1. bidang pribadi sosial_bp b5_act_long_15eks - Moh ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of 1. bidang pribadi sosial_bp b5_act_long_15eks - Moh ...
ANCHOR
ASSESSMENT
Assesmen Praktis dalam Bimbingan dan Konseling Islam Bidang Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
Tim Penulis
Katalog Dalam Terbitan (KDT) © Tim Penulis
Anchor Assessment: Assesmen dalam Bimbingan dan Konseling Islam; / Tim Penulis; - Yogyakarta: Lintas Nalar, 2018
ISBN: 978-602-51707-6-8
Cetakan 1 edisi 1, Juni 2018
Pengantar : Dr. Nurjannah, M.Si. Editor : Moh. Khoerul Anwar, S.Pd., M.Pd Desain Cover : Rasyid Hidayat Layout : Siti Triyuwanti Tata Aksara : Beny Subagdja dan Shovia Syamsi Hadaria Tim Penulis : Shovia Syamsi Hadaria, Irena Wahyu Damayanti, Efa Findriani, Efa Findriani, Elsa Wandira Ardia Mukti, Monica, Risa Aprianti, Istnaeni
Rahmawati, Nikmatul Choyroh P, Memela Fikha, Isna Sholihaturrahmaniah, Nurlia
Yulitasari, Hindun Arroyani, Antin Erfinia, Siti Nuratika, Novi Ulul Azmi, Umi
Mutiatul Khoiroh, Nina Narullita, Vera Maulida Rahmah, Hasriani, Lia Kurnia Dewi,
Nurul Zafika, Zarah Usra, Fahril Nizhamuddin, Mutia Azmi, Afifatuz Zakiyah, Tita
Nurapipah, Abdul Mun'im, Rizke Yuana, Ahmad Sahab, Zidna Ilma Nafia, Nur
Latifah, Novi Dwi Lestari, Devi C. Y. A., Amalia Desti Puspitasari, Fani Rama
Kapailu, Beny Subagdja, Silvia Hadi, Almanisa Nur Azizah Pasa, Imam Wahyu
Pratama S, Lailatul Widha, Rasyid Hidayat, Epa Nur Pitriana, Rahmatan Azzahra,
Meirista Yusmitasari, Zangki Zulkarnain, Siti Triyuwanti, Winda Noor Rohmah, Nadia
Nur Hasanah, Ismailia Muwaffaqoh Arifah, Ila Kamila Hidayati, Erlina Ayu Safitri.
Diterbitkan oleh: Lintas Nalar, CV Jl. Ki Pemanahan - Kampung Jagangrejo Pelemwulung - Kec. Banguntapan Bantul, D.I. Yogyakarta Email: [email protected]
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur ke haribaan Allah SWT dan Rasul-Nya, yang
telah mengajarkan kita melalui qalam. Memberikan ilmu dan pengetahuan,
yang dengan itu kita mampu mengenal diri, alam dan kejadian sebagai sarana
ma’rifat kepada-Nya. Buku berjudul “Anchor Assessment” yang merupakan
kumpulan tulisan mahasiswa prodi Bimbingan dan Konseling Islam (BKI)
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, adalah salah satu
wujud hasil pengajaran Allah melalui kegiatan belajar mengajar yang
dilaksanakan para hamba-Nya, dosen-dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Sunan Kalijaga.
Hadirnya buku ini, tentulah sangat membahagiakan dan membanggakan
bagi pimpinan. Terlepas dari adanya kekurangan di sana sini, setidaknya buku
ini mencerminkan adanya kepercayaan diri dan keberanian mahasiswa dalam
berkarya, yang patut dihargai. Apalagi mengingat bahwa buku tentang
pengukuran dan asesmen termasuk langka, maka buku ini dapat mengisi
kekosongan, khususnya dalam hal asesmen terhadap klien sebelum diberikan
treatmen oleh konselor.
Konselor professional mesti melakukan asesmen yang cermat dan akurat
terhadap klien sebagai acuan melakukan tindakan, dan tidak boleh hanya
sekedar mengira-ngira atau berdasarkan perasaan. Hasil asesmen yang valid,
akan menuntun konselor menentukan treatmen yang tepat, meski masih
menyimpan kemungkinan adanya kesalahan. Apabila hasil asesmen tidak valid
atau salah, dampaknya pasti salah dalam menentukan treatmen atau tindakan,
dan bisa berakibat fatal terutama bagi klien.
Oleh sebab itu buku ini sangat penting menjadi salah satu instrument
yang bisa digunakan oleh para praktisi di bidang bimbingan dan konseling
dalam melakukan asesmen. Di samping itu instrument ini juga bisa menjadi
bahan kajian bagi akademisi ilmu Bimbingan dan Konseling (Islam) untuk
dikritisi dan disempurnakan sehingga mewujud instrument-instrumen asesmen
yang terstandarisasi.
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | iii
Semoga buku ini memberi manfaat bagi semua pihak terkait, khususnya
akademisi dan praktisi Bimbingan dan Konseling (Islam). Semoga menjadi
amal jariyah bagi para mahasiswa yang berkonstribusi menulis, juga para dosen
yang membimbing. Terimakasih kepada civitas akademika yang telah
berkontribusi membesarkan nama dan eksistensi Fak. Dakwah dan Komunikasi
UIN Sunan Kalijaga.
Yogyakarta, 31 Mei 2018
Dekan,
Dr. Nurjannah, M.Si.
iv | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
PENDAHULUAN
Pembahasan assesmen telah didiskusikan selama kurang lebih 25 tahun
terakhir, seiring perkembangan zaman. Kini assesmen dikembangkan di
pelbagai aspek baik meliputi bidang pribadi-sosial, keluarga dan keagamaan.
Munculnya buku “Anchor Assesment: Assesmen Praktis dalam Bimbingan
dan Konseling Islam” diharapkan mampu menjawab perkembangan dan
permasalahan era saat ini, era millennial.
Masalah merupakan adanya perbedaaan antara ideal dan kenyataan.
Salah satu upaya untuk mendeteksi dan mengetahui sebuah masalah maka
diperlukan sebuah alat ukur yang dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Pengembangan sebuah assesmen didasarkan pada proses yang berkelanjutan,
dimulai dari penjabaran tentang definisi operasional hingga uji lapangan sampai
uji validitas serta reliabilitas.
Anchor Assesmen secara harfiah adalah assesmen jangkar, secara
filosofis istilah nama tersebut diambil dari beragam masalah kadang sulit
diselesaikan karena masalah yang dialami tidak terdeteksi dengan baik dan
masalah yang muncul tidak teridentifikasi. Oleh karenanya, bilamana kita dapat
menggunakan dan mengembangkan assesmen diharapkan mampu menngurai
masalah dan mampu mengetahui indikasi-indikasi dari masalah yang dialami.
Selain itu, ibarat kapal laut bilamana jangkar diangkat maka kapalpun akan
berlayar. Sama halnya dengan hal tersebut, ketika masalah individu sudah
terdeteksi maka masalah tersebut akan lebih mudah alternative
penyelesaiannya.
Selanjutnya, upaya ini dilakukan dalam rangka memperkaya dan
memperbanyak alat assesmen dilingkungan bimbingan dan konseling islam
baik di lingkungan institusi pendidikan maupun masyarakat. Semoga karya ini
dapat bermanfaat dan berguna secara praktis dan efektif bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Yogyakarta, 27 Mei 2018
Dosen Pengampu Mata Kuliah Assesmen BKI
Moh Khoerul Anwar, M. Pd
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii PENDAHULUAN ............................................................................................... v DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi BIDANG PERNIKAHAN DAN KELUARGA ..................................................1
1. Instrumen Skala Kesiapan Menikah Pada Mahasiswa Semester Akhir.....2
2. Instumen Skala Self EsteemPada Mahasiswa Single Parents ....................8
3. Instrumen Skala Tingkat Kesiapan Menikah Pada Mahasiswi ............... 15
4. Instrumen Skala Perilaku Altrustik Pada Komitmen Berorganisasi ....... 20
5. Instrumen Skala Tingkat Kecemburuan Pasangan Pada Masa Berpacaran27
6. Intensitas Skala Konflik Dalam Pernikahan Usia 0-5 Tahun ................. 33
7. Instrumen Skala Pengembangan Efikasi Diri Ibu Single Parent ............ 38
8. Instrumen Skala Self-esteem Pada Anak Yatim Piatu di Panti Asuhan ....... 45
9. Instrumen Skala Kohesivitas Pasangan Long Distance Relationship ..... 51
10. Instrumen Skala Kegagalan Pasangan Rumah Tangga Usia Dini .......... 59
11. Instrumen Skala Tingkat Kemandirian Remaja Anak Single Father...... 66
12. Instrumen Skala Tingkat Kecemasan Orang Tua Anak Hiperaktif di Kabupaten
Sleman .................................................................................................... 72
13. Instrumen Skala Kebahagiaan Pernikahan Pasangan Suami Istri Setelah Menikah
5 Tahun di Kabupaten Gunungkidul ...................................................... 78
14. Instrumen Skala Tingkat Kepuasan Suami Terhadap Istri Yang Berkarir87
15. Instrumen Skala Tingkat Stres Ibu Karir dalam Pengasuhan Anak ....... 93 BIDANG PRIBADI, SOSIAL DAN KEAGAMAAN ................................... 102
1. Instrumen Skala Tingkat Kesopanan Mahasiswa terhadap Norma yang Berlaku
di UIN Sunan Kalijaga ......................................................................... 103
2. Instrumen Skala Kemampuan Kontrol Diri Pada Mahasiswa .............. 112
3. Instrumen Skala Tingkat Religiusitas Siswa SMA Menjelang UN ...... 121
4. Instrumen Skala Resiliensi Mahasiswa Rantau .................................... 128
5. Instrumen Skala Religiusitas Mahasiswa SAINTEK Universitas Sunan Kalijaga
Yogyakarta ........................................................................................... 135
6. Instrumen Skala Kemandirian Belajar pada Siswa SMP ...................... 142
vi | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
7. Instrumen Skala Tingkat Religiusitas Pada Masyarakat Pedesaan ....... 149 8. Instrumen Skala Pola Hidup Modern Masyarakat Ekonomi Rendah .. 155 9. Instrumen Skala Tingkat Kecerdasan Spiritual Mahasiswa Aktivis Yogyakarta
160 10. Instrumen skala motivasi belajar anak TPA Masjid Baiturrahman Gowok169 11. Instrumen Skala Tingkat Self Esteem (Harga Diri) pada Santri Penghafal Qur’an
PP. Al Munawwir Krapyak Yogyakarta............................................... 175 12. Instrumen Skala Konsep Diri (Self Concept) Pada Mahasiawa Santri 182 13. Instrumen Skala Layanan Bimbingan Pribadi-Sosial Di MA Nurul Ulum
Munjungan ........................................................................................... 187 14. Instrumen Coping Stres Pada Siswa Kelas IX di SMP Negeri 2 Karangmojo
193 15. Instrument skala intensitas pelaksanaan shalat dhuha pada mahasiswa UIN
Sunan Kalijaga Yogakarta .................................................................... 200 16. Instrumen Skala Tingkat Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Santri Pondok
Pesantren .............................................................................................. 207 17. Instrumen Skala Interaksi Sosial Mahasiswi Bercadar dalam Lingkungan
Universitas Negeri di Yogyakarta ........................................................ 215 18. Instrumen Skala Kesejahteraan Psikologis pada Remaja ..................... 221 19. Instrumen Skala Self Control Mahasiswa yang Tinggal Di Lingkungan Pesantren
230 20. Instrumen Skala Ukur Religiusitas Anak Yang Tinggal di Panti Asuhan Nurul
Haq. ...................................................................................................... 236 21. Instrumen Skala Intensitas Mengikuti Bimbingan Klasikal Di Man 3 Sleman
242 22. Instrumen Skala Tingkat Self-Confidence Mahasiswa Fakultas Dakwah UIN
Sunan kalijaga Yogyakarta ................................................................... 250 23. Instrument Skala Harga Diri (Self Esteem) pada Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta ........................................................................................... 255 24. Instrumen Skala Self -Disclosure Pada Mahasiswi Bercadar ............... 262 25. Instrumen Skala Atribusi Sosial Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi
267 26. Instrumen Skala Perilaku Keagamaan Pada Lansia ............................. 273 27. Instrumen Skala Religiusitas Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga dengan
Latarbelakang SLTA Umum (SMA/SMK Non-Keagamaan) .............. 279 28. Instrumen Skala Self-Regulated Learning Pada Mahasiswa ................ 291 29. Instrument Skala Tingkat Pemahaman Mahasiswa Terhadap Konseling Behavior
297
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | vii
30. Instrumen SkalaKecerdasan Emosi Pada MahasiswaYang Bermain Game Online
Mobile Legend ..................................................................................... 303
31. Instrumen Skala Motivasi Penggunaan Cadar Pada Mahasiswa .......... 314
32. Instrumen Skala Motivasi Belajar Pada Mahasiswa Asing .................. 320
33. Instrumen Skala Tingkat Kesadaran Agama Santri Dalam Lingkungan Pondok
Pesantren Krapyak Yogyakarta ........................................................... 324
34. Instrumen Skala Efikasi Diri Dalam Menghadapi Masalah Pada Mahasiswa UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta .................................................................. 331
35. Instrumen Bimbingan Keagamaan bagi Siswa Learning Disabilities.. 337
36. Kepercayaan Diri Difabel Dalam Bersosialisasi Dilingkungan Kampus UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta .................................................................. 345
viii | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
1. Instrumen Skala Kesiapan Menikah Pada Mahasiswa Semester Akhir Oleh: Elsa Wandira Ardia Mukti ( [email protected] ) Profesional Judgement: Slamet, S.Ag., M.Si.
A. Pengantar
Instrumen adalah sebuah alat ukur yang digunakan untuk
mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab suatu
permasalahan penelitian. Alasan instrumen kesiapan menikah pada remaja
semester akhir karena pada dasarnya semakin tinggi semester semakin
ingin cepat menikah. Mahasiswa tingkat akhir memasuki hubungan yang
tugas perkembangan untuk menjalin hubungan yang lebih intim dengan
lawan jenis, dalam hal ini adalah pernikahan. Hal ini sangat penting karena
seberapa siap seorang mahasiswa akhir akan pernikahan. Dalam hal ini
instrumen digunakan untuk mengukur kesiapan menikah pada mahasiswa
semester akhir dengan kisi-kisi sesuai dengan teori yang ada lalu
dikembangkan oleh peneliti. Kualitas mental kesiapan menikah yang
dibutuhkan dalam membina hubungan dengan orang lain menjadi sangat
penting. B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Menurut Walgito (2002) beberapa pertimbangan yang harus
dimiliki seseorang dalam kesiapan menikah yaitu kematangan fisiologis,
kematangan psikologis, kematangan sosial. Ketiga hal tersebut yang
dijadikan peneliti sebagai aspek instrumen lalu dikembangkan menjadi
beberapa indikator selanjutnya dari indikator dikembangkan lagi untuk
membuat beberapa item pernyataan. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan
aspek-aspek kesiapan menikah. Aspek-aspek tersebut antara lain aspek
fisiologis, aspek psikologis, aspek sosial.
Nomor Item
Variabel Aspek Indikator Deskriptor Favor Unfa Jml
vorab
Able
le
Kesiapan
Pandang
an
menikah
Menunjukk
Fisiol individu 1,3,4,5,
mahasis an kesiapan 2,8,10
ogis / terhadap 6,7,9,1 15
wa fisik ,14,15
fisik keadaan 2,13
semester
dirinya
akhir
dalam
2 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
memelih
ara
kesehata
n
Menerim
a
keadaan
dirinya Sikap
maupun
mampu
keadaan 16,17,1
menghargai
orang
8,20,22 19 8
diri sendiri lain apa ,23,
dan orang
adanya,
lain
sesuai
dengan
kondisi
Psikol
riil
Dapat
ogis
berfikir
secara
objektif, Mampu
bersifat menerapkan 24,25,2
sabar,
kesabaran,
6,27,28
penuh
penuh
,29,30, - 11
pengertia pengertian, 32,33,3
n, dan dan
4
mempun toleransi
yai yang baik
toleransi
yang
baik
Peranan
sosial Mampu
yang
bersosialisa
diperank
si dengan 35,36,3
Sosial an
38 5
keluarga 7,39 ‘’kesiapa
dan
n
lingkungan
menikah
pada
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 3
mahasis
wa
semester
akhir’’
mencaku
p
hubunga
n
individu
dengan
keluarga
dan
individu
dengan
lingkung
an
Kemamp 41
42
3
uan
Mampu
bertinda mengambil
k dan keputusan
bersikap
dalam
memaha
mi diri Memahami
maupun
emosi diri
43,44,
orang
-
3
sendiri dan
45
lain
orang lain
secara
emosi
Jumlah 31 10 41
Alpha Cronbach’s= .871 ; Sampel= 30 orang
C. Item Pernyataan dan Kategori
No Pernyataan Jawaban
1.
Saya merasa sudah cukup umur untuk SS S TS
STS
menikah
2.
Saya memiliki penyakit yang cukup SS S TS
STS
serius yang membuat saya takut untuk
4 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
menikah
3. Saya siap mempunyai anak SS S TS STS
4. Saya merasa sudah siap merawat anak SS S TS STS
5. Saya siap menanggung kebutuhan
SS S TS STS keluarga
6. Saya merasa memiliki jiwa kasih sayang
SS S TS STS yang tinggi
7. Saya merasa tampan/cantik sehingga
SS S TS STS mudah mendapatkan pasangan
8. Saya merasa malas ketika melakukan
SS S TS STS pekerjaan rumah
9. Saya pemilih dalam mencaripasangan
SS S TS STS agar mendapat keturunan baik
10. Saya pernah terluka maka saya akan
SS S TS STS berhati-hati memilih pasangan hidup
11. Saya merasa nyaman ketika bersentuhan
SS S TS STS dengan lawan jenis
12. Saya tau cara memenuhi kebutuhan
SS S TS STS biologis pasangan
13. Saya merasa takut terkena penyakit
SS S TS STS ketika berhubungan seks
Saya terlalu takut melakukan hubungan
14. seks yang menghambat keinginan untuk SS S TS STS
menikah
15. Saya merasa sudah siap menerima calon
SS S TS STS suami/isteri
Saya lebih nyaman dengan laki-
16. laki/perempuan yang perhatian daripada SS S TS STS
yang tampan/cantik
Saya menghargai keputusan yang
17. diambil orang lain, meskipun sebenarnya SS S TS STS
saya tidak menyetujuinya
Saya merasa sudah memperbaiki sikap
18. yang kurang baik pada diri sendiri, tapi SS S TS STS
belum ada hasilnya
Saya lebih memilih membicarakan
19. permasalahan kepada pasangan daripada SS S TS STS
kepada orang lain
20. Saya merasa senang ketika bisa
SS S TS STS membantu orang lain
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 5
21.
Saya merasa lebih nyaman dengan SS S TS STS
lingkungan yang ramai
22.
Saya sering menyapa orang-orang yang SS S TS STS
berada disekitar lingkungan saya
Setiap kali saya marah, saya lebih
23. memilih diam daripada melampiaskan SS S TS STS
dengan sikap
24.
Saya memikirkan jalan keluar setiap kali SS S TS STS
ada masalah
25.
Ketika saya marah saya berusaha SS S TS STS
bersikap tenang
26.
Saya mengakui kesalahan dengan cara SS S TS STS
meminta maaf
27.
Saya merasa bisa menyesuaikan keadaan SS S TS STS
sekitar
28.
Saya tidak mudah menyimpulkan SS S TS STS
disetiap situasi yang baru terjadi
29.
Saya selalu percaya dengan perkataan SS S TS STS
pasangan saya
30.
Saya merasa sudah siap menikah karena SS S TS STS
saya sudah memiliki pekerjaan tetap
31.
Saya merasa kasihan ketika orang lain SS S TS STS
mendapat musibah
32.
Saya selalu melibatkan diri ketika ada SS S TS STS
forum santai didepan rumah
33.
Saya berusaha tersenyum ramah ketika SS S TS STS
bertemu tetangga
Saya selalu merespon dengan baik
34. kepada orang yang memanggil atau SS S TS STS
tersenyum ramah ketika berpapasan
35.
Saya malu ketika mau menyapa terlebih SS S TS STS
dulu
36.
Saya tidak mudah terhasut dengan SS S TS STS
sindiran orang lain
37.
Saya berani mengambil resiko dari SS S TS STS
keputusan yang saya pilih
38.
Ketika pasangan saya selingkuh, saya SS S TS STS
takut untuk meninggalkannya
39.
Saya kecewa ketika pasangan saya tidak SS S TS STS
menepati janji
6 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
40. Saya merasa sedih ketika pasangan saya
SS S TS STS sudah tidak perhatian
41. Saya merasa benar ketika berdebat
SS S TS STS dengan pasangan
D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur
Melalui analisis SPSS.20 dapat diklaifikasikan bahwa sebaran aitem
shahih dan gugur sebagai berikut:
Item Shahih Item Gugur
Pernya 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 12, 13, 14,
15, 16, 18, 19, 21, 22, 24, 2, 8, 9, 10, 11, 17, 20, 23, 26, taan
25, 28, 29, 30, 31, 32, 34, 27, 33, 35, 38, 39, 41
36, 37, 39, 40
Jumlah 26 15
E. Penutup
Intrumen ini bertujuan untuk mengukur skala kesiapan mahasiswa
semester akhir. Semakin tinggi tingkat kesiapan menikah pada mahasiswa
semester akhir semakin cepat mereka menyelesaikan study guna mencapai
targer selanjutnya yaitu menikah. Semoga dengan adanya skala ini
membantu meningkatkan, mengembangkan kesiapan-kesiapan menikah.
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 7
2. Instumen Skala Self EsteemPada Mahasiswa Single
Parents Oleh: Risa Aprianti ( [email protected] ) Professional Judgement: Slamet, S.Ag., M.Si.
A. Pengantar
Self esteem atau yang biasa dikenal dengan Penghargaan diri
merupakan hal yang penting dalam diri seseorang. Menurut Suntrock
(2003) self esteem merupakan dimensi evaluatif yang menyeluruh dari diri.
Self esteem juga disebut sebagai harga diri atau gambaran diri. Sedangkan
Menurut Ghufron dan Risnawitra(2016)Self esteem adalah penilaian diri
yang dilakukan seseorang terhadap dirinya yang didasarkan pada
hubungannya dengan oranglain.
Setiap individu pasti memiliki self esteem baik itu rendah ataupun
tinggi. Remaja yang memiliki self esteem tinggi biasanya memiliki tingkat
prestasi yang mumpuni dibandingkan remaja yang memiliki self esteem
rendah. Penyebab dari rendahnya self esteem seseorang menurut Ghufron
dan Risnawita (2016) bisa jadi karena faktor jenis kelamin, intelegensi,
kondisi fisik, lingkungan sosial dan lingkungan keluarga. Remaja yang
memiliki keluarga yang utuh dan tinggal di lingkungan yang baik tentu
akan berbeda dengan remaja yang hidup dalam lingkungan keluarga yang
tak lengkap atau single parent baik itu single mother ataupun single father.
Instrumen skala ini disusun untuk mengungkapkan seberapa besar
tinggat self esteem pada Mahasiswa yang single parent dengan subjek
mahasiswa yang rentang usianya 18-25 tahun.
B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Kebutuhan self esteem menurut Branden (dalam Rahman, 2013)
melekat pada karakteristik ilmiah setiap individu, jadi setiap individu pasti
memiliki tingkat self esteem pada dirinya masing-masing baik itu tinggi
ataupun rendah. Instrumen ini disusun menggunakan skala Likert dengan
bentuk jawaban Sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai dan sangat tidak sesuai
dengan menghilangkan pilihan jawaban ragu-ragu. Berikut ini
adalahAspek-aspek self esteem menurut Minchinton (dalam Iqbal 2011)
memaparkan ada tiga aspek dalam self esteem yaitu perasaan tentang diri
sendiri, perasaan tentang hidup dan hubungan dengan oranglain. Maka dari
itu pengembangan instrumen ini dikembangkan berdasarkan aspek-aspek
tersebut. Berikut kisi-kisinya:
8 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
No aitem
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
Jml Favor Unfavor
able able
Mampu
membuat
Mampu keputusan
menghorma dalam 5,6,7,8
1,2,3,4,9 10
ti diri hidup dan ,10
Perasa sendiri tidak
an menyesalin
tentan ya
g diri
Mampu
Mampu
sendiri menutupi
memaafkan
kekurangan 11,12,
diri sendiri 15,16,17
dan 13,14, 9
tentang ,19 menunjuka 18
segala
n sisi
kekurangan
kelebihan
Self Bertanggun
Menanamk
gjawab atas 23,
Esteem
an perilaku 20,
segala 24,26,
Pada
disiplin dan 21,22,,2 10 Perasa kewajiban 27,28,
Mahasisw bertanggun 5
an hidup yang 29
a Single gjawab
tentan dijalani
Parents
g
Menerima Berpikir
hidup kenyataan 31,323
positif dan 30,3334,
hidup 6,37,3 10
menerima 35,39 dengan 8,
takdir
lapang dada
Meyakini Mampu
bahwa menunjukk 40,41,
setiap an 44,45,47
Hubun 42,43, 9
individu eksistensi ,48, gan 46
meiliki hak diri dalam
denga
yang sama berprestasi
n
Menanamk
orang
49,50,
Mampu an sikap 52,54,55
lain 51,53,
menghargai toleransi ,56, 12
57,58, orang lain dan 60
59
kerjasama
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 9
Jumlah 32 28 60
C. Item Pernyataan dan Reliabilitas
No Pernyataan Jawaban
1. Perceraian orangtua bukan keinginan saya SS S TS STS
2.
Orangtua memberikan pengaruh besar dalam SS S TS STS
mengambil keputusan
3.
Orangtua memaksa untuk menuruti SS S TS STS
perkataannya
4.
Orangtua selalu mengontrol saya dalam SS S TS STS
kegiatan apapun
5.
Saya selalu menjaga komunikasi dengan SS S TS STS
orangtua
6.
Dalam memilih perguruan tinggi saya tidak SS S TS STS
melibatkan orangtua
7.
Saya mengelola uang jajan yang diberikan SS S TS STS
orangtua dengan baik
8.
Orangtua mengarahkan saya untuk hidup SS S TS STS
mandiri
Orangtua menekan saya untuk mengikuti
9. berbagai SS S TS STS
Organisasi
10.
Saya merasa tertekan oleh aturan orangtua SS S TS STS
saya
11. Saya mengetahui bakat yang saya miliki SS S TS STS
12.
Saya mengikuti berbagai pelatihan agar bakat SS S TS STS
saya berkembang
13.
Saya berusaha meraih prestasi agar orangtua SS S TS STS
bangga
14.
Meskipun orangtua saya single parent, itu SS S TS STS
tidak berpengaruh terhadap prestasi saya
15.
Saya merasa minder menjadi Mahasiswa SS S TS STS
single parent
Apabila teman saya membicarakan
16. orangtuanya saya merasa sedih dan SS S TS STS
tersinggung
17. Saya menjadi sensitif ketika teman SS S TS STS
10 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
menanyakan
orangtua saya
18. Meskipun saya mahasiswa single parent saya
SS S TS STS
bisa bergaul dengan siapapun
19. Saya lebih menutup diri sesudah orangtua
SS S TS STS
saya bercerai
20. Semenjak orangtua saya bercerai ibadah saya
SS S TS STS
kurang teratur
21. Semenjak orangtua saya bercerai uang jajan
SS S TS STS
saya menjadi berkurang
22. Semenjak menjadi mahasiswa single parent,
SS S TS STS
saya jarang ada di rumah
23. Meskipun saya mahasiswa single parent, saya
SS S TS STS
aktif mengikuti kegiatan masyarakat
Menjadi mahasiswa single parent membuat
24. saya lebih termotivasi untuk memperbaiki SS S TS STS
diri
25. Saya menjadi acuh tak acuh pada aturan
SS S TS STS
kampus semenjak orangtua saya bercerai
26. Nasihat orangtua sangat berpengaruh dalam
SS S TS STS
kedisiplinan saya
Orangtua mendorong saya untuk
27. bertanggungjawab terhadap amanah yang SS S TS STS
diberikan
28. Saya mencari uang saku tambahan untuk SS S TS STS
membeli buku pelajaran
29. Saya kecewa orangtua saya bercerai SS S TS STS
30. Saya mempunyai cita-cita yang tinggi SS S TS STS
meskipun saya mahasiswa single parent
31. Saya selalu menanamkan pemahaman bahwa
SS S TS STS
masa lalu adalah sarana pembelajaran
Menjadi mahasiswa single parent membuat
32. saya kurang optimis mendapatkan karir yang SS S TS STS
bagus
33. Saya terpengaruh perkataan buruk oranglain
SS S TS STS
tentang keluarga saya
34. Saya ragu bahwa Tuhan telah memberikan
SS S TS STS
jalan terbaik bagi saya
35. Saya optimis bahwa saya akan hidup bahagia
SS S TS STS
di masa yang akan datang
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 11
36.
Perceraian orangtua memotivasi saya untuk SS S TS STS
selalu bersabar dalam menghadapi masalah
37.
Meskipun saya mahasiswa single parent saya SS S TS STS
memiliki perilaku yang bagus
38. Saya tidak mampu menyampaikan dengan SS S TS STS
baik ketika presentasi dikelas
39.
Menjadi Mahasiswa single parent tidak
menyulitkan saya untuk meraih indeks SS S TS STS
prestasi yang baik
40.
Meskipun orangtua saya single parent saya SS S TS STS
tidak dikenal sebagai mahasiswa bermasalah
41.
Orangtua saya selalu mengingatkan untuk SS S TS STS
terus belajar
42.
Orangtua mendorong saya untuk melakukan SS S TS STS
sesuatu dengan hasil yang memuaskan
Bila saya memberi tahu tentang prestasi
43. belajar saya, orangtua tidak memberikan SS S TS STS
tanggapan apapun
44.
Orangtua tidak memberikan fasilitas belajar SS S TS STS
yang saya butuhkan
Bila saya mengeluh tidak mernyukai mata
45. kuliah tertentu, orangtua akan memberikan SS S TS STS
motivasi dan solusi
46. Orangtua tidak memberikan hadiah yang SS S TS STS
menarik ketika prestasi belajar saya bagus
47.
Orangtua tidak peduli dengan kegiatan SS S TS STS
belajar saya
48.
Saya merespon keluh kesah yang SS S TS STS
disampaikan teman dengan baik
49.
Saya lebih senang mengerjakan tugas SS S TS STS
presentasi bersama-sama daripada sendirian
50. Saya dapat memahami kesedihan teman yang SS S TS STS
sama-sama menjadi Mahasiswa single parent
51.
Saya menjadi individual semenjak orantua SS S TS STS
saya bercerai
52.
Saya tidak pernah menghina teman yang SS S TS STS
orangtuanya bercerai
53.
Orangtua jarang mengajak makan malam SS S TS STS
bersama ketika berada di rumah
54. Saya jarang liburan bersama keluarga SS S TS STS
12 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
55. Saya tidak mengetahui kesibukan orangtua
SS S TS STS saya
56. Melakukan peribadatan bersama keluarga
SS S TS STS adalah hal yang saya sukai
57. Meskipun orangtua saya bercerai, orangtua
selalu menasihati agar menjaga komunikasi SS S TS STS
dengan saudarasaya
58. Orangtua selalu mengingatkan saya untuk
SS S TS STS berbagi dengan sesama
59. Saya mengabaikan teman jika ia
SS S TS STS membutuhkan bantuan
Semenjak orangtua saya bercerai saya
60. menjadi peduli terhadap saudara saya SS S TS STS
Alpha Cronbach's = 0,871; Sampel = 48 orang
D. Klasifikasi Aitem Shahih Dan Gugur
Melalui analisis SPSS 20 dapat diklasifikasikan bahwa seluruh item
gugur dan item shahih adalah sebagai berikut:
Item Shahih Item Gugur
3, 6, 7, 9, 10, 13, 14, 15,
1, 2, 4, 5, 8, 11, 12, 16, 17, Item 18, 19, 20, 22, 23, 25, 27,
21, 24, 26, 28, 29, 30, 38, Pernyataan 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37,
41, 43, 46, 47, 52, 53, 39, 40, 42, 44, 45, 48, 49,
55, 60. 50, 51, 54, 56, 57, 58, 59.
Jumlah 36 24
E. Penutup
Beradasarkan uji coba yang dilakukan penulis, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Instrumen Skala ini disusun untuk mengetahui seberapa besar tingkat
penghargaan diri( self esteem) yang ada pada mahasiswa single parent,
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 13
2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka
pengumpulan data karena reliabilitas instrumen > 0,7 yaitu 0,871.
14 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
3. Instrumen Skala Tingkat Kesiapan Menikah Pada
Mahasiswi Oleh: Siti Nuratika ( [email protected] ) Profesional Judgement: Slamet, S.Ag., M.Si.
A. Pengantar
Pernikahan atau perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan
No. 1 tahun 1974 Bab I Pasal 1 adalah ikatan lahir batin antara seorang pria
dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk
sebuah keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa. Merujuk pada definisi tersebut, dalam sebuah
pernikahan sepasang suami dan istri diharapkan telah memiliki landasan
yang kuat baik lahir maupun batin untuk membentuk sebuah keluarga.
Pernikahan merupakan ikatan yang terbentuk antara laki-laki dan
wanita yang di dalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan,
persahabatan, kasih sayang, pemenuhan hasrat seksual dan menjadi lebih
matang. Keluarga juga menjadi awal terbentuknya keluarga dengan
penyatuan dua individu yang berlainan jenis serta lahirnya anak-anak
(Papalia, Olds dan Feldmann, 1998).
Menurut teori perkembangan, masa usia menikah adalah saat usia
dewasa awal yaitu 20-40 tahun (Papalia, Olds dan Felmann, 1998) atau
usia 18-40 tahun (Hurlock, 1980). Dengan kata lain masa dewasa awal
adalah masa dimana seorang individu mulai mengemban tugas untuk
menikah dan membina keluarga.
Setiap pasangan yang telah menikah tentunya meginginkan
kehidupan rumah tangga yang langgeng, namun ternyata sangat banyak
kasus perceraian yang terjadi di indonesia. Hal itu terutama karena
ketidaksiapan menikah yang ditandai dengan rumah tangga tidak harmonis,
tidak ada tanggung jawab, persoalan ekonomi, dan kehadiran pihak ketiga.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Yunita Sari, Andhita Nurul
Khasanah, dan Sarah Sartika pada tahun 2016 lalu mereka menyimpulkan
bahwa terdapat 8 faktor esensial yang dianggap penting untuk menentukan
kesiapan menikah seseorang. Faktor-faktor tersebuat adalah marital life
skills, financial readiness , contextual–social readiness, emotional
readiness, interpersonal readiness, mental readiness physical, dan
readiness age readiness. B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Variabel Aspek Deskriptor No. Item Jumlah
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 15
Favorable
Unfavore
ble
Kemampuan
Aspek
menguasai
keterampilan
Marital
2, 3, 15, 16,
yang
7
Life
21, 22, 27
dibutuhkan
Skills
setelah
menikah
Aspek Kecakapan
Financia
dalam hal 39, 40
2
l
ekonomi
readness
Aspek Kemampuan 32, 33, 34,
Context
terkait
42, 43, 44,
8
ual
keadaan/buday
Kesiapan
45, 46
Sosial
a setempat
Menikah
Pada Aspek
Mahasisw Emotion Kesiapan diri 7, 17, 24,
a al
secara 26, 28, 41 8 25, 29
Readine
emosional
ss
Aspek 5, 11, 12,
Mental Kesiapan diri 13, 14, 18, 31 12
Readine
secara mental 19, 23, 30,
ss 35, 36
Aspek
Physical Kesiapan diri 5, 9, 20 10 4
Readine
secara fisik
ss
Aspek
Age Kesiapan dari 1
1
Readine
segi usia
ss
Jumlah 41 5 46
16 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
C. Item Pernyataan dan Reliabilitas
No Pernyataan Jawaban
1. Usia saya telah mencapai usia minimal untuk
SS S TS STS
menikah
2. Saya sudah siap untuk melakukan pekerjaan
SS S TS STS
membersihkan dan merapikan rumah
3. Saya sudah bisa mengatur perekonomian
SS S TS STS
keluarga
4. Secara mental saya sudah siap melakukan
SS S TS STS
hubungan suami istri
5. Secara fisik, saya sudah mampu melakukan
SS S TS STS
hubungan suami istri
6. Saya siap untuk melepaskan kebebasan SS S TS STS
7. Saya siap menghindari rokok dan narkotika
SS S TS STS
demi kesehatan pasangan dan anak saya nanti
8. Saya siap menjalani kehamilan dan
SS S TS STS
melahirkan
9. Saya sudah siap mengasuh anak SS S TS STS
10. Saya memiliki penyakit yang membahayakan
SS S TS STS
pasangan dan anak saya nanti
Saya siap untuk berhenti bermain-main dan
11 mempersiapkan diri untuk masa depan anak- SS S TS STS
anak saya nanti
12 Saya siap menerima perbedaan dengan
SS S TS STS
pasangan
13. Saya siap menerima hal yang menjadi
SS S TS STS
kekurangan pasangan
14. Saya siap untuk selalu ada ketika pasangan
SS S TS STS
membutuhkan kehadiran saya
15. Saya siap untuk selalu memperhatikan
SS S TS STS
kebutuhan suami
16. Saya siap untuk selalu menjaga nama baik,
SS S TS STS
kehormatan, harta dan anak-anak suami
17. Saya siap untuk selalu mencintai pasangan SS S TS STS
18. Saya siap bertemu dengan orang yang sama
SS S TS STS
(suami) setiap saat
19. Saya siap mengikuti perintah suami selama
SS S TS STS
tidak melanggar perintah Allah
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 17
20.
Saya siap untuk selalu menjaga kebersihan SS S TS STS
diri dan penampilan di depan suami
21. Saya sudah mengikuti kuliah pranikah SS S TS STS
22.
Saya sudah paham mengenai hak dan SS S TS STS
kewajiban suami istri
23.
Saya siap bertanggungjawab dengan status SS S TS STS
saya sebagai seorang istri dan ibu nanti
24
Saya siap mengesampingkan kemauan dan SS S TS STS
ego saya demi kepentingan bersama
25. Saya sudah mampu mengendalikan diri SS S TS STS
26.
Saya gengsi meminta maaf setelah SS S TS STS
bertengkar dengan suami
Saya siap bekerjasama dan bermusyawarah
27. untuk pengambilan keputusan dalam segala SS S TS STS
hal
28.
Saya belum mampu menyelesaikan masalah SS S TS STS
tanpa campurtangan orang tua
Saya sudah mampu untuk berasertivitas
29.
(mengungkapkan perasaan seperti SS S TS STS
kemarahan, rasa tersinggung, dan menolak
tanpa menyakiti hati oranglain)
30
Saya siap menjadi penguat suami ketika dia SS S TS STS
sedang down dan oranglain mencibirnya
31
Saya takut menghadapi masalah rumah SS S TS STS
tangga
32 Saya siap tinggal dengan mertua saya SS S TS STS
33
Saya siap menyesuaikan diri dengan keluarga SS S TS STS
pasangan
34
Saya siap menyayangi keluarga pasangan SS S TS STS
layaknya keluarga saya sendiri
Saya siap hidup berdua saja dengan pasangan
35 di tempat asing (tanpa keluarga saya ataupun SS S TS STS
keluarga pasangan)
36.
Saya siap untuk menikah ketika ada yang SS S TS STS
melamar
37.
Saya sering mendiskusikan tentang SS S TS STS
pernikahan dengan teman sebaya
38.
Saya sering mendiskusikan tentang pernikhan SS S TS STS
dengan orangtua saya
18 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
39. Saya memiliki tabungan untuk masa depan SS S TS STS
40. Saya memiliki kemampuan secara ekonomi SS S TS STS
41. Kekerasan verbal diperlukan untuk memberi
SS
S TS
STS
pelajaran kepada pasangan
42. Saya siap menjadi bagian dari masyarakat
SS
S TS
STS
sebagai wanita yang telah bersuami
43. Saya siap menjalani peran sebagai ibu rumah
SS
S TS
STS
tangga
Saya siap ikut serta dalam kegiatan yang
44. menjadituntutan sebagai ibu rumah tangga di SS S TS STS
masyarakat sekitar saya
45. Saya siap bersosialisasi dengan keluarga
SS
S TS
STS
suami saya
46. Saya siap memenuhi tuntutan di keluarga
SS
S TS
STS
besar suami saya
Alpha Cronbach’s = 0,950; Sampel = 170 Orang
D. Klasifikasi Item Shohih dan Item Gugur
Item Shohih Item Gugur
1, 2, 3, 15, 16, 21, 22, 27, 39, 40, 32,
Item 33, 34, 42, 43, 44, 45, 46, 7, 17, 24, 10, 26, 28, 31,
Pernyataan 25, 29, 5, 11, 12, 13, 14, 18, 19, 23, 41.
30, 35, 36, 5, 9, 20.
Jumlah 41 5
E. Penutup
Instrumen ini bertujuan untuk mengukur tingkat kesiapan menikah
pada mahasiswi, fungsinya agar seseorang mengetahui seberapa besar
kesiapannya untuk menikah dan mengetahui apa saja yang mereka harus
perhatikan sebelum menikah agar dapat mengurangi resiko perceraian yang
tiap tahunnya selalu meningkat di Indonesia.
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 19
4. Instrumen Skala Perilaku Altrustik Pada Komitmen Berorganisasi
Oleh : Nikmatul Choyroh Pamungkas ( [email protected] )
Profesional Judgement : Zaen Musyrifin, S.Sos.I., M.Pd.I.
A. Pengantar
Berorganisasi yang membuat orang menjadi lebih baik semakin hari
banyak ilmu yang di dapat dari berorganisasi tidak hanya itu kita akan
mendapatkan teman-teman dari latar belakang yang berbeda-beda ada yang
bertanggungjawab ada yang sedikit bertanggungjawab, ada yang peduli ada
yang bersifat acuh tak acuh itu akan kita temui setiap saat. Baik di masa
perkenalan maupun masa sudah saling mengenal satu dengan yang lain.
B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologi
Menurut Baron (2005) perilaku altruistic adalah tingkah laku yang
merefleksikan pertimbangan untuk tidak mementingkan diri sendiri demi
kebaikan orang lain.Menurut Comte (dalam Taufik, 2012) altruistic adalah
dorongan menolong dengan tujuan utama semata-mata untuk
meningkatkan kesejahteraan orang lain (yang ditolong).
Perilaku altrusitik merupakan seseorang yang meminimalisir sifat
egois yang dirasakan, baik ia nyaman ataupun tidaknya mania akan tetap
membantu orang lain dengan sebaik-baiknya, melakukan kegiatan bukan
untuk kepentingan sendiri.
Aspek-aspek perilaku altrustik menurut fuad mengutip pendapat
cohen yang berkaitan dengan ciri-cirinya yaitu memiliki rasa empati ia
mampu merasakan perasaan yang dialami oleh orang lain rasakan,
keinginan untuk memberikan, yaitu untuk memenuhi kebutuhan orang lain
dan suka rela apa yang diberikan semata-mata untuk orang lain dan tidak
ada kemungkinan untuk memperoleh imbalan. Tindakan yang dilakukan
bukan untuk kepentingan diri sendiri.
20 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
No. Item
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
Jml Favour Unfavour
able able
Kemampu
Mampu
memahami
an 1, 36, 60 34, 37, 46 6
perasaan kognitif
orang lain .
Mampu 6, 7, 10, 2, 3, 4,
Kemampu bersikap 13, 18,
5,8, 9, 17
an afektif sesuai 21, 22, 12,14, 23
nyatanya 45
Mampu
Kemampu menerima
an perbedaan 24, 28, 27, 58 5
bertoleran pendapat 29
Empati
si dengan
orang lain
Mampu
Perilaku menahan
altrustik amarah
pada ketika 2
komitme
seseorang
38, 51 Kemampu
n
sedikit
an
berorgani
menyebalk
emosional
sasi
an
Mampu 20, 43,
untuk
53, 54, 30, 52, 55 8
mengedalik 59
an diri
Mampu
Kemampu untuk 19, 39,
an tolong- menolong 31, 56, 57 6 44
menolong secara
Keingin spontan an untuk Melakuka
11, 32,
member n untuk Mampu
33, 40
i kepenting untuk tidak 47, 49, 50 7
an orang egois
lain
Mengorba Mampu 48 1
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 21
nkan untuk tidak
nilai-nilai berbohong
kejujuran
Mampu
untuk
Mengorba membedak
nkan an mana 41, 42
2
nilai-nilai
yang salah
keadilan dan benar
Mampu
untuk
Memberi member 16, 25
17, 35
4
bantuan
bantuan
terhadap
orang lain
Mampu
memberika
Sukarela Peduli n sesuatu 26 15 2
kepada
orang lain
C. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No Pernyataan Jawaban
Apabila sedang diskusi di organisasi, ada
1 teman yang tersinggung, saya akan langsung SS S TS STS
minta maaf
2
Saya hanya member bantuan jika saya SS
S
TS STS
menjadi kordinator divisi saja
3
Bila saya tidak suka, maka saya langsung SS
S
TS STS
menolak ajakkan teman
4
Saya akan menghindari teman yang malas SS
S
TS STS
untuk berkerjasama
5
Saya akan menghindari teman yang SS
S
TS STS
kelihatannya sedih
6
Jika bertemu dengan orang yang difabel saya SS
S
TS STS
merasa prihatin dengan keadaannya
7 Saya suka mendatangi diskusi di dalam SS S TS STS
22 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
organisasi
8 Jika bertemu dengan orang yang cacat saya
SS S TS STS
merasa biasa saja
9 Saya kadang meminta kiriman uang yang
SS S TS STS
lebih dengan alas an untuk membeli buku
10 Jika ada teman yang bertanya tentang jadwal
SS S TS STS
perkuliahan maka saya akan menjawabnya
Saya merasa puas jika selesai mengerjakan
11 tugas makalah orang lain walaupun tanpa SS S TS STS
diberi imbalan
12 Jika ada teman yang bertanya tentang jadwal
SS S TS STS
perkuliahan maka saya akan diam saja
13 Saya tidak akan melewati batas waktu
SS S TS STS
bertamu jika ke rumah teman saya
Saya bertamu kerumah teman tanpa
14 mempedulikan tentang batas waktu yang SS S TS STS
diberikan
15 Saya sangat bahagia jika menyumbang dan
SS S TS STS
dilihat orang lain
16 Saya akan menolong orang yang meminta
SS S TS STS
bantuan kepada saya
Saya tidak mempedulikan orang lain yang
17 meminta bantuan kepada saya karena saya SS S TS STS
tidak suka hal itu
18 Saya sering bertamu ker umah orang lain
SS S TS STS
sesuai dengan kehendak saya
19 Jika ada teman saya yang meminta tolong
SS S TS STS
dengan senang hati saya menolongnya
20 Walaupun tidak sanggup saya akan tetap jalan
SS S TS STS
bersama teman dengan senang hati
21 Saya akan menjeguk teman saya yang sedang
SS S TS STS
sakit
22 Saya akan menghibur teman saya yang
SS S TS STS
sedang patah hati
Menurut saya orang yang memiliki kegiatan
23 dikampus hanya akan menghambat berkuliah SS S TS STS
saja
Jika tugas saya sudah selesai saya akan
24 membantu teman saya yang belum SS S TS STS
menyelesaikan tugasnya
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 23
25 Saya akan memberikan nasehat kepada teman
SS S TS STS yang memiliki masalah
26 Saya akan membantu teman saya untuk
SS S TS STS mencari solusi dalam permasalahannya
27 Saya hanya bergaul dengan teman yang satu
SS S TS STS organisasi dengan saya
28 Saya berteman dengan siapa saja SS S TS STS
Menurut saya dengan aktif pada sebuah
29 organisasi dapat menunjang kita untuk SS S TS STS
beradaptasi dengan masyarakat
30 Saya tidak peduli dengan perasaan orang lain
SS S TS STS jika saya sedang berbicara
31 Saya akan menolong orang yang member
SS S TS STS saya bantuan saat saya sedang kesusahan
32 Saya berusaha mengikuti kegiatan yang
SS S TS STS dilaksanakan oleh teman-teman
33 Jika saya berhasil mengerjakan makalah
SS S TS STS kelompok saya tidak suka diberi pujian
34 Saya tidak peduli kepada teman yang sedang
SS S TS STS kesusahan
35 Saya tidak peduli terhadap divisi lain yang
SS S TS STS belum menyelesaikan tugasnya
36 Saya suka mendengarkan curhat teman saya SS S TS STS
37 Saya tidak suka mendengarkan curhatan
SS S TS STS teman saya yang beda agama
38 Saya tidak suka kepada teman yang tidak
SS S TS STS paham dengan tugasnya
39 Saya suka memberikan masukkan kepada
SS S TS STS teman yang meminta saran kepada saya
40 Saya memiliki teman yang selalu
SS S TS STS berkerjasama dalam organisasi
Saya merasa pengetahuan umum saya tidak
41 menambah dengan mengikuti organiasasi SS S TS STS
yang saya ikuti
42 Saya merasa malu jika berbicara di depan
SS S TS STS umum
43 Saya merasa percaya diri ketika berbicara di
SS S TS STS depanumum
44 Saya akan membantu devisi lain untuk SS S TS STS
24 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
menyelesaikan tugasnya
45 Saya bertanggungjawab dengan apa yang
SS S TS STS diperintahkan ketua
46 Saya tidak peduli perasaan teman saya jika
SS S TS STS saya bercerita
47 Saya tidak suka teman yang terlalu percaya
SS S TS STS diri
48 Saya menyukai teman yang asyik diajak
SS S TS STS kerjasama
49 Saya tidak pernah bergaul dengan orang
SS S TS STS difabel
50 Saya tidak menyukai teman yang cerewet SS S TS STS
51 Saya merasa tidak dihargai ketika pendapat
SS S TS STS saya tidak diterima
52 Saya tidak suka berkerjasama dengan lawan
SS S TS STS jenis
53 Saya merasa nyaman bersama teman
SS S TS STS walaupun beda agama
54 Saya menyukai perbedaan agama dalam
SS S TS STS berteman
55 Saya tidak suka berteman dengan mereka
SS S TS STS yang tidak pintar
56 Saya tidak peduli kepada teman yang sedang
SS S TS STS patah hati
Saya tidak akan membantu teman yang
57 sedang tidak paham suatu mata kuliah di SS S TS STS
kelas
58 Saya tidak suka berdiskusi karena itu hanya
SS S TS STS buang-buang waktu saja
59 Saya merasa percaya diri ketika pendapat
SS S TS STS saya didengarkan
60 Saya selalu mencoba membuat kenyamanan
SS S TS STS setiap obrolan
Cronbach's Alpha= 0,894 ;Sampel = 53 Orang
D. Klasifkasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur
Melalui analisis SPSS.20 dapat diklafikasikan bahwa sebaran aitem
gugur dan aitem shahih sebagai berikut:
Item Gugur Item Shahih
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 25
Item 3, 4, 6, 7, 8, 9, 11, 1, 2, 5, 10, 12, 13, 15, 16, 17, 19, 21,
Pernyataan 14, 18, 20, 23, 31, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 34,
32, 33, 38, 43, 44, 35, 36, 37, 39, 40, 41, 42, 45, 46, 47,
51, 53, 54, 57, 59 48, 49, 50, 52, 55, 56, 58, 60
Jumlah 22 38
E. Penutup
Instrumen ini bertujuan untuk mengukur skala “Perilaku Altrustik
Pada Komitmen Berorganisasi” pada mahasiswa yang mengikuti organisasi
baik di dalam kampus maupun di luar kampus yang mereka mengikuti.
Adapun Komponen dari skala perilaku alstrustik adalah empati, suka rela
dan keinginan membantu.
Demikianlah besar harapan penulis skala ini dapat membantu acuan
penelitian di masa mendatang. Mengingat masih banyak kekurangan dalam
instrument skala ini, mohon kritik dan saran yang membangun, agar
kemudian hari skala ini dapat berguna sebagaimana mestinya.
26 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
5. Instrumen Skala Tingkat Kecemburuan Pasangan Pada
Masa Berpacaran Oleh: Shovia Syamsi Hadaria ([email protected]) Professional Judgement: Zaen Musyrifin, S.Sos.I., M.Pd.I.
A. Pengantar
Mameros menyatakan cemburu merupakan reaksi yang terjadi pada hubungan romantis yang sedang terancam oleh pihak ketiga, ancaman ini bersifat subyektif dan nyata. Hal ini biasanya diikuti dengan rasa takut kehilangan pasangannya (Duma, U. 2009).
Skala ini dimaksudkan untuk mengukur seberapa tingginya tingkat
kecemburuan terhadap pasangan. Karena cemburu dapat menjadi bukti
seberapa besar cinta yang ada terhadap pasangan, namun juga dapat
membahayakan. Seringkali kekerasan menjadi cara pelampiasan
kecemburuan seseorang. Skala Tingkat Kecemburuan Pasangan Pada Masa
Berpacaran disusun berdasarkan aspek-aspek mengenai kekhawatiran pasca
megalami kejadian yang disajikan dalam bentuk indikator-indikator yang
akan terjadi kemungkinan gangguan jiwa. Semakin tinggi Skor yang
diperoleh subjek, maka semakin tinggi pula indikasi terjadinya
kecemburuan yang menyebabkan gangguan jiwa.
B. Pengembangan Skala Psikologis
Tingkat kecemburuan pasangan pada masa berpacaran ini diukur
berdasarkan skala tingkat kecemburuan dan disusun berdasarkan teori
Mameros dengan aspek-aspek sebagai berikut:
1. Aspek Kognitif 2. Aspek Afektif 3. Aspek Konatif
No Item Juml
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
Favora Unfavo ah
ble rable
Takut
dibohongi 7 8 2
Kecurigaa oleh Aspek
n pasangan
Kognit
terhadap
Tidak
if
pasangan mempercay
9, 10 11, 12 4
ai teman
dekatnya
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 27
Kehilangan
Kekhawat
posisi 13 14 2
sebagai
iran
pasangan
terhadap
Kehilangan
pasangan
afeksi dari 15, 16 17, 18 4
pasangan
Marah saat
kehilangan 19, 20 21, 22 4
pasangan
Takut saat
kehilangan 23, 24 25, 26 4
pasangan
Kehilanga Sedih saat
n kehilangan 27, 28 29, 30 4
pasangan pasangan
Cemas saat
kehilangan 31 32 2
Aspek pasangan
Afekti
Kesal saat
f kehilangan 33, 34 35, 36 4
pasangan
Terancam
akan
kehadiran 37, 38 39, 40 4
Datangny
orang
ketiga
a
Adanya
ancaman
saingan
yang lebih 41 42 2
dari diri
sendiri
Sikap
penerimaan
Aspek Toleransi
ketidaksetia 46 2 2
an
Konati terhadap
pasangan
f pasangan
Tidak ada
kabar dari 3, 43 5, 6 4
pasangan
28 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
Memusuhi
siapapun
yang 4 44 2
Perilaku
dianggap
saingan
Pasangan
Over
45, 1
47, 48 4
posesif
Menuntut 49
50 2
kesetiaan
Jumlah 25 25 50
C. Item Pernyataan dan Reliabilitas
No. Pernyataan Jawaban
1. Saya selalu ingin tahu kemanapun pasangan
SS
S
TS STS
saya akan pergi
2. Saya akan memaafkan jika pasangan saya
SS
S
TS STS
selingkuh
3. Saya akan mencari pasangan saya jika tidak
SS
S
TS STS
ada kabar
4. Saya akan bertindak kasar kepada pihak
SS
S
TS STS
ketiga yang mengganggu hubungan saya
5. Saya abai jika pasangan saya tidak ada
SS
S
TS STS
kabar
6. Saya merasa nyaman jika pasangan saya
SS
S
TS STS
tidak ada kabar
7. Saya merasakan sering dibohongi pasangan SS S TS STS
8. Saya tidak pernah mempertimbangkan
SS
S
TS STS
kebenaran ucapan pasangan saya
9. Saya suka cemburu ketika pasangan saya
SS
S
TS STS
dekat dengan teman lawan jenis
10. Saya akan melarang pasangan saya untuk
SS
S
TS STS
berteman dengan lawan jenis
11. Saya membebaskan pasangan saya
SS
S
TS STS
berteman dengan siapapun
12. Saya merasa senang jika pasangan saya
SS
S
TS STS
memiliki teman dekat lawan jenis
13. Saya takut jika pasangan saya
SS
S
TS STS
meninggalkan saya
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 29
14. Saya menunggu momen ditinggal pasangan
SS S TS STS saya
15. Saya senang diperhatikan pasangan saya SS S TS STS
16. Saya menginginkan pasangan saya romantis SS S TS STS
17. Saya merasa tidak nyaman jika pasangan
SS S TS STS saya memberi kejutan kepada saya
18. Saya tidak suka jika pasangan saya sering
SS S TS STS menggombal
19. Saya akan ngambek jika pasangan saya
SS S TS STS meninggalkan saya
20. Saya akan meminta penjelasan mengapa dia
SS S TS STS meninggalkan saya
21. Saya akan mendiamkan pasangan saya jika
SS S TS STS dia selingkuh
22. Saya akan memukul pasangan saya jika dia
SS S TS STS selingkuh
23. Saya akan meyakinkan pasangan saya agar
SS S TS STS tidak meninggalkan saya
24. Saya akan mengikuti keinginannya agar
SS S TS STS pasangan saya tidak meninggalkan saya
25. Jika pasangan saya meninggalkan saya,
SS S TS STS maka saya juga akan meninggalkannya
26. Saya akan segera mencari pasangan baru
SS S TS STS jika pasangan saya meninggalkan saya
27. Saya akan menangis jika pasangan saya
SS S TS STS meninggalkan saya
28. Saya akan murung jika ditinggal oleh
SS S TS STS pasangan saya
29. Saya gembira jika pasangan saya
SS S TS STS meninggalkan saya
30. Saya akan merayakan momen ditinggal
SS S TS STS pasangan dengan mentraktir makan teman
31. Saya akan menerima jika pasangan saya
SS S TS STS meninggalkan saya
32. Saya tenang-tenang saja jika pasangan saya
SS S TS STS meninggalkan saya
33. Saya akan marah-marah sendiri ketika
SS S TS STS ditinggal oleh pasangan saya
34. Saya akan melampisankan kekesalan saya SS S TS STS
30 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
kepada teman ketika ditinggal oleh
pasangan
35. Saya akan berdiam diri ketika pasangan
SS S TS STS
meninggalkan saya
Saya akan refreshing dengan cara berjalan-
36. jalan ketika pasangan saya meninggalkan SS S TS STS
saya
37. Saya akan mencari cara agar pasangan saya
SS S TS STS
tidak berpindak ke lain hati
38. Saya akan memata-matai pasangan jika
SS S TS STS
saya curiga dia dekat dengan orang lain
Saya akan merelakan pasangan saya kepada
39. pihak ketiga yang menggagu hubungan SS S TS STS
saya
40. Saya gembira ketika ada pihak ketiga yang
SS S TS STS
menggoda pasangan saya
Saya akan mempererat komunikasi dengan
41. pasangan saya ketika ada rival yang lebih SS S TS STS
dari diri saya
Saya tidak percaya diri ketika ada orang
42. lain yang lebih baik dari saya sedang SS S TS STS
mendekati pasangan saya
43. Saya merasa panik jika pasangan saya tidak
SS S TS STS
ada kabar
44. Saya akan bersikap baik kepada pihak
SS S TS STS
ketiga yang mengganggu hubungan saya
45. Saya akan membatasi aktivitas pasangan
SS S TS STS
saya
46. Saya akan marah jika pasangan saya
SS S TS STS
selingkuh
47. Saya akan memperbolehkan apa saja yang
SS S TS STS
diinginkan pasangan saya
48. Saya tidak ingin mengetahui kabar
SS S TS STS
pasangan saya
49. Saya ingin di prioritaskan oleh pasangan
SS S TS STS
saya
50. Saya mempercayakan hubungan kepada
SS S TS STS
pasangan saya
Alpha Cronbach’s = 0,805 ; Sampel = 174 Orang
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 31
D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur
Melalui analisiss SPSS.20 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran aitem
gugur dan aitem shahih sebagai berikut :
Item Shohih Item Gugur
Item 1, 3, 4, 5, 6, 9, 11, 12, 13, 14, 2, 7, 8, 10, 16, 17, 21,
15, 18, 19, 20, 23, 24, 27, 28, 22, 25, 26, 31, 33, 34, Pernyataan
29, 30, 32, 37, 38, 39, 40, 43, 35, 36, 41, 42, 45, 47,
44, 46, 49 48, 50
Jumlah 29 21
E. Penutup
Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Instrumen Skala Tingkat Kecemburuan Pasangan Pada Masa
Berpacaran dapat digunakan untuk khalayak umum untuk
mengetahui seberapa tinggi tingkat kecmburuan pada mahasiswa
yang sedang ada dalam masa berpacaran. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka
pengumpulan data karena realiabilitas instrumen yaitu 0,805.
Semakin mendekati angka 1 maka instrumen akan semakin reliabel.
32 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
6. Intensitas Skala Konflik Dalam Pernikahan Usia 0-5 Tahun
Oleh : Winda Noor Rohmah ([email protected]) Professional Judgement : Moh. Khoerul Anwar
A. Pengantar
Teori psikologi perkembangan menyatakan bahwa menikah
merupakan tugas dari dewasa awal. Love life merupakan salah satu tugas
perkembangan pada masa dewasa awal yang ditandai dengan menjalin atau
membangun sebuah hubungan yang didasari dengan komitmen yang tinggi
dengan individu lain, seperti kencan, berpacaran, berjanji sehidup semati,
berjanji untuk menikah, bertunangan, dan menjalin sebuah pernikahan
(Duvall & Miller, 1977). Pada dewasa awal tugas perkembangan yang ia
miliki ialah memilih pasangan, belajar hidup dengan pasangan secara
intim, dan memulai untuk berkeluarga (Santrock, 2014). Pada dewasa awal
juga dibanding dengan masa remaja secara fisik mereka sudah matang,
dalam mengambil keputusan dan memecahkan masalah para dewasa awal
ini sudah mampu berpikir abstrak, logis, dan rasional. Pada masa dewasa
awal juga merupakan masa beraalihnya pandangan egosentris menjadi
sikap yang empati (Santrock, 2014). Erikson mengatakan seseorang yang
telah memasuki usia dewasa awal yaitu sekitar usia 20-30 tahun, ia berada
pada tahap tugas perkembangan intimacy versus isolation dimana
seseorang perlu membangun hubungan yang intim.
Konflik itu bersifat alamiah dan akan muncul dalam setiap
kehidupan kita kapanpun dan dimanapun tidak terbatas dalam kehidupan
berumah tangga. Sumber-sumber konflik yang sering kali muncul pada
setiap pasangan yang sedang menjalani kehidupan berumahtangga tentunya
akan berbeda-beda. Olson dan DeFrain (dalam Handayani, 2008: 43.
Hocker & Wilmot (2011) mendefinisikan gaya penyelesaian konflik
pernikahan sebagai suatu perilaku respon yang berpola atau kelompok
tingkah laku yang digunakan seseorang untuk menghadapi konflik.
B. Pengembangan instrument skala psikologis
Skala intensitas konflik dalam pernikahan usia 0-5 tahun ini
merupakan upaya untuk mengetahui seberapa tinggi konflik yang terjadi
dalam sebuah hubungan pernikahan dalam kurun waktu 0-5 tahun dan
bagaimana konflik itu terjadi. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan aspek-
aspek konflik pernikahan.
Variabel Aspek Indikator Deskriptor No Item
Jml
Favor Unfav
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 33
able orable
Melakukan Melakukan
kekerasan nya dengan 1,2,3 4,5 5
fisik tangan
Kekeras pasangan kosong
an fisik ketika
Melakukan
sedang nya dengan 6 7 2
terjadi perantara
konflik benda lain
Berkata
kasar 8,9,10
11,12, 6
kepada 13
Kekeras Menyakiti
pasangan
an perasaan
Melakukan
verbal pasangan
ancaman 14,15, 17,18,
8
kepada 16,19 20,21
pasangan
Intensitas
Tidak mau 22,23,
disalahkan 24,25,
konflik
27,28,
Melakukan atas 26, 11
dalam
32
pembelaan terjadinya 29,30,
pernikaha
terhadap konflik 31
n usia 0-5
diri sendiri
Mempertah
tahun Sikap
ketika ankan diri
bertahan
terjadi atas
konflik umpatan 33 34,35 3
dengan yang
pasangan diberikan
oleh
pasangan
Menghinda
ri 36,37, 38,40,
percakapan 6
Menarik 39 41
dengan
diri dari
Menarik pasangan
interaksi
diri
Tidak mau
terhadap
memulai
pasangan
untuk 42,43 44,45 4
berkomuni
kasi dengan
34 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
pasangan
Jumlah 25 20 45
C. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No Pertanyaan Jawaban
1 Saya memukul pasangan saya SS S TS STS
2
saya merasa puas setelah SS S
TS
STS
memukul/menampar pasangan saya
3
Saya meluapkan kemarahan dengan SS S
TS
STS
memukul/menampar pasangan
4
Saya malu jika anak melihat perlakuan kasar SS S
TS
STS
saya terhadap pasangan
5
Saya menghindar dari anak ketika sedang SS S
TS
STS
terjadi masalah dengan pasangan
6
Saya mudah melempar barang ke pasangan SS S
TS
STS
jika sedang terjadi konflik
7
saya bisa menahan emosi untuk tidak SS S
TS
STS
menyakiti pasangan saya
8 Saya mudah mengumpat kepada pasangan SS S TS STS
9 Saya mudah berkata kasar kepada pasangan SS S TS STS
10 Saya sulit untuk mengontrol emosi SS S TS STS
11
Saya sangat menghargai pendapat pasangan SS S
TS
STS
saya
12 Saya sangat menyayangi pasangan saya SS S TS STS
13
Saya tidak pernah berkata kasar kepada SS S
TS
STS
pasangan saya
14
Saya akan mengancam pasangan jika tidak SS S
TS
STS
menuruti perkataan saya
15
Saya benar-benar serius dengan ancaman SS S
TS
STS
yang saya berikan
16
Saya tidak mau tau apa yg sedang pasangan SS S
TS
STS
saya rasakan
17 Saya sangat menghargai pasangan saya SS S TS STS
18
Saya memberikan reward kepada pasangan SS S
TS
STS
jika ia menuruti perintah saya
19 Saya tidak suka disepelekan SS S TS STS
20
Saya tidak pernah menyepelekan pasangan SS S
TS
STS
saya
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 35
21 Saya menyesal dengan perbuatan kasar
SS S TS STS kepada pasangan
22 Saya tidak pernah memulai terjadinya
SS S TS STS konflik
23 Semua konflik terjadi karena pasangan saya SS S TS STS
24 Pihak ke tiga dalam keluarga sangat memicu
SS S TS STS terjadinya konflik
25 Terjadinya konflik karena faktor eksternal SS S TS STS
26 Mertua menjadi pemicu terjadinya konflik SS S TS STS
27 Saya dan pasangan menyelesaikan konflik
SS S TS STS dengan baik
28 saya tidak pernah membesar-besarkan
SS S TS STS masalah
29 saya selalu mengelak jika disalahkan oleh
SS S TS STS pasangan saya
30 Saya malu untuk mengakui kesalahan SS S TS STS
31 Saya tidak suka jika pasangan berbicara
SS S TS STS dengan nada yang tinggi
32 Saya lebih senang jika psangan jujur dalam
SS S TS STS hal apapun
33 Saya akan membalas jika pasangan
SS S TS STS mengumpat kepada saya
34 Saya lebih suka mengalah ketika sedang
SS S TS STS terjadi konflik
35 Saya bukan orang yang pemarah SS S TS STS
36 Jika pasangan masih tetap marah, saya akan
SS S TS STS mendiamkannya
37 Saya mendiamkan pasangan ketika kami
SS S TS STS berbeda pendapat
38 Saya tidak suka berdebat dengan pasangan SS S TS STS
39 Saya tidak akan memulai percakapan dengan
SS S TS STS pasangan sebelum ia meminta maaf
40 saya adalah seorang yang pemaaf SS S TS STS
41 Saya lebih suka mengalah jika sedang terjadi
SS S TS STS konflik
42 Kami lebih suka menghindar jika sedang
SS S TS STS terjadi konflik
43 Keluar rumah dan mencari hiburan masing-
SS S TS STS masing adalah solusi bagi kami
36 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
44 Lebih baik mencari kesibukan dari pada
SS S TS STS harus terus berdebat dengan pasangan saya
45 Menghindar sejenak dari pasangan dan
SS S TS STS melakukan intropeksi diri
Alpha crobach’s = 0,874 : sampel =32 orang
D. Klasifikasi Item Shahih dan Item Gugur
Melalui analisiss SPSS.20 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran item gugur dan item shahih sebagai berikut :
Item shohih Item gugur
Item 1, 2, 3, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 4, 5, 18, 19, 20,
15, 16, 17, 21, 22, 23, 26, 27, 28, 24, 25, 31, 32, Pernyataan
29, 30, 33, 34, 35, 37, 38, 39, 40, 36, 42, 44, 45
41, 43
Jumlah 32 13
E. Penutup
Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Instrumen Skala Intensitas Konflik Dalam Pernikahan Usia 0-5
Tahun dapat digunakan khalayak umum untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat konflik dalam pernikahan pada usia 0-5
tahun. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka
pengumpulan data karena realiabilitas instrumen > 0,7 yaitu 0,874.
