Yang Telah Bangkit BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filePenerangan Agung Buddha Sakyamuni. Selain itu...

28
1 PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA NO.19 APRIL 2006 ada tanggal 8 Desember adalah hari kita memperingati Pencapaian Penerangan Agung Buddha Sakyamuni. Selain itu juga terdapat alasan lain, kenapa kita tidak bisa melupakan hari tersebut. Pada tanggal 8 desember di Jepang (tanggal 7 desember di Hawai sesuai dengan tanggal internasional) adalah hari peringatan penyerangan Jepang ke Pearl Harbor. Meskipun dikatakan bahwa Angkatan Perang Jepang menang, tetapi kenyataannya itu adalah hari yang tragis, karena itu menandakan hari dimulainya peperangan antara Jepang dan Amerika Serikat. Jika umat manusia ingin menghindari berbuat kesalahan yang sama, kita hendaknya mengingat hari itu dan pelajaran yang didapat. Orang-orang di Amerika Serikat mengingat kejadian tragis ini dari generasi ke generasi dengan kalimat “Ingatlah Pearl Harbor. ” Pada kesempatan yang sama, orang-orang Jepang mengatakan, “Jangan ada lagi Hiroshima lain. Jangan ada lagi Nagasaki lain.” Bagaimanapun, kita semua hendaknya mengingat kata-kata Sang Buddha,” Janganlah kamu membalas kebencian dengan kebencian. Kebencian akan musnah ketika kamu membuang pikiran kebencian mu.” (Dhammapada). Bahkan Buddha Sakyamuni sendiri mempunyai banyak hal yang bisa Ia keluhkan. Tetapi BUDDHA SAKYAMUNI "Yang Telah Bangkit" Oleh: YM.Bhiksu Jun-ichi Nakamura Ilustrasi Oleh: Hiroshige Katsu P

Transcript of Yang Telah Bangkit BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filePenerangan Agung Buddha Sakyamuni. Selain itu...

Page 1: Yang Telah Bangkit BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filePenerangan Agung Buddha Sakyamuni. Selain itu juga terdapat alasan lain, ... umat manusia ingin menghindari berbuat kesalahan yang

1

PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA

NO.19APRIL 2006

ada tanggal 8 Desember adalah hari kita memperingati Pencapaian Penerangan Agung Buddha

Sakyamuni. Selain itu juga terdapat alasan lain, kenapa kita tidak bisa melupakan hari tersebut. Pada tanggal 8 desember di Jepang (tanggal 7 desember di Hawai sesuai dengan tanggal internasional) adalah hari peringatan penyerangan Jepang ke Pearl Harbor. Meskipun dikatakan bahwa Angkatan Perang Jepang menang, tetapi kenyataannya itu adalah hari yang tragis, karena itu menandakan hari dimulainya peperangan antara Jepang dan Amerika Serikat. Jika umat manusia ingin menghindari berbuat kesalahan yang sama, kita hendaknya mengingat hari itu dan pelajaran yang didapat. Orang-orang di Amerika Serikat mengingat kejadian tragis ini dari generasi ke generasi dengan kalimat “Ingatlah Pearl Harbor.” Pada kesempatan yang sama, orang-orang Jepang mengatakan, “Jangan ada lagi Hiroshima lain. Jangan ada lagi Nagasaki lain.” Bagaimanapun, kita semua hendaknya mengingat kata-kata Sang Buddha,” Janganlah kamu membalas kebencian dengan kebencian. Kebencian akan musnah ketika kamu membuang pikiran kebencian mu.” (Dhammapada). Bahkan Buddha Sakyamuni sendiri mempunyai banyak hal yang bisa Ia keluhkan. Tetapi

BUDDHA SAKYAMUNI"Yang Telah Bangkit"

Oleh: YM.Bhiksu Jun-ichi Nakamura Ilustrasi Oleh: Hiroshige Katsu

P

Page 2: Yang Telah Bangkit BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filePenerangan Agung Buddha Sakyamuni. Selain itu juga terdapat alasan lain, ... umat manusia ingin menghindari berbuat kesalahan yang

No.19 / April 2006

2

Ia memutuskan keluh kesahnya, duduk dibawah Pohon Bodhi, dan memasuki tingkatan meditasi untuk menemukan kebenaran. “Pohon Bodhi” adalah nama lain dari Pohon Pippala, sejenis pohon mulberry. Di India, pohon Pippala dipercaya memiliki kekuatan spiritual, sehingga Buddha pun memilih duduk meditasi dibawah pohon ini. Dalam buku sejarah Sang Buddha tidak dikatakan berapa lama Beliau duduk meditasi dibawah Pohon Bodhi. Tetapi disana diceritakan bagaimana raja iblis mencoba untuk mengagalkan meditasi Sang Buddha. Raja Iblis juga muncul didalam Maha Mandala. Kalian mungkin bingung kenapa Nichiren Shonin memasukkan nama seorang iblis dalam Maha Mandala. Beliau ingin menunjukkan bahwa Saddharma Pundarika Sutra dapat menyelamatkan semua mahluk bahkan seorang iblis sekalipun. Dalam cerita 'Penerangan' Sang Buddha, Ia dan Raja Iblis berperang dalam sebuah pertempuran hebat di alam meditasi. Pertama, Raja Iblis mengirimkan tiga wanita cantik kedalam pikiran Buddha Sakyamuni. Tetapi Sang Buddha berkata,

dan menghalau wanita-wanita itu. Ia tahu bahwa meskipun para wanita yang muncul itu, muda dan cantik, tetapi usia akan dengan cepat menghancurkan kemudaan dan kecantikan mereka pun akan memudar. Kemud ian , Ra j a Ib l i s mengoda Buddha Sakyamuni dengan kekayaan dan kekuasaan. Tetapi Buddha Sakyamuni tidak tergerak sama sekali, dan berkata, “Jika aku terikat dengan kekayaan

dan kekuasaan, Aku tidak akan meninggalkan istanaKu. Sebaliknya, Aku merasakan kekosongan dari segala sesuatunya. Oleh karena itu, Aku menjadi seorang petapa tanpa bekal apapun juga..” Raja Ibl is sudah t idak mempunyai strategi lainnya, kecuali mengancam Sang Buddha dengan senjata untuk menakutinya agar tunduk kepadanya, hal ini sama seperti seekor banteng yang hanya dapat menang dengan mengunakan kekuatannya. Raja Iblis memanahkan anak panah beracun dengan 108 hawa nafsu, seperti keinginan untuk menghindari penderitaan dari kelahiran, umur tua, sakit dan mati. Bagaimanapun, anak panah itu pun berubah menjadi kelopak-kelopak bunga teratai, menghiasi Sang Buddha yang sedang duduk dibawah Pohon Bodhi. Kalian pasti pernah mendengar kata-kata ini “Bonno Soku Bodai,” atau “Hawa Nafsu adalah Kesadaran.” Hawa nafsu duniawi adalah penderitaan bagi orang awam, tetapi dalam meditasi Buddha Sakyamuni, semua hawa nafsu itu berubah menjadi bibit penerangan dan mulai berbunga. Sang Buddha berkata, “Iblis! Aku telah berada diatas dunia kelahiran dan kematian. Sekarang, Aku adalah orang yang bahagia dalam kebenaran. Kamu telah kalah.” Raja Iblis dikatakan tinggal di Surga Ke-Enam dari Dunia Keinginan / Hawa nafsu (Dairokuten). Surga ke-Enam adalah dunia tertinggi dalam dunia keinginan, yang ada dan terwujud secara nyata dalam tubuh semua mahluk hidup. Raja iblis ini juga disebut Take-Jizai-Ten. Dewa ini mengendalikan segala objek keinginan atau hawa nafsu. Kekuatan dari dewa ini menjadi dambaan dari banyak orang, tetapi kita harus bertanya pada diri kita sendiri, bahwa ini adalah sebuah kenyataan yang menakutkan. Inilah sebabnya

kenapa ia di sebut Raja Surga Ke-Enam dari Dunia Keinginan / Hawa Nafsu. Dalam Buddhisme, ia dikenala sebagai iblis yang ganas, yang selalu menganggu dan menghancur pelaksana Buddhisme. Apakah Sang Buddha telah menaklukan Raja Iblis? Meskipun ia telah dikalahkan oleh Sang Buddha, ia tidaklah mati atau lenyap selamanya. Dalam kenyataannya, berdasarkan sejarah Sang Buddha, sepanjang kehidupan Sang Buddha, Raja Iblis sering muncul kembali dan berusaha berdebat dengan Beliau. Sekalipun Buddha telah mengalahkan Raja Iblis, Ia memasuki meditasi yang mendalam. Ia kemudian menemukan hukum kebebasan, “Karena ini ada, demikian juga itu. Karena ini tidak ada, maka ia pun tidak ada. Karena ini muncul, maka demikian juga itu. Karena ini musnah, maka demikian juga itu.” Sebelum Sang Buddha melakukan pembabaran, para pencari kebijaksanaan di India, terfokus pada usaha penyelamatan diri sendiri. Mereka sangat tertuju pada diri masing-masing. Tetapi Sang Buddha telah menyatukan diri dengan Kebenaran Alam Semesta.. Dengan kata lain, Ia telah mewujudkan diriNya sendiri sebagai bagian dari seluruh kehidupan di alam semesta. P a d a s a a t m e n c a p a i Penerangan, Sang Buddha melihat matahari pagi telah muncul dari tidurnya. Dalam kenyataannya, kata “Buddha” berarati “Yang Telah Bangkit.” Kita harus juga bangkit kedalam Kebenaran Alam Semesta sebagaimana yang dilakukan oleh Sang Buddha. Dunia ini selalu berada dalam resiko terjadinya peperangan, Aku percaya bahwa hal ini dapat menyelamatkan umat manusia. Ketika kita bangkit dalam hukum kebenaran, perdamaian dunia pasti terwujud. Bumi yang indah ini hendaknya tidak musnah karena angkara murka dari Raja Iblis. Gassho.

“Segala sesuatu adalah

tidak kekal di dunia ini,”

Page 3: Yang Telah Bangkit BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filePenerangan Agung Buddha Sakyamuni. Selain itu juga terdapat alasan lain, ... umat manusia ingin menghindari berbuat kesalahan yang

No.19 / April 2006

3

uil Gampon-zan Jissoji adalah sebuah kuil suci yang didir ikan oleh Bhiksu Chi in Hoin,

Yokawa, Gunung Hiei pada tahun Kyuan ke-1 (1145) semasa rejim Kaisar Konoe atas permohonan mantan Kaisar Toba untuk berdoa bagi kemakmuran dari Kerajaan. Pada waktu didirikan, kuil Tendai Esoteris ini berdiri diatas tanah seluas 4km (2,5 mil) persegi, dilengkapi dengan tujuh bangunan biara Buddhis. Satu dari dua set naskah Buddhisme (Issai-kyo) yang dicetak pada jaman Dinasti Tang, China yang

dipindahkan kepada Maha Guru Chisho (Enchin) disemayamkan di Aula Tempat Penyimpanan di puncak bukit ketika Kuil Jissoji didirikan. Sehingga kuil ini terkenal dan dihormati, dengan adanya pusaka satu set naskah semua sutra Buddhis. Setelah pernyataan pendirian Nichiren Shu Buddhisme pada tahun Kencho Ke-5 (1253), Nichiren Shonin pergi ke Kamakura untuk menyebarluaskan ajaran Saddharma Pundarika Sutra. Mulai sekitar tahun Shoka ke-1 (1257), serentetan peristiwa alam seperti sejumlah gempa bumi, banjir, angin kencang,

kelaparan dan wabah penyakit terjadi.Nichiren Shonin khawatir kenapa segala macam bencana terjadi satu demi satur. Ia juga ingin mengetahui kenapa berbagai macam kejadian yang tidak biasa terjadi seperti tiga mantan kaisar telah dihukum buang, ini disebut Peristiwa Jokyu pada tahun 1221. Ia berusaha keras untuk menemukan alasan semua ini dan mencari solusi untuk hal tersebut. Dipercaya bahwa Nichiren Shonin, pada usia 36 tahun, berkunjung ke Kuil Jissoji, dimana satu set naskah Buddhis ini berada, dalam rangka mengkonfirmasi kebenaran sejati dari Buddha Sakyamuni pada tahun ke-2 era Shoka (1258). Setelah menemukan keterangan didalam sutra tentang sebab akibat fenomena yang tidak lazim di langit dan bumi adalah akibat kejahatan terhadap Dharma. Nichiren Shonin memasuki Aula Penyimpanan dari Kuil Jissoji dalam rangka untuk memastikan keyakinan dengan membaca ulang semua sutra dimulai dari Saddharma Pundarika Sutra sebagai Sutra Kendaraan Agung, Sutra Raja Obat, Sutra Raja Yang Baik Hati, dan Sutra Kemuliaan Keemasan dan lain-lain. Ia menemukan bahwa apa yang dikatakan dalam sutra-sutra sangat mendekati apa yang sekarang sedang terjadi di Jepang, dan Ia telah yakin, sebagaimana pernyataan Beliau

"Rissho Ankoku Ron"dan

Kuil Ganpon Zan Jissoji

K

Page 4: Yang Telah Bangkit BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filePenerangan Agung Buddha Sakyamuni. Selain itu juga terdapat alasan lain, ... umat manusia ingin menghindari berbuat kesalahan yang

No.19 / April 2006

4

da sebuah cerita yang sangat unik tetapi mengandung makna yang

luar biasa. Dibawah rerumpunan tumbuhan disisi sebuah danau, hiduplah sekelompok kodok… Disana hidup seekor induk kodok dengan tiga anaknya. Induk kodok berkata : “ langit ada untuk kita, bumi ada untuk kita sehingga kita punya tempat tinggal ..! “ Menyenangkan… menyenangkan..menyenangkan para anak kodok bersorak gembira. “Air datang untuk kita, udara hadir untuk kita,” lanjut induk kodok berceramah. Asyik…! Asyik, asyik…! Sahut anak-anak kodok.

ULAR MUNCUL UNTUK KODOK

Oleh : Josho S.Ekaputra

Selanjutnya “Serangga terbang untuk kita, buah tumbuh untuk kita para kodok-kodok..” kata induk kodok sambil menikmati serangga yang dimakannya. Nikmat…nikmat..nikmat…!!! teriak anak-anak kodok bergembira menikmati makanannya. Wuzzzz…!! Tiba….tiba seekor ular mendadak menyambar ingin memangsa para kodok. Induk dan anak-anak kodok berlarian ketakutan…lari ada ular..!! . Tetapi salah satu anak kodok menjadi mangsa dari si ular. “ Mengerikan! Kasihan si kodok kecil yang malang !! menakutkan ! kata induk kodok bersama anak-anak kodok lainnya.

