WORK-LIFE BALANCE PADA KARYAWAN PT X SKRIPSIrepository.usd.ac.id/31478/2/149114044_full.pdf ·...
Transcript of WORK-LIFE BALANCE PADA KARYAWAN PT X SKRIPSIrepository.usd.ac.id/31478/2/149114044_full.pdf ·...
HUBUNGAN ANTARA PSYCHOLOGICAL CAPITAL DENGAN
WORK-LIFE BALANCE PADA KARYAWAN PT X
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Raden Michael Adityo Prakoso
149114044
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 24 Mei 2018
Penulis
Raden Michael Adityo P.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HUBUNGAN ANTARA PSYCHOLOGICAL CAPITAL DENGAN
WORK-LIFE BALANCE PADA KARYAWAN PT X
Raden Michael Adityo Prakoso
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara Psychological Capital dengan Work-Life Balance pada karyawan PT X. Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan PT X, perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur, yang menduduki posisi staf hingga supervisor. Sebanyak 58 subjek yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu terdapat hubungan positif antara Psychological Capital dengan Work-Life Balance pada karyawan PT X. Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan Skala Work-Life Balance dan Psychological Capital Questionnaire yang disebarkan kepada subjek melalui media Google Form. Analisis data dilakukan menggunakan teknik Spearman Rho Correlation karena data tidak terdistribusi dengan normal namun terdapat hubungan yang linear. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dengan kategori kuat antara Psychological Capital dengan Work-Life Balance (0,772, p=0,000). Kata Kunci : Psychological Capital, Work-Life Balance, Karyawan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
THE RELATIONSHIP BETWEEN PSYCHOLOGICAL CAPITAL AND
WORK-LIFE BALANCE ON PT X'S EMPLOYEES
Raden Michael Adityo Prakoso
ABSTRACT
The purpose of this study was to understand the relationship between Psychological Capital and Work-Life Balance on PT X's employees. Subjects of this study were employees who work at a manufacture company, from staff position to supervisor position. There were 58 employees who participate in this study. The hypothesis of this study was there is a positive and strong correlation between Psychological Capital and Work-Life Balance of PT X's employees. Data of this study were collected with Work-Life Balance Scale and Psychological Capital Questionnaire that were spreaded using Google Form. Data were analyzed with Spearman's Rho Correlation technique because the distribution of data was abnormal, but there was a linear correlation between both variables. The result of this study showed that there's a positive and strong correlation between Psychological Capital and Work-Life Balance. Keywords : Psychological Capital, Work-Life Balance, Employees
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Raden Michael Adityo Prakoso
NIM : 149114044
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul:
"HUBUNGAN ANTARA PSYCHOLOGICAL CAPITAL DENGAN WORK-LIFE BALANCE PADA KARYAWAN PT X"
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari penulis maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 24 Mei 2018
Yang menyatakan,
(Raden Michael Adityo Prakoso)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menyertai
seluruh proses penulisan skripsi ini dari awal hingga dapat selesai dengan lancar,
walaupun melewati beberapa kendala dan kesulitan. Salah satu tujuan penulisan
skripsi ini adalah untuk dapat memenuhi syarat lulus dan memperoleh gelar
Sarjana Psikologi (S.Psi.).
Seluruh proses penulisan skripsi ini tidak dapat diselesaikan oleh penulis
tanpa bantuan dari beberapa pihak. Sehubungan dengan hal itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
1. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Monica E. Madyaningrum, M.App., Ph.D. selaku Ketua Program Studi
Psikologi.
3. Romo Dr. A. Priyono Marwan, SJ selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang selalu membimbing dan memotivasi penulis dari awal semester
hingga semester VI.
4. Bapak Paulus Eddy Suhartanto, M.Si. selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang selalu membantu dalam proses pengisian KRS dan
verifikasi poin dari semester VI hingga VIII.
5. Bapak Minta Istono, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
dengan sabar selalu membimbing dan mengarahkan, serta memotivasi
penulis dalam seluruh proses pengerjaan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
6. Keluarga, Mama yang dari jauh selalu berdoa dan mendukung penulis
untuk segera menyelesaikan studinya.
7. Mas R.M. Arya Baskara, selaku kakak kandung penulis, yang telah
membantu penulis dalam proses pengambilan data.
8. Yang terkasih Zita Dhara Prasasta, yang selalu ada di dalam suka dan duka
perkuliahan, menjadi teman dan lawan diskusi penulis dalam mengambil
keputusan dan menyelesaikan penulisan skripsi.
9. Teman-teman penulis yang selalu mendukung dan memberikan semangat:
Mahar, Ardenta, Jun, Reihan, Henry, Michael, Ray, Al, Andre, Edel.
10. Seluruh teman seangkatan 2014 yang telah berjuang bersama selama 4
tahun di Fakultas Psikologi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ........................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................. iv
ABSTRAK ................................................................................................... v
ABSTRACT ................................................................................................... vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................ vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Tujuan Penelitian ....................................................................... 11
C. Manfaat Penelitian ..................................................................... 12
1) Manfaat Teoritis ............................................................. 12
2) Manfaat Praktis .............................................................. 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 13
A. Work-Life Balance ..................................................................... 13
1. Sejarah Work-Life Balance ........................................... 13
2. Definisi Work-Life Balance ........................................... 15
3. Dimensi Work-Life Balance .......................................... 17
4. Faktor Work-Life Balance .............................................. 19
B. Psychological Capital ............................................................... 22
1. Sejarah Psychological Capital ...................................... 22
2. Definisi Psychological Capital ..................................... 23
3. Dimensi Psychological Capital ..................................... 24
4. Dampak Psychological Capital ..................................... 26
C. Dinamika Hubungan Antara Psychological Capital dengan
Work-Life Balance ...................................................................... 28
D. Skema Hubungan Psychological Capital dengan
Work-Life Balance....................................................................... 32
E. Hipotesis ...................................................................................... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 33
A. Jenis Penelitian ............................................................................ 33
B. Variabel Penelitian ...................................................................... 33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
C. Definisi Operasional .................................................................... 34
1. Work-Life Balance ........................................................... 34
2. Psychological Capital ..................................................... 34
D. Subjek Penelitian ......................................................................... 35
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data .......................................... 36
F. Validitas, Kesahihan Aitem, dan Reliabilitas ............................. 38
1. Validitas .......................................................................... 38
2. Kesahihan Aitem ............................................................ 38
a. Skala Work-Life Balance .................................. 38
b. Psychological Capital Questionnaire ............... 39
3. Reliabilitas ....................................................................... 39
a. Skala Work-Life Balance .................................. 40
b. Psychological Capital Questionnaire ............... 40
G. Metode Analisis Data ................................................................... 41
1. Uji Asumsi ....................................................................... 41
a. Uji Normalitas .................................................. 41
b. Uji Linearitas ..................................................... 41
2. Uji Hipotesis ................................................................... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
A. Pelaksanaan Penelitian ................................................................ 42
B. Deskripsi Subjek Penelitian ........................................................ 42
C. Deskripsi Data Penelitian ............................................................. 43
D. Hasil Penelitian .......................................................................... 45
1. Uji Asumsi ...................................................................... 45
a. Uji Normalitas ................................................. 45
b. Uji Linearitas ................................................... 46
2. Uji Hipotesis .................................................................. 47
E. Pembahasan ................................................................................ 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 54
A. Kesimpulan ................................................................................. 54
B. Keterbatasan Penelitian .............................................................. 54
C. Saran ........................................................................................... 55
1. Bagi Subjek .................................................................... 55
2. Bagi Perusahaan ............................................................. 55
3. Bagi Penelitian Selanjutnya ............................................ 56
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 57
LAMPIRAN ................................................................................................. 62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Penilaian Skala Likert ................................................................ 37
Tahel 2 Data Demografis Jenis Kelamin Subjek ..................................... 43
Tabel 3 Data Demografis Lama Bekerja Subjek ..................................... 43
Tabel 4 Data Demografis Jabatan Subjek ................................................ 43
Tabel 5 Analisis Deskriptif ...................................................................... 43
Tabel 6 Hasil Uji Normalitas ................................................................... 45
Tabel 7 Hasil Uji Linearitas ..................................................................... 46
Tabel 8 Kriteria Koefisien Korelasi ......................................................... 48
Tabel 9 Korelasi Psychological Capital dan Work-Life Balance ............ 48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Skema Hubungan Psychological Capital dengan Work-Life
Balance .................................................................................. 32
Gambar 2 Kurva Variabel Psychological Capital .................................. 45
Gambar 3 Kurva Variabel Work-Life Balance ....................................... 46
Gambar 4 Scatter Plot Uji Linearitas ..................................................... 47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Skala ............................................................................ 62
Lampiran 2 Hasil Uji Validitas Aitem ............................................ 68
Lampiran 3 Hasil Uji Reliabilitas ................................................... 71
Lampiran 4 Hasil Uji Normalitas .................................................... 73
Lampiran 5 Hasil Uji Linearitas ..................................................... 74
Lampiran 6 Hasil Uji Hipotesis ..................................................... 77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang Masalah
Work-Life Balance merupakan isu yang penting dalam menghadapi
tuntutan pekerjaan yang tinggi, sebagai dampak dari persaingan dalam dunia
industri saat ini. Ketidakseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi
seorang karyawan dapat membawanya pada berbagai dampak negatif.
Mengambil contoh kasus dari luar Indonesia, kasus bunuh diri yang dilakukan
oleh karyawan perusahaan Foxconn di China terjadi karena tingginya jam
kerja karyawan yang membuat karyawan merasa stress (theguardian.com,
2017 diakses pada 18 September 2017). Dilansir dari The China Youth Daily,
setiap tahun terdapat 600.000 orang yang melakukan bunuh diri karena terlalu
lelah dalam bekerja (japantimes.co.jp, 2014 diakses pada 18 September 2017).
