eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/50753/1/SKRIPSI_Nadia Yossemay D P … · Web viewmenyatakan...
Transcript of eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/50753/1/SKRIPSI_Nadia Yossemay D P … · Web viewmenyatakan...
Evaluasi Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimediadi SMK Piri 3 Yogyakarta
SKRIPSIDiajukan kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian PersyaratanGuna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:Nadia Yossemay Dyah Pramesti
NIM. 13520241048
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKAFAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA2017
i
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nadia Yossemay Dyah Pramesti
NIM : 13520241048
Program Studi : Pendidikan Teknik Informatika
Judul TAS : Evaluasi Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di
Piri 3 Yogyakarta
SMK
menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang
pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau
diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan kutipan dengan mengikuti
tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.
Yogyakarta, 21 Maret 2017
Nadia Yossemay Dyah Pramesti
NIM. 13520241048
iii
HALAMAN MOTTO
“ Sesuatu mungkin mendatangi mereka yang mau menunggu, namun hanya
didapatkan oleh mereka yang bersemangat mengejarnya”
~Abraham Licoln~
“Sukses bukanlah akhir dari segalanya, kegagalan bukanlah sesuatu yang fatal:
namun keberanian untuk meneruskan kehidupanlah yang diperhatikan”
~Sir Winston Churchill~
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Kedua orangtua saya Ibu Anie Nurtjahjaningsih dan Bapak Suradi
yang selalu memberi doa, semangat, dan dukungan.
2. Keluarga PTI F 2013 (Hima F) yang menemani dari semester 1 dan
selalu memberi dukungan.
3. Teruntuk yang selalu mengingatkan, dan membantu sealama
pengerjaan skripsi Priaji Iman P
4. Teruntuk yang Selalu mengingatkan untuk mengerjakan skripsi dan
memberi motivasi serta saran David S, Syani Fauziah, Agus
Setyawan, Dilla Notria, dan Dini Notria.
5. Nanda Yulanda R, Edwar P, Rosyid Septo , Reza Wasito P, Aulia
Rosiana, Wulan R, Tika Danti S, Siti Fauziah, Fitra Mega K, yang telah
memberikan semangat dan dukungan tanpa henti, yang menemani
dikala jenuh.
vi
Evaluasi Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimediadi SMK Piri 3 Yogyakarta
Nadia Yossemay Dyah Pramesti
NIM.13520241048
ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi uji kompetensi siswa
keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta. Evaluasi uji kompetensi siswa ditinjau dari: (1) aspek context; (2) aspek input ; (3) aspek process; (4) aspek product; (5) aspek CIPP secara akumulatif.
Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi (evaluation research) model CIPP (context, input, process and product). Penelitian ini dilaksanakan di SMK Piri 3 Yogyakarta, SMK Piri 3 memiliki paket keahlian multimedia dan telah melaksanakan uji kompetensi keahlian. Populasi dalam penelitian ini adalah asesor, yang terdiri dari guru produktif multimedia dan DU/DI asesor pelaksanaan uji kompetensi keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta yang berjumlah 4 orang. Sampel penelitian dengan menggunakan sampel jenuh atau sampel total. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode angket. Uji validitas dengan validitas isi yaitu expert judgment dan validitas konstruk dengan rumus korelasi product moment. Uji reabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif.
Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa: (1) uji kompetensi keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek context termasuk dalam kategori sangat sesuai (85%), yaitu relevan dengan kebijakan dan tujuan uji kompetensi, tuntutan pengembangan diri (harapan masyarakat) dan peluang tamatan multimedia di dunia usaha dan industri, serta perkembangan IPTEK; (2) uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek input termasuk dalam kategori sangat sesuai (82.7%), yaitu memenuhi kriteria asesor, ketersediaan perangkat uji, kelayakan tempat uji, dan kelengkapan sarana prasarana uji komptensi; (3) uji kompetensi keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek process termasuk dalam kategori sangat sesuai (83.4%), yaitu dari segi waktu, prosedur pelaksanaan, pengawasan dan sistem penilaian dalam uji kompetensi; (4) uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek product termasuk dalam kategori sangat sesuai yaitu (83.5%), yaitu ketercapaian dari segi hasil uji, produk dan sertifikat uji kompetensi; (5) uji kompetensi siswa keahlian multimedia SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek CIPP secara akumulatif termasuk dalam kategori sangat baik (85,7%).Kata Kunci: evaluasi, CIPP, uji kompetensi, multimedia
vii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi dalam rangka memenuhi
sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan
dengan judul “Evaluasi Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia SMK Piri
3 Yogyakarta”. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari
bantuan dan arahan dari berbagai pihak. Berkenaan dengan hal tersebut,
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Muhammad Munir, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Tugas
Akhir Skripsi yang telah banyak memberikan saran, semangat, dan
bimbingan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.
2. Tim Penguji, Selaku Ketua Penguji, Sekretaris, dan Penguji yang
memberikan koreksi perbaikan secara komperhensif terhadap
Tugas Akhir Skripsi ini.
3. Bapak Handaru Jati, S.T, M.M, M.T, Ph.D selaku ketua program studi
pendidikan teknik informatika yang memberikan bantuan dan
fasilitas selama penyusunan tugas akhir skripsi.
4. Bapak Fatchul Arifin, M.T selaku ketua jurusan pendidikan teknik
elektronika beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan
dan fasilitas selama penyusunan pra proposal sampai dengan
selesainya tugas akhir skripsi ini.
5. Bapak Dr. Widarto, M.Pd selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Negeri Yogyakarta yang memberikan persetujuan pelaksanaan
Tugas Akhir Skripsi.
6. Kepala Sekolah, guru dan staf SMK Piri 3 Yogyakarta yang telah
member ijin, dan bantuan selama pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi.
7. Ibu Dewi, S.Pd, Bapak Adi, S.Pd yang telah member bantuan
pengambilan data selama proses penelitian Tugas Akhir Skripsi.
8. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan hingga terselesaikan Tugas Akhir Skripsi ini.
Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah diberikan semua pihak di atas
menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah
SWT. Demikian Tugas Akhir Skripsi ini penulis susun, besar harapan
Tugas Akhir SKripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain
yang membutuhkan.
Yogyakarta, 21 Maret 2017
Penulis
Nadia Yossemay Dyah Pramesti
NIM. 13520241048
DAFTAR ISI
HalamanLEMBAR PERSETUJUAN............................................................iiSURAT PERNYATAAN...............................................................iiiHALAMAN PENGESAHAN.........................................................ivHALAMAN MOTTO....................................................................vHALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................viABSTRAK...............................................................................viiKATA PENGANTAR.................................................................viiiDAFTAR ISI.................................................................................................................................xDAFTAR TABEL.......................................................................................................................xiiDAFTAR GAMBAR...................................................................xiiiDAFTAR LAMPIRAN................................................................xivBAB I. PENDAHULUAN..............................................................1A. Latar Belakang...................................................................................1B. Identifikasi Masalah...........................................................................7C. Batasan Masalah................................................................................8D. Rumusan Masalah..............................................................................9E. Tujuan Penelitian...............................................................................9F. Manfaat Penelitian............................................................................10BAB II. KAJIAN TEORI..............................................................11A. Kajian Teori......................................................................................111. Pendidikan Kejuruan.........................................................................112. Kompetensi......................................................................................173. Penilaian...........................................................................................214. Penetapan Kriteria KKM....................................................................285. Kompetensi......................................................................................296. Sertifikasi Kompetensi......................................................................36
x
7. Uji Kompetensi Keahlian Multimedia................................................408. Evaluasi............................................................................................409. Penelitian yang Relevan...................................................................5310. Kerangka Pikir...............................................................................55BAB III. METODE PENELITIAN..................................................59A. Jenis dan Desain Penelitian..............................................................59B. Tempat dan Waktu Penelitian..........................................................59C. Responden.......................................................................................59D. Variabel Penelitian...........................................................................60E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan data........................................61F. Validitas, Reabilitas, dan Teknik Pengisian Instrumen......................62G. Teknik Analisis Data.........................................................................67BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.........................72
A. Hasil Penelitian.................................................................................72B. Jawaban Pertanyaan Penelitian........................................................86C. Pembahasan Hasil Penelitian...........................................................90BAB V. SIMPULAN DAN SARAN..............................................100DAFTAR PUSTAKA................................................................103
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Table 1. Level Kualifikasi...........................................................................35Table 2. Ruang Lingkup Pekerjaan Multimedia..........................................36Table 3.Kisi Kisi Instrumen Penelitian........................................................62Table 4.Interpretasi Nilai Koefisien Reliabilitas..........................................65Table 5.Hasil Reabilitas Instrumen............................................................66Table 6.Kategori Data Hasil Penelitian.....................................................68Table 7. Statistik Deskriptif Asepk Context................................................73Table 8.Distribusi Frekuensi Aspek Context..............................................73Table 9.Nilai Pencapaian Kualitas Aspek Context......................................74Table 10.Nilai Pencapaian Kualitas Indikator pada Aspek Context............75Table 11.Statistik Deskriptif Aspek Input...................................................76Table 12.Distribusi Frekuensi Aspek Input.................................................77Table 13.Nilai Pencapaian Kualitas Aspek Input........................................78Table 14.Nilai Pencapaian Kualitas pada Indikator Aspek Input................78Table 15.Statistik Deskriptif Aspek Process...............................................80Table 16.Distribusi Frekuensi Aspek Process.............................................80Table 17.Nilai Pencapaian Kualitas Aspek Process....................................81Table 18.Nilai Pencapaian Kualitas pada indikator Aspek Process............82Table 19.Statistik Deskriptif Aspek Product...............................................83Table 20.Distribusi Frekuensi Aspek Product.............................................84Table 21.Nilai Pencapaian Kualitas Aspek Product....................................85Table 22.Nilai Pencapaian Kualitas pada Indikator Aspek Product............85Table 23.Nilai Pencapaian Kualitas Aspek secara Akumulatif....................86
xii
DAFTAR GAMBAR
HalamanGambar 1. Struktur Skill Pendidikan dan Pelatihan untuk kerja................31Gambar 2. Level pada KKNI (Dikti, 2011)..................................................34Gambar 3. Skema Kerangka Pikir..............................................................56Gambar 4. Grafik Aspek Context...............................................................74Gambar 5. Grafik Aspek Input...................................................................77Gambar 6. Grafik Aspek Process...............................................................81Gambar 7. Grafik AspekProduct................................................................84Gambar 8. Grafik Nilai Pencapaian Kualitas Butir Aspek Context..............91Gambar 9. Grafik Nilai Pencapaian Kualitas Butir Aspek Input..................93Gambar 10. Grafik Nilai Pencapaian Kualitas Butir Aspek Process............95Gambar 11. Grafik Nilai Pencapaian Kualitas Butir Aspek Product............97
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat ijin Penelitian dari Fakultas Teknik.........................................121Lampiran 2. Rekomendasi Penelitian dari Kesbangpol........................................122Lampiran 3. Rekomendasi Penelitian dari Dikpora................................................123Lampiran 4. Surat ijin Penelitian dari SMK Piri 3 Yogyakarta...........................124Lampiran 5. Instrumen Penelitian....................................................................................125Lampiran 6. Contoh instrumen yang telah diisi.......................................................140Lampiran 7. Hasil Pengolahan Data................................................................................155Lampiran 8. Dokumentasi Kegiatan................................................................................156
xiv
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan aspek penting yang menjadi tolok ukur
tingkat kecerdasan suatu negara. Sejauh ini Indonesia telah
mengusahakan peningkatan kualitas, untuk menjadikan pendidikan
yang lebih baik. Usaha untuk mewujudkan pendidikan yang baik,
Indonesia menerapkan tiga jalur pendidikan yang terdiri atas
pendidikan formal, nonformal, dan informal (UU Nomor 20 tahun
2003 tentang pengertian pendidikan). Salah satu pendidikan formal
pada pendidikan menengah yaitu Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) atau yang sering dikenal dengan pendidikan vokasi.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan pendidikan
formal yang mempersiapkan peserta didik memasuki dunia kerja
untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di industri. Hal ini sesuai
dengan Depdikbud 1995 yang menyatakan bahwa pendidikan
kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik
untuk dapat berkerja dalam bidang tertentu maka dari itu Peserta
didik yang telah lulus dari SMK diharapkan mampu bekerja sesuai
dengan bidang yang diminati.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), sebagai pendidikan
kejuruan yang memiliki tujuan pendidikan mempersiapkan lulusan
untuk memasuki dunia
kerja akan dihadapkan dalam tantangan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan agar mampu mengantisipasi dan mengisi
tenaga kerja dalam era ekonomi kreatif (Istanto, 2010). Sekolah
Menengah Kejuruan diharapkan peserta didik mampu mendapatkan
pekerjaan yang layak dan sesuai dengan bidang yang diminatinya.
Agar bisa mendapatkan pekerjaan yang cocok maka masyarakat
pengguna pendidikan kejuruan harus mengerti dan memahami
dengan baik jenis-jenis lapangan kerja dan berbagai jenis bidang
keahlian yang di selenggarakan di SMK. Untuk mencapai tujuan
pendidikan kejuruan tersebut, maka penyelenggaraan pendidikan
kejuruan tidak dapat dipisahkan dari dunia industri sebagai institusi
penyerap tenaga kerja. Oleh karena itu, pendidikan kejuruan harus
didesain agar para lulusan dapat mengembangkan keterampilan,
kemampuan, pengetahuan, sikap dan kebiasaan kerja yang
diperlukan untuk memasuki dunia kerja. Dalam dunia pendidikan,
SMK merupakan pendidikan pada jenjang menengah yang
mempersiapkan dan mengembangkan kompetensi siswa untuk
memasuki dunia kerja, sehingga kualifikasi lulusan SMK juga harus
sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan industri.
Salah satu kompetensi program keahlian di SMK yaitu
Multimedia. Tujuan kompetensi keahlian paket keahlian multimedia
adalah membekali peserta didik dengan pengetahuan,
keterampilan dan sikap agar kompeten di bidang Teknik Multimedia
baik sebagai teknisi web, teknisi multimedia maupun teknisi video
digital dan efek visual. SMK sebagai pendidikan untuk
dunia kerja, maka siswa SMK wajib menguasai tuntutan kompetensi
keahlian yang dijabarkan dalam Standar Kompetensi Keahlian
Multimedia. Pada Kenyataannya masih banyak lulusan SMK
kompetensi keahlian multimedia yang belum memiliki keahlian atau
keterampilan seperti yang di harapkan oleh stakeholder. Seiring
dengan perkembangan dunia kerja dibidang teknologi informasi
dan komunikasi, lingkup pekerjaan bagi lulusan program keahlian
multimedia terus berkembang diantarannya seperti pengembang
multimedia, pengembang web, rumah produksi sinema, industry
media dan periklanan. Padahal yang sering ditemui adalah
kualifikasi lulusan SMK program keahlian multimedia tidak sama
sehingga dunia usaha yang membutuhkan tenaga professional di
bidang multimedia tidak begitu saja bersedia menerima lulusan
multimedia.
Kualifikasi lulusan yang beragam tersebut karea sarana
prasarana dan proses pendidikan di masing-masing sekolah juga
belum standar. Beberapa tahun silam ketika semakin banyak SMK
yang bermunculan, mengukur kemampuan lulusan SMK hanya
dapat dilihat dari nilai rata-rata dalam ijazah padahal sesungguhnya
ijazah yang dimiliki oleh lulusan SMK belum mengambarkan secara
persis keahlian kejuruan yang dikuasai oleh pemilik ijazah
Kebutuhan terhadap tenaga terampil dan tenaga ahli di bidang
multimedia akan terus meningkat. Keahlian di bidang multimedia
semakin dibutuhkan dalam aktivitas sehari-hari, baik di dunia kerja
atau di dunia
industri. Pekerjaan di bidang teknik multimedia sangat banyak dan
beragam sesuai dengan namanya. Ruang lingkup pekerjaan bagi
lulusan Paket Keahlian Multimedia adalah jenis pekerjaan dan atau
profesi yang relevan dengan kompetensi yang sesuai dengan SKKNI
Bidang Teknologi Infomatika pada jenjang SMK. Dalam konteks
pendidikan, asesmen atau penilaian merupakan suatu kegiatan
untuk mengetahui perkembangan, kemajuan dan hasil belajar
siswa. Menurut Wagiran (2011) bahwa penilaian merupakan upaya
sistematis yang dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan yang
ditujukan untuk menjamin tercapainya kualitas proses pendidikan
serta kualitas kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan (Aiken, 1985, Anastasi, 1988, Buckendahl, 2002,
Cullen, 2003).
Uji Kompetensi keahlian pada SMK merupakan salah satu
bagian penting dalam pelaksanaan Ujian Nasional bagi siswa SMK.
Permendiknas Nomor 28 Tahun 2009 meyebutkan bahwa hasil dari
pelaksanaan uji kompetensi keahlian menjadi indikator
ketercapaian standar kompetensi lulusan, sedangkan bagi
stakeholder akan dijadikan infomasi atas kompetensi yang dimiliki
calon tenaga kerja. Seorang siswa dikatakan dapat lulus uji
kompetensi apabila sudah mengikuti uji kompetensi keahlian baik
praktik maupun uji kompetensi teori. Uji kompetensiteori ini dapat
digunakan untuk mengukur pengetahuan,dan pemahaman,
Sedangkan untuk praktik dapat mengukur kemampuan siswa.
Persentase skor uji kompetensi praktik adalah 70% dan uji
kompetensi teori 30%. Menurut BSNP (2013) secara
keseluruhan skor yang harus diperoleh siswa agar dapat dinyatakan
lulus uji kompetensi yaitu minimal 7,0. Pelaksanaan uji kompetensi
keahlian harus memenuhi syarat serta standart yang telah
ditentukan baik berupa perlengkapan maupun peralatan. Salah satu
hal penting dalam pelaksanaan uji kompetensi ini adalah verifikasi
tempat pelaksanaan ujian.
Hasil dari penilaian tersebut kemudian digunakan sebagai
dasar untuk melakukan tindakan dalam mengambil keputusan
tentang pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa. Penilaian hasil
belajar pada Sekolah Menengah Kejuruan, selain dilakukan oleh
pendidik, satuan pendidikan dan pemerintah juga oleh masyarakat
(DU/DI). Penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan merupakan
penilaian internal (internal assessment) dalam rangka penjaminan
mutu, sedangkan penilaian oleh pemerintah dan masyarakat
(DU/DI) merupakan penilaian eksternal (external assessment)
sebagai pengendali mutu. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
yang berbasis kompetensi menuntut model dan teknik penilaian
yang dilakukan secara internal dan eksternal sehingga dapat
diketahui perkembangan dan ketercapaian berbagai kompetensi
peserta didik. Penilaian hasil belajar siswa SMK dalam hal ini uji
kompetensi keahlian siswa termasuk pada penilaian berbasis
kompetensi (Competency based Assessment).
Berdasarkan observasi di lapangan uji kompetensi SMK sudah
melibatkan pihak industry sebagai pemakai lulusan Multimedia,
tetapi belum berlaku begitu dengan lembaga sertifikasi profesi
telematika. Uji kompetensi
praktik biasanya dilaksanakan dengan cara mengharuskan siswa
membuat suatu produk tertentu yang kriterianna sudah ditentukan.
Seorang siswa yang berhasil dalam uji kompetensi keahlian
dinyatakan telah lulus maka akan mendapatkan sertifikat
kompetensi yang dibuat oleh sekolah dengan lembaga industri
yang bekerja sama dengan sekolah. Tentunya pelaksanaan uji
kompetensi yang dilakukan oleh suatu sekolah akan berbeda
dengan sekolah lain apabila sekolah tersebut tidak memiliki sarana
prasarana penunjang yang memadai. Demikian pula tidak semua
SMK dapat dan sudah mengajak dunia industry melakukan
pengujian di sekolah
Hasil dari observasi terhadap pelaksanaan uji kompetensi
keahlian di lapangan ditemukan bahwa beberapa hal yang terkait
dengan pelaksanaan uji kompetensi belum sesuai seperti yang
diharapkan dalam pedoman pelaksanaan. Hal tersebut dapat dilihat
dengan kurang lengkapnya sarana prasarana untuk uji kompetensi
dan alokasi waktu yang kurang memadai. Terlebih lagi dalam hal
pelaksanaan uji kompetensi belum mencerminkan standar
kemampuan yang dipersyaratkan dunia kerja karena belum ada
sertifikasi dengan lembaga sertifikasi profesi telematika, maka dari
itu mengingat begitu pentingnya uji kompetensi keahlian bagi siswa
lulusan SMK, maka diperlukan penelitian mengenai uji kompetensi
keahlian.
