Zrrr New Ketttt Baru
-
Upload
zera-dirgantara -
Category
Documents
-
view
20 -
download
0
Transcript of Zrrr New Ketttt Baru
PRESENTASI KASUS KEHAMILAN EKTOPIK
Oleh
ZERA DIRGANTARA ZR
110.2010.308
Pembimbing
dr. Muhammad Syarif, SpOG
Kepanitraan Klinik Obstetri & Ginekologi RSUD Pasar Rebo
Periode 31 Maret 2014 – 7 Juni 2014
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. IM
Umur : 29 th
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tgl masuk : 3 April 2014
Alamat : Jalan trikora 1/9 kelurahan gedong pasar rebo
II. ANAMNESIS
Autoanamnesa
Keluhan utama
Nyeri perut kiri bawah
Keluhan tambahan
Berjalan sakit
Riwayat penyakit sekarang
OS datang ke poliklinik RSUD pasar rebo pada tanggal 3 April 2014 dengan keluhan
nyeri perut sebelah kiri yang kemudian menyebar ke seluruh perut bagian bawah.
Nyeri muncul secara mendadak dan hilang timbul. Satu hari sebelum masuk rumah
sakit pasien mengeluhkan ada keluar flek pada pukul 21.30 tadi malam (2-4-2014).
Riwayat penyakit dahulu :
Hipertensi, DM, Asma, gastritis, alergi obat disangkal oleh pasien.
Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada riwayat penyakit dengan keluhan yang sama.
Riwayat Menstruasi
HPHT 9 februari 2014
Riwayat Kehamilan
1. Laki/aterm/spontan/bidan/9th/bb lahir lupa
2. hamil ini
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Tanggal 3-4-2014
Kedaan umum : baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 100/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Pernafasan : 22 x/menit
Kepala : Mesocephal
Mata : Conjuctiva pucat (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
THT : Tonsil tidak membesar, Pharinx hiperemis (-)
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thorax : Gld. Mammae dalam batas normal, areola mammae hiperpigmentasi
Jantung
Inspeksi : IC tidak tampak
Palpasi : IC tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
Paru
Inspeksi : Simetris statis dinamis
Palpasi : Fremitus raba ka = ki
Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), RBK (-/-), RBH (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Perut agak membesar dan tidak terdapat adanya tanda peradangan
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Perkusi :Tympani pada bawah processus xipoideus, redup pada daerah uterus
Palpasi : Supel, nyeri tekan (+), nyeri lepas (+)
Status Obstetri
VT : Ada nyeri goyang porsio, flek (+), Porsio kuncup
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium darah 3-4-2014 (jam 21.00)
Hemoglobin : 12,3 g/dl
Hematokrit : 35 %
Leukosit : 8,72
Thrombosit : 278.000 ul
PT : 13, 6 detik
APTT : 34,4 detik
SGOT : 13 U/L
SGPT : 18 U/L
Ureum darah : 13 mg/dL
Kreatinin darah : 0,69 mg/dL
eGFR : 107,7 mL/min/1,73 m2
Glukosa darah sewaktu : 119 mg/dL
Laboratorium Darah 3-4-2014 (23.55)
Hemoglobin : 11,8 g/dL
Hematokrit : 32 %
Leukosit : 7,28
Trombosit : 251.000
Laboratorium Darah 4-4-2014 (4.58)
Hemoglobin : 12,8 g/dL
Hematokrit : 35 %
Leukosit : 6,91
Trombosit : 260.000
USG tanggal 4 maret 2014 (11:38)
V. DIAGNOSIS KERJA
G2P1A0 Hamil 8 minggu suspek KE
VI. RENCANA PENGELOLAAN
- Observasi TTV
- Infus RL 500
- Garam Inggris
- Dulculox supposutoria 2x1
- Pasang laminaria 1 buah
- Rencana Laparascopy + kuret
VII. LAPORAN OPERASI
Diagnosa prabedah : KET
Diagnosa pasca bedah : KET tuba kiri
Tindakan pembedahan :
Laparascopy dan salpingektomi sinistra
Analisis Kasus
Ny IM usia 29 tahun datang ke poliklinik kebidanan RSUD Pasar Rebo dan di
diagnosis G2P1A0 hamil 8 minggu suspek Kehamilan Ektopik. Kehamilan ektopik adalah
suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur nya yang telah dibuahi tidak menempel pada
dinding endometrium kavum uteri. 1
Pada kasus ini untuk menegakkan diagnosis hamil ektopik dapat dengan melakukan
anmnesa, pemeriksaan fisik dan kehamilan abdominal. Pada kehamilan ektopik terganggu
pertama ditegakkan melalui anamnesis pasien. Berdasarkan hasil anamnesis kita memastikan
bahwa pasien hamil. Gejala tambahan yang didapat pada kasus ini ialah nyeri perut kiri
bagian bawah, tidak menstruasi sejak ± 1,5 bulan yang lalu dan perdarahan melalui jalan
lahir. Rasa nyeri pada kehamilan ektopik dapat beragam, baik sifat berat dan lokasinya. Bila
terjadi gangguan kehamilan tuba, gejalanya tergantung pada tua kehamilan tuba, lamanya ke
dalam rongga abdomen, jumlah darah yang terdapat dalam rongga abdomen, dan keadaan
umum ibu sebelum kehamilan terjadi.2
1. amenorea
Lamanya amenorea bervariasi dari beberapa hari sampai beberapa bulan
Dengan amenorea dapat dijumpai tanda hamil muda, yaitu morning sickness, mual
muntah, terjadi perasaan ngidam.