Selain di China, terdapat fenomena karoshi yang terjadi di Jepang, di
mana lebih dari 6 juta karyawan bekerja lebih dari 62 jam per minggu
membuat karyawan tidak memiliki Work-Life Balance dan mengalami
masalah kesehatan yang serius (thejakartapost.com, 2017 diakses pada 19
September 2017). Berdasarkan pemberitaan dari liputan6.com, terdapat
seorang karyawan perusahaan Dentsu yang bunuh diri dikarenakan jam kerja
lembur yang terlalu panjang, sekitar 100 jam selama satu bulan sebelum ia
memutuskan untuk bunuh diri (liputan6.com, 2017 diakses pada 24 November
2017). Survei yang dilansir oleh bbc.com (2017, diakses pada 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
September 2017) menyebutkan bahwa terdapat seperempat dari seluruh
perusahaan di Jepang yang memperkerjakan karyawannya secara lembur
selama lebih dari 80 jam setiap bulannya.
Kondisi tersebut diperparah dengan tidak adanya uang lembur yang
diterima oleh karyawan setelah mereka bekerja lembur dalam waktu yang
panjang. Menurut International Labor Organization, setiap tahun setidaknya
terdapat 2.000 orang Jepang melakukan bunuh diri yang disebabkan oleh jam
kerja yang panjang dan tekanan kerja yang tinggi (bbc.com, 2017 diakses pada
20 September 2017). Demikian juga menurut sebuah artikel dari
theguardian.com, karyawan di China masih belum memiliki Work-Life
Balance yang dikarenakan oleh terlalu banyak bekerja sehingga kurang
memiliki waktu untuk melakukan aktivitas lain selain bekerja
(theguardian.com, 2017 diakses pada 19 September 2017).
Berdasarkan fenomena yang terjadi di China dan Jepang tersebut dapat
membuktikan bahwa jam kerja memiliki pengaruh terhadap Work-Life
Balance. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada
23 karyawan dari 3 perusahaan manufaktur yang berbeda, 56,5% karyawan
menyebutkan bahwa jam kerja merupakan faktor yang paling memengaruhi
Work-Life Balance. Menyadari akan pentingnya Work-Life Balance, Menteri
Tenaga Kerja membuat suatu ketentuan mengenai jam kerja yang harus
dipatuhi oleh setiap perusahaan di Indonesia.
Ketentuan mengenai jam kerja karyawan di Indonesia telah diatur oleh
UU No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Ketentuan mengenai jam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
kerja tersebut di dalamnya telah mencakup batasan jam kerja karyawan selama
1 hari. Pasal 77 ayat 1, UU No.13 tahun 2003 memberikan ketentuan jam
kerja selama 7 jam dalam 1 hari untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu, serta 8
jam dalam 1 hari untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu. Terdapat sanksi pidana
yang akan diberikan kepada perusahaan yang melanggar ketentuan, yaitu
berupa kurungan paling singkat 1 bulan dan paling lama 12 bulan, dan/atau
denda paling sedikit Rp 10.000.000,00 dan paling banyak Rp 100.000.000,00.
Hal tersebut diterapkan dengan tujuan agar karyawan memiliki waktu untuk
melakukan kegiatan di luar pekerjaannya, demi kesejahteraan karyawan dan
keluarganya, sesuai dengan Pasal 4 ayat 3 dan 4, UU No.13 tahun 2003.
Peraturan mengenai jam kerja tersebut telah diikuti oleh 85% perusahaan
di DKI Jakarta dan sekitarnya, dengan menerapkan jam kerja pukul 08.00-
12.00, istirahat 12.00-13.00, serta dilanjutkan pukul 13.00-17.00
(hrcentro.com). Menurut data dari BPS tahun 2017, rata-rata karyawan
Indonesia bekerja selama 44 jam setiap minggunya. Sedangkan menurut
survei yang dilakukan oleh Jakpat, 61% karyawan Indonesia bekerja selama 6-
8 jam setiap harinya. Adapun durasi tersebut menurut vemale.com (2017,
diakses pada 26 September 2017) masih dalam batas aman bagi kesehatan
fisik maupun psikis karyawan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari survei pendahuluan yang dilakukan
pada 23 karyawan dari 3 perusahaan manufaktur yang berbeda, menyatakan
bahwa mayoritas dari mereka, sebesar 44% dari total responden menghabiskan
waktu bersama keluarganya selama 2-4 jam setiap harinya. Demikian juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
69,6% dari responden menyatakan bahwa mereka menghabiskan waktu
selama 2-4 jam setiap harinya untuk melakukan kegiatan lain di luar
pekerjaannya. Hal tersebut selaras dengan 43,5% responden menyatakan
bahwa setiap harinya memiliki waktu senggang selama 5-8 jam. Jika
diasumsikan bahwa rata-rata orang tidur di malam hari selama 6-8 jam, maka
proporsi waktu yang telah dipaparkan tersebut sudah seimbang, di mana 8 jam
untuk bekerja, 8 jam waktu senggang, serta 8 jam untuk beristirahat dan tidur
di malam hari.
Walaupun menurut vemale.com (2017, diakses pada 26 September 2017)
rata-rata jam kerja karyawan di Indonesia masih berada dalam batas aman bagi
kesehatan fisik maupun psikis, akan tetapi berdasarkan survei yang dilakukan
oleh BPS tahun 2014, masih terdapat sebanyak 85% dari jumlah karyawan di
Indonesia yang tidak puas dengan pekerjaannya (Badan Pusat Statistik, 2014
diakses pada 13 September 2017). Mereka menyatakan bahwa ketidakpuasan
akan pekerjaannya disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pekerjaan dan
kehidupan personalnya. Selain itu, survei yang dilakukan oleh Nielsen
Indonesia (2015, diakses pada 13 September 2017) menyebutkan bahwa 24%
dari jumlah karyawan yang diwawancarai merasa kesulitan untuk
menyeimbangkan waktu antara pekerjaan dan kehidupan personalnya,
sehingga karyawan tersebut tidak memiliki Work-Life Balance. Berdasarkan
survei pendahuluan yang dilakukan pada 23 karyawan dari 3 perusahaan
manufaktur yang berbeda, sebanyak 53,5% menyatakan bahwa mereka belum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
memiliki keseimbangan hidup antara pekerjaan dan kehidupan di luar
pekerjaannya.
Setiap karyawan memiliki berbagai peran yang dijalani dalam hidupnya,
sehingga perlu untuk menyeimbangkan antara waktu yang dialokasikan untuk
bekerja dan untuk kehidupan personalnya agar dapat meminimalisir konflik
antar peran dan mampu mencapai Work-Life Balance (Clark, 2000; Ungerson
& Yeandle, dalam Delina, 2013). Beberapa peneliti mendefinisikan Work-Life
Balance sebagai keadaan di mana seorang individu mampu menyeimbangkan
berbagai peran yang dimilikinya, baik di dalam pekerjaan maupun dalam
kehidupan pribadinya, sehingga dapat meminimalisir konflik antar peran yang
dialaminya (Clark, 2000; Grzywacs & Marks, dalam Reiter, 2015). Adapun
tujuan dasar dari Work-Life Balance, yaitu memungkinkan karyawan untuk
memperoleh keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadinya,
sehingga karyawan tersebut dapat memaksimalkan potensi dirinya dalam
kedua aspek kehidupannya (Singh, 2004). Kirchmeyer (dalam Delina, 2013)
berpendapat bahwa memiliki kehidupan yang seimbang berarti mencapai
kepuasan diri dalam berbagai aspek dan kegiatan di kehidupannya.
Work-Life Balance pada karyawan memiliki dampak positif bagi
perusahaan, seperti peningkatan kepuasan kerja serta penurunan stres dan
tekanan kerja, sehingga intensi karyawan untuk melakukan turnover juga turut
berkurang (Forsyth & Polzer-Debruyne, dalam Xiao, 2012; Hart, dalam Xiao,
2012). Perusahaan yang mampu menjaga Work-Life Balance karyawannya
dapat menjadi sebuah strategi yang menguntungkan kedua belah pihak, di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
mana karyawan akan menjaga komitmen serta meningkatkan performa
kerjanya sedangkan perusahaan dapat memperoleh hasil yang baik dari kinerja
karyawannya (Wasay, dalam Syed, 2015). Demikian juga karyawan yang
mampu membagi waktu antara bekerja serta keterlibatannya dalam kegiatan
lain di luar pekerjaan akan mampu mengatasi work-family conflict dan stres,
serta mengalami peningkatkan pada kualitas hidupnya. Berdasarkan survei
yang di lakukan oleh The Future Workplace, 2 dari 5 atau sekitar 42% dari
karyawan meyakini bahwa Work-Life Balance membuat mereka lebih
produktif saat bekerja dan lebih bahagia dalam hidupnya (www.portalhr.com,
2015 diakses pada 5 September 2017).
Berdasarkan studi pendahuluan, terdapat faktor lain selain jam kerja yang
dapat memengaruhi serta dipengaruhi Work-Life Balance pada karyawan.
Faktor lingkungan kerja, seperti job control dan dukungan supervisor,
memiliki peran krusial dalam membentuk pengaruh positif terhadap Work-Life
Balance. Riset empiris yang dilakukan oleh Smith dan Gardner (dalam Syed,
2015) menyebutkan bahwa supervisor yang sering memberikan dukungan
terhadap karyawannya akan memiliki tendensi untuk menciptakan keputusan
serta kebijakan bagi karyawan yang selaras dengan asas dari Work-Life
Balance. Relasi yang terjalin secara baik dengan rekan kerja, serta dukungan
emosional dari lingkungan kerja dapat mendukung seorang karyawan dalam
mencapai keseimbangan dalam pekerjaan maupun kehidupan pribadinya
(Abendroth & Dulk, 2011; Russo, 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Dukungan sosial yang berasal dari keluarga dan rekan kerja dapat secara
efektif membantu karyawan dalam mengatasi situasi dan tingginya tekanan
hidup, mengatur beban kerja, serta mendukung karyawan tersebut dalam
menyalurkan hobi di waktu senggangnya sehingga dapat meningkatkan
performa dalam berbagai aspek kehidupannya, baik di dalam pekerjaan
maupun di luar pekerjaan (Ferguson, Carlson, Zivnuska, & Whitten, dalam
Russo, 2015; Greenhaus, Collins, & Shaw, dalam Russo, 2015). Berdasarkan
studi yang dilakukan oleh Russo (2015), dukungan dari rekan kerja yang
diterima oleh seorang karyawan memiliki hubungan positif yang signifikan
dengan Work-Life Balance, di mana semakin mendukung lingkungan kerja
seorang karyawan maka semakin tinggi pula Work-Life Balance yang dimiliki
karyawan tersebut.
