1. bidang pribadi sosial_bp b5_act_long_15eks - Moh ...

359

Transcript of 1. bidang pribadi sosial_bp b5_act_long_15eks - Moh ...

ANCHOR

ASSESSMENT

Assesmen Praktis dalam Bimbingan dan Konseling Islam Bidang Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

Tim Penulis

Katalog Dalam Terbitan (KDT) © Tim Penulis

Anchor Assessment: Assesmen dalam Bimbingan dan Konseling Islam; / Tim Penulis; - Yogyakarta: Lintas Nalar, 2018

ISBN: 978-602-51707-6-8

Cetakan 1 edisi 1, Juni 2018

Pengantar : Dr. Nurjannah, M.Si. Editor : Moh. Khoerul Anwar, S.Pd., M.Pd Desain Cover : Rasyid Hidayat Layout : Siti Triyuwanti Tata Aksara : Beny Subagdja dan Shovia Syamsi Hadaria Tim Penulis : Shovia Syamsi Hadaria, Irena Wahyu Damayanti, Efa Findriani, Efa Findriani, Elsa Wandira Ardia Mukti, Monica, Risa Aprianti, Istnaeni

Rahmawati, Nikmatul Choyroh P, Memela Fikha, Isna Sholihaturrahmaniah, Nurlia

Yulitasari, Hindun Arroyani, Antin Erfinia, Siti Nuratika, Novi Ulul Azmi, Umi

Mutiatul Khoiroh, Nina Narullita, Vera Maulida Rahmah, Hasriani, Lia Kurnia Dewi,

Nurul Zafika, Zarah Usra, Fahril Nizhamuddin, Mutia Azmi, Afifatuz Zakiyah, Tita

Nurapipah, Abdul Mun'im, Rizke Yuana, Ahmad Sahab, Zidna Ilma Nafia, Nur

Latifah, Novi Dwi Lestari, Devi C. Y. A., Amalia Desti Puspitasari, Fani Rama

Kapailu, Beny Subagdja, Silvia Hadi, Almanisa Nur Azizah Pasa, Imam Wahyu

Pratama S, Lailatul Widha, Rasyid Hidayat, Epa Nur Pitriana, Rahmatan Azzahra,

Meirista Yusmitasari, Zangki Zulkarnain, Siti Triyuwanti, Winda Noor Rohmah, Nadia

Nur Hasanah, Ismailia Muwaffaqoh Arifah, Ila Kamila Hidayati, Erlina Ayu Safitri.

Diterbitkan oleh: Lintas Nalar, CV Jl. Ki Pemanahan - Kampung Jagangrejo Pelemwulung - Kec. Banguntapan Bantul, D.I. Yogyakarta Email: [email protected]

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke haribaan Allah SWT dan Rasul-Nya, yang

telah mengajarkan kita melalui qalam. Memberikan ilmu dan pengetahuan,

yang dengan itu kita mampu mengenal diri, alam dan kejadian sebagai sarana

ma’rifat kepada-Nya. Buku berjudul “Anchor Assessment” yang merupakan

kumpulan tulisan mahasiswa prodi Bimbingan dan Konseling Islam (BKI)

Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, adalah salah satu

wujud hasil pengajaran Allah melalui kegiatan belajar mengajar yang

dilaksanakan para hamba-Nya, dosen-dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi

UIN Sunan Kalijaga.

Hadirnya buku ini, tentulah sangat membahagiakan dan membanggakan

bagi pimpinan. Terlepas dari adanya kekurangan di sana sini, setidaknya buku

ini mencerminkan adanya kepercayaan diri dan keberanian mahasiswa dalam

berkarya, yang patut dihargai. Apalagi mengingat bahwa buku tentang

pengukuran dan asesmen termasuk langka, maka buku ini dapat mengisi

kekosongan, khususnya dalam hal asesmen terhadap klien sebelum diberikan

treatmen oleh konselor.

Konselor professional mesti melakukan asesmen yang cermat dan akurat

terhadap klien sebagai acuan melakukan tindakan, dan tidak boleh hanya

sekedar mengira-ngira atau berdasarkan perasaan. Hasil asesmen yang valid,

akan menuntun konselor menentukan treatmen yang tepat, meski masih

menyimpan kemungkinan adanya kesalahan. Apabila hasil asesmen tidak valid

atau salah, dampaknya pasti salah dalam menentukan treatmen atau tindakan,

dan bisa berakibat fatal terutama bagi klien.

Oleh sebab itu buku ini sangat penting menjadi salah satu instrument

yang bisa digunakan oleh para praktisi di bidang bimbingan dan konseling

dalam melakukan asesmen. Di samping itu instrument ini juga bisa menjadi

bahan kajian bagi akademisi ilmu Bimbingan dan Konseling (Islam) untuk

dikritisi dan disempurnakan sehingga mewujud instrument-instrumen asesmen

yang terstandarisasi.

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | iii

Semoga buku ini memberi manfaat bagi semua pihak terkait, khususnya

akademisi dan praktisi Bimbingan dan Konseling (Islam). Semoga menjadi

amal jariyah bagi para mahasiswa yang berkonstribusi menulis, juga para dosen

yang membimbing. Terimakasih kepada civitas akademika yang telah

berkontribusi membesarkan nama dan eksistensi Fak. Dakwah dan Komunikasi

UIN Sunan Kalijaga.

Yogyakarta, 31 Mei 2018

Dekan,

Dr. Nurjannah, M.Si.

iv | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

PENDAHULUAN

Pembahasan assesmen telah didiskusikan selama kurang lebih 25 tahun

terakhir, seiring perkembangan zaman. Kini assesmen dikembangkan di

pelbagai aspek baik meliputi bidang pribadi-sosial, keluarga dan keagamaan.

Munculnya buku “Anchor Assesment: Assesmen Praktis dalam Bimbingan

dan Konseling Islam” diharapkan mampu menjawab perkembangan dan

permasalahan era saat ini, era millennial.

Masalah merupakan adanya perbedaaan antara ideal dan kenyataan.

Salah satu upaya untuk mendeteksi dan mengetahui sebuah masalah maka

diperlukan sebuah alat ukur yang dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Pengembangan sebuah assesmen didasarkan pada proses yang berkelanjutan,

dimulai dari penjabaran tentang definisi operasional hingga uji lapangan sampai

uji validitas serta reliabilitas.

Anchor Assesmen secara harfiah adalah assesmen jangkar, secara

filosofis istilah nama tersebut diambil dari beragam masalah kadang sulit

diselesaikan karena masalah yang dialami tidak terdeteksi dengan baik dan

masalah yang muncul tidak teridentifikasi. Oleh karenanya, bilamana kita dapat

menggunakan dan mengembangkan assesmen diharapkan mampu menngurai

masalah dan mampu mengetahui indikasi-indikasi dari masalah yang dialami.

Selain itu, ibarat kapal laut bilamana jangkar diangkat maka kapalpun akan

berlayar. Sama halnya dengan hal tersebut, ketika masalah individu sudah

terdeteksi maka masalah tersebut akan lebih mudah alternative

penyelesaiannya.

Selanjutnya, upaya ini dilakukan dalam rangka memperkaya dan

memperbanyak alat assesmen dilingkungan bimbingan dan konseling islam

baik di lingkungan institusi pendidikan maupun masyarakat. Semoga karya ini

dapat bermanfaat dan berguna secara praktis dan efektif bagi semua pihak yang

membutuhkan.

Yogyakarta, 27 Mei 2018

Dosen Pengampu Mata Kuliah Assesmen BKI

Moh Khoerul Anwar, M. Pd

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii PENDAHULUAN ............................................................................................... v DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi BIDANG PERNIKAHAN DAN KELUARGA ..................................................1

1. Instrumen Skala Kesiapan Menikah Pada Mahasiswa Semester Akhir.....2

2. Instumen Skala Self EsteemPada Mahasiswa Single Parents ....................8

3. Instrumen Skala Tingkat Kesiapan Menikah Pada Mahasiswi ............... 15

4. Instrumen Skala Perilaku Altrustik Pada Komitmen Berorganisasi ....... 20

5. Instrumen Skala Tingkat Kecemburuan Pasangan Pada Masa Berpacaran27

6. Intensitas Skala Konflik Dalam Pernikahan Usia 0-5 Tahun ................. 33

7. Instrumen Skala Pengembangan Efikasi Diri Ibu Single Parent ............ 38

8. Instrumen Skala Self-esteem Pada Anak Yatim Piatu di Panti Asuhan ....... 45

9. Instrumen Skala Kohesivitas Pasangan Long Distance Relationship ..... 51

10. Instrumen Skala Kegagalan Pasangan Rumah Tangga Usia Dini .......... 59

11. Instrumen Skala Tingkat Kemandirian Remaja Anak Single Father...... 66

12. Instrumen Skala Tingkat Kecemasan Orang Tua Anak Hiperaktif di Kabupaten

Sleman .................................................................................................... 72

13. Instrumen Skala Kebahagiaan Pernikahan Pasangan Suami Istri Setelah Menikah

5 Tahun di Kabupaten Gunungkidul ...................................................... 78

14. Instrumen Skala Tingkat Kepuasan Suami Terhadap Istri Yang Berkarir87

15. Instrumen Skala Tingkat Stres Ibu Karir dalam Pengasuhan Anak ....... 93 BIDANG PRIBADI, SOSIAL DAN KEAGAMAAN ................................... 102

1. Instrumen Skala Tingkat Kesopanan Mahasiswa terhadap Norma yang Berlaku

di UIN Sunan Kalijaga ......................................................................... 103

2. Instrumen Skala Kemampuan Kontrol Diri Pada Mahasiswa .............. 112

3. Instrumen Skala Tingkat Religiusitas Siswa SMA Menjelang UN ...... 121

4. Instrumen Skala Resiliensi Mahasiswa Rantau .................................... 128

5. Instrumen Skala Religiusitas Mahasiswa SAINTEK Universitas Sunan Kalijaga

Yogyakarta ........................................................................................... 135

6. Instrumen Skala Kemandirian Belajar pada Siswa SMP ...................... 142

vi | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

7. Instrumen Skala Tingkat Religiusitas Pada Masyarakat Pedesaan ....... 149 8. Instrumen Skala Pola Hidup Modern Masyarakat Ekonomi Rendah .. 155 9. Instrumen Skala Tingkat Kecerdasan Spiritual Mahasiswa Aktivis Yogyakarta

160 10. Instrumen skala motivasi belajar anak TPA Masjid Baiturrahman Gowok169 11. Instrumen Skala Tingkat Self Esteem (Harga Diri) pada Santri Penghafal Qur’an

PP. Al Munawwir Krapyak Yogyakarta............................................... 175 12. Instrumen Skala Konsep Diri (Self Concept) Pada Mahasiawa Santri 182 13. Instrumen Skala Layanan Bimbingan Pribadi-Sosial Di MA Nurul Ulum

Munjungan ........................................................................................... 187 14. Instrumen Coping Stres Pada Siswa Kelas IX di SMP Negeri 2 Karangmojo

193 15. Instrument skala intensitas pelaksanaan shalat dhuha pada mahasiswa UIN

Sunan Kalijaga Yogakarta .................................................................... 200 16. Instrumen Skala Tingkat Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Santri Pondok

Pesantren .............................................................................................. 207 17. Instrumen Skala Interaksi Sosial Mahasiswi Bercadar dalam Lingkungan

Universitas Negeri di Yogyakarta ........................................................ 215 18. Instrumen Skala Kesejahteraan Psikologis pada Remaja ..................... 221 19. Instrumen Skala Self Control Mahasiswa yang Tinggal Di Lingkungan Pesantren

230 20. Instrumen Skala Ukur Religiusitas Anak Yang Tinggal di Panti Asuhan Nurul

Haq. ...................................................................................................... 236 21. Instrumen Skala Intensitas Mengikuti Bimbingan Klasikal Di Man 3 Sleman

242 22. Instrumen Skala Tingkat Self-Confidence Mahasiswa Fakultas Dakwah UIN

Sunan kalijaga Yogyakarta ................................................................... 250 23. Instrument Skala Harga Diri (Self Esteem) pada Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta ........................................................................................... 255 24. Instrumen Skala Self -Disclosure Pada Mahasiswi Bercadar ............... 262 25. Instrumen Skala Atribusi Sosial Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi

267 26. Instrumen Skala Perilaku Keagamaan Pada Lansia ............................. 273 27. Instrumen Skala Religiusitas Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga dengan

Latarbelakang SLTA Umum (SMA/SMK Non-Keagamaan) .............. 279 28. Instrumen Skala Self-Regulated Learning Pada Mahasiswa ................ 291 29. Instrument Skala Tingkat Pemahaman Mahasiswa Terhadap Konseling Behavior

297

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | vii

30. Instrumen SkalaKecerdasan Emosi Pada MahasiswaYang Bermain Game Online

Mobile Legend ..................................................................................... 303

31. Instrumen Skala Motivasi Penggunaan Cadar Pada Mahasiswa .......... 314

32. Instrumen Skala Motivasi Belajar Pada Mahasiswa Asing .................. 320

33. Instrumen Skala Tingkat Kesadaran Agama Santri Dalam Lingkungan Pondok

Pesantren Krapyak Yogyakarta ........................................................... 324

34. Instrumen Skala Efikasi Diri Dalam Menghadapi Masalah Pada Mahasiswa UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta .................................................................. 331

35. Instrumen Bimbingan Keagamaan bagi Siswa Learning Disabilities.. 337

36. Kepercayaan Diri Difabel Dalam Bersosialisasi Dilingkungan Kampus UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta .................................................................. 345

viii | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

BIDANG PERNIKAHAN

DAN KELUARGA

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 1

1. Instrumen Skala Kesiapan Menikah Pada Mahasiswa Semester Akhir Oleh: Elsa Wandira Ardia Mukti ( [email protected] ) Profesional Judgement: Slamet, S.Ag., M.Si.

A. Pengantar

Instrumen adalah sebuah alat ukur yang digunakan untuk

mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab suatu

permasalahan penelitian. Alasan instrumen kesiapan menikah pada remaja

semester akhir karena pada dasarnya semakin tinggi semester semakin

ingin cepat menikah. Mahasiswa tingkat akhir memasuki hubungan yang

tugas perkembangan untuk menjalin hubungan yang lebih intim dengan

lawan jenis, dalam hal ini adalah pernikahan. Hal ini sangat penting karena

seberapa siap seorang mahasiswa akhir akan pernikahan. Dalam hal ini

instrumen digunakan untuk mengukur kesiapan menikah pada mahasiswa

semester akhir dengan kisi-kisi sesuai dengan teori yang ada lalu

dikembangkan oleh peneliti. Kualitas mental kesiapan menikah yang

dibutuhkan dalam membina hubungan dengan orang lain menjadi sangat

penting. B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis

Menurut Walgito (2002) beberapa pertimbangan yang harus

dimiliki seseorang dalam kesiapan menikah yaitu kematangan fisiologis,

kematangan psikologis, kematangan sosial. Ketiga hal tersebut yang

dijadikan peneliti sebagai aspek instrumen lalu dikembangkan menjadi

beberapa indikator selanjutnya dari indikator dikembangkan lagi untuk

membuat beberapa item pernyataan. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan

aspek-aspek kesiapan menikah. Aspek-aspek tersebut antara lain aspek

fisiologis, aspek psikologis, aspek sosial.

Nomor Item

Variabel Aspek Indikator Deskriptor Favor Unfa Jml

vorab

Able

le

Kesiapan

Pandang

an

menikah

Menunjukk

Fisiol individu 1,3,4,5,

mahasis an kesiapan 2,8,10

ogis / terhadap 6,7,9,1 15

wa fisik ,14,15

fisik keadaan 2,13

semester

dirinya

akhir

dalam

2 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

memelih

ara

kesehata

n

Menerim

a

keadaan

dirinya Sikap

maupun

mampu

keadaan 16,17,1

menghargai

orang

8,20,22 19 8

diri sendiri lain apa ,23,

dan orang

adanya,

lain

sesuai

dengan

kondisi

Psikol

riil

Dapat

ogis

berfikir

secara

objektif, Mampu

bersifat menerapkan 24,25,2

sabar,

kesabaran,

6,27,28

penuh

penuh

,29,30, - 11

pengertia pengertian, 32,33,3

n, dan dan

4

mempun toleransi

yai yang baik

toleransi

yang

baik

Peranan

sosial Mampu

yang

bersosialisa

diperank

si dengan 35,36,3

Sosial an

38 5

keluarga 7,39 ‘’kesiapa

dan

n

lingkungan

menikah

pada

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 3

mahasis

wa

semester

akhir’’

mencaku

p

hubunga

n

individu

dengan

keluarga

dan

individu

dengan

lingkung

an

Kemamp 41

42

3

uan

Mampu

bertinda mengambil

k dan keputusan

bersikap

dalam

memaha

mi diri Memahami

maupun

emosi diri

43,44,

orang

-

3

sendiri dan

45

lain

orang lain

secara

emosi

Jumlah 31 10 41

Alpha Cronbach’s= .871 ; Sampel= 30 orang

C. Item Pernyataan dan Kategori

No Pernyataan Jawaban

1.

Saya merasa sudah cukup umur untuk SS S TS

STS

menikah

2.

Saya memiliki penyakit yang cukup SS S TS

STS

serius yang membuat saya takut untuk

4 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

menikah

3. Saya siap mempunyai anak SS S TS STS

4. Saya merasa sudah siap merawat anak SS S TS STS

5. Saya siap menanggung kebutuhan

SS S TS STS keluarga

6. Saya merasa memiliki jiwa kasih sayang

SS S TS STS yang tinggi

7. Saya merasa tampan/cantik sehingga

SS S TS STS mudah mendapatkan pasangan

8. Saya merasa malas ketika melakukan

SS S TS STS pekerjaan rumah

9. Saya pemilih dalam mencaripasangan

SS S TS STS agar mendapat keturunan baik

10. Saya pernah terluka maka saya akan

SS S TS STS berhati-hati memilih pasangan hidup

11. Saya merasa nyaman ketika bersentuhan

SS S TS STS dengan lawan jenis

12. Saya tau cara memenuhi kebutuhan

SS S TS STS biologis pasangan

13. Saya merasa takut terkena penyakit

SS S TS STS ketika berhubungan seks

Saya terlalu takut melakukan hubungan

14. seks yang menghambat keinginan untuk SS S TS STS

menikah

15. Saya merasa sudah siap menerima calon

SS S TS STS suami/isteri

Saya lebih nyaman dengan laki-

16. laki/perempuan yang perhatian daripada SS S TS STS

yang tampan/cantik

Saya menghargai keputusan yang

17. diambil orang lain, meskipun sebenarnya SS S TS STS

saya tidak menyetujuinya

Saya merasa sudah memperbaiki sikap

18. yang kurang baik pada diri sendiri, tapi SS S TS STS

belum ada hasilnya

Saya lebih memilih membicarakan

19. permasalahan kepada pasangan daripada SS S TS STS

kepada orang lain

20. Saya merasa senang ketika bisa

SS S TS STS membantu orang lain

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 5

21.

Saya merasa lebih nyaman dengan SS S TS STS

lingkungan yang ramai

22.

Saya sering menyapa orang-orang yang SS S TS STS

berada disekitar lingkungan saya

Setiap kali saya marah, saya lebih

23. memilih diam daripada melampiaskan SS S TS STS

dengan sikap

24.

Saya memikirkan jalan keluar setiap kali SS S TS STS

ada masalah

25.

Ketika saya marah saya berusaha SS S TS STS

bersikap tenang

26.

Saya mengakui kesalahan dengan cara SS S TS STS

meminta maaf

27.

Saya merasa bisa menyesuaikan keadaan SS S TS STS

sekitar

28.

Saya tidak mudah menyimpulkan SS S TS STS

disetiap situasi yang baru terjadi

29.

Saya selalu percaya dengan perkataan SS S TS STS

pasangan saya

30.

Saya merasa sudah siap menikah karena SS S TS STS

saya sudah memiliki pekerjaan tetap

31.

Saya merasa kasihan ketika orang lain SS S TS STS

mendapat musibah

32.

Saya selalu melibatkan diri ketika ada SS S TS STS

forum santai didepan rumah

33.

Saya berusaha tersenyum ramah ketika SS S TS STS

bertemu tetangga

Saya selalu merespon dengan baik

34. kepada orang yang memanggil atau SS S TS STS

tersenyum ramah ketika berpapasan

35.

Saya malu ketika mau menyapa terlebih SS S TS STS

dulu

36.

Saya tidak mudah terhasut dengan SS S TS STS

sindiran orang lain

37.

Saya berani mengambil resiko dari SS S TS STS

keputusan yang saya pilih

38.

Ketika pasangan saya selingkuh, saya SS S TS STS

takut untuk meninggalkannya

39.

Saya kecewa ketika pasangan saya tidak SS S TS STS

menepati janji

6 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

40. Saya merasa sedih ketika pasangan saya

SS S TS STS sudah tidak perhatian

41. Saya merasa benar ketika berdebat

SS S TS STS dengan pasangan

D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur

Melalui analisis SPSS.20 dapat diklaifikasikan bahwa sebaran aitem

shahih dan gugur sebagai berikut:

Item Shahih Item Gugur

Pernya 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 12, 13, 14,

15, 16, 18, 19, 21, 22, 24, 2, 8, 9, 10, 11, 17, 20, 23, 26, taan

25, 28, 29, 30, 31, 32, 34, 27, 33, 35, 38, 39, 41

36, 37, 39, 40

Jumlah 26 15

E. Penutup

Intrumen ini bertujuan untuk mengukur skala kesiapan mahasiswa

semester akhir. Semakin tinggi tingkat kesiapan menikah pada mahasiswa

semester akhir semakin cepat mereka menyelesaikan study guna mencapai

targer selanjutnya yaitu menikah. Semoga dengan adanya skala ini

membantu meningkatkan, mengembangkan kesiapan-kesiapan menikah.

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 7

2. Instumen Skala Self EsteemPada Mahasiswa Single

Parents Oleh: Risa Aprianti ( [email protected] ) Professional Judgement: Slamet, S.Ag., M.Si.

A. Pengantar

Self esteem atau yang biasa dikenal dengan Penghargaan diri

merupakan hal yang penting dalam diri seseorang. Menurut Suntrock

(2003) self esteem merupakan dimensi evaluatif yang menyeluruh dari diri.

Self esteem juga disebut sebagai harga diri atau gambaran diri. Sedangkan

Menurut Ghufron dan Risnawitra(2016)Self esteem adalah penilaian diri

yang dilakukan seseorang terhadap dirinya yang didasarkan pada

hubungannya dengan oranglain.

Setiap individu pasti memiliki self esteem baik itu rendah ataupun

tinggi. Remaja yang memiliki self esteem tinggi biasanya memiliki tingkat

prestasi yang mumpuni dibandingkan remaja yang memiliki self esteem

rendah. Penyebab dari rendahnya self esteem seseorang menurut Ghufron

dan Risnawita (2016) bisa jadi karena faktor jenis kelamin, intelegensi,

kondisi fisik, lingkungan sosial dan lingkungan keluarga. Remaja yang

memiliki keluarga yang utuh dan tinggal di lingkungan yang baik tentu

akan berbeda dengan remaja yang hidup dalam lingkungan keluarga yang

tak lengkap atau single parent baik itu single mother ataupun single father.

Instrumen skala ini disusun untuk mengungkapkan seberapa besar

tinggat self esteem pada Mahasiswa yang single parent dengan subjek

mahasiswa yang rentang usianya 18-25 tahun.

B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis

Kebutuhan self esteem menurut Branden (dalam Rahman, 2013)

melekat pada karakteristik ilmiah setiap individu, jadi setiap individu pasti

memiliki tingkat self esteem pada dirinya masing-masing baik itu tinggi

ataupun rendah. Instrumen ini disusun menggunakan skala Likert dengan

bentuk jawaban Sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai dan sangat tidak sesuai

dengan menghilangkan pilihan jawaban ragu-ragu. Berikut ini

adalahAspek-aspek self esteem menurut Minchinton (dalam Iqbal 2011)

memaparkan ada tiga aspek dalam self esteem yaitu perasaan tentang diri

sendiri, perasaan tentang hidup dan hubungan dengan oranglain. Maka dari

itu pengembangan instrumen ini dikembangkan berdasarkan aspek-aspek

tersebut. Berikut kisi-kisinya:

8 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

No aitem

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

Jml Favor Unfavor

able able

Mampu

membuat

Mampu keputusan

menghorma dalam 5,6,7,8

1,2,3,4,9 10

ti diri hidup dan ,10

Perasa sendiri tidak

an menyesalin

tentan ya

g diri

Mampu

Mampu

sendiri menutupi

memaafkan

kekurangan 11,12,

diri sendiri 15,16,17

dan 13,14, 9

tentang ,19 menunjuka 18

segala

n sisi

kekurangan

kelebihan

Self Bertanggun

Menanamk

gjawab atas 23,

Esteem

an perilaku 20,

segala 24,26,

Pada

disiplin dan 21,22,,2 10 Perasa kewajiban 27,28,

Mahasisw bertanggun 5

an hidup yang 29

a Single gjawab

tentan dijalani

Parents

g

Menerima Berpikir

hidup kenyataan 31,323

positif dan 30,3334,

hidup 6,37,3 10

menerima 35,39 dengan 8,

takdir

lapang dada

Meyakini Mampu

bahwa menunjukk 40,41,

setiap an 44,45,47

Hubun 42,43, 9

individu eksistensi ,48, gan 46

meiliki hak diri dalam

denga

yang sama berprestasi

n

Menanamk

orang

49,50,

Mampu an sikap 52,54,55

lain 51,53,

menghargai toleransi ,56, 12

57,58, orang lain dan 60

59

kerjasama

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 9

Jumlah 32 28 60

C. Item Pernyataan dan Reliabilitas

No Pernyataan Jawaban

1. Perceraian orangtua bukan keinginan saya SS S TS STS

2.

Orangtua memberikan pengaruh besar dalam SS S TS STS

mengambil keputusan

3.

Orangtua memaksa untuk menuruti SS S TS STS

perkataannya

4.

Orangtua selalu mengontrol saya dalam SS S TS STS

kegiatan apapun

5.

Saya selalu menjaga komunikasi dengan SS S TS STS

orangtua

6.

Dalam memilih perguruan tinggi saya tidak SS S TS STS

melibatkan orangtua

7.

Saya mengelola uang jajan yang diberikan SS S TS STS

orangtua dengan baik

8.

Orangtua mengarahkan saya untuk hidup SS S TS STS

mandiri

Orangtua menekan saya untuk mengikuti

9. berbagai SS S TS STS

Organisasi

10.

Saya merasa tertekan oleh aturan orangtua SS S TS STS

saya

11. Saya mengetahui bakat yang saya miliki SS S TS STS

12.

Saya mengikuti berbagai pelatihan agar bakat SS S TS STS

saya berkembang

13.

Saya berusaha meraih prestasi agar orangtua SS S TS STS

bangga

14.

Meskipun orangtua saya single parent, itu SS S TS STS

tidak berpengaruh terhadap prestasi saya

15.

Saya merasa minder menjadi Mahasiswa SS S TS STS

single parent

Apabila teman saya membicarakan

16. orangtuanya saya merasa sedih dan SS S TS STS

tersinggung

17. Saya menjadi sensitif ketika teman SS S TS STS

10 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

menanyakan

orangtua saya

18. Meskipun saya mahasiswa single parent saya

SS S TS STS

bisa bergaul dengan siapapun

19. Saya lebih menutup diri sesudah orangtua

SS S TS STS

saya bercerai

20. Semenjak orangtua saya bercerai ibadah saya

SS S TS STS

kurang teratur

21. Semenjak orangtua saya bercerai uang jajan

SS S TS STS

saya menjadi berkurang

22. Semenjak menjadi mahasiswa single parent,

SS S TS STS

saya jarang ada di rumah

23. Meskipun saya mahasiswa single parent, saya

SS S TS STS

aktif mengikuti kegiatan masyarakat

Menjadi mahasiswa single parent membuat

24. saya lebih termotivasi untuk memperbaiki SS S TS STS

diri

25. Saya menjadi acuh tak acuh pada aturan

SS S TS STS

kampus semenjak orangtua saya bercerai

26. Nasihat orangtua sangat berpengaruh dalam

SS S TS STS

kedisiplinan saya

Orangtua mendorong saya untuk

27. bertanggungjawab terhadap amanah yang SS S TS STS

diberikan

28. Saya mencari uang saku tambahan untuk SS S TS STS

membeli buku pelajaran

29. Saya kecewa orangtua saya bercerai SS S TS STS

30. Saya mempunyai cita-cita yang tinggi SS S TS STS

meskipun saya mahasiswa single parent

31. Saya selalu menanamkan pemahaman bahwa

SS S TS STS

masa lalu adalah sarana pembelajaran

Menjadi mahasiswa single parent membuat

32. saya kurang optimis mendapatkan karir yang SS S TS STS

bagus

33. Saya terpengaruh perkataan buruk oranglain

SS S TS STS

tentang keluarga saya

34. Saya ragu bahwa Tuhan telah memberikan

SS S TS STS

jalan terbaik bagi saya

35. Saya optimis bahwa saya akan hidup bahagia

SS S TS STS

di masa yang akan datang

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 11

36.

Perceraian orangtua memotivasi saya untuk SS S TS STS

selalu bersabar dalam menghadapi masalah

37.

Meskipun saya mahasiswa single parent saya SS S TS STS

memiliki perilaku yang bagus

38. Saya tidak mampu menyampaikan dengan SS S TS STS

baik ketika presentasi dikelas

39.

Menjadi Mahasiswa single parent tidak

menyulitkan saya untuk meraih indeks SS S TS STS

prestasi yang baik

40.

Meskipun orangtua saya single parent saya SS S TS STS

tidak dikenal sebagai mahasiswa bermasalah

41.

Orangtua saya selalu mengingatkan untuk SS S TS STS

terus belajar

42.

Orangtua mendorong saya untuk melakukan SS S TS STS

sesuatu dengan hasil yang memuaskan

Bila saya memberi tahu tentang prestasi

43. belajar saya, orangtua tidak memberikan SS S TS STS

tanggapan apapun

44.

Orangtua tidak memberikan fasilitas belajar SS S TS STS

yang saya butuhkan

Bila saya mengeluh tidak mernyukai mata

45. kuliah tertentu, orangtua akan memberikan SS S TS STS

motivasi dan solusi

46. Orangtua tidak memberikan hadiah yang SS S TS STS

menarik ketika prestasi belajar saya bagus

47.

Orangtua tidak peduli dengan kegiatan SS S TS STS

belajar saya

48.

Saya merespon keluh kesah yang SS S TS STS

disampaikan teman dengan baik

49.

Saya lebih senang mengerjakan tugas SS S TS STS

presentasi bersama-sama daripada sendirian

50. Saya dapat memahami kesedihan teman yang SS S TS STS

sama-sama menjadi Mahasiswa single parent

51.

Saya menjadi individual semenjak orantua SS S TS STS

saya bercerai

52.

Saya tidak pernah menghina teman yang SS S TS STS

orangtuanya bercerai

53.

Orangtua jarang mengajak makan malam SS S TS STS

bersama ketika berada di rumah

54. Saya jarang liburan bersama keluarga SS S TS STS

12 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

55. Saya tidak mengetahui kesibukan orangtua

SS S TS STS saya

56. Melakukan peribadatan bersama keluarga

SS S TS STS adalah hal yang saya sukai

57. Meskipun orangtua saya bercerai, orangtua

selalu menasihati agar menjaga komunikasi SS S TS STS

dengan saudarasaya

58. Orangtua selalu mengingatkan saya untuk

SS S TS STS berbagi dengan sesama

59. Saya mengabaikan teman jika ia

SS S TS STS membutuhkan bantuan

Semenjak orangtua saya bercerai saya

60. menjadi peduli terhadap saudara saya SS S TS STS

Alpha Cronbach's = 0,871; Sampel = 48 orang

D. Klasifikasi Aitem Shahih Dan Gugur

Melalui analisis SPSS 20 dapat diklasifikasikan bahwa seluruh item

gugur dan item shahih adalah sebagai berikut:

Item Shahih Item Gugur

3, 6, 7, 9, 10, 13, 14, 15,

1, 2, 4, 5, 8, 11, 12, 16, 17, Item 18, 19, 20, 22, 23, 25, 27,

21, 24, 26, 28, 29, 30, 38, Pernyataan 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37,

41, 43, 46, 47, 52, 53, 39, 40, 42, 44, 45, 48, 49,

55, 60. 50, 51, 54, 56, 57, 58, 59.

Jumlah 36 24

E. Penutup

Beradasarkan uji coba yang dilakukan penulis, dapat disimpulkan

bahwa:

1. Instrumen Skala ini disusun untuk mengetahui seberapa besar tingkat

penghargaan diri( self esteem) yang ada pada mahasiswa single parent,

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 13

2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka

pengumpulan data karena reliabilitas instrumen > 0,7 yaitu 0,871.

14 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

3. Instrumen Skala Tingkat Kesiapan Menikah Pada

Mahasiswi Oleh: Siti Nuratika ( [email protected] ) Profesional Judgement: Slamet, S.Ag., M.Si.

A. Pengantar

Pernikahan atau perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan

No. 1 tahun 1974 Bab I Pasal 1 adalah ikatan lahir batin antara seorang pria

dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk

sebuah keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa. Merujuk pada definisi tersebut, dalam sebuah

pernikahan sepasang suami dan istri diharapkan telah memiliki landasan

yang kuat baik lahir maupun batin untuk membentuk sebuah keluarga.

Pernikahan merupakan ikatan yang terbentuk antara laki-laki dan

wanita yang di dalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan,

persahabatan, kasih sayang, pemenuhan hasrat seksual dan menjadi lebih

matang. Keluarga juga menjadi awal terbentuknya keluarga dengan

penyatuan dua individu yang berlainan jenis serta lahirnya anak-anak

(Papalia, Olds dan Feldmann, 1998).

Menurut teori perkembangan, masa usia menikah adalah saat usia

dewasa awal yaitu 20-40 tahun (Papalia, Olds dan Felmann, 1998) atau

usia 18-40 tahun (Hurlock, 1980). Dengan kata lain masa dewasa awal

adalah masa dimana seorang individu mulai mengemban tugas untuk

menikah dan membina keluarga.

Setiap pasangan yang telah menikah tentunya meginginkan

kehidupan rumah tangga yang langgeng, namun ternyata sangat banyak

kasus perceraian yang terjadi di indonesia. Hal itu terutama karena

ketidaksiapan menikah yang ditandai dengan rumah tangga tidak harmonis,

tidak ada tanggung jawab, persoalan ekonomi, dan kehadiran pihak ketiga.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Yunita Sari, Andhita Nurul

Khasanah, dan Sarah Sartika pada tahun 2016 lalu mereka menyimpulkan

bahwa terdapat 8 faktor esensial yang dianggap penting untuk menentukan

kesiapan menikah seseorang. Faktor-faktor tersebuat adalah marital life

skills, financial readiness , contextual–social readiness, emotional

readiness, interpersonal readiness, mental readiness physical, dan

readiness age readiness. B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis

Variabel Aspek Deskriptor No. Item Jumlah

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 15

Favorable

Unfavore

ble

Kemampuan

Aspek

menguasai

keterampilan

Marital

2, 3, 15, 16,

yang

7

Life

21, 22, 27

dibutuhkan

Skills

setelah

menikah

Aspek Kecakapan

Financia

dalam hal 39, 40

2

l

ekonomi

readness

Aspek Kemampuan 32, 33, 34,

Context

terkait

42, 43, 44,

8

ual

keadaan/buday

Kesiapan

45, 46

Sosial

a setempat

Menikah

Pada Aspek

Mahasisw Emotion Kesiapan diri 7, 17, 24,

a al

secara 26, 28, 41 8 25, 29

Readine

emosional

ss

Aspek 5, 11, 12,

Mental Kesiapan diri 13, 14, 18, 31 12

Readine

secara mental 19, 23, 30,

ss 35, 36

Aspek

Physical Kesiapan diri 5, 9, 20 10 4

Readine

secara fisik

ss

Aspek

Age Kesiapan dari 1

1

Readine

segi usia

ss

Jumlah 41 5 46

16 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

C. Item Pernyataan dan Reliabilitas

No Pernyataan Jawaban

1. Usia saya telah mencapai usia minimal untuk

SS S TS STS

menikah

2. Saya sudah siap untuk melakukan pekerjaan

SS S TS STS

membersihkan dan merapikan rumah

3. Saya sudah bisa mengatur perekonomian

SS S TS STS

keluarga

4. Secara mental saya sudah siap melakukan

SS S TS STS

hubungan suami istri

5. Secara fisik, saya sudah mampu melakukan

SS S TS STS

hubungan suami istri

6. Saya siap untuk melepaskan kebebasan SS S TS STS

7. Saya siap menghindari rokok dan narkotika

SS S TS STS

demi kesehatan pasangan dan anak saya nanti

8. Saya siap menjalani kehamilan dan

SS S TS STS

melahirkan

9. Saya sudah siap mengasuh anak SS S TS STS

10. Saya memiliki penyakit yang membahayakan

SS S TS STS

pasangan dan anak saya nanti

Saya siap untuk berhenti bermain-main dan

11 mempersiapkan diri untuk masa depan anak- SS S TS STS

anak saya nanti

12 Saya siap menerima perbedaan dengan

SS S TS STS

pasangan

13. Saya siap menerima hal yang menjadi

SS S TS STS

kekurangan pasangan

14. Saya siap untuk selalu ada ketika pasangan

SS S TS STS

membutuhkan kehadiran saya

15. Saya siap untuk selalu memperhatikan

SS S TS STS

kebutuhan suami

16. Saya siap untuk selalu menjaga nama baik,

SS S TS STS

kehormatan, harta dan anak-anak suami

17. Saya siap untuk selalu mencintai pasangan SS S TS STS

18. Saya siap bertemu dengan orang yang sama

SS S TS STS

(suami) setiap saat

19. Saya siap mengikuti perintah suami selama

SS S TS STS

tidak melanggar perintah Allah

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 17

20.

Saya siap untuk selalu menjaga kebersihan SS S TS STS

diri dan penampilan di depan suami

21. Saya sudah mengikuti kuliah pranikah SS S TS STS

22.

Saya sudah paham mengenai hak dan SS S TS STS

kewajiban suami istri

23.

Saya siap bertanggungjawab dengan status SS S TS STS

saya sebagai seorang istri dan ibu nanti

24

Saya siap mengesampingkan kemauan dan SS S TS STS

ego saya demi kepentingan bersama

25. Saya sudah mampu mengendalikan diri SS S TS STS

26.

Saya gengsi meminta maaf setelah SS S TS STS

bertengkar dengan suami

Saya siap bekerjasama dan bermusyawarah

27. untuk pengambilan keputusan dalam segala SS S TS STS

hal

28.

Saya belum mampu menyelesaikan masalah SS S TS STS

tanpa campurtangan orang tua

Saya sudah mampu untuk berasertivitas

29.

(mengungkapkan perasaan seperti SS S TS STS

kemarahan, rasa tersinggung, dan menolak

tanpa menyakiti hati oranglain)

30

Saya siap menjadi penguat suami ketika dia SS S TS STS

sedang down dan oranglain mencibirnya

31

Saya takut menghadapi masalah rumah SS S TS STS

tangga

32 Saya siap tinggal dengan mertua saya SS S TS STS

33

Saya siap menyesuaikan diri dengan keluarga SS S TS STS

pasangan

34

Saya siap menyayangi keluarga pasangan SS S TS STS

layaknya keluarga saya sendiri

Saya siap hidup berdua saja dengan pasangan

35 di tempat asing (tanpa keluarga saya ataupun SS S TS STS

keluarga pasangan)

36.

Saya siap untuk menikah ketika ada yang SS S TS STS

melamar

37.

Saya sering mendiskusikan tentang SS S TS STS

pernikahan dengan teman sebaya

38.

Saya sering mendiskusikan tentang pernikhan SS S TS STS

dengan orangtua saya

18 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

39. Saya memiliki tabungan untuk masa depan SS S TS STS

40. Saya memiliki kemampuan secara ekonomi SS S TS STS

41. Kekerasan verbal diperlukan untuk memberi

SS

S TS

STS

pelajaran kepada pasangan

42. Saya siap menjadi bagian dari masyarakat

SS

S TS

STS

sebagai wanita yang telah bersuami

43. Saya siap menjalani peran sebagai ibu rumah

SS

S TS

STS

tangga

Saya siap ikut serta dalam kegiatan yang

44. menjadituntutan sebagai ibu rumah tangga di SS S TS STS

masyarakat sekitar saya

45. Saya siap bersosialisasi dengan keluarga

SS

S TS

STS

suami saya

46. Saya siap memenuhi tuntutan di keluarga

SS

S TS

STS

besar suami saya

Alpha Cronbach’s = 0,950; Sampel = 170 Orang

D. Klasifikasi Item Shohih dan Item Gugur

Item Shohih Item Gugur

1, 2, 3, 15, 16, 21, 22, 27, 39, 40, 32,

Item 33, 34, 42, 43, 44, 45, 46, 7, 17, 24, 10, 26, 28, 31,

Pernyataan 25, 29, 5, 11, 12, 13, 14, 18, 19, 23, 41.

30, 35, 36, 5, 9, 20.

Jumlah 41 5

E. Penutup

Instrumen ini bertujuan untuk mengukur tingkat kesiapan menikah

pada mahasiswi, fungsinya agar seseorang mengetahui seberapa besar

kesiapannya untuk menikah dan mengetahui apa saja yang mereka harus

perhatikan sebelum menikah agar dapat mengurangi resiko perceraian yang

tiap tahunnya selalu meningkat di Indonesia.

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 19

4. Instrumen Skala Perilaku Altrustik Pada Komitmen Berorganisasi

Oleh : Nikmatul Choyroh Pamungkas ( [email protected] )

Profesional Judgement : Zaen Musyrifin, S.Sos.I., M.Pd.I.

A. Pengantar

Berorganisasi yang membuat orang menjadi lebih baik semakin hari

banyak ilmu yang di dapat dari berorganisasi tidak hanya itu kita akan

mendapatkan teman-teman dari latar belakang yang berbeda-beda ada yang

bertanggungjawab ada yang sedikit bertanggungjawab, ada yang peduli ada

yang bersifat acuh tak acuh itu akan kita temui setiap saat. Baik di masa

perkenalan maupun masa sudah saling mengenal satu dengan yang lain.

B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologi

Menurut Baron (2005) perilaku altruistic adalah tingkah laku yang

merefleksikan pertimbangan untuk tidak mementingkan diri sendiri demi

kebaikan orang lain.Menurut Comte (dalam Taufik, 2012) altruistic adalah

dorongan menolong dengan tujuan utama semata-mata untuk

meningkatkan kesejahteraan orang lain (yang ditolong).

Perilaku altrusitik merupakan seseorang yang meminimalisir sifat

egois yang dirasakan, baik ia nyaman ataupun tidaknya mania akan tetap

membantu orang lain dengan sebaik-baiknya, melakukan kegiatan bukan

untuk kepentingan sendiri.

Aspek-aspek perilaku altrustik menurut fuad mengutip pendapat

cohen yang berkaitan dengan ciri-cirinya yaitu memiliki rasa empati ia

mampu merasakan perasaan yang dialami oleh orang lain rasakan,

keinginan untuk memberikan, yaitu untuk memenuhi kebutuhan orang lain

dan suka rela apa yang diberikan semata-mata untuk orang lain dan tidak

ada kemungkinan untuk memperoleh imbalan. Tindakan yang dilakukan

bukan untuk kepentingan diri sendiri.

20 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

No. Item

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

Jml Favour Unfavour

able able

Kemampu

Mampu

memahami

an 1, 36, 60 34, 37, 46 6

perasaan kognitif

orang lain .

Mampu 6, 7, 10, 2, 3, 4,

Kemampu bersikap 13, 18,

5,8, 9, 17

an afektif sesuai 21, 22, 12,14, 23

nyatanya 45

Mampu

Kemampu menerima

an perbedaan 24, 28, 27, 58 5

bertoleran pendapat 29

Empati

si dengan

orang lain

Mampu

Perilaku menahan

altrustik amarah

pada ketika 2

komitme

seseorang

38, 51 Kemampu

n

sedikit

an

berorgani

menyebalk

emosional

sasi

an

Mampu 20, 43,

untuk

53, 54, 30, 52, 55 8

mengedalik 59

an diri

Mampu

Kemampu untuk 19, 39,

an tolong- menolong 31, 56, 57 6 44

menolong secara

Keingin spontan an untuk Melakuka

11, 32,

member n untuk Mampu

33, 40

i kepenting untuk tidak 47, 49, 50 7

an orang egois

lain

Mengorba Mampu 48 1

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 21

nkan untuk tidak

nilai-nilai berbohong

kejujuran

Mampu

untuk

Mengorba membedak

nkan an mana 41, 42

2

nilai-nilai

yang salah

keadilan dan benar

Mampu

untuk

Memberi member 16, 25

17, 35

4

bantuan

bantuan

terhadap

orang lain

Mampu

memberika

Sukarela Peduli n sesuatu 26 15 2

kepada

orang lain

C. Item Pernyataan dan Kategorisasi

No Pernyataan Jawaban

Apabila sedang diskusi di organisasi, ada

1 teman yang tersinggung, saya akan langsung SS S TS STS

minta maaf

2

Saya hanya member bantuan jika saya SS

S

TS STS

menjadi kordinator divisi saja

3

Bila saya tidak suka, maka saya langsung SS

S

TS STS

menolak ajakkan teman

4

Saya akan menghindari teman yang malas SS

S

TS STS

untuk berkerjasama

5

Saya akan menghindari teman yang SS

S

TS STS

kelihatannya sedih

6

Jika bertemu dengan orang yang difabel saya SS

S

TS STS

merasa prihatin dengan keadaannya

7 Saya suka mendatangi diskusi di dalam SS S TS STS

22 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

organisasi

8 Jika bertemu dengan orang yang cacat saya

SS S TS STS

merasa biasa saja

9 Saya kadang meminta kiriman uang yang

SS S TS STS

lebih dengan alas an untuk membeli buku

10 Jika ada teman yang bertanya tentang jadwal

SS S TS STS

perkuliahan maka saya akan menjawabnya

Saya merasa puas jika selesai mengerjakan

11 tugas makalah orang lain walaupun tanpa SS S TS STS

diberi imbalan

12 Jika ada teman yang bertanya tentang jadwal

SS S TS STS

perkuliahan maka saya akan diam saja

13 Saya tidak akan melewati batas waktu

SS S TS STS

bertamu jika ke rumah teman saya

Saya bertamu kerumah teman tanpa

14 mempedulikan tentang batas waktu yang SS S TS STS

diberikan

15 Saya sangat bahagia jika menyumbang dan

SS S TS STS

dilihat orang lain

16 Saya akan menolong orang yang meminta

SS S TS STS

bantuan kepada saya

Saya tidak mempedulikan orang lain yang

17 meminta bantuan kepada saya karena saya SS S TS STS

tidak suka hal itu

18 Saya sering bertamu ker umah orang lain

SS S TS STS

sesuai dengan kehendak saya

19 Jika ada teman saya yang meminta tolong

SS S TS STS

dengan senang hati saya menolongnya

20 Walaupun tidak sanggup saya akan tetap jalan

SS S TS STS

bersama teman dengan senang hati

21 Saya akan menjeguk teman saya yang sedang

SS S TS STS

sakit

22 Saya akan menghibur teman saya yang

SS S TS STS

sedang patah hati

Menurut saya orang yang memiliki kegiatan

23 dikampus hanya akan menghambat berkuliah SS S TS STS

saja

Jika tugas saya sudah selesai saya akan

24 membantu teman saya yang belum SS S TS STS

menyelesaikan tugasnya

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 23

25 Saya akan memberikan nasehat kepada teman

SS S TS STS yang memiliki masalah

26 Saya akan membantu teman saya untuk

SS S TS STS mencari solusi dalam permasalahannya

27 Saya hanya bergaul dengan teman yang satu

SS S TS STS organisasi dengan saya

28 Saya berteman dengan siapa saja SS S TS STS

Menurut saya dengan aktif pada sebuah

29 organisasi dapat menunjang kita untuk SS S TS STS

beradaptasi dengan masyarakat

30 Saya tidak peduli dengan perasaan orang lain

SS S TS STS jika saya sedang berbicara

31 Saya akan menolong orang yang member

SS S TS STS saya bantuan saat saya sedang kesusahan

32 Saya berusaha mengikuti kegiatan yang

SS S TS STS dilaksanakan oleh teman-teman

33 Jika saya berhasil mengerjakan makalah

SS S TS STS kelompok saya tidak suka diberi pujian

34 Saya tidak peduli kepada teman yang sedang

SS S TS STS kesusahan

35 Saya tidak peduli terhadap divisi lain yang

SS S TS STS belum menyelesaikan tugasnya

36 Saya suka mendengarkan curhat teman saya SS S TS STS

37 Saya tidak suka mendengarkan curhatan

SS S TS STS teman saya yang beda agama

38 Saya tidak suka kepada teman yang tidak

SS S TS STS paham dengan tugasnya

39 Saya suka memberikan masukkan kepada

SS S TS STS teman yang meminta saran kepada saya

40 Saya memiliki teman yang selalu

SS S TS STS berkerjasama dalam organisasi

Saya merasa pengetahuan umum saya tidak

41 menambah dengan mengikuti organiasasi SS S TS STS

yang saya ikuti

42 Saya merasa malu jika berbicara di depan

SS S TS STS umum

43 Saya merasa percaya diri ketika berbicara di

SS S TS STS depanumum

44 Saya akan membantu devisi lain untuk SS S TS STS

24 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

menyelesaikan tugasnya

45 Saya bertanggungjawab dengan apa yang

SS S TS STS diperintahkan ketua

46 Saya tidak peduli perasaan teman saya jika

SS S TS STS saya bercerita

47 Saya tidak suka teman yang terlalu percaya

SS S TS STS diri

48 Saya menyukai teman yang asyik diajak

SS S TS STS kerjasama

49 Saya tidak pernah bergaul dengan orang

SS S TS STS difabel

50 Saya tidak menyukai teman yang cerewet SS S TS STS

51 Saya merasa tidak dihargai ketika pendapat

SS S TS STS saya tidak diterima

52 Saya tidak suka berkerjasama dengan lawan

SS S TS STS jenis

53 Saya merasa nyaman bersama teman

SS S TS STS walaupun beda agama

54 Saya menyukai perbedaan agama dalam

SS S TS STS berteman

55 Saya tidak suka berteman dengan mereka

SS S TS STS yang tidak pintar

56 Saya tidak peduli kepada teman yang sedang

SS S TS STS patah hati

Saya tidak akan membantu teman yang

57 sedang tidak paham suatu mata kuliah di SS S TS STS

kelas

58 Saya tidak suka berdiskusi karena itu hanya

SS S TS STS buang-buang waktu saja

59 Saya merasa percaya diri ketika pendapat

SS S TS STS saya didengarkan

60 Saya selalu mencoba membuat kenyamanan

SS S TS STS setiap obrolan

Cronbach's Alpha= 0,894 ;Sampel = 53 Orang

D. Klasifkasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur

Melalui analisis SPSS.20 dapat diklafikasikan bahwa sebaran aitem

gugur dan aitem shahih sebagai berikut:

Item Gugur Item Shahih

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 25

Item 3, 4, 6, 7, 8, 9, 11, 1, 2, 5, 10, 12, 13, 15, 16, 17, 19, 21,

Pernyataan 14, 18, 20, 23, 31, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 34,

32, 33, 38, 43, 44, 35, 36, 37, 39, 40, 41, 42, 45, 46, 47,

51, 53, 54, 57, 59 48, 49, 50, 52, 55, 56, 58, 60

Jumlah 22 38

E. Penutup

Instrumen ini bertujuan untuk mengukur skala “Perilaku Altrustik

Pada Komitmen Berorganisasi” pada mahasiswa yang mengikuti organisasi

baik di dalam kampus maupun di luar kampus yang mereka mengikuti.

Adapun Komponen dari skala perilaku alstrustik adalah empati, suka rela

dan keinginan membantu.

Demikianlah besar harapan penulis skala ini dapat membantu acuan

penelitian di masa mendatang. Mengingat masih banyak kekurangan dalam

instrument skala ini, mohon kritik dan saran yang membangun, agar

kemudian hari skala ini dapat berguna sebagaimana mestinya.

26 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

5. Instrumen Skala Tingkat Kecemburuan Pasangan Pada

Masa Berpacaran Oleh: Shovia Syamsi Hadaria ([email protected]) Professional Judgement: Zaen Musyrifin, S.Sos.I., M.Pd.I.

A. Pengantar

Mameros menyatakan cemburu merupakan reaksi yang terjadi pada hubungan romantis yang sedang terancam oleh pihak ketiga, ancaman ini bersifat subyektif dan nyata. Hal ini biasanya diikuti dengan rasa takut kehilangan pasangannya (Duma, U. 2009).

Skala ini dimaksudkan untuk mengukur seberapa tingginya tingkat

kecemburuan terhadap pasangan. Karena cemburu dapat menjadi bukti

seberapa besar cinta yang ada terhadap pasangan, namun juga dapat

membahayakan. Seringkali kekerasan menjadi cara pelampiasan

kecemburuan seseorang. Skala Tingkat Kecemburuan Pasangan Pada Masa

Berpacaran disusun berdasarkan aspek-aspek mengenai kekhawatiran pasca

megalami kejadian yang disajikan dalam bentuk indikator-indikator yang

akan terjadi kemungkinan gangguan jiwa. Semakin tinggi Skor yang

diperoleh subjek, maka semakin tinggi pula indikasi terjadinya

kecemburuan yang menyebabkan gangguan jiwa.

B. Pengembangan Skala Psikologis

Tingkat kecemburuan pasangan pada masa berpacaran ini diukur

berdasarkan skala tingkat kecemburuan dan disusun berdasarkan teori

Mameros dengan aspek-aspek sebagai berikut:

1. Aspek Kognitif 2. Aspek Afektif 3. Aspek Konatif

No Item Juml

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

Favora Unfavo ah

ble rable

Takut

dibohongi 7 8 2

Kecurigaa oleh Aspek

n pasangan

Kognit

terhadap

Tidak

if

pasangan mempercay

9, 10 11, 12 4

ai teman

dekatnya

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 27

Kehilangan

Kekhawat

posisi 13 14 2

sebagai

iran

pasangan

terhadap

Kehilangan

pasangan

afeksi dari 15, 16 17, 18 4

pasangan

Marah saat

kehilangan 19, 20 21, 22 4

pasangan

Takut saat

kehilangan 23, 24 25, 26 4

pasangan

Kehilanga Sedih saat

n kehilangan 27, 28 29, 30 4

pasangan pasangan

Cemas saat

kehilangan 31 32 2

Aspek pasangan

Afekti

Kesal saat

f kehilangan 33, 34 35, 36 4

pasangan

Terancam

akan

kehadiran 37, 38 39, 40 4

Datangny

orang

ketiga

a

Adanya

ancaman

saingan

yang lebih 41 42 2

dari diri

sendiri

Sikap

penerimaan

Aspek Toleransi

ketidaksetia 46 2 2

an

Konati terhadap

pasangan

f pasangan

Tidak ada

kabar dari 3, 43 5, 6 4

pasangan

28 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

Memusuhi

siapapun

yang 4 44 2

Perilaku

dianggap

saingan

Pasangan

Over

45, 1

47, 48 4

posesif

Menuntut 49

50 2

kesetiaan

Jumlah 25 25 50

C. Item Pernyataan dan Reliabilitas

No. Pernyataan Jawaban

1. Saya selalu ingin tahu kemanapun pasangan

SS

S

TS STS

saya akan pergi

2. Saya akan memaafkan jika pasangan saya

SS

S

TS STS

selingkuh

3. Saya akan mencari pasangan saya jika tidak

SS

S

TS STS

ada kabar

4. Saya akan bertindak kasar kepada pihak

SS

S

TS STS

ketiga yang mengganggu hubungan saya

5. Saya abai jika pasangan saya tidak ada

SS

S

TS STS

kabar

6. Saya merasa nyaman jika pasangan saya

SS

S

TS STS

tidak ada kabar

7. Saya merasakan sering dibohongi pasangan SS S TS STS

8. Saya tidak pernah mempertimbangkan

SS

S

TS STS

kebenaran ucapan pasangan saya

9. Saya suka cemburu ketika pasangan saya

SS

S

TS STS

dekat dengan teman lawan jenis

10. Saya akan melarang pasangan saya untuk

SS

S

TS STS

berteman dengan lawan jenis

11. Saya membebaskan pasangan saya

SS

S

TS STS

berteman dengan siapapun

12. Saya merasa senang jika pasangan saya

SS

S

TS STS

memiliki teman dekat lawan jenis

13. Saya takut jika pasangan saya

SS

S

TS STS

meninggalkan saya

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 29

14. Saya menunggu momen ditinggal pasangan

SS S TS STS saya

15. Saya senang diperhatikan pasangan saya SS S TS STS

16. Saya menginginkan pasangan saya romantis SS S TS STS

17. Saya merasa tidak nyaman jika pasangan

SS S TS STS saya memberi kejutan kepada saya

18. Saya tidak suka jika pasangan saya sering

SS S TS STS menggombal

19. Saya akan ngambek jika pasangan saya

SS S TS STS meninggalkan saya

20. Saya akan meminta penjelasan mengapa dia

SS S TS STS meninggalkan saya

21. Saya akan mendiamkan pasangan saya jika

SS S TS STS dia selingkuh

22. Saya akan memukul pasangan saya jika dia

SS S TS STS selingkuh

23. Saya akan meyakinkan pasangan saya agar

SS S TS STS tidak meninggalkan saya

24. Saya akan mengikuti keinginannya agar

SS S TS STS pasangan saya tidak meninggalkan saya

25. Jika pasangan saya meninggalkan saya,

SS S TS STS maka saya juga akan meninggalkannya

26. Saya akan segera mencari pasangan baru

SS S TS STS jika pasangan saya meninggalkan saya

27. Saya akan menangis jika pasangan saya

SS S TS STS meninggalkan saya

28. Saya akan murung jika ditinggal oleh

SS S TS STS pasangan saya

29. Saya gembira jika pasangan saya

SS S TS STS meninggalkan saya

30. Saya akan merayakan momen ditinggal

SS S TS STS pasangan dengan mentraktir makan teman

31. Saya akan menerima jika pasangan saya

SS S TS STS meninggalkan saya

32. Saya tenang-tenang saja jika pasangan saya

SS S TS STS meninggalkan saya

33. Saya akan marah-marah sendiri ketika

SS S TS STS ditinggal oleh pasangan saya

34. Saya akan melampisankan kekesalan saya SS S TS STS

30 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

kepada teman ketika ditinggal oleh

pasangan

35. Saya akan berdiam diri ketika pasangan

SS S TS STS

meninggalkan saya

Saya akan refreshing dengan cara berjalan-

36. jalan ketika pasangan saya meninggalkan SS S TS STS

saya

37. Saya akan mencari cara agar pasangan saya

SS S TS STS

tidak berpindak ke lain hati

38. Saya akan memata-matai pasangan jika

SS S TS STS

saya curiga dia dekat dengan orang lain

Saya akan merelakan pasangan saya kepada

39. pihak ketiga yang menggagu hubungan SS S TS STS

saya

40. Saya gembira ketika ada pihak ketiga yang

SS S TS STS

menggoda pasangan saya

Saya akan mempererat komunikasi dengan

41. pasangan saya ketika ada rival yang lebih SS S TS STS

dari diri saya

Saya tidak percaya diri ketika ada orang

42. lain yang lebih baik dari saya sedang SS S TS STS

mendekati pasangan saya

43. Saya merasa panik jika pasangan saya tidak

SS S TS STS

ada kabar

44. Saya akan bersikap baik kepada pihak

SS S TS STS

ketiga yang mengganggu hubungan saya

45. Saya akan membatasi aktivitas pasangan

SS S TS STS

saya

46. Saya akan marah jika pasangan saya

SS S TS STS

selingkuh

47. Saya akan memperbolehkan apa saja yang

SS S TS STS

diinginkan pasangan saya

48. Saya tidak ingin mengetahui kabar

SS S TS STS

pasangan saya

49. Saya ingin di prioritaskan oleh pasangan

SS S TS STS

saya

50. Saya mempercayakan hubungan kepada

SS S TS STS

pasangan saya

Alpha Cronbach’s = 0,805 ; Sampel = 174 Orang

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 31

D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur

Melalui analisiss SPSS.20 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran aitem

gugur dan aitem shahih sebagai berikut :

Item Shohih Item Gugur

Item 1, 3, 4, 5, 6, 9, 11, 12, 13, 14, 2, 7, 8, 10, 16, 17, 21,

15, 18, 19, 20, 23, 24, 27, 28, 22, 25, 26, 31, 33, 34, Pernyataan

29, 30, 32, 37, 38, 39, 40, 43, 35, 36, 41, 42, 45, 47,

44, 46, 49 48, 50

Jumlah 29 21

E. Penutup

Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Instrumen Skala Tingkat Kecemburuan Pasangan Pada Masa

Berpacaran dapat digunakan untuk khalayak umum untuk

mengetahui seberapa tinggi tingkat kecmburuan pada mahasiswa

yang sedang ada dalam masa berpacaran. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka

pengumpulan data karena realiabilitas instrumen yaitu 0,805.

Semakin mendekati angka 1 maka instrumen akan semakin reliabel.

32 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

6. Intensitas Skala Konflik Dalam Pernikahan Usia 0-5 Tahun

Oleh : Winda Noor Rohmah ([email protected]) Professional Judgement : Moh. Khoerul Anwar

A. Pengantar

Teori psikologi perkembangan menyatakan bahwa menikah

merupakan tugas dari dewasa awal. Love life merupakan salah satu tugas

perkembangan pada masa dewasa awal yang ditandai dengan menjalin atau

membangun sebuah hubungan yang didasari dengan komitmen yang tinggi

dengan individu lain, seperti kencan, berpacaran, berjanji sehidup semati,

berjanji untuk menikah, bertunangan, dan menjalin sebuah pernikahan

(Duvall & Miller, 1977). Pada dewasa awal tugas perkembangan yang ia

miliki ialah memilih pasangan, belajar hidup dengan pasangan secara

intim, dan memulai untuk berkeluarga (Santrock, 2014). Pada dewasa awal

juga dibanding dengan masa remaja secara fisik mereka sudah matang,

dalam mengambil keputusan dan memecahkan masalah para dewasa awal

ini sudah mampu berpikir abstrak, logis, dan rasional. Pada masa dewasa

awal juga merupakan masa beraalihnya pandangan egosentris menjadi

sikap yang empati (Santrock, 2014). Erikson mengatakan seseorang yang

telah memasuki usia dewasa awal yaitu sekitar usia 20-30 tahun, ia berada

pada tahap tugas perkembangan intimacy versus isolation dimana

seseorang perlu membangun hubungan yang intim.

Konflik itu bersifat alamiah dan akan muncul dalam setiap

kehidupan kita kapanpun dan dimanapun tidak terbatas dalam kehidupan

berumah tangga. Sumber-sumber konflik yang sering kali muncul pada

setiap pasangan yang sedang menjalani kehidupan berumahtangga tentunya

akan berbeda-beda. Olson dan DeFrain (dalam Handayani, 2008: 43.

Hocker & Wilmot (2011) mendefinisikan gaya penyelesaian konflik

pernikahan sebagai suatu perilaku respon yang berpola atau kelompok

tingkah laku yang digunakan seseorang untuk menghadapi konflik.

B. Pengembangan instrument skala psikologis

Skala intensitas konflik dalam pernikahan usia 0-5 tahun ini

merupakan upaya untuk mengetahui seberapa tinggi konflik yang terjadi

dalam sebuah hubungan pernikahan dalam kurun waktu 0-5 tahun dan

bagaimana konflik itu terjadi. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan aspek-

aspek konflik pernikahan.

Variabel Aspek Indikator Deskriptor No Item

Jml

Favor Unfav

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 33

able orable

Melakukan Melakukan

kekerasan nya dengan 1,2,3 4,5 5

fisik tangan

Kekeras pasangan kosong

an fisik ketika

Melakukan

sedang nya dengan 6 7 2

terjadi perantara

konflik benda lain

Berkata

kasar 8,9,10

11,12, 6

kepada 13

Kekeras Menyakiti

pasangan

an perasaan

Melakukan

verbal pasangan

ancaman 14,15, 17,18,

8

kepada 16,19 20,21

pasangan

Intensitas

Tidak mau 22,23,

disalahkan 24,25,

konflik

27,28,

Melakukan atas 26, 11

dalam

32

pembelaan terjadinya 29,30,

pernikaha

terhadap konflik 31

n usia 0-5

diri sendiri

Mempertah

tahun Sikap

ketika ankan diri

bertahan

terjadi atas

konflik umpatan 33 34,35 3

dengan yang

pasangan diberikan

oleh

pasangan

Menghinda

ri 36,37, 38,40,

percakapan 6

Menarik 39 41

dengan

diri dari

Menarik pasangan

interaksi

diri

Tidak mau

terhadap

memulai

pasangan

untuk 42,43 44,45 4

berkomuni

kasi dengan

34 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

pasangan

Jumlah 25 20 45

C. Item Pernyataan dan Kategorisasi

No Pertanyaan Jawaban

1 Saya memukul pasangan saya SS S TS STS

2

saya merasa puas setelah SS S

TS

STS

memukul/menampar pasangan saya

3

Saya meluapkan kemarahan dengan SS S

TS

STS

memukul/menampar pasangan

4

Saya malu jika anak melihat perlakuan kasar SS S

TS

STS

saya terhadap pasangan

5

Saya menghindar dari anak ketika sedang SS S

TS

STS

terjadi masalah dengan pasangan

6

Saya mudah melempar barang ke pasangan SS S

TS

STS

jika sedang terjadi konflik

7

saya bisa menahan emosi untuk tidak SS S

TS

STS

menyakiti pasangan saya

8 Saya mudah mengumpat kepada pasangan SS S TS STS

9 Saya mudah berkata kasar kepada pasangan SS S TS STS

10 Saya sulit untuk mengontrol emosi SS S TS STS

11

Saya sangat menghargai pendapat pasangan SS S

TS

STS

saya

12 Saya sangat menyayangi pasangan saya SS S TS STS

13

Saya tidak pernah berkata kasar kepada SS S

TS

STS

pasangan saya

14

Saya akan mengancam pasangan jika tidak SS S

TS

STS

menuruti perkataan saya

15

Saya benar-benar serius dengan ancaman SS S

TS

STS

yang saya berikan

16

Saya tidak mau tau apa yg sedang pasangan SS S

TS

STS

saya rasakan

17 Saya sangat menghargai pasangan saya SS S TS STS

18

Saya memberikan reward kepada pasangan SS S

TS

STS

jika ia menuruti perintah saya

19 Saya tidak suka disepelekan SS S TS STS

20

Saya tidak pernah menyepelekan pasangan SS S

TS

STS

saya

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 35

21 Saya menyesal dengan perbuatan kasar

SS S TS STS kepada pasangan

22 Saya tidak pernah memulai terjadinya

SS S TS STS konflik

23 Semua konflik terjadi karena pasangan saya SS S TS STS

24 Pihak ke tiga dalam keluarga sangat memicu

SS S TS STS terjadinya konflik

25 Terjadinya konflik karena faktor eksternal SS S TS STS

26 Mertua menjadi pemicu terjadinya konflik SS S TS STS

27 Saya dan pasangan menyelesaikan konflik

SS S TS STS dengan baik

28 saya tidak pernah membesar-besarkan

SS S TS STS masalah

29 saya selalu mengelak jika disalahkan oleh

SS S TS STS pasangan saya

30 Saya malu untuk mengakui kesalahan SS S TS STS

31 Saya tidak suka jika pasangan berbicara

SS S TS STS dengan nada yang tinggi

32 Saya lebih senang jika psangan jujur dalam

SS S TS STS hal apapun

33 Saya akan membalas jika pasangan

SS S TS STS mengumpat kepada saya

34 Saya lebih suka mengalah ketika sedang

SS S TS STS terjadi konflik

35 Saya bukan orang yang pemarah SS S TS STS

36 Jika pasangan masih tetap marah, saya akan

SS S TS STS mendiamkannya

37 Saya mendiamkan pasangan ketika kami

SS S TS STS berbeda pendapat

38 Saya tidak suka berdebat dengan pasangan SS S TS STS

39 Saya tidak akan memulai percakapan dengan

SS S TS STS pasangan sebelum ia meminta maaf

40 saya adalah seorang yang pemaaf SS S TS STS

41 Saya lebih suka mengalah jika sedang terjadi

SS S TS STS konflik

42 Kami lebih suka menghindar jika sedang

SS S TS STS terjadi konflik

43 Keluar rumah dan mencari hiburan masing-

SS S TS STS masing adalah solusi bagi kami

36 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

44 Lebih baik mencari kesibukan dari pada

SS S TS STS harus terus berdebat dengan pasangan saya

45 Menghindar sejenak dari pasangan dan

SS S TS STS melakukan intropeksi diri

Alpha crobach’s = 0,874 : sampel =32 orang

D. Klasifikasi Item Shahih dan Item Gugur

Melalui analisiss SPSS.20 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran item gugur dan item shahih sebagai berikut :

Item shohih Item gugur

Item 1, 2, 3, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 4, 5, 18, 19, 20,

15, 16, 17, 21, 22, 23, 26, 27, 28, 24, 25, 31, 32, Pernyataan

29, 30, 33, 34, 35, 37, 38, 39, 40, 36, 42, 44, 45

41, 43

Jumlah 32 13

E. Penutup

Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Instrumen Skala Intensitas Konflik Dalam Pernikahan Usia 0-5

Tahun dapat digunakan khalayak umum untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat konflik dalam pernikahan pada usia 0-5

tahun. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka

pengumpulan data karena realiabilitas instrumen > 0,7 yaitu 0,874.