Keberhasilan uji kompetensi disuatu sekola dapat terlaksana
apabila semua aspek dalam uji kompetensi mempuyai angaka
kualitas yang tinggi. Aspek aspek dalam uji kompetensi meliputi
aspek context, input, process,
dan prouduct. Aspek context meliputi kebijakan, tujuan, tuntutan
pengembangan diri dan peluang tamatan multimedia di dunia
usaha serta kemajuan iptek. Aspek input meliputi dukungan sumber
daya manusia (asesor), sarana prasarana, perangkat dan tempat uji
kompetensi. Aspek process, meliputi waktu, prosedur, pengawasan
uji kompetensi keahlian. Aspek product meliputi dokumentasi atau
nilai hasil uji kompetensi dan sertifikat. Berdasarkan uraian diatas,
maka studi penelitian ini berupaya mendeskripsikan uji kompetensi
di Sekolah Menengah Kejuruan Piri 3 Yogyakarta pada tahun 2017
yang dituangkan dalam judul “ Evaluasi Uji Kompetensi Keahlian
Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang, terdapat beberapa
permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut :
1. Lulusan SMK paket keahlian multimedia belum memiliki keahlian
atau keterampilan seperti yang diharapkan,
2. Kualifikasi Lulusan SMK paket keahlian multimedia belum
standar, sehingga dunia usaha yang membutuhkan tenaga
professional di bidang multimedia tidak begitu saja bersedia
menerima lulusan multimedia,
3. SMK Se-Kota Yogyakarta belum ada yang memiliki tempat uji
kompetensi keahlian multimedia maupun teknik komputer
jaringan sebagaimana yang dipersyaratkan dari LSP Telematika,
4. Tidak semua SMK dapat mengajak dunia industri melakukan
pengujian di sekolah,
5. Pelaksanaan uji Kompetensi belum sesuai yang diharapkan
seperti dalam pedoman pelaksanaan,
6. Pelaksanaan uji kompetensi keahlian multimedia belum
mencerminkan standar kemampuan yang dipersyaratkan dunia
kerja,
7. Kurangnya keterampilan lulusan SMK sehingga sulit memasuki
dunia kerja,
8. Uji kompetensi siswa Program Keahlian Teknik Informatika di
SMK se-Kota Yogyakarta yang mencakup aspek context, input,
process dan product di SMK Piri 3 belum pernah dievaluasi.
C. Batasan Masalah
Untuk lebih memfokuskan permasalahan yang akan diteliti,
maka perlu adanya batasan masalah karena dapat diketahui
bersama bahwa permasalahan mengenai uji kompetensi keahlian
ini begitu beragam, maka permasalahan dibatasi pada uji
kompetensi kejuruan multimedia yang meliputi : (a) Aspek context
meliputi kebijakan dan tujuan uji kompetensi paket keahlian
multimedia, tuntutan pengembangan diri dan peluang lulusan, dan
kemajuan IPTEK; (b) Aspek input meliputi dukungan sumber daya
manusia (asesor), perangkat, tempat uji kompetensi dan sarana
prasarana;
(c) Aspek process, yang meliputi waktu, prosedur, pengawasan, dan
system penilaian; (d) Aspek product meliputi hasil nilai uji
kompetensi, product uji
kompetensi dan sertifikat kompetensi. Penelitian ini hanya dibatasi
pada uji kompetensi praktik, paket keahlian multimedia SMK Piri 3
Yogyakarta.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah
diatas, dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana kesesuaian uji kompetensi siswa keahlian
multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek context?
2. Bagaimana kelengkapan uji kompetensi siswa keahlian
multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek input?
3. Bagaimana efektivitas uji kompetensi di SMK Piri 3 Yogyakarta
ditinjau dari aspek process?
4. Bagaimana ketercapaian uji kompetensi siswa keahlian
multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek product?
5. Bagaimana uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK Piri
3 Yogyakarta ditinjau dari aspek context, input, process, dan
product secara akumulatif?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sesuai/menjawab rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kesesuaian uji kompetensi siswa paket keahlian
multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek context.
9
2. Mengetahui kelengkapan uji kompetensi siswa keahlian
multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek input
3. Mengetahui efektivitas uji kompetensi siswa keahlian
multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek process
4. Mengetahui efektivitas uji kompetensi siswa keahlian
multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek product
5. Mengetahui uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK
Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek context, input, process, dan
product secara akumulatif
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan referensi bagi peneliti yang sedang atau akan
melakukan penelitian sejenis.
b. Memberikan kontribusi dalam dunia IPTEK
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai masukan untuk memperbaiki kegiatan uji
kompetensi keahlian program Teknik informatika SMK
Piri 3 Yogakarta
b. Sebagai bahan pertimbangan bagi DU/DI agar industri
tergugah turut memiliki program uji kompetensi
c. Sebagai suatu masukan dalam mengambil kebijakan yang
berkaitan dengan uji kompetensi.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Pendidikan Kejuruan
Pendidikan merupakan sebuah usaha sadar dari individu yang
bertujuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan, keterampilan yang
berguna bagi pengembangan potensi dirinya dan kelangsungan
hidupnya baik untuk saat ini maupun masa mendatang. Hal ini
sama dengan yang tertuang pada Undang-undang nomor 20 Tahun
2003 Pasal 1 ayat (1).
Menurut beberapa ahli pendidikan dalam Thompson (1973:105-
115) menyatakan bahwa pendidikan kejuruan merupakan program
pendidikan yang dirancang oleh pemerintah untuk menghasilkan
pekerja berdasarkan kesesuaian kebutuhan masyarakat dan
mempersiapkan siswa untuk menemukan pekerjaan yang sesuai
dengan keterampilan dan kemampuan.
Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang
mempersiapkan peserta didik untuk memasuki dunia kerja.
Pendapat yang demikian akan membawa kepada pemikiran
selanjutnya yaitu pendidikan kejuruan harus dekat dan berjalan
berkesinambungan dengan dunia kerja. Sejalan dengan pemikiran
di atas Thompson (1973:111) mendefinisikan pendidikan vokasi
atau pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang dirancang untuk
kerja, dan apresiasi yang diperlukan oleh pekerja dalam memasuki
pekerjaan dan membuat kemajuan dalam pekerjaan yang
bermakna produktif. Sedangkan menurut Sudira (2012:13) bahwa
pendidikan kejuruan selain harus menguatkan keterampilan keras
(hard skill), juga harus memiliki keterampilan yang mumpuni dalam
hal keterampilan lunak (soft skill). Bahkan mengenai keterampilan
lunak atau soft skill saat ini dan ke masa yang akan depan akan
semakin kuat prosentasenya dalam proses pengembangan karir
seseorang, karena sebagai jenis hard skill semakin mudah dibuat
menggunakan berbagai software komputer.
Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 15, menyebutkan
bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang
mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang
tertentu. Pendidikan kejuruan berperan penting dalam menyiapkan
peserta didik untuk siap dan mampu memasuki dunia kerja dengan
bekal ilmu dan keterampilan yang telah didapatkan di sekolah
kejuruan.
Menurut Evans (dalam Muliaty, 2007: 7) pendidikan kejuruan
merupakan bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan
seseorang agar lebih mampu bekerja pada satu kelompok
pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada bidang-bidang
pekerjaan lain. Sebelumnya, Hamalik (2001:24) menyatakan bahwa
pendidikan kejuruan adalah suatu bentuk pengembangan bakat,
pendidikan dasar keterampilan dan kebiasaan-kebiasaan yang
mengarah pada dunia kerja yang dipandang sebagai latihan
keterampilan. Lebih lanjut, Djohar (2007:1285) mengemukakan
bahwa pendidikan kejuruan adalah suatu program pendidikan yang
menyiapkan individu peserta didik menjadi tenaga kerja profesional
dan siap untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi.
Karakteristik pendidikan kejuruan menurut Djohar (2007:1295-
1297) adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang memiliki sifat
untuk menyiapkan penyediaan tenaga kerja. Oleh karena itu
orientasi pendidikan kejuruan tersebut mengarah pada lulusan
yang dapat dipasarkan di dunia kerja.
b. Justifikasi pendidikan kejuruan mengacu pada kebutuhan nyata
tenaga kerja di dunia usaha dan industri.
c. Pengalaman belajar yang didapatkan melalui pendidikan
kejuruan meliputi aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik yang
diterapkan baik pada situasi simulasi kerja melalui proses
belajar mengajar, maupun situasi kerja yang nyata dan
sebenarnya.
d. Keberhasilan pendidikan kejuruan diukur dari dua kriteria, yaitu
keberhasilan siswa di sekolah (in-school success), dan
keberhasilan siswa di luar sekolah (out-of school success).
Kriteria pertama meliputi keberhasilan siswa dalam memenuhi
persyaratan kurikuler, sedangkan kriteria kedua ditunjukkan
oleh keberhasilan atau kinerja lulusan setelah berada di dunia
kerja yang nyata dan sebenarnya.
e. Pendidikan kejuruan memiliki kepekaan/daya (responsiveness)
terhadap perkembangan dunia kerja. Oleh karena itu
pendidikan kejuruan harus dapat responsif dan proaktif
terhadap perkembangan ilmu dan teknologi, dengan
menekankan pada upaya adaptabilitas dan fleksibilitas untuk
menghadapi prospek karir anak didik dalam jangka panjang.
f. Bengkel kerja dan laboratorium merupakan kelengkapan utama
dalam pendidikan kejuruan, untuk dapat mewujudkan situasi
belajar yang dapat mencerminkan situasi dunia kerja secara
realistis dan edukatif.
g. Hubungan kerjasama antara lembaga pendidikan kejuruan
dengan dunia usaha dan industri merupakan suatu keharusan,
seiring dengan tingginya tuntutan relevansi program pendidikan
kejuruan dengan tuntutan dunia usaha dan industri.
Djojonegoro (dalam Sudira, 2009) menjelaskan pendidikan kejuruan
memiliki multi-fungsi yang jika dilaksanakan dengan baik akan
memberikan kontribusi yang besar terhadap pencapaian tujuan
pembangunan nasional. Fungsi-fungsi tersebut mencakup: (a)
Sosialisasi yaitu transmisi dan konkritisasi nilai-nilai ekonomi,
solidaritas, religi, seni, dan jasa; (b) kontrol sosial yaitu kontrol
perilaku dengan norma-norma kerjasama, keteraturan, kebersihan,
kedisiplinan, kejujuran, keterbukaan; (c) Seleksi dan alokasi yaitu
mempersiapkan, memilih, dan menempatkan calon tenaga
kerja sesuai dengan permintaan pasar kerja; (d) Asimilasi dan
Mempromosikan perubahan demi perbaikan. Pendidikan kejuruan
tidak hanya mendidik dan melatih keterampilan yang ada, tetapi
juga harus berfungsi sebagai pendorong perubahan. Pendidikan
kejuruan berfungsi sebagai proses akulturasi atau penyesuaian diri
dengan perubahan dan enkulturasi atau pembawa perubahan bagi
masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan kejuruan diharapkan tidak
hanya adaptif tetapi juga harus antisipatif.
Selain fungsi di atas, Sudira (2009) juga mengemukakan bahwa
pendidikan kejuruan juga memiliki tiga manfaat utama yaitu: (a)
bagi peserta didik, manfaat yang didapatkan adalah sebagai
peningkatan kualitas diri, peningkatan peluang mendapatkan
pekerjaan, peningkatan peluang berwirausaha, peningkatan
penghasilan, penyiapan bekal pendidikan lebih lanjut, penyiapan
diri bermasyarakat, berbangsa, bernegara, penyesuaian diri
terhadap perubahan dan lingkungan; (b) bagi dunia kerja, mereka
dapat memperoleh tenaga kerja berkualitas tinggi, meringankan
biaya usaha, membantu memajukan dan mengembangkan usaha;
(c) bagi masyarakat secara keseluruhan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, meningkatkan produktivitas nasional,
meningkatkan penghasilan negara, mengurangi pengangguran.
Terdapat tiga model penyelenggaraan pendidikan kejuruan,
sebagaimana dikemukakan oleh Hadi (dalam Muliaty, 2007:8-9).
15
a. Model 1. Dalam model 1 ini, pemerintah tidak memiliki peran,
atau perannya hanya bersifat marginal dalam proses kualifikasi
pendidikan kejuruan. Model ini sifatnya liberal, namun model ini
juga berorientasi pada pasar (market-oriented model)
permintaan tenaga kerja. Perusahaan-perusahaan sebagai
pemeran utama juga dapat menciptakan desain pendidikan
kejuruan yang tidak harus berdasarkan pada prinsip pendidikan
yang bersifat umum, dan pemerintah dalam hal ini tidak
memiliki pengaruh kuat dalam melakukan intervensi terhadap
perusahaan karena dalam hal ini perusahaan adalah sebagai
sponsor dan pendukung dana. Negara-negara yang menganut
model ini adalah Inggris, Amerika Serikat dan Jepang.
b. Model 2. Model ini sifatnya birokrat, pemerintah dalam hal ini
yang menentukan jenis pendidikan apa yang harus
dilaksanakan di perusahaan, bagaimana desain silabusnya,
begitu pula dalam hal pendanaan dan pelatihan yang harus
dilaksanakan oleh perusahaan tidak selalu berdasarkan
permintaan kebutuhan tenaga kerja ataupun jenis pekerjaan
saat itu. Dalam hal ini, pemerintah sendiri yang melakukan
perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian pendidikan
kejuruan. Walaupun model ini disebut juga model sekolah
(school model), pelatihan dapat dilaksanakan sepenuhnya di
perusahaan. Beberapa negara seperti Perancis, Italia, Swedia
serta banyak dunia ketiga juga melaksanakan model ini.
c. Model 3. Pemerintah menyiapkan dan memberikan kondisi yang
relatif terpadu dalam pendidikan kejuruan bagi perusahaan-
perusahaan swasta dan sponsor swasta lainnya. Model ini
disebut juga model pasar dikontrol pemerintah (state controlled
market). Model ini disebut model sistem ganda (dual system)
yang sistem pembelajarannya dilaksanakan di dua lokasi, yaitu
di sekolah kejuruan dan di mitra kerja (dunia usaha dan
industri) yang keduanya saling membantu dalam menciptakan
kemampuan kerja lulusan yang handal. Negara yang
menggunakan sistem ini diantaranya Swiss, Austria, Jerman dan
Indonesia.
Kecenderungan yang digunakan di Indonesia adalah “Model 3”,
yang pelaksanaan pendidikan sistem ganda tersebut dilaksanakan
di dua lokasi yaitu di sekolah dan di industri sebagai mitra kerja
sekolah kejuruan. Menurut Djojonegoro (dalam Muliaty, 2007:9)
pendidikan sistem ganda merupakan bentuk penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan keahlian kejuruan yang secara sistematik
dan sinkron antara program pendidikan di sekolah dengan program
penguasaan keahlian yang diperoleh.
2. Kompetensi
Menurut struktur spectrum sekolah menengah kejuruan (2008)
terbagi menjadi 6 (enam) bidang studi keahlian, salah satunya yaitu
bidang studi keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bidang
studi keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi terbagi lagi
menjadi tiga program studi, salah satunya yaitu program Teknik
Komputer dan Informatika, sedangkan
17
pada bidang studi keahlian terdapat empat kompetensi salah
satunya adalah kompetensi multimedia.
Dalam Kurikulum 2013 disebutkan bahwa tujuan kompetensi
keahlian multimedia adalah membekali peserta didik dengan
keterampilan, pengetahuan dan sikap, agar kompeten:
a. Mengembangkan desain multimedia
b. Mengembangkan citra digital
c. Mengembangkan teknik animasi 2 dimensi dan 3 dimensi
d. Merekam dan menyunting audio-video
e. Mengembangkan aplikasi multimedia interaktif
Tujuan pendidikan menengah kejuruan (SMK) sebagaimana
tentang dalam PP 19 Tahun 2005 Pasal 26 ayat 3 dinyatakan untuk
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadia, akhlak mulia,
serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. Tujuan ini kemudian
dirumuskan kedalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL) satuan
pendidikan menengah kejuruan. Lebih lanjut dalam lampiran
Permendiknas nomor 23 Tahun 2006 SKL SMK dirumuskan menjadi
23 item yaitu :
a. Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai
dengan perkembangan remaja;
b. Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan
kelebihan diri serta memeperbaiki kekurangannya;
18
c. Menunjukan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas
perilaku, perbuatan, dan pekerjaanya;
d. Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan social;
e. Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, dan
golongan social ekonomi dalam lingkup global;
f. Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan
secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif;
g. Menunjukan kemampuan berfikir logis, kritis, kreatif, dan
inovatif dalam pengambilan keputusan;
h. Menunjukan kemampuan mengembangkan budaya belajar
untuk pemberdayakan diri;
i. Menunjukan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan
hasil yang terbaik;
j. Menunjukan kemampuan menganalisis dan memecahkan
masalah yang kompleks;
k. Menunjukan kemampuan menganalisis gejala alam dan social;
l. Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab;
m. Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara secara demokratis dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
n. Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya;
o. Mengapresiasikan karya seni dan budaya;
19
p. Menghasilkan karya kreatif, baik individu maupun kelompok;
q. Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani,
serta kebersihan lingkungan;
r. Berkomunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan santun;
s. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam
pergaulan di masyarakat;
t. Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati
terhadap orang lain;
u. Menunjukan keterampilan membaca dan menulis naskah secara
sistematis dan estesis;
v. Menunjukan keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan
berbicara dalam bahasa Indonesia dan inggris;
w. Menguasai kompetensi program keahlian dan kewirausahaan baik untuk
memenuhi tuntutan dunia kerja maupun untuk mengikuti
pendidikan tinggi sesuai dengan kejuruannya
Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa tujuan pendidikan SMK
dan 23 SKL SMK merupakan sebuah tuntutan kompetensi yang
harus dimiliki oleh siswa/siswi SMK sebagai salah satu pendidikan
yang mempersiapkan anak untuk terjun ke dunia kerja maupun
industri. Kegiatan instruksional di SMK digunakan untuk
membangun SKL pada setiap diri siswa SKL nomor 1 hingga 22
merupakan kompetensi yang menyeluruh atau berlaku untuk
semua siswa lulusan SMK. Sedangkan SKL nomor 23 merupakan
kompetensi yang spesifik
yaitu kompetensi yang digunakan untuk memberikan ciri khas
pendidikan untuk dunia kerja dalam hal ini adalah kompetensi
keahlian multimedia.
3. Penilaian
Penilaian erat kaitannya dengan hasil belajar maupun dengan
prestasi belajar seseorang yang sedang mengenyam sebuah jalur
pendidikan tertentu. Penilaian hasil belajar merupakan suatu
kegiatan mengumpulkan data untuk mendapatkan informasi
mengenai pencapaian hasil belajar. Umumnya penilaian hasil
belajar tersebut merupakan hasil dari adanya proses belajar
mengajar, sebagai salah satu faktor penentu kualitas hasil belajar.
Kegiatan penilaian sangat perlu dilakukan untuk mengukur sejauh
mana keberhasilan seorang siswa sebagai peserta didik dan
pendidik, satuan pendidikan serta pemerintahan sebagai
penyelengara pendidikan. Sehingga hasil penilaian dapat menjadi
acuan bagi semua pihak terkait untuk saling intropeksi dan
melakukan perbaikan serta peningkatan baik dalam infrastruktur
maupun yang berhubungan dengan proses belajar mengajar.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (PERMENDIKBUD)
No.66 Tahun 2013 tentang Standart Penilaian Pendidikan
menjelaskan bahwa kegiatan penilaian bertujuan menjamin
pelaksanaan pembelajaran agar sesuai terhadap kompetensi yang
telah direncanakan, kemudian pelaksanaan penilaian yang
professional serta pelaporan hasil penilaian tersebut secara objek
dan akuntabel. Kegiatan penilaian harus memperhatikan standart -
standar tentang penilaian yang baik, mulai dari mekanisme,
prosedur serta instrument penilaian.
Menurut Nana Sudjana (1995: 3) bahwa penilaian mempunyai
ciri-ciri adanya objek atau program yang dinilai dan adanya kriteria
sebagai dasar untuk membandingkan antara kenyataan atau apa
adanya dengan kriteria atau apa harusnya. Perkembangan konsep
penilaian pendidikan yang ada pada saat ini menunjuk arah yang
lebih luas, konsep-konsep tersebut pada umumnya berkisar pada
pandangan sebagai berikut:
a. Penilaian tidak hanya diarahkan kepada tujuan pendidikan yang
ditetapkan, tetapi juga terhadap tujuan-tujuan yang ditimbulkan
dan efek sampingnya.
b. Penilaian tidak hanya melalui pengukuran perilaku siswa, tetapi
juga melakukan pengkajian terhadap komponen-komponen
pendidikan, baik proses maupun keluaran.
c. Penilaian tidak hanya untuk mengetahui tercapai tidaknya
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, tetapi juga untuk
mengetahui apakah tujuan-tujuan tersebut penting bagi siswa
dan bagaimana siswa mencapaianya. (Enny Sudaryanti, 2007)
Menurut (BSNP 2007: 9), penilaian merupakan serangkaian
kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data
tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan
secara sistematis dan
berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna
dalam pengambilan keputusan. Jadi penilaian merupakan kegiatan
yang dilakukan oleh guru untuk memperoleh informasi untuk
dijadikan sebagai pengambil keputusan tentang hasil belajar
peserta didik.
