13311467 Hana Luqyana.pdf - dspace UII
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
Transcript of 13311467 Hana Luqyana.pdf - dspace UII
BELAJAR DARI MENGAJAR DI INDONESIA MENGAJAR
(Studi Kasus Alumni Pengajar Muda di Indonesia Mengajar)
Disusun oleh :
Nama : Hana Luqyana
Nomor Mahasiswa : 13311467
Jurusan : Manajemen
Bidang Konsentrasi : Sumber daya manusia
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
FAKULTAS EKONOMI
YOGYAKARTA
2017
i
BELAJAR DARI MENGAJAR DI INDONESIA MENGAJAR
(Studi Kasus Alumni Pengajar Muda di Indonesia Mengajar)
TUGAS AKHIR
Disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat ujian akhir
guna memperoleh gelar Sarjana Strata-1 di Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia
Disusun oleh:
Nama : Hana Luqyana
Nomor Mahasiswa : 13311467
Bidang Studi : Manajemen
Program Konsentrasi : Sumber Daya Manusia
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
FAKULTAS EKONOMI
YOGYAKARTA
2017
v
MOTTO
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan
ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja
keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (QS. Al-
Insyirah ayat 6-8)
“If it doesn’t scare you, you’re probably not dreaming big enough” (Tory Burch)
“Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada yang dapat mengalahkanmu, tetapi jika Allah
membiarkan kamu, maka siapa yang dapat menolongmu setelah itu? Karena itu, hendaklah
kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal” (QS. Ali ‘Imran ayat 160)
“If you have a dream, then you shouldn’t give up no matter what. You can’t be
successful if you don’t fail” (JacksonGOT7)
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirabbil’alamin
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga karya kecilku ini dapat kupersembahkan untuk Ibu dan Ayahku,
kalian alasan terbesarku untuk selalu melakukan yang terbaik. Kalian
sumber semangatku dan sumber inspriasiku. Terima kasih atas cinta,
perhatian, pengorbanan, dan doa yang telah Ibu dan Ayah berikan padaku
Karya ini Aku Persembahkan Untuk :
Seluruh Keluarga Besarku yang Senantiasa
Memberikan Do’a dan Dukungannya.
Dan Untuk Semua Teman-temanku dalam Penyelesaian Karya Ini
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Dengan memanjatkan segala puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
segala rahmat dan karunia-Nya serta kemampuan dan kenikmatan yang begitu banyak
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “BELAJAR DARI
MENGAJAR DI INDONESIA MENGAJAR”
Penulis menyadari, bahwa tulisan ini tidak akan pernah menjadi sebuah lembaran yang
tersusun rapi tanpa bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, kemampuan dan kesempatan untuk
menyelesaikan tugas mini riset dengan baik dan benar.
2. Bapak Dr. D. Agus Harjito, M. Si, selaku dekan Fakultas Ekonomi.
3. Bapak Drs. Sutrisno, M.M selaku ketua jurusan Manajemen.
4. Bapak Achmad Sobirin, Drs.,M.B.A., Ph.D., Ak. Selaku desen pembimbing yang
senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan tugas akhir
ini sehingga dapat terselesaikan
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, yang telah
banyak berbagi ilmu dan pengetahuan.
6. Kedua orang tua tercinta, Dadan Sumirat dan Neliwati yang selalu memberikan
dukungan moril serta menyemangati dalam menyelesaikan perkuliahan.
7. Sahabat seperjuangan Desvania Maharani B, Erin Nurcahyawati, Tisya ‘Ulya
Lukman, Nona Viananda, Innessa Ayeshia, Vinni Endemina Samber, dan Fitri Atikah
atas segala semangat, dukungan serta doa untuk segera menyelesaikan tugas akhir ini.
8. Rekan KKN unit 26 atas dukungan dan semangat yang diberikan.
9. Dan pihak – pihak terbaik lainnya yang tidak bisa disebut satu persatu, yang telah
menjadi keluarga kedua selama dikota perantauan.
Semoga doa, bantuan serta dukungan yang telah diberikan mendapatkan balasan yang
lebih baik lagi dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih sangat jauh dari
ix
sempurna.Akhirnya penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 05 Juli 2017
Penulis,
Hana Luqyana
vii
ABSTRAKSI
abstract
Youth is the hope generation nation that is able to offer solutions to the various conflicts that occur in
the life of the community. The involvement of youth in the development of very important because
youth considered to be in a productive age to support development activities in various fields.
Currently, there are still many educational case not worthy happens in indonesia. Thus formed a non-
profit organization a non-profit called indonesia teaching. Indonesia mengajar or can be in short im.
In an effort to ensure the achievement of the objectives, teaching indonesia do program management
study and made programmatically as part of organizational culture. The young teacher is the cutting
edge of the social impact on the achievement of expected. In the case of a person's self development
viewed from the existence of the interest and the talent of the person. This research aims to know (1)
the reason being a young teacher (2) learning process organization in indonesia's young teachers can
teach and (3) the value of the individual person after becoming younger. In this study, the researchers
used a qualitative approach to the study of phenomenology with the resource person is five people
young. Teacher alumni the results showed that many of the youths who wanted to join indonesia
teaching with reason is a form of devotion and retribution on the country. Indonesia's teaching also
became a receptacle of youth to be able to develop themselves and hone the ability skill as well as
knowledge for planning their career through the learning process so there was a great change in
individuals after becoming younger, those who have become young teacher being more open and
appreciative fellow as well as change their point of view or way of thinking.
Keywords: self development, organizational learning, individual value
Abstrak
Pemuda adalah generasi harapan bangsa yang mampu menawarkan solusi terhadap berbagai konflik
yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Keterlibatan pemuda dalam pembangunan sangat penting
karena pemuda dianggap berada di usia yang produktif untuk mendukung aktifitas pembangunan di
berbagai bidang. Dewasa ini masih banyak kasus pendidikan yang tidak layak yang terjadi di
Indonesia. Maka dari itu dibentuklah suatu organisasi nirlaba non-profit yang disebut Indonesia
Mengajar. Indonesia Mengajar atau yang dapat di singkat IM. Dalam upaya memastikan pencapaian
tujuan, Indonesia Mengajar melakukan pengelolaan program secara terencana dan menjadikan
pembelajaran sebagai bagian dari budaya organisasi. Pengajar muda merupakan ujung tombak dari
tercapainya dampak sosial yang di harapkan. Dalam halnya pengembangan diri seseorang melihat dari
adanya minat dan bakat orang tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) alasan menjadi
Pengajar Muda (2) proses pembelajaran organisasi yang di dapat pengajar muda di Indonesia
Mengajar serta (3) nilai individu seseorang setelah menjadi Pengajar Muda. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan pendekatan studi fenomenologi kualitatif dengan narasumber berupa lima
orang alumni Pengajar Muda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak para pemuda yang
tergerak untuk bergabung dengan Indonesia Mengajar dengan alasan ialah suatu bentuk pengabdian
dan balas jasa pada Negara. Indonesia mengajar juga menjadi suatu wadah pemuda untuk dapat
mengembangkan diri dan mengasah kemampuan skill serta pengetahuan untuk perencanaan karir
mereka melalui proses pembelajaran tersebut maka terjadilah perubahan nilai individu setelah menjadi
pengajar muda, mereka yang telah menjadi pengajjar muda menjadi lebih terbuka dan menghargai
sesama serta merubah pemikiran atau cara pandang mereka.
Kata kunci: Pengembangan Diri, Pembelajaran Organisasi, Nilai individu
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME …………………………………………….... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ……………………………………………………………… iii
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………………………. iv
MOTTO ………………………………………………………………………………...... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………………………….. vi
ABSTRAKSI …………………………………………………………………………….. vii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………. viii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………….. 1
1.2 Fokus Penelitian ………………………………………………………………….. 6
1.3 Rumusan Masalah …………………………………………………………………. 6
1.4 Tujuan Penelitian ………………………………………………………………….. 7
1.5 Manfaat Penelitian ……………………………………………………………….... 7
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka ……………………………………………………………………. 8
2.2 Kerangka Teoritis ………………………………………………………………… 17
2.2.1 Pengertian Pengembangan Diri ………………………………………………. 17
2.2.2 Strategi Pengembangan Diri …………………………………………………. 19
2.2.3 Pembelajaran Organisasi ……………………………………………………... 26
2.2.4 Nilai Individu ………………………………………………………………… 29
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian …………………………………………………………….. 35
3.2 Narasumber Penelitian ……………………………………………………………. 36
3.3 Ruang Lingkup Penelitian ………………………………………………………… 41
3.4 Jenis Data …………………………………………………………………………. 41
3.5 Sumber Data ……………………………………………………………………… 42
xi
3.5.1 Instrumen Penelitian …………………………………………………………. 42
3.5.2 Metode Pengumpulan Data …………………………………………………... 44
3.6 Proses Analisis Data ……………………………………………………………… 46
3.7 Keabsahan Data …………………………………………………………………... 48
3.7.1 Uji Transfebility ……………………………………………………………… 48
3.7.2 Uji Kredibilitas ……………………………………………………………….. 49
BAB IV INDONESIA MENGAJAR
4.1 Pendahuluan ……………………………………………………………………... 52
4.2 Sejarah Indonesia Mengajar ……………………………………………………... 52
4.3 Pendekatan Indonesia Mengajar …………………………………………………. 54
4.4 Pengelolaan Dan Pelaksanaan Program Pengajar Muda ………………………… 56
BAB V BERGABUNGNYA PEMUDA PEMUDI DI INDONESIA MENGAJAR
5.1 Alasan Menjadi Pengajar Muda ………………………………………………….. 58
5.1.1 Hasil Temuan ………………………………………………………………… 60
5.2 Pembelajaran Organisasi Selama Menjadi Pengajar Muda ……………………….. 62
5.2.1 Hasil Temuan ………………………………………………………………… 64
5.3 Nilai Individu Setelah Menjadi Pengajar Muda …………………………………... 65
5.3.1 Hasil Temuan ………………………………………………………………... 67
BAB VI DISKUSI HASIL ………………………………………………………………. 70
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………….. 76
7.2 Saran …………………………………………………………………………….... 77
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………. 79
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Halaman
Tabel 5.1 Karakteristik Narasumber .................................................................................. 58
Tabel 5.2 Alasan Menjadi Pengajar Muda ........................................................................ 59
Table 5.3 Pengembangan Diri Pengajar Muda ................................................................. 59
Table 5.4 Open Coding Alasan Menjadi Pengajar Muda ................................................. 60
Table 5.5 Pembelajaran Organisasi Pengajar Muda .......................................................... 62
Table 5.6 Open Coding Pembelajaran Pengajar Muda ..................................................... 63
Table 5.7 Nilai Individu Pengajar Muda............................................................................ 66
Table 5.8 Open Coding Nilai Individu Seorang Pengajar Muda ...................................... 66
Gambar 5.1 Diagram Display Data ................................................................................... 69
Gambar 6.1 Hasil Open Coding Pengajar Muda .............................................................. 71
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A :Pedoman Wawancara .............................................................................. 82
Lampiran B :Tabel Reduksi Data ................................................................................. 84
Lampiran C :Display Data .......................................................................................... 107
Lampiran D: Dokumentasi .......................................................................................... 110
Lampiran E : Biodata Penulis ..................................................................................... 113
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pemuda adalah generasi harapan bangsa yang mampu menawarkan solusi terhadap berbagai
konflik yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Menurut Koentjaraningrat (1997) pengertian
masa muda/kepemudaan/pemuda adalah suatu fase yang berada dalam siklus kehidupan
manusia, dimana fase tersebut bisa kearah perkembangan atau perubahan. Maka sudah
sepatutnya seorang pemuda mampu menjadi teladan dan mampu menjawab tantangan masa
depan. Pemuda harus menjalankan fungsinya sebagai seorang sosok inspirasi yang sejati yaitu
sebagai agen perubahan. Agen yang mengatur/mengontrol kehidupan sosial dan juga sebagai
agen yang menjaga moral dalam masyarakat . Seorang pemuda tidak hanya berprestasi dalam
dunia akademik saja tetapi juga melalui berbagai kegiatan non akademik. Dengan begitu
mahasiswa benar benar bisa dijadikan sosok teladan yang mampu memberikan inspirasi bagi
orang – orang sekelilingnya.
Keterlibatan pemuda dalam pembangunan sangat penting karena pemuda dianggap berada di
usia yang produktif untuk mendukung aktifitas pembangunan di berbagai bidang. Data
demografi Indonesia menyebutkan bahwa jumlah pemuda di Indonesia sesuai dengan UU No 40
Tahun 2009 tentang Kepemudaan dengan range usia antara 16-30 tahun, berjumlah 61,8 juta
orang, atau 24,5 % dari total jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 252 juta orang (BPS,
2014). Secara kuantitas angka 24,5% ini cukuplah besar. Tahun 2020 sampai 2035, Indonesia
akan menikmati suatu era yang langka yang disebut dengan Bonus Demografi, dimana jumlah
usia produktif Indonesia diproyeksikan berada pada grafik tertinggi dalam sejarah bangsa ini,
2
yaitu mencapai 64% dari total jumlah penduduk Indonesia sebesar 297 juta jiwa. Jumlah yang
sangat besar tersebut dapat menentukan arah kemajuan bangsa dan negara ke depan, sehingga
berbagai kebijakan harus dapat menunjang pemberdayaan pemuda agar lebih produktif. Pemuda,
sebagian besar memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi dan memperoleh bekal
masa depan, sebagian lagi menghadapi kenyataan pahit karena tidak mengenyam pendidikan
tinggi atau bahkan putus sekolah.
Dewasa ini masih banyak kasus pendidikan yang tidak layak yang terjadi di Indonesia. Maka
dari itu dibentuklah suatu organisasi nirlaba non-profit yang disebut Indonesia Mengajar.
Indonesia Mengajar atau yang dapat di singkat IM ialah suatu organisasi nirlaba yang merekrut,
melatih, dan mengirim generasi muda terbaik bangsa ke berbagai daerah di Indonesia untuk
mengabdi sebagai Pengajar Muda (PM) di sekolah dasar dan di masyarakat selama satu tahun.
Indonesia Mengajar percaya bahwa masyarakat pasti bisa mandiri dan tumbuh saling
menguatkan satu sama lain, dan meyakini bahwa kemajuan pendidikan di suatu daerah
ditentukan oleh para pelaku pendidikan yang ada di daerah tersebut, yaitu guru, kepala sekolah,
orang tua, pemerintah kabupaten serta masyarakat lainnya. Dalam upaya memastikan pencapaian
tujuan, Indonesia Mengajar melakukan pengelolaan program secara terencana dan menjadikan
pembelajaran sebagai bagian dari budaya organisasi. Pengajar Muda merupakan ujung tombak
dari tercapainya dampak sosial yang di harapkan. Indonesia Mengajar bekerja di satu daerah
selama lima tahun untuk mendorong perubahan berkelanjutan. Meyakini pentingnya melibatkan,
mengembangkan dan mengkolaborasikan berbagai stakeholder. Diharapkan setelah lima tahun,
daerah daerah tersebut dapat melanjutkan upaya memajukan pendidikan didaerahnya secara
mandiri tanpa adanya Pengajar Muda.
3
Mengapa disebut Pengajar Muda? Karena anggota yang menjadi pengajar di IM adalah
seseorang yang masih fresh graduate dan mereka yang memiliki kemauan dan tekad seperti para
pejuang muda di jaman dahulu. Selain diharapkan akan membantu mengisi kekurangan guru
berkualitas di daerah yang membutuhkan, Pengajar Muda akan belajar kepemimpinan di daerah
penempatannya agar mereka memiliki kompetensi kelas dunia sekaligus pemahaman yang utuh
terhadap masyarakat akar rumput. Di daerah penempatannya, dengan berbagai pengalamannya,
diharapkan para PM dapat membagi inspirasi kepada siswa-siswinya dan menjadi jendela
kemajuan kepada generasi harapan bangsa Indonesia yang selama ini jauh dari pusat-pusat
pertumbuhan negeri ini. Di sana, mereka akan memiliki saudara-saudara baru. Persaudaraan itu
akan semakin merajut tenun kebangsaan Indonesia.
Setelah mereka kembali dari daerah penempatannya, diharapkan para PM akan berkarir di
bidangnya masing-masing. Bukankah Indonesia akan semakin sejahtera apabila kelak sejumlah
tokoh kunci di berbagai bidang BUMN, swasta, pemerintahan, lembaga penelitian, dan lainnya
diisi oleh figur-figur yang peduli pendidikan? Mereka akan sangat memahami realitas
masyarakat Indonesia, karena mereka adalah bagian tak terpisahkan dari masyarakat.
Pengalaman sebagai Pengajar Muda selama setahun bukan hanya menginspirasi generasi harapan
Indonesia di daerah penempatan, melainkan juga menjadi sarana belajar anak-anak muda untuk
semakin meresapi Indonesia.
Dengan bergabungnya seseorang di Indonesia Mengajar diharapkan dapat meningkatkan
keterampilan kepemimpinan dengan menempa diri di masyarakat selama satu tahun, selain itu
juga memberikan kesempatan untuk menyalurkan semangat volunteerism di daerah terpencil. IM
memberikan tunjangan yang cukup selama penugasan. Di samping itu, IM hanya mengikat
4
Pengajar Muda dalam perjanjian penugasan selama satu tahun, sehingga Pengajar Muda dapat
mengembangkan karir dalam bidang apapun setelah masa penugasan selama satu tahun.
Maka dari itu, motivasi dari berbagai pihak dalam sebuah organisasi sangat berperan penting
bagi organisasi maupun anggotanya. Karena dalam setiap dorongan yang diberikan akan
menciptakan bibit anggota yang mau bekerja keras dan antusias dalam mencapai tujuan yang
telah disepakati bersama. Namun dalam setiap motivasi yang diberikan harus disesuaikan pula
dengan takaran kebutuhan anggota agar motivasi yang diberikan sesuai dengan sasaran. Motivasi
mendorong seseorang untuk lebih berprestasi dan produktif. Begitu pula dengan motivasi para
Pengajar Muda di Indonesia Mengajar, berbagai macam faktor yang melatarbelakangi seseorang
menjadi Pengajar Muda.
Dalam halnya pengembangan diri seseorang melihat dari adanya minat dan bakat orang
tersebut. Bakat mengandung makna kemampuan bawaan yang masih bersifat potensial atau laten
dan memerlukan pengembangan lebih lanjut. (Moh.Ali, 2005) Sedangkan Minat adalah suatu
perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa
takut, atau kecenderungan-kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan
tertentu (Mappiare, 1982). Dengan bergabungnya seseorang di organisasi Indonesia Mengajar
dapat mengasah skill, pengetahuan dan kemampuan mereka dalam hubungannya dengan
perencanaan karir dan masa depan. Sehingga hal inilah yang membuat pendaftar Pengajar Muda
terdiri dari berbagai macam golongan.
Saat individu memutuskan apakah akan bergabung dengan suatu organisasi atau tidak,
individu mempunyai pendapat – pendapat yang telah terbentuk sebelumnya tentang “apa yang
seharusnya ada” dan “apa yang seharusnya tidak ada” dalam suatu organisasi. Adanya pendapat
5
– pendapat ini tidak bebas dari pengaruh nilai individu, bahkan nilai individu dapat ikut
menentukan apakah perilaku atau hasil akhir tertentu berkaitan dengan suatu pekerjaan lebih
disukai dibandingkan dengan perilaku atau hasil tertentu lainnya (Robbins, 1991)
Seseorang mencari lingkungan organisasi yang memungkinkan mereka menerapkan bukan
saja keterampilan, bakat, dan kemampuan mereka, tetapi juga sikap dan nilai mereka.
Bertahannya seseorang pada suatu organisasi tergantung pada kesesuaian atau kongkruensi
antara pribadi seseorang dengan lingkungan organisasi, sehingga mereka akan memilih bertahan
dalam suatu organisasi yang dirasa cocok secara psikologis. Nilai atau kultur organisasi
mencerminkan apa yang diyakini individu dalam lingkungan organisasi sebagai sesuatu yang
penting dalam proses organisasional mereka, dan dapat menjadi daya tarik yang kuat bagi
individu sebelum masuk kedalam suatu organisasi, karena organisasi dianggap dapat
mewujudkan apa yang menjadi nilai dan tujuan kerjanya.
Namun melihat kondisi pemuda Indonesia saat ini, banyak di antara mereka yang mengalami
penurunan moral, terlena dengan kesenangan dan lupa akan tanggung jawab sebagai seorang
pemuda. Tataran moral, sosial dan akademik, pemuda tidak lagi memberi contoh dan
keteladanan baik kepada masyarakat sebagai kaum terpelajar, lebih banyak yang berorientasi
pada hedonisme (berhura-hura), tidak banyak pemuda yang peka terhadap kondisi sosial
masyarakat saat ini, dalam urusan akademik pun banyak mahasiswa tidak menyadari bahwa
mereka adalah insan akademis yang dapat memberikan pengaruh besar dalam perubahan menuju
kemajuan bangsa. Tapi bukan berarti semua pemuda Indonesia telah melupakan kewajiban
mereka untuk mencerdaskan bangsa, banyak diantara mereka sekarang yang rela meninggalkan
keluarga di kampung halaman, hiruk pikuk sekaligus hingar bingar metropolitan, dan memilih
berada di daerah terpencil di berbagai pelosok negeri, untuk satu tujuan yaitu pengabdian. Demi
6
kemajuan pendidikan negeri tercinta, demi masa depan anak – anak yang kelak menjadi penerus
bangsa. Merekalah guru, mereka mengajar sekaligus menginspirasi. Menebarkan semangat untuk
maju, berbagi dengan tulus kepada sekitarnya, dan menumbuhkan saling hormat penuh
kehangatan.
Berdasarkan latar belakang diatas, membuat peneliti tertarik untuk membuat penelitian
mengenai pengembangan diri seseorang yang menjadi Pengajar Muda serta proses pembelajaran
serta nilai individu yang di dapat setelah menjadi Pengajar Muda.
1.2 FOKUS PENELITIAN
Sesuai dengan latar belakang yang dikemukakan, secara garis besar diambil permasalahan
yang akan dibahas sehingga lebih efektif dan efisien. Adapun batasan – batasannya yaitu:
1. Obyek penelitian ini difokuskan di organisasi Indonesia Mengajar
2. Obyek penelitian adalah Alumni Pengajar Muda wilayah Yogyakarta.
3. Penelitian difokuskan pada tiga sisi, yaitu pengembangan diri, proses pembelajaran serta
nilai individu alumni Pengajar Muda di Indonesia Mengajar.
1.3 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian diatas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Apa alasan seseorang menjadi Pengajar Muda?
2. Bagaimana proses pembelajaran organisasi yang didapat sebagai pengajar di organisasi
Indonesia Mengajar?
3. Bagaimana nilai individu seseorang setelah menjadi Pengajar Muda
7
1.4 TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dalam melakukan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui alasan menjadi Pengajar Muda
2. Untuk mengetahui proses pembelajaran organisasi yang di dapat Pengajar Muda di
Indonesia Mengajar
3. Untuk mengetahui nilai individu seseorang setelah menjadi Pengajar Muda
1.5 MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis
a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahan dan
pendidikan.
b. Sebagai acuan dan bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya
2. Secara praktis
a. Dapat mengetahui sejauh mana waktu dan upaya yang dilakukan oleh Pengajar Muda
untuk berpartisipasi dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
b. Sebagai bahan evaluasi terhadap permasalahan yang berkaitan dengan pendidikan
Indonesia.
8
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 KAJIAN PUSTAKA
Penelitian yang berjudul “Kajian Penguatan Nilai Individu Pegawai dalam Rangka
Pengembangan Kapasitas Sumber Daya Manusia” oleh Yeni Rospiani (2016) menyimpulkan
bahwa hasil analisis nilai pegawai Kopertis Wilayah IV cenderung pada posisi rata-rata yaitu
terdapat kesimbangan antara nilai untuk kepentingan diri sendiri dan publik, analisis peneliti
bahwa ketika individu masuk dalam organisasi pemerintah maka individu tersebut akan mulai
menyeimbangkan nilai yang dimiliki agar sesuai dengan lingkungan organisasi. Pengembangan
kapasitas diarahkan agar individu pegawai dapat melakukan pelaksanaan tugas sesuai prosedur
yang ditentukan, mempelajari prosedur kerja yang tekait dengan pekerjaan diri sendiri, dan
mampu memenuhi kebutuhan stakeholder sesuai sumber daya organisasi yang tersedia.Hasil
analisis penelitian, program yang layak untuk dikembangkan teridiri dari program pendidikan,
pelatihan, dan seminar dengan mempertimbangkan nilai individu yang telah disesuaikan dengan
nilai organisasi, hal ini dilakukan agar program pengembangan kapasitas SDM tersebut dapat
efektif dan efisien serta outcome berupa peningkatan kualitas kinerja dan sikap/perilaku SDM
dapat tercapai.
Berdasarkan analisis penelitian terdahulu, maka dapat disimpulkan perbedaan dan
persamaan darri penelitian yang akan di teliti. Persamaanya ada pada variable yang akan di teliti,
yaitu nilai individu dalam pengembangan diri seseorang. Namun terdapat perbedaan dalam
subjek yang akan di teliti yaitu jika penelitian terdahulu menggunakan subjek di sebuah instansi
9
perkantoran, pada penelitian kali ini peneliti menggunakan subjek pada suatu organisasi
pendidikan nonformal.
Penelitian yang berjudul “Empowered Self development and Continuous Learning” oleh
Manuel London and James W. Smither (1999) menyimpulkan bahwa kunci yang diperlukan
untuk memberdayakan pengembangan diri ialah dengan terus-menerus belajar. Di hari ini
organisasi, karyawan harus mengambil alih pembelajaran mereka sendiri dan menyadari bahwa
belajar adalah suatu proses untuk menentukan karier yang berkelanjutan. Hal ini memerlukan
pengetahuan bagaimana mencari umpan balik, membandingkan umpan balik untuk sekarang dan
masa depan kinerja harapan, menetapkan cita-cita pembangunan, dan melacak kemajuan.
Organisasi menyediakan sumber daya seperti umpan balik, pembinaan dan pengembangan
pengalaman untuk mendukung pengembangan diri dan pembelajaran berkelanjutan. Ini
mendukung mekanisme perlu dirancang dengan cara yang mendorong penentuan nasib sendiri.
Dorongan ini terjadi ketika umpan secara informatif dan tidak terancam, situasi karyawan dan
kemampuan diperhitungkan. Orang-orang yang ditentukan, termotivasi untuk meningkatkan
kinerja mereka. Bahkan jika mereka berkinerja baik, mereka ingin berbuat lebih baik lagi untuk
selanjutnya. Dalam lingkungan yang kompleks, ini menuntut mereka termotivasi untuk
mengatasi ketidakpastian oleh penentuan nasib sendiri. Orang yang tinggi dalam efektivitas diri,
perlu untuk kontrol, dan orientasi ketidakpastian cenderung untuk mencari dan menggunakan
umpan balik sebagai sarana untuk menyelesaikan ketidakpastian dan mendapatkan kontrol.