Si ular dengan langkah dan bibir tersemyum pergi meninggalkan para kawanan kodok. “ Jangan bilang ular muncul untuk kita juga ? protes anak-anak kodok pada induknya. Induk Kodok berkata dengan bijaksana: “benar, ular muncul dan datang untuk kita para kodok-kodok”. Jika tidak ada ular, para kodok akan menghabiskan segalanya dan menjadi terlalu banyak. Sehingga nanti tidak akan ada tempat untuk tinggal lagi,” lanjut induk kodok bijaksana. “Benar juga, ya..!” sahut para anak kodok berbarengan. Dari cerita tersebut diatas dapat memberikan makna yang

A

dalam Rissho Ankoku-ron: “Kecuali sesuatu dilakukan, Jepang akan menderita karena perang sipil dan serangan dari negara asing.” Pada tanggal 16 bulan tujuh, tahun Bunno ke-1 (1260), Nichiren Shonin menyampaikan Rissho Ankoku Ron kepada Bupati Shogun Hojo Tokiyori melalui Bhiksu awam Yadoya. Setelah memberikan saran kepada Shogun untuk “Menegakkan Dharma Sejati dan Menciptakan K e d a m a i a n N e g a r a , ” y a n g disampaikan dalam Rissho Ankoku-ron, kehidupan Nichiren Shonin pun mengalami berbagai macam penganiayaan, “Lima Penganiayaan Besar dan penganiayaan kecil lain yang tidak terhitung.” Sejarah mengatakan bahwa

Nichiro, seorang murid Nichiren Shonin, melayani guruNya selama dua tahun di Kuil Jissoji. Terdapat sebuah sumur tua di kuil tersebut, dimana dikatakan bahwa Nichiro “Mencuci Beras” untuk guruNya di sumur ini. Juga Bhiksu Chikai Hoin, pemandu seminar di Kuil Jissoji pada waktu itu ketika Nichiren Shonin sedang belajar di kuil tersebut, ia adalah teman sekelas Nichiren ketika sedang belajar di Gunung Hiei. Bhiksu Chikai Hoin menyambut dengan baik kedatangan Nichiren Shonin dikuil, kadang-kadang meminta Beliau untuk memberikan ceramah tentang Tiga Karya Utama T’ien-t’ai. Bhiksu Chikai Hoin kemudian menjadi murid Nichiren Shonin dan

diberi Nichigen (satu dari murid yang disebut “Choro” yakni murid tertua dari Nichiren Shonin). Nichigen merubah Kuil Jissoji menjadi Nichiren Shu Buddhisme, dan menganggap Nichiren Shonin sebagai pendiri dan dia sendiri sebagai bhiksu ke-2 dari kuil Dikatakan juga bahwa Kai-ko Nikko, yang sedang belajar di Kuil Jissoji, menjadi murid Nichiren Shonin dan diberi nama Hoki-bo. Nikko lahir di Kajikazawa, Propinsi Kai (Daerah Administrasi Yamanashi), sehingga ia disebut Kai-ko, tetapi kemudian hari nama julukan itu diberikan kepada Nichiji, murid lain dari Nichiren Shonin. Gassho

mendalam buat kita, bahwa segala sesuatu yang ada dialam semesta ini terdapat dua sisi yakni sisi baik dan buruk. Tidak ada baik atau buruk yang tetap di dunia ini. Setelah sesuatu terjadi, semuanya tergantung pada bagaimana kita memandangnya…baik atau buruk. Orang yang bijaksana dapat melihat sisi positif dari semua hal yang terjadi, apakah itu merugikan kita atau tidak ? Tetapi kita sebagai manusia sering terjebak oleh egoisme kita sendiri, sehingga kita selalu hanya ingin menerima sesuatu yang baik saja yang terjadi pada diri kita, kita hanya mau menerima kegembiraan, kesejahteraan dan sebagainya, tetapi kita selalu menolak segala keburukan, kegagalan dan sebagainya. Sikap demikian adalah hal yang wajar saja, tidak mungkin ada orang yang lebih senang menerima keburukan dibanding dengan kebaikan, semua orang pasti menginginkan segala sesuatunya berjalan dengan baik, tetapi sering kali dalam perjalanan hidup ini segala hal yang tidak terduga terjadi. Kebahagiaan, penderitaaan selalu datang silih berganti, ini merupakan sebuah paket hidup yang harus kita terima. Dikatakan sebagai PAKET HIDUP karena Penderitaan tidak mungkin kita elak dan kebahagiaan juga tidak mungkin bisa kita tolak, ada penderitaan pasti ada kebahagiaan, ada kebahagiaan pasti ada penderitaan. Jika kita bisa memilih dalam hidup ini, pasti semua

orang akan memilih Paket Hidup yang isinya hanya kebahagiaan saja, tetapi mungkinkah hal itu terjadi? Sang Buddha mengatakan "hidup ini adalah penderitaan, jadi hidup adalah lingkaran penderitaan karena manusia lebih dikuasai oleh hawa nafsunya. Penderitaan timbul karena hawa

Seharusnya kita juga demikian, semakin besar penderitaan yang kita alami semakin besar pula seharusnya semangat kita, kekuatan kita dan daya tahan kita terhadap penderitaan tersebut. Nichiren Daishonin mengatakan: “Believers of the Lotus Sutra are like Winter, Winter which never fails to turn into Spring. Never have I heard of a beleiver of the Lotus Sutra who remained only a common mortal...” ini berarti bahwa tidak mungkin sebuah penderitaan itu tidak ada akhirnya, kita harus mampu menerima penderitaan itu

nafsu seperti kemarahan, kebencian, keserakahan, dan keirihatian." Hawa nafsu tidak mungkin bisa kita hilangkan tetapi hawa nafsu bisa kita tingkatkan manfaatnya. Hal ini kita kenal dengan prinsip “Hawa Nafsu adalah Kesadaran”. Jadi rumusnya untuk mencapai kebahagiaan adalah kita harus dapat mengambil hikmah baik dari setiap kejadian dan meningkatkan kualitas jiwa kita dengan merubah hawa nafsu menjadi kesadaran. Seperti cerita kodok diatas bahwa semua itu ada adalah untuk kita, penderitaan ada untuk kita, kebahagiaan ada untuk kita. Bukankah hidup ini menjadi lebih berarti jika ada kedua-duanya, “Semakin besar penderitaan maka semakin kuat jiwa kita untuk dapat menghadapi segala rintangan yang terjadi kemudian.” Kita mungkin pernah melihat anak kecil yang sedang belajar berjalan. Setiap kali ia jatuh maka tubuhnya menjadi semakin kuat, begitu seterusnya sampai kemudian ia mampu berjalan. Menurut penelitian bahwa bayi yang sedang belajar berjalan, sangat baik jika ia mengalami kejatuhan, karena setiap kali ia jatuh maka seluruh tubuhnya akan merespon sehingga ia menjadi semakin kuat kakinya.

dengan hati yang tenang, sehingga kita dapat mengatasinya. Ketika kita menghadapi penderitaan, sikap yang seharusnya kita tunjukkan adalah sikap sebagai seorang Bodhisatva Muncul Dari Bumi. Yang menjadi masalah adalah ketika kita menghadapi sebuah kenyataan atau hal yang buruk, kita selalu menilai semua itu buruk tetapi kita tidak pernah berpikir secara positif bahwa apa yang terjadi sekarang ini adalah Buah Karma yang telah kita buat dan hanya merupakan akibat yang harus terjadi. Kita harus melihat sebuah persoalan dari kaca mata Buddha, bahwa segala sesuatu itu adalah baik untuk kita sebagai contoh; kalau sekarang ini kita bangkrut karena ditipu orang lain, maka kita harus terima itu sebagai kenyataan bahwa semua ini bisa terjadi karena keserakahan kita, keteledoran kita sendiri dan sudah pasti untuk masa akan datang kita harus lebih hati-hati agar tidak terjebak untuk kedua kalinya. Ketika kita menghadapi sebuah penderitaan mestinya kita

Page 5: Yang Telah Bangkit BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filePenerangan Agung Buddha Sakyamuni. Selain itu juga terdapat alasan lain, ... umat manusia ingin menghindari berbuat kesalahan yang

No.19 / April 2006

5

dalam Rissho Ankoku-ron: “Kecuali sesuatu dilakukan, Jepang akan menderita karena perang sipil dan serangan dari negara asing.” Pada tanggal 16 bulan tujuh, tahun Bunno ke-1 (1260), Nichiren Shonin menyampaikan Rissho Ankoku Ron kepada Bupati Shogun Hojo Tokiyori melalui Bhiksu awam Yadoya. Setelah memberikan saran kepada Shogun untuk “Menegakkan Dharma Sejati dan Menciptakan K e d a m a i a n N e g a r a , ” y a n g disampaikan dalam Rissho Ankoku-ron, kehidupan Nichiren Shonin pun mengalami berbagai macam penganiayaan, “Lima Penganiayaan Besar dan penganiayaan kecil lain yang tidak terhitung.” Sejarah mengatakan bahwa

Nichiro, seorang murid Nichiren Shonin, melayani guruNya selama dua tahun di Kuil Jissoji. Terdapat sebuah sumur tua di kuil tersebut, dimana dikatakan bahwa Nichiro “Mencuci Beras” untuk guruNya di sumur ini. Juga Bhiksu Chikai Hoin, pemandu seminar di Kuil Jissoji pada waktu itu ketika Nichiren Shonin sedang belajar di kuil tersebut, ia adalah teman sekelas Nichiren ketika sedang belajar di Gunung Hiei. Bhiksu Chikai Hoin menyambut dengan baik kedatangan Nichiren Shonin dikuil, kadang-kadang meminta Beliau untuk memberikan ceramah tentang Tiga Karya Utama T’ien-t’ai. Bhiksu Chikai Hoin kemudian menjadi murid Nichiren Shonin dan

diberi Nichigen (satu dari murid yang disebut “Choro” yakni murid tertua dari Nichiren Shonin). Nichigen merubah Kuil Jissoji menjadi Nichiren Shu Buddhisme, dan menganggap Nichiren Shonin sebagai pendiri dan dia sendiri sebagai bhiksu ke-2 dari kuil Dikatakan juga bahwa Kai-ko Nikko, yang sedang belajar di Kuil Jissoji, menjadi murid Nichiren Shonin dan diberi nama Hoki-bo. Nikko lahir di Kajikazawa, Propinsi Kai (Daerah Administrasi Yamanashi), sehingga ia disebut Kai-ko, tetapi kemudian hari nama julukan itu diberikan kepada Nichiji, murid lain dari Nichiren Shonin. Gassho

mendalam buat kita, bahwa segala sesuatu yang ada dialam semesta ini terdapat dua sisi yakni sisi baik dan buruk. Tidak ada baik atau buruk yang tetap di dunia ini. Setelah sesuatu terjadi, semuanya tergantung pada bagaimana kita memandangnya…baik atau buruk. Orang yang bijaksana dapat melihat sisi positif dari semua hal yang terjadi, apakah itu merugikan kita atau tidak ? Tetapi kita sebagai manusia sering terjebak oleh egoisme kita sendiri, sehingga kita selalu hanya ingin menerima sesuatu yang baik saja yang terjadi pada diri kita, kita hanya mau menerima kegembiraan, kesejahteraan dan sebagainya, tetapi kita selalu menolak segala keburukan, kegagalan dan sebagainya. Sikap demikian adalah hal yang wajar saja, tidak mungkin ada orang yang lebih senang menerima keburukan dibanding dengan kebaikan, semua orang pasti menginginkan segala sesuatunya berjalan dengan baik, tetapi sering kali dalam perjalanan hidup ini segala hal yang tidak terduga terjadi. Kebahagiaan, penderitaaan selalu datang silih berganti, ini merupakan sebuah paket hidup yang harus kita terima. Dikatakan sebagai PAKET HIDUP karena Penderitaan tidak mungkin kita elak dan kebahagiaan juga tidak mungkin bisa kita tolak, ada penderitaan pasti ada kebahagiaan, ada kebahagiaan pasti ada penderitaan. Jika kita bisa memilih dalam hidup ini, pasti semua

orang akan memilih Paket Hidup yang isinya hanya kebahagiaan saja, tetapi mungkinkah hal itu terjadi? Sang Buddha mengatakan "hidup ini adalah penderitaan, jadi hidup adalah lingkaran penderitaan karena manusia lebih dikuasai oleh hawa nafsunya. Penderitaan timbul karena hawa

Seharusnya kita juga demikian, semakin besar penderitaan yang kita alami semakin besar pula seharusnya semangat kita, kekuatan kita dan daya tahan kita terhadap penderitaan tersebut. Nichiren Daishonin mengatakan: “Believers of the Lotus Sutra are like Winter, Winter which never fails to turn into Spring. Never have I heard of a beleiver of the Lotus Sutra who remained only a common mortal...” ini berarti bahwa tidak mungkin sebuah penderitaan itu tidak ada akhirnya, kita harus mampu menerima penderitaan itu

nafsu seperti kemarahan, kebencian, keserakahan, dan keirihatian." Hawa nafsu tidak mungkin bisa kita hilangkan tetapi hawa nafsu bisa kita tingkatkan manfaatnya. Hal ini kita kenal dengan prinsip “Hawa Nafsu adalah Kesadaran”. Jadi rumusnya untuk mencapai kebahagiaan adalah kita harus dapat mengambil hikmah baik dari setiap kejadian dan meningkatkan kualitas jiwa kita dengan merubah hawa nafsu menjadi kesadaran. Seperti cerita kodok diatas bahwa semua itu ada adalah untuk kita, penderitaan ada untuk kita, kebahagiaan ada untuk kita. Bukankah hidup ini menjadi lebih berarti jika ada kedua-duanya, “Semakin besar penderitaan maka semakin kuat jiwa kita untuk dapat menghadapi segala rintangan yang terjadi kemudian.” Kita mungkin pernah melihat anak kecil yang sedang belajar berjalan. Setiap kali ia jatuh maka tubuhnya menjadi semakin kuat, begitu seterusnya sampai kemudian ia mampu berjalan. Menurut penelitian bahwa bayi yang sedang belajar berjalan, sangat baik jika ia mengalami kejatuhan, karena setiap kali ia jatuh maka seluruh tubuhnya akan merespon sehingga ia menjadi semakin kuat kakinya.

dengan hati yang tenang, sehingga kita dapat mengatasinya. Ketika kita menghadapi penderitaan, sikap yang seharusnya kita tunjukkan adalah sikap sebagai seorang Bodhisatva Muncul Dari Bumi. Yang menjadi masalah adalah ketika kita menghadapi sebuah kenyataan atau hal yang buruk, kita selalu menilai semua itu buruk tetapi kita tidak pernah berpikir secara positif bahwa apa yang terjadi sekarang ini adalah Buah Karma yang telah kita buat dan hanya merupakan akibat yang harus terjadi. Kita harus melihat sebuah persoalan dari kaca mata Buddha, bahwa segala sesuatu itu adalah baik untuk kita sebagai contoh; kalau sekarang ini kita bangkrut karena ditipu orang lain, maka kita harus terima itu sebagai kenyataan bahwa semua ini bisa terjadi karena keserakahan kita, keteledoran kita sendiri dan sudah pasti untuk masa akan datang kita harus lebih hati-hati agar tidak terjebak untuk kedua kalinya. Ketika kita menghadapi sebuah penderitaan mestinya kita

Page 6: Yang Telah Bangkit BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filePenerangan Agung Buddha Sakyamuni. Selain itu juga terdapat alasan lain, ... umat manusia ingin menghindari berbuat kesalahan yang

No.19 / April 2006

6

harus semakin dekat dengan Sang Buddha. Dekat dengan Buddha maksudnya adalah bahwa kita harus lebih sungguh-sungguh percaya pada Sang Buddha dan mau menjalankan kata–kata Buddha dengan lebih baik lagi. Berikut ini saya mendapatkan sebuah bimbingan yang sangat berharga dari seseorang teman saya dari itali: “Sometimes, however, problems area a gift. Of course we suffer because of these problems. But if it changes our life and we later become much happier, then the problem was in stead a great gift or benefit, that leads us to happiness. Right now, you are having a very difficult time. But as a result of your suffering, you have decided to try and become closer to real Buddhist faith and practice, closer to the Buddha’s heart, so as a result, eventually you can attain enlightenment. In this way, maybe the problem has been leading you to the Buddha in order to make you become happier and happier.” Ini berarti bahwa kita harus menganggap penderitaan itu sebagai sebuah kado / hadiah, kita memang menderita karena persoalan ini tetapi jika kita ingin merubah hidup kita dan kemudian menjadi lebih bahagia maka anggaplah permasalahan itu seperti sebuah

hadiah dan keuntungan, maka kita akan menjadi bahagia. Sekarang memang kita sedang menderita dan berada dalam kondisi yang sulit tetapi kita harus mencoba dan datang lebih dekat kepada semangat seorang buddhis dan pelaksanaan, lebih dekat dengan hati Buddha, maka sebagai hasilnya kamu akan mendapatkan jalan pemecahannya. Mungkin saja kesulitan atau permasalahan ini merupakan sebuah jalan untuk kita menjadi lebih bahagia dan bahagia. Penderitaan adalah Hadiah untuk kita menjadi lebih bahagia pada masa mendatang. Bagaimana caranya agar kita mampu menerima penderitaan itu seperti sebuah Kado / Hadiah yang baik buat kita ? memang bukan hal yang mudah, tetapi jika kita punya kemauan dan ingin merubah hidup kita, pasti kita akan mampu melewatinya.

