Wurianto Saksomo_ Politik Anggaran Daerah (Bagian Pertama)

3
5/12/2014 wurianto saksomo: Politik Anggaran Daerah (Bagian Pertama) http://wuriantos.blogspot.com/2013/05/politik-anggaran-daerah-bagian-pertama.html 1/3 Jumat, 17 Mei 2013 Politik Anggaran Daerah (Bagian Pertama) Sudah semestinya pemerintah menjadikan kebijakan anggaran sebagai instrumen pemenuhan amanat konstituante. Anggaran pendapatan dan belanja seharusnya menjadi instrumen pemerintah yang secara operasional ditujukan sebagai tugas negara untuk melindungi segenab bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kesejahteraan bangsa sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Pasal 23 ayat (1) UUD 1945 menyebutkan, “Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Sulit untuk menentukan berapa besar sebenarnya alokasi belanja publik yang ideal di dalam APBD mengingat kompleksitas masalah pembangunan daerah, karakteristik daerah, serta celah fiskal (fiscal gap) antara kemampuan dana dan kebutuhan pembangunan di daerah yang berbeda-beda. Alam demokrasi pun turut membawa situasi serba dilematis. Antara pentingnya mesin birokrasi dan anggaran yang harus disediakan, antara percepatan penyerapan anggaran, dan kontrol hukum yang ketat Dengan melihat fakta bahwa anggaran publik dan kebijakan keuangan daerah di Indonesia belum bisa menjadi pendorong bagi investasi publik, pengembangan infrastruktur, dan peningkatan kesejahteraan rakyat secara langsung maka memang ada permasalahan dalam anggaran kita. Permasalahan tersebut antara lain penentuan alokasi anggaran yang terlihat pro birokrasi (belanja pegawai), kepentingan politik di daerah, interaksi antar pemangku kepentingan, dan sistem keuangan dan pertanggungjawaban. Belanja Pegawai Belanja pegawai adalah kompensasi baik dalam bentuk uang maupun barang yang diberikan kepada pegawai pemerintah, baik yang bertugas di dalam maupun di luar negeri sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan, kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal. Belanja pegawai terdiri dari gaji dan belanja pegawai lainnya. Berdasarkan data FITRA (dalam Farhan, 2012), pada tahun 2011 terdapat 124 daerah yang 50% lebih anggarannya dialokasikan untuk belanja pegawai, jumlahnya meningkat menjadi 302 daerah pada APBD 2012, bahkan 16 daerah di antaranya menganggarkan belanja pegawai di atas 70%. Dalam RAPBN 2013, sebagian besar transfer daerah dialokasikan untuk belanja pegawai, dalam bentuk DAU Rp 306,2 triliun (59%), tunjangan profesi guru Rp 43,1 triliun (8%), dan tambahan penghasilan guru Rp 2,4 triliun (1%). Praktis dengan postur anggaran seperti ini, tujuan otonomi daerah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat daerah dengan mendekatkan pelayanan publik akan sulit dicapai, meski otonomi daerah telah berjalan lebih dari satu dasawarsa. Kepentingan Politik di Daerah Kepala Daerah sebagai pejabat politik di daerah memiliki peranan sangat besar di dalam anggaran belanja daerah. Biaya politik yang cukup tinggi (terutama dalam Pemilihan Kepala Daerah secara Select Language PROFIL wurianto saksomo Lahir dan menghabiskan masa kecil serta remaja di Madiun, menimba ilmu di Jogja, sekarang menjemput takdirnya di Ngawi, berkarya untuk negeri sebagai bagian dari birokrasi Lihat profil lengkapku LABEL album coretan hukum keluarga kepegawaian oase peraturan pustaka saat kuliah serba-serbi tentang madiun tentang ngawi JEJAK 2013 (41) November (4) Oktober (3) Juni (1) Mei (10) Dilema Rekrutmen Pegawai Keterlambatan Penetapan APBD Politik Anggaran Daerah (Bagian Kedua) Politik Anggaran Daerah (Bagian Pertama) Proses Rekrutmen Jabatan Struktural Permasalahan Rekrutmen dalam Birokrasi Rekrutmen Terbuka Jabatan Struktural Perlunya Alternatif Rekrutmen wurianto saksomo ini hanyalah coretan sederhana, apa adanya, sekedar lepas lelah lepas dahaga, ukir ribuan cinta satu cita, tuang asa terpendam... Home Posts RSS Comments RSS search: konsultasi tentang jogja

description

ada deh... makanya baca hahahahahaha

Transcript of Wurianto Saksomo_ Politik Anggaran Daerah (Bagian Pertama)

Page 1: Wurianto Saksomo_ Politik Anggaran Daerah (Bagian Pertama)

5/12/2014 wurianto saksomo: Politik Anggaran Daerah (Bagian Pertama)

http://wuriantos.blogspot.com/2013/05/politik-anggaran-daerah-bagian-pertama.html 1/3