Kemajuan teknologi komunikasi saat ini turut memiliki pengaruh
terhadap Work-Life Balance seorang karyawan. Komunikasi yang kini dapat
dilakukan kapan saja dan di mana saja, secara tidak langsung menuntut
karyawan untuk selalu siap memberikan respon pada atasan ataupun rekan
kerja yang menghubungi melalui telepon genggamnya. Hal tersebut dapat
mencipatakan perilaku kompulsif yang dialami karyawan sehingga
mengurangi waktu pribadinya dan menghambat karyawan tersebut dalam
mencapai Work-Life Balance (Tarafdar, Tu, & Ragu-Nathan, dalam Rife,
2015). Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan pada 23 responden,
sebanyak 9 responden, atau 39,1% dari jumlah total keseluruhan responden
menyatakan bahwa di luar jam kerjanya ia melakukan komunikasi yang terkait
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
dengan pekerjaannya melalui telepon ataupun media sosial rata-rata sebanyak
4 kali.
Selain faktor eksternal yang telah dipaparkan sebelumnya, hasil studi
terbaru mengemukakan bahwa terdapat faktor internal yang berupa
karakteristik diri pada karyawan yang memungkinkan dirinya dalam mencapai
Work-Life Balance. Karakteristik yang dibentuk dari employability, seperti
fleksibilitas, dukungan, otonomi, dan rasa aman, memiliki pengaruh positif
terhadap Work-Life Balance pada karyawan (Direnzo, 2015). Pengalaman
mengenai keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi setiap
individu dapat berbeda-beda satu sama lain (Poelmans, Muna & Mansour,
dalam Shankar & Bhatnagar, 2010).
Menurut teori Conservation of Resources (COR), persepsi individu
mengenai alokasi penggunaan sumber daya yang dimilikinya memiliki
pengaruh positif terhadap Work-Life Balance, di mana seorang individu
merasa puas terhadap pekerjaan serta kehidupan personalnya (Grawitch,
Barber, & Justice, 2013). Adapun persepsi mengenai Work-Life Balance antar
individu dapat berbeda satu sama lain, dan perbedaan persepsi tersebut
dipengaruhi oleh tahap kehidupan serta nilai dan tujuan hidupnya (Kossek,
Valcour & Lirio, dalam Russo, 2015; Greenhaus & Allen, dalam Russo,
2015). Selain itu, karakteristik internal dari setiap individu, di mana setiap
individu memiliki tendensi untuk menyelesaikan sesuatu yang menjadi
perhatian mereka dengan baik, membuat Work-Life Balance menjadi konsep
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
yang relevan untuk diterapkan pada setiap karyawan (Kossek et al., dalam
Russo, 2015).
Karakteristik diri yang dimiliki oleh setiap orang salah satunya adalah
Psychological Capital (PsyCap), yang berdasarkan teori Conservation of
Resources (COR) merupakan karakteristik personal yang memungkinkan
seseorang untuk mengatasi tuntutan pekerjaannya, sehingga berimplikasi pada
kemampuannya untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di luar
pekerjaannya (Hobfoll, dalam Siu, 2013). Psychological Capital terdiri dari 4
konstruk di bawahnya, yaitu Self-Efficacy, Resilience, Optimism, dan Hope.
Self-Efficacy merupakan keyakinan seorang karyawan terhadap kemampuan
dalam dirinya untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu. Resilience adalah
kemampuan karyawan untuk dapat bertahan dalam situasi yang tidak
menyenangkan. Optimism berarti seorang karyawan memiliki pandangan
positif terhadap pekerjaan maupun situasi yang akan dihadapi. Sedangkan
Hope merupakan keadaan emosional positif yang terdiri dari sebuah tujuan
yang ingin dicapai serta cara untuk mencapai tujuan tersebut (Sen, 2015).
Berdasarkan jurnal yang ditulis oleh Siu (2013), peneliti mengatakan
bahwa masih sedikit jumlah studi yang mengkaji mengenai hubungan antara
PsyCap dengan Work-Life Balance. Penelitian yang dilakukan oleh Siu (2013)
menyatakan bahwa Work-Life Balance dipengaruhi secara signifikan oleh
konstruk tingkat tinggi dari Self-Efficacy, Resilience, Optimism, dan Hope,
yaitu PsyCap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
PsyCap dapat memengaruhi Work-Life Balance melalui keempat
aspeknya. Resilience pada PsyCap memungkinkan seorang individu untuk
mengendalikan tekanan dalam pekerjaannya. Optimism dapat meningkatkan
kepuasan kerja, performa, dan komitmen dari individu tersebut. Hope
membuat seorang karyawan mampu bekerja secara sistematis dengan langkah-
langkah yang mengarah pada targetnya, sedangkan Self-Efficacy
memungkinkan karyawan untuk menggunakan kemampuan dirinya untuk
bekerja secara optimal (Sen, 2015). Keempat aspek yang tergabung dalam
PsyCap tersebut dapat membuat seorang karyawan dapat bekerja secara
optimal dan dalam waktu yang efisien, sehingga karyawan tersebut mampu
memenuhi tuntutan dari berbagai aspek kehidupannya, baik dalam pekerjaan
maupun kehidupan pribadinya (Siu, 2013). Seorang karyawan yang mampu
menyeimbangkan tuntutan dari berbagai aspek kehidupannya dapat memiliki
Work-Life Balance (Clark, dalam Delina, 2013).
Studi yang membahas mengenai pengaruh PsyCap terhadap Work-Life
Balance oleh Siu (2013) dilakukan pada karyawan sektor medis di Hong Kong
dan China, di mana budaya negara tersebut berbeda dengan budaya di
Indonesia, contohnya dalam hal ketepatan waktu dan kepatuhan akan
peraturan. Perbedaan budaya tersebut akan menimbulkan perbedaan dalam hal
persepsi karyawan akan kepuasan serta komitmen dalam pekerjaannya, yang
dapat memengaruhi Work-Life Balance (Lu, Cooper, Kao, Chang, Allen,
Lapierre, O'Driscoll, Poelmans, Sanchez, & Spector, 2010). Selain itu,
penelitian dalam ranah psikologi organisasi memiliki keterbatasan dalam hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
generalisasi lintas budaya (Ryan, Leong, & Oswald, dalam Siu, 2013),
sehingga penelitian ini akan dilakukan untuk menguji hubungan antara
PsyCap dan Work-Life Balance pada karyawan sektor industri di Indonesia.
Responden pada penelitian ini adalah karyawan yang berada pada tingkat
staf dan supervisor dari sebuah perusahaan. Berdasarkan hasil survei yang
dilakukan oleh Jakpat, data dari Badan Pusat Statistik, serta survei
pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti terhadap 23 karyawan dari 3
perusahaan manufaktur yang berebda, karyawan pada tingkat staf yang
bekerja pada perusahaan industri cenderung bekerja dengan shift dan waktu
yang telah ditentukan, yaitu rata-rata selama 6-8 jam setiap harinya.
Keseragaman jam kerja antar responden diharapkan dapat semakin
memperjelas hubungan dari Psychological Capital dengan Work-Life Balance
pada karyawan tersebut.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara Psychological Capital
dengan Work-Life Balance pada karyawan.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan studi korelasi ini adalah menguji teori yang menghubungkan
Psychological Capital dengan Work-Life Balance pada karyawan. Variabel
tergantung akan didefinisikan secara umum sebagai persepsi seseorang
mengenai keseimbangan antara berbagai aspek kehidupan yang dimilikinya
sehingga meminimalisir konflik peran yang dapat terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan
informasi terhadap bidang Psikologi Industri dan Organisasi, terutama
mengenai pembahasan tentang Psychological Capital dan Work-Life
Balance pada karyawan.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi Karyawan
Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi karyawan
perusahaan akan pentingnya memiliki keseimbangan antara berbagai
aspek kehidupan yang dimiliki, yang dipengaruhi oleh Psychological
Capital.
b) Bagi Perusahaan
Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi perusahaan
dalam menerapkan kebijakan serta peraturan pada karyawan dengan
mempertimbangkan prinsip dari Work-Life Balance, serta
mempertimbangkan Psychological Capital sebagai karakteristik
internal dari karyawan yang dapat dikembangkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Work-Life Balance
1. Sejarah Work-Life Balance
Perbedaan persepsi akan kepentingan dan tuntutan antara pekerjaan
dengan aspek kehidupan lain yang harus dihadapi oleh seorang karyawan
membuat Work-Life Balance menjadi sebuah konstruk yang penting dan
relevan dengan kondisi saat ini, di mana seorang karyawan memiliki
berbagai tanggung jawab dalam hidupnya, seperti pekerjaan, hubungan
personal, kesehatan, serta keluarga (Kamenou, dalam Siu, 2013).
Penggunaan istilah Work-Life Balance dimulai pada tahun 1930, saat
adanya gagasan oleh W.K. Kellog Company untuk mengubah kebijakan
shift kerja dari 3 shift selama 8 jam menjadi 4 shift selama 6 jam dengan
tujuan meningkatkan produktivitas (Lockwood, dalam Naithani, 2010).
Selain itu, di tahun yang sama, pemerintah Amerika Serikat juga
memperkenalkan Fair Labor Standards Act, yaitu kebijakan untuk
memberlakukan jam kerja karyawan maksimal 44 jam per minggu (US
Department of Labor, dalam Syed, 2015). Kebijakan-kebijakan tersebut
memelopori dilakukannya penelitian mengenai Work-Life Balance.
Pada tahun 1960, Rappaport dan Rappaport melakukan penelitian pada
masyarakat agraris dalam sektor pekerjaan serta keluarga yang saling
terkait satu sama lain, serta dampak dari revolusi industri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
yang menyebabkan masyarakat harus mengoperasikan mesin yang letaknya
jauh dari rumahnya (Rappaport & Bailyn, dalam Naithani, 2010).