Percayalah Bahwa Penderitaan itu Hanya Sementara

ebanyakan orang tidak mampu dan punya kekuatan untuk keluar

dari penderitaan karena ia terlalu persimitis, tidak punya sebuah semangat pun dalam hatinya, yang ada hanya keluhan, kritikan, gerutuhan dan sebagainya. Ia selalu berpandangan bahwa sudah menjadi nasib hidupnya seperti ini, sehingga ia merasa tidak mungkin mampu merubah hidupnya lagi. Untuk keluar dari kesulitan, kita harus percaya bahwa di dunia ini tidak ada yang kekal begitu juga dengan penderitaan, hidup ini ibarat sebuah roda yang berputar, adakalanya kita dibawah tetapi adakalanya kita diatas. Kehidupan boleh berubah tetapi semangat dari hati harus seperti poros sebuah roda tetap tidak bisa dirubah-ubah. Semangat untuk hidup harus kita munculkan

sehingga kita bisa memunculkan hati yang tenang dan prajna untuk keluar dari kesulitan.

Kesulitan adalah Kado yang Tak Ternilai

ita mungkin pernah mendengar bahwa Pengalaman adalah

Guru yang Terbaik, semakin kita sering menderita maka akan semakin besar kebahagiaan yang pasti kita peroleh. Kita harus selalu belajar dari kesulitan dan permasalahan maka kita tidak akan pernah lagi menghadapi kesulitan yang sama. Orang bijak tidak jatuh kedua kalinya dalam lubang yang sama. Terimalah penderitaan sebagai penderitaan, nikmatilah kebahagiaan sebagai sebuah kewajaran, itulah kata-kata yang harus kita ingat dan ikuti.

Semakin Kuat dalam Hati Kepercayaan

erkuat hati kepercayaan kita kepada Buddha dan O'daimokulah selalu,

karena ketika kita sedang dalam kesulitan, jiwa kita berada dalam tingkat yang terendah dan tertekan sehingga kita sulit menemukan jalan keluar (prajna) untuk mengatasinya. Ketika kita mendapatkan sebuah kesulitan sama seperti kita jatuh ke dalam sebuah sumur yang dalam, suasana yang gelap dan dingin membuat kita tidak punya sebuah kekuatan pun. O'Daimoku adalah ibarat sebuah tali yang diturunkan kedalam sumur yang akan membawa kita keluar dari dalam sumur yang gelap, sama seperti sebuah nyala lilin dalam kegelapan. Jadi duduklah didepan Sang Buddha dan sebut O'Daimoku dengan seluruh kesungguhan hati, pasti kita akan mampu keluar dari kesulitan tersebut.

K

K P

Page 7: Yang Telah Bangkit BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filePenerangan Agung Buddha Sakyamuni. Selain itu juga terdapat alasan lain, ... umat manusia ingin menghindari berbuat kesalahan yang

No.19 / April 2006

7

Kesulitan Besar adalah awal dari Kebahagiaan Besar

pakah ada sesuatu yang mudah di dunia ini ?, sejak kecil kita juga sudah harus

berjuang untuk hidup, demikian juga untuk mencapai sebuah kebahagian dalam hidup juga harus disertai perjuangan yang tidak sedikit. Ketika kita menghadapi sebuah kesulitan hendaknya kita harus melihat hal itu secara positif dan jernih dan kita harus yakin bahwa dibalik sebuah kesulitan pasti terdapat kebahagian. Menderita atau Bahagia semuanya terdapat dalam suasana jiwa kita yang terjadi akibat dari hubungan kita dengan dunia luar atau lingkungan kita. Jadi yang menjadi masalah bukan lingkungannya tetapi perasaan diri kita sendiri, sebagai contoh; pada jaman dulu, orang tidak punya handphone

A

bukanlah sebuah penderitaan tetapi saat sekarang banyak generasi muda yang tidak dapat memiliki handphone menganggap hidup mereka menderita, semua ini karena ketidakkendalian hawa nafsu kita sendiri.

Tidak ada yang sempurna

alah satu sumber penderitaan kita adalah selalu mengharapkan

orang lain sempurna seperti apa yang kita inginkan. Semua orang harus kelihatan sempurna, tidak boleh ada sedikitpun kesalahan dan ia selalu merasa dirinya paling benar, paling sempurna dan sebagainya, semua ini adalah sikap-sikap dari dunia kesombongan dan egoisme yang kuat. Ketika ia melihat orang lain tidak sesuai dengan apa yang ia pikirkan maka ia menjadi menderita.

S

Buanglah sikap seperti ini karena tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini dan tidak mungkin ada gading yang tidak retak. Jika kita dapat mengatasi sikap yang satu ini, maka hidup kita menjadi lebih tenang dan bahagia. Kebahagian akan datang jika kita bisa seperti cerita kodok diatas, semua itu datang untuk kita, jadi terima itu dengan jiwa yang penuh dengan kekuatan Dunia Buddha. Segala sesuatu itu ada hal baik dan buruk, yang buruk adalah baik untuk kita menjadi lebih baik dan yang baik harus kita jadi untuk tidak terpesona dan terjebak dalam kesombongan. Baik dan buruk adalah dua hal tetapi keduanya adalah hal yang baik buat kita. Ada keburukan baru ada kebaikan, ada derita baru ada kebahagiaan. Jadi kembali ke kata-kata induk kodok “Bahwa Ular itu Ada Untuk Kita”. Gassho.

Page 8: Yang Telah Bangkit BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filePenerangan Agung Buddha Sakyamuni. Selain itu juga terdapat alasan lain, ... umat manusia ingin menghindari berbuat kesalahan yang

No.19 / April 2006

8

Seri Pelajaran MahayanaSumber : Berbagai bahan dan buku-buku MahayanaPenerjemah dan rangkuman oleh : Josho S.Ekaputra

Kelima jari yang terbuka melambangkan Lima Kesempurnaan, antara lain:

KedermawananKesusilaanKesabaranUsahaKonsentrasi

Mudra ini dapat digunakan bersama mudra lainnya, biasanya dikombinasikan dengan mudra di tangan kiri seperti Mudra Abhaya. Kombinasi antara Mudra Abhaya dan Varada ini disebut "Segan Semui-in" atau "Yogan Semui-in" dalam bahasa Jepang.

BUDDHA SHRAMANA MUDRA

udra ini mengambarkan perlepasan dan pemusnahan dari keterikatan atau

kesengsaraan. GASSHO.

1.2.3.4.5.

M

MUDRAPARA BUDDHA

( BAGIAN. III- SELESAI)

VARADA MUDRA

udra ini melambangkan Kedermawanan, dan Welas Asih. Mudara ini mewakili

pemenuhan keinginan untuk menyelamatkan umat manusia dari penderitaan. Biasanya dibuat dengan tangan kiri, dan dapat juga dibuat dengan meletakkan lengan tangan disamping tubuh dan telapak tangan terbuka menghadap kedepan serta jari tangan yang sedikit terbuka.

M

Page 9: Yang Telah Bangkit BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filePenerangan Agung Buddha Sakyamuni. Selain itu juga terdapat alasan lain, ... umat manusia ingin menghindari berbuat kesalahan yang

No.19 / April 2006

9

31 ALAMKEHIDUPAN

barat terbenamnya surya di ufuk langit yang berarti terbitnya mentari di bagian lain dunia ini, demikian

pula kematian mahluk hidup di suatu alam berarti kelahiran kembali di alam yang sama atau alam lainnya. Ini berlangsung terus hingga mahluk itu meraih Pembebasan Sejati dari lingkaran Samsara atau kelahiran dan kematian yang berulang-ulang. Dalam Agama Buddha dipercayai adanya 31 Alam Kehidupan yang secara garis besarnya terbagi atas: 1. E m p a t A l a m K e m e r o s o t a n

(apâyabhûmi),2. Satu Alam Manusia (manussabhûmi), 3. Enam Alam Dewa (devabhûmi), 4. Enam Belas Alam Brahma Berbentuk

(rûpabhûmi), dan 5. Empat Alam Brahma Nirbentuk

(arûpabhûmi).

I. E m p a t A l a m K e m e r o s o t a n (Apâyabhûmi)

Istilah ‘apâyabhûmi’ terbentuk dari tiga kosakata, yakni ‘apa’ yang berarti ‘tanpa, tidak ada’, ‘aya’ yang berarti ‘kebajikan’, dan ‘bhûmi’ yang berarti ‘alam tempat tinggal mahluk hidup’. Apâyabhûmi adalah suatu alam kehidupan yang tidak begitu ada kesempatan untuk berbuat kebajikan. Delapan jenis suciwan tidak akan terlahirkan di alam ini, dan

I

Catatan Redaksi: Misteri kematian selalu menjadi sebuah kenyataan yang mengerikan bagi mereka yang tidak memahmi hakikat dari kematian dan kelahiran. Kehidupan adalah sebuah rangkaian lingkaran yang sambung menyambung, musnahnya sebuah kehidupan akan muncul kehidupan lainnya. Kematian dalam ajaran Buddha adalah sebuah awal dari sebuah kehiduapan lain baik terjadi dialam ini atau alam lain tergantung besar kecil karma baik maupun buruk yang dibuat seseorang semasa kehidupannya. Jika kita mampu memahami kematian, maka kita akan bisa menghargai kehidupan dengan lebih baik. Pada seri pelajaran kali ini, kita akan membahas secara tuntas alam-alam kehidupan setelah kematian, bentuk dan karakteristik serta sebab maupun akibat kelahiran. Gassho.

( BAGIAN. I)

Page 10: Yang Telah Bangkit BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filePenerangan Agung Buddha Sakyamuni. Selain itu juga terdapat alasan lain, ... umat manusia ingin menghindari berbuat kesalahan yang

No.19 / April 2006

10

tidak ada satu mahluk pun dalam alam ini yang mampu meraih kesucian dalam kehidupan sekarang. Alam ini juga sering disebut sebagai ‘dugga-tibhûmi’. ‘Duggati’ terbentuk dari dua kosakata, yakni ‘du’ yang berarti ‘jahat, buruk, sengsara’, dan ‘gati’ yang berarti ‘alam tujuan bagi suatu mahluk yang akan bertumimbal lahir’ . Duggatibhûmi adalah suatu alam kehidupan yang buruk, menyengsarakan. Walaupun kerap dipakai sebagai suatu padanan, duggatibhûmi sesungguhnya tidaklah sama persis cakupannya dengan apâyabhûmi. Apâyabhûmi terdiri atas empat alam, yakni:

a) Alam Neraka (Niraya),b) Binatang (Tiracchâna),c) Setan (Peta),d) Iblis (Asurakâya).

Karena tidak semua binatang hidup dalam kesengsaraan, alam ini tercakup dalam duggatibhûmi secara tidak menyeluruh dan langsung. Empat Alam Kemerosotan, alam manusia dan enam alam dewa termasuk sebagai Alam Nafsu Inderawi (kâmabhûmi).

a) Alam Neraka (Niraya),

Terbentuk atas dua kosakata, yaitu ‘ni’ yang berarti ‘bukan, tidak ada’ dan ‘aya’ yang berarti ‘kebajikan, kebahagiaan, perkembangan’. Niraya atau Neraka adalah suatu alam kehidupan yang penuh derita dan siksaan, tanpa kesempatan untuk berbuat kebajikan, tanpa kebahagiaan, tanpa perkembangan. Neraka dalam pandangan Agama Buddha bukanlah suatu alam kehidupan yang bersifat kekal. Apabila akibat buruk dari suatu kejahatan telah terlunasi, mereka yang terjatuh ke dalam neraka akan dapat terlahirkan kembali di alam-alam lain yang lebih tinggi

tergantung perbuatan-perbuatan lain yang pernah mereka lakukan sepanjang kehidupan-kehidupan lampau. Konon dikisahkan bahwa Mallikâ, yang pernah melakukan perzinahan dengan seekor anjing, berada dalam alam neraka hanya dalam waktu tujuh hari. (Mallikâ adalah permaisuri kesayangan Raja Pasenadi Kosala). Atas kematiannya, raja bertanya kepada Sang Buddha ke alam manakah gerangan istrinya terlahirkan kembali. Beliau tidak menjawab meskipun ditanya setiap hari selama seminggu penuh karena khawatir kalau raja akan bersedih hati mengetahui penderitaan yang harus ditanggung oleh Mallikâ. Baru setelah Mallikâ keluar dari neraka Avîci dan terlahirkan kembali di Surga Tusita, Beliau memberikan jawaban. Tidaklah ‘adil’ untuk menjebloskan suatu mahluk sepanjang hidup (selamanya) dalam neraka hanya karena suatu kejahatan yang pernah dilakukannya dengan mengabaikan semua kebajikannya dan tanpa memberi peluang sedikit pun untuk memperbaiki kehidupannya. Neraka bukanlah suatu tempat pelampiasan kesewenang-wenangan seorang Pencipta Adikodrati yang murka karena diabaikan atau dikhianati oleh mahluk-mahluk ciptaannya. N e r a k a t e r b a g i m e n j a d i d u a b a g i a n , y a i t u Neraka Besar (Mahâ-niraya) dan Neraka Kecil (Ussadaniraya). Neraka besar terdiri atas delapan alam:

1) Sañjîva, alam kehidupan bagi mahluk yang secara bertubi-tubi dibantai dengan pelbagai senjata; begitu mati langsung terlahirkan kembali di sana secara berulang-ulang hingga habisnya akibat karma yang ditanggung. Mereka yang suka mempergunakan kekuasaan yang dimiliki untuk menyiksa mahluk lain yang lebih

lemah atau rendah kebanyakan akan terlahirkan di alam ini.

2) Kâïasutta, alam kehidupan bagi mahluk yang dicambuk dengan cemeti hitam dan kemudian d ipenggal -penggal dengan parang, gergaji dan sebagainya. Mereka yang suka menganiaya a t a u m em b u n u h b h i k k h u , sâmaóera atau pertapa; atau para bhikkhu-sâmaóera yang suka melanggar vinaya kebanyakan akan terlahirkan di alam ini.

3) Saõghâta, alam kehidupan bagi mahluk yang ditindas hingga luluh lantak oleh bongkahan besi berapi. Mereka yang tugas atau pekerjaannya melibatkan penyiksaan terhadap mahluk-mahluk lain, misalnya pemburu, penjagal dan lain-lain kebanyakan akan terlahirkan di alam ini.

4) Dhûmaroruva, alam kehidupan bagi mahluk yang disiksa oleh asap api melalui sembilan lubang dalam tubuh hingga menjerit-j e r i t kepengapan . Mereka yang membakar hutan tempat tinggal binatang; atau nelayan yang menangkap ikan dengan mempergunakan racun dan sebagainya kebanyakan akan terlahirkan di alam ini.

5) Jâlaroruva, alam kehidupan bagi mahluk yang diberangus dengan api melalui sembilan lubang dalam tubuh hingga meraung-raung kepanasan. Mereka yang suka mencuri kekayaan orangtua atau barang milik bhikkhu, sâmaóera atau pertapa; atau mencoleng benda-benda yang dipakai untuk pemujaan kebanyakan akan terlahirkan di alam ini.

