11160000262_Artikel Indonesia_2020.pdf - Repository STEI

16
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jakarta Islamic Index (JII) Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah di Indonesia (Studi Kasus pada Otoritas Jasa Keuangan Periode Tahun 2016-2019) Sekolah Tinggi IlmuEkonomi Indonesia – 2020 1 Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jakarta Islamic Index (JII) Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah di Indonesia (Studi Kasus Pada Otoritas Jasa Keuangan Periode Tahun 2016-2019) 1 st Hafsah Lestari dan 2 nd Hendrawati Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Jakarta Timur, Indonesia [email protected]; [email protected] Abstract - This study aims to test whether there is an effect of inflation, Rupiah Exchange Rate, and Jakarta Islamic Index (JII) on the net asset value of Islamic Mutual Funds in Indonesia. This research uses associative research with a quantitative approach, which is measured using a multiple linear method called Eviews version 9. The population of this study is all net asset values of effective Islamic mutual funds recorded in the financial services authority for the period 2016-2019. The sample in the study using saturated samples, which all members of the population are used as the sample. The data used in this study are secondary data. The data technique uses the documentation method through the official website www.ojk.go.id, www.bi.go.id, www.duniainvestasi.com. Hypothesis testing using the t test. Research results from 2016 to 2019 show that (1) Inflation has no effect on the Net Asset Value of Islamic Mutual Funds in Indonesia. Meanwhile (2) Rupiah Exchange Rate has a positive effect on the Net Asset Value of Islamic Mutual Funds in Indonesia. And (3) Jakarta Islamic Index (JII) has a positive effect on the Net Asset Value of Islamic Mutual Funds in Indonesia. Keywords : Inflation, Rupiah Exchange Rate, Jakarta Islamic Index (JII), Net Asset Value of Islamic Mutual Fund. AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat pengaruh dari Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jakarta Islamic Index (JII) terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah di Indonesia. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian asosiatif pendekatan kuantitatif, yang diukur dengan menggunakan metode berbasis linear berganda diengan Eviews versi 9. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh nilai aktiva bersih reksadana syariah yang efektif dan tercatat di otoritas jasa keuangan periode tahun 2016-2019. Sampel dalam penelitian ini

Transcript of 11160000262_Artikel Indonesia_2020.pdf - Repository STEI

Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jakarta Islamic Index (JII) Terhadap Nilai

Aktiva Bersih Reksadana Syariah di Indonesia (Studi Kasus pada Otoritas Jasa

Keuangan Periode Tahun 2016-2019)

Sekolah Tinggi IlmuEkonomi Indonesia – 2020 1

Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jakarta

Islamic Index (JII) Terhadap Nilai Aktiva Bersih

Reksadana Syariah di Indonesia

(Studi Kasus Pada Otoritas Jasa Keuangan Periode

Tahun 2016-2019)

1st Hafsah Lestari dan 2

nd Hendrawati

Akuntansi

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia

Jakarta Timur, Indonesia

[email protected]; [email protected]

Abstract - This study aims to test whether there is an effect of

inflation, Rupiah Exchange Rate, and Jakarta Islamic Index (JII)

on the net asset value of Islamic Mutual Funds in Indonesia. This

research uses associative research with a quantitative approach,

which is measured using a multiple linear method called Eviews

version 9. The population of this study is all net asset values of

effective Islamic mutual funds recorded in the financial services

authority for the period 2016-2019. The sample in the study using

saturated samples, which all members of the population are used

as the sample. The data used in this study are secondary data. The

data technique uses the documentation method through the official

website www.ojk.go.id, www.bi.go.id, www.duniainvestasi.com.

Hypothesis testing using the t test. Research results from 2016 to

2019 show that (1) Inflation has no effect on the Net Asset Value of

Islamic Mutual Funds in Indonesia. Meanwhile (2) Rupiah

Exchange Rate has a positive effect on the Net Asset Value of

Islamic Mutual Funds in Indonesia. And (3) Jakarta Islamic Index

(JII) has a positive effect on the Net Asset Value of Islamic Mutual

Funds in Indonesia.

Keywords : Inflation, Rupiah Exchange Rate, Jakarta Islamic

Index (JII), Net Asset Value of Islamic Mutual

Fund.

Abstrak–Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat

pengaruh dari Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jakarta Islamic

Index (JII) terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah di

Indonesia. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian asosiatif

pendekatan kuantitatif, yang diukur dengan menggunakan metode

berbasis linear berganda diengan Eviews versi 9. Populasi dari

penelitian ini adalah seluruh nilai aktiva bersih reksadana

syariah yang efektif dan tercatat di otoritas jasa keuangan

periode tahun 2016-2019. Sampel dalam penelitian ini

Hafsah Lestari1 dan Hendrawati2

Sekolah Tinggi IlmuEkonomi Indonesia – 2020 2

menggunakan sampel jenuh, yaitu semua anggota populasi

digunakan sebagai sampel. Data yang digunakan dalam penelitian

ini berupa data sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan

metode dokumentasi melalui situs resmi www.ojk.go.id,

www.bi.go.id, www.duniainvestasi.com. Pengujian hipotesis

dengan menggunakan uji t. Hasil penelitian pada tahun 2016

sampai dengan 2019 menunjukkan bahwa (1) Inflasi tidak

berpengaruh terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah di

Indonesia. Sedangkan (2) Nilai Tukar Rupiah berpengaruh positif

terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah di Indonesia.

Dan (3) Jakarta Islamic Index (JII) berpengaruh positif terhadap

Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah di Indonesia.

Kata Kunci: Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Jakarta Islamic Index

(JII), Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah.

I. PENDAHULUAN Perkembagan industri syariah di Indonesia semakin merambah ke dunia investasi, dimana

investasi syariah merupakan investasi yang sesuai dengan aturan syariah. Pada dasarnya investasi

syariah adalah suatu kegiatan penempatan dana pada aset tertentu, pada periode tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan imbal hasil yang diinginkan, namun juga berdasarkan aturan syariah

baik di dalam operasionalnya maupun hal yang terkait aset di dalamnya.

Salah satu bentuk investasi di Indonesia yang menjadi sorotan investor adalah reksadana, dimana bentuk investasi ini merupakan investasi yang sangat mudah dilakukan melalui internet

baik itu dengan media telepon genggam atau komputer. Menurut Undang-Undang Pasar Modal

No.8 tahun 1995 pasal 1 ayat 27 mendefinisikan bahwa, reksadana adalah wadah yang

dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh Manajer Investasi.

