fufu is marketed from simple II through Multimart Supermarkets are only Rp.10.800 / gepe, while thelargest is that of simple II channeled through supermarkets Freshmart is Rp.52.600 / kg. Margin tuna fufu channeledthrough supermarkets Golden ie from simple I amounted Rp.34.000 / kg, and channeled through Kawanuaamounting to Rp 30,000 / kg. Of the three manufacturers in Sindulang I best marketing is simple III, for producers tomarket directly to the consumer so that the margin is equal to zero, although the three producers set the price of thesame is 35,000 / kg.Keywords: Marketing Systems Skipjack Fufu.

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________254 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

PENDAHULUANPembangunan perikanan

bertujuan untuk meningkatkan produksiikan guna memenuhi kebutuhan gizimasyarakat dalam negeri dan luarnegeri.Tujuan dari program perikananadalah meningkatkan pendapatan dantaraf hidup nelayan dan keluarganyadalam kualitas hidup melaluipemanfaatan sumberdaya secaraoptimal dengan berbagai usaha. Melihatperkembangan dan pertumbuhan yangdicapai oleh sub sektor perikanansampai saat ini dapat diartikan arah yangdigariskan telah sejalan dengan tujuanpembangunan di sub sektor perikananyaitu untuk meningkatkan: 1. Produksiperikanan baik kualitas maupunkuantitas dalam memenuhi kebutuhangizi serta kebutuhan industri dalamnegeri dan ekspor hasil perikanan. 2.Produktifitas usaha perikanan danmeningkatkan pendapatan nelayan sertapetani. 3.Lapangan kerja dankesempatan berusaha serta menunjangpembangunan daerah. 4.Pembinaankelestarian sumberdaya perikanan danlingkungan hidup.

Penanganan dan pengolahanpasca panen sangat besar artinya dalammenunjang program peningkatankonsumsi ikan. Selain dapatmempertahankan mutu hasil perikanandan mengurangi kerusakan, teknologipasca panen juga sangat membantudalam pemanfaatan sumber-sumberperikanan, jenis atau bagian-bagian ikanyang selama ini masih belumdimanfaatkan, dapat diolah sehinggameningkatkan daya guna dan nilaitambah. Ikan Cakalang merupakan ikanyang bernilai ekonomis tinggi.

Dikatakan demikian karena ikanini banyak digunakan sebagai bahanbaku untuk berbagai jenis industripengolahan seperti cakalang fufu, ikan

kayu, ikan kaleng, abon cakalang, danmasih banyak lagi. Ikan cakalang jugatercatat sebagai komoditi ekspor baikdalam bentuk segar, beku maupunolahan. Pengasapan ikan cakalangmerupakan cara pengolahan tradisionalyang cukup di kenal di daerah SulawesiUtara. Cara pengawetan denganpengasapan dan pemanggangan inidilakukan dalam waktu yang relatifsingkat. Sebagai produk akhir diperolehbelahan memanjang berwarna cokelatkemerahan, mengkilap, berbau khasikan bakar, daging bagian luar agakkeras dan mempunyai daya awet 2-3hari (Dundu, 1986).

Produk olahan ikan cakalang fufupemasarannya masih sangat terbatas,dikarenakan mutu yang masih kurangsehingga daya tahan produknya punmasih sangat rendah. Selain itu produkikan cakalang fufu juga tidak mempunyaikemasan sehingga dijual dalam keadaantidak dikemas. Kalau daya tahan produkyang dijual rendah maka daerahpemasarannya pun tidak bisa jauh,karena pemasaran yang jauhmemerlukan waktu yang cukup lamasehingga dikhawatirkan produk rusak dijalan ( Suhaeni, 2014).

Aktivitas perekonomian terdiridari tiga kegiatan pokok, yaitu produksi,pemasaran, dan konsumsi.Pemasaranproduk perikanan merupakan hal yangpaling penting dalam menjalankansebuah usaha perikanan karenapemasaran merupakan tindakanekonomi yang berpengaruh terhadaptinggi rendahnya pendapatan nelayan.Produksi yang baik akan sia-sia hanyakarena harga pasar yang rendah,sehingga tinggi produksi tidak mutlakmemberikan keuntungan yang tinggitanpa pemasaran yang baik dan efisien .

Kegiatan ekonomi masuk dalamsegala bidang, tak terkecuali bidang

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________255 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

perikanan oleh sebab itu kegiatanmemproduksi, memasarkan danmengkonsumsi ada di dalamnya. Sifatikan yang mudah rusak memebutuhkanpenanganan yang cepat dan tepatsetelah di tangkap. Dengan penangananikan yang baik, ikan akan bertahan lebihlama sehingga jangkauan pemasaranmenjadi lebih jauh dengan demikianharga jual pun lebih tinggi. Denganharga jual yang tinggi diharapkannelayan dapat meningkatkan tarafhidupnya.

Pemasaran ikan olahantradisional seringkali kurangmenguntungkan pihak produsen(pengolah) karena masih rendahnyaharga yang di terima oleh produsen. Halini mungkin di karenakan mutu ikanolahan yang kurang baik ataupanjangnya saluran pemasaran ikanolahan untuk sampai ke konsumen.

Saluran pemasaran yangpanjang akan memperbesar marginpemasaran dan ini menjadi beban bagikonsumen, yang harus membeli denganharga mahal sedangkan yang diterimapengolah ikan atau produsen rendah.Semakin panjang saluran pemasaransemakin besar selisih harga yang harusdibayarkan oleh konsumen dengan yangdi terima oleh produsen sehingga marginpemasaran semakin besar. Bertolak dariuraian di atas, maka dirasa perlu untukditeliti mengenai margin pemasaran ikancakalang fufu.

Kelurahan Sindulang I adalahsalah satu kelurahan di Kota Manadoyang memproduksi ikan cakalang fufu,dan selalu di jadikan tempat pelatihanpengolahan ikan yang di adakan daripemerintah daerah maupun dari balaidiklat perikanan. Oleh karena itu dirasaperlu adanya penelitian tentang sistempemasaran ikan cakalang fufu dariprodusen ke konsumen.

Tujuan dan Manfaat PenelitianTujuan dari penelitian yang akan

dilakukan ini adalah untuk mengetahui :1) Sistem pemasaran ikan cakalang fufudi Sindulang I. Sistem yang dimaksudyaitu tahapan penyaluran ikan cakalangfufu mulai dari produsen/nelayan sampaipada konsumen atau saluranpemasaran. 2) Margin pemasaran ikancakalang fufu pada setiap saluranpemasaran.

Kegunaan yang diharapkan dariPenelitian ini adalah : Sebagai informasibagi yang membutuhkan tentang sistempemasaran ikan terutama bagi produsenpengolahan ikan cakalang fufu diSindulang I dan sebagai latihan bagipenulis untuk menerapkan ilmunya dilapangan.

METODE PENELITIANMetode dasar yang digunakan

dalam Penelitian ini adalah studi kasus.Studi kasus dilakukan dengan caramempelajari/mendalami suatu kasustertentu dengan mengumpulkanberagam sumber informasi (Raco, 2010).

Populasi dalam penelitian iniadalah semua produsen ikan cakalangfufu yang berada di Kelurahan SindulangI dan pedagang yang memasarkannya.Pengambilan data dilakukan secarasensus yaitu cara pengambilan datasecara menyeluruh atau data diambildari semua orang yang menjadi populasidalam penelitian ini. Produsenpengolahan ikan cakalang fufu diKelurahan Sindulang satu berjumlah tigaorang, Sedangkan yang memasarkanadalah produsen sendiri dan pasarswalayan.

Pengumpulan data dilakukandengan observasi langsung terhadapobyek yang menjadi tujuan penelitian.Data yang dikumpulkan terdiri dari data

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________256 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

primer dan sekunder. Data primer yaitudata yang diperoleh melalui wawancaradan pengamatan secara langsungdengan produsen dan pedagang ikancakalang fufu di kelurahan Sindulang Iberdasarkan survey, observasi dankuesioner yang sudah dipersiapkansebelumnya. Sedangkan data sekunderdiperoleh dari instansi yang berkaitandengan penelitian yang dilakukanmaupun literatur yang berhubunganyang di peroleh dari berbagai sumbertertulis.

Rencana analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalahanalisis deskriptif kuantitatif dankualitatif. Analisis deskriptif kualitatifadalah untuk memberikan gambaranserta keterangan dengan menggunakankalimat penulis sendiri secara sistematissesuai dengan data yang diperoleh dandikaitkan dengan aspek-aspek teoritis.Analisis deskriptif kuantitatif adalahuntuk memberikan bahasan denganmenggunakan perhitungan yangsederhana. Seperti penjumlahanpengurangan dan pembagian sertaprosentase. Untuk analisis marginpemasaran menggunakan perhitungansederhana sebagai berikut (Tubagus,2011).

MP = Pr - PfKeterangan :Mp = Margin pemasaran.Pr = Harga di tingkat konsumen.

Pf = Harga di tingkat produsen/nelayan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem Pemasaran Ikan CakalangFufuTempat Pemasaran

Pada umumnya hasil produksicakalang fufu di jual di pasar bersehatioleh produsennya sendiri. Namundemikian ikan cakalang fufu bisa juga diperoleh di supermarket seperti di Golden

Swalayan, Freshmart Swalayan,Multimart Swalayan dan Kawanua yaitutempat penjualan oleh-oleh khas dariManado. Selain itu masih banyak lagitempat yang dapat di temui untukmemperoleh cakalang fufu seperti disamping lampu merah sario dan pasar-pasar tradisional, walaupun mungkinbukan hasil produksi dari KelurahanSindulang I.

Dari hasil penelitian, produksiikan cakalang fufu di KelurahanSindulang I sebagian dijual di pasarBersehati dan sebagiannya lagi di pasarSwalayan.

Sarana dan PrasaranaSarana yang di pakai dalam

pemasaran ikan cakalang fufu yaitugerobak motor (kaisar) yang di gunakansebagai angkutan atau alat transportasidengan prasarana jalan, dan transportasilaut dengan menggunakan perahu.Sarana dan prasarana ini sangatmenunjang dalam kegiatan pemasaranikan cakalang fufu. Sarana transportasiini sangat bermanfaat dalampendistribusian hasil produksi kekonsumen.

Saluran PemasaranPada saluran pemasaran ikan

cakalang fufu di Kelurahan Sindulang Itidak ada organisasi khusus yangmenanganinya. Panjang pendeknyasaluran pemasaran suatu barang ditandai oleh berapa banyaknya pedagangperantara yang dilalui oleh barangtersebut sejak dari produsen hingga kekonsumen akhir. Dari hasil penelitianyang ada bahwa produsen pengolahikan cakalang fufu biasanya langsungmenjual hasil produksi mereka ke pasartradisional atau pasar swalayan.

Dari pasar tradisional produsenmenjual langsung ke konsumen akhir.

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________257 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Namun ada juga yang di jual di pasarswalayan, di pasar swalayan di jual lagike konsumen akhir. Di pasar swalayanseperti Golden, Freshmart, Multimart,atau Kawanua biasanya ikan cakalangfufu yang dibeli dari produsen diKelurahan Sindulang I kemudiandikemas lagi. Ada yang dikemas vakumnamun ada juga yang memakaisteroform dan plastik makanan. Pasarswalayan mengemas produk cakalang

fufu yang dari Kelurahan Sindulang I,sehingga dapat menentukan harga jualyang jauh lebih tinggi dari harga belinya.Hal ini merupakan salah satu strategidalam pemasaran ikan cakalang fufu.Oleh karena itu harga jual ikan cakalangfufu di pasar swalayan cukup mahal.

Berdasarkan hasil penelitian dariketiga produsen pengolahan ikan yangada di Kelurahan Sindulang I dapat digambarkan sebagai berikut :

Saluran Pemasaran Sederhana I, II, dan III.Pasar Bersehati Konsumen

Sederhana IGolden Swalayan Konsumen

Pasar Bersehati

Freshmart Swalayan KonsumenSederhana II

Multimart Swalayan Konsumen

Kawanua Konsumen

Sederhana III Pasar Bersehati KonsumenSumber : Data primer, 2016.

Dari ketiga usahapengolahan ikan cakalang fufu ituterlihat bahwa Sederhana II dapatmemasukan hasil produksinya dipasar swalayan lebih banyak dariSederhana I dan Sederhana II. Hal inidi karenakan Sederhana IImemproduksi ikan cakalang fufusetiap hari, sedangkan Sederhana Ihanya satu minggu tiga kali dansederhana tiga tidak tentu, tergantungdari bahan bakunya.

Dari hasil penelitian yangada, ditemui saluran pemasaran adadua yang terlibat dalam kegiatanpemasaran ikan cakalang fufu seperti

produsen, pedagang pengecer dalamhal ini pasar swalayan, dankonsumen.1). Dari produsen langsungke konsumen. 2). Dari produsen keswalayan baru ke konsumen akhir.

Pasar swalayan membelilangsung ke produsen baru setelah dikemas di jual ke konsumen. Karenapasar swalayannya berbeda-beda dankemasannya juga berbeda-beda makahal ini menyebabkan harganya jugaberbeda-beda.Saluran – saluran pemasaran ikancakalang fufu tiap usaha dapat dirincisebagai berikut :

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________258 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Sederhana I :Pasar Bersehati Konsumen

Sederhana IGolden Swalayan Konsumen

Pada saluran di atas bisa disimpulkankelompok sederhana satu itu hanyamempunyai dua saluran pemasaranyaitu dari produsen ke pengecerlangsung ke konsumen atau dariprodusen langsung ke konsumen.Pedagang pengecer yang dimaksudkandisini yaitu pasar swalayan bukanpedagang pengecer di pasar.

Pengecer di sederhana satuyaitu di Golden Swalayan. Goldenswalayan membeli ikan kepada

produsen dengan hargaRp.35.000,00/Kg dan di swalayanmenjualnya ke konsumen dengan hargaRp.69.000,00/Kg. Sedangkan dariprodusen ke konsumen harganya tetap,harga ikan Rp.35.000,00/kg yang diterima produsen sama dengan yang dibayarkan konsumen akhir. Konsumenyang dimaksud disini adalah RumahMakan/Restoran, Rumah Tangga, Hoteldan Rumah Sakit.

Sederhana II :Pasar Bersehati Konsumen

Freshmart Swalayan KonsumenSederhana IIMultimart Swalayan Konsumen

Kawanua Konsumen

Pada saluran di atas bisa disimpulkan kelompok sederhana dua ituhanya mempunyai dua saluranpemasaran yaitu dari produsen kepengecer langsung ke konsumen ataudari produsen langsung ke konsumen.Pedagang pengecer yang dimaksudkandisini yaitu pasar swalayan bukanpedagang pengecer di pasar.

Pengecer di sederhana dua yaitudi Fresmart Swalayan, MultimartSwalayan, dan di Kawanua. Ketiga

lembaga tersebut membeli ikan kepadaprodusen dengan hargaRp.35.000,00/Kg dan di Fresmartswalayan menjualnya ke konsumendengan harga Rp.87.600,00/Kg, Hargadi Multimart swalayan Rp.45.800,00/gepe, dan harga di KawanuaRp.65.000,00/Kg. Sedangkan dariprodusen ke konsumen harganya tetap,harga ikan Rp.35.000,00/kg yang diterima produsen sama dengan yang dibayarkan konsumen akhir.

Sederhana III :Sederhana III Pasar Bersehati Konsumen

Pada saluran di atas dapat disimpulkan bahwa kelompok sederhana

tiga itu hanya mempunyai satu saluranpemasaran yaitu dari produsen langsung

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________259 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

ke konsumen. Harga dari produsen kekonsumen yaitu Rp.35.000,00/kg, jadiyang di terima produsen sama denganyang di bayarkan oleh konsumen akhir.Sederhana tiga ini mempunyai kiossendiri untuk memasarkan hasilproduksinya yaitu di daerah Marinaplaza.

Margin Pemasaran Ikan CakalangFufu

Tingginya biaya pemasaran akanberpengaruh terhadap harga eceran(harga yang dibayar oleh konsumen) danharga pada tingkat produsen. Untukmengukur biaya pemasaran digunakanmargin pemasaran yaitu selisih hargayang dibayarkan kepada produsendengan harga yang diberikan olehkonsumen.

Margin yaitu perbedaan antaraharga yang di bayar kepada penjualpertama dan harga yang dibayar pembeliterakhir. Pada saat perusahaan membeliproduk pada harga tertentu danmencoba untuk menjual pada hargayang lebih tinggi, maka perbedaanantara harga beli dan harga jual disebut

margin. Berikut dapat dilihat marginpemasaran ikan cakalang fufu.

Sederhana I :Pada sederhana satu

mempunyai dua macam saluranpemasaran. Pada saluran pemasaranyang pertama yaitu dari produsenlangsung ke konsumen, di sinimarginnya = 0 karena besarnya uangyang dibayarkan konsumen samadengan yang di terima produsen. Padasaluran dua yaitu dari produsen kegolden swalayan baru ke konsumen.Margin pemasaran pada saluran ke duayaitu harga di swalayan di kurangi hargadari produsen yaitu :Rp. 69.000,00 – Rp. 35.000,00 = Rp.34.000,00

Sederhana II :Sederhana dua juga mempunyai

dua saluran pemasaran, saluranpemasaran yang pertama marginnya = 0karena dijual langsung dari produsen kekonsumen. Sedangkan saluran yangkedua marginnya berbeda-beda karenaswalayannya juga berbeda yaitu :

- Dipasarkan di Freshmart,Marginnya = Rp. 87.600,00 - Rp.35.000,00 = Rp. 52.600,00

- Dipasarkan Multimart,Marginnya = Rp. 45.800,00 – Rp. 35.000,00 = Rp. 10.800,00.

- Dipasarkan Kawanua,Marginnya = Rp. 65.000,00 – Rp. 35.000,00 = Rp.30 .000,00.

Di sini dapat dilihat bahwa padasaluran ke dua margin pemasaranterkecil adalah Rp. 10.800,00. Yaituyang dipasarkan melalui MultiMart danyang termahal yang di pasarkan melaluiFreshmart yaitu Rp. 52.600,00.

Sederhana III :Pada sederhana tiga hanya

mempunyai satu saluran pemasaran

yaitu dari produsen langsung kekonsumen karena sederhana tigamempunyai kios sendiri untukmemasarkan hasil produksinya. Dengandemikian margin pemasarannya = 0karena yang dibayarkan konsumendengan yang diterima produsen adalahsama.

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________260 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

KESIMPULAN DAN SARAN

KesimpulanDari hasil penelitian dapat

disimpulkan :1.Saluran pemasaran ikancakalang fufu di Kelurahan Sindulang Ihanya ada dua saluran pemasaran yaituyang pertama dari produsen langsung kekonsumen akhir. Saluran ke dua dariprodusen melalui pasar swalayankemudian ke konsumen akhir. Dalam halini swalayannya berbeda-beda yaituMultimart, Golden, Freshmart, danKawanua. 2.Margin pemasaran ikancakalang fufu yang ada di KelurahanSindulang I berbeda-beda. Pada saluransatu semua usaha marginnya sama yaitu= 0, karena produsen menjual langsungke konsumen. Pada saluran ke duamarginnya berbeda-beda karenaswalayannya juga berbeda-beda. Namunsaluran kedua yang mempunyai marginterkecil adalah yang di pasarkan melaluiMultimart yaitu Rp. 10.800,00. Dan yangterbesar yang dipasarkan melaluiFreshmart yaitu Rp. 52.600,00.

Saran1) Bagi produsen, sebaiknya mengemas

sendiri hasil produksi ikan cakalangfufunya agar dapat menetapkanharga yang lebih tinggi.

2) Bagi konsumen sebaiknya membelilangsung ke produsen supaya tidakmembeli dengan harga yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKAAnonimous, 1995. Penerapan Pembangunan Sub

Sektor Perikanan.Makalah dalam Temu Teknisdan Monitoring Proyek-Proyek PembangunanPerikanan; Jakarta.

Crawford, I.M. 1997. Agricultural and Food MarketingManagement. FAO Regional Office for Africa.

Dundu, B, 1986. Penelitian Flora Bakteri Pada IkanCakalang (Katsuwonus pelamis, L) danProduk-produknya Di Sulawesi Utara. Tesis.Universitas sam Ratulangi. Manado.

Hanafiah, dan Saefuddin, 1983. Tataniaga hasilperikanan. Universitas Indonesia (UI – Press).Jakarta.

Irawan, A. 1995. Pengolahan hasil Perikanan HomeIndustri. Aneka. Solo.

Kotler, Philip. 2001. Manajemen Pemasaran DiIndonesia : Analis Perencanaan, Implementasidan Pengendalian. Salemba Empat. Jakarta.

Raco J R, 2010. Metode Penelitian Kualitatif.GRASINDO. Jakarta

Saputra,J,2010.http://jokosaputrarangkuman.blogspot.com/2010/11/pemasaran- bab7.html.Bandung.

Scribd,2012.MarginPemasaran.http://www.scribd.com/doc/17716119/Skripsi- SosialEkonomi-Pertanian-Tajus-Sobirin-A1C004047.Diakses pada tanggal 08februari 2016.

Suhaeni, 2014. Model Pemberdayaan Industri kecilPengolahan Ikan Cakalang Fufu di Kota Bitung.Disertasi. Universitas Brawijaya Malang.

Soekartawi,2003. Teori Ekonomi Produksi. RajawaliPress. Jakarta.

Swastha, Irawan. 2002. Manajemen PemasaranModern. Liberti. Jakarta.

Sudarmono, G. 2011. Manajemen Strategi, Jilid IEdisi Pertama. BPFE. Yogyakarta.

Sunyoto, D. 2012. Dasar – Dasar ManajemenPemasaran. CAPS. Yogyakarta

Tubagus, Wawan Setiawan. 2011. Analisis SaluranPemasaran Kacang Goyang (Studi Kasus diUD . Asli Totabuan Kotamobagu). SkripsiFakultas Pertanian Unsrat Manado.

Upa M, 2011. Tata Niaga Hasil Perikanan. PenerbitUniversitas Indonesia Press,Jakarta.https://id.wikipedia.org/wiki/Marjin_%28keuangan%29.

Wibowo,1996.Komentar.http://pengasapanikan.blogspot.co.id/2012/11/pengaapan-ikan.html.

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________261 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

MANAJEMEN USAHA PEMBENIHAN IKAN KERAPU TIKUS(Cromileptes altivelis) DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS BALAI BENIH

IKAN PANTAI DESA LAMU KECAMATAN TILAMUTA KABUPATEN BOALEMOPROVINSI GORONTALO

Yovan Patamani1; Otniel Pontoh2 ; Jeannette F. Pangemanan2;1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.

2) Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Koresponden email: [email protected]

AbstrakTujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan mempelajari manajemen usaha pembenihan ikan kerapu

tikus yang meliputi manajemen teknis, produksi, tenaga kerja, pemasaran dan keuangan yang ditinjau dari aspekperencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan. Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pelaksana TeknisDinas (UPTD) Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Provinsi Gorontalo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitumetode survei dan metode partisipatif. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder serta analisisdata yang digunakan yaitu analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif.

Perencanaan usaha di UPTD BBIP disusun dengan mengadakan pertemuan seminggu sekali denganseluruh karyawan. Pengorganisasian dan pembagian tugas tenaga kerja diatur berdasarkan surat keputusanGubernur Gorontalo nomor 06 tahun 2013. Pelaksanaan kegiatan pembenihan Kerapu Tikus berjalan sesuai apayang telah direncanakan. Kepala seksi produksi memberikan perintah dan motivasi kepada karyawan agar karyawanbekerja sesuai dengan harapan. Bentuk pengawasan usaha dengan cara menciptakan standart, melaporkankegiatan yang sudah dilakukan, mengecek hasil kerja dan melakukan tindakan perbaikan.

Produksi usaha pembenihan ikan Kerapu Tikus di dibagi dua divisi yaitu divisi pakan alami dan divisipembenihan. Kegiatan produksi hanya diawali dari kegiatan penetasan telur tanpa melakukan pemijahan sendiri.Telur yang digunakan merupakan telur yang dipesan dari daerah lain (Balai Budidaya Laut Ambon dan BalaiBudidaya Air Payau Situbondo). Secara teknis, usaha pembenihan di UPTD BBIP memiliki manajemen yang baikdan dijalankan sesuai dengan standart operasional pembenihan ikan Kerapu Tikus. Tahap-tahap pembenihan yangdilakukan yaitu meliputi persiapan wadah, penebaran telur, pengelolaan pakan, pengelolaan kualitas air,penyeragaman ukuran dan panen. Tenaga kerja yang dipekerjakan berjumlah tiga orang, satu orang ditugaskanpada divisi pakan alami dan dua orang ditugaskan di divisi pembenihan.

Pemasaran benih dilakukan langsung di lokasi pembenihan dengan cara menunggu konsumen datanguntuk membeli. Harga pemasaran ditetapkan dengan harga Rp2000 per cm tiap ekor. Keuangan yang diperoleh darihasil pemasaran digunakan untuk pengadaan bahan dan alat serta untuk memenuhi pendapatan asli daerah (PAD).Hasil analisis usaha menunjukkan bahwa usaha layak untuk dijalankan.Kata kunci : Manajemen Usaha, Pembenihan Kerapu Tikus, Balai Benih Ikan Pantai.

AbstractThe purpose of this study is to know and understand the management of hatchery business of humpback

grouper that included technical management, production, employment, marketing and financial aspects in terms ofplanning, organizing, and monitoring movement. This research was held at the Technical Implementation Unit of theDepartment of Fish Seed Beach Gorontalo province. The methods that used in this study are survey and participativemethods. The collected data is in the form of primary data and secondary data and to analyze, the writer useddescriptive analysis of qualitative and quantitative descriptive analysis.

Business planning at the Technical Implementation Unit Office of Beach Fish Seed is compiled byameeting once a week with all employees. Organizing and division of labor is ruled by decree of the Governor ofGorontalo number 06 in 2013. Implementation of the humpback grouper hatchery goes to what has been planned.The chief of Production section give orders and motivation to employees to work as the plans. Forms of businesscontrol are made by creating a standard, reported the activities that have been carried out, check the work and takecorrective action.

Production of humpback grouper hatchery divided into two divisions, they are natural food division andseeding division. Production activities only started from the hatching eggs without spawning its own. The eggs usedare eggs from other areas (Marine Aquaculture Center Ambon and Brackish Water Aquaculture Centres Situbondo).Technically, hatchery operations in Technical Implementation Unit of the Department of Fish Seed beach has goodmanagement and executed with an operational standards ofhumpback grouper hatchery. Stages of seeding includesthe preparation of containers, stocking eggs, feeding management, water quality management, uniformity of size andharvest. Workers that employed are three people, one is hired in the natural food division and two are hired infeeding divisions.

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________262 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Seed marketing is done directly on feeding site by waiting customers come to buy. Marketing price is set ata price of Rp. 2,000 per cm of each fish. Finance obtained from the marketing used for the procurement of materialsand equipmentsand also to meet local revenue. Results of the analysis showed that the business is worth to run.

Keywords: Business Management, Humpback Grouper Hatchery, Fish Seed Beach Office.

PENDAHULUANPembangunan sektor perikanan

merupakan suatu proses perubahan danpembaharuan yang berencana menujutatanan masyarakat, khususnyamasyarakat perikanan yang lebih baik.Dalam rangka mencapai sasaranpembangunan, maka perlu dilakukanupaya untuk mengembangkan usahaperikanan, salah satunya melaluikegiatan budidaya yang mempunyaiprospek sebagai penghasil devisa sertadiharapkan mampu memenuhipermintaan perikanan yang terusmeningkat sejalan dengan meningkatnyapopulasi manusia di dunia (Saparinto,2010). Permintaan pasar internasionalakan ikan kerapu yang cenderung terusmeningkat, memberikan peluang besarbagi Indonesia untuk meningkatkan hasilproduksinya (Kordi, 2001).

Pembenihan ikan kerapu diIndonesia telah dikembangkan sebagaiusaha alternatif dalam mengantisipasikekurangan ikan kerapu akibatmeningkatnya permintaan pasar(Wardana, 1994 dalam Ramadhani,2010). Ikan Kerapu Tikus berhasildipijahkan pada tahun 1987 dengantingkat kematian benih masih sangattinggi. Seiring dengan berkembangnyailmu pengetahuan dan teknologi, tingkatkematian dapat ditekan dan berhasildipijahkan pada tahun 1990 (Kordi,2001). Sejak saat itu produksi benih ikanKerapu Tikus dilakukan oleh balaipembenihan (hatchery) untuk memenuhipermintaan pasar.

Salah satu faktor keberhasilanusaha pembenihan ikan kerapu adalahmanajemen. Manajemen dalam usahabudidaya ikan Kerapu Tikus merupakan

suatu strategi pengelolaan budidayadengan memanfaatkan sumberdayamanusia (SDM), serta sumberdaya alam(SDA) yang ada untuk mencapai tujuanproduksi budidaya kerapu yangberkualitas dan jumlah yang diinginkan.Pada kenyataannya, usaha pembenihankerapu ini sering ditemui beberapapermasalahan diantaranya yaitu tingkatsurvival rate yang rendah sertapertumbuhan yang kurang optimal.Beberapa permasalahan tersebutdisebabkan karena pengelolaan kualitasair dan pakan yang kurang optimaldisamping adanya sifat kanibalismeserta serangan penyakit. Oleh karenaitu, untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi, makadiperlukan suatu manajemen terhadapusaha pembenihan ikan Kerapu Tikus.

Unit Pelaksana Teknis Dinas(UPTD) Balai Benih Ikan Pantai (BBIP)Provinsi Gorontalo dalam upayapeningkatan produksi budidayaperikanan diharapkan dapatmenjalankan fungsinya sebagaipenyediaan benih unggul sehinggakebutuhan benih yang bermutu dapatdipenuhi. Dengan demikian usahapembenihan ikan Kerapu Tikusdiharapkan dapat berkembang pesat danmeningkatkan kesejahteraanpembudidaya ikan merupakan suatutarget yang ingin dicapai kedepannya diProvinsi Gorontalo.

Melihat kenyataan yang adasekarang bahwa permintaan benih ikanKerapu Tikus di UPTD BBIP ProvinsiGorontalo dari segi kualitas memangsudah terpenuhi. Akan tetapi dari segikuantitas, masih banyak petanipembudidaya yang masih kekurangan

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________263 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

memperoleh benih. Berdasarkanpermasalahan di atas, jelas bahwapengetahuan dibidang manajemendalam suatu usaha sangat diperlukanuntuk kemajuan usaha serta untukmengatasi permasalahan yang timbul didalam usaha tersebut.

Tujuan dan Manfaat PenelitianTujan dari penelitian ini yaitu

untuk mengetahui dan mempelajarimanajemen usaha pembenihan ikankerapu tikus di UPTD BBIP, meliputimanajemen teknis (persiapan wadah,penebaran dan penetasan telur,pengelolaan pakan, pengelolaan kualitasair, penyeragaman ukuran dan panen ),produksi, tenaga kerja, pemasaran dankeuangan yang ditinjau dari aspekperencanaan, pengorganisasian,pelaksanaan dan pengawasan

Penelitian bermanfaat sebagai :1)Bagi penulis, sebagai sarana untukmenerapkan ilmu pengetahuan yangtelah diperoleh selama kuliah melaluipenelitian yang dilakukan langsung dilapangan. 2)Sebagai bahan masukanbagi pembuat kebijakan dalam halmanajemen usaha budidaya ikan kerapudi UPTD BBIP serta seluruh masyarakatyang berkeinginan untuk membukausaha budidaya ikan Kerapu Tikus.3)Sebagai bahan informasi dan pustakabagi penelitian yang sama di lain waktu.

METODE PENELITIANMetode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode surveidengan cara sensus yaitu carapengambilan data secara menyeluruhatau bertanya kepada semua orang yangmenjadi objek penelitian dalam hal iniseluruh populasi, dengan jumlahpopulasi yang diwawancarai yaitu 16orang. Populasi penelitian ini adalahsemua karyawan yang bekerja di UPTD

BBIP Provinsi Gorontalo. Selain metodesurvei, pengambilan data untukpenelitian ini penulis menggunakanmetode partisipatif. Metode penelitianpartisipatif merupakan penelitian denganpendekatan serta keterlibatan aktifpeneliti pada setiap tahapan penelitian(objek yang diteliti). Dalam penelitian ini,peneliti tinggal di lokasi penelitianbersama karyawan UPTD BBIP selamakurang lebih dua bulan.

Data yang dikumpulkan padapenelitian ini terdiri atas data primer dandata sekunder. Data primer diperolehberdasarkan pengamatan di lokasipenelitian serta wawancara langsungdengan menggunakan kuesionerterhadap tenaga kerja yang ada di UPTDBBIP Provinsi Gorontalo. Sedangkandata sekunder diperoleh dari bahanbacaan yang berkaitan dengan datayang dibutuhkan serta mengutip datayang ada di UPTD BBIP.

Analisis data yang digunakandalam penelitian ini adalah analisisdeskriptif kualitatif dan analisis deskriptifkuantitatif. Analisis deskriptif kualitatifyaitu analisis dengan memberikangambaran serta keterangan denganmenggunakan kalimat penulis secarasistematis dan mudah dimengerti sesuaidengan data yang diperoleh. Sedangkanuntuk analisis deskriptif kuantitatifmerupakan analisis data denganmemberikan bahasan atau kajianterhadap data yang ada denganmenggunakan perhitungan. Metode yangdigunakan untuk menganalisis datakuantitatif (perhitungan) yaitu denganmenggunakan rumus analisis kelayakanusaha dari segi finansial.

HASIL DAN PEMBAHASANSejarah Berdirinya UPTD BBIP

UPTD Balai Benih Ikan Pantai(BBIP) Provinsi Gorontalo merupakan

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________264 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

balai budidaya ikan milik pemerintahyang berkembang dan tumbuh baiksebagai balai yang bergerak di bidangpembenihan ikan air payau dan air laut.BBIP memiliki luas lahan 5 ha tetapiyang dimanfaatkan masih 3 ha dandibangun secara bertahap setiaptahunnya yang dimulai denganpembebasan tanah dan pemagaranpada tahun 2004.

Pembangunan UPTD BBIPdilanjutkan pada tahun 2005 denganpengadaan mes operator, rumah genset,bak tandon dan bak induk kapasitas 140ton. Tahun 2006 pembangunan bakpendederan, bak pakan alami dan bakinduk kapasitas 70 ton. Tahun 2007penambahan bak pakan alami danpembuatan shelter bak pendederan.Kantor dan rumah dinas dibangun padatahun 2008, dilanjutkan denganpembangunan hatchery indoor tahun2009, serta pembangunan tandonkapasitas 80 ton tahun 2010. Tahun2011 pembangunan bak rotifera, tahun2012 pembuatan tambak danpenambahan bak pakan alami. Tahun2013 pengalihan status menjadi UPTDProvinsi Gorontalo. Tahun 2015,penambahan bangsal udang dan guesthouse.

Manajemen UsahaPerencanaan (planning)

Perencanaan merupakanpenentuan segala sesuatu sebelumdilakukan kegiatan-kegiatan baik untukjangka panjang maupun untuk jangkapendek. Fungsi perencanaan meliputiusaha pemilihan dari berbagai alternatif.Alternatif tujuan, strategi, kebijakandalam usaha dan taktik yang akandijalankan serta prosedur dan program-program yang akan dijalankan. Dalamsemua kegiatan yang bersifat manajerialuntuk mendukung usaha dalam

mencapai tujuan maka fungsiperencanaan haruslah dilakukan terlebihdahulu dari pada pengorganisasian,pergerakan, dan pengawasan.

Berdasarkan pengamatan,perencanaan di UPTD BBIP disusundengan mengadakan pertemuan denganseluruh karyawan. Pertemuan inidilaksanakan setiap seminggu sekaliyaitu setiap hari Jumat sore, yangmasing-masing bagian melaporkan hasil-hasil yang diperoleh selama kegiatan 1minggu kerja dan memberikan usulandalam menjalankan usaha untukkedepannya agar lebih terarah denganbaik serta dilanjutkan denganmenetapkan tujuan yang akan dicapaioleh masing-masing bagian.

Setelah tujuan ditetapkan, makaselanjutnya mengumpulkan bahan-bahan informasi yang berhubungandengan tujuan umumnya yangdidapatkan dari pengalaman selamabekerja. Setelah bahan informasiterkumpul kemudian dinilai denganpertimbangan yang matang.Pengambilan keputusan diadakanberdasarkan kesepakatan bersama yangdisetujui oleh kepala balai. Biasanyakeputusan yang diambil setelah ditinjaudari beberapa segi apakah keputusantersebut secara jangka panjang dapatmenguntungkan atau merugikan pihakbalai.Pengorganisasian (organizing)

Pengorganisasian adalahpenetapan struktur peran-peran melaluipenentuan aktivitas-aktivitas,pegelompokan aktivitas, penugasankelompok aktivitas, pengkoordinasianhubungan antar wewenang melaluiinformasi baik secara vertikal maupunhorizontal, yang dibutuhkan organisasiuntuk mencapai tujuan-tujuan organisasi(Wijayanto dalam Benyamin, 2013).

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________265 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Berdasarkan surat keputusangubernur provinsi Gorontalo nomor 06tahun 2013 tentang organisasi dantenaga kerja serta pembentukan UPTDBalai Benih Ikan Pantai (BBIP) ProvinsiGorontalo dipimpin oleh seorang kepalabalai. Tugas kepala balai dibantu olehkepala tata usaha, kepala seksiproduksi, kepala seksi pelayanan teknisserta staf-staf ahli yang bertugas untukmembantu menjalankan dan mengawasiproses kegiatan pembenihan.

Uraian TugasAdapun uraian tugas di UPTD

Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) ProvinsiGorontalo sebagai berikut :

Kepala BalaiKepala UPTD BBIP bertugas

menyusun program kerja dan rencanateknis operasional dibidang perbenihanikan laut dan payau, melaksanakankebijakan teknis operasional dibidangperbenihan ikan laut dan payau,menyelenggarakan sistem tata laksanaproduksi benih untuk memenuhi targetpendapatan asli daerah (PAD) danmengisi kekosongan benih ditingkatpembudidaya, menyelenggarakanpenerapan teknologi pengembangandibidang perbenihan, sertamelaksanakan monitoring dan evaluasiserta laporan.

Sub Bagian Tata UsahaSub bagian tata usaha

mempunyai tugas menyusun rencanaprogram dan kegiatan UPTD BBIP,pengelolaan administrasi kepegawaiandan keuangan, menyiapkan danmelaksanakan urusan rumah tanggaUPTD BBIP, serta menyusun laporansecara berkala.

Seksi ProduksiDalam melaksanakan tugasnya,

seksi produksi mempunyai tugasmelakukan proses produksi benih ikanlaut dan payau yang unggul,melaksanakan proses produksi indukdan calon induk unggul, melaksanakanproses kultur pakan alami,melaksanakan sistem penerapanstandart prosedur operasional (SOP)perbenihan, melakukan monitoring danevaluasi kegiatan dibidang perbenihan,melaksanakan kegiatan bimbinganteknis kepada pembudidaya dibidangproduksi benih serta kultur pakanalami,dan menyusun laporan kegiatanproduksi benih dan kultur pakan alamisecara berkala.

Seksi Pelayanan TeknisPelayanan teknis mempunyai

tugas menghimpun, menganalisis danmenyajikan teknik dibidang perbenihanikan laut dan payau, melakukaninventarisasi dan identifikasi, menyusunrencana kebutuhan serta penggunaansarana dan prasarana dibidangperbenihan, melaksanakan monitoringdan evaluasi kegiatan, serta menyusunlaporan dan dokumentasi kegiatanperbenihan secara berkala.

Tenaga kerja pada usaha initerbagi empat divisi yaitu bagian divisipembenihan, induk, pakan alami, daninstalator. Sesuai dengan hasil penelitianyang didapat untuk tenaga kerja yangbekerja di lapangan atau sebagaipenyelanggara teknis pembenihan ikanKerapu Tikus yaitu berjumlah 3 orangdan telah memiliki pengalaman kerjarata-rata diatas 5 tahun selain itu merekajuga telah dibekali dengan berbagai jenispelatihan guna meningkatkan kinerjamereka di lapangan.

Pelaksanaan (actuating)

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________266 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Semua kegiatan dalam usahapembenihan Kerapu Tikus yang telahdirencanakan dan diorganisasikan tidakmungkin berjalan apabila tidak diarahkandan dijelaskan tentang apa yang harusdikerjakan oleh karyawan yang telahditugaskan. Pelaksanaan (actuating)merupakan fungsi manajemen yangpaling utama dari seluruh rangkaianproses manajemen. Pelaksanaan tidaklain merupakan upaya untuk menjadikanperencanaan menjadi kenyataan.

Berdasarkan hasil penelitian,pelaksanaan kegiatan pembenihanKerapu Tikus di UPTD BBIP provinsiGorontalo berjalan sesuai apa yang telahdirencanakan. Misalnya dalammenjalankan produksi, pelaksanaankegiatan dimulai apabila ada intruksi darikepala seksi produksi yang disesuaikandengan waktu yang telah direncanakanberdasarkan persetujuan dari kepalabalai. Pelaksanaan pembenihandijalankan jika telur dan bahan-bahanserta peralatan telah disiapkan olehkepala seksi produksi, dan tidak akandijalankan atau dihentikan sementaraapabila dalam tahap penambahanbangunan gedung yang ada di UPTDBBIP. Pemberhentian sementarapelaksanaan kegiatan ini bertujuan untukmenghindari gagalnya produksi yangdisebabkan oleh pencemaran air yangdigunakan serta pakan alami oleh debuyang berasal dari pembangunantersebut.

Pelaksanaan kegiatan ini, kepalaseksi produksi memberikan perintah danmotivasi kepada karyawan agarkaryawan bekerja sesuai denganharapan. Motivasi yang diberikan berupapenambahan bonus bagi karyawan yangmelaksanakan tugas dengan baik danapabila melanggar aturan maka akandiambil tindakan sesuai denganperaturan balai seperti pemotongan gaji

oleh kepala Balai apabila telahmelakukan kesalahan yang fatal.

UPTD BBIP Provinsi Gorontalodalam melaksanakan program kerjapada usaha pembenihan Kerapu Tikus,melibatkan beberapa unsur yang terkaitbaik dari dalam maupun dari luar Balai.Unsur-unsur dari dalam balaidiantaranya : Sub Bagian Tata usaha,Kepala Seksi Produksi, Kepala SeksiPelayanan Teknis serta tenaga kerjayang lain (staf). Sedangkan unsur-unsurdari luar balai yaitu Dinas PerikananProvinsi Gorontalo.

Pengawasan (controling)Pengawasan pada hekekatnya

merupakan usaha memberikan petunjukpada para pelaksana agar mereka selalubertindak sesuai dengan rencana.Diharapkan agar para pelaksanamembatasi tindakannya mencapai tujuansedemikian rupa sehingga tidak begitumenyimpang dari apa yang telahditetapkan. Pengawasan menjadikansiklus fungsi manajemen lengkap danmembawa organisasi ke perencanaanmatang.

Cara yang dilakukan oleh UPTDBalai Benih Ikan Pantai (BBIP) ProvinsiGorontalo dalam pengawasan yaitumembandingkan segala sesuatu yangtelah dijalankan dengan standart ataurencananya serta melakukan perbaikan-perbaikan bila terjadi penyimpangan.Jadi dengan pengawasan pihak balaidapat mengukur seberapa jauh hasilyang telah dicapai sesuai dengan apayang direncanakan. Pengawasan iniperlu dilakukan pada setiap tahap agarsupaya mudah melakukan perbaikan jikaterjadi penyimpangan.

Langkah-langkah yang ditempuholeh UPTD BBIP provinsi Gorontaloyaitu:Menciptakan standart

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________267 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Standart yang dipakai oleh BBIPdalam bidang pengawasan yaituberdasarkan lamanya kerja danbanyaknya tenaga kerja / karyawan yangmenjadi standart jam kerja, misalnyapada pemberian makanan untuk larvaKerapu Tikus.Melaporkan kegiatan yang sudahdilakukan

Setelah mengerjakan pekerjaan,karyawan langsung menghadap padaatasan (kepala seksi produksi) untukmelaporkan hasil kerja yang telahdilakukan dan karyawan menulis jenisdan waktu kegiatan apa saja yang telahdilakukan di papan informasi / buku piketuntuk setiap hasil pelaksanaantugasnya.Mengecek hasil kerja dan melakukantindakan perbaikan

Setelah selesai memberikanlaporan, kepala seksi produksi melihatsecara langsung hasil kerja baik darisegi kualitas maupun kuantitas denganmenekuni bagian demi bagian yangkemudian ditulis kembali dalam bukucatatan. Apabila dalam pelaksanaan adakaryawan yang melakukan pelanggaranatau kesalahan segera diambil tindakansesuai dengan peraturan balai dan bilasudah berakibat fatal, karyawan tersebutlangsung dilaporkan pada kepala balai.

Bentuk pengawasan lainnyayaitu karyawan yang dipekerjakandiberikan tugas untuk mengawasi kondisilingkungan balai baik dari fasilitas-fasilitas yang digunakan, sistem instalasiair dan listrik, dan kondisi larva padasaat pemberian makanan selama jamkerja (24 jam). Dalam pengawasan ini,karyawan disediakan tempat tinggalyang bertempat di mes operator. Untukmeningkatkan pengawasan, mesoperator dilengkapi dengan alarm yangdihubungkan ke pengeras suara yangbertujuan untuk mengingatkan pada

karyawan yang tertidur apabila terjadipemadaman listrik. Jika pemadamanlistrik terjadi, maka alarm tersebut akanberbunyi dan karyawan langsung segeramenghidupkan generator set (genset)sebagai penghasil listrik yang digunakanuntuk aerator yang berfungsi sebagaipenyuplai oksigen pada larva ikanKerapu Tikus.

Manajemen ProduksiBerdasarkan hasil penelitian,

usaha pembenihan ikan Kerapu Tikus diUPTD BBIP Provinsi Gorontalomerupakan kegiatan pembenihan yanghanya diawali dari kegiatan penetasantelur tanpa melakukan pemijahan sendiri.Telur yang digunakan merupakan teluryang dipesan dari daerah lain (BalaiBudidaya Laut (BBL) Ambon dan BalaiBudidaya Air Payau (BBAP) Situbondo)yang sudah berhasil melakukanpemijahan ikan Kerapu Tikus. Olehkarena itu sebelum produksipembenihan dimulai, dibutuhkan suatuperencanaan terlebih dahulu.Perencanaan tersebut berupapengadaan telur yang akan digunakanuntuk menjalankan usaha pembenihandan perencanaan waktu untuk memulaiproduksi.

Dalam perencanaan ini, kepalaseksi produksi bertugas untukmenentukan waktu kapan produksiusaha pembenihan ikan Kerapu Tikusakan dijalankan. Waktu penentuan untukmemulai kegiatan pembenihan di UPTDBBIP ini biasanya berjalan sesuaidengan kondisi bulan dimana bulan yangdimaksud tersebut adalah bulan gelap(saat pemijahan). Selain itu perencanaanselanjutnya adalah pengadaan telur.

Pengadaan telur untuk kegiatanini, kepala seksi bertugas untuk membelitelur dengan cara memesan terlebihdahulu berapa banyak kebutuhan yang

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________268 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

akan ditebar disesuaikan dengan stokpersediaan telur yang berhasil dipijahkanoleh tempat asal pemesanan. Jumlahkebutuhan telur yang akan ditebar dalamsetiap produksi (siklus) pembenihanKerapu Tikus tahun 2015 berjumlah500.000-750.000 butir dengan hargapembelian per butir Rp 5. Bakpemeliharaan berjumlah 10 bak tetapiyang digunakan dalam sekali produksiyaitu hanya 5-6 bak.

Kegiatan produksi usahapembenihan ikan Kerapu Tikus di balaiini dibagi atas dua divisi yaitu divisipakan alami dan divisi pembenihan.Divisi pakan alami ditugaskan untukmelakukan pengkulturan pakan alamiagar saat kegiatan pembenihanberlangsung, pakan alami yangdibutuhkan selalu tersedia. Tugas laindari divisi pakan alami yaitu menjagaagar bibit Chlorella sp. dan Rotifera tetaptersedia walaupun pembenihan KerapuTikus belum berproduksi. Sedangkandivisi pembenihan bertugas untukmelakukan penetasan telur danbertindak sebagai teknisi selamapemeliharaan larva ikan Kerapu Tikushingga pemanenan.

Produksi benih ikan Kerapu tikusyang dihasilkan belum mencukupipermintaan yang ada. Berdasarkan hasilwawancara dengan salah saturesponden pelaku usaha kelompokpembesaran Kerapu Tikus di kerambajaring apung (KJA) yang berlokasi diperairan laut sekitar balai mengatakanbahwa, persediaan benih di UPTD BBIPmasih kurang untuk memenuhipermintaan mereka. Persediaan benihyang mereka butuhkan ketika akanmelakukan penebaran di KJA hanyadiperoleh dari BBAP Situbondo.

Proses perolehan benih yangdibutuhkan oleh pembudidaya ditanganilangsung oleh pihak BBIP dengan cara,

membeli benih yang masih berukuran 2 -2,5 cm dan dipelihara terlebih dahulupada bak pendederan. Tujuan daripemeliharaan ini secara teknis yaituuntuk mengurangi tingkat mortalitasdengan cara aklimatisasi (penyesuaianterhadap lingkungan yang baru) sebelumditebar di KJA. Setelah benih berukuran3 cm kemudian dijual kembali denganharga yang telah ditetapkan di UPTDBBIP Provinsi Gorontalo.

Manajemen TeknisSecara teknis, usaha

pembenihan di UPTD BBIP provinsiGorontalo memiliki manajemen yangbaik. Hal ini dapat dilihat dari produksibenih yang dihasilkan mempunyaikualitas yang baik untuk dibudidayakan.Selain itu, usaha ini dijalankan sesuaidengan standart operasionalpembenihan ikan Kerapu Tikus. Adapuntahap-tahap pelaksanaan pembenihanyang dilakukan yaitu meliputi persiapanwadah, penebaran telur, pengelolaanpakan, pengelolaan kualitas air,penyeragaman ukuran dan panen.Persiapan Wadah

Sebelum telur diletakkan kedalam bak penetasan perlu dilakukanpersiapan wadah. Bagian dasar dandinding bak dicat dengan warna birumuda, pada setiap bak dilengkapidengan tutup plastik berwarna biru danthermometer sebagai pengukur suhu.Penutupan plastik bertujuan untukmencegah terjadinya penetrasi cahayadan menjaga suhu agar tetap stabil.Adapun bak yang akan digunakan dikeringkan terlebih dahulu dengan carasisa air yang terdapat di dalam bakdikeluarkan dengan membuka pipaoutlet. Setelah bak dikeringkan dibilasdengan air tawar, semua selang aerasidilepas. Kemudian bak disiram denganlarutan kaporit dengan dosis 100 ppm

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

__________________________________________________________269

yang dicampur dengan air tawar dandibiarkan selama 3 hari. Bak yang telahdisiram kaporit, kemudian dicuci denganair tawar dan detergen 15 ppm kemudiandibilas hingga bersih dari bau kaporit dandetergen hilang.

Bak pembenihan yang sudahdisiapkan diisi air dengan volume 8 tondari total volume bak 12 ton. Air lautyang dimasukkan ke dalam bakpenetasan di saring terlebih dahulumenggunakan filter bag dengan tujuanagar kotoran tidak ikut masuk kedalambak. setelah itu selang aerasi dipasangkembali dengan jarak antara titik aerasiyang satu dengan yang lainya 80-100cm dan jarak antara aerasi dari dasarbak 3 cm dengan tujuan agar kotorandan sisa-sisa pakan dapat mengendap didasar. Setelah semua persiapan airmedia selesai, maka telur dapat dilakukan penebaran.

Penebaran TelurTelur Kerapu Tikus yang ditebar

di UPTD BBIP Provinsi Gorontalo dalamsatu bak berkisar antara 100.000 –150.000 butir dengan jumlah bak yangdigunakan dalam satu kali masapemeliharaan yaitu 5-6 bak (tergantungjumlah tebar). Sebelum telur dilakukanpenebaran terlebih dahulu dilakukanproses aklimatisasi (penyesuaianterhadap lingkungan yang baru) selama20-30 menit. Setelah proses tersebutselesai kemudian karet pengikat plastikdibuka dan telur yang berisi didalamkantong plastik ditebar denganmengunakan gayung dititik aerasi secarahati hati. Penebaran telur Kerapu Tikusbiasa dilakukan pada pukul 15.00 - 17.00wita. Telur Kerapu Tikus akan menetasantara 17-19 jam pada suhu 29-30 0C.Kemudian dilakukan perhitungan dayatetas telur atau hatching rate (HR). Caraperhitungannya adalah sebagai berikut :

Sehari setelah telur ditebar, dihitungmenggunakan gelas ukur denganvolume 1 liter.Ambil air dalam bak yang dijadikansampel di 5 titik menggunakan gelasukur.Hitung telur yang menetas (larva) dalamgelas.Jumlah larva yang terambil dihitung satuper satu, kemudian dihitung denganmenggunakkan rumus HR (%).

Rumus yang digunakan olehUPTD BBIP Provinsi Gorontalo dalammenghitung daya tetas telur yaitusebagai berikut :

HR (%) =

Jumlah telur yang ditebar sertanilai HR pada masing-masing siklusberbeda-beda. Telur yang ditebar padasiklus I berjumlah 500.000 butir denganjumlah larva yang berhasil ditetaskan297.500 ekor, siklus II 750.000 butirdengan jumlah larva 425.500 ekor dansiklus III 650.000 butir dengan jumlahlarva 364.250 ekor dengan jumlah totallarva yang berhasil ditetaskan yaitu1.087.250 ekor. Setelah diketahui dayatetas telur (HR), maka perlu juga dihitungtingkat kelangsungan hidup (survivalrate) larva Terapu Tikus. Tujuan untukmenghitung survival rate (SR) yaitu agarpada saat pemanenan dapat diketahuiberapa jumlah benih yang bertahanhidup yang akan dipanen. Niali SR dapatdiketahui dengan cara melakukanperhitungan yaitu dengan menggunakanrumus. Rumus yang digunakan olehUPTD BBIP Provinsi Gorontalo dalammenghitung nilai SR larva Kerapu Tikusyaitu sebagai berikut :

_____________________________________________Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

SR = Nt / No x 100%

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________270 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Keterangan :SR = Survival RateNt = Jumlah ikan akhir (saat panen)No = Jumlah ikan awal (setelah telur menetas)

Pengelolaan PakanPakan diberikan pada larva ikan

agar memperoleh kecukupan nutrisiuntuk tumbuh dan berkembang. Pakanyang diberikan pada larva disesuaikandengan bukaan mulut larva. Pakan alamiyang diberikan berupa Rotifera(Branchionus sp.) dan naupli Artemia sp.Pakan buatan yang diberikan adalahRotemia, Rotofier, Otohime B1, OtohimeB2, Otohime C1.

Pemberian Pakan AlamiLarva yang berumur D1 tidak

perlu diberi pakan karena masih memilikikuning telur dan larva yang belum bisaberenang dengan baik sehingga dapatterperangkap di permukaan air.Pemberian minyak cumi diberikan padalarva berumur 1-8 hari (D1-D8) sebanyakdua kali sehari yaitu pukul 06.00 dan15.30. jumlah minyak cumi yangdiberikan disesuaikan dengan kebutuhanyaitu 0,1 ml/m2, minyak cumi diberikanpada titik aerasi agar minyak cumitersebar dengan merata dengansendirinya. Minyak cumi bergunasebagai pelicin karena menurunkantegangan permukaan air sehingga larvayang berenang keatas dapat masukkembali kedalam air. Selain itupemberian minyak cumi berguna untukmensuplai vitamin A yang berguna untukmeningkatkan kemampuan larva untukmelihat.

Selain minyak cumi, bak larvajuga diberi Chlorella sp. Chlorella sp.diberikan pada larva yang berumur 2 hari(D2). Chlorella sp. diberikan sebagaipenetrasi cahaya yang masuk, hal itudikarenakan larva ikan kerapu sensitifterhadap cahaya yang masuk.Pemberian Chlorella sp. juga bertujuan

sebagai pakan Rotifer agar Rotifer tetapbertahan hidup didalam bakpemeliharaan larva. Chlorella sp.diberikan pada pagi hari yaitu pukul07.30 Wita dan dilakukan sekali dalamsehari sebanyak 250 liter (50-100 ribusel/ml) dan semakin berkurang seiringbertambahnya umur larva. PemberianChlorella sp. dihentikan saat larvaberumur 30 hari (D30).

Rotifera yang diberikan padalarva Kerapu Tikus adalah Rotifera yangtelah mengalami pengkayaan. Rotiferadiberikan ke larva dari umur 2-30 hari(D2-D30) tergantung kondisi ikan saatpemeliharaan. Rotifera diberikan dua kalisehari yaitu pagi pukul 09.00 dan sorehari pukul 15.00 Wita. KepadatanRotifera yang diberikan pada larva (D2-D27) yaitu sekitar 120 ml dengankepadatan 3-5 individu/ml. Rotifera tidaklagi diberikan pada larva ikan yangberumur 30 hari (D30).

Naupli Artemia merupakan pakanalami yang diberikan pada larva ikansaat larva berumur 17 hari (D17). JumlahArtemia yang diberikan disesuaikandengan kebutuhan larva. Larva berumur17-20 hari (D12-D20) Artemia diberikansebanyak 1-3 individu/ml denganfrekuensi pemberian dua kali per hariyaitu pada pagi hari jam 09.00 dan sorehari jam 16.00. Pada saat umur 21-30hari (D21-D30) frekuensi pemberianArtemia ditambah menjadi 3 kali dengankepadatan 1-3 individu/ml dan padaumur 31-45 hari (D31-D45) Artemiadiberikan 3 kali sehari dengan kepadan7-10 individu/mil. Pakan alami yangdiberikan pada larva Terapu Tikusdikultur terlebih dahulu.

Pemberian Pakan BuatanPakan buatan mulai diberikan

pada saat larva berumur 8 hari (D8)sampai umur 17 hari (D17). Pakan yang

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________271 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

digunakan adalah rotemia. Pakan inidiberikan sebagai pakan buatan utamapada larva. Jumlah awal rotemia (20-50µm) yang diberikan adalah setengahsendok (8 gram). Rotemia diberikansebanyak tiga kali sehari yaitu pukul06.00, 11.00 dan pukul 15.00 Wita. Saatlarva berumur 18 hari (D18) larva KerapuTikus diberikan pakan buatan Rotofier(50-100 µm). Pakan ini diberikan padakerapu hingga berumur 21 hari (D21).Pemberian Rotofier diberikan tiga kalisehari sebanyak 10 gram/pemberian.Pakan selanjutnya yang diberikan adalahOtohime B1 (200-300 µm) hingga larvaberumur 34 hari (D34) dan dilanjutkandengan pakan Otohime B2 (300-600µm). Pada umur 45 hari (D45) pakanyang diberikan adalah Otohime C1 (1mm). Pemberian Otohime C1 diberikanempat kali sehari dan bertambahmenjadi 4-6 sehari ketika larva berumur50 hari (D50).

Pengelolaan Kualitas AirKualitas air perlu dijaga agar

larva ikan Kerapu Tikus yang terdapatdidalam wadah budidaya tetap sehat danterhindar dari berbagai penyakit.Pergantian air pada larva dilakukan saatlarva berumur 15 hari (D15) sampaiumur 25 hari (D25) sebanyak 10-20%dari total volume awal air 6 ton.Pergantian air ini bertujuan untukmenjaga kualitas air. Pengurangan airdilakukan dengan memasang selangkecil pada bagian outlet dan diatursesuai volume yang ingin dibuang.Seiring bertambahnya umur larva,jumlah air yang dikurangi semakinbanyak (tabel 04). Untuk kerapu yangberumur D21-D30, pergantian airdilakukan sebanyak 20-50%, kerapuyang berumur D31-D45 dilakukanpergantian air sebanyak 50-75%.Sementara untuk juvenil, sistem

pengairan dengan sistem flowthroughyaitu air mengalir secara terus menerus.

Proses penyiponan(pembersihan dasar bak) juga dilakukanagar kotoran yang terdapat pada dasarbak tidak merusak kualitas air.Pengaturan pemberian pakan juga diatursedemikian rupa agar tidak banyakpakan yang terbuang/tidak habisdimakan oleh Kerapu Tikus. Pakan yangtidak habis dimakan akan terdegradasimenjadi amoniak yang dapat merusakkualitas air. Selain pergantian air danpenyiponan, pemberian probiotik jugadilakukan untuk menjaga kualitas airdengan konsentrasi 10 gram untuk 10ton air. Kondisi air juga perlu diperiksaantara lain seperti kadar amonia, suhu,pH, dan salinitas untuk menentukankecocokan kondisi lingkungan bagipertumbuhan ikan.

Penyeragaman UkuranPenyeragaman ukuran (grading)

merupakan salah satu teknik untukmenyeragamkan pertumbuhan danmengurangi sifat kanibalisme benih ikanKerapu Tikus. Kanibalisme pada keraputerjadi pada saat kondisi kekuranganmakanan dan perbedaan ukuran, untukmenghindari hal tersebut perlu dilakukangrading. Selain itu grading jugadilakukan saat akan panen dengantujuan untuk mengetahui ukuran ikanyang nantinya akan berhubungandengan harga ikan. Harga ikan KerapuTikus sendiri ditentukan berdasarkanpanjang tubuh ikan. Grading dilakukanpada saat Kerapu Tikus berumur D30-D35 (juvenil) yang dilakukan setiap 3hari sekali atau dengan melihatperbedaan ukuran benih.

PanenPemanenan dilakukan pada

juvenile yang siap jual sebagai benih.

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________272 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Pemanenan biasanya dilakukan padakerapu yang berumur 45-55 hari (D45-D55). Panjang rata-rata juvenile yangdipanen 2-3 cm. Pemanenan dilakukanpagi dan sore hari. Air pada bakpemeliharaan larva diturunkan secaraperlahan-lahan sampai tinggi permukaanair dalam bak mencapai 30 cm. Setelahketinggian air mencapai 30 cm, benihdapat dipanen dan dipisahkanberdasarkan ukuran. Alat dan bahanyang digunakan dalam prosespemanenan adalah waskom panen,skopnet, keranjang/tudung saji, plastikkemas, karet pengikat, box sterofoamdan O2. Pemanenan akan dilakukan jikaada petani/pembudidaya ikan yanghendak membeli benih. Harga benihyang ditetapkan oleh UPTD BBIPProvinsi Gorontalo yaitu sebesarRp2.000 per cm.

Manajemen Tenaga KerjaTenaga kerja merupakan salah

satu faktor penentu untuk menjalankanusaha terutama dalam mengaturkegiatan yang berhubungan denganusaha pembenihan ikan. MenurutAssuari (1999) dalam Limawandoyo danSimanjuntak (2013) sumberdayamanusia (tenaga kerja) merupakan salahsatu faktor yang memiliki perananpenting dalam keberhasilan usaha atauorganisasi karena pada dasarnya tenagakerja yang merencanakan,mengkoordinasi, mengoperasikan danmengawasi dalam suatu sistem usahamaupun organisasi.

Tenaga kerja pada pembenihanKerapu Tikus diatur sesuai denganfungsi dan keahlian mereka masing-masing. Sesuai dengan hasil penelitian,tenaga kerja yang dipekerjakanmerupakan tenaga kerja yangberpengalaman dan terampil dalam halpembenihan ikan. Pembagian tenaga

kerja yang dikhususkan untuk divisipembenihan ini dibagi dan ditempatkanlangsung oleh kepala balai yangdidampingi oleh kepala seksi produksi.Kepala seksi produksi ditugaskan untukmembina dan mengawasi tenaga kerjayang ditugaskan serta menilai kinerjakeseharian mereka dalam melaksanakantugas menjalankan usaha pembenihanikan Kerapu Tikus. Adapun tugas darimasing-masing divisi yaitu :

Divisi PembenihanDivisi pembenihan bertugas

sebagai menangani pemeliharaan larvamulai dari penebaran telur hinggapemanenan (juvenil). Selain itu divisipembenihan juga bertugas memeliharaperalatan yang berhubungan denganpembenihan.

Divisi Pakan AlamiDivisi pakan alami ditugaskan

khusus untuk mengkultur pakan alami(Chlorella sp., artemia sp., dan Rotifera)dalam wadah kultur (bak fiber) danmemanen pakan alami ketika akandiberikan pada larva ikan Kerapu Tikus.Selain itu divisi pakan alami jugabertugas memelihara peralatan yangberhubungan dengan divisi pakan alami.

Fungsi koordinasi di UPTD BBIPini dilakukan oleh kepala bagian.Koordinasi pada seluruh tenaga kerjayang ada mulai dari tahap perencanaan,jalannya pekerjaan sampai padapengawasan. Tahap perencanaan yaitupengadaan tenaga kerja yangdibutuhkan. Berdasarkan hasilpenelitian, tenaga kerja pada divisipembenihan masih kurang. Hal ini dilihatdari pelaksanaan kegiatan yangditugaskan seperti pada pemberianmakanan, grading, pemanenan masihmembutuhkan bantuan tenaga dari divisilain, terutama pada penebaran telur.

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________273 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Telur yang ditebar hanya terbatas danbak yang tersedia pun tidak semuanyadigunakan karena disesuaikan dengankemampuan tenaga kerja pada divisi ini.

Proses penerimaan tenaga kerjadibagian pembenihan Kerapu Tikus iniyaitu memasukan lamaran pekerjaandan mengikuti ujian terlebih dahulu.Ujian yang dilakukan yaitu ujian tertulisyang diadakan setiap tahun sekali yangbertempat di Dinas Perikanan danKelautan Provinsi Gorontalo. Tujuandiadakannya ujian setiap tahun yaituuntuk mengetahui apakah tenaga kerjayang dipekerjakan sesuai denganharapan dan untuk melihat kinerja darimasing-masing tenaga kerja.

Tenaga kerja yang ditugaskanpada usaha ini yaitu kaum pria, haltersebut disebabkan karena usahapembenihan Kerapu Tikus banyakpekerjaan yang harus dilakukan olehpria. Walaupun sudah diadakanpembagian kerja dimana tenaga kerjatersebut akan bekerja tetapi tidakmenutup kemungkinan untukdipekerjakan atau membantu di divisilain. Misalnya, divisi pakan alami telahmelaksanakan tugasnya maka divisi inidapat membantu dibagian divisipembenihan ikan untuk melakukangrading ataupun pada saat pemanenan.Kepala seksi produksi pada pelaksanaankegiatan harus selalu memperhatikankebutuhan tenaga kerja, sepertipengadaan bahan untuk kegiatanpembenihan dan bahan untuk kegiatankultur pakan alami.

Tenaga kerja di BBIP inidipekerjakan selama 24 jam dalamsehari dan dibagi shift perminggu(kecuali divisi pembenihan). Pembagianshift yang dimaksud adalah dimanatenaga kerja saling bergantian setiapseminggu sekali dengan total masukkerja dalam sebulan yaitu selama 2

minggu dan apabila tenaga kerja adakeperluan pribadi dan hendak memintaijin maka bagian tugasnya tersebut harusada penggantinya. Tenaga kerja yangtelah lepas tugas (off) tetap akandipekerjakan jika divisi lainmembutuhkan bantuan misalnya padasaat pengadaan telur, penebaran dansaat panen.

Manajemen PemasaranPemasaran merupakan bagian

yang sangat penting setelah kegiatanproduksi. Menurut Benyamin (2013)pemasaran adalah suatu sistem darikegiatan bisnis yang saling berhubungandan ditujukan untuk mendistribusikanbarang maupun jasa yang dilakukanprodusen untuk memenuhi keinginandan kebutuhan konsumen. MenurutDjanaid (1999), bahwa pasar sangatpenting untuk kelangsungan kegiatanproduksi, jika kemampuan pasar untukmenyerap produksi sangat tinggi makapengusaha dapat menentukan harga jualproduk yang diproduksi sesuai denganyang diinginkan dengan penentuanharga jual yang tepat maka keuntunganakan mudah diperoleh.