6) Tâpana, alam kehidupan bagi mahluk yang dibentangkan di

Page 11: Yang Telah Bangkit BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filePenerangan Agung Buddha Sakyamuni. Selain itu juga terdapat alasan lain, ... umat manusia ingin menghindari berbuat kesalahan yang

No.19 / April 2006

11

atas besi membara. Mereka yang membakar kota, vihâra, sekolahan dan sebagainya kebanyakan akan terlahirkan di alam ini.

7) Patâpana, alam kehidupan bagi mahluk yang digiring menuju puncak bukit membara dan kemudian dihempaskan ke tombak-tombak terpancang di bawah. Mereka yang menganut pandangan sesat bahwa pemberian dâna tidak membuahkan pahala, pemujaan kepada Tiga Mestika tidak berguna, penghormatan kepada dewa tidak berakibat, tidak ada akibat dari perbuatan baik maupun buruk, ayah-ibu tidak berjasa, tidak ada kehidupan sekarang maupun mendatang, dan tidak ada mahluk yang terlahirkan dengan seketika kebanyakan akan terlahirkan di alam ini.

8) Avîci, alam kehidupan bagi mahluk yang direntangkan dengan besi membara di empat sisi dan dibakar dengan api sepanjang waktu. Mereka yang pernah melakukan ke jaha tan t e rbe ra t , yakn i membunuh ayah, ibu atau Arahat, melukai Sammâsambuddha, atau memecah-belah pasamuan Sangha niscaya akan terlahirkan di alam ini. Avîci kerap dianggap sebagai alam kehidupan yang paling rendah.

Neraka kecil terdiri atas delapan alam:

1) Angârakâsu, alam neraka yang terpenuhi oleh bara api

2) Loharasa, alam neraka yang terpenuhi oleh besi mencair

3) Kukkula, alam neraka yang terpenuhi oleh abu bara

4) Aggisamohaka, alam neraka yang

terpenuhi oleh air panas

5) Lohakhumbhî , alam neraka yang merupakan panci tembaga

6) Gûtha, alam neraka yang terpenuhi oleh tahi membusuk

7) Simpalivana, alam neraka yang merupakan hutan pohon ber-duri

8) Vettaranî, alam neraka yang merupakan air garam berisi duri rotan

b) Alam Binatang (Tiracchâna) Terbentuk atas dua kosakata, yaitu ‘tiro’ yang berarti ‘melintang, membujur’, dan ‘acchâna’ yang berarti ‘pergi, berjalan’. Tiracchâna atau binatang adalah suatu mahluk yang umumnya berjalan dengan melintang atau membujur, bukan berdiri tegak seperti manusia. Dengan pengertian lain, binatang disebut Tiracchâna karena merintangi jalan menuju pencapaian Jalan dan Pahala. B i n a t a n g s e s u n g g u h n y a t i d a k mempunyai alam khusus mi l ik mereka send i r i melainkan hidup di alam manusia. Binatang memiliki hasrat untuk menikmati kesenangan inderawi serta berkembang-biak; naluri untuk mencari makan, bersarang, dan sebagainya; dan perasaan takut mati, mencintai kehidupannya. Binatang tidak mempunyai k e m a m p u a n u n t u k membedakan kebajikan dari kejahatan, kebenaran dari kesesatan, dan sebagainya (dhammasaññâ) kecuali kalau terlahirkan sebagai calon Buddha (bodhisatta) yang sedang memupuk

kesempurnaan. Bodhisatta tidak akan terlahirkan sebagai binatang yang lebih kecil dari burung puyuh [semut misalnya] atau lebih besar dari gajah [dinosaurus misalnya]. Binatang mempunyai banyak jenis yang tak terhitung jumlahnya, namun secara garis besarnya dapat dibedakan menjadi Empat Macam, yakni:

1. yang tak berkaki seperti ular, ikan, cacing dan lain-lain (apada),

2. yang berkaki dua seperti ayam, bebek, burung dan lain-lain (dvipada),

3. yang berkaki empat seperti gajah, kuda, kerbau dan lain-lain (catuppada),

4. y a n g b e r k a k i b a n y a k s e p e r t i k e l a b a n g , u d a n g , k e p i t i n g d a n l a i n - l a i n (bahuppada).

BERSAMBUNG

Page 12: Yang Telah Bangkit BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filePenerangan Agung Buddha Sakyamuni. Selain itu juga terdapat alasan lain, ... umat manusia ingin menghindari berbuat kesalahan yang

No.19 / April 2006

12

kaimoku sho

eberapa orang mengatakan bahwa Nichiren , yang menyatakan bahwa para

pengikut dari Buddha Hidup Tanpa Batas, dan Buddhisme Zen akan jatuh kedalam Neraka Avici, adalah sebuah kemurkaan dan oleh karena itu, akan terjatuh kedalam dunia Asura. Terlebih dikatakan dalam “Pelaksanaan Yang Penuh Kedamaian” Bab XIV, Saddharma Pundarika Sutra: “Jangan mencoba untuk menunjuk kesalahan orang lain atau sutra lain dan jangan meremehkan bhisku lain.” Sehingga, mereka berpikiran bahwa kemungkinan Nichiren telah ditinggalkan oleh para dewa-dewi karena ia tidak mengikuti kata-kata dalam Saddharma Pundarika Sutra. Dalam menanggapi hal itu, Aku mengutip kalimat yang diambil dari Mo-ho chihkuan (Pengertian Mendalam dan Konsentrasi Agung) paragraf 10: “Terdapat dua cara untuk menyebarluaskan Buddhisme: Keras / Mematahkan (Shakubuku) dan Lunak / Meyakinkan (Shoju). Seperti yang dinyatakan dalam Bab “Pelaksanaan Yang Penuh Kedamaian” bahwa “Jangan mengkritik orang lain” melambangkan cara ‘Shoju’, sedangkan kata-kata dalam Sutra Nirvana seperti

(membuka mata terhadap saddharma pundarika Sutra)

BAB 17 CARA PENYEBARLUASAN "KERAS" DAN "LUNAK"

B “Persenjatai dirimu dengan pedang dan tongkat, dan penggal leher mereka yang menghancurkan ajaran Buddha”, mewakili cara ‘Syakubuku.’ Meskipun kedua cara itu saling bertentangan, tetapi keduanya bermanfaat bagi orang-orang. M a h a G u r u M i a o - l e menjelaskan hal ini dalam Chih-kuan fu-hsingch’uan hung-chueh (Catatan Tentang Pengert ian Mendalam dan Konsentrasi Agung),” paragraf 10, dikatakan: "Mengenai kedua cara dalam menyebarluaskan Buddhisme dan kata-kata dalam Sutra Nirvana yang mengatakan 'Persenjatai dirimu dengan pedang dan tongkat…,' yang dinyatakan dalam paragraf ketiga Sutra Nirvana bahwa seseorang yang menegakkan Dharma Sejati harus mempersenjatai diri mereka dengan pedang, busur dan panah meskipun jika mereka belum dapat menegakkan Ke-Lima Ajaran dan menjaga kesempurnaan. Lebih lanjut, hal ini membicarakan tentang seorang raja pada masa lampau yang disebut Sen’yo Yang Agung, seorang yang dikatakan telah memenggal seorang Brahman dengan seketika ketika Brahman itu memfitnah Buddhisme. Sutra yang sama, dalam

paragraf ke-dua, juga mengutip sebuah contoh, sebuah pesan yang dikeluarkan oleh seorang dokter baru yang menemukan bahwa obat-susu yang ditentukan oleh pendahulunya, dapat memberikan dampak buruk bagi orang-orang. Ia mengatakan, “Siapapun yang mengunakan obat tersebut akan dipenggal.” Ke-dua contoh ini adalah makna dari cara "Syakubuku" dalam menyebarluaskan Buddhisme, kemudian terbagi dalam dua cara pada akhirnya: Syakubuku dan Syoju." Dalam kutipan kata-kata dari Saddharma Pundarika Sutra (Fa-hua wen-chii), paragraf ke-8, Maha Guru T’ien-t’ai menjelaskan perbedaan diantara cara 'Syakubuku' yang dimaksudkan dalam Sutra Nirvana dan makna cara 'Syoju' yang terdapat dalam Bab “Pelaksanaan Yang Penuh Kedamaian”: "Seseorang bertanya: 'Sutra Nirvana mengatakah bahwa mereka yang berkeinginan untuk menegakkan Dharma Sejati harus berteman dengan raja, mempersenjatai diri mereka dengan panah dan busur, dan memusnahkan musuh dari Dharma Sejati. Bab “Pelaksanaan Yang Penuh Kedamaian” dari Saddharma Pundarika Sutra, bagaimanapun,

Writing of Nichiren Shonin Doctrine 2Terbitan : Nichiren Shu Overseas Propagation Promotion AssociationEdited by George Tanabe, JrCompiled by Kyotsu Hori Diterjemahkan oleh Josho S.Ekaputra

Page 13: Yang Telah Bangkit BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filePenerangan Agung Buddha Sakyamuni. Selain itu juga terdapat alasan lain, ... umat manusia ingin menghindari berbuat kesalahan yang

No.19 / April 2006

13

mengatakan bahwa mereka harus menjaga jarak dari kekuasaan, rendah hati, dan ramah kepada musuh. Bukankah ini terdapat perbedaan yang nyata antara kedua cara, cara Syakubuku dari Sutra Nirvana dan cara Syoju dari Saddharma Pundarika Sutra?” Saya memberikan jawaban, “ Wa l a u p u n S u t r a N i r v a n a membabarkan banyak makna 'Syakubuku' dalam penyebarluasan, juga dibabarkan tentang kebajikan dari para Bodhisattva yang welas asih kepada semua orang seperti seseorang yang mengasihi anak tunggalnya. Sehingga, tidak dapat dikatakan bahwa sutra ini tidak menganjurkan cara “Syoju” dalam makna penyebarluasan. Meskipun Bab “Pelaksanaan Yang Penuh Kedamaian” mempunyai makna pembabaran yang 'Syoju' dalam penyebarluasan, dalam bab lain dari Saddharma Pundarika Sutra dikatakan bahwa seseorang yang menyakiti pelaksana dari Saddharma Pundarika Sutra, maka kepalanya akan terbelah menjadi tujuh bagian. Dengan demikian sutra ini juga mempunyai makna “Syakubuku”. Dalam kata lain, setiap pembabaran dari satu ke yang lain disesuaikan dengan situasi yang ada.” Maha Guru Chang-an dalam tulisannya Nieh-p’an-ching-su (Catatan tentang Sutra Nirvana) menjelaskan: "Mengenai para bhiksu atau pengikut awam, yang menegakkan Dharma hendaknya tidak kehilangan penglihatan tentang dasar-dasar tujuan pokok dalam menyebarluaskan Sutra Nirvana dengan mengorbankan segala aspek fenomena seperti ajaran Buddha. Penegak Dharma Sejati tidak boleh mempunyai kaitan dengan hal-hal yang sepele, seperti yang dikatakan dalam sutra bahwa mereka mungkin tidak menjaga ketulusannya. (...) Pada masa lalu ketika dunia ini

penuh kedamaian dan Dharma Sejati dapat tersebarluaskan, hal terpenting bagi mereka adalah menjaga ajaran Buddha, bukan mempersenjatai diri. Pada saat sekarang, bagaimanapun, ketika dunia dipenuhi oleh bahaya, dan Dharma Sejati pun tenggelam, mereka dapat mempersenjatai diri, tidak ajaran Buddha. Dengan mengabaikan masa lalu atau saat sekarang, jika ini adalah waktu yang berbahaya, mereka harus mempersenjatai diri mereka; dan jika pada saat penuh kedamaian, mereka harus menjaga ajaran Buddha. Oleh karena itu, makna dari cara penyebarluasan harus dipilih sesuai dengan kondisi dan waktu; ini tidak bisa ditentukan satu atau cara lainnya. Sebagaimana kritikan mu kepada Aku, bahwa Nichiren, adalah seorang angkara murka, Aku pikir mungkin banyak para sarjana saat sekarang ini setuju dengan mu. Bahkan meskipun murid-muridKu sendiri, tidak bisa terlepas dari keraguan seperti mu dan berkelakuan seperti seseorang yang icchantika, berkecil hati menanggapi protesKu. Jadi Aku telah mengutip penjelasan dari T’ien-t’ai dan Miao-le untuk menjaga diri dari kritikan itu. Seka rang , kedua ca ra penyebarluasan, Syakubuku dan Syoju, tidaklah cocok satu sama lain bagaikan air dan api. Api tidak menyukai air, dan air membenci api. Mereka yang melaksanakan cara Syoju, cenderung mengetawai mereka yang melaksanakan cara Syakubuku dan begitu sebaliknya. Sehingga, ketika tanah ini dipenuhi oleh iblis

dan orang-orang sombong, makna cara “Syoju” yang harus dilaksanakan adalah seperti yang dibabarkan dalam Bab XIV “Pelaksanaan Yang Penuh Kedamaian,” Saddharma Pundarika Sutra. Namun, ketika terdapat banyak para pemfinah Dharma Sejati yang licik, cara “Syakubuku” mempunyai makna sebagaimana yang telah dibabarkan dalam Bab XX “Bodhisattva Sadaparibhuta.” Ini sama seperti mengunakan air dingin ketika panas dan api ketika dingin. Tanaman dan pepohonan adalah pengikut dari matahari, sehingga mereka tidak menyukai bulan yang dingin. Air adalah pengikut dari bulan, sehingga mereka akan kehilangan sifat alami mereka ketika panas. Ketika terdapat tanah yang dipenuhi oleh orang-orang iblis seperti pemfitnahan Dharma Sejati pada Masa Akhir Dharma ini, kedua cara “Keras (Syakubuku)” dan “Lunak (Syoju)” harus dilaksanakan dalam menyebarluaskan Dharma Sejati. Oleh karena itu, kita harus mengetahui apakah Jepang pada saat sekarang adalah sebuah tanah iblis atau pemfitnahan, dalam memutuskan cara mana dari kedua cara yang harus kita gunakan. Seanda inya seseorang bertanya apakah efektif atau tidak jika kita mengunakan cara yang “Keras” dalam penyebarluasan ketika waktu itu lebih cocok dengan cara “Lunak” atau sebaliknya. Untuk pertanyaan ini, Aku akan berkata, itu tidak akan efektif. Hal ini dikatakan dalam Sutra Nirvana: "Bodhisa t tva Kasyapa bertanya kepada Sang Buddha,

"Walaupun Sutra Nirvana membabarkan banyak makna 'Syakubuku' dalam penyebarluasan, juga dibabarkan tentang kebajikan dari para Bodhisattva yang welas asih kepada semua orang. Sehingga, tidak dapat dikatakan bahwa sutra ini tidak menganjurkan cara “Syoju” dalam makna penyebarluasan."