Jumat, 17 Mei 2013

Politik Anggaran Daerah (Bagian Pertama)

Sudah semestinya pemerintah menjadikan kebijakan anggaran sebagai instrumen pemenuhan amanat

konstituante. Anggaran pendapatan dan belanja seharusnya menjadi instrumen pemerintah yang

secara operasional ditujukan sebagai tugas negara untuk melindungi segenab bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kesejahteraan

bangsa sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Pasal 23 ayat (1) UUD 1945 menyebutkan,

“Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara

ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung

jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Sulit untuk menentukan berapa besar sebenarnya alokasi belanja publik yang ideal di dalam APBD

mengingat kompleksitas masalah pembangunan daerah, karakteristik daerah, serta celah fiskal

(fiscal gap) antara kemampuan dana dan kebutuhan pembangunan di daerah yang berbeda-beda.

Alam demokrasi pun turut membawa situasi serba dilematis. Antara pentingnya mesin birokrasi dan

anggaran yang harus disediakan, antara percepatan penyerapan anggaran, dan kontrol hukum yang

ketat

Dengan melihat fakta bahwa anggaran publik dan kebijakan keuangan daerah di Indonesia belum bisa

menjadi pendorong bagi investasi publik, pengembangan infrastruktur, dan peningkatan

kesejahteraan rakyat secara langsung maka memang ada permasalahan dalam anggaran kita.

Permasalahan tersebut antara lain penentuan alokasi anggaran yang terlihat pro birokrasi (belanja

pegawai), kepentingan politik di daerah, interaksi antar pemangku kepentingan, dan sistem

keuangan dan pertanggungjawaban.

Belanja Pegawai

Belanja pegawai adalah kompensasi baik dalam bentuk uang maupun barang yang diberikan kepada

pegawai pemerintah, baik yang bertugas di dalam maupun di luar negeri sebagai imbalan atas

pekerjaan yang telah dilaksanakan, kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal.

Belanja pegawai terdiri dari gaji dan belanja pegawai lainnya.

Berdasarkan data FITRA (dalam Farhan, 2012), pada tahun 2011 terdapat 124 daerah yang 50% lebih

anggarannya dialokasikan untuk belanja pegawai, jumlahnya meningkat menjadi 302 daerah pada

APBD 2012, bahkan 16 daerah di antaranya menganggarkan belanja pegawai di atas 70%. Dalam

RAPBN 2013, sebagian besar transfer daerah dialokasikan untuk belanja pegawai, dalam bentuk DAU

Rp 306,2 triliun (59%), tunjangan profesi guru Rp 43,1 triliun (8%), dan tambahan penghasilan guru

Rp 2,4 triliun (1%). Praktis dengan postur anggaran seperti ini, tujuan otonomi daerah untuk

meningkatkan kesejahteraan rakyat daerah dengan mendekatkan pelayanan publik akan sulit dicapai,

meski otonomi daerah telah berjalan lebih dari satu dasawarsa.

Kepentingan Politik di Daerah

Kepala Daerah sebagai pejabat politik di daerah memiliki peranan sangat besar di dalam anggaran

belanja daerah. Biaya politik yang cukup tinggi (terutama dalam Pemilihan Kepala Daerah secara

Select Language ▼

PROFIL

wurianto

saksomo

Lahir dan

menghabiskan masa kecil serta

remaja di Madiun, menimba ilmu di

Jogja, sekarang menjemput

takdirnya di Ngawi, berkarya untuk

negeri sebagai bagian dari birokrasi

Lihat profil lengkapku

LABEL

album coretan hukum

keluarga kepegawaianoase peraturan

pustaka saat kuliah serba-serbi

tentang madiun

tentang ngawi

JEJAK

▼ 2013 (41)

► November (4)

► Oktober (3)

► Juni (1)

▼ Mei (10)

Dilema Rekrutmen Pegawai

Keterlambatan Penetapan

APBD

Politik Anggaran Daerah

(Bagian Kedua)

Politik Anggaran Daerah

(Bagian Pertama)

Proses Rekrutmen Jabatan

Struktural

Permasalahan Rekrutmen

dalam Birokrasi

Rekrutmen Terbuka Jabatan

Struktural

Perlunya Alternatif Rekrutmen

wurianto saksomoini hanyalah coretan sederhana, apa adanya, sekedar lepas lelah lepas dahaga, ukir ribuan cinta satu cita, tuang asa terpendam...

Home Posts RSS Comments RSS

search:

konsultasi

tentang jogja

Page 2: Wurianto Saksomo_ Politik Anggaran Daerah (Bagian Pertama)

5/12/2014 wurianto saksomo: Politik Anggaran Daerah (Bagian Pertama)

http://wuriantos.blogspot.com/2013/05/politik-anggaran-daerah-bagian-pertama.html 2/3

langsung) membuat setiap orang berpikir dan berbuat untuk mendapatkan sumber daya pembiayaan.

Salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan memanfaatkan pengusaha. Tentu saja ini tidak

diperoleh secara gratis. Ada proses transaksi, yang celakanya menggunakan sumber daya publik

(APBD). Di sinilah dua kepentingan bertemu. Politisi membutuhkan dana (yang dicukupi oleh

pengusaha), sedangkan pengusaha membutuhkan laba (dengan proyek-proyek pemerintah yang

disediakan aksesnya oleh politisi). Simbiosis mutualisme akhirnya menggerogoti anggaran yang

mestinya dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Ada pula modus kampanye

terselubung yang menggunakan APBD, yakni dengan bantuan sosial. Kegiatan ini akan marak

menjelang Pilkada dan berangsur-angsur mereda setelah Pilkada.

Selain dengan menggunakan pihak ketiga (pengusaha) untuk membiayai proses politik yang begitu

tinggi, tak jarang para calon Kepala Daerah menggunakan dana pribadi, entah itu dari simpanan

maupun pinjaman. Biaya yang dikeluarkan ternyata tak sebanding dengan pendapatan yang secara

resmi diperoleh sebagai Kepala Daerah. Bahkan sampai habis periode kepemimpinan, bila hanya

mengandalkan gaji dan tunjangan, biaya politik tersebut tetap tidak terbayarkan. Bukankah Kepala

Daerah juga memerlukan pemenuhan kebutuhan pokoknya, untuk menghidupi diri dan keluarganya?

Maka, tak heran jika salah satu cara yang dipergunakan untuk mengganti biaya politik dalam Pilkada

adalah dengan mengambil dana dari APBD. Banyaknya kasus korupsi yang melibatkan Kepala Daerah

bisa dijadikan bukti. Menurut data dari Kemendagri ada 158 Kepala Daerah yang tersangkut korupsi.

Selain itu, di era otonomi daerah, Kepala Daerah merupakan Pejabat Pembina Kepegawaian yang

memiliki kewenangan mengangkat, memindahkan (termasuk promosi), dan memberhentikan PNS.

Hal ini dimanfaatkan benar oleh Kepala Daerah untuk memperkuat posisi politiknya. Misalnya,

pengangkatan besar-besaran tenaga honorer menjadi PNS bisa dijadikan modal dukungan mereka

terhadap Kepala Daerah apabila hendak maju lagi dalam Pilkada. Contoh lain adalah munculnya

transaksi uang dalam sejumlah promosi jabatan. Hal ini bisa dijadikan sumber dana untuk

mengembalikan biaya politik yang telah dikeluarkan maupun modal dalam Pilkada yang akan datang.

Diposkan oleh wurianto saksomo di 7:4 7 A M

Reaksi: lucu (0) menarik (0) keren (0)

0 komentar:

Poskan Komentar

Masukkan komentar Anda...

Beri komentar sebagai: Google Account

Publikasikan

Pratinjau

Link ke posting ini

Jabatan

Eksekusi Susno dan Jiwa

Korsa Institusi

Kesan tentang Analisis Isi

► April (5)

► Maret (7)

► Februari (4)

► Januari (7)

► 2012 (100)

► 2011 (192)

► 2010 (177)

BUKU TAMU

23 Mar 14, 10:45 PM

syam: sy dtg nkblogwalk...jom2 sharing

12 Mar 14, 06:03 PM

ketty: mas, bisa minta softcopyprofil jabfung PNS terbitandirektorat jabatan karier BKN2008 utk referensi di bagiankepegawaian kantor kami, tq

27 Feb 14, 03:30 PM

Hai Blogger: Hello, I comeher to support and smile for

you please support and

smile back to me thanks..

9 Jan 14, 12:21 PM

wuriantos: @anita lusiana:njenengan hrs ikut&lulus ujianpenyesuaian ijazah dulu, nahmasalahnya tdk tiap thninstansi/pemdamenyelenggarkan ujian itu.

[Get a Cbox] refresh

name e-mail / url

message Go

help · smilies · cbox

PENGIKUT

Join this sitew ith Google Friend Connect

Members (30) More »

Already a member? Sign in

TINGGAL NGE-KLIK

Beranda

Galeri

Penghuni

Dapur

KOTA NGAWI

Page 3: Wurianto Saksomo_ Politik Anggaran Daerah (Bagian Pertama)

5/12/2014 wurianto saksomo: Politik Anggaran Daerah (Bagian Pertama)

http://wuriantos.blogspot.com/2013/05/politik-anggaran-daerah-bagian-pertama.html 3/3

Posting Lebih Baru » « Posting LamaBuat sebuah Link

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Diberdayakan oleh Blogger.

FREKUENSI

Copyright © w urianto saksomo. All rights reserved.

Blogger template created by Templates Block

Wordpress Theme by Miko

1 8 7 5 0 0