eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/50753/1/SKRIPSI_Nadia Yossemay D P …  · Web viewmenyatakan...

319
Evaluasi Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Nadia Yossemay Dyah Pramesti NIM. 13520241048 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017 i

Transcript of eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/50753/1/SKRIPSI_Nadia Yossemay D P …  · Web viewmenyatakan...

Evaluasi Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimediadi SMK Piri 3 Yogyakarta

SKRIPSIDiajukan kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian PersyaratanGuna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:Nadia Yossemay Dyah Pramesti

NIM. 13520241048

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKAFAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA2017

i

ii

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nadia Yossemay Dyah Pramesti

NIM : 13520241048

Program Studi : Pendidikan Teknik Informatika

Judul TAS : Evaluasi Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di

Piri 3 Yogyakarta

SMK

menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang

pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau

diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan kutipan dengan mengikuti

tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Yogyakarta, 21 Maret 2017

Nadia Yossemay Dyah Pramesti

NIM. 13520241048

iii

iv

HALAMAN MOTTO

“ Sesuatu mungkin mendatangi mereka yang mau menunggu, namun hanya

didapatkan oleh mereka yang bersemangat mengejarnya”

~Abraham Licoln~

“Sukses bukanlah akhir dari segalanya, kegagalan bukanlah sesuatu yang fatal:

namun keberanian untuk meneruskan kehidupanlah yang diperhatikan”

~Sir Winston Churchill~

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua orangtua saya Ibu Anie Nurtjahjaningsih dan Bapak Suradi

yang selalu memberi doa, semangat, dan dukungan.

2. Keluarga PTI F 2013 (Hima F) yang menemani dari semester 1 dan

selalu memberi dukungan.

3. Teruntuk yang selalu mengingatkan, dan membantu sealama

pengerjaan skripsi Priaji Iman P

4. Teruntuk yang Selalu mengingatkan untuk mengerjakan skripsi dan

memberi motivasi serta saran David S, Syani Fauziah, Agus

Setyawan, Dilla Notria, dan Dini Notria.

5. Nanda Yulanda R, Edwar P, Rosyid Septo , Reza Wasito P, Aulia

Rosiana, Wulan R, Tika Danti S, Siti Fauziah, Fitra Mega K, yang telah

memberikan semangat dan dukungan tanpa henti, yang menemani

dikala jenuh.

vi

Evaluasi Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimediadi SMK Piri 3 Yogyakarta

Nadia Yossemay Dyah Pramesti

NIM.13520241048

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi uji kompetensi siswa

keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta. Evaluasi uji kompetensi siswa ditinjau dari: (1) aspek context; (2) aspek input ; (3) aspek process; (4) aspek product; (5) aspek CIPP secara akumulatif.

Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi (evaluation research) model CIPP (context, input, process and product). Penelitian ini dilaksanakan di SMK Piri 3 Yogyakarta, SMK Piri 3 memiliki paket keahlian multimedia dan telah melaksanakan uji kompetensi keahlian. Populasi dalam penelitian ini adalah asesor, yang terdiri dari guru produktif multimedia dan DU/DI asesor pelaksanaan uji kompetensi keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta yang berjumlah 4 orang. Sampel penelitian dengan menggunakan sampel jenuh atau sampel total. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode angket. Uji validitas dengan validitas isi yaitu expert judgment dan validitas konstruk dengan rumus korelasi product moment. Uji reabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif.

Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa: (1) uji kompetensi keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek context termasuk dalam kategori sangat sesuai (85%), yaitu relevan dengan kebijakan dan tujuan uji kompetensi, tuntutan pengembangan diri (harapan masyarakat) dan peluang tamatan multimedia di dunia usaha dan industri, serta perkembangan IPTEK; (2) uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek input termasuk dalam kategori sangat sesuai (82.7%), yaitu memenuhi kriteria asesor, ketersediaan perangkat uji, kelayakan tempat uji, dan kelengkapan sarana prasarana uji komptensi; (3) uji kompetensi keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek process termasuk dalam kategori sangat sesuai (83.4%), yaitu dari segi waktu, prosedur pelaksanaan, pengawasan dan sistem penilaian dalam uji kompetensi; (4) uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek product termasuk dalam kategori sangat sesuai yaitu (83.5%), yaitu ketercapaian dari segi hasil uji, produk dan sertifikat uji kompetensi; (5) uji kompetensi siswa keahlian multimedia SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek CIPP secara akumulatif termasuk dalam kategori sangat baik (85,7%).Kata Kunci: evaluasi, CIPP, uji kompetensi, multimedia

vii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi dalam rangka memenuhi

sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan

dengan judul “Evaluasi Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia SMK Piri

3 Yogyakarta”. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari

bantuan dan arahan dari berbagai pihak. Berkenaan dengan hal tersebut,

penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Muhammad Munir, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Tugas

Akhir Skripsi yang telah banyak memberikan saran, semangat, dan

bimbingan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

2. Tim Penguji, Selaku Ketua Penguji, Sekretaris, dan Penguji yang

memberikan koreksi perbaikan secara komperhensif terhadap

Tugas Akhir Skripsi ini.

3. Bapak Handaru Jati, S.T, M.M, M.T, Ph.D selaku ketua program studi

pendidikan teknik informatika yang memberikan bantuan dan

fasilitas selama penyusunan tugas akhir skripsi.

4. Bapak Fatchul Arifin, M.T selaku ketua jurusan pendidikan teknik

elektronika beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan

dan fasilitas selama penyusunan pra proposal sampai dengan

selesainya tugas akhir skripsi ini.

5. Bapak Dr. Widarto, M.Pd selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Negeri Yogyakarta yang memberikan persetujuan pelaksanaan

Tugas Akhir Skripsi.

viii

6. Kepala Sekolah, guru dan staf SMK Piri 3 Yogyakarta yang telah

member ijin, dan bantuan selama pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi.

7. Ibu Dewi, S.Pd, Bapak Adi, S.Pd yang telah member bantuan

pengambilan data selama proses penelitian Tugas Akhir Skripsi.

8. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan hingga terselesaikan Tugas Akhir Skripsi ini.

Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah diberikan semua pihak di atas

menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah

SWT. Demikian Tugas Akhir Skripsi ini penulis susun, besar harapan

Tugas Akhir SKripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain

yang membutuhkan.

Yogyakarta, 21 Maret 2017

Penulis

Nadia Yossemay Dyah Pramesti

NIM. 13520241048

ix

DAFTAR ISI

HalamanLEMBAR PERSETUJUAN............................................................iiSURAT PERNYATAAN...............................................................iiiHALAMAN PENGESAHAN.........................................................ivHALAMAN MOTTO....................................................................vHALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................viABSTRAK...............................................................................viiKATA PENGANTAR.................................................................viiiDAFTAR ISI.................................................................................................................................xDAFTAR TABEL.......................................................................................................................xiiDAFTAR GAMBAR...................................................................xiiiDAFTAR LAMPIRAN................................................................xivBAB I. PENDAHULUAN..............................................................1A. Latar Belakang...................................................................................1B. Identifikasi Masalah...........................................................................7C. Batasan Masalah................................................................................8D. Rumusan Masalah..............................................................................9E. Tujuan Penelitian...............................................................................9F. Manfaat Penelitian............................................................................10BAB II. KAJIAN TEORI..............................................................11A. Kajian Teori......................................................................................111. Pendidikan Kejuruan.........................................................................112. Kompetensi......................................................................................173. Penilaian...........................................................................................214. Penetapan Kriteria KKM....................................................................285. Kompetensi......................................................................................296. Sertifikasi Kompetensi......................................................................36

x

7. Uji Kompetensi Keahlian Multimedia................................................408. Evaluasi............................................................................................409. Penelitian yang Relevan...................................................................5310. Kerangka Pikir...............................................................................55BAB III. METODE PENELITIAN..................................................59A. Jenis dan Desain Penelitian..............................................................59B. Tempat dan Waktu Penelitian..........................................................59C. Responden.......................................................................................59D. Variabel Penelitian...........................................................................60E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan data........................................61F. Validitas, Reabilitas, dan Teknik Pengisian Instrumen......................62G. Teknik Analisis Data.........................................................................67BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.........................72

A. Hasil Penelitian.................................................................................72B. Jawaban Pertanyaan Penelitian........................................................86C. Pembahasan Hasil Penelitian...........................................................90BAB V. SIMPULAN DAN SARAN..............................................100DAFTAR PUSTAKA................................................................103

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Table 1. Level Kualifikasi...........................................................................35Table 2. Ruang Lingkup Pekerjaan Multimedia..........................................36Table 3.Kisi Kisi Instrumen Penelitian........................................................62Table 4.Interpretasi Nilai Koefisien Reliabilitas..........................................65Table 5.Hasil Reabilitas Instrumen............................................................66Table 6.Kategori Data Hasil Penelitian.....................................................68Table 7. Statistik Deskriptif Asepk Context................................................73Table 8.Distribusi Frekuensi Aspek Context..............................................73Table 9.Nilai Pencapaian Kualitas Aspek Context......................................74Table 10.Nilai Pencapaian Kualitas Indikator pada Aspek Context............75Table 11.Statistik Deskriptif Aspek Input...................................................76Table 12.Distribusi Frekuensi Aspek Input.................................................77Table 13.Nilai Pencapaian Kualitas Aspek Input........................................78Table 14.Nilai Pencapaian Kualitas pada Indikator Aspek Input................78Table 15.Statistik Deskriptif Aspek Process...............................................80Table 16.Distribusi Frekuensi Aspek Process.............................................80Table 17.Nilai Pencapaian Kualitas Aspek Process....................................81Table 18.Nilai Pencapaian Kualitas pada indikator Aspek Process............82Table 19.Statistik Deskriptif Aspek Product...............................................83Table 20.Distribusi Frekuensi Aspek Product.............................................84Table 21.Nilai Pencapaian Kualitas Aspek Product....................................85Table 22.Nilai Pencapaian Kualitas pada Indikator Aspek Product............85Table 23.Nilai Pencapaian Kualitas Aspek secara Akumulatif....................86

xii

DAFTAR GAMBAR

HalamanGambar 1. Struktur Skill Pendidikan dan Pelatihan untuk kerja................31Gambar 2. Level pada KKNI (Dikti, 2011)..................................................34Gambar 3. Skema Kerangka Pikir..............................................................56Gambar 4. Grafik Aspek Context...............................................................74Gambar 5. Grafik Aspek Input...................................................................77Gambar 6. Grafik Aspek Process...............................................................81Gambar 7. Grafik AspekProduct................................................................84Gambar 8. Grafik Nilai Pencapaian Kualitas Butir Aspek Context..............91Gambar 9. Grafik Nilai Pencapaian Kualitas Butir Aspek Input..................93Gambar 10. Grafik Nilai Pencapaian Kualitas Butir Aspek Process............95Gambar 11. Grafik Nilai Pencapaian Kualitas Butir Aspek Product............97

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat ijin Penelitian dari Fakultas Teknik.........................................121Lampiran 2. Rekomendasi Penelitian dari Kesbangpol........................................122Lampiran 3. Rekomendasi Penelitian dari Dikpora................................................123Lampiran 4. Surat ijin Penelitian dari SMK Piri 3 Yogyakarta...........................124Lampiran 5. Instrumen Penelitian....................................................................................125Lampiran 6. Contoh instrumen yang telah diisi.......................................................140Lampiran 7. Hasil Pengolahan Data................................................................................155Lampiran 8. Dokumentasi Kegiatan................................................................................156

xiv

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan aspek penting yang menjadi tolok ukur

tingkat kecerdasan suatu negara. Sejauh ini Indonesia telah

mengusahakan peningkatan kualitas, untuk menjadikan pendidikan

yang lebih baik. Usaha untuk mewujudkan pendidikan yang baik,

Indonesia menerapkan tiga jalur pendidikan yang terdiri atas

pendidikan formal, nonformal, dan informal (UU Nomor 20 tahun

2003 tentang pengertian pendidikan). Salah satu pendidikan formal

pada pendidikan menengah yaitu Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) atau yang sering dikenal dengan pendidikan vokasi.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan pendidikan

formal yang mempersiapkan peserta didik memasuki dunia kerja

untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di industri. Hal ini sesuai

dengan Depdikbud 1995 yang menyatakan bahwa pendidikan

kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik

untuk dapat berkerja dalam bidang tertentu maka dari itu Peserta

didik yang telah lulus dari SMK diharapkan mampu bekerja sesuai

dengan bidang yang diminati.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), sebagai pendidikan

kejuruan yang memiliki tujuan pendidikan mempersiapkan lulusan

untuk memasuki dunia

1

kerja akan dihadapkan dalam tantangan untuk meningkatkan

kualitas pendidikan agar mampu mengantisipasi dan mengisi

tenaga kerja dalam era ekonomi kreatif (Istanto, 2010). Sekolah

Menengah Kejuruan diharapkan peserta didik mampu mendapatkan

pekerjaan yang layak dan sesuai dengan bidang yang diminatinya.

Agar bisa mendapatkan pekerjaan yang cocok maka masyarakat

pengguna pendidikan kejuruan harus mengerti dan memahami

dengan baik jenis-jenis lapangan kerja dan berbagai jenis bidang

keahlian yang di selenggarakan di SMK. Untuk mencapai tujuan

pendidikan kejuruan tersebut, maka penyelenggaraan pendidikan

kejuruan tidak dapat dipisahkan dari dunia industri sebagai institusi

penyerap tenaga kerja. Oleh karena itu, pendidikan kejuruan harus

didesain agar para lulusan dapat mengembangkan keterampilan,

kemampuan, pengetahuan, sikap dan kebiasaan kerja yang

diperlukan untuk memasuki dunia kerja. Dalam dunia pendidikan,

SMK merupakan pendidikan pada jenjang menengah yang

mempersiapkan dan mengembangkan kompetensi siswa untuk

memasuki dunia kerja, sehingga kualifikasi lulusan SMK juga harus

sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan industri.

Salah satu kompetensi program keahlian di SMK yaitu

Multimedia. Tujuan kompetensi keahlian paket keahlian multimedia

adalah membekali peserta didik dengan pengetahuan,

keterampilan dan sikap agar kompeten di bidang Teknik Multimedia

baik sebagai teknisi web, teknisi multimedia maupun teknisi video

digital dan efek visual. SMK sebagai pendidikan untuk

2

dunia kerja, maka siswa SMK wajib menguasai tuntutan kompetensi

keahlian yang dijabarkan dalam Standar Kompetensi Keahlian

Multimedia. Pada Kenyataannya masih banyak lulusan SMK

kompetensi keahlian multimedia yang belum memiliki keahlian atau

keterampilan seperti yang di harapkan oleh stakeholder. Seiring

dengan perkembangan dunia kerja dibidang teknologi informasi

dan komunikasi, lingkup pekerjaan bagi lulusan program keahlian

multimedia terus berkembang diantarannya seperti pengembang

multimedia, pengembang web, rumah produksi sinema, industry

media dan periklanan. Padahal yang sering ditemui adalah

kualifikasi lulusan SMK program keahlian multimedia tidak sama

sehingga dunia usaha yang membutuhkan tenaga professional di

bidang multimedia tidak begitu saja bersedia menerima lulusan

multimedia.

Kualifikasi lulusan yang beragam tersebut karea sarana

prasarana dan proses pendidikan di masing-masing sekolah juga

belum standar. Beberapa tahun silam ketika semakin banyak SMK

yang bermunculan, mengukur kemampuan lulusan SMK hanya

dapat dilihat dari nilai rata-rata dalam ijazah padahal sesungguhnya

ijazah yang dimiliki oleh lulusan SMK belum mengambarkan secara

persis keahlian kejuruan yang dikuasai oleh pemilik ijazah

Kebutuhan terhadap tenaga terampil dan tenaga ahli di bidang

multimedia akan terus meningkat. Keahlian di bidang multimedia

semakin dibutuhkan dalam aktivitas sehari-hari, baik di dunia kerja

atau di dunia

3

industri. Pekerjaan di bidang teknik multimedia sangat banyak dan

beragam sesuai dengan namanya. Ruang lingkup pekerjaan bagi

lulusan Paket Keahlian Multimedia adalah jenis pekerjaan dan atau

profesi yang relevan dengan kompetensi yang sesuai dengan SKKNI

Bidang Teknologi Infomatika pada jenjang SMK. Dalam konteks

pendidikan, asesmen atau penilaian merupakan suatu kegiatan

untuk mengetahui perkembangan, kemajuan dan hasil belajar

siswa. Menurut Wagiran (2011) bahwa penilaian merupakan upaya

sistematis yang dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan yang

ditujukan untuk menjamin tercapainya kualitas proses pendidikan

serta kualitas kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan yang

telah ditetapkan (Aiken, 1985, Anastasi, 1988, Buckendahl, 2002,

Cullen, 2003).

Uji Kompetensi keahlian pada SMK merupakan salah satu

bagian penting dalam pelaksanaan Ujian Nasional bagi siswa SMK.

Permendiknas Nomor 28 Tahun 2009 meyebutkan bahwa hasil dari

pelaksanaan uji kompetensi keahlian menjadi indikator

ketercapaian standar kompetensi lulusan, sedangkan bagi

stakeholder akan dijadikan infomasi atas kompetensi yang dimiliki

calon tenaga kerja. Seorang siswa dikatakan dapat lulus uji

kompetensi apabila sudah mengikuti uji kompetensi keahlian baik

praktik maupun uji kompetensi teori. Uji kompetensiteori ini dapat

digunakan untuk mengukur pengetahuan,dan pemahaman,

Sedangkan untuk praktik dapat mengukur kemampuan siswa.

Persentase skor uji kompetensi praktik adalah 70% dan uji

kompetensi teori 30%. Menurut BSNP (2013) secara

4

keseluruhan skor yang harus diperoleh siswa agar dapat dinyatakan

lulus uji kompetensi yaitu minimal 7,0. Pelaksanaan uji kompetensi

keahlian harus memenuhi syarat serta standart yang telah

ditentukan baik berupa perlengkapan maupun peralatan. Salah satu

hal penting dalam pelaksanaan uji kompetensi ini adalah verifikasi

tempat pelaksanaan ujian.

Hasil dari penilaian tersebut kemudian digunakan sebagai

dasar untuk melakukan tindakan dalam mengambil keputusan

tentang pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa. Penilaian hasil

belajar pada Sekolah Menengah Kejuruan, selain dilakukan oleh

pendidik, satuan pendidikan dan pemerintah juga oleh masyarakat

(DU/DI). Penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan merupakan

penilaian internal (internal assessment) dalam rangka penjaminan

mutu, sedangkan penilaian oleh pemerintah dan masyarakat

(DU/DI) merupakan penilaian eksternal (external assessment)

sebagai pengendali mutu. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

yang berbasis kompetensi menuntut model dan teknik penilaian

yang dilakukan secara internal dan eksternal sehingga dapat

diketahui perkembangan dan ketercapaian berbagai kompetensi

peserta didik. Penilaian hasil belajar siswa SMK dalam hal ini uji

kompetensi keahlian siswa termasuk pada penilaian berbasis

kompetensi (Competency based Assessment).

Berdasarkan observasi di lapangan uji kompetensi SMK sudah

melibatkan pihak industry sebagai pemakai lulusan Multimedia,

tetapi belum berlaku begitu dengan lembaga sertifikasi profesi

telematika. Uji kompetensi

5

praktik biasanya dilaksanakan dengan cara mengharuskan siswa

membuat suatu produk tertentu yang kriterianna sudah ditentukan.

Seorang siswa yang berhasil dalam uji kompetensi keahlian

dinyatakan telah lulus maka akan mendapatkan sertifikat

kompetensi yang dibuat oleh sekolah dengan lembaga industri

yang bekerja sama dengan sekolah. Tentunya pelaksanaan uji

kompetensi yang dilakukan oleh suatu sekolah akan berbeda

dengan sekolah lain apabila sekolah tersebut tidak memiliki sarana

prasarana penunjang yang memadai. Demikian pula tidak semua

SMK dapat dan sudah mengajak dunia industry melakukan

pengujian di sekolah

Hasil dari observasi terhadap pelaksanaan uji kompetensi

keahlian di lapangan ditemukan bahwa beberapa hal yang terkait

dengan pelaksanaan uji kompetensi belum sesuai seperti yang

diharapkan dalam pedoman pelaksanaan. Hal tersebut dapat dilihat

dengan kurang lengkapnya sarana prasarana untuk uji kompetensi

dan alokasi waktu yang kurang memadai. Terlebih lagi dalam hal

pelaksanaan uji kompetensi belum mencerminkan standar

kemampuan yang dipersyaratkan dunia kerja karena belum ada

sertifikasi dengan lembaga sertifikasi profesi telematika, maka dari

itu mengingat begitu pentingnya uji kompetensi keahlian bagi siswa

lulusan SMK, maka diperlukan penelitian mengenai uji kompetensi

keahlian.