Page 14: Yang Telah Bangkit BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filePenerangan Agung Buddha Sakyamuni. Selain itu juga terdapat alasan lain, ... umat manusia ingin menghindari berbuat kesalahan yang

No.19 / April 2006

14

bagaimana caranya agar Tubuhnya menjadi tidak dapat dimusnahkan seper t i i n tan . Sang Buddha berkata: “Kasyapa! Sang Buddha mempunyai sebuah Tubuh Yang Tidak Termusnahkan berdasarkan kebajikan dari menegakkan Dharma Sejati pada masa lampau. Putera yang baik! Dalam rangka menegakkan Dharma Sejati, kamu harus mempersenjatai dirimu dengan pedang dan busur dan anak panah meskipun jika kamu tidak dapat memahami ke Lima Ajaran dan menjaga dirimu. (. . .) Sekalipun jika seorang bhiksu buddhis berusaha keras menjaga ajaran, kecuali jika ia membabarkan seperti raungan singa… dan mengalahkan iblis yang melawan Buddhisme, ia tidak akan dapat menyelamatkan diri sendiri dan orang lain. Kamu harus mengetahui bahwa bhiksu itu sama seperti orang biasa. Sekalipun jika kamu memahami ajaran dan melaksanakan pertapaan suci, kamu harus mengetahui, kamu tidak akan mampu melindungi Buddhisme. (. . .) Pada sisi lain, jika terdapat seorang bhiksu yang menegakkan Dharma Sejati secara Keras untuk mengalahkan para pelanggar ajaran Buddha, kemungkinan mereka akan menjadi marah dan berusaha menghancurkan dia. Sekiranya jika ia terbunuh, ia adalah begitu berharga dapat disebut menjaga ajaran dan menyelamatkan diri sendiri dan orang lain.” Maha Guru Chang-an mengatakan dalam Catatan tentang Sutra Nirvana, paragraf 8 bahwa, meskipun kita mengambil cara penyebarluasan secara “Keras” atau “Lunak” dengan berdasarkan kondisi dan waktu, dan tidak dapat dikatakan cara yang satu lebih baik dari yang lain. Maha Guru T’ien-t’ai berkata dalam Kata-kata dan Kalimat dari Saddharma Pundarika Sutra, paragraf 8: “Semua tergantung pada waktu. Kadang-kadang perlu dengan

cara Keras, pada waktu yang lain harus mengunakan cara Lunak.” Sebagai contoh, kita tidak dapat memanen beras dengan menanami padi dan menabur benih tanaman pada akhir musim gugur. Sepanjang era Kennin (1201-1203), dua bhiksu bernama Honen dan Dainichi, yang muncul untuk mendirikan sekte Tanah Suci dan Zen berturut-turut. Honen menyatakan bahwa dalam Masa Akhir Dharma, tidak satu pun dari seribu orang, yang dapat mencapai KeBuddhaan melalui Saddharma Pundarika Sutra, dan Dainichi menjaga Zen sebagai intisari dari Buddhisme yang diberikan secara khusus diluar naskah tertulis dan pembabaran ajaran secara lisan. Kedua ajaran palsu ini tersebarluaskan diseluruh Jepang. Para sarjana Tendai dan Shingon Buddhisme takut kepada para pengikut Sekte Tanah Suci dan Zen, dan berusaha melayani tingkah laku mereka, seperti seekor anjing yang mengibaskan ekornya didepan tuannya, dan tetapi takut pada seekor kucing. Dalam pembabaran kepada para raja dan jenderal, mereka sendiri berbicara tentang apa yang dapat mendorong kehancuran Buddhisme dan negara. Para sarjana Tendai dan Shingon Buddhisme akan terjatuh dalam Dunia Iblis Kelaparan dalam kehidupan ini dan Neraka Avici pada kehidupan akan datang. Meskipun jika para sarjana Tendai tinggal di hutan pengunungan dan meditasi dalam ajaran “3.000 Gejala dalam Sekejap Pikiran,” atau para sarjana Shingon yang tinggal dalam kedamaian yang terkendali untuk konsentrasi pada tiga pelaksanaan mistik (Mudra, Mantra dan Meditasi), bagaimana mereka dapat mencapai KeBuddhaan tanpa

mengetahui kapan waktu yang tepat untuk melaksanakan penyebarluasan agresif atau persuasif (Keras atau Lunak) ? Sebagian orang mungkin ingin tahu, apa baiknya menuduh para pengikut Tanah Suci dan Zen, membuat permusuhan dengan mereka. Sebagai jawabannya, Aku akan mengutip kalimat dalam Sutra Nirvana: “Seandainya terdapat seorang bhiksu berbudi luhur, tidak mengkritik seseorang yang menghancurkan Buddhisme, tidak berusaha untuk menjernihkan atau menghukum dia. Kamu perlu ketahui bahwa bhiksu itu adalah musuh dari Buddhisme. Jika bhiksu itu mengkritik orang tersebut, menjernihkan dan menghukumnya, bhiksu seperti itu adalah seorang murid Buddha yang sesungguhnya.” M a h a G u r u C h a n g - a n menjelaskan alam Catatan Tentang Sutra Nirvana: "Mereka yang menghancurkan Buddhisme adalah mereka yang berada dalam Buddhisme merusak Buddhisme itu sendiri. Orang-orang yang tidak berhati, menjaga hubungan baik dengan para iblis dan tidak memperdulikan karma buruk mereka adalah seorang musuh. Orang-orang yang memiliki kepedulian berusaha mengkoreksi mereka dan mempertahankan Dharma Sejati dan murid Sejati Sang Buddha. Mencegah seorang teman melakukan kejahatan adalah seorang teman sesungguhnya. Oleh karena itu, seseorang yang menghantam orang yang merusak Buddhisme adalah murid Sang Buddha; dan seseorang yang tidak menghancurkan para iblis adalah musuh dari Buddhisme." GASSHO

Semua tergantung pada waktu. Kadang-kadang perlu dengan cara Keras, pada waktu yang lain harus mengunakan cara Lunak, tidak dapat dikatakan cara yang satu lebih baik dari yang lain”

Page 15: Yang Telah Bangkit BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filePenerangan Agung Buddha Sakyamuni. Selain itu juga terdapat alasan lain, ... umat manusia ingin menghindari berbuat kesalahan yang

No.19 / April 2006

15

Catatan :Riwayat hidup Nichiren Shonin yang tepat dapat kita baca dari berbagai macam surat dan catatan masa lalu dan penelitian sejarah lainnya. Tetapi disini terdapat berbagai macam cerita legenda sehubungan dengan kehidupan Nichiren Shonin, dan akan Saya tuangkan dalam tulisan ini.

Legenda Nichiren ShoninOleh YM.Bhiksu. Gyokai SekidoSumber: Nichiren Shu News, terbitan Nichiren Shu Headquaters dan Kaigai Fukyo KoenkaiDirangkum dan diterjemahkan oleh Josho S.Ekaputra

LEGENDA (BAG.8)

NICHIREN SHONIN

Yuigahama

etika gubuk Nichiren Shonin di Kamakura diserang dan dibakar oleh sekelompok pengacau

(pada tanggal 28 Agustus 1253, kalender bulan), Nichiren melarikan diri ke sebuah goa di sebuah bukit. Ia tinggal disini selama tiga hari, Ia makan kacang-kacangan dan buah strawberi liar yang dibawakan oleh seekor monyet. Tempat itu sekarang berdiri Kuil Hosshoji “Tanah Monyet.” Desas desus yang tersebar mengatakan bahwa Nichiren Shonin telah meninggal. Toki Jonin (1216~1299), salah satu pengikut setianya, berhasil menemukan Beliau masih hidup dan mengundang Beliau ketempat kediamannya, sekarang kota Ichikawa, Daerah Administrasi Chiba. Setelah tinggal disana selama beberapa lama, Nichiren Shonin kembali ke Kamakura dan kembali merangkum kegiatan penyebarluasan ajaranNya. Jumlah pengikut Beliau meningkat dengan drastis. Para bhiksu dari sekte lain sengaja menfitnah Nichiren dihadapan Shogun. Pada waktu itu, ketua administrasi KeShogunan Kamakura adalah Bupati Hojo Nagatoki, ayahnya adalah Shigetoki, yang merupakan seorang pemeluk ajaran Buddha Amitabha. Mempertimbangkan kepercayaan ayahnya, Bupati Nagatoki

K

menangkap Nich i ren dan mengasingkan Beliau ke Izu, pada tanggal 12 Mei 1261. Banyak mur id dan pengikut berkumpul di pantai Yuigahama, Kamakura dimana kapal yang akan membawa Nichiren ditambatkan. Nichiro (1245-1320), seorang murid termuda Nichiren yang baru berumur 16 tahun, yang berusaha menahan kapal dengan memegang tali jangkar kapal. Seorang pengawal samurai memukul beliau, menghajar lengan kanan

Nichiro. Nichiren Shonin yang telah berada diatas kapal, berteriak dengan nyaring, “Tolong maafkan dia. Dia masih sangat muda.” Kemudian ia memanggil Nichiro dengan suara yang nyaring pula. Nichiro juga memanggil nama gurunya dengan keras. Melihat Nichiren Shonin semakin jauh, Nichiro terus menerus memanggil nama gurunya, dan mulai menyebut O’daimoku. Ia melakukan anjali meskipun salah satu tangannya patah. N ich i r en Shon in juga

Ket.Tercatat dalam sejarah, Nichiro dengan begitu gagah berani menahan kapal dengan memegang tali jangkar sehingga lengan kanannya patah dipukul para penjaga

Page 16: Yang Telah Bangkit BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filePenerangan Agung Buddha Sakyamuni. Selain itu juga terdapat alasan lain, ... umat manusia ingin menghindari berbuat kesalahan yang

No.19 / April 2006

16

mula i menyebut O’daimoku . Kapal meninggalkan pelabuhan diiringi dengan suara O’daimoku yang memenuhi angkasa. Para murid dan pengikut berlinang air mata menyaksikan kepergian guru mereka.

Ito, Tempat Pembuangan

i ir ingi kesedihan yang dit inggalkan di pantai Yu i g a h a m a B e a c h , Kamakura, pada tanggal

12 Mei 1261 (Kalender bulan), kapal yang memuat Nichiren Shonin menyeberangi sungai Suruga dan tiba di Ito, semenanjung Izu, tempat pembuangan, pada hari yang sama. Ia ditempatkan dibawah pengawasan dari Ito Hachiro-zaemon Tomotaka, raja setempat. Ketika kapal sudah hampir mendekati pantai Kawana dekat Ito pada sekitar jam 4 sore, para penjaga meminta Nichiren meninggalkan kapal. “Tidak ada angin sekarang ini, yang dapat mendorong kita mendekati Ito. Kamu harus meninggalkan kapal disini dan berjalan ke pantai di Ito. Kamu lihat disana ada gundukan tanah, itulah tempatnya.” Para pengawal meninggalkan Nichiren diatas sebuah batu karang di laut pantai Kawana. Duduk diatas batu karang, Nichiren tidak tahu harus berbuat apa. Ito masih terlalu jauh. Batu karang itu mulai disapu oleh air pasang yang semakin naik. Setelah beberapa saat, seorang nelayan mendayung sebuah perahu kecil mendekati batu karang tersebut. Nelayan dari Kawana, itu bernama Yasaburo, sangat terkejut menemukan Nichiren Shonin sedang duduk diatas batu karang yang mulai tenggelam. Ia bertanya kepada Nichiren, “Bagaimana kamu bisa datang kesini? Apakah kamu turun dari surga? Apakah seekor

D

elang menangkap dan menaruh kamu disini?” Yasaburo kembali melanjutkan, “Batu karang tempat kamu duduk disebut ‘Manaita (Papan Potongan) Iwa (Batu Karang)’ akhir dari tanjung Ito. Sekarang memang muncul dipermukaan laut, tetapi setelah pasang naik maka ia akan tenggelam.” Ia menyelamatkan Nichiren dan membawa Beliau kerumahnya di Ito. P a d a h a r i Ya s a b u r o menyelamatkan Nichiren berkaitan dengan peringatan kematian ke-13 ibunya. Ia dan istrinya memberikan bekal berupa makanan, pakaian, dan tempat perlindungan kepada Nichiren, dan mengirimkan pesan kepada raja setempat untuk memberitahukan bahwa mereka menjaga seorang terhukum pembuangan ditempatnya. Nichiren tinggal bersama nelayan tersebut selama 30 hari sebelum ia berangkat dari Kawana ke Ito, dimana ia akan diasingkan selama dua tahun mulai dari 22 Pebruari 1263. Ketika Nichiren sedang menginap ditempat pasangan nelayan tersebut, Ito Tomotaka, raja setempat dari Ito, keracunan dan mengalami situasi kritis. Ini terjadi pada pertengahan mei setelah Nichiren dibuang ke Ito. Ayabe Masakiyo, seorang saudara dari sang raja, mengusulkan,”Meskipun Nichiren seorang buangan, ia percaya kepada Saddharma Pundarika Sutra, yang sangat suci. Mintalah kepadaNya u n t u k berdoa bagi kesembuhan r a j a . ” A t a s p e r m i n t a a n t e r s e b u t , N i c h i r e n mengunjungi raja Ito pada 17 juni, dan m e m b a c a S a d d h a r m a P u n d a r i k a S u t r a

disamping tempat tidurnya. Raja kemudian sadar tiga hari kemudian, dan sembuh setelah lima hari. Sebagai wujud rasa terima kasih, raja Ito mempersembahkan sebuah rupang Sang Buddha kepada Nichiren, rupang ini didapat ditengah lautan oleh seorang nelayan. Percaya bahwa itu adalah sebuah rupang Buddha Amitabha, para penduduk berdatangan dari sekitarnya untuk berdoa kepada rupang tersebut dengan menyebut nama Buddha Amitabha. Setelah doa tersebut, sebuah wabah demam menyerang diantara mereka, dan beberapa diantaranya tewas. Setelah itu, dilakukan peninjauan kembali terhadap rupang tersebut, ternyata rupang itu adalah rupang Buddha Sakyamuni, bukan Buddha Amitabha. Para penduduk merasa jengkel, dan mempercayakan rupang itu kepada raja mereka. Menerima sebuah rupang Buddha Sakyamuni dari raja Ito, Nichiren Shonin sangat bahagia, seolah-olah Ia adalah seorang Bodhisattva Visistakaritra yang bertemu dengan Buddha Abadi. Percaya bahwa kemunculan Buddha Abadi dari lautan adalah sebuah petanda bahwa sekarang waktu yang tepat untuk Saddharma Pundarika Sutra t e rsebar luas , Nichi ren menyimpan rupang itu selama hidupNya. BERSAMBUNG

Page 17: Yang Telah Bangkit BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filePenerangan Agung Buddha Sakyamuni. Selain itu juga terdapat alasan lain, ... umat manusia ingin menghindari berbuat kesalahan yang

No.19 / April 2006

17

Seri Penjelasan Saddharma Pundarika Sutra Oleh: YM.Bhiksu Shokai KanaiSumber Acuan: Buku "The Lotus Sutra" By Senchu MuranoDiterjemahkan oleh: Josho S.Ekaputra

RINGKASAN

i dalam bab terdahulu, Bodhisattva Baishajaraga dan keduapuluh ribu

Bodhisattva lainnya berprasetya kepada Buddha Sakyamuni bahwa mereka akan menjaga, membaca, menghafal, dan membabarkan Saddharma Pundarika Sutra. Namun mereka berkata bahwa mereka akan melakukan semua hal tersebut di dunia lain dan bukan di dunia ini. Mereka berkata demikian karena orang-orang di dunia ini dipenuhi dengan berbagai keburukan. Kemudian, ada delapan puluh milyar nayuta bodhisattva yang memutuskan akan membabarkan sutra ini dan berprasetya akan menahan semua kesukaran fisik dan penganiayaan di dunia ini. Oleh sebab itu, bab 13 terdahulu membahas kesukaran dari luar diri para pembabar dan guru Dharma. Kebalikannya, bab ini cenderung menekankan kesiapan spiritual para pembabar. Mereka tidak boleh mengejar kemashyuran, hal yang sia-sia, keuntungan pribadi, dan sebagainya. Socrates pernah berkata, “Orang yang tidak mampu mengalahkan dirinya sendiri tak akan

PELAKSANAAN YANG PENUH

KEDAMAIAN

BAB XIV

d

pernah bisa memenangkan orang lain.” Dengan mengingat filsafatnya dalam pikiran para pembabar, mereka harus melaksanakan empat jenis pelaksanaan yang penuh kedamaian: tubuh, mulut, pikiran, dan janji-janji.

PENJELASAN

“Sang Buddha berkata kepada Bodhisattva Manjusri, ‘Seorang Bodhisattva yang berkeinginan membabarkan sutra ini di dunia yang penuh keburukan

setelah kemokshaan-Ku harus melaksanakan empat jenis hal.’” (P.210, L.12):

Ke-empat Jenis Hal tersebut adalah :

Pelaksanaan tubuh yang penuh kedamaian,Pelaksanaan mulut yang penuh kedamaian, Pelaksanaan pikiran yang penuh kedamaian,Pelaksanaan janji-janji yang penuh kedamaian.

1.

2.

3.

4.

Page 18: Yang Telah Bangkit BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filePenerangan Agung Buddha Sakyamuni. Selain itu juga terdapat alasan lain, ... umat manusia ingin menghindari berbuat kesalahan yang

No.19 / April 2006

18

“Pertama, ia harus menjalankan pelaksanaan yang selayaknya, mendekati hal-hal yang selayaknya, dan kemudian membabarkan sutra ini.” (P.210, L.16.):

Terdapat Dua Pelaksanaan Tubuh:

Menjalankan pelaksanaan yang selayaknya, dan Mendekati orang-orang yang layak.

Menjalankan pelaksanaan yang selayaknya berarti:

para pembabar harus selalu melaksanakan kebajikan, kesabaran, bersikap lemah lembut dan rendah hati. Mereka tidak boleh kasar dan takut. Mereka tidak boleh melekatkan diri mereka kepada segala sesuatu, juga mereka tidak boleh melekat kepada ketidak-melekatan.

Mendekati orang-orang yang layak adalah :

Seorang pembabar seharusnya menghindari orang-orang dengan kekuasaan politik yang besar, seperti para raja, meteri, atau petugas pemerintahan yang tinggi pangkatnya,Ia tidak boleh mendekati mereka yang membabarkan ketidak-benaran, atau mereka yang menyia-nyiakan waktu dengan menulis tentang urusan keduniawian,Ia tidak boleh mendekati orang-orang yang menghibur orang banyak dengan membahayakan nyawa mereka sendiri ataupun nyawa orang lain,Ia tidak boleh mendekati orang-orang yang mencari penghidupan dengan cara membunuh mahluk

1.

2.

hidup,Ia tidak boleh mendekati, bertanya, atau tinggal bersama dengan orang yang mengejar Ajaran yang lebih rendah tingkatannya. Jika ia didekati oleh orang-orang seperti itu, ia haruslah membabarkan Dharma dengan penuh rendah hati, namun tidak boleh meminta bayaran apapun, Ia tidak boleh membabarkan Dharma kepada wanita manapun yang ia kehendaki,Ia tidak boleh mendekati para kasim,Ia tidak boleh memasuki rumah siapapun tanpa diundang,Ia tidak boleh terlalu bersahabat dengan seorang wanita, meski untuk membabarkan Dharma kepadanya, Ia tidak boleh membawa anak-anak bersama dengannya.

Peraturan-peraturan ini kelihatnnya bersifat diskriminasi, namun tidaklah demikian sesungguhnya. Semua itu adalah sikap pikiran dari para pembabar; atau bisa dikatakan, tidak terpengaruh oleh orang-orang tersebut, menghindari bersikap terlalu bersahabat dan meniru pendapat orang lain. Saddharma Pundarika Sutra adalah ajaran kesetaraan; oleh sebab itu, kita harus mengajarkan ajaran ini kepada setiap orang, namun kita harus berhati-hati agar tidak terpengaruh oleh pendapat-pendapat keduniawian mereka.

“Sang Bodhisattva juga harus mengetahui kebenaran berikut ini. Semua hal adalah maya. Mereka adalah sebagaimana mereka adanya. Semua hal tidaklah berubah dari kebenaran. Mereka tidak bergerak. Mereka tidak pergi. Mereka tidak berbelok. Mereka tidak memiliki inti hakekat

sebagaimana langitpun tidak.’ (P.211, paragraf terakhir.)

Sang Bodhisattva yang membabarkan kepada orang lain tentang keselamatan harus mengetahui ajaran bahwa Tidak ada yang Kekal, namun sang pembabar juga tidak boleh terikat kepada ajaran ini semata, karena ada Ajaran Abadi (“Myo-Ho”) dan Buddha Abadi. Saddharma Pundarika Sutra menekankan kesetaraan yang melampaui semua perbedaan yang ada, dan perbedaan-perbedaan didalam kesetaraan. Potensi semua orang untuk mencapai Kebuddhaan adalah ajaran kesetaraan, namun kita harus menyadari ada banyak jalan berbeda untuk membimbing orang kepada Kebuddhaan.

“Kedua, Manjusri! Seorang Bodhisattva yang ingin membabarkan sutra ini ... tidak boleh mengatakan hal-hal buruk atau jasa-jasa baik atau keburukan dari orang lain.” (P. 216, Paragraf pertama)

Paragraf ini menjelaskan tentang Pelaksanaan Mulut yang penuh Kedamaian :

Seorang pembabar sutra ini tidak boleh menunjukkan kesalahan-kesalahan dari sutra-sutra lain atau para pengikutnya. Mereka tidak boleh menghina para pembabar Dharma lainnya. Mereka tidak boleh menyebutkan baik jasa-jasa baik ataupun keburukan dari para pembabar, dan tidak boleh menyebutkan ‘pendengar’ dengan namanya ketika mengkritik ajaran mereka ataupun bahkan ketika memuji mereka. Mereka tidak boleh merasa bermusuhan dengan siapapun, dan haruslah menjawab dengan

Page 19: Yang Telah Bangkit BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filePenerangan Agung Buddha Sakyamuni. Selain itu juga terdapat alasan lain, ... umat manusia ingin menghindari berbuat kesalahan yang

No.19 / April 2006

19

bebas semua pertanyaan yang diajukan kepada mereka.

Dalam terjemahan Senchu Murano, kata “Negatte” dalam terjemahan Kumarajiva, hilang. “Negatte” berarti sebuah pikiran yang menyenangkan seperti dalam saya lebih unggul daripada yang lain, namun ia mengandung artian bahwa seseorang harus menunjukkan kesalahan-kesalahannya .Sang pembabar tidaklah boleh dengan penuh suka cita menunjukkan kesalahan-kesalahan orang lain dam tidak boleh dengan suka cita menghina para pembabar lainnya, namun ia harus menunjukkan kesalahan orang lain. Nichiren Daishonin mengkritik sekte-sekte dan bhiksu lainnya, namun, ia tidak pernah menganggap remeh sekte atau bhiksu lainnya. Ia menggunakan kata-kata yang sopan dan penuh hormat ketika berbicara dengan mereka. Sebagai perbandingan, Kubota Tsugunami dan Yuyama Akira menerjemahkan kalimat yang sama: “Ketika ia membabarkan atau menjelaskan Sutra ini ia tidak boleh bergembira dalam membicarakan kesalahan-kesalahan orang maupun Sutra lain.” Bunno Kato menerjemahkannya: “Ia tidak bergembira dalam memberitahukan kesalahan-kesalahan dari sutra-sutra lainnya.” Mereka menggunakan istilah, “tidak bergembira” atau “ia tidak bergembira“ untuk istilah “negatte”.

“Sekali lagi, Manjusri! Seorang Bodhisattva ... tidak boleh memupuk rasa iri terhadap orang lain atau menyanjung atau menipu mereka.” (P.218, L.18.):

Paragraf ini menjelaskan tentang Pelaksanaan Pikiran yang penuh Kedamaian, menjaga sikap mental yang benar pada

saat membabarkan Saddharma Pundarika Sutra. Ada empat poin:

Seorang Bodhisattva tidak boleh iri terhadap orang lain, atau menyanjung mereka, atau menipu mereka,Ia tidak boleh menghina orang lain yang mempelajari jalan menuju Kebuddhaan dengan cara-cara lain, menjelek-jelekkan mereka, atau menunjukkan kesalahan-kesalahan mereka,Ia tidak boleh mengganggu atau membingungkan orang yang mencari salah satu dari Tiga Kendaraan, dan jangan pernah mengatakan kepada mereka, “Anda jauh dari Penerangan. Anda tidak dapat memperoleh pengetahuan tentang kesetaraan dan perbedaan semua mahkluk karena Anda menyimpang dan malas dalam mencari penerangan.”Ia tidak boleh terlibat dalam pertengkaran-pertengkaran tak berarti dengan para pengikut dari sekolah paham lain.

Jika seseorang telah melaksanakan pelaksanaan penuh kedamaian yang ketiga ini, ia akan mampu membabarkan Dharma tanpa gangguan apapun. Metode ini disebut “sho-ju” dalam bhs.Jepang.

“Sekali lagi, Manjusri! Seorang Bodhisattva ... seharusnya memiliki kebajikan dan cinta yang luar biasa terhadap para umat awam dan Bhiksu, dan welas asih luar biasa terhadap mereka yang bukan Bodhisattva.” (P.220, L.9.):

Paragraf ini menjelaskan pelaksanaan tekad dan janji yang penuh kedamaian. Sang pembabar haruslah memiliki kebaikan dan cinta kasih baik terhadap umat awam

1.

2.

3.

4.

maupun para bhiksu, dan welas asih yang besar terhadap mereka yang bukan Bodhisattva. Alasannya adalah bahwa orang-orang tidak menegerti bahwa sang Buddha membabarkan ajaran sementara sesuai dengan kemampuan semua mahluk hidup, dan mereka tidak mempercayai dan memahaminya. Oleh karena itu, ketika seorang Bodhisattva mencapai penerangan sempurna yang terunggul, ia akan bertekad untuk membimbing semua orang kepada Saddharma Pundarika Sutra, dan dengan melalui sarana kemampuan gaib dan kebijaksanaan yang diperolehnya, menyebabkan mereka mengerti akan Hukum. Oleh karena itu, kita harus berprasetya untuk membimbing semua mahkluk hidup kepada Kebuddhaan dengan welas asih yang tak terkira. Inilah janji pertama dari Empat Janji Agung; “Mahkluk hidup tak terhitung jumlahnya, Aku berjanji akan menyelamatkan mereka semua.”

“Para dewa akan melindunginya siang dan malam demi Dharma ini agar para pendengar bersuka cita karena sutra ini telah, sedang, dan akan dilindungi oleh kekuatan-kekuatan gaib dari para Buddha dari masa lampau, kini, dan akan datang.” (P.220, L.30.):”Ia tidak akan dipukul dengan pedang maupun tongkat. Ia tidak akan diracun.” (P.224, L.26.):

Jika kita melaksanakan ke-empat pelaksanaan penuh kedamaian seperti yang telah disebutkan di atas, para dewa akan melindungi kita siang dan malam. Seorang bhiksu Nichiren Shu yang melaksanakan pemberkatan Kito selalu mengutip kalimat-kalimat di atas seusai doa. Nichiren Shonin juga menuliskan kalimat ini di beberapa Mandala Gohonzon.

Page 20: Yang Telah Bangkit BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filePenerangan Agung Buddha Sakyamuni. Selain itu juga terdapat alasan lain, ... umat manusia ingin menghindari berbuat kesalahan yang

No.19 / April 2006

20

Shakubuku-shoju adalah dua sikap yang saling bertolak belakang dalam membimbing mahkluk hidup: yang bersifat agresif dan yang persuasif. Shakubuku adalah jalan untuk mendekati lawan kita atas kesalahan-kesalahan mereka dan menyadarkan mereka dari semua ilusinya. Shoju adalah membimbing dan meyakinkan mereka dengan cara menerima dan memahami sudut pandang dan situasi mereka dengan penuh rasa hormat. Namun ini bukan berarti kita berkompromi terhadap kebenaran. Baik kedua aspek dapat dipandang saling berkaitan erat satu sama lainnya tergantung dari waktu dan kondisi tingkat pemahaman para pendengar. Saddharma Pundarika Sutra mengungkapkan kedua pendekatan tersebut; Shoju terlihat dalam bab 14; sedang Shakubuku, dalam bab 13 dan 20. Meski kedua metode ini terlihat sama sekali berbeda, mereka memiliki tujuan yang sama – untuk menyelamatkan orang lain. Di jaman kita, jalan shoju tampaknya lebih cocok, namun tetap harus disertai juga dengan semangat shakubuku. Bab 14 adalah akhir dari separuh bagian pertama Saddharma Pundarika Sutra yang mengungkapkan Buddha Sakyamuni seperti yang terdapat dalam sejarah yang terikat oleh keterbatasan waktu dan ruang. Bagian ini dikenal dengan “Shakumon.” Separuh bagian terakhir dari sutra ini mengungkapkan “Honmon,” atau hakekat keabadian Sang Buddha.

~ Namu Myoho Renge Kyo ~

A Collection of Nichiren Wisdom, Volume 1Terbitan: Nichiren Buddhist International CenterDiterjemahkan oleh: Josho S.Ekaputra

Penganiayaan dan Pembuangan ke Ito dan Sado

Dalam 27 tahun ini, Aku telah dihukum pembuangan sekali ke Ito di semenanjung Izu, pada tanggal 12 Mei, Tahun Kocho Ke-1 (1261). Aku mendapatkan cedera di atas kepala, dan tangan kiriKu patah, ketika mendapatkan penganiayaan pada tanggal 11 Nopember, tahun Bunei Ke-1 (1264). Pada bulan SEptember, tahun Bunei Ke-8, Aku telah dihukum pembuangan ke Pulau Sado, dan hampir dipancung di Tatsu-no-kuchi. Disamping semua kejadian itu, Aku juga mendapatkan serangkaian penganiayaan lainnya. Murid-muridKu telah dibunuh, terluka, dihukum pembuangan, dan dihukum mati. Semua ini menjelaskan bahwa penderitaan yang Aku peroleh lebih buruk dibandingkan Buddha Sakyamuni. Nagarjuna, T’ien-Ch’in, T’ien-T’ai dan Dengyo tidak dapat dibandingkan denganKu. Jika Aku tidak lahir dijaman ini, Buddha Sakyamuni akan dianggap sebagai pembohong besar dan para Buddha memberikan bukti kebohongan. Pada masa 2220 tahun sejak moksanya Buddha Sakyamuni, hanya Aku seorang di dunia ini, yang membuktikan kebenaran kata-kata Buddha. Para raja, pelayan, dan orang-orang lainnya yang merendahkan atau meremehkan pelaksana Saddharma Pundarika Sutra pada Masa Akhir Dharma akan segera mendapatkan karma buruk.

Shonin Gonan Ji(Latar belakang: Oktober 1279, di Gunung Minobu)

Akar Kebajikan dan Perlindungan Surgawi

Mereka yang tinggal di Dunia Manusia, menjaga ajaran, dan melaksanakan karunia kebajikan dipastikan akan terlahir di Dunia Surgawi setelah kematian mereka. Jika mahluk surgawi meningkat dengan drastis di Dunia Surgawi, asura atau iblis akan menjadi ketakutan dan tidak akan menganggu mahluk surgawi. Konsekwensinya, mahluk surgawi akan melindungi mereka yang menjaga ajaran dan melaksanakan akar kebajikan.

Kito Sho(Latar belakang: 1272, Ichinosawa, Pulau Sado)

Page 21: Yang Telah Bangkit BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filePenerangan Agung Buddha Sakyamuni. Selain itu juga terdapat alasan lain, ... umat manusia ingin menghindari berbuat kesalahan yang

No.19 / April 2006

21

Buku "Penjelasan Shutei Gohonzon Nichiren Shonin" (Gohonzon ini ditulis Bulan Ketiga Tahun Koan Ketiga, 1280 dan digunakan oleh seluruh umat Nichiren Shu). Penyusun Oleh: Josho S.Ekaputra

ama Mara berarti “Pembunuh” dan ia dipanggil demikian karena

ia adalah mahluk yang mencoba “Membunuh” kehidupan spiritual mahluk lainnya. Meski ia adalah personifikasi dari delusi/khayalan dan amat sangat jahat, ia amat berbeda dengan iblis dalam tradisi-tradisi agama lainnya. Ia bukanlah pemimpin dari iblis petarung, yang memberontak terhadap para dewa, ataupun bertempat tinggal di neraka. Akan tetapi, malahan ia tinggal di surga tertinggi dalam alam keinginan, dari sanalah ia mampu memanipulasi, memanfaatkan, dan menipu semua mahkluk lainnya yang terdapat dalam alam keinginan/hasrat – termasuk pula mahluk-mahluk lainnya dalam alam surga yang lebih rendah. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan bahwa tidak seorang pun juga yang lolos dari lingkaran kelahiran dan kematian. Ia seperti seoarang sipir penjara yang mencoba menjaga “para tahanannya”, terjebak dalam dunia kelahiran dan kematian. Ia juga seperti seorang pemilik kasino yang memiliki segala jenis alat hiburan dan bahkan kadang-kadang membayari para penjudi dengan tujuan menahan mereka di meja roda roulette dan

Dairokuten Ma-opermainan kartu. Pada akhirnya, para penjudi tersebut selalu kalah, namun Mara berusaha sebaik-baiknya untuk membuat mereka tertipu hingga berpikir seolah-olah pada suatu saat nanti, mereka pasti akan mendapat jackpot dan menemukan kebahagiaan tertinggi di dalam alam keinginan. Dalam sutra-sutra, dikatakan bahwa Mara, yang pertama kalinya mengirim putri-putrinya untuk menggoda Siddharta pada malam pencerahannya. Pada saat Siddharta melihat menembus kecantikan mereka dan berubah menjadi nenek-nenek tua sehingga sirnalah semuanya. Mara juga mengirimkan sepasukan iblis untuk menakut-nakuti Sang Buddha. Usaha inipun gagal, Siddharta duduk tak bergeming sebagaimana panah-panah dan tombak-tombak para iblis tersebut berubah menjadi bunga teratai sebelum mereka berhasil menyentuhNya. Akhirnya, Mara bertanya kepada Siddharta apa yang membuatnya, berhak mencapai penerangan. Siddharta menyentuh permukaan tanah dan memanggil bumi itu sendiri untuk menunjukkan segala kebajikan tak terhingga,

yang telah ia kumpulkan semenjak kehidupan lampaunya yang tak terkira sebagai seorang Bodhisattva. Setelah Sang Buddha mencapai pencerahan, Mara mencoba meyakinkanNya bahwa tidak mungkin untuk mengajarkan Dharma kepada orang lain, dan bahwa Ia seharusnya segera memasuki Pari-Nirvana, tapi Brahma sendirilah yang meyakinkan Sang Buddha bahwa adalah mungkin untuk mengajari orang lain. Usaha Mara untuk mencoba meyakinkan Sang Buddha agar segera memasuki Nirvana, sebelum Dharma dan Sangha dapat ditegakkan secara benar-benar kokoh pun gagal. Buddhisme Nichiren Shu menganggap Mara sebagai bagian dari “Tiga Rintangan dan Empat Iblis”, yang merupakan ajaran dari Chi-I, pendiri Buddhisme T’ien-t’ai. Hal ini dijelaskan dalam Bunga Dharma: Hati Kepercayaan, Ajaran, dan Pelaksanaan dari Buddhisme Nichiren (naskah yang tidak dipublikasikan): “Tiga Rintangan dan Empat Iblis adalah cara Chi-I untuk mengkategorikan semua gejala dan kejadian yang dapat menahan kita dari pelaksanaan Buddhisme. Ke-Tiga Rintangan terdiri atas hasrat untuk

~Raja Mara dari Surga Ke-Enam~

n

Page 22: Yang Telah Bangkit BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filePenerangan Agung Buddha Sakyamuni. Selain itu juga terdapat alasan lain, ... umat manusia ingin menghindari berbuat kesalahan yang

No.19 / April 2006

22

diri sendiri atau kekotoran batin, kebiasaan-kebiasaan buruk yang timbul dari kekotoran batin tersebut, dan akibat-akibat menyakitkan dari hal tersebut. Ke-Tiga Rintangan tersebut menggambarkan lingkaran mengerikan yang diciptakan oleh cara kita sehari-hari berinteraksi dengan dunia yang selalu terpusat pada diri sendiri. Mereka menggambarkan betapa kita menimbulkan begitu banyak penderitaan yang tidak perlu bagi diri kita sendiri, yang secara alamiah akan menuju kepada rasa frustasi dan kekhawatiran yang kemudian pada akhirnya akan membawa kita kepada perbuatan-perbuatan yang lebih egois lagi, dan begitulah seterusnya. Semua ini membuat kita terus berkutat dalam permasalahan kita sendiri. Jika kita tidak hati-hati, semua ini malah akan menghindarkan kita untuk melaksanakan ajaran-ajaran yang bisa memutuskan lingkaran ini. “Ke-Empat Iblis terdiri atas; Iblis Lima Unsur, Iblis kekotoran Batin, Iblis Kematian, dan Raja Iblis Surga Ke-Enam.

Iblis Kelima Unsur, mengacu kepada perasaan tidak aman yang terdapat dalam diri semua orang, rasa khawatir, dan penderitaan semu yang timbul akibat dari usaha kita mengidentifikasi diri kita dengan berbagai komponen fisik dan mental yang selalu terus bergejolak.

1.

Iblis Kekotoran Batin, mengacu kepada hal dimana hasrat dan keinginan untuk diri sendiri muncul tak terelakkan akibat dari kebutuhan tubuh dan pikiran kita atas makanan, perasaan aman, rangsangan menyenangkan, dan penyanjungan diri. Iblis Kematian, mengacu kepada rasa takut, perasaan ngeri, dan teror yang muncul pada saat terjadinya penguraian tubuh dan pikiran dalam kematian yang tak terelakkan. Raja Iblis Surga Ke-Enam merupakan personifikasi dari semua orang, keadaan, dan dorongan dalam diri kita yang mencoba atau mengancam kita untuk meninggalkan Buddhisme dan kembali kepada lingkaran lama kebiasaan buruk kita, kesenangan-kesenangan, dan rasa sakit yang telah kita kenal baik. Bisa dikatakan bahwa nama lain dari Raja Iblis Surga Ke-enam adalah ‘Iblis Yang Kita Kenal’ yang mencoba menakut-nakuti atau menghalau kita dari daerah pembebasan agar kita kembali kepada lingkaran mengerikan dari egosime kita. “

Lambang: Mahluk yang berpakaian bak raja agung (maharaja) berhiaskan karangan bunga. Ia memegang sebuah panah di tangan satu dan lima anak panah di tangan lainnya.Gassho.

2.

3.

4.

Kata-Kata MutiaraOleh: Josho S.Ekaputra

Jika kita bisa membayar Karma buruk dari masa lalu pada

saat sekarang, kenapa harus menunggu masa mendatang?

o-o

Orang biasa melihat karma buruk sebagai hal yang buruk, Buddha melihat karma buruk sebagai hal untuk mencapai

kemajuan

o-o

Lihatlah segala sesuatu sebagaimana adanya, dan

tidak terikat oleh ilusi yang fana, maka kita segera

mencapai pembebasan

o-o

Pembebasan dapat dicapai ketika kita mengalahkan

kebodohan dan hawa nafsuo-o

Suka dan duka adalah jebakan dalam kehidupan ini. Lepaskan segalanya

sebagaimana adanya suka dan duka, maka kita akan

mencapai pembebasan dari penderitaan

Page 23: Yang Telah Bangkit BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filePenerangan Agung Buddha Sakyamuni. Selain itu juga terdapat alasan lain, ... umat manusia ingin menghindari berbuat kesalahan yang

No.19 / April 2006

23

ebanyak 20 orang, yang mempunyai nama belakang y a n g s a m a “ S h a k y a ”

menyebut O’daimoku “Namu-Myoho-Renge-Kyo” dengan penuh keyakinan kepada Sang Buddha dan Nichiren Shonin dalam sebuah acara pada 18 Nopember 2005, di kota Patan, Katmandu, Nepal. Mereka menerima kunjungan dari tiga bhiksu Nichiren Shu dari Jepang, YM.Bhiksu Gakugyo Matsumoto, YM.Bhiksuni Koge Matsumoto, dan YM.Bhiksu Shingyo lmai dari Kantor Pusat Admnisitrasi Nichiren Shu. YM.Bhiksu Gakugyo Matsumoto, dan YM.Bhiksuni Koge Matsumoto telah menjalin hubungan dengan para penduduk suku Shakya di Nepal selama lima tahun, dengan tujuan untuk menyebarluaskan Odaimoku dan Saddharma Pundarika Sutra diantara mereka. Mereka mengorganisir sebuah samgha dengan nama “Busshino-kai, Rengeji, Patan” pada tahun lalu, dan telah mendapat pengakuan dari pemerintah sebagai sebuah organisasi keagamaan. Sejak mendapat pengakuan resmi, para anggota samgha melakukan pertemuan setiap hari minggu untuk menyebut O’daimoku dan belajar ajaran Saddharma Pundarika Sutra. “Kami sangat bahagia

Sakya di Patan, Nepal

Odaimoku Tersebarluas Diantara Orang-orang

ANEKA PERISTIWA NICHIREN SHU(Liputan Aneka Berita Nichiren Shu Indonesia dan Luar Negeri)Sumber: Nichiren Shu News, The Bridge, Mailist dan WebsitePerangkum oleh: Josho S.Ekaputra

memperoleh kesempatan mengenal Saddharma Pundarika Sutra dan menyebut O’daimoku , a jaran terunggul dari Buddha Sakyamuni, leluhur kami,” kata Tuan Jagat Raj Shakya, ketua samgha. Suku Shakya berada dibawah perlindungan para raja Nepal. “Patan” ditetapkan sebagai tanah yang diberikan kepada suku untuk dilindungi. Jumlah populasi dari suku ini sekitar seratus ribu orang, dan beberapa diantara mereka memainkan peranan yang cukup penting dalam politik dan ekonomi negara. Setelah dokyo shodai, samgha mengadakan jamuan makan malam untuk para bhiksu dari Jepang di sebuah hotel di Kota Katmandu.

Mewakili suku Shakya, Tuan Jagat Raj Shakya menyatakan bahwa mereka akan terus memperkuat hati kepercayaan kepada Buddha melalui penyebutan O’daimoku. Pada sambutan terima kasih dari YM.Bhiksu Imai mengatakan bahwa Departemen Misionaris, Kantor Pusat Administrasi, Shumuin, akan melakukan yang terbaik kepada samgha melalui YM.Bhiksu Matsumoto. “Pada masa mendatang. Aku mengharapkan terdapat anggota samgha yang menjadi bhiksu Nichiren Shu dan menyebarluaskan Odaimoku dan Saddharma Pundarika Sutra di Nepal,” kata YM.Bhiksu Gakugyo Matsumoto. Gassho (Laporan oleh:YM.Bhiksu. Shingyo Imai)

Ket. (Kiri ke Kanan) YM.Bhiksu Matsumoto, YM.Bhiksu Imai, Tuan Jagat Raj Shakya dan Tuan Minod Manandhar

S

Page 24: Yang Telah Bangkit BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filePenerangan Agung Buddha Sakyamuni. Selain itu juga terdapat alasan lain, ... umat manusia ingin menghindari berbuat kesalahan yang

No.19 / April 2006

24

ebuah rombongan terdiri dari 30 orang dari Malaysia, Singapura, dan Indonesia

menghadiri upacara Oeshiki di Kuil Minobusan Kuonji, pada tanggal 13 October. Dipimpin oleh YM.Bhiksuni Myosho Obata, mereka juga berkunjung ke Kuil Ikegami Honmonji dan tempat-tempat suci lainnya selama perjalanan enam hari di Jepang dari tanggal 11 sampai 16 Oktober. Tiba di Narita, pada pagi hari tanggal 11 Oktober, mereka menaiki bus ke Kuil Ikegami Honmonji dan mengunjungi Kantor Pusat Administrasi Shumuin, dimana YM.Bhiksu Tansei Iwama, kepala administrasi, menyambut mereka. Kemudian mereka berangkat ke Minobusan dan tinggal di “Kenshu Dojo” (pusat pelatihan untuk para umat awam), dimana mereka mengikuti seminar selama tiga hari untuk para penganut. Pagi hari tanggal 12 Oktober, mereka bergerak dalam barisan prosesi ke Aula Utama Minobusan, dengan memukul drum, dan menyebut O’daimoku, dan menghadiri dokyo pagi disini. Setelah itu kembali ke Kenshu Dojo, untuk sarapan pagi dengan doa pengantar dalam bahasa inggris dan china, dan kembali berkunjung ke Aula Utama. P a d a s i a n g h a r i n y a , mereka berkunjung ke Kuil Omosu Hommonji, dimana YM.Bhiksu Nichijun Homma, kepala bhiksu, memberikan sebuah ceramah secara jelas tentang Nikko Shonin, salah satu

Pejiarah Dari

dari Enam Murid Utama, Nichiren Shonin. “Kebanyakan anggota dari kelompok ini berasal dari Nichiren Shoshu pada awalnya, mereka sangat terkesan dengan ceramah yang diberikan oleh YM.Bhiksu Inoue, dan menjadi lebih kuat hati kepercayaan yang sekarang mereka ikuti dan segala keraguan pun sirna,” kata YM.Bhiksu Myosho Obata, pemimpin dari kelompok jiarah. Pada malam harinya, mereka menikmati pawai mando dengan dilengkapi drum untuk pertama kalinya, yang merupakan tahapan dari peringatan Oeshiki. Hari berikutnya, hari ketiga perjalanan di Jepang, mereka menghadiri peringatan 724 tahun meninggalnya Nichiren Shonin di Aula Utama Minobusan bersama dengan para penganut Jepang lainnya. Mereka juga berkunjung ke Makam dari Nichiren Shonin dan lapangan tempat gubuk Nichiren di Minobusan. Pada hari ke-empat, setelah

menghadiri dokyo shodai pagi hari di Minobusan, bersiap-bersiap melanjutkan perjalanan ke Kamakura. Disini mereka berkunjung ke Kuil Ryukoji dan Myohonji. Tinggal di sebuah penginapan Jepang di Enoshi-ma. H a r i b e r i k u t n y a , menyeberangai teluk Tokyo ke Daerah Administrasi Chiba, berkunjung ke Kuil Tanjoji dan Seichoji, dan tinggal semalam di “pusat pelatihan untuk umat awam” dikuil. Pada hari ke-enam, hari terakhir jiarah, mereka mengunjungi Asahi-ga-mori pada tengah malam menjelang pagi dan menyebut Odaimoku menghadap kearah sinar matahari yang baru muncul. Tidak beruntung, tidak dapat melihat naiknya sinar matahari karena terhalang oleh awan atau kabut sepanjang hari. Setelah mengikuti dokyo shodai pagi di Kuil Seichoji, bergegas ke Bandara Internasional Narita untuk kembali kerumah masing-masing. YM.Bhiksu Myosho Obata

Ket.Rombongan berfoto didepan Kuil Kuon Ji, Minobusan - Jepang

Asia Tenggara

S

Page 25: Yang Telah Bangkit BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filePenerangan Agung Buddha Sakyamuni. Selain itu juga terdapat alasan lain, ... umat manusia ingin menghindari berbuat kesalahan yang

No.19 / April 2006

25

dari pikiran kami, yang berkaitan dengan doktrin pada masa lalu.Minobusan begitu indah dan permai. T i d a k h e r a n kalau wakil ketua bagian wanita, N y. Ye o G u a t Eng menangis t a n p a m a l u -malu, ia merasa titik balik hati kepercayaannya. I a b e r d o a kepada Nichiren Daishonin agar teman-temannya yang masih berada dalam kegelapan, diberi kesempatan untuk berkunjung ke Minobusan. Berkunjung ke Kuil Ikegami Honmonji, Minobusan’s Kuon-ji, dan Seichoji dan juga Gunung Kitayama Honmonji, dan Ryukoji merupakan sebuah cermin ribuan kuil Nichiren Shu diseluruh Jepang. Sekitar 700 tahun lalu, Nichiren Shonin pertama kali menyebut “Namu Myoho Renge Kyo.” Hari ini, jutaan pengikut menyebutnya. Nichiren Shu begitu rendah hati diluar negeri, terus memantapkan diri dalam usaha

melaksanakan jiarah enam hari ini atas permintaan dari para penganut awam dari Kuil Daimokuji Singapura. Ia menyatakan, “Perjalanan yang dibuat ini membuat mereka menjadi

lebih mengenal Nichiren Shu. Mereka merasa menyentuh badan dan pikiran Nichiren Shonin. Mereka merasa sangat bahagia dan berkenan untuk menyebarluaskan Saddharma