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 37

7. Instrumen Skala Pengembangan Efikasi Diri Ibu Single

Parent Oleh: Nurlia Yulitasari ([email protected]) Profesional Judgement: Slamet, S .Ag, M. SI

A. Pengantar

Konsep self efficacy sebenarnya adalah inti dari teori social cognitive

yang dikemukakan oleh Albert Bandura yang menekankan peran belajar

observasional, pengalaman social, dan determinisme timbal balik dalam

pengembangan kepribadian. Menurut Bandura (dalam Jess Feist dan Feist,

2010:212) self efficacy adalah keyakinan seseorang dalam kemampuannya

untuk melakukan suatu bentuk kontrol terhadap fungsi orang itu sendiri dan

kejadian dalam lingkungan. Bandura juga menggambarkan Self Efficacy

sebagaipenentu bagaimana orang merasa, berfikir, memotivasi diri, dan

berperilaku (Bandura, 1994:2).

Efikasi diri merupakan salah satu aspek pengetahuan tentang diri atau

self knowwledge yang paling berpengaruh dalam kehidupan manusia

sehari-hari. Hal ini di sebabkan efikasi diri yang dimiliki ikut

mempengaruhi individu dalam menentukan tindakan yang akan dilakukan

untuk mencapai suatu tujuan termasuk di dalamnya perkiraan berbagai

kejadian yang akan dihadapi. Efikasi diri yakni keyakinan bahwa seseorang

bisa menguasai situasi dan mendapatkan hasil positif. Bandura (Sabtrock,

2007:286) mengatakan bahwa efikasi diri berpengaruh besar terhadap

perilaku.

B. Pengembangan instrumen Skala Psikologis

Efikasi diri adalah keyakinan diri seseorang mengenai mengatasai

berbagai hal dalam dirinya, berkaitan dengan kelangsungan hidupnya.

Aspek-aspek dari Efikasi diri adalah

1. Magnitude (tingkat kesulitan tugas) 2. Strength (kekuatan keyakinan) 3. Generality (generalitas)

38 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

No Item

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

Jml Favor Unfavora

able ble

Magni Pemilihan

Pemilihan

tude perilaku

perilaku 1, 13,

(tingka yang akan 6, 12, 14,

berdasarka 28, 29, 10

t di coba 27

n 33, 35

kesulit seorang

ekspektasi

an single

tugas) parent

berdasark

an Pemilihan 2, 20,

ekspektasi

perilaku 25, 26, 3, 10, 15,

efikasi

saat 34, 39, 13

40

pada mengalami 43, 48,

kesulitan

kesulitan 49

tugas.

Efikasi Seorang

Diri pada single

Ibu parent

Single akan

Parent mendoron

g untuk

gigih

dalam

berupaya Gigih untuk

mencapai 7, 9,

mencapai 45 5

tujuan 11, 32 tujuan

walaupun

mungkin

belum

memiliki

pengalam

an-

pengalam

an yang

nunjang.

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 39

Streng Kekuatan Kekuatan

th

dari

seorang

(kekua

faktor

single

tan

internal

parent 21, 38 37 3

keyaki

didapatkan

nan)

dari diri

sendirinya.

Kekuatan Kekuatan

dari

yang

faktor

dimiliki

eksternal

single

5, 22,

parent bisa

23, 30, 17, 47 8

didapatkan 31,50

dari

keluarga,

lingkungan,

sahabat.

Gener Luas Memiliki

ality cangkupa kepercayan

(gener n tingkah diri untuk

alitas) laku melangsun

diyakini gkan

oleh kehidupann 4, 8,

seorang ya 16, 18, 36, 41, 11

single

19, 24, 42, 46

parent 44

mampu

dilaksana

kan.

Jumlah 34 16 50

40 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

C. Item Pernyataan dan Realibilitas

No Pernyataan Jawaban

1 Saya senang dengan status saya sebagai single SS S TS STS

parent

2 Keadaan saya sekarang menjadikan tantangan SS S TS STS

baru bagi saya

3 Keputusan menjadi single mom

mendatangkan perasaan bersalah bagi saya,

karena melahirkan status sosial yang SS S TS STS

membuat anak-anak merasa berbeda dengan

anak lainnya

4 Saya sangat menentang pendapat orang

bahwa single parent itu penuh dengan SS S TS STS

masalah dan banyak beban

5 Memiliki anak membuat saya tidak merasa SS S TS STS

kesepian

Saya merasa tidak mungkin menjadi role

SS S TS STS 6 model bagi anak-anak karena saya perempuan

Kemampuan menghadapi berbagai tantangan

7 menjadi orang tua tunggal, menjadikan saya SS S TS STS

sosok single parent yang bahagia

8 Saya memahami bahwa seorang single parent SS S TS STS

berhak untuk bahagia

9 Saya semangat mengerjakan tugas-tugas saya SS S TS STS

walaupun saya seorang single parent

10 Saya sering mengeluh kenapa hidup dan tugas SS S TS STS

saya sebagai single parent terlalu berat

11 Saya yakin anak saya kelak akan sukses SS S TS STS

walaupun hanya dibesarkan saya sendiri

12 Saya merasa berat membesarkan anak sendiri, SS S TS STS

takut anak saya kelak gagal

13 Saya ingin anak saya tidak merasakan hal SS S TS STS

yang sama seperti saya

14 Saya takut anak saya akan mengalami hidup SS S TS STS

seperti saya

15 Menjadi seorang single parent, bukan hal SS S TS STS

yang gampang bagi saya

16 Menjadi seorang single parent menjadikan SS S TS STS

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 41

saya sebagai wanita tangguh

17 Saya merasa di kucilkan menjadi seorang SS S TS STS

single parent

18 Menjadi seorang single mom bukan berarti SS S TS STS

menjadikan saya wanita lemah

19 Saya selalu memberikan pengertian terhadap

anak saya, bahwa jangan pernah malu jika SS S TS STS

hanya diasuh oleh seorang single parent

20 Saya tidak suka dengan orang yang

berargumen bahwa seorang single parent itu SS S TS STS

lemah

21 Saya yakin bisa menjadikan anak saya sukses SS S TS STS

22 Anak-anak menjadikan motivasi dan SS S TS STS

semangat saya

23 Memiliki anak-anak yang penurut menjadikan SS S TS STS

saya single parent yang kuat

24 Menjadi single parent bukan berarti

menjadikan saya wanita yang merepotkan SS S TS STS

orang lain

25 Saya tidak ingin dibantu orang lain selagi SS S TS STS

saya masih bisa bekerja

26 Ketika sya mendapatkan masalah saya lebih

memilih bercerita kepada ank-anak daripada SS S TS STS

orang lain

27 Seorang anak yang dibesarkan oleh seorang

single parent membuat pribadi anak saya itu SS S TS STS

menjadi lebih dewasa

28 Saya harus saling terbuka dengan anak-anak SS S TS STS

29 Saya sebagai seorang single parent sangat

memahami dengan baik bahwa saya harus SS S TS STS

lebih aktif dan memperhatikan tumbuh

kembang anaknya.

30 Komunikasi keluarga yang efektif dan

interaktif dapat dilakukan disela waktu-waktu SS S TS STS

senggang dengan anak-anak saya

31 Saya sebagai single parent tidak boleh

membedakan bedakan dalam memberi kasih SS S TS STS

sayang anak-anak

42 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

32 Saya sebagai single parent harus memberikan

pengertian dan komunikasi yang tepat agar SS S TS STS

anak saya dapat mengerti dan bersabar akan

kenyataan yang harus mereka hadapi

33 Walaupun hanya seorang single parent saya

harus membimbing anak saya agar tidak SS S TS STS

terkait pergaulan bebas

34 Saya tidak pernah mau mendengarkan

perkataan orang lain saat mereka menjelek- SS S TS STS

jelekan status saya

35 Saya tidak ingin tahu dengan kehidupan orang SS S TS STS

lain

36 Jika suatu saat nanti ada seorang laki-laki

yang ingin manikahi saya, saya akan SS S TS STS

menerimanya

37 Saya akan mengikuti saran ank saya untuk SS S TS STS

tidak menikah lagi

38 Saya tidak bersemangat dalam melakukan SS S TS STS

apapun

39 Saya selalu bersemangat dalam melakukan SS S TS STS

kegiatan apapun walaupun saya hidup sendiri

40 Saya tidak suka dengan orang-orang yang SS S TS STS

memandang rendah status saya

41 Saya sudah pasrah dengan kehidupan saya SS S TS STS

sekarang

42 Saya tidak ingin mengingat masa lalu saya SS S TS STS

43 Saya ingin membesarkan anak-anak saya SS S TS STS

sendirian

44 Saya tidak ingin bertaruh nyawa hanya untuk SS S TS STS

membahagiakan anak-anak saya

45 Bagi saya, status single mom membuat SS S TS STS

kehidupan saya lebih baik

46 Dukungan dari pihak keluarga dan teman, SS S TS STS

tidak membuat saya kuat

47 Saat saya menemui kesulitan, saya hanya bisa SS S TS STS

berdoa dan berusaha lebih kuat lagi

48 Saya ingin kehidupan saya diikut campuri SS S TS STS

oleh orang lain

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 43

49 Saya tidak ingin kehidupan saya diikut SS S TS STS

campuri oleh orang lain

50 Saya bertahan sampai hari ini karena orang SS S TS STS

tua dan anak saya

Alpha Cronbach’s= 0,510; Sampel= 30 orang

D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur

Melalui analisis SPSS.20 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran

aitem gugur dan aitem shahih sebagai berikut :

Item Shohih Item Gugur

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13,

Item 14, 24, 26, 28, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 25,

27, 29, 32, 33, 25, 26, 27, 29, 32, 33, Pernyataan 30, 31, 34, 42

35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 43, 44, 45,

46, 47 48, 49, 50

Jumlah 8 42

E. Penutup

Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut :

1. Instrumen Skala Efikasi Diri Ibu Single Parents belum dapat digunkan

di khalayak umum untuk mengetahui seberapa besar efikasi diri pada

ibu single parent. 2. Instrumen belum dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka

pengumpulan data karena reliabilitas instrumen < 0,7 yaitu 0,510

44 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

8. Instrumen Skala Self-esteem Pada Anak Yatim Piatu di Panti Asuhan Oleh: Memela Fikha ([email protected]) Professional Judgement: Slamet, S.Ag., M.Si.

A. Pengantar

Menurut Rosenberg (dalam Tafarodi & Swann, 1995) mengatakan

bahwa self esteem mengacu pada evaluasi keseluruhan seseorang dari

kelayakannya sebagai seorang manusia.

Harga diri (self esteem) dipandang sebagai salah satu aspek penting

dalam pembentukan kepribadian seseorang. Manakala seseorang tidak

dapat menghargai dirinya sendiri, maka akan sulit baginya untuk dapat

menghargai orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian harga diri (self

esteem) merupakan salah satu elemen penting bagi pembentukan konsep

diri seseorang, dan akan berdampak luas pada sikap dan perilakunya.

Skala ini dibuat guna untuk melihat sejauh mana tingkat self esteem

pada anak SMA/MA/SMK yatim piatu di panti asuhan. Skala instrument

ini disusun dengan berdasar kepada aspek-aspek yang terdapat pada self

esteem yang disajikan dalam bentuk indikator-indikator tentang self esteem.

Makin tinggi skor yang diperoleh subjek maka semakin besar pula self

esteem pada diri subjek tersebut . individu dengan self esteem tinggi

cenderung puas dengan karakter dan kemampuan diri. Adanya penerimaan

dan penghargaan diri yang positif ini memberikan rasa aman dalam

menyesuaikan diri atau bereaksi terhadap stimulus dan lingkungan sosial.

Sedangkan individu dengan self esteem rendah memiliki rasa kurang

percaya diri dalam menilai kemampuan dan atribut-atribut dalam dirinya.

Hal ini membuat individu tidak mampu mengekspresikan diri dalam

lingkungan sosialnya.

B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologi

Self esteem merupakan salah satu bagian dari kepribadian seseorang

yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Coopersmith

(1967) self esteem adalah evaluasi yang dibuat oleh individu dan biasanya

berhubungan dengan penghargaan terhadap dirinya sendiri, hal ini

mengekspresikan suatu sikap setuju atau tidak setuju dan menunjukkan

tingkat dimana individu itu menyakini diri sendiri mampu, penting,

berhasil dan berharga.

Instrument dirujuk dengan skala litert, yang melalui empat

alternative jawaban (yang pada awalnya ada lima, disederhanakan dengan

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 45

menghapus jawaban tengah yaitu ragu-ragu); berdasarkan teori Tafarodi &

Swann dkk dan berdasar kepada aspek-aspek sehingga terbentuklah

jawaban yang empat, yaitu; SS (sangat sesuai), S (sesuai), TS (tidak sesuai)

dan STS (sangat tidak sesuai).

Kompetensi dan nilai social merupakan aspek yang telah dikemukakan oleh sejumlah ahli teori lebih dari setengah abad yang lalu

seperti Brissett, Brown, Diggory, Franks & Marolla, Gecas, Silverberg, White. Perlakuan paling luas ditawarkan oleh Tafarodi & Swann, yang

ditandai dengan dua aspek yaitu “self-competence” dan “self-liking”.

C. Item Pernyataan dan Kategorisasi

No Pernyataan Jawaban

1

Saya suka belajar dari kehidupan SS S TS STS

seseorang

2

Saya tertarik melihat video yang SS S TS STS

memotivasi untuk hidup saya

3

Kurang tertarik jika mengikuti kegiatan SS S TS STS

yang berbau motivasi-motivasi

4

Saya dapat menyesuaikan pendapat yang SS S TS STS

berbeda di panti

5

Saya dapat menyelesaikan masalah saya SS S TS STS

tanpa bantuan orang lain

6

Saya dapat menghadapi masalah sebesar SS S TS STS

apapun

7

Kurang bisa membagi waktu untuk SS S TS STS

kegiatan yang saya hadapi

8

Jika sudah lelah, saya langsung SS S TS STS

meninggalkan pekerjaan begitu saja

9

Saya suka mencoba sesuatu yang baru SS S TS STS

(eksperimen)

Saya akan berusaha merasa nyaman

10 ketika tengah berhadapan dengan orang SS S TS STS

yang humoris

11

Saya akan bersikap baik agar hubungan SS S TS STS

yang terjalin ikut membaik

12

Ketika saya mengalami masalah di Panti, SS S TS STS

itu akan saya bawa kemana-mana

13

Jika dalam suatu keadaan tegang, saya SS S TS STS

juga ikut larut dalam ketegangan tersebut

14 Ketika saya keluar dari panti, saya akan SS S TS STS

46 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

menolak untuk menerima lingkungan

yang tidak sesuai dengan diri saya

Saya sangat menerima keadaan panti,

15 karena disitulah terdapat nilai SS S TS STS

kekeluargaan

16 Saya sangat mengenal teman yang berada

SS S TS STS di panti asuhan

Saya membuat rincian yang menjadi

17 prioritas dari yang terkecil hingga yang SS S TS STS

terbesar

Saya membuat suatu prosedur atau

18 langkah-langkah untuk mencapai prioritas SS S TS STS

(tujuan utama) tersebut

19 Saya mengukur seberapa banyak waktu

SS S TS STS yang akan diperlukan

20 Saya tidak konsisten (selaras) terhadap

SS S TS STS rincian yang telah saya buat

21 Saya sulit dalam menentukan sesuatu

SS S TS STS yang menjadi prioritas

22 Saya yakin dengan cita-cita saya SS S TS STS

Semangat saya akan kendor ketika ada

23 orang lain yang meremehkan cita-cita SS S TS STS

saya

24 Saya belajar bersungguh-sungguh demi

SS S TS STS cita-cita saya

25 Saya biasa saja tidak memikirkan cita-cita

SS S TS STS saya

26 Saya senang mencari informasi yang

SS S TS STS berhubungan dengan pelajaran

27 Saya senang belajar bersama dengan anak

SS S TS STS panti asuhan yang lain

Saya takut mencoba sesuatu karena

28 pikiran saya dibayang-bayangi oleh SS S TS STS

kegagalan

29 saya lebih memilih bermain ketimbang

SS S TS STS harus belajar

Saya mampu mempersiapkan apa saja

30 yang diperlukan dalam kesuksesan karir SS S TS STS

di masa depan

31 Saya dapat merencanakan karir di masa SS S TS STS

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 47

depan

32

Saya tidak dapat mengenal dunia SS S

TS STS

pekerjaan yang sesuai dengan diri saya

33

Saya selalu khawatir tidak akan SS S

TS STS

mendapatkan pekerjaan di masa depan

34

Saya berteman kepada siapa saja tanpa SS S

TS STS

pilih-pilih

35

Saya tidak perduli terhadap omongan SS S

TS STS

teman

36

Saya tidak perduli terhadap teman yang SS S

TS STS

menyendiri

37

Saya lebih suka menyendiri dari pada SS S

TS STS

berkumpul dengan teman yang lain

38

Ketika dalam keadaan cemas saya tidak SS S

TS STS

bisa berfikir positif

39

Saya mencoba untuk menghadapi SS S

TS STS

kecemasan tersebut sendiri

Ketika saya dalam keadaan depresi saya

40 akan menceritakan pada teman dekat di SS S TS STS

panti asuhan

41

Saya tidak mampu menceritakan SS S

TS STS

penyebab depresi saya

42

Saya merasa senang ketika orang lain mau SS S

TS STS

mendengarkan cerita saya

Saya menenangkan pikiran dengan

43 menciptakan suasana yang nyaman SS S TS STS

bersama anak panti yang lain

44 Saya melakukan aktivitas yang

menyenangkan bersama teman-teman di SS S TS STS

lingkungan panti

45 Saya menangis ketika merasa banyak SS S

TS STS

masalah

46 Saya suka memikirkan suatu hal yang SS S

TS STS

tidak penting

47 Saya senang menulis untuk meluapkan SS S

TS STS

suasana hati

48 Saya sering melakukan doa bersama SS S

TS STS

untuk menenangkan suasana hati

49 Saya memiliki daya ingat yang baik SS S

TS STS

walaupun itu dalam hal yang sepele

48 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

50 Saya merasa bahwa kekurangan saya SS S TS

STS

adalah penghambat

51 Saya senang bernyanyi bersama SS S TS STS

52 Saya senang membicarakan ide-ide SS S TS STS

53 Saya sangat membutuhkan tempat untuk SS S TS

STS

mengembangkan kelebihan saya

54 Saya mampu bergaul baik dengan orang SS S TS

STS

lain

55 Saya senang memperhatikan sekeliling SS S TS

STS

dan apa yang terjadi di sekitar saya

56 Saya tidak merasa empati ketika orang SS S TS

STS

lain berada dalam kesulitan

57 Saya ikut gotong royong di dalam SS S TS

STS

masyarakat

58 Saya ikut serta menjaga keamanan SS S TS

STS

masyarakat

59 Saya ikut serta menjaga kebersihan SS S TS

STS

didalam masyarakat

60 Saya tidak perduli terhadap lingkungan

yang individualism (mementingkan SS S TS

STS

kepentingan pribadi disbanding

kepentingan umum)

61 Saya mentaati peraturan di dalam panti SS S TS

STS

asuhan

62 Saya menyadari apa yang harus saya SS S TS

STS

lakukan di dalam panti asuhan

63 Saya tidak mau mendengar saran yang SS S TS

STS

diberikan pengasuh kepada saya

64 Saya menentang setiap perintah yang SS S TS

STS

diajukan kepada saya

Alpha Cronbach’s = 0,812

D. Klasifikasi Item Shahih dan Item Gugur

Item Shohih Item Gugur

1,7,12,18,20,21,22,23, 2,3,4,5,6,8,9,10,11,13,14,

Item 24,26,28,29,32,33,36,3 15,16,17,19,25,27,30,31,3

Pernyataan 7,41,46,50,56,58,59,60, 4,35,38,39,40,42,43,44,45

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 49

61, 62,63,64. ,47,48,49,51,52,53,54,55,

57.

Jumlah 27 37

E. Penutup

Dari dua aspek self esteem diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

self esteem merupakan penilaian terhadap diri individu sendiri melalui self

competence (kemampuan diri) dan juga self liking (menyukai diri). Dimana

self competence merupakan evaluasi diri secara positif maupun negative

terhadap kemampuan yang dimiliki. Sedangkan self liking dapat dikatakan

sebagai pandangan terhadap diri sendiri, apakah dapat menerima dirinya

sendiri terhadap penilaian orang lain yang diberikan padanya. Self liking

yang tinggi akan menjadikan individu nyaman terhadap diri dan

lingkungannya.

Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Instrumen Skala Self-esteem Pada Anak Yatim Piatu di Panti Asuhan

dapat digunakan untuk khalayak umum untuk mengetahui seberapat

tingkat self esteem pada SMA/MA/SMK anak yatim piatu dip anti

asuhan. 2. Instrument dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka

pengumpulan data karena realibilitas instrument karena semakin

mendekati 1.

50 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

9. Instrumen Skala Kohesivitas Pasangan Long Distance Relationship

Oleh : Istnaeni Rahmawati ([email protected]) Professional

Judgement : Slamet, S.Ag, M.Si.

A. Pengantar

Semua orang menginginkan keluarganya menjadi keluarga yang

bahagia, damai, dan saling mengasihi satu sama lain. Namun dalam suatu

hubungan tentu ada kebahagiaan, pertengkaran atau konflik dan lain

sebagainya. Akan tetapi hal itu justru menambah bumbu percintaan

diantara kedua pasangan yang mengalaminya. Apalagi jika hal itu dialami

oleh pasangan hubungan jarak jauh atau Long distance relationship (LDR).

Hubungan jarak jauh atau Long distance relationship adalah

dimana pasangan dipisahkan oleh jarak fisik yang tidak memungkinkan

adanya kedekatan fisik untuk periode waktu tertentu (Hampton, 2004). Jadi

Long distance relationship adalah suatu hubungan, dimana pasangan itu

tidak dekat satu sama lain secara fisiknya, karena terpisahkan oleh jarak,

pasangan dapat bertemu dalam waktu tertentu saja, dan dalam masa long

distance relationship nya itu pasangan hanya bisa berkomunikasi lewat

pesan, surat dan yang lainnya.

Kebanyakan orang memandang bahwa hubungan long distance

relationship itu tidak akan bertahan lama karena jauh dari pasangannya.

Namun, tidak sedikit juga dari pasangan LDR yang sepakat dengan hal itu.

Karena setiap pasangan tersebut memiliki keistimewaan dan kekonsistenan

masing-masing, seperti cinta yang sangat besar antara keduanya, lebih

menghargai pentingnya dari komnikasi, paham mengontrol emosi, percaya

satu sama lain, saling mengerti satu sama lain, karena sudah mempunyai

ikatan batin antara keduanya, mereka juga saling mendoakan. Dengan

keistimewaan tersebut maka suatu hubungan akan langgeng atau bertahan

lama.

B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis

Istilah Kohesivitas dalam kamus Besar Bahasa Indonesia berasal

dari kata kohesif yang memiliki arti hubungan yang erat, perpaduan yang

kokoh, dan melekat satu dengan yang lainnya. Kohesivitas merupakan

sebuah kekuatan yang menjaga kelompok agar tetap utuh dengan cara

menjaga kesatuan anggota-anggotanya.

Yuniasanti (2010) berpendapat bahwa kohesivitas adalah

ketertarikkan anggota tim untuk tetap bersatu, adanya kebersamaan,

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 51

merasakan perasaan anggota lain dan memiliki suasana emosional yang

positif.Kohesivitas ini merupakan bagaimana saling menyukai dan

mencintai satu dengan yang lainnya. Kesamaan nilai sikap, nilai, sifat

pribadi, dan sifat demografis akan mempengaruhi tingginya kohesivitas.

Dengan demikian dapat disimpulkan kohesivitas adalah suatu

hubungan yang terjalin dalam kelompok atau yang lainnya. Kohesivitas

pasangan long distance relationship ini diukur dengan skala Kohesivitas

yang merujuk pada teori Veroff dan Veroff (dalam Suryanti, 2009),

Susilo,2005 :29), Robbins (dalam Munandar, 2001) dengan aspek

kesadaran, aspek toleransi, aspek konflik, aspek frekuensi toleransi, aspek

persaingan dan ancaman dari luar, kemudian dijabarkan menjadi beberapa

indicator dan deskriptor.

Variabl e

Kohesiv

itas

No Item

Aspek Indikator Deskriptor

Jml Favor Unfavo

able rable

Aspek Kesadaran Kejujuran

Kesadar diri status 1 17 2

an masing-

masing

Memahami

peranan 48, 54 51, 56 4

masing-

masing

Perlakuan Sikap

Pasangan overprotect 20,33 18,34 4

if Rasa

nyaman 3 29 2

dari

pasangan

Aspek Penerimaan Kelebihan

35 42 2 Tolerans terhadap pasangan

i pasangan

Kekuranga 37, 49 36,46 4

n pasangan

Kerjasama Pembagian

yang tugas 40 44 2

terbina rumah

tangga

52 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

Saling

membantu 41 45 2

pasangan

Aspek Pendapat Tidak mau

Konflik yang mengalah/,

berbeda menyudutk 39 38 2

an salah

satu pihak

Mengkritik 13 23 2

Pasangan

Pemecahan Memilih

Masalah diam 2 47 2

Musyawara

h 5 43 2

Aspek Intensitas Komunikas

Frekuen Hubungan i aktif 16 21 2 si

Interaksi

Komunikas 10, 19 4,50 4

i Pasif

Intensitas Pertemuan

Bertemu Rutin 6 24 2

Meluangka

n waktu 22 30 2

bersama

Aspek Adanya Adanya

Persaing pihak wanita atau 8, 55 11,32 4 an dan ketiga pria lain

Ancama

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 53

n dari Adanya

Luar campur 14,28 26,52 4 tangan

orang tua

Adanya Kepercayaa

gossip n antar 9 , 53 12,25 4

negative pasangan

Pengaruh

terhadap 31 27 2

hubungan

Tanggapan

terhadap 7 15 2

gossip

miring

Jumlah 28 28 56

C. Item Pertanyaan

Skala ini menggunakan skala Liked dengan sedikit motivasi

dimana pilihan ragu-ragu dihilangkan demi mencapai data yang

lebih kongkret.

No Pernyataan Jawaban

1. Saya mengakui bahwa dia adalah pasangan

SS S TS STS terbaik saya

2. Saya memilih diam untuk menyelesaikan

SS S TS STS konflik dengan pasangan saya

3. Saya merasa nyaman ketika berada di dekat

SS S TS STS pasangan saya

4. Saya merasa khawatir ketika pasangan saya

SS S TS STS tidak ada kabar

Saya memilih musyawarah untuk

5. menyelasaikan konflik dengan pasangan SS S TS STS

saya

6. Saya selalu mengadakan quality time

SS S TS STS dengan pasangan ketika cuti

Saya tidak pernah menanggapi gosip

7. negative terhadap pasangan saya yang SS S TS STS

belum jelas kebenarannya

54 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

8. Saya akan minta pisah jika pasangan saya

SS S TS STS

selingkuh

9. Saya selalu percaya dengan pasangan saya SS S TS STS

10. Saya acuh ketika pasangan saya tidak ada

SS S TS STS

kabar

Saya akan menerima apabila pasangan saya

11. selingkuh, jika dia tetap bertanggung jawab SS S TS STS atas kewajibannya terhadap saya dan anak

12.

Saya merasa sering dibohongi oleh

SS S TS STS

pasangan saya

13. Saya selalu mengkritik jika pasangan saya

SS S TS STS

berbuat salah

14. Saya merasa mertua saya tidak percaya

SS S TS STS

dengan saya

15. Saya risih dengan adanya gossip tidak baik

SS S TS STS

terhadap saya

Saya selalu berkomunikasi via

16. telepon/sms/wa dengan pasangan saya SS S TS STS setiap harinya

17. Saya menyadari bahwa pasangan saya

SS S TS STS

bukan yang terbaik

18. Saya tidak senang ketika pasangan saya

SS S TS STS

overprotectif terhadap saya

19. Saya merasa nyaman ketika sewaktu-waktu

SS S TS STS

pasangan saya tidak ada kabar

20. Saya merasa senang ketika pasangan saya

SS S TS STS

overprotectif terhadap saya

Saya selalu cuek ketika pasangan saya

21. menanyakan kabar saya lewat via sms dan SS S TS STS yang lainnya

22. Saya memilih menghabiskan waktu di

SS S TS STS

rumah dengan pasangan ketika cuti

23. Saya memilih diam ketika pasangan saya

SS S TS STS

salah

24. Saya memilih pergi sendiri ketika pasangan

SS S TS STS

cuti

25. Saya selalu merasa gelisah dan curiga

SS S TS STS

kepada pasangan saya

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 55

26.

Saya merasa mertua saya percaya dengan SS S TS STS

saya

Saya dan pasangan bertengkar ketika

27. beredar gossip tidak enak terhadap SS S TS STS hubungan saya dan pasangan saya

28.

Saya risih ketika mertua saya menuduh yang SS S TS STS

tidak benar terhadap saya

29.

Saya merasa nyaman ketika jauh dari SS S TS STS

pasangan

Saya tidak ingin jika pasangan sering

30. mengambil cuti hanya untuk bertemu SS S TS STS dengan saya

31.

Saya akan tetap romantis dengan pasangan SS S TS STS

saya ketika beredar gossip yang tidak jelas

Saya akan memaafkan dan memaklumi

32. ketika pasangan saya selingkuh, bila dia SS S TS STS berjanji tidak mengulanginya lagi

33.

Saya senang ketika pasangan perhatian SS S TS STS

kepada saya

34. Saya membatasi aktivitas pasangan saya SS S TS STS

35. Saya mensyukuri kelebihan pasangan saya SS S TS STS

36.

Saya ingin pasangan saya selalu baik dimata SS S TS STS

saya

37.

Saya akan menerima kekurangan pasangan SS S TS STS

saya

38.

Saya kesal ketika pasangan saya selalu ingin SS S TS STS

merasa benar

39.

Saya selalu menerima pendapat pasangan SS S TS STS

saya ketika itu masih pendapat yang logis

Saya dan pasangan saya selalu membagi

40. tugas rumah tangga seperti menyapu, SS S TS STS mengepel dan lainnya

Saya selalu mengerjakan tugas pasangan

41. saya ketika pasangan saya sedang tidak bisa SS S TS STS mengerjakannya

42.

Terkadang saya merasa minder dengan SS S TS STS

kelebihan pasangan saya

56 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

43. Saya tidak suka bermusyawarah dengan

SS S TS STS pasangan saya ketika terjadi konflik

44. Saya selalu menyerahkan semua tugas

SS S TS STS rumah tangga kepada pasangan saya

45. Saya acuh ketika tugas rumah tangga

SS S TS STS pasangan saya tidak dikerjakan

Terkadang saya merasa tidak nyaman

SS S TS STS 46. dengan kekurangan pasangan saya

Saya berusaha berbicara ketika terjadi

47. konflik dan pasangan saya hanya memilih SS S TS STS

diam

48. Saya bertanggung jawab menafkahi

SS S TS STS pasangan saya saya meski jarang bertemu

Saya akan meyakinkan pasangan saya jika

49. kekurangannya merupakan kelebihan bagi SS S TS STS

saya

50. Saya menanyakan kabar pasangan saya ke

SS S TS STS teman dekatnya ketika dia tidak ada kabar

Saya hanya bertanggung jawab menafkahi

51. anak dan pasangan, tetapi tidak dalam hal SS S TS STS

mendidik anak

52. Saya tidak peduli ketika mertua saya

SS S TS STS menuduh saya selingkuh

53. Saya percaya bahwa pasangan saya bisa

SS S TS STS membahagiakan saya

54. Saya bertanggung jawab mengurus

SS S TS STS pasangan dan anak saya

55. Saya akan marah jika pasangan saya

SS S TS STS selingkuh

56. Saya enggan untuk melayani pasangan saya SS S TS STS

Alpha Cronbach = 0,707; sampel = 32 orang

D. Klarifikasi Item Shahih dan Item Gugur

Melalui analisis SPSS.20 dapat diklarifikasikan bahwa sebaran

item gugur dan item shahih sebagai berikut :

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 57

Item Shahih Item Gugur

Item 1, 3, 5, 6, 9, 16, 17, 20, 2, 4, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14,

Pernyataan 21, 22, 23, 29, 31, 33, 15, 18, 19, 24, 25, 26, 27, 28,

35, 37, 39, 40, 44, 49, 30, 32, 34, 36, 38, 41, 42, 43,

51, 53, 54, 56 45, 46, 47, 48, 50, 52, 55

Jumlah 24 32

E. Penutup

Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut :

1. Instrument Skala Tingkat Kohesivitas Pasangan Long Distance

Relationship dapat digunakan untuk pasangan suami isteri yang

mengalami hubungan jarak jauh, guna mengetahui seberapa tingkat

keharmonisan, kedekatan pada pasangan yang mengalaminya. 2. Instrument dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka

pengumpulan data karena realibilitas instrument > 0,7 yaitu 0,707.

58 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

10. Instrumen Skala Kegagalan Pasangan Rumah Tangga Usia Dini Oleh : Antin Erfinia ([email protected]) Professional Judgement : Slamet, S.Ag., M.Si.

A. Pengantar

Kegagalan rumah tangga merupakan ketidak berhasilan suatu

hubungan yang sudah terkait dengan sosok laki-laki yang telah mempunyai

status layak untuk menjalin hubungan (pernikahan) namun berakhir pada

perceraian.

Korban perceraian (Gagalnya Rumah Tannga) yang memiliki

presepsi baik terhadap perceraian akan merasa lebih optimis menghadapi

masa depan. Namun mereka yang memiliki persepsi negatif terhadap

perceraian tentunya akan merasa tidak optimis dalam menghadapi masa

depan (Fatayat: 2008).

Islam memang berusaha menguatkan ikatan pernikahan. Namun

jika permasalahan rumah tangga benar-benar sulit dan sangat fatal untuk

diperbaiki dan merugikan kedua belah pihak maka perceraian itu lebih baik

dilakukan meski Allah SWT sangat membenci hal perceraian namun Allah

tidak melarangnya. Pengorbanan tersebut mempunyai tujuan agar kedua

belah pihak tidak hidup dalam kondisi dan suasana kekacauan rumah

tangga yang membuka peluang tindak kekerasan. Tertarik mengambil

kegagalan rumah tangga usia dini karena akhir-akhir ini sering terjadi

perceraian atau peristiwa kegagalan rumah tangga yang baru saja menjalin

ikatan yang sah.

Instrument ini juga untuk mengetahui apa saja penyebab

berakhirnya pernikahan dini. Instrument untuk mengetahui seberpa besar

seriusnya pernikahan yang ia jalani, dan seberapa dewasanya pasangan ini

dalam menyikapi masalah yang ia hadapi.

B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologi

Perceraian adalah suatu peristiwa hebat bagi individu, merupakan

pengalaman sedih , dan adanya suatu keinginan untuk mengakhiri

perkawinan, dimana ada kesedihan pada suami, istri maupun anak-anak

(Meichati, 1983).

Perceraian itu sendiri juga dapat diartikan sebagai kegagalan dalam

rumah tangga. Retaknya rumah tangga memang sangat tidak diinginkan

oleh sosok yang sudah membina rumah tangga. Siapa si yang mau

membina rumah tangga yang dibayangkan bahagia namun pada akhirnya

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 59

berakhir denga perceraian bukan karena cerai mati (meninggal dunia).

Membina rumah tangga denga sosok yang dia cintai seharusnya bahagia

sambai menua bersama. Namun, apalah daya ketika dalam sebuah rumah

tangga terdapat konflik yang menyakitkan dan jalam terbaik cerai apa

salahnya juga, dari pada selalu sakit, baik sakit fisik maupun batin,

mending lepas ikatan sekalian. Instrument ini di ukur dengan skala

kegagalan/perceraian merujuk pada teori yang mengandung aspek gagalnya

rumah tangga diantaranya kurangnya komunikasi, perselingkuhan, KDRT

(kekerasan dalam rumah tangga).

No Item

Jml Variabel Aspek Indikator Deskriptor

Favo Unfavo

rable rable

Kegagalan Rasa

Pasangan kenyamana

Rumah n dalam 1, 2 3, 4 4

Tangga melakukan

Usia Dini Intensitas komunikasi

hubungan.

Takut

terjadi

kesalahpah 5, 6 7, 8 4

Kuran

aman pada

pasangan.

gnya

Penyelesaia

komun

n masalah

ikasi.

dengan

9 10 2

menggunak komunikasi

ankomunik

sebagia

asi.

orientasi

Saling

kehidupan.

bercerita

11,

ketika 13, 14 4

12 menghadap

i masalah.

Perseli

Adanya Takut

perselingku berbohong 15,

ngkuh 17, 18 4

han (pihak pada 16 an.

ketiga). pasangan.

60 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

Masalah

dapat

diselesaika 19 20 2

n dengan

baik-baik.

Seringnya

timbul 21,2

percekcoka 23, 24 4

2

n dalam

pasangan.

Benar

Konflik.

tidaknya alasan yang

dikemukak

an

senantiasa 25, 27,28 4

dapat 26

diperdebatk

an oleh

masing

masing

pihak.

Adanya

unsur 29 30 2

melukai

Kekerasan

pasangan

Kekerasan

secara fisik

fisik ringan

Keker

dan 31 32 2

asan

kekerasan

rumah

fisik berat.

tangga

Sering

(KDR

terjadi

T)

merendahk

Kekerasan

an atau 33,

secara 35, 36 4

menghina 34

psikis

pasangan

(psikis

berat).

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 61

Perasaan

ketakutan

atau 37, 39, 40 4

terteror 38

pada

pasangan.

Hubungan

seksual

tanpa 41 42 2

persetujuan Kekerasan

pasangan.

secara

seksual

Hubungan

seksual 43 44 2

dengan cara

melukai.

Memaksa

pasangan 45,

untuk 47, 48 4 46

bekerja.

Kekerasan

Melarang

secara

pasangan

ekonomi

untuk

49,

bekerja 51, 52 4 50

namun

ditelantarka

n.

C. Item Pernyataan dan Reliabilitas

No Pernyataan Jawaban

1.

Saya nyaman ketika berbicara dengan SS S TS

STS

pasnagan saya

2.

Saya nyambung ketika bicara dengan SS S TS

STS

pasangan saya

3. Saya acuh ketika pasangan saya bicara SS S TS STS

4.

saya langsung pergi saat pasangan saya SS S TS

STS

berbicara

62 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

5. Sebisa mungkin saya selalu jujur pada

SS S TS STS pasangan saya

6. Saya khawatir ketika sedang ada masalah

SS S TS STS dengan pasangan

7. Saya selalu menyembunyikan sesuatu dari

SS S TS STS pasangan saya

8. saya tidap pernah membenarkan ketika

SS S TS STS pasangan saya salah

9. Semua masalah yang saya rasakan, saya

SS S TS STS ceritakan pada pasangan

10. Saya selalu menyelesaikan masalah secara

SS S TS STS sepihak

11. Saya meminta supaya saling jujur pada

SS S TS STS pasangan

12. Keluh kesah saya curahkan pada pasangan

SS S TS STS saya

13. Saya selalu menyembunyikan masalah pada

SS S TS STS pasangan

14. Saya tidak pernah mengatakan pada pasangan

SS S TS STS jika ada masalah

15. Saya jujur mengatakan apa adanya pada

SS S TS STS pasangan ketika saya selingkuh

16. Bagi saya perceraian adalah jalan terbaik

SS S TS STS ketika pasangan selingkuh

17. Saya rela ketika pasangan saya selingkuh SS S TS STS

18. Saya biasa saja ketika pasangan membawa

SS S TS STS selingkuhan ke rumah

19. Saya tak sanggup memaafkan pasangan

SS S TS STS ketika selingkuh

20. Jika pasangan selingkuh, cerai adalah jalan

SS S TS STS terbaik

21. Sebuah rumah tangga tidak selalu harmonis SS S TS STS

22. Menurut saya menyelesaikan masalah dengan

SS S TS STS fikiran dingin adalah solusi terbaik

23. Saya biasa saja ketika pasangan marah marah

SS S TS STS pada saya tanpa penyebab yang jelas

Kesalahan yang saya lakukan dan bersifat

24. fatal tidak selalu menimbulkan percekcokan SS S TS STS

dengan pasangan

Alasan yang disampaikan pasangan jika

25. masuk akal dalam sebuah masalah akan SS S TS STS

selalu saya maafkan

26. Saya selalu meminta maaf ketika saya

SS S TS STS melakukan kesalahan

27. Saya merasa selalu benar ketika ada masalah SS S TS STS

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 63

28.

Saya tidak peduli ketika masalah dengan SS S TS STS

pasangan belum selesai sampai tuntas

29.

Saat saya mengalami percekcokan pasangan SS S TS STS

cenderung melukai fisik

30. Saya tidak melawan ketika dilukai pasangan SS S TS STS

31

Saya sakit fikiran juga ketika salah satu SS S TS STS

anggota tubuh dilukai pasangan

Saya terdapat luka berat yang membekas

32. pada anggota tubuh ketika sedang ada SS S TS STS

konflik dengan pasangan

33.

Pasangan selalu merendahkan saya ketika SS S TS STS

sedang bertengkar atau ada konflik

34.

Pasangan selalu cari kesalahan pada saya SS S TS STS

ketika dilukai

35.

Saya selalu tentram atau biasa aja ketika SS S TS STS

sedang rebit dengan pasangan

36.

Adanya konflik bagi saya tidak membuat SS S TS STS

fikiran anak terganggu

37.

Ketika saya bersalah saya selalu terbayang SS S TS STS

kemarahan pasangan

38.

Saat ada masalah saya trauma pasangan akan SS S TS STS

memukul saya

39.

Saya tidak takut ketika pasangan saya emosi SS S TS STS

karena kesalahan saya

40.

Saya biasa saja ketika pasangan saya melukai SS S TS STS

anak

41.

Saya benci ketika pasangan hanya SS S TS STS

menginginkan kebutuhan seks saja

42.

Saya senang ketika pasangan tidak SS S TS STS

menggunakan perasaan

Saya takut ketika pasangan memaksakan

43. kehendak untuk kebutuhan yang dia senangi SS S TS STS

dengan cara melukai

44.

Saya senang ketika pasangan melakukan SS S TS STS

hubungan dengan cara kasar.

45.

Pasangan tidak memahami peran masing- SS S TS STS

masing dalam sebuah hubungan

46. Saya tidak dinafkahi oleh pasangan SS S TS STS

47.

Pasangan tidak malas untuk bertanggung SS S TS STS

jawab menafkahi

48. Pasangan menyuruh saya untuk bekerja SS S TS STS

49.

Saya tidak boleh bekerja namun kebutuhan SS S TS STS

hidup kurang

50. Saya ditelantarkan pasangan SS S TS STS

51. Saya tidak boleh bekerja namun SS S TS STS

64 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

ditelantarkan. Saya takut ketika pasangan melarang bekerja,

52. namun saya tetap bekerja demi kebaikan SS S TS STS anak.

Alpha Cronbach’s = 0,642 ; Sampel 34 Orang

D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur

Melalui analisis SPSS.20 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran

aitem gugur dan aitem shahih sebagai berikut :

Item Shohih Item Gugur

Item

8, 16, 21, 22, 23,

1, 2, 3, 4,5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15,

Pernyataan 17, 18, 19, 20, 25, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 24, 26, 27, 36,

34, 35, 38, 40, 42,43, 44, 45, 46, 47, 48, 37, 39, 41.

49, 50, 51, 52.

Jumlah 12 40

E. Penutup

Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut :

Instrument Skala Kegagalan Rumah Tangga Usia Dini dapat

digunakan untuk mengetahui seberapa banyak pasangan mengalami

kegagalan dalam rumah tangga yang masih dikategorikan dalam usia dini

dengan berbagai macam penyebab yang dialami.

Instrument dapat digunakan untuk pengukuran dalam

mengumpulkan data.

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 65

11. Instrumen Skala Tingkat Kemandirian Remaja Anak Single Father Oleh: Hindun Arroyani ([email protected]) Professional Judgement: Zain Musyrifin, S.Sos.I., M.pd.I.

A. Pengantar Struktur keluarga adalah salah satu faktor yang membentuk kemandirian

remaja. Keadaan kluarga yang tidak lagi utuh (single perent) tentu

mempengaruhi kemandirian remaja. Kemandirian remaja merupakan suatu

kemampuan untuk mengatur prilaku dan memutuskan tanpa banyak

bergantung pada orang tua.(Steinberg, 2002)

Skala ini dimaksudkan untuk mengukur seberapa tingginya tingkat

kemandirian remaja pada anak single father. Kemandirian anak yang

mempunyai orang tua lengkap dengan anak yang (single perent) tentunya

berbeda, apalagi hanya seorang ayah saja yang mengasuhnya.Ayahlah yang

bertanggung jawab atas kebutuhan financial keluarga da nmenggantikan

tugas ibu untuk memenuhi kebutuhan psikologis dari keluarga.

Skala Tingkat Kemandirian Remaja Anak Single father disusun

berdasarkan aspek-aspek : diantaranya dapat memenuhi diri atau identitas

diri, memiliki kemampuan inisiatif. Dan disajikan dalam bentuk indikator-

indikator . Semakin tinggi Skor yang diperoleh subjek, maka semakin

tinggi pula indikasi terjadinya kemandirian remaja anak single father.

B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Tingkat kemandirian Remaja Anak Single Father ini diukur

berdasarkan skala tingkat kemandirian dan disusun berdasarkan teori

Stainberg dengan aspek-aspek sebagai berikut:

1. Aspek Kognitif 2. Aspek Afektif 3. Aspek Konatif

No Item

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

Jml Favor Unfav

able orable

66 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

Tingkat kemandiri

an belajar

remaja

pada anak

single

father

Sebelum

melakukan

Memiliki

sesuatu 1,33 2 3

menyiapkan

kemampu

nya terlebih

an

dahulu

inisiatif

Termasuk

orang yang 3,34 4

kreatif

Takut salah

dalam 7,35 8 3

menggambil

Aspek keputusan

Kognitif

Malu dengan

hasil 9,36 10 3

pekerjaan

sendiri

Percaya

bahwa 11 12 2

dirinya

Mampu sendiri bisa

mengatasi

Mudah

masalah menyerah

jika 13,37 14 3

menghadapi

masalah

Mampu

mengendalik 15,38 16 3

Berusaha an emosi mengerja

sangat suka

kan 17,39 18 3 Aspek tantangan

sesuatu

Afektif

Pantang

tanpa

baginya

bantuan

untuk

orang lain

20 1

meminta

bantuan

orang lain

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 67

selagi bisa

sendiri

Sering

mengeluh

jika tidak 21 22 2

bisa

memecahkan

masalah

Berani

mengambil

resiko dalam 23 24 2

memecahkan

masalah

mengandalka

n bantuan 25 26 2

orang lain

Jika dirasa

pekerjaannya 27 28 2

sulit maka di

tinggalkan

Melakukan

pekerjaan 29 30 2

sampai

Aspek

Tanggung

tuntas/selesai

Konatif

jawab

Berani

menerima

konsekuensi 31 32 2

dari hasil

kerjanya

Jumlah 26 14 40

68 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

C. Item Pernyataan dan Kategorisasi

No Pernyataan Jawaban

1. Sebelum berangkat sekolah, saya

SS S TS STS menyiapkan pralatan sekolah terlebih dahulu

2. Saya tipe orang yang kreatif SS S TS STS

3. Saya takut salah dalam mengambil keputusan SS S TS STS

4. Saya sering malu dengan hasil pekerjaan

SS S TS STS sendiri

5. Saya percaya bahwa saya mampu

SS S TS STS menghadapi masalah saya sendiri

6. Saya mudah menyerah dalam menghadapi

SS S TS STS masalah

7. Saya mampu mengendalikan emosi SS S TS STS

8. Saya sangat suka tantangan SS S TS STS

9. Saya melakukan pekerjaan rumah sendiri SS S TS STS

10. Saya tidak mau meminta bantuan orang lain

SS S TS STS selagi saya bisa

11. Saya orang yang berani mengambil resiko SS S TS STS

12. Jika dirasa pekerjaan saya sulit maka saya

SS S TS STS tinggalkan

13. Saya tidak suka tantangan SS S TS STS

14. Saya melaksanakan pekerjaan sampai tuntas SS S TS STS

15. Saya berani menerima konsekuensi dari hasil

SS S TS STS pekerjaan saya sendiri

16. Saya sering mengeluh jika tidak bisa

SS S TS STS menyelesaikan pekerjaan saya sendiri

17. Saya suka merepotkan orang lain SS S TS STS

18. Saya sering mengandalkan orang lain dalam

SS S TS STS melaksanakan pekerjaan

19. Saya sudah mampu memenuhi kebutuhan

SS S TS STS financial sendiri

20. Saya merasa puas dengan hasil pekerjaan

SS S TS STS sendiri meskipun itu kurang bagus

21. Saya malu jika harus meminta bantuan orang

SS S TS STS lain

22. Saya tau apa yang harus saya perbuat ketika

SS S TS STS menghadapi masalah

23. Saya sudah berani jika harus tinggal sendiri

SS S TS STS berpisah dengan ayah

24. Saya belum siap jika harus tinggal sendiri SS S TS STS

25. Saya sudah mampu mengambil keputusan SS S TS STS

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 69

sendiri

26. Saya hidup di lingkungan yang

SS S TS STS mengharuskan saya hidup mandiri

27. Saya sering meminjam barang kepada teman SS S TS STS

28. Saya tidak membuat rancangan dalam

SS S TS STS belajar

29. Jika ada pekerjaan saya langsung

SS S TS STS mengerjakan pekerjaan itu tanpa di tunda

30. Saya suka hidup teratur SS S TS STS

31. Saya merasa bahwa semua pelajaran sekolah

SS S TS STS itu penting

32. Saya tidak bisa melakukan apa-apa tanpa

SS S TS STS dorongan orang lain

Saya menyadari jika saya memiliki

STS 33. kelemahan dalam bidang tertentu yang saya SS S TS rasa sulit

34. Saya senang melakukan suatu pekerjaan

SS S TS STS bersama teman

35. Saya melaksanakan hak dan kewajiban,

SS S TS STS sebagai anak sekolah

36. jika saya melakukan kesalahan, saya berani

SS S TS STS menerima hukuman

37. Saya akan mencari cara agar masalah saya

SS S TS STS cepat selesai

38. Jika mengerjakan pekerjaan, saya tidak mau

SS S TS STS bersama orang lain

39. Saya mematuhi semua peraturan, baik di

SS S TS STS rumah atau di sekolah

40. Saya gelisah jika akan menghadapi ujian di

SS S TS STS sekolah

Alpha Crombach’s = 0,699: Sempel = 30 0rang

D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur

Melalui analisiss SPSS 20 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran

aitem gugur dan aitem shohih sebagai berikut:

Item Shohih Item Gugur

Item 4, 14, 17, 19,

1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12,

Pernyataan 13, 15, 16, 18, 20, 21, 23, 24,

22, 25, 29, 30, 26, 27, 28, 31, 32, 33, 34, 35, 32, 39

36, 37, 38, 40

Jumlah 10 30

70 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

E. Penutup

Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat di peroleh

kesimpulan sebagai berikut:

a. Instrumen Skala Tingkat Kemandirian Remaja Anak Single Father

dapat digunakan untuk masyarakat umum. Instrumen ini untuk

mengetahui seberapa tinggi tingkat kemandirian pada remaja yang

hanya memiliki bapak. b. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka

pengumpulan data .

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 71

12. Instrumen Skala Tingkat Kecemasan Orang Tua Anak Hiperaktif

di Kabupaten Sleman Oleh : Irena Wahyu Damayanti ( [email protected] ) Professional Judgement : Slamet, S.Ag., M.Si

A. Pengantar

Clark (2010) mendefinisikan kecemasan sebagai sistem respon

kognitif, afektif, fisiologis, dan perilaku yang rumit dan aktif jika terdapat

keadaan yang dianggap tidak menyenangkan karena keadaan tersebut tidak

terduga dan tak terkendali serta berpotensi mengancam kepentingan

individu.

Nevid, Rathus, dan Greene (2003) berpendapat bahwa kecemasan

merupakan keadaan emosional yang ditandai adanya keterangsangan fisik,

perasaan tegang yang tidak menyenangkan, serta perasaan khawatir akan

terjadinya sesuatu yang buruk. Kecamasan merupakan suatu keadaan aprehensi atau keadaan

khawatir yang mengeluhkan sesuatu yang buruk akan segera terjadi.

Kecemasan adalah respon yang tepat terhadap ancaman, tetapi kecemasan

bisa menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi

ancaman, atau bila sepertinya datang tanpa ada penyebabnya, yaitu bila

bukan merupakan respon terhadap perubahan lingkungan. Dalam bentuk

yang ekstrim kecemasan dapat menganggu fungsi tubuh.

Hafidh (2010) menyatakan bahwa ditinjau secara psikologis,

hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal, disebabkan

disfungsi neurologis dengan gejala utama tidak mampu memusatkan

perhatian. Menurut Dr. Seto Mulyadi, hiperaktif menunjukkan adanya

suatu pola perilaku yang menentang pada seorang anak. Perilaku ini

ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi, dan

bertindak sekehendak hatinya atau impulsif. Instrumen ini dibuat untuk mengukur tingkat kecemasan orang tua

yang memiliki anak berkepribadian hiperaktif di Kabupaten Sleman sesuai dengan teori yang ada kemudian dikembangkan oleh peneliti.

B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis

Clark (2010) menyebutkan empat aspek sebagai penanda kecemasan, meliputi: Aspek afektif, aspek fisiologis, aspek kognitif, aspek perilaku.

72 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

No Item

Jml Variable Aspek Indikator Deskriptor

Favor Unfavora

able ble

Ketakutan

yang 1,2 3 3

berlebihan

Individu Perasaan 4,5 6 3

Aspek Mengala panik

Afekti mi

Perasaan 7,8 9 3

f Gangguan tegang

Perasaan

Kegelisaha

n 10,11 12,13 4

tentang

sesuatu

Pusing 14,15 16 3

Individu Merasa 17,18 19 3

mengalam lemas Aspek

i

Jantung

Fisiolo

gangguan berdebar- 20,21 22 3

gis pada debar

tubuh

Tingkat Keringat

23,24 25 3 dingin

Kecemasa

Individu Bingung

n Orang

mengalam tentang 26,27 28 3 Tua Anak

i sesuatu

Hiperaktif

gangguan

Tidak bisa

dalam berkonsentr 29,30 31 3

berfikir asi

Aspek

Individu Mimpi 32 33,34 3

Kognit mengalam buruk

if i

35,36,

gangguan Insomnia 38,39 5 37

tidur

Individu Cepat 40 41,42 3

kehilanga marah

n kontrol Cepat sedih 43 44 2

diri

Aspek Individu Mondar- 45 46 2

Perilak bersikap mandir

u tidak

Terlalu 47,48 49,50 4

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 73

tenang banyak

dalam bicara

menghada

pi sesuatu

Jumlah 29 21 50

C. Jumlah Pernyataan dan Reliabilitas

No Pertanyaan Jawaban

1

Saya merasa takut jika anak saya melakukan SS

S

TS STS

hal yang membahayakan

2

Ketakutan saya muncul ketika anak saya SS

S

TS STS

tidak punya rasa lelah

3

Saya bersikap biasa saja jika anak suka SS

S

TS STS

bergerak tanpa henti

4

Saya merasa panik saat anak saya melukai SS

S

TS STS

orang lain

5

Saat anak saya berkelahi dengan temannya SS

S

TS STS

saya merasa sangat panik

6

Saya mengabaikan anak saya yang terluka SS

S

TS STS

karena ulahnya sendiri

7 Saya merasa tegang saat anak membantah SS S TS STS

8 Saya merasa cemas anak saya cepat marah SS S TS STS

9

Saya tenang-tenang saja anak saya banyak SS

S

TS STS

tingkah karena sudah sewajarnya

10

Saya gelisah ketika anak saya mendapat SS

S

TS STS

penolakan dari teman

Kegelisahan saya muncul ketika anak saya

11 mendapat nilai jauh di bawah nilai teman- SS S TS STS

temannya

12

Saya santai saja ketika anak saya berbicara SS

S

TS STS

dengan nada menantang

13

Ketika anak saya suka mengejek temannya SS

S

TS STS

saya tidak akan menggubris

14

Saya pusing sekali mendengar anak saya SS

S

TS STS

berteriak keras-keras

74 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

15 Ketika anak saya sulit untuk dikendalikan hal

SS S TS STS itu membuat saya pusing

16 Saya tidak ambil pusing ketika anak saya

SS S TS STS tidak bisa duduk manis

17 Ketika menasehati anak saya berulang kali

SS S TS STS tetapi tidak didengarkan saya merasa lemas

18 Badan saya merasa lemas ketika anak saya

SS S TS STS susah diatur

19 Saya tetap sehat walau anak saya banyak

SS S TS STS masalah

20 Jantung saya berdebar-debar saat anak saya

SS S TS STS dipandang nakal

Jantung saya berdetak kencang ketika

21 mendapat panggilan dari wali kelas karena SS S TS STS

ulah anak saya

22 Denyut jantung saya tetap stabil ketika anak

SS S TS STS saya menyinggung perasaan orang lain

23 Tiba-tiba keringat saya keluar jika melihat

SS S TS STS anak saya menyerang temannya

24 Keringat dingin saya muncul ketika anak

SS S TS STS saya keras kepala

25 Ketika anak pergi tanpa sepengetahuan saya,

SS S TS STS badan saya menjadi lebih segar

26 Saya merasa bingung setiap kali menghadapi

SS S TS STS anak saya yang tidak mau diam

Membuat anak saya bisa memahami

27 pelajaran sekolah adalah hal yang SS S TS STS

membingungkan

28 Saya tidak akan bingung jika anak saya

SS S TS STS kelelahan karena aktivitasnya

Saya merasa tidak bisa konsentrasi saat

29 bekerja ketika teringat perilaku hiperaktif SS S TS STS

anak saya

30 Walaupun anak saya suka menganggu saya

SS S TS STS tetap bisa berfikir dengan jernih

31 Saya dapat berkonsentrasi dengan baik saat SS S TS STS

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 75

anak saya terus mengajak berbicara

32 Tidur saya terganggu karena bermimpi buruk

SS S TS STS tentang anak saya

33 Saya tidak pernah bermimpi buruk sama

SS S TS STS sekali tentang anak saya

34 Saya pernah mimpi indah tentang anak saya

SS S TS STS padahal anak saya sedang sakit

35 Saya sulit untuk tidur karena terus

SS S TS STS memikirkan anak saya

36 Saya tidak bisa tidur ketika membayangkan

SS S TS STS masa depan anak saya

Saya selalu tidur larut malam karena selalu

37 memastikan anak saya sudah tidur atau SS S TS STS

belum

38 Saya bisa tidur walaupun anak saya tidak

SS S TS STS mau istirahat dari aktivitasnya

39 Tidur saya nyenyak walaupun anak saya

SS S TS STS tidak bisa tidur dengan tenang

40 Saya akan marah jika anak saya suka

SS S TS STS merusak mainan orang lain

41 Saat anak membuat berantakan rumah saya

SS S TS STS tidak akan marah

42 Saat anak menganggu pekerjaan saya hal

SS S TS STS tersebut tidak membuat saya marah

43 Saya sedih ketika orang lain bilang bahwa

SS S TS STS anak saya adalah penganggu

44 Saya tidak peduli walau ada orang yang

SS S TS STS mebicarakan kejelekan anak saya

45 Berada jauh dari anak membuat saya

SS S TS STS mondar-mandir karena memikirkannya

46 Ketika anak saya mendorong temannya lebih

SS S TS STS baik saya duduk manis

47 Saya suka ngomel (banyak bicara) ketika

SS S TS STS anak saya bertindak sembrono (sembarangan)

48 Saat anak saya tidak bisa fokus belajar SS S TS STS

76 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

biasanya saya banyak komentar

49 Saya acuh terhadap anak saya yang ngeyel SS S TS STS

50 Terlalu banyak kesalahan yang dilakukan

SS S TS STS anak membuat saya malas bicara kepadanya

Alpha Cronbach’s = 0,921 ; Sampel = 43 Orang

D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur

Melalui analisiss SPSS.20 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran

aitem gugur dan aitem shahih sebagai berikut :

Item Shohih Item Gugur

1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 14,

3, 9, 12, 13, 25, 27, 31, Item 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22,

34, 38, 39, 41, 46, 49, Pernyataan 23, 24, 26, 28, 29, 30, 32, 33,

50 35, 36, 37, 40, 42, 43, 44, 45,

47, 48

Jumlah 36 14

E. Penutup

Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Instrumen Skala Tingkat Kecemasan Orang Tua Anak Hiperaktif dapat

digunakan untuk khalayak umum untuk mengetahui seberapa tinggi

tingkat kecemasan pada orang tua yang memeliki anak berkepribadian

hiperaktif. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka

pengumpulan data karena reliabilitas instrumen 0,92, semkin

mendekati angka 1 maka semakin reliabel.

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 77

13. Instrumen Skala Kebahagiaan Pernikahan Pasangan Suami

Istri Setelah Menikah 5 Tahun di Kabupaten Gunungkidul Oleh: Efa Findriani ([email protected]) Profesional Judgement: Slamet, S.Ag, M.Si

A. Pengantar

Menurut Arikunto (2006:136) instrumen adalah alat atau fasilitas yang

digunakan penelitian dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih

mudah dan hasilnya lebih baik, sehingga mudah diolah. Strategi sendiri

terdiri atas sejumlah tujuan (makroskopik) atau sasaran, untuk mencapai

tujuan strategi dibutuhkan maneuver taktis tertentu.

Menurut John Gottman (1998) kebahagiaan pernikahan adalah

dambaan bagi semua pasangan suami istri. Keinginan tersebut dapat

terwujud jika dibarengi dengan usaha sungguh-sungguh dari pasangan

suami istri dan tanpa adanya upaya bersama maka kebahagiaan mustahil

dapat terwujud (digilib.uinsby.ac.id, 2007).

Penyusunan skala ini dimaksudkan untuk mengetahui kebahagiaan

pernikahan pasangan suami istri setelah menikah 5 tahun di kabupaten

Gunungkidul. Alasan di susunnya instrumen ini yaitu bermunculnya

fenomena banyaknya perceraian di kabupaten Gunungkidul. Berdasarkan

data Pengadilan Agama Wonosari, angka perceraian di Gunungkidul pada

tahun 2016 yaitu 1.303 kasus dan bulan September 2017 sudah terdapat

870 kasus perceraian yang tercatat di Pengadilan Agama Wonosari,

Gunungkidul (tribunjogja.com, 2017). Dari data tersebut maka instrumen

ini dimaksudkan untuk melihat seberapa bahagia pernikahan pasangan

suami istri setelah menikah 5 tahun sehingga dapat diketahui sebab

banyaknya kasus perceraian yang terdapat di Gunungkidul. Skala

kebahagiaan pernikahan ini disusun berdasarkan aspek-aspek kebahagiaan

pernikahan yang disajikan dalam bentuk indikator-indikator. Semakin

tinggi skor yang diperoleh subjek maka semakin tinggi kebahagiaan

pernikahan subjek.