Akhirnya, perilaku ditentukan oleh diri sendiri sehinggan memungkinkan untuk dipelajari dan di
induksi, sehingga dapat meningkatkan efek positif dari memberdayakan lingkungan kerja pada
pengembangan diri seseorang.
10
Berdasarkan analisis penelitian terdahulu, maka dapat disimpulkan perbedaan dan persamaan
dari yang peneliti akan teliti. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan diteliti
ialah pada metode penelitian yang menggunakan metode kualitaif dan pada pembahasan
penelitian yang menyangkut pengembangan diri dan proses pembelajaran secara berkelanjutan.
Namun, terdapat pula perbedaan dari peneliti terdahulu, yaitu dari subyek penelitian dimana
penelitian sekarang mengabil subyek pada organisasi di bidang pendidikan.
Penelitian yang berjudul “An Empirical Examination Of Self-Development Activities:
Integrating Social Exchange And Motivational Lens” oleh Kanchan Vasant Deosthali (2012)
menyimpulkan bahwa, penelitian ini memberikan kontribusi terhadap pemahaman kita tentang
perilaku self development dengan mengintegrasikan penelitian dari beberapa aliran, memberikan
penjelasan yang kaya untuk pengembangan diri perilaku. Dengan berfokus pada pentingnya
faktor-faktor ini dan bagaimana mereka mempengaruhi pengembangan diri, ada kemungkinan
bahwa karyawan akan merasa lebih terhubung ke organisasi dan memiliki sikap yang lebih
positif yang pada gilirannya dapat meningkatkan partisipasi dalam kegiatan pembangunan.
Meskipun penelitian saat ini membuat kontribusi yang kuat pemahaman kita dari pengembangan
diri, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku self development oleh karyawan, penelitian
tambahan diperlukan untuk membantu organisasi-organisasi yang sepenuhnya mengerti
bagaimana mereka dapat memotivasi karyawan untuk mengejar kegiatan pengembangan diri.
Berdasarkan analisis penelitian terdahulu, terdapat persamaan dari variable yang akan di teliti
yaitu pengembangan diri dan motivasi seseorang. Di jelaskan bahwa motivasi seseorang dapat
mempengaruhi pengembangan diri orang tersebut sehingga terjadinya perubahan perilaku
maupun sifat. Perbedaan dalam penelitian ini ialah dalam metode pengambilan data, peneliti
11
menggunakan metode kualitatif studi kasus sedangkan pada penelitian terdahulu menggunakan
metode kuantitatif.
Penelitian yang dilakukan oleh Dovi Uun Yutikasari (2016) dengan judul “Peningkatan
Kemampuan Pengembangan Diri dengan Menggunakan Metode Praktik Siswa Tuna Netra kelas
III SLB A Yaketunis Yogyakarta” dapat ditarik kesimpulan bahwa berdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa praktik dapat meningkatkan kemampuan
pengembangan diri pada siswa tunanetra kelas III SLB A Yaketunis Yogyakarta, hal ini dapat
dibuktikan dengan yang pertama ialah siklus I dengan tindakan berupa penjelasan, demonstrasi,
praktik, dan tanya jawab diperoleh hasil kemampuan siswa pada pra tindakan mandi 55% berada
dalam kategori cukup meningkat 13,96% menjadi 68,96% berada dalam kategori baik,
menggosok gigi 62,5% berada dalam kategori cukup meningkat 12,5% menjadi 75% berada
dalam kategori baik, mencuci rambut 52,5% berada dalam kategori cukup meningkat 22,5%
menjadi 75% berada dalam kategori baik. Selanjutnya perbaikan pada siklus II dilakukan pada
rencana pembelajaran yang sesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan siswa, yaitu dengan
mengkondisikan siswa untuk lebih fokus, walaupun lingkungan sekitar ada suara yang
mengganggu, guru mengurangi bantuan yang diberikan dalam praktik, guru memberi
kesempatan agar siswa aktif bertanya mengenai kesulitannya. Hasil kemampuan siswa pada
siklus II kegiatan mandi dari 68,96% berada dalam kategori baik meningkat 5,17% menjadi
74,13% berada dalam kategori baik, menggosok gigi 75% berada dalam kategori baik meningkat
5% menjadi 80% berada dalam kategori baik, dan mencuci rambut 75% berada dalam kategori
baik meningkat 2,5% menjadi 77,5% berada dalam kategori baik. Keaktifan siswa meningkat
sebesar 25% dari 58,33% berada dalam kategori cukup menjadi 83,33% berada dalam kategori
12
sangat baik. Dengan demikian kemampuan siswa dalam pengembangan diri kelas III SLB A
Yaketunis Yogyakarta meningkat setelah menggunakan metode praktik.
Berdasarkan analisis penelitian terdahulu, maka dapat disimpulkan perbedaan dan persamaan
dari yang peneliti akan teliti. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan diteliti
ialah pada subyek penelitian yang berada di organisasi yang bergerak di bidang pendidikan.
Namun, terdapat pula perbedaan dari peneliti terdahulu, yaitu dari pembahasan penelitian yang di
gunakan, penelitian terdahulu menggunakan metode kuantitatif, kali ini peneliti menggunakan
metode kualitatif.
Penelitian yang dilakukan oleh Yeni absah (2008) dengan judul “Pembelajaran organisasi:
Strategi membangun kekuatan perguruan tinggi” menghasilkan kesimpulan yang menyatakan
bahwa Organisasi yang menuju pada pembelajaran organisasi membutuhkan perubahan dalam
budaya organisasi dengan memiliki komitmen jangka panjangnya. Organisasi pembelajaran
adalah organisasi yang memiliki komitmen pada keinginan terus menerus untuk melakukan
perbaikan. Sejumlah faktor dapat saja menghalangi organisasi untuk belajar, namun organisasi
harus bersedia untuk mengerahkan segala usahanya untuk berubah menjadi organisasi
pembelajaran.
Berdasarkan analisis penelitian terdahulu, maka dapat disimpulkan perbedaan dan persamaan
dari yang peneliti akan teliti. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan diteliti
ialah pada subyek penelitian yang berada di organisasi yang bergerak di bidang pendidikan.
Namun, terdapat pula perbedaan dari peneliti terdahulu, yaitu dari pembahasan penelitian yang di
gunakan, penelitian terdahulu menggunakan metode kuantitatif, kali ini peneliti menggunakan
metode kualitatif.
13
Dalam penelitiannya yang berjudul “Learning Organization and Employee Motivation: a case
study of equity bank, Kenya” Saida Mohammed (2015) menyatakan kesimpulan bahwa perlunya
organisasi untuk bertahan hidup di lingkungan yang berubah telah menyebabkan pengembangan
konsep organisasi belajar. Sebuah organisasi belajar adalah sebuah organisasi yang memfasilitasi
pembelajaran bagi semua anggotanya, dan dengan demikian terus-menerus mengubah itu sendiri.
Motivasi karyawan adalah kunci untuk setiap organisasi. Motivasi karyawan yang rendah
mengarah pada perilaku seperti omset yang karyawan tinggi, absensi, penurunan kinerja dan
kesalahan biaya oleh bank. Oleh karena itu manajemen harus memprioritaskan motivasi
karyawan. Perbankan organisasi harus memasukkan program seperti manajemen kualitas total,
keterlibatan karyawan, pengembangan kerja, membayar berdasarkan ketrampilan dan
mendapatkan berbagai rencana untuk memperoleh keunggulan kompetitif dan intervensi ini akan
mengakibatkan peningkatan kinerja keuangan bank. Penelitian ini menghasilkan beberapa
temuan penting dan kontribusi untuk berlatih dan penelitian. Berdasarkan temuan, studi ini
menyimpulkan bahwa belajar praktek organisasi memiliki pengaruh yang kuat pada motivasi
karyawan.
Berdasarkan analisis penelitian terdahulu, maka dapat disimpulkan perbedaan dan persamaan
dari yang peneliti akan teliti. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan diteliti
ialah pada variable yang akan peneliti teliti yaitu, motivasi dan organisasi pembelajaran. Namun,
terdapat pula perbedaan dari penelitian terdahulu, yaitu dari subjek penelitian yang dimana
penelitian terdahulu melakukan penelitian di instantsi bank, sedangkan penelitian kali ini
dilakukan di organisasi non profit di bidang pendidikan.
Penelitian yang berjudul “From Individual Learning to Organizational Learning” yang di
tulis oleh Delio Ignacio Castaneda and Manuel Fernández Rios (2007) menyimpulkan bahwa
14
berdasarkan model ini mungkin untuk menyatakan bahwa pembelajaran terjadi pada tiga tingkat:
individu, kelompok dan organisasi; juga, belajar mengambil dua rute: dari individu untuk
organisasi dan organisasi untuk individu. Dalam pengertian ini pelembagaan pengetahuan
diproduksi oleh individu dan kelompok, serta belajar oleh individu dan kelompok individu kunci
pengetahuan organisasi, yang penting. Dan terdapat dua proses yang baru di tingkatkan dalam
kelompok. Proses ini adalah percakapan dan pemodelan sosial. Kemudian, kasus disajikan untuk
menggambarkan proses yang diusulkan dalam tindakan. Studi lebih lanjut bagaimana
kemampuan manusia dan proses pembelajaran ini terwujud dalam berbagai jenis organisasi yang
diperlukan. Selain itu, studi yang mendalam tentang mekanisme kelompok belajar yang
direkomendasikan. Crossan, Lane dan putih (1999) menaikkan topik interpretasi; kami
mengusulkan konsep percakapan dan pemodelan sosial. Penelitian diperlukan, namun, untuk
menjelaskan bagaimana pribadi variabel seperti sikap dan kemanjuran diri serta organisasi
variabel seperti budaya dan struktur pengaruh interaksi dalam proses pembelajaran. Ini bisa
menjadi cara yang memperkaya model dengan bukti empiris. Akhirnya, itu akan berguna untuk
melakukan penelitian antarbudaya untuk menjelaskan bagaimana nasional budaya sebagai
variabel memainkan peran dalam individu dan kelompok perilaku yang berhubungan dengan
organisasi belajar.
Berdasarkan analisis penelitian terdahulu, maka dapat disimpulkan perbedaan dan persamaan
dari yang peneliti akan teliti. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan diteliti
ialah pada variable yang akan peneliti teliti yaitu, organisasi pembelajaran. Namun, terdapat pula
perbedaan dari penelitian terdahulu, yaitu dari metode penelitian yang dilakukan dimana
penelitian terdahulu menggunakan metode kuantitatif, sedangkan penelitian kali ini
menggunakan metode kualitatif.
15
Penelitian yang berjudul “Peranan Organisasi Pembelajaran dalam Meningkatkan Kompetisi
Kerja” oleh Eka Danta Jaya Ginting (2004) menyimpulkan bahwa Kondisi ketenagakerjaan dan
pengembangan sumber daya manusia sudah mengalami pergeseran nilai yang jauh berbeda dari
dasawarsa sebelumnya. Pandangan mengenai karyawan yang dulunya sebagai obyek bergerak
menjadi sebagai mitra perusahaan yang dihargai dan dipandang memberikan kontribusi tidak
ternilai. Globalisasi di segala bidang turut mempercepat aplikasi dari pandangan baru di atas.
Indonesia sebagai salah satu anggota bangsa-bangsa di dunia mau tidak mau turut ikut
melaksanakan perubahan-perubahan tersebut. Harus diakui bahwa Indonesia sebenarnya belum
begitu siap dalam melaksanakan perubahan-perubahan tersebut. Namun mau tidak mau, cepat
atau lambat hal tersebut harus segera dilaksanakan. Kompetisi, baik dalam bentuk kompetisi
kelompok maupun kompetisi individual dipandang perlu pada saat ini. Terutama untuk kompetisi
individu dituntut pengembangan diri dan peningkatan kompetensi tanpa batas sebagai upaya
untuk menjawab tantangan eksternal. Untuk itu keinginan individu untuk berkembang perlu
untuk difasilitasi oleh pihak perusahaan. Harmonisasi dari individu untuk berubah dan
berkembang serta kesadaran organisasi untuk mengembangkan diri dan anggotanya merupakan
kunci utama dari peningkatan kinerja dan mutu organisasi secara keseluruhan. Organisasi
pembelajaran sebagai satu kosakata baru dalam pembahasan manajemen dipandang penting
untuk memfasilitasi dan meningkatkan keinginan individu karyawan untuk berkompetisi.
Peningkatan kemampuan secara berkesinambungan baik dalam skill, nilai dan visi organisasi
saat ini memang belum begitu optimal dilaksanakan. Seringnya pelatihan-pelatihan tanpa “need
analysis” yang jelas membuat pelatihan kehilangan makna dan kekuatan. Selain
itu pelatihan sering dipandang hanya sebagai obat dari suatu penyakit yang sifatnya kuratif tanpa
adanya upaya untuk mempersiapkan organisasi secara transformasional. Transformasi organisasi
16
tidaklah sama dengan pengembangan organiasi Transformasi organisasi merujuk pada upaya
organisasi yang untuk secara proaktif merubah semua aspek yang ada didalamnya, baik individu,
kepemimpinan, sumber daya, struktur organisasi maupun proses-proses pertukaran informasi.
Pembelajaran organisasi adalah sesuatu yang baru yang kadang masih sering disalahtafsirkan
hanya sebagai upaya-upaya pelatihan maupun pengembangan kemampuan organisasi dan
karyawan. Sebenarnya organisasi pembelajaran membawa misi dimana pembelajaran yang
dilakukan lebih pada merubah hakikat manusia atau individu karyawan untuk sadar akan potensi
yang dimilikinya. Pembelajaran yang berkesinambungan merupakan inti dari organisasi
pembelajaran. Selain itu organisasi pembelajaran harus melihat ke dalam dirinya sendiri. Dengan
kata lain tidak ada pembelajaran instant yang bisa diterapkan sama pada semua pihak. Kekuatan
organisasi pembelajaran lebih kepada kemampuan organisasi untuk menilai siapa dirinya, siapa
orang-orang didalamnya yang selanjutnya digunakan sebagai sumber analisa dalam menentukan
model pembelajaran yang sesuai dengan ciri khas suatu organisasi. Untuk menjawab tantangan
itu tentu saja perlu kerjasama antara organisasi dengan individu di dalamnya, kepekaan
mengenai visi dan misi, kemampuan mengetahui harapan-harapan karyawan, serta kemampuan
untuk merubah sikap dan perilaku kerja karyawan. Diharapkan dengan kondisi saat ini yang
penuh persaingan, dimana yang siapa akan tetap maju dan yang tidak siap akan tertinggal maka
karyawan dapat termotivasi untuk selalu berbenah, baik sikap mental maupun ketrampilannya.
Berangkat dari kompetisi antar perusahaan diharapkan dengan organisasi pembelajaran,
kompetisi muncul pada masing-masing individu bukan untuk saling mengalahkan, namun saling
terpacu untuk selalu memberikan yang terbaik, belajar dari pengalaman dan tidak pernah puas
akan hasil yang dicapai. Organisasi pembelajaran diharapkan akan menjadi wadah untuk
menyalurkan semua harapan-harapan individu karyawan untuk tetap maju dan berkembang.
17
Berdasarkan analisis penelitian terdahulu, maka dapat disimpulkan perbedaan dan persamaan
dari yang peneliti akan teliti. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan diteliti
ialah pada metode penelitian yang menggunakan metode kualitatif. Namun, terdapat pula
perbedaan dari penelitian terdahulu, yaitu dari subyek penelitian terdahulu yang dilakukan di
suatu perusahaan, sedangkan pada penelitian kali ini dilakukan di suatu organisasi di bidang
pendidikan.
2.2 KERANGKA TEORITIS
2.2.1 Pengertian Pengembangan Diri
Jika menelaah literatur tentang teori-teori psikologi, khususnya psikologi kepribadian, istilah
pengembangan diri disini tampaknya dapat disepadankan dengan istilah pengembangan
kepribadian, yang sudah lazim digunakan dan banyak dikenal. Meski sebetulnya istilah diri (self)
tidak sepenuhnya identik dengan kepribadian (personality). Istilah diri dalam bahasa psikologi
disebut pula sebagai aku, ego atau self yang merupakan salah satu aspek sekaligus inti dari
kepribadian, yang di dalamnya segala kepercayaan, sikap, perasaan, dan cita-cita, baik yang
disadari ataupun yang tidak disadari. Aku yang disadari oleh individu biasa disebut conscious
mind, sedangkan aku yang tidak disadari disebut unconscous mind (Boeroee C. George, 2008)
Menurut Freud (Calvin S. Hall & Gardner Lindzey, 1993) ego atau diri merupakan eksekutif
kepribadian untuk mengontrol tindakan (perilaku) dengan mengikuti prinsip kenyataan atau
rasional, untuk membedakan antara hal – hal yang terdapat dalam batin seseorang dengan hal-hal
yang terdapat dalam dunia luar. Horney dalam (Boeroee C. George, 2008) diri adalah pusat
keberadaan anda, potensi anda. Jika mental anda sehat, anda tentu punya konsepsi yang akurat
tentang siapa diri anda, dan anda bebas merealisasikan potensi diri anda.. Jika Jung dan Horney
18
menganggap bahwa diri merupakan keberadaan yang merepresentasikan potensi dengan cara
realisasi, maka akan mirip dengan teori Maslow yang di kenal dengan istilah aktualisasi diri.
Maslow dalam (Alwilsol, 2005) menjelaskan bahwa aktualisasi diri dipandang sebagai
kebutuhan tertinggi dari suatu hirearki kebutuhan. Abrahim H. Maslow (Boeroee C. George
2008) aktualisasi diri dijelaskan sebagai potensi-potensi yang dimiliki manusia dan dibawa dari
kelahirannya serta kodratnya sebagai manusia. Potensi dan kodrat ini perlu diaktualkan dan
dinyatakan, dalam berbagai bentuk sifat, kemampuan, dan kecakapan nyata. Melalui berbagai
bentuk upaya belajar dan pengalaman individu berusaha mengaktualakan semua potensi yang
dimilikinya. Setiap orang memiliki kepercayaan, sikap, perasaan dan cita-cita akan dirinya, ada
yang realistis atau justru tidak realistik. Sejauh mana individu dapat memiliki kepercayaan,
sikap, perasaan, dan cita-citanya akan berpengaruh terhadap perkembangan kepribadiannya,
terutama kesehatan mentalnya. Kepercayaan, sikap, perasaan dan cita-cita seseorang akan
dirinya secara tepat dan realistis memungkinkan untuk memiliki kepribadian yang sehat. Namun,
sebaliknya jika tidak tepat dan tidak realistis boleh jadi akan menimbulkan pribadi yang
bermasalah. Kepercayaan akan dirinya yang berlebihamn (over confidence) menyebabkan
seseorang dapat bertindak kurang memeperhatikan lingkungannya dan cenderung melabrak
norma dan etika standart yang berlaku, serta memandang sepele oranglain. Selain itu, orang yang
memiliki over confidence sering memiliki sikap dan pemikiran yang over estimate terhadap
sesuatu. Sebaliknya kepercayaan diri yang kurang, dapat menyebabkan seseorang bertindak
ragu-ragu, rasa rendah diri dan tidak memiliki keberanian. Kepercayaan diri yang berlebihan
maupun kurang dapat menimbulkan kerugian tidak hanya bagi dirinya namun juga bagi
lingkungan sosialnya. Begitu pula, setiap orang memiliki sikap dan perasaan tertentu terhadap
dirinya. Sikap akan diwujudkan dalam bentuk penerimaan atau penolakan akan akan dirinya.
19
Sedangkan perasaan dinyatakan dalam bentuk rasa senang atau tidak senang akan keadaan
dirinya. Sikap, terhadap dirinya berkaitan erat dengan pembentukan harga diri (penilaian diri),
yang menurut Maslow merupakan salah satu jenis kebutuhan manusia yang amat penting. Sikap
dan mencintai diri yang berlebihan merupakan gejala ketidaksehatan mental, biasa disebut
narcisisme. Sebaliknya orang yang membenci dirinya secara berlebihan dapat menimbulkan
masochisme.
Disamping itu, setiap orang pun memiliki cita-cita akan dirinya. Cita-cita yang tidak realistis
dan berlebihan, serta sangat sulit dicapai mungkin hanya akan berakhir dengan kegagalan yang
pada akhirnya dapat menimbulkan frustasi, yang diwujudkan dalam bentuk perilaku salah-suai
(maladjusted). Maslow (Alwisol, 2005) mengemukakan dua jalur untuk mencapai aktualisasi
diri, jalur 16 belajar (mengembangkan diri secara optimal pada semua tingkat kebutuhan
hirearkis) dan jalur pengalaman puncak. Gunakan kecerdasanmu, dimaksudkan agar
mengerjakan apa yang hendak dikerjakan oleh diri sendiri tentu dengan kemauan dan
kemampuan yang ada pada diri seoptimal mungkin. Temukan siapa dirimu, dimaksudkan agar
diri atau self dapat menemukan jati diri yang sebenarnya, dapat memilih mana yang di inginkan
dan mampu menolak yang tidak di sukai, serta dapat menerima diri.
2.2.2 Strategi Pengembangan Diri
Strategi pengembangan diri dipaparkan secara singkat dan di ambil dari pendapat Martha
Mary McGraw (1987) dalam bukunya 60 Cara Pengembangan Diri
1. Menjadi Diri Sendiri yang Khas
Tidak ada seorangpun di dunia ini yang sama persis, demikian pula sebaliknya tak ada
seorangpun di dunia ini yang dapat meniru secara persis. Dan tidak seharusnya kita meniru persis
20
orang lain, kita adalah diri sendiri yang mempunyai khas-an yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Biarkan diri kita berkembang dengan ke khususan dan ke unikannya, dan jadikanlah hal itu
menjadi modal dasar untuk meraih kesusksesan. Oleh karena itu menjadi diri sendiri yang khas
dan unik adalah pilihan tepat.
2. Berkembang Terus
Kita adalah bagian dari lingkungan kita, mari kita lihat dan tatap diri kita. Kita pasti akan
menemukan keindahan dalam diri kita. Jadilah tumbuh-tumbuhan yang selalu hijau. Tumbuh-
tumbuhan yang tetap mekar sepanjang tahun, tanpa perlu ditanyakan apa sebabnya. Bunga-bunga
liarpun bisa bermekaran menyemarakkan keindahan alam, dan di rumah kita. Kita adalah bunga
itu. Kita ajak sesama kita untuk bertukar pikiran, bertukar impian, maupun bertukar pengalaman.
Kita tanyakan kepada mereka apa yang mereka miliki. Hal seperti ini dapat diibaratkan seperti
penyerbukan silang. Senyumlah pada waktu kita mendengarkan pengalaman orang lain itu. Pasti
akan ada manfaatnya bagi kehidupan kita.
3. Menjadi Menarik
Untuk menjadi menarik kita harus mengenali potensi dalam diri kita. Manarik tidak mesti
cantik, ganteng, akan tetapi lebih pada pesona diri, apa yang ada di dalam diri kita. Untuk
menjadi seseorang yang menarik kita bisa mengeksplore kemampuan kita, menyadari
kekurangan kemudian menutupinya dan menonjolkan sisi lebih untuk membuatnya menjadi
menarik. Menjadi menarik adalah juga merupakan pilihan. Seseorang akan memilih menjadi
menarik atau masa bodoh tergantung dari dirinya sendiri. Percayalah bahwa diri kita betul-betul
menarik. Keindahan kita diperhitungkan. Memang kita bukan „ratu kecantikan‟ juga bukan orang
yang paling tampan di seluruh negeri, tetapi percayalah bahwa kita memiliki ketampanan
21
tersendiri. Jangan pernah merasa minder. Kita hanya perlu mengenal keindahan diri kita. Kita
hanya perlu meyakinkah diri kita sendiri: “Bahwa saya sungguh sangat menarik” Seseorang yang
memiliki konsep diri negatif juga akan mengakibatkan rasa tidak percaya diri, tidak berani
mencoba hal-hal baru, tidak berani mencoba hal yang menantang, takut gagal, rendah diri,
merasa diri tidak layak untuk sukses dan masih banyak hal inferior lainnya. Sebaliknya
seseorang dengan konsep diri yang positif akan terlihat lebih optimis, penuh percaya diri, dan
selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialaminya
(Gunawan, 2005)
4. Bertanya Pada Diri Sendiri
Bertanyalah pada diri kita: “Siapa saya?” Mengapa saya diciptakan? Bagaimana saya
berhubungan dengan sang pencipta? Apa yang sangat saya dambakan dalam hidup ini? Hal apa
yang paling berharga dalam hidup saya? Sumbangan kecil apakah yang bisa saya buat demi
dunia sekitar tempat saya berada agar menjadi lebih baik? Jika saya berjalan, lalu melihat ke
belakang, apa yang saya lihat? Apakah saya perlu mengubah sesuatu? Apakah saya sudah cukup
puas dengan keberadaan diri saya? Hanya dengan berdialog dengan mata batin kita secara jujur
maka kita dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
5. Bersahabat
Setiap pribadi mampu bersahabat dengan kita, dan setiap individu dapat menjadi sahabat
kita. Tiga keutamaan diperlukan dalam membangun persahabatan, Iman, Harapan dan kasih
sayang. Tuhan yang pertama kali menjadi sahabat kita, pada waktu Ia menciptakan kita. Tiga
keutamaan tersebut harus dibagi dengan orang lain. Kita bisa berharap dengan persahabatan. Kita
22
bisa mengasihi dan menyayangi dengan persahabatan. Banyak sedikitnya sahabat tergantung
pada sikap kita terhadap diri sendiri.
6. Mendukung Orang Lain
Jika pekerjaan kita kurang mendapatkan penghargaan barangkali kita masih mampu
bertahan untuk hidup. Tetapi kita tidak akan mampu untuk bekerja keras dan baik kalau tidak ada
seorangpun yang memperhatikan kita. Bisa jadi kita akan menjadi macet, malas, enggan bekerja.
Ini berlaku bagi siapa saja. Kalau ada orang yang berhasil dan kita menepuk punggungnya
sebagai tanda dukungan, dia pasti akan semakin berkembang. Sebagai pemimpin/Kepala Sekolah
memberikan pujian dan dukungan dengan tulus terhadap anak buah apapun keberhasilannya,
seberapapun keberhasilan itu, akan menjadi semangat yang paling ampuh. Namun jika perhatian
dan dukungan kita palsu, pasti orang lain akan kecewa. Oleh karena itu kita perlu berusaha
membri dukungan dengan maksud yang murni dan tulus tanpa pamrih, apalagi tersirat keirian.
7. Mengembangkan Talent.
Tidak pernah ada kata terlambat untuk mengerjakan hal-hal khusus yang kita inginkan.