Penelitian itu menjadi penelitian pertama yang dilakukan dalam ranah
pekerjaan dan dampaknya terhadap kehidupan berkeluarga serta aspek
kehidupan lainnya. Setelah revolusi industri, seiring dengan munculnya
keberagaman dalam ketenagakerjaan serta situasi keluarga, segala aktivitas
yang terkait dengan pekerjaan dan keluarga terjadi di tempat dan waktu
yang berbeda, dengan segala perbedaan yang ada, seperti norma dan emosi
yang berlaku (Coontz & Morf, dalam Clark, 2000). Isu mengenai pekerjaan
dan kehidupan keluarga menjadi masalah yang penting bagi para karyawan
yang memiliki tanggungan anak (Bird, 2006).
Pada tahun 1970an, penelitian yang membahas mengenai pekerjaan
dan keluarga memberlakukan pendekatan open-system, di mana istilah
'kerja' dan 'keluarga' mulai dibedakan dan dianggap sebagai aspek yang
saling memengaruhi satu sama lain (Katz & Kahn, dalam Clark, 2000;
Blunsdon & Kanter, dalam Naithani, 2010). Terdapat teori spill-over oleh
Staines (1980, dalam Naithani, 2010) yang menyatakan bahwa
percampuran antara berbagai peran yang dijalani oleh seseorang dapat
membawa pada konsekuensi yang negatif, kemudian teori compensation
yang dibuat untuk melengkapi teori sebelumnya, menyatakan bahwa
seseorang memiliki tendensi untuk memberikan kompensasi dari
kekurangannya dalam satu aspek kehidupan dengan memberikan perhatian
lebih pada aspek kehidupan yang lain. Di tahun 2000, muncul teori yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
lebih spesifik membahas kehidupan kerja dan keluarga. Teori mengenai
work-family balance memberi penekanan pada kepuasan seseorang dalam
pekerjaan serta kehidupan keluarganya, sehingga meminimalisir konflik
peran yang dapat terjadi antara kedua ranah kehidupan tersebut (Clark,
2001). Setelah itu, teori-teori yang berkaitan dengan kehidupan kerja dan
keluarga digabungkan menjadi sebuah konstruk yang lebih luas, yaitu
Work-Life Balance (Lewis, Gambles, & Rapoport, dalam Naithani 2010).
2. Definisi Work-Life Balance
Munculnya istilah Work-Family Balance dan Work-Life Balance
membuat kedua istilah tersebut seringkali dianggap sama dan sering
dipakai secara bergantian dalam beberapa penelitian. Studi yang dilakukan
oleh Yuile (2012) ingin menegaskan bahwa terdapat perbedaan yang
mendasari antara Work-Life Balance dengan Work-Family Balance, di
mana Work-Life Balance tidak hanya mencakup peran seseorang dalam
keluarganya, melainkan juga peran lain seperti kehidupan bermasyarakat
(Marks & McDermid, dalam Yuile, 2012).
Kemajuan teknologi dan perubahan gaya hidup membuat manusia
memiliki tuntutan peran dan tanggung jawab yang semakin beragam dalam
berbagai aspek kehidupan, sehingga istilah Work-Life Balance dianggap
lebih relevan karena dapat mencakup banyaknya peran yang dijalani oleh
setiap orang (Hudson, 2005). Berbagai tokoh, seperti Clutterbuck, Munn,
serta Crooker mulai memberi perhatian pada konsep Work-Life Balance.
Mereka menjelaskan Work-Life Balance sebagai sebuah keadaan di mana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
individu memiliki berbagai peran dan tanggung jawab di berbagai aspek
kehidupan yang dinamis dan kompleks, sehingga harus membuat skala
prioritas untuk dapat menyeimbangkan antara banyaknya tuntutan dari
berbagai aspek kehidupannya (Clutterbuck, dalam Yuile, 2012; Crooker,
Smith, & Tabak, 2002).
Selaras dengan banyaknya peran yang dijalani oleh setiap orang,
Voydanoff (dalam Morganson, Litano, & O'Neill, 2014) mengemukakan
pentingnya kemampuan diri bagi seseorang untuk dapat meraih
keseimbangan dengan cara berpartisipasi secara efektif dalam setiap peran
yang dijalani. Hobfoll (1988) melalui teori Conservation of Resources
(COR) memberikan penjelasan bahwa kemampuan diri dapat berupa pola
pikir, karakteristik personal, dan tenaga yang dimiliki seseorang untuk
meraih tujuan personalnya serta memiliki keseimbangan dalam hidupnya
(Brummelhius & Bakker's, dalam Direnzo, 2015; Halbesleben, Neveu,
Paustian-Underdahl, & Westman, dalam Direnzo, 2015). Berbagai definisi
yang lebih terbuka dan fleksibel mengenai Work-Life Balance telah
dicetuskan oleh beberapa tokoh, seperti Clark (dalam Reiter, 2015) yang
mendefinisikan Work-Life Balance sebagai keseimbangan yang dimiliki
seorang individu di saat dirinya mampu untuk menjalani setiap perannya
dengan baik dan dengan konflik peran yang kecil.
Grzywacs & Marks (dalam Reiter, 2015) turut memberikan konsep
mengenai Work-Life Balance di mana pekerjaan dapat memberikan dampak
positif dan juga dampak negatif terhadap kehidupan pribadi, demikian juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
sebaliknya (Fisher, 2003). Konsep tersebut kemudian diadopsi oleh Fisher
(2009) dalam menjelaskan dimensi-dimensi dari Work-Life Balance, yaitu
WIPL (Work Interference with Personal Life), PLIW (Personal Life
Interference with Work), dan WPLE (Work/Personal Life Enhancement).
Berdasarkan beberapa penjelasan dan definisi yang telah dipaparkan,
dapat disimpulkan bahwa Work-Life Balance merupakan keseimbangan
yang dimiliki oleh seorang individu untuk mampu menjalani berbagai
aktivitas pada setiap peran yang dimilikinya, sehingga dapat meminimalisir
terjadinya konflik peran dan mampu mencapai kepuasan hidupnya.
3. Dimensi Work-Life Balance
Penggunaan kata "individu" oleh para tokoh dalam menjelaskan Work-
Life Balance ingin menekankan bahwa Work-Life Balance lebih tepat
dilihat dalam konteks masing-masing individu, karena setiap individu
memiliki persepsi yang berbeda-beda. Terdapat faktor personal, organisasi,
serta sosial yang dapat memengaruhi perbedaan persepsi individu terhadap
Work-Life Balance (Munn, 2013). Hobfoll (dalam Fisher, 2009) melalui
teori COR (Conservation of Resources) mengemukakan pengaruh sumber
daya personal terhadap bagaimana seorang individu memenuhi berbagai
tuntutan dalam setiap aspek kehidupan. Setiap individu dapat
mempersepsikan banyaknya peran dalam kehidupannya sebagai faktor yang
saling mendukung ataupun saling menghambat. Selaras dengan teori yang
dikemukakan oleh Clark (2000), individu dapat dikatakan Work-Life
Balance ketika individu tersebut dapat meminimalisir konflik peran dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
menganggap antar peran yang dijalani dapat saling mendukung. Oleh
karena itu, Hayman (2005) mengemukakan 3 dimensi dari Work-Life
Balance, yang merujuk pada teori yang dikemukakan oleh Fisher (2003),
yaitu WIPL (Work Interference with Personal Life), PLIW (Personal Life
Interference with Work), dan WPLE (Work/Personal Life Enhancement).
a. WIPL (Work Interference with Personal Life)
Persepsi seorang individu di mana pekerjaan dapat mengganggu
kehidupan pribadi individu tersebut. Beban pekerjaan yang tinggi
seringkali memaksa karyawan untuk bekerja secara lembur, ataupun
membawa pekerjaannya ke rumah. Hal tersebut membuat karyawan
kurang memiliki waktu untuk berinteraksi dengan keluarganya, ataupun
melakukan hobi di waktu senggangnya. Hobfoll (dalam Fisher, 2009)
melalui teori Conservation of Resources (COR) mengemukakan bahwa
WIPL merupakan salah satu stressor dalam pekerjaan.
b. PLIW (Personal Life Interference with Work)
Persepsi seorang individu di mana kehidupan pribadi dapat
mengganggu pekerjaannya. Setiap karyawan yang memiliki banyak
peran dalam kehidupannya, akan memiliki banyak tuntutan yang harus
dipenuhinya (Fisher, 2009). Tuntutan tersebut dapat berasal dari
keluarga, komunitas, ataupun hobi yang dijalaninya. Hal tersebut
seringkali membuat karyawan merasa terganggu ketika bekerja, dan
tidak mampu untuk bekerja secara maksimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
c. WPLE (Work/Personal Life Enhancement)
Persepsi seorang individu saat pekerjaan dan kehidupan pribadinya
dapat saling mendukung dan menunjang. Karyawan yang memiliki
banyak aktivitas di luar pekerjaannya, seringkali dapat mendukung dan
menunjang dirinya dalam bekerja (Hayman, 2005). Keadaan keluarga
yang harmonis, serta hobi yang digelutinya akan menimbulkan emosi
positif dalam karyawan tersebut, sehingga mampu mendukung
karyawan tersebut untuk dapat bekerja secara efektif.
4. Faktor yang Memengaruhi Work-Life Balance
Terdapat beberapa riset (Mirowsky, dalam Shobita, 2014; Padma &
Reddy, dalam Shobita, 2014; Hill, Miller, Weiner, & Colihan, 2001;
Parasuraman & Greenhaus, dalam Shobita, 2014; Wayne, Musisca, &
Fleeson, dalam Shobita, 2014; Kaur, dalam Shobita, 2014; Siu, 2013) yang
membahas mengenai faktor yang menjadi anteseden dari Work-Life
Balance. Adapun anteseden-anteseden tersebut dapat dikelompokkan dalam
Societal Factors, Organizational Factors, dan Individual Factors.
a. Societal Factors
Beberapa studi menjelaskan persepsi mengenai Work-Life Balance
melalui faktor societal. Mirowsky (dalam Shobita, 2014) menyebutkan
bahwa seorang ibu yang bekerja memiliki kesulitan dalam mengurus
anak-anaknya, sehingga mengakibatkan ibu tersebut mengalami
depresi. Demikian juga Padma dan Reddy (dalam Shobita, 2014)
melakukan studi mengenai pengaruh jumlah anak yang dimiliki seorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
guru terhadap Work-Life Balance. Studi tersebut menemukan bahwa
tidak ada perbedaan dalam persepsi mengenai Work-Life Balance antara
guru yang memiliki 3 anak dan guru yang tidak memiliki anak.
b. Organizational Factors
Terdapat faktor yang terkait dengan pekerjaan dan peran seseorang
dalam sebuah organisasi yang dapat memengaruhi Work-Life Balance.