2. Terjadi nyeri abdomen
Nyeri abdomen disebabkan kehamilan tuba yang pecah
Rasa nyeri dapat menjalar ke seluruh abdomen tergantung perdarahan didalamnya
Bila rangsangan darah dalam abdomen mencapai diafragma, dapat terjadi nyeri di
daerah bahu
Bila darahnya membentuk hematokel yaitu timbunan di daerah kavum douglas akan
terjadi rasa nyeri di bagian bawah dan saat buang air besar.
3. Perdarahan
Terjadi nya rupture kehamilan tuba terdapat perdarahan ke dalam kavum abdomen
dalam jumlah yang bervariasi
Darah yang tertimbun dalam kavum abdomen tidak berfungsi sehingga terjadi
gangguan dalam sirkulasi umum yang menyebabkan nadi meningkat, tekanan darah
menurun sampai jatuh dalam keadaan syok.
Hilangnya darah dari peredaran darah umum yang mengakibatkan penderita tampak
anemis, daerah ujung ekstremitas dingin, berkeringat dingin, kesadaran menurun, dan
pada abdomen terdapat timbunan darah.
Penyebab paling utama gangguan transportasi hasil konsepsi pada tuba adalah:
1. Infeksi alat genitalia interna, khususnya tuba falopii
a) Infeksi STD akibat makin meningkatnya hubungan sexual pranikah.
b) Infeksi asendens akibat penggunaan IUD.
c) Bakteri khusus yang menyebabkan gangguan tuba Falopii adalah Chlamydia
trachomatis yang menyebabkan peyempitan lumen tuba.
2. Terdapat desakan dari luar tuba
a) Kista ovarium atau mioma subserosa sehingga pada bagian tertentu, lumen tuba
falopii menyempit, akibatnya hasil konsepsi tidak dapat lewat sehingga tumbuh dan
berkembang setempat.
b) Endometriosis menimbulkan perlekatan dengan sekitarnya sehingga terjadi
penyempitan tuba falopii.
3. Operasi pada tuba falopii
a) Operasi rekonstruksi tuba falopii, tetapi lumennya tidak selebar semula sehingga
hasil konsepsi tersangkut dan tumbuh kembang di dalamnya.
b) Rekanalisasi spontan dari sterilisasi tuba, dengan pembukaan lumen ynag tidak
sempurna dan terjadi penyempitan. Akibatnya hasil konsepsi tersangkut dan terjadi
kehamilan ektopik.
4. Kelainan kongenital alat reproduksi interna
a) Tuba falopii memanjang sehingga dalam perjalanan blastula terpaksa melakukan
implantasi dan menimbulkan kehamilan ektopik.
b) Terdapat divertikulum dalam tuba falopii, sehingga hasil konsepsi dapat
melakukan implantasi dan terjadi kehamilan ektopik.
5. Terjadi migrasi intraperitoneal spermatozoa ataupun ovum
a) Terjadi kehamilan ektopik pada uterus rudimenter.
b) Terjadi kehamilan pada ovarium.
6. Kelambatan implantasi
a) Kelambatan implantasi hasil konsepsi menyebabkan implantasi terjadi di bagian
bawah kavum uteri dalam bentuk plasenta previa dan kehamilan servikalis.3
Pemeriksaan hemoglobin dan hematocrit dapat dilakukan secara serial dengan jarak satu
jam selama 3 kali berturut-turut. Bila ada penurunan hb dan ht dapat mendukung diagnosis
kehamilan ektopik terganggu dikarenakan ada nya perdarahan dan menghindari adanya
infeksi pada pelvik. Berdasarkan hasil lab pada pasien Nn. IM tidak ditemukan adanya
penurunan hb yang dilakukan sebanyak tiga kali, namun pada pemeriksaan kedua ada
penurunan yang menyebabkan terjadi perdarahan dan pada pmeriksaan ketiga nilai hb
kembali meningkat. Leukosit pada pasie ini menunrun menandakan tidak ada infeksi pada
pelvik.1
Pemeriksaan fisik obstetri menunjukkan ada nyeri goyang porsio dimana pada waktu
melakukan pemeriksaan dalam dengan menggerakkan serviks uteri menimbulkan rasa nyeri,
(+), corpus uteri sebesar telur bebek, nyeri tekan (+). Pemeriksaan USG menunjukkan tampak
uterus membesar, tampak gestasional sac ektrauterinal,. Kesan menyokong gambaran
kehamilan ektopik terganggu.