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 37
7. Instrumen Skala Pengembangan Efikasi Diri Ibu Single
Parent Oleh: Nurlia Yulitasari ([email protected]) Profesional Judgement: Slamet, S .Ag, M. SI
A. Pengantar
Konsep self efficacy sebenarnya adalah inti dari teori social cognitive
yang dikemukakan oleh Albert Bandura yang menekankan peran belajar
observasional, pengalaman social, dan determinisme timbal balik dalam
pengembangan kepribadian. Menurut Bandura (dalam Jess Feist dan Feist,
2010:212) self efficacy adalah keyakinan seseorang dalam kemampuannya
untuk melakukan suatu bentuk kontrol terhadap fungsi orang itu sendiri dan
kejadian dalam lingkungan. Bandura juga menggambarkan Self Efficacy
sebagaipenentu bagaimana orang merasa, berfikir, memotivasi diri, dan
berperilaku (Bandura, 1994:2).
Efikasi diri merupakan salah satu aspek pengetahuan tentang diri atau
self knowwledge yang paling berpengaruh dalam kehidupan manusia
sehari-hari. Hal ini di sebabkan efikasi diri yang dimiliki ikut
mempengaruhi individu dalam menentukan tindakan yang akan dilakukan
untuk mencapai suatu tujuan termasuk di dalamnya perkiraan berbagai
kejadian yang akan dihadapi. Efikasi diri yakni keyakinan bahwa seseorang
bisa menguasai situasi dan mendapatkan hasil positif. Bandura (Sabtrock,
2007:286) mengatakan bahwa efikasi diri berpengaruh besar terhadap
perilaku.
B. Pengembangan instrumen Skala Psikologis
Efikasi diri adalah keyakinan diri seseorang mengenai mengatasai
berbagai hal dalam dirinya, berkaitan dengan kelangsungan hidupnya.
Aspek-aspek dari Efikasi diri adalah
1. Magnitude (tingkat kesulitan tugas) 2. Strength (kekuatan keyakinan) 3. Generality (generalitas)
38 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
No Item
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
Jml Favor Unfavora
able ble
Magni Pemilihan
Pemilihan
tude perilaku
perilaku 1, 13,
(tingka yang akan 6, 12, 14,
berdasarka 28, 29, 10
t di coba 27
n 33, 35
kesulit seorang
ekspektasi
an single
tugas) parent
berdasark
an Pemilihan 2, 20,
ekspektasi
perilaku 25, 26, 3, 10, 15,
efikasi
saat 34, 39, 13
40
pada mengalami 43, 48,
kesulitan
kesulitan 49
tugas.
Efikasi Seorang
Diri pada single
Ibu parent
Single akan
Parent mendoron
g untuk
gigih
dalam
berupaya Gigih untuk
mencapai 7, 9,
mencapai 45 5
tujuan 11, 32 tujuan
walaupun
mungkin
belum
memiliki
pengalam
an-
pengalam
an yang
nunjang.
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 39
Streng Kekuatan Kekuatan
th
dari
seorang
(kekua
faktor
single
tan
internal
parent 21, 38 37 3
keyaki
didapatkan
nan)
dari diri
sendirinya.
Kekuatan Kekuatan
dari
yang
faktor
dimiliki
eksternal
single
5, 22,
parent bisa
23, 30, 17, 47 8
didapatkan 31,50
dari
keluarga,
lingkungan,
sahabat.
Gener Luas Memiliki
ality cangkupa kepercayan
(gener n tingkah diri untuk
alitas) laku melangsun
diyakini gkan
oleh kehidupann 4, 8,
seorang ya 16, 18, 36, 41, 11
single
19, 24, 42, 46
parent 44
mampu
dilaksana
kan.
Jumlah 34 16 50
40 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
C. Item Pernyataan dan Realibilitas
No Pernyataan Jawaban
1 Saya senang dengan status saya sebagai single SS S TS STS
parent
2 Keadaan saya sekarang menjadikan tantangan SS S TS STS
baru bagi saya
3 Keputusan menjadi single mom
mendatangkan perasaan bersalah bagi saya,
karena melahirkan status sosial yang SS S TS STS
membuat anak-anak merasa berbeda dengan
anak lainnya
4 Saya sangat menentang pendapat orang
bahwa single parent itu penuh dengan SS S TS STS
masalah dan banyak beban
5 Memiliki anak membuat saya tidak merasa SS S TS STS
kesepian
Saya merasa tidak mungkin menjadi role
SS S TS STS 6 model bagi anak-anak karena saya perempuan
Kemampuan menghadapi berbagai tantangan
7 menjadi orang tua tunggal, menjadikan saya SS S TS STS
sosok single parent yang bahagia
8 Saya memahami bahwa seorang single parent SS S TS STS
berhak untuk bahagia
9 Saya semangat mengerjakan tugas-tugas saya SS S TS STS
walaupun saya seorang single parent
10 Saya sering mengeluh kenapa hidup dan tugas SS S TS STS
saya sebagai single parent terlalu berat
11 Saya yakin anak saya kelak akan sukses SS S TS STS
walaupun hanya dibesarkan saya sendiri
12 Saya merasa berat membesarkan anak sendiri, SS S TS STS
takut anak saya kelak gagal
13 Saya ingin anak saya tidak merasakan hal SS S TS STS
yang sama seperti saya
14 Saya takut anak saya akan mengalami hidup SS S TS STS
seperti saya
15 Menjadi seorang single parent, bukan hal SS S TS STS
yang gampang bagi saya
16 Menjadi seorang single parent menjadikan SS S TS STS
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 41
saya sebagai wanita tangguh
17 Saya merasa di kucilkan menjadi seorang SS S TS STS
single parent
18 Menjadi seorang single mom bukan berarti SS S TS STS
menjadikan saya wanita lemah
19 Saya selalu memberikan pengertian terhadap
anak saya, bahwa jangan pernah malu jika SS S TS STS
hanya diasuh oleh seorang single parent
20 Saya tidak suka dengan orang yang
berargumen bahwa seorang single parent itu SS S TS STS
lemah
21 Saya yakin bisa menjadikan anak saya sukses SS S TS STS
22 Anak-anak menjadikan motivasi dan SS S TS STS
semangat saya
23 Memiliki anak-anak yang penurut menjadikan SS S TS STS
saya single parent yang kuat
24 Menjadi single parent bukan berarti
menjadikan saya wanita yang merepotkan SS S TS STS
orang lain
25 Saya tidak ingin dibantu orang lain selagi SS S TS STS
saya masih bisa bekerja
26 Ketika sya mendapatkan masalah saya lebih
memilih bercerita kepada ank-anak daripada SS S TS STS
orang lain
27 Seorang anak yang dibesarkan oleh seorang
single parent membuat pribadi anak saya itu SS S TS STS
menjadi lebih dewasa
28 Saya harus saling terbuka dengan anak-anak SS S TS STS
29 Saya sebagai seorang single parent sangat
memahami dengan baik bahwa saya harus SS S TS STS
lebih aktif dan memperhatikan tumbuh
kembang anaknya.
30 Komunikasi keluarga yang efektif dan
interaktif dapat dilakukan disela waktu-waktu SS S TS STS
senggang dengan anak-anak saya
31 Saya sebagai single parent tidak boleh
membedakan bedakan dalam memberi kasih SS S TS STS
sayang anak-anak
42 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
32 Saya sebagai single parent harus memberikan
pengertian dan komunikasi yang tepat agar SS S TS STS
anak saya dapat mengerti dan bersabar akan
kenyataan yang harus mereka hadapi
33 Walaupun hanya seorang single parent saya
harus membimbing anak saya agar tidak SS S TS STS
terkait pergaulan bebas
34 Saya tidak pernah mau mendengarkan
perkataan orang lain saat mereka menjelek- SS S TS STS
jelekan status saya
35 Saya tidak ingin tahu dengan kehidupan orang SS S TS STS
lain
36 Jika suatu saat nanti ada seorang laki-laki
yang ingin manikahi saya, saya akan SS S TS STS
menerimanya
37 Saya akan mengikuti saran ank saya untuk SS S TS STS
tidak menikah lagi
38 Saya tidak bersemangat dalam melakukan SS S TS STS
apapun
39 Saya selalu bersemangat dalam melakukan SS S TS STS
kegiatan apapun walaupun saya hidup sendiri
40 Saya tidak suka dengan orang-orang yang SS S TS STS
memandang rendah status saya
41 Saya sudah pasrah dengan kehidupan saya SS S TS STS
sekarang
42 Saya tidak ingin mengingat masa lalu saya SS S TS STS
43 Saya ingin membesarkan anak-anak saya SS S TS STS
sendirian
44 Saya tidak ingin bertaruh nyawa hanya untuk SS S TS STS
membahagiakan anak-anak saya
45 Bagi saya, status single mom membuat SS S TS STS
kehidupan saya lebih baik
46 Dukungan dari pihak keluarga dan teman, SS S TS STS
tidak membuat saya kuat
47 Saat saya menemui kesulitan, saya hanya bisa SS S TS STS
berdoa dan berusaha lebih kuat lagi
48 Saya ingin kehidupan saya diikut campuri SS S TS STS
oleh orang lain
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 43
49 Saya tidak ingin kehidupan saya diikut SS S TS STS
campuri oleh orang lain
50 Saya bertahan sampai hari ini karena orang SS S TS STS
tua dan anak saya
Alpha Cronbach’s= 0,510; Sampel= 30 orang
D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur
Melalui analisis SPSS.20 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran
aitem gugur dan aitem shahih sebagai berikut :
Item Shohih Item Gugur
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13,
Item 14, 24, 26, 28, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 25,
27, 29, 32, 33, 25, 26, 27, 29, 32, 33, Pernyataan 30, 31, 34, 42
35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 43, 44, 45,
46, 47 48, 49, 50
Jumlah 8 42
E. Penutup
Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Instrumen Skala Efikasi Diri Ibu Single Parents belum dapat digunkan
di khalayak umum untuk mengetahui seberapa besar efikasi diri pada
ibu single parent. 2. Instrumen belum dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka
pengumpulan data karena reliabilitas instrumen < 0,7 yaitu 0,510
44 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
8. Instrumen Skala Self-esteem Pada Anak Yatim Piatu di Panti Asuhan Oleh: Memela Fikha ([email protected]) Professional Judgement: Slamet, S.Ag., M.Si.
A. Pengantar
Menurut Rosenberg (dalam Tafarodi & Swann, 1995) mengatakan
bahwa self esteem mengacu pada evaluasi keseluruhan seseorang dari
kelayakannya sebagai seorang manusia.
Harga diri (self esteem) dipandang sebagai salah satu aspek penting
dalam pembentukan kepribadian seseorang. Manakala seseorang tidak
dapat menghargai dirinya sendiri, maka akan sulit baginya untuk dapat
menghargai orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian harga diri (self
esteem) merupakan salah satu elemen penting bagi pembentukan konsep
diri seseorang, dan akan berdampak luas pada sikap dan perilakunya.
Skala ini dibuat guna untuk melihat sejauh mana tingkat self esteem
pada anak SMA/MA/SMK yatim piatu di panti asuhan. Skala instrument
ini disusun dengan berdasar kepada aspek-aspek yang terdapat pada self
esteem yang disajikan dalam bentuk indikator-indikator tentang self esteem.
Makin tinggi skor yang diperoleh subjek maka semakin besar pula self
esteem pada diri subjek tersebut . individu dengan self esteem tinggi
cenderung puas dengan karakter dan kemampuan diri. Adanya penerimaan
dan penghargaan diri yang positif ini memberikan rasa aman dalam
menyesuaikan diri atau bereaksi terhadap stimulus dan lingkungan sosial.
Sedangkan individu dengan self esteem rendah memiliki rasa kurang
percaya diri dalam menilai kemampuan dan atribut-atribut dalam dirinya.
Hal ini membuat individu tidak mampu mengekspresikan diri dalam
lingkungan sosialnya.
B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologi
Self esteem merupakan salah satu bagian dari kepribadian seseorang
yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Coopersmith
(1967) self esteem adalah evaluasi yang dibuat oleh individu dan biasanya
berhubungan dengan penghargaan terhadap dirinya sendiri, hal ini
mengekspresikan suatu sikap setuju atau tidak setuju dan menunjukkan
tingkat dimana individu itu menyakini diri sendiri mampu, penting,
berhasil dan berharga.
Instrument dirujuk dengan skala litert, yang melalui empat
alternative jawaban (yang pada awalnya ada lima, disederhanakan dengan
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 45
menghapus jawaban tengah yaitu ragu-ragu); berdasarkan teori Tafarodi &
Swann dkk dan berdasar kepada aspek-aspek sehingga terbentuklah
jawaban yang empat, yaitu; SS (sangat sesuai), S (sesuai), TS (tidak sesuai)
dan STS (sangat tidak sesuai).
Kompetensi dan nilai social merupakan aspek yang telah dikemukakan oleh sejumlah ahli teori lebih dari setengah abad yang lalu
seperti Brissett, Brown, Diggory, Franks & Marolla, Gecas, Silverberg, White. Perlakuan paling luas ditawarkan oleh Tafarodi & Swann, yang
ditandai dengan dua aspek yaitu “self-competence” dan “self-liking”.
C. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No Pernyataan Jawaban
1
Saya suka belajar dari kehidupan SS S TS STS
seseorang
2
Saya tertarik melihat video yang SS S TS STS
memotivasi untuk hidup saya
3
Kurang tertarik jika mengikuti kegiatan SS S TS STS
yang berbau motivasi-motivasi
4
Saya dapat menyesuaikan pendapat yang SS S TS STS
berbeda di panti
5
Saya dapat menyelesaikan masalah saya SS S TS STS
tanpa bantuan orang lain
6
Saya dapat menghadapi masalah sebesar SS S TS STS
apapun
7
Kurang bisa membagi waktu untuk SS S TS STS
kegiatan yang saya hadapi
8
Jika sudah lelah, saya langsung SS S TS STS
meninggalkan pekerjaan begitu saja
9
Saya suka mencoba sesuatu yang baru SS S TS STS
(eksperimen)
Saya akan berusaha merasa nyaman
10 ketika tengah berhadapan dengan orang SS S TS STS
yang humoris
11
Saya akan bersikap baik agar hubungan SS S TS STS
yang terjalin ikut membaik
12
Ketika saya mengalami masalah di Panti, SS S TS STS
itu akan saya bawa kemana-mana
13
Jika dalam suatu keadaan tegang, saya SS S TS STS
juga ikut larut dalam ketegangan tersebut
14 Ketika saya keluar dari panti, saya akan SS S TS STS
46 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
menolak untuk menerima lingkungan
yang tidak sesuai dengan diri saya
Saya sangat menerima keadaan panti,
15 karena disitulah terdapat nilai SS S TS STS
kekeluargaan
16 Saya sangat mengenal teman yang berada
SS S TS STS di panti asuhan
Saya membuat rincian yang menjadi
17 prioritas dari yang terkecil hingga yang SS S TS STS
terbesar
Saya membuat suatu prosedur atau
18 langkah-langkah untuk mencapai prioritas SS S TS STS
(tujuan utama) tersebut
19 Saya mengukur seberapa banyak waktu
SS S TS STS yang akan diperlukan
20 Saya tidak konsisten (selaras) terhadap
SS S TS STS rincian yang telah saya buat
21 Saya sulit dalam menentukan sesuatu
SS S TS STS yang menjadi prioritas
22 Saya yakin dengan cita-cita saya SS S TS STS
Semangat saya akan kendor ketika ada
23 orang lain yang meremehkan cita-cita SS S TS STS
saya
24 Saya belajar bersungguh-sungguh demi
SS S TS STS cita-cita saya
25 Saya biasa saja tidak memikirkan cita-cita
SS S TS STS saya
26 Saya senang mencari informasi yang
SS S TS STS berhubungan dengan pelajaran
27 Saya senang belajar bersama dengan anak
SS S TS STS panti asuhan yang lain
Saya takut mencoba sesuatu karena
28 pikiran saya dibayang-bayangi oleh SS S TS STS
kegagalan
29 saya lebih memilih bermain ketimbang
SS S TS STS harus belajar
Saya mampu mempersiapkan apa saja
30 yang diperlukan dalam kesuksesan karir SS S TS STS
di masa depan
31 Saya dapat merencanakan karir di masa SS S TS STS
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 47
depan
32
Saya tidak dapat mengenal dunia SS S
TS STS
pekerjaan yang sesuai dengan diri saya
33
Saya selalu khawatir tidak akan SS S
TS STS
mendapatkan pekerjaan di masa depan
34
Saya berteman kepada siapa saja tanpa SS S
TS STS
pilih-pilih
35
Saya tidak perduli terhadap omongan SS S
TS STS
teman
36
Saya tidak perduli terhadap teman yang SS S
TS STS
menyendiri
37
Saya lebih suka menyendiri dari pada SS S
TS STS
berkumpul dengan teman yang lain
38
Ketika dalam keadaan cemas saya tidak SS S
TS STS
bisa berfikir positif
39
Saya mencoba untuk menghadapi SS S
TS STS
kecemasan tersebut sendiri
Ketika saya dalam keadaan depresi saya
40 akan menceritakan pada teman dekat di SS S TS STS
panti asuhan
41
Saya tidak mampu menceritakan SS S
TS STS
penyebab depresi saya
42
Saya merasa senang ketika orang lain mau SS S
TS STS
mendengarkan cerita saya
Saya menenangkan pikiran dengan
43 menciptakan suasana yang nyaman SS S TS STS
bersama anak panti yang lain
44 Saya melakukan aktivitas yang
menyenangkan bersama teman-teman di SS S TS STS
lingkungan panti
45 Saya menangis ketika merasa banyak SS S
TS STS
masalah
46 Saya suka memikirkan suatu hal yang SS S
TS STS
tidak penting
47 Saya senang menulis untuk meluapkan SS S
TS STS
suasana hati
48 Saya sering melakukan doa bersama SS S
TS STS
untuk menenangkan suasana hati
49 Saya memiliki daya ingat yang baik SS S
TS STS
walaupun itu dalam hal yang sepele
48 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
50 Saya merasa bahwa kekurangan saya SS S TS
STS
adalah penghambat
51 Saya senang bernyanyi bersama SS S TS STS
52 Saya senang membicarakan ide-ide SS S TS STS
53 Saya sangat membutuhkan tempat untuk SS S TS
STS
mengembangkan kelebihan saya
54 Saya mampu bergaul baik dengan orang SS S TS
STS
lain
55 Saya senang memperhatikan sekeliling SS S TS
STS
dan apa yang terjadi di sekitar saya
56 Saya tidak merasa empati ketika orang SS S TS
STS
lain berada dalam kesulitan
57 Saya ikut gotong royong di dalam SS S TS
STS
masyarakat
58 Saya ikut serta menjaga keamanan SS S TS
STS
masyarakat
59 Saya ikut serta menjaga kebersihan SS S TS
STS
didalam masyarakat
60 Saya tidak perduli terhadap lingkungan
yang individualism (mementingkan SS S TS
STS
kepentingan pribadi disbanding
kepentingan umum)
61 Saya mentaati peraturan di dalam panti SS S TS
STS
asuhan
62 Saya menyadari apa yang harus saya SS S TS
STS
lakukan di dalam panti asuhan
63 Saya tidak mau mendengar saran yang SS S TS
STS
diberikan pengasuh kepada saya
64 Saya menentang setiap perintah yang SS S TS
STS
diajukan kepada saya
Alpha Cronbach’s = 0,812
D. Klasifikasi Item Shahih dan Item Gugur
Item Shohih Item Gugur
1,7,12,18,20,21,22,23, 2,3,4,5,6,8,9,10,11,13,14,
Item 24,26,28,29,32,33,36,3 15,16,17,19,25,27,30,31,3
Pernyataan 7,41,46,50,56,58,59,60, 4,35,38,39,40,42,43,44,45
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 49
61, 62,63,64. ,47,48,49,51,52,53,54,55,
57.
Jumlah 27 37
E. Penutup
Dari dua aspek self esteem diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
self esteem merupakan penilaian terhadap diri individu sendiri melalui self
competence (kemampuan diri) dan juga self liking (menyukai diri). Dimana
self competence merupakan evaluasi diri secara positif maupun negative
terhadap kemampuan yang dimiliki. Sedangkan self liking dapat dikatakan
sebagai pandangan terhadap diri sendiri, apakah dapat menerima dirinya
sendiri terhadap penilaian orang lain yang diberikan padanya. Self liking
yang tinggi akan menjadikan individu nyaman terhadap diri dan
lingkungannya.
Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Instrumen Skala Self-esteem Pada Anak Yatim Piatu di Panti Asuhan
dapat digunakan untuk khalayak umum untuk mengetahui seberapat
tingkat self esteem pada SMA/MA/SMK anak yatim piatu dip anti
asuhan. 2. Instrument dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka
pengumpulan data karena realibilitas instrument karena semakin
mendekati 1.
50 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
9. Instrumen Skala Kohesivitas Pasangan Long Distance Relationship
Oleh : Istnaeni Rahmawati ([email protected]) Professional
Judgement : Slamet, S.Ag, M.Si.
A. Pengantar
Semua orang menginginkan keluarganya menjadi keluarga yang
bahagia, damai, dan saling mengasihi satu sama lain. Namun dalam suatu
hubungan tentu ada kebahagiaan, pertengkaran atau konflik dan lain
sebagainya. Akan tetapi hal itu justru menambah bumbu percintaan
diantara kedua pasangan yang mengalaminya. Apalagi jika hal itu dialami
oleh pasangan hubungan jarak jauh atau Long distance relationship (LDR).
Hubungan jarak jauh atau Long distance relationship adalah
dimana pasangan dipisahkan oleh jarak fisik yang tidak memungkinkan
adanya kedekatan fisik untuk periode waktu tertentu (Hampton, 2004). Jadi
Long distance relationship adalah suatu hubungan, dimana pasangan itu
tidak dekat satu sama lain secara fisiknya, karena terpisahkan oleh jarak,
pasangan dapat bertemu dalam waktu tertentu saja, dan dalam masa long
distance relationship nya itu pasangan hanya bisa berkomunikasi lewat
pesan, surat dan yang lainnya.
Kebanyakan orang memandang bahwa hubungan long distance
relationship itu tidak akan bertahan lama karena jauh dari pasangannya.
Namun, tidak sedikit juga dari pasangan LDR yang sepakat dengan hal itu.
Karena setiap pasangan tersebut memiliki keistimewaan dan kekonsistenan
masing-masing, seperti cinta yang sangat besar antara keduanya, lebih
menghargai pentingnya dari komnikasi, paham mengontrol emosi, percaya
satu sama lain, saling mengerti satu sama lain, karena sudah mempunyai
ikatan batin antara keduanya, mereka juga saling mendoakan. Dengan
keistimewaan tersebut maka suatu hubungan akan langgeng atau bertahan
lama.
B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Istilah Kohesivitas dalam kamus Besar Bahasa Indonesia berasal
dari kata kohesif yang memiliki arti hubungan yang erat, perpaduan yang
kokoh, dan melekat satu dengan yang lainnya. Kohesivitas merupakan
sebuah kekuatan yang menjaga kelompok agar tetap utuh dengan cara
menjaga kesatuan anggota-anggotanya.
Yuniasanti (2010) berpendapat bahwa kohesivitas adalah
ketertarikkan anggota tim untuk tetap bersatu, adanya kebersamaan,
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 51
merasakan perasaan anggota lain dan memiliki suasana emosional yang
positif.Kohesivitas ini merupakan bagaimana saling menyukai dan
mencintai satu dengan yang lainnya. Kesamaan nilai sikap, nilai, sifat
pribadi, dan sifat demografis akan mempengaruhi tingginya kohesivitas.
Dengan demikian dapat disimpulkan kohesivitas adalah suatu
hubungan yang terjalin dalam kelompok atau yang lainnya. Kohesivitas
pasangan long distance relationship ini diukur dengan skala Kohesivitas
yang merujuk pada teori Veroff dan Veroff (dalam Suryanti, 2009),
Susilo,2005 :29), Robbins (dalam Munandar, 2001) dengan aspek
kesadaran, aspek toleransi, aspek konflik, aspek frekuensi toleransi, aspek
persaingan dan ancaman dari luar, kemudian dijabarkan menjadi beberapa
indicator dan deskriptor.
Variabl e
Kohesiv
itas
No Item
Aspek Indikator Deskriptor
Jml Favor Unfavo
able rable
Aspek Kesadaran Kejujuran
Kesadar diri status 1 17 2
an masing-
masing
Memahami
peranan 48, 54 51, 56 4
masing-
masing
Perlakuan Sikap
Pasangan overprotect 20,33 18,34 4
if Rasa
nyaman 3 29 2
dari
pasangan
Aspek Penerimaan Kelebihan
35 42 2 Tolerans terhadap pasangan
i pasangan
Kekuranga 37, 49 36,46 4
n pasangan
Kerjasama Pembagian
yang tugas 40 44 2
terbina rumah
tangga
52 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
Saling
membantu 41 45 2
pasangan
Aspek Pendapat Tidak mau
Konflik yang mengalah/,
berbeda menyudutk 39 38 2
an salah
satu pihak
Mengkritik 13 23 2
Pasangan
Pemecahan Memilih
Masalah diam 2 47 2
Musyawara
h 5 43 2
Aspek Intensitas Komunikas
Frekuen Hubungan i aktif 16 21 2 si
Interaksi
Komunikas 10, 19 4,50 4
i Pasif
Intensitas Pertemuan
Bertemu Rutin 6 24 2
Meluangka
n waktu 22 30 2
bersama
Aspek Adanya Adanya
Persaing pihak wanita atau 8, 55 11,32 4 an dan ketiga pria lain
Ancama
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 53
n dari Adanya
Luar campur 14,28 26,52 4 tangan
orang tua
Adanya Kepercayaa
gossip n antar 9 , 53 12,25 4
negative pasangan
Pengaruh
terhadap 31 27 2
hubungan
Tanggapan
terhadap 7 15 2
gossip
miring
Jumlah 28 28 56
C. Item Pertanyaan
Skala ini menggunakan skala Liked dengan sedikit motivasi
dimana pilihan ragu-ragu dihilangkan demi mencapai data yang
lebih kongkret.
No Pernyataan Jawaban
1. Saya mengakui bahwa dia adalah pasangan
SS S TS STS terbaik saya
2. Saya memilih diam untuk menyelesaikan
SS S TS STS konflik dengan pasangan saya
3. Saya merasa nyaman ketika berada di dekat
SS S TS STS pasangan saya
4. Saya merasa khawatir ketika pasangan saya
SS S TS STS tidak ada kabar
Saya memilih musyawarah untuk
5. menyelasaikan konflik dengan pasangan SS S TS STS
saya
6. Saya selalu mengadakan quality time
SS S TS STS dengan pasangan ketika cuti
Saya tidak pernah menanggapi gosip
7. negative terhadap pasangan saya yang SS S TS STS
belum jelas kebenarannya
54 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
8. Saya akan minta pisah jika pasangan saya
SS S TS STS
selingkuh
9. Saya selalu percaya dengan pasangan saya SS S TS STS
10. Saya acuh ketika pasangan saya tidak ada
SS S TS STS
kabar
Saya akan menerima apabila pasangan saya
11. selingkuh, jika dia tetap bertanggung jawab SS S TS STS atas kewajibannya terhadap saya dan anak
12.
Saya merasa sering dibohongi oleh
SS S TS STS
pasangan saya
13. Saya selalu mengkritik jika pasangan saya
SS S TS STS
berbuat salah
14. Saya merasa mertua saya tidak percaya
SS S TS STS
dengan saya
15. Saya risih dengan adanya gossip tidak baik
SS S TS STS
terhadap saya
Saya selalu berkomunikasi via
16. telepon/sms/wa dengan pasangan saya SS S TS STS setiap harinya
17. Saya menyadari bahwa pasangan saya
SS S TS STS
bukan yang terbaik
18. Saya tidak senang ketika pasangan saya
SS S TS STS
overprotectif terhadap saya
19. Saya merasa nyaman ketika sewaktu-waktu
SS S TS STS
pasangan saya tidak ada kabar
20. Saya merasa senang ketika pasangan saya
SS S TS STS
overprotectif terhadap saya
Saya selalu cuek ketika pasangan saya
21. menanyakan kabar saya lewat via sms dan SS S TS STS yang lainnya
22. Saya memilih menghabiskan waktu di
SS S TS STS
rumah dengan pasangan ketika cuti
23. Saya memilih diam ketika pasangan saya
SS S TS STS
salah
24. Saya memilih pergi sendiri ketika pasangan
SS S TS STS
cuti
25. Saya selalu merasa gelisah dan curiga
SS S TS STS
kepada pasangan saya
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 55
26.
Saya merasa mertua saya percaya dengan SS S TS STS
saya
Saya dan pasangan bertengkar ketika
27. beredar gossip tidak enak terhadap SS S TS STS hubungan saya dan pasangan saya
28.
Saya risih ketika mertua saya menuduh yang SS S TS STS
tidak benar terhadap saya
29.
Saya merasa nyaman ketika jauh dari SS S TS STS
pasangan
Saya tidak ingin jika pasangan sering
30. mengambil cuti hanya untuk bertemu SS S TS STS dengan saya
31.
Saya akan tetap romantis dengan pasangan SS S TS STS
saya ketika beredar gossip yang tidak jelas
Saya akan memaafkan dan memaklumi
32. ketika pasangan saya selingkuh, bila dia SS S TS STS berjanji tidak mengulanginya lagi
33.
Saya senang ketika pasangan perhatian SS S TS STS
kepada saya
34. Saya membatasi aktivitas pasangan saya SS S TS STS
35. Saya mensyukuri kelebihan pasangan saya SS S TS STS
36.
Saya ingin pasangan saya selalu baik dimata SS S TS STS
saya
37.
Saya akan menerima kekurangan pasangan SS S TS STS
saya
38.
Saya kesal ketika pasangan saya selalu ingin SS S TS STS
merasa benar
39.
Saya selalu menerima pendapat pasangan SS S TS STS
saya ketika itu masih pendapat yang logis
Saya dan pasangan saya selalu membagi
40. tugas rumah tangga seperti menyapu, SS S TS STS mengepel dan lainnya
Saya selalu mengerjakan tugas pasangan
41. saya ketika pasangan saya sedang tidak bisa SS S TS STS mengerjakannya
42.
Terkadang saya merasa minder dengan SS S TS STS
kelebihan pasangan saya
56 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
43. Saya tidak suka bermusyawarah dengan
SS S TS STS pasangan saya ketika terjadi konflik
44. Saya selalu menyerahkan semua tugas
SS S TS STS rumah tangga kepada pasangan saya
45. Saya acuh ketika tugas rumah tangga
SS S TS STS pasangan saya tidak dikerjakan
Terkadang saya merasa tidak nyaman
SS S TS STS 46. dengan kekurangan pasangan saya
Saya berusaha berbicara ketika terjadi
47. konflik dan pasangan saya hanya memilih SS S TS STS
diam
48. Saya bertanggung jawab menafkahi
SS S TS STS pasangan saya saya meski jarang bertemu
Saya akan meyakinkan pasangan saya jika
49. kekurangannya merupakan kelebihan bagi SS S TS STS
saya
50. Saya menanyakan kabar pasangan saya ke
SS S TS STS teman dekatnya ketika dia tidak ada kabar
Saya hanya bertanggung jawab menafkahi
51. anak dan pasangan, tetapi tidak dalam hal SS S TS STS
mendidik anak
52. Saya tidak peduli ketika mertua saya
SS S TS STS menuduh saya selingkuh
53. Saya percaya bahwa pasangan saya bisa
SS S TS STS membahagiakan saya
54. Saya bertanggung jawab mengurus
SS S TS STS pasangan dan anak saya
55. Saya akan marah jika pasangan saya
SS S TS STS selingkuh
56. Saya enggan untuk melayani pasangan saya SS S TS STS
Alpha Cronbach = 0,707; sampel = 32 orang
D. Klarifikasi Item Shahih dan Item Gugur
Melalui analisis SPSS.20 dapat diklarifikasikan bahwa sebaran
item gugur dan item shahih sebagai berikut :
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 57
Item Shahih Item Gugur
Item 1, 3, 5, 6, 9, 16, 17, 20, 2, 4, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14,
Pernyataan 21, 22, 23, 29, 31, 33, 15, 18, 19, 24, 25, 26, 27, 28,
35, 37, 39, 40, 44, 49, 30, 32, 34, 36, 38, 41, 42, 43,
51, 53, 54, 56 45, 46, 47, 48, 50, 52, 55
Jumlah 24 32
E. Penutup
Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Instrument Skala Tingkat Kohesivitas Pasangan Long Distance
Relationship dapat digunakan untuk pasangan suami isteri yang
mengalami hubungan jarak jauh, guna mengetahui seberapa tingkat
keharmonisan, kedekatan pada pasangan yang mengalaminya. 2. Instrument dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka
pengumpulan data karena realibilitas instrument > 0,7 yaitu 0,707.
58 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
10. Instrumen Skala Kegagalan Pasangan Rumah Tangga Usia Dini Oleh : Antin Erfinia ([email protected]) Professional Judgement : Slamet, S.Ag., M.Si.
A. Pengantar
Kegagalan rumah tangga merupakan ketidak berhasilan suatu
hubungan yang sudah terkait dengan sosok laki-laki yang telah mempunyai
status layak untuk menjalin hubungan (pernikahan) namun berakhir pada
perceraian.
Korban perceraian (Gagalnya Rumah Tannga) yang memiliki
presepsi baik terhadap perceraian akan merasa lebih optimis menghadapi
masa depan. Namun mereka yang memiliki persepsi negatif terhadap
perceraian tentunya akan merasa tidak optimis dalam menghadapi masa
depan (Fatayat: 2008).
Islam memang berusaha menguatkan ikatan pernikahan. Namun
jika permasalahan rumah tangga benar-benar sulit dan sangat fatal untuk
diperbaiki dan merugikan kedua belah pihak maka perceraian itu lebih baik
dilakukan meski Allah SWT sangat membenci hal perceraian namun Allah
tidak melarangnya. Pengorbanan tersebut mempunyai tujuan agar kedua
belah pihak tidak hidup dalam kondisi dan suasana kekacauan rumah
tangga yang membuka peluang tindak kekerasan. Tertarik mengambil
kegagalan rumah tangga usia dini karena akhir-akhir ini sering terjadi
perceraian atau peristiwa kegagalan rumah tangga yang baru saja menjalin
ikatan yang sah.
Instrument ini juga untuk mengetahui apa saja penyebab
berakhirnya pernikahan dini. Instrument untuk mengetahui seberpa besar
seriusnya pernikahan yang ia jalani, dan seberapa dewasanya pasangan ini
dalam menyikapi masalah yang ia hadapi.
B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologi
Perceraian adalah suatu peristiwa hebat bagi individu, merupakan
pengalaman sedih , dan adanya suatu keinginan untuk mengakhiri
perkawinan, dimana ada kesedihan pada suami, istri maupun anak-anak
(Meichati, 1983).
Perceraian itu sendiri juga dapat diartikan sebagai kegagalan dalam
rumah tangga. Retaknya rumah tangga memang sangat tidak diinginkan
oleh sosok yang sudah membina rumah tangga. Siapa si yang mau
membina rumah tangga yang dibayangkan bahagia namun pada akhirnya
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 59
berakhir denga perceraian bukan karena cerai mati (meninggal dunia).
Membina rumah tangga denga sosok yang dia cintai seharusnya bahagia
sambai menua bersama. Namun, apalah daya ketika dalam sebuah rumah
tangga terdapat konflik yang menyakitkan dan jalam terbaik cerai apa
salahnya juga, dari pada selalu sakit, baik sakit fisik maupun batin,
mending lepas ikatan sekalian. Instrument ini di ukur dengan skala
kegagalan/perceraian merujuk pada teori yang mengandung aspek gagalnya
rumah tangga diantaranya kurangnya komunikasi, perselingkuhan, KDRT
(kekerasan dalam rumah tangga).
No Item
Jml Variabel Aspek Indikator Deskriptor
Favo Unfavo
rable rable
Kegagalan Rasa
Pasangan kenyamana
Rumah n dalam 1, 2 3, 4 4
Tangga melakukan
Usia Dini Intensitas komunikasi
hubungan.
Takut
terjadi
kesalahpah 5, 6 7, 8 4
Kuran
aman pada
pasangan.
gnya
Penyelesaia
komun
n masalah
ikasi.
dengan
9 10 2
menggunak komunikasi
ankomunik
sebagia
asi.
orientasi
Saling
kehidupan.
bercerita
11,
ketika 13, 14 4
12 menghadap
i masalah.
Perseli
Adanya Takut
perselingku berbohong 15,
ngkuh 17, 18 4
han (pihak pada 16 an.
ketiga). pasangan.
60 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
Masalah
dapat
diselesaika 19 20 2
n dengan
baik-baik.
Seringnya
timbul 21,2
percekcoka 23, 24 4
2
n dalam
pasangan.
Benar
Konflik.
tidaknya alasan yang
dikemukak
an
senantiasa 25, 27,28 4
dapat 26
diperdebatk
an oleh
masing
masing
pihak.
Adanya
unsur 29 30 2
melukai
Kekerasan
pasangan
Kekerasan
secara fisik
fisik ringan
Keker
dan 31 32 2
asan
kekerasan
rumah
fisik berat.
tangga
Sering
(KDR
terjadi
T)
merendahk
Kekerasan
an atau 33,
secara 35, 36 4
menghina 34
psikis
pasangan
(psikis
berat).
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 61
Perasaan
ketakutan
atau 37, 39, 40 4
terteror 38
pada
pasangan.
Hubungan
seksual
tanpa 41 42 2
persetujuan Kekerasan
pasangan.
secara
seksual
Hubungan
seksual 43 44 2
dengan cara
melukai.
Memaksa
pasangan 45,
untuk 47, 48 4 46
bekerja.
Kekerasan
Melarang
secara
pasangan
ekonomi
untuk
49,
bekerja 51, 52 4 50
namun
ditelantarka
n.
C. Item Pernyataan dan Reliabilitas
No Pernyataan Jawaban
1.
Saya nyaman ketika berbicara dengan SS S TS
STS
pasnagan saya
2.
Saya nyambung ketika bicara dengan SS S TS
STS
pasangan saya
3. Saya acuh ketika pasangan saya bicara SS S TS STS
4.
saya langsung pergi saat pasangan saya SS S TS
STS
berbicara
62 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
5. Sebisa mungkin saya selalu jujur pada
SS S TS STS pasangan saya
6. Saya khawatir ketika sedang ada masalah
SS S TS STS dengan pasangan
7. Saya selalu menyembunyikan sesuatu dari
SS S TS STS pasangan saya
8. saya tidap pernah membenarkan ketika
SS S TS STS pasangan saya salah
9. Semua masalah yang saya rasakan, saya
SS S TS STS ceritakan pada pasangan
10. Saya selalu menyelesaikan masalah secara
SS S TS STS sepihak
11. Saya meminta supaya saling jujur pada
SS S TS STS pasangan
12. Keluh kesah saya curahkan pada pasangan
SS S TS STS saya
13. Saya selalu menyembunyikan masalah pada
SS S TS STS pasangan
14. Saya tidak pernah mengatakan pada pasangan
SS S TS STS jika ada masalah
15. Saya jujur mengatakan apa adanya pada
SS S TS STS pasangan ketika saya selingkuh
16. Bagi saya perceraian adalah jalan terbaik
SS S TS STS ketika pasangan selingkuh
17. Saya rela ketika pasangan saya selingkuh SS S TS STS
18. Saya biasa saja ketika pasangan membawa
SS S TS STS selingkuhan ke rumah
19. Saya tak sanggup memaafkan pasangan
SS S TS STS ketika selingkuh
20. Jika pasangan selingkuh, cerai adalah jalan
SS S TS STS terbaik
21. Sebuah rumah tangga tidak selalu harmonis SS S TS STS
22. Menurut saya menyelesaikan masalah dengan
SS S TS STS fikiran dingin adalah solusi terbaik
23. Saya biasa saja ketika pasangan marah marah
SS S TS STS pada saya tanpa penyebab yang jelas
Kesalahan yang saya lakukan dan bersifat
24. fatal tidak selalu menimbulkan percekcokan SS S TS STS
dengan pasangan
Alasan yang disampaikan pasangan jika
25. masuk akal dalam sebuah masalah akan SS S TS STS
selalu saya maafkan
26. Saya selalu meminta maaf ketika saya
SS S TS STS melakukan kesalahan
27. Saya merasa selalu benar ketika ada masalah SS S TS STS
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 63
28.
Saya tidak peduli ketika masalah dengan SS S TS STS
pasangan belum selesai sampai tuntas
29.
Saat saya mengalami percekcokan pasangan SS S TS STS
cenderung melukai fisik
30. Saya tidak melawan ketika dilukai pasangan SS S TS STS
31
Saya sakit fikiran juga ketika salah satu SS S TS STS
anggota tubuh dilukai pasangan
Saya terdapat luka berat yang membekas
32. pada anggota tubuh ketika sedang ada SS S TS STS
konflik dengan pasangan
33.
Pasangan selalu merendahkan saya ketika SS S TS STS
sedang bertengkar atau ada konflik
34.
Pasangan selalu cari kesalahan pada saya SS S TS STS
ketika dilukai
35.
Saya selalu tentram atau biasa aja ketika SS S TS STS
sedang rebit dengan pasangan
36.
Adanya konflik bagi saya tidak membuat SS S TS STS
fikiran anak terganggu
37.
Ketika saya bersalah saya selalu terbayang SS S TS STS
kemarahan pasangan
38.
Saat ada masalah saya trauma pasangan akan SS S TS STS
memukul saya
39.
Saya tidak takut ketika pasangan saya emosi SS S TS STS
karena kesalahan saya
40.
Saya biasa saja ketika pasangan saya melukai SS S TS STS
anak
41.
Saya benci ketika pasangan hanya SS S TS STS
menginginkan kebutuhan seks saja
42.
Saya senang ketika pasangan tidak SS S TS STS
menggunakan perasaan
Saya takut ketika pasangan memaksakan
43. kehendak untuk kebutuhan yang dia senangi SS S TS STS
dengan cara melukai
44.
Saya senang ketika pasangan melakukan SS S TS STS
hubungan dengan cara kasar.
45.
Pasangan tidak memahami peran masing- SS S TS STS
masing dalam sebuah hubungan
46. Saya tidak dinafkahi oleh pasangan SS S TS STS
47.
Pasangan tidak malas untuk bertanggung SS S TS STS
jawab menafkahi
48. Pasangan menyuruh saya untuk bekerja SS S TS STS
49.
Saya tidak boleh bekerja namun kebutuhan SS S TS STS
hidup kurang
50. Saya ditelantarkan pasangan SS S TS STS
51. Saya tidak boleh bekerja namun SS S TS STS
64 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
ditelantarkan. Saya takut ketika pasangan melarang bekerja,
52. namun saya tetap bekerja demi kebaikan SS S TS STS anak.
Alpha Cronbach’s = 0,642 ; Sampel 34 Orang
D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur
Melalui analisis SPSS.20 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran
aitem gugur dan aitem shahih sebagai berikut :
Item Shohih Item Gugur
Item
8, 16, 21, 22, 23,
1, 2, 3, 4,5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15,
Pernyataan 17, 18, 19, 20, 25, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 24, 26, 27, 36,
34, 35, 38, 40, 42,43, 44, 45, 46, 47, 48, 37, 39, 41.
49, 50, 51, 52.
Jumlah 12 40
E. Penutup
Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
Instrument Skala Kegagalan Rumah Tangga Usia Dini dapat
digunakan untuk mengetahui seberapa banyak pasangan mengalami
kegagalan dalam rumah tangga yang masih dikategorikan dalam usia dini
dengan berbagai macam penyebab yang dialami.
Instrument dapat digunakan untuk pengukuran dalam
mengumpulkan data.
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 65
11. Instrumen Skala Tingkat Kemandirian Remaja Anak Single Father Oleh: Hindun Arroyani ([email protected]) Professional Judgement: Zain Musyrifin, S.Sos.I., M.pd.I.
A. Pengantar Struktur keluarga adalah salah satu faktor yang membentuk kemandirian
remaja. Keadaan kluarga yang tidak lagi utuh (single perent) tentu
mempengaruhi kemandirian remaja. Kemandirian remaja merupakan suatu
kemampuan untuk mengatur prilaku dan memutuskan tanpa banyak
bergantung pada orang tua.(Steinberg, 2002)
Skala ini dimaksudkan untuk mengukur seberapa tingginya tingkat
kemandirian remaja pada anak single father. Kemandirian anak yang
mempunyai orang tua lengkap dengan anak yang (single perent) tentunya
berbeda, apalagi hanya seorang ayah saja yang mengasuhnya.Ayahlah yang
bertanggung jawab atas kebutuhan financial keluarga da nmenggantikan
tugas ibu untuk memenuhi kebutuhan psikologis dari keluarga.
Skala Tingkat Kemandirian Remaja Anak Single father disusun
berdasarkan aspek-aspek : diantaranya dapat memenuhi diri atau identitas
diri, memiliki kemampuan inisiatif. Dan disajikan dalam bentuk indikator-
indikator . Semakin tinggi Skor yang diperoleh subjek, maka semakin
tinggi pula indikasi terjadinya kemandirian remaja anak single father.
B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Tingkat kemandirian Remaja Anak Single Father ini diukur
berdasarkan skala tingkat kemandirian dan disusun berdasarkan teori
Stainberg dengan aspek-aspek sebagai berikut:
1. Aspek Kognitif 2. Aspek Afektif 3. Aspek Konatif
No Item
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
Jml Favor Unfav
able orable
66 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
Tingkat kemandiri
an belajar
remaja
pada anak
single
father
Sebelum
melakukan
Memiliki
sesuatu 1,33 2 3
menyiapkan
kemampu
nya terlebih
an
dahulu
inisiatif
Termasuk
orang yang 3,34 4
kreatif
Takut salah
dalam 7,35 8 3
menggambil
Aspek keputusan
Kognitif
Malu dengan
hasil 9,36 10 3
pekerjaan
sendiri
Percaya
bahwa 11 12 2
dirinya
Mampu sendiri bisa
mengatasi
Mudah
masalah menyerah
jika 13,37 14 3
menghadapi
masalah
Mampu
mengendalik 15,38 16 3
Berusaha an emosi mengerja
sangat suka
kan 17,39 18 3 Aspek tantangan
sesuatu
Afektif
Pantang
tanpa
baginya
bantuan
untuk
orang lain
20 1
meminta
bantuan
orang lain
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 67
selagi bisa
sendiri
Sering
mengeluh
jika tidak 21 22 2
bisa
memecahkan
masalah
Berani
mengambil
resiko dalam 23 24 2
memecahkan
masalah
mengandalka
n bantuan 25 26 2
orang lain
Jika dirasa
pekerjaannya 27 28 2
sulit maka di
tinggalkan
Melakukan
pekerjaan 29 30 2
sampai
Aspek
Tanggung
tuntas/selesai
Konatif
jawab
Berani
menerima
konsekuensi 31 32 2
dari hasil
kerjanya
Jumlah 26 14 40
68 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
C. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No Pernyataan Jawaban
1. Sebelum berangkat sekolah, saya
SS S TS STS menyiapkan pralatan sekolah terlebih dahulu
2. Saya tipe orang yang kreatif SS S TS STS
3. Saya takut salah dalam mengambil keputusan SS S TS STS
4. Saya sering malu dengan hasil pekerjaan
SS S TS STS sendiri
5. Saya percaya bahwa saya mampu
SS S TS STS menghadapi masalah saya sendiri
6. Saya mudah menyerah dalam menghadapi
SS S TS STS masalah
7. Saya mampu mengendalikan emosi SS S TS STS
8. Saya sangat suka tantangan SS S TS STS
9. Saya melakukan pekerjaan rumah sendiri SS S TS STS
10. Saya tidak mau meminta bantuan orang lain
SS S TS STS selagi saya bisa
11. Saya orang yang berani mengambil resiko SS S TS STS
12. Jika dirasa pekerjaan saya sulit maka saya
SS S TS STS tinggalkan
13. Saya tidak suka tantangan SS S TS STS
14. Saya melaksanakan pekerjaan sampai tuntas SS S TS STS
15. Saya berani menerima konsekuensi dari hasil
SS S TS STS pekerjaan saya sendiri
16. Saya sering mengeluh jika tidak bisa
SS S TS STS menyelesaikan pekerjaan saya sendiri
17. Saya suka merepotkan orang lain SS S TS STS
18. Saya sering mengandalkan orang lain dalam
SS S TS STS melaksanakan pekerjaan
19. Saya sudah mampu memenuhi kebutuhan
SS S TS STS financial sendiri
20. Saya merasa puas dengan hasil pekerjaan
SS S TS STS sendiri meskipun itu kurang bagus
21. Saya malu jika harus meminta bantuan orang
SS S TS STS lain
22. Saya tau apa yang harus saya perbuat ketika
SS S TS STS menghadapi masalah
23. Saya sudah berani jika harus tinggal sendiri
SS S TS STS berpisah dengan ayah
24. Saya belum siap jika harus tinggal sendiri SS S TS STS
25. Saya sudah mampu mengambil keputusan SS S TS STS
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 69
sendiri
26. Saya hidup di lingkungan yang
SS S TS STS mengharuskan saya hidup mandiri
27. Saya sering meminjam barang kepada teman SS S TS STS
28. Saya tidak membuat rancangan dalam
SS S TS STS belajar
29. Jika ada pekerjaan saya langsung
SS S TS STS mengerjakan pekerjaan itu tanpa di tunda
30. Saya suka hidup teratur SS S TS STS
31. Saya merasa bahwa semua pelajaran sekolah
SS S TS STS itu penting
32. Saya tidak bisa melakukan apa-apa tanpa
SS S TS STS dorongan orang lain
Saya menyadari jika saya memiliki
STS 33. kelemahan dalam bidang tertentu yang saya SS S TS rasa sulit
34. Saya senang melakukan suatu pekerjaan
SS S TS STS bersama teman
35. Saya melaksanakan hak dan kewajiban,
SS S TS STS sebagai anak sekolah
36. jika saya melakukan kesalahan, saya berani
SS S TS STS menerima hukuman
37. Saya akan mencari cara agar masalah saya
SS S TS STS cepat selesai
38. Jika mengerjakan pekerjaan, saya tidak mau
SS S TS STS bersama orang lain
39. Saya mematuhi semua peraturan, baik di
SS S TS STS rumah atau di sekolah
40. Saya gelisah jika akan menghadapi ujian di
SS S TS STS sekolah
Alpha Crombach’s = 0,699: Sempel = 30 0rang
D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur
Melalui analisiss SPSS 20 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran
aitem gugur dan aitem shohih sebagai berikut:
Item Shohih Item Gugur
Item 4, 14, 17, 19,
1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12,
Pernyataan 13, 15, 16, 18, 20, 21, 23, 24,
22, 25, 29, 30, 26, 27, 28, 31, 32, 33, 34, 35, 32, 39
36, 37, 38, 40
Jumlah 10 30
70 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
E. Penutup
Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat di peroleh
kesimpulan sebagai berikut:
a. Instrumen Skala Tingkat Kemandirian Remaja Anak Single Father
dapat digunakan untuk masyarakat umum. Instrumen ini untuk
mengetahui seberapa tinggi tingkat kemandirian pada remaja yang
hanya memiliki bapak. b. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka
pengumpulan data .
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 71
12. Instrumen Skala Tingkat Kecemasan Orang Tua Anak Hiperaktif
di Kabupaten Sleman Oleh : Irena Wahyu Damayanti ( [email protected] ) Professional Judgement : Slamet, S.Ag., M.Si
A. Pengantar
Clark (2010) mendefinisikan kecemasan sebagai sistem respon
kognitif, afektif, fisiologis, dan perilaku yang rumit dan aktif jika terdapat
keadaan yang dianggap tidak menyenangkan karena keadaan tersebut tidak
terduga dan tak terkendali serta berpotensi mengancam kepentingan
individu.
Nevid, Rathus, dan Greene (2003) berpendapat bahwa kecemasan
merupakan keadaan emosional yang ditandai adanya keterangsangan fisik,
perasaan tegang yang tidak menyenangkan, serta perasaan khawatir akan
terjadinya sesuatu yang buruk. Kecamasan merupakan suatu keadaan aprehensi atau keadaan
khawatir yang mengeluhkan sesuatu yang buruk akan segera terjadi.
Kecemasan adalah respon yang tepat terhadap ancaman, tetapi kecemasan
bisa menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi
ancaman, atau bila sepertinya datang tanpa ada penyebabnya, yaitu bila
bukan merupakan respon terhadap perubahan lingkungan. Dalam bentuk
yang ekstrim kecemasan dapat menganggu fungsi tubuh.
Hafidh (2010) menyatakan bahwa ditinjau secara psikologis,
hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal, disebabkan
disfungsi neurologis dengan gejala utama tidak mampu memusatkan
perhatian. Menurut Dr. Seto Mulyadi, hiperaktif menunjukkan adanya
suatu pola perilaku yang menentang pada seorang anak. Perilaku ini
ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi, dan
bertindak sekehendak hatinya atau impulsif. Instrumen ini dibuat untuk mengukur tingkat kecemasan orang tua
yang memiliki anak berkepribadian hiperaktif di Kabupaten Sleman sesuai dengan teori yang ada kemudian dikembangkan oleh peneliti.
B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Clark (2010) menyebutkan empat aspek sebagai penanda kecemasan, meliputi: Aspek afektif, aspek fisiologis, aspek kognitif, aspek perilaku.
72 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
No Item
Jml Variable Aspek Indikator Deskriptor
Favor Unfavora
able ble
Ketakutan
yang 1,2 3 3
berlebihan
Individu Perasaan 4,5 6 3
Aspek Mengala panik
Afekti mi
Perasaan 7,8 9 3
f Gangguan tegang
Perasaan
Kegelisaha
n 10,11 12,13 4
tentang
sesuatu
Pusing 14,15 16 3
Individu Merasa 17,18 19 3
mengalam lemas Aspek
i
Jantung
Fisiolo
gangguan berdebar- 20,21 22 3
gis pada debar
tubuh
Tingkat Keringat
23,24 25 3 dingin
Kecemasa
Individu Bingung
n Orang
mengalam tentang 26,27 28 3 Tua Anak
i sesuatu
Hiperaktif
gangguan
Tidak bisa
dalam berkonsentr 29,30 31 3
berfikir asi
Aspek
Individu Mimpi 32 33,34 3
Kognit mengalam buruk
if i
35,36,
gangguan Insomnia 38,39 5 37
tidur
Individu Cepat 40 41,42 3
kehilanga marah
n kontrol Cepat sedih 43 44 2
diri
Aspek Individu Mondar- 45 46 2
Perilak bersikap mandir
u tidak
Terlalu 47,48 49,50 4
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 73
tenang banyak
dalam bicara
menghada
pi sesuatu
Jumlah 29 21 50
C. Jumlah Pernyataan dan Reliabilitas
No Pertanyaan Jawaban
1
Saya merasa takut jika anak saya melakukan SS
S
TS STS
hal yang membahayakan
2
Ketakutan saya muncul ketika anak saya SS
S
TS STS
tidak punya rasa lelah
3
Saya bersikap biasa saja jika anak suka SS
S
TS STS
bergerak tanpa henti
4
Saya merasa panik saat anak saya melukai SS
S
TS STS
orang lain
5
Saat anak saya berkelahi dengan temannya SS
S
TS STS
saya merasa sangat panik
6
Saya mengabaikan anak saya yang terluka SS
S
TS STS
karena ulahnya sendiri
7 Saya merasa tegang saat anak membantah SS S TS STS
8 Saya merasa cemas anak saya cepat marah SS S TS STS
9
Saya tenang-tenang saja anak saya banyak SS
S
TS STS
tingkah karena sudah sewajarnya
10
Saya gelisah ketika anak saya mendapat SS
S
TS STS
penolakan dari teman
Kegelisahan saya muncul ketika anak saya
11 mendapat nilai jauh di bawah nilai teman- SS S TS STS
temannya
12
Saya santai saja ketika anak saya berbicara SS
S
TS STS
dengan nada menantang
13
Ketika anak saya suka mengejek temannya SS
S
TS STS
saya tidak akan menggubris
14
Saya pusing sekali mendengar anak saya SS
S
TS STS
berteriak keras-keras
74 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
15 Ketika anak saya sulit untuk dikendalikan hal
SS S TS STS itu membuat saya pusing
16 Saya tidak ambil pusing ketika anak saya
SS S TS STS tidak bisa duduk manis
17 Ketika menasehati anak saya berulang kali
SS S TS STS tetapi tidak didengarkan saya merasa lemas
18 Badan saya merasa lemas ketika anak saya
SS S TS STS susah diatur
19 Saya tetap sehat walau anak saya banyak
SS S TS STS masalah
20 Jantung saya berdebar-debar saat anak saya
SS S TS STS dipandang nakal
Jantung saya berdetak kencang ketika
21 mendapat panggilan dari wali kelas karena SS S TS STS
ulah anak saya
22 Denyut jantung saya tetap stabil ketika anak
SS S TS STS saya menyinggung perasaan orang lain
23 Tiba-tiba keringat saya keluar jika melihat
SS S TS STS anak saya menyerang temannya
24 Keringat dingin saya muncul ketika anak
SS S TS STS saya keras kepala
25 Ketika anak pergi tanpa sepengetahuan saya,
SS S TS STS badan saya menjadi lebih segar
26 Saya merasa bingung setiap kali menghadapi
SS S TS STS anak saya yang tidak mau diam
Membuat anak saya bisa memahami
27 pelajaran sekolah adalah hal yang SS S TS STS
membingungkan
28 Saya tidak akan bingung jika anak saya
SS S TS STS kelelahan karena aktivitasnya
Saya merasa tidak bisa konsentrasi saat
29 bekerja ketika teringat perilaku hiperaktif SS S TS STS
anak saya
30 Walaupun anak saya suka menganggu saya
SS S TS STS tetap bisa berfikir dengan jernih
31 Saya dapat berkonsentrasi dengan baik saat SS S TS STS
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 75
anak saya terus mengajak berbicara
32 Tidur saya terganggu karena bermimpi buruk
SS S TS STS tentang anak saya
33 Saya tidak pernah bermimpi buruk sama
SS S TS STS sekali tentang anak saya
34 Saya pernah mimpi indah tentang anak saya
SS S TS STS padahal anak saya sedang sakit
35 Saya sulit untuk tidur karena terus
SS S TS STS memikirkan anak saya
36 Saya tidak bisa tidur ketika membayangkan
SS S TS STS masa depan anak saya
Saya selalu tidur larut malam karena selalu
37 memastikan anak saya sudah tidur atau SS S TS STS
belum
38 Saya bisa tidur walaupun anak saya tidak
SS S TS STS mau istirahat dari aktivitasnya
39 Tidur saya nyenyak walaupun anak saya
SS S TS STS tidak bisa tidur dengan tenang
40 Saya akan marah jika anak saya suka
SS S TS STS merusak mainan orang lain
41 Saat anak membuat berantakan rumah saya
SS S TS STS tidak akan marah
42 Saat anak menganggu pekerjaan saya hal
SS S TS STS tersebut tidak membuat saya marah
43 Saya sedih ketika orang lain bilang bahwa
SS S TS STS anak saya adalah penganggu
44 Saya tidak peduli walau ada orang yang
SS S TS STS mebicarakan kejelekan anak saya
45 Berada jauh dari anak membuat saya
SS S TS STS mondar-mandir karena memikirkannya
46 Ketika anak saya mendorong temannya lebih
SS S TS STS baik saya duduk manis
47 Saya suka ngomel (banyak bicara) ketika
SS S TS STS anak saya bertindak sembrono (sembarangan)
48 Saat anak saya tidak bisa fokus belajar SS S TS STS
76 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
biasanya saya banyak komentar
49 Saya acuh terhadap anak saya yang ngeyel SS S TS STS
50 Terlalu banyak kesalahan yang dilakukan
SS S TS STS anak membuat saya malas bicara kepadanya
Alpha Cronbach’s = 0,921 ; Sampel = 43 Orang
D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur
Melalui analisiss SPSS.20 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran
aitem gugur dan aitem shahih sebagai berikut :
Item Shohih Item Gugur
1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 14,
3, 9, 12, 13, 25, 27, 31, Item 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22,
34, 38, 39, 41, 46, 49, Pernyataan 23, 24, 26, 28, 29, 30, 32, 33,
50 35, 36, 37, 40, 42, 43, 44, 45,
47, 48
Jumlah 36 14
E. Penutup
Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Instrumen Skala Tingkat Kecemasan Orang Tua Anak Hiperaktif dapat
digunakan untuk khalayak umum untuk mengetahui seberapa tinggi
tingkat kecemasan pada orang tua yang memeliki anak berkepribadian
hiperaktif. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka
pengumpulan data karena reliabilitas instrumen 0,92, semkin
mendekati angka 1 maka semakin reliabel.
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 77
13. Instrumen Skala Kebahagiaan Pernikahan Pasangan Suami
Istri Setelah Menikah 5 Tahun di Kabupaten Gunungkidul Oleh: Efa Findriani ([email protected]) Profesional Judgement: Slamet, S.Ag, M.Si
A. Pengantar
Menurut Arikunto (2006:136) instrumen adalah alat atau fasilitas yang
digunakan penelitian dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih
mudah dan hasilnya lebih baik, sehingga mudah diolah. Strategi sendiri
terdiri atas sejumlah tujuan (makroskopik) atau sasaran, untuk mencapai
tujuan strategi dibutuhkan maneuver taktis tertentu.
Menurut John Gottman (1998) kebahagiaan pernikahan adalah
dambaan bagi semua pasangan suami istri. Keinginan tersebut dapat
terwujud jika dibarengi dengan usaha sungguh-sungguh dari pasangan
suami istri dan tanpa adanya upaya bersama maka kebahagiaan mustahil
dapat terwujud (digilib.uinsby.ac.id, 2007).
Penyusunan skala ini dimaksudkan untuk mengetahui kebahagiaan
pernikahan pasangan suami istri setelah menikah 5 tahun di kabupaten
Gunungkidul. Alasan di susunnya instrumen ini yaitu bermunculnya
fenomena banyaknya perceraian di kabupaten Gunungkidul. Berdasarkan
data Pengadilan Agama Wonosari, angka perceraian di Gunungkidul pada
tahun 2016 yaitu 1.303 kasus dan bulan September 2017 sudah terdapat
870 kasus perceraian yang tercatat di Pengadilan Agama Wonosari,
Gunungkidul (tribunjogja.com, 2017). Dari data tersebut maka instrumen
ini dimaksudkan untuk melihat seberapa bahagia pernikahan pasangan
suami istri setelah menikah 5 tahun sehingga dapat diketahui sebab
banyaknya kasus perceraian yang terdapat di Gunungkidul. Skala
kebahagiaan pernikahan ini disusun berdasarkan aspek-aspek kebahagiaan
pernikahan yang disajikan dalam bentuk indikator-indikator. Semakin
tinggi skor yang diperoleh subjek maka semakin tinggi kebahagiaan
pernikahan subjek.