Christensen dan Staines (dalam Shobita, 2014) menemukan bahwa
flexitime work arrangement dapat memungkinkan seorang karyawan
untuk memadukan antara pekerjaan dan kehidupan di luar
pekerjaannya, sehingga dapat mengurangi absenteeism dan turnover.
Hill et al. (dalam Shobita, 2014) menambahkan melalui studi yang
dilakukan pada karyawan IBM, bahwa flexible work timings and
location dapat mengurangi ketidakseimbangan karyawan akan
pekerjaan dan kehidupan pribadinya, sehingga karyawan memiliki
kehidupan yang lebih baik.
c. Individual Factors
Berdasarkan pernyataan dari Parasuraman dan Greenhaus (2002)
bahwa karakteristik kepribadian dapat dipengaruhi oleh kemampuan
individu untuk berinteraksi dengan orang lain, maka Wayne, Musisca,
dan Fleeson (dalam Shobita, 2014) menemukan bahwa model
kepribadian Big Five dapat memengaruhi kehidupan keluarga serta
pekerjaan seseorang. Kepribadian extraversion cenderung memandang
pekerjaan dan keluarga sebagai aspek yang saling mendukung,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
sebaliknya kepribadian neurotism cenderung mengalami konflik antara
pekerjaan dan kehidupan keluarganya.
Lebih lanjut lagi, Kaur (dalam Shobita, 2014) menemukan bahwa
model kepribadian Big Five dan kepuasan hidup dapat memengaruhi
Work-Life Balance pada guru di India, di mana kepribadian
Extraversion cenderung memiliki kepuasan hidup serta Work-Life
Balance yang tinggi. Demikian juga menurut penelitian yang dilakukan
oleh Devadoss dan Minnie, model kepribadian Openness
memungkinkan seorang individu untuk menyeimbangkan antara
pekerjaan dan kehidupan pribadinya.
Selain kepribadian, terdapat teori Conservation of Resources yang
dikemukakan oleh Hobfoll (1989, 2002) yang mengkaji mengenai
sumber daya personal yang dimiliki oleh setiap individu dan dapat
digunakan dalam rangka memenuhi setiap tuntutan dalam hidupnya. Siu
(2013) menemukan bahwa salah satu sumber daya personal, yaitu
Psychological Capital, memiliki hubungan positif yang signifikan
terhadap Work-Life Balance. Semakin tinggi Psychological Capital
yang dimiliki seorang individu, maka individu tersebut semakin dapat
mengatasi dan memenuhi setiap tuntutan dari berbagai aspek
kehidupannya, baik pekerjaan maupun kehidupan pribadinya (Siu,
2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
B. Psychological Capital
1. Sejarah Psychological Capital
Berawal dari munculnya konstruk-konstruk negatif seperti mental
illness dan abnormalitas sebagai hasil dari para ilmuwan yang saling
berlomba untuk menunjukkan kehebatannya, konstruk negatif tersebut
tidak cukup untuk mendeskripsikan keadaan masa kini yang serba
kompetitif (Locke, 2000; Luthans, Youssef, & Avolio, 2007). Konstruk
negatif dianggap hanya mampu mengukur serta menggambarkan
kemampuan bertahan seseorang dalam performansi yang rata-rata.
Tingginya tuntutan masa kini membuat perormansi yang rata-rata tidak lagi
dibutuhkan (Luthans et al., 2007). Selanjutnya muncul istilah POB
(Positive Organizational Behavior) yang berakar dari konsep psikologi
positif yang dikemukakan oleh Seligman dan Csikszentmihalyi (dalam
Badran, 2015). POB dinilai lebih mampu untuk membuat kerangka kerja
yang dapat digunakan untuk mengukur, menjelaskan, dan juga
mengembangkan unsur-unsur positif dalam dunia kerja (Luthans, dalam
Badran, 2015).
Seiring dengan bergesernya paradigma negatif ke arah yang lebih
positif, manajemen sumber daya manusia kini dipengaruhi oleh pandangan
mengenai sumber kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang. Pandangan
tersebut dapat digambarkan sebagai human capital oleh karena kemampuan
seseorang yang diukur oleh taraf pendidikan serta pengalaman, juga dapat
dipandang sebagai social capital oleh karena relasi interpersonalnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
(Luthans et al., 2007). Akan tetapi, kemajuan ilmu pengetahuan yang
terjadi dengan sangat cepat membuat human capital dan social capital
menjadi kurang kuat untuk menghadapi perkembangan tersebut. Menjawab
kebutuhan tersebut, Luthans et al. (2007) menawarkan sebuah konsep yang
bernama Psychological Capital, sebagai konsep yang mampu diperbaharui
dan bertahan dalam waktu yang lama untuk menghadapi dunia yang
kompetitif dan dinamis (Luthans et al., 2007).
2. Definisi Psychological Capital
Psychological Capital merupakan sebuah konsep yang terbentuk dari
konsep POB (Positive Organizational Behavior) dengan menggabungkan
antara self-Efficacy, Optimism, Hope, dan Resilience. Luthans et al. (2007)
memberikan definisi dari Psychological Capital sebagai tahap
perkembangan pikiran positif dari seorang individu yang ditandai dengan
memiliki kepercayaan dan keyakinan diri untuk mengerahkan usaha dalam
menyelesaikan tugas yang sulit (self-Efficacy), membuat atribusi positif
terhadap setiap kejadian di masa kini maupun di masa depan (Optimism),
memiliki tujuan dan selalu berusaha untuk mencapai tujuannya (Hope),
serta mampu bangkit dan berusaha untuk mengatasi saat dihadapkan pada
masalah (Resilience). Gabungan teoritis antara konsep Hope, Efficacy,
Resilience, serta Optimism akan membentuk paradigma positif seseorang
terhadap keadaan lingkungannya serta meningkatkan kemungkinan baginya
untuk dapat meraih keberhasilan melalui motivasi dan usaha (Luthans et
al., 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Hobfoll (2002) melalui teori Conservation of Resources (COR)
menjelaskan bahwa Hope, Efficacy, Resilience, dan Optimism merupakan 4
dimensi yang dapat dijabarkan menjadi indikator dari Psychological
Capital, dan keempatnya saling memiliki mekanisme hubungan satu
dengan yang lain (Avey, Reichard, Luthans, & Mhatre, 2011). Walaupun
masing-masing dari dimensi tersebut dapat berdiri sendiri dan telah
memiliki teori yang valid, akan tetapi dimensi tersebut akan lebih baik jika
dipelajari sebagai indikator atas sebuah konsep, karena akan menghasilkan
pengetahuan yang lebih luas (Avey et al., 2011). Oleh karena itu, beberapa
tokoh seperti Law, Wong, and Mobley (dalam Avey et al., 2011)
mengkategorikan PsyCap sebagai konsep multidimensional yang memiliki
korelasi yang tinggi antar konstruknya.
Berdasarkan pemaparan definisi dan pengertian di atas, maka dapat
dikatakan bahwa Psychological Capital merupakan karakteristik diri yang
dimiliki oleh seorang individu untuk dapat berpikir positif, mampu
menentukan tujuan serta selalu berusaha untuk meraih tujuan, dan juga
mampu bertahan dalam situasi yang sulit serta selalu memaknai setiap
pengalamannya sebagai sesuatu yang positif.
3. Dimensi Psychological Capital
Sesuai dengan definisi yang dipaparkan oleh Luthans et al. (2007),
Psychological Capital dibentuk dari 4 konsep, yaitu Hope, Efficacy,
Resilience, dan Optimism yang selanjutnya menjadi dimensi dari
Psychological Capital.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Dimensi pertama dari Psychological Capital yaitu Efficacy. Dicetuskan
oleh Albert Bandura (dalam Luthans et al., 2007) melalui teori kognitif
sosialnya sebagai sebuah kepercayaan atau keyakinan yang dimiliki
seseorang terhadap kemampuannya untuk mengerahkan motivasi, sumber
daya kognitif, serta perilakunya dalam mencapai tujuannya. Dari keempat
dimensi, Efficacy merupakan dimensi yang memiliki dasar teori yang
paling kuat dan disertai dengan penelitian empiris yang dilakukan dalam
dunia kerja.
Seorang tokoh psikologi positif yang bernama Rick Snyder
mengemukakan dimensi kedua Hope sebagai paradigma pikiran positif
yang dihasilkan oleh keyakinan untuk meraih kesuksesan dengan terlebih
dahulu menentukan tujuan, kemudian menentukan arah atau cara untuk
mencapai tujuan tersebut (Snyder, Irving, & Anderson, dalam Luthans et
al., 2007). Terdapat banyak pelatihan dan praktek yang bertujuan untuk
menumbuhkembangkan Hope dalam diri seseorang dengan cara membuat
sebuah tujuan yang menantang, menentukan rencana dan cara dalam
mencapai tujuan tersebut, dan menentukan tujuan lain ketika tujuan
tersebut tidak dapat dipenuhi.
Dimensi ketiga dari Psychological Capital, yaitu Optimism, dicetuskan
oleh Carver, Scheier, Miller, dan Fulford (dalam Luthans et al., 2007)
sebagai paradigma atau pandangan positif yang digeneralisasi terhadap
semua aspek dalam kehidupannya. Martin Seligman turut memberikan
pemahamannya mengenai Optimism sebagai gaya atribusi seseorang dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
memandang secara positif setiap kejadian dan situasi yang terjadi dalam
hidupnya (Seligman, dalam Luthans et al., 2007). Dari pemahaman yang
diberikan oleh tokoh-tokoh tersebut, tampak bahwa Optimism merupakan
sebuah konsep yang dapat dikembangkan dengan serangkaian pelatihan,
seperti halnya konsep Hope yang telah dibahas sebelumnya.