Terus dan lakukan saja! Barangkali memang sudah terlambat untuk belajar „loncat galah‟
(misalnya) seusia kita, Tapi itu kekecualian. Kita perlu menjebol keterbatasan kita. Kembalilah
‟ke bangku sekolah atau kuliah‟ Ikutilah lokakarya, seminar ataupun pelatihan. Kunjungilah
ceramah-ceramah atau kita selenggarakan sendiri. Bidang apa yang kita kuasai? Beritahukanlah
kepada teman sahabat, bahwa kita akan memberikan kuliah gratis, pasti kita akan menikmatinya
demikian pula pendengarnya. Talenta seseorang tidaklah sama, namun masing-masing orang
pasti dibekali dengan talenta, tinggal bagaimana kita mengembangkannya, mengasahnya, untuk
kemudian kita memetik hasilnya.
23
8. Membiarkan diri menjadi Bahagia, Belajar mencintai, Bernyanyi, Santai dan Tertawa.
Beberapa hal diatas adalah hal-hal yang menyenangkan yang mudah dilakukukan namun
juga terkadang sulit untuk dilakukan. Apakah kita sungguh bahagia saat ini? Mari kita merenung,
tahun-tahun yang telah lewat apa yang telah kita alami? Temukan saat-saat bahagia kita. Banyak
orang telah menjadi ‟sukses‟ dalam hidupnya, tetapi tidak merasakan kedamaian. Jadilah bahagia
sekarang juga. Belajar mencintai bisa merupakan hal mudah bisa juga sebaliknya. Belajarlah
mencintai apa yang telah kita raih dan kita miliki, mencintai Allah SWT. mencintai sesama,
mencintai diri sendiri. Buatlah itu semua dengan cara yang tegas. Jangan ragu-ragu. Tataplah
lawan berbicara manakala kita berbicara dengannya. Dengarkan baik-baik waktu mereka
berbicara dengan kita. Biarkan mereka tahu bahwa kita penuh perhatian, sehingga mereka
merasa senang dan berharga di hadapan kita. Biarkan orang tahu bahwa kita memperhatikan
mereka, mencintai mereka. Ada pepatah, jabatan tangan mesara mempunyai seribu makna.
Benyanyi, santai, dan tertawa. Nikmatilah hidup dan kehidupan, bekerja juga perlu santai dan
bergembira, karena ini akan mengendorkan ketegangan dan membuat kita nyaman. Ketika kita
merasa nyaman secara fisik dan psikis maka aura kita akan muncul. Inner Beauty kita akan
muncul, semuanya.
9. Menjaga Kondisi Fisik
Manusia merupakan kesatuan jiwa dan badan. Jiwa mempengaruhi badan, sebaliknya badan
juga mempengaruhi jiwa. Sadar akan kesatuan tersebut dan berbuat sesuatu untuk itu merupakan
hal yang sangat penting. Olah raga akan membuat fisik kita tetap dalam kondisi prima. Mulailah
hari-hari kita dengan senam atau joging secara rutin, bisa pada waktu pagi atau sore hari. Buatlah
diri kita selalu merasa sehat, sekalipun kondisi badan kita sedang tidak fit. Badan kita adalah
24
kita, manakala kita merasa tensi naik, marah, ataupun sedih, cucilah mobil, potonglah rumput,
berkebun, rawat bunga-bunga, lari-lari ataupun bersepeda.
10. Berbagi dengan Orang Lain
Apa yang kita miliki dan dapat dibagi dengan orang lain? Renungkanlah! Apapun yang
dapat kita bagi, sekecil apapun itu akan sangat bermanfaat bagi kita dan bagi yang menerima.
Apakah kita mempunyai pengalaman menarik, lucu, gembira, yang bisa dibagi dengan orang
lain? Apa yang bisa kita lakukan untuk orang lain? Untuk lingkungan? Untuk negara? Berbagai
dengan orang lain selain membahagiakan diri kita juga membahagiakan orang lain. Berbagai
tidak hanya untuk hal-hal kesenagngan saja terkadang pengalaman sedih dan gundah juga perlu
berbagai agar kita menajdi ringan, dan dapat melangkah lagi. Berbagai pengalaman sedih bukan
berarti mengeluh, harus dibedakan.
11. Memaafkan dan Melupakan,
Memaafkan dan berusaha melupakan adalah yang terbaik, namun terkadang sulit untuk
dilakukan. Andaikan kita seorang pelupa yang jempolan, maka kita akan menjadi seorang
pengingat yang paling bahagia. Belajarlah untuk memaafkan dan melupakan. Tidak akan
menjadikan kita bahagia jika hati terluka satu kali dan diingat terus selamanya sepanjang waktu.
Ketika seseorang menyakiti hati kita berterus teranglah dengan dia, senyumlah. Barangkali amat
berat, tapi cobalah. Dan apapun masalahnya ada satu hal yang harus kita buat. Yakni memaafkan
dan melupakan. Kita mampu mendapatkan kembali kedamaian hati. Kita dapat memeperolehnya
dengan jalan memaafkan.
25
12. Berusaha untuk Tidak Tenggelam.
Suatu saat kita dapat berjumpa dengan apa yang disebut dengan ‟kesulitan‟, dalam situasi itu
kita akan merasa berat. Tiba-tiba godaan muncul: ”untuk apa mengarungi lautan kehidupan?”
Adakah tidak lebih baik kalau kita tenggelam saja di dalamnya? Demikianlah godaan yang selalu
muncul manakala kita berada dalam saat krisis. Tetapi bertahanlah. Berusahalah untuk tetap
terapung di atas permukaan hidup. Percayalah banyak hal pasti akan menjadi lebih baik
manakala kita mampu bertahan dalam situasi krisi itu.
13. Bersikap Lembut Namun Tegas
Bertindaklah tegas kalau situasinya memang menuntut demikian. Jangan takut untuk
membela kebenaran. Jangan mudah percaya pada kebohongan. Dan jangan biarkan hidup kita
jadi berantakan. Jadilah orang yang lembut. Lembut pada diri sendiri, pada orang lain dan pada
kebaikan yang muncul dalam diri kita ataupun pada orang lain. Pupuklah kebaikan yang ada
dalam diri kita walau itu sangat kecil. Namun hargailah pula kebaikan yang ada pada orang lain.
Tetaplah tersenyum ketika kita harus mengatakan hal yang sangat tegas dan pasti.
14. “Joke”
Joke yang Cerdas/Bercanda dan lelucon amatlah penting dalam kehidupan kita, karena
dengan hal itu kita bisa tertawa, bahkan bisa mentertawakan diri kita, kesalahan kita bahkan
kenaif-an kita sekalipun. Banyak lelucon yang dapat kita buat, namun pilihlah lelucon yang
cerdas, bukan yang porno. Banyak lelucon cerdas dan menggelitik yang akan membuat segar
ruangan. Namun kita juga harus ingat masing-masing orang punya keterampilan ‟melucu‟ yang
berbeda. Sekecil apapun berusahalah membuat joke di saat-saat yang tepat untuk mengurangi
kejenuhan kerja pada diri sendiri dan rekan kita.
26
2.2.3 Pembelajaran Organisasi
Konsep learning organization sudah dikenal pada era post modern, namun baru berkembang
secara eksponensial sejak di tulis oleh Peter Senge (1990) dalam karya Fifth Discipline. Sampai
sekarang ini kajian tentang learning organization semakin merambah dunia pendidikan.
Marquardt (1996) menyatakan, bahwa pembelajaran dalam organisasi memfokuskan diri
pada “apa” – karakteristik, prinsip – prinsip dan system dari suatu organisasi yang belajar secara
kolektif. Sedangkan organisasi pembelajaran mengacu pada “bagaimana” – tingkat penguasaan
dan proses pengembangan pengetahuan.
Sistem organisasi secara menyeluruh yang mengembangkan organisasi pembelajaran sudah
didefinisikan oleh beberapa peneliti dan pakar sumber daya manusia dari berbagai perspektif.
Senge dalam Marquardt dan Reynolds (1996) memberikan definisi organisasi pembelajaran
adalah organisasi yang anggotanya secara terus menerus memperluas kapasitasnya demi
terciptanya hasil yang benar – benar diinginkan bersama. Dalam kaitan ini pola ekspansif
dimungkinkan, aspirasi kolektif diberi kebebasan dan anggotanya senantiasa mendapatkan
bagaimana untuk dapat belajar bersama – sama.
Back dalam Marquadt dan Reynold (1996) mendefinisikan organisasi pembelajaran adalah
organisasi yang telah memberikan fasilitas pembelajaran dan pengembangan pribadi pada semua
anggotanya dan pada saat yang sama organisasi tersebut secara terus menerus mengubah dirinya
sendiri.
Selanjutnya menurut Schwandt dalam Marquadt dan Reynolds (1996) memberikan definisi
organisasi pembelajaran diartikan sebagai suatu sistem dari tindakan – tindakan para pelaku,
27
simbol – simbol dan proses yang merubah informasi ke dalam pengetahuan yang bernilai pada
gilirannya akan mengubah kapasitasnya melalui proses perjalanan panjang dari penyesuaian diri.
Pengertian ini menitikberatkan, bahwa organisasi pembelajaran merupakan sistem yang
terdiri dari bermacam komponen yang saling berhubungan dan ketergantungan secara
fungsional. Komponen tersebut adalah perilaku pimpinan dan anggota organisasi sebagai pelaku
dalam upaya pencapaian efektivitas dan tujuan organisasi.
Schwandt (1993) mendefinisikan pembelajaran organisasi sebagai sebuah sistem dari aksi,
aktor, simbol dan proses yang memungkinkan organisasi mentransform informasi menjadi
pengetahuan yang bernilai yang dapat digunakan oleh organisasi dalam meningkatkan kapasitas
adaptasi jangka panjangnya. Definisi di atas sejalan dengan konsep New Learning Organization
yang diungkapkan Anders di atas. Tokoh lain yang memberikan defInisi mengenai organisasi
pembelajaran adalah John Farago & David Skyrme (Munandar, 2003). Dalam salah satu tulisan
mereka mengatakan bahwa:
“Learning Organizations are those that have in place systems, mechanism and processes,
that are used to continually enhance their capabilities to achieve
sustainable objectives for themselves and the communities in which they
participate.”
Dari uraian di atas dapat dicatat butir-butir berikut ini, yaitu bahwa organisasi pembelajaran
adalah:
1. Adaptif terhadap lingkungan eksternalnya;
2. Secara terus menerus menunjang kemampuan untuk berubah;
3. Mengembangkan baik pembelajaran individual maupun kolektif;
4. Menggunakan hasil pembelajaran untuk mencapai hasil yang lebih baik;
28
Namun ada pula pendapat lain dari Lisa Montagu (2008) yang mengutip pendapat Senge
tentang Learning Organization dan Organization Learning, yang intinya menyatakan definisi
kedua istilah tersebut tidak jauh berbeda dengan yang telah diuraikan di atas. Learning
Organization (Organisasi Pembelajar) merupakan tempat dimana orang secara terus menerus
meningkatkan kapasitasnya agar tercipta hasil yang diinginkan dan merupakan tempat dimana
pola pikir baru dan pola pikir yang diperluas terus dipertahankan, serta menjadi tempat dimana
aspirasi kolektif bebas dimiliki dan di sana orang-orang secara terus menerus belajar untuk
melihat realitas secara keseluruhan. Lebih lanjut, Senge mengungkapkan bahwa secara umum
Organisasi Pembelajar menjadi tempat dimana orang-orang pada semua level/tingkat, baik secara
individu maupun bersama, melakukan peningkatan kapasitas mereka untuk menghasilkan
manfaat yang akan menjadi perhatian mereka atau sesuai keinginan mereka. Lisa
mengungkapkan seperti halnya Organisasi Pembelajar, Pembelajaran Organisasi pun telah
dikenal dalam waktu yang panjang dan dipopulerkan pada tahun 1990-an. Ranah dari
Pembelajaran Organisasi adalah tentang bagaimana organisasi melakukan proses belajar dan
seringkali mengarah pada berbagai model atau teori. Pembelajaran Organisasi dapat dilihat pula
sebagai pengujian atas proses dan konsep yang digunakan oleh Organisasi Pembelajar. Dua topik
yang berbeda namun saling terkait. Singkatnya, Organisasi Pembelajar merupakan tempat, dan
Pembelajaran Organisasi merupakan proses.
Sejalan dengan konsep di atas, dalam tulisan lain, Raanan Lipshitz dkk (2000) dari
Universitas Haifa menegaskan bahwa Pembelajaran Organisasi merupakan proses interpersonal
yang kompleks yang terjadi melalui mekanisme struktural dalam arena sosial. Pembelajaran
melalui/dengan Organisasi terjadi ketika individu melakukan proses pembelajaran melalui
mekanisme pembelajaran organisasi yang memastikan bahwa yang bersangkutan memperoleh
29
informasi yang dibutuhkan. Proses Pembelajaran secara individual akan menghasilkan
pandangan-pandangan dan perubahan terkait kebiasaan, keterampilan, dan tindakan.
Pembelajaran Organisasi akan menghasilkan perubahanperubahan dalam norma-norma, doktrin,
prosedur operasi standar, struktur dan budaya. Konsekuensinya, pembelajaran organisasi tidak
dapat dipahami secara baik tanpa menggunakan lensa sosial, politik dan kultural.
2.2.4 Nilai Individu
Beberapa teori terkait dengan nilai banyak diungkapkan oleh para ahli, teori-teori yang
diungkapkan melibatkan berbagai ilmu, sosiologi, psikologi, antropologi, dan beberapa ilmu lain
yang terkait mendeskripsikan:
Nilai (value) menunjukan alasan dasar bahwa “cara pelaksanaan atau keadaan akhir
tertentu lebih disukai secara pribadi atau sosial dibandingkan cara pelaksanaan atau
keadaan akhir yang berlawanan”. Nilai memuat elemen pertimbangan yang membawa ide-
ide seorang individu mengenai hal-hal yang benar, baik, atau diinginkan. Nilai memiliki
sifat isi dan intensitas. Sifat isi menyampaikan bahwa cara pelaksanaan atau keadaan akhir
dari kehidupan adalah penting. Sifat intensitas menjelaskan betapa pentingnya hal tersebut.
Ketika menggolongkan nilai seorang individu menurut intensitasnya, kita mendapatkan
sistem nilai (value system) orang tersebut.(Robbins & Judge, 2009:146)
Dalam buku Perilaku dalam Organisasi (Wibowo, 2013) Nilai dikatakan dapat
mempengaruhi sikap dan perilaku, nilai didefinisikan:
Nilai-nilai atau values adalah kesadaran, hasrat efektif atau keinginan orang yang
menunjukan perilaku mereka. Nilai-nilai personal individu menunjukan perilaku di dalam
dan di luar pekerjaan. Apabila serangkaian nilai-nilai orang adalah penting, maka akan
30
menunjukan orang dan juga mengembangkan perilaku konsisten untuk semua situasi
(Gibson, Ivancevich, Donnelly, 2000)
Nilai mempunyai muatan content (kandungan) dan intensity (intensitas). Atribut konten
mengatakan bahwa cara melakukan atau keadaan akhir yang tercapai adalah penting, atribut
intensitas menspesifikasikan seberapa penting. Apabila kita mendudukan nilai-nilai individu
dalam terminologi intensitasnya, maka kita memberi orang tersebut sistem nilai (Wibowo, 2013).
Nilai memuat elemen pertimbangan yang membawa ide-ide seseorang individu mengenai
hal-hal benar, baik, dan diinginkan. Para peneliti bidang perilaku organisasi sudah lama
memasukkan konsep nilai sebagai dasar pemahaman sikap dan motivasi individu. Individu yang
memasuki suatu organisasi dengan pendapat yang telah terbentuk sebelumnya tentang apa yang
“seharusnya” dan apa yang “tidak seharusnya” terjadi. Hal ini selanjutnya berimplikasi pada
perilaku atau hasil-hasil tertentu yang lebih disukai dari yang lain. Dengan kata lain, nilai
menutupi objektivitas dan rasionalitas (Robbins, 2007)
Definisi lain terkait nilai diungkapkan oleh Schwartz (2012), Value as desireable
transsituatioanal goal, varying in importance, that serve as guiding principles in the life of a
person or other social entity. Nilai merupakan hal yang penting dalam hidup, setiap orang
memegang nilainya masing-masing. Nilai yang dipercaya dan dijadikan acuan hidup berbeda-
beda pada setiap orang, Schwartz, 1992, 2006a mengadopsi konsep nilai menjadi enam
gambaran utama:
1. Nilai adalah kepercayaan yang terhubung dengan perasaan.
2. Nilai mengacu pada tujuan yang diinginkan yang memotivasi aksi.
3. Nilai melampaui tindakan spesifik dan situasi.
4. Nilai menyajikan standar-standar atau kriteria.
31
5. Nilai diarahkan oleh kepentingan yang relatip terhadap satu dengan yang lainnya.
6. Nilai yang bermacam-macam serta memiliki kepentingan yang berbeda-beda
mengarahkan pada aksi.
Struktur nilai berdasarkan teori Schwartz (2012), diungkapkan terdapat seperangkat nilai
dasar yang dikelompokan berdasarkan motivasi pencapaian tujuan, dinamakan sebagai Theory of
Basic Values:
No Nilai Tujuan yang ingin dicapai
1. Arah Diri (Self-Direction) Kemandirian berpikir dan bertindak:
memilih, menciptakan, berekplorasi
2. Stimulasi (Stimulation) Ketertarikan, kesenangan, dan tantangan
hidup.
3. Hedonisme (Hedonism) Kesenangan dan kepuasan untuk diri
sendiri, pemenuhan kebutuhan tersebut
4. Prestasi (Achievement) Kesuksesan diri dengan memperlihatkan
kompetensi sesuai dengan standar sosial.
5. Kekuasaan/Kekuatan
(Power)
Status sosial, martabat, penguasaan atau
dominasi terhadap orang lain atau sumber
daya lain.
6. Keamanan (Security) Keamanan, keselarasan, dan stabilitas
dalam lingkungan sosial, hubungan, dan diri
sendiri.
7. Kesesuaian (Conformity) Pengendalian atas tindakan, kecenderungan,
impuls (rasa kecewa, marah), dan harapan
sosial/norma.
8. Tradisi (Tradition) Menghormati/menghargai, komitmen, dan
penerimaan akan budaya, adat istiadat, dan
agama.
32
9. Kebajikan (Benevolence) Melestarikan dan meningkatkan
kesejahteraan orang lain yang dekat dan
berinteraksi sehari-hari, kebutuhan untuk
mengembangkan kelompok dan berafiliasi.
10. Universalisme
(Universalism)
Pemahaman terhadap orang lain, apresiasi,
toleransi, dan perlindungan kesejahteraan
bagi semua orang/umat manusia dan bagi
alam.
Sumber: HSE Basic Research Program
Pencapaian nilai yang seiring satu dengan yang lain menghasilkan sistem hubungan antar
nilai, sebagai berikut:
1. Tipe nilai power dan achievement, keduanya menekankan pada superioritas sosial dan
harga diri
2. Tipe nilai achievement dan hedonism, keduanya menekankan pada pemuasan yang
terpusat pada diri sendiri
3. Tipe nilai hedonism dan stimulation, keduanya menekankan keinginan untuk memenuhi
kegairahan dalam diri
4. Tipe nilai stimulation dan self-direction, keduanya menekankan minat intrinsik dalam
bidang baru atau menguasai suatu bidang
5. Tipe nilai self-direction dan universalism, keduanya mengekspresikan keyakinan
terhadap keputusan atau penilain diri dan pengakuan terhadap adanya keragaman dari
hakekat kehidupan
6. Tipe nilai universalism dan benevolence, keduanya menekankan orientasi kesejahteraan
orang lain dan tidak mengutamakan kepentingan pribadi
33
7. Tipe nilai benevolence dan comformity, keduanya menekankan tingkah laku normatif
yang menunjang interaksi intim antar pribadi
8. Tipe nilai benevolence dan tradition, keduanya mengutamakan pentingnya arti suatu
kelompok tempat individu berada
9. Tipe nilai conformity dan tradition, keduanya menekankan pentingnya memenuhi
harapan sosial di atas kepentingan diri sendiri
10. Tipe nilai tradition dan security, keduanya menekankan pentingnya aturan-aturan sosial
untuk memberi kepastian dalam hidup
11. Tipe nilai conformity dan security, keduanya menekankan perlindungan terhadap aturan
dan harmoni dalam hubungan sosial
12. Tipe nilai security dan power, keduanya menekankan perlunya mengatasi ancaman
ketidakpastian dengan cara mengontrol hubungan antar manusia dan sumberdaya yang
ada
Berdasarkan adanya tipe yang sejalan dan berkonflik, Schwartz menyimpulkan bahwa tipe
nilai dapat diorganisasikan dalam dimensi bipolar dan digambarkan dengan penjelasan sebagai
berikut:
1. Dimensi opennes to change yang mengutamakan pikiran dan tindakan independen yang
berlawanan dengan dimensi conservation yang mengutamakan batasan-batasan terhadap
tingkah laku, ketaatan terhadap aturan tradisional, dan perlindungan terhadap stabilitas.
Dimensi opennes to change berisi tipe nilai stimulation dan self direction, sedangkan
dimensi conservation berisi tipe nilai conformity, tradition, dan security.
2. Dimensi yang kedua adalah dimensi self-transcendence yang menekankan penerimaan
bahwa manusia pada hakekatnya sama dan memperjuangkan kesejahteraan sesama yang
34
berlawanan dengan dimensi self-enhancement yang mengutamakan pencapaian sukses
individual dan dominasi terhadap orang lain. Tipe nilai yang termasuk dalam dimensi
self-transcendence adalah universalism dan benevolence. Sedangkan tipe nilai yang
termasuk dalam dimensi self-enhancement adalah achievement dan power. Tipe nilai
hedonism berkaitan baik dengan dimensi self-enhancement maupun opennes to change.
Berdasarkan Rokeach, 1973; Schwartz, 1992, 1994, fungsi utama dari nilai adalah sebagai
berikut:
a. Membimbing individu dalam mengambil posisi tertentu dalam social issues tertentu
b. Mempengaruhi individu untuk lebih menyukai ideologi politik tertentu dibanding
ideologi politik yang lain
c. Mengarahkan cara menampilkan diri pada orang lain
d. Melakukan evaluasi dan membuat keputusan
e. Mengarahkan tampilan tingkah laku membujuk dan mempengaruhi orang lain, memberi
tahu individu akan kenyakinan, sikap, nilai dan tingkah laku individu lain yang berbeda,
yang bisa diproses dan dibantah, bisa dipengaruhi dan dirubah
35
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 PENDEKATAN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Studi kasus
merupakan strategi penelitian dimana di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu
program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu
dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan
berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan (Creswell, 2010).
Penelitian studi kasus adalah suatu penelitian kualitatif yang berusaha menemukan makna,
menyelidiki proses, dan memperoleh pengertian dan pemahaman yang mendalam dari individu,
kelompok, atau situasi (Emzir, 2010).
Dimana penelitian ini yang menjadi dasar penulis menjalankan penelitiannya dalam
pengalaman hidup seseorang. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting
seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaandan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang
spesifik dari para partisipan, menganalisis data secara induktif mulai tema-tema yang khusus ke
tema-tema umum, dan menafsirkan makna data (Emzir, 2010). Siapa pun yang terlibat dalam
bentuk penelitian ini harus menerapkan cara pandang penelitian yang bergaya induktif, berfokus
terhadap makna individual, dan menerjemahkan kompleksitas suatu persoalan (Creswell, 2007).
Dengan metode kualitatif, maka data yang didapat akan lebih lengkap, lebih mendalam, dan
bermakna sehingga tujuan dari penulis dapat dicapai dengan baik.
Sugiyono (2009:8) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah metode baru karena
popularitasnya belum lama. Metode ini disebut juga metode arsitik karena penelitian bersifat
36
kurang berpola dan disebut sebagai metode interpretif karena data hasil penelitiaan lebih
berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan.
Dalam penelitian ini, kajian difokuskan pada generasi muda yang terlibat di Indonesia
Mengajar, karena hal menarik yang dapat di lihat pada Pengajar Muda di Indonesia Mengajar
ialah bahwa tidak semua peserta mempunyai basic sebagai pengajar dan latar belakang keluarga
yang berbeda – beda pun menjadi ketertarikkan alasan mengapa seseorang ingin bergabung di
Indonesia Mengajar. Metode penelitian kualitatif dipilih karena jauh lebih subyektif daripada
penelitian kuantitatif. Jenis penelitian ini adalah penelitian terbuka dengan menggunakan
wawancara secara mendalam. Maka dari itu data yang diperoleh lebih mendalam dan bersifat
menyeluruh.
3.2 NARASUMBER PENELITIAN
Subyek dalam penelitian ini ialah para Pengajar Muda di Indonesia Mengajar. Penentuan
subjek dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh informasi secara jelas dan mendalam.
Penentuan subjek penelitian atau responden dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik
purposive sampling. Pengambilan subjek penelitian atau responden dengan menggunakan
purposive sampling harus cocok dengan masalah yang dibahas. Pemilihan narasumber
berdasarkan kriteria yang sesuai dengan apa yang akan di teliti, yaitu narasumber memiliki latar
belakang keluarga yang bebeda – beda, narasumber memiliki riwayat pendidikan yang bagus,
narasumber aktif dalam kegiatan organisasi internal maupun ekstenal selama perkuliahan.
Penulis mewawancarai narasumber penelitian dengan narasumber yang berjumlah 5 orang dari
alumni Pengajar Muda serta narasumber pendukung yaitu 4 trustee dari alumni Pengajar Muda
tersebut.
37
Maka terpilih lima narasumber yang akan menjadi subyek penelitian ini, yaitu:
1. Nama: Asep Ismail
Asep Ismail, anak pertama dari tiga bersaudara ini lahir di Kota Bekasi pada tanggal
28 September 1991. Pada tahun 2012 ia berhasil menyandang gelar Sarjana Teologi
Islam dari Program Studi Perbandingan Agama, Fakultas Ushuluddin Studi Agama
dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negri Sununan Kalijaga Yogyakarta.
Sebelum memantapkan diri untuk bergabung menjadi Pengajar Muda Indonesia
Mengajar Asep sempat mencicipi dunia kerja sebagai Consumer Relationship
Manager di Bank Muamalat Indonesia dan semasa kuliah bekerja paruh waktu di PT.
Aseli Dagadu Djokdja sebagai Garda depan angkatan 40 dan Oblong Training (HRD
Time). Asep pernah mendapatkan Beasiswa Penuh Studi Penguatan Program Studi
dari UIN Sunan Kalijaga dan bergabung bersama organisasi kampus sebagai humas
BEM-J Prodi Perbandingan Agama. Selain itu, Asep pernah menjuarai lomba menulis
esai tingkat nasional yang diadakan oleh IPNU IPPNU Pusat Jakarta. Selalu
berpikiran positif adalah motivasi terbesar yang selalu menjadi kekuatan Asep dalam
menjalani hidup. Selama setahun Asep mengabdikan dirinya sebagai Pengajar Muda
di SDN 05 Landau Badai, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Untuk
memperkuat data yang diberikan oleh asep, berikut ialah narasumber pendukung
yaitu Trustee selama penugasan bernama Hety A nurcahyarini.