Pundarika Sutra dan keyakinan kepada Nichiren Shonin.” Gassho (Laporan oleh YM.Bhiksuni Myosho Obata)

ada tanggal 11 Oktober, dua belas anggota dari Singapura mengikuti

sebuah “Perjalanan” enam hari ke Minobusan, Jepang, dimana Kuil Pusat Nichiren Shu bertempat. Semua dari kami telah menyebut Odaimoku “Namu-Myoho-Renge-Kyo” selama 20 tahun dan mengalami sebuah tantangan berat selama tiga tahun setelah terjadi kesalahpahaman dengan Soka Gakkai di Singapura, yang menyebabkan kami hampir keluar dari hati kepercayaan. A j a i b n y a , Y M . B h i k s u Myosho Obata dari Nichiren Shu Jepang, mengunjungi kami dan membantu mengembalikan hati kepercayaan kami. Sebuah kuil Nichiren Shu diberi nama “Wu-zhong-shan Daimokuji” pun didirikan pada tanggal 13 Nopember 2004 di Singapura. Ini adalah perjalanan pertama kami ke Gunung Minobu, dan kami sangat tersentuh perasaannya. Pada akhir perjalanan, kami dapat menyaksikan segala peninggalan dan relik dari Nichiren Shonin; tidak ada sesuatu apa pun yang salah tentang hal ini sebagaimana yang dituliskan dalam Gosho (tulisan Nichiren Shonin) dan kebenaran yang sesungguhnya harus dilihat dengan mata sendiri; kesan negatif tentang Minobusan pun lenyap

Pengalaman Mengesankan dari Singapura

menegakkan kebenaran untuk orang-orang pada masa mendatang. K e d a t a n g a n N i c h i r e n Daishonin didunia adalah untuk menyebar luaskan Saddharma Pundarika Sutra. Jika bukan karena welas asih dari Nichiren Shu, kita tidak mungkin teguh terus dalam hati kepercayaan dan dapat datang ke Gunung Minobu dan bertemu Nichiren Daishonin. Sungguh beruntung! Sungguh Indah ! Namu Myoho Renge Kyo. (Laporan Oleh Quah Shun Wei, Sekretaris Nichiren Shu Singapura)

p

Ket. Anggota Singapura di depan Kantor Pusat Administrasi Nichiren Shu. Barisan depan (kiri ke kanan): Tuan Yong Yew, Nn.Yoo Lin Loe, Ny.Yeo Guat Eng, Nn.Lim Peck Choo, Ny.Lai Swee. Barisan belakang (kiri ke kanan) Tuan Lai Pah Kah, Tuan Koh Ah Kok, Nn.Tan Mui Chin, Tuan Lee Soon Kian, Nn.Lim Pheck Gek, Ny.Foo Yang Yit, Tuan Guan Chew

Page 26: Yang Telah Bangkit BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filePenerangan Agung Buddha Sakyamuni. Selain itu juga terdapat alasan lain, ... umat manusia ingin menghindari berbuat kesalahan yang

No.19 / April 2006

26

Seri Pengenalan Kuil-Kuil Nichiren Shu(Menjelajahi Kuil-Kuil Nichiren Shu, Tempat Bersejarah Lainnya di seluruh Jepang dan Dunia)Oleh: Josho S.Ekaputra

Kuil Hokyu ZanDaizen In Jogyo Ji

• Nama Resmi: Hokyuzan Daizen-in Jogyoji

• Sekte Agama: Nichiren Shu Buddhisme

• Didirikan Pada Tahun: 1313 Oleh: (tidak diketahui)

• Bhiksu Pendiri: Nichihan (1201-1320)

• Objek Pemujaan Utama : Rupang Nichiren, dan Stupa Odaimoku

• Alamat: 8-17 Ohmachi 2-chome, Kamakura, Kanagawa 248-0007

• Luas kuil: lebih kurang 1,500 meter persegi

• Lokasi: 700 meter selatan stasiun Kamakura

• Waktu Yang Diperlukan Untuk Kesana: 15 menit

• Buka: 9:00-18:00 • No.Telepon : 0467-22-5381 • Penginapan: Tidak Tersedia

Latar Belakang Sejarah

e m u a l i t e r a t u r y a n g mengacu kepada kuil ini memberitahukan kepada

kita sebuah cerita tentang seorang Samurai Jepang masa lalu, yang melakukan sebuah upacara bunuh diri “Seppuku” disini. Nama dia adalah Matsunosuke Hiroki (1838-

S

1863). Shogun Tokugawa mulai melakukan poltik isolasi pada tahun 1636, menutup pintu bagi orang asing kecuali orang China dan Belanda, selama lebih kurang 200 tahun sampai sebua Kapal U.S. Commodore Matthew C. Perry (1794-1858), dengan perlengkapan senjata berat dan kapal berwarna hitam, berlabuh didekat pantai Uraga, salah satu sisi dari Kamakura, semenanjung Miura pada tahun 1853 untuk melakukan

negosiasi untuk membuka pelabuhan Jepang. Beliau membawa surat dari Presiden Fillmore yang dialamatkan kepada Shogun, dengan ancaman jika Jepang menolak, maka akan terjadi perperangan, dan Jepang akan kalah. Pemerintah berada dalam situasi serba salah, membuka isolasi atau tidak. Kelompok garis keras mengatakan harus melawan orang asing dan tetap melakukan politik isolasi sedangkan kelompok lain,

Ket. Aula Utama Kuil

Page 27: Yang Telah Bangkit BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filePenerangan Agung Buddha Sakyamuni. Selain itu juga terdapat alasan lain, ... umat manusia ingin menghindari berbuat kesalahan yang

No.19 / April 2006

27

membuka dan melakukan hubungan diplomatik dengan negara asing. Satu tahun kemudian pada tahun 1854, Jepang pada akhirnya m e n a n d a t a n g a n i p e r j a n j i a n perdamaian dan persahabatan dengan Amerika dan membuka dua buah pelabuhan: Shimoda di Semenanjung Izu and Hakodate di Hokkaido. Konsulat Amerika pertama adalah Townsend Harris (1804-1878) yang diberangkatkan ke Shimoda dan dia meminta Jepang untuk membuka pasarnya pada masa mendatang. Pada 1858, seorang penjabat tinggi pemerintahan Jepang yang dipanggil Naosuke Ii (1815-1860) memutuskan untuk memasuki Perjanjian Persahabatan dan Perdagangan dengan Amerika mendapat dukungan yang kuat dari kaum oposisi, dan meskipun tidak mendapatkan persetujuan dari Kaisar. Perjanjian itu ditanda tangani pada tanggal 29 Juli 1858. Pada tahun 1860, dua tahun setelah Perjanjian itu ditanda tangani, Naosuke Ii dibunuh didekat Istana Kerajaan dalam perjalanan ke kantornya. Pembunuhnya adalah sebuah kelompok samurai yang terdiri dari 18 samurai berhaluan kanan yang berasal dari Mito di Propinsi Ibaraki, satu dari tiga cabang keluarga terkuat dari Tokugawa. Empat dari pembunuh

terbunuh di pertempuran, Empat bunuh diri setelah tahu bahwa Li berhasil dibunuh, dan tujuh dihukum mati. Dan sisanya tiga orang masuk dalam daftar pencarian. Salah satu diantara mereka adalah Matsunosuke Hiroki. Selain menghindari diri dari pencarian, ia juga menyamarkan diri dan melakukan perjalanan sepanjang pantai Jepang. Kemudian pada tahun 1862, secara diam-diam ia kembali ke Kamakura dan bekerja sebagai penjaga kuburan kuil. Setelah satu tahun disana, ia menyadari bahwa rekan-rekannya telah ditangkap dan dibunuh atau bunuh diri, hanya dirinya sendiri yang masih hidup. Ia sangat malu akan keadaan itu dan telah melanggar kode etik seorang samurai. Ia kemudian melakukan seppuku. Pada tanggal 3 maret 1863, pada hari yang sama dengan kejadian pembunuhan itu, ia melakukan seppuku atau bunuh diri samurai. Ia berusia 25 tahun ketika itu. Sekarang, makam beliau berada dalam daerah pemakaman kuil bagian kiri dari Aula Utama.

Aula Utama

ula yang sekarang ini aslinya dibangun pada tahun 1812 sebagai Aula

Bhiksu Pendiri didekat Kuil Myoho

Ji, tetapi kemudian dipindahkan kesini pada tahun 1886. Berukuran 54 meter persegi, aula ini termasuk kecil dan perlengkapan didalamnya sangat sederhana. Cat langit-langit dihiasi dengan ornamen bunga, dan burung, dan pada tiang baloknya diukir gambar zodiak 12 binatang. Objek utama pemujaan didalam aula ini terdiri dari satu kelompok rupang,:1. Sanbo Honzon, terdapat juga

rupang Nichiren, rupang Buddha, dan sebuah stupa yang bertuliskan Namu Myoho Renge Kyo, sebagaimana yang biasa kita lihat disemua kuil Nichiren Shu lainnya.

2. Sebuah Rupang Kishimojin, atau Hariti (Sanskrit). Kishimojin adalah Dewi Anak-anak. Bertugas untuk melindungi jiwa anak dan wanita hamil. Pada awalnya ia adalah seorang iblis tetapi disadarkan oleh Sang Buddha sehingga akhirnya ia menjadi dewi pelindung anak-anak.

3. Rupang Senju Kan’non atau Sahasrabhuja (Skt). Senju Kan’non berarti Kannon Seribu Senjata (Bodhisattva Avalokitesvara Seribu Tangan). Rupang ini mempunyai banyak senjata.

4. Kasamori Inari . Ini adalah Dewa dari Shinto. Ini berbentuk sejumlah batu berwarna hitam. Dewa Kasamori dipercaya dapat menyembuhkan penyakit kulit dan kesehatan.

A

Ket.Atas: Peta Menuju Kuil, Bawah: Monumen Matsunosuke.

Seri Pengenalan Kuil-Kuil Nichiren Shu(Menjelajahi Kuil-Kuil Nichiren Shu, Tempat Bersejarah Lainnya di seluruh Jepang dan Dunia)Oleh: Josho S.Ekaputra

Kuil Hokyu ZanDaizen In Jogyo Ji

• Nama Resmi: Hokyuzan Daizen-in Jogyoji

• Sekte Agama: Nichiren Shu Buddhisme

• Didirikan Pada Tahun: 1313 Oleh: (tidak diketahui)

• Bhiksu Pendiri: Nichihan (1201-1320)

• Objek Pemujaan Utama : Rupang Nichiren, dan Stupa Odaimoku

• Alamat: 8-17 Ohmachi 2-chome, Kamakura, Kanagawa 248-0007

• Luas kuil: lebih kurang 1,500 meter persegi

• Lokasi: 700 meter selatan stasiun Kamakura

• Waktu Yang Diperlukan Untuk Kesana: 15 menit

• Buka: 9:00-18:00 • No.Telepon : 0467-22-5381 • Penginapan: Tidak Tersedia

Latar Belakang Sejarah

e m u a l i t e r a t u r y a n g mengacu kepada kuil ini memberitahukan kepada

kita sebuah cerita tentang seorang Samurai Jepang masa lalu, yang melakukan sebuah upacara bunuh diri “Seppuku” disini. Nama dia adalah Matsunosuke Hiroki (1838-

S

1863). Shogun Tokugawa mulai melakukan poltik isolasi pada tahun 1636, menutup pintu bagi orang asing kecuali orang China dan Belanda, selama lebih kurang 200 tahun sampai sebua Kapal U.S. Commodore Matthew C. Perry (1794-1858), dengan perlengkapan senjata berat dan kapal berwarna hitam, berlabuh didekat pantai Uraga, salah satu sisi dari Kamakura, semenanjung Miura pada tahun 1853 untuk melakukan

negosiasi untuk membuka pelabuhan Jepang. Beliau membawa surat dari Presiden Fillmore yang dialamatkan kepada Shogun, dengan ancaman jika Jepang menolak, maka akan terjadi perperangan, dan Jepang akan kalah. Pemerintah berada dalam situasi serba salah, membuka isolasi atau tidak. Kelompok garis keras mengatakan harus melawan orang asing dan tetap melakukan politik isolasi sedangkan kelompok lain,

Ket. Aula Utama Kuil

Page 28: Yang Telah Bangkit BUDDHA SAKYAMUNI - · PDF filePenerangan Agung Buddha Sakyamuni. Selain itu juga terdapat alasan lain, ... umat manusia ingin menghindari berbuat kesalahan yang

No.19 / April 2006

28

Topik Utama:~Yang Telah Bangkit, Buddha

Sakyamuni Hal. 01

Ceramah :~Ular Muncul Untuk Kodok,

Hal.04

Goibun:~ Kaimoku Sho, Hal.12

Serba Serbi:~Rissho Ankokuron dan Jisso ji,

Hal.03~Seri Pelajaran

Mahayana, Hal.08~Legenda Nichiren Shonin,

Hal.15~Seri Penjelasan Saddharma

Pundarika Sutra, Hal.17~A Collection of Nichiren

Wisdom, Hal.20~Seri Penjelasan Shutei

Gohonzon, Hal.21~Seri Pengenalan Kuil-Kuil

Nichiren Shu, Hal.26

Aneka Peristiwa:~Orang-orang Sakya di Patan,

Nepal, Hal.23~Pejiarah Dari Asia Tenggara,

Hal.24~Pengalaman Mengesankan Dari

Singapura, Hal.25

Alamat Redaksi Buletin "LOTUS" : Apartemen Permata Surya I, Blok.A No.201, Cengkareng - Jakarta Barat. Telp.081311088060, Email: [email protected] Website: www.nshi.org

Dana Paramita Rp.6.000,-

PENGUMUMAN

Mulai Pebruari 2005, bagi anda yang ingin memberikan Dana Paramita untuk Yayasan Buddhis Nichiren Shu Hokekyo

Indonesia, atau Cetya Pundarika, Sunter dapat melakukannya melalui Transfer Bank dengan data sebagai berikut:

Bank Central Asia (BCA)KCP.Muara Karang

No.Account : 637-012-8152A/N: Nichiren Shu Hokekyo Indonesia

JADUAL DAN BAHAN pelajaranJAKARTA, TANGERANG, BATAM, JAWA TENGAH DAN

D.I.YOGYAKARTA

BAHAN PELAJARAN :::

MINGGU I, 2006Bahan : "Ceramah dan Saddharma Pundarika Sutra"MINGGU II, 2006Bahan: "Goibun dan Diskusi"MINGGU III, 2006Bahan: "Ceramah Bersama YM.Bhiksuni Myosho Obata"MINGGU IV, 2006Bahan : "Diskusi"

JADUAL PERTEMUAN :::

JAKARTA (MINGGU KE 1 DAN 3):10:00 - 10:40 Dokyo Shodai (Membaca Paritta dan Odaimoku)10:40 - 12:00 Pelajaran / Diskusi

TANGERANG (MINGGU KE 2 DAN 4)14:00 - 14:30 Dokyo Shodai 14:30 - 16:00 Pelajaran / Diskusi

SEMARANG / JAWA TENGAH (SETIAP RABU)19:00 - 21:00 Dokyo Shodai / Pelajaran / Diskusi

D.I.YOGYAKARTA (SETIAP JUMAT)20:00 - 22:00 Dokyo Shodai / Pelajaran / Diskusi