Resilience, sebagai dimensi keempat dari Psychological Capital, dapat
dijelaskan sebagai kemampuan untuk dapat bangkit dari situasi yang tidak
menyenangkan, konflik, maupun kegagalan untuk dapat meraih
keberhasilan (Luthans, dalam Luthans et al., 2007). Dalam setting industri
organisasi dan pekerjaan, Resilience menjadi hal yang penting karena
seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan organisasi, maka akan
melibatkan serangkaian perubahan yang terjadi dalam organisasi tersebut,
sehingga karyawan memiliki tuntutan yang lebih besar untuk dapat berubah
dan menyesuaikan diri.
4. Dampak dari Psychological Capital
Berdasarkan sejumlah riset yang dilakukan sebelumnya, terdapat
beberapa hal positif yang dapat dipengaruhi oleh Psychological Capital,
seperti employee performance, quality of work life, dan work-life balance
(Peterson, Nguyen & Nguyen, dalam Siu, 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
a. Employee Performance
Pengaruh dari keempat dimensi dari Psychological Capital
terhadap employee performance telah dibuktikan baik secara teoritis
maupun demonstrasi melalui data longitudinal dari sebuah perusahaan
keuangan. Karyawan yang memiliki Psychological Capital yang tinggi
akan dapat memiliki kinerja yang baik, demikian juga sebaliknya
(Peterson, dalam Siu, 2013)
b. Quality of Work Life
Studi yang dilakukan oleh Nguyen dan Nguyen (2012)
menjelaskan mengenai peran Psychological Capital terhadap performa
kerja dan Quality of Work Life. Melalui penelitian yang dilakukan
terhadap 364 karyawan pemasaran terbukti bahwa terdapat pengaruh
positif Psychological Capital terhadap Quality of Work Life, di mana
karyawan yang memiliki Psychological Capital cenderung mampu
untuk bekerja secara produktif sehingga mampu meningkatkan Quality
of Work Life yang dimilikinya (Nguyen & Nguyen, 2012).
c. Work-Life Balance
Siu (2013) melakukan studi yang mengadopsi teori COR
(Conservation of Resources) untuk mencari hubungan antara
Psychological Capital (PsyCap) dengan Work Well-Being dan Work-
Life Balance pada kalangan karyawan di China. Studi tersebut berhasil
membuktikan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara
Psychological Capital dengan Work Well-Being dan Work-Life
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Balance, di mana karyawan yang memiliki Psychological Capital akan
mampu memandang banyaknya peran yang dijalani dalam
kehidupannya sebagai sesuatu yang saling mendukung (Siu, 2013).
C. Dinamika Hubungan Antara Psychological Capital dengan Work-Life
Balance
Keseimbangan dalam menjalani setiap peran yang dimiliki oleh setiap
orang, serta meminimalisir terjadinya konflik antar peran tersebut dengan cara
berpartisipasi secara penuh dan efektif dalam setiap peran yang dijalani,
merupakan konsep dari Work-Life Balance (Clark, 2000; Greenblatt, dalam
Reiter, 2015; Noor, dalam Reiter, 2015). Oleh karena itu, berangkat dari teori
Conservation of Resources (COR) yang dikemukakan oleh Hobfoll (dalam
Grawitch, Barber, & Justice, 2010), terdapat pendekatan yang bernama
Personal Resources Allocation (PRA) yang berfokus pada pengerahan sumber
dalam diri dan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat
berfungsi secara optimal dalam setiap peran yang dijalani. Setiap individu
memiliki sumber daya dalam dirinya, yang dapat dikerahkan dan dialokasikan
dalam setiap peran kehidupannya, tergantung pada beberapa faktor seperti
kebutuhan serta keinginan.
Adapun menurut Hobfoll (1989, 2002) melalui teori Conservation of
Resources (COR) mengemukakan bahwa Psychological Capital merupakan
sebuah karakteristik dalam diri seseorang yang memampukan individu
tersebut untuk dapat berfungsi dengan baik dan efektif dalam menghadapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
setiap tuntutan peran yang dimilikinya, baik dalam pekerjaan maupun dalam
kehidupan pribadinya (Siu, 2013). Selaras dengan pendapat tersebut, individu
yang dapat memenuhi setiap tuntutan dan peran dalam hidupnya dapat
dikatakan memiliki Work-Life Balance, sesuai dengan definisi yang
dikemukakan oleh tokoh-tokoh sebelumnya.
Individu yang memiliki Psychological Capital dapat bekerja secara lebih
efektif sehingga memiliki hasil pekerjaan yang baik dan meningkatkan
kepuasan kerja yang dimiliki (Avey, Luthans, Smith, & Palmer, dalam Siu,
2013). Pekerjaan yang dikerjakan secara efektif dengan perencanaan yang
sistematis akan dapat diselesaikan dalam waktu yang lebih singkat. Individu
yang mampu menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu yang singkat akan
memiliki waktu luang yang lebih banyak, sehingga dapat mengalokasikan
waktu dan tenaganya untuk memenuhi tuntutannya dalam perannya yang lain.
Selain itu, Psychological Capital juga dapat menjadi sumber daya yang
digunakan seseorang untuk mengatasi berbagai tuntutan dalam setiap aspek
kehidupannya, bahkan memenuhi tuntutan tersebut dengan baik (Voydanoff,
dalam Morganson, 2014).
Berdasarkan review yang dilakukan oleh Hobfoll (2002), keempat
dimensi dari Psychological Capital, yaitu Hope, Efficacy, Resilience, dan
Optimism, merupakan sebuah karakteristik personal yang dimiliki oleh
individu untuk mengatasi stress dan menangani setiap permasalahan yang
terjadi terkait dengan peran yang dijalaninya (Siu, 2013). Walaupun setiap
dimensi tersebut telah memiliki kerangka teorinya masing-masing dan dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
berdiri sebagai konstruk tunggal, tetapi ketika dimensi tersebut digabungkan
dalam konstruk Psychological Capital akan memberikan pemahaman yang
lebih kaya dan luas (Luthans, dalam Luthans et al., 2015)
Dimensi Hope pada Psychological Capital memungkinkan seorang
individu untuk selalu menentukan target dan tujuan dalam setiap pekerjaannya
(Luthans et al., 2015). Individu yang memiliki Hope dapat menghadapi
konflik peran yang dapat terjadi, sehingga dapat menentukan penyelesaian
yang terbaik dari permasalahan yang terjadi oleh karena pekerjaan dan
kehidupan pribadinya (WIPL dan PLIW) sehingga dapat mengubah masalah
yang semula merupakan hambatan menjadi aspek yang saling mendukung
(WPLE) (Morganson et al., 2014).
Dimensi Efficacy pada Psychological Capital dapat memungkinkan
seorang individu mengerahkan potensi dalam diri yang dimiliki untuk dapat
terlibat dalam setiap peran yang dijalaninya. Efficacy juga dapat membuat
individu merasa yakin untuk membuat keputusan saat dihadapkan pada
konflik antara pekerjaan dan kehidupan pribadinya (WIPL dan PLIW) dan
mengubah konflik tersebut menjadi aspek yang saling mendukung (WPLE)
(Morganson et al., 2014).
Optimism pada Psychological Capital memampukan seseorang untuk
dapat menentukan tujuan, memiliiki keyakinan untuk dapat meraih tujuan
tersebut, serta memaknai setiap kejadian yang terjadi sebagai hal yang positif
(Luthans et al., 2007). Sejalan dengan dimensi tersebut, Kalliath dan Brough
(2008) mengemukakan bahwa Work-Life Balance dipengaruhi secara kuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
oleh persepsi individu akan keseimbangan tersebut. Individu yang memiliki
dimensi Optimism akan memiliki persepsi positif mengenai banyaknya
tuntutan dari setiap aspek dalam hidupnya, sehingga akan menganggap aspek
pekerjaan dan kehidupan pribadi merupakan aspek yang saling mendukung
satu dengan yang lain (Morganson et al., 2014).
Demikian juga Resilience pada Psychological Capital memampukan
seorang individu untuk dapat beradaptasi dalam situasi yang sulit dan tidak
menyenangkan, kemudian mengatasi setiap masalah yang dihadapinya
(Luthans et al., 2007). Seorang individu yang memiliki Resilience dapat
menganggap banyaknya tuntutan peran yang dimiliki sebagai sebuah
tantangan, sehingga individu tersebut dapat mengatasi konflik peran yang
terjadi (WIPL dan PLIW) menjadi sesuatu yang dapat saling mendukung
(WPLE) (Morganson et al., 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
D. Skema Hubungan Psychological Capital dengan Work-Life Balance
Gambar 1. Hubungan Psychological Capital dengan Work-Life Balance
E. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan positif yang signifikan
antara Psychological Capital dengan Work-Life Balance, di mana semakin
tinggi Psychological Capital maka semakin tinggi pula Work-Life Balance
pada seorang karyawan, sebaliknya semakin rendah Psychological Capital
maka semakin rendah pula Work-Life Balance yang dimiliki seorang
karyawan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif
dengan menggunakan data numerik yang akan dianalisis dengan metode
statistika. Adapun pendekatan kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis
penelitian secara objektif dengan cara meneliti hubungan antar variabel
(Creswell, dalam Supratiknya, 2015). Sehubungan dengan hal tersebut,
penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya hubungan antara variabel
Psychological Capital dan variabel Work-Life Balance.
B. Variabel Penelitian
Variabel merupakan karakteristik atau atribut dari individu atau organisasi
yang dapat diukur atau diobservasi, dan bervariasi antar individu atau
organisasi (Creswell, dalam Supratiknya, 2015). Adapun variabel yang akan
diukur dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Bebas : Psychological Capital
2. Variabel Tergantung : Work-Life Balance
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
C. Definisi Operasional
1. Work-Life Balance
Work-Life Balance merupakan persepsi seorang individu ketika
dirinya mampu untuk menjalani setiap perannya dengan baik dan dengan
konflik peran yang kecil. Individu yang memiliki Work-Life Balance akan
dapat berperan secara optimal dalam memenuhi tanggungjawab dari setiap
aspek kehidupannya. Work-Life Balance terdiri dari 3 dimensi, yaitu
WIPL (Work-Interference with Personal Life), PLIW (Personal Life
Interference with Work), dan WPLE (Work/Personal Life Enhancement).