2. Nama: Atina Handayani
Atina Handayani, lulusan Sastra Prancis Universitas Gadjah Mada (UGM) ini juga
aktif di Gelanggang Mahasiswa, khususnya di Unit Pramuka. Di sana, ia pernah
menjadi Ketua Forum Komunikasi UKM se-UGM. Berbagai kegiatan mulai dari
38
pameran hingga pengabdian masyarakat, perkemahan hingga pelatihan pernah
ditanganinya. Salah satunya menjadi Koordinator Bidang Psikososial Program
DERU-Peduli Sumbar (2009). Selain itu, Atina sangat suka petualangan, jalan-jalan
dan tantangan. Ia sempat mengikuti Ekspedisi NKRI 2014 Koridor Maluku-Maluku
Utara. Selain berpetualang, Atina juga punya hobi mempelajari grafologi, yaitu salah
satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari kepribadian manusia lewat tulisan
tangan. Sejak SMA hingga kuliah, Atina juga sempat berkiprah di dunia jurnalistik.
Salah satunya menjadi Sekretaris Redaksi Tabloid BIAS dari Dinas Pendidikan DIY.
Anak kedua dari tiga-belas-bersaudara ini termotivasi menjadi Pengajar Muda karena
meilihat banyak mutiara bangsa yang gagal melanjutkan pendidikan karena berbagai
keterbatasan. Maka, Atina terdorong untuk berbagi pengalaman dan motivasi pada
saudara-saudara setanah air, sekaligus ikut serta mencerdaskan anak bangsa. Atina
percaya sekecil apapun kiprah yang Ia berikan akan bermanfaat bagi Indonesia. Dia
mendapat amanah untuk menjadi Pengajar Muda di SDN 1 Lebak Situ, Kabupaten
Lebak, Banten. Untuk memperkuat data yang diberikan oleh Atina, berikut ialah
narasumber pendukung yaitu kerabat dekat di Indonesia Mengajar yang bernama
Safira Mega.
3. Nama: Andhina Ratri Aryani
Andhina Ratri Aryani atau biasa dipanggil Andin adalah anak ke-3 dari 4 bersaudara
yang lahir dan besar di Yogyakarta. Andin yang pernah menjadi mahasiswi Fakultas
Pertanian Universitas Gadjah Mada dengan fokus studi Penyuluhan dan Komunikasi
Pertanian angkatan 2011 ini menyelesaikan studinya pada tahun 2015 dengan
predikat cum laude. Gadis yang memiliki hobi jalan-jalan dan fotografi ini sempat
39
menjadi freelancer di salah satu vendor photography di Yogyakarta untuk mengisi
waktu sela saat kuliah. Pada tahun 2013, ia diberi kesempatan untuk menjadi salah
satu pembicara pada Youth Looking Beyond Disaster 3 di Kobe, Jepang. Selain itu, ia
juga aktif di beberapa komunitas lingkungan (Young On Top dan Earth Hour) dan
komunitas pendidikan (1000 Guru), serta sempat menjadi relawan FGIM RUBI 2015
di Maluku Tenggara Barat sebelum pada akhirnya bergabung menjadi Pengajar Muda
angkatan XI. Menurutnya, kemajuan pendidikan di Indonesia menjadi tanggung
jawab bersama dan menjadi Pengajar Muda adalah salah satu caranya. Pada masa
penugasannya di tahun 2016, Andin ditempatkan di SDN 16 Kutamakmur, Aceh
Utara. Untuk memperkuat data yang diberikan oleh Andhin, berikut ialah narasumber
pendukung yaitu Trustee selama penugasan bernama Haiva Muzdalifa.
4. Nama: Ilham Pebrika
Pria asli Minang yang menghabiskan masa kecil di kampung halamannya, Pariaman,
merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Keputusannya untuk merantau
mengantarkannya melanjutkan studi ke Kota Gudeg, Yogyakarta. Ia menempuh studi
di Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Gadjah Mada (UGM) yang sesuai dengan minatnya. Penerima Beasiswa Lembaga
Pendidikan Insani (LPI) regional Yogyakarta dan Beasiswa Karya Salemba Empat
(KSE) ini pernah aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA UGM). Ia diberi kepercayaan
untuk menjadi Menteri Koordinator Kebijakan Eksternal. Selain itu, ia aktif pula di
himpunan jurusan sebagai tim Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (PSDM). Selain
aktivitas penelitian, pria penyuka rendang ini juga memiliki minat di kegiatan
40
pengabdian masyarakat, Ia tunjukkan dengan memilih program Kuliah Kerja Nyata,
Program Pengabdian Masyarakat (KKN-PPM) UGM di Kabupaten Halmahera
Selatan pada 2013. Dalam kesempatan tersebut ia diamanahi sebagai Koordinator
Mahasiswa tingkat unit Kabupaten. Baginya kehidupan adalah menjalani dan
mensyukuri kehidupan itu sendiri. Prinsip inilah yang akhirnya mengantarkannya
untuk memutuskan bergabung dengan Gerakan Indonesia Mengajar sebagai Pengajar
Muda tahun 2016. Selama setahun ia di tempatkan untuk mengajar di SDN 20
Sawang, Kabupaten Aceh Utara, NAD. Untuk memperkuat data yang diberikan oleh
Andhin, berikut ialah narasumber pendukung yaitu Trustee selama penugasan
bernama Haiva Muzdalifa
5. Siti Nurhilmi Nihayati
Perempuan keturunan Jawa ini biasa dipanggil Mimi. Anak pertama dari dua
bersaudara ini lahir di Kota Pelajar Yogyakarta. Belajar di Jurusan Sastra Nusantara
dengan bidang kajian Filologi Jawa (Pernaskahan Kuna), Fakultas Ilmu Budaya
(FIB), Universitas Gajah Mada (UGM). Organisasi yang dia ikuti antara lain
Keluarga Mahasiswa Sastra Nusantara (KAMASUTRA), LEM FIB, serta Ikatan
Mahasiswa Bahasa dan Sastra Daerah se-Indonesia (IMBASADI). Mimi pernah
terlibat sebagai asisten peneliti beberapa dosen jurusan ataupun di luar jurusan. Dia
menjadi penyelaras akhir buku berjudul „Warisan Keberaksaraan Yogyakarta:
Naskah sebagai Sumber Inspirasi‟ yang diterbitkan oleh Manassa Cabang
Yogyakarta (2013). Sebagai Tim Editing BOPTN Sastra Nusantara FIB UGM (2013)
dan membantu proses akreditasi jurusan sebagai Tim Penyusun Borang BAN-PT
Prodi Sastra Jawa FIB UGM (2014). Mimi juga pernah menjadi Pesinden dalam
41
rangkaian acara Pemecahan Rekor MURI Karawitan Non-Stop 24 jam di Institut Seni
Indonesia (ISI) Yogyakarta (2012) bersama tim Gamelan Sastra Nusantara
(GAMASUTRA). Desember (2013) mengikuti Yogyakarta Orchestra
Musicianberjudul „Jogja Romantis-A Symphony of Orchestra Folk Project Flashmob
Orchestra & Choir‟ sebagai penyanyi tembang Asmaradana di Titik Nol Kilometer
Yogyakarta bersama Ngayogstringkarta dan Paduan Suara Yogyakarta. Menjadi
Pengajar Muda merupakan motivasinya untuk mengabdi kepada negeri melalui jalur
pendidikan. Selama setahun, Mimi mengemban tugas di SD Inpres Onatali,
Kabupaten Rote Ndao. Untuk memperkuat data yang diberikan oleh Andhin, berikut
ialah narasumber pendukung yaitu Trustee selama penugasan bernama Mansyur
Ridho.
3.3 RUANG LINGKUP PENELITIAN
Ruang lingkup penelitian merupakan batasan masalah yang dikaji untuk membatasi variabel
dalam subjek penelitian. Adapun batasan penelitian tersebut mencakup:
1. Narasumber merupakan alumni dari Indonesia Mengajar
2. Narasumber merupakan perwakilan dari angkatan ganjil dan genap
3. Narasumber di tempatkan di wilayah yang berbeda – beda
3.4 JENIS DATA
Data merupakan keterangan-keterangan tentang suatu hal, dapat merupakan sesuatu yang
diketahui atau dianggap suatu fakta yang digambarkan lewat simbol atau anggka.Sumarsono
(2004:69) menyatakan bahwa data dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.
42
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh berdasarkan pengukuran secara langsung oleh
peneliti dari sumbernya (Mustafa, 2009;92). Dalam pengumpulan data primer, penghayatan
peneliti terhadap objek yang diteliti merupakan faktor yang sangat penting, terutama untuk
memperoleh informasi kualitatif yang melatarbelakangi data kuantitatif yang diperoleh. Adapun
yang menjadi objek dalam sumber data ini adalah alumni Pengajar Muda di Indonesia Mengajar.
Data primer merupakan data utama yakni diperoleh dari responden wawancara.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah semua data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain dan telah
terdokumentasi, sehingga peneliti tinggal menyalin data tersebut untuk kepentingan
penelitiannya (Mustafa, 2009:92). Data sekunder dalam penelitian ini didapatkan dari pihak
organisasi.
3.5 SUMBER DATA
3.5.1 Instrumen Penelitian
Semua penelitian memerlukan instrumen untuk pengumpulan sebuah data. Instrumen
adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Sesuai dengan pendapat tersebut, penulis
menyimpulkan bahwa instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan dibantu alat
– alat seperti alat perekam suara, tap recorder, kamera, alat tulis dan pedoman wawancara.
Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan
penelitian. Pedoman ini di susun tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian tetapi juga
berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Selain itu pedoman wawancara
sebagai bahan dalam menulis hasil penelitian karena jika peneliti hanya mengandalkan
43
kemampuan ingatan yang sangat terbatas peneliti khawatir data yang sudah diperoleh ada yang
lupa.
Masalah yang akan diteliti terkait alasan dan pengembangan diri seseorang sebagai Pengajar
Muda ialah:
1. Jenis kegiatan yang diikuti
2. Alasan bergabung di kegiatan tersebut
3. Ketertarikkan dengan kegiatan tersebut
4. Strategi yang di lakukan untuk mengembangkan diri
Sedangkan masalah terkait pembelajaran organisasi sebagai Pengajar Muda yang ingin diteliti
ialah sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran yang diharapkan
2. Kesulitan selama proses pembelajaran
3. Perencanaan yang dilakukan
4. Pembelajaran yang di dapat
Dan untuk masalah terkait nilai individu setelah menjadu Pengajar Muda yang ingin diteliti ialah
sebagai berikut:
1. Kesibukan yang di jalani setelah menjadi Pengajar Muda
2. Perilaku individual setelah menjadi Pengajar Muda
3. Perubahan perilaku setelah menjadi Pengajar Muda
4. Kemandirian individu setelah menjadi Pengajar Muda
5. Tantangan hidup setelah menjadi Pengajar Muda
44
6. Kepuasan diri setelah menjadi Pengajar Muda
7. Yang ingin dicapai setelah menjadi Pengajar Muda
8. Kehidupan sosial setelah menjadi Pengajar Muda
9. Penyesuaian emosi setelah menjadi Pengajar Muda
10. Sikap universal setelah menjadi Pengajar Muda
3.5.2 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan beberapa cara untuk mengumpulkan data:
1. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu bentuk pengamatan atau pengumpulan data secara tidak
langsung. Pengumpulan data dengan wawancara adalah usaha untuk mengumpulkan informasi
dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan
pula.Keuntungan wawancara adalah dimungkinkannya penggalian yang mendalam terhadap
informasi yang dibutuhkan dari responden. Sedangkan kelemahannya adalah seringkali kegiatan
wawancara membutuhkan waktu yang lama dan berulang-ulang (Sumarsono,2004:71-72).
Wawancara merupakan teknik yang paling baik dalam penelitian kualitatif karena
kemampuannya untuk mendapatkan informasi. Beberapa hal perilaku, kata-kata dari narasumber
lebih bermakna dari data lain sehingga dapat membantu peneliti dalam memperoleh data di
lapangan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis wawancara campuran, dimana dalam
melakukan wawancara menggunakan pedoman dan selain menggunakan pedoman juga
mengajukan pertanyaan sesuai dengan kondisi ketika wawancara. Dalam penelitian ini,
wawancara dilakukan terhadap orang-orang yang ada kaitannya dengan alasan seseorang
45
bergabung di Indonesia Mengajar lalu pembelajaran organisasi yang diperoleh selama mengikuti
program, serta nilai individu yang di dapatkan setelah mengikuti program yaitu:
1. Alumni Pengajar Muda yang berjumlah 5 orang, yang masing – masing di tempatkan di
wilayah yang beda – beda. Wawancara di mulai dari alumni PM yang pertama yang di
tempatkan di wilayah Kapuas Kalimantan barat yang berjalan selama 40 menit 34 detik,
selanjutnya wawancara dengan alumni PM yang kedua yang berjalan selama 48 menit 32
detik, lalu wawancara ketiga di lakukan melalui via chat room whatsApps yang berjalan
selama 1 minggu, selanjutnya wawancara keempat berjalan selama 1 jam 2 menit 52
detik, dan yang terakhir wawancara dengan alumni PM yang berjalanselama 1 jam 5
menit 34 detik.
2. Melibatkan pihak organisasi sebagai Trustee dari masing – masing Pengajar Muda selama
penempatan sebagai narasumber penelitian untuk mendapatkan hasil wawancara yang
lebih kuat yaitu 4 orang Trustee, satu trustee ada yang mengenal 2 orang narasumber.
Masing – masing trustee melakukan wawancara yang berjalan selama kisaran 5 – 10
menit.
Penulis menggunakan pedoman wawancara yang berbasis pertanyaan yang akan diajukan
kepada narasumber penelitian untuk memperlancar proses berjalannya wawancara. Selain itu
wawancara juga menggunakan alat bantu tape recorder untuk menunjang kelancaraan proses
berjalannya wawancara.
2. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu (Sugiyono,2009:240).
Dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan beberapa data sepertifoto,
46
profil perusahaan, letak perusahaan dan data lainnya yang berhubungan dengan penelitian
sehingga dapat mendukung proses pengumpulan data.
3.6 PROSES ANALISIS DATA
A. Analisis Sebelum di Lapangan
Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti memasuki lapangan.
Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder yang digunakan
untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian, fokus penelitian ini masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan (Sugiyono,
2015; 245).
B. Analisis Selama di Lapangan
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data
berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat
wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila
jawaban yang diwawancarai setelah di analisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan
melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel
(Sugiyono, 2015; 246).
a) Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu
dicatat secara rinci dan teliti.Semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data
akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis
data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
47
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2015: 247).
b) Penyajian Data
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Yang paling
sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan
teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan
untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa
yang telah difahami tersebut (Sugiyono, 2015: 249).
c) Penarikan Kesimpulan
Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman
adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan
masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang
kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang
valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Dengan
demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan
masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mugnkin juga tidak, karena seperti yang
telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif
48
masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan
(Sugiyono, 2015: 252-253).
3.7 KEABSAHAN DATA
3.7.1 Uji Transferability
Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif. Nilai transfer ini
berkenaan dengan pertanyaan, hingga mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan
dalam situasi lain. Bagi peneliti naturalistik, nilai transfer bergantung pada pemakai, hingga
manakala hasil penelitian tersebut dapat digunakan dalam konteks dan situasi sosial lain
(Sugiyono,2009:276).
Agar orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada kemungkinan
untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat laporannya harus
memberikan uraian yang rinci, jelas dan sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian, maka
pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut, sehingga dapat memutuskan dapat atau
tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain. Bila pembaca
memperoleh gambaran begitu jelasnya, maka suatu hasil penelitian dapat diberlakukan
transferability, maka laporan tersebut memenuhi standar transferbilitas.
Dalam penelitian ini, penulis melakukan uji transferability dibeberapa prosedur yaitu
dengan perancangan pedoman wawancara, observasi tidak dapat digunakan karena penelitian
dilakukan setelah Pengajar Muda selesai bertugas. Data didapatkan pada saat proses wawancara
dan dokumentasi dari narasumber penelitian.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis wawancara campuran, dimana dalam
melakukan wawancara menggunakan pedoman dan selain menggunakan pedoman juga
49
mengajukan pertanyaan sesuai dengan kondisi ketika wawancara. Penulis memilih pengumpulan
data melalui wawancara karena memiliki kelebihan sesuai dengan yang dinyatakan dalam
(Emzir, 2010) yaitu:
1. Wawancara merupakan instrumen yang paling baik untuk memilih dan menilai
karakteristik pribadi
2. Wawancara mempunyai manfaat yang besar dalam mengidentifikasi dan mengatasi
masalah
3. Wawancara membekali peneliti dengan informasi tambahan untuk memperkuat data
yang diperoleh melalui instrumen lain
Meskipun terdapat kelebihan dari pengumpulan data melalui wawancara, akan tetapi peneliti
juga merasa bahwa wawancara mempunyai adany kelemahan sesuai dengan yang dinyatakan
dalam (Emzir, 2010) yaitu:
1. Keberhasilan wawancara sangat tergantung pada kemauan informan dalam bekerja
sama dan memberikan informasi yang dapat dipercaya dan diteliti
2. Wawancara terpengaruh oleh antusias informan pada dirinya, keinginannya untuk
tampil positif, keragu-raguannya dalam memberikan informasi, dan motivasinya
untuk disukai orang yang melakukan wawancara.
Maka dari itu, setiap informan mewarnai kebenaran atau hakikat yang dibicarakannya sesuai
dengan yang disangkanya benar.
3.7.2 Uji Kredibilitas
Uji kredibilitas (validitas internal) berkenaan dengan derajat akurasi desain penelitian
dengan hasil yang dicapai.Kalau dalam desain penelitian dirancang untuk meneliti etos kerja
50
pegawai, maka data yang diperoleh seharusnya adalah data yang akurat tentang etos kerja
pegawai.Peneliti menjadi tidak valid, apabila ditemukan adalah motivasi kerja pegawai
(Sugiyono, 2015: 267).Uji kredibilitas data atau kepercayaan data hasil penelitian dilakukan
dengan tringulasi dan member check.
a. Tringulasi
Tringulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai
sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber,
triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu (Sugiyono, 2015; 273).
1. Tringulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data
yang telah diperoleh melalui beberapa sumber (Sugiyono, 2012). Pengujian data akan dilakukan
pada keluarga, rekan kerja, serta karyawan pada objek penelitian. Dalam penelitian ini yang
menjadi objek dalam triangulasi sumber adalah dari pihak organisasi Indonesia Mengajar yang
menjadi Trustee dari masing – masing narasumber selama penempatan. Dalam pemilihan, trustee
yang di jadikan narasumber adalah orang terdekat pada saat penugasan sehingga diyakini bahwa
trustee menyaksikan dan mengamati langsung bagaimana kerja Pengajar Muda selama
penugasan.
2. Tringulasi Teknik
Tringulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data
kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda (Sugiyono, 2015: 274). Dalam penelitian
ini, data yang diperoleh dari hasil wawancara akan di cek dengan observasi dan dokumentasi.
Bila dengan pengujian tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda, maka akan dilakukan
51
diskusi dengan sumber data yang bersangkutan untuk memastikan data mana yang dianggap
benar.
b. Member Check
Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data.
Tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan
apa yang dibrikan oleh pemberi data (Sugiyono, 2015: 276).
Setelah dilakukan penelitian dan terkumpul semua data, maka akan didapatkan data
kualitatif yang sesuai dengan metode yang diambil. Hasil semua data yang diperoleh dilapangan
baik berupa hasil observasi maupun wawancara dikumpulkan dan dianalisis sehingga
mendapatkan deskripsi tentang motivasi, pembelajaran organisasi serta nilai – niali individu yang
di dapat dari seorang Pengajar Muda.
52
BAB 4
INDONESIA MENGAJAR
4.1 Pendahuluan
Indonesia mengajar ialah suatu organisasi nonprofit yang didirikan oleh Anies Baswedan
dalam rangka membantu pendidikan di Indonesia. Indonesia Mengajar (IM) merupakan sebuah
lembaga Pendidikan yang merekrut, melatih, dan mengirim generasi muda terbaik bangsa ke
berbagai daerah di Indonesia untuk mengabdi sebagai Pengajar Muda (PM) di Sekolah Dasar
(SD) dan masyarakat selama satu tahun. Penggagas Berdirinya Indonesia Mengajar adalah Anies
Baswedan, memulai gerakan Indonesia Mengajar pada tahun 2009 untuk menjadi lebih dari
sekadar program, tetapi sebagai gerakan untuk mengajak bersama masyarakat yang berikhtiar
untuk ikut berperan aktif mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai wujud upaya melunasi janji
kemerdekaan.
Meyakini bahwa pendidikan dasar adalah fondasi pembangunan masyarakat Indonesia, maka
Indonesia Mengajar (IM) percaya bahwa pendidikan dasar untuk anak-anak di seluruh pelosok
Indonesia wajib disampaikan dan didampingi oleh generasi terbaik bangsa. Didasari juga oleh
janji kemerdekaan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, maka IM mengambil inisiatif untuk
mendampingi sekolah dasar–sekolah dasar di berbagai pelosok Indonesia dengan merekrut,
membekali, dan menempatkan sarjana-sarjana terbaik bangsa yang memiliki semangat mengabdi
untuk mengajar di sebuah SD selama satu tahun. Para pemuda yang dikirim sebagai guru sekolah
dasar (SD) ke daerah disebut sebagai Pengajar Muda.
4.2 Sejarah Indonesia mengajar
Gerakan Indonesia Mengajar diinspirasi proses panjang yang dibangun selama bertahun-
tahun. Proses ini adalah gabungan dari yang pertama yaitu pelajaran dari berbagai generasi, lalu
53
ada perjalanan aktivitas pengabdian maupun interaksi dengan berbagai masyarakat, dan
pengetahuan modern yang dipetik dari dunia akademik global. Ide awal Indonesia Mengajar
berasal dari Anies Baswedan. Pada dekade 1990-an, Anies adalah mahasiswa dan aktivis di
Universitas Gadjah Mada (UGM). Ia adalah Ketua Umum Senat Mahasiswa UGM dan terlibat di
berbagai aktivitas kemahasiswaan. Pada masa itu, ia bergaul dan belajar banyak dari seorang
mantan rektor UGM periode 1986-1990: Prof Dr Koesnadi Hardjasoemantri (Pak Koes). Pak
Koes, seorang keturunan ningrat dari Tasikmalaya, adalah eks Tentara Pelajar yang pasca-
revolusi kemerdekaan menjadi mahasiswa di UGM yang baru berdiri di Jogja.
Pada tahun 1950an, Pak Koes menginisiasi sebuah program bernama Pengerahan Tenaga
Mahasiswa (PTM), yakni sebuah program untuk mengisi kekurangan guru SMA di daerah,
khususnya di luar Jawa. Dalam beberapa kasus, PTM ini justru mendirikan SMA baru dan
pertama di sebuah kota kabupaten. Pak Koes adalah inisiator sekaligus salah satu dari 8 orang
yang menjadi angkatan pertama PTM ini. Beliau berangkat ke Kupang dan bekerja di sana
selama beberapa tahun. Sepulangnya dari Kupang, ia mengajak serta 3 siswa paling cerdas untuk
kuliah di UGM. Salah satunya adalah Adrianus Mooy yang di kemudian hari menjadi Gubernur
Bank Indonesia. Cerita penuh nilai dari PTM inilah salah satu sumber inspirasi bagi Indonesia
Mengajar. Semasa mahasiswa sampai pasca kepulangan dari kuliah di Amerika Serikat, Anies
sering melakukan perjalanan, berinteraksi dan tinggal di daerah atau lingkup budaya berbeda.
Waktu kuliah, ia tinggal di daerah lain--walau hanya beberapa bulan--semasa Kuliah Kerja
Nyata (KKN). Ia juga sering melakukan perjalanan riset terkait pekerjaannya sebagai peneliti
dan penasehat di sebuah lembaga di Jakarta, dan terkadang tinggal dan berinteraksi dengan
berbagai unit budaya di Indonesia maupun di luar negeri. Pengalaman tersebut membawa Anies
pada beberapa hasil perenungan yaitu mengenai janji Kemerdekaan untuk mencerdaskan
54
kehidupan bangsa tidak diterima merata di penjuru Tanah Air yang sebagian sudah lunas
terpenuhi janjinya dan sebagian lainnya belum. Dan tinggal serta berinteraksi akan memberikan
pengalaman kepemimpinan nyata dan pemahaman empatik yang tinggi bagi yang melaluinya.
Maka dengan inilah salah satu rujukan tumbuhnya ide Indonesia Mengajar.
“Dengan kompetensi global beserta pemahaman akar rumput, Indonesia akan sanggup
berpijak dan mengabdi bagi kepentingan nasionalnya di tingkat dunia, demi memenuhi
semua janji kemerdekaan bagi rakyatnya”
Selepas dari UGM, Anies Baswedan mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliah di
Amerika Serikat. Tinggal, belajar dan bekerja di sana membuatnya memahami bahwa anak-anak
Indonesia membutuhkan kompetensi kelas dunia untuk bersaing di lingkungan global. Tetapi,
kompetensi kelas dunia saja tak cukup. Anak-anak muda Indonesia harus punya pemahaman
empatik yang mendalam seperti akar rumput meresapi tanah tempatnya hidup. Semua proses di
atas, secara perlahan membentuk ide besar Gerakan Indonesia Mengajar. Konstruksi dasarnya
mulai terumuskan pada pertengahan 2009. Ketika itu, Anies mendiskusikan dan menguji idenya
pada berbagai pihak. Gagasan ini kemudian siap mewujud ketika beberapa pihak berkenan
menjadi sponsor. Proses untuk mendesain dan mengembangkan konsep Indonesia Mengajar
dimulai pada akhir 2009, dengan membentuk tim kecil yang kemudian berkembang hingga
menjadi organisasi seperti sekarang ini.
4.3 Pendekatan Indonesia Mengajar
Indonesia Mengajar percaya bahwa masyarakat pasti bisa mandiri dan tumbuh saling
menguatkan satu sama lain, dan meyakini bahwa kemajuan pendidikan di suatu daerah
ditentukan oleh para pelaku pendidikan yang ada di daerah tersebut, yaitu guru, kepala sekolah,
55
orang tua, pemerintah kabupaten serta masyarakat lainnya. Untuk itu pendekatan program yang
dipilih Indonesia Mengajar bersifat holistik yaitu:
1. Mengirim orang, bukan uang/barang
Merekrut dan membekali generasi muda potensi terbaik bangsa yang memiliki semangat
mengajar dan inisiatif tinggi terhadap perubahan. Pengajar Muda bertugas mengajar dan
tinggal bersama masyarakat di desa selama satu tahun sekaligus menjadi inspirasi dan
motivasi untuk anak-anak didiknya serta motor perubahan bagi pemangku kepentingan
lain.
