Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf ·...

82
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA TENTANG IMPLEMENTASI PROGRAM PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA (Studi PadaPKL di Pasar Tugu Bandar Lampung) (Skripsi) Oleh Yunita Sawitri FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

Transcript of Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf ·...

Page 1: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI SATUAN POLISIPAMONG PRAJA TENTANG IMPLEMENTASI PROGRAM

PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANGKAKI LIMA

(Studi PadaPKL di Pasar Tugu Bandar Lampung)

(Skripsi)

Oleh

Yunita Sawitri

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

Page 2: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

ABSTRAK

Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong PrajaTentang Implementasi Program Pengaturan dan

Pembinaan Pedagang Kaki Lima(Studi pada PKL di Pasar Tugu Bandar Lampung)

Oleh

Yunita Sawitri

Komunikasi merupakan aspek dan elemen yang penting dalam sebuah organisasi.Komunikasi dalam organisasi mempunyai hubungan yang erat dan saling mempengaruhi.Pelaksanaan komunikasi organisasi sangat diperlukan untuk melancarkan tugas-tugaspegawai. Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai tujuan di antaranya adalah arah kebijakanprogram pengaturan dan pembinaan pedagang kaki lima/PKL untuk mencapai kondisilingkungan yang tertib dan nyaman. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan efektivitaskomunikasi antarpribadi Satuan Polisi Pamong Praja tentang implementasi programpengaturan dan pembinaan pedagang kaki lima di Pasar Tugu Bandar Lampung. Teori yangdigunakan dalam penelitian adalah teori humanistik. Metode yang digunakan dalampenelitian adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitianmenyimpulkan bahwa efektivitas komunikasi antarpribadi pada pembinaan antara petugasSatuan Polisi Pamong Praja dalam pembinaan dan penertiban pedagang kaki lima sudahberperan dengan baik sesuai teori humanistik.

Kata kunci: Efektivitas, Komunikasi Antar Pribadi, Polisi Pamong Praja, Teori Humanistik

Page 3: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

ABSTRACT

The Effectiveness Of Communication Interpersonal Public Order PoliceSquad On The Implementation Of Program Regulations and

Guidance Street Vendors(The Study on Street Vendors in Pasar Tugu of Bandar Lampung)

By

Yunita Sawitri

Communication is the and certainly an important element in an organization .Communicationin the organizations have close links and affect each other .The implementation of thecommunication organization is really needed to launched duties employees .Public orderpolice squad has the goal of them are the policies program regulations and guidance streetvendors / street vendors to reach environmental conditions order and comfortable .Thepurpose of this research is described the effectiveness of communication between personalpublic order police squad on the implementation of program regulations and guidance streetvendors in tugu lampung .A theory that used in the humanistic s a theory . Methods used inresearch is the method descriptive with a qualitative approach.The results of the studyconcluded that the effectiveness of communication between personal on guidance betweenthe officers public order police squad for developing and control street vendors taken partwell suit theories humanistic.

Keywords: The Effectiveness , Interpersonal Communication , Polisi Pamong Praja , TheTheory of Humanistic

Page 4: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI SATUAN POLISIPAMONG PRAJA TENTANG IMPLEMENTASI PROGRAMPENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA

(Studi pada PKL di Pasar Tugu Bandar Lampung)

Oleh

Yunita Sawitri

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA KOMUNIKASI

pada

Jurusan Ilmu KomunikasiFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

Page 5: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi
Page 6: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi
Page 7: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi
Page 8: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 9 Juni

1992. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara

pasangan Bapak Suryadi dan Ibu Tri Nurhayatun. Penulis

menyelesaikan Sekolah Dasar (SD) di SD Al-Kautsar Bandar

Lampung pada tahun 2004, kemudian melanjutkan Sekolah

Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 22 Bandar Lampung

dan lulus pada tahun 2007, kemudian pendidikan diteruskan di Sekolah Menengah

Atas (SMA) di SMA Arjuna Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2010.

Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung melalui jalur

penerimaan mahasiswa baru Mandiri.

Page 9: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

MOTTO

Semangat dan ketekunan dapat membuat orang yang biasa-biasa menjadi lebihunggul. Ketidak acuhan dan kelesuhan dapat membuat orang lebih unggul

menjadi biasa-biasa saja.

(William Ward)

Kebahagiaan tersedia bagi mereka yang menangis, mereka yang disakiti hatinya,mereka yang mencari dan mereka yang mencoba. Karena hanya mereka itulah

yang menghargai pentingnya orang-orang yang pernah hadir dalam hidup mereka.

(Anonim)

Page 10: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur kepada ALLAH SWT.

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada:

Orang Tua dan Keluarga yang telah banyak berkorban dan mendorongpenyelesaian perkuliahan kepada penulis, serta semua pihak yang telah dengan

suka rela membantu dan mendoakan keberhasilan dalam penyelesaian skripsi ini

Page 11: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

SANWACANA

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, berkatrahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi dengan judul ”Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi Satuan PolisiPamong Praja Tentang Implementasi Program Pengaturan dan PembinaanPedagang Kaki Lima” adalah salah satu syarat bagi penulis untuk memperolehgelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Olehkarena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak sehinggamembawa ke arah pemikiran yang lebih maju.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Karomani, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telahbanyak memberikan saran dan koreksinya serta memberikan dorongansemangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Sarwoko, M. Si., selaku Dosen Pembahas yang telah memberikanpetunjuk, saran serta motivasi kepada penulis.

3. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M. Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosialdan Ilmu Politik Universitas Lampung.

4. Ibu Dhanik Sulstyarini, S.Sos.,M.Comm&Media, selaku Ketua JurusanIlmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung.

5. Ibu Bangun Suharti S.Sos., selaku Dosen Pembimbing Akademik yangtelah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikanarahan kepada penulis.

6. Seluruh Dosen FISIP yang telah membekali penulis dengan ilmu danpengetahuan selama menjalani masa perkuliahan.

7. Seluruh Staff Administrasi dan Karyawan Tata Usaha FISIP yang telahmembantu melayani administrasi perkuliahan.

8. Seluruh petugas Satuan Polisi Pamong Praja dan pedagang kaki lima diPasar Tugu Bandar Lampung yang bersedia diwawancarai oleh penulis.

9. Bapak, Ibu, dan adik-adikku yang selama ini memberi penulis doronganuntuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Untuk seluruh keluarga, terlebih untuk Yuni Septi S.I.Kom. yang telahbanyak membantu dalam pengerjaan skripsi ini.

11. Untuk Tri Rinaldi dan Widya Amelia yang selalu menemani danmenyemangati penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

12. Untuk seluruh sahabat dan teman yang telah banyak membantu danmenemani penulis dalam pengerjaan skripsi.

Page 12: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

Semoga Allah SWT. membalas semua kebaikan, cinta dan kasih yang tulus sertasenantiasa dilimpahkan rahmat, karunia, serta kebahagiaan dan kemudahankepada kita semua, amin.

Bandar Lampung, 30 November 2016

Penulis,

Yunita Sawitri

Page 13: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

ix

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR BAGAN ......................................................................................... i

DAFTAR TABEL ......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Rumusan Permasalahan ................................................................. 8

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 8

D. Kegunaan Penelitian .................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu.......................................................................... 10

B. Efektivitas .................................................................... 11

1. Pengertian Efektivitas ................................................................ 11

2. Indikator Efektivitas................................................................... 13

3. Faktor-faktor Pendukung Efektivitas ……………………........ 16

C. Komunikasi dan Komunikasi Antarpribadi ................................... 17

1. Pengertian Komunikasi ............................................................. 17

2. Proses Komunikasi .................................................................... 20

3. Fungsi Komunikasi ................................................................... 25

4. Tujuan Komunikasi ................................................................... 25

5. Bentuk Komunikai .................................................................... 26

6. Komunikasi Antarpribadi .......................................................... 29

D. Konsep Satuan Polisi Pamong Praja .............................................. 36

E. Komsep Pedagang Kaki Lima........................................................ 39

1. Pedagang Kaki Lima dalam Sektor Informal............................. 39

2. Pemahaman Fungsi Pedagang Kaki Lima ................................. 40

3. Komponen Pengaturan Penatan Fisik Pedagang Kaki Lima ..... 42

F. Kerangka Pikir ……………………………………………........... 46

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ........................................................................... 47

B. Pendekatan Penelitian ................................................................... 48

Page 14: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

x

C. Teknik Pengumpulan Data............................................................. 48

1. Dokumentasi ………………………………………………....... 49

2. Wawancara …………………………………………………..... 49

3. Observasi …………………………………………………....... 49

D. Fokus Penelitian ............................................................................ 50

1. Keterbukaan (Openness) …………………………………....... 50

2. Empati (Emphaty) …………………………………………..... 51

3. Sikap Mendukung (Supportiveness) ………………………..... 52

4. Sikap Positif (Positiveness) ………………………………...... 52

5. Kesetaraan (Equality) ……………………………………........ 53

E. Informan . ...................................................................................... 53

F. Teknik Analisis Data...................................................................... 54

1. Reduksi Data ............................................................................. 54

2. Display (Penyajian Data) .......................................................... 54

3. Verifikai (Menarik Kesimpulan) ............................................... 55

BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

A. Gambaran Umum Pasar Tugu ......................................................... 56

B. Gambaran Umum Satpol PP Kota Bandar Lampung........................ 58

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ................................................................................. 61

B. Pembahasan ………………………………………………………... 94

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ……………………………………………………....... 105

B. Saran ……………………………………………………………….. 106

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 15: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

xi

Page 16: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

i

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

1. Kerangka Pikir ......................................................................................... 46

Page 17: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

ii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tabel penelitian terdahulu ....................................................................................... 10

2. Tabel wawancara dengan Satuan Polisi Pamong Praja tentang keterbukaan .......... 62

3. Tabel wawancara dengan Satuan Polisi Pamong Praja tentang empati ................... 64

4. Tabel wawancara dengan Satuan Polisi Pamong Praja tentang sikap mendukung .. 68

5. Tabel wawancara dengan Satuan Polisi Pamong Praja tentang sikap positif .......... 71

6. Tabel wawancara dengan Satuan Polisi Pamong Praja tentang kesetaraan.............. 73

7. Tabel wawancara dengan Pedagang Kaki Lima tentang keterbukaan ..................... 76

8. Tabel wawancara dengan Pedagang Kaki Lima tentang empati .............................. 79

9. Tabel wawancara dengan Pedagang Kaki Limatentang sikap mendukung ............. 82

10. Tabel wawancara dengan Pedagang Kaki Lima tentang sikap positif ..................... 85

11. Tabel wawancara dengan Pedagang Kaki Lima tentang kesetaraan ........................ 88

Page 18: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada kehidupan organisasi pencapaiantujuan dengan segala prosesnya

membutuhkan komunikasi yang efektif. Para anggota organisasi mutlak perlu

berkomunikasi satu sama yang lain. Komunikasi merupakan bagian integral

dari suatu proses manajemen melalui komunikasi yang efektif, kerja sama

yang harmonis dapat dikembangkan untuk mencapai tujuan (Nitisemito,

2001: 44).

Terry (2006: 97) menyatakan komunikasi menempati urutan teratas mengenai

apa saja yang harus dibuat dan dikerjakan untuk menghasilkan motivasi

efektif, usaha-usaha komunikatif berpengaruh terhadap antusiasme kerja.

Melalui komunikasi maka dapat memberikan keterangan tentang pekerjaan

yang membuat karyawan dapat bertindak dengan rasa tanggung jawab

pada diri sendiri yang pada waktu bersamaan dapat mengembangkan

semangat kerja para karyawan. Adanya kerja sama yang harmonis ini

diharapkan dapat meningkatkan kerja para pegawai, karena komunikasi

berhubungan dengan keseluruhan proses pembinaan perilaku manusia dalam

organisasi.

Page 19: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

2

Komunikasi merupakan aspek dan elemen yang penting dalam sebuah

organisasi. Komunikasi dalam organisasi mempunyai hubungan yang rapat

dan saling mempengaruhi. Para pengurus menghabiskan 95 persen daripada

masa bekerja mereka untuk berkomunikasi, manakala pekerja bawahan

menggunakan 60 persen daripada masa bekerja mereka dalam berbagai

bentuk komunikasi. Ini menunjukkan proses komunikasi dalam organisasi

boleh melibatkan setiap anggota organisasi.

Pelaksanaan komunikasi organisasi sangat diperlukan untuk melancarkan

tugas-tugas pegawai. Sering terlihat dalam kehidupan sehari-hari jika

hubungan antara pimpinan dan bawahan kurang baik maka para pegawai

dalam melaksanakan tugasnya akan semakin malas. Tetapi sebaliknya jika

hubungan atasan dan bawahan baik maka mereka juga dalam melaksanakan

pekerjaan akan semakin baik pula. Berkaitan dengan hal tersebut selain

komunikasi setiap organisasi tidak telepas dari peran pemimpinnya baik

organisasi publik maupun swasta, Oleh karena itu, untuk meningkatkan

kemampuan kerja (produktivitas) para pegawai, organisasi harus menjalankan

usaha-usaha pengembangan pegawai atau karyawannya. Jadi, pengembangan

pegawai adalah untuk memperbaiki efektivitas kerja pegawai dalam mencapai

hasil-hasil kerja yang telah ditetapkan.

Peranan sumber daya manusia terhadap lembaga negara tergantung kepada

jumlahnya secara kuantitatif dan kualitas dari sumber daya manusia itu

sendiri yang disifati dengan tinggi rendahnya kemampuan sumber daya

manusia, menurut Standar Nasional Indonesia 19-9004-2002 terdiri dari

Page 20: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

3

unsur pendidikan, pelatihan, keterampilan, dan pengalaman. Oleh karena itu

penyediaan pendidikan dan pelatihan bagi para personil dimaksudkan

untuk memastikan bahwa personil sadar akan relevansi dan kegiatan

mereka serta bagaimana sumbangan mereka bagi pencapaian sasaran

mutu (quality objectives).