B. Pengembangan Skala Psikologis

Kebahagiaan pernikahan pasangan suami istri setelah menikah 5 tahun

ini diukur berdasarkan skala kebahagiaan pernikahan dan disusun

berdasarkan teori John Gottman dengan aspek-aspek sebagai berikut :

1. Pengetahuan tentang pasangan. 2. Memelihara rasa suka dan kagum.

78 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

3. Saling mendekati. 4. Menerima pengaruh dari pasangan. 5. Kemampuan memecahkan masalah. 6. Menciptakan makna bersama.

No. Item

Variable Aspek Indikator Deskriptor

Jml Favora Unfav

ble orable

Mengetahui Hal

hal yang disukai 1,2 3,4 4

disukai dan pasangan

tidak

Hal tidak 5,6,7,8,1 9,10,

disukai disukai 9 2 11, 13

pasangan pasangan

Mengetahui ketakutan 14,15,16 18, 19, 8

ketakutan pasangan ,17 20, 21

dan stress

Stress 22, 23 24, 25 4

pasangan pasangan

Aspek

Mengetahui

pengeta

peristiwa

huan Peristiwa

penting

tentang penting 26, 27 28, 29 4 dalam Kebahagi pasanga pasangan

sejarah

aan n

pasangan

Pernikaha

Informasi

n

Memperba sesuai

30, 31 32, 33 4

harui fakta

informasi pasangan

sesuai fakta Informasi

dan

sesuai

37, 38,

perasaan 34,35,36 6

perasaan 39 pasangan

pasangan

Aspek

Dapat

berpikir

memelih Berpikir 40, 41, 43, 44,

postif 6

ara rasa positif 42 45 tentang

suka dan

pasangan

kagum

Percaya Saling 46, 47 48, 49 4

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 79

dengan percaya

pasangan

Aspek

Menjalin

hubungan Menjalin

saling

pernikahan hubungan 50, 51 52, 53 4

mendek

agar tetap baik

ati

baik

Aspek Memperti

meneri Memutuska mbangkan 54, 55 56, 57 4

ma n segala pendapat

pengaru sesuatu

Menyatuk

h dari bersama-

an 58, 59 60, 61 4

pasanga sama

pendapat

n

Dialog

memecah 62, 63 64, 65 4

kan

masalah

Aspek

Mengharg

Kemampua ai

kemamp

n impian/ha 66, 67 68, 69 4

uan

menyelesai rapan

memeca

kan pasangan

hkan

masalah

Saling

masalah 70, 71, 73, 74,

memaafka 6

72 75

n

Terbuka 76, 77,

pada 78 4

79

pasangan

Kemempua Spiritual

80, 81, 83, 84, 6

n 82 85

menciptaka

Aspek n

mencipt kehidupan

akan spriritual Arti 86, 87,

makna dan 89, 90 6

keluarga 88

bersama memahami

arti

keluarga

yang sudah

80 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

dibangun

Jumlah 45 45 90

C. Item Pernyataan dan Reliabilitas

No. Pernyataan Jawaban

1 Pasangan saya sering senyum ketika saya SS

S TS STS

memberikan apa yang dia inginkan

2 Ketika makan bersama, pasangan saya sering SS

S TS STS

memuji saya

3 Raut wajah pasangan saya cemberut ketika SS

S TS STS

saya beri saran

4 Mengetahui berbagai hal yang disukai STS

pasangan menurut saya tidak penting untuk SS S TS

membangun sebuah keluarga

5 Sekian lama menikah membuat saya STS

memahami berbagai hal yang tidak disukai SS S TS

oleh pasangan

6 Pasangan saya tetap setia walaupun melihat SS

S TS STS

kejelekan saya

7 Pasangan saya selalu memberikan solusi SS

S TS STS

pada kekurangan saya

8 Pasangan saya adalah orang yang penyabar SS

S TS STS

ketika melihat kejelekan saya

9 Saya sering ditinggalkan pasangan ketika SS

S TS STS

saya melakukan hal yang tidak disukainya

10 Pasangan saya adalah orang yang selalu STS

ingin melihat saya sempurna walaupun saya SS S TS

tidak mampu melakukannya

11 Saya selalu dimarahi pasangan ketika saya SS S TS STS

tidak sesuai keinginannya

12 Ketika pasangan saya merasa ketakutan saya SS

S TS STS

selalu menenangkannya

13 Saya akan mengancam pasangan jika tidak SS

S TS STS

menuruti apa yang saya katakana

14 Saya selalu merasa takut kehilangan SS

S TS STS

pasangan

15 Saya mengetahui hati pasangan saya selalu SS

S TS STS

merasa kawatir ketika saya keluar dari rumah

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 81

16 Pasangan saya tidak pernah takut kekurangan SS S TS STS

dalam hal ekonomi

17 Saya adalah orang yang optimis dengan SS S TS STS

kesuksesan masa yang akan datang

18 Pasangan saya adalah orang yang cemburuan SS S TS STS

19 Pasangan saya sering bermain tangan ketika SS S TS STS

kita sedang bertengkar

20 Pasangan saya adalah orang yang fobia SS S TS STS

ketinggian

21 Pasangan saya merupakan orang yang suka SS S TS STS

membentak-bentak

22 Ketika pasangan saya sedang diam dan STS

marah-marah saya selalu menenangkan serta SS S TS

menghiburnya

23 Ketika saya sedang banyak pikiran, pasangan STS

saya merupakan orang yang bisa memberi SS S TS

saran

24 Pasangan saya orang yang tidak peduli SS S TS STS

tentang apa yang sedang saya pikirkan

25 Pasangan saya merupakan orang yang suka SS S TS STS

marah-marah dan membosankan

26 Saya selalu mengingat tanggal pernikahan SS S TS STS

27 Setiap pasangan ulang tahun, saya selalu SS S TS STS

mengucapkan selamat kepadanya

28 Setiap ulang tahun pernikahan saya sering SS S TS STS

lupa

29 Ketika sedang menghadiri acara keluarga, SS S TS STS

pasangan saya tidak pernah ikut

30 Saya mengetahui pekerjaan serta kegiatan SS S TS STS

pasangan di luar rumah

31 Saya mengenal semua sahabat dekat SS S TS STS

pasangan saya

32 Saya tidak peduli dengan kondisi tubuh SS S TS STS

pasangan

33 Saya tidak pernah tahu kegiatan pasangan SS S TS STS

ketika di luar rumah

34 Saya selalu mencari tahu hal yang membuat SS S TS STS

pasangan marah

35 Saya sering bercanda ketika pasangan sedang SS S TS STS

82 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

galau

36 Ketika pasangan saya sedang marah-marah, SS S TS STS

saya lebih baik diam

37 Ketika saya tidak mood, pasangan saya SS S TS STS

hanya diam

38 Ketika pasangan sedang marah-marah saya SS S TS STS

ikut marah-marah

39 Saat pasangan sedang galau saya memilih SS S TS STS

meninggalkannya

40 Saya tidak pernah meng-check hp pasangan SS S TS STS

41 Saya percaya pasangan saya tidak akan SS S TS STS

selingkuh

42 Saya menerima kekurangan dan kelebihan SS S TS STS

pasangan

43 Menurut saya meng-check hp pasangan SS S TS STS

sangat penting

44 Ketika saya belum terbukti salah pasangan SS S TS STS

selalu menuduh yang tidak benar

45 Saya selalu diikuti pasangan kemanapun SS S TS STS

saya pergi

46 Menurut saya, curiga berlebihan dengan SS S TS STS

pasangan tidak penting

47 Ketika saya salah, pasangan saya tidak STS langsung menyalahkan saya tetapi mencari SS S TS

bukti terlebih dahulu

48 Saya mudah terbujuk orang lain mengenai SS S TS STS

isu jelek pasangan saya

49 Saya harus tahu semua hal yang dilakukan STS pasangan karena saya tidak bisa SS S TS

mempercayainya

50 Saya selalu mengucapkan kata mesra dengan SS S TS STS

pasangan sebelum tidur

51 Saya selalu menjaga komunikasi dengan baik SS S TS STS

dengan pasangan

52 Saya tidak pernah menanyakan kabar SS S TS STS

pasangan ketika tidak ada di rumah

53 Ketika emosi memuncak saya selalu SS S TS STS

mengucapkan kata cerai

54 Ketika memilih sesuatu saya selalu SS S TS STS

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 83

memutuskannya dengan melibatkan

pasangan

55 Saat memilih tempat tinggal saya bertanya STS

terlebih dahulu pada pasangan sesuai SS S TS

keinginannya

56 Menurut saya pendapat pasangan tidak STS

penting untuk memilih apa yang akan saya SS S TS

lakukan

57 Saya selalu mengacuhkan pendapat pasangan SS S TS STS

ketika memutuskan sesuatu

58 Ketika membeli sesuatu saya selalu SS S TS STS

berdiskusi dengan pasangan

59 Ketika membangun rumah pendapat saya SS S TS STS

dan pasangan dipadukan

60 Saya selalu menggunakan pendapat saya saja SS S TS STS

dalam menentukan berbagai hal

61 Pasangan saya merupakan orang yang egois SS S TS STS

62 Ketika menghadapi masalah saya selalu SS S TS STS

membicarakannya dengan pasangan

63 Pasangan saya merupakan partner diskusi SS S TS STS

yang tepat

64 Saya tidak pernah berdiskusi tukar pendapat SS S TS STS

ketika menghadapi masalah

65 Saya selalu menyelesaikan masalah sendiri SS S TS STS

tanpa melibatkan pasangan

66 Memberi dukungan pasangan dengan segala SS S TS STS

impiannya sangat penting bagi saya

67 Saat pasangan saya ingin berkarir saya SS S TS STS

mendukungnya

68 Pasangan saya merupakan orang yang SS S TS STS

ambisius dengan impiannya sendiri

69 Pasangan saya merupakan orang yang acuh SS S TS STS

dengan harapan masa depan saya

70 Saya selalu minta maaf ketika terjadi SS S TS STS

kesalahpahaman

71 Pasangan saya adalah orang yang murah hati SS S TS STS

72 Saya dan pasangan adalah orang yang tidak SS S TS STS

tahan dengan permusuhan

73 Saya dan pasangan saling tidak peduli ketika SS S TS STS

84 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

terjadi kesalahpahaman

74 Saya malu mengakui kesalahan kepada SS S TS STS

pasangan

75 Saya memilih keluar dari rumah daripada SS S TS STS

minta maaf ketika terjadi masalah

76 Ketika terjadi kesalahpahaman saya memilih SS S TS STS

mengalihkan pembicaraan

77 Saat saya melakukan kesalahan saya memilih SS S TS STS

menyembunyikan dengan pasangan

78 Saya menceritakan apa pun yang saya alami SS S TS STS

pada pasangan

79 Saya takut menceritakan kejelekan saya pada SS S TS STS

pasangan

80 Agama merupakan pondasi dalam rumah SS S TS STS

tangga

81 Pasangan saya selalu mengajak saya SS S TS STS

melakukan ibadah keagamaan

82 Ibadah lebih penting daripada sekedar SS S TS STS

mencari uang

83 Pasangan saya terlalu sibuk dengan SS S TS STS

kegiatannya sehingga lupa beribadah

84 Uang lebih penting daripada ibadah SS S TS STS

85 Saya selalu menunda beribadah saat waktu SS S TS STS

ibadah tiba

86 Sesibuk apapun saya selalu menyempatkan SS S TS STS

waktu dengan keluarga

87 Saya selalu makan bersama dengan keluarga SS S TS STS

88 Saya selalu meneteskan air mata ketika SS S TS STS

teringat keluarga

89 Pasangan saya merupakan orang yang tidak SS S TS STS

perhatian

90 Pasangan saya selalu makan di luar rumah SS S TS STS

Alpha Cronbach’s = 0,936 ; Sampel = 50

D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur

Melalui analisis SPSS 15 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran aitem

gugur dan aitem shahih sebagai berikut :

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 85

Item Shohih Item Gugur

5, 6, 7, 8, 11, 13, 15, 16, 17, 19, 1,2,3,4,9,10,1

20, 21, 23, 24, 25, 26, 28, 29, 30,

2,14,18,22,27 Item 31, 33, 38, 39, 41, 42, 44, 45, 46,

,32,34,35,36, Pernyataan 47, 48, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57,

37,40,43,49,5 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66,

0,67,70,71,80 68, 69, 72, 73, 74, 75, 78, 76, 77,

,87,88,90 79, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 89

Jumlah 63 27

E. Penutup

Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut :

1. Instrumen Skala Kebahagiaan Pernikahan Pasangan Suami Istri

Setelah Menikah 5 Tahun di Kabupaten Gunungkidul dapat digunakan

untuk khalayak umum untuk mengetahui seberapa tinggi kebahagiaan

pernikahan pasangan suami istri setekah menikah 5 tahun di kabupaten

Gunungkidul. 2. Instrumen ini dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka

pengumpulan data karena nilai Alpha Cronbach’s sudah mendekati

satu yaitu 0,936. Semakin mendekati indeks satu maka reliabilitasnya

semakin baik.

86 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

14. Instrumen Skala Tingkat Kepuasan Suami Terhadap Istri

Yang Berkarir Oleh: Monica ( [email protected] ) Profesional Judgement: Slamet, S.Ag

A. Pengantar

Menurut Gullota, Adams dan Alexander (Aqmalia, 2009)

menyatakan bahwa kepuasan pernikahan merupakan perasaan pasangan terhadap pasangannya mengenai hubungan pernikahannya. Hal ini

berkaitan dengan perasaan bahagia yang pasangan rasakan dari hubungan yang dijalani.

Adapun kepuasan pernikahan menurut Pinson dan Lebow (Rini

dan Retnaningsih, 2008) merupakan suatu pengalaman subjektif, suatu

perasaan yang berlaku, dan suatusikap dimana semua itu didasarkan

pada faktor dalam diri individu yang mempengaruhi kualitas yang

dirasakan dari interaksi dalam pernikahan. Hal tersebut sejalan dengan

pengertian Chapel dan Leigh (Sumpani, 2008) yang menyebut kepuasan

pernikahansebagai evaluasi subyektif terhadap kualitas pernikahan

secara keseluruhan. Arti kepuasan pernikahan menurut Clayton

(Ardhianita dan Andayani, 2004) merupakan evaluasi secara

keseluruhan tentang segala hal yang berhubungan dengan kondisi

pernikahan. Evaluasi tersebut bersifat dari dalam diri seseorang

(subyektif) dan memiliki tingkatan lebih khusus dibanding perasaan

kebahagiaan pernikahan.

Berdasarkan pengertian para tokoh diatas, peneliti

menyimpulkan bahwa kepuasan pernikahan adalah evaluasi subyektif

seseorang terhadap kualitas pernikahannya yang berhubungan erat

dengan perasaan bahagia terhadap pernikahaannya.Oleh karena itu, saya

selaku penulis ingin mengetahui Tingkat Kepuasan Suami Terhadap

Istri Yang Berkarir dengan melakukan uji coba instrumen ini terhadap

berbagai responden dengaan istri yang berkarir.

B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis

Aspek-aspek yang digunakan dalam menentukan gambaran kepuasan pernikahan subyek, mengacu pada teori Robinson dan Blanton (2003) yang mengemukakan beberapa faktor terpenting dalam sebuah pernikahan yang memuaskan, antara lain: a. Keintiman

b. Komitmen c. Komunikasi

d. Kongruensi e. Keyakinan Beragama

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 87

No. Item

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

Jml Favora Unfavo

ble able

Seksual 4,29 38 3

Fisik

Keinti

Bentuk 37 39 2

Tubuh man

Emosiona Pemikiran 44 45 2

l

Perasaan 3,30 48 3

Kematang Jujur 47,35 8 3

an

Terbuka 1,28 46 3

Hubungan Komit

Mengenal

men

7 22,32 3

Penyesuai Pasangan

an Diri

Memahami 17,18,27 23 4

Pasangan

Diskusi 2,5 9,20 4

Berbagi Bersama

Pikiran

Komu

Menerima 21,26 11,33 4

Pendapat

nikasi

Kepuasan Berbagi

Rasa Cinta 14,34 13 3

Perkawin

Kasih

Perasaan 15 10 2

an

Sayang

Kelebihan 19,41 49 3

Persepsi Pasangan

Kekuatan

Kekuatan 44 43 2

Hubungan Kongr

Kekuranga

uensi

40 12 2

Persepsi n Pasangan

Kelemaha

Kenyamana

n n 50 24 2

Hubungan

Pengamala 36 51 2

n nilai

Keyak Spiritual

Penerapan 42 25 2

inan

Norma Beraga

Ibadah

ma

6 16 2

Ibadah Bersama

Tanggung 53 52 2

88 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

Jawab

Ibadah

Jumlah 30 23 53

C. Item Pernyataan dan Reliabilitas

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Saya mendapat kepuasan saat berhubungan

SS S TS STS

seksual dengan pasangan

Saya dan pasangan berbicara secara terbuka

2. mengenai permasalahan seksual yang kami SS S TS STS

alami

3. Hubungan seksual yang kami lakukan hanya

SS S TS STS

sekedar rutinitas saja

4. Saya menyukai pasangan saya apa adanya SS S TS STS

5. Saya selalu berpikir positif mengenai pasangan

SS S TS STS

saya

6. Saya menyukai pasangan saya karena parasnya SS S TS STS

7. Terkadang saya berpikir negatif tentang

SS S TS STS

lingkungan kerja pasangan

8. Saya kecewa terhadap keputusan pasangan saya

SS S TS STS

untuk tetap berkarir

9. Saya bahagia telah menikah dengan pasangan

SS S TS STS

saya

10. Secara keseluruhan, saya puas dengan

SS S TS STS

kehidupan perkawinan saya

11. Saya tidak dapat sepenuhnya percaya dengan

SS S TS STS

pasangan

12. Pasangan saya tidak pernah membohongi saya SS S TS STS

13. Saya tidak pernah curiga kepada pasangan saya SS S TS STS

14. Saya menceritakan segala yang saya alami

SS S TS STS

kepada pasangan

15. Saya dan pasangan berkomitmen untuk

SS S TS STS

mengatur perekonomian secara bersama-sama

16. Pasangan saya jarang menceritakan masalah

SS S TS STS

pekerjaan dengan saya

17. Saya menyesal telah menikah dengan pasangan

SS S TS STS

pasangan saya

18. Saya kurang bisa membaur dengan keluarga SS S TS STS

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 89

pasangan

19. Pasangan saya memiliki hubungan baik dengan

SS S TS STS keluarga besar saya

20. Saya sangat mengerti keadaan pasangan saya SS S TS STS

21. Saya mampu memahami pasangan dengan baik SS S TS STS

22. Saya mendukung segala aktivitas pasangan saya SS S TS STS

23. Saya kurang bisa menerima pasangan saya yang

SS S TS STS berkarir

24. Saya sering berdiskusi membicarakan masalah

SS S TS STS keluarga dengan pasangan

25. Saya dapat bekerjasama dengan baik bersama

SS S TS STS pasangan

26. Saya dan pasangan seringkali tidak menemukan

SS S TS STS titik terang atas masalah yang kami hadapi

27. Kami sulit menemukan kesepakatan saat

SS S TS STS berdiskusi

28. Saya sering tidak bisa memahami jalan pikiran

SS S TS STS pasangan saya

29. Saya sering bertengkar dengan pasangan perihal

SS S TS STS perekonomian keluarga

30. Saya melakukan segala sesuatu atas kesepakatan

SS S TS STS bersama

31. Kami sering membicarakan konflik yang terjadi

SS S TS STS dalam rumah tangga saya secara baik-baik

32. Saya sering jalan berdua dengan pasangan SS S TS STS

33. Saya sangat mencintai pasangan saya SS S TS STS

34. Kehidupan pernikahan saya terasa

SS S TS STS membosankan

35. Pasangan saya kurang memperhatikan

SS S TS STS kebutuhan saya

36. Semenjak pasangan bekerja, saya tidak lagi

SS S TS STS menemukan sisi kelembutan pada diri pasangan

37. Saya mendapatkan kasih sayang yang cukup

SS S TS STS dari pasangan

38. Pasangan saya melakukan tugas dan tanggung

SS S TS STS jawabnya dengan baik

39. Saya mengerti betul kelebihan yang dimiliki

SS S TS STS pasangan saya

40. Saya mendukung prinsip yang dipegang oleh SS S TS STS

90 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

pasangan untuk mempertahankan hubungan

41. Saya menerima segala kekurangan pasangan

SS S TS STS saya

42. Saya tidak menemukan prinsip yang kuat yang

SS S TS STS ada pada diri pasangan

43. Saya dan pasangan masih bingung mengenai

SS S TS STS cara mengatur keuangan

44. Saya merasa lebih nyaman ketika pasangan

SS S TS STS berada dirumah

45. Saya kurang nyaman dengan kesibukan

SS S TS STS pasangan

46. Saya dan pasangan mampu mengamalkan nilai

SS S TS STS agama dalam rumah tangga saya

47. Saya merasa terganggu ketika pasangan saya

SS S TS STS membawa rekan kerjanya kerumah

48. Saya dan pasangan mampu menerapkan norma

SS S TS STS agama dalam hubungan saya

49. Saya dan pasangan rajin menghadiri kegiatan

SS S TS STS keagamaan

Saya tersinggung ketika pasangan

50. membandingkan gaji yang diperolehnya dengan SS S TS STS

nafkah yang saya berikan

51. Pasangan saya mampu mengatur waktu

SS S TS STS Ibadahnya dengan baik

52. Saya jarang melaksanakan Ibadah bersama

SS S TS STS pasangan

Saya tidak suka jika kesibukan pasangan

53. membuatnya lalai akan tanggungjawab SS S TS STS

Ibadahnya

Alpha Cronbach’s = 0,932; Sampel = 35 Orang

D. Klasifikasi Item Shahih dan Item Gugur

Melalui analisiss SPSS.20 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran aitem

gugur dan aitem shahih sebagai berikut :

Item Shohih Item Gugur

2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 1, 4, 17, 47, 52

Item 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26,

Pernyataan 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37,

38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 49, 50,

51, 53

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 91

Jumlah 48 5

E. Penutup

Instrumen ini dibuat untuk mengukur tingkat kepuasan suami terhadap

istri yang berkarir. Dari hasil uji coba tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat kepuasan yang diperoleh suami terhadap istri yang berkarir serta

ada pula yang tidak puas atas aktivitas berkarir istrinya. Berdasarkan uji coba terhadap subjek yang dilakukan, dapat

disimpulkan bahwa Instrumen Skala Tingkat Kepuasan Suami Terhadap Istri yang berkarir dapat digunakan untuk khalayak umum, dikarenakan

memiliki tingkat reliabilitas yang mendekati angka1, yakni 0,932.

92 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

15. Instrumen Skala Tingkat Stres Ibu Karir dalam Pengasuhan Anak Oleh: Isna Sholihaturrahmaniah ( [email protected] ) Profesional Judgement: Slamet, S. Ag., M. Si.

A. Pengantar

Instrumen merupakan sebuah alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab

permasalahan dalam penelitian. Instrumen yang penulis buat bertujuan

untuk mengukur tingkat stres yang dialami ibu karir dalam mengasuh

anak.

Pemilihan variabel didukung oleh fenomena yang terjadi dalam

kehidupan sehari-hari, yaitu banyaknya wanita yang menjalankan dua

kewajiban pokok sekaligus, di tempat kerja dan di rumah. Para wanita

yang sudah mempersiapkan dan mempertimbangkan segala keputusan

dalam hidupnya bisa jadi tidak merasa terbebani dengan tugas-tugas ini.

Namun tidak sedikit wanita karir yang terbebani bahkan merasa stres

dengan kewajiban-kewajiban yang harus dikerjakannya sebagai pekerja

dan ibu dari anak-anaknya.

Harapannya, instrumen ini dapat mengungkap tingkat stres para ibu

karir sehingga mereka dapat belajar lebih bijak dalam menangani

permasalahan dalam hidupnya terutama yang berkaitan dengan

pengasuhan anak. Karena pada dasarnya tidak ada ibu yang tidak

mencintai anaknya, yang sering terjadi adalah perbedaan cara orangtua

dalam mengungkapkan cintanya. Cara mengungkapkan rasa cinta yang

tidak tepat dapat menjadi boomerang bagi orang tua sendiri. Hal ini

yang sering menjadi penyebab stresnya para orangtua dalam pengasuhan

anak.

B. Pengembangan Skala Instrumen Psikologis

Stres didefinisikan dengan gangguan kekacauan mental dan

emosional yang disebabkan oleh faktor dari luar. Kualitas peran dan

interaksi antara anak dengan orangtua di dalam kepengasuhan sangat

mempengaruhi tingkat stres yang dialami para orangtua.

Variabel instrumen ini adalah tingkat stres ibu karir dalam

pengasuhan anak dengan empat aspek yang diperhatikan, yaitu aspek

orang tua, aspek anak, aspek hubungan disfungsi orang tua dengan anak,

dan hubungan disfungsi orang tua dengan pengasuh pengganti. Setiap

aspek akan digambarkan dengan indikator yang lebih spesifik. Semakin

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 93

tinggi skor yang didapatkan menunjukkan semakin tinggi/rendahnya

tingkat stres yang dialami tester.

No Item

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

Jml Favor Unfav

able orable

Praktek

mengurus 1, 2 3, 4 4

anak

Kemampu Kemampuan

an mengajarkan 5, 6 7, 8 4

mengurus hal-hal baru

anak

Kemampuan

mengendalik 10 9 2

an perilaku

anak

Memahami

tata cara 11, 12, 14, 15, 6

mengasuh 13 16

Pengetahu anak

an dalam Informasi

Tingkat pengasuh tentang pola 18, 19 17 3

Orang an asuh

stres ibu

tua

Referensi

karir

dalam 22, 23 20, 21 4

pengasuhan

Hubungan 24, 25, 27, 28,

dengan 6 26 29

keluarga

Hubungan

dengan rekan 31 30, 32 3

Hubungan kerja

sosial

Hubungan

dengan rekan 34 33, 35 3

komunitas Hubungan

37, 39, 36, 38,

dengan 6

41 40 tetangga

Kesehatan

Fisik 43 42 2

Mental 45 44 2

94 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

Kemampuan

beradaptasi

Kemampu

terhadap 47 46 2

perubahan

an

lingkungan

beradapta

Kemampuan

si

beradaptasi

48 49 2

terhadap

keadaan fisik

Permintaan 50 51 2

anak Tuntutan

Anak

kepada

menginginka 52 53 2

orangtua n perhatian

Kemandirian 54 55 2

Anak

Anak

memiliki ciri 56

1

khas

Mood Hobi anak 58 57 2

Perubahan

suasana hati 60 59 2

anak

Aktif di

depan 61 1

orangtua

Aktif di

Keaktifan

depan orang 62 63 2

lain

Orangtua

menerima 64 1

keaktifan

anak

Hubung

Orangtua

senang jika

an

65 66 2 Kedekata dekat dengan

disfungs

n anak

ional

emosional

Intensitas

anak

bertemu 67 68 2

dengan

dengan anak

orangtua

Penerima Penerimaan

69, 70 2

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 95

an orangtua

orangtua terhadap

keadaan anak

Harapan

orangtua 71 1

kepada anak

Komunikasi

Kedekata orangtua 72

1

n dengan guru

di sekolah

Hubung

Intensitas

bertemu

an

dengan

73

1

disfungs

pengasuh

ional

pengganti

orangtua

Penerimaan

dengan

Penerima orangtua

pengasu

an terhadap 74

1

h

orangtua pengasuh

penggan

pengganti

ti

Harapan

orangtua

terhadap 75 1

pengasuh

pengganti

Jumlah 37 38 75

C. Item Pernyataan dan Kategorisasi

No Pernyataan Jawaban

1.

Saya dapat memenuhi kebutuhan anak SS S

TS STS

dengan mudah.

2.

Saya senang ketika anak meminta bantuan SS S

TS STS

kepada saya daripada kepada orang lain.

3. Saya risih ketika anak buang air. SS S TS STS

4. Saya kesulitan memandikan anak. SS S TS STS

5.

Saya sering mengajak anak melakukan SS S

TS STS

kegiatan yang belum pernah dilakukan.

96 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

6. Saya tidak pernah mencerca anak ketika

SS S TS STS melakukan kesalahan.

7. Saya melarang anak untuk melakukan

SS S TS STS kegiatan yang menantang.

8. Saya merasa kesulitan menerapkan

SS S TS STS pembelajaran seperti di sekolah anak.

9. Saya panik ketika anak tantrum. SS S TS STS

10. Saya sering membuat kesepakatan dengan

SS S TS STS anak sebelum pergi ke tempat umum.

11. Saya sangat memperhatikan ucapan saya

SS S TS STS sebelum berbicara kepada anak.

12. Saya membiarkan anak melakukan kegiatan

SS S TS STS yang disenanginya.

13. Saya selalu konsisten menerapkan peraturan

SS S TS STS kepada anak.

14. Saya tidak terbiasa mengasuh anak seorang

SS S TS STS diri.

15. Saya kurang pandai mengatur waktu untuk

SS S TS STS mengasuh anak.

16. Ketika anak rewel, saya sering memberinya

SS S TS STS gadget.

Saya jarang menghadiri acara parenting di

17. sekolah anak karena pekerjaan sering kali SS S TS STS

tidak bisa ditinggalkan.

18. Saya sering membaca buku atau majalah

SS S TS STS tentang parenting.

19. Saya sering browsing tentang parenting di

SS S TS STS internet.

20. Saya melakukan pengasuhan berdasarkan

SS S TS STS pengalaman orang tua saya.

21. Saya jarang membaca petunjuk penggunaan

SS S TS STS mainan anak.

22. Saya melakukan konsultasi parenting kepada

SS S TS STS konselor/psikolog.

23. Saya selalu memperhatikan komposisi SS S TS STS

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 97

makanan anak.

24.

Saya sering mengunjungi saudara besama SS S TS STS

anak saya.

Setiap hari saya dan suami selalu

25. menyempatkan berdiskusi tentang kegiatan SS S TS STS

anak.

26.

Saya menerapkan peraturan yang sama SS S TS STS

dengan suami dalam pengasuhan anak.

Saya tidak suka ketika ibu/saudara saya

27. mencampuri pengasuhan yang saya terapkan SS S TS STS

kepada anak.

28.

Saya sering berdebat dengan suami ketika SS S TS STS

anak tantrum.

29.

Saya memiliki peran yang lebih besar dalam SS S TS STS

mengurus anak daripada suami.

30.

Saya memiliki banyak kegiatan di luar SS S TS STS

pekerjaan bersama rekan rekan kerja.

31.

Saya sering berbagi info pengasuhan dengan SS S TS STS

rekan kerja.

32.

Saya merasa kerepotan ketika harus SS S TS STS

membawa anak ke tempat kerja.

33.

Walaupun lembur bekerja, saya selalu SS S TS STS

menyempatkan hadir di acara komunitas.

Saya sering membawa anak ke acara

34. komunitas dan membiarkan anak bermain SS S TS STS

dengan anak anak yang ada di sana.

35.

Saya sering membujuk anak untuk mengikuti SS S TS STS

kegiatan komunitas saya hingga usai.

36.

Saya tidak suka ketika anak saya bergaul SS S TS STS

dengan anak anak tetangga yang nakal.

37.

Saya selalu mendampingi anak bermain di SS S TS STS

lingkungan rumah.

38.

Saya akan melarang anak keluar rumah jika SS S TS STS

ia mendapatkan kosa kata “kotor”

39. Saya sering mengobrol dengan tetangga SS S TS STS

98 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

tentang pengasuhan anak.

Saya akan memarahi anak anak tetangga

40. yang bermain di dalam rumah dengan kaki SS S TS STS

kotor.

41. Saya sering mengajak ibu ibu di lingkungan

SS S TS STS

rumah untuk bermain dengan anak anak.

42. Tenaga saya terkuras habis untuk bekerja. SS S TS STS

43. Ketika saya sakit, saya memberi pengertian

SS S TS STS

kepada anak untuk tidak rewel.

Pekerjaan yang sangat menguras energi saya

44. membuat saya kadang marah dengan tingkah SS S TS STS

laku anak.

Setelah pulang kerja, saya selalu

45. membersihkan diri agar pikiran menjadi SS S TS STS

segar.

Saya tidak mengizinkan orang lain

46. menggendong anak saya kecuali keluarga SS S TS STS

dan gurunya.

47. Saya sering menyuruh anak untuk

SS S TS STS

memperkenalkan diri di depan orang baru.

Saya mampu mengajarkan anak untuk

48. menerima jenis kelaminnya dan dapat SS S TS STS

bersikap sesuai dengan jenis kelaminnya.

Saya pusing menghadapi anak ketika ia

49. merasa minder dengan keadaan fisiknya SS S TS STS

(misal, rambut keriting atau kulit gelap).

50. Saya dapat mengendalikan permintaan anak. SS S TS STS

51. Saya sering menunda permintaan anak

SS S TS STS

dengan janji janji palsu.

52. Saya selalu memberi pujian kepada anak

SS S TS STS

setiap anak pamer hasil kreasinya di sekolah.

53. Saya sering tidak fokus ketika berbicara

SS S TS STS

dengan anak.

54. Saya selalu memberi reward ketika anak

SS S TS STS

membereskan mainannya setelah selesai

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 99

bermain.

55.

Saya membiarkan anak menaruh pakaian SS S

TS STS

kotor di sembarang tempat.

56.

Saya tidak pernah memaksakan keinginan SS S

TS STS

saya kepada anak.

57.

Saya tidak memberikan batas waktu SS S

TS STS

penggunaan gadget kepada anak.

58.

Saya selalu membelikan mainan edukasi SS S

TS STS

kepada anak.

59. Saya mengizinkan anak membolos sekolah. SS S TS STS

60.

Saya dapat membuat anak tenang ketika ia SS S

TS STS

merasa takut.

61.

Saya selalu mendengarkan dan menanggapi SS S

TS STS

cerita yang diungkapkan anak.

62.

Saya bangga ketika anak menunjukkan SS S

TS STS

kemampuannya di depan banyak orang.

63.

Saya akan memarahi anak ketika ia membuat SS S

TS STS

temannya menangis..

64.

Saya sering menasihati anak agar tidak SS S

TS STS

terlalu aktif di tempat umum.

65.

Saya menjadwalkan liburan bersama anak SS S

TS STS

dan suami di saat weekend.

66.

Saya merasa risih ketika anak ingin terus SS S

TS STS

bersama saya.

67.

Saya selalu menyempatkan bermain bersama SS S

TS STS

anak setelah pulang kerja.

68.

Saya selalu pergi bekerja sebelum anak SS S

TS STS

bangun tidur.

69.

Kadang saya merasa kesal atas tingkah laku SS S

TS STS

anak.

70.

Saya merasa malu ketika orang lain SS S

TS STS

melaporkan sikap buruk anak kepada saya.

71.

Saya selalu menyesuaikan harapan saya SS S

TS STS

dengan potensi dan kemampuan anak.

100 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

Setiap hari saya menanyakan perkembangan

72. anak saya di sekolah kepada guru meskipun SS S TS STS

tidak bertatap muka.

73. Saya jarang menghadiri pertemuan wali

SS S TS STS murid di sekolah.

Saya menyadari perbedaan kemampuan

74. antara saya dengan guru dalam mengasuh SS S TS STS

anak.

Kadang saya merasa pengasuhan guru di

75. sekolah tidak seoptimal pengasuhan yang SS S TS STS

saya inginkan.

Alpha Cronbach’s = 0,824 ; Sampel = 34 Orang

D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur Melalui analisiss SPSS.20 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran aitem

gugur dan aitem shahih sebagai berikut :

Item Shohih Item Gugur

4, 5, 7, 8, 15, 16, 1, 2, 3, 6, 9, 10, 11, 12, 13,

Item 17, 18, 23, 25, 37, 14, 19, 20, 21, 22, 24, 26, 27,

41,

42, 44, 49, 52, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, Pernyataan

53, 57, 60, 61, 65, 36, 38, 39, 40, 43, 45, 46, 47,

66, 67, 69, 70, 72, 48, 50, 51, 54, 55, 56, 58, 59,

73 62, 63, 64, 68, 71, 74, 75

Jumlah 27 48

E. Penutup

Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Instrumen Skala Tingkat Stres Ibu Karir dalam Pengasuhan Anak

dapat digunakan oleh khalayak umum untuk mengetahui tingkat

stress ibu karir dalam mengasuh putra-putrinya. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka

pengumpulan data karena reliabilitas instrumen hampir mendekati

angka 1 yaitu 0,824

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 101

BIDANG PRIBADI, SOSIAL

DAN KEAGAMAAN

102 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

1. Instrumen Skala Tingkat Kesopanan Mahasiswa terhadap Norma

yang Berlaku di UIN Sunan Kalijaga Oleh: Amalia Desti Puspitasari ([email protected]) Profesional Judgement : Slamet, S.Ag, M.Si

A. Pengantar

Sebelum melaksanakan penelitian tentu ada beberapa informasi

yang harus digali lebih jauh dan mendalam. Peneliti harus mengetahui

secara detail tentang informasi subjek yang akan diteliti. Untuk itu perlu

adanya beberapa metode untuk mendapatkan informasi secara

mendalam. Misalnya, dengan menggunakan instrument, instrument ini

digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat kesopanan

mahasiswa terhadap norma yang berlaku dalam lingkungan kampus

maupun luar kampus.

Setiap mahasiswa pasti mempunyai latar belakang yang

berbeda. Ada yang mempunyai nilai kesopanan yang tinggi baik

dimasyarakat maupun dikeluarga, namun ada juga yang mempunyai

nilai kesopanan yang rendah hal itu tentu sangat mungkin terjadi pada

siapa saja. Hal tersebut bisa dipengaruhi karena faktor orang tua, dan

lingkungan. Apabila orang tua itu sudah membiasakan anaknya sejak

dini untuk bersikap sopan santun maka tentu ia akan terbiasa sampai ia

dewasa. Sebaliknya apabila sejak dini si anak tidak diajarkan sopan

santun maka kelak ia akan menjadi orang yang brutal dan tidak tau

bagaimana semestinya memperlakukan dan menghargai orang dengan

baik.

Semua itu tergantung dari bagaimana pola asuh orang tua dan

juga pengaruh lingkungan masyarakat. Disisi lain,ada banyak faktor

yang memicu terjadinya tingkat kesopanan seseorang itu tinggi maupun

rendah. Salah satunya bisa dipengaruhi oleh faktor internal dan

eksternal.

Maka dari itu instrument ini dibuat untuk mengetahui seberapa

jauh atau seberapa tinggi seorang mahasiswa menjunjung tinggi nilai

kesopanan terhadap norma yang berlaku baik di lingkungan kampus

maupun masyarakat. Dengan adanya instrument ini diharapkan mampu

membantu orang tua, guru dan masyarakat dalam mendidik anaknya

tentang kesopanan kepada semua orang.

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 103

B. Perkembangan Instrument Skala Psikologis

Dalam KBBI dijelaskan yang dimaksud dengan kesopanan

adalah kehalusan baik (budi bahasanya, tingkah lakunya.) Pendapat lain

mengatakan bahwa kesopanan adalah tatacara, adat, atau kebiasaan

yang berlaku dalam masyarakat. Kesopanan merupakan perilaku yang

ditetapkan dan disepakati bersama oleh suatu masyarakat tertentu

sehingga kesopanan sekaligus menjadi prasyarat yang disepakati oleh

perilaku sosial. Oleh karena itu, kesopanan ini biasa disebut “tata

karma”.

Menurut Zamzani, dkk. (2010: 2) kesopanan (politeness)

merupakan perilaku yang diekspresikan dengan cara yang baik atau

beretika. Kesopanan merupakan fenomena kultural, sehingga apa yang

dianggap sopan oleh suatu kultur mungkin tidak demikian halnya

dengan kultur yang lain.

Menurut Rahardi (2005: 35) penelitian kesopanan mengkaji

penggunaan bahasa (language use) dalam suatu masyarakat bahasa

tertentu. Masyarakat tutur yang dimaksud adalah masyarakat dengan

latar belakang situasi sosial dan budaya yang mewadahinya. Adapun

yang dikaji di dalam penelitian kesopanan adalah segi maksud dan

fungsi tuturan

Menurut Chaer (2010: 10) secara singkat dan umum ada tiga

kaidah yang harus dipatuhi agar tuturan kita terdengar sopan oleh

pendengar atau lawan tutur kita. Ketiga kaidah itu adalah (1) formalitas

(formality), (2) ketidaktegasan (hesistancy) dan (3) kesamaan atau

kesekawanan (equality or camaraderie). Jadi menurut Chaer (2010: 11)

dengan sebuah tuturan disebut sopan kalau ia tidak terdengar memaksa

atau angkuh, tuturan itu memberi pilihan tidakan kepada lawan tutur,

dan lawan tutur itu menjadi senang.

Berdasarkan teori-teori tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

kesopanan adalah suatu perilaku manusia yang mencerminkan tentang

baik buruknya manusia yang terdiri dari beberapa aspek yaitu sikap,

peran orang tua dan interaksi sosial. Kesopanan sudah menjadi tradisi

yang temurun-temurun bagi masyarakat yang digunakan untuk

menghormati antar sesama manusia, terutama untuk menghormati orang

yang lebih tua. Kesopanan mengajarkan kita untuk berperilaku yang

baik dan bertutur kata yang baik dan layak bagaimana semestinya

menghargai orang itu.

104 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

Item

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

Jml Favora Unfavora

ble ble

Bahasa 1, 66 11, 24 4

yang baik

dan santun.

Mudah 60 31 2

Bahasa dimengerti.

Tidak 3, 67 54 3

bertele-tele

dalam

berbicara.

Mampu 34, 68 50 3

menghargai

dirinya

sendiri.

Sikap

Selalu 4, 7, 33, 2, 8, 9, 15

bersikap 57 43, 14,

Perilaku

sopan 15, 23,

Tingkat

dimanapun.

38, 61,

Kesopana 64, 65

n

Mempunya 5, 36, 12 5

Mahasiwa i toleransi 41, 48

yang tinggi

terhadap

orang lain.

Selalu 10, 19 6,13 4

menyapa

Ramah orang lain.

Ceria suka 32 58, 62 3

bergurau.

Pembiasaan 40,42, 37 3

Pola Asuh

diri yang 46, 69

baik sejak

Peran

usia dini.

Orang

Pemberian 51 53 2 Tua

dukungan

Motivasi

spiritual,

moral, dan

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 105

material.

Orang tua 18 55,63 3

Pengawas senantiasa

an memantau

anaknya.

Hubungan 21, 22, 20, 27, 47 7

yang 39, 49

Keluarga terjalin

dalam

keluarga.

Pergaulan 29, 59 16, 25, 6

Interak Teman dengan 35, 56

si Sebaya lingkungan

sosial sekitar

Hubungan 17, 28, 26, 30, 52 7

antara 44, 45

Masyarak dirinya

at dengan

masyarakat

sekitar.

Jumlah 35 35 70

C. Item Pernyataan.

No. Pernyataan Jawaban

1. Saya terbiasa berbicara dengan bahasa yang

SS S

TS STS

baik dan santun.

2. Terkadang saya malas jika orang tua saya

SS S

TS STS

menyuruh saya untuk mengambilkan sesuatu.

3 Saya lebih suka berbicara to the point SS S TS STS

4. Saya selalu menggunakan pakaian yang rapih

SS S

TS STS

kemanapun saya pergi

5. Meskipun saya pintar saya selalu menghargai

SS S

TS STS

usaha orang lain

6. Jika bertemu orang tua di sekitar rumah saya

SS S

TS STS

lebih suka diam.

7. Sebelum dan sesudah makan saya selalu

SS S

TS STS

membiasakan diri untuk berdoa.

8. Jika di kampus saya lebih sering SS S TS STS

106 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

menggunakan kaos dan baju seadanya.

Terkadang saya sering menggunakan bahasa

9. yang tinggi ketika berbicara dengan orang SS S TS STS

tua.

10. Saya selalu memanggil nama teman saya jika

SS S TS STS

bertemu di kampus.

11. Jika saya kaget, saya biasa mengungkapkan

SS S TS STS

kata-kata kasar.

Saya tidak suka apabila mengerjakan tugas

12. kelompok teman saya hanya mngerjakan apa SS S TS STT

adanya.

13. Saya lebih suka diam atau pura-pura tidak

SS S TS STS

lihat dari pada harus menyapa teman saya.

Jika saya mendengar adzhan saya selalu

14. menghentikan segala aktifitas saya dan SS S TS STS

mendahulukan solat.

Saya sering kesal jika saya berbicara dengan

15. orang yang tidak berpendidikan (tukang ojek, SS S TS STS

tukang becak)

Saya jarang mempunyai teman karena saya

16. pendiam, acuh +tak acuh dan tidak mau SS S TS STS

bergabung dengan yang lain.

Jika saya tersesat di jalan, saya biasa

17. bertanya dengan lingkungan masyarakat SS S TS STS

sekitar.

18. Orang tua saya sering mengabaikan saya jika

SS S TS STS

tidak pulang kerumah.

19. Saya sering tersenyum, jika bertemu dengan

SS S TS STS

orang.

20. Saya sering menggunakan bahasa yang tinggi

SS S TS STS

ketika berbicara dengan orang tua.

Orang tua saya selalu mengajarkan rasa

21. kepedulian dan kasih sayang antar antar SS S TS STS

sesama keluarga.

22. Jika orang tua saya meminta bantuan maka

SS S TS STS

saya segera membantunya.

23. Terkadang saya lupa mengucapkan

SS S TS STS

terimakasih kepada teman saya.

24. Jika saya sedang berkumpul dengan teman

SS S TS STS

terkadang saya sering menggunakan bahasa-

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 107

bahasa kasar.

25.

Saya sering menjatuhkan orang lain didepan SS S TS STS

orang banyak.

Jika di depan rumah ada banyak orang tua

26. kumpul saya lebih baik menunggu orang itu SS S TS STS

pergi dulu.

27. Saya selalu menghormati orang tua saya. SS S TS STS

Apabila tetangga saya ada yang merayakan

28.

hari raya (natal,dll) saya selalu berkunjung SS S TS STS

kerumah beliau untuk menghargai satu sama

lain dan menjalin tali silaturahmi.

Apabila teman saya meminta bantuan kepada

29. saya, saya sebisa mungkin untuk segera SS S TS STS

menolongnya.

30.

Saya malas jika ikut acara muda-mudi di SS S TS STS

desa saya.

31.

Saya sering marah jika ada orang yang tidak SS S TS STS

paham dengan apa yang saya bicarakan.

32.

Jika berkumpul dengan teman saya suka SS S TS STS

melawak dan mencairkan suasana.

33.

Saya selalu mengucapkan salam ketika SS S TS STS

hendak memasuki ruangan atau bertamu.

34.

Saya selalu bersyukur terhadap nikmat yang SS S TS STS

diberikan Tuhan untuk saya.

35.

Saya sering mengabaikan teman saya jika ia SS S TS STS

membutuhkan batuan.

36.

Saya lebih suka mengerjakan tugas bersama- SS S TS STS

sama dari pada sendirian.

37.

Orang tua saya sering berkata kasar kepada SS S TS STS

saya.

38.

Saya suka menggunakan kaos kemanapun SS S TS STS

saya pergi walaupun itu acara formal.

39.

Saya lebih suka kumpul dengan keluarga dari SS S TS STS

pada keluyuran malam

40.

Orang tua saya selalu mengingatkan saya SS S TS STS

untuk berbagi antar sesama.

Jika dalam perjalanan saya melihat orang

41. yang kesusahan maka saya langsung bantu SS S TS STS

(motor mogok)

42. Jika saya hendak pergi, saya selalu pamit SS S TS STS

108 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

dulu ke orang tua.

43. Saya sering malas apabila saya harus minta

SS S TS STS

maaf duluan.

Saya senang jika saya bermain ke rumah

44. teman saya, saya diajak mengobrol oleh SS S TS STS

orang tuanya.

45. Saya sering terlibat aktif dalam acara

SS S TS STS

kemasyarakatan.

46. Orang tua saya selalu membiasakan saya

SS S TS STS

untuk mengucapkan kata terimakasih

47. Saya sering berbohong kepada orang tua saya

SS S TS STS

demi kesenangan saya sendiri.

Saya senang mendengarkan curhatan dari

48. teman saya yang sedang mempunyai banyak SS S TS STS

masalah.

49. Saya selalu menanyakan kabar orang tua saya

SS S TS STS

lewat telpon walaupun sudah jauh.

50. Terkadang saya menganggap bahwa diri saya

SS S TS STS

bodoh dan tidak bisa berbuat apa-apa.

Orang tua saya selalu mendukung,

51. memotivasi saya dalam belajar dan

SS S TS STS

membimbing saya dalam bidang keagamaan

supaya saya menjadi orang yang baik.

52. Saya malu dan bingung jika ada ibu-ibu/

SS S TS STS

bapak-bapak di depan saya.

53. Orang tua saya selalu cuek dan tidak peduli

SS S TS STS

dengan saya.

54. Saya suka berbicara tidak penting dan

SS S TS STS

bertele-tele dengan dosen saya.

Jika dirumah saya berkata kasar didepan

55. orang tua saya, orang tua saya hanya SS S TS STS

membiarkan saja.

56. Saya sering membuli dan mengejek orang

SS S TS STS

ketika saya kumpul dengan teman-teman.

57. Apabila saya salah, saya akan langsung minta

SS S TS STS

maaf.

58. Saya malas untuk basa-basi jika ada orang

SS S TS STS

yang sok ramah dan sok kenal.

59. Saya selalu mengingatkan teman saya apabila

SS S TS STS

ia bersikap tidak sopan di depan umum.

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 109

Walaupun saya tidak pintar, tapi setidaknya

60. saya bisa menjelaskan materi kuliah kepada SS S TS STS

teman saya.

61. Terkadang saya sering masuk ruangan tanpa

SS S TS STS mengetuk pintu.

62. Jika ada orang baru saya cenderung diam dan

SS S TS STS enggan untuk tertawa dengannya

63. Orang tua saya selalu membiarkan saya

SS S TS STS bebas bergaul dengan lawan jenis.

64. Terkadang saya suka mengejek nama orang

SS S TS STS tua teman saya

65. Saya sering makan dan minum sambil

SS S TS STS berjalan.

66. Apabila saya berbicara dengan dosen saya

SS S TS STS selalu menggunakan bahasa yang sopan.

Saya selalu berbicara dengan bahasa yang

67. mudah dipahami dan tidak terlalu banyak SS S TS STS

basa-basi.

68. Jika saya ingin dihargai oleh orang lain maka

SS S TS STS saya harus menghargai orang itu dulu.

Orang tua saya selalu mengajarkan saya

69. tentang tata karma bagaimana menghormati SS S TS STS

orang tua.

Apabila saya sedang dikereta dan melihat

70. nenek berdiri, saya langsung mempersilahkan SS S TS STS

nenek itu untuk duduk dikursi saya.

Alpha Cronbach’s = 0.934 ; Sampel = 30 orang

D. Klasifikasi item Shahih dan item Gugur

Melalui analisis SPSS 20 dapat di klasifikasikan bahwa sebaran item

gugur dan item shahih sebagai berikut :

Item Shohih Item Gugur

1, 2, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 3, 8, 12, 28, 29,

Item 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 32, 35, 36, 38,

Pernyataan 30, 31, 33, 34, 37, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 48, 49, 50, 52,

45, 46, 47, 48, 49, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 60, 63, 64, 65.

57, 58, 59, 60, 61, 62, 66, 67, 68, 69, 70.

Jumlah 53 17

110 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

E. Penutup

Instrumen Skala Tingkat Kesopanan Mahasiswa terhadap Norma

yang Berlaku di UIN Sunan Kalijaga digunakan untuk mengukur tingkat

kesopanan pada mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yang terkadang masih

kurang memperhatikan kesopanan baik di lingkungan masyarakat maupun

lingkungan kampus.

Instrumen ini dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka

pengumpulan data karena realibitas instrument mendekati angka 1 yaitu

0,934

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 111

2. Instrumen Skala Kemampuan Kontrol Diri Pada Mahasiswa

Oleh : Fani Rama Kapailu ([email protected]) Professional

Judgement: Nailul Falah, S.Ag, M.Si.

A. Pengantar

Penyusunan instrumen ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana

Kemampuan Pengendalian Diri pada Mahasiswa. Pengendalian diri (self-

control) itu sendiri adalah kemampuan individu dalam mengendalikan diri

dari emosi dan berbagai dorongan-dorongan yang muncul dari dalam diri

seorang individu, artinya bahwa individu melakukan pertimbangan-

pertimbangan terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan untuk suatu

tindakan. Semakin tinggi kontrol diri seseorang semakin intens atau bagus

pengendalian terhadap emosi maupun perilaku. Calhoun dan Acocella

(1990) mendefinisikan pengendalian diri (self-control) sebagai pengaturan

proses-proses fisik, psikologis, dan perilaku seseorang dengan kata lain

serangkaian proses yang membentuk dirinya sendiri. Goldfried dan

Merbaum kontrol diri sebagai suatu kemampuan untuk menyusun,

membimbing, mengatur, dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat

membawa individu kearah konsekuensi positif. Kontrol diri juga

menggambarkan keputusan individu yang melalui pertimbangan kognitif

untuk menyatukan perilaku yang telah disusun untuk meningkatkan hasil

dan tujuan tertentu seperti yang diinginkan. Menurut Mahoney dan

Thoresen dalam Robert (1975), kontrol diri merupakan jalinan yang

secara utuh (integrative) yang dilakukan individu terhadap

lingkungannya. Individu dengan kontrol diri tinggi sangat memerhatikan

cara-cara yang tepat untuk berperilaku dalam situasi yang bervariasi.

Individu cenderung akan mengubah perilakunya sesuai dengan

permintaan situasi sosial yang kemudian dapat mengatur kesan yang

dibuat perilakunya lebih responsif terhadap petunjuk situasional, lebih

fleksible, berusaha untuk memperlancar interaksi sosial, bersikap hangat

dan terbuka. Jadi pada intinya pengendalian diri itu bertujuan untuk

mengatur perilaku atau tindakan yang akan dilakukan oleh seorang

individu, perilaku atau tindakan yang diambil oleh individu inilah yang

akan membentuk dirinya melalui proses-proses yang dilewati.

kemampuan pengendalian diri pada setiap individu berbeda-beda dan

pada tiap tahap jenjang pendidikan yang dilewati oleh individu ini

memiliki kemampuan pengendalian diri yang berbeda pada tiap tahap,

112 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

semakin naik tahap pendidikan maka semakin matang kemampuan

pengendalian diri pada seorang individu. Karena individu semakin

menyadari akan perilaku ataupun emosi yang muncul sehingga seorang

individu berusaha untuk mengoreksi sendiri perilaku ataupun emosi yang

muncul yang akan ditampilkan oleh individu tersebut sesuai dengan

dirinya dan dinilai tepat oleh masyarakat ataupun orang yang berinteraksi

dengan dirinya.

Pada jenjang pendidikan perguruan tinggi tentu emosi dan perilaku

pada mahasiswa jauh berbeda saat mereka masih duduk di bangku SMA

atau SMP. Cara berpikir dan bertindakpun lebih kritis serta kemampuan

mengendalikan diri sudah lebih matang meskipun tidak semua mahasiwa.

Maka tujuan instrument ini dibuat untuk mengukur sejauh mana

kemampuan mahasiswa dalam mengendalikan dirinya.

B. Pengembangan Instrument Skala Psikologis

Kemampuan Kontrol Diri adalah kemampuan menyusun, mengatur,

dan mengarahkan pada perilaku yang positif. Kontrol diri pada individu

merupakan potensi yang dapat dikembangkan serta dipergunakan individu

selama proses kehidupan berjalan termasuk menghadapi kondisi yang

terjadi di lingkungan individu sendiri.

Manusia adalah makhluk sosial yang setiap saat berinteraksi dengan

makhluk sosial lainnya. Terkadang emosi maupun perilaku individu yang

ditampilkan ada yang dapat diterima oleh masyarakat sosial dan

sebaliknya adapula yang tidak dapat menerima emosi maupun perilaku

yang ditampilkan oleh individu tersebut, sehingga individu perlu untuk

mengontrol dirinya.

Skala Kemampuan Kontrol Diri disusun berdasarkan teori Averill

yang terdiri dari tiga aspek yaitu kontrol perilaku (behavioral control),

kontrol kognitif (cognitive control) dan mengontrol keputusan (decisional

control) sebagaimana kisi-kisi berikut ini:

No. Item

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

Jml Favor Unfavo

able rable

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 113

Kemampu an

Kontrol Diri Pada Mahasisw

a

• Menentu Menentuka 4, 58, 1, 57, 31 6

kan n jenis 28

kegiatan kegiatan

yang

akan Membuat 18, 19 27, 45 4

dilakukan jadwal

dan kegiatan

perilaku

yang Menentuka 2, 20, 39, 73, 9

ditunjukk n jenis 72, 9, 30, 52

an. kegiatan 53

• Memprio yang

ritaskan menjadi

jenis prioritas

Kontro kegiatan

Pengendali 13, 40, 26, 41, 7 l yang

an masalah 46

47, 48

Perilak harus

yang akan

u dilakukan

dihadapi

(behav terlebih

ioral dahulu.

contro • Bagaima

l) na cara

menanga

ni

masalah

yang

akan

mengham

bat

kagiatan

berlangsu

ng atau

yang

akan

dilakukan

.

Kontro • Keputusa menentuka 35, 55, 56, 60 5

l n yang n jenis 59

Kognit diambil kegiatan

if berdasark berdasarka

114 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

(cognit an n

ive pengetah pertimbang

contro uan yang an

l) diperoleh.

• informasi

Informasi 38, 42, 17, 37, 6

yang

yang 44 43

diperoleh

didapat

dapat

untuk bekal

mempeng

diri

aruhi

keputusa

Sikap bijak 10, 23, 14,24, 7

n yang yang 61 25, 62

diambil.

diambil

• bakat

atau

yang

ditampil

dimiliki

berdasarka

harus

n

disadari

pengetahua

dan

n yang

dikemban

diperoleh.

gkan.

Mengemba 3, 5, 12, 29 5

ngkan 15,

bakat yang

dimiliki

berdasarka

n

pengetahua

n tentang

bakat yang

dimiliki

Penge • kegiatan Melakukan 49, 51, 64, 22, 6

ndalia yang suatu 36 50

n dilakukan kegiatan

Keput harus berdasarka

usan disesuaik n

(decisi an kemampua

on dengan n yang

contro kemampu dimiliki

l)

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 115

annya. Melakukan 6, 8, 7, 21, 54 7

• kegiatan suatu 11, 16

yang kegiatan

dilakukan berdasarka

harus n pada

berdasark keinginan

an

kebutuha Melakukan 34, 63, 70, 71 5

individu. suatu 65

kegiatan

berdasarka

n

kebutuhan

Kegiatan 33, 66, 32, 67, 6

yang 68 69

dilakukan

bedasarkan

peluang

yang ada

C. Item Pernyataan dan Kategorisasi

No Pernyataan Jawaban

1.

Bila mood saya sedang buruk, saya akan SS S TS STS

memilih untuk tidur

2.

Kegiatan membaca buku menjadi wajib bagi SS S TS STS

saya

3.

saya suka mengikuti seminar kepenulisan SS S TS STS

karena saya suka menulis

4.

Waktu luang saya gunakan untuk membaca SS S TS STS

buku

5. Menulis artikel ataupun menulis di blog SS S TS STS

6.

Membaca Al-Qur’an satu hari satu juz adalah SS S TS STS

target saya

7.

Orang tua saya memaksa saya untuk SS S TS STS

menghafal Al-Qur’an

8.

saya suka melakukan suatu kegiatan sambil SS S TS STS

mendengarkan music

9.

Mencari materi di perpustakaan menjadi wajid SS S TS STS

bagi saya

116 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

10. Saya selalu menghargai setiap pendapat teman SS S TS STS

11. Saya lebih suka bekerja dalam tim dari pada

SS S TS STS individu

12. Bagi saya mengikuti organisasi hanya

SS S TS STS membuang-buang waktu

13. Segera saya meminta maaf atas kesalahan yang

SS S TS STS saya lakukan

14. Pendapat teman tidak perlu didengarkan SS S TS STS

Organisasi penting bagi saya, karena disana

15. kita dapat mengembangkan bakat yang kita SS S TS STS

miliki

16. Menghafal Al-Qur’an adalah keinginan saya SS S TS STS

17. Saya tidak peduli pembicaraan orang tentang

SS S TS STS diri saya

18. Pengaturan jadwal kegiatan menjadi penting

SS S TS STS bagi saya

19. Saya selalu membuat jadwal kegiatan SS S TS STS

20. Belajar menjadi wajib bagi saya, sehingga saya

SS S TS STS selalu belajar 2 jam dalam setiap malam

21. Puasa sangat berat bagi saya SS S TS STS

22. Jika ada mengoceh karena marah, saya akan

membiarkan dia terus mengoceh dan SS S TS STS

mendengarkan ocehannya, sehinngga saya bisa

tahu apa yang sedang ia hadapi

23. Ketika ada orang yang marah-marah saya akan SS S TS STS

ikut marah

24. sayamudahmarah ketikaseseorang

melakukan sesuatu tidak sesuai dengan SS S TS STS

keinginan saya

25. Saya sering menunda permintaan maaf ketika SS S TS STS

saya melakukan kesalahan

26. Saya malas mengurutkan kegiatan yang saya SS S TS STS

lakukan

27. Setiap pagi saya selalu membaca atau SS S TS STS

menonton berita

28. Mengikuti pelatihan enterprenuer SS S TS STS

Banyak menyita waktu saya

39. Jika dosen tidak suruh menyiapkan materi

sebelum masuk kuliah saya tidak akan pergi ke SS S TS STS

perpustkaan

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 117

30. Pada pagi hari saya memutar musik SS S TS STS

31. saya takut bila ditunjuk sebagai ketua panitia SS S TS STS

dalam sebuah acara

32. Tanpa ditunjuk menjadi ketua panitia dalam

suatu acara saya akan mengajukan diri saya SS S TS STS

sendiri

33. Bersosialisasi dengan masyarakat penting SS S TS STS

untuk membangun jaringan

34. bila ada yang banyak bicara saya akan memilih SS S TS STS

untuk pergi

35. Ketika ditunjuk menjadi moderator saya sangat SS S TS STS

percaya diri

36. Sulit bagi saya menerima kritikan dari teman SS S TS STS

37. Kritikan teman penting untuk saya dan saya SS S TS STS

menerima kritikan itu walaupun ada yang kasar

38. Membaca buku membuat saya mengantuk, SS S TS STS

39. Sebelum berbicara depan forum saya SS S TS STS

mempersiapkan diri terlebih dahulu

40. Saat berbicara dalam forum saya tidak

mempersiapkan diri, sehingga apa yang saya SS S TS STS

sampaikan tidak dipahami oleh audience

41. Saya menerima koreksi dari orang tua maupun SS S TS STS

saudara terhadap diri saya

42. Saya sangat marah ketika orang tua atau SS S TS STS

saudara mengkritik saya

43. Saya membutuhkan kritikan dari orang untuk SS S TS STS

saya dan apa yang saya lakukan

44. Dalam belajar saya termasuk orang yang malas SS S TS STS

45. Sebelum tidur saya selalu menyalakan alarm SS S TS STS

46. Saya selalu lupa menyalakan alarm ketika SS S TS STS

tidur, sehingga saya selalu bangun7terlambat

47. ketika alarm berbunyi saya bangun tetapi SS S TS STS

kemudian tidur kembali

48. Mendengarkan penjelasan teman lebih mudah SS S TS STS

dari pada membaca teori

49. Saya tidak percaya diri sehingga ketika saya SS S TS STS

ditunjuk menjadi moderator saya menolaknya

50. Merapikan lebih mudah dari pada memasak SS S TS STS

51. Bila ada tugas saya sering menunda-nunda SS S TS STS

118 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

untuk mengerjakannya

52. Bila ada tugas saya langsung mengerjakan SS S TS STS

tugas tersebut

53. target yang terpasang tidak saya ikuti SS S TS STS

54. Bila teman bergosip saya memilih untuk pergi SS S TS STS

55. Bila teman ada yang bergosip saya ikut SS S TS STS

bergosip

56. bepergian sendirian lebih menyenangkan SS S TS STS

57. Bepergian bersama teman sangat SS S TS STS

menyenangkan

58. Ketika teman mengajak saya untuk melakukan

hal-hal yang tidak bermanfaat saya akan SS S TS STS

menolaknya

59. Saya senang melakukan suatu kegiatan dengan SS S TS STS

teman walaupun itu tidak bermanfaat

60. saya selalu bersyukur dengan hasil yang saya

dapat dari kegiatan yang saya lakukan atau SS S TS STS

ikuti

61. saya selalu mengeluh dengan hasil yang saya SS S TS STS

dapat dari suatu kegiatan yang saya lakukan

62. Sangat penting mengikuti pelatihan SS S TS STS

kepenulisan

63. Mengikuti program beasiswa sangat berat, SS S TS STS

saya tidak mampu

64. Banyak membaca menambah pengetahuan SS S TS STS

65. Ketika ada lomba karya ilmiah, saya mengikuti SS S TS STS

lomba tersebut

66. pada hari H lomba saya memundurkan diri SS S TS STS

67 Setiap mengikuti seminar saya selalu bertanya SS S TS STS

68. Dalam seminar atau diskusi saya malu

bertanya sehingga saya memilih diam SS S TS STS

walaupun ada yang ingin saya tanyakan

69. Banyak membaca membuat saya semakin SS S TS STS

bingung

70. Mengikuti pelatihan kepenulisan tidak ada SS S TS STS

manfaatnya

71. Membaca Al-Qur’an adalah kegiatan utama

saya sehingga saya selalu menyempatkan SS S TS STS

waktu untuk membaca Al-Qur’an

72 Kegiatan membaca Al-Qur’an hanyalah SS S TS STS

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 119

kegiatan tambahan

Cronbach's Alpha = 0, 917; sample = 34 orang

D. Klasifikasi Item Shahih dan Item Gugur

Melalui analisis SPSS 15 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran

item shahih dan item gugur sebagai berikut:

Item Shahih Item Gugur

2, 3, 4, 5, 6, 9, 10, 12, 13, 15, 16, 18, 1, 7, 8, 11, 14,

Item 19, 20, 23, 24, 26, 27, 28, 30, 31, 32, 17, 21, 22, 25,

Pernyataan 34, 35, 36, 38, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 29, 33, 37, 39,

48, 50, 51, 52, 53, 54, 57, 58, 59,61, 46, 47, 49, 55,

62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71. 56, 60, 72.

Jumlah 51 21

E. Penutup

Berdasarkan uji coba yang dilakukan oleh penulis dapat diperoleh

kesimpulan bahwa Instrumen Skala Kemampuan Kontrol Diri pada

Mahasiswa dapat digunakan untuk khalayak umum yang bertujuan

untuk mengetahui sejauh mana kemampuan kontrol diri pada

mahasiswa, dan instrumen yang disusun ini dapat digunakan untuk

pengukuran dalam rangka pengumpulan data karena semakin mendekati

angkat satu (1) maka semakin reliable sebuah instrumen, sehingga

instrumen tersebut sudah termasuk reliable karena alpha Cronbach’s =

0,917

120 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

3. Instrumen Skala Tingkat Religiusitas Siswa SMA Menjelang UN

(Ujian Nasional) Oleh: Hasriani ([email protected]) Professional Judgement: Slamet. S.Ag. M.Si

A. Pengantar

Pada hakikat yang telah dijelaskan di dalam al-Qur’an bahwa

salah satu fitrah manusia yaitu fitrah beragama, hal ini tentu berkaitan

dengan bagaimana manusia mengakui suatu zat yang jauh lebih kuasa

dari dirinya. Manusia di dorong untuk melakukan sesuatu berdasarkan

kekuatan supranatural. Glork dan Stark 1996 ( dalam Djamaluddin Ancok

76: 2011) mengatakan bahwa agama adalah sistem simbol, keyakinan,

sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlambangkan, yang semuanya itu

berpusat pada persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi

(ultimate meaning). Menurut Glock & Stark (Robertson. 1998), ada lima

macam dimensi keberagamaan, yaitu dimensi keyakinan (ideologis),

dimensi peribadatan atau praktek agama (ritualistik), dimensi

penghayatan (eksperiental), dimensi pengalaman (konsekuensial),

dimensi pengetahuan agama (intelektual). Di dalam kehidupannya, manusia memiliki harapan-harapan yang

dilimpahkan kepada zat yang dianggapnya berkuasa yaitu Tuhan Yang

Maha Esa, sehingga manusia berusaha untuk mewujudkan harapannya

dengan mempertimbangkan kewajiban-kewajibannya sebagai seorang

yang berharap (hamba). Terkait hal itu, instrumen ini bertujuan untuk

mencari informasi mengenai tingkat religiusitas siswa SMA yang akan

melaksanakan Ujian Nasional, dengan menggunakan aspek-aspek yang

dijelaskan oleh Glock dan Stark. Alat ukur disusun dengan menggunakan

skala Likert yang terdiri dari alternatif jawaban: SS-S-TS-STS dengan

menghilangkan jawaban ragu-ragu. Jumlah terdiri dari enam puluh item.

B. Pengembangan Skala Psikologis

Tingkat religiusitas menjelang ujian nasional ini diukur berdasarkan

skala tingkat religiusitas berdasarkan teori Glock & Stark dengan aspek-

aspek sebagai berikut:

1. Keyakinan 2. Pengetahuan 3. Ibadah

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 121

4. Amal 5. Pengalaman

Non item

Variable Aspek Indikator Deskriptor

Jml

Favora Unfav

ble orable

Keyak Meyakini Mempercaya 1, 2, 14, 12, 13, 6

inan adanya i dengan hati, 60

Allah lisan dan

perbuatan

Meyakini Mematuhi 18 15, 19, 4

ajaran perintah 59

Allah Allah

Penget Mempelaj Mencari ilmu 8, 45, 49, 3

ahuan ari hal-hal agama

yang

Menghafal 17, 20, 27, 41 6

berkaitan ayat / hadist 42, 44,

dengan

Memahami 47 43, 46, 4

agamanya makna 50

kewajiban

Ibadah Menjalan Menjalankan 7, 22, 5, 10, 12

kan ibadah wajib 24, 25, 21, 28

perintah atau sunnah 26, 30,

agama 31, 32

berdoa Meminta doa 11, 6, 33, 4

34

Amal Melakuka Mengajarkan 3, 36, 2

n ajaran agama

kebaikan yang

difahami

Mempraktikk 35, 54 16, 23, 7

an ajaran 29, 52,

agama dalam 53

kehidupan

sehari-hari

Pengal Perasaan Khusyuk 37 1

122 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

aman dalam dalam

beribadah menjalankan

setiap ibadah

Merasa 38, 40, 39, 56 5

tentram pada 55

hal-hal yang

berkaitan

dengan

agama

Tawakkal 4,9, 48, 34, 57 6

dalam 58

beribdah

Jumlah 30 30 60

C. Item Pernyataan dan Reliabilitas

NO PERNYATAAN JAWABAN

1. Saya percaya adanya Allah SS S TS STS

2. Saya meyakini segalanya telah diatur oleh SS S TS STS

Allah SWT

3. Saya bergaul dengan teman yang jarang SS S TS STS

mendekatkan diri kepada Allah

4. Ketika saya berdo’a, saya merasa yakin hasil SS S TS STS

ujian akan baik.

5. Aktifitas yang banyak membuat hambatan SS S TS STS

dalam melakukan ibadah

6. Saya dan teman-teman tidak pernah SS S TS STS

mengadakan doa bersama

7. saya sholat tepat waktu SS S TS STS

8. Saya meminta orang lain untuk memberikan SS S TS STS

pemahaman agama kepada saya

9. Saya merasa Allah akan memberikan SS S TS STS

pertolongan

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 123

10. Saya merasa tenang-tenang saja ketika SS S TS STS

meninggalkan ibadah wajib

11. Semakin banyak berdo’a membuat saya SS S TS STS

semakin tenang.

12. Saya pernah berfikir menyembah selain Allah SS S TS STS

13. Saya ragu bahwa Tuhan itu satu SS S TS STS

14. Saya meyakini kekuasaan terbesar pada Allah SS S TS STS

SWT

15. Saya tidak peduli jika ada orang yang SS S TS STS

melanggar perintah Allah

16. Teman kelas saya tidak pernah mengajak saya SS S TS STS

beribadah

17. Allah telah menurunkan kitab yaitu al-Qur’an SS S TS STS

sebagai pedoman

18. Allah menjadikan nabi sebagai pembawa SS S TS STS

risalah

19. Saya ragu kalau Nabi adalah utusan Allah SS S TS STS

20. Puasa adalah salah satu rukun islam SS S TS STS

21. Saya tidak takut melanggar perintah Allah SS S TS STS

22. Saya selalu menjalankan apa yang ada di Al- SS S TS STS

Qur’an dan hadist

23. Mendustai agama bukanlah perbuatan dosa. SS S TS STS

24. Ujian nasional mempengaruhi kualitas dan SS S TS STS

kuantitas ibadah saya.

25. Saya melaksanakan ibadah sesuai kemauan SS S TS STS

saya

26. Akhir-akhir ini saya sering melaksanakan SS S TS STS

puasa sunnah.