2. Melibatkan semua orang
Bekerja erat dengan berbagai pemangku kepentingan sebagai mitra langsung, yaitu:
kepala sekolah, guru, orang tua siswa dan pemerintah lokal (tingkat kabupaten sampai ke
tingkat desa).
3. Berfokus pada perubahan perilaku
Fokus pada perubahan perilaku individu dan seluruh pemangku kepentingan sebagai
sebuah kesatuan entitas serta membangun komunikasi aktif dan positif di dalam entitas
tersebut.
4. Bekerja jangka panjang
Menempatkan Pengajar Muda secara bergantian dan kontinu sampai 5 tahun di sebuah
SD binaan untuk memastikan perubahan yang berkelanjutan tanpa menciptakan
ketergantungan kepada sebuah sosok atau program.
56
4.3 Pengelolaan dan pelaksanaan progam Pengajar Muda
Dalam upaya memastikan pencapaian tujuan, Indonesia Mengajar melakukan pengelolaan
program secara terencana dan menjadikan pembelajaran sebagai bagian dari budaya organisasi.
Pengajar Muda merupakan ujung tombak dari tercapainya dampak sosial yang diharapkan. Berikut
adalah aktivitas dalam pengelolaan program Pengajar Muda:
57
Tak hanya Pengajar Muda saja, Indonesia Mengajar juga bekerja di satu daerah untuk
mendorong perubahan berkelanjutan. Meyakini pentingnya melibatkan, mengembangkan dan
mengkolaborasikan berbagai stakeholder, Indonesia Mengajar membagi fokus kegiatan di daerah
dalam tiga tahap. Diharapkan setelah lima tahun, daerah-daerah tersebut dapat melanjutkan
upaya memajukan pendidikan di daerahnya secara mandiri tanpa adanya Pengajar Muda. Berikut
adalah 3 tahap pengembangan yang di lakukan Indonesia Mengajar:
TAHAP I
PELIBATAN TAHAP II
PENGEMBANGAN TAHAP III
KOLABORASI
Pengajar Muda fokus
menemukan aktor lokal dan
melibatkannya dalam
inisiatif tingkat desa hingga
kabupaten yang berpotensi
menggerakkan masyarakat
di daerahnya.
Pengajar Muda fokus
mengembangkan kapasitas
para aktor lokal dengan
menjejaringkan mereka dan
membuka interaksi dengan
entitas di luar kabupatennya.
Pengajar Muda fokus
mendorong terjadinya
kolaborasi aktor lokal baik
di daerahnya maupun
dengan entitas lain di luar
daerahnya.
58
BAB 5
BERGABUNGNYA PEMUDA PEMUDI DI INDONESIA MENGAJAR
5.1 Alasan Menjadi Pengajar Muda
Berdasarkan jawaban dari 5 narasumber alumni Pengajar Muda pada wawancara penelitian
diketahui bahwa para Pengajar Muda di Indonesia Mengajar berasal dari latar belakang keluarga
yang berbeda – beda, namun mereka mempunyai tujuan yang sama yaitu pengabdian, dan
berdasarkan data yang diperoleh dari 5 narasumber diketahui bahwa biaya pendidikan selama
perkuliahan didapat melalui beasiswa dan dari ke 5 narasumber, kegiatan yang sering mereka
lakukan ialah aktif dalam organisasi internal dan eksternal kampus. Latar belakang narasumber
yang berbeda beda pun menjadi suatu fenomena yang menarik, karena ternyata banyak juga
Pengajar Muda yang berasal dari keluarga menengah keatas. Karakteristik narasumber akan
dibahas lebih detail pada tabel di bawah ini:
Tabel 5.1 karakteristik narasumber
Karakteristik Jumlah
Latar belakang keluarga Menengah keatas 3
Menengah kebawah 2
Biaya pendidikan Beasiswa 5
Kegiatan yang dilakukan Aktif organisasi 5
Akhir-akhir ini banyak anak muda terlibat dalam berbagai kegiatan sosial sebagai relawan.
Beberapa wadah kegiatan sosial yang diminati anak muda pun mulai bermunculan. Tampaknya,
kini anak muda mulai tergerak untuk melakukan sesuatu bagi orang lain demi sebuah kemajuan
dan kebaikan. Saat menjadi relawan, hal terpenting yang akan disadari ialah bahwa dalam sebuah
kegiatan sosial kehadiran seseorang di tengah-tengah orang yang membutuhkan bantuan ialah
sangat berarti. Pengorbanan dalam bentuk waktu dan tenaga tak kalah berharga dibandingkan
dengan bantuan berupa uang. Bisa berbaur dan berbincang langsung dengan mereka saat menjadi
59
relawan merupakan hal yang sangat indah, juga belajar untuk mendengar keluh kesah mereka
serta berusaha melupakan duka yang mereka rasakan merupakan suatu nikmat dan indahnya
berbagi dengan menjadi relawan. Berbagai macam alasan anak muda untuk bergabung dalam
wadah sosial tersebut. Berdasarkan jawaban dari 5 narasumber pada wawancara penelitian
Pengajar Muda (studi kasus alumni Pengajar Muda di Yogyakarta). Diketahui bahwa alasan para
Pengajar Muda akan dibahas lebih detail pada tabel di bawah ini:
Tabel 5.2 Alasan menjadi Pengajar Muda
No Alasan Respon
1 Mempunyai tekad yang kuat untuk mengabdi pada negeri dengan
ikut menjadi bagian dari Indonesia Mengajar 2
2 Jiwa kerelawanan yang tinggi 1
3 Mempunyai tekad yang kuat untuk berkontribusi memajukan
pendidikan negeri 1
4 Merasa mempunyai banyak hutang pada negara yang telah
memfasilitasi banyak hal 1
Berdasarkan respon dari 5 alumni Pengajar Muda di Yogyakarta diketahui bahwa
kebanyakan dari mereka ingin bergabung di Indonesia Mengajar ialah untuk aktualisasi diri,
walaupun mereka berasal latar belakang yang berbeda beda, di balik alasan tersebut, diketahui
pula bahwa tujuan mereka bergabung di indonesia Mengajar salah satunya ingin
mengembangkan diri pada kemampuan SKA (skill, knowledge, attitude) mereka. Diketahui
pengembangan diri para Pengajar Muda akan dibahas lebih detail pada tabel di bawah ini:
Tabel 5.3 Pengembangan diri Pengajar Muda
No Pengembangan Diri Respon
1 Mendapatkan pengalaman hidup yang mungkin tidak di dapatkan
ditempat lain 2
2 Mengetahui cara berkomunikasi secara efektif dengan berbagai
pihak 1
3 Memiliki sudut pandang yang berbeda 2
4 Meningkatkan jiwa leadership 1
60
Dari jawaban narasumber dapat di analisis melalui hasil wawancara yang sudah dilakukan.
Data analisis melalui open coding dan dapat di simpulkan dengan melihat table 5.4.
Tabel 5.4 open coding alasan menjadi Pengajar Muda
Tema Sub tema
Mengabdi Mendapatkan pengalaman hidup yang berkesan, merubah pola pikir
individu
Cinta sosial Terbiasa mengikuiti kegiatan sosial sejak dini
Cinta
pendidikan
Berkontribusi membangun pendidikan negeri
Balas jasa Merasa berhutang pada Negara karena telah memberikan fasilitas yang
menunjang dalam pendidikan
Dari alasan seseorang untuk menjadi Pengajar Muda, diketahui bahwa menjadi seorang
Pengajar Muda juga sekalian mengasah pengembangan diri individu tersebut. Berdasarkan tabel
5.4 dalam pengembangan diri seseorang yang yang menjadi Pengajar Muda, di ketahui mereka
ingin mengembangkan bagaimana berkomunikasi secara efektif, dan memiliki sebuah pandangan
yang berbeda dari isu – isu yang berkembang di sekitar, tak lupa juga mereka ingin mencari
pengalaman hidup karena dengan menjadi seorang Pengajar Muda diyakini banyak pengalaman
– pengalaman yang di dapat yang mungkin saja tidak mereka dapatkan di tempat lain. Dengan
menjadi Pengajar Muda, seseorang juga dapat keluar dari zona nyaman dan mencoba hal baru,
dari situlah seseorang akan mendapatkan pengalaman hidup yang mungkin saja dapat merubah
kepribadian dan pola berpikir individu tersebut.
5.1.1 Hasil Temuan
Dari data di atas dapat diketahui bahwa berbagai macam alasan seseorang untuk bergabung
di Indonesia Mengajar namun alasan tersebut juga dapat di simpulkan bahwa alasan mereka
bergabung di Indonesia Mengajar ialah untuk mengembangkan diri dan menguji kemampuan
individu. Hasil data juga menunjukkan bahwa seseorang menjadi Pengajar Muda ialah karena
pada awalnya mereka memang tertarik pada dunia pendidikan yang menjadikan mereka ingin
61
mengabdi pada Negara, serta keinginan untuk memperoleh pengalaman hidup. dan agar dapat
berkomunikasi secara efektif dengan berbagai pihak.
Seperti yang di katakan Asep dan Ilham, mengenai alasan bergabung di Indonesia Mengajar
“Klo tekad untuk gabung di IM sebenernya yang emang sudah tekad dari awal dari kuliah
cuman abis kuliah ternyata dapat rejeki di tempat lain kerja dulu. Tertariknya karena aku
bisa berkontribusi walaupun sedikit. (Asep, 29/4/17, 09.16)”
“Wujud awal saya ingin pengabdian di daerah – daerah terpencil khususnya. (Ilham,
13/4/17, 18.30)”
Namun setiap narasumber memiliki pernyataan yang berbeda, seperti yang di katakan oleh
Andhina bahwa alasan ia bergabung di Indonesia Mengajar sebagai Pengaar Muda ialah karena
kecintaannya dengan dunia sosial. Serta Asep yang memang sejak kecil sudah di biasakan untuk
mengikti kegiatan sosial oleh keluarganya.
“Jadi sebenernya tau IM itu 2011, kaya menarik banget gitu. jadi aku join beberapa
komunitas and then kaya dari SMA aku udah ikut volunteering. Nah yang aku sering
banget suka itu yang biasanya tentang lingkungan sama pendidikan gitu. (Andhin,
12/4/17, 15.30)”
“memang kaya aku liat dari kecil tuh ayahku itu suka membantu tetangga gitu dan pasti
mau untuk membantu gitu jadi mungkin jiwa sosial itu yang melekat sampai sekarang
karena aku di besarkan dari keluarga yang punya kepedulian sosial yang cukup tinggi.
(Asep, 29/4/1017, 09.16)”
Selain karena kecintaan terhadap dunia sosial, alasan seseorang tertarik untuk bergabung di
Indonesia Mengajar ialah karena passion atau kecintaanya pada dunia pendidikan dan anak –
anak, seperti yang di katakan Nurhilmi
“Memang saya juga tertarik sama dunia pendidikan, tapi intinya memang sangat tertarik
dengan pendidikan dan cinta anak – anak. (Nurhilmi, 14/4/17, 14.30)”
Dari berbgai alasan tersebutlah yang membuat pemuda pemudi bangsa ini tersentak dan
ingin mengikuti kegiatan volunteering dan menjadikan wadah untuk mengembangkan diri.
Dengan tekad awal ingin mengabdi berkontribusi dalam membangun pendidikan negeri yang
62
lebih layak dan berkualitas. Di harapkan motivasi pemuda tersebut dapat membawa hal yang
baik untuk pendidikan di Indonesia.
5.2 Pembelajaran Selama Menjadi Pengajar Muda
Kekuatan organisasi pembelajaran lebih kepada kemampuan organisasi untuk menilai siapa
dirinya, siapa orang-orang didalamnya yang selanjutnya digunakan sebagai sumber analisa
dalam menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan ciri khas suatu organisasi. Untuk
menjawab tantangan itu tentu saja perlu kerjasama antara organisasi dengan individu di
dalamnya, kepekaan mengenai visi dan misi, kemampuan mengetahui harapan-harapan anggota,
serta kemampuan untuk merubah sikap dan perilaku kerja. Diharapkan dengan kondisi saat ini
yang penuh persaingan, dimana yang siapa akan tetap maju dan yang tidak siap akan tertinggal
maka anggota organisasi dapat termotivasi untuk selalu berbenah, baik sikap mental maupun
ketrampilannya. Organisasi pembelajaran diharapkan akan menjadi wadah untuk menyalurkan
semua harapan-harapan individu karyawan untuk tetap maju dan berkembang.
Berdasarkan hasil penelitian yang di dapat, diketahui bahwa untuk mengembangkan diri
pada kemampuan memerlukan proses pembelajaran sehingga apa yang di inginkan dapat
berkembang sesuai dengan yang diharapkan. Dalam proses pembelajaran tersebut juga pastinya
ada kesulitan kesulitan yang di hadapi, maka dari itu dalam proses pembelajaran, harus
dibuatnya perencanaan yang tersusun dan dapat dijadikan acuan selama pembelajaran.
Pembelajaran para Pengajar Muda dapat dilihat pada tabel 5.5:
Tabel 5.5 Pembelajaran organisasi Pengajar Muda
No Pembelajaran Organisasi Respon
1 Dapat berinteraksi dengan banyak pihak dan mengenal
karakter sifat orang lain 3
2 Mengalami kesulitan dalam menyesuaikan lingkungan dan
masyarakat yang tidak mendukung 4
63
3 Memahami arti hidup rukun dalam perbedaan 2
4 Mengalami perubahan dalam berpikir dan bertindak 2
Berdasarkan hasil wawancara diketahui juga bahwa selama proses pembelajaran tidak selalu
berjalan lancar, maka dari itu Pengajar Muda sebelumnya harus menyusun terlebih daluhu
perencanaan pembelajaran selama 1 tahun kedepan. Dari data yang di dapat, hampir semua
Pengajar Muda menyusun perencanaan sesuai dengan program yang di berikan Indonesia
Mengajar, karena Indonesia Mengajar sendiri pun mempunyai program kerja yang nantinya
harus di jalani oleh Pengajar Muda. Namun Pengajar Muda tetap bisa menyusun rangkaian
program kerja yang nantinya bisa di gunakan ketika proses pembelajaran di kelas. Dari data yang
di dapat, terdapat kesulitan – kesulitan yang di hadapi oleh Pengajar Muda dalam proses
pembelajarannya, seperti masyarakat yang tidak mendukung, situasi sosial dalam beradaptasi,
dimana budaya lokasi penempatan yang pastinya sangat berbeda dengan tempat tinggal asal
Pengajar Muda, juga kesulitan dalam menyatukan pemikiran antara masyarakat atau pemerintah
setempat dengan Pengajar Muda.
Dari jawaban narasumber, dapat di analisis melalui hasil wawancara yang telah di lakukan.
Data analisis memalui open coding dan dapat di simpulkan pada tabel 5.6.
Tabel 5.6 open coding pembelajaran Pengajar Muda
Tema Sub tema
Interaksi Dapat berinteraksi dengan banyak orang, dapat berkomunikasi secara
efektif, dapat mengenal karakter orang lain
Penyesuaian Beradaptasi dengan lingkungan budaya baru, menghormati tradisi wilayah
Perubahan Perubahan cara pandang dan berpikir, perubahan dalam bertindak
Hidup rukun Memahami dan menghormati perbedaan, toleransi antar perbedaan agama
dan budaya
Dari proses pembelajaran ini diketahui bahwa pembelajaran sebagai Pengajar Muda dapat
dilihat dari situasi wilayah penempatan. Sebelum proses penempatan Pengajar Muda terlebih
64
dahulu diberikan materi pembelajaran yang akan di hadapi di wilayah penempatan, selama 2
bulan Pengajar Muda di karantina dan diberikan materi. Proses pembelajaran yang dijalani pun
tidak mudah, mereka menemui kesulitan – kesulitan yang harus dihadapi. Beradaptasi di
lingkungan yang baru dan di tuntut untuk dapat berinteraksi dengan berbagai pihak.
5.2.1 Hasil Temuan
Dari data di atas dapat di ketahui bahwa proses pembelajaran organisasi selama menjadi
Pengajar Muda ialah tidak mudah. Sebelum menjadi Pengajar Muda, setiap individu pasti
mengharapkan sesuatu agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar. Seperti yang di katakan
oleh Ilham bahwa awalnya tidak membayangkan akan banyak berinteraksi dengan masyarakat
namun nyatanya Pengajar Muda di tuntut harus bisa berinteraksi dengan semua pihak di lingkup
masyarakat tersebut.
“Karena saya berpikir kita akan turun ke sekolah saya tidak berpikir bahwa kita
akan banyak berinteraksi dengan masyarakat tapi nyatanya ya ternyata kita harus
berinteraksi dengan masyarakat disana. (Ilham, 13/4/17, 18.30)”
Nurhilmi juga mengungkapkan apa yang ia harapkan dari proses pembelajaran ini bahwa
“Salah satunya tadi sih merubah pemikiran yang negative menjadi positif, banyak
belajar, banyak tambah ilmu dari temen – temen. Karena ketemu orang – orang
yang banyak gitu dan pasti pemikirannya beda – beda. (Nurhilmi, 14/4/17,
14.30)”
Nyatanya dalam proses pembelajaran ditemukan kesulitan – kesulitan yang mereka
hadapi, berikut ini adalah hasil wawancara dengan narasumber.
“karena pemikiran kita mungkin dengan pemikiran orang – orang yang ada disana
di daerahnya berbeda. Mereka terkesan acuh tak acuh dan masa bodo gitu. (Asep,
08/04/17, 11.55)
“kita terus berusaha mencari pendekatan – pendekatan lain. Selalu mencari
peluang dan kesempatan untuk mendekati stakeholder (Atina, 10/4/17, 10.03)”
65
“cara menghadapi situasi sosial gitu, kaya kamu dihadapkan dengan masyarakat
yang dalam situasi sosialnya jauh dari kamu gitu jadi yah kaya gitu. (Andhin,
12/4/17, 15.30)”
Pernyataan tersebut pun di benarkan oleh trustee dari masing – masing narasumber yang
menyebutkan bahwa memang awalnya sulit untuk beradaptasi namun itu tidak menjadi kendala
yang berat yang harus di hadapi karena masing – masing narasumber pun dapat mengendalikan
permasalahan yang ada.
“Paling kaya cerita capek deh anak – anaknya begini, atau warga misalnya ada
yang susah di ajak kompromi atau kerja sama. Tapi overall dia gak pernah yang
kaya ngeluh – ngeluh atau gak suka gimana gitu yah (Hety, 20/05/2017, 09.16)”
“Klo capek sih pasti ada yah, kebayang gimana kita hidup di desa orang selama
setahun yang kita harus beradaptasi dll. Tapi selama itu atina gak pernah yang
kaya ngeluh atau gak sanggup gitu (Mega, 21/05/2017, 11.07)”
“Paling klo dia lagi bingung gitu dia selalu cerita sama aku atau ke teman – teman
di camp. Nah klo andhin sendiri, dia termasuk yang paling sering ke camp jadi dia
sering ikut forum diskusi gitu. (Andhin, 21/05/2017, 14.17)”
Namun kesulitan yang di hadapi oleh mereka seakan – akan berbalas dengan hasil
pembelajaran yang di dapat. Setelah menjadi Pengajar Muda, mereka mengakui bahwa tejadi
perubahan invidu yang mereka rasakan, serta mereka banyak belajar bagaimana hidup rukun
bertoleransi dengan perbedaan, dan harapan untuk dapat berkomunikasi dengan berbagai pihak
pun mereka rasakan setelah menjadi Pengajar Muda mereka dapat malakukan komunikasi yang
efektif dan baik dengan semua orang.
5.3 Nilai Individu Setelah Menjadi Pengajar Muda
Nilai (value) mempengaruhi cara pelaksanaan atau keadaan akhir tertentu lebih disukai
secara pribadi atau sosial, di dalam nilai terdapat ide-ide seorang mengenai apa yang dianggap
benar, baik atau diinginkan oleh individu. Pemahaman akan nilai yang dimiliki oleh individu
66
akan menjadikan dasar dalam memahami sikap dan motivasi individu, dan juga presepsi mereka
dalam menyelesaikan masalah dalam bekerja. Penetapan nilai yang dimiliki oleh individu
merupakan titik tolak individu/staf dalam berkinerja dan bertingkah laku.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 5 orang narasumber, diketahui bahwa selama proses
pembelajaran, maka di hasilkan individu yang lebih baik. Maka dari itu, setiap Pengajar Muda
pasti mengalami perubahan sosial maupun sikap dalam tiap individu. Nilai individu para
Pengajar Muda dapat dilihat pada tabel 5.7:
Tabel 5.7 Nilai individu Pengajar Muda
No Nilai Individu Respon
1 Pengendalian emosi yang tertata 3
2 Pengambilan keputusan yang bijak 3
3 Pembelajaran hidup 2
4 Menjadi open minded 2
5 Memahami perbedaan 3
6 Menghargai tradisi yang ada 5
7 Memacu tantangan hidup selanjutnya 4
8 Merubah kehidupan sosial 5
Dari pengelompokkan nilai individu tersebut, seseorang yang menjadi Pengajar Muda dapat
dianalisis melalui open coding yang akan akan disajikan pada tabel 5.6:
Tabel 5.8 open coding nilai individu seorang Pengajar Muda
Tema Sub tema
Kemandirian Dapat mengambil keputusan secara bijak, tidak menggantungkan
hidup dengan orang lain, terbiasa dengan kondisi yang tidak terduga
Tantangan
hidup
Mulai dari 0 lagi, ingin mencoba hal baru, menjadi seorang decision
maker, intropeksi diri
Kepuasan diri Dapat ikut andil dalam pendidikan Indonesia, bangga dan berterima
kasih, menjadi pembelajaran untuk lebih bersyukur
Pencapaian Berkarir sambil melanjutkan kegiatan sosial, berperan banyak di
dunia pendidikan, berkecimpung di dunia sosial
Kehidupan
sosial
Mengalami perubahan dari kehidupan sebelumnya, realistis
Penyesuaian Dapat lebih terkontrol dan sabar, berjalan apa adanya dan menerima
67
emosi ketidak pastian,
Universal Tingkat toleransi yang tinggi, pikiran menjadi lebih terbuka, dapat
menerima perbedaan.
Dilihat dari tabel 5.8 dapat di disimpulkan bahwa nilai individu yang terjadi di kalangan
para Pengajar Muda dapat dikelompokkan dalam beberapa tema. Data dianalisis melalui open
coding dan dilihat dari respon narasumber bahwa fenomena setelah mereka menjadi seorang
Pengajar Muda yang utama ialah adanya perubahan perilaku dalam bertindak. Sedangkan cara
agar terjadinya pengembangan diri tersebut ialah dengan bergabungnya mereka di Indonesia
Mengajar. Sebagai hasilnya para Pengajar Muda dapat menetukan suatu keputusan dengan bijak
dan pengendalian emosi yang baik.
5.3.1 Hasil Temuan
Dari data di atas dapat di ketahui bahwa nilai individu seseorang setelah menjadi Pengajar
Muda dapat di kategorikan menjadi 7, yaitu:
1. Nilai kemandirian yang dapat membuat keputusan secara bijak
2. Menambah tantangan dalam hidup untuk menjadi lebih baik.
3. Berpuas diri dapat ikut andil dalam memajukan pendidikan di Indonesia
4. Mempertimbangkan karir ke depan namun tidak akan berhenti mengikuti kegiatan
sosial
5. Penyesuaian emosi yang lebih terkontrol dan dapat menerima hal yang tidak pasti
dengan lapang dada.
6. Adanya perubahan dalam kehidupan sosial yang di sadari maupun tidak.
68
7. Tingginya rasa toleransi yang membuat pikiran lebih terbuka akan banyak hal.
Seperti yang di katakan narasumber mengenai perubahan nilai individu dari masing – masing
Pengajar Muda.
“ketika ada permasalahan yang ada di desa, kita dituntut untuk mengambil
keputusan secara cepat cara sendiri gitu (Asep, 08/04/17, 11.55)”
“aku lebih bisa memilih untuk menetukan sikap sendiri gitu, keputusan –
keputusan yang saya ambil pasti berdasarkan pilihan pribadi, bukan karena
perlakuan orang lain. (Atina, 10/4/17, 10.03)”
“kaya kita udah terbiasa gak menggantungkan hidup sama orang, kayak klo ada
masalah kita harus bisa mikir sendiri. (Andhin, 12/4/17, 15.30)”
“intinya di desa itu kita sendiri jadi memang klo ada masalah itu sebisa mungkin
ya kita selesaikan sendiri gitu. (Ilham, 13/4/17, 18.30)”
“Alhamdulillahnya jadi mandiri banget sih, jadi klo dulu masih takut klo misalnya
pergi kemana gitu, sekarang udah gak lagi (Nurhilmi, 14/4/17, 14.30)”
Selain kemandirian yang makin bertambah secara sadar atau tidak, kehidupan sosial setelah
menjadi Pengajar Muda juga ikut terpengaruhi, seperti pernyataan narasumber berikut dan di
perkuat oleh trustee
“sebelum ikut Indonesia Mengajar itu gak ngerti yang namanya berbagi sama
anak – anak, Nah setelah ikut Indonesia Mengajar ini kaya aku di tampar lagi gitu
bahwa „eh selain ngejar karir selain cari duit, lo harus punya jiwa sosial. (Asep,
08/04/17, 11.55)”
“saya lebih terbiasa buat menahan diri dalam mengomentari hal – hal sekitar
sebelum memahami kondisi seutuhnya gitu. Dan saya juga merasa sekarang saya
bisa membaur dengan stranger dengan mudah (Atina, 10/4/17, 10.03)”
“Sangat mempengaruhi yah kita bisa lebih sabar, lebih toleransi (Ilham, 13/4/17,
18.30)”
“Mempengaruhinya sih sebenernya gak kerasa juga terpengaruh jadi lebih
realistis jadi orang, di pikirannya udah realistis aja gak yang langsung di judging
banget anaknya. (Nurhilmi, 14/4/17, 14.30”
“ada lah pasti. Ada beberapa sifat atina yang keras gitu, tapi sekarang dia jadi
lebih sabar dan bisa mengontrol emosinya gitu (Mega, 21/05/2017, 11.07)”
69
“Perubahan pasti ada kok, Alhamdulillah di jalan yang lebih baik setelah jadi
Pengajar Muda katanya dia ingin mengambil pendidikan yang bersangkutan
dengan dunia sosial gitu (Haiva, 21/05/2017, 14,17)”
“Alhamdulillah setelah dan selama penugasan itu dia ada perubahan sih kaya
yang jadi akrab banget gitu sama anak – anak atau yang kaya peduli gitu sama
lingkungan tempat tingal mereka – mereka. (Hety, 20/05/2017, 09.16)”
Dengan demikian dapat di tarik kesimpulan bahwa menjadi Pengajar Muda itu banyak hal
positif yang di dapat. Berawal dari tekad ingin mengabdi hingga terjadinya perubahn dapat
perilaku nilai individual serta proses pembelajaran selama menjadi Pengajar Muda. Maka dari itu
pemuda sebagai agent of change harus dapat menjadi panutan untuk generasi selanjutnya. Dalam
hal ini kesimpulan yang di dapat dari penelitian dapat di lihat pada gambar berikut
Gambar 5.1 Diagram display data
70
BAB 6
DISKUSI HASIL
6.1 Pendahuluan
Pemuda sebagai agent of change adalah kaum intelek muda yang seharusnya menjadi garda
terdepan dalam memperbaiki kondisi bangsa. Dengan terbentuknya organisasi Indonesia
Mengajar menjadi wadah para pemuda untuk berkontribusi dalam membangun negeri.
Pengabdian masyarakat adalah suatu gerakan proses pemberdayaan diri untuk kepentingan
masyarakat. Pengabdian masyarakat seharusnya bersifat kontinual dan jangka panjang karena
dalam membangun sebuah masyarakat dibutuhkan proses yang panjang. Banyak aspek yang
harus disentuh untuk menjadikan suatu masyarakat itu baik, karakternya, budayanya, sampai
pola pikirnya juga harus kita sentuh untuk benar-benar menciptakan sebuah masyarakat yang
beradab.
Dengan bergabungnya seseorang di suatu organisasi maka antara organisasi dan anggota
harus memiliki tujuan yang sama. Berbagai macam latar belakang seseorang ingin menjadi
Pengajar Muda, hal inilah yang mendasar agar proses kegiatan berjalan sesuai dengan apa yang
di harapkan. Dalam proses terdapat pula pembelajaran – pembelajaran yang dapat diambil dan
menjadi suatu nilai yang merubah kepribadian seseorang. Berdasarkan hasil penelitian,
menunjukkan bahwa seseorang menjadi Pengajar Muda ialah karena pada awalnya mereka
memang tertarik pada dunia pendidikan yang menjadikan mereka ingin mengabdi pada Negara,
serta keinginan untuk memperoleh pengalaman hidup. dan agar dapat berkomunikasi secara
efektif. Uraian tersebut dapat dikelompokkan menjadi 4, yaitu:
71
1. Dapat berkomunikasi secara efektif sehingga dapat berinteraksi dengan banyak orang dan
mengenal karakter orang lain.
2. Salah satu cara untuk mengabdi pada Negara dengan bergabungnya di Indonesia
Mengajar
3. Mendapatkan pengalaman hidup yang sangat berarti dan perubahan cara pandang.
4. Lebih terbuka pada isu – isu sekitar dan memiliki nilai toleransi yang tinggi
Dari data yang telah dianalisi melalui open coding dan dilihat dari respon narasumber bahwa
fenomena mereka menjadi seorang Pengajar Muda yang utama adalah ingin mengabdi pada
Negara dan pengembangan diri mereka akan pengalaman dan pembelajaran hidup. Sedangkan
cara agar terjadinya pengembangan diri tersebut ialah dengan bergabungnya mereka di Indonesia
Mengajar. Sebagai hasilnya para Pengajar Muda akan dapat berinteraksi dengan banyak orang
dan mengenal karakter orang lain, emosi yang lebih tertata. Gambar 6.1 akan menunjukkan hasil
open coding
Gambar 6.1 hasil open coding Pengajar Muda
INPUT PROSES OUTPUT
Bergabung di
Indonesia Mengajar
Open minded
Perubahan perilaku
individual
Toleransi yang tinggi
Hidup rukun
Dapat mengambil
keputusan dengan
bijak
Emosi yang lebih
tertata
Menerima perbedaan
Mengabdi
Pengalaman
hidup
Berkontribusi
dalam pendidikan
di Indonesia
72
Berdasarkan gambar 6.1 dapat dirumuskan bahwa seseorang menjadi Pengajar Muda ialah
karena keinginan mereka untuk mengabdi dan mendapatkan pengalaman hidup, proses yang
terjadi yaitu dengan bergabungnya mereka di Indonesia Mengajar sehingga dengan demikian
dapat dicapainya perubahan perilaku individual, menjadi lebih open minded , rasa toleransi yang
tinggi, hidup rukun antar sesama, dapat mengambil keputusan dengan bijak, emosi yang lebih
tertata, serta menerima perbedaan yang ada di lingkungan sekitar.
6.2 Alasan menjadi Pengajar Muda
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Manuel Londong and James W. Smither (1999)
menyimpulkan bahwa kunci yang diperlukan untuk memberdayakan pengembangan diri ialah
dengan terus-menerus belajar. Dengan begitu, pengembangan diri yang di lakukan dapat menjadi
suatu kebiasaan individu dan melatih kemampuan skill. Maka dari itu perlunya organisasi untuk
bertahan hidup di lingkungan yang berubah telah menyebabkan pengembangan konsep
organisasi belajar. Sebuah organisasi belajar adalah sebuah organisasi yang memfasilitasi
pembelajaran bagi semua anggotanya, dan dengan demikian terus-menerus mengubah itu sendiri.
Hal ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang di lakukan bahwa dengan adanya
pengulangan kebiasaan individu maka dapat terlihat pula perubahan individu setelah menjalani
proses pembelajaran selama di Indonesia Mengajar.
Dengan adanya motivasi yang membuat seseorang ingin menjadi Pengajar Muda, diyakini
dapat membantu mereka dalam hal bersosialisasi kepada masyarakat. Pentingnya motivasi
karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia,
supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal. Maka dari itu jika Jung dan
Horney menganggap bahwa diri merupakan keberadaan yang merepresentasikan potensi dengan
cara realisasi, maka akan mirip dengan teori Maslow yang di kenal dengan istilah aktualisasi diri.
73
Maslow dalam (Alwilsol, 2005) menjelaskan bahwa aktualisasi diri dipandang sebagai
kebutuhan tertinggi dari suatu hirearki kebutuhan. Abrahim H. Maslow (Boeroee C. George
2008) aktualisasi diri dijelaskan sebagai potensi-potensi yang dimiliki manusia dan dibawa dari
kelahirannya serta kodratnya sebagai manusia. Alasan seseorang ingin menjadi Pengajar Muda
pun bermacam – macam. Hal ini dapat di lihat dari hasil penelitian bahwa pengabdian ialah hal
terbesar seseorang ingin bergabung di Indonesia mengajar, dengan mengabdi diyakini seseorang
dapat berkontribusi dalam pembangunan pendidikan negeri tercinta, dan membantu masyarakat
di wilayah – wilayah terpencil. Maka dari itu kebiasaan yang dilakukan sejak kecil akan sangat
berpengaruh hingga seseorang menginjak dewasa, sehingga tidak mengherankan lagi bahwa
seseorang yang bergabung di indonesia mengajar ialah yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi.
Lalu untuk menunjang pengembangan diri seseorang juga diperlukan proses selama
pembelajaran dimana melalui proses tersebut maka dapat dilihat hasil yang akan dicapai.
6.3 Pembelajaran selama menjadi Pengajar Muda
Lalu seperti yang tertuang dalam teori, yang menyatakan bahwa pembelajaran oraganisasi
menurut Schwandt dalam Marquadt dan Reynolds (1996) memberikan definisi organisasi
pembelajaran diartikan sebagai suatu sistem dari tindakan – tindakan para pelaku, simbol –
simbol dan proses yang merubah informasi ke dalam pengetahuan yang bernilai pada gilirannya
akan mengubah kapasitasnya melalui proses perjalanan panjang dari penyesuaian diri. Pengertian
ini menitikberatkan, bahwa organisasi pembelajaran merupakan sistem yang terdiri dari
bermacam komponen yang saling berhubungan dan ketergantungan secara fungsional.
Komponen tersebut adalah perilaku pimpinan dan anggota organisasi sebagai pelaku dalam
upaya pencapaian efektivitas dan tujuan organisasi. Hal ini di perkuat dengan hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa selama proses pembelajaran, Pengajar Muda di tuntut untuk dapat
74
melaksanankan program kerja sesuai dengan apa yang di butuhkan di wilayah tersebut. Untuk
program kerja, Indonesia Mengajar telah menyusun apa saja yang harus dikerjakan oleh Pengajar
Muda selama 1 tahun kedepan, namun dalam proses pelaksanaannya tidak selalu berjalan lancar,
para Pengajar Muda juga menghadapi kesulitan – kesulitan. Menurut Eka Danta Jaya Ginting
(2004) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pembelajaran organisasi adalah sesuatu yang
baru yang kadang masih sering disalahtafsirkan hanya sebagai upaya-upaya pelatihan maupun
pengembangan kemampuan organisasi dan karyawan. Sebenarnya organisasi pembelajaran
membawa misi dimana pembelajaran yang dilakukan lebih pada merubah hakikat manusia atau
individu karyawan untuk sadar akan potensi yang dimilikinya. Pembelajaran yang
berkesinambungan merupakan inti dari organisasi pembelajaran. Selain itu organisasi
pembelajaran harus melihat ke dalam dirinya sendiri. Dengan kata lain tidak ada pembelajaran
instant yang bisa diterapkan sama pada semua pihak. Kekuatan organisasi pembelajaran lebih
kepada kemampuan organisasi untuk menilai siapa dirinya, siapa orang-orang didalamnya yang
selanjutnya digunakan sebagai sumber analisa dalam menentukan model pembelajaran yang
sesuai dengan ciri khas suatu organisasi hal inilah yang membuat Pengajar Muda harus
menyusun perencanaan agar proses pembelajaran berjalan sesuai dengan yang di harapkan,
walaupun Indonesia Mengajar telah mempunyai program kerjanya, namun para Pengajar Muda
tetap membuat perencanaan selama proses pembelajaran di jalankan. Berhasil atau tidaknya
proses pembelajaran di lihat dari fase setelah pembelajaran tersebut selesai, jika terjadinya
pembiasaan pada masyarakat desa dan masyarakat tidak memperlukan lagi suatu organisasi yang
membantu dalam pembangunan daerahnya maka dapat dikatakan berhasil, dan untuk Pengajar
Muda pun pasti akan terjadi perubahan tindakan maupun perilaku setelah pembelajaran selesai.
75
6.4 Nilai individu setelah menjadi Pengajar Muda
Dengan adanya pembelajaran pada individu maka dapat mengubah nilai – nilai individu juga,
hal ini dikarenakan lingkungan dan kebiasaan yang berubah, seperti yang diungkapkan bahwa
nilai (value) menunjukan alasan dasar bahwa “cara pelaksanaan atau keadaan akhir tertentu lebih
disukai secara pribadi atau sosial dibandingkan cara pelaksanaan atau keadaan akhir yang
berlawanan”. Nilai memuat elemen pertimbangan yang membawa ide-ide seorang individu
mengenai hal-hal yang benar, baik, atau diinginkan. Nilai memiliki sifat isi dan intensitas. Sifat
isi menyampaikan bahwa cara pelaksanaan atau keadaan akhir dari kehidupan adalah penting.
Sifat intensitas menjelaskan betapa pentingnya hal tersebut. Ketika menggolongkan nilai seorang
individu menurut intensitasnya, kita mendapatkan sistem nilai (value system) orang
tersebut.(Robbins & Judge, 2009:146) Dalam buku Perilaku dalam Organisasi (Wibowo, 2013)
Nilai dikatakan dapat mempengaruhi sikap dan perilaku, nilai didefinisikan: Nilai-nilai atau
values adalah kesadaran, hasrat efektif atau keinginan orang yang menunjukan perilaku mereka.
Nilai-nilai personal individu menunjukan perilaku di dalam dan di luar pekerjaan. Apabila
serangkaian nilai-nilai orang adalah penting, maka akan menunjukan orang dan juga
mengembangkan perilaku konsisten untuk semua situasi (Gibson, Ivancevich, Donnelly, 2000).
Hal ini dapat di lihat dari hasil penelitian yang diketahui bahwa nilai individu seorang Pengajar
Muda dapat berubah setelah adanya pengulangan yang terjadi terus – menerus, kesadaran akan
hal kecil yang dapat berpengaruh besar juga menjadi suatu pembelajaran yang dapat di ambil
setelah menjadi Pengajar Muda. Hal ini di akui oleh para alumni Pengajar Muda bahwa setelah
mereka mengikuti program, terdapat perubahan pada perilaku individual di karenakan dampak
positif dari Indonesia Mengajar. Pengulangan kebiasaan yang terus menerus selama setahun
penugasan juga di akui bahwa hal tersebut sangat mempengaruhi dalam perubahan.
76
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Saat ini banyak sekali organisasi di bidang sosial bermunculan, baik organisasi profit
maupun non profit salah satunya ialah Indonesia Mengajar. Hal ini di karenakan melihat keadaan
Indonesia sekarang ini, yang memang dibutuhkan pemuda yang peduli akan nasib bangsa,
pemuda yang peduli terhadap sesama manusia dan lingkungan sekitar. Maka dari itu organisasi
sosial menyasar anggota para pemuda bangsa demi memajukan bangsa Indonesia. Banyak para
pemuda yang tergerak untuk bergabung dengan Indonesia Mengajar dengan alasan ialah suatu
bentuk pengabdian dan balas jasa pada Negara. Indonesia mengajar juga menjadi suatu wadah
pemuda untuk dapat mengembangkan diri dan mengasah kemampuan skill serta pengetahuan
untuk perencanaan karir mereka. Berikut ialah kesimpulan mengapa seseorang bergabung di
Indonesia Mengajar
1. Bergabungnya pemuda pemudi di Indonesia Mengajar ialah bentuk mereka dalam balas
jasa dan mengabdi pada Negara. Seseorang yang bergabung di Indonesia Mengajar
mengaku bahwa dengan niatan ingin ikut berkontribusi dalam memajukan pendidikan di
Indonesia yang walaupun peran mereka tidak seberapa namun di harapkan dengan
bergabungnya di Indonesia Mengajar dapat membawa semangat volunteering dan
memotivasi para pemuda bangsa untuk tergerak dalam pembangunan negeri.
2. Selain alasan untuk mengabdi, Indonesia Mengajar juga menjadi batu loncatan seseorang
dalam pengembangan diri untuk mendapatkan pembelajaran serta pengalaman hidup.
Pengembangan diri yang di harapkan seseorang dengan bergabungnya mereka di
77
Indonesia Mengajar juga menjadi suatu alasan, bahwa di Indonesia Mengajar tidak hanya
kerelawanan namun mereka juga dapat mengembangkan diri dan kemampuan untuk
bekal karir dan masa depan.
3. Pembelajaran yang didapatkan sebagai Pengajar Muda menjadikan seseorang dapat
berkomunikasi secara efektif dengan memahami karakter serta berinteraksi dengan
banyak orang. Dalam hal ini, banyak pembelajaran organisasi yang di dapatkan selama
menjadi Pengajar Muda karena sebelum Pengajar Muda di terjunkan di tempat
penugasan, mereka dibekali dengan materi dan pembelajaran yang akan di hadapi selama
setahun penugasan kedepannya. Hal ini membuat banyaknya pembelajaran organisasi
yang mereka dapatkan sehingga alumni pengajar muda dipercaya dengan kemampuan
pembelajaran yang baik
4. Terjadinya perubahan nilai individu setelah menjadi Pengajar Muda, mereka yang telah
menjadi pengajjar muda menjadi lebih terbuka dan menghargai sesama serta merubah
pemikiran atau cara pandang mereka. Setelah menjadi Pengajar Muda, mereka mengakui
bahwa terjadinya perubahan dalam individu.
7.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Dalam dunia perkuliahan,sebaiknya mahasiswa dapat mengambil pengalaman –
pengalaman sebanyak mungkin untuk menambah ilmu yang sudah didapat agar setelah
menyelesaikan pendidikannya mahasiswa dapat menerapkan dan membagikan ilmu yang
mereka punya untuk kemajuan bangsa. Salah satu cara mahasiswa dapat menambah ilmu
selain didalam perkuliahan ialah dengan mengikuti kegiatan sebanyak – banyaknya. Setelah
78
menyelesaikan pendidikan mahasiswa dapat menentukan pilihannya sendiri untuk tetep
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, bekerja, atau mengikuti kegiatan kerelawanan
untuk mengasah dan mengembangkan kemampuan diri individu
2. Bagi Penelitian Selanjutnya
Diharapkan penelitian ini dapat membantu dan menambah referensi untuk penelitian
selanjutnya serta membawa manfaat untuk peneliti
3. Bagi peneliti
Semoga penelitian menjadi motivasi peneliti untuk bergabung dan berkontribusi dalam
memajukan pendidikan di Indonesia melalui berbagai macam kegiatan sosial dan sejenisnya.
79
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. 2005. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta
Didik. PT Bumi Aksara
Alwisol. 2005. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press
Anders Ortenblad, 2001. On differences between organizatiol learning and learning
organization, The Learning Organization, Vol 8, No 3, MCB University Press – ISSN
09696474
Andi, Mappiare. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.
Boeree, C. George. 2008. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Prismasophie.
Creswell, John W. 2010. Edisi ke-3.Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed.Yogyakarta
Emzir. (2012). Analisis Data: Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.
Hall, Calvin S. Dan Gardner Lindzey. 1993. Teori – Teori Psikodinamik (Klinis). Editor A.
Supratikya. Yogyakarta: Kanisius.
Koentjaraningrat. 1997. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Martha Mary McGraw, Martha Mary. 1987. 60 WAYS TO LET YOURSELF GROW. Yogyakarta:
Kanisius
Marquardt, Michael J., 1996. Building The Learning Organization, McGrawHill
Montagu, Lisa. 2008. Learning Organization / Organizational Learning.
Robbins, Stephen P & Timothy A. Judge., 2009. “Perilaku Organisasi-Organizational
Behavior”, Jakarta, Salemba Empat.
Schwartz, S.H., 2012. “An Overview of the Schwartz Theory of Basic Values. Online Readings in
Psychology and Culture”,2(1). http://dx.doi.org/10.9707/2307-0919.1116.
Senge, P., Ross, R., et.al., 1999. The Dance of Change: The Challenges of Sustaining Momentum
in a Learning Organization. New York : Doubleday & Co.
Sigian, P Sondang. 1995. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Rineka Cipta : Jakarta
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Wibowo., 2014. “Perilaku Dalam Organisasi”, Jakarta, RajaGrafindo Persada.
80
JURNAL DAN SKRIPSI
Rospiani, Yeni. (2016). “Kajian Penguatan Nilai Individu Pegawai dalam Rangka
Pengembangan Kapasitas Sumber Daya Manusia”. Skripsi
London, Manuel and W. Smither, James. (1999). “Self development and Continuous Learning”.
Human Resource Management, Spring 1999, Vol. 38, No. 1, Pp. 3–15.
Vasant D, Kanchan. (2012). “An Empirical Examination Of Self-Development Activities:
Integrating Social Exchange And Motivational Lens”. Skripsi
Yutikasari, Dovi. (2016). “Peningkatan Kemampuan Pengembangan Diri dengan Menggunakan
Metode Praktik Siswa Tuna Netra kelas III SLB A Yaketunis Yogyakarta”. Skripsi
Absah, Yeni. (2008) “Pembelajaran Organisasi: Strategi Membangun Kekuatan Perguruan
Tinggi”. Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 1, Nomor 1, Januari 2008: 33 – 41
Mohammed, Saida. (2015). “Learning Organization and Employee Motivation: a case study of
equity bank, Kenya”. Skripsi
Castaneda, Delio Ignacio and Fernández R, Manuel. (2007). “From Individual Learning To
Organizational Learning”. Electronic Journal of Knowledge Management. Volume 5
Issue 4 2007 (363-372)
Ginting, Eka Danta J. (2004). “Peranan Organisasi Pembelajaran dalam Meningkat
Kompetisi Kerja” jurnal management Sumber Daya Manusia. 2004 Digitized by USU
digital library
Ortenblad, Anders. (2001). “On differences between organizatiol learning and learning
organization”. The Learning Organization. Vol 8, No 3, MCB University Press – ISSN
0969-6474
DATA ELEKTRONIK
BPS http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2009_40.pdf di akses pada tanggal 10 april
2017, 19.15 WIB
Indonesia Mengajar https://indonesiamengajar.org/ di akses pada tanggal 10 Februari 2017,
15.00 WIB
82
Lampiran A
PEDOMAN WAWANCARA
Pengajar Muda
1. Mengapa anda memilih untuk bergabung di IM?
2. Apa yang membuat anda tertarik untuk menjadi PM?
3. Apakah dengan menjadi PM, membantu anda dalam hal bersosialisasi? Seperti apa?
4. Apakah dengan menjadi PM, ada rasa kebanggaan tersendiri dalam diri anda?
Bagaimana?
5. Apakah ada hal yang ingin anda capai sebelum menjadi PM?
6. Kesulitan apa saja yang anda alami selama menjadi PM?
7. Apa saja kesibukan yang anda lakukan sebelum menjadi PM?
8. Pelajaran penting apa yang anda harapkan selama menjadi PM?
9. Apa pelajaran penting yang anda dapatkan setelah menjadi PM?
10. Bagaimana anda membuat perencanaan yang lebih jelas untuk kemajuan pembelajaran?
11. Apakah anda berani mengambil tindakan demi kemajuan pembelajaran? Seperti apa?
12. Apakah ada kendala yang anda hadapi selama proses pembelajaran?
13. Bagaimana cara anda untuk menyelesaikan masalah – masalah yang terjadi selama proses
pembelajaran?
14. Apakah anda mempunyai komitmen jangka panjang untuk terus belajar? Seperti apa?
15. Bagaimana fasilitas sarana prasarana yang berikan IM untuk nenunjang selama proses
pembelajaran?
16. Kesibukan apa yang anda jalani setelah menjadi PM?
17. Apakah setelah menjadi PM, menambah nilai kemandirian dalam hal berpikir atau
bertindak? Bagaimana?
18. Apakah setelah menjadi PM, menambah tantangan hidup dalam diri anda?
19. Apakah ada kepuasan untuk diri sendiri setelah menjadi PM itu tercapai? Bagaimana?
20. Apa yang ingin anda capai setelah menjadi PM?
21. Bagaimana PM mempengaruhi kehidupan sosial anda?
22. Bagaimana pengendalian dalam diri anda terkait isu sosial/norma di lingkungan sekitar
anda?
83
23. Bagaimana anda menerima atau menghormati tradisi yang anda di tempat penugasan
anda?
24. Apakah setelah menjadi PM, ada rasa untuk meningkatkan kesejahteraan orang – orang
sekitar? Seperti apa?
25. Bagaimana pemahaman anda terhadap orang lain atau toleransi terhadap sesama setelah
menjadi PM?
26. Apa yang anda harapkan untuk pendidikan di Indonesia pada masa mendatang?
Trustee
1. Seberapa dekat anda dengan narasumber?
2. Pertama kenal narasumber dari IM?
3. Bagaimana sikap narasumber selama penugasan?
4. Apakah narasumber sering mengeluh selama penugasan?
5. Apakah terjadi perubahan sikap atau perilaku narasumber sebelum dan setelah
penugasan?
6. Bagaimana sikap narasumber setelah penugasan?
84
Lampiran B
TABEL REDUKSI DATA
A. Ringkasan
Masalah yang di
teliti Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 4 Tipe 5
Tertarik di bidang
pendidikan
Agar semua anak
mendapat
pendidikan yang
sama
Suka mengajar Kontribusi di
pendidikan
Berinteraksi
dengan semua
pihak
Kontribusi di
pendidikan
3 tipe = pendidikan
1 tipe = suka
mengajar
1 tipe = berinteraksi
Alasan
bergabung
dengan IM
Panggilan untuk
mengabdi
Balas jasa pada
negara
Cinta dunia sosial Panggilan untuk
mengabdi
Cinta pendidikan
dan anak – anak
2 tipe = Mengabdi
1 tipe = Balas jasa
1 tipe = Cinta sosial
1 tipe = Cinta
pendidikan
Kebutuhan
bersosialisasi
Dapat mengenal
karakter orang
lain
Dapat
berkomunikasi
secara efektif
Dapat berinteraksi
dengan banyak
orang
Dapat berinteraksi
dengan banyak
orang
Dapat berinteraksi
dengan banyak
orang
3 tipe = berinteraksi
1 tipe = mengenal
karakter
1 tipe = komuikasi
efektif
Pembelajaran
yang di harapkan
Pembelajaran
hidup
Memberdayakan
masyarakat
Pemahaman
pendidikan di
indonesia
Pandangan yang
berbeda tentang
anak – anak dan
perempuan
Merubah
pemikiran
negative
1 tipe =
pembelajaran hidup
1 tipe = berdayakan
masyarakat
1 tipe = memahami
pendidikan
1 tipe = pandangan
yang berbeda
1tipe = merubah
pemikiran
Perencanaan
dalam menyusun
pembelajaran
Mengikuti
program yang di
berikan
Mencari tahu
kebutuhan
masyarakat
Mengikuti
program yang di
berikan
Mengikuti
program yang di
berikan
Mengikuti
program yang di
berikan
4 tipe = mengikuti
program
1 tipe = mencari tahu
85
kebutuhan
Kesulitan selama
pembelajaran
Menyatukan
pemikiran yang
berbeda
Masyarakat
yang kurang
mendukung
Situasi sosial
dalam beradaptasi
Masyarakat yang
kurang
mendukung
Masyarakat yang
kurang
mendukung
1 tipe = menyatukan
pemikiran
3 tipe = masyarakat
kurang mendukung
1 tipe = situasi sosial
Pembelajaran
yang di dapat
Hidup rukun Fasilitas
perubahan
Realita
pendidikan di
Indonesia
Perubahan cara
pandang terhadap
anak – anak dan
perempuan
Rasa syukur, ilmu
parenting,
1 tipe = hidup rukun
2 tipe = perubahan
1 tipe = realita
pendidikan
1 tipe = ilmu
parenting
Kemandirian Mengambil
keputusan dengan
bijak
Mengambil
keputusan
dengan bijak
Tidak
menggantungkan
hidup dengan
orang lain
Dapat terbiasa
dengan kondisi
yang tidak terduga
Merasakan hidup
sendiri
2 tipe = mengambil
keputusan
1 tipe = tidak
menggantungkan
hidup
1 tipe = terbiasa
1 tipe = hidup sendiri
Tantangan hidup Intropeksi diri Tambah
berhutang
Decision maker Mulai dari 0 lagi Mencoba hal baru 1 tipe = introspeksi
diri
1 tipe = tambah
hutang
1 tipe = decision
maker
1 tipe = mulai dari 0
1 tipe = mencoba hal
baru
Kepuasan diri Berterima kasih
pada Indonesia
Tidak puas Dapat menerima
dan memeluk
ketidakpastian
Menjadi
pembelajaran
Ikut andil dalam
pendidikan
indonesia
1 tipe =
berterimakasih
1 tipe = tidak puas
1 tipe = menerima
1 tipe =
pembelajaran
1tipe = pendidikan
86
Pencapaian Karir dan
kegiatan sosial
Berperan
banyak di dunia
pendidikan
Lanjut kuliah dan
kegiatan
volunteering
Kerja kemudian
lanjut kuliah
Ingin membangun
sekolah rintisan
dan bergabung di
pemerintahan
1 tipe = karir
1 tipe = pendidikan
2 tipe = lanjut kuliah
1 tipe =
pemerintahan
Kehidupan sosial Menambah rasa
empati dan
kepedulian
Menjadi lebih
easy going
Dapat
berkomitmen
Memiliki
pandangan yang
berbeda
Lebih realistis 1 tipe = empati
1 tipe = easy going
1 tipe = komitmen
1 tipe = pandangan
yang berbeda
1 tipe = realistis
Penyesuaian
emosi
Lebih tertata Lebih tertata Lebih menerima,
everything comes
naturally
Dapat menerima
segala
ketidakmungkinan
Lebih tertata 3 tipe = tertata
2 tipe = menerima
Tradisi Menghormati dan
berhati - hati
Menghormati
dan menerima
budaya
Adanya culture
exchange
Menghormati dan
berhati - hati
Adanya culture
exchange
3 tipe = menghormati
2 tipe = culture
exchange
Kesejahteraan Membantu
masyarakat
menengah
kebawah
Membantu
financial
keluarga
Belum tapi akan
mencoba
Kontribusi di
lingkungan sekitar
Kontribusi di
lingkungan
sekitar
1 tipe = bantu
masyarakat
menengah kebawah
1 tipe = bantu
financial keluarga
1 tipe = belum
mencoba
2 tipe = kontribusi di
lingkungan sekitar
Universal Menjadi open
minded
Menghargai
alasan di balik
sesuatu
Dapat memahami
perbedaan
Dapat memahami
perbedaan
Menjadi open
minded
2 tipe = open minded
2 tipe = memahami
perbedaan
1 tipe = menghargai
alasan
87
B. Informasi Narasumber
Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 4 Tipe 5
Latar belakang
keluarga
Menengah keatas Menengah kebawah Menengah keatas Menengah kebawah Menengah keatas
Pekerjaan orangtua Wirausaha Dokter relawan Guru Petani dan guru
Biaya pendidikan Beasiswa Beasiswa Beasiswa Beasiswa Beasiswa
Kehidupan
perkuliahan
Aktif organisasi Aktif organisasi Aktif organisasi Aktif organisasi Aktif organisasi
Angakatan Pengajar
Muda
8 8 11 11 8
Penempatan Kapuas,
Kalimantan Barat
Lebak, Banten Aceh utara, NAD Aceh utara, NAD Rote, Nusa
tenggara
C. Kutipan Percakapan
Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 4 Tipe 5 Analisis
Tertarik di
bidang
pendidikan
“Klo tekad untuk
gabung di IM
sebenernya yang
emang sudah tekad
dari awal dari kuliah
cuman abis kuliah
ternyata dapat rejeki
di tempat lain kerja
dulu. Tertariknya
karena aku bisa
berkontribusi
walaupun sedikit
di…. Aku kaya
seumpamanya aku
“Saya tidak pernah
berharap jadi
Pengajar Muda, saya
baru mengenal term
ini saat sudah
memasuki proses
pendaftaran. Yang
sebelumnya ada di
kepala saya adalah,
saya mau ikut
Indonesia Mengajar
tanpa tahu bahwa
peserta program ini
bernama „Pengajar
“Jadi sebenernya tau
IM itu 2011 waktu
masih awal – awal
kuliah dan kaya gak
tau sih, kaya
menarik banget gitu.
jadi aku join
beberapa komunitas
and then kaya dari
SMA aku udah ikut
volunteering kaya
nanam mangrove,
and then kaya
misalnya ke panti
“wujud awal saya
ingin pengabdian di
daerah – daerah
terpencil khususnya,
nah bagi saya ya
untuk menjadi
pengajar itu gak ada
salahnya gitu, bagi
saya ya saya tertarik
dengan pernyataan
pendiri yah, pendiri
Indonesia Mengajar
yang sekarang calon
gubernur juga gitu,
“memang saya juga
tertarik sama dunia
pendidikan, jadi
memang waktu itu
saya gak langsung
gabung ke IM jadi
sebenernya saya Tapi intinya memang sangat
tertarik dengan
pendidikan dan cinta
anak – anak.” (Nurhilmi, 14/4/17,
14.30)
88
berpikiran kalo, kalo
nunggu kaya lama
gitu untuk bantu
sesama, trus
kemudian kalo
nunggu aku mapan
dan lain sebagainya
juga lama. Ya yang
aku punya yaitu
salah satunya
kontribusi ini gitu
buat apa namanya..
sama – sama
ngebantuin si anak –
anak di pelosok
tentunya buat sama –
sama juga
mendapatkan
pendidikan yang
sama dengan anak –
anak yang ada di
kota.”
(Asep, 8/4/17, 11.55)
Muda‟. Toh intinya
tetap mengajar,
bahkan di pelatihan
dapat banyak sekali
tambahan ilmu
tentang hal – hal
yang menunjang
proses mengajar
hingga bagaimana
pendidikan bisa
maksimal”
(Atina, 10/4/17,
10.03)
asuhan atau apa kaya
gitu, ya kegiatan –
kegiatan sosial
semacem itu aja gitu.
Nah yang aku sering
banget suka itu yang
biasanya tentang
lingkungan sama
pendidikan gitu dan
which is Indonesia
Mengajar itu
fokusnya di
pendidikan gitu jadi
kaya satu visi aja.”
(Andhin, 12/4/17,
15.30)
mendidik itu
sebenernya bukan
pekerjaan guru aja
jadi mendidik itu
memang pekerjaan
orang terdidik gitu,
jadi walaupun bagi
saya ya setelah
mendengarkan
pendapat beliau itu
bagi saya apapun
profesi seseorang
mendidik itu ialah
kewajiban, klo
emang ada
kesempatan untuk
bisa ikut mendidik
gitu ya kenapa tidak,
apalagi ada
kesempatan untuk
mendidik di anak –
anak yang boleh
dikatakan jauh dari
akses, jauh dari
fasilitas dan terbiasa
dengan kondisi
pedalaman, ya
kenapa tidak gitu”
(Ilham, 13/4/17,
18.30) Alasan
bergabung “Ya tapi ini
panggilan, sekali lagi
“Awalnya ingin
membayar „hutang‟
“Kayanya Indonesia
Mengajar tuh
“klo mau bilang ini
sih sebenernya
“yang pertama
adalah merasa
89
dengan IM ini panggilan gitu,
bukan lagi aku ke
Indonesia Mengajar
nyari gajinya nyari
apanya ya, gak ada
klo yang kaya gitu
semua, cuman
sekarang mikirnya
gimana caranya
berkontribusi dan
berterimakasih sama
Indonesia gitu sih.”
(Asep, 08/04/17,
11.55)
pada Negara atas
kesempatan yang
saya dapat. Saya
banyak mendapat
bantuan untuk
sekolah, terutama
dari Negara.
Khususnya saat
kuliah, lebih banyak
kesempatan yang
saya dapat, dari
Negara juga yang
tidak semua orang
mengalaminya.”
(Atina, 10/4/17,
10.03)
kayanya punya visi
yang bagus deh dan
aku merasa kaya
Indonesia Mengajar
itu kegiatannya aku
banget kaya gitu sih.
Tpi kayanya cuman
satu visi doang itu
kaya gak cukup deh.
Menurutku kita tuh
harus involve, kita
harus join disana jadi
mengambil
bagianlah. Maka dari
itu aku memutuskan
untuk bergabung di
IM”
(Andhin, 12/4/17,
15.30)
panggilan yah,
panggilan. Klo saya,
dulu memang cinta
alam sih proses pengabdian
tadi yah, karena
memang target awal memang pengennya
pengabdian, nah kan
caranya banyak ada
jadi guru dan ke
masyarakat nah
Indonesia Mengajar
ini menawaarkan
tidak hanya jadi guru
gitu tapi kita juga
berinteraksi dengan
masyarakat, intinya
kita punya misi yang
sama gitu, misi
untuk memajukan
pendidikan di daerah
tersebut.”
(Ilham, 13/4/17,
18.30)
bahwa pendidikan di
Indonesia itu gak
adil, gak adilnya
karena misalnya
ketimpangan
pendidikannya Nah untuk akses
sekolah mereka aja
susah, apalagi klo
denger misalnya
berita di TV banyak
sekolah yang
ambruk dan lain
sebagainya itu kan
miris banget
makanya
motivasinya kesitu,
kemudian selain itu
juga pengen
memotivasi anak –
anak itu sendiri
bahwa mereka harus
bangga nih sama
daerahnya karena
kebanyakan anak
daerah merasa
dirinya terkucilkan.” (Nurhilmi, 14/4/17,
14.30) Kebutuhan
bersosialisasi
“Nah disitu kita bisa
bersosialisasi dan
mengenal karakter
“Di pelatihan kita di
dorong untuk
mengembangkan
“ya, ada sih ada
pengaruhnya
mungkin kaya
“Sangat sekali,
sangat membantu.
Karena memang,
“Iya, karena memang
waktu camp pun kita
diajarkan untuk
90
masing – masing
seseorang dan yang
beda – beda gitu.
Kemudian kita jadi
sekarang keluar udah
gak di Indonesia
Mengajar lagi apa
namanya.. ketemu
orang – orang
ternyata oh dulu aku
pernah ketemu sama
orang yang sifatnya
kaya gini aku harus
berhadapannya kaya
gini dan lain
sebaginya. Jadi,
sangat membantu
aku dalam hal
bersosialisasi
bersama orang –
orang.”
(Asep, 08/04/17,
11.55)
beberapa
kompetensi, salah
satunya tentang
komunikasi. Lalu di
lapangan kita
mendapat tantangan
yang membuat kita
belajar bagaimana
berkomunikasi
efektif dengan
berbagai pihak. Jadi
klo di bilang
membantu dalam hal
bersosialisasi pasti
iya, karena kita di
sana di tuntut untuk
dapat berkomunikasi
dengan berbagai
pihak juga.”
(Atina, 10/4/17,
10.03)
sebelum aku bisa
join di pengajar
muda karena harus
lulus dulu nah aku
tuh sering nyari –
nyari informasi
bagaimana caranya
aku bisa gabung
dalam yayasan
gerakan Indonesia
Mengajar. Nah
disitulah juga aku
kaya akhirnya „oke
ternyata selain orang
yang possible untuk
mendaftar jadi
pengajar muda itu
kita bisa untuk
kegiatan – kegiatan
lainnya”
(Andhin, 12/4/17,
15.30)
biasanya memang
termasuk orang yang
suka berinteraksi
yah, ketika KKN
pun saya banyak
belajar berinteraksi
dengan masyarakat
yah,
di IM karena
memang tugas di IM
itu tidak hanya di
sekolah yah kita
bagaimana menjadi
bagian dari
masyarakat,
berinteraksi dengan
orangtua untuk
menyampaikan
kondisi anaknya”
(Ilham, 13/4/17,
18.30)
interaksi sesama kita
baik kepada orang
lain juga, jadi klo
sosialisai iya
banget.” (Nurhilmi, 14/4/17,
14.30)
Pembelajaran
yang di
harapkan
“Pengennya sih
mendapatkan
pembelajaran hidup
bahwa gak semua
hidup ini kaya orang
– orang yang ada di
kota gitu loh. Jadi,
intinya pengen
nampar diri sendiri
“Saat sudah di
pelatihan dan
mengetahui bahwa
menjadi PM bukan
sekedar mengajar,
saya berharap bisa
belajar
memberdayakan
masyarakat dnegan
“I‟m not expect
anything actually,
jadi cuman aku
berharap kaya aku
bisa memahami lagi
sudut – sudut lain
Indonesia gitu
bagaimana
mempelajari
“Klo bayangan saya
di IM itu karena
memang mengajar,
ini ada menariknya
nih sebenernya saya
tuh gak suka sama
anak – anak.
memang saya belajar
untuk mengajari,
“yang di harapkan
apa yah.. salah
satunya tadi sih
merubah pemikiran
yang negative
menjadi positif kan
kemudian apa yah
yang di harapkan..
banyak belajar
91
kalo „eh bangun gitu,
hidup tuh gak cuman
di kota loh. Ternyata
orang – orang yang
di desa itu punya
banyak kendala,
punya banyak
hambatan yang harus
lo bantu gitu.‟ Ya
contohnya ya aku
pengen kaya gitu,
gitu. Pengen
harapannya pengen
nyadarin diri aku
sendiri bukan
nyadarin orang lain
atau buat apa
namanya.. buat
ngebantu orang lain
enggak sih.”
(Asep, 08/04/17,
11.55)
cara yang lebih
sistematis.”
(Atina, 10/4/17,
10.03)
kebudayaannya
mereka dan lain
sebagainya, trus
kaya gimana sih
sebenernya
kenyataan
pendidikan
Indonesia di daerah
lain itu karena kaya
„kenapa gitu harus
ada Indonesia
Mengajar?‟ berarti
kan ada sesuatu yang
salah disitu, nah itu
yang pengen aku
liat.” (Andhin,
12/4/17, 15.30)
bayangan saya klo
kita untuk mengajar
pasti kita diberi
pembekalan kaya
gitu bahkan untuk
karena saya berpikir
kita akan turun ke
sekolah saya tidak
berpikir bahwa kita
akan banyak
berinteraksi dengan
masyarakat tapi
nyatanya ya ternyata
kita harus
berinteraksi dengan
masyarakat disana.”
(Ilham, 13/4/17,
18.30)
“dia jawab kalo dia
mulai tertarik
dengan kegiatan
sosial itu yah
semenjak selesai
KKN dan dia suka
gitu berinteraksi
dengan masyarakat –
masyarakat yang
berarti bapak –
bapak yah. Trus dia
mutusin buat gabung
di IM sekalian biar
banyak tambah ilmu
dari temen – temen
baru sebenernya,
lebih ke itu sih.
Karena ketemu
orang – orang yang
banyak gitu dan pasti
pemikirannya beda –
beda.” (Nurhilmi, 14/4/17,
14.30)
92
pemikiran dia
terbuka aja gitu
tentang perempuan
dan anak – anak.
Nah dari situ aku
sering kasih dia
masukan – masukan
yang membantu dia
selama penugasan
dan yah
Alhamdulillah sih
sekarang dia bisa
kok akrab dengan
anak – anak maupun
perempuan”
(Haiva, 21/05/2017,
14.17) Perencanaan
dalam
menyusun
pembelajaran
“kita punya yang
namanya istilahnya
kaya rancangan 1
tahun kita akan di
sana gitu loh. (iya)
Trus, kita tuh di
arahin juga sama apa
namanya..
manajemen di
Indonesia Mengajar
gitu dalam 3 bulan
kedepan kamu harus
sosialisasi dengan
warga disana
kemudian
“Saat di tempat tugas
sebagai PM, saya
mencoba untuk
mencari tahu apa
kebutuhan
masyarakat, dan
mencoba mendorong
keterlibatan mereka. Mencari hal yang
bisa membuat
mereka tertarik
melakukan sesuatu,
misalnya saya
menyadari bahwa
seorang stakeholder
“banyak kerjaan PM
itu kan ada.. kita
bilangnya apa yah, 3
dimensi. Jadi kita
ada ke sekolah, ada
ke desa, desa dari
kecamatan, ada ke
kabupaten gitu. Nah
karena aku tuh
disana tahun ke
empat, berarti kan
harusnya udah ada
perubahan, dan
Alhamdulillahnya di
sekolah aku itu udah
“selama disana ya
kita menyesuaikan
dengan program,
kebetulan memang
misalnya klo kita
ngajar ya kita buat
materi apa yang mau
kita ajarkan bagaimana membuat
anak – anak ini
sennag belajar
yaudah saya buat
media semenarik
mungkin pengalaman
“Kalo disananya sih
aku ngikutin... Guru
– gurunnya jadi
memang kita lihat
disekolahnya itu
seperti apa nih
nanya kekepala
sekolah sama
gurunya karena
waktu itu aku ngajar
kelas dua abis itu
aku ngajar kelas dua
itu cuman beberapa
bulan karena ada
guru di mutasi di
93
perkembangannya
dilihat kemudian 3
bulan berikutnya
kamu harus melihat
perkembangan anak
– anak yang disana
itu seperti apa gitu
kemudian 3 bulan
berikutnya apa
namanya.. kita harus
melihat peran dari
masyarakat yang ada
di kabupaten itu
tentang pendidikan
di kabupatennya
seperti apa
responnya, apakah
ikut serta ataukah
acuh tak acuh dan
lain sebagainya
kemudian 3 bulan
berikutnya itu adalah
kita lebih kepada
mengajak sih,
mengajakin
stakeholder –
stakeholder yang
terkait di kabupaten
untuk ikut
ngebantuin”
(Asep, 08/04/17,
11.55)
pada dasarnya ingin
dihargai dan senang
diapresiasi, maka
aku „menggoda‟
yang bersangkutan
untuk memmbuat
sesuatu yang
menjadikan dia
pioneer di
lingkungannya.
Program tersebut
akhirnya beliau
wujudkan, dan jadi
titik penting buat
pembentukkan
komunitas
selanjutnya”
(Atina, 10/4/17,
10.03)
ada perubahan
walaupun ya
perubahannya selow
gitu yah Itu doang, nah itu
selain disitu ya
sebenernya harusnya
sih di
kemasyarakatan
cuman di desa aku
itu rada gender
center gituloh jadi
kaya anak
perempuan itu gak
bisa kemana – mana,
jadi aku klo di desa
gak bisa kemana –
mana karena yang
diundang semuanya
itu cowo gitu trus
abis itu biasanya aku
ke kecamatan, nah
kebetulan di
kecamatan itu ada
yang namanya
„Kompak‟ kompak
itu adalah komite
mahasiswa dan
pelajar kota makmur,
nama kecamatan aku
itu kota makmur”
(Andhin, 12/4/17,
kehidupan lah
istilahnya yaudah
kita bagaimana
mencari kalimat
yang baik
begitu juga dengan
stakeholder gitu jadi
perencanaannya
lebih ke kondisi
lapangannya sih.”
(Ilham, 13/4/17,
18.30)
pindah untuk PNS
dan untuk ngajar
kelas dua.” (Nurhilmi, 14/4/17,
14.30)
94
15.30) Kesulitan
selama
pembelajaran
“Kendalanya pasti
ada gitu, karena
pemikiran kita
mungkin dengan
pemikiran orang –
orang yang ada
disana di
kabupatennya di
daerahnya berbeda.
Dan cara
pandangnya pun
berbeda gitu, ya klo
seumpamanya kita
lagi ngajuin acara
atau ngajuin
program gitu sama
pemerintah disana,
mereka terkadang
terkesan acuh tak
acuh dan masa bodo
gitu dengan program
tersebut, padahal itu
menyangkut dengan
kabupatennya dia
dan untuk anak –
anak dia gitu”
(Asep, 08/04/17,
11.55)
“Hhmm klo ngeluh
sih enggak yah,
“Pasti ada, tapi
pastinya kita terus
berusaha mencari
pendekatan –
pendekatan lain
Selalu mencari
peluang dan
kesempatan untuk
mendekati
stakeholder, trus
menyesuaikan
dengan kepribadian
masing – masing
juga. Jadi kaya pelan
– pelan tapi pasti
gitu deh”
(Atina, 10/4/17,
10.03)
“Klo capek sih pasti
ada yah, kebayang
gimana kita hidup di
desa orang selama
setahun yang kita
harus beradaptasi dll
dan kita di desa itu
sendirian yang
dimana kita di tuntut
harus berpikir cepat
dan bjak dalam
mengambil
“kalo untuk desa sih
aku give up sih,
karena memang itu
gak mungkin. Di diri sendiri itu
lebih ke.. cara
menghadapi situasi
sosial gitu – gitu kali
yah. Jadi kaya kamu
dihadapkan dengan
masyarakat yang
dalam situasi
sosialnya itu gak
sama sekali, jauh
dari kamu gitu jadi
yah kaya gitu, disitu
tuh kaya resilient,
audibility itu tuh
yang diuji banget
gitu”
(Andhin, 12/4/17,
15.30)
“paling klo dia lagi
bingung gitu dia
selalu cerita sama
aku atau ke teman –
teman di camp. Nah
klo andhin sendiri,
dia termasuk yang
paling sering ke
“banyak sebenernya.
Intinya yang
namanya kita turun
ke masyarakat yang
notabenenya
terpencil yah, hal
yang paling pertama
saya rasakan itu
bahasa kemudian kualitas
guru gitu yah nah ini
juga merupakan
kesulitan bagaimana
metode
pembelajaran bahkan
merekapun banyak
yang belum bisa
menggunakan IT
disana mungkin rasa
kesulitan tapi itu
tantangan juga sih
karena disini
bagaimana kita
menaklukan itu
gitu.” (Ilham, 13/4/17,
18.30)
“Ya paling dia sering
ceritanya klo kaya
ada yang bikin
“tapi kalo dari segi
pendidikannya
lumayan agak maju
karena memang
sudah banyak
orangtua yang mau
diberikan sosialisasi
untuk pendidikan,
jadi kaya yang „oh
iya yah karena
pendidikan yang
sekarang sudah
gratis yasudah anak
saya, saya biarin
sekolah‟. (Nurhilmi,
14/4/17, 14.30)
95
paling kaya cerita
capek deh anak –
anaknya begini, atau
warga misalnya ada
yang susah di ajak
kompromi atau kerja
sama. Tapi overall
dia gak pernah yang
kaya ngeluh –
ngeluh atau gak suka
gimana gitu yah”
(Hety, 20/05/2017,
09.16)
keputusan. Tapi
selama itu atina gak
pernah yang kaya
ngeluh atau gak
sanggup gitu, semua
dia jalani dengan
ikhlas dan sabar.
Jadi pembawaannya
juga enak gitu, di liat
juga kan atina tipe
orang yang idealis
yah, dapat menerima
segala perbedaan.”
(Mega, 21/05/2017,
11.07)
camp jadi dia sering
ikut forum diskusi
gitu.”
(Andhin,
21/05/2017, 14.17)
pusing gtu sih trus
dia itu kan sifatnya
rada keras yah, nah
aku paling kasih
taunya kaya coba dia
merefleksikan diri
gituu jalan sendirian
kemana kek jangan
di camp atau di desa
klo pikirannya lagi
kacau gitu.”
(Haiva, 21/05/2017,
14.17)
Pembelajaran
yang di dapat
“Hidup
berdampingan rukun
kaya gitu loh. Ada
hal – hal yang gak
orang – orang luar
itu tau tentang hal –
hal yang kaya gitu,
padahal itu tuh
penting dan hal – hal
sepele yang sekarang
gitu tentang agama
dan sebagainya
menjadi besar
kemudian menjadi
konflik tapi klo di
sana biasa aja kok.
Orang – orang yang
“Iya dapat, di
pelatihan memang
dapat beberapa
material seperti
fasilitas untuk
perubahan. Di
lapangan, saya
berkesempatan
mengaplikasikan itu,
teknik – teknik
fasilitas untuk
membuat orang lain
menyadari
kebutuhan mereka
sehingga mau
bergerak untuk
kebaikan mereka
““Dapet sih, poinnya
gitu kaya once aku
datang kesana gitu
hari pertama aku ke
sekolahan aku kaya
kaget sih, biasanya
di cerita – cerita
pengajar muda gitu
rata – rata sekolah
itu tuh yang jelek
banget bentuk
gedungnya gitu kan,
atau yang yah
pokoknya yang gak
tembok dan susah
gitu. Trus aku kaya
mikir „kenapa gitu
“”Yang paling saya
rasakan yah ketika
dengan PM itu
pertama itu tentang
mindset cara
pandnag sya
terhadap anka –
anak, klo dulu saya
melihat anak – anak
nakal itu adalah
suatu hal yang
menjengkelkan tapi
sekatrang saya lihat
itu enggak gitu,
karena justru anak –
anak nakal itu adalah
anak yang pinter
“. Pelajaran
pentingnya banyak
banget, setidaknya
salah satunya adalah
rasa syukur banget Kemudian selain itu
dapat banyak ilmu
gitu, ilmu kaya
misalnya memang
harus jadi orang itu
pikirannya gak boleh
negative mulu, jadi
orang ya memang
harus positif
thinking kemudian
dapat ilmu banyak
mengenai parenting
96
ternyata terjadinya
konflik dan
terjadinya benturan
itu karena orang –
orang yang ternyata
berpengetahuan
lebih maju
dibandingkan orang
– orang yang di desa
sana, gitu.”
(Asep, 08/04/17,
11.55)
sendiri.”
(Atina, 10/4/17,
10.03)
yah harus ada PM
disini, kok kayanya
enggak deh‟ tapi
setelah kaya sebulan,
2bulan, 3bulan,
4bulan oh baru
paham, iya sih
emang kaya butuh
orang gitu.”
(Andhin, 12/4/17,
15.30)
sebenernya
Yang kedua saya
dari SD sampai SMP
itu mengurangi hal –
hal yang atau
komunitas yang
banyak interaksi
dengan perempuan
tapi ketika masuk IM
itu motivasilah”
(Ilham, 13/4/17,
18.30)
kemudian bisa dapat
ilmu tentang gimana
cara ngajar anak –
anak sampe yang
susah banget
, jadi banyak
pelajaran penting
banget buat kita
untuk mengajar gitu
jadi kaya kita berasa
kuliah selama 2
bulan itu untuk
belajar gimana. Jadi
memang banyak
banget hal yang bisa
kita pelajari terutama
dalam hal
pendidikan.” (Nurhilmi, 14/4/17,
14.30) Kemandirian ““Pasti, jadi klo
disana kan kita di
tempatin 1
kecamatan satu yah,
jadi ketika ada
permasalahan yang
ada di desa,
permasalahan di
sekolah, kita dituntut
untuk mengambil
keputusan secara
cepat cara sendiri
“Klo sekarang, aku
lebih bisa memilih
untuk menetukan
sikap sendiri gitu,
keputusan –
keputusan yang saya
ambil pasti
berdasarkan pilihan
pribadi, bukan
karena perlakuan
orang lain. setiap hal
itukan pasti ada
“Iya sih jelas, karena
kita terbiasa hidup
sendiri disana, jadi
kaya kita udah
terbiasa gak
menggantungkan
hidup sama orang
kaya gitu sih, kaya
ya kaya gimana yah
caranya, kita udah
yang kaya otomatis
klo ada problem
“Jelas sangat, sangat
bertambah ya kita
lebih bersyukur jelas
karena memang kita
udah dibiasakan
udah pernah denga
kondisi yang terbatas
fasilitas terbatas
salah satunya yang
kita rasakan itu kita
lebih berhati – hati
jelas dengan kondisi
“Alhamdulillahnya
jadi mandiri banget
sih, jadi misalnya
kaya dulu masih
takut klo misalnya
pergi kemana gitu
jadi waktu masih di
IM aja
Tapi kan kita di
pastiin
keselamatannya kan
klo IM, kita dapat
97
gitu, dengan
mempertimbangkan
resiko – resiko yang
ada.”
(Asep, 08/04/17,
11.55)
tantangannya yah,
apalagi hal yang
baru, kadang gak
sesuai dengan
harapan dan
gambaran awal. Tapi
kan balik lagi, kta
sendiri yang
menentukan mau
bertahan atau
tidaknya. Nah klo
aku pribadi, aku
memutuskan untuk
bertahan, karena
saya sudah
berkomitmen untuk
mendampingi
gerakan pendidikan
yang baru lahir jadi
saya akan terus
melakukan hal itu.”
(Atina, 10/4/17,
10.03)
udah ada solvingnya
gituloh karena kita
udah terbiasa
melakukan itu,
karena kita gak
hidup sama orang
lain yang bisa kita
ajak diskusi kan
disana gitu jadi
kayak lo ada
masalah kita harus
bisa mikir sendiri.”
(Andhin, 12/4/17,
15.30)
yang ada kemudian
lebih hemat karena
memang itu udah
jadi pembelajaran
yah disana
disana itu kan kita
sendiri yah, intinya
di desa itu kita
sendiri jadi memang
klo ada masalah itu
sebisa mungkin ya
kita selesaikan
sendiri gitu.”
(Ilham, 13/4/17,
18.30)
surat yang langsung
dari jendralnya
angkatan darat gitu
karena itu untuk
melindungi kita
karena IM pasti
memintakan surat.” (Nurhilmi, 14/4/17,
14.30)
Tantangan
hidup
“Bukan tantangan
sih lebih kepada
intropeksi diri gitu
yah. Setelah di
Indonesia Mengajar
itu ternyata hal – hal
yang kecil hal – hal
yang di orang kota
remeh tapi di desa
“Setelah selesai
tugas? jelas
bertambah yah
wkwk secara pribadi,
selesai tugas itu
malah saya merasa
semakin berhutang
pada bangsa, sebab
pembelajaran yang
“Life getting harder
sih sebenernya, jadi
kayak lo semisal
orang – orang liat ih
jadi PM itu kaya
susah banget gitu
yah, tapi kaya real
life itu lebih susah
sih daripada
“kita merasa ya kita
berjuang dari nol
lagi setelah kita jadi
PM, tidak hanya
saya tapi teman –
teman juga
merasakan hal yang
sama. Ikut lagi
proses seleksi dari
“Hidup di daerah
yang di dalam otak
itu gak pernah
terpikirkan bahwa
akan tinggal di situ,
bener – bener yang
memang sangat jauh
dari rumah gak
pernah.. aku kan ada
98
itu kaya penting itu
menjadi
pembelajaran sih.
Kaya contohnya
lebih banyak
bersyukur, lebih
banyak bisa
ngebantuin orang,
lebih peka terhadap
sekitar, atau lebih
peka terhadap
lingkungan sosial
kaya gitu. Sekarang
lebih kesitunya.”
(Asep, 08/04/17,
11.55)
beta dapat jauh lebih
banyak saat di IM.
Tantangan hidup
juga semakin terasa
sebab di IM sempat
„keenakan‟ yang
kerja tanpa bos, trus
gak di tuntut ini itu,
waktu dan metode
kerja yang fleksibel
dan lain – lain deh”
(Atina, 10/4/17,
10.03)
kehidupan disana
gitu, karena disana
itu kita tau kita akan
menjalani itu dalam
jangka durasi satu
tahun gitu which is
klo real life itu kan
kita akan setelah ini
mau ngapain yah,
dan itu jangkanya
seumur hidup yakan
jadi kita harus bener
– bener menjadi
seorang decision
maker yang dalam
jangka waktu
panjang, kaya gitu
sih tantangannya
gitu. Kaya
pembelajaran apa
yang ada disana itu
harus kita bener –
bener lakukan yah
untuk selanjutnya
lah kaya gitu.”
(Andhin, 12/4/17,
15.30)
awal maksudnya
nothing special gitu,
gimana jalannya kita
klo mau lanjut
beasiswa ya siapin
berkas lagi, ikut tes
lagi ya kaya kita
merasa fresh
graduate lagi gitu
walaupun orang
mengatakan itu
experience gitu tapi
kita kaya merasa
fresh graduate lagi”
(Ilham, 13/4/17,
18.30)
libur klo di
Indonesia Mengajar
kita boleh libur
selama maksimal 14
hari berarti 2 minggu
kan, waktu itu aku
mempergunakan 10
hari apa berapa gitu
pokoknya hamper 2
mingguan itu aku
pulang sendiri.” (Nurhilmi, 14/4/17,
14.30)
Kepuasan diri “Pasti ada, nah salah
satunya aku pengen..
salah satunya aku ini
gituu buat aku
berterimakasih sama
“Sejujurnya saya
tidak merasa puas
karena jadi PM.
Sebab itu bukan
capaian dambaan
“He‟em jadi
pengajar muda itu
poinnya ada dua
kaya lebih ke..
bagaimana kamu
“jujur saya sendiri
yah tidak
mengharapkan lebih
seorang PM. Bahkan
klo untuk kebutuhan
“Puasnya adalah bisa
ikut andil dalam hal
pendidikan salah
satunya, karena
memang klo di pikir
99
Indonesia yang udah
ngasih aku fasilitas
pendidikan yang
bagus, sekarang aku
pengen
berterimakasih
dengan caranya ini
cara aku gitu. Ada
banyak cara sih
sebenernya, caranya
mungkin bersekolah
lagi kemudian balik
lagi ke Indonesia dan
lain sebagainya, aku
gak bisa kaya gitu
mungkin aku
bisanya kaya gini.”
(Asep, 08/04/17,
11.55)
saya. Jadi PM itu
cuma cara agar saya
bisa ngajar, yang di
kemudian hari saya
sadar bahwa
memperjuangkan
peningkatan kualitas
pendidikan di
Indonesia itu gak
cukup dengan
sekedar mengajar.
Tapi kita juga harus
menggerekkan
seluruh elemen
untuk bergerak
bersama.”
(Atina, 10/4/17,
10.03)
bisa menerima, yang
kedua adalah
bagaimana kamu
bisa memeluk
ketidak pastian.”
(Andhin, 12/4/17,
15.30)
yang terlalu penting,
saya tidak akan
mengatakan klo saya
alumni PM maksudnya ini klo
saya sendiri yah klo
bisa udah cukup itu
menjadi
pembelajaran saya
dan amal ibadah
saya ketika itu tidak
terlalu penting yah
sebisa mungkin saya
tidak akan
mengatakan klo saya
dlu Pengajar Muda
gitu.”
(Ilham, 13/4/17,
18.30)
hal apa sih yang bisa
kita lakukan untuk
Negara? Nah salah
satunya disini gitu,
kita kan anak negri
nah dengan ikut ini
kita bisa ikut andil
dalam pendidikan di
Indonesia, walaupun
kita tuh andilnya gak
banyak secuil doang
setahun doang di
bandingkan dengan
guru – guru yang ada
di luar sana yang
sampe puluhan tahun
gitu, tapi setidaknya
sebenernya belum
puas sih itu karena
pengennya lebih
lama cuman kan gak
tau juga.”(Nurhilmi,
14/4/17, 14.30)
Pencapaian “Lebih kepada karir
sih klo sekarang,
lebih kepada aku
sekarang gak
munafik klo
seumpamanya klo
aku hidup di era
yang sekarang ini
klo ngandelin
“Setelah jadi PM,
saya ingin berperan
lebih banyak dalam
dunia pendidikan di
Indonesia. Salah
satunya yah
bergabung di GTM
ini dan melakukan
kegiatan sosial
“Actually aku mau
lanjutin sekolah di
master development
of study, strural
development itu
adalah pembangunan
daerah tertinggal jadi
memang masih
linear gitu trus abis
“Klo untuk kedepan
ya memang saya
rencananya ingin
cari kerja dulu,
maksudnya saya
ingin mencari
pengalaman di dunia
industry khususnya
karena saya merasa
“Dulunya sih
pengennya aku itu
bikin sekolah
rintisan sendiri,
karena pernah
ngobrol sama
beberapa alumni PM
yang memang
„gimana klo kita
100
istilahnya kerja
sosial trus contohnya
ikut – ikut kerja
sosial trus pasti aku
gak bakalan bisa
hidup gitu. Jadi aku
lebih kepada
sekarang karir yang
akan aku imbangi
dengan kegiatan –
kegiatan sosial.”
(Asep, 08/04/17,
11.55)
lainnya.”
(Atina, 10/4/17,
10.03)
itu nanti setelah aku
selesai S2 itu aku
akan balik lagi
kedunia kaya sosial
gitu – gitu”
(Andhin, 12/4/17,
15.30)
bahwa saya baru
punya pengalaman
dibidang pengabdian
karena saya berpikir
bahwa dunia
pengabdian dan
dunia bekerja itu
beda, nah setelah
bekerja itu mungkin
saya masih punya
keinginan untuk
melanjutkan studi
bahkan klo bisa
sampai program
doctoral gitu, itu sih
kedepannya.”
(Ilham, 13/4/17,
18.30)
bikin sekolah
rintisan sendiri yuk tapi setelah itu jadi
mikirnya adalh „klo
bikin sekolah
rintisan itu agak
susah juga yah‟ tapi
juga siapa tau suatu
saat psti bisa kaya
gitu trus abis itu
mikir gimana ko
saya masuk ke
pemerintahan aja
yah.” (Nurhilmi, 14/4/17,
14.30)
Kehidupan
sosial
“Ya pasti jadi
contohnya klo dulu
aku kaya ngerasa
aku tuh gak..
sebelum ikut
Indonesia Mengajar
itu gak ngerti yang
namanya berbagi
sama anak – anak,
ngajarin anak – anak
atau orang – orang
yang membutuhkan
gitu, terjun ke dunia
sosial contohnya
“klo setelah
penugasan, yang
saya rasakan itu saya
lebih terbiasa buat
menahan diri dalam
mengomentari hal –
hal sekitar sebelum
memahami kondisi
seutuhnya gitu. Dan
saya juga merasa
sekarang saya bisa
membaur dengan
stranger dengan
mudah berkat
“He‟em jelas sih,
karena dari
kebiasaan yang kita
lakukan itukan akan
ngaruh ke perubahan
karakter gitu, kalo
misalnya dari teori
itu kan seseorang
bisa mendapatkan
pembiasaan itu
setelah 21 hari
repeatation gitu
which is kita repeat
itu dalam waktu satu
“Sangat
mempengaruhi yah,
dalam artian kita
bisa lebih sabar,
lebih toleransi.
Karena salah satunya
yag kita ajarkan itu
toleransi yah, karena
memang hal yang di
angkat oleh
Indonesia itu kan
kebangsaan yah
dalam artian kita
majemuk klo saya
“Mempengaruhinya
sih sebenernya gak
kerasa juga
terpengaruh cuman
kemaren beberapa
sempet juga kaya
dari suamiku yang
waktu itu juga masih
jadi pacar tuh kaya
yang „kok kamu
sekarang pikirinnya
jadi positif banget
yah, kamu gak
pernah ngjudge
101
ngebantuin orang di
desa mana gitu desa
binaan atau dimana
gitu gak ada sama
sekali. Aku orangnya
cuek, kuliah kerja
kuliah kerja doang.
Nah setelah ikut
Indonesia Mengajar
ini kaya aku di
tampar lagi gitu
bahwa „eh selain
ngejar karir selain
cari duit, lo harus
punya jiwa sosial
atau orang – orang di
sekitar lo udah pada
mampu gak dan lain
sebagainya‟ nah itu
tuh salah satunya
aku sekarang lebih
peka terhadap itu.”
(Asep, 08/04/17,
11.55)
“Alhamdulillah yah
klo perubahan sih
pasti ada, kaya yang
dulu kan asep itu
cuek banget gitu yah
sama tapi bukan
berarti dia gak peduli
pembiasaan selama
satu tahun di IM.
Klo selama menjadi
PM, memberi saya
kesempatan untuk
mencoba berbagai
pendekatan –
pendekatan tanpa
polarasi benar –
salah.”
(Atina, 10/4/17,
10.03)
“Alhamdulillah ada
lah pasti. Ada
beberapa sifat atina
yang keras gitu, tapi
sekarang dia jadi
lebih sabar dan bisa
mengontrol
emosinya gitu”
(Mega, 21/05/2017,
11.07)
tahun gitu jadi itu
kaya udah
terinternalisasi
banget, ya mungkin
sebelumnya kaya
kita gak bisa menjadi
orang yang continuis
learning aku jadi
continius learning
misalnya gitu, nah
kita sebelumnya tuh
gak bisa learning
komitmen sama
seseorang karena
kita gak pernah
terbiasa ketemu
sama orang – orang
yang kita harus
meyakinkan diri kita
punya program gini
– gini sekarang kita
bisa meyakinkan
orang lain gitu,
negotiation,
lobbying dan lain
sebagainya gitu.”
(Andhin, 12/4/17,
15.30)
“Perubahan pasti ada
kok, Alhamdulillah
di jalan yang lebih
mungkin karena di
aceh yah, kita harus
bertoleransi dalam
perbedaan
pandangan
bagaimana
menyikapi apalagi
teman – teman yang
dapat penempatan di
komunitas agama
yang berbeda pasti
akan banyak belajar
nah itu ternyata hal
itu gak hanya dalam
agama”
(Ilham, 13/4/17,
18.30)
sesuatu‟
jadi lebih realistis
jadi orang, di
pikirannya udah
realistis aja gak yang
langsung di judging
banget anaknya.” (Nurhilmi, 14/4/17,
14.30)
102
cuman kaya cuek aja
gitu sebodo amat
sama yang bukan
urusan dia. Nah
Alhamdulillah
setelah dan selama
penugasan itu dia
ada perubahan sih
kaya yang jadi akrab
banget gitu sama
anak – anak atau
yang kaya peduli
gitu sama
lingkungan tempat
tingal mereka –
mereka.”
(hety, 20/05/2017,
09.16)
baik. Dia kan
memang dari dulu
katanya suka ikut
kegiatan sosial gitu
yah, dan setelah jadi
pengajar muda
katanya dia ingin
mengambil
pendidikan yang
bersangkutan dengan
dunia sosial gitu.
(Haiva, 21/05/2017,
14,17)
Kesesuaian “lebih tertata karena
kita di Kapuas dulu
itu hidup bersepuluh
PMnya. Sepuluh
orang dengan kepala
yang berbeda dengan
ego masing – masing
dengan kepentingan
masing – masing,
gimana caranya buat
kita ngeredam emosi
atau ngeredam ego
kita ketika
berdiskusi, intinya
“buat pengendalian
emosinya saya
merasa ada
perubahan cuman
menurut saya itu
bergantung pada
sikap kita juga,
kebanyakan orang
memperlakukan kita
sebagaimana kita
memperlakukan
mereka. Mereka
menjadi lebih baik
seiring perbaikan
“Ya kaya gini aja
sih, mungkin karena
jadi lebih menerima
semuanya gitu jadi
yaudah jadi kaya aku
gak akan, ya kaya
everything comes
naturally aja jadi ya
gak ada yang perlu
di susah – susahin
atau di apa – apain
itu memang harus
diterima aja”
(Andhin, 12/4/17,
“hal yang saya
pelajari itu selama
menjadi Pengajar
Muda yah, intinya di
daerah di
penempatan itu tidak
ada yang pasti,
maksudnya kita
tidak boleh.. klo kita
menamakannya zero
expectation yah,
intinya kita tuh
berharap dalam
kondisi nol
““Lebih di
minimalisir, jadi
kaya misalnya klo
dulu kecewa itu bisa
di ungkapkan
dengan marah –
marah trus abis itu
ngegerundel di
belakang sekarang
mikirnya agak
yaudah aja deh
mungkin orangnya
emang gitu, jadi
kaya yang „kok gue
103
mereka punya kepala
yang berbeda – beda
gitu, gimana caranya
aku bisa masuk ke
lingkungan –
lingkungan sosial
yang berbeda – beda
gitu sih.”
(Asep, 08/04/17,
11.55)
diri saya juga. Tapi
klo secara pribadi,
sekarang saya bisa
lebih menahan emosi
sih, dengan tidak
langsung
mengomentari hal –
hal yang belum kita
pahami
sepenuhnya.”
(Atina, 10/4/17,
10.03)
15.30) Ketika ada suatu hal
yang tidak sesuai
dengan yang kita
harapkan ya itu udah
sering terjadi tapi
kita tetap berusaha
terutama untuk diri
kita sendiri
menyadarkan klo
yaudah emang tidak
ada yang pasti di
dunia ini gitu.”
(Ilham, 13/4/17,
18.30)
bisa yah jadi kaya
gini, padahal
sebelumnya tuh yang
heehh karena
memang aku gak tau
sih sistemnya IM itu
seperti apa jadi kaya
kita karean pas
waktu camp 2 bulan
berada di lingkungan
yang positif trus jadi
mungkin kebawanya
sampe sekarang,
bahkan dulu sempet
aku tuh bilang „ini
IM tuh gak ada
negative –
negatifnya yah?”
(Nurhilmi, 14/4/17,
14.30)
Tradisi “Mereka punya
tradisinya melayu
dan dayak yah, pas
di Indonesia
Mengajar. Awalnya
memang bingung
gitu yah, Kalo disana
itu kalo disajikan
sesuatu itu harus di
makan, ketika kita
kenyang itu ada
namanya kaya
“Jelas pasti beda
dong yah budaya
adat dan lain
sebagainya. Cuman
Alhamdulillah saya
bisa menerima dan
menghormati budaya
setempat sih. Jadi
disana itu ada
namanya budaya
Samenan, samenan
itu kaya pesta
“di pembekalan itu
kita dikasih tau
bahwa sampe sana
itu lupakanlah
identitasmu dan
jadilah warga local,
nah disitulah aku
harus mengikuti sih
akhirnya aku bisa
bahasa aceh
akhirnya aku tau
makanan – makanan
“Nah ini yang
mungkin salah satu
hal yang apa ya..
menjadi
pembeljaaran besar
yah bagaimana kita
menyikapi.
Kita harus
menghargai tradisi
disana, budaya
disana walaupun
kadang itu
“Klo aku sih ikut,
jadi misalnya klo
disana kan sering
pesta aku ikut klo di
undang pesta dan
sebagainya mereka
kan sering
menyajika kaya babi
dan lain sebagainya,
tapi mereka kan tahu
klo aku gak makan
jadi biasanya aku di
104
semacam istilah
melepus gitu,
melepus itu kaya
contohnya megang
doang gitu, melepus
gitu. Itu tuh syarat
kalo dia, di
Kalimantan itukan
banyak mistisnya
kemudian syarat biar
kita gak kempunan,
kempunan itu satu
istilah yang dimana
kita kaya kena santet
dan lain sebagainya.
Nah itu caranya
melepus kaya gitu,
biar kita gak kena
santet gitu.”
(Asep, 08/04/17,
11.55)
kenaikan kelas, trus
ada juga kaya
saweran, hadiran
hadiran itu ngunduh
kiai untuk nasihat.
Oiya disana juga ada
tempat pembagian
buat perempuan
dimana hanya bisa
sholat di majelis
gitu. Ya saya ambil
hikmahnya aja,
ambil yang baiknya
aja, klo samenan ya
maksimalkan untuk
melatih kepercayaan
diri anak – anak
untuk tampil di
depan orang banyak
gitu sih. Klo saweran
ya di terima aja
sebagai cara
masyarakat sana
mengapresiasi
sekolah dan lain –
lain, klo untuk
majelis, yasudahlah
mau bagaimana lagi
hahaha”
(Atina, 10/4/17,
10.03)
mereka, aku mau
makan makanan
mereka, aku tau
kebudayaan mereka
dan lain sebagainya.
Nah disitulah jadi
ada cultural
exchange kan, dan
mereka juga pengen
tau sih aku tuh di
sini tuh gimana
gitu.”
(Andhin, 12/4/17,
15.30)
bertentangan dengan
prinsip kita gitu. Jadi
ya salah satu
indikator kita yang
diterima disana itu
yang bisa
menyesuaikan
dengan budaya
disana.” (Ilham,
13/4/17, 18.30)
siapkan yang lain.
Jadi klo untuk adat
bahkan sampe
upacara adat yang
kaya yang entah ada
roh datang atau
minuman tuwak –
tuwak itu ikut jadi
disana kan ada
semacam kaya bapak
klo di jawa kan
namanya mbah
kawum jadi
semacam kaya orang
yang di tuakan, jadi
kalo dan itu kan
deket rumah, klo ada
acara apa itu selalu
kadang bilang mau
ada acara ini mau
ikut atau enggak
gitu.” (Nurhilmi, 14/4/17,
14.30)
Kesejahteraan “Iya pasti, “Hmm klo orang – “Kalo especially “kesejahteraan “cuman paling ini sih
105
Contohnya aku
sekarang kan kerja di
perusahaan swasta
yang bergerak di
bidang sosial, nah
salah satunya aku
juga pengen
ngembangin
masyarakat yang ada
disana.”
(Asep, 08/04/17,
11.55)
orang di sekitar aku
mungkin belum
kepikiran kali yah.
Tapi aku mulai
dengan yang
terdekat aja sih dulu
kaya keluarga gitu.
Dengan aku
meringankan
kebutuhan financial
mereka aja aku rasa
aku udah
berkontribusi
walaupun tidak
seberapa.”
(Atina, 10/4/17,
10.03)
disana sih enggak,
enggak yang harus
disana gitu tapi
untuk tetep
melakukan kegiatan
serupa iya, that‟s
why aku ngambil
kuliah itu.”
(Andhin, 12/4/17,
15.30)
dalam arti apa tapi
memang intinya ya
klo saya sendiri sih
setelah menjadi PM
ini ya saya ingin
terus memberikan
manfaat maksudnya
dalam artian ya gak
harus besar gitu ya
bisa tetap
memberikan
kontribusi terutama
di lingkungan sekitar
yah”
(Ilham, 13/4/17,
18.30)
kasih motivasi sama
hal – hal positif buat
mereka, jadi kita kan
gabung di beberapa
group di masyarakat
dan juga aku masih
ikut serta di
beberapa karang
taruna di kelurahan
gitu, jadi ketemu
orang – orng kan,
kadang mereka ada
ynag mikirnya kaya
yang yaudah aja
gitu, kaya misalnya
ada hal – hal di
masyarakat yang gak
bagus malah di
diemin aja, tapi kan
klo kitanya pasti
bilang „mbok ya
gini, mbok ya gini‟
jadi kan bisa, atau
klo ada hal yang gak
bisa di lakukan biar
di barengin gitu biar
semuanya ikut.”
(Nurhilmi, 14/4/17,
14.30)
Universal ““Tinggi sih, aku
sebelumya memang
S1 aku jurusannya
““Lebih meningkat
dong, saya lebih
menghargai variasi
“Itu jelas lebih
meningkat sih,
kenapa? Karena aku
“Nah, sya belajar
banyak tentang
toleransi. Mungkin
“Toleransinya ya
pastinya gede banget
ya jadi memang gak
106
teologi, teologi
perbandingan agama
jadi aku belajar
semua agama, ya tau
lah gimana caranya
sosialisasi dengan
beda agama. Nah
aku tuh bersyukur
banget di tempatin
disana dengan
kondisi yang seperti
itu, kemudian kok di
wilayahnya satu desa
itu ada 2 kubu, ada 2
agama yang berbeda
gitu. Jadi aku kaya
bisa mempraktekkan
hal seperti itu, dan
ternyata toleransi
disana itu sangat
tinggi.”
(Asep, 08/04/17,
11.55)
cara dan metode
untuk mencapai
sesuatu gitu asalkan
dalam kooridor jujur.
Dalam hal mencapai
sesuatu, misalnya
pada saat ini, saya
kan membantu
pengelola program
mirip IM di daerah.
Dulu klo ada yang
seliweran pasti itu
langsung saya tegur
dan akan saya
ingatkan area tugas,
tapi sekarang asal
mereka
menginformasikan
urgensinya maka
akan saya biarkan
selama itu masih di
batas kewajaran. Jadi
dengan demikian
kan bisa saling
memahami, saya
juga paham alasan
dibalik pilihan
mereka itu”
(Atina, 10/4/17,
10.03)
kan tinggal dengan
orang – orang yang
berbeda dan
toleransi itu juga kan
sebenernya
menerima lagi kan
bahwa disini tuh
orang – orangnya
beda – beda semua
gitu jadi kaya kamu
gak bisa
memaksakan orang
itu tuh untuk A,
karena mereka tuh
emang kaya gitu
jadi klo misalnya
kita mau toleransi itu
kita liat historicalnya
mereka itu kenapa
sih mereka bisa kaya
gitu itu, jadi kita jadi
tau gitu bahwa
mereka melakukan
itu tuh bukan karena
tanpa alasan gitu tuh
dan mereka tuh kaya
punya traumatis
yang banyak”
(Andhin, 12/4/17,
15.30)
sebenernya kalo
toleransi antar
agama bagi saya itu
semua udah selesai
yah intinya gini, kita
hidup bernegara kita
udah punya rule
yang mengatur antar
agama
yang saya pelajari
disini itu justru
anatar kita umat satu
agama, perbedaan
pendapat anatar kita
seagama itu udah
daridulu sebenernya harus
ada toleransi ketika
ada perbedaan itu ,
bahkan hal – hal
yang seharusnya
tidak menjadi
pertentangan itu bisa
jadi pertentangan klo
kita tidak dewasa
menyikapinya
gitu”(Ilham, 13/4/17,
18.30)
mikir yang klo
misalnya dikit – dikit
mikir „eh itu sara, itu
gak boleh‟ enggak
sih, dan memang
salut banget karena
di Rote aja gak
pernah ada yang
kaya gitu,
maksudnya saya
menjadi seorang
minoritas di Rote,
tapi saya tidak
dikuculkan jadi
ngapain klo saya
yang misal
mayoritas saya
mengucilkan,
sahabat saya aja non-
muslim, saya punya
beberapa sahabat
yang non-muslim” (Nurhilmi, 14/4/17,
14.30)
108
Lampiran D
DOKUMENTASI
Gambar G.1
Saat wawancara dengan Andhina
Gambar G.2
Saat wawancara dengan Nurhilmi
109
Gambar G.3
Saat wawancara dengan Ilham
Gambar G.4
Kondisi rumah pengajar Muda di penempata daerah Aceh
Utara
111
Lampiran E
BIODATA PENULIS
Nama Lengkap: Hana Luqyana
Panggilan: Hana
TTL: Serang, 12 November 1994
NIM: 13311467
Konsentrasi: SDM
Contact person: 087871279512
Email: [email protected]
Alamat: Bumi Mukti Indah Blok A10 NO.8 Ciracas, Serang, Banten
Hobby: Membaca dan browsing
Pendidikan: 1. TK Islam AL – AZHAR Serang
2. SD Islam AL – AZHAR Serang
3. SMP Islam AL – AZHAR Serang
4. MAN 2 Kota Serang