B. Pengembangan Skala Psikologis
Kebahagiaan pernikahan pasangan suami istri setelah menikah 5 tahun
ini diukur berdasarkan skala kebahagiaan pernikahan dan disusun
berdasarkan teori John Gottman dengan aspek-aspek sebagai berikut :
1. Pengetahuan tentang pasangan. 2. Memelihara rasa suka dan kagum.
78 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
3. Saling mendekati. 4. Menerima pengaruh dari pasangan. 5. Kemampuan memecahkan masalah. 6. Menciptakan makna bersama.
No. Item
Variable Aspek Indikator Deskriptor
Jml Favora Unfav
ble orable
Mengetahui Hal
hal yang disukai 1,2 3,4 4
disukai dan pasangan
tidak
Hal tidak 5,6,7,8,1 9,10,
disukai disukai 9 2 11, 13
pasangan pasangan
Mengetahui ketakutan 14,15,16 18, 19, 8
ketakutan pasangan ,17 20, 21
dan stress
Stress 22, 23 24, 25 4
pasangan pasangan
Aspek
Mengetahui
pengeta
peristiwa
huan Peristiwa
penting
tentang penting 26, 27 28, 29 4 dalam Kebahagi pasanga pasangan
sejarah
aan n
pasangan
Pernikaha
Informasi
n
Memperba sesuai
30, 31 32, 33 4
harui fakta
informasi pasangan
sesuai fakta Informasi
dan
sesuai
37, 38,
perasaan 34,35,36 6
perasaan 39 pasangan
pasangan
Aspek
Dapat
berpikir
memelih Berpikir 40, 41, 43, 44,
postif 6
ara rasa positif 42 45 tentang
suka dan
pasangan
kagum
Percaya Saling 46, 47 48, 49 4
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 79
dengan percaya
pasangan
Aspek
Menjalin
hubungan Menjalin
saling
pernikahan hubungan 50, 51 52, 53 4
mendek
agar tetap baik
ati
baik
Aspek Memperti
meneri Memutuska mbangkan 54, 55 56, 57 4
ma n segala pendapat
pengaru sesuatu
Menyatuk
h dari bersama-
an 58, 59 60, 61 4
pasanga sama
pendapat
n
Dialog
memecah 62, 63 64, 65 4
kan
masalah
Aspek
Mengharg
Kemampua ai
kemamp
n impian/ha 66, 67 68, 69 4
uan
menyelesai rapan
memeca
kan pasangan
hkan
masalah
Saling
masalah 70, 71, 73, 74,
memaafka 6
72 75
n
Terbuka 76, 77,
pada 78 4
79
pasangan
Kemempua Spiritual
80, 81, 83, 84, 6
n 82 85
menciptaka
Aspek n
mencipt kehidupan
akan spriritual Arti 86, 87,
makna dan 89, 90 6
keluarga 88
bersama memahami
arti
keluarga
yang sudah
80 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
dibangun
Jumlah 45 45 90
C. Item Pernyataan dan Reliabilitas
No. Pernyataan Jawaban
1 Pasangan saya sering senyum ketika saya SS
S TS STS
memberikan apa yang dia inginkan
2 Ketika makan bersama, pasangan saya sering SS
S TS STS
memuji saya
3 Raut wajah pasangan saya cemberut ketika SS
S TS STS
saya beri saran
4 Mengetahui berbagai hal yang disukai STS
pasangan menurut saya tidak penting untuk SS S TS
membangun sebuah keluarga
5 Sekian lama menikah membuat saya STS
memahami berbagai hal yang tidak disukai SS S TS
oleh pasangan
6 Pasangan saya tetap setia walaupun melihat SS
S TS STS
kejelekan saya
7 Pasangan saya selalu memberikan solusi SS
S TS STS
pada kekurangan saya
8 Pasangan saya adalah orang yang penyabar SS
S TS STS
ketika melihat kejelekan saya
9 Saya sering ditinggalkan pasangan ketika SS
S TS STS
saya melakukan hal yang tidak disukainya
10 Pasangan saya adalah orang yang selalu STS
ingin melihat saya sempurna walaupun saya SS S TS
tidak mampu melakukannya
11 Saya selalu dimarahi pasangan ketika saya SS S TS STS
tidak sesuai keinginannya
12 Ketika pasangan saya merasa ketakutan saya SS
S TS STS
selalu menenangkannya
13 Saya akan mengancam pasangan jika tidak SS
S TS STS
menuruti apa yang saya katakana
14 Saya selalu merasa takut kehilangan SS
S TS STS
pasangan
15 Saya mengetahui hati pasangan saya selalu SS
S TS STS
merasa kawatir ketika saya keluar dari rumah
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 81
16 Pasangan saya tidak pernah takut kekurangan SS S TS STS
dalam hal ekonomi
17 Saya adalah orang yang optimis dengan SS S TS STS
kesuksesan masa yang akan datang
18 Pasangan saya adalah orang yang cemburuan SS S TS STS
19 Pasangan saya sering bermain tangan ketika SS S TS STS
kita sedang bertengkar
20 Pasangan saya adalah orang yang fobia SS S TS STS
ketinggian
21 Pasangan saya merupakan orang yang suka SS S TS STS
membentak-bentak
22 Ketika pasangan saya sedang diam dan STS
marah-marah saya selalu menenangkan serta SS S TS
menghiburnya
23 Ketika saya sedang banyak pikiran, pasangan STS
saya merupakan orang yang bisa memberi SS S TS
saran
24 Pasangan saya orang yang tidak peduli SS S TS STS
tentang apa yang sedang saya pikirkan
25 Pasangan saya merupakan orang yang suka SS S TS STS
marah-marah dan membosankan
26 Saya selalu mengingat tanggal pernikahan SS S TS STS
27 Setiap pasangan ulang tahun, saya selalu SS S TS STS
mengucapkan selamat kepadanya
28 Setiap ulang tahun pernikahan saya sering SS S TS STS
lupa
29 Ketika sedang menghadiri acara keluarga, SS S TS STS
pasangan saya tidak pernah ikut
30 Saya mengetahui pekerjaan serta kegiatan SS S TS STS
pasangan di luar rumah
31 Saya mengenal semua sahabat dekat SS S TS STS
pasangan saya
32 Saya tidak peduli dengan kondisi tubuh SS S TS STS
pasangan
33 Saya tidak pernah tahu kegiatan pasangan SS S TS STS
ketika di luar rumah
34 Saya selalu mencari tahu hal yang membuat SS S TS STS
pasangan marah
35 Saya sering bercanda ketika pasangan sedang SS S TS STS
82 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
galau
36 Ketika pasangan saya sedang marah-marah, SS S TS STS
saya lebih baik diam
37 Ketika saya tidak mood, pasangan saya SS S TS STS
hanya diam
38 Ketika pasangan sedang marah-marah saya SS S TS STS
ikut marah-marah
39 Saat pasangan sedang galau saya memilih SS S TS STS
meninggalkannya
40 Saya tidak pernah meng-check hp pasangan SS S TS STS
41 Saya percaya pasangan saya tidak akan SS S TS STS
selingkuh
42 Saya menerima kekurangan dan kelebihan SS S TS STS
pasangan
43 Menurut saya meng-check hp pasangan SS S TS STS
sangat penting
44 Ketika saya belum terbukti salah pasangan SS S TS STS
selalu menuduh yang tidak benar
45 Saya selalu diikuti pasangan kemanapun SS S TS STS
saya pergi
46 Menurut saya, curiga berlebihan dengan SS S TS STS
pasangan tidak penting
47 Ketika saya salah, pasangan saya tidak STS langsung menyalahkan saya tetapi mencari SS S TS
bukti terlebih dahulu
48 Saya mudah terbujuk orang lain mengenai SS S TS STS
isu jelek pasangan saya
49 Saya harus tahu semua hal yang dilakukan STS pasangan karena saya tidak bisa SS S TS
mempercayainya
50 Saya selalu mengucapkan kata mesra dengan SS S TS STS
pasangan sebelum tidur
51 Saya selalu menjaga komunikasi dengan baik SS S TS STS
dengan pasangan
52 Saya tidak pernah menanyakan kabar SS S TS STS
pasangan ketika tidak ada di rumah
53 Ketika emosi memuncak saya selalu SS S TS STS
mengucapkan kata cerai
54 Ketika memilih sesuatu saya selalu SS S TS STS
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 83
memutuskannya dengan melibatkan
pasangan
55 Saat memilih tempat tinggal saya bertanya STS
terlebih dahulu pada pasangan sesuai SS S TS
keinginannya
56 Menurut saya pendapat pasangan tidak STS
penting untuk memilih apa yang akan saya SS S TS
lakukan
57 Saya selalu mengacuhkan pendapat pasangan SS S TS STS
ketika memutuskan sesuatu
58 Ketika membeli sesuatu saya selalu SS S TS STS
berdiskusi dengan pasangan
59 Ketika membangun rumah pendapat saya SS S TS STS
dan pasangan dipadukan
60 Saya selalu menggunakan pendapat saya saja SS S TS STS
dalam menentukan berbagai hal
61 Pasangan saya merupakan orang yang egois SS S TS STS
62 Ketika menghadapi masalah saya selalu SS S TS STS
membicarakannya dengan pasangan
63 Pasangan saya merupakan partner diskusi SS S TS STS
yang tepat
64 Saya tidak pernah berdiskusi tukar pendapat SS S TS STS
ketika menghadapi masalah
65 Saya selalu menyelesaikan masalah sendiri SS S TS STS
tanpa melibatkan pasangan
66 Memberi dukungan pasangan dengan segala SS S TS STS
impiannya sangat penting bagi saya
67 Saat pasangan saya ingin berkarir saya SS S TS STS
mendukungnya
68 Pasangan saya merupakan orang yang SS S TS STS
ambisius dengan impiannya sendiri
69 Pasangan saya merupakan orang yang acuh SS S TS STS
dengan harapan masa depan saya
70 Saya selalu minta maaf ketika terjadi SS S TS STS
kesalahpahaman
71 Pasangan saya adalah orang yang murah hati SS S TS STS
72 Saya dan pasangan adalah orang yang tidak SS S TS STS
tahan dengan permusuhan
73 Saya dan pasangan saling tidak peduli ketika SS S TS STS
84 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
terjadi kesalahpahaman
74 Saya malu mengakui kesalahan kepada SS S TS STS
pasangan
75 Saya memilih keluar dari rumah daripada SS S TS STS
minta maaf ketika terjadi masalah
76 Ketika terjadi kesalahpahaman saya memilih SS S TS STS
mengalihkan pembicaraan
77 Saat saya melakukan kesalahan saya memilih SS S TS STS
menyembunyikan dengan pasangan
78 Saya menceritakan apa pun yang saya alami SS S TS STS
pada pasangan
79 Saya takut menceritakan kejelekan saya pada SS S TS STS
pasangan
80 Agama merupakan pondasi dalam rumah SS S TS STS
tangga
81 Pasangan saya selalu mengajak saya SS S TS STS
melakukan ibadah keagamaan
82 Ibadah lebih penting daripada sekedar SS S TS STS
mencari uang
83 Pasangan saya terlalu sibuk dengan SS S TS STS
kegiatannya sehingga lupa beribadah
84 Uang lebih penting daripada ibadah SS S TS STS
85 Saya selalu menunda beribadah saat waktu SS S TS STS
ibadah tiba
86 Sesibuk apapun saya selalu menyempatkan SS S TS STS
waktu dengan keluarga
87 Saya selalu makan bersama dengan keluarga SS S TS STS
88 Saya selalu meneteskan air mata ketika SS S TS STS
teringat keluarga
89 Pasangan saya merupakan orang yang tidak SS S TS STS
perhatian
90 Pasangan saya selalu makan di luar rumah SS S TS STS
Alpha Cronbach’s = 0,936 ; Sampel = 50
D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur
Melalui analisis SPSS 15 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran aitem
gugur dan aitem shahih sebagai berikut :
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 85
Item Shohih Item Gugur
5, 6, 7, 8, 11, 13, 15, 16, 17, 19, 1,2,3,4,9,10,1
20, 21, 23, 24, 25, 26, 28, 29, 30,
2,14,18,22,27 Item 31, 33, 38, 39, 41, 42, 44, 45, 46,
,32,34,35,36, Pernyataan 47, 48, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57,
37,40,43,49,5 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66,
0,67,70,71,80 68, 69, 72, 73, 74, 75, 78, 76, 77,
,87,88,90 79, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 89
Jumlah 63 27
E. Penutup
Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Instrumen Skala Kebahagiaan Pernikahan Pasangan Suami Istri
Setelah Menikah 5 Tahun di Kabupaten Gunungkidul dapat digunakan
untuk khalayak umum untuk mengetahui seberapa tinggi kebahagiaan
pernikahan pasangan suami istri setekah menikah 5 tahun di kabupaten
Gunungkidul. 2. Instrumen ini dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka
pengumpulan data karena nilai Alpha Cronbach’s sudah mendekati
satu yaitu 0,936. Semakin mendekati indeks satu maka reliabilitasnya
semakin baik.
86 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
14. Instrumen Skala Tingkat Kepuasan Suami Terhadap Istri
Yang Berkarir Oleh: Monica ( [email protected] ) Profesional Judgement: Slamet, S.Ag
A. Pengantar
Menurut Gullota, Adams dan Alexander (Aqmalia, 2009)
menyatakan bahwa kepuasan pernikahan merupakan perasaan pasangan terhadap pasangannya mengenai hubungan pernikahannya. Hal ini
berkaitan dengan perasaan bahagia yang pasangan rasakan dari hubungan yang dijalani.
Adapun kepuasan pernikahan menurut Pinson dan Lebow (Rini
dan Retnaningsih, 2008) merupakan suatu pengalaman subjektif, suatu
perasaan yang berlaku, dan suatusikap dimana semua itu didasarkan
pada faktor dalam diri individu yang mempengaruhi kualitas yang
dirasakan dari interaksi dalam pernikahan. Hal tersebut sejalan dengan
pengertian Chapel dan Leigh (Sumpani, 2008) yang menyebut kepuasan
pernikahansebagai evaluasi subyektif terhadap kualitas pernikahan
secara keseluruhan. Arti kepuasan pernikahan menurut Clayton
(Ardhianita dan Andayani, 2004) merupakan evaluasi secara
keseluruhan tentang segala hal yang berhubungan dengan kondisi
pernikahan. Evaluasi tersebut bersifat dari dalam diri seseorang
(subyektif) dan memiliki tingkatan lebih khusus dibanding perasaan
kebahagiaan pernikahan.
Berdasarkan pengertian para tokoh diatas, peneliti
menyimpulkan bahwa kepuasan pernikahan adalah evaluasi subyektif
seseorang terhadap kualitas pernikahannya yang berhubungan erat
dengan perasaan bahagia terhadap pernikahaannya.Oleh karena itu, saya
selaku penulis ingin mengetahui Tingkat Kepuasan Suami Terhadap
Istri Yang Berkarir dengan melakukan uji coba instrumen ini terhadap
berbagai responden dengaan istri yang berkarir.
B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Aspek-aspek yang digunakan dalam menentukan gambaran kepuasan pernikahan subyek, mengacu pada teori Robinson dan Blanton (2003) yang mengemukakan beberapa faktor terpenting dalam sebuah pernikahan yang memuaskan, antara lain: a. Keintiman
b. Komitmen c. Komunikasi
d. Kongruensi e. Keyakinan Beragama
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 87
No. Item
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
Jml Favora Unfavo
ble able
Seksual 4,29 38 3
Fisik
Keinti
Bentuk 37 39 2
Tubuh man
Emosiona Pemikiran 44 45 2
l
Perasaan 3,30 48 3
Kematang Jujur 47,35 8 3
an
Terbuka 1,28 46 3
Hubungan Komit
Mengenal
men
7 22,32 3
Penyesuai Pasangan
an Diri
Memahami 17,18,27 23 4
Pasangan
Diskusi 2,5 9,20 4
Berbagi Bersama
Pikiran
Komu
Menerima 21,26 11,33 4
Pendapat
nikasi
Kepuasan Berbagi
Rasa Cinta 14,34 13 3
Perkawin
Kasih
Perasaan 15 10 2
an
Sayang
Kelebihan 19,41 49 3
Persepsi Pasangan
Kekuatan
Kekuatan 44 43 2
Hubungan Kongr
Kekuranga
uensi
40 12 2
Persepsi n Pasangan
Kelemaha
Kenyamana
n n 50 24 2
Hubungan
Pengamala 36 51 2
n nilai
Keyak Spiritual
Penerapan 42 25 2
inan
Norma Beraga
Ibadah
ma
6 16 2
Ibadah Bersama
Tanggung 53 52 2
88 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
Jawab
Ibadah
Jumlah 30 23 53
C. Item Pernyataan dan Reliabilitas
No. Pernyataan SS S TS STS
1. Saya mendapat kepuasan saat berhubungan
SS S TS STS
seksual dengan pasangan
Saya dan pasangan berbicara secara terbuka
2. mengenai permasalahan seksual yang kami SS S TS STS
alami
3. Hubungan seksual yang kami lakukan hanya
SS S TS STS
sekedar rutinitas saja
4. Saya menyukai pasangan saya apa adanya SS S TS STS
5. Saya selalu berpikir positif mengenai pasangan
SS S TS STS
saya
6. Saya menyukai pasangan saya karena parasnya SS S TS STS
7. Terkadang saya berpikir negatif tentang
SS S TS STS
lingkungan kerja pasangan
8. Saya kecewa terhadap keputusan pasangan saya
SS S TS STS
untuk tetap berkarir
9. Saya bahagia telah menikah dengan pasangan
SS S TS STS
saya
10. Secara keseluruhan, saya puas dengan
SS S TS STS
kehidupan perkawinan saya
11. Saya tidak dapat sepenuhnya percaya dengan
SS S TS STS
pasangan
12. Pasangan saya tidak pernah membohongi saya SS S TS STS
13. Saya tidak pernah curiga kepada pasangan saya SS S TS STS
14. Saya menceritakan segala yang saya alami
SS S TS STS
kepada pasangan
15. Saya dan pasangan berkomitmen untuk
SS S TS STS
mengatur perekonomian secara bersama-sama
16. Pasangan saya jarang menceritakan masalah
SS S TS STS
pekerjaan dengan saya
17. Saya menyesal telah menikah dengan pasangan
SS S TS STS
pasangan saya
18. Saya kurang bisa membaur dengan keluarga SS S TS STS
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 89
pasangan
19. Pasangan saya memiliki hubungan baik dengan
SS S TS STS keluarga besar saya
20. Saya sangat mengerti keadaan pasangan saya SS S TS STS
21. Saya mampu memahami pasangan dengan baik SS S TS STS
22. Saya mendukung segala aktivitas pasangan saya SS S TS STS
23. Saya kurang bisa menerima pasangan saya yang
SS S TS STS berkarir
24. Saya sering berdiskusi membicarakan masalah
SS S TS STS keluarga dengan pasangan
25. Saya dapat bekerjasama dengan baik bersama
SS S TS STS pasangan
26. Saya dan pasangan seringkali tidak menemukan
SS S TS STS titik terang atas masalah yang kami hadapi
27. Kami sulit menemukan kesepakatan saat
SS S TS STS berdiskusi
28. Saya sering tidak bisa memahami jalan pikiran
SS S TS STS pasangan saya
29. Saya sering bertengkar dengan pasangan perihal
SS S TS STS perekonomian keluarga
30. Saya melakukan segala sesuatu atas kesepakatan
SS S TS STS bersama
31. Kami sering membicarakan konflik yang terjadi
SS S TS STS dalam rumah tangga saya secara baik-baik
32. Saya sering jalan berdua dengan pasangan SS S TS STS
33. Saya sangat mencintai pasangan saya SS S TS STS
34. Kehidupan pernikahan saya terasa
SS S TS STS membosankan
35. Pasangan saya kurang memperhatikan
SS S TS STS kebutuhan saya
36. Semenjak pasangan bekerja, saya tidak lagi
SS S TS STS menemukan sisi kelembutan pada diri pasangan
37. Saya mendapatkan kasih sayang yang cukup
SS S TS STS dari pasangan
38. Pasangan saya melakukan tugas dan tanggung
SS S TS STS jawabnya dengan baik
39. Saya mengerti betul kelebihan yang dimiliki
SS S TS STS pasangan saya
40. Saya mendukung prinsip yang dipegang oleh SS S TS STS
90 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
pasangan untuk mempertahankan hubungan
41. Saya menerima segala kekurangan pasangan
SS S TS STS saya
42. Saya tidak menemukan prinsip yang kuat yang
SS S TS STS ada pada diri pasangan
43. Saya dan pasangan masih bingung mengenai
SS S TS STS cara mengatur keuangan
44. Saya merasa lebih nyaman ketika pasangan
SS S TS STS berada dirumah
45. Saya kurang nyaman dengan kesibukan
SS S TS STS pasangan
46. Saya dan pasangan mampu mengamalkan nilai
SS S TS STS agama dalam rumah tangga saya
47. Saya merasa terganggu ketika pasangan saya
SS S TS STS membawa rekan kerjanya kerumah
48. Saya dan pasangan mampu menerapkan norma
SS S TS STS agama dalam hubungan saya
49. Saya dan pasangan rajin menghadiri kegiatan
SS S TS STS keagamaan
Saya tersinggung ketika pasangan
50. membandingkan gaji yang diperolehnya dengan SS S TS STS
nafkah yang saya berikan
51. Pasangan saya mampu mengatur waktu
SS S TS STS Ibadahnya dengan baik
52. Saya jarang melaksanakan Ibadah bersama
SS S TS STS pasangan
Saya tidak suka jika kesibukan pasangan
53. membuatnya lalai akan tanggungjawab SS S TS STS
Ibadahnya
Alpha Cronbach’s = 0,932; Sampel = 35 Orang
D. Klasifikasi Item Shahih dan Item Gugur
Melalui analisiss SPSS.20 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran aitem
gugur dan aitem shahih sebagai berikut :
Item Shohih Item Gugur
2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 1, 4, 17, 47, 52
Item 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26,
Pernyataan 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37,
38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 49, 50,
51, 53
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 91
Jumlah 48 5
E. Penutup
Instrumen ini dibuat untuk mengukur tingkat kepuasan suami terhadap
istri yang berkarir. Dari hasil uji coba tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat kepuasan yang diperoleh suami terhadap istri yang berkarir serta
ada pula yang tidak puas atas aktivitas berkarir istrinya. Berdasarkan uji coba terhadap subjek yang dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa Instrumen Skala Tingkat Kepuasan Suami Terhadap Istri yang berkarir dapat digunakan untuk khalayak umum, dikarenakan
memiliki tingkat reliabilitas yang mendekati angka1, yakni 0,932.
92 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
15. Instrumen Skala Tingkat Stres Ibu Karir dalam Pengasuhan Anak Oleh: Isna Sholihaturrahmaniah ( [email protected] ) Profesional Judgement: Slamet, S. Ag., M. Si.
A. Pengantar
Instrumen merupakan sebuah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab
permasalahan dalam penelitian. Instrumen yang penulis buat bertujuan
untuk mengukur tingkat stres yang dialami ibu karir dalam mengasuh
anak.
Pemilihan variabel didukung oleh fenomena yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari, yaitu banyaknya wanita yang menjalankan dua
kewajiban pokok sekaligus, di tempat kerja dan di rumah. Para wanita
yang sudah mempersiapkan dan mempertimbangkan segala keputusan
dalam hidupnya bisa jadi tidak merasa terbebani dengan tugas-tugas ini.
Namun tidak sedikit wanita karir yang terbebani bahkan merasa stres
dengan kewajiban-kewajiban yang harus dikerjakannya sebagai pekerja
dan ibu dari anak-anaknya.
Harapannya, instrumen ini dapat mengungkap tingkat stres para ibu
karir sehingga mereka dapat belajar lebih bijak dalam menangani
permasalahan dalam hidupnya terutama yang berkaitan dengan
pengasuhan anak. Karena pada dasarnya tidak ada ibu yang tidak
mencintai anaknya, yang sering terjadi adalah perbedaan cara orangtua
dalam mengungkapkan cintanya. Cara mengungkapkan rasa cinta yang
tidak tepat dapat menjadi boomerang bagi orang tua sendiri. Hal ini
yang sering menjadi penyebab stresnya para orangtua dalam pengasuhan
anak.
B. Pengembangan Skala Instrumen Psikologis
Stres didefinisikan dengan gangguan kekacauan mental dan
emosional yang disebabkan oleh faktor dari luar. Kualitas peran dan
interaksi antara anak dengan orangtua di dalam kepengasuhan sangat
mempengaruhi tingkat stres yang dialami para orangtua.
Variabel instrumen ini adalah tingkat stres ibu karir dalam
pengasuhan anak dengan empat aspek yang diperhatikan, yaitu aspek
orang tua, aspek anak, aspek hubungan disfungsi orang tua dengan anak,
dan hubungan disfungsi orang tua dengan pengasuh pengganti. Setiap
aspek akan digambarkan dengan indikator yang lebih spesifik. Semakin
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 93
tinggi skor yang didapatkan menunjukkan semakin tinggi/rendahnya
tingkat stres yang dialami tester.
No Item
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
Jml Favor Unfav
able orable
Praktek
mengurus 1, 2 3, 4 4
anak
Kemampu Kemampuan
an mengajarkan 5, 6 7, 8 4
mengurus hal-hal baru
anak
Kemampuan
mengendalik 10 9 2
an perilaku
anak
Memahami
tata cara 11, 12, 14, 15, 6
mengasuh 13 16
Pengetahu anak
an dalam Informasi
Tingkat pengasuh tentang pola 18, 19 17 3
Orang an asuh
stres ibu
tua
Referensi
karir
dalam 22, 23 20, 21 4
pengasuhan
Hubungan 24, 25, 27, 28,
dengan 6 26 29
keluarga
Hubungan
dengan rekan 31 30, 32 3
Hubungan kerja
sosial
Hubungan
dengan rekan 34 33, 35 3
komunitas Hubungan
37, 39, 36, 38,
dengan 6
41 40 tetangga
Kesehatan
Fisik 43 42 2
Mental 45 44 2
94 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
Kemampuan
beradaptasi
Kemampu
terhadap 47 46 2
perubahan
an
lingkungan
beradapta
Kemampuan
si
beradaptasi
48 49 2
terhadap
keadaan fisik
Permintaan 50 51 2
anak Tuntutan
Anak
kepada
menginginka 52 53 2
orangtua n perhatian
Kemandirian 54 55 2
Anak
Anak
memiliki ciri 56
1
khas
Mood Hobi anak 58 57 2
Perubahan
suasana hati 60 59 2
anak
Aktif di
depan 61 1
orangtua
Aktif di
Keaktifan
depan orang 62 63 2
lain
Orangtua
menerima 64 1
keaktifan
anak
Hubung
Orangtua
senang jika
an
65 66 2 Kedekata dekat dengan
disfungs
n anak
ional
emosional
Intensitas
anak
bertemu 67 68 2
dengan
dengan anak
orangtua
Penerima Penerimaan
69, 70 2
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 95
an orangtua
orangtua terhadap
keadaan anak
Harapan
orangtua 71 1
kepada anak
Komunikasi
Kedekata orangtua 72
1
n dengan guru
di sekolah
Hubung
Intensitas
bertemu
an
dengan
73
1
disfungs
pengasuh
ional
pengganti
orangtua
Penerimaan
dengan
Penerima orangtua
pengasu
an terhadap 74
1
h
orangtua pengasuh
penggan
pengganti
ti
Harapan
orangtua
terhadap 75 1
pengasuh
pengganti
Jumlah 37 38 75
C. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No Pernyataan Jawaban
1.
Saya dapat memenuhi kebutuhan anak SS S
TS STS
dengan mudah.
2.
Saya senang ketika anak meminta bantuan SS S
TS STS
kepada saya daripada kepada orang lain.
3. Saya risih ketika anak buang air. SS S TS STS
4. Saya kesulitan memandikan anak. SS S TS STS
5.
Saya sering mengajak anak melakukan SS S
TS STS
kegiatan yang belum pernah dilakukan.
96 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
6. Saya tidak pernah mencerca anak ketika
SS S TS STS melakukan kesalahan.
7. Saya melarang anak untuk melakukan
SS S TS STS kegiatan yang menantang.
8. Saya merasa kesulitan menerapkan
SS S TS STS pembelajaran seperti di sekolah anak.
9. Saya panik ketika anak tantrum. SS S TS STS
10. Saya sering membuat kesepakatan dengan
SS S TS STS anak sebelum pergi ke tempat umum.
11. Saya sangat memperhatikan ucapan saya
SS S TS STS sebelum berbicara kepada anak.
12. Saya membiarkan anak melakukan kegiatan
SS S TS STS yang disenanginya.
13. Saya selalu konsisten menerapkan peraturan
SS S TS STS kepada anak.
14. Saya tidak terbiasa mengasuh anak seorang
SS S TS STS diri.
15. Saya kurang pandai mengatur waktu untuk
SS S TS STS mengasuh anak.
16. Ketika anak rewel, saya sering memberinya
SS S TS STS gadget.
Saya jarang menghadiri acara parenting di
17. sekolah anak karena pekerjaan sering kali SS S TS STS
tidak bisa ditinggalkan.
18. Saya sering membaca buku atau majalah
SS S TS STS tentang parenting.
19. Saya sering browsing tentang parenting di
SS S TS STS internet.
20. Saya melakukan pengasuhan berdasarkan
SS S TS STS pengalaman orang tua saya.
21. Saya jarang membaca petunjuk penggunaan
SS S TS STS mainan anak.
22. Saya melakukan konsultasi parenting kepada
SS S TS STS konselor/psikolog.
23. Saya selalu memperhatikan komposisi SS S TS STS
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 97
makanan anak.
24.
Saya sering mengunjungi saudara besama SS S TS STS
anak saya.
Setiap hari saya dan suami selalu
25. menyempatkan berdiskusi tentang kegiatan SS S TS STS
anak.
26.
Saya menerapkan peraturan yang sama SS S TS STS
dengan suami dalam pengasuhan anak.
Saya tidak suka ketika ibu/saudara saya
27. mencampuri pengasuhan yang saya terapkan SS S TS STS
kepada anak.
28.
Saya sering berdebat dengan suami ketika SS S TS STS
anak tantrum.
29.
Saya memiliki peran yang lebih besar dalam SS S TS STS
mengurus anak daripada suami.
30.
Saya memiliki banyak kegiatan di luar SS S TS STS
pekerjaan bersama rekan rekan kerja.
31.
Saya sering berbagi info pengasuhan dengan SS S TS STS
rekan kerja.
32.
Saya merasa kerepotan ketika harus SS S TS STS
membawa anak ke tempat kerja.
33.
Walaupun lembur bekerja, saya selalu SS S TS STS
menyempatkan hadir di acara komunitas.
Saya sering membawa anak ke acara
34. komunitas dan membiarkan anak bermain SS S TS STS
dengan anak anak yang ada di sana.
35.
Saya sering membujuk anak untuk mengikuti SS S TS STS
kegiatan komunitas saya hingga usai.
36.
Saya tidak suka ketika anak saya bergaul SS S TS STS
dengan anak anak tetangga yang nakal.
37.
Saya selalu mendampingi anak bermain di SS S TS STS
lingkungan rumah.
38.
Saya akan melarang anak keluar rumah jika SS S TS STS
ia mendapatkan kosa kata “kotor”
39. Saya sering mengobrol dengan tetangga SS S TS STS
98 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
tentang pengasuhan anak.
Saya akan memarahi anak anak tetangga
40. yang bermain di dalam rumah dengan kaki SS S TS STS
kotor.
41. Saya sering mengajak ibu ibu di lingkungan
SS S TS STS
rumah untuk bermain dengan anak anak.
42. Tenaga saya terkuras habis untuk bekerja. SS S TS STS
43. Ketika saya sakit, saya memberi pengertian
SS S TS STS
kepada anak untuk tidak rewel.
Pekerjaan yang sangat menguras energi saya
44. membuat saya kadang marah dengan tingkah SS S TS STS
laku anak.
Setelah pulang kerja, saya selalu
45. membersihkan diri agar pikiran menjadi SS S TS STS
segar.
Saya tidak mengizinkan orang lain
46. menggendong anak saya kecuali keluarga SS S TS STS
dan gurunya.
47. Saya sering menyuruh anak untuk
SS S TS STS
memperkenalkan diri di depan orang baru.
Saya mampu mengajarkan anak untuk
48. menerima jenis kelaminnya dan dapat SS S TS STS
bersikap sesuai dengan jenis kelaminnya.
Saya pusing menghadapi anak ketika ia
49. merasa minder dengan keadaan fisiknya SS S TS STS
(misal, rambut keriting atau kulit gelap).
50. Saya dapat mengendalikan permintaan anak. SS S TS STS
51. Saya sering menunda permintaan anak
SS S TS STS
dengan janji janji palsu.
52. Saya selalu memberi pujian kepada anak
SS S TS STS
setiap anak pamer hasil kreasinya di sekolah.
53. Saya sering tidak fokus ketika berbicara
SS S TS STS
dengan anak.
54. Saya selalu memberi reward ketika anak
SS S TS STS
membereskan mainannya setelah selesai
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 99
bermain.
55.
Saya membiarkan anak menaruh pakaian SS S
TS STS
kotor di sembarang tempat.
56.
Saya tidak pernah memaksakan keinginan SS S
TS STS
saya kepada anak.
57.
Saya tidak memberikan batas waktu SS S
TS STS
penggunaan gadget kepada anak.
58.
Saya selalu membelikan mainan edukasi SS S
TS STS
kepada anak.
59. Saya mengizinkan anak membolos sekolah. SS S TS STS
60.
Saya dapat membuat anak tenang ketika ia SS S
TS STS
merasa takut.
61.
Saya selalu mendengarkan dan menanggapi SS S
TS STS
cerita yang diungkapkan anak.
62.
Saya bangga ketika anak menunjukkan SS S
TS STS
kemampuannya di depan banyak orang.
63.
Saya akan memarahi anak ketika ia membuat SS S
TS STS
temannya menangis..
64.
Saya sering menasihati anak agar tidak SS S
TS STS
terlalu aktif di tempat umum.
65.
Saya menjadwalkan liburan bersama anak SS S
TS STS
dan suami di saat weekend.
66.
Saya merasa risih ketika anak ingin terus SS S
TS STS
bersama saya.
67.
Saya selalu menyempatkan bermain bersama SS S
TS STS
anak setelah pulang kerja.
68.
Saya selalu pergi bekerja sebelum anak SS S
TS STS
bangun tidur.
69.
Kadang saya merasa kesal atas tingkah laku SS S
TS STS
anak.
70.
Saya merasa malu ketika orang lain SS S
TS STS
melaporkan sikap buruk anak kepada saya.
71.
Saya selalu menyesuaikan harapan saya SS S
TS STS
dengan potensi dan kemampuan anak.
100 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
Setiap hari saya menanyakan perkembangan
72. anak saya di sekolah kepada guru meskipun SS S TS STS
tidak bertatap muka.
73. Saya jarang menghadiri pertemuan wali
SS S TS STS murid di sekolah.
Saya menyadari perbedaan kemampuan
74. antara saya dengan guru dalam mengasuh SS S TS STS
anak.
Kadang saya merasa pengasuhan guru di
75. sekolah tidak seoptimal pengasuhan yang SS S TS STS
saya inginkan.
Alpha Cronbach’s = 0,824 ; Sampel = 34 Orang
D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur Melalui analisiss SPSS.20 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran aitem
gugur dan aitem shahih sebagai berikut :
Item Shohih Item Gugur
4, 5, 7, 8, 15, 16, 1, 2, 3, 6, 9, 10, 11, 12, 13,
Item 17, 18, 23, 25, 37, 14, 19, 20, 21, 22, 24, 26, 27,
41,
42, 44, 49, 52, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, Pernyataan
53, 57, 60, 61, 65, 36, 38, 39, 40, 43, 45, 46, 47,
66, 67, 69, 70, 72, 48, 50, 51, 54, 55, 56, 58, 59,
73 62, 63, 64, 68, 71, 74, 75
Jumlah 27 48
E. Penutup
Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Instrumen Skala Tingkat Stres Ibu Karir dalam Pengasuhan Anak
dapat digunakan oleh khalayak umum untuk mengetahui tingkat
stress ibu karir dalam mengasuh putra-putrinya. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka
pengumpulan data karena reliabilitas instrumen hampir mendekati
angka 1 yaitu 0,824
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 101
BIDANG PRIBADI, SOSIAL
DAN KEAGAMAAN
102 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
1. Instrumen Skala Tingkat Kesopanan Mahasiswa terhadap Norma
yang Berlaku di UIN Sunan Kalijaga Oleh: Amalia Desti Puspitasari ([email protected]) Profesional Judgement : Slamet, S.Ag, M.Si
A. Pengantar
Sebelum melaksanakan penelitian tentu ada beberapa informasi
yang harus digali lebih jauh dan mendalam. Peneliti harus mengetahui
secara detail tentang informasi subjek yang akan diteliti. Untuk itu perlu
adanya beberapa metode untuk mendapatkan informasi secara
mendalam. Misalnya, dengan menggunakan instrument, instrument ini
digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat kesopanan
mahasiswa terhadap norma yang berlaku dalam lingkungan kampus
maupun luar kampus.
Setiap mahasiswa pasti mempunyai latar belakang yang
berbeda. Ada yang mempunyai nilai kesopanan yang tinggi baik
dimasyarakat maupun dikeluarga, namun ada juga yang mempunyai
nilai kesopanan yang rendah hal itu tentu sangat mungkin terjadi pada
siapa saja. Hal tersebut bisa dipengaruhi karena faktor orang tua, dan
lingkungan. Apabila orang tua itu sudah membiasakan anaknya sejak
dini untuk bersikap sopan santun maka tentu ia akan terbiasa sampai ia
dewasa. Sebaliknya apabila sejak dini si anak tidak diajarkan sopan
santun maka kelak ia akan menjadi orang yang brutal dan tidak tau
bagaimana semestinya memperlakukan dan menghargai orang dengan
baik.
Semua itu tergantung dari bagaimana pola asuh orang tua dan
juga pengaruh lingkungan masyarakat. Disisi lain,ada banyak faktor
yang memicu terjadinya tingkat kesopanan seseorang itu tinggi maupun
rendah. Salah satunya bisa dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal.
Maka dari itu instrument ini dibuat untuk mengetahui seberapa
jauh atau seberapa tinggi seorang mahasiswa menjunjung tinggi nilai
kesopanan terhadap norma yang berlaku baik di lingkungan kampus
maupun masyarakat. Dengan adanya instrument ini diharapkan mampu
membantu orang tua, guru dan masyarakat dalam mendidik anaknya
tentang kesopanan kepada semua orang.
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 103
B. Perkembangan Instrument Skala Psikologis
Dalam KBBI dijelaskan yang dimaksud dengan kesopanan
adalah kehalusan baik (budi bahasanya, tingkah lakunya.) Pendapat lain
mengatakan bahwa kesopanan adalah tatacara, adat, atau kebiasaan
yang berlaku dalam masyarakat. Kesopanan merupakan perilaku yang
ditetapkan dan disepakati bersama oleh suatu masyarakat tertentu
sehingga kesopanan sekaligus menjadi prasyarat yang disepakati oleh
perilaku sosial. Oleh karena itu, kesopanan ini biasa disebut “tata
karma”.
Menurut Zamzani, dkk. (2010: 2) kesopanan (politeness)
merupakan perilaku yang diekspresikan dengan cara yang baik atau
beretika. Kesopanan merupakan fenomena kultural, sehingga apa yang
dianggap sopan oleh suatu kultur mungkin tidak demikian halnya
dengan kultur yang lain.
Menurut Rahardi (2005: 35) penelitian kesopanan mengkaji
penggunaan bahasa (language use) dalam suatu masyarakat bahasa
tertentu. Masyarakat tutur yang dimaksud adalah masyarakat dengan
latar belakang situasi sosial dan budaya yang mewadahinya. Adapun
yang dikaji di dalam penelitian kesopanan adalah segi maksud dan
fungsi tuturan
Menurut Chaer (2010: 10) secara singkat dan umum ada tiga
kaidah yang harus dipatuhi agar tuturan kita terdengar sopan oleh
pendengar atau lawan tutur kita. Ketiga kaidah itu adalah (1) formalitas
(formality), (2) ketidaktegasan (hesistancy) dan (3) kesamaan atau
kesekawanan (equality or camaraderie). Jadi menurut Chaer (2010: 11)
dengan sebuah tuturan disebut sopan kalau ia tidak terdengar memaksa
atau angkuh, tuturan itu memberi pilihan tidakan kepada lawan tutur,
dan lawan tutur itu menjadi senang.
Berdasarkan teori-teori tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
kesopanan adalah suatu perilaku manusia yang mencerminkan tentang
baik buruknya manusia yang terdiri dari beberapa aspek yaitu sikap,
peran orang tua dan interaksi sosial. Kesopanan sudah menjadi tradisi
yang temurun-temurun bagi masyarakat yang digunakan untuk
menghormati antar sesama manusia, terutama untuk menghormati orang
yang lebih tua. Kesopanan mengajarkan kita untuk berperilaku yang
baik dan bertutur kata yang baik dan layak bagaimana semestinya
menghargai orang itu.
104 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
Item
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
Jml Favora Unfavora
ble ble
Bahasa 1, 66 11, 24 4
yang baik
dan santun.
Mudah 60 31 2
Bahasa dimengerti.
Tidak 3, 67 54 3
bertele-tele
dalam
berbicara.
Mampu 34, 68 50 3
menghargai
dirinya
sendiri.
Sikap
Selalu 4, 7, 33, 2, 8, 9, 15
bersikap 57 43, 14,
Perilaku
sopan 15, 23,
Tingkat
dimanapun.
38, 61,
Kesopana 64, 65
n
Mempunya 5, 36, 12 5
Mahasiwa i toleransi 41, 48
yang tinggi
terhadap
orang lain.
Selalu 10, 19 6,13 4
menyapa
Ramah orang lain.
Ceria suka 32 58, 62 3
bergurau.
Pembiasaan 40,42, 37 3
Pola Asuh
diri yang 46, 69
baik sejak
Peran
usia dini.
Orang
Pemberian 51 53 2 Tua
dukungan
Motivasi
spiritual,
moral, dan
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 105
material.
Orang tua 18 55,63 3
Pengawas senantiasa
an memantau
anaknya.
Hubungan 21, 22, 20, 27, 47 7
yang 39, 49
Keluarga terjalin
dalam
keluarga.
Pergaulan 29, 59 16, 25, 6
Interak Teman dengan 35, 56
si Sebaya lingkungan
sosial sekitar
Hubungan 17, 28, 26, 30, 52 7
antara 44, 45
Masyarak dirinya
at dengan
masyarakat
sekitar.
Jumlah 35 35 70
C. Item Pernyataan.
No. Pernyataan Jawaban
1. Saya terbiasa berbicara dengan bahasa yang
SS S
TS STS
baik dan santun.
2. Terkadang saya malas jika orang tua saya
SS S
TS STS
menyuruh saya untuk mengambilkan sesuatu.
3 Saya lebih suka berbicara to the point SS S TS STS
4. Saya selalu menggunakan pakaian yang rapih
SS S
TS STS
kemanapun saya pergi
5. Meskipun saya pintar saya selalu menghargai
SS S
TS STS
usaha orang lain
6. Jika bertemu orang tua di sekitar rumah saya
SS S
TS STS
lebih suka diam.
7. Sebelum dan sesudah makan saya selalu
SS S
TS STS
membiasakan diri untuk berdoa.
8. Jika di kampus saya lebih sering SS S TS STS
106 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
menggunakan kaos dan baju seadanya.
Terkadang saya sering menggunakan bahasa
9. yang tinggi ketika berbicara dengan orang SS S TS STS
tua.
10. Saya selalu memanggil nama teman saya jika
SS S TS STS
bertemu di kampus.
11. Jika saya kaget, saya biasa mengungkapkan
SS S TS STS
kata-kata kasar.
Saya tidak suka apabila mengerjakan tugas
12. kelompok teman saya hanya mngerjakan apa SS S TS STT
adanya.
13. Saya lebih suka diam atau pura-pura tidak
SS S TS STS
lihat dari pada harus menyapa teman saya.
Jika saya mendengar adzhan saya selalu
14. menghentikan segala aktifitas saya dan SS S TS STS
mendahulukan solat.
Saya sering kesal jika saya berbicara dengan
15. orang yang tidak berpendidikan (tukang ojek, SS S TS STS
tukang becak)
Saya jarang mempunyai teman karena saya
16. pendiam, acuh +tak acuh dan tidak mau SS S TS STS
bergabung dengan yang lain.
Jika saya tersesat di jalan, saya biasa
17. bertanya dengan lingkungan masyarakat SS S TS STS
sekitar.
18. Orang tua saya sering mengabaikan saya jika
SS S TS STS
tidak pulang kerumah.
19. Saya sering tersenyum, jika bertemu dengan
SS S TS STS
orang.
20. Saya sering menggunakan bahasa yang tinggi
SS S TS STS
ketika berbicara dengan orang tua.
Orang tua saya selalu mengajarkan rasa
21. kepedulian dan kasih sayang antar antar SS S TS STS
sesama keluarga.
22. Jika orang tua saya meminta bantuan maka
SS S TS STS
saya segera membantunya.
23. Terkadang saya lupa mengucapkan
SS S TS STS
terimakasih kepada teman saya.
24. Jika saya sedang berkumpul dengan teman
SS S TS STS
terkadang saya sering menggunakan bahasa-
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 107
bahasa kasar.
25.
Saya sering menjatuhkan orang lain didepan SS S TS STS
orang banyak.
Jika di depan rumah ada banyak orang tua
26. kumpul saya lebih baik menunggu orang itu SS S TS STS
pergi dulu.
27. Saya selalu menghormati orang tua saya. SS S TS STS
Apabila tetangga saya ada yang merayakan
28.
hari raya (natal,dll) saya selalu berkunjung SS S TS STS
kerumah beliau untuk menghargai satu sama
lain dan menjalin tali silaturahmi.
Apabila teman saya meminta bantuan kepada
29. saya, saya sebisa mungkin untuk segera SS S TS STS
menolongnya.
30.
Saya malas jika ikut acara muda-mudi di SS S TS STS
desa saya.
31.
Saya sering marah jika ada orang yang tidak SS S TS STS
paham dengan apa yang saya bicarakan.
32.
Jika berkumpul dengan teman saya suka SS S TS STS
melawak dan mencairkan suasana.
33.
Saya selalu mengucapkan salam ketika SS S TS STS
hendak memasuki ruangan atau bertamu.
34.
Saya selalu bersyukur terhadap nikmat yang SS S TS STS
diberikan Tuhan untuk saya.
35.
Saya sering mengabaikan teman saya jika ia SS S TS STS
membutuhkan batuan.
36.
Saya lebih suka mengerjakan tugas bersama- SS S TS STS
sama dari pada sendirian.
37.
Orang tua saya sering berkata kasar kepada SS S TS STS
saya.
38.
Saya suka menggunakan kaos kemanapun SS S TS STS
saya pergi walaupun itu acara formal.
39.
Saya lebih suka kumpul dengan keluarga dari SS S TS STS
pada keluyuran malam
40.
Orang tua saya selalu mengingatkan saya SS S TS STS
untuk berbagi antar sesama.
Jika dalam perjalanan saya melihat orang
41. yang kesusahan maka saya langsung bantu SS S TS STS
(motor mogok)
42. Jika saya hendak pergi, saya selalu pamit SS S TS STS
108 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
dulu ke orang tua.
43. Saya sering malas apabila saya harus minta
SS S TS STS
maaf duluan.
Saya senang jika saya bermain ke rumah
44. teman saya, saya diajak mengobrol oleh SS S TS STS
orang tuanya.
45. Saya sering terlibat aktif dalam acara
SS S TS STS
kemasyarakatan.
46. Orang tua saya selalu membiasakan saya
SS S TS STS
untuk mengucapkan kata terimakasih
47. Saya sering berbohong kepada orang tua saya
SS S TS STS
demi kesenangan saya sendiri.
Saya senang mendengarkan curhatan dari
48. teman saya yang sedang mempunyai banyak SS S TS STS
masalah.
49. Saya selalu menanyakan kabar orang tua saya
SS S TS STS
lewat telpon walaupun sudah jauh.
50. Terkadang saya menganggap bahwa diri saya
SS S TS STS
bodoh dan tidak bisa berbuat apa-apa.
Orang tua saya selalu mendukung,
51. memotivasi saya dalam belajar dan
SS S TS STS
membimbing saya dalam bidang keagamaan
supaya saya menjadi orang yang baik.
52. Saya malu dan bingung jika ada ibu-ibu/
SS S TS STS
bapak-bapak di depan saya.
53. Orang tua saya selalu cuek dan tidak peduli
SS S TS STS
dengan saya.
54. Saya suka berbicara tidak penting dan
SS S TS STS
bertele-tele dengan dosen saya.
Jika dirumah saya berkata kasar didepan
55. orang tua saya, orang tua saya hanya SS S TS STS
membiarkan saja.
56. Saya sering membuli dan mengejek orang
SS S TS STS
ketika saya kumpul dengan teman-teman.
57. Apabila saya salah, saya akan langsung minta
SS S TS STS
maaf.
58. Saya malas untuk basa-basi jika ada orang
SS S TS STS
yang sok ramah dan sok kenal.
59. Saya selalu mengingatkan teman saya apabila
SS S TS STS
ia bersikap tidak sopan di depan umum.
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 109
Walaupun saya tidak pintar, tapi setidaknya
60. saya bisa menjelaskan materi kuliah kepada SS S TS STS
teman saya.
61. Terkadang saya sering masuk ruangan tanpa
SS S TS STS mengetuk pintu.
62. Jika ada orang baru saya cenderung diam dan
SS S TS STS enggan untuk tertawa dengannya
63. Orang tua saya selalu membiarkan saya
SS S TS STS bebas bergaul dengan lawan jenis.
64. Terkadang saya suka mengejek nama orang
SS S TS STS tua teman saya
65. Saya sering makan dan minum sambil
SS S TS STS berjalan.
66. Apabila saya berbicara dengan dosen saya
SS S TS STS selalu menggunakan bahasa yang sopan.
Saya selalu berbicara dengan bahasa yang
67. mudah dipahami dan tidak terlalu banyak SS S TS STS
basa-basi.
68. Jika saya ingin dihargai oleh orang lain maka
SS S TS STS saya harus menghargai orang itu dulu.
Orang tua saya selalu mengajarkan saya
69. tentang tata karma bagaimana menghormati SS S TS STS
orang tua.
Apabila saya sedang dikereta dan melihat
70. nenek berdiri, saya langsung mempersilahkan SS S TS STS
nenek itu untuk duduk dikursi saya.
Alpha Cronbach’s = 0.934 ; Sampel = 30 orang
D. Klasifikasi item Shahih dan item Gugur
Melalui analisis SPSS 20 dapat di klasifikasikan bahwa sebaran item
gugur dan item shahih sebagai berikut :
Item Shohih Item Gugur
1, 2, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 3, 8, 12, 28, 29,
Item 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 32, 35, 36, 38,
Pernyataan 30, 31, 33, 34, 37, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 48, 49, 50, 52,
45, 46, 47, 48, 49, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 60, 63, 64, 65.
57, 58, 59, 60, 61, 62, 66, 67, 68, 69, 70.
Jumlah 53 17
110 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
E. Penutup
Instrumen Skala Tingkat Kesopanan Mahasiswa terhadap Norma
yang Berlaku di UIN Sunan Kalijaga digunakan untuk mengukur tingkat
kesopanan pada mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yang terkadang masih
kurang memperhatikan kesopanan baik di lingkungan masyarakat maupun
lingkungan kampus.
Instrumen ini dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka
pengumpulan data karena realibitas instrument mendekati angka 1 yaitu
0,934
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 111
2. Instrumen Skala Kemampuan Kontrol Diri Pada Mahasiswa
Oleh : Fani Rama Kapailu ([email protected]) Professional
Judgement: Nailul Falah, S.Ag, M.Si.
A. Pengantar
Penyusunan instrumen ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
Kemampuan Pengendalian Diri pada Mahasiswa. Pengendalian diri (self-
control) itu sendiri adalah kemampuan individu dalam mengendalikan diri
dari emosi dan berbagai dorongan-dorongan yang muncul dari dalam diri
seorang individu, artinya bahwa individu melakukan pertimbangan-
pertimbangan terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan untuk suatu
tindakan. Semakin tinggi kontrol diri seseorang semakin intens atau bagus
pengendalian terhadap emosi maupun perilaku. Calhoun dan Acocella
(1990) mendefinisikan pengendalian diri (self-control) sebagai pengaturan
proses-proses fisik, psikologis, dan perilaku seseorang dengan kata lain
serangkaian proses yang membentuk dirinya sendiri. Goldfried dan
Merbaum kontrol diri sebagai suatu kemampuan untuk menyusun,
membimbing, mengatur, dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat
membawa individu kearah konsekuensi positif. Kontrol diri juga
menggambarkan keputusan individu yang melalui pertimbangan kognitif
untuk menyatukan perilaku yang telah disusun untuk meningkatkan hasil
dan tujuan tertentu seperti yang diinginkan. Menurut Mahoney dan
Thoresen dalam Robert (1975), kontrol diri merupakan jalinan yang
secara utuh (integrative) yang dilakukan individu terhadap
lingkungannya. Individu dengan kontrol diri tinggi sangat memerhatikan
cara-cara yang tepat untuk berperilaku dalam situasi yang bervariasi.
Individu cenderung akan mengubah perilakunya sesuai dengan
permintaan situasi sosial yang kemudian dapat mengatur kesan yang
dibuat perilakunya lebih responsif terhadap petunjuk situasional, lebih
fleksible, berusaha untuk memperlancar interaksi sosial, bersikap hangat
dan terbuka. Jadi pada intinya pengendalian diri itu bertujuan untuk
mengatur perilaku atau tindakan yang akan dilakukan oleh seorang
individu, perilaku atau tindakan yang diambil oleh individu inilah yang
akan membentuk dirinya melalui proses-proses yang dilewati.
kemampuan pengendalian diri pada setiap individu berbeda-beda dan
pada tiap tahap jenjang pendidikan yang dilewati oleh individu ini
memiliki kemampuan pengendalian diri yang berbeda pada tiap tahap,
112 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
semakin naik tahap pendidikan maka semakin matang kemampuan
pengendalian diri pada seorang individu. Karena individu semakin
menyadari akan perilaku ataupun emosi yang muncul sehingga seorang
individu berusaha untuk mengoreksi sendiri perilaku ataupun emosi yang
muncul yang akan ditampilkan oleh individu tersebut sesuai dengan
dirinya dan dinilai tepat oleh masyarakat ataupun orang yang berinteraksi
dengan dirinya.
Pada jenjang pendidikan perguruan tinggi tentu emosi dan perilaku
pada mahasiswa jauh berbeda saat mereka masih duduk di bangku SMA
atau SMP. Cara berpikir dan bertindakpun lebih kritis serta kemampuan
mengendalikan diri sudah lebih matang meskipun tidak semua mahasiwa.
Maka tujuan instrument ini dibuat untuk mengukur sejauh mana
kemampuan mahasiswa dalam mengendalikan dirinya.
B. Pengembangan Instrument Skala Psikologis
Kemampuan Kontrol Diri adalah kemampuan menyusun, mengatur,
dan mengarahkan pada perilaku yang positif. Kontrol diri pada individu
merupakan potensi yang dapat dikembangkan serta dipergunakan individu
selama proses kehidupan berjalan termasuk menghadapi kondisi yang
terjadi di lingkungan individu sendiri.
Manusia adalah makhluk sosial yang setiap saat berinteraksi dengan
makhluk sosial lainnya. Terkadang emosi maupun perilaku individu yang
ditampilkan ada yang dapat diterima oleh masyarakat sosial dan
sebaliknya adapula yang tidak dapat menerima emosi maupun perilaku
yang ditampilkan oleh individu tersebut, sehingga individu perlu untuk
mengontrol dirinya.
Skala Kemampuan Kontrol Diri disusun berdasarkan teori Averill
yang terdiri dari tiga aspek yaitu kontrol perilaku (behavioral control),
kontrol kognitif (cognitive control) dan mengontrol keputusan (decisional
control) sebagaimana kisi-kisi berikut ini:
No. Item
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
Jml Favor Unfavo
able rable
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 113
Kemampu an
Kontrol Diri Pada Mahasisw
a
• Menentu Menentuka 4, 58, 1, 57, 31 6
kan n jenis 28
kegiatan kegiatan
yang
akan Membuat 18, 19 27, 45 4
dilakukan jadwal
dan kegiatan
perilaku
yang Menentuka 2, 20, 39, 73, 9
ditunjukk n jenis 72, 9, 30, 52
an. kegiatan 53
• Memprio yang
ritaskan menjadi
jenis prioritas
Kontro kegiatan
Pengendali 13, 40, 26, 41, 7 l yang
an masalah 46
47, 48
Perilak harus
yang akan
u dilakukan
dihadapi
(behav terlebih
ioral dahulu.
contro • Bagaima
l) na cara
menanga
ni
masalah
yang
akan
mengham
bat
kagiatan
berlangsu
ng atau
yang
akan
dilakukan
.
Kontro • Keputusa menentuka 35, 55, 56, 60 5
l n yang n jenis 59
Kognit diambil kegiatan
if berdasark berdasarka
114 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
(cognit an n
ive pengetah pertimbang
contro uan yang an
l) diperoleh.
• informasi
Informasi 38, 42, 17, 37, 6
yang
yang 44 43
diperoleh
didapat
dapat
untuk bekal
mempeng
diri
aruhi
keputusa
Sikap bijak 10, 23, 14,24, 7
n yang yang 61 25, 62
diambil.
diambil
• bakat
atau
yang
ditampil
dimiliki
berdasarka
harus
n
disadari
pengetahua
dan
n yang
dikemban
diperoleh.
gkan.
Mengemba 3, 5, 12, 29 5
ngkan 15,
bakat yang
dimiliki
berdasarka
n
pengetahua
n tentang
bakat yang
dimiliki
Penge • kegiatan Melakukan 49, 51, 64, 22, 6
ndalia yang suatu 36 50
n dilakukan kegiatan
Keput harus berdasarka
usan disesuaik n
(decisi an kemampua
on dengan n yang
contro kemampu dimiliki
l)
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 115
annya. Melakukan 6, 8, 7, 21, 54 7
• kegiatan suatu 11, 16
yang kegiatan
dilakukan berdasarka
harus n pada
berdasark keinginan
an
kebutuha Melakukan 34, 63, 70, 71 5
individu. suatu 65
kegiatan
berdasarka
n
kebutuhan
Kegiatan 33, 66, 32, 67, 6
yang 68 69
dilakukan
bedasarkan
peluang
yang ada
C. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No Pernyataan Jawaban
1.
Bila mood saya sedang buruk, saya akan SS S TS STS
memilih untuk tidur
2.
Kegiatan membaca buku menjadi wajib bagi SS S TS STS
saya
3.
saya suka mengikuti seminar kepenulisan SS S TS STS
karena saya suka menulis
4.
Waktu luang saya gunakan untuk membaca SS S TS STS
buku
5. Menulis artikel ataupun menulis di blog SS S TS STS
6.
Membaca Al-Qur’an satu hari satu juz adalah SS S TS STS
target saya
7.
Orang tua saya memaksa saya untuk SS S TS STS
menghafal Al-Qur’an
8.
saya suka melakukan suatu kegiatan sambil SS S TS STS
mendengarkan music
9.
Mencari materi di perpustakaan menjadi wajid SS S TS STS
bagi saya
116 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
10. Saya selalu menghargai setiap pendapat teman SS S TS STS
11. Saya lebih suka bekerja dalam tim dari pada
SS S TS STS individu
12. Bagi saya mengikuti organisasi hanya
SS S TS STS membuang-buang waktu
13. Segera saya meminta maaf atas kesalahan yang
SS S TS STS saya lakukan
14. Pendapat teman tidak perlu didengarkan SS S TS STS
Organisasi penting bagi saya, karena disana
15. kita dapat mengembangkan bakat yang kita SS S TS STS
miliki
16. Menghafal Al-Qur’an adalah keinginan saya SS S TS STS
17. Saya tidak peduli pembicaraan orang tentang
SS S TS STS diri saya
18. Pengaturan jadwal kegiatan menjadi penting
SS S TS STS bagi saya
19. Saya selalu membuat jadwal kegiatan SS S TS STS
20. Belajar menjadi wajib bagi saya, sehingga saya
SS S TS STS selalu belajar 2 jam dalam setiap malam
21. Puasa sangat berat bagi saya SS S TS STS
22. Jika ada mengoceh karena marah, saya akan
membiarkan dia terus mengoceh dan SS S TS STS
mendengarkan ocehannya, sehinngga saya bisa
tahu apa yang sedang ia hadapi
23. Ketika ada orang yang marah-marah saya akan SS S TS STS
ikut marah
24. sayamudahmarah ketikaseseorang
melakukan sesuatu tidak sesuai dengan SS S TS STS
keinginan saya
25. Saya sering menunda permintaan maaf ketika SS S TS STS
saya melakukan kesalahan
26. Saya malas mengurutkan kegiatan yang saya SS S TS STS
lakukan
27. Setiap pagi saya selalu membaca atau SS S TS STS
menonton berita
28. Mengikuti pelatihan enterprenuer SS S TS STS
Banyak menyita waktu saya
39. Jika dosen tidak suruh menyiapkan materi
sebelum masuk kuliah saya tidak akan pergi ke SS S TS STS
perpustkaan
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 117
30. Pada pagi hari saya memutar musik SS S TS STS
31. saya takut bila ditunjuk sebagai ketua panitia SS S TS STS
dalam sebuah acara
32. Tanpa ditunjuk menjadi ketua panitia dalam
suatu acara saya akan mengajukan diri saya SS S TS STS
sendiri
33. Bersosialisasi dengan masyarakat penting SS S TS STS
untuk membangun jaringan
34. bila ada yang banyak bicara saya akan memilih SS S TS STS
untuk pergi
35. Ketika ditunjuk menjadi moderator saya sangat SS S TS STS
percaya diri
36. Sulit bagi saya menerima kritikan dari teman SS S TS STS
37. Kritikan teman penting untuk saya dan saya SS S TS STS
menerima kritikan itu walaupun ada yang kasar
38. Membaca buku membuat saya mengantuk, SS S TS STS
39. Sebelum berbicara depan forum saya SS S TS STS
mempersiapkan diri terlebih dahulu
40. Saat berbicara dalam forum saya tidak
mempersiapkan diri, sehingga apa yang saya SS S TS STS
sampaikan tidak dipahami oleh audience
41. Saya menerima koreksi dari orang tua maupun SS S TS STS
saudara terhadap diri saya
42. Saya sangat marah ketika orang tua atau SS S TS STS
saudara mengkritik saya
43. Saya membutuhkan kritikan dari orang untuk SS S TS STS
saya dan apa yang saya lakukan
44. Dalam belajar saya termasuk orang yang malas SS S TS STS
45. Sebelum tidur saya selalu menyalakan alarm SS S TS STS
46. Saya selalu lupa menyalakan alarm ketika SS S TS STS
tidur, sehingga saya selalu bangun7terlambat
47. ketika alarm berbunyi saya bangun tetapi SS S TS STS
kemudian tidur kembali
48. Mendengarkan penjelasan teman lebih mudah SS S TS STS
dari pada membaca teori
49. Saya tidak percaya diri sehingga ketika saya SS S TS STS
ditunjuk menjadi moderator saya menolaknya
50. Merapikan lebih mudah dari pada memasak SS S TS STS
51. Bila ada tugas saya sering menunda-nunda SS S TS STS
118 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
untuk mengerjakannya
52. Bila ada tugas saya langsung mengerjakan SS S TS STS
tugas tersebut
53. target yang terpasang tidak saya ikuti SS S TS STS
54. Bila teman bergosip saya memilih untuk pergi SS S TS STS
55. Bila teman ada yang bergosip saya ikut SS S TS STS
bergosip
56. bepergian sendirian lebih menyenangkan SS S TS STS
57. Bepergian bersama teman sangat SS S TS STS
menyenangkan
58. Ketika teman mengajak saya untuk melakukan
hal-hal yang tidak bermanfaat saya akan SS S TS STS
menolaknya
59. Saya senang melakukan suatu kegiatan dengan SS S TS STS
teman walaupun itu tidak bermanfaat
60. saya selalu bersyukur dengan hasil yang saya
dapat dari kegiatan yang saya lakukan atau SS S TS STS
ikuti
61. saya selalu mengeluh dengan hasil yang saya SS S TS STS
dapat dari suatu kegiatan yang saya lakukan
62. Sangat penting mengikuti pelatihan SS S TS STS
kepenulisan
63. Mengikuti program beasiswa sangat berat, SS S TS STS
saya tidak mampu
64. Banyak membaca menambah pengetahuan SS S TS STS
65. Ketika ada lomba karya ilmiah, saya mengikuti SS S TS STS
lomba tersebut
66. pada hari H lomba saya memundurkan diri SS S TS STS
67 Setiap mengikuti seminar saya selalu bertanya SS S TS STS
68. Dalam seminar atau diskusi saya malu
bertanya sehingga saya memilih diam SS S TS STS
walaupun ada yang ingin saya tanyakan
69. Banyak membaca membuat saya semakin SS S TS STS
bingung
70. Mengikuti pelatihan kepenulisan tidak ada SS S TS STS
manfaatnya
71. Membaca Al-Qur’an adalah kegiatan utama
saya sehingga saya selalu menyempatkan SS S TS STS
waktu untuk membaca Al-Qur’an
72 Kegiatan membaca Al-Qur’an hanyalah SS S TS STS
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 119
kegiatan tambahan
Cronbach's Alpha = 0, 917; sample = 34 orang
D. Klasifikasi Item Shahih dan Item Gugur
Melalui analisis SPSS 15 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran
item shahih dan item gugur sebagai berikut:
Item Shahih Item Gugur
2, 3, 4, 5, 6, 9, 10, 12, 13, 15, 16, 18, 1, 7, 8, 11, 14,
Item 19, 20, 23, 24, 26, 27, 28, 30, 31, 32, 17, 21, 22, 25,
Pernyataan 34, 35, 36, 38, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 29, 33, 37, 39,
48, 50, 51, 52, 53, 54, 57, 58, 59,61, 46, 47, 49, 55,
62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71. 56, 60, 72.
Jumlah 51 21
E. Penutup
Berdasarkan uji coba yang dilakukan oleh penulis dapat diperoleh
kesimpulan bahwa Instrumen Skala Kemampuan Kontrol Diri pada
Mahasiswa dapat digunakan untuk khalayak umum yang bertujuan
untuk mengetahui sejauh mana kemampuan kontrol diri pada
mahasiswa, dan instrumen yang disusun ini dapat digunakan untuk
pengukuran dalam rangka pengumpulan data karena semakin mendekati
angkat satu (1) maka semakin reliable sebuah instrumen, sehingga
instrumen tersebut sudah termasuk reliable karena alpha Cronbach’s =
0,917
120 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
3. Instrumen Skala Tingkat Religiusitas Siswa SMA Menjelang UN
(Ujian Nasional) Oleh: Hasriani ([email protected]) Professional Judgement: Slamet. S.Ag. M.Si
A. Pengantar
Pada hakikat yang telah dijelaskan di dalam al-Qur’an bahwa
salah satu fitrah manusia yaitu fitrah beragama, hal ini tentu berkaitan
dengan bagaimana manusia mengakui suatu zat yang jauh lebih kuasa
dari dirinya. Manusia di dorong untuk melakukan sesuatu berdasarkan
kekuatan supranatural. Glork dan Stark 1996 ( dalam Djamaluddin Ancok
76: 2011) mengatakan bahwa agama adalah sistem simbol, keyakinan,
sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlambangkan, yang semuanya itu
berpusat pada persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi
(ultimate meaning). Menurut Glock & Stark (Robertson. 1998), ada lima
macam dimensi keberagamaan, yaitu dimensi keyakinan (ideologis),
dimensi peribadatan atau praktek agama (ritualistik), dimensi
penghayatan (eksperiental), dimensi pengalaman (konsekuensial),
dimensi pengetahuan agama (intelektual). Di dalam kehidupannya, manusia memiliki harapan-harapan yang
dilimpahkan kepada zat yang dianggapnya berkuasa yaitu Tuhan Yang
Maha Esa, sehingga manusia berusaha untuk mewujudkan harapannya
dengan mempertimbangkan kewajiban-kewajibannya sebagai seorang
yang berharap (hamba). Terkait hal itu, instrumen ini bertujuan untuk
mencari informasi mengenai tingkat religiusitas siswa SMA yang akan
melaksanakan Ujian Nasional, dengan menggunakan aspek-aspek yang
dijelaskan oleh Glock dan Stark. Alat ukur disusun dengan menggunakan
skala Likert yang terdiri dari alternatif jawaban: SS-S-TS-STS dengan
menghilangkan jawaban ragu-ragu. Jumlah terdiri dari enam puluh item.
B. Pengembangan Skala Psikologis
Tingkat religiusitas menjelang ujian nasional ini diukur berdasarkan
skala tingkat religiusitas berdasarkan teori Glock & Stark dengan aspek-
aspek sebagai berikut:
1. Keyakinan 2. Pengetahuan 3. Ibadah
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 121
4. Amal 5. Pengalaman
Non item
Variable Aspek Indikator Deskriptor
Jml
Favora Unfav
ble orable
Keyak Meyakini Mempercaya 1, 2, 14, 12, 13, 6
inan adanya i dengan hati, 60
Allah lisan dan
perbuatan
Meyakini Mematuhi 18 15, 19, 4
ajaran perintah 59
Allah Allah
Penget Mempelaj Mencari ilmu 8, 45, 49, 3
ahuan ari hal-hal agama
yang
Menghafal 17, 20, 27, 41 6
berkaitan ayat / hadist 42, 44,
dengan
Memahami 47 43, 46, 4
agamanya makna 50
kewajiban
Ibadah Menjalan Menjalankan 7, 22, 5, 10, 12
kan ibadah wajib 24, 25, 21, 28
perintah atau sunnah 26, 30,
agama 31, 32
berdoa Meminta doa 11, 6, 33, 4
34
Amal Melakuka Mengajarkan 3, 36, 2
n ajaran agama
kebaikan yang
difahami
Mempraktikk 35, 54 16, 23, 7
an ajaran 29, 52,
agama dalam 53
kehidupan
sehari-hari
Pengal Perasaan Khusyuk 37 1
122 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
aman dalam dalam
beribadah menjalankan
setiap ibadah
Merasa 38, 40, 39, 56 5
tentram pada 55
hal-hal yang
berkaitan
dengan
agama
Tawakkal 4,9, 48, 34, 57 6
dalam 58
beribdah
Jumlah 30 30 60
C. Item Pernyataan dan Reliabilitas
NO PERNYATAAN JAWABAN
1. Saya percaya adanya Allah SS S TS STS
2. Saya meyakini segalanya telah diatur oleh SS S TS STS
Allah SWT
3. Saya bergaul dengan teman yang jarang SS S TS STS
mendekatkan diri kepada Allah
4. Ketika saya berdo’a, saya merasa yakin hasil SS S TS STS
ujian akan baik.
5. Aktifitas yang banyak membuat hambatan SS S TS STS
dalam melakukan ibadah
6. Saya dan teman-teman tidak pernah SS S TS STS
mengadakan doa bersama
7. saya sholat tepat waktu SS S TS STS
8. Saya meminta orang lain untuk memberikan SS S TS STS
pemahaman agama kepada saya
9. Saya merasa Allah akan memberikan SS S TS STS
pertolongan
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 123
10. Saya merasa tenang-tenang saja ketika SS S TS STS
meninggalkan ibadah wajib
11. Semakin banyak berdo’a membuat saya SS S TS STS
semakin tenang.
12. Saya pernah berfikir menyembah selain Allah SS S TS STS
13. Saya ragu bahwa Tuhan itu satu SS S TS STS
14. Saya meyakini kekuasaan terbesar pada Allah SS S TS STS
SWT
15. Saya tidak peduli jika ada orang yang SS S TS STS
melanggar perintah Allah
16. Teman kelas saya tidak pernah mengajak saya SS S TS STS
beribadah
17. Allah telah menurunkan kitab yaitu al-Qur’an SS S TS STS
sebagai pedoman
18. Allah menjadikan nabi sebagai pembawa SS S TS STS
risalah
19. Saya ragu kalau Nabi adalah utusan Allah SS S TS STS
20. Puasa adalah salah satu rukun islam SS S TS STS
21. Saya tidak takut melanggar perintah Allah SS S TS STS
22. Saya selalu menjalankan apa yang ada di Al- SS S TS STS
Qur’an dan hadist
23. Mendustai agama bukanlah perbuatan dosa. SS S TS STS
24. Ujian nasional mempengaruhi kualitas dan SS S TS STS
kuantitas ibadah saya.
25. Saya melaksanakan ibadah sesuai kemauan SS S TS STS
saya
26. Akhir-akhir ini saya sering melaksanakan SS S TS STS
puasa sunnah.
27. Urutan wudhu tidak terlalu penting SS S TS STS
28. Saya sholat jika saya sedang ingin SS S TS STS
124 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
29. Bersedekah tidak berpengaruh terhadap SS S TS STS
kelancaran Ujian Nasional
30. Saya semakin sering sholat tahajjud/dhuha SS S TS STS
menjelang Ujian Nasional
31. Sholat berjamaah sangat penting. SS S TS STS
32. Menjelang ujian saya semakin sering membaca SS S TS STS
al-Qur’an
33. Berdoa’ bersama dengan teman-teman tidak SS S TS STS
penting menjelang Ujian Nasional
34. Saya merasa percaya dengan diri saya tanpa SS S TS STS
didoakan orangtua.
35. Mencontek saat ujian adalah perbuatan buruk SS S TS STS
36. Saya tidak pernah mengajak orang lain untuk SS S TS STS
belajar agama
37. Saya semakin khusuk jika saya memahami SS S TS STS
bacaan ibadah
38. Saya merasa dekat dengan Allah SS S TS STS
39. Sholat tidak membuat saya tenang SS S TS STS
40. Saya merasa bahwa Allah selalu memberi SS S TS STS
peringatan
41. Saya sama sekali tidak memiliki hafalan ayat SS S TS STS
42. Menghafal doa-doa bagi saya sangat perlu SS S TS STS
43. Saya belum mengetahui tata cara mandi besar SS S TS STS
44. Rukun Iman ada lima SS S TS STS
45. Saya mempelajari ilmu agama karena saya SS S TS STS
dipaksa
46. Saya tidak mau berteman dengan orang yang SS S TS STS
faham agama.
47. Sejarah nabi membuat saya lebih berani SS S TS STS
menghadapi ujian
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 125
48. Berdo’a membuat saya yakin bahwa hasil ujian SS S TS STS
akan baik
49. Saya tidak memanfaatkan media untuk SS S TS STS
memahami agama
50. Dalam agama, laki-laki dan perempuan tidak SS S TS STS
memiliki batasan dalam bergaul.
51. Saya membantu orang lain yang sedang SS S TS STS
membutuhkan
52. Saya adalah orang yang paling benar SS S TS STS
53. Orang yang bersalah sudah tidak bisa SS S TS STS
dimaafkan
54. Saya tidak pernah berkeinginan mencoba SS S TS STS
minuman keras.
55. Saya merasakan ketenangan ketika berada di SS S TS STS
tempat ibadah
56. Adzan sama sekali tidak membuat saya SS S TS STS
bergetar/tersentuh
57. Saya tidak perlu bersyukur kepada Allah SS S TS STS
58. Saya yakin Allah mengabulkan doa-doa saya SS S TS STS
59. Saya masih belum yakin bahwa yang SS S TS STS
disampaikan Nabi adalah perintah Allah
60. Saya yakin Allah akan memberikan SS S TS STS
pertolongan
Alpha Cronbach’s = 0,913 ; Sampel = 48 Orang
D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur
Melalui analisiss SPSS.20 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran aitem
gugur dan aitem shahih sebagai berikut :
126 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
Item Shohih Item Gugur
3, 5, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 1, 2, 4, 6, 7, 13,
Item 17, 19, 20, 21, 22, 23, 26, 27, 28, 18, 24, 25, 30,
Pernyataan 29, 32, 33, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 31, 34, 35, 40,
42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 54, 55, 58
51, 52, 53, 56, 57, 59, 60,
Jumlah 43 17
E. Penutup
Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
3. Instrumen Skala Tingkat Religiusitas ini dapat digunakan pada
siswa untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat religiusitas siswa
menjelang UN. 4. Semakin mendekati angka satu (1) maka semakin reliable sebuah
instrumen.
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 127
4. Instrumen Skala Resiliensi Mahasiswa Rantau Oleh: Ismailia Muwaffaqoh Arifah ([email protected]) Professional Judgement: Nailul Falah, S.Ag, M.Si
A. Pengantar
Resiliensi adalah kemampuan atau kapasitas insani yang
dimiliki seseorang, kelompok, atau masyarakat yang memungkinkannya
untuk menghadapi, mencegah, meminimalkan, dan bahkan
menghilangkan dampak-dampak yang merugikan dari kondisi-kondisi
yang tidak menyenangkan, atau bahkan mengubah kondisi yang tidak
menyenangkan, atau bahkan mengubah kondisi
kehidupan yang menyengsarakan menjadi suatu hal yang wajar
untuk diatasi (Grotberg dalam Desmita, 2006).
Skala ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat resiliensi
mahasiswa rantau. Resiliensi menjadi kekuatan bagi mahasiswa rantau
yang harus menyesuaikan dengan situasi baru. Seringkali masalah yang
sulit tidak bisa teratasi karena rendahnya resiliensi yang dimiliki
mahasiswa rantau sehingga banyak yang tidak dapat bertahan pada
kondisi tersebut, yang akhirnya memutuskan untuk
kembali pulang ke tempat asalnya bersama orangtua. Ketika
resilensi yang dimiliki oleh mahasiswa rantau tinggi, perilaku
yang dilakukan juga akan mengarah pada perilaku positif yang
dapat menjadi kekuatan untuk menjalani aktivitas di tanah rantau.
Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka semakin tinggi pula
kekuatan resiliensi sebagai pertahan diri dari situasi sulit.
B. Pengembangan Skala Psikologis
Skala Resiliensi Mahasiswa Rantau disusun berdasarkan teori
Bernard (1991) yang terdiri dari empat aspek, yaitu:
1. Social competence (Kompetensi sosial) 2. Problem solving skills / metacognition (Keterampilan pemecahan
masalah) 3. Autonomy (Otonomi) 4. A sense of purpose and future (Kesadaran akan tujuan dan masa
depan)
128 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
No Item
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
Jml Favor Unfav
able orable
Kompet Membina Mudah 36, 1, 69, 71, 7
ensi hubungan bergaul 18, 66 2
Sosial positif
dengan
Empati 19, 67, 28, 24, 8
teman / 3, 72 70, 74
orang lain
Keteram Memaha Mengelola 73, 14, 4, 41, 9
pilan mi, stress 25, 29, 9, 68
Pemeca menganali 75
han sis, dan
Masalah mengeval
uasi
permasala
han yang
Regulasi 40, 54, 55, 16, 10
menyebab emosi 12, 45, 46, 76
Resiliensi kan 50, 26
Mahasisw situasi
a sulit
Rantau
Mendapat Merasa 5, 42, 35 51,
motivasi dibantu 15, 56
eksternal orang lain
Otonom Mengenal Berpikir 34, 20, 37, 57, 7
i i diri positif 52, 10 11
sendiri terhadap
diri sendiri
Mengharga 27, 53, 6 58, 38 5
i diri
sendiri
Memotivasi 43, 21, 60, 13, 6
Efikasi diri sendiri 32 62
diri
7, 33, 63 61, 23, 6
Memahami 49
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 129
kemampua
n yang
dimiliki
Kesadar Memiliki Mempunya 22, 47 30, 64 4
an akan rencana i tujuan
tujuan dan hidup
dan tujuan
masa yang jelas
Memiliki 17, 44, 39, 48, 9
depan yang impian / 59, 31, 8, 77
harus cita-cita 65
diraih di
masa
depan
Jumlah 42 35 77
C. Item Pernyataan dan Reliabilitas
No Pernyataan Jawaban
SS S
TS
STS
1. Saya Suka Memulai Pembicaraan
SS S
TS
STS Dengan Orang Lain
2. Saya Selektif Dalam Memilih Teman SS S TS STS
3. Saya Disukai Banyak Teman Karena
SS S
TS
STS Saya Perhatian
4. Saya Kesulitan Dalam Menghadapi
SS S
TS
STS Masalah
5. Saya Punya Teman Yang Bisa
SS S
TS
STS Memotivasi Saya
6. Saya Tidak Merasa Iri Terhadap
SS S
TS
STS Kemampuan Orang Lain
7. Saya Menyadari Kelebihan Dan
SS S
TS
STS Kekurangan Diri Saya
8. Saya Ragu Dalam Mengejar Cita-Cita SS S TS STS
9. Karena Jauh Dari Orangtua, Saya
SS S
TS
STS Merasa Sering Stress
10. Saya Bisa Berprestasi Di Kampus SS S TS STS
11. Rasa Tidak Percaya Diri Saya Tinggi SS S TS STS
12. Saya Tidak Mudah Menyerah Bila
SS S
TS
STS Menghadapi Situasi Sulit
13. Kata-Kata Semangat Tidak Berpengaruh SS S TS STS
130 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
Bagi Diri Saya
14. Saya Punya Tempat Untuk
SS S TS STS
Menenangkan Diri Saya
15. Saya Lebih Suka Memotivasi Diri
SS S TS STS
Sendiri
16. Ketika Saya Sedang Dilanda Masalah,
SS S TS STS
Saya Pernah Bolos Kuliah
17. Saya Mempunyai Cita-Cita Yang Jelas SS S TS STS
18. Saya Tidak Memilih-Milih Orang
SS S TS STS
Dalam Berteman
19. Saya Memiliki Rasa Peduli Terhadap
SS S TS STS
Orang Lain
20. Saya Merasa Diri Saya Hebat Dibanding
SS S TS STS
Orang Lain
21. Saya Mendorong Diri Saya Untuk
SS S TS STS
Berperilaku Baik
22. Setiap Tahunnya, Saya Memiliki Target
SS S TS STS
Hidup
23. Saya Tidak Mengetahui Bakat Saya SS S TS STS
24. Saya Bersikap Acuh Ketika Teman Saya
SS S TS STS
Sedih
25. Saya Bercerita Kepada Orang Tua
SS S TS STS
Apabila Saya Stres
Meskipun Dalam Kondisi Sulit, Saya
26. Bersikap Bahagia Di Depan Teman- SS S TS STS
Teman Saya
27. Saya Memberikan Apresiasi Untuk
SS S TS STS
Semua Pekerjaan Yang Saya Lakukan
28. Saya Tidak Peduli Dengan Keadaan
SS S TS STS
Teman Saya
29. Saya Punya Teman Curhat Untuk
SS S TS STS
Menceritakan Keluhan Saya
30. Saya Tidak Pernah Menargetkan Tujuan
SS S TS STS
Hidup Saya
31. Saya Menuliskan Cita-Cita Saya Dengan
SS S TS STS
Rapi
32. Saya Menempelkan Kata-Kata
SS S TS STS
Semangat Di Dinding Kamar Saya
33. Saya Mengetahui Bakat Saya Dengan
SS S TS STS
Baik
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 131
34.
Saya Merasa Bisa Menyelesaikan SS S TS STS
Masalah Saya Sendiri
35.
Orang Tua Saya Mendukung Kegiatan SS S TS STS
Saya
36.
Saya Punya Banyak Teman Di Kampus, SS S TS STS
Bukan Hanya Teman Satu Jurusan Saja
37.
Saya Merasa Banyak Kekurangan SS S TS STS
Dibanding Orang Lain
Saya Tidak Puas Dengan Kemampuan
38. Yang Saya Miliki, Karena Saya Selalu SS S TS STS
Ingin Memiliki Kemampuan Orang Lain
39.
Saya Tidak Punya Gambaran Masa SS S TS STS
Depan Setelah Lulus
40.
Ketika Sedang Menghadapi Masalah, SS S TS STS
Saya Mudah Mengatur Emosi
41.
Saya Tidak Bisa Mengetahui Penyebab SS S TS STS
Saya Stres
42.
Saat Bersama Teman-Teman, Saya SS S TS STS
Merasa Semangat
43. Saya Pandai Menyemangati Diri Sendiri SS S TS STS
44.
Saya Sudah Punya Gambaran Karier SS S TS STS
Untuk Masa Depan
45.
Ketika Masalah Saya Semakin Berat, SS S TS STS
Saya Tidak Mudah Menangis
46.
Jika Sedang Dalam Masalah, Saya Tidak SS S TS STS
Nafsu Makan
Saya Menjadwalkan Kegiatan Harian
47.
Saya, Karena Saya Meyakini Hal SS S TS STS
Tersebut Dapat Membawa Saya Lebih
Cepat Mencapai Tujuan Hidup Saya
48.
Masa Depan Dan Impian Itu Urusan SS S TS STS
Nanti
49.
Tidak Ada Kemampuan Pada Diri Saya SS S TS STS
Yang Bisa Dibanggakan
50.
Saya Ingin Terlihat Bahagia Oleh Orang SS S TS STS
Tua Saya
51.
Saya Merasa Tidak Ada Pengaruhnya SS S TS STS
Jika Dimotivasi Orang Lain
52.
Saya Yakin Diri Saya Bisa Memecahkan SS S TS STS
Masalah Saya Sendiri
132 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
Saya Memaklumi Kesalahan Saya
53. Karena Manusia Tidak Luput Dari SS S TS STS
Kesalahan
54. Saya Termasuk Orang Yang Bisa
SS S TS STS Menyembunyikan Kesedihan Saya
55. Jika Masalah Saya Semakin Sulit, Saya
SS S TS STS Bisa Menangis Dan Mengeluh
Orang Tua Saya Terlalu Mengekang
56. Saya Dalam Mengikuti Kegiatan Selain SS S TS STS
Kuliah
57. Saya Tidak Yakin Kalau Saya Bisa
SS S TS STS Menyelesaikan Masalah Sendiri
58. Saya Ingin Lebih Unggul Dibanding
SS S TS STS Orang Lain
59. Saya Tidak Ragu Mengejar Cita-Cita
SS S TS STS Saya
60. Saya Tidak Pernah Berhasil Memotivasi
SS S TS STS Diri Sendiri
61. Saya Tidak Tahu Kelebihan Dan
SS S TS STS Kelemahan Diri Saya
62. Motivasi Dari Teman Saya Sangat
SS S TS STS Berpengaruh Besar
63. Menerima Dan Merasa Bangga
SS S TS STS Terhadap Kemampuan Saya Sendiri
64. Tidak Masalah Jika Saya Tidak
SS S TS STS Berprestasi Di Kampus
65. Berprestasi Dan Cumlaude Adalah
SS S TS STS Impian Saya
66. Saya Mempunyai Kelompok Dalam
SS S TS STS Berteman
67. Bila Teman Saya Sedih, Saya Juga
SS S TS STS Merasa Sedih
68. Sulit Bagi Saya Menyempatkan Diri
SS S TS STS Untuk Berlibur
69. Saya Tidak Disukai Teman Di Kampus SS S TS STS
70. Saya Tidak Suka Dijadikan Tempat
SS S TS STS Curhat
71. Menunggu Orang Lain Memulai
SS S TS STS Pembicaraan Menjadi Kebiasaan Saya
72. Saya Senang Membantu Orang Lain SS S TS STS
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 133
Memecahkan Masalahnya
73. Saya Tahu Penyebab Saya Stress SS S TS STS
74. Saya Tidak Mau Ikut Campur Dalam
SS S TS STS Masalah Orang Lain
Saya Harus Menyempatkan Untuk
75. Liburan Sejenak Dari Penatnya
SS S TS STS Mengerjakan Tugas Perkuliahan Setiap
Minggunya
76. Saat Saya Punya Masalah, Saya Menjadi
SS S TS STS Mudah Marah
77. Saya Tidak Bercita-Cita Menjadi
SS S TS STS Mahasiswa Cumlaude
Alpha Cronbach’s = 0,856 ; sampel = 58 orang
D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur
Melaui analisis SPSS.15 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran
aitem gugur dan aitem shahih sebagai berikut:
Item Shahih Item Gugur
1, 5, 6, 8, 10, 12, 13, 14, 17, 2, 3, 4, 7, 9, 11, 15, 16,
21, 22, 23, 24, 25, 27, 28, 30, 18, 19, 20, 26, 29, 32, 37,
Item 31, 33, 34, 35, 36, 39, 40, 41, 38, 45, 46, 49, 50, 53, 54,
Pernyataan 42, 43, 44, 47,48, 51, 52, 56, 55, 57, 58, 59, 60, 62, 65,
61, 63, 64, 70, 71, 72, 73, 77 66, 67, 68, 69, 74, 75, 76
Jumlah 41 36
E. Penutup
Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis, dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Instrumen Skala Resiliensi Mahasiswa Rantau dapat digunakan untuk
mengukur seberapa tinggi resiliensi yang dimiliki oleh mahasiswa
rantau. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka
pengumpulan data karena reliabilitas instrument bernilai 0,856 dengan
landasan semakin mendekati angka 1 maka data semakin reliable.
134 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
5. Instrumen Skala Religiusitas Mahasiswa SAINTEK Universitas Sunan
Kalijaga Yogyakarta Oleh : Muhammad Rizai ( [email protected] )
Professional Judgment : Nailul Falah, S.Ag., M.Si
A. Pengantar
Manusia merupakan mahluk sosial. Mereka hidup selalu
membutuhkan orang lain dalam melangsungkan kehidupannya. Manusia
itu sangat beragam sehingga masing-masing individu pasti memiliki
kebutuhan yang beragam pula. Salah satu kebutuhan yang paling urgen
dalam hidup manusia adalah kebutuhan akan pedoman hidup karena jika
seseorang tidak mempunyai pedoman hidup maka kehidupannya tidak
terarah dan hancur. Hal itu kita kenal dengan istilah kepercayaan atau
agama.Kepercayaan atau agama berfungsi sebagai pedoman hidup suatu
individu.
Menurut Glock dan Stark (1996) agama merupakan sistem
simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang
terlembagakan yang semuanya berpusat pada penghayatan maknawi.
Aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan
perilaku ritual atau ibadah tetapi juga ketika kita melakukan aktivitas
yang didorong oleh kekuatan supranatural. Sehingga bisa dikatakan
bahwa agama adalah sebuah sistem yang berdimensi banyak.
Penyusunan skala ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat
kereligiusan dari mahasiswa yang ada di UIN Sunan Kalijaga khususnya
di fakultas SAINTEK. Tujuan instrumen dibuat merupakan salah satu
upaya untuk mengukur seberapa tinggi penghayatan dan pengamalan
keagamaannya mahasiswa SAINTEK yang latar belakangnya berisikan
jurusan umum.
B. Pengembangan Intrumen Skala Religiusitas
Religiusitas adalah penghayatan dan pengamalan individu
terhadap ajaran agama atau kepercayaan yang dianutnya. Religiusitas
atau keberagamaan diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia.
Aktivitas beragama bukan hanya terjadi pada sisi ritual saja tapi masih
banyak dimensi lainnya.
Skala Religiusitas disusun berdasarkan teori Glock dan Stark
yang terdiri dari 5 dimensi, yaitu dimensi Keyakinan (ideologis),
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 135
Peribadatan atau praktek agama (ritualistik), Penghayatan (ekperiensial),
Pengamalan (konsekuiensial), dan Pengetahuan agama (intelektual).
Nomor Item
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
Jml
Favor Unfavor
able able
Hidup
Percaya senantiasa
pada Al- di kiblatkan 4,62,6 8,64,65 6
Quran pada Al- 3
dan hadis Qur’an dan
Hadis.
Percaya
pada
Dimen keesaan
si Allah swt
Keyak Mencintai dan
inan Allah swt mengikuti
dan ajaran- 1,2,3,5 6,7,9,10, 9
kekasih- ajaran dari , 11
Skala
kekasih- rosul-
Religiusit
Nya rosulnya
as
dan yakin
Mahasisw
pada
a
malaikat
SAINTE
Allah.
K
Tingkat
Dimen
ketaatan Menjalanka
pada n perintah-
si 12,13,
perintah perintah 14,16,18 7
Periba 15,17
agama wajib Allah
datan
yang swt.
dianut
Dimen Perasaan- Tenang 19,20, 22,24,27
si perasaan ketika 21,23,
Pengh yang menjalanka 26,28, 9
ayatan dialami n perintah-
dalam perintah
beragama. Allah swt.
Gelisah 29 25,30,31 4
136 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
ketika
menjalanka
n larangan
Allah swt.
Konsekue
Menjauhi 32,34, 33,35,36
syirik, riya, 38,39 ,37,40
nsi
9
dan kufur
terhadap
Dimen
nikmat
keyakinan
si
Rajin
41,42 43,44,45
, ritual
Penga
sedekah,
,46
yang telah
malan
tanggung
di
6
jawab,
laksankan
disiplin dan
.
amanah.
Dimen Seberapa Mengetahu 47,48, 51,53,55
si dalam ihukum- 49,50, ,56
Penget pengetahu hukum 52,54, 15
ahuan
an tentang agama 57,58,
Agam ajaran 59,60,
a agamnya. 61
Jumlah 35 30 65
C. Item Pernyataan dan Reliabilitas
No
Pernyataan Jawaban
SS
S
TS STS
1 Saya yakin Allah swt itu Esa SS S TS STS
2 Saya sholat sesuai dengan ajaran Rosulullah
SS
S
TS STS
saw
3 Saya meyakini bahwasanya bumi dan langit SS
S
TS STS
diciptakan oleh Allah swt
4 Saya menyakini bahwasanya Al-Qur’an SS
S
TS STS
ciptaan Allah swt
5 Saya menyakini bahwa nabi Muhammad Saw SS
S
TS STS
utusan Allah swt
6 Jika cobaan menimpa hidup saya, saya suka SS
S
TS STS
mengeluh dan menyalahkan Allah swt.
7 Saya tidak yakin jika Allah swt mengasihi SS
S
TS STS
orang-orang yang suka berjudi, berzina dan
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 137
lain-lain
8 Adanya pernyataan tentang hari akhir,
terkadang saya merasa ragu dengan hal SS S TS STS
tersebut
9 Saya meyakini adanya kekuatan lain yang SS S TS STS
mampu menyembuhkan penyakit.
10 Terkadang hati saya ragu dengan sejarah
yang mengatakan bahwasanya Nabi SS S TS STS
Muhammad saw meruapakan mahluk yang
tidak pernah marah dan berbuat dosa.
11 Saya tidak yakin jika sunnah rosul itu pasti SS S TS STS
hal yang diperintahkan Allah swt.
12 Jika adzan berkumandan, saya langsung SS S TS STS
bergegas menuju masjid/mushola
13 Saya selalu sholat wajib berjamaah di masjid SS S TS STS
14 Saya sholat jika disuruh guru atau orang tua SS S TS STS
saja
15 Pada hari senin dan kamis, saya selalu SS S TS STS
berpuasa
16 Jika sedang ada hajat, maka saya mau SS S TS STS
berpuasa dan sebaliknya
17 Kebiasaan saya dipagi hari adalah selalu SS S TS STS
membaca bersyahadat.
18 Saya lebih semangat membaca tulisan di SS S TS STS
handphone daripada membaca Al-Qur’an.
19 Saya selalu merasa tenang setelah sholat SS S TS STS
20 Saya merasa resah jika belum sholat SS S TS STS
21 Saya merasa sehat ketika berpuasa SS S TS STS
22 Ketika saya membaca Al-Qur’an, saya tidak SS S TS STS
merasa ada ketenangan di dalam hati.
24 Ketika menjalankan puasa, saya malas SS S TS STS
menjalankan aktivitas
25 Saat masalah menghampiri kehidupan saya, SS S TS STS
saya lupa pada Allah swt
25 Saat masalah menghampiri kehidupan saya, SS S TS STS
saya lupa pada Allah swt.
26 Jika berada di tempat ibadah/masjid hati saya SS S TS STS
merasa tentram.
27 Setelah bersedekah timbul dari diri saya rasa SS S TS STS
138 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
penyesalan.
28 Saya merasa hidup ini tidak berarti jika tidak
menjalankan kewajiban-kewajiban yang telah SS S TS STS
diperintahkan Allah swt.
29 Hati terasa resah setelah saya berbuat SS S TS STS
kejahatan
30 Saya merasa tenang ketika mencontek SS S TS STS
31 Saya merasa sedih ketika melanggar aturan
kampus tapi ketika melanggar aturan agama SS S TS STS
biasa saja
32 Perbuatan syirik tidak pernah saya lakukan SS S TS STS
dari dulu hingga sekarang
33 Saya senang berbuat riya pada orang lain. SS S TS STS
34 Berbohong merupaka sifat yang tidak saya SS S TS STS
sukai
35 Berkhianat pada teman sering saya lakukan SS S TS STS
36 Saya sering tidak membayar hutang SS S TS STS
37 Tidak disiplin merupakan hal yang biasa bagi SS S TS STS
saya
38 Saya selalu memakai pakaian sesuai syariat SS S TS STS
islam
39 Perilaku menghormati orang lain selalu saya SS S TS STS
terapkan dalam kehidupan sehari-hari
40 Saya sering tidak sopan dengan orang lain SS S TS STS
41 Sedekah sering saya lakukan SS S TS STS
42 Jika ada teman yang membutuhkan bantuan, SS S TS STS
saya selalu membantunya
43 Jika melihat teman terkena musibah, saya SS S TS STS
tidak peduli.
44 Saat ada tugas kelompok, saya tidak mau SS S TS STS
mengerjakan.
45 Saya sering membongkar rahasia teman SS S TS STS
sendiri
46 Saya suka meninggalkan tugas dari orang SS S TS STS
tua, guru, dan yang lainnya.
47 Saya hafal rukun iman dan islam SS S TS STS
48 Saya hafal nama-nama nabi dan malaikat SS S TS STS
yang wajib diketahui
49 Ilmu fiqih banyak saya kuasai SS S TS STS
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 139
50 Sering mengikuti kajian islam di masjid atau SS S TS STS
mushola.
51 Saya sedikit mengetahui sejarah islam SS S TS STS
52 Dari doa-doa sehati-hari yang ada, saya SS S TS STS
banyak yang saya hafal
53 Terkait dengan pengetahuan hadis-hadis SS S TS STS
Rosulullah, masih sedikit saya hafal
54 Sampai saat ini, saya hafal 3 juz SS S TS STS
55 Saya kurang paham terhadap penetapan SS S TS STS
permasalahan di zaman modern
56 Saya sedikit hafal doa dan dzikir yang
diajarkan Rosulullah saw yang diturunkan SS S TS STS
oleh Allah swt beserta penerimnaya
57 Saya paham ilmu tasawuf SS S TS STS
58 Saya tahu dan hafal doa sapu jagad SS S TS STS
59 Saya tahu kitab-kitab SS S TS STS
60 Saya tahu semua tentang keutamaan sholat- SS S TS STS
sholat sunnah yang diajarkan Rosulullah saw
61 Saya tahu surat-surat pilihan yang ada di SS S TS STS
dalam Al-Qur’an
62 Jiak ada suatu permasalahan dalam hidup,
solusi pertama adalah saya mengambil dari SS S TS STS
Al-Qur’an
63 Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, saya
sandarkan berdasarkan hadis-hadis SS S TS STS
Rosulullah saw.
64 Jika ada permasalahan umum, saya tidak mau SS S TS STS
mengambil solusi dari Al-Qur’an dan Hadis.
65 Saya tidak yakin terhadap keotentikan isi Al- SS S TS STS
Qur’an terjaga sampai saat ini
Alpha Crombach’s : 0,812 : Sampel; 30 orang
140 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur
Item Shohih Item Gugur
Item 3,5,6,7,9,11,14,1 1,2,4,8,10,12,13,15,16,19,20,23,24,2
Pernyataan 7,18,21,22,25,26 9,30,31,32,34,35,37,38,39,40,41,42,4
,27,28,33,36,43, 5,47,48,49,51,52,53,54,55,56,57,58,5
44,46,50,63,64 9,60,61,62,65
Jumlah 23 42
E. Penutup
Instrumen diatas yakni Instrumen Skala Religiusitas Mahasiswa
SAINTEK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dibuat untuk mengukur
skala religiusitas pada mahasiswa khususnya mahasiswa di fakultas
SAINTEK di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tujuannya adalah agar
mahasiswa di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta bisa mengetahui skala
religiusitas pada mahasiswa di fakultas SAINTEK dan dari hasil
pengamatan yang kami lakukan dengan cara penyebaran kuisioner dapat
ditarik kesimpulan bahwasanya mereka memiliki kelemahan pada
dimensi pengamalan dan pengetahuan tapi kuat pada dimensi
keyakinan. Selain itu, hasil instrumen ini juga membuat pandangan baru
terhadap si peniliti yaitu meski mereka cenderung berkecimpung pada
ilmu umum tapi mereka memiliki tingkat religiusitas diatas kategori
rendah.
Dalam ketentuan ilmu statistika, jika suatu data yang memiliki
tingkat reliabilitas mendekati angka 1 maka dikatakan baik untuk
digunakan. Oleh karena itu, jika kita hubungkan dengan suatu
pengukuran instrumen maka apabila suatu instrumen itu memiliki nilai
reliabilitasnya mendekati angka 1 maka instrumen tersebut semakin
baik untuk digunakan dan sebaliknya. Sedangkan Instrumen ini
memiliki nilai reliabilitas 0,812. Hal itu menunjukkan bahwa instrumen
tersebut, termasuk yang bisa digunakan untuk pengukuran dalam rangka
pengumpulan data.
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 141
6. Instrumen Skala Kemandirian Belajar pada Siswa SMP
Muhammadiyah Boarding School (MBS) Prambanan, Yogyakarta
Oleh : Nadia Nur Hasanah ([email protected])
Profesional Judgement: Zaen Musyrifin, S.Sos.I., M.Pd.I.
A. Pengantar
Kemandirian belajar adalah kegiatan belajar aktif yang didorong
oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi
suatu masalah, dan dibangun dengan bekal engetahuan atau kompetensi
yang dimiliki. Penetapan kompetensi sebagai tujuan belajar, dan cara
pencapaiannya –baik penetapan waktu belajar, irama belajar, tempo
belajar, cara belajar maupun evaluasi belajar –dilakukan oleh siswa
sendiri (Haris Mujiman, 2005).
Seperti yang kita ketahui boarding school adalah sekolah dengan
asrama dimana seluruh peserta didik diwajibkan untuk tinggal di
dalamnya dalam kurun waktu tertentu. Selama tinggal di asrama seluruh
kegiatan siswa diatur sedemikian rupa mulai dari kegiatan kurikuler,
kokurikuler hingga ekstrakulikuler, baik di sekolah, asrama, maupun di
lingkungan masyarakat dengan pantauan dari dewan guru/ asatidz.
Sistem Boarding School yang tidak memperbolehkan siswa
pulang ke rumah tentu saja menuntut siswa untuk memiliki kemandirian
dalam mengatur kehidupannya sendiri karena jauh dari orang tua. Siswa
belajar mandiri dalam berbagai hal, baik dalam proses belajar di sekolah
maupun asrama, membangun relasi dengan guru dan teman serta dalam
mengatur keuangannya selama di asrama.
Maka dari itu, pentingnya instrumen ini dissun untuk
mengetahui seberapa mandirinya siswa Boarding School mengatur
kehidupan belajarya selama di dalam asrama. Dengan adanya instrumen
ini diharapkan dapat membantu para dewan guru/ asatidz dalam
mengetahui seberapa mandirinya para siswa sehingga dapat menemukan
metode yang tepat dalam mengasuh para siswanya.
B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Kemandirian belajar adalah suatu usaha untuk melakukan
aktivitas belajar secara mandiri atas dasar motivasinya sendiri agar
dapat menguasai suatu materi tertentu sehingga bisa
142 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
digunakan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Kisi-kisi
skala disusun berdasarkan aspek-aspek kemandirian belajar. Aspek-
aspek tersebut antara lain aspek intelektual, aspek sosial, aspek emosi
dan aspek ekonomi (Stisna, 2010).
No item
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
Jml Favora Unfavo
ble rabel
Memiliki
jadwal 7,38 13,31 4
kegiatan
Merencan harian
akan dan Memiliki
memilih target 15 20 2
kegiatan belajar
belajar
Mengikuti
sendiri kegiatan
ekstrakulik 27 44 2
uler yang
disukai
Kemandir Intelek Mencari
ian tual kebenaran 3 33 2
belajar
dari suatu
pada Berfikir
fakta siswa smp
Memutuska
secara
boarding
n suatu hal
kritis, 12 5 2
school
berdasarka logis dan
n logika
penuh
Menerima
keterbuka
kritik dan 35 28 2 an
saran
Terbuka
pada semua 46 40 2
pendapat
Menyesua Taat pada
ikan diri
peraturan
Sosial dengan 42,48 2,37 4
asrama dan norma-
sekolah
norma
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 143
yang
berlaku
Berinteraks
i dengan 9 30 2
Membang
lingkungan
Mengerjaka
un
n tugas
komunika 43 39 2
bersama-
si dan
sama
kerja
Menolong
sama
teman yang
17 21 2
sedang
kesusahan
Bertanggu Mengerjaka 23 10 2
ng jawab n pr
pada
Melaksana
tugas
kan jadwal 11 25 2
yang
piket
diberikan
Yakin bisa 18 8 2
naik kelas
Optimis
Yakin
dan yakin mendapat
pada diri nilai bagus 16 22 2
sendiri dengan
kemampua
n sendiri Bangga
Emosi pada diri
Mengharg
sendiri atas 1 19 2
nilai yang
ai
didapatkan
perasaan
Termotivas
sendiri
i dengan
dan orang
teman yang
lain 34 41 2
unggul
dalam
pelajaran
Ekono Mengelol Berhemat 36 47 2
mi a uang
Membeli 14 24 2
144 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
saku sesuai
kebutuhan
Memiliki 26
32
2
tabungan
Menabun
Menyisihka
g
n uang
4,29
6,45
4
jajan
Jumlah 24 24 48
C. Item Pertanyaan dan Reliabilitas
No Pertanyaan Jawaban
1. Saya bangga apabila mendapat nilai SS
S
TS
STS
bagus
2. Saya tidak taat pada peraturan di asrama SS S TS STS
3. Saya selalu bertanya ketika tidak SS
S
TS
STS
memahami pelajaran
4. Saya selalu menyisihkan uang saku
untuk keperluan darurat seperti ketika
kiriman telat, iuran kas kelas atau ketika SS S TS STS
saya butuh untuk membeli buku
pelajaran
5. Saya belajar bukan untuk mencapai SS
S
TS
STS
cita-cita saya
6. Saya tidak pernah menyisihkan uang SS
S
TS
STS
saku untuk keperluan darurat
7. Saya memiliki jadwal kegiatan harian SS S TS STS
8. Saya tidak yakin bisa naik kelas SS S TS STS
9. Saya suka kegiatan gotong royong SS
S
TS
STS
membersihkan asrama
10. Saya tidak pernah mengerjakan PR dari SS
S
TS
STS
guru
11. Saya rajin melaksanakan piket SS
S
TS
STS
kebersihan di sekolah dan asrama
12. Saya belajar agar dapat mencapai cita- SS
S
TS
STS
cita saya
13. Saya tidak memiliki jadwal kegiatan SS S TS STS
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 145
harian
14. Saya menggunakan uang kiriman sesuai SS S TS STS
dengan kebutuhan saja
15. Saya memiliki target belajar yang ingin SS S TS STS
saya capai
16. Saya yakin bisa mendapatkan nilai SS S TS STS
bagus dengan usaha saya sendiri
17. Saya akan selalu membantu teman yang SS S TS STS
kesusahan apabila saya mampu
18. Saya yakin bisa naik kelas SS S TS STS
19. Saya tidak bangga apabila mendapat SS S TS STS
nilai bagus
20. Saya tidak memiliki target belajar yang SS S TS STS
ingin saya capai
21. Saya tidak akan membantu teman yang SS S TS STS
kesusahan walaupun saya mampu
22. Saya tidak yakin bisa mendapatkan nilai SS S TS STS
bagus dengan usaha saya sendiri
23. Saya selalu mengerjakan PR dari guru SS S TS STS
24. Saya menggunakan uang kiriman hanya SS S TS STS
untuk jajan
25. Saya tidak rajin melaksanakan piket SS S TS STS
kebersihan di sekolah dan asrama
26. Saya memiliki tabungan SS S TS STS
27. Saya mengikuti kegiatan ekstrakulikuler
yang sudah saya pilih setelah pulang SS S TS STS
sekolah
28. Saya tidak terima jika ada yang SS S TS STS
mengkritik saya
29. Saya selalu menyisihkan sebagian uang SS S TS STS
jajan saya untuk ditabung
30. Saya tidak suka ketika gotong royong SS S TS STS
membersihkan asrama
31. Saya tidak terbiasa belajar jika tidak SS S TS STS
disuruh
32. Saya tidak memiliki tabungan SS S TS STS
146 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
33. Saya tidak pernah bertanya ketika tidak SS S TS STS
memahami pelajaran
34. Saya menjadikan teman saya yang SS S TS STS
pintar sebagai motivasi saya
35. Saya terima jika ada yang mengkritik SS S TS STS
saya
36. Saya adalah orang yang hemat SS S TS STS
37. Saya tidak pernah mentaati peraturan SS S TS STS
yang berlaku di sekolah
38. Saya terbiasa belajar tanpa disuruh SS S TS STS
39. Saya lebih suka mengerjakan PR sendiri SS S TS STS
daripada mengerjakan bersama teman
40. Saya tidak senang bila ada yang SS S TS STS
memberi saya saran
41. Saya tidak menjadikan teman saya SS S TS STS
yang pintar sebagai motivasi saya
42. Saya taat pada peraturan di asrama SS S TS STS
43. Saya lebih suka mengerjakan PR
bersama teman daripada mengerjakan SS S TS STS
sendiri
44. Saya tidak mengikuti kegiatan SS S TS STS
ekstrakulikuler setelah pulang sekolah
45. Saya tidak selalu menyisihkan sebagian SS S TS STS
uang jajan saya untuk ditabung
46. Saya senang bila ada yang memberi SS S TS STS
saya saran
47. Saya bukanlah orang yang hemat SS S TS STS
(boros)
48. Saya selalu menaati peraturan yang SS S TS STS
berlaku di sekolah
Alpha Cronbach’s : 0,865 : sampel: 35 orang
D. Klasifikasi Item Shohih dan Item Gugur
Melalui analisis SPSS. 15.0 dapat diklasifikasikan bahwa
sebaran item shohih dan item gugur sebagai berikut:
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 147
Item Item Shohih Item Gugur
Pernyataan
2,4,7,8,9,10,12,13,15,16,17,20, 1,3,5,6,11,14,18,19,21
22,23,27,29,30,31,36,37,38,42, ,24,25,26,28,32,33,34,
46,47,48 35,39,40,41,43,44,45
Jumlah 25 23
E. Penutup
Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Instumen Skala Kemandirian Belajar Pada Siswa SMP
Muhammadiyah Boarding School (MBS) Prambanan,
Yogyakarta dapat digunakan oleh guru, terutama para guru di
boarding school, untuk mengetahui tingkat kemandirian
belajar pada siswa didiknya.
2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka
pengumpulan data karena reabilitas instrumen mendekati angka 1,
yaitu 0,865.
148 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
7. Instrumen Skala Tingkat Religiusitas Pada Masyarakat
Pedesaan Oleh : Novi Dwi Lestari ([email protected])
Professional Judgement : Zaen Musyrifin, S. Sos. I .M. Pd. I.
A. Pengantar
Menurut Arikunto (2006:136) Instrumen adalah alat atau
fasilitas yang digunakan penelitian dalam mengumpulkan data agar
pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, sehingga mudah
diolah.
Religiusitas merupakan salah satu faktor dan unsur utama dalam
kehidupan individu dalam memenuhi kebutuhan spiritual. Glock dan
Stark (dalam Jalaluddin, 2004) mengatakan bahwa religiusitas adalah
keseluruhan dari fungsi jiwa individu mencakup keyakinan,perasaan,
dan perilaku yang diarahkan secara sadar dan sungguh-sungguh pada
ajaran agamanya dengan mengerjakan lima dimensi keagamaan yang
didalamnya mencakup tata cara ibadah wajib maupun sunat serta
pengalaman dan pengetahuan agama dalam diri individu.
Glock & Stark, (dalam Ancok dan Nashori, 2008) ada lima
macam dimensi kebergamaan, yaitu dimensi keyakinan (ideologis),
dimensi peribadatan atau praktek agama (ritualistik), dimensi
penghayatan (eksperiensial), dimensi pengalaman (konsekuensial),
dimensi pengetahuan agama (intlektual).
Skala tingkat religiusitas pada masyarakat pedesaan ini
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi religious masyarakat
pedesaan dalam kehidupan sehari-hari, serta keyakinan beragama yang
dianutnya, karena dalam masyarakat pedesaan biasanya
keberagamannya masih terpengaruh oleh kebudayaan setempat yang
masih dilestarikan dan dipelihara oleh masyarakat itu sendiri.
B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologi
Skala tingkat religiusitas pada masyarakat pedesaan
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi religious masyarakat
pedesaan dalam kehidupan sehari-hari serta keyakinan beragama yang
dianutnya. Aspek yang dikembangkan dalam skala instrumen tingkat
religiusistas pada masyarakat pedesaan, Menurut Glock & Stark, (dalam
Ancok dan Nashori, 2008) ada lima macam dimensi kebergamaan, yaitu
dimensi keyakinan (ideologis), dimensi peribadatan atau praktek
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 149
agama (ritualistik), dimensi penghayatan (eksperiensial), dimensi
pengalaman (konsekuensial), dimensi pengetahuan agama (intlektual).
No Item
Variable Aspek Indikator Deskriptor
Jml Favor Unfor
able able
Tingkat Aspek Percaya Yakin
religiusita keyakin dan yakin adanya
s pada an dengan Tuhan 1,2 3,4 4
masyarak
adanya
at Tuhan
Pedesaan serta ajran-
ajaran Yakin
agama dengan
yang agama yang
dianutnya dianutnya 5,6,7 8,9,10 6
Aspek Melaksana Melaksanak
perilaku kan an 11,12, 14,15, 6
kewajibaan kewajiban 13 16
agama shalat
degan taat.
Membaca 17,18 19 3
Al-Qur’an
Melaksanak 20,21, 23,24 5
an puasa 22
Aspek Tingkat Selalu taat
peribada kepatuhan beribadah
tan seseorang bila 25,26, 28,29, 6
dalam waktunya 27 30
mengerjak telah tiba
an ibadah
Aspek Perasaan, Ketika
Penghay sensasi dan harapan 31,32,
atan pengalama atau doanya 34,35 5 33
n dikabulkan
keagamaan oleh Tuhan
yang
Hati merasa 36 37,38 3
150 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
dialami tenang
oleh ketika
seseorang sudah
melaksanka
n shalat
Aspek Berperilak Berbuat
pengam u sesuai baik kepada
alan dengan sesama 39,40, 43,44, 8
ajaran- manusia
41,42
45,46
ajaran
agama
Aspek Mengetahu Memiliki
Pengeta i dan pengetahua
huan memahami n tentang 47,48
49,50
4
ajaran- dasar-dasar
ajaran agama
agama
Jumlah 26 24 50
C. Item Pernyataan dan Kategori
No Pernyataan Jawaban
1 Saya yakin dan percaya dengan adanya Tuhan SS S TS STS
2 Saya percaya bahwa Tuhan selalu melihat
SS
S
TS
STS saya, dimana pun saya berada
3 Saya tidak yakin dengan adanya Qodha dan
SS
S
TS
STS Qodar yang sudah ditentukan Tuhan
4 Saya tidak percaya bahwa Tuhan menjaga
SS
S
TS
STS saya
5 Saya yakin bahwa malaikat itu ada SS S TS STS
6 Saya yakin bahwa malaikat mencatat semua
SS
S
TS
STS perbuatan manusia yang baik dan buruk
7 Saya percaya terhadap Al-Qur’an SS S TS STS
8 Saya tidak percaya bahwa di alam kubur
SS
S
TS
STS masih ada kehidupan
9 Saya tidak percaya akan adanya hari
SS
S
TS
STS pembalasan
10 Saya tidak yakin dengan takdir Tuhan SS S TS STS
11 Saya selalu berwudhu terlebih dahulu sebelum SS S TS STS
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 151
melaksanakan ibadah shalat
12 Sebelum shalat wajib saya terlebih dahulu
SS S TS STS mendirikan shalat sunah
13 Saya selalu khusuk saat mengerjakan shalat SS S TS STS
14 Ketika adzan tiba saya tidak langsung shalat SS S TS STS
15 Saya akan menunda shalat saya, ketika saya
SS S TS STS sedang sibuk
16 Saya tidak tertib dalam mendirikan ibdah
SS S TS STS shalat lima waktu
17 Saya selalu meluangkan waktu untuk
SS S TS STS membaca Al-Qur’an
18 Saya merasa tenang dan damai ketika
SS S TS STS membaca Al-Qur’an
19 Saya tidak suka membaca Al-Qur’an SS S TS STS
20 Saya selalu melaksanakan puasa wajib dan
SS S TS STS sunnah
21 Saya selalu membaca doa niat puasa sebelum
SS S TS STS melaksanakan puasa
22 Saya yakin puasa melatih kesabaran SS S TS STS
23 Saya tidak bisa menahan lapar dan minum saat
SS S TS STS puasa
24 Saya tidak pernah melaksanakan puasa
SS S TS STS Ramadhan
25 Saya selalu mengerjakan shalat dengan tepat
SS S TS STS waktu
26 Saya selalu berdoa dan berdzikir setelah
SS S TS STS selesai shalat
27 Saya selalu membayar zakat SS S TS STS
28 Saya merasa shalat menyita waktu saya SS S TS STS
29 Saya tidak suka apabila ada yang menyuruh
SS S TS STS saya untuk shalat berjamah
30 Saya tidak pernah melaksanakan shalat di
SS S TS STS mushala
31 Saya selalu berdoa dengan sungguh-sungguh SS S TS STS
32 Saya selalu bersyukur atas apa yang Tuhan
SS S TS STS berikan kepada saya
33 Saya percaya bahwa Tuhan akan mendengar
SS S TS STS dan mengabulkan doa saya
34 Saya merasa Tuhan tidak sayang kepada saya, SS S TS STS
152 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
ketika saya terkena musibah
35 Saya merasa kecewa ketika doa saya tidak
SS S TS STS dikabulkan
36 Hidup saya merasa tenang bila dekat dengan
SS S TS STS Tuhan
37 Saya merasa tidak bersalah bila tidak
SS S TS STS melaksanakan shalat
38 Saya tidak pernah berdoa dalam setiap
SS S TS STS aktivitas saya
39 Saya selalu mendahulukan kepentingan umum
SS S TS STS dari pada kepentingan pridai saya
40 Saya selalu sopan dan menghormati orang lain SS S TS STS
41 Saya selalu berkata jujur SS S TS STS
42 Saya selalu mengikuti kegiatan gotong royong
SS S TS STS di desa
43 Saya tidak peduli jika tetangga sakit parah SS S TS STS
44 Saya tidak mau memaafkan orang lain SS S TS STS
45 Saya tidak mau menolong orang yang
SS S TS STS kesusahan
46 Saya suka mengambil barang yang bukan
SS S TS STS milik saya
47 Agama menjadi pedoman dalam hidup saya SS S TS STS
48 Saya mengetahui bahwa shalat lima waktu
SS S TS STS wajib untuk dikerjakan
49 Saya tidak peduli dengan aturan agama SS S TS STS
50 Hidup saya tidak nyaman apabila harus
SS S TS STS mengikuti aturan dalam agama
Alpha Cronbach’s = 0,903 ; Sampel = 30 orang
D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur
Melalui analisis SPSS.20 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran
aitem gugur dan aitem shahih sebagai berikut :
Item Shohih Item Gugur
Item 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 14, 17, 18, 20, 7, 12, 13, 15, 16,
Pernyataan 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 31, 33, 34, 35, 19, 28, 29, 30, 32,
36, 38, 41, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50 37, 39, 40, 42
Jumlah 36 14
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 153
E. Penutup
Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Instrument ini bertujuan untuk mengetahui tingkat religiusitas pada
masyarakat pedesaan fungsinya agar seseorang mengetahui
seberapa tinggi tingkat kereligiusistasnya. Semakin tinggi tingkat
religiusitasnya maka semakin dekat individu tersebut dengan
Tuhan. Semoga dengan adanya skala ini bisa membantu
meningkatkan keriligisutasnya kepada Tuhan, serta dapat
memperbaikki dan menjaga kereligiusitasan seorang individu. 2. Instrumen ini dapat digunakan, dengan nilai reliabilitas instrumen
yang mendekati angka 1.00, yaitu 0,903
154 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
8. Instrumen Skala Pola Hidup Modern Masyarakat Ekonomi
Rendah Oleh : Nur Latifah ( [email protected] ) Profesional Judgement : Zaen Musyrifin, S.Sos.I., M.Pd.I
A. Pengantar
Instrumen ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana pola hidup
modern masyarakat yang berekonomi rendah. Karena pola hidup
seseorang dengan yang lain berbeda. Terkadang masyarakat berekonomi
rendah masih tetap ingin mengunggulkan atau menonjolkan sisi dimana
mereka tampil lain dari biasanya. Sehingga membuat mereka memilih
kehidupan yang tidak semestinya dijalani.
Pola hidup masyarakat merupakan kebiasaan yang mencakup tingkah
laku seseorang dalam kehidupan bermasyarakat. Pola hidup ini akan
membentuk karakter seseorang akan menjadi lebih baik ataupun menjadi
lebih buruk. Walaupun pola hidup dalam hal ini merupakan masyarakat
berekonomi rendah, bukan berarti kehidupan sosial bermasayarakat juga
rendah. Pada era modern saat ini, dimana teknologi informasi jauh lebih
canggih membuat setiap kalangan berlomba-lomba memiliki sesuatu hal
yang berbeda dari yang lain.
B. Pengembangan Instrumen Skala Pola Hidup Modern Masyarakat
Ekonomi Rendah
Instrumen skala pola hidup masyarakat ekonomi rendah bukan hannya
bermasalah pada tingkat kemiskinan saja, Shinta Doriza (2015) ekonomi
rendah berkaitan juga dengan gaya hidup masyarakat itu sendiri.
Sehingga berdampak terhadap interaksi atau hubungan individu dalam
kehidupan bermasyarakat. Dimana skala ini terbagi dalam beberapa
indikator yakni gaya hidup dengan kehidupan yang glamour/ serba luxury
dan kehidupan yang mengikuti trend di masa kini, dan interaksi sosial
berupa interaksi sosial positif dan negatif.
No Item
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
Jml Favorab Unfavor
le able
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 155
Perilaku yang 1, 2, 3
4, 5, 6, 8
Hidup bersifat konsumtif 7, 8
glamour/
Menginginkan
12, 13,
serba luxury
status tinggi di 9, 10, 11 14, 15, 8
Gaya
masyarakat 16
hidup Ikut dalam kegiatan 17, 18, 20, 21,
6
Mengikuti arisan sosialita 19 22
trend masa
kini
Ketergantungan 23, 24,
26 4
pada media sosial 25
Mampu melakukan 27, 28, 30, 31,
Pola hidup
kerja sama dengan 6 29 32
masyarakat
Interaksi orang lain
sosial
asosiatif
(positif) Mampu beradaptsi 33, 34,
dengan lingkungan 36 4 35
sekitar
Interaksi
sosial
Adanya persaingan
Interaksi
dalam 37, 38 39, 40 4 bermasyarakat
sosial
disosiatif
(negatif) Adanya
pertentangan satu 41, 42 43,44 4
dengan yang lain
Jumlah 22 22 44
C. Item Pertanyaan dan Kategorisasi
No Pernyataan Jawaban
156 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
1 Jika orang lain memiliki suatu barang, saya juga
SS S TS STS harus bisa membeli barang tersebut
2 Saya suka membeli suatu barang untuk memenuhi
SS S TS STS kebutuhan sehari-hari
3 Saya lebih sering makan di luar rumah SS S TS STS
4 Saya tidak bisa menyisihkan uang sekedar untuk
SS S TS STS menabung
5 Saya tidak suka membuat suatu barang dengan
SS S TS STS keterampilan yang saya miliki
6 Saya suka menghabiskan uang untuk keperluan
SS S TS STS yang tidak perlu
7 Saya tidak cermat dengan setiap pengeluaran
SS S TS STS keuangan
8 Saya selalu merasa tidak puas hanya dengan
SS S TS STS memiliki satu barang
9 Status sosial sangat berpengaruh dalam diri saya SS S TS STS
10 Saya ingin dianggap orang baik di antara yang lain SS S TS STS
11
Jabatan pekerjaan membuat saya terlihat unggul di
SS S TS STS masyarakat
12 Saya merasa bangga ketika orang lain tidak SS S TS STS memiliki barang yang sama dengan saya
13
Saya menginginkan orang lain beranggapan bahwa
SS S TS STS saya memiliki segalanya
14 Dalam acara tertentu saya suka mengenakan SS S TS STS barang-barang mewah
15 Saya suka membesar-besarkan apa yang saya SS S TS STS miliki saat ini
16 Menjadi salah satu tokoh masyarakat sangat SS S TS STS menaikkan status dalam diri saya
17
Arisan membuat masa depan saya menjadi lebih
SS S TS STS baik
18 Dengan arisan ruang lingkup pertemanan saya SS S TS STS menjadi lebih luas
19 Menurut saya arisan merupakan salah satu dari SS S TS STS cara untuk menabung
20 Arisan tidak membuat saya merasa kekurangan SS S TS STS
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 157
21
Arisan tidak menghambat keuangan dalam
SS S TS STS keluarga
22 Arisan membuat saya selalu merasa berhutang SS S TS STS
23 Bagi saya media sosial membuat hidup saya lebih SS S TS STS mudah
24 Media sosial bisa membantu saya mengetahui SS S TS STS situasi kondisi yang terjadi saat ini
25 Media sosial sangat membantu saya dalam SS S TS STS mendapatkan informasi
26 Media sosial tidak akan menjerumuskan saya pada SS S TS STS hal-hal buruk
27 Bergotong royong adalah salah satu cara untuk SS S TS STS saya menjalin kerja sama
28 Saya suka melakukan aktivitas bersama-sama SS S TS STS dengan team
29 Saya memilih bekerjasama untuk menyelesaikan SS S TS STS pekerjaan
30 Saya suka membantu orang lain untuk SS S TS STS menyombongkan diri
31 Bekerjasama tidak akan menguntungkan diri saya SS S TS STS
32 Saya tidak suka bekerjasama karena membuang- SS S TS STS buang waktu
33 Lingkungan sekitar sangat membantu saya SS S TS STS mengatasi berbagai permasalahan
34 Saya mampu menghadapi berbagai tekanan yang SS S TS STS menimpa saya
35 Saya dapat mempertahankan hidup denngan SS S TS STS melakukan berbagai aktivitas
36 Kondisi lingkungan sekitar tidak membuat saya SS S TS STS kesulitan
37 Persaingan membuat saya semakin terus SS S TS STS melangkah maju
38 Persaingan memotivasi saya untuk lebih baik SS S TS STS
39 Saya suka memamerkan apa yang saya miliki SS S TS STS
40 Persaingan bukanlah hal yang seharusnya saya SS S TS STS banggakan
158 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
41 Perbedaan membuat fikiran saya lebih terbuka SS S TS STS
42 Bagi saya bermusyawarah berguna untuk SS S TS STS mengambil keputusan bersama
43 Pendapat orang lain tidak berarti buat saya SS S TS STS
44 Perbedaan pendapat bukan berarti saya harus SS S TS STS bermusuhan
Alpha Cronbach’s = 0,631; Sampel = 31 Orang
D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur
Melalui analisis SPSS 24 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran aitem
gugur dan aitem shahih sebagai berikut :
Item Shahih
Item Gugur
Item Pernyataan
4, 13, 19, 22, 23, 24, 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15,
27, 28, 29, 30, 31, 16, 17, 18, 20, 21, 25, 26, 34, 35, 36,
32, 33, 38, 41, 42, 43 37, 39, 40, 44
Jumlah 17 27
E. Penutup
Dapat disimpulkan bahwa instrumen ini dimaksudkan untuk
mengetahui sejauhmana pola hidup modern masyarakat ekonomi rendah
dalam kehidupan bermasayarakat. Bahwasannya tidak semua masyarakat
berekonomi rendah akan memiliki kehidupan sosial yang rendah juga,
terkadang kehidupan sosial yang dijalaninya cenderung tinggi.
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 159
9. Instrumen Skala Tingkat Kecerdasan Spiritual Mahasiswa
Aktivis Yogyakarta Oleh : Siti Triyuwanti ([email protected])
Profesional Judgement : Fadlilah Susi Wahyuni S.Ag
A. Pengantar
Kecerdasan spiritual atau yang biasa disingkat SQ merupakan
kecerdasan yang dimiliki manusia untuk menghadapi dan memecahkan
persoalan makna kehidupan, ketahanan diri dan keutuhan diri.
Kecerdasan ini digunakan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan
kehidupan seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang
lainnya. Sehingga, seseorang dapat menemukan makna hidup dari
belajar, bertanya dan bekerja biarpun dalam menghadapinya terdapat
masalah dan penderitaan. Bahkan, SQ merupakan kecerdasan tertinggi.
(Zohar & Marshall 200 hal 12-13), menyatakan bahwa kecerdasan
spiritual memungkinkan seseorang untuk mengenali mulai sifat-sifat
pada orang lain serta dalam dirinya sendiri.
Selanjutnya Ary Ginanjar Agustian mendefinisikan bahwa
kecerdasan spiritual (SQ) adalah kemampuan untuk memberi makna
ibadah pada setiap perilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah dan
pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia seutuhnya (hanif), dan
memiliki pola pemikiran tauhid (integralistik) serta berprinsip hanya
karena Allah.
Teori psikologi kecerdasan spiritual yang relevan salah satunya
adalah teori disintegrasi positif Dabrowski (1967), yang digambarkan
sebagai kemampuan individu pada kebebasan cara berfikir dan
berperilaku yang mendukung kasih sayang, integritas dan peduli
terhadap orang lain. Sedangkan teori tentang aktualisasi diri (Maslow,
1968), yang menekankan nilai-nilai seperti keadilan, keindahan,
keutuhan dan kesatuan.
Dari beberapa teori kecerdasan spiritual yang dikemukakan di
atas. Dengan demikian, penyusunan skala ini dimaksudkan untuk
mengukur tingkat kecerdasan spiritual mahasiswa aktivis. Tingkat
kecerdasan spiritual mahasiswa aktivis ditunjukan dengan skor total
yang diperoleh subyek pada skala tingkat kecerdasan spiritual
mahasiswa aktivis. Skala tingkat kecerdasan spiritual disusun
berdasarkan aspek-aspek tingkat kecerdasan spiritual yang disajikan
160 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
dalam bentuk indikator-indikator tentang tingkat kecerdasan spiritual
mahasiswa. Semakin tinggi skor yang diperoleh subyek, maka semakin
tinggi kecerdasan spiritual mahasiswa aktivis tersebut dalam menjalani
kehidupan sehari-harinya.
B. Pengembangan Skala Psiologis
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang dimiliki seseorang
dalam menjalani kehidupan sehari-harinya, yaitu untuk mengenal siapa
dirinya secara lahir dan batin, kemampuan melihat makna yang
terkandung di setiap peristiwa yang terjadi (mampu memaknai
penderitaan hidup dengan memberikan makna yang positif pada setiap
peristiwa atau masalah, menilai bahwa tindakan atau jalan hidup
seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain), mampu
membangkitkan jiwa diri sendiri untuk menjadi manusia seutuhnya yang
menyadari tentang siapa diri dan hubungan dengan sesama manusia dan
alam semesta, dan mengenal bahwa ada kekuasaan yang melebihi
apapun di dunia ini yaitu sang Pencipta.
Kisi-kisi skala disusun berdasarkan aspek-aspek kecerdasan
spiritual. Menurut (Khavari, 2010) ada beberapa aspek yang menjadi
dasar kecerdasan spiritual, yaitu sudut pandang: spiritual-keagamaan,
relasi sosial-keagamaan, dan etika sosial.
Nomer Item
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
Jml Favor Unfavo
able rable
Beribadah
1,2,3,4 7,8,9,10, 11
Mencipta ,5,6 11
kan
Bersyukur 12,13 14,15,16 5
hubungan Tingkat
Spiritu dengan Husnudzan
kecerdasa
al- Allah kepada 17,18 19,20 4 n spiritual
keaga
Allah
Mahasisw
maan Mengiden Percaya
i Aktivis
tifikasi Allah
bahwa Pemilik 21,22 23,24 4
ada Kekuasaan
kekuatan Tertinggi
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 161
spiritual Meyakini
yang
Allah yang
lebih
mengatur 25 26 2
tinggi alam
semesta
Memaha Bertanggun 27 28 2
mi hukum g jawab
sebab-
Bersabar 29,30 31 3 akibat
Kesadaran
diri yang 32 33 2
Spontanit tinggi
as
Termotivas
i secara 34 35 2
internal
Mengharga
Menekan i 36 37 2
Sosial- kan segi keragaman keaga kebersam
Rasa
maan aan
berkomunit 38 39 2
as
Kasih 40,41 42,43 4
saying
Bermanfaat 44 45 2
Kesejahte
Menikmati 46 47 2
raan hidup
sosial
Mengingat
kan dalam 48 49 2
kebaikan
Ikhlas 50,51 52 3
Etika Menguta Beradab 53 54 2
sosial makan
162 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
kedamaia Mendahulu
n kan orang 55 56 2
lain
Mampu
Memberika
n makna 57
58
2 memaknai
positif
penderitaa
n hidup Tidak 59
60
2
Menjudge
Jumlah 31 29 60
C. Item pernyataan dan kategorisasi
No Pernyataan Jawaban
1.
Saya mendirikan shalat fardhu lima SL
SR
KD
PR TP
waktu tepat waktu
2.
Saya mendirikan shalat sunnah setelah SL
SR
KD
PR TP
menunaikan shalat fardhu
3.
Setiap selesai shalat saya berdzikir dan SL
SR
KD
PR TP
berdo’a,
Setiap saya menyempatkan membaca
Al-Quran, saya membaca sekaligus
4. terjemaahannya dan memahami SL SR KD PR TP
tafsirnya meskipun sedang diburu-buru
tugas dan kegiatan
5.
Saya melaksanakan puasa sunnah SL
SR
KD
PR TP
senin dan kamis
Saya berwudlu sesuai tuntunan
6. Rasulullah dan berusaha menjaga SL SR KD PR TP
wudlu saya
Saat waktu shalat fardhu tiba, saya
7.
memilih menyelesaikan dahulu tugas SL
SR
KD
PR TP
dan kegiatan saya setelah itu
menunaikan shalat fardhu
8.
Saya tidak menunaikan shalat lima SL
SR
KD
PR TP
waktu jika saya sedang sakit
Saya mendirikan shalat, saya tidak
9. tumakninah, tergesa-gesa dan tidak SL SR KD PR TP
meresapi setiap bacaan shalat saya
10. Saya lupa membaca Al-Quran jika SL SR KD PR TP
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 163
saya terlalu sibuk
Saat berdoa, saya hanya mengucap
11.
tanpa penuh harap dan tidak memiliki SL SR KD PR TP
rasa takut apabila doa-doa saya tidak di
dengar Allah.
Ketika mendapat sesuatu yang
12. membahagiakan, saya mengucapkan SL SR KD PR TP
hamdalah
Saya bersyukur dan merasa puas atas
13. apa yang saya dapatkan dari apa yang SL SR KD PR TP
saya kerjakan sendiri
14.
Saya suka sedih dan mengeluh,apabila SL SR KD PR TP
saya mendapat cobaan
15.
Saya merasa kecewa saat mengetahui SL SR KD PR TP
hasil orang lain lebih besar dari saya
Apabila ada kejadian buruk yang
menimpa saya, Saya berpikir mengapa
16. tidak diberi nasib yang lebih SL SR KD PR TP
menyenangkan seperti yang dirasakan
orang lain.
Saat saya menghadapi masa sulit, saya
17. percaya bahwa Allah memberikan SL SR KD PR TP
kemampuan kepada saya
Saya tetap merasa tenang, saat sesuatu
18. yang tidak menyenangkan terjadi SL SR KD PR TP
menimpa saya
Saat musibah datang, saya marah dan
19. berpikir Allah saat itu sedang SL SR KD PR TP
menghukum saya
Ketika menghadapi masalah namun
20.
tidak kunjung selesai, saya berpikir SL SR KD PR TP
kesusahan yang saya hadapi tidak akan
mendapatkan kemudahan
Saat saya membutuhkan sesuatu, saya
21.
percaya Allah itu memberikan apa SL SR KD PR TP
yang saya butuhkan bukan apa yang
saya inginkan
22.
Saya bekerja keras dan berdoa untuk SL SR KD PR TP
mendapatkan hasil yag terbaik
23. Saya tidak berdoa kepada Allah, SL SR KD PR TP
164 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
karena dengan saya bekerja keras saya
akan mendapatkan sesuatu yang ingin
saya dapatkan
Saat doa saya belum juga terwujud,
24. saya menjadi malas berdoa dan SL SR KD PR TP
meminta kepada Allah
Apabila ada kejadian tidak terduga
25. menimpa saya, Hanya kepada Allah
SL SR KD PR TP saya menyembah dan hanya kepada
Allah saya meminta pertolongan
Saya masih resah dan galau menjalani
26. hidup, padahal tahu Allah sudah SL SR KD PR TP
mengatur semuanya
Di saat tugas kuliah menumpuk, saya
27. berusaha memenuhi tanggung jawab di
SL SR KD PR TP organisasi/ komunitas yang saya ikuti
di luar kampus
28. Saya melalaikan tanggung jawab saya
SL SR KD PR TP di organisasi demi kesenangan saya
29. Saya memaafkan orang lain yang
SL SR KD PR TP berbuat salah kepada saya
Saya tetap menyimpan nama teman
30. saya di dalam hasil tugas kelompok SL SR KD PR TP
meskipun dia tidak ikut mengerjakan
Saya menegur dan marah kepada
31. teman saya yang lalai mengerjakan SL SR KD PR TP
tugas kelompok
32. Saya merasa berdosa apabila saya
SL SR KD PR TP berbohong kepada orang lain
Jika saya berbuat salah, saya tidak
33. peduli atas kesalahan saya dan SL SR KD PR TP
langsung melupakannya
34. Saya ingin melakukan yang terbaik
SL SR KD PR TP untuk setiap pekerjaan saya
35. Setiap hasil pekerjaan saya ada yang
SL SR KD PR TP salah, saya malas memperbaikinya
Saya menerima pendapat orang lain
36. yang berbeda dan menjaga hubungan SL SR KD PR TP
baik dengan sesama manusia
37. Jika menghadiri rapat, saya merasa SL SR KD PR TP
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 165
pendapat saya benar dan pendapat
orang lain salah
Jika saya terpilih sebagai pengurus
38. suatu organisasi maka saya berusaha SL SR KD PR TP
menjalankan amanah sebaik-baiknya
Ketika saya sudah merasa tidak
39. nyaman dalam suatu organisasi, saya SL SR KD PR TP
memilih ingin menghindar dan keluar
40.
Saya senang berbagi dan membantu SL SR KD PR TP
orang-orang yang membutuhkan saya
Saya menghilangkan rasa ego saya
untuk merespon dan melayani orang
41. lain yang membutuhkan bantuan, SL SR KD PR TP
meskipun saya bukan orang
terdekatnya
Saya tidak akan membantu teman saya
42. jika itu bukan bagian dari tugas saya SL SR KD PR TP
meskipun itu kepentingan organisasi
Saya tidak mau membantu orang lain
43. yang sudah menyakiti dan merugikan SL SR KD PR TP
saya
44.
Saya menyisihkan uang jajan saya SL SR KD PR TP
untuk bersedekah
Ketika teman saya memiliki kesulitan
tidak memiliki laptop untuk
45. mengerjakan tugas, saya tidak peduli SL SR KD PR TP
dan tidak mau memberikannya
pinjaman
46.
Saya senang dan sangat menikmati SL SR KD PR TP
kesibukan saya
Saat saya dihadapkan jadwal padat,
47. tugas kuliah numpuk, saya merasa SL SR KD PR TP
terbebani dan mengeluh
Saya memberi semangat kepada teman
48.
saya yang masih lalai dalam SL SR KD PR TP
mengerjakan tugas dan menjalankan
tanggung jawab
49.
Apabila saya melihat teman saya SL SR KD PR TP
mencontek, saya membiarkaannya
50. Saya menjadi volunteer dan SL SR KD PR TP
166 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
memberikan ilmu yang saya punya
kepada adik-adik sekolah yang
membutuhkan bantuan dalam belajar
Saya memberikan yang terbaik dalam
51. pekerjaan saya tanpa mengharap dapat SL SR KD PR TP
imbalan besar
52. Saya malas menolong lagi teman yang
SL SR KD PR TP
tidak tahu terimakasih
Saya menjaga perilaku dan bicara
dengan sopan santun (menjaga ucapan
53. dari perkataan-perkataan yang tidak SL SR KD PR TP
pantas diucapkan) kepada orang tua,
guru dan teman
54. Apabila saya disuruh oleh orang tua
SL SR KD PR TP
saya, saya berkata “ah/ tidak mau”
Saya memberikan uang kepada orang
55. yang meminjam uang kepada saya
SL SR KD PR TP
tanpa berpikir saya juga
membutuhkannya
Jika saya melihat kecelakaan, saya
56. menunggu ada orang yang menolong
SL SR KD PR TP
setelah itu baru saya mendekat untuk
ikut menolong
Saat saya dikelilingi kebencian orang
57. disekeliling saya, saya berdoa dan
SL SR KD PR TP
mengingat ada Allah yang menemani
juga melindungi
Saat kegagalan yang saya peroleh, saya
58 tidak mau berusaha mencoba lagi dan
SL SR KD PR TP
mencari kesenangan yang dapat
menghibur saya
Saat orang lain melakukan kesalahan
yang merugikan saya, saya
59. menganggapnya hal ini hanya SL SR KD PR TP
kebetulan dan bisa saja terjadi tanpa
direncana, saya memaafkannya
Ketika saya melihat orang lain tidak
60. bisa melakukan apa yang menjadi
SL SR KD PR TP
tugasnya, saya berpikir orang tersebut
tidak akan bisa sukses dalam segala
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 167
hal
Alpha Cronbach’s = 0,921, Sampel= 44 orang
D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur
Melaui analisis SPSS.15 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran
aitem gugur dan aitem shahih sebagai berikut:
Item Shohih Item Gugur
1, 4, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 16, 2, 3, 5, 10,
Item 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 15, 27, 31,
26, 28, 29, 30, 32, 33, 34, 35, 36, 49, 55, 60
Pernyataan
37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45,
46, 47, 48, 50, 51, 52, 53, 54, 56,
57, 58, 59
Jumlah 50 10
E. Penutup
Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
Instrumen dapat digunakan jika memiliki nilai reliabilitas
instrumen mendekati angka 1.00. Maka dari itu, instrumen ini dapat
digunakan untuk pengukuran skala kesecerdasan spiritual dalam rangka
pengumpulan data karena realiabilitas instrumen yaitu 0,921
168 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
10. Instrumen skala motivasi belajar anak TPA Masjid
Baiturrahman Gowok Oleh : Tita Nurapipah ([email protected]) Professional judgement : Slamet, S.Ag., M.SI
A. Pengantar
Dalam memenuhi tercapainya sebuah penelitian yang mana
dalam sebuah penelitian pasti ada instrumen di dalamnya yang akan
membantu menjawab adanya sebuah penelitian yang di lakukan.
Instrumen adalah suatu pengukuran untuk mencapai suatu keakuratan
pada suatu penelitian. Instrumen yang penulis angkat ini merupakan
tentang perkembangan anak usia sekolah, dimana objek instrumen yang
di ambil dari sebuah TPA di salah satu masjid daerah gowok yogyakarta.
Kali ini penulis akan terlebih dahulu menjelaskan tentang perkembangan
anak usia sekolah. Usia sekolah merupakan usia anak saat memasuki
tahapan sekolah formal, di mana anak sudah mulai di tuntut untuk
sekolah secara mandiri, bisa menyelesaikan tugas-tugasnya sendiri,
sudah mulai belajar dan mampu membaca menulis dan berhitung untuk
bisa mengikuti materi-materi pelajaran di sekolah. Di masa usia sekolah,
anak-anak terlihat semakin senang untuk bermain bersama teman-
temannya, mereka mulai memainkan permainan yang ada aturannya
seperti bermain sepak bola atau futsal dan lainnya. Di masa ini pula
mereka masih sering bertengkar dan bergelut dengan teman- temannya,
namun hanya sesaat dan bisa bermain bersama kembali. Masa usia
sekolah merupakan masa ketika anak-anak sudah mulai mengenal
kompetisi dan prestasi secara akademis maupun non akademis, mereka
sudah muncul rasa malu ataupun rasa bangga saat merasa dirinya
memiliki kekurangan atau kelebihan di antara teman-temannya.
B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Pada dasarnya motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk
menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar
ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai
hasil atau tujuan tertentu. Menurut Clayton Alderfer (dalam
Nashar,2004:42) Motivasi belajar adalah kecenderungan siswa dalam
melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 169
prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin. Motivasi dipandang sebagai
dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku
manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya
keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan
mengarahkan sikap serta perilaku pada individu belajar (Koeswara,
1989 ; Siagia, 1989 ; Sehein, 1991; Biggs dan Tefler, 1987 dalam
Dimyati dan Mudjiono, 2006)
Skala motivasi belajar yang di susun berdasarkan teori menurut
Abin Syamsudin M (1996) yang terdiri dari dua aspek yaitu, aspek
internal dan eksternal. Dan, lima indikator yang antara lain yaitu 1)
memiliki keuletan dan kemampuannya untuk menghadapi kegiatan dan
kesulitan untuk mencapai tujuan. 2) pengorbanan untuk mencapai tujuan
3) kualifikasi prestasi 4) adanya lingkungan yang baik dan, 5) adanya
kegiatan yang menarik.
No. Item
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
Jml
Favora Unfavor
ble able
Motivasi Memilik
belajar i
anak keuletan
TPA dan
Masjid kemamp Memiliki
Baiturra
uan
kemauan
hman
untuk 1, 2, 3,
untuk
Gowok
mengha 9, 10, 4, 8, 6 10
selalu gigih
dapi 5, 7
Aspe dalam
kegiatan
k berusaha
dan
intern
kesulitan
al
untuk
mencapa
i tujuan. Pengorb Proses
anan untuk 12, 14, 13, 15,
untuk mencapai 16, 18, 10
17, 20
mencapa keberhasila 19, 49
i tujuan n
Kualifik Melakukan 21, 23, 24, 28, 10
170 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
asi pembelajar 26, 27, 35
prestasi an 30, 36,
tambahan 46
Aspe Adanya Adaptasi 11, 22,
k lingkung lingkungan 29, 31, 33, 40 10
ekste
an yang yang baik 32, 34,
rnal baik 37, 47
Adanya Mengikuti 25, 38, 39, 43,
kegiatan kegiatan di
41, 42, 45, 48, 10
yang lingkungan 44 50
menarik
Jumlah 33 17 50
Alpha Cronbach’s= 0,957 ; Sampel= 50 orang
C. Item Pernyataan dan Kategori
Skala ini menggunakan skala Likert dengan sedikit modifikasi
yaitu dengan menghilangkan pilihan ragu-ragu, hal ini digunakan untuk
mendapatkan data yang konkrit.
No Pernyataan Jawaban
1 Saya anak yang rajin datang ke TPA SS S TS STS
2 Saya anak yang kurang pandai tapi saya SS S TS STS
berusaha untuk menjadi pandai
3 Saya giat dalam belajar menghafal SS S TS STS
4 Saya akan rajin belajar jika saya di belikan SS S TS STS
hadiah mainan yang bagus
5 Saya giat belajar membaca al-quran SS S TS STS
walaupun tidak bisa
6 Saya tidak mau pergi ke TPA jika tidak di SS S TS STS
kasih uang jajan
7 Saya berusaha lebih baik dari teman-teman SS S TS STS
saya
8 Saya malas ketika harus mengulang hafalan SS S TS STS
surat pendek
9 Saya punya semangat yang tinggi dalam SS S TS STS
belajar di TPA
10 Saya senang mengaji di TPA walupun SS S TS STS
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 171
gurunya galak
11 Sebelum masuk TPA saya bersalaman dulu SS S
TS STS
kepada ustadz dan ustadzah
12 Saya lebih memilih ke TPA daripada bermain SS S
TS STS
13 Saya akan melakukan apapun agar keinginan SS S
TS STS
tercapai, termasuk menyakiti teman
14 Saya semangat pergi ke TPA walaupun hujan SS S TS STS
15 Saya suka lupa waktu ketika bermain SS S TS STS
16 Saya tidak mengeluh berangkat ke TPA SS S
TS STS
walaupun jaraknya jauh dari rumah
17 Saya tidak suka belajar menulis huruf arab SS S
TS STS
karena tidak bisa
18 Saya mengutamakan pergi TPA dari pada SS S
TS STS
pergi jalan-jalan
19 Saya tetap berangkat ke TPA walaupun SS S
TS STS
dalam keadaan capek
20 Jika saya tidak bisa hafalan saya lebih SS S
TS STS
memilih tidak berangkat ke TPA
21 Sepulang TPA saya ikut solat berjamaah di SS S
TS STS
masjid
22 Saya anak yang sopan dan santun SS S TS STS
23 Sehabis TPA saya akan bertanya jika ada SS S
TS STS
materi yang tidak di mengerti
24 Saya belajar yang menurut saya senang saja SS S TS STS
25 Saya senang jika ikut tampil dalam acara SS S
TS STS
TPA
26 Saya mampu menyelesaikan target belajar SS S
TS STS
yang di tentukan di TPA dengan baik
27 Ketika ada waktu kosong saya SS S
TS STS
memanfaatkannya untuk membaca buku
28 Saya tidak berbakat dalam hal apapun SS S TS STS
29 Saya membantu teman apabila sedang SS S
TS STS
kesusahan
30 Selain belajar di sekolah dan di TPA saya SS S
TS STS
juga ikuti les privat lain
31 Saya mudah bergaul dengan teman-teman SS S TS STS
32 Saya ramah kepada siapapun SS S TS STS
172 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
33 Saya tidak peduli dengan orang di sekitar SS S TS STS
saya
34 Saya selalu pamit jika berangkat ke TPA SS S TS STS
35 Saya hanya belajar jika ada ulangan saja SS S TS STS
36 Saya membantu ustadz dan ustadzah sebelum SS S TS STS
masuk kelas
37 Saya tidak pernah lupa mengucap salam jika SS S TS STS
berpamitan
38 Saya aktif mengikuti kegiatan lomba antar SS S TS STS
TPA
39 Saya merasa tidak percaya diri jika ikut SS S TS STS
tampil dalam acara TPA
40 Saya tidak mau meminjamkan pensil kepada SS S TS STS
teman saya
41 Saya ikut membantu kegiatan bersih-bersih SS S TS STS
di TPA
42 Saya menerapkan adab sopan santun yang di SS S TS STS
ajarkan guru ngaji saya
43 Saya tidak patuh terhadap tata tertib di TPA SS S TS STS
44 Saya senang jika ada takbir keliling di TPA SS S TS STS
45 Saya senang jika ada acara pengajian di TPA SS S TS STS
karena ngajinya akan di liburkan
46 Saya mendapat juara di TPA maupun di SS S TS STS
sekolah
47 Saya menghormati orang yang lebih tua dari SS S TS STS
saya
48 Saya malas bergabung bersama teman-teman SS S TS STS
TPA
49 Saya anak yang selalu berusaha untuk SS S TS STS
mencapai apa yang saya inginkan
50 Saya tidak mau mengikuti kegiatan yang di SS S TS STS
adakan di TPA, karena membosankan
D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur
Melalui analisiss SPSS.20 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran aitem
gugur dan aitem shahih sebagai berikut :
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 173
Item Shohih Item Gugur
Item 1,2,3,4,5,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16, 6, 18
17,19,20,21,22,23,24,25,26,27,28,29,
Pernyataan
30,31,32,33,34,35,36,37,38,39,40,41,
42,43,44,45,46,47,48,49,50,
E. Penutup
Motivasi belajar adalah suatu usaha baik dari dalam diri maupun
dorongan dari luar untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
(kepandaian/ilmu) sehingga keinginan yang diinginkan dapat tercapai.
Instrumen ini di tujukan untuk anak-anak TPA masjid Baiturrahman
gowok sehingga penulis dapat mengetahui seberapa besar tingkat
motivasi belajar pada anak-anak TPA tersebut.
Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut: 1. Instrumen skala motivasi belajar anak
TPA masjid Baiturrahman dapat digunakan untuk khalayak umum untuk
mengetahui efektivitas motivasi belajar anak. 2. Instrumen dapat
digunakan untuk pengukuran dalam rangka pengumpulan data karena
realiabilitas semakin mendekati angka 1 maka akan semakin reliabel.
Nilai reliabelitas instrumen ini yaitu, 0,957
174 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
11. Instrumen Skala Tingkat Self Esteem (Harga Diri) pada Santri Penghafal Qur’an PP. Al Munawwir Krapyak Yogyakarta Disusun oleh : Zidna Ilma Nafia ([email protected]) Professional Judgment: Nailul Falah, S.Ag, M.Si.
A. Pengantar
Menurut suharsimi Arikunto (2010:265), Instrumen penelitian
merupakan alat bantu yang dipilih & digunakan oleh peneliti dalam
melakukan kegiatannya untuk mengumpulkan data agar kegiatan
tersebut menjadi sistematis & dipermudah olehnya
Coopersemith (dalam Desmita, 2012) memeberi penjelasan
secara menyeluruh mengenai Self Esteem sebagai dimensi evaluatif diri
yang bersifat luas, yang artinya sikap yang dibuat individu terhadap diri
sendiri mulai dari rentang dimensi yang positif dan negatif. Santrock
juga menyebutkan bahwa Self Esteem juga sering disebut sebagai self
image (gambaran diri) atau self worth (percaya diri). Jadi Self Esteem
merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri secara positif
ataupun negatif. Evaluasi individu tersebut terlihat dari penghargaan
yang diberikan oleh diri terhadap eksistensi dan keberaniannya.
Skala ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana Self Esteem
santri penghafal Qur’an PP. Al Munawwir Krapyak Yogyakarta dalam
proses menghafal ataupun melancarkan hafalannya. Makin tinggi skor
yang diperoleh subyek, maka makin tinggi Self Esteem (Harga diri)
tersebut. Skala ini disusun berdasarkan aspek-aspek Self Estem (Harga
diri) yang disajikan dalam bentuk indikator-indikator tentang Self
Esteem.
B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Self Esteem (Harga Diri) yaitu evaluasi atau penilaian diri yang
dilakukan individu terhadap dirinya sendiri secara global, dengan
menyadari dan percaya terhadap kemampuannya, merasa bahagia atas
dirinya, penerimaan terhadap diri, dan kesadaran terhadap
kompetensinya. Skala self esteem disusun berdasarkan teori
Coopersmith yang terdiri dari empat aspek, yaitu keberatian diri
(Significance), ketaatan individu (Virtue), kekuatan individu (power),
dan kompetensi diri (Competence)
Variabel Aspek Indikator Deskriptor No item Jml
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 175
Favora Unfavo
ble rable
Interaksi
dengan 1,2 3, 3
Interaksi
keluarga
Interaksi
sosial
dengan
4,5 6,7 4
teman
sebaya
Kepedulian
Kepedulia
Terhadap 8,9,10 11,12,13 6
lingkungan
an dan
sekitar
penerimaa
Penerimaan
n diri dari
diri
lingkunga
sebenarnya 14 15 2
n
terhadap
Keber
lingkungan
Self atian
Mampu
Esteem diri
saling
(Harga (signif
berbagi
diri) icance)
kasih
sayang 16,17 18,19,20 5
Afeksi kepada
dan keluarga
eskpresi dan teman
cinta yang dekat
diterima Saling
dari menghargai 21, 22,23 3
lingkunga kepada
n siapapun
Empati dan
simpati
kepada 24,25 26,27 4
lingkungan
sekitar
Ketaat Ketaatan Mampu
an dalam mengaplika 28,29 30,31 4
individ mematuhi sikan nilai-
u nilai nilai moral
176 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
(Virtu moral dan dan etika
e) etika
Penilain
positif dan
negatif 32,33 34 3
terhadap
nilai-nilai
moral
Ketaatan
Mampu
mematuhi
dalam
dan
mematuhi 35 36,37 3
mengaplika nilai
sikan nilai-
agama
nilai agama
Motivasi 38,39 40,41, 4
diri
Internal
Pengetahua
n yang 42,44 45 3 (dalam
dimiliki
Kekua diri)
Kedisiplina
tan
n dan 46 47 2
individ
keteguhan
u
Lingkunga
(Powe
48 49 2
n sosial r)
Eskternal Keluarga
teman
(dari luar)
dekat 50 43 2
sebagai
penguat
Mampu
mengoptim
Kemampu
alkan
waktu
an yang 51 52 2
Komp dengan tinggi
etensi menghafal
untuk
(Comp dan
memenuh
etence) murojaah
i
Mampu
kebutuhan
membagi
53 54 2
waktu
antara
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 177
kebutuhan
pribadi dan
kebutuhan
dalam
menghafal
Qur’an
Mampu
Kemampu mengoptim
an yang aalkan
tinngi kemampua 56
55 2
untuk
n dalam
berprestas mengahfal
i Qur’an dan
berprestasi
Jumlah 28 28 56
C. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No. Pernyataan Jawaban
1 Hubungan saya dengan orang tua baik SS S TS STS
2 Setiap hari saya selalu mengabari ibu lewat
SS S
TS STS sms atau telfon
3 Saya marah jika dinasehati oleh ayah SS S TS STS
4 Saya terbuka kepada teman SS S TS STS
5 Saya selalu mendengarkan jika teman curhat SS S TS STS
6 Saya acuh dan cuek kepada teman SS S TS STS
7 jika teman sakit saya tidak peduli SS S TS STS
8 Saya senyum jika bertemu orang dijalan SS S TS STS
Terkadang saya menawarkan minum kepada
9 orang yang duduk disamping saya di dalam SS S TS STS
bus atau kereta
Saya mengajak ngobrol dengan orang yang
10 duduk di samping saya di dalam angkutan SS S TS STS
umum
11 Saya curiga dengan orang yang tak dikenal SS S TS STS
12 Saya tertutup dengan orang yang baru kenal SS S TS STS
13 Saya membatasi berinteraksi dengan lawan
SS S
TS STS jenis
14 Saya selalu bersih-bersih kamar SS S TS STS
178 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
15 Saya tidak peduli kepada teman yang
SS S TS STS mengalami kesusahan
16 Orang terdekat saya selalu mengingatkan
SS S TS STS untuk muroja’ah(mengulang) hafalan
17 Saya mengerti sifat dan watak orang terdekat
SS S TS STS saya
18 Ketika saya murojaah tidak lancar, teman
SS S TS STS teman mengejek saya
19 Ketika saya salah berbuat, saya dikucilkan SS S TS STS
20 Ketika orang terdekat saya sakit, saya
SS S TS STS berusaha untuk merawatnya dengan baik
21 Jika saya mempunyai rizki lebih, saya selalu
SS S TS STS membelikan jajan untuk teman saya
22 Saya suka marah tidak jelas kepada teman
SS S TS STS saya
23 Jika saya kelelahan saya berbicara ketus
SS S TS STS kepada teman
24 Saya tidak suka memotong pembicaraan
SS S TS STS orang lain
25 Jika teman sedang murojaah saya tidak
SS S TS STS berani mengganggunya
26 Saya bertengkar dengan teman jika berbeda
SS S TS STS pendapat
27 Terkadang saya meremehkan kemampuan
SS S TS STS hafalan teman yang dibawah umur saya
28 Ikut merasa sedih jika teman mendapat
SS S TS STS musibah
29 Memberi saran kepada teman saat kesulitan
SS S TS STS dalam murojaah
30 Acuh kepada teman yang mendapat musibah SS S TS STS
31 Jika saya kesulitan dalam menghafal, tidak
SS S TS STS ada yang peduli dengan saya
32 Saya membalas budi kepada teman yang
SS S TS STS sangat baik dengan saya
33 Saya tidak suka bergantung kepada orang
SS S TS STS lain
34 Jika saya salah, saya enggan meminta maaf SS S TS STS
35 saya sangat takdzim kepada pengasuh
SS S TS STS pondok pesantren yang saya tinggal
36 Saya tidak malu jika saya berbuat salah SS S TS STS
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 179
37 Saya tidak disiplin dalam
SS S TS STS murojaah(mengulang) hafalan Qur’an
38 Saya lebih baik jujur menyakitkan daripada
SS S TS STS berbohong walaupun itu menyenangkan
39 Saya rajin beribadah SS S TS STS
40 Saya pernah meninggalkan sholat SS S TS STS
41 Saya pernah berpacaran dengan lawan jenis SS S TS STS
42 Menjadi penghafal Qur’an adalah cita-cita
SS S TS STS saya
43 Saya pernah putus asa dalam menghafal
SS S TS STS Qur’an
44 Saya mengerti keutamaan menjadi penghafal
SS S TS STS Qur’an
45 Saya tidak faham bagaimana metode
SS S TS STS menghafal Qur’an
46 Saya rajin setoran hafalan kepada guru SS S TS STS
47 Saya suka bermain dengan teman daripada
SS S TS STS murojaah(mengulang) hafalan
48 Saya berada dalam lingkungan yang
SS S TS STS mendukung untuk menghafal Qur’an
49 Saya tidak dapat menghafal Qur’an jika
SS S TS STS ditempat keramaian
Orang tua sangat mendukung dan senang
50 ketika saya memutuskan untuk menghafal SS S TS STS
Qur’an
51 Saya mempunyai waktu khusus untuk
SS S TS STS menghafal dan murojaah
52 Saya masih kesulitan membagi waktu antara
SS S TS STS murojaah dengan tugas kuliah
53 Saya bertekad untuk menyelesaikan hafalan
SS S TS STS sampai 30 juz (khatam)
54 Saya tidak sanggup untuk menaghafal karena
SS S TS STS IQ saya rendah
55 Saya sangat sibuk sehingga tidak dapat
SS S TS STS menghafal Qur’an
56 Teman dekat saya memberi motivasi untuk
SS S TS STS tetap menghafal Qur’an
Alpha Cronbach’s = 0.814 ; Sampel = 75 orang
180 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
D. Klasifikasi item Shahih dan item Gugur
Melalui analisis SPSS 20 dapat di klasifikasikan bahwa sebaran
item gugur dan item shahih sebagai berikut :
Item Shohih Item Gugur
Item 1, 2, 5, 8, 12, 14, 17, 18, 23, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13,
24, 25,26, 28, 29, 31, 33, 35, 15, 16, 19, 20, 21, 22, 27, Pernyataan
37, 38, 40, 41, 42, 43, 44, 30, 32, 34, 36, 39, 45, 46,
47, 48, 49, 50, 51, 52, 53 54,55, 56
Jumlah 31 25
E. Penutup
Berdasarkan Uji Coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Instrumen Skala Tingkat Self Esteem (Harga Diri) Pada Santri Penghafal Qur’an PP. Al Munawwir Krapyak Yogyakarta dapat
digunakan khalayak umum untuk mengetahui seberapa tinggi
tingkat self esteem pada santri penghafal qur’an PP, Al Munawwir Krapyak Yogyakarta.
2. Nilai reliable yang mendekati angka 1 maka dapat digunakan
khalayak umum, nilai reliable instrumen ini 0,814 maka dapat
digunakan untuk khalayak umum guna pengumpulan data atau
digunakan menururt kebutuhan.
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 181
12. Instrumen Skala Konsep Diri (Self Concept) Pada Mahasiawa
Santri Oleh: Nurul Zafika ([email protected]) Profesional judgement: Slamet, S.Ag., M.Si.
A. Pengantar
Berzonsky menyatakan bahwa konsep diri yang merupakan
gabungan dari aspek-aspek fisik, psikis, sosial dan moral tersebut adalah
gambaran mengenai diri seseorang, baik persepsi terhadap diri nyatanya
maupun penilaian berdasarkan harapannya.
Konsep diri merupakan inti dari kepribadian setiap individu,
dimana konsep diri berperan sebagai pengarah sekaligus penentu
kepribadian dan tingkah laku seseorang. Apabila seseorang beranggapan
sebuah tugas yang diberikan kepadanya adalah tugas yang sulit maka
tugas yang diberikan padanya terkesan yang sulit untuk dikerjakan dan
membuatnya tidak bisa menjalankannya secara maksimal. Berbeda halnya
dengan jika individu tersebut peranggapan bahwa tugas itu mudah maka
tugas itupun akan menjadi mudah dilakukannya. Konsep diri atau
pandangan tersebut dapat berubah karna adanya interaksi dengan
lingkungan sekitarnya.
B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologi
Konsep diri pada seseorang dapat diubah dengan adanya interaksi
dengan lingkungan sekitarnya. Apabila lingkungannya positif makan
konsep diri yang didapat juga akan baik, begitu pula sebaliknya.
Instrumen disusun dengan skala likert, berdasarkan teori Berzonsky yang
terdiri dari empat aspek yaitu : aspek fisik (physicsl self), aspek sosial
(social self), aspek moral (moral self) dan aspek psikis (psycological self).
No Item
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
Jml
favora unfavor
ble able
konsep
Penilaian Mampu
Aspek individu menerima
diri (self
fisik terhadap segala 1,2,5 3,4,6,7 7
concept)
(physica segala keadaan
pada
l slef) sesuatu fisiknya
santri
yang
Mampu 11,12 8,9,10 5
182 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
dimiliki menerima
individu dan
seperti bersyukur
tubuh, atas apa
pakaian yang
dll dimiliki
Bagaiman
Dapat
bersosialisa
a peran
si dengan
sosial 13,14,
baik 17,18 6
yang 15,16 terhadap
dimainka
lingkungan
n oleh
Aspek sekitarnya
individu
sosial
Dapat
dan
(social memilih
sejauh
self) dan
mana
membedak
penilaian 21,22, 19,20,23 7
an mana individu 25 ,24
yang baik
terhadap
dan pantas
perfoman
bagi diri
ya
sendiri
Meliputi
nilai-nilai Memiliki
dan prinsip-
Aspek
prinsip- prinsip
prinsip yang selalu 26,27, 28,31,34
moral
yang dipegang 29,30, ,35,36,3 13
(moral memberi teguh 32,33 7,38
self)
arti dan dalam
arah bagi menjalani
kehidupan kehidupan
individu Meliputi Dapat
Aspek pikiran, berfikir dan
psikis perasaan berprasang 39,41,
(psychol dan sikap- ka baik 40,44 6 42,43
ogical sikap pada
self) individu dirinya
terhadap sendiri
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 183
dirinya Dapat
sendiri bersikap 47,50, 45,48,
6
baik pada 46,49
diri sendiri
Jumlah 26 24 50
C. Item Pernyataan dan Reliabilitas
No Pernyataan Jawaban
1
Saya merasa bersyukur dengan kondisi fisik SS S
TS
STS
saya sekarang
2
Saya menjaga apa yang diberikan Allah SS S
TS
STS
terhadap diri saya
3
Saya pernah berfikir untuk mengubah salah SS S
TS
STS
satu bagian tubuh agar lebih sempurna
4 Saya tidak peduli terhadap kesehatan saya SS S TS STS
5
Saya selalu bersyukur dengan apa yang saya SS S
TS
STS
miliki
6
Saya berusaha menutupi kekurangan fisik SS S
TS
STS
saya
7
Saya iri melihat orang yang fisiknya lebih SS S
TS
STS
sempurna dari saya
8
Saya suka dengan barang-barang yang SS S
TS
STS
mewah
9 Saya tidak suka bertubuh pendek SS S TS STS
10
Saya suka mengkoleksi bermacam-macam SS S
TS
STS
barang
11
Saya merasa cukup atas fasilitas yang SS S
TS
STS
diberikan oleh orang tua kepada saya
12
Saya tidak akan membeli sesuatu yang SS S
TS
STS
menurut saya tidak dipenting
13
Saya merasa empati jika melihat orang SS S
TS
STS
sedang kesusahan
14 Saya adalah orang yang mudah beradaptasi SS S TS STS
15 Saya orang yang memiliki banyak teman SS S TS STS
16 Saya suka memiliki banyak kegiatan SS S TS STS
17 Saya tidak suka membantu orang SS S TS STS
18 Saya sering dibully teman saya SS S TS STS
19 Saya sulit bersosialisai dengan orang baru SS S TS STS
184 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
20 Saya orang yang pemilih dalam lingkungan
SS S TS STS
pertemanan
21 Saya selalu bersikap baik pada semua orang SS S TS STS
22 Saya suka berada di keramaian SS S TS STS
23 Saya tidak suka memiliki banyak teman SS S TS STS
24 Saya tidak mudah mengenal orang baru SS S TS STS
25 Saya tidak bisa berteman dengan sembarang
SS S TS STS
orang
26 Saya orang yang murah senyum SS S TS STS
27 Saya suka menyapa orang terlebih dahulu SS S TS STS
28 Saya suka memotong pembicaraan orang SS S TS STS
29 Saya orang yang tertib mengikuti peraturan SS S TS STS
30 Saya tidak pernah membentak orang yang
SS S TS STS
lebih tua
31 Saya adalah orang yang tidak suka diatur SS S TS STS
32 Saya merasa bersalah jika mendapatkan
SS S TS STS
hukuman
33 Saya adalah orang yang memiliki pendirian SS S TS STS
34 Saya orang yang tidak taat pada peraturan SS S TS STS
35 Saya tidak suka diatur oleh orang yang lebih
SS S TS STS
muda dari saya
36 Saya suka membicarakan kejelekan orang
SS S TS STS
lain
37 Saya tidak ramah pada orang yang baru saya
SS S TS STS
kenal
38 Saya sering pergi tanpa ijin terlebih dahulu SS S TS STS
39 Saya orang yang tidak mudah marah karna
SS S TS STS
masalah kecil
40 Saya sulit dalam mengendalikan emosi SS S TS STS
41 Saya selalu berprasangka baik kepada orang
SS S TS STS
lain
42 Saya orang bersungguh-sungguh dalam
SS S TS STS
melaukan suatu hal
43 Saya memberikan hadiah pada diri saya
SS S TS STS
sendiri jika apa yang saya inginkan tercapai
44 Saya sering berfikir negatif terhadap suatu hal SS S TS STS
45 Saya orang yang kurang percaya diri SS S TS STS
46 Saya kecewa jika apa yang saya inginkan
SS S TS STS
tidak tercapai
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 185
47 Saya mudah mengembangkan potensi yang
SS S TS STS ada pada diri saya
48 Saya sering meremehkan diri saya sendiri SS S TS STS
49 Saya suka terhadap tantangan SS S TS STS
50 Saya merasa senang jika melihat orang lain
SS S TS STS senang
Alpha Cronbach,s = 0,913 ; Sampel = 33 Orang
D. Klasifikasi Aitem Shohih dan Aitem Gugur
Melalui analisis SSPS 15 dapat diklasifikasikan bhwa sebaran
aitem gugur dan aitem shohih sebagai berikut :
Item Shohih Item Gugur
Item 2, 3, 4, 5, 7, 8, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 19, 1, 6, 9, 10,
20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 13, 18, 39, Pernyataan
31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 40, 41, 44, 42, 43, 46,
45, 47, 48, 49, 50
Jumlah 38 12
E. Penutup
Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Instrumen Skala Konsep Diri (Self Concept) Pada Mahasiawa Santri
dapat digunakan untuk khalayak umum untuk mengenatuhi seberapa
tinggi konsep diri pada mahasiswa santri. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka
pengumpulan data karena reliabilitas instrumen > 0,8 yaitu 0,913.
186 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
13. Instrumen Skala Layanan Bimbingan Pribadi-Sosial Di MA
Nurul Ulum Munjungan Oleh : Meirista Yusmitasari (16220079) Professional Judgement : Slamet, S.Ag, M.Si
A. Pengantar
Bimbingan merupakan upaya untuk membantu individu
berkembang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya secara
bertahap dalam proses yang matang. Syamsu Yusuf dan Juntika
Nurihsan (2005:11) merumuskan bimbingan pribadi-sosial sebagai
suatu upaya membantu individu dalam memecahkan masalah yang
berhubungan dengan keadaan psikologis dan sosial klien, sehingga
individu memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan
individu dalam menangani masalah-masalah dirinya.
Layanan bimbingan pribadi sosial merupakan upaya layanan
yang diberikan kepada siswa agar mampu mengatasi permasalahan-
permasalahan yang dialaminya, baik yang bersifat pribadi maupun
sosial, sehingga mampu membina hubungan sosial yang harmonis di
lingkungannya.
Skala ini dimaksudkan untuk mengukur seberapa tinggi tingkat
keberhasilan layanan bimbingan pribadi-sosial di MA Nurul Ulum
Munjungan berdasarkan dengan kisi-kisi sesuai dengan teori yang ada
kemudian dikembangkan oleh peneliti.
B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Untuk mengetahui peranan layanan bimbingan pribadi-sosial
adalah dengan menggunakan skala layanan bimbingan pribadi-sosial.
Semakin tinggi skor layanan bimbingan pribadi-sosial yang diperoleh
subjek menunjukkan kecenderungan semakin tinggi peranan layanan
bimbingan pribadi-sosial bagi seseorang. Sebaliknya, semakin rendah
skor yang diperoleh subjek dari skala layanan bimbingan pribadi-sosial
menunjukkan kecenderungan makin rendah peranan layanan bimbingan
pribadi-sosial bagi seseoraang tersebut.
Berikut yang terangkum dalam tiga aspek bimbingan pribadi-
sosial, yaitu :
a) Kemampuan memahami diri sendiri b) Kemampuan dalam melakukan adaptasi dengan lingkungan
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 187
c) Kemampuan melakukan hubungan sosial dengan lingkungannya
No Item
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
Jml Favora Unfav
ble orable
Dapat
memahami 1,33 28 3
arti kejujuran
Dapat
melaksanaka
Pengemba
n kejujuran 2,39 24 3
dalam ngan
kehidupan
sikap
sehari-hari
Kema
Dapat
mengetahui
Layanan mpuan
dampak
Bimbinga mema
3, 43 2 perilaku
n Pribadi- hami
yang tidak
Sosial diri
jujur
sendiri
Melatih daya
imajinasi dan 8 13 2
kreativitas
diri
Dapat
mengembang 12,15 7 3
kan ide-ide
yang dimiliki
Pengemba
Dapat
ngan
memahami
potensi
pentingnya 41,42 40 3
diri sikap optimis
dalam diri
188 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
Selalu
bersikap
optimis
untuk 38, 32 2
mewujudkan
harapan dan
cita-cita
Memahami
pentingnya 16 25 2
disiplin diri
Dapat
meningkatka
Kema
n
kedisiplinan 4,5,6 27,31 5 mpuan
dalam
berada
kehidupan
ptasi Penyesuai
sehari-hari
denga an diri
Memahami
n
makna sopan 23,35 20 3
lingku
santun
ngan
Mampu
menerapkan
sikap sopan 9,17 26 3
santun dalam
kehidupan
sehari-hari
Kema
Dapat
membina
mpuan
hubungan
melak
18,19 29 3
yang dinamis ukan
dengan
hubun Kemampu
lingkungan
gan an
sosial membina Dapat
denga hubungan membina
n hubungan
lingku yang 10,36,37 11,14, 5
ngann harmonis
ya dengan lingkungan
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 189
Dapat
membina
hubungan
yang 21, 22 30,34 4
produktif
dengan
lingkungan
Jumlah 26 17 43
C. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No. Pernyataan Jawaban
1. Saya mengetahui bahwa kejujuran itu baik SS S TS STS
2. Saya tidak pernah bohong SS S TS STS
3. Ketika berbohong saya merasa gelisah SS S TS STS
4. Saya selalu mengerjakan tugas SS S TS STS
5. Selalu datang tepat waktu SS S TS STS
Saya selalu mengikuti kegiatan sholat
6. dhuha dan sholat dzuhur berjama’ah SS S TS STS
disekolah
7. saya selalu diam dan memendam semua
SS S TS STS pendapat saya
8. Saya selalu mengasah bakat saya SS S TS STS
9. Saya selalu menghargai orang lain SS S TS STS
10. Ketika teman saya sedang menghadapi
SS S TS STS masalah, saya selalu membantu
11. Saya senang memiliki banyak musuh SS S TS STS
12. Saya mengikuti ekstrakulikuler yang
SS S TS STS sesuai dengan bakat dan minat saya
13. Saya tidak pernah mengasah bakat apapun
SS S TS STS yang saya miliki
14. Saya tidak butuh teman SS S TS STS
15. Saya selalu berani berpendapat dalam
SS S TS STS forum
16. Disiplin adalah hal yang positif untuk
SS S TS STS pribadi saya
Ketika bertemu dengan bapak/ibu guru
17. saya selalu menerapkan 5S SS S TS STS
(senyum,salam,sapa,sopan,santun)
18. Saya selalu menyesuaikan diri dengan SS S TS STS
190 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
perubahan yang ada di lingkungan
19. Saya mengikuti setiap agenda
SS S TS STS
karangtaruna di desa saya
Tidak peduli dengan siapa saya berbicara,
20. saya selalu bertindak sesuai dengan SS S TS STS
keinginan saya
21. Saya mempunyai kelompok belajar SS S TS STS
22. Saya turut serta dalam kegiatan bakti
SS S TS STS
sosial di desa saya
23. Saya selalu menghormati orang yang
SS S TS STS
lebih tua
24. Saya tidak pernah membayar ketika
SS S TS STS
makan dikantin
25. Saya malas untuk belajar SS S TS STS
26. Saya selalu membentak orang tua saya SS S TS STS
27. Saya malas ketika disuruh sholat
SS S TS STS
berjama’ah di sekolah
28. Ketika ditanya saya selalu berbohong SS S TS STS
29. Saya tidak peduli dengan apa yang terjadi
SS S TS STS
disekitar saya
30. Saya merasa senang ketika merusak
SS S TS STS
fasilitas yang ada di lingkungan saya
31. Saya tidak pernah mengerjakan tugas SS S TS STS
32. Ketika gagal, saya takut untuk mencoba
SS S TS STS
lagi
Ketika saya menjaga amanah orang tua
33. saya, orang tua saya selalu percaya SS S TS STS
kepada saya
34. Saya bangga karena membuat onar SS S TS STS
35. Saya paham arti sopan santun SS S TS STS
36. saya tidak pernah memilih-milih dalam
SS S TS STS
berteman
37. Saya selalu berbuat baik kepada teman
SS S TS STS
saya
38. Saya belajar dengan rajin agar mendapat
SS S TS STS
nilai yang bagus
Saya selalu membayarkan uang SPP yang
39. diberikan orang tua saya dengan tepat SS S TS STS
waktu
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 191
40. saya selalu berfikir tentang kegagalan SS S TS STS
41. saya tidak takut gagal SS S TS STS
42. Saya selalu pantang menyerah SS S TS STS
43. Ketika berbohong saya bersikap biasa saja SS S TS STS
Alpha Cronbach’s = 0,854 ; Sampel = 31 Orang
D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur
Melalui analisiss SPSS.20 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran aitem
gugur dan aitem shahih sebagai berikut :
Item Shohih Item Gugur
Item 1, 3, 4, 10, 11, 14, 17, 2, 5, 6, 7, 8, 9, 12, 13, 15,
16, 18, 19, 21, 22, 23, 25, Pernyataan 20, 24, 26, 28, 30, 32,
27, 29, 31, 33, 34, 37, 35, 36, 40, 42
38, 39, 41, 43
Jumlah 17 26
E. Penutup
Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Instrumen Skala Layanan Bimbingan Pribadi-Sosial di MA Nurul Ulum
Munjungan dapat digunakan untuk khalayak umum untuk mengetahui
seberapa tinggi tingkat Layanan Bimbingan Pribadi-Sosial di MA Nurul
Ulum Munjungan 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka
pengumpulan data karena realiabilitas instrumen > 0,8 yaitu 0,854.
192 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
14. Instrumen Coping Stres Pada Siswa Kelas IX di SMP Negeri
2 Karangmojo Oleh: Imam Wahyu Pratama Sutrisno ([email protected]) Professional Judgement: Nailul Falah, S.Ag., M.Si.
A. Pengantar
Instrumen penelitian adalah sebuah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab
permasalahan penelitian. Instrumen dapat juga diartikan sebagai alat
bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya
mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
dipermudah olehnya. Alasan instrumen coping stres pada siswa kelas IX
ini dibuat karena sekolah lanjutan dapat mengembangkan kapasitas
intelektual, sosial, dan kejuruan (karir). Tidak jarang siswa SMP
menemukan berbagai masalah mengenai pilihan yang harus
ditentukannya. Siswa SMP memiliki banyak pilihan apakah akan masuk
pada sekolah SMA atau SMK atau bahkan MA. Belum lagi dihadapkan
dengan berbagai pilihan sekolah dengan perbandingan mutu dan
kelebihan yang berbeda-beda. Instrumen ini akan melihat seberapa jauh
siswa SMP dalam pengelolaan stres atau coping dalam menentukan
sekolah lanjutan.
Instrumen ini dibuat berdasarkan teori yang telah dikembangkan
oleh peneliti. Peneliti menggunakan dasar teori dari Syamsu Yusuf dan
Juntika Nurihsan. Dalam teorinya Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan
menyebutkan ada dua faktor yang mempengaruhi coping yaitu faktor
eksternal dan internal. Dasar inilah yang dijadikan peneliti sebagai aspek
instrumen lalu dikembangkan menjadi beberapa indikator selanjutnya dari
indikator dikembangkan lagi untuk mendapatkan deskriptor dan terakhir
dari deskriptor peneliti membuat beberapa item pernyataan.
B. Pengembangan Instrumen Coping Stres
Pengelolaan stres disebut juga dengan istilah coping. Menurut
R.S. Lazarus dan Folkman (Taylor, 2003: 219), coping adalah proses
mengelola tuntutan (internal atau eksternal) yang ditaksir sebagai beban
karena di luar kemampuan diri individu. Coping terdiri atas upaya-upaya
yang berorientasi kegiatan dan intrapsikis untuk mengelola (seperti
menuntaskan, tabah, mengurangi, atau meminimalkan) tuntutan internal
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 193
dan eksternal dan konflik diantaranya. Skala pengelolaan stres disusun
berdasarkan teori dari Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan dengan aspek
meliputi aspek internal dan aspek eksternal.
Nomor Item
Variabel Aspek
Indikator Deskriptor
Jml Favor Unfavora
able ble
Kekuatan
2, 7, 22, 23,
Motivasi 16, 37,
dari dalam 68, 11, 14
42, 66, diri 29, 18, 35
51
Kemampua 19, 5,
Daya n 1, 10, 33,
28, 44, 10
Juang menghadap 39, 52 48
Aspek
i tantangan
Internal
3, 24, 15, 17,
Kepribadi Karakter 34, 43,
30, 38, 14
an diri 50, 53, 46, 47, 49
54
Pengaruh
Coping Spiritual
agama 9, 21, 14, 25, 64 6
Stres
terhadap 57
diri
Emotional 13, 6, 27, 45,
support 31, 40, 8 63
67
Orang
Appraisal 65, 73 41, 74 4
support Aspek Tua
Information
Ekstern
20, 71 60, 72 4
al support al
Instrument 62, 69 58, 70 4
al support
Teman
Pengaruh 12, 26, 4, 8, 55,
teman 32, 36, 10 Sebaya 56, 61
sebaya 59
Jumlah 37 37 74
C. Item Pernyataan dan Reliabilitas
No. Pernyataan Jawaban
1. Saya takut tidak bisa melanjutkan ke jenjang SS S TS STS
194 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
pendidikan lanjutan (SMA/SMK/MA).
2. Saya memiliki cita-cita yang harus saya
SS S TS STS wujudkan.
3. Konsentrasi belajar saya dapat saya jaga
SS S TS STS dengan baik.
4. Saya merasa tertarik ketika teman mengajak
SS S TS STS saya ke sekolah yang dia favoritkan.
Saya akan bersungguh-sungguh meskipun
5. bersekolah di sekolah lanjutan yang bukan SS S TS STS
impian saya.
6. Saya merasa sedih karena tidak diperhatikan
SS S TS STS orang tua saya.
7. Saya harus lebih baik dari teman-teman saya
SS S TS STS di SMP.
Saya merasa tersisihkan karena pilihan
8. sekolah saya berbeda dengan teman-teman SS S TS STS
saya.
9. Ketaatan saya dalam beribadah meningkat di
SS S TS STS kelas IX ini.
Saya merasa acuh untuk memikirkan dimana
10. saya harus melanjutkan sekolah setalah saya SS S TS STS
lulus nanti.
11. Saya tidak merasa bersalah saat saya di
SS S TS STS sekolah lanjutan prestasi saya biasa saja.
Saya tidak merasa iri dengan teman saya yang
12. diterima di sekolah lanjutan berlabel sekolah SS S TS STS
favorit.
13. Orang tua selalu memberi hadiah ketika saya
SS S TS STS berprestasi di sekolah.
14. Bagi saya agama tidak begitu penting. SS S TS STS
15. Saya merasa cemas dengan hasil nilai UN
SS S TS STS saya.
16. Sekolah lanjutan yang saya favoritkan sesuai
SS S TS STS dengan minat yang saya miliki.
Semangat saya menurun menjalang
17. dibukanya pendaftaran di Sekolah Menengah SS S TS STS
Atas.
18. Berprestasi dan membuat bangga orang tua
SS S TS STS bagi saya tidak penting.
19. Saya akan menerima meskipun saya gagal SS S TS STS
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 195
masuk di sekolah yang saya favoritkan.
20. Orang tua saya selalu memberi nasehat
SS S TS STS supaya saya menjadi orang sukses.
21. Saya selalu berdoa kepada Tuhan agar saya
SS S TS STS dapat diterima di sekolah pilihan saya.
22. Saya merasa minder dengan kemampuan dan
SS S TS STS bakat yang saya miliki.
23. Saya tidak yakin bakat saya akan tersalurkan
SS S TS STS dengan baik di sekolah lanjutan nanti.
24. Kepercayaan diri saya meningkat menjelang
SS S TS STS dibukanya pendaftaran di sekolah lanjutan.
25. Bagi saya agama dan kesuksesan seseorang
SS S TS STS tidak ada hubungannya.
26. Saya mendapat dukungan positif dari teman
SS S TS STS saya mengenai sekolah pilihan saya.
27. Saya jarang ditanya orang tua berkaitan
SS S TS STS dengan tugas saya di sekolah.
28. Saya yakin dapat diterima di sekolah yang
SS S TS STS saya inginkan.
29. Saya memilih sekolah favorit karena saya
SS S TS STS ingin dipuji oleh teman saya.
30. Saya menjadi seorang yang pendiam akhir-
SS S TS STS akhir ini.
31. Saya selalu diingatkan orang tua untuk selalu
SS S TS STS belajar.
32. Saya tidak bergantung dengan teman saat
SS S TS STS menentukan sekolah baru.
33. Saya merasa takut dengan persyaratan masuk
SS S TS STS jenjang Sekolah Menengah Atas.
34. Saya sering tertawa lepas saat bersama teman
SS S TS STS di sekolah.
35. Saat ujian saya akan mencontek ketika ada
SS S TS STS peluang.
36. Saya akan mendukung teman saya di mana
SS S TS STS pun mereka melanjutkan sekolah.
Saya akan mempertahankan pilihan pada
37. sekolah lanjutan yang sudah saya cita- SS S TS STS
citakan.
38. Saya sering memanjakan diri saya akhir-akhir SS S TS STS
196 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
ini.
Saya merasa bersalah apabila tidak bisa
39. melanjutkan ke jenjang lanjutan yang saya SS S TS STS
inginkan.
40. Orang tua saya selalu memberikaan semangat
SS S TS STS supaya saya rajin belajar.
41. Orang tua saya tidak memberikan informasi
SS S TS STS mengenai sekolah pilihan saya.
42. Saya harus mendapat nilai UN tinggi supaya
SS S TS STS bisa membuat bangga orang tua.
43. Saya mampu mengendalikan diri saya dengan
SS S TS STS baik.
Saya akan terus maju, meskipun sekolah
44. lanjutan yang saya favoritkan memiliki SS S TS STS
standar masuk yang tinggi.
45. Orang tua saya jarang memberikan pujian
SS S TS STS meskipun saya berprestasi di sekolah.
46. Saya sering mengeluh dan sulit untuk diatur. SS S TS STS
47. Saya susah tidur akhir-akhir ini. SS S TS STS
48. Saya siap mengikuti alur pendaftaran di
SS S TS STS sekolah lanjutan yang saya inginkan.
49. Saya cenderung bermalas-malasan saat ada
SS S TS STS tugas di sekolah.
50. Saya dapat menjaga kesehatan saya dengan
SS S TS STS baik.
51. Syarat yang tinggi di sekolah lanjutan yang
SS S TS STS saya inginkan membuat saya lebih tertantang.
52. Saya kadang menangis ketika saya
SS S TS STS memikirkan kelanjutan studi saya.
53. Saya yakin akan kesuksesan saya di akhir
SS S TS STS SMP dan sekolah baru nanti.
54. Saya sering membayangkan keberhasilan di
SS S TS STS sekolah baru nanti.
55. Saya tidak ingin berpisah sekolah dengan
SS S TS STS teman-teman saya sekarang.
Saya merasa kurang nyaman saat harus
56. berpisah dengan teman-teman di sekolah baru SS S TS STS
nanti.
57. Saya sering melakukan dzikir dan berdoa. SS S TS STS
58. Orang tua kurang menyediakan fasilitas SS S TS STS
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 197
penunjang belajar di rumah.
Saya akan terus berkomunikasi dengan baik,
59. dengan teman SMP meskipun berbeda SS S TS STS
sekolah nantinya.
60. Orang tua tidak pernah bertanya kemana saya
SS S TS STS akan melanjutkan sekolah.
61. Saya sering marah apabila mendengar teman
SS S TS STS membicarakan sekolah lanjutan favoritnya.
62. Orang tua saya siap membiayai penuh
SS S TS STS sekolah yang saya pilih nantinya.
63. Orang tua saya jarang menemani saya ketika
SS S TS STS belajar di rumah.
64. Saya sering mengabaikan perintah orang tua
SS S TS STS untuk melaksanakan ibadah.
65. Orang tua selalu mendukung setiap keputusan
SS S TS STS yang saya ambil.
66. Saya yakin bisa melanjutkan ke sekolah
SS S TS STS lanjutan sesuai keinginan saya.
Orang tua selalu memberikan apa yang saya
67. inginkan, berkaitan dengan kebutuhan belajar SS S TS STS
saya
68. Saya menganggap sekolah itu tidak penting. SS S TS STS
69. Orang tua selalu membelikan alat sekolah
SS S TS STS kepada saya.
70. Orang tua terkadang lupa memberi saya uang
SS S TS STS saku.
71. Selalu ada diskusi antara saya dengan orang
SS S TS STS tua mengenai kelanjutan studi saya.
72. Orang tua saya cuek saat saya meminta
SS S TS STS pendapat antara 2 pilihan sekolah lanjutan.
Orang tua selalu mengatakan kerja keras yang
73. dilalui saya hari ini, adalah jalan kesuksesan SS S TS STS
saya di masa depan.
Orang tua selalu mengatakan “terserah kamu”
74. saat saya minta pendapat mengenai sekolah SS S TS STS
lanjutan.
Alpha Cronbach’s = 0,861 ; sampel = 34 orang
198 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
D. Klasifikasi Aitem Shohih dan Aitem Gugur
Melalui SPSS 15.0 dapat diklasifikasikan bahwa aitem gugur dan
aitem shohih sebagai berikut:
Item Shohih Item Gugur
6, 7, 10, 11, 14, 17, 1, 2, 3, 4, 5, 8, 9, 12,
18, 20, 21, 22, 23, 24, 13, 15, 16, 19, 26, 27,
25, 28, 29, 30, 36, 37, Item Pernyataan 31, 32, 33, 34, 35, 38,
41, 42, 44, 48, 49, 50, 39, 40, 43, 45, 46,47,
54, 58, 60, 61, 62,63, 51, 52, 53, 55, 56, 57,
64, 65, 67, 68, 69, 70, 59, 66
71, 72, 73, 74
Jumlah 40 34
E. Penutup
Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Instrumen Coping Stres Pada Siswa Kelas IX di SMP Negeri 2
Karangmojo dapat digunakan untuk khalayak umum untuk
mengetahui seberapa tinggi tingkat coping stres pada siswa kelas IX. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka
pengumpulan data karena nilai Alpha sudah mendekati indeks (1)
yaitu 0,861, semakin mendekati indeks 1 maka reliabelnya semakin
baik.
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 199
15. Instrument skala intensitas pelaksanaan shalat dhuha pada
mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogakarta Oleh : Erlina Ayu Safitri ([email protected]) Professional judgement : Nailul Falah, S.Ag., M.Si.
A. Pengantar
Dalam melakukan suatu penelitian, seseorang tersebut perlu
mengumpulkan informasi suatu data. Salah satunya adalah dengan
menggunakan Instrumen. Instrumen merupakan sebuah alat ukur yang
di gunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial dengan cara
mengumpulkan data atau informasi yang kita inginkan untuk menjawab
permasalahan dalam penelitian.
Menurut John M. Echols kata intensitas berasal dari bahasa inggris
yaitu intens yang berarti semangat, sedangkan menurut Nur Kholif
Hazim ( 2005: 191 ) bahwa, intensitas adalah kebulatan tenaga yang
dikerahkan untuk suatu usaha. Jadi secara sederhana dapat dirumuskan
sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan penuh semangat
untuk mencapai tujuan. Skala ini dimaksudkan untuk mengukur berapa
banyak mahasiswa UIN Sunan Kalijaga melaksanakan shalat dhuha.
Penyusunan skala ini dimaksudkan untuk mengukur berapa banyak
mahasiswa yang intensitasnya tinggi dalam melaksakan shalat dhuha. Tingkat
intensitas mahasiswa ditunjukan dengan skor total yang diperoleh subyek pada
skala intensitas melaksanakan shalat dhuha pada mahasiswa. Skala intensitas
mahasiswa disusun berdasarkan aspek-aspek tingkat intensitas mahasiwa yang
disajikan dalam bentuk indikator-indikator tentang tingkat intensitas
melaksanakan shalat dhuha pada mahasiswa. Setelah itu akan dikembangkan
lagi menjadi beberapa indicator selanjutnya dikembangkan lagi menjadi
descriptor dan terakhir dari descriptor peneliti membuat beberapa item
pertanyaan Instrumen tersebut diasumsikan telah disetujui oleh profesional
judgment, oleh karena itu akan di cobakan kepada 30 resopnden. Makin tinggi
skor yang diperoleh subyek, maka makin tinggi kesadaran beribadah dan
beragama mahasiswa.
B. Pengembangan Instrumen Psikologis
Menurut Hajim Nafron, bahwa intensitas berasal dari kata intens
yang artinya hebat, singkat penuh semangat. Jika di lihat dari sifatnya
yaitu intensif maka intens dapat diartikan sungguh - sungguh serta terus
menerus sehingga memperoleh hasil yang maksimal. Jadi maksud
200 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
intensitas dalam penelitian ini adalah tingkat tinggi rendahnya individu
dalam melaksakan shalat dhuha.
Pelaksanaan dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti proses,
cara, perbuatan melaksanakan. Shalat dhuha adalah shalat yang
dilakukan ketika waktu dhuha saat matahari mulai naik kurang lebih 7
hasta sejak terbitnya (kira - kira pukul tujuh pagi) hingga waktu zuhur.
Jumlah rakaat shalat dhuha minimal 2 rakaat dan maksimal 12 rakaat.
Jadi intensitas peaksanaan shalat dhuha yang di maksudkan
adalah perbuatan melaksanakan shalat dhuha yang di lakukan berulang -
ulang dengan jumlah rakaat yang telah di tentukan serta dilakukan
secara rutin dan terus menerus. Skala ini di susun berdasarkan aspek
aspek menurut nuraini (2011 : 12) yaitu motivasi, durasi, frekuensi,
presentasi, arah sikap, minat.
No item
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
Jml Favora Unfav
bel orabel
Adanya Keinginan
hasrat dan
untuk
keinginan
16,7,11
motiva melaksanak
untuk 4,21,28,32,39
si an shalat
melakukan
8
dhuha
kegiatan
Intensitas
pelaksana
an shalat
dhuha Dorongan
Dorongan dari teman
dari luar atau dari
untuk lingkungan 22,43
5 3
melaksanaka untuk
n shalat melaksanak
dhuha an shalat
dhuha
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 201
Kebutuhan
Adanya
untuk 10,14,19 33,38,
melaksanak 8 kebutuhan ,23,40 45
an shalat
dhuha
Seberapa
Berapa lama
lama waktu
yang di
waktu untuk
Durasi gunakan 17 26 2
melakukan untuk
kegiata
shalat
dhuha
Keajegan
Keajegan
melaksanak
frekue an shalat 1,8,13,4
melaksanaka 37,44 6
nsi dhuha 9 n kegiatan
setiap
harinya
Harapan
dan cita -
cita saat
repres
Adanya terus
harapan dan menerus 12,36,42 20,27 5 entasi
cita - cita melaksanak
an kegiatan
shalat
dhuha
Sikap siap
Sikap siap
atau
atau tidaknya
tidaknya
seseorang
Arah seseorang 15,25,31 3,9,18,
untuk 8
sikap dalam ,47 5 melakukan
melaksanak
suatu kegitan
an shalat
tersebut
dhuha
Individu Individu 2,24,29,
tertarik pada tertarik
minat 30,34,46 6, 41 9
kegiatan pada , 48
karena kegiatan
202 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
sesuatu yang shalat
di geluti dhuha
memiliki karena
makna bagi shalat
dirinya dhuha
memiliki
makna bagi
dirinya
C. Item Pernyataan dan Reliabilitas
No Pernyataan Jawaban
1 Setiap hari saya shalat dhuha S SS TS STS
2 Saya bersemangat dalam melaksanakan
S SS
TS
STS shalat dhuha
3 Perasaan saya biasa saja ketika
S SS
TS
STS menjalankan shalat dhuha
4 Bila saya sedang tidak menginginkan
S SS
TS
STS sesuatu saya tidak shalat dhuha
Saya menolak dengan berbagai alasan
5 ketika teman saya mengajak saya untuk S SS TS STS
shalat dhuha
Saya merasa tidak mendapat pengaruh
6 apapun setelah saya rutin melaksanakan SS S TS STS
shalat dhuha
7 Saya shalat dhuha karena keinginan sendiri SS S TS STS
8 Saya meluangkan waktu saya untuk
SS S
TS
STS melaksanakan shalat dhuha sebelum kuliah
9 Saya melaksanakan shalat dhuha hanya
SS S
TS
STS karena malu
10 Saya melaksanakan shalat dhuha dengan
SS S
TS
STS sungguh – sungguh
11 Saya shalat dhuha demi menjalankan
SS S
TS
STS sunnah rasul
12 Bila saya menginginkan sesuatu, saya
SS S
TS
STS melaksanakan shalat dhuha
13 Meskipun hukum shalat dhuha sunnah, tapi
SS S
TS
STS saya melakukannya setiap hari
14 Shalat dhuha dapat menjadi penenang SS S TS STS
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 203
ketika banyak masalah
15 Saya membaca doa setelah shalat dhuha SS S TS STS
16 Sejak kecil saya sudah di ajarkan shalat
SS S TS STS dhuha oleh orang tua saya
17 Saya membaca bacaan shalat dhuha
SS S TS STS dengan tumaninah dan lama
18 Saya merasa biasa saja ketika tidak
SS S TS STS melaksanakan shalat dhuha
19 Saya ikhlas melaksanakan shalat dhuha
SS S TS STS karena Allah SWT
Saya tidak yakin sekalipun saya rutin
20 shalat dhuha Allah akan mengabulkan doa SS S TS STS
saya
21 Saya melaksanakan shalat dhuha agar
SS S TS STS mendapat pujian
22 Saya selalu mau diajak teman saya untuk
SS S TS STS shalat dhuha
23 Hati saya terasa aman dan nyaman setelah
SS S TS STS melaksanakan shalat dhuha
24 Saya yakin dengan shalat dhuha hidup saya
SS S TS STS akan lebih berkah
25 Saya merasa malu bila saya tidak
SS S TS STS melaksanakan shalat dhuha
26 Saya melakukan shalat dhuha dengan cepat
SS S TS STS dan tergesa – gesa
27 Shalat duha tidak memberi pengaruh
SS S TS STS apapun pada cepat terkabulnya doa saya
28 Saya malas melaksanakan shalat dhuha SS S TS STS
29 Setelah melakukan shalat dhuha, saya
SS S TS STS sangat bersemangat menjalani hari hari
30 Dengan melaksanakan shalat dhuha, saya
SS S TS STS lebih bisa menghargai waktu
31 Saya merasa bangga saat melaksanakan
SS S TS STS shalat dhuha
32 Jarang sekali teman saya yang
SS S TS STS melaksanakan shalat dhuha
33 Saat melaksanakan shalat dhuha hanya di
SS S TS STS saat tidak terlalu sibuk
34 Saya merasa shalat dhuha sangat penting SS S TS STS
204 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
untuk saya kerjakan
35 Saya merasa rejeki saya biasa saja
SS S TS STS walaupun saya melaksanakan shalat dhuha
36 Setelah melaksanakan shalat dhuha,
SS S TS STS harapan dan doa saya cepat terkabul
37 Saya jarang melaksanakan shalat dhuha SS S TS STS
38 Ketika terlambat kuliah saya tidak shalat
SS S TS STS dhuha
39 Saya shalat dhuha karena terpaksa SS S TS STS
40 Jika saya tidak melaksanakan shalat dhuha
SS S TS STS rasanya gelisah
41 Jika tidak melaksanakan shalat dhuha
SS S TS STS rasanya biasa saja
42 Saya berharap jika sering melakukan shalat
SS S TS STS dhuha Allah akan mengabulkan doa saya
43 Banyak teman saya yang melaksanaka
SS S TS STS shalat dhuha
44 Saya tidak pernah membaca doa setelah
SS S TS STS shalat dhuha
45 Shalat dhuha tidak terlalu penting untuk
SS S TS STS saya kerjakan
46 saya melakukan shalat dhuha, rejeki saya
SS S TS STS serasa mengalir
47 Saya selalu mengingat Allah ketika shalat
SS S TS STS dhuha
48 Saya memahami arti dan makna shalat
SS S TS STS dhuha
49 Saya tetap melaksanakan shalat dhuha
SS S TS STS ketika di rumah atau saat liburan
Alpha Cronbach’s = 0,919; Sample = 51 orang
D. Klasifikasi Aitem Shohih Dan Aitem Gugur
Melalui analisis SPSS 20 dapat diklasifikasikan bahwa
sebaran aitem shohih dan aitem gugur sebagai berikut :
Item shohih Item Gugur
Item 1,2,3,4,6,8,9,10,11,13,14,16,17,18,19,2
0,21,22,23,24,25,26,27,28,29,30,31,34, 5,7,12,15,32, Pernyataa
35,37,38,39,40,41,42,43,44,45,46,47,48 33,36 n
,49
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 205
Jumlah 42 7
E. Penutup
Berdasarkan uji coba yang dilakukan peneliti dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Instrumen skala intensitas shalat dhuha pada mahasiswa UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta dapat digunakan untuk mengetahui tingkat
intensitas seseorang dalam melaksanakan shalat dhuha. 2. Instrument ini dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka
pengumpulan data karena hasil yang mendekati angka satu, menjadi
sangat reliabel.
206 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
16. Instrumen Skala Tingkat Prokrastinasi Akademik Mahasiswa
Santri Pondok Pesantren Oleh : Novi Ulul Azmi ([email protected]) Professional Judgement : Slamet, S.Ag, M.Si
A. Pengantar
Skala ini dibuat untuk mengetahui tingkat prokrastinasi dalam
diri mahasiswa yang juga seorang santri di dalam pondok pesantren.
Seorang mahasiswa yang juga seorang santri sangatlah padat akan
jadwal mulai dari belajar hingga tugas yang harus dikerjakan. Sebagai
mahasiswa yang dituntut akan tugas di kampus juga sebagai santri yang
harus mengikuti jadwal di pondok membuat seorang mahasiswa santri
harus pintar dalam mengatur jadwal juga dalam mengerjakan tugas agar
tidak terbengkalai. Namun dikarenakan era teknologi yang semakin
maju seperti halnya gadget yang semakin membuat penggunanya ikut
larut dalam berbagai fiturnya, terutama seorang mahasiswa santri jika
sudah terbuai dengan game yang ditawarkan gadget tersebut tidak
sedikit dari mereka yang mulai menunda sesuatu contoh menunda untuk
mengerjakan tugas kuliah atau menunda untuk mengikuti kajian dalam
pondok. Penundaan tersebutlah yang dinamakan sebagai prokrastinasi.
Prokrastinasi akademik terbagi menjadi enam bagian yaitu a) membuat
tugas, b) belajar untuk persiapan ujian, c) mengikuti kegiatan membaca
mingguan, d) menyelesaikan tugas yang bersifat administratif, e)
menghadiri pertemuan, dan f) melaksanakan tugas akademik secara
umum (Solomon & Rothblum, 1984).
B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Lively (1999) menyatakan bahwa prokrastinasi adalah seseorang
tahu apa yang harus dilakukan, tapi ia tidak melakukannya dengan
segera. Sedangkan menurut Solomon & Rothblum, (1984:503)
mengemukakan bahwa suatu penundaan dikatakan sebagai
prokrastinasi, apabila penundaan itu dilakukan pada tugas yang penting,
dilakukan berulang-ulang secara sengaja dan menimbulkan perasaan
tidak nyaman, secara subyektif dirasakan pada seseorang
(Prokrastinator). Kemudian ia menegaskan bahwa berdasarkan literatur
klinis dan pendapat para ahli tujuan dari penundaan ialah untuk
mencapai suatu kesempurnaan namun berdasarkan pengalaman subjektif
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 207
seseorang yang melakukan penundaan akan menimbulkan kegelisahan
pada pelakunya.
Perilaku prokrastinasi memiliki dampak negatif dan positif.
Menurut pendapat Burka dan Yuen (1983), dan Klassen, Krawchuk dan
Rajani (2007) bahwa prokrastinasi memiliki dampak negatif yaitu
menambah beban pikiran, mudah tertekan, tidak percaya diri (Asikhia,
2010), cemas, dan kurang maksimal saat mengerjakan tugas (Sia, 2006).
Selain itu, dampak positif yaitu dapat mengatasi stress dan bad mood
(Sia, 2006) dan seseorang bisa melakukan aktifitas lain seperti
berkumpul dengan teman-teman dan keluarga (Hendrayanti, 2006).
Namun saat mendekati batas waktu pengumpulan tugas, tingkat stres
yang dialami menjadi dua kali lipat. Dalam pengukuran skala ini peneliti
menggunakan teori dari TMT. TMT (Temporal Motivation Thory)
merupakan teori motivasional yang dikemukakan oleh Steel dan Konig
(2006). TMT merupakan kerangka konsep dari utility. Utility di dalam
TMT menjelaskan seberapa tugas diinginkan oleh individu (Steel, 2007).
Dalam TMT terdapat aspek-aspek yaitu expentacy, value, impulsiveness
(sensitivity to delay) dan delay. Ketika expentacy (E) dan value (V)
meningkat maka utility juga meningkat terhadap suatu kebutuhan maka
kebutuhan untuk berprestasi juga tinggi. Disisi lain ketika besarnya
delay (D) dan sensitivity to delay (Γ) pada tugas maka kebutuhan
berprestasi rendah.
Expectancy merupakan keyakinan seseorang akan harapan
keberhasilan terhadap tugas yang dikerjakan. Value merupakan
penilaian suatu tugas. Value berkaitan dengan task aversiveness, need
for achievement dan boredom proseness. Value akan rendah bila tugas
tersebut tidak menarik, rendahnya kebutuhan berprestasi yang dimiliki
seseorang dan tingkat kejenuhan yang tinggi. Sensivity to delay
merupakan kepekaan terhadap suatu penundaan yang cenderung melihat
reward yang diterima ketika melakukan sesuatu aktivitas. Sensitivity to
delay dikaitkan dengan distractibility, impulsiveness, dan lack self of
control. Impulsiveness atau sensivity to delay (Γ) seseorang yang
impulsif akan mengerjakan sesuatu yang menghasilkan reward lebih
cepat. Delay merupakan pemberian atau jeda waktu untuk mendapatkan
reward dan punishment. Semakin lama rentang waktunya penerimaan
reward dari sebuah tugas maka seseorang akan semakin melakukan
208 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
penundaan. Delay dikaitkan dengan timing of rewards and punishment,
organized, dan intentionaction gap.