Keberhasilan uji kompetensi disuatu sekola dapat terlaksana

apabila semua aspek dalam uji kompetensi mempuyai angaka

kualitas yang tinggi. Aspek aspek dalam uji kompetensi meliputi

aspek context, input, process,

6

dan prouduct. Aspek context meliputi kebijakan, tujuan, tuntutan

pengembangan diri dan peluang tamatan multimedia di dunia

usaha serta kemajuan iptek. Aspek input meliputi dukungan sumber

daya manusia (asesor), sarana prasarana, perangkat dan tempat uji

kompetensi. Aspek process, meliputi waktu, prosedur, pengawasan

uji kompetensi keahlian. Aspek product meliputi dokumentasi atau

nilai hasil uji kompetensi dan sertifikat. Berdasarkan uraian diatas,

maka studi penelitian ini berupaya mendeskripsikan uji kompetensi

di Sekolah Menengah Kejuruan Piri 3 Yogyakarta pada tahun 2017

yang dituangkan dalam judul “ Evaluasi Uji Kompetensi Keahlian

Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang, terdapat beberapa

permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut :

1. Lulusan SMK paket keahlian multimedia belum memiliki keahlian

atau keterampilan seperti yang diharapkan,

2. Kualifikasi Lulusan SMK paket keahlian multimedia belum

standar, sehingga dunia usaha yang membutuhkan tenaga

professional di bidang multimedia tidak begitu saja bersedia

menerima lulusan multimedia,

3. SMK Se-Kota Yogyakarta belum ada yang memiliki tempat uji

kompetensi keahlian multimedia maupun teknik komputer

jaringan sebagaimana yang dipersyaratkan dari LSP Telematika,

7

4. Tidak semua SMK dapat mengajak dunia industri melakukan

pengujian di sekolah,

5. Pelaksanaan uji Kompetensi belum sesuai yang diharapkan

seperti dalam pedoman pelaksanaan,

6. Pelaksanaan uji kompetensi keahlian multimedia belum

mencerminkan standar kemampuan yang dipersyaratkan dunia

kerja,

7. Kurangnya keterampilan lulusan SMK sehingga sulit memasuki

dunia kerja,

8. Uji kompetensi siswa Program Keahlian Teknik Informatika di

SMK se-Kota Yogyakarta yang mencakup aspek context, input,

process dan product di SMK Piri 3 belum pernah dievaluasi.

C. Batasan Masalah

Untuk lebih memfokuskan permasalahan yang akan diteliti,

maka perlu adanya batasan masalah karena dapat diketahui

bersama bahwa permasalahan mengenai uji kompetensi keahlian

ini begitu beragam, maka permasalahan dibatasi pada uji

kompetensi kejuruan multimedia yang meliputi : (a) Aspek context

meliputi kebijakan dan tujuan uji kompetensi paket keahlian

multimedia, tuntutan pengembangan diri dan peluang lulusan, dan

kemajuan IPTEK; (b) Aspek input meliputi dukungan sumber daya

manusia (asesor), perangkat, tempat uji kompetensi dan sarana

prasarana;

(c) Aspek process, yang meliputi waktu, prosedur, pengawasan, dan

system penilaian; (d) Aspek product meliputi hasil nilai uji

kompetensi, product uji

8

kompetensi dan sertifikat kompetensi. Penelitian ini hanya dibatasi

pada uji kompetensi praktik, paket keahlian multimedia SMK Piri 3

Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah

diatas, dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana kesesuaian uji kompetensi siswa keahlian

multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek context?

2. Bagaimana kelengkapan uji kompetensi siswa keahlian

multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek input?

3. Bagaimana efektivitas uji kompetensi di SMK Piri 3 Yogyakarta

ditinjau dari aspek process?

4. Bagaimana ketercapaian uji kompetensi siswa keahlian

multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek product?

5. Bagaimana uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK Piri

3 Yogyakarta ditinjau dari aspek context, input, process, dan

product secara akumulatif?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sesuai/menjawab rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Mengetahui kesesuaian uji kompetensi siswa paket keahlian

multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek context.

9

2. Mengetahui kelengkapan uji kompetensi siswa keahlian

multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek input

3. Mengetahui efektivitas uji kompetensi siswa keahlian

multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek process

4. Mengetahui efektivitas uji kompetensi siswa keahlian

multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek product

5. Mengetahui uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK

Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek context, input, process, dan

product secara akumulatif

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan referensi bagi peneliti yang sedang atau akan

melakukan penelitian sejenis.

b. Memberikan kontribusi dalam dunia IPTEK

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai masukan untuk memperbaiki kegiatan uji

kompetensi keahlian program Teknik informatika SMK

Piri 3 Yogakarta

b. Sebagai bahan pertimbangan bagi DU/DI agar industri

tergugah turut memiliki program uji kompetensi

c. Sebagai suatu masukan dalam mengambil kebijakan yang

berkaitan dengan uji kompetensi.

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pendidikan Kejuruan

Pendidikan merupakan sebuah usaha sadar dari individu yang

bertujuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan, keterampilan yang

berguna bagi pengembangan potensi dirinya dan kelangsungan

hidupnya baik untuk saat ini maupun masa mendatang. Hal ini

sama dengan yang tertuang pada Undang-undang nomor 20 Tahun

2003 Pasal 1 ayat (1).

Menurut beberapa ahli pendidikan dalam Thompson (1973:105-

115) menyatakan bahwa pendidikan kejuruan merupakan program

pendidikan yang dirancang oleh pemerintah untuk menghasilkan

pekerja berdasarkan kesesuaian kebutuhan masyarakat dan

mempersiapkan siswa untuk menemukan pekerjaan yang sesuai

dengan keterampilan dan kemampuan.

Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang

mempersiapkan peserta didik untuk memasuki dunia kerja.

Pendapat yang demikian akan membawa kepada pemikiran

selanjutnya yaitu pendidikan kejuruan harus dekat dan berjalan

berkesinambungan dengan dunia kerja. Sejalan dengan pemikiran

di atas Thompson (1973:111) mendefinisikan pendidikan vokasi

atau pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang dirancang untuk

mengembangkan keterampilan, kemampuan, pemahaman, sikap,

kebiasaan

11

kerja, dan apresiasi yang diperlukan oleh pekerja dalam memasuki

pekerjaan dan membuat kemajuan dalam pekerjaan yang

bermakna produktif. Sedangkan menurut Sudira (2012:13) bahwa

pendidikan kejuruan selain harus menguatkan keterampilan keras

(hard skill), juga harus memiliki keterampilan yang mumpuni dalam

hal keterampilan lunak (soft skill). Bahkan mengenai keterampilan

lunak atau soft skill saat ini dan ke masa yang akan depan akan

semakin kuat prosentasenya dalam proses pengembangan karir

seseorang, karena sebagai jenis hard skill semakin mudah dibuat

menggunakan berbagai software komputer.

Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 15, menyebutkan

bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang

mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang

tertentu. Pendidikan kejuruan berperan penting dalam menyiapkan

peserta didik untuk siap dan mampu memasuki dunia kerja dengan

bekal ilmu dan keterampilan yang telah didapatkan di sekolah

kejuruan.

Menurut Evans (dalam Muliaty, 2007: 7) pendidikan kejuruan

merupakan bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan

seseorang agar lebih mampu bekerja pada satu kelompok

pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada bidang-bidang

pekerjaan lain. Sebelumnya, Hamalik (2001:24) menyatakan bahwa

pendidikan kejuruan adalah suatu bentuk pengembangan bakat,

pendidikan dasar keterampilan dan kebiasaan-kebiasaan yang

mengarah pada dunia kerja yang dipandang sebagai latihan

12

keterampilan. Lebih lanjut, Djohar (2007:1285) mengemukakan

bahwa pendidikan kejuruan adalah suatu program pendidikan yang

menyiapkan individu peserta didik menjadi tenaga kerja profesional

dan siap untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih

tinggi.

Karakteristik pendidikan kejuruan menurut Djohar (2007:1295-

1297) adalah sebagai berikut:

a. Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang memiliki sifat

untuk menyiapkan penyediaan tenaga kerja. Oleh karena itu

orientasi pendidikan kejuruan tersebut mengarah pada lulusan

yang dapat dipasarkan di dunia kerja.

b. Justifikasi pendidikan kejuruan mengacu pada kebutuhan nyata

tenaga kerja di dunia usaha dan industri.

c. Pengalaman belajar yang didapatkan melalui pendidikan

kejuruan meliputi aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik yang

diterapkan baik pada situasi simulasi kerja melalui proses

belajar mengajar, maupun situasi kerja yang nyata dan

sebenarnya.

d. Keberhasilan pendidikan kejuruan diukur dari dua kriteria, yaitu

keberhasilan siswa di sekolah (in-school success), dan

keberhasilan siswa di luar sekolah (out-of school success).

Kriteria pertama meliputi keberhasilan siswa dalam memenuhi

persyaratan kurikuler, sedangkan kriteria kedua ditunjukkan

oleh keberhasilan atau kinerja lulusan setelah berada di dunia

kerja yang nyata dan sebenarnya.

13

e. Pendidikan kejuruan memiliki kepekaan/daya (responsiveness)

terhadap perkembangan dunia kerja. Oleh karena itu

pendidikan kejuruan harus dapat responsif dan proaktif

terhadap perkembangan ilmu dan teknologi, dengan

menekankan pada upaya adaptabilitas dan fleksibilitas untuk

menghadapi prospek karir anak didik dalam jangka panjang.

f. Bengkel kerja dan laboratorium merupakan kelengkapan utama

dalam pendidikan kejuruan, untuk dapat mewujudkan situasi

belajar yang dapat mencerminkan situasi dunia kerja secara

realistis dan edukatif.

g. Hubungan kerjasama antara lembaga pendidikan kejuruan

dengan dunia usaha dan industri merupakan suatu keharusan,

seiring dengan tingginya tuntutan relevansi program pendidikan

kejuruan dengan tuntutan dunia usaha dan industri.

Djojonegoro (dalam Sudira, 2009) menjelaskan pendidikan kejuruan

memiliki multi-fungsi yang jika dilaksanakan dengan baik akan

memberikan kontribusi yang besar terhadap pencapaian tujuan

pembangunan nasional. Fungsi-fungsi tersebut mencakup: (a)

Sosialisasi yaitu transmisi dan konkritisasi nilai-nilai ekonomi,

solidaritas, religi, seni, dan jasa; (b) kontrol sosial yaitu kontrol

perilaku dengan norma-norma kerjasama, keteraturan, kebersihan,

kedisiplinan, kejujuran, keterbukaan; (c) Seleksi dan alokasi yaitu

mempersiapkan, memilih, dan menempatkan calon tenaga

kerja sesuai dengan permintaan pasar kerja; (d) Asimilasi dan

Konservasi budaya yaitu absorbsi antar budaya masyarakat serta

pemeliharaan budaya lokal; (e)

14

Mempromosikan perubahan demi perbaikan. Pendidikan kejuruan

tidak hanya mendidik dan melatih keterampilan yang ada, tetapi

juga harus berfungsi sebagai pendorong perubahan. Pendidikan

kejuruan berfungsi sebagai proses akulturasi atau penyesuaian diri

dengan perubahan dan enkulturasi atau pembawa perubahan bagi

masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan kejuruan diharapkan tidak

hanya adaptif tetapi juga harus antisipatif.

Selain fungsi di atas, Sudira (2009) juga mengemukakan bahwa

pendidikan kejuruan juga memiliki tiga manfaat utama yaitu: (a)

bagi peserta didik, manfaat yang didapatkan adalah sebagai

peningkatan kualitas diri, peningkatan peluang mendapatkan

pekerjaan, peningkatan peluang berwirausaha, peningkatan

penghasilan, penyiapan bekal pendidikan lebih lanjut, penyiapan

diri bermasyarakat, berbangsa, bernegara, penyesuaian diri

terhadap perubahan dan lingkungan; (b) bagi dunia kerja, mereka

dapat memperoleh tenaga kerja berkualitas tinggi, meringankan

biaya usaha, membantu memajukan dan mengembangkan usaha;

(c) bagi masyarakat secara keseluruhan dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, meningkatkan produktivitas nasional,

meningkatkan penghasilan negara, mengurangi pengangguran.

Terdapat tiga model penyelenggaraan pendidikan kejuruan,

sebagaimana dikemukakan oleh Hadi (dalam Muliaty, 2007:8-9).

15

a. Model 1. Dalam model 1 ini, pemerintah tidak memiliki peran,

atau perannya hanya bersifat marginal dalam proses kualifikasi

pendidikan kejuruan. Model ini sifatnya liberal, namun model ini

juga berorientasi pada pasar (market-oriented model)

permintaan tenaga kerja. Perusahaan-perusahaan sebagai

pemeran utama juga dapat menciptakan desain pendidikan

kejuruan yang tidak harus berdasarkan pada prinsip pendidikan

yang bersifat umum, dan pemerintah dalam hal ini tidak

memiliki pengaruh kuat dalam melakukan intervensi terhadap

perusahaan karena dalam hal ini perusahaan adalah sebagai

sponsor dan pendukung dana. Negara-negara yang menganut

model ini adalah Inggris, Amerika Serikat dan Jepang.

b. Model 2. Model ini sifatnya birokrat, pemerintah dalam hal ini

yang menentukan jenis pendidikan apa yang harus

dilaksanakan di perusahaan, bagaimana desain silabusnya,

begitu pula dalam hal pendanaan dan pelatihan yang harus

dilaksanakan oleh perusahaan tidak selalu berdasarkan

permintaan kebutuhan tenaga kerja ataupun jenis pekerjaan

saat itu. Dalam hal ini, pemerintah sendiri yang melakukan

perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian pendidikan

kejuruan. Walaupun model ini disebut juga model sekolah

(school model), pelatihan dapat dilaksanakan sepenuhnya di

perusahaan. Beberapa negara seperti Perancis, Italia, Swedia

serta banyak dunia ketiga juga melaksanakan model ini.

16

c. Model 3. Pemerintah menyiapkan dan memberikan kondisi yang

relatif terpadu dalam pendidikan kejuruan bagi perusahaan-

perusahaan swasta dan sponsor swasta lainnya. Model ini

disebut juga model pasar dikontrol pemerintah (state controlled

market). Model ini disebut model sistem ganda (dual system)

yang sistem pembelajarannya dilaksanakan di dua lokasi, yaitu

di sekolah kejuruan dan di mitra kerja (dunia usaha dan

industri) yang keduanya saling membantu dalam menciptakan

kemampuan kerja lulusan yang handal. Negara yang

menggunakan sistem ini diantaranya Swiss, Austria, Jerman dan

Indonesia.

Kecenderungan yang digunakan di Indonesia adalah “Model 3”,

yang pelaksanaan pendidikan sistem ganda tersebut dilaksanakan

di dua lokasi yaitu di sekolah dan di industri sebagai mitra kerja

sekolah kejuruan. Menurut Djojonegoro (dalam Muliaty, 2007:9)

pendidikan sistem ganda merupakan bentuk penyelenggaraan

pendidikan dan pelatihan keahlian kejuruan yang secara sistematik

dan sinkron antara program pendidikan di sekolah dengan program

penguasaan keahlian yang diperoleh.

2. Kompetensi

Menurut struktur spectrum sekolah menengah kejuruan (2008)

terbagi menjadi 6 (enam) bidang studi keahlian, salah satunya yaitu

bidang studi keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bidang

studi keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi terbagi lagi

menjadi tiga program studi, salah satunya yaitu program Teknik

Komputer dan Informatika, sedangkan

17

pada bidang studi keahlian terdapat empat kompetensi salah

satunya adalah kompetensi multimedia.

Dalam Kurikulum 2013 disebutkan bahwa tujuan kompetensi

keahlian multimedia adalah membekali peserta didik dengan

keterampilan, pengetahuan dan sikap, agar kompeten:

a. Mengembangkan desain multimedia

b. Mengembangkan citra digital

c. Mengembangkan teknik animasi 2 dimensi dan 3 dimensi

d. Merekam dan menyunting audio-video

e. Mengembangkan aplikasi multimedia interaktif

Tujuan pendidikan menengah kejuruan (SMK) sebagaimana

tentang dalam PP 19 Tahun 2005 Pasal 26 ayat 3 dinyatakan untuk

meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadia, akhlak mulia,

serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan

lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. Tujuan ini kemudian

dirumuskan kedalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL) satuan

pendidikan menengah kejuruan. Lebih lanjut dalam lampiran

Permendiknas nomor 23 Tahun 2006 SKL SMK dirumuskan menjadi

23 item yaitu :

a. Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai

dengan perkembangan remaja;

b. Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan

kelebihan diri serta memeperbaiki kekurangannya;

18

c. Menunjukan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas

perilaku, perbuatan, dan pekerjaanya;

d. Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan social;

e. Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, dan

golongan social ekonomi dalam lingkup global;

f. Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan

secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif;

g. Menunjukan kemampuan berfikir logis, kritis, kreatif, dan

inovatif dalam pengambilan keputusan;

h. Menunjukan kemampuan mengembangkan budaya belajar

untuk pemberdayakan diri;

i. Menunjukan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan

hasil yang terbaik;

j. Menunjukan kemampuan menganalisis dan memecahkan

masalah yang kompleks;

k. Menunjukan kemampuan menganalisis gejala alam dan social;

l. Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab;

m. Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara secara demokratis dalam wadah Negara Kesatuan

Republik Indonesia;

n. Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya;

o. Mengapresiasikan karya seni dan budaya;

19

p. Menghasilkan karya kreatif, baik individu maupun kelompok;

q. Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani,

serta kebersihan lingkungan;

r. Berkomunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan santun;

s. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam

pergaulan di masyarakat;

t. Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati

terhadap orang lain;

u. Menunjukan keterampilan membaca dan menulis naskah secara

sistematis dan estesis;

v. Menunjukan keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan

berbicara dalam bahasa Indonesia dan inggris;

w. Menguasai kompetensi program keahlian dan kewirausahaan baik untuk

memenuhi tuntutan dunia kerja maupun untuk mengikuti

pendidikan tinggi sesuai dengan kejuruannya

Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa tujuan pendidikan SMK

dan 23 SKL SMK merupakan sebuah tuntutan kompetensi yang

harus dimiliki oleh siswa/siswi SMK sebagai salah satu pendidikan

yang mempersiapkan anak untuk terjun ke dunia kerja maupun

industri. Kegiatan instruksional di SMK digunakan untuk

membangun SKL pada setiap diri siswa SKL nomor 1 hingga 22

merupakan kompetensi yang menyeluruh atau berlaku untuk

semua siswa lulusan SMK. Sedangkan SKL nomor 23 merupakan

kompetensi yang spesifik

20

yaitu kompetensi yang digunakan untuk memberikan ciri khas

pendidikan untuk dunia kerja dalam hal ini adalah kompetensi

keahlian multimedia.

3. Penilaian

Penilaian erat kaitannya dengan hasil belajar maupun dengan

prestasi belajar seseorang yang sedang mengenyam sebuah jalur

pendidikan tertentu. Penilaian hasil belajar merupakan suatu

kegiatan mengumpulkan data untuk mendapatkan informasi

mengenai pencapaian hasil belajar. Umumnya penilaian hasil

belajar tersebut merupakan hasil dari adanya proses belajar

mengajar, sebagai salah satu faktor penentu kualitas hasil belajar.

Kegiatan penilaian sangat perlu dilakukan untuk mengukur sejauh

mana keberhasilan seorang siswa sebagai peserta didik dan

pendidik, satuan pendidikan serta pemerintahan sebagai

penyelengara pendidikan. Sehingga hasil penilaian dapat menjadi

acuan bagi semua pihak terkait untuk saling intropeksi dan

melakukan perbaikan serta peningkatan baik dalam infrastruktur

maupun yang berhubungan dengan proses belajar mengajar.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (PERMENDIKBUD)

No.66 Tahun 2013 tentang Standart Penilaian Pendidikan

menjelaskan bahwa kegiatan penilaian bertujuan menjamin

pelaksanaan pembelajaran agar sesuai terhadap kompetensi yang

telah direncanakan, kemudian pelaksanaan penilaian yang

professional serta pelaporan hasil penilaian tersebut secara objek

dan akuntabel. Kegiatan penilaian harus memperhatikan standart -

21

standar tentang penilaian yang baik, mulai dari mekanisme,

prosedur serta instrument penilaian.

Menurut Nana Sudjana (1995: 3) bahwa penilaian mempunyai

ciri-ciri adanya objek atau program yang dinilai dan adanya kriteria

sebagai dasar untuk membandingkan antara kenyataan atau apa

adanya dengan kriteria atau apa harusnya. Perkembangan konsep

penilaian pendidikan yang ada pada saat ini menunjuk arah yang

lebih luas, konsep-konsep tersebut pada umumnya berkisar pada

pandangan sebagai berikut:

a. Penilaian tidak hanya diarahkan kepada tujuan pendidikan yang

ditetapkan, tetapi juga terhadap tujuan-tujuan yang ditimbulkan

dan efek sampingnya.

b. Penilaian tidak hanya melalui pengukuran perilaku siswa, tetapi

juga melakukan pengkajian terhadap komponen-komponen

pendidikan, baik proses maupun keluaran.

c. Penilaian tidak hanya untuk mengetahui tercapai tidaknya

tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, tetapi juga untuk

mengetahui apakah tujuan-tujuan tersebut penting bagi siswa

dan bagaimana siswa mencapaianya. (Enny Sudaryanti, 2007)

Menurut (BSNP 2007: 9), penilaian merupakan serangkaian

kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data

tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan

secara sistematis dan

22

berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna

dalam pengambilan keputusan. Jadi penilaian merupakan kegiatan

yang dilakukan oleh guru untuk memperoleh informasi untuk

dijadikan sebagai pengambil keputusan tentang hasil belajar

peserta didik.