Simamora (2004: 4) “kemampuan merupakan kesanggupan seseorang baik

secara kualitatif maupun kuantitatif untuk menjalankan tugas sesuai dengan

profesi yang dimilikinya”. Lebih lanjut diungkapkan bahwa “kemampuan

kerja adalah keadaan pada seorang pegawai yang secara penuh kesanggupan,

berdaya guna dan berhasil guna melaksanakan pekerjaannya, sehingga

menghasilkan sesuatu yang optimal.”

Kemampuan juga berhubungan erat dengan kemampuan fisik atau

kemampuan mental yang dimiliki orang untuk melaksanakan pekerjaan

dan bukan yang diinginkan. Gibson (2004: 93) menyebutkan beberapa

kemampuan yang harus dimiliki seorang pegawai agar dapat mencapai

efektivitas dan efisiensi kerja.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa

kemampuan yang ada dalam diri seseorang adalah salah satu unsur

kematangan, berkaitan dengan pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh

dari pendidikan, latihan dan suatu pengalaman, sehingga berguna untuk

melaksanakan pekerjaan dan memperoleh hasil yang optimal. Kemampuan

kerja pegawai merupakan aspek penting dalam organisasi. Pegawai yang

memiliki kemampuan kerja dalam melaksanakan tugas akan senantiasa

Page 21: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

4

bekerja percaya diri dan siap untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang

terjadi. Komunikasi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya akan

mempengaruhi kinerja yang diberikan dengan ditandai oleh tingkat

produktivitas, kestabilan yang dimiliki dalam melaksanakan tugas,

kedisiplinan yang kuat, loyalitas yang tinggi, tanggung jawab serta efektivitas

dan efisiensi dalam melaksanakan tugas. Kedua aspek tersebut jika bersatu

secara utuh dalam kondisi baik akan menjadikan pegawai berperilaku sesuai

dengan tuntutan organisasi yang dikehendaki. Oleh karena itu apapun bentuk

organisasinya aspek kemampuan kerja dan komunikasi perlu mendapatkan

perhatian yang serius dari pimpinan organisasi tersebut, termasuk pada

Satuan Polisi Pamong Praja.

Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai tujuan di antaranya adalah arah

kebijakan program pengaturan dan pembinaan pedagang kaki lima/PKL

diarahkan untuk mencapai kondisi lingkungan yang tertib dan nyaman. Usaha

dari pemerintah mengimplementasikan peraturan tentang Pengaturan dan

Pembinaan Pedagang Kaki Lima yang dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong

Praja yang mempunyai wewenang dalam hal tersebut.

Peranan Badan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung dalam

menyelenggarakan ketertiban umum mengacu pada tugas pokok dan fungsi

Satpol PP yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010,

dimana tupoksi Satpol PP adalah sebagai berikut:

1 ) Penyusunan program dalam melaksanakan ketentraman dan ketertibanumum, penegakan peraturan daerah serta keputusan kepala daerah.

2 ) Pelaksanaan kebijakan pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentramanserta ketertiban umum di daerah.

Page 22: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

5

3 ) Pelaksanaan kebijakan penegakan peraturan daerah dan keputusan kepaladaerah.

4 ) Pelaksanaan koordinasi pemeliharaan dan penyenggaaran ketentramanserta ketertiban umum dalam penegakan peraturan daerah, keputusankepala daerah dengan aparat Kepolisian Negara, Penyidik Pegawai NegeriSipil (PPNS) atau aparatur lainnya.

5 ) Pengawasan terhadap masyarakat agar mematuhi dan menaati peraturandaerah serta keputusan kepala daerah.

Pembinaan Pedagang Kaki Lima yang dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong

Praja salah satunya adalah penggunaan lahan pejalan kaki yang digunakan

hamper sepenuhnya oleh pedagang kaki lima. Suatu istilah yang

dimaksudkannya untuk menjelaskan suatu keadaan di mana dalam proses

kebijakan selalu akan terbuka kemungkinan terjadinya perbedaan antara apa

yang diharapkan (direncanakan) oleh pembuat kebijaksanaan dengan apa

yang senyatanya dicapai (sebagai hasil atau presentasi dari pelaksanaan).

Jika dihubungkan dengan proses Pembinaan Pedagang Kaki Lima, masih

dari jauh harapan oleh karena itu komunikasi dipergunakan sebagai faktor

yang mempengaruhi pembinaan Pedagang Kaki Lima sesuai dengan

Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Pedagang Kaki

Lima.

Ketentraman dan ketertiban umum merupakan proses perubahan secara

berencana yang berlangsung secara terus menerus dari suatu keadaan tertentu

kepada keadaan yang lebih baik, Ketentraman dan ketertiban umum

dilaksanakan secara bertahap dan meliputi seluruh aspek kehidupan sehingga

terjadi peningkatan ketentraman dan ketertiban umum masyarakat. Salah satu

upaya meningkatkan ketentraman dan ketertiban umum dengan adanya

Page 23: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

6

program pengaturan dan pembinaan pedagang kaki lima (PKL), yang

diharapkan dapat tercapainya lingkungan yang aman tertib dan terkendali.

Dengan ditertibkannya suatu kebijakan yang diharapkan untuk dapat

memperbaiki pembangunan melalui pembinaan pedagang kaki lima.

Program tersebut bersifat pemerataan yang diorientasikan kepada pedagang

kaki lima agar dapat terciptanya lingkungan yang aman dan terkendali.

Adapun maksud dari peraturan tersebut adalah memberikan arah dan

pedoman serta landasan bagi aparat pemerintah dalam menegakkan

ketentraman dan lingkungan yang aman. Sedangkan tujuan agar pelaksanaan

pembangunan dapat terarah, terpadu, efektif, dan efisien untuk mewujudkan

landasan yang mantap bagi visi pembangunan.

Hal ini disebabkan secara obyektif terdapat kondisi atau situasi yang

menggambarkan hambatan pada segi sumber daya dan komunikasi. Hal

ini dapat dilihat sebagai berikut.

a. Kemampuan kerja aparatur dalam menerapkan kebijakan yang belummemadai, hal tersebut disebabkan oleh :1) Kurangnya inisiatif dari para pelaksana mengimplementasikan

kebijakan karena harus menunggu perintah dari atasan untukbertindak.

2) Kurangnya pemahaman tentang isi kebijakan yang menyebabkandibutuhkan peraturan/petunjuk pelaksana.

b. Selain faktor kemampuan kerja, juga ada beberapa kesulitan dalampelaksanaan pembinaan pedagang kaki lima yaitu faktor komunikasiyang disebabkan oleh :1) Koordinasi yang belum efektif sehingga jarangnya pertemuan di

antara pelaksana.2) Tingkat pendidikan yang masih rendah sehingga terjadi

kesalahan persepsi dalam penyampaian informasi.

Salah satu kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam menangani

masalah PKL yaitu dengan menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun

Page 24: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

7

2012 tentang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima. Berdasarkan Pasal 2 ayat (1)

Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Pedagang Kaki

Lima, kegiatan usaha PKL dapat dilakukan di lokasi yang diitetapkan oleh

walikota.

Pemerintah Kota Bandar Lampung khususnya sampai saat ini belum mampumemberikan solusi yang terbaik terhadap permasalahan Pasar Tugu. Relokasidan pengelolaan PKL di Pasar Tugu Kota Bandar Lampung hingga kinibelum terealisasi dengan baik ini dikarenakan renovasi untuk pengelolaanpasar oleh Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung melalui pengembang(swasta) sampai saat ini belum dapat diwujudkan secara optimal. PemerintahKota Bandar Lampung perlu memperbaiki kebijakannya agar tidakmerugikan PKL yang ada di Pasar Tugu Kota Bandar Lampung. Jumlahpedagang kaki lima (PKL) di Bandar Lampung hingga Desember 2014tercatat sebanyak 2.374 pedagang. Jumlah PKL Pasar Tugu berdasarkan hasilpendataan akhir sebanyak 969 pedagang. Ketua Paguyuban PKL Pasar TuguAgus Pranata Siregar mengatakan lima tim yang diturunkan melakukanpendataan menghasilkan penghitungan lapak PKL 969. Jumlah tersebutterdiri dari empat kelompok PKL yang berada di dalam kawasan Pasar Tugusebanyak 650 pedagang. Sedangkan satu kelompok PKL di luar kawasanPasar Tugu sebanyak 310 pedagang (http://forumkemanusiaan-pkl.blogspot.com/2015/04/penataan-pasar-hasil-akhir-jumlah-pkl.html,diunduh tanggal , diunduh tanggal 29 April 2015).

Pasca direnovasi, kondisi Pasar Tugu belum juga membaik. MenurutSekretaris Kota Bandar Lampung Badri Tamam, penataan pedagang harusdibenahi.Hal itu dikatakan Badri ketika meninjau Pasar Tugu, Jumat (30/10).Didampingi Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bandar Lampung Tirta, Badrimenyoroti masih ditemukannya pedagang yang membuka lapak di pinggiranJalan Hayam Wuruk dan bagian depan gedung pasar. Padahal, sejak duabulan lalu pembangunan gedung baru berkapasitas 900 pedagang tersebutsudah selesai. Sebagian besar pedagang memang sudah pindah ke kios baru.Namun, masih ada yang bertahan di lokasi lama.Para pedagang yang engganpindah beralasan harga sewa kios terlalu mahal. Selain itu, konsumen malasmasuk ke dalam gedung (http://lampung.tribunnews.com/2015/10/31/sekkot-badri-tamam-minta-pedagang-pasar-tugu-pindah, diunduh tanggal 10 Januari2016).

Page 25: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

8

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan

judul: Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi Satuan Polisi Pamong Praja

Tentang Implementasi Program Pengaturan Dan Pembinaan Pedagang

Kaki Lima (Studi Pada PKL di Pasar Tugu Bandar Lampung).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan di atas maka

rumusan masalah penelitian adalah ”Bagaimana efektivitas komunikasi antar

pribadi Satuan Polisi Pamong Praja tentang implementasi program pengaturan

dan pembinaan pedagang kaki lima di Pasar Tugu Bandar Lampung?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mendeskripsikan efektivitas komunikasi antar pribadi Satuan Polisi

Pamong Praja tentang implementasi program pengaturan dan pembinaan

pedagang kaki lima di Pasar Tugu Bandar Lampung.

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara Praktis

Bagi instansi terkait, hasil penelitian ini diharapkan memberikan

sumbangan pemikiran, masukan-masukan bagi pihak Satuan Polisi

Pamong Praja mengenai efektivitas komunikasi antar pribadi Satuan Polisi

Pamong Praja tentang implementasi program pengaturan dan pembinaan

pedagang kaki lima di Pasar Tugu Bandar Lampung.

Page 26: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

9

2. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran,

informasi, dan pengetahuan dalam khasanah Ilmu Komunikasi khususnya

yang berkaitan dengan efektivitas komunikasi antar pribadi Satuan Polisi

Pamong Praja tentang implementasi program pengaturan dan pembinaan

pedagang kaki lima di Pasar Tugu Bandar Lampung.

Page 27: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Terdapat penelitian terdahulu yang relevan dan dapat mendukung penelitian ini,

yang akan dijelaskan pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Nama(tahun)

Judul Hasil Penelitian

1 Kurniawan(2011)

Hubungan EfektivitasKomunikasi Organisasidan Kemampuan KerjaPegawai Satuan PolisiPamong Praja TerhadapImplementasi ProgramPengaturan danPembinaan PedagangKaki Lima di KotaSemarang

Hasil penelitian Kurniawan inimenunjukan bahwa efektivitaskomunikasi dan kemampuankerja memiliki hubungan yangpositif dengan implementasiprogram, hal ini dapatdisimpulkan bahwa implementasiprogram dapat berjalan denganbaik apabila didukung olehefektivitas komunikasi dankemampuan kerja pegawai yangbaik pula.

2 WindhaWidyaLestari(2014)

Komunikasi SatuanPolisi Pamong PrajaDalam PembinaanPedagang Kaki Lima diPasar Pagi KotaSamarinda

Berdasarkan hasil penelitian danpembahasan maka dapatdisimpulkan bahwa AparatSatuan Polisi Pamong Praja KotaSamarinda telah melaksanakanberbagai tugas dan fungsinyadalam pembinaan Pedagang KakiLima yaitu berupa komunikasi,baik itu komunikasi secaralangsung, communicationinterpersonal (face to face),ataupun melalui penyuluhan danpemberian sanksi. Dalampenyampaian informasi denganmelakukan cara komunikasisecara langsung agarpenyampaian pesannya lebihefektif. Pedagang kaki lima akan

Page 28: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

11

terus berjualan dilokasi jalur hijauPasar Pagi jalan Gajah Madatersebut selsms Pemkot tidakmerealisasikan tempat yangstrategis bagi para PKL. PeranSatpol PP dalam pembinaanmelalui penyuluhan telah berjalandengan baik, dan telah dilakukansecara rutin disetiap kecamatan.Hal ini adalah untuk memberikanpenambahan wawasan kepadaPKL.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian sebelumnya, penulis mengadopsi teori

komunikasi antarpribadi, namun tidak semua elemen atau variabel dikaji sama

dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan yang paling mendasar antara penelitian

ini dengan penelitian sebelumnya adalah dimana perbedaan penggunaan subjek

penelitian yang diambil, hal ini dilakukan agar tidak terjalin plagitisme pada

penelitian yang dilakukan.