27. Urutan wudhu tidak terlalu penting SS S TS STS

28. Saya sholat jika saya sedang ingin SS S TS STS

124 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

29. Bersedekah tidak berpengaruh terhadap SS S TS STS

kelancaran Ujian Nasional

30. Saya semakin sering sholat tahajjud/dhuha SS S TS STS

menjelang Ujian Nasional

31. Sholat berjamaah sangat penting. SS S TS STS

32. Menjelang ujian saya semakin sering membaca SS S TS STS

al-Qur’an

33. Berdoa’ bersama dengan teman-teman tidak SS S TS STS

penting menjelang Ujian Nasional

34. Saya merasa percaya dengan diri saya tanpa SS S TS STS

didoakan orangtua.

35. Mencontek saat ujian adalah perbuatan buruk SS S TS STS

36. Saya tidak pernah mengajak orang lain untuk SS S TS STS

belajar agama

37. Saya semakin khusuk jika saya memahami SS S TS STS

bacaan ibadah

38. Saya merasa dekat dengan Allah SS S TS STS

39. Sholat tidak membuat saya tenang SS S TS STS

40. Saya merasa bahwa Allah selalu memberi SS S TS STS

peringatan

41. Saya sama sekali tidak memiliki hafalan ayat SS S TS STS

42. Menghafal doa-doa bagi saya sangat perlu SS S TS STS

43. Saya belum mengetahui tata cara mandi besar SS S TS STS

44. Rukun Iman ada lima SS S TS STS

45. Saya mempelajari ilmu agama karena saya SS S TS STS

dipaksa

46. Saya tidak mau berteman dengan orang yang SS S TS STS

faham agama.

47. Sejarah nabi membuat saya lebih berani SS S TS STS

menghadapi ujian

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 125

48. Berdo’a membuat saya yakin bahwa hasil ujian SS S TS STS

akan baik

49. Saya tidak memanfaatkan media untuk SS S TS STS

memahami agama

50. Dalam agama, laki-laki dan perempuan tidak SS S TS STS

memiliki batasan dalam bergaul.

51. Saya membantu orang lain yang sedang SS S TS STS

membutuhkan

52. Saya adalah orang yang paling benar SS S TS STS

53. Orang yang bersalah sudah tidak bisa SS S TS STS

dimaafkan

54. Saya tidak pernah berkeinginan mencoba SS S TS STS

minuman keras.

55. Saya merasakan ketenangan ketika berada di SS S TS STS

tempat ibadah

56. Adzan sama sekali tidak membuat saya SS S TS STS

bergetar/tersentuh

57. Saya tidak perlu bersyukur kepada Allah SS S TS STS

58. Saya yakin Allah mengabulkan doa-doa saya SS S TS STS

59. Saya masih belum yakin bahwa yang SS S TS STS

disampaikan Nabi adalah perintah Allah

60. Saya yakin Allah akan memberikan SS S TS STS

pertolongan

Alpha Cronbach’s = 0,913 ; Sampel = 48 Orang

D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur

Melalui analisiss SPSS.20 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran aitem

gugur dan aitem shahih sebagai berikut :

126 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

Item Shohih Item Gugur

3, 5, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 1, 2, 4, 6, 7, 13,

Item 17, 19, 20, 21, 22, 23, 26, 27, 28, 18, 24, 25, 30,

Pernyataan 29, 32, 33, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 31, 34, 35, 40,

42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 54, 55, 58

51, 52, 53, 56, 57, 59, 60,

Jumlah 43 17

E. Penutup

Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

3. Instrumen Skala Tingkat Religiusitas ini dapat digunakan pada

siswa untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat religiusitas siswa

menjelang UN. 4. Semakin mendekati angka satu (1) maka semakin reliable sebuah

instrumen.

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 127

4. Instrumen Skala Resiliensi Mahasiswa Rantau Oleh: Ismailia Muwaffaqoh Arifah ([email protected]) Professional Judgement: Nailul Falah, S.Ag, M.Si

A. Pengantar

Resiliensi adalah kemampuan atau kapasitas insani yang

dimiliki seseorang, kelompok, atau masyarakat yang memungkinkannya

untuk menghadapi, mencegah, meminimalkan, dan bahkan

menghilangkan dampak-dampak yang merugikan dari kondisi-kondisi

yang tidak menyenangkan, atau bahkan mengubah kondisi yang tidak

menyenangkan, atau bahkan mengubah kondisi

kehidupan yang menyengsarakan menjadi suatu hal yang wajar

untuk diatasi (Grotberg dalam Desmita, 2006).

Skala ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat resiliensi

mahasiswa rantau. Resiliensi menjadi kekuatan bagi mahasiswa rantau

yang harus menyesuaikan dengan situasi baru. Seringkali masalah yang

sulit tidak bisa teratasi karena rendahnya resiliensi yang dimiliki

mahasiswa rantau sehingga banyak yang tidak dapat bertahan pada

kondisi tersebut, yang akhirnya memutuskan untuk

kembali pulang ke tempat asalnya bersama orangtua. Ketika

resilensi yang dimiliki oleh mahasiswa rantau tinggi, perilaku

yang dilakukan juga akan mengarah pada perilaku positif yang

dapat menjadi kekuatan untuk menjalani aktivitas di tanah rantau.

Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka semakin tinggi pula

kekuatan resiliensi sebagai pertahan diri dari situasi sulit.

B. Pengembangan Skala Psikologis

Skala Resiliensi Mahasiswa Rantau disusun berdasarkan teori

Bernard (1991) yang terdiri dari empat aspek, yaitu:

1. Social competence (Kompetensi sosial) 2. Problem solving skills / metacognition (Keterampilan pemecahan

masalah) 3. Autonomy (Otonomi) 4. A sense of purpose and future (Kesadaran akan tujuan dan masa

depan)

128 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

No Item

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

Jml Favor Unfav

able orable

Kompet Membina Mudah 36, 1, 69, 71, 7

ensi hubungan bergaul 18, 66 2

Sosial positif

dengan

Empati 19, 67, 28, 24, 8

teman / 3, 72 70, 74

orang lain

Keteram Memaha Mengelola 73, 14, 4, 41, 9

pilan mi, stress 25, 29, 9, 68

Pemeca menganali 75

han sis, dan

Masalah mengeval

uasi

permasala

han yang

Regulasi 40, 54, 55, 16, 10

menyebab emosi 12, 45, 46, 76

Resiliensi kan 50, 26

Mahasisw situasi

a sulit

Rantau

Mendapat Merasa 5, 42, 35 51,

motivasi dibantu 15, 56

eksternal orang lain

Otonom Mengenal Berpikir 34, 20, 37, 57, 7

i i diri positif 52, 10 11

sendiri terhadap

diri sendiri

Mengharga 27, 53, 6 58, 38 5

i diri

sendiri

Memotivasi 43, 21, 60, 13, 6

Efikasi diri sendiri 32 62

diri

7, 33, 63 61, 23, 6

Memahami 49

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 129

kemampua

n yang

dimiliki

Kesadar Memiliki Mempunya 22, 47 30, 64 4

an akan rencana i tujuan

tujuan dan hidup

dan tujuan

masa yang jelas

Memiliki 17, 44, 39, 48, 9

depan yang impian / 59, 31, 8, 77

harus cita-cita 65

diraih di

masa

depan

Jumlah 42 35 77

C. Item Pernyataan dan Reliabilitas

No Pernyataan Jawaban

SS S

TS

STS

1. Saya Suka Memulai Pembicaraan

SS S

TS

STS Dengan Orang Lain

2. Saya Selektif Dalam Memilih Teman SS S TS STS

3. Saya Disukai Banyak Teman Karena

SS S

TS

STS Saya Perhatian

4. Saya Kesulitan Dalam Menghadapi

SS S

TS

STS Masalah

5. Saya Punya Teman Yang Bisa

SS S

TS

STS Memotivasi Saya

6. Saya Tidak Merasa Iri Terhadap

SS S

TS

STS Kemampuan Orang Lain

7. Saya Menyadari Kelebihan Dan

SS S

TS

STS Kekurangan Diri Saya

8. Saya Ragu Dalam Mengejar Cita-Cita SS S TS STS

9. Karena Jauh Dari Orangtua, Saya

SS S

TS

STS Merasa Sering Stress

10. Saya Bisa Berprestasi Di Kampus SS S TS STS

11. Rasa Tidak Percaya Diri Saya Tinggi SS S TS STS

12. Saya Tidak Mudah Menyerah Bila

SS S

TS

STS Menghadapi Situasi Sulit

13. Kata-Kata Semangat Tidak Berpengaruh SS S TS STS

130 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

Bagi Diri Saya

14. Saya Punya Tempat Untuk

SS S TS STS

Menenangkan Diri Saya

15. Saya Lebih Suka Memotivasi Diri

SS S TS STS

Sendiri

16. Ketika Saya Sedang Dilanda Masalah,

SS S TS STS

Saya Pernah Bolos Kuliah

17. Saya Mempunyai Cita-Cita Yang Jelas SS S TS STS

18. Saya Tidak Memilih-Milih Orang

SS S TS STS

Dalam Berteman

19. Saya Memiliki Rasa Peduli Terhadap

SS S TS STS

Orang Lain

20. Saya Merasa Diri Saya Hebat Dibanding

SS S TS STS

Orang Lain

21. Saya Mendorong Diri Saya Untuk

SS S TS STS

Berperilaku Baik

22. Setiap Tahunnya, Saya Memiliki Target

SS S TS STS

Hidup

23. Saya Tidak Mengetahui Bakat Saya SS S TS STS

24. Saya Bersikap Acuh Ketika Teman Saya

SS S TS STS

Sedih

25. Saya Bercerita Kepada Orang Tua

SS S TS STS

Apabila Saya Stres

Meskipun Dalam Kondisi Sulit, Saya

26. Bersikap Bahagia Di Depan Teman- SS S TS STS

Teman Saya

27. Saya Memberikan Apresiasi Untuk

SS S TS STS

Semua Pekerjaan Yang Saya Lakukan

28. Saya Tidak Peduli Dengan Keadaan

SS S TS STS

Teman Saya

29. Saya Punya Teman Curhat Untuk

SS S TS STS

Menceritakan Keluhan Saya

30. Saya Tidak Pernah Menargetkan Tujuan

SS S TS STS

Hidup Saya

31. Saya Menuliskan Cita-Cita Saya Dengan

SS S TS STS

Rapi

32. Saya Menempelkan Kata-Kata

SS S TS STS

Semangat Di Dinding Kamar Saya

33. Saya Mengetahui Bakat Saya Dengan

SS S TS STS

Baik

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 131

34.

Saya Merasa Bisa Menyelesaikan SS S TS STS

Masalah Saya Sendiri

35.

Orang Tua Saya Mendukung Kegiatan SS S TS STS

Saya

36.

Saya Punya Banyak Teman Di Kampus, SS S TS STS

Bukan Hanya Teman Satu Jurusan Saja

37.

Saya Merasa Banyak Kekurangan SS S TS STS

Dibanding Orang Lain

Saya Tidak Puas Dengan Kemampuan

38. Yang Saya Miliki, Karena Saya Selalu SS S TS STS

Ingin Memiliki Kemampuan Orang Lain

39.

Saya Tidak Punya Gambaran Masa SS S TS STS

Depan Setelah Lulus

40.

Ketika Sedang Menghadapi Masalah, SS S TS STS

Saya Mudah Mengatur Emosi

41.

Saya Tidak Bisa Mengetahui Penyebab SS S TS STS

Saya Stres

42.

Saat Bersama Teman-Teman, Saya SS S TS STS

Merasa Semangat

43. Saya Pandai Menyemangati Diri Sendiri SS S TS STS

44.

Saya Sudah Punya Gambaran Karier SS S TS STS

Untuk Masa Depan

45.

Ketika Masalah Saya Semakin Berat, SS S TS STS

Saya Tidak Mudah Menangis

46.

Jika Sedang Dalam Masalah, Saya Tidak SS S TS STS

Nafsu Makan

Saya Menjadwalkan Kegiatan Harian

47.

Saya, Karena Saya Meyakini Hal SS S TS STS

Tersebut Dapat Membawa Saya Lebih

Cepat Mencapai Tujuan Hidup Saya

48.

Masa Depan Dan Impian Itu Urusan SS S TS STS

Nanti

49.

Tidak Ada Kemampuan Pada Diri Saya SS S TS STS

Yang Bisa Dibanggakan

50.

Saya Ingin Terlihat Bahagia Oleh Orang SS S TS STS

Tua Saya

51.

Saya Merasa Tidak Ada Pengaruhnya SS S TS STS

Jika Dimotivasi Orang Lain

52.

Saya Yakin Diri Saya Bisa Memecahkan SS S TS STS

Masalah Saya Sendiri

132 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

Saya Memaklumi Kesalahan Saya

53. Karena Manusia Tidak Luput Dari SS S TS STS

Kesalahan

54. Saya Termasuk Orang Yang Bisa

SS S TS STS Menyembunyikan Kesedihan Saya

55. Jika Masalah Saya Semakin Sulit, Saya

SS S TS STS Bisa Menangis Dan Mengeluh

Orang Tua Saya Terlalu Mengekang

56. Saya Dalam Mengikuti Kegiatan Selain SS S TS STS

Kuliah

57. Saya Tidak Yakin Kalau Saya Bisa

SS S TS STS Menyelesaikan Masalah Sendiri

58. Saya Ingin Lebih Unggul Dibanding

SS S TS STS Orang Lain

59. Saya Tidak Ragu Mengejar Cita-Cita

SS S TS STS Saya

60. Saya Tidak Pernah Berhasil Memotivasi

SS S TS STS Diri Sendiri

61. Saya Tidak Tahu Kelebihan Dan

SS S TS STS Kelemahan Diri Saya

62. Motivasi Dari Teman Saya Sangat

SS S TS STS Berpengaruh Besar

63. Menerima Dan Merasa Bangga

SS S TS STS Terhadap Kemampuan Saya Sendiri

64. Tidak Masalah Jika Saya Tidak

SS S TS STS Berprestasi Di Kampus

65. Berprestasi Dan Cumlaude Adalah

SS S TS STS Impian Saya

66. Saya Mempunyai Kelompok Dalam

SS S TS STS Berteman

67. Bila Teman Saya Sedih, Saya Juga

SS S TS STS Merasa Sedih

68. Sulit Bagi Saya Menyempatkan Diri

SS S TS STS Untuk Berlibur

69. Saya Tidak Disukai Teman Di Kampus SS S TS STS

70. Saya Tidak Suka Dijadikan Tempat

SS S TS STS Curhat

71. Menunggu Orang Lain Memulai

SS S TS STS Pembicaraan Menjadi Kebiasaan Saya

72. Saya Senang Membantu Orang Lain SS S TS STS

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 133

Memecahkan Masalahnya

73. Saya Tahu Penyebab Saya Stress SS S TS STS

74. Saya Tidak Mau Ikut Campur Dalam

SS S TS STS Masalah Orang Lain

Saya Harus Menyempatkan Untuk

75. Liburan Sejenak Dari Penatnya

SS S TS STS Mengerjakan Tugas Perkuliahan Setiap

Minggunya

76. Saat Saya Punya Masalah, Saya Menjadi

SS S TS STS Mudah Marah

77. Saya Tidak Bercita-Cita Menjadi

SS S TS STS Mahasiswa Cumlaude

Alpha Cronbach’s = 0,856 ; sampel = 58 orang

D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur

Melaui analisis SPSS.15 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran

aitem gugur dan aitem shahih sebagai berikut:

Item Shahih Item Gugur

1, 5, 6, 8, 10, 12, 13, 14, 17, 2, 3, 4, 7, 9, 11, 15, 16,

21, 22, 23, 24, 25, 27, 28, 30, 18, 19, 20, 26, 29, 32, 37,

Item 31, 33, 34, 35, 36, 39, 40, 41, 38, 45, 46, 49, 50, 53, 54,

Pernyataan 42, 43, 44, 47,48, 51, 52, 56, 55, 57, 58, 59, 60, 62, 65,

61, 63, 64, 70, 71, 72, 73, 77 66, 67, 68, 69, 74, 75, 76

Jumlah 41 36

E. Penutup

Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis, dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut :

1. Instrumen Skala Resiliensi Mahasiswa Rantau dapat digunakan untuk

mengukur seberapa tinggi resiliensi yang dimiliki oleh mahasiswa

rantau. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka

pengumpulan data karena reliabilitas instrument bernilai 0,856 dengan

landasan semakin mendekati angka 1 maka data semakin reliable.

134 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

5. Instrumen Skala Religiusitas Mahasiswa SAINTEK Universitas Sunan

Kalijaga Yogyakarta Oleh : Muhammad Rizai ( [email protected] )

Professional Judgment : Nailul Falah, S.Ag., M.Si

A. Pengantar

Manusia merupakan mahluk sosial. Mereka hidup selalu

membutuhkan orang lain dalam melangsungkan kehidupannya. Manusia

itu sangat beragam sehingga masing-masing individu pasti memiliki

kebutuhan yang beragam pula. Salah satu kebutuhan yang paling urgen

dalam hidup manusia adalah kebutuhan akan pedoman hidup karena jika

seseorang tidak mempunyai pedoman hidup maka kehidupannya tidak

terarah dan hancur. Hal itu kita kenal dengan istilah kepercayaan atau

agama.Kepercayaan atau agama berfungsi sebagai pedoman hidup suatu

individu.

Menurut Glock dan Stark (1996) agama merupakan sistem

simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang

terlembagakan yang semuanya berpusat pada penghayatan maknawi.

Aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan

perilaku ritual atau ibadah tetapi juga ketika kita melakukan aktivitas

yang didorong oleh kekuatan supranatural. Sehingga bisa dikatakan

bahwa agama adalah sebuah sistem yang berdimensi banyak.

Penyusunan skala ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat

kereligiusan dari mahasiswa yang ada di UIN Sunan Kalijaga khususnya

di fakultas SAINTEK. Tujuan instrumen dibuat merupakan salah satu

upaya untuk mengukur seberapa tinggi penghayatan dan pengamalan

keagamaannya mahasiswa SAINTEK yang latar belakangnya berisikan

jurusan umum.

B. Pengembangan Intrumen Skala Religiusitas

Religiusitas adalah penghayatan dan pengamalan individu

terhadap ajaran agama atau kepercayaan yang dianutnya. Religiusitas

atau keberagamaan diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia.

Aktivitas beragama bukan hanya terjadi pada sisi ritual saja tapi masih

banyak dimensi lainnya.

Skala Religiusitas disusun berdasarkan teori Glock dan Stark

yang terdiri dari 5 dimensi, yaitu dimensi Keyakinan (ideologis),

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 135

Peribadatan atau praktek agama (ritualistik), Penghayatan (ekperiensial),

Pengamalan (konsekuiensial), dan Pengetahuan agama (intelektual).

Nomor Item

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

Jml

Favor Unfavor

able able

Hidup

Percaya senantiasa

pada Al- di kiblatkan 4,62,6 8,64,65 6

Quran pada Al- 3

dan hadis Qur’an dan

Hadis.

Percaya

pada

Dimen keesaan

si Allah swt

Keyak Mencintai dan

inan Allah swt mengikuti

dan ajaran- 1,2,3,5 6,7,9,10, 9

kekasih- ajaran dari , 11

Skala

kekasih- rosul-

Religiusit

Nya rosulnya

as

dan yakin

Mahasisw

pada

a

malaikat

SAINTE

Allah.

K

Tingkat

Dimen

ketaatan Menjalanka

pada n perintah-

si 12,13,

perintah perintah 14,16,18 7

Periba 15,17

agama wajib Allah

datan

yang swt.

dianut

Dimen Perasaan- Tenang 19,20, 22,24,27

si perasaan ketika 21,23,

Pengh yang menjalanka 26,28, 9

ayatan dialami n perintah-

dalam perintah

beragama. Allah swt.

Gelisah 29 25,30,31 4

136 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

ketika

menjalanka

n larangan

Allah swt.

Konsekue

Menjauhi 32,34, 33,35,36

syirik, riya, 38,39 ,37,40

nsi

9

dan kufur

terhadap

Dimen

nikmat

keyakinan

si

Rajin

41,42 43,44,45

, ritual

Penga

sedekah,

,46

yang telah

malan

tanggung

di

6

jawab,

laksankan

disiplin dan

.

amanah.

Dimen Seberapa Mengetahu 47,48, 51,53,55

si dalam ihukum- 49,50, ,56

Penget pengetahu hukum 52,54, 15

ahuan

an tentang agama 57,58,

Agam ajaran 59,60,

a agamnya. 61

Jumlah 35 30 65

C. Item Pernyataan dan Reliabilitas

No

Pernyataan Jawaban

SS

S

TS STS

1 Saya yakin Allah swt itu Esa SS S TS STS

2 Saya sholat sesuai dengan ajaran Rosulullah

SS

S

TS STS

saw

3 Saya meyakini bahwasanya bumi dan langit SS

S

TS STS

diciptakan oleh Allah swt

4 Saya menyakini bahwasanya Al-Qur’an SS

S

TS STS

ciptaan Allah swt

5 Saya menyakini bahwa nabi Muhammad Saw SS

S

TS STS

utusan Allah swt

6 Jika cobaan menimpa hidup saya, saya suka SS

S

TS STS

mengeluh dan menyalahkan Allah swt.

7 Saya tidak yakin jika Allah swt mengasihi SS

S

TS STS

orang-orang yang suka berjudi, berzina dan

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 137

lain-lain

8 Adanya pernyataan tentang hari akhir,

terkadang saya merasa ragu dengan hal SS S TS STS

tersebut

9 Saya meyakini adanya kekuatan lain yang SS S TS STS

mampu menyembuhkan penyakit.

10 Terkadang hati saya ragu dengan sejarah

yang mengatakan bahwasanya Nabi SS S TS STS

Muhammad saw meruapakan mahluk yang

tidak pernah marah dan berbuat dosa.

11 Saya tidak yakin jika sunnah rosul itu pasti SS S TS STS

hal yang diperintahkan Allah swt.

12 Jika adzan berkumandan, saya langsung SS S TS STS

bergegas menuju masjid/mushola

13 Saya selalu sholat wajib berjamaah di masjid SS S TS STS

14 Saya sholat jika disuruh guru atau orang tua SS S TS STS

saja

15 Pada hari senin dan kamis, saya selalu SS S TS STS

berpuasa

16 Jika sedang ada hajat, maka saya mau SS S TS STS

berpuasa dan sebaliknya

17 Kebiasaan saya dipagi hari adalah selalu SS S TS STS

membaca bersyahadat.

18 Saya lebih semangat membaca tulisan di SS S TS STS

handphone daripada membaca Al-Qur’an.

19 Saya selalu merasa tenang setelah sholat SS S TS STS

20 Saya merasa resah jika belum sholat SS S TS STS

21 Saya merasa sehat ketika berpuasa SS S TS STS

22 Ketika saya membaca Al-Qur’an, saya tidak SS S TS STS

merasa ada ketenangan di dalam hati.

24 Ketika menjalankan puasa, saya malas SS S TS STS

menjalankan aktivitas

25 Saat masalah menghampiri kehidupan saya, SS S TS STS

saya lupa pada Allah swt

25 Saat masalah menghampiri kehidupan saya, SS S TS STS

saya lupa pada Allah swt.

26 Jika berada di tempat ibadah/masjid hati saya SS S TS STS

merasa tentram.

27 Setelah bersedekah timbul dari diri saya rasa SS S TS STS

138 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

penyesalan.

28 Saya merasa hidup ini tidak berarti jika tidak

menjalankan kewajiban-kewajiban yang telah SS S TS STS

diperintahkan Allah swt.

29 Hati terasa resah setelah saya berbuat SS S TS STS

kejahatan

30 Saya merasa tenang ketika mencontek SS S TS STS

31 Saya merasa sedih ketika melanggar aturan

kampus tapi ketika melanggar aturan agama SS S TS STS

biasa saja

32 Perbuatan syirik tidak pernah saya lakukan SS S TS STS

dari dulu hingga sekarang

33 Saya senang berbuat riya pada orang lain. SS S TS STS

34 Berbohong merupaka sifat yang tidak saya SS S TS STS

sukai

35 Berkhianat pada teman sering saya lakukan SS S TS STS

36 Saya sering tidak membayar hutang SS S TS STS

37 Tidak disiplin merupakan hal yang biasa bagi SS S TS STS

saya

38 Saya selalu memakai pakaian sesuai syariat SS S TS STS

islam

39 Perilaku menghormati orang lain selalu saya SS S TS STS

terapkan dalam kehidupan sehari-hari

40 Saya sering tidak sopan dengan orang lain SS S TS STS

41 Sedekah sering saya lakukan SS S TS STS

42 Jika ada teman yang membutuhkan bantuan, SS S TS STS

saya selalu membantunya

43 Jika melihat teman terkena musibah, saya SS S TS STS

tidak peduli.

44 Saat ada tugas kelompok, saya tidak mau SS S TS STS

mengerjakan.

45 Saya sering membongkar rahasia teman SS S TS STS

sendiri

46 Saya suka meninggalkan tugas dari orang SS S TS STS

tua, guru, dan yang lainnya.

47 Saya hafal rukun iman dan islam SS S TS STS

48 Saya hafal nama-nama nabi dan malaikat SS S TS STS

yang wajib diketahui

49 Ilmu fiqih banyak saya kuasai SS S TS STS

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 139

50 Sering mengikuti kajian islam di masjid atau SS S TS STS

mushola.

51 Saya sedikit mengetahui sejarah islam SS S TS STS

52 Dari doa-doa sehati-hari yang ada, saya SS S TS STS

banyak yang saya hafal

53 Terkait dengan pengetahuan hadis-hadis SS S TS STS

Rosulullah, masih sedikit saya hafal

54 Sampai saat ini, saya hafal 3 juz SS S TS STS

55 Saya kurang paham terhadap penetapan SS S TS STS

permasalahan di zaman modern

56 Saya sedikit hafal doa dan dzikir yang

diajarkan Rosulullah saw yang diturunkan SS S TS STS

oleh Allah swt beserta penerimnaya

57 Saya paham ilmu tasawuf SS S TS STS

58 Saya tahu dan hafal doa sapu jagad SS S TS STS

59 Saya tahu kitab-kitab SS S TS STS

60 Saya tahu semua tentang keutamaan sholat- SS S TS STS

sholat sunnah yang diajarkan Rosulullah saw

61 Saya tahu surat-surat pilihan yang ada di SS S TS STS

dalam Al-Qur’an

62 Jiak ada suatu permasalahan dalam hidup,

solusi pertama adalah saya mengambil dari SS S TS STS

Al-Qur’an

63 Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, saya

sandarkan berdasarkan hadis-hadis SS S TS STS

Rosulullah saw.

64 Jika ada permasalahan umum, saya tidak mau SS S TS STS

mengambil solusi dari Al-Qur’an dan Hadis.

65 Saya tidak yakin terhadap keotentikan isi Al- SS S TS STS

Qur’an terjaga sampai saat ini

Alpha Crombach’s : 0,812 : Sampel; 30 orang

140 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur

Item Shohih Item Gugur

Item 3,5,6,7,9,11,14,1 1,2,4,8,10,12,13,15,16,19,20,23,24,2

Pernyataan 7,18,21,22,25,26 9,30,31,32,34,35,37,38,39,40,41,42,4

,27,28,33,36,43, 5,47,48,49,51,52,53,54,55,56,57,58,5

44,46,50,63,64 9,60,61,62,65

Jumlah 23 42

E. Penutup

Instrumen diatas yakni Instrumen Skala Religiusitas Mahasiswa

SAINTEK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dibuat untuk mengukur

skala religiusitas pada mahasiswa khususnya mahasiswa di fakultas

SAINTEK di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tujuannya adalah agar

mahasiswa di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta bisa mengetahui skala

religiusitas pada mahasiswa di fakultas SAINTEK dan dari hasil

pengamatan yang kami lakukan dengan cara penyebaran kuisioner dapat

ditarik kesimpulan bahwasanya mereka memiliki kelemahan pada

dimensi pengamalan dan pengetahuan tapi kuat pada dimensi

keyakinan. Selain itu, hasil instrumen ini juga membuat pandangan baru

terhadap si peniliti yaitu meski mereka cenderung berkecimpung pada

ilmu umum tapi mereka memiliki tingkat religiusitas diatas kategori

rendah.

Dalam ketentuan ilmu statistika, jika suatu data yang memiliki

tingkat reliabilitas mendekati angka 1 maka dikatakan baik untuk

digunakan. Oleh karena itu, jika kita hubungkan dengan suatu

pengukuran instrumen maka apabila suatu instrumen itu memiliki nilai

reliabilitasnya mendekati angka 1 maka instrumen tersebut semakin

baik untuk digunakan dan sebaliknya. Sedangkan Instrumen ini

memiliki nilai reliabilitas 0,812. Hal itu menunjukkan bahwa instrumen

tersebut, termasuk yang bisa digunakan untuk pengukuran dalam rangka

pengumpulan data.

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 141

6. Instrumen Skala Kemandirian Belajar pada Siswa SMP

Muhammadiyah Boarding School (MBS) Prambanan, Yogyakarta

Oleh : Nadia Nur Hasanah ([email protected])

Profesional Judgement: Zaen Musyrifin, S.Sos.I., M.Pd.I.

A. Pengantar

Kemandirian belajar adalah kegiatan belajar aktif yang didorong

oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi

suatu masalah, dan dibangun dengan bekal engetahuan atau kompetensi

yang dimiliki. Penetapan kompetensi sebagai tujuan belajar, dan cara

pencapaiannya –baik penetapan waktu belajar, irama belajar, tempo

belajar, cara belajar maupun evaluasi belajar –dilakukan oleh siswa

sendiri (Haris Mujiman, 2005).

Seperti yang kita ketahui boarding school adalah sekolah dengan

asrama dimana seluruh peserta didik diwajibkan untuk tinggal di

dalamnya dalam kurun waktu tertentu. Selama tinggal di asrama seluruh

kegiatan siswa diatur sedemikian rupa mulai dari kegiatan kurikuler,

kokurikuler hingga ekstrakulikuler, baik di sekolah, asrama, maupun di

lingkungan masyarakat dengan pantauan dari dewan guru/ asatidz.

Sistem Boarding School yang tidak memperbolehkan siswa

pulang ke rumah tentu saja menuntut siswa untuk memiliki kemandirian

dalam mengatur kehidupannya sendiri karena jauh dari orang tua. Siswa

belajar mandiri dalam berbagai hal, baik dalam proses belajar di sekolah

maupun asrama, membangun relasi dengan guru dan teman serta dalam

mengatur keuangannya selama di asrama.

Maka dari itu, pentingnya instrumen ini dissun untuk

mengetahui seberapa mandirinya siswa Boarding School mengatur

kehidupan belajarya selama di dalam asrama. Dengan adanya instrumen

ini diharapkan dapat membantu para dewan guru/ asatidz dalam

mengetahui seberapa mandirinya para siswa sehingga dapat menemukan

metode yang tepat dalam mengasuh para siswanya.

B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis

Kemandirian belajar adalah suatu usaha untuk melakukan

aktivitas belajar secara mandiri atas dasar motivasinya sendiri agar

dapat menguasai suatu materi tertentu sehingga bisa

142 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

digunakan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Kisi-kisi

skala disusun berdasarkan aspek-aspek kemandirian belajar. Aspek-

aspek tersebut antara lain aspek intelektual, aspek sosial, aspek emosi

dan aspek ekonomi (Stisna, 2010).

No item

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

Jml Favora Unfavo

ble rabel

Memiliki

jadwal 7,38 13,31 4

kegiatan

Merencan harian

akan dan Memiliki

memilih target 15 20 2

kegiatan belajar

belajar

Mengikuti

sendiri kegiatan

ekstrakulik 27 44 2

uler yang

disukai

Kemandir Intelek Mencari

ian tual kebenaran 3 33 2

belajar

dari suatu

pada Berfikir

fakta siswa smp

Memutuska

secara

boarding

n suatu hal

kritis, 12 5 2

school

berdasarka logis dan

n logika

penuh

Menerima

keterbuka

kritik dan 35 28 2 an

saran

Terbuka

pada semua 46 40 2

pendapat

Menyesua Taat pada

ikan diri

peraturan

Sosial dengan 42,48 2,37 4

asrama dan norma-

sekolah

norma

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 143

yang

berlaku

Berinteraks

i dengan 9 30 2

Membang

lingkungan

Mengerjaka

un

n tugas

komunika 43 39 2

bersama-

si dan

sama

kerja

Menolong

sama

teman yang

17 21 2

sedang

kesusahan

Bertanggu Mengerjaka 23 10 2

ng jawab n pr

pada

Melaksana

tugas

kan jadwal 11 25 2

yang

piket

diberikan

Yakin bisa 18 8 2

naik kelas

Optimis

Yakin

dan yakin mendapat

pada diri nilai bagus 16 22 2

sendiri dengan

kemampua

n sendiri Bangga

Emosi pada diri

Mengharg

sendiri atas 1 19 2

nilai yang

ai

didapatkan

perasaan

Termotivas

sendiri

i dengan

dan orang

teman yang

lain 34 41 2

unggul

dalam

pelajaran

Ekono Mengelol Berhemat 36 47 2

mi a uang

Membeli 14 24 2

144 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

saku sesuai

kebutuhan

Memiliki 26

32

2

tabungan

Menabun

Menyisihka

g

n uang

4,29

6,45

4

jajan

Jumlah 24 24 48

C. Item Pertanyaan dan Reliabilitas

No Pertanyaan Jawaban

1. Saya bangga apabila mendapat nilai SS

S

TS

STS

bagus

2. Saya tidak taat pada peraturan di asrama SS S TS STS

3. Saya selalu bertanya ketika tidak SS

S

TS

STS

memahami pelajaran

4. Saya selalu menyisihkan uang saku

untuk keperluan darurat seperti ketika

kiriman telat, iuran kas kelas atau ketika SS S TS STS

saya butuh untuk membeli buku

pelajaran

5. Saya belajar bukan untuk mencapai SS

S

TS

STS

cita-cita saya

6. Saya tidak pernah menyisihkan uang SS

S

TS

STS

saku untuk keperluan darurat

7. Saya memiliki jadwal kegiatan harian SS S TS STS

8. Saya tidak yakin bisa naik kelas SS S TS STS

9. Saya suka kegiatan gotong royong SS

S

TS

STS

membersihkan asrama

10. Saya tidak pernah mengerjakan PR dari SS

S

TS

STS

guru

11. Saya rajin melaksanakan piket SS

S

TS

STS

kebersihan di sekolah dan asrama

12. Saya belajar agar dapat mencapai cita- SS

S

TS

STS

cita saya

13. Saya tidak memiliki jadwal kegiatan SS S TS STS

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 145

harian

14. Saya menggunakan uang kiriman sesuai SS S TS STS

dengan kebutuhan saja

15. Saya memiliki target belajar yang ingin SS S TS STS

saya capai

16. Saya yakin bisa mendapatkan nilai SS S TS STS

bagus dengan usaha saya sendiri

17. Saya akan selalu membantu teman yang SS S TS STS

kesusahan apabila saya mampu

18. Saya yakin bisa naik kelas SS S TS STS

19. Saya tidak bangga apabila mendapat SS S TS STS

nilai bagus

20. Saya tidak memiliki target belajar yang SS S TS STS

ingin saya capai

21. Saya tidak akan membantu teman yang SS S TS STS

kesusahan walaupun saya mampu

22. Saya tidak yakin bisa mendapatkan nilai SS S TS STS

bagus dengan usaha saya sendiri

23. Saya selalu mengerjakan PR dari guru SS S TS STS

24. Saya menggunakan uang kiriman hanya SS S TS STS

untuk jajan

25. Saya tidak rajin melaksanakan piket SS S TS STS

kebersihan di sekolah dan asrama

26. Saya memiliki tabungan SS S TS STS

27. Saya mengikuti kegiatan ekstrakulikuler

yang sudah saya pilih setelah pulang SS S TS STS

sekolah

28. Saya tidak terima jika ada yang SS S TS STS

mengkritik saya

29. Saya selalu menyisihkan sebagian uang SS S TS STS

jajan saya untuk ditabung

30. Saya tidak suka ketika gotong royong SS S TS STS

membersihkan asrama

31. Saya tidak terbiasa belajar jika tidak SS S TS STS

disuruh

32. Saya tidak memiliki tabungan SS S TS STS

146 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

33. Saya tidak pernah bertanya ketika tidak SS S TS STS

memahami pelajaran

34. Saya menjadikan teman saya yang SS S TS STS

pintar sebagai motivasi saya

35. Saya terima jika ada yang mengkritik SS S TS STS

saya

36. Saya adalah orang yang hemat SS S TS STS

37. Saya tidak pernah mentaati peraturan SS S TS STS

yang berlaku di sekolah

38. Saya terbiasa belajar tanpa disuruh SS S TS STS

39. Saya lebih suka mengerjakan PR sendiri SS S TS STS

daripada mengerjakan bersama teman

40. Saya tidak senang bila ada yang SS S TS STS

memberi saya saran

41. Saya tidak menjadikan teman saya SS S TS STS

yang pintar sebagai motivasi saya

42. Saya taat pada peraturan di asrama SS S TS STS

43. Saya lebih suka mengerjakan PR

bersama teman daripada mengerjakan SS S TS STS

sendiri

44. Saya tidak mengikuti kegiatan SS S TS STS

ekstrakulikuler setelah pulang sekolah

45. Saya tidak selalu menyisihkan sebagian SS S TS STS

uang jajan saya untuk ditabung

46. Saya senang bila ada yang memberi SS S TS STS

saya saran

47. Saya bukanlah orang yang hemat SS S TS STS

(boros)

48. Saya selalu menaati peraturan yang SS S TS STS

berlaku di sekolah

Alpha Cronbach’s : 0,865 : sampel: 35 orang

D. Klasifikasi Item Shohih dan Item Gugur

Melalui analisis SPSS. 15.0 dapat diklasifikasikan bahwa

sebaran item shohih dan item gugur sebagai berikut:

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 147

Item Item Shohih Item Gugur

Pernyataan

2,4,7,8,9,10,12,13,15,16,17,20, 1,3,5,6,11,14,18,19,21

22,23,27,29,30,31,36,37,38,42, ,24,25,26,28,32,33,34,

46,47,48 35,39,40,41,43,44,45

Jumlah 25 23

E. Penutup

Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Instumen Skala Kemandirian Belajar Pada Siswa SMP

Muhammadiyah Boarding School (MBS) Prambanan,

Yogyakarta dapat digunakan oleh guru, terutama para guru di

boarding school, untuk mengetahui tingkat kemandirian

belajar pada siswa didiknya.

2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka

pengumpulan data karena reabilitas instrumen mendekati angka 1,

yaitu 0,865.

148 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

7. Instrumen Skala Tingkat Religiusitas Pada Masyarakat

Pedesaan Oleh : Novi Dwi Lestari ([email protected])

Professional Judgement : Zaen Musyrifin, S. Sos. I .M. Pd. I.

A. Pengantar

Menurut Arikunto (2006:136) Instrumen adalah alat atau

fasilitas yang digunakan penelitian dalam mengumpulkan data agar

pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, sehingga mudah

diolah.

Religiusitas merupakan salah satu faktor dan unsur utama dalam

kehidupan individu dalam memenuhi kebutuhan spiritual. Glock dan

Stark (dalam Jalaluddin, 2004) mengatakan bahwa religiusitas adalah

keseluruhan dari fungsi jiwa individu mencakup keyakinan,perasaan,

dan perilaku yang diarahkan secara sadar dan sungguh-sungguh pada

ajaran agamanya dengan mengerjakan lima dimensi keagamaan yang

didalamnya mencakup tata cara ibadah wajib maupun sunat serta

pengalaman dan pengetahuan agama dalam diri individu.

Glock & Stark, (dalam Ancok dan Nashori, 2008) ada lima

macam dimensi kebergamaan, yaitu dimensi keyakinan (ideologis),

dimensi peribadatan atau praktek agama (ritualistik), dimensi

penghayatan (eksperiensial), dimensi pengalaman (konsekuensial),

dimensi pengetahuan agama (intlektual).

Skala tingkat religiusitas pada masyarakat pedesaan ini

dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi religious masyarakat

pedesaan dalam kehidupan sehari-hari, serta keyakinan beragama yang

dianutnya, karena dalam masyarakat pedesaan biasanya

keberagamannya masih terpengaruh oleh kebudayaan setempat yang

masih dilestarikan dan dipelihara oleh masyarakat itu sendiri.

B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologi

Skala tingkat religiusitas pada masyarakat pedesaan

dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi religious masyarakat

pedesaan dalam kehidupan sehari-hari serta keyakinan beragama yang

dianutnya. Aspek yang dikembangkan dalam skala instrumen tingkat

religiusistas pada masyarakat pedesaan, Menurut Glock & Stark, (dalam

Ancok dan Nashori, 2008) ada lima macam dimensi kebergamaan, yaitu

dimensi keyakinan (ideologis), dimensi peribadatan atau praktek

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 149

agama (ritualistik), dimensi penghayatan (eksperiensial), dimensi

pengalaman (konsekuensial), dimensi pengetahuan agama (intlektual).

No Item

Variable Aspek Indikator Deskriptor

Jml Favor Unfor

able able

Tingkat Aspek Percaya Yakin

religiusita keyakin dan yakin adanya

s pada an dengan Tuhan 1,2 3,4 4

masyarak

adanya

at Tuhan

Pedesaan serta ajran-

ajaran Yakin

agama dengan

yang agama yang

dianutnya dianutnya 5,6,7 8,9,10 6

Aspek Melaksana Melaksanak

perilaku kan an 11,12, 14,15, 6

kewajibaan kewajiban 13 16

agama shalat

degan taat.

Membaca 17,18 19 3

Al-Qur’an

Melaksanak 20,21, 23,24 5

an puasa 22

Aspek Tingkat Selalu taat

peribada kepatuhan beribadah

tan seseorang bila 25,26, 28,29, 6

dalam waktunya 27 30

mengerjak telah tiba

an ibadah

Aspek Perasaan, Ketika

Penghay sensasi dan harapan 31,32,

atan pengalama atau doanya 34,35 5 33

n dikabulkan

keagamaan oleh Tuhan

yang

Hati merasa 36 37,38 3

150 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

dialami tenang

oleh ketika

seseorang sudah

melaksanka

n shalat

Aspek Berperilak Berbuat

pengam u sesuai baik kepada

alan dengan sesama 39,40, 43,44, 8

ajaran- manusia

41,42

45,46

ajaran

agama

Aspek Mengetahu Memiliki

Pengeta i dan pengetahua

huan memahami n tentang 47,48

49,50

4

ajaran- dasar-dasar

ajaran agama

agama

Jumlah 26 24 50

C. Item Pernyataan dan Kategori

No Pernyataan Jawaban

1 Saya yakin dan percaya dengan adanya Tuhan SS S TS STS

2 Saya percaya bahwa Tuhan selalu melihat

SS

S

TS

STS saya, dimana pun saya berada

3 Saya tidak yakin dengan adanya Qodha dan

SS

S

TS

STS Qodar yang sudah ditentukan Tuhan

4 Saya tidak percaya bahwa Tuhan menjaga

SS

S

TS

STS saya

5 Saya yakin bahwa malaikat itu ada SS S TS STS

6 Saya yakin bahwa malaikat mencatat semua

SS

S

TS

STS perbuatan manusia yang baik dan buruk

7 Saya percaya terhadap Al-Qur’an SS S TS STS

8 Saya tidak percaya bahwa di alam kubur

SS

S

TS

STS masih ada kehidupan

9 Saya tidak percaya akan adanya hari

SS

S

TS

STS pembalasan

10 Saya tidak yakin dengan takdir Tuhan SS S TS STS

11 Saya selalu berwudhu terlebih dahulu sebelum SS S TS STS

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 151

melaksanakan ibadah shalat

12 Sebelum shalat wajib saya terlebih dahulu

SS S TS STS mendirikan shalat sunah

13 Saya selalu khusuk saat mengerjakan shalat SS S TS STS

14 Ketika adzan tiba saya tidak langsung shalat SS S TS STS

15 Saya akan menunda shalat saya, ketika saya

SS S TS STS sedang sibuk

16 Saya tidak tertib dalam mendirikan ibdah

SS S TS STS shalat lima waktu

17 Saya selalu meluangkan waktu untuk

SS S TS STS membaca Al-Qur’an

18 Saya merasa tenang dan damai ketika

SS S TS STS membaca Al-Qur’an

19 Saya tidak suka membaca Al-Qur’an SS S TS STS

20 Saya selalu melaksanakan puasa wajib dan

SS S TS STS sunnah

21 Saya selalu membaca doa niat puasa sebelum

SS S TS STS melaksanakan puasa

22 Saya yakin puasa melatih kesabaran SS S TS STS

23 Saya tidak bisa menahan lapar dan minum saat

SS S TS STS puasa

24 Saya tidak pernah melaksanakan puasa

SS S TS STS Ramadhan

25 Saya selalu mengerjakan shalat dengan tepat

SS S TS STS waktu

26 Saya selalu berdoa dan berdzikir setelah

SS S TS STS selesai shalat

27 Saya selalu membayar zakat SS S TS STS

28 Saya merasa shalat menyita waktu saya SS S TS STS

29 Saya tidak suka apabila ada yang menyuruh

SS S TS STS saya untuk shalat berjamah

30 Saya tidak pernah melaksanakan shalat di

SS S TS STS mushala

31 Saya selalu berdoa dengan sungguh-sungguh SS S TS STS

32 Saya selalu bersyukur atas apa yang Tuhan

SS S TS STS berikan kepada saya

33 Saya percaya bahwa Tuhan akan mendengar

SS S TS STS dan mengabulkan doa saya

34 Saya merasa Tuhan tidak sayang kepada saya, SS S TS STS

152 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

ketika saya terkena musibah

35 Saya merasa kecewa ketika doa saya tidak

SS S TS STS dikabulkan

36 Hidup saya merasa tenang bila dekat dengan

SS S TS STS Tuhan

37 Saya merasa tidak bersalah bila tidak

SS S TS STS melaksanakan shalat

38 Saya tidak pernah berdoa dalam setiap

SS S TS STS aktivitas saya

39 Saya selalu mendahulukan kepentingan umum

SS S TS STS dari pada kepentingan pridai saya

40 Saya selalu sopan dan menghormati orang lain SS S TS STS

41 Saya selalu berkata jujur SS S TS STS

42 Saya selalu mengikuti kegiatan gotong royong

SS S TS STS di desa

43 Saya tidak peduli jika tetangga sakit parah SS S TS STS

44 Saya tidak mau memaafkan orang lain SS S TS STS

45 Saya tidak mau menolong orang yang

SS S TS STS kesusahan

46 Saya suka mengambil barang yang bukan

SS S TS STS milik saya

47 Agama menjadi pedoman dalam hidup saya SS S TS STS

48 Saya mengetahui bahwa shalat lima waktu

SS S TS STS wajib untuk dikerjakan

49 Saya tidak peduli dengan aturan agama SS S TS STS

50 Hidup saya tidak nyaman apabila harus

SS S TS STS mengikuti aturan dalam agama

Alpha Cronbach’s = 0,903 ; Sampel = 30 orang

D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur

Melalui analisis SPSS.20 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran

aitem gugur dan aitem shahih sebagai berikut :

Item Shohih Item Gugur

Item 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 14, 17, 18, 20, 7, 12, 13, 15, 16,

Pernyataan 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 31, 33, 34, 35, 19, 28, 29, 30, 32,

36, 38, 41, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50 37, 39, 40, 42

Jumlah 36 14

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 153

E. Penutup

Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut :

1. Instrument ini bertujuan untuk mengetahui tingkat religiusitas pada

masyarakat pedesaan fungsinya agar seseorang mengetahui

seberapa tinggi tingkat kereligiusistasnya. Semakin tinggi tingkat

religiusitasnya maka semakin dekat individu tersebut dengan

Tuhan. Semoga dengan adanya skala ini bisa membantu

meningkatkan keriligisutasnya kepada Tuhan, serta dapat

memperbaikki dan menjaga kereligiusitasan seorang individu. 2. Instrumen ini dapat digunakan, dengan nilai reliabilitas instrumen

yang mendekati angka 1.00, yaitu 0,903

154 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

8. Instrumen Skala Pola Hidup Modern Masyarakat Ekonomi

Rendah Oleh : Nur Latifah ( [email protected] ) Profesional Judgement : Zaen Musyrifin, S.Sos.I., M.Pd.I

A. Pengantar

Instrumen ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana pola hidup

modern masyarakat yang berekonomi rendah. Karena pola hidup

seseorang dengan yang lain berbeda. Terkadang masyarakat berekonomi

rendah masih tetap ingin mengunggulkan atau menonjolkan sisi dimana

mereka tampil lain dari biasanya. Sehingga membuat mereka memilih

kehidupan yang tidak semestinya dijalani.

Pola hidup masyarakat merupakan kebiasaan yang mencakup tingkah

laku seseorang dalam kehidupan bermasyarakat. Pola hidup ini akan

membentuk karakter seseorang akan menjadi lebih baik ataupun menjadi

lebih buruk. Walaupun pola hidup dalam hal ini merupakan masyarakat

berekonomi rendah, bukan berarti kehidupan sosial bermasayarakat juga

rendah. Pada era modern saat ini, dimana teknologi informasi jauh lebih

canggih membuat setiap kalangan berlomba-lomba memiliki sesuatu hal

yang berbeda dari yang lain.

B. Pengembangan Instrumen Skala Pola Hidup Modern Masyarakat

Ekonomi Rendah

Instrumen skala pola hidup masyarakat ekonomi rendah bukan hannya

bermasalah pada tingkat kemiskinan saja, Shinta Doriza (2015) ekonomi

rendah berkaitan juga dengan gaya hidup masyarakat itu sendiri.

Sehingga berdampak terhadap interaksi atau hubungan individu dalam

kehidupan bermasyarakat. Dimana skala ini terbagi dalam beberapa

indikator yakni gaya hidup dengan kehidupan yang glamour/ serba luxury

dan kehidupan yang mengikuti trend di masa kini, dan interaksi sosial

berupa interaksi sosial positif dan negatif.

No Item

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

Jml Favorab Unfavor

le able

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 155

Perilaku yang 1, 2, 3

4, 5, 6, 8

Hidup bersifat konsumtif 7, 8

glamour/

Menginginkan

12, 13,

serba luxury

status tinggi di 9, 10, 11 14, 15, 8

Gaya

masyarakat 16

hidup Ikut dalam kegiatan 17, 18, 20, 21,

6

Mengikuti arisan sosialita 19 22

trend masa

kini

Ketergantungan 23, 24,

26 4

pada media sosial 25

Mampu melakukan 27, 28, 30, 31,

Pola hidup

kerja sama dengan 6 29 32

masyarakat

Interaksi orang lain

sosial

asosiatif

(positif) Mampu beradaptsi 33, 34,

dengan lingkungan 36 4 35

sekitar

Interaksi

sosial

Adanya persaingan

Interaksi

dalam 37, 38 39, 40 4 bermasyarakat

sosial

disosiatif

(negatif) Adanya

pertentangan satu 41, 42 43,44 4

dengan yang lain

Jumlah 22 22 44

C. Item Pertanyaan dan Kategorisasi

No Pernyataan Jawaban

156 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

1 Jika orang lain memiliki suatu barang, saya juga

SS S TS STS harus bisa membeli barang tersebut

2 Saya suka membeli suatu barang untuk memenuhi

SS S TS STS kebutuhan sehari-hari

3 Saya lebih sering makan di luar rumah SS S TS STS

4 Saya tidak bisa menyisihkan uang sekedar untuk

SS S TS STS menabung

5 Saya tidak suka membuat suatu barang dengan

SS S TS STS keterampilan yang saya miliki

6 Saya suka menghabiskan uang untuk keperluan

SS S TS STS yang tidak perlu

7 Saya tidak cermat dengan setiap pengeluaran

SS S TS STS keuangan

8 Saya selalu merasa tidak puas hanya dengan

SS S TS STS memiliki satu barang

9 Status sosial sangat berpengaruh dalam diri saya SS S TS STS

10 Saya ingin dianggap orang baik di antara yang lain SS S TS STS

11

Jabatan pekerjaan membuat saya terlihat unggul di

SS S TS STS masyarakat

12 Saya merasa bangga ketika orang lain tidak SS S TS STS memiliki barang yang sama dengan saya

13

Saya menginginkan orang lain beranggapan bahwa

SS S TS STS saya memiliki segalanya

14 Dalam acara tertentu saya suka mengenakan SS S TS STS barang-barang mewah

15 Saya suka membesar-besarkan apa yang saya SS S TS STS miliki saat ini

16 Menjadi salah satu tokoh masyarakat sangat SS S TS STS menaikkan status dalam diri saya

17

Arisan membuat masa depan saya menjadi lebih

SS S TS STS baik

18 Dengan arisan ruang lingkup pertemanan saya SS S TS STS menjadi lebih luas

19 Menurut saya arisan merupakan salah satu dari SS S TS STS cara untuk menabung

20 Arisan tidak membuat saya merasa kekurangan SS S TS STS

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 157

21

Arisan tidak menghambat keuangan dalam

SS S TS STS keluarga

22 Arisan membuat saya selalu merasa berhutang SS S TS STS

23 Bagi saya media sosial membuat hidup saya lebih SS S TS STS mudah

24 Media sosial bisa membantu saya mengetahui SS S TS STS situasi kondisi yang terjadi saat ini

25 Media sosial sangat membantu saya dalam SS S TS STS mendapatkan informasi

26 Media sosial tidak akan menjerumuskan saya pada SS S TS STS hal-hal buruk

27 Bergotong royong adalah salah satu cara untuk SS S TS STS saya menjalin kerja sama

28 Saya suka melakukan aktivitas bersama-sama SS S TS STS dengan team

29 Saya memilih bekerjasama untuk menyelesaikan SS S TS STS pekerjaan

30 Saya suka membantu orang lain untuk SS S TS STS menyombongkan diri

31 Bekerjasama tidak akan menguntungkan diri saya SS S TS STS

32 Saya tidak suka bekerjasama karena membuang- SS S TS STS buang waktu

33 Lingkungan sekitar sangat membantu saya SS S TS STS mengatasi berbagai permasalahan

34 Saya mampu menghadapi berbagai tekanan yang SS S TS STS menimpa saya

35 Saya dapat mempertahankan hidup denngan SS S TS STS melakukan berbagai aktivitas

36 Kondisi lingkungan sekitar tidak membuat saya SS S TS STS kesulitan

37 Persaingan membuat saya semakin terus SS S TS STS melangkah maju

38 Persaingan memotivasi saya untuk lebih baik SS S TS STS

39 Saya suka memamerkan apa yang saya miliki SS S TS STS

40 Persaingan bukanlah hal yang seharusnya saya SS S TS STS banggakan

158 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

41 Perbedaan membuat fikiran saya lebih terbuka SS S TS STS

42 Bagi saya bermusyawarah berguna untuk SS S TS STS mengambil keputusan bersama

43 Pendapat orang lain tidak berarti buat saya SS S TS STS

44 Perbedaan pendapat bukan berarti saya harus SS S TS STS bermusuhan

Alpha Cronbach’s = 0,631; Sampel = 31 Orang

D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur

Melalui analisis SPSS 24 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran aitem

gugur dan aitem shahih sebagai berikut :

Item Shahih

Item Gugur

Item Pernyataan

4, 13, 19, 22, 23, 24, 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15,

27, 28, 29, 30, 31, 16, 17, 18, 20, 21, 25, 26, 34, 35, 36,

32, 33, 38, 41, 42, 43 37, 39, 40, 44

Jumlah 17 27

E. Penutup

Dapat disimpulkan bahwa instrumen ini dimaksudkan untuk

mengetahui sejauhmana pola hidup modern masyarakat ekonomi rendah

dalam kehidupan bermasayarakat. Bahwasannya tidak semua masyarakat

berekonomi rendah akan memiliki kehidupan sosial yang rendah juga,

terkadang kehidupan sosial yang dijalaninya cenderung tinggi.

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 159

9. Instrumen Skala Tingkat Kecerdasan Spiritual Mahasiswa

Aktivis Yogyakarta Oleh : Siti Triyuwanti ([email protected])

Profesional Judgement : Fadlilah Susi Wahyuni S.Ag

A. Pengantar

Kecerdasan spiritual atau yang biasa disingkat SQ merupakan

kecerdasan yang dimiliki manusia untuk menghadapi dan memecahkan

persoalan makna kehidupan, ketahanan diri dan keutuhan diri.

Kecerdasan ini digunakan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan

kehidupan seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang

lainnya. Sehingga, seseorang dapat menemukan makna hidup dari

belajar, bertanya dan bekerja biarpun dalam menghadapinya terdapat

masalah dan penderitaan. Bahkan, SQ merupakan kecerdasan tertinggi.

(Zohar & Marshall 200 hal 12-13), menyatakan bahwa kecerdasan

spiritual memungkinkan seseorang untuk mengenali mulai sifat-sifat

pada orang lain serta dalam dirinya sendiri.

Selanjutnya Ary Ginanjar Agustian mendefinisikan bahwa

kecerdasan spiritual (SQ) adalah kemampuan untuk memberi makna

ibadah pada setiap perilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah dan

pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia seutuhnya (hanif), dan

memiliki pola pemikiran tauhid (integralistik) serta berprinsip hanya

karena Allah.

Teori psikologi kecerdasan spiritual yang relevan salah satunya

adalah teori disintegrasi positif Dabrowski (1967), yang digambarkan

sebagai kemampuan individu pada kebebasan cara berfikir dan

berperilaku yang mendukung kasih sayang, integritas dan peduli

terhadap orang lain. Sedangkan teori tentang aktualisasi diri (Maslow,

1968), yang menekankan nilai-nilai seperti keadilan, keindahan,

keutuhan dan kesatuan.

Dari beberapa teori kecerdasan spiritual yang dikemukakan di

atas. Dengan demikian, penyusunan skala ini dimaksudkan untuk

mengukur tingkat kecerdasan spiritual mahasiswa aktivis. Tingkat

kecerdasan spiritual mahasiswa aktivis ditunjukan dengan skor total

yang diperoleh subyek pada skala tingkat kecerdasan spiritual

mahasiswa aktivis. Skala tingkat kecerdasan spiritual disusun

berdasarkan aspek-aspek tingkat kecerdasan spiritual yang disajikan

160 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

dalam bentuk indikator-indikator tentang tingkat kecerdasan spiritual

mahasiswa. Semakin tinggi skor yang diperoleh subyek, maka semakin

tinggi kecerdasan spiritual mahasiswa aktivis tersebut dalam menjalani

kehidupan sehari-harinya.

B. Pengembangan Skala Psiologis

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang dimiliki seseorang

dalam menjalani kehidupan sehari-harinya, yaitu untuk mengenal siapa

dirinya secara lahir dan batin, kemampuan melihat makna yang

terkandung di setiap peristiwa yang terjadi (mampu memaknai

penderitaan hidup dengan memberikan makna yang positif pada setiap

peristiwa atau masalah, menilai bahwa tindakan atau jalan hidup

seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain), mampu

membangkitkan jiwa diri sendiri untuk menjadi manusia seutuhnya yang

menyadari tentang siapa diri dan hubungan dengan sesama manusia dan

alam semesta, dan mengenal bahwa ada kekuasaan yang melebihi

apapun di dunia ini yaitu sang Pencipta.

Kisi-kisi skala disusun berdasarkan aspek-aspek kecerdasan

spiritual. Menurut (Khavari, 2010) ada beberapa aspek yang menjadi

dasar kecerdasan spiritual, yaitu sudut pandang: spiritual-keagamaan,

relasi sosial-keagamaan, dan etika sosial.

Nomer Item

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

Jml Favor Unfavo

able rable

Beribadah

1,2,3,4 7,8,9,10, 11

Mencipta ,5,6 11

kan

Bersyukur 12,13 14,15,16 5

hubungan Tingkat

Spiritu dengan Husnudzan

kecerdasa

al- Allah kepada 17,18 19,20 4 n spiritual

keaga

Allah

Mahasisw

maan Mengiden Percaya

i Aktivis

tifikasi Allah

bahwa Pemilik 21,22 23,24 4

ada Kekuasaan

kekuatan Tertinggi

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 161

spiritual Meyakini

yang

Allah yang

lebih

mengatur 25 26 2

tinggi alam

semesta

Memaha Bertanggun 27 28 2

mi hukum g jawab

sebab-

Bersabar 29,30 31 3 akibat

Kesadaran

diri yang 32 33 2

Spontanit tinggi

as

Termotivas

i secara 34 35 2

internal

Mengharga

Menekan i 36 37 2

Sosial- kan segi keragaman keaga kebersam

Rasa

maan aan

berkomunit 38 39 2

as

Kasih 40,41 42,43 4

saying

Bermanfaat 44 45 2

Kesejahte

Menikmati 46 47 2

raan hidup

sosial

Mengingat

kan dalam 48 49 2

kebaikan

Ikhlas 50,51 52 3

Etika Menguta Beradab 53 54 2

sosial makan

162 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

kedamaia Mendahulu

n kan orang 55 56 2

lain

Mampu

Memberika

n makna 57

58

2 memaknai

positif

penderitaa

n hidup Tidak 59

60

2

Menjudge

Jumlah 31 29 60

C. Item pernyataan dan kategorisasi

No Pernyataan Jawaban

1.

Saya mendirikan shalat fardhu lima SL

SR

KD

PR TP

waktu tepat waktu

2.

Saya mendirikan shalat sunnah setelah SL

SR

KD

PR TP

menunaikan shalat fardhu

3.

Setiap selesai shalat saya berdzikir dan SL

SR

KD

PR TP

berdo’a,

Setiap saya menyempatkan membaca

Al-Quran, saya membaca sekaligus

4. terjemaahannya dan memahami SL SR KD PR TP

tafsirnya meskipun sedang diburu-buru

tugas dan kegiatan

5.

Saya melaksanakan puasa sunnah SL

SR

KD

PR TP

senin dan kamis

Saya berwudlu sesuai tuntunan

6. Rasulullah dan berusaha menjaga SL SR KD PR TP

wudlu saya

Saat waktu shalat fardhu tiba, saya

7.

memilih menyelesaikan dahulu tugas SL

SR

KD

PR TP

dan kegiatan saya setelah itu

menunaikan shalat fardhu

8.

Saya tidak menunaikan shalat lima SL

SR

KD

PR TP

waktu jika saya sedang sakit

Saya mendirikan shalat, saya tidak

9. tumakninah, tergesa-gesa dan tidak SL SR KD PR TP

meresapi setiap bacaan shalat saya

10. Saya lupa membaca Al-Quran jika SL SR KD PR TP

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 163

saya terlalu sibuk

Saat berdoa, saya hanya mengucap

11.

tanpa penuh harap dan tidak memiliki SL SR KD PR TP

rasa takut apabila doa-doa saya tidak di

dengar Allah.

Ketika mendapat sesuatu yang

12. membahagiakan, saya mengucapkan SL SR KD PR TP

hamdalah

Saya bersyukur dan merasa puas atas

13. apa yang saya dapatkan dari apa yang SL SR KD PR TP

saya kerjakan sendiri

14.

Saya suka sedih dan mengeluh,apabila SL SR KD PR TP

saya mendapat cobaan

15.

Saya merasa kecewa saat mengetahui SL SR KD PR TP

hasil orang lain lebih besar dari saya

Apabila ada kejadian buruk yang

menimpa saya, Saya berpikir mengapa

16. tidak diberi nasib yang lebih SL SR KD PR TP

menyenangkan seperti yang dirasakan

orang lain.

Saat saya menghadapi masa sulit, saya

17. percaya bahwa Allah memberikan SL SR KD PR TP

kemampuan kepada saya

Saya tetap merasa tenang, saat sesuatu

18. yang tidak menyenangkan terjadi SL SR KD PR TP

menimpa saya

Saat musibah datang, saya marah dan

19. berpikir Allah saat itu sedang SL SR KD PR TP

menghukum saya

Ketika menghadapi masalah namun

20.

tidak kunjung selesai, saya berpikir SL SR KD PR TP

kesusahan yang saya hadapi tidak akan

mendapatkan kemudahan

Saat saya membutuhkan sesuatu, saya

21.

percaya Allah itu memberikan apa SL SR KD PR TP

yang saya butuhkan bukan apa yang

saya inginkan

22.

Saya bekerja keras dan berdoa untuk SL SR KD PR TP

mendapatkan hasil yag terbaik

23. Saya tidak berdoa kepada Allah, SL SR KD PR TP

164 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

karena dengan saya bekerja keras saya

akan mendapatkan sesuatu yang ingin

saya dapatkan

Saat doa saya belum juga terwujud,

24. saya menjadi malas berdoa dan SL SR KD PR TP

meminta kepada Allah

Apabila ada kejadian tidak terduga

25. menimpa saya, Hanya kepada Allah

SL SR KD PR TP saya menyembah dan hanya kepada

Allah saya meminta pertolongan

Saya masih resah dan galau menjalani

26. hidup, padahal tahu Allah sudah SL SR KD PR TP

mengatur semuanya

Di saat tugas kuliah menumpuk, saya

27. berusaha memenuhi tanggung jawab di

SL SR KD PR TP organisasi/ komunitas yang saya ikuti

di luar kampus

28. Saya melalaikan tanggung jawab saya

SL SR KD PR TP di organisasi demi kesenangan saya

29. Saya memaafkan orang lain yang

SL SR KD PR TP berbuat salah kepada saya

Saya tetap menyimpan nama teman

30. saya di dalam hasil tugas kelompok SL SR KD PR TP

meskipun dia tidak ikut mengerjakan

Saya menegur dan marah kepada

31. teman saya yang lalai mengerjakan SL SR KD PR TP

tugas kelompok

32. Saya merasa berdosa apabila saya

SL SR KD PR TP berbohong kepada orang lain

Jika saya berbuat salah, saya tidak

33. peduli atas kesalahan saya dan SL SR KD PR TP

langsung melupakannya

34. Saya ingin melakukan yang terbaik

SL SR KD PR TP untuk setiap pekerjaan saya

35. Setiap hasil pekerjaan saya ada yang

SL SR KD PR TP salah, saya malas memperbaikinya

Saya menerima pendapat orang lain

36. yang berbeda dan menjaga hubungan SL SR KD PR TP

baik dengan sesama manusia

37. Jika menghadiri rapat, saya merasa SL SR KD PR TP

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 165

pendapat saya benar dan pendapat

orang lain salah

Jika saya terpilih sebagai pengurus

38. suatu organisasi maka saya berusaha SL SR KD PR TP

menjalankan amanah sebaik-baiknya

Ketika saya sudah merasa tidak

39. nyaman dalam suatu organisasi, saya SL SR KD PR TP

memilih ingin menghindar dan keluar

40.

Saya senang berbagi dan membantu SL SR KD PR TP

orang-orang yang membutuhkan saya

Saya menghilangkan rasa ego saya

untuk merespon dan melayani orang

41. lain yang membutuhkan bantuan, SL SR KD PR TP

meskipun saya bukan orang

terdekatnya

Saya tidak akan membantu teman saya

42. jika itu bukan bagian dari tugas saya SL SR KD PR TP

meskipun itu kepentingan organisasi

Saya tidak mau membantu orang lain

43. yang sudah menyakiti dan merugikan SL SR KD PR TP

saya

44.

Saya menyisihkan uang jajan saya SL SR KD PR TP

untuk bersedekah

Ketika teman saya memiliki kesulitan

tidak memiliki laptop untuk

45. mengerjakan tugas, saya tidak peduli SL SR KD PR TP

dan tidak mau memberikannya

pinjaman

46.

Saya senang dan sangat menikmati SL SR KD PR TP

kesibukan saya

Saat saya dihadapkan jadwal padat,

47. tugas kuliah numpuk, saya merasa SL SR KD PR TP

terbebani dan mengeluh

Saya memberi semangat kepada teman

48.

saya yang masih lalai dalam SL SR KD PR TP

mengerjakan tugas dan menjalankan

tanggung jawab

49.