No Item
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
Jml Favor Unfav
able orable
Takut nilai
tugas tidak
mencukupi 27,28 12, 50 4
karena tidak
Harapan
paham
dengan tugas
rendah
Memiliki
harapan
Expect rendah untuk 11 24,35 3
ancy mengerjakan
(harapa tugas
n)
Tidak
memiliki
Prokrastin
Tidak ada semangat
9,10,3
untuk
asi
semangat 9,40,4 30,34, 7 mengerjakan
Akademik
/malas 1.
tugas dan
Mahasisw
kegiatan di
a Santri
pondok
Tidak
memiliki
daya tarik
Daya dari suatu 3,22, 48, 3
tarik tugas
Value
maupun
kegiatan
(nilai)
pondok
Rasa enggan
Keengga
untuk
mengerjakan 21, 44, 5,36, 4 na n
tugas dengan
segera
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 209
Tidak adanya
motivasi
Motivasi
untuk
mengerjakan 14,20,
berpresta 15, 17 5
tugas 31 si
maupun
kegiatan
pondok
Kebosana
Bosan
melaksanaka 18, 42 16 3 n
n kegiatan
Hal yang
impulsi mengganggu
veness Kepekaan untuk 29,38 33, 45 4
(sensiti untuk menunda
vity to menunda tugas
delay)
Sadar akan 13,23, 4, 47 5
konsekuensi 37,
Menunda 8,32
2,25, 5
tugas 49,
Akan tidak
mengerjakan
Senang tugas atau
jika tidak
Delay menunda mengikuti
(menu kegiatan 19, 7, 2
nda)
pondok jika
terdapat
pelajaran
yang
menurutnya
tidak ia sukai
Tidak Pengaturan
dapat
1, 43,
jadwal tidak 6,26, 5
mengatur 46, teratur
waktu
210 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
Jumlah 27 23 50
C. Item pernyataan dan kategorisasi
No. Pernyataan Jawaban
1. Saya sering menunda tugas karena jadwal
SS S
TS STS saya padat
2. Saya lebih suka mengerjakan tugas dengan SS S
TS STS
cara SKS (sistem kebut semalam)
3. Meskipun menonton bioskop lebih
menyenangkan, namun saya lebih memilih SS S TS STS
mengaji di pondok
4. Saya mudah stress ketika sudah waktunya
mengumpulkan tugas namun belum saya SS S TS STS
kerjakan
5. Saya tidak menggunakan waktu luang SS S
TS STS
untuk mengerjakan tugas
6. Saya tidak pernah bolos dari jadwal pondok SS S TS STS
7. Jika materi pondok tidak saya mengerti, SS S
TS STS
saya tidak mengikuti kegiatan tersebut
8. Jika saya mendapatkan tugas pada hari itu SS S
TS STS
langsung saya kerjakan hari itu juga
9. Saya sangat bersemangat jika mendapat SS S
TS STS
tugas
10. Saya bersemangat untuk mondok SS S TS STS
11. Saya pesimis dalam mengerjakan tugas SS S
TS STS
namun saya tetap mengerjakannya.
12. Saya kurang dapat memahami materi SS S
TS STS
pondok
13. Saya siap menerima konsekuensi jika saya SS S
TS STS
menunda tugas
14. Jika teman saya berprestasi, saya juga bisa SS S
TS STS
seperti dia
15. Saya lebih suka dosen yang tidak sering SS S
TS STS
memberi tugas
16. Saya sangat bosan mendapat tugas SS S TS STS
17. Saya tidak memiliki sosok motivator untuk SS S
TS STS
mengerjakan tugas
18. Mengaji di pondok dapat membantu SS S TS STS
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 211
menenangkan pikiran saya ketika banyak
tugas
19. Saya tertantang dengan tugas yang sulit SS S TS STS
20. Saya semangat mondok karena saya SS S TS STS
termotivasi pada ustadz-ustadz di pondok
21. Meskipun saya enggan mengerjakan tugas
namun saya tetap mengerjakannya dengan SS S TS STS
serius
22. Keadaan pondok membuat saya semakin SS S TS STS
menjadi mandiri
23. Saya bisa mengatasi akibat jika saya SS S TS STS
menunda tugas
24. Saya berharap tidak akan ada tugas lagi SS S TS STS
setelah ini
25. Saya mengerjakan tugas jika mendesak SS S TS STS
26. Saya dapat mengatur jadwal mengaji dan SS S TS STS
mengerjakan tugas dengan baik
27. Saya akan belajar lebih pada materi pondok SS S TS STS
yang tidak saya fahami
28. Saya banyak membaca buku tentang materi SS S TS STS
pondok agar saya dapat memahaminya
29. Saya menolak jika ada teman yang
mengajak untuk menunda menyelesaikan SS S TS STS
tugas
30. Badan saya menjadi mudah sakit karena SS S TS STS
kelelahan mengerjakan tugas
31. Saya harus menjadi santri berprestasi SS S TS STS
32. Saya paling tidak bisa menunda untuk SS S TS STS
sholat jama’ah di pondok
33. Fasilitas wi-fi di pondok/kampus saya
gunakan untuk bermain game online bukan SS S TS STS
untuk mengerjakan tugas
34. Saya sering tidur saat kegiatan pondok SS S TS STS
berlangsung
35. Saya mengerjakan tugas dengan tidak SS S TS STS
maksimal
36. Saya tidak pernah telat mengumpulkan SS S TS STS
tugas
37. Saya tidak pernah mendapat hukuman SS S TS STS
212 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
pondok karena tidak megikuti kegiatan
pondok
38. Lingkungan pondok membuat saya fokus SS S TS STS
dalam mengerjakan tugas
39. Saya akan malu jika saya dicap sebagai SS S TS STS
santri yang malas
40. Saya ingin cepat lulus dari pondok juga SS S TS STS
kuliah
41. Saya belajar giat supaya mendapatkan SS S TS STS
beasiswa
42. Mengaji bukanlah hal yang membosankan SS S TS STS
43. Saya menjadi kurang tidur karena kegiatan SS S TS STS
pondok yang padat
44. Saya mengaji di pondok untuk masa depan SS S TS STS
saya
45. Jadwal pondok yang padat membuat tugas SS S TS STS
saya terbengkalai
46. Setiap hari saya beraktivitas sesuai SS S TS STS
keinginan saya
47. Saya tidak peduli mendapatkan nilai rendah SS S TS STS
jika saya telat mengumpulkan tugas
48. Saya lebih tertarik nongkrong dengan
teman diwarungkopidaripada SS S TS STS
mengerjakan tugas
49. Saya mengerjakan tugas berdasarkan SS S TS STS
penting tidaknya tugas tersebut
50. Saya sangat malu ketika hasil ujian dari
materi pondok saya jelek karena saya tidak SS S TS STS
paham dengan materinya
Alpha Cronbach’s : 0,828 : Sampel ; 95 Orang
D. Klasifikasi Item Shohih dan Item Gugur
Melalui analisis SPSS.15.0 dapat diklasifikasikan bahwa
sebaran item shohih dan item gugur sebagai berikut :
Item Shohih Item Gugur
Item 1,2,3,5,8,9,10,14,16,17,18,22, 4,6,7,11,12,13,15,19,2
Pernyataan 25,26,27,28,31,32,33,38,39,4 0,21,23,24,29,30,34,3
0,41,42,44,45,47,48,49, 5,36,37,43,46,50
Jumlah 29 21
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 213
E. Penutup
Berdasarkan uji coba yang dilakukan peneliti dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Instrumen Skala Tingkat Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Santri
Pondok Pesantren dapat digunakan sebagai alat ukur seberapa tinggi
tingkat prokrastinasi pada mahasiswa yang juga sebagai santri di
pondok pesantren. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka
pengumpulan data karena intrumen diatas termasuk instrumen yang
reliabel. Reliabilitas instrumen tersebut > 0,6 yaitu 0,828 sehingga
dapat disebut instrumen yang reliabel.
214 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
17. Instrumen Skala Interaksi Sosial Mahasiswi Bercadar
dalam Lingkungan Universitas Negeri di Yogyakarta Oleh: Rasyid Hidayat ([email protected]) Professional Judgement: Slamet, S.Ag. M.Si
A. Pengantar
Instrumen merupakan salah satu jenis alat yang digunakan untuk
menggali informasi dari responden untuk mendapatkan data yang
dibutuhkan untuk keperluan penelitian. Instrumen skala interaksi sosial
mahasiswi bercadar dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana
interaksi sosial mahasiswi bercadar yang ada di dalam lingkungan
universitas negeri yang ada di Yogyakarta. Karena pengguna cadar
sendiri dipandang rata-rata lebih sulit untuk bersosialisasi dengan
oranglain. Lebih dapat dikatakan menutup diri terhadap oranglain. Oleh
sebab itu, dengan menggunakan instrumen ini pada nantinya bisa
diketahui bagaimana interaksi sosial mahasiswi bercadar dengan
oranglain di sekitarnya.
Pemaparan aspek-aspek tersebut kemudian diolah di dalam
instrumen ini agar lebih memudahkan penggunaannya dalam hal
menggali informasi terhadap responden yang ingin diteliti. Lebih
jelasnya, kisi-kisi pernyataan disusun dari definisi, aspek, indikator,
deskriptor yang berlandaskan pada teori interaksi sosial dari G.C.
Homans dan Santoso kemudian disusun menjadi item favorable dan
unfavorable.
B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Menurut H. Bonner (dalam Santoso, 1992) menerangkan bahwa
interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu
manusia dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah
atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.
Skala interaksi sosial disusun berdasarkan teori G.C. Homans
dan Santoso (1992) dengan aspek adanya motif, adanya suasana
emosional yang sama, adanya interaksi, adanya ekstenal sistem dan
internal sistem. Lebih jelasnya aspek-aspek interaksi sosial yang
dikemukakan oleh Santoso (1992) meliputi adanya hubungan, adanya
individu, ada tujuan, ada hubungan dengan struktur dan fungsi
kelompok. Sedangkan wanita bercadar adalah wanita muslimah yang
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 215
mengenakan baju panjang sejenis jubah dan menutup semua badan
hingga kepalanya serta memakai penutup muka atau cadar sehingga
yang nampak hanya kedua matanya. Jadi skala ini digunakan untuk
mengetahui interaksi sosial bagi mahasiswi yang berpenampilan
semacam itu.
No Item
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
Jml Favor Unfav
able orable
Memiliki Memiliki
satu keinginan 1, 11, 37, 43,
tujuan yang sama 6 Tujuan 19 47
yang dalam suatu
atau
sama hal
motif
Memiliki Memiliki
yang
satu pendapat
sama
4, 14,
pemikiran yang sama 28, 36 5
Interaksi
22 yang dalam suatu
Sosial
sama hal
Mahasis
Emosio Memiliki Memiliki
wi
kondisi kepekaan 3, 13, 30, 39,
Bercada nal yang 7 jiwa yang perasaan 21, 29 44
r dalam sama
sama yang sama
Lingkun
Interaksi Komunikasi 5, 23,
gan
6, 15,
personal terhadap 31, 38, 8
Universi
40 individu individu 45
tas
Komunikasi
Negeri
Interaksi
terhadap
di
dengan 7, 16, 8, 33,
kelompok 6 Yogyak Adanya kelompok 24 41
individu
arta interaksi individu
(organisasi)
Terdapat Adanya
feedback timbal balik 9, 17, 25, 48,
dalam dalam 6 32 50
komunika kegiatan
si komunikasi
Penyesu Dapat Penyesuaian 26, 34
10, 18, 5
aian diri membaur terhadap 27
216 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
terhadap dengan lingkungan
lingkun lingkunga kelompok
gan n individu
kelompok (organisasi)
Dapat Usaha untuk
menyesua beradaptasi
ikan diri dengan 2, 12, 35, 42, 7
dengan
kondisi
20 46, 49
lingkunga lingkungan
n sekitar sekitar
Jumlah 25 25 50
C. Item Pernyataan dan Reliabilitas
No Pernyataan Jawaban
1 Saya senang berkumpul dengan teman yang SS S
TS
STS
berpenampilan sama dengan saya
2 Saya tetap memakai cadar baik di SS S
TS
STS
lingkungan kampus maupun di luar kampus
3 Saya merasa bahagia bila mempunyai SS S
TS
STS
banyak teman yang berpenampilan syar’i
4 Saya cenderung mengabaikan pendapat dari SS S
TS
STS
teman tentang cara saya berpenampilan
5 Saya bisa berteman dengan semua orang, SS S
TS
STS
baik laki-laki maupun perempuan
6 Saya tidak suka bergaul dengan mahasiswi SS S
TS
STS
yang tidak bercadar
7 Saya nyaman berkelompok dengan orang SS S
TS
STS
yang tidak bercadar
8 Karena memakai cadar membuat saya tidak
bisa menyalurkan aspirasi atau pendapat SS S TS STS
dalam berorganisasi
9 Proses komunikasi dapat digunakan sebagai SS S
TS
STS
alat mempererat silaturahmi
10 Saya akan marah pada orang yang
memandang negatif tentang cara saya SS S TS STS
berpenampilan
11 Keinginan saya untuk beristiqomah dalam SS S TS STS
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 217
bercadar sangat besar
12 Keadaan lingkungan sekitar akan
berpengaruh dengan kepribadian pada diri SS S TS STS
saya
13 Ketakwaan saya bertambah setelah SS S TS STS
memakai cadar
14 Siapapun yang mau berteman dengan saya SS S TS STS
harus bercadar
15 Saya takut tidak diterima jika berinteraksi SS S TS STS
dengan mahasiswi yang tidak bercadar
16 Saya mengikuti organisasi mahasiswi
bercadar agar menambah silaturahmi antar SS S TS STS
mahasiswi bercadar
17 Komunikasi juga dapat mendekatkan kita SS S TS STS
dengan lawan jenis
18 Bila oranglain tidak meminta saya untuk
memperkenalkan diri, saya tidak akan SS S TS STS
memperkenalkan diri kepada oranglain
19 Bercadar membuat saya lebih percaya diri SS S TS STS
dalam beribadah
20 Sebagian besar dosen tetap menghargai SS S TS STS
gaya berpenampilan saya
21 Berbicara tentang bab keagamaan membuat SS S TS STS
hati saya menjadi damai
22 Siapapun yang merendahkan penampilan SS S TS STS
saya berarti itu musuh saya
23 Saya lebih senang bila berbincang dengan SS S TS STS
perempuan daripada laki-laki
24 Dalam organisasi tidak ada larangan khusus SS S TS STS
untuk anggotanya yang bercadar
25 Karena bercadar saya diperlakukan secara SS S TS STS
khusus
26 Cadar tetap merupakan identitas diri saya
yang membedakan dengan anggota SS S TS STS
organisasi lainnya
27 Saya takut diasingkan jika mengikuti SS S TS STS
organisasi karena saya bercadar
28 Saya selalu menghargai penilaian oranglain SS S TS STS
tentang cara saya berpenampilan
29 Keistiqomahan saya dalam berpenampilan SS S TS STS
218 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
juga bergantung dengan siapa saya bergaul
30 Saya merasa terdiskriminasi karena SS S TS STS
memakai cadar
31 Saya tidak canggung untuk berbincang SS S TS STS
dengan mahasiswi yang tidak bercadar
32 Karena memakai cadar, saya menjadi lebih SS S TS STS
dihargai oleh lawan jenis
33 Saya menjauhi setiap laki-laki yang SS S TS STS
berusaha berkenalan dengan saya
34 Orangtua tetap mendukung saya untuk
berorganisasi meskipun dalam organisasi SS S TS STS
yang isinya tidak semua bercadar
35 Saya marah dengan adanya larangan SS S TS STS
memakai cadar di lingkungan kampus
36 Bercadar cerminan akhlak yang baik SS S TS STS
37 Saya tidak senang jika ada teman yang SS S TS STS
tidak bercadar
38 Saya akan berusaha berteman dengan
mahasiswi di luar jurusan meskipun yang SS S TS STS
tidak bercadar
39 Wanita bercadar cenderung dipandang SS S TS STS
sebagai orang yang aneh
40 Cadar membuat saya kurang nyaman dalam SS S TS STS
bersosialisasi dengan oranglain
41 Karena bercadar saya dipersulit untuk SS S TS STS
menerima layanan dari kampus
42 Saya yakin pergaulan di lingkungan sekitar SS S TS STS
saya lebih banyak yang bersifat negatif
43 Saya merasa jauh lebih baik dari mahasiswi SS S TS STS
yang tidak bercadar
44 Karena bercadar membuat kepribadian saya SS S TS STS
berubah menjadi introvert
45 Saat berkomunikasi dengan laki-laki saya
lebih nyaman menggunakan pesan teks SS S TS STS
daripada berbicara secara langsung
46 Banyak yang beranggapan bahwa cadar itu
merupakan cerminan ajaran yang SS S TS STS
menyimpang
47 Niat saya bercadar tidak dari dalam hati SS S TS STS
48 Cadar akan mengganggu masa depan karir SS S TS STS
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 219
saya
49 Larangan bercadar di lingkungan kampus
membuat saya benci terhadap semua orang SS S TS STS
yang ada di kampus
50 Dengan bercadar akan membuat saya SS S TS STS
kesulitan mendapatkan jodoh
Alpha Cronbach’s = 0,899 ; Sampel = 33 orang.
D. Klasifikasi Aitem Shohih dan Aitem Gugur
Melalui analisis SPSS.20 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran aitem
gugur dan aitem shohih sebagai berikut :
Item Shohih Item Gugur
Item 1, 3, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 2, 4, 5, 7, 16, 17,
19, 20, 21, 22, 23, 24, 27, 28, 29, 18, 25, 26, 32, Pernyataan
30, 31, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 33, 34, 35, 45,
43, 44, 47, 48, 49 46, 50
Jumlah 34 16
E. Penutup
Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Instrumen Skala Tingkat Interaksi Sosial Mahasiswi Bercadar dalam
Lingkungan Universitas Negeri di Yogyakarta dapat digunakan
khalayak umum untuk mengetahui tingkat interaksi sosial mahasiswi
yang bercadar dalam lingkungan universitas. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka
pengumpulan data karena reliabilitas intrumen > 0,7 yaitu 0,899.
220 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
18. Instrumen Skala Kesejahteraan Psikologis pada Remaja
Oleh : Devi Cahyati Yahya Anwar ([email protected])
Professional Judgment : Nailul Falah, S. Ag., M. Si.
A. Pengantar
Setiap orang berhak memiliki kesejahteraan hidup begitu pula
remaja, manusia dipandang sebagai manusia yang utuh, yang memiliki
banyak aspek di dalam dirinya seperti aspek fisik, sosial, intelektual,
emosiaonal, spiritual, dan estetis. Remaja memiliki aspek yang sangat
penting dan yang saling mempengaruhi. Kesejahteraan yang penting
bagi setiap remaja adalah kesejahteraan psikologisnya. Skala ini
dimaksudkan untuk menguji peran kesejahteraan psikologis remaja.
B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Ryff (1989) mendefinisikan Kesejahteraaan Psikologis
(Psychological Well-Being) sebagai sebuah kondisi di mana individu
memiliki sikap yang positif terhadap dirinya sendiri dan orang lain,
dapat membuat keputusan sendiri dan mengatur tingkh lakunya sendiri,
dapat menciptakandan mengatur lingkungan yang kompatibel dengan
kebutuhanya, memiliki tujuan hidup, dan membuat hidup mereka
menjadi lebih bermakna serta berusaha mengeksplorasi dan
mengembangkan diri.
Ryff & Keyes dalam jurnal ilmiahnya yang berjudul “The
Structure of Psycological Well-Being Revisited” (1995) juga
mengatakan bahwa manusia memiliki dua fungsi positif untuk
meningkatkan kesejahteraan psikologisnya. Yang pertama adalah
tentang bagaimana individu membedakan hal positif dan negatif akan
memberikan pengaruh untuk pengertian kebahagiaan. Konsep yang
kedua adalah menekankan kepusan hidup sebagai kunci utama
kesejahteraan.
Skala kesejateraan psikologis anak disusun berdasarkan teori
Carol D. Ryff yang terdiri dari 6 aspek yaitu penerimaan diri (Self
acceptance), hubungan positif dengan orang lain( Positive Relationship
With Other ), otonomi (Autonomy), penguasaan lingkungan (
Environmental Mastery), tjuan hidup (purpose of life), pertumbuhan
pribadi (personal growth).
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 221
No Item
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
Jml Favo Unfavo
rable rable
Mampu
Mempunyai menyelesaikan 1 57,7 3
keyakinan tugas sehari-
akan hari
kemampaua
Mampu
n dalam menanggung 26,1
menghadap resiko apa 73 3 1
i kehidupan yang telah
Self dilakukan
accept
Sikap dan
ance perilakunya
lebih
berdasarkan Mampu menila
nilai-nilai kekurangan 2,39 2,23,35 5
dan standar dan
yang ada kelebihanya
pada
dirinya,
daripada
Mengangga Mampu 10,2
p dirinya menghargai 61 3 2
berharga diri sendiri
sebagai
manusia Mampu
yang
menunjukan 74 15,19 3
sederajat eksistensi diri
dengan
orang lain
Berani Mampu
memikul
memikul
tanggung 16,4
tanggung 58 3
jawab 9 jawab terhadap
terhadap
perilakunya
perilakunya
222 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
Menerima Menerima
celaan dan celaan dan 47,5
pujian pujian sebagai 62 3 3
secara motivasi
objektif
Mampu
Tidak menerima 50,5
keterbatasan 20 3
menyalahka 4
apa yang dia
n dirinya
miliki
akan
keterbatasa Mampu
n yang mengembangk
dimiliki an
ataupun keterbatasan 17,5 64 3
mengingkar yang 5
i dimilikinya
kelebihanya Menuntut
kesetiaan
Berusaha
berlaku baik 21,4 14 3
Tidak dengan orang 6
merasa lain
ditolak
Percaya diri
dengan
dengan sikap 51,5
orang lain, 65 3
dan 2 serta
perilakunya
mengangga
p dirinya Merasa
berbeda
mempunyai
dengan
keunikan 45 66 2 orang lain
terhadap diri
senidiri
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 223
Kemampuan
menjalin 38 36 2
Positiv Pembentuk hubungan
e an ikatan antar pribadi Relati berkualitas
on of untuk Membuat
Other lainya nyaman 33 34 2
terhadap orang
lain
Memiliki
hubungan baik 29,3 67 4
dengan orang 1,37
Auton
Kedekatan terdekat
dengan
omy
orang tua Mampu
menjaga
hubungan baik 28 18 2
dengan orang
sekitar
Kemampua Mampu
n untuk menangani
menangani lingkungan
Enviro
lingkungan untuk 5,60 6,13 4
yangg memenuhi
nment
kompleks kebutuhan
Master
untuk pribadi
y
memenuhi
Mampu
kebutuhan mengembbang 27,5 68 3
pribadi dan kan nilai-nilai 9
nilai-nilai dilingkungan
Mengejar Mampu
Purpos tujuan yang
menggapai
e of berarti 24 8 2
tujuan dalam life sebuah rasa
hidup
dan tujuan
224 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
dalam Memiliki
hidup 12 69 2 tujuan hidup
Memiliki
semangat
untuk 32 70 2
menggapai
tujuan hidup
Kemampua
n untuk
transformas Mampu
i akal budi mengubah
dan pikiran akan
untuk perilakunya 30 9,24 3
mendorong dan merubah
perubahan perilakunya
berkualitas dengan baik
hidup
Person
al Kemampua
Growt n untuk Mampu
h mengasah, 4,40,
menegmbangk
melatih 41,4 71 6
an talenta yang talenta 2,43
dimiliki
yang
dimiliki
Kemampua
n untuk Mampu
tidak 44,5
menahan ssifat 72 3
mempunyai 6 egoistik
sifat
egoistik
Jumlah 43 30 73
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 225
C. Item Pernyataan
No Pernyataan Jawaban
2. Saya mengetahui kekurangan saya S SS TS STS
3 Saya tidak mengetahui kelebihan saya S SS TS STS
4 Saya mampu mengembangan bakat saya S SS TS STS
5 Saya nyaman dengan lingkungan saya S SS TS STS
6 Lingkungan saya kurang baik S SS TS STS
7 Tuntunan kehidupan sehari-hari sering S SS
TS STS
membebani saya
8 Saya mengalami kesulitan dalam menjalani S SS
TS STS
kehidupan
9 Saya mudah menyerah jika melakukan STS
perbaikan atau melakukan perubahan dalam S SS TS
hidup saya
10 Saya bertanggung jawab atas keputusan yang S SS
TS STS
saya lakukan
11 Saya mampu dengan baik mengurus S SS
TS STS
keuangan pribadi saya
12 Saya memiliki arah tujuan hidup S SS TS STS
13 Saya cenderung khawatir jika orang lain S SS
TS STS
memikirkan saya
14 Saya merasa orang lain jauh lebih baik S SS
TS STS
kehidupanya dari saya
15 Saya mudah terpengruh dengan orang yang S SS
TS STS
berpendapat kuat
16 Saya mampu mengelola banyak tanggung S SS
TS STS
jawab dalam kehidupan sehari-hari
17 Saya memiliki keyakinan bahwa saya mampu S SS
TS STS
mengembangkan diri dari waktu kewaktu
18 Saya tidak banyak memiliki hubungan yang S SS
TS STS
hangat dengan orang sekitar
19 Saya merasa kesulitan dalam menyuarakan S SS
TS STS
pendapat
20 Dibanding dengan orang lai, saya sulit S SS
TS STS
menerima kondisi saya
21 Saya percaya dengan orang di sekitar saya S SS TS STS
22 Menikmati keadaan yang saya alami S SS TS STS
226 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
23 Saya merasa kurang siap dengan diri saya S SS TS STS
sendiri
24 Saya yakin mampu menggapai cita-cita S SS TS STS
25 Cemas terhadap sesuatu yang dihadapi saat S SS TS STS
penting
26 Optimis terhadap sesuatu yang saya lakukan S SS TS STS
27 Saya mengikuti peraturan yang ada, karena STS menurut saya peraturan merupakan tatacara S SS TS
kita bertindak dan berperilaku
28 Nasihat dari orang sekitar bisa membantu S SS TS STS
persoalan hidup saya
29 Saya membutuhkan perhatian dan kasih S SS TS STS
sayang dari orang sekitar
30 Saya tidak mudah menyerah jika diminta STS melakukan perbaikan perilaku, saya akan S SS TS
melakukannya
31 Saya menjaga komunikasi dengan orangtua S SS TS STS
32 Saya optimis bawa saya akan hidup bahagia S SS TS STS
di masa yang akan datang
33 Saya tidakragu untuk mencoba STS menyesuaikan diri saya dengan lingkungan S SS TS
baru
34 Saya merasa interaksi saya dengan orang lain S SS TS STS
belum berhasil
35 Saya mudah terbawa emosi ketika banyak S SS TS STS
persoalan yang saya hadapi
36 Saya merasa orang terdekat saya hanya STS datangkepadasayasaatmereka S SS TS
membutuhkan
37 Hubungan sayad dengan orang terdekat baik S SS TS STS
38 Kesuksesan teman memotivasi saya untuk S SS TS STS
mencapai keberhasilan dalam segala hal
39 Saya merasa orang lain lebih disukai dari S SS TS STS
saya
40 Saya bangga dengan talenta yang saya miliki S SS TS STS
41 Saya dapat menghasilkan uang dengan S SS TS STS
talenta saya
42 Saya sering melatih talenta saya S SS TS STS
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 227
43 Saya mampu menahan rasa egois meskipun S SS
TS STS
lingkungan saya membuat saya geram
44 Saya merasa bahwa ada keunikan dalam diri S SS
TS STS
saya
45 Menghormati orang yang lebih tua S SS TS STS
46 Meskipun orang lain mencela saya, saya S SS
TS STS
tetap menerima
47 Saya merasa percaya diri ketika ngomong di S SS
TS STS
depan orang
48 Sayaselalubertanggungjawabatasperilaku S SS
TS STS
yang sayalakukan
49 Ketika sedang ada masalah besar tidak STS
membuat saya menyerah untuk menggapai S SS TS
citacita yang saya miliki
50 Saya yakin sikap saya di masyarakat baik S SS TS STS
51 Saya berlaku adil dengan lingkungan saya S SS TS STS
52 Saya menghargai setiap apresiasi yang orang S SS
TS STS
lain berikan
53 Saya kurang menerima ketika sedang ada S SS
TS STS
masaalah besar
54 Masalah besar membuat saya semakin S SS
TS STS
dewasa
55 Saya menerima keterbatasan yang saya miliki S SS TS STS
56 Saya mampu menahan egoistic terhadap adek S SS
TS STS
saya
57 Ketika orangtua saya meminta bantuan S SS
TS STS
kepada saya, saya sering menolak
58 Saya kurang senang ketika orang lain STS
menegur karena perilaku saya yang kurang S SS TS
baik
59 Saya aktif mengikuti remaja masjid S SS TS STS
60 Saya mampu bersikap dan bertindak bijak S SS
TS STS
dengan lingkungan saya
61 Saya belum bisa menghargai diri sendiri S SS TS STS
62 Kurang menerima celaan dari orang lain S SS TS STS
63 Belum bisa mengembangkan keterbatasan S SS
TS STS
yang saya miliki
64 Tidak percaya diri dengan lingkungan saya S SS TS STS
228 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
65 Belum menemukan keunikan dalam diri saya S SS TS STS
66 Belum memiliki hubungan baik dengan S SS TS STS
orang terdekat
67 Belum mampu mengembangkan nilai-nilai di S SS TS STS
lingkungan
68 Belum memikirkan tujuan hidup S SS TS STS
69 Saya tidak mempunyai semangat hidup S SS TS STS
70 Saya tidak bisa mengembangkan bakat S SS TS STS
71 Tidak bisa menahan egoistik S SS TS STS
72 Belum bisa menanggung resiko terhadap apa S SS TS STS
yang saya lakukan
73 Saya bisa menjaga eksistens diri S SS TS STS
Alpha Cronbach’s = 0,994; Sampel = 52 Orang
D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur
Melalui analisiss SPSS.20 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran aitem
gugur dan aitem shahih sebagai berikut :
Item shohih Item gugur
2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,1
Item 8,19,20,,21,22,23,24,25,26,27,28,29,30,3
1,32,33,34,35,36,37,38,39,40,41,42,43,44
pertanyaan 1 ,45,46,47,48,49,50,5152,53,54,55,56,57,5
8,59,60,61,62,63,64,65,66,67,68,69,70,71
,72
E. Penutup
Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Instrumen Skala Kesejahteraan Psikologis Remaja digunakan untuk
khalayak umum untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat
Kesejahteraan Psikologis pada remaja. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka
pengumpulan data karena realiabilitas instrumen > 0,7 yaitu 0,994.
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 229
19. Instrumen Skala Self Control Mahasiswa yang Tinggal Di
Lingkungan Pesantren Oleh: Ila Kamila Hidayati ([email protected]) Professional Judgement: Zaen Musyirifin, S.Sos.I., M.Pd.I
A. Pengantar
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap tindakan,sikap, dan
pemikiran setiap orang, begitu juga pada mahasiswa yang tinggal
dilingkungan yang baik maka akan merubah perilaku mahasiswa jadi
lebih baik ataupun sebaliknya. Self control sangat diperlukan untuk
membentengi diri seseorang terhadap perilaku-perilaku yang dianggap
menyimpang dan tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. Intrumen ini
bertujuan untuk mengetahui kontrol diri mahasiswa yang memilih tinggal
dilingkungan pondok pesantren. Bagaimana seorang mahasiswa bisa
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang religius dan
mengapresiasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
B. Pengembangan Skala Instrumen
Menurut Golfried dan Merbaum (dalam Gufron & Risna 2010: 21-
22) self control sebagai kemampuan diri untuk menyusun, membimbing,
mengatur dan mengarahkan perilaku yang dapat membawa individu ke
arah konsekuensi positif. Apabila individu memiliki kontrol diri maka
individu tidak mampu mengatur perilaku mereka, tidak mampu
mengarahkan dan membimbing perilaku mereka yang dapat diterima dan
mendapatkan konsekuensi positif. Sedangkan menurut Ghufron dan Risna 2011:22 kontrol diri
merupakan suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi
diri dan lingkungannya. Selain itu juga kemampuan untuk mengontrol
dan mengelola faktor-faktor perilaku yang sesuai dengan situasi dan
kondisi untuk menampilkan sosialisasi kemampuan untuk mengendalikan
perilaku. Menurut Averil dalam (Adeoliana 2003:37) ada tiga aspek
kontrol diri yaitu perilaku (Behavior Control), kendali kognitif (Kognitif
Control) dan kendali keputusan (Decision Control).
230 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
No item Variabel Aspek Indikator Deskriptor Favora Unfavo Jml
ble rable
Menentukan
kegiatan
Aspek
yang akan 1,3,4,5,3
dilakukan 9,29,38
Kemamp perilak Kemampu 6 8
uan u an Menghindari
kontrol behavio mengontro
hal-hal yang
10,17,3
diri r l diri 8,11,25, 8 menyimpan 9
control
26,27
g atau tidak
sesuai
Melakuka
Menentukan 14
pilihan yang 12,13,24
n tindakan
dianggap ,30,33,4
Aspek tindakan 15,16,1
baik dan 0,14
kognitif sesuai 9,21,28
buruk,
control dengan
,35,37
untung dan
pengetahu
rugi bagi
annya
dirinya
Melakukan
sikap bijak
Mampu dalam
Aspek
bersikap mengambil
bijak keputusan
desicio 6,2,7,20, 22,31,3
dalam sesuai 10
n 23,18,32 4 mengambi dengan
control
l kebutuhanny
keputusan a dan
bermanfaat
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 231
C. Item Pernyataan Dan Realibilitas
No Pernyataan Jawaban
Saya memiliki rencana menyelesaikan hafalan
1. Al-Qur’an meski harus tinggal lebih lama di SS S TS STS
pesantren
Saya mentaati peraturan di pesantren karena
2. saya tahu peraturan membuat saya menjadi SS S TS STS
disiplin
3.
Saya berencana akan meningkatkan ibadah SS S TS STS
saya saat di pesantren
4.
Saya akan berusaha untuk mempelajari ilmu SS S TS STS
agama agar seperti ustadz/ustadzah
Saya akan berusaha berpakaian lebih tertutup
5. meski keluarga di rumah berpakaian biasa saja SS S TS STS
(agak terbuka)
Saya akan mimilih membaca buku ketika
6. memiliki waktu luang meski ada teman yang SS S TS STS
mengajak jalan-jalan
7.
Saya akan tetap ikut berpartisipasi dalam SS S TS STS
kegiatan yang di selenggarakan pesantren
8.
Saya akan berusaha mentaati peraturan SS S TS STS
dipesantren agar tidak mendapat hukuman
Saya tidak mempunyai target khusus untuk
9. menyelesaikan hafalan Al-Qur’an selama di SS S TS STS
pesantren
Jika ada teman yang mengajak untuk
10. membolos saat kajian saya mudah terpengaruhi SS S TS STS
untuk mengikutinya
Jika ada teman yang mengajak saya untuk
11. melakukan hal yang negatif maka saya akan SS S TS STS
langsung menolaknya
12.
Saya menyadari peraturan dipesantren dibuat SS S TS STS
untuk mengubah santri agar disiplin
232 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
13. Saya merasa tinggal dipesantren lebih terjaga
SS S TS STS
dari pergaulan bebas
Saya tidak mau pacaran karena itu dilarang
14. dalam agama meski ada seseorang yang ingin SS S TS STS
menjalin hubungan dengan saya
Ketika teman saya tidak sholat maka saya kan
15. membiarkannya saja bahkan kadang SS S TS STS
mengikutinya
Teman dipesantren sering mengajak saya
16. untuk mengikuti kajian tetapi sayang selalu SS S TS STS
menolaknya
17. Saya merasa sering melanggar aturan di
SS S TS STS
pesantren meski hukumannya berat
18. Saya memilih tinggal di pesantren karena sadar
SS S TS STS
minimnya ilmu agama yang saya miliki
19. Saat di kampus saya berpakaian agak ketat dan
SS S TS STS
terbuka dan saya menyadari itu tidak baik
Saya berpakaian baik sesuai aturan pesantren
20. saat di kampus maupun diluar kampus meski SS S TS STS
teman saya berpakaian terbuka
21. Meski seorang santri saya bisa bergaul dengan
SS S TS STS
siapa saja
22. Saya merasa sulit bersosialisasi dengan teman
SS S TS STS
yang bukan dari pondok pesantren
Saya selalu mendapatkan semangat baru
23. setelah mendengarkan nasihat dari SS S TS STS
ustadz/ustadzah
24. Saya bisa bersikap baik karena terpengaruh
SS S TS STS
teman di pesantren
25. Saya selalu mengerjakan tugas yang diberikan
SS S TS STS
ustadz/ustadzah
26. Saya memilih tinggal di pesantren untuk
SS S TS STS
menghindari pergaulan bebas
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 233
27. Saat dikampus, saya bisa menjaga sholat awal
SS S TS STS waktu seperti dipesantren
28. Saya memilih tinggal di pesantren karena
SS S TS STS paksaan dari kedua orang tua
29. Meski pacaran di larang dalam agam tapi saya
SS S TS STS tetap menjalaninya
30. Saat memiliki waktu luang saya lebih memilih
SS S TS STS mengisinya dengan hal positif
31. Saat saya memiliki waktu luang saya lebih
SS S TS STS memilih untuk bermalas-malasan di kamar
32. Saya merasa lebih bisa bersikap mandiri saat
SS S TS STS tinggal di pesantren
33. Saat di pesantren saya selalu sholat tepat waktu
SS S TS STS tanpa harus di ingatkan teman
34. Saya merasa hanya bisa berkelakuan baik saat
SS S TS STS berada di lingkungan pesantren saja
35. Saya merasa tinggal di pesantren membuat
saya jadi malas untuk belajar pengetahuan SS S TS STS
umum
36. Saya merasa bisa membiasakan diri untuk
SS S TS STS hidup sederhana seperti santri lainnya
37. Hidup di pesantren membuat saya menjadi
SS S TS STS minder untuk aktif di kegiatan kampus
38. Saya tidak mempunyai target mempelajari
SS S TS STS ilmu agama selama tinggal di pesantren
Saya merasa mudah terpengaruh oleh teman
39. untuk melakukan hal negatif meski saya tahu SS S TS STS
itu tindakan yang salah
40. Saya merasa bisa memotivasi diri untuk
SS S TS STS meningkatkan kualitas ibadah
Alpha Cronbach’s = 0,736 ; sampel =51 orang
234 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur
Melalui analisis SPSS.15 dapat diklasifikasi bahwa sebaran aitem
gugur dan aitem sebagai berikut :
Item shohih Item gugur
Item 1,3,4,5,6,7,8,11,13,14,15,16,17,2
2,9,10,12,18,19,20, pernyataan 3,24,25,26,27,28,29,30,31,32,33,
21,22,34,35,36, 37,38,39,40
Jumlah 28 12
E. Penutup
Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat dioeroleh
ksimpulan sebagai berikut:
1. Instrumen skala kontrol diri mahasiswa yang tinggal di lingkungan
pesantren dapat digunakan untuk khalayak umum untuk mengetahui
seberapa tinggi kontrol diri pada mahasiswa yang tinggal di
lingkungan pesantren. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran daalam rangka
pengumpulan data reabilitas isntrumen > 0,7 yaitu 0.736.
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 235
20. Instrumen Skala Ukur Religiusitas Anak Yang Tinggal di
Panti Asuhan Nurul Haq. Oleh: Afifatuz Zakiyah ([email protected]) Profesional Judgement: Slamet, S. Ag., M. SI.
A. Pengantar
Dalam melakukan sebuah penelitian, peneliti memiliki berbagai
metode dalam pengumpulan data yang valid dari responden, diantaranya
dengan membuat sebuah instrument. Instrument merupakan sebuah alat
ukur atau alat bantu yang dibuat oleh peneliti untuk mendapatkan
informasi kuantitatif variabel yang sedang diteliti.
Anak-anak yang tinggal di panti asuhan memiliki latar belakang
yang berbeda-beda, termasuk dalam masalah religiusitas pada anak-
anak tersebut, Karena agama atau religiusitas merupakan hal yang
sangat penting dan mendasar seharusnya telah dimiliki oleh masing-
masing individu. Melihat latar belakang keluarga yang berbeda-beda
dan cenderung dominan memiliki permasalahan pada keluarga,
membuat anak-anak yang tinggal dipanti asuhan memiliki kesadaran
agama atau tingkat religiusitas yang berbeda. Ada yang rajin dalam
ibadahnya dan adapula yang malas dalam ibadahnya, oleh karena itu
dengan adanya instrument skala ukur ini, membatu peneliti untuk
mendapatkan informasi secara kuantitatif mengenai religiusitas anak-
anak yag tinggal di Panti Asuhan.
Adanya instrument sebagai skala ukur atau alat bantu menjadi
sangat membantu dan menunjang terpenuhinya pelaksanaan penelitian
pada variabel yang sedang diteliti. Adanya insrumen dapat mengetahui
sejauhmana tingkat religiusitas anak-anak yang tinggal di Panti Asuhan
Nurul Haq.
B. Perkembangan Skala Psikologis
Salah satu konsep yang akhir-akhir ini dianut banyak ahli
Psikologi dan sosiologi adalah konsep religiusitas rumusan C.Y. Glock
dan R. Stark. Keberagamaan atau religiusitas diwujudkan dalam
berbagai sisi kehidupan manusia. Agama, dalam pengertian Glock dan
Stark (1966), adalah sistem symbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan
sitem perilaku yang terlembagakan, yang semua itu berpusat pada
236 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi
(ultimate meaning).
Menurut Glock dan Stark (Robertson, 1988), ada lima macam
dimensi keberagamaan (religiusitas), yaitu dimensi keyakinan
(idelogis),dimensi peribadatan atau praktek agama (ritualistic), dimensi
penghayatan (eksperiensial), dimensi pengamalan (konsekuensial),
dimensi pengetahuan agama (intelektual).
No Item
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
Jml Favor Unfavor
able able
Kemampua Mempercaya 1,2,3,4
n individu i adanya 8 5 Keyaki 6
meyakini Allah
nan
dasar-dasar
Percaya
(ideolo
agama terhadap 7,20,4
gi) 9,10 5
ajaran 7
agama
Praktek Kemampua Melaksanaka 31,48 25,26 4
Agama n individu n ibadah
(ritualis melakukan
Hubungan
tic) praktek sesama 27 ,50 6,28,29 5
Religius agama manusia
Kemampua Mendapatkan
itas anak
n individu ketenangan
yang Pengha
pada ketika
tinggal yatan 5,11,3
perasaan- beribadah 32,33 6 di panti (eksperi 9,41
perasaan
asuhan ensial)
yang
dialami.
Sejauhman
Kedisiplinan 12,
dalam 14,16,19
Pengam a ajaran 15,17, 8
melaksanaka ,42 alan agama 18
n ibadah
(konsek mempengar
Terbentukny
uensial) uhi perilaku
30,34,37
a akhlakul 4,49 6 individu ,43
karimah
Pengeta Kemampua Mengethui 22,35,
huan n individu pokok-pokok 13,24,44 6 45
Agama mengetahui ajaran agama
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 237
(intelek ajaran- Membedakan
tual) ajaran amar ma’ruf
agama nahi munkar 21,23, 36,40
5
38
Jumlah 27 23 50
C. Item Pernyataan dan Reliabilitas
No
Pernyataan Jawaban
SS
S
TS
STS
1.
Saya percaya Allah adalah pencipta alam SS
S
TS
STS
semesta.
2. Saya percaya bahwa Allah selalu melihat SS
S
TS
STS
apapun yang dilakukan hambanya.
3. Saya yakin Allah hanya satu. SS S TS STS
4. Saya selalu bersikap jujur dalam keadaan SS
S
TS
STS
apapun.
5. Saya merasa setiap musibah yang dialami SS
S
TS
STS
pasti ada hikmahnya.
6. Saya tidak peduli jika teman saya sedang SS
S
TS
STS
sakit.
7. Saya yakin Allah akan memaafkan kesalahan SS
S
TS
STS
hamb-hambanya.
8. Saya ragu Allah akan mengabulkan do’a SS S TS STS
hamba-hambanya.
9. Saya ragu bahwa Al-Quran adalah pedoman SS
S
TS
STS
hidup manusia.
10. Saya ragu adanya hari pembalasan.. SS S TS STS
11. Saya merasa tenang ketika shalat. SS S TS STS
12. Saya selalu shalat di awal waktu. SS S TS STS
13. Menurut saya menutup aurat itu tidak penting. SS S TS STS
14. Saya shalat ketika diperintah oleh pengurus. SS S TS STS
15. Saya selalu shalat sunnah sebelum SS
S
TS
STS
melaksanakan shalat wajib.
16. Saya tidak menghiraukan ketika adzan SS
S
TS
STS
berkumandang.
238 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
17. Saya selalu membaca Al-Qur’an setelah SS S TS STS
shalat.
18. Dalam keadaan apapun saya utamakan shalat. SS S TS STS
19. Saya tidak membaca al-qur’an ketika sedang SS S TS STS
lelah.
20. Saya selalu mengucapkan Alhamdulillah SS S TS STS
ketika mendapat nikmat.
21. Saya mengetahui bahwa berbohong adalah SS S TS STS
perbuatan tercela.
22. Manusia diciptakan dari segumpal darah. SS S TS STS
23. Berbohong boleh dilakukan untuk kebaikan. SS S TS STS
24. Menurut saya ilmu agama yang saya miliki SS S TS STS
sudah cukup.
25. Saya tidak sholat jika sakit. SS S TS STS
26. Saya shalat berjamaah di masjid jika dilihat SS S TS STS
banyak orang.
27. Saya akan menolong orang yang sedang SS S TS STS
kesulitan.
28. Saya tidak akan menolong orang yang SS S TS STS
berbeda agama.
29. Saya menolong orang lain jika mendapatkan SS S TS STS
imbalan.
30. Saya tidak menghiraukan jika ada yang SS S TS STS
mengingatkan dalam hal kebaikan.
31. Saya berpuasa ketika bulan Ramadhan. SS S TS STS
32. Saya merasa risih ketika mendengar lantunan SS S TS STS
ayat suci Al-Qur’an.
33. Saya sangat sulit untuk memaafkan kesalahan SS S TS STS
orang lain.
34. Saya bersikap sopan hanya kepada orang SS S TS STS
yang lebih tua.
35. Saya memahami makna dari bacaan-bacaan SS S TS STS
shalat.
36. Saya merasa membantu orang lain hanya SS S TS STS
dapat membuat saya lelah.
37. Saya akan marah ketika mendapatkan SS S TS STS
musibah.
38. Saya selalu izin terlebih dahulu sebelum saya SS S TS STS
meminjam barang milik orang lain.
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 239
39. Saya merasa damai ketika berdoa kepada SS S TS STS
Allah.
40. Saya mencontek ketika ujian, jika tidak ada SS S TS STS
orang yang melihat.
41. Saya merasa senang ketika bersedekah. SS S TS STS
42. Saya akan shalat ketika semua pekerjaan SS S TS STS
selesai.
43. Saya menganggap pengajian yang diadakan di SS S TS STS
panti merupakan hal yang tidak bermanfaat.
44. Saya belum lancar membaca Al-qur’an. SS S TS STS
45. Saya meluangkan waktu untuk membaca Al- SS S TS STS
Qur’an.
46. Saya percaya udara yang dihirup adalah SS S TS STS
nikmat yang Allah berikan.
47. Saya percaya adanya surga dan neraka. SS S TS STS
48. Saya merasa gelisah ketika belum SS S TS STS
melaksanakan shalat.
49. Saya selalu membaca Bismillah sebelum SS S TS STS
memulai aktivitas.
50. Saya selalu mengucapkan terimakasih pada SS S TS STS
orang yang telah membantu saya.
Alpha Cronbach’s = 0,795; Sampel = 50 Orang
D. Klasifikasi Item Shohih dan Item Gugur
Melalui analisis SPSS.16 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran item
shohih dan item gugur sebagai berikut:
Item Shohih Item Gugur
5, 10, 11, 12, 14, 16, 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 13, 15,
Item Pernyataan 18, 21, 24, 27, 29, 17, 19, 20, 22, 23, 25, 26,
30, 33, 34, 35, 36, 28, 31, 32, 38, 41, 42, 43,
37, 39, 40, 48. 44, 45, 46, 47, 49, 50.
Jumlah 20 30
240 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
E. Penutup
Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Instrumen Skala Ukur Religiusitas Anak yang Tinggal di Panti Asuhan
Nurul Haq dapat digunakan untuk mengetahui seberapa tinggi tingak
religiusitas anak yang berada di Panti Asuhan Nurul Haq. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka
pengumpulan data karena reliabilitas mendekati angka 1.
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 241
21. Instrumen Skala Intensitas Mengikuti Bimbingan Klasikal Di Man
3 Sleman Oleh: Lailatul Widha ([email protected]) Professional Judgement: Nailul Falah S.Ag, M.Si.
A. Pengantar
Kewajiban untuk tetap bersekolah bagi anak Indonesia dengan
menuntaskan wajib belajar 12 tahun yang sedang diupayakan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) seperti yang
terdapat di nawacita. Dalam mengimplementasikan kurikulum 2013,
yang mengedepankan siswanya untuk bersikap proaktif, mandiri dan
mengamanatkan langsung adanya peminatan peserta didik. Pelayanan
arah peminatan peserta didik sangat lah diperlukan guna membuka
wawasan karir dan keinginan siswa yang sesuai dengan minat dan
bakatnya. Layanan bimbingan klasikal berorientasi pada kelompok
siswa dengan jumlah cukup besar antara 30-40 siswa/ sekelas, Samisih
(2013) dinilai cukup objektif lantaran membantu dan mendukung dalam
pemetaan minat, bakat, dan karir siswa dalam skala besar namun
terstruktur.
Skala instrumen ini akan menilai seberapa sering peserta didik
Madrasah Aliyah Negeri 3 Sleman mengikuti layanan bimbingan
klasikal yang diberikan oleh guru BK.
B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Dalam KBBI, intensitas berarti keadaan tingkatan atau ukuran
intens nya. Bisa juga tentang kekuatan, mutu, perasaan, atau soal pribadi
orang. Bimbingan klasikal merupakan cara yang efektif bagi guru
bimbingan dan konseling atau konselor dalam memberikan informasi
dan atau orientasi kepada siswa dalam jumlah banyak tentang program
layanan yang ada di sekolah, program pendidikan lanjutan, keterampilan
belajar, selain itu layanan bimbingan klasikal dapat digunakan sebagai
layanan preventif (Committee for Children, 1992; Akos, 2007).
Intensitas mengikuti bimbingan klasikal adalah tingkatan atau ukuran
intens seseorang mengikuti bimbingan yang dilakukan pada kelompok
siswa dengan skala cukup besar/ sekelas.
Menurut W.J.S Poerwadaminto, dalam kamus umum Bahasa
Indonesia indikator intensitas yaitu 1) Frekuensi individu yaitu
242 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
keseringan siswa mengikuti layanan bimbingan klasikal 2) Perhatian
yaitu sikap memahami proses pemberian layanan bimbingan klasikal 3)
Antusias yaitu sikap dan minat yang tinggi mengikuti layanan
bimbingan klasikal 4) Keaktifan yaitu sikap peran aktif mengikuti
layanan bimbingan klasikal. Skala intensitas mengikuti bimbingan
klasikal disusun berdasarkan Teori W.J.S Poerwadaminto yang terdiri
dari 4 aspek yaitu; Frekuensi Individu, Perhatian, Antusias, dan
Keaktifan.
No Item
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
Jml Favor Unfavo
able rable
Intensitas
Rutinitas
mengikuti 1,20 3,41 4
Frekuen bimbingan dan
si klasikal
Konsistensi
Individu
Informasi
yang 15,63 17,8 4
diperoleh
Mendengar
Intensitas
mendengar 19,10 21,12 4 kan
kan materi
Skala
Mencatat
Intensitas 23,14,
Intensita
menulis 16,7,38 6 5
s
materi
Mengik
Perhatia Pemahama
9,2 11,22 4 uti n materi
n Mengingat
Bimbing
Penguasaan 13,24 35,26 4
an
materi
Klasikal
Video/film 37,28 39,30 4
Media Poster 61,32 73,34 4
Gerak dan 25,36 27,18 4
Lagu
Bertanya 29,40 4,42 4
Antusias Respon
Menanggap 53,44 75,46 4
i diskusi
Mengutara 67,48 69,50 4
kan ide
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 243
dalam
diskusi
Pemecahan 60,52 43,54 4
masalah
Kesadaran
Konsentrasi 76,56 64,58 4
memahami
Melakukan 59,51 31,62 4
penelitian
Kegiatan
Membuat
Motorik media 6 57 2
pembelajar
Keaktifa
an
Kegiatan Minat dan 65,71,
n 68,49,70 6
Emosional Bakat 47
Menganalis 66,72 33,74 4
is karir Kegiatan
Membuat
Mental
keputusan 45 55 2
karir
C. Item Pertanyaan
No Pernyataan Jawaban
1 Saya pernah mengikuti layanan bimbingan
SS S TS STS klasikal di kelas
2 Saya masih mengingat materi yang tadi
SS S TS STS disampaikan
3 Saya belum pernah mengikuti layanan
SS S TS STS bimbingan klasikal di sekolah
4 Saya tipikal orang yang malu jika ingin
SS S TS STS bertanya dihadapan banyak orang
5 Saya mencatat materi di buku ataupun notes
SS S TS STS gadget saya
6 Saya pernah membuat media pembelajaran
SS S TS STS baik berupa poster ataupun alat peraga
Saya tidak mencatat secara keseluruhan
7 materi yang dipaparkan saat bimbingan SS S TS STS
klasikal
8 Saya cenderung bosan dengan informasi SS S TS STS
244 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
yang disampaikan oleh guru BK saat proses
bimbingan klasikal
9 Saya memahami materi yang disampaikan
SS S TS STS saat bimbingan klasikal
Saya mendengarkan apa yang disampaikan
10 guru atau petugas BK saat memaparkan SS S TS STS
informasi ketika bimbingan klasikal di kelas
Saya tidak begitu memahami materi dan
11 konten yang disampaikan saat bimbingan SS S TS STS
klasikal
12 Saya tidak mendengarkan dengan baik yang
SS S TS STS guru sampaikan ketika bimbingan klasikal
13 Saya menguasai materi yang disampaikan
SS S TS STS karena saya mengingat nya dengan baik
14 Saya aktif mencatat informasi saat bimbingan
SS S TS STS klasikal berlangsung
Informasi yang diberikan sangatlah
15 membantu pribadi, sosial, belajar, agama, SS S TS STS
dan karir saya
16 Saya memerlukan bantuan orang lain untuk
SS S TS STS menulis
17 Saya kurang tertarik dengan informasi yang
SS S TS STS diberikan saat bimbingan klasikal
18 Media permainan yang dilakukan dinilai
SS S TS STS kurang sesuai dengan umur anak SMA
19 Mendengarkan menjadi kunci pemahaman
SS S TS STS materi yang baik
20 Saya sering dan tertarik mengikuti layanan
SS S TS STS bimbingan klasikal
21 Indera pendengaran saya kurang berfungsi
SS S TS STS dengan baik
22 Saya temasuk individu yang pelupa dan sulit
SS S TS STS memahami materi
Dengan mencatat, informasi yang
23 disampaikan akan lebih mudah diingat dan SS S TS STS
dipelajari
Saya mendengarkan dengan baik dan
24 mengingat jelas pemaparan materi yang SS S TS STS
disampaikan saat bimbingan klasikal
25 Media dengan permainan gerak dan lagu SS S TS STS
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 245
membuat hati ceria
26
Keterampilan saya dalam penguasaan materi SS S
TS STS
bimbingan klasikal sangat terbatas
27
Tidak ada pemanasan dengan permainan atau SS S
TS STS
lagu saat bimbingan klasikal di kelas
Penayangan video/film sangat membantu
28 dalam proses pembelajaran maupun SS S TS STS
bimbingan klasikal
29
Saya lebih nyaman bertanya secara langsung SS S
TS STS
face to face dengan petugas BK
30
Video yang ditampilkan saat bimbingan SS S
TS STS
klasikal dinilai monoton dan menjenuhkan
31
Saya belum pernah mengikuti ataupun SS S
TS STS
melakukan penelitian sebelumnya
32
Saya tertarik dengan konten poster yang SS S
TS STS
terdapat di sekolah karena sangat bermanfaat
33
Saya tidak memiliki persiapan yang matang SS S
TS STS
dalam merencanakan karir kedepan
34
Poster yang terdapat di sekolah terlihat SS S
TS STS
usang, lama, dan tidak terawat
35
Saya tidak menguasai keseluruhan materi SS S
TS STS
dengan baik
36
Pemanasan dengan menyanyi dan bergerak SS S
TS STS
membuat badan kita lebih rileks
37
Saya tertarik saat diputarkan video dalam SS S
TS STS
penyampaikan materi bimbingan klasikal
Saya cenderung mencoret-coret buku atau
38 bermain gadget saat guru meminta mencatat SS S TS STS
materi
39
Tidak ada pemutaran video atau film yang SS S
TS STS
mendukung proses bimbingan klasikal
Saya termasuk orang yang aktif bertanya
40 ketika materi yang disampaikan tidak SS S TS STS
sepaham
Saya cenderung bosan dan kurang tertarik
41 dengan layanan bimbingan klasikal di SS S TS STS
sekolah
42
Saya malas menanyakan materi yang belum SS S
TS STS
saya pahami
43 Saya tipikal orang yang cuek dan sulit jika SS S TS STS
246 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
dipaksa untuk mencari pemecahan masalah
44 Saya tipikal pribadi yang menghargai
SS S TS STS
pendapat orang lain
45 Saya dapat menentukan karir atau jurusan
SS S TS STS
yang sesuai dengan minat dan bakat
46 Saya sulit menghargai pendapat orang lain
SS S TS STS
jika tidak sama dengan pendapat saya
47 Saya aktif dalam menjalankan organisasi
SS S TS STS
ataupun kegiatan ekstrakurikuler
48 Saran dan ide saya biasanya mendapat respon
SS S TS STS
yang baik oleh teman-teman
49 Dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler,
SS S TS STS
saya mengikuti pilihan kegitan teman di kelas
Saya tidak tertarik dengan tema yang
50 disampaikan saat diskusi/bimbingan SS S TS STS
kelompok
Saya tertarik dengan penelitian-penelitian di
51 sekolah, meskipun belum pernah SS S TS STS
melakukannya
52 Saya tertarik dengan proses pemecahan
SS S TS STS
masalah saat diskusi berlangsung
Saya kerap menanggapi atau memberikan
53 kritik dan saran saat diskusi/bimbingan SS S TS STS
kelompok
54 Saya sering tidak mengetahui saran yang
SS S TS STS
tepat untuk pemecahan masalah saat diskusi
55 Saya belum menentukan jurusan dan karir
SS S TS STS
yang sesuai dengan bakat dan minat
56 Saya biasanya mematikan Hp untuk menjaga
SS S TS STS
konsentrasi ketika pembelajaran berlangsung
57 Saya belum pernah membuat media
SS S TS STS
pembelajaran
58 Saya seringkali membuat kegaduhan saat
SS S TS STS
proses bimbingan klasikal berlangsung
59 Saya pernah melakukan penelitian di sekolah SS S TS STS
60 Saya aktif memberikan saran untuk
SS S TS STS
pemecahan masalah dalam diskusi
Adanya poster yang mencakup layanan
61 pribadi, karir, agama, belajar, dan sosial di SS S TS STS
lingkungan sekolah
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 247
62 Saya tidak tertarik mengikuti penelitian
SS S TS STS ataupun bergabung dengan klub peneliti
63 Informasi yang di berikan sangat aktual dan
SS S TS STS bermanfaat
Biasanya saya tidak dapat berkonsentrasi
64 dengan baik saat mengikuti bimbingan SS S TS STS
klasikal
65 Saya aktif mencari informasi seputar minat
SS S TS STS dan bakat saya di lingkungan sekolah
66 Layanan bimbingan klasikal memberikan
SS S TS STS gambaran kedepan karir saya
Saya sering mengutarakan ide saya saat
67 diskusi kelompok/bimbingan kelompok SS S TS STS
berlangsung
68 Saya belum menemukan minat dan bakat
SS S TS STS saya
69 Saya belum pernah mengutarakan ide atau
SS S TS STS gagasan dalam diskusi/bimbingan kelompok
70 Saya orang yang pasif dalam berorganisasi SS S TS STS
Saya mengikuti klub atau kegiatan
71 ekstrakurikuler yang mendukung minat dan SS S TS STS
bakat
72 Saya dapat mempersiapkan tes yang sesuai
SS S TS STS dengan karir dan jurusan saya dengan matang
Tidak adanya poster terkait pengembangan
73 pribadi, belajar, sosial, agama, dan karir di SS S TS STS
sekolah
74 Layanan bimbingan klasikal masih sangat
SS S TS STS minim menginfokan seputar karir
75 Saya tidak peduli dengan materi
SS S TS STS diskusi/bimbingan klasikal
Saya berusaha berkonsentrasi saat bimbingan
76 klasikal berlangsung agar dapat memahami SS S TS STS
materi
Alpha Cronbach’s = 0,905 ; Sampel = 49 Orang
248 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
D. Klasifikasi Item Shahih dan Item Gugur
Melalui analisis SPSS 15 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran item
gugur dan item shahih sebagai berikut:
Item Shohih Item Gugur
3 7 8 9 10 11 12 13 14 15 17
1 2 4 5 6 16 18 22 26 27 Item 19 20 21 23 24 25 28 29 32
30 31 34 35 39 40 41 43 Pernyataan 33 36 37 38 42 44 45 46 47
48 49 52 53 56 57 58 59 50 51 54 55 62 63 66 67 68
60 61 64 65 69 71 74 70 72 73 75 76
Jumlah 43 33
E. Penutup
Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Instrumen Skala Intensitas Mengikuti Bimbingan Klasikal di Man 3
Sleman dapat digunakan untuk khalayak umum untuk mengetahui
seberapa tinggi tingkat intensitas pelajar mengikuti layanan bimbungan
klasikal di sekolah. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka
pengumpulan data karena realibilitas instrumen > 0,7 yaitu 0,905.
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 249
22. Instrumen Skala Tingkat Self-Confidence Mahasiswa
Fakultas Dakwah UIN Sunan kalijaga Yogyakarta Oleh: Silvia Hadi ([email protected]) Profesional Judgment: Slamet, S.Ag, M.Si.
A. Pengantar
Menurut Suharsimi Arikunto (2000:134) instrumen adalah alat
bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya
mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
dipermudah olehnya. Menurut Ibnu Hadjar (1996:160) instrumen
merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi
kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara objektif.
Menurut Lauster (1978) self-confidence ialah suatu sikap atau
perasaan yakin atas kemampuan diri sendiri sehingga orang yang
bersangkutan tidak terlalu cemas dalam tindakan-tindakannya, dapat
merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang disukainya dan
bertanggung jawab atas perbuatannya, hangat dan sopan dalam
berinteraksi dengan orang lain, dapat menerima dan menghargai orang
lain, memiliki dorongan unutk berprestasi serta dapat mengenal
kelebihan dan kekurangannya.
B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Teori yang digunakan dalam pembuatan instrumen ini merupakan
teori Lauster. Lauster menyebutkan pengukuran rasa percaya diri
didasarkan pada tiga aspek yaitu:
1. Aspek Kemampuan Pribadi. 2. Aspek Interaksi Sosial. 3. Aspek Konsep Diri.
No.Item
Variable Aspek Indikator Deskriptor
Jml
Favo Unfav
rable orable
Self Kemam
Keyakina Keyakinan
n pada
Confi puan terahadap 1,3 2,4 4
diri
dence diri potensi diri
sendiri
250 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
Keyakinan
terhadap 5,7 6,8 4
penampilan
diri
Keyakinan 9,11, 10,12,
terhadap 8 13,15 14,16
target hidup
Memaha Memahami
mi orang 17 18 2 perbedaan
lain
Kemampu
an Kemampuan 19,21 20,22 4
beradapta bersosialisasi
Interaksi si
Sosial
Sikap dalam
Toleransi
menghadapi 23,25,27
24,26, 6
perbedaan 28
budaya
Memaha
Mengetahui
kelebihan 29,31 30,32
mi
dan
4
keadaan
kekurangan
pribadi
diri
Konsep
Mandiri 33 34
2
Diri
Sikap
positif Tidak mudah 35 36 2
menyerah
Memiliki
Mental mental yang 37,39 38,40 4
menunjang
Jumlah 20 20 40
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 251
C. Item Pernyataan dan Reliabilitas
No Pernyataan Jawaban
1 Saya merasa mempunyai kemampuan yang
SS S TS STS baik di dalam diri saya
2 Terkadang saya merasa kurang percaya diri
SS S TS STS terhadap kekuatan di dalam diri saya
3 Saya sangat memahami bakat yang ada
SS S TS STS dalam diri saya
4 Saya masih ragu-ragu terhadap bakat yang
SS S TS STS saya miliki
5 Saya bahagia bersama keluarga walaupun
SS S TS STS hidup sederhana
6 Saya malu akan keadaan ekonomi keluarga
SS S TS STS saya
7 Saya sangat bersyukur atas bentuk fisik yang
SS S TS STS saya miliki
8 Saya melakukan segala cara agar fisik saya
SS S TS STS terlihat sempurna
9 Saya selalu memasang target dalam hidup SS S TS STS
10 saya bertindak sesuai apa yang saya
SS S TS STS kehendaki
11 Saya sudah memiliki tujuan yang jelas untuk
SS S TS STS masa depan
12 Apa yang saya tekuni tidak menjamin masa
SS S TS STS depan saya
13 Saya ingin menjadi orang sukses dan terkenal SS S TS STS
14 Saya tidak peduli dengan apa yang terjadi
SS S TS STS kelak di masa depan
15 Saya ingin mendapat nilai IPK tinggi SS S TS STS
16 Saya kurang tertarik mengikuti proses
SS S TS STS perkuliahan
17 Saya senang berteman dengan orang yang
SS S TS STS punya budaya lain
18 Saya sulit berteman dengan orang yang
SS S TS STS berbeda budaya dengan saya
19 Saya mampu berkomunikasi dengan baik SS S TS STS
20 Kesulitan menguasai bahasa daerah lain SS S TS STS
252 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
21 Saya mudah menyesuaikan diri dengan
SS S TS STS budaya di sekitar
22 saya kurang tertarik dengan budaya daerah
SS S TS STS lain
23 Saya selalu menghargai budaya teman SS S TS STS
24 Saya tidak mempelajari berbagai budaya
SS S TS STS teman
25 Saya bersikap terbuka dengan beragam
SS S TS STS budaya yang ada
26 Saya lebih suka budaya saya dibandingkan
SS S TS STS budaya teman
27 Saya menerima pendapat teman selama
SS S TS STS pendapatnya baik
28 Saya akan menerima saran dari teman
SS S TS STS sedaerah saja
29 Bertanggung jawab terhadap apa yang
SS S TS STS dilakukan
30 Saya sering ceroboh dalam bertindak SS S TS STS
31 Minat yang saya tekunin dapat menentukan
SS S TS STS masa depan
32 Tidak dapat menemukan apa minat saya
SS S TS STS sebenarnya
33 Saya berusaha bersikap dewasa dalam
SS S TS STS menyelesaikan suatu masalah
34 Saya merasa bergantung pada orang lain SS S TS STS
35 Saya menyukai tantangan SS S TS STS
36 Saya merasa mudah putus asa SS S TS STS
37 Saya percaya diri ketika berbicara di depan
SS S TS STS umum
38 Saya cemas ketika banyak mata
SS S TS STS memperhatikan
39 Saya berusaha tegar dan tabah dalam
SS S TS STS menghadapi cobaan hidup
40 Saya merasa banyak kegagalan yang
SS S TS STS menghantui diri saya
Alpha Cronbach’s = 0,860 ; Sampel = 33 Orang
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 253
D. Klasifikasi Item Shahih dan Item Gugur
Melalui Analisis SPSS.20 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran
aitem gugur dan aitem shahih sebagai berikut :
Item Shahih Item Gugur
Item
1, 2, 3, 5, 7, 9, 15, 17, 19, 21, 24,
4, 6, 8, 10, 11,
Pernyataan 12, 13, 14, 16, 25, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35,
18, 20, 22, 23, 37, 38, 39, 40
26, 28, 36
Jumlah 24 16
E. Penutup
Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Instrumen Skala Tingkat Self-Confidence terhadap mahasiswa UIN
Sunan Kalijaga yang dapat digunakan untuk mengetahui seberapa
tinggi kepercayaan diri pada mahasiswa terhadap sesuatu yang sedang
dihadapinya. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka
pengumpulan data karena hasil yang mendekati satu menjadi sangat
reliable.
254 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
23. Instrument Skala Harga Diri (Self Esteem) pada Mahasiswa
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Oleh: Epa Nur Pitriana Profesional Judgement: Bapak Slamet, S.Ag, M.Si
A. Pengantar
Setiap perilaku itu ada hubungan yang terkait dan akan
mempengaruhi satu sama lain. Keberadaan individu dalam suatu
lingkungan sangat mempengaruhi diri individu, harga diri seseorang
akan menentukan bagaimana dia akan menampilkan dirinya
dilingkungannya baik dalam kehidupan sosial atau pendidikannya.
Harga diri adalah proses evaluasi yang ditujukan individu pada diri
sendiri sebagai penilaian terhadap diri, yang nantinya berkaitan dengan
proses penerimaan individu terhadap dirinya tentang semua yang ada
pada diri individu. Dalam hal ini evaluasi akan menggambarkan
bagaimana penilaian individu tentang dirinya sendiri, menunjukkan
penghargaan dan pengakuan atau tidak, serta menunjukkan sejauh mana
individu tersebut merasa mampu dalam melakukan segala sesuatu,
sukses dan merasa berharga. Harga diri di artikan sebagai penilaian
terhadap diri tentang harga diri yang di ekspresikan melalui sikap-sikap
yang dimiliki dan dipatuhi individu.
Skala ini dibuat untuk menilai tentang dirinya sendiri, hal ini akan
mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sehari-hari terhadap diri
sendiri dan cara bersikap kepada orang lain. Dengan cara melihat
individu yang memiliki harga diri yang baik dan kurang baik. Harga diri
yang baik akan memunculkan rasa percaya diri, rasa yakin akan
kemampuan diri, merasa berguna bagi orang lain dan merasa
kehadirannya diperlukan di lingkungannya. Sedangkan harga diri yang
kurang baik cenderung merasa dirinya kurang mampu dalam melakukan
segala hal dan tidak merasa berharga dilingkungannya.
B. Pengembangan Instrument Skala Psikologis
Positif kepada orang lain berawal dari kesediaan individu
menerima dirinya sendiri dan memiliki penilaian yang positif terhadap
diri sendiri. Penilaian terhadap diri sendiri berkaitan dengan harga diri.
Penilaian dalam penyesuaian sosial yang bermacam-macam, dalam
bersikap ketika menghadapi masalah, menghadapi tantangan dan
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 255
perubahan. Seperti apa yang diungkapkan Reasoner (1982),
mengemukakan aspek-askpek harga diri sebagai berikut :
(1) Sense of Security, yaitu sejauh mana merasa aman dalam
bertingkah laku karena mengetahui apa yang diharapkan oleh orang
lain dan tidak takut disalahkan. Merasa yakin atas apa yang
dilakukannya sehingga merasa tidak cemas terhadap apa yang akan
terjadi pada dirinya.
(2) Sense of Identity, yaitu kesadaran tentang sejauh mana potensi,
kemampuan dan keberanian tentang dirinya sendiri.
(3) Sense of Belonging, yaitu perasaan yang muncul karena merasa
sebagai bagian dari kelompoknya, merasa dirinya penting dan
dibutuhkan oleh orang lain, dan merasa dirinya diterima oleh
kelompoknya.
(4) Sense of Purposel, yaitu keyakinan individu bahwa dirinya akan
berhasil mencapai tujuan yang diinginkannya, merasa memiliki
motivasi.
(5) Sense of Personal Competence, yaitu kesadaran individu bahwa dia
dapat mengatasi segala tantangan dan masalah yang dihadapi
dengan kemampuan usaha, serta dengan caranya sendiri.
No Item
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
Jml Favor Unfavor
able able
Harga
Diri (Self
Esteem) Merasa
Memahami
pada
cara
aman
Mahasisw Sense of melindungi
dalam 1, 3, 4 2 4 a UIN Security diri sendiri
bertingka
Sunan
dan orang
h laku
Kalijaga
lain
Yogyakar
ta
Mengetah
ui apa Rasa
yang percaya diri 5, 6, 7 8 4
diharapka yang tinggi
n oleh
256 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
orang lain
dan tidak
takut
disalahka
n
Kesadara
n tentang
sejauh Memiliki
Sense of mana potensi dan 9, 10, 4
Identity potensi kemampua 11, 12
dan n diri
kemampu
an diri
Mempuny
ai Rasa
keberania 13, 14,
keberanian 15 4
n tentang 16
yang tinggi
diri
sendiri
Merasa Merasa
Sense of
sebagai memiliki
bagian dan 17, 18,
Belongi 19 4
dari dimiliki 20
ng
kelompok oleh orang
nya lain
Merasa
dirinya
penting Merasa 21, 22,
dan
4
dihargai 23, 24
dibutuhka
n oleh
orang lain
Merasa
yakin Memahami
akan
Sense of diri bahwa
berhasil 25, 27,
Purpose memiliki 26 4
mencapai 28
l rasa
tujuan
percaya diri
yang
diinginka
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 257
n
Merasa Optimis
29, 30,
memiliki
4
yang tinggi
31, 32
motivasi
Sense of Dapat Memahami
Persona
mengatasi
diri ketika
l
tantangan
33, 34
35, 36 4
menghadap
Compet
dan
i masalah
ence
masalah
Mampu
dan Dapat
berusaha menyelesai
mengatasi kan 37, 38, 4
masalah
masalah
39, 40
dengan dengan
cara mandiri
sendiri
C. Item Pernyataan dan Reliabilitas
No Pernyataan Jawaban
SS
S
AS
N
ATS TS
STS
1. Setiap hari saya mengerjakan
SS S
AS
N
ATS TS
STS
tugas yang diberikan dosen
2. Saya sering telat masuk kelas SS S AS N ATS TS STS
3. Saya selalu menyiapkan
SS S
AS
N
ATS TS
STS
bahan untuk kuliah
Saya selalu belajar pada
4. malamm hari untuk
SS S
AS
N
ATS TS
STS
mempersiapkan materi kuliah
besok hari
5. Saya mudah beradaptasi
SS S
AS
N
ATS TS
STS
dengan lingkungan yang baru
Bersosialisasi di kelas
6. dengan teman menurut saya SS S AS N ATS TS STS
sangat penting
7. Saya tidak marah ketika saya
SS S
AS
N
ATS TS
STS
salah kemudian diingatkan
8. Saya malu ketika dosen SS S AS N ATS TS STS
258 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
mengoreksi prestasi saya
9. Saya sering menjawab
SS S AS N ATS TS STS pertanyaan dosen
Ketika saya tidak tahu maka
10. saya akan tanya dosen atau SS S AS N ATS TS STS
teman
11. Saya termasuk mahasiswa
SS S AS N ATS TS STS yang aktif di kelas
12. Saya sering mendapat nilai
SS S AS N ATS TS STS bagus
13. Saya percaya diri ketika
SS S AS N ATS TS STS tampil di depan kelas
Saya selalu mengangkat
14. tangan ketika disuruh tampil SS S AS N ATS TS STS
di depan kelas
15. Saya tidak berani ketika
SS S AS N ATS TS STS disuruh menghadap dosen
Saya berani ketika ditunjuk
16. jurusan untuk mengikuti SS S AS N ATS TS STS
lomba
17. Saya suka ketika kerja
SS S AS N ATS TS STS kelompok
Kerja kelompok bagi saya
18 sangat membantu SS S AS N ATS TS STS
perkuliahan
Saya ingin selalu bertemu
19 denganteman-teman di SS S AS N ATS TS STS
kampus
20. Saya ingin diskusi kelompok
SS S AS N ATS TS STS setiap hari
21. Teman-teman suka minta
SS S AS N ATS TS STS pendapat saya
Saya suka mengajak teman
22. untuk belajar bersama di SS S AS N ATS TS STS
kost/ kontrakan
23. Saya senang menjadi ketua
SS S AS N ATS TS STS kelompok
24. Saya senang dijadikan bagian
SS S AS N ATS TS STS anggota kelompok
25. Saya sering dipercaya untuk SS S AS N ATS TS STS
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 259
mengumpulkan tugas teman
oleh dosen
26.
Saya kurang yakin dengan SS S AS N ATS TS STS
kemampuan saya
27.
Saya bisa mendapat nilai SS S AS N ATS TS STS
baik kalau saya belajar
Saya ingin menjadi
28. mahasiswa yang disukai SS S AS N ATS TS STS
dosen
29.
Saya suka ketika berdiskusi SS S AS N ATS TS STS
dengan teman
Saya suka ketika materi yang
30. saya sampaikan jadi bahan SS S AS N ATS TS STS
diskusi
31.
Saya sering menjadi juara SS S AS N ATS TS STS
kelas
32.
Saya percaya bisa menjadi SS S AS N ATS TS STS
lulusan terbaik
33.
Ketika ada tugas saya SS S AS N ATS TS STS
langsung mengerjakan
Saya suka melihat catatan
34. teman ketika saya tidak SS S AS N ATS TS STS
masuk kelas
35.
Saya tidak suka ketika dosen SS S AS N ATS TS STS
memberi tugas terlalu berat
Saya sering bolos ketika
36. belum mengerjakan tugas SS S AS N ATS TS STS
dosen
37.
Saya berusaha tidak telat SS S AS N ATS TS STS
ketika mengumpulkan tugas
Saya sering malas
38. mengerjakan tugas yang SS S AS N ATS TS STS
diberikan dosen
Ketika nilai saya tidak
39. memuaskan maka saya akan SS S AS N ATS TS STS
memperbaiki
Saya suka melibatkan teman
40. ketika ada masalah dengan SS S AS N ATS TS STS
dosen
Alpha Cronbach’s = 0,871 ; Sampel = 52 Orang
260 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur
Melalui analisiss SPSS.18 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran
aitem gugur dan aitem shahih sebagai berikut :
Item Shohih Item Gugur
Item 1, 3, 4, 5, 6, 9, 10, 11, 12, 13, 2, 7, 8, 18, 19, 20, 22,
Pernyataan 14, 15, 16, 17, 19, 21, 23, 25, 24, 26, 28, 29, 34, 35,
27, 30, 31, 32, 33, 37, 38, 39 36, 40
Jumlah 25 15
E. Penutup
Instrument skala pengukuran harga diri individu terhadap penilaian
lingkungan mempengaruhi berbagai aspek, seperti yang disampaikan
diatas. Masa remaja merupakan masa pubertas dimana mengalami
penurunan harga diri, karena pada masa ini merupakan masa perubahan
dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Dengan mengalami berbagai
perubahan fisik, sosial dan emosional. Instrument ini membantu melihat
harga diri yang ada dalam diri mahasiswa dilingkungan sosial baik di
kampus maupun di masyarakat.
Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Instrumen Skala Harga Diri (Self Esteem) pada Mahasiswa UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta dapat digunakan untuk khalayak umum untuk
mengetahui seberapa tinggi tingkat Harga Diri (Self Esteem) pada
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka
pengumpulan data karena realiabilitas instrumen > 0,7 yaitu 0,871.
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 261
24. Instrumen Skala Self -Disclosure Pada Mahasiswi Bercadar
Oleh : Lia Kurnia Dewi ([email protected] )
Profesional Judgement : Slamet, S .Ag., M. Si.
A. Pengantar
Instrumen adalah sebuah alat ukur yang digunakan untuk
mengumpulkan data yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan
penelitian . Skala ini bertujuan untuk mengetahui keterbukaan diri pada
mahasiswa yang memakai cadar. Sifat keterbukaan adalah suatu hal
mempengaruhi kondisi mental individu dalam mengungkapkan
perasaannya tentang berbagai macam emosi yang dirasakan dalam
hidupnya. Self Disclosure atau keterbukaan diri atau yang dikenal
dengan pengungkapan diri adalah suatu perilaku dimana seseorang
dengan rela dan sangat berkeinginan untuk memberitahukan informasi
yang akurat mengenai dirinya dan oranglain itu tidak mungkin
mengetahui atau mendapatkannya dari orang lain (Pearson, 1983)
sedangkan Collin & Miller (dalam Pearson, 1983) mengemukakan
bahwa self disclosure melibatkan tindakan dan perilaku dari
pengungkapan informasi pribadi mengenai diri sendiri dan oranglain.
Menurut Johnson (dalam Supratiknya, 1995) mendefinisikan
keterbukaan diri atau self disclosure sebagai usaha untu mengungkapkan
reaksi atau tanggapan individu terhadap situasi yang sedang dihadapi
individu serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan
atau informasi yang berguna untuk memahami tanggapannya dimasa
kini. Sedangkan menurut Rice(2002), self disclosure adalah suatu
bentuk komunikasi yanng menawarkan informasi mengenai diri sendri
kepada orang mengemukakan komponen self disclosure yaitu (a) Jumlah
informasi yang diungkapkan (b) sifat dasar yang positif atau negatif
(c)Dalamnya suatu pengungkapan diri, (d) Waktu pengungkapan diri (e)
Lawan bicara.
Penyusunan skala ini dimaksudkan untuk mengukur self
disclosure pada mahasiswi bercadar . skala ini disusun berdasarkan
aspek-aspek yang disajikan dalam bentuk indikator-indikator. Semakin
tinggi skor yang diperoleh subjek maka makin tinggi self disclosure
pada mahasiswa bercadar. B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
262 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
Self disclosure atau keterbukaan diri adalah sesorang yang dengan
rela menceritakan segala hal kepada orang lain. Aspek-aspeknya adalah (a)
Jumlah informasi yang diungkapkan (b) sifat dasar yang positif atau negatif
(c)Dalamnya suatu pengungkapan diri, (d) Waktu pengungkapan diri (e)
Lawan bicara.
No item
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
Jml Favor Unfavor
able able
Banya
knya Kemampu
inform an Informasi 1,2,3,4
asi mengung 6,7,8 8 diri ,5
yang kapan
dikelu informasi
arkan
sifat
dasar Kemampu
yang an sifat 9,10,1 12,13,14
positif dasar Sifat dasar 8 1 ,15,16
atau pada
negatif manusia
Self
Kemampu
disclosure Dalam an
nya mengetah Intensitas
suatu ui 18,19, 17,21,23
pengungkapa 8
pengu seberapa 20,22 ,24 n diri
ngkap jauh
an diri pengungk
apan diri
Dapat
Pemili memilih
han waktu Waktu
25,27,
waktu yang 28,29,
pengungkapa 26 8
pengu sesuai 30,31, n diri
ngkap untuk 32
a diri mengung
kapkan
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 263
diri
Dukun
Hubungan 33,35,
dengan
gan
Lawan bicara 36,37,
34,39,40 8
lawan
sosial
38
bicara
Jumlah 24 16 40
C. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No. Pernyataan Jawaban
1 Saya bercadar sudah hampir satu tahun SS S TS STS
2
Saya mantap menggunakan cadar ketika SS
S
TS STS
saya mendengar kajian-kajian dari ustadz
3
Walau saya tahu bercadar itu sunnah SS
S
TS STS
tetapi saya nyaman mengenakan cadar
4
Saya tipe orang yang up to date dengan SS
S
TS STS
berita
5
Saya mengenal cadar sejak kecil dari SS
S
TS STS
orangtua saya
6
Saya tidak mudah mengenalkan diri saya SS
S
TS STS
kepada orang lain
7
Demi menjaga kehormatan saya, saya SS
S
TS STS
membatasi pergaulan dengan lawan jenis
8
Saya tidak berani untuk berbicara dengan SS
S
TS STS
lawan jenis
9
Biarpun saya bercadar, saya selalu SS
S
TS STS
terbuka berbagai hal dengan teman-teman
10
Saya tidak mau mendengarkan perkataan SS
S
TS STS
orang lain tentang diri saya
11
Saya percaya bahwa jalan yang saya pilih SS
S
TS STS
sekarang ini adalah jalan yang terbaik
12
Saya lebih suka berkumpul dengan teman- SS
S
TS STS
teman saya yang bercadar
13
Lebih baik saya diam daripada berbaur SS
S
TS SS
dengan teman yang banyak bicara
14
Saya tipe orang yang cenderung cuek SS
S
TS SS
kepada orang yang bukan komunitas saya
15 Saya tipe orang yang suka menyendiri SS S TS STS
16 Ketika saya bercadar teman-teman saya SS S TS STS
264 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
banyak yang mengucilkan saya
17 Saya suka berdiam di kamar kos daripada
SS S TS STS berkumpul dengan teman-teman
18 Saya sering mendengarkan lagu-lagu
SS S TS STS religi
19 Saya sering mengikuti pengajian dikala
SS S TS STS tidak ada kegiatan
20 Saya memutuskan memakai cadar karena
SS S TS STS diri saya sendiri
21 Saya merasa dikucilkan karena saya
SS S TS STS berbeda
22 Saya aktif mengikuti kegiatan di luar
SS S TS STS kampus yang bagi saya bernilai postif
Saya bukan tipe orang yang suka
23 nimbrung dengan teman-teman kampus SS S TS STS
saya
24 Saya tipe orang yang sulit untuk bergaul SS S TS STS
25 Saya lebih suka bercerita tentang pribadi
SS S TS STS saya di dalam forum komunitas saya
26 Saya tipe orang yang mudah tersinggung SS S TS STS
27 Saya tidak akan melepas cadar walau ada
SS S TS STS pro & kontra yang menghalangi
Ketika teman saya banyak masalah saya
28 suka mengurungkan niat saya untuk SS S TS STS
bercerita
29 Orangtua selalu siap mendengarkan saya
SS S TS STS tanpa harus menunggu waktu yang tepat
30 Saya akan tetap bercadar tidak peduli apa
SS S TS STS kata orang tentang saya
31 Saya acuh terhadap pendapat orang lain
SS S TS STS tentang kehidupan saya
32 Saya nyaman dan bangga dengan pilihan
SS S TS STS saya bercadar
33 Saya selalu menjaga tingkah laku saya di
SS S TS STS dalam maupun di luar kampus
34 Saya selalu membatasi diri jika saya
SS S TS STS berbicara dengan lawan jenis
35 Saya selalu merespon ketika pembicaran
SS S TS STS itu benar-benar penting
36 Saya selalu membatasi diri mengeluarkan SS S TS STS
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 265
suara yang keras
37 Saya selalu menjaga lisan saya ketika
SS S TS
STS
saya berkomunikasi dengan orang lain
38 Saya selalu menjaga sikap tingkah laku
SS S TS
STS
saya di depan orang lain
39 Saya lebih suka bergaul dengan orang
SS S TS
STS
yang saya anggap nyaman
40 Saya tipe orang pemalu SS S TS STS
Alpha Cronbach’s = 0,720 : Sampel = 30 Orang
D. Klasifikasi Item Shahih dan Item Gugur
Melalui analisis SPSS dapat diklarifikasikan bahwa sebaran item
gugur dan item shohih sebagai berikut :
Item Shohih Item Gugur
Item
3,9,14,15,16,17,19,
1,2,4,5,6,7,8,10,11,12,1
Pernyataan
20,21,22,24,28,29,
3,18, 23, 25,26,27,30,
32,33,34,35,37,40 31,36,38,39
Jumlah 19 21
E. Penutup
Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Instumen Skala Tingkat Self-Disclosure Pada Mahasiswi Bercadar
dapat digunakan untuk mengetahui seberapa terbukanya orang-orang
yang bercadar. 2. Reabilitas instrumen yaitu 0,720.
266 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
25. Instrumen Skala Atribusi Sosial Mahasiswa Fakultas Dakwah
dan Komunikasi Oleh: Zarah Usra Profesional Judgement: Slamet S.Ag M.Si
A. Pengantar
Menurut Harold Kelley dan Edward Jones teori ini mempunyai
pandangan “Manusia sebagai Saintis” dan mengemukakan bahwa
personal dipandang sebagai penyebab yang dapat digunakan untuk
menjelaskan perilaku yang teramati. Teori atribusi klasik melihat hal ini
mempunyai maksud tertentu dan merupakan suatu prosesyang masuk
akal. Teori Atribusi menganalisis tentang bagaimana kita menjelaskan
perilaku seseorang. Berbagai variasi dan teori atribusi memiliki
kesamaan asumsi. Kekuatan Eksternal atau situasional yang menekan
kedalam dan pada sisi yang berbanding adalah kekuatan internal atau
personal yang menekan ke luar. Terkadang kekuatan ini memberi
tekanan, namun kadang menjadi terbalik, semuanya dipengaruhi oleh
perilaku yang saling mempengaruhi .
Menurut Frizt Heider, bahwa kita cenderung mengorganisasikan
sikap kita agar tidak menimbulkan konflik. Contohnya, jika kita setuju
pada hak seseorang untuk tidak berinteraksi terhadap sesama tetapi
ternyata orang tersebut dalam kondisi tidak seimbang, kita merasa
tertekan, kurang nyaman dan mencoba mengubah hidup kita. Kita akan
menyesuaikan dengan orang-orang disekitar kita, misalnya dengan
bersikap bahwa kita sekarang tidak setuju dengan orang yang menutup
diri itu. Melalui pengubahan sikap tersebut, kita menjadi lebih nyaman.
Intinya sikap kita senantiasa kita sesuaikan dengan sikap orang lain agar
terjadi keseimbangan karena dalam situasi itu, kita menjadi lebih
nyaman.
Heider juga mengatakan bahwa kita mengoordinasikan pikiran-
pikiran kita dalam kerangka “sebab dan akibat”. Agar bisa meneruskan
kegiatan kita dan mencocokkannya dengan orang-orang disekitar kita,
kita menafsirkan informasi untuk memutuskan penyebab perilaku kita
dan orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari, kita dibedakan penyebab
atribusi ini yaitu Internal merupakan atribut yang melekat pada sifat dan
kualitas pribadi atau personal, dan penyebab Eksternal terdapat dalam
lingkungan atau situasi.
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 267
B. Perkembangan Individu Skala Psikologis
Skala Atribusi Sosial ini kita akan mencari penyebab perilaku atau
adanya suatu masalah dalam interaksi mahasiswa dengan mahasiswa lain.
Apakah mereka nyaman berinteraksi terhadap sesama dan mencari
penyebab mengapa melakukan itu. Penyebabnya kemudian dihubungkan
dengan dampak yang diakibatkan prilaku. Dengan-dengan :
1. Aspek Kognitif 2. Aspek Lingkungan
Variable Aspek Indikator Deskriptor Favora Unfavor Jml
ble able
Memiliki 1,2 3,4 4
kecendrung
an
Kepribadia
Penyebab
n terhadap
diri Sendiri
Muncul
Memiliki 5,6 7,8 4
nya
Pertentanga
Prilaku
n
Mempunya 9,10 11,12 4
ai
Persaingan
Atribusi
Pemiki
Konsensus 13,14 15,16 4
Mendapatk 17,18 19,20 4
Sosial
ran
an Stimulus
yang
berbeda
Melakukan 21,22 23 3
Persepsi Pengamata
n
Melakukan 24,25 26 3
Penilaian
(Judgement
)
Prasangk
Pengaruh 27 28,29 3
Seseorang
a
dalam
268 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
bersikap
Melihat 30,31 32 3
dari Kesan
Pertama
dalam
berinteraksi
Perbedaan 33 34 2
Antar
Deferensi
Situasi
Memiliki 35 36 2 asi
Kemampua
n
Lingku
beradaptasi
Terpengaru 37 38 2 ngan
h oleh Adat
Norma
Kebiasaan
Melihat 39 40 2 Kelompo
Nilai –
k Sosial
Nilai dalam
kelompok
Masyarakat
Jumlah 21 19 40
C. Item Pernyataan dan Realiabilitas
No Pernyataan Jawaban
1 Saya lebih nyaman mengerjakan sesuatu
SS S TS STS
sendiri
2 Saya menyukai tempat yang sepi dimana saya
SS S TS STS
bisa membaca buku dengan tenang
3 Saya lebih memilih tidak mengobrol dengan
SS S TS STS
orang lain ketika berada dikelas
4 Saya susah berinteraksi dengan orang yang
SS S TS STS
mengutamakan dirinya sendiri
5 Setiap apapun yang kita lakukan pasti terdapat
SS S TS STS
pro dan kontra, dan saya mempercayai itu
Menurut saya, setiap pertentangan yang ada 6 adalah bentuk perjuangan seseorang untuk SS S TS STS
mencapai haknya
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 269
7
Saya tidak berteman dengan orang yang sering SS S TS STS
menggunjingkan saya dibelakang
8
Saya tidak menyukai orang yang berlaku SS S TS STS
seenaknya
9
Saya menyukai kompetisi, karena membuat SS S TS STS
hidup saya lebih berwarna
10
Persaingan membuat saya lebih kreatif dan SS S TS STS
berinovatif dalam mengerjakan sesuatu
11
Saya menganggap temen sekelas itu saingan SS S TS STS
saya dalam belajar
Saya percaya, jika saya menang dengan cara 12 yang curang. Kemenangan itu tidak akan SS S TS STS
membekas dihati saya
13
Saya akan mematuhi peraturan yang sudah SS S TS STS
disepakati bersama
Saya akan ikhlas jika saya tidak terpilih jadi 14 ketua kelas karena sudah terjadinya SS S TS STS
musyawarah & mufakat
Saya melanggar peraturan yang dibuat 15 universitas, karena tidak sesuai dengan SS S TS STS
keinginan saya
16
Saya sering menyelewengkan peraturan yang SS S TS STS
ada
Saya menganggap orang yang berani maju 17 kedepan karena kesalahannya itu adalah orang SS S TS STS
bertanggung jawab
18
Saya senang berteman dengan orang yang SS S TS STS
mengingatkan saya akan kebaikan
Perkataan teman yang kasar sangat 19 berpengaruh bagi saya dalam menilai SS S TS STS
pertemanan
20
Saya mengenali sifat temen saya dari obrolan SS S TS STS
teman yang lain
21
Saya suka mengamati orang-orang yang SS S TS STS
membaca buku sambil memakai headset
Saya sering memperhatikan kenapa orang- 22 orang lebih suka duduk di belakang ketimbang SS S TS STS
di depan
23 Saya sering melihat orang-orang membuang SS S TS STS
270 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
sampah sembarangan
24 Saya menyukai orang berpakaian rapi karena
SS S TS STS
terlihat lebih menyenangkan
25 Saya menilai orang lain berdasarkan apa
SS S TS STS
yang saya rasakan
26 Saya menilai orang itu buruk karena dia sering
SS S TS STS
berkata kotor
27 Saya akan ramah kepada orang lain, ketika dia
SS S TS STS
juga ramah terhadap saya
28 Saya mudah terpengaruh oleh sifat teman SS S TS STS
29 Saya akan marah ketika orang lain
SS S TS STS
menghakimi orang seenaknya
30 Saya memandang orang pertama kali dengan
SS S TS STS
melihat fisiknya
Jika kesan pertama saya baik dengan 31 seseorang maka akan saya mengingatnya SS S TS STS
selalu
32 Saya selalu menunggu orang lain terlebih
SS S TS STS
dahulu dalam hal berinteraksi
33 Saya berusaha bersifat netral diantara orang-
SS S TS STS
orang yang pro dan kontra
34 Saya kesusahan saat memposisikan diri di
SS S TS STS
situasi yang berbeda
Saya akan belajar bahasa Jawa agar bisa 35 berinteraksi karena disekitar saya orang SS S TS STS
berbahasa jawa
36 Saya termasuk orang yang lambat dalam
SS S TS STS
perihal adaptasi
37 Saya belajar sopan santun karena orang jogja
SS S TS STS
bersifat ramah dan sopan
Ketika bersama teman sekelompok saya 38 biasanya melakukan kebiasaan yaitu makan SS S TS STS
sambil bicara
39 Saya belajar nilai toleransi, ketika dihadapkan
SS S TS STS
dengan perbedaan di kelompok sosial
40 Saya tidak mementingkan pandangan
SS S TS STS
masyarakat terhadap saya
Cronbach's Alpha : 0,481 ; Sampel = 34 Orang
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 271
D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur
Melalui analisis SPSS. 15 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran aitrm
gugur dana tem shahih sebagai berikut :
Item Shohih Item Gugur
Item 5, 8, 9, 13, 15, 1, 2, 3, 4, 6, 7, 10, 11, 12, 14, 17, 19,
Pernyataan 16, 18, 24, 28, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 29, 30, 32,
31, 33, 34, 37 35, 36, 38, 39
Jumlah 14 26
E. Penutup
Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Instrumen Skala Atribusi Sosial Mahasiswa Fakultas Dakwah dan
Komunikasi tidak dapat digunakan untuk khalayak umum untuk
mengetahui seberapa tinggi tingkat atribusi sosial mahasiswa fakultas
dakwah dan komunikasi. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka
pengumpulan data karena realiabilitas instrumen , < 0,7 yaitu 0,481.
272 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
26. Instrumen Skala Perilaku Keagamaan Pada
Lansia Oleh: Mutia Azmi ([email protected])
Professional Judgement: Nailul Falah, S.Ag., M.Si.
A. Pengantar
Penelitian yang dilakukan seseorang tentu membutuhkan sebuah
alat ukur agar mudah dipahami hasil dari penelitian tersebut. Juga dalam
penelitian bimbingan konseling, salah satu alat ukur yang dapat
digunakan adalah dengan instrumen skala pengukuran. Salah satu hal
yang dapat diukur dalam bimbingan konseling adalah perilaku
keagamaan pada lansia (lanjut usia).
Perilaku keagamaan pada lansia sangat menarik untuk diketahui,
seperti yang kita ketahui bahwa lansia adalah usia manusia sudah
mencapai 60 tahun ke atas. Dalam perkembangannya lansia banyak
mengalami kemunduran dari segala aspek, termasuk juga perilaku
keagamaan pada lansia. Terkadang perilaku keagamaan pada lansia
dikatakan banyak mengalami peningkatan, karena disebabkan merasa
akan kebutuhan agama untuk mencapai kehidupan akhirat.
Maka dalam instrumen ini akan dapat diketahui bagaimana
perilaku keagamaan pada lansia. Apakah perilakunya semakin
meningkat, biasa saja atau bahkan mengalami penurunan. Dari hasil
instrumen ini juga akan memudahkan para tokoh agama dan keluarga
terdekat dalam memberikan pemahaman agama dan mengarahkan
perilaku keagamaan pada lansia yang lebih baik.
B. Pengembangan Skala Psikologis
Perilaku keagamaan pada lansia adalah serangkaian tindakan
yang dilakukan didasari oleh nilai-nilai yang tekandung dalam agama,
melakukan yang diperintahkan dan menjauhi yang dilarang. Skala
perilaku keagamaan ini disusun berdasarkan teori dari Glock dan Stark
yang menyebutkan ada lima aspek yaitu:
1. Aspek keyakinan (ideologis), 2. Aspek peribadatan atau praktek agama (ritualistik), 3. Aspek penghayatan (eksperensial), 4. Aspek pengamalan (konsekuensial), 5. Aspek pengetahuan agama (intelektual).
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 273
No Item
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
Jml
Favor Unfavor
able able
Meyakini
adanya
Yakin Tuhan dan 1, 23, 15 3
terhadap makhluk
Keyak
agama ghaib ciptaan
inan
dan ajaran Tuhan
(ideolo
agama
Meyakini
gis)
yang agama, dan
3, 17,
dianutnya ajaran agama 9, 25 6
30, 41
yang
dianutnya
Melakukann
ibadah yang 5, 11,
Periba
berhubungan 4, 10,
22, 37, 10
datan
langsung 18, 32
Melaksan 38, 46
atau dengan
akan
prakte Tuhan
Perilaku praktek
k
Pergi ke
Keagama dan ajaran
agama tempat
an Pada agama
(rituali ibadah dan
Lansia
13, 20 35 3
stik)
melaksanaka
n ajaran
agama
Menghay
Memiliki
perasaan 2, 29,
Pengh ati setiap 7, 27, 44 7
dekat dengan 31, 48
ayatan amalan-
Allah SWT
(ekspe amalan
Bersyukur
rensial keagamaa
atas nikmat
) n yang 28 8 2
yang telah
dilakukan
diberikan
Penga
Melakuka Berbuat baik
n kepada
malan 43 24, 47 3
pengamal sesama
(konse
an yang manusia
kuensi
berhubun
Bermanfaat
14, 45,
a) 26 4
gan untuk 50
274 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
dengan lingkungan
sosial dan sosial dan
alam alam
sekitar lingkungan
sekitar
Mempunyai
pengetahuan
Mengetah dan mau 19, 33, 12, 42
6
ui dan mempelajari
36, 40
Penget
mau tentang
ahuan
mempelaj ajaran agama
agama
ari ajaran
Mengetahui
(intele
agama tentang
ktual)
yang pedoman
16, 49,
6, 21, 39
6
dianutnya hidup yaitu
34
Al-Quran
dan Hadist
Jumlah 26 24 50
C. Item Pernyataan dan Reliabilitas
No Pernyataan Jawaban
1 Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan yang
SS
S
TS STS
Maha Esa
2 Jika saya meninggalkan sholat maka saya
SS
S
TS STS
berdosa
3 Agama Islam adalah agama yang paling benar
SS
S
TS STS
menurut saya
4 Saya merasa ibadah saya semakin meningkat SS S TS STS
5 Terkadang saya lupa apakah sudah
SS
S
TS STS
melaksanakan sholat atau belum
6 Menurut saya mempelajari terjemah Al-Quran
SS
S
TS STS
tidak penting
7 Saat beribadah saya merasa Allah SWT tidak
SS
S
TS STS
melihat saya
8 Saat mendapat kenikmatan saya merasa
SS
S
TS STS
datangnya bukan dari Allah SWT
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 275
9 Saya tidak yakin akan datangnya hari kiamat SS S TS STS
10 Ibadah sholat saya kerjakan diawal waktu SS S TS STS
11
Saya bershodaqoh jika sedang dilihat oleh orang SS S TS STS
banyak
12 Saya tidak mau tahu ajaran-ajaran agama lain SS S TS STS
13
Pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat saya SS S TS STS
lakukan setiap hari
14
Dalam kegiatan keagamaan di masyarakat saya SS S TS STS
tidak mau terlibat aktif
15 Saya tidak yakin Allah menciptakan setan SS S TS STS
16 Membaca Al-Qur’an saya lakukan setiap hari SS S TS STS
17
Semua perbuatan manusia akan diperhitungkan SS S TS STS
di akhirat dan saya meyakini itu
18
Jika keluarga saya mengajak untuk beribadah SS S TS STS
bersama, saya merasa senang
19
Pengetahuan agama sudah banyak saya dapatkan SS S TS STS
saat muda dulu
20
Sebelum melaksanakan shalat wajib saya SS S TS STS
melaksanakan ibadah sunnah sebelum sholat
21 Saya kesulitan menghafalkan Al-Qur’an SS S TS STS
22
Saat bulan ramadhan saya tidak bisa puasa SS S TS STS
penuh satu bulan ramadhan
23
Allah SWT menciptakan jin juga untuk SS S TS STS
beribadah padaNya
24 Saya berbuat baik hanya kepada sesama muslim SS S TS STS
25
Menurut saya perbuatan baik tidak akan SS S TS STS
mendapatkan pahala kebaikan
26
Merawat tanaman merupakan salah cara satu SS S TS STS
menjaga ciptaanNya
27
Saat sedang shalat saya kesulitan untuk bisa SS S TS STS
khusyu’
28
Saat sampai di usia lanjut saya mensyukuri ini SS S TS STS
sebagai karunia Allah SWT
276 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
29 Setelah shalat saya merasa lebih tenang SS S TS STS
30 Saya yakin Nabi Muhammad SAW adalah
SS S TS STS utusan Allah SWT
31 Bergetar hati saya saat mendengarkan ayat suci
SS S TS STS Al-Quran dilantunkan
32 Melaksanakan sholat tahajud merupakan hal
SS S TS STS yang mudah bagi saya
33 Mempelajari lagi tentang ajaran agama
SS S TS STS merupakan keinginan saya
34 Saya bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan
SS S TS STS benar
35 Menutup aurat bagi saya sudah tidak penting lagi SS S TS STS
36 Membaca buku-buku keagamaan dapat
SS S TS STS menambah pengetahuan saya
37 Saya beribadah hanya saat hari besar keagamaan SS S TS STS
38 Melaksanakan ibadah menurut saya sudah tidak
SS S TS STS penting lagi
39 Saya kesulitan untuk mempelajari hadits
SS S TS STS Rasulullah SAW
40 Ketika mendengar adzan saya merasa harus
SS S TS STS segera melaksanakan shalat
41 Perbuatan buruk akan mendapatkan balasan
SS S TS STS neraka
42 Saat usia lanjut ini saya malu mempelajari ilmu
SS S TS STS agama
43 Saya berkata jujur kepada semua orang SS S TS STS
44 Saat do’a saya tidak terkabul membuat saya
SS S TS STS putus asa
45 Saya tidak senang tergabung dalam organisasi
SS S TS STS keagamaan
46 Saya merasa kesulitan melaksanakan ibadah
SS S TS STS dengan kondisi fisik saya sekarang
47 Jika ada kerabat yang sakit saya tidak SS S TS STS
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 277
menjenguknya
48 Saya senantiasa memanjatkan do’a pada Allah
SS S TS STS
SWT
49 Saya menggunakan Al-Quran sebagai pedoman
SS S TS STS
hidup
50 Hadir dalam acara pengajian di lingkungan
SS S TS STS
sekitar menurut saya tidak penting
Alpha Cronbach’s = 0,885; Sampel = 36 Orang
D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur
Melalui analisis SPSS 15.0 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran
aitem gugur dan aitem shahih sebagai berikut:
Item shohih Item gugur
Item
4, 5, 7, 8, 9, 11, 14, 16, 18, 20, 1, 2, 3, 6, 10, 12, 13,
22, 24, 26, 27, 28, 29, 31, 32,
pernyataan
15, 17, 19, 21, 23, 25,
34, 35, 36, 37, 38, 40, 41, 43,
30, 33, 39, 42,
44, 45, 46, 47, 48, 49, 50
Jumlah 33 17
E. Penutup
Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Instrumen skala perilaku keagamaan pada lansia dapat digunakan
untuk khalayak umum untuk mengetahui bagaimana perilaku
keagamaan pada lansia, apakah mengalami kenaikan atau penurunan 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka
pengumpulan data karena reliabilitas instrumen mendekati angkat 1,
yaitu 0,885.
278 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
27. Instrumen Skala Religiusitas Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga dengan
Latarbelakang SLTA Umum (SMA/SMK Non-Keagamaan) Oleh : Beny Subagdja ( [email protected] ) Professional Judgment : Nailul Falah, S.Ag., M.Si.
A. Pengantar
Dalam ranah penelitian, seorang peneliti diharuskan menggali
informasi tentang subjek yang ia teliti. Untuk dapat memperoleh berbagai
informasi yang dibutuhkan berkaitan dengan subjek tersebut, peneliti dapat
menggunakan berbagai metode pengumpulan data, salah satunya melalui
instrumen pengukuran. Dalam hal ini, instrumen pengukuran yang peneliti
gunakan berbentuk skala psikologis untuk mengukur seberapa tinggi
tingkat religiusitas mahasiswa UIN Sunan Kalijaga dengan latarbelakang
SLTA umum.
Pemilihan judul di atas dilatarbelakangi oleh ketertarikan penulis
untuk mengungkap seberapa tinggi tingkat religiusitas (keberagamaan)
mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berasal dari SLTA
umum alias non-keagamaan. Sekolah-sekolah yang dimaksud yakni SMA
dan SMK se-derajat seperti SMA/SMK negeri dan SMA/SMK swasta yang
tidak berada di bawah pengelolaan yayasan keislaman. Peneliti ingin
mengetahui seberapa berpengaruh latarbelakang pendidikan seseorang
terhadap kondisi keberagamaannya setelah menjadi mahasiswa UIN Sunan
Kalijaga yang notabene menjadikan Islam sebagai azas dan tujuan
keilmuannya.
B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Secara sederhana, religiusitas dapat dimaknai dengan
keberagamaan. Keberagamaan yang dimaksud di sini adalah yang
menggambarkan bagaimana seseorang berpikir dan bertindak berdasarkan
ajaran agamanya. Menurut Nashori (2002), religiusitas adalah seberapa
jauh pengetahuan seseorang, seberapa kokoh keyakinannya, seberapa patuh
dalam pelaksanaan ibadah dan kaidah, serta seberapa dalam penghayatan
atas agama yang dianutnya.
Instrumen skala religiusitas ini disusun berdasarkan teori Ancok dan
Nashori (2008) yang membagi religiusitas menurut Islam ke dalam lima
aspek/dimensi, yakni akidah, syariah, akhlak, pengetahuan agama, dan
penghayatan sebagaimana kisi-kisi berikut ini:
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 279
Nomor Item
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
Jml Favor Unfavor
able able
Meyakini
Mentauhid
kan Allah
eksistensi
dan
Allah
menjauhi 1 2 2
SWT perilaku
sebagi
syirik
satu-
(menyekutu
satunya
kan Allah)
Dzat yang
Meyakini
Religiusit
pantas
betul
as
disembah
Kehebatan
Mahasisw
dan
dan
a UIN
dimintai 3 4 2 Kekuasaan
Sunan
pertolong
Allah tanpa
Kalijaga
an
sedikit pun
dengan Akida
keraguan.
Latar h
Merasa
belakang
Selalu ikhlas
Pendidika
merasa dalam
n SLTA
5 6 2 hidup dan mengerjaka
umum
beraktivit n amal
(SMA/S
as di shaleh.
MK)
bawah
Merasa
pengawas
takut
an Allah 8 7 2
berbuat SWT.
maksiat.
Meyakini
Percaya segala yang
dan dapat terjadi 9 10 2
menerima dalam
konsep kehidupan
280 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
takdir sebagai
(qadarull ketetapan
ah) dalam Allah
kehidupan
Mampu
. merespon
segala hal
entah itu
baik
maupun 11 12 2
buruk
secara
positif dan
tidak
berlebihan
Melaksana
kan shalat 14 13 2
wajib dan
Melaksan sunnah
akan Melaksana
ibadah kan puasa 15 16 2
mahdhah wajib dan
sunnah
Membaca 18 17 2
Ibadah
Al-Qur’an
Gemar 21 19,20 3
bersedekah
Melakuka
Berdzikir
seusai 23 22 2 n ibadah
shalat
ghairu
Gemar
mahdhah
bershalawat
24 25 2
atas Nabi
SAW
“Berbuat
Taqwa 26 27 2
Syukur
baik” 29 28 2
Akhla nikmat terhadap
k
Senantiasa
Allah
SWT mohon 30 31 2 ampun
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 281
kepada
Allah
Menjaga
Berbuat kesehatan 34 32,33 3
baik jasmani
kepada
Menjaga
diri
kesehatan 35 36,37 3
sendiri
rohani
Sikap
Berbuat sopan dan 39,40 38 3
baik santun
kepada
Tolong
sesama menolong 41,43 42 3
manusia dalam
kebaikan
Merawat
Berbuat alam / 44 45 2
baik lingkungan
terhadap
Memanfaat
alam / kan alam /
lingkunga lingkungan 48 46,47 3
n dengan
bijak
Mengetahui
Mengetah
dan
memahami 49 50 2
ui dan
isi rukun
memaham
iman
i pokok-
Mengetahui
Penget pokok
dan
ahuan ajaran
memahami 51 52 2
dan Islam
isi rukun
Pemah
Islam
aman
Mengetahui
Mengetah dan
ui dan memahami 53 54 2
memaham konsep
i konsep wajib,
hukum sunnah,
282 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
perbutan mubah,
dalam makruh,
Islam dan haram
Mengetahui
dan
memahami 56 55 2
konsep
pahala dan
dosa
Mengetahui
dan
memahami
sejarah
penciptaan 57 58 2
manusia
(sejarah
Nabi Adam
AS)
Mengetahui
dan
memahami
sejarah
Memaha kehidupan 59 60 2
mi sejarah dan
Islam kenabian
Rasulullah
SAW
Mengetahui
dan
memahami
sejarah
perkemban
gan Islam 63 61,62 3
pasca
wafatnya
Rasulullah
SAW
Pengh Merasakan
64 65 2 ayatan Memperol pengalama
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 283
eh n batin
pengalam yang
an- berbeda
pengalam dan khas
an batin berkaitan
yang dengan
sifatnya dimensi
sangat keyakinan/
individual akidah
Merasakan
pengalama
n batin
yang
berbeda
dan khas 67 66 2
berkaitan
dengan
dimensi
peribadatan
/syariah
Merasakan
pengalama
n batin
yang
berbeda
dan khas 68 69 2
berkaitan
dengan
dimensi
pengamala
n/akhlak
Merasakan
pengalama
n batin
yang
berbeda 71 70 2
dan khas
berkaitan
dengan
dimensi
284 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
pengetahua
n/ilmu
Mampu
menilai
baik-buruk
kualitas
aktivitas
keimanan,
peribadatan
,pengamala 73 72 2
Mampu n, dan
memaknai pengetahua
aktivitas n
keagamaa keagamaan
n yang yang
dilakukan dilakukan/d
imiliki
Memperole
h hikmah
dari
aktivitas 75 74 2
keagamaan
yang
dilakukan
Jumlah 36 39 75
C. Item Pernyataan dan Reliabilitas
No Pernyataan Jawaban
1
Bagi saya Allah adalah satu-satunya Tuhan SS
S
TS STS
yang ada.
Ketika membaca ramalan bintang, saya
2 mempercayai isinya dan menjadikannya SS S TS STS
pedoman hidup.
3
Ketika doa saya tidak terkabul, saya SS
S
TS STS
berpikir bahwa Allah punya rencana lain.
4 Saya sempat ragu dengan Kehebatan Allah. SS S TS STS
5 Ketika membantu orang lain, sama sekali SS S TS STS
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 285
tidak ada imbalan yang saya harapkan.
Setelah saya berbuat kebajikan, biasanya
6 saya menceritakannya kepada banyak SS S TS STS
orang.
7
Saya pernah mengambil barang orang tanpa SS S
TS STS
izin, ketika itu suasana sekitar sedang sepi.
Saya pernah mengurungkan niat untuk
8 bergosip karena sadar bahwa Allah SS S TS STS
Mendengarnya.
Saya percaya bahwa semua yang terjadi di
9 dunia ini telah digariskan oleh Allah SS S TS STS
sebelumnya.
Menurut saya, anak yang terlahir cacat
10
merupakan akibat dari perlakuan buruk SS S
TS STS
ayah-ibunya selama sang anak masih
berada di dalam kandungan.
Saya merasa senang setelah dinyatakan
11 lulus UN, akan tetapi saya tidak melakukan SS S TS STS
konvoi dan corat-coret seragam sekolah.
Ketika saya gagal dalam ujian masuk
12
perguruan tinggi, saya menangis tersedu SS S
TS STS
dan bertindak agresif kepada siapapun yang
mencoba berkomunikasi dengan saya.
13
Saya belum bisa menjaga shalat lima SS S
TS STS
waktu.
14
Saya mengisi sepertiga malam dengan SS S
TS STS
mendirikan shalat tahajud.
Saya tidak pernah meninggalkan puasa
15 Ramadhan dengan sengaja (tanpa udzur SS S TS STS
syar’i).
16
Saya jarang menjalankan puasa sunnah SS S
TS STS
Senin – Kamis, apalagi puasa sunnah Daud.
17
Saya tidak pernah meluangkan waktu untuk SS S
TS STS
membaca al-Qur’an.
18
Setiap kali membaca al-Qur’an, saya SS S
TS STS
sempatkan pula membaca terjemahannya.
19
Ketika ada pengemis menghampiri, saya SS S
TS STS
langsung pergi menjauh.
20
Saya merupakan tipikal orang yang susah SS S
TS STS
tersenyum.
286 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
Setiap kali ada yang meminta sumbangan,
21 saya memberi semampu saya tanpa banyak SS S TS STS
berpikir panjang.
22 Selesai melaksanakan shalat, saya langsung
SS S TS STS
beranjak.
Saya mengamalkan membaca tasbih,
23 tahmid, dan takbir sebanyak 33x selepas SS S TS STS
shalat fardhu.
Dalam mengawali aktivitas, selain
24 membaca basmalah, saya juga bershalawat SS S TS STS
atas Nabi SAW.
25 Bagi saya, bershalawat tidaklah terlampau
SS S TS STS
penting.
26 Hal-hal yang dilarang oleh Allah tidak
SS S TS STS
pernah saya dekati.
27 Dalam melaksanakan perintah Allah saya
SS S TS STS
sering memilah dan memilihnya.
28 Dalam hal rezeki, saya tidak pernah merasa
SS S TS STS
cukup.
Ketika mendapatkan pemberian dari orang
29 lain, saya mengucapkan hamdalah lalu SS S TS STS
berterimakasih kepada orang tersebut.
30 Saya beristighfar ketika lalai dan berbuat
SS S TS STS
salah.
31 Saya tidak pernah memohon ampun kepada
SS S TS STS
Allah ketika berdoa.
32 Setiap hari saya terlambat makan. SS S TS STS
33 Saya tidak suka berolahraga. SS S TS STS
34 Saya menghindari perilaku begadang demi
SS S TS STS
menjaga kebugaran tubuh.
35 Saya berpikir positif dalam
SS S TS STS
menilai/merespon sesuatu.
36 Saya iri ketika prestasi teman saya lebih
SS S TS STS
baik dari saya.
37 Saya tidak suka mendengarkan/mengikuti
SS S TS STS
kajian keagamaan.
38 Ketika berpapasan dengan teman di jalan,
SS S TS STS
saya cuek dan membuang muka.
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 287
39 Saya mengetuk pintu dan mengucap salam
SS S TS STS ketika hendak masuk kelas.
Saya tidak berani menatap mata orang yang
40 lebih tua dan cenderung menunduk ketika SS S TS STS
beliau memarahi saya.
Ketika ada teman kesulitan dalam
41 memahami materi kuliah, saya membantu SS S TS STS
menjelaskan semampu saya.
Saat ujian, saya bekerja sama dengan teman
42 agar nilai kami sama-sama baik dan SS S TS STS
memuaskan.
43 Ketika ada teman hendak meminjam uang,
SS S TS STS saya meminjaminya semampu saya.
44 Saya tidak pernah membuang sampah
SS S TS STS sembarangan.
45 Saya mendukung adanya perburuan satwa
SS S TS STS liar yang dilindungi.
46 Saya termasuk orang yang boros dalam
SS S TS STS penggunaan tisu.
Ketika melihat kipas angin yang tetap hidup
47 di dalam kelas yang kosong, saya SS S TS STS
membiarkannya.
48 Ketika tidur, lampu kamar saya matikan. SS S TS STS
49 Saya tahu bahwa rukun iman ada 6 butir. SS S TS STS
50 Iman kepada Malaikat berarti kita harus
SS S TS STS menyembah malaikat.
51 Setau saya, shalat adalah tiang agama. SS S TS STS
Kewajiban melaksanakan haji hanya
52 ditujukan kepada semua orang tanpa SS S TS STS
terkecuali.
53 Saya tahu bahwa segala sesuatu hukum
SS S TS STS awalnya adalah mubah.
54 Perbuatan yang dihukumi makruh
SS S TS STS sebaiknya dilakukan secara rutin.
Menurut saya, yang dapat menentukan
55 kadar dosa dan pahala bagi seseorang SS S TS STS
adalah para ulama.
288 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
Saya yakin bahwa orang yang banyak
56 pahalanya lebih disukai Allah dibanding SS S TS STS
orang yang banyak berbuat dosa.
57 Nabi Adam AS adalah manusia pertama,
SS S TS STS
Allah menciptakan beliau dari tanah.
58 Nabi Adam AS diusir oleh Allah dari surga
SS S TS STS
karena tidak mau bersujud kepada Iblis.
59 Rasulullah SAW diangkat sebagai Rasul
SS S TS STS
pada usia 40 tahun.
Orang yang pertama kali diberi tahu akan
60 kerasulan Rasulullah SAW oleh beliau SS S TS STS
adalah istrinya Aisyah ra.
Sepeninggal Rasulullah Islam dipimpin
61 oleh sahabatnya, Sayyidina Umar bin SS S TS STS
Khatab ra.
Di bawah kepemimpinan Umar bin Khatab
62 ra wilayah kekuasaan Islam berkurang SS S TS STS
drastis.
Pasca kepemimpinan Khulafaur Rasyidin,
63 pemerintahan negara Islam bersistem SS S TS STS
monarki/kerajaan.
64 Saya merasa hidup di bawah pengawasan
SS S TS STS
Allah SWT.
65 Saya merasa biasa saja ketika mendengar
SS S TS STS
kajian keagamaan tentang siksa kubur.
66 Ketika mendengar adzan, hati saya tidak
SS S TS STS
lantas tergerak untuk melaksanakan shalat.
Saya mengidam-idamkan bisa berangkat ke
67 Tanah Suci untuk melaksanakan ibadah SS S TS STS
haji/umroh.
Ketika dapat membantu orang lain, saya
68 merasakan kebahagiaan dan kepuasan batin SS S TS STS
tersendiri.
69 Saya merasa biasa saja ketika ada orang
SS S TS STS
mengatai saya tidak punya sopan santun.
70 Saya merasa tenang-tenang saja meski
SS S TS STS
kurang paham dalam hal agama.
71 Saya merasa malu jika masih belum lancar
SS S TS STS
dalam membaca al-Qur’an.
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 289
72 Saya merasa belum mampu menilai baik-
SS S TS STS buruknya shalat saya.
73 Saya tahu bahwa kualitas keimanan saya
SS S TS STS fluktuatif (naik-turun).
74 Saya merasa tidak memperoleh dampak
SS S TS STS positif apapun dari pelaksanaan shalat saya.
Ketika saya meningkatkan kualitas
75 keimanan / ibadah / akhlak / pengetahuan
SS S TS STS agama yang saya miliki, saya merasa lebih
tenang dan lebih dekat dengan Allah.
Alpha Cronbach’s = 0,892; Sampel = 37 orang
D. Klasifikasi Item Shahih dan Item Gugur
Melalui analisis SPSS dapat diklasifikasikan bahwa sebaran item
shahih dan item gugur dari instrumen skala religiusitas ini adalah sebagai
berikut:
Item Shahih Item Gugur
2, 6, 7, 8, 9, 13, 14, 15, 17, 1, 3, 4, 5, 10, 11, 12, 16,
Item 18, 19, 20, 22, 23, 24, 25, 28, 21, 26, 27, 30, 31, 32, 33,
29, 35, 36, 37, 38, 39, 41, 42, 34, 40, 44, 45, 52, 53, 54, Pernyataan
43, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 57, 55, 56, 58, 59, 60, 62, 63,
61, 64, 65, 66, 67, 68, 70, 74, 69, 71, 72, 73.
75.
Jumlah 42 item 33 item
E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji coba instrumen yang dilakukan penulis pada
37 orang sampel dapat disimpulkan bahwa instrumen skala religiusitas ini:
1. Dapat digunakan oleh khalayak umum guna mengetahui tingkat
religiusitas seseorang, utamanya mahasiswa yang beragama Islam, 2. Layak digunakan sebagai alat pengumpul data dikarenakan nilai
reliabilitasnya > 0,7; yakni sebesar 0,892.
290 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
28. Instrumen Skala Self-Regulated Learning Pada Mahasiswa
Oleh : Abdul Mun’im ( [email protected] )
Professional Judgement : Slamet, S.Ag,. M.Si.
A. Pengantar
Bandura (dalam Filho,2001) mendefinisikan self-regulated learning
sebagai suatu keadaan dimana indiviidu yang belajar sebagai pengendali
aktivitasnya sendiri, memonitor motivasi dan tujuan akademik, mengelola
sumber daya manusia dan benda, serta menjadi perilaku dalam proses
pengambilan keputusan dan pelaksanaan dalam proses belajar.
Lebih lanjut Zimmerman (2004) mendefinisikan self-regulated
learning sebagai kemampuan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses
belajarnya, baik secara metakognitif,secara motivasional, dan secara
behavioral. Secara metakognitif, individu meregulasi diri, merencanakan,
mengorganisasi, memonitor dan mengevaluiasi dirinya dalam proses
belajar. Secara motivasional, individu yang belajar merasa bahwa dirinya
kompeten, memiliki keyakinan diri (self efficacy) dan memiliki
kemandirian. Sedangkan secara behavioral, individu yang belajar
menyeleksi, menyusun, dan menata lingkungan agar lebih optimal dalam
belajar.
Dalam hal ini instrumen digunakan untuk mengukur tinngkat self-
regulated learning dengan menggunakan kisi-kisi berdasarkan teori yang
telah ada dan dikembangkan kembali oleh peneliti. Dalam instrumen ini
menggunakan teori yang di kemukakan oleh zimmerman sebagaimana telah
dijelaskan di atas.
B. Pengembangan Skala Psikologis
Self-regulated learning biasanya berasal dari variabel kepribaian.
Self-reguated learning merupakan proses dimana individu yang belajar
secara aktif sebagai pengatur proses belajarnya sendiri, mulai dari
merencanakan, memantau, mengontrol dan mengevaluasi dirinya secara
sitematis untuk mencapai tujuan dalam belajar, dangan menggunakan
berbagai strategi baik kognitif, motivasional maupun behavioral. Kisi
disusun berdasarkan aspek-aspek self-regulated learning. Aspek-aspek
tersebut antara lain aspek metakognitif, motivasi dan behavioral (perilaku).
Variabel Aspek Indikator Deskriptor No Aitem
Jml
Favo Unfavor
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 291
rabel abel
Memiliki
Mengetahui
sejauh mana
pengetahu 1, 2 3, 4 2
kemampuan
an dan
dirinya
menantau
Memonitor
kemajuan
kemajuan
pada diri. 5,6 7,8 2
pada diri
sendiri
sendiri
Menetapkan
tujuan atau 9,10 11,12,13 5
goal setting
Perencana
Merencanaka
an n kegiatan 14,1
untuk `16, 17 4
5,
mewujudkan
Metak tujuan
ognitif
Mengevaluas 18,1
i dan 9, 21 4
Self- Mengeval
memperbaiki 20
Regulated
Merasa
uasi
Lerning
mampu 22,2
24 3
mengevaluas 3
i hasil kerja
Menghimpun
berbagai 25 26 2
pengetahuan
Pengorga
Mengintegra
sikan
nisasian
pengetahuan
27 28 2
dengan
pengetahuan
sebelumnya Mampu
Mengang
menyelesaiak 29,3 31,32 4
an tugas 0
Motiv gap
sendiri
asional dirinya
optimis
kompeten 33,3
terhadap diri 35,36 4
4
sendiri
292 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
Mudah
Memiliki
menerima 37 38 2
tantangan
keyakinan
Tertarik
diri
kepada tugas 39 40 2
yg di berikan
Bersungguh-
sungguh
Memiliki dalam 41 42 2
kemandiri mengerjakan
an sesuatu
Berusaha 43 44 2
dengan tekun
Mampu
menyeleksi
usaha untuk 45 46 2
mendapatkan
Behavi Tingkah apa yang di
oral laku inginkan
Menyusun 47 48 2
waktu belajar
Menciptakan 49 50 2
lingkungan
Jumlah 26 24 50
C. Aitem Pernyataan dan Reliabilitas
No Pernyataan Jawaban
1 Saya mengetahui kelebihan yang ada pada
SS SS TD STS
diri saya
2 Saya selalu bisa fokus pada apa yang saya
SS SS TD STS
pelajari
Terkadang saya tidak mengerti kenapa saya
3 tidak dapat memahami apa yang dosen SS SS TD STS
ajarkan kepada saya
4 Ketika sedang belajar kadang-kadang Saya
SS SS TD STS
merasa bingung dengan diri saya sendiri
5 setelah belajar saya merasa lebih baik dari
SS SS TD STS
sebelumnya
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 293
6
saya tetap fokus kepada pelajaran walaupun SS SS TD STS
suasana sekeliling sedang ramai
7
saya merasa tidak mendapatkan kemajuan SS SS TD STS
selama ini
8
saya sebih memilih kabur ketimbang SS SS TD STS
mengikuti perkuliahan yang membosankan
9
saya selalu memasang target jangka pendek SS SS TD STS
sebelum saya mempelajari sesuatu
10
saya sudah memiliki tujuan untuk masa SS SS TD STS
depan saya
apabila pada saat saya belajar dan menemui
11 sesuatu yang sulit di pahami, saya memilih SS SS TD STS
untuk acuh dan tidak mau tau
12 saya menyelesaikan tugas asal jadi SS SS TD STS
13
saya acuh terhadap nilai tugas yang saya SS SS TD STS
peroleh
agar tujuan saya tercapai maka saya akan
14 mrencakan kegiatan yang bisa mewujudkan SS SS TD STS
tujuan saya
saya selalu membuat jadwal aktivitas harian
15 untuk mendukung peningkatan pemahaman SS SS TD STS
belajar saya
16
saya sering sekali medadak dalam SS SS TD STS
mengerjakan tugas perkuliahan
17
Saya lebih suka mempersiapkan sesuatu SS SS TD STS
secara dadakan.
18
nilai IPK yang saya dapatkan sudah sesuai SS SS TD STS
dengan apa yang saya inginkan
cara belajar yang saya lakukan telah
19 membuahkan hasil nilai IPK yang SS SS TD STS
memuaskan
20
saat saya gagal, saya mencari sebab-sebab SS SS TD STS
dari kegagalan yang saya dapatkan
21
cara belajar yang saya terapkan tidak SS SS TD STS
memberikan hasil yang memuaskan
22
saya merasa puas apabila nilai yang saya SS SS TD STS
dapatkan mencapai target
23
ketika saya berhasil mengerjakan tuas SS SS TD STS
sendiri, saya merasa bangga
24 saya biasa-biasa saja apabila saya SS SS TD STS
294 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
mendapatkan nilai jelek
25 saya selalu meringkas materi hasil
SS SS TD STS perkuliahan
saya tidak memiliki trik khusus untuk
26 mempermudah menghafal materi SS SS TD STS
perkuliahan
27 saya sering menemukan keterkaitan antara
SS SS TD STS mata kuliah yang berbeda
saya tidak suka menyusun dan memilah-
28 milah matkuliah yang saling bersinggungan SS SS TD STS
dengan mata kuliah lain
29 saya bisa menyelesaikan tugas yang
SS SS TD STS diberikan dosen
saya merasa mampu menyelesaiakan
30 masalah dengan kemampuan yang saya SS SS TD STS
miliki
31 saya sering tidak merasa percaya diri
SS SS TD STS dengan tugas yang saya buat
saya sering berfikir bahwa tugas yang saya
32 kerjakan tidak akan mendapatkan nilai yang SS SS TD STS
baik
33 Saya selalu percaya diri dengan apa yang
SS SS TD STS saya lakukan
34 Saya merasa apa yang saya lakukan akan
SS SS TD STS menghasilkan sesuatu yang baik
35 Saya ragu-ragu ketika mengerjakan tugas SS SS TD STS
36 Saya pesimis dengan hasil tugas yang saya
SS SS TD STS kerjakan
37 Saya senang jika dosen memberikan
SS SS TD STS tantangan berupa penelitian kepada saya
38 Saya malas mengerjakan jika dosen
SS SS TD STS memberikan tugas yang menurut saya berat
39 Saya suka mengerjakan tugas yang
SS SS TD STS diberikan sesegera mungkin
40 Saya suka menuda-nunda untuk
SS SS TD STS mengerjakan tugas
41 Saya selalu mengerjakan tugas sebaik
SS SS TD STS mungkin
42 Saya mengerjakan tugas asal jadi SS SS TD STS
43 Jika saya tidak paham, maka saya akan SS SS TD STS
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 295
bertanya kepada dosen
44 Saya tidak ingin mencari tahu materi di luar
SS SS TD STS yang diberikan dosen
45 Saya menyiapkan strategi belajar dalam
SS SS TD STS menyelesaikan tugas
46 Saya selalu mendadak dalam menegerjakan
SS SS TD STS tugas
47 Saya menata atau memetakan waktu untuk
SS SS TD STS belajar
48 Saya belajar ketika saya sedang mood SS SS TD STS
49 Saya akan mengatur lingkungan belajar
SS SS TD STS agar bisa berkonsentrasi
50 Saya acuh terhadap situasi lingkungan yang
SS SS TD STS mengganggu belajar
Alpha cronbach’s = 0,904 ; Sampel = 66
D. Klasifikasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur
Melalui analisis SPSS.20 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran
aitem gugur dan aitem shahih sebagai berikut :
Aitem Shohih Aitem Gugur
Aitem 1, 2, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12,
3, 6, 18, 23, 26, 27,
13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21, Pernyataan 28, 30, 31, 32, 34, 36,
22, 24, 25, 29, 33, 35, 39, 40, 37, 38, 44, 49, 50.
41, 42, 43, 45, 46, 47, 48.
Jumlah 33 17
E. Penutup
Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Instrumen Skala Self-Regulated Learning Pada Mahasiswa dapat
digunakan pada khalayak umum untuk mengetahui seberapa tinggi
tingkat Self-Regulated Learning pada Mahasiswa. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka
pengumpulan data karena realiabilitas instrumen > 0,7 yaitu 0,904.
296 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
29. Instrument Skala Tingkat Pemahaman Mahasiswa
Terhadap Konseling Behavior Oleh : Ahmad Sahab ([email protected]) Profesioal Judgement : A. Said Hasan Basri, S.Psi., M.Si.
A. Pengantar
Instrumen skala ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman mahasiswa khususnya mahasiswa (Bimbingan Konseling
Islam) terhadap konseling behavior.
B. Perkembangan Instrumen Skala Pemahaman Konseling Behavior
Pemahaman merupakan salah satu patokan kompetensi yang dicapai
setelah seseorang melakukan kegiatan belajar. Menurut Daryanto (2008:
106) kemampuan pemahaman berdasarkan tingkat kepekaan dan derajat
penyerapan materi dapat dijabarkan, yaitu:Menerjemahkan (translation)
dan Menafsirkan (interpretation). Selain itu, konseling behavioral memiliki asumsi dasar bahwa setiap
tingkah laku dapat dipelajari, tingkah laku lama dapat diganti dengan
tingkah laku baru dan manusia memiliki potensi untuk berperilaku baik
atau buruk, tepat atau salah. Konseling behavioral memiliki empat tahap yaitu: melakukan
asesmen (assessment), menetapkantujuan (goal setting),
mengimplementasikan teknik (technique implementation) dan evaluasi dan
mengakhiri konseling (evaluation-termination) (Rosjidan, 1994, p. 25).
Deskripto
No Item
Variabel Aspek Indikator
Jml Favorab Unfavor r
le able
Peka Mampu
dalam
mengetahu
menggali
i situasi 1,2, 3 4, 5, 6 6
data Aspek masalah
terkait
Kepek konseli
konseli
aan
Mampu Mampu
merumusk memahami 7, 8, 9, 10 4
Tingkat
an tujuan konseli
Pemaha dalam dalam
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 297
man konseling memandan
Mahasis behavior g
wa permasalah
Terhadap annya
Konselin
Mampu
g Mengetah mengetahu
Behavior ui i
teknik perubahan
yang tingkah 15, 16, 18, 19,
sesuai laku antara 6 17 20
dengan baseline
permasala data
han dengan
konseli data
intervensi
Memantau
tingkah Mampu
laku merasakan 21, 22, 24, 25,
konseli perubahan 6 23 26.
secara dalam diri
terus- konseli
menerus
Mampu
Data melakukan 27,
terkini tahapan 30, 31, 5 28,29
konseli analisis
ABC
Aspek
Mampu
Penera membantu
pan Menentuk
konseli
untuk
antujuan 32, 33 34, 35 4
memandan konseling
g
permasalah
annya
Jumlah 22 18 40
298 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
C. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No Pernyataan Jawaban
1 Saya harus memahami apa yang dirasakan SS S TS STS
oleh teman yang sedang curhat
2 Saya dapat memahami permasalahan yang SS S TS STS
dihadapi teman saya yang sedang curhat
3 Saya berusaha menenangkan ketika teman SS S TS STS
saya sedang emosional
4 Saya sering menangis ketika mengetahui SS S TS STS
perasaan yang di alami teman saya
5 Saya merasa permasalahan yang di hadapi SS S TS STS
teman saya terlalu berlebihan
6 Saya merasa kesal ketika teman saya tidak SS S TS STS
memperhatikan saya
7 Saya mampu meyakinkan teman saya bisa SS S TS STS
melewati masalahnya
8 Saya mampu mengarahkan teman saya SS S TS STS
untuk menyelesaikan masalahnya
9 Saya tidak sanggup untuk membantu
menyelesaikan permasalahan yang SS S TS STS
dihadapi teman saya
10 Saya merasa kesulitan ketika mencari inti
permasalahan orang yang sedang curhat SS S TS STS
dengan saya
11 saya dapat mengetahui perubahan tingkah SS S TS STS
laku seseorang
12 ketika teman saya menunjukan perilaku
yang di inginkan maka saya akan SS S TS STS
memberikan hadiah
13 Ketikatemansayatidakdapat
mengungkapkan perasaannya, maka saya SS S TS STS
akan menggunakan teknik asertif
14 Ketika perilaku yang tidak di inginkan SS S TS STS
muncul dari teman saya, maka saya akan
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 299
memberikan punishment
15 Saya merasa diskusi diskusi
kelompok,cocok digunakan untuk latihan SS S TS STS
asertif
16 Menurut saya teknik desensitisasi SS S TS STS sistematis membutuhkan waktu yang lama
17 Menurut saya teknik punishment dapat SS S TS STS menghentikan perilaku dengan segera
18 Menurut saya denda dapat di lakukan bila SS S TS STS subjek belum menerima pengukuh
19 Menurut saya time out membutuhkan SS S TS STS waktu yang lama
20 Bagi saya sifat maladatif dapat hilang SS S TS STS meskipun pengukuh jarang diberikan
21 Saya merasa mampu merasakan perubahan SS S TS STS yang ada dalam diri teman saya
22 Saya merasa teman saya dapat menerima
lingkungan nya setelah melakukan proses SS S TS STS
konseling
23 Saya merasa mampu melakukan tingkah
laku baru untuk menghilangkan tingkah SS S TS STS
laku adaptif
24 Saya merasa tidak peduli dengan SS S TS STS perubahan yang di alami teman saya
25 Menurut saya penerapan teknik-teknik
konseling tidak berpengaruh dalam hasil SS S TS STS
perubahan tingkah laku
26 Menurut saya tanpa mengontrol proses
konseling, perubahan tingkah laku akan SS S TS STS
tetap terjadi
27 Menurut saya perilaku seseorang dapat
direncanakan untuk menghadapi sebuah SS S TS STS
peristiwa
300 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
28 Saya merasa perilaku yang timbul pada
seseorang dapat muncul karena terpicu SS S TS STS
oleh peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi
29 Dengan melakukan analisis ABC, saya
merasa mampu menggali data orang yang SS S TS STS
sedang curhat dengan saya
30 Menurut saya antecedents tanpa diikuti
konsekuen mempunyai dampak jangka SS S TS STS
panjang
31 Bagi saya reinforcement positif dilakukan
dengan cara menghindarkan segala sesuatu SS S TS STS
yang disukai seseorang
32 Dengan memandang permasalahan
sesorang, akan menghasilkan tujuan yang SS S TS STS
jelas dari proses konseling
33 Saya merasa mampu membantu teman SS S TS STS saya untuk menyadari permasalahannya
34 Saya merasa kemampuan saya untuk SS S TS STS membantu teman saya masih kurang baik
35 Saya merasa tidak perlu mendiskusikan SS S TS STS permasalahan yang di hadapi teman saya
36 Ketika teman saya menunjukkan
perubahan tingkah laku, saya merasa biasa SS S TS STS
saja
37 Saya merasa tidak perlu menggunakan
teknik-teknik konseling dalam membantu SS S TS STS
masalah yang dihadapi teman saya
38 Saya merasa dengan menggunakan teknik
asertif, konseli mampu mengatasi kesulitan SS S TS STS
untuk mengungkapkan perasaan yang ada
di dalam dirinya
39 Saya merasa dengan menggunakan teknik
yang sesuai, proses konseling akan berjalan SS S TS STS
dengan baik
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 301
40 Saya merasa tidak perlu mengevaluasi SS S TS STS hasil dari proses konseling
Alpha Cronbach’s =0,717; Sampel : 56 Orang
D. Klasifikasi Item Shahih dan Item Gugur
Melalui analisis SPSS.20 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran item
gugur dan item shahih sebagai berikut:
Item Shohih Item Gugur
1, 3, 5, 11, 13, 21, 2, 4, 6, 7, 8, 9, 10,
Item 25, 29, 32, 36, 37, 12, 14, 15, 16, 17,
Pernyataan 38, 39, 40 18, 19, 20,22, 23,
24, 26, 27, 28, 30,
31, 33, 34, 35
Jumlah 14 26
E. Penutup
Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Instrumen Skala Pemahaman Mahasiswa Terhadap Konseling
Behavior dapat digunakan mahasiswa khususnya mahasiswa
Bimbingan Konseling Islam untuk mengetahui tingkat pemahaman
mahasiswa terhadap konseling behavior. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka
pengumpulan data karena realiabilitas instrumen mendekati nilai satu
(1.00).
302 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
30. Instrumen SkalaKecerdasan Emosi Pada MahasiswaYang
Bermain Game Online Mobile Legend Oleh : Fahril Nizhamuddin ( [email protected] ) Professional Judgement : A. Said Hasan Basri, S.Psi., M.Si
A. Pengantar
Game sebenarnya sebuah aplikasi yang dibuat dengan tujuan untuk
mengurangi tingkat stress atau tingkat keresahan akibat kegiatan atau
aktivitas rutinan yang setiap hari dilakukan oleh umat manusia. Sungguh
malah sebaliknya yang terjadi, gamemalah menambah masalah diakhir
pengaruhnya tersebut maka dapat dikatakan bahwa game bukan
mengurangi beban pikiran manusia tetapi tambah menambah masalah bagi
manusia sendiri.
Skala ini dimaksudkan untuk mengungkap pengaruh game Mobile
Legend terhadap kecerdasan emosi mahasiswa yang memainkannya.
Instrumen ini sangat diperlukan mengingat banyaknya mahasiswa di masa
kini yang menggemari game ciptaan Shanghai Moonton Technology
tersebut. Dengan memainkan game, tidak hanya mengurangi tingkat stress
atau tingkat keresahan akibat kegiatan atau aktivitas rutinan yang setiap
hari dilakukan oleh mahasiswa, namun juga ada pengaruh terhadap
kecerdasan emosi mereka. Makin tinggi skor yang diperoleh subyek, maka
makin tinggi pula pengaruh game tersebut terhadap kecerdasan emosi
subjek yang bersangkutan. Adapun kisi-kisi pernyataan tersebut disusun
dari teori kecerdasan emosi oleh Goleman yang mengungkapkan bahwa
kecerdasan emosi merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali dan
merasakan emosi yang dialami dirinya, mengelola emosi, bias berempati,
membina hubungan dengan orang lain dan memanfaatkan emosi secara
produktif sebagai penunjang performa seseorang.
B. Pengembangan Instrumen Psikologis
Kecerdasan emosi merupakan kemampuan seseorang untuk
mengenali dan merasakan emosi yang dialami (kesadaran emosi),
mengelola emosi, bisa melakukan empati (membaca emosi), membina
hubungan dengan orang lain dan memanfaatkan emosi secara produktif
sebagai penunjang performa seseorang. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan
teori Goleman (1995) dengan aspek-aspek kecerdasan emosi. Aspek-aspek
tersebut antara lain aspek mengenal emosi diri, mengelola emosi,
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 303
memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan membina
ketrampilan sosial.
Nomor Item
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
Jml Favor Unfavo
able rable
Tahu
Mengetah tentang
ui apa perasaan
yang kita yang 2, 30 60 3
rasakan sedang
pada saat dirasakan
terntentu pada saat
tertentu
Memiliki Mampu
tolak ukur
Menge mengetahui
yang
nali batas
realistis 3, 20 32, 49 4
Emosi kemampua atas
Diri n secara
kemampu
realistik
an diri
Mampu
Kecerdasa menumbuh
n emosi Memiliki kan rasa
Kepercay percaya diri 4, 33, 21 5
aan diri yang kuat 65, 50
yang kuat saat
melakukan
suatu hal
Dapat
Mampu mengatur
menangan emosi yang
i emosi keluar dan 22 40, 59 3
Menge sehingga mengontrol
lola berdampa agar
Emosi k positif berdampak
positif
Peka Mengikuti
terhadap kata hati 5 41 2
kata hati yang selalu
304 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
menunjukk
an dalam
kebaikan
Tidak
Memiliki
merasa
puas
kemampu 51
dengan
an untuk
23 2
kemampua
menunda
n yang
kepuasan
dimiliki
saat ini
Dapat
menumbuh
Mampu kan
kembali kepercayan
dari diri 6, 29 42 3
tekanan walaupun
emosi sedang
banyak
tekanan
Mampu
Pengendal mengarahk
ian an 15, 64
11, 34, 5
dorongan keinginan 58
hati yang ada
pada diri
Mampu
Motiv
menumbuh
kan
asi
Pengambi alternatif-
Diri
lan alternatif 37 9 2
Sendir inisiatif dalam
i
menghadap
i hal
tertentu
Bertindak
Tidak
berlebihan
efektif
dan yakin 57 12, 35 3
dan dengan apa
optimis
yang
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 305
dianggap
baik
Bertahan
Tetap teguh
ketika
dalam
menghada 25, 43 24 3
menghadap
pi
i kegagalan
kegagalan
Merasaka
Mampu
memahami
n apa
perasaan
yang
yang 26 52, 13 3
dirasakan
dialami
oleh
oleh orang
orang lain
lain
Memiliki
kemampu
an
menangka
p sinyal-
sinyal Mengetahui
sosial
Menge yang
yang
nali dibutuhkan
tersembun
Emosi orang lain 36 53 2
yi yang
Orang hanya dari
mengisyar
Lain isyarat
atkan apa
isyarat
yang
dibutuhka
n atau
dikehenda
ki orang
lain Mampu
Menumbu menumbuh
hkan kan rasa
hubungan saling 54, 63 7, 44, 19 5
saling percaya
percaya satu dengan
yang lain
306 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
Mampu
Menyelar beradaptasi
askan diri dengan
dengan latar 45, 38 14, 16 4
bermacam belakang
-macam orang yang
orang berbeda
beda
Menanga
ni emosi Mampu
dengan mengendali
baik kan emosi 17, 27,
ketika diri agar 47, 62 5 56
berhubun tidak
gan menyakiti
dengan orang lain
orang lain
Memiliki Komunikas
kemampu i yang baik
an yang dan ramah
Memb baik 8, 46 55 3
ina dalam
Ketera Berkomu
mpilan nikasi
Sosial
Cermat
Mampu
menganalis
membaca
is dengan
situasi 28, 48,
apa yang 39, 18 5
dan 61 ada
jaringan
disekitarny
sosial
a
Berintera
Mampu
berinteraksi
ksi
dengan
dengan 31 1, 10 3
orang lain baik dan
dengan
lancar
baik
Jumlah 33 32 65
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 307
C. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No Pernyataan Jawaban
Saya yakin dengan interaksi yang baik dalam
1 sebuah game bias menumbuhkan SS S TS STS kepercayaan diantara anggota team lainnya
2
Suasana hati menjadi lebih baik setelah SS S
TS STS
bermain game
Saya lebih baik bermain game daripada
3 memperhatikan penjelasan dari dosen yang SS S TS STS
membosankan
4
Saya percaya dengan bermain game bias SS S
TS STS
menyegarkan pikiran
Saya tetap memlih bermain game walaupun
5 itu tidak akan memberi manfaat kepada diri SS S TS STS
saya
6
Bermain game membuat saya sejenak bisa SS S
TS STS
melupakan masalah yang sedang dihadapi
7
Saya percaya dengan kemampuan bermain SS S
TS STS
teman satu team saya
Saya memilih diam dan bermain game
8 daripada mengobrol dengan orang yang ada SS S TS STS disekitar
Saya berfikir untuk sedikit mengurangi porsi
9 bermain game dan mencoba untuk mencari SS S TS STS
solusi dalam setiap masalah yang saya hadapi
10
Saya percaya bahwa interaksi yang baik itu SS S
TS STS
terbangun karena respon yang baik
Saya memiliki target hidup yang harus
11 dicapai dan bermain game hanya datang SS S TS STS untuk menghambatnya
12
Saya bisa membagi waktu antara bermain SS S
TS STS
game dan tugas tugas kuliah
Saya merasakanhal yang sama seperti mereka
13 ketika ditinggal asyik bermain game oleh SS S TS STS teman
14
Saya rasa, bermain game akan menghambat SS S
TS STS
kita unruk beradaptasi dengan lingkungan
308 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
disekitar kita
15 Saya lebih merasa senang hanya dengan
SS S TS STS
bermain game
Saya memaklumi bahwa setiap orang
16 memiliki kemampuan dan keinginan yang
SS S TS STS
berbeda-beda, termasuk mereka yang lebih
suka bermain game
Saya menjaga kepercayaan anggota team
17 dengan mempertahankan performa bermain SS S TS STS game
18 Saya lebih baik tidak bermain game daripada
SS S TS STS
nantinya saya akan tidak memiliki teman
Terkadang saya ingin mendapatkan
19 kepercayaan mereka dengan cara
SS S TS STS
menunjukkan kemampuanyang saya miliki
diluar dari bermain game
20 Saya tidak mengetahui tujuan dari bermain
SS S TS STS
game
21 Bermain game tidak membuat saya
SS S TS STS
tertantang dengan kompetisi
22 Bermain game menjadi satu-satunya pelarian
SS S TS STS
ketika saya sedang suntuk dengan kenyataan
Saya lebih fokus menyelesaikan tugas kuliah
23 terlebih dahulu untuk menambah kemampuan SS S TS STS
dalam memahami mata kuliah
24 Bermain game tidak akan membuat kita kuat
SS S TS STS
dan teguh dalam menghadapi masalah
25 Saya lebih memilih bermain game dikamar
SS S TS STS
ketika gagal melakukan sesuatu
26 Ketika bermain game, saya tidak
SS S TS STS
menghiraukan apa yang ada di sekitar saya
Saya belajar untuk tidak marah ketika
27 bertemu dengan anggota team yang kurang SS S TS STS menguntungkan
Saya hanya focus dengan kemenangan dalam
28 game tanpa memperhatikan lingkungan SS S TS STS sekitar
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 309
Bermain game adalah cara saya untuk
29 mengembalikan suasana hati menjadi lebih SS S TS STS
baik
30
Mengalami kekecewaan yang sangat pada SS S TS STS
saat kalah dalam game
Saya selalu memilih diam dan bermain game
31 daripada harus mengobrol dengan orang yang SS S TS STS sok akrab
Saya mengetahui bahwa dengan bermain
32 game bisa menambah ukuran kemampuan SS S TS STS
yang saya miliki
33
Saya menghabiskan waktu luang untuk SS S TS STS
bermain game
Saya mampu mengarahkan keinginan untuk
34
melakukan sesuatu yang lebih penting SS S TS STS
daripada hanya duduk bermalasan dan
bermain game
Saya bermain game hanya sekedar hiburan
35 semata dan yakin bahwa berlebihan itu tidak SS S TS STS akan mendatangkan manfaat
36
Saya tidak akan tahu perasaan orang lain SS S TS STS
sebelum mereka bilang kepadasaya
Saya hanya bermain game dan tidak
37 mempedulikan seberapa banyak masalah SS S TS STS
yang sedang saya hadapi
38
Bermain game membuat saya lebih mudah SS S TS STS
memahami latar belakang banyak orang
Saya tahu kapan waktunya bermain game dan
39 kapan waktunya untuk bercengkrama dengan SS S TS STS orang sekitar
40
Saya selalu berfirkir kalah dalam game akan SS S TS STS
membawa pengaruh terhadap kenyataan
Saya lebih mengikuti kata hati untuk tidak
41 bermain game dan mencari kegiatan yang SS S TS STS
lebih produktif
42
Bermain game hanya akan membuat tekanan SS S TS STS
baru ketika tugas kuliah belum terselesaikan
43 Bermain game membuat saya lebih berani SS S TS STS
310 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
untuk kembali bangkit dari kegagalan
Saya mengetahui bahwa memang didalam
44 game ada interaksi yang baik tetapi diluar
SS S TS STS
dari bermain ada interaksi yang buruk dengan
orang disekitarnya
45 Saya lebih percaya dengan teman yang sering
SS S TS STS
bermain dengan saya
Saya memilih fokus kepada game yang
46 sedang dimainkan sampai tidak
SS S TS STS
memperhatikan ada orang yang bertanya
kepada saya
Saya sangat membenci kekalahan yang
47 dikarenakan salah seorang anggota team, SS S TS STS keluar tanpa sebab
48 Dari sebuah game saya menjadi lebih bias
SS S TS STS
membaca situasi yang sedang saya alami
49 Ketika pikiran saya lelah dengan tugas tugas,
SS S TS STS
saya memlih bermain game
50 Saya menjadi kurang percaya diri setelah
SS S TS STS
bermain game
51 Saya lebih memilih bersantai dengan bermain
SS S TS STS
game ketika tugas sudah sangat menumpuk
52 Saya kadang merasa kasihan dengan teman-
SS S TS STS
teman yang tidak bermain game
Saya mengetahui bahwa bermain game
53 membuat orang kurang dalam berinteraksi SS S TS STS dengan orang lain disekitarnya
54 Ketika bermain game saya memilih menang
SS S TS STS
tanpa bantuan dari orang lain
Saya akan mematikan game yang sedang
55 saya mainkan ketika ada orang lain disekitar
SS S TS STS
saya dan memilih untuk mengobrol dengan
mereka
56 Saya belajar untuk memaklumi kemampuan
SS S TS STS
bermain anggota team baru
57 Saya lebih memilih bermain game seharian
SS S TS STS
daripada mengerjakan tugas
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 311
58 Saya selalu menguatkan diri untuk tidak
SS S TS STS bermain game
Saya tidak mampu menemukan alternatif
59 yang baik untuk setiap masalah yang SS S TS STS
dihadapi
60 Saya tidak merasa sangat senang ketika
SS S TS STS bermain game
61 Saya selalu bermain game dimanapun saya
SS S TS STS berada
Saya selalu memberikan hukuman perbuatan
62 tidak baik di game walaupun itu teman SS S TS STS
sendiri
63 Saya sulit percaya dengan anggota team baru SS S TS STS
Rasa penasaran dengan update game terbaru
64 membuatku untuk selalu ingin SS S TS STS
memainkannya
65 Saya percaya bahwa kemampuan yang saya
SS S TS STS miliki bisa diasah dengan bermain game
Alpha Cronbach’s = 0,833 ; Sampel = 29 orang
D. Klasifikasi Item Shahih dan Item Gugur
Melalui proses analisis dengan menggunakan Aplikasi SPSS.20
dapat diklasifikasikan bahwa sebaran item shahih dan item gugur adalah
sebagai berikut :
Item Shahih Item Gugur
3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 1, 2, 6, 14, 15, 17, 18, 20,
Item 16, 19, 21, 22, 23, 24, 27, 28, 25, 26, 30, 31, 35, 39, 43,
Pernyataan 29, 32, 33, 34, 36, 37, 38, 40, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 52,
41, 42, 44, 51, 53, 55, 58, 61, 62 54, 56, 57, 59, 60, 63, 64
Jumlah 35 29
E. Penutup
Dengan bermain game online tentunya tidak hanya mendapatkan
hal yang negatif seperti yang kebanyakan orang bicarakan, namun juga
dapat mendatangkan hal positif salah satunya dapat mempengaruhi
kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi sangatlah penting dalam berhubungan
sosial dengan orang lain dan lingkungan disekitar kita. Demikian
instrumenskalakecerdasan emosi pada mahasiswa yang bermain game
312 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
online mobile legend dibuat untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
bermain game terhadap kecerdasan emosi mahasiswa.
Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. “Instrumen Skala Kecerdasan Emosi Pada Mahasiswa Yang Bermain
Game Online Mobile Legend” dapat digunakan khalayak umum untuk
mengetahui seberapa tinggi tingkat pengaruh game online Mobile
Legend terhadap kecerdasan emosi mahasiswa. 2. Instrumen ini dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka
pengumpulan data, karena hasil penghitungan menunjukan angka yang
mendekati 1.0, maka menjadi sangat reliable.
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 313
31. Instrumen Skala Motivasi Penggunaan Cadar Pada Mahasiswa
Oleh: Almanisa Nur Azizah Pasa ([email protected])
Professional Judgement: Slamet, S.Ag, M.Si.
A. Pengantar
Motif adalah daya upaya yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. motivasi adalah kondisi-kondisi atau keadaan yang
mengaktifkan atau memberi dorongan kepada manusia bertingkah laku
untuk mencapai tujuan. Berawal dari kata motif itu, maka motivasi dapat
diartikan sebagai daya penggerak yangtelah menjadi aktif.
Pendapat menurut Prof. Dr. Oemar Hamalik Motivasi adalah hal
yang mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan. Sedangkan menurut
Drs. Syaiful Bahri Djamrah dan Drs. Aswan Zein Motivasi adalah alat
yang mendorong manusia untuk berbuat, alat yang menentukan arah
perbuatan atau alat untuk menyeleksi perbuatan.
Cadar merupakan bagian dari kontruksi identitas dikalangan wanita
muslimah yang sudah menjadi pilihan hidupnya, sebab cadar dirasa bisa
memberi ketenangan batin bagi yang menggunakannya. Bahkan sudah
dijelaskan juga dalam syari’at Islam bahwa pakaian kaum wanita
dimaksudkan untuk mewujudkan dua tujuan utama, yakni untuk menutup
aurat serta menjauhi fitnah , pengistemewaan dan pemuliaan bagi kaum
wanita itu sendiri. Tidaklah benar apabila pilihan hidup seseorang dikaitkan
dengan perilaku yang ekstrim.
Skala ini dimaksudkan untuk menjelaskan motivasi seorang
mahasiswi dalam menggunakan cadar (penutup wajah). Motivasi ini
menunjukkan keseriusan seseorang mahasiswi dalam mengenakan cadar.
B. Pengembangan Instrumen Skala
Aspek yang mempengaruhi motivasi bercadar pada wanita terbagi
sebagai berikut:
1. Motivasi Ekstrinsik 2. Motivasi Instrinsik
No Item Variabel Aspek Indikator Deskriptor Jml
Favor Unfavo
314 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
able rable
Menggunak
an cadar
atas dasar
pemahama 1, 4 7 ,8 4
n akan
hukum
cadar
Pemaham
Menggunak
an cadar
an/Kognit
atas dasar
if 2, 5 9, 10 4
tekad yang
kuat pada
diri
Menggunak
Motiv an cadar
asi karena 3 6 2
Motivasi Instrin mencari
sik
ridho Allah
Pengguna
(Dala
Menggunak
an Cadar
m)
an cadar
Pada
sebagai 11, 14 13, 15 4
Mahasisw
identitas
i
muslimah
Menggunak
an cadar
Aktualisa sebagai 12, 16 17, 18 4
si Diri rangka
dakwah
Menggunak
an cadar
sebagai 19 20 2
bentuk
ketaqwaan
pada Allah
Motiv Menggunak
asi Media
an cadar
Ekstri karena 23 21 2 Sosial
nsik terpengaruh
(Luar) tren
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 315
Menggunak
an cadar
karena
ingin
meniru 24 22 2
gaya hidup
muslimah
yang
bercadar
Menggunak
an cadar
Status karena 27, 28 25, 26 4
mengejar
materi
Menggunak
an cadar 31, 32 29, 30 4
karena
jabatan
menggunak
an cadar
karena
melihat
Behavior
akhlakul 38, 39 37, 40 4
karimah
pada
muslimah
yang
bercadar
Menggunak
an sebagai
perlindunga
n atau 34, 35 33, 36 4
benteng
akhlak
pribadi
Jumlah 20 20 40
316 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
C. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No Pernyataan Jawaban
1. Saya menggunakan cadar karena cadar
SS S TS STS dianjurkan dalam agama
2. Saya memakai cadar karena kegigihan saya
SS S TS STS untuk berhijrah
3. Saya menggunakan cadar semata mata
SS S TS STS karena mencari Ridho-Nya
4. Saya memakai cadar karena mengikuti
SS S TS STS sunnah Rasulullah
5. Saya merasa percaya diri menggunakan
SS S TS STS cadar
6. Saya memakai cadar untuk mencari
SS S TS STS perhatian lawan jenis
7. Bagi saya cadar hanya wajib bagi istri
SS S TS STS Rasulullah saja
8. Saya merasa tidak semua ulama
SS S TS STS menganjurkan penggunaan cadar
9. Saya akan langsung melepas cadar bila
SS S TS STS terus ditekan oleh masyarakat
10. Saya merasa minder dalam bergaul SS S TS STS
11. Saya menggunakan cadar sebagai identitas
SS S TS STS seorang muslimah
12. Saya memakai cadar sebagai sarana dakwah
SS S TS STS amar ma’ruf nahi mungkar
13. Saya menggunakan cadar agar terlihat
SS S TS STS sebagai orang baik
14. Bagi saya identitas muslimah akan terjaga
SS S TS STS dengan menggunakan cadar
15. Saya merasa dengan memakai cadar orang
SS S TS STS akan menghormati saya
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 317
16.
Saya menggunakan cadar dalam rangka SS S
TS STS
menjaga lisan saya dalam bertutur kata
17.
Saya merasa besar kepala bila disebut SS S
TS STS
ustadzah
18.
Saya senantiasa menjaga image baik di SS S
TS STS
depan orang banyak
19.
Saya menggunakan cadar sebagai bentuk SS S
TS STS
ketaatan saya pada Allah Swt
20.
Saya merasa paling taat daripada kawan SS S
TS STS
yang lain
21.
Saya menggunakan cadar karena pengaruh SS S
TS STS
fashion kekinian
22.
Saya menggunakan cadar karena ingin SS S
TS STS
menjadi endorse suatu produk
23. Saya merasa cadar bukan pakaian kekinian SS S TS STS
24.
Saya merasa wanita bercadar tidak perlu SS S
TS STS
menampakkan dirinya di media sosial
25.
Saya memakai cadar untuk memenuhi SS S
TS STS
kebutuhan saya
26.
Saya akan melepas cadar bila itu SS S
TS STS
menyangkut masalah pekerjaan
27.
Saya akan bertahan dengan cadar walaupun SS S
TS STS
konsekuensinya besar
28.
Bagi saya cadar bukan suatu alat pemenuh SS S
TS STS
kebutuhan
29.
Saya memakai cadar karena agar di gelari SS S
TS STS
alim ulama/paham akan agama
30.
Saya memakai cadar agar dipandang orang SS S
TS STS
yang berkecukupan
31.
Bagi saya cadar bukan sebagai simbol SS S
TS STS
kepahaman akan agama
32.
Menurut saya berkecukupan bukan dilihat SS S
TS STS
dari busana yang kita kenakan
318 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
33. Saya menggunakan cadar sebagai
SS S TS STS pelindung saya dari kesalahan
34. Bagi saya cadar dapat menjadi pengukuh
SS S TS STS keimanan saya
35. Saya memakai cadar untuk menjaga diri
SS S TS STS saya dari perbuatan dosa
36. Bagi saya perbuatan dosa itu tidak ada
SS S TS STS sangkut paut dengan penggunaan cadar
Saya menggunakan cadar karena
37. terpengaruh oleh kelakuan yang SS S TS STS
diperlihatkan muslimah bercadar
38. Saya bercadar atas keinginan diri sendiri SS S TS STS
Saya memakai cadar karena terpaku dengan
39. tutur kata dan tingkah laku muslimah SS S TS STS
bercadar
Saya merasa tutur kata dan akhlak saya
40. akan berubah bila mana kita merubah SS S TS STS
penampilan kita
Alpha Cronbach’s = 0,757; Sampel = 32 orang
D. Klarisifikasi Item Shahih dan Item Gugur
Melalui analisis SPSS.20 dapat di klarifikasikan bahwa sebaran
item sahih dan item gugur adalah sebagai berikut :
Item Shohih Item Gugur
Item 1, 3, 4, 5, 6, 9, 11, 12, 13, 2, 7, 8, 10, 14, 15, 16, 17,
Pernyataan 19, 20, 21, 22, 24, 26, 27, 18, 23, 25, 30, 31, 32, 33,
28, 29, 34. 35, 36, 37, 38, 39, 40.
Jumlah 19 21
E. Penutup
Sesuai dengan hasil penelitian ini, instrumen ini boleh digunakan
khalayak umum guna maksud tertentu yang tidak merugikan.
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 319
32. Instrumen Skala Motivasi Belajar Pada Mahasiswa Asing
Oleh : Mr. Maposee Panawa ( [email protected] )
Professional Judgement : Zaen Musyrifin, S.Sos.I., M.Pd.I.
A. Pengertian
Instrumen merupakan alat bantu yang digunakan untuk
mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab
permasalahan penelitian. Dalam instrumen skala motivasi belajar ini,
mencoba dilakukan penelitian pada motivasi belajar pada mahasiswa asing.
Motivasi belajar dapat timbul karena factor intrinsik, berupa hasrat dan
keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita.
Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan
belajar kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Oleh karena itu,
berdasar teori Hamzah B.Uno (2006:23) instrumen ini dibuat untuk
mengetahui motivasi belajar yang sesuai pada mahasiswa asing.
B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologi
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling memengaruhi.
Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relative permanen dan secara
pontensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced
practice) yang diladasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.
Motivasi belajar dapat timbul karena factor intrinsik, berupa hasrat
dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-
cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan,
lingkungan belajar kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Skala
Instrumen skala motivasi belajar pada mahasiswa asing disusun berdasar
teori Hamzah B.Uno (2006:23) dengan aspek internal dan ekternal.
No Item
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
Jml
Favor Unfavo
able rable
Melakukan
Motivasi Adanya
kegiatan
belajar
yang
Aspek hasrat dan
pada menungjan 1, 3, 5 2, 6, 11 6
internal keinginan
mahasisw g
berhasil
a asing
keberhasila
n
Adanya Intensitas 4, 9, 10, 12, 6
320 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
dorongan dalam 17 24
dan belajar
kebutuhan
dalam
belajar
Mengetahui
Adanya sejauh
harapan mana 7,13,
16, 18,
dan cita- harapan
6
15,
25
cita masa dan cita-
depan cita masa
depan
Adanya Pengaruh
pengharga penghargaa 19, 21, 8, 22, 30
6
an dalam n dalam
23
Aspek belajar belajar
Ektern
Adanya Memiliki
al kegiatan tempat
yang untuk 14, 27, 20, 26, 6
menarik mengaktual
29
28
dalam isasikan
belajar diri
Jumlah 15 15 30
C. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No Pernyataan Jawaban
1 Saya mengikuti aturan yang ada dalam kelas SS S TS STS
2 Saya suka tidur dalam kelas saat kuliah
SS
S
TS STS
berlangsung
3 Saya mengikuti organisasi kampus SS S TS STS
4 Setiap kali dosen menyampaikan meteri saya
SS
S
TS STS
selalu mencatatnya
5 Ketika tidak ada jam kuliah saya mengikuti
SS
S
TS STS
seminar untuk menambah wawasan
6 Saya lebih suka mengisi waktu luang untuk
SS
S
TS STS
bermain game
7 Saya mengetahui hal-hal yang mendukung
SS
S
TS STS
cita-cita.
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 321
8 Saya semangat presentasi ketika teman
SS S TS STS memberikan apresiasi
9 Saya membaca buku sebelum masuk kuliah SS S TS STS
10 Saya tidak suka membaca buku kuliah SS S TS STS
11 Saya tidak mengikuti satupun organisasi yang
SS S TS STS ada di kampus
12 Ketika dosen menyampaikan materi saya main
SS S TS STS ngobrol sama teman
13 Saya kuliah sesuai keinginan sendiri SS S TS STS
14 Saya lebih suka belajar di luar kelas SS S TS STS
15 Saya memahami bakat dan minat yang ada
SS S TS STS dalam diri
16 Saya merasa bingung terhadap kemampuan
SS S TS STS diri sendiri
17 Saya belajar setiap hari SS S TS STS
18 Saya tidak mempelajari hal-hal yang
SS S TS STS mendukung cita-cita
19 Saya semangat kuliah kareana kemauan diri
SS S TS STS sendiri
20 Saya tidak tertarik dengan metode
SS S TS STS pembelajaran yang mengedepankan teori saja
21 Sayasukamenjawabpertanyaan-
SS S TS STS pertanyaandosen
22 Saya mau menjawab pertanyaan ketika diberi
SS S TS STS nilai
23 Saya semangat presentasi meski tidak ada
SS S TS STS dukungan dari siapa pun
24 Saya belajar ketika ada ujian saja SS S TS STS
25 Sayakuliahmengikutikeinginan orang tua SS S TS STS
26 Saya malas belajar di dalam kelas SS S TS STS
27 Saya menambah wawasan melalui diskusi SS S TS STS
28 Saya jarang melakukan diskusi bersama
SS S TS STS teman-teman
29 Saya lebih tertarik dengan metode
SS S TS STS pembelajaran yang disertai praktek
30 Saya semangat kuliah karena ada teman
SS S TS STS mengingatkan tugas yang belum mengerjakan
Alpha Cronbach’s=0,672 ;Sampel = 49 Orang
322 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
D. Klasifkasi Item Shahih dan Item Gugur
Melalui analisis SPSS.20 dapat diklafikasikan bahwa sebaran
item gugur dan item shahih adalah sebagai berikut:
Item Shohih Item Gugur
Item 2, 6, 10, 11, 12, 19, 1, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 13, 14, 15,
Pernyataan 20, 26, 29 16, 17, 18, 21, 22, 23, 24, 25,
27, 28, 30
Jumlah 9 21
E. Penutup
Berdasar uij coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Instrumen Skala Motivasi Belajar pada Maha Siswa Asing dapat
digunakan untuk khalayak umum untuk mengetahui seberapa
rendahnya tingkat motivasi belajar pada mahasis asing. 2. Instrumen tergolong dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka
pengupulan data kerena realiabilitas instrumen hampir mencapai nilai
0,7 yakni sebesar 0,672.
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 323
33. Instrumen Skala Tingkat Kesadaran Agama Santri Dalam
Lingkungan Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta
Oleh: Najuba Zain ( [email protected] ) Professional Judgement: Slamet, S.Ag., M.Si.
A. Pengantar
Menurut Zakiah Daradjat kesadaran agama (religious
counsciousness) adalah bagian atau segi agama yang hadir (terasa) dalam
pikiran yang merupkan aspek mental dari aktivitas agama. Dalam
kaitannya psikologi agama hanya mempelajari dan meneliti fungsi-fungsi
jiwa yang memantul dan memperlihatkan diri dalam perilaku dalam
kaitannya dengan kesadaran agama. Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat
menyatakan bahwa lapangan psikologi agama memcakup proses beragama,
perasaan dan kesadaran agama dengan pengaruh dan akibat-akibat yang
dirasakan sebagai hasil dari keyakinan (terhadap suatu agama yang dianut).
Kesadaran agama pada seseorang, pengaruhnya dapat terlihat dalam
kelakuan dan tindak agama orang itu dalam kehidupannya ( Zakiah
Daradjat:15).
Sebuah instrumen sangat berguna dalam memberi jawaban atas
fakta yang sesuai dilapangan. Alat ukur yang digunakan untuk
mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab
permasalahan penelitian inilah yang dinamakan dengan instrumen.
Instrumen ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesadaran agama
santri dalam melakukan ibadah dhohiriyah. Adanya instrumen ini dapat
memudahkan seseorang dalam proses pencarian data yang dibutuhkan
untuk membantu seberapa jauh dan seberapa sadar santri dalam melalukan
ibadah yang benar-benar nyata atau dhohir dilingkungan pesantren.
Berada di lingkungan pesantren tentunya tidak terlepas dari segala
macam aturan yang telah dibuat. Baik itu peraturan mengenai kegiatan
mengaji, jamaah dan lain sebagainya. Maka dari itu sudah menjadi
kewajiban bagi santri untuk mengikuti kegiatan tersebut dalam rangka
untuk menjalankan dan mengamalkan ilmu-ilmu yang diperoleh ketika
mengaji. Ibadah yang dilakukan ini tentunya tidak terlepas dari ibadah
yang telah menjadi kebiasaan sehari-hari yang dilakukan oleh santri.
324 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Mengenai kesadaran agama, ibadah yang dilakukan yaitu jenis
ibadah dhohiriyah. Ibadah dhohiriyah disini maksudnya segala jenis ibadah
yang terlihat atau yang nampak secara nyata. Maka untuk itu, pentingnya
instrumen ini yaitu untuk mengetahui seberapa sadar santri dalam
melakukan ibadah yang bersifat dhohiriyah tersebut. Skala instrumen ini
disusun berdasarkan aspek-aspek kesadaran agama . Aspek-aspek tersebut
antara lain yaitu aspek pikiran dan aspek tindakan.
No Item
Variabel
Jml Aspek Indikator Deskriptor
Favor Unfavo
able rable
Mampu
memahami
Memaha isi kitab- 24, 28 42, 43 4
mi ilmu- kitab yang
ilmu telah dikaji
agama
Mampu
yang telah memahami
diajarkan isi Al- 19,,32
29, 45, 5
di Quran 48
pesantren dengan
baik
Santri
mampu
memahami
dengan
Pikira Mendala
baik 4, 8 23, 10 4
permasalah Kesadara n mi ilmu
an sehari-
n Agama
yang
hari tentang
santri
didapat
kesadaran
sesuai
agama
dengan
Santri
keadaan
belajar
11,20, 22, 33,
untuk 7
35 41, 47, menjadi
lebih baik
Santri 1, 2, 9, 25, 39 7
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 325
melakukan 12, 37
sholat
Melakuka berjamaah
n aktivitas dan
yang ada berdzikir
Tindak di setiap
an pesantren sholat
Santri
melakukan
kegiatan 17, 31,
mengaji Al-
34, 36, 16, 44
8
Qur;andan
38, 40
kitab serta
menerapka
nnya
Santri
melakukan 7,
sholat dan 21,26, 3, 6, 30 7
Melakuka
puasa 50
sunah
n ibadah
Santrimela
sesuai
kukan
15,13,
syariat
ibadah- 14, 27, 5, 18,49
8
ibadah 46,
ringan
Jumlah 29 21 50
C. Item Pernyataan dan Reliabilitas
No Pernyataan Jawaban
1
Saya selalu mengerjakan ibadah sholat wajib SS
S
TS STS
setiap hari
2
Saya mengerjakan sholat wajib setelah SS
S
TS STS
mendengar adzan berkumandang
3
Saya sering melakukan sholat tahajud setiap SS
S
TS STS
mempunyai hajat saja
4
Saya akan segera berdoa setelah mendengar SS
S
TS STS
adzan
326 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
5 Saya enggan menerapkan kebiasaan senyum
SS S TS STS
dan sapa dilingkungan pesantren
6 Saya merasa puasa ramadhan sebagai ibadah
SS S TS STS
yang sangat berat
7 Setiap puasasunah saya menjauhi perbuatan
SS S TS STS
maksiat yang dilarang agama
8 Saya akan bersabar ketika mendapat nusibah
SS S TS STS
yang berat
9 Saya beristighfar minimal 100 kali setiap hari SS S TS STS
10 Jika keinginan saya tidak terpenuhi , saya
SS S TS STS
menyalahkan takdir
11 Ketika melihat keadaan musala yang kotor,
SS S TS STS
saya akan membersihkannya dengan segera
12 Saya selalu istiqomah berdzikir setiap selesai
SS S TS STS
mengerjakan shalat
13 Saya selalu mendoakan kedua orang tua SS S TS STS
14 Saya bahagia ketika mendapatkan pujian dari
SS S TS STS
orang lain
15 Mengerjakan tugas piket pondok merupakan
SS S TS STS
kewajiban kita sebagai santri
Saya malas untuk mengikuti kajian
16 keagamaan yang diselenggarakan di SS S TS STS
pesantren
17 Sebelum tidur saya akan berwudlu terlebih
SS S TS STS
dahulu
Saya bersyukur atas nikmat yang telah
18 diberikan oleh Allah SWT dengan cara SS S TS STS
berhura-hura
19 Ketika berbuat salah, akan segera minta
SS S TS STS
maaf dan mohon ampun kepada Allah SWT
20 Saya menganggap menjaga kebersihan
SS S TS STS
termasuk salah satu ibadah
Saya menganggap Istiqomah bangun malam
21 untuk melakukan sholat tahajud merupakan SS S TS STS
sesuatu yang mudah dilakukan
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 327
Rezeki yang saya miliki adalah hasil dari
22 keringat sendiri tanpa ada campur tangan dari SS S TS STS
Allah SWT
23 Saya menganggap membangunkan santri
SS S TS STS diwaktu subuh merupakan ibadah yang berat
24 Menurut saya senyum merupakan ibadah
SS S TS STS yang ringan
25 Saya menganggap berdzikir dan berdoa
SS S TS STS setelah sholat merupakan hal yang berat
26 Setiap hari saya melakukan sholat dhuha SS S TS STS
27 Mempelajari ilmu umum merupakansalah
SS S TS STS satu bentuk ibadah
28 Ketika melihat teman yang terkena musibah SS S TS STS
saya merasa iba dan berusaha untuk
membantunya
29 Saya menganggap sedekah akan mengurangi SS S TS STS
harta yang saya miliki
30 Setelah mendapatkan rezeki, Saya SS S TS STS
meninggalkan kebiasaan sholat dhuha setiap
pagi
31 Saya berbagi ilmu dengan mengajar anak- SS S TS STS
anak mengaji Al Quran
32 Setiap minggu saya menyisihkan uang untuk SS S TS STS
bersedekah
33 Saya membantu teman yang kesusahan jika SS S TS STS
diberi imbalan yang setimpal
34 Saya sering mengikuti tadarusan Al-Quran SS S TS STS
tiap malam
35 Menjaga wudhu merupakan salah satu bentuk SS S TS STS
ibadah
36 Saya berdoa sebelum dan setelah tidur SS S TS STS
37 Walaupun sakit saya tetap melaksanakan SS S TS STS
sholat dengan keadaan semampunya
38 Saya berdoa sebelum dan setelah makan SS S TS STS
328 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
39 Saya melakukan sholat jamaah karena ada SS S TS STS
peraturan pondok
40 Ada atau tidak adanya absen saya tetap SS S TS STS
mengikuti kegiatan mengaji Al Quran
41 Menolong orang yang berbeda keyakinan SS S TS STS
agama dengan kita , tidak akan berdampak
baik untuk diri sendiri
42 Ketika ada yang mengucapkan salam, saya SS S TS STS
akan membiarkan saja tanpa menjawab
43 Saya tidak percaya jika musibah yang saya
SS
S TS
STS
hadapi adalah kehendak Allah SWT
44 Saya mudah pupus harapan ketika
SS
S TS
STS
pertolongan Allah tidak kunjung datang
45 Saya akan memilih-milih ketika akan
SS
S TS
STS
membantu orang lain
46 Saya melaksanakan sunah Nabi Muhammad
SS
S TS
STS
SAW agar duduk ketika makan dan minum
47 Saya tidak peduli ketika ada santri yang
SS
S TS
STS
perbuatannya melanggar syariat
48 Saya tidak mudah memaafkan kesalahan
SS
S TS
STS
orang lain
49 Dengan bersyukur, rejeki kita tidak akan
SS
S TS
STS
bertambah
50 Saya melakukan sholat rawatib sebelum dan
SS
S TS
STS
setelah sholat fardhu
Alpha Cronbach’s = 0,880 ; Sampel = 50 Orang
D. Klasifikasi Item Shahih dan Item Gugur
Melalui analisis SPSS.20 dapat diklasifikasikan bahwa sebaran Item
shohih dan Item gugur adalah sebagai berikut :
Item Shahih Item Gugur
1, 2, 4, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13,
Item 15, 16, 17, 19, 20, 24, 25, 26, 3, 5, 6, 14, 18,
Pernyataan 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 21, 22, 23, 39,
35, 36, 37, 38, 40, 41, 42, 43, 48
44, 45, 46, 47, 49, 50.
Jumlah 40 10
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 329
E. Penutup
Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Instrumen Skala Tingkat Kesadaran Santri dalam Lingkungan
Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta dapat digunakan untuk
khalayak umum untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat kesadaran
agama santri yang sedang belajar menuntut ilmu di pesantren. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka
pengumpulan data karena semakin mendekati angka satu maka data
semakin reliabel, dan hasil dari penghitungan menunjukkan angka
sebesar 0,880.
330 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
34. Instrumen Skala Efikasi Diri Dalam Menghadapi Masalah
Pada Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Oleh: Rizke Yuana Fahdila Lara Astri ([email protected]) Professional Judgment: Zaen Musyrifin, S. Sos. I., M. Pd. I.
A. Pendahuluan
Instrumen merupakan alat ukur yang berisi data-data informatif
mengenai suatu permasalahan dalam penelitian. Instrumen ini
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar kepercayaan diri dan
kemampuan seseorang dalam menguasai dirinya ketika menghadapi
masalah. Individu yang dihadapkan terhadap suatu masalah, efikasi
dirinya akan menunjukkan reaksi apa yang terjadi antara reaksi emosi
dan usahanya dalam menghadapi masalah. Efikasi dapat berpengaruh
dalam kehidupan, yaitu seseorang dapat memililih tingkah laku yang
tepat, memiliki motivasi yang tinggi terhadap usaha, mampu bertahan
dalam menghadapi masalah, memiliki pola pikiran yang fasilitatif, serta
lebih tahan terhadap stress. Efikasi diri yang rendah dapat
mempengaruhi hasil tugasnya dalam mencapai hasil tertentu.
B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Menurut Bandura (1977) efikasi diri berhubungan dengan
keyakinan seseorang untuk mempergunakan kontrol pribadi pada
motivasi, kognisi, afeksi pada lingkungan sosialnya. Efikasi diri adalah
keyakinan bahwa seseorang mampu melaksanakan tugas, mencapai
tujuan, atau mengatasi rintangan. Selanjutnya Bandura menjelaskan
bahwa individu cenderung menghindari atau bahkan lari dari situasi
yang diyakini bahwa individu tidak mampu untuk menghadapinya.
Bandura juga mengatakan bahwa efikasi juga berpengaruh dalam
perilaku. Skala efikasi disusun berdasarkan teori tentang aspek-aspek
efikasi diri yang dikemukakan oleh Bandura magnitude, generality, dan
strength.
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 331
No. Item
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
Jml
Favor Unfavora
able ble
Sama sekali
tidak yakin 1, 2 4 3
mampu
melakukan
Aspek Tingkat magnit kesulitan Yakin
8, 19,
mampu 21 4
ude tugas
22
melakukan
Kadang
yakin 25, 36 33 3
mampu
melakukan
Skala
Sumber
efikasi
13, 18 3, 20 4
daya sosial
diri dalam
menghada
Kompetisi
pi
akademik
masalah
Regulasi 12 7, 10, 29 4
pada
diri dalam
Mahasisw
belajar
a
Aspek Luas
Memanfaat
kan waktu
genera bidang
luang dan 26, 27, 32 4
lly tugas
kegiatan 28
ektrakuliku
ler
Efikasi diri
dalam
regulasi
dan 11, 14 31 3
pengharapa
n orang lain
332 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
Efikasi diri 16 30, 34 3
akademis
Kemampu
Aspek an,
Efikasi diri
strengt keyakinan
9, 17 6, 15 4
sosial
h , dan
kekuatan Efikasi diri
dan 5 23, 24, 35 4
regulasi diri
Jumlah 19 17 36
C. Item Pernyataan dan Reliabilitas
No Pernyataan Jawaban
1 Saya tidak yakin saya dapat menyelesaikan
SS S
TS STS
masalah saya
2 Saya selalu meminta bantuan teman saya
SS S
TS STS
ketika mendapat tugas berat
3 Saya mengabaikan saran orang lain ketika
SS S
TS STS
memecahkan masalah
4 Saya sering dimintai bantuan teman dalam
SS S
TS STS
menghadapi masalahnya
5 Saya selalu lari dari masalah SS S TS STS
6 Saya tidak suka jika ada teman yang ikut
SS S
TS STS
campur dalam masalah saya
7 Saya merasa tugas-tugas dari dosen adalah
SS S
TS STS
masalah bagi saya
8 Saya selalu yakin dalam mememecahkan
SS S
TS STS
masalah
9 Saya selalu bercerita kepada orang lain
SS S
TS STS
ketika ada masalah
10 Nilai saya selalu turun ketika sedang berada
SS S
TS STS
dalam masalah
11 Saya selalu bersabar dalam segala situasi SS S TS STS
12 Saya tetap giat belajar meski frustasi SS S TS STS
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 333
13
Motivasi orang-orang sangat penting bagi SS S
TS STS
saya
14 Saya selalu diminta tegar oleh orang-orang SS S TS STS
15 Menyendiri lebih baik bagi saya SS S TS STS
16
Saya semakin semangat belajar ketika ada SS S
TS STS
masalah yang sedang saya hadapi
17
Teman-teman selalu membantu saat saya SS S
TS STS
berada dalam kesulitan
18
Saya selalu pergi mencari bantuan ke SS S
TS STS
konselor atau seseorang yang professional
19
Saya lebih yakin pada diri saya daripada SS S
TS STS
dibantu teman saat menghadapi masalah
20
Saya menutup diri dari orang-orang saat SS S
TS STS
saya frustasi
21
Saya bergantung kepada orang lain secara SS S
TS STS
terus-menerus
22
Saya cepat mengambil keputusan ketika SS S
TS STS
menghadapi masalah
23 Saya tidak pernah ragu pada pilihan saya SS S TS STS
24
Saya tidak pandai dalam menyikapi SS S
TS STS
masalah
25
Saya selalu bimbang dalam mengambil SS S
TS STS
keputusan saat menyelesaikan masalah
26 Saya pergi ketempat rekreasi ketika jenuh SS S TS STS
27
Saya selalu membaca artikel-artikel yang SS S
TS STS
berkaitan dengan masalah yang saya alami
28
Saya bersikap baik kepada semua orang SS S
TS STS
meski saya sedang ada masalah
Tugas-tugas kuliah saya tidak selesai
29 dengan baik ketika saya ada masalah SS S TS STS
pribadi
30
Saya sering merasa menyesal setelah SS S
TS STS
melakukan tindakan
334 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
31 Saya malas beraktivitas ketika dalam
SS S TS STS
masalah
32 Saya tipe orang yang kurang menerima
SS S TS STS
saran
33 Saya merasa tidak pernah puas terhadap
SS S TS STS
hasil kerja saya
Saya sering melampiaskan emosi kepada
34 orang-orang yang ada di dekat saya SS S TS STS
meskipun dia tidak tahu apa-apa
35 Saya sering marah kepada diri sendiri
SS S TS STS
ketika masalah tidak selesai-selesai
36 Saya ragu masalah saya berakhir dengan
SS S TS STS
cepat
Alpa Cronbach’s = 0,281; Sampel = 36
D. Klasifikasi Item Gugur dan Item shoih
Klasifikasi item dilakukan untuk mengetahui item-item pernyataan
mana saja yang shohih dan yang gugur. Dari 36 item yang dimiliki, berikut
adalah hasilnya:
Item Shohih Item Gugur
Item
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13,
Pernyataan
32, 33, 34, 35 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23,
24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 36
Jumlah 4 32
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 335
E. Penutup
Efikasi diri merupakan salah satu pengetahuan tentang diri sendiri
untuk mengukur kemampuan dalam menghadapi suatu tugas atau masalah.
Hal ini bertujuan agar mahasiswa mampu menentukan tindakan apa yang
akan ia lakukan dalam mengahadapi masalahnya, serta dapat
menumbuhkan kepercayaan diri mereka bahwa masalah tersebut dapat
segera terselesaikan.
Berdasarkan hasil yang dibagikan kepada 45 responden diperoleh
nilai sebesar 0,281. Hasil ini menunjukkan bahwa instrument ini tidak
layak untuk digunakan.
336 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
35. Instrumen Bimbingan Keagamaan bagi Siswa Learning Disabilities
Oleh : Umi Mutiatul Khoiroh ( [email protected] ) Profesional Judgement : Dr. Irsyadunnas, M. Ag
A. Pengantar
Kegiatan belajar sebagai suatu kewajiban bagi manusia menjadi
kegiatan yang diprioritaskan oleh banyak orang. Lebih-lebih para orang
tua yang menginginkan putra puri mereka mendapatkan prestasi
akademik dengan nilai yang sangat baik. Dengan belajar, maka setiap
orang akan saling bertukar informasi, baik berupa ilmu pengetahuan
maupun pengalaman lebih-lebih untuk mengenal diri dan penciptanya,
yaitu Allah SWT.
Berkaitan dengan tujuan belajar, Imam Al Ghazali menyatakan,
“Hasil dari ilmu pengetahuan yang sesungguhnya adalah mendekatkan
diri kepada Allah, Tuhan Sekalian alam, dan menghubungkan diri
dengan malaikat yang tinggi dan berkumpul dengan alam arwah. Semua
itu adalah keaguangan dan penghormatan secara naluriyah.” Dari
pendapat Al Ghazali dapat dipahami bahwa agama memiliki peran yang
sangat penting dalam mendukung proses kegiatan belajar. Dengan nilai-
nilai agama, manusia akan memiliki dasar dan motivasi dalam
melakukan aktifitas dan mencapai tujuan sesuai dengan ajaran
agamanya.
Melihat besarnya pengaruh nilai-nilai agama dalam kehidupan
manusia, instrumen ini disusun untuk mengukur efektifitas bimbingan
keagamaan bagi anak yang termasuk ke dalam kategori learning
disabilities. Dengan adanya instrumen ini diharapkan mampu membantu
orang tua dan guru di sekolah dalam memberikan bimbingan keagamaan
pada anak learning disabilitiesuntuk mendukung proses belajarnya.
B. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Bimbingan keagamaan adalah proses pemberian bantuan berupa
berupa pertolongan mental dan spiritual yang diberikan kepada seseorang
yang memiliki kesulitan baik batiniyah maupun ruhaniyah agar mampu
mengatasi masalah dengan kemampuan pribadinya melalui dorongan dari
kekuatan iman dan taqwa kepada Tuhannya. Melalui instrumen ini
bimbingan keagamaan akan diterapkan pada siswa sekolah tingkat dasar
yang tergolong sebagai learning disabilities, yaitu suatu
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 337
gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologi dasar yang
mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ajaran atau lisan.
Instrumen ini diukur berdasarkan teori Al Ghazali yang memiliki lima
aspek, yaitu keimanan, akhlak, akal, sosial, dan jasmani.
No Item
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
Jml Favor Unfavor
able abel
Mampu Mampu
mengenal meyakini
dan keberadaan 1,2 3 3
meyakini Tuhan nya
Tuhannya yang Esa
serta
Mampu
percaya meyakini
dengan ajaran
risalah agama yang 4,6 5 3
yang dibawa
dibawa oleh rosul-
Keima utusan Nya rosul Nya
nan
Mampu Mampu
Bimbing memahami menyelesai
ajaran kan
an
Islam masalah
Keagam
7,8 9 3 berdasarka berdasarka
aan
n al Qur’an n tuntunan
dan Haidts al Qur’an
serta dan Hadis
mampu
Mampu
meyakini meyakini 10,11 12 3
adanya hari adanya hari
akhir pembalasan
Mampu Mampu
berperilaku mengetahui
Akhla
sesuai perbuatan 13,14,
ajaran yang 16 4 k 15
Islam dilarang
dengan dan
kesadaran diperintahk
338 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
sendiri an sesuai
ajaran
Islam
Mampu
melakukan
ibadah 18,19 17 3
dengan
baik dan
benar
Mampu
Mampu
melakukan
melakukan
aktifitas
rutinitas
keagamaan
secara 20 21 2
dengan berkala dan
konsisten
tetap
dan tanpa
(istiqomah)
paksaan
Mampu
Mampu menahan
mengungka amarah
pkan ketika
perasaan marah dan 22 23 2
emosionaln berbagi
ya dengan kebahagiaa
baik n dikala
bahagia
Memiliki Mampu
pengetahua memahami
n mengenai dan
agama dan memberika
mampu n respon 24,25 26 3
menerima terhadap
Akal
hal-hal pengetahua
yang baru n seputar
didapat agama
Mampu Mampu
melakukan menyeleksi
pertimbang perbuatan 27,28 29,30 4
an antara yang baik
yang baik dan buruk
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 339
dan buruk Memberika
n respon
yang tegas
apabila ada 31,32 33,34 4
ajakan
untuk
melakukan
sesuatu
Mampu
Mampu berperilaku
memahami dengan 35,36 37 3
norma- baik
norma yang terhadap
sesuai sesama
ajaran
Mampu
agama menghargai 38 39 2
orang lain
Sosial
Mampu
memberika
Mampu n bantuan 40,41 42 3
memahami kepada
bahwa yang
manusia kesulitan
adalah
Mengikuti
makhluk pengajian
sosial atau majlis 43,44 45 3
di sekitar
rumah
Mampu
mengetahui
Mampu
jumlah
asupan
menerapka
makanan 46,47 48,49 4
n pola
Jasma dan
hidup sehat
ni minuman
sesuai
yang halal
ajaran
dan tepat
Islam
Mampu
melakukan 50 51 2
olahraga
340 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
ringan
secara
konsisten
Jumlah 30 21 51
C. Item Pernyataan dan Reabilitas
No Pernyataan Jawaban
SS S
TS STS
1. Saya percaya bahwa Allah adalah Tuhan
SS S
TS STS Yang Maha Esa
2. Saya tidak percaya bahwa ada Tuhan lain
SS S
TS STS untuk disembah selain Allah
3. Saya tidak percaya bahwa Allah itu tidak ada SS S TS STS
4. Saya percaya bahwa Nabi dan Rosul itu
SS S
TS STS adalah utusan Allah
5. Saya tidak percaya bahwa para Nabi dan
SS S
TS STS Rosul itu dapat dipercaya
6. Saya percaya bahwa ajaran yang di bawa
SS S
TS STS Nabi dan Rosul adalah benar
7. Saya percaya bahwa Al Qur'an dan Hadits
SS S
TS STS adalah pedoman dalam bertindak
8. Semua perbuatan sudah di atur dalam Al
SS S
TS STS Qur'an dan Hadits
9. Saya tidak percaya adanya Al Qur'an dan
SS S
TS STS hadits
10. Semua perbuatan akan dimintai pertanggung
SS S
TS STS jawaban oleh Allah
11. Saya percaya adanya hari kiamat
SS S
TS STS
12. Saya tidak percaya adanya Surga dan Neraka
SS S
TS STS
13. Mencuri adalah perbuatan yang sangat buruk
SS S
TS STS dan dilarang agama
14. Saya akan membalas jika saya di perlakukan
SS S
TS STS tidak baik
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 341
15. Sedekah adalah perbuatan yang sangat baik SS S TS STS
16. Saya tidak suka membantu orang lain SS S TS STS
17.
Saya tidak tahu cara berwudhu yang baik dan SS S
TS STS
benar
18.
Menutup aurat adalah syarat sah dalam SS S
TS STS
ibadah sholat
19.
Membaca Al Qur'an mampu membuat hati SS S
TS STS
tenang
20.
Saya selalu melaksanakan sholat 5 waktu SS S
TS STS
tanpa dipaksa
21.
Saya tidak suka ketika saya dipaksa untuk SS S
TS STS
mengaji
22.
Saya akan diam saja ketika ada yang tidak SS S
TS STS
sengaja menabrak saya hingga terjatuh
23.
Saya tidak suka berbagi makanan kepada SS S
TS STS
teman saya
24.
Saya akan menegur teman saya yang berbuat SS S
TS STS
tidak baik kepada teman yang lain
25.
Saya percaya bahwa bencana alam adalah SS S
TS STS
teguran dan cobaan dari Allah
26.
Saya tidak peduli apabila ada yang SS S
TS STS
membuang sampah sembarangan
27.
Berkelahi adalah perbuatan yang tidak SS S
TS STS
disukai oleh Allah
28.
Saya akan marah ketika perkataan saya tidak SS S
TS STS
didengarkan
29.
Saya tidak suka berteman dengan orang yang SS S
TS STS
tidak sama dengan saya
30.
Saya tidak suka menabung uang sisa uang SS S
TS STS
jajan saya
31.
Saya akan menolak ketika saya diajak SS S
TS STS
bermain game on line
32.
Saya bersemangat ketika diajak silaturahim SS S
TS STS
ke sanak keluarga
33.
Saya tidak suka ketika diajak bermain pada SS S
TS STS
sore hari menjelang Maghrib
34.
Saya tidak suka menolak ketika Ayah SS S
TS STS
mengajak saya ke Masjid untuk mengaji
342 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
35. Saya senang mengikuti kerja bakti di desa SS S TS STS
36. Saya akan berbagi bekal makanan kepada
SS S TS STS teman-teman ketika di sekolah
37. Saya tidak suka memberi uang kepada
SS S TS STS pengamen di perempatan jalan
38. Saya akan mendengarkan dengan baik ketika
SS S TS STS guru/teman saya sedang berbicara
39. Saya akan membuang barang yang diberikan
SS S TS STS teman saya ketika saya tidak menyukainya
40. Saya akan menjenguk teman saya yang
SS S TS STS sedang sakit
41. Saya senang membantu ibu saat menyapu
SS S TS STS halaman rumah
42. Saya tidak suka membantu orang yang pernah
SS S TS STS menyakiti saya
43. Saya senang mengikuti kegiatan TPA/TPQ di
SS S TS STS masjid
44. Saya selalu mengikuti pengajian yang ada di
SS S TS STS masjid
Saya tidak suka ketika ada pengajian disekitar
45. rumah karena mengganggu saya ketika SS S TS STS
sedang belajar
46. Saya selalu mengambil makanan saya sendiri
SS S TS STS secukupnya agar tidak tersisa
47. Saya berhenti makan ketika saya sudah
SS S TS STS kenyang
48. Saya tidak suka membuang makanan sisa
SS S TS STS ketika saya tidak habis
49. Saya tidak mau makan jika makanannya tidak
SS S TS STS saya sukai
50. Saya senang bersepeda bersama teman-teman
SS S TS STS ketika sepulang sekolah
51. Saya tidak suka berlari karena membuat saya
SS S TS STS lelah
Alpha Cronbach’s = 0.774; Sampel = 79 siswa
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 343
D. Klasifikasi Item Gugur dan Item Shohih
Berdasarkan hasil analisis dari SPSS 15, menunjukkan hasil
sebagai berikut :
Item Shahih Item Gugur
Item 1, 4, 5, 6, 7, 9, 13, 2, 3, 8, 10, 11, 12, 14, 15, 17, 18,
16, 23, 24, 25, 29, 19, 20, 21, 22, 26, 27, 28, 30, 31, Pernyataan
32, 35, 40, 41, 43, 33, 34, 36, 37, 38, 39, 42, 44, 46,
45, 49, 51 47, 48, 50
Jawab 19 32
E. Penutup
Berdasarkan ujicoba yang telah dilakukan penulis dapat
memperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Instrumen Bimbingan Keagamaan bagi Siswa Learning Disabillities
dapat digunakan oleh khalayak umum untuk mengetahui pemahaman
agama bagi siswa kelas V yang tergolong ke dalam kategori learning
disabilities atau mengalami kesulitan dalam belajar sebelum
dilaksanakannya bimbingan keagamaan. Setelah melakukan assesmen
dan kemudian bimbingan keagamaan, maka instrumen ini bisa
diterapkan kembali untuk melakukan perbandingan sebelum
diadakannya bimbingan keagamaan dan sesudah bimbingan
keagamaan. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka
pengumpulan data karena realibilitas instrumen > 0,7 yaitu 0,774.
344 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
36. Kepercayaan Diri Difabel Dalam Bersosialisasi Dilingkungan
Kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Oleh : Yusuf Al Rais Professional Judgement : Zaen Musyrifin, S.Sos.I, M.Pd.I.
A. Pengantar
Instrumen penelitian adalah sebuah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab
permasalahan penelitian. Instrumen dapat juga diartikan sebagai alat
bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya
mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
dipermudah olehnya. Alasan instrumen kepercayaan diri difabel dalam
bersosialisasi agar difabel dapat mengembangkan dirinya untuk bergaul
dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya dan dapat mengenal
lingkungan sekitarnya dengan baik. Agar difabel lebih percaya diri dalam
bergaul dengan siapapun dan dapat menghargai lingkungan sekitarnya.
B. Pengantar Instrument Kepercayaan Diri
Menurut Hygiene Kepercayaan Diri adalah penilaian yang relatif
tetap tentang diri sendiri, mengenai kemampuan, bakat, kepemimpinan,
inisiatif, dan sifat-sifat lain, serta kondisi-kondisi yang mewarnai
perasaan manusia (iswidharmanjaya & Enterprise, 2014:20-21). Faktor-
faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri sebagai upaya untuk
mencegah rasa malu dan perilaku tertutup dengan lingkungan sekitar.
No. Item
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
Jml Favor Unfavor
able able
Kepercay Diri
aan Diri kepribadian 2, 6, 7,
Difabel mempengaru 1, 3, 4,
9, 10,
dalam
hi rasa 11, 12,
Kepribadi 5, 8,
Bersosiali Internal kepercayaan 13, 14, 24 an 16,17,
sasi
diri sehingga 15, 18,
21, 23
Dilingkun
dapat 19, 20,
gan mendorong 22, 24
kampus individu
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 345
UIN dalam proses
Sunan sosialisasi
Kalijaga atau
Yogyakar pergaulan
ta dan dapat
mempengaru
hi proses
sosialisasi
dalam
lingkungan
sekitar
Lingkungan
sekitar dapat
mempengaru
hi proses
sosialisasi
seseorang
atau individu
jika
lingkungan
tidak
mendukung
proses
Ekster Lingkung adaptasi 25, 27
26, 28, 6
nal
an sosialisasi 29, 30
maka akan
menghambat
proses
sosialisasi
tersebut
sehingga
dapat
berdampak
negatif dan
tidak dapat
bersosialisasi
dengan baik
Jumlah 11 19 30
346 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
C. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No Pernyataan Jawaban
1 Saya sangat bersemangat ketika bertemu
SS S TS STS
dengan teman baru
2 Saya senang ketika teman saya menyapa
SS S TS STS
saya
3 Saya mudah sekali bergaul dengan siapa
SS S TS STS
pun
4 Saya tidak malu berteman dengan siapa pun SS S TS STS
5 Saya lebih suka berkumpul bersama teman-
SS S TS STS
teman dari pada menyendiri
6 Ketika saya berada ditengah banyak orang
SS S TS STS
saya tidak merasa minder
7 Saya tidak suka ketika saya tidak
SS S TS STS
diperhatikan oleh teman saya
8 Saya lebih suka menyendiri dari pada
SS S TS STS
berkumpul bersama teman-teman
9 Dengan bersosialisasi saya mendapatkan
SS S TS STS
banyak pengalaman baru
Dengan bersosialisasi saya dapat
10 mengetahui karakteristik orang yang ada di SS S TS STS
sekitar saya
11 Saya percaya diri bersosialisasi dengan
SS S TS STS
siapa pun
12 Saya lebih selektif pada saat membicarakan
SS S TS STS
hal-hal pribadi kepada teman saya
13 Ketika ada waktu luang saya lebih suka
SS S TS STS
berkumpul dan bersosialisasi dengan teman
14 Dengan sering bersosialisasi saya dapat
SS S TS STS
mengendalikan ego saya
Memiliki banyak teman memudahkan saya
15 dalam melakukan sesuatu yang SS S TS STS
berhubungan dengan perkuliahan
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 347
16 Saya tipe orang yang terbuka dengan
SS S TS STS siapapun
17 Saya mudah berbaur dimana pun saya
SS S TS STS berada
18 Saya lebih selektif dalam memilih teman SS S TS STS
Dengan bersosialisasi saya dapat
19 mempererat persahabatan dengan teman SS S TS STS
saya
20 Bersosialisasi dengan teman bagi saya
SS S TS STS sangatlah penting
21 Saya kurang terbuka saat mengobrol
SS S TS STS dengan orang lain
22 Saya tipe orang yang tidak mudah bergaul
SS S TS STS dengan siapapun
23 Ketika sedang bersama teman saya lebih
SS S TS STS suka bercanda
24 Saya sangat percaya diri dengan memiliki
SS S TS STS teman banyak
25 Ketika sedang berada didepan orang banyak
SS S TS STS saya merasa gugup
26 Saya tidak mudah percaya dengan orang
SS S TS STS yang baru saya kenal
27 Bersosialisasi dengan teman membantu
SS S TS STS saya dalam bertukar pikiran dan informasi
28 Saya kurang terbuka dalam menceritakan
SS S TS STS masalah kepada teman
29 Saya tidak terbiasa bergaul dengan orang-
SS S TS STS orang yang tidak terlalu saya kenal
Saya sangat suka dan sering mengikuti
30 segala kegiatan kampus bersama teman- SS S TS STS
teman saya
Alpha Cronbach’s=0,780 ; Sampel = 31 Orang
348 | Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan
D. Klasifkasi Aitem Shahih dan Aitem Gugur
Melalui analisis SPSS.20 dapat diklafikasikan bahwa sebaran aitem
gugur dan aitem shahih sebagai berikut:
Item Item Shohih Item Gugur
2, 4, 5, 9, 10, 11, 14, 15, 16, 1, 3, 6, 7, 8, 12, 13, 18, Pernyataan
17, 19, 20, 22, 23, 24, 27 21, 25, 26, 28, 29, 30
Jumlah 16 14
E. Penutup
Berdasar uij coba yang dilakukan penulis dapat diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Kepercayaan Diri Difabel dalam Bersosialisasi di lingkungan kampus
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dapat digunakan untuk khalayak
umum untuk mengetahui seberapa tingginya tingkat Kepercayaan Diri
Difabel dalam Bersosialisasi Dilingkungan. 2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka
pengupulan data kerena realiabilitas instrumen hampir dengan 1,0 hasil
yang dapat dari SPSS yaitu 0,780.
Anchor Assessment Bid. Pribadi-Sosial, Keluarga dan Keagamaan | 349