B. Efektivitas

1. Pengertian Efektivitas

Efektivitas memiliki arti berhasil atau tepat guna. Efektif merupakan kata dasar,

sementara kata sifat dari efektif adalah efektivitas. Menurut Effendy (2006)

mendefinisikan efektivitas sebagai berikut: ”Komunikasi yang prosesnya

mencapai tujuan yang direncanakan sesuai dengan biaya yang dianggarkan, waktu

yang ditetapkan dan jumlah personil yang ditentukan” (Effendy, 2006:14).

Efektivitas menurut pengertian di atas mengartikan bahwa indikator efektivitas

Page 29: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

12

dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya

merupakan sebuah pengukuran dimana suatu target telah tercapai sesuai dengan

apa yang telah direncanakan.

Pengertian lain menurut Susanto, “efektivitas merupakan daya pesan untuk

mempengaruhi atau tingkat kemampuan pesan-pesan untuk mempengaruhi”

(Susanto, 2005:156). Menurut pengertian Susanto di atas, efektivitas bisa

diartikan sebagai suatu pengukuran akan tercapainya tujuan yang telah

direncanakan sebelumnya secara matang.

Efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh

target dapat tercapai (Sedarmayanti, 2005:61). Pendapat tersebut menyatakan

bahwa efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa

jauh target yang telah ditetapkan sebelumnya oleh lembaga atau organisasi dapat

tercapai. Hal tersebut sangat penting peranannya di dalam setiap lembaga atau

organisasi dan berguna untuk melihat perkembangan dan kemajuan yang dicapai

oleh suatu lembaga atau organisasi itu sendiri.

Setiap organisasi atau lembaga di dalam kegiatannya menginginkan adanya

pencapaian tujuan. Tujuan dari suatu lembaga akan tercapai segala kegiatannya

dengan berjalan efektif akan dapat dilaksanakan apabila didukung oleh faktor-

faktor pendukung efektivitas. Dari pengertian-pengertian di atas dapat

disimpulkan bahwa efektivitas merupakan ukuran yang menunjukkan seberapa

jauh program atau kegiatan mencapai hasil dan manfaat yang diharapkan

Page 30: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

13

2. Indikator Efektivitas

Pengertian lain efektivitas menurut Bodnar bahwa indikator efektivitas sistem

informasi berbasis teknologi sebagai berikut:

(1) Keamanan data yaitu Keamanan yang berhubungan dengan pencegahan

bencana, baik karena bencana alam, tindakan disengaja, maupun kesalahan

manusia

(2) Waktu (kecepatan dan ketepatan) yaitu hal yang berhubungan dengan

kecepatan dan ketepatan informasi dalam hubungannya dengan permintaan

pemakai.

(3) Ketelitian yaitu ketelitian yang berhubungan dengan tingkat kebebasan dari

kesalahan keluaran informasi. Pada volume data yang besar biasanya terdapat

dua jenis kesalahan, yakni kesalahan pencatatan dan kesalahan perhitungan.

(4) Variasi laporan /output yaitu output yang berhubungan dengan kelengkapan

isi informasi. Hal ini tidak hanya mengenai volumenya, tetapi juga mengenai

informasinya.

(5) Relevansi yaitu relevansi yang menunjukkan manfaat yang dihasilkan dari

produk/keluaran informasi, baik dalam analis data, pelayanan, maupun

penyajian data (Bodnar, 2006: 700).

Menurut Bodnar (2006: 700), faktor keamanan data berhubungan dengan

pencegahan bencana, baik karena bencana alam, tindakan disengaja, maupun

kesalahan manusia dan tingkat kemampuan sistem informasi berbasis teknologi

dalam mengantisipasi illegal acess dan kerusakan pada sistem. Aspek keamanan

data diukur melalui kemampuan sistem dalam mengantisipasi kerusakan fasilitas

Page 31: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

14

pemrosesan data oleh daya listrik yang mati tiba-tiba, kemampuan sistem dalam

mengantisipasi kerusakan akibat binatang, kemampuan sistem dalam

mengantisipasi kerusakan akibat virus, kemampuan sistem dalam mengantisipasi

akibat kesalahan memencet tombol yang tidak disengaja, kemampuan sistem

dalam mengantisipasi akses karyawan dan pihak luar yang tidak berkepentingan

terhadap data, kemampuan sistem dalam mengantisipasi bahaya kebakaran,

kemampuan sistem dalam mengantisipasi keamanan data akibat transfer data jarak

jauh, kemampuan sistem dalam mengantisipasi keamanan data back up atas

kerusakan hardware dan software.

Faktor waktu berhubungan dengan kecepatan dan ketepatan informasi dalam

hubungannya dengan permintaan pemakai. Tingkat kemampuan sistem informasi

berbasis teknologi dalam memproses data menjadi suatu laporan, baik secara

periodik maupun nonperiodik, dalam rentang waktu yang telah ditentukan.

Aspek waktu dapat diukur melalui kecepatan dalam melakukan input atau

memasukkan data, kecepatan dalam melakukan pencarian data yang diperlukan,

kecepatan dalam melakukan analisis dan proses data, kecepatan dalam melakukan

pelayanan terhadap customer, kecepatan dalam penyajian data apabila sewaktu-

waktu diperlukan, kecepatan dalam menjalankan perintah, kecepatan dalam

mengirim dan menerima informasi yang diperlukan.

Faktor Ketelitian berhubungan dengan tingkat kebebasan dari kesalahan keluaran

informasi. Pada volume data yang besar biasanya terdapat dua jenis kesalahan,

yakni kesalahan pencatatan dan kesalahan perhitungan. tingkat kemampuan sistem

informasi berbasis teknologi dalam memproses data dengan teliti serta menyajikan

Page 32: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

15

informasi secara akurat dan tepat. Aspek ketelitian data diukur melalui ketelitian

dalam memasukkan data, ketelitian dalam perhitungan angka baik sederhana

maupun rumit, ketelitian dalam penanganan transaksi, ketelitian dalam pencarian

data yang diperlukan, ketelitian dalam memberikan penyajian informasi, ketelitian

dalam prosedur-prosedur untuk koreksi, ketelitian dalam proses analisis, ketelitian

dalam proses transfer data jarak jauh.

Faktor variasi laporan atau output berhubungan dengan kelengkapan isi informasi,

hal ini tidak hanya mengenai volumenya, tetapi juga mengenai informasinya.

Tingkat kemampuan sistem informasi berbasis teknologi untuk membuat suatu

laporan dengan pengembangan dan perhitungan sesuai dengan kebutuhan yang

berguna bagi pengguna informasi. Aspek variasi diukur melalui variasi dalam

laporan harian, bulanan dan tahunan, variasi dalam laporan tiap-tiap aplikasi,

variasi dalam laporan untuk kegiatan operasional perusahaan, variasi perubahan

format laporan sesuai dengan keinginan pengguna.

Faktor Relevansi menunjukkan manfaat yang dihasilkan dari produk atau keluaran

informasi, baik dalam analis data, pelayanan, maupun penyajian data. Aspek

relevansi menunjukkan kesesuaian dan manfaat laporan yang dihasilkan sistem

informasi berbasis teknologi yang diukur melalui relevansi dalam hal pencatatan

data, relevansi dalam hal analisis data, relevansi dalam hal penyajian data,

relevansi dalam hal pengolahan dan penyimpanan data, relevansi dalam hal

pelayanan terhadap customer, relevansi dalam hal pencapaian target.

Page 33: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

16

3. Faktor-faktor pendukung efektivitas

Setiap organisasi atau lembaga di dalam kegiatannya meningkatkan adanya

pencapai tujuan. Tujuan dari suatu lembaga akan dicapai apabila segala

kegiatannya berjalan efektif. Mewujudkan kegiatan yang efektif akan dapat

dilaksanakan apabila didukung oleh faktor-faktor pendukung efektivitas. Faktor-

faktor pendukung efektivitas yaitu:

a. Ciri Organisasi

Ciri organisasi dalam suatu organisasi dapat dilihat dari struktur dan teknologi

organisasi yang mempunyai segi-segi tertentu dari efektivitas, dengan

berbagai cara. Mengenai struktur dapat ditemukan bahwa meningkatnya

produktivitas dan efisiensi merupakan hasil dari meningkatnya spesialisasi

fungsi, ukuran organisasi, sentralisasi pengambilan keputusan, dan formasi

(Richard, 2006:209).

Teknologi yang ada dalam organisasi juga dapat berpengaruh atas tingkat

efektivitas, walaupun tidak secara langsung. Bukti-bukti menunjukan bahwa

penggunan variasi teknologi berinteraksi dengan struktur organisasi dan

penggunaan teknologi. Jika struktur dan teknologi digabungkan maka para

pegawai akan menghadapi masalah-masalah dengan mudah sehingga usaha

untuk mencapai tujuan dapat diwujudkan.

b. Lingkungan

Disamping organisasi, lingkungan dalam pencapaian efektivitas mempunyai

pengaruh yang sangat besar. Keberhasilan hubungan organisasi dan

lingkungan bergantung pada tiga hal yaitu: (1) Keadaan lingkungan, (2)

Page 34: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

17

Ketetapan persepsi, (3) Tingkat Rasionalitas (Richard, 2006:210).

Ketiga faktor tersebut berpengaruh kepada organisasi terhadap perubahan

lingkungan. Semakin tepat tanggapnya, semakin barhasil adaptasinya yang

dilakukan oleh organisasi.

C. Komunikasi dan Komunikasi Antarpribadi

1. Pengertian Komunikasi

Pengertian komunikasi secara etimologis berasal dari perkataan Latin

“communicatio”. Istilah ini bersumber dari perkataan “communis” yang berarti

sama; sama disini maksudnya sama makna atau sama arti. Everett M,Rogers

seperti yang dikutip Onong Uchjana Effendy, Komunikasi adalah proses dimana

suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud

untuk mengubah tingkah laku mereka (Effendy, 2008:25).

Harnack dan Fest seperti yang dikutip Jalaluddin Rakhmat menganggap

komunikasi sebagai “ proses interaksi di antara orang untuk tujuan integrasi

intrapersonal dan interpersonal” (Rakhmat, 2008 :8).

Edwin Neuman juga seperti yang dikutip Jalaluddin Rakhmat mendefinisikan

komunikasi sebagai “proses untuk mengubah kelompok manusia menjadi

kelompok yang berfungsi” (Rakhmat, 2008 : 8).

Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia yang dinyatakan itu

adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan

bahasa sebagai alat penyalurnya (Effendy, 2008:26).

Page 35: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

18

Dalam “bahasa” komunikasi pernyataan dinamakan pesan (message), orang yang

menyampaikan pesan disebut komunikator (communicator) sedangkan orang yang

menerima pernyataan disebut komunikan (communicatee). Untuk tegasnya,

komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada

komunikan. Jadi analisis pesan komunikasi terdiri dari dua aspek, pertama isi

pesan (the content of the message), kedua lambang (symbol). Konkretnya isi pesan

itu adalah pikiran atau perasaan, lambang adalah bahasa.

Banyaknya disiplin ilmu yang telah memberi masukan terhadap perkembangan

ilmu komunikasi, misalnya psikologi, sosiologi, antropologi, ilmu politik, ilmu

manajemen, linguistik, dan sebagainya, menyebabkan banyaknya definisi tentang

komunikasi yang telah dibuat oleh para pakar menurut bagian ilmunya. Carl I.

Hovland (Widjaja, 2009: 26-27) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses

dimana seseorang memindahkan perangsang yang biasanya berupa lambang kata-

kata untuk mengubah perilaku orang lain. Dengan demikian komunikasi itu adalah

persamaan pendapat dan untuk kepentingan itu maka orang harus mempengaruhi

orang lain dahulu sebelum orang lain itu berpendapat, bersikap, bertingkah laku

yang sama dengan kita.

Salah satu definisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell dalam Widjaja (2009:

30) bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah

menjawab pertanyaan “Siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan,

melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya”.

Page 36: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

19

Paradigma Lasswel di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur

sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni:

a. Komunikator (communicator, sender, source) adalah orang yangmenyampaikan pesan atau informasi.

b. Pesan (message) adalah pernyataan yang didukung oleh lambang, bahsa,gambar dan sebagainya.

c. Media (channel, media) adalah sarana atau saluran yang mendukung pesanbila komunikan jauh tempatnya atua banyak jumlahnya, maka diperlukanmedia sebagai penyampai pesan.

d. Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient) adalah orangyang menerima pesan atau informasi yang disampaikan komunikator.

e. Efek (effect, impact, influence) adalah dampak sebagai pengaruh dari pesan.Jadi, berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah prosespenyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yangmenimbulkan efek tertentu (Effendy, 2008: 10).

Selain itu dalam komunikasi secara garis besarnya dapat disimpulkan bahwa

komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada

orang lain. Komunikasi akan dapat berhasil apabila sekiranya timbul saling

pengertian, yaitu jika kedua belah pihak dapat memahaminya (Widjaja, 2009: 15).

Komunikasi merupakan penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang

kepada orang lain, komunikasi akan berhasil jika adanya pengertian serta kedua

belah pihak saling memahaminya. Dapat disimpulkan bahwa komunikasi sangat

penting sama halnya dengan bernafas. Kualitas komunikasi menentukan

keharmonisan hubungan dengan sesame individu. Adapun bentuk dari komunikasi

yaitu (Effendy, 2008: 7):

a. Komunikasi Personal (Personal Communication). Terdiri dari komunikasi

intra personal (Intrapersonal Communication) dan komunikasi antar personal

(Interpersonal Communication).

b. Komunikasi kelompok

Page 37: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

20

1) Komunikasi kelompok kecil (small group communication), terdiri dari

ceramah, forum, diskusi dan seminar.