Nana Sudjana (1995: 3) menyatakan bahwa penilaian adalah
proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu
berdasarkan suatu kriteria tertentu. Proses pemberian nilai tersebut
berlangsung dalam bentuk interpretasi yang diakhiri dengan
judgment. Interpretasi dan judgment merupakan tema penilaian
yang mengimplikasikan adanya suatu perbandingan antara kriteria
dan kenyataan dalam konteks situasi tertentu.
Fungsi dari penilaian menurut Nana Sudjana, (1995: 4)
adalah sebagai berikut :
a. Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan intruksional.
Dengan demikian penilaian harus mengacu pada rumusan-
rumusan tujuan intruksional.
b. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar. Perbaikan
mungkin dilakukan dalam hal tujuan intruksional, kegiatan
belajar siswa, strategi mengajar guru dan lain-lain.
c. Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada
para orang tua. Dalam laporan tersebut dikemukakan
kemampuan dan
kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi dalam
bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya
Penilaian di sini berfungsi sebagai alat untuk mengetahui
seberapa berhasilkah proses belajar mengajar yang terjadi. Selain
itu juga sebagai perbaikan dalam melakukan proses belajar
mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa serta sebagai laporan
kemauan belajar siswa yang diberikan kepada orang tua agar orang
tuanya mengetahui hasil belajar anaknya dalam bentuk raport yang
biasanya diberikan pada akhir semester.
Fungsi penilaian menurut Cronbach, 1954 dalam Hamalik
(2002: 204) yang lainnya di sini bukan hanya untuk menentukan
kemajuan belajar siswa, tetapi sangat luas. Fungsi penilaian adalah
sebagai berikut:
a. Penilaian membantu siswa merealisasikan dirinya untuk
mengubah atau mengembangkan perilakunya.
b. Penilaian membantu siswa mendapat kepuasan atas apa yang
telah dikerjakannya.
c. Penilaian membantu guru untuk menetapkan apakah metode
mengajar yang digunakannya telah memadai.
d. Penilaian membantu guru membuat pertimbangan administrasi.
Fungsi penilaian sebagai alat untuk membantu siswa dalam
mewujudkan dan mengubah perilakunya sesuai dengan tata tertib
yang ada. Di sini juga siswa mendapat kepuasan atas apa yang
dikerjakannya yang berupa nilai.
Apabila mereka sungguh-sungguh dalam mengerjakan sesuatu
maka hasil yang didapatkan akan bagus sehingga mereka akan
puas dengan hasil yang didapatkannya. Penilaian juga membantu
guru dalam menetapkan metode yang digunakan telah tepat
diterapkan.
Sedangkan tujuan dari penilaian menurut Nana Sudjana, (1995: 4)
adalah sebagai berikut :
a. Mendeskripsikan kecakapan belajar siswa sehingga dapat
diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang
studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya.
b. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di
sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah
tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang
diharapkan.
c. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan
perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan
dan pengajaran serta strategi pelaksanaanya.
d. Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak
sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak yang
dimaksud meliputi pemerintah, masyarakat, dan para orang tua
siswa.
Dari pendapat di atas, penilaian mempunyai tujuan
mendeskripsikan hasil belajar siswa sehingga dapat diketahui
kelebihan dan kekurangan siswa dalam proses pembelajaran
tersebut. Selain itu juga dapat mengetahui
25
keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, di sini
dapat terlihat berhasil tidaknya guru dalam melaksanakan proses
belajar mengajar. Apabila hasilnya kurang baik maka dapat
dilakukan perbaikan dan penyempurnaan proses pendidikan
sehingga dapat memberikan pertanggungjawaban terhadap pihak
sekolah.
Dalam Penilaian selain terdapat tujuan dan fungsi penilaian
terdapat juga jenis-jenis penilaian. Jenis penilaian hasil
pembelajaran dapat dikategorikan ke dalam beberapa kelompok
a. Penilaian Formatif-Sumatif
Proses penilaian yang dilakukan oleh seorang pendidik pada
dasarnya karena dua alasan, yaitu pertama untuk memantau
perkembangan belajar anak dan untuk membuat penyesuaian-
penyesuaian dalam pengajaran, baik untuk individu maupun
semua siswa. Kedua untuk menentukan peringkat pencapaian
belajar siswa dalam periode waktu tertentu (Anderson dan
Krathwohl, 2001: 245). Dengan demikian dua fungsi utama
penilaian adalah pendiagnosisan dan pemeringkatan.
Berdasarkan pada perbedaan kedua tujuan diatas, penilaian
dibedakan atas penilaian formatif dan penilaian sumatif.
Formatif bermakna membantu untuk memperbaiki
pembelajaran saat masih ada waktu dan kesempatan.
Sedangkan Sumatif memberi makna to sum up pada akhir
periode atau bisa dikatakan penilaian sumatif adalah penilaian
b. Penilaian Internal-Eksternal
Bedasarkan sumber pelakunnya, penilaian hasil belajar dapat
dibedakan atas penilaian internal dan penilaian eksternal.
Penilaian internal adalah penilaian yang menggunakan alat
ukur dan penilai yang berasal dari dalam sekolah yang
bersangkutan. Sedangkan penilaian eksternal adalah penilaian
yang menggunakan alat ukur dan penilai berasal dari luar
sekolah atau oleh pihak yang tidak diberi mandate untuk
mengajar di kelas.
Diatas merupakan jenis-jenis penillaian, tentunya dalam suatu
proses penilaian terdapat fungsi –fungsi tersediri. Fungsi dari
diadakannya penilaian sangat beragam berikut Menurut Ditjen
PMPTK (2008) dilihat
dari fungsi penilaian dibedakan menjadi lima jenis yaitu:
1) Penilaian Formatif
Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan guru
pada saat berlangsungnya proses pembelajaran untuk melihat
tingkat keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri.
Demikian, penilaian formatif berorientasi kepada proses belajar
menfajar untuk memperbaiki program pengajaran dan strategi
pelaksanaanya.
2) Penilaian Sumatif
Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada
akhir unit seberapa jauh program, yakni akhir caturwulan, akhir
semester, dan akhir tahun.
3) Penilaian Diagnostik
Penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk
melihat kelemahan-kelemahan siswa serta faktor penyebabnya.
4) Penialain selektif
Penilaian selektif adalah penilaian yang bertujuan untuk
keperluan seleksi, misalnya tes atau ujian saringan masuk ke
sekolah tertentu.
5) Penilaian Penempatan
Penilaian penempatan adalah penilaian yang ditunjukan untuk
mengetahui keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu
program belajar.
4. Penetapan Kriteria KKM
Dalam Penilaian tentunya terdapat batasan nilai yang akan
menentukan apakah siswa tersebut lulus atau tidak, batasan nilai
tersebut dinamakan KKM. KKM merupakan kriterian ketuntasan
belajar minimal untuk setiap mata pelajaran yang ditentukan oleh
satuan pendidikan, berkisar antara 0-100%.(Dit PSMK, 2008:12)
a. KKM Program Normatif dan Adaptif
1) Kriterian ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator
program normative dan adaptif adalah 75%
2) KKM program normative dan adaptif ditentukan dengan
mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik
28
kompleksitas kompetensi, dan kemampuan sumber daya
pendudkung dalam penyelenggaraan pembelajaran.
b. KKM Program Produktif
KKM program produktif mengacu kepada standar minimal
penguasaan kompetensi yang berlaku di dunia kerja yang
bersangkutan. Kriteria ketuntasan untuk masing-masing
kompetensi dasar (KD) adalah terpenuhinya indikator yang
dipersyaratkan dunia kerja yaitu kompeten atau belum
kompeten dan diberi lambing atau skor 7,00 bila memenuhi
persyaratan minimal.
5. Kompetensi
Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai,
dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan.
Kompetensi menurut Spencer Dan Spencer dalam Palan (2007)
adalah sebagai karakteristik dasar yang dimiliki oleh seorang
individu yang berhubungan secara kausal dalam memenuhi kriteria
yang diperlukan dalam menduduki suatu jabatan.Kompetensi terdiri
dari 5 tipe karakteristik, yaitu motif (kemauan konsisten sekaligus
menjadi sebab dari tindakan), faktor bawaan (karakter dan respon
yang konsisten), konsep diri (gambaran diri), pengetahuan
(informasi dalam bidang tertentu) dan keterampilan (kemampuan
untuk melaksanakan tugas).
Hal ini sejalan dengan pendapat Becker and Ulrich dalam
Suparno (2005:24) bahwa competency refers to an individual’s
knowledge, skill, ability or personality characteristics that directly
influence job performance. Artinya, kompetensi mengandung
aspek-aspek pengetahuan, ketrampilan (keahlian) dan kemampuan
ataupun karakteristik kepribadian yang mempengaruhi kinerja
Dalam konteks kependidikan kompetensi merupakan
pengetahuan sikap-perilaku dan keterampilan yang tercermin
dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.Kebiasaan berpikir dan
bertindak yang dilakukan secara konsisten dan terus menerus
memungkinkan seseorang menjadi kompeten dalam bidang
tertentu.
Dalam konteks pendidikan kejuruan kompetensi berfokus pada
kemampuan individu dan melakukan tugas tertentu.
Dalam konteks dunia industri kualitas tenaga kerja bergantung
pada kualitas system yang dimiliki seseorang dengan keterampilan
yang pantas, kebiasaan (habis), dan sikap dalam setiap langkah
kehidupannya sebelum memasuki dunia kerja, selama dalam
pekerjaan, dan diantara pekerjaan dan karier (Stren, 2003).
30
Gambar 1.Struktur Skill Pendidikan dan Pelatihan untuk kerja(Stren, 2003)
Dari beberapa pendapat mengenai kompetensi dapat
disimpulkan bahwa kompetensi berfokus pada kemampuan individu
untuk menguasai tugas atau pekerjaan dengan sebaik-baiknya.
Kemampuan seseorang tersebut mencakup atas pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang direflesikan dalam kebiasaan berfikir
dan bertindak secara konsisten dan terus menerus untuk
melakukan suatu pekerjaan tertentu secara professional. Seseorang
dikatakan kompeten atau memiliki kompetensi dalam bidang
tertentu, manakala ia dengan segenap pengetahuan, keterampilan
dan sikap untuk menyelesaikan tugas/pekerjaan tersebut dengan
baik sesuai dengan tuntutan professionalisme.
31
Berdasarkan pada arti standar kompetensi terbentuk atas kata
standar dan kompetensi. Standar dapat diartikan sebagai ukuran
atau patokan yang disepakati, sedangkan kompetensi diartikan
sebagai kemampuan untuk melakukan atau melaksanakan
pekerjaan yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan dan siap
kerja. Dengan demikian, standar kompetensi merupakan
kesepakatan-kesepakatan tentang kompetensi yang diperlukan
pada suatu bidang pekerjaan oleh seluruh “stakeholder”
dibidangnya.
Standar kompetensi menggambarkan keterampilan dan
pengetahuan yang diperlukan bagi seseorang untuk bekerja secara
efektif ditempat kerja, yang didefinisikan oleh industri, yang secara
nasional diakui dan membentuk standar dasar untuk industri
tertentu. Menurut LSP Telematika standar kompetensi merupakan
ukuran atau patokan tentang pengetahuan, keterampilan dan sikap
kerja yang harus dimiliki seseorang untuk mengerjakan suatu
pekerjaan atau tugas yang sesuai dengan unjuk kerja yang
dipersyaratkan.
Dapat disimpulkan bahwa standar kompetensi adalah sejumlah
kompetensi dasar yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan
suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan unjuk kerja yang
dipersyaratkan.
Indonesia memiliki kualifikasi nasional yang mengatur
mengenai tenaga kerja dan jenjangnya, kualifikasi tersebut
kualifikasi dan kompetensi tenaga kerja Indonesia yang
menyandingkan, menyetarakan, dan mengintergrasikan sektor
pendidikan dengan sector pelatihan dan pengalaman kerja dalam
suatu skema pengakuan kemampuan kerja yang disesuaikan
dengan struktur di berbagai sector pekerjaan (Perpres Nomor 8
Tahun 2012). Dalam Kualifikasi KKNI terdapat 9 (Sembilan) jenjang
yang terdiri dari kualifikasi 1 adalah tamatan pendidikan dasar,
kualifikasi 2 adalah tamatan pendidikan menengah baik SMA
maupun SMK, kualifikasi 3, 4, dan 5 adalah lulusan Diploma 1
hingga Diploma 3, dan kualifikasi 6 adalah lulusan pendidikan
profesi, sedangkan yang terakhir yaitu kualifikasi 7, 8, dan 9 adalah
lulusan S-1/Diploma 4, S-2, dan S-3.
KKNI merupakan perwujudan mutu dan jati diri bangsa
Indonesia terkait dengan system pendidikan nasional, system
pelatihan kerja nasional serta system penilaian kesetaraan capaian
pembelajaran nasional, yang dimiliki Indonesia untuk menghasilkan
sumber daya manusia nasional yang bermutu dan produktif. KKNI
menyatakan 9 jenjang kualifikasi sumberdaya manusia Indonesia
yang produktif, secara komperhensif mempertimbangkan dua sisi
penting relevansi pendidikan dan pelatihan yaitu kebutuhan
kompetensi kerja dalam ranah dunia kerja serta ketercapaian
pembelajaran yang dihasilkan dalam suatu proses pendidikan.
Menurut Dikti tahun 2011, Diskriptor setiap jenjang kualifikasi
KKNI yang merupakan perpaduan antara kompetensi yang
dibutuhkan dunia kerja dan ketercapaian pembelajaran yang
disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni perkembangan sektor-sektor
pendukung perekonomian kesejahteraan rakyat seperti
perindustrian, pertanian, kesehatan, hukum dan aspek lain yang
terkait, serta aspek-aspek pembangun jati diri bangsa yang
tercermin dalam bhineka tunggal ika, yaitu komitmen untuk tetap
mengakui keragaman agama, suku, budaya, bahasa dan seni yang
tumbuh dan berkembang di bumi Indonesia.
Seperti yang dijabarkan pada gambar KKNI terdiri atas 9
jenjang kualifikasi, dimulai dari jenjang yang paling rendah yaitu
jenjang satu dan jenjang yang paling tinggi yaitu jenjang sembilan.
Sekolah menengah kejuruan berada pada level 2 yang
dikelompokan dalam jabatan operator. Dalam jabatan sebagai
operator siswa SMK sangat dituntut untuk memilki dan menguasai
kometensi yang sesuai dengan bidang keahliannya.
Gambar 2. Level pada KKNI (Dikti, 2011)
Dalam Kurikulum 2013 untuk siswa SMK, level kualifikasi
tamatan SMK bidang keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi
Kompetensi Keahlian Multimedia tercantum dalam table 1 level
kualifikasi dibawah ini
Table 1. Level KualifikasiTingkat Level Kualifikasi Kompetensi1 Teknisi Web Memahami fundamental
multimedia Memahami system informasi
manajemen Memahami algoritma
pemograman Mendesain grafis untuk media
cetak dan komunikasi massa Mendesain web untuk media
informasi dan komunikasi global
2 Teknisi Multimedia Mendesain multimedia untukmedia pendidikan dan bisnis
Membuat animasi 3 dimensiuntuk melengkapi multimedia
3 Teknisi Video Digital Menguasai teknik audio dandan Efek Visual video digital untuk media
informasi, iklan, dan hiburan. Edutaiment.
Dalam Kepmen Nomor Kep.11Men/111/2007 disebutkan bahwa
keahlian di bidang multimedia semakin dibutuhkan dalam aktivitas
sehari-hari, baik di dunia kerja atau dunia industri. Pekerjaan di
bidang multimedia sangat banyak dan beragam sesuai dengan
namanya Ruang lingkup pekerjaan bagi lulusan program keahlian
Multimedia adalah jenis pekerjaan atau profesi yang relevan
dengan kompetensi yang tertuang di dalam tabel SKKNI bidang
teknologi informatika pada jenjang SMK antara lain
Table 2. Ruang Lingkup Pekerjaan MultimediaNo Dunia usaha / Industri Lingkup Pekerjaan
1 Pengembang Web Pembuat web Pemelihara web
2 Pengembang Multimedia Pembuatan Multimedia Pemelihara multimedia
3 Pengembang permainan Pembuat pemainan Pembuat media simulasi
4 Rumah Produksi Pembuat video klipSinema/Film Penyunting video
5 Industri Media dan Pembuatan animasiPeriklanan Pembuatan media
informasi
6. Sertifikasi Kompetensi
Pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi berguna untuk
mengembangkan kompetensi dan mendidik atau melatih sampai
kompeten yaitu dibuktikan dengan adanya sertifkasi kompetensi
guna memastikan dan memelihara kompetensi (Surono, BSNP
2012). Sedangkan Sertifikasi kompetensi adalah proses pemberian
sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan objektif
melalui uji kompetensi yang mengacu pada standar kompetensi
kerja baik yang besifat nasional, maupun internasional. (Wikipedia
berbahasa Indonesia)
Dari pernyataan diatas menjelaskan bahwa sertifikasi adalah
proses formal untuk memvalidasi pengetahuan, keterampilan dan
kompetensi yang diperoleh oleh seseorang dengan cara mengikuti
suatu standar penilaian
yang telah ditetapkan. Hasil proses sertifikasi dinyatakan dalam
sertifikat yang dikeluarkan oleh badan-badan pemberi akreditasi.
Sertifikasi merupakan salah satu persyaratan dalam
memperoleh pekerjaan dan mempunyai pola :
a. Sertifikasi melalui proses pendidikan
Yaitu proses pendidikan yang di laksanakan oleh lembaga
formal atau lembaga pendidika normal, seluruh komponen
melalui pendidikan dilakukan penilaian
b. Sertifikasi melalui uji kompetensi
Melalui proses pelatihan pada lembaga pelatihan
c. Sertifikasi melalui uji kompetensi
Melalui uji keterampilan atau kompetensi pada tempat uji
komptensi. Badan- badan yang berwenang dalam sertifikasi
kompetensi di Indonesia antara lain :
a. Badan Nasional Sertifikasi Profesi
b. Lembaga Sertifikasi Profesi
c. Panitia Uji
d. Tempat Uji Kompetensi
Memiliki Sertifikasi keahlian merupakan bukti fisik, apabila
seseorang dapat menguasai suatu bidang keahlian tertentu,
tentunya akan berbeda antara seseorang yang memiliki sertifikasi
dan tidak memiliki sertifikasi untuk memasuki dunia kerja. Berikut
manfaat kepemilikan sertifikasi yaitu
37
a. Bagi sebuah Perusahaan
1) Memudahkan perusahaan untuk rekrutmen dan seleksi personil
2) Memudahkan perusahaan untuk penempatan dan penugasan
3) Memudahkan perusahaan untuk pengaturan remunesasi dan
kompensasi
4) Memudahkan perusahaan untuk mengaturan pengembangan
karier dan diklat
5) Meningkatkan produktivitas perusahaan
6) Meningkatkan keselamatan ditempat kerja
b. Bagi Tenaga Kerja
1) Meningkatkan mobilitas dan daya-saing tenaga kerja
2) Meningkatkan pengakuan atas kompetensi tenaga kerja
3) Meningkatkan prospek karier tenaga kerja
4) Meningkatkan keselamatan pribadi tenaga kerja
5) Meningkatkan rasa percaya diri dan kebanggaan tenaga kerja
c. Bagi Pemerintah Dan Masyarakat
1) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi bursa kerja
2) Meningkatkan daya saing kerja di pasar kerja global
3) Meningkatkan kualitas dan produktivitas perusahaan
4) Meningkatkan perlindungan dan kesejahteraan tenaga kerja
5) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi diklat
6) Mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah
38
7) Menurunkan tingkat pengangguran
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sertifikasi adalah
pengakuan kompetensi seseorang sesuai dengan standar penilaian
yang telah ditetapkan. Sertifikasi dapat diperoleh melalui proses
pendidikan, pelatihan dan melalui uji kompetensi.
Sertifikasi dapat diperoleh oleh berbagai kalangan dengan
berbagai paket keahlian tidak terkecuali paket keahlian multimedia,
berikut sertifikasi dibidang multimedia.
Sertifikasi paket keahlian multimedia adalah Vendor yang
mengeluarkan sertifikasi di bidang multimedia adalah Adobe dan
Macromedia. Sertifikasi yang di miliki Adobe dinamakan ACE
( Adobe Certified Expert), ditujukan untuk para Graphics Designer,
Web Designer, Developer, dan professional bisnis yang ingin
menunjukan kemampuan mereka dalam memahami produk Adobe.
Macromedia memiliki sertifikasi yang menunjukan kemampuan
seseorang telah menguasai satu atau lebih produk dari
Macromedia. Beberapa sertifikasi yang dimiliki macromedia adalah
Certified Macromedia Flash MX Developer, Certified Macromedia
Flash MX Designer, Certified ColdFusion MX Developer.