Responden yang memiliki Work-Life Balance yang tinggi akan terlihat
dari nilai skor total Work-Life Balance Scale yang tinggi pula, sedangkan
responden yang memiliki Work-Life Balance yang rendah dapat
ditunjukkan dengan skor Work-Life Balance Scale yang rendah.
2. Psychological Capital
Psychological Capital merupakan karakteristik individu yang ditandai
dengan memiliki tujuan spesifik yang ingin dicapai, memiliki keyakinan
akan kemampuan dirinya untuk dapat mencapai tujuan yang telah
ditentukan, memandang secara positif setiap kejadian dalam hidupnya,
serta mampu bertahan dalam kejadian yang tidak menyenangkan sembari
berusaha untuk mengubah kejadian tersebut menjadi kejadian yang
menyenangkan. Psychological Capital tersusun atas 4 dimensi, yaitu
Hope, Efficacy, Resilience, dan Optimism yang dapat disingkat dengan
HERO. Responden memiliki nilai Psychological Capital yang tinggi jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
perolehan nilai total pada Psychological Capital Questionnaire juga
tinggi, sebaliknya responden yang kurang memiliki Psychological Capital
ditunjukkan dengan rendahnya perolehan nilai skor total Psychological
Capital Questionnaire.
D. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT X, yang mana merupakan perusahaan
swasta yang bergerak dalam bidang manufaktur bahan baku rumah tangga.
Karyawan di PT X bekerja secara shift dengan beban kerja yang tinggi untuk
memenuhi permintaan dari perusahaan induk. Subjek penelitian ini adalah
karyawan tetap PT X yang telah bekerja selama lebih dari 1 tahun, serta
menduduki posisi staf dan supervisor. Kriteria tersebut didasarkan pada Work-
Life Balance Scale yang lebih relevan untuk mengukur Work-Life Balance
karyawan posisi staf dan supervisor karena karyawan posisi manajer dan
direktur cenderung bekerja lebih lama untuk mempertahankan posisinya.
(Hayman, 2005; Hogarth, Daniel, Dickerson, Campbell, Wintherbotham, &
Vivian, 2003). Selain itu, karyawan yang telah bekerja lebih dari 1 tahun
dianggap telah mampu beradaptasi dengan pekerjaannya dan telah
memutuskan untuk bertahan atau meninggalkan pekerjaan tersebut (Wanous,
1992).
Teknik sampling yang digunakan adalah dengan metode convenience
sampling. Adapun teknik convenience sampling adalah teknik sampling
dengan cara mencari subjek berdasarkan ketersediaannya. Individu yang
bersedia menjadi subjek dan memiliki karakteristik yang sesuai dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
dijadikan sampel (Supratiknya, 2015). Convenience sampling dilakukan oleh
peneliti dengan cara bertanya terlebih dahulu mengenai kesediaan calon
subjek yang memenuhi kriteria untuk menjadi subjek penelitiannya. Calon
subjek yang bersedia menjadi subjek kemudian diberikan skala penelitian
untuk diisi dan dikembalikan kepada peneliti.
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode skala.
Adapun model skala yang digunakan adalah skala likert. Skala ini berisi
pernyataan mengenai atribut psikologis tertentu, yang dapat mengungkap
kesetujuan maupun ketidaksetujuan subjek melalui angka dalam sebuah
kontinum (Supratiknya, 2014). Penelitian ini menggunakan 2 (dua) skala,
yaitu skala Work-Life Balance (Work-Life Balance Scale) oleh Hayman
(2005), dan Psychological Capital Questionnaire (PCQ) oleh Luthans et al.,
2007.
Skala yang digunakan dalam penelitian ini tersusun atas 6 pilihan respon
jawaban, yaitu Sangat Tidak Setuju, Tidak Setuju, Agak Tidak Setuju, Agak
Setuju, Setuju, dan Sangat Setuju. Adapun pilihan respon jawaban tersebut
direpresentasikan dalam rentang angka 1 (satu) hingga 6 (enam). Penggunaan
6 pilihan respon jawaban bertujuan untuk menghilangkan central tendency
effect, yang merupakan kecenderungan subjek untuk memilih jawaban netral
sebagai jawaban yang aman. Selain itu, terdapat pernyataan yang
menunjukkan kesetujuan subjek (favorable) dan pernyataan yang
menunjukkan ketidaksetujuan subjek (unfavorable) (Supratiknya, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Berikut adalah tabel yang menjelaskan pilihan respon jawaban serta rentang
angka yang merepresentasikan.
Tabel 1.
Penilaian Skala Likert
Respon Pernyataan Favorable Unfavorable
Sangat Tidak Setuju 1 6 Tidak Setuju 2 5 Agak Tidak Setuju 3 4 Agak Setuju 4 3 Setuju 5 2
Sangat Setuju 6 1
1. Work-Life Balance Scale
Work-Life Balance dapat diukur dengan skala yang dibuat oleh
Hayman (2005), terdiri dari 15 aitem yang diadaptasi dari 3 dimensi
dari Fisher-McAuley et al. (2003), yaitu WIPL (Work Interference
with Personal Life), PLIW (Personal Life Interference with Work), dan
WPLE (Work/Personal Life Enhancement).
2. Psychological Capital Questionnaire (PCQ)
Psychological Capital diukur dengan skala yang terdiri dari 24
aitem, diturunkan dari 4 dimensi dari Psychological Capital oleh
Luthans et al., 2007, yaitu Hope (Snyder et al., dalam Luthans et al.,
2007), Efficacy (Parker, dalam Luthans et al., 2007), Resilience
(Wagnild & Young, dalam Luthans et al., 2007), dan Optimism
(Scheier & Carver, dalam Luthans et al., 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
F. Validitas, Kesahihan Aitem, dan Reliabilitas
1. Validitas
Validitas dapat didefinisikan sebagai sejauh mana suatu tes mampu
mengukur atribut psikologis yang hendak diukur (Supratiknya, 2014).
Validitas dalam penelitian ini telah memenuhi evidensi terkait isi tes
melalui penilaian pakar atau ahli terkait kesesuaian antara bagian-bagian
tes dengan konstruk yang diukur, yang didapatkan selama proses
bimbingan dengan dosen pembimbing peneliti. Dengan demikian maka
dari hasil penilaian pakar menyatakan bahwa skala yang digunakan dalam
penelitian ini telah valid.
2. Kesahihan Aitem
Kesahihan aitem dari skala yang digunakan dalam penelitian ini
dilihat melalui koefisien korelasi item-total (rit), yang menunjukkan
seberapa baik item-item yang dipakai untuk mengukur konstruk yang
hendak diukur.
Penelitian ini menggunakan hasil try out terpakai, di mana hasil try
out juga digunakan dalam analisis data, yang selanjutnya akan digunakan
dalam merumuskan hasil penelitian. Hal ini dikarenakan keterbatasan
jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini.
a. Skala Work-Life Balance
Berdasarkan hasil uji coba skala Work-Life Balance yang
dikembangkan oleh Hayman (2005), didapatkan hasil koefisien
korelasi item-total yang berkisar dari rit = 0,58 hingga rit = 0,89. Hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
tersebut cukup mendekati hasil dari uji coba yang dilakukan peneliti,
yang menghasilkan kisaran koefisien korelasi item-total rit = 0,42
hingga rit = 0,91.
b. Psychological Capital Questionnaire
Berdasarkan buku serta hasil penelitian yang dilakukan oleh
Luthans et al. (2007) menyebutkan bahwa PCQ (Psychological Capital
Questionnaire) memiliki validitas isi yang cukup baik, berkisar dari rit
= 0,44 hingga rit = 0,75. Hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil
uji coba yang dilakukan oleh peneliti, yang menghasilkan koefisien
korelasi item-total rit = 0,39 hingga 0,88.
3. Reliabilitas
Menurut Azwar (2005), reliabilitas dapat didefinisikan sebagai tingkat
kepercayaan hasil suatu pengukuran, walaupun setelah dilakukan secara
berulang kali. Tinggi rendahnya reliabilitas dari sebuah alat ukur
ditunjukkan dengan suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas.
Reliabilitas pada penelitian ini diukur dengan program IBM SPSS 21.
Konsistensi internal penelitian ini diukur dengan menggunakan skor Alfa
Cronbach. Koefisien reliabilitas berkisar antara 0,00 - 1,00, di mana skor
reliabilitas yang mendekati angka 1,00 menunjukkan bahwa alat ukur
tersebut semakin reliabel, demikian juga sebaliknya apabila skor
mendekati angka 0,00 maka alat ukur tersebut tidak reliabel (Azwar,
2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
a. Skala Work-Life Balance
Berdasarkan hasil uji coba alat ukur yang dikembangkan oleh
Hayman (2005), menghasilkan koefisien Cronbach's Alpha sebesar
0,7. Sedangkan hasil uji coba yang dilakukan oleh peneliti
menghasilkan koefisien Cronbach's Alpha yang lebih tinggi, yaitu
sebesar 0,95. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa skala
Work-Life Balance yang digunakan dalam penelitian ini memiliki
reliabilitas yang baik.
b. Psychological Capital Questionnaire
Luthans et al. (2007) melakukan uji coba alat ukur yang
dikembangkan olehnya, yaitu PCQ (Psychological Capital
Questionnaire). Uji coba tersebut menghasilkan koefisien Cronbach's
Alpha pada dimensi Hope sebesar 0,72; dimensi Efficacy sebesar
0,75; dimensi Resilience sebesar 0,71; serta dimensi Optimism sebesar
0,74. Sedangkan hasil uji coba yang dilakukan oleh peneliti
menghasilkan koefisien Cronbach's Alpha yang lebih tinggi, sebesar
0,96. Berdasarkan hasil tersebut, PCQ (Psychological Capital
Questionnaire) yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikatakan
reliabel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
G. Metode Analisis Data
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Tujuan dari dilakukan uji normalitas yaitu untuk memeriksa
apakah data yang digunakan di dalam penelitian berdistribusi normal
atau tidak. Metode yang digunakan untuk melakukan uji normalitas
dalam penelitian ini adalah dengan teknik Kolmogorov-Smirnov
dengan menggunakan program IBM SPSS 21. Teknik tersebut
digunakan karena cukup akurat untuk mengukur subjek yang
berjumlah lebih dari 50 orang. Adapun data yang memiliki distribusi
normal harus memenuhi nilai signifikansi lebih dari 0,05 (Noor, 2011).
b. Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk melihat sejauh mana hubungan antar
variabel dalam penelitian mengikuti garis lurus/linear. Uji linearitas
dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program IBM
SPSS 21. Data yang linear harus memenuhi syarat p < 0,05.