Apabila saya melihat teman saya SL SR KD PR TP

mencontek, saya membiarkaannya

50. Saya menjadi volunteer dan SL SR KD PR TP

166 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

memberikan ilmu yang saya punya

kepada adik-adik sekolah yang

membutuhkan bantuan dalam belajar

Saya memberikan yang terbaik dalam

51. pekerjaan saya tanpa mengharap dapat SL SR KD PR TP

imbalan besar

52. Saya malas menolong lagi teman yang

SL SR KD PR TP

tidak tahu terimakasih

Saya menjaga perilaku dan bicara

dengan sopan santun (menjaga ucapan

53. dari perkataan-perkataan yang tidak SL SR KD PR TP

pantas diucapkan) kepada orang tua,

guru dan teman

54. Apabila saya disuruh oleh orang tua

SL SR KD PR TP

saya, saya berkata “ah/ tidak mau”

Saya memberikan uang kepada orang

55. yang meminjam uang kepada saya

SL SR KD PR TP

tanpa berpikir saya juga

membutuhkannya

Jika saya melihat kecelakaan, saya

56. menunggu ada orang yang menolong

SL SR KD PR TP

setelah itu baru saya mendekat untuk

ikut menolong

Saat saya dikelilingi kebencian orang

57. disekeliling saya, saya berdoa dan

SL SR KD PR TP

mengingat ada Allah yang menemani

juga melindungi

Saat kegagalan yang saya peroleh, saya

58 tidak mau berusaha mencoba lagi dan

SL SR KD PR TP

mencari kesenangan yang dapat

menghibur saya

Saat orang lain melakukan kesalahan

yang merugikan saya, saya

59. menganggapnya hal ini hanya SL SR KD PR TP

kebetulan dan bisa saja terjadi tanpa

direncana, saya memaafkannya

Ketika saya melihat orang lain tidak

60. bisa melakukan apa yang menjadi

SL SR KD PR TP

tugasnya, saya berpikir orang tersebut

tidak akan bisa sukses dalam segala

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 167

hal

Alpha Cronbach’s = 0,921, Sampel= 44 orang

D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur

Melaui analisis SPSS.15 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran

aitem gugur dan aitem shahih sebagai berikut:

Item Shohih Item Gugur

1, 4, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 16, 2, 3, 5, 10,

Item 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 15, 27, 31,

26, 28, 29, 30, 32, 33, 34, 35, 36, 49, 55, 60

Pernyataan

37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45,

46, 47, 48, 50, 51, 52, 53, 54, 56,

57, 58, 59

Jumlah 50 10

E. Penutup

Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

Instrumen dapat digunakan jika memiliki nilai reliabilitas

instrumen mendekati angka 1.00. Maka dari itu, instrumen ini dapat

digunakan untuk pengukuran skala kesecerdasan spiritual dalam rangka

pengumpulan data karena realiabilitas instrumen yaitu 0,921

168 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

10. Instrumen skala motivasi belajar anak TPA Masjid

Baiturrahman Gowok Oleh : Tita Nurapipah ([email protected]) Professional judgement : Slamet, S.Ag., M.SI

A. Pengantar

Dalam memenuhi tercapainya sebuah penelitian yang mana

dalam sebuah penelitian pasti ada instrumen di dalamnya yang akan

membantu menjawab adanya sebuah penelitian yang di lakukan.

Instrumen adalah suatu pengukuran untuk mencapai suatu keakuratan

pada suatu penelitian. Instrumen yang penulis angkat ini merupakan

tentang perkembangan anak usia sekolah, dimana objek instrumen yang

di ambil dari sebuah TPA di salah satu masjid daerah gowok yogyakarta.

Kali ini penulis akan terlebih dahulu menjelaskan tentang perkembangan

anak usia sekolah. Usia sekolah merupakan usia anak saat memasuki

tahapan sekolah formal, di mana anak sudah mulai di tuntut untuk

sekolah secara mandiri, bisa menyelesaikan tugas-tugasnya sendiri,

sudah mulai belajar dan mampu membaca menulis dan berhitung untuk

bisa mengikuti materi-materi pelajaran di sekolah. Di masa usia sekolah,

anak-anak terlihat semakin senang untuk bermain bersama teman-

temannya, mereka mulai memainkan permainan yang ada aturannya

seperti bermain sepak bola atau futsal dan lainnya. Di masa ini pula

mereka masih sering bertengkar dan bergelut dengan teman- temannya,

namun hanya sesaat dan bisa bermain bersama kembali. Masa usia

sekolah merupakan masa ketika anak-anak sudah mulai mengenal

kompetisi dan prestasi secara akademis maupun non akademis, mereka

sudah muncul rasa malu ataupun rasa bangga saat merasa dirinya

memiliki kekurangan atau kelebihan di antara teman-temannya.

B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis

Pada dasarnya motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk

menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar

ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai

hasil atau tujuan tertentu. Menurut Clayton Alderfer (dalam

Nashar,2004:42) Motivasi belajar adalah kecenderungan siswa dalam

melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 169

prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin. Motivasi dipandang sebagai

dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku

manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya

keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan

mengarahkan sikap serta perilaku pada individu belajar (Koeswara,

1989 ; Siagia, 1989 ; Sehein, 1991; Biggs dan Tefler, 1987 dalam

Dimyati dan Mudjiono, 2006)

Skala motivasi belajar yang di susun berdasarkan teori menurut

Abin Syamsudin M (1996) yang terdiri dari dua aspek yaitu, aspek

internal dan eksternal. Dan, lima indikator yang antara lain yaitu 1)

memiliki keuletan dan kemampuannya untuk menghadapi kegiatan dan

kesulitan untuk mencapai tujuan. 2) pengorbanan untuk mencapai tujuan

3) kualifikasi prestasi 4) adanya lingkungan yang baik dan, 5) adanya

kegiatan yang menarik.

No. Item

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

Jml

Favora Unfavor

ble able

Motivasi Memilik

belajar i

anak keuletan

TPA dan

Masjid kemamp Memiliki

Baiturra

uan

kemauan

hman

untuk 1, 2, 3,

untuk

Gowok

mengha 9, 10, 4, 8, 6 10

selalu gigih

dapi 5, 7

Aspe dalam

kegiatan

k berusaha

dan

intern

kesulitan

al

untuk

mencapa

i tujuan. Pengorb Proses

anan untuk 12, 14, 13, 15,

untuk mencapai 16, 18, 10

17, 20

mencapa keberhasila 19, 49

i tujuan n

Kualifik Melakukan 21, 23, 24, 28, 10

170 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

asi pembelajar 26, 27, 35

prestasi an 30, 36,

tambahan 46

Aspe Adanya Adaptasi 11, 22,

k lingkung lingkungan 29, 31, 33, 40 10

ekste

an yang yang baik 32, 34,

rnal baik 37, 47

Adanya Mengikuti 25, 38, 39, 43,

kegiatan kegiatan di

41, 42, 45, 48, 10

yang lingkungan 44 50

menarik

Jumlah 33 17 50

Alpha Cronbach’s= 0,957 ; Sampel= 50 orang

C. Item Pernyataan dan Kategori

Skala ini menggunakan skala Likert dengan sedikit modifikasi

yaitu dengan menghilangkan pilihan ragu-ragu, hal ini digunakan untuk

mendapatkan data yang konkrit.

No Pernyataan Jawaban

1 Saya anak yang rajin datang ke TPA SS S TS STS

2 Saya anak yang kurang pandai tapi saya SS S TS STS

berusaha untuk menjadi pandai

3 Saya giat dalam belajar menghafal SS S TS STS

4 Saya akan rajin belajar jika saya di belikan SS S TS STS

hadiah mainan yang bagus

5 Saya giat belajar membaca al-quran SS S TS STS

walaupun tidak bisa

6 Saya tidak mau pergi ke TPA jika tidak di SS S TS STS

kasih uang jajan

7 Saya berusaha lebih baik dari teman-teman SS S TS STS

saya

8 Saya malas ketika harus mengulang hafalan SS S TS STS

surat pendek

9 Saya punya semangat yang tinggi dalam SS S TS STS

belajar di TPA

10 Saya senang mengaji di TPA walupun SS S TS STS

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 171

gurunya galak

11 Sebelum masuk TPA saya bersalaman dulu SS S

TS STS

kepada ustadz dan ustadzah

12 Saya lebih memilih ke TPA daripada bermain SS S

TS STS

13 Saya akan melakukan apapun agar keinginan SS S

TS STS

tercapai, termasuk menyakiti teman

14 Saya semangat pergi ke TPA walaupun hujan SS S TS STS

15 Saya suka lupa waktu ketika bermain SS S TS STS

16 Saya tidak mengeluh berangkat ke TPA SS S

TS STS

walaupun jaraknya jauh dari rumah

17 Saya tidak suka belajar menulis huruf arab SS S

TS STS

karena tidak bisa

18 Saya mengutamakan pergi TPA dari pada SS S

TS STS

pergi jalan-jalan

19 Saya tetap berangkat ke TPA walaupun SS S

TS STS

dalam keadaan capek

20 Jika saya tidak bisa hafalan saya lebih SS S

TS STS

memilih tidak berangkat ke TPA

21 Sepulang TPA saya ikut solat berjamaah di SS S

TS STS

masjid

22 Saya anak yang sopan dan santun SS S TS STS

23 Sehabis TPA saya akan bertanya jika ada SS S

TS STS

materi yang tidak di mengerti

24 Saya belajar yang menurut saya senang saja SS S TS STS

25 Saya senang jika ikut tampil dalam acara SS S

TS STS

TPA

26 Saya mampu menyelesaikan target belajar SS S

TS STS

yang di tentukan di TPA dengan baik

27 Ketika ada waktu kosong saya SS S

TS STS

memanfaatkannya untuk membaca buku

28 Saya tidak berbakat dalam hal apapun SS S TS STS

29 Saya membantu teman apabila sedang SS S

TS STS

kesusahan

30 Selain belajar di sekolah dan di TPA saya SS S

TS STS

juga ikuti les privat lain

31 Saya mudah bergaul dengan teman-teman SS S TS STS

32 Saya ramah kepada siapapun SS S TS STS

172 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

33 Saya tidak peduli dengan orang di sekitar SS S TS STS

saya

34 Saya selalu pamit jika berangkat ke TPA SS S TS STS

35 Saya hanya belajar jika ada ulangan saja SS S TS STS

36 Saya membantu ustadz dan ustadzah sebelum SS S TS STS

masuk kelas

37 Saya tidak pernah lupa mengucap salam jika SS S TS STS

berpamitan

38 Saya aktif mengikuti kegiatan lomba antar SS S TS STS

TPA

39 Saya merasa tidak percaya diri jika ikut SS S TS STS

tampil dalam acara TPA

40 Saya tidak mau meminjamkan pensil kepada SS S TS STS

teman saya

41 Saya ikut membantu kegiatan bersih-bersih SS S TS STS

di TPA

42 Saya menerapkan adab sopan santun yang di SS S TS STS

ajarkan guru ngaji saya

43 Saya tidak patuh terhadap tata tertib di TPA SS S TS STS

44 Saya senang jika ada takbir keliling di TPA SS S TS STS

45 Saya senang jika ada acara pengajian di TPA SS S TS STS

karena ngajinya akan di liburkan

46 Saya mendapat juara di TPA maupun di SS S TS STS

sekolah

47 Saya menghormati orang yang lebih tua dari SS S TS STS

saya

48 Saya malas bergabung bersama teman-teman SS S TS STS

TPA

49 Saya anak yang selalu berusaha untuk SS S TS STS

mencapai apa yang saya inginkan

50 Saya tidak mau mengikuti kegiatan yang di SS S TS STS

adakan di TPA, karena membosankan

D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur

Melalui analisiss SPSS.20 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran aitem

gugur dan aitem shahih sebagai berikut :

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 173

Item Shohih Item Gugur

Item 1,2,3,4,5,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16, 6, 18

17,19,20,21,22,23,24,25,26,27,28,29,

Pernyataan

30,31,32,33,34,35,36,37,38,39,40,41,

42,43,44,45,46,47,48,49,50,

E. Penutup

Motivasi belajar adalah suatu usaha baik dari dalam diri maupun

dorongan dari luar untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

(kepandaian/ilmu) sehingga keinginan yang diinginkan dapat tercapai.

Instrumen ini di tujukan untuk anak-anak TPA masjid Baiturrahman

gowok sehingga penulis dapat mengetahui seberapa besar tingkat

motivasi belajar pada anak-anak TPA tersebut.

Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut: 1. Instrumen skala motivasi belajar anak

TPA masjid Baiturrahman dapat digunakan untuk khalayak umum untuk

mengetahui efektivitas motivasi belajar anak. 2. Instrumen dapat

digunakan untuk pengukuran dalam rangka pengumpulan data karena

realiabilitas semakin mendekati angka 1 maka akan semakin reliabel.

Nilai reliabelitas instrumen ini yaitu, 0,957

174 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

11. Instrumen Skala Tingkat Self Esteem (Harga Diri) pada Santri Penghafal Qur’an PP. Al Munawwir Krapyak Yogyakarta Disusun oleh : Zidna Ilma Nafia ([email protected]) Professional Judgment: Nailul Falah, S.Ag, M.Si.

A. Pengantar

Menurut suharsimi Arikunto (2010:265), Instrumen penelitian

merupakan alat bantu yang dipilih & digunakan oleh peneliti dalam

melakukan kegiatannya untuk mengumpulkan data agar kegiatan

tersebut menjadi sistematis & dipermudah olehnya

Coopersemith (dalam Desmita, 2012) memeberi penjelasan

secara menyeluruh mengenai Self Esteem sebagai dimensi evaluatif diri

yang bersifat luas, yang artinya sikap yang dibuat individu terhadap diri

sendiri mulai dari rentang dimensi yang positif dan negatif. Santrock

juga menyebutkan bahwa Self Esteem juga sering disebut sebagai self

image (gambaran diri) atau self worth (percaya diri). Jadi Self Esteem

merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri secara positif

ataupun negatif. Evaluasi individu tersebut terlihat dari penghargaan

yang diberikan oleh diri terhadap eksistensi dan keberaniannya.

Skala ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana Self Esteem

santri penghafal Qur’an PP. Al Munawwir Krapyak Yogyakarta dalam

proses menghafal ataupun melancarkan hafalannya. Makin tinggi skor

yang diperoleh subyek, maka makin tinggi Self Esteem (Harga diri)

tersebut. Skala ini disusun berdasarkan aspek-aspek Self Estem (Harga

diri) yang disajikan dalam bentuk indikator-indikator tentang Self

Esteem.

B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis

Self Esteem (Harga Diri) yaitu evaluasi atau penilaian diri yang

dilakukan individu terhadap dirinya sendiri secara global, dengan

menyadari dan percaya terhadap kemampuannya, merasa bahagia atas

dirinya, penerimaan terhadap diri, dan kesadaran terhadap

kompetensinya. Skala self esteem disusun berdasarkan teori

Coopersmith yang terdiri dari empat aspek, yaitu keberatian diri

(Significance), ketaatan individu (Virtue), kekuatan individu (power),

dan kompetensi diri (Competence)

Variabel Aspek Indikator Deskriptor No item Jml

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 175

Favora Unfavo

ble rable

Interaksi

dengan 1,2 3, 3

Interaksi

keluarga

Interaksi

sosial

dengan

4,5 6,7 4

teman

sebaya

Kepedulian

Kepedulia

Terhadap 8,9,10 11,12,13 6

lingkungan

an dan

sekitar

penerimaa

Penerimaan

n diri dari

diri

lingkunga

sebenarnya 14 15 2

n

terhadap

Keber

lingkungan

Self atian

Mampu

Esteem diri

saling

(Harga (signif

berbagi

diri) icance)

kasih

sayang 16,17 18,19,20 5

Afeksi kepada

dan keluarga

eskpresi dan teman

cinta yang dekat

diterima Saling

dari menghargai 21, 22,23 3

lingkunga kepada

n siapapun

Empati dan

simpati

kepada 24,25 26,27 4

lingkungan

sekitar

Ketaat Ketaatan Mampu

an dalam mengaplika 28,29 30,31 4

individ mematuhi sikan nilai-

u nilai nilai moral

176 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

(Virtu moral dan dan etika

e) etika

Penilain

positif dan

negatif 32,33 34 3

terhadap

nilai-nilai

moral

Ketaatan

Mampu

mematuhi

dalam

dan

mematuhi 35 36,37 3

mengaplika nilai

sikan nilai-

agama

nilai agama

Motivasi 38,39 40,41, 4

diri

Internal

Pengetahua

n yang 42,44 45 3 (dalam

dimiliki

Kekua diri)

Kedisiplina

tan

n dan 46 47 2

individ

keteguhan

u

Lingkunga

(Powe

48 49 2

n sosial r)

Eskternal Keluarga

teman

(dari luar)

dekat 50 43 2

sebagai

penguat

Mampu

mengoptim

Kemampu

alkan

waktu

an yang 51 52 2

Komp dengan tinggi

etensi menghafal

untuk

(Comp dan

memenuh

etence) murojaah

i

Mampu

kebutuhan

membagi

53 54 2

waktu

antara

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 177

kebutuhan

pribadi dan

kebutuhan

dalam

menghafal

Qur’an

Mampu

Kemampu mengoptim

an yang aalkan

tinngi kemampua 56

55 2

untuk

n dalam

berprestas mengahfal

i Qur’an dan

berprestasi

Jumlah 28 28 56

C. Item Pernyataan dan Kategorisasi

No. Pernyataan Jawaban

1 Hubungan saya dengan orang tua baik SS S TS STS

2 Setiap hari saya selalu mengabari ibu lewat

SS S

TS STS sms atau telfon

3 Saya marah jika dinasehati oleh ayah SS S TS STS

4 Saya terbuka kepada teman SS S TS STS

5 Saya selalu mendengarkan jika teman curhat SS S TS STS

6 Saya acuh dan cuek kepada teman SS S TS STS

7 jika teman sakit saya tidak peduli SS S TS STS

8 Saya senyum jika bertemu orang dijalan SS S TS STS

Terkadang saya menawarkan minum kepada

9 orang yang duduk disamping saya di dalam SS S TS STS

bus atau kereta

Saya mengajak ngobrol dengan orang yang

10 duduk di samping saya di dalam angkutan SS S TS STS

umum

11 Saya curiga dengan orang yang tak dikenal SS S TS STS

12 Saya tertutup dengan orang yang baru kenal SS S TS STS

13 Saya membatasi berinteraksi dengan lawan

SS S

TS STS jenis

14 Saya selalu bersih-bersih kamar SS S TS STS

178 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

15 Saya tidak peduli kepada teman yang

SS S TS STS mengalami kesusahan

16 Orang terdekat saya selalu mengingatkan

SS S TS STS untuk muroja’ah(mengulang) hafalan

17 Saya mengerti sifat dan watak orang terdekat

SS S TS STS saya

18 Ketika saya murojaah tidak lancar, teman

SS S TS STS teman mengejek saya

19 Ketika saya salah berbuat, saya dikucilkan SS S TS STS

20 Ketika orang terdekat saya sakit, saya

SS S TS STS berusaha untuk merawatnya dengan baik

21 Jika saya mempunyai rizki lebih, saya selalu

SS S TS STS membelikan jajan untuk teman saya

22 Saya suka marah tidak jelas kepada teman

SS S TS STS saya

23 Jika saya kelelahan saya berbicara ketus

SS S TS STS kepada teman

24 Saya tidak suka memotong pembicaraan

SS S TS STS orang lain

25 Jika teman sedang murojaah saya tidak

SS S TS STS berani mengganggunya

26 Saya bertengkar dengan teman jika berbeda

SS S TS STS pendapat

27 Terkadang saya meremehkan kemampuan

SS S TS STS hafalan teman yang dibawah umur saya

28 Ikut merasa sedih jika teman mendapat

SS S TS STS musibah

29 Memberi saran kepada teman saat kesulitan

SS S TS STS dalam murojaah

30 Acuh kepada teman yang mendapat musibah SS S TS STS

31 Jika saya kesulitan dalam menghafal, tidak

SS S TS STS ada yang peduli dengan saya

32 Saya membalas budi kepada teman yang

SS S TS STS sangat baik dengan saya

33 Saya tidak suka bergantung kepada orang

SS S TS STS lain

34 Jika saya salah, saya enggan meminta maaf SS S TS STS

35 saya sangat takdzim kepada pengasuh

SS S TS STS pondok pesantren yang saya tinggal

36 Saya tidak malu jika saya berbuat salah SS S TS STS

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 179

37 Saya tidak disiplin dalam

SS S TS STS murojaah(mengulang) hafalan Qur’an

38 Saya lebih baik jujur menyakitkan daripada

SS S TS STS berbohong walaupun itu menyenangkan

39 Saya rajin beribadah SS S TS STS

40 Saya pernah meninggalkan sholat SS S TS STS

41 Saya pernah berpacaran dengan lawan jenis SS S TS STS

42 Menjadi penghafal Qur’an adalah cita-cita

SS S TS STS saya

43 Saya pernah putus asa dalam menghafal

SS S TS STS Qur’an

44 Saya mengerti keutamaan menjadi penghafal

SS S TS STS Qur’an

45 Saya tidak faham bagaimana metode

SS S TS STS menghafal Qur’an

46 Saya rajin setoran hafalan kepada guru SS S TS STS

47 Saya suka bermain dengan teman daripada

SS S TS STS murojaah(mengulang) hafalan

48 Saya berada dalam lingkungan yang

SS S TS STS mendukung untuk menghafal Qur’an

49 Saya tidak dapat menghafal Qur’an jika

SS S TS STS ditempat keramaian

Orang tua sangat mendukung dan senang

50 ketika saya memutuskan untuk menghafal SS S TS STS

Qur’an

51 Saya mempunyai waktu khusus untuk

SS S TS STS menghafal dan murojaah

52 Saya masih kesulitan membagi waktu antara

SS S TS STS murojaah dengan tugas kuliah

53 Saya bertekad untuk menyelesaikan hafalan

SS S TS STS sampai 30 juz (khatam)

54 Saya tidak sanggup untuk menaghafal karena

SS S TS STS IQ saya rendah

55 Saya sangat sibuk sehingga tidak dapat

SS S TS STS menghafal Qur’an

56 Teman dekat saya memberi motivasi untuk

SS S TS STS tetap menghafal Qur’an

Alpha Cronbach’s = 0.814 ; Sampel = 75 orang

180 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

D. Klasifikasi item Shahih dan item Gugur

Melalui analisis SPSS 20 dapat di klasifikasikan bahwa sebaran

item gugur dan item shahih sebagai berikut :

Item Shohih Item Gugur

Item 1, 2, 5, 8, 12, 14, 17, 18, 23, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13,

24, 25,26, 28, 29, 31, 33, 35, 15, 16, 19, 20, 21, 22, 27, Pernyataan

37, 38, 40, 41, 42, 43, 44, 30, 32, 34, 36, 39, 45, 46,

47, 48, 49, 50, 51, 52, 53 54,55, 56

Jumlah 31 25

E. Penutup

Berdasarkan Uji Coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut :

1. Instrumen Skala Tingkat Self Esteem (Harga Diri) Pada Santri Penghafal Qur’an PP. Al Munawwir Krapyak Yogyakarta dapat

digunakan khalayak umum untuk mengetahui seberapa tinggi

tingkat self esteem pada santri penghafal qur’an PP, Al Munawwir Krapyak Yogyakarta.

2. Nilai reliable yang mendekati angka 1 maka dapat digunakan

khalayak umum, nilai reliable instrumen ini 0,814 maka dapat

digunakan untuk khalayak umum guna pengumpulan data atau

digunakan menururt kebutuhan.

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 181

12. Instrumen Skala Konsep Diri (Self Concept) Pada Mahasiawa

Santri Oleh: Nurul Zafika ([email protected]) Profesional judgement: Slamet, S.Ag., M.Si.

A. Pengantar

Berzonsky menyatakan bahwa konsep diri yang merupakan

gabungan dari aspek-aspek fisik, psikis, sosial dan moral tersebut adalah

gambaran mengenai diri seseorang, baik persepsi terhadap diri nyatanya

maupun penilaian berdasarkan harapannya.

Konsep diri merupakan inti dari kepribadian setiap individu,

dimana konsep diri berperan sebagai pengarah sekaligus penentu

kepribadian dan tingkah laku seseorang. Apabila seseorang beranggapan

sebuah tugas yang diberikan kepadanya adalah tugas yang sulit maka

tugas yang diberikan padanya terkesan yang sulit untuk dikerjakan dan

membuatnya tidak bisa menjalankannya secara maksimal. Berbeda halnya

dengan jika individu tersebut peranggapan bahwa tugas itu mudah maka

tugas itupun akan menjadi mudah dilakukannya. Konsep diri atau

pandangan tersebut dapat berubah karna adanya interaksi dengan

lingkungan sekitarnya.

B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologi

Konsep diri pada seseorang dapat diubah dengan adanya interaksi

dengan lingkungan sekitarnya. Apabila lingkungannya positif makan

konsep diri yang didapat juga akan baik, begitu pula sebaliknya.

Instrumen disusun dengan skala likert, berdasarkan teori Berzonsky yang

terdiri dari empat aspek yaitu : aspek fisik (physicsl self), aspek sosial

(social self), aspek moral (moral self) dan aspek psikis (psycological self).

No Item

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

Jml

favora unfavor

ble able

konsep

Penilaian Mampu

Aspek individu menerima

diri (self

fisik terhadap segala 1,2,5 3,4,6,7 7

concept)

(physica segala keadaan

pada

l slef) sesuatu fisiknya

santri

yang

Mampu 11,12 8,9,10 5

182 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

dimiliki menerima

individu dan

seperti bersyukur

tubuh, atas apa

pakaian yang

dll dimiliki

Bagaiman

Dapat

bersosialisa

a peran

si dengan

sosial 13,14,

baik 17,18 6

yang 15,16 terhadap

dimainka

lingkungan

n oleh

Aspek sekitarnya

individu

sosial

Dapat

dan

(social memilih

sejauh

self) dan

mana

membedak

penilaian 21,22, 19,20,23 7

an mana individu 25 ,24

yang baik

terhadap

dan pantas

perfoman

bagi diri

ya

sendiri

Meliputi

nilai-nilai Memiliki

dan prinsip-

Aspek

prinsip- prinsip

prinsip yang selalu 26,27, 28,31,34

moral

yang dipegang 29,30, ,35,36,3 13

(moral memberi teguh 32,33 7,38

self)

arti dan dalam

arah bagi menjalani

kehidupan kehidupan

individu Meliputi Dapat

Aspek pikiran, berfikir dan

psikis perasaan berprasang 39,41,

(psychol dan sikap- ka baik 40,44 6 42,43

ogical sikap pada

self) individu dirinya

terhadap sendiri

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 183

dirinya Dapat

sendiri bersikap 47,50, 45,48,

6

baik pada 46,49

diri sendiri

Jumlah 26 24 50

C. Item Pernyataan dan Reliabilitas

No Pernyataan Jawaban

1

Saya merasa bersyukur dengan kondisi fisik SS S

TS

STS

saya sekarang

2

Saya menjaga apa yang diberikan Allah SS S

TS

STS

terhadap diri saya

3

Saya pernah berfikir untuk mengubah salah SS S

TS

STS

satu bagian tubuh agar lebih sempurna

4 Saya tidak peduli terhadap kesehatan saya SS S TS STS

5

Saya selalu bersyukur dengan apa yang saya SS S

TS

STS

miliki

6

Saya berusaha menutupi kekurangan fisik SS S

TS

STS

saya

7

Saya iri melihat orang yang fisiknya lebih SS S

TS

STS

sempurna dari saya

8

Saya suka dengan barang-barang yang SS S

TS

STS

mewah

9 Saya tidak suka bertubuh pendek SS S TS STS

10

Saya suka mengkoleksi bermacam-macam SS S

TS

STS

barang

11

Saya merasa cukup atas fasilitas yang SS S

TS

STS

diberikan oleh orang tua kepada saya

12

Saya tidak akan membeli sesuatu yang SS S

TS

STS

menurut saya tidak dipenting

13

Saya merasa empati jika melihat orang SS S

TS

STS

sedang kesusahan

14 Saya adalah orang yang mudah beradaptasi SS S TS STS

15 Saya orang yang memiliki banyak teman SS S TS STS

16 Saya suka memiliki banyak kegiatan SS S TS STS

17 Saya tidak suka membantu orang SS S TS STS

18 Saya sering dibully teman saya SS S TS STS

19 Saya sulit bersosialisai dengan orang baru SS S TS STS

184 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

20 Saya orang yang pemilih dalam lingkungan

SS S TS STS

pertemanan

21 Saya selalu bersikap baik pada semua orang SS S TS STS

22 Saya suka berada di keramaian SS S TS STS

23 Saya tidak suka memiliki banyak teman SS S TS STS

24 Saya tidak mudah mengenal orang baru SS S TS STS

25 Saya tidak bisa berteman dengan sembarang

SS S TS STS

orang

26 Saya orang yang murah senyum SS S TS STS

27 Saya suka menyapa orang terlebih dahulu SS S TS STS

28 Saya suka memotong pembicaraan orang SS S TS STS

29 Saya orang yang tertib mengikuti peraturan SS S TS STS

30 Saya tidak pernah membentak orang yang

SS S TS STS

lebih tua

31 Saya adalah orang yang tidak suka diatur SS S TS STS

32 Saya merasa bersalah jika mendapatkan

SS S TS STS

hukuman

33 Saya adalah orang yang memiliki pendirian SS S TS STS

34 Saya orang yang tidak taat pada peraturan SS S TS STS

35 Saya tidak suka diatur oleh orang yang lebih

SS S TS STS

muda dari saya

36 Saya suka membicarakan kejelekan orang

SS S TS STS

lain

37 Saya tidak ramah pada orang yang baru saya

SS S TS STS

kenal

38 Saya sering pergi tanpa ijin terlebih dahulu SS S TS STS

39 Saya orang yang tidak mudah marah karna

SS S TS STS

masalah kecil

40 Saya sulit dalam mengendalikan emosi SS S TS STS

41 Saya selalu berprasangka baik kepada orang

SS S TS STS

lain

42 Saya orang bersungguh-sungguh dalam

SS S TS STS

melaukan suatu hal

43 Saya memberikan hadiah pada diri saya

SS S TS STS

sendiri jika apa yang saya inginkan tercapai

44 Saya sering berfikir negatif terhadap suatu hal SS S TS STS

45 Saya orang yang kurang percaya diri SS S TS STS

46 Saya kecewa jika apa yang saya inginkan

SS S TS STS

tidak tercapai

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 185

47 Saya mudah mengembangkan potensi yang

SS S TS STS ada pada diri saya

48 Saya sering meremehkan diri saya sendiri SS S TS STS

49 Saya suka terhadap tantangan SS S TS STS

50 Saya merasa senang jika melihat orang lain

SS S TS STS senang

Alpha Cronbach,s = 0,913 ; Sampel = 33 Orang

D. Klasifikasi Aitem Shohih dan Aitem Gugur

Melalui analisis SSPS 15 dapat diklasifikasikan bhwa sebaran

aitem gugur dan aitem shohih sebagai berikut :

Item Shohih Item Gugur

Item 2, 3, 4, 5, 7, 8, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 19, 1, 6, 9, 10,

20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 13, 18, 39, Pernyataan

31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 40, 41, 44, 42, 43, 46,

45, 47, 48, 49, 50

Jumlah 38 12

E. Penutup

Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut :

1. Instrumen Skala Konsep Diri (Self Concept) Pada Mahasiawa Santri

dapat digunakan untuk khalayak umum untuk mengenatuhi seberapa

tinggi konsep diri pada mahasiswa santri. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka

pengumpulan data karena reliabilitas instrumen > 0,8 yaitu 0,913.

186 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

13. Instrumen Skala Layanan Bimbingan Pribadi-Sosial Di MA

Nurul Ulum Munjungan Oleh : Meirista Yusmitasari (16220079) Professional Judgement : Slamet, S.Ag, M.Si

A. Pengantar

Bimbingan merupakan upaya untuk membantu individu

berkembang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya secara

bertahap dalam proses yang matang. Syamsu Yusuf dan Juntika

Nurihsan (2005:11) merumuskan bimbingan pribadi-sosial sebagai

suatu upaya membantu individu dalam memecahkan masalah yang

berhubungan dengan keadaan psikologis dan sosial klien, sehingga

individu memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan

individu dalam menangani masalah-masalah dirinya.

Layanan bimbingan pribadi sosial merupakan upaya layanan

yang diberikan kepada siswa agar mampu mengatasi permasalahan-

permasalahan yang dialaminya, baik yang bersifat pribadi maupun

sosial, sehingga mampu membina hubungan sosial yang harmonis di

lingkungannya.

Skala ini dimaksudkan untuk mengukur seberapa tinggi tingkat

keberhasilan layanan bimbingan pribadi-sosial di MA Nurul Ulum

Munjungan berdasarkan dengan kisi-kisi sesuai dengan teori yang ada

kemudian dikembangkan oleh peneliti.

B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis

Untuk mengetahui peranan layanan bimbingan pribadi-sosial

adalah dengan menggunakan skala layanan bimbingan pribadi-sosial.

Semakin tinggi skor layanan bimbingan pribadi-sosial yang diperoleh

subjek menunjukkan kecenderungan semakin tinggi peranan layanan

bimbingan pribadi-sosial bagi seseorang. Sebaliknya, semakin rendah

skor yang diperoleh subjek dari skala layanan bimbingan pribadi-sosial

menunjukkan kecenderungan makin rendah peranan layanan bimbingan

pribadi-sosial bagi seseoraang tersebut.

Berikut yang terangkum dalam tiga aspek bimbingan pribadi-

sosial, yaitu :

a) Kemampuan memahami diri sendiri b) Kemampuan dalam melakukan adaptasi dengan lingkungan

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 187

c) Kemampuan melakukan hubungan sosial dengan lingkungannya

No Item

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

Jml Favora Unfav

ble orable

Dapat

memahami 1,33 28 3

arti kejujuran

Dapat

melaksanaka

Pengemba

n kejujuran 2,39 24 3

dalam ngan

kehidupan

sikap

sehari-hari

Kema

Dapat

mengetahui

Layanan mpuan

dampak

Bimbinga mema

3, 43 2 perilaku

n Pribadi- hami

yang tidak

Sosial diri

jujur

sendiri

Melatih daya

imajinasi dan 8 13 2

kreativitas

diri

Dapat

mengembang 12,15 7 3

kan ide-ide

yang dimiliki

Pengemba

Dapat

ngan

memahami

potensi

pentingnya 41,42 40 3

diri sikap optimis

dalam diri

188 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

Selalu

bersikap

optimis

untuk 38, 32 2

mewujudkan

harapan dan

cita-cita

Memahami

pentingnya 16 25 2

disiplin diri

Dapat

meningkatka

Kema

n

kedisiplinan 4,5,6 27,31 5 mpuan

dalam

berada

kehidupan

ptasi Penyesuai

sehari-hari

denga an diri

Memahami

n

makna sopan 23,35 20 3

lingku

santun

ngan

Mampu

menerapkan

sikap sopan 9,17 26 3

santun dalam

kehidupan

sehari-hari

Kema

Dapat

membina

mpuan

hubungan

melak

18,19 29 3

yang dinamis ukan

dengan

hubun Kemampu

lingkungan

gan an

sosial membina Dapat

denga hubungan membina

n hubungan

lingku yang 10,36,37 11,14, 5

ngann harmonis

ya dengan lingkungan

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 189

Dapat

membina

hubungan

yang 21, 22 30,34 4

produktif

dengan

lingkungan

Jumlah 26 17 43

C. Item Pernyataan dan Kategorisasi

No. Pernyataan Jawaban

1. Saya mengetahui bahwa kejujuran itu baik SS S TS STS

2. Saya tidak pernah bohong SS S TS STS

3. Ketika berbohong saya merasa gelisah SS S TS STS

4. Saya selalu mengerjakan tugas SS S TS STS

5. Selalu datang tepat waktu SS S TS STS

Saya selalu mengikuti kegiatan sholat

6. dhuha dan sholat dzuhur berjama’ah SS S TS STS

disekolah

7. saya selalu diam dan memendam semua

SS S TS STS pendapat saya

8. Saya selalu mengasah bakat saya SS S TS STS

9. Saya selalu menghargai orang lain SS S TS STS

10. Ketika teman saya sedang menghadapi

SS S TS STS masalah, saya selalu membantu

11. Saya senang memiliki banyak musuh SS S TS STS

12. Saya mengikuti ekstrakulikuler yang

SS S TS STS sesuai dengan bakat dan minat saya

13. Saya tidak pernah mengasah bakat apapun

SS S TS STS yang saya miliki

14. Saya tidak butuh teman SS S TS STS

15. Saya selalu berani berpendapat dalam

SS S TS STS forum

16. Disiplin adalah hal yang positif untuk

SS S TS STS pribadi saya

Ketika bertemu dengan bapak/ibu guru

17. saya selalu menerapkan 5S SS S TS STS

(senyum,salam,sapa,sopan,santun)

18. Saya selalu menyesuaikan diri dengan SS S TS STS

190 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

perubahan yang ada di lingkungan

19. Saya mengikuti setiap agenda

SS S TS STS

karangtaruna di desa saya

Tidak peduli dengan siapa saya berbicara,

20. saya selalu bertindak sesuai dengan SS S TS STS

keinginan saya

21. Saya mempunyai kelompok belajar SS S TS STS

22. Saya turut serta dalam kegiatan bakti

SS S TS STS

sosial di desa saya

23. Saya selalu menghormati orang yang

SS S TS STS

lebih tua

24. Saya tidak pernah membayar ketika

SS S TS STS

makan dikantin

25. Saya malas untuk belajar SS S TS STS

26. Saya selalu membentak orang tua saya SS S TS STS

27. Saya malas ketika disuruh sholat

SS S TS STS

berjama’ah di sekolah

28. Ketika ditanya saya selalu berbohong SS S TS STS

29. Saya tidak peduli dengan apa yang terjadi

SS S TS STS

disekitar saya

30. Saya merasa senang ketika merusak

SS S TS STS

fasilitas yang ada di lingkungan saya

31. Saya tidak pernah mengerjakan tugas SS S TS STS

32. Ketika gagal, saya takut untuk mencoba

SS S TS STS

lagi

Ketika saya menjaga amanah orang tua

33. saya, orang tua saya selalu percaya SS S TS STS

kepada saya

34. Saya bangga karena membuat onar SS S TS STS

35. Saya paham arti sopan santun SS S TS STS

36. saya tidak pernah memilih-milih dalam

SS S TS STS

berteman

37. Saya selalu berbuat baik kepada teman

SS S TS STS

saya

38. Saya belajar dengan rajin agar mendapat

SS S TS STS

nilai yang bagus

Saya selalu membayarkan uang SPP yang

39. diberikan orang tua saya dengan tepat SS S TS STS

waktu

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 191

40. saya selalu berfikir tentang kegagalan SS S TS STS

41. saya tidak takut gagal SS S TS STS

42. Saya selalu pantang menyerah SS S TS STS

43. Ketika berbohong saya bersikap biasa saja SS S TS STS

Alpha Cronbach’s = 0,854 ; Sampel = 31 Orang

D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur

Melalui analisiss SPSS.20 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran aitem

gugur dan aitem shahih sebagai berikut :

Item Shohih Item Gugur

Item 1, 3, 4, 10, 11, 14, 17, 2, 5, 6, 7, 8, 9, 12, 13, 15,

16, 18, 19, 21, 22, 23, 25, Pernyataan 20, 24, 26, 28, 30, 32,

27, 29, 31, 33, 34, 37, 35, 36, 40, 42

38, 39, 41, 43

Jumlah 17 26

E. Penutup

Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Instrumen Skala Layanan Bimbingan Pribadi-Sosial di MA Nurul Ulum

Munjungan dapat digunakan untuk khalayak umum untuk mengetahui

seberapa tinggi tingkat Layanan Bimbingan Pribadi-Sosial di MA Nurul

Ulum Munjungan 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka

pengumpulan data karena realiabilitas instrumen > 0,8 yaitu 0,854.

192 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

14. Instrumen Coping Stres Pada Siswa Kelas IX di SMP Negeri

2 Karangmojo Oleh: Imam Wahyu Pratama Sutrisno ([email protected]) Professional Judgement: Nailul Falah, S.Ag., M.Si.

A. Pengantar

Instrumen penelitian adalah sebuah alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab

permasalahan penelitian. Instrumen dapat juga diartikan sebagai alat

bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya

mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan

dipermudah olehnya. Alasan instrumen coping stres pada siswa kelas IX

ini dibuat karena sekolah lanjutan dapat mengembangkan kapasitas

intelektual, sosial, dan kejuruan (karir). Tidak jarang siswa SMP

menemukan berbagai masalah mengenai pilihan yang harus

ditentukannya. Siswa SMP memiliki banyak pilihan apakah akan masuk

pada sekolah SMA atau SMK atau bahkan MA. Belum lagi dihadapkan

dengan berbagai pilihan sekolah dengan perbandingan mutu dan

kelebihan yang berbeda-beda. Instrumen ini akan melihat seberapa jauh

siswa SMP dalam pengelolaan stres atau coping dalam menentukan

sekolah lanjutan.

Instrumen ini dibuat berdasarkan teori yang telah dikembangkan

oleh peneliti. Peneliti menggunakan dasar teori dari Syamsu Yusuf dan

Juntika Nurihsan. Dalam teorinya Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan

menyebutkan ada dua faktor yang mempengaruhi coping yaitu faktor

eksternal dan internal. Dasar inilah yang dijadikan peneliti sebagai aspek

instrumen lalu dikembangkan menjadi beberapa indikator selanjutnya dari

indikator dikembangkan lagi untuk mendapatkan deskriptor dan terakhir

dari deskriptor peneliti membuat beberapa item pernyataan.

B. Pengembangan Instrumen Coping Stres

Pengelolaan stres disebut juga dengan istilah coping. Menurut

R.S. Lazarus dan Folkman (Taylor, 2003: 219), coping adalah proses

mengelola tuntutan (internal atau eksternal) yang ditaksir sebagai beban

karena di luar kemampuan diri individu. Coping terdiri atas upaya-upaya

yang berorientasi kegiatan dan intrapsikis untuk mengelola (seperti

menuntaskan, tabah, mengurangi, atau meminimalkan) tuntutan internal

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 193

dan eksternal dan konflik diantaranya. Skala pengelolaan stres disusun

berdasarkan teori dari Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan dengan aspek

meliputi aspek internal dan aspek eksternal.

Nomor Item

Variabel Aspek

Indikator Deskriptor

Jml Favor Unfavora

able ble

Kekuatan

2, 7, 22, 23,

Motivasi 16, 37,

dari dalam 68, 11, 14

42, 66, diri 29, 18, 35

51

Kemampua 19, 5,

Daya n 1, 10, 33,

28, 44, 10

Juang menghadap 39, 52 48

Aspek

i tantangan

Internal

3, 24, 15, 17,

Kepribadi Karakter 34, 43,

30, 38, 14

an diri 50, 53, 46, 47, 49

54

Pengaruh

Coping Spiritual

agama 9, 21, 14, 25, 64 6

Stres

terhadap 57

diri

Emotional 13, 6, 27, 45,

support 31, 40, 8 63

67

Orang

Appraisal 65, 73 41, 74 4

support Aspek Tua

Information

Ekstern

20, 71 60, 72 4

al support al

Instrument 62, 69 58, 70 4

al support

Teman

Pengaruh 12, 26, 4, 8, 55,

teman 32, 36, 10 Sebaya 56, 61

sebaya 59

Jumlah 37 37 74

C. Item Pernyataan dan Reliabilitas

No. Pernyataan Jawaban

1. Saya takut tidak bisa melanjutkan ke jenjang SS S TS STS

194 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

pendidikan lanjutan (SMA/SMK/MA).

2. Saya memiliki cita-cita yang harus saya

SS S TS STS wujudkan.

3. Konsentrasi belajar saya dapat saya jaga

SS S TS STS dengan baik.

4. Saya merasa tertarik ketika teman mengajak

SS S TS STS saya ke sekolah yang dia favoritkan.

Saya akan bersungguh-sungguh meskipun

5. bersekolah di sekolah lanjutan yang bukan SS S TS STS

impian saya.

6. Saya merasa sedih karena tidak diperhatikan

SS S TS STS orang tua saya.

7. Saya harus lebih baik dari teman-teman saya

SS S TS STS di SMP.

Saya merasa tersisihkan karena pilihan

8. sekolah saya berbeda dengan teman-teman SS S TS STS

saya.

9. Ketaatan saya dalam beribadah meningkat di

SS S TS STS kelas IX ini.

Saya merasa acuh untuk memikirkan dimana

10. saya harus melanjutkan sekolah setalah saya SS S TS STS

lulus nanti.

11. Saya tidak merasa bersalah saat saya di

SS S TS STS sekolah lanjutan prestasi saya biasa saja.

Saya tidak merasa iri dengan teman saya yang

12. diterima di sekolah lanjutan berlabel sekolah SS S TS STS

favorit.

13. Orang tua selalu memberi hadiah ketika saya

SS S TS STS berprestasi di sekolah.

14. Bagi saya agama tidak begitu penting. SS S TS STS

15. Saya merasa cemas dengan hasil nilai UN

SS S TS STS saya.

16. Sekolah lanjutan yang saya favoritkan sesuai

SS S TS STS dengan minat yang saya miliki.

Semangat saya menurun menjalang

17. dibukanya pendaftaran di Sekolah Menengah SS S TS STS

Atas.

18. Berprestasi dan membuat bangga orang tua

SS S TS STS bagi saya tidak penting.

19. Saya akan menerima meskipun saya gagal SS S TS STS

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 195

masuk di sekolah yang saya favoritkan.

20. Orang tua saya selalu memberi nasehat

SS S TS STS supaya saya menjadi orang sukses.

21. Saya selalu berdoa kepada Tuhan agar saya

SS S TS STS dapat diterima di sekolah pilihan saya.

22. Saya merasa minder dengan kemampuan dan

SS S TS STS bakat yang saya miliki.

23. Saya tidak yakin bakat saya akan tersalurkan

SS S TS STS dengan baik di sekolah lanjutan nanti.

24. Kepercayaan diri saya meningkat menjelang

SS S TS STS dibukanya pendaftaran di sekolah lanjutan.

25. Bagi saya agama dan kesuksesan seseorang

SS S TS STS tidak ada hubungannya.

26. Saya mendapat dukungan positif dari teman

SS S TS STS saya mengenai sekolah pilihan saya.

27. Saya jarang ditanya orang tua berkaitan

SS S TS STS dengan tugas saya di sekolah.

28. Saya yakin dapat diterima di sekolah yang

SS S TS STS saya inginkan.

29. Saya memilih sekolah favorit karena saya

SS S TS STS ingin dipuji oleh teman saya.

30. Saya menjadi seorang yang pendiam akhir-

SS S TS STS akhir ini.

31. Saya selalu diingatkan orang tua untuk selalu

SS S TS STS belajar.

32. Saya tidak bergantung dengan teman saat

SS S TS STS menentukan sekolah baru.

33. Saya merasa takut dengan persyaratan masuk

SS S TS STS jenjang Sekolah Menengah Atas.

34. Saya sering tertawa lepas saat bersama teman

SS S TS STS di sekolah.

35. Saat ujian saya akan mencontek ketika ada

SS S TS STS peluang.

36. Saya akan mendukung teman saya di mana

SS S TS STS pun mereka melanjutkan sekolah.

Saya akan mempertahankan pilihan pada

37. sekolah lanjutan yang sudah saya cita- SS S TS STS

citakan.

38. Saya sering memanjakan diri saya akhir-akhir SS S TS STS

196 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

ini.

Saya merasa bersalah apabila tidak bisa

39. melanjutkan ke jenjang lanjutan yang saya SS S TS STS

inginkan.

40. Orang tua saya selalu memberikaan semangat

SS S TS STS supaya saya rajin belajar.

41. Orang tua saya tidak memberikan informasi

SS S TS STS mengenai sekolah pilihan saya.

42. Saya harus mendapat nilai UN tinggi supaya

SS S TS STS bisa membuat bangga orang tua.

43. Saya mampu mengendalikan diri saya dengan

SS S TS STS baik.

Saya akan terus maju, meskipun sekolah

44. lanjutan yang saya favoritkan memiliki SS S TS STS

standar masuk yang tinggi.

45. Orang tua saya jarang memberikan pujian

SS S TS STS meskipun saya berprestasi di sekolah.

46. Saya sering mengeluh dan sulit untuk diatur. SS S TS STS

47. Saya susah tidur akhir-akhir ini. SS S TS STS

48. Saya siap mengikuti alur pendaftaran di

SS S TS STS sekolah lanjutan yang saya inginkan.

49. Saya cenderung bermalas-malasan saat ada

SS S TS STS tugas di sekolah.

50. Saya dapat menjaga kesehatan saya dengan

SS S TS STS baik.

51. Syarat yang tinggi di sekolah lanjutan yang

SS S TS STS saya inginkan membuat saya lebih tertantang.

52. Saya kadang menangis ketika saya

SS S TS STS memikirkan kelanjutan studi saya.

53. Saya yakin akan kesuksesan saya di akhir

SS S TS STS SMP dan sekolah baru nanti.

54. Saya sering membayangkan keberhasilan di

SS S TS STS sekolah baru nanti.

55. Saya tidak ingin berpisah sekolah dengan

SS S TS STS teman-teman saya sekarang.

Saya merasa kurang nyaman saat harus

56. berpisah dengan teman-teman di sekolah baru SS S TS STS

nanti.

57. Saya sering melakukan dzikir dan berdoa. SS S TS STS

58. Orang tua kurang menyediakan fasilitas SS S TS STS

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 197

penunjang belajar di rumah.

Saya akan terus berkomunikasi dengan baik,

59. dengan teman SMP meskipun berbeda SS S TS STS

sekolah nantinya.

60. Orang tua tidak pernah bertanya kemana saya

SS S TS STS akan melanjutkan sekolah.

61. Saya sering marah apabila mendengar teman

SS S TS STS membicarakan sekolah lanjutan favoritnya.

62. Orang tua saya siap membiayai penuh

SS S TS STS sekolah yang saya pilih nantinya.

63. Orang tua saya jarang menemani saya ketika

SS S TS STS belajar di rumah.

64. Saya sering mengabaikan perintah orang tua

SS S TS STS untuk melaksanakan ibadah.

65. Orang tua selalu mendukung setiap keputusan

SS S TS STS yang saya ambil.

66. Saya yakin bisa melanjutkan ke sekolah

SS S TS STS lanjutan sesuai keinginan saya.

Orang tua selalu memberikan apa yang saya

67. inginkan, berkaitan dengan kebutuhan belajar SS S TS STS

saya

68. Saya menganggap sekolah itu tidak penting. SS S TS STS

69. Orang tua selalu membelikan alat sekolah

SS S TS STS kepada saya.

70. Orang tua terkadang lupa memberi saya uang

SS S TS STS saku.

71. Selalu ada diskusi antara saya dengan orang

SS S TS STS tua mengenai kelanjutan studi saya.

72. Orang tua saya cuek saat saya meminta

SS S TS STS pendapat antara 2 pilihan sekolah lanjutan.

Orang tua selalu mengatakan kerja keras yang

73. dilalui saya hari ini, adalah jalan kesuksesan SS S TS STS

saya di masa depan.

Orang tua selalu mengatakan “terserah kamu”

74. saat saya minta pendapat mengenai sekolah SS S TS STS

lanjutan.

Alpha Cronbach’s = 0,861 ; sampel = 34 orang

198 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

D. Klasifikasi Aitem Shohih dan Aitem Gugur

Melalui SPSS 15.0 dapat diklasifikasikan bahwa aitem gugur dan

aitem shohih sebagai berikut:

Item Shohih Item Gugur

6, 7, 10, 11, 14, 17, 1, 2, 3, 4, 5, 8, 9, 12,

18, 20, 21, 22, 23, 24, 13, 15, 16, 19, 26, 27,

25, 28, 29, 30, 36, 37, Item Pernyataan 31, 32, 33, 34, 35, 38,

41, 42, 44, 48, 49, 50, 39, 40, 43, 45, 46,47,

54, 58, 60, 61, 62,63, 51, 52, 53, 55, 56, 57,

64, 65, 67, 68, 69, 70, 59, 66

71, 72, 73, 74

Jumlah 40 34

E. Penutup

Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Instrumen Coping Stres Pada Siswa Kelas IX di SMP Negeri 2

Karangmojo dapat digunakan untuk khalayak umum untuk

mengetahui seberapa tinggi tingkat coping stres pada siswa kelas IX. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka

pengumpulan data karena nilai Alpha sudah mendekati indeks (1)

yaitu 0,861, semakin mendekati indeks 1 maka reliabelnya semakin

baik.

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 199

15. Instrument skala intensitas pelaksanaan shalat dhuha pada

mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogakarta Oleh : Erlina Ayu Safitri ([email protected]) Professional judgement : Nailul Falah, S.Ag., M.Si.

A. Pengantar

Dalam melakukan suatu penelitian, seseorang tersebut perlu

mengumpulkan informasi suatu data. Salah satunya adalah dengan

menggunakan Instrumen. Instrumen merupakan sebuah alat ukur yang

di gunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial dengan cara

mengumpulkan data atau informasi yang kita inginkan untuk menjawab

permasalahan dalam penelitian.

Menurut John M. Echols kata intensitas berasal dari bahasa inggris

yaitu intens yang berarti semangat, sedangkan menurut Nur Kholif

Hazim ( 2005: 191 ) bahwa, intensitas adalah kebulatan tenaga yang

dikerahkan untuk suatu usaha. Jadi secara sederhana dapat dirumuskan

sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan penuh semangat

untuk mencapai tujuan. Skala ini dimaksudkan untuk mengukur berapa

banyak mahasiswa UIN Sunan Kalijaga melaksanakan shalat dhuha.

Penyusunan skala ini dimaksudkan untuk mengukur berapa banyak

mahasiswa yang intensitasnya tinggi dalam melaksakan shalat dhuha. Tingkat

intensitas mahasiswa ditunjukan dengan skor total yang diperoleh subyek pada

skala intensitas melaksanakan shalat dhuha pada mahasiswa. Skala intensitas

mahasiswa disusun berdasarkan aspek-aspek tingkat intensitas mahasiwa yang

disajikan dalam bentuk indikator-indikator tentang tingkat intensitas

melaksanakan shalat dhuha pada mahasiswa. Setelah itu akan dikembangkan

lagi menjadi beberapa indicator selanjutnya dikembangkan lagi menjadi

descriptor dan terakhir dari descriptor peneliti membuat beberapa item

pertanyaan Instrumen tersebut diasumsikan telah disetujui oleh profesional

judgment, oleh karena itu akan di cobakan kepada 30 resopnden. Makin tinggi

skor yang diperoleh subyek, maka makin tinggi kesadaran beribadah dan

beragama mahasiswa.

B. Pengembangan Instrumen Psikologis

Menurut Hajim Nafron, bahwa intensitas berasal dari kata intens

yang artinya hebat, singkat penuh semangat. Jika di lihat dari sifatnya

yaitu intensif maka intens dapat diartikan sungguh - sungguh serta terus

menerus sehingga memperoleh hasil yang maksimal. Jadi maksud

200 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

intensitas dalam penelitian ini adalah tingkat tinggi rendahnya individu

dalam melaksakan shalat dhuha.

Pelaksanaan dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti proses,

cara, perbuatan melaksanakan. Shalat dhuha adalah shalat yang

dilakukan ketika waktu dhuha saat matahari mulai naik kurang lebih 7

hasta sejak terbitnya (kira - kira pukul tujuh pagi) hingga waktu zuhur.

Jumlah rakaat shalat dhuha minimal 2 rakaat dan maksimal 12 rakaat.

Jadi intensitas peaksanaan shalat dhuha yang di maksudkan

adalah perbuatan melaksanakan shalat dhuha yang di lakukan berulang -

ulang dengan jumlah rakaat yang telah di tentukan serta dilakukan

secara rutin dan terus menerus. Skala ini di susun berdasarkan aspek

aspek menurut nuraini (2011 : 12) yaitu motivasi, durasi, frekuensi,

presentasi, arah sikap, minat.

No item

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

Jml Favora Unfav

bel orabel

Adanya Keinginan

hasrat dan

untuk

keinginan

16,7,11

motiva melaksanak

untuk 4,21,28,32,39

si an shalat

melakukan

8

dhuha

kegiatan

Intensitas

pelaksana

an shalat

dhuha Dorongan

Dorongan dari teman

dari luar atau dari

untuk lingkungan 22,43

5 3

melaksanaka untuk

n shalat melaksanak

dhuha an shalat

dhuha

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 201

Kebutuhan

Adanya

untuk 10,14,19 33,38,

melaksanak 8 kebutuhan ,23,40 45

an shalat

dhuha

Seberapa

Berapa lama

lama waktu

yang di

waktu untuk

Durasi gunakan 17 26 2

melakukan untuk

kegiata

shalat

dhuha

Keajegan

Keajegan

melaksanak

frekue an shalat 1,8,13,4

melaksanaka 37,44 6

nsi dhuha 9 n kegiatan

setiap

harinya

Harapan

dan cita -

cita saat

repres

Adanya terus

harapan dan menerus 12,36,42 20,27 5 entasi

cita - cita melaksanak

an kegiatan

shalat

dhuha

Sikap siap

Sikap siap

atau

atau tidaknya

tidaknya

seseorang

Arah seseorang 15,25,31 3,9,18,

untuk 8

sikap dalam ,47 5 melakukan

melaksanak

suatu kegitan

an shalat

tersebut

dhuha

Individu Individu 2,24,29,

tertarik pada tertarik

minat 30,34,46 6, 41 9

kegiatan pada , 48

karena kegiatan

202 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

sesuatu yang shalat

di geluti dhuha

memiliki karena

makna bagi shalat

dirinya dhuha

memiliki

makna bagi

dirinya

C. Item Pernyataan dan Reliabilitas

No Pernyataan Jawaban

1 Setiap hari saya shalat dhuha S SS TS STS

2 Saya bersemangat dalam melaksanakan

S SS

TS

STS shalat dhuha

3 Perasaan saya biasa saja ketika

S SS

TS

STS menjalankan shalat dhuha

4 Bila saya sedang tidak menginginkan

S SS

TS

STS sesuatu saya tidak shalat dhuha

Saya menolak dengan berbagai alasan

5 ketika teman saya mengajak saya untuk S SS TS STS

shalat dhuha

Saya merasa tidak mendapat pengaruh

6 apapun setelah saya rutin melaksanakan SS S TS STS

shalat dhuha

7 Saya shalat dhuha karena keinginan sendiri SS S TS STS

8 Saya meluangkan waktu saya untuk

SS S

TS

STS melaksanakan shalat dhuha sebelum kuliah

9 Saya melaksanakan shalat dhuha hanya

SS S

TS

STS karena malu

10 Saya melaksanakan shalat dhuha dengan

SS S

TS

STS sungguh – sungguh

11 Saya shalat dhuha demi menjalankan

SS S

TS

STS sunnah rasul

12 Bila saya menginginkan sesuatu, saya

SS S

TS

STS melaksanakan shalat dhuha

13 Meskipun hukum shalat dhuha sunnah, tapi

SS S

TS

STS saya melakukannya setiap hari

14 Shalat dhuha dapat menjadi penenang SS S TS STS

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 203

ketika banyak masalah

15 Saya membaca doa setelah shalat dhuha SS S TS STS

16 Sejak kecil saya sudah di ajarkan shalat

SS S TS STS dhuha oleh orang tua saya

17 Saya membaca bacaan shalat dhuha

SS S TS STS dengan tumaninah dan lama

18 Saya merasa biasa saja ketika tidak

SS S TS STS melaksanakan shalat dhuha

19 Saya ikhlas melaksanakan shalat dhuha

SS S TS STS karena Allah SWT

Saya tidak yakin sekalipun saya rutin

20 shalat dhuha Allah akan mengabulkan doa SS S TS STS

saya

21 Saya melaksanakan shalat dhuha agar

SS S TS STS mendapat pujian

22 Saya selalu mau diajak teman saya untuk

SS S TS STS shalat dhuha

23 Hati saya terasa aman dan nyaman setelah

SS S TS STS melaksanakan shalat dhuha

24 Saya yakin dengan shalat dhuha hidup saya

SS S TS STS akan lebih berkah

25 Saya merasa malu bila saya tidak

SS S TS STS melaksanakan shalat dhuha

26 Saya melakukan shalat dhuha dengan cepat

SS S TS STS dan tergesa – gesa

27 Shalat duha tidak memberi pengaruh

SS S TS STS apapun pada cepat terkabulnya doa saya

28 Saya malas melaksanakan shalat dhuha SS S TS STS

29 Setelah melakukan shalat dhuha, saya

SS S TS STS sangat bersemangat menjalani hari hari

30 Dengan melaksanakan shalat dhuha, saya

SS S TS STS lebih bisa menghargai waktu

31 Saya merasa bangga saat melaksanakan

SS S TS STS shalat dhuha

32 Jarang sekali teman saya yang

SS S TS STS melaksanakan shalat dhuha

33 Saat melaksanakan shalat dhuha hanya di

SS S TS STS saat tidak terlalu sibuk

34 Saya merasa shalat dhuha sangat penting SS S TS STS

204 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

untuk saya kerjakan

35 Saya merasa rejeki saya biasa saja

SS S TS STS walaupun saya melaksanakan shalat dhuha

36 Setelah melaksanakan shalat dhuha,

SS S TS STS harapan dan doa saya cepat terkabul

37 Saya jarang melaksanakan shalat dhuha SS S TS STS

38 Ketika terlambat kuliah saya tidak shalat

SS S TS STS dhuha

39 Saya shalat dhuha karena terpaksa SS S TS STS

40 Jika saya tidak melaksanakan shalat dhuha

SS S TS STS rasanya gelisah

41 Jika tidak melaksanakan shalat dhuha

SS S TS STS rasanya biasa saja

42 Saya berharap jika sering melakukan shalat

SS S TS STS dhuha Allah akan mengabulkan doa saya

43 Banyak teman saya yang melaksanaka

SS S TS STS shalat dhuha

44 Saya tidak pernah membaca doa setelah

SS S TS STS shalat dhuha

45 Shalat dhuha tidak terlalu penting untuk

SS S TS STS saya kerjakan

46 saya melakukan shalat dhuha, rejeki saya

SS S TS STS serasa mengalir

47 Saya selalu mengingat Allah ketika shalat

SS S TS STS dhuha

48 Saya memahami arti dan makna shalat

SS S TS STS dhuha

49 Saya tetap melaksanakan shalat dhuha

SS S TS STS ketika di rumah atau saat liburan

Alpha Cronbach’s = 0,919; Sample = 51 orang

D. Klasifikasi Aitem Shohih Dan Aitem Gugur

Melalui analisis SPSS 20 dapat diklasifikasikan bahwa

sebaran aitem shohih dan aitem gugur sebagai berikut :

Item shohih Item Gugur

Item 1,2,3,4,6,8,9,10,11,13,14,16,17,18,19,2

0,21,22,23,24,25,26,27,28,29,30,31,34, 5,7,12,15,32, Pernyataa

35,37,38,39,40,41,42,43,44,45,46,47,48 33,36 n

,49

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 205

Jumlah 42 7

E. Penutup

Berdasarkan uji coba yang dilakukan peneliti dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Instrumen skala intensitas shalat dhuha pada mahasiswa UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta dapat digunakan untuk mengetahui tingkat

intensitas seseorang dalam melaksanakan shalat dhuha. 2. Instrument ini dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka

pengumpulan data karena hasil yang mendekati angka satu, menjadi

sangat reliabel.

206 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

16. Instrumen Skala Tingkat Prokrastinasi Akademik Mahasiswa

Santri Pondok Pesantren Oleh : Novi Ulul Azmi ([email protected]) Professional Judgement : Slamet, S.Ag, M.Si

A. Pengantar

Skala ini dibuat untuk mengetahui tingkat prokrastinasi dalam

diri mahasiswa yang juga seorang santri di dalam pondok pesantren.

Seorang mahasiswa yang juga seorang santri sangatlah padat akan

jadwal mulai dari belajar hingga tugas yang harus dikerjakan. Sebagai

mahasiswa yang dituntut akan tugas di kampus juga sebagai santri yang

harus mengikuti jadwal di pondok membuat seorang mahasiswa santri

harus pintar dalam mengatur jadwal juga dalam mengerjakan tugas agar

tidak terbengkalai. Namun dikarenakan era teknologi yang semakin

maju seperti halnya gadget yang semakin membuat penggunanya ikut

larut dalam berbagai fiturnya, terutama seorang mahasiswa santri jika

sudah terbuai dengan game yang ditawarkan gadget tersebut tidak

sedikit dari mereka yang mulai menunda sesuatu contoh menunda untuk

mengerjakan tugas kuliah atau menunda untuk mengikuti kajian dalam

pondok. Penundaan tersebutlah yang dinamakan sebagai prokrastinasi.

Prokrastinasi akademik terbagi menjadi enam bagian yaitu a) membuat

tugas, b) belajar untuk persiapan ujian, c) mengikuti kegiatan membaca

mingguan, d) menyelesaikan tugas yang bersifat administratif, e)

menghadiri pertemuan, dan f) melaksanakan tugas akademik secara

umum (Solomon & Rothblum, 1984).

B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis

Lively (1999) menyatakan bahwa prokrastinasi adalah seseorang

tahu apa yang harus dilakukan, tapi ia tidak melakukannya dengan

segera. Sedangkan menurut Solomon & Rothblum, (1984:503)

mengemukakan bahwa suatu penundaan dikatakan sebagai

prokrastinasi, apabila penundaan itu dilakukan pada tugas yang penting,

dilakukan berulang-ulang secara sengaja dan menimbulkan perasaan

tidak nyaman, secara subyektif dirasakan pada seseorang

(Prokrastinator). Kemudian ia menegaskan bahwa berdasarkan literatur

klinis dan pendapat para ahli tujuan dari penundaan ialah untuk

mencapai suatu kesempurnaan namun berdasarkan pengalaman subjektif

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 207

seseorang yang melakukan penundaan akan menimbulkan kegelisahan

pada pelakunya.

Perilaku prokrastinasi memiliki dampak negatif dan positif.

Menurut pendapat Burka dan Yuen (1983), dan Klassen, Krawchuk dan

Rajani (2007) bahwa prokrastinasi memiliki dampak negatif yaitu

menambah beban pikiran, mudah tertekan, tidak percaya diri (Asikhia,

2010), cemas, dan kurang maksimal saat mengerjakan tugas (Sia, 2006).

Selain itu, dampak positif yaitu dapat mengatasi stress dan bad mood

(Sia, 2006) dan seseorang bisa melakukan aktifitas lain seperti

berkumpul dengan teman-teman dan keluarga (Hendrayanti, 2006).

Namun saat mendekati batas waktu pengumpulan tugas, tingkat stres

yang dialami menjadi dua kali lipat. Dalam pengukuran skala ini peneliti

menggunakan teori dari TMT. TMT (Temporal Motivation Thory)

merupakan teori motivasional yang dikemukakan oleh Steel dan Konig

(2006). TMT merupakan kerangka konsep dari utility. Utility di dalam

TMT menjelaskan seberapa tugas diinginkan oleh individu (Steel, 2007).

Dalam TMT terdapat aspek-aspek yaitu expentacy, value, impulsiveness

(sensitivity to delay) dan delay. Ketika expentacy (E) dan value (V)

meningkat maka utility juga meningkat terhadap suatu kebutuhan maka

kebutuhan untuk berprestasi juga tinggi. Disisi lain ketika besarnya

delay (D) dan sensitivity to delay (Γ) pada tugas maka kebutuhan

berprestasi rendah.

Expectancy merupakan keyakinan seseorang akan harapan

keberhasilan terhadap tugas yang dikerjakan. Value merupakan

penilaian suatu tugas. Value berkaitan dengan task aversiveness, need

for achievement dan boredom proseness. Value akan rendah bila tugas

tersebut tidak menarik, rendahnya kebutuhan berprestasi yang dimiliki

seseorang dan tingkat kejenuhan yang tinggi. Sensivity to delay

merupakan kepekaan terhadap suatu penundaan yang cenderung melihat

reward yang diterima ketika melakukan sesuatu aktivitas. Sensitivity to

delay dikaitkan dengan distractibility, impulsiveness, dan lack self of

control. Impulsiveness atau sensivity to delay (Γ) seseorang yang

impulsif akan mengerjakan sesuatu yang menghasilkan reward lebih

cepat. Delay merupakan pemberian atau jeda waktu untuk mendapatkan

reward dan punishment. Semakin lama rentang waktunya penerimaan

reward dari sebuah tugas maka seseorang akan semakin melakukan

208 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

penundaan. Delay dikaitkan dengan timing of rewards and punishment,

organized, dan intentionaction gap.