Sementara itu menurut LSP Telematika sertifikat kompetensi
bidang multimedia untuk siswa SMK yaitu sertifikasi kompetensi
level junior Graphic Designer dan level Practical Multimedia.
39
7. Uji Kompetensi Keahlian Multimedia
Menurut Kamus Besar Bahasa lndonesia(2008) kata uji diartikan
sebagai pencobaan untuk mengetahui kualitas sesuatu
(kepandaian, kecakapan, ketahanan dan sebagainya). Sehingga
kata uji menunjukkan pada suatu proses: untuk mengetahui
kualitas sesuatu. Berkaitan dengan penilaian hasil belajar siswa, uji
kompetensi merupakan evaluasi hasil belajar siswa selama belajar
dan bisa dijadikan sehagai alat ukur keberhasilan siswa dan guru
dalam melaksanakan pembelajaran di sebuah sekolah.
Text atau uji merupakan perangkat evaluatif atau prosedur
dimana perilaku siswa dalam domain tertentu diperoleh dan
kemudian dievaluasi
dan diberi skor menggunakan proses standar. Pengujian
merupakan proses pengumpulan data dan mengembalikan hasil,
bukan proses memberikan kesempatan untuk belajar. Data dari
beberapa penilaian yang digunakan
unntuk membuat keputusan: tentang level hasil belajar siswa. Uji
kompetensi mementingkan indikator-indikator kompetensi siswa
terpenuhi dan dapat dikembangkan lebih lanjut ( Dominique,
2006:46)
8. Evaluasi
Menurut suhasimi Arikunto dan Cepi (2009:2) evaluasi adalah
kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang kerjanya sesuatu,
yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan
alternative yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan.
40
Weiss (1972) memandang, evaluasi meliputi berbagai jenis
atau gradasi makna judgment (penentuan nilai). Suatu gejala
tunggal (orang, benda, idea atau pemikiran) dicermati dan
ditimbang dengan menggunakan semacam ukuran atau kriteria
baik yang bersifat eksplisit maupun implisit. Menurut Hadi (2011 :
13) evaluasi adalah proses mengumpulkan informasi mengenai
suatu objek, menilai suatu objek, dan membandingkannya dengan
kriteria, standar dan indikator.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan
bahwa pengertian evaluasi sebagai suatu kegiatan
mendiskripsikan, mengumpulkan data, menyajikan suatu informasi
yang terrencana untuk mengetahui keadaan suatu objek.
Pengumpulan informasi dilakukan dengan menggunakan
instrument yang hasilnya dibandingkan dengan suatu acuan
(standar) untuk memperoleh suatu kesimpulan yang bermanfaat
untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Setiap pelaksanaan suatu kegiatan evaluasi tentunya memiliki
suatu tujuan tertentu. Evaluasi sendiri memiliki tujuan yaitu untuk
mendapatkan informasi mengenai suatu program yang digunakan
sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Menurut
Weiss (1972 :4) bahwa tujuan evaluasi adalah :
The purpose of evaluation research is to measure the effect of program against the goals it set out accomplish as means of vontributing to subsuquest decision making about the program end improving future programming.
Pernyataan sebut dapat diartikan bahwa tujuan evaluasi adalah
untuk mengukur dampak atau pengaruh sebuah program dengan
membandingkan dengan sasaran atau tujuan program yang telah
ditetapkan sebelumnya hasil dari perbandingan akan dijadikan
pertimbangan untuk pengambilan keputusan tentang program
tersebut untuk peningkatan program dimasa yang akan datang
Menurut Arikunto (2010:292) evaluasi program juga berarti
upaya untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan suatu kebijakan
secara cermat dengan cara mengetahui efektifitas masing-masing
komponennya, berikut beberapa komponen tersebut :
a) Menghentikan program, karena dipandang bahwa program
tersebut kurang bermanfaat atau dalam pelaksanaanya sangat
banyak hambatan
b) Memodifikasi Program, berdasarkan dari data yang terkumpul
dapat diketahui bahwa hasil dari program tersebut kurang
tinggi sehingga diperlukan penyusunan perencanaan program
kembali secara lebih baik.
c) Merevisi program, karena ada yang kurang sesuai dengan
harapan (terdapat kelemahan pada program tetapi hanya
sedikit)
d) Melanjutkan program, karena pelaksanaan program sudah
berjalan sesuai dengan harapan dan memberikan hasil yang
bermanfaat
Uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan evaluasi program
adalah jawaban atas pernyataan apakah program dilanjutkan atau
dihentikan. Dilanjutkan dalam arti perlu perbaikan atau revisi agar
program
42
lebih efektif pada masa yang akan datang. Evaluasi perlu
dihentikan apabila program tidak banyak memberikan manfaat
justru menimbulkan banyak resiko.
Terdapat beberapa model evaluasi, model evaluasi sendiri
merupakan rancangan yang akan digunakan untuk melakukan
evaluasi terhadap suatu program. Desain evaluasi dikembangkan
oleh para ahli evaluasi, yang biasanya sering dinamakan dengan
nama pembuat atau tahap evaluasinya. Para ahli evaluasi telah
merancang model evaluasi yang dapat digunakan oleh para
evaluator. Tayibnapis (2008: 13-21) dalam bukunya evaluasi
progam, menyebutkan beberapa evaluasi yang terkenal antara lain:
model CIPP, UCLA, model Stake atau model counternances. Model-
model yang satu dengan yang lainnya memang nampak bervariasi
namun semuanya memiliki tujuan yang sama yaitu sehubungan
dengan pengambilan keputusan. Ada banyak model evaluasi
program tersebut antara lain:
a) Model Evaluasi CIPP
Evaluasi model CIPP dikembangkan pertama kali oleh Daniel
Stufflebean pada tahun 1960-an. CIPP merupakan singkatan dari
Context, Input, Procees, and Product yang berarti evaluasi model ini
menilai dari segi konteks, input, proses, dan keluaran yang
dihasilkan. CIPP adalah pendekatan pengambilan keputusan yang
difokuskan untuk evaluasi dan menekankan penyediaan informasi
yag sistematis berdasarkan program dan
pelaksanaanya. Informasi dipandang sebagai suatu nilai yang palin
berharga ketika suatu program akan dilaksanakan (Robinson,
2002 :1).
Menurut Patton (Robinson, 2002 : 1), CIPP merupakan
kumpulan dari informasi yang terangkum secara sistematis
mengenai aktivitas, karakteristik dan keluaran dari program yang
digunakan oleh orang-orang tertentu. CIPP bertujuan mengevaluasi
dan mengurangi kegagalan, meningkatkan tingkat efektifitas dan
membuat keputusan mengenai program yang akan dilaksanakan
beserta dampak yang menyertainya.
Olds dan militer dikutip dari Kuo-Hung Tseng (2010: 3)
menyatakan bahwa untuk melakukan evaluasi dengan CIPP, maka
langkah-langkah yang dibutuhkan untuk perencanaan penilaian
adalah sebagai berikut: (1) mengidentifikasi keserasian tujuan dari
program yang dilaksanakan dengan tujuan dari institusi dan badan
akreditasi sekolah yang ditunjuk; (2) mengembangkan objektivitas
program dan kriteria performa pada tiap-tiap tujuan; (3)
menentukan metode yang terbaik untuk menilai dan mengevaluasi
tiap-tiap hasil dan mengumpulkannya; (4) melaporkan hasil kepada
instansi yang ditunjuk sebagai penanggung jawab dan memberikan
perbaikan terhadap program tersebut.
Tahap model evaluasi CIPP yang dikemukakan Kaufman dan
Thomas (2009: 116-117) adalah sebagai berikut :
1) Evaluasi Konteks (Context Evaluation)
Evaluasi konteks adalah fase awal dalam pengembangan program yang
meliputi identifikasi kebutuhan dan desain program. Fase ini juga
merupakan upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan,
kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel penelitian
dan tujuan program. Evaluasi konteks meliputi penggambaran latar
belakang program yang dievaluasi, memberikan perkiraan
kebutuhan dan tujuan program, menentukan sasaran program dan
sejauh mana tawaran ini cukup responsif terhadap kebutuhan yang
sudah diidentifikasi.
2) Evaluasi Masukan (Input Evaluation)
Evaluasi input digunakan untuk mengidentifikasi apa yang benar-benar
diperlukan untuk menentukan definisi tentang tujuan evaluasi yang
sedang dilakukan. Masukan (input) merupakan model yang
digunakan untuk menentukan bagaimana cara penggunaan sumber
daya yang ada bisa mencapai tujuan serta secara essential
memberikan informasi tentang apakah perlu mencari bantuan dari
pihak lain atau tidak. Aspek input juga membantu menentukan
prosedur dan desain untuk mengimplementasi program.
3) Evaluasi Proses (Procees Evaluation)
Evaluasi proses secara khusus digunakan untuk mendeteksi,
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan suatu program yang terjadi selama
implementasi suatu program. Evaluas proses digunakan sebagai
rekaman impelemntasi riil suatu program.
4) Evaluasi Produk (Product Evaluation)
Evaluasi produk terjadi ketika suatu program sudah
berlangsung dengan penekanan pada pengumpulan informasi yang
dibutuhkan untuk suatu keputusan yang dibuat berkenaan dengan
suatu program. Evaluasi produk meliputi penentuan (penilaian)
dampak umum dan khusus suatu program, mengukur dampak
terantisipasi, mengidentifikasi dampak yang tidak terantisipasi,
memperkirakan kebaikan program, serta mengukur efektifitas
program.
Berdasarkan berbagai jenis pemamaparan mengenai model
CIPP diatas, maka dapat didefinisikan bahwa model CIPP
merupakan model evaluasi yang mengevaluasi suatu pelaksanaan
program dilihat dari empat aspek yaitu konteks, masukan, proses
dan keluaran informasi yang diperoleh dalam model ini merupakan
data yang sangat berharga. Data tersebut digunakan untuk
mengevaluasi dan mengurangi kegagalan.
b) Model Evaluasi Kesenjangan ( Discrepancy Model )
Kata discrepancy adalah istilah bahasa inggris yang dapat
diartikan kedalam bahasa Indonesia yang berarti “kesenjangan”.
Model yang di kembangkan oleh Malcolm Provus ini merupakan
model evaluasi yang berangkat dari asumsi bahwa untuk
mengetahui kelayakan suatu program, evaluator dapat
membandingkan apa yang seharusnya dan diharapkan
terjadi dengan apa yang sebenarnya terjadi. Dari kegiatan
membandingkan tersebut dapat diketahui ada tidaknya
kesenjangan antara keduanya yaitu standar yang ditetapkan
dengan kinerja sesungguhnya ( Kaufman dan Thomas, 2009: 127).
Model evaluasi ini bertujuan untuk menganalisis suatu
program sehingga dapat ditentukan apakah suatau program layak
ditentukan, ditingkatkan, atau sebaliknya dihentikan dengan
mementingkan terdefinisikannya standar, performance, dan
discrepancy secara terperinsi dan terukur. Evaluasi program yang
dilaksanakan oleh evaluator bertujuan mengukur besarnya
kesenjangan yang ada disetiap komponen program. Dengan
terjabarnya setiap komponen program maka langkah-langkah
perbaikan dapat di lakukan.
c) Model Evaluasi Scriven
Model ini dikembangkan oleh Michael Scriven dengan tujuan
utama pada waktu itu adalah evaluasi kurikulum. Akan tetapi
evaluasi yang dikemukakanya dapat dialihkan kepada evaluasi
proses, dan evaluasi produk, maupun evaluasi program. Dengan
kata lain model scriven dapat diaplikasikan pada berbagai kegiatan
dan program pendidikan. Scriven menenkankan bahwa evaluasi
menginterprestasi-kan evaluator sebagai pengambil keputusan dan
sekaligus penyedia informasi. Dengan demikian ia membedakan
antara “god of evaluation dan role of evaluation” berhubungan
dengan proses pendidikan, antara lain proses pengembangan
kurikulum dan
proses pembelajaran. Scriven memberikan kontribusi dan evaluasi
pendidikan antara lain:
1) Evaluasi berdasarkan kenyataan ( Goal Free Evaluation )
Scriven menekankan bahwa evaluasi program dan produk
hendaklah menilai efek nyata dari suatu kegiatan. Ini berarti
bahwa evaluasi tidak terikat hanya pada tujuan yang
dirumuskan pada permulaan program, akan tetapi juga
memperhatikan efek nyatanya. Dengan cara ini semua hasil
kegiatan dapat diketahui termasuk didalamnya efek samping
yang ditimbukan pada suatu kegiatan.
2) Evaluasi Formatif ( Formative Evaluation )
Model ini juga pada awalnya dirancang oleh Scriven dalam
hubungan pengembangan kurikulum. Ia menyatakan suatu
kurikulum mempunyai bentuk yang siap. Evaluasi formatif
merupakan pengumpulan data atau bukti selama penyusunan
dan uji coba kurikulum baru. Revisi atau perbaikan dilakukan
berdasarkan bukti-bukti yang dikumpulkan melalui
evaluasi formatif. Evaluator dapat melihat kekurangan dalam
pelaksanaan program / kegiatan dan dapat memantau proses
pelaksanaan sehingga dapat membantu dalam
penyempurnaan dan kelengkapan produk yang dikembangkan.
Oleh karena itu, evaluasi formatif dapat juga disebut dengan
evaluasi internal (Internal-evaluation atau intrinsic evaluation)
karena evaluasi formatif
menyangkut isi, tujuan, prosedur/proses, sikap guru, sikap
siswa, fasilitas, dan sebagainnya.
3) Evaluasi Summatif ( Summative Evaluation )
Berbeda dengan evaluasi formatif, evaluasi sumatif lebih
diarahkan untuk menguji efek dari komponen-komponen
pendidikan atau pembelajaran terhadap para siswa, atau
dapat diarahkan untuk menguji efek dari komponen-komponen
pendidikan/pembelajaran terhadap para siswa. Evaluasi
sumatif dirancang untuk mengetahui seberapa jauh kurikulum
yang telah disusun sebelumnya memberikan hasil kepada
siswa antara lain mencakup aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Hal itu dapat dilihat pada hasil pre test dan post
test antara kelompok eksperimen dan kontrol. Walaupun
Scriven tidak mengarahkan model ini pada evaluasi pada
proses belajar dan mengajar, namun pelaksanaan kurikulum
tidaklah dapat dipisahkan dari kegiatan pendidikan.
d) Model Evaluasi Kirkpatrick
Model yang dikembangkan oleh Kirkpatrick ini dikenal dengan
evaluating traning program : the four level evaluation model.
Evaluasi terhadap program training mencangkun empat level
evaluasi yaitu : reaction, learning, behavior, dan result.
1) Evaluasi Reaksi (Reaction Evaluation)
49
Evaluasi terhdap reaksi peserta training berarti mengukur
kepuasan peserta (customer satisfaction). Kepuasan peserta
training dapat dikaji dalam beberapa aspek, yaitu : materi
yang diberikan, fasilitas yang tersedia, strategi penyempaian
materi yang digunakan oleh instruktur, media pembelajaran,
jadwal kegiatan sampai menu dan penyajian konsumsi yang
disediakan. Mengukur reaksi dapat dilakukan dengan reaction
sheet dalam bentuk angket sehingga lebih mudah dan lebih
efektif.
2) Evaluasi Belajar (Learning Evaluation)
Evaluasi belajar menurut Kirkpatrick adalah membandingkan
perkembangan antara kelompok yang mengikuti pelatihan
dalam waktu tertentu atau dapat juga dilakukan dengan
membandingkan hasil pre test dan post test, tes tertulis,
maupun tes kinerja (performance test).
3) Evaluasi Perilaku (Behavior Evaluation)
Menurut Widoyoko (2009: 178) evaluasi perilaku dapat
dilakukan dengan membandingkan perilaku kelompok control
dengan perilaku peserta training atau dengan membandingkan
perilaku sebelum dan setelah mengikuti training maupun
melalui survey dan wawancara dengan pelatih, atasan, atau
bawahan peserta training setelah kembali ketempat kerja.
Dengan demikian evaluasi perilaku lebih memfokuskan pada
peserta training.
4) Evaluasi Hasil (Result Evaluation )
Evaluasi hasil ini dapat dilakukan dengan membandingkan
kelompok kontrol dengan kelompok peserta training,
mengukur kinerja sebelum dan setelah mengikuti pelatihan.
e) Model Evaluasi Stake (Countenance Model)
Stake menekankan adanya dua dasar kegiatan dalam evaluasi, yaitu
description dan judgement, membedakan adanya tiga tahap
dalam program pendidikan yaitu : antercedents (input),
transaction (proses), dan outcomes (hasil). Model Stake sama
dengan CIPP dimana keduanya cenderung komprehensif
(menyeluruh) dan mulai dari evaluasi selama tahap perencanaan
dari pengembangan program. Stake mengidentifikasi dari tiga
tahap evaluasi program pendidikan dan faktor yang
mempengharuhinya (Kaufman and Thomas, 2009 : 123), yaitu :
1) Antecedents Phase; sebelum program diimplementasikan
kondisi/kejadian apa yang ada sebelum implementasi
program? Apakah kondisi/kejadian ini akan mempengaruhi
program?
2) Transaction Phase; pelaksanaan program; Apakah yang
sebenarnya terjadi selama program dilaksanakan? Apakah
program yang sedang dilaksanakan itu sesuai dengan rencana
program?
3) Outcomes Phase; mengetahui dampak/hasil implementasi
pada akhir program. Apakah Program itu dilaksanakan sesuai
dengan yang diharapkan?
Setiap tahapan tersebut dibagi menjadi dua bagian yaitu
description dan judgment. Model evaluasi Stake melakukan
perbandingan antara standar tertentu dengan pelaksanaan nyata
suatu program yang nantinya digunakan untuk memberikan
keputusan dari sebuah program ( Judgement ). Model Stake akan
dapat memberikan gambaran pelaksanaan program secara
mendalam dan mendetail. Presepsi orang-orang yang terlihat
dalam system pendidikan seperti perilaku siswa, peran guru,
ketersediaan sarana dan prasarana, dan situasi proses belajar
mengajar disekolah adalah kenyataan yang harus diperhatikan.
Aspek penting dari evaluasi program dikemukakan oleh
Conrad & Wilson (1985:19) yaitu Model evaluasi tidak hanya
menyediakan kerangka keseluruhan untuk evaluasi tetapi juga
member bentuk pada pertanyaan penelitian, mengantur dan
fokus evaluasi, dan menginformasikan proses penelitian.
Sehingga berdasarkan pemaparan berbagai jenis evaluasi di atas,
dalam penelitian ini model CIPP merupakan model yang paling
sesuai. Hal ini didasarkan karena model jenis ini mengevaluasi
suatu program secara lengkap yakni aspek konteks, input, proses,
dan produk. Maka dalam penelitian ini, peneliti memutuskan
menggunakan model evaluasi CIPP dalam melakukan penelitian
yang berjudul “Evaluasi Pelaksanaan Uji Kompetensi Siswa
Keahlian Multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta.
9. Penelitian yang Relevan
Samsudi (2011) meneliti tentang kesiapan SMK dalam
pelaksanan uji kompetensi keahlian dalam rangka ujian nasional.
Uji kompetensi nasional SMK dimulai pada 2006/2007
membutuhkan penelitian salah satunya adalah sehubungan
dengan kesiapan dan pelaksanaan di lapangan. Penelitian ini
didasarkan pada kenyataan bahwa kondisi sekolah yang
bervariasi, dari lokasi, kondisi internal dan dukungan stakeholder.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan kesiapan
sekolah kejuruan, asesor internal dan penguji infrastruktur, waktu,
jangka waktu pemeriksaan kompetensi, prosedur, dan
mekanisme. Pembahasan yang dibagi menjadi dua lokasi yaitu
provinsi dan kabupaten.
Iskandar F (2012) meneliti tentang Evaluasi pelaksanaan
program pendampingan penyelenggaraan pendidikan kejuruan
direktorat pembinaan smk. Penelitian ini bertujuan menganalisis
pelaksanaan program pendampingan penyelenggaraan
pendidikan kejuruan dengan mengambil studi kasus di Universitas
Sebelas Maret, Surakarta dengan menggunakan model CIPP.
Subyek peneltian adalah Pejabat Direktorat Pembinaan SMK,
coordinator program di perguruan tinggi, dosen pembimbing
lapangan, bendahara program, peserta program, kepala sekolah
serta guru pamong. Hasil penelitian pada komponen konteks
menunjukan relevansi yang kuat antara program pendamping
dengan tujuan dari stakeholder yang terlibat yaitu pihak
Direktorat pembinaan SMK, perguruan tinggi pelaksana dan
53
sekolah kejuruan, pada komponen input institusi pelaksana
merupakan perguruan tinggi yang memiliki program studi yang
dibutuhkan di sekolah kejuruan serta mampu menyediakan
peserta dengan program studi yang sesuai dengan tahun ajaran
sekolah, dan dari komponen product menunjukan bahwa semua
peserta telah memberikan manfaat bagi sekolah dalam
pelaksanaan program pembelajaran di sekolah baik aspek
teaching maupun non-teaching.
Widayati A (2012) meneliti tentang evaluasi pelaksanaan uji
kompetensi produktif SMK program keahlian akuntansi.Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan UKP,
kesiapan pihak sekolah serta tanggapan dunia usaha dunia insutri
selaku institusi pasangan sekolah dalam menyelenggarakan
pendidikan Sistem Ganda. Hasil Penelitian menunjukan bahwa
pelaksanaan UKP kurang lebih 77,143% sudah sesuai dengan
pedoman pelaksanaan UKP. Kesiapan pihak sekolah sudah cukup
baik yang dibuktikan dengan tingkat kelulusan 100%. Akan tetapi
mutu lulusan harus dikaji lebih lanjut mengingat standar minimal
kelulusan merupakan syarat yang diupayakan untuk ditempuh
oleh sekolah. Nilai standar yang telah ditempuh siswa perlu dikaji
lebih labjut apakah nilai tersebut menunjukan kompetensi lulusan
yang sebenarnya. Sertifikasi masih merupakan formalitas sebagai
konsekuensi adanya UKP. Sebagian besar dunia kerja dan dunia
industry berlum memberikan pengakuan terhadap keberadaan
sertifikat kompetensi tersebut.
Yowanita (2014) meneliti mengenai Evaluasi Uji kompetensi
keahlian Program keahlian multimedia se Kota Yogyakarta.
Bertujuan mengetahui sejauh mana pemahaman guru-guru
terhadap uji kompetensi, pelaksanaan uji kompetensi program
keahlian multimedia dan mengetahui materi apa saja yang
diujikan pada uji kompetensi program keahlian multimedia.
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah
wawancara dan angket. Penelitian ini dilaksanakan di SMK yang
ada di Kota Yogyakarta yang memiliki paket keahlian multimedia.
Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa dari seluruh aspek yang
diteliti telah sesuai dengan pedoman pelaksanaan.
10. Kerangka Pikir
Dalam pendidikan kejuruan, SMK merupakan pendidikan
pada jenjang menengah yan memprsiapkan dan mengembangka
kompetensi siswa untuk memasuki dunia kerja, sehingga
kualifikasi lulusan SMK juga harus sesuai dengan kebutuhan dunia
usaa dan industri.
SKL SMK Kompetensi SKKNIKeahlian
InternalSumatif
AsesmenEksternal CBA
Uji Kompetensi PraktikKejuruan
Evaluasi
Context Input Process Product
Gambar 3. Skema Kerangka
Pikir 11. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana kesesuaian uji kompetensi siswa keahlian
multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek context?
2. Bagaimana kelengkapan uji kompetensi siswa keahlian
multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspekinput?
3. Bagaimana efektivitas uji kompetensi di SMK Piri 3 Yogyakarta
ditinjau dari aspek process?
4. Bagaimana ketercapaian uji kompetensi siswa keahlian
multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek product?
5. Bagaimana uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK Piri
3 Yogyakarta ditinjau dari asepk context, input, process,
danproduct secara akumulatif?
56
6. Bagaimana efektivitas pengawasan uji kompetensi di SMK Piri 3
Yogyakarta?
7. Bagaimana efektivitas system penilaian uji kompetensi di SMK
Piri 3 Yogyakarta
57
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi (evaluation
research) dengan menggunakan model CIPP ( Context, Input,
Process, and Product). Penelitian ini bersifat deskriptif evaluative,
yaitu penelitian evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui nilai
variable, baik satu variable atau lebih tanpa membuat
perbandingan atau menghubungkan antara variable satu dengan
variable lain. Penelitian ini difokuskan pada masalah uji kompetensi
siswa keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Piri 3 Yogyakarta, SMK ini
memiliki kompetensi keahlian multimedia dan telah melaksanakan
uji kompetensi siswa keahlian multimedia. Penelitian dilaksanakan
antara bulan November 2016 sampai dengan Febuari 2017.
C. Responden
Populasi dalam penelitian ini adalah asesor yang terdiri dari
guru produktif multimedia dan DU/DI asesor pelaksana uji
kompetensi keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta. Sampel
penelitian dengan
menggunakan sampel jenuh yang berjumlah 4 orang. Sampel terdiri
dari 4 orang asesor yang terdiri dari 2 asesor internal dan 2 asesor
eksternal yaitu, Dewi Nurpitasari, S.Sn ; Cahyaningtyas
Rahmawati,S.Pd ; Setyadi Hastanto; dan Anton Saputro.
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini mencakup sejumlah aspek yang
sesuai dengan model evaluasi CIPP, maka variabel yang didefisikan
secara operational adalah
1. Context yaitu yang berpengaruh terhadap program. Aspek
konteks dari sebuah uji kompetensi mencakup: kebijakan dan
tujuan kompetensi kejuruan multimedis, tuntututan
pengembangan diri dan peluang lulusan ultimedia, dan
perkembangan IPTEK
2. Input adalah segala sesuatu yang menjadi masukan, tersedia,
dan siap diperlukan untuk berlangsung proses .
3. Process adalah proses langsung berhubunngan dengan
implemetasu uji kompetensi keahlian. Hal yang termasuk
kedalam evaluasi proses adalah waktu, prosedur, pengawasan,
dan sistem penilaian
4. Product adalah produk yang dihasilkan dalam uji kompetensi
keahlian multimedia.
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan data
1. Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan cara
menyebar kuesioner (angket) dan dokumentasi . Dokumentasi
yang digunakan adalah mendokumentasi sebagai data
pendukung berupa gambar dan foto. Kuesioner yang digunakan
merupakan kuesioner tertutup karena telah disediakan jawaban
sehingga reseponden hanya dapat memilih salah satu dari
option jawaban. Pernyataan yang disedikan dalam kuesioner
dibagi menjadi empat aspek yaitu context, input, process, dan
product. Langkah yang dilakukan peneliti dalam menyusun
angket :
a. Menentukan kajian teori
b. Mencari referensi penelitian yang terdahulu
c. Menggabungkan antara kajian dan referensi
d. Membuat dan menentukan spesifikasi instrument. Spesifikasi
instrument berisi tujuan pengukuran, indikator instrumen,
memilih bentuk instrument yang akan digunakan.
e. Menggunakan instrument yang sudah ada dipenilitian
sebelumnya yaitu milik Yowanita Dwi Irwanti yang sudah di
uji dan di validasi pada tahun 2014.
f. Memperbaharui instrument berdasarkan hasil perhitungan validitas
dan reabilitas empiris
2. Instrumen Penelitian
Table 3.Kisi Kisi Instrumen PenelitianVariabel Indikator Item
Kebijakan dan tujuan uji kompetensi 1-7
Context Tuntuta pengembangan diri dan 8, 12-16peluang tamatan multimedia di duniausaha dan industriKemajuan IPTEK dibidang Multimedia 9-11Asesor 1,4-16Perangkat Uji kompetensi 2,3,18,21,
Input Tempat uji kompetensi 17Sarana dan Prasarana 19,20Waktu uji kompetensi 1,2Prosedur uji kompetensi 3,4
Process Pengawas uji kompetensi 5-7,9-11Sistem penilaian 8,12-16
Hasil uji kompetensi siswa 1-6Product Produk uji kompetensi 7-9
Sertifikat kompetensi 1-14Tabel 3 menunjukan Kisi-kisi instrument yang telah dibedakan menjadi 4 bagian context, input, process, dan product.
F. Validitas, Reabilitas, dan Teknik Pengisian Instrumen
1. Validitas
Validitas merupakan ukuran yang menunjukan tingkat
kevalidan dan kebenaran suatu instrumen. Instrumen dapat
dikatakan valid apabila dapat sebagai alat ukur untuk mengukur
suatu hal yang diinginkan serta dapat mengungkapkan data dari
variable yang akan diteliti. Instrumen dapat dikatakan valid apabila
data yang terkumpul tidak menyimpang dari
gambaran variable yang akan diteliti. Untuk memperoleh bukti
validitas terdapat dua jenis validitas yaitu aliditas isi dan validitas
konstruk a. Validitas isi
Untuk memperoleh bukti validitas isi pada instrument
penelitian dilakukan dengan cara meminta pertimbangan ahli
(expert judgment). Instumen yang dipakai adalah instrument
yang sudah ada dan sudah divalidasi yang di buat oleh
Yowanita Irwanti Dalam Tesis nya yang berjudul “Evaluasi Uji
Kompetensi Keahlian Multimedia di SMK Se-Kota Yogyakarta”
Validitas isi intrumen yang berupa angket dilakukan oleh dua
orang ahli yaitu Bapak Prof. Dr. Herminarto Sofyan, M.Pd ,selaku
ahli dalam bidang pembelajaran pendidikan vokasi dan Bapak
Herman Dwi Surjono, Ph.D., selaku ahli dalam bidag multimedia
pembelajaran. Berdasarkan penilaian dari kedua ahli tersebut
dinyatakan bahwa lembar angket yang digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian di lapangan. (lampiran , hal)
b. Validitas Konstruk
Validitas konstruk dilakukan dengan uji terbatas pada
istrumen penelitian. Selanjutnya instrument penelitian ini
dianalisis butir, yaitu dengan cara mengkorelasikan melalui
rumus “ Product Moment” dari Pearson yaitu:
Keterangan :
63
rₓᵧ : Koefisien korelasi antara variable x dan y
N : Jumlah butir
∑XY : Jumlah perkalian skor total dengan skor butir
X : Skor Butir
Y : Skor Total
Menurut Sugiyono (2011: 188), syarat minimum untuk
dianggap memenuhi syarat validitas adalah jika r ≥ 0,30. Harga
korelasi butir soal dengan skor total kurang dari 0,30 maka butir
soal dalam instrument tersebut dinyatakan tidak valid begitu
pula sebaliknya jika harga korelasi butir soal dengan skor total
lebih dari sama dengan 0,30 maka butir soal dalam instrument
tersebut dinyatakan valid atau sahih. Perhitungan analisis
validitas instrument menggunakan bantuan software statistic
SPSS versi .
2. Reliabilitas
Reabilitas pada instrument evaluasi uji kompetensi dari segi
context, input, process, dan product pada penelitian ini dihitung
dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach karena
instrumentnya yang digunakan berupa angket dan skalanya
bertingkat (Arikunto, 2010:239). Adapun rumus Alpha Cronbach
yang dimaksut sebagai berikut :
Keterangan :
r :Realibilitas instrument
k :Banyaknya butir pertanyaan / banyak soal
l :Bilangan konstan
∑ :Jumlah varians butir
:Varians total
Rumus yang digunakan untuk mengetahui varians adalah
Keterangan:
:Varians
EX² :Jumlah kuadrat skor butir
Perhitungan reabilitas instrument dibantu menggunakan
software statistic SPSS versi 21. Klarifikasi kategori koefisien
reliabilitas menurut Riduwan (2009:124) adalah sebagai
berikut:
Koefisien Reabilitas Tingkat Reliabilitas
0,800-1,000 Sangat Tinggi
0,600-0,799 Tinggi
0,400-0,599 Cukup
65
0,200-0,399 Rendah
Kurang dari 0,200 Sangat Rendah
Berdasarkan hasil uji coba instrument pada Tabel 5 diketahui hasil
reabilitas instrument angket dari aspek context yaitu 0,775
(tinggi), aspek input yaitu 0,923 (sangat tinggi), aspek process
yaitu 0,843 (sangat tinggi), dan aspek product yaitu 0,792
(tinggi),
Table 5.Hasil Reabilitas InstrumenVariabel Koefisien Reabilitas Keterangan
Context 0,775 Tinggi
Input 0,923 Sangat Tinggi
Process 0,843 Sangat Tinggi
Product 0,792 Tinggi
3. Teknik Pengisian Instrumen
Dari hasil uji coba instrument diperoleh bahwa instrument
angket valid dan reliable.Selanjutnya agar angket yang
digunakan dapat menyaring data penelitian secara baik dan
benar maka diperlukan teknik pengisian angket dalam hal ini
adalah pemilihan situasi dan waktu yang tepat dan dijadikan
dasar semua pengambilan data angket selama
penelitian.Suasana keakraban dengan responden juga dibangun
sehingga interaksi menjadi cair.
Teknik pengisisan instrument ini meliputi tahapan
persiapan, process, dan akhir.Pada tahapan awal yaitu dengan
melakukan observasi, perkenalan, dan penyesuaian jadwal
dengan jadwal pemerintah yaitu jadwal pelaksanaan uji
kompetensi keahlian. Pada tahap proses diusahakan terjalin
suasana dan komunikasi yang akrab dengan responden, dan
penyampaian maksut serta tujuan penelitian, dan meminta
kesediaan responden untuk mengisis instrument angket dengan
kesepakatan waktu yang telah disesuaikan dengan responden.
Tahap proses tidak berhenti sampai disitu karena selain
pengisian angket oleh responden, tetapi juga melakukan
dokumentasi serta ikut serta dalam proses uji kompetensi
keahlian. Selanjutnya pada tahap terakhir instrument, dilakukan
pengecekan ulang terhadap angket yang telah diisi.
G. Teknik Analisis Data
Penelitian ini bertujuan mengevaluasi uji kompetensi siswa
keahlian multimedia di Sekolah Menengah Kejuruan Piri 3
Yogyakarta dilihat dari aspek context, input, process, dan
product. Data penelitian yang diperoleh selanjutnya dilakukan
coding data dan dianalisa secara deskriptif. Analisis digunakan
untuk menghitung mean, median, modus, standar deviasi, table
distribusi data dan grafik kategori dalam kalimat. Kategori
tersebut menurut Djemari (2008: 123) dibagi menjadi empat
yaitu:
Table 6.Kategori Data Hasil PenelitianNo Skor Responden Kategori
1 X≥ x + 1.SBₓ Sangat Tinggi, Sangat Setuju, Selalu2 x + 1.SBₓ > X ≥ x Tinggi, Setuju, Kadang-kadang3 X > X> x – 1.SBₓ Rendah, Tidak Setuju, Pernah
4 X< x -1.SBₓSangat Rendah, Sangat Tidak Setuju,Tidak Pernah
Keterangan :
X : rerata skor ideal dalam penelitian
SBₓ
: simpangan baku ideal dalam komponen penelitian
X : (Skor Ideal Tertinggi + Skor Ideal Terendah) :2
SBₓ
: (Skor Ideal Tertinggi – Skor Ideal Terendah) : 6
Rumus Tersebut digunakan untuk mengkategorikan data
guru atau du/di terkait dengan CIPP uji kompetensi keahlian
multimedia. Proses perhitungan prosentase pencapaian dengan
menggunakan rumus :
Tingkat Pencapaian =
X 100%
Keriteria evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini
ditetapkan sebelum kegiatan evaluasi.Setiap aspek dianggap
sesuai jika memenuhi syarat serta mencakup kawasan indikator-
indikator dan dilakukan analisis data untuk mendapatkan
kategorisasi dari tiap aspek-aspeknya. Pengkategorisasian tiap
aspek adalah sebagai berikut
1. Evaluasi Context
Butir instrument angket terdiri dari 13 item pernyataan dengan 4
pilihan jawaban dengan model skala Likert.Rentang skor yang
diberikan 1 sampai 4.Hal ini berarti skor ideal terrendah adalah
13 dan skor ideal
tertinggi 52. Rata-rata idealnya
( 13 + 52 ) = 32.5 dan simpangan
baku ideal =( 52 – 13 ) = 6,5. Batasan-batasan kategori untuk
evaluasi konteks dapat disusun sebagai berikut:
X ≥ 39.00 : sangat tinggi/ sangat setuju/ selalu39.00 ≥X≥ 32.50 : tinggi/ setuju/ kadang-kadang32.50
≥X≥ 26.00 : rendah/ tidak setuju/ pernah
X < 26.00: sangat rendah/ sangat tidak setuju/ tidak pernah
2. Evaluasi Input
Butir instrument angket terdiri dari 20 item pernyataan dengan 4
pilihan jawaban dengan model skala Likert.Rentang skor yang
diberikan 1 sampai 4.Hal ini berarti skor ideal terendah adalah
20 dan skor ideal
tertinggi 80. Rata-rata idealnya = ( 20 + 80 ) = 50 dan simpangan
baku ideal = (80 - 20) = 10. Batasan-batasan kategori untuk
evaluasi input dapat disusun sebagai berikut:
X ≥ 60.00 : sangat tinggi/ sangat setuju/ selalu
60.00 ≥X≥50.00 : tinggi/ setuju/ kadang-kadang
50.00 ≥ X ≥40.00 : rendah/ tidak setuju/ pernah
3. Evaluasi Process
Butir instrument angket terdiri dari 13 item pernyataan dengan 4
pilihan jawaban dengan model skla Likert.Rentang skor yang
diberikan 1 sampai 4.Hal ini berarti skor ideal terendah adalah
13 sedangkan skor
ideal tertinggi 52. Rata-rata idealnya =
( 13 + 52 ) = 32.5 dan
simpangan baku ideal =(52 - 13) = 6.5. Batasan-batasan
kategori
untuk evaluasi process dapat disusun sebagai berikut:
X ≥ 39.00 : sangat tinggi/ sangat setuju/ selalu39.00 ≥X≥ 32.50 : tinggi/ sangat setuju/ kadang-kadang32.50 ≥X≥ 26.00 : rendah/ tidak setuju/ pernah
X < 26.00: sangat rendah/ sangat tidak setuju/ tidak pernah
4. Evaluasi Product
Butir instrument angket terdiri dari 10 item pernyataan dengan 4
pilihan jawaban dengan model skala Likert.Rentang skor yang
diberikan 1 sampai 4.Hal ini berarti skor ideal terendah adalah
10 sedangkan skor
ideal tertinggi adalah 40. Rata-rata idealnya = (10 + 40) = 25 dan
simpangan baku ideal = ( 40-10 ) = 5. Batasan-batasan kategori
untuk evaluasi product dapat disusun sebagai berikut:
X ≥ 30.00 : sangat tinggi/ sangat setuju/ selalu
30.00 ≥X≥ 25.00 : tinggi/ setuju/ kadang-kadang
25.00≥X≥ 20.00 : rendah/ tidak setuju/ pernah
5. Evaluasi secara Akumulatif
Butir instrument angket terdiri dari 56 item pernyataan dengan
model skala Likert.Rentang skor yang diberikan 1 sampai 4.Hal
ini berartu skor ideal terendah adalah 56 dan skor ideal tertinggi
224. Rata-rata
idealnya = ( 56 + 224) = 140 dan simpangan baku ideal = (224 –
56) = 28. Batasan-batasan kategori untuk evaluasi secara
akumulatif dapat disusun sebagai berikut:
X ≥ 168.00 : sangat tinggi/ sangat setuju/ selalu
168.00 ≥X≥ 140.00 : tinggi/ setuju/ kadang-kadang
140.00≥X≥ 112.00 : rendah/ tidak setuju/ pernah
X < 112.00: sangat rendah/ sngat tidak setuju/ tidak
pernah
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Deskripsi data yang disajikan meliputi mean, modus, media,
standar deviasi, nilai tertinggi, nilai terendah, skewness dan distribusi
frekuensi beserta diagramnya. Data yang dikumpulkan sebelumnya
dianalisa dan diadakan tabulasi terlebih dahulu.Langkah selanjutnya
adalah menghitung nilai masih-masih buti tiap komponen sehingga
diperoleh nilai komponen-komponen evaluasi yang diukur.
1. Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3
Yogyakarta ditinjau dari aspek context.
Data pada komponen uji kompetensi siswa keahlian
multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek context
diperoleh dari instrument berupa angket. Responden adalah
asesor yang terdiri dari guru mata pelajaran produktif multimedia
dan asesor dari dunia kerja. Indikator yang terdapat dalam aspek
tersebut antara lain: (1) kebijakan dan tujuan uji kompetensi; (2)
tuntutan pengembangan diri dan peluang tamatan multimedia di
dunia usaha dan industry; dan (3) kemajuan IPTEK di bidang
multimedia. Data komponen ini diperoleh dari hasil angket yang
diberikan kepada 4 responden.Angket tersebut memiliki 13 butir
pertanyaan.
Table 7. Statistik Deskriptif Asepk Context
Mean Median Modus Standar Max MinSkewness
Deviasi43.75 43.50 43.00 0.957 45 43 0.855
Berdasarkan Tabel 7 dapat diperoleh hasil bahwa harga rata-
rata (mean) sebesar 43.75; nilai tengah (median) sebesar 43.50;
nilai yang paling sering muncul (mode) sebesar 43.00. Data
tersebut memiliki standart deviation (simpangan baku) sebesar
0.957; nilai minimum sebesar 43; sedangkan nilai maksimum
sebesar 45; dan nilai skewness adalah 0.855.
Berdasarkan Tabel 7 nilai rata-rata (mean) lebih besar dari
nilai tengah (median), nilai yang sering muncul maka data
distribusinya juling negative / miring kekiri (skewness negative).