2. Uji Hipotesis
Penelitian ini menggunakan hipotesis satu arah (one-tailed). Apabila
data berdistribusi normal maka uji hipotesis dilakukan dengan
menggunakan korelasi Product-Moment Pearson, sedangkan apabila data
tidak berdistribusi normal maka uji hipotesis dilakukan dengan
menggunakan korelasi Spearman Rho Correlation (Field, 2017). Uji
hipotesis dilakukan dengan menggunakan program IBM SPSS 21.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan data dilakukan selama 12 hari, dimulai pada tanggal 28
Maret 2018 dan berakhir pada tanggal 9 April 2018. Instrumen yang
digunakan untuk mengambil data yaitu Google Form. Hal tersebut disebabkan
oleh domisili subjek yang berada jauh dari peneliti, sehingga tidak
memungkinkan untuk ditemui secara langsung. Adapun subjek dalam
penelitian ini adalah karyawan sebuah perusahaan swasta yang bergerak dalam
bidang manufaktur.
Peneliti menyebarkan tautan Google Form kepada subjek melalui kakak
kandung peneliti, yang mana merupakan karyawan di perusahaan tempat
penelitian dilakukan. Dari 70 orang karyawan yang diberikan tautan Google
Form tersebut, sebanyak 56 orang karyawan telah mengisi seluruh pernyataan
di dalam skala.
B. Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan PT X, sebuah perusahaan
swasta yang bergerak dalam bidang manufaktur, dengan jabatan staf hingga
supervisor, serta telah bekerja selama lebih dari 1 tahun. Adapun responden
merupakan karyawan dengan beban kerja yang cukup tinggi, bekerja secara
shift selama 8 jam setiap hari dan 40 jam setiap minggunya. Berikut data
demografis subjek dalam penelitian ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Tabel 2.
Data Demografis Jenis Kelamin Subjek
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 50 89,3%
Perempuan 6 10,7%
Total 56 100%
Tabel 3.
Data Demografis Lama Bekerja Subjek
Lama Bekerja Frekuensi Persentase
< 1 tahun 0 0%
1 - 2 tahun 32 57%
3-5 tahun 23 41,1%
6 tahun > 1 1,8%
Tabel 4.
Data Demografis Jabatan Subjek
Jabatan Frekuensi Persentase
Staff 51 91,1%
Supervisor 4 7,1%
Non-Staff 1 1,8%
C. Deskripsi Data Penelitian
Tabel 5
Analisis Deskriptif
Variabel
Teoritis Empiris SD Sig.
Hasil
Uji T Mean Xmin Xmax Mean Xmin Xmax
PsyCap 84 24 144 94,02 50 128 19,116 .000
WLB 52,5 15 90 58,77 30 75 12,752 .000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif untuk
mengetahui tinggi rendahnya Psychological Capital dan Work-Life Balance
pada subjek. Adapun hasil deskripsi data penelitian didapatkan dengan cara
membandingkan mean teoritis dan mean empiris, serta melihat hasil uji-t pada
masing-masing variabel maupun dimensi.
Hasil pengukuran deskriptif dari masing-masing variabel dapat dilihat
pada Tabel 5. Nilai mean empiris (94,02) dari variabel Psychological Capital
lebih besar daripada nilai mean teoritisnya (84). Hal itu menunjukkan bahwa
subjek memiliki Psychological Capital yang tinggi. Hasil itu diperkuat dengan
uji-t yang menghasilkan signifikansi sebesar 0,000, yang menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara mean teoritis dengan mean empiris
tersebut.
Hasil uji-t pada variabel Work-Life Balance juga menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan antara mean empiris dan mean teoritis (p = 0,000 <
p = 0,05). Subjek memiliki tingkat Work-Life Balance yang tinggi, terlihat dari
mean empiris (58,77) yang lebih tinggi daripada mean teoritis (52,5).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
D. Hasil Penelitian
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Tabel 6.
Hasil Uji Normalitas
Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
PsyCap .210 56 .000
WLB .201 56 .000
Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa variabel Psychological
Capital memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000. Pada variabel
Psychological Capital terdapat 4 dimensi, yaitu Hope (sig. = 0,001),
Efficacy (sig. = 0,001), Resilience (sig. = 0,000), serta Optimism (sig. =
0,001). Hal tersebut menunjukkan bahwa data tersebut tidak
terdistribusi dengan normal, karena nilai signifikansinya yang kurang
dari 0,05.
Gambar 2. Kurva Variabel Psychological Capital
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Gambar 2 menunjukkan bahwa distribusi data variabel
Psychological Capital tidak normal, karena persebaran data tidak
sesuai dengan kurva distribusi normal.
Gambar 3. Kurva Variabel Work-Life Balance
Pada gambar 3 terlihat bahwa persebaran data dari variabel Work-
Life Balance tidak terdistribusi dengan normal, karena tidak sesuai
dengan kurva distribusi normal.
b. Uji Linearitas
Psychological Capital dan Work-Life Balance
Tabel 7.
Hasil Uji Linearitas
F Sig.
WLB *
PsyCap
Between
Groups
(Combined) 15.358 .000
Linearity 400.172 .000
Deviation from Linearity 3.333 .002
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Berdasarkan hasil uji linearitas dapat diketahui bahwa terdapat
hubungan yang linear antara variabel Psychological Capital dengan
Work-Life Balance, karena memenuhi syarat sig. = 0,000 < 0,05.
Berikut adalah Scatter Plot hasil Uji Linearitas antara Psychological
Capital dan Work-Life Balance.
Gambar 4. Scatter Plot Uji Linearitas
Pada Gambar 4 terlihat bahwa persebaran data berada mendekati
garis linear, sehingga dapat mengindikasikan bahwa terdapat hubungan
yang linear antara Psychological Capital dengan Work-Life Balance.
2. Uji Hipotesis
Penelitian ini menggunakan teknik Spearman Rho Correlation untuk
melihat hubungan antara Psychological Capital dan Work-Life Balance
pada karyawan PT X. Teknik tersebut digunakan karena distribusi data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
pada penelitian ini tidak terdistribusi dengan normal. Adapun kriteria
koefisien korelasi pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 8
Kriteria Koefisien Korelasi
Koefisien Korelasi Kategori
0,000 - 0,199 Sangat Lemah
0,200 - 0,399 Lemah
0,400 - 0,599 Korelasi Cukup
0,600 - 0,799 Korelasi Kuat
0,800 - 1,000 Korelasi Sangat Kuat
Berikut ini adalah hasil uji korelasi antara Psychological Capital
dengan Work-Life Balance yang disajikan dalam Tabel 8.
Tabel 9
Korelasi Psychological Capital dan Work-Life Balance
Correlations
PsyCap WLB
Spearman's
rho
PsyCap
Correlation Coefficient 1.000 .772**
Sig. (1-tailed) . .000
N 56 56
WLB
Correlation Coefficient .772** 1.000
Sig. (1-tailed) .000 .
N 56 56 **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Berdasarkan hasil uji korelasi pada Tabel 9, dapat diketahui bahwa
koefisien korelasi antara Psychological Capital dan Work-Life Balance
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
yaitu sebesar r = 0,772 dengan signifikansi 0,000 (p < 0,01). Dari data
tersebut dapat diartikan bahwa terdapat hubungan positif, kuat, dan
signifikan antara Psychological Capital dan Work-Life Balance, di mana
semakin tinggi Psychological Capital seorang individu maka semakin
tinggi pula Work-Life Balance individu tersebut. Dengan demikian,
hipotesis dari penelitian ini diterima.
E. Pembahasan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
Psychological Capital dengan Work-Life Balance. Peneliti melakukan uji
korelasi untuk melihat hubungan antara variabel Psychological Capital
dengan Work-Life Balance. Dari hasil uji korelasi tersebut diketahui koefisien
r=0,772 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,01). Hal tersebut
mengindikasikan bahwa terdapat hubungan positif, kuat, dan signifikan antara
Psychological Capital dengan Work-Life Balance. Artinya, semakin tinggi
Psychological Capital yang dimiliki karyawan PT X maka semakin tinggi
pula Work-Life Balance yang dimilikinya. Dengan demikian, hipotesis
penelitian ini yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif dan
signifikan antara Psychological Capital dengan Work-Life Balance dapat
diterima.
Hasil uji korelasi tersebut juga menyatakan bahwa teori yang telah
dipaparkan sebelumnya dapat diterapkan juga pada responden penelitian ini,
yaitu karyawan PT X, yang mana merupakan karyawan perusahaan
manufaktur dengan sistem kerja shift yang berlaku selama 8 jam setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
harinya. Walaupun responden penelitian ini berbeda dengan responden pada
penelitian sebelumnya, namun terlihat bahwa hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan pada karyawan institusi
pendidikan.
Berdasarkan hasil penghitungan deskriptif, variabel Psychological
Capital memiliki nilai mean empiris sebesar 94,72. Adapun mean empiris
tersebut lebih besar dari mean teoritisnya yang sebesar 84. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa subjek memiliki Psychological Capital yang cukup
tinggi. Menurut teori yang digagas oleh Avey et al. (dalam Siu, 2013),
individu yang memiliki Psychological Capital yang tinggi cendenrung mampu
untuk bekerja secara efektif, serta menghasilkan hasil pekerjaan yