13311467 Hana Luqyana.pdf - dspace UII

125
BELAJAR DARI MENGAJAR DI INDONESIA MENGAJAR (Studi Kasus Alumni Pengajar Muda di Indonesia Mengajar) Disusun oleh : Nama : Hana Luqyana Nomor Mahasiswa : 13311467 Jurusan : Manajemen Bidang Konsentrasi : Sumber daya manusia UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS EKONOMI YOGYAKARTA 2017

Transcript of 13311467 Hana Luqyana.pdf - dspace UII

BELAJAR DARI MENGAJAR DI INDONESIA MENGAJAR

(Studi Kasus Alumni Pengajar Muda di Indonesia Mengajar)

Disusun oleh :

Nama : Hana Luqyana

Nomor Mahasiswa : 13311467

Jurusan : Manajemen

Bidang Konsentrasi : Sumber daya manusia

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

FAKULTAS EKONOMI

YOGYAKARTA

2017

i

BELAJAR DARI MENGAJAR DI INDONESIA MENGAJAR

(Studi Kasus Alumni Pengajar Muda di Indonesia Mengajar)

TUGAS AKHIR

Disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat ujian akhir

guna memperoleh gelar Sarjana Strata-1 di Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia

Disusun oleh:

Nama : Hana Luqyana

Nomor Mahasiswa : 13311467

Bidang Studi : Manajemen

Program Konsentrasi : Sumber Daya Manusia

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

FAKULTAS EKONOMI

YOGYAKARTA

2017

ii

iii

iv

v

MOTTO

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan

ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja

keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (QS. Al-

Insyirah ayat 6-8)

“If it doesn’t scare you, you’re probably not dreaming big enough” (Tory Burch)

“Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada yang dapat mengalahkanmu, tetapi jika Allah

membiarkan kamu, maka siapa yang dapat menolongmu setelah itu? Karena itu, hendaklah

kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal” (QS. Ali ‘Imran ayat 160)

“If you have a dream, then you shouldn’t give up no matter what. You can’t be

successful if you don’t fail” (JacksonGOT7)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil’alamin

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga karya kecilku ini dapat kupersembahkan untuk Ibu dan Ayahku,

kalian alasan terbesarku untuk selalu melakukan yang terbaik. Kalian

sumber semangatku dan sumber inspriasiku. Terima kasih atas cinta,

perhatian, pengorbanan, dan doa yang telah Ibu dan Ayah berikan padaku

Karya ini Aku Persembahkan Untuk :

Seluruh Keluarga Besarku yang Senantiasa

Memberikan Do’a dan Dukungannya.

Dan Untuk Semua Teman-temanku dalam Penyelesaian Karya Ini

viii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Dengan memanjatkan segala puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan

segala rahmat dan karunia-Nya serta kemampuan dan kenikmatan yang begitu banyak

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “BELAJAR DARI

MENGAJAR DI INDONESIA MENGAJAR”

Penulis menyadari, bahwa tulisan ini tidak akan pernah menjadi sebuah lembaran yang

tersusun rapi tanpa bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, kemampuan dan kesempatan untuk

menyelesaikan tugas mini riset dengan baik dan benar.

2. Bapak Dr. D. Agus Harjito, M. Si, selaku dekan Fakultas Ekonomi.

3. Bapak Drs. Sutrisno, M.M selaku ketua jurusan Manajemen.

4. Bapak Achmad Sobirin, Drs.,M.B.A., Ph.D., Ak. Selaku desen pembimbing yang

senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan tugas akhir

ini sehingga dapat terselesaikan

5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, yang telah

banyak berbagi ilmu dan pengetahuan.

6. Kedua orang tua tercinta, Dadan Sumirat dan Neliwati yang selalu memberikan

dukungan moril serta menyemangati dalam menyelesaikan perkuliahan.

7. Sahabat seperjuangan Desvania Maharani B, Erin Nurcahyawati, Tisya ‘Ulya

Lukman, Nona Viananda, Innessa Ayeshia, Vinni Endemina Samber, dan Fitri Atikah

atas segala semangat, dukungan serta doa untuk segera menyelesaikan tugas akhir ini.

8. Rekan KKN unit 26 atas dukungan dan semangat yang diberikan.

9. Dan pihak – pihak terbaik lainnya yang tidak bisa disebut satu persatu, yang telah

menjadi keluarga kedua selama dikota perantauan.

Semoga doa, bantuan serta dukungan yang telah diberikan mendapatkan balasan yang

lebih baik lagi dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih sangat jauh dari

ix

sempurna.Akhirnya penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi seluruh

pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 05 Juli 2017

Penulis,

Hana Luqyana

vii

ABSTRAKSI

abstract

Youth is the hope generation nation that is able to offer solutions to the various conflicts that occur in

the life of the community. The involvement of youth in the development of very important because

youth considered to be in a productive age to support development activities in various fields.

Currently, there are still many educational case not worthy happens in indonesia. Thus formed a non-

profit organization a non-profit called indonesia teaching. Indonesia mengajar or can be in short im.

In an effort to ensure the achievement of the objectives, teaching indonesia do program management

study and made programmatically as part of organizational culture. The young teacher is the cutting

edge of the social impact on the achievement of expected. In the case of a person's self development

viewed from the existence of the interest and the talent of the person. This research aims to know (1)

the reason being a young teacher (2) learning process organization in indonesia's young teachers can

teach and (3) the value of the individual person after becoming younger. In this study, the researchers

used a qualitative approach to the study of phenomenology with the resource person is five people

young. Teacher alumni the results showed that many of the youths who wanted to join indonesia

teaching with reason is a form of devotion and retribution on the country. Indonesia's teaching also

became a receptacle of youth to be able to develop themselves and hone the ability skill as well as

knowledge for planning their career through the learning process so there was a great change in

individuals after becoming younger, those who have become young teacher being more open and

appreciative fellow as well as change their point of view or way of thinking.

Keywords: self development, organizational learning, individual value

Abstrak

Pemuda adalah generasi harapan bangsa yang mampu menawarkan solusi terhadap berbagai konflik

yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Keterlibatan pemuda dalam pembangunan sangat penting

karena pemuda dianggap berada di usia yang produktif untuk mendukung aktifitas pembangunan di

berbagai bidang. Dewasa ini masih banyak kasus pendidikan yang tidak layak yang terjadi di

Indonesia. Maka dari itu dibentuklah suatu organisasi nirlaba non-profit yang disebut Indonesia

Mengajar. Indonesia Mengajar atau yang dapat di singkat IM. Dalam upaya memastikan pencapaian

tujuan, Indonesia Mengajar melakukan pengelolaan program secara terencana dan menjadikan

pembelajaran sebagai bagian dari budaya organisasi. Pengajar muda merupakan ujung tombak dari

tercapainya dampak sosial yang di harapkan. Dalam halnya pengembangan diri seseorang melihat dari

adanya minat dan bakat orang tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) alasan menjadi

Pengajar Muda (2) proses pembelajaran organisasi yang di dapat pengajar muda di Indonesia

Mengajar serta (3) nilai individu seseorang setelah menjadi Pengajar Muda. Dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan pendekatan studi fenomenologi kualitatif dengan narasumber berupa lima

orang alumni Pengajar Muda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak para pemuda yang

tergerak untuk bergabung dengan Indonesia Mengajar dengan alasan ialah suatu bentuk pengabdian

dan balas jasa pada Negara. Indonesia mengajar juga menjadi suatu wadah pemuda untuk dapat

mengembangkan diri dan mengasah kemampuan skill serta pengetahuan untuk perencanaan karir

mereka melalui proses pembelajaran tersebut maka terjadilah perubahan nilai individu setelah menjadi

pengajar muda, mereka yang telah menjadi pengajjar muda menjadi lebih terbuka dan menghargai

sesama serta merubah pemikiran atau cara pandang mereka.

Kata kunci: Pengembangan Diri, Pembelajaran Organisasi, Nilai individu

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME …………………………………………….... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ……………………………………………………………… iii

LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………………………. iv

MOTTO ………………………………………………………………………………...... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………………………….. vi

ABSTRAKSI …………………………………………………………………………….. vii

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………. viii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………... x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………….. 1

1.2 Fokus Penelitian ………………………………………………………………….. 6

1.3 Rumusan Masalah …………………………………………………………………. 6

1.4 Tujuan Penelitian ………………………………………………………………….. 7

1.5 Manfaat Penelitian ……………………………………………………………….... 7

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka ……………………………………………………………………. 8

2.2 Kerangka Teoritis ………………………………………………………………… 17

2.2.1 Pengertian Pengembangan Diri ………………………………………………. 17

2.2.2 Strategi Pengembangan Diri …………………………………………………. 19

2.2.3 Pembelajaran Organisasi ……………………………………………………... 26

2.2.4 Nilai Individu ………………………………………………………………… 29

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian …………………………………………………………….. 35

3.2 Narasumber Penelitian ……………………………………………………………. 36

3.3 Ruang Lingkup Penelitian ………………………………………………………… 41

3.4 Jenis Data …………………………………………………………………………. 41

3.5 Sumber Data ……………………………………………………………………… 42

xi

3.5.1 Instrumen Penelitian …………………………………………………………. 42

3.5.2 Metode Pengumpulan Data …………………………………………………... 44

3.6 Proses Analisis Data ……………………………………………………………… 46

3.7 Keabsahan Data …………………………………………………………………... 48

3.7.1 Uji Transfebility ……………………………………………………………… 48

3.7.2 Uji Kredibilitas ……………………………………………………………….. 49

BAB IV INDONESIA MENGAJAR

4.1 Pendahuluan ……………………………………………………………………... 52

4.2 Sejarah Indonesia Mengajar ……………………………………………………... 52

4.3 Pendekatan Indonesia Mengajar …………………………………………………. 54

4.4 Pengelolaan Dan Pelaksanaan Program Pengajar Muda ………………………… 56

BAB V BERGABUNGNYA PEMUDA PEMUDI DI INDONESIA MENGAJAR

5.1 Alasan Menjadi Pengajar Muda ………………………………………………….. 58

5.1.1 Hasil Temuan ………………………………………………………………… 60

5.2 Pembelajaran Organisasi Selama Menjadi Pengajar Muda ……………………….. 62

5.2.1 Hasil Temuan ………………………………………………………………… 64

5.3 Nilai Individu Setelah Menjadi Pengajar Muda …………………………………... 65

5.3.1 Hasil Temuan ………………………………………………………………... 67

BAB VI DISKUSI HASIL ………………………………………………………………. 70

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………….. 76

7.2 Saran …………………………………………………………………………….... 77

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………. 79

LAMPIRAN

xii

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Halaman

Tabel 5.1 Karakteristik Narasumber .................................................................................. 58

Tabel 5.2 Alasan Menjadi Pengajar Muda ........................................................................ 59

Table 5.3 Pengembangan Diri Pengajar Muda ................................................................. 59

Table 5.4 Open Coding Alasan Menjadi Pengajar Muda ................................................. 60

Table 5.5 Pembelajaran Organisasi Pengajar Muda .......................................................... 62

Table 5.6 Open Coding Pembelajaran Pengajar Muda ..................................................... 63

Table 5.7 Nilai Individu Pengajar Muda............................................................................ 66

Table 5.8 Open Coding Nilai Individu Seorang Pengajar Muda ...................................... 66

Gambar 5.1 Diagram Display Data ................................................................................... 69

Gambar 6.1 Hasil Open Coding Pengajar Muda .............................................................. 71

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A :Pedoman Wawancara .............................................................................. 82

Lampiran B :Tabel Reduksi Data ................................................................................. 84

Lampiran C :Display Data .......................................................................................... 107

Lampiran D: Dokumentasi .......................................................................................... 110

Lampiran E : Biodata Penulis ..................................................................................... 113

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pemuda adalah generasi harapan bangsa yang mampu menawarkan solusi terhadap berbagai

konflik yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Menurut Koentjaraningrat (1997) pengertian

masa muda/kepemudaan/pemuda adalah suatu fase yang berada dalam siklus kehidupan

manusia, dimana fase tersebut bisa kearah perkembangan atau perubahan. Maka sudah

sepatutnya seorang pemuda mampu menjadi teladan dan mampu menjawab tantangan masa

depan. Pemuda harus menjalankan fungsinya sebagai seorang sosok inspirasi yang sejati yaitu

sebagai agen perubahan. Agen yang mengatur/mengontrol kehidupan sosial dan juga sebagai

agen yang menjaga moral dalam masyarakat . Seorang pemuda tidak hanya berprestasi dalam

dunia akademik saja tetapi juga melalui berbagai kegiatan non akademik. Dengan begitu

mahasiswa benar benar bisa dijadikan sosok teladan yang mampu memberikan inspirasi bagi

orang – orang sekelilingnya.

Keterlibatan pemuda dalam pembangunan sangat penting karena pemuda dianggap berada di

usia yang produktif untuk mendukung aktifitas pembangunan di berbagai bidang. Data

demografi Indonesia menyebutkan bahwa jumlah pemuda di Indonesia sesuai dengan UU No 40

Tahun 2009 tentang Kepemudaan dengan range usia antara 16-30 tahun, berjumlah 61,8 juta

orang, atau 24,5 % dari total jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 252 juta orang (BPS,

2014). Secara kuantitas angka 24,5% ini cukuplah besar. Tahun 2020 sampai 2035, Indonesia

akan menikmati suatu era yang langka yang disebut dengan Bonus Demografi, dimana jumlah

usia produktif Indonesia diproyeksikan berada pada grafik tertinggi dalam sejarah bangsa ini,

2

yaitu mencapai 64% dari total jumlah penduduk Indonesia sebesar 297 juta jiwa. Jumlah yang

sangat besar tersebut dapat menentukan arah kemajuan bangsa dan negara ke depan, sehingga

berbagai kebijakan harus dapat menunjang pemberdayaan pemuda agar lebih produktif. Pemuda,

sebagian besar memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi dan memperoleh bekal

masa depan, sebagian lagi menghadapi kenyataan pahit karena tidak mengenyam pendidikan

tinggi atau bahkan putus sekolah.

Dewasa ini masih banyak kasus pendidikan yang tidak layak yang terjadi di Indonesia. Maka

dari itu dibentuklah suatu organisasi nirlaba non-profit yang disebut Indonesia Mengajar.

Indonesia Mengajar atau yang dapat di singkat IM ialah suatu organisasi nirlaba yang merekrut,

melatih, dan mengirim generasi muda terbaik bangsa ke berbagai daerah di Indonesia untuk

mengabdi sebagai Pengajar Muda (PM) di sekolah dasar dan di masyarakat selama satu tahun.

Indonesia Mengajar percaya bahwa masyarakat pasti bisa mandiri dan tumbuh saling

menguatkan satu sama lain, dan meyakini bahwa kemajuan pendidikan di suatu daerah

ditentukan oleh para pelaku pendidikan yang ada di daerah tersebut, yaitu guru, kepala sekolah,

orang tua, pemerintah kabupaten serta masyarakat lainnya. Dalam upaya memastikan pencapaian

tujuan, Indonesia Mengajar melakukan pengelolaan program secara terencana dan menjadikan

pembelajaran sebagai bagian dari budaya organisasi. Pengajar Muda merupakan ujung tombak

dari tercapainya dampak sosial yang di harapkan. Indonesia Mengajar bekerja di satu daerah

selama lima tahun untuk mendorong perubahan berkelanjutan. Meyakini pentingnya melibatkan,

mengembangkan dan mengkolaborasikan berbagai stakeholder. Diharapkan setelah lima tahun,

daerah daerah tersebut dapat melanjutkan upaya memajukan pendidikan didaerahnya secara

mandiri tanpa adanya Pengajar Muda.

3

Mengapa disebut Pengajar Muda? Karena anggota yang menjadi pengajar di IM adalah

seseorang yang masih fresh graduate dan mereka yang memiliki kemauan dan tekad seperti para

pejuang muda di jaman dahulu. Selain diharapkan akan membantu mengisi kekurangan guru

berkualitas di daerah yang membutuhkan, Pengajar Muda akan belajar kepemimpinan di daerah

penempatannya agar mereka memiliki kompetensi kelas dunia sekaligus pemahaman yang utuh

terhadap masyarakat akar rumput. Di daerah penempatannya, dengan berbagai pengalamannya,

diharapkan para PM dapat membagi inspirasi kepada siswa-siswinya dan menjadi jendela

kemajuan kepada generasi harapan bangsa Indonesia yang selama ini jauh dari pusat-pusat

pertumbuhan negeri ini. Di sana, mereka akan memiliki saudara-saudara baru. Persaudaraan itu

akan semakin merajut tenun kebangsaan Indonesia.

Setelah mereka kembali dari daerah penempatannya, diharapkan para PM akan berkarir di

bidangnya masing-masing. Bukankah Indonesia akan semakin sejahtera apabila kelak sejumlah

tokoh kunci di berbagai bidang BUMN, swasta, pemerintahan, lembaga penelitian, dan lainnya

diisi oleh figur-figur yang peduli pendidikan? Mereka akan sangat memahami realitas

masyarakat Indonesia, karena mereka adalah bagian tak terpisahkan dari masyarakat.

Pengalaman sebagai Pengajar Muda selama setahun bukan hanya menginspirasi generasi harapan

Indonesia di daerah penempatan, melainkan juga menjadi sarana belajar anak-anak muda untuk

semakin meresapi Indonesia.

Dengan bergabungnya seseorang di Indonesia Mengajar diharapkan dapat meningkatkan

keterampilan kepemimpinan dengan menempa diri di masyarakat selama satu tahun, selain itu

juga memberikan kesempatan untuk menyalurkan semangat volunteerism di daerah terpencil. IM

memberikan tunjangan yang cukup selama penugasan. Di samping itu, IM hanya mengikat

4

Pengajar Muda dalam perjanjian penugasan selama satu tahun, sehingga Pengajar Muda dapat

mengembangkan karir dalam bidang apapun setelah masa penugasan selama satu tahun.

Maka dari itu, motivasi dari berbagai pihak dalam sebuah organisasi sangat berperan penting

bagi organisasi maupun anggotanya. Karena dalam setiap dorongan yang diberikan akan

menciptakan bibit anggota yang mau bekerja keras dan antusias dalam mencapai tujuan yang

telah disepakati bersama. Namun dalam setiap motivasi yang diberikan harus disesuaikan pula

dengan takaran kebutuhan anggota agar motivasi yang diberikan sesuai dengan sasaran. Motivasi

mendorong seseorang untuk lebih berprestasi dan produktif. Begitu pula dengan motivasi para

Pengajar Muda di Indonesia Mengajar, berbagai macam faktor yang melatarbelakangi seseorang

menjadi Pengajar Muda.

Dalam halnya pengembangan diri seseorang melihat dari adanya minat dan bakat orang

tersebut. Bakat mengandung makna kemampuan bawaan yang masih bersifat potensial atau laten

dan memerlukan pengembangan lebih lanjut. (Moh.Ali, 2005) Sedangkan Minat adalah suatu

perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa

takut, atau kecenderungan-kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan

tertentu (Mappiare, 1982). Dengan bergabungnya seseorang di organisasi Indonesia Mengajar

dapat mengasah skill, pengetahuan dan kemampuan mereka dalam hubungannya dengan

perencanaan karir dan masa depan. Sehingga hal inilah yang membuat pendaftar Pengajar Muda

terdiri dari berbagai macam golongan.

Saat individu memutuskan apakah akan bergabung dengan suatu organisasi atau tidak,

individu mempunyai pendapat – pendapat yang telah terbentuk sebelumnya tentang “apa yang

seharusnya ada” dan “apa yang seharusnya tidak ada” dalam suatu organisasi. Adanya pendapat

5

– pendapat ini tidak bebas dari pengaruh nilai individu, bahkan nilai individu dapat ikut

menentukan apakah perilaku atau hasil akhir tertentu berkaitan dengan suatu pekerjaan lebih

disukai dibandingkan dengan perilaku atau hasil tertentu lainnya (Robbins, 1991)

Seseorang mencari lingkungan organisasi yang memungkinkan mereka menerapkan bukan

saja keterampilan, bakat, dan kemampuan mereka, tetapi juga sikap dan nilai mereka.

Bertahannya seseorang pada suatu organisasi tergantung pada kesesuaian atau kongkruensi

antara pribadi seseorang dengan lingkungan organisasi, sehingga mereka akan memilih bertahan

dalam suatu organisasi yang dirasa cocok secara psikologis. Nilai atau kultur organisasi

mencerminkan apa yang diyakini individu dalam lingkungan organisasi sebagai sesuatu yang

penting dalam proses organisasional mereka, dan dapat menjadi daya tarik yang kuat bagi

individu sebelum masuk kedalam suatu organisasi, karena organisasi dianggap dapat

mewujudkan apa yang menjadi nilai dan tujuan kerjanya.

Namun melihat kondisi pemuda Indonesia saat ini, banyak di antara mereka yang mengalami

penurunan moral, terlena dengan kesenangan dan lupa akan tanggung jawab sebagai seorang

pemuda. Tataran moral, sosial dan akademik, pemuda tidak lagi memberi contoh dan

keteladanan baik kepada masyarakat sebagai kaum terpelajar, lebih banyak yang berorientasi

pada hedonisme (berhura-hura), tidak banyak pemuda yang peka terhadap kondisi sosial

masyarakat saat ini, dalam urusan akademik pun banyak mahasiswa tidak menyadari bahwa

mereka adalah insan akademis yang dapat memberikan pengaruh besar dalam perubahan menuju

kemajuan bangsa. Tapi bukan berarti semua pemuda Indonesia telah melupakan kewajiban

mereka untuk mencerdaskan bangsa, banyak diantara mereka sekarang yang rela meninggalkan

keluarga di kampung halaman, hiruk pikuk sekaligus hingar bingar metropolitan, dan memilih

berada di daerah terpencil di berbagai pelosok negeri, untuk satu tujuan yaitu pengabdian. Demi

6

kemajuan pendidikan negeri tercinta, demi masa depan anak – anak yang kelak menjadi penerus

bangsa. Merekalah guru, mereka mengajar sekaligus menginspirasi. Menebarkan semangat untuk

maju, berbagi dengan tulus kepada sekitarnya, dan menumbuhkan saling hormat penuh

kehangatan.

Berdasarkan latar belakang diatas, membuat peneliti tertarik untuk membuat penelitian

mengenai pengembangan diri seseorang yang menjadi Pengajar Muda serta proses pembelajaran

serta nilai individu yang di dapat setelah menjadi Pengajar Muda.

1.2 FOKUS PENELITIAN

Sesuai dengan latar belakang yang dikemukakan, secara garis besar diambil permasalahan

yang akan dibahas sehingga lebih efektif dan efisien. Adapun batasan – batasannya yaitu:

1. Obyek penelitian ini difokuskan di organisasi Indonesia Mengajar

2. Obyek penelitian adalah Alumni Pengajar Muda wilayah Yogyakarta.

3. Penelitian difokuskan pada tiga sisi, yaitu pengembangan diri, proses pembelajaran serta

nilai individu alumni Pengajar Muda di Indonesia Mengajar.

1.3 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian diatas, maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

1. Apa alasan seseorang menjadi Pengajar Muda?

2. Bagaimana proses pembelajaran organisasi yang didapat sebagai pengajar di organisasi

Indonesia Mengajar?

3. Bagaimana nilai individu seseorang setelah menjadi Pengajar Muda

7

1.4 TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dalam melakukan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui alasan menjadi Pengajar Muda

2. Untuk mengetahui proses pembelajaran organisasi yang di dapat Pengajar Muda di

Indonesia Mengajar

3. Untuk mengetahui nilai individu seseorang setelah menjadi Pengajar Muda

1.5 MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis

a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahan dan

pendidikan.

b. Sebagai acuan dan bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya

2. Secara praktis

a. Dapat mengetahui sejauh mana waktu dan upaya yang dilakukan oleh Pengajar Muda

untuk berpartisipasi dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

b. Sebagai bahan evaluasi terhadap permasalahan yang berkaitan dengan pendidikan

Indonesia.

8

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 KAJIAN PUSTAKA

Penelitian yang berjudul “Kajian Penguatan Nilai Individu Pegawai dalam Rangka

Pengembangan Kapasitas Sumber Daya Manusia” oleh Yeni Rospiani (2016) menyimpulkan

bahwa hasil analisis nilai pegawai Kopertis Wilayah IV cenderung pada posisi rata-rata yaitu

terdapat kesimbangan antara nilai untuk kepentingan diri sendiri dan publik, analisis peneliti

bahwa ketika individu masuk dalam organisasi pemerintah maka individu tersebut akan mulai

menyeimbangkan nilai yang dimiliki agar sesuai dengan lingkungan organisasi. Pengembangan

kapasitas diarahkan agar individu pegawai dapat melakukan pelaksanaan tugas sesuai prosedur

yang ditentukan, mempelajari prosedur kerja yang tekait dengan pekerjaan diri sendiri, dan

mampu memenuhi kebutuhan stakeholder sesuai sumber daya organisasi yang tersedia.Hasil

analisis penelitian, program yang layak untuk dikembangkan teridiri dari program pendidikan,

pelatihan, dan seminar dengan mempertimbangkan nilai individu yang telah disesuaikan dengan

nilai organisasi, hal ini dilakukan agar program pengembangan kapasitas SDM tersebut dapat

efektif dan efisien serta outcome berupa peningkatan kualitas kinerja dan sikap/perilaku SDM

dapat tercapai.

Berdasarkan analisis penelitian terdahulu, maka dapat disimpulkan perbedaan dan

persamaan darri penelitian yang akan di teliti. Persamaanya ada pada variable yang akan di teliti,

yaitu nilai individu dalam pengembangan diri seseorang. Namun terdapat perbedaan dalam

subjek yang akan di teliti yaitu jika penelitian terdahulu menggunakan subjek di sebuah instansi

9

perkantoran, pada penelitian kali ini peneliti menggunakan subjek pada suatu organisasi

pendidikan nonformal.

Penelitian yang berjudul “Empowered Self development and Continuous Learning” oleh

Manuel London and James W. Smither (1999) menyimpulkan bahwa kunci yang diperlukan

untuk memberdayakan pengembangan diri ialah dengan terus-menerus belajar. Di hari ini

organisasi, karyawan harus mengambil alih pembelajaran mereka sendiri dan menyadari bahwa

belajar adalah suatu proses untuk menentukan karier yang berkelanjutan. Hal ini memerlukan

pengetahuan bagaimana mencari umpan balik, membandingkan umpan balik untuk sekarang dan

masa depan kinerja harapan, menetapkan cita-cita pembangunan, dan melacak kemajuan.

Organisasi menyediakan sumber daya seperti umpan balik, pembinaan dan pengembangan

pengalaman untuk mendukung pengembangan diri dan pembelajaran berkelanjutan. Ini

mendukung mekanisme perlu dirancang dengan cara yang mendorong penentuan nasib sendiri.

Dorongan ini terjadi ketika umpan secara informatif dan tidak terancam, situasi karyawan dan

kemampuan diperhitungkan. Orang-orang yang ditentukan, termotivasi untuk meningkatkan

kinerja mereka. Bahkan jika mereka berkinerja baik, mereka ingin berbuat lebih baik lagi untuk

selanjutnya. Dalam lingkungan yang kompleks, ini menuntut mereka termotivasi untuk

mengatasi ketidakpastian oleh penentuan nasib sendiri. Orang yang tinggi dalam efektivitas diri,

perlu untuk kontrol, dan orientasi ketidakpastian cenderung untuk mencari dan menggunakan

umpan balik sebagai sarana untuk menyelesaikan ketidakpastian dan mendapatkan kontrol.

Akhirnya, perilaku ditentukan oleh diri sendiri sehinggan memungkinkan untuk dipelajari dan di

induksi, sehingga dapat meningkatkan efek positif dari memberdayakan lingkungan kerja pada

pengembangan diri seseorang.

10

Berdasarkan analisis penelitian terdahulu, maka dapat disimpulkan perbedaan dan persamaan

dari yang peneliti akan teliti. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan diteliti

ialah pada metode penelitian yang menggunakan metode kualitaif dan pada pembahasan

penelitian yang menyangkut pengembangan diri dan proses pembelajaran secara berkelanjutan.

Namun, terdapat pula perbedaan dari peneliti terdahulu, yaitu dari subyek penelitian dimana

penelitian sekarang mengabil subyek pada organisasi di bidang pendidikan.

Penelitian yang berjudul “An Empirical Examination Of Self-Development Activities:

Integrating Social Exchange And Motivational Lens” oleh Kanchan Vasant Deosthali (2012)

menyimpulkan bahwa, penelitian ini memberikan kontribusi terhadap pemahaman kita tentang

perilaku self development dengan mengintegrasikan penelitian dari beberapa aliran, memberikan

penjelasan yang kaya untuk pengembangan diri perilaku. Dengan berfokus pada pentingnya

faktor-faktor ini dan bagaimana mereka mempengaruhi pengembangan diri, ada kemungkinan

bahwa karyawan akan merasa lebih terhubung ke organisasi dan memiliki sikap yang lebih

positif yang pada gilirannya dapat meningkatkan partisipasi dalam kegiatan pembangunan.

Meskipun penelitian saat ini membuat kontribusi yang kuat pemahaman kita dari pengembangan

diri, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku self development oleh karyawan, penelitian

tambahan diperlukan untuk membantu organisasi-organisasi yang sepenuhnya mengerti

bagaimana mereka dapat memotivasi karyawan untuk mengejar kegiatan pengembangan diri.

Berdasarkan analisis penelitian terdahulu, terdapat persamaan dari variable yang akan di teliti

yaitu pengembangan diri dan motivasi seseorang. Di jelaskan bahwa motivasi seseorang dapat

mempengaruhi pengembangan diri orang tersebut sehingga terjadinya perubahan perilaku

maupun sifat. Perbedaan dalam penelitian ini ialah dalam metode pengambilan data, peneliti

11

menggunakan metode kualitatif studi kasus sedangkan pada penelitian terdahulu menggunakan

metode kuantitatif.

Penelitian yang dilakukan oleh Dovi Uun Yutikasari (2016) dengan judul “Peningkatan

Kemampuan Pengembangan Diri dengan Menggunakan Metode Praktik Siswa Tuna Netra kelas

III SLB A Yaketunis Yogyakarta” dapat ditarik kesimpulan bahwa berdasarkan hasil penelitian

dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa praktik dapat meningkatkan kemampuan

pengembangan diri pada siswa tunanetra kelas III SLB A Yaketunis Yogyakarta, hal ini dapat

dibuktikan dengan yang pertama ialah siklus I dengan tindakan berupa penjelasan, demonstrasi,

praktik, dan tanya jawab diperoleh hasil kemampuan siswa pada pra tindakan mandi 55% berada

dalam kategori cukup meningkat 13,96% menjadi 68,96% berada dalam kategori baik,

menggosok gigi 62,5% berada dalam kategori cukup meningkat 12,5% menjadi 75% berada

dalam kategori baik, mencuci rambut 52,5% berada dalam kategori cukup meningkat 22,5%

menjadi 75% berada dalam kategori baik. Selanjutnya perbaikan pada siklus II dilakukan pada

rencana pembelajaran yang sesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan siswa, yaitu dengan

mengkondisikan siswa untuk lebih fokus, walaupun lingkungan sekitar ada suara yang

mengganggu, guru mengurangi bantuan yang diberikan dalam praktik, guru memberi

kesempatan agar siswa aktif bertanya mengenai kesulitannya. Hasil kemampuan siswa pada

siklus II kegiatan mandi dari 68,96% berada dalam kategori baik meningkat 5,17% menjadi

74,13% berada dalam kategori baik, menggosok gigi 75% berada dalam kategori baik meningkat

5% menjadi 80% berada dalam kategori baik, dan mencuci rambut 75% berada dalam kategori

baik meningkat 2,5% menjadi 77,5% berada dalam kategori baik. Keaktifan siswa meningkat

sebesar 25% dari 58,33% berada dalam kategori cukup menjadi 83,33% berada dalam kategori

12

sangat baik. Dengan demikian kemampuan siswa dalam pengembangan diri kelas III SLB A

Yaketunis Yogyakarta meningkat setelah menggunakan metode praktik.

Berdasarkan analisis penelitian terdahulu, maka dapat disimpulkan perbedaan dan persamaan

dari yang peneliti akan teliti. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan diteliti

ialah pada subyek penelitian yang berada di organisasi yang bergerak di bidang pendidikan.

Namun, terdapat pula perbedaan dari peneliti terdahulu, yaitu dari pembahasan penelitian yang di

gunakan, penelitian terdahulu menggunakan metode kuantitatif, kali ini peneliti menggunakan

metode kualitatif.

Penelitian yang dilakukan oleh Yeni absah (2008) dengan judul “Pembelajaran organisasi:

Strategi membangun kekuatan perguruan tinggi” menghasilkan kesimpulan yang menyatakan

bahwa Organisasi yang menuju pada pembelajaran organisasi membutuhkan perubahan dalam

budaya organisasi dengan memiliki komitmen jangka panjangnya. Organisasi pembelajaran

adalah organisasi yang memiliki komitmen pada keinginan terus menerus untuk melakukan

perbaikan. Sejumlah faktor dapat saja menghalangi organisasi untuk belajar, namun organisasi

harus bersedia untuk mengerahkan segala usahanya untuk berubah menjadi organisasi

pembelajaran.

Berdasarkan analisis penelitian terdahulu, maka dapat disimpulkan perbedaan dan persamaan

dari yang peneliti akan teliti. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan diteliti

ialah pada subyek penelitian yang berada di organisasi yang bergerak di bidang pendidikan.

Namun, terdapat pula perbedaan dari peneliti terdahulu, yaitu dari pembahasan penelitian yang di

gunakan, penelitian terdahulu menggunakan metode kuantitatif, kali ini peneliti menggunakan

metode kualitatif.

13

Dalam penelitiannya yang berjudul “Learning Organization and Employee Motivation: a case

study of equity bank, Kenya” Saida Mohammed (2015) menyatakan kesimpulan bahwa perlunya

organisasi untuk bertahan hidup di lingkungan yang berubah telah menyebabkan pengembangan

konsep organisasi belajar. Sebuah organisasi belajar adalah sebuah organisasi yang memfasilitasi

pembelajaran bagi semua anggotanya, dan dengan demikian terus-menerus mengubah itu sendiri.

Motivasi karyawan adalah kunci untuk setiap organisasi. Motivasi karyawan yang rendah

mengarah pada perilaku seperti omset yang karyawan tinggi, absensi, penurunan kinerja dan

kesalahan biaya oleh bank. Oleh karena itu manajemen harus memprioritaskan motivasi

karyawan. Perbankan organisasi harus memasukkan program seperti manajemen kualitas total,

keterlibatan karyawan, pengembangan kerja, membayar berdasarkan ketrampilan dan

mendapatkan berbagai rencana untuk memperoleh keunggulan kompetitif dan intervensi ini akan

mengakibatkan peningkatan kinerja keuangan bank. Penelitian ini menghasilkan beberapa

temuan penting dan kontribusi untuk berlatih dan penelitian. Berdasarkan temuan, studi ini

menyimpulkan bahwa belajar praktek organisasi memiliki pengaruh yang kuat pada motivasi

karyawan.

Berdasarkan analisis penelitian terdahulu, maka dapat disimpulkan perbedaan dan persamaan

dari yang peneliti akan teliti. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan diteliti

ialah pada variable yang akan peneliti teliti yaitu, motivasi dan organisasi pembelajaran. Namun,

terdapat pula perbedaan dari penelitian terdahulu, yaitu dari subjek penelitian yang dimana

penelitian terdahulu melakukan penelitian di instantsi bank, sedangkan penelitian kali ini

dilakukan di organisasi non profit di bidang pendidikan.

Penelitian yang berjudul “From Individual Learning to Organizational Learning” yang di

tulis oleh Delio Ignacio Castaneda and Manuel Fernández Rios (2007) menyimpulkan bahwa

14

berdasarkan model ini mungkin untuk menyatakan bahwa pembelajaran terjadi pada tiga tingkat:

individu, kelompok dan organisasi; juga, belajar mengambil dua rute: dari individu untuk

organisasi dan organisasi untuk individu. Dalam pengertian ini pelembagaan pengetahuan

diproduksi oleh individu dan kelompok, serta belajar oleh individu dan kelompok individu kunci

pengetahuan organisasi, yang penting. Dan terdapat dua proses yang baru di tingkatkan dalam

kelompok. Proses ini adalah percakapan dan pemodelan sosial. Kemudian, kasus disajikan untuk

menggambarkan proses yang diusulkan dalam tindakan. Studi lebih lanjut bagaimana

kemampuan manusia dan proses pembelajaran ini terwujud dalam berbagai jenis organisasi yang

diperlukan. Selain itu, studi yang mendalam tentang mekanisme kelompok belajar yang

direkomendasikan. Crossan, Lane dan putih (1999) menaikkan topik interpretasi; kami

mengusulkan konsep percakapan dan pemodelan sosial. Penelitian diperlukan, namun, untuk

menjelaskan bagaimana pribadi variabel seperti sikap dan kemanjuran diri serta organisasi

variabel seperti budaya dan struktur pengaruh interaksi dalam proses pembelajaran. Ini bisa

menjadi cara yang memperkaya model dengan bukti empiris. Akhirnya, itu akan berguna untuk

melakukan penelitian antarbudaya untuk menjelaskan bagaimana nasional budaya sebagai

variabel memainkan peran dalam individu dan kelompok perilaku yang berhubungan dengan

organisasi belajar.

Berdasarkan analisis penelitian terdahulu, maka dapat disimpulkan perbedaan dan persamaan

dari yang peneliti akan teliti. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan diteliti

ialah pada variable yang akan peneliti teliti yaitu, organisasi pembelajaran. Namun, terdapat pula

perbedaan dari penelitian terdahulu, yaitu dari metode penelitian yang dilakukan dimana

penelitian terdahulu menggunakan metode kuantitatif, sedangkan penelitian kali ini

menggunakan metode kualitatif.

15

Penelitian yang berjudul “Peranan Organisasi Pembelajaran dalam Meningkatkan Kompetisi

Kerja” oleh Eka Danta Jaya Ginting (2004) menyimpulkan bahwa Kondisi ketenagakerjaan dan

pengembangan sumber daya manusia sudah mengalami pergeseran nilai yang jauh berbeda dari

dasawarsa sebelumnya. Pandangan mengenai karyawan yang dulunya sebagai obyek bergerak

menjadi sebagai mitra perusahaan yang dihargai dan dipandang memberikan kontribusi tidak

ternilai. Globalisasi di segala bidang turut mempercepat aplikasi dari pandangan baru di atas.

Indonesia sebagai salah satu anggota bangsa-bangsa di dunia mau tidak mau turut ikut

melaksanakan perubahan-perubahan tersebut. Harus diakui bahwa Indonesia sebenarnya belum

begitu siap dalam melaksanakan perubahan-perubahan tersebut. Namun mau tidak mau, cepat

atau lambat hal tersebut harus segera dilaksanakan. Kompetisi, baik dalam bentuk kompetisi

kelompok maupun kompetisi individual dipandang perlu pada saat ini. Terutama untuk kompetisi

individu dituntut pengembangan diri dan peningkatan kompetensi tanpa batas sebagai upaya

untuk menjawab tantangan eksternal. Untuk itu keinginan individu untuk berkembang perlu

untuk difasilitasi oleh pihak perusahaan. Harmonisasi dari individu untuk berubah dan

berkembang serta kesadaran organisasi untuk mengembangkan diri dan anggotanya merupakan

kunci utama dari peningkatan kinerja dan mutu organisasi secara keseluruhan. Organisasi

pembelajaran sebagai satu kosakata baru dalam pembahasan manajemen dipandang penting

untuk memfasilitasi dan meningkatkan keinginan individu karyawan untuk berkompetisi.

Peningkatan kemampuan secara berkesinambungan baik dalam skill, nilai dan visi organisasi

saat ini memang belum begitu optimal dilaksanakan. Seringnya pelatihan-pelatihan tanpa “need

analysis” yang jelas membuat pelatihan kehilangan makna dan kekuatan. Selain

itu pelatihan sering dipandang hanya sebagai obat dari suatu penyakit yang sifatnya kuratif tanpa

adanya upaya untuk mempersiapkan organisasi secara transformasional. Transformasi organisasi

16

tidaklah sama dengan pengembangan organiasi Transformasi organisasi merujuk pada upaya

organisasi yang untuk secara proaktif merubah semua aspek yang ada didalamnya, baik individu,

kepemimpinan, sumber daya, struktur organisasi maupun proses-proses pertukaran informasi.

Pembelajaran organisasi adalah sesuatu yang baru yang kadang masih sering disalahtafsirkan

hanya sebagai upaya-upaya pelatihan maupun pengembangan kemampuan organisasi dan

karyawan. Sebenarnya organisasi pembelajaran membawa misi dimana pembelajaran yang

dilakukan lebih pada merubah hakikat manusia atau individu karyawan untuk sadar akan potensi

yang dimilikinya. Pembelajaran yang berkesinambungan merupakan inti dari organisasi

pembelajaran. Selain itu organisasi pembelajaran harus melihat ke dalam dirinya sendiri. Dengan

kata lain tidak ada pembelajaran instant yang bisa diterapkan sama pada semua pihak. Kekuatan

organisasi pembelajaran lebih kepada kemampuan organisasi untuk menilai siapa dirinya, siapa

orang-orang didalamnya yang selanjutnya digunakan sebagai sumber analisa dalam menentukan

model pembelajaran yang sesuai dengan ciri khas suatu organisasi. Untuk menjawab tantangan

itu tentu saja perlu kerjasama antara organisasi dengan individu di dalamnya, kepekaan

mengenai visi dan misi, kemampuan mengetahui harapan-harapan karyawan, serta kemampuan

untuk merubah sikap dan perilaku kerja karyawan. Diharapkan dengan kondisi saat ini yang

penuh persaingan, dimana yang siapa akan tetap maju dan yang tidak siap akan tertinggal maka

karyawan dapat termotivasi untuk selalu berbenah, baik sikap mental maupun ketrampilannya.

Berangkat dari kompetisi antar perusahaan diharapkan dengan organisasi pembelajaran,

kompetisi muncul pada masing-masing individu bukan untuk saling mengalahkan, namun saling

terpacu untuk selalu memberikan yang terbaik, belajar dari pengalaman dan tidak pernah puas

akan hasil yang dicapai. Organisasi pembelajaran diharapkan akan menjadi wadah untuk

menyalurkan semua harapan-harapan individu karyawan untuk tetap maju dan berkembang.

17

Berdasarkan analisis penelitian terdahulu, maka dapat disimpulkan perbedaan dan persamaan

dari yang peneliti akan teliti. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan diteliti

ialah pada metode penelitian yang menggunakan metode kualitatif. Namun, terdapat pula

perbedaan dari penelitian terdahulu, yaitu dari subyek penelitian terdahulu yang dilakukan di

suatu perusahaan, sedangkan pada penelitian kali ini dilakukan di suatu organisasi di bidang

pendidikan.

2.2 KERANGKA TEORITIS

2.2.1 Pengertian Pengembangan Diri

Jika menelaah literatur tentang teori-teori psikologi, khususnya psikologi kepribadian, istilah

pengembangan diri disini tampaknya dapat disepadankan dengan istilah pengembangan

kepribadian, yang sudah lazim digunakan dan banyak dikenal. Meski sebetulnya istilah diri (self)

tidak sepenuhnya identik dengan kepribadian (personality). Istilah diri dalam bahasa psikologi

disebut pula sebagai aku, ego atau self yang merupakan salah satu aspek sekaligus inti dari

kepribadian, yang di dalamnya segala kepercayaan, sikap, perasaan, dan cita-cita, baik yang

disadari ataupun yang tidak disadari. Aku yang disadari oleh individu biasa disebut conscious

mind, sedangkan aku yang tidak disadari disebut unconscous mind (Boeroee C. George, 2008)

Menurut Freud (Calvin S. Hall & Gardner Lindzey, 1993) ego atau diri merupakan eksekutif

kepribadian untuk mengontrol tindakan (perilaku) dengan mengikuti prinsip kenyataan atau

rasional, untuk membedakan antara hal – hal yang terdapat dalam batin seseorang dengan hal-hal

yang terdapat dalam dunia luar. Horney dalam (Boeroee C. George, 2008) diri adalah pusat

keberadaan anda, potensi anda. Jika mental anda sehat, anda tentu punya konsepsi yang akurat

tentang siapa diri anda, dan anda bebas merealisasikan potensi diri anda.. Jika Jung dan Horney

18

menganggap bahwa diri merupakan keberadaan yang merepresentasikan potensi dengan cara

realisasi, maka akan mirip dengan teori Maslow yang di kenal dengan istilah aktualisasi diri.

Maslow dalam (Alwilsol, 2005) menjelaskan bahwa aktualisasi diri dipandang sebagai

kebutuhan tertinggi dari suatu hirearki kebutuhan. Abrahim H. Maslow (Boeroee C. George

2008) aktualisasi diri dijelaskan sebagai potensi-potensi yang dimiliki manusia dan dibawa dari

kelahirannya serta kodratnya sebagai manusia. Potensi dan kodrat ini perlu diaktualkan dan

dinyatakan, dalam berbagai bentuk sifat, kemampuan, dan kecakapan nyata. Melalui berbagai

bentuk upaya belajar dan pengalaman individu berusaha mengaktualakan semua potensi yang

dimilikinya. Setiap orang memiliki kepercayaan, sikap, perasaan dan cita-cita akan dirinya, ada

yang realistis atau justru tidak realistik. Sejauh mana individu dapat memiliki kepercayaan,

sikap, perasaan, dan cita-citanya akan berpengaruh terhadap perkembangan kepribadiannya,

terutama kesehatan mentalnya. Kepercayaan, sikap, perasaan dan cita-cita seseorang akan

dirinya secara tepat dan realistis memungkinkan untuk memiliki kepribadian yang sehat. Namun,

sebaliknya jika tidak tepat dan tidak realistis boleh jadi akan menimbulkan pribadi yang

bermasalah. Kepercayaan akan dirinya yang berlebihamn (over confidence) menyebabkan

seseorang dapat bertindak kurang memeperhatikan lingkungannya dan cenderung melabrak

norma dan etika standart yang berlaku, serta memandang sepele oranglain. Selain itu, orang yang

memiliki over confidence sering memiliki sikap dan pemikiran yang over estimate terhadap

sesuatu. Sebaliknya kepercayaan diri yang kurang, dapat menyebabkan seseorang bertindak

ragu-ragu, rasa rendah diri dan tidak memiliki keberanian. Kepercayaan diri yang berlebihan

maupun kurang dapat menimbulkan kerugian tidak hanya bagi dirinya namun juga bagi

lingkungan sosialnya. Begitu pula, setiap orang memiliki sikap dan perasaan tertentu terhadap

dirinya. Sikap akan diwujudkan dalam bentuk penerimaan atau penolakan akan akan dirinya.

19

Sedangkan perasaan dinyatakan dalam bentuk rasa senang atau tidak senang akan keadaan

dirinya. Sikap, terhadap dirinya berkaitan erat dengan pembentukan harga diri (penilaian diri),

yang menurut Maslow merupakan salah satu jenis kebutuhan manusia yang amat penting. Sikap

dan mencintai diri yang berlebihan merupakan gejala ketidaksehatan mental, biasa disebut

narcisisme. Sebaliknya orang yang membenci dirinya secara berlebihan dapat menimbulkan

masochisme.

Disamping itu, setiap orang pun memiliki cita-cita akan dirinya. Cita-cita yang tidak realistis

dan berlebihan, serta sangat sulit dicapai mungkin hanya akan berakhir dengan kegagalan yang

pada akhirnya dapat menimbulkan frustasi, yang diwujudkan dalam bentuk perilaku salah-suai

(maladjusted). Maslow (Alwisol, 2005) mengemukakan dua jalur untuk mencapai aktualisasi

diri, jalur 16 belajar (mengembangkan diri secara optimal pada semua tingkat kebutuhan

hirearkis) dan jalur pengalaman puncak. Gunakan kecerdasanmu, dimaksudkan agar

mengerjakan apa yang hendak dikerjakan oleh diri sendiri tentu dengan kemauan dan

kemampuan yang ada pada diri seoptimal mungkin. Temukan siapa dirimu, dimaksudkan agar

diri atau self dapat menemukan jati diri yang sebenarnya, dapat memilih mana yang di inginkan

dan mampu menolak yang tidak di sukai, serta dapat menerima diri.

2.2.2 Strategi Pengembangan Diri

Strategi pengembangan diri dipaparkan secara singkat dan di ambil dari pendapat Martha

Mary McGraw (1987) dalam bukunya 60 Cara Pengembangan Diri

1. Menjadi Diri Sendiri yang Khas

Tidak ada seorangpun di dunia ini yang sama persis, demikian pula sebaliknya tak ada

seorangpun di dunia ini yang dapat meniru secara persis. Dan tidak seharusnya kita meniru persis

20

orang lain, kita adalah diri sendiri yang mempunyai khas-an yang tidak dimiliki oleh orang lain.

Biarkan diri kita berkembang dengan ke khususan dan ke unikannya, dan jadikanlah hal itu

menjadi modal dasar untuk meraih kesusksesan. Oleh karena itu menjadi diri sendiri yang khas

dan unik adalah pilihan tepat.

2. Berkembang Terus

Kita adalah bagian dari lingkungan kita, mari kita lihat dan tatap diri kita. Kita pasti akan

menemukan keindahan dalam diri kita. Jadilah tumbuh-tumbuhan yang selalu hijau. Tumbuh-

tumbuhan yang tetap mekar sepanjang tahun, tanpa perlu ditanyakan apa sebabnya. Bunga-bunga

liarpun bisa bermekaran menyemarakkan keindahan alam, dan di rumah kita. Kita adalah bunga

itu. Kita ajak sesama kita untuk bertukar pikiran, bertukar impian, maupun bertukar pengalaman.

Kita tanyakan kepada mereka apa yang mereka miliki. Hal seperti ini dapat diibaratkan seperti

penyerbukan silang. Senyumlah pada waktu kita mendengarkan pengalaman orang lain itu. Pasti

akan ada manfaatnya bagi kehidupan kita.

3. Menjadi Menarik

Untuk menjadi menarik kita harus mengenali potensi dalam diri kita. Manarik tidak mesti

cantik, ganteng, akan tetapi lebih pada pesona diri, apa yang ada di dalam diri kita. Untuk

menjadi seseorang yang menarik kita bisa mengeksplore kemampuan kita, menyadari

kekurangan kemudian menutupinya dan menonjolkan sisi lebih untuk membuatnya menjadi

menarik. Menjadi menarik adalah juga merupakan pilihan. Seseorang akan memilih menjadi

menarik atau masa bodoh tergantung dari dirinya sendiri. Percayalah bahwa diri kita betul-betul

menarik. Keindahan kita diperhitungkan. Memang kita bukan „ratu kecantikan‟ juga bukan orang

yang paling tampan di seluruh negeri, tetapi percayalah bahwa kita memiliki ketampanan

21

tersendiri. Jangan pernah merasa minder. Kita hanya perlu mengenal keindahan diri kita. Kita

hanya perlu meyakinkah diri kita sendiri: “Bahwa saya sungguh sangat menarik” Seseorang yang

memiliki konsep diri negatif juga akan mengakibatkan rasa tidak percaya diri, tidak berani

mencoba hal-hal baru, tidak berani mencoba hal yang menantang, takut gagal, rendah diri,

merasa diri tidak layak untuk sukses dan masih banyak hal inferior lainnya. Sebaliknya

seseorang dengan konsep diri yang positif akan terlihat lebih optimis, penuh percaya diri, dan

selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialaminya

(Gunawan, 2005)

4. Bertanya Pada Diri Sendiri

Bertanyalah pada diri kita: “Siapa saya?” Mengapa saya diciptakan? Bagaimana saya

berhubungan dengan sang pencipta? Apa yang sangat saya dambakan dalam hidup ini? Hal apa

yang paling berharga dalam hidup saya? Sumbangan kecil apakah yang bisa saya buat demi

dunia sekitar tempat saya berada agar menjadi lebih baik? Jika saya berjalan, lalu melihat ke

belakang, apa yang saya lihat? Apakah saya perlu mengubah sesuatu? Apakah saya sudah cukup

puas dengan keberadaan diri saya? Hanya dengan berdialog dengan mata batin kita secara jujur

maka kita dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

5. Bersahabat

Setiap pribadi mampu bersahabat dengan kita, dan setiap individu dapat menjadi sahabat

kita. Tiga keutamaan diperlukan dalam membangun persahabatan, Iman, Harapan dan kasih

sayang. Tuhan yang pertama kali menjadi sahabat kita, pada waktu Ia menciptakan kita. Tiga

keutamaan tersebut harus dibagi dengan orang lain. Kita bisa berharap dengan persahabatan. Kita

22

bisa mengasihi dan menyayangi dengan persahabatan. Banyak sedikitnya sahabat tergantung

pada sikap kita terhadap diri sendiri.

6. Mendukung Orang Lain

Jika pekerjaan kita kurang mendapatkan penghargaan barangkali kita masih mampu

bertahan untuk hidup. Tetapi kita tidak akan mampu untuk bekerja keras dan baik kalau tidak ada

seorangpun yang memperhatikan kita. Bisa jadi kita akan menjadi macet, malas, enggan bekerja.

Ini berlaku bagi siapa saja. Kalau ada orang yang berhasil dan kita menepuk punggungnya

sebagai tanda dukungan, dia pasti akan semakin berkembang. Sebagai pemimpin/Kepala Sekolah

memberikan pujian dan dukungan dengan tulus terhadap anak buah apapun keberhasilannya,

seberapapun keberhasilan itu, akan menjadi semangat yang paling ampuh. Namun jika perhatian

dan dukungan kita palsu, pasti orang lain akan kecewa. Oleh karena itu kita perlu berusaha

membri dukungan dengan maksud yang murni dan tulus tanpa pamrih, apalagi tersirat keirian.

7. Mengembangkan Talent.

Tidak pernah ada kata terlambat untuk mengerjakan hal-hal khusus yang kita inginkan.

Terus dan lakukan saja! Barangkali memang sudah terlambat untuk belajar „loncat galah‟

(misalnya) seusia kita, Tapi itu kekecualian. Kita perlu menjebol keterbatasan kita. Kembalilah

‟ke bangku sekolah atau kuliah‟ Ikutilah lokakarya, seminar ataupun pelatihan. Kunjungilah

ceramah-ceramah atau kita selenggarakan sendiri. Bidang apa yang kita kuasai? Beritahukanlah

kepada teman sahabat, bahwa kita akan memberikan kuliah gratis, pasti kita akan menikmatinya

demikian pula pendengarnya. Talenta seseorang tidaklah sama, namun masing-masing orang

pasti dibekali dengan talenta, tinggal bagaimana kita mengembangkannya, mengasahnya, untuk

kemudian kita memetik hasilnya.

23

8. Membiarkan diri menjadi Bahagia, Belajar mencintai, Bernyanyi, Santai dan Tertawa.

Beberapa hal diatas adalah hal-hal yang menyenangkan yang mudah dilakukukan namun

juga terkadang sulit untuk dilakukan. Apakah kita sungguh bahagia saat ini? Mari kita merenung,

tahun-tahun yang telah lewat apa yang telah kita alami? Temukan saat-saat bahagia kita. Banyak

orang telah menjadi ‟sukses‟ dalam hidupnya, tetapi tidak merasakan kedamaian. Jadilah bahagia

sekarang juga. Belajar mencintai bisa merupakan hal mudah bisa juga sebaliknya. Belajarlah

mencintai apa yang telah kita raih dan kita miliki, mencintai Allah SWT. mencintai sesama,

mencintai diri sendiri. Buatlah itu semua dengan cara yang tegas. Jangan ragu-ragu. Tataplah

lawan berbicara manakala kita berbicara dengannya. Dengarkan baik-baik waktu mereka

berbicara dengan kita. Biarkan mereka tahu bahwa kita penuh perhatian, sehingga mereka

merasa senang dan berharga di hadapan kita. Biarkan orang tahu bahwa kita memperhatikan

mereka, mencintai mereka. Ada pepatah, jabatan tangan mesara mempunyai seribu makna.

Benyanyi, santai, dan tertawa. Nikmatilah hidup dan kehidupan, bekerja juga perlu santai dan

bergembira, karena ini akan mengendorkan ketegangan dan membuat kita nyaman. Ketika kita

merasa nyaman secara fisik dan psikis maka aura kita akan muncul. Inner Beauty kita akan

muncul, semuanya.

9. Menjaga Kondisi Fisik

Manusia merupakan kesatuan jiwa dan badan. Jiwa mempengaruhi badan, sebaliknya badan

juga mempengaruhi jiwa. Sadar akan kesatuan tersebut dan berbuat sesuatu untuk itu merupakan

hal yang sangat penting. Olah raga akan membuat fisik kita tetap dalam kondisi prima. Mulailah

hari-hari kita dengan senam atau joging secara rutin, bisa pada waktu pagi atau sore hari. Buatlah

diri kita selalu merasa sehat, sekalipun kondisi badan kita sedang tidak fit. Badan kita adalah

24

kita, manakala kita merasa tensi naik, marah, ataupun sedih, cucilah mobil, potonglah rumput,

berkebun, rawat bunga-bunga, lari-lari ataupun bersepeda.

10. Berbagi dengan Orang Lain

Apa yang kita miliki dan dapat dibagi dengan orang lain? Renungkanlah! Apapun yang

dapat kita bagi, sekecil apapun itu akan sangat bermanfaat bagi kita dan bagi yang menerima.

Apakah kita mempunyai pengalaman menarik, lucu, gembira, yang bisa dibagi dengan orang

lain? Apa yang bisa kita lakukan untuk orang lain? Untuk lingkungan? Untuk negara? Berbagai

dengan orang lain selain membahagiakan diri kita juga membahagiakan orang lain. Berbagai

tidak hanya untuk hal-hal kesenagngan saja terkadang pengalaman sedih dan gundah juga perlu

berbagai agar kita menajdi ringan, dan dapat melangkah lagi. Berbagai pengalaman sedih bukan

berarti mengeluh, harus dibedakan.

11. Memaafkan dan Melupakan,

Memaafkan dan berusaha melupakan adalah yang terbaik, namun terkadang sulit untuk

dilakukan. Andaikan kita seorang pelupa yang jempolan, maka kita akan menjadi seorang

pengingat yang paling bahagia. Belajarlah untuk memaafkan dan melupakan. Tidak akan

menjadikan kita bahagia jika hati terluka satu kali dan diingat terus selamanya sepanjang waktu.

Ketika seseorang menyakiti hati kita berterus teranglah dengan dia, senyumlah. Barangkali amat

berat, tapi cobalah. Dan apapun masalahnya ada satu hal yang harus kita buat. Yakni memaafkan

dan melupakan. Kita mampu mendapatkan kembali kedamaian hati. Kita dapat memeperolehnya

dengan jalan memaafkan.

25

12. Berusaha untuk Tidak Tenggelam.

Suatu saat kita dapat berjumpa dengan apa yang disebut dengan ‟kesulitan‟, dalam situasi itu

kita akan merasa berat. Tiba-tiba godaan muncul: ”untuk apa mengarungi lautan kehidupan?”

Adakah tidak lebih baik kalau kita tenggelam saja di dalamnya? Demikianlah godaan yang selalu

muncul manakala kita berada dalam saat krisis. Tetapi bertahanlah. Berusahalah untuk tetap

terapung di atas permukaan hidup. Percayalah banyak hal pasti akan menjadi lebih baik

manakala kita mampu bertahan dalam situasi krisi itu.

13. Bersikap Lembut Namun Tegas

Bertindaklah tegas kalau situasinya memang menuntut demikian. Jangan takut untuk

membela kebenaran. Jangan mudah percaya pada kebohongan. Dan jangan biarkan hidup kita

jadi berantakan. Jadilah orang yang lembut. Lembut pada diri sendiri, pada orang lain dan pada

kebaikan yang muncul dalam diri kita ataupun pada orang lain. Pupuklah kebaikan yang ada

dalam diri kita walau itu sangat kecil. Namun hargailah pula kebaikan yang ada pada orang lain.

Tetaplah tersenyum ketika kita harus mengatakan hal yang sangat tegas dan pasti.

14. “Joke”

Joke yang Cerdas/Bercanda dan lelucon amatlah penting dalam kehidupan kita, karena

dengan hal itu kita bisa tertawa, bahkan bisa mentertawakan diri kita, kesalahan kita bahkan

kenaif-an kita sekalipun. Banyak lelucon yang dapat kita buat, namun pilihlah lelucon yang

cerdas, bukan yang porno. Banyak lelucon cerdas dan menggelitik yang akan membuat segar

ruangan. Namun kita juga harus ingat masing-masing orang punya keterampilan ‟melucu‟ yang

berbeda. Sekecil apapun berusahalah membuat joke di saat-saat yang tepat untuk mengurangi

kejenuhan kerja pada diri sendiri dan rekan kita.

26

2.2.3 Pembelajaran Organisasi

Konsep learning organization sudah dikenal pada era post modern, namun baru berkembang

secara eksponensial sejak di tulis oleh Peter Senge (1990) dalam karya Fifth Discipline. Sampai

sekarang ini kajian tentang learning organization semakin merambah dunia pendidikan.

Marquardt (1996) menyatakan, bahwa pembelajaran dalam organisasi memfokuskan diri

pada “apa” – karakteristik, prinsip – prinsip dan system dari suatu organisasi yang belajar secara

kolektif. Sedangkan organisasi pembelajaran mengacu pada “bagaimana” – tingkat penguasaan

dan proses pengembangan pengetahuan.

Sistem organisasi secara menyeluruh yang mengembangkan organisasi pembelajaran sudah

didefinisikan oleh beberapa peneliti dan pakar sumber daya manusia dari berbagai perspektif.

Senge dalam Marquardt dan Reynolds (1996) memberikan definisi organisasi pembelajaran

adalah organisasi yang anggotanya secara terus menerus memperluas kapasitasnya demi

terciptanya hasil yang benar – benar diinginkan bersama. Dalam kaitan ini pola ekspansif

dimungkinkan, aspirasi kolektif diberi kebebasan dan anggotanya senantiasa mendapatkan

bagaimana untuk dapat belajar bersama – sama.

Back dalam Marquadt dan Reynold (1996) mendefinisikan organisasi pembelajaran adalah

organisasi yang telah memberikan fasilitas pembelajaran dan pengembangan pribadi pada semua

anggotanya dan pada saat yang sama organisasi tersebut secara terus menerus mengubah dirinya

sendiri.

Selanjutnya menurut Schwandt dalam Marquadt dan Reynolds (1996) memberikan definisi

organisasi pembelajaran diartikan sebagai suatu sistem dari tindakan – tindakan para pelaku,

27

simbol – simbol dan proses yang merubah informasi ke dalam pengetahuan yang bernilai pada

gilirannya akan mengubah kapasitasnya melalui proses perjalanan panjang dari penyesuaian diri.

Pengertian ini menitikberatkan, bahwa organisasi pembelajaran merupakan sistem yang

terdiri dari bermacam komponen yang saling berhubungan dan ketergantungan secara

fungsional. Komponen tersebut adalah perilaku pimpinan dan anggota organisasi sebagai pelaku

dalam upaya pencapaian efektivitas dan tujuan organisasi.

Schwandt (1993) mendefinisikan pembelajaran organisasi sebagai sebuah sistem dari aksi,

aktor, simbol dan proses yang memungkinkan organisasi mentransform informasi menjadi

pengetahuan yang bernilai yang dapat digunakan oleh organisasi dalam meningkatkan kapasitas

adaptasi jangka panjangnya. Definisi di atas sejalan dengan konsep New Learning Organization

yang diungkapkan Anders di atas. Tokoh lain yang memberikan defInisi mengenai organisasi

pembelajaran adalah John Farago & David Skyrme (Munandar, 2003). Dalam salah satu tulisan

mereka mengatakan bahwa:

“Learning Organizations are those that have in place systems, mechanism and processes,

that are used to continually enhance their capabilities to achieve

sustainable objectives for themselves and the communities in which they

participate.”

Dari uraian di atas dapat dicatat butir-butir berikut ini, yaitu bahwa organisasi pembelajaran

adalah:

1. Adaptif terhadap lingkungan eksternalnya;

2. Secara terus menerus menunjang kemampuan untuk berubah;

3. Mengembangkan baik pembelajaran individual maupun kolektif;

4. Menggunakan hasil pembelajaran untuk mencapai hasil yang lebih baik;

28

Namun ada pula pendapat lain dari Lisa Montagu (2008) yang mengutip pendapat Senge

tentang Learning Organization dan Organization Learning, yang intinya menyatakan definisi

kedua istilah tersebut tidak jauh berbeda dengan yang telah diuraikan di atas. Learning

Organization (Organisasi Pembelajar) merupakan tempat dimana orang secara terus menerus

meningkatkan kapasitasnya agar tercipta hasil yang diinginkan dan merupakan tempat dimana

pola pikir baru dan pola pikir yang diperluas terus dipertahankan, serta menjadi tempat dimana

aspirasi kolektif bebas dimiliki dan di sana orang-orang secara terus menerus belajar untuk

melihat realitas secara keseluruhan. Lebih lanjut, Senge mengungkapkan bahwa secara umum

Organisasi Pembelajar menjadi tempat dimana orang-orang pada semua level/tingkat, baik secara

individu maupun bersama, melakukan peningkatan kapasitas mereka untuk menghasilkan

manfaat yang akan menjadi perhatian mereka atau sesuai keinginan mereka. Lisa

mengungkapkan seperti halnya Organisasi Pembelajar, Pembelajaran Organisasi pun telah

dikenal dalam waktu yang panjang dan dipopulerkan pada tahun 1990-an. Ranah dari

Pembelajaran Organisasi adalah tentang bagaimana organisasi melakukan proses belajar dan

seringkali mengarah pada berbagai model atau teori. Pembelajaran Organisasi dapat dilihat pula

sebagai pengujian atas proses dan konsep yang digunakan oleh Organisasi Pembelajar. Dua topik

yang berbeda namun saling terkait. Singkatnya, Organisasi Pembelajar merupakan tempat, dan

Pembelajaran Organisasi merupakan proses.

Sejalan dengan konsep di atas, dalam tulisan lain, Raanan Lipshitz dkk (2000) dari

Universitas Haifa menegaskan bahwa Pembelajaran Organisasi merupakan proses interpersonal

yang kompleks yang terjadi melalui mekanisme struktural dalam arena sosial. Pembelajaran

melalui/dengan Organisasi terjadi ketika individu melakukan proses pembelajaran melalui

mekanisme pembelajaran organisasi yang memastikan bahwa yang bersangkutan memperoleh

29

informasi yang dibutuhkan. Proses Pembelajaran secara individual akan menghasilkan

pandangan-pandangan dan perubahan terkait kebiasaan, keterampilan, dan tindakan.

Pembelajaran Organisasi akan menghasilkan perubahanperubahan dalam norma-norma, doktrin,

prosedur operasi standar, struktur dan budaya. Konsekuensinya, pembelajaran organisasi tidak

dapat dipahami secara baik tanpa menggunakan lensa sosial, politik dan kultural.

2.2.4 Nilai Individu

Beberapa teori terkait dengan nilai banyak diungkapkan oleh para ahli, teori-teori yang

diungkapkan melibatkan berbagai ilmu, sosiologi, psikologi, antropologi, dan beberapa ilmu lain

yang terkait mendeskripsikan:

Nilai (value) menunjukan alasan dasar bahwa “cara pelaksanaan atau keadaan akhir

tertentu lebih disukai secara pribadi atau sosial dibandingkan cara pelaksanaan atau

keadaan akhir yang berlawanan”. Nilai memuat elemen pertimbangan yang membawa ide-

ide seorang individu mengenai hal-hal yang benar, baik, atau diinginkan. Nilai memiliki

sifat isi dan intensitas. Sifat isi menyampaikan bahwa cara pelaksanaan atau keadaan akhir

dari kehidupan adalah penting. Sifat intensitas menjelaskan betapa pentingnya hal tersebut.

Ketika menggolongkan nilai seorang individu menurut intensitasnya, kita mendapatkan

sistem nilai (value system) orang tersebut.(Robbins & Judge, 2009:146)

Dalam buku Perilaku dalam Organisasi (Wibowo, 2013) Nilai dikatakan dapat

mempengaruhi sikap dan perilaku, nilai didefinisikan:

Nilai-nilai atau values adalah kesadaran, hasrat efektif atau keinginan orang yang

menunjukan perilaku mereka. Nilai-nilai personal individu menunjukan perilaku di dalam

dan di luar pekerjaan. Apabila serangkaian nilai-nilai orang adalah penting, maka akan

30

menunjukan orang dan juga mengembangkan perilaku konsisten untuk semua situasi

(Gibson, Ivancevich, Donnelly, 2000)

Nilai mempunyai muatan content (kandungan) dan intensity (intensitas). Atribut konten

mengatakan bahwa cara melakukan atau keadaan akhir yang tercapai adalah penting, atribut

intensitas menspesifikasikan seberapa penting. Apabila kita mendudukan nilai-nilai individu

dalam terminologi intensitasnya, maka kita memberi orang tersebut sistem nilai (Wibowo, 2013).

Nilai memuat elemen pertimbangan yang membawa ide-ide seseorang individu mengenai

hal-hal benar, baik, dan diinginkan. Para peneliti bidang perilaku organisasi sudah lama

memasukkan konsep nilai sebagai dasar pemahaman sikap dan motivasi individu. Individu yang

memasuki suatu organisasi dengan pendapat yang telah terbentuk sebelumnya tentang apa yang

“seharusnya” dan apa yang “tidak seharusnya” terjadi. Hal ini selanjutnya berimplikasi pada

perilaku atau hasil-hasil tertentu yang lebih disukai dari yang lain. Dengan kata lain, nilai

menutupi objektivitas dan rasionalitas (Robbins, 2007)

Definisi lain terkait nilai diungkapkan oleh Schwartz (2012), Value as desireable

transsituatioanal goal, varying in importance, that serve as guiding principles in the life of a

person or other social entity. Nilai merupakan hal yang penting dalam hidup, setiap orang

memegang nilainya masing-masing. Nilai yang dipercaya dan dijadikan acuan hidup berbeda-

beda pada setiap orang, Schwartz, 1992, 2006a mengadopsi konsep nilai menjadi enam

gambaran utama:

1. Nilai adalah kepercayaan yang terhubung dengan perasaan.

2. Nilai mengacu pada tujuan yang diinginkan yang memotivasi aksi.

3. Nilai melampaui tindakan spesifik dan situasi.

4. Nilai menyajikan standar-standar atau kriteria.

31

5. Nilai diarahkan oleh kepentingan yang relatip terhadap satu dengan yang lainnya.

6. Nilai yang bermacam-macam serta memiliki kepentingan yang berbeda-beda

mengarahkan pada aksi.

Struktur nilai berdasarkan teori Schwartz (2012), diungkapkan terdapat seperangkat nilai

dasar yang dikelompokan berdasarkan motivasi pencapaian tujuan, dinamakan sebagai Theory of

Basic Values:

No Nilai Tujuan yang ingin dicapai

1. Arah Diri (Self-Direction) Kemandirian berpikir dan bertindak:

memilih, menciptakan, berekplorasi

2. Stimulasi (Stimulation) Ketertarikan, kesenangan, dan tantangan

hidup.

3. Hedonisme (Hedonism) Kesenangan dan kepuasan untuk diri

sendiri, pemenuhan kebutuhan tersebut

4. Prestasi (Achievement) Kesuksesan diri dengan memperlihatkan

kompetensi sesuai dengan standar sosial.

5. Kekuasaan/Kekuatan

(Power)

Status sosial, martabat, penguasaan atau

dominasi terhadap orang lain atau sumber

daya lain.

6. Keamanan (Security) Keamanan, keselarasan, dan stabilitas

dalam lingkungan sosial, hubungan, dan diri

sendiri.

7. Kesesuaian (Conformity) Pengendalian atas tindakan, kecenderungan,

impuls (rasa kecewa, marah), dan harapan

sosial/norma.

8. Tradisi (Tradition) Menghormati/menghargai, komitmen, dan

penerimaan akan budaya, adat istiadat, dan

agama.

32

9. Kebajikan (Benevolence) Melestarikan dan meningkatkan

kesejahteraan orang lain yang dekat dan

berinteraksi sehari-hari, kebutuhan untuk

mengembangkan kelompok dan berafiliasi.

10. Universalisme

(Universalism)

Pemahaman terhadap orang lain, apresiasi,

toleransi, dan perlindungan kesejahteraan

bagi semua orang/umat manusia dan bagi

alam.

Sumber: HSE Basic Research Program

Pencapaian nilai yang seiring satu dengan yang lain menghasilkan sistem hubungan antar

nilai, sebagai berikut:

1. Tipe nilai power dan achievement, keduanya menekankan pada superioritas sosial dan

harga diri

2. Tipe nilai achievement dan hedonism, keduanya menekankan pada pemuasan yang

terpusat pada diri sendiri

3. Tipe nilai hedonism dan stimulation, keduanya menekankan keinginan untuk memenuhi

kegairahan dalam diri

4. Tipe nilai stimulation dan self-direction, keduanya menekankan minat intrinsik dalam

bidang baru atau menguasai suatu bidang

5. Tipe nilai self-direction dan universalism, keduanya mengekspresikan keyakinan

terhadap keputusan atau penilain diri dan pengakuan terhadap adanya keragaman dari

hakekat kehidupan

6. Tipe nilai universalism dan benevolence, keduanya menekankan orientasi kesejahteraan

orang lain dan tidak mengutamakan kepentingan pribadi

33

7. Tipe nilai benevolence dan comformity, keduanya menekankan tingkah laku normatif

yang menunjang interaksi intim antar pribadi

8. Tipe nilai benevolence dan tradition, keduanya mengutamakan pentingnya arti suatu

kelompok tempat individu berada

9. Tipe nilai conformity dan tradition, keduanya menekankan pentingnya memenuhi

harapan sosial di atas kepentingan diri sendiri

10. Tipe nilai tradition dan security, keduanya menekankan pentingnya aturan-aturan sosial

untuk memberi kepastian dalam hidup

11. Tipe nilai conformity dan security, keduanya menekankan perlindungan terhadap aturan

dan harmoni dalam hubungan sosial

12. Tipe nilai security dan power, keduanya menekankan perlunya mengatasi ancaman

ketidakpastian dengan cara mengontrol hubungan antar manusia dan sumberdaya yang

ada

Berdasarkan adanya tipe yang sejalan dan berkonflik, Schwartz menyimpulkan bahwa tipe

nilai dapat diorganisasikan dalam dimensi bipolar dan digambarkan dengan penjelasan sebagai

berikut:

1. Dimensi opennes to change yang mengutamakan pikiran dan tindakan independen yang

berlawanan dengan dimensi conservation yang mengutamakan batasan-batasan terhadap

tingkah laku, ketaatan terhadap aturan tradisional, dan perlindungan terhadap stabilitas.

Dimensi opennes to change berisi tipe nilai stimulation dan self direction, sedangkan

dimensi conservation berisi tipe nilai conformity, tradition, dan security.

2. Dimensi yang kedua adalah dimensi self-transcendence yang menekankan penerimaan

bahwa manusia pada hakekatnya sama dan memperjuangkan kesejahteraan sesama yang

34

berlawanan dengan dimensi self-enhancement yang mengutamakan pencapaian sukses

individual dan dominasi terhadap orang lain. Tipe nilai yang termasuk dalam dimensi

self-transcendence adalah universalism dan benevolence. Sedangkan tipe nilai yang

termasuk dalam dimensi self-enhancement adalah achievement dan power. Tipe nilai

hedonism berkaitan baik dengan dimensi self-enhancement maupun opennes to change.

Berdasarkan Rokeach, 1973; Schwartz, 1992, 1994, fungsi utama dari nilai adalah sebagai

berikut:

a. Membimbing individu dalam mengambil posisi tertentu dalam social issues tertentu

b. Mempengaruhi individu untuk lebih menyukai ideologi politik tertentu dibanding

ideologi politik yang lain

c. Mengarahkan cara menampilkan diri pada orang lain

d. Melakukan evaluasi dan membuat keputusan

e. Mengarahkan tampilan tingkah laku membujuk dan mempengaruhi orang lain, memberi

tahu individu akan kenyakinan, sikap, nilai dan tingkah laku individu lain yang berbeda,

yang bisa diproses dan dibantah, bisa dipengaruhi dan dirubah

35

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 PENDEKATAN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Studi kasus

merupakan strategi penelitian dimana di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu

program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu

dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan

berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan (Creswell, 2010).

Penelitian studi kasus adalah suatu penelitian kualitatif yang berusaha menemukan makna,

menyelidiki proses, dan memperoleh pengertian dan pemahaman yang mendalam dari individu,

kelompok, atau situasi (Emzir, 2010).

Dimana penelitian ini yang menjadi dasar penulis menjalankan penelitiannya dalam

pengalaman hidup seseorang. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting

seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaandan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang

spesifik dari para partisipan, menganalisis data secara induktif mulai tema-tema yang khusus ke

tema-tema umum, dan menafsirkan makna data (Emzir, 2010). Siapa pun yang terlibat dalam

bentuk penelitian ini harus menerapkan cara pandang penelitian yang bergaya induktif, berfokus

terhadap makna individual, dan menerjemahkan kompleksitas suatu persoalan (Creswell, 2007).

Dengan metode kualitatif, maka data yang didapat akan lebih lengkap, lebih mendalam, dan

bermakna sehingga tujuan dari penulis dapat dicapai dengan baik.

Sugiyono (2009:8) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah metode baru karena

popularitasnya belum lama. Metode ini disebut juga metode arsitik karena penelitian bersifat

36

kurang berpola dan disebut sebagai metode interpretif karena data hasil penelitiaan lebih

berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan.

Dalam penelitian ini, kajian difokuskan pada generasi muda yang terlibat di Indonesia

Mengajar, karena hal menarik yang dapat di lihat pada Pengajar Muda di Indonesia Mengajar

ialah bahwa tidak semua peserta mempunyai basic sebagai pengajar dan latar belakang keluarga

yang berbeda – beda pun menjadi ketertarikkan alasan mengapa seseorang ingin bergabung di

Indonesia Mengajar. Metode penelitian kualitatif dipilih karena jauh lebih subyektif daripada

penelitian kuantitatif. Jenis penelitian ini adalah penelitian terbuka dengan menggunakan

wawancara secara mendalam. Maka dari itu data yang diperoleh lebih mendalam dan bersifat

menyeluruh.

3.2 NARASUMBER PENELITIAN

Subyek dalam penelitian ini ialah para Pengajar Muda di Indonesia Mengajar. Penentuan

subjek dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh informasi secara jelas dan mendalam.

Penentuan subjek penelitian atau responden dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik

purposive sampling. Pengambilan subjek penelitian atau responden dengan menggunakan

purposive sampling harus cocok dengan masalah yang dibahas. Pemilihan narasumber

berdasarkan kriteria yang sesuai dengan apa yang akan di teliti, yaitu narasumber memiliki latar

belakang keluarga yang bebeda – beda, narasumber memiliki riwayat pendidikan yang bagus,

narasumber aktif dalam kegiatan organisasi internal maupun ekstenal selama perkuliahan.

Penulis mewawancarai narasumber penelitian dengan narasumber yang berjumlah 5 orang dari

alumni Pengajar Muda serta narasumber pendukung yaitu 4 trustee dari alumni Pengajar Muda

tersebut.

37

Maka terpilih lima narasumber yang akan menjadi subyek penelitian ini, yaitu:

1. Nama: Asep Ismail

Asep Ismail, anak pertama dari tiga bersaudara ini lahir di Kota Bekasi pada tanggal

28 September 1991. Pada tahun 2012 ia berhasil menyandang gelar Sarjana Teologi

Islam dari Program Studi Perbandingan Agama, Fakultas Ushuluddin Studi Agama

dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negri Sununan Kalijaga Yogyakarta.

Sebelum memantapkan diri untuk bergabung menjadi Pengajar Muda Indonesia

Mengajar Asep sempat mencicipi dunia kerja sebagai Consumer Relationship

Manager di Bank Muamalat Indonesia dan semasa kuliah bekerja paruh waktu di PT.

Aseli Dagadu Djokdja sebagai Garda depan angkatan 40 dan Oblong Training (HRD

Time). Asep pernah mendapatkan Beasiswa Penuh Studi Penguatan Program Studi

dari UIN Sunan Kalijaga dan bergabung bersama organisasi kampus sebagai humas

BEM-J Prodi Perbandingan Agama. Selain itu, Asep pernah menjuarai lomba menulis

esai tingkat nasional yang diadakan oleh IPNU IPPNU Pusat Jakarta. Selalu

berpikiran positif adalah motivasi terbesar yang selalu menjadi kekuatan Asep dalam

menjalani hidup. Selama setahun Asep mengabdikan dirinya sebagai Pengajar Muda

di SDN 05 Landau Badai, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Untuk

memperkuat data yang diberikan oleh asep, berikut ialah narasumber pendukung

yaitu Trustee selama penugasan bernama Hety A nurcahyarini.

2. Nama: Atina Handayani

Atina Handayani, lulusan Sastra Prancis Universitas Gadjah Mada (UGM) ini juga

aktif di Gelanggang Mahasiswa, khususnya di Unit Pramuka. Di sana, ia pernah

menjadi Ketua Forum Komunikasi UKM se-UGM. Berbagai kegiatan mulai dari

38

pameran hingga pengabdian masyarakat, perkemahan hingga pelatihan pernah

ditanganinya. Salah satunya menjadi Koordinator Bidang Psikososial Program

DERU-Peduli Sumbar (2009). Selain itu, Atina sangat suka petualangan, jalan-jalan

dan tantangan. Ia sempat mengikuti Ekspedisi NKRI 2014 Koridor Maluku-Maluku

Utara. Selain berpetualang, Atina juga punya hobi mempelajari grafologi, yaitu salah

satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari kepribadian manusia lewat tulisan

tangan. Sejak SMA hingga kuliah, Atina juga sempat berkiprah di dunia jurnalistik.

Salah satunya menjadi Sekretaris Redaksi Tabloid BIAS dari Dinas Pendidikan DIY.

Anak kedua dari tiga-belas-bersaudara ini termotivasi menjadi Pengajar Muda karena

meilihat banyak mutiara bangsa yang gagal melanjutkan pendidikan karena berbagai

keterbatasan. Maka, Atina terdorong untuk berbagi pengalaman dan motivasi pada

saudara-saudara setanah air, sekaligus ikut serta mencerdaskan anak bangsa. Atina

percaya sekecil apapun kiprah yang Ia berikan akan bermanfaat bagi Indonesia. Dia

mendapat amanah untuk menjadi Pengajar Muda di SDN 1 Lebak Situ, Kabupaten

Lebak, Banten. Untuk memperkuat data yang diberikan oleh Atina, berikut ialah

narasumber pendukung yaitu kerabat dekat di Indonesia Mengajar yang bernama

Safira Mega.

3. Nama: Andhina Ratri Aryani

Andhina Ratri Aryani atau biasa dipanggil Andin adalah anak ke-3 dari 4 bersaudara

yang lahir dan besar di Yogyakarta. Andin yang pernah menjadi mahasiswi Fakultas

Pertanian Universitas Gadjah Mada dengan fokus studi Penyuluhan dan Komunikasi

Pertanian angkatan 2011 ini menyelesaikan studinya pada tahun 2015 dengan

predikat cum laude. Gadis yang memiliki hobi jalan-jalan dan fotografi ini sempat

39

menjadi freelancer di salah satu vendor photography di Yogyakarta untuk mengisi

waktu sela saat kuliah. Pada tahun 2013, ia diberi kesempatan untuk menjadi salah

satu pembicara pada Youth Looking Beyond Disaster 3 di Kobe, Jepang. Selain itu, ia

juga aktif di beberapa komunitas lingkungan (Young On Top dan Earth Hour) dan

komunitas pendidikan (1000 Guru), serta sempat menjadi relawan FGIM RUBI 2015

di Maluku Tenggara Barat sebelum pada akhirnya bergabung menjadi Pengajar Muda

angkatan XI. Menurutnya, kemajuan pendidikan di Indonesia menjadi tanggung

jawab bersama dan menjadi Pengajar Muda adalah salah satu caranya. Pada masa

penugasannya di tahun 2016, Andin ditempatkan di SDN 16 Kutamakmur, Aceh

Utara. Untuk memperkuat data yang diberikan oleh Andhin, berikut ialah narasumber

pendukung yaitu Trustee selama penugasan bernama Haiva Muzdalifa.

4. Nama: Ilham Pebrika

Pria asli Minang yang menghabiskan masa kecil di kampung halamannya, Pariaman,

merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Keputusannya untuk merantau

mengantarkannya melanjutkan studi ke Kota Gudeg, Yogyakarta. Ia menempuh studi

di Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Gadjah Mada (UGM) yang sesuai dengan minatnya. Penerima Beasiswa Lembaga

Pendidikan Insani (LPI) regional Yogyakarta dan Beasiswa Karya Salemba Empat

(KSE) ini pernah aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA UGM). Ia diberi kepercayaan

untuk menjadi Menteri Koordinator Kebijakan Eksternal. Selain itu, ia aktif pula di

himpunan jurusan sebagai tim Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (PSDM). Selain

aktivitas penelitian, pria penyuka rendang ini juga memiliki minat di kegiatan

40

pengabdian masyarakat, Ia tunjukkan dengan memilih program Kuliah Kerja Nyata,

Program Pengabdian Masyarakat (KKN-PPM) UGM di Kabupaten Halmahera

Selatan pada 2013. Dalam kesempatan tersebut ia diamanahi sebagai Koordinator

Mahasiswa tingkat unit Kabupaten. Baginya kehidupan adalah menjalani dan

mensyukuri kehidupan itu sendiri. Prinsip inilah yang akhirnya mengantarkannya

untuk memutuskan bergabung dengan Gerakan Indonesia Mengajar sebagai Pengajar

Muda tahun 2016. Selama setahun ia di tempatkan untuk mengajar di SDN 20

Sawang, Kabupaten Aceh Utara, NAD. Untuk memperkuat data yang diberikan oleh

Andhin, berikut ialah narasumber pendukung yaitu Trustee selama penugasan

bernama Haiva Muzdalifa

5. Siti Nurhilmi Nihayati

Perempuan keturunan Jawa ini biasa dipanggil Mimi. Anak pertama dari dua

bersaudara ini lahir di Kota Pelajar Yogyakarta. Belajar di Jurusan Sastra Nusantara

dengan bidang kajian Filologi Jawa (Pernaskahan Kuna), Fakultas Ilmu Budaya

(FIB), Universitas Gajah Mada (UGM). Organisasi yang dia ikuti antara lain

Keluarga Mahasiswa Sastra Nusantara (KAMASUTRA), LEM FIB, serta Ikatan

Mahasiswa Bahasa dan Sastra Daerah se-Indonesia (IMBASADI). Mimi pernah

terlibat sebagai asisten peneliti beberapa dosen jurusan ataupun di luar jurusan. Dia

menjadi penyelaras akhir buku berjudul „Warisan Keberaksaraan Yogyakarta:

Naskah sebagai Sumber Inspirasi‟ yang diterbitkan oleh Manassa Cabang

Yogyakarta (2013). Sebagai Tim Editing BOPTN Sastra Nusantara FIB UGM (2013)

dan membantu proses akreditasi jurusan sebagai Tim Penyusun Borang BAN-PT

Prodi Sastra Jawa FIB UGM (2014). Mimi juga pernah menjadi Pesinden dalam

41

rangkaian acara Pemecahan Rekor MURI Karawitan Non-Stop 24 jam di Institut Seni

Indonesia (ISI) Yogyakarta (2012) bersama tim Gamelan Sastra Nusantara

(GAMASUTRA). Desember (2013) mengikuti Yogyakarta Orchestra

Musicianberjudul „Jogja Romantis-A Symphony of Orchestra Folk Project Flashmob

Orchestra & Choir‟ sebagai penyanyi tembang Asmaradana di Titik Nol Kilometer

Yogyakarta bersama Ngayogstringkarta dan Paduan Suara Yogyakarta. Menjadi

Pengajar Muda merupakan motivasinya untuk mengabdi kepada negeri melalui jalur

pendidikan. Selama setahun, Mimi mengemban tugas di SD Inpres Onatali,

Kabupaten Rote Ndao. Untuk memperkuat data yang diberikan oleh Andhin, berikut

ialah narasumber pendukung yaitu Trustee selama penugasan bernama Mansyur

Ridho.

3.3 RUANG LINGKUP PENELITIAN

Ruang lingkup penelitian merupakan batasan masalah yang dikaji untuk membatasi variabel

dalam subjek penelitian. Adapun batasan penelitian tersebut mencakup:

1. Narasumber merupakan alumni dari Indonesia Mengajar

2. Narasumber merupakan perwakilan dari angkatan ganjil dan genap

3. Narasumber di tempatkan di wilayah yang berbeda – beda

3.4 JENIS DATA

Data merupakan keterangan-keterangan tentang suatu hal, dapat merupakan sesuatu yang

diketahui atau dianggap suatu fakta yang digambarkan lewat simbol atau anggka.Sumarsono

(2004:69) menyatakan bahwa data dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.

42

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh berdasarkan pengukuran secara langsung oleh

peneliti dari sumbernya (Mustafa, 2009;92). Dalam pengumpulan data primer, penghayatan

peneliti terhadap objek yang diteliti merupakan faktor yang sangat penting, terutama untuk

memperoleh informasi kualitatif yang melatarbelakangi data kuantitatif yang diperoleh. Adapun

yang menjadi objek dalam sumber data ini adalah alumni Pengajar Muda di Indonesia Mengajar.

Data primer merupakan data utama yakni diperoleh dari responden wawancara.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah semua data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain dan telah

terdokumentasi, sehingga peneliti tinggal menyalin data tersebut untuk kepentingan

penelitiannya (Mustafa, 2009:92). Data sekunder dalam penelitian ini didapatkan dari pihak

organisasi.

3.5 SUMBER DATA

3.5.1 Instrumen Penelitian

Semua penelitian memerlukan instrumen untuk pengumpulan sebuah data. Instrumen

adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Sesuai dengan pendapat tersebut, penulis

menyimpulkan bahwa instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan dibantu alat

– alat seperti alat perekam suara, tap recorder, kamera, alat tulis dan pedoman wawancara.

Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan

penelitian. Pedoman ini di susun tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian tetapi juga

berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Selain itu pedoman wawancara

sebagai bahan dalam menulis hasil penelitian karena jika peneliti hanya mengandalkan

43

kemampuan ingatan yang sangat terbatas peneliti khawatir data yang sudah diperoleh ada yang

lupa.

Masalah yang akan diteliti terkait alasan dan pengembangan diri seseorang sebagai Pengajar

Muda ialah:

1. Jenis kegiatan yang diikuti

2. Alasan bergabung di kegiatan tersebut

3. Ketertarikkan dengan kegiatan tersebut

4. Strategi yang di lakukan untuk mengembangkan diri

Sedangkan masalah terkait pembelajaran organisasi sebagai Pengajar Muda yang ingin diteliti

ialah sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran yang diharapkan

2. Kesulitan selama proses pembelajaran

3. Perencanaan yang dilakukan

4. Pembelajaran yang di dapat

Dan untuk masalah terkait nilai individu setelah menjadu Pengajar Muda yang ingin diteliti ialah

sebagai berikut:

1. Kesibukan yang di jalani setelah menjadi Pengajar Muda

2. Perilaku individual setelah menjadi Pengajar Muda

3. Perubahan perilaku setelah menjadi Pengajar Muda

4. Kemandirian individu setelah menjadi Pengajar Muda

5. Tantangan hidup setelah menjadi Pengajar Muda

44

6. Kepuasan diri setelah menjadi Pengajar Muda

7. Yang ingin dicapai setelah menjadi Pengajar Muda

8. Kehidupan sosial setelah menjadi Pengajar Muda

9. Penyesuaian emosi setelah menjadi Pengajar Muda

10. Sikap universal setelah menjadi Pengajar Muda

3.5.2 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan beberapa cara untuk mengumpulkan data:

1. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu bentuk pengamatan atau pengumpulan data secara tidak

langsung. Pengumpulan data dengan wawancara adalah usaha untuk mengumpulkan informasi

dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan

pula.Keuntungan wawancara adalah dimungkinkannya penggalian yang mendalam terhadap

informasi yang dibutuhkan dari responden. Sedangkan kelemahannya adalah seringkali kegiatan

wawancara membutuhkan waktu yang lama dan berulang-ulang (Sumarsono,2004:71-72).

Wawancara merupakan teknik yang paling baik dalam penelitian kualitatif karena

kemampuannya untuk mendapatkan informasi. Beberapa hal perilaku, kata-kata dari narasumber

lebih bermakna dari data lain sehingga dapat membantu peneliti dalam memperoleh data di

lapangan.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis wawancara campuran, dimana dalam

melakukan wawancara menggunakan pedoman dan selain menggunakan pedoman juga

mengajukan pertanyaan sesuai dengan kondisi ketika wawancara. Dalam penelitian ini,

wawancara dilakukan terhadap orang-orang yang ada kaitannya dengan alasan seseorang

45

bergabung di Indonesia Mengajar lalu pembelajaran organisasi yang diperoleh selama mengikuti

program, serta nilai individu yang di dapatkan setelah mengikuti program yaitu:

1. Alumni Pengajar Muda yang berjumlah 5 orang, yang masing – masing di tempatkan di

wilayah yang beda – beda. Wawancara di mulai dari alumni PM yang pertama yang di

tempatkan di wilayah Kapuas Kalimantan barat yang berjalan selama 40 menit 34 detik,

selanjutnya wawancara dengan alumni PM yang kedua yang berjalan selama 48 menit 32

detik, lalu wawancara ketiga di lakukan melalui via chat room whatsApps yang berjalan

selama 1 minggu, selanjutnya wawancara keempat berjalan selama 1 jam 2 menit 52

detik, dan yang terakhir wawancara dengan alumni PM yang berjalanselama 1 jam 5

menit 34 detik.

2. Melibatkan pihak organisasi sebagai Trustee dari masing – masing Pengajar Muda selama

penempatan sebagai narasumber penelitian untuk mendapatkan hasil wawancara yang

lebih kuat yaitu 4 orang Trustee, satu trustee ada yang mengenal 2 orang narasumber.

Masing – masing trustee melakukan wawancara yang berjalan selama kisaran 5 – 10

menit.

Penulis menggunakan pedoman wawancara yang berbasis pertanyaan yang akan diajukan

kepada narasumber penelitian untuk memperlancar proses berjalannya wawancara. Selain itu

wawancara juga menggunakan alat bantu tape recorder untuk menunjang kelancaraan proses

berjalannya wawancara.

2. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu (Sugiyono,2009:240).

Dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan beberapa data sepertifoto,

46

profil perusahaan, letak perusahaan dan data lainnya yang berhubungan dengan penelitian

sehingga dapat mendukung proses pengumpulan data.

3.6 PROSES ANALISIS DATA

A. Analisis Sebelum di Lapangan

Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti memasuki lapangan.

Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder yang digunakan

untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian, fokus penelitian ini masih bersifat

sementara dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan (Sugiyono,

2015; 245).

B. Analisis Selama di Lapangan

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data

berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat

wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila

jawaban yang diwawancarai setelah di analisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan

melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel

(Sugiyono, 2015; 246).

a) Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu

dicatat secara rinci dan teliti.Semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data

akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis

data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang

47

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan

mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2015: 247).

b) Penyajian Data

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Yang paling

sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan

teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan

untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa

yang telah difahami tersebut (Sugiyono, 2015: 249).

c) Penarikan Kesimpulan

Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman

adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan

masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang

kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila

kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang

valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka

kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Dengan

demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan

masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mugnkin juga tidak, karena seperti yang

telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif

48

masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan

(Sugiyono, 2015: 252-253).

3.7 KEABSAHAN DATA

3.7.1 Uji Transferability

Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif. Nilai transfer ini

berkenaan dengan pertanyaan, hingga mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan

dalam situasi lain. Bagi peneliti naturalistik, nilai transfer bergantung pada pemakai, hingga

manakala hasil penelitian tersebut dapat digunakan dalam konteks dan situasi sosial lain

(Sugiyono,2009:276).

Agar orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada kemungkinan

untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat laporannya harus

memberikan uraian yang rinci, jelas dan sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian, maka

pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut, sehingga dapat memutuskan dapat atau

tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain. Bila pembaca

memperoleh gambaran begitu jelasnya, maka suatu hasil penelitian dapat diberlakukan

transferability, maka laporan tersebut memenuhi standar transferbilitas.

Dalam penelitian ini, penulis melakukan uji transferability dibeberapa prosedur yaitu

dengan perancangan pedoman wawancara, observasi tidak dapat digunakan karena penelitian

dilakukan setelah Pengajar Muda selesai bertugas. Data didapatkan pada saat proses wawancara

dan dokumentasi dari narasumber penelitian.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis wawancara campuran, dimana dalam

melakukan wawancara menggunakan pedoman dan selain menggunakan pedoman juga

49

mengajukan pertanyaan sesuai dengan kondisi ketika wawancara. Penulis memilih pengumpulan

data melalui wawancara karena memiliki kelebihan sesuai dengan yang dinyatakan dalam

(Emzir, 2010) yaitu:

1. Wawancara merupakan instrumen yang paling baik untuk memilih dan menilai

karakteristik pribadi

2. Wawancara mempunyai manfaat yang besar dalam mengidentifikasi dan mengatasi

masalah

3. Wawancara membekali peneliti dengan informasi tambahan untuk memperkuat data

yang diperoleh melalui instrumen lain

Meskipun terdapat kelebihan dari pengumpulan data melalui wawancara, akan tetapi peneliti

juga merasa bahwa wawancara mempunyai adany kelemahan sesuai dengan yang dinyatakan

dalam (Emzir, 2010) yaitu:

1. Keberhasilan wawancara sangat tergantung pada kemauan informan dalam bekerja

sama dan memberikan informasi yang dapat dipercaya dan diteliti

2. Wawancara terpengaruh oleh antusias informan pada dirinya, keinginannya untuk

tampil positif, keragu-raguannya dalam memberikan informasi, dan motivasinya

untuk disukai orang yang melakukan wawancara.

Maka dari itu, setiap informan mewarnai kebenaran atau hakikat yang dibicarakannya sesuai

dengan yang disangkanya benar.

3.7.2 Uji Kredibilitas

Uji kredibilitas (validitas internal) berkenaan dengan derajat akurasi desain penelitian

dengan hasil yang dicapai.Kalau dalam desain penelitian dirancang untuk meneliti etos kerja

50

pegawai, maka data yang diperoleh seharusnya adalah data yang akurat tentang etos kerja

pegawai.Peneliti menjadi tidak valid, apabila ditemukan adalah motivasi kerja pegawai

(Sugiyono, 2015: 267).Uji kredibilitas data atau kepercayaan data hasil penelitian dilakukan

dengan tringulasi dan member check.

a. Tringulasi

Tringulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai

sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber,

triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu (Sugiyono, 2015; 273).

1. Tringulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data

yang telah diperoleh melalui beberapa sumber (Sugiyono, 2012). Pengujian data akan dilakukan

pada keluarga, rekan kerja, serta karyawan pada objek penelitian. Dalam penelitian ini yang

menjadi objek dalam triangulasi sumber adalah dari pihak organisasi Indonesia Mengajar yang

menjadi Trustee dari masing – masing narasumber selama penempatan. Dalam pemilihan, trustee

yang di jadikan narasumber adalah orang terdekat pada saat penugasan sehingga diyakini bahwa

trustee menyaksikan dan mengamati langsung bagaimana kerja Pengajar Muda selama

penugasan.

2. Tringulasi Teknik

Tringulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data

kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda (Sugiyono, 2015: 274). Dalam penelitian

ini, data yang diperoleh dari hasil wawancara akan di cek dengan observasi dan dokumentasi.

Bila dengan pengujian tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda, maka akan dilakukan

51

diskusi dengan sumber data yang bersangkutan untuk memastikan data mana yang dianggap

benar.

b. Member Check

Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data.

Tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan

apa yang dibrikan oleh pemberi data (Sugiyono, 2015: 276).

Setelah dilakukan penelitian dan terkumpul semua data, maka akan didapatkan data

kualitatif yang sesuai dengan metode yang diambil. Hasil semua data yang diperoleh dilapangan

baik berupa hasil observasi maupun wawancara dikumpulkan dan dianalisis sehingga

mendapatkan deskripsi tentang motivasi, pembelajaran organisasi serta nilai – niali individu yang

di dapat dari seorang Pengajar Muda.

52

BAB 4

INDONESIA MENGAJAR

4.1 Pendahuluan

Indonesia mengajar ialah suatu organisasi nonprofit yang didirikan oleh Anies Baswedan

dalam rangka membantu pendidikan di Indonesia. Indonesia Mengajar (IM) merupakan sebuah

lembaga Pendidikan yang merekrut, melatih, dan mengirim generasi muda terbaik bangsa ke

berbagai daerah di Indonesia untuk mengabdi sebagai Pengajar Muda (PM) di Sekolah Dasar

(SD) dan masyarakat selama satu tahun. Penggagas Berdirinya Indonesia Mengajar adalah Anies

Baswedan, memulai gerakan Indonesia Mengajar pada tahun 2009 untuk menjadi lebih dari

sekadar program, tetapi sebagai gerakan untuk mengajak bersama masyarakat yang berikhtiar

untuk ikut berperan aktif mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai wujud upaya melunasi janji

kemerdekaan.

Meyakini bahwa pendidikan dasar adalah fondasi pembangunan masyarakat Indonesia, maka

Indonesia Mengajar (IM) percaya bahwa pendidikan dasar untuk anak-anak di seluruh pelosok

Indonesia wajib disampaikan dan didampingi oleh generasi terbaik bangsa. Didasari juga oleh

janji kemerdekaan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, maka IM mengambil inisiatif untuk

mendampingi sekolah dasar–sekolah dasar di berbagai pelosok Indonesia dengan merekrut,

membekali, dan menempatkan sarjana-sarjana terbaik bangsa yang memiliki semangat mengabdi

untuk mengajar di sebuah SD selama satu tahun. Para pemuda yang dikirim sebagai guru sekolah

dasar (SD) ke daerah disebut sebagai Pengajar Muda.

4.2 Sejarah Indonesia mengajar

Gerakan Indonesia Mengajar diinspirasi proses panjang yang dibangun selama bertahun-

tahun. Proses ini adalah gabungan dari yang pertama yaitu pelajaran dari berbagai generasi, lalu

53

ada perjalanan aktivitas pengabdian maupun interaksi dengan berbagai masyarakat, dan

pengetahuan modern yang dipetik dari dunia akademik global. Ide awal Indonesia Mengajar

berasal dari Anies Baswedan. Pada dekade 1990-an, Anies adalah mahasiswa dan aktivis di

Universitas Gadjah Mada (UGM). Ia adalah Ketua Umum Senat Mahasiswa UGM dan terlibat di

berbagai aktivitas kemahasiswaan. Pada masa itu, ia bergaul dan belajar banyak dari seorang

mantan rektor UGM periode 1986-1990: Prof Dr Koesnadi Hardjasoemantri (Pak Koes). Pak

Koes, seorang keturunan ningrat dari Tasikmalaya, adalah eks Tentara Pelajar yang pasca-

revolusi kemerdekaan menjadi mahasiswa di UGM yang baru berdiri di Jogja.

Pada tahun 1950an, Pak Koes menginisiasi sebuah program bernama Pengerahan Tenaga

Mahasiswa (PTM), yakni sebuah program untuk mengisi kekurangan guru SMA di daerah,

khususnya di luar Jawa. Dalam beberapa kasus, PTM ini justru mendirikan SMA baru dan

pertama di sebuah kota kabupaten. Pak Koes adalah inisiator sekaligus salah satu dari 8 orang

yang menjadi angkatan pertama PTM ini. Beliau berangkat ke Kupang dan bekerja di sana

selama beberapa tahun. Sepulangnya dari Kupang, ia mengajak serta 3 siswa paling cerdas untuk

kuliah di UGM. Salah satunya adalah Adrianus Mooy yang di kemudian hari menjadi Gubernur

Bank Indonesia. Cerita penuh nilai dari PTM inilah salah satu sumber inspirasi bagi Indonesia

Mengajar. Semasa mahasiswa sampai pasca kepulangan dari kuliah di Amerika Serikat, Anies

sering melakukan perjalanan, berinteraksi dan tinggal di daerah atau lingkup budaya berbeda.

Waktu kuliah, ia tinggal di daerah lain--walau hanya beberapa bulan--semasa Kuliah Kerja

Nyata (KKN). Ia juga sering melakukan perjalanan riset terkait pekerjaannya sebagai peneliti

dan penasehat di sebuah lembaga di Jakarta, dan terkadang tinggal dan berinteraksi dengan

berbagai unit budaya di Indonesia maupun di luar negeri. Pengalaman tersebut membawa Anies

pada beberapa hasil perenungan yaitu mengenai janji Kemerdekaan untuk mencerdaskan

54

kehidupan bangsa tidak diterima merata di penjuru Tanah Air yang sebagian sudah lunas

terpenuhi janjinya dan sebagian lainnya belum. Dan tinggal serta berinteraksi akan memberikan

pengalaman kepemimpinan nyata dan pemahaman empatik yang tinggi bagi yang melaluinya.

Maka dengan inilah salah satu rujukan tumbuhnya ide Indonesia Mengajar.

“Dengan kompetensi global beserta pemahaman akar rumput, Indonesia akan sanggup

berpijak dan mengabdi bagi kepentingan nasionalnya di tingkat dunia, demi memenuhi

semua janji kemerdekaan bagi rakyatnya”

Selepas dari UGM, Anies Baswedan mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliah di

Amerika Serikat. Tinggal, belajar dan bekerja di sana membuatnya memahami bahwa anak-anak

Indonesia membutuhkan kompetensi kelas dunia untuk bersaing di lingkungan global. Tetapi,

kompetensi kelas dunia saja tak cukup. Anak-anak muda Indonesia harus punya pemahaman

empatik yang mendalam seperti akar rumput meresapi tanah tempatnya hidup. Semua proses di

atas, secara perlahan membentuk ide besar Gerakan Indonesia Mengajar. Konstruksi dasarnya

mulai terumuskan pada pertengahan 2009. Ketika itu, Anies mendiskusikan dan menguji idenya

pada berbagai pihak. Gagasan ini kemudian siap mewujud ketika beberapa pihak berkenan

menjadi sponsor. Proses untuk mendesain dan mengembangkan konsep Indonesia Mengajar

dimulai pada akhir 2009, dengan membentuk tim kecil yang kemudian berkembang hingga

menjadi organisasi seperti sekarang ini.

4.3 Pendekatan Indonesia Mengajar

Indonesia Mengajar percaya bahwa masyarakat pasti bisa mandiri dan tumbuh saling

menguatkan satu sama lain, dan meyakini bahwa kemajuan pendidikan di suatu daerah

ditentukan oleh para pelaku pendidikan yang ada di daerah tersebut, yaitu guru, kepala sekolah,

55

orang tua, pemerintah kabupaten serta masyarakat lainnya. Untuk itu pendekatan program yang

dipilih Indonesia Mengajar bersifat holistik yaitu:

1. Mengirim orang, bukan uang/barang

Merekrut dan membekali generasi muda potensi terbaik bangsa yang memiliki semangat

mengajar dan inisiatif tinggi terhadap perubahan. Pengajar Muda bertugas mengajar dan

tinggal bersama masyarakat di desa selama satu tahun sekaligus menjadi inspirasi dan

motivasi untuk anak-anak didiknya serta motor perubahan bagi pemangku kepentingan

lain.

2. Melibatkan semua orang

Bekerja erat dengan berbagai pemangku kepentingan sebagai mitra langsung, yaitu:

kepala sekolah, guru, orang tua siswa dan pemerintah lokal (tingkat kabupaten sampai ke

tingkat desa).

3. Berfokus pada perubahan perilaku

Fokus pada perubahan perilaku individu dan seluruh pemangku kepentingan sebagai

sebuah kesatuan entitas serta membangun komunikasi aktif dan positif di dalam entitas

tersebut.

4. Bekerja jangka panjang

Menempatkan Pengajar Muda secara bergantian dan kontinu sampai 5 tahun di sebuah

SD binaan untuk memastikan perubahan yang berkelanjutan tanpa menciptakan

ketergantungan kepada sebuah sosok atau program.

56

4.3 Pengelolaan dan pelaksanaan progam Pengajar Muda

Dalam upaya memastikan pencapaian tujuan, Indonesia Mengajar melakukan pengelolaan

program secara terencana dan menjadikan pembelajaran sebagai bagian dari budaya organisasi.

Pengajar Muda merupakan ujung tombak dari tercapainya dampak sosial yang diharapkan. Berikut

adalah aktivitas dalam pengelolaan program Pengajar Muda:

57

Tak hanya Pengajar Muda saja, Indonesia Mengajar juga bekerja di satu daerah untuk

mendorong perubahan berkelanjutan. Meyakini pentingnya melibatkan, mengembangkan dan

mengkolaborasikan berbagai stakeholder, Indonesia Mengajar membagi fokus kegiatan di daerah

dalam tiga tahap. Diharapkan setelah lima tahun, daerah-daerah tersebut dapat melanjutkan

upaya memajukan pendidikan di daerahnya secara mandiri tanpa adanya Pengajar Muda. Berikut

adalah 3 tahap pengembangan yang di lakukan Indonesia Mengajar:

TAHAP I

PELIBATAN TAHAP II

PENGEMBANGAN TAHAP III

KOLABORASI

Pengajar Muda fokus

menemukan aktor lokal dan

melibatkannya dalam

inisiatif tingkat desa hingga

kabupaten yang berpotensi

menggerakkan masyarakat

di daerahnya.

Pengajar Muda fokus

mengembangkan kapasitas

para aktor lokal dengan

menjejaringkan mereka dan

membuka interaksi dengan

entitas di luar kabupatennya.

Pengajar Muda fokus

mendorong terjadinya

kolaborasi aktor lokal baik

di daerahnya maupun

dengan entitas lain di luar

daerahnya.

58

BAB 5

BERGABUNGNYA PEMUDA PEMUDI DI INDONESIA MENGAJAR

5.1 Alasan Menjadi Pengajar Muda

Berdasarkan jawaban dari 5 narasumber alumni Pengajar Muda pada wawancara penelitian

diketahui bahwa para Pengajar Muda di Indonesia Mengajar berasal dari latar belakang keluarga

yang berbeda – beda, namun mereka mempunyai tujuan yang sama yaitu pengabdian, dan

berdasarkan data yang diperoleh dari 5 narasumber diketahui bahwa biaya pendidikan selama

perkuliahan didapat melalui beasiswa dan dari ke 5 narasumber, kegiatan yang sering mereka

lakukan ialah aktif dalam organisasi internal dan eksternal kampus. Latar belakang narasumber

yang berbeda beda pun menjadi suatu fenomena yang menarik, karena ternyata banyak juga

Pengajar Muda yang berasal dari keluarga menengah keatas. Karakteristik narasumber akan

dibahas lebih detail pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.1 karakteristik narasumber

Karakteristik Jumlah

Latar belakang keluarga Menengah keatas 3

Menengah kebawah 2

Biaya pendidikan Beasiswa 5

Kegiatan yang dilakukan Aktif organisasi 5

Akhir-akhir ini banyak anak muda terlibat dalam berbagai kegiatan sosial sebagai relawan.

Beberapa wadah kegiatan sosial yang diminati anak muda pun mulai bermunculan. Tampaknya,

kini anak muda mulai tergerak untuk melakukan sesuatu bagi orang lain demi sebuah kemajuan

dan kebaikan. Saat menjadi relawan, hal terpenting yang akan disadari ialah bahwa dalam sebuah

kegiatan sosial kehadiran seseorang di tengah-tengah orang yang membutuhkan bantuan ialah

sangat berarti. Pengorbanan dalam bentuk waktu dan tenaga tak kalah berharga dibandingkan

dengan bantuan berupa uang. Bisa berbaur dan berbincang langsung dengan mereka saat menjadi

59

relawan merupakan hal yang sangat indah, juga belajar untuk mendengar keluh kesah mereka

serta berusaha melupakan duka yang mereka rasakan merupakan suatu nikmat dan indahnya

berbagi dengan menjadi relawan. Berbagai macam alasan anak muda untuk bergabung dalam

wadah sosial tersebut. Berdasarkan jawaban dari 5 narasumber pada wawancara penelitian

Pengajar Muda (studi kasus alumni Pengajar Muda di Yogyakarta). Diketahui bahwa alasan para

Pengajar Muda akan dibahas lebih detail pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.2 Alasan menjadi Pengajar Muda

No Alasan Respon

1 Mempunyai tekad yang kuat untuk mengabdi pada negeri dengan

ikut menjadi bagian dari Indonesia Mengajar 2

2 Jiwa kerelawanan yang tinggi 1

3 Mempunyai tekad yang kuat untuk berkontribusi memajukan

pendidikan negeri 1

4 Merasa mempunyai banyak hutang pada negara yang telah

memfasilitasi banyak hal 1

Berdasarkan respon dari 5 alumni Pengajar Muda di Yogyakarta diketahui bahwa

kebanyakan dari mereka ingin bergabung di Indonesia Mengajar ialah untuk aktualisasi diri,

walaupun mereka berasal latar belakang yang berbeda beda, di balik alasan tersebut, diketahui

pula bahwa tujuan mereka bergabung di indonesia Mengajar salah satunya ingin

mengembangkan diri pada kemampuan SKA (skill, knowledge, attitude) mereka. Diketahui

pengembangan diri para Pengajar Muda akan dibahas lebih detail pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.3 Pengembangan diri Pengajar Muda

No Pengembangan Diri Respon

1 Mendapatkan pengalaman hidup yang mungkin tidak di dapatkan

ditempat lain 2

2 Mengetahui cara berkomunikasi secara efektif dengan berbagai

pihak 1

3 Memiliki sudut pandang yang berbeda 2

4 Meningkatkan jiwa leadership 1

60

Dari jawaban narasumber dapat di analisis melalui hasil wawancara yang sudah dilakukan.

Data analisis melalui open coding dan dapat di simpulkan dengan melihat table 5.4.

Tabel 5.4 open coding alasan menjadi Pengajar Muda

Tema Sub tema

Mengabdi Mendapatkan pengalaman hidup yang berkesan, merubah pola pikir

individu

Cinta sosial Terbiasa mengikuiti kegiatan sosial sejak dini

Cinta

pendidikan

Berkontribusi membangun pendidikan negeri

Balas jasa Merasa berhutang pada Negara karena telah memberikan fasilitas yang

menunjang dalam pendidikan

Dari alasan seseorang untuk menjadi Pengajar Muda, diketahui bahwa menjadi seorang

Pengajar Muda juga sekalian mengasah pengembangan diri individu tersebut. Berdasarkan tabel

5.4 dalam pengembangan diri seseorang yang yang menjadi Pengajar Muda, di ketahui mereka

ingin mengembangkan bagaimana berkomunikasi secara efektif, dan memiliki sebuah pandangan

yang berbeda dari isu – isu yang berkembang di sekitar, tak lupa juga mereka ingin mencari

pengalaman hidup karena dengan menjadi seorang Pengajar Muda diyakini banyak pengalaman

– pengalaman yang di dapat yang mungkin saja tidak mereka dapatkan di tempat lain. Dengan

menjadi Pengajar Muda, seseorang juga dapat keluar dari zona nyaman dan mencoba hal baru,

dari situlah seseorang akan mendapatkan pengalaman hidup yang mungkin saja dapat merubah

kepribadian dan pola berpikir individu tersebut.

5.1.1 Hasil Temuan

Dari data di atas dapat diketahui bahwa berbagai macam alasan seseorang untuk bergabung

di Indonesia Mengajar namun alasan tersebut juga dapat di simpulkan bahwa alasan mereka

bergabung di Indonesia Mengajar ialah untuk mengembangkan diri dan menguji kemampuan

individu. Hasil data juga menunjukkan bahwa seseorang menjadi Pengajar Muda ialah karena

pada awalnya mereka memang tertarik pada dunia pendidikan yang menjadikan mereka ingin

61

mengabdi pada Negara, serta keinginan untuk memperoleh pengalaman hidup. dan agar dapat

berkomunikasi secara efektif dengan berbagai pihak.

Seperti yang di katakan Asep dan Ilham, mengenai alasan bergabung di Indonesia Mengajar

“Klo tekad untuk gabung di IM sebenernya yang emang sudah tekad dari awal dari kuliah

cuman abis kuliah ternyata dapat rejeki di tempat lain kerja dulu. Tertariknya karena aku

bisa berkontribusi walaupun sedikit. (Asep, 29/4/17, 09.16)”

“Wujud awal saya ingin pengabdian di daerah – daerah terpencil khususnya. (Ilham,

13/4/17, 18.30)”

Namun setiap narasumber memiliki pernyataan yang berbeda, seperti yang di katakan oleh

Andhina bahwa alasan ia bergabung di Indonesia Mengajar sebagai Pengaar Muda ialah karena

kecintaannya dengan dunia sosial. Serta Asep yang memang sejak kecil sudah di biasakan untuk

mengikti kegiatan sosial oleh keluarganya.

“Jadi sebenernya tau IM itu 2011, kaya menarik banget gitu. jadi aku join beberapa

komunitas and then kaya dari SMA aku udah ikut volunteering. Nah yang aku sering

banget suka itu yang biasanya tentang lingkungan sama pendidikan gitu. (Andhin,

12/4/17, 15.30)”

“memang kaya aku liat dari kecil tuh ayahku itu suka membantu tetangga gitu dan pasti

mau untuk membantu gitu jadi mungkin jiwa sosial itu yang melekat sampai sekarang

karena aku di besarkan dari keluarga yang punya kepedulian sosial yang cukup tinggi.

(Asep, 29/4/1017, 09.16)”

Selain karena kecintaan terhadap dunia sosial, alasan seseorang tertarik untuk bergabung di

Indonesia Mengajar ialah karena passion atau kecintaanya pada dunia pendidikan dan anak –

anak, seperti yang di katakan Nurhilmi

“Memang saya juga tertarik sama dunia pendidikan, tapi intinya memang sangat tertarik

dengan pendidikan dan cinta anak – anak. (Nurhilmi, 14/4/17, 14.30)”

Dari berbgai alasan tersebutlah yang membuat pemuda pemudi bangsa ini tersentak dan

ingin mengikuti kegiatan volunteering dan menjadikan wadah untuk mengembangkan diri.

Dengan tekad awal ingin mengabdi berkontribusi dalam membangun pendidikan negeri yang

62

lebih layak dan berkualitas. Di harapkan motivasi pemuda tersebut dapat membawa hal yang

baik untuk pendidikan di Indonesia.

5.2 Pembelajaran Selama Menjadi Pengajar Muda

Kekuatan organisasi pembelajaran lebih kepada kemampuan organisasi untuk menilai siapa

dirinya, siapa orang-orang didalamnya yang selanjutnya digunakan sebagai sumber analisa

dalam menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan ciri khas suatu organisasi. Untuk

menjawab tantangan itu tentu saja perlu kerjasama antara organisasi dengan individu di

dalamnya, kepekaan mengenai visi dan misi, kemampuan mengetahui harapan-harapan anggota,

serta kemampuan untuk merubah sikap dan perilaku kerja. Diharapkan dengan kondisi saat ini

yang penuh persaingan, dimana yang siapa akan tetap maju dan yang tidak siap akan tertinggal

maka anggota organisasi dapat termotivasi untuk selalu berbenah, baik sikap mental maupun

ketrampilannya. Organisasi pembelajaran diharapkan akan menjadi wadah untuk menyalurkan

semua harapan-harapan individu karyawan untuk tetap maju dan berkembang.

Berdasarkan hasil penelitian yang di dapat, diketahui bahwa untuk mengembangkan diri

pada kemampuan memerlukan proses pembelajaran sehingga apa yang di inginkan dapat

berkembang sesuai dengan yang diharapkan. Dalam proses pembelajaran tersebut juga pastinya

ada kesulitan kesulitan yang di hadapi, maka dari itu dalam proses pembelajaran, harus

dibuatnya perencanaan yang tersusun dan dapat dijadikan acuan selama pembelajaran.

Pembelajaran para Pengajar Muda dapat dilihat pada tabel 5.5:

Tabel 5.5 Pembelajaran organisasi Pengajar Muda

No Pembelajaran Organisasi Respon

1 Dapat berinteraksi dengan banyak pihak dan mengenal

karakter sifat orang lain 3

2 Mengalami kesulitan dalam menyesuaikan lingkungan dan

masyarakat yang tidak mendukung 4

63

3 Memahami arti hidup rukun dalam perbedaan 2

4 Mengalami perubahan dalam berpikir dan bertindak 2

Berdasarkan hasil wawancara diketahui juga bahwa selama proses pembelajaran tidak selalu

berjalan lancar, maka dari itu Pengajar Muda sebelumnya harus menyusun terlebih daluhu

perencanaan pembelajaran selama 1 tahun kedepan. Dari data yang di dapat, hampir semua

Pengajar Muda menyusun perencanaan sesuai dengan program yang di berikan Indonesia

Mengajar, karena Indonesia Mengajar sendiri pun mempunyai program kerja yang nantinya

harus di jalani oleh Pengajar Muda. Namun Pengajar Muda tetap bisa menyusun rangkaian

program kerja yang nantinya bisa di gunakan ketika proses pembelajaran di kelas. Dari data yang

di dapat, terdapat kesulitan – kesulitan yang di hadapi oleh Pengajar Muda dalam proses

pembelajarannya, seperti masyarakat yang tidak mendukung, situasi sosial dalam beradaptasi,

dimana budaya lokasi penempatan yang pastinya sangat berbeda dengan tempat tinggal asal

Pengajar Muda, juga kesulitan dalam menyatukan pemikiran antara masyarakat atau pemerintah

setempat dengan Pengajar Muda.

Dari jawaban narasumber, dapat di analisis melalui hasil wawancara yang telah di lakukan.

Data analisis memalui open coding dan dapat di simpulkan pada tabel 5.6.

Tabel 5.6 open coding pembelajaran Pengajar Muda

Tema Sub tema

Interaksi Dapat berinteraksi dengan banyak orang, dapat berkomunikasi secara

efektif, dapat mengenal karakter orang lain

Penyesuaian Beradaptasi dengan lingkungan budaya baru, menghormati tradisi wilayah

Perubahan Perubahan cara pandang dan berpikir, perubahan dalam bertindak

Hidup rukun Memahami dan menghormati perbedaan, toleransi antar perbedaan agama

dan budaya

Dari proses pembelajaran ini diketahui bahwa pembelajaran sebagai Pengajar Muda dapat

dilihat dari situasi wilayah penempatan. Sebelum proses penempatan Pengajar Muda terlebih

64

dahulu diberikan materi pembelajaran yang akan di hadapi di wilayah penempatan, selama 2

bulan Pengajar Muda di karantina dan diberikan materi. Proses pembelajaran yang dijalani pun

tidak mudah, mereka menemui kesulitan – kesulitan yang harus dihadapi. Beradaptasi di

lingkungan yang baru dan di tuntut untuk dapat berinteraksi dengan berbagai pihak.

5.2.1 Hasil Temuan

Dari data di atas dapat di ketahui bahwa proses pembelajaran organisasi selama menjadi

Pengajar Muda ialah tidak mudah. Sebelum menjadi Pengajar Muda, setiap individu pasti

mengharapkan sesuatu agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar. Seperti yang di katakan

oleh Ilham bahwa awalnya tidak membayangkan akan banyak berinteraksi dengan masyarakat

namun nyatanya Pengajar Muda di tuntut harus bisa berinteraksi dengan semua pihak di lingkup

masyarakat tersebut.

“Karena saya berpikir kita akan turun ke sekolah saya tidak berpikir bahwa kita

akan banyak berinteraksi dengan masyarakat tapi nyatanya ya ternyata kita harus

berinteraksi dengan masyarakat disana. (Ilham, 13/4/17, 18.30)”

Nurhilmi juga mengungkapkan apa yang ia harapkan dari proses pembelajaran ini bahwa

“Salah satunya tadi sih merubah pemikiran yang negative menjadi positif, banyak

belajar, banyak tambah ilmu dari temen – temen. Karena ketemu orang – orang

yang banyak gitu dan pasti pemikirannya beda – beda. (Nurhilmi, 14/4/17,

14.30)”

Nyatanya dalam proses pembelajaran ditemukan kesulitan – kesulitan yang mereka

hadapi, berikut ini adalah hasil wawancara dengan narasumber.

“karena pemikiran kita mungkin dengan pemikiran orang – orang yang ada disana

di daerahnya berbeda. Mereka terkesan acuh tak acuh dan masa bodo gitu. (Asep,

08/04/17, 11.55)

“kita terus berusaha mencari pendekatan – pendekatan lain. Selalu mencari

peluang dan kesempatan untuk mendekati stakeholder (Atina, 10/4/17, 10.03)”

65

“cara menghadapi situasi sosial gitu, kaya kamu dihadapkan dengan masyarakat

yang dalam situasi sosialnya jauh dari kamu gitu jadi yah kaya gitu. (Andhin,

12/4/17, 15.30)”

Pernyataan tersebut pun di benarkan oleh trustee dari masing – masing narasumber yang

menyebutkan bahwa memang awalnya sulit untuk beradaptasi namun itu tidak menjadi kendala

yang berat yang harus di hadapi karena masing – masing narasumber pun dapat mengendalikan

permasalahan yang ada.

“Paling kaya cerita capek deh anak – anaknya begini, atau warga misalnya ada

yang susah di ajak kompromi atau kerja sama. Tapi overall dia gak pernah yang

kaya ngeluh – ngeluh atau gak suka gimana gitu yah (Hety, 20/05/2017, 09.16)”

“Klo capek sih pasti ada yah, kebayang gimana kita hidup di desa orang selama

setahun yang kita harus beradaptasi dll. Tapi selama itu atina gak pernah yang

kaya ngeluh atau gak sanggup gitu (Mega, 21/05/2017, 11.07)”

“Paling klo dia lagi bingung gitu dia selalu cerita sama aku atau ke teman – teman

di camp. Nah klo andhin sendiri, dia termasuk yang paling sering ke camp jadi dia

sering ikut forum diskusi gitu. (Andhin, 21/05/2017, 14.17)”

Namun kesulitan yang di hadapi oleh mereka seakan – akan berbalas dengan hasil

pembelajaran yang di dapat. Setelah menjadi Pengajar Muda, mereka mengakui bahwa tejadi

perubahan invidu yang mereka rasakan, serta mereka banyak belajar bagaimana hidup rukun

bertoleransi dengan perbedaan, dan harapan untuk dapat berkomunikasi dengan berbagai pihak

pun mereka rasakan setelah menjadi Pengajar Muda mereka dapat malakukan komunikasi yang

efektif dan baik dengan semua orang.

5.3 Nilai Individu Setelah Menjadi Pengajar Muda

Nilai (value) mempengaruhi cara pelaksanaan atau keadaan akhir tertentu lebih disukai

secara pribadi atau sosial, di dalam nilai terdapat ide-ide seorang mengenai apa yang dianggap

benar, baik atau diinginkan oleh individu. Pemahaman akan nilai yang dimiliki oleh individu

66

akan menjadikan dasar dalam memahami sikap dan motivasi individu, dan juga presepsi mereka

dalam menyelesaikan masalah dalam bekerja. Penetapan nilai yang dimiliki oleh individu

merupakan titik tolak individu/staf dalam berkinerja dan bertingkah laku.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 5 orang narasumber, diketahui bahwa selama proses

pembelajaran, maka di hasilkan individu yang lebih baik. Maka dari itu, setiap Pengajar Muda

pasti mengalami perubahan sosial maupun sikap dalam tiap individu. Nilai individu para

Pengajar Muda dapat dilihat pada tabel 5.7:

Tabel 5.7 Nilai individu Pengajar Muda

No Nilai Individu Respon

1 Pengendalian emosi yang tertata 3

2 Pengambilan keputusan yang bijak 3

3 Pembelajaran hidup 2

4 Menjadi open minded 2

5 Memahami perbedaan 3

6 Menghargai tradisi yang ada 5

7 Memacu tantangan hidup selanjutnya 4

8 Merubah kehidupan sosial 5

Dari pengelompokkan nilai individu tersebut, seseorang yang menjadi Pengajar Muda dapat

dianalisis melalui open coding yang akan akan disajikan pada tabel 5.6:

Tabel 5.8 open coding nilai individu seorang Pengajar Muda

Tema Sub tema

Kemandirian Dapat mengambil keputusan secara bijak, tidak menggantungkan

hidup dengan orang lain, terbiasa dengan kondisi yang tidak terduga

Tantangan

hidup

Mulai dari 0 lagi, ingin mencoba hal baru, menjadi seorang decision

maker, intropeksi diri

Kepuasan diri Dapat ikut andil dalam pendidikan Indonesia, bangga dan berterima

kasih, menjadi pembelajaran untuk lebih bersyukur

Pencapaian Berkarir sambil melanjutkan kegiatan sosial, berperan banyak di

dunia pendidikan, berkecimpung di dunia sosial

Kehidupan

sosial

Mengalami perubahan dari kehidupan sebelumnya, realistis

Penyesuaian Dapat lebih terkontrol dan sabar, berjalan apa adanya dan menerima

67

emosi ketidak pastian,

Universal Tingkat toleransi yang tinggi, pikiran menjadi lebih terbuka, dapat

menerima perbedaan.

Dilihat dari tabel 5.8 dapat di disimpulkan bahwa nilai individu yang terjadi di kalangan

para Pengajar Muda dapat dikelompokkan dalam beberapa tema. Data dianalisis melalui open

coding dan dilihat dari respon narasumber bahwa fenomena setelah mereka menjadi seorang

Pengajar Muda yang utama ialah adanya perubahan perilaku dalam bertindak. Sedangkan cara

agar terjadinya pengembangan diri tersebut ialah dengan bergabungnya mereka di Indonesia

Mengajar. Sebagai hasilnya para Pengajar Muda dapat menetukan suatu keputusan dengan bijak

dan pengendalian emosi yang baik.

5.3.1 Hasil Temuan

Dari data di atas dapat di ketahui bahwa nilai individu seseorang setelah menjadi Pengajar

Muda dapat di kategorikan menjadi 7, yaitu:

1. Nilai kemandirian yang dapat membuat keputusan secara bijak

2. Menambah tantangan dalam hidup untuk menjadi lebih baik.

3. Berpuas diri dapat ikut andil dalam memajukan pendidikan di Indonesia

4. Mempertimbangkan karir ke depan namun tidak akan berhenti mengikuti kegiatan

sosial

5. Penyesuaian emosi yang lebih terkontrol dan dapat menerima hal yang tidak pasti

dengan lapang dada.

6. Adanya perubahan dalam kehidupan sosial yang di sadari maupun tidak.

68

7. Tingginya rasa toleransi yang membuat pikiran lebih terbuka akan banyak hal.

Seperti yang di katakan narasumber mengenai perubahan nilai individu dari masing – masing

Pengajar Muda.

“ketika ada permasalahan yang ada di desa, kita dituntut untuk mengambil

keputusan secara cepat cara sendiri gitu (Asep, 08/04/17, 11.55)”

“aku lebih bisa memilih untuk menetukan sikap sendiri gitu, keputusan –

keputusan yang saya ambil pasti berdasarkan pilihan pribadi, bukan karena

perlakuan orang lain. (Atina, 10/4/17, 10.03)”

“kaya kita udah terbiasa gak menggantungkan hidup sama orang, kayak klo ada

masalah kita harus bisa mikir sendiri. (Andhin, 12/4/17, 15.30)”

“intinya di desa itu kita sendiri jadi memang klo ada masalah itu sebisa mungkin

ya kita selesaikan sendiri gitu. (Ilham, 13/4/17, 18.30)”

“Alhamdulillahnya jadi mandiri banget sih, jadi klo dulu masih takut klo misalnya

pergi kemana gitu, sekarang udah gak lagi (Nurhilmi, 14/4/17, 14.30)”

Selain kemandirian yang makin bertambah secara sadar atau tidak, kehidupan sosial setelah

menjadi Pengajar Muda juga ikut terpengaruhi, seperti pernyataan narasumber berikut dan di

perkuat oleh trustee

“sebelum ikut Indonesia Mengajar itu gak ngerti yang namanya berbagi sama

anak – anak, Nah setelah ikut Indonesia Mengajar ini kaya aku di tampar lagi gitu

bahwa „eh selain ngejar karir selain cari duit, lo harus punya jiwa sosial. (Asep,

08/04/17, 11.55)”

“saya lebih terbiasa buat menahan diri dalam mengomentari hal – hal sekitar

sebelum memahami kondisi seutuhnya gitu. Dan saya juga merasa sekarang saya

bisa membaur dengan stranger dengan mudah (Atina, 10/4/17, 10.03)”

“Sangat mempengaruhi yah kita bisa lebih sabar, lebih toleransi (Ilham, 13/4/17,

18.30)”

“Mempengaruhinya sih sebenernya gak kerasa juga terpengaruh jadi lebih

realistis jadi orang, di pikirannya udah realistis aja gak yang langsung di judging

banget anaknya. (Nurhilmi, 14/4/17, 14.30”

“ada lah pasti. Ada beberapa sifat atina yang keras gitu, tapi sekarang dia jadi

lebih sabar dan bisa mengontrol emosinya gitu (Mega, 21/05/2017, 11.07)”

69

“Perubahan pasti ada kok, Alhamdulillah di jalan yang lebih baik setelah jadi

Pengajar Muda katanya dia ingin mengambil pendidikan yang bersangkutan

dengan dunia sosial gitu (Haiva, 21/05/2017, 14,17)”

“Alhamdulillah setelah dan selama penugasan itu dia ada perubahan sih kaya

yang jadi akrab banget gitu sama anak – anak atau yang kaya peduli gitu sama

lingkungan tempat tingal mereka – mereka. (Hety, 20/05/2017, 09.16)”

Dengan demikian dapat di tarik kesimpulan bahwa menjadi Pengajar Muda itu banyak hal

positif yang di dapat. Berawal dari tekad ingin mengabdi hingga terjadinya perubahn dapat

perilaku nilai individual serta proses pembelajaran selama menjadi Pengajar Muda. Maka dari itu

pemuda sebagai agent of change harus dapat menjadi panutan untuk generasi selanjutnya. Dalam

hal ini kesimpulan yang di dapat dari penelitian dapat di lihat pada gambar berikut

Gambar 5.1 Diagram display data

70

BAB 6

DISKUSI HASIL

6.1 Pendahuluan

Pemuda sebagai agent of change adalah kaum intelek muda yang seharusnya menjadi garda

terdepan dalam memperbaiki kondisi bangsa. Dengan terbentuknya organisasi Indonesia

Mengajar menjadi wadah para pemuda untuk berkontribusi dalam membangun negeri.

Pengabdian masyarakat adalah suatu gerakan proses pemberdayaan diri untuk kepentingan

masyarakat. Pengabdian masyarakat seharusnya bersifat kontinual dan jangka panjang karena

dalam membangun sebuah masyarakat dibutuhkan proses yang panjang. Banyak aspek yang

harus disentuh untuk menjadikan suatu masyarakat itu baik, karakternya, budayanya, sampai

pola pikirnya juga harus kita sentuh untuk benar-benar menciptakan sebuah masyarakat yang

beradab.

Dengan bergabungnya seseorang di suatu organisasi maka antara organisasi dan anggota

harus memiliki tujuan yang sama. Berbagai macam latar belakang seseorang ingin menjadi

Pengajar Muda, hal inilah yang mendasar agar proses kegiatan berjalan sesuai dengan apa yang

di harapkan. Dalam proses terdapat pula pembelajaran – pembelajaran yang dapat diambil dan

menjadi suatu nilai yang merubah kepribadian seseorang. Berdasarkan hasil penelitian,

menunjukkan bahwa seseorang menjadi Pengajar Muda ialah karena pada awalnya mereka

memang tertarik pada dunia pendidikan yang menjadikan mereka ingin mengabdi pada Negara,

serta keinginan untuk memperoleh pengalaman hidup. dan agar dapat berkomunikasi secara

efektif. Uraian tersebut dapat dikelompokkan menjadi 4, yaitu:

71

1. Dapat berkomunikasi secara efektif sehingga dapat berinteraksi dengan banyak orang dan

mengenal karakter orang lain.

2. Salah satu cara untuk mengabdi pada Negara dengan bergabungnya di Indonesia

Mengajar

3. Mendapatkan pengalaman hidup yang sangat berarti dan perubahan cara pandang.

4. Lebih terbuka pada isu – isu sekitar dan memiliki nilai toleransi yang tinggi

Dari data yang telah dianalisi melalui open coding dan dilihat dari respon narasumber bahwa

fenomena mereka menjadi seorang Pengajar Muda yang utama adalah ingin mengabdi pada

Negara dan pengembangan diri mereka akan pengalaman dan pembelajaran hidup. Sedangkan

cara agar terjadinya pengembangan diri tersebut ialah dengan bergabungnya mereka di Indonesia

Mengajar. Sebagai hasilnya para Pengajar Muda akan dapat berinteraksi dengan banyak orang

dan mengenal karakter orang lain, emosi yang lebih tertata. Gambar 6.1 akan menunjukkan hasil

open coding

Gambar 6.1 hasil open coding Pengajar Muda

INPUT PROSES OUTPUT

Bergabung di

Indonesia Mengajar

Open minded

Perubahan perilaku

individual

Toleransi yang tinggi

Hidup rukun

Dapat mengambil

keputusan dengan

bijak

Emosi yang lebih

tertata

Menerima perbedaan

Mengabdi

Pengalaman

hidup

Berkontribusi

dalam pendidikan

di Indonesia

72

Berdasarkan gambar 6.1 dapat dirumuskan bahwa seseorang menjadi Pengajar Muda ialah

karena keinginan mereka untuk mengabdi dan mendapatkan pengalaman hidup, proses yang

terjadi yaitu dengan bergabungnya mereka di Indonesia Mengajar sehingga dengan demikian

dapat dicapainya perubahan perilaku individual, menjadi lebih open minded , rasa toleransi yang

tinggi, hidup rukun antar sesama, dapat mengambil keputusan dengan bijak, emosi yang lebih

tertata, serta menerima perbedaan yang ada di lingkungan sekitar.

6.2 Alasan menjadi Pengajar Muda

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Manuel Londong and James W. Smither (1999)

menyimpulkan bahwa kunci yang diperlukan untuk memberdayakan pengembangan diri ialah

dengan terus-menerus belajar. Dengan begitu, pengembangan diri yang di lakukan dapat menjadi

suatu kebiasaan individu dan melatih kemampuan skill. Maka dari itu perlunya organisasi untuk

bertahan hidup di lingkungan yang berubah telah menyebabkan pengembangan konsep

organisasi belajar. Sebuah organisasi belajar adalah sebuah organisasi yang memfasilitasi

pembelajaran bagi semua anggotanya, dan dengan demikian terus-menerus mengubah itu sendiri.

Hal ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang di lakukan bahwa dengan adanya

pengulangan kebiasaan individu maka dapat terlihat pula perubahan individu setelah menjalani

proses pembelajaran selama di Indonesia Mengajar.

Dengan adanya motivasi yang membuat seseorang ingin menjadi Pengajar Muda, diyakini

dapat membantu mereka dalam hal bersosialisasi kepada masyarakat. Pentingnya motivasi

karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia,

supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal. Maka dari itu jika Jung dan

Horney menganggap bahwa diri merupakan keberadaan yang merepresentasikan potensi dengan

cara realisasi, maka akan mirip dengan teori Maslow yang di kenal dengan istilah aktualisasi diri.

73

Maslow dalam (Alwilsol, 2005) menjelaskan bahwa aktualisasi diri dipandang sebagai

kebutuhan tertinggi dari suatu hirearki kebutuhan. Abrahim H. Maslow (Boeroee C. George

2008) aktualisasi diri dijelaskan sebagai potensi-potensi yang dimiliki manusia dan dibawa dari

kelahirannya serta kodratnya sebagai manusia. Alasan seseorang ingin menjadi Pengajar Muda

pun bermacam – macam. Hal ini dapat di lihat dari hasil penelitian bahwa pengabdian ialah hal

terbesar seseorang ingin bergabung di Indonesia mengajar, dengan mengabdi diyakini seseorang

dapat berkontribusi dalam pembangunan pendidikan negeri tercinta, dan membantu masyarakat

di wilayah – wilayah terpencil. Maka dari itu kebiasaan yang dilakukan sejak kecil akan sangat

berpengaruh hingga seseorang menginjak dewasa, sehingga tidak mengherankan lagi bahwa

seseorang yang bergabung di indonesia mengajar ialah yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi.

Lalu untuk menunjang pengembangan diri seseorang juga diperlukan proses selama

pembelajaran dimana melalui proses tersebut maka dapat dilihat hasil yang akan dicapai.

6.3 Pembelajaran selama menjadi Pengajar Muda

Lalu seperti yang tertuang dalam teori, yang menyatakan bahwa pembelajaran oraganisasi

menurut Schwandt dalam Marquadt dan Reynolds (1996) memberikan definisi organisasi

pembelajaran diartikan sebagai suatu sistem dari tindakan – tindakan para pelaku, simbol –

simbol dan proses yang merubah informasi ke dalam pengetahuan yang bernilai pada gilirannya

akan mengubah kapasitasnya melalui proses perjalanan panjang dari penyesuaian diri. Pengertian

ini menitikberatkan, bahwa organisasi pembelajaran merupakan sistem yang terdiri dari

bermacam komponen yang saling berhubungan dan ketergantungan secara fungsional.

Komponen tersebut adalah perilaku pimpinan dan anggota organisasi sebagai pelaku dalam

upaya pencapaian efektivitas dan tujuan organisasi. Hal ini di perkuat dengan hasil penelitian

yang menunjukkan bahwa selama proses pembelajaran, Pengajar Muda di tuntut untuk dapat

74

melaksanankan program kerja sesuai dengan apa yang di butuhkan di wilayah tersebut. Untuk

program kerja, Indonesia Mengajar telah menyusun apa saja yang harus dikerjakan oleh Pengajar

Muda selama 1 tahun kedepan, namun dalam proses pelaksanaannya tidak selalu berjalan lancar,

para Pengajar Muda juga menghadapi kesulitan – kesulitan. Menurut Eka Danta Jaya Ginting

(2004) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pembelajaran organisasi adalah sesuatu yang

baru yang kadang masih sering disalahtafsirkan hanya sebagai upaya-upaya pelatihan maupun

pengembangan kemampuan organisasi dan karyawan. Sebenarnya organisasi pembelajaran

membawa misi dimana pembelajaran yang dilakukan lebih pada merubah hakikat manusia atau

individu karyawan untuk sadar akan potensi yang dimilikinya. Pembelajaran yang

berkesinambungan merupakan inti dari organisasi pembelajaran. Selain itu organisasi

pembelajaran harus melihat ke dalam dirinya sendiri. Dengan kata lain tidak ada pembelajaran

instant yang bisa diterapkan sama pada semua pihak. Kekuatan organisasi pembelajaran lebih

kepada kemampuan organisasi untuk menilai siapa dirinya, siapa orang-orang didalamnya yang

selanjutnya digunakan sebagai sumber analisa dalam menentukan model pembelajaran yang

sesuai dengan ciri khas suatu organisasi hal inilah yang membuat Pengajar Muda harus

menyusun perencanaan agar proses pembelajaran berjalan sesuai dengan yang di harapkan,

walaupun Indonesia Mengajar telah mempunyai program kerjanya, namun para Pengajar Muda

tetap membuat perencanaan selama proses pembelajaran di jalankan. Berhasil atau tidaknya

proses pembelajaran di lihat dari fase setelah pembelajaran tersebut selesai, jika terjadinya

pembiasaan pada masyarakat desa dan masyarakat tidak memperlukan lagi suatu organisasi yang

membantu dalam pembangunan daerahnya maka dapat dikatakan berhasil, dan untuk Pengajar

Muda pun pasti akan terjadi perubahan tindakan maupun perilaku setelah pembelajaran selesai.

75

6.4 Nilai individu setelah menjadi Pengajar Muda

Dengan adanya pembelajaran pada individu maka dapat mengubah nilai – nilai individu juga,

hal ini dikarenakan lingkungan dan kebiasaan yang berubah, seperti yang diungkapkan bahwa

nilai (value) menunjukan alasan dasar bahwa “cara pelaksanaan atau keadaan akhir tertentu lebih

disukai secara pribadi atau sosial dibandingkan cara pelaksanaan atau keadaan akhir yang

berlawanan”. Nilai memuat elemen pertimbangan yang membawa ide-ide seorang individu

mengenai hal-hal yang benar, baik, atau diinginkan. Nilai memiliki sifat isi dan intensitas. Sifat

isi menyampaikan bahwa cara pelaksanaan atau keadaan akhir dari kehidupan adalah penting.

Sifat intensitas menjelaskan betapa pentingnya hal tersebut. Ketika menggolongkan nilai seorang

individu menurut intensitasnya, kita mendapatkan sistem nilai (value system) orang

tersebut.(Robbins & Judge, 2009:146) Dalam buku Perilaku dalam Organisasi (Wibowo, 2013)

Nilai dikatakan dapat mempengaruhi sikap dan perilaku, nilai didefinisikan: Nilai-nilai atau

values adalah kesadaran, hasrat efektif atau keinginan orang yang menunjukan perilaku mereka.

Nilai-nilai personal individu menunjukan perilaku di dalam dan di luar pekerjaan. Apabila

serangkaian nilai-nilai orang adalah penting, maka akan menunjukan orang dan juga

mengembangkan perilaku konsisten untuk semua situasi (Gibson, Ivancevich, Donnelly, 2000).

Hal ini dapat di lihat dari hasil penelitian yang diketahui bahwa nilai individu seorang Pengajar

Muda dapat berubah setelah adanya pengulangan yang terjadi terus – menerus, kesadaran akan

hal kecil yang dapat berpengaruh besar juga menjadi suatu pembelajaran yang dapat di ambil

setelah menjadi Pengajar Muda. Hal ini di akui oleh para alumni Pengajar Muda bahwa setelah

mereka mengikuti program, terdapat perubahan pada perilaku individual di karenakan dampak

positif dari Indonesia Mengajar. Pengulangan kebiasaan yang terus menerus selama setahun

penugasan juga di akui bahwa hal tersebut sangat mempengaruhi dalam perubahan.

76

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Saat ini banyak sekali organisasi di bidang sosial bermunculan, baik organisasi profit

maupun non profit salah satunya ialah Indonesia Mengajar. Hal ini di karenakan melihat keadaan

Indonesia sekarang ini, yang memang dibutuhkan pemuda yang peduli akan nasib bangsa,

pemuda yang peduli terhadap sesama manusia dan lingkungan sekitar. Maka dari itu organisasi

sosial menyasar anggota para pemuda bangsa demi memajukan bangsa Indonesia. Banyak para

pemuda yang tergerak untuk bergabung dengan Indonesia Mengajar dengan alasan ialah suatu

bentuk pengabdian dan balas jasa pada Negara. Indonesia mengajar juga menjadi suatu wadah

pemuda untuk dapat mengembangkan diri dan mengasah kemampuan skill serta pengetahuan

untuk perencanaan karir mereka. Berikut ialah kesimpulan mengapa seseorang bergabung di

Indonesia Mengajar

1. Bergabungnya pemuda pemudi di Indonesia Mengajar ialah bentuk mereka dalam balas

jasa dan mengabdi pada Negara. Seseorang yang bergabung di Indonesia Mengajar

mengaku bahwa dengan niatan ingin ikut berkontribusi dalam memajukan pendidikan di

Indonesia yang walaupun peran mereka tidak seberapa namun di harapkan dengan

bergabungnya di Indonesia Mengajar dapat membawa semangat volunteering dan

memotivasi para pemuda bangsa untuk tergerak dalam pembangunan negeri.

2. Selain alasan untuk mengabdi, Indonesia Mengajar juga menjadi batu loncatan seseorang

dalam pengembangan diri untuk mendapatkan pembelajaran serta pengalaman hidup.

Pengembangan diri yang di harapkan seseorang dengan bergabungnya mereka di

77

Indonesia Mengajar juga menjadi suatu alasan, bahwa di Indonesia Mengajar tidak hanya

kerelawanan namun mereka juga dapat mengembangkan diri dan kemampuan untuk

bekal karir dan masa depan.

3. Pembelajaran yang didapatkan sebagai Pengajar Muda menjadikan seseorang dapat

berkomunikasi secara efektif dengan memahami karakter serta berinteraksi dengan

banyak orang. Dalam hal ini, banyak pembelajaran organisasi yang di dapatkan selama

menjadi Pengajar Muda karena sebelum Pengajar Muda di terjunkan di tempat

penugasan, mereka dibekali dengan materi dan pembelajaran yang akan di hadapi selama

setahun penugasan kedepannya. Hal ini membuat banyaknya pembelajaran organisasi

yang mereka dapatkan sehingga alumni pengajar muda dipercaya dengan kemampuan

pembelajaran yang baik

4. Terjadinya perubahan nilai individu setelah menjadi Pengajar Muda, mereka yang telah

menjadi pengajjar muda menjadi lebih terbuka dan menghargai sesama serta merubah

pemikiran atau cara pandang mereka. Setelah menjadi Pengajar Muda, mereka mengakui

bahwa terjadinya perubahan dalam individu.

7.2 Saran

1. Bagi Mahasiswa

Dalam dunia perkuliahan,sebaiknya mahasiswa dapat mengambil pengalaman –

pengalaman sebanyak mungkin untuk menambah ilmu yang sudah didapat agar setelah

menyelesaikan pendidikannya mahasiswa dapat menerapkan dan membagikan ilmu yang

mereka punya untuk kemajuan bangsa. Salah satu cara mahasiswa dapat menambah ilmu

selain didalam perkuliahan ialah dengan mengikuti kegiatan sebanyak – banyaknya. Setelah

78

menyelesaikan pendidikan mahasiswa dapat menentukan pilihannya sendiri untuk tetep

melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, bekerja, atau mengikuti kegiatan kerelawanan

untuk mengasah dan mengembangkan kemampuan diri individu

2. Bagi Penelitian Selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dapat membantu dan menambah referensi untuk penelitian

selanjutnya serta membawa manfaat untuk peneliti

3. Bagi peneliti

Semoga penelitian menjadi motivasi peneliti untuk bergabung dan berkontribusi dalam

memajukan pendidikan di Indonesia melalui berbagai macam kegiatan sosial dan sejenisnya.

79

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. 2005. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta

Didik. PT Bumi Aksara

Alwisol. 2005. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press

Anders Ortenblad, 2001. On differences between organizatiol learning and learning

organization, The Learning Organization, Vol 8, No 3, MCB University Press – ISSN

09696474

Andi, Mappiare. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

Boeree, C. George. 2008. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Prismasophie.

Creswell, John W. 2010. Edisi ke-3.Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan

Mixed.Yogyakarta

Emzir. (2012). Analisis Data: Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.

Hall, Calvin S. Dan Gardner Lindzey. 1993. Teori – Teori Psikodinamik (Klinis). Editor A.

Supratikya. Yogyakarta: Kanisius.

Koentjaraningrat. 1997. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Martha Mary McGraw, Martha Mary. 1987. 60 WAYS TO LET YOURSELF GROW. Yogyakarta:

Kanisius

Marquardt, Michael J., 1996. Building The Learning Organization, McGrawHill

Montagu, Lisa. 2008. Learning Organization / Organizational Learning.

Robbins, Stephen P & Timothy A. Judge., 2009. “Perilaku Organisasi-Organizational

Behavior”, Jakarta, Salemba Empat.

Schwartz, S.H., 2012. “An Overview of the Schwartz Theory of Basic Values. Online Readings in

Psychology and Culture”,2(1). http://dx.doi.org/10.9707/2307-0919.1116.

Senge, P., Ross, R., et.al., 1999. The Dance of Change: The Challenges of Sustaining Momentum

in a Learning Organization. New York : Doubleday & Co.

Sigian, P Sondang. 1995. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Rineka Cipta : Jakarta

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Wibowo., 2014. “Perilaku Dalam Organisasi”, Jakarta, RajaGrafindo Persada.

80

JURNAL DAN SKRIPSI

Rospiani, Yeni. (2016). “Kajian Penguatan Nilai Individu Pegawai dalam Rangka

Pengembangan Kapasitas Sumber Daya Manusia”. Skripsi

London, Manuel and W. Smither, James. (1999). “Self development and Continuous Learning”.

Human Resource Management, Spring 1999, Vol. 38, No. 1, Pp. 3–15.

Vasant D, Kanchan. (2012). “An Empirical Examination Of Self-Development Activities:

Integrating Social Exchange And Motivational Lens”. Skripsi

Yutikasari, Dovi. (2016). “Peningkatan Kemampuan Pengembangan Diri dengan Menggunakan

Metode Praktik Siswa Tuna Netra kelas III SLB A Yaketunis Yogyakarta”. Skripsi

Absah, Yeni. (2008) “Pembelajaran Organisasi: Strategi Membangun Kekuatan Perguruan

Tinggi”. Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 1, Nomor 1, Januari 2008: 33 – 41

Mohammed, Saida. (2015). “Learning Organization and Employee Motivation: a case study of

equity bank, Kenya”. Skripsi

Castaneda, Delio Ignacio and Fernández R, Manuel. (2007). “From Individual Learning To

Organizational Learning”. Electronic Journal of Knowledge Management. Volume 5

Issue 4 2007 (363-372)

Ginting, Eka Danta J. (2004). “Peranan Organisasi Pembelajaran dalam Meningkat

Kompetisi Kerja” jurnal management Sumber Daya Manusia. 2004 Digitized by USU

digital library

Ortenblad, Anders. (2001). “On differences between organizatiol learning and learning

organization”. The Learning Organization. Vol 8, No 3, MCB University Press – ISSN

0969-6474

DATA ELEKTRONIK

BPS http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2009_40.pdf di akses pada tanggal 10 april

2017, 19.15 WIB

Indonesia Mengajar https://indonesiamengajar.org/ di akses pada tanggal 10 Februari 2017,

15.00 WIB

81

LAMPIRAN

82

Lampiran A

PEDOMAN WAWANCARA

Pengajar Muda

1. Mengapa anda memilih untuk bergabung di IM?

2. Apa yang membuat anda tertarik untuk menjadi PM?

3. Apakah dengan menjadi PM, membantu anda dalam hal bersosialisasi? Seperti apa?

4. Apakah dengan menjadi PM, ada rasa kebanggaan tersendiri dalam diri anda?

Bagaimana?

5. Apakah ada hal yang ingin anda capai sebelum menjadi PM?

6. Kesulitan apa saja yang anda alami selama menjadi PM?

7. Apa saja kesibukan yang anda lakukan sebelum menjadi PM?

8. Pelajaran penting apa yang anda harapkan selama menjadi PM?

9. Apa pelajaran penting yang anda dapatkan setelah menjadi PM?

10. Bagaimana anda membuat perencanaan yang lebih jelas untuk kemajuan pembelajaran?

11. Apakah anda berani mengambil tindakan demi kemajuan pembelajaran? Seperti apa?

12. Apakah ada kendala yang anda hadapi selama proses pembelajaran?

13. Bagaimana cara anda untuk menyelesaikan masalah – masalah yang terjadi selama proses

pembelajaran?

14. Apakah anda mempunyai komitmen jangka panjang untuk terus belajar? Seperti apa?

15. Bagaimana fasilitas sarana prasarana yang berikan IM untuk nenunjang selama proses

pembelajaran?

16. Kesibukan apa yang anda jalani setelah menjadi PM?

17. Apakah setelah menjadi PM, menambah nilai kemandirian dalam hal berpikir atau

bertindak? Bagaimana?

18. Apakah setelah menjadi PM, menambah tantangan hidup dalam diri anda?

19. Apakah ada kepuasan untuk diri sendiri setelah menjadi PM itu tercapai? Bagaimana?

20. Apa yang ingin anda capai setelah menjadi PM?

21. Bagaimana PM mempengaruhi kehidupan sosial anda?

22. Bagaimana pengendalian dalam diri anda terkait isu sosial/norma di lingkungan sekitar

anda?

83

23. Bagaimana anda menerima atau menghormati tradisi yang anda di tempat penugasan

anda?

24. Apakah setelah menjadi PM, ada rasa untuk meningkatkan kesejahteraan orang – orang

sekitar? Seperti apa?

25. Bagaimana pemahaman anda terhadap orang lain atau toleransi terhadap sesama setelah

menjadi PM?

26. Apa yang anda harapkan untuk pendidikan di Indonesia pada masa mendatang?

Trustee

1. Seberapa dekat anda dengan narasumber?

2. Pertama kenal narasumber dari IM?

3. Bagaimana sikap narasumber selama penugasan?

4. Apakah narasumber sering mengeluh selama penugasan?

5. Apakah terjadi perubahan sikap atau perilaku narasumber sebelum dan setelah

penugasan?

6. Bagaimana sikap narasumber setelah penugasan?

84

Lampiran B

TABEL REDUKSI DATA

A. Ringkasan

Masalah yang di

teliti Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 4 Tipe 5

Tertarik di bidang

pendidikan

Agar semua anak

mendapat

pendidikan yang

sama

Suka mengajar Kontribusi di

pendidikan

Berinteraksi

dengan semua

pihak

Kontribusi di

pendidikan

3 tipe = pendidikan

1 tipe = suka

mengajar

1 tipe = berinteraksi

Alasan

bergabung

dengan IM

Panggilan untuk

mengabdi

Balas jasa pada

negara

Cinta dunia sosial Panggilan untuk

mengabdi

Cinta pendidikan

dan anak – anak

2 tipe = Mengabdi

1 tipe = Balas jasa

1 tipe = Cinta sosial

1 tipe = Cinta

pendidikan

Kebutuhan

bersosialisasi

Dapat mengenal

karakter orang

lain

Dapat

berkomunikasi

secara efektif

Dapat berinteraksi

dengan banyak

orang

Dapat berinteraksi

dengan banyak

orang

Dapat berinteraksi

dengan banyak

orang

3 tipe = berinteraksi

1 tipe = mengenal

karakter

1 tipe = komuikasi

efektif

Pembelajaran

yang di harapkan

Pembelajaran

hidup

Memberdayakan

masyarakat

Pemahaman

pendidikan di

indonesia

Pandangan yang

berbeda tentang

anak – anak dan

perempuan

Merubah

pemikiran

negative

1 tipe =

pembelajaran hidup

1 tipe = berdayakan

masyarakat

1 tipe = memahami

pendidikan

1 tipe = pandangan

yang berbeda

1tipe = merubah

pemikiran

Perencanaan

dalam menyusun

pembelajaran

Mengikuti

program yang di

berikan

Mencari tahu

kebutuhan

masyarakat

Mengikuti

program yang di

berikan

Mengikuti

program yang di

berikan

Mengikuti

program yang di

berikan

4 tipe = mengikuti

program

1 tipe = mencari tahu

85

kebutuhan

Kesulitan selama

pembelajaran

Menyatukan

pemikiran yang

berbeda

Masyarakat

yang kurang

mendukung

Situasi sosial

dalam beradaptasi

Masyarakat yang

kurang

mendukung

Masyarakat yang

kurang

mendukung

1 tipe = menyatukan

pemikiran

3 tipe = masyarakat

kurang mendukung

1 tipe = situasi sosial

Pembelajaran

yang di dapat

Hidup rukun Fasilitas

perubahan

Realita

pendidikan di

Indonesia

Perubahan cara

pandang terhadap

anak – anak dan

perempuan

Rasa syukur, ilmu

parenting,

1 tipe = hidup rukun

2 tipe = perubahan

1 tipe = realita

pendidikan

1 tipe = ilmu

parenting

Kemandirian Mengambil

keputusan dengan

bijak

Mengambil

keputusan

dengan bijak

Tidak

menggantungkan

hidup dengan

orang lain

Dapat terbiasa

dengan kondisi

yang tidak terduga

Merasakan hidup

sendiri

2 tipe = mengambil

keputusan

1 tipe = tidak

menggantungkan

hidup

1 tipe = terbiasa

1 tipe = hidup sendiri

Tantangan hidup Intropeksi diri Tambah

berhutang

Decision maker Mulai dari 0 lagi Mencoba hal baru 1 tipe = introspeksi

diri

1 tipe = tambah

hutang

1 tipe = decision

maker

1 tipe = mulai dari 0

1 tipe = mencoba hal

baru

Kepuasan diri Berterima kasih

pada Indonesia

Tidak puas Dapat menerima

dan memeluk

ketidakpastian

Menjadi

pembelajaran

Ikut andil dalam

pendidikan

indonesia

1 tipe =

berterimakasih

1 tipe = tidak puas

1 tipe = menerima

1 tipe =

pembelajaran

1tipe = pendidikan

86

Pencapaian Karir dan

kegiatan sosial

Berperan

banyak di dunia

pendidikan

Lanjut kuliah dan

kegiatan

volunteering

Kerja kemudian

lanjut kuliah

Ingin membangun

sekolah rintisan

dan bergabung di

pemerintahan

1 tipe = karir

1 tipe = pendidikan

2 tipe = lanjut kuliah

1 tipe =

pemerintahan

Kehidupan sosial Menambah rasa

empati dan

kepedulian

Menjadi lebih

easy going

Dapat

berkomitmen

Memiliki

pandangan yang

berbeda

Lebih realistis 1 tipe = empati

1 tipe = easy going

1 tipe = komitmen

1 tipe = pandangan

yang berbeda

1 tipe = realistis

Penyesuaian

emosi

Lebih tertata Lebih tertata Lebih menerima,

everything comes

naturally

Dapat menerima

segala

ketidakmungkinan

Lebih tertata 3 tipe = tertata

2 tipe = menerima

Tradisi Menghormati dan

berhati - hati

Menghormati

dan menerima

budaya

Adanya culture

exchange

Menghormati dan

berhati - hati

Adanya culture

exchange

3 tipe = menghormati

2 tipe = culture

exchange

Kesejahteraan Membantu

masyarakat

menengah

kebawah

Membantu

financial

keluarga

Belum tapi akan

mencoba

Kontribusi di

lingkungan sekitar

Kontribusi di

lingkungan

sekitar

1 tipe = bantu

masyarakat

menengah kebawah

1 tipe = bantu

financial keluarga

1 tipe = belum

mencoba

2 tipe = kontribusi di

lingkungan sekitar

Universal Menjadi open

minded

Menghargai

alasan di balik

sesuatu

Dapat memahami

perbedaan

Dapat memahami

perbedaan

Menjadi open

minded

2 tipe = open minded

2 tipe = memahami

perbedaan

1 tipe = menghargai

alasan

87

B. Informasi Narasumber

Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 4 Tipe 5

Latar belakang

keluarga

Menengah keatas Menengah kebawah Menengah keatas Menengah kebawah Menengah keatas

Pekerjaan orangtua Wirausaha Dokter relawan Guru Petani dan guru

Biaya pendidikan Beasiswa Beasiswa Beasiswa Beasiswa Beasiswa

Kehidupan

perkuliahan

Aktif organisasi Aktif organisasi Aktif organisasi Aktif organisasi Aktif organisasi

Angakatan Pengajar

Muda

8 8 11 11 8

Penempatan Kapuas,

Kalimantan Barat

Lebak, Banten Aceh utara, NAD Aceh utara, NAD Rote, Nusa

tenggara

C. Kutipan Percakapan

Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 4 Tipe 5 Analisis

Tertarik di

bidang

pendidikan

“Klo tekad untuk

gabung di IM

sebenernya yang

emang sudah tekad

dari awal dari kuliah

cuman abis kuliah

ternyata dapat rejeki

di tempat lain kerja

dulu. Tertariknya

karena aku bisa

berkontribusi

walaupun sedikit

di…. Aku kaya

seumpamanya aku

“Saya tidak pernah

berharap jadi

Pengajar Muda, saya

baru mengenal term

ini saat sudah

memasuki proses

pendaftaran. Yang

sebelumnya ada di

kepala saya adalah,

saya mau ikut

Indonesia Mengajar

tanpa tahu bahwa

peserta program ini

bernama „Pengajar

“Jadi sebenernya tau

IM itu 2011 waktu

masih awal – awal

kuliah dan kaya gak

tau sih, kaya

menarik banget gitu.

jadi aku join

beberapa komunitas

and then kaya dari

SMA aku udah ikut

volunteering kaya

nanam mangrove,

and then kaya

misalnya ke panti

“wujud awal saya

ingin pengabdian di

daerah – daerah

terpencil khususnya,

nah bagi saya ya

untuk menjadi

pengajar itu gak ada

salahnya gitu, bagi

saya ya saya tertarik

dengan pernyataan

pendiri yah, pendiri

Indonesia Mengajar

yang sekarang calon

gubernur juga gitu,

“memang saya juga

tertarik sama dunia

pendidikan, jadi

memang waktu itu

saya gak langsung

gabung ke IM jadi

sebenernya saya Tapi intinya memang sangat

tertarik dengan

pendidikan dan cinta

anak – anak.” (Nurhilmi, 14/4/17,

14.30)

88

berpikiran kalo, kalo

nunggu kaya lama

gitu untuk bantu

sesama, trus

kemudian kalo

nunggu aku mapan

dan lain sebagainya

juga lama. Ya yang

aku punya yaitu

salah satunya

kontribusi ini gitu

buat apa namanya..

sama – sama

ngebantuin si anak –

anak di pelosok

tentunya buat sama –

sama juga

mendapatkan

pendidikan yang

sama dengan anak –

anak yang ada di

kota.”

(Asep, 8/4/17, 11.55)

Muda‟. Toh intinya

tetap mengajar,

bahkan di pelatihan

dapat banyak sekali

tambahan ilmu

tentang hal – hal

yang menunjang

proses mengajar

hingga bagaimana

pendidikan bisa

maksimal”

(Atina, 10/4/17,

10.03)

asuhan atau apa kaya

gitu, ya kegiatan –

kegiatan sosial

semacem itu aja gitu.

Nah yang aku sering

banget suka itu yang

biasanya tentang

lingkungan sama

pendidikan gitu dan

which is Indonesia

Mengajar itu

fokusnya di

pendidikan gitu jadi

kaya satu visi aja.”

(Andhin, 12/4/17,

15.30)

mendidik itu

sebenernya bukan

pekerjaan guru aja

jadi mendidik itu

memang pekerjaan

orang terdidik gitu,

jadi walaupun bagi

saya ya setelah

mendengarkan

pendapat beliau itu

bagi saya apapun

profesi seseorang

mendidik itu ialah

kewajiban, klo

emang ada

kesempatan untuk

bisa ikut mendidik

gitu ya kenapa tidak,

apalagi ada

kesempatan untuk

mendidik di anak –

anak yang boleh

dikatakan jauh dari

akses, jauh dari

fasilitas dan terbiasa

dengan kondisi

pedalaman, ya

kenapa tidak gitu”

(Ilham, 13/4/17,

18.30) Alasan

bergabung “Ya tapi ini

panggilan, sekali lagi

“Awalnya ingin

membayar „hutang‟

“Kayanya Indonesia

Mengajar tuh

“klo mau bilang ini

sih sebenernya

“yang pertama

adalah merasa

89

dengan IM ini panggilan gitu,

bukan lagi aku ke

Indonesia Mengajar

nyari gajinya nyari

apanya ya, gak ada

klo yang kaya gitu

semua, cuman

sekarang mikirnya

gimana caranya

berkontribusi dan

berterimakasih sama

Indonesia gitu sih.”

(Asep, 08/04/17,

11.55)

pada Negara atas

kesempatan yang

saya dapat. Saya

banyak mendapat

bantuan untuk

sekolah, terutama

dari Negara.

Khususnya saat

kuliah, lebih banyak

kesempatan yang

saya dapat, dari

Negara juga yang

tidak semua orang

mengalaminya.”

(Atina, 10/4/17,

10.03)

kayanya punya visi

yang bagus deh dan

aku merasa kaya

Indonesia Mengajar

itu kegiatannya aku

banget kaya gitu sih.

Tpi kayanya cuman

satu visi doang itu

kaya gak cukup deh.

Menurutku kita tuh

harus involve, kita

harus join disana jadi

mengambil

bagianlah. Maka dari

itu aku memutuskan

untuk bergabung di

IM”

(Andhin, 12/4/17,

15.30)

panggilan yah,

panggilan. Klo saya,

dulu memang cinta

alam sih proses pengabdian

tadi yah, karena

memang target awal memang pengennya

pengabdian, nah kan

caranya banyak ada

jadi guru dan ke

masyarakat nah

Indonesia Mengajar

ini menawaarkan

tidak hanya jadi guru

gitu tapi kita juga

berinteraksi dengan

masyarakat, intinya

kita punya misi yang

sama gitu, misi

untuk memajukan

pendidikan di daerah

tersebut.”

(Ilham, 13/4/17,

18.30)

bahwa pendidikan di

Indonesia itu gak

adil, gak adilnya

karena misalnya

ketimpangan

pendidikannya Nah untuk akses

sekolah mereka aja

susah, apalagi klo

denger misalnya

berita di TV banyak

sekolah yang

ambruk dan lain

sebagainya itu kan

miris banget

makanya

motivasinya kesitu,

kemudian selain itu

juga pengen

memotivasi anak –

anak itu sendiri

bahwa mereka harus

bangga nih sama

daerahnya karena

kebanyakan anak

daerah merasa

dirinya terkucilkan.” (Nurhilmi, 14/4/17,

14.30) Kebutuhan

bersosialisasi

“Nah disitu kita bisa

bersosialisasi dan

mengenal karakter

“Di pelatihan kita di

dorong untuk

mengembangkan

“ya, ada sih ada

pengaruhnya

mungkin kaya

“Sangat sekali,

sangat membantu.

Karena memang,

“Iya, karena memang

waktu camp pun kita

diajarkan untuk

90

masing – masing

seseorang dan yang

beda – beda gitu.

Kemudian kita jadi

sekarang keluar udah

gak di Indonesia

Mengajar lagi apa

namanya.. ketemu

orang – orang

ternyata oh dulu aku

pernah ketemu sama

orang yang sifatnya

kaya gini aku harus

berhadapannya kaya

gini dan lain

sebaginya. Jadi,

sangat membantu

aku dalam hal

bersosialisasi

bersama orang –

orang.”

(Asep, 08/04/17,

11.55)

beberapa

kompetensi, salah

satunya tentang

komunikasi. Lalu di

lapangan kita

mendapat tantangan

yang membuat kita

belajar bagaimana

berkomunikasi

efektif dengan

berbagai pihak. Jadi

klo di bilang

membantu dalam hal

bersosialisasi pasti

iya, karena kita di

sana di tuntut untuk

dapat berkomunikasi

dengan berbagai

pihak juga.”

(Atina, 10/4/17,

10.03)

sebelum aku bisa

join di pengajar

muda karena harus

lulus dulu nah aku

tuh sering nyari –

nyari informasi

bagaimana caranya

aku bisa gabung

dalam yayasan

gerakan Indonesia

Mengajar. Nah

disitulah juga aku

kaya akhirnya „oke

ternyata selain orang

yang possible untuk

mendaftar jadi

pengajar muda itu

kita bisa untuk

kegiatan – kegiatan

lainnya”

(Andhin, 12/4/17,

15.30)

biasanya memang

termasuk orang yang

suka berinteraksi

yah, ketika KKN

pun saya banyak

belajar berinteraksi

dengan masyarakat

yah,

di IM karena

memang tugas di IM

itu tidak hanya di

sekolah yah kita

bagaimana menjadi

bagian dari

masyarakat,

berinteraksi dengan

orangtua untuk

menyampaikan

kondisi anaknya”

(Ilham, 13/4/17,

18.30)

interaksi sesama kita

baik kepada orang

lain juga, jadi klo

sosialisai iya

banget.” (Nurhilmi, 14/4/17,

14.30)

Pembelajaran

yang di

harapkan

“Pengennya sih

mendapatkan

pembelajaran hidup

bahwa gak semua

hidup ini kaya orang

– orang yang ada di

kota gitu loh. Jadi,

intinya pengen

nampar diri sendiri

“Saat sudah di

pelatihan dan

mengetahui bahwa

menjadi PM bukan

sekedar mengajar,

saya berharap bisa

belajar

memberdayakan

masyarakat dnegan

“I‟m not expect

anything actually,

jadi cuman aku

berharap kaya aku

bisa memahami lagi

sudut – sudut lain

Indonesia gitu

bagaimana

mempelajari

“Klo bayangan saya

di IM itu karena

memang mengajar,

ini ada menariknya

nih sebenernya saya

tuh gak suka sama

anak – anak.

memang saya belajar

untuk mengajari,

“yang di harapkan

apa yah.. salah

satunya tadi sih

merubah pemikiran

yang negative

menjadi positif kan

kemudian apa yah

yang di harapkan..

banyak belajar

91

kalo „eh bangun gitu,

hidup tuh gak cuman

di kota loh. Ternyata

orang – orang yang

di desa itu punya

banyak kendala,

punya banyak

hambatan yang harus

lo bantu gitu.‟ Ya

contohnya ya aku

pengen kaya gitu,

gitu. Pengen

harapannya pengen

nyadarin diri aku

sendiri bukan

nyadarin orang lain

atau buat apa

namanya.. buat

ngebantu orang lain

enggak sih.”

(Asep, 08/04/17,

11.55)

cara yang lebih

sistematis.”

(Atina, 10/4/17,

10.03)

kebudayaannya

mereka dan lain

sebagainya, trus

kaya gimana sih

sebenernya

kenyataan

pendidikan

Indonesia di daerah

lain itu karena kaya

„kenapa gitu harus

ada Indonesia

Mengajar?‟ berarti

kan ada sesuatu yang

salah disitu, nah itu

yang pengen aku

liat.” (Andhin,

12/4/17, 15.30)

bayangan saya klo

kita untuk mengajar

pasti kita diberi

pembekalan kaya

gitu bahkan untuk

karena saya berpikir

kita akan turun ke

sekolah saya tidak

berpikir bahwa kita

akan banyak

berinteraksi dengan

masyarakat tapi

nyatanya ya ternyata

kita harus

berinteraksi dengan

masyarakat disana.”

(Ilham, 13/4/17,

18.30)

“dia jawab kalo dia

mulai tertarik

dengan kegiatan

sosial itu yah

semenjak selesai

KKN dan dia suka

gitu berinteraksi

dengan masyarakat –

masyarakat yang

berarti bapak –

bapak yah. Trus dia

mutusin buat gabung

di IM sekalian biar

banyak tambah ilmu

dari temen – temen

baru sebenernya,

lebih ke itu sih.

Karena ketemu

orang – orang yang

banyak gitu dan pasti

pemikirannya beda –

beda.” (Nurhilmi, 14/4/17,

14.30)

92

pemikiran dia

terbuka aja gitu

tentang perempuan

dan anak – anak.

Nah dari situ aku

sering kasih dia

masukan – masukan

yang membantu dia

selama penugasan

dan yah

Alhamdulillah sih

sekarang dia bisa

kok akrab dengan

anak – anak maupun

perempuan”

(Haiva, 21/05/2017,

14.17) Perencanaan

dalam

menyusun

pembelajaran

“kita punya yang

namanya istilahnya

kaya rancangan 1

tahun kita akan di

sana gitu loh. (iya)

Trus, kita tuh di

arahin juga sama apa

namanya..

manajemen di

Indonesia Mengajar

gitu dalam 3 bulan

kedepan kamu harus

sosialisasi dengan

warga disana

kemudian

“Saat di tempat tugas

sebagai PM, saya

mencoba untuk

mencari tahu apa

kebutuhan

masyarakat, dan

mencoba mendorong

keterlibatan mereka. Mencari hal yang

bisa membuat

mereka tertarik

melakukan sesuatu,

misalnya saya

menyadari bahwa

seorang stakeholder

“banyak kerjaan PM

itu kan ada.. kita

bilangnya apa yah, 3

dimensi. Jadi kita

ada ke sekolah, ada

ke desa, desa dari

kecamatan, ada ke

kabupaten gitu. Nah

karena aku tuh

disana tahun ke

empat, berarti kan

harusnya udah ada

perubahan, dan

Alhamdulillahnya di

sekolah aku itu udah

“selama disana ya

kita menyesuaikan

dengan program,

kebetulan memang

misalnya klo kita

ngajar ya kita buat

materi apa yang mau

kita ajarkan bagaimana membuat

anak – anak ini

sennag belajar

yaudah saya buat

media semenarik

mungkin pengalaman

“Kalo disananya sih

aku ngikutin... Guru

– gurunnya jadi

memang kita lihat

disekolahnya itu

seperti apa nih

nanya kekepala

sekolah sama

gurunya karena

waktu itu aku ngajar

kelas dua abis itu

aku ngajar kelas dua

itu cuman beberapa

bulan karena ada

guru di mutasi di

93

perkembangannya

dilihat kemudian 3

bulan berikutnya

kamu harus melihat

perkembangan anak

– anak yang disana

itu seperti apa gitu

kemudian 3 bulan

berikutnya apa

namanya.. kita harus

melihat peran dari

masyarakat yang ada

di kabupaten itu

tentang pendidikan

di kabupatennya

seperti apa

responnya, apakah

ikut serta ataukah

acuh tak acuh dan

lain sebagainya

kemudian 3 bulan

berikutnya itu adalah

kita lebih kepada

mengajak sih,

mengajakin

stakeholder –

stakeholder yang

terkait di kabupaten

untuk ikut

ngebantuin”

(Asep, 08/04/17,

11.55)

pada dasarnya ingin

dihargai dan senang

diapresiasi, maka

aku „menggoda‟

yang bersangkutan

untuk memmbuat

sesuatu yang

menjadikan dia

pioneer di

lingkungannya.

Program tersebut

akhirnya beliau

wujudkan, dan jadi

titik penting buat

pembentukkan

komunitas

selanjutnya”

(Atina, 10/4/17,

10.03)

ada perubahan

walaupun ya

perubahannya selow

gitu yah Itu doang, nah itu

selain disitu ya

sebenernya harusnya

sih di

kemasyarakatan

cuman di desa aku

itu rada gender

center gituloh jadi

kaya anak

perempuan itu gak

bisa kemana – mana,

jadi aku klo di desa

gak bisa kemana –

mana karena yang

diundang semuanya

itu cowo gitu trus

abis itu biasanya aku

ke kecamatan, nah

kebetulan di

kecamatan itu ada

yang namanya

„Kompak‟ kompak

itu adalah komite

mahasiswa dan

pelajar kota makmur,

nama kecamatan aku

itu kota makmur”

(Andhin, 12/4/17,

kehidupan lah

istilahnya yaudah

kita bagaimana

mencari kalimat

yang baik

begitu juga dengan

stakeholder gitu jadi

perencanaannya

lebih ke kondisi

lapangannya sih.”

(Ilham, 13/4/17,

18.30)

pindah untuk PNS

dan untuk ngajar

kelas dua.” (Nurhilmi, 14/4/17,

14.30)

94

15.30) Kesulitan

selama

pembelajaran

“Kendalanya pasti

ada gitu, karena

pemikiran kita

mungkin dengan

pemikiran orang –

orang yang ada

disana di

kabupatennya di

daerahnya berbeda.

Dan cara

pandangnya pun

berbeda gitu, ya klo

seumpamanya kita

lagi ngajuin acara

atau ngajuin

program gitu sama

pemerintah disana,

mereka terkadang

terkesan acuh tak

acuh dan masa bodo

gitu dengan program

tersebut, padahal itu

menyangkut dengan

kabupatennya dia

dan untuk anak –

anak dia gitu”

(Asep, 08/04/17,

11.55)

“Hhmm klo ngeluh

sih enggak yah,

“Pasti ada, tapi

pastinya kita terus

berusaha mencari

pendekatan –

pendekatan lain

Selalu mencari

peluang dan

kesempatan untuk

mendekati

stakeholder, trus

menyesuaikan

dengan kepribadian

masing – masing

juga. Jadi kaya pelan

– pelan tapi pasti

gitu deh”

(Atina, 10/4/17,

10.03)

“Klo capek sih pasti

ada yah, kebayang

gimana kita hidup di

desa orang selama

setahun yang kita

harus beradaptasi dll

dan kita di desa itu

sendirian yang

dimana kita di tuntut

harus berpikir cepat

dan bjak dalam

mengambil

“kalo untuk desa sih

aku give up sih,

karena memang itu

gak mungkin. Di diri sendiri itu

lebih ke.. cara

menghadapi situasi

sosial gitu – gitu kali

yah. Jadi kaya kamu

dihadapkan dengan

masyarakat yang

dalam situasi

sosialnya itu gak

sama sekali, jauh

dari kamu gitu jadi

yah kaya gitu, disitu

tuh kaya resilient,

audibility itu tuh

yang diuji banget

gitu”

(Andhin, 12/4/17,

15.30)

“paling klo dia lagi

bingung gitu dia

selalu cerita sama

aku atau ke teman –

teman di camp. Nah

klo andhin sendiri,

dia termasuk yang

paling sering ke

“banyak sebenernya.

Intinya yang

namanya kita turun

ke masyarakat yang

notabenenya

terpencil yah, hal

yang paling pertama

saya rasakan itu

bahasa kemudian kualitas

guru gitu yah nah ini

juga merupakan

kesulitan bagaimana

metode

pembelajaran bahkan

merekapun banyak

yang belum bisa

menggunakan IT

disana mungkin rasa

kesulitan tapi itu

tantangan juga sih

karena disini

bagaimana kita

menaklukan itu

gitu.” (Ilham, 13/4/17,

18.30)

“Ya paling dia sering

ceritanya klo kaya

ada yang bikin

“tapi kalo dari segi

pendidikannya

lumayan agak maju

karena memang

sudah banyak

orangtua yang mau

diberikan sosialisasi

untuk pendidikan,

jadi kaya yang „oh

iya yah karena

pendidikan yang

sekarang sudah

gratis yasudah anak

saya, saya biarin

sekolah‟. (Nurhilmi,

14/4/17, 14.30)

95

paling kaya cerita

capek deh anak –

anaknya begini, atau

warga misalnya ada

yang susah di ajak

kompromi atau kerja

sama. Tapi overall

dia gak pernah yang

kaya ngeluh –

ngeluh atau gak suka

gimana gitu yah”

(Hety, 20/05/2017,

09.16)

keputusan. Tapi

selama itu atina gak

pernah yang kaya

ngeluh atau gak

sanggup gitu, semua

dia jalani dengan

ikhlas dan sabar.

Jadi pembawaannya

juga enak gitu, di liat

juga kan atina tipe

orang yang idealis

yah, dapat menerima

segala perbedaan.”

(Mega, 21/05/2017,

11.07)

camp jadi dia sering

ikut forum diskusi

gitu.”

(Andhin,

21/05/2017, 14.17)

pusing gtu sih trus

dia itu kan sifatnya

rada keras yah, nah

aku paling kasih

taunya kaya coba dia

merefleksikan diri

gituu jalan sendirian

kemana kek jangan

di camp atau di desa

klo pikirannya lagi

kacau gitu.”

(Haiva, 21/05/2017,

14.17)

Pembelajaran

yang di dapat

“Hidup

berdampingan rukun

kaya gitu loh. Ada

hal – hal yang gak

orang – orang luar

itu tau tentang hal –

hal yang kaya gitu,

padahal itu tuh

penting dan hal – hal

sepele yang sekarang

gitu tentang agama

dan sebagainya

menjadi besar

kemudian menjadi

konflik tapi klo di

sana biasa aja kok.

Orang – orang yang

“Iya dapat, di

pelatihan memang

dapat beberapa

material seperti

fasilitas untuk

perubahan. Di

lapangan, saya

berkesempatan

mengaplikasikan itu,

teknik – teknik

fasilitas untuk

membuat orang lain

menyadari

kebutuhan mereka

sehingga mau

bergerak untuk

kebaikan mereka

““Dapet sih, poinnya

gitu kaya once aku

datang kesana gitu

hari pertama aku ke

sekolahan aku kaya

kaget sih, biasanya

di cerita – cerita

pengajar muda gitu

rata – rata sekolah

itu tuh yang jelek

banget bentuk

gedungnya gitu kan,

atau yang yah

pokoknya yang gak

tembok dan susah

gitu. Trus aku kaya

mikir „kenapa gitu

“”Yang paling saya

rasakan yah ketika

dengan PM itu

pertama itu tentang

mindset cara

pandnag sya

terhadap anka –

anak, klo dulu saya

melihat anak – anak

nakal itu adalah

suatu hal yang

menjengkelkan tapi

sekatrang saya lihat

itu enggak gitu,

karena justru anak –

anak nakal itu adalah

anak yang pinter

“. Pelajaran

pentingnya banyak

banget, setidaknya

salah satunya adalah

rasa syukur banget Kemudian selain itu

dapat banyak ilmu

gitu, ilmu kaya

misalnya memang

harus jadi orang itu

pikirannya gak boleh

negative mulu, jadi

orang ya memang

harus positif

thinking kemudian

dapat ilmu banyak

mengenai parenting

96

ternyata terjadinya

konflik dan

terjadinya benturan

itu karena orang –

orang yang ternyata

berpengetahuan

lebih maju

dibandingkan orang

– orang yang di desa

sana, gitu.”

(Asep, 08/04/17,

11.55)

sendiri.”

(Atina, 10/4/17,

10.03)

yah harus ada PM

disini, kok kayanya

enggak deh‟ tapi

setelah kaya sebulan,

2bulan, 3bulan,

4bulan oh baru

paham, iya sih

emang kaya butuh

orang gitu.”

(Andhin, 12/4/17,

15.30)

sebenernya

Yang kedua saya

dari SD sampai SMP

itu mengurangi hal –

hal yang atau

komunitas yang

banyak interaksi

dengan perempuan

tapi ketika masuk IM

itu motivasilah”

(Ilham, 13/4/17,

18.30)

kemudian bisa dapat

ilmu tentang gimana

cara ngajar anak –

anak sampe yang

susah banget

, jadi banyak

pelajaran penting

banget buat kita

untuk mengajar gitu

jadi kaya kita berasa

kuliah selama 2

bulan itu untuk

belajar gimana. Jadi

memang banyak

banget hal yang bisa

kita pelajari terutama

dalam hal

pendidikan.” (Nurhilmi, 14/4/17,

14.30) Kemandirian ““Pasti, jadi klo

disana kan kita di

tempatin 1

kecamatan satu yah,

jadi ketika ada

permasalahan yang

ada di desa,

permasalahan di

sekolah, kita dituntut

untuk mengambil

keputusan secara

cepat cara sendiri

“Klo sekarang, aku

lebih bisa memilih

untuk menetukan

sikap sendiri gitu,

keputusan –

keputusan yang saya

ambil pasti

berdasarkan pilihan

pribadi, bukan

karena perlakuan

orang lain. setiap hal

itukan pasti ada

“Iya sih jelas, karena

kita terbiasa hidup

sendiri disana, jadi

kaya kita udah

terbiasa gak

menggantungkan

hidup sama orang

kaya gitu sih, kaya

ya kaya gimana yah

caranya, kita udah

yang kaya otomatis

klo ada problem

“Jelas sangat, sangat

bertambah ya kita

lebih bersyukur jelas

karena memang kita

udah dibiasakan

udah pernah denga

kondisi yang terbatas

fasilitas terbatas

salah satunya yang

kita rasakan itu kita

lebih berhati – hati

jelas dengan kondisi

“Alhamdulillahnya

jadi mandiri banget

sih, jadi misalnya

kaya dulu masih

takut klo misalnya

pergi kemana gitu

jadi waktu masih di

IM aja

Tapi kan kita di

pastiin

keselamatannya kan

klo IM, kita dapat

97

gitu, dengan

mempertimbangkan

resiko – resiko yang

ada.”

(Asep, 08/04/17,

11.55)

tantangannya yah,

apalagi hal yang

baru, kadang gak

sesuai dengan

harapan dan

gambaran awal. Tapi

kan balik lagi, kta

sendiri yang

menentukan mau

bertahan atau

tidaknya. Nah klo

aku pribadi, aku

memutuskan untuk

bertahan, karena

saya sudah

berkomitmen untuk

mendampingi

gerakan pendidikan

yang baru lahir jadi

saya akan terus

melakukan hal itu.”

(Atina, 10/4/17,

10.03)

udah ada solvingnya

gituloh karena kita

udah terbiasa

melakukan itu,

karena kita gak

hidup sama orang

lain yang bisa kita

ajak diskusi kan

disana gitu jadi

kayak lo ada

masalah kita harus

bisa mikir sendiri.”

(Andhin, 12/4/17,

15.30)

yang ada kemudian

lebih hemat karena

memang itu udah

jadi pembelajaran

yah disana

disana itu kan kita

sendiri yah, intinya

di desa itu kita

sendiri jadi memang

klo ada masalah itu

sebisa mungkin ya

kita selesaikan

sendiri gitu.”

(Ilham, 13/4/17,

18.30)

surat yang langsung

dari jendralnya

angkatan darat gitu

karena itu untuk

melindungi kita

karena IM pasti

memintakan surat.” (Nurhilmi, 14/4/17,

14.30)

Tantangan

hidup

“Bukan tantangan

sih lebih kepada

intropeksi diri gitu

yah. Setelah di

Indonesia Mengajar

itu ternyata hal – hal

yang kecil hal – hal

yang di orang kota

remeh tapi di desa

“Setelah selesai

tugas? jelas

bertambah yah

wkwk secara pribadi,

selesai tugas itu

malah saya merasa

semakin berhutang

pada bangsa, sebab

pembelajaran yang

“Life getting harder

sih sebenernya, jadi

kayak lo semisal

orang – orang liat ih

jadi PM itu kaya

susah banget gitu

yah, tapi kaya real

life itu lebih susah

sih daripada

“kita merasa ya kita

berjuang dari nol

lagi setelah kita jadi

PM, tidak hanya

saya tapi teman –

teman juga

merasakan hal yang

sama. Ikut lagi

proses seleksi dari

“Hidup di daerah

yang di dalam otak

itu gak pernah

terpikirkan bahwa

akan tinggal di situ,

bener – bener yang

memang sangat jauh

dari rumah gak

pernah.. aku kan ada

98

itu kaya penting itu

menjadi

pembelajaran sih.

Kaya contohnya

lebih banyak

bersyukur, lebih

banyak bisa

ngebantuin orang,

lebih peka terhadap

sekitar, atau lebih

peka terhadap

lingkungan sosial

kaya gitu. Sekarang

lebih kesitunya.”

(Asep, 08/04/17,

11.55)

beta dapat jauh lebih

banyak saat di IM.

Tantangan hidup

juga semakin terasa

sebab di IM sempat

„keenakan‟ yang

kerja tanpa bos, trus

gak di tuntut ini itu,

waktu dan metode

kerja yang fleksibel

dan lain – lain deh”

(Atina, 10/4/17,

10.03)

kehidupan disana

gitu, karena disana

itu kita tau kita akan

menjalani itu dalam

jangka durasi satu

tahun gitu which is

klo real life itu kan

kita akan setelah ini

mau ngapain yah,

dan itu jangkanya

seumur hidup yakan

jadi kita harus bener

– bener menjadi

seorang decision

maker yang dalam

jangka waktu

panjang, kaya gitu

sih tantangannya

gitu. Kaya

pembelajaran apa

yang ada disana itu

harus kita bener –

bener lakukan yah

untuk selanjutnya

lah kaya gitu.”

(Andhin, 12/4/17,

15.30)

awal maksudnya

nothing special gitu,

gimana jalannya kita

klo mau lanjut

beasiswa ya siapin

berkas lagi, ikut tes

lagi ya kaya kita

merasa fresh

graduate lagi gitu

walaupun orang

mengatakan itu

experience gitu tapi

kita kaya merasa

fresh graduate lagi”

(Ilham, 13/4/17,

18.30)

libur klo di

Indonesia Mengajar

kita boleh libur

selama maksimal 14

hari berarti 2 minggu

kan, waktu itu aku

mempergunakan 10

hari apa berapa gitu

pokoknya hamper 2

mingguan itu aku

pulang sendiri.” (Nurhilmi, 14/4/17,

14.30)

Kepuasan diri “Pasti ada, nah salah

satunya aku pengen..

salah satunya aku ini

gituu buat aku

berterimakasih sama

“Sejujurnya saya

tidak merasa puas

karena jadi PM.

Sebab itu bukan

capaian dambaan

“He‟em jadi

pengajar muda itu

poinnya ada dua

kaya lebih ke..

bagaimana kamu

“jujur saya sendiri

yah tidak

mengharapkan lebih

seorang PM. Bahkan

klo untuk kebutuhan

“Puasnya adalah bisa

ikut andil dalam hal

pendidikan salah

satunya, karena

memang klo di pikir

99

Indonesia yang udah

ngasih aku fasilitas

pendidikan yang

bagus, sekarang aku

pengen

berterimakasih

dengan caranya ini

cara aku gitu. Ada

banyak cara sih

sebenernya, caranya

mungkin bersekolah

lagi kemudian balik

lagi ke Indonesia dan

lain sebagainya, aku

gak bisa kaya gitu

mungkin aku

bisanya kaya gini.”

(Asep, 08/04/17,

11.55)

saya. Jadi PM itu

cuma cara agar saya

bisa ngajar, yang di

kemudian hari saya

sadar bahwa

memperjuangkan

peningkatan kualitas

pendidikan di

Indonesia itu gak

cukup dengan

sekedar mengajar.

Tapi kita juga harus

menggerekkan

seluruh elemen

untuk bergerak

bersama.”

(Atina, 10/4/17,

10.03)

bisa menerima, yang

kedua adalah

bagaimana kamu

bisa memeluk

ketidak pastian.”

(Andhin, 12/4/17,

15.30)

yang terlalu penting,

saya tidak akan

mengatakan klo saya

alumni PM maksudnya ini klo

saya sendiri yah klo

bisa udah cukup itu

menjadi

pembelajaran saya

dan amal ibadah

saya ketika itu tidak

terlalu penting yah

sebisa mungkin saya

tidak akan

mengatakan klo saya

dlu Pengajar Muda

gitu.”

(Ilham, 13/4/17,

18.30)

hal apa sih yang bisa

kita lakukan untuk

Negara? Nah salah

satunya disini gitu,

kita kan anak negri

nah dengan ikut ini

kita bisa ikut andil

dalam pendidikan di

Indonesia, walaupun

kita tuh andilnya gak

banyak secuil doang

setahun doang di

bandingkan dengan

guru – guru yang ada

di luar sana yang

sampe puluhan tahun

gitu, tapi setidaknya

sebenernya belum

puas sih itu karena

pengennya lebih

lama cuman kan gak

tau juga.”(Nurhilmi,

14/4/17, 14.30)

Pencapaian “Lebih kepada karir

sih klo sekarang,

lebih kepada aku

sekarang gak

munafik klo

seumpamanya klo

aku hidup di era

yang sekarang ini

klo ngandelin

“Setelah jadi PM,

saya ingin berperan

lebih banyak dalam

dunia pendidikan di

Indonesia. Salah

satunya yah

bergabung di GTM

ini dan melakukan

kegiatan sosial

“Actually aku mau

lanjutin sekolah di

master development

of study, strural

development itu

adalah pembangunan

daerah tertinggal jadi

memang masih

linear gitu trus abis

“Klo untuk kedepan

ya memang saya

rencananya ingin

cari kerja dulu,

maksudnya saya

ingin mencari

pengalaman di dunia

industry khususnya

karena saya merasa

“Dulunya sih

pengennya aku itu

bikin sekolah

rintisan sendiri,

karena pernah

ngobrol sama

beberapa alumni PM

yang memang

„gimana klo kita

100

istilahnya kerja

sosial trus contohnya

ikut – ikut kerja

sosial trus pasti aku

gak bakalan bisa

hidup gitu. Jadi aku

lebih kepada

sekarang karir yang

akan aku imbangi

dengan kegiatan –

kegiatan sosial.”

(Asep, 08/04/17,

11.55)

lainnya.”

(Atina, 10/4/17,

10.03)

itu nanti setelah aku

selesai S2 itu aku

akan balik lagi

kedunia kaya sosial

gitu – gitu”

(Andhin, 12/4/17,

15.30)

bahwa saya baru

punya pengalaman

dibidang pengabdian

karena saya berpikir

bahwa dunia

pengabdian dan

dunia bekerja itu

beda, nah setelah

bekerja itu mungkin

saya masih punya

keinginan untuk

melanjutkan studi

bahkan klo bisa

sampai program

doctoral gitu, itu sih

kedepannya.”

(Ilham, 13/4/17,

18.30)

bikin sekolah

rintisan sendiri yuk tapi setelah itu jadi

mikirnya adalh „klo

bikin sekolah

rintisan itu agak

susah juga yah‟ tapi

juga siapa tau suatu

saat psti bisa kaya

gitu trus abis itu

mikir gimana ko

saya masuk ke

pemerintahan aja

yah.” (Nurhilmi, 14/4/17,

14.30)

Kehidupan

sosial

“Ya pasti jadi

contohnya klo dulu

aku kaya ngerasa

aku tuh gak..

sebelum ikut

Indonesia Mengajar

itu gak ngerti yang

namanya berbagi

sama anak – anak,

ngajarin anak – anak

atau orang – orang

yang membutuhkan

gitu, terjun ke dunia

sosial contohnya

“klo setelah

penugasan, yang

saya rasakan itu saya

lebih terbiasa buat

menahan diri dalam

mengomentari hal –

hal sekitar sebelum

memahami kondisi

seutuhnya gitu. Dan

saya juga merasa

sekarang saya bisa

membaur dengan

stranger dengan

mudah berkat

“He‟em jelas sih,

karena dari

kebiasaan yang kita

lakukan itukan akan

ngaruh ke perubahan

karakter gitu, kalo

misalnya dari teori

itu kan seseorang

bisa mendapatkan

pembiasaan itu

setelah 21 hari

repeatation gitu

which is kita repeat

itu dalam waktu satu

“Sangat

mempengaruhi yah,

dalam artian kita

bisa lebih sabar,

lebih toleransi.

Karena salah satunya

yag kita ajarkan itu

toleransi yah, karena

memang hal yang di

angkat oleh

Indonesia itu kan

kebangsaan yah

dalam artian kita

majemuk klo saya

“Mempengaruhinya

sih sebenernya gak

kerasa juga

terpengaruh cuman

kemaren beberapa

sempet juga kaya

dari suamiku yang

waktu itu juga masih

jadi pacar tuh kaya

yang „kok kamu

sekarang pikirinnya

jadi positif banget

yah, kamu gak

pernah ngjudge

101

ngebantuin orang di

desa mana gitu desa

binaan atau dimana

gitu gak ada sama

sekali. Aku orangnya

cuek, kuliah kerja

kuliah kerja doang.

Nah setelah ikut

Indonesia Mengajar

ini kaya aku di

tampar lagi gitu

bahwa „eh selain

ngejar karir selain

cari duit, lo harus

punya jiwa sosial

atau orang – orang di

sekitar lo udah pada

mampu gak dan lain

sebagainya‟ nah itu

tuh salah satunya

aku sekarang lebih

peka terhadap itu.”

(Asep, 08/04/17,

11.55)

“Alhamdulillah yah

klo perubahan sih

pasti ada, kaya yang

dulu kan asep itu

cuek banget gitu yah

sama tapi bukan

berarti dia gak peduli

pembiasaan selama

satu tahun di IM.

Klo selama menjadi

PM, memberi saya

kesempatan untuk

mencoba berbagai

pendekatan –

pendekatan tanpa

polarasi benar –

salah.”

(Atina, 10/4/17,

10.03)

“Alhamdulillah ada

lah pasti. Ada

beberapa sifat atina

yang keras gitu, tapi

sekarang dia jadi

lebih sabar dan bisa

mengontrol

emosinya gitu”

(Mega, 21/05/2017,

11.07)

tahun gitu jadi itu

kaya udah

terinternalisasi

banget, ya mungkin

sebelumnya kaya

kita gak bisa menjadi

orang yang continuis

learning aku jadi

continius learning

misalnya gitu, nah

kita sebelumnya tuh

gak bisa learning

komitmen sama

seseorang karena

kita gak pernah

terbiasa ketemu

sama orang – orang

yang kita harus

meyakinkan diri kita

punya program gini

– gini sekarang kita

bisa meyakinkan

orang lain gitu,

negotiation,

lobbying dan lain

sebagainya gitu.”

(Andhin, 12/4/17,

15.30)

“Perubahan pasti ada

kok, Alhamdulillah

di jalan yang lebih

mungkin karena di

aceh yah, kita harus

bertoleransi dalam

perbedaan

pandangan

bagaimana

menyikapi apalagi

teman – teman yang

dapat penempatan di

komunitas agama

yang berbeda pasti

akan banyak belajar

nah itu ternyata hal

itu gak hanya dalam

agama”

(Ilham, 13/4/17,

18.30)

sesuatu‟

jadi lebih realistis

jadi orang, di

pikirannya udah

realistis aja gak yang

langsung di judging

banget anaknya.” (Nurhilmi, 14/4/17,

14.30)

102

cuman kaya cuek aja

gitu sebodo amat

sama yang bukan

urusan dia. Nah

Alhamdulillah

setelah dan selama

penugasan itu dia

ada perubahan sih

kaya yang jadi akrab

banget gitu sama

anak – anak atau

yang kaya peduli

gitu sama

lingkungan tempat

tingal mereka –

mereka.”

(hety, 20/05/2017,

09.16)

baik. Dia kan

memang dari dulu

katanya suka ikut

kegiatan sosial gitu

yah, dan setelah jadi

pengajar muda

katanya dia ingin

mengambil

pendidikan yang

bersangkutan dengan

dunia sosial gitu.

(Haiva, 21/05/2017,

14,17)

Kesesuaian “lebih tertata karena

kita di Kapuas dulu

itu hidup bersepuluh

PMnya. Sepuluh

orang dengan kepala

yang berbeda dengan

ego masing – masing

dengan kepentingan

masing – masing,

gimana caranya buat

kita ngeredam emosi

atau ngeredam ego

kita ketika

berdiskusi, intinya

“buat pengendalian

emosinya saya

merasa ada

perubahan cuman

menurut saya itu

bergantung pada

sikap kita juga,

kebanyakan orang

memperlakukan kita

sebagaimana kita

memperlakukan

mereka. Mereka

menjadi lebih baik

seiring perbaikan

“Ya kaya gini aja

sih, mungkin karena

jadi lebih menerima

semuanya gitu jadi

yaudah jadi kaya aku

gak akan, ya kaya

everything comes

naturally aja jadi ya

gak ada yang perlu

di susah – susahin

atau di apa – apain

itu memang harus

diterima aja”

(Andhin, 12/4/17,

“hal yang saya

pelajari itu selama

menjadi Pengajar

Muda yah, intinya di

daerah di

penempatan itu tidak

ada yang pasti,

maksudnya kita

tidak boleh.. klo kita

menamakannya zero

expectation yah,

intinya kita tuh

berharap dalam

kondisi nol

““Lebih di

minimalisir, jadi

kaya misalnya klo

dulu kecewa itu bisa

di ungkapkan

dengan marah –

marah trus abis itu

ngegerundel di

belakang sekarang

mikirnya agak

yaudah aja deh

mungkin orangnya

emang gitu, jadi

kaya yang „kok gue

103

mereka punya kepala

yang berbeda – beda

gitu, gimana caranya

aku bisa masuk ke

lingkungan –

lingkungan sosial

yang berbeda – beda

gitu sih.”

(Asep, 08/04/17,

11.55)

diri saya juga. Tapi

klo secara pribadi,

sekarang saya bisa

lebih menahan emosi

sih, dengan tidak

langsung

mengomentari hal –

hal yang belum kita

pahami

sepenuhnya.”

(Atina, 10/4/17,

10.03)

15.30) Ketika ada suatu hal

yang tidak sesuai

dengan yang kita

harapkan ya itu udah

sering terjadi tapi

kita tetap berusaha

terutama untuk diri

kita sendiri

menyadarkan klo

yaudah emang tidak

ada yang pasti di

dunia ini gitu.”

(Ilham, 13/4/17,

18.30)

bisa yah jadi kaya

gini, padahal

sebelumnya tuh yang

heehh karena

memang aku gak tau

sih sistemnya IM itu

seperti apa jadi kaya

kita karean pas

waktu camp 2 bulan

berada di lingkungan

yang positif trus jadi

mungkin kebawanya

sampe sekarang,

bahkan dulu sempet

aku tuh bilang „ini

IM tuh gak ada

negative –

negatifnya yah?”

(Nurhilmi, 14/4/17,

14.30)

Tradisi “Mereka punya

tradisinya melayu

dan dayak yah, pas

di Indonesia

Mengajar. Awalnya

memang bingung

gitu yah, Kalo disana

itu kalo disajikan

sesuatu itu harus di

makan, ketika kita

kenyang itu ada

namanya kaya

“Jelas pasti beda

dong yah budaya

adat dan lain

sebagainya. Cuman

Alhamdulillah saya

bisa menerima dan

menghormati budaya

setempat sih. Jadi

disana itu ada

namanya budaya

Samenan, samenan

itu kaya pesta

“di pembekalan itu

kita dikasih tau

bahwa sampe sana

itu lupakanlah

identitasmu dan

jadilah warga local,

nah disitulah aku

harus mengikuti sih

akhirnya aku bisa

bahasa aceh

akhirnya aku tau

makanan – makanan

“Nah ini yang

mungkin salah satu

hal yang apa ya..

menjadi

pembeljaaran besar

yah bagaimana kita

menyikapi.

Kita harus

menghargai tradisi

disana, budaya

disana walaupun

kadang itu

“Klo aku sih ikut,

jadi misalnya klo

disana kan sering

pesta aku ikut klo di

undang pesta dan

sebagainya mereka

kan sering

menyajika kaya babi

dan lain sebagainya,

tapi mereka kan tahu

klo aku gak makan

jadi biasanya aku di

104

semacam istilah

melepus gitu,

melepus itu kaya

contohnya megang

doang gitu, melepus

gitu. Itu tuh syarat

kalo dia, di

Kalimantan itukan

banyak mistisnya

kemudian syarat biar

kita gak kempunan,

kempunan itu satu

istilah yang dimana

kita kaya kena santet

dan lain sebagainya.

Nah itu caranya

melepus kaya gitu,

biar kita gak kena

santet gitu.”

(Asep, 08/04/17,

11.55)

kenaikan kelas, trus

ada juga kaya

saweran, hadiran

hadiran itu ngunduh

kiai untuk nasihat.

Oiya disana juga ada

tempat pembagian

buat perempuan

dimana hanya bisa

sholat di majelis

gitu. Ya saya ambil

hikmahnya aja,

ambil yang baiknya

aja, klo samenan ya

maksimalkan untuk

melatih kepercayaan

diri anak – anak

untuk tampil di

depan orang banyak

gitu sih. Klo saweran

ya di terima aja

sebagai cara

masyarakat sana

mengapresiasi

sekolah dan lain –

lain, klo untuk

majelis, yasudahlah

mau bagaimana lagi

hahaha”

(Atina, 10/4/17,

10.03)

mereka, aku mau

makan makanan

mereka, aku tau

kebudayaan mereka

dan lain sebagainya.

Nah disitulah jadi

ada cultural

exchange kan, dan

mereka juga pengen

tau sih aku tuh di

sini tuh gimana

gitu.”

(Andhin, 12/4/17,

15.30)

bertentangan dengan

prinsip kita gitu. Jadi

ya salah satu

indikator kita yang

diterima disana itu

yang bisa

menyesuaikan

dengan budaya

disana.” (Ilham,

13/4/17, 18.30)

siapkan yang lain.

Jadi klo untuk adat

bahkan sampe

upacara adat yang

kaya yang entah ada

roh datang atau

minuman tuwak –

tuwak itu ikut jadi

disana kan ada

semacam kaya bapak

klo di jawa kan

namanya mbah

kawum jadi

semacam kaya orang

yang di tuakan, jadi

kalo dan itu kan

deket rumah, klo ada

acara apa itu selalu

kadang bilang mau

ada acara ini mau

ikut atau enggak

gitu.” (Nurhilmi, 14/4/17,

14.30)

Kesejahteraan “Iya pasti, “Hmm klo orang – “Kalo especially “kesejahteraan “cuman paling ini sih

105

Contohnya aku

sekarang kan kerja di

perusahaan swasta

yang bergerak di

bidang sosial, nah

salah satunya aku

juga pengen

ngembangin

masyarakat yang ada

disana.”

(Asep, 08/04/17,

11.55)

orang di sekitar aku

mungkin belum

kepikiran kali yah.

Tapi aku mulai

dengan yang

terdekat aja sih dulu

kaya keluarga gitu.

Dengan aku

meringankan

kebutuhan financial

mereka aja aku rasa

aku udah

berkontribusi

walaupun tidak

seberapa.”

(Atina, 10/4/17,

10.03)

disana sih enggak,

enggak yang harus

disana gitu tapi

untuk tetep

melakukan kegiatan

serupa iya, that‟s

why aku ngambil

kuliah itu.”

(Andhin, 12/4/17,

15.30)

dalam arti apa tapi

memang intinya ya

klo saya sendiri sih

setelah menjadi PM

ini ya saya ingin

terus memberikan

manfaat maksudnya

dalam artian ya gak

harus besar gitu ya

bisa tetap

memberikan

kontribusi terutama

di lingkungan sekitar

yah”

(Ilham, 13/4/17,

18.30)

kasih motivasi sama

hal – hal positif buat

mereka, jadi kita kan

gabung di beberapa

group di masyarakat

dan juga aku masih

ikut serta di

beberapa karang

taruna di kelurahan

gitu, jadi ketemu

orang – orng kan,

kadang mereka ada

ynag mikirnya kaya

yang yaudah aja

gitu, kaya misalnya

ada hal – hal di

masyarakat yang gak

bagus malah di

diemin aja, tapi kan

klo kitanya pasti

bilang „mbok ya

gini, mbok ya gini‟

jadi kan bisa, atau

klo ada hal yang gak

bisa di lakukan biar

di barengin gitu biar

semuanya ikut.”

(Nurhilmi, 14/4/17,

14.30)

Universal ““Tinggi sih, aku

sebelumya memang

S1 aku jurusannya

““Lebih meningkat

dong, saya lebih

menghargai variasi

“Itu jelas lebih

meningkat sih,

kenapa? Karena aku

“Nah, sya belajar

banyak tentang

toleransi. Mungkin

“Toleransinya ya

pastinya gede banget

ya jadi memang gak

106

teologi, teologi

perbandingan agama

jadi aku belajar

semua agama, ya tau

lah gimana caranya

sosialisasi dengan

beda agama. Nah

aku tuh bersyukur

banget di tempatin

disana dengan

kondisi yang seperti

itu, kemudian kok di

wilayahnya satu desa

itu ada 2 kubu, ada 2

agama yang berbeda

gitu. Jadi aku kaya

bisa mempraktekkan

hal seperti itu, dan

ternyata toleransi

disana itu sangat

tinggi.”

(Asep, 08/04/17,

11.55)

cara dan metode

untuk mencapai

sesuatu gitu asalkan

dalam kooridor jujur.

Dalam hal mencapai

sesuatu, misalnya

pada saat ini, saya

kan membantu

pengelola program

mirip IM di daerah.

Dulu klo ada yang

seliweran pasti itu

langsung saya tegur

dan akan saya

ingatkan area tugas,

tapi sekarang asal

mereka

menginformasikan

urgensinya maka

akan saya biarkan

selama itu masih di

batas kewajaran. Jadi

dengan demikian

kan bisa saling

memahami, saya

juga paham alasan

dibalik pilihan

mereka itu”

(Atina, 10/4/17,

10.03)

kan tinggal dengan

orang – orang yang

berbeda dan

toleransi itu juga kan

sebenernya

menerima lagi kan

bahwa disini tuh

orang – orangnya

beda – beda semua

gitu jadi kaya kamu

gak bisa

memaksakan orang

itu tuh untuk A,

karena mereka tuh

emang kaya gitu

jadi klo misalnya

kita mau toleransi itu

kita liat historicalnya

mereka itu kenapa

sih mereka bisa kaya

gitu itu, jadi kita jadi

tau gitu bahwa

mereka melakukan

itu tuh bukan karena

tanpa alasan gitu tuh

dan mereka tuh kaya

punya traumatis

yang banyak”

(Andhin, 12/4/17,

15.30)

sebenernya kalo

toleransi antar

agama bagi saya itu

semua udah selesai

yah intinya gini, kita

hidup bernegara kita

udah punya rule

yang mengatur antar

agama

yang saya pelajari

disini itu justru

anatar kita umat satu

agama, perbedaan

pendapat anatar kita

seagama itu udah

daridulu sebenernya harus

ada toleransi ketika

ada perbedaan itu ,

bahkan hal – hal

yang seharusnya

tidak menjadi

pertentangan itu bisa

jadi pertentangan klo

kita tidak dewasa

menyikapinya

gitu”(Ilham, 13/4/17,

18.30)

mikir yang klo

misalnya dikit – dikit

mikir „eh itu sara, itu

gak boleh‟ enggak

sih, dan memang

salut banget karena

di Rote aja gak

pernah ada yang

kaya gitu,

maksudnya saya

menjadi seorang

minoritas di Rote,

tapi saya tidak

dikuculkan jadi

ngapain klo saya

yang misal

mayoritas saya

mengucilkan,

sahabat saya aja non-

muslim, saya punya

beberapa sahabat

yang non-muslim” (Nurhilmi, 14/4/17,

14.30)

107

Lampiran C

DISPLAY DATA

108

Lampiran D

DOKUMENTASI

Gambar G.1

Saat wawancara dengan Andhina

Gambar G.2

Saat wawancara dengan Nurhilmi

109

Gambar G.3

Saat wawancara dengan Ilham

Gambar G.4

Kondisi rumah pengajar Muda di penempata daerah Aceh

Utara

110

Gambar G.5

Kondisi jalan menuju Desa penempatan

111

Lampiran E

BIODATA PENULIS

Nama Lengkap: Hana Luqyana

Panggilan: Hana

TTL: Serang, 12 November 1994

NIM: 13311467

Konsentrasi: SDM

Contact person: 087871279512

Email: [email protected]

Alamat: Bumi Mukti Indah Blok A10 NO.8 Ciracas, Serang, Banten

Hobby: Membaca dan browsing

Pendidikan: 1. TK Islam AL – AZHAR Serang

2. SD Islam AL – AZHAR Serang

3. SMP Islam AL – AZHAR Serang

4. MAN 2 Kota Serang