Nana Sudjana (1995: 3) menyatakan bahwa penilaian adalah

proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu

berdasarkan suatu kriteria tertentu. Proses pemberian nilai tersebut

berlangsung dalam bentuk interpretasi yang diakhiri dengan

judgment. Interpretasi dan judgment merupakan tema penilaian

yang mengimplikasikan adanya suatu perbandingan antara kriteria

dan kenyataan dalam konteks situasi tertentu.

Fungsi dari penilaian menurut Nana Sudjana, (1995: 4)

adalah sebagai berikut :

a. Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan intruksional.

Dengan demikian penilaian harus mengacu pada rumusan-

rumusan tujuan intruksional.

b. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar. Perbaikan

mungkin dilakukan dalam hal tujuan intruksional, kegiatan

belajar siswa, strategi mengajar guru dan lain-lain.

c. Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada

para orang tua. Dalam laporan tersebut dikemukakan

kemampuan dan

23

kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi dalam

bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya

Penilaian di sini berfungsi sebagai alat untuk mengetahui

seberapa berhasilkah proses belajar mengajar yang terjadi. Selain

itu juga sebagai perbaikan dalam melakukan proses belajar

mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa serta sebagai laporan

kemauan belajar siswa yang diberikan kepada orang tua agar orang

tuanya mengetahui hasil belajar anaknya dalam bentuk raport yang

biasanya diberikan pada akhir semester.

Fungsi penilaian menurut Cronbach, 1954 dalam Hamalik

(2002: 204) yang lainnya di sini bukan hanya untuk menentukan

kemajuan belajar siswa, tetapi sangat luas. Fungsi penilaian adalah

sebagai berikut:

a. Penilaian membantu siswa merealisasikan dirinya untuk

mengubah atau mengembangkan perilakunya.

b. Penilaian membantu siswa mendapat kepuasan atas apa yang

telah dikerjakannya.

c. Penilaian membantu guru untuk menetapkan apakah metode

mengajar yang digunakannya telah memadai.

d. Penilaian membantu guru membuat pertimbangan administrasi.

Fungsi penilaian sebagai alat untuk membantu siswa dalam

mewujudkan dan mengubah perilakunya sesuai dengan tata tertib

yang ada. Di sini juga siswa mendapat kepuasan atas apa yang

dikerjakannya yang berupa nilai.

24

Apabila mereka sungguh-sungguh dalam mengerjakan sesuatu

maka hasil yang didapatkan akan bagus sehingga mereka akan

puas dengan hasil yang didapatkannya. Penilaian juga membantu

guru dalam menetapkan metode yang digunakan telah tepat

diterapkan.

Sedangkan tujuan dari penilaian menurut Nana Sudjana, (1995: 4)

adalah sebagai berikut :

a. Mendeskripsikan kecakapan belajar siswa sehingga dapat

diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang

studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya.

b. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di

sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah

tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang

diharapkan.

c. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan

perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan

dan pengajaran serta strategi pelaksanaanya.

d. Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak

sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak yang

dimaksud meliputi pemerintah, masyarakat, dan para orang tua

siswa.

Dari pendapat di atas, penilaian mempunyai tujuan

mendeskripsikan hasil belajar siswa sehingga dapat diketahui

kelebihan dan kekurangan siswa dalam proses pembelajaran

tersebut. Selain itu juga dapat mengetahui

25

keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, di sini

dapat terlihat berhasil tidaknya guru dalam melaksanakan proses

belajar mengajar. Apabila hasilnya kurang baik maka dapat

dilakukan perbaikan dan penyempurnaan proses pendidikan

sehingga dapat memberikan pertanggungjawaban terhadap pihak

sekolah.

Dalam Penilaian selain terdapat tujuan dan fungsi penilaian

terdapat juga jenis-jenis penilaian. Jenis penilaian hasil

pembelajaran dapat dikategorikan ke dalam beberapa kelompok

a. Penilaian Formatif-Sumatif

Proses penilaian yang dilakukan oleh seorang pendidik pada

dasarnya karena dua alasan, yaitu pertama untuk memantau

perkembangan belajar anak dan untuk membuat penyesuaian-

penyesuaian dalam pengajaran, baik untuk individu maupun

semua siswa. Kedua untuk menentukan peringkat pencapaian

belajar siswa dalam periode waktu tertentu (Anderson dan

Krathwohl, 2001: 245). Dengan demikian dua fungsi utama

penilaian adalah pendiagnosisan dan pemeringkatan.

Berdasarkan pada perbedaan kedua tujuan diatas, penilaian

dibedakan atas penilaian formatif dan penilaian sumatif.

Formatif bermakna membantu untuk memperbaiki

pembelajaran saat masih ada waktu dan kesempatan.

Sedangkan Sumatif memberi makna to sum up pada akhir

periode atau bisa dikatakan penilaian sumatif adalah penilaian

hasil belajar untuk menentukan pencapaian akhir

pembelajaran.

26

b. Penilaian Internal-Eksternal

Bedasarkan sumber pelakunnya, penilaian hasil belajar dapat

dibedakan atas penilaian internal dan penilaian eksternal.

Penilaian internal adalah penilaian yang menggunakan alat

ukur dan penilai yang berasal dari dalam sekolah yang

bersangkutan. Sedangkan penilaian eksternal adalah penilaian

yang menggunakan alat ukur dan penilai berasal dari luar

sekolah atau oleh pihak yang tidak diberi mandate untuk

mengajar di kelas.

Diatas merupakan jenis-jenis penillaian, tentunya dalam suatu

proses penilaian terdapat fungsi –fungsi tersediri. Fungsi dari

diadakannya penilaian sangat beragam berikut Menurut Ditjen

PMPTK (2008) dilihat

dari fungsi penilaian dibedakan menjadi lima jenis yaitu:

1) Penilaian Formatif

Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan guru

pada saat berlangsungnya proses pembelajaran untuk melihat

tingkat keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri.

Demikian, penilaian formatif berorientasi kepada proses belajar

menfajar untuk memperbaiki program pengajaran dan strategi

pelaksanaanya.

2) Penilaian Sumatif

Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada

akhir unit seberapa jauh program, yakni akhir caturwulan, akhir

semester, dan akhir tahun.

27

3) Penilaian Diagnostik

Penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk

melihat kelemahan-kelemahan siswa serta faktor penyebabnya.

4) Penialain selektif

Penilaian selektif adalah penilaian yang bertujuan untuk

keperluan seleksi, misalnya tes atau ujian saringan masuk ke

sekolah tertentu.

5) Penilaian Penempatan

Penilaian penempatan adalah penilaian yang ditunjukan untuk

mengetahui keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu

program belajar.

4. Penetapan Kriteria KKM

Dalam Penilaian tentunya terdapat batasan nilai yang akan

menentukan apakah siswa tersebut lulus atau tidak, batasan nilai

tersebut dinamakan KKM. KKM merupakan kriterian ketuntasan

belajar minimal untuk setiap mata pelajaran yang ditentukan oleh

satuan pendidikan, berkisar antara 0-100%.(Dit PSMK, 2008:12)

a. KKM Program Normatif dan Adaptif

1) Kriterian ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator

program normative dan adaptif adalah 75%

2) KKM program normative dan adaptif ditentukan dengan

mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik

28

kompleksitas kompetensi, dan kemampuan sumber daya

pendudkung dalam penyelenggaraan pembelajaran.

b. KKM Program Produktif

KKM program produktif mengacu kepada standar minimal

penguasaan kompetensi yang berlaku di dunia kerja yang

bersangkutan. Kriteria ketuntasan untuk masing-masing

kompetensi dasar (KD) adalah terpenuhinya indikator yang

dipersyaratkan dunia kerja yaitu kompeten atau belum

kompeten dan diberi lambing atau skor 7,00 bila memenuhi

persyaratan minimal.

5. Kompetensi

Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan,

keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai,

dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan.

Kompetensi menurut Spencer Dan Spencer dalam Palan (2007)

adalah sebagai karakteristik dasar yang dimiliki oleh seorang

individu yang berhubungan secara kausal dalam memenuhi kriteria

yang diperlukan dalam menduduki suatu jabatan.Kompetensi terdiri

dari 5 tipe karakteristik, yaitu motif (kemauan konsisten sekaligus

menjadi sebab dari tindakan), faktor bawaan (karakter dan respon

yang konsisten), konsep diri (gambaran diri), pengetahuan

(informasi dalam bidang tertentu) dan keterampilan (kemampuan

untuk melaksanakan tugas).

29

Hal ini sejalan dengan pendapat Becker and Ulrich dalam

Suparno (2005:24) bahwa competency refers to an individual’s

knowledge, skill, ability or personality characteristics that directly

influence job performance. Artinya, kompetensi mengandung

aspek-aspek pengetahuan, ketrampilan (keahlian) dan kemampuan

ataupun karakteristik kepribadian yang mempengaruhi kinerja

Dalam konteks kependidikan kompetensi merupakan

pengetahuan sikap-perilaku dan keterampilan yang tercermin

dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.Kebiasaan berpikir dan

bertindak yang dilakukan secara konsisten dan terus menerus

memungkinkan seseorang menjadi kompeten dalam bidang

tertentu.

Dalam konteks pendidikan kejuruan kompetensi berfokus pada

kemampuan individu dan melakukan tugas tertentu.

Dalam konteks dunia industri kualitas tenaga kerja bergantung

pada kualitas system yang dimiliki seseorang dengan keterampilan

yang pantas, kebiasaan (habis), dan sikap dalam setiap langkah

kehidupannya sebelum memasuki dunia kerja, selama dalam

pekerjaan, dan diantara pekerjaan dan karier (Stren, 2003).

30

Gambar 1.Struktur Skill Pendidikan dan Pelatihan untuk kerja(Stren, 2003)

Dari beberapa pendapat mengenai kompetensi dapat

disimpulkan bahwa kompetensi berfokus pada kemampuan individu

untuk menguasai tugas atau pekerjaan dengan sebaik-baiknya.

Kemampuan seseorang tersebut mencakup atas pengetahuan,

keterampilan dan sikap yang direflesikan dalam kebiasaan berfikir

dan bertindak secara konsisten dan terus menerus untuk

melakukan suatu pekerjaan tertentu secara professional. Seseorang

dikatakan kompeten atau memiliki kompetensi dalam bidang

tertentu, manakala ia dengan segenap pengetahuan, keterampilan

dan sikap untuk menyelesaikan tugas/pekerjaan tersebut dengan

baik sesuai dengan tuntutan professionalisme.

31

Berdasarkan pada arti standar kompetensi terbentuk atas kata

standar dan kompetensi. Standar dapat diartikan sebagai ukuran

atau patokan yang disepakati, sedangkan kompetensi diartikan

sebagai kemampuan untuk melakukan atau melaksanakan

pekerjaan yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan dan siap

kerja. Dengan demikian, standar kompetensi merupakan

kesepakatan-kesepakatan tentang kompetensi yang diperlukan

pada suatu bidang pekerjaan oleh seluruh “stakeholder”

dibidangnya.

Standar kompetensi menggambarkan keterampilan dan

pengetahuan yang diperlukan bagi seseorang untuk bekerja secara

efektif ditempat kerja, yang didefinisikan oleh industri, yang secara

nasional diakui dan membentuk standar dasar untuk industri

tertentu. Menurut LSP Telematika standar kompetensi merupakan

ukuran atau patokan tentang pengetahuan, keterampilan dan sikap

kerja yang harus dimiliki seseorang untuk mengerjakan suatu

pekerjaan atau tugas yang sesuai dengan unjuk kerja yang

dipersyaratkan.

Dapat disimpulkan bahwa standar kompetensi adalah sejumlah

kompetensi dasar yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan

suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan,

keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan unjuk kerja yang

dipersyaratkan.

Indonesia memiliki kualifikasi nasional yang mengatur

mengenai tenaga kerja dan jenjangnya, kualifikasi tersebut

tertuang dalam KKNI. Kerangka kualifikasi nasional Indonesia (KKNI)

adalah kerangka penjenjangan

32

kualifikasi dan kompetensi tenaga kerja Indonesia yang

menyandingkan, menyetarakan, dan mengintergrasikan sektor

pendidikan dengan sector pelatihan dan pengalaman kerja dalam

suatu skema pengakuan kemampuan kerja yang disesuaikan

dengan struktur di berbagai sector pekerjaan (Perpres Nomor 8

Tahun 2012). Dalam Kualifikasi KKNI terdapat 9 (Sembilan) jenjang

yang terdiri dari kualifikasi 1 adalah tamatan pendidikan dasar,

kualifikasi 2 adalah tamatan pendidikan menengah baik SMA

maupun SMK, kualifikasi 3, 4, dan 5 adalah lulusan Diploma 1

hingga Diploma 3, dan kualifikasi 6 adalah lulusan pendidikan

profesi, sedangkan yang terakhir yaitu kualifikasi 7, 8, dan 9 adalah

lulusan S-1/Diploma 4, S-2, dan S-3.

KKNI merupakan perwujudan mutu dan jati diri bangsa

Indonesia terkait dengan system pendidikan nasional, system

pelatihan kerja nasional serta system penilaian kesetaraan capaian

pembelajaran nasional, yang dimiliki Indonesia untuk menghasilkan

sumber daya manusia nasional yang bermutu dan produktif. KKNI

menyatakan 9 jenjang kualifikasi sumberdaya manusia Indonesia

yang produktif, secara komperhensif mempertimbangkan dua sisi

penting relevansi pendidikan dan pelatihan yaitu kebutuhan

kompetensi kerja dalam ranah dunia kerja serta ketercapaian

pembelajaran yang dihasilkan dalam suatu proses pendidikan.

Menurut Dikti tahun 2011, Diskriptor setiap jenjang kualifikasi

KKNI yang merupakan perpaduan antara kompetensi yang

dibutuhkan dunia kerja dan ketercapaian pembelajaran yang

disesuaikan dengan perkembangan ilmu

33

pengetahuan, teknologi, dan seni perkembangan sektor-sektor

pendukung perekonomian kesejahteraan rakyat seperti

perindustrian, pertanian, kesehatan, hukum dan aspek lain yang

terkait, serta aspek-aspek pembangun jati diri bangsa yang

tercermin dalam bhineka tunggal ika, yaitu komitmen untuk tetap

mengakui keragaman agama, suku, budaya, bahasa dan seni yang

tumbuh dan berkembang di bumi Indonesia.

Seperti yang dijabarkan pada gambar KKNI terdiri atas 9

jenjang kualifikasi, dimulai dari jenjang yang paling rendah yaitu

jenjang satu dan jenjang yang paling tinggi yaitu jenjang sembilan.

Sekolah menengah kejuruan berada pada level 2 yang

dikelompokan dalam jabatan operator. Dalam jabatan sebagai

operator siswa SMK sangat dituntut untuk memilki dan menguasai

kometensi yang sesuai dengan bidang keahliannya.

Gambar 2. Level pada KKNI (Dikti, 2011)

34

Dalam Kurikulum 2013 untuk siswa SMK, level kualifikasi

tamatan SMK bidang keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi

Kompetensi Keahlian Multimedia tercantum dalam table 1 level

kualifikasi dibawah ini

Table 1. Level KualifikasiTingkat Level Kualifikasi Kompetensi1 Teknisi Web Memahami fundamental

multimedia Memahami system informasi

manajemen Memahami algoritma

pemograman Mendesain grafis untuk media

cetak dan komunikasi massa Mendesain web untuk media

informasi dan komunikasi global

2 Teknisi Multimedia Mendesain multimedia untukmedia pendidikan dan bisnis

Membuat animasi 3 dimensiuntuk melengkapi multimedia

3 Teknisi Video Digital Menguasai teknik audio dandan Efek Visual video digital untuk media

informasi, iklan, dan hiburan. Edutaiment.

Dalam Kepmen Nomor Kep.11Men/111/2007 disebutkan bahwa

keahlian di bidang multimedia semakin dibutuhkan dalam aktivitas

sehari-hari, baik di dunia kerja atau dunia industri. Pekerjaan di

bidang multimedia sangat banyak dan beragam sesuai dengan

namanya Ruang lingkup pekerjaan bagi lulusan program keahlian

Multimedia adalah jenis pekerjaan atau profesi yang relevan

dengan kompetensi yang tertuang di dalam tabel SKKNI bidang

teknologi informatika pada jenjang SMK antara lain

35

Table 2. Ruang Lingkup Pekerjaan MultimediaNo Dunia usaha / Industri Lingkup Pekerjaan

1 Pengembang Web Pembuat web Pemelihara web

2 Pengembang Multimedia Pembuatan Multimedia Pemelihara multimedia

3 Pengembang permainan Pembuat pemainan Pembuat media simulasi

4 Rumah Produksi Pembuat video klipSinema/Film Penyunting video

5 Industri Media dan Pembuatan animasiPeriklanan Pembuatan media

informasi

6. Sertifikasi Kompetensi

Pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi berguna untuk

mengembangkan kompetensi dan mendidik atau melatih sampai

kompeten yaitu dibuktikan dengan adanya sertifkasi kompetensi

guna memastikan dan memelihara kompetensi (Surono, BSNP

2012). Sedangkan Sertifikasi kompetensi adalah proses pemberian

sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan objektif

melalui uji kompetensi yang mengacu pada standar kompetensi

kerja baik yang besifat nasional, maupun internasional. (Wikipedia

berbahasa Indonesia)

Dari pernyataan diatas menjelaskan bahwa sertifikasi adalah

proses formal untuk memvalidasi pengetahuan, keterampilan dan

kompetensi yang diperoleh oleh seseorang dengan cara mengikuti

suatu standar penilaian

36

yang telah ditetapkan. Hasil proses sertifikasi dinyatakan dalam

sertifikat yang dikeluarkan oleh badan-badan pemberi akreditasi.

Sertifikasi merupakan salah satu persyaratan dalam

memperoleh pekerjaan dan mempunyai pola :

a. Sertifikasi melalui proses pendidikan

Yaitu proses pendidikan yang di laksanakan oleh lembaga

formal atau lembaga pendidika normal, seluruh komponen

melalui pendidikan dilakukan penilaian

b. Sertifikasi melalui uji kompetensi

Melalui proses pelatihan pada lembaga pelatihan

c. Sertifikasi melalui uji kompetensi

Melalui uji keterampilan atau kompetensi pada tempat uji

komptensi. Badan- badan yang berwenang dalam sertifikasi

kompetensi di Indonesia antara lain :

a. Badan Nasional Sertifikasi Profesi

b. Lembaga Sertifikasi Profesi

c. Panitia Uji

d. Tempat Uji Kompetensi

Memiliki Sertifikasi keahlian merupakan bukti fisik, apabila

seseorang dapat menguasai suatu bidang keahlian tertentu,

tentunya akan berbeda antara seseorang yang memiliki sertifikasi

dan tidak memiliki sertifikasi untuk memasuki dunia kerja. Berikut

manfaat kepemilikan sertifikasi yaitu

37

a. Bagi sebuah Perusahaan

1) Memudahkan perusahaan untuk rekrutmen dan seleksi personil

2) Memudahkan perusahaan untuk penempatan dan penugasan

3) Memudahkan perusahaan untuk pengaturan remunesasi dan

kompensasi

4) Memudahkan perusahaan untuk mengaturan pengembangan

karier dan diklat

5) Meningkatkan produktivitas perusahaan

6) Meningkatkan keselamatan ditempat kerja

b. Bagi Tenaga Kerja

1) Meningkatkan mobilitas dan daya-saing tenaga kerja

2) Meningkatkan pengakuan atas kompetensi tenaga kerja

3) Meningkatkan prospek karier tenaga kerja

4) Meningkatkan keselamatan pribadi tenaga kerja

5) Meningkatkan rasa percaya diri dan kebanggaan tenaga kerja

c. Bagi Pemerintah Dan Masyarakat

1) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi bursa kerja

2) Meningkatkan daya saing kerja di pasar kerja global

3) Meningkatkan kualitas dan produktivitas perusahaan

4) Meningkatkan perlindungan dan kesejahteraan tenaga kerja

5) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi diklat

6) Mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah

38

7) Menurunkan tingkat pengangguran

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sertifikasi adalah

pengakuan kompetensi seseorang sesuai dengan standar penilaian

yang telah ditetapkan. Sertifikasi dapat diperoleh melalui proses

pendidikan, pelatihan dan melalui uji kompetensi.

Sertifikasi dapat diperoleh oleh berbagai kalangan dengan

berbagai paket keahlian tidak terkecuali paket keahlian multimedia,

berikut sertifikasi dibidang multimedia.

Sertifikasi paket keahlian multimedia adalah Vendor yang

mengeluarkan sertifikasi di bidang multimedia adalah Adobe dan

Macromedia. Sertifikasi yang di miliki Adobe dinamakan ACE

( Adobe Certified Expert), ditujukan untuk para Graphics Designer,

Web Designer, Developer, dan professional bisnis yang ingin

menunjukan kemampuan mereka dalam memahami produk Adobe.