No Item

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

Jml Favor Unfav

able orable

Takut nilai

tugas tidak

mencukupi 27,28 12, 50 4

karena tidak

Harapan

paham

dengan tugas

rendah

Memiliki

harapan

Expect rendah untuk 11 24,35 3

ancy mengerjakan

(harapa tugas

n)

Tidak

memiliki

Prokrastin

Tidak ada semangat

9,10,3

untuk

asi

semangat 9,40,4 30,34, 7 mengerjakan

Akademik

/malas 1.

tugas dan

Mahasisw

kegiatan di

a Santri

pondok

Tidak

memiliki

daya tarik

Daya dari suatu 3,22, 48, 3

tarik tugas

Value

maupun

kegiatan

(nilai)

pondok

Rasa enggan

Keengga

untuk

mengerjakan 21, 44, 5,36, 4 na n

tugas dengan

segera

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 209

Tidak adanya

motivasi

Motivasi

untuk

mengerjakan 14,20,

berpresta 15, 17 5

tugas 31 si

maupun

kegiatan

pondok

Kebosana

Bosan

melaksanaka 18, 42 16 3 n

n kegiatan

Hal yang

impulsi mengganggu

veness Kepekaan untuk 29,38 33, 45 4

(sensiti untuk menunda

vity to menunda tugas

delay)

Sadar akan 13,23, 4, 47 5

konsekuensi 37,

Menunda 8,32

2,25, 5

tugas 49,

Akan tidak

mengerjakan

Senang tugas atau

jika tidak

Delay menunda mengikuti

(menu kegiatan 19, 7, 2

nda)

pondok jika

terdapat

pelajaran

yang

menurutnya

tidak ia sukai

Tidak Pengaturan

dapat

1, 43,

jadwal tidak 6,26, 5

mengatur 46, teratur

waktu

210 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

Jumlah 27 23 50

C. Item pernyataan dan kategorisasi

No. Pernyataan Jawaban

1. Saya sering menunda tugas karena jadwal

SS S

TS STS saya padat

2. Saya lebih suka mengerjakan tugas dengan SS S

TS STS

cara SKS (sistem kebut semalam)

3. Meskipun menonton bioskop lebih

menyenangkan, namun saya lebih memilih SS S TS STS

mengaji di pondok

4. Saya mudah stress ketika sudah waktunya

mengumpulkan tugas namun belum saya SS S TS STS

kerjakan

5. Saya tidak menggunakan waktu luang SS S

TS STS

untuk mengerjakan tugas

6. Saya tidak pernah bolos dari jadwal pondok SS S TS STS

7. Jika materi pondok tidak saya mengerti, SS S

TS STS

saya tidak mengikuti kegiatan tersebut

8. Jika saya mendapatkan tugas pada hari itu SS S

TS STS

langsung saya kerjakan hari itu juga

9. Saya sangat bersemangat jika mendapat SS S

TS STS

tugas

10. Saya bersemangat untuk mondok SS S TS STS

11. Saya pesimis dalam mengerjakan tugas SS S

TS STS

namun saya tetap mengerjakannya.

12. Saya kurang dapat memahami materi SS S

TS STS

pondok

13. Saya siap menerima konsekuensi jika saya SS S

TS STS

menunda tugas

14. Jika teman saya berprestasi, saya juga bisa SS S

TS STS

seperti dia

15. Saya lebih suka dosen yang tidak sering SS S

TS STS

memberi tugas

16. Saya sangat bosan mendapat tugas SS S TS STS

17. Saya tidak memiliki sosok motivator untuk SS S

TS STS

mengerjakan tugas

18. Mengaji di pondok dapat membantu SS S TS STS

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 211

menenangkan pikiran saya ketika banyak

tugas

19. Saya tertantang dengan tugas yang sulit SS S TS STS

20. Saya semangat mondok karena saya SS S TS STS

termotivasi pada ustadz-ustadz di pondok

21. Meskipun saya enggan mengerjakan tugas

namun saya tetap mengerjakannya dengan SS S TS STS

serius

22. Keadaan pondok membuat saya semakin SS S TS STS

menjadi mandiri

23. Saya bisa mengatasi akibat jika saya SS S TS STS

menunda tugas

24. Saya berharap tidak akan ada tugas lagi SS S TS STS

setelah ini

25. Saya mengerjakan tugas jika mendesak SS S TS STS

26. Saya dapat mengatur jadwal mengaji dan SS S TS STS

mengerjakan tugas dengan baik

27. Saya akan belajar lebih pada materi pondok SS S TS STS

yang tidak saya fahami

28. Saya banyak membaca buku tentang materi SS S TS STS

pondok agar saya dapat memahaminya

29. Saya menolak jika ada teman yang

mengajak untuk menunda menyelesaikan SS S TS STS

tugas

30. Badan saya menjadi mudah sakit karena SS S TS STS

kelelahan mengerjakan tugas

31. Saya harus menjadi santri berprestasi SS S TS STS

32. Saya paling tidak bisa menunda untuk SS S TS STS

sholat jama’ah di pondok

33. Fasilitas wi-fi di pondok/kampus saya

gunakan untuk bermain game online bukan SS S TS STS

untuk mengerjakan tugas

34. Saya sering tidur saat kegiatan pondok SS S TS STS

berlangsung

35. Saya mengerjakan tugas dengan tidak SS S TS STS

maksimal

36. Saya tidak pernah telat mengumpulkan SS S TS STS

tugas

37. Saya tidak pernah mendapat hukuman SS S TS STS

212 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

pondok karena tidak megikuti kegiatan

pondok

38. Lingkungan pondok membuat saya fokus SS S TS STS

dalam mengerjakan tugas

39. Saya akan malu jika saya dicap sebagai SS S TS STS

santri yang malas

40. Saya ingin cepat lulus dari pondok juga SS S TS STS

kuliah

41. Saya belajar giat supaya mendapatkan SS S TS STS

beasiswa

42. Mengaji bukanlah hal yang membosankan SS S TS STS

43. Saya menjadi kurang tidur karena kegiatan SS S TS STS

pondok yang padat

44. Saya mengaji di pondok untuk masa depan SS S TS STS

saya

45. Jadwal pondok yang padat membuat tugas SS S TS STS

saya terbengkalai

46. Setiap hari saya beraktivitas sesuai SS S TS STS

keinginan saya

47. Saya tidak peduli mendapatkan nilai rendah SS S TS STS

jika saya telat mengumpulkan tugas

48. Saya lebih tertarik nongkrong dengan

teman diwarungkopidaripada SS S TS STS

mengerjakan tugas

49. Saya mengerjakan tugas berdasarkan SS S TS STS

penting tidaknya tugas tersebut

50. Saya sangat malu ketika hasil ujian dari

materi pondok saya jelek karena saya tidak SS S TS STS

paham dengan materinya

Alpha Cronbach’s : 0,828 : Sampel ; 95 Orang

D. Klasifikasi Item Shohih dan Item Gugur

Melalui analisis SPSS.15.0 dapat diklasifikasikan bahwa

sebaran item shohih dan item gugur sebagai berikut :

Item Shohih Item Gugur

Item 1,2,3,5,8,9,10,14,16,17,18,22, 4,6,7,11,12,13,15,19,2

Pernyataan 25,26,27,28,31,32,33,38,39,4 0,21,23,24,29,30,34,3

0,41,42,44,45,47,48,49, 5,36,37,43,46,50

Jumlah 29 21

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 213

E. Penutup

Berdasarkan uji coba yang dilakukan peneliti dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Instrumen Skala Tingkat Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Santri

Pondok Pesantren dapat digunakan sebagai alat ukur seberapa tinggi

tingkat prokrastinasi pada mahasiswa yang juga sebagai santri di

pondok pesantren. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka

pengumpulan data karena intrumen diatas termasuk instrumen yang

reliabel. Reliabilitas instrumen tersebut > 0,6 yaitu 0,828 sehingga

dapat disebut instrumen yang reliabel.

214 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

17. Instrumen Skala Interaksi Sosial Mahasiswi Bercadar

dalam Lingkungan Universitas Negeri di Yogyakarta Oleh: Rasyid Hidayat ([email protected]) Professional Judgement: Slamet, S.Ag. M.Si

A. Pengantar

Instrumen merupakan salah satu jenis alat yang digunakan untuk

menggali informasi dari responden untuk mendapatkan data yang

dibutuhkan untuk keperluan penelitian. Instrumen skala interaksi sosial

mahasiswi bercadar dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana

interaksi sosial mahasiswi bercadar yang ada di dalam lingkungan

universitas negeri yang ada di Yogyakarta. Karena pengguna cadar

sendiri dipandang rata-rata lebih sulit untuk bersosialisasi dengan

oranglain. Lebih dapat dikatakan menutup diri terhadap oranglain. Oleh

sebab itu, dengan menggunakan instrumen ini pada nantinya bisa

diketahui bagaimana interaksi sosial mahasiswi bercadar dengan

oranglain di sekitarnya.

Pemaparan aspek-aspek tersebut kemudian diolah di dalam

instrumen ini agar lebih memudahkan penggunaannya dalam hal

menggali informasi terhadap responden yang ingin diteliti. Lebih

jelasnya, kisi-kisi pernyataan disusun dari definisi, aspek, indikator,

deskriptor yang berlandaskan pada teori interaksi sosial dari G.C.

Homans dan Santoso kemudian disusun menjadi item favorable dan

unfavorable.

B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis

Menurut H. Bonner (dalam Santoso, 1992) menerangkan bahwa

interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu

manusia dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah

atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.

Skala interaksi sosial disusun berdasarkan teori G.C. Homans

dan Santoso (1992) dengan aspek adanya motif, adanya suasana

emosional yang sama, adanya interaksi, adanya ekstenal sistem dan

internal sistem. Lebih jelasnya aspek-aspek interaksi sosial yang

dikemukakan oleh Santoso (1992) meliputi adanya hubungan, adanya

individu, ada tujuan, ada hubungan dengan struktur dan fungsi

kelompok. Sedangkan wanita bercadar adalah wanita muslimah yang

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 215

mengenakan baju panjang sejenis jubah dan menutup semua badan

hingga kepalanya serta memakai penutup muka atau cadar sehingga

yang nampak hanya kedua matanya. Jadi skala ini digunakan untuk

mengetahui interaksi sosial bagi mahasiswi yang berpenampilan

semacam itu.

No Item

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

Jml Favor Unfav

able orable

Memiliki Memiliki

satu keinginan 1, 11, 37, 43,

tujuan yang sama 6 Tujuan 19 47

yang dalam suatu

atau

sama hal

motif

Memiliki Memiliki

yang

satu pendapat

sama

4, 14,

pemikiran yang sama 28, 36 5

Interaksi

22 yang dalam suatu

Sosial

sama hal

Mahasis

Emosio Memiliki Memiliki

wi

kondisi kepekaan 3, 13, 30, 39,

Bercada nal yang 7 jiwa yang perasaan 21, 29 44

r dalam sama

sama yang sama

Lingkun

Interaksi Komunikasi 5, 23,

gan

6, 15,

personal terhadap 31, 38, 8

Universi

40 individu individu 45

tas

Komunikasi

Negeri

Interaksi

terhadap

di

dengan 7, 16, 8, 33,

kelompok 6 Yogyak Adanya kelompok 24 41

individu

arta interaksi individu

(organisasi)

Terdapat Adanya

feedback timbal balik 9, 17, 25, 48,

dalam dalam 6 32 50

komunika kegiatan

si komunikasi

Penyesu Dapat Penyesuaian 26, 34

10, 18, 5

aian diri membaur terhadap 27

216 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

terhadap dengan lingkungan

lingkun lingkunga kelompok

gan n individu

kelompok (organisasi)

Dapat Usaha untuk

menyesua beradaptasi

ikan diri dengan 2, 12, 35, 42, 7

dengan

kondisi

20 46, 49

lingkunga lingkungan

n sekitar sekitar

Jumlah 25 25 50

C. Item Pernyataan dan Reliabilitas

No Pernyataan Jawaban

1 Saya senang berkumpul dengan teman yang SS S

TS

STS

berpenampilan sama dengan saya

2 Saya tetap memakai cadar baik di SS S

TS

STS

lingkungan kampus maupun di luar kampus

3 Saya merasa bahagia bila mempunyai SS S

TS

STS

banyak teman yang berpenampilan syar’i

4 Saya cenderung mengabaikan pendapat dari SS S

TS

STS

teman tentang cara saya berpenampilan

5 Saya bisa berteman dengan semua orang, SS S

TS

STS

baik laki-laki maupun perempuan

6 Saya tidak suka bergaul dengan mahasiswi SS S

TS

STS

yang tidak bercadar

7 Saya nyaman berkelompok dengan orang SS S

TS

STS

yang tidak bercadar

8 Karena memakai cadar membuat saya tidak

bisa menyalurkan aspirasi atau pendapat SS S TS STS

dalam berorganisasi

9 Proses komunikasi dapat digunakan sebagai SS S

TS

STS

alat mempererat silaturahmi

10 Saya akan marah pada orang yang

memandang negatif tentang cara saya SS S TS STS

berpenampilan

11 Keinginan saya untuk beristiqomah dalam SS S TS STS

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 217

bercadar sangat besar

12 Keadaan lingkungan sekitar akan

berpengaruh dengan kepribadian pada diri SS S TS STS

saya

13 Ketakwaan saya bertambah setelah SS S TS STS

memakai cadar

14 Siapapun yang mau berteman dengan saya SS S TS STS

harus bercadar

15 Saya takut tidak diterima jika berinteraksi SS S TS STS

dengan mahasiswi yang tidak bercadar

16 Saya mengikuti organisasi mahasiswi

bercadar agar menambah silaturahmi antar SS S TS STS

mahasiswi bercadar

17 Komunikasi juga dapat mendekatkan kita SS S TS STS

dengan lawan jenis

18 Bila oranglain tidak meminta saya untuk

memperkenalkan diri, saya tidak akan SS S TS STS

memperkenalkan diri kepada oranglain

19 Bercadar membuat saya lebih percaya diri SS S TS STS

dalam beribadah

20 Sebagian besar dosen tetap menghargai SS S TS STS

gaya berpenampilan saya

21 Berbicara tentang bab keagamaan membuat SS S TS STS

hati saya menjadi damai

22 Siapapun yang merendahkan penampilan SS S TS STS

saya berarti itu musuh saya

23 Saya lebih senang bila berbincang dengan SS S TS STS

perempuan daripada laki-laki

24 Dalam organisasi tidak ada larangan khusus SS S TS STS

untuk anggotanya yang bercadar

25 Karena bercadar saya diperlakukan secara SS S TS STS

khusus

26 Cadar tetap merupakan identitas diri saya

yang membedakan dengan anggota SS S TS STS

organisasi lainnya

27 Saya takut diasingkan jika mengikuti SS S TS STS

organisasi karena saya bercadar

28 Saya selalu menghargai penilaian oranglain SS S TS STS

tentang cara saya berpenampilan

29 Keistiqomahan saya dalam berpenampilan SS S TS STS

218 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

juga bergantung dengan siapa saya bergaul

30 Saya merasa terdiskriminasi karena SS S TS STS

memakai cadar

31 Saya tidak canggung untuk berbincang SS S TS STS

dengan mahasiswi yang tidak bercadar

32 Karena memakai cadar, saya menjadi lebih SS S TS STS

dihargai oleh lawan jenis

33 Saya menjauhi setiap laki-laki yang SS S TS STS

berusaha berkenalan dengan saya

34 Orangtua tetap mendukung saya untuk

berorganisasi meskipun dalam organisasi SS S TS STS

yang isinya tidak semua bercadar

35 Saya marah dengan adanya larangan SS S TS STS

memakai cadar di lingkungan kampus

36 Bercadar cerminan akhlak yang baik SS S TS STS

37 Saya tidak senang jika ada teman yang SS S TS STS

tidak bercadar

38 Saya akan berusaha berteman dengan

mahasiswi di luar jurusan meskipun yang SS S TS STS

tidak bercadar

39 Wanita bercadar cenderung dipandang SS S TS STS

sebagai orang yang aneh

40 Cadar membuat saya kurang nyaman dalam SS S TS STS

bersosialisasi dengan oranglain

41 Karena bercadar saya dipersulit untuk SS S TS STS

menerima layanan dari kampus

42 Saya yakin pergaulan di lingkungan sekitar SS S TS STS

saya lebih banyak yang bersifat negatif

43 Saya merasa jauh lebih baik dari mahasiswi SS S TS STS

yang tidak bercadar

44 Karena bercadar membuat kepribadian saya SS S TS STS

berubah menjadi introvert

45 Saat berkomunikasi dengan laki-laki saya

lebih nyaman menggunakan pesan teks SS S TS STS

daripada berbicara secara langsung

46 Banyak yang beranggapan bahwa cadar itu

merupakan cerminan ajaran yang SS S TS STS

menyimpang

47 Niat saya bercadar tidak dari dalam hati SS S TS STS

48 Cadar akan mengganggu masa depan karir SS S TS STS

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 219

saya

49 Larangan bercadar di lingkungan kampus

membuat saya benci terhadap semua orang SS S TS STS

yang ada di kampus

50 Dengan bercadar akan membuat saya SS S TS STS

kesulitan mendapatkan jodoh

Alpha Cronbach’s = 0,899 ; Sampel = 33 orang.

D. Klasifikasi Aitem Shohih dan Aitem Gugur

Melalui analisis SPSS.20 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran aitem

gugur dan aitem shohih sebagai berikut :

Item Shohih Item Gugur

Item 1, 3, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 2, 4, 5, 7, 16, 17,

19, 20, 21, 22, 23, 24, 27, 28, 29, 18, 25, 26, 32, Pernyataan

30, 31, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 33, 34, 35, 45,

43, 44, 47, 48, 49 46, 50

Jumlah 34 16

E. Penutup

Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut :

1. Instrumen Skala Tingkat Interaksi Sosial Mahasiswi Bercadar dalam

Lingkungan Universitas Negeri di Yogyakarta dapat digunakan

khalayak umum untuk mengetahui tingkat interaksi sosial mahasiswi

yang bercadar dalam lingkungan universitas. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka

pengumpulan data karena reliabilitas intrumen > 0,7 yaitu 0,899.

220 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

18. Instrumen Skala Kesejahteraan Psikologis pada Remaja

Oleh : Devi Cahyati Yahya Anwar ([email protected])

Professional Judgment : Nailul Falah, S. Ag., M. Si.

A. Pengantar

Setiap orang berhak memiliki kesejahteraan hidup begitu pula

remaja, manusia dipandang sebagai manusia yang utuh, yang memiliki

banyak aspek di dalam dirinya seperti aspek fisik, sosial, intelektual,

emosiaonal, spiritual, dan estetis. Remaja memiliki aspek yang sangat

penting dan yang saling mempengaruhi. Kesejahteraan yang penting

bagi setiap remaja adalah kesejahteraan psikologisnya. Skala ini

dimaksudkan untuk menguji peran kesejahteraan psikologis remaja.

B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis

Ryff (1989) mendefinisikan Kesejahteraaan Psikologis

(Psychological Well-Being) sebagai sebuah kondisi di mana individu

memiliki sikap yang positif terhadap dirinya sendiri dan orang lain,

dapat membuat keputusan sendiri dan mengatur tingkh lakunya sendiri,

dapat menciptakandan mengatur lingkungan yang kompatibel dengan

kebutuhanya, memiliki tujuan hidup, dan membuat hidup mereka

menjadi lebih bermakna serta berusaha mengeksplorasi dan

mengembangkan diri.

Ryff & Keyes dalam jurnal ilmiahnya yang berjudul “The

Structure of Psycological Well-Being Revisited” (1995) juga

mengatakan bahwa manusia memiliki dua fungsi positif untuk

meningkatkan kesejahteraan psikologisnya. Yang pertama adalah

tentang bagaimana individu membedakan hal positif dan negatif akan

memberikan pengaruh untuk pengertian kebahagiaan. Konsep yang

kedua adalah menekankan kepusan hidup sebagai kunci utama

kesejahteraan.

Skala kesejateraan psikologis anak disusun berdasarkan teori

Carol D. Ryff yang terdiri dari 6 aspek yaitu penerimaan diri (Self

acceptance), hubungan positif dengan orang lain( Positive Relationship

With Other ), otonomi (Autonomy), penguasaan lingkungan (

Environmental Mastery), tjuan hidup (purpose of life), pertumbuhan

pribadi (personal growth).

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 221

No Item

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

Jml Favo Unfavo

rable rable

Mampu

Mempunyai menyelesaikan 1 57,7 3

keyakinan tugas sehari-

akan hari

kemampaua

Mampu

n dalam menanggung 26,1

menghadap resiko apa 73 3 1

i kehidupan yang telah

Self dilakukan

accept

Sikap dan

ance perilakunya

lebih

berdasarkan Mampu menila

nilai-nilai kekurangan 2,39 2,23,35 5

dan standar dan

yang ada kelebihanya

pada

dirinya,

daripada

Mengangga Mampu 10,2

p dirinya menghargai 61 3 2

berharga diri sendiri

sebagai

manusia Mampu

yang

menunjukan 74 15,19 3

sederajat eksistensi diri

dengan

orang lain

Berani Mampu

memikul

memikul

tanggung 16,4

tanggung 58 3

jawab 9 jawab terhadap

terhadap

perilakunya

perilakunya

222 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

Menerima Menerima

celaan dan celaan dan 47,5

pujian pujian sebagai 62 3 3

secara motivasi

objektif

Mampu

Tidak menerima 50,5

keterbatasan 20 3

menyalahka 4

apa yang dia

n dirinya

miliki

akan

keterbatasa Mampu

n yang mengembangk

dimiliki an

ataupun keterbatasan 17,5 64 3

mengingkar yang 5

i dimilikinya

kelebihanya Menuntut

kesetiaan

Berusaha

berlaku baik 21,4 14 3

Tidak dengan orang 6

merasa lain

ditolak

Percaya diri

dengan

dengan sikap 51,5

orang lain, 65 3

dan 2 serta

perilakunya

mengangga

p dirinya Merasa

berbeda

mempunyai

dengan

keunikan 45 66 2 orang lain

terhadap diri

senidiri

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 223

Kemampuan

menjalin 38 36 2

Positiv Pembentuk hubungan

e an ikatan antar pribadi Relati berkualitas

on of untuk Membuat

Other lainya nyaman 33 34 2

terhadap orang

lain

Memiliki

hubungan baik 29,3 67 4

dengan orang 1,37

Auton

Kedekatan terdekat

dengan

omy

orang tua Mampu

menjaga

hubungan baik 28 18 2

dengan orang

sekitar

Kemampua Mampu

n untuk menangani

menangani lingkungan

Enviro

lingkungan untuk 5,60 6,13 4

yangg memenuhi

nment

kompleks kebutuhan

Master

untuk pribadi

y

memenuhi

Mampu

kebutuhan mengembbang 27,5 68 3

pribadi dan kan nilai-nilai 9

nilai-nilai dilingkungan

Mengejar Mampu

Purpos tujuan yang

menggapai

e of berarti 24 8 2

tujuan dalam life sebuah rasa

hidup

dan tujuan

224 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

dalam Memiliki

hidup 12 69 2 tujuan hidup

Memiliki

semangat

untuk 32 70 2

menggapai

tujuan hidup

Kemampua

n untuk

transformas Mampu

i akal budi mengubah

dan pikiran akan

untuk perilakunya 30 9,24 3

mendorong dan merubah

perubahan perilakunya

berkualitas dengan baik

hidup

Person

al Kemampua

Growt n untuk Mampu

h mengasah, 4,40,

menegmbangk

melatih 41,4 71 6

an talenta yang talenta 2,43

dimiliki

yang

dimiliki

Kemampua

n untuk Mampu

tidak 44,5

menahan ssifat 72 3

mempunyai 6 egoistik

sifat

egoistik

Jumlah 43 30 73

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 225

C. Item Pernyataan

No Pernyataan Jawaban

2. Saya mengetahui kekurangan saya S SS TS STS

3 Saya tidak mengetahui kelebihan saya S SS TS STS

4 Saya mampu mengembangan bakat saya S SS TS STS

5 Saya nyaman dengan lingkungan saya S SS TS STS

6 Lingkungan saya kurang baik S SS TS STS

7 Tuntunan kehidupan sehari-hari sering S SS

TS STS

membebani saya

8 Saya mengalami kesulitan dalam menjalani S SS

TS STS

kehidupan

9 Saya mudah menyerah jika melakukan STS

perbaikan atau melakukan perubahan dalam S SS TS

hidup saya

10 Saya bertanggung jawab atas keputusan yang S SS

TS STS

saya lakukan

11 Saya mampu dengan baik mengurus S SS

TS STS

keuangan pribadi saya

12 Saya memiliki arah tujuan hidup S SS TS STS

13 Saya cenderung khawatir jika orang lain S SS

TS STS

memikirkan saya

14 Saya merasa orang lain jauh lebih baik S SS

TS STS

kehidupanya dari saya

15 Saya mudah terpengruh dengan orang yang S SS

TS STS

berpendapat kuat

16 Saya mampu mengelola banyak tanggung S SS

TS STS

jawab dalam kehidupan sehari-hari

17 Saya memiliki keyakinan bahwa saya mampu S SS

TS STS

mengembangkan diri dari waktu kewaktu

18 Saya tidak banyak memiliki hubungan yang S SS

TS STS

hangat dengan orang sekitar

19 Saya merasa kesulitan dalam menyuarakan S SS

TS STS

pendapat

20 Dibanding dengan orang lai, saya sulit S SS

TS STS

menerima kondisi saya

21 Saya percaya dengan orang di sekitar saya S SS TS STS

22 Menikmati keadaan yang saya alami S SS TS STS

226 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

23 Saya merasa kurang siap dengan diri saya S SS TS STS

sendiri

24 Saya yakin mampu menggapai cita-cita S SS TS STS

25 Cemas terhadap sesuatu yang dihadapi saat S SS TS STS

penting

26 Optimis terhadap sesuatu yang saya lakukan S SS TS STS

27 Saya mengikuti peraturan yang ada, karena STS menurut saya peraturan merupakan tatacara S SS TS

kita bertindak dan berperilaku

28 Nasihat dari orang sekitar bisa membantu S SS TS STS

persoalan hidup saya

29 Saya membutuhkan perhatian dan kasih S SS TS STS

sayang dari orang sekitar

30 Saya tidak mudah menyerah jika diminta STS melakukan perbaikan perilaku, saya akan S SS TS

melakukannya

31 Saya menjaga komunikasi dengan orangtua S SS TS STS

32 Saya optimis bawa saya akan hidup bahagia S SS TS STS

di masa yang akan datang

33 Saya tidakragu untuk mencoba STS menyesuaikan diri saya dengan lingkungan S SS TS

baru

34 Saya merasa interaksi saya dengan orang lain S SS TS STS

belum berhasil

35 Saya mudah terbawa emosi ketika banyak S SS TS STS

persoalan yang saya hadapi

36 Saya merasa orang terdekat saya hanya STS datangkepadasayasaatmereka S SS TS

membutuhkan

37 Hubungan sayad dengan orang terdekat baik S SS TS STS

38 Kesuksesan teman memotivasi saya untuk S SS TS STS

mencapai keberhasilan dalam segala hal

39 Saya merasa orang lain lebih disukai dari S SS TS STS

saya

40 Saya bangga dengan talenta yang saya miliki S SS TS STS

41 Saya dapat menghasilkan uang dengan S SS TS STS

talenta saya

42 Saya sering melatih talenta saya S SS TS STS

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 227

43 Saya mampu menahan rasa egois meskipun S SS

TS STS

lingkungan saya membuat saya geram

44 Saya merasa bahwa ada keunikan dalam diri S SS

TS STS

saya

45 Menghormati orang yang lebih tua S SS TS STS

46 Meskipun orang lain mencela saya, saya S SS

TS STS

tetap menerima

47 Saya merasa percaya diri ketika ngomong di S SS

TS STS

depan orang

48 Sayaselalubertanggungjawabatasperilaku S SS

TS STS

yang sayalakukan

49 Ketika sedang ada masalah besar tidak STS

membuat saya menyerah untuk menggapai S SS TS

citacita yang saya miliki

50 Saya yakin sikap saya di masyarakat baik S SS TS STS

51 Saya berlaku adil dengan lingkungan saya S SS TS STS

52 Saya menghargai setiap apresiasi yang orang S SS

TS STS

lain berikan

53 Saya kurang menerima ketika sedang ada S SS

TS STS

masaalah besar

54 Masalah besar membuat saya semakin S SS

TS STS

dewasa

55 Saya menerima keterbatasan yang saya miliki S SS TS STS

56 Saya mampu menahan egoistic terhadap adek S SS

TS STS

saya

57 Ketika orangtua saya meminta bantuan S SS

TS STS

kepada saya, saya sering menolak

58 Saya kurang senang ketika orang lain STS

menegur karena perilaku saya yang kurang S SS TS

baik

59 Saya aktif mengikuti remaja masjid S SS TS STS

60 Saya mampu bersikap dan bertindak bijak S SS

TS STS

dengan lingkungan saya

61 Saya belum bisa menghargai diri sendiri S SS TS STS

62 Kurang menerima celaan dari orang lain S SS TS STS

63 Belum bisa mengembangkan keterbatasan S SS

TS STS

yang saya miliki

64 Tidak percaya diri dengan lingkungan saya S SS TS STS

228 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

65 Belum menemukan keunikan dalam diri saya S SS TS STS

66 Belum memiliki hubungan baik dengan S SS TS STS

orang terdekat

67 Belum mampu mengembangkan nilai-nilai di S SS TS STS

lingkungan

68 Belum memikirkan tujuan hidup S SS TS STS

69 Saya tidak mempunyai semangat hidup S SS TS STS

70 Saya tidak bisa mengembangkan bakat S SS TS STS

71 Tidak bisa menahan egoistik S SS TS STS

72 Belum bisa menanggung resiko terhadap apa S SS TS STS

yang saya lakukan

73 Saya bisa menjaga eksistens diri S SS TS STS

Alpha Cronbach’s = 0,994; Sampel = 52 Orang

D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur

Melalui analisiss SPSS.20 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran aitem

gugur dan aitem shahih sebagai berikut :

Item shohih Item gugur

2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,1

Item 8,19,20,,21,22,23,24,25,26,27,28,29,30,3

1,32,33,34,35,36,37,38,39,40,41,42,43,44

pertanyaan 1 ,45,46,47,48,49,50,5152,53,54,55,56,57,5

8,59,60,61,62,63,64,65,66,67,68,69,70,71

,72

E. Penutup

Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Instrumen Skala Kesejahteraan Psikologis Remaja digunakan untuk

khalayak umum untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat

Kesejahteraan Psikologis pada remaja. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka

pengumpulan data karena realiabilitas instrumen > 0,7 yaitu 0,994.

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 229

19. Instrumen Skala Self Control Mahasiswa yang Tinggal Di

Lingkungan Pesantren Oleh: Ila Kamila Hidayati ([email protected]) Professional Judgement: Zaen Musyirifin, S.Sos.I., M.Pd.I

A. Pengantar

Lingkungan sangat berpengaruh terhadap tindakan,sikap, dan

pemikiran setiap orang, begitu juga pada mahasiswa yang tinggal

dilingkungan yang baik maka akan merubah perilaku mahasiswa jadi

lebih baik ataupun sebaliknya. Self control sangat diperlukan untuk

membentengi diri seseorang terhadap perilaku-perilaku yang dianggap

menyimpang dan tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. Intrumen ini

bertujuan untuk mengetahui kontrol diri mahasiswa yang memilih tinggal

dilingkungan pondok pesantren. Bagaimana seorang mahasiswa bisa

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang religius dan

mengapresiasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

B. Pengembangan Skala Instrumen

Menurut Golfried dan Merbaum (dalam Gufron & Risna 2010: 21-

22) self control sebagai kemampuan diri untuk menyusun, membimbing,

mengatur dan mengarahkan perilaku yang dapat membawa individu ke

arah konsekuensi positif. Apabila individu memiliki kontrol diri maka

individu tidak mampu mengatur perilaku mereka, tidak mampu

mengarahkan dan membimbing perilaku mereka yang dapat diterima dan

mendapatkan konsekuensi positif. Sedangkan menurut Ghufron dan Risna 2011:22 kontrol diri

merupakan suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi

diri dan lingkungannya. Selain itu juga kemampuan untuk mengontrol

dan mengelola faktor-faktor perilaku yang sesuai dengan situasi dan

kondisi untuk menampilkan sosialisasi kemampuan untuk mengendalikan

perilaku. Menurut Averil dalam (Adeoliana 2003:37) ada tiga aspek

kontrol diri yaitu perilaku (Behavior Control), kendali kognitif (Kognitif

Control) dan kendali keputusan (Decision Control).

230 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

No item Variabel Aspek Indikator Deskriptor Favora Unfavo Jml

ble rable

Menentukan

kegiatan

Aspek

yang akan 1,3,4,5,3

dilakukan 9,29,38

Kemamp perilak Kemampu 6 8

uan u an Menghindari

kontrol behavio mengontro

hal-hal yang

10,17,3

diri r l diri 8,11,25, 8 menyimpan 9

control

26,27

g atau tidak

sesuai

Melakuka

Menentukan 14

pilihan yang 12,13,24

n tindakan

dianggap ,30,33,4

Aspek tindakan 15,16,1

baik dan 0,14

kognitif sesuai 9,21,28

buruk,

control dengan

,35,37

untung dan

pengetahu

rugi bagi

annya

dirinya

Melakukan

sikap bijak

Mampu dalam

Aspek

bersikap mengambil

bijak keputusan

desicio 6,2,7,20, 22,31,3

dalam sesuai 10

n 23,18,32 4 mengambi dengan

control

l kebutuhanny

keputusan a dan

bermanfaat

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 231

C. Item Pernyataan Dan Realibilitas

No Pernyataan Jawaban

Saya memiliki rencana menyelesaikan hafalan

1. Al-Qur’an meski harus tinggal lebih lama di SS S TS STS

pesantren

Saya mentaati peraturan di pesantren karena

2. saya tahu peraturan membuat saya menjadi SS S TS STS

disiplin

3.

Saya berencana akan meningkatkan ibadah SS S TS STS

saya saat di pesantren

4.

Saya akan berusaha untuk mempelajari ilmu SS S TS STS

agama agar seperti ustadz/ustadzah

Saya akan berusaha berpakaian lebih tertutup

5. meski keluarga di rumah berpakaian biasa saja SS S TS STS

(agak terbuka)

Saya akan mimilih membaca buku ketika

6. memiliki waktu luang meski ada teman yang SS S TS STS

mengajak jalan-jalan

7.

Saya akan tetap ikut berpartisipasi dalam SS S TS STS

kegiatan yang di selenggarakan pesantren

8.

Saya akan berusaha mentaati peraturan SS S TS STS

dipesantren agar tidak mendapat hukuman

Saya tidak mempunyai target khusus untuk

9. menyelesaikan hafalan Al-Qur’an selama di SS S TS STS

pesantren

Jika ada teman yang mengajak untuk

10. membolos saat kajian saya mudah terpengaruhi SS S TS STS

untuk mengikutinya

Jika ada teman yang mengajak saya untuk

11. melakukan hal yang negatif maka saya akan SS S TS STS

langsung menolaknya

12.

Saya menyadari peraturan dipesantren dibuat SS S TS STS

untuk mengubah santri agar disiplin

232 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

13. Saya merasa tinggal dipesantren lebih terjaga

SS S TS STS

dari pergaulan bebas

Saya tidak mau pacaran karena itu dilarang

14. dalam agama meski ada seseorang yang ingin SS S TS STS

menjalin hubungan dengan saya

Ketika teman saya tidak sholat maka saya kan

15. membiarkannya saja bahkan kadang SS S TS STS

mengikutinya

Teman dipesantren sering mengajak saya

16. untuk mengikuti kajian tetapi sayang selalu SS S TS STS

menolaknya

17. Saya merasa sering melanggar aturan di

SS S TS STS

pesantren meski hukumannya berat

18. Saya memilih tinggal di pesantren karena sadar

SS S TS STS

minimnya ilmu agama yang saya miliki

19. Saat di kampus saya berpakaian agak ketat dan

SS S TS STS

terbuka dan saya menyadari itu tidak baik

Saya berpakaian baik sesuai aturan pesantren

20. saat di kampus maupun diluar kampus meski SS S TS STS

teman saya berpakaian terbuka

21. Meski seorang santri saya bisa bergaul dengan

SS S TS STS

siapa saja

22. Saya merasa sulit bersosialisasi dengan teman

SS S TS STS

yang bukan dari pondok pesantren

Saya selalu mendapatkan semangat baru

23. setelah mendengarkan nasihat dari SS S TS STS

ustadz/ustadzah

24. Saya bisa bersikap baik karena terpengaruh

SS S TS STS

teman di pesantren

25. Saya selalu mengerjakan tugas yang diberikan

SS S TS STS

ustadz/ustadzah

26. Saya memilih tinggal di pesantren untuk

SS S TS STS

menghindari pergaulan bebas

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 233

27. Saat dikampus, saya bisa menjaga sholat awal

SS S TS STS waktu seperti dipesantren

28. Saya memilih tinggal di pesantren karena

SS S TS STS paksaan dari kedua orang tua

29. Meski pacaran di larang dalam agam tapi saya

SS S TS STS tetap menjalaninya

30. Saat memiliki waktu luang saya lebih memilih

SS S TS STS mengisinya dengan hal positif

31. Saat saya memiliki waktu luang saya lebih

SS S TS STS memilih untuk bermalas-malasan di kamar

32. Saya merasa lebih bisa bersikap mandiri saat

SS S TS STS tinggal di pesantren

33. Saat di pesantren saya selalu sholat tepat waktu

SS S TS STS tanpa harus di ingatkan teman

34. Saya merasa hanya bisa berkelakuan baik saat

SS S TS STS berada di lingkungan pesantren saja

35. Saya merasa tinggal di pesantren membuat

saya jadi malas untuk belajar pengetahuan SS S TS STS

umum

36. Saya merasa bisa membiasakan diri untuk

SS S TS STS hidup sederhana seperti santri lainnya

37. Hidup di pesantren membuat saya menjadi

SS S TS STS minder untuk aktif di kegiatan kampus

38. Saya tidak mempunyai target mempelajari

SS S TS STS ilmu agama selama tinggal di pesantren

Saya merasa mudah terpengaruh oleh teman

39. untuk melakukan hal negatif meski saya tahu SS S TS STS

itu tindakan yang salah

40. Saya merasa bisa memotivasi diri untuk

SS S TS STS meningkatkan kualitas ibadah

Alpha Cronbach’s = 0,736 ; sampel =51 orang

234 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur

Melalui analisis SPSS.15 dapat diklasifikasi bahwa sebaran aitem

gugur dan aitem sebagai berikut :

Item shohih Item gugur

Item 1,3,4,5,6,7,8,11,13,14,15,16,17,2

2,9,10,12,18,19,20, pernyataan 3,24,25,26,27,28,29,30,31,32,33,

21,22,34,35,36, 37,38,39,40

Jumlah 28 12

E. Penutup

Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat dioeroleh

ksimpulan sebagai berikut:

1. Instrumen skala kontrol diri mahasiswa yang tinggal di lingkungan

pesantren dapat digunakan untuk khalayak umum untuk mengetahui

seberapa tinggi kontrol diri pada mahasiswa yang tinggal di

lingkungan pesantren. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran daalam rangka

pengumpulan data reabilitas isntrumen > 0,7 yaitu 0.736.

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 235

20. Instrumen Skala Ukur Religiusitas Anak Yang Tinggal di

Panti Asuhan Nurul Haq. Oleh: Afifatuz Zakiyah ([email protected]) Profesional Judgement: Slamet, S. Ag., M. SI.

A. Pengantar

Dalam melakukan sebuah penelitian, peneliti memiliki berbagai

metode dalam pengumpulan data yang valid dari responden, diantaranya

dengan membuat sebuah instrument. Instrument merupakan sebuah alat

ukur atau alat bantu yang dibuat oleh peneliti untuk mendapatkan

informasi kuantitatif variabel yang sedang diteliti.

Anak-anak yang tinggal di panti asuhan memiliki latar belakang

yang berbeda-beda, termasuk dalam masalah religiusitas pada anak-

anak tersebut, Karena agama atau religiusitas merupakan hal yang

sangat penting dan mendasar seharusnya telah dimiliki oleh masing-

masing individu. Melihat latar belakang keluarga yang berbeda-beda

dan cenderung dominan memiliki permasalahan pada keluarga,

membuat anak-anak yang tinggal dipanti asuhan memiliki kesadaran

agama atau tingkat religiusitas yang berbeda. Ada yang rajin dalam

ibadahnya dan adapula yang malas dalam ibadahnya, oleh karena itu

dengan adanya instrument skala ukur ini, membatu peneliti untuk

mendapatkan informasi secara kuantitatif mengenai religiusitas anak-

anak yag tinggal di Panti Asuhan.

Adanya instrument sebagai skala ukur atau alat bantu menjadi

sangat membantu dan menunjang terpenuhinya pelaksanaan penelitian

pada variabel yang sedang diteliti. Adanya insrumen dapat mengetahui

sejauhmana tingkat religiusitas anak-anak yang tinggal di Panti Asuhan

Nurul Haq.

B. Perkembangan Skala Psikologis

Salah satu konsep yang akhir-akhir ini dianut banyak ahli

Psikologi dan sosiologi adalah konsep religiusitas rumusan C.Y. Glock

dan R. Stark. Keberagamaan atau religiusitas diwujudkan dalam

berbagai sisi kehidupan manusia. Agama, dalam pengertian Glock dan

Stark (1966), adalah sistem symbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan

sitem perilaku yang terlembagakan, yang semua itu berpusat pada

236 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi

(ultimate meaning).

Menurut Glock dan Stark (Robertson, 1988), ada lima macam

dimensi keberagamaan (religiusitas), yaitu dimensi keyakinan

(idelogis),dimensi peribadatan atau praktek agama (ritualistic), dimensi

penghayatan (eksperiensial), dimensi pengamalan (konsekuensial),

dimensi pengetahuan agama (intelektual).

No Item

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

Jml Favor Unfavor

able able

Kemampua Mempercaya 1,2,3,4

n individu i adanya 8 5 Keyaki 6

meyakini Allah

nan

dasar-dasar

Percaya

(ideolo

agama terhadap 7,20,4

gi) 9,10 5

ajaran 7

agama

Praktek Kemampua Melaksanaka 31,48 25,26 4

Agama n individu n ibadah

(ritualis melakukan

Hubungan

tic) praktek sesama 27 ,50 6,28,29 5

Religius agama manusia

Kemampua Mendapatkan

itas anak

n individu ketenangan

yang Pengha

pada ketika

tinggal yatan 5,11,3

perasaan- beribadah 32,33 6 di panti (eksperi 9,41

perasaan

asuhan ensial)

yang

dialami.

Sejauhman

Kedisiplinan 12,

dalam 14,16,19

Pengam a ajaran 15,17, 8

melaksanaka ,42 alan agama 18

n ibadah

(konsek mempengar

Terbentukny

uensial) uhi perilaku

30,34,37

a akhlakul 4,49 6 individu ,43

karimah

Pengeta Kemampua Mengethui 22,35,

huan n individu pokok-pokok 13,24,44 6 45

Agama mengetahui ajaran agama

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 237

(intelek ajaran- Membedakan

tual) ajaran amar ma’ruf

agama nahi munkar 21,23, 36,40

5

38

Jumlah 27 23 50

C. Item Pernyataan dan Reliabilitas

No

Pernyataan Jawaban

SS

S

TS

STS

1.

Saya percaya Allah adalah pencipta alam SS

S

TS

STS

semesta.

2. Saya percaya bahwa Allah selalu melihat SS

S

TS

STS

apapun yang dilakukan hambanya.

3. Saya yakin Allah hanya satu. SS S TS STS

4. Saya selalu bersikap jujur dalam keadaan SS

S

TS

STS

apapun.

5. Saya merasa setiap musibah yang dialami SS

S

TS

STS

pasti ada hikmahnya.

6. Saya tidak peduli jika teman saya sedang SS

S

TS

STS

sakit.

7. Saya yakin Allah akan memaafkan kesalahan SS

S

TS

STS

hamb-hambanya.

8. Saya ragu Allah akan mengabulkan do’a SS S TS STS

hamba-hambanya.

9. Saya ragu bahwa Al-Quran adalah pedoman SS

S

TS

STS

hidup manusia.

10. Saya ragu adanya hari pembalasan.. SS S TS STS

11. Saya merasa tenang ketika shalat. SS S TS STS

12. Saya selalu shalat di awal waktu. SS S TS STS

13. Menurut saya menutup aurat itu tidak penting. SS S TS STS

14. Saya shalat ketika diperintah oleh pengurus. SS S TS STS

15. Saya selalu shalat sunnah sebelum SS

S

TS

STS

melaksanakan shalat wajib.

16. Saya tidak menghiraukan ketika adzan SS

S

TS

STS

berkumandang.

238 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

17. Saya selalu membaca Al-Qur’an setelah SS S TS STS

shalat.

18. Dalam keadaan apapun saya utamakan shalat. SS S TS STS

19. Saya tidak membaca al-qur’an ketika sedang SS S TS STS

lelah.

20. Saya selalu mengucapkan Alhamdulillah SS S TS STS

ketika mendapat nikmat.

21. Saya mengetahui bahwa berbohong adalah SS S TS STS

perbuatan tercela.

22. Manusia diciptakan dari segumpal darah. SS S TS STS

23. Berbohong boleh dilakukan untuk kebaikan. SS S TS STS

24. Menurut saya ilmu agama yang saya miliki SS S TS STS

sudah cukup.

25. Saya tidak sholat jika sakit. SS S TS STS

26. Saya shalat berjamaah di masjid jika dilihat SS S TS STS

banyak orang.

27. Saya akan menolong orang yang sedang SS S TS STS

kesulitan.

28. Saya tidak akan menolong orang yang SS S TS STS

berbeda agama.

29. Saya menolong orang lain jika mendapatkan SS S TS STS

imbalan.

30. Saya tidak menghiraukan jika ada yang SS S TS STS

mengingatkan dalam hal kebaikan.

31. Saya berpuasa ketika bulan Ramadhan. SS S TS STS

32. Saya merasa risih ketika mendengar lantunan SS S TS STS

ayat suci Al-Qur’an.

33. Saya sangat sulit untuk memaafkan kesalahan SS S TS STS

orang lain.

34. Saya bersikap sopan hanya kepada orang SS S TS STS

yang lebih tua.

35. Saya memahami makna dari bacaan-bacaan SS S TS STS

shalat.

36. Saya merasa membantu orang lain hanya SS S TS STS

dapat membuat saya lelah.

37. Saya akan marah ketika mendapatkan SS S TS STS

musibah.

38. Saya selalu izin terlebih dahulu sebelum saya SS S TS STS

meminjam barang milik orang lain.

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 239

39. Saya merasa damai ketika berdoa kepada SS S TS STS

Allah.

40. Saya mencontek ketika ujian, jika tidak ada SS S TS STS

orang yang melihat.

41. Saya merasa senang ketika bersedekah. SS S TS STS

42. Saya akan shalat ketika semua pekerjaan SS S TS STS

selesai.

43. Saya menganggap pengajian yang diadakan di SS S TS STS

panti merupakan hal yang tidak bermanfaat.

44. Saya belum lancar membaca Al-qur’an. SS S TS STS

45. Saya meluangkan waktu untuk membaca Al- SS S TS STS

Qur’an.

46. Saya percaya udara yang dihirup adalah SS S TS STS

nikmat yang Allah berikan.

47. Saya percaya adanya surga dan neraka. SS S TS STS

48. Saya merasa gelisah ketika belum SS S TS STS

melaksanakan shalat.

49. Saya selalu membaca Bismillah sebelum SS S TS STS

memulai aktivitas.

50. Saya selalu mengucapkan terimakasih pada SS S TS STS

orang yang telah membantu saya.

Alpha Cronbach’s = 0,795; Sampel = 50 Orang

D. Klasifikasi Item Shohih dan Item Gugur

Melalui analisis SPSS.16 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran item

shohih dan item gugur sebagai berikut:

Item Shohih Item Gugur

5, 10, 11, 12, 14, 16, 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 13, 15,

Item Pernyataan 18, 21, 24, 27, 29, 17, 19, 20, 22, 23, 25, 26,

30, 33, 34, 35, 36, 28, 31, 32, 38, 41, 42, 43,

37, 39, 40, 48. 44, 45, 46, 47, 49, 50.

Jumlah 20 30

240 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

E. Penutup

Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Instrumen Skala Ukur Religiusitas Anak yang Tinggal di Panti Asuhan

Nurul Haq dapat digunakan untuk mengetahui seberapa tinggi tingak

religiusitas anak yang berada di Panti Asuhan Nurul Haq. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka

pengumpulan data karena reliabilitas mendekati angka 1.

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 241

21. Instrumen Skala Intensitas Mengikuti Bimbingan Klasikal Di Man

3 Sleman Oleh: Lailatul Widha ([email protected]) Professional Judgement: Nailul Falah S.Ag, M.Si.

A. Pengantar

Kewajiban untuk tetap bersekolah bagi anak Indonesia dengan

menuntaskan wajib belajar 12 tahun yang sedang diupayakan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) seperti yang

terdapat di nawacita. Dalam mengimplementasikan kurikulum 2013,

yang mengedepankan siswanya untuk bersikap proaktif, mandiri dan

mengamanatkan langsung adanya peminatan peserta didik. Pelayanan

arah peminatan peserta didik sangat lah diperlukan guna membuka

wawasan karir dan keinginan siswa yang sesuai dengan minat dan

bakatnya. Layanan bimbingan klasikal berorientasi pada kelompok

siswa dengan jumlah cukup besar antara 30-40 siswa/ sekelas, Samisih

(2013) dinilai cukup objektif lantaran membantu dan mendukung dalam

pemetaan minat, bakat, dan karir siswa dalam skala besar namun

terstruktur.

Skala instrumen ini akan menilai seberapa sering peserta didik

Madrasah Aliyah Negeri 3 Sleman mengikuti layanan bimbingan

klasikal yang diberikan oleh guru BK.

B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis

Dalam KBBI, intensitas berarti keadaan tingkatan atau ukuran

intens nya. Bisa juga tentang kekuatan, mutu, perasaan, atau soal pribadi

orang. Bimbingan klasikal merupakan cara yang efektif bagi guru

bimbingan dan konseling atau konselor dalam memberikan informasi

dan atau orientasi kepada siswa dalam jumlah banyak tentang program

layanan yang ada di sekolah, program pendidikan lanjutan, keterampilan

belajar, selain itu layanan bimbingan klasikal dapat digunakan sebagai

layanan preventif (Committee for Children, 1992; Akos, 2007).

Intensitas mengikuti bimbingan klasikal adalah tingkatan atau ukuran

intens seseorang mengikuti bimbingan yang dilakukan pada kelompok

siswa dengan skala cukup besar/ sekelas.

Menurut W.J.S Poerwadaminto, dalam kamus umum Bahasa

Indonesia indikator intensitas yaitu 1) Frekuensi individu yaitu

242 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

keseringan siswa mengikuti layanan bimbingan klasikal 2) Perhatian

yaitu sikap memahami proses pemberian layanan bimbingan klasikal 3)

Antusias yaitu sikap dan minat yang tinggi mengikuti layanan

bimbingan klasikal 4) Keaktifan yaitu sikap peran aktif mengikuti

layanan bimbingan klasikal. Skala intensitas mengikuti bimbingan

klasikal disusun berdasarkan Teori W.J.S Poerwadaminto yang terdiri

dari 4 aspek yaitu; Frekuensi Individu, Perhatian, Antusias, dan

Keaktifan.

No Item

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

Jml Favor Unfavo

able rable

Intensitas

Rutinitas

mengikuti 1,20 3,41 4

Frekuen bimbingan dan

si klasikal

Konsistensi

Individu

Informasi

yang 15,63 17,8 4

diperoleh

Mendengar

Intensitas

mendengar 19,10 21,12 4 kan

kan materi

Skala

Mencatat

Intensitas 23,14,

Intensita

menulis 16,7,38 6 5

s

materi

Mengik

Perhatia Pemahama

9,2 11,22 4 uti n materi

n Mengingat

Bimbing

Penguasaan 13,24 35,26 4

an

materi

Klasikal

Video/film 37,28 39,30 4

Media Poster 61,32 73,34 4

Gerak dan 25,36 27,18 4

Lagu

Bertanya 29,40 4,42 4

Antusias Respon

Menanggap 53,44 75,46 4

i diskusi

Mengutara 67,48 69,50 4

kan ide

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 243

dalam

diskusi

Pemecahan 60,52 43,54 4

masalah

Kesadaran

Konsentrasi 76,56 64,58 4

memahami

Melakukan 59,51 31,62 4

penelitian

Kegiatan

Membuat

Motorik media 6 57 2

pembelajar

Keaktifa

an

Kegiatan Minat dan 65,71,

n 68,49,70 6

Emosional Bakat 47

Menganalis 66,72 33,74 4

is karir Kegiatan

Membuat

Mental

keputusan 45 55 2

karir

C. Item Pertanyaan

No Pernyataan Jawaban

1 Saya pernah mengikuti layanan bimbingan

SS S TS STS klasikal di kelas

2 Saya masih mengingat materi yang tadi

SS S TS STS disampaikan

3 Saya belum pernah mengikuti layanan

SS S TS STS bimbingan klasikal di sekolah

4 Saya tipikal orang yang malu jika ingin

SS S TS STS bertanya dihadapan banyak orang

5 Saya mencatat materi di buku ataupun notes

SS S TS STS gadget saya

6 Saya pernah membuat media pembelajaran

SS S TS STS baik berupa poster ataupun alat peraga

Saya tidak mencatat secara keseluruhan

7 materi yang dipaparkan saat bimbingan SS S TS STS

klasikal

8 Saya cenderung bosan dengan informasi SS S TS STS

244 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

yang disampaikan oleh guru BK saat proses

bimbingan klasikal

9 Saya memahami materi yang disampaikan

SS S TS STS saat bimbingan klasikal

Saya mendengarkan apa yang disampaikan

10 guru atau petugas BK saat memaparkan SS S TS STS

informasi ketika bimbingan klasikal di kelas

Saya tidak begitu memahami materi dan

11 konten yang disampaikan saat bimbingan SS S TS STS

klasikal

12 Saya tidak mendengarkan dengan baik yang

SS S TS STS guru sampaikan ketika bimbingan klasikal

13 Saya menguasai materi yang disampaikan

SS S TS STS karena saya mengingat nya dengan baik

14 Saya aktif mencatat informasi saat bimbingan

SS S TS STS klasikal berlangsung

Informasi yang diberikan sangatlah

15 membantu pribadi, sosial, belajar, agama, SS S TS STS

dan karir saya

16 Saya memerlukan bantuan orang lain untuk

SS S TS STS menulis

17 Saya kurang tertarik dengan informasi yang

SS S TS STS diberikan saat bimbingan klasikal

18 Media permainan yang dilakukan dinilai

SS S TS STS kurang sesuai dengan umur anak SMA

19 Mendengarkan menjadi kunci pemahaman

SS S TS STS materi yang baik

20 Saya sering dan tertarik mengikuti layanan

SS S TS STS bimbingan klasikal

21 Indera pendengaran saya kurang berfungsi

SS S TS STS dengan baik

22 Saya temasuk individu yang pelupa dan sulit

SS S TS STS memahami materi

Dengan mencatat, informasi yang

23 disampaikan akan lebih mudah diingat dan SS S TS STS

dipelajari

Saya mendengarkan dengan baik dan

24 mengingat jelas pemaparan materi yang SS S TS STS

disampaikan saat bimbingan klasikal

25 Media dengan permainan gerak dan lagu SS S TS STS

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 245

membuat hati ceria

26

Keterampilan saya dalam penguasaan materi SS S

TS STS

bimbingan klasikal sangat terbatas

27

Tidak ada pemanasan dengan permainan atau SS S

TS STS

lagu saat bimbingan klasikal di kelas

Penayangan video/film sangat membantu

28 dalam proses pembelajaran maupun SS S TS STS

bimbingan klasikal

29

Saya lebih nyaman bertanya secara langsung SS S

TS STS

face to face dengan petugas BK

30

Video yang ditampilkan saat bimbingan SS S

TS STS

klasikal dinilai monoton dan menjenuhkan

31

Saya belum pernah mengikuti ataupun SS S

TS STS

melakukan penelitian sebelumnya

32

Saya tertarik dengan konten poster yang SS S

TS STS

terdapat di sekolah karena sangat bermanfaat

33

Saya tidak memiliki persiapan yang matang SS S

TS STS

dalam merencanakan karir kedepan

34

Poster yang terdapat di sekolah terlihat SS S

TS STS

usang, lama, dan tidak terawat

35

Saya tidak menguasai keseluruhan materi SS S

TS STS

dengan baik

36

Pemanasan dengan menyanyi dan bergerak SS S

TS STS

membuat badan kita lebih rileks

37

Saya tertarik saat diputarkan video dalam SS S

TS STS

penyampaikan materi bimbingan klasikal

Saya cenderung mencoret-coret buku atau

38 bermain gadget saat guru meminta mencatat SS S TS STS

materi

39

Tidak ada pemutaran video atau film yang SS S

TS STS

mendukung proses bimbingan klasikal

Saya termasuk orang yang aktif bertanya

40 ketika materi yang disampaikan tidak SS S TS STS

sepaham

Saya cenderung bosan dan kurang tertarik

41 dengan layanan bimbingan klasikal di SS S TS STS

sekolah

42

Saya malas menanyakan materi yang belum SS S

TS STS

saya pahami

43 Saya tipikal orang yang cuek dan sulit jika SS S TS STS

246 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

dipaksa untuk mencari pemecahan masalah

44 Saya tipikal pribadi yang menghargai

SS S TS STS

pendapat orang lain

45 Saya dapat menentukan karir atau jurusan

SS S TS STS

yang sesuai dengan minat dan bakat

46 Saya sulit menghargai pendapat orang lain

SS S TS STS

jika tidak sama dengan pendapat saya

47 Saya aktif dalam menjalankan organisasi

SS S TS STS

ataupun kegiatan ekstrakurikuler

48 Saran dan ide saya biasanya mendapat respon

SS S TS STS

yang baik oleh teman-teman

49 Dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler,

SS S TS STS

saya mengikuti pilihan kegitan teman di kelas

Saya tidak tertarik dengan tema yang

50 disampaikan saat diskusi/bimbingan SS S TS STS

kelompok

Saya tertarik dengan penelitian-penelitian di

51 sekolah, meskipun belum pernah SS S TS STS

melakukannya

52 Saya tertarik dengan proses pemecahan

SS S TS STS

masalah saat diskusi berlangsung

Saya kerap menanggapi atau memberikan

53 kritik dan saran saat diskusi/bimbingan SS S TS STS

kelompok

54 Saya sering tidak mengetahui saran yang

SS S TS STS

tepat untuk pemecahan masalah saat diskusi

55 Saya belum menentukan jurusan dan karir

SS S TS STS

yang sesuai dengan bakat dan minat

56 Saya biasanya mematikan Hp untuk menjaga

SS S TS STS

konsentrasi ketika pembelajaran berlangsung

57 Saya belum pernah membuat media

SS S TS STS

pembelajaran

58 Saya seringkali membuat kegaduhan saat

SS S TS STS

proses bimbingan klasikal berlangsung

59 Saya pernah melakukan penelitian di sekolah SS S TS STS

60 Saya aktif memberikan saran untuk

SS S TS STS

pemecahan masalah dalam diskusi

Adanya poster yang mencakup layanan

61 pribadi, karir, agama, belajar, dan sosial di SS S TS STS

lingkungan sekolah

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 247

62 Saya tidak tertarik mengikuti penelitian

SS S TS STS ataupun bergabung dengan klub peneliti

63 Informasi yang di berikan sangat aktual dan

SS S TS STS bermanfaat

Biasanya saya tidak dapat berkonsentrasi

64 dengan baik saat mengikuti bimbingan SS S TS STS

klasikal

65 Saya aktif mencari informasi seputar minat

SS S TS STS dan bakat saya di lingkungan sekolah

66 Layanan bimbingan klasikal memberikan

SS S TS STS gambaran kedepan karir saya

Saya sering mengutarakan ide saya saat

67 diskusi kelompok/bimbingan kelompok SS S TS STS

berlangsung

68 Saya belum menemukan minat dan bakat

SS S TS STS saya

69 Saya belum pernah mengutarakan ide atau

SS S TS STS gagasan dalam diskusi/bimbingan kelompok

70 Saya orang yang pasif dalam berorganisasi SS S TS STS

Saya mengikuti klub atau kegiatan

71 ekstrakurikuler yang mendukung minat dan SS S TS STS

bakat

72 Saya dapat mempersiapkan tes yang sesuai

SS S TS STS dengan karir dan jurusan saya dengan matang

Tidak adanya poster terkait pengembangan

73 pribadi, belajar, sosial, agama, dan karir di SS S TS STS

sekolah

74 Layanan bimbingan klasikal masih sangat

SS S TS STS minim menginfokan seputar karir

75 Saya tidak peduli dengan materi

SS S TS STS diskusi/bimbingan klasikal

Saya berusaha berkonsentrasi saat bimbingan

76 klasikal berlangsung agar dapat memahami SS S TS STS

materi

Alpha Cronbach’s = 0,905 ; Sampel = 49 Orang

248 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

D. Klasifikasi Item Shahih dan Item Gugur

Melalui analisis SPSS 15 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran item

gugur dan item shahih sebagai berikut:

Item Shohih Item Gugur

3 7 8 9 10 11 12 13 14 15 17

1 2 4 5 6 16 18 22 26 27 Item 19 20 21 23 24 25 28 29 32

30 31 34 35 39 40 41 43 Pernyataan 33 36 37 38 42 44 45 46 47

48 49 52 53 56 57 58 59 50 51 54 55 62 63 66 67 68

60 61 64 65 69 71 74 70 72 73 75 76

Jumlah 43 33

E. Penutup

Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Instrumen Skala Intensitas Mengikuti Bimbingan Klasikal di Man 3

Sleman dapat digunakan untuk khalayak umum untuk mengetahui

seberapa tinggi tingkat intensitas pelajar mengikuti layanan bimbungan

klasikal di sekolah. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka

pengumpulan data karena realibilitas instrumen > 0,7 yaitu 0,905.

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 249

22. Instrumen Skala Tingkat Self-Confidence Mahasiswa

Fakultas Dakwah UIN Sunan kalijaga Yogyakarta Oleh: Silvia Hadi ([email protected]) Profesional Judgment: Slamet, S.Ag, M.Si.

A. Pengantar

Menurut Suharsimi Arikunto (2000:134) instrumen adalah alat

bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya

mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan

dipermudah olehnya. Menurut Ibnu Hadjar (1996:160) instrumen

merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi

kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara objektif.

Menurut Lauster (1978) self-confidence ialah suatu sikap atau

perasaan yakin atas kemampuan diri sendiri sehingga orang yang

bersangkutan tidak terlalu cemas dalam tindakan-tindakannya, dapat

merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang disukainya dan

bertanggung jawab atas perbuatannya, hangat dan sopan dalam

berinteraksi dengan orang lain, dapat menerima dan menghargai orang

lain, memiliki dorongan unutk berprestasi serta dapat mengenal

kelebihan dan kekurangannya.

B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis

Teori yang digunakan dalam pembuatan instrumen ini merupakan

teori Lauster. Lauster menyebutkan pengukuran rasa percaya diri

didasarkan pada tiga aspek yaitu:

1. Aspek Kemampuan Pribadi. 2. Aspek Interaksi Sosial. 3. Aspek Konsep Diri.

No.Item

Variable Aspek Indikator Deskriptor

Jml

Favo Unfav

rable orable

Self Kemam

Keyakina Keyakinan

n pada

Confi puan terahadap 1,3 2,4 4

diri

dence diri potensi diri

sendiri

250 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

Keyakinan

terhadap 5,7 6,8 4

penampilan

diri

Keyakinan 9,11, 10,12,

terhadap 8 13,15 14,16

target hidup

Memaha Memahami

mi orang 17 18 2 perbedaan

lain

Kemampu

an Kemampuan 19,21 20,22 4

beradapta bersosialisasi

Interaksi si

Sosial

Sikap dalam

Toleransi

menghadapi 23,25,27

24,26, 6

perbedaan 28

budaya

Memaha

Mengetahui

kelebihan 29,31 30,32

mi

dan

4

keadaan

kekurangan

pribadi

diri

Konsep

Mandiri 33 34

2

Diri

Sikap

positif Tidak mudah 35 36 2

menyerah

Memiliki

Mental mental yang 37,39 38,40 4

menunjang

Jumlah 20 20 40

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 251

C. Item Pernyataan dan Reliabilitas

No Pernyataan Jawaban

1 Saya merasa mempunyai kemampuan yang

SS S TS STS baik di dalam diri saya

2 Terkadang saya merasa kurang percaya diri

SS S TS STS terhadap kekuatan di dalam diri saya

3 Saya sangat memahami bakat yang ada

SS S TS STS dalam diri saya

4 Saya masih ragu-ragu terhadap bakat yang

SS S TS STS saya miliki

5 Saya bahagia bersama keluarga walaupun

SS S TS STS hidup sederhana

6 Saya malu akan keadaan ekonomi keluarga

SS S TS STS saya

7 Saya sangat bersyukur atas bentuk fisik yang

SS S TS STS saya miliki

8 Saya melakukan segala cara agar fisik saya

SS S TS STS terlihat sempurna

9 Saya selalu memasang target dalam hidup SS S TS STS

10 saya bertindak sesuai apa yang saya

SS S TS STS kehendaki

11 Saya sudah memiliki tujuan yang jelas untuk

SS S TS STS masa depan

12 Apa yang saya tekuni tidak menjamin masa

SS S TS STS depan saya

13 Saya ingin menjadi orang sukses dan terkenal SS S TS STS

14 Saya tidak peduli dengan apa yang terjadi

SS S TS STS kelak di masa depan

15 Saya ingin mendapat nilai IPK tinggi SS S TS STS

16 Saya kurang tertarik mengikuti proses

SS S TS STS perkuliahan

17 Saya senang berteman dengan orang yang

SS S TS STS punya budaya lain

18 Saya sulit berteman dengan orang yang

SS S TS STS berbeda budaya dengan saya

19 Saya mampu berkomunikasi dengan baik SS S TS STS

20 Kesulitan menguasai bahasa daerah lain SS S TS STS

252 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

21 Saya mudah menyesuaikan diri dengan

SS S TS STS budaya di sekitar

22 saya kurang tertarik dengan budaya daerah

SS S TS STS lain

23 Saya selalu menghargai budaya teman SS S TS STS

24 Saya tidak mempelajari berbagai budaya

SS S TS STS teman

25 Saya bersikap terbuka dengan beragam

SS S TS STS budaya yang ada

26 Saya lebih suka budaya saya dibandingkan

SS S TS STS budaya teman

27 Saya menerima pendapat teman selama

SS S TS STS pendapatnya baik

28 Saya akan menerima saran dari teman

SS S TS STS sedaerah saja

29 Bertanggung jawab terhadap apa yang

SS S TS STS dilakukan

30 Saya sering ceroboh dalam bertindak SS S TS STS

31 Minat yang saya tekunin dapat menentukan

SS S TS STS masa depan

32 Tidak dapat menemukan apa minat saya

SS S TS STS sebenarnya

33 Saya berusaha bersikap dewasa dalam

SS S TS STS menyelesaikan suatu masalah

34 Saya merasa bergantung pada orang lain SS S TS STS

35 Saya menyukai tantangan SS S TS STS

36 Saya merasa mudah putus asa SS S TS STS

37 Saya percaya diri ketika berbicara di depan

SS S TS STS umum

38 Saya cemas ketika banyak mata

SS S TS STS memperhatikan

39 Saya berusaha tegar dan tabah dalam

SS S TS STS menghadapi cobaan hidup

40 Saya merasa banyak kegagalan yang

SS S TS STS menghantui diri saya

Alpha Cronbach’s = 0,860 ; Sampel = 33 Orang

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 253

D. Klasifikasi Item Shahih dan Item Gugur

Melalui Analisis SPSS.20 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran

aitem gugur dan aitem shahih sebagai berikut :

Item Shahih Item Gugur

Item

1, 2, 3, 5, 7, 9, 15, 17, 19, 21, 24,

4, 6, 8, 10, 11,

Pernyataan 12, 13, 14, 16, 25, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35,

18, 20, 22, 23, 37, 38, 39, 40

26, 28, 36

Jumlah 24 16

E. Penutup

Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Instrumen Skala Tingkat Self-Confidence terhadap mahasiswa UIN

Sunan Kalijaga yang dapat digunakan untuk mengetahui seberapa

tinggi kepercayaan diri pada mahasiswa terhadap sesuatu yang sedang

dihadapinya. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka

pengumpulan data karena hasil yang mendekati satu menjadi sangat

reliable.

254 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

23. Instrument Skala Harga Diri (Self Esteem) pada Mahasiswa

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Oleh: Epa Nur Pitriana Profesional Judgement: Bapak Slamet, S.Ag, M.Si

A. Pengantar

Setiap perilaku itu ada hubungan yang terkait dan akan

mempengaruhi satu sama lain. Keberadaan individu dalam suatu

lingkungan sangat mempengaruhi diri individu, harga diri seseorang

akan menentukan bagaimana dia akan menampilkan dirinya

dilingkungannya baik dalam kehidupan sosial atau pendidikannya.