Ukuran skewness adalah 0.855.Untuk penilaian nilai tersebut
diubah ke angka rasio. Rasio adalah = nilai skewness/standar
error skewness = 0.855/1.014 = 0.843. Karena rasio skewness
berada antara -2 sampai dengan +2, maka distribusi data adalah
normal.
Table 8.Distribusi Frekuensi Aspek ContextNo Interval Kategori F %1 x<26 Sangat rendah 0 02 32.5 >x ≥26 Rendah 2 503 39 > x ≥32.5 Tinggi 1 254 x ≥39 Sangat Tinggi 1 25
Jumlah 4 100
Penyebaran skor berdasarkan tabel 8 menunjukan bahwa 0
responden dalam kategori sangat rendah (0%); 2 responden
dalam kategori rendah (50%); 1 responden dalam kategori tinggi
dan 1 lainnya dalam kategori sangat tinggi.Model visual
penyebaran skor dari tabel 8 dapat dilihat pada gambar 4.
Context2
2
1,51 1
1 Context
0,50
0Sangat Tinggi Tinggi Rendah Sangat
Rendah
Gambar 4. Grafik Aspek Context
Nilai pencapaian kualitas dari uji kompetensi siswa
keahlian di SMK Piri 3 Yogyakarta dari aspek contextdapat
dilihat pada tabel 9:
Table 9.Nilai Pencapaian Kualitas Aspek Context
Jumlah Jumlah Total Skor NPKPresentase
Keterangan
responden soal (%)4 13 175 43.75 85%
Berdasarkan Tabel 9, dapat diketahui bahwa komponen uji
kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta
ditinjau dari aspekcontextmemiliki nilai pencapaian 43.75.Menurut
batasan kategori nilai NPK aspek context berada pada keadaan
sangat sesuai yaitu lebih besar dari 39.00 (≥ 39.00).Nilai
Pencapaian yang diperoleh menunjukan bahwa aspek-aspek
context yang dibandingkan dengan kenyataan yang ada telah
sangat sesuai.
Table 10.Nilai Pencapaian Kualitas Indikator pada Aspek ContextIndikator Nilai Total Butir Nilai
Kebijakan dan tujuan uji 1 4.00kompetensi 2 3.25
3.64 3 3.004 3.755 3.756 4.007 3.75
Tuntutan pengembangan diri 8 3.50dan peluang tamatan
multimediadi dunia usaha dan industry ( 2.75 11 2.50
lokal, nasional, dan internasional 12 2.50
) 13 2.50Kemajuan IPTEK di bidang 9 3.50
Multimedia 3.65 10 3.75Tabel 10 menunjukan perolehan nilai pencapaian kualitas aspek
context dengan skala 4.
2. Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3
Yogyakarta ditijau dari aspek input
Data pada komponen uji kompetensi siswa keahlian
multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek input
diperoleh dari instrument berupa angket. Responden adalah
asesor yang terdiri dari guru mata pelajaran produktif multimedia
dan asesor dari dunia kerja. Indikator yang terdapat dalam aspek
tersebut antara lain: (1) asesor; (2) perangkat uji kompetensi; (3)
tempat uji kompetensi; (4) sarana dan prasarana. Data komponen
ini diperoleh dari hasil angket yang diberikan kepada 4
responden.Angket tersebut memiliki 20 butir pertanyaan.
Table 11.Statistik Deskriptif Aspek Input
MeanMedian Modus Standar Max Min Skewness
Deviasi67.50 67.50 65 2.082 70 65 0.000
Berdasarkan Tabel 11, dapat diperoleh hasil bahwa harga rata-rata
sebesar67.50; nilai tengah sebesar 67.50; nilai yang paling banyak
diperoleh adalah 65; Data tersebut memiliki standar deviation sebesar
2.082; nilai minimum sebesar 65; nilai maksimum 70; dan nilai skewness
0.000
Berdasarkan tabel 11nilai mean sama dengan nilai median
dan modus maka data distribusinya normal atau lurus.Ukuran
Skewness adalah 0.000.Untuk penilaian, nilai tersebut diubah ke
angka rasio. Rasio skewness adalah = nilai skewness/standar error
skewness = 0.000/1.014 = 0. Karena
76
rasio skewness berada diantara -2 sampai dengan +2, maka
distribusi data adalah normal.
Table 12.Distribusi Frekuensi Aspek InputNo Interval Kategori F %1 x < 40 Sangat Rendah 1 25%2 50 > x ≥40 Rendah 1 25%3 60 > x ≥50 Tinggi 1 25%4 x ≥ 60 Sangat Tinggi 1 25%
Jumlah 4 100
Penyebaran skor berdasarkan tabel distribusi frekuensi data
diatas menunjukan bahwa 1 responden dalam kategori sangat
tinggi; 1 responden dalam kategori tinggi; 1 responden dalam
kategori rendah; dan 1 responden dalam keadaan sangat rendah.
Model visual penyebaran skor dari tabel 12 dapat dilihat pada
gambar 5 .
Input
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
Input
Sangat Tinggi Tinggi Rendah SangatRendah
Gambar 5. Grafik Aspek Input
77
Nilai pencapaian kualitas dari uji kompetensi keahlian di
SMK Piri 3 dari aspek input dapat dilihat pada tabel 13.
Table 13.Nilai Pencapaian Kualitas Aspek Input
Jumlah Jumlah Total Skor NPKPresentase
Keterangan
responden soal (%)4 13 270 67,5 82.7%
Berdasarkan Tabel 13, dapat diketahui bahwa komponen dari
uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta
ditinjau dari aspek inputnilai pencapaian 67.5. Menurut batasan
kategori nilai NPK aspek input berada pada keadaan sangat sesuai
yaitu lebih besar dari 60.00 (≥ 60.00). Nilai Pencapaian yang
diperoleh menunjukan bahwa aspek-aspek input yang
dibandingkan dengan kenyataan yang ada telah sangat sesuai.
Table 14.Nilai Pencapaian Kualitas pada Indikator Aspek Input
Indikator Nilai Total Butir Nilai1 3.754 4.005 4.00
Asesor 6 4.003.19 7 3.75
8 3.759 3.5010 3.5011 1.75
78
12 1.7513 2.5014 2.5015 3.7516 2.252 3.75
Perangkat Uji kompetensi 3.75 3 3.7518 3.75
Tempat uji kompetensi 4.00 17 4.0019 3.75
Saraba dan Prasarana 3.75 20 3.75
Tabel 14 menunjukan perolehan nilai pencapaian kualitas
setiap indikator pada aspek input dengan skala 4.
3. Uji Kompetens Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta
ditinjau dari aspek process
Data pada komponen uji kompetensi siswa keahlian
multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek proses
diperoleh dari instrumen berupa angket. Responden adalah asesor
yang terdiri dari guru mata pelajaran produktif multimedia dan
asesor dari dunia kerja. Indikator yang terdapat dalam aspek
tersebut antara lain: (1) waktu; (2) prosedur uji kompetensi; (3)
pengawasan uji kompetensi; (4) sistem penilaian. Data komponen
ini diperoleh dari hasil angket yang diberikan kepada 4
responden.Angket tersebut memiliki 13 butir pertanyaan.
79
Table 15.Statistik Deskriptif Aspek Process
MeanMedian Modus Standar Max Min Skewness
Deviasi
47.25 47.50 49 2.062 49 45 -0.200
Berdasarkan Tabel 15 dapat diperoleh hasil bahwa harga
rata-rata (mean) sebesar 47.25; nilai tengah (median) sebesar
47.50; nilai yang paling sering muncul (mode) sebesar 49.00. Data
tersebut memiliki standart deviation (simpangan baku) sebesar
2.062; nilai minimum sebesar 45; sedangkan nilai maksimum
sebesar 49; dan nilai skewness adalah -0.200.
Berdasarkan Tabel 15 nilai rata-rata (mean) lebih kecil dari
nilai tengah (median) dan nilai yang sering muncul, maka data
distribusinya juling negative / miring kekiri (skewness
negative).Ukuran skewness adalah -0.200.Untuk penilaian nilai
tersebut diubah ke angka rasio. Rasio skewness adalah = nilai
skewness/standar error skewness = -0.200 /1.014 =-0.1972.
Karena rasio skewness berada antara -2 sampai dengan +2, maka
distribusi data adalah normal.
Table 16.Distribusi Frekuensi Aspek ProcessNo Interval Kategori F %1 x<26 Sangat rendah 1 252 32.5 >x ≥26 Rendah 1 253 39 > x ≥32.5 Tinggi 2 504 x ≥39 Sangat Tinggi 0 0
Jumlah 4 100
Penyebaran skor berdasarkan tabel distribusi frekuensi data
diatas menunjukan bahwa 0 responden dalam kategori sangat
tinggi; 2 responden dalam kategori tinggi; 1 responden dalam
kategori rendah; dan 1 responden dalam keadaan sangat rendah.
Model visual penyebaran skor dari tabel 16 dapat dilihat pada
gambar 6 .
Proses
2
1,5
1 Proses
0,5
0SangatTinggi
Tinggi Rendah SangatRendah
Gambar 6. Grafik Aspek Process
Nilai pencapaian kualitas dari uji kompetensi keahlian di
SMK Piri 3 dari aspek process dapat dilihat pada tabel 17.
Table 17.Nilai Pencapaian Kualitas Aspek Process
Jumlah Jumlah Total Skor NPK PresentaseKeterangan
responden soal (%)4 13 189 47.25 83.4%
Berdasarkan Tabel 17, dapat diketahui bahwa komponen dari
uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta
ditinjau dari aspek processtermasuk dalam kategori sangat sesuai
dengan nilai pencapaian 47.25 .Menurut batasan kategori nilai
NPK aspek process berada pada keadaan sangat sesuai yaitu lebih
besar dari 39.00 (≥ 39.00). Nilai Pencapaian yang diperoleh
menunjukan bahwa aspek-aspek process yang dibandingkan
dengan kenyataan yang ada telah sangat sesuai.
Table 18.Nilai Pencapaian Kualitas pada indikator Aspek Process
Indikator Nilai Total Butir Nilai1 4.00
Waktu uji Kompetensi 4.00 2 4.00Prosedur uji kompetensi 4.00 3 4.00
4 3.505 2.25
Pengawasan uji kompetensi 6 2.503.33 7 3.75
8 4.009 4.0010 4.0011 3.75
Sistem penilaian 3.81 12 3.5013 4.00
Tabel 18 menunjukan perolehan nilai pencapaian kualitas setiap
indikator pada aspek process dengan skala 4.
82
4. Uji Kompetensi SIswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3
Yogyakarta ditinjau dari aspek product
Data pada komponen uji kompetensi siswa keahlian
multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek product
diperoleh dari instrument berupa angket.Responden adalah asesor
yang terdiri dari guru mata pelajaran produktif multimedia dan
asesor dari dunia kerja.Indikator yang terdapat dalam aspek
tersebut antara lain (1) hasil nilai uji kompetensi; (2) produk uji
kompetensi; dan (3) sertifikat kompetensi.
Data komponen ini diperoleh dari hasil angket yang diberikan
kepada 4 responden.Angket tersebut memiliki 10 butir
pertanyaan.
Table 19.Statistik Deskriptif Aspek ProductMean Median Modus Standar Max Min Skewness
Deviasi32.00 31.50 30 2.449 35 30 0.544
Berdasarkan Tabel 19, dapat diperoleh hasil bahwa harga rata-rata
sebesar32.00; nilai tengah sebesar 31.50; nilai yang paling banyak
diperoleh adalah 30; Data tersebut memiliki standar deviation sebesar
2.449; nilai minimum sebesar 60; nilai maksimum 35; dan nilai skewness
0.544.
Berdasarkan tabel 19 nilai mean lebih dari nilai median dan
modus maka data distribusinyajuling positif / miring kekanan
(skewness positif). Ukuran Skewness adalah 0.544.Untuk
penilaian, nilai tersebut diubah ke angka rasio. Rasio skewness
adalah = nilai skewness/ standar error
83
skewness = 0.544 /1.014 = 0.536 Karena rasio skewness berada
diantara - 2 sampai dengan +2, maka distribusi data adalah
normal.
Table 20.Distribusi Frekuensi Aspek ProductNo Interval Kategori F %1 x<20 Sangat rendah 0 0
2 25 >x ≥20 Rendah 2 503 30> x ≥25 Tinggi 1 254 x ≥30 Sangat Tinggi 1 25
Jumlah 4 100
Penyebaran skor berdasarkan tabel distribusi frekuensi data
diatas menunjukan bahwa 1 responden dalam kategori sangat
tinggi; 1 responden dalam kategori tinggi; 2 responden dalam
kategori rendah; dan 0 responden dalam keadaan sangat rendah.
Model visual penyebaran skor dari tabel 20 dapat dilihat pada
gambar 7 .
Product
2
1,5
1 Product
0,5
0SangatTinggi
Tinggi Rendah SangatRendah
Gambar 7. Grafik AspekProduct
Nilai pencapaian kualitas dari uji kompetensi siswa keahlian di SMK Piri 3
Yogyakarta dari aspek product dapat dilihat pada tabel 21 :
Table 21.Nilai Pencapaian Kualitas Aspek Product
Jumlah Jumlah Total Skor NPK PresentaseKeterangan
responden soal (%)4 13 128 32 83.5%
Berdasarkan Tabel 21, dapat diketahui bahwa komponen dari
uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta
ditinjau dari aspek productmemiliki nilai pencapaian 32 .Menurut
batasan kategori nilai NPK aspek product berada pada keadaan
sangat sesuai yaitu lebih besar dari 30.00 (≥ 30.00). Nilai
Pencapaian yang diperoleh menunjukan bahwa aspek-aspek
product yang dibandingkan dengan kenyataan yang ada telah
sangat sesuai.
Table 22.Nilai Pencapaian Kualitas pada Indikator Aspek Product
Indikator Nilai Total Butir Nilai
1 3.25
Dokumentasi hasi uji kompetensi 3.25 2 3.25
siswa 3 3.25
Produk uji Kompetensi 4 3.25
3.25 5 3.25
6 3.00
7 3.25
Sertifikat Kompetensi 3.15 8 3.25
9 3.25
10 3.00
Tabel 22 menunjukan perolehan nilai pencapaian kualitas
setiap indikator pada aspek product dengan skala 4.
5. Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3
Yogyakarta ditinjau dari aspekcontext, input, process, danproduct
secara akumulatif.
Evaluasi uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK Piri 3
Yogyakarta ditinjau dari aspekcontext, input, process,
danproductsecaraakumulatif memiliki nilai pencapaian kualitas
sebesar190.5
.Menurut batasan kategori nilai NPK secara akumulatif berada pada
keadaan sangat sesuai yaitu lebih besar dari 168.00 (≥ 168.00).
Nilai Pencapaian yang diperoleh menunjukan bahwa aspek-aspek
product yang dibandingkan dengan kenyataan yang ada telah
sangat sesuai.
Table 23.Nilai Pencapaian Kualitas Aspek secara Akumulatif
Jumlah Jumlah Total Skor NPK PresentaseKeterangan
responden soal (%)4 56 762 190.5 85.7%
B. Jawaban Pertanyaan Penelitian
Bagian ini akan membahas mengenai jawaban pertanyaan
penelitian yang terkait dengan evaluasi uji kompetensi siswa keahlian
multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta yang ditinjau dari masing-masing
indikator dalam setiap aspekcontext, input, process, danproduct.
1. Kesesuaian uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK Piri 3
Yogyakarta ditinjau dari aspek konteks mengenai kebijakan dan
tujuan uji kompetensi memiliki pencapaian kualitas butir indikator
sebesar 3.64. Hasil penelitian menunjukan bahwa uji kompetensi
sesuai dengan tujuan dan kebijakan uji kompetensi.
2. Kesesuaian uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK Piri 3
Yogyakarta ditinjau dari aspek konteks mengenai tuntutan
pengembangan diri (harapan masyarakat) dan peluang tamatan
multimedia di dunia usaha dan industry memiliki nilai pencapaian
kualitas butir indikator sebesar 2.75. Hasil penelitian menunjukan
bahwa tuntutan pengembangan diri dan peluang tamatan
multimedia di dunia usaha dan industry adalah tinggi, sehingga uji
kompetensi keahlian multimedia merupakan upaya yang kurang
sesuai untuk merespon tuntutan dan peluang tamatan di dunia
usaha dan industry.
3. Kesesuaian uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK Piri 3
Yogyakarta ditinjau dari aspek konteks mengenai perkembangan
IPTEK dibidang multimedia yaitu memiliki nilai pencapaian kualitas
butir indikator adalah sebesar 3.65. Berdasarkan hasil penelitian
bahwa uji kompetensi siswa dikembangkan sangat sesuai dengan
pemanfaatan ICT dalam pendidikan dan kemajuan IPTEK di bidang
multimedia.
4. Kesesuaian kriteria asesor dalam uji kompetensi siswa keahlian
multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta yaitu dengan nilai pencapaian
kualitas butir
indikator sebesar 3.19, yang artinya bahwa dalam uji kompetensi
siswa, asesor telah memiliki kriteria yang sesuai dengan
pernyataan.
5. Kelengkapan perangkat dalam uji kompetensi siswa keahlian
multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta yaitu dengan nilai pencapaian
kualitas butir 3.75, artinya bahwa kelengkapan perangkat uji
kompetensi dalam kategori sangat baik.
6. Kelengkapan saranaprasarana dan tempat uji kompetensi dalam
uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta
yaitu dengan nilai pencapaian kualitas sebesar 3.87, dan nilai
pencapaian kualitas butir indikator tempat uji kompetensi sebesar
artinya bahwa kelengkapan sarana dan prasarana serta tempat uji
kompetensi sudah sangat baik.
7. Efektivitas waktu dalam uji kompetensi siswa keahlian multimedia
di SMK Piri 3 Yogyakarta yaitu dengan nilai pencapaian kualitas
butir indidkator sebesar 4.00, artinya bahwa dalam uji kompetensi
telah terjadwal dengan sangat baik, namun alokasi waktu belum
sepenuhnya sesuai dengan karakteristik keahlian multimedia.
8. Efektivitas prosedur uji kompetensi siswa keahlian multimedia di
SMK Piri 3 Yogyakarta yaitu dengan nilai pencapaian kualitas butir
indikator sebesar 4.00, artinya bahwa efektivitas prosedur uji
kompetensi sudah sangat baik.
9. Efektivitas pengawasan uji kompetensi siswa keahlian multimedia
di SMK Piri 3 Yogyakarta yaitu dengan nilai pencapaian kualitas
butir indikator
sebesar 3.33, artinya bahwa efektivitas pengawasan uji
kompetensi sudah berjalan dengan baik.
10. Efektivitas sistem penilaian uji kompetensi siswa keahlian
multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta yaitu dengan nilai pencapaian
kualitas butir indikator sebesar 3.81, artinya bahwa efektivitas
penilaian uji kompetensi sudah sangat baik, sesuai dengan
pedoman penilaian, kriteria penilaian, serta sistem penilaian
tersebut jujur dan transparan.
11. Ketercapaian nilai hasil uji kompetensi siswa keahlian multimedia
di SMK Piri 3 Yogyakarta yaitu dengan nilai pencapaian kualitas
butir indikator sebesar 3.25, artinya bahwa nilai hasil uji
kompetensi siswa baik dari aspek kognitif, psikomotorik, dan
afektif dalam kategori baik.
12. Ketercapaian hasil produk uji kompetensi siswa keahlian
multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta yaitu dengan nilai pencapaian
kualitas butir indikator sebesar 3.25, artinya bahwa kehandalan
dan kesesuaian produk dengan kebutuhan masyarakat dalam
kategori tinggi.
13. Ketercapaian sertifikasi uji kompetensi siswa keahlian multimedia
di SMK Piri 3 Yogyakarta yaitu dengan nilai pencapaian kualitas
butir indikator sebesar 3.15, artinya bahwa pengakuan dunia
usaha dan industry terhadp sertifikat kompetensi tinggi, sehinga
diperlukan sertifikat kompetensi yang bisa benar-benar menunjka
penguasaan kompetensi siswa yaitu dengan sertifikat kompetensi
yang dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi profil telematika.
14. Uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta
ditinjau dari aspek context, input, process, product secara
akumulatif termasuk kedalam kategori sangat baik dengan nilai
pencapaian kualitas sebesar 190.5.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Bagian ini akan membahas evaluasi uji kompetensi siswa keahlian
multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta. Pembahasan dibatasi hanya
pada aspek context, input, process, dan product.
1. Evaluasi Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3
Yogyakarta ditinjau dari aspek context.
Hasil penelitian menunjukan bahwa uji kompetensi siswa
keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta termasuk dalam
kategori sesuai dengan nilai pencapaian kualitas sebesar 43.75.
Indikator yang terdapat pada instrument ini yaitu: (1) kesesuaian
uji kompetensi siswa dengan tujuan dan kebijakan; (2) kesesuaian
uji kompetensi dengan tuntutan pengembangan diri dan peluang
tamatan multimedia di dunia usaha dan industry; (3) kesesuaian
uji kompetensi siswa dengan kemajuan IPTEK di bidang
multimedia.