Berdasarkan hasil penelitianbahwa penetapan harga pemasaranbenih ikan Kerapu Tikus diaturberdasarkan peraturan daerah provinsiGorontalo nomor 10 tahun 2013 tentangretribusi penjualan produksi usahadaerah. Harga pemasaran ditetapkandengan harga Rp2000 per cm tiap ekordan tidak mengalami perubahanwalaupun jauh-dekatnya lokasi asalpembeli.

Proses pemasaran benihdilakukan langsung di lokasi pembenihanUPTD BBIP dengan cara menunggupelaku usaha pembesaran ikan KerapuTikus yang datang untuk membeli benihikan ini. Pihak balai yang ditugaskan

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________274 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

untuk memasarkan hasil dari produksi iniadalah kepala seksi pelayanan teknis.Kepala seksi pelayanan teknismelakukan promosi/memasarkan benihmelalui media elektronik berupahandphone dengan cara memberi tahulangsung kepada pembeli apabila stokbenih ikan Kerapu Tikus sudah siapuntuk dipasarkan.

Nasution (2005), menyatakanbahwa kualitas adalah kesesuaiandengan kebutuhan pasar ataukonsumen, atau dengan kata lain bahwaperusahaan harus benar-benarmemahami apa yang dibutuhkankonsumen atas suatu produk yang akandihasilkan. Oleh karena itu dalampengawasan benih agar kualitasnyatetap terjaga, maka sebelum dilakukanpengemasan benih ikan kerapu inidipuasakan terlebih dahulu selama 2 haribaru kemudian dipanen untuk dilakukanpengemasan. Tujuan dari pengawasanini agar benih ikan tidak stres ketikaberada dalam plastik kemas pada saatproses pengankutan benih. Berdasarkanhasil wawancara, jika ikan tidakdipuasakan (masih diberi makan),makanan tersebut akan dimuntahkankembali dan selain itu juga benih akanmengeluarkan sisa metabolisme (feses)yang akan menjadi amoniak (zat racun)bagi benih Kerapu Tikus saat dalamplastik kemas.

Pengemasan yang dilakukan diUPTD BBIP ini yaitu menggunakanpengemasan dengan sistem tertutupyang menggunakan kantong plastikberukuran 40×60 cm dengan tebal 0,88mm. Kantong plastik yang digunakanpada bagian ujung bawahnya telah diikatmenggunakan karet gelang dan di isi air1/4 bagian kemudian benih dimasukanlalu diberi oksigen 2/4 bagian lalu 1/4bagian sisanya digunakan untukmengikat kantong plastik dengan

menggunakan karet gelang. Kapasitasmaksimal untuk satu kantong plastikadalah 100 ekor benih. Setelah benihdikemas dimasukkan dalam boxsterofoam kemudian benih siap untukdiangkut ke lokasi pembesaran(keramba).

Pengangkutan benih yang telahdijual bisa diangkut sendiri oleh pembelidan juga diantar langsung oleh pihakbalai ke lokasi keramba yang dijadikantempat pembesaran ikan apabilapembeli membutuhkan pelayanan teknisdalam hal pembesaran ikan KerapuTikus. Penjualan benih dilakukan setiaphari jika ada pesanan dari konsumen.Konsumen yang membeli benih ikanKerapu Tikus berasal dari berbagaidaerah diantaranya yaitu GorontaloUtara, Pohuwato, Bonebolango, danBoalemo dan selain itu ada juga pembeliyang berasal dari luar daerah Gorontalo(Bolaang Mongondow Sulawesi Utara,Toli-toli Sulawesi Tengah).

Semua jenis usaha baikusahanya berskala besar maupunberskala kecil sudah tentunyamembutuhkan biaya untuk memulaiusaha tersebut. maka faktor pemasaranmempunyai arti sangat penting dalamsuatu kegiatan usaha. Oleh karena itupemasaran perlu dikelola dengan baikdan benar. Dalam pemasaran benih ikanini,tidak ada persaingan dan penjualan.UPTD BBIP merupakan satu-satunyabalai yang melakukan pembenihan ikanKerapu Tikus di daerah Gorontalo.Sistem pembayaran dilakukan secaralangsung yang terjadi pada saattransaksi penjualan.

Manajemen KeuanganPengelolaan Keuangan di UPTD

BBIP Provinsi Gorontalo berdasarkanperaturan gubernur provinsi Gorontalonomor 53 tahun 2013 yaitu ditangani

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________275 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

langsung oleh sub bagian tata usaha.Seksi sub bagian tata usaha mempunyaitugas memberikan pelayanan teknisadministrasi di UPTD BBIP sertamenyusun laporan secara berkala.Keuangan yang diperoleh dari hasilpenjualan produksi pada usahapembenihan ikan Kerapu Tikus inidigunakan untuk pengadaan bahan danperalatan yang dibutuhkan pada saatproduksi dijalankan. Selain itu, keuanganBBIP digunakan untuk pemenuhantarget pendapatan asli daerah (PAD)yang dibayar setiap tahunnya. JumlahPAD untuk BBIP ditetapkan sebesarRp100.000.000 per tahun. Dari jumlahpembayaran tersebut, 50% diambil darihasil usaha pembenihan Kerapu Tikusyaitu sebesar Rp50.000.000 dan disetorlangsung oleh sub bagian tata usaha kekeuangan daerah melalui nomorrekening berdasarkan intruksi darikepala balai.

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan

Berdasarkan hasil penelitiandapat disimpulkan bahwa, usahapembenihan Kerapu Tikus di UPTDBBIP ini memiliki manajemen yang baik.Hal ini dapat dilihat dari :Segi perencanaan, usaha ini memilikiperencanaan matang yang secarajangka panjang dapat menguntungkanbagi pihak balai.Pelaksanaan kegiatan mengacu padaperencanaan berdasarkan intruksi darikepala seksi produksi denganpersetujuan kepala balai sertamelibatkan unsur-unsur yang terkait,baik unsur dari dalam dan luar balai.

Pengorganisasian dalam usahadiatur dalam peraturan gubernur ProvinsiGorontalo nomor 53 tahun 2013 yangterdiri dari kepala balai, sub bagian tata

usaha, seksi produksi dan seksipelayanan teknis.Pengawasan usaha dilakukan dengancara menciptakan standart, melaporkankegiatan yang telah dilaksanakan,pengecekan hasil kerja dan penyediaantempat tinggal bagi tenaga kerja yangdilengkapi dengan alarm pengingatpemadaman listrik untuk meningkatkanpengawasan dimalam hari.Secara teknis, usaha pembenihanKerapu Tikus ini dijalankan sesuaidengan standar operasional pembenihansehingga menghasilkan kualitas benihyang baik untuk dibudidayakan.

SaranGuna meningkatkan produksi

benih kerapu tikus di UPTD BBIPprovinsi Gorontalo, maka perlu diadakanpenambahan tenaga kerja pada bagianpembenihan ikan Kerapu Tikus, agarpada saat kegiatan khusunya padapenebaran telur semua bak dapatdimanfaatkan sehingga benih yangdihasilkan juga bertambah sertakaryawan yang bertugas pun dapatsaling bergantian terutama pada saatpemberian pakan untuk malam hari.

Tingkat kelangsungan hidup(survival rate) Kerapu Tikus sebaiknyalebih ditingkatkan agar larva yangbertumbuh menjadi benih lebih banyakguna untuk memenuhi permintaan diProvinsi Gorontalo.

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________276 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, S. dan Sudaryanto. 2001. Pembenihan danPembesaran Kerapu Bebek. PenebarSwadaya. Jakarta.

Balai Budidaya Air Payau Situbondo. 2003. PetunjukTeknis Pembenihan Kerapu Tikus dan Macan.Departemen Kelautan dan Perikanan,Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. JawaTimur.

Benyamin P. 2013. Manajemen dan PengembanganPemasaran pada Perusahaan Perikanan diSidoarjo. Jurnal Manajemen Vol. 1, No. 1

Djanaid D. 1999. Buku Ajar Kewirausahaan.Lembaga Pengkajian dan PengembanganPendidikan (LP3) Universitas Brawijaya,Malang.

Evalawati, M. Meiyana dan T.W, Aditya. 2001.Pembesaran Kerapu Macan (Epinephelusfuscogutattus) dan Kerapu Tikus (Cromileptesaltivelis) di Keramba Jaring Apung.Departemen Kelautan dan Perikanan,Direktorat Jendral Perikanan Budidaya, BalaiBudidaya Laut. Bandar Lampung.

Hamdi, A.S dan Baharuddin, E. 2012. MetodePenelitian Kuantitatif Aplikasi Dalam Penelitian.Deepublisher Publisher. Jln KaliurangYogyakarta.

Harmaizar, Z. 2008. Menangkap Peluang Usaha. CV.Dian Anugrah Prakasa. Jakarta.

Indar H. M. 1995. Perencanaan Pendidikan Strategidan Implementasinya. Aditama. Surabaya

Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2009. VisiMisi, Grand Strategy dan Sasaran Strategis(KKP). Pusat Data, Statistik dan Informasi.

Kordi, G. 2001. Usaha Pembesaran Ikan Kerapu diTambak. Kanisius. Yogyakarta.

Mantjoro, E. 1996. Kebijaksanaan PerikananInternasional. Universitas Sam Ratulangi.Manado.

Murtidjo, B.A. 2002. Budidaya Kerapu dalamTambak. Kanisius. Yogyakarta.

Peraturan Gubernur Gorontalo Nomor 53 Tahun2013 tentang Pembentukan Organisasi danTata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas BalaiBenih Ikan Pantai Provinsi Gorontalo.

Putra, M. 2015. Analisis Kesesuaian Perairan TelukPidada sebagai Lokasi Budidaya Ikan KerapuTikus (Cromileptes altivelis) dengan SistemKeramba Jaring Apung. Jurnal. FakultasPertanian, Universitas Lampung. Lampung.Diunduh 05 Januari 2016, darihttp://digilib.unila.ac.id/8029/

Rahardi, F. Regina, K., Nazzaruddin. 1993.Agribisnis Perikanan. Penebar Swadaya.Jakarta.

Ramdhani, V.B. 2010. Manajemen PemeliharaanIkan Kerapu Macan (Epinephelusfuscoguttatus) di Balai Budidaya Air PayauSitubondo Provinsi Jawa Timur. FakultasPerikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga.Surabaya.

Saparinto, C. 2010. Usaha Ikan Komsumsi di Lahan100 m2. Penebar Swadaya. Jakarta.

Setianto, Adi. 2011. Usaha Budidaya Ikan Kerapu.Pustaka Baru Press. Yogyakarta.

Spikadhara, T.D.E. 2010. Teknik Pembenihan IkanKerapu Tikus (Cromileptes altivelis) di BalaiBudidaya Air Payau Situbondo. FakultasPerikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga.Surabaya.

Suria, D. 2002. Strategi Reproduksi Pada IkanKerapu (Epinephelus sp). Institut PertanianBogor. Bogor.

Unit Pelaksana Teknis Dinas Perikanan danKelautan Provinsi Gorontalo. 2015.Pembenihan Ikan Kerapu Tikus. Gorontalo.

Wibowo, H.S. 2015. Kerapu Tikus, Ikan Mewahdengan Harga Rp 4 Juta per Ekor. DeputiStatistik Bidang Distribusi dan Jasa BadanPusat Statistik (BPS). Artikel Liputan6.com.Jakarta. Diunduh 03 Januari 2016, darihttp://bisnis.liputan6.com/read/2324882/Kerapu-Tikus-ikan-mewah-dengan-harga-rp-4-juta-per-ekor

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________277 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

KEADAAN SOSIAL EKONOMI NELAYAN PASCA DEKLARASI MORATORIUMPERIKANAN DI KECAMATAN AERTEMBAGA KOTA BITUNG

Lolaro Windy Veronika Angel1 ; Eddy Mantjoro2 ; Grace O. Tambani21) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.

2) Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Koresponden email: [email protected]

AbstrakPenelitian tentang keadaan sosial ekonomi nelayan pasca deklarasi moratorium perlu dilakukan, karena keadaansosial ekonomi nelayan tersebut menunjukkan bagaimana taraf hidup dari nelayan. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui keadaan sosial ekonomi nelayan pasca deklarasi moratorium perikanan, mengetahui taraf hidup nelayanpasca deklarasi moratorium perikanan, dan mengetahui solusi yang dilakukan nelayan yang berhenti melaut pascadeklarasi moratorium perikanan. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Aertembaga Kota Bitung.Hasil observasi dan wawancara pada penelitian ini, menunjukkan bahwa sesudah deklarasi moratorium perikanannelayan yang bekerja di Kapal ukuran <30 GT mengalami peningkatan taraf hidup, sedangkan nelayan yang bekerjadi Kapal ukuran >30 GT mengalami penurunan taraf hidup. Peningkatan dan penurunan taraf hidup nelayan dapatdilihat dari tingkat pendapatan nelayan, karena semakin besar tingkat pendapatan, maka semakin besar pula tingkatpengeluaran atau pemenuhan kebutuhan dari nelayan.Peningkatan taraf hidup disebabkan oleh karena nelayan di Kapal ukuran <30 GT tidak termasuk dalam pelaksanaankebijakan moratorium perikanan, sehingga nelayan masih bisa melaut dan pendapatan meningkat. Sedangkanpenurunan taraf hidup nelayan disebabkan oleh karena nelayan di Kapal ukuran >30 GT termasuk dalampelaksanaan kebijakan moratorium perikanan, sehingga nelayan harus berhenti melaut dan mengalami penurunanpendapatan. Solusi yang dilakukan nelayan yang berhenti melaut sesudah deklarasi moratorium perikanan adalahmelakukan diversifikasi pekerjaan. Pekerjaan yang dilakukan misalnya supir, tukang ojek, tukang bangunan, petani,buruh pabrik, kondektur, dan nelayan kapal kecil.Kata kunci : Nelayan, Moratorium, Taraf hidup

AbstractThe social economic research after moratorium declaration are needs to be done, because the social economicfishery determin how the fisherman living standard. This research aims to knows the social economic fisherman afterthe moratorium declaration, for knowing the standard living of fisherman after moratorium declaration and to knowsthe solution of fisherman who stopped fishing. This research are be held in Aertembaga Bitung City.The result of observation in this research shows that after declaration of moratorium of fisherman who work on shipwith size <30 GT has increased. The increase of living standard caused by fisherman on the vessel size <30 GT arenot included in the implementation of the moratorium on fisheries policy. Fisherman solution who stopped fishingafter moratorium declaration, they make diversity in their job. For example become a farmer, factory worker, laborier,conductor and become fisherman in small fishing boat.Keyword : Fisherman, Moratorium, Standard of Live

PENDAHULUANSektor perikanan merupakan

salah satu sektor yang penting bagiIndonesia. Sektor ini menghasilkanoutput yang besar bagi perekonomian,pemenuhan gizi dan protein untukmasyarakat Indonesia, sertamenyediakan lapangan kerja yangbesar. Dengan mengetahui potensisumber daya perikanan yang besarmaka pemerintah menetapkan subsektor perikanan sebagai salah satumotor penggerak pembangunan(Kenanga, 2012). Salah satu provinsi diIndonesia yang memiliki potensi

perikanan yang besar adalah SulawesiUtara. Provinsi ini telah menjadikan hasilusaha perikanan dan kelautan sebagaisalah satu produk unggulan untukmemacu peningkatan pendapatan aslidaerah (Pangemanan, 2015).

Sulawesi Utara memiliki potensisumber daya alam laut sebagaipenghasil dan pengekspor ikan. KotaBitung adalah sentra industrinya. Lokasiini memiliki infrastruktur yangmendukung bongkar muat dari dan keKota Bitung. Letak Kota Bitung secarageografis, mulai dari bagian timur pesisirpantai Aertembaga hingga ke Tanjung

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________278 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Merah, bagian barat merupakan lokasistrategis untuk dikembangkan menjadiwilayah perkotaan, industri perdagangandan jasa serta pemukiman. Oleh karenaitu, Bitung ditetapkan sebagai pusatKawasan Industri Sulawesi Utara(Sompie, 2014).

Sektor industri yang dominan diKota Bitung masih berkaitan dengansektor perikanan, karena banyak industriyang memanfaatkan bahan baku ikanyakni industri pengolahan ikan baikindustri skala besar (pabrik) maupunkecil (industri rumah tangga). Sektortransportasi juga masih terkait dengansektor perikanan khususnyapengangkutan hasil perikanan(Pangemanan, 2015).

Peraturan Menteri Kelautan danPerikanan RI Nomor 56 Tahun 2014menyatakan bahwa tanggal 3 bulanNovember Tahun 2014, KementerianKelautan dan Perikanan menetapkansuatu kebijakan dalam bentuk peraturanmenteri yaitu kebijakan moratoriumperikanan. Tujuan kebijakan moratoriumperikanan adalah untuk memperbaikipengelolaan sumber daya perikanan diIndonesia. Salah satu pihak yangmerasakan dampak dari kebijakanmoratorium perikanan adalah tenagakerja di bidang perikanan atau paranelayan. Oleh sebab itu maka penelitiantentang keadaan sosial ekonomi nelayanpasca deklarasi moratorium perikanan diKota Bitung, khususnya di KecamatanAertembaga perlu dilakukan.

METODOLOGI PENELITIANMetode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pendekatan studikasus. Menurut Mantjoro (1980), studikasus adalah penelitian yang dilakukansecara terfokus pada suatu kasustertentu untuk diamati dan dianalisissecara cermat sampai tuntas. Data yang

dikumpulkan pada penelitian ini terdiriatas data primer dan data sekunder.Data primer adalah data yang diperolehsecara langsung di Lokasi penelitianmelalui proses observasi danwawancara dengan nelayan, sedangkandata sekunder diperoleh dari KantorKecamatan Aertembaga Kota Bitung danKantor Dinas Kelautan dan PerikananKota Bitung.

Penelitian ini dilakukan selamahampir dua bulan, mulai dari tanggal 25April 2016 sampai dengan 9 Juni 2016.Responden pada penelitian iniditentukan melalui metode samplingpurposive, sehingga ditentukan 15 orangresponden yang terdiri dari 10 orangnelayan yang bekerja di Kapal ukuran<30 GT dan 5 orang nelayan yangbekerja di Kapal ukuran >30 GT. 15orang responden ditentukan secara acakdari tiga kelurahan yaitu KelurahanAertembaga Satu, Kelurahan Makawideydan Kelurahan Tandurusa. Data yangdiperoleh dalam penelitian ini dianalisismenggunakan analisis deskriptifkualitatif, analisis deskripstif kuantitatifdan analsis statistik uji t.

Analisis deskriptif kualitatifmerupakan analisis dengan memberikangambaran serta keterangan denganmenggunakan kalimat penulis secarasistematis dan mudah dimengerti sesuaidengan data yang diperoleh. Analisisdeskriptif kuantitatif merupakan analisisdata dengan memberikan bahasan ataukajian terhadap data yang ada denganmenggunakan perhitungan. Sedangkananalisis statistik uji t pada penelitian inidilakukan dengan cara yang lebihmudah, yaitu dengan menggunakanprogram aplikasi Microsoft Excel 2007,Analysis ToolPak VBA, pilihan t-Test:Paired Two Sample for Means. Analisisstatistik ini digunakan untuk mengetahuiperubahan yang terjadi pada tingkat

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________279 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

pendapatan dan tingkat pengeluaranapakah siginifikan atau tidak.

HASIL DAN PEMBAHASANKecamatan Aertembaga

merupakan salah satu Kecamatan daridelapan Kecamatan yang ada di KotaBitung dengan luas wilayah 2.783,8Hektar (Ha). Potensi yang ada diKecamatan Aertembaga adalah diBidang industri perikanan dan kelautan,bidang pariwisata, dan bidangperdagangan.

Kecamatan Aertembaga memilikiperusahaan industri perikanan yaitupada industri penangkapan danpengolahan. Industri penangkapanberkaitan dengan ukuran kapal dan alattangkap yang digunakan, sedangkanindustri pengolahan merupakan industriyang memperlambat terjadinyapenurunan mutu hasil perikanan.

Kecamatan Aertembaga memiliki20 kapal ukuran <30 GT dan 39 kapalukuran >30 GT. Kapal-kapal diKecamatan Aertembaga mendarat padadermaga yang ada di KelurahanAertembaga I dan Kelurahan Tandurusa.Hal ini disebabkan oleh karena diKelurahan Aertembaga I terdapatPelabuhan Perikanan Samudera (PPS)Bitung. Pelabuhan Perikanan Samudera

(PPS) Bitung melayani kapal perikananyang melakukan kegiatan perikanan diZona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesiadan laut lepas.

Industri pengolahanmenghasilkan produk perikanan yangmerupakan salah satu andalan eksporkota Bitung. Kecamatan Aertembagamemiliki 15 perusahaan pengolahanperikanan. Jenis olahan perikanan yangada di Kecamatan Aertembaga adalahikan segar, ikan beku dan ikan kayu.Wilayah pemasaran ekspor produkperikanan yang ada di KecamatanAertembaga adalah Jepang, China,Amerika, Asia, Belanda, dan Thailand.

Tangal 3 bulan November Tahun2014, Kementerian Kelautan danPerikanan menetapkan beberapakebijakan dalam bentuk PeraturanMenteri. Kebijakan tersebut diatur dalamPeraturan Menteri Kelautan danPerikanan Nomor 56 Tahun 2014tentang moratorium perikanan, yaitupemberhentian sementara pemberianizin kapal penangkap ikan berukuranbesar di Wilayah Indonesia, diterapkanpada kapal berkapasitas >30 GT.Kebijakan yang ditetapkan memberikandampak pada jumlah kapal, jumlahnelayan dan hasil tangkapan ikan diKecamatan Aertembaga.

Jumlah Sebelum SesudahSelisih

PenurunanPersentase

Penurunan (%)Kapal 1.687 1.428 259 15,4Nelayan 14.159 12.338 1821 12,9

Sumber : DKP Kota Bitung, 2016

Kota Bitung memiliki industripengolahan perikanan yang berkembangdengan baik, oleh sebab itu di KotaBitung terdapat banyak kapalpenangkapan untuk bahan baku produkperikanan. Kapal penangkapan tersebutberukuran >30 GT, karena ituberdasarkan data yang diperoleh dari

Dinas Kelautan dan Perikanan KotaBitung, dampak kebijakan moratoriumperikanan yang paling besar dirasakan diKota Bitung adalah dampak negatif.

Dampak negatif yang dirasakandapat dilihat dari beberapa aspek yaituberkurangnya jumlah kapal yangberoperasi dan jumlah nelayan yang

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________280 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

melaut di Kota Bitung. Kapal ukuran >30GT yang berhenti beroperasi merupakankapal yang memiliki ratusan tenaga kerjaatau nelayan. Hasil wawancara di Lokasipenelitian, satu kapal yang berhentiberoperasi karena kebijakan moratoriumperikanan menyebabkan ratusan orangnelayan berhenti melaut, jadi jika kapalyang berhenti beroperasi berjumlahratusan orang, maka nelayan yangberhenti melaut berjumlah ribuan orang.Penurunan jumlah kapal yang beroperasidan jumlah nelayan yang melaut inimemberikan dampak pada penurunanjumlah hasil tangkapan ikan.

Tingginya potensi perikanan diKota Bitung berbanding lurus dengankegiatan penangkapannya, yaitubanyaknya jumlah sumberdaya ikan diLaut menyebabkan banyak hari kerjauntuk menangkap ikan. Oleh sebab ituberdasarkan data yang diperoleh dariDinas Kelautan dan Perikanan KotaBitung, karena jumlah hari kerja untukmenangkap ikan menurun,menyebabkan jumlah hasil tangkapanikan yang diperoleh juga menurun.

Jenis ikan yang mengalamipenurunan jumlah sesudah deklarasimoratorium perikanan adalah ikancakalang dan ikan tuna. Penurunan padaikan cakalang dan ikan tuna inidisebabkan oleh karena kapal-kapalyang melakukan penangkapan padakedua jenis ikan ini adalah kapal yangberukuran >30 GT. Penurunan jumlahhasil tangkapan pada kedua jenis ikan inimempengaruhi keadaan perusahaanpengolahan perikanan, hal inidisebabkan oleh karena bahan bakuproduk olahan ikan sebagian besarberasal dari jenis ikan cakalang dan ikantuna. Dampak penurunan jumlah hasiltangkapan pada perusahaan pengolahanperikanan menyebabkan puluhan ributenaga kerja perusahaan pengolahan

perikanan berhenti bekerja, karenaperusahaan pengolahan perikanan tidakmemiliki bahan baku untuk diolahmenjadi produk perikanan, sehinggaperusahaan tersebut harus berhentiberoperasi.

Keadaan Sosial Nelayan PascaDeklarasi Moratorium PerikananUkuran Keluarga

Salah satu faktor yang pentinguntuk melihat keadaan sosial nelayanadalah ukuran keluarga. Hal inidisebabkan oleh karena semakin banyakjumlah anggota keluarga maka jumlahkebutuhan semakin banyak. 15 orangresponden pada penelitian inimenanggung kebutuhan dari nelayan itusendiri, satu orang isteri dan anak-anak.Kebutuhan yang ditanggung respondenyaitu sandang, pangan dan papan.

Ukuran keluarga dari respondensesudah deklarasi kebijakan moratoriumperikanan tidak mengalami perubahan.Responden yang bekerja di Kapalukuran >30 GT tetap menanggungkebutuhan isteri dan anak-anaknyawalaupun mengalami penurunanpendapatan. Hal ini disebabkan olehkarena hubungan keluarga yang tidakmungkin berakhir hanya karenapenurunan pendapatan.

Kebijakan moratorium perikanantidak menyebabkan jumlah tanggungankeluarga bagi responden yang bekerja diKapal ukuran <30 GT bertambah. Hal inidibuktikan dari responden tidak memilikianak yang berusia kurang dari tiga tahundan responden tidak menanggunganggota keluarga yang lain misalnyasepupu atau keponakan, walaupunmereka mengalami peningkatanpendapatan sesudah deklarasi kebijakanmoratorium perikanan.

Agama dan Suku

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________281 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Responden pada penelitian inimemiliki agama dan suku yang berbeda-beda. Perbedaan agama dan sukutersebut tidak menciptakan jarak antarasesama nelayan. Satu kapal yangmemiliki responden dengan agama dansuku yang berbeda, tidak mempengaruhihubungan kerja sama antara sesamanelayan. Responden memiliki toleransiantar umat beragama, hal ini dibuktikanberdasarkan hasil observasi di Lokasipenelitian, terlihat bahwa respondenyang beragama kristen menjadi piketuntuk menjaga kapal pada hari jumatpukul 10.00 pagi sampai pukul 17.00,sedangkan responden yang beragamaislam diberikan kesempatan untukberibadah.

Agama dan suku dari respondensesudah deklarasi kebijakan moratoriumperikanan tidak terjadi perubahan secarapribadi. Kebijakan moratorium perikanantidak membuat responden berpindahagama ataupun mengganti suku mereka.Hasil observasi dan wawancara diLokasi Penelitian sesudah deklarasikebijakan moratorium perikanan,beberapa orang nelayan yang berasaldari Sangir Talaud telah kembali keSangir Talaud, namun jumlah nelayanyang berasal dari suku sangir talaudtetap banyak. Hal ini di sebabkan olehkarena responden yang berasal darisuku sangir talaud, banyak bekerja diKapal ukuran <30 GT. Sedangkannelayan yang berasal dari Gorontalo,banyak yang telah kembali ke daerahmereka, hal ini disebabkan oleh karenanelayan asal Gorontalo banyak bekerjadi Kapal ukuran >30 GT.

Umur dan Pengalaman KerjaUmur dan pengalaman kerja

merupakan faktor yang penting dalammelakukan penangkapan ikan di Laut.Menurut UU nomor 13 tahun 2003

tentang ketenagakerjaan disebutkanbahwa batas umur kerja yang berlaku diIndonesia adalah 15 tahun sampai 64tahun, umur tersebut dapat disebut usiaproduktif untuk bekerja. Para respondenmemiliki umur yang produktif untukbekerja menurut UU No. 13 tahun 2003tentang ketenagakerjaan.

Responden yang bekerja diKapal ukuran >30 GT memiliki umur >30tahun, hal ini berarti keadaan fisik dariresponden yang sebenarnya lemah,tetapi mereka memiliki semangat bekerjayang tinggi sehingga keadaan merekatidak menjadi masalah bagi mereka.Oleh sebab itu responden yang bekerjadi Kapal ukuran >30 GT mengalamikesulitan untuk diversifikasi pekerjaanyang lebih baik sesudah deklarasikebijakan moratorium perikanan, karenamereka tidak memiliki semangat kerjayang tinggi selain dari bekerja sebagaimelaut.

Responden yang bekerja diKapal ukuran >30 GT merupakannelayan yang telah memiliki pengalamanmelaut >15 tahun. Pengalaman kerjasebagai nelayan mengalami peningkatandan penurunan sesudah deklarasimoratorium perikanan. Responden yangbekerja di Kapal ukuran >30 GT harusberhenti melaut karena kapal yangdigunakan berhenti beroperasi.Responden yang memiliki pengalamankerja >15 tahun, karena pekerjaansebagai nelayan merupakan pekerjaanyang telah turun temurun diwariskanoleh orang tua dari responden.

Tingkat PendidikanTingkat pendidikan responden

merupakan faktor yang tidakberpengaruh dalam penerimaan suatuteknologi yang baru. Tingkat pendidikanyang rendah tidak membuat respondensulit untuk menerima teknologi baru dan

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________282 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

tidak membatasi kemampuan responden ketika melaut.

Tingkat PendidikanUkuran Kapal

Jumlah Persentase (%)<30 GT >30 GT

Tamatan SD 5 2 7 46,66Tamatan SMP 2 3 5 33,33Tamatan SMA 3 0 3 20Jumlah 10 5 15 100

Sumber : Data Primer, 2016

Pendidikan yang rendah dapatmenyebabkan responden tidak mampuberpikir solusi yang tepat untukmenghadapi suatu masalah. Hal inidibuktikan dari sesudah deklarasikebijakan moratorium perikanan,beberapa responden mengalamikesulitan dalam memenuhi kebutuhanmereka. Rendahnya tingkat pendidikandisebabkan oleh karena adanya suatukebiasaan yang telah membudaya padagaya hidup nelayan. Pendidikanresponden yang rendah tidakmempengaruhi tingkat pendidikan anak-anak dari responden.

15 orang responden mengalamidua peristiwa yang berbeda sesudahdeklarasi kebijakan moratoriumperikanan yaitu :10 orang responden mengatakan biayayang dikeluarkan untuk kebutuhan yangmenunjang pendidikan anak merekadiperbesar karena pendapatan merekayang meningkat.Lima orang responden mengatakanbahwa biaya yang dikeluarkan untukkebutuhan pendidikan anak merekadiperkecil. Bahkan dua orang respondentidak mampu membiayai anak mereka diPerguruan tinggi, karena pendapatanmereka yang menurun.

Dua peristiwa yang terjadimembuktikan bahwa dengan adanyakebijakan moratorium perikananmemberikan dampak positif dan negatifbagi pendidikan anak-anak responden.Intinya, kebijakan moratorium perikanan

memberikan dampak bagi pendidikananak-anak dari responden.

KesehatanResponden memiliki pola hidup

yang sehat, hal ini dibuktikan darimakanan dan minuman yang dikonsumsioleh para responden. Para respondenmengkonsumsi nasi, ikan dan sayursetiap hari. Tetapi sesudah deklarasikebijakan moratorium perikanan,responden yang bekerja di Kapal ukuran>30 GT mengalami masalah dalammengkonsumsi makanan yang bergizi.

Masalah yang dialami respondenyang bekerja di Kapal ukuran >30 GTdisebabkan oleh karena pendapatanyang kurang, sehingga lima orangresponden yang bekerja di Kapal ukuran>30 GT harus mengurangi biaya untukmakanan. Penyakit yang sering dideritaoleh 15 orang responden sebelumdeklarasi kebijakan moratoriumperikanan adalah Flu dan demam. Hal inidisebabkan oleh karena pekerjaan pararesponden yang melaut pada malamhari, namun sesudah deklarasi kebijakanmoratorium perikanan, penyakit yangsering diderita oleh lima orangresponden yang bekerja di Kapal ukuran>30 GT adalah sakit lambung (maag),bukan lagi flu dan demam karenamereka tidak lagi melaut, melainkankarena memiliki pola makan yang tidakteratur.

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________283 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

HiburanHiburan adalah segala sesuatu

yang berbentuk kata-kata, tempat,perilaku maupun benda yang mampumemberikan kesenangan. Saranahiburan bagi nelayan dan keluarganyamerupakan hal penting yang dapatmemberikan kesenangan, informasi danpengetahuan serta mempermudahkomunikasi dengan orang-orang yangdikenal.

Responden yang bekerja diKapal ukuran >30 GT sebelum kebijakanmoratorium perikanan memiliki fasilitashandphone yang lebih banyakdibandingkan responden yang bekerja diKapal ukuran <30 GT. Namun sesudahdeklarasi moratorium perikanan terjadipenambahan fasilitas pada respondenyang bekerja di Kapal ukuran <30 GTdan terjadi pengurangan fasilitas padaresponden yang bekerja di Kapal ukuran>30 GT (Tabel 20).

Jumlah responden dari kapalukuran <30 GT yang memiliki faslitastelevisi sebelum deklarasi kebijakanmoratorium perikanan adalah 8 orang,tetapi sesudah deklarasi kebijakanmoratorium perikanan ini, semuaresponden dari kapal ukuran <30 GTmemiliki fasilitas televisi. Sedangkanpada responden yang bekerja di Kapalukuran >30 GT yang sebelumnyamemiliki televisi, sekarang tidak lagimemiliki televisi karena dijual untukmemenuhi kebutuhan hidup mereka.

Keadaan RumahUU RI Nomor 4 Tahun 1992

menyatakan bahwa, rumah adalahstruktur fisik yang terdiri dari ruangan,halaman dan area sekitarnya yangdipakai sebagai tempat tinggal dansarana pembinaan keluarga. Jenisrumah yang dimiliki oleh responden di

Kecamatan Aertembaga Kota Bitungdapat dilihat pada diagram di bawah ini :

Responden yang bekerja diKapal ukuran >30 GT memiliki jenisrumah yang permanen. Dua orangresponden yang bekerja di Kapal ukuran>30 GT yaitu responden yangmendirikan rumah di Tanah keluargamereka. Responden sedang melakukanpembangunan untuk rumah mereka,tetapi sesudah deklarasi kebijakanmoratorium perikanan, pendapatanmereka berkurang, sehinggapembangunan tersebut dihentikan.

Tiga orang responden yangbekerja di Kapal ukuran >30 GT harusmembayar angsuran perumahan setiapbulan, tetapi sesudah deklarasikebijakan moratorium perikanan, merekamenjual perumahan tersebut dandengan uang hasil penjualan rumahtersebut, mereka hidup di Rumah sewayang biayanya lebih murah.

Intinya, sesudah deklarasikebijakan moratorium perikanan,responden yang bekerja di Kapal ukuran<30 GT dan di Kapal ukuran >30 GTtidak mengalami dampak negatifmaupun positif, jika dilihat dari kondisifisik bangunan rumah responden. Tetapikebijakan moratorium perikanan tersebutmemberikan dampak bagi respondenyang bekerja di Kapal ukuran >30 GT,jika dilihat dari status kepemilikan rumahsebelum dan sesudah deklarasikebijakan moratorium perikanan.

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________284 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Stratifikasi SosialStratifikasi sosial adalah

pembedaan atau pengelompokkan paraanggota masyarakat secara bertingkat.Tingkatan tersebut dapat dilihat melaluiukuran kekayaan, ukuran kekuasaan,ukuran kehormatan, ukuran pendidikandan ukuran pengalaman kerja.

Pada penelitian ini stratifikasisosial yang ada pada responden dilihatmelalui ukuran kekayaan dan ukuranpendidikan. Kekayaan dijadikan ukuranpenempatan stratifikasi sosial respondenyang dapat dilihat melalui keadaanrumah dan fasilitas hiburan yang dimiliki.

Hasil penelitian yang telahdilakukan di Lokasi penelitian, stratifikasisosial para responden sesudah deklarasikebijakan moratorium perikananmengalami perubahan jika dilihatmenurut ukuran kekayaan yang dimilikioleh responden. Hal ini disebabkan olehkarena kebijakan moratorium perikananmempengaruhi pendapatan danpengeluaran dari responden. Jika terjadiperubahan pada pendapatan danpengeluaran, maka terjadi perubahanpula pada kekayaan yang dimiliki olehresponden.

Interaksi SosialInteraksi sosial adalah hubungan

sosial yang berkaitan dengan hubunganantar individu, individu dengan kelompokdan kelompok dengan kelompok.Interaksi sosial membuktikan adanyakehidupan bersama. Hasil observasi danwawancara kepada responden, interaksisosial yang terlihat disebabkan olehfaktor empati, yaitu adanya interaksipositif atau hubungan kekerabatan yangerat antara sesama nelayan.

Interaksi sosial berikut inimerupakan interaksi yang diamati terjadipada responden yang bekerja padakapal yang sama, yaitu :

Ketika responden mengalamikekurangan uang untuk membeli rokok,responden tersebut dibantu oleh nelayanyang lain.Ketika responden bekerja sama untukmengangkat hasil tangkapan dari dalamkapal dan diletakkan di lantai dermaga.

Interaksi sosial yang terjadiantara responden yang bekerja di Kapalukuran <30 GT dengan nelayan yangbekerja di Kapal ukuran >30 GT adalahinteraksi yang disebabkan oleh karenaadanya faktor empati. Hasil observasi diLokasi penelitian, yaitu sikap salingmenolong antara sesama nelayan,walaupun mengalami masalah dalamperekonomian. Sesudah deklarasikebijakan moratorium perikanan,responden yang tidak memiliki rumahdapat tinggal di rumah responden laindengan membayar uang sewa yanglebih murah.

Keadaan Ekonomi Nelayan PascaDeklarasi Moratorium PerikananTingkat Pendapatan

Pendapatan dapat diartikansebagai sesuatu yang diperoleh nelayandan keluarganya melalui usahanya yangdinyatakan dalam rupiah. Pendapatanyang diperoleh responden terdiri dariupah tetap dan upah tambahan. Upahtetap per bulan adalah Rp. 750.000 - Rp.2.000.000, tergantung kesepakatandengan pemilik kapal dan berdasarkankedudukan responden, sedangkanresponden yang bekerja di Kapal ukuran>30 GT adalah Rp. 2.000.000 – Rp.4.000.000, tergantung kesepakatandengan pemilik kapal dan berdasarkankedudukan responden.

Upah tambahan merupakanupah yang diperoleh dari bahagi hasiltangkapan. Upah tambahan disesuaikandengan harga ikan di Pasar dikalidengan jumlah hasil tangkapan dan

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________285 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

dibahagi dengan jumlah nelayan dalamsatu kapal. Responden di Kapal ukuran>30 GT masing-masing memperolehkira-kira Rp. 6.000 – Rp 10.000 per,tergantung pada harga di Pasar dantergantung pada kedudukan yangdimiliki, sedangkan responden di Kapal

ukuran <30 GT masing-masingmemperoleh kira-kira Rp. 1.000 – Rp.5.000 per ton, tergantung pada harga diPasar dan tergantung pada kedudukanyang dimiliki.

RUkuranKapal

Kedudukan Sebelum (Rp) Sesudah (Rp)Selisih

Pendapatan(Rp)

Persentase(%)

R1 5 GT ABK 3.500.000 4.500.000 1.000.000 28,57R2 ABK 3.500.000 4.500.000 1.000.000 28,57R3 ABK 3.500.000 4.500.000 1.000.000 28,57R4 16 GT ABK 3.000.000 3.500.000 500.000 16,67R5 24 GT Tonaas 4.000.000 5.500.000 1.500.000 37,50R6 ABK 3.000.000 3.500.000 500.000 16,67R7 ABK 3.000.000 3.500.000 500.000 16,67R8 28 GT Tonaas 4.500.000 5.500.000 1.000.000 22,22R9 ABK 3.500.000 4.500.000 500.000 14,29

R10 ABK 3.500.000 4.500.000 1.000.000 33,33R11 40 GT Tonaas 10.000.000 650.000 - 9.350.000 - 93,50R12 ABK 4.000.000 1.000.000 - 3.000.000 -75,00R13 54 GT ABK 5.000.000 850.000 - 4.150.000 - 83,00R14 ABK 5.000.000 750.000 - 4.250.000 - 85,00R15 ABK 5.000.000 2.000.000 - 3.000.000 - 60,00

Sumber : Data Primer, 2016

Selisih pendapatan yang bernilainegatif dan memiliki persentase nilainegatif. Nilai negatif berarti terjadipenurunan pendapatan sesudahdeklarasi kebijakan moratoriumperikanan. Responden yang mengalamipenurunan pendapatan adalahresponden yang bekerja di Kapalberukuran >30 GT. Kapal ukuran >30GT.

Hasil analisis statistik uji-tmenunjukkan bahwa tingkat pendapatanresponden yang bekerja di Kapal ukuran<30 GT sebelum dan sesudah deklarasikebijakan moratorium perikananmengalami peningkatan yang signifikan(p<0,05). Hal ini disebabkan oleh karenaresponden yang bekerja di Kapal ukuran<30 GT tidak termasuk dalam penerapankebijakan moratorium perikanan,sehingga terjadi peningkatan jumlahhasil tangkapan ikan dan jumlah

permintaan di Pasar. Sedangkan padaresponden yang bekerja di Kapal ukuran>30 GT terjadi penurunan yangsignifikan karena responden yangbekerja di Kapal ukutan >30 GTtermasuk dalam kebijakan penerapankebijakan moratorium perikanan,sehingga responden harus berhenti daripekerjaannya sebagai nelayan danharus mencari pekerjaan yang lain agardapat memenuhi kebutuhan hidupresponden dan keluarganya.

Tingkat PengeluaranTingkat pengeluaran disebut juga

tingkat konsumsi. Konsumsi adalahsetiap kegiatan memanfaatkan,menghabiskan kegunaan barangmaupun jasa untuk memenuhikebutuhan hidup. Tingkat pengeluarandapat menunjukkan taraf hidupseseorang. Taraf hidup adalah kualitas

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________286 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

dan kuantitas barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia bagi seseorang.Pengeluaran responden terdiri dari

kebutuhan untuk makanan, listrik,pendidikan anak, perumahan, dankebutuhan yang tidak terduga (lain-lain).

RPengeluaran Selisih Pengeluaran

(Rp)Persentase

(%)Sebelum (Rp) Sesudah (Rp)

R1 1.250.000 1.500.000 250.000 20

R2 3.500.000 4.000.000 500.000 14,29

R3 1.250.000 1.500.000 250.000 20

R4 1.750.000 2.000.000 250.000 14,29

R5 2.500.000 2.750.000 250.000 10

R6 1.300.000 1.500.000 200.000 15,38

R7 2.500.000 2.750.000 250.000 10

R8 1.250.000 1.500.000 250.000 20

R9 4.500.000 4.750.000 250.000 5,56

R10 1.500.000 1.750.000 250.000 16,67

R11 3.000.000 600.000 - 2.400.000 - 80

R12 2.500.000 620.000 - 1.880.000 - 75,20

R13 2.250.000 725.000 - 1.525.000 - 67,78

R14 3.750.000 605.000 - 3.145.000 - 83,87

R15 3.000.000 900.000 - 2.100.000 - 70

Sumber : Data Primer, 2016

Selisih pengeluaran yang bernilainegatif dan memiliki persentase nilainegatif. Hal ini berarti terjadi penurunanpengeluaran sesudah deklarasikebijakan moratorium perikanan.Persentase kenaikan pada pengeluarankeluarga dari responden adalah ≥10%, sedangkan persentase penurunan yaitusebesar > 65%. Tingkat pengeluaran inimengalami perubahan yang signifikan.

Hasil analisis statistik uji t padalampiran 3 menunjukkan bahwa tingkatpengeluaran responden yang bekerja diKapal ukuran <30 GT sebelum dansesudah deklarasi kebijakan moratoriummengalami peningkatan yang signifikan(p<0,05). Hal ini disebabkan oleh karenaadanya peningkatan pendapatan padaresponden yang bekerja di Kapal ukuran<30 GT, sehingga kebutuhan yangdipenuhi bertambah. Sedangkan padaresponden yang bekerja di Kapal ukuran>30 GT terjadi penurunan yangsignifikan karena adanya penurunanpendapatan atau diversifikasi pekerjaan,

yang sebelumnya bekerja di Laut,sekarang bekerja di darat, sehinggakebutuhan yang dipenuhi berkurang.

Data tingkat pengeluaranresponden yang telah dianalisisberdasarkan analisis deskriptif dananalisis statistik dapat dilihat bagaimanataraf hidup dari responden. Data tersebutmembuktikan bahwa responden yangbekerja di Kapal ukuran <30 GTmengalami peningkatan taraf hidup,sedangkan responden yang bekerja diKapal ukuran >30 GT mengalamipenurunan taraf hidup.

Solusi Ketika Tidak MelautSolusi adalah pemecahan

masalah atau jalan keluar. Dampaknegatif dari kebijakan moratoriumperikanan harus dicarikan solusinya.Dampak negatif dirasakan oleh pararesponden yang bekerja di Kapal ukuran>30 GT. ABK dan tonaas yang tidak lagimelaut harus mencari pekerjaan agar

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________287 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

dapat memenuhi kebutuhan hidupmereka sehari-hari.

Hasil penelitian di Lokasipenelitian, lima orang responden yangberhenti melaut melakukan pekerjaanyang hampir sama dengan nelayan yangtelah diteliti oleh pangemanan padatahun 2015. Hal ini disebabkan olehkarena kebijakan moratorium perikananmemberikan dampak negatif dalamjangka waktu yang cukup lama yaitukira-kira selama satu tahun lima bulan.Solusi ketika tidak melautR11 Tukang bangunanR12 Tukang ojek, Tukang bangunanR13 Tukang ojek, PetaniR14 PetaniR15 Supir

Pekerjaan sebagai tukang ojek,tukang bangunan dan petani merupakanpekerjaan yang memiliki pendapatanyang tidak tetap. Responden yangmemiliki lebih dari satu pekerjaan adalahresponden yang melakukan pekerjaan-pekerjaan tersebut sesuai dengankeadaan yang terjadi. Misalnya R12menjadi tukang ojek dan tukangbangunan, hal ini berarti jika adapembangunan yang membutuhkantenaga kerja, responden bersediamenjadi tukang bangunan, tetapi jikatidak ada pembangunan, respondenbekerja sebagai tukang ojek. R15menjadi supir pengantar barang di suatuperusahaan.

Hasil observasi di Lokasipenelitian penyebab nelayan yangberhenti melaut melakukan pekerjaan iniadalah :Petani. Hal ini disebabkan oleh karenalatar belakang pendidikan nelayan yangrendah namun memiliki tenaga yangkuat dalam bekerja. Pekerjaan di Ladangpertanian atau sebagai petani

merupakan pekerjaan yangmembutuhkan tenaga yang kuat.Supir. Hal ini disebabkan oleh karenabanyaknya usaha yang menggunakantransportasi untuk angkutan usahaindustri, maupun ekspor barang,sehingga keberadaan tenaga kerja untuktransportasi sangat dibutuhkan.Tukang Ojek. Hal ini disebabkan olehkarena ABK memiliki motor, dan melihatkeadaan di Lingkungan sekitar yaitujauhnya jarak perusahaan dan jaraktempat tinggal pegawai perusahaan,juga jarak jalan raya untuk naik angkutanumum dengan rumah warga.Tukang bangunan. Hal ini disebabkanoleh karena pertumbuhan pendudukyang cepat serta banyaknya pendatanguntuk menetap, maka banyak lahanyang digunakan untuk pembangunanpemukiman penduduk.

Tanggapan Nelayan TentangKebijakan Moratorium Perikanan

Tanggapan adalah pendapatatau reaksi seseorang setelah melihat,mendengar ataupun merasakan sesuatu.Tanggapan dapat berupa persetujuan,sanggahan pendapat ataupunpertanyaan. Berdasarkan hasilwawancara dari 15 responden, terdapatpersetujuan, sanggahan, pendapat danpertanyaan yang berkaitan dengankebijakan moratorium perikanan.

PersetujuanHasil penelitian yang dilkukan,

diperoleh data bahwa kebijakanmoratorium perikanan disetujui olehresponden yang bekerja di Kapal ukuran<30 GT, karena mereka merasakandampak positif dari kebijakan tersebutsehingga taraf hidup mereka meningkat.

Sanggahan

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________288 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Kebijakan moratorium perikanantidak disetujui oleh responden yangbekerja di Kapal ukuran >30 GT, jikadinilai dari taraf hidup responden perkeluarga, karena taraf hidup merekamenurun.

PendapatResponden yang bekerja pada

kapal ukuran >30 GT berpendapatbahwa kebijakan moratorium ini memilikitujuan yang baik, tetapi karena kebijakanini tidak disertai dengan solusi bagi yangmerasakan dampak negatif, jadikebijakan ini menimbulkan dukungandan kritikan. Responden yang bekerja diKapal ukuran <30 GT berpendapatbahwa kebijakan moratorium perikananini baik, karena memberikan kesempatanatau peluang bagi nelayan kecil untukmeningkatkan taraf hidup mereka.

PertanyaanHasil wawancara dengan

responden yang bekerja di Kapal ukuran>30 GT, diperoleh pertanyaan dari duaorang responden, yaitu jika salah satutujuan dari kebijakan moratoriumperikanan adalah untuk masa depananak-anak kita, bagaimana masa depananak-anak yang harus berhenti sekolahkarena kebijakan ini? Respondenberharap pertanyaan ini dapatmemberikan pemikiran yang lebih baikbagi pemerintah khususnya kementeriankelautan dan perikanan republikIndonesia untuk menentukan suatukebijakan.

Tanggal 14 bulan mei tahun2016, Menteri Kelautan dan PerikananRepublik Indonesia telah mencabutkebijakan moratorium perikanan di KotaBitung. Jadi Kapal-kapal >30 GT bisaberoperasi kembali dengan syaratmemiliki surat-surat yang lengkap dantidak lagi menggunakan kapal

penampung. Jadi ikan yang ditangkap,dibawa oleh kapal penangkap ikan kedermaga.

Peneliti melakukan observasidan wawancara di Lokasi penelitianpada tanggal 9 juni 2016. Penelitimemperoleh pernyataan bahwa pararesponden yang bekerja di Kapalberukuran <30 GT mendukungkeputusan menteri kelautan perikanan,yang mencabut kebijakan moratoriumperikanan di Kota Bitung, karenakeputusan tersebut tidak memberikandampak negatif bagi hasil tangkapanresponden yang bekerja di Kapal ukuran<30 GT. Hal itu disebabkan oleh karenaadanya syarat-syarat yang telahditetapkan bagi kapal ukuran > 30 GT.

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan

Kesimpulan hasil danpembahasan dalam penelitian ini adalahsebagai berikut :

Keadaan sosial ekonomi nelayanpasca deklarasi kebijakan moratoriumperikanan di Kecamatan AertembagaKota Bitung mengalami perubahan.Nelayan yang bekerja di Kapal ukuran<30 GT mengalami peningkatan tarafhidup, sedangkan nelayan yang bekerjadi Kapal ukuran >30 GT mengalamipenurunan taraf hidup.

Peningkatan taraf hidup nelayandisebabkan oleh karena nelayan yangbekerja di Kapal ukuran <30 GT tidaktermasuk dalam pelaksanaan kebijakanmoratorium perikanan, sehingga terjadipeningkatan pada jumlah hasiltangkapan ikan, jumlah permintaanpasar dan jumlah pendapatan.Peningkatan pendapatan menyebabkanterjadinya peningkatan pengeluaran.Peningkatan pengeluaran menunjukkanbahwa pemenuhan kebutuhan nelayansemakin banyak dan berkualitas. Hal ini

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________289 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

membuktikan bahwa nelayan mengalamipeningkatan taraf hidup, peningkatantaraf hidup menyebabkan beberapa hal,salah satunya adalah nelayan memilikikesempatan untuk menabung denganjumlah yang lebih banyak.

Penurunan taraf hidup nelayandisebabkan oleh karena nelayan diKapal ukuran >30 GT termasuk dalampelaksanaan kebijakan moratoriumperikanan, sehingga nelayan harusmelakukan diversifikasi pekerjaan danmengalami penurunan pendapatan.Penurunan pendapatan menyebabkanterjadinya penurunan pengeluaran.Penurunan pengeluaran menunjukkanbahwa pemenuhan kebutuhan nelayanmenurun atau berkurang. Hal inimembuktikan bahwa nelayan mengalamipenurunan taraf hidup, penurunan tarafhidup menyebabkan beberapa hal,diantaranya yaitu anak dari nelayanberhenti sekolah, nelayan harusberpindah tempat tinggal bahkan sampaikehilangan tempat tinggal mereka,sehingga mereka harus kembali kedaerah asal mereka masing-masing.

Solusi yang dilakukan nelayanyang berhenti melaut sesudah deklarasimoratorium perikanan adalah melakukandiversifikasi pekerjaan. Pekerjaan yangdilakukan misalnya supir, tukang ojek,tukang bangunan, petani, buruh pabrik,kondektur, dan nelayan kapal kecil.

SaranPemerintah harus melakukan

beberapa hal sebelum menetapkansuatu kebijakan, yaitu :

Pemerintah harus melaksanakansosialisasi tentang kebijakan yang akanditetapkan, agar pihak yang akanmerasakan dampak dari kebijakantersebut dapat melakukan persiapan.

Pemerintah harus melaksanakandiskusi dengan pihak yang akan

merasakan dampak dari kebijakantersebut, agar pemerintah mengetahuipendapat dari pihak tersebut.

Pemerintah harus memikirkanatau menyediakan solusi bagi pihakyang akan merasakan dampak negatifdari kebijakan yang akan ditetapkan.

Pemerintah harus melakukanpengawasan pada saat pelaksanaansuatu kebijakan, agar pemerintah dapatmengetahui apakah kebijakan yangditetapkan telah dilaksanakan sesuaidengan tujuannya.

DAFTAR PUSTAKA

Alim, M. 2012. Etos Kerja Masyarakat Nelayan.Skripsi. Universitas Islam Negeri SunanKalijaga. Yogyakarta.

Apsari. 2009.Kontribusi Subsektor PerikananTerhadap Perkembangan PerekonomianKota Bitung Periode 2000-2007. SkripsiDepartemen Ilmu Ekonomi. Bogor: InstitutPertanian Bogor.

Arpiani, R. 2009. Kehidupan Sosial Budaya DalamKaitannya Dengan Perilaku EkonomiMasyarakat Nelayan. Skripsi. UniversitasNegeri Semarang. Semarang.

Daryanto, A. 2007. Dari Klaster Menuju PeningkatanDaya Saing Industri Perikanan. BuletinCraby Starky, Edisi Januari 2007.

Gunawan. 2000. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: BumiAksara.

Haryono, T. 2005. Strategi Kelangsungan HidupNelayan. Jurnal Vol VII-2. Jawa Timur.

Kenanga, DT. 2012. Faktor-Faktor yangMempengaruhi Pendapatan UsahaPerikanan Tangkap dengan Kapal Motor –Studi Kasus Kota Bitung. Skripsi FakultasEkonomi. Yogyakarta: Universitas AtmaJaya.

Kusnadi. 2004. Polemik Kemiskinan Nelayan.Yogyakarta: Pustaka Jogja Mandiri.

Leo, A. 2008. Dasar Kebijakan Publik. Bandung:Alfabeta.

Mantjoro, E. 1980. Pengantar Kuliah MetodologiPenelitian. Manado: Universitas SamRatulangi.

Nurwati, N. 2008. Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi.Jurnal Vol X-2. Jawa Barat

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________290 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Pangemanan, O. 2015. Dampak KebijakanMoratorium Terhadap Industri PerikananStudi Kasus Kota Bitung. Skripsi FakultasPerikanan dan Ilmu Kelautan. Manado:Universitas Sam Ratulangi

Sarjulis. 2011. Kehidupan Sosial MasyarakatNelayan. Skripsi. Universitas Andalas.Padang.

Satria, A 2009. Ekologi Politik Nelayan. LKiSYogyakarta.

Siswanto, S. 2015. Pengaruh Kondisi SosialEkonomi Terhadap Pembangunan diLingkungan Pesisir. Skripsi. UniversitasSriwijaya. Palembang.

Sompie, J. 2014. Kinerja Sektor Industri PengolahanPerikanan (SIPP) di Kota Bitung.Salatiga:Tesis Program Doktor Universitas KristenSatya Wacana.

Tarigan, D. 2015. Kajian Gaya Hidup MasyarakatPesisir. Jurnal Vol IV-4. Sulawesi Utara.

Wahyono, A. 2001. Pemberdayaan MasyarakatNelayan. Media Pressindo, Yogyakarta.

Yusuf, G. 2015. Observer Siap Kawal KebijakanMKP.www.djpt.kkp.go.id/index.php/arsip/c/1471/Observer-Siap Kawal-Kebijakan-MKP/?category_id=1 akses-28/3/2016pukul 08.00 WITA.

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________291 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

KAJIAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA ILODULUNGAKECAMATAN ANGGREK KABUPATEN GORONTALO UTARA

Marlin Rauf1, Ir. Christian R. Dien, M.Si2, Ir. Djuwita R.R. Aling, M.Si21) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.

2) Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.Koresponden email : [email protected]

AbstractThis study aims to determine the social conditions of farmers seaweed, and to know the production system andfinancial analysis of seaweed farming in the village Ilodulunga.The education level ever taken by the farmers seaweed. Village Ilodulunga amounted to 78.26% of primary schoolgraduates, SMK graduates much as 4.35%, and amounted to 17.39% of high school graduates. The productive ageseaweed farmers in the village Ilodulunga ie from the age of 20-70 years. Having work experience of over 10 years,have a high motivation to work and about 50% have had a permanent home, and 50% is semi-permanent.Seaweed farming production system that takes into account facilities and cultivation techniques that includeaquaculture site selection, installation of floating rope, planting, maintenance of seaweed seedlings, harvesting andpost-harvest and marketing.Seaweed farming in the village Ilodulunga eligible to run because it has operating profit or absolute advantage Rp.145.264 million, net profit of Rp. 129 360 833, the profit rate (rate of profit) amounted to 422%, 223% Profitability,BCR sale of BEP 5.2 Rp. 17,516,429, 1,751 kg BEP unit, and the repayment period is 0,447 years (5 months, 10days, 19 hours).Keywords: Business, Aquaculture, seaweed, and Gain.

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui keadaan sosial pembudidaya rumput laut, serta untuk mengetahui sistemproduksi dan analisis finansial usaha budidaya rumput laut yang ada di Desa Ilodulunga.Tingkat pendidikan yang pernah di tempuh oleh pembudidaya rumput laut. di Desa Ilodulunga lulusan SD sebesar78,26% , lulusan SMP Sebesar 4,35%, dan lulusan SMA sebesar 17,39%. Umur produktif para pembudidaya rumputlaut di Desa Ilodulunga yaitu dari umur 20-70 tahun. Memiliki pengalaman kerja diatas 10 tahun, memiliki motivasikerja yang tinggi dan sekitar 50% telah memiliki rumah permanen dan 50% masih semi permanen.Sistem produksi budidaya rumput laut yaitu dengan memperhatikan fasilitas dan teknik budidaya yang meliputipemilihan lokasi budidaya, pemasangan tali apung, penanaman bibit, pemeliharaan bibit rumput laut, panen danpasca panen, dan pemasarannya.Usaha budidaya rumput laut di Desa Ilodulunga layak untuk dijalankan karena memiliki operating profit ataukeuntungan absolut sebesar Rp. 145.264.000, net profit sebesar Rp. 129.360.833, profit rate ( tingkat keuntungan)sebesar 422%, Rentabilitas 223%, BCR 5,2 BEP penjualan Rp. 17.516.429, BEP satuan 1.751 kg, dan Jangkawaktu pengembalian yaitu 0,447 tahun (5 bulan, 10 hari, 19 jam).

Kata Kunci : Usaha, Budidaya, rumput laut, dan Keuntungan.

PENDAHULUANIndonesia menjadi salah satu

penghasil utama rumput laut dan mampumemenuhi sekitar 60-70% kebutuhanpasaran dunia. Komoditas bernilaiekonomi tinggi itu terus diintensifkanpengembangannya dengan sasaranmampu menghasilkan 1,9 juta ton padatahun 2009. Indonesia memiliki potensipengembangan rumput laut seluas1.110.900 hektar, hingga saat ini barudimanfaatkan seluas 222.180 hektaratau sekitar 20%. Dalam pembangunanwilayah pesisir, salah satu

pengembangan kegiatan ekonomi yangsedang digalakkan pemerintah adalahpengembangan budidaya rumput laut(Harifuddin dkk, 2011).

Produksi rumput laut RepublikIndonesia mencapai 10,33 juta tonbasah atau bila dikonversi menjadi 1,03juta ton kering. Volume ekspor Indonesiapada tahun 2014 mencapai 206.452 tondengan nilai USD 279.540.000. Datatersebut meningkat dibandingkan tahun2013, dimana volume ekspor mencapai181.924 ton dengan nilai USD209.701.000.

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________292 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Provinsi Gorontalo memang tidakdikenal sebagai penghasil rumput lautkarena sebagian besar masyarakatGorontalo bermata pencaharian sebagaipetani. Sesuai dengan pengamatan dandata pada tahun 2010 Provinsi Gorontalohanya mampu memproduksi rumput lautsebanyak 63. 639 ton rumput laut.Produksi rumput laut masih terbilangsedikit dikarenakan budidaya rumput lautdi Provinsi Gorontalo yang hanyaterdapat pada kabupaten tertentu saja.Rumput laut yang banyak dibudidayakanoleh para pembudidaya di provinsiGorontalo yaitu rumput laut jeniseucheuma cottoni yang dibudidayakandengan metode apung.

Desa Ilodulunga merupakansalah satu desa yang terdapat diKabupaten Gorontalo Utara yangsebagian besar masyarakatnya bermatapencaharian sebagai pembudidayarumput laut dan sebagai petani.Masyarakat yang menjalankan usahabudidaya rumput laut di Desa Ilodulungaterbilang cukup banyak, seluruhnyaberjumlah 63 orang dan seluruhnyamasuk pada usaha kelompok, berjumlah7 kelompok, dengan anggota masing-masing kelompok berjumlah 10 orang,namun sesuai dengan pengamatansejak pertama berdirinya usaha hinggasaat ini usaha budidaya rumput laut yangdijalankan tidak mengalamiperkembangan oleh karena itudiperlukan suatu penelitian tentangkajian usaha budidaya rumput laut.

METODE PENELITIANPenelitian dilaksanakan di Desa

Ilodulunga Kecamatan AnggrekKabupaten Gorontalo Utara. DesaIlodulunga menjadi tempat penelitiankarena Desa ini merupakan salah satudesa yang sebagian besar penduduknyamemiliki usaha budidaya rumput laut.

Metode pengumpulan data yangdigunakan dalam penelitian yaitu metodepengumpulan data dengan metodepurposive sampling adalah metodepengambilan sampel yang dipilih dengancermat sehingga relevan dengan strukturpenelitian, dimana pengambilan sampeldengan mengambil sampel orang-orangyang dipilih oleh penulis menurut ciri-cirispesifik dan karakteristik tertentu. (Putra,2006).

Pengumpulan data denganmenggunakan metode purposivesampling dilakukan dengan caramengambil sampel 3 Kelompok dari 7kelompok yang ada, yaitu mengambil 2kelompok yang beranggotakan 10 orangdan 1 kelompok yang beranggotakan 3orang, sehingga jumlah respondenseluruhnya berjumlah 23 orang.

Adapun tujuan dilakukanpenelitian ini adalah sebagai berikut:1. Mengetahui keadaan sosial

pembudidaya rumput laut di DesaIlodulunga.

2. Mengetahui sistem produksi dananalisis finansial budidaya rumput lautyang ada di Desa Ilodulunga.

HASIL DAN PEMBAHASANMasyarakat Desa Ilodulunga

khususnya para pembudidaya rumputlaut pada prinsipnya masih menjaga danmemelihara nilai-nilai luhur masyarakatseperti nilai-nilai kebersamaan yaituhuyula (gotong-royong) yang masihmelekat di masyarakat. Tradisi nilai inisering dilakukan pada saat kedukaan,hajatan, dan hal-hal yang menurutmasyarakat setempat baik dilakukansecara bersama-sama sepertipenanaman rumput laut dan pemanenanrumput laut. Kelompok usaha budidayarumput laut di Desa Ilodulunga berjumlah7 kelompok berikut adalah nama-nama

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________293 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

kelompok usaha budidaya rumput lautyang ada di Desa Ilodulunga.Nama dan Jumlah Anggota KelompokBudidaya Rumput Laut.

No. Nama KelompokJumlah Anggota

Kelompok

1. Fitrah Bersama 10 Anggota

2. Aerpak Star 10 Anggota

3. Lestari 1 10 Anggota

4. Lestari 2 10 Anggota

5. Mawar pante 3 Anggota

6. Epalua jaya 10 Anggota

7. Melati 10 AnggotaSumber : Diolah Dari Data Primer 2016.

Tingkat pendidikan yang pernah ditempuh oleh pembudidaya rumput lautterlihat bahwa pembudidaya rumput lautyang terdapat di Desa Ilodulunga lulusanSD adalah sebesar 78,26% , lulusanSMP Sebesar 4,35%, dan lulusan SMAsebesar 17,39%.

Tingkat Pendidikan Pembudidaya Rumput Laut DiDesa Ilodulunga

NoTingkat

PendidikanJumlah %

1 SD 18 78,26%

2 SMP 1 4,35%

3 SMA 4 17,39%

4 DIPLOMA/S1 - 0,00%

Jumlah 23 100,00%Sumber : Diolah Dari Data Primer 2016

Umur produktif parapembudidaya rumput laut di DesaIlodulunga yaitu dari umur 20-70 tahun,saat ini umur yang di anggap produktifhanya umur dari 15-64 tahun, danpembudidaya rumput laut yang ada diDesa Ilodulunga masih terdapat 1responden yang berumur 70 tahun danmasih dapat bekerja dikarenakanpengalaman kerja dan semangat kerjayang tinggi menjadi salah satu ukurandalam melihat perkembangan dankeberhasilan usaha budidaya rumputlaut, dan terlihat jelas pembudidaya

tersebut memiliki pengalaman kerja yangtidak sedikit dan juga memiliki semangatkerja yang tinggi.

Jenis kelamin juga merupakansalah satu faktor yang sangat pentingdalam suatu usaha. Pembudidayarumput laut di Desa Ilodulunga tidakhanya dilakukan oleh laki-laki saja tetapijuga dilakukan oleh perempuan. Selainsebagai ibu rumah tangga, mereka jugaberusaha mencari nafkah denganmembudidayakan rumput laut meskitidak sepenuhnya pekerjaan budidayarumput laut tersebut mereka kerjakansendiri tetapi dengan dibantu olehsuami-suami mereka. Berikutpembudidaya rumput laut di DesaIlodulunga berdasarkan jenis kelamin.

Jenis Kelamin Pembudidaya Rumput LautNo Jenis Kelamin Jumlah %1 Laki-Laki 19 82,61%2 Perempuan 4 17,39%

Jumlah 23 0rang 100%Sumber : Diolah Dari Data Primer 2016.

Pembudidaya yang ada di DesaIlodulunga sudah berpengalaman diatas10 tahun dalam membudidayakanrumput laut karena, merekamembudidayakan rumput laut sejakrumput laut dikenalkan pada sekitartahun 1998 dan sebagian dari merekaadalah pembudidaya yang mengikutijejak orang tuanya dalammembudidayakan rumput laut.

Motivasi kerja adalah doronganuntuk seseorang dalam melakukan suatupekerjaan agar tujuannya dapat tercapai.Motivasi kerja juga dianggap pentingoleh para pembudidaya karena tanpamotivasi kerja tentu mereka tidak akanmemiliki semangat untuk bekerja, danmotivasi terbesar mereka dalam bekerjaadalah untuk memenuhi kebutuhansehari-hari, terutama kebutuhan anak-anak mereka agar dapat bersekolah ataumemiliki pendidikan yang lebih tinggi,

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________294 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

mereka juga ingin memiliki tabunganuntuk kehidupan mereka dihari tuanamun, hingga saat ini parapembudidaya masih harus menguburdalam-dalam keinginan mereka tersebutkarena mereka masih sulit untukmelanjutkan anak-anak mereka untuksekolah dan juga sulit menyimpan ataumenabung untuk kehidupan merekananti. Hal tersebut dikarenakan merekamemiliki kebiasaan menghabiskanpendapatan mereka hanya untukmakanan, pakaian serta perabotanrumah yang mewah.

Berdasarkan hasil penelitianproses produksi rumput laut dilakukan ditali apung atau bantalan yang secaraumum berukuran 50x50 meter. Budidayarumput laut di Desa Ilodulunga hanyamenggunakan satu metode yaitu metodeapung.

Metode apung denganmenggunakan tali apung ini banyakdigunakan oleh para pembudidayadikarenakan mereka sudah lamamenggunakan metode apung dan parapembudidaya merasa metode apunglebih mudah dibandingkan denganmetode yang lainnya.

Fasilitas-fasilitas yang digunakanPersiapan penanaman atau

budidaya rumput laut meliputipenyediaan peralatan budidaya sesuaidengan metode apung sertamenyediakan bibit yang akan ditanam.Sesuai dengan penelitian yang dilakukanperalatan yang digunakan untukbudidaya rumput laut dapat dilihat padatabel di bawah ini.

Peralatan yang digunakan oleh pembudidaya rumput laut.

No. Alat dan Bahan Keterangan

1. Tali apung atau tali bantalan nomor 12 Tali yang akan digunakan untuk membuat bantalan yangberukuran 50x50 meter.

2. Patok Kayu Digunakan sebagai patok untuk menahan tali apung ataubantalan.

3. Jangkar Digunakan sebagai pemberat agar tali apung tetap seimbangdan tidak hanyut.

4. Pelampung/ Sterofoam Digunakan untuk menahan tali apung agar tali apung tetapseimbang dan tetap berada pada permukaan air.

3. Tali ris dan Tali cincin Tali yang digunakan untuk mengikat rumput laut

4. Botol Air mineral Digunakan untuk menjadi pelampung tali cincin.

5. Bibit Rumput laut Bibit yang akan ditanam.

6. Tempat Penjemuran/ terpal Digunakan untuk menjemur rumput laut yang dipanen.

7 Karung Digunakan untuk pengepakan rumput laut yang sudah keringatau siap dijual.

Sumber : Diolah Dari Data Primer 2016

Selain peralatan yang terdapatpada tabel diatas peralatan lain yangjuga digunakan yaitu perahu dan mesintempel yang digunakan untukmengangkut rumput laut pada saatpemisahan rumput laut dan

pengangkutan rumput laut dari lokasibudidaya ketempat penjemuran.

Teknik Budidaya Rumput LautTeknik budidaya rumput laut

adalah sesuatu yang sangat penting

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________295 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

dalam proses budidaya karena parapembudidaya harus melakukanpembudidayaan rumput laut sesuaidengan teknik budidaya yang baik dansemestinya jika tidak maka usahabudidaya dapat mengalami kegagalandan menyebabkan kerugian yang besarbagi para pembudidaya rumput laut.Tahapan-tahapan budidaya rumput lautyang dilakukan di Desa Ilodulunga yaitu:

Pemilihan Lokasi Budidaya Rumput LautKeberhasilan suatu budidaya

rumput laut juga ditentukan oleh lokasibudidaya yang dipilih oleh pembudidaya.Salah satu hal yang dapat membuatpara pembudidaya banyak gagal panendan membuat usaha mereka tidakoptimal adalah kesalahan dalam memilihlokasi budidaya seperti memilih lokasiyang perairannya diduga sudahtercemar, dan tidak aman. Kesalahandalam memilih lokasi budidaya rumputlaut sering terjadi pada parapembudidaya dikarenakan parapembudidaya tidak mengetahui daerahperairan mana yang diduga sudahtercemar dan yang belum tercemar.

Pemasangan Tali Apung atau BantalanPemasangan tali apung atau

bantalan di perlukan tali nomor 12,patok, sterofoam, dan jangkar. Luassetiap tali apung atau yang seringdisebut dengan tali bantalan yaitu 50x50meter, Keempat sisi tali apung di pasanglurus, dan di setiap sudut di pasangsterofoam sebagai pelampung dan patoksebagai penahan tali apung ataubantalan, setelah di pasang sterofoamdan patok pada setiap sudut di beripemberat berupa jangkar agar tali apungatau bantalan tetap seimbang dan tidakhanyut.

Penanaman BibitBibit yang ditanam oleh

pembudidaya adalah bibit yangdidapatkan dari Dinas Kelautan danPerikanan Gorontalo Utara. Setiapkelompok mendapatkan bibit sebanyak 1ton dan kemudian mereka pisah dandiikat pada tali cincin sebanyak 100 tali,untuk pembibitan setiap dua minggu bibitdipisah yang kemudian dibagi antarabibit yang dipelihara untuk jadi bibit dipenanaman selanjutnya dan bibit yangakan dipelihara untuk di panen. Untukbibit yang 100 tali cincin setiap duaminggu di pisah dan akan menjadi 200tali cincin jika dipisah 2 dan akanmenjadi 300 tali cincin jika di pisah 3tergantung dari kesepakatan kelompokbudidaya. Dalam pemisahan bibitdilakukan 4 kali pemisahan.

Bibit yang dipisah dalam 4 kalipisah jika dipisah 3 maka menjadi 1.200tali cincin, kemudian 1.200 tali cincin dibagi menjadi dua bagian menjadi 600 talicincin untuk dijadikan bibit untukpenanaman berikutnya dan 600 talicincin dibagi kepada seluruh anggotakelompok setiap anggota kelompokmendapatkan 60 tali cincin sebagai bibityang akan dipelihara dan dipanen,dalam penanaman bibit parapembudidaya menggunakan tali cincinuntuk mengikat bibit rumput laut pada talicincin yang pada awalnya merekamenggunakan tali rafia sebagai tali untukmengikat bibit pada tali ris, merekamenggunakan tali cincin karena merekamerasa menggunakan tali cincin lebihmudah daripada menggunakan tali rafia.Jarak antara tali cincin atau tali pengikatbibit yang satu dengan yang lainnyayaitu berjarak 15-20 cm, dan untuk beratbibit disetiap tali cincin atau setiap ikatanrumput laut yaitu 150 gram .

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________296 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Pembagian bibit dalam setiapkelompok berbeda-beda yaitupembagian bibit dengan cara dibudidayabersama-sama sampai panen, danpembagian dengan secara langsungmembagikan bibit kepada anggotakelompok dan dibudidayakan masing-masing dan hasilnyapun tentu sesuaidengan berapa banyak bibit yangmereka dapatkan. Setiap kelompokbudidaya memiliki bantalan masing-masing.

Jumlah tali cincin yang dipasangdalam satu tali apung atau tali bantalanberbeda-beda sesuai dengan keinginananggota kelompok, dalam tali apungberukuran 50x50 meter tersebut adayang memasang 50 tali cincin dan jugasampai memasang 100 tali cincin, jikauntuk yang memasang 50 tali cincinjarak tali cincin ke tali cincin lainnya yaituberjarak 1 meter, dan untuk yangmemasang 100 tali cincin jarak antar talicincin yang satu dengan yang lainnyahanya 1/5 meter.

Pemeliharaan Bibit Rumput Laut YangTelah di Tanam

Perawatan rumput laut dilakukansetiap dua minggu sekali dengan caramembersihkan setiap tali cincin yangsudah terikat rumput laut. Tali cincindibersihkan dari lumpur dan biota-biotalaut seperti crustacea kecil yang dapatmerusak rumput laut dan dapatmenyebabkan penyakit ice-ice padarumput laut. Pembersihan dilakukandengan menggoyang-goyang tali cincinagar lumpur dan biota lainnya yangmelekat terlepas.

Panen dan Pasca PanenPanen dilakukan pada saat

rumput laut berumur 40-45 hari dihitungdari setelah pembibitan, panen dilakukanoleh pembudidaya dengan cara

melepaskan ikatan tali cincin pada taliapung atau tali bantalan kemudiandiangkat satu persatu tali cincin keperahu dan dibawa ke tempatpenjemuran, setelah berada di tempatpenjemuran, rumput laut dilepaskan ataudikeluarkan dari tali-tali pengikat rumputlaut dan diletakkan pada terpal yangsudah disediakan sebagai tempatmenjemur. rumput Rumput laut dijemursampai 3 hari jika sinar matahari baikdan 5-7 hari jika mataharinya kurangbaik. Rumput laut yang di produksisetiap satu kali panen adalah 1.000 kgdan dalam satu tahun pembudidayadapat memproduksi 4.000 kg rumput lautkering.

Para tenaga kerja yangdiperkerjakan oleh para pembudidayahanya pada saat pemisahan bibit,pengikatan bibit pada tali cincin danpada saat panen. Gaji dari pada parapekerja tersebut dibayar harian. Untukpembayaran gaji atau upah pada tenagakerja yang memisah dan mengikatrumput laut di hitung per tali cincin 1 talicincin di bayar atau beri upah sebesarRp. 3.000 dan upah untuk tenaga kerjayang membantu memanen rumput lautdiberi upah Rp. 100.000/ hari.

Pemasaran rumput laut keringsendiri langsung dijual kepada parapenampung dengan harga yangbervariasi jika rumput laut murah hanyadihargai Rp 5.000/ kg dan jika rumputlaut penjualannya baik dihargai Rp.10.000- Rp. 11.000/kg. Kemudian untukpedagang penampung akan dijualkembali kepada pembeli dari makasardan manado dengan harga yang lebihtinggi.

Usaha budidaya rumput laut diDesa Ilodulunga layak untuk dijalankankarena memiliki operating profit ataukeuntungan absolut sebesar Rp.145.264.000, net profit sebesar Rp.

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________297 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

129.360.833, profit rate ( tingkatkeuntungan) sebesar 422%, Rentabilitas223%, BCR 5,2 BEP penjualan Rp.17.516.429, BEP satuan 1.751 kg, danJangka waktu pengembalian yaitu 0,447tahun (5 bulan 10 hari dan 19 jam).KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan1. Keadaan sosial masyarakat

pembudidaya rumput laut prinsipnyamasih menjaga dan memelihara nilai-nilai luhur masyarakat seperti nilai-nilai kebersamaan yaitu huyula(gotong-royong). Tingkat pendidikandidominasi oleh yang berpendidikanSD sebesar 78,26%, umur dan jeniskelamin, umur umur produktifpembudaya rumput laut yaitu dariumur 20-70 tahun. Laki -laki sebesar82,61% dan perempuan 17,39% sertarata-rata memiliki pengalaman kerjadi atas 10 tahun.

2. Sistem produksi rumput lautditentukan oleh alat dan fasilitas yangdigunakan, dan teknik budidaya yangmeliputi pemilihan lokasi budidaya,pemasangan tali apung, penanamanbibit, pemeliharaan bibit rumput laut,panen dan pasca panen, danpemasarannya.

3. Usaha budidaya rumput laut di DesaIlodulunga layak untuk dijalankankarena memiliki operating profit ataukeuntungan absolut sebesar Rp.145.264.000, net profit sebesar Rp.129.360.833, profit rate ( tingkatkeuntungan) sebesar 422%,Rentabilitas 223%, BCR 5,2 BEPpenjualan Rp. 17.516.429, BEPsatuan 1.751 kg, dan Jangka waktupengembalian yaitu 0,447 tahun (5bulan 10 hari dan 19 jam).

Saran

1. Para pembudidaya harusmemperhatikan perawatan rumputlaut agar tidak mengalami gagalpanen.

2. Para pembudidaya harus menabungpenghasilan mereka agar merekatidak terus-menerus hidup di bawahgaris kemiskinan.

DAFTAR PUSTAKAAnggadiredja, T, J., A. Zatnika., H. Purwoto., S.

Istini., S. 2010. Rumput Laut. PenebarSwadaya. Jakarta.

Damelia, D. 2015. Analisis Daya Saing Dan StrategiPeningkatan Rumput Laut Indonesia. SarjanaEkonomi Universitas Negeri Semarang.

Ditjen PEN. 2013. Warta Ekspor Rumput LautIndonesia. Kementrian Perdagangan RepublikIndonesia.

Harifuddin., Aisyah., Budiman. 2011. Analisis MarginDan Efisiensi Pemasaran Rumput Laut Di DesaMandalle Kecamatan Mandalle, KabupatenPangkep. Jurusan Perikanan, PoliteknikPertanian, Kecamatan Segeri,Mandalle.

Irmayani., S. Yusuf., M. Nispar. 2014. AnalisisKelayakan Usaha Budidaya Rumput Laut DiDesa Mallasoro Kecamatan BangkalaKabupaten Jeneponto. Jurnal Bisnis Perikanan.Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian,Peternakan dan Perikanan UniversitasMuhammadiyah Parepare Sulawesi Selatan.

Ibrahim. Y.M.H, 2003. Studi Kelayakan Bisnis.PT.Rineka Cipta.Jakarta.

Kusuma, L. 2004. Kandungan Nutrisi Rumput Laut.Departemen Kimia Fakultas Matematika DanIlmu Pengetahuan Alam Institut TeknologiBandung.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2015. Apa DefinisiBudidaya dan Definisi Usaha .http://kbbi.web.id/budi%20daya

Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2015.Antaranews Rumput Laut Indonesia.

Kordi, M. Ghufran H. 2011. Kiat Sukses BudidayaRumput Laut di Laut dan Tambak. Andi.Yogjakarta.

Lartik, P, P. 2012. Penggunaan Analisis BiayaVariabel Dalam Pengambilan KeputusanProduksi Pada Pt. Ptj Kantor Wilayah Sidoarjo.Media Mahardhika Vol 10. No 3.

Martono, N. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif.Jakarta, Indonesia: PT RajaGrafindo Persada.

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________298 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Maylisa, A. 2013. Landasan Teori Pengertian Biaya.e-journal.uajy.ac.id/4845/3/2EA17975.pdf

Junaiyah, dan Arifin. 2008. Keutuhan Wacana.Grasindo. Bogor

Nurhasikin. 2013. Penduduk Usia Produktif DanKetenagakerjaan. Universitas Riau Kepulauan.

Putra, A. 2006. Pengertian Metode PurposiveSampling.http://eprints.undip.ac.id/33828/7/1624_chapter_III.pdf

Panjalu. 2013. Pengertian Tingkat Kesejahteraan.Pendidikan Sosbud.

Rumpun Sastra. 2014. Pengertian Kajian dan KajianSastra.http://www.rumpunsastra.com/2014/09/kajian-sastra.html

Rahadiati, A., Dewayany., S. Hartini., S. Widjojo., R.Windiastuti. 2012. Budidaya Rumput Laut DanDaya Dukung Perairan Timur Indonesia: Studi

Kasus Kabupaten Konawe Selatan. Penelitipada Badan Informasi Geospasial. GlobeVolume 14 No. 2.

Setyaningsih, H. 2011. Kelayakan Usaha Budi DayaRumput Laut Kappaphycus alvarezii denganMetode Longline dan StrategiPengembangannya di Perairan Karimunjawa.Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Santoso, L. Dan Nugraha, Y. 2008. PengendalianPenyakit Ice-Ice Untuk Meningkatkan ProduksiRumput Laut Indonesia. Jurusan BudidayaPerairan, Fakultas Pertanian,UniversitasLampung.

Tamamma, Y. 2011. Kontribusi Usaha BudidayaRumput Laut (Eucheuma Cottonii) TerhadapPendapatan Keluarga.Kasus Desa ArungkekeKecamatan Arungkeke, Kabupaten Jeneponto.

Yohandra, F. 2014. Pengertian Finansial DalamKajian Ekonomi. Dharma Andalas, Ekonomi,Manajemen, STIE.

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________299 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

MANAJEMEN PEMASARAN IKAN MARLIN HITAM (MAKAIRA INDICA) DIPASAR BERSEHATI KELURUHAN CALACA KOTA MANADO

Zevri Harefa1; Swenekhe S. Durand2; Olvie V. Kotambunan2

1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.2) Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Koresponden email : [email protected]

AbstractThe objectives of this research were to study marketing management fish Black Marlin (Makaira indica) andmarketing channels that are in the market Bersehati Manado City as well as to learn how to minimize the risk due tothe nature of fishery products, especially fish Black Marlin (Makaira indica) is perishable. From the results of researchin the field, it appears that the marketing management of fish Marlin in Pasar Bersehati had good views of themarketing department, storage and production of Marlin fish which is increasing every month. Marlin fish catchescome from other areas, namely, Sanger, Talaud, Ternate, Manado Tua, Likupang, Aer Copper Bitung, and NainIsland. Marketing of fishery products, especially fish Black Marlin (Makaira indica) have a substantial risk of one ofthem caused by the fish is perishabel or nonperishable. To overcome the decay required proper storage and carefulwhere trader’s owner uses dry storage techniques by providing a small hole under the cool box so that water is notstagnant during the storage process is done.Keyword : black marlin, marketing chain, trader’s

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari manajemen pemasaran ikan Marlin Hitam (Makaira indica) dan saluranpemasaran yang berada di Pasar Bersehati Kota Manado serta untuk mempelajari bagaimana cara memperkecilresiko karena sifat produk hasil perikanan terutama ikan Marlin Hitam (Makaira indica) ini yang mudah busuk. Darihasil penelitian di lapangan, terlihat bahwa manajemen pemasaran ikan Marlin yang ada di Pasar Bersehati sudahbaik dilihat dari bagian pemasaran, penyimpanan dan produksi ikan Marlin yang setiap bulannya semakin meningkat.Hasil tangkapan ikan marlin berasal dari berbagai wilayah lain yaitu, Sanger, Talaud, Ternate, Manado Tua,Likupang, Aer Tembaga Bitung, dan Pulau Nain. Pemasaran hasil perikanan khususnya ikan Marlin Hitam (Makairaindica) mempunyai resiko yang cukup besar salah satunya disebabkan oleh ikan bersifat perishabel atau mudahbusuk. Untuk mengatasi pembusukan tersebut diperlukan penyimpanan yang tepat dan cermat dimana pedagangpemilik menggunakan penyimpanan teknik kering dengan memberikan lubang kecil dibawah cool box agar air tidaktergenang selama proses penyimpanan dilakukan.Kata kunci: marlin hitam, saluran pemasaran, pedagang

PENDAHULUANIndonesia memiliki

keanekaragaman hayati yang tinggitermasuk jenis-jenis ikan. Berdasarkanpenelitian para ahli, nilai gizi dari ikandapat meningkatkan kesehatan dankecerdasan. Disamping itu, ikan adalahmakanan yang dapat diterima olehsemua orang, semua kalangan, semuanegara, dan semua suku agama.Dengan demikian hampir tidak adakendala dalam memasarkannya. Selaginegara-negara lain sudahmengembangkan pemanfaatansumberdaya perikanan dengan teknologiyang relatif lebih maju, menghasilkanproduk olahan perikanan yang relatiflebih bernilai, menata pegelolaansumber daya relatif lebih baik dan

komprehensif, serta menjalankanprinsip-prinsip perikanan yang sesuaidengan standar bisnis modern, sektorperikanan di Indonesia masih bergelutdengan masalah intern sepertikemiskinan, keterbelakangan, dankeburukan manajemen (Nikijuluw, 2005).

Sumberdaya perikananIndonesia menyangkut penyediaanbahan pangan dalam bidang perikananmemiliki potensi besar, hal inimerupakan faktor penting dalammenunjang pembangunan bangsa.Keperluan akan sumberdaya tersebutdirasakan semakin lama semakinmeningkat selaras dengan meningkatnyaperkembangan penduduk danpembangunan diseluruh sektorkehidupan (Kalla, 2008).

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________300 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Pada kenyataannya,pembangunan perikanan telah mendapatperhatian dari pemerintah mengingatbahwa sampai dewasa ini nelayan masihmerupakan golongan masyarakat yangberpendapatan rendah dikarenakanberagamnya faktor penyebab antara lainkurangnya modal usaha dan manajemenyang tidak baik serta kurang tepat.Pendekatan manajemen banyak dipakaikarena dapat menjalankan danmengendalikan usaha denganberpegang pada prinsip memperolehlaba maksimal dengan usaha yangsemenimal mungkin (Bahari, 1997).

Aktivitas perekonomian dibidangperikanan terdiri dari tiga kegiatanpokok, yaitu memproduksi, pengolahandan pemasaran. Mata rantai darikegiatan perikanan adalah pemasarandengan segala aktivitasnya. Hasilperikanan memiliki ciri khas tersendiridibandingkan dengan barang daganglainnya karena, merupakan produkmusiman, kuantitas hasil perikananselalu berubah atau tidak tetap, dan hasilperikanan mudah rusak atau busuk. Halini tentunya akan mempengaruhi tingkatpendapatan dari pelaku bisnis dalamdunia perikanan. Produk atau hasilperikanan membutuhkan penanganandan pemasaran yang tepat. Pemasaranmerupakan ujung tombak dari suatukegiatan bisnis dalam rangka menjualproduk kepada konsumen industrimaupun konsumen akhir (Sunyoto,2012).

Pasar Bersehati merupakantempat yang strategis karena selaindekat dengan pemukiman penduduk,pasar ini juga berdekatan langsungdengan tempat pendaratan ikan dantempat pelelangan ikan. Pasar Bersehatijuga dikenal sebagai pasar sentraltradisional yang ada di Kota Manado,karena tersedia berbagai jenis

kebutuhan untuk konsumsi rumahtangga pada setiap hari. Pasar Bersehatiberdekatan langsung dengan pangkalanpendaratan ikan maka di pasar ini selalutersedia berbagai jenis ikan, lebihkhusus ikan-ikan pelagis dan salah satudiantaranya adalah ikan Tindarung atauMarlin Hitam (Makaira indica).Berdasarkan kenyataan yang ada ini,maka penulis melakukan penelitian gunamelihat, mempelajari dan mengetahuibagaimana manajemen pemasaran ikanMarlin Hitam yang berada di PasarBersehati Kota Manado.

METODE PENELITIANTempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan diPasar Bersehati Kelurahan Calaca KotaManado. Adapun waktu yang diperlukandalam melaksanakan penelitian ini ±5bulan mulai dari penyusunan proposalsampai penyusunan skripsi bulan Maret2016 - Juli 2016.Metode Pengambilan DataMetode pengambilan dat yangdigunakan untuk mengumpulkan datadalam penelitian ini adalah metodesensus yaitu mengumpulkan datadengan mengambil seluruhpopulasi/pedagang ikan Marlin yangberada di Pasar bersehati denganmeneliti satu persatu, jumlahkeseluruhan pedagang ikan Marlin Hitam(Makaira indica) yang ada di PasarBersehati berjumlah 4 orang. Keempatpenjual ikan Marlin Hitam ini menjadisumber data dalam penelitian ini.Metode Analisis DataAnalisis data yang digunakan dalampenelitian ini adalah analisis deskriptifkualitatif dan analisis deskripsikuantitatif. Analisis deskriptif kualitatifyaitu analisis data dengan memberikangambaran dan keterangan-keterangandengan menggunakan kalimat penulis

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________301 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

secara sistematis sesuai data yangdiperoleh sehingga mudah di mengerti.Sedangkan analisis deskriptif kuantitatifadalah analisis data dengan memberikanbahasan atau kajian terhadap data yangada dengan menggunakan perhitunganmatematis yang sederhana.

HASIL DAN PEMBAHASANPerencanaan

Perencanaan merupakanpenentuan segala sesuatu sebelumdilakukan kegiatan-kegiatan dengantujuan utama adalah memberikan arahanatau petunjuk kepada pedagang pemilikikan Marlin Hitam guna menentukanpengambilan keputusan untuk kedepandalam manajemen pemasaran. Dilihatdari pemasaran ikan Marlin Hitam yangberada di Pasar Bersehati semuapedagang pemilik mampu bertahansampai saat ini ± 10 tahun.

Berdasarkan pengamatan,perencanaan pemasaran ikan MarlinHitam yang berada di Pasar BersehatiKota Manado :Pedagang pemilik menentukan tempatpenjualan ikan Marlin Hitam di PasarBersehati atau pasar lainnya, denganmelihat berapa banyak konsumen yangmenyukai ikan tersebut.Strategi pemasaran atau tujuanpemasaran melihat dimana ikan akandijual dan dengan siapa saja yang

nantinya akan menjadi konsumen untukikan Marlin Hitam. Disini pedagangpemilik menjual ikan Marlin Hitamkepada pedagang pengecer, rumahmakan, pedagang perantara dan kepadakonsumen terakhir.Menentukan target penjualan dalam/hari, selama penelitian berlangsungpara pedagang ikan Marlin Hitam yangberada di Pasar Bersehati mampumenjual ikan Marlin sebanyak ±500 kgdalam sehari dimana para pedagangikan ini dapat memenuhi setiappermintaan dari konsumen denganjumlah ikan yang didapat pedagangpemilik dari para nelayan.

PengorganisasianMenjalankan kegiatan

pemasaran ikan Marlin Hitam perluadanya pengorganisasian yang dapatmemberikan informasi secaramenyeluruh tentang susunanpelaksanaan tugas dari tiap-tiap bagian.Tugas ini dapat dilaksanakan denganbaik apabila struktur organisasi jelas dandapat diketahui tingkat dan tanggungjawab dari anggota menurut tugasnyamasing-masing dan dapat membantutercapainya tujuan serta rencana yangtelah ditetapkan secara efektif danefisien. Dari hasil penelitian didapatkanskema struktur organisasi pemasaranikan Marlin Hitam di Pasar BersehatiKota Manado berikut ini.

Sumber : Data primer, 2016.Struktur Organisasi Pemasaran Ikan Marlin

Pedagang Pemilik

Pegangkutan/Pengambilan

ikan

Penjualan/pemasaran

Tukang potongikan

Penyimpananikan

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________302 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Dari gambar di atas dapat dilihatbahwa yang mempunyai kekuasaantertinggi adalah pedagang pemilik danyang berada dibawah pedagang pemilikbagian-bagian dari setiap pemasaranyang ada di Pasar Bersehati. Pedagangpemelik tidak memiliki sekretaris danbendahara jadi semua bagian keuangandan pencatatan atau pembukuannantinya dipegang oleh pedagangpemilik sendiri.

Tugas dan Tanggung Jawab darisetiap struktur organisasi yang adaantara lain :

Pedagang PemilikPedagang pemilik berhak menentukanlangkah-langkah dan kebijakan dalammenentukan keputusan yang akanditempuh.Menyusun dan menetapkan rencanakerja yang akan dijalankan dengansebaik-baiknya untuk mencapai tujuanpemasaran ikan Marlin Hitam.Pedagang pemilik berhak untukmenerima dan memberhentikan pekerjajika para pekerja lalai dalammenjalankan tugasnya.Pedagang pemilik bertangung jawabatas maju mundurnya usaha pemasaranikan Marlin Hitam.Bagian Pengangkutan, Pemotongan,Penyimpanan, Pemasaran

Tugas dan tangung jawab daripekerja yaitu menangani/melaksanakantugas sesuai dengan bidang masing-masing baik dibagianpengangkutan/pengambilan,pemotongan, penyimpanan danpemasaran.

PengarahanSemua kegiatan pemasaran ikan

Marlin yang telah direncanakan dandiorganisasikan tidak mungkin berjalanapabila tidak diarahkan dan dijelaskan

apa yang harus dikerjakan, pedagangpemilik memberikan pengarahan kepadasetiap pekerja. Pengarahan yangdiberikan sejalan dengan tujuanpemasaran baik untuk jangka panjangmaupun jangka pendek. Tujuan daripengarahan ini adalah bekerja dengantekun dan teliti untuk mencapai targetpemasaran yang optimal.

Pengarahan yang diberikan olehpedagang pemilik yaitu :Perintah, merupakan arahan daripedagang pemilik untuk meminta kepadapekerja untuk melakukan tugas ataukegiatan yang dikehendakinya. Perintahdari pedagang pemilik tidak dapatdiberikan kepada orang lain yangmempunyai kedudukan yang sama atauorang lain yang berada dibagian lain.Motivasi, pemberian motivasi yangdiberikan oleh pedagang pemilik kepadapekerja berupa motivasi positif yaitudengan memberikan bonus atau gajitambahan kepada pekerja yang rajinuntuk bekerja.Komunikasi, adalah kegiatan-kegiatanuntuk saling memberikan keterangandan ide secara timbal balik antarapedagang pemilik dan pekerja untukmencapai tujuan pemasaran.

PengawasanDari hasil penelitian pengawasan

yang dilakukan oleh pedagang pemilik dimulai dari bagian pemotongan ikan,pemasaran, pengangkutan danpenyimpanan semuanya diawasi olehpedagang pemilik denganmembandingkan segala sesuatu yangtelah dijalankan dan direncanakan sertamelakukan perbaikan-perbaikan bilaterjadi penyimpangan dalam melakukanpekerjaan dan melihat mutu dari ikanMarlin apakah layak untuk dijual kepadakonsumen dengan melihat dari setiap

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________303 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

bagian-bagian yang ada. Jadi denganpengawasan, pedagang pemilik dapatmengukur seberapa jauh hasil yangtelah dicapai dilihat dalam penjualandalam per hari dari ikan Marlin Hitam(Makaira indica). Selain itu alatpembantu dalam pengawasan yang adadengan menggunakan kamera CCTVyang nantinya juga berguna untukmelihat dan memantau semua barang-barang yang ada, karena sebelumnyapernah terjadi kehilangan cool box, jadiuntuk mengantisipasi agar tidak terjadilagi kehilangan maka pedagang pemilikmemasang kamera CCTV sebagai alatpemantau.

Pembelian dan PenjualanPedagang ikan Marlin yang

berada di Pasar Bersehati mempunyaibanyak opsi atau alternatif dalammendapatkan ikan Marlin untukdipasarkan kepada konsumen danpembelian ikan Marlin tidak lagi melaluiproses pelelangan dari TPI. Disini,pedagang pemilik langsung membeli darinelayan dan dipasarkan kepadakonsumen, Ikan Marlin yang tersediatergantung dari keadaan musim danketersediaan dari sumber tempatpengambilan ikan marlin. Disaat musimpaceklik pedagang besar hanya dapatmembeli 3 - 5 ekor ikan Marlin perharidan itu berpengaruh juga dengan hargajual dari ikan. Harga yang dibelipedagang dari produsen pada saatpaceklik seharga Rp.50.000/kg. Padasaat musim ikan pedagang dapatmemperoleh 6 – 10 ekor ikan Marlindengan harga Rp.25.000 - 30.000/kg.

Pedagang menjual ikan Marlinpada saat paceklik sehargaRp.65.000/kg kepada konsumen danpada saat musim ikan Marlin pedagangmenjual seharga Rp.40.000/kg kepadakonsumen. Dari data yang didapat dari

penjual ikan Marlin, dalam sehari penjualbisa menjual ±500 kg.

Keuntungan terbesar daripedagang ikan Marlin, biasanya di dapatdari penjualan tulang, dada dan perutikan Marlin. Tulang ikan Marlin telahdiberi harga sebesar Rp.20.000/kgsedangkan, perut dan dada harganyaRp.35.000/kg. jadi, dalam seharipedagang ikan Marlin mendapatkankeuntungan berkisar Rp.3.000.000 –Rp.4.000.000 pada saat musim ikanmarlin dan pada musim paceklikkeuntungan yang didapat berkisarRp.1.000.000 – Rp.2.000.000 biasanya,ikan Marlin habis dalam jangka waktu 2 -3 hari.

Tujuan PemasaranTujuan pemasaran ikan Marlin

Hitam (Makaira indica) di PasarBersehati Kota Manado pertama kaliadalah pasaran lokal yang dimulai dari :Pedagang pengecer, dimana pedagangpengecer mengambil ikan kepadapedagang pemilik dengan caramengutang terlebih dahulu danmenunggu hasil dagangannya terjualkemudian pedagang pengecermembayar kepada pedagang pemiliksehingga pedagang pengecer biasmengambil lagi ikan kepeada pedagangpemilik, disini pedagang pemilik hanyamemberikan modal kepercayaan kepadapedagang pengecer.

Rumah makan, biasanyamengambil langsung dari pedagangpemilik dengan jumlah yang banyakberkisar pedagang perantara, dimanapedagang perantara ini dikenal sebagaimarketing chanel atau saluranpemasaran yang nantinya akan menjualikan di berbagai supermarket sepertijumbo, Pasar Segar Paal 2 dan bisa jugamenjual ke berbagai rumah makan.

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________304 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Pedagang pemilik juga bisa langsungmenjual kepada konsumen akhir sepertiibu rumah tangga.

Apabila, stok ikan Marlinmelimpah dan tidak mampu terjualsemua maka pedagang ikan MarlinHitam bisa menjual langsung ke pabrikikan yang berada di daerah Bitungdengan harga pabrik yang ditetapkanRp.28.000/kg.

Informasi PasarInformasi merupakan aspek yang

sangat penting dalam hubungannyauntuk memastikan kondisi produk yangakan dijual, keadaan produk tersebutdipasaran dan area distribusi produktersebut. Melihat pentingnya informasipasar ini, khususnya dalam penjualanikan Marlin, pedagang pemilik ikanMarlin yang berada di Pasar Bersehatimendapatkan informasi dari paranelayan yang berada di berbagai tempatseperti Sanger, Talaud, Pulau Nain,Manado Tua, Ternate, Likupang dan AerTembaga Bitung yang nantinya akandijadikan sebagai sumber perolehan ikanMarlin Hitam (Makaira indica).

Pedagang pemilik yang beradadipasar bersehati menggunakan teleponseluler sebagai alat informasi untukmengetahui apakah ada hasil tangkapandari nelayan selain itu para nelayan jugabisa membawa langsung ikan kepasardan pedagang pemilik sudah menunggudi tempat pendaratan kapal sedangkanuntuk harga penjualan ikan Marlin Hitamkonsumen pedagang pemilik sudahmembandingkan dengan harga ikanMarlin di tempat lain dan telahmenyepakati harganya bersama.

PengangkutanPengangkutan berarti

bergeraknya atau pemindahan barang-barang dari tempat produksi atau tempat

penjualan ke tempat-tempat dimanabarang-barang akan dipakai. Bila fungsipengangkutan dapat dilakukan tempatpada waktunya, maka fungsi ini akanmenciptakan kegunaan waktu atasbarang dagangan. Karena hal ini sangatpenting untuk mengingat produk hasilperikanan cepat rusak bila tertahan lamaselama masa pengangkutan.

Pedagang pemilik sebagianbesar menggunakan kendaraan berodaempat berupa mobil pick-up. Mobil pick-up yang digunakan untuk mengambilikan adalah mobil pick-up milik sendiri.Ikan Marlin diletakkan langsung diatasmobil dan tidak menggunakan cool box,karena dasar mobil dan setiap suduttelah dilapiskan dengan karet plastikyang serupa dengan matras (Pres bak)dan ditutupi dengan terpal. Untukmenjaga agar mutu ikan tetap baik,selama proses pegangkutan ikan daritempat produsen hingga sampai kePasar Bersehati yaitu denganmengunakan es balok yang sudahdihancurkan dan dilapisi dengan garamdan kemudian ikan ditutupi kembalidengan es dan dilapisi dengan garamseterusnya di tutupi dengan terpal yangbertujuan agar ikan tetap awet selamaproses pengangkutan.

Penyimpanan Ikan MarlinPemasaran hasil perikanan

khususnya ikan Marlin Hitam (Makairaindica) mempunyai resiko yang cukupbesar salah satunya disebabkan olehikan bersifat perishabel atau mudahbusuk. Untuk mengatasi pembusukantersebut diperlukan penyimpanan yangtepat dan cermat.

Penyimpanan merupakan fungsipemasaran yang sangat penting agar,ikan yang dijual kepada konsumen tetapdalam keadaan segar. Ikan yang dibelipedagang pemilik dari produsen /

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________305 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

nelayan langsung disimpan kedalamcoolbox atau tempat penyimpanan ikanyang telah di beri es sehingga mutu ikanterjaga dengan baik untuk di pasarkanatau dijual pada konsumen.

Penyimpanan ikan Marlin Hitamsangat mudah dengan memotongbagian-bagian dari ikan kemudianmenggunakan es balok sebanyak satusetengah balok lalu dihancurkan dandimasukan kedalam cool box agar air estidak cepat mencair maka ikan Marlindilapisi dengan mengunakan garamsebanyak 1 kg.

Proses penyimpanan ikan Marlinmunggunakan teknik kering, maksudnyacool box yang digunakan untukpenyimpanan ikan Marlin pada bagianbawahnya diberikan lubang kecil agarikan tidak tergenang dengan air es yangmencair, karena air es yang mencairbisa membuat ikan Marlin cepat rusak /busuk dan penyimpanan ikan Marlinberbeda dengan cara penyimpanan ikanlain yang membiarkan air tergenangdidalam cool box.

Penjualan ikan Marlin dimulaipada jam 04.00 sampai jam 10.00 pagi,saat sisa stok ikan Marlin yang belumterjual laku dan akan dijual kembali padaesok paginya. Proses tersebutmembutuhkan penanganan khusus agarmutu ikan tetap terjaga selamapemasaran berlangsung.

Produksi Ikan MarlinIkan Marlin atau yang dikenal

dengan nama lokal ikan Tindarungmerupakan jenis ikan hasil tangkapanyang cukup mahal karena, ciri khas dariikan ini memiliki daging yang tebal danhampir sama persis dengan dagingayam. Penjual ikan Marlin ini mengambilstok ikan dari berbagai daerah yaituSanger, Talaud, Ternate, Manado Tua,

Likupang, Aer Tembaga Bitung, danPulau Nain. Pembeli atau konsumenyang berada di Pasar Bersehati terdiridari pedagang pengecer, rumah makandan berbagai supermarket, tinggirendahnya produksi ikan tergantung darimusim. Produksi perikanan tangkapkhususnya ikan Marlin Hitam (Makairaindica) pada tahun 2016 sampai denganbulan Juni sebesar 1153.8 ton. Berikutini adalah tabel produksi ikan MarlinHitam yang ada di Pasar Bersehati.Produksi Ikan MarlinTahun 2016 Jumlah Produksi (ton)

Triwulan 1(Jan, Feb, Mar)

559.755 ton

Triwulan 2(Apr, Mei, Jun)

594.045 ton

Triwulan 3(Jul, Ags, Sep)

-

Triwulan 4(Okt, Nov, Des)

-

Total 1153.8 tonSumber : Data Primer, 2016.

Dapat dilihat bahwa produksiikan Marlin di Pasar Bersehati selamatahun 2016 terjadi peningkatan danpenurunan atau tidak menetap, karenamusim berpengaruh terhadap hasilpenangkapan, jika cuaca buruk makahasil tangkapan nelayan tidak banyak.Hal tersebut akan mempengaruhipeningkatan dan penurunan jumlahproduksi ikan Marlin setiap tiga bulan.Saluran Pemasaran

Produksi hasil perikanan yangmemiliki sifat Perishable atau mudahmengalami pembusuk mengharuskanagar produk tersebut berada dalamsaluran pemasaran yang singkat. Artinyapola penyaluran atau penyebaran produkperikanan dari tangan produsen /nelayan ke tangan pedagang pemilikkemudian langsung ke konsumen yangberada dalam satu tahapan. Berikut iniadalah gambar dari salurun pemasaranyang ada di Pasar Bersehati.

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________306 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Sumber : Data primer, 2016.Saluran Pemasaran Ikan Marlin di Pasar Bersehati

Ikan Marlin (Makaira indica)sebelum diterima oleh konsumen telahmengalami proses pengumpulan danproses penyebaran dengan pedagangpemilik sebagai titik akhir pengumpulandan awal penyebaran. Pedagang pemilikmengambil ikan langsung dariprodusen/nelayan tanpa melalui TempatPelelangan Ikan (TPI), kemudian,menjual kepada pedagang pengecer danpedagang pengecer ini nantinya akanmenjual kepada konsumen. Selain itu,pedagang pemilik bisa juga menjuallangsung kepada konsumen, rumahmakan dan kepada pedagang perantara.Pedagang perantara ini dikenal sebagaisaluran pamasaran (Marketing channel)yang nantinya akan menjual di berbagai

supermarket, karena mengingat jugaikan Marlin Hitam ini merupakan ikanyang sulit untuk di tangkap sehingga,pedagang mendapatkan ikan denganjumlah yang sangat terbatas. Saluranpemasaran ikan Marlin Hitam (Makairaindica) di Pasar Bersehati, KelurahanCalaca Kota Manado tergolong pendekdan cepat karena mengingat ikanmerupakan bahan mentah yang bersifatmudah busuk/rusak, untuk itu dibutuhkanpenanganan khusus agar ikan tidakmudah rusak untuk dijual kepadakonsumen akhir.

Saluran pemasaran ikan MarlinHitam di Pasar Bersehati dapatdigambarkan seperti dibawah ini :

Nelayan → Pedagang Pemilik → Rumah Makan→ Konsumen. Nelayan → Pedagang Pemilik → Pedagang Pengecer → Konsumen. Nelayan→Pedagang Pemilik→Pedaganga Perantara→Supermarket→Konsumen. Nelayan → Pedagang Pemilik → Konsumen.

NELAYAN

PEMILIKUSAHA

PEDAGANGPENGECER

RUMAHMAKAN

PEDAGANGPERANTARA

SUPERMARKET

KONSUMEN

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________307 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

KESIMPULAN1. Pemasaran ikan Marlin Hitam

memiliki perencanaan matang dalamwaktu jangka panjang sehinggamenguntungkan bagi pedagangpemilik ikan Marlin Hitam (Makairaindica), pengorganisasian dibuat olehpedagang pemilik dalam setiapbagian-bagian yang ada sepertipengangkutan, penyimpanan,pemotangan dan pemasaran,pengarahan yang dilakukan mengacupada perencanaan berdasarkaninstruksi dari pedagang pemilik danpengawasan dilakukan dengan caramengontrol setiap bagian-bagianyang ada didalam pemasaran ikanMarlin Hiatam (Makaira indica) sepertipengangkutan, penyimpanan,pemotongan dan pemasaran.

2. Pedagang ikan Marlin yang berada diPasar Bersehati mengambil stok ikan

3. dari Sanger, Talaud, Ternate,Manado Tua, Likupang, Aer TembagaBitung, dan Pulau Nain dan Saluranpemasaran ikan Marlin Hitam(Makaira indica) yang ada di PasarBersehati dilakukan dengan tepat danbaik, untuk memperkecil resikokarena sifat ikan Marlin Hitam yangmudah busuk maka dibutuhkanpenyimpanan/penanganan khususdengan menggunakan penyimpananteknik kering agar ikan Marlin Hitamtidak mudah rusak/busuk untuk dijualkepada.

DAFTAR PUSTAKA

Bahari, R. 1997. Peranan Koperasi Perikanan dalamPengembangan Perikanan. ProsidingPerikanan Rakyat.

Kalla, M. 2008. Perikanan Unggulan. PT. CiptawidyaSwara.Jakarta Timur.

Nikijuluw, V. 2005. Politik Ekonomi Perikanan.FERACO. Jakarta.

Sunyoto, D. 2012. Dasar-Dasar ManajemenPemasaran.CPAS, Yogyakarta.

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________308 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________309 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

ANALISIS FINANSIAL ALAT TANGKAP BAGAN DI DESA TATELI WERUKECAMATAN MANDOLANG KABUPATEN MINAHASASharon E. E. Repi1, Lexy K. Rarung2, Djuwita R.R. Aling2

1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.2) Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Koresponden email : [email protected] fishermen in North Sulawesi province, especially in the district of the village Mandolang Teteli Weru fill theirdaily activities in gaining revenue that the fishery business, especially the chart. They are very dependent on theequipment they have for the sake of increased revenues to a better direction.Measure to be used in financial analysis consists of the Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), andPayback Period (PP). This research is descriptive. The sampling method will be used to take samples of probabilitysampling method is purposive sampling is a sampling technique is done with a certain considerations intended thatthe data obtained are representative (Sugiyono, 2008). The amount of samples taken in this study was 30%. Wherethe number of fishermen in the village Tateli Weru charts are as many as 15 people so 5 sample of the total numberof samples considered to represent all units charts are large, small, or medium. Data obtained consists of primarydata and secondary data. The data will be analyzed using descriptive analysis of qualitative and quantitativedescriptive analysis.They are using financial analysis to analyzing of Feasibility their gear. Investment (I) IDR. 25.5332 million; Fixedcosts (FC) IDR. 6,843,026; Total Revenue (TR) IDR. 37,000,000; Variable Cost (VC) Rp. 9,369,326; Price per unitIDR. 2,500,000; and a net profit of IDR. 27,890,674 for each year.Financial analysis in this study proves that the business of fishing gear is still feasible to continue. This is evidentfrom the results of financial calculations with the results of NPV = IDR. 13,134,379; IRR = 23.11% and the paybackperiod of 0.9 years.Although the results of research on fishing gear chart showing good financial shape, but if the chart fisherman in thevillage of Weru Tateli only livelihood depends on fishing gear this chart alone, it will not meet the daily needs of thefamily. This is because the fishing season is not fixed, so as to meet their daily needs, they need to look for otherincome.

AbstrakBeberapa nelayan di Provinsi Sulawesi Utara khususnya di Kecamatan Mandolang Desa Teteli Weru mengisiaktivitas sehari-hari dalam memperoleh pendapatan yaitu dengan usaha perikanan tangkap khususnya bagan.Mereka sangat bergantung pada alat yang mereka miliki demi peningkatan pendapatan ke arah yang lebih baik.Ukuran yang akan digunakan dalam analisis finansial ini terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return(IRR), dan Payback Period (PP). Penelitian ini bersifat deskriptif. Metode pengambilan sampel yang akan digunakandalam mengambil sampel adalah metode probability sampling Purposive sampling adalah teknik sampling yangdilakukan dengan pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh bersifat representatif (Sugiyono,2008). Besarnya sampel diambil pada penelitian ini adalah 30%. Dimana jumlah nelayan bagan di Desa Tateli Weruadalah sebanyak 15 orang sehingga 5 orang sampel dari jumlah keseluruhan sampel dianggap telah mewakilisemua unit bagan berukuran besar, kecil, maupun sedang. Data diperoleh terdiri dari data primer dan data sekunder.Data yang akan terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptifkuantitatif.Kelayakan dari alat tangkap bagan di Desa Tateli Weru digunakan analisis finansial. Investasi (I) Rp. 25.533.200 ;Biaya tetap (FC) Rp. 6.843.026 ; Total Penerimaan (TR) Rp. 37.000.000 ; Biaya Tidak Tetap (VC) Rp. 9.369.326 ;Harga Satuan Rp. 2.500.000 ; dan Laba bersih Rp. 27.890.674 untuk setiap tahunnya.Analisis finansial dalam penelitian ini membuktikan bahwa usaha alat tangkap ini masih layak untuk dilanjutkan. Halini terlihat dari hasil perhitungan finansial dengan hasil NPV = Rp. 13.134.379 ; IRR = 23,11% serta periodepengembalian dalam 0,9 tahun.Meskipun hasil penelitian terhadap alat tangkap bagan menunjukkan keadaan finansial yang baik, namun bilanelayan bagan di Desa Tateli Weru hanya bergantung pada mata pencaharian alat tangkap bagan ini saja, makatidak akan mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarga. Hal ini dikarenakan musim ikan yang tidak tetap, sehinggauntuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, mereka perlu mencari penghasilan lain.

PENDAHULUANAspek ekonomi sangat penting

artinya dalam suatu kegiatan usaha. Hal-hal yang berkaitan dengan modal,perhitungan biaya operasional, biaya

peralatan, gaji karyawan, keuntunganperusahaan dan lain-lain harusdiperhatikan dengan cermat. Tidakterkecuali pada unit usaha perikanan.

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________310 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Berdasarkan Undang-undangPerikanan nomor 45 tahun 2009,perikanan mempunyai peranan pentingdan strategis dalam pembangunanperekonomian nasional, terutama dalamperluasan kesempatan kerja,pemerataan pendapatan, peningkatantaraf hidup nelayan kecil,pembudidayaan ikan, dan pihak-pihakpelaku usaha di bidang perikanandengan tetap memelihara lingkungan,kelestarian, serta ketersediaansumberdaya ikan.

Upaya yang dapat dilakukanuntuk meningkatkan pendapatannelayan antara lain denganmeningkatkan produksi hasiltangkapannya. Salah satu cara untukmeningkatkan produksi tersebut adalahdengan mengusahakan unitpenangkapan yang produktif, yakni yangtinggi dalam jumlah dan nilai hasiltangkapannya. Selain itu, unitpenangkapan tersebut haruslah bersifatekonomis, efisien dan menggunakanteknologi yang sesuai dengan kondisisetempat serta tidak merusak kelestariansumberdaya perikanan.

Beberapa nelayan di ProvinsiSulawesi Utara khususnya di KecamatanMandolang Desa Teteli Weru mengisiaktivitas sehari-hari dalam memperolehpendapatan yaitu dengan usahaperikanan tangkap khususnya bagan.Mereka sangat bergantung pada alatyang mereka miliki demi peningkatanpendapatan ke arah yang lebih baik.Tetapi apakah alat tangkap bagan inibisa memberikan hasil yang layak untukdikembangkan atau minimaldipertahankan, hal inilah yangmenjadikan penulis tertarik untukmelaksanakan penelitian yang seriuspada nelayan bagan di Desa Tateli WeruKecamatan Mandolang KabupatenMinahasa.

Tujuan dari dilakukannya penelitian iniadalah :

1. Untuk mengetahui danmempelajari keadaan finansialdari nelayan bagan di DesaTateli Weru KecamatanMandolang KabupatenMinahasa.

2. Untuk menganalisis kelayakanusaha alat tangkap bagan miliknelayan Desa Tateli WeruKecamatan MandolangKabupaten Minahasa.

3. Untuk mendeskripsikan keadaansosial ekonomi nelayan bagan diDesa Tateli Weru KecamatanMandolang KabupatenMinahasa.

Adapun manfaat dari dilakukannyapenelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mendapatkan gelarsarjana pada Fakultas Perikanandan Ilmu Kelautan UniversitasSam Ratulangi

2. Sebagai bahan masukan bagipemerintah setempat di DesaTateli Weru KecamatanMandolang Kabupaten Minahasadalam menyusun kebijakan yangberkaitan dengan kehidupannelayan di sana.

METODE PENELITIANPenelitian bersifat deskriptif,

yaitu dengan membuat pencandraansecara sistematis, faktual, dan akuratmengenai faktor-faktor dan sifat-sifatpopulasi di daerah tertentu (Hamidi,2010). Menurut Nazir (2009) metodepenelitian deskriptif merupakan metodepenelitian yang menggambarkan danmenginterpretasikan objek sesuai apaadanya.

Pengambilan data dilakukandengan menggunakan data primer dansekunder. Kata primer (primary) berarti

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________311 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

utama, asli, atau secara langsung darisumbernya. Pengertian data primeradalah data asli yang dikumpulkan olehperiset untuk menjawab masalahrisetnya secara khusus. Kata sekunderberasal dari bahasa Inggris secondaryyang berarti kedua atau bukan secaralangsung dari sumbernya melainkan daripihak lain. Keberadaan data sekundertidak dipengaruhi oleh riset yang akandijalankan oleh peneliti. Dengan katalain, data tersebut sudah disediakan olehpihak lain (Istijanto, 2005).

Adapun metode yang akandigunakan dalam penelitian nanti adalahmetode survei. Menurut Hamidi (2010)survei adalah suatu penelitian yangdilakukan dengan cara mengumpulkandata, menyidik dan menafsirkan datasecara umum sesuai yang didapatkan dilapangan.

Tempat pelaksanaan penelitianini dilakukan di Desa Tateli Weru,Kecamatan Mandolang, KabupatenMinahasa dan waktu yang dibutuhkanuntuk memulai pra-penelitian sampaiujian Skripsi adalah selama 5 bulan,terhitung sejak bulan Februari sampaibulan Juni 2016.

Metode Pengumpulan SampelData yang diperoleh terdiri dari

data primer dan data sekunder. Dataprimer dikumpulkan melalui pengamatanlangsung dan wawancara langsungterhadap setiap responden. Respondendalam hal ini adalah yang dijadikancontoh, yaitu nelayan, kepala jaga,kepala desa, sekretaris desa, maupunpihak lainnya yang dianggap berkaitandengan penelitian nanti. Pengumpulandata dilaksanakan dengan sikap yangkomunikatif serta mengajukan beberapapertanyaan menggunakan bahasaIndonesia yang mudah dipahami dalambentuk kuesioner yang sudah disiapkan

secara sistematis. Sedangkan datasekunder diperoleh dengan caramengutip catatan monografi desa darilembaga-lembaga yang adahubungannya dengan penelitian.

Metode Pengambilan SampelMetode pengambilan sampel

yang digunakan dalam penelitian iniadalah metode purposive sampling.Metode ini dipilih karena melihat hasilpenjajakan awal di lokasi penelitian yangmenunjukkan dimana sampel padaumumnya terdiri dari data yang berbeda.

Besarnya sampel diambil padapenelitian ini adalah 30%, dimana jumlahnelayan bagan di Desa Tateli Weruadalah sebanyak 15 orang sehingga 5orang sampel dari jumlah keseluruhansampel dianggap telah mewakili semuaunit bagan berukuran besar, kecil,maupun sedang.

HASIL DAN PEMBAHASANKeadaan Umum Nelayan BaganKomposisi umur

No.Kelompok

Umur (tahun)Responden

Persentase(%)

1. 30 - 45 1 20,002. 46 - 60 1 20,003. 61 ke atas 3 60,00

Jumlah 5 100,00Sumber : Data Primer, Mei 2016

Dari ke lima responden, terdapat60% nelayan bagan yang berusia dikelompok umur 61 tahun ke atas yanglebih banyak dibandingkan kelompokusia yang lain. Hal ini dikarenakanpengalaman kerja yang lebih banyak danyang telah mereka miliki sejak dahulumasih digunakan dalam usaha alattangkap bagan hingga saat ini. Rentangusia ini pun dinilai telah mapan dari segipencaharian karena semua respondensudah memiliki alat tangkap sendiri.Antusias bekerja dan tenaga yang

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________312 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

dimilikipun melebihi mereka yangtergolong masih muda.Pendidikan

No.Tingkat

Pendidikan RespondenPersentase

(%)

1.Tamat SekolahDasar 4 80,00

2.

Tamat SekolahMenengahPertama 1 20,00

3.Tamat SekolahMenengah Atas - -

Jumlah 5 100,00Sumber : Data Primer, Mei 2016

Dari tabel tersebut, maka terlihat latarbelakang pendidikan yang minim inimenjadi salah satu faktor penyebabmengapa mereka hanya hanya mampuberprofesi sebagai nelayan bagan.

Pengalaman kerja

No.Pengalaman

(tahun)Responden

Persentase(%)

1. 1 - 5 1 20,002. 6 - 10 1 20,003. 11 - 15 ke atas 3 60,00

Jumlah 5 100,00Sumber : Data Primer, Mei 2016

Tabel tersebut mendeskripsikanbahwa sebagian besar bagan yangterdapat di lokasi penelitian telah cukuplama dan secara tidak langsungmenjelaskan bahwa sebanyak 60%nelayan bagan di lokasi penelitian telahcukup berpengalaman dalam bidangusaha penangkapan ikan menggunakanalat tangkap bagan.

Motivasi KerjaKelima responden tersebut

memiliki motivasi yang sama. Awalmereka menjadi nelayan bagan karenamereka melihat peluang besar untukmemanfaatkan sumberdaya ikan di lautdengan membuat alat tangkap berupabagan. Tujuannya agar dapat memenuhikebutuhan keluarga sehari-hari.

Ukuran Keluarga

Keluarga merupakan kelompokyang paling penting dalam kesatuanmasyarakat. Karena tediri dari laki-lakidan perempuan, perhubungan sedikitbanyak berlangsung lama untukmenciptakan dan membesarkan anak.Jadi, keluarga dalam bentuk murni,merupakan suatu kesatuan sosial yangterdiri dari suami, istri dan anak-anak(Koentjaraningrat, 1994).

Ukuran anggota keluarga nelayan bagan

No.

Jumlahanggotakeluarga

JumlahKeluarga

Persentase(%)

1. 1 - 5 3 60,002. 6 - 10 2 40,003. Lebih dari 10 - -Jumlah 5 100,00

Sumber : Data primer, Mei 2016

Sebenarnya nelayan baganmemiliki anggota keluarga yang cukupbanyak yaitu sekitar 6 sampai 10 orangbahkan bisa lebih. Akan tetapi banyakanggota keluarga dari mereka dalam halini anak-anak nelayan bagan, telahberkeluarga dan merantau jauh dariDesa Tateli Weru sehingga tidak lagimenjadi tanggungan kebutuhan hidupdari nelayan bagan tersebut. Itulah yangmenjadi salah satu faktor penyebabjumlah tanggungan.

Keadaan rumah

No. Jenis RumahJumlahResponden

Persentase(%)

1. Permanen 4 80,00

2.Semipermanen 1 20,00

Jumlah 5 100,00Sumber : Data Primer, Mei 2016

Tabel tentang keadaan rumah diatas, menunjukkan bahwa sebagianbesar rumah responden memiliki tingkatkesejahteraan hidup yang cukup baikdilihat dari keadaan rumah cukupmemadai dan tergolong layak tinggalyaitu sebanyak 80%. Rumah permanen

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________313 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

yang dimaksudkan di sini adalah rumahyang terbuat dari dinding dan lantaibeton, serta bangunan yang kokohberdiri.

Analisis FinansialHasil tangkapan yang diperoleh

nelayan bagan terdiri dari ikan teri(Stolephorus sp) dan ikan malalugis kecilatau dalam bahasa Indonesia disebutikan layang merah (Decapterus tabl).Sifat dari ikan ini adalah hidupbergerombol dan hanya ada pada musimtertentu. Jika jumlah tangkapan banyak,maka ikan akan dijual kepada kapalhuhate (pole and line) ataupun kapalpunae yang pada dasarnya membeliikan dari nelayan bagan untuk keperluansebagai umpan ikan tuna ataupun ikanbesar lainnya. Sedangkan jika jumlahtangkapan hanya sedikit, maka merekamenjualnya di pasar, lalu pasarmenjualnya ke pedagang pengumpul.

Kapal huhate membeli ikan rata-rata seharga Rp.2.500.000 untuk setiap3 ton ikan hasil tangkapan bagan.Artinya 3 ton ikan dihargai Rp.2.500.000untuk setiap bak penampung ikan didalam kapal. Umumnya kapal inimembeli ikan pada 1 bagan, untukmengisi 2 bak penampung ikan yangmereka miliki. Dengan kata lain, setiapbagan menjual 6 ton ikan hasil panenbagan kepada 1 unit kapal huhate untukmengisi 2 bak penampung mereka.Ketika tangkapan sedikit, maka hasiltangkapan yang dijual di pasar ataukepada pedagang pengumpul bisadikenakan standar yaitu dengan hargaRp.200.000 untuk setiap 25 kilogramhasil tangkapan.

Untuk menganalisis finanasialyang terdapat pada alat tangkap bagan,maka dperlukan perhitungan jumlahproduksi dalam satu tahun. Total

produksi ikan per tahun diperolehdengan perhitungan :

1 kapal = 2 palka ikan1 palka = 7 ton (4 ton air dan 3 ton ikan).Artinya 1 kapal = 2 palka x 3 ton ikan

= 6 ton per kapal1 palka dihargai Rp.2.500.000/3 ton ikan

Rata-rata 1 bagan memanen 6 ton tiapkali trip, atau setara dengan 2 palkaseharga Rp.5.000.000 per panen.Rata-rata bagan memanen 7,4 kalidalam 1 tahun.1 tahun = 7,4 x 6 ton ikan= 44,4 ton ikan per tahun.= 44.400 kg ikan per tahun

Jadi keuntungan 1 tahun = Rp.5.000.000x 7,4 kali panen

= Rp.37.000.000Untuk mengetahui kalayakan dari alattangkap bagan di Desa Tateli Werudigunakan analisis finansial.Investasi (I) : Rp. 25.533.200Biaya tetap (FC) : Rp. 6.843.026Total penerimaan (TR): Rp. 37.000.000Biaya tidak tetap (VC) : Rp. 9.369.326Harga satuan : Rp. 2.500.000Laba bersih : TR – VC = Rp.37.000.000 - Rp. 9,369,326

= Rp. 27.630.674Jadi Rp. 27.630.674 merupakan lababersih per tahun untuk alat tangkapbagan.

Analisis Net Present Value (NPV)Untuk mencari nilai NPV, maka

harus diketahui nilai biaya dankeuntungan dalam kurun waktu tertentu.Besarnya biaya pada awal pembuatan(tahun 0) adalah sama dengan biayayang dikeluarkan pada tahun pertamayaitu Rp. 25.533.200 atau sama denganinvestasi awal. Sedangkan besarnyabiaya untuk tahun-tahun selanjutnyadiasumsikan menjadi biaya yang harus

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________314 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

dikeluarkan setiap tahunnya yaitu biayaproduksi tiap tahun mulai dariRp.9.369.326 yang dipastikan akan naiksetiap tahunnya. Hal ini pula berlaku

pada keuntungan setiap tahun yangakan terus meningkat, sebagaimanabiaya yang keluarkan.

Perhitungan nilai cost dan benefit

Tahun Cost (Rp.) Benefit (Rp.) Benefit Bersih

0 25.533.200 - 25.533.200

1 25.533.200 - 25.533.200

2 9.369.326 37.000.000 27.630.674

3 15.000.000 39.000.000 24.000.000

4 19.000.000 39.000.000 20.000.000

5 24.000.000 41.000.000 17.000.000

Jumlah 37.824.274

Nilai NPV diperoleh dari perkalian antara keuntungan bersih dikalikan dengan tingkatbunga (discount factor) sebesar 12% untuk sehingga didapat nilai NPV positif sebesarRp. 13.134.379 pada rentang waktu 5 tahun.

Perhitungan pada tingkat bunga 12%

Tahun DF (12%) NPV PV Cost PV Benefit

0 - 25.533.200

1 0,8929 - 22.798.594

2 0,7972 22.027.173 7.261.955 29.496.400

3 0,7118 17.083.200 10.677.000 27.760.200

4 0,6355 12.710.000 12.074.500 24.784.500

5 0,5674 9.645.800 13.617.600 23.263.400

Jumlah 13.134.379 43.838.327 105.304.500

Benefit Cost Ratio (BCR) dalam hal ini merupakan merupakan hasil perbandinganantara PV Benefit dengan PV Cost.Rumus BCR = 2,4

Ketika tingkat bunga dinaikkan menjadi 25%, maka nilai NPV berubah menjadinegatif. Dengan discount factor (DF) sebesar 25% namun tetap dalam periodewaktu yang sama, nilai NPV berubah menjadi -Rp.2.225.229

Perhitungan pada tingkat bunga 25%

Tahun DF (25%) NPV PV Cost PV Benefit

0 - 25.533.200

1 0,8000 - 20.426.560

2 0,6400 17.683.631 5.829.969 23.680.000

3 0,5120 12.288.000 7.680.000 19.968.000

4 0,4096 8.192.000 7.782.400 15.974.400

5 0,3277 5.570.900 7.864.800 13.435.700

Jumlah -2.225.229 29.323.569 73.058.100

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________315 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Analisis Internal Rate of Return (IRR)

Rumus IRR =

=

=

=

== 23,11%

Analisis Payback Period (PP)

Payback Period =

== 0,9 tahun

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan1. Dari hasil penelitian usaha alat

tangkap bagan di Desa Tateli Weru,Kecamatan Mandolang KabupatenMinahasa menunjukkan bahwa usahabagan ini masih layak dilanjutkan,karena hasil yang menunjukan NPV >0, yaitu senilai Rp. 13.134.379 dalamkurun waktu 5 tahun berdasarkandiscount rate 12%, serta BCR senilai2,4.

2. Tingkat hasil pengembalian internal(Internal Rate of Return) dari alattangkap bagan diperoleh dengan caracoba-coba (trial and error)berdasarkan tingkat bunga (discountfactor) pertama 12% dan tingkatbunga (discount factor) kedua 25%adalah 23,11%. Artinya tingkat hasilpengembalian internal dari tingkatbunga yang menyamakan nilaisekarang dari arus kas yang

diharapkan di masa datang, ataupenerimaan kas, denganmengeluarkan investasi awal, makaakan mendapatkan 23,11% di masayang akan datang.

3. Periode yang diperlukan untuk dapatmenutup kembali suatu periodeinvestasi adalah selama 0,9 tahunatau pada bulan ke 11 pada tahuntersebut. Sehingga dalam selangwaktu tersebut, biaya investasi yangtelah dikeluarkan dapat kembalidirasakan oleh nelayan bagan diDesa Tateli Weru.

Saran1. Perawatan secara intensif perlu

dilakukan karena melihat hasilpenelitian yang menunjukkankeadaan bagan yang banyakkerusakan karena sering dibiarkanterapung selama menunggu musimikan padahal keuntungan dari hasil

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________316 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

tangkapan menggunakan alattangkap ini cukup menjanjikan.

2. Meskipun hasil penelitian terhadapalat tangkap bagan menunjukkankeadaan finansial yang baik, namunbila nelayan bagan di Desa TateliWeru hanya bergantung pada matapencaharian alat tangkap bagan inisaja, maka tidak akan mencukupikebutuhan sehari-hari keluarga. Halini dikarenakan musim ikan yang tidaktetap, sehingga untuk mencukupikebutuhan sehari-hari, mereka perlumencari penghasilan lain.

3. Keadaaan nelayan bagan padaumumnya yang terlihat dari hasilpenelitian sebaiknya diketahui olehpemerintah setempat agar mendapatperhatian khusus, mengingat masihbanyak nelayan bagan yang memilikipotensi untuk mendirikan usaha alattangkap nelayan bagan namunterhalang oleh biaya modal yangdiperlukan.

DAFTAR PUSTAKA

Baskoro, M.S dan Suherman, A. 2007. TeknologiPenangkapan Ikan Dengan Cahaya.UNDIP. Semarang. 176 hal.

Brandt, A Von. 1984. Fish Cathing Methodes of theWord. Fao-Fishing News Books, Ltd.Famham-Surrey-England. 418 pp.

Dahuri, H.R., 2001. Paradigma Baru PembangunanIndonesia Berbasis Kelautan. InstitutPertanian Bogor. Bogor.

Gittinger, J., 1986. Analisa Ekonomi Proyek-ProyekPertanian.

Hamidi, 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Sosialdan Populer. PT. Gramedia Pustaka Jaya.Jakarta

Husnan, Suad dan Suwarsono. 2003. StudiKelayakan Proyek. LJPP AMPYKPN. Yogyakarta.

Husnan, S., dan Muhammad, S., 2000. StudiKelayakan Proyek. UUP STIM YKPN.Yogyakarta.

Istijanto M.M, 2005. Aplikasi Praktis RisetPemasaran. PT. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2016. BalaiPengembangan Bahasa.

Katiandagho, E. M. 1995. Penyuluh Perikanan.Fakultas Perikanan Universitas SamRatulangi. Manado.

Koentjaraningrat, 1994. Pengantar Ilmu Antropogi.Rineke Cipta. Jakarta.

Lee, J.W. 2010. Pengaruh Periode Hari BulanTerhadap Hasil Tangkapan dan TingkatPendapatan Nelayan Bagan Tancap diKabupaten Serang. Tesis Program PascaSarjana IPB, Bogor.

Mantjoro, 1995. Sosiologi Pedesaan Nelayan. DiktatKuliah Fakultas Perikanan Universitas SamRatulangi. Manado.

Mantjoro, E. 1980. Metodologi Penelitian. PengantarKuliah Metodologi Penelitian. FPIK Unsrat.Manado.

Nazir, M. 2009. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia.Jakarta.

Pemerintah Desa Tateli Weru, 2015. RencanaPembangunan Jangka Menegah Periode2014-2018.

Subani W dan Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikandan Udang Laut di Indonesia. Edisi KhususJurnal Penelitian Perikanan Laut. BalaiPenelitian Perikanan laut.BPPP, Dept.Pertanian. Jakarta.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, Dan R & D, Alphabet. Bandung.

Undang-Undang RI Nomor 45 Tahun 2009 TentangPerikanan. Sinar Grafika. Jakarta.

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________317 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA IKAN SISTEM KARAMBAJARING TANCAP DI DESA TALIKURANKECAMATAN REMBOKEN

KABUPATEN MINAHASA PROVINSI SULAWESI UTARAClaudio David Togas1, Grace O. Tambani2, Nurdin Jusuf2

1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.2) Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Koresponden email : [email protected]

AbstractTondano lake waters used by communities around the lake, with the most striking activity is fish farming in net cagesstep system. Karamba system of fish farming Nets Plug (KJT) from year to year tend to grow rapidly. This was drivenby economic stimulus optimally if farmers can increase the income of the people living around the lake. Karambasystem aquaculture nets Plug (KJT), when viewed in terms of socioeconomic give meaning to support the life ofcoastal communities particularly Lake Tondano. Talikuran village is one of the villages in the area of West LakeTondano whose inhabitants livelihood as farmers freshwater fish.Feasibility of business investment is necessary to specify in the decision whether the business will be run is profitableor not. According Primyastanto (2010) suppression purposes of this analysis on the feasibility, including thedetermination of investment costs, operating expenses and receipts.The method used in this study is a survey, namely by taking a sample of the population and the questionnaire as adata collection tool that principal (Singarimbun and Effendi, 1995). Data taken in this research include primary dataand secondary data. Data were collected by observation, interview and questionnaire.Based on analysis of fish farming system in the village of Karamba Nets Step on the Talikuran eligible to run becausethe value Operating Profit (OP) is Rp. 18.3 million. For value Profit Rate (PR) 66.06%, while the value of Benefit CostRatio (BCR) 1.66. Of the fish farming is categorized as good as having a value of return 87.32%. The return oninvestment from the fish farming 1:15 that year means the business is feasible to run because the investmentpayback period 1 year 1 month 24 days. Break Even Point (BEP) of the fish farming ie sales value of Rp. 9,027,777with a unit value of 361.11 kg. The net gain from the cultivation of fish in nets Karamba Plug Rp. 13.425 million, - inone year.Keyword : cages step system, aquaculture, fisibility

AbstrakPerairan danau Tondano dimanfaatkan oleh masyarakat disekitar danau, dengan kegiatan yang paling menyolokadalah usaha budidaya ikan dalam sistem karamba jaring tancap.Usaha budidaya ikan sistem Karamba JaringTancap (KJT) dari tahun ke tahun cenderung berkembang pesat. Hal ini didorong oleh rangsangan ekonomi jikapembudidaya secara optimal bisa meningkatkan pendapatan masyarakat yang tinggal disekitar Danau.Kegiatanbudidaya sistem Karamba Jaring Tancap (KJT),jika dilihat dari segi sosial ekonomi sangat memberikan arti untukmenunjang kehidupan khususnya masyarakat pesisir Danau Tondano. Desa Talikuran merupakan salah satu Desayang berada di wilayah Barat Danau Tondano yang penduduknya bermata pencaharian sebagai pembudidaya ikanair tawar.Kelayakan investasi usaha sangat dibutuhkan untuk menentukan dalampengambilan keputusan apakah usaha yangakan dijalankan tersebut menguntungkan atau tidak. Menurut Primyastanto (2010) penekanan tujuan analisis inipada kelayakan usaha, meliputi penentuan biaya investasi, biaya operasional dan penerimaan.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei, yaitu dengan mengambil sampel dari satu populasi danmenggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun dan Effendi, 1995).Data yangdiambil dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Pengambilan data dilakukan dengan teknikobservasi, wawancara dan kusioner.Berdasarkan hasil analisis usaha budidaya ikan sistem Karamba Jaring Tancap di Desa Talikuran tersebut layakuntuk dijalankan karena nilai Operating Profit (OP) yaitu Rp. 18.300.000. Untuk nilai Profit Rate (PR) 66,06%,sedangkan nilai Benefit Cost Ratio (BCR) 1,66. Dari usaha budidaya ikan tersebut termasuk kategori usaha yangbaik karena mempunyai nilai rentabilitas 87,32%. Tingkat pengembalian investasi dari usaha budidaya ikan tersebut1.15 tahun itu berarti usaha ini layak untuk dijalankan karena waktu pengembalian investasi 1 tahun 1 bulan 24 hari.Break Even Point (BEP) dari usaha budidaya ikan tersebut yaitu nilai penjualan sebesar Rp. 9.027.777 dengan nilaisatuan sebesar 361,11 kg. Keuntungan bersih dari usaha budidaya ikan di Karamba Jaring Tancap Rp. 13.425.000,-dalam satu tahun.Kata kunci : jaring tancap, budidaya, kelayakan usaha

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________318 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

PENDAHULUANDanau Tondano tergolong danau

terbesar di Sulawesi Utara dengan luas4.655 Ha, terletak pada ketinggian 600meter di atas permukaan laut. Ditinjaudari morfologi DAS (Daerah AliranSungai) ternyata Danau Tondanomenerima masukan dari 41 sungai besarmaupun kecil dan tiga perempatnya(75%) adalah sungai dengan luasdaerah tangkapan hujan kurang dari 250ha dan terhenti alirannya dimusimkemarau.

Usaha budidaya ikan di danaudewasa ini semakin meningkat sejalandengan besarnya potensipengembangannya baik sumberdayaalam, maupun jenis komoditas. Kegiatanperikanan yang memanfaatkan kawasandanau telah memberikan kontribusinyata bagi pembangunan, tidak sajadalam pemenuhan kebutuhan proteinhewani tetapi juga sebagai sektorpenghasil devisa dan menciptakanlapangan kerja. (Dinas Kelautan danPerikanan, 2012).

Kegiatan budidaya sistemKaramba Jaring Tancap (KJT) jika dilihatdari segi sosial ekonomi sangatmemberikan arti untuk menunjangkehidupan khususnya masyarakatpesisir Danau Tondano. Keuntunganyang didapatkan dari segi sosialmemberikan dampak positif dimanamasyarakat pesisir danau Tondanomerasakan status yang mendasarsebagai pembudidaya yang sekaligusberhubungan erat dengan segi ekonomiyaitu memberikan nilai tambahpendapatan untuk kesejahteraan hidup.Didalam mengembangkan usahabudidaya jaring tancap, pembudidayaselalu mengharapkan untukmendapatkan keuntungan yang tinggidari hasil usahannya (Korah, 2000).

Desa Talikuran merupakan salahsatu Desa yang berada di wilayah BaratDanau Tondano yang penduduknyabermata pencaharian sebagaipembudidaya ikan air tawar. Produksiikan menurut Dinas Kelautan danPerikanan Kabupaten Minahasa tahun2012, bahwa tahun 2005berjumlah3.858,2 ton, untuk tahun 2006produksinya berjumlah 3.895,7 ton dantahun 2007 meningkat menjadi 4.536ton, sedangkan tahun 2009 produksimencapai 7.615,5 ton, tahun 2010produksi mencapai 12.421,7 ton sertatahun 2011 meningkat lagi menjadi15.951 ton (Dinas Kelautan danPerikanan, 2012).

Meningkatnya produksi ikanmerupakan pengaruh positif akibatpertambahan jumlah unit KarambaJaring Tancap dari tahun ke tahun tanpaada pembatasan cara dan jumlah makausaha ini akan berdampak negatif. Di sisilain bahwa perubahan faktor-faktorproduksi yang berdampak pada prosesproduksi seringkali dihadapi olehpembudidaya ikan.

Sehubungan dengan semakinmeningkatnya ilmu pengetahuan danteknologi yang ada maka parapembudidaya perlu merencanakansebaik mungkin usahanya agar tidakmendatangkan kerugian, untuk itusangat diperlukan suatu analisisfinansial.Tujuan dan Manfaat PenelitianTujuan Penelitian

Tujuan pelaksanaan penelitianyaitu untuk mengetahui kelayakan dariusaha budidaya ikan sistem KarambaJaring Tancap (KJT) di Desa Talikuran,Kecamatan Remboken, KabupatenMinahasa, Provinsi Sualwesi Utara.

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________319 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Manfaat PenelitianUntuk memenuhi salah satu

persyaratan akademik dalammenyelesaikan studi di FakultasPerikanan dan Ilmu Kelautan.

1. Sebagai latihan kerja bagipenulis dalam menyelesaikanstudi di Fakultas Perikanan danilmu kelautan.

2. Penelitian ini diharapkan dapatmenjadi bahan masukan bagipemerintah daerah khususnyaDinas Perikanan dan Kelautan.

METODOLOGI PENELITIANMetode penelitian pada dasarnya

merupakan cara ilmiah untukmendapatkan data dengan tujuan dankegunaan tertentu (Santoso, 2005).Metode yang digunakan dalam penelitianini adalah survei, yaitu penelitian yangmengambil sampel dari satu populasidan menggunakan kuesioner sebagaialat pengumpul data yang pokok(Singarimbun dan Effendi, 1995).

Survei merupakan penelitian yangdilakukan dengan cara mengumpulkan,menyidik dan menafsirkan data secaraumum sebagaimana adanya di lapangandan mencakup satu satuan wilayahtertentu.Data yang diambil dalampenelitian ini meliputi data primer dandata sekunder, yaitu:1. Data primer merupakan data yang

diperoleh dengan cara mendatangiresponden di lokasi budidaya ikandan melakukan wawancara, survei,observasi, secara langsung denganmenggunakan daftar pertanyaan yangsudah disediakan dalam kusioner.

2. Data sekunder, yaitu data yangdikumpul dari instansi pemerintahDesa Talikuran, KecamatanRemboken, Kabupaten Minahasa,Provinsi Sulawesi Utara.

Pengumpulan data dilakukandengan :1. Melakukan observasi, yaitu cara

pengumpulan data denganmengadakan pengamatan langsungpada obyek yang diteliti.

2. Wawancara, yaitu cara mengadakanwawancara langsung denganpembudidaya ikan.

3. Kusioner, pengumpulan data dengancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang disusun dalambentuk instrumen denganmenjabarkan setiap variabel denganbeberapa indikatornya.

Populasi sasaran dalam penelitianini adalah pembudidaya ikan di DesaTalikuran, Kecamatan Remboken,Kabupaten Minahasa, Provinsi SulawesiUtara. Prosedur sampling dilakukandengan acak sederhana. Secarakeseluruhan pembudidaya yang ada diDesa Talikuran sebanyak 30pembudidaya ikan, pengambilansampling dilakukan dengan mengambilsecara acak sebanyak 30% atau 9pembudidaya ikan dari daftar yang telahsecara sengaja disusun. Setelah didapatpengumpulan data dilakukan denganmetode wawancara langsung kepadapembudidaya ikan sekaligus mengisidaftar pertanyaan yang sudah disiapkan.Guna keperluan analisis kelayakan makadipilih kepemilikan 4 unit. Alasan dipilih 4unit kepemilikan karena merupakanjumlah terbanyak kepemilikan daripembudaya jaring tancap di DesaTalikuran.

HASIL DAN PEMBAHASANPenduduk Desa Talikuran Menurut

Mata Pencaharian/PekerjaanPenduduk Desa Talikuran

mempunyai mata pencaharian yangbermacam-macam. Penelitian inimenunjukkan bahwa jumlah yang paling

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________320 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

banyak adalah petani berjumlah 128 jiwa dan paling sedikit adalah TNI dan Polri.

Jumlah penduduk Desa Talikuran Menurut Mata Pencaharian/Pekerjaan

No Mata Pencaharian/PekerjaanJumlah(jiwa)

Persentase(%)

1.2.3.4.5.6.7.8.9.

PetaniPeternakPembudidaya ikanPedagangTukang KayuTukang BatuPNS (pekerjaan/profesi)Pensiunan (pekerjaan/profesi)TNI/Polri (pekerjaan/profesi)

12812530652020

150105

23,1522,605,42

11,763,623,62

27,121,810,90

Jumlah 553 100,00Sumber : Kantor Desa Talikuran, 2015

Penelitian ini menggambarkanbahwa mata pencaharian sebagai petaniyaitu pembudidaya ikan sebesar 5,42%kemudian yang mendominasi berikutnyabekerja sebagai PNS yang berjumlah150 jiwa atau sekitar 27,12%.

Keadaan Pembudidaya Ikan SistemKaramba Jaring TancapUmur

Umur merupakan salah satu faktoryang cukup mempengaruhi produktivitaskerja seseorang, akan tetapi dalamusaha budidaya ikan sistem KarambaJaring Tancap umur tidak dapatmenentukan berhasil tidaknya usahayang dikerjakannya, dalam penelitianiniumur pembudidaya ikan yangtertuaadalah 62 tahun dan yang termudahadalah 30 tahun. Data hasil pengamatanstruktur umur pembudidaya ikan di DesaTalikuran.

Data Umur Pembudidaya Ikan Sistem KarambaJaring Tancap Desa Talikuran

NoStruktur

UmurJumlah

JiwaPersentase%

1 30–40 2 22,22 41-50 5 55,63 >51 2 22,2

Jumlah Total 9 100,00Sumber: Diolah data primer, 2015

Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan wadahfungsional dalam menunjangkeberhasilan usaha baik itu usahaindividu maupun kelompok. Pendidikanselain membentuk kepribadian yangluhur, juga membantu pola pikirpembudidaya ikan yang ada di DesaTalikuran dalam meningkatkan tarafhidup keluarganya.

Tingkat pendidikan pembudidayaikan di Desa Talikuran bervariasi adayang SD ada yang SLTP bahkan adayang meningkatkan pendidikan sampaiSLTA, hal ini menunjukan bahwa tingkatpendidikan mereka tergolong cukup baik.Agar lebih jelas keadaan tingkatpendidikan pembudidaya ikansistemKaramba Jaring Tancap yang adadi Desa Talikuran.

Tingkat Pendidikan Pembudidaya Ikan SistemKaramba Jaring Tancap di DesaTalikuran

No. Tingkat Pendidikan Jumlah(jiwa)

Persentase%

1. SD 2 22,22. SLTP 2 22,23. SLTA 5 55,64. Akademi/Perguruan

Tinggi- -

Jumlah Total 9 100,00Sumber: Diolah data primer, 2015

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________321 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Pengalaman KerjaPengalaman kerja merupakan

salah satu faktor yang ikutmempengaruhi tingkat produksi daripembudidaya ikan itu sendiri.Pengalaman seseorang pembudidayaikan akan berpengaruh terhadapketerampilan kerja ini akan berpengaruhterhadap tinggi rendahnya produktivitaskerja.

Pengalaman kerja pembudidayaikan yang ada di Desa Talikuran yangtertinggi yaitu selama 11 - 20 tahun danyang terendah selama 1 - 10 tahun. Datapengalaman kerja pembudidaya ikansistem KarambaJaringTancap di DesaTalikuran.

Pengalaman Kerja Pembudidaya Ikan SistemKarambaJaring Tancap di DesaTalikuranNo PengalamanKerja

(Tahun)Jumlah(Jiwa)

Persentase%

1 1 – 10 2 22,22 11 – 20 4 44,43 21 – 30 3 33,4

Jumlah Total 9 100,00Sumber: Diolah data primer, 2016

Faktor-faktor Produksi Budidaya IkanSistem Karamba Jaring Tancap diDesaTalikuranKeadaan umum Karamba JaringTancap Penelitian

Hasil pengamatan menunjukkanbahwa pemeliharaan ikan yangdilakukan di Karamba JaringTancapDesa Talikuran Danau Tondano yangjaraknya dari pesisir danau ±50 meter.Karamba Jaring Tancap ini memilikiukuran yaitu 4m x 3m x 1 m artinyapanjang jarring 4 meter, lebar 3 meterdan tinggi dari permukaan ke dalamperairan adalah 1 meter, usahapembudidaya ikan sistem KarambaJaring Tancap yang dilakukan memilikijumlah unityang bervariasi yaitu antara 4unit sampai 23 unit.

Jumlah Unit Karamba Jaring Tancap di DesaTalikuran

No Jumlah Unit Jumlah(Jiwa)

Persentase%

1 1–10 5 55,62 11–20 2 22,23 21–30 2 22,2

Jumlah Total 9 100,00Sumber: Diolah data primer, 2016

Jumlah unit luas pendapatanKaramba Jaring Tancap yang dipakaisebagai tempat penelitian. Secarakeseluruan bahwa luas penempatanKaramba jaring Tancap pada perairanDanau Tondano yang digunakan adalah15 x 15 m2Karamba Jaring Tancap yangberbentuk persegi empat dan tidakmemiliki apa yang dikenal dengan sistempengaturan seri atau pararel sepertiyang dilakukan pada pemeliharaan dikolam (Susanto, 1995).

Produksi Usaha Ikan Nila SistemKaramba Jaring TancapProduksi ikan nila sistem Karamba

Jaring Tancap meliputi semua produksiikan yang diambil dari pembudidaya ikantersebut, data yang diperolehmenunjukkan bahwa jumlah produksiikan nila Desa Talikuran ternyatabervariasi.

Produksi Usaha Budidaya Ikan Nila Sistem KarambaJaring Tancap di Desa Talikuran (kg/periode)

No

JumlahProduksi Ikan

Nila(kg)

JumlahPetani

Persentase(%)

1. 50 – 99 4 44,42. 100 – 149 4 44,43. 150 – 199 - -4. 200 ke atas 1 11,2

Jumlah 9 100,00Sumber : Diolah data primer, 2016

Tabel di atas bahwa kebanyakanjumlah produksi antara 50 – 149kg/periode yaitu 88,8% dari jumlahpembudidaya ikan yang ada. Tinggirendahnya produksi dipengaruhi olehbeberapa faktor antara lain adalah padat

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________322 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

penebaran dan jumlah makanan yangdiberikan serta cara pemeliharaan.

Analisis Kelayakan Usaha BudidayaIkan Sistem Karamba JaringTancapBesar biaya investasi dan biaya

operasional usaha budidaya ikantergantung pada sasaran produksi yangakan dicapai, oleh sebab itu perluadanya analisis kelayakan usaha.Analisis usaha merupakan pemeriksaankeuangan untuk mengetahui sampaidimana keberhasilan yang dicapaiselama usaha berlangsung (Rahardi dkk,1993).

Berdasarkan penelitian, totalpenerimaan usaha budidaya ikan sistemKaramba Jaring Tancap di DesaTalikuran Kecamatan RembokenKabupaten Minahasa Provinsi SulawesiUtara Rp. 30.000.000 dalam tiga periodeatau 1 tahun. Penerimaan yang

diperoleh adalah penerimaan kotor yangbelum dikurangi biaya tetap (fixed cost)dan biaya tidak tetap (variable cost).Untuk dapat mengetahui kelayakanusaha budidaya ikan sistem KarambaJaring Tancap dari segi finansial makaperlu diketahui terlebih dahulu adalah :1. Investasi = Rp. 15.375.0002. Biaya Tetap (FC) = Rp. 4.875.0003. Biaya Tidak Tetap (VC) = Rp. 15.450.0004. Biaya Total (TC) = Rp. 20.325.0005. Total Penerimaan (TR) = Rp. 33.750.000

InvestasiMenjalankan suatu usaha, hal

yang sangat penting yang harusdisediakan dan dilakukan oleh seorangpelaku usaha adalah modal. Modalmerupakan dana awal dan pembentukansuatu usaha. Untuk lebih jelasnya modalinvestasi dari usaha budidaya ikansistem Karamba Jaring Tancap.

Modal Investasi Usaha Budidaya Ikan Sistem Karamba Jaring Tancap

No. Jenis InvestasiHarga Satuan

(Rp)Jumlah

Jumlah(Rp)

1. Jaring pembesar 400.000 16 piece 6.400.0002. Jaring pemeliharaan benih 250.000 8 piece 2.000.0003. Jaring operasional 75.000 1 buah 75.0004. Tali jarring 150.000 10 kg 1.500.0005. Tali ris 100.000 3 kg 300.0006. Bambu 30.000 20 ujung 600.0007. Perahu 3.000.000 1 unit 3.000.0008. Motor tempel 1.500.000 1 unit 1.500.000

Total Ivestasi 15.375.000Sumber : Data primer pembudidaya ikan Desa Talikuran, 2016

Struktur BiayaBiaya merupakan faktor yang

menjadi dasar penetapan harga yangditerapkan pada produk.Perusahaanmenginginkan agar harga yangditetapkan dapat mencakup semua biayauntuk memproduksi, mendistribusikandan menjual produk serta tingkat labayang sesuai dengan upaya yangdilakukan dan resiko yangdihadapi.Biaya merupakan elemen

penting dalam penetapan strategi harga(Machfoedz (2005) dalam Kowarin(2015).

Untuk melakukan usaha budidayaikan sistem Karamba Jaring Tancap,selain modal investasi pelaku usahatentunya menyediakan juga biaya-biayalain seperti biaya tetap dan biaya tidaktetap.1. Biaya Tetap (Fixed Cost)

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________323 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Ibrahim (2003) dalam Kowarin(2015) menyatakan bahwa biayatetap (fixed cost) adalah biaya yangtidak berubah selama prosesproduksi berlangsung, merupakanjenis biaya yang bersifat statis (tidakberubah) dalam ukuran tertentu.

Biaya ini akan tetap dikeluarkanmeskipun tidak melakukan aktivitasapapun. Untuk biaya tetap yangdikeluarkan pada usaha budidayaikan sistem Karamba Jaring Tancapdihitung dalam tiga periode atausatu tahun.

Biaya Tetap Usaha Budidaya Ikan Sistem Karamba Jaring Tancap

No. Biaya Tetap (Perawatan)Jumlah Biaya

(Rp)1. Pembersihan jaring 5 x 3 periode x Rp. 100.000 1.500.0002. Perbaikan jaring 2 x 3 periode x Rp. 100.000 300.0003. Penyusutan jaring 5 tahun 20% x Rp. 15.375.000 3.075.000

Total Biaya Tetap 4.875.000Sumber : Diolah data primer pembudidaya ikan Desa Talikuran, 2016

2.Biaya Tidak Tetap (Variable Cost)

Ibrahim (2005) dalam Kowarin(2015) menyatakan bahwa biayatidak tetap (variable cost)merupakan biaya yang berubahsepanjang proses produksiberlangsung, jenis biaya inidifungsikan untuk melengkapi biaya

tetap dan bersifat dinamis. Biaya inimengikuti banyaknya jumlah unityang diproduksi ataupun banyaknyaaktivitas yang dilakukan.Untuk biayatidak tetap yang dikeluarkan padausaha budidaya ikan sistemKaramba Jaring Tancap dihitungdalam tiga periode atau satu tahun.

Biaya Tidak Tetap Usaha Budidaya Ikan Sistem Karamba Jaring Tancap

No. Biaya Tidak Tetap (Operasional)Jumlah Biaya

(Rp)1. Benih ikan 1.000 ekor x 3 periode x Rp. 150 450.0002. Pakan ikan 10 sak x 3 periode x Rp. 465.000 13.950.0003. Biaya kerja 1 orang x 3 periode x Rp. 350.000 1.050.000

Total Biaya Tidak Tetap 15.450.000Sumber : Diolah data primer pembudidaya ikan Desa Talikuran, 2016

Jadi total biaya/total cost (TC) yangdikeluarkan dalam usaha budidaya ikansistem Karamba Jaring Tancap sebesar :Biaya tetap + Biaya variabel = Rp.4.875.000 + Rp. 15.450.000

= Rp. 20.325.000Dalam menganalisis kelayakan

usaha budidaya ikan sistem KarambaJaring Tancap penulis menggunakanrumus sederhana sesuai yang telahdicantumkan pada metodologi penelitianyaitu :

Pemasaran/Penjualan IkanUntuk pemasaran/ penjualan ikan

dilakukan dengan perhitungan berikut ini:Hasil 450 kg x 3 periode x Rp. 25.000 =Rp. 33.750.000

Penerimaan/Operating Profit (OP)Operating profit (OP) yaitu

keuntungan usaha budidaya ikan yangmerupakan selisih antara seluruhpendapatan kotor dengan biaya tidaktetap. Rumus yang digunakan untukmenghitung besarnya Operating Profit(OP) pada usaha ini yaitu :

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________324 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

OP = TR – VC= Rp. 33.750.000 – Rp. 15.450.000= Rp. 18.300.000

Oprating profit dari usaha inisebesar Rp. 18.300.000 merupakankeuntungan yang diperoleh dan dapatdigunakan untuk biaya produksiberikutnya.

Total KeuntunganKeuntungan usaha budidaya ikan

sistem Karamba Jaring Tancap yangdilakukan oleh pembudiaya ikan di DesaTalikuran yaitu sebesar Rp. 13.425.000yang didapatkan dari hasil perhitungantotal penerimaan yang telah dikurangidengan total biaya.π = TR – TC π = Rp. 33.750.000 – Rp. 20.325.000

= Rp. 13.425.000Net profit atau keuntungan

absoulut sebesar Rp.13.425.000sehingga dapat dijaminkeberlangsungannya karena keuntunganbersifat positif. Namun jika keuntungandalam satu tahun sebesar Rp.13.425.000,-dikali pendapatan perbulandari setiap pembudidaya ikansebesarRp. 1.118.750. Hasil ini padadasarnya tidak cukup untuk memenuhikebutuhan hidup bagi setiap keluargapembudidaya ikan, untuk itu dalammemenuhi kebutuhan hidup sehari-haridibantu pendapatan dari istri berupahasil warung, hasil kantin (makanan danMinuman), petibo dan Pegawai NegeriSipil (PNS).

Profit rate atau tingkat keuntungan :

Profit rate atau tingkat keuntunganyang diperoleh sebesar 66,06%sehingga usaha budidaya yangdijalankan oleh pembudidaya ikan sistemKaramba Jaring Tancap Desa Talikuranmenguntungkan.

RentabilitasRentabilitas yaitu ratio keuntungan

bersih dengan investasi dalam satu unitusaha. Untuk mengetahui rentabilitasusaha budidaya ikan sistem KarambaJaring Tancap yaitu dihitung denganmenggunakan rumus :

Jadi, rentabilitas yaitu ratiokeuntungan bersih dengan investasi darisistem Karamba Jaring Tancap dalamsatu unit usaha yaitu 87,32%

Analisis Imbangan/Benefit Cost Ratio(BCR)

Benefit cost ratio (BCR) yaituperkiraan manfaat yang diharapkan padawaktu mendatang atau ratio penerimaandengan seluruh pengeluaran. ApabilaBCR > 1 maka usaha tersebut layakdijalankan.Rumus BCR :

Usaha budidaya ikan sistemKaramba Jaring Tancap layak untukdijalankan karena memiliki nilai BCRlebih dari satu yaitu 1,66.

Jangka Waktu Pengembalian/PaybackPeriod(PP)

Analisis jangka waktupengembalian/payback period (PP)bertujuan untuk mengetahui tingkatpengembalian investasi yang telahditanamkan pada suatu usaha. Untukmengetahui jangka waktupengembalian/payback period (PP)investasi pada usaha budidaya ikansistem Karamba Jaring Tancap DesaTalikuran yaitu dengan cara melakukanperihitungan sebagai berikut :Rumus, PP = I/TL x 1 tahun

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________325 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Biaya investasi yang dikeluarkanuntuk usaha budidaya ikan sistemKaramba Jaring Tancap akan kembalidalam jangka waktu 1,15 tahun ataudalam jangka waktu 1 tahun 1 bulan 24hari.

Break Event Point (BEP)Break event point (BEP)

merupakan parameter analisis yangdigunakan untuk mengetahui batas nilaiproduksi atau volume produksi padausaha budidaya ikan sistem KarambaJaring Tancap mencapai titik impas,yaitu tidak untung atau tidak rugi. Padakeadaan ini keuntungan atau kerugiansama dengan nol. Nilai BEP (penjualan)dan nilai BEP (satuan) pada usahabudidaya ikan sistem Karamba JaringTancap (Gambar 1).

1. BEP (Penjualan) =

=

=

=

= Rp. 9.027.777

2. BEP (Satuan) === 361,11 kg

Artinya kegiatan usaha budidayaikan sistem Karamba Jaring Tancapakan mengalami titik impas apabila telahmenjual sebanyak 361,11 kgberdasarkan berat dengan harga jualikan seharga Rp. 9.027.777.

Grafik BEP Usaha Budidaya Ikan Sistem Karamba Jaring Tancap

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan1. Desa Talikuran merupakan salah satu

desa dalam wilayah KecamatanRemboken Kabupaten Minahasayang berada di sebelah Barat DanauTondano, berada pada ketinggian

±600 m di atas permukaan laut. DesaTalikuran merupakan salah satu dari11 desa yang berada di wilayahKecamatan Remboken KabupatenMinahasa.

2. Umur pembudidaya ikan sistemKaramba Jaring Tancap Desa

BEP PenjualanHarga Satuan (kg)

Rp. 9.027.000Rp. 25.000/(kg)

FC

VCTRI –

Rp. 4.875.000I –

Rp. 15.450.000Rp. 33.750.000

Rp. 4.875.0001 – Rp. 0,46Rp. 4.875.000

Rp. 0,54

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________326 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Talikuran 30-40 tahun 22,2%, 41-50tahun 55,6% dan umur > 51 tahun22,2%. Untuk tingkat pendidikanyaituSD22,2%, SLTP22,2%, SLTA55,6% dan Akademi/Perguruan Tinggitidak ada.

3. Karamba Jaring Tancap ini memilikiukuran yaitu 4m x 3m x 1 m artinyapanjang jarring 4 meter, lebar 3 meterkedalaman 1 meter. Dalam satuusaha Karamba Jaring Tancapterdapat 4 sampai 23 unit jaring.

4. Hasil Penelitian menunjukkan bahwatotal pendapatan dari usaha KarambaJaring Tancap dalam 3 periode (pertahun) sebesar Rp. 33.750.000 dantotal Pengeluaran Rp. 20.325.000.Berdasarkan hasil analisis ternyatausaha budidaya ikan Nila sistemKaramba Jaring Tancap layak untukdikembangkan.

5.2. Saran1. Perlu adanya pengawasan dari

pemerintah mengenai usahabudidaya dalam penanganan hasilpanen agar tetap segar dan rapipengaturannya untuk dipasarkan.

2. Harus ada keseriusan dari semuapihak terutama pemerintah daerahKabupaten Minahasa untukmemperhatikan keadaanpembudidaya ikan sistem KarambaJaring Tancap (KJT) khususnya padapermodalan.

3. Perlu adanya penyuluhan dari DinasKelautan dan Perikanan khususnyaKabupaten Minahasa tentang carapemberian pakan ikan yang sesuaidengan berat badan ikan.

4. Perlu adanya perhatian dan bantuandari pemerintah dalam bentukpelatihan pembuatan pakan ikan agarsupaya para pembudidaya ikan dapatmembuat pakan / pellet sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Bambang, S. dkk. 1999. Biota Danau Tondano :Tinjauan Kualitas Perairan. Kerjasama DinasPekerjaan Umum Propinsi Sulawesi Utaradengan Fakultas Perikanan dan Ilmu KelautanUNSRAT.

Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten MinahasaDalam Angka. 2012. 234 hal.

Gittinger, 1986. http://www/google.co.id/search 2 q=jurnal pengembangan usaha karamba jaringtancap& ie = utf_88loe.

Kadariah, 1995. Evaluasi Proyek Analisa Ekonomi.Edisi Kedua. Fakultas Universitas Indonesia.Jakarta.

Kadariah, 1988. Evaluasi Proyek Analisa Ekonomi.LPEE-UI. Jakarta.

Korah, J.H. 2000.Dampak Usaha Budidaya IkanKaramba Jaring Tancap Terhadap TingkatPendapatan di Danau Tondano.

Kowarin, E. 2015. Analisis Finansial UsahaPembenihan Ikan Mas (Cyprinus carpio L) diDesa Warukapas Kecamatan DimembeKabupaten Minahasa Utara. Skripsi. FakultasPerikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas SamRatulangi. Manado.

Mantjoro, 2010. Bahan Ajar ManajemenPengembangan Usaha Perikanan. FakultasPerikanan dan Ilmu Kelautan. UNSRAT.

Mulyadi, 1993. Akuntansi Biaya, Penentuan HargaPokok dan Pengendalian Biaya. BPFE,Yogyakarta.

Nasir, M., 1994. Metode Penelitian. Chalia Indonesia,Jakarta.

Nastiti, A.S., Nuronia, S.E Purmaningtias dan E.SKartaninghardja. 2001.Penelitian Daya Dukung Perairan WadukJatiluhur Untuk Budidaya Ikan Dalam KarambaJaring Tancap. Jurnal Penelitian PerikananIndonesia, 7 (2) : 15-21 Hal.

Nicholson, W. 1999. Teori Ekonomi Mikro. PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Primyastanto, 2010. Manajemen Bisnis. UniveristasBrawijaya Press.Malang 255 hal.

Rahardi, F. Regina, K., Nazzaruddin. 1993.Agribisnis Perikanan. Penerbar Swadaya.Jakarta.

Santoso, G. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatifdan Kualitatif. Prestasi Pustaka. Jakarta.

Singarimbun, M. dan S. Effendi. 1995. MetodePenelitian Survey. LP3ES, Jakarta.

Tribun,2016.http://manado.tribunnews.com/2016/04/30/sistem-pengupahan-di-sulut-akan-diganti-bukan-lagi-upk&ei=3kQ5d9OI&Ic=id. Diunggahtanggal 14 Juli 2016 jam 19.00 wita.

Uno, 1996. Studi Parameter Fisik-Kimia dan Biologidi Perairan Umum DanauTondano. Fakultas Pertanian.

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________327 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

PENGARUH KUALITAS LAYANAN PENGUSAHA MANDIRI “YUSUF KASIM”TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DALAM USAHA PERDAGANGAN

IKAN DEMERSAL ANTAR KOTA MANADOJuan Romel Daud1, Jardie A. Andaki2, Christian R. Dien2

1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.2) Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Koresponden email : [email protected]

Abstract

In carrying out the demersal fish trading business between cities many owners of capital or entrepreneurs who areless concerned about the quality of services provided to customers in various aspects. The problem formulation inthis study, namely how to influence the quality of inter-city services independent entrepreneurs "Yusuf Kasim" tocustomer satisfaction demersal fish in Manado City? The purpose of this study was to determine the variables thataffect what services the customer satisfaction demersal fish in the city of Manado.The method used in this study is a survey method. Survey method is a study that takes a sample of the populationand the questionnaire as a data collection tool that principal (Singarimbun and Effendi, 1995). The final result of thedata collection form a complete picture of the issues presented in the form of tables of data and variables wereanalyzed quantitatively. The variables measured in this study are: 1) timeliness in deliveries of fish, namely thedifference between the time of booking and arriving fish were booked (the day), 2) the stability of the price of fish,namely fluctuations in the price of fish were booked (RM), 3 ) quality of the fish is requested, namely the level offreshness of the fish orders, and 4) the suitability of fish products, which match the ordered fish and fish received. Inorder to determine the model of customer satisfaction, which marked a long time consumers patronize demersal fish,used multiple regression analysis.Based on the results and discussion can be concluded as follows: 1) customer satisfaction products demersal fishbetween cities is generally determined by the stability of prices and quality of fish order, 2) linear regression equationfor inventory decisions demersal fish in the city of Manado, namely: Y = 1, 40 to 1.15 X1 + 0.875 X2 + 1.28 + 0.25 X3X4 with the relationship (R2 = 0.84), 3) the variable X1 (Timeliness), X2 (price stability), X3 (Fish Quality) and X4(Product Conformity) jointly affect Y, 4) partial effect variables are variables X2 and X3, namely price stability and thequality of fish order to customer satisfaction.Keyword: demersal, trade, service, satisfaction

Abstrak

Dalam menjalankan usaha perdagangan ikan demersal antar kota banyak pemilik modal atau pengusaha yangkurang memperhatikan mengenai kualitas layanan yang diberikan kepada para pelanggan dalam berbagai aspek.Perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu bagaimana pengaruh kualitas layanan antar kota pengusaha mandiri“Yusuf Kasim” terhadap kepuasan pelanggan ikan demersal di Kota Manado? Tujuan dari penelitian ini adalah untukmengetahui variable-variabel layanan apa saja yang berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan ikan demersal dikota Manado.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode survei merupakan penelitian yangmengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok(Singarimbun dan Effendi, 1995). Hasil akhir pengumpulan data berupa gambaran lengkap permasalahan yangdisajikan dalam bentuk tabel-tabel data dan variabel-variabel yang dianalisis secara kuantitatif. Variabel-variabelyang diukur dalam penelitian ini ialah : 1) ketepatan waktu dalam mengantar pesanan ikan, yaitu selisih waktupemesanan dan waktu tiba ikan yang dipesan (hari), 2) kestabilan harga ikan, yaitu fluktuasi harga ikan yangdipesan (Rp), 3) kualitas ikan yang diminta, yaitu tingkat kesegaran ikan pesanan, dan 4) kesesuaian produk ikan,yaitu kecocokan ikan yang dipesan dan ikan yang diterima. Guna menentukan model kepuasan konsumen, yangditandai lama waktu berlanggan konsumen ikan demersal, digunakan analisis regresi berganda.Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1) kepuasan pelanggan produk ikandemersal antar kota pada umumnya ditentukan oleh kestabilan harga dan kualitas ikan pesanan, 2) persamaanregresi linear untuk keputusan persediaan ikan demersal di Kota Manado, yaitu : Y = 1,40 - 1,15 X1 + 0,875 X2 + 1,28X3 + 0,25 X4 dengan keeratan hubungan (R2 = 0,84), 3) variabel X1 (Ketepatan Waktu), X2 (Kestabilan Harga), X3

(Kualitas Ikan) dan X4 (Kesesuaian Produk) secara bersama-sama mempengaruhi Y, 4) variabel yang berpengaruhsecara parsial adalah variable X2 dan X3, yaitu kestabilan harga dan kualitas ikan pesanan terhadap kepuasanpelanggan.

Kata kunci : demersal, perdagangan, layanan, kepuasan

PENDAHULUAN Kualitas layanan merupakansalah satu hal dasar dalam menjalani

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________328 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

usaha yang bergerak di bidangjasa.Dalam arti luas, kualitas layananadalah segala bentuk aktivitas yangdilakukan dalam upaya pemenuhankebutuhan konsumen atau pelanggandemi tercapainya kepuasan konsumenatau pelanggan tersebut.Dalam setiapusaha yang bergerak di bidang jasa,kualitas layanan yang baik sangatdibutuhkan demi kepuasan konsumen.Dengan pemberian kualitas layananyang baik kelangsungan usaha yangdijalankan akan semakin bertumbuhpesat seiring dengan itu pula akansemakin banyak konsumen ataupelanggan yang didapat.

Pada era globalisasi, produkatau jasa yang bersaing dalam satupasar semakin banyak dan beragamakibat keterbukaan pasar.Sehinggaterjadilah persaingan antar produsenuntuk dapat memenuhi kebutuankonsumen serta memberikan kepuasankepada pelanggan secara maksimal,karena pada dasarnya tujuan dari suatubisnis adalah untuk menciptakan rasapuas pada pelanggan.Salah satutindakan untuk memuaskan konsumenadalah dengan cara memberikanpelayanan kepada konsumen dengansebaik-baiknya. Kenyataan ini bisadilihat, bahwa ada beberapa hal yangdapat memberikan kepuasanpelanggan yaitu nilai total pelangganyag terdiri dari nilai produk, nilaipelayanan, nilai personal, nilai imageatau citra, dan biaya total pelangganyang terdiri dari biaya moneter, biayawaktu, biaya tenaga, dan biaya pikiran(Kotler, 2000).

Kualitas layanan yang baik didalam suatu perusahaan, akanmenciptakan kepuasan bagi parakonsumennya. Setelah konsumenmerasa puas dengan produk atau jasayang diterimanya, konsumen akan

membandingkan layanan yangdiberikan. Apabila konsumen merasabenar-benar puas, mereka akanmembeli ulang serta memberirekomendasi kepada orang lainuntuk membeli di tempat yang sama.Oleh karena itu perusahaan harusmemulai memikirkan pentingnyalayanan terhadap pelanggan secara lebihmatang melaui kualitas layanan, karenakini semakin disadari bahwa layanan(kepuasan pelanggan) merupakanaspek vital dalam mempertahankanbisnis dan memenangkan persaingan(Tjiptono, 2004).

Pemberian kualitas layanan yangbaik dalam usaha perdagangan ikandemersal antar kota memudahkan parapemilik modal atau pengusaha untukmendapatkan pelanggan sehingga parapengusaha dapat lebih efisien dan efektifdalam proses perdagangan ikandemersal yang akan dipasarkan kepadapara pelanggan. Pada usahaperdagangan ikan demersal antar kotasendiri kualitas layanan terhadapkonsumen atau pelanggan sangatberpengaruh dalam kelangsungan usahatersebut.

Hal ini dikarenakan, pemilikmodal atau pengusaha tersebut harusbisa membangun kepercayaan terhadapkonsumen atau pelanggan lewat kualitaslayanan yang diberikan sehingga dengansendirinya kerjasama yang terjalin dapatmemberikan keuntungan lebih dalammenjalankan usaha. Hal-hal pentingyang perlu diperhatikan dalammenjalankan usaha perdagangan ikandemersal antar kota demi tercapainyakepuasan konsumen atau pelanggan,yaitu ketepatan waktu, kestabilan harga,kualitas ikan yang minta, dan kesesuaianproduk.

Perumusan Masalah

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________329 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Dalam menjalankan usahaperdagangan ikan demersal antar kotabanyak pemilik modal atau pengusahayang kurang memperhatikan mengenaikualitas layanan yang diberikan kepadapara pelanggan dalam berbagai aspek.Perumusan masalah dalam penelitianini, yaitu bagaimana pengaruh kualitaslayanan antar kota pengusaha mandiri“Yusuf Kasim” terhadap kepuasanpelanggan ikan demersal di KotaManado?Tujuan dan Manfaat PenelitianTujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui variable-variabellayanan apa saja yang berpengaruhterhadap kepuasan pelanggan ikandemersal di kota Manado.

Manfaat PenelitianManfaat yang diharapkan dalam

penelitian ini, antara lain:1. Dapat menerapkan pengetahuan

yang didapat dalam hasilpembahasan penelitian ini di dalamlingkungan usaha yang sebenarnya.

2. Bagi para pemilik modal ataupengusaha di bidang perdaganganikan demersal antar kota agar bisalebih mengetahui pengaruh kualitaslayanan terhadap para pelanggandemi kesuksesan usaha yangdijalankan.

3. Sebagai acuan untuk penelitian-penelitian sejenis selanjutnya.

METODE PENELITIANMetode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnyamerupakan cara ilmiah untukmendapatkan data dengan tujuan dankegunaan tertentu (Sugiyono, 2001).Metode yang digunakan dalam penelitianini adalah metode survei. Metode surveimerupakan penelitian yang mengambil

sampel dari satu populasi danmenggunakan kuesioner sebagai alatpengumpul data yang pokok(Singarimbun dan Effendi, 1995). Hasilakhir pengumpulan data berupagambaran lengkap permasalahan yangdisajikan dalam bentuk tabel-tabel datadan variabel-variabel yang dianalisissecara kuantitatif.

Teknik Pengumpulan DataPengumpulan data dilakukan

pada pengusaha mandiri “Yusuf Kasim”dan pelanggan usaha perdagangan ikandemersal di kota Manado yang menjualproduk perikanan dalam bentukmakanan siap saji. Dalam penelitian inidiambil 15 sampel rumah makan, yaituRumah Makan (RM) Wahaha, WisataBahari (Bahu Mall), Green Garden,Wisata Bahari (Mantos), Raja Sate, CafeAmole, Miengsing, Cafe Ritz, Cafe Cumi-Cumi, d’Fish, Taipan, Rembulan,Syaloom, Sabrina, City Extra denganseorang pemasok ikan, yaitu YusufKarim. Pengambilan data sampeldilakukan dengan pengisian kuisioner,observasi, dan wawancara langsungdengan pemilik usaha rumah makan.

Jenis Data yang DiambilData yang diambil meliputi data

primer dan data sekunder, yaitu :1. Data primer merupakan data yang

diperoleh dengan cara mendatanganiresponden di lokasi penelitian danmelakukan wawancara secaralangsung dengan menggunakandaftar pertanyaan yang sudahdisediakan. Data primer itu meliputi :nama pemilik rumah makan, umur,jenis kelamin, pendidikan, agama,nama rumah makan, banyaknyapergantian pemasok ikan, lamausaha, pekerjaan sampingan serta

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________330 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

data lainnya sesuai keperluanpenelitian.

2. Data sekunder, yaitu data yangdiambil dari instansi pemerintah(Dinas Kelautan dan Perikanan, BPS,BAPEDA, PEMDA) untuk melengkapidata primer.

Pengukuran VariabelVariabel-variabel yang diukur

dalam penelitian ini adalah :1. Ketepatan waktu dalam

mengantar pesanan ikan, yaituselisih waktu pemesanan danwaktu tiba ikan yang dipesan(hari).

2. Kestabilan harga ikan, yaitufluktuasi harga ikan yang dipesan(Rp).

3. Kualitas ikan yang diminta, yaitutingkat kesegaran ikan pesanan.

4. Kesesuaian produk ikan, yaitukecocokan ikan yang dipesandan ikan yang diterima.

Analisis DataGuna menentukan model

kepuasan konsumen, yang ditandai lamawaktu berlanggan konsumen ikandemersal, digunakan analisis regresiberganda:

Y= a + 1X1 + 2X2 + 3X3 + 4X4 +

Keterangan:Y = Kepuasan pelanggan/lama

berlangganan (bulan)X1 = Ketepatan waktu (hari)X2 = Kestabilan harga (Rp)X3 = Kualitas ikan pesananX4 = Kesesuaian produkA = Konstanta, yaitu nilai Y jika X1 dan

X2 = 01,2,3 = Koefisien regresi, yaitu nilai

peningkatan atau penurunanvariabel Y yang didasarkan padavariabel X1, X2, X3 dan X4

= galat/error

Guna mempermudah analisisdata, maka digunakan alat bantu

program aplikasi pengolah data Minitab13.0. Adapun dalam penelitian inimenggunakan skala likert yangdigunakan dalam riset berupa survei.Skala likert adalah skala yang digunakanuntuk mengukur persepsi, sikap ataupendapat seseorang atau kelompokmengenai sebuah peristiwa ataufenomena sosial. Penggunaan skala inidigunakan dalam penelitian jenis surveideskriptif. Nama skala ini diambil darinama penciptanya Rensis Likert, yangmenerbitkan suatu laporan yangmenjelaskan penggunaannya.

Sewaktu menanggapipertanyaan dalam skala Likert,responden menentukan tingkatpersetujuan mereka terhadap suatupernyataan dengan memilih salah satudari pilihan yang tersedia. Penelitimengumpulkan item-item yang cukupbanyak, relevan dengan masalah yangsedang diteliti, dan terdiri dari item yangcukup jelas disukai dan tidak disukai.

Kemudian item-item ini dicobakepada sekelompok responden yangcukup representatif dari populasi yangingin diteliti. Responden diatas dimintauntuk mengecek setiap item, apakah iamenyenangi (+) atau tidak (-). Respontersebut dikumpulkan dan jawaban yangmemberikan indikasi menyenangi diberiskor tertinggi. Dalam penelitian inidigunakan nilai 1-5 dengan angka 5untuk yang tertinggi dan 1 untuk yangterendah. Pada variabel X1 (KetepatanWaktu) nilai 5(1-3 hari) berarti sangatbaik, 4(4-6 hari) baik, 3(7-9 hari) cukupbaik, 2(10-12 hari) kurang baik, 1(>12hari) tidak baik. Variabel X2 (KestabilanHarga Ikan) nilai 5 berarti sangat stabil, 4stabil, 3 cukup stabil, 2 kurang stabil,dan 1 tidak stabil. Variabel X3 (KualitasIkan Yang Diminta) nilai 5 berarti sangatbaik, 4 baik, 3 cukup baik, 2 kurang baik,1 tidak baik. Varibel X4 (Kesesuaian

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________331 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Produk) nilai 5 berari sangat sesuai, 4sesuai, 3 cukup sesuai, 2 kurang sesuai,1 tidak sesuai. Dan nilai Y merupakanlama berlangganan (bulan).

Dari hasil penelitian yangdilakukan pengusaha mandiri yang dikota Manado berjumlah 10 pengusahadiantaranya, yaitu Yusuf Kasim.Pemilihan pengusaha Yusuf Kasimdalam penelitian ini dibandingkandengan pengusaha yang laindikarenakan Yusuf Kasim ini merupakanpengusaha yang paling lama bergerakdalam bidang perdagangan ikandemersal di kota manado dengan jumlahpelanggan yang ada di kota Manadosebanyak 15 rumah makan. Dan jugaYusuf Kasim ini merupakan pengusahayang berdomisili di kota Manadosedangkan pengusaha lainnya sebagianbesar berdomisili di Kab.BolaangMongondow dan juga Kota Gorontalo.

HASIL DAN PEMBAHASANVariabel Dependen Lama Berlanggan

Variabel dependen dalampenelitian ini, yaitu kepuasan pelangganyang dinyatakan dengan lamaberlanggan.Semakin lama konsumenberlanggan pada penyedia produk ikandemersal, maka gambaran tingkatkepuasan dapat dinyatakan secarakuantitatif. Lama berlanggan dihitungdalam satuan bulan.

Keadaan responden berdasarkan lama berlangganan

No. Nama PemilikLama

Berlangganan(bulan)

1. Pakaya/RM.Wahaha 112. Fano/RM.Wisata Bahari

(Bahu Mall)9

3. Steven/RM.Green Garden 44. Emi/RM.Wisata Bahari

(Mantos)7

5. Donny/RM.Raja Sate 66. Alex/Cafe Amole 77. Hartanto/RM.Miengsing 38. Rita/Cafe Ritz 6

9. John/Cafe Cumi-Cumi 610. Tjun/d’Fish 511. Stani/RM.Taipan 412. Yulin/RM.Rembulan 413. Vian/RM.Syaloom 414. Kui/RM.Sabrina 315. Leng/RM.City Extra 10Sumber : Data primer, 2016

Keadaan responden berdasarkanlama berlangganan terlihat bahwapemilik rumah makan yangberlangganan selama 3 bulan tercatat 2orang, berlangganan 4 bulan tercatatada 4 orang, berlangganan 5 bulantercatat ada 1 orang, berlangganan 6bulan tercatat ada 3 orang,berlangganan 7 bulan tercatat 2 orang,berlangganan 9 bulan tercatat 1 orang,berlangganan 10 bulan tercatat 1 orang,dan berlangganan 11 bulan tercatat 1orang. Jenis-jenis ikan yang ditawarkandapat di lihat pada tabel berikut.

Jenis- Jenis Ikan Demersal yang DitawarkanPedagang Antar Kota pada Rumah Makan di KotaManadoNo. Nama Lokal Nama Latin1. Goropa merah

(kerapu)Plectropomusleopardus

2. Goropa hitam Ephinephelus spp3. Kakap merah Lutjanus

argentimaculatus4. Kakap putih Lates calcalifer5. Bobara putih (ikan

kuwe)Caranx spp

6. Bobara laut Caranx ignobilis7. Baronang Siganus sp8. Kakaktua Chlorurus sordidus9. Cumi Loligo sp

Sumber : Data Primer (2016)

Terlihat jenis-jenis ikan yangmenjadi ikan pesanan rumah makan/cafedengan rata-rata pesanan 10 kg sampai 50kg.

Variabel Indenpenden KetepatanWaktu, Kestabilan Harga Ikan,Kualitas Ikan dan Kesesuaian ProdukPesanan

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________332 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Berdasarkan variabel-variabelyang diukur dalam penelitian ini, terlihatbahwa ketepatan waktu dalammengantar pesanan ikan, yaitu selisihwaktu pemesanan dan waktu tiba ikanyang dipesan berkisar antara 4 – 8 harisetelah dipesan dan biasanya padaselang waktu tersebut semua rumahmakan masih mempunyai stok ikan ataumemesan ikan pada pemasok ikan lain.Gambaran tentang ketepatan waktudapat dilihat pada tabel berikut.

Layanan Ketepatan Waktu Pesanan IkanDemersal Pedagang Antar Kota

No. Nama Rumah Makan/CaféKetepatan

Waktu (hari)1. Wahaha 42. Wisata Bahari, Bahu Mall 4

3. Green Garden 54. Wisata Bahari, Mantos 55. Raja Sate 56. Amole 57. Mingsieng 88. Ritz 69. Cumi-Cumi 6

10. D’fish 611. Taipan 612. Rembulan 513. Syaloom 614. Sabrina 815. City Extra 4Sumber : Data Primer, 2016

Turun-naiknya harga ikan padapenelitian ini didasarkan pada hargapasar dan pada tabel berikut merupakanharga ikan pada saat dilakukannyapenelitian.

Harga Ikan Demersal Pedagang Antar Kota

No. Jenis-Jenis Ikan Harga Ikan/ kg (Rp)

1.Goropa merah (kerapu)Plectropomus leopardus

75.000 – 85.000

2.Goropa hitamEphinephelus spp

50.000 – 60.000

3.Kakap merahLutjanus argentimaculatus

50.000 – 65.000

4.Kakap putihLates calcalifer

35.000 – 50.000

5.Bobara putih (ikan kuwe)Caranx spp

50.000 – 55.000

6.Bobara lautCaranx ignobilis

30.000 – 35.000

7.BeronangSiganus sp

40.000 – 45.000

8.KakaktuaChlorurus sordidus

30.000 – 35.000

9.CumiLoligo sp

55.000 – 60.000

Sumber : Data Primer, 2016

Kualitas ikan pada penelitian iniadalah tingkat kesegaran ikan. Ikan yangdipasarkan adalah ikan yang baru sajaditangkap dan belum mengalami prosespengawetan maupun pengolahan lanjut,atau ikan yang belum mengalamiperubahan fisik maupun kimia dan masihmempunyai sifat yang sama ketikaditangkap. Biasanya ditandai denganindikator sebagai berikut : mempunyai

penampakan luar yang cerah dan tidaksuram.

Daging ikan cukup lentur jikadibengkokkan, dan segara akan kembalike bentuknya semula apabiladilepaskan. Keadaan mata, dimanaperubahan kesegaran ikan akanmenyebabkan perubahan yang nyatapada kecerahan matanya. Keadaaninsang dan sisik yang masih berwarna

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________333 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

merah cerah. Kualitas ikan pesananbiasanya disortir oleh pemilik rumah

makan/cafe sebelum dibeli.

Tanda-tanda ikan segar dan ikan yang sudah tidak segarNo. Parameter Ikan Segar Ikan Tidak Segar1. Kenampakan Cerah, terang, mengkilat, tak

berlendirSuram, kusam, berlendir

2. Mata Menonjol keluar Cekung, masuk ke dalam rongga mata3. Mulut Terkatup Terbuka4. Sisik Melekat kuat Mudah dilepaskan5. Insang Merah cerah Merah gelap6. Daging Kenyal, lentur Tidak kenyal, lunak7. Anus Merah jambu, pucat Merah, menonjol keluar8. Bau Segar, normal seperti rumput

lautBusuk, bau asam

9. Lain-lain Tenggelam dalam air Terapung diatas air

Kesesuaian produk biasanyatergantung pada permintaan pemilikrumah makan/cafe. Kesesuain produkdimaksud yaitu apa yang dipesan baikjenis dan jumlah ikan sesuai saat tiba dilokasi atau rumah makan.

Analisis Kepuasan PelangganKepuasan pelanggan dinyatakan

dengan lama berlanggan konsumen ikandemersal yang disediakan olehpedagang antar kota. Output hasilanalisis (Lampiran 1) menghasilkanpersamaan atau model kepuasanpelanggan, yaitu :

Y= a + 1X1 + 2X2 + 3X3 + 4X4

Keterangan:Y = Kepuasan pelanggan/lama

berlangganan (bulan)X1 = Ketepatan waktu (hari)X2 = Kestabilan harga (Rp)X3 = Kualitas ikan pesananX4 = Kesesuaian produka = Konstanta, yaitu nilai Y jika X1

dan X2 = 01,2,3,4 = Koefisien regresi, yaitu nilai

peningkatan atau penurunanvariabel Y yang didasarkanpada variabel X1, X2, X3 dan X4

Berdasarkan hasil analisisregresi, maka nilai-nilai pada outputdimasukkan ke dalam persamaanregresi linear berganda ialah sebagaiberikut :

Y = 1,40 - 1,15 X1 + 0,875 X2 + 1,28 X3 + 0,25X4

Dapat dilihat bahwa nilaikonstanta (a) adalah 1,40. Hal ini berartijika jumlah ketepatan waktu, kestabilanharga, kualitas ikan pesanan dankesesuaian produk bernilai 0, makakepuasan pelanggan (lama berlanggan)bernilai positif 1,40.

Nilai koefisien regresi variabel 1

bernilai negatif yaitu 1,15. Hal ini dapatdiartikan bahwa setiap penurunanketepatan waktu sebesar 1 hari, makakepuasan pelanggan (lama berlanggan)juga akan menurun sebesar 1,15 bulan.Ketepatan merupakan variable pentingterkait kestabilan suplai ikan demersal.Harapan konsumen untuk mendapatproduk tepat waktu merupakan fungsikepuasan, seperti yang dikemukakanoleh Band (1991), bahwa kepuasanpelanggan merupakan suatu tingkatandimana kebutuhan, keinginan danharapan dari pelanggan dapat terpenuhiyang akan mengakibatkan terjadinyapembelian ulang atau kesetiaan yangberlanjut.

Nilai koefisien regresi varibelkestabilan harga ikan (2) bernilai positifyaitu 0,875. Hal ini berarti setiap satuankestabilan harga, maka kepuasan

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________334 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

pelanggan (lama berlanggan) juga akanmeningkat sebesar 0,875 bulan.Kestabilan harga akan memungkinkankonsumen yang dalam penelitian inipada umumnya yaitu rumah makandapat dengan mudah menentukanharga jual produk ikan demersal setelahdiproses menjadi makanan siap saji.Dengan demikian kepuasan dapatmeningkat menurut kestabilan hargayang diharapkan. Hal ini sama sepertiyang diungkapkan Tjiptono (2000),hakikatnya pengukuran kualitas suatujasa atau produk dapat diperoleh melaluipengukuran atas kepuasanpelanggannya yang ditunjukkan melaluivariabel harapan dan kinerja yangdirasakan pelanggan atau perceivedperformance. Lebih jauh lagi Kotler(1997), berpendapat bahwa jasa dapatdiperingkat menurut kepentinganpelanggan (costumer importance) dankinerja perusahan (companyperformance).

Nilai koefisien regresi variabelkualitas ikan pesanan (3) bernilai positifyaitu 1,28. Dapat diartikan bahwa setiappeningkatan kualitas ikan pesanan,maka kepuasan pelanggan (lamaberlanggan) juga akan meningkatsebesar 1,28 bulan. Demikian juga nilaikoefisien regresi variabel kesesuaianproduk (4) bernilai positif yaitu 0,25.Dapat diartikan bahwa setiapkesesuaian produk ikan pesanan, makakepuasan pelanggan (lama berlanggan)juga akan meningkat sebesar 0,25bulan.

Bentuk-bentuk layanan yangmengutamakan kualitas ikan dankesesuaian produk ikan demersalmerupakan hal yang diharapkan olehkonsumen.Harapan yang direalisasikanmerupakan layanan yang oleh KotlerdalamTjiptono (2000), yaitu berartisetiap tindakan atau perbuatan yang

dapat ditawarkan oleh satu pihak kepihak yang lain, yang pada dasarnyabersifat intangible (tidak berwujud fisik)dan tidak menghasilkan kepemilikansesuatu.Layanan merupakan perilakuprodusen dalam rangka memenuhikebutuhan dan keinginan konsumendemi tercapainya kepuasan padakonsumen itu sendiri.Kotler jugamengatakan bahwa perilaku tersebutdapat terjadi pada saat, sebelum dansesudah terjadinya transaksi.

Analisis Hubungan

Analisis Hubungan dilakukanuntuk melihat apakah ada hubunganyang erat antara variabel independen X1,X2, X3 dan X4 terhadap variabeldependen Y. Untuk melakukan analisishubungan, penulis dibantu oleh aplikasiprogram pengolah data MINITAB versi13,0 (Lampiran 1).

Dari hasil ouput, nilai R berkisarantara 0 sampai 1, jika mendekati 1maka hubungan semakin erat tetapi jikamendekati 0 maka hubungan semakinlemah. Untuk nilai R pada Lampiran 1,didapat 0,84 artinya korelasi antaraketepatan waktu, kestabilan harga,kualitas ikan pesanan dan kesesuaianproduk terhadap kepuasan pelanggan(lama berlanggan) sebesar 0,942. Hal iniberarti terjadi hubungan yang sangaterat (nilai mendekati 1).

Nilai R Square sebesar 0,84artinya presentase sumbangan pengaruhvariabel ketepatan waktu, kestabilanharga, kualitas ikan pesanan dankesesuaian produk terhadap kepuasanpelanggan (lama berlanggan) sebesar84,0%, sedangkan sisanya sebesar16,0% dipengaruhi oleh variabel lainyang tidak dimasukkan di dalam modelini. Adjusted R Square, adalah R Squareyang telah disesuaikan nilainya sebesar78,2%.

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________335 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

Analisis Pengaruh secara BersamaanOutput analisis menggunakan

statistik uji F (Lampiran 1), yaitu ujikoefisien regresi secara bersama-samayang digunakan untuk mengujisignifikansi pengaruh beberapa variabelindependent terhadap variabeldependent.Dalam hal ini digunakanuntuk menguji signifikansi pengaruhketepatan waktu, kestabilan harga,kualitas ikan pesanan dan kesesuaianproduk terhadap kepuasan pelanggan(lama berlanggan).Untuk pengambilankeputusan maka bisa dilihat nilaisignifikansinya (Sig). Jika signifikansi<0,1 maka kesimpulannya ada pengaruhantara variabel ketepatan waktu,kestabilan harga, kualitas ikan pesanandan kesesuaian produk terhadapkepuasan pelanggan (lama berlanggan).Jika signifikansi >0,1 maka tidak adapengaruh antara variabel ketepatanwaktu, kestabilan harga, kualitas ikanpesanan dan kesesuaian produkterhadap kepuasan pelanggan (lamaberlanggan).

Dari hasil output di atas diketahuinilai signifikansinya ialah 0,000 (p<0,1),jadi kesimpulannya ada pengaruh secarabersama-sama antara ketepatan waktu,kestabilan harga, kualitas ikan pesanandan kesesuaian produk terhadapkepuasan pelanggan (lama berlanggan).

Analisis Pengaruh Secara ParsialAnalisis pengaruh secara parsial

digunakan untuk melihat apakah adapengaruh antara variabel independen X1,X2, X3 dan X4 terhadap variabeldependen Y. Hasil output (Lampiran 1)diketahui nilai signifikansi untuk variabeljumlah permintaan (X1) sebesar 0,358(p>0,1), jadi kesimpulannya tidak adapengaruh nyata secara parsial antaraketepatan waktu (X1) dengan kepuasan

pelanggan (lama berlanggan), ceterisparibus atau X2, X3 dan X4 konstan.

Variabel kestabilan harga (X2)nilai signifikansi ialah 0.077 (p<0,1), jadikesimpulannya ada pengaruh secaraparsial kestabilan harga (X2) dengankepuasan pelanggan (lama berlanggan),ceteris paribus.

Variabel kualitas ikan (X3) nilaisignifikansi sebesar 0,132 (p<0,1), jadikesimpulannya ada pengaruh secaraparsial antara kualitas ikan (X3) dengankepuasan pelanggan (lama berlanggan),ceteris paribus. Sedangkan variabelkesesuaian produk (X4) nilai signifikansisebesar 0,852 (p>0,1), jadikesimpulannya tidak ada pengaruh nyatasecara parsial antara kesesuaian produk(X4) dengan kepuasan pelanggan (lamaberlanggan), ceteris paribus.

Variabel kestabilan harga (X2)dan kualitas ikan (X3) menjadi variabelyang signifikan terhadap kepuasanpelanggan, disebabkan karena variabelini memegang peranan penting dalamkeberlanjutan usaha rumah makan yangmenawarkan makanan produk ikandemersal.Kestabilan harga merupakanvariabel yang dapat mempermudahusaha rumah makan menentukan hargamakanan, sedangkan kualitas ikanmerupakan produksi yang selalu dicarikonsumen.

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan

Berdasarkan hasil danpembahasan dapat diambil kesimpulansebagai berikut :1. Kepuasan pelanggan produk ikan

demersal antar kota pada umumnyaditentukan oleh kestabilan harga dankualitas ikan pesanan.

2. Persamaan regresi linear untukkeputusan persediaan ikan demersaldi Kota Manado, yaitu : Y = 1,40 -1,15 X1 + 0,875 X2 + 1,28 X3 + 0,25

AKULTURASIAvailable online :http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi_______________________________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________________________336 Vol. 4 No. 1 (April 2016)

ISSN. 2337-4195

X4 dengan keeratan hubungan (R2 =0,84).

3. Variabel X1 (Ketepatan Waktu), X2

(Kestabilan Harga), X3 (Kualitas Ikan)dan X4 (Kesesuaian Produk) secarabersama-sama mempengaruhi Y.

4. Variabel yang berpengaruh secaraparsial adalah variable X2 dan X3,yaitu kestabilan harga dan kualitasikan pesanan terhadap kepuasanpelanggan.

Saran1. Perlu adanya tambahan variabel

pengamatan untuk mempertajamhasil analisis kepuasan konsumenkhusus ikan demersal di KotaManado.

2. Fluktuasi harga ikan disebabkan olehmusim perlu diantisipasi pengusahapenyedia produk ikan demersaldengan melengkapi unit usahadengan saran cold storage.

DAFTAR PUSTAKA

Apridar, M., Karim, Suhana, 2011. Ekonomi Kelautandan Pesisir. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Assauri, S. 1987, Manajemen Pemasaran : Dasar,Konsep dan Strategi. PT.RadjaGrafindoPersada, Jakarta.

Band, O., 1991. Membangun Kepuasan Pelanggan.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Hanafiah, A., dan A.M Saefudin, 1986. Tata NiagaHasil Perikanan. Universitas Indonesia,Jakarta.

Ibrahim, 1997. Prinsip-Prinsip Total Quality Service.Penerbit Andi, Yogyakarta.

Kartajaya, H., 2002. Kartajaya on Marketing. BadanPenerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Kotler,P.,2002. Manajemen Pemasaran : Analisis Perencanaan, Implementasi dan Kontrol , EdisiMilenium, Jakarta: PT. Prenhalindo.

Lovelock, C.H., J.Wirtz, dan J. Chatterjee, 2007.Service Marketing : People, Technology,Strategy. Sixth Edition. USA : Prentice Hall.

Lukman, S., 2000, Manajemen Kualitas Pelayanan.STIA LAN, Jakarta.

Mowen, J.C., 1995. Perilaku Konsumen danKomunikasi Pemasaran. Alumni, Jakarta.

Musanto, T., 2004. Faktor-Faktor KepuasanPelanggan dan Loyalitas. Penerbit LP3ES,Jakarta.

Parasuraman, A., V.A.Zeithaml dan L.L. Berry, 1998.Servqual: A Multiple-Item Scale for MeasuringConsumer Perceptions of Service Quality,Journal of Retailing Vol.64, No.1.

Singarimbun, M., E. Sofyan, 1995. Metode PenelitianSurvey. Penerbit LP3ES, Jakarta.

Sugiyono, 2008.Metode Penelitian PendidikanPendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.Alfabeta, Bandung.

Sutopo dan Sugiyanti, 1997. Pelayanan Prima.Lembaga Administrasi RI, Jakarta.

Tjiptono, F., 2000. Strategi Pemasaran. Andi Offset,Yogyakarta.

Tjiptono, F., 1996. Manajemen Jasa. Andi Offset,Yogyakarta.

Umar, H., 2005. Studi Kelayakan Bisnis. GramediaPustaka Utama, Jakarta.

Walpole, R.E., 1995. Pengantar Statistik(terjemahan). PT Gramedia Pustaka Utama,Jakarta.