Harga diri adalah proses evaluasi yang ditujukan individu pada diri

sendiri sebagai penilaian terhadap diri, yang nantinya berkaitan dengan

proses penerimaan individu terhadap dirinya tentang semua yang ada

pada diri individu. Dalam hal ini evaluasi akan menggambarkan

bagaimana penilaian individu tentang dirinya sendiri, menunjukkan

penghargaan dan pengakuan atau tidak, serta menunjukkan sejauh mana

individu tersebut merasa mampu dalam melakukan segala sesuatu,

sukses dan merasa berharga. Harga diri di artikan sebagai penilaian

terhadap diri tentang harga diri yang di ekspresikan melalui sikap-sikap

yang dimiliki dan dipatuhi individu.

Skala ini dibuat untuk menilai tentang dirinya sendiri, hal ini akan

mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sehari-hari terhadap diri

sendiri dan cara bersikap kepada orang lain. Dengan cara melihat

individu yang memiliki harga diri yang baik dan kurang baik. Harga diri

yang baik akan memunculkan rasa percaya diri, rasa yakin akan

kemampuan diri, merasa berguna bagi orang lain dan merasa

kehadirannya diperlukan di lingkungannya. Sedangkan harga diri yang

kurang baik cenderung merasa dirinya kurang mampu dalam melakukan

segala hal dan tidak merasa berharga dilingkungannya.

B. Pengembangan Instrument Skala Psikologis

Positif kepada orang lain berawal dari kesediaan individu

menerima dirinya sendiri dan memiliki penilaian yang positif terhadap

diri sendiri. Penilaian terhadap diri sendiri berkaitan dengan harga diri.

Penilaian dalam penyesuaian sosial yang bermacam-macam, dalam

bersikap ketika menghadapi masalah, menghadapi tantangan dan

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 255

perubahan. Seperti apa yang diungkapkan Reasoner (1982),

mengemukakan aspek-askpek harga diri sebagai berikut :

(1) Sense of Security, yaitu sejauh mana merasa aman dalam

bertingkah laku karena mengetahui apa yang diharapkan oleh orang

lain dan tidak takut disalahkan. Merasa yakin atas apa yang

dilakukannya sehingga merasa tidak cemas terhadap apa yang akan

terjadi pada dirinya.

(2) Sense of Identity, yaitu kesadaran tentang sejauh mana potensi,

kemampuan dan keberanian tentang dirinya sendiri.

(3) Sense of Belonging, yaitu perasaan yang muncul karena merasa

sebagai bagian dari kelompoknya, merasa dirinya penting dan

dibutuhkan oleh orang lain, dan merasa dirinya diterima oleh

kelompoknya.

(4) Sense of Purposel, yaitu keyakinan individu bahwa dirinya akan

berhasil mencapai tujuan yang diinginkannya, merasa memiliki

motivasi.

(5) Sense of Personal Competence, yaitu kesadaran individu bahwa dia

dapat mengatasi segala tantangan dan masalah yang dihadapi

dengan kemampuan usaha, serta dengan caranya sendiri.

No Item

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

Jml Favor Unfavor

able able

Harga

Diri (Self

Esteem) Merasa

Memahami

pada

cara

aman

Mahasisw Sense of melindungi

dalam 1, 3, 4 2 4 a UIN Security diri sendiri

bertingka

Sunan

dan orang

h laku

Kalijaga

lain

Yogyakar

ta

Mengetah

ui apa Rasa

yang percaya diri 5, 6, 7 8 4

diharapka yang tinggi

n oleh

256 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

orang lain

dan tidak

takut

disalahka

n

Kesadara

n tentang

sejauh Memiliki

Sense of mana potensi dan 9, 10, 4

Identity potensi kemampua 11, 12

dan n diri

kemampu

an diri

Mempuny

ai Rasa

keberania 13, 14,

keberanian 15 4

n tentang 16

yang tinggi

diri

sendiri

Merasa Merasa

Sense of

sebagai memiliki

bagian dan 17, 18,

Belongi 19 4

dari dimiliki 20

ng

kelompok oleh orang

nya lain

Merasa

dirinya

penting Merasa 21, 22,

dan

4

dihargai 23, 24

dibutuhka

n oleh

orang lain

Merasa

yakin Memahami

akan

Sense of diri bahwa

berhasil 25, 27,

Purpose memiliki 26 4

mencapai 28

l rasa

tujuan

percaya diri

yang

diinginka

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 257

n

Merasa Optimis

29, 30,

memiliki

4

yang tinggi

31, 32

motivasi

Sense of Dapat Memahami

Persona

mengatasi

diri ketika

l

tantangan

33, 34

35, 36 4

menghadap

Compet

dan

i masalah

ence

masalah

Mampu

dan Dapat

berusaha menyelesai

mengatasi kan 37, 38, 4

masalah

masalah

39, 40

dengan dengan

cara mandiri

sendiri

C. Item Pernyataan dan Reliabilitas

No Pernyataan Jawaban

SS

S

AS

N

ATS TS

STS

1. Setiap hari saya mengerjakan

SS S

AS

N

ATS TS

STS

tugas yang diberikan dosen

2. Saya sering telat masuk kelas SS S AS N ATS TS STS

3. Saya selalu menyiapkan

SS S

AS

N

ATS TS

STS

bahan untuk kuliah

Saya selalu belajar pada

4. malamm hari untuk

SS S

AS

N

ATS TS

STS

mempersiapkan materi kuliah

besok hari

5. Saya mudah beradaptasi

SS S

AS

N

ATS TS

STS

dengan lingkungan yang baru

Bersosialisasi di kelas

6. dengan teman menurut saya SS S AS N ATS TS STS

sangat penting

7. Saya tidak marah ketika saya

SS S

AS

N

ATS TS

STS

salah kemudian diingatkan

8. Saya malu ketika dosen SS S AS N ATS TS STS

258 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

mengoreksi prestasi saya

9. Saya sering menjawab

SS S AS N ATS TS STS pertanyaan dosen

Ketika saya tidak tahu maka

10. saya akan tanya dosen atau SS S AS N ATS TS STS

teman

11. Saya termasuk mahasiswa

SS S AS N ATS TS STS yang aktif di kelas

12. Saya sering mendapat nilai

SS S AS N ATS TS STS bagus

13. Saya percaya diri ketika

SS S AS N ATS TS STS tampil di depan kelas

Saya selalu mengangkat

14. tangan ketika disuruh tampil SS S AS N ATS TS STS

di depan kelas

15. Saya tidak berani ketika

SS S AS N ATS TS STS disuruh menghadap dosen

Saya berani ketika ditunjuk

16. jurusan untuk mengikuti SS S AS N ATS TS STS

lomba

17. Saya suka ketika kerja

SS S AS N ATS TS STS kelompok

Kerja kelompok bagi saya

18 sangat membantu SS S AS N ATS TS STS

perkuliahan

Saya ingin selalu bertemu

19 denganteman-teman di SS S AS N ATS TS STS

kampus

20. Saya ingin diskusi kelompok

SS S AS N ATS TS STS setiap hari

21. Teman-teman suka minta

SS S AS N ATS TS STS pendapat saya

Saya suka mengajak teman

22. untuk belajar bersama di SS S AS N ATS TS STS

kost/ kontrakan

23. Saya senang menjadi ketua

SS S AS N ATS TS STS kelompok

24. Saya senang dijadikan bagian

SS S AS N ATS TS STS anggota kelompok

25. Saya sering dipercaya untuk SS S AS N ATS TS STS

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 259

mengumpulkan tugas teman

oleh dosen

26.

Saya kurang yakin dengan SS S AS N ATS TS STS

kemampuan saya

27.

Saya bisa mendapat nilai SS S AS N ATS TS STS

baik kalau saya belajar

Saya ingin menjadi

28. mahasiswa yang disukai SS S AS N ATS TS STS

dosen

29.

Saya suka ketika berdiskusi SS S AS N ATS TS STS

dengan teman

Saya suka ketika materi yang

30. saya sampaikan jadi bahan SS S AS N ATS TS STS

diskusi

31.

Saya sering menjadi juara SS S AS N ATS TS STS

kelas

32.

Saya percaya bisa menjadi SS S AS N ATS TS STS

lulusan terbaik

33.

Ketika ada tugas saya SS S AS N ATS TS STS

langsung mengerjakan

Saya suka melihat catatan

34. teman ketika saya tidak SS S AS N ATS TS STS

masuk kelas

35.

Saya tidak suka ketika dosen SS S AS N ATS TS STS

memberi tugas terlalu berat

Saya sering bolos ketika

36. belum mengerjakan tugas SS S AS N ATS TS STS

dosen

37.

Saya berusaha tidak telat SS S AS N ATS TS STS

ketika mengumpulkan tugas

Saya sering malas

38. mengerjakan tugas yang SS S AS N ATS TS STS

diberikan dosen

Ketika nilai saya tidak

39. memuaskan maka saya akan SS S AS N ATS TS STS

memperbaiki

Saya suka melibatkan teman

40. ketika ada masalah dengan SS S AS N ATS TS STS

dosen

Alpha Cronbach’s = 0,871 ; Sampel = 52 Orang

260 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur

Melalui analisiss SPSS.18 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran

aitem gugur dan aitem shahih sebagai berikut :

Item Shohih Item Gugur

Item 1, 3, 4, 5, 6, 9, 10, 11, 12, 13, 2, 7, 8, 18, 19, 20, 22,

Pernyataan 14, 15, 16, 17, 19, 21, 23, 25, 24, 26, 28, 29, 34, 35,

27, 30, 31, 32, 33, 37, 38, 39 36, 40

Jumlah 25 15

E. Penutup

Instrument skala pengukuran harga diri individu terhadap penilaian

lingkungan mempengaruhi berbagai aspek, seperti yang disampaikan

diatas. Masa remaja merupakan masa pubertas dimana mengalami

penurunan harga diri, karena pada masa ini merupakan masa perubahan

dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Dengan mengalami berbagai

perubahan fisik, sosial dan emosional. Instrument ini membantu melihat

harga diri yang ada dalam diri mahasiswa dilingkungan sosial baik di

kampus maupun di masyarakat.

Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Instrumen Skala Harga Diri (Self Esteem) pada Mahasiswa UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta dapat digunakan untuk khalayak umum untuk

mengetahui seberapa tinggi tingkat Harga Diri (Self Esteem) pada

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka

pengumpulan data karena realiabilitas instrumen > 0,7 yaitu 0,871.

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 261

24. Instrumen Skala Self -Disclosure Pada Mahasiswi Bercadar

Oleh : Lia Kurnia Dewi ([email protected] )

Profesional Judgement : Slamet, S .Ag., M. Si.

A. Pengantar

Instrumen adalah sebuah alat ukur yang digunakan untuk

mengumpulkan data yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan

penelitian . Skala ini bertujuan untuk mengetahui keterbukaan diri pada

mahasiswa yang memakai cadar. Sifat keterbukaan adalah suatu hal

mempengaruhi kondisi mental individu dalam mengungkapkan

perasaannya tentang berbagai macam emosi yang dirasakan dalam

hidupnya. Self Disclosure atau keterbukaan diri atau yang dikenal

dengan pengungkapan diri adalah suatu perilaku dimana seseorang

dengan rela dan sangat berkeinginan untuk memberitahukan informasi

yang akurat mengenai dirinya dan oranglain itu tidak mungkin

mengetahui atau mendapatkannya dari orang lain (Pearson, 1983)

sedangkan Collin & Miller (dalam Pearson, 1983) mengemukakan

bahwa self disclosure melibatkan tindakan dan perilaku dari

pengungkapan informasi pribadi mengenai diri sendiri dan oranglain.

Menurut Johnson (dalam Supratiknya, 1995) mendefinisikan

keterbukaan diri atau self disclosure sebagai usaha untu mengungkapkan

reaksi atau tanggapan individu terhadap situasi yang sedang dihadapi

individu serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan

atau informasi yang berguna untuk memahami tanggapannya dimasa

kini. Sedangkan menurut Rice(2002), self disclosure adalah suatu

bentuk komunikasi yanng menawarkan informasi mengenai diri sendri

kepada orang mengemukakan komponen self disclosure yaitu (a) Jumlah

informasi yang diungkapkan (b) sifat dasar yang positif atau negatif

(c)Dalamnya suatu pengungkapan diri, (d) Waktu pengungkapan diri (e)

Lawan bicara.

Penyusunan skala ini dimaksudkan untuk mengukur self

disclosure pada mahasiswi bercadar . skala ini disusun berdasarkan

aspek-aspek yang disajikan dalam bentuk indikator-indikator. Semakin

tinggi skor yang diperoleh subjek maka makin tinggi self disclosure

pada mahasiswa bercadar. B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis

262 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

Self disclosure atau keterbukaan diri adalah sesorang yang dengan

rela menceritakan segala hal kepada orang lain. Aspek-aspeknya adalah (a)

Jumlah informasi yang diungkapkan (b) sifat dasar yang positif atau negatif

(c)Dalamnya suatu pengungkapan diri, (d) Waktu pengungkapan diri (e)

Lawan bicara.

No item

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

Jml Favor Unfavor

able able

Banya

knya Kemampu

inform an Informasi 1,2,3,4

asi mengung 6,7,8 8 diri ,5

yang kapan

dikelu informasi

arkan

sifat

dasar Kemampu

yang an sifat 9,10,1 12,13,14

positif dasar Sifat dasar 8 1 ,15,16

atau pada

negatif manusia

Self

Kemampu

disclosure Dalam an

nya mengetah Intensitas

suatu ui 18,19, 17,21,23

pengungkapa 8

pengu seberapa 20,22 ,24 n diri

ngkap jauh

an diri pengungk

apan diri

Dapat

Pemili memilih

han waktu Waktu

25,27,

waktu yang 28,29,

pengungkapa 26 8

pengu sesuai 30,31, n diri

ngkap untuk 32

a diri mengung

kapkan

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 263

diri

Dukun

Hubungan 33,35,

dengan

gan

Lawan bicara 36,37,

34,39,40 8

lawan

sosial

38

bicara

Jumlah 24 16 40

C. Item Pernyataan dan Kategorisasi

No. Pernyataan Jawaban

1 Saya bercadar sudah hampir satu tahun SS S TS STS

2

Saya mantap menggunakan cadar ketika SS

S

TS STS

saya mendengar kajian-kajian dari ustadz

3

Walau saya tahu bercadar itu sunnah SS

S

TS STS

tetapi saya nyaman mengenakan cadar

4

Saya tipe orang yang up to date dengan SS

S

TS STS

berita

5

Saya mengenal cadar sejak kecil dari SS

S

TS STS

orangtua saya

6

Saya tidak mudah mengenalkan diri saya SS

S

TS STS

kepada orang lain

7

Demi menjaga kehormatan saya, saya SS

S

TS STS

membatasi pergaulan dengan lawan jenis

8

Saya tidak berani untuk berbicara dengan SS

S

TS STS

lawan jenis

9

Biarpun saya bercadar, saya selalu SS

S

TS STS

terbuka berbagai hal dengan teman-teman

10

Saya tidak mau mendengarkan perkataan SS

S

TS STS

orang lain tentang diri saya

11

Saya percaya bahwa jalan yang saya pilih SS

S

TS STS

sekarang ini adalah jalan yang terbaik

12

Saya lebih suka berkumpul dengan teman- SS

S

TS STS

teman saya yang bercadar

13

Lebih baik saya diam daripada berbaur SS

S

TS SS

dengan teman yang banyak bicara

14

Saya tipe orang yang cenderung cuek SS

S

TS SS

kepada orang yang bukan komunitas saya

15 Saya tipe orang yang suka menyendiri SS S TS STS

16 Ketika saya bercadar teman-teman saya SS S TS STS

264 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

banyak yang mengucilkan saya

17 Saya suka berdiam di kamar kos daripada

SS S TS STS berkumpul dengan teman-teman

18 Saya sering mendengarkan lagu-lagu

SS S TS STS religi

19 Saya sering mengikuti pengajian dikala

SS S TS STS tidak ada kegiatan

20 Saya memutuskan memakai cadar karena

SS S TS STS diri saya sendiri

21 Saya merasa dikucilkan karena saya

SS S TS STS berbeda

22 Saya aktif mengikuti kegiatan di luar

SS S TS STS kampus yang bagi saya bernilai postif

Saya bukan tipe orang yang suka

23 nimbrung dengan teman-teman kampus SS S TS STS

saya

24 Saya tipe orang yang sulit untuk bergaul SS S TS STS

25 Saya lebih suka bercerita tentang pribadi

SS S TS STS saya di dalam forum komunitas saya

26 Saya tipe orang yang mudah tersinggung SS S TS STS

27 Saya tidak akan melepas cadar walau ada

SS S TS STS pro & kontra yang menghalangi

Ketika teman saya banyak masalah saya

28 suka mengurungkan niat saya untuk SS S TS STS

bercerita

29 Orangtua selalu siap mendengarkan saya

SS S TS STS tanpa harus menunggu waktu yang tepat

30 Saya akan tetap bercadar tidak peduli apa

SS S TS STS kata orang tentang saya

31 Saya acuh terhadap pendapat orang lain

SS S TS STS tentang kehidupan saya

32 Saya nyaman dan bangga dengan pilihan

SS S TS STS saya bercadar

33 Saya selalu menjaga tingkah laku saya di

SS S TS STS dalam maupun di luar kampus

34 Saya selalu membatasi diri jika saya

SS S TS STS berbicara dengan lawan jenis

35 Saya selalu merespon ketika pembicaran

SS S TS STS itu benar-benar penting

36 Saya selalu membatasi diri mengeluarkan SS S TS STS

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 265

suara yang keras

37 Saya selalu menjaga lisan saya ketika

SS S TS

STS

saya berkomunikasi dengan orang lain

38 Saya selalu menjaga sikap tingkah laku

SS S TS

STS

saya di depan orang lain

39 Saya lebih suka bergaul dengan orang

SS S TS

STS

yang saya anggap nyaman

40 Saya tipe orang pemalu SS S TS STS

Alpha Cronbach’s = 0,720 : Sampel = 30 Orang

D. Klasifikasi Item Shahih dan Item Gugur

Melalui analisis SPSS dapat diklarifikasikan bahwa sebaran item

gugur dan item shohih sebagai berikut :

Item Shohih Item Gugur

Item

3,9,14,15,16,17,19,

1,2,4,5,6,7,8,10,11,12,1

Pernyataan

20,21,22,24,28,29,

3,18, 23, 25,26,27,30,

32,33,34,35,37,40 31,36,38,39

Jumlah 19 21

E. Penutup

Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut :

1. Instumen Skala Tingkat Self-Disclosure Pada Mahasiswi Bercadar

dapat digunakan untuk mengetahui seberapa terbukanya orang-orang

yang bercadar. 2. Reabilitas instrumen yaitu 0,720.

266 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

25. Instrumen Skala Atribusi Sosial Mahasiswa Fakultas Dakwah

dan Komunikasi Oleh: Zarah Usra Profesional Judgement: Slamet S.Ag M.Si

A. Pengantar

Menurut Harold Kelley dan Edward Jones teori ini mempunyai

pandangan “Manusia sebagai Saintis” dan mengemukakan bahwa

personal dipandang sebagai penyebab yang dapat digunakan untuk

menjelaskan perilaku yang teramati. Teori atribusi klasik melihat hal ini

mempunyai maksud tertentu dan merupakan suatu prosesyang masuk

akal. Teori Atribusi menganalisis tentang bagaimana kita menjelaskan

perilaku seseorang. Berbagai variasi dan teori atribusi memiliki

kesamaan asumsi. Kekuatan Eksternal atau situasional yang menekan

kedalam dan pada sisi yang berbanding adalah kekuatan internal atau

personal yang menekan ke luar. Terkadang kekuatan ini memberi

tekanan, namun kadang menjadi terbalik, semuanya dipengaruhi oleh

perilaku yang saling mempengaruhi .

Menurut Frizt Heider, bahwa kita cenderung mengorganisasikan

sikap kita agar tidak menimbulkan konflik. Contohnya, jika kita setuju

pada hak seseorang untuk tidak berinteraksi terhadap sesama tetapi

ternyata orang tersebut dalam kondisi tidak seimbang, kita merasa

tertekan, kurang nyaman dan mencoba mengubah hidup kita. Kita akan

menyesuaikan dengan orang-orang disekitar kita, misalnya dengan

bersikap bahwa kita sekarang tidak setuju dengan orang yang menutup

diri itu. Melalui pengubahan sikap tersebut, kita menjadi lebih nyaman.

Intinya sikap kita senantiasa kita sesuaikan dengan sikap orang lain agar

terjadi keseimbangan karena dalam situasi itu, kita menjadi lebih

nyaman.

Heider juga mengatakan bahwa kita mengoordinasikan pikiran-

pikiran kita dalam kerangka “sebab dan akibat”. Agar bisa meneruskan

kegiatan kita dan mencocokkannya dengan orang-orang disekitar kita,

kita menafsirkan informasi untuk memutuskan penyebab perilaku kita

dan orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari, kita dibedakan penyebab

atribusi ini yaitu Internal merupakan atribut yang melekat pada sifat dan

kualitas pribadi atau personal, dan penyebab Eksternal terdapat dalam

lingkungan atau situasi.

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 267

B. Perkembangan Individu Skala Psikologis

Skala Atribusi Sosial ini kita akan mencari penyebab perilaku atau

adanya suatu masalah dalam interaksi mahasiswa dengan mahasiswa lain.

Apakah mereka nyaman berinteraksi terhadap sesama dan mencari

penyebab mengapa melakukan itu. Penyebabnya kemudian dihubungkan

dengan dampak yang diakibatkan prilaku. Dengan-dengan :

1. Aspek Kognitif 2. Aspek Lingkungan

Variable Aspek Indikator Deskriptor Favora Unfavor Jml

ble able

Memiliki 1,2 3,4 4

kecendrung

an

Kepribadia

Penyebab

n terhadap

diri Sendiri

Muncul

Memiliki 5,6 7,8 4

nya

Pertentanga

Prilaku

n

Mempunya 9,10 11,12 4

ai

Persaingan

Atribusi

Pemiki

Konsensus 13,14 15,16 4

Mendapatk 17,18 19,20 4

Sosial

ran

an Stimulus

yang

berbeda

Melakukan 21,22 23 3

Persepsi Pengamata

n

Melakukan 24,25 26 3

Penilaian

(Judgement

)

Prasangk

Pengaruh 27 28,29 3

Seseorang

a

dalam

268 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

bersikap

Melihat 30,31 32 3

dari Kesan

Pertama

dalam

berinteraksi

Perbedaan 33 34 2

Antar

Deferensi

Situasi

Memiliki 35 36 2 asi

Kemampua

n

Lingku

beradaptasi

Terpengaru 37 38 2 ngan

h oleh Adat

Norma

Kebiasaan

Melihat 39 40 2 Kelompo

Nilai –

k Sosial

Nilai dalam

kelompok

Masyarakat

Jumlah 21 19 40

C. Item Pernyataan dan Realiabilitas

No Pernyataan Jawaban

1 Saya lebih nyaman mengerjakan sesuatu

SS S TS STS

sendiri

2 Saya menyukai tempat yang sepi dimana saya

SS S TS STS

bisa membaca buku dengan tenang

3 Saya lebih memilih tidak mengobrol dengan

SS S TS STS

orang lain ketika berada dikelas

4 Saya susah berinteraksi dengan orang yang

SS S TS STS

mengutamakan dirinya sendiri

5 Setiap apapun yang kita lakukan pasti terdapat

SS S TS STS

pro dan kontra, dan saya mempercayai itu

Menurut saya, setiap pertentangan yang ada 6 adalah bentuk perjuangan seseorang untuk SS S TS STS

mencapai haknya

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 269

7

Saya tidak berteman dengan orang yang sering SS S TS STS

menggunjingkan saya dibelakang

8

Saya tidak menyukai orang yang berlaku SS S TS STS

seenaknya

9

Saya menyukai kompetisi, karena membuat SS S TS STS

hidup saya lebih berwarna

10

Persaingan membuat saya lebih kreatif dan SS S TS STS

berinovatif dalam mengerjakan sesuatu

11

Saya menganggap temen sekelas itu saingan SS S TS STS

saya dalam belajar

Saya percaya, jika saya menang dengan cara 12 yang curang. Kemenangan itu tidak akan SS S TS STS

membekas dihati saya

13

Saya akan mematuhi peraturan yang sudah SS S TS STS

disepakati bersama

Saya akan ikhlas jika saya tidak terpilih jadi 14 ketua kelas karena sudah terjadinya SS S TS STS

musyawarah & mufakat

Saya melanggar peraturan yang dibuat 15 universitas, karena tidak sesuai dengan SS S TS STS

keinginan saya

16

Saya sering menyelewengkan peraturan yang SS S TS STS

ada

Saya menganggap orang yang berani maju 17 kedepan karena kesalahannya itu adalah orang SS S TS STS

bertanggung jawab

18

Saya senang berteman dengan orang yang SS S TS STS

mengingatkan saya akan kebaikan

Perkataan teman yang kasar sangat 19 berpengaruh bagi saya dalam menilai SS S TS STS

pertemanan

20

Saya mengenali sifat temen saya dari obrolan SS S TS STS

teman yang lain

21

Saya suka mengamati orang-orang yang SS S TS STS

membaca buku sambil memakai headset

Saya sering memperhatikan kenapa orang- 22 orang lebih suka duduk di belakang ketimbang SS S TS STS

di depan

23 Saya sering melihat orang-orang membuang SS S TS STS

270 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

sampah sembarangan

24 Saya menyukai orang berpakaian rapi karena

SS S TS STS

terlihat lebih menyenangkan

25 Saya menilai orang lain berdasarkan apa

SS S TS STS

yang saya rasakan

26 Saya menilai orang itu buruk karena dia sering

SS S TS STS

berkata kotor

27 Saya akan ramah kepada orang lain, ketika dia

SS S TS STS

juga ramah terhadap saya

28 Saya mudah terpengaruh oleh sifat teman SS S TS STS

29 Saya akan marah ketika orang lain

SS S TS STS

menghakimi orang seenaknya

30 Saya memandang orang pertama kali dengan

SS S TS STS

melihat fisiknya

Jika kesan pertama saya baik dengan 31 seseorang maka akan saya mengingatnya SS S TS STS

selalu

32 Saya selalu menunggu orang lain terlebih

SS S TS STS

dahulu dalam hal berinteraksi

33 Saya berusaha bersifat netral diantara orang-

SS S TS STS

orang yang pro dan kontra

34 Saya kesusahan saat memposisikan diri di

SS S TS STS

situasi yang berbeda

Saya akan belajar bahasa Jawa agar bisa 35 berinteraksi karena disekitar saya orang SS S TS STS

berbahasa jawa

36 Saya termasuk orang yang lambat dalam

SS S TS STS

perihal adaptasi

37 Saya belajar sopan santun karena orang jogja

SS S TS STS

bersifat ramah dan sopan

Ketika bersama teman sekelompok saya 38 biasanya melakukan kebiasaan yaitu makan SS S TS STS

sambil bicara

39 Saya belajar nilai toleransi, ketika dihadapkan

SS S TS STS

dengan perbedaan di kelompok sosial

40 Saya tidak mementingkan pandangan

SS S TS STS

masyarakat terhadap saya

Cronbach's Alpha : 0,481 ; Sampel = 34 Orang

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 271

D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur

Melalui analisis SPSS. 15 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran aitrm

gugur dana tem shahih sebagai berikut :

Item Shohih Item Gugur

Item 5, 8, 9, 13, 15, 1, 2, 3, 4, 6, 7, 10, 11, 12, 14, 17, 19,

Pernyataan 16, 18, 24, 28, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 29, 30, 32,

31, 33, 34, 37 35, 36, 38, 39

Jumlah 14 26

E. Penutup

Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Instrumen Skala Atribusi Sosial Mahasiswa Fakultas Dakwah dan

Komunikasi tidak dapat digunakan untuk khalayak umum untuk

mengetahui seberapa tinggi tingkat atribusi sosial mahasiswa fakultas

dakwah dan komunikasi. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka

pengumpulan data karena realiabilitas instrumen , < 0,7 yaitu 0,481.

272 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

26. Instrumen Skala Perilaku Keagamaan Pada

Lansia Oleh: Mutia Azmi ([email protected])

Professional Judgement: Nailul Falah, S.Ag., M.Si.

A. Pengantar

Penelitian yang dilakukan seseorang tentu membutuhkan sebuah

alat ukur agar mudah dipahami hasil dari penelitian tersebut. Juga dalam

penelitian bimbingan konseling, salah satu alat ukur yang dapat

digunakan adalah dengan instrumen skala pengukuran. Salah satu hal

yang dapat diukur dalam bimbingan konseling adalah perilaku

keagamaan pada lansia (lanjut usia).

Perilaku keagamaan pada lansia sangat menarik untuk diketahui,

seperti yang kita ketahui bahwa lansia adalah usia manusia sudah

mencapai 60 tahun ke atas. Dalam perkembangannya lansia banyak

mengalami kemunduran dari segala aspek, termasuk juga perilaku

keagamaan pada lansia. Terkadang perilaku keagamaan pada lansia

dikatakan banyak mengalami peningkatan, karena disebabkan merasa

akan kebutuhan agama untuk mencapai kehidupan akhirat.

Maka dalam instrumen ini akan dapat diketahui bagaimana

perilaku keagamaan pada lansia. Apakah perilakunya semakin

meningkat, biasa saja atau bahkan mengalami penurunan. Dari hasil

instrumen ini juga akan memudahkan para tokoh agama dan keluarga

terdekat dalam memberikan pemahaman agama dan mengarahkan

perilaku keagamaan pada lansia yang lebih baik.

B. Pengembangan Skala Psikologis

Perilaku keagamaan pada lansia adalah serangkaian tindakan

yang dilakukan didasari oleh nilai-nilai yang tekandung dalam agama,

melakukan yang diperintahkan dan menjauhi yang dilarang. Skala

perilaku keagamaan ini disusun berdasarkan teori dari Glock dan Stark

yang menyebutkan ada lima aspek yaitu:

1. Aspek keyakinan (ideologis), 2. Aspek peribadatan atau praktek agama (ritualistik), 3. Aspek penghayatan (eksperensial), 4. Aspek pengamalan (konsekuensial), 5. Aspek pengetahuan agama (intelektual).

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 273

No Item

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

Jml

Favor Unfavor

able able

Meyakini

adanya

Yakin Tuhan dan 1, 23, 15 3

terhadap makhluk

Keyak

agama ghaib ciptaan

inan

dan ajaran Tuhan

(ideolo

agama

Meyakini

gis)

yang agama, dan

3, 17,

dianutnya ajaran agama 9, 25 6

30, 41

yang

dianutnya

Melakukann

ibadah yang 5, 11,

Periba

berhubungan 4, 10,

22, 37, 10

datan

langsung 18, 32

Melaksan 38, 46

atau dengan

akan

prakte Tuhan

Perilaku praktek

k

Pergi ke

Keagama dan ajaran

agama tempat

an Pada agama

(rituali ibadah dan

Lansia

13, 20 35 3

stik)

melaksanaka

n ajaran

agama

Menghay

Memiliki

perasaan 2, 29,

Pengh ati setiap 7, 27, 44 7

dekat dengan 31, 48

ayatan amalan-

Allah SWT

(ekspe amalan

Bersyukur

rensial keagamaa

atas nikmat

) n yang 28 8 2

yang telah

dilakukan

diberikan

Penga

Melakuka Berbuat baik

n kepada

malan 43 24, 47 3

pengamal sesama

(konse

an yang manusia

kuensi

berhubun

Bermanfaat

14, 45,

a) 26 4

gan untuk 50

274 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

dengan lingkungan

sosial dan sosial dan

alam alam

sekitar lingkungan

sekitar

Mempunyai

pengetahuan

Mengetah dan mau 19, 33, 12, 42

6

ui dan mempelajari

36, 40

Penget

mau tentang

ahuan

mempelaj ajaran agama

agama

ari ajaran

Mengetahui

(intele

agama tentang

ktual)

yang pedoman

16, 49,

6, 21, 39

6

dianutnya hidup yaitu

34

Al-Quran

dan Hadist

Jumlah 26 24 50

C. Item Pernyataan dan Reliabilitas

No Pernyataan Jawaban

1 Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan yang

SS

S

TS STS

Maha Esa

2 Jika saya meninggalkan sholat maka saya

SS

S

TS STS

berdosa

3 Agama Islam adalah agama yang paling benar

SS

S

TS STS

menurut saya

4 Saya merasa ibadah saya semakin meningkat SS S TS STS

5 Terkadang saya lupa apakah sudah

SS

S

TS STS

melaksanakan sholat atau belum

6 Menurut saya mempelajari terjemah Al-Quran

SS

S

TS STS

tidak penting

7 Saat beribadah saya merasa Allah SWT tidak

SS

S

TS STS

melihat saya

8 Saat mendapat kenikmatan saya merasa

SS

S

TS STS

datangnya bukan dari Allah SWT

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 275

9 Saya tidak yakin akan datangnya hari kiamat SS S TS STS

10 Ibadah sholat saya kerjakan diawal waktu SS S TS STS

11

Saya bershodaqoh jika sedang dilihat oleh orang SS S TS STS

banyak

12 Saya tidak mau tahu ajaran-ajaran agama lain SS S TS STS

13

Pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat saya SS S TS STS

lakukan setiap hari

14

Dalam kegiatan keagamaan di masyarakat saya SS S TS STS

tidak mau terlibat aktif

15 Saya tidak yakin Allah menciptakan setan SS S TS STS

16 Membaca Al-Qur’an saya lakukan setiap hari SS S TS STS

17

Semua perbuatan manusia akan diperhitungkan SS S TS STS

di akhirat dan saya meyakini itu

18

Jika keluarga saya mengajak untuk beribadah SS S TS STS

bersama, saya merasa senang

19

Pengetahuan agama sudah banyak saya dapatkan SS S TS STS

saat muda dulu

20

Sebelum melaksanakan shalat wajib saya SS S TS STS

melaksanakan ibadah sunnah sebelum sholat

21 Saya kesulitan menghafalkan Al-Qur’an SS S TS STS

22

Saat bulan ramadhan saya tidak bisa puasa SS S TS STS

penuh satu bulan ramadhan

23

Allah SWT menciptakan jin juga untuk SS S TS STS

beribadah padaNya

24 Saya berbuat baik hanya kepada sesama muslim SS S TS STS

25

Menurut saya perbuatan baik tidak akan SS S TS STS

mendapatkan pahala kebaikan

26

Merawat tanaman merupakan salah cara satu SS S TS STS

menjaga ciptaanNya

27

Saat sedang shalat saya kesulitan untuk bisa SS S TS STS

khusyu’

28

Saat sampai di usia lanjut saya mensyukuri ini SS S TS STS

sebagai karunia Allah SWT

276 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

29 Setelah shalat saya merasa lebih tenang SS S TS STS

30 Saya yakin Nabi Muhammad SAW adalah

SS S TS STS utusan Allah SWT

31 Bergetar hati saya saat mendengarkan ayat suci

SS S TS STS Al-Quran dilantunkan

32 Melaksanakan sholat tahajud merupakan hal

SS S TS STS yang mudah bagi saya

33 Mempelajari lagi tentang ajaran agama

SS S TS STS merupakan keinginan saya

34 Saya bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan

SS S TS STS benar

35 Menutup aurat bagi saya sudah tidak penting lagi SS S TS STS

36 Membaca buku-buku keagamaan dapat

SS S TS STS menambah pengetahuan saya

37 Saya beribadah hanya saat hari besar keagamaan SS S TS STS

38 Melaksanakan ibadah menurut saya sudah tidak

SS S TS STS penting lagi

39 Saya kesulitan untuk mempelajari hadits

SS S TS STS Rasulullah SAW

40 Ketika mendengar adzan saya merasa harus

SS S TS STS segera melaksanakan shalat

41 Perbuatan buruk akan mendapatkan balasan

SS S TS STS neraka

42 Saat usia lanjut ini saya malu mempelajari ilmu

SS S TS STS agama

43 Saya berkata jujur kepada semua orang SS S TS STS

44 Saat do’a saya tidak terkabul membuat saya

SS S TS STS putus asa

45 Saya tidak senang tergabung dalam organisasi

SS S TS STS keagamaan

46 Saya merasa kesulitan melaksanakan ibadah

SS S TS STS dengan kondisi fisik saya sekarang

47 Jika ada kerabat yang sakit saya tidak SS S TS STS

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 277

menjenguknya

48 Saya senantiasa memanjatkan do’a pada Allah

SS S TS STS

SWT

49 Saya menggunakan Al-Quran sebagai pedoman

SS S TS STS

hidup

50 Hadir dalam acara pengajian di lingkungan

SS S TS STS

sekitar menurut saya tidak penting

Alpha Cronbach’s = 0,885; Sampel = 36 Orang

D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur

Melalui analisis SPSS 15.0 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran

aitem gugur dan aitem shahih sebagai berikut:

Item shohih Item gugur

Item

4, 5, 7, 8, 9, 11, 14, 16, 18, 20, 1, 2, 3, 6, 10, 12, 13,

22, 24, 26, 27, 28, 29, 31, 32,

pernyataan

15, 17, 19, 21, 23, 25,

34, 35, 36, 37, 38, 40, 41, 43,

30, 33, 39, 42,

44, 45, 46, 47, 48, 49, 50

Jumlah 33 17

E. Penutup

Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Instrumen skala perilaku keagamaan pada lansia dapat digunakan

untuk khalayak umum untuk mengetahui bagaimana perilaku

keagamaan pada lansia, apakah mengalami kenaikan atau penurunan 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka

pengumpulan data karena reliabilitas instrumen mendekati angkat 1,

yaitu 0,885.

278 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

27. Instrumen Skala Religiusitas Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga dengan

Latarbelakang SLTA Umum (SMA/SMK Non-Keagamaan) Oleh : Beny Subagdja ( [email protected] ) Professional Judgment : Nailul Falah, S.Ag., M.Si.

A. Pengantar

Dalam ranah penelitian, seorang peneliti diharuskan menggali

informasi tentang subjek yang ia teliti. Untuk dapat memperoleh berbagai

informasi yang dibutuhkan berkaitan dengan subjek tersebut, peneliti dapat

menggunakan berbagai metode pengumpulan data, salah satunya melalui

instrumen pengukuran. Dalam hal ini, instrumen pengukuran yang peneliti

gunakan berbentuk skala psikologis untuk mengukur seberapa tinggi

tingkat religiusitas mahasiswa UIN Sunan Kalijaga dengan latarbelakang

SLTA umum.

Pemilihan judul di atas dilatarbelakangi oleh ketertarikan penulis

untuk mengungkap seberapa tinggi tingkat religiusitas (keberagamaan)

mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berasal dari SLTA

umum alias non-keagamaan. Sekolah-sekolah yang dimaksud yakni SMA

dan SMK se-derajat seperti SMA/SMK negeri dan SMA/SMK swasta yang

tidak berada di bawah pengelolaan yayasan keislaman. Peneliti ingin

mengetahui seberapa berpengaruh latarbelakang pendidikan seseorang

terhadap kondisi keberagamaannya setelah menjadi mahasiswa UIN Sunan

Kalijaga yang notabene menjadikan Islam sebagai azas dan tujuan

keilmuannya.

B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis

Secara sederhana, religiusitas dapat dimaknai dengan

keberagamaan. Keberagamaan yang dimaksud di sini adalah yang

menggambarkan bagaimana seseorang berpikir dan bertindak berdasarkan

ajaran agamanya. Menurut Nashori (2002), religiusitas adalah seberapa

jauh pengetahuan seseorang, seberapa kokoh keyakinannya, seberapa patuh

dalam pelaksanaan ibadah dan kaidah, serta seberapa dalam penghayatan

atas agama yang dianutnya.

Instrumen skala religiusitas ini disusun berdasarkan teori Ancok dan

Nashori (2008) yang membagi religiusitas menurut Islam ke dalam lima

aspek/dimensi, yakni akidah, syariah, akhlak, pengetahuan agama, dan

penghayatan sebagaimana kisi-kisi berikut ini:

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 279

Nomor Item

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

Jml Favor Unfavor

able able

Meyakini

Mentauhid

kan Allah

eksistensi

dan

Allah

menjauhi 1 2 2

SWT perilaku

sebagi

syirik

satu-

(menyekutu

satunya

kan Allah)

Dzat yang

Meyakini

Religiusit

pantas

betul

as

disembah

Kehebatan

Mahasisw

dan

dan

a UIN

dimintai 3 4 2 Kekuasaan

Sunan

pertolong

Allah tanpa

Kalijaga

an

sedikit pun

dengan Akida

keraguan.

Latar h

Merasa

belakang

Selalu ikhlas

Pendidika

merasa dalam

n SLTA

5 6 2 hidup dan mengerjaka

umum

beraktivit n amal

(SMA/S

as di shaleh.

MK)

bawah

Merasa

pengawas

takut

an Allah 8 7 2

berbuat SWT.

maksiat.

Meyakini

Percaya segala yang

dan dapat terjadi 9 10 2

menerima dalam

konsep kehidupan

280 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

takdir sebagai

(qadarull ketetapan

ah) dalam Allah

kehidupan

Mampu

. merespon

segala hal

entah itu

baik

maupun 11 12 2

buruk

secara

positif dan

tidak

berlebihan

Melaksana

kan shalat 14 13 2

wajib dan

Melaksan sunnah

akan Melaksana

ibadah kan puasa 15 16 2

mahdhah wajib dan

sunnah

Membaca 18 17 2

Ibadah

Al-Qur’an

Gemar 21 19,20 3

bersedekah

Melakuka

Berdzikir

seusai 23 22 2 n ibadah

shalat

ghairu

Gemar

mahdhah

bershalawat

24 25 2

atas Nabi

SAW

“Berbuat

Taqwa 26 27 2

Syukur

baik” 29 28 2

Akhla nikmat terhadap

k

Senantiasa

Allah

SWT mohon 30 31 2 ampun

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 281

kepada

Allah

Menjaga

Berbuat kesehatan 34 32,33 3

baik jasmani

kepada

Menjaga

diri

kesehatan 35 36,37 3

sendiri

rohani

Sikap

Berbuat sopan dan 39,40 38 3

baik santun

kepada

Tolong

sesama menolong 41,43 42 3

manusia dalam

kebaikan

Merawat

Berbuat alam / 44 45 2

baik lingkungan

terhadap

Memanfaat

alam / kan alam /

lingkunga lingkungan 48 46,47 3

n dengan

bijak

Mengetahui

Mengetah

dan

memahami 49 50 2

ui dan

isi rukun

memaham

iman

i pokok-

Mengetahui

Penget pokok

dan

ahuan ajaran

memahami 51 52 2

dan Islam

isi rukun

Pemah

Islam

aman

Mengetahui

Mengetah dan

ui dan memahami 53 54 2

memaham konsep

i konsep wajib,

hukum sunnah,

282 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

perbutan mubah,

dalam makruh,

Islam dan haram

Mengetahui

dan

memahami 56 55 2

konsep

pahala dan

dosa

Mengetahui

dan

memahami

sejarah

penciptaan 57 58 2

manusia

(sejarah

Nabi Adam

AS)

Mengetahui

dan

memahami

sejarah

Memaha kehidupan 59 60 2

mi sejarah dan

Islam kenabian

Rasulullah

SAW

Mengetahui

dan

memahami

sejarah

perkemban

gan Islam 63 61,62 3

pasca

wafatnya

Rasulullah

SAW

Pengh Merasakan

64 65 2 ayatan Memperol pengalama

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 283

eh n batin

pengalam yang

an- berbeda

pengalam dan khas

an batin berkaitan

yang dengan

sifatnya dimensi

sangat keyakinan/

individual akidah

Merasakan

pengalama

n batin

yang

berbeda

dan khas 67 66 2

berkaitan

dengan

dimensi

peribadatan

/syariah

Merasakan

pengalama

n batin

yang

berbeda

dan khas 68 69 2

berkaitan

dengan

dimensi

pengamala

n/akhlak

Merasakan

pengalama

n batin

yang

berbeda 71 70 2

dan khas

berkaitan

dengan

dimensi

284 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

pengetahua

n/ilmu

Mampu

menilai

baik-buruk

kualitas

aktivitas

keimanan,

peribadatan

,pengamala 73 72 2

Mampu n, dan

memaknai pengetahua

aktivitas n

keagamaa keagamaan

n yang yang

dilakukan dilakukan/d

imiliki

Memperole

h hikmah

dari

aktivitas 75 74 2

keagamaan

yang

dilakukan

Jumlah 36 39 75

C. Item Pernyataan dan Reliabilitas

No Pernyataan Jawaban

1

Bagi saya Allah adalah satu-satunya Tuhan SS

S

TS STS

yang ada.

Ketika membaca ramalan bintang, saya

2 mempercayai isinya dan menjadikannya SS S TS STS

pedoman hidup.

3

Ketika doa saya tidak terkabul, saya SS

S

TS STS

berpikir bahwa Allah punya rencana lain.

4 Saya sempat ragu dengan Kehebatan Allah. SS S TS STS

5 Ketika membantu orang lain, sama sekali SS S TS STS

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 285

tidak ada imbalan yang saya harapkan.

Setelah saya berbuat kebajikan, biasanya

6 saya menceritakannya kepada banyak SS S TS STS

orang.

7

Saya pernah mengambil barang orang tanpa SS S

TS STS

izin, ketika itu suasana sekitar sedang sepi.

Saya pernah mengurungkan niat untuk

8 bergosip karena sadar bahwa Allah SS S TS STS

Mendengarnya.

Saya percaya bahwa semua yang terjadi di

9 dunia ini telah digariskan oleh Allah SS S TS STS

sebelumnya.

Menurut saya, anak yang terlahir cacat

10

merupakan akibat dari perlakuan buruk SS S

TS STS

ayah-ibunya selama sang anak masih

berada di dalam kandungan.

Saya merasa senang setelah dinyatakan

11 lulus UN, akan tetapi saya tidak melakukan SS S TS STS

konvoi dan corat-coret seragam sekolah.

Ketika saya gagal dalam ujian masuk

12

perguruan tinggi, saya menangis tersedu SS S

TS STS

dan bertindak agresif kepada siapapun yang

mencoba berkomunikasi dengan saya.

13

Saya belum bisa menjaga shalat lima SS S

TS STS

waktu.

14

Saya mengisi sepertiga malam dengan SS S

TS STS

mendirikan shalat tahajud.

Saya tidak pernah meninggalkan puasa

15 Ramadhan dengan sengaja (tanpa udzur SS S TS STS

syar’i).

16

Saya jarang menjalankan puasa sunnah SS S

TS STS

Senin – Kamis, apalagi puasa sunnah Daud.

17

Saya tidak pernah meluangkan waktu untuk SS S

TS STS

membaca al-Qur’an.

18

Setiap kali membaca al-Qur’an, saya SS S

TS STS

sempatkan pula membaca terjemahannya.

19

Ketika ada pengemis menghampiri, saya SS S

TS STS

langsung pergi menjauh.

20

Saya merupakan tipikal orang yang susah SS S

TS STS

tersenyum.

286 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

Setiap kali ada yang meminta sumbangan,

21 saya memberi semampu saya tanpa banyak SS S TS STS

berpikir panjang.

22 Selesai melaksanakan shalat, saya langsung

SS S TS STS

beranjak.

Saya mengamalkan membaca tasbih,

23 tahmid, dan takbir sebanyak 33x selepas SS S TS STS

shalat fardhu.

Dalam mengawali aktivitas, selain

24 membaca basmalah, saya juga bershalawat SS S TS STS

atas Nabi SAW.

25 Bagi saya, bershalawat tidaklah terlampau

SS S TS STS

penting.

26 Hal-hal yang dilarang oleh Allah tidak

SS S TS STS

pernah saya dekati.

27 Dalam melaksanakan perintah Allah saya

SS S TS STS

sering memilah dan memilihnya.

28 Dalam hal rezeki, saya tidak pernah merasa

SS S TS STS

cukup.

Ketika mendapatkan pemberian dari orang

29 lain, saya mengucapkan hamdalah lalu SS S TS STS

berterimakasih kepada orang tersebut.

30 Saya beristighfar ketika lalai dan berbuat

SS S TS STS

salah.

31 Saya tidak pernah memohon ampun kepada

SS S TS STS

Allah ketika berdoa.

32 Setiap hari saya terlambat makan. SS S TS STS

33 Saya tidak suka berolahraga. SS S TS STS

34 Saya menghindari perilaku begadang demi

SS S TS STS

menjaga kebugaran tubuh.

35 Saya berpikir positif dalam

SS S TS STS

menilai/merespon sesuatu.

36 Saya iri ketika prestasi teman saya lebih

SS S TS STS

baik dari saya.

37 Saya tidak suka mendengarkan/mengikuti

SS S TS STS

kajian keagamaan.

38 Ketika berpapasan dengan teman di jalan,

SS S TS STS

saya cuek dan membuang muka.

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 287

39 Saya mengetuk pintu dan mengucap salam

SS S TS STS ketika hendak masuk kelas.

Saya tidak berani menatap mata orang yang

40 lebih tua dan cenderung menunduk ketika SS S TS STS

beliau memarahi saya.

Ketika ada teman kesulitan dalam

41 memahami materi kuliah, saya membantu SS S TS STS

menjelaskan semampu saya.

Saat ujian, saya bekerja sama dengan teman

42 agar nilai kami sama-sama baik dan SS S TS STS

memuaskan.

43 Ketika ada teman hendak meminjam uang,

SS S TS STS saya meminjaminya semampu saya.

44 Saya tidak pernah membuang sampah

SS S TS STS sembarangan.

45 Saya mendukung adanya perburuan satwa

SS S TS STS liar yang dilindungi.

46 Saya termasuk orang yang boros dalam

SS S TS STS penggunaan tisu.

Ketika melihat kipas angin yang tetap hidup

47 di dalam kelas yang kosong, saya SS S TS STS

membiarkannya.

48 Ketika tidur, lampu kamar saya matikan. SS S TS STS

49 Saya tahu bahwa rukun iman ada 6 butir. SS S TS STS

50 Iman kepada Malaikat berarti kita harus

SS S TS STS menyembah malaikat.

51 Setau saya, shalat adalah tiang agama. SS S TS STS

Kewajiban melaksanakan haji hanya

52 ditujukan kepada semua orang tanpa SS S TS STS

terkecuali.

53 Saya tahu bahwa segala sesuatu hukum

SS S TS STS awalnya adalah mubah.

54 Perbuatan yang dihukumi makruh

SS S TS STS sebaiknya dilakukan secara rutin.

Menurut saya, yang dapat menentukan

55 kadar dosa dan pahala bagi seseorang SS S TS STS

adalah para ulama.

288 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

Saya yakin bahwa orang yang banyak

56 pahalanya lebih disukai Allah dibanding SS S TS STS

orang yang banyak berbuat dosa.

57 Nabi Adam AS adalah manusia pertama,

SS S TS STS

Allah menciptakan beliau dari tanah.

58 Nabi Adam AS diusir oleh Allah dari surga

SS S TS STS

karena tidak mau bersujud kepada Iblis.

59 Rasulullah SAW diangkat sebagai Rasul

SS S TS STS

pada usia 40 tahun.

Orang yang pertama kali diberi tahu akan

60 kerasulan Rasulullah SAW oleh beliau SS S TS STS

adalah istrinya Aisyah ra.

Sepeninggal Rasulullah Islam dipimpin

61 oleh sahabatnya, Sayyidina Umar bin SS S TS STS

Khatab ra.

Di bawah kepemimpinan Umar bin Khatab

62 ra wilayah kekuasaan Islam berkurang SS S TS STS

drastis.

Pasca kepemimpinan Khulafaur Rasyidin,

63 pemerintahan negara Islam bersistem SS S TS STS

monarki/kerajaan.

64 Saya merasa hidup di bawah pengawasan

SS S TS STS

Allah SWT.

65 Saya merasa biasa saja ketika mendengar

SS S TS STS

kajian keagamaan tentang siksa kubur.

66 Ketika mendengar adzan, hati saya tidak

SS S TS STS

lantas tergerak untuk melaksanakan shalat.

Saya mengidam-idamkan bisa berangkat ke

67 Tanah Suci untuk melaksanakan ibadah SS S TS STS

haji/umroh.

Ketika dapat membantu orang lain, saya

68 merasakan kebahagiaan dan kepuasan batin SS S TS STS

tersendiri.

69 Saya merasa biasa saja ketika ada orang

SS S TS STS

mengatai saya tidak punya sopan santun.

70 Saya merasa tenang-tenang saja meski

SS S TS STS

kurang paham dalam hal agama.

71 Saya merasa malu jika masih belum lancar

SS S TS STS

dalam membaca al-Qur’an.

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 289

72 Saya merasa belum mampu menilai baik-

SS S TS STS buruknya shalat saya.

73 Saya tahu bahwa kualitas keimanan saya

SS S TS STS fluktuatif (naik-turun).

74 Saya merasa tidak memperoleh dampak

SS S TS STS positif apapun dari pelaksanaan shalat saya.

Ketika saya meningkatkan kualitas

75 keimanan / ibadah / akhlak / pengetahuan

SS S TS STS agama yang saya miliki, saya merasa lebih

tenang dan lebih dekat dengan Allah.

Alpha Cronbach’s = 0,892; Sampel = 37 orang

D. Klasifikasi Item Shahih dan Item Gugur

Melalui analisis SPSS dapat diklasifikasikan bahwa sebaran item

shahih dan item gugur dari instrumen skala religiusitas ini adalah sebagai

berikut:

Item Shahih Item Gugur

2, 6, 7, 8, 9, 13, 14, 15, 17, 1, 3, 4, 5, 10, 11, 12, 16,

Item 18, 19, 20, 22, 23, 24, 25, 28, 21, 26, 27, 30, 31, 32, 33,

29, 35, 36, 37, 38, 39, 41, 42, 34, 40, 44, 45, 52, 53, 54, Pernyataan

43, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 57, 55, 56, 58, 59, 60, 62, 63,

61, 64, 65, 66, 67, 68, 70, 74, 69, 71, 72, 73.

75.

Jumlah 42 item 33 item

E. Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji coba instrumen yang dilakukan penulis pada

37 orang sampel dapat disimpulkan bahwa instrumen skala religiusitas ini:

1. Dapat digunakan oleh khalayak umum guna mengetahui tingkat

religiusitas seseorang, utamanya mahasiswa yang beragama Islam, 2. Layak digunakan sebagai alat pengumpul data dikarenakan nilai

reliabilitasnya > 0,7; yakni sebesar 0,892.

290 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

28. Instrumen Skala Self-Regulated Learning Pada Mahasiswa

Oleh : Abdul Mun’im ( [email protected] )

Professional Judgement : Slamet, S.Ag,. M.Si.

A. Pengantar

Bandura (dalam Filho,2001) mendefinisikan self-regulated learning

sebagai suatu keadaan dimana indiviidu yang belajar sebagai pengendali

aktivitasnya sendiri, memonitor motivasi dan tujuan akademik, mengelola

sumber daya manusia dan benda, serta menjadi perilaku dalam proses

pengambilan keputusan dan pelaksanaan dalam proses belajar.

Lebih lanjut Zimmerman (2004) mendefinisikan self-regulated

learning sebagai kemampuan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses

belajarnya, baik secara metakognitif,secara motivasional, dan secara

behavioral. Secara metakognitif, individu meregulasi diri, merencanakan,

mengorganisasi, memonitor dan mengevaluiasi dirinya dalam proses

belajar. Secara motivasional, individu yang belajar merasa bahwa dirinya

kompeten, memiliki keyakinan diri (self efficacy) dan memiliki

kemandirian. Sedangkan secara behavioral, individu yang belajar

menyeleksi, menyusun, dan menata lingkungan agar lebih optimal dalam

belajar.

Dalam hal ini instrumen digunakan untuk mengukur tinngkat self-

regulated learning dengan menggunakan kisi-kisi berdasarkan teori yang

telah ada dan dikembangkan kembali oleh peneliti. Dalam instrumen ini

menggunakan teori yang di kemukakan oleh zimmerman sebagaimana telah

dijelaskan di atas.

B. Pengembangan Skala Psikologis

Self-regulated learning biasanya berasal dari variabel kepribaian.

Self-reguated learning merupakan proses dimana individu yang belajar

secara aktif sebagai pengatur proses belajarnya sendiri, mulai dari

merencanakan, memantau, mengontrol dan mengevaluasi dirinya secara

sitematis untuk mencapai tujuan dalam belajar, dangan menggunakan

berbagai strategi baik kognitif, motivasional maupun behavioral. Kisi

disusun berdasarkan aspek-aspek self-regulated learning. Aspek-aspek

tersebut antara lain aspek metakognitif, motivasi dan behavioral (perilaku).

Variabel Aspek Indikator Deskriptor No Aitem

Jml

Favo Unfavor

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 291

rabel abel

Memiliki

Mengetahui

sejauh mana

pengetahu 1, 2 3, 4 2

kemampuan

an dan

dirinya

menantau

Memonitor

kemajuan

kemajuan

pada diri. 5,6 7,8 2

pada diri

sendiri

sendiri

Menetapkan

tujuan atau 9,10 11,12,13 5

goal setting

Perencana

Merencanaka

an n kegiatan 14,1

untuk `16, 17 4

5,

mewujudkan

Metak tujuan

ognitif

Mengevaluas 18,1

i dan 9, 21 4

Self- Mengeval

memperbaiki 20

Regulated

Merasa

uasi

Lerning

mampu 22,2

24 3

mengevaluas 3

i hasil kerja

Menghimpun

berbagai 25 26 2

pengetahuan

Pengorga

Mengintegra

sikan

nisasian

pengetahuan

27 28 2

dengan

pengetahuan

sebelumnya Mampu

Mengang

menyelesaiak 29,3 31,32 4

an tugas 0

Motiv gap

sendiri

asional dirinya

optimis

kompeten 33,3

terhadap diri 35,36 4

4

sendiri

292 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

Mudah

Memiliki

menerima 37 38 2

tantangan

keyakinan

Tertarik

diri

kepada tugas 39 40 2

yg di berikan

Bersungguh-

sungguh

Memiliki dalam 41 42 2

kemandiri mengerjakan

an sesuatu

Berusaha 43 44 2

dengan tekun

Mampu

menyeleksi

usaha untuk 45 46 2

mendapatkan

Behavi Tingkah apa yang di

oral laku inginkan

Menyusun 47 48 2

waktu belajar

Menciptakan 49 50 2

lingkungan

Jumlah 26 24 50

C. Aitem Pernyataan dan Reliabilitas

No Pernyataan Jawaban

1 Saya mengetahui kelebihan yang ada pada

SS SS TD STS

diri saya

2 Saya selalu bisa fokus pada apa yang saya

SS SS TD STS

pelajari

Terkadang saya tidak mengerti kenapa saya

3 tidak dapat memahami apa yang dosen SS SS TD STS

ajarkan kepada saya

4 Ketika sedang belajar kadang-kadang Saya

SS SS TD STS

merasa bingung dengan diri saya sendiri

5 setelah belajar saya merasa lebih baik dari

SS SS TD STS

sebelumnya

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 293

6

saya tetap fokus kepada pelajaran walaupun SS SS TD STS

suasana sekeliling sedang ramai

7

saya merasa tidak mendapatkan kemajuan SS SS TD STS

selama ini

8

saya sebih memilih kabur ketimbang SS SS TD STS

mengikuti perkuliahan yang membosankan

9

saya selalu memasang target jangka pendek SS SS TD STS

sebelum saya mempelajari sesuatu

10

saya sudah memiliki tujuan untuk masa SS SS TD STS

depan saya

apabila pada saat saya belajar dan menemui

11 sesuatu yang sulit di pahami, saya memilih SS SS TD STS

untuk acuh dan tidak mau tau

12 saya menyelesaikan tugas asal jadi SS SS TD STS

13

saya acuh terhadap nilai tugas yang saya SS SS TD STS

peroleh

agar tujuan saya tercapai maka saya akan

14 mrencakan kegiatan yang bisa mewujudkan SS SS TD STS

tujuan saya

saya selalu membuat jadwal aktivitas harian

15 untuk mendukung peningkatan pemahaman SS SS TD STS

belajar saya

16

saya sering sekali medadak dalam SS SS TD STS

mengerjakan tugas perkuliahan

17

Saya lebih suka mempersiapkan sesuatu SS SS TD STS

secara dadakan.

18

nilai IPK yang saya dapatkan sudah sesuai SS SS TD STS

dengan apa yang saya inginkan

cara belajar yang saya lakukan telah

19 membuahkan hasil nilai IPK yang SS SS TD STS

memuaskan

20

saat saya gagal, saya mencari sebab-sebab SS SS TD STS

dari kegagalan yang saya dapatkan

21

cara belajar yang saya terapkan tidak SS SS TD STS

memberikan hasil yang memuaskan

22

saya merasa puas apabila nilai yang saya SS SS TD STS

dapatkan mencapai target

23

ketika saya berhasil mengerjakan tuas SS SS TD STS

sendiri, saya merasa bangga

24 saya biasa-biasa saja apabila saya SS SS TD STS

294 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

mendapatkan nilai jelek

25 saya selalu meringkas materi hasil

SS SS TD STS perkuliahan

saya tidak memiliki trik khusus untuk

26 mempermudah menghafal materi SS SS TD STS

perkuliahan

27 saya sering menemukan keterkaitan antara

SS SS TD STS mata kuliah yang berbeda

saya tidak suka menyusun dan memilah-

28 milah matkuliah yang saling bersinggungan SS SS TD STS

dengan mata kuliah lain

29 saya bisa menyelesaikan tugas yang

SS SS TD STS diberikan dosen

saya merasa mampu menyelesaiakan

30 masalah dengan kemampuan yang saya SS SS TD STS

miliki

31 saya sering tidak merasa percaya diri

SS SS TD STS dengan tugas yang saya buat

saya sering berfikir bahwa tugas yang saya

32 kerjakan tidak akan mendapatkan nilai yang SS SS TD STS

baik

33 Saya selalu percaya diri dengan apa yang

SS SS TD STS saya lakukan

34 Saya merasa apa yang saya lakukan akan

SS SS TD STS menghasilkan sesuatu yang baik

35 Saya ragu-ragu ketika mengerjakan tugas SS SS TD STS

36 Saya pesimis dengan hasil tugas yang saya

SS SS TD STS kerjakan

37 Saya senang jika dosen memberikan

SS SS TD STS tantangan berupa penelitian kepada saya

38 Saya malas mengerjakan jika dosen

SS SS TD STS memberikan tugas yang menurut saya berat

39 Saya suka mengerjakan tugas yang

SS SS TD STS diberikan sesegera mungkin

40 Saya suka menuda-nunda untuk

SS SS TD STS mengerjakan tugas

41 Saya selalu mengerjakan tugas sebaik

SS SS TD STS mungkin

42 Saya mengerjakan tugas asal jadi SS SS TD STS

43 Jika saya tidak paham, maka saya akan SS SS TD STS

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 295

bertanya kepada dosen

44 Saya tidak ingin mencari tahu materi di luar

SS SS TD STS yang diberikan dosen

45 Saya menyiapkan strategi belajar dalam

SS SS TD STS menyelesaikan tugas

46 Saya selalu mendadak dalam menegerjakan

SS SS TD STS tugas

47 Saya menata atau memetakan waktu untuk

SS SS TD STS belajar

48 Saya belajar ketika saya sedang mood SS SS TD STS

49 Saya akan mengatur lingkungan belajar

SS SS TD STS agar bisa berkonsentrasi

50 Saya acuh terhadap situasi lingkungan yang

SS SS TD STS mengganggu belajar

Alpha cronbach’s = 0,904 ; Sampel = 66

D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur

Melalui analisis SPSS.20 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran

aitem gugur dan aitem shahih sebagai berikut :

Aitem Shohih Aitem Gugur

Aitem 1, 2, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12,

3, 6, 18, 23, 26, 27,

13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21, Pernyataan 28, 30, 31, 32, 34, 36,

22, 24, 25, 29, 33, 35, 39, 40, 37, 38, 44, 49, 50.

41, 42, 43, 45, 46, 47, 48.

Jumlah 33 17

E. Penutup

Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Instrumen Skala Self-Regulated Learning Pada Mahasiswa dapat

digunakan pada khalayak umum untuk mengetahui seberapa tinggi

tingkat Self-Regulated Learning pada Mahasiswa. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka

pengumpulan data karena realiabilitas instrumen > 0,7 yaitu 0,904.

296 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

29. Instrument Skala Tingkat Pemahaman Mahasiswa

Terhadap Konseling Behavior Oleh : Ahmad Sahab ([email protected]) Profesioal Judgement : A. Said Hasan Basri, S.Psi., M.Si.

A. Pengantar

Instrumen skala ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana

pemahaman mahasiswa khususnya mahasiswa (Bimbingan Konseling

Islam) terhadap konseling behavior.

B. Perkembangan Instrumen Skala Pemahaman Konseling Behavior

Pemahaman merupakan salah satu patokan kompetensi yang dicapai

setelah seseorang melakukan kegiatan belajar. Menurut Daryanto (2008:

106) kemampuan pemahaman berdasarkan tingkat kepekaan dan derajat

penyerapan materi dapat dijabarkan, yaitu:Menerjemahkan (translation)

dan Menafsirkan (interpretation). Selain itu, konseling behavioral memiliki asumsi dasar bahwa setiap

tingkah laku dapat dipelajari, tingkah laku lama dapat diganti dengan

tingkah laku baru dan manusia memiliki potensi untuk berperilaku baik

atau buruk, tepat atau salah. Konseling behavioral memiliki empat tahap yaitu: melakukan

asesmen (assessment), menetapkantujuan (goal setting),

mengimplementasikan teknik (technique implementation) dan evaluasi dan

mengakhiri konseling (evaluation-termination) (Rosjidan, 1994, p. 25).

Deskripto

No Item

Variabel Aspek Indikator

Jml Favorab Unfavor r

le able

Peka Mampu

dalam

mengetahu

menggali

i situasi 1,2, 3 4, 5, 6 6

data Aspek masalah

terkait

Kepek konseli

konseli

aan

Mampu Mampu

merumusk memahami 7, 8, 9, 10 4

Tingkat

an tujuan konseli

Pemaha dalam dalam

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 297

man konseling memandan

Mahasis behavior g

wa permasalah

Terhadap annya

Konselin

Mampu

g Mengetah mengetahu

Behavior ui i

teknik perubahan

yang tingkah 15, 16, 18, 19,

sesuai laku antara 6 17 20

dengan baseline

permasala data

han dengan

konseli data

intervensi

Memantau

tingkah Mampu

laku merasakan 21, 22, 24, 25,

konseli perubahan 6 23 26.

secara dalam diri

terus- konseli

menerus

Mampu

Data melakukan 27,

terkini tahapan 30, 31, 5 28,29

konseli analisis

ABC

Aspek

Mampu

Penera membantu

pan Menentuk

konseli

untuk

antujuan 32, 33 34, 35 4

memandan konseling

g

permasalah

annya

Jumlah 22 18 40

298 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

C. Item Pernyataan dan Kategorisasi

No Pernyataan Jawaban

1 Saya harus memahami apa yang dirasakan SS S TS STS

oleh teman yang sedang curhat

2 Saya dapat memahami permasalahan yang SS S TS STS

dihadapi teman saya yang sedang curhat

3 Saya berusaha menenangkan ketika teman SS S TS STS

saya sedang emosional

4 Saya sering menangis ketika mengetahui SS S TS STS

perasaan yang di alami teman saya

5 Saya merasa permasalahan yang di hadapi SS S TS STS

teman saya terlalu berlebihan

6 Saya merasa kesal ketika teman saya tidak SS S TS STS

memperhatikan saya

7 Saya mampu meyakinkan teman saya bisa SS S TS STS

melewati masalahnya

8 Saya mampu mengarahkan teman saya SS S TS STS

untuk menyelesaikan masalahnya

9 Saya tidak sanggup untuk membantu

menyelesaikan permasalahan yang SS S TS STS

dihadapi teman saya

10 Saya merasa kesulitan ketika mencari inti

permasalahan orang yang sedang curhat SS S TS STS

dengan saya

11 saya dapat mengetahui perubahan tingkah SS S TS STS

laku seseorang

12 ketika teman saya menunjukan perilaku

yang di inginkan maka saya akan SS S TS STS

memberikan hadiah

13 Ketikatemansayatidakdapat

mengungkapkan perasaannya, maka saya SS S TS STS

akan menggunakan teknik asertif

14 Ketika perilaku yang tidak di inginkan SS S TS STS

muncul dari teman saya, maka saya akan

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 299

memberikan punishment

15 Saya merasa diskusi diskusi

kelompok,cocok digunakan untuk latihan SS S TS STS

asertif

16 Menurut saya teknik desensitisasi SS S TS STS sistematis membutuhkan waktu yang lama

17 Menurut saya teknik punishment dapat SS S TS STS menghentikan perilaku dengan segera

18 Menurut saya denda dapat di lakukan bila SS S TS STS subjek belum menerima pengukuh

19 Menurut saya time out membutuhkan SS S TS STS waktu yang lama

20 Bagi saya sifat maladatif dapat hilang SS S TS STS meskipun pengukuh jarang diberikan

21 Saya merasa mampu merasakan perubahan SS S TS STS yang ada dalam diri teman saya

22 Saya merasa teman saya dapat menerima

lingkungan nya setelah melakukan proses SS S TS STS

konseling

23 Saya merasa mampu melakukan tingkah

laku baru untuk menghilangkan tingkah SS S TS STS

laku adaptif

24 Saya merasa tidak peduli dengan SS S TS STS perubahan yang di alami teman saya

25 Menurut saya penerapan teknik-teknik

konseling tidak berpengaruh dalam hasil SS S TS STS

perubahan tingkah laku

26 Menurut saya tanpa mengontrol proses

konseling, perubahan tingkah laku akan SS S TS STS

tetap terjadi

27 Menurut saya perilaku seseorang dapat

direncanakan untuk menghadapi sebuah SS S TS STS

peristiwa

300 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

28 Saya merasa perilaku yang timbul pada

seseorang dapat muncul karena terpicu SS S TS STS

oleh peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi

29 Dengan melakukan analisis ABC, saya

merasa mampu menggali data orang yang SS S TS STS

sedang curhat dengan saya

30 Menurut saya antecedents tanpa diikuti

konsekuen mempunyai dampak jangka SS S TS STS

panjang

31 Bagi saya reinforcement positif dilakukan

dengan cara menghindarkan segala sesuatu SS S TS STS

yang disukai seseorang

32 Dengan memandang permasalahan

sesorang, akan menghasilkan tujuan yang SS S TS STS

jelas dari proses konseling

33 Saya merasa mampu membantu teman SS S TS STS saya untuk menyadari permasalahannya

34 Saya merasa kemampuan saya untuk SS S TS STS membantu teman saya masih kurang baik

35 Saya merasa tidak perlu mendiskusikan SS S TS STS permasalahan yang di hadapi teman saya

36 Ketika teman saya menunjukkan

perubahan tingkah laku, saya merasa biasa SS S TS STS

saja

37 Saya merasa tidak perlu menggunakan

teknik-teknik konseling dalam membantu SS S TS STS

masalah yang dihadapi teman saya

38 Saya merasa dengan menggunakan teknik

asertif, konseli mampu mengatasi kesulitan SS S TS STS

untuk mengungkapkan perasaan yang ada

di dalam dirinya

39 Saya merasa dengan menggunakan teknik

yang sesuai, proses konseling akan berjalan SS S TS STS

dengan baik

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 301

40 Saya merasa tidak perlu mengevaluasi SS S TS STS hasil dari proses konseling

Alpha Cronbach’s =0,717; Sampel : 56 Orang

D. Klasifikasi Item Shahih dan Item Gugur

Melalui analisis SPSS.20 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran item

gugur dan item shahih sebagai berikut:

Item Shohih Item Gugur

1, 3, 5, 11, 13, 21, 2, 4, 6, 7, 8, 9, 10,

Item 25, 29, 32, 36, 37, 12, 14, 15, 16, 17,

Pernyataan 38, 39, 40 18, 19, 20,22, 23,

24, 26, 27, 28, 30,

31, 33, 34, 35

Jumlah 14 26

E. Penutup

Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Instrumen Skala Pemahaman Mahasiswa Terhadap Konseling

Behavior dapat digunakan mahasiswa khususnya mahasiswa

Bimbingan Konseling Islam untuk mengetahui tingkat pemahaman

mahasiswa terhadap konseling behavior. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka

pengumpulan data karena realiabilitas instrumen mendekati nilai satu

(1.00).

302 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

30. Instrumen SkalaKecerdasan Emosi Pada MahasiswaYang

Bermain Game Online Mobile Legend Oleh : Fahril Nizhamuddin ( [email protected] ) Professional Judgement : A. Said Hasan Basri, S.Psi., M.Si

A. Pengantar

Game sebenarnya sebuah aplikasi yang dibuat dengan tujuan untuk

mengurangi tingkat stress atau tingkat keresahan akibat kegiatan atau

aktivitas rutinan yang setiap hari dilakukan oleh umat manusia. Sungguh

malah sebaliknya yang terjadi, gamemalah menambah masalah diakhir

pengaruhnya tersebut maka dapat dikatakan bahwa game bukan

mengurangi beban pikiran manusia tetapi tambah menambah masalah bagi

manusia sendiri.

Skala ini dimaksudkan untuk mengungkap pengaruh game Mobile

Legend terhadap kecerdasan emosi mahasiswa yang memainkannya.

Instrumen ini sangat diperlukan mengingat banyaknya mahasiswa di masa

kini yang menggemari game ciptaan Shanghai Moonton Technology

tersebut. Dengan memainkan game, tidak hanya mengurangi tingkat stress

atau tingkat keresahan akibat kegiatan atau aktivitas rutinan yang setiap

hari dilakukan oleh mahasiswa, namun juga ada pengaruh terhadap

kecerdasan emosi mereka. Makin tinggi skor yang diperoleh subyek, maka

makin tinggi pula pengaruh game tersebut terhadap kecerdasan emosi

subjek yang bersangkutan. Adapun kisi-kisi pernyataan tersebut disusun

dari teori kecerdasan emosi oleh Goleman yang mengungkapkan bahwa

kecerdasan emosi merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali dan

merasakan emosi yang dialami dirinya, mengelola emosi, bias berempati,

membina hubungan dengan orang lain dan memanfaatkan emosi secara

produktif sebagai penunjang performa seseorang.

B. Pengembangan Instrumen Psikologis

Kecerdasan emosi merupakan kemampuan seseorang untuk

mengenali dan merasakan emosi yang dialami (kesadaran emosi),

mengelola emosi, bisa melakukan empati (membaca emosi), membina

hubungan dengan orang lain dan memanfaatkan emosi secara produktif

sebagai penunjang performa seseorang. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan

teori Goleman (1995) dengan aspek-aspek kecerdasan emosi. Aspek-aspek

tersebut antara lain aspek mengenal emosi diri, mengelola emosi,

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 303

memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan membina

ketrampilan sosial.

Nomor Item

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

Jml Favor Unfavo

able rable

Tahu

Mengetah tentang

ui apa perasaan

yang kita yang 2, 30 60 3

rasakan sedang

pada saat dirasakan

terntentu pada saat

tertentu

Memiliki Mampu

tolak ukur

Menge mengetahui

yang

nali batas

realistis 3, 20 32, 49 4

Emosi kemampua atas

Diri n secara

kemampu

realistik

an diri

Mampu

Kecerdasa menumbuh

n emosi Memiliki kan rasa

Kepercay percaya diri 4, 33, 21 5

aan diri yang kuat 65, 50

yang kuat saat

melakukan

suatu hal

Dapat

Mampu mengatur

menangan emosi yang

i emosi keluar dan 22 40, 59 3

Menge sehingga mengontrol

lola berdampa agar

Emosi k positif berdampak

positif

Peka Mengikuti

terhadap kata hati 5 41 2

kata hati yang selalu

304 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

menunjukk

an dalam

kebaikan

Tidak

Memiliki

merasa

puas

kemampu 51

dengan

an untuk

23 2

kemampua

menunda

n yang

kepuasan

dimiliki

saat ini

Dapat

menumbuh

Mampu kan

kembali kepercayan

dari diri 6, 29 42 3

tekanan walaupun

emosi sedang

banyak

tekanan

Mampu

Pengendal mengarahk

ian an 15, 64

11, 34, 5

dorongan keinginan 58

hati yang ada

pada diri

Mampu

Motiv

menumbuh

kan

asi

Pengambi alternatif-

Diri

lan alternatif 37 9 2

Sendir inisiatif dalam

i

menghadap

i hal

tertentu

Bertindak

Tidak

berlebihan

efektif

dan yakin 57 12, 35 3

dan dengan apa

optimis

yang

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 305

dianggap

baik

Bertahan

Tetap teguh

ketika

dalam

menghada 25, 43 24 3

menghadap

pi

i kegagalan

kegagalan

Merasaka

Mampu

memahami

n apa

perasaan

yang

yang 26 52, 13 3

dirasakan

dialami

oleh

oleh orang

orang lain

lain

Memiliki

kemampu

an

menangka

p sinyal-

sinyal Mengetahui

sosial

Menge yang

yang

nali dibutuhkan

tersembun

Emosi orang lain 36 53 2

yi yang

Orang hanya dari

mengisyar

Lain isyarat

atkan apa

isyarat

yang

dibutuhka

n atau

dikehenda

ki orang

lain Mampu

Menumbu menumbuh

hkan kan rasa

hubungan saling 54, 63 7, 44, 19 5

saling percaya

percaya satu dengan

yang lain

306 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

Mampu

Menyelar beradaptasi

askan diri dengan

dengan latar 45, 38 14, 16 4

bermacam belakang

-macam orang yang

orang berbeda

beda

Menanga

ni emosi Mampu

dengan mengendali

baik kan emosi 17, 27,

ketika diri agar 47, 62 5 56

berhubun tidak

gan menyakiti

dengan orang lain

orang lain

Memiliki Komunikas

kemampu i yang baik

an yang dan ramah

Memb baik 8, 46 55 3

ina dalam

Ketera Berkomu

mpilan nikasi

Sosial

Cermat

Mampu

menganalis

membaca

is dengan

situasi 28, 48,

apa yang 39, 18 5

dan 61 ada

jaringan

disekitarny

sosial

a

Berintera

Mampu

berinteraksi

ksi

dengan

dengan 31 1, 10 3

orang lain baik dan

dengan

lancar

baik

Jumlah 33 32 65

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 307

C. Item Pernyataan dan Kategorisasi

No Pernyataan Jawaban

Saya yakin dengan interaksi yang baik dalam

1 sebuah game bias menumbuhkan SS S TS STS kepercayaan diantara anggota team lainnya

2

Suasana hati menjadi lebih baik setelah SS S

TS STS

bermain game

Saya lebih baik bermain game daripada

3 memperhatikan penjelasan dari dosen yang SS S TS STS

membosankan

4

Saya percaya dengan bermain game bias SS S

TS STS

menyegarkan pikiran

Saya tetap memlih bermain game walaupun

5 itu tidak akan memberi manfaat kepada diri SS S TS STS

saya

6

Bermain game membuat saya sejenak bisa SS S

TS STS

melupakan masalah yang sedang dihadapi

7

Saya percaya dengan kemampuan bermain SS S

TS STS

teman satu team saya

Saya memilih diam dan bermain game

8 daripada mengobrol dengan orang yang ada SS S TS STS disekitar

Saya berfikir untuk sedikit mengurangi porsi

9 bermain game dan mencoba untuk mencari SS S TS STS

solusi dalam setiap masalah yang saya hadapi

10

Saya percaya bahwa interaksi yang baik itu SS S

TS STS

terbangun karena respon yang baik

Saya memiliki target hidup yang harus

11 dicapai dan bermain game hanya datang SS S TS STS untuk menghambatnya

12

Saya bisa membagi waktu antara bermain SS S

TS STS

game dan tugas tugas kuliah

Saya merasakanhal yang sama seperti mereka

13 ketika ditinggal asyik bermain game oleh SS S TS STS teman

14

Saya rasa, bermain game akan menghambat SS S

TS STS

kita unruk beradaptasi dengan lingkungan

308 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

disekitar kita

15 Saya lebih merasa senang hanya dengan

SS S TS STS

bermain game

Saya memaklumi bahwa setiap orang

16 memiliki kemampuan dan keinginan yang

SS S TS STS

berbeda-beda, termasuk mereka yang lebih

suka bermain game

Saya menjaga kepercayaan anggota team

17 dengan mempertahankan performa bermain SS S TS STS game

18 Saya lebih baik tidak bermain game daripada

SS S TS STS

nantinya saya akan tidak memiliki teman

Terkadang saya ingin mendapatkan

19 kepercayaan mereka dengan cara

SS S TS STS

menunjukkan kemampuanyang saya miliki

diluar dari bermain game

20 Saya tidak mengetahui tujuan dari bermain

SS S TS STS

game

21 Bermain game tidak membuat saya

SS S TS STS

tertantang dengan kompetisi

22 Bermain game menjadi satu-satunya pelarian

SS S TS STS

ketika saya sedang suntuk dengan kenyataan

Saya lebih fokus menyelesaikan tugas kuliah

23 terlebih dahulu untuk menambah kemampuan SS S TS STS

dalam memahami mata kuliah

24 Bermain game tidak akan membuat kita kuat

SS S TS STS

dan teguh dalam menghadapi masalah

25 Saya lebih memilih bermain game dikamar

SS S TS STS

ketika gagal melakukan sesuatu

26 Ketika bermain game, saya tidak

SS S TS STS

menghiraukan apa yang ada di sekitar saya

Saya belajar untuk tidak marah ketika

27 bertemu dengan anggota team yang kurang SS S TS STS menguntungkan

Saya hanya focus dengan kemenangan dalam

28 game tanpa memperhatikan lingkungan SS S TS STS sekitar

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 309

Bermain game adalah cara saya untuk

29 mengembalikan suasana hati menjadi lebih SS S TS STS

baik

30

Mengalami kekecewaan yang sangat pada SS S TS STS

saat kalah dalam game

Saya selalu memilih diam dan bermain game

31 daripada harus mengobrol dengan orang yang SS S TS STS sok akrab

Saya mengetahui bahwa dengan bermain

32 game bisa menambah ukuran kemampuan SS S TS STS

yang saya miliki

33

Saya menghabiskan waktu luang untuk SS S TS STS

bermain game

Saya mampu mengarahkan keinginan untuk

34

melakukan sesuatu yang lebih penting SS S TS STS

daripada hanya duduk bermalasan dan

bermain game

Saya bermain game hanya sekedar hiburan

35 semata dan yakin bahwa berlebihan itu tidak SS S TS STS akan mendatangkan manfaat

36

Saya tidak akan tahu perasaan orang lain SS S TS STS

sebelum mereka bilang kepadasaya

Saya hanya bermain game dan tidak

37 mempedulikan seberapa banyak masalah SS S TS STS

yang sedang saya hadapi

38

Bermain game membuat saya lebih mudah SS S TS STS

memahami latar belakang banyak orang

Saya tahu kapan waktunya bermain game dan

39 kapan waktunya untuk bercengkrama dengan SS S TS STS orang sekitar

40

Saya selalu berfirkir kalah dalam game akan SS S TS STS

membawa pengaruh terhadap kenyataan

Saya lebih mengikuti kata hati untuk tidak

41 bermain game dan mencari kegiatan yang SS S TS STS

lebih produktif

42

Bermain game hanya akan membuat tekanan SS S TS STS

baru ketika tugas kuliah belum terselesaikan

43 Bermain game membuat saya lebih berani SS S TS STS

310 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

untuk kembali bangkit dari kegagalan

Saya mengetahui bahwa memang didalam

44 game ada interaksi yang baik tetapi diluar

SS S TS STS

dari bermain ada interaksi yang buruk dengan

orang disekitarnya

45 Saya lebih percaya dengan teman yang sering

SS S TS STS

bermain dengan saya

Saya memilih fokus kepada game yang

46 sedang dimainkan sampai tidak

SS S TS STS

memperhatikan ada orang yang bertanya

kepada saya

Saya sangat membenci kekalahan yang

47 dikarenakan salah seorang anggota team, SS S TS STS keluar tanpa sebab

48 Dari sebuah game saya menjadi lebih bias

SS S TS STS

membaca situasi yang sedang saya alami

49 Ketika pikiran saya lelah dengan tugas tugas,

SS S TS STS

saya memlih bermain game

50 Saya menjadi kurang percaya diri setelah

SS S TS STS

bermain game

51 Saya lebih memilih bersantai dengan bermain

SS S TS STS

game ketika tugas sudah sangat menumpuk

52 Saya kadang merasa kasihan dengan teman-

SS S TS STS

teman yang tidak bermain game

Saya mengetahui bahwa bermain game

53 membuat orang kurang dalam berinteraksi SS S TS STS dengan orang lain disekitarnya

54 Ketika bermain game saya memilih menang

SS S TS STS

tanpa bantuan dari orang lain

Saya akan mematikan game yang sedang

55 saya mainkan ketika ada orang lain disekitar

SS S TS STS

saya dan memilih untuk mengobrol dengan

mereka

56 Saya belajar untuk memaklumi kemampuan

SS S TS STS

bermain anggota team baru

57 Saya lebih memilih bermain game seharian

SS S TS STS

daripada mengerjakan tugas

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 311

58 Saya selalu menguatkan diri untuk tidak

SS S TS STS bermain game

Saya tidak mampu menemukan alternatif

59 yang baik untuk setiap masalah yang SS S TS STS

dihadapi

60 Saya tidak merasa sangat senang ketika

SS S TS STS bermain game

61 Saya selalu bermain game dimanapun saya

SS S TS STS berada

Saya selalu memberikan hukuman perbuatan

62 tidak baik di game walaupun itu teman SS S TS STS

sendiri

63 Saya sulit percaya dengan anggota team baru SS S TS STS

Rasa penasaran dengan update game terbaru

64 membuatku untuk selalu ingin SS S TS STS

memainkannya

65 Saya percaya bahwa kemampuan yang saya

SS S TS STS miliki bisa diasah dengan bermain game

Alpha Cronbach’s = 0,833 ; Sampel = 29 orang

D. Klasifikasi Item Shahih dan Item Gugur

Melalui proses analisis dengan menggunakan Aplikasi SPSS.20

dapat diklasifikasikan bahwa sebaran item shahih dan item gugur adalah

sebagai berikut :

Item Shahih Item Gugur

3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 1, 2, 6, 14, 15, 17, 18, 20,

Item 16, 19, 21, 22, 23, 24, 27, 28, 25, 26, 30, 31, 35, 39, 43,

Pernyataan 29, 32, 33, 34, 36, 37, 38, 40, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 52,

41, 42, 44, 51, 53, 55, 58, 61, 62 54, 56, 57, 59, 60, 63, 64

Jumlah 35 29

E. Penutup

Dengan bermain game online tentunya tidak hanya mendapatkan

hal yang negatif seperti yang kebanyakan orang bicarakan, namun juga

dapat mendatangkan hal positif salah satunya dapat mempengaruhi

kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi sangatlah penting dalam berhubungan

sosial dengan orang lain dan lingkungan disekitar kita. Demikian

instrumenskalakecerdasan emosi pada mahasiswa yang bermain game

312 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

online mobile legend dibuat untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

bermain game terhadap kecerdasan emosi mahasiswa.

Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. “Instrumen Skala Kecerdasan Emosi Pada Mahasiswa Yang Bermain

Game Online Mobile Legend” dapat digunakan khalayak umum untuk

mengetahui seberapa tinggi tingkat pengaruh game online Mobile

Legend terhadap kecerdasan emosi mahasiswa. 2. Instrumen ini dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka

pengumpulan data, karena hasil penghitungan menunjukan angka yang

mendekati 1.0, maka menjadi sangat reliable.

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 313

31. Instrumen Skala Motivasi Penggunaan Cadar Pada Mahasiswa

Oleh: Almanisa Nur Azizah Pasa ([email protected])

Professional Judgement: Slamet, S.Ag, M.Si.

A. Pengantar

Motif adalah daya upaya yang mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu. motivasi adalah kondisi-kondisi atau keadaan yang

mengaktifkan atau memberi dorongan kepada manusia bertingkah laku

untuk mencapai tujuan. Berawal dari kata motif itu, maka motivasi dapat

diartikan sebagai daya penggerak yangtelah menjadi aktif.

Pendapat menurut Prof. Dr. Oemar Hamalik Motivasi adalah hal

yang mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan. Sedangkan menurut

Drs. Syaiful Bahri Djamrah dan Drs. Aswan Zein Motivasi adalah alat

yang mendorong manusia untuk berbuat, alat yang menentukan arah

perbuatan atau alat untuk menyeleksi perbuatan.

Cadar merupakan bagian dari kontruksi identitas dikalangan wanita

muslimah yang sudah menjadi pilihan hidupnya, sebab cadar dirasa bisa

memberi ketenangan batin bagi yang menggunakannya. Bahkan sudah

dijelaskan juga dalam syari’at Islam bahwa pakaian kaum wanita

dimaksudkan untuk mewujudkan dua tujuan utama, yakni untuk menutup

aurat serta menjauhi fitnah , pengistemewaan dan pemuliaan bagi kaum

wanita itu sendiri. Tidaklah benar apabila pilihan hidup seseorang dikaitkan

dengan perilaku yang ekstrim.

Skala ini dimaksudkan untuk menjelaskan motivasi seorang

mahasiswi dalam menggunakan cadar (penutup wajah). Motivasi ini

menunjukkan keseriusan seseorang mahasiswi dalam mengenakan cadar.

B. Pengembangan Instrumen Skala

Aspek yang mempengaruhi motivasi bercadar pada wanita terbagi

sebagai berikut:

1. Motivasi Ekstrinsik 2. Motivasi Instrinsik

No Item Variabel Aspek Indikator Deskriptor Jml

Favor Unfavo

314 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

able rable

Menggunak

an cadar

atas dasar

pemahama 1, 4 7 ,8 4

n akan

hukum

cadar

Pemaham

Menggunak

an cadar

an/Kognit

atas dasar

if 2, 5 9, 10 4

tekad yang

kuat pada

diri

Menggunak

Motiv an cadar

asi karena 3 6 2

Motivasi Instrin mencari

sik

ridho Allah

Pengguna

(Dala

Menggunak

an Cadar

m)

an cadar

Pada

sebagai 11, 14 13, 15 4

Mahasisw

identitas

i

muslimah

Menggunak

an cadar

Aktualisa sebagai 12, 16 17, 18 4

si Diri rangka

dakwah

Menggunak

an cadar

sebagai 19 20 2

bentuk

ketaqwaan

pada Allah

Motiv Menggunak

asi Media

an cadar

Ekstri karena 23 21 2 Sosial

nsik terpengaruh

(Luar) tren

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 315

Menggunak

an cadar

karena

ingin

meniru 24 22 2

gaya hidup

muslimah

yang

bercadar

Menggunak

an cadar

Status karena 27, 28 25, 26 4

mengejar

materi

Menggunak

an cadar 31, 32 29, 30 4

karena

jabatan

menggunak

an cadar

karena

melihat

Behavior

akhlakul 38, 39 37, 40 4

karimah

pada

muslimah

yang

bercadar

Menggunak

an sebagai

perlindunga

n atau 34, 35 33, 36 4

benteng

akhlak

pribadi

Jumlah 20 20 40

316 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

C. Item Pernyataan dan Kategorisasi

No Pernyataan Jawaban

1. Saya menggunakan cadar karena cadar

SS S TS STS dianjurkan dalam agama

2. Saya memakai cadar karena kegigihan saya

SS S TS STS untuk berhijrah

3. Saya menggunakan cadar semata mata

SS S TS STS karena mencari Ridho-Nya

4. Saya memakai cadar karena mengikuti

SS S TS STS sunnah Rasulullah

5. Saya merasa percaya diri menggunakan

SS S TS STS cadar

6. Saya memakai cadar untuk mencari

SS S TS STS perhatian lawan jenis

7. Bagi saya cadar hanya wajib bagi istri

SS S TS STS Rasulullah saja

8. Saya merasa tidak semua ulama

SS S TS STS menganjurkan penggunaan cadar

9. Saya akan langsung melepas cadar bila

SS S TS STS terus ditekan oleh masyarakat

10. Saya merasa minder dalam bergaul SS S TS STS

11. Saya menggunakan cadar sebagai identitas

SS S TS STS seorang muslimah

12. Saya memakai cadar sebagai sarana dakwah

SS S TS STS amar ma’ruf nahi mungkar

13. Saya menggunakan cadar agar terlihat

SS S TS STS sebagai orang baik

14. Bagi saya identitas muslimah akan terjaga

SS S TS STS dengan menggunakan cadar

15. Saya merasa dengan memakai cadar orang

SS S TS STS akan menghormati saya

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 317

16.

Saya menggunakan cadar dalam rangka SS S

TS STS

menjaga lisan saya dalam bertutur kata

17.

Saya merasa besar kepala bila disebut SS S

TS STS

ustadzah

18.

Saya senantiasa menjaga image baik di SS S

TS STS

depan orang banyak

19.

Saya menggunakan cadar sebagai bentuk SS S

TS STS

ketaatan saya pada Allah Swt

20.

Saya merasa paling taat daripada kawan SS S

TS STS

yang lain

21.

Saya menggunakan cadar karena pengaruh SS S

TS STS

fashion kekinian

22.

Saya menggunakan cadar karena ingin SS S

TS STS

menjadi endorse suatu produk

23. Saya merasa cadar bukan pakaian kekinian SS S TS STS

24.

Saya merasa wanita bercadar tidak perlu SS S

TS STS

menampakkan dirinya di media sosial

25.

Saya memakai cadar untuk memenuhi SS S

TS STS

kebutuhan saya

26.

Saya akan melepas cadar bila itu SS S

TS STS

menyangkut masalah pekerjaan

27.

Saya akan bertahan dengan cadar walaupun SS S

TS STS

konsekuensinya besar

28.

Bagi saya cadar bukan suatu alat pemenuh SS S

TS STS

kebutuhan

29.

Saya memakai cadar karena agar di gelari SS S

TS STS

alim ulama/paham akan agama

30.

Saya memakai cadar agar dipandang orang SS S

TS STS

yang berkecukupan

31.

Bagi saya cadar bukan sebagai simbol SS S

TS STS

kepahaman akan agama

32.

Menurut saya berkecukupan bukan dilihat SS S

TS STS

dari busana yang kita kenakan

318 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

33. Saya menggunakan cadar sebagai

SS S TS STS pelindung saya dari kesalahan

34. Bagi saya cadar dapat menjadi pengukuh

SS S TS STS keimanan saya

35. Saya memakai cadar untuk menjaga diri

SS S TS STS saya dari perbuatan dosa

36. Bagi saya perbuatan dosa itu tidak ada

SS S TS STS sangkut paut dengan penggunaan cadar

Saya menggunakan cadar karena

37. terpengaruh oleh kelakuan yang SS S TS STS

diperlihatkan muslimah bercadar

38. Saya bercadar atas keinginan diri sendiri SS S TS STS

Saya memakai cadar karena terpaku dengan

39. tutur kata dan tingkah laku muslimah SS S TS STS

bercadar

Saya merasa tutur kata dan akhlak saya

40. akan berubah bila mana kita merubah SS S TS STS

penampilan kita

Alpha Cronbach’s = 0,757; Sampel = 32 orang

D. Klarisifikasi Item Shahih dan Item Gugur

Melalui analisis SPSS.20 dapat di klarifikasikan bahwa sebaran

item sahih dan item gugur adalah sebagai berikut :

Item Shohih Item Gugur

Item 1, 3, 4, 5, 6, 9, 11, 12, 13, 2, 7, 8, 10, 14, 15, 16, 17,

Pernyataan 19, 20, 21, 22, 24, 26, 27, 18, 23, 25, 30, 31, 32, 33,

28, 29, 34. 35, 36, 37, 38, 39, 40.

Jumlah 19 21

E. Penutup

Sesuai dengan hasil penelitian ini, instrumen ini boleh digunakan

khalayak umum guna maksud tertentu yang tidak merugikan.

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 319

32. Instrumen Skala Motivasi Belajar Pada Mahasiswa Asing

Oleh : Mr. Maposee Panawa ( [email protected] )

Professional Judgement : Zaen Musyrifin, S.Sos.I., M.Pd.I.

A. Pengertian

Instrumen merupakan alat bantu yang digunakan untuk

mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab

permasalahan penelitian. Dalam instrumen skala motivasi belajar ini,

mencoba dilakukan penelitian pada motivasi belajar pada mahasiswa asing.

Motivasi belajar dapat timbul karena factor intrinsik, berupa hasrat dan

keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita.

Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan

belajar kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Oleh karena itu,

berdasar teori Hamzah B.Uno (2006:23) instrumen ini dibuat untuk

mengetahui motivasi belajar yang sesuai pada mahasiswa asing.

B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologi

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling memengaruhi.

Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relative permanen dan secara

pontensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced

practice) yang diladasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.

Motivasi belajar dapat timbul karena factor intrinsik, berupa hasrat

dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-

cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan,

lingkungan belajar kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Skala

Instrumen skala motivasi belajar pada mahasiswa asing disusun berdasar

teori Hamzah B.Uno (2006:23) dengan aspek internal dan ekternal.

No Item

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

Jml

Favor Unfavo

able rable

Melakukan

Motivasi Adanya

kegiatan

belajar

yang

Aspek hasrat dan

pada menungjan 1, 3, 5 2, 6, 11 6

internal keinginan

mahasisw g

berhasil

a asing

keberhasila

n

Adanya Intensitas 4, 9, 10, 12, 6

320 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

dorongan dalam 17 24

dan belajar

kebutuhan

dalam

belajar

Mengetahui

Adanya sejauh

harapan mana 7,13,

16, 18,

dan cita- harapan

6

15,

25

cita masa dan cita-

depan cita masa

depan

Adanya Pengaruh

pengharga penghargaa 19, 21, 8, 22, 30

6

an dalam n dalam

23

Aspek belajar belajar

Ektern

Adanya Memiliki

al kegiatan tempat

yang untuk 14, 27, 20, 26, 6

menarik mengaktual

29

28

dalam isasikan

belajar diri

Jumlah 15 15 30

C. Item Pernyataan dan Kategorisasi

No Pernyataan Jawaban

1 Saya mengikuti aturan yang ada dalam kelas SS S TS STS

2 Saya suka tidur dalam kelas saat kuliah

SS

S

TS STS

berlangsung

3 Saya mengikuti organisasi kampus SS S TS STS

4 Setiap kali dosen menyampaikan meteri saya

SS

S

TS STS

selalu mencatatnya

5 Ketika tidak ada jam kuliah saya mengikuti

SS

S

TS STS

seminar untuk menambah wawasan

6 Saya lebih suka mengisi waktu luang untuk

SS

S

TS STS

bermain game

7 Saya mengetahui hal-hal yang mendukung

SS

S

TS STS

cita-cita.

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 321

8 Saya semangat presentasi ketika teman

SS S TS STS memberikan apresiasi

9 Saya membaca buku sebelum masuk kuliah SS S TS STS

10 Saya tidak suka membaca buku kuliah SS S TS STS

11 Saya tidak mengikuti satupun organisasi yang

SS S TS STS ada di kampus

12 Ketika dosen menyampaikan materi saya main

SS S TS STS ngobrol sama teman

13 Saya kuliah sesuai keinginan sendiri SS S TS STS

14 Saya lebih suka belajar di luar kelas SS S TS STS

15 Saya memahami bakat dan minat yang ada

SS S TS STS dalam diri

16 Saya merasa bingung terhadap kemampuan

SS S TS STS diri sendiri

17 Saya belajar setiap hari SS S TS STS

18 Saya tidak mempelajari hal-hal yang

SS S TS STS mendukung cita-cita

19 Saya semangat kuliah kareana kemauan diri

SS S TS STS sendiri

20 Saya tidak tertarik dengan metode

SS S TS STS pembelajaran yang mengedepankan teori saja

21 Sayasukamenjawabpertanyaan-

SS S TS STS pertanyaandosen

22 Saya mau menjawab pertanyaan ketika diberi

SS S TS STS nilai

23 Saya semangat presentasi meski tidak ada

SS S TS STS dukungan dari siapa pun

24 Saya belajar ketika ada ujian saja SS S TS STS

25 Sayakuliahmengikutikeinginan orang tua SS S TS STS

26 Saya malas belajar di dalam kelas SS S TS STS

27 Saya menambah wawasan melalui diskusi SS S TS STS

28 Saya jarang melakukan diskusi bersama

SS S TS STS teman-teman

29 Saya lebih tertarik dengan metode

SS S TS STS pembelajaran yang disertai praktek

30 Saya semangat kuliah karena ada teman

SS S TS STS mengingatkan tugas yang belum mengerjakan

Alpha Cronbach’s=0,672 ;Sampel = 49 Orang

322 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

D. Klasifkasi Item Shahih dan Item Gugur

Melalui analisis SPSS.20 dapat diklafikasikan bahwa sebaran

item gugur dan item shahih adalah sebagai berikut:

Item Shohih Item Gugur

Item 2, 6, 10, 11, 12, 19, 1, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 13, 14, 15,

Pernyataan 20, 26, 29 16, 17, 18, 21, 22, 23, 24, 25,

27, 28, 30

Jumlah 9 21

E. Penutup

Berdasar uij coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Instrumen Skala Motivasi Belajar pada Maha Siswa Asing dapat

digunakan untuk khalayak umum untuk mengetahui seberapa

rendahnya tingkat motivasi belajar pada mahasis asing. 2. Instrumen tergolong dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka

pengupulan data kerena realiabilitas instrumen hampir mencapai nilai

0,7 yakni sebesar 0,672.

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 323

33. Instrumen Skala Tingkat Kesadaran Agama Santri Dalam

Lingkungan Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta

Oleh: Najuba Zain ( [email protected] ) Professional Judgement: Slamet, S.Ag., M.Si.

A. Pengantar

Menurut Zakiah Daradjat kesadaran agama (religious

counsciousness) adalah bagian atau segi agama yang hadir (terasa) dalam

pikiran yang merupkan aspek mental dari aktivitas agama. Dalam

kaitannya psikologi agama hanya mempelajari dan meneliti fungsi-fungsi

jiwa yang memantul dan memperlihatkan diri dalam perilaku dalam

kaitannya dengan kesadaran agama. Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat

menyatakan bahwa lapangan psikologi agama memcakup proses beragama,

perasaan dan kesadaran agama dengan pengaruh dan akibat-akibat yang

dirasakan sebagai hasil dari keyakinan (terhadap suatu agama yang dianut).

Kesadaran agama pada seseorang, pengaruhnya dapat terlihat dalam

kelakuan dan tindak agama orang itu dalam kehidupannya ( Zakiah

Daradjat:15).

Sebuah instrumen sangat berguna dalam memberi jawaban atas

fakta yang sesuai dilapangan. Alat ukur yang digunakan untuk

mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab

permasalahan penelitian inilah yang dinamakan dengan instrumen.

Instrumen ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesadaran agama

santri dalam melakukan ibadah dhohiriyah. Adanya instrumen ini dapat

memudahkan seseorang dalam proses pencarian data yang dibutuhkan

untuk membantu seberapa jauh dan seberapa sadar santri dalam melalukan

ibadah yang benar-benar nyata atau dhohir dilingkungan pesantren.

Berada di lingkungan pesantren tentunya tidak terlepas dari segala

macam aturan yang telah dibuat. Baik itu peraturan mengenai kegiatan

mengaji, jamaah dan lain sebagainya. Maka dari itu sudah menjadi

kewajiban bagi santri untuk mengikuti kegiatan tersebut dalam rangka

untuk menjalankan dan mengamalkan ilmu-ilmu yang diperoleh ketika

mengaji. Ibadah yang dilakukan ini tentunya tidak terlepas dari ibadah

yang telah menjadi kebiasaan sehari-hari yang dilakukan oleh santri.

324 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis

Mengenai kesadaran agama, ibadah yang dilakukan yaitu jenis

ibadah dhohiriyah. Ibadah dhohiriyah disini maksudnya segala jenis ibadah

yang terlihat atau yang nampak secara nyata. Maka untuk itu, pentingnya

instrumen ini yaitu untuk mengetahui seberapa sadar santri dalam

melakukan ibadah yang bersifat dhohiriyah tersebut. Skala instrumen ini

disusun berdasarkan aspek-aspek kesadaran agama . Aspek-aspek tersebut

antara lain yaitu aspek pikiran dan aspek tindakan.

No Item

Variabel

Jml Aspek Indikator Deskriptor

Favor Unfavo

able rable

Mampu

memahami

Memaha isi kitab- 24, 28 42, 43 4

mi ilmu- kitab yang

ilmu telah dikaji

agama

Mampu

yang telah memahami

diajarkan isi Al- 19,,32

29, 45, 5

di Quran 48

pesantren dengan

baik

Santri

mampu

memahami

dengan

Pikira Mendala

baik 4, 8 23, 10 4

permasalah Kesadara n mi ilmu

an sehari-

n Agama

yang

hari tentang

santri

didapat

kesadaran

sesuai

agama

dengan

Santri

keadaan

belajar

11,20, 22, 33,

untuk 7

35 41, 47, menjadi

lebih baik

Santri 1, 2, 9, 25, 39 7

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 325

melakukan 12, 37

sholat

Melakuka berjamaah

n aktivitas dan

yang ada berdzikir

Tindak di setiap

an pesantren sholat

Santri

melakukan

kegiatan 17, 31,

mengaji Al-

34, 36, 16, 44

8

Qur;andan

38, 40

kitab serta

menerapka

nnya

Santri

melakukan 7,

sholat dan 21,26, 3, 6, 30 7

Melakuka

puasa 50

sunah

n ibadah

Santrimela

sesuai

kukan

15,13,

syariat

ibadah- 14, 27, 5, 18,49

8

ibadah 46,

ringan

Jumlah 29 21 50

C. Item Pernyataan dan Reliabilitas

No Pernyataan Jawaban

1

Saya selalu mengerjakan ibadah sholat wajib SS

S

TS STS

setiap hari

2

Saya mengerjakan sholat wajib setelah SS

S

TS STS

mendengar adzan berkumandang

3

Saya sering melakukan sholat tahajud setiap SS

S

TS STS

mempunyai hajat saja

4

Saya akan segera berdoa setelah mendengar SS

S

TS STS

adzan

326 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

5 Saya enggan menerapkan kebiasaan senyum

SS S TS STS

dan sapa dilingkungan pesantren

6 Saya merasa puasa ramadhan sebagai ibadah

SS S TS STS

yang sangat berat

7 Setiap puasasunah saya menjauhi perbuatan

SS S TS STS

maksiat yang dilarang agama

8 Saya akan bersabar ketika mendapat nusibah

SS S TS STS

yang berat

9 Saya beristighfar minimal 100 kali setiap hari SS S TS STS

10 Jika keinginan saya tidak terpenuhi , saya

SS S TS STS

menyalahkan takdir

11 Ketika melihat keadaan musala yang kotor,

SS S TS STS

saya akan membersihkannya dengan segera

12 Saya selalu istiqomah berdzikir setiap selesai

SS S TS STS

mengerjakan shalat

13 Saya selalu mendoakan kedua orang tua SS S TS STS

14 Saya bahagia ketika mendapatkan pujian dari

SS S TS STS

orang lain

15 Mengerjakan tugas piket pondok merupakan

SS S TS STS

kewajiban kita sebagai santri

Saya malas untuk mengikuti kajian

16 keagamaan yang diselenggarakan di SS S TS STS

pesantren

17 Sebelum tidur saya akan berwudlu terlebih

SS S TS STS

dahulu

Saya bersyukur atas nikmat yang telah

18 diberikan oleh Allah SWT dengan cara SS S TS STS

berhura-hura

19 Ketika berbuat salah, akan segera minta

SS S TS STS

maaf dan mohon ampun kepada Allah SWT

20 Saya menganggap menjaga kebersihan

SS S TS STS

termasuk salah satu ibadah

Saya menganggap Istiqomah bangun malam

21 untuk melakukan sholat tahajud merupakan SS S TS STS

sesuatu yang mudah dilakukan

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 327

Rezeki yang saya miliki adalah hasil dari

22 keringat sendiri tanpa ada campur tangan dari SS S TS STS

Allah SWT

23 Saya menganggap membangunkan santri

SS S TS STS diwaktu subuh merupakan ibadah yang berat

24 Menurut saya senyum merupakan ibadah

SS S TS STS yang ringan

25 Saya menganggap berdzikir dan berdoa

SS S TS STS setelah sholat merupakan hal yang berat

26 Setiap hari saya melakukan sholat dhuha SS S TS STS

27 Mempelajari ilmu umum merupakansalah

SS S TS STS satu bentuk ibadah

28 Ketika melihat teman yang terkena musibah SS S TS STS

saya merasa iba dan berusaha untuk

membantunya

29 Saya menganggap sedekah akan mengurangi SS S TS STS

harta yang saya miliki

30 Setelah mendapatkan rezeki, Saya SS S TS STS

meninggalkan kebiasaan sholat dhuha setiap

pagi

31 Saya berbagi ilmu dengan mengajar anak- SS S TS STS

anak mengaji Al Quran

32 Setiap minggu saya menyisihkan uang untuk SS S TS STS

bersedekah

33 Saya membantu teman yang kesusahan jika SS S TS STS

diberi imbalan yang setimpal

34 Saya sering mengikuti tadarusan Al-Quran SS S TS STS

tiap malam

35 Menjaga wudhu merupakan salah satu bentuk SS S TS STS

ibadah

36 Saya berdoa sebelum dan setelah tidur SS S TS STS

37 Walaupun sakit saya tetap melaksanakan SS S TS STS

sholat dengan keadaan semampunya

38 Saya berdoa sebelum dan setelah makan SS S TS STS

328 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

39 Saya melakukan sholat jamaah karena ada SS S TS STS

peraturan pondok

40 Ada atau tidak adanya absen saya tetap SS S TS STS

mengikuti kegiatan mengaji Al Quran

41 Menolong orang yang berbeda keyakinan SS S TS STS

agama dengan kita , tidak akan berdampak

baik untuk diri sendiri

42 Ketika ada yang mengucapkan salam, saya SS S TS STS

akan membiarkan saja tanpa menjawab

43 Saya tidak percaya jika musibah yang saya

SS

S TS

STS

hadapi adalah kehendak Allah SWT

44 Saya mudah pupus harapan ketika

SS

S TS

STS

pertolongan Allah tidak kunjung datang

45 Saya akan memilih-milih ketika akan

SS

S TS

STS

membantu orang lain

46 Saya melaksanakan sunah Nabi Muhammad

SS

S TS

STS

SAW agar duduk ketika makan dan minum

47 Saya tidak peduli ketika ada santri yang

SS

S TS

STS

perbuatannya melanggar syariat

48 Saya tidak mudah memaafkan kesalahan

SS

S TS

STS

orang lain

49 Dengan bersyukur, rejeki kita tidak akan

SS

S TS

STS

bertambah

50 Saya melakukan sholat rawatib sebelum dan

SS

S TS

STS

setelah sholat fardhu

Alpha Cronbach’s = 0,880 ; Sampel = 50 Orang

D. Klasifikasi Item Shahih dan Item Gugur

Melalui analisis SPSS.20 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran Item

shohih dan Item gugur adalah sebagai berikut :

Item Shahih Item Gugur

1, 2, 4, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13,

Item 15, 16, 17, 19, 20, 24, 25, 26, 3, 5, 6, 14, 18,

Pernyataan 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 21, 22, 23, 39,

35, 36, 37, 38, 40, 41, 42, 43, 48

44, 45, 46, 47, 49, 50.

Jumlah 40 10

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 329

E. Penutup

Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis maka dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Instrumen Skala Tingkat Kesadaran Santri dalam Lingkungan

Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta dapat digunakan untuk

khalayak umum untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat kesadaran

agama santri yang sedang belajar menuntut ilmu di pesantren. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka

pengumpulan data karena semakin mendekati angka satu maka data

semakin reliabel, dan hasil dari penghitungan menunjukkan angka

sebesar 0,880.

330 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

34. Instrumen Skala Efikasi Diri Dalam Menghadapi Masalah

Pada Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Oleh: Rizke Yuana Fahdila Lara Astri ([email protected]) Professional Judgment: Zaen Musyrifin, S. Sos. I., M. Pd. I.

A. Pendahuluan

Instrumen merupakan alat ukur yang berisi data-data informatif

mengenai suatu permasalahan dalam penelitian. Instrumen ini

dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar kepercayaan diri dan

kemampuan seseorang dalam menguasai dirinya ketika menghadapi

masalah. Individu yang dihadapkan terhadap suatu masalah, efikasi

dirinya akan menunjukkan reaksi apa yang terjadi antara reaksi emosi

dan usahanya dalam menghadapi masalah. Efikasi dapat berpengaruh

dalam kehidupan, yaitu seseorang dapat memililih tingkah laku yang

tepat, memiliki motivasi yang tinggi terhadap usaha, mampu bertahan

dalam menghadapi masalah, memiliki pola pikiran yang fasilitatif, serta

lebih tahan terhadap stress. Efikasi diri yang rendah dapat

mempengaruhi hasil tugasnya dalam mencapai hasil tertentu.

B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis

Menurut Bandura (1977) efikasi diri berhubungan dengan

keyakinan seseorang untuk mempergunakan kontrol pribadi pada

motivasi, kognisi, afeksi pada lingkungan sosialnya. Efikasi diri adalah

keyakinan bahwa seseorang mampu melaksanakan tugas, mencapai

tujuan, atau mengatasi rintangan. Selanjutnya Bandura menjelaskan

bahwa individu cenderung menghindari atau bahkan lari dari situasi

yang diyakini bahwa individu tidak mampu untuk menghadapinya.

Bandura juga mengatakan bahwa efikasi juga berpengaruh dalam

perilaku. Skala efikasi disusun berdasarkan teori tentang aspek-aspek

efikasi diri yang dikemukakan oleh Bandura magnitude, generality, dan

strength.

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 331

No. Item

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

Jml

Favor Unfavora

able ble

Sama sekali

tidak yakin 1, 2 4 3

mampu

melakukan

Aspek Tingkat magnit kesulitan Yakin

8, 19,

mampu 21 4

ude tugas

22

melakukan

Kadang

yakin 25, 36 33 3

mampu

melakukan

Skala

Sumber

efikasi

13, 18 3, 20 4

daya sosial

diri dalam

menghada

Kompetisi

pi

akademik

masalah

Regulasi 12 7, 10, 29 4

pada

diri dalam

Mahasisw

belajar

a

Aspek Luas

Memanfaat

kan waktu

genera bidang

luang dan 26, 27, 32 4

lly tugas

kegiatan 28

ektrakuliku

ler

Efikasi diri

dalam

regulasi

dan 11, 14 31 3

pengharapa

n orang lain

332 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

Efikasi diri 16 30, 34 3

akademis

Kemampu

Aspek an,

Efikasi diri

strengt keyakinan

9, 17 6, 15 4

sosial

h , dan

kekuatan Efikasi diri

dan 5 23, 24, 35 4

regulasi diri

Jumlah 19 17 36

C. Item Pernyataan dan Reliabilitas

No Pernyataan Jawaban

1 Saya tidak yakin saya dapat menyelesaikan

SS S

TS STS

masalah saya

2 Saya selalu meminta bantuan teman saya

SS S

TS STS

ketika mendapat tugas berat

3 Saya mengabaikan saran orang lain ketika

SS S

TS STS

memecahkan masalah

4 Saya sering dimintai bantuan teman dalam

SS S

TS STS

menghadapi masalahnya

5 Saya selalu lari dari masalah SS S TS STS

6 Saya tidak suka jika ada teman yang ikut

SS S

TS STS

campur dalam masalah saya

7 Saya merasa tugas-tugas dari dosen adalah

SS S

TS STS

masalah bagi saya

8 Saya selalu yakin dalam mememecahkan

SS S

TS STS

masalah

9 Saya selalu bercerita kepada orang lain

SS S

TS STS

ketika ada masalah

10 Nilai saya selalu turun ketika sedang berada

SS S

TS STS

dalam masalah

11 Saya selalu bersabar dalam segala situasi SS S TS STS

12 Saya tetap giat belajar meski frustasi SS S TS STS

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 333

13

Motivasi orang-orang sangat penting bagi SS S

TS STS

saya

14 Saya selalu diminta tegar oleh orang-orang SS S TS STS

15 Menyendiri lebih baik bagi saya SS S TS STS

16

Saya semakin semangat belajar ketika ada SS S

TS STS

masalah yang sedang saya hadapi

17

Teman-teman selalu membantu saat saya SS S

TS STS

berada dalam kesulitan

18

Saya selalu pergi mencari bantuan ke SS S

TS STS

konselor atau seseorang yang professional

19

Saya lebih yakin pada diri saya daripada SS S

TS STS

dibantu teman saat menghadapi masalah

20

Saya menutup diri dari orang-orang saat SS S

TS STS

saya frustasi

21

Saya bergantung kepada orang lain secara SS S

TS STS

terus-menerus

22

Saya cepat mengambil keputusan ketika SS S

TS STS

menghadapi masalah

23 Saya tidak pernah ragu pada pilihan saya SS S TS STS

24

Saya tidak pandai dalam menyikapi SS S

TS STS

masalah

25

Saya selalu bimbang dalam mengambil SS S

TS STS

keputusan saat menyelesaikan masalah

26 Saya pergi ketempat rekreasi ketika jenuh SS S TS STS

27

Saya selalu membaca artikel-artikel yang SS S

TS STS

berkaitan dengan masalah yang saya alami

28

Saya bersikap baik kepada semua orang SS S

TS STS

meski saya sedang ada masalah

Tugas-tugas kuliah saya tidak selesai

29 dengan baik ketika saya ada masalah SS S TS STS

pribadi

30

Saya sering merasa menyesal setelah SS S

TS STS

melakukan tindakan

334 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

31 Saya malas beraktivitas ketika dalam

SS S TS STS

masalah

32 Saya tipe orang yang kurang menerima

SS S TS STS

saran

33 Saya merasa tidak pernah puas terhadap

SS S TS STS

hasil kerja saya

Saya sering melampiaskan emosi kepada

34 orang-orang yang ada di dekat saya SS S TS STS

meskipun dia tidak tahu apa-apa

35 Saya sering marah kepada diri sendiri

SS S TS STS

ketika masalah tidak selesai-selesai

36 Saya ragu masalah saya berakhir dengan

SS S TS STS

cepat

Alpa Cronbach’s = 0,281; Sampel = 36

D. Klasifikasi Item Gugur dan Item shoih

Klasifikasi item dilakukan untuk mengetahui item-item pernyataan

mana saja yang shohih dan yang gugur. Dari 36 item yang dimiliki, berikut

adalah hasilnya:

Item Shohih Item Gugur

Item

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13,

Pernyataan

32, 33, 34, 35 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23,

24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 36

Jumlah 4 32

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 335

E. Penutup

Efikasi diri merupakan salah satu pengetahuan tentang diri sendiri

untuk mengukur kemampuan dalam menghadapi suatu tugas atau masalah.

Hal ini bertujuan agar mahasiswa mampu menentukan tindakan apa yang

akan ia lakukan dalam mengahadapi masalahnya, serta dapat

menumbuhkan kepercayaan diri mereka bahwa masalah tersebut dapat

segera terselesaikan.

Berdasarkan hasil yang dibagikan kepada 45 responden diperoleh

nilai sebesar 0,281. Hasil ini menunjukkan bahwa instrument ini tidak

layak untuk digunakan.

336 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

35. Instrumen Bimbingan Keagamaan bagi Siswa Learning Disabilities

Oleh : Umi Mutiatul Khoiroh ( [email protected] ) Profesional Judgement : Dr. Irsyadunnas, M. Ag

A. Pengantar

Kegiatan belajar sebagai suatu kewajiban bagi manusia menjadi

kegiatan yang diprioritaskan oleh banyak orang. Lebih-lebih para orang

tua yang menginginkan putra puri mereka mendapatkan prestasi

akademik dengan nilai yang sangat baik. Dengan belajar, maka setiap

orang akan saling bertukar informasi, baik berupa ilmu pengetahuan

maupun pengalaman lebih-lebih untuk mengenal diri dan penciptanya,

yaitu Allah SWT.

Berkaitan dengan tujuan belajar, Imam Al Ghazali menyatakan,

“Hasil dari ilmu pengetahuan yang sesungguhnya adalah mendekatkan

diri kepada Allah, Tuhan Sekalian alam, dan menghubungkan diri

dengan malaikat yang tinggi dan berkumpul dengan alam arwah. Semua

itu adalah keaguangan dan penghormatan secara naluriyah.” Dari

pendapat Al Ghazali dapat dipahami bahwa agama memiliki peran yang

sangat penting dalam mendukung proses kegiatan belajar. Dengan nilai-

nilai agama, manusia akan memiliki dasar dan motivasi dalam

melakukan aktifitas dan mencapai tujuan sesuai dengan ajaran

agamanya.

Melihat besarnya pengaruh nilai-nilai agama dalam kehidupan

manusia, instrumen ini disusun untuk mengukur efektifitas bimbingan

keagamaan bagi anak yang termasuk ke dalam kategori learning

disabilities. Dengan adanya instrumen ini diharapkan mampu membantu

orang tua dan guru di sekolah dalam memberikan bimbingan keagamaan

pada anak learning disabilitiesuntuk mendukung proses belajarnya.

B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis

Bimbingan keagamaan adalah proses pemberian bantuan berupa

berupa pertolongan mental dan spiritual yang diberikan kepada seseorang

yang memiliki kesulitan baik batiniyah maupun ruhaniyah agar mampu

mengatasi masalah dengan kemampuan pribadinya melalui dorongan dari

kekuatan iman dan taqwa kepada Tuhannya. Melalui instrumen ini

bimbingan keagamaan akan diterapkan pada siswa sekolah tingkat dasar

yang tergolong sebagai learning disabilities, yaitu suatu

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 337

gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologi dasar yang

mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ajaran atau lisan.

Instrumen ini diukur berdasarkan teori Al Ghazali yang memiliki lima

aspek, yaitu keimanan, akhlak, akal, sosial, dan jasmani.

No Item

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

Jml Favor Unfavor

able abel

Mampu Mampu

mengenal meyakini

dan keberadaan 1,2 3 3

meyakini Tuhan nya

Tuhannya yang Esa

serta

Mampu

percaya meyakini

dengan ajaran

risalah agama yang 4,6 5 3

yang dibawa

dibawa oleh rosul-

Keima utusan Nya rosul Nya

nan

Mampu Mampu

Bimbing memahami menyelesai

ajaran kan

an

Islam masalah

Keagam

7,8 9 3 berdasarka berdasarka

aan

n al Qur’an n tuntunan

dan Haidts al Qur’an

serta dan Hadis

mampu

Mampu

meyakini meyakini 10,11 12 3

adanya hari adanya hari

akhir pembalasan

Mampu Mampu

berperilaku mengetahui

Akhla

sesuai perbuatan 13,14,

ajaran yang 16 4 k 15

Islam dilarang

dengan dan

kesadaran diperintahk

338 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

sendiri an sesuai

ajaran

Islam

Mampu

melakukan

ibadah 18,19 17 3

dengan

baik dan

benar

Mampu

Mampu

melakukan

melakukan

aktifitas

rutinitas

keagamaan

secara 20 21 2

dengan berkala dan

konsisten

tetap

dan tanpa

(istiqomah)

paksaan

Mampu

Mampu menahan

mengungka amarah

pkan ketika

perasaan marah dan 22 23 2

emosionaln berbagi

ya dengan kebahagiaa

baik n dikala

bahagia

Memiliki Mampu

pengetahua memahami

n mengenai dan

agama dan memberika

mampu n respon 24,25 26 3

menerima terhadap

Akal

hal-hal pengetahua

yang baru n seputar

didapat agama

Mampu Mampu

melakukan menyeleksi

pertimbang perbuatan 27,28 29,30 4

an antara yang baik

yang baik dan buruk

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 339

dan buruk Memberika

n respon

yang tegas

apabila ada 31,32 33,34 4

ajakan

untuk

melakukan

sesuatu

Mampu

Mampu berperilaku

memahami dengan 35,36 37 3

norma- baik

norma yang terhadap

sesuai sesama

ajaran

Mampu

agama menghargai 38 39 2

orang lain

Sosial

Mampu

memberika

Mampu n bantuan 40,41 42 3

memahami kepada

bahwa yang

manusia kesulitan

adalah

Mengikuti

makhluk pengajian

sosial atau majlis 43,44 45 3

di sekitar

rumah

Mampu

mengetahui

Mampu

jumlah

asupan

menerapka

makanan 46,47 48,49 4

n pola

Jasma dan

hidup sehat

ni minuman

sesuai

yang halal

ajaran

dan tepat

Islam

Mampu

melakukan 50 51 2

olahraga

340 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

ringan

secara

konsisten

Jumlah 30 21 51

C. Item Pernyataan dan Reabilitas

No Pernyataan Jawaban

SS S

TS STS

1. Saya percaya bahwa Allah adalah Tuhan

SS S

TS STS Yang Maha Esa

2. Saya tidak percaya bahwa ada Tuhan lain

SS S

TS STS untuk disembah selain Allah

3. Saya tidak percaya bahwa Allah itu tidak ada SS S TS STS

4. Saya percaya bahwa Nabi dan Rosul itu

SS S

TS STS adalah utusan Allah

5. Saya tidak percaya bahwa para Nabi dan

SS S

TS STS Rosul itu dapat dipercaya

6. Saya percaya bahwa ajaran yang di bawa

SS S

TS STS Nabi dan Rosul adalah benar

7. Saya percaya bahwa Al Qur'an dan Hadits

SS S

TS STS adalah pedoman dalam bertindak

8. Semua perbuatan sudah di atur dalam Al

SS S

TS STS Qur'an dan Hadits

9. Saya tidak percaya adanya Al Qur'an dan

SS S

TS STS hadits

10. Semua perbuatan akan dimintai pertanggung

SS S

TS STS jawaban oleh Allah

11. Saya percaya adanya hari kiamat

SS S

TS STS

12. Saya tidak percaya adanya Surga dan Neraka

SS S

TS STS

13. Mencuri adalah perbuatan yang sangat buruk

SS S

TS STS dan dilarang agama

14. Saya akan membalas jika saya di perlakukan

SS S

TS STS tidak baik

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 341

15. Sedekah adalah perbuatan yang sangat baik SS S TS STS

16. Saya tidak suka membantu orang lain SS S TS STS

17.

Saya tidak tahu cara berwudhu yang baik dan SS S

TS STS

benar

18.

Menutup aurat adalah syarat sah dalam SS S

TS STS

ibadah sholat

19.

Membaca Al Qur'an mampu membuat hati SS S

TS STS

tenang

20.

Saya selalu melaksanakan sholat 5 waktu SS S

TS STS

tanpa dipaksa

21.

Saya tidak suka ketika saya dipaksa untuk SS S

TS STS

mengaji

22.

Saya akan diam saja ketika ada yang tidak SS S

TS STS

sengaja menabrak saya hingga terjatuh

23.

Saya tidak suka berbagi makanan kepada SS S

TS STS

teman saya

24.

Saya akan menegur teman saya yang berbuat SS S

TS STS

tidak baik kepada teman yang lain

25.

Saya percaya bahwa bencana alam adalah SS S

TS STS

teguran dan cobaan dari Allah

26.

Saya tidak peduli apabila ada yang SS S

TS STS

membuang sampah sembarangan

27.

Berkelahi adalah perbuatan yang tidak SS S

TS STS

disukai oleh Allah

28.

Saya akan marah ketika perkataan saya tidak SS S

TS STS

didengarkan

29.

Saya tidak suka berteman dengan orang yang SS S

TS STS

tidak sama dengan saya

30.

Saya tidak suka menabung uang sisa uang SS S

TS STS

jajan saya

31.

Saya akan menolak ketika saya diajak SS S

TS STS

bermain game on line

32.

Saya bersemangat ketika diajak silaturahim SS S

TS STS

ke sanak keluarga

33.

Saya tidak suka ketika diajak bermain pada SS S

TS STS

sore hari menjelang Maghrib

34.

Saya tidak suka menolak ketika Ayah SS S

TS STS

mengajak saya ke Masjid untuk mengaji

342 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

35. Saya senang mengikuti kerja bakti di desa SS S TS STS

36. Saya akan berbagi bekal makanan kepada

SS S TS STS teman-teman ketika di sekolah

37. Saya tidak suka memberi uang kepada

SS S TS STS pengamen di perempatan jalan

38. Saya akan mendengarkan dengan baik ketika

SS S TS STS guru/teman saya sedang berbicara

39. Saya akan membuang barang yang diberikan

SS S TS STS teman saya ketika saya tidak menyukainya

40. Saya akan menjenguk teman saya yang

SS S TS STS sedang sakit

41. Saya senang membantu ibu saat menyapu

SS S TS STS halaman rumah

42. Saya tidak suka membantu orang yang pernah

SS S TS STS menyakiti saya

43. Saya senang mengikuti kegiatan TPA/TPQ di

SS S TS STS masjid

44. Saya selalu mengikuti pengajian yang ada di

SS S TS STS masjid

Saya tidak suka ketika ada pengajian disekitar

45. rumah karena mengganggu saya ketika SS S TS STS

sedang belajar

46. Saya selalu mengambil makanan saya sendiri

SS S TS STS secukupnya agar tidak tersisa

47. Saya berhenti makan ketika saya sudah

SS S TS STS kenyang

48. Saya tidak suka membuang makanan sisa

SS S TS STS ketika saya tidak habis

49. Saya tidak mau makan jika makanannya tidak

SS S TS STS saya sukai

50. Saya senang bersepeda bersama teman-teman

SS S TS STS ketika sepulang sekolah

51. Saya tidak suka berlari karena membuat saya

SS S TS STS lelah

Alpha Cronbach’s = 0.774; Sampel = 79 siswa

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 343

D. Klasifikasi Item Gugur dan Item Shohih

Berdasarkan hasil analisis dari SPSS 15, menunjukkan hasil

sebagai berikut :

Item Shahih Item Gugur

Item 1, 4, 5, 6, 7, 9, 13, 2, 3, 8, 10, 11, 12, 14, 15, 17, 18,

16, 23, 24, 25, 29, 19, 20, 21, 22, 26, 27, 28, 30, 31, Pernyataan

32, 35, 40, 41, 43, 33, 34, 36, 37, 38, 39, 42, 44, 46,

45, 49, 51 47, 48, 50

Jawab 19 32

E. Penutup

Berdasarkan ujicoba yang telah dilakukan penulis dapat

memperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Instrumen Bimbingan Keagamaan bagi Siswa Learning Disabillities

dapat digunakan oleh khalayak umum untuk mengetahui pemahaman

agama bagi siswa kelas V yang tergolong ke dalam kategori learning

disabilities atau mengalami kesulitan dalam belajar sebelum

dilaksanakannya bimbingan keagamaan. Setelah melakukan assesmen

dan kemudian bimbingan keagamaan, maka instrumen ini bisa

diterapkan kembali untuk melakukan perbandingan sebelum

diadakannya bimbingan keagamaan dan sesudah bimbingan

keagamaan. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka

pengumpulan data karena realibilitas instrumen > 0,7 yaitu 0,774.

344 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

36. Kepercayaan Diri Difabel Dalam Bersosialisasi Dilingkungan

Kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Oleh : Yusuf Al Rais Professional Judgement : Zaen Musyrifin, S.Sos.I, M.Pd.I.

A. Pengantar

Instrumen penelitian adalah sebuah alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab

permasalahan penelitian. Instrumen dapat juga diartikan sebagai alat

bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya

mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan

dipermudah olehnya. Alasan instrumen kepercayaan diri difabel dalam

bersosialisasi agar difabel dapat mengembangkan dirinya untuk bergaul

dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya dan dapat mengenal

lingkungan sekitarnya dengan baik. Agar difabel lebih percaya diri dalam

bergaul dengan siapapun dan dapat menghargai lingkungan sekitarnya.

B. Pengantar Instrument Kepercayaan Diri

Menurut Hygiene Kepercayaan Diri adalah penilaian yang relatif

tetap tentang diri sendiri, mengenai kemampuan, bakat, kepemimpinan,

inisiatif, dan sifat-sifat lain, serta kondisi-kondisi yang mewarnai

perasaan manusia (iswidharmanjaya & Enterprise, 2014:20-21). Faktor-

faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri sebagai upaya untuk

mencegah rasa malu dan perilaku tertutup dengan lingkungan sekitar.

No. Item

Variabel Aspek Indikator Deskriptor

Jml Favor Unfavor

able able

Kepercay Diri

aan Diri kepribadian 2, 6, 7,

Difabel mempengaru 1, 3, 4,

9, 10,

dalam

hi rasa 11, 12,

Kepribadi 5, 8,

Bersosiali Internal kepercayaan 13, 14, 24 an 16,17,

sasi

diri sehingga 15, 18,

21, 23

Dilingkun

dapat 19, 20,

gan mendorong 22, 24

kampus individu

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 345

UIN dalam proses

Sunan sosialisasi

Kalijaga atau

Yogyakar pergaulan

ta dan dapat

mempengaru

hi proses

sosialisasi

dalam

lingkungan

sekitar

Lingkungan

sekitar dapat

mempengaru

hi proses

sosialisasi

seseorang

atau individu

jika

lingkungan

tidak

mendukung

proses

Ekster Lingkung adaptasi 25, 27

26, 28, 6

nal

an sosialisasi 29, 30

maka akan

menghambat

proses

sosialisasi

tersebut

sehingga

dapat

berdampak

negatif dan

tidak dapat

bersosialisasi

dengan baik

Jumlah 11 19 30

346 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

C. Item Pernyataan dan Kategorisasi

No Pernyataan Jawaban

1 Saya sangat bersemangat ketika bertemu

SS S TS STS

dengan teman baru

2 Saya senang ketika teman saya menyapa

SS S TS STS

saya

3 Saya mudah sekali bergaul dengan siapa

SS S TS STS

pun

4 Saya tidak malu berteman dengan siapa pun SS S TS STS

5 Saya lebih suka berkumpul bersama teman-

SS S TS STS

teman dari pada menyendiri

6 Ketika saya berada ditengah banyak orang

SS S TS STS

saya tidak merasa minder

7 Saya tidak suka ketika saya tidak

SS S TS STS

diperhatikan oleh teman saya

8 Saya lebih suka menyendiri dari pada

SS S TS STS

berkumpul bersama teman-teman

9 Dengan bersosialisasi saya mendapatkan

SS S TS STS

banyak pengalaman baru

Dengan bersosialisasi saya dapat

10 mengetahui karakteristik orang yang ada di SS S TS STS

sekitar saya

11 Saya percaya diri bersosialisasi dengan

SS S TS STS

siapa pun

12 Saya lebih selektif pada saat membicarakan

SS S TS STS

hal-hal pribadi kepada teman saya

13 Ketika ada waktu luang saya lebih suka

SS S TS STS

berkumpul dan bersosialisasi dengan teman

14 Dengan sering bersosialisasi saya dapat

SS S TS STS

mengendalikan ego saya

Memiliki banyak teman memudahkan saya

15 dalam melakukan sesuatu yang SS S TS STS

berhubungan dengan perkuliahan

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 347

16 Saya tipe orang yang terbuka dengan

SS S TS STS siapapun

17 Saya mudah berbaur dimana pun saya

SS S TS STS berada

18 Saya lebih selektif dalam memilih teman SS S TS STS

Dengan bersosialisasi saya dapat

19 mempererat persahabatan dengan teman SS S TS STS

saya

20 Bersosialisasi dengan teman bagi saya

SS S TS STS sangatlah penting

21 Saya kurang terbuka saat mengobrol

SS S TS STS dengan orang lain

22 Saya tipe orang yang tidak mudah bergaul

SS S TS STS dengan siapapun

23 Ketika sedang bersama teman saya lebih

SS S TS STS suka bercanda

24 Saya sangat percaya diri dengan memiliki

SS S TS STS teman banyak

25 Ketika sedang berada didepan orang banyak

SS S TS STS saya merasa gugup

26 Saya tidak mudah percaya dengan orang

SS S TS STS yang baru saya kenal

27 Bersosialisasi dengan teman membantu

SS S TS STS saya dalam bertukar pikiran dan informasi

28 Saya kurang terbuka dalam menceritakan

SS S TS STS masalah kepada teman

29 Saya tidak terbiasa bergaul dengan orang-

SS S TS STS orang yang tidak terlalu saya kenal

Saya sangat suka dan sering mengikuti

30 segala kegiatan kampus bersama teman- SS S TS STS

teman saya

Alpha Cronbach’s=0,780 ; Sampel = 31 Orang

348 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan

D. Klasifkasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur

Melalui analisis SPSS.20 dapat diklafikasikan bahwa sebaran aitem

gugur dan aitem shahih sebagai berikut:

Item Item Shohih Item Gugur

2, 4, 5, 9, 10, 11, 14, 15, 16, 1, 3, 6, 7, 8, 12, 13, 18, Pernyataan

17, 19, 20, 22, 23, 24, 27 21, 25, 26, 28, 29, 30

Jumlah 16 14

E. Penutup

Berdasar uij coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

1. Kepercayaan Diri Difabel dalam Bersosialisasi di lingkungan kampus

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dapat digunakan untuk khalayak

umum untuk mengetahui seberapa tingginya tingkat Kepercayaan Diri

Difabel dalam Bersosialisasi Dilingkungan. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka

pengupulan data kerena realiabilitas instrumen hampir dengan 1,0 hasil

yang dapat dari SPSS yaitu 0,780.

Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 349