Macromedia memiliki sertifikasi yang menunjukan kemampuan

seseorang telah menguasai satu atau lebih produk dari

Macromedia. Beberapa sertifikasi yang dimiliki macromedia adalah

Certified Macromedia Flash MX Developer, Certified Macromedia

Flash MX Designer, Certified ColdFusion MX Developer.

Sementara itu menurut LSP Telematika sertifikat kompetensi

bidang multimedia untuk siswa SMK yaitu sertifikasi kompetensi

level junior Graphic Designer dan level Practical Multimedia.

39

7. Uji Kompetensi Keahlian Multimedia

Menurut Kamus Besar Bahasa lndonesia(2008) kata uji diartikan

sebagai pencobaan untuk mengetahui kualitas sesuatu

(kepandaian, kecakapan, ketahanan dan sebagainya). Sehingga

kata uji menunjukkan pada suatu proses: untuk mengetahui

kualitas sesuatu. Berkaitan dengan penilaian hasil belajar siswa, uji

kompetensi merupakan evaluasi hasil belajar siswa selama belajar

dan bisa dijadikan sehagai alat ukur keberhasilan siswa dan guru

dalam melaksanakan pembelajaran di sebuah sekolah.

Text atau uji merupakan perangkat evaluatif atau prosedur

dimana perilaku siswa dalam domain tertentu diperoleh dan

kemudian dievaluasi

dan diberi skor menggunakan proses standar. Pengujian

merupakan proses pengumpulan data dan mengembalikan hasil,

bukan proses memberikan kesempatan untuk belajar. Data dari

beberapa penilaian yang digunakan

unntuk membuat keputusan: tentang level hasil belajar siswa. Uji

kompetensi mementingkan indikator-indikator kompetensi siswa

terpenuhi dan dapat dikembangkan lebih lanjut ( Dominique,

2006:46)

8. Evaluasi

Menurut suhasimi Arikunto dan Cepi (2009:2) evaluasi adalah

kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang kerjanya sesuatu,

yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan

alternative yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan.

40

Weiss (1972) memandang, evaluasi meliputi berbagai jenis

atau gradasi makna judgment (penentuan nilai). Suatu gejala

tunggal (orang, benda, idea atau pemikiran) dicermati dan

ditimbang dengan menggunakan semacam ukuran atau kriteria

baik yang bersifat eksplisit maupun implisit. Menurut Hadi (2011 :

13) evaluasi adalah proses mengumpulkan informasi mengenai

suatu objek, menilai suatu objek, dan membandingkannya dengan

kriteria, standar dan indikator.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan

bahwa pengertian evaluasi sebagai suatu kegiatan

mendiskripsikan, mengumpulkan data, menyajikan suatu informasi

yang terrencana untuk mengetahui keadaan suatu objek.

Pengumpulan informasi dilakukan dengan menggunakan

instrument yang hasilnya dibandingkan dengan suatu acuan

(standar) untuk memperoleh suatu kesimpulan yang bermanfaat

untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Setiap pelaksanaan suatu kegiatan evaluasi tentunya memiliki

suatu tujuan tertentu. Evaluasi sendiri memiliki tujuan yaitu untuk

mendapatkan informasi mengenai suatu program yang digunakan

sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Menurut

Weiss (1972 :4) bahwa tujuan evaluasi adalah :

The purpose of evaluation research is to measure the effect of program against the goals it set out accomplish as means of vontributing to subsuquest decision making about the program end improving future programming.

41

Pernyataan sebut dapat diartikan bahwa tujuan evaluasi adalah

untuk mengukur dampak atau pengaruh sebuah program dengan

membandingkan dengan sasaran atau tujuan program yang telah

ditetapkan sebelumnya hasil dari perbandingan akan dijadikan

pertimbangan untuk pengambilan keputusan tentang program

tersebut untuk peningkatan program dimasa yang akan datang

Menurut Arikunto (2010:292) evaluasi program juga berarti

upaya untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan suatu kebijakan

secara cermat dengan cara mengetahui efektifitas masing-masing

komponennya, berikut beberapa komponen tersebut :

a) Menghentikan program, karena dipandang bahwa program

tersebut kurang bermanfaat atau dalam pelaksanaanya sangat

banyak hambatan

b) Memodifikasi Program, berdasarkan dari data yang terkumpul

dapat diketahui bahwa hasil dari program tersebut kurang

tinggi sehingga diperlukan penyusunan perencanaan program

kembali secara lebih baik.

c) Merevisi program, karena ada yang kurang sesuai dengan

harapan (terdapat kelemahan pada program tetapi hanya

sedikit)

d) Melanjutkan program, karena pelaksanaan program sudah

berjalan sesuai dengan harapan dan memberikan hasil yang

bermanfaat

Uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan evaluasi program

adalah jawaban atas pernyataan apakah program dilanjutkan atau

dihentikan. Dilanjutkan dalam arti perlu perbaikan atau revisi agar

program

42

lebih efektif pada masa yang akan datang. Evaluasi perlu

dihentikan apabila program tidak banyak memberikan manfaat

justru menimbulkan banyak resiko.

Terdapat beberapa model evaluasi, model evaluasi sendiri

merupakan rancangan yang akan digunakan untuk melakukan

evaluasi terhadap suatu program. Desain evaluasi dikembangkan

oleh para ahli evaluasi, yang biasanya sering dinamakan dengan

nama pembuat atau tahap evaluasinya. Para ahli evaluasi telah

merancang model evaluasi yang dapat digunakan oleh para

evaluator. Tayibnapis (2008: 13-21) dalam bukunya evaluasi

progam, menyebutkan beberapa evaluasi yang terkenal antara lain:

model CIPP, UCLA, model Stake atau model counternances. Model-

model yang satu dengan yang lainnya memang nampak bervariasi

namun semuanya memiliki tujuan yang sama yaitu sehubungan

dengan pengambilan keputusan. Ada banyak model evaluasi

program tersebut antara lain:

a) Model Evaluasi CIPP

Evaluasi model CIPP dikembangkan pertama kali oleh Daniel

Stufflebean pada tahun 1960-an. CIPP merupakan singkatan dari

Context, Input, Procees, and Product yang berarti evaluasi model ini

menilai dari segi konteks, input, proses, dan keluaran yang

dihasilkan. CIPP adalah pendekatan pengambilan keputusan yang

difokuskan untuk evaluasi dan menekankan penyediaan informasi

yag sistematis berdasarkan program dan

43

pelaksanaanya. Informasi dipandang sebagai suatu nilai yang palin

berharga ketika suatu program akan dilaksanakan (Robinson,

2002 :1).

Menurut Patton (Robinson, 2002 : 1), CIPP merupakan

kumpulan dari informasi yang terangkum secara sistematis

mengenai aktivitas, karakteristik dan keluaran dari program yang

digunakan oleh orang-orang tertentu. CIPP bertujuan mengevaluasi

dan mengurangi kegagalan, meningkatkan tingkat efektifitas dan

membuat keputusan mengenai program yang akan dilaksanakan

beserta dampak yang menyertainya.

Olds dan militer dikutip dari Kuo-Hung Tseng (2010: 3)

menyatakan bahwa untuk melakukan evaluasi dengan CIPP, maka

langkah-langkah yang dibutuhkan untuk perencanaan penilaian

adalah sebagai berikut: (1) mengidentifikasi keserasian tujuan dari

program yang dilaksanakan dengan tujuan dari institusi dan badan

akreditasi sekolah yang ditunjuk; (2) mengembangkan objektivitas

program dan kriteria performa pada tiap-tiap tujuan; (3)

menentukan metode yang terbaik untuk menilai dan mengevaluasi

tiap-tiap hasil dan mengumpulkannya; (4) melaporkan hasil kepada

instansi yang ditunjuk sebagai penanggung jawab dan memberikan

perbaikan terhadap program tersebut.

Tahap model evaluasi CIPP yang dikemukakan Kaufman dan

Thomas (2009: 116-117) adalah sebagai berikut :

44

1) Evaluasi Konteks (Context Evaluation)

Evaluasi konteks adalah fase awal dalam pengembangan program yang

meliputi identifikasi kebutuhan dan desain program. Fase ini juga

merupakan upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan,

kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel penelitian

dan tujuan program. Evaluasi konteks meliputi penggambaran latar

belakang program yang dievaluasi, memberikan perkiraan

kebutuhan dan tujuan program, menentukan sasaran program dan

sejauh mana tawaran ini cukup responsif terhadap kebutuhan yang

sudah diidentifikasi.

2) Evaluasi Masukan (Input Evaluation)

Evaluasi input digunakan untuk mengidentifikasi apa yang benar-benar

diperlukan untuk menentukan definisi tentang tujuan evaluasi yang

sedang dilakukan. Masukan (input) merupakan model yang

digunakan untuk menentukan bagaimana cara penggunaan sumber

daya yang ada bisa mencapai tujuan serta secara essential

memberikan informasi tentang apakah perlu mencari bantuan dari

pihak lain atau tidak. Aspek input juga membantu menentukan

prosedur dan desain untuk mengimplementasi program.

3) Evaluasi Proses (Procees Evaluation)

Evaluasi proses secara khusus digunakan untuk mendeteksi,

mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan suatu program yang terjadi selama

45

implementasi suatu program. Evaluas proses digunakan sebagai

rekaman impelemntasi riil suatu program.

4) Evaluasi Produk (Product Evaluation)

Evaluasi produk terjadi ketika suatu program sudah

berlangsung dengan penekanan pada pengumpulan informasi yang

dibutuhkan untuk suatu keputusan yang dibuat berkenaan dengan

suatu program. Evaluasi produk meliputi penentuan (penilaian)

dampak umum dan khusus suatu program, mengukur dampak

terantisipasi, mengidentifikasi dampak yang tidak terantisipasi,

memperkirakan kebaikan program, serta mengukur efektifitas

program.

Berdasarkan berbagai jenis pemamaparan mengenai model

CIPP diatas, maka dapat didefinisikan bahwa model CIPP

merupakan model evaluasi yang mengevaluasi suatu pelaksanaan

program dilihat dari empat aspek yaitu konteks, masukan, proses

dan keluaran informasi yang diperoleh dalam model ini merupakan

data yang sangat berharga. Data tersebut digunakan untuk

mengevaluasi dan mengurangi kegagalan.

b) Model Evaluasi Kesenjangan ( Discrepancy Model )

Kata discrepancy adalah istilah bahasa inggris yang dapat

diartikan kedalam bahasa Indonesia yang berarti “kesenjangan”.

Model yang di kembangkan oleh Malcolm Provus ini merupakan

model evaluasi yang berangkat dari asumsi bahwa untuk

mengetahui kelayakan suatu program, evaluator dapat

membandingkan apa yang seharusnya dan diharapkan

46

terjadi dengan apa yang sebenarnya terjadi. Dari kegiatan

membandingkan tersebut dapat diketahui ada tidaknya

kesenjangan antara keduanya yaitu standar yang ditetapkan

dengan kinerja sesungguhnya ( Kaufman dan Thomas, 2009: 127).

Model evaluasi ini bertujuan untuk menganalisis suatu

program sehingga dapat ditentukan apakah suatau program layak

ditentukan, ditingkatkan, atau sebaliknya dihentikan dengan

mementingkan terdefinisikannya standar, performance, dan

discrepancy secara terperinsi dan terukur. Evaluasi program yang

dilaksanakan oleh evaluator bertujuan mengukur besarnya

kesenjangan yang ada disetiap komponen program. Dengan

terjabarnya setiap komponen program maka langkah-langkah

perbaikan dapat di lakukan.

c) Model Evaluasi Scriven

Model ini dikembangkan oleh Michael Scriven dengan tujuan

utama pada waktu itu adalah evaluasi kurikulum. Akan tetapi

evaluasi yang dikemukakanya dapat dialihkan kepada evaluasi

proses, dan evaluasi produk, maupun evaluasi program. Dengan

kata lain model scriven dapat diaplikasikan pada berbagai kegiatan

dan program pendidikan. Scriven menenkankan bahwa evaluasi

menginterprestasi-kan evaluator sebagai pengambil keputusan dan

sekaligus penyedia informasi. Dengan demikian ia membedakan

antara “god of evaluation dan role of evaluation” berhubungan

dengan proses pendidikan, antara lain proses pengembangan

kurikulum dan

47

proses pembelajaran. Scriven memberikan kontribusi dan evaluasi

pendidikan antara lain:

1) Evaluasi berdasarkan kenyataan ( Goal Free Evaluation )

Scriven menekankan bahwa evaluasi program dan produk

hendaklah menilai efek nyata dari suatu kegiatan. Ini berarti

bahwa evaluasi tidak terikat hanya pada tujuan yang

dirumuskan pada permulaan program, akan tetapi juga

memperhatikan efek nyatanya. Dengan cara ini semua hasil

kegiatan dapat diketahui termasuk didalamnya efek samping

yang ditimbukan pada suatu kegiatan.

2) Evaluasi Formatif ( Formative Evaluation )

Model ini juga pada awalnya dirancang oleh Scriven dalam

hubungan pengembangan kurikulum. Ia menyatakan suatu

kurikulum mempunyai bentuk yang siap. Evaluasi formatif

merupakan pengumpulan data atau bukti selama penyusunan

dan uji coba kurikulum baru. Revisi atau perbaikan dilakukan

berdasarkan bukti-bukti yang dikumpulkan melalui

evaluasi formatif. Evaluator dapat melihat kekurangan dalam

pelaksanaan program / kegiatan dan dapat memantau proses

pelaksanaan sehingga dapat membantu dalam

penyempurnaan dan kelengkapan produk yang dikembangkan.

Oleh karena itu, evaluasi formatif dapat juga disebut dengan

evaluasi internal (Internal-evaluation atau intrinsic evaluation)

karena evaluasi formatif

48

menyangkut isi, tujuan, prosedur/proses, sikap guru, sikap

siswa, fasilitas, dan sebagainnya.

3) Evaluasi Summatif ( Summative Evaluation )

Berbeda dengan evaluasi formatif, evaluasi sumatif lebih

diarahkan untuk menguji efek dari komponen-komponen

pendidikan atau pembelajaran terhadap para siswa, atau

dapat diarahkan untuk menguji efek dari komponen-komponen

pendidikan/pembelajaran terhadap para siswa. Evaluasi

sumatif dirancang untuk mengetahui seberapa jauh kurikulum

yang telah disusun sebelumnya memberikan hasil kepada

siswa antara lain mencakup aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Hal itu dapat dilihat pada hasil pre test dan post

test antara kelompok eksperimen dan kontrol. Walaupun

Scriven tidak mengarahkan model ini pada evaluasi pada

proses belajar dan mengajar, namun pelaksanaan kurikulum

tidaklah dapat dipisahkan dari kegiatan pendidikan.

d) Model Evaluasi Kirkpatrick

Model yang dikembangkan oleh Kirkpatrick ini dikenal dengan

evaluating traning program : the four level evaluation model.

Evaluasi terhadap program training mencangkun empat level

evaluasi yaitu : reaction, learning, behavior, dan result.

1) Evaluasi Reaksi (Reaction Evaluation)

49

Evaluasi terhdap reaksi peserta training berarti mengukur

kepuasan peserta (customer satisfaction). Kepuasan peserta

training dapat dikaji dalam beberapa aspek, yaitu : materi

yang diberikan, fasilitas yang tersedia, strategi penyempaian

materi yang digunakan oleh instruktur, media pembelajaran,

jadwal kegiatan sampai menu dan penyajian konsumsi yang

disediakan. Mengukur reaksi dapat dilakukan dengan reaction

sheet dalam bentuk angket sehingga lebih mudah dan lebih

efektif.

2) Evaluasi Belajar (Learning Evaluation)

Evaluasi belajar menurut Kirkpatrick adalah membandingkan

perkembangan antara kelompok yang mengikuti pelatihan

dalam waktu tertentu atau dapat juga dilakukan dengan

membandingkan hasil pre test dan post test, tes tertulis,

maupun tes kinerja (performance test).

3) Evaluasi Perilaku (Behavior Evaluation)

Menurut Widoyoko (2009: 178) evaluasi perilaku dapat

dilakukan dengan membandingkan perilaku kelompok control

dengan perilaku peserta training atau dengan membandingkan

perilaku sebelum dan setelah mengikuti training maupun

melalui survey dan wawancara dengan pelatih, atasan, atau

bawahan peserta training setelah kembali ketempat kerja.

Dengan demikian evaluasi perilaku lebih memfokuskan pada

peserta training.

4) Evaluasi Hasil (Result Evaluation )

50

Evaluasi hasil ini dapat dilakukan dengan membandingkan

kelompok kontrol dengan kelompok peserta training,

mengukur kinerja sebelum dan setelah mengikuti pelatihan.

e) Model Evaluasi Stake (Countenance Model)

Stake menekankan adanya dua dasar kegiatan dalam evaluasi, yaitu

description dan judgement, membedakan adanya tiga tahap

dalam program pendidikan yaitu : antercedents (input),

transaction (proses), dan outcomes (hasil). Model Stake sama

dengan CIPP dimana keduanya cenderung komprehensif

(menyeluruh) dan mulai dari evaluasi selama tahap perencanaan

dari pengembangan program. Stake mengidentifikasi dari tiga

tahap evaluasi program pendidikan dan faktor yang

mempengharuhinya (Kaufman and Thomas, 2009 : 123), yaitu :

1) Antecedents Phase; sebelum program diimplementasikan

kondisi/kejadian apa yang ada sebelum implementasi

program? Apakah kondisi/kejadian ini akan mempengaruhi

program?

2) Transaction Phase; pelaksanaan program; Apakah yang

sebenarnya terjadi selama program dilaksanakan? Apakah

program yang sedang dilaksanakan itu sesuai dengan rencana

program?

3) Outcomes Phase; mengetahui dampak/hasil implementasi

pada akhir program. Apakah Program itu dilaksanakan sesuai

dengan yang diharapkan?

51

Setiap tahapan tersebut dibagi menjadi dua bagian yaitu

description dan judgment. Model evaluasi Stake melakukan

perbandingan antara standar tertentu dengan pelaksanaan nyata

suatu program yang nantinya digunakan untuk memberikan

keputusan dari sebuah program ( Judgement ). Model Stake akan

dapat memberikan gambaran pelaksanaan program secara

mendalam dan mendetail. Presepsi orang-orang yang terlihat

dalam system pendidikan seperti perilaku siswa, peran guru,

ketersediaan sarana dan prasarana, dan situasi proses belajar

mengajar disekolah adalah kenyataan yang harus diperhatikan.

Aspek penting dari evaluasi program dikemukakan oleh

Conrad & Wilson (1985:19) yaitu Model evaluasi tidak hanya

menyediakan kerangka keseluruhan untuk evaluasi tetapi juga

member bentuk pada pertanyaan penelitian, mengantur dan

fokus evaluasi, dan menginformasikan proses penelitian.

Sehingga berdasarkan pemaparan berbagai jenis evaluasi di atas,

dalam penelitian ini model CIPP merupakan model yang paling

sesuai. Hal ini didasarkan karena model jenis ini mengevaluasi

suatu program secara lengkap yakni aspek konteks, input, proses,

dan produk. Maka dalam penelitian ini, peneliti memutuskan

menggunakan model evaluasi CIPP dalam melakukan penelitian

yang berjudul “Evaluasi Pelaksanaan Uji Kompetensi Siswa

Keahlian Multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta.

52

9. Penelitian yang Relevan

Samsudi (2011) meneliti tentang kesiapan SMK dalam

pelaksanan uji kompetensi keahlian dalam rangka ujian nasional.

Uji kompetensi nasional SMK dimulai pada 2006/2007

membutuhkan penelitian salah satunya adalah sehubungan

dengan kesiapan dan pelaksanaan di lapangan. Penelitian ini

didasarkan pada kenyataan bahwa kondisi sekolah yang

bervariasi, dari lokasi, kondisi internal dan dukungan stakeholder.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan kesiapan

sekolah kejuruan, asesor internal dan penguji infrastruktur, waktu,

jangka waktu pemeriksaan kompetensi, prosedur, dan

mekanisme. Pembahasan yang dibagi menjadi dua lokasi yaitu

provinsi dan kabupaten.

Iskandar F (2012) meneliti tentang Evaluasi pelaksanaan

program pendampingan penyelenggaraan pendidikan kejuruan

direktorat pembinaan smk. Penelitian ini bertujuan menganalisis

pelaksanaan program pendampingan penyelenggaraan

pendidikan kejuruan dengan mengambil studi kasus di Universitas

Sebelas Maret, Surakarta dengan menggunakan model CIPP.

Subyek peneltian adalah Pejabat Direktorat Pembinaan SMK,

coordinator program di perguruan tinggi, dosen pembimbing

lapangan, bendahara program, peserta program, kepala sekolah

serta guru pamong. Hasil penelitian pada komponen konteks

menunjukan relevansi yang kuat antara program pendamping

dengan tujuan dari stakeholder yang terlibat yaitu pihak

Direktorat pembinaan SMK, perguruan tinggi pelaksana dan

53

sekolah kejuruan, pada komponen input institusi pelaksana

merupakan perguruan tinggi yang memiliki program studi yang

dibutuhkan di sekolah kejuruan serta mampu menyediakan

peserta dengan program studi yang sesuai dengan tahun ajaran

sekolah, dan dari komponen product menunjukan bahwa semua

peserta telah memberikan manfaat bagi sekolah dalam

pelaksanaan program pembelajaran di sekolah baik aspek

teaching maupun non-teaching.

Widayati A (2012) meneliti tentang evaluasi pelaksanaan uji

kompetensi produktif SMK program keahlian akuntansi.Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan UKP,

kesiapan pihak sekolah serta tanggapan dunia usaha dunia insutri

selaku institusi pasangan sekolah dalam menyelenggarakan

pendidikan Sistem Ganda. Hasil Penelitian menunjukan bahwa

pelaksanaan UKP kurang lebih 77,143% sudah sesuai dengan

pedoman pelaksanaan UKP. Kesiapan pihak sekolah sudah cukup

baik yang dibuktikan dengan tingkat kelulusan 100%. Akan tetapi

mutu lulusan harus dikaji lebih lanjut mengingat standar minimal

kelulusan merupakan syarat yang diupayakan untuk ditempuh

oleh sekolah. Nilai standar yang telah ditempuh siswa perlu dikaji

lebih labjut apakah nilai tersebut menunjukan kompetensi lulusan

yang sebenarnya. Sertifikasi masih merupakan formalitas sebagai

konsekuensi adanya UKP. Sebagian besar dunia kerja dan dunia

industry berlum memberikan pengakuan terhadap keberadaan

sertifikat kompetensi tersebut.

54

Yowanita (2014) meneliti mengenai Evaluasi Uji kompetensi

keahlian Program keahlian multimedia se Kota Yogyakarta.

Bertujuan mengetahui sejauh mana pemahaman guru-guru

terhadap uji kompetensi, pelaksanaan uji kompetensi program

keahlian multimedia dan mengetahui materi apa saja yang

diujikan pada uji kompetensi program keahlian multimedia.

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah

wawancara dan angket. Penelitian ini dilaksanakan di SMK yang

ada di Kota Yogyakarta yang memiliki paket keahlian multimedia.

Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa dari seluruh aspek yang

diteliti telah sesuai dengan pedoman pelaksanaan.

10. Kerangka Pikir

Dalam pendidikan kejuruan, SMK merupakan pendidikan

pada jenjang menengah yan memprsiapkan dan mengembangka

kompetensi siswa untuk memasuki dunia kerja, sehingga

kualifikasi lulusan SMK juga harus sesuai dengan kebutuhan dunia

usaa dan industri.

55

SKL SMK Kompetensi SKKNIKeahlian

InternalSumatif

AsesmenEksternal CBA

Uji Kompetensi PraktikKejuruan

Evaluasi

Context Input Process Product

Gambar 3. Skema Kerangka

Pikir 11. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana kesesuaian uji kompetensi siswa keahlian

multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek context?

2. Bagaimana kelengkapan uji kompetensi siswa keahlian

multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspekinput?

3. Bagaimana efektivitas uji kompetensi di SMK Piri 3 Yogyakarta

ditinjau dari aspek process?

4. Bagaimana ketercapaian uji kompetensi siswa keahlian

multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek product?

5. Bagaimana uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK Piri

3 Yogyakarta ditinjau dari asepk context, input, process,

danproduct secara akumulatif?

56

6. Bagaimana efektivitas pengawasan uji kompetensi di SMK Piri 3

Yogyakarta?

7. Bagaimana efektivitas system penilaian uji kompetensi di SMK

Piri 3 Yogyakarta

57

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi (evaluation

research) dengan menggunakan model CIPP ( Context, Input,

Process, and Product). Penelitian ini bersifat deskriptif evaluative,

yaitu penelitian evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui nilai

variable, baik satu variable atau lebih tanpa membuat

perbandingan atau menghubungkan antara variable satu dengan

variable lain. Penelitian ini difokuskan pada masalah uji kompetensi

siswa keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Piri 3 Yogyakarta, SMK ini

memiliki kompetensi keahlian multimedia dan telah melaksanakan

uji kompetensi siswa keahlian multimedia. Penelitian dilaksanakan

antara bulan November 2016 sampai dengan Febuari 2017.

C. Responden

Populasi dalam penelitian ini adalah asesor yang terdiri dari

guru produktif multimedia dan DU/DI asesor pelaksana uji

kompetensi keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta. Sampel

penelitian dengan

58

menggunakan sampel jenuh yang berjumlah 4 orang. Sampel terdiri

dari 4 orang asesor yang terdiri dari 2 asesor internal dan 2 asesor

eksternal yaitu, Dewi Nurpitasari, S.Sn ; Cahyaningtyas

Rahmawati,S.Pd ; Setyadi Hastanto; dan Anton Saputro.

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini mencakup sejumlah aspek yang

sesuai dengan model evaluasi CIPP, maka variabel yang didefisikan

secara operational adalah

1. Context yaitu yang berpengaruh terhadap program. Aspek

konteks dari sebuah uji kompetensi mencakup: kebijakan dan

tujuan kompetensi kejuruan multimedis, tuntututan

pengembangan diri dan peluang lulusan ultimedia, dan

perkembangan IPTEK

2. Input adalah segala sesuatu yang menjadi masukan, tersedia,

dan siap diperlukan untuk berlangsung proses .

3. Process adalah proses langsung berhubunngan dengan

implemetasu uji kompetensi keahlian. Hal yang termasuk

kedalam evaluasi proses adalah waktu, prosedur, pengawasan,

dan sistem penilaian

4. Product adalah produk yang dihasilkan dalam uji kompetensi

keahlian multimedia.

60

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan data

1. Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan cara

menyebar kuesioner (angket) dan dokumentasi . Dokumentasi

yang digunakan adalah mendokumentasi sebagai data

pendukung berupa gambar dan foto. Kuesioner yang digunakan

merupakan kuesioner tertutup karena telah disediakan jawaban

sehingga reseponden hanya dapat memilih salah satu dari

option jawaban. Pernyataan yang disedikan dalam kuesioner

dibagi menjadi empat aspek yaitu context, input, process, dan

product. Langkah yang dilakukan peneliti dalam menyusun

angket :

a. Menentukan kajian teori

b. Mencari referensi penelitian yang terdahulu

c. Menggabungkan antara kajian dan referensi

d. Membuat dan menentukan spesifikasi instrument. Spesifikasi

instrument berisi tujuan pengukuran, indikator instrumen,

memilih bentuk instrument yang akan digunakan.

e. Menggunakan instrument yang sudah ada dipenilitian

sebelumnya yaitu milik Yowanita Dwi Irwanti yang sudah di

uji dan di validasi pada tahun 2014.

f. Memperbaharui instrument berdasarkan hasil perhitungan validitas

dan reabilitas empiris

2. Instrumen Penelitian

61

Table 3.Kisi Kisi Instrumen PenelitianVariabel Indikator Item

Kebijakan dan tujuan uji kompetensi 1-7

Context Tuntuta pengembangan diri dan 8, 12-16peluang tamatan multimedia di duniausaha dan industriKemajuan IPTEK dibidang Multimedia 9-11Asesor 1,4-16Perangkat Uji kompetensi 2,3,18,21,

Input Tempat uji kompetensi 17Sarana dan Prasarana 19,20Waktu uji kompetensi 1,2Prosedur uji kompetensi 3,4

Process Pengawas uji kompetensi 5-7,9-11Sistem penilaian 8,12-16

Hasil uji kompetensi siswa 1-6Product Produk uji kompetensi 7-9

Sertifikat kompetensi 1-14Tabel 3 menunjukan Kisi-kisi instrument yang telah dibedakan menjadi 4 bagian context, input, process, dan product.

F. Validitas, Reabilitas, dan Teknik Pengisian Instrumen

1. Validitas

Validitas merupakan ukuran yang menunjukan tingkat

kevalidan dan kebenaran suatu instrumen. Instrumen dapat

dikatakan valid apabila dapat sebagai alat ukur untuk mengukur

suatu hal yang diinginkan serta dapat mengungkapkan data dari

variable yang akan diteliti. Instrumen dapat dikatakan valid apabila

data yang terkumpul tidak menyimpang dari

62

gambaran variable yang akan diteliti. Untuk memperoleh bukti

validitas terdapat dua jenis validitas yaitu aliditas isi dan validitas

konstruk a. Validitas isi

Untuk memperoleh bukti validitas isi pada instrument

penelitian dilakukan dengan cara meminta pertimbangan ahli

(expert judgment). Instumen yang dipakai adalah instrument

yang sudah ada dan sudah divalidasi yang di buat oleh

Yowanita Irwanti Dalam Tesis nya yang berjudul “Evaluasi Uji

Kompetensi Keahlian Multimedia di SMK Se-Kota Yogyakarta”

Validitas isi intrumen yang berupa angket dilakukan oleh dua

orang ahli yaitu Bapak Prof. Dr. Herminarto Sofyan, M.Pd ,selaku

ahli dalam bidang pembelajaran pendidikan vokasi dan Bapak

Herman Dwi Surjono, Ph.D., selaku ahli dalam bidag multimedia

pembelajaran. Berdasarkan penilaian dari kedua ahli tersebut

dinyatakan bahwa lembar angket yang digunakan untuk

mengumpulkan data penelitian di lapangan. (lampiran , hal)

b. Validitas Konstruk

Validitas konstruk dilakukan dengan uji terbatas pada

istrumen penelitian. Selanjutnya instrument penelitian ini

dianalisis butir, yaitu dengan cara mengkorelasikan melalui

rumus “ Product Moment” dari Pearson yaitu:

Keterangan :

63

rₓᵧ : Koefisien korelasi antara variable x dan y

N : Jumlah butir

∑XY : Jumlah perkalian skor total dengan skor butir

X : Skor Butir

Y : Skor Total

Menurut Sugiyono (2011: 188), syarat minimum untuk

dianggap memenuhi syarat validitas adalah jika r ≥ 0,30. Harga

korelasi butir soal dengan skor total kurang dari 0,30 maka butir

soal dalam instrument tersebut dinyatakan tidak valid begitu

pula sebaliknya jika harga korelasi butir soal dengan skor total

lebih dari sama dengan 0,30 maka butir soal dalam instrument

tersebut dinyatakan valid atau sahih. Perhitungan analisis

validitas instrument menggunakan bantuan software statistic

SPSS versi .

2. Reliabilitas

Reabilitas pada instrument evaluasi uji kompetensi dari segi

context, input, process, dan product pada penelitian ini dihitung

dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach karena

instrumentnya yang digunakan berupa angket dan skalanya

bertingkat (Arikunto, 2010:239). Adapun rumus Alpha Cronbach

yang dimaksut sebagai berikut :

Keterangan :

64

r :Realibilitas instrument

k :Banyaknya butir pertanyaan / banyak soal

l :Bilangan konstan

∑ :Jumlah varians butir

:Varians total

Rumus yang digunakan untuk mengetahui varians adalah

Keterangan:

:Varians

EX² :Jumlah kuadrat skor butir

Perhitungan reabilitas instrument dibantu menggunakan

software statistic SPSS versi 21. Klarifikasi kategori koefisien

reliabilitas menurut Riduwan (2009:124) adalah sebagai

berikut:

Koefisien Reabilitas Tingkat Reliabilitas

0,800-1,000 Sangat Tinggi

0,600-0,799 Tinggi

0,400-0,599 Cukup

65

0,200-0,399 Rendah

Kurang dari 0,200 Sangat Rendah

Berdasarkan hasil uji coba instrument pada Tabel 5 diketahui hasil

reabilitas instrument angket dari aspek context yaitu 0,775

(tinggi), aspek input yaitu 0,923 (sangat tinggi), aspek process

yaitu 0,843 (sangat tinggi), dan aspek product yaitu 0,792

(tinggi),

Table 5.Hasil Reabilitas InstrumenVariabel Koefisien Reabilitas Keterangan

Context 0,775 Tinggi

Input 0,923 Sangat Tinggi

Process 0,843 Sangat Tinggi

Product 0,792 Tinggi

3. Teknik Pengisian Instrumen

Dari hasil uji coba instrument diperoleh bahwa instrument

angket valid dan reliable.Selanjutnya agar angket yang

digunakan dapat menyaring data penelitian secara baik dan

benar maka diperlukan teknik pengisian angket dalam hal ini

adalah pemilihan situasi dan waktu yang tepat dan dijadikan

dasar semua pengambilan data angket selama

penelitian.Suasana keakraban dengan responden juga dibangun

sehingga interaksi menjadi cair.

66

Teknik pengisisan instrument ini meliputi tahapan

persiapan, process, dan akhir.Pada tahapan awal yaitu dengan

melakukan observasi, perkenalan, dan penyesuaian jadwal

dengan jadwal pemerintah yaitu jadwal pelaksanaan uji

kompetensi keahlian. Pada tahap proses diusahakan terjalin

suasana dan komunikasi yang akrab dengan responden, dan

penyampaian maksut serta tujuan penelitian, dan meminta

kesediaan responden untuk mengisis instrument angket dengan

kesepakatan waktu yang telah disesuaikan dengan responden.

Tahap proses tidak berhenti sampai disitu karena selain

pengisian angket oleh responden, tetapi juga melakukan

dokumentasi serta ikut serta dalam proses uji kompetensi

keahlian. Selanjutnya pada tahap terakhir instrument, dilakukan

pengecekan ulang terhadap angket yang telah diisi.

G. Teknik Analisis Data

Penelitian ini bertujuan mengevaluasi uji kompetensi siswa

keahlian multimedia di Sekolah Menengah Kejuruan Piri 3

Yogyakarta dilihat dari aspek context, input, process, dan

product. Data penelitian yang diperoleh selanjutnya dilakukan

coding data dan dianalisa secara deskriptif. Analisis digunakan

untuk menghitung mean, median, modus, standar deviasi, table

distribusi data dan grafik kategori dalam kalimat. Kategori

tersebut menurut Djemari (2008: 123) dibagi menjadi empat

yaitu:

67

Table 6.Kategori Data Hasil PenelitianNo Skor Responden Kategori

1 X≥ x + 1.SBₓ Sangat Tinggi, Sangat Setuju, Selalu2 x + 1.SBₓ > X ≥ x Tinggi, Setuju, Kadang-kadang3 X > X> x – 1.SBₓ Rendah, Tidak Setuju, Pernah

4 X< x -1.SBₓSangat Rendah, Sangat Tidak Setuju,Tidak Pernah

Keterangan :

X : rerata skor ideal dalam penelitian

SBₓ

: simpangan baku ideal dalam komponen penelitian

X : (Skor Ideal Tertinggi + Skor Ideal Terendah) :2

SBₓ

: (Skor Ideal Tertinggi – Skor Ideal Terendah) : 6

Rumus Tersebut digunakan untuk mengkategorikan data

guru atau du/di terkait dengan CIPP uji kompetensi keahlian

multimedia. Proses perhitungan prosentase pencapaian dengan

menggunakan rumus :

Tingkat Pencapaian =

X 100%

Keriteria evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini

ditetapkan sebelum kegiatan evaluasi.Setiap aspek dianggap

sesuai jika memenuhi syarat serta mencakup kawasan indikator-

indikator dan dilakukan analisis data untuk mendapatkan

kategorisasi dari tiap aspek-aspeknya. Pengkategorisasian tiap

aspek adalah sebagai berikut

68

1. Evaluasi Context

Butir instrument angket terdiri dari 13 item pernyataan dengan 4

pilihan jawaban dengan model skala Likert.Rentang skor yang

diberikan 1 sampai 4.Hal ini berarti skor ideal terrendah adalah

13 dan skor ideal

tertinggi 52. Rata-rata idealnya

( 13 + 52 ) = 32.5 dan simpangan

baku ideal =( 52 – 13 ) = 6,5. Batasan-batasan kategori untuk

evaluasi konteks dapat disusun sebagai berikut:

X ≥ 39.00 : sangat tinggi/ sangat setuju/ selalu39.00 ≥X≥ 32.50 : tinggi/ setuju/ kadang-kadang32.50

≥X≥ 26.00 : rendah/ tidak setuju/ pernah

X < 26.00: sangat rendah/ sangat tidak setuju/ tidak pernah

2. Evaluasi Input

Butir instrument angket terdiri dari 20 item pernyataan dengan 4

pilihan jawaban dengan model skala Likert.Rentang skor yang

diberikan 1 sampai 4.Hal ini berarti skor ideal terendah adalah

20 dan skor ideal

tertinggi 80. Rata-rata idealnya = ( 20 + 80 ) = 50 dan simpangan

baku ideal = (80 - 20) = 10. Batasan-batasan kategori untuk

evaluasi input dapat disusun sebagai berikut:

X ≥ 60.00 : sangat tinggi/ sangat setuju/ selalu

60.00 ≥X≥50.00 : tinggi/ setuju/ kadang-kadang

50.00 ≥ X ≥40.00 : rendah/ tidak setuju/ pernah

X < 40.00 : sangat rendah/ sangat tidak setuju/ tidak pernah

69

3. Evaluasi Process

Butir instrument angket terdiri dari 13 item pernyataan dengan 4

pilihan jawaban dengan model skla Likert.Rentang skor yang

diberikan 1 sampai 4.Hal ini berarti skor ideal terendah adalah

13 sedangkan skor

ideal tertinggi 52. Rata-rata idealnya =

( 13 + 52 ) = 32.5 dan

simpangan baku ideal =(52 - 13) = 6.5. Batasan-batasan

kategori

untuk evaluasi process dapat disusun sebagai berikut:

X ≥ 39.00 : sangat tinggi/ sangat setuju/ selalu39.00 ≥X≥ 32.50 : tinggi/ sangat setuju/ kadang-kadang32.50 ≥X≥ 26.00 : rendah/ tidak setuju/ pernah

X < 26.00: sangat rendah/ sangat tidak setuju/ tidak pernah

4. Evaluasi Product

Butir instrument angket terdiri dari 10 item pernyataan dengan 4

pilihan jawaban dengan model skala Likert.Rentang skor yang

diberikan 1 sampai 4.Hal ini berarti skor ideal terendah adalah

10 sedangkan skor

ideal tertinggi adalah 40. Rata-rata idealnya = (10 + 40) = 25 dan

simpangan baku ideal = ( 40-10 ) = 5. Batasan-batasan kategori

untuk evaluasi product dapat disusun sebagai berikut:

X ≥ 30.00 : sangat tinggi/ sangat setuju/ selalu

30.00 ≥X≥ 25.00 : tinggi/ setuju/ kadang-kadang

25.00≥X≥ 20.00 : rendah/ tidak setuju/ pernah

X < 20.00 : sangat rendah/ sngat tidak setuju/ tidak pernah

70

5. Evaluasi secara Akumulatif

Butir instrument angket terdiri dari 56 item pernyataan dengan

model skala Likert.Rentang skor yang diberikan 1 sampai 4.Hal

ini berartu skor ideal terendah adalah 56 dan skor ideal tertinggi

224. Rata-rata

idealnya = ( 56 + 224) = 140 dan simpangan baku ideal = (224 –

56) = 28. Batasan-batasan kategori untuk evaluasi secara

akumulatif dapat disusun sebagai berikut:

X ≥ 168.00 : sangat tinggi/ sangat setuju/ selalu

168.00 ≥X≥ 140.00 : tinggi/ setuju/ kadang-kadang

140.00≥X≥ 112.00 : rendah/ tidak setuju/ pernah

X < 112.00: sangat rendah/ sngat tidak setuju/ tidak

pernah

71

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Deskripsi data yang disajikan meliputi mean, modus, media,

standar deviasi, nilai tertinggi, nilai terendah, skewness dan distribusi

frekuensi beserta diagramnya. Data yang dikumpulkan sebelumnya

dianalisa dan diadakan tabulasi terlebih dahulu.Langkah selanjutnya

adalah menghitung nilai masih-masih buti tiap komponen sehingga

diperoleh nilai komponen-komponen evaluasi yang diukur.

1. Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3

Yogyakarta ditinjau dari aspek context.

Data pada komponen uji kompetensi siswa keahlian

multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek context

diperoleh dari instrument berupa angket. Responden adalah

asesor yang terdiri dari guru mata pelajaran produktif multimedia

dan asesor dari dunia kerja. Indikator yang terdapat dalam aspek

tersebut antara lain: (1) kebijakan dan tujuan uji kompetensi; (2)

tuntutan pengembangan diri dan peluang tamatan multimedia di

dunia usaha dan industry; dan (3) kemajuan IPTEK di bidang

multimedia. Data komponen ini diperoleh dari hasil angket yang

diberikan kepada 4 responden.Angket tersebut memiliki 13 butir

pertanyaan.

72

Table 7. Statistik Deskriptif Asepk Context

Mean Median Modus Standar Max MinSkewness

Deviasi43.75 43.50 43.00 0.957 45 43 0.855

Berdasarkan Tabel 7 dapat diperoleh hasil bahwa harga rata-

rata (mean) sebesar 43.75; nilai tengah (median) sebesar 43.50;

nilai yang paling sering muncul (mode) sebesar 43.00. Data

tersebut memiliki standart deviation (simpangan baku) sebesar

0.957; nilai minimum sebesar 43; sedangkan nilai maksimum

sebesar 45; dan nilai skewness adalah 0.855.

Berdasarkan Tabel 7 nilai rata-rata (mean) lebih besar dari

nilai tengah (median), nilai yang sering muncul maka data

distribusinya juling negative / miring kekiri (skewness negative).

Ukuran skewness adalah 0.855.Untuk penilaian nilai tersebut

diubah ke angka rasio. Rasio adalah = nilai skewness/standar

error skewness = 0.855/1.014 = 0.843. Karena rasio skewness

berada antara -2 sampai dengan +2, maka distribusi data adalah

normal.

Table 8.Distribusi Frekuensi Aspek ContextNo Interval Kategori F %1 x<26 Sangat rendah 0 02 32.5 >x ≥26 Rendah 2 503 39 > x ≥32.5 Tinggi 1 254 x ≥39 Sangat Tinggi 1 25

Jumlah 4 100

73

Penyebaran skor berdasarkan tabel 8 menunjukan bahwa 0

responden dalam kategori sangat rendah (0%); 2 responden

dalam kategori rendah (50%); 1 responden dalam kategori tinggi

dan 1 lainnya dalam kategori sangat tinggi.Model visual

penyebaran skor dari tabel 8 dapat dilihat pada gambar 4.

Context2

2

1,51 1

1 Context

0,50

0Sangat Tinggi Tinggi Rendah Sangat

Rendah

Gambar 4. Grafik Aspek Context

Nilai pencapaian kualitas dari uji kompetensi siswa

keahlian di SMK Piri 3 Yogyakarta dari aspek contextdapat

dilihat pada tabel 9:

Table 9.Nilai Pencapaian Kualitas Aspek Context

Jumlah Jumlah Total Skor NPKPresentase

Keterangan

responden soal (%)4 13 175 43.75 85%

74

Berdasarkan Tabel 9, dapat diketahui bahwa komponen uji

kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta

ditinjau dari aspekcontextmemiliki nilai pencapaian 43.75.Menurut

batasan kategori nilai NPK aspek context berada pada keadaan

sangat sesuai yaitu lebih besar dari 39.00 (≥ 39.00).Nilai

Pencapaian yang diperoleh menunjukan bahwa aspek-aspek

context yang dibandingkan dengan kenyataan yang ada telah

sangat sesuai.

Table 10.Nilai Pencapaian Kualitas Indikator pada Aspek ContextIndikator Nilai Total Butir Nilai

Kebijakan dan tujuan uji 1 4.00kompetensi 2 3.25

3.64 3 3.004 3.755 3.756 4.007 3.75

Tuntutan pengembangan diri 8 3.50dan peluang tamatan

multimediadi dunia usaha dan industry ( 2.75 11 2.50

lokal, nasional, dan internasional 12 2.50

) 13 2.50Kemajuan IPTEK di bidang 9 3.50

Multimedia 3.65 10 3.75Tabel 10 menunjukan perolehan nilai pencapaian kualitas aspek

context dengan skala 4.

75

2. Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3

Yogyakarta ditijau dari aspek input

Data pada komponen uji kompetensi siswa keahlian

multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek input

diperoleh dari instrument berupa angket. Responden adalah

asesor yang terdiri dari guru mata pelajaran produktif multimedia

dan asesor dari dunia kerja. Indikator yang terdapat dalam aspek

tersebut antara lain: (1) asesor; (2) perangkat uji kompetensi; (3)

tempat uji kompetensi; (4) sarana dan prasarana. Data komponen

ini diperoleh dari hasil angket yang diberikan kepada 4

responden.Angket tersebut memiliki 20 butir pertanyaan.

Table 11.Statistik Deskriptif Aspek Input

MeanMedian Modus Standar Max Min Skewness

Deviasi67.50 67.50 65 2.082 70 65 0.000

Berdasarkan Tabel 11, dapat diperoleh hasil bahwa harga rata-rata

sebesar67.50; nilai tengah sebesar 67.50; nilai yang paling banyak

diperoleh adalah 65; Data tersebut memiliki standar deviation sebesar

2.082; nilai minimum sebesar 65; nilai maksimum 70; dan nilai skewness

0.000

Berdasarkan tabel 11nilai mean sama dengan nilai median

dan modus maka data distribusinya normal atau lurus.Ukuran

Skewness adalah 0.000.Untuk penilaian, nilai tersebut diubah ke

angka rasio. Rasio skewness adalah = nilai skewness/standar error

skewness = 0.000/1.014 = 0. Karena

76

rasio skewness berada diantara -2 sampai dengan +2, maka

distribusi data adalah normal.

Table 12.Distribusi Frekuensi Aspek InputNo Interval Kategori F %1 x < 40 Sangat Rendah 1 25%2 50 > x ≥40 Rendah 1 25%3 60 > x ≥50 Tinggi 1 25%4 x ≥ 60 Sangat Tinggi 1 25%

Jumlah 4 100

Penyebaran skor berdasarkan tabel distribusi frekuensi data

diatas menunjukan bahwa 1 responden dalam kategori sangat

tinggi; 1 responden dalam kategori tinggi; 1 responden dalam

kategori rendah; dan 1 responden dalam keadaan sangat rendah.

Model visual penyebaran skor dari tabel 12 dapat dilihat pada

gambar 5 .

Input

1

0,8

0,6

0,4

0,2

0

Input

Sangat Tinggi Tinggi Rendah SangatRendah

Gambar 5. Grafik Aspek Input

77

Nilai pencapaian kualitas dari uji kompetensi keahlian di

SMK Piri 3 dari aspek input dapat dilihat pada tabel 13.

Table 13.Nilai Pencapaian Kualitas Aspek Input

Jumlah Jumlah Total Skor NPKPresentase

Keterangan

responden soal (%)4 13 270 67,5 82.7%

Berdasarkan Tabel 13, dapat diketahui bahwa komponen dari

uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta

ditinjau dari aspek inputnilai pencapaian 67.5. Menurut batasan

kategori nilai NPK aspek input berada pada keadaan sangat sesuai

yaitu lebih besar dari 60.00 (≥ 60.00). Nilai Pencapaian yang

diperoleh menunjukan bahwa aspek-aspek input yang

dibandingkan dengan kenyataan yang ada telah sangat sesuai.

Table 14.Nilai Pencapaian Kualitas pada Indikator Aspek Input

Indikator Nilai Total Butir Nilai1 3.754 4.005 4.00

Asesor 6 4.003.19 7 3.75

8 3.759 3.5010 3.5011 1.75

78

12 1.7513 2.5014 2.5015 3.7516 2.252 3.75

Perangkat Uji kompetensi 3.75 3 3.7518 3.75

Tempat uji kompetensi 4.00 17 4.0019 3.75

Saraba dan Prasarana 3.75 20 3.75

Tabel 14 menunjukan perolehan nilai pencapaian kualitas

setiap indikator pada aspek input dengan skala 4.

3. Uji Kompetens Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta

ditinjau dari aspek process

Data pada komponen uji kompetensi siswa keahlian

multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek proses

diperoleh dari instrumen berupa angket. Responden adalah asesor

yang terdiri dari guru mata pelajaran produktif multimedia dan

asesor dari dunia kerja. Indikator yang terdapat dalam aspek

tersebut antara lain: (1) waktu; (2) prosedur uji kompetensi; (3)

pengawasan uji kompetensi; (4) sistem penilaian. Data komponen

ini diperoleh dari hasil angket yang diberikan kepada 4

responden.Angket tersebut memiliki 13 butir pertanyaan.

79

Table 15.Statistik Deskriptif Aspek Process

MeanMedian Modus Standar Max Min Skewness

Deviasi

47.25 47.50 49 2.062 49 45 -0.200

Berdasarkan Tabel 15 dapat diperoleh hasil bahwa harga

rata-rata (mean) sebesar 47.25; nilai tengah (median) sebesar

47.50; nilai yang paling sering muncul (mode) sebesar 49.00. Data

tersebut memiliki standart deviation (simpangan baku) sebesar

2.062; nilai minimum sebesar 45; sedangkan nilai maksimum

sebesar 49; dan nilai skewness adalah -0.200.

Berdasarkan Tabel 15 nilai rata-rata (mean) lebih kecil dari

nilai tengah (median) dan nilai yang sering muncul, maka data

distribusinya juling negative / miring kekiri (skewness

negative).Ukuran skewness adalah -0.200.Untuk penilaian nilai

tersebut diubah ke angka rasio. Rasio skewness adalah = nilai

skewness/standar error skewness = -0.200 /1.014 =-0.1972.

Karena rasio skewness berada antara -2 sampai dengan +2, maka

distribusi data adalah normal.

Table 16.Distribusi Frekuensi Aspek ProcessNo Interval Kategori F %1 x<26 Sangat rendah 1 252 32.5 >x ≥26 Rendah 1 253 39 > x ≥32.5 Tinggi 2 504 x ≥39 Sangat Tinggi 0 0

Jumlah 4 100

80

Penyebaran skor berdasarkan tabel distribusi frekuensi data

diatas menunjukan bahwa 0 responden dalam kategori sangat

tinggi; 2 responden dalam kategori tinggi; 1 responden dalam

kategori rendah; dan 1 responden dalam keadaan sangat rendah.

Model visual penyebaran skor dari tabel 16 dapat dilihat pada

gambar 6 .

Proses

2

1,5

1 Proses

0,5

0SangatTinggi

Tinggi Rendah SangatRendah

Gambar 6. Grafik Aspek Process

Nilai pencapaian kualitas dari uji kompetensi keahlian di

SMK Piri 3 dari aspek process dapat dilihat pada tabel 17.

Table 17.Nilai Pencapaian Kualitas Aspek Process

Jumlah Jumlah Total Skor NPK PresentaseKeterangan

responden soal (%)4 13 189 47.25 83.4%

81

Berdasarkan Tabel 17, dapat diketahui bahwa komponen dari

uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta

ditinjau dari aspek processtermasuk dalam kategori sangat sesuai

dengan nilai pencapaian 47.25 .Menurut batasan kategori nilai

NPK aspek process berada pada keadaan sangat sesuai yaitu lebih

besar dari 39.00 (≥ 39.00). Nilai Pencapaian yang diperoleh

menunjukan bahwa aspek-aspek process yang dibandingkan

dengan kenyataan yang ada telah sangat sesuai.

Table 18.Nilai Pencapaian Kualitas pada indikator Aspek Process

Indikator Nilai Total Butir Nilai1 4.00

Waktu uji Kompetensi 4.00 2 4.00Prosedur uji kompetensi 4.00 3 4.00

4 3.505 2.25

Pengawasan uji kompetensi 6 2.503.33 7 3.75

8 4.009 4.0010 4.0011 3.75

Sistem penilaian 3.81 12 3.5013 4.00

Tabel 18 menunjukan perolehan nilai pencapaian kualitas setiap

indikator pada aspek process dengan skala 4.

82

4. Uji Kompetensi SIswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3

Yogyakarta ditinjau dari aspek product

Data pada komponen uji kompetensi siswa keahlian

multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek product

diperoleh dari instrument berupa angket.Responden adalah asesor

yang terdiri dari guru mata pelajaran produktif multimedia dan

asesor dari dunia kerja.Indikator yang terdapat dalam aspek

tersebut antara lain (1) hasil nilai uji kompetensi; (2) produk uji

kompetensi; dan (3) sertifikat kompetensi.

Data komponen ini diperoleh dari hasil angket yang diberikan

kepada 4 responden.Angket tersebut memiliki 10 butir

pertanyaan.

Table 19.Statistik Deskriptif Aspek ProductMean Median Modus Standar Max Min Skewness

Deviasi32.00 31.50 30 2.449 35 30 0.544

Berdasarkan Tabel 19, dapat diperoleh hasil bahwa harga rata-rata

sebesar32.00; nilai tengah sebesar 31.50; nilai yang paling banyak

diperoleh adalah 30; Data tersebut memiliki standar deviation sebesar

2.449; nilai minimum sebesar 60; nilai maksimum 35; dan nilai skewness

0.544.

Berdasarkan tabel 19 nilai mean lebih dari nilai median dan

modus maka data distribusinyajuling positif / miring kekanan

(skewness positif). Ukuran Skewness adalah 0.544.Untuk

penilaian, nilai tersebut diubah ke angka rasio. Rasio skewness

adalah = nilai skewness/ standar error

83

skewness = 0.544 /1.014 = 0.536 Karena rasio skewness berada

diantara - 2 sampai dengan +2, maka distribusi data adalah

normal.

Table 20.Distribusi Frekuensi Aspek ProductNo Interval Kategori F %1 x<20 Sangat rendah 0 0

2 25 >x ≥20 Rendah 2 503 30> x ≥25 Tinggi 1 254 x ≥30 Sangat Tinggi 1 25

Jumlah 4 100

Penyebaran skor berdasarkan tabel distribusi frekuensi data

diatas menunjukan bahwa 1 responden dalam kategori sangat

tinggi; 1 responden dalam kategori tinggi; 2 responden dalam

kategori rendah; dan 0 responden dalam keadaan sangat rendah.

Model visual penyebaran skor dari tabel 20 dapat dilihat pada

gambar 7 .

Product

2

1,5

1 Product

0,5

0SangatTinggi

Tinggi Rendah SangatRendah

Gambar 7. Grafik AspekProduct

84

Nilai pencapaian kualitas dari uji kompetensi siswa keahlian di SMK Piri 3

Yogyakarta dari aspek product dapat dilihat pada tabel 21 :

Table 21.Nilai Pencapaian Kualitas Aspek Product

Jumlah Jumlah Total Skor NPK PresentaseKeterangan

responden soal (%)4 13 128 32 83.5%

Berdasarkan Tabel 21, dapat diketahui bahwa komponen dari

uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta

ditinjau dari aspek productmemiliki nilai pencapaian 32 .Menurut

batasan kategori nilai NPK aspek product berada pada keadaan

sangat sesuai yaitu lebih besar dari 30.00 (≥ 30.00). Nilai

Pencapaian yang diperoleh menunjukan bahwa aspek-aspek

product yang dibandingkan dengan kenyataan yang ada telah

sangat sesuai.

Table 22.Nilai Pencapaian Kualitas pada Indikator Aspek Product

Indikator Nilai Total Butir Nilai

1 3.25

Dokumentasi hasi uji kompetensi 3.25 2 3.25

siswa 3 3.25

Produk uji Kompetensi 4 3.25

3.25 5 3.25

6 3.00

7 3.25

Sertifikat Kompetensi 3.15 8 3.25

9 3.25

10 3.00

85

Tabel 22 menunjukan perolehan nilai pencapaian kualitas

setiap indikator pada aspek product dengan skala 4.

5. Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3

Yogyakarta ditinjau dari aspekcontext, input, process, danproduct

secara akumulatif.

Evaluasi uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK Piri 3

Yogyakarta ditinjau dari aspekcontext, input, process,

danproductsecaraakumulatif memiliki nilai pencapaian kualitas

sebesar190.5

.Menurut batasan kategori nilai NPK secara akumulatif berada pada

keadaan sangat sesuai yaitu lebih besar dari 168.00 (≥ 168.00).

Nilai Pencapaian yang diperoleh menunjukan bahwa aspek-aspek

product yang dibandingkan dengan kenyataan yang ada telah

sangat sesuai.

Table 23.Nilai Pencapaian Kualitas Aspek secara Akumulatif

Jumlah Jumlah Total Skor NPK PresentaseKeterangan

responden soal (%)4 56 762 190.5 85.7%

B. Jawaban Pertanyaan Penelitian

Bagian ini akan membahas mengenai jawaban pertanyaan

penelitian yang terkait dengan evaluasi uji kompetensi siswa keahlian

multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta yang ditinjau dari masing-masing

indikator dalam setiap aspekcontext, input, process, danproduct.

86

1. Kesesuaian uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK Piri 3

Yogyakarta ditinjau dari aspek konteks mengenai kebijakan dan

tujuan uji kompetensi memiliki pencapaian kualitas butir indikator

sebesar 3.64. Hasil penelitian menunjukan bahwa uji kompetensi

sesuai dengan tujuan dan kebijakan uji kompetensi.

2. Kesesuaian uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK Piri 3

Yogyakarta ditinjau dari aspek konteks mengenai tuntutan

pengembangan diri (harapan masyarakat) dan peluang tamatan

multimedia di dunia usaha dan industry memiliki nilai pencapaian

kualitas butir indikator sebesar 2.75. Hasil penelitian menunjukan

bahwa tuntutan pengembangan diri dan peluang tamatan

multimedia di dunia usaha dan industry adalah tinggi, sehingga uji

kompetensi keahlian multimedia merupakan upaya yang kurang

sesuai untuk merespon tuntutan dan peluang tamatan di dunia

usaha dan industry.

3. Kesesuaian uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK Piri 3

Yogyakarta ditinjau dari aspek konteks mengenai perkembangan

IPTEK dibidang multimedia yaitu memiliki nilai pencapaian kualitas

butir indikator adalah sebesar 3.65. Berdasarkan hasil penelitian

bahwa uji kompetensi siswa dikembangkan sangat sesuai dengan

pemanfaatan ICT dalam pendidikan dan kemajuan IPTEK di bidang

multimedia.

4. Kesesuaian kriteria asesor dalam uji kompetensi siswa keahlian

multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta yaitu dengan nilai pencapaian

kualitas butir

87

indikator sebesar 3.19, yang artinya bahwa dalam uji kompetensi

siswa, asesor telah memiliki kriteria yang sesuai dengan

pernyataan.

5. Kelengkapan perangkat dalam uji kompetensi siswa keahlian

multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta yaitu dengan nilai pencapaian

kualitas butir 3.75, artinya bahwa kelengkapan perangkat uji

kompetensi dalam kategori sangat baik.

6. Kelengkapan saranaprasarana dan tempat uji kompetensi dalam

uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta

yaitu dengan nilai pencapaian kualitas sebesar 3.87, dan nilai

pencapaian kualitas butir indikator tempat uji kompetensi sebesar

artinya bahwa kelengkapan sarana dan prasarana serta tempat uji

kompetensi sudah sangat baik.

7. Efektivitas waktu dalam uji kompetensi siswa keahlian multimedia

di SMK Piri 3 Yogyakarta yaitu dengan nilai pencapaian kualitas

butir indidkator sebesar 4.00, artinya bahwa dalam uji kompetensi

telah terjadwal dengan sangat baik, namun alokasi waktu belum

sepenuhnya sesuai dengan karakteristik keahlian multimedia.

8. Efektivitas prosedur uji kompetensi siswa keahlian multimedia di

SMK Piri 3 Yogyakarta yaitu dengan nilai pencapaian kualitas butir

indikator sebesar 4.00, artinya bahwa efektivitas prosedur uji

kompetensi sudah sangat baik.

9. Efektivitas pengawasan uji kompetensi siswa keahlian multimedia

di SMK Piri 3 Yogyakarta yaitu dengan nilai pencapaian kualitas

butir indikator

88

sebesar 3.33, artinya bahwa efektivitas pengawasan uji

kompetensi sudah berjalan dengan baik.

10. Efektivitas sistem penilaian uji kompetensi siswa keahlian

multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta yaitu dengan nilai pencapaian

kualitas butir indikator sebesar 3.81, artinya bahwa efektivitas

penilaian uji kompetensi sudah sangat baik, sesuai dengan

pedoman penilaian, kriteria penilaian, serta sistem penilaian

tersebut jujur dan transparan.

11. Ketercapaian nilai hasil uji kompetensi siswa keahlian multimedia

di SMK Piri 3 Yogyakarta yaitu dengan nilai pencapaian kualitas

butir indikator sebesar 3.25, artinya bahwa nilai hasil uji

kompetensi siswa baik dari aspek kognitif, psikomotorik, dan

afektif dalam kategori baik.

12. Ketercapaian hasil produk uji kompetensi siswa keahlian

multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta yaitu dengan nilai pencapaian

kualitas butir indikator sebesar 3.25, artinya bahwa kehandalan

dan kesesuaian produk dengan kebutuhan masyarakat dalam

kategori tinggi.

13. Ketercapaian sertifikasi uji kompetensi siswa keahlian multimedia

di SMK Piri 3 Yogyakarta yaitu dengan nilai pencapaian kualitas

butir indikator sebesar 3.15, artinya bahwa pengakuan dunia

usaha dan industry terhadp sertifikat kompetensi tinggi, sehinga

diperlukan sertifikat kompetensi yang bisa benar-benar menunjka

penguasaan kompetensi siswa yaitu dengan sertifikat kompetensi

yang dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi profil telematika.

89

14. Uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta

ditinjau dari aspek context, input, process, product secara

akumulatif termasuk kedalam kategori sangat baik dengan nilai

pencapaian kualitas sebesar 190.5.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Bagian ini akan membahas evaluasi uji kompetensi siswa keahlian

multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta. Pembahasan dibatasi hanya

pada aspek context, input, process, dan product.

1. Evaluasi Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3

Yogyakarta ditinjau dari aspek context.

Hasil penelitian menunjukan bahwa uji kompetensi siswa

keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta termasuk dalam

kategori sesuai dengan nilai pencapaian kualitas sebesar 43.75.

Indikator yang terdapat pada instrument ini yaitu: (1) kesesuaian

uji kompetensi siswa dengan tujuan dan kebijakan; (2) kesesuaian

uji kompetensi dengan tuntutan pengembangan diri dan peluang

tamatan multimedia di dunia usaha dan industry; (3) kesesuaian

uji kompetensi siswa dengan kemajuan IPTEK di bidang

multimedia.

90

Context4,5

43,5

32,5

21,5

10,5

0

Gambar 8. Grafik Nilai Pencapaian Kualitas Butir Aspek Context Berdasarkan grafik pada Gambar 8, butir pada indkator kebijakan dan

tujuan uji kompetensi yang memiliki nilai terendah yaitu senilai 3,

bahwa tujuan uji kompetensi sebagai penentuan kelulusan peserta

didik di sekolah. Nilai tertinggi sebesar 4 bahwa uji kompetensi

bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan dan

kesesuaian .Dari hasil tersebut diketahui bahwa tujuan uji

kompetensi dan sebagai informasi bagi stakeholder atas

kompetensi yang dimiliki calon tenaga kerja dalam kategori

sangat baik, responden menyatakan setuju bahwa uji kompetensi

merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu

pendidikan.Uji kompetensi merupakan suatu upaya untuk menguji

kemampuan dan kualitas siswa kompeten atau tidak kompeten

terhadap standar kompetensi yang telah ditetapkan.

91

Pada indikator tuntutan pengembangan diri dan peluang

tamatan multimedia di dunia usaha dan industry, butir yang

memiliki nilai kualitas terendah yakni sebesar 2.5 yaitu bahwa

kesesuaian uji kompetensi dengan peluang kerja siswa lulusan

multimedia dalam skala internasional masih tergolong sangat

rendah. Menurut responden, sejauh ini uji kompetensi belum

dapat merefleksikan kompetensi siswa untuk terjun di industry

skala internasional, peluang kerja lulusan multimedia masih hanya

di industry skala local, bahkan untuk skala dalam negri atau dalam

lingkup nasional masih rendah.

Pada indikator kemajuan IPTEK dibidang multimedia, nilai

butir yang diperoleh sebesar 2.5 bahwa uji kompetensi sesuai

dengan pemanfaatan ICT dalam pendidikan dan 2.5 bahwa uji

kompetensi dikembangkan sesuai kemajuan IPTEK di bidang

multimedia. Ini berarti bahwa kemajuan IPTEK di bidang

multimedia dalam uji kompetensi siswa berusaha diikuti dan

dikembangakan agar dapat memenuhi kebutuhan public dalam

dunia kreatif di bidang multimedia.

Berdasarkan uraian di atas, ditinjau dari aspek context

bahwa uji kompetensi merupakan suatu upaya untuk

meningkatkan mutu pendidikan dan mutlak dilaksanakan untuk

siswa SMK sehingga dapat mengungkap ketercapaian kompetensi

siswa.Uji kompetensi dikembangkan berdasarkan SKL dan SKL

harus selalu menyesuaikan KKNI dan perkembangan dunia

92

industri/ duniaa usaha sehingga hasil dari uji kompetensi sesuai

dengan kebutuhan dunia kerja. Sehingga mampu meningkatkan

peluang kerja

2. Evaluasi Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3

Yogyakarta ditinjau dari aspek input.

Hasil penelitian menunjukan bahwa uji kompetensi siswa

keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta termasuk dalam

kategori sangat sesuai dengan nilai pencapaian kualitas sebesar

67.5. Indikator yang terdapat pada instrument ini yaitu: (1)

Kesesuaian uji kompetensi siswa dengan kriteria asesor; (2)

ketersediaan perangkat uji kompetensi; (3) kelayakan tempat uji

kompetensi; dan (4) kelengkapan sarana dan prasarana.

4,54

3,53

2,52

1,51

0,50

Aspek Input

ases

or m

emili

ki

ases

or ia

lah

guru

ases

or d

ari D

UDI

asse

smen

yan

g…

kebu

gara

n da

lam

kom

itmen

dal

am

mem

aham

ias

esor

DUD

I sk

ala…

ases

or D

UDI

skal

a…as

esor

DUD

I sk

ala…

peng

alam

an…

peng

alam

an…

kerja

sam

a DU

DIpe

nyus

unan

kete

rsid

aan

kese

suai

an le

mba

rke

sesu

aian

soal

kela

yaka

n te

mpa

t…

jum

lah

alat

dan

kual

itas a

lat d

an…

Gambar 9. Grafik Nilai Pencapaian Kualitas Butir Aspek Input

Berdasarkan grafik pada Gambar 9, butir pada indikator kriteria

asesor memiliki nilai kualitas terendah yakni sebesar 1.75 yaitu asesor guru

93

yang memiliki pengalaman mengajar minimal 5 tahun masih

rendah, dan asesor guru yang memiliki pengalaman kerja atau

magang juga tergolong masih rendah. Menurut responden,

pentingnya kualitas asesor dalam uji kompetensi menjadikan

kriteria asesor harus terus ditingkatkan.Dalam uji kompetensi

siswa, DUDI berfungsi sebagai eksternal yang harus memenuhi

kriteria yang telah ditetapkan dan mempunyai kompetensi sesuai

dibidang yang diujikan. Butir yang memiliki nilai kualitas paling

tinggi dari indikator asesor yakni sebesar 4, yaitu dalam indikator

asesor memahami cara asesmen yang benar, kebugaran asesor

dalam bertugas, dan komitmen asesor dalam bertugas.

Pada indikator ketersediaan perangkat uji kompetensi, nilai

pencapaian kualitas butir mengenai lembar pedoman penilaian

yaitu sebesar 3.75, kesesuaian lembar penilaian sebesar 2.25,

sedangkan nilai pencapaian mengenai kesesuaian paket soal

adalah 4.Ini berarti bahwa ditinjau dari perangkat uji kompetensi

sudah sangat baik, yakni dalam uji kompetensi tersedia lembar

penilaian.Menurut responden terdapat beberapa keterbatasan

yang pertama dalam hal paket soal yaitu belum dapat

mencerminkan SKL keahlian ultimedia secara utuh.Pemilihan

paket soal diambil sesuai dengan kondisi sekolah masing-

masing.Kedua adalah lembar penilaian belum sepenuhnya

memuat komponen penilaian, sub-komponen penilaian,

pencapaian kompetensi, dan kriteria penilaian.

94

Pada indikator tempat uji komptensi dan sarana prasarana,

indikator menegenai kelayakan tempat uji, jumlah alat dan bahan,

kualitas alat dan bahan memiliki kualitas yang tinggi yaitu sebesar

3.75 artinya bahwa dalam uji kompetensi keahlian multimedia di

SMK Piri 3 Yogyakarta merupakan tempat uji, ketersediaan alat

dan bahan, serta kualitas alat dan bahan yang dimiliki dinilai

sangat layak.

3. Evaluasi Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3

Yogyakarta ditinjau dari aspek process.

Hasil penelitian menunjukan bahwa uji kompetensi siswa

keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta termasuk dalam

kategori sangat sesuai dengan nilai pencapaian kualitas sebesar

32.0. Indikator yang terdapat pada instrument ini yaitu: (1)

kesesuaian uji kompetensi siswa dengan waktu; (2) kesesuaian uji

kompetensi siswa dengan prosedur; (3) pengawasan uji

kompetensi; dan (4) sistem penilaian.

Aspek Process4,5

43,5

32,5

21,5

10,5

0

Gambar 10. Grafik Nilai Pencapaian Kualitas Butir Aspek Process

95

Berdasarkan grafik pada gambar 10, butir dari indikator

waktu uji kompetensi memiliki nilai kualitas masing-masing 4 baik

mengenai penjadwalan uji kompetensi maupun alokasi waktu

yang digunakan.Ini berarti bahwa dalam pelaksanaan uji

kompetensi telah terjadwal dengan baik, dan alokasi waktu yang

diberikan sudah sesuai.Sementara itu indikator kesesuaian uji

kompetensi dengan prosedur sudah sangat jelas dengan nilai

pencapaian sebesar 4.

Dalam indikator pengawasan uji kompetensi keahlian NPK

terendah sebesar 2.25 bahwa pengawas masih merupakan guru

yang mata pelajarannya sedang diujikan.Kesiapan dan Karater

pengawas dalam uji kompetensi termasuk dalam kategori sangat

tinggi dengan NPK sebesar 4. Dalam indikator sistem penilaian

nilai kualitas paling tinggi yakni sebesar 4 yaitu penilaian uji

kompetensi berpedoman pada lembar penilaian ujian praktik, dan

sistem penilaian yang jujur dan transparan. Pada indikator

penilaian dapat diartikan system penilaian telah sesuai atau telah

berpedoman pada lembar ujian praktik, dan dalam uji kompetensi

sistem penilaian jujur dan transparan.NPK terendah pada indikator

sistem penilaian yaitu 3.5, dalam uji kompetensi keahlian

diperlukan remedial untuk komponen yang belum mencapai

standar.

Kesimpulan dari uraian diatas adalah uji kompetensi ditinjau

dari aspek process dalam kategori sangat baik, dengan beberapa

indikator yang harus diperhatikan yaitu, kesesuaian pengawas

yaitu pengawas merupakan guru

96

yang mata pelajarannya tidak sedang diujikan, penentuan

pengawas, dan remedial dalam sistem penilaian.Dalam sistem

pengawasan, hambatan pengawas adalah keterbatasan SDM dan

juga hambatan pengawas silang yaitu kesesuaian dengan

kompetensi keahlian.Dalam sistem penilaian, remedial diperlukan

dalam uji kompetensi untuk memenuhi kriteria penilaian.

4. Evaluasi Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3

Yogyakarta ditinjau dari aspek product.

Hasil penelitian menunjukan bahwa uji kompetensi siswa

keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta termasuk dalam

kategori sangat sesuai dengan nilai pencapaian kualitas sebesar

32.0. Indikator yang terdapat pada instrument ini yaitu: (1)

dokumen hasil uji kompetensi; (2) produk uji kompetensi; dan (3)

sertifikat kompetensi

Aspek Product3,3

3,253,2

3,153,1

3,053

2,952,9

2,85

Gambar 11. Grafik Nilai Pencapaian Kualitas Butir Aspek Product

97

Berdasarkan grafik pada gambar 11, butir dari indikator

dokumen hasil uji kompetensi masing-masing memiliki nilai

kualitas yang sama yaitu 3.25, baik aspek kognitif, psikomotorik,

afektif ini berarti bahwa aspek kognitif, psikomotorik dan afektif

sudah sangat sesuai dengan kualifikasi lulusan. Butir dari indikator

kehandalan produk uji kompetensi memiliki nilai kualitas sebesar

3.25 dan kesesuaian produk dengan kebutuhan masyarakat juga

memilki nilai kualitas sebesar 3.25. Butir dari pengakuan sertifikat

dunia industry atau dunia usaha terhadap sertifikat komputer, dan

penerbitan sertifikat kompetensi oleh LSP telematika memiliki NPK

terendah yaitu 3, ini berarti sertifikat yang dimiliki siswa dari hasil

uji kompetensi belum memiliki pengakuan didunia usaha atau

dunia industry yang ada dan belum adanya kerjasama dengan LSP

telematika. Nilai kualitas yang tertinggi dalam indikator sertifikat

kompetensi ada 3 yaitu sertifikat sebagai bukti pengakuan

terhadap penguasaan kompetensi siswa, sertifikat sebagai bukti

penguasaan keahlian sesuai berdasarkan masukan dari DUDI, dan

pendatangan sertifikat kompetensi ditandatangani oleh asesor

eksternal. Responden setuju bahwa sertifikat dapat dijadikan bukti

terhadap suatu keahlian yang dimiliki, sertifikat sebagai bukti fisik

bahwa telah memiliki keahlian seperti yang tertuang dalam

sertifikat dan responden juga setuju penandatangan sertifikat

kompetensi tersebut dilakukan oleh asesor eksternal.

98

Ditinjau dari aspek product uji kompetensi penguasaan aspek

kognitif, psikomotorik, dan afektif sudah sangat sesuai dengan

kompetensi siswa.Kehandalan produk uji kompetensi telah sesuai

dengan kebutuhan dan tuntutan public, karena dengan uji

kompetensi yang berkualitas/ ideal diharapkan mampu

menghasilkan calon tenaga kerja yang berkompeten

dibidangnya.Asepk product lainnya harus diperhatikan yaitu masih

rendahnya pengakuan dari DUDI mengenai sertifikat komputer

siswa dan masih belum adanya kerjasama dengan LSP telematika.

5. Evaluasi Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3

Yogyakarta ditinjau dari aspek context, input, process,product

secara akumulatif .

Evaluasi uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK

Piri 3 Yogyakarta ditinjau secara akumulatif dari empat aspek

yakni context, input, process, product.Hasil penelitian uji

kompetensi siswa keahlian multimedia ini secara akumulatif

termasuk dalam kategori baik dengan pencapaian kualitas

sebesar 190.50, meski begitu masih terdapat beberapa indikator

yang perlu ditingkatkan dan diperhatikan.Ditinjau dari aspek

context yang perlu diperhatikan adalah rendahnya peluang

berkerja di industri skala internasional, kurangnya pemanfaatan

ICT. Ditinjau dari aspek input hal yang perlu diperhatikan adalah

pemilihan asesor guru yang minimal telah memiliki pengalaman 5

tahun mengajar dan memiliki pengalaman kerja di DUDI yang

berkenaan dengan multimedia. Hal yang perlu diperhatikan jika

ditinjau dari aspek process yaitu dalam pengawasan

99

yaitu kesesuaian pengawas dan penunjukan pengawas.Sedangkan

hal yang perlu diperhatikan ditinjau dari aspek product yaitu

dalam rendahnya pengakuan sertifikat olh DUDI, dan belum

adanya kerjasama dengan LSP telematika.

100

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan permasalahan, tujuan penelitian, hasil analisis dan

pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan

1. Uji kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3

Yogyakarta ditinjau dari aspek context termasuk dalam kategori

sangat sesuai.

2. Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3

Yogyakarta ditinjau dari aspek input termasuk dalam kategori

sangat sesuai.

3. Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3

Yogyakarta ditinjau dari aspek process termasuk dalam kategori

sangat sesuai.

4. Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3

Yogyakarta ditinjau dari aspek product termasuk dalam kategori

sangat baik.

5. Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3

Yogyakarta ditinjau dari aspek context, input, process, dan

product secara akumulatif termasuk dalam kategori sangat baik

(85.7%).

B. Keterbatasan Penelitian

Evaluasi uji kompetensi siswa kehalian multimedia dengan

menggunakan model CIPP ini memiliki keterbatasan antara lain :

100

6. Peneliti uji kompetensi siswa dibatasi pada satu kompetensi

keahlian dan hanya pada satu sekolah saja.

7. Penelitian ini hanya mengevaluasi uji kompetensi praktik .

8. Penelitian ini hanya melibatkan responden asesor dalam uji

kompetensi siswa keahlian multimedia

9. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini hanya

menggunakan angket.

C. Saran

Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan uji kompetensi

siswa keahlian multimedia d SMK Piri 3 Yogyakarta, diajukan

saran atau rekomendasi sebagai berikut:

1. Asesor yang kompeten di bidang multimedia sangat

berpengaruh terhadap pengakuan DU/DI, sehingga harus ada

pengawasan dan seleksi yang ketat dari peyelenggara karena

masih banyak sekolah multimedia mengambil asesor yang

kurang kompeten dengan pertimbangan nilai diberikan tinggi

tanpa memperhatikan kualitas lulusan, apakah telah sesuai atau

belum.

2. Menambah perlengkapan dan sarana prasarana penunjuang

pelaksanaan uji kompetensi, contohnya seperti alat yang

digunakan dalam proses produksi multimedia, camera,

camrecorder, laptop, dan lain sebagaiannya.

101

3. Melakukan pembaharuan berkala terhadap materi

pembelajaran, dan bahan praktik yang digunakan di lab, agar

dapat meningkatkan kompetensi siswa.

4. Meningkatkan peran guru dan DUDI untuk memberkan

penjelasan dan bimbingan pelaksanaan uji kompetensi siswa

secara komperhensif kepada siswa.

5. Pihak sekolah dalam melaksanakan uji kompetensi keahlian

sebaiknya menyesuaikan alokasi waktu dengan tuntuttan

kompetensi di setiap paket soal dan menyesuaikan dengan

ketersediaan alat penunjang di sekolah.

6. Sebuah produk semestinya bersifat marketable atau layak jual,

sehingga dalam kehandalan produk pelaksanaan uji kompetensi

harus bisa menyesuaikan dengan tuntutan dan kebutuhan di

masyarakat

7. Sertifikat kompetensi dari lembaga resmi LSP Telematika bisa

menjadi bukti penguasaan kompetensi peserta uji agar

mendapat pengakuan dari dunia kerja dan industry. Persoalan

dana untuk memperoleh sertifikat dari LSP telematika dapat di

bantu dari APBN atau APBD.

102

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,S. (2010). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2010).Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik . Jakarta:Rineka Cipta

Astuti,B.(2008). Sertifikasi uji kompetensi sebagai upaya perlindingan hokum bagi tenaga kerja Indonesia/ tenaga kerja wanita piñata laksana rumah tangga (TKI/TKW PLRT).Tesis magister.Tdak diterbitkan, Unversitas DIponegoro, Semarang.

BSNP.(2016). Pedoman penyelenggaraan uji kompetensi keahlian (ukk) smk tahun pelajaran (2016/2017). Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

BSNP.(2016). Prosedur operasional standar (POS) UN tahun pelajaran 2016/2017.

Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Depdiknas.(2003). Undang-Undang RI No 20, Tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional.

-------. (2004). Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Bidang Keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi Program Keahlian Multimedia.

------, (2005). Peraturan Pemerintah RI Nomor 19, Tahun 2007, tentang standar pendidikan nasional.

------, (2007). Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007, tentang Standar Penilaian Pendidikan.

------, (2009). Permendiknas Nomor 28 Tahun 2009, tentang Standar Kompetensi Kejuruan Sekolah Menengah Kejuruan(SMK)/ MAdrasah Aliyah Kejuruan (MAK).

------, (2008). Keputusan Direktor Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Nomor 251/C/KEP/MN/2008, tentang Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan.

-----, (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 23 Tahun 2006, tentang standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.

-----, (2007). Materi sosialisasi dan pelatihan KTSP SMK.

103

-----, (2013). Petunjuk teknis penyelenggaraan ujian nasional SMP/MTS, SMPLB, SMA/MA, SMALB DAN SMK daerah istimewah Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013

Dikti. (2011). Kerangka Kualifikasi nasional Indonesia (IQF) kajian tentang implikasi dan strategi implementasi KKNI Jakarta: Kementrian Pendidikan

Nasional.

Dinas Pendidikan Kota Malang, (2006). KTSP multimedia 2006. Malang: SMKN 4 Malang.

DIsnakertrans (2004). Keputusan Meteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor : 211 Tahun 2004 tentang pedoman penerbitan sertifikat kompetensi.

-----. (2007). Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor : Kep. 115/Men/iii/2007. Tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Komunikasi Sub Sektor Pos dan Telekomunikasi bidang jaringan telekomunikasi sub bidang jasa multimedia.

Conrad, C. F., & Wilson, R. F. (1985). Aca-demic program review: Institutional ap-proaches, expectations, and controver-sies . ASHE – ERIC Higher Education Report No. 5. Washington DC: Associa - tion for the Study of Higher Education.

Dominique M. A., Frans J. P & Rob L. M. (2006). Learning Environments Re-search. The Design Of Competency-Based Performance Assessment In E-Learning (P.45-66). Leiden: Springer.

Djohar, A. (2007). Penddikan Teknologi dan Kejuruan. Dalan Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Pess.

Hamalik, O.(1990). Pendidikan Tenaga Kerja Nasional: Kejuruan Kewirausahaan dan

Manajemen. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Kaufman, R. & Thomas, S. (2009). Evaluation without fear. New York: New Viewpoint

Kuo-Hung Tseng. 2010. Using the context, input, process and product model to as-sess an engineering curriculum. Journal World Transactions on Engineering and Technology Education. Ohio: WIETE.

Muliati A.M. (2007). Evaluasi Program Pendidikan Sistem Ganda: Suatu Penelitian Evaluatif berdasarkan Stake’s Countenance Model Mengenai Program Penddikan Sistem Ganda pada sebuah SMK di Sulawesi Selatan. (2005/2007). Online : http://www.damandiri.or.id/file/mulityunjbab.pdf

104

Robinson, B. (2002). CIPP to approach evalua-tion. COLLIT Project.

Sudhana, Nana,(1995), Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Tayibnapis, Farida Y. (2008). Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi. Jakarta:

Rineka Cipta.

Thompson, John F. (1973). Foundation of Vocational Education Social and Philosophical Concepts. New Jersey: Prentice-Hall.

Stern, B., (2003). Career and workforce devel-opment trends:implications for michi-gan higher education. Michigan: Career Institute for Education and Workforce Development Ferris State University.

Sudira, P. (2012). Filosofi & teori pendidikan vokasi dan kejuruan. Yogyakarta:

UNY Press.

105

LAMPIRAN

98

99

100

101

102

INSTRUMEN PENELITIAN SKRIPSI

EVALUASI PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI SISWA KEAHLIAN MULTIMEDIA

DI SMK PIRI 3 YOGYAKARTAMENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXT, INPUT, PROCESS, PRODUCT

DISUSUN OLEH :NADIA YOSSEMAY DYAH PRAMESTI

13520241048

103

PENGANTAR

Bapak/Ibu yang saya hormati, angket ini bermaksut untuk

mendapatkan informasi tentang pelaksanaan uji kompetensi siswa

keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta. Data hasil isian ini akan

digunakan sebagai bahan kajian mengenai pelsanaan uji kompetensi

siswa keahlian multimedia yang ada di SMK Piri 3 Yogyakarta dilihat dari

aspek context, input, process, dan product.

Angket ini sungguh tidak bermaksud untuk menilai SMK atau

menilai Bapak/Ibu, tetapi murni untuk kepentingan akademis, dalam

rangka menyelesaikan tugas akhir skripsi. Pendapat dan saran Bapak/Ibu

akan sangat bermanfaat sebagai sumber data dalam penelitian ini. Oleh

karena itu, diharapkan Bapak/Ibu dapat mengisi angket ini sesuai kondisi

sesungguhnya

Atas jasa baik dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

Semoga Allah senantiasa member kemudahan dan kebaikan. Amin

Yogyakarta, Febuari 2017

Salam,

Nadia Yossemay Dyah P

Cp.085870343332

104

ANGKET INSTRUMEN PENILITIAN

A. IDENTITAS RESPONDEN

Sebelum menjawab pertanyaan, isilah identitas Bapak/Ibu

pada isian yang tersedia dibawah ini :

Nama Lengkap :

Nama Industri/ Lembaga

:

Jabatan :

Alamat :

B. PETUNJUK PENGISIAN ANGKET

1. Mohon Bapak/Ibu memberikan tanggapan pada pernyataan

yang tersedia dengan cara member tanda check (√) pada kolom

yang tersedia.

Keterangan :

SS: Sangat Setuju ST: Sangat SetujuSL : Selalu

S: Setuju T: Tinggi KD:

Kadang-kadang

TS: Tidak Setuju R: Rendah P:

Pernah

STS: Sangat Tidak Setuju SR: Sangat Rendah TP: Tidak

Pernah

105

Contoh :

No Butir Pertanyataan SS S TS STS

1Uji kompetensi sesuai kebutuhan dunia √

kerja

2Uji kompetensi sesuai kebutuhan siswa √

2. Komentar atau saran Bapak/Ibu mohon dituliskan pada

lembar yang telah disediakan .

3. Mohon Bapak/Ibu dapat mengisi angket ini sesuai dengan

kondisi yang sesungguhnya

106

EVALUASI PELAKSANAAN UJI KOMOETENSI SISWA KEAHLIANMULTIMEDIA

DI SMK PIRI 3 YOGYAKARTA

MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXT, INPUT, PROCESS, PRODUCT

A. CONTEXTPilih Jawaban

NO Butir PernyataanSS S TS STS

1Uji kompetensi bertujuan untuk menilaipencapaian kompetensi lulusan

2 Uji Kompetensi bertujuan untukpemetaan mutu program dan satuanpendidikan

3 Uji kompetensi sebagai penentukelulusan peserta didik dari programdan / atau satuan pendidikan

4 Uji kompetensi sebagai upaya untukmeningkatkan mutu pendidikanUji Kompetensi sebagai informasi bagi

5 steakholder atas kompetensi yangdimiliki calon tenaga kerja

6Uji kompetensi dikembangkan sesuaistandar penilaian dan standarkompetensi lulusan

7Uji kompetensi terkait dengan kerangkakualifikasi nasional Indonesia (KKNI)

8Lulusan multimedia dapat bekerja sesuaidengan kompetensi keahliannya

107

9 Pelaksanaan uji kompetensi sesuai dengan pemanfaatan ICT dalam pendidikan

10 Pelaksanaan uji kompetensi sesuai kemajuan IPTEK di bidang multimedia

Pilihan Jawaban

NO Butir Pernyataan ST T R SR

11 Peluang kerja siswa lulusan

multimedia di Industri Lokal

12 Peluang kerja siswa lulusan

multimedia di Industri Nasional

13 Peluang kerja siswa lulusan

multimedia di Industri

Internasional

Pendapat dan Saran yang berkaitan dengan aspek context uji kompentensi

siwa:

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

108

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………

B. INPUT

Pilih jawaban

No Butir PernyataanSSS TS STS

1 Asesor memiliki kompetensi yang

relevan yang ditunjukan oleh

sertifikat kompetensi

2 Tersedia Lembar pedoman

penilaian soal praktik

3 Lembar penilaian memuat

komponen penilaian, sub-

komponen penilaian,

pencapaian kompetensi, dan

kriteria penilaian

109

NO Butir PernyataanPilih Jawaban

SL KD P TP

4Penguji internal berasal dari guru produktif

multimedia

5Penguji eksternal berasal dari DU/DI atau

institusi pasangan yang relevan dengan

kompetensi keahlian multimedia

6Asesor memahami cara asesmen yang benar

7Asesor memiliki kebugaran dalam bertugas

8Asesor memiliki komitmen dalam bertugas

9Asesor DU/DI memahami karakteristik siswa

SMK

10Perusahaan / industry dalam uji kompetensi

berskala lokal

11Perusahaan / industry dalam uji kompetensi

berskala nasional

12Perusahaan / industry dalam uji kompetensi

berskala Internasional

110

13Asesor Guru memiliki pengalaman mengajar

minimal 5 tahun

14 Asesor Guru memiliki pengalaman kerja/

magang di dunia usaha/industry bidang

multimedia

15DU/DI atau institusi pasangan bekerja sama

dengan SMK lebih dari 3 tahun

16 Asesor DU/DI terlibat dalam penyusunan

kurikulum SMK

17Tempat uji kompetensi memenuhi syarat

kelayakan dari tim verifikasi

18Soal praktik kejuruan sesuai dengan kisi-kisi

soal

19 Jumlah alat dan bahan mencukupi

20 Kualitas alat dan bahan baik

111

Pendapat dan saran yang berkaitan dengan aspek input uji

kompetensi siswa:

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

112

……………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………

C. PROCESS

Pilihan Jawaban

NoButir Pernyataan

SS S TS STS

1 Pelaksanaan uji kompetensi

terjadwal dengan baik

2 Alokasi waktu pelaksanaan uji

kompetensi sesuai dengankarakteristik keahlian multimedia

3 Prosedur pelaksanaan uji

kompetensi jelas

4 Setiap ruangan diawasi oleh 2

orang pengawas

113

5 Pengawas merupakan guru

yang mata pelajarannya

tidak sedang diujikan

6 Penempatan pengawas

ruang ditentukan dengan

system silang dalam satu

kabupaten

Pilihan Jawaban

NO Butir PernyataanSL KDPTP

7 Peserta didik mandiri

dalam melaksanakan uj

kompetensi

8 Kesiapan pengawas

dalam uji kompetensi

sangat baik

9 Pengawas memiliki sikap disiplin,

jujur, bertanggungjawab, teliti,

dan memegang teguh

kerahasiaan

10 Penilaian uji kompetensi

berpedoman pada lembar

penilaian ujian praktik

114

11 Asesor menetapkan kriteria

penilaian uji kompetensi yang

tinggi

12 Dalam system penilaian ada uji

kompetensi ulangan(remedial)

untuk komponen belum

mencapai standar

13 Sistem penilaian jujur dan transparan

Pendapat serta saran yang berkaitan dengan aspek process uji

kompetensi siswa:

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………

115

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………

116

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………

D. PRODUCT

Pilih jawaban

NO Butir PernyataanST T R SR

1 Nilai peserta uji dari aspek kogniitf

2 Nilai peserta uji dari

aspek Psikomotorik

3 Nilai peserta uji dari aspek Afektif

4 Kehandalam produk

hasil uji kompetensi

5 Kesesuaian produk hasil uji

kompetensi dengan kebutuhan

atau tuntutan masyarakat

6 Pengakuan dunia usaha atau

industry terhadap sertifikat

komputer

117

Pilih Jawaban

Butir PernyataanNO SS S TS STS

7 Sertifikat kompetensi sebagai bukti

penguasaan kompetensi peserta uji

8 Format, redaksi dan substansi yang

tertuang dalam blangko sertifikatkompetensi yang sesuai berdasarkan

masukan dari dunia usaha/ industri

9Sertifikat kompetensi ditandatagani

oleh penyelenggara tingkat satuan

pendidikan dan asesor eksternal

10Sertifikat kompetensi diterbitkan oleh

lembaga sertifikasi profesi (LSP)

telematika.

Pendapat serta saran yang berkaitan dengan aspek product uji

kompetensi siswa:

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

118

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………

Yogyakarta,……………………...2017

Responden,

(…………………….)

119

INSTRUMEN PENELITIAN SKRIPSI

EVALUASI PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI SISWA KEAHLIAN MULTIMEDIA

DI SMK PIRI 3 YOGYAKARTAMENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXT, INPUT, PROCESS, PRODUCT

DISUSUN OLEH :NADIA YOSSEMAY DYAH PRAMESTI

13520241048

120

PENGANTAR

Bapak/Ibu yang saya hormati, angket ini bermaksut untuk

mendapatkan informasi tentang pelaksanaan uji kompetensi siswa

keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta. Data hasil isian ini akan

digunakan sebagai bahan kajian mengenai pelsanaan uji kompetensi

siswa keahlian multimedia yang ada di SMK Piri 3 Yogyakarta dilihat dari

aspek context, input, process, dan product.

Angket ini sungguh tidak bermaksud untuk menilai SMK atau

menilai Bapak/Ibu, tetapi murni untuk kepentingan akademis, dalam

rangka menyelesaikan tugas akhir skripsi. Pendapat dan saran Bapak/Ibu

akan sangat bermanfaat sebagai sumber data dalam penelitian ini. Oleh

karena itu, diharapkan Bapak/Ibu dapat mengisi angket ini sesuai kondisi

sesungguhnya

Atas jasa baik dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

Semoga Allah senantiasa member kemudahan dan kebaikan. Amin

Yogyakarta, Febuari 2017

Salam,

Nadia Yossemay Dyah P

Cp.085870343332

121

122

5. Komentar atau saran Bapak/Ibu mohon dituliskan pada

lembar yang telah disediakan .

6. Mohon Bapak/Ibu dapat mengisi angket ini sesuai dengan

kondisi yang sesungguhnya

123

EVALUASI PELAKSANAAN UJI KOMOETENSI SISWA KEAHLIANMULTIMEDIA

DI SMK PIRI 3 YOGYAKARTA

MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXT, INPUT, PROCESS, PRODUCT

E. CONTEXTPilih Jawaban

NO Butir PernyataanSS S TS STS

1Uji kompetensi bertujuan untuk menilai

pencapaian kompetensi lulusan

2 Uji Kompetensi bertujuan untukpemetaan mutu program dan satuan

pendidikan3 Uji kompetensi sebagai penentu

kelulusan peserta didik dari program

dan / atau satuan pendidikan4 Uji kompetensi sebagai upaya untuk

meningkatkan mutu pendidikanUji Kompetensi sebagai informasi bagi

5 steakholder atas kompetensi yang

dimiliki calon tenaga kerja

6Uji kompetensi dikembangkan sesuaistandar penilaian dan standar

kompetensi lulusan

7Uji kompetensi terkait dengan kerangka

kualifikasi nasional Indonesia (KKNI)

8Lulusan multimedia dapat bekerja sesuai

dengan kompetensi keahliannya

124

9 Pelaksanaan uji kompetensi sesuaidengan pemanfaatan ICT dalam pendidikan

10 Pelaksanaan uji kompetensi sesuai

kemajuan IPTEK di bidang multimediaPilihan Jawaban

NO Butir Pernyataan ST T R SR

11 Peluang kerja siswa lulusan multimedia

di Industri Lokal

12 Peluang kerja siswa lulusan multimedia

di Industri Nasional

13 Peluang kerja siswa lulusan multimedia

di Industri Internasional

Pendapat dan Saran yang berkaitan dengan aspek context uji kompentensi

siwa:

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

125

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………

F. INPUT

Pilih jawaban

No Butir Pernyataan SS S TS STS

1Asesor memiliki kompetensi yang relevan

yang ditunjukan oleh sertifikat kompetensi

2Tersedia Lembar pedoman penilaian soal

praktik

3 Lembar penilaian memuat komponen

penilaian, sub-komponen penilaian,

pencapaian kompetensi, dan kriteria

penilaian

126

NO Butir PernyataanPilih Jawaban

SL KD P TP

4Penguji internal berasal dari guru produktif

multimedia

5Penguji eksternal berasal dari DU/DI atau

institusi pasangan yang relevan dengan

kompetensi keahlian multimedia

6Asesor memahami cara asesmen yang benar

7Asesor memiliki kebugaran dalam bertugas

8Asesor memiliki komitmen dalam bertugas

9Asesor DU/DI memahami karakteristik siswa

SMK

10Perusahaan / industry dalam uji kompetensi

berskala lokal

11Perusahaan / industry dalam uji kompetensi

berskala nasional

12Perusahaan / industry dalam uji kompetensi

berskala Internasional

127

13Asesor Guru memiliki pengalaman mengajar

minimal 5 tahun

14 Asesor Guru memiliki pengalaman kerja/

magang di dunia usaha/industry bidang

multimedia

15DU/DI atau institusi pasangan bekerja sama

dengan SMK lebih dari 3 tahun

16 Asesor DU/DI terlibat dalam penyusunan

kurikulum SMK

17Tempat uji kompetensi memenuhi syarat

kelayakan dari tim verifikasi

18Soal praktik kejuruan sesuai dengan kisi-kisi

soal

19 Jumlah alat dan bahan mencukupi

20 Kualitas alat dan bahan baik

128

Pendapat dan saran yang berkaitan dengan aspek input uji

kompetensi siswa:

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

129

……………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………

G. PROCESS

Pilihan Jawaban

NoButir Pernyataan

SS S TS STS

1 Pelaksanaan uji kompetensi

terjadwal dengan baik

2 Alokasi waktu pelaksanaan uji

kompetensi sesuai dengan karakteristik keahlian multimedia

3 Prosedur pelaksanaan uji

kompetensi jelas

4 Setiap ruangan diawasi oleh 2

orang pengawas

130

5Pengawas merupakan guru yangmata pelajarannya tidak sedang

diujikan

6 Penempatan pengawas ruangditentukan dengan system silang

dalam satu kabupaten

Pilihan Jawaban

NO Butir PernyataanSL KD P TP

7 Peserta didik mandiri dalam

melaksanakan uj kompetensi

8 Kesiapan pengawas dalam uji

kompetensi sangat baik

9Pengawas memiliki sikap disiplin, jujur,

bertanggungjawab, teliti, dan

memegang teguh kerahasiaan

10Penilaian uji kompetensi berpedoman

pada lembar penilaian ujian praktik

131

11Asesor menetapkan kriteria penilaian

uji kompetensi yang tinggi

12 Dalam system penilaian ada ujikompetensi ulangan(remedial) untuk komponen belum mencapai standar

13Sistem penilaian jujur dan transparan

Pendapat serta saran yang berkaitan dengan aspek process uji

kompetensi siswa:

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………

132

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………

133

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………

H. PRODUCT

Pilih jawaban

NO Butir Pernyataan ST T R SR

1 Nilai peserta uji dari aspek kogniitf

2 Nilai peserta uji dari aspek

Psikomotorik

3 Nilai peserta uji dari aspek Afektif

4 Kehandalam produk hasil uji

kompetensi

5 Kesesuaian produk hasil ujikompetensi dengan kebutuhan atau

tuntutan masyarakat

6Pengakuan dunia usaha atau industry

terhadap sertifikat komputer

134

Pilih Jawaban

Butir PernyataanNO SS S TS STS

7 Sertifikat kompetensi sebagai bukti

penguasaan kompetensi peserta uji

8 Format, redaksi dan substansi yang

tertuang dalam blangko sertifikatkompetensi yang sesuai

berdasarkan

masukan dari dunia usaha/ industri

9Sertifikat kompetensi ditandatagani

oleh penyelenggara tingkat satuan

pendidikan dan asesor eksternal

10Sertifikat kompetensi diterbitkan oleh

lembaga sertifikasi profesi (LSP)

telematika.

Pendapat serta saran yang berkaitan dengan aspek product uji

kompetensi siswa:

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

135

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………

Yogyakarta,……………………...2017

(…………………….)

136

LAMPIRAN. UJI DESKRIPTIF

Statistics

Context Input Proses Product Total

Valid 4 4 4 4 4N

Missing 0 0 0 0 0

Mean 43.75 67.50 47.25 32.00 190.50

Median 43.50 67.50 47.50 31.50 191.00

Mode 43 65a 49 30 191Std. Deviation .957 2.082 2.062 2.449 2.517

Skewness .855 .000 -.200 .544 -1.129

Std. Error of Skewness 1.014 1.014 1.014 1.014 1.014

Minimum 43 65 45 30 187

Maximum 45 70 49 35 193

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

137

LAMPIRAN. UJI DESKRIPTIF BUTIR

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Context1 4 4 4 4.00 .000

Context2 4 3. 4. 3.25 .500

Context3 4 2 4 3.00 .816

Context4 4 3 4 3.75 .500

Context5 4 3 4 3.75 .500

Context6 4 4 4 4.00 .000

Context7 4 3 4 3.75 .500

Context8 4 3 4 3.50 .577

Context9 4 3 4 3.50 .577

Context10 4 3 4 3.75 .500

Context11 4 2 3 2.50 .577

Context12 4 2 3 2.50 .577

Context13 4 2 3 2.50 .577

Valid N (listwise) 4

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Input1 4 3 4 3.75 .500

Input2 4 3 4 3.75 .500

Input3 4 3 4 3.75 .500

Input4 4 4 4 4.00 .000

Input5 4 4 4 4.00 .000

Input6 4 4 4 4.00 .000

Input7 4 3 4 3.75 .500

Input8 4 3 4 3.75 .500

Input9 4 3 4 3.50 .577

Input10 4 3 4 3.50 .577

Input11 4 1 3 1.75 .957

Input12 4 1 3 1.75 .957

138

Input13 4 2 3 2.50 .577

Input14 4 2 3 2.50 .577

Input15 4 3 4 3.75 .500

Input16 4 1 4 2.25 1.500

Input17 4 4 4 4.00 .000

Input18 4 3 4 3.75 .500

Input19 4 3 4 3.75 .500

Input20 4 3 4 3.75 .500

Valid N (listwise) 4

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Proses1 4 4 4 4.00 .000

Proses2 4 4 4 4.00 .000

Proses3 4 4 4 4.00 .000

Proses4 4 3 4 3.50 .577

Proses5 4 2 3 2.25 .500

Proses6 4 2 4 2.50 1.000

Proses7 4 3 4 3.75 .500

Proses8 4 4 4 4.00 .000

Proses9 4 4 4 4.00 .000

Proses10 4 4 4 4.00 .000

Proses11 4 3 4 3.75 .500

Proses12 4 3 4 3.50 .577

Proses13 4 4 4 4.00 .000

Valid N (listwise) 4

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Product1 4 3 4 3.25 .500

Product2 4 3 4 3.25 .500

Product3 4 3 4 3.25 .500

Product4 4 3 4 3.25 .500

Product5 4 3 4 3.25 .500

Product6 4 3 3 3.00 .000

Product7 4 3 4 3.25 .500

Product8 4 3 4 3.25 .500

Product9 4 3 4 3.25 .500

139

Product10 4 3 3 3.00 .000

Valid N (listwise) 4

140

LAMPIRAN. UJI DESKRIPTIF

Context

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Sangat Tinggi 1 25.0 25.0 25.0

ValidTinggi 1 25.0 25.0 50.0

Rendah 2 50.0 50.0 100.0

Total 4 100.0 100.0

Input

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Sangat Tinggi 1 25.0 25.0 25.0

Tinggi 1 25.0 25.0 50.0

Valid Rendah 1 25.0 25.0 75.0

Sangat Rendah 1 25.0 25.0 100.0

Total 4 100.0 100.0

Proses

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Tinggi 2 50.0 50.0 50.0

ValidRendah 1 25.0 25.0 75.0

Sangat Rendah 1 25.0 25.0 100.0

Total 4 100.0 100.0

Product

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Sangat Tinggi 1 25.0 25.0 25.0

ValidTinggi 1 25.0 25.0 50.0

Rendah 2 50.0 50.0 100.0

Total 4 100.0 100.0

141

Total

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Sangat Tinggi 1 25.0 25.0 25.0

Tinggi 2 50.0 50.0 75.0Valid

Sangat Rendah 1 25.0 25.0 100.0

Total 4 100.0 100.0

142

GRAFIK

Context2

2

1,51 1

1 Context

0,50

0Sangat Tinggi Tinggi Rendah Sangat

Rendah

Input

1

0,8

0,6

0,4

0,2

0

Input

Sangat Tinggi Tinggi Rendah SangatRendah

143

Proses

2

1,5

1 Proses

0,5

0Sangat Tinggi Tinggi Rendah Sangat

Rendah

Product

2

1,5

1 Product

0,5

0Sangat Tinggi Tinggi Rendah Sangat

Rendah

144

Total

2

1,5

1 Total

0,5

0Sangat Tinggi Tinggi Rendah Sangat

Rendah

145

DOKUMENTASI KEGIATAN UJI KOMPETENSI KEAHLIAN

MULTIMEDIA

TAHUN AJARAN 2016/2017

A. Pelaksanaan Editing

146

B. Presentasi Hasil

147

148

149