Selain itu untuk mendiagnosis kehamilan ektopik dapat menggunakan pemeriksaan
HCG untuk menentukan kehamilan secara cepat dan akurat untuk mengevaluasi wanita
dengan keluhan yang mengarah pada kehamilan ektopik. Pemeriksaan progesterone serum
satu kali dapat digunakan untuk menetapkan bahwa kehamilan berkembang normal, nilai
yang melebihi 25ng/ml menyingkirkan KET, nilai yang kurang dari 5 ng/ml menandakan
kehamilan intrauterine dengan janin meninggal atau KET. Kuldosintesis digunakan untuk
mengidentifikasi hemoperitoneum. Serviks ditarik menuju simfisis dengan tenakulum dan
dilakukan insersi jarum ukuran 16/18 melalui fornik vagina posterior kedalam cul-de-sac.4
Laparoskopi digunakan sebagai alat bantu diagnostic langsung dengan visualisasi
langsung tuba uterine dan panggul. Dengan laparoskopi dapat mendiagnosis semua kasus
yang dicurigai kehamilan ektopik. Tindakan ini juga dapat diubah dengan cepat menjadi
terapi operatif definitive. Melalui laparoskopi alat kandungan dalam dapat dinilai. Secara
sistematis dinilai keadaan uterus, ovarium, tuba, kavum douglasi, dan ligamentum latum. 4
Tindakan bedah laparoskopi dianjurkan untuk kehamilan ektopik, kecuali jika pasien
yang bersangkutan secara hemodinamis tidak stabil. Ada studi prospektif yang
membandingkan bedah laparotomy dengan laparoskopi.4
1. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam patensi tuba secara keseluruhan
setelah salpingostomi yang dilakukan pada laparoskopi second look.
2. Kehamilan ektopik berikutnya lebih jarang terjadi pada wanita yang diterapi dengan
laparoskopis
3. Laparoskopis memerlukan waktu operasi yang lebih singkat, lebih sedikit
menyebabkan perdarahan, memerlukan lebih sedikit analgesic dan memepersingkat
rawat inap
4. Bedah laparoskopik sedikit, tetapi kurang berhasil secara signifikan dalam mengatasi
kehamilan tuba
Pada pasien ini dilakukan operasi laparoskopi.. Salpingektomi dilakukan dengan reseksi
tuba yang mungkin dilakukan untuk kehamilan ektopik rupture atau tidak rupture. Ketika
mengeluarkan tuba uterine, perlu dilakukan eksisi baji di sepertiga luar bagian interstitium
tuba. Tindakan yang disebut reseksi kornu dilakukan sebagai upaya untuk meminimalkan
angka kekambuhan kehamilan puntung tuba. 4
Laparoskopi operatif adalah pilihan pertama untuk sebagian besar kehamilan ektopik,
salpingostomi atau salpingektomi dapat digunakan untuk mengangkat embrio dan kantong
gestasi. Linear salpingostomi dikerjakan dengan tujuan mengobservasi tuba untuk fertilitas
yang masih diinginkan, dikerjakan pada pasien dengan hemodinamik yang masih stabil,
diameter kehamilan ektopik lebih kecil dari 5 cm, serta lokasinya di pars ampularis, atau pars
ismika. Sementara itu, salpingektomi dikerjakan apabila sudah terjadi rupture tuba atau
kehamilan tuba yang berulang pada tuba yang sama, serta besarnya kehamilan ektopkl lebih
besar dari 5 cm.5
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo S. Kehamilan Ektopik : Ilmu Kebidanan. Edisi 4, cetakan 3. Jakarta:
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo; 2010: 474-491
2. Manuaba IDB. Kehamilan Ektopik : Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan &
Keluarga Berencana untuk pendidikan bidan. Cetakan 1. Jakarta : EGC; 1998 :232-
235
3. Mochtar R. Kehamilan ektopik : Sinopsis Obstetri. Jilid I Editor. Delfi Lutan.
Jakarta: EGC; 1998: 63-67
4. Cunningham et al. Kehamilan Ektopik : Obstetri Wiliam. Edisi 23, vol 1. Jakarta :
EGC; 2009:251-267
5. Prawirohardjo S. Laparoskopi Operatif : Ilmu Kandungan. Edisi 3, Cetakan 1. Jakarta:
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirahrdjo;2011: 548-560