90
Context4,5
43,5
32,5
21,5
10,5
0
Gambar 8. Grafik Nilai Pencapaian Kualitas Butir Aspek Context Berdasarkan grafik pada Gambar 8, butir pada indkator kebijakan dan
tujuan uji kompetensi yang memiliki nilai terendah yaitu senilai 3,
bahwa tujuan uji kompetensi sebagai penentuan kelulusan peserta
didik di sekolah. Nilai tertinggi sebesar 4 bahwa uji kompetensi
bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan dan
kesesuaian .Dari hasil tersebut diketahui bahwa tujuan uji
kompetensi dan sebagai informasi bagi stakeholder atas
kompetensi yang dimiliki calon tenaga kerja dalam kategori
sangat baik, responden menyatakan setuju bahwa uji kompetensi
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu
pendidikan.Uji kompetensi merupakan suatu upaya untuk menguji
kemampuan dan kualitas siswa kompeten atau tidak kompeten
terhadap standar kompetensi yang telah ditetapkan.
Pada indikator tuntutan pengembangan diri dan peluang
tamatan multimedia di dunia usaha dan industry, butir yang
memiliki nilai kualitas terendah yakni sebesar 2.5 yaitu bahwa
kesesuaian uji kompetensi dengan peluang kerja siswa lulusan
multimedia dalam skala internasional masih tergolong sangat
rendah. Menurut responden, sejauh ini uji kompetensi belum
dapat merefleksikan kompetensi siswa untuk terjun di industry
skala internasional, peluang kerja lulusan multimedia masih hanya
di industry skala local, bahkan untuk skala dalam negri atau dalam
lingkup nasional masih rendah.
Pada indikator kemajuan IPTEK dibidang multimedia, nilai
butir yang diperoleh sebesar 2.5 bahwa uji kompetensi sesuai
dengan pemanfaatan ICT dalam pendidikan dan 2.5 bahwa uji
kompetensi dikembangkan sesuai kemajuan IPTEK di bidang
multimedia. Ini berarti bahwa kemajuan IPTEK di bidang
multimedia dalam uji kompetensi siswa berusaha diikuti dan
dikembangakan agar dapat memenuhi kebutuhan public dalam
dunia kreatif di bidang multimedia.
Berdasarkan uraian di atas, ditinjau dari aspek context
bahwa uji kompetensi merupakan suatu upaya untuk
meningkatkan mutu pendidikan dan mutlak dilaksanakan untuk
siswa SMK sehingga dapat mengungkap ketercapaian kompetensi
siswa.Uji kompetensi dikembangkan berdasarkan SKL dan SKL
harus selalu menyesuaikan KKNI dan perkembangan dunia
industri/ duniaa usaha sehingga hasil dari uji kompetensi sesuai
dengan kebutuhan dunia kerja. Sehingga mampu meningkatkan
peluang kerja
2. Evaluasi Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3
Yogyakarta ditinjau dari aspek input.
Hasil penelitian menunjukan bahwa uji kompetensi siswa
keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta termasuk dalam
kategori sangat sesuai dengan nilai pencapaian kualitas sebesar
67.5. Indikator yang terdapat pada instrument ini yaitu: (1)
Kesesuaian uji kompetensi siswa dengan kriteria asesor; (2)
ketersediaan perangkat uji kompetensi; (3) kelayakan tempat uji
kompetensi; dan (4) kelengkapan sarana dan prasarana.
4,54
3,53
2,52
1,51
0,50
Aspek Input
ases
or m
emili
ki
ases
or ia
lah
guru
ases
or d
ari D
UDI
asse
smen
yan
g…
kebu
gara
n da
lam
kom
itmen
dal
am
mem
aham
ias
esor
DUD
I sk
ala…
ases
or D
UDI
skal
a…as
esor
DUD
I sk
ala…
peng
alam
an…
peng
alam
an…
kerja
sam
a DU
DIpe
nyus
unan
kete
rsid
aan
kese
suai
an le
mba
rke
sesu
aian
soal
kela
yaka
n te
mpa
t…
jum
lah
alat
dan
…
kual
itas a
lat d
an…
Gambar 9. Grafik Nilai Pencapaian Kualitas Butir Aspek Input
Berdasarkan grafik pada Gambar 9, butir pada indikator kriteria
asesor memiliki nilai kualitas terendah yakni sebesar 1.75 yaitu asesor guru
yang memiliki pengalaman mengajar minimal 5 tahun masih
rendah, dan asesor guru yang memiliki pengalaman kerja atau
magang juga tergolong masih rendah. Menurut responden,
pentingnya kualitas asesor dalam uji kompetensi menjadikan
kriteria asesor harus terus ditingkatkan.Dalam uji kompetensi
siswa, DUDI berfungsi sebagai eksternal yang harus memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan dan mempunyai kompetensi sesuai
dibidang yang diujikan. Butir yang memiliki nilai kualitas paling
tinggi dari indikator asesor yakni sebesar 4, yaitu dalam indikator
asesor memahami cara asesmen yang benar, kebugaran asesor
dalam bertugas, dan komitmen asesor dalam bertugas.
Pada indikator ketersediaan perangkat uji kompetensi, nilai
pencapaian kualitas butir mengenai lembar pedoman penilaian
yaitu sebesar 3.75, kesesuaian lembar penilaian sebesar 2.25,
sedangkan nilai pencapaian mengenai kesesuaian paket soal
adalah 4.Ini berarti bahwa ditinjau dari perangkat uji kompetensi
sudah sangat baik, yakni dalam uji kompetensi tersedia lembar
penilaian.Menurut responden terdapat beberapa keterbatasan
yang pertama dalam hal paket soal yaitu belum dapat
mencerminkan SKL keahlian ultimedia secara utuh.Pemilihan
paket soal diambil sesuai dengan kondisi sekolah masing-
masing.Kedua adalah lembar penilaian belum sepenuhnya
memuat komponen penilaian, sub-komponen penilaian,
pencapaian kompetensi, dan kriteria penilaian.
Pada indikator tempat uji komptensi dan sarana prasarana,
indikator menegenai kelayakan tempat uji, jumlah alat dan bahan,
kualitas alat dan bahan memiliki kualitas yang tinggi yaitu sebesar
3.75 artinya bahwa dalam uji kompetensi keahlian multimedia di
SMK Piri 3 Yogyakarta merupakan tempat uji, ketersediaan alat
dan bahan, serta kualitas alat dan bahan yang dimiliki dinilai
sangat layak.
3. Evaluasi Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3
Yogyakarta ditinjau dari aspek process.
Hasil penelitian menunjukan bahwa uji kompetensi siswa
keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta termasuk dalam
kategori sangat sesuai dengan nilai pencapaian kualitas sebesar
32.0. Indikator yang terdapat pada instrument ini yaitu: (1)
kesesuaian uji kompetensi siswa dengan waktu; (2) kesesuaian uji
kompetensi siswa dengan prosedur; (3) pengawasan uji
kompetensi; dan (4) sistem penilaian.
Aspek Process4,5
43,5
32,5
21,5
10,5
0
Gambar 10. Grafik Nilai Pencapaian Kualitas Butir Aspek Process
Berdasarkan grafik pada gambar 10, butir dari indikator
waktu uji kompetensi memiliki nilai kualitas masing-masing 4 baik
mengenai penjadwalan uji kompetensi maupun alokasi waktu
yang digunakan.Ini berarti bahwa dalam pelaksanaan uji
kompetensi telah terjadwal dengan baik, dan alokasi waktu yang
diberikan sudah sesuai.Sementara itu indikator kesesuaian uji
kompetensi dengan prosedur sudah sangat jelas dengan nilai
pencapaian sebesar 4.
Dalam indikator pengawasan uji kompetensi keahlian NPK
terendah sebesar 2.25 bahwa pengawas masih merupakan guru
yang mata pelajarannya sedang diujikan.Kesiapan dan Karater
pengawas dalam uji kompetensi termasuk dalam kategori sangat
tinggi dengan NPK sebesar 4. Dalam indikator sistem penilaian
nilai kualitas paling tinggi yakni sebesar 4 yaitu penilaian uji
kompetensi berpedoman pada lembar penilaian ujian praktik, dan
sistem penilaian yang jujur dan transparan. Pada indikator
penilaian dapat diartikan system penilaian telah sesuai atau telah
berpedoman pada lembar ujian praktik, dan dalam uji kompetensi
sistem penilaian jujur dan transparan.NPK terendah pada indikator
sistem penilaian yaitu 3.5, dalam uji kompetensi keahlian
diperlukan remedial untuk komponen yang belum mencapai
standar.
Kesimpulan dari uraian diatas adalah uji kompetensi ditinjau
dari aspek process dalam kategori sangat baik, dengan beberapa
indikator yang harus diperhatikan yaitu, kesesuaian pengawas
yaitu pengawas merupakan guru
yang mata pelajarannya tidak sedang diujikan, penentuan
pengawas, dan remedial dalam sistem penilaian.Dalam sistem
pengawasan, hambatan pengawas adalah keterbatasan SDM dan
juga hambatan pengawas silang yaitu kesesuaian dengan
kompetensi keahlian.Dalam sistem penilaian, remedial diperlukan
dalam uji kompetensi untuk memenuhi kriteria penilaian.
4. Evaluasi Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3
Yogyakarta ditinjau dari aspek product.
Hasil penelitian menunjukan bahwa uji kompetensi siswa
keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta termasuk dalam
kategori sangat sesuai dengan nilai pencapaian kualitas sebesar
32.0. Indikator yang terdapat pada instrument ini yaitu: (1)
dokumen hasil uji kompetensi; (2) produk uji kompetensi; dan (3)
sertifikat kompetensi
Aspek Product3,3
3,253,2
3,153,1
3,053
2,952,9
2,85
Gambar 11. Grafik Nilai Pencapaian Kualitas Butir Aspek Product
97
Berdasarkan grafik pada gambar 11, butir dari indikator
dokumen hasil uji kompetensi masing-masing memiliki nilai
kualitas yang sama yaitu 3.25, baik aspek kognitif, psikomotorik,
afektif ini berarti bahwa aspek kognitif, psikomotorik dan afektif
sudah sangat sesuai dengan kualifikasi lulusan. Butir dari indikator
kehandalan produk uji kompetensi memiliki nilai kualitas sebesar
3.25 dan kesesuaian produk dengan kebutuhan masyarakat juga
memilki nilai kualitas sebesar 3.25. Butir dari pengakuan sertifikat
dunia industry atau dunia usaha terhadap sertifikat komputer, dan
penerbitan sertifikat kompetensi oleh LSP telematika memiliki NPK
terendah yaitu 3, ini berarti sertifikat yang dimiliki siswa dari hasil
uji kompetensi belum memiliki pengakuan didunia usaha atau
dunia industry yang ada dan belum adanya kerjasama dengan LSP
telematika. Nilai kualitas yang tertinggi dalam indikator sertifikat
kompetensi ada 3 yaitu sertifikat sebagai bukti pengakuan
terhadap penguasaan kompetensi siswa, sertifikat sebagai bukti
penguasaan keahlian sesuai berdasarkan masukan dari DUDI, dan
pendatangan sertifikat kompetensi ditandatangani oleh asesor
eksternal. Responden setuju bahwa sertifikat dapat dijadikan bukti
terhadap suatu keahlian yang dimiliki, sertifikat sebagai bukti fisik
bahwa telah memiliki keahlian seperti yang tertuang dalam
sertifikat dan responden juga setuju penandatangan sertifikat
kompetensi tersebut dilakukan oleh asesor eksternal.
Ditinjau dari aspek product uji kompetensi penguasaan aspek
kognitif, psikomotorik, dan afektif sudah sangat sesuai dengan
kompetensi siswa.Kehandalan produk uji kompetensi telah sesuai
dengan kebutuhan dan tuntutan public, karena dengan uji
kompetensi yang berkualitas/ ideal diharapkan mampu
menghasilkan calon tenaga kerja yang berkompeten
dibidangnya.Asepk product lainnya harus diperhatikan yaitu masih
rendahnya pengakuan dari DUDI mengenai sertifikat komputer
siswa dan masih belum adanya kerjasama dengan LSP telematika.
5. Evaluasi Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3
Yogyakarta ditinjau dari aspek context, input, process,product
secara akumulatif .
Evaluasi uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK
Piri 3 Yogyakarta ditinjau secara akumulatif dari empat aspek
yakni context, input, process, product.Hasil penelitian uji
kompetensi siswa keahlian multimedia ini secara akumulatif
termasuk dalam kategori baik dengan pencapaian kualitas
sebesar 190.50, meski begitu masih terdapat beberapa indikator
yang perlu ditingkatkan dan diperhatikan.Ditinjau dari aspek
context yang perlu diperhatikan adalah rendahnya peluang
berkerja di industri skala internasional, kurangnya pemanfaatan
ICT. Ditinjau dari aspek input hal yang perlu diperhatikan adalah
pemilihan asesor guru yang minimal telah memiliki pengalaman 5
tahun mengajar dan memiliki pengalaman kerja di DUDI yang
berkenaan dengan multimedia. Hal yang perlu diperhatikan jika
ditinjau dari aspek process yaitu dalam pengawasan
99
yaitu kesesuaian pengawas dan penunjukan pengawas.Sedangkan
hal yang perlu diperhatikan ditinjau dari aspek product yaitu
dalam rendahnya pengakuan sertifikat olh DUDI, dan belum
adanya kerjasama dengan LSP telematika.
100
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan permasalahan, tujuan penelitian, hasil analisis dan
pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan
1. Uji kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3
Yogyakarta ditinjau dari aspek context termasuk dalam kategori
sangat sesuai.
2. Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3
Yogyakarta ditinjau dari aspek input termasuk dalam kategori
sangat sesuai.
3. Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3
Yogyakarta ditinjau dari aspek process termasuk dalam kategori
sangat sesuai.
4. Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3
Yogyakarta ditinjau dari aspek product termasuk dalam kategori
sangat baik.
5. Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3
Yogyakarta ditinjau dari aspek context, input, process, dan
product secara akumulatif termasuk dalam kategori sangat baik
(85.7%).
B. Keterbatasan Penelitian
Evaluasi uji kompetensi siswa kehalian multimedia dengan
menggunakan model CIPP ini memiliki keterbatasan antara lain :
6. Peneliti uji kompetensi siswa dibatasi pada satu kompetensi
keahlian dan hanya pada satu sekolah saja.
7. Penelitian ini hanya mengevaluasi uji kompetensi praktik .
8. Penelitian ini hanya melibatkan responden asesor dalam uji
kompetensi siswa keahlian multimedia
9. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini hanya
menggunakan angket.
C. Saran
Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan uji kompetensi
siswa keahlian multimedia d SMK Piri 3 Yogyakarta, diajukan
saran atau rekomendasi sebagai berikut:
1. Asesor yang kompeten di bidang multimedia sangat
berpengaruh terhadap pengakuan DU/DI, sehingga harus ada
pengawasan dan seleksi yang ketat dari peyelenggara karena
masih banyak sekolah multimedia mengambil asesor yang
kurang kompeten dengan pertimbangan nilai diberikan tinggi
tanpa memperhatikan kualitas lulusan, apakah telah sesuai atau
belum.
2. Menambah perlengkapan dan sarana prasarana penunjuang
pelaksanaan uji kompetensi, contohnya seperti alat yang
digunakan dalam proses produksi multimedia, camera,
camrecorder, laptop, dan lain sebagaiannya.
101
3. Melakukan pembaharuan berkala terhadap materi
pembelajaran, dan bahan praktik yang digunakan di lab, agar
dapat meningkatkan kompetensi siswa.
4. Meningkatkan peran guru dan DUDI untuk memberkan
penjelasan dan bimbingan pelaksanaan uji kompetensi siswa
secara komperhensif kepada siswa.
5. Pihak sekolah dalam melaksanakan uji kompetensi keahlian
sebaiknya menyesuaikan alokasi waktu dengan tuntuttan
kompetensi di setiap paket soal dan menyesuaikan dengan
ketersediaan alat penunjang di sekolah.
6. Sebuah produk semestinya bersifat marketable atau layak jual,
sehingga dalam kehandalan produk pelaksanaan uji kompetensi
harus bisa menyesuaikan dengan tuntutan dan kebutuhan di
masyarakat
7. Sertifikat kompetensi dari lembaga resmi LSP Telematika bisa
menjadi bukti penguasaan kompetensi peserta uji agar
mendapat pengakuan dari dunia kerja dan industry. Persoalan
dana untuk memperoleh sertifikat dari LSP telematika dapat di
bantu dari APBN atau APBD.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,S. (2010). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2010).Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik . Jakarta:Rineka Cipta
Astuti,B.(2008). Sertifikasi uji kompetensi sebagai upaya perlindingan hokum bagi tenaga kerja Indonesia/ tenaga kerja wanita piñata laksana rumah tangga (TKI/TKW PLRT).Tesis magister.Tdak diterbitkan, Unversitas DIponegoro, Semarang.
BSNP.(2016). Pedoman penyelenggaraan uji kompetensi keahlian (ukk) smk tahun pelajaran (2016/2017). Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
BSNP.(2016). Prosedur operasional standar (POS) UN tahun pelajaran 2016/2017.
Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Depdiknas.(2003). Undang-Undang RI No 20, Tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional.
-------. (2004). Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Bidang Keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi Program Keahlian Multimedia.
------, (2005). Peraturan Pemerintah RI Nomor 19, Tahun 2007, tentang standar pendidikan nasional.
------, (2007). Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007, tentang Standar Penilaian Pendidikan.
------, (2009). Permendiknas Nomor 28 Tahun 2009, tentang Standar Kompetensi Kejuruan Sekolah Menengah Kejuruan(SMK)/ MAdrasah Aliyah Kejuruan (MAK).
------, (2008). Keputusan Direktor Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Nomor 251/C/KEP/MN/2008, tentang Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan.
-----, (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 23 Tahun 2006, tentang standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.
-----, (2007). Materi sosialisasi dan pelatihan KTSP SMK.
-----, (2013). Petunjuk teknis penyelenggaraan ujian nasional SMP/MTS, SMPLB, SMA/MA, SMALB DAN SMK daerah istimewah Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013
Dikti. (2011). Kerangka Kualifikasi nasional Indonesia (IQF) kajian tentang implikasi dan strategi implementasi KKNI Jakarta: Kementrian Pendidikan
Nasional.
Dinas Pendidikan Kota Malang, (2006). KTSP multimedia 2006. Malang: SMKN 4 Malang.
DIsnakertrans (2004). Keputusan Meteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor : 211 Tahun 2004 tentang pedoman penerbitan sertifikat kompetensi.
-----. (2007). Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor : Kep. 115/Men/iii/2007. Tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Komunikasi Sub Sektor Pos dan Telekomunikasi bidang jaringan telekomunikasi sub bidang jasa multimedia.
Conrad, C. F., & Wilson, R. F. (1985). Aca-demic program review: Institutional ap-proaches, expectations, and controver-sies . ASHE – ERIC Higher Education Report No. 5. Washington DC: Associa - tion for the Study of Higher Education.
Dominique M. A., Frans J. P & Rob L. M. (2006). Learning Environments Re-search. The Design Of Competency-Based Performance Assessment In E-Learning (P.45-66). Leiden: Springer.
Djohar, A. (2007). Penddikan Teknologi dan Kejuruan. Dalan Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Pess.
Hamalik, O.(1990). Pendidikan Tenaga Kerja Nasional: Kejuruan Kewirausahaan dan
Manajemen. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Kaufman, R. & Thomas, S. (2009). Evaluation without fear. New York: New Viewpoint
Kuo-Hung Tseng. 2010. Using the context, input, process and product model to as-sess an engineering curriculum. Journal World Transactions on Engineering and Technology Education. Ohio: WIETE.
Muliati A.M. (2007). Evaluasi Program Pendidikan Sistem Ganda: Suatu Penelitian Evaluatif berdasarkan Stake’s Countenance Model Mengenai Program Penddikan Sistem Ganda pada sebuah SMK di Sulawesi Selatan. (2005/2007). Online : http://www.damandiri.or.id/file/mulityunjbab.pdf
Robinson, B. (2002). CIPP to approach evalua-tion. COLLIT Project.
Sudhana, Nana,(1995), Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Tayibnapis, Farida Y. (2008). Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi. Jakarta:
Rineka Cipta.
Thompson, John F. (1973). Foundation of Vocational Education Social and Philosophical Concepts. New Jersey: Prentice-Hall.
Stern, B., (2003). Career and workforce devel-opment trends:implications for michi-gan higher education. Michigan: Career Institute for Education and Workforce Development Ferris State University.
Sudira, P. (2012). Filosofi & teori pendidikan vokasi dan kejuruan. Yogyakarta:
UNY Press.
INSTRUMEN PENELITIAN SKRIPSI
EVALUASI PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI SISWA KEAHLIAN MULTIMEDIA
DI SMK PIRI 3 YOGYAKARTAMENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXT, INPUT, PROCESS, PRODUCT
DISUSUN OLEH :NADIA YOSSEMAY DYAH PRAMESTI
13520241048
103
PENGANTAR
Bapak/Ibu yang saya hormati, angket ini bermaksut untuk
mendapatkan informasi tentang pelaksanaan uji kompetensi siswa
keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta. Data hasil isian ini akan
digunakan sebagai bahan kajian mengenai pelsanaan uji kompetensi
siswa keahlian multimedia yang ada di SMK Piri 3 Yogyakarta dilihat dari
aspek context, input, process, dan product.
Angket ini sungguh tidak bermaksud untuk menilai SMK atau
menilai Bapak/Ibu, tetapi murni untuk kepentingan akademis, dalam
rangka menyelesaikan tugas akhir skripsi. Pendapat dan saran Bapak/Ibu
akan sangat bermanfaat sebagai sumber data dalam penelitian ini. Oleh
karena itu, diharapkan Bapak/Ibu dapat mengisi angket ini sesuai kondisi
sesungguhnya
Atas jasa baik dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Semoga Allah senantiasa member kemudahan dan kebaikan. Amin
Yogyakarta, Febuari 2017
Salam,
Nadia Yossemay Dyah P
Cp.085870343332
ANGKET INSTRUMEN PENILITIAN
A. IDENTITAS RESPONDEN
Sebelum menjawab pertanyaan, isilah identitas Bapak/Ibu
pada isian yang tersedia dibawah ini :
Nama Lengkap :
Nama Industri/ Lembaga
:
Jabatan :
Alamat :
B. PETUNJUK PENGISIAN ANGKET
1. Mohon Bapak/Ibu memberikan tanggapan pada pernyataan
yang tersedia dengan cara member tanda check (√) pada kolom
yang tersedia.
Keterangan :
SS: Sangat Setuju ST: Sangat SetujuSL : Selalu
S: Setuju T: Tinggi KD:
Kadang-kadang
TS: Tidak Setuju R: Rendah P:
Pernah
STS: Sangat Tidak Setuju SR: Sangat Rendah TP: Tidak
Pernah
Contoh :
No Butir Pertanyataan SS S TS STS
1Uji kompetensi sesuai kebutuhan dunia √
kerja
2Uji kompetensi sesuai kebutuhan siswa √
2. Komentar atau saran Bapak/Ibu mohon dituliskan pada
lembar yang telah disediakan .
3. Mohon Bapak/Ibu dapat mengisi angket ini sesuai dengan
kondisi yang sesungguhnya
106
EVALUASI PELAKSANAAN UJI KOMOETENSI SISWA KEAHLIANMULTIMEDIA
DI SMK PIRI 3 YOGYAKARTA
MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXT, INPUT, PROCESS, PRODUCT
A. CONTEXTPilih Jawaban
NO Butir PernyataanSS S TS STS
1Uji kompetensi bertujuan untuk menilaipencapaian kompetensi lulusan
2 Uji Kompetensi bertujuan untukpemetaan mutu program dan satuanpendidikan
3 Uji kompetensi sebagai penentukelulusan peserta didik dari programdan / atau satuan pendidikan
4 Uji kompetensi sebagai upaya untukmeningkatkan mutu pendidikanUji Kompetensi sebagai informasi bagi
5 steakholder atas kompetensi yangdimiliki calon tenaga kerja
6Uji kompetensi dikembangkan sesuaistandar penilaian dan standarkompetensi lulusan
7Uji kompetensi terkait dengan kerangkakualifikasi nasional Indonesia (KKNI)
8Lulusan multimedia dapat bekerja sesuaidengan kompetensi keahliannya
9 Pelaksanaan uji kompetensi sesuai dengan pemanfaatan ICT dalam pendidikan
10 Pelaksanaan uji kompetensi sesuai kemajuan IPTEK di bidang multimedia
Pilihan Jawaban
NO Butir Pernyataan ST T R SR
11 Peluang kerja siswa lulusan
multimedia di Industri Lokal
12 Peluang kerja siswa lulusan
multimedia di Industri Nasional
13 Peluang kerja siswa lulusan
multimedia di Industri
Internasional
Pendapat dan Saran yang berkaitan dengan aspek context uji kompentensi
siwa:
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………
B. INPUT
Pilih jawaban
No Butir PernyataanSSS TS STS
1 Asesor memiliki kompetensi yang
relevan yang ditunjukan oleh
sertifikat kompetensi
2 Tersedia Lembar pedoman
penilaian soal praktik
3 Lembar penilaian memuat
komponen penilaian, sub-
komponen penilaian,
pencapaian kompetensi, dan
kriteria penilaian
NO Butir PernyataanPilih Jawaban
SL KD P TP
4Penguji internal berasal dari guru produktif
multimedia
5Penguji eksternal berasal dari DU/DI atau
institusi pasangan yang relevan dengan
kompetensi keahlian multimedia
6Asesor memahami cara asesmen yang benar
7Asesor memiliki kebugaran dalam bertugas
8Asesor memiliki komitmen dalam bertugas
9Asesor DU/DI memahami karakteristik siswa
SMK
10Perusahaan / industry dalam uji kompetensi
berskala lokal
11Perusahaan / industry dalam uji kompetensi
berskala nasional
12Perusahaan / industry dalam uji kompetensi
berskala Internasional
13Asesor Guru memiliki pengalaman mengajar
minimal 5 tahun
14 Asesor Guru memiliki pengalaman kerja/
magang di dunia usaha/industry bidang
multimedia
15DU/DI atau institusi pasangan bekerja sama
dengan SMK lebih dari 3 tahun
16 Asesor DU/DI terlibat dalam penyusunan
kurikulum SMK
17Tempat uji kompetensi memenuhi syarat
kelayakan dari tim verifikasi
18Soal praktik kejuruan sesuai dengan kisi-kisi
soal
19 Jumlah alat dan bahan mencukupi
20 Kualitas alat dan bahan baik
Pendapat dan saran yang berkaitan dengan aspek input uji
kompetensi siswa:
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
112
……………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
C. PROCESS
Pilihan Jawaban
NoButir Pernyataan
SS S TS STS
1 Pelaksanaan uji kompetensi
terjadwal dengan baik
2 Alokasi waktu pelaksanaan uji
kompetensi sesuai dengankarakteristik keahlian multimedia
3 Prosedur pelaksanaan uji
kompetensi jelas
4 Setiap ruangan diawasi oleh 2
orang pengawas
5 Pengawas merupakan guru
yang mata pelajarannya
tidak sedang diujikan
6 Penempatan pengawas
ruang ditentukan dengan
system silang dalam satu
kabupaten
Pilihan Jawaban
NO Butir PernyataanSL KDPTP
7 Peserta didik mandiri
dalam melaksanakan uj
kompetensi
8 Kesiapan pengawas
dalam uji kompetensi
sangat baik
9 Pengawas memiliki sikap disiplin,
jujur, bertanggungjawab, teliti,
dan memegang teguh
kerahasiaan
10 Penilaian uji kompetensi
berpedoman pada lembar
penilaian ujian praktik
11 Asesor menetapkan kriteria
penilaian uji kompetensi yang
tinggi
12 Dalam system penilaian ada uji
kompetensi ulangan(remedial)
untuk komponen belum
mencapai standar
13 Sistem penilaian jujur dan transparan
Pendapat serta saran yang berkaitan dengan aspek process uji
kompetensi siswa:
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
116
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………
D. PRODUCT
Pilih jawaban
NO Butir PernyataanST T R SR
1 Nilai peserta uji dari aspek kogniitf
2 Nilai peserta uji dari
aspek Psikomotorik
3 Nilai peserta uji dari aspek Afektif
4 Kehandalam produk
hasil uji kompetensi
5 Kesesuaian produk hasil uji
kompetensi dengan kebutuhan
atau tuntutan masyarakat
6 Pengakuan dunia usaha atau
industry terhadap sertifikat
komputer
Pilih Jawaban
Butir PernyataanNO SS S TS STS
7 Sertifikat kompetensi sebagai bukti
penguasaan kompetensi peserta uji
8 Format, redaksi dan substansi yang
tertuang dalam blangko sertifikatkompetensi yang sesuai berdasarkan
masukan dari dunia usaha/ industri
9Sertifikat kompetensi ditandatagani
oleh penyelenggara tingkat satuan
pendidikan dan asesor eksternal
10Sertifikat kompetensi diterbitkan oleh
lembaga sertifikasi profesi (LSP)
telematika.
Pendapat serta saran yang berkaitan dengan aspek product uji
kompetensi siswa:
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………
Yogyakarta,……………………...2017
Responden,
(…………………….)
INSTRUMEN PENELITIAN SKRIPSI
EVALUASI PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI SISWA KEAHLIAN MULTIMEDIA
DI SMK PIRI 3 YOGYAKARTAMENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXT, INPUT, PROCESS, PRODUCT
DISUSUN OLEH :NADIA YOSSEMAY DYAH PRAMESTI
13520241048
120
PENGANTAR
Bapak/Ibu yang saya hormati, angket ini bermaksut untuk
mendapatkan informasi tentang pelaksanaan uji kompetensi siswa
keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta. Data hasil isian ini akan
digunakan sebagai bahan kajian mengenai pelsanaan uji kompetensi
siswa keahlian multimedia yang ada di SMK Piri 3 Yogyakarta dilihat dari
aspek context, input, process, dan product.
Angket ini sungguh tidak bermaksud untuk menilai SMK atau
menilai Bapak/Ibu, tetapi murni untuk kepentingan akademis, dalam
rangka menyelesaikan tugas akhir skripsi. Pendapat dan saran Bapak/Ibu
akan sangat bermanfaat sebagai sumber data dalam penelitian ini. Oleh
karena itu, diharapkan Bapak/Ibu dapat mengisi angket ini sesuai kondisi
sesungguhnya
Atas jasa baik dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Semoga Allah senantiasa member kemudahan dan kebaikan. Amin
Yogyakarta, Febuari 2017
Salam,
Nadia Yossemay Dyah P
Cp.085870343332
5. Komentar atau saran Bapak/Ibu mohon dituliskan pada
lembar yang telah disediakan .
6. Mohon Bapak/Ibu dapat mengisi angket ini sesuai dengan
kondisi yang sesungguhnya
123
EVALUASI PELAKSANAAN UJI KOMOETENSI SISWA KEAHLIANMULTIMEDIA
DI SMK PIRI 3 YOGYAKARTA
MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXT, INPUT, PROCESS, PRODUCT
E. CONTEXTPilih Jawaban
NO Butir PernyataanSS S TS STS
1Uji kompetensi bertujuan untuk menilai
pencapaian kompetensi lulusan
2 Uji Kompetensi bertujuan untukpemetaan mutu program dan satuan
pendidikan3 Uji kompetensi sebagai penentu
kelulusan peserta didik dari program
dan / atau satuan pendidikan4 Uji kompetensi sebagai upaya untuk
meningkatkan mutu pendidikanUji Kompetensi sebagai informasi bagi
5 steakholder atas kompetensi yang
dimiliki calon tenaga kerja
6Uji kompetensi dikembangkan sesuaistandar penilaian dan standar
kompetensi lulusan
7Uji kompetensi terkait dengan kerangka
kualifikasi nasional Indonesia (KKNI)
8Lulusan multimedia dapat bekerja sesuai
dengan kompetensi keahliannya
9 Pelaksanaan uji kompetensi sesuaidengan pemanfaatan ICT dalam pendidikan
10 Pelaksanaan uji kompetensi sesuai
kemajuan IPTEK di bidang multimediaPilihan Jawaban
NO Butir Pernyataan ST T R SR
11 Peluang kerja siswa lulusan multimedia
di Industri Lokal
12 Peluang kerja siswa lulusan multimedia
di Industri Nasional
13 Peluang kerja siswa lulusan multimedia
di Industri Internasional
Pendapat dan Saran yang berkaitan dengan aspek context uji kompentensi
siwa:
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………
F. INPUT
Pilih jawaban
No Butir Pernyataan SS S TS STS
1Asesor memiliki kompetensi yang relevan
yang ditunjukan oleh sertifikat kompetensi
2Tersedia Lembar pedoman penilaian soal
praktik
3 Lembar penilaian memuat komponen
penilaian, sub-komponen penilaian,
pencapaian kompetensi, dan kriteria
penilaian
NO Butir PernyataanPilih Jawaban
SL KD P TP
4Penguji internal berasal dari guru produktif
multimedia
5Penguji eksternal berasal dari DU/DI atau
institusi pasangan yang relevan dengan
kompetensi keahlian multimedia
6Asesor memahami cara asesmen yang benar
7Asesor memiliki kebugaran dalam bertugas
8Asesor memiliki komitmen dalam bertugas
9Asesor DU/DI memahami karakteristik siswa
SMK
10Perusahaan / industry dalam uji kompetensi
berskala lokal
11Perusahaan / industry dalam uji kompetensi
berskala nasional
12Perusahaan / industry dalam uji kompetensi
berskala Internasional
13Asesor Guru memiliki pengalaman mengajar
minimal 5 tahun
14 Asesor Guru memiliki pengalaman kerja/
magang di dunia usaha/industry bidang
multimedia
15DU/DI atau institusi pasangan bekerja sama
dengan SMK lebih dari 3 tahun
16 Asesor DU/DI terlibat dalam penyusunan
kurikulum SMK
17Tempat uji kompetensi memenuhi syarat
kelayakan dari tim verifikasi
18Soal praktik kejuruan sesuai dengan kisi-kisi
soal
19 Jumlah alat dan bahan mencukupi
20 Kualitas alat dan bahan baik
Pendapat dan saran yang berkaitan dengan aspek input uji
kompetensi siswa:
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
129
……………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
G. PROCESS
Pilihan Jawaban
NoButir Pernyataan
SS S TS STS
1 Pelaksanaan uji kompetensi
terjadwal dengan baik
2 Alokasi waktu pelaksanaan uji
kompetensi sesuai dengan karakteristik keahlian multimedia
3 Prosedur pelaksanaan uji
kompetensi jelas
4 Setiap ruangan diawasi oleh 2
orang pengawas
5Pengawas merupakan guru yangmata pelajarannya tidak sedang
diujikan
6 Penempatan pengawas ruangditentukan dengan system silang
dalam satu kabupaten
Pilihan Jawaban
NO Butir PernyataanSL KD P TP
7 Peserta didik mandiri dalam
melaksanakan uj kompetensi
8 Kesiapan pengawas dalam uji
kompetensi sangat baik
9Pengawas memiliki sikap disiplin, jujur,
bertanggungjawab, teliti, dan
memegang teguh kerahasiaan
10Penilaian uji kompetensi berpedoman
pada lembar penilaian ujian praktik
11Asesor menetapkan kriteria penilaian
uji kompetensi yang tinggi
12 Dalam system penilaian ada ujikompetensi ulangan(remedial) untuk komponen belum mencapai standar
13Sistem penilaian jujur dan transparan
Pendapat serta saran yang berkaitan dengan aspek process uji
kompetensi siswa:
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
133
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………
H. PRODUCT
Pilih jawaban
NO Butir Pernyataan ST T R SR
1 Nilai peserta uji dari aspek kogniitf
2 Nilai peserta uji dari aspek
Psikomotorik
3 Nilai peserta uji dari aspek Afektif
4 Kehandalam produk hasil uji
kompetensi
5 Kesesuaian produk hasil ujikompetensi dengan kebutuhan atau
tuntutan masyarakat
6Pengakuan dunia usaha atau industry
terhadap sertifikat komputer
Pilih Jawaban
Butir PernyataanNO SS S TS STS
7 Sertifikat kompetensi sebagai bukti
penguasaan kompetensi peserta uji
8 Format, redaksi dan substansi yang
tertuang dalam blangko sertifikatkompetensi yang sesuai
berdasarkan
masukan dari dunia usaha/ industri
9Sertifikat kompetensi ditandatagani
oleh penyelenggara tingkat satuan
pendidikan dan asesor eksternal
10Sertifikat kompetensi diterbitkan oleh
lembaga sertifikasi profesi (LSP)
telematika.
Pendapat serta saran yang berkaitan dengan aspek product uji
kompetensi siswa:
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………
Yogyakarta,……………………...2017
(…………………….)
LAMPIRAN. UJI DESKRIPTIF
Statistics
Context Input Proses Product Total
Valid 4 4 4 4 4N
Missing 0 0 0 0 0
Mean 43.75 67.50 47.25 32.00 190.50
Median 43.50 67.50 47.50 31.50 191.00
Mode 43 65a 49 30 191Std. Deviation .957 2.082 2.062 2.449 2.517
Skewness .855 .000 -.200 .544 -1.129
Std. Error of Skewness 1.014 1.014 1.014 1.014 1.014
Minimum 43 65 45 30 187
Maximum 45 70 49 35 193
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
137
LAMPIRAN. UJI DESKRIPTIF BUTIR
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Context1 4 4 4 4.00 .000
Context2 4 3. 4. 3.25 .500
Context3 4 2 4 3.00 .816
Context4 4 3 4 3.75 .500
Context5 4 3 4 3.75 .500
Context6 4 4 4 4.00 .000
Context7 4 3 4 3.75 .500
Context8 4 3 4 3.50 .577
Context9 4 3 4 3.50 .577
Context10 4 3 4 3.75 .500
Context11 4 2 3 2.50 .577
Context12 4 2 3 2.50 .577
Context13 4 2 3 2.50 .577
Valid N (listwise) 4
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Input1 4 3 4 3.75 .500
Input2 4 3 4 3.75 .500
Input3 4 3 4 3.75 .500
Input4 4 4 4 4.00 .000
Input5 4 4 4 4.00 .000
Input6 4 4 4 4.00 .000
Input7 4 3 4 3.75 .500
Input8 4 3 4 3.75 .500
Input9 4 3 4 3.50 .577
Input10 4 3 4 3.50 .577
Input11 4 1 3 1.75 .957
Input12 4 1 3 1.75 .957
138
Input13 4 2 3 2.50 .577
Input14 4 2 3 2.50 .577
Input15 4 3 4 3.75 .500
Input16 4 1 4 2.25 1.500
Input17 4 4 4 4.00 .000
Input18 4 3 4 3.75 .500
Input19 4 3 4 3.75 .500
Input20 4 3 4 3.75 .500
Valid N (listwise) 4
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Proses1 4 4 4 4.00 .000
Proses2 4 4 4 4.00 .000
Proses3 4 4 4 4.00 .000
Proses4 4 3 4 3.50 .577
Proses5 4 2 3 2.25 .500
Proses6 4 2 4 2.50 1.000
Proses7 4 3 4 3.75 .500
Proses8 4 4 4 4.00 .000
Proses9 4 4 4 4.00 .000
Proses10 4 4 4 4.00 .000
Proses11 4 3 4 3.75 .500
Proses12 4 3 4 3.50 .577
Proses13 4 4 4 4.00 .000
Valid N (listwise) 4
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Product1 4 3 4 3.25 .500
Product2 4 3 4 3.25 .500
Product3 4 3 4 3.25 .500
Product4 4 3 4 3.25 .500
Product5 4 3 4 3.25 .500
Product6 4 3 3 3.00 .000
Product7 4 3 4 3.25 .500
Product8 4 3 4 3.25 .500
Product9 4 3 4 3.25 .500
139
LAMPIRAN. UJI DESKRIPTIF
Context
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat Tinggi 1 25.0 25.0 25.0
ValidTinggi 1 25.0 25.0 50.0
Rendah 2 50.0 50.0 100.0
Total 4 100.0 100.0
Input
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat Tinggi 1 25.0 25.0 25.0
Tinggi 1 25.0 25.0 50.0
Valid Rendah 1 25.0 25.0 75.0
Sangat Rendah 1 25.0 25.0 100.0
Total 4 100.0 100.0
Proses
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tinggi 2 50.0 50.0 50.0
ValidRendah 1 25.0 25.0 75.0
Sangat Rendah 1 25.0 25.0 100.0
Total 4 100.0 100.0
Product
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat Tinggi 1 25.0 25.0 25.0
ValidTinggi 1 25.0 25.0 50.0
Rendah 2 50.0 50.0 100.0
Total 4 100.0 100.0
141
Total
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Sangat Tinggi 1 25.0 25.0 25.0
Tinggi 2 50.0 50.0 75.0Valid
Sangat Rendah 1 25.0 25.0 100.0
Total 4 100.0 100.0
142
GRAFIK
Context2
2
1,51 1
1 Context
0,50
0Sangat Tinggi Tinggi Rendah Sangat
Rendah
Input
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
Input
Sangat Tinggi Tinggi Rendah SangatRendah
143
Proses
2
1,5
1 Proses
0,5
0Sangat Tinggi Tinggi Rendah Sangat
Rendah
Product
2
1,5
1 Product
0,5
0Sangat Tinggi Tinggi Rendah Sangat
Rendah
144
DOKUMENTASI KEGIATAN UJI KOMPETENSI KEAHLIAN
MULTIMEDIA
TAHUN AJARAN 2016/2017
A. Pelaksanaan Editing
146