ZAT PADAT
-
Upload
rizqa-fauziyah -
Category
Documents
-
view
29 -
download
4
Transcript of ZAT PADAT
ZAT PADAT
Zat padat memiliki perbedaan dengan zat cair dan gas, baik dalam perbedaan volume
dan bentuk. Zat padat mempunyai volume dan bentuk yang tetap yang disebabkan oleh
molekul-molekulnya yang menduduki tempat yang tetap di dalam kristal. Molekul-molekul
zat padat juga mengalami gerakan tetapi sangat terbatas. Zat padat adalah sebuah objek yang
cenderung mempertahankan bentuknya ketika gaya luar mempengaruhinya.
Zat padat dibagi menjadi dua kelas, yaitu zat padat kristal dan amorf. Perbedaan antara zat
padat kristal dan amorf terletak pada struktur molekul penyusunnya.
1. Zat padat kristal.
Zat padat kristal memiliki atom atau molekul penyusunnya mempunyai struktur tetap.
Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion
penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar
secara tiga dimensi. Kristal mempunyai titik lebur yang pasti.
Contoh zat padat kristal
Sumber : http://3.bp.blogspot.com
2. Zat padat amorf
Zat padat amorf memiliki atom atau molekul penyusunnya mempunyai struktur tidak
tetap. Ter dan kaca merupakan zat padat semacam itu. Tak seperti zat pada kristal, zat
amorf tidak mempunyai titik-titik leleh tertentu yang tepat. Sebaliknya zat amorf melunak
secara bertahap bila dipanasi dan meleleh dalam suatu jangka temperatur. Molekulnya
tersusun dengan keteraturan yang pendek. Contoh : Gelas, plastik
Contoh zat padat amorf
Sumber : http://2.bp.blogspot.com
1. Sifat-sifat zat padat
1.1 Kristalisasi dan peleburan
Secara umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses
pemadatan. Pada kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal,
yang semua atom-atom dalam padatannya "terpasang" pada kisi atau
struktur kristal yang sama, tapi, secara umum, kebanyakan kristal
terbentuk secara simultan sehingga menghasilkan padatan
polikristalin. Misalnya, kebanyakan logam yang kita temui sehari-hari
merupakan polikristal. Struktur kristal mana yang akan terbentuk dari
suatu cairan tergantung pada kimia cairannya sendiri, kondisi ketika
terjadi pemadatan, dan tekanan ambien. Proses terbentuknya struktur
kristalin dikenal sebagai kristalisasi.
Bila zat cair didinginkan, gerakan translasi molekul-molekul menjadi lebih kecil dan
gaya tarik molekul semakin besar, hingga setelah mengkristal molekul mempunyai
kedudukan tertentu di dalam kristal. Panas yang terbentuk pada kristalisasi disebut panas
pengkristalan yang diperoleh dari hasil pengurangan entalpi zat padat dengan entalpi zat
cair. Atau dapat dirumuskan:
∆Hc = Hs - Hi
Keterangan:
Hs : entalpi zat padat
Hi : entalpi zat cair
∆Hc : panas pengkristalan
Selama terjadi pengkristalan temperatur yang di gunakan adalah tetap, dimana pada
saat proses ini terjadi kesetimbangan antara zat cair dengan zat padat.
Zat Cair Zat Padat
Setelah proses pengkristalan selesai maka temperatur akan rurun kembali. Peristiwa
kebalikan dari proses pengkristalan adalah peleburan.
ZatPadat Zat Cair
Dalam proses peleburan diperlukan panas. Panas yang di perlukan untuk meleburkan
1 mol zat padat disebut panas peleburan yang besarnya sama dengan panas pengkristalan,
namun dalam panas peleburan besarnya panas bernilai negatif.
∆Ht = Hi – Hc= - ∆Hc
Tekanan luar mempengaruhi besarnya perubahan titik lebur zat padat. Besarnya
perubahan titik lebur zat padat terhadap tekanan luar dinyatakan dalam persamaan
Clapeyron.
d Pd T
= ∆ H
T (V 2−V 1) atau d Td P
=T (V 2−V 1)
∆ H
d Td P
=T (Vl−VS)
∆ Hf
Keterangan:
Vl = volume molar cairan
Vs= volume molar zat padat
d T = perubahan titik lebur
d P = perubahan tekanan
Pada rumus di atas, T dan ∆Hf selalu positif, maka:
d P positif, d T positif bila Vl > VS (misal: CO2)
d P positif, d T negatif bila Vl < VS (misal: H2O)
Untuk mengintegrasi persamaan di atas, harus diketahui fungsi temperatur dari ∆Hf
dan (Vl - VS).
Pengaruh tekanan pada titik lebur sangat kecil sehingga untuk perubahan tekanan
yang kecil dapat diabaikan.
1.2. Tekanan Sublimasi Zat Padat
Beberapa zat padat dapat langsung berubah menjadi uap seperti iodium dan naftalena.
Tekanan sublimasi adalah tekanan tetap uap zat pada temperatur yang tetap. Untuk proses
sublimasi diperlukan panas sublimasi yang besarnya:
∆Hs = Hv - Hc
Apabila temperatur naik maka tekanan sublimasi juga bertambah. Hal ini dinyatakan
dalam rumus Clapeyron:
d Pd T
= ∆ Hs
T (Vg−Vs)
Keterangan :
P = tekanan sublimasi
T = temperatur
Vg = volume molar uap
Vs = volume molar zat padat
Vs << Vg
d Pd T
= ∆ HsT . Vg
Bila dianggap