2) Komunikasi kelompok besar (large group communication), terdiri dari

kampanye.

3) Komunikasi Organisasi (Organization Communication).

4) Komunikasi Massa (Mass Communication).

Adapun proses komunikasi menurut Onong terbagi atas dua tahap, yakni secara

primer dan secara sekunder (Effendy, 2008: 11):

a. Proses Komunikasi Secara Primer adalah proses penyampaian pikiran atau

perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang sebagai

media. Lambang ini umumnya bahasa tetapi dalam situasi komunikasi tertentu

lambang-lambang yang digunakan dapat berupa gerak tubuh, gambar, warna

dan sebagainya.

b. Proses Komunikasi Secara Sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh

seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai

media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Proses ini

termasuk sambungan dari proses primer untuk menembus dimensi ruang dan

waktu. Dalam prosesnya komunikasi sekunder ini akan semakin efektif dan

efisien karena didukung oleh teknologi komunikasi yang semakin canggih

yang ditopang oleh teknologi-teknologi lainnya.

2. Proses Komunikasi

Agar lebih jelas membahas mengenai proses komunikasi maka proses komunikasi

dikategorikan dengan peninjauan dari dua perspektif.

Page 38: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

21

a. Proses Komunikasi dalam Perspektif Psikologis

Proses komunikasi perspektif ini terjadi pada diri komunikator dan

komunikan. Ketika seorang komunikator berniat akan menyampaikan suatu

pesan kepada komunikan, maka dalam dirinya terjadi suatu proses.

Komunikasi terdiri dari dua aspek yakni isi pesan dan lambang. Isi pesan

umumnya adalah bahasa. Walter Lippman menyebut isi pesan itu picture in

ourhead, sedangkan Walter Hagemann menamakannya das Bewustseininhalte.

Proses ‘mengemas’ atau ‘membungkus’ pikiran dengan bahasa yang

dilakukan komunikator itu dalam bahasa komunikasi dinamakan encoding.

Hasil encoding berupa pesan itu kemudian ia transmisikan atau dikirimkan

kepada komunikan. Proses dalam diri komunikan disebut decoding seolah-

olah membuka kemasan atau bungkus pesan yang ia terima dari komunikator

tadi. Isi bungkusan tadi adalah pikiran komunikator. Apabila komunikan

mengerti isi pesan atau pikiran komunikator, maka komunikasi terjadi.

Sebaliknya bilamana komunikan tidak mengerti, maka komunikasi pun tidak

terjadi.

b. Proses Komunikasi dalam Perspektif Mekanistis

Proses komunikasi dalam prespektif mekanistik berlangsung ketika

komunikator mengoperkan atau melemparkan dengan lisan atau tulisan

pesannya sampai ditangkap oleh komunikan. Proses komunikasi dalam

perspektif ini kompleks atau rumit, sebab bersifat situasional, bergantung pada

situasi ketika komunikasi itu berlangsung. Adakalanya komunikannya

seorang, maka komunikasi dalam situasi seperti ini dinamakan komunikasi

Page 39: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

22

interpersonal atau komunikasi antarpribadi, kadang-kadang komunikannya

sekelompok orang yang disebut dengan komunikasi kelompok; acapkali

komunikannya tersebar dalam jumlah yang relatif amat banyak sehingga untuk

menjangkaunya diperlukan suatu media atau sarana, maka komunikasi dalam

situasi ini disebut komunikasi massa.

Untuk jelasnya proses komunikasi dalam perspektif mekanistis dapat

diklasifikasikan menjadi:

1) Proses komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer (prymari process) adalah proses

penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan

menggunakan lambang sebagai media atau salurannya.. Lambang ini

umumnya bahasa, tetapi dalam situasi-situasi tertentu lambang-lambang

yang dipergunakan dapat berupa kial (gesture) yakni gerak anggota tubuh,

gambar, warna dan lain sebagainya.

2) Proses komunikasi secara sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh

komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana

sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.

Komunikator menggunakan media kedua ini karena komunikan yang

dijadikan sasaran komunikasinya jauh tempatnya atau banyak jumlahnya

atau kedua-duanya. Kalau komunikan jauh menggunakan surat atau

telepon, apabila banyak dipergunakan pengeras suara, apabila jauh dan

banyak maka pergunakan surat kabar, radio atau televisi. Komunikasi

Page 40: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

23

dalam proses secara sekunder ini semakin lama semakin efektif dan efisien

karena didukung oleh teknologi komunikasi yang semakin canggih, yang

ditopang pula oleh teknologi-teknologi lainnya yang bukan teknologi

komunikasi.

3) Proses komunikasi secara sirkular

Sirkular sebagai terjemahan dari kata circular secara harfiah berarti bulat,

bundar atau keliling sebagai lawan dari perkataan linear yang bermakna

lurus. Dalam konteks komunikasi yang dimaksudkan dengan proses secara

sirkular itu adalah terjadinya feedback atau umpan balik, yaitu terjadinya

arus dari komunikan ke komunikator. Oleh karena itu adakalanya feedback

tersebut mengalir dari komunikan ke komunikator itu adalah response atau

tanggapan komunikan terhadap pesan yang ia terima dari komunikator.

Konsep umpan balik ini dalam proses komunikasi amat penting karena

dengan terjadinya umpan balik komunikator mengetahui apakah

komunikasinya itu berhasil atau gagal, dengan kata lain apakah umpan

baliknya itu positif atau negatif. Bila positif ia patut gembira, sebaliknya

jika negatif menjadi permasalahan, sehingga ia harus mengulangi lagi

dengan perbaikan gaya komunikasinya sampai menimbulkan umpan balik

positif (Effendy, 2008:28)

Komunikasi terjadi ketika seseorang mengirimkan ide atau perasaan kepada orang

lain atau sekelompok orang. Efektivitasnya diukur dengan kesamaan antara pesan

dikirim oleh petugas lapas dan pesan yang diterima oleh narapidana anak. Unsur

yang berperan dalam proses komunikasi adalah sumber (petugas lapas), simbol

Page 41: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

24

yang digunakan untuk mengirim pesan (kata-kata, tulisan, gambar, garis, bahasa

tubuh), dan penerima. Ketiga unsur ini saling terkait. Hubungan antara petugas

lapas dan narapidana anak bersifat dinamis dan tergantung bagaimana arus

komunikasi antara petugas lapas dan narapidana anak. Pada saat petugas lapas

menyampaikan pesan, narapidana anak memberi umpan balik untuk

menyesuaikan informasi yang diterimanya. Sebaiknya petugas lapas juga memberi

umpan balik terhadap umpan balik yang narapidana anak berikan sehingga

memperkuat respon yang diinginkan.

3. Fungsi Komunikasi

Komunikasi sebagai ilmu dan seni, sudah tentu memiliki fungsi yang dapat

dimanfaatkan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam

terjadinya komunikasi tidak terlepas dari bentuk dan fungsi komunikasi, dimana

komunikasi yang baik, tidak jauh dari fungsi yang mendukung keefektifan

komunikasi.

Adapun fungsi-fungsi dari komunikasi adalah sebagai berikut:

a. Menyampaikan informasi (To inform)Komunikasi berfungsi dalam menyampaikan informasi, tidak hanya informasitetapi juga pesan, ide, gagasan, opini maupun komentar. Sehingga masyarakatbisa mengetahui keadaan yang terjadi dimanapun.

b. Mendidik (To educate)Komunikasi sebagai sarana informasi yang mendidik, menyebarluaskankreativitas, tidak hanya sekedar memberi hiburan, tetapi juga memberipendidikan untuk membuka wawasan dan kesempatan untuk memperolehpendidikan secara luas, baik untuk pendidikan formal di sekolah maupununtuk di luar sekolah, serta memberikan berbagai informasi tidak lain agarmasyarakat menjadi lebih baik lebih maju, dan lebih berkembang.

c. Menghibur (To entertain)Komunikasi juga memberikan warna dalam kehidupan, tidak hanya informasitetapi juga hiburan. Semua golongan menikmatinya sebagai alat hiburan

Page 42: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

25

dalam bersosialisasi. Menyampaikan informasi dalam lagu, lirik dan bunyimaupun gambar dan bahasa.

d. Mempengaruhi (To influence)Komunikasi sebagai sarana untuk mempengaruhi khalayak untuk membermotivasi, mendorong untuk mengikuti kemajuan orang lain melalui apa yangdilihat, dibaca dan didengar. Serta memperkenalkan nilai-nilai baru untukmengubah sikap dan perilaku kea rah yang baik dan modernisasi (Effendy,2008: 15).

4. Tujuan Komunikasi

Dalam berkomunikasi tidak hanya untuk memahami dan mengerti satu dan

lainnya tetapi juga memiliki tujuan dalam berkomunikasi. Ada empat tujuan

komunikasi (Effendy, 2008: 34) yaitu:

a. Perubahan sikap

Memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan agar

masyarakat akan berubah sikapnya. Misalnya memberikan informasi

mengenai bahaya menggunakan obat-obatan terlarang dan tujuannya adalah

agar masyarakat tidak menggunakan obat-obatan terlarang.

b. Perubahan pendapat

Memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan agar

masyarakat mau berubah pendapat dan persepsinya terhadap tujuan informasi

yang disampaikan. Misalnya informasi mengenai kebijakan baru pemerintah

yang biasanya selalu mendapat tantangan dari masyarakat maka harus disertai

penyampaian informasi yang lengkap supaya pendapat masyarakat dapat

terbentuk untuk mendukung kebijakan tersebut.

Page 43: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

26

c. Perubahan perilaku

Memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan agar

masyarakat akan berubah perilakunya. Misalnya informasi tentang kerugian

dari tawuran agar siswa dan mahasiswa jangan ikut dalam kegiatan tawuran.

d. Perubahan sosial

Memberikan berbagai informasi pada masyarakat, yang pada akhirnya

bertujuan agar masyarakat mau mendukung dan ikut serta terhadap tujuan

informasi yang disampaikan.

5. Bentuk Komunikasi

Secara umum bentuk komunikasi komunikasi verbal yaitu:

a. Komunikasi Verbal

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu

kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal

(Deddy Mulyana, 2005: 58). Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat

simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang

digunakan dan dipahami suatu komunitas.

Jalaluddin Rakhmat (2008: 98), mendefinisikan bahasa secara fungsional dan

formal. Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama

untuk mengungkapkan gagasan. Ia menekankan dimiliki bersama, karena

bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota

kelompok sosial untuk menggunakannya. Secara formal, bahasa diartikan

sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut

peraturan tata bahasa.

Page 44: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

27

Larry L. Barker dalam Deddy Mulyana (2005: 98), mengemukakan bahwa

bahasa mempunyai tiga fungsi: penamaan (naming atau labeling), interaksi,

dan transmisi informasi.

1) Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikanobjek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapatdirujuk dalam komunikasi.

2) Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapatmengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.

3) Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilahyang disebut fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagaifungsi transmisi informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkanmasa lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan kesinambunganbudaya dan tradisi kita.

Cansandra L. Book (1980) dalam Deddy Mulyana (2005: 98) dalam Human

Communication: Principles, Contexts, and Skills, mengemukakan agar

komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi,

yaitu:

1) Mengenal dunia di sekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa sajayang menarik minat kita, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup padamasa lalu sampai pada kemajuan teknologi saat ini.

2) Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita bergauldengan orang lain untuk kesenangan kita, dan atau mempengaruhi merekauntuk mencapai tujuan kita. Melalui bahasa kita dapat mengendalikanlingkungan kita, termasuk orang-orang di sekitar kita.

3) Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasamemungkinkan kita untuk lebih teratur, saling memahami mengenal dirikita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-tujuan kita.

Keterbatasan Bahasa:

1) Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek.Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu:orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak semua katatersedia untuk merujuk pada objek. Suatu kata hanya mewakili realitas,tetapi buka realitas itu sendiri. Dengan demikian, kata-kata pada dasarnyabersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak. Kata-kata sifatdalam bahasa cenderung bersifat dikotomis, misalnya baik-buruk, kaya-miskin, pintar-bodoh, dsb.

Page 45: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

28

2) Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual.Kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata merepresentasikan persepsidan interpretasi orang-orang yang berbeda, yang menganut latar belakangsosial budaya yang berbeda pula. Kata berat, yang mempunyai maknayang nuansanya beraneka ragam*. Misalnya: tubuh orang itu berat; kepalasaya berat; ujian itu berat; dosen itu memberikan sanksi yang beratkepada mahasiswanya yang nyontek.

3) Kata-kata mengandung bias budaya.Bahasa terikat konteks budaya. Oleh karena di dunia ini terdapat berbagaikelompok manusia dengan budaya dan subbudaya yang berbeda, tidakmengherankan bila terdapat kata-kata yang (kebetulan) sama atau hampirsama tetapi dimaknai secara berbeda, atau kata-kata yang berbeda namundimaknai secara sama. Konsekuensinya, dua orang yang berasal daribudaya yang berbeda boleh jadi mengalami kesalahpahaman ketiakamereka menggunakan kata yang sama. Misalnya kata awak untuk orangMinang adalah saya atau kita, sedangkan dalam bahasa Melayu (diPalembang dan Malaysia) berarti kamu. Komunikasi sering dihubungkandengan kata Latin communis yang artinya sama. Komunikasi hanya terjadibila kita memiliki makna yang sama. Pada gilirannya, makna yang samahanya terbentuk bila kita memiliki pengalaman yang sama. Kesamaanmakna karena kesamaan pengalaman masa lalu atau kesamaan strukturkognitif disebut isomorfisme. Isomorfisme terjadi bila komunikan-komunikan berasal dari budaya yang sama, status sosial yang sama,pendidikan yang sama, ideologi yang sama; pendeknya mempunyaisejumlah maksimal pengalaman yang sama. Pada kenyataannya tidak adaisomorfisme total.

4) Percampuran adukkan fakta, penafsiran, dan penilaian.Dalam berbahasa kita sering mencampuradukkan fakta (uraian), penafsiran(dugaan), dan penilaian. Masalah ini berkaitan dengan dengan kekeliruanpersepsi. Contoh: apa yang ada dalam pikiran kita ketika melihat seorangpria dewasa sedang membelah kayu pada hari kerja pukul 10.00 pagi?Kebanyakan dari kita akan menyebut orang itu sedang bekerja. Akantetapi, jawaban sesungguhnya bergantung pada: Pertama, apa yangdimaksud bekerja? Kedua, apa pekerjaan tetap orang itu untuk mencarinafkah? .... Bila yang dimaksud bekerja adalah melakukan pekerjaan tetapuntuk mencari nafkah, maka orang itu memang sedang bekerja. Akantetapi, bila pekerjaan tetap orang itu adalah sebagai dosen, yangpekerjaannya adalah membaca, berbicara, menulis, maka membelah kayubakar dapat kita anggap bersantai baginya, sebagai selingan di antara jam-jam kerjanya.

Ketika kita berkomunikasi, kita menerjemahkan gagasan kita ke dalam bentuk

lambang. Proses ini lazim disebut penyandian (encoding). Bahasa adalah alat

penyandian, tetapi alat yang tidak begitubaik, untuk itu diperlukan kecermatan

Page 46: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

29

dalam berbicara, bagaimana mencocokkan kata dengan keadaan sebenarnya,

bagaimana menghilangkan kebiasaan berbahasa yang menyebabkan kerancuan

dan kesalahpahaman.

6. Komunikasi Antarpribadi

a. Pengertian Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi seperti bernapas untuk kelangsungan hidup, dimana

tidak dapat dielakkan. Komunikasi antarpribadi bersifat transaksional, dari

sebuah hubungan manusia yang saling mempengaruhi satu dengan yang lain.

Hubungan antarpribadi yang berkelanjutan dan terus menerus akan

memberikan semangat, saling merespon tanpa adanya manipulasi, tidak hanya

tentang menang atau kalah dalam beragumentasi melainkan tentang pengertian

dan penerimaan (Beebe, 2008: 3-5).

Komunikasi antarpribadi mempengaruhi hubungan, jika hubungan dan

komunikasi terjalin baik, maka akan terjadi jalinan yang panjang, dimana

saling menghargai dan memberikan perhatian antara satu dengan yang lain.

Para ahli teori komunikasi mendefinisikan komunikasi antarpribadi secara

berbeda-beda, dan berikut ini adalah 3 sudut pandang definisi utama:

a. Berdasarkan KomponenKomunikasi antarpribadi didefinisikan dengan mengamati komponen-komponen utamanya, yaitu mulai dari penyampaian pesan oleh satu orangdan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang,dengan berbagai dampak hingga peluang untuk memberikan umpan balik.

b. Berdasarkan Hubungan DiadikKomunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang berlangsung diantaradua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas. Sebagaicontoh dapat dilihat pada contoh hubungan komunikasi antarpribadi antaraayah dengan anak, pramuniaga dengan pelanggan, petugas lapas dengan

Page 47: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

30

narapidana anak, dan lain-lain. Definisi ini disebut juga definisi diadik,yang menjelaskan bahwa selalu ada hubungan tertentu yang terjadi antaradua orang tertentu, bahkan pada hubungan persahabatan juga dapat dilihathubungan antarpribadi yang terjalin antara dua sahabat.

c. Berdasarkan PengembanganKomunikasi antarpribadi dilihat sebagai akhir dari komunikasi yangbersifat tak pribadi menjadi komunikasi pribadi atau yang lebih intim.Ketiga definisi di atas membantu dalam menjelaskan yang dimaksuddengan komunikasi antarpribadi dan bagaimana komunikasi tersebutberkembang, serta bahwakomunikasi antarpribadi dapat berubah apabilamengalami suatu pengembangan (Devito, 2007: 231-232).

Dalam komunikasi antarpribadi tidak hanya tertuju pada pengertian melainkan

ada fungsi yang dari komunikasi antarpribadi itu sendiri. Fungsi komunikasi

adalah berusaha meningkatkan hubungan insani, menghindari dan mengatasi

konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan

dan pengalaman dengan orang lain (Cangara, 2007: 60).

Komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh petugas lapas selama membina

diharapkan tidak hanya terfokus pada tugas semata, tetapi juga berpengaruh

pada pengembangan soft skill mereka. Para petugas lapas harus bisa memahami

narapidana anak, terutama mereka yang memasuki usia remaja yang rentan

dengan berbagai macam pengaruh dari lingkungan. Dengan adanya komunikasi

antarpribadi petugas lapas dengan narapidana anak diharapkan dapat

membentuk konsep diri yang telah ada sebelumnya menjadi lebih baik. Selain

itu, proses komunikasi seperti ini juga dibutuhkan dalam proses membina

narapidana anak, karena dalam komunikasi harus ada timbal balik (feedback)

antara komunikator dengan komunikan. Begitu juga dalam lembaga

permasyarakatan membutuhkan komunikasi yang baik, sehingga apa yang

disampaikan, dalam hal ini pembinaan narapidana anak, oleh komunikator

Page 48: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

31

(petugas lapas) kepada komunikan (narapidana anak) bisa dicerna oleh

narapidana anak dengan optimal, sehingga tujuan pembinaan yang ingin

dicapai bisa terwujud. Tidak mungkin bila komunikasi dilakukan tidak baik

maka hasilnya akan bagus.

b. Ciri-ciri Komunikasi Antarpribadi

Liliweri (2006:115) mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Spontan dan terjadi sambil lalu saja (umumnya tatap muka).

2) Tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu.

3) Terjadi secara kebetulan di antara peserta yang tidak mempunyai identitas

yang belum tentu jelas.

4) Berakibat sesuatu yang disengaja maupun tidak disengaja.

5) Kerapkali berbalas-balasan.

6) Mempersyaratkan adanya hubungan paling sedikit dua orang, serta

hubungan harus bebas, bervariasi, serta adanya keterpengaruhan.

7) Harus membuahkan hasil.

8) Menggunakan berbagai lambang-lambang bermakna.

c. Efektivitas Komunikasi Antarpribadi

Efektivitas komunikasi interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang

dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap

mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan

(equality) (Devito, 2007, 259-264).

1) Keterbukaan (Openness)

Page 49: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

32

Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi

interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka

kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang

harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya. Memang ini

mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya,

harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang

biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.

Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk

bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak

kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang

menjemukan.

Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran (Bochner dan

Kelly, 2006: 114). Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa

perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda

bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini

adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama

tunggal).

2) Empati (empathy)

Henry Backrack (2008: 78) mendefinisikan empati sebagai ”kemampuan

seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu

saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain

itu”. Bersimpati, pada pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau

merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti

Page 50: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

33

orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan

perasaan yang sama dengan cara yang sama.

Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain,

perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa

mendatang. Kita dapat mengkomunikasikan empati secara verbal.

3) Sikap mendukung (supportiveness)

Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap

mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan

berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak

dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita

memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan

evaluatif, (2) spontan, bukan strategic, dan (3) provisional, bukan sangat

yakin.

4) Sikap positif (positiveness)

Mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan

sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif

mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif

mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama,

komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif

terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi

pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang

lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak

menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi

atau suasana interaksi.

Page 51: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

34

5) Kesetaraan (Equality)

Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang

mungkin lebih pandai, lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis

daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam

segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan

lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara

diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa

masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan,

ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk

memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk

menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan

menyetujui begitu saja semua perilaku komunikasi pihak lain. Kesetaraan

berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl Rogers, kesetaraan

meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat” kepada

orang lain.

d. Tujuan Komunikasi Antarpribadi

Dalam kegiatan apapun komunikasi antarpribadi tidak hanya memiliki ciri

tertentu, tetapi juga memiliki tujuan agar komunikasi antarpribadi tetap

berjalan dengan baik. Adapun tujuan dari komunikasi antarpribadi adalah

sebagai berikut:

1) Mengenal diri sendiri dan orang lain. Salah satu cara mengenal diri sendiriadalah melelui komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadimemberikan kesempatan bagi kita untuk memperbincangkan diri kitasendiri, dengan membicarakan tentang diri kita sendiri pada orang lain.Kita akan mendapatkan perspektif baru tentang diri kita sendiri dan

Page 52: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

35

memahami lebih mendalam tentang sikap dan perilaku kita. Padakenyataannya, persepsi-persepsi diri kita sebagian besar merupakan hasilyang dari apa yang kita pelajari tentang diri kita sendiri dari orang lainmelalui komunikasi antarpribadi.

2) Mengetahui dunia luar. Komunikasi antarpribadi juga memungkinkan kitauntuk memahami lingkungan kita secara baik yakni tentang objek,kejadian-kejadian, dan orang lain. Banyak hal yang sering kita bicarakanmelalui komunikasi antarpribadi mengenai hal-hal yang disajikan di mediamassa.

3) Menciptakan dan memelihara hubungan. Manusia diciptakan sebagaimakhluk sosial, hingga dalam kehidupan sehari-hari orang inginmenciptakan dan memelihara hubungan dekat dengan orang lain. Dengandemikian banyak waktu yang digunakan dalam komunikasi antarpribadibertujuan untuk menciptakan dan memelihara hubungan sosial denganorang lain. Hubungan demikian membantu mengurangi kesepian danketegangan serta membuat kita merasa lebih positif tentang diri kitasendiri.

4) Mengubah sikap dan perilaku. Dalam komunikasi antarpribadi sering kitaberupaya mengubah sikap dan perilaku orang lain. Keinginanmemilihsuatu cara tertentu, mencoba makanan baru, membaca buku,berfikir dalam cara tertentu, dan sebagainya. Singkatnya banyak yang kitagunakan untuk mempersuasikan orang lain melalui komunikasiantarpribadi.

5) Bermain dan mencari hiburan. Bermain mencakup semua kegiatan untukmemperoleh kesenangan. Pembicaraan-pembicaraan lain yang hampirsama merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh hiburan.Seringkali hal tersebut tidak dianggap penting, tapi sebenarnyakomunikasi yang demikian perlu dilakukan. Karena memberi suasanalepas dari keseriusan, ketegangan, kejenuhan, dan sebagainya.

6) Membantu orang lain. Kita sering memberikan berbagai nasihat dan saranpada teman-teman yang sedang menghadapi masalah atau suatu persoalandan berusaha untuk menyelesaikannya. Hal ini memperlihatkan bahwatujuan dari proses komunikasi antarpribadi adalah membantu orang lain(Cangara, 2007: 60).

Devito (2007: 259-268) mengemukakan komunikasi antarpribadi dapat

menjadi efektif maupun sebaliknya, karena apabila terjadi suatu permasalahan

dalam hubungan, diantaranya hubungan persahabatan, maka komunikasi

antarpribadi menjadi tidak efektif.

Sudut pandang yang menekankan pada keterbukaan, empati, sikap mendukung,

sikap positif, dan kesetaraan yang menciptakan interaksi yang bermakna, jujur,

Page 53: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

36

dan memuaskan. Beberapa hal yang ditekankan dalam sudut pandang yang

memiliki penjabaran yang luas, diantaranya:

a) Keterbukaan, yang memiliki pengertian bahwa dalam komunikasiantarpribadi yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajakberinteraksi, kesediaan untuk mebuka diri, kesediaan untuk mengakuiperasaan dan pikiran yang dimiliki dan mempertanggung jawabkannya.

b) Empati, kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialamiorang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain tersebut,dimana seseorang juga mampu untuk memahami motivasi dan pengalamanorang lain, perasaan, dan sikap mereka, serta harapan dan keinginanmereka untuk masa depannya.

c) Sikap mendukung, dalam hai ini merupakan pelengkap daripada kedua halsebelumnya, karena komunikasi yang terbuka dan empati tidak dapatberlangsung dalam suasana tidak mendukung.

d) Sikap positif, komunikasi antarpribadi akan terbina apabila orang memilkisikap yang positif terhadap diri mereka sendiri, karena orang yang merasapositif dengan diri sendiri akan mengisyaratkan perasaan kepada orang lain,yang selanjutnya juga akan merefleksikan perasaan positif kepada lawanbicaranya, kemudian sifat positif juga dapat diwijudkan denganmemberikan suatu sikap dorongan dengan menunjukkan sikap menghargaikeberadaan, pendapat, dan pentingnya orang lain, dimana perilakuinisangat bertentangan dengan sikap acuh.

e) Kesetaraan, memiliki pengertian bahwa kita menerima pihak lain ataumengakui dan menyadari bahwa kedua belah pihak sama-sama bernilai danberharga. Karena pada kesetaraan, suatu konflik akan lebih dapat dilihatsebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagaikesempatan untuk menjatuhkan pihak lain (Devito, 2007: 259-268).

D. Konsep Satuan Polisi Pamong Praja

Lingkup fungsi dan tugas Polisi Pamong Praja dalam pembinaan ketentraman dan

ketertiban umum pada dasarnya cukup luas, sehingga dituntut kesiapan aparat

baik jumlah anggota, kualitas personil termasuk kejujuran dalam melaksanakan

tugas-tugasnya. Polisi Pamong Praja sebagai lembaga dalam pemerintahan sipil

harus tampil sebagai pamong masyarakat yang mampu menggalang dan dapat

meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam menciptakan dan memelihara

ketentraman dan ketertiban sehingga dapat menciptakan iklim yang lebih kondusif

Page 54: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

37

di daerah. Penampilan Polisi Pamong Praja dalam pembinaan ketentraman dan

ketertiban harus berbeda dengan aparat kepolisian (Polisi Negara), karena kinerja

Polisi Pamong Praja akan bertumpu pada kegiatan yang lebih bersifat penyuluhan

dan pengurusan, bukan lagi berupa kegiatan yang mengarah pada pemberian

sanksi atau pidana.

Satuan Polisi Pamong Praja daerah memiliki tugas pokok membantu Kepala

Daerah dalam menegakkan peraturan daerah dan penyelenggaraan ketertiban

umum serta ketentraman masyarakat. Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana

dimaksud dalam dalam Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2010 Tentang Satuan

Polisi Pamong Praja Pasal 4, Satuan Polisi Pamong Praja memiliki fungsi antara

lain :

a. Penyusunan program dan pelaksanaan penegakan Perda, penyelenggaraan

ketertiban umum dan ketentraman masyarakat serta perlindungan masyarakat;

b. Pelaksanaan kebijakan penegakan Perda dan peraturan kepala daerah;

c. Pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman

masyarakat di daerah;

d. Pelaksanaan kebijakan perlindungan masyarakat;

e. Pelaksanaan koordinasi penegak Perda dan peraturan Kepala Daerah,

penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat dengan

Kepolisian Negara RI, Penyidik PNS daerah, dan/atau aparatur lainnya.

Tugas Polisi Pamong Praja adalah selain melakukan penegakan Peraturan Daerah,

juga membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan pembinaan ketentraman dan

ketertiban (Pasal 148 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Page 55: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

38

Pemerintahan Daerah). Mengingat luasnya daerah dan menjamin tindakan yang

cepat serta tepat pada waktunya Kepala Daerah dalam “keadaan biasa” diberikan

wewenang pembinaan ketentraman dan ketertiban di daerahnya yang meliputi

(Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Propinsi

Sebagai Daerah Otonomi) :

a. Wewenang pengaturan untuk dapat mendorong terciptanya ketentraman dan

ketertiban masyarakat.

b. Wewenang pengaturan-pengaturan kegiatan penanggulangan bencana alam

maupun bencana akibat perbuatan manusia.

c. Wewenang pengaturan kegiatan-kegiatan dibidang politik, ekonomi dan sosial

budaya.

Tujuan dari pembinaan kentraman dan ketertiban adalah untuk menghilangkan

atau mengurangi segala bentuk ancaman dan gangguan terhadap ketentraman dan

ketertiban didalam masyarakat, serta menjaga agar roda pemerintahan dan

peraturan pemerintah serta peraturan perundang-undangan di daerah dapat

berjalan lancar, sehingga pemerintah dan rakyat dapat melakukan kegiatan secara

umum, tertib dan teratur dalam rangka memantapkan ketahanan nasional

(Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 2 Pasal 2 Tahun 1993 tentang pembinaan

ketentraman dan ketertiban di daerah).

Ketentraman dan ketertiban yaitu suatu keadaan dimana pemerintah dan rakyat

dapat melakukan kegiatan secara aman, tertib dan teratur (Peraturan Menteri

Dalam Negeri No. 2 Pasal 1 Tahun 1993 tentang pembinaan ketentraman dan

ketertiban di daerah). Pembinaan ketentraman dan ketertiban daerah adalah segala

Page 56: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

39

usaha, tindakan dan kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan,

penyusunan, pengembangan, pengarahan, pemeliharaan serta pengendalian segala

masalah ketentraman dan ketertiban secara berdaya guna dan berhasil guna

meliputi kegiatan pelaksanaan atau penyelenggaraan dan peraturan agar segala

sesuatunya dapat dilakukan dengan baik, tertib dan seksama sesuai ketentuan

petunjuk, sistem dan metode yang berlaku untuk menjamin pencapaian tujuan

secara maksimal (Pasal 150 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah).

E. Konsep Pedagang Kaki Lima

1. Pedagang Kaki Lima dalam Sektor Informal

Menurut Ardiyanto (2008 131) Pedagang Kaki Lima (PKL) adalah merupakan

salah satu bentuk dari perilaku ekonomi di sektor informal. Istilah pedagang kaki

lima berasal dari jaman Raffles yaitu 5 feet yang berarti jalur pejalan dipinggir

jalan selebar lima kaki. Area tersebut lama kelamaan dipakai untuk area berjualan

pedagang kecil, sehingga pedagang yang menggunakannya disebut sebagai

pedagang kaki lima. Salah satu bentuk sektor informal yang dikenal dikalangan

masyarakat luas adalah pedagang kaki lima. Hal ini disebabkan kebanyakan para

pekerja sektor informal sebagian besar terjun dan menekuni bidang usaha kaki

lima.

Menurut McGee dan Yeung (2007 25), pedagang kaki lima mempunyai

pengertian yang sama dengan ‘hawkers’ yang didefinisikan sebagai orang-orang

yang menawarkan barang dan jasa untuk dijual di tempat umum, terutama di

pinggir jalan dan trotoar. Dari hasil penelitian oleh Soedjana (2006) secara

Page 57: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

40

spesifik yang dimaksud dengan pedagang kaki lima adalah sekelompok orang

yang menawarkan barang dan jasa untuk dijual diatas trotoar atau tepi/di pinggir

jalan, di sekitar pusat perbelanjaan/pertokoan, pasar, pusat rekreasi/hiburan, pusat

perkantoran dan pusat pendidikan, baik secara menetap atau setengah menetap,

berstatus tidak resmi atau setengah resmi dan dilakukan baik pagi, siang, sore

maupun malam hari.

Hasil penelitian yang dikemukakan oleh Waworoentoe (2007 5) pedagang kaki

lima biasanya akan tumbuh berkembang pada ruang-ruang fungsional kota (pusat

perdagangan/pusat perbelanjaan/pertokoan, pusat rekereasi/hiburan, pasar,

terminal/pemberhentian kendaraan umum, pusat pendidikan, pusat pertokoan).

Sektor informal merupakan suatu kegiatan berskala kecil dari unit produksi dan

distribusi barang dan servis. Sektor informal tidak terdaftar dan tidak tercatat

dalam statistik resmi, dioperasikan dengan modal yang sangat kecil atau tidak

memiliki modal sama sekali, sehingga memiliki tingkat pendapatan yang rendah

dan tidak pasti, serta tingkat ketidakstabilan tenaga kerja yang tinggi.

2. Pemahaman Fungsi Pedagang Kaki Lima

Pedagang kaki lima merupakan suatu kelengkapan kota-kota di seluruh dunia dari

dahulu. Sebagai kelengkapan, pedagang kaki lima tidak mungkin dihindari atau

ditiadakan, karena itu kalau ada suatu pemerintah kota berkehendak meniadakan

pedagang kaki lima akan menjadi kebijaksanaan atau tindakan yang sia-sia.

Pedagang kaki lima bagi sebuah kota tidak hanya mempunyai fungsi ekonomi,

tetapi juga fungsi sosial dan budaya.

Page 58: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

41

Sebagai salah satu fungsi ekonomi, pedagang kaki lima tidak semestinya hanya

dilihat sebagai tempat pertemuan penjual dan pembeli secara mudah. Tidak pula

hanya dilihat sebagai lapangan kerja tanpa membutuhkan syarat tertentu. Dan

tidak pula dilihat sebagai alternatif lapangan kerja informal yang mudah

terjangkau akibat suatu keadaan ekonomi yang sedang merosot. Tidak kalah

penting, melihat pedagang kaki lima sebagai pusat konsentrasi kapital sebagai

pusaran yang menentukan proses produksi dan distribusi yang sangat menentukan

tingkat kegiatan ekonomi masyarakat dan negara.

Sebagai sebuah fungsi sosial, pedagang kaki lima tidak semestinya hanya dilihat

sebagai pedagang atau penjajah yang serba lemah, tidak teratur, berada ditempat

yang tidak dapat ditentukan, mengganggu kenyamanan dan keindahan kota,

karena itu harus ditertibkan oleh petugas kota. Sebagai suatu gejala sosial,

pedagang kaki lima menjalankan fungsi sosial yang sangat besar. Merekalah yang

menghidupkan dan membuat kota selalu semarak, tidak sepi, dan dinamik. Dalam

pola dan sistem tertentu, pedagang kaki lima merupakan daya tarik tersendiri bagi

sebuah kota.

Demikian pula dari sudut budaya, pedagang kaki lima menjadi pengemban

budaya, bahkan menjadi model budaya kota tertentu. Melalui pedagang kaki lima,

karya-karya budaya diperkenalkan kepada masyarakat. Selain itu, pedagang kaki

lima merupakan gejela budaya bagi sebuah kota dan menciptakan berbagai corak

budaya tersendiri.

Pandangan hilostik atau integral semacam ini diperlukan dalam menentukan

kebijaksanaan dan mengatur pedagang kaki lima pada sebuah kota sehingga

Page 59: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

42

hubungan “mutual” yang positif antar “mission” pemerintah dengan kehadiran

pedagang kaki lima. Pola hubungan semacam itu akan menjadi dasar hak dan

kewajiban dan hubungan tanggung jawab antara pedagang kaki lima dengan

pemerintah kota.

Menurut Mc Gee dan Yeung (2007 76) pola ruang aktivitas pedagang kaki lima

sangat dipengaruhi oleh aktivitas sektor formal dalam menjaring konsumennya.

Lokasi pedagang kaki lima sangat dipengaruhi oleh hubungan langsung dan tidak

langsung dengan berbagai kegiatan formal dan informal atau hubungan pedagang

kaki lima dengan konsumennya. Untuk dapat mengenali penataan ruang kegiatan

pedagang kaki lima maka harus mengenal aktivitas pedagang kaki lima melalui

penyebaran, pemanfaatan ruang berdasarkan waktu berdagang dan jenis dagangan

serta sarana berdagang.

3. Komponen pengaturan penataan fisik pedagang kaki lima

Komponen pengaturan penataan fisik pedagang kaki lima, antara lain meliputi

lokasi, waktu berdagang, sarana fisik dagangan, jenis dagangan, pola penyebaran,

pola pelayanan adalah sebagai berikut

1. Lokasi

Berdasarkan hasil studi oleh Ir. Goenadi Malang Joedo (1997 63), penetuan

lokasi yang diminati oleh sektor informal atas pedagang kaki lima adalah

sebagai berikut

a. Terdapat akumulasi orang yang melakukan kegiatan bersama-sama pada

waktu yang relatif sama, sepanjang hari.

Page 60: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

43

b. Berada pada kawasan tertentu yang merupakan pusat-pusat kegiatan

perekonomian kota dan pusat non ekonomi perkotaan, tetapi sering

dikunjungi dalam jumlah besar.

c. Mempunyai kemudahan untuk terjadi hubungan antara pedagang kaki lima

dengan calon pembeli, walaupun dilakukan dalam ruang relatif sempit.

d. Tidak memerlukan ketersediaan fasilitas dan utilitas pelayanan umum.

Mc Gee dan Yeung (2007 108) menyatakan bahwa pedagang kaki lima

beraglomerasi pada simpul-simpul pada jalur pejalan yang lebar dan tempat-

tempat yang sering dikunjungi orang dalam jumlah besar yang dekat dengan

pasar public, terminal, daerah komersial.

2. Waktu berdagangan.

Menurut Mc Gee dan Yeung (2007 76) dari penelitian di kota-kota di Asia

Tenggara menunjukkan bahwa pola aktivitas pedagang kaki lima

menyesuaikan terhadap irama dari ciri kehidupan masyarakat sehari-hari.

Penentuan periode waktu kegiatan pedagang kaki lima didasarkan pula atau

sesuai dengan perilaku kegiatan formal. Adapun perilaku kegiatan keduanya

cenderung sejalan walaupun pada saat tertentu kaitan aktivitas keduanya

lemah atau tidak ada hubungan langsung antara keduanya.

3. Sarana fisik dagangan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan Mc Gee dan Yeung (2007 82-83) di kota-

kota di Asia Tenggara ditemukan bahwa bentuk sarana fisik dagangan

pedagang kaki lima umumnya sangat sederhana dan biasanya mudah untuk di

pindah-pindah atau mudah untuk dibawa dari suatu tempat ke tempat lainnya.

Page 61: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

44

Jenis sarana dagangan yang digunakan pedagang kaki lima sesuai dengan jenis

dagangan yang dijajakan.

4. Jenis dagangan.

Menurut Mc Gee dan Yeung (2007 82-83) jenis dagangan pedagang kaki lima

sangat dipengaruhi pula oleh aktivitas yang ada disekitar kawasan dimana

pedagang kaki lima beraktivitas. Misalnya di kawasan perdagangan, maka

jenis dagangannya juga beraneka ragam seperti makanan atau minuman,

kelontong, pakaian dan lain-lain.

5. Pola penyebaran.

Menurut Mc Gee dan Yeung (2007 76) pola penyebaran pedagang kaki lima

dipengaruhi oleh aglomerasi dan aksesibilitas sebagai berikut

a. Aglomerasi, aktivitas pedagang kaki lima selalu akan memanfaatkan

aktivitas-aktivitas di sektor formal dan biasanya pusat-pusat perbelanjaan

menjadi salah satu daya tarik lokasi sektor informal untuk menarik

konsumennya. Adapun cara pedagang kaki lima menarik konsumen

dengan cara berjualan berkelompok (aglomerasi). Para pedagang kaki lima

cenderung melakukan kerja sama dengan pedagang kaki lima yang sama

jenis dagangannya atau saling mendukung seperti pedagang makanan dan

minuman. Pengelompokan pedagang kaki lima juga merupakan salah satu

daya tarik bagi konsumen, karena mereka bebas memilih barang atau jasa

yang diminati.

b. Aksesibilitas, para pedagang kaki lima lebih suka berlokasi di sepanjang

pinggir jalan utama dan tempat-tempat yang sering dilalui pejalan kaki.

Page 62: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

45

6. Pola pelayanan.

Pola pelayanan, menurut Yeung (2007 76) adalah cara berlokasi aktivitas

pedagang kaki lima dalam memanfaatkan ruang kegiatannya sebagai tempat

usaha. Pola pelayanan pedagang kaki lima ini juga erat kaitannya dengan

sarana fisik dagangan pedagang kakil lima yang digunakan dan jenis

usahanya. Misalnya pedagang kaki lima menetap, jenis dagangannya bukan

kebutuhan primer dan sarana fisik dagangan berupa kios, gerobak beratap dan

meja atau jongko. Serta jenis pola pelayanan (tetap, semi menetap, dan tidak

menetap) ini juga dipengaruhi waktu, tempat, lokasi berdagang pedagang kaki

lima.

Page 63: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

46

F. Kerangka Pikir

Berdasarkan landasan teori di atas, maka dapat disusun kerangka pikir sebagai

berikut:

Gambar 2.1Kerangka Pikir

Pedagang kaki lima

Komunikasi antarpribadi (Humanistik)1. Keterbukaan (openness)

a. Terbuka dalam berinteraksib. Menghargai Pendapatc. Kesedian berkomunikasi terhadap stimulus yang datang

2. Empati (empathy)a. Pengungkapan diri atau masalah.b. Mampu merasakan apa yang dirasakan lawan bicaranya.c. Mampu menyesuaikan komunikasi

3. Sikap Mendukung (supportiveness)a. Memberi rasa tenang.b. Menciptakan suasana kondusif.c. Memahami keluhan

4. Sikap Positif (positiveness)a. Menghargai pendapatb. Pengarahan kewenangan subtansi

5. Kesetaraan (equality)a. Menghargai lawan bicarab. Tidak Membedakan Status sosialc. Menyadari kedua belah pihak sama-sama bernilaid.

Satuan Polisi Pamong Praja

Implementasi program pengaturan danpembinaan pedagang kaki lima

Komunikasi Antar Pribadi

Efektif Tidak Efektif

Page 64: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif

adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa

yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan dan lain-lain. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk

kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah (Lexy J, 2005: 15).

Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang dapat diamati. Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu

pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan

manusia dan kawasannya dan dalam peristilahannya.

Penelitian kualitiatif digunakan untuk meneliti objek dengan cara menuturkan,

menafsirkan data yang ada, dan pelaksanaannya melalui pengumpulan,

penyusunan, analisa dan interpretasi data yang diteliti pada masa sekarang.

Tipe penelitian ini dianggap sangat relevan untuk dipakai karena

menggambarkan keadaan objek yang ada pada masa sekarang secara kualitatif

berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian.

Page 65: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

48

Penelitian kualitatif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan

gambaran dan keterangan-keterangan secara jelas dan faktual tentang

efektivitas komunikasi antar pribadi Satuan Polisi Pamong Praja tentang

implementasi program pengaturan dan pembinaan pedagang kaki lima di

Pasar Tugu Bandar Lampung.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian melalui pendekatan deskriptif dimana dalam penelitian

yang telah dilakukan memiliki tujuan untuk menganalisis dan menggambarkan

mengenai efektivitas komunikasi antar pribadi Satuan Polisi Pamong Praja

tentang implementasi program pengaturan dan pembinaan pedagang kaki

lima di Pasar Tugu Bandar Lampung.

Bogdan dan Taylor (2008: 27) mendefinisikan kualitatif adalah sebagai

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tulisan/lisan dari orang lain/perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif

merupakan penelitian yang berusaha melihat kebenaran-kebenaran atau

membenarkan kebenaran, namun di dalam melihat kebenaran tersebut, tidak

selalu dapat dan cukup didapat dengan melihat sesuatu yang nyata, akan tetapi

kadangkala perlu pula melihat sesuatu yang bersifat tersembunyi, dan harus

melacaknya lebih jauh ke balik sesuatu yang nyata tersebut.

C. Teknik Pengumpulan Data

Hadari (2008: 48), untuk memperoleh data dalam penelitian ini, maka

digunakan teknik pengumpulan data melalui:

Page 66: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

49

1. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu suatu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

rangka pengumpulan data sekunder seperti data tentang gambaran

efektivitas komunikasi antar pribadi Satuan Polisi Pamong Praja tentang

implementasi program pengaturan dan pembinaan pedagang kaki lima di

Pasar Tugu Bandar Lampung.

2. Wawancara

Teknik wawancara digunakan untuk mengungkap keterangan dari

responden dengan menggunakan wawancara mendalam (indeepth

interview). Sebelum wawancara dimulai, penulis menceritakan terlebih

dahulu pokok-pokok penelitian, kemudian subyek penelitian dibiarkan

bercerita tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan efektivitas

komunikasi antar pribadi Satuan Polisi Pamong Praja tentang

implementasi program pengaturan dan pembinaan pedagang kaki lima di

Pasar Tugu Bandar Lampung. Wawancara dilakukan penulis pada

Anggota Satuan Polisi Pamong Praja dan Pedagang kaki lima.

3. Observasi

Digunakan penulis dalam rangka pengamatan langsung pada efektivitas

komunikasi antar pribadi Satuan Polisi Pamong Praja tentang

implementasi program pengaturan dan pembinaan pedagang kaki lima di

Pasar Tugu Bandar Lampung

Page 67: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

50

D. Fokus Penelitian

Penelitian ini memfokuskan pada efektivitas komunikasi antar pribadi Satuan

Polisi Pamong Praja tentang implementasi program pengaturan dan

pembinaan pedagang kaki lima di Pasar Tugu Bandar Lampung.

Tolak ukur komunikasi antarpribadi yang digunakan ialah melalui sudut

pandang humanistik yang berupa 5 kualitas umum.

1. Keterbukaan (openness)

Keterbukaan atas sifat terbuka sangat berpangaruh dalam menciptakan

komunikasi antarpribadi yang efektif. Keterbukaan yang ditekankan di sini

ialah pengungkapan reaksi atau tanggapan Satuan Polisi Pamong Praja

sebagai komunikator terhadap situasi yang sedang dihadapi serta

memberikan informasi yang relevan. Secara psikologi, apabila Satuan

Polisi Pamong Praja mau membuka diri kepada orang lain, maka pedagang

kaki lima sebagai komunikan yang diajak berbicara merasa aman dalam

melakukan komunikasi antarpribadi yang akhirnya pedagang kaki lima

pun turut membuka diri.

Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya 3 aspek dari komunikasi

antarpribadi. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus

terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Bukan berarti bahwa

orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya.

Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan

informasi yang biasanya disembunyikan. Aspek keterbukaan yang kedua

mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur

terhadap stimulus yang datang. Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan”

Page 68: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

51

perasaan dan pikiran (Bochner dan Kelly, 2006: 114). Terbuka dalam

pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda

lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggung jawab atasnya.

Pada aspek ini diukur dengan :

a. Terbuka dalam berinteraksi

b. Menghargai Pendapat

c. Kesedian berkomunikasi terhadap stimulus yang datang

2. Empati (Empathy)

Pada aspek ini, Satuan Polisi Pamong Praja dapat dilihat bagaimana

usahanya untuk memahami dengan permasalahan pedagang kaki lima.

Parameter untuk melihat rasa empati, dengan adanya pengungkapan diri

yang dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja melalui pesan verbal seperti,

”saya dapat merasakan apa yang anda rasakan.”

Kemudian Satuan Polisi Pamong Praja harus peka terhadap pesan yang

ditunjukkan pedagang kaki lima dan Satuan Polisi Pamong Praja juga

harus bisa merasakan apa yang dirasakan pedagang kaki lima.

Pada aspek ini diukur dengan :

a. Pengungkapan diri atau masalah.

b. Mampu merasakan apa yang dirasakan lawan bicaranya.

c. Mampu menyesuaikan komunikasi

Page 69: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

52

3. Sikap Mendukung (Supportiveness)

Sikap mendukung terlihat bagaimana seorang Satuan Polisi Pamong Praja

melakukan dukungan yang maksimal dalam membantu pedagang kaki

lima dalam menyelesaikan masalah. Parameter sikap mendukung dapat

diperlihatkan dengan bersikap (1) menciptakan suasana yang kondusif. (2)

memberikan rasa senang. (3) pesan bersifat persuasif.

Pada aspek ini diukur dengan :

a. Memberi rasa tenang.

b. Menciptakan suasana kondusif.

c. Memahami keluhan

4. Sikap positif (Positiveness)

Rasa positif merupakan kecenderungan seseorang untuk mampu bertindak

berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah yang berlebihan,

menerima diri sebagai orang yang penting dan bernilai bagi orang lain,

memiliki keyakinan atas kemampuannya untuk mengatasi persoalan, peka

terhadap kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang diterima. Dapat

memberi dan menerima penghargaan tanpa merasa bersalah.

Aspek sikap positif dalam komunikasi antarpribadi antara Satuan Polisi

Pamong Praja dengan pedagang kaki lima terdapat tiga tolak ukur: (1)

memberikan dorongan untuk maju. (2) menghargai pendapat. (3) ekspresi

saat berkomunikasi. Ketika Satuan Polisi Pamong Praja menghargai

pendapat pedagang kaki lima tentu tercipta sikap positif komunikator yang

dirasakan komunikan.

Page 70: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

53

Pada aspek ini diukur dengan :

a. Menghargai pendapat

b. Pengarahan kewenangan subtansi

5. Kesetaraan (Equality)

Kesetaraan merupakan perasaan yang sama dengan lain, walaupun

terdapat perbedaan latar belakang keluarga, kemampuan tertentu juga

boleh berbeda, status berbeda tetapi tetap memperlakukan lawan bicara

secara horizontal dan demokratis. Dengan begitu sebagai seorang

komunikator, pendamping tidak boleh untuk membedakan status sosial,

memperlakukan pedagang kaki lima sebagai teman, dituntut memiliki

sikap yang rendah hati dan mau menghargai pedagang kaki lima dengan

memperlakukan semua pedagang kaki lima dengan sama baiknya, serta

tidak mempermasalahkan maupun menyinggung status sosial pedagang

kaki lima.

Pada aspek ini diukur dengan :

a. Menghargai lawan bicara

b. Tidak Membedakan Status sosial

c. Menyadari kedua belah pihak sama-sama bernilai

E. Informan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan secara purposive, maka

informan yang dilibatkan adalah informan dengan kriteria sebagai berikut:

1. Anggota Satuan Polisi Pamong Praja sebanyak 5

orang

Page 71: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

54

2. Pedagang kaki lima di Pasar Tugu Bandar Lampung

sebanyak 5 orang

Jumlah keseluruhan informan sebanyak 10 orang, adapun penentuan informan

dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive dimana informan

dipilih secara sengaja berdasarkan kriteria-kriteria ditentukan dan ditetapkan

berdasarkan tujuan penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Penelitian yang dilakukan yaitu bersifat kualitatif yaitu Arikunto (2006:48),

berpendapat bahwa penelitian kualitatif adalah data yang digambarkan dengan

kata-kata atau kalimat-kalimat yang dipisahkan menurut kategori untuk

memperoleh kesimpulan. Dengan analisis kualitatif ini diharapkan dapat

menjawab dan memecahkan masalah dengan melakukan pemahaman dan

pendalaman secara menyeluruh dan utuh dari objek yang diteliti guna

mendapatkan kesimpulan sesuai sesuai dengan kondisi.

1. Reduksi Data

Diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, mengabstrakan, dan transpormasi data kasar yang

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dimana setelah penulis

memperoleh data maka data yang penulis peroleh itu harus lebih dulu

dikaji kelayakannya, dengan memilih data mana yang benar-benar

dibutuhkan dalam penelitian ini.

2. Display (Penyajian Data)

Page 72: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

55

Penyajian data dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang

memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Dalam penelitian ini penulis menyajikan data yang dibutuhkan

dengan menarik kesimpulan dan tindakan dalam penyajian data.

3. Verifikasi (Menarik Kesimpulan)

Kesimpulan selama penelitian berlangsung makna-makna yang muncul

dari data yang diuji kebenaranya, kekokohannya dan kecocokannya yang

jelas kebenaranya dan kegunaannya. Setelah seluruh data yang penulis

peroleh, penulis harus benar-benar menguji kebenaranya untuk

mendapatkan kesimpulan yang jelas dari data-data itu, sehingga diperoleh

kesimpulan yang jelas kebenarannya dan kegunaannya.

Page 73: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

56

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

A. Gambaran Umum Pasar Tugu

1. Gambaran Umum Pasar Tugu

Pasar Tugu merupakan salah satu pasar tradisional yang sudah dikenal oleh

masyarakat khususnya masyarakat Kota Bandar Lampung maupun masyarakat

luar Kota Bandar Lampung. Sebelumnya lokasi Pasar Tugu ini merupakan

sebuah sekolah yaitu Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP). Adanya

sebuah sekolah maka membuka peluang juga kepada pedagang untuk mencari

nafkah. Pedagang pun mulai berdagang di sekitaran sekolah tersebut.

Berjalannya waktu semakin banyak pula pedagang yang berjualan si lokasi

tersebut. Melihat fenomena tersebut maka pemerintah membuat sebuah

kebijakan yaitu menjadikan lokasi tersebut menjadi sebuah pasar tradisional

dengan nama Pasar Tugu. Pasar ini dibangun sejak tahun 2003 oleh pihak

pengembang yaitu PT. Teguh Jaya Lestari melalui Surat Perjanjian Nomor 06

Tahun 2003, sebagai transaksi dalam rangka memenuhi kebutuhan

masyarakat. Luas tanah Pasar Tugu ini adalah 6.765m. Adapun fasilitas

pendukung dari Pasar Tugu ialah:

a. Kantor UPT pasar

b. Musholla

c. Kantor Satpam

Page 74: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

57

d. KM/WC Umum

e. TPS Sampah

2. Letak dan Kondisi Fisik Pasar Tugu

Pasar Tugu terletak di Jalan Hayam Wuruk Kecamatan Tanjung Karang Timur

Kota Bandar Lampung. Jumlah pedagang yang terdapat di Pasar Tugu

berkisar 410 pedagang. Bangunan pasar terdiri dari kios-kios dan hamparan.

Pasar Tugu masih dalam perbaikan dan pada perencanaannya akan dibuat

bangunan permanen yang modern Tahun 2014. Jumlah pedagang yang khusus

menjual telur berjumlah 10 pedagang telur.

Sejak pertama sekali Pasar Tugu dibangun belum pernah mendapat perawatan

atau perbaikan dari pihak pemerintah sehingga kondisi bangunan Pasar Tugu

ini membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah. Bangunan sudah rapuh

dan dapat membahayakan para pengunjung maupun pedagang. Hal ini juga

dikarenakan melihat Kondisi Pasar Tugu yang semakin padat oleh para

pedagang sebagai akibat dari adanya peningkatan jumlah penduduk yang

menjalankan aktivitas di sektor perdagangan, menyebabkan areal pasar ini

tidak lagi mampu menampung pedagang (over capacity). Oleh karena itu,

pemerintah membuat sebuah kebijakan pembangunan dan penataan kembali

Pasar Tugu dengan harapan terciptanya peningkatan pelayanan terhadap

masyarakat Kota Bandar Lampung serta terciptanya bangunan yang indah,

tertib dan aman.

Dalam kebijakan pembangunan dan penataan kembali Pasar Tugu target yang

ingin dicapai adalah tercapainya bangunan setinggi delapan lantai. Spesifikasi

Page 75: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

58

diantaranya tiga lantai terbawah merupakan basement, tiga lantai diatasnya

untuk berjualan serta dua lantai berikutnya akan dibangun hotel. Kebijakan ini

merupakan kerjasama antara pemerintah dengan pihak pengembang.

Bangunan tersebut akan diserahkan kepada pihak pengembang untuk

membangun dengan jangka waktu dua tahun. Selama waktu yang diberikan

diharapkan perubahan yang ingin dicapai tersebut dapat terealisasi.

3. Komposisi Pedagang dan Perkumpulan Pedagang

Berdasarkan jenis barang dagangannya, pedagang di Pasar Tugu terbagi dalam

enam kelompok. Pedagang tersebut antara lain terdiri dari : pedagang pakaian,

pedagang emas, pedagang kosmetik, pedagang sepatu, pedagang makanan,

pedagang bahan pakaian dan pedagang lain-lain (pedagang kelontongan,

boneka, kerajinan dan lain-lain).

B. Gambaran Umum Satpol PP Kota Bandar Lampung

1. Tugas Pokok dan Fungsi

Satuan Polisi Pamong Praja Bandar Lampung mempunyai tugas pokok sebagai

berikut:

a. Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang

pembinaan ketentraman dan ketertiban umum, penegakan dan Produk Hukum

Daerah, tugas dekonsentrasi; dan

b. Melaksanakan tugas pembantuan yang diberikan pemerintah kepada Gubernur

serta tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur

berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

Page 76: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

59

Fungsi

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pembinaan ketentraman dan ketertiban

umum, penegakan produk hukum daerah;

b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang

pembinan ketentraman dan ketertiban umum, penegakan produk hukum

daerah;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pembinaan ketentraman dan

ketertiban umum, penegakan produk hukum daerah;

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur di bidang pembinaan

ketentraman dan ketertiban umum, penegakan produk hukum daerah; dan

e. Pengelolaan administratif.

2. Data Personil Satuan Polisi Pamong Praja Bandar Lampung

Data Personil Satuan Polisi Pamong Praja Bandar Lampung

Formasi Kepegawaian:

Jumlah PNS = 181 Org

Jumlah Non PNS = 571 Org

Jumlah Jabatan Struktural

a. Eselon II = 1 Org

b. Eselon III = 4 Org

c. Eselon IV = 9 Org

d. PNS Gol IV = 4 Org

e. PNS Gol.III = 40 Org

f. PNS Gol.II = 139 Org

Page 77: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

60

g. PNS Gol.I = 6 Org

Jumlah Tenaga Kontrak

- Laki-Laki = 442 Org

- Perempuan = 129 Org

Cleanning Service = 5 Org

Petugas Parkir Pemda = 7 Org

3. Visi Dan Misi Satuan Polisi Pamong Praja Bandar Lampung

Searah dengan Visi dan Misi Pemerintah Bandar Lampung, Satuan Polisi Pamong

Praja Bandar Lampung menyusun Visi dan Misi sebagai berikut :

1. Visi

Terwujudnya situasi kenteraman masyarakat dan ketertiban umum yang

kondusif serta penegakan Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah

serta Produk Hukum Daerah lainnya.

2. Misi

a. Mendukung Kebijakan Pemerintah Bandar Lampung memelihara

ketenteraman dan ketertiban umum dan penegakan Peraturan Daerah dan

Keputusan Kepala Daerah serta Produk Hukum Daerah lainnya dan

pelaksanaan perlindungan masyarakat.

b. Meningkatkan kapasitas organisasi dan Sumber Daya Manusia Polisi

Pamong Praja menuju profesionalisme pelaksanaan tugas.

c. Membangun sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan tugas

operasional Polisi Pamong Praja.

Page 78: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis dapat menyimpulkan

bahwa efektivitas komunikasi antar pribadi pada pembinaan antara petugas Satuan

Polisi Pamong Praja dalam pembinaan dan penertiban pedagang kaki lima sudah

berperan dengan baik, dengan uraian sebagai berikut:

1. Aspek keterbukaan dalam kegiatan pembinaan antara petugasSatuan Polisi

Pamong Praja dengan warga binaan telah ditunjukan oleh petugas maupun

pedagang kaki lima saat berkomunikasi antarpribadi. Petugas maupun

pedagang kaki lima telah secara terbuka berbagi pengalamannya tentang

manfaat dan juga dampak positif dari kegiatan yang ada dalam proses

pembinaan dan penertiban.

2. Aspek empati dalam kegiatan pembinaan telah muncul diantara mereka.

Pembinaan petugas dalam hal ini petugas Satuan Polisi Pamong Praja dan

warga binaan dalam hal ini pedagang kaki lima mapu sama-sama

mendengarkan, baik arahan, motivasi hingga permasalahan yang terjadi di

Pasar Tugu Bandar Lampung.

3. Sikap mendukung yanmg dilakukan perugas dalamkegiatan kominikasi

antarpribadi telah dilakukan dengan cata memberikan motivasi akan

pentingnya hidup mentaati peraturan, disiplim, bekerja keras dan memotivasi

akan pentingnya hidup sehat.

Page 79: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

106

4. Dikaji dari aspek sikap positif, kepercayaan diri telah ditunjukan pleh

pedagang kaki lima saat pedagang kaki lima berjumpa dengan petugas Satuan

Polisi Pamong Praja mereka menegur hingga mengobrol bila petugas Satuan

Polosi Pamong Praja tidak sibuk.

5. Dikaji dari aspek kesetaraan, petugas Satuan Polisi Pamong Praja sudah

berhasil memposisikan dirinya dengan menunjukan kesetaraan dengan

pedagang kaki lima. Hal ini terlihat pada saat dilakukannya pembinaan

petugas Satuan Polisi Pamong Praja bersikap rendah hati kepada pedagang

kaki lima dan menghargai pedagang kaki lima dengan memperlakukan semua

pedagang kaki lima sama baiknya dan adanya kenyamanan yang coba

dimunculkan ketika pembinaan dilakukan oleh para petugas. Namun yang

terlihat dari pedagang kaki lima yang dengan harapan mampu mendapatkan

rasa percaya diri masih kurang baik, karena mereka masih minder saat

berhadapan dengan petugas Satuan Polisi Pamomg Praja. Mereka merasakan

adanya perbedaan status dalam hal kesetaraan dengan lawan bicaranya. Pada

hal ini pedagang kaki lima masih malu-malu dalam mengungkapkan

pendapatnya, seperti saat dilakukann wawancara mereka menjawab

pertanyaan-pertanyaan masih kurang percaya diri terlihat dari pedagang kaki

lima saling tanya satu sama lain.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan oleh penulis

mengenai peranan komunikasi antarpribadi petugas Satuan Polisi Pamong Praja

Page 80: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

107

pada pembinaan dan penertiban pedagang kaki lima, maka ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan sebagai saran dan masukan, yaitu:

1. Semua petugas Satuan Polisi Pamong Praja diharapkan dapat memaksimalkan

dan mempertahankan kelima aspek komunikasi antarpribadi dalam kegiatan

komunikasi antarpribadi dengan anak asuhnya.

2. Kesenjangan yang ada harus segera diatasi, guna pembinaan dan penertiban

serta perkembangan prilaku pedagang kaki lima menjadi lebih baik.

Khususnya pada aspek kesetaraan masih belum optimal karena perbedaan

status antara petugas Satuan Polisi Pamong Praja dengan pedagang kaki lima.

Walaupun secara umum petugas Satuan Polisi Pamong Praja tidak

membedakan status. Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada aspek

kesetaraan diharapkan para pedagang kaki lima dapat menyesuaikan diri

dengan para petugas dari Satuan Polisi Pamong Praja pada saat dilakukan

penertiban dan pembinaan pedagang kaki lima, sebaliknya bagi para petugas

yang melakukan penertiban dan pembinaan pedagang kaki lima dapat

menjalin komunikasi yang lebih baik dengan tidak membeda-bedakan status

sosial para pedagang kaki lima dan ketika bertugas setiap harinya selalu

menunjukan sikap yang ramah, murah senyum tetapi tetap pada tugasnya.

Oleh karena itu antara petugas dari Satuan Polisi Pamong Praja dan pedagang

kaki lima dapat menerapkan lima aspek komunikasi antar pribadi yaitu

keterbukaan, empati, sikap mendukung, kepercayaan diri dan kesetaraan

dengan baik, sehingga proses penertiban dan pembinaan pedagang kaki lima

tidak akan menemui kendala dan berjalan lebih baik.

Page 81: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Arikunto, S., 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi

5,), Rineka Cipta, Jakarta

Beebe, Steven & Redmond, Mark, 2008. Interpersonal Communication. USA:

Pearson Education.

Bochner dan Kelly, 2006, Komunikasi Interpersonal. Jakarta : BPK Gunung

Mulia.

Bogdan dan Taylor, 2008, Metode-metode Riset Kualitatif: dalam Public

Relations dan Marketing. Kencana. Jakarta.

Devito, Joseph. A., 2007. Communicology: An Introductio to The Study of

Communication. Harper & Row, Publishing, New York-London.

________, 2007. Komunikasi Antarmanusia. Kuliah Dasar. Edisi Kelima.

Profesional Book. Jakarta.

Harold D. Lasswell, 2009 Structure and Function of Communication in Society”

dalam. Wilbur Schramm. (Ed)

Lexy J, 2005, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. remaja

Rosdakarya.

Liliweri, Alo, 2006. Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar budaya.

Yogyakarta: LkiS.

M. Hariwijaya, 2008. Panduan Mendidik dan Membentuk Watak Anak. Luna

Publisher. Jakarta.

Mulyana, Deddy, 2008. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Rakhmat, Jalaluddin, 2008. Komunikasi Antarbudaya, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

________, 2008. Metode Penelitian Kualitatif Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial

Lainnya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Page 82: Yunita Sawitri - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/24981/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi satuan Polisi Pamong Praja Tentang Implementasi

Nasir, Mohammad. 2009. Metode Penelitian. PT. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Nitisemito, 2001, Manajemen Personalia, Ghalia Indonesia, Jakarta.

P. Lauster, 1997. Tes Kepribadian (terjemahan Cecilia, G. Sumekto).

Yogyakarta : Kanisius.

Poewadarminta, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Simamora, 2004, Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Ke-3. STIE YKPN.

Jakarta.

Soegeng Prijodarminto, 2004. Disiplin Kiat Menuju Sukses. Jakarta: Pradiya

Paramita.

Soetandoyo, Wignjosoebroto, 2008. Hukum dalam Masyarakat. Bayumedia

Surabaya.

Stewart dan Sylvia, 2004. Human Communication (Prinsip-Prinsip Dasar).

Penerjemah Deddy Mulyana. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono, 2004. Statistik Untuk Penelitian. CV Alfa Beta. Bandung.

Terry, 2006, Prinsip-Prinsip Manajemen. (edisi bahasa Indonesia). PT. Bumi

Aksara: Bandung

Uchjana Effendi, Onong, M.A, 2008. Dinamika Komunikasi, Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Widjaja, 2009. Dimensi-Dimensi Komunikasi. Alumni. Bandung.

B. Sumber Lain

http://forumkemanusiaan-pkl.blogspot.com/2015/04/penataan-pasar-hasil-akhir-

jumlah-pkl.html, diunduh tanggal 20 Januari 2016

http://lampung.tribunnews.com/2015/10/31/sekkot-badri-tamam-minta-pedagang-

pasar-tugu-pindah, diunduh tanggal 20 Januari 2016

http://id.wikipedia.org/wiki/pedagang_kaki_lima diakses tgl 20 Januari 2016 jam

16.00 wib