Berdasarkan alokasinya, saat ini terdapat 8 jenis reksadana syariah yang harganya melalui

nilai aktiva bersih per unit penyertaan (NAB/UP) dipublikasikan di media massa, seperti saham, pendapatan tetap, pasar uang, campuran, terproteksi, index, exchanged fund (ETF), penyertaan

terbatas, dan dana investasi real estate (DIRE). Jumlah tersebut naik drastis dibandingkan kondisi

10 tahun lalu, dimana hanya terdapat 4 jenis produk, yakni saham, pendapatan tetap, pasar uang,

dan campuran.

Tabel 1.1

Perkembangan Reksadana Syariah di Indonesia

Tahun

Jumlah

Reksadana

Syariah

NAB Reksadana

Syariah (Rp.

Miliar)

2016 136 14.914,53

2017 182 28.311,77

2018

2019

224

265

34.491,17

53.735,58

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan

Dilihat perkembangannya dari tahun 2016 sampai tahun 2019 yang di paparkan tabel 1.1

bahwa reksadana syariah mengalami perkembangan yang sangat baik, tiap tahunnya jumlah unit

Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jakarta Islamic Index (JII) Terhadap Nilai

Aktiva Bersih Reksadana Syariah di Indonesia (Studi Kasus pada Otoritas Jasa

Keuangan Periode Tahun 2016-2019)

Sekolah Tinggi IlmuEkonomi Indonesia – 2020 3

NAB selalu meningkat. Pada tahun 2016 jumlah unit reksadana syariah berjumlah 136 dengan

NAB Rp 14.914,53 miliar, tahun 2017 jumlah unit reksadana syariah 182 dengan NAB Rp

28.311,77 miliar, di 2018 jumlah unit reksadana syariah 224 dengan NAB Rp 34.491,17 miliar, di tahun 2019 jumlah unit reksadana syariah 265 dengan NAB Rp 53.735,58 miliar.

Data tersebut menunjukkan bahwa salah satu instrumen pasar modal syariah yaitu

reksadana syariah adalah suatu investasi yang menjajikan untuk para investor menanamkan modalnya, dikarenakan terlihat pada tabel 1.1 yang artinya reksadana syariah assetnya selalu

bertambah.

Proses kinerja reksadana syariah dapat dilihat dari Nilai Aktiva Bersih (NAB). NAB

berasal dari jumlah keseluruhan nilai portofolio reksadana dan dikurangi dengan kewajiban-kewajiban. Baik tidaknya kinerja investasi besarnya NAB dapat berfluktuasi setiap hari, tergantung

pada perubahan nilai efek dan portofolio. Meningkatnya NAB mengidikasikan naiknya nilai

investasi pemegang saham per unit pernyataan (Pratama, 2016). Menurut Badan Pusat Statistik dalam berita resmi statistiknya dengan laporan No.

17/02/Th. XXIV, 5 Februari 2020 dijelaskan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2019 sebesar

5,02% lebih rendah dibanding tahun 2018 yaitu sebesar 5,17%. Pada tahun 2019 Triwulan I angka

pertumbuhan ekonomi menunjukkan 5,07%. Pada Triwulan II mengalami penurunan sebesar 5,05 %, dan pada triwulan III mengalami penurunan juga sebesar 5,02%, dan pada triwulan IV

mengalami penurunan lagi sebesar 4,97%. Angka-angka tersebut menunjukkan pertumbuhan

ekonomi yang terus menerus menurun selama setahun. Dilihat dari sisi kinerja, reksadana syariah merupakan salah satu instrumen saham syariah

yang dipengaruhi juga oleh pertumbuhan ekonomi dan reksadana syariah juga berkembang pesat

dan memiliki potensial serta memiliki prospek yang akan terus berkembang. Akan tetapi pada dasarnya berbicara investasi tidaklah selalu diposisi yang aman, karena berbicara ilmu ekonomi,

kita akan bicara mengenai hubungan yang berkaitan satu sama lain dalam meningkatkan

pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Sedikit saja terjadi perubahan dalam perekonomian

maka dapat mempengaruhi jalannya kinerja reksadana syariah. Baik buruknya jalannya investasi pasti tidak terlepas dari faktor-faktor yang diduga memiliki suatu hubungan dan pengaruh dalam

jalannya investasi terhadap Nilai Aktiva Bersih reksadana syariah yaitu inflasi, nilai tukar rupiah,

dan jakarta islamic index.

Tabel 1.2

Pertumbuhan Inflasi, Nilai Tukar Rupiah , dan Jakarta Islamic Index (JII)

Tahun Inflasi

(%)

Nilai

Tukar

Rupiah

JII (Rp

Milyar)

2016 3,02 13.436,00 694,127 2017 3,61 13.548,00 759,07

2018 3,13 14.481,00 685,223

2019 2,72 13.901,00 698,085

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia, Dunia Investasi

Berawal dari tahun 2016 sampai 2019 memaparkan bahwa data inflasi dalam kurun waktu

4 tahun mengalami peningkatan dan penurunan di tiap tahunnya. Pada tahun 2016 nilai inflasi berada 3,02%, pada tahun 2017 meningkat 3,61%, pada tahun 2018 menurun 3,13% dan pada

tahun 2019 kembali menurun 2,72%.

Perkembangan Nilai Tukar Rupiah selalu mengalami peningkatan dan penurunan setiap tahunnya, penjelasan ini berdasarkan data yang telah disediakan selama 4 tahun yaitu dari tahun

2016 sampai 2019. Pada tahun 2016 Nilai Tukar Rupiah sebesar Rp 13.436,00 tahun berikutnya

Hafsah Lestari1 dan Hendrawati2

Sekolah Tinggi IlmuEkonomi Indonesia – 2020 4

2017 mengalami peningkatan sebesar Rp 13.548,00, ditahun 2018 meningkat sangat tinggi yaitu

sebesar Rp 14.481,00, dan tahun 2019 mengalami penurunan menjadi Rp 13.901,00.

Dari sekian banyak saham syariah yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) maka saham-saham yang masuk dalam Jakarta Islamic Index (JII) merupakan saham-saham yang liquid, dalam

artian mudah diperjual-belikan, sehingga portofolio optimal yang dapat menunjukkan hasil yang

optimal antara risiko dan hasil yang diharapkan (return). Pada data yang terdapat dalam tabel 1.2 tersebut, JII mengalami fluktuatif dalam hasil yang diterima selama proses berjalannya operasional

saham syariah ada, pada tahun 2016 terdapat Rp 694,13 miliar, tahun 2017 Rp 759,07 miliar, tahun

2018 Rp 685,22, dan pada tahun 2019 Rp 29.829,50 miliar.

II. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pasar Modal Syariah

Istilah pasar dalam kata “pasar modal” biasanya diistilahkan dengan nama bursa exchange

dan market. Sementara untuk istilah modal sering diistilahkan dengan nama efek, securities, dan stock (Awaluddin, 2016: 137). Pasar modal secara umum dapat diartikan sebagai tempat pertemuan

antara mereka yang membutuhkan dana dan mereka yang kelebihan dana. Sehingga pasar modal

lebih memfokuskan pada prospek penggunaan jangka panjang (Aziz, 2010:61). Secara prinsip pasar modal syariah berbeda dengan pasar modal konvensional (Awaluddin,

2016:137). Dalam pasar modal syariah maka seluruh mekanisme kegiatannya terutama mengenai,

emiten, jenis efek yang diperdagangkan dan mekanisme perdagangannya telah sesuai dengan

prinsip-prinsip syariah. Sedangkan maksud dengan efek syariah sebagaimana dimaksud dalam perundang-undangan di bidang pasar modal yaitu akad, pengelolaan perusahaan maupun cara

penerbitannya memenuhi prinsip-prinsip syariah (Awaluddin, 2016: 139).

Dengan demikian pasar modal syariah secara sederhana dapat diartikan sebagai pasar modal yang menetapkan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan terlepas dari

hal-hal yang dilarang seperti riba, perjudian, spekulasi, dan lain-lain. Dari segi instrumen,

dibandingkan dengan pasar modal konvensional, pasar modal syariah memiliki

karakteristik yang unik. Segala jenis sekuritas yang menawarkan pemasukan yang sudah

ditentukan di awal (predetermined fixed income) tidak diperbolehkan dalam Islam karena

termasuk riba. Dengan demikian semua instrument yang mengandung riba (interest

bearing securities) baik jangka panjang maupun jangka pendek akan masuk pada kategori

yang tidak sah dalam Islam.

2.1.2 Reksdana Syariah

Secara bahasa reksadana tersusun dari dua konsep, yaitu reksa yang berarti jaga atau

pelihara dan konsep dana berarti (himpunan) uang. Dengan demikian secara bahasa reksadana berarti kesimpulan uang yang di pelihara (Sitompul, 2011:2). Reksadana syariah merupakan

reksadana yang mengalokasikan seluruh dana/portofolio ke dalam instrumen syariah, seperti

saham-saham yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII), Obligasi syariah, dan berbagai

instrumen keuangan lainnya (Sutedi, 2011:94). Reksadana syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip

syariah islam, baik dalam bentuk akad antara modal sebagai pemilik harta (sahib al-mal/rabb al-

mal) dengan manajer investasi sebagai wakil sahib al-mal, maupun antara manajer investasi sebagai wakil sahib al-mal dengan pengguna investasi. Dengan demikian reksadana syariah adalah

reksadana yang pengelolaan dan kebijakan investasinya mengacu kepada syariah Islam. Reksadana

syariah tidak akan menginvestasikan dananya pada obligasi dari perusahaan yang pengelolaannya atau produknya bertentangan dengan syariat Islam, misalnya pabrik minuman beralkohol, industri

peternakan babi, jasa keuangan yang melibatkan sistem riba operasionalnya, dan bisnis yang

mengandung maksiat (Soemitra, 2017:158).

Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jakarta Islamic Index (JII) Terhadap Nilai

Aktiva Bersih Reksadana Syariah di Indonesia (Studi Kasus pada Otoritas Jasa

Keuangan Periode Tahun 2016-2019)

Sekolah Tinggi IlmuEkonomi Indonesia – 2020 5

Reksadana syariah merupakan lembaga intermediasi yang membantu surplus unit

melakukan penempatan dana untuk diinvestasikan. Salah satu tujuan dari reksadana syariah adalah

memenuhi kebutuhan kelompok investor yang ingin memperoleh pendapatan investasi dari sumber dan cara yang bersih serta dapat dipertanggungjawabkan secara agama dan sejalan dengan prinsip-

prinsip syariah.

2.1.3 Inflasi Inflasi merupakan keadaan perekonomian yang ditandai oleh kenaikan harga secara cepat

sehingga berdampak pada menurunnya daya beli sering pula diikuti menurunnya tingkat tabungan

dan atau investasi karena meningkatnya konsumsi masyarakat dan hanya sedikit untuk tabungan

jangka panjang (Sholahuddin, 2011:64). Inflasi adalah kecenderungan meningkatnya harga barang-barang pada umumnya secara terus menerus, yang disebabkan oleh karena jumlah uang yang

beredar terlalu banyak dibandingkan dengan barang dan jasa yang tersedia (Firdaus dan Ariyanti,

2011:115). Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa apabila terjadi kenaikan harga pada

satu atau dua jenis barang, belum atau tidak dapat dikatakan inflasi. Apabila kenaikan harga terjadi

dalam waktu singkat, misalnya kenaikan secara musiman menjelang hari raya lebaran, tahun baru dan lainnya. Belum dapat dikategorikan sebagai inflasi karena setelah berakhirnya musim tersebut

harga akan kembali menjadi normal kembali, hal ini tidak bisa dikatakan sebagai inflasi. Kenaikan

harga-harga tersebut tidak berlangsung secara terus menerus, sehingga tidak dibutuhkan kebijakan

moneter atau kebijakan ekonomi secara khusus untuk menanggulanginya.

2.1.4 Nilai Tukar Rupiah

Nilai tukar adalah harga satu unit mata uang asing dalam mata uang domestik atau dapat juga dikatakan harga mata uang domestik terhadap mata uang uang asing (Firdaus dan Ariyanti,

2011:131). Kebijakan nilai tukar adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, yaitu

merupakan perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut. Kebijakan nilai tukar meliputi semua campur tangan (intervensi) pemerintah termasuk himbauan, daya tarik moral

(moral suasion), untuk mempengaruhi tingkat dan perubahan nilai tukar.

Menurut Sadono Sukirno (2011:411) jenis nilai tukar rupiah atau kurs valuta terdiri dari 4

jenis yaitu:

a) Selling Rate (Kurs Jual) merupakan kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk penjualan

valuta asing tertentu pada saat tertentu.

b) Middle Rate (Kurs Tengah) merupakan kurs tengah antara kurs jual dan kurs beli valuta

asing terhadap mata uang nasional, yang telah ditetapkan oleh bank sentral pada saat

tertentu. Rumus Kurs tengah : Kurs Tengah = Kurs jual + Kurs Beli

2

c) Buying Rate (Kurs Beli) merupakan kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu.

d) Flat Rate (Kurs Rata) Merupakan kurs yang berlaku dalam transaksi jual beli bank notes

dan travellers cheque. 2.1.5 Jakarta Islamic Index (JII)

Indeks syariah Jakarta Islamic Indeks (JII) adalah indeks yang terdiri dari 30 saham

mengakomodasi syariat investasi dalam islam atau indeks yang berdasarkan syariah islam. Artinya adalah dalam indeks yang dimasukkan saham-saham yang memenuhi kriteria investasi dalam

prinsip syariat (Martalena dan Malinda, 2011:100).

Hafsah Lestari1 dan Hendrawati2

Sekolah Tinggi IlmuEkonomi Indonesia – 2020 6

Jakarta Islamic Indeks (JII) merupakan indeks terakhir yang telah dikembangkan oleh BEI

dalam kerjasama dengan Danareksa Invesment Management untuk merespon kebutuhan informasi

yang berkaitan dengan investas syariah. JII melakukan penyaringan (filter) terhadap saham yang listing. Rujukan dalam penyaringannya adalah fatwa syariah yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah

Nasional (DSN). Berdasarkan fatwa inilah BEI memilah emiten yang unit usahanya sesuai dengan

syariah. Adapun kriteria yang ditetapkan untuk indeks islam berdasarkan Fatwa Dewan Syariah

Nasional (DSN) No.20 adalah :

1. Usaha emiten bukan usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan

yang dilarang. 2. Bukan merupakan lembaga keuangan ribawi, termasuk bank dan asuransi konvensional.

3. Bukan termasuk usaha yang memproduksi, mendistribusikan, serta memperdagangkan

makanan dan minuman yang haram. 4. Bukan termasuk usaha yang memproduksi, mendistribusikan, dan/atau menyediakan

barang-barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.

2.1.6 Nilai Aktiva Bersih Kinerja investasi pengelolaan portofolio reksadana tercermin dari Nilai Aktiva Bersih

(NAB) atau Net Asset Value (NAV). Baik tidaknya kinerja investasi portofolio yang dikelola oleh

manajer investasi dipengaruhi oleh kebijakan dan strategi investasi yang dijalankan oleh manajer investasi yang bersangkutan. NAB reksadana terbuka per saham dihitung setiap hari dan

diumumkan kepada masyarakat. Sedangkan NAB reksadana tertutup dihitung cukup hanya sekali

seminggu. Dalam perhitungan NAB reksadana telah dimasukkan semua biaya pengelolaan investasi oleh manajer investasi (investment management fee), biaya bank kustodian, biaya akuntan

publik, dan biaya-biaya lainnya. Pembebanan biaya-biaya tersebut selalu dikurangkan dari

reksadana setiap hari sehingga NAB yang diumumkan oleh bank kustodian merupakan nilai

investasi yang dimiliki investor (Soemitra, 2017:170). Nilai aktiva bersih reksadana pada suatu periode dapat dihitung dengan menggunakan

formula sebagai berikut:

Total nilai aktiva bersih reksadaa pada suatu periode tertentu: Total NAB = Nilai Aktiva – Total Kewajiban

NAB per unit = Total nilai aktiva bersih

Total unit penyertaan (saham) yang diterbitkan

Dimana :

Total NAB = Jumlah nilai aktiva bersih pada periode tertentu

NAB per unit = Nilai aktiva bersih per saham atau unit penyertaan pada periode tertentu

2.2 PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.2.1 H1 : Inflasi Berpengaruh Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah

Inflasi adalah naiknya harga-harga komoditi secara umum yang disebabkan oleh tidak sinkronnya antara program sistem pengadaan komoditi (produksi, penentuan harga, pencetakan

uang, dan lain sebagainya) dengan tingkat pendapatan yang dimiliki oleh masyarakat (Putong,

2015:4). Artinya adalah inflasi memiliki dampak terhadap harga saham yang ada karena akan menyebabkan Real Return menurun, pendapatan yang diterima oleh investor terhadap saham

tersebut kemungkinan tidak dapat menutupi kehilangan keuntungan karena menurunnya daya beli

(loss of purchasing power). Peristiwa kenaikan harga yang disebabkan inflasi menyebabkan harga barang maupun jasa meningkat dan dampaknya adalah omset yang didapat setiap perusahaan

Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jakarta Islamic Index (JII) Terhadap Nilai

Aktiva Bersih Reksadana Syariah di Indonesia (Studi Kasus pada Otoritas Jasa

Keuangan Periode Tahun 2016-2019)

Sekolah Tinggi IlmuEkonomi Indonesia – 2020 7

menurun karena daya beli masyarakat ikut menurun, dalam analoginya masyarakat akan lebih

menyimpan uang atau modalnya sampai saatnya harga kembali stabil dan tergolongkan dapat

dijangkau dalam pembeliannya. Menurut penelitian Utami (2017) secara parsial terjadi pengaruh positif yang signifikan

antara inflasi dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana syariah. Kondisi ini disebabkan

Inflasi di Indonesia hanya di respon sesaat oleh para investor. Inflasi yang terjadi selama periode 2010-2016 tergolong dalam jenis inflasi ringan yakni dibawah 10 %. Inflasi ringan justru

memberikan dampak positif bagi kegiatan ekonomi maysarakat. Perbaikan ekonomi nasional

memberikan angin positif bagi investor terhadap pergerakan investasi di Indonesia. Inflasi yang

terjadi selama periode 2010-2016 tergolong dalam jenis inflasi ringan karena berada di bawah 10%. Inflasi yang ringan dipandang sebagai stimulator bagi pertumbuhan ekonomi. Inflasi itu

ringan justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih

baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi.

2.2.2 H2 : Nilai Tukar Rupiah Berpengaruh Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana

Syariah di Indonesia

Kurs mata uang menunjukan bagaimana nilai uang terhadap mata uang asing. Nilai tukar

uang antara satu negara dengan negara lain cenderung berbeda-beda. Perubahan ini ditimbulkan oleh perbedaan antara permintaan dan ketersediaan dari mata uang yang diminta oleh suat negara

dalam melakukan hubungan dengan negara lain. Hubungan tersebut dapat berupa kegiatan

meminjam, atau kegiatan investasi atau penyediaan pinjaman (Shofia et al, 2018).

Menurut penelitian Adrian dan Rachmawati (2019) Berdasarkan uji t yang telah dilakukan, penelitian ini menyimpulkan nilai tukar rupiah memiliki pengaruh tidak signifikan bagi NAB

reksadana syariah periode 2015 – 2017. Hal ini bias dikarenakan perkembangan nilai tukar rupiah

pada periode tersebut masih tergolong stabil dan wajar, sehingga tidak begitu berdampak pada

keputusan investor dalam pengambilan keputusan berinvestasi.

2.2.3 H3 : Jakarta Islamic Index (JII) Tidak Berpengaruh Terhadap Nilai Aktiva Bersih

Reksadana Syariah di Indonesia

Jakarta Islamic Indeks (JII) adalah indeks saham di bursa efek indonesia yang didasarkan atas prinsip syariah. Indeks saham ini diperkenalkan oleh BEI dan Danareksa Investmen

Management (DIM) pada tanggal 3 juli 2000. Terdiri dari 30 saham yang dipilih dari saham-saham

yang sesuai dengan syariah islam. Penentuan kriteria pemilihan saham dalam Jakarta Islamic Index

melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah. Jakarta Islamic Index (JII) merupakan tolak ukur dari kinerja indeks saham syariah, yang menjadi pilihan produk dominan pada investasi dalam

reksadana syariah. Tolak ukur atau benchmark telah umum digunakan untuk menilai kinerja

manajer investasi dalam mengelola dana (Shofia et al, 2018). Menurut Penelitian Yanty (2017) menyatakan bahwa JII mempunyai pengaruh negatif

terhadap kinerja reksadana syariah. Dari hasil diperoleh koefisien regresi ukuran dengan arah

negatif sebesar -38,413 namun dengan tingkat signifikansi 0,097. Nilai signifikansi tersebut menujukkan tidak terdapat pengaruh signifikan antara JII terhadap kinerja reksadana syariah.

Artinya ukuran harga saham di JII tidak berpengaruh terhadap kinerja reksadana syariah.

Hafsah Lestari1 dan Hendrawati2

Sekolah Tinggi IlmuEkonomi Indonesia – 2020 8

2.2.4 Kerangka Konseptual

Untuk menjelaskan hubungan ketiga variabel tersebut, maka kerangka konseptual

penelitian ini adalah:

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual penelitian

III. METODE PENELITIAN 3.1 Strategi dan Metode Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan strategi asosiatif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh ataupun juga

hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2017:20). Variabel dalam penelitian ini

meliputi variabel bebas (X1, X2, X3) dan variabel terikat (Y). Variabel bebas (X) pada penelitian ini adalah pengaruh antara Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jakarta Islamic Index (JII). Sedangkan

variabel terikat (Y) adalah Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah di Indonesia tahun 2016-2019.

3.2 Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017:136). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh nilai aktiva bersih reksadana syariah yang efektif dan tercatat di otoritas jasa keuangan periode tahun

2016-2019.

3.3 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017:137). Penelitian ini menggunakan sampel jenuh, yaitu teknik penentuan sampel bila semua

anggota populasi digunakan sebagai sampel.

3.4 Teknik Pengumpulan Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan

jumlah Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah dari tahun 2016-2019 yang diperoleh melalui

website Otoritas jasa Keuangan, Bank indonesia, Dunia Investasi, dan website-website resmi yang diperbolehkan mempublikasikan data mengenai reksadana syariah, data inflasi, Nilai Tukar Rupiah

, dan saham Jakarta islamic Index. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode dokumentasi,

metode dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, bisa berbentuk tulisam,

gambar atau karya-karya monumental dari buku, catatan transkip, surat kabar, dan lainnya (Sugiyono, 2017:219), seperti laporan tahunan Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah yang

menjadi sampel penelitian ini.

Inflasi (X1)

Nilai Tukar

Rupiah (X2)

Jakarta Islamic

Index (JII) (X3)

Nilai Aktiva Bersih

Reksadana Syariah

(Y)

Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jakarta Islamic Index (JII) Terhadap Nilai

Aktiva Bersih Reksadana Syariah di Indonesia (Studi Kasus pada Otoritas Jasa

Keuangan Periode Tahun 2016-2019)

Sekolah Tinggi IlmuEkonomi Indonesia – 2020 9

3.5 Operasional Variabel

Variabel adalah sesuatu yang nilainya dapat berubah-ubah. Variabel dalam penelitian ini

terdiri dari variabel independen dan variabel dependen.

3.5.1 Variabel Bebas/Independen (X)

Variabel independen merupakan variabel yang dapat mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2017:68). Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Inflasi (X1)

Data inflasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan yang diambil

setiap tanggal di akhir bulan selama periode penelitian tahun 2016-2019 yang bersumber dari situs resmi Bank indonesia.

Inflasi

2016 2017 2018 2019

Januari 4.14 3.49 % 3.25 % 2.82 %

Februari 4.42 3.83 % 3.18 % 2.57 %

Maret 4.45 3.61 % 3.40 % 2.48 %

April 3.60 4.17 % 3.41 % 2.83 %

Mei 3.33 4.33 % 3.23 % 3.32 %

Juni 3.45 4.37 % 3.12 % 3.28 %

Juli 3.21 3.88 % 3.18 % 3.32 %

Agustus 2.79 3.82 % 3.20 % 3.49 %

September 3.07 3.72 % 2.88 % 3.39 %

Oktober 3.31 3.58 % 3.16 % 3.13 %

November 3.58 3.30 % 3.23 % 3.00 %

Desember 3.02 3.61 % 3.13 % 2.72 %

2. Nilai Tukar Rupiah (X2)

Data Nilai Tukar Rupiah (kurs) yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

nilai tukar rupiah terhadap US dollar yang bersumber dari situs resmi Bank Indonesia.

Untuk kurs yang digunakan yaitu kurs tengah. Data kurs tengah yang digunakan merupakan data kurs tengah bulanan pada akhir bulan selama periode penelitian tahun

2016-2019.

Nilai Tukar Rupiah

2016 2017 2018 2019

Januari 13.846,00 13.343,00 13.413,00 14.072,00

Februari 13.395,00 13.347,00 13.707,00 14.062,00

Maret 13.276,00 13.321,00 13.756,00 14.244,00

April 13.204,00 13.327,00 13.877,00 14.215,00

Mei 13.615,00 13.321,00 13.951,00 14.385,00

Juni 13.180,00 13.319,00 14.404,00 14.141,00

Juli 13.094,00 13.323,00 14.413,00 14.026,00

Agustus 13.300,00 13.351,00 14.711,00 14.237,00

September 12.998,00 13.492,00 14.929,00 14.174,00

Oktober 13.051,00 13.572,00 15.227,00 14.008,00

November 13.563,00 13.514,00 14.339,00 14.102,00

Desember 13.436,00 13.548,00 14.481,00 13.901,00

Hafsah Lestari1 dan Hendrawati2

Sekolah Tinggi IlmuEkonomi Indonesia – 2020 10

3. Jakarta Islamic Index (JII) (X3)

Data Jakarta Islamic Index (JII) yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

bulanan pada akhir bulan selama periode penelitian tahun 2016-2019 yang bersumber dari situs resmi Dunia Investasi.

Jakarta Islamic Index (JII)

2016 2017 2018 2019

Januari 612,750 690,593 787,116 727,011

Februari 641,860 698,083 771,845 698,316

Maret 652,687 718,350 704,277 704,688

April 653,258 738,193 693,221 691,910

Mei 648,852 733,692 675,476 661,039

Juni 694,344 749,603 654,771 682,647

Juli 726,610 748,371 655,044 687,802

Agustus 746,872 746,258 659,916 702,590

September 739,690 733,296 658,446 685,920

Oktober 739,911 728,690 651,271 686,924

November 682,711 713,658 662,586 667,438

Desember 694,127 759,070 685,223 698,085

3.5.2 Variabel Terikat/Dependen (Y)

Variabel ini sering juga disebut dengan variabel terikat atau variabel tidak bebas, yang

menjadi perhatian utama dalam sebuah pengamatan. Variabel ini dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Pada penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah Nilai Aktiva

Bersih Reksadana Syariah, yakni perusahaan beserta reksadana syariahnya masing-masing yang

telah memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebelumnya selama tahun 2016-2019. Nilai Aktiva Bersih dihitung dengan melakukan pengurangan Nilai Aktiva reksadana syariah dengan Biaya dan

Kewajiban yang dimiliki oleh reksadana syariah tersebut (Rudiyanto, 2013:77).

NAB Reksadana Syariah

2016 2017 2018 2019

Januari 10.396,86 15.944,50 27.876,73 37.300,97

Februari 9.061,02 16.204,97 30.283,52 36.761,47

Maret 9.470,14 16.123,54 31.108,82 37.114,19

April 9.303,47 18.127,42 32.380,08 35.378,79

Mei 9.556,16 18.179,07 33.313,53 32.448,69

Juni 9.901,24 18.914,54 32.167,28 33.056,75

Juli 9.928,47 18.686,92 32.665,06 48.471,93

Agustus 10.666,52 20.625,23 31.129,20 50.290,50

September 12.087,00 21.427,72 31.797,51 55.543,29

Oktober 12.159,95 22.369,64 33.330,86 57.342,51

November 12.930,30 24.124,66 33.975,60 55.300,47

Desember 14.914,63 28.311,77 34.491,17 53.735,58

Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jakarta Islamic Index (JII) Terhadap Nilai

Aktiva Bersih Reksadana Syariah di Indonesia (Studi Kasus pada Otoritas Jasa

Keuangan Periode Tahun 2016-2019)

Sekolah Tinggi IlmuEkonomi Indonesia – 2020 11

IV. HASIL PENELITIAN 4.1 Uji Asumsi Klasik

4.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual pada model regresi

berdistribusi normal atau tidak. Data yang tidak berdistribusi secara normal dalam persamaan

regresi maka akan memberikan hasil yang bias, oleh karena itu model yang baik adalah yang memiliki distribusi data yang normal. Dalam penelitian menguji normalitas residual dengan melihat

nilai Prob Jarque-bera, dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:

1. Jika Probabilitas > 0,05 maka distribusi dari model regresi adalah normal. 2. Jika Probabilitas < 0,05, maka distribusi dari model regresi adalah tidak normal.

Berikut adalah hasil normalitas data yang digunakan dalam penelitian ini:

Gambar 4.1

Hasil Uji Normalitas

0

2

4

6

8

10

12

14

-0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8

Series: Residuals

Sample 2016M01 2019M12

Observations 48

Mean 5.78e-16

Median -0.010229

Maximum 0.737970

Minimum -0.747036

Std. Dev. 0.319957

Skewness 0.258653

Kurtosis 3.620386

Jarque-Bera 1.304971

Probability 0.520750

Berdasarkan grafik pada gambar 4.1 di atas, terlihat bahwa nilai prob. Jarque-bera sebesar 0,520750 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa residual terdistribusi normal yang artinya asumsi

klasik tentang normalitas telah terpenuhi.

4.1.2 Uji Multikolinieritas Multikolinieritas adalah kondisi dimana terdapat hubungan linier antar variabel

independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel

independen. Untuk mendeteksi multikolinieritas, menggunakan dasar pengambilan

keputusansebagai berikut: 1. Jika nilai korelasi > 0,90 maka H0 ditolak, sehingga ada masalah multikolinieritas.

2. Jika nilai korelasi <0,90 maka H0 diterima, sehingga tidak ada masalah multikolinieritas.

Tabel 4.1 Hasil Uji Multikolinieritas

INFLASI KURS JII

INFLASI 1.000000 -0.469946 0.010868

KURS -0.469946 1.000000 -0.512800

JII 0.010868 -0.512800 1.000000

Berdasarkan output pada tabel 4.1 diatas, terlihat bahwa nilai koefisien korelasi antara variabel independen <0,90 maka hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi persoalan

multikolinieritas pada model regresi tersebut.

Hafsah Lestari1 dan Hendrawati2

Sekolah Tinggi IlmuEkonomi Indonesia – 2020 12

4.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedasitisitas didefiisikan sebagai kondisi dimana nilai residual regresiuntuk variabel sebuah variabel bebas memilih varian yang berbeda (Nursiyono dan Nadaek, 2016:95).

Sebaliknya, jika varian variabel pada model regresi memiliki nilai yang sama disebut dengan

homoskedastisitas dan inilah yang di harapkan padamodel regresi. Cara mendeteksi heteroskedastisitas dapat melakukan Uji White, dengan kriteria penguji sebagai berikut:

1. Jika nilai Prob. Chi-Square Obs* R-Square < 0,05 maka H0 diterima, artinya adamasalah

heteroskedastisitas.

2. Jika nilai Prob. Chi-Square Obs* R-Square > 0,05 maka H0 ditolak, artinya tidak ada masalah heteroskedastisitas.

Tabel 4.2

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 2.744330 Prob. F(3,44) 0.0543

Obs*R-squared 7.565784 Prob. Chi-Square(3) 0.0559

Scaled explained SS 11.42383 Prob. Chi-Square(3) 0.0096

Berdasarkan output pada tabel 4.2 di atas, nilai Obs* R-square adalah 7,565784 dan nilai

prob Obs* R-Square adalah 0,0559 (lebih besar dari α=5%), maka H0 ditolak sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada data tersebut.

4.1.4 Uji Autokorelasi

Dalam penelitian ini, penelitian menggunakan metode LM (Legrange Multiplier) test untuk menguji autokorelasi. Cara mendeteksi autokorelasi adalah dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jika nilai Pron Chi-Square < 0,05 maka H0 diterima, artinya ada masalah autokorelasi

2. Jika nilai Prob Chi-Square > 0,05 maka H0 ditolak, artinya tidak ada masalah autokorelasi.

Tabel 4.3

Hasil Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.204620 Prob. F(2,41) 0.8158

Obs*R-squared 0.464491 Prob. Chi-Square(2) 0.7928

Dapat dilihat pada tabel 4.3 di atas, Obs*R-squared menunjukan nilai sebesar 0,464491

dengan Prob. Chi Square sebesar 0,7928 (lebih besar dari α=5%) maka H0 ditolak, sehingga dapat disimpiulkan bahwa tida terjadi autokorelasi pada data tersebut.

Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jakarta Islamic Index (JII) Terhadap Nilai

Aktiva Bersih Reksadana Syariah di Indonesia (Studi Kasus pada Otoritas Jasa

Keuangan Periode Tahun 2016-2019)

Sekolah Tinggi IlmuEkonomi Indonesia – 2020 13

4.2 Metode Pengujian Hipotesis

Uji hipotesis pada penelitian ini, terdiri dari uji parsial (t) dan uji koefisien determinasi (R2)

sebagai berikut:

4.2.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Hasil dari uji koefisien determinasi (R2) disajikan pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.4

Hasil Uji R2

Adjusted R-squared 0.506430

Untuk mengetahui nilai yang dapat menjelaskan hubungan variabel independen degan

dependen adalah dengan mendapatkan hasil adjusted R-square. Pada tabel 4.4 diketahui nilai

Adjusted R-Square sebesar 0,506430 atau sebesar 50,64%. Dapat disimpulkan bahwa pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jakarta Islamic Index (JII) terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana

Syariah adalah sebesar 50,64%. Sedangkan sisanya sebesar 49,36% di pengaruhi oleh variabel-

variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

4.2.2 Uji Parsial (Uji t)

Untuk menguji apakah masing-masng variabel bebas berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel terikat secara parsial dengan α = 0,05. Maka cara yang dilakukan adalah: 1. Bila nilai Probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak, artinya variabel independen secara individual

(parsial) mempengaruhi variabel dependen.

2. Bila nilai Probabilitas > 0,05 maka H0 diterima, artinya variabel indepeden secara individual

(parsial) tidak mempengaruhi variabel dependen.

Tabel 4.5

Hasil Uji Parsial (Uji t)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -299238.7 81452.59 -3.673777 0.0006

INFLASI -4395.473 3592.171 -1.223626 0.2276

KURS 19.62050 3.764875 5.211460 0.0000 JII 0.100955 0.045102 2.238364 0.0303

1. Uji t Variabel Inflasi

Berdasarkan hasil perhitungan data menggunakan program Eviews 9, diperoleh hasil bahwa nilai probability Thitung sebesar -1.223626 dengan nilai probabilitas Thitung

variabel Inflasi sebesar 0,2276 yang mana lebih besar signifikasi 0,05 (0,2276 > 0,05),

maka H0 diterima. Hal ini memiliki arti bahwa Inflasi tidak berpengaruh terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana syariah karena nilai signifikas lebih besar dari 0,05.

2. Uji t Variabel Nilai Tukar Rupiah

Berdasarkan hasil perhitungan data menggunakan program Eviews 9, diperoleh

hasil bahwa nilai probability Thitung sebesar 5,211460 dengan nilai probabilitas Thitung

variabel Nilai Tukar Rupiah sebesar 0.0000 yang mana lebih kecil signifikasi 0,05 (0.0000

< 0,05), maka H0 ditolak. Hal ini memiliki arti bahwa Nilai Tukar Rupiah berpengaruh

positif terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana syariah karena nilai signifikas lebih kecil dari 0,05.

3. Uji t variabel Jakarta Islamic Index (JII)

Berdasarkan hasil perhitungan data menggunakan program Eviews 9, diperoleh hasil bahwa nilai probability Thitung sebesar 2,238364 dengan nilai probabilitas Thitung

Hafsah Lestari1 dan Hendrawati2

Sekolah Tinggi IlmuEkonomi Indonesia – 2020 14

variabel Jakarta Islamic Index (JII) sebesar 0,0303 yang mana lebih kecil signifikasi 0,05

(0,0303< 0,05), maka H0 ditolak. Hal ini memiliki arti bahwa JII berpengaruh positif

terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana syariah karena nilai signifikas lebih kecil dari 0,05.

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

4.3.1 Pengaruh Inflasi Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah Berdasarkan hasil penelitian data menggunakan program Eviews 9, variabel Inflasi

memiliki nilai signifikan yang lebih besari dari 0,05 (0,2276 > 0,05), maka H0 diterima. Hal ini

memiliki arti bahwa inflasi tidak memberikan pengaruh terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah. Berkaitan dengan sebelumnya penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan

Utami (2017) yang menunjukkan bahwa Inflasi berpengaruh terjadap Nilai Aktiva Bersih

Reksadana Syariah. Tetapi penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Miha dan Laila (2017) menunjukkan bahwa Inflasi tidak berpengaruh terhadap Nilai Aktiva Bersih

Reksadana Syariah.

Ekonomi Islam tidak mengenal inflasi. Hal ini dikarenakan pada ekonomi Islam, zakat,

infak, dan sedekah dijadikan sebagai instrumen pengendali jumlah uang yang beredar di masyarakat. Peningkatan pada zakat, infak, dan sedekah akan meningkatkan daya beli masyarakat

sehingga nilai mata uang terjaga kestabilannya. Peningkatan pada zakat, infak, dan sedekah juga

dapat menggerakkan perekonomian pada sektor riil sehingga perputaran uang akan meningkat. Akibatnya pertumbuhan ekonomi meningkat dan iklim investasi akan meningkat. Hal ini

mengakibatkan perubahan yang terjadi pada tingkat inflasi tidak mempengaruhi nilai aktiva bersih

reksadana syariah (Miha dan Laila, 2017).

4.3.2 Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah

Berdasarkan hasil penelitian data menggunakan program Eviews 9, varibel Nilai Tukar

Rupiah memiliki nilai signifikan yang lebih kecil dari 0,05 (0,0000 < 0,05) dengan Thitung sebesar 5,211460, maka H0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa Nilai Tukar Rupiah berpengaruh positif

terhadap Nilai Aktivaa Bersih Reksadana Syariah. Jika Nilai Tukar Rupiah terus naik, Nilai Aktiva

Bersih Reksadana syariah pun akan ikut naik. Berkaitan dengan penelitian sebelumnya, penelitian

ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Miha dan Laila (2017) yang menyatakan bahwa variabel Nilai Tukar Rupiah tidak berpengaruh terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana

Syariah. Tetapi penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Utami (2017) yang

menyatakan bahwa variabel pengaruh positif terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah. Kurs atau nilai tukar berpengaruh positif dapat dijelaskan bahwa peningkatan nilai tukar

rupiah terhadap dolar AS, akan mendorong terjadinya aliran masuk (capital inflow) ke Indonesia

akibat meningkatnya permintaan akan rupiah. Capital inflow ini kemudian akan meningkatkan

NAB reksadana syariah. Dengan kata lain Peningkatan (Depresisasi) nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menandakan bahwa semakin murah harga rupiah terhadap mata uang asing khususnya

dollar AS sehingga terjadi aliran modal masuk (capital inflow) ke Indonesia akibat meningkatnya

permintaan akan rupiah. Capital Inflow kemudian akan memacu laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia, sehingga kemampuan masyarakat dalam berinvestasipun akan meningkat pula sehingga

hal ini akan berdampak positif bagi perkembangan pasar modal seperti reksadana syariah (Utami,

2017).

4.3.3 Pengaruh Jakarta Islamic Index (JII) Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana

Syariah.

Berdasarkan hasil penelitian data menggunakan program Eviews 9, varibel Jakarta Islamic

Index (JII) memiliki nilai signifikan yang lebih kecil dari 0,05 (0,0303 < 0,05) dengan Thitung 2,238364, maka H0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa Jakarta Islamic Index (JII) berpengaruh

Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jakarta Islamic Index (JII) Terhadap Nilai

Aktiva Bersih Reksadana Syariah di Indonesia (Studi Kasus pada Otoritas Jasa

Keuangan Periode Tahun 2016-2019)

Sekolah Tinggi IlmuEkonomi Indonesia – 2020 15

positif terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah. Jika index JII terus naik, Nilai Aktiva

Bersih Reksadana syariah pun akan ikut naik. Berkaitan dengan penelitian sebelumnya, penelitian

ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Shofia, et al (2018) yang menyatakan bahwa Jakarta Islamic Index berpengaruh ke arah negatif terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah

dan tidak juga mendukung penelitian Yanty (2017) yang menyatakan bahwa variabel Jakarta

Islamic Index (JII) tidak berpengaruh terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah. Jakarta Islamic Index (JII) menggambarkan kinerja dari saham-saham yang telah menjadi

salah satu portofolio dari reksadana syariah. Jika nilai indeks JII meningkat, maka secara langsung

berpengaruh pada portofolio reksadana syariah dan akan berdampak pada peningkatan Nilai Aktiva

Bersih Reksadana Syariah, khususnya Reksadana jenis saham. Hal ini menunjukkan bahwa JII memiliki pengaruh terhadap perubahan Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah. Ketika nilai JII

naik maka akan mendorong adanya kenaikan pula pada Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah.

V. SIMPULAN

5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, dapat

diambil kesimpulan bahwa:

1. Inflasi tidak berpengaruh terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah di Indonesia. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketidakstabilan inflasi tidak mempengaruhi Nilai Aktiva

Bersih Reksadana Syariah di Indonesia.

2. Nilai Tukar Rupiah berpengaruh positif terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketidakstabilan Nilai Tukar Rupiah menimbulkan

perubahan terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah di Indonesia.

3. Jakarta Islamic Index (JII) berpengaruh positif terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah. Hal tersebut menunjukkan bahwa apabila nilai Jakarta Islamic Index (JII) naik

maka akan mendorong adanya kenaikan pula pada Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah

di Indonesia.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka

peneliti mencoba mengemukakan implikasi yang mungkin bermanfaat bagi pihak-pihak terkait, berikut :

1. Bagi Investor

Penelitian ini dapat digunakan oleh investor sebagai acuan dalam menjalaka strategi yang tepat dalam menanamkan investasi di reksadana syariah. Selain itu, variabel

Nilai Tukar Rupiah, dan Jakarta Islamic Index (JII) juga patut diperhatikan sebelum

berinvestasi. Hal ini dikarenakan hasil penelitian menunjukkan bahwa Nilai Tukar Rupiah

dan Jakarta Islamic Index (JII) memberikan pengaruh signifikan ke arah positif terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pemicu dan acuan bagi peneliti selanjutnya dengan tema serupa. Sebaiknya, penelitian selanjutnya dilakukan dengan menambah rentan

waktu, variabel-variabel baru, serta pengembangan teori sehingga penelitian selanjutnya

lebih baik dan komprehensif.

5.3 Keterbatasan penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur ilmiah, namun demikian masih

memiliki keterbatasan yaitu:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah dalam penelitian

ini hanya terdiri dari tiga variabel, yaitu Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jakarta Islamic

Hafsah Lestari1 dan Hendrawati2

Sekolah Tinggi IlmuEkonomi Indonesia – 2020 16

Index (JII). Diharapkan pada penelitian selanjutntya dapat menggunakan variabel yang

lebih banyak 2. Keterbatasan untuk mencari referensi sumber bacaan karena kondisi Covid-19.

VI. DAFTAR REFERENSI

Adrian dan Rachmawati. 2019. Pengaruh Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Nilai Aktiva

Bersih Reksadana Syariah. Jurnal Ekonomi Islam. Vol.2 No.1. Awaluddin. 2016. “Pasar Modal Syariah: Analisis Penawaran Efek Syariah di Bursa Efek

Indonesia”. Maqdis: Jurnal Kajian Ekonomi Islam. Vol. 1 No. 2.

Aziz, Abdul. 2010. Manajemen Investasi Syariah. Bandung: Alfabeta.

Firdaus, dan Ariyanti. 2011. Pengantar Teori Moneter serta Aplikasinya pada Sistem Ekonomi Konvensional dan Syariah. Alfabeta. Bandung.

Martalena, dan Maya Melinda. 2011. Pengantar Pasar Modal. Yogyakarta.

Miha dan Laila. 2017. Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah di Indonesia. Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan, Vol.4 No.2,

144-158.

Pratama, Bintang. 2016. Perbandingan Kinerja Reksadana Syariah di Indonesia Menggunakan

Metode Sharpe. Jurnal Ekonomi Syariah Vol. 3 No. 9.

Putong, Iskandar. 2015. Economics: Pengantar Mikro dan Makro. Mitra Wacana Media.

Rudiyanto. 2013. Sukses Finansial dengan Reksadana. Elek media Komputindo.

Sadono, Sukirno. 2011. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Rajawali Pers. Jakarta. Shofia, et al. 2018. Analisis Pengaruh Jakarta Islamic Index (JII), Nilai Tukar Rupiah (Kurs), dan

Inflasi Terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Syariah Campuran (Periode 2014-2016). Vol.

04 N0. 2. Sholahuddin, Muhammad. 2011. Kamus Istilah Ekonomi Keuangan & Bisnis Syariah. PT.

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sitompul, Asri. 2011. Reksadana Pengatar dan Pengenalan umum. Citra Aditya Bakti..

Bandung. Soemitra, Andri M.A. 2017. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Kencana Prenadamedia Group,

Jakarta.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta, Bandung. Sutedi, Adrian. 2011. Pasar Modal Syariah: Sarana Investasi Keuangan Berdasarkan Prinsip

Syariah. Sinar Grafika. Jakarta.

Utami, Herlina. 2017. Pengaruh Inflasi, Kurs, dan BI Rate Terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah di Indonesia (Periode 2010-2016). Vol 04 No. 01.

Www.bi.go.id

Www.bps.go.id

Www.duniainvestasi.com Www.ojk.go.id

Yanty, Riska. 2017. Analisis Pengaruh Jakarta Islamic Index, Indeks Saham Syariah Indonesia, dan

Jumlah Reksadana Terhadap Kinerja Reksadana Syariah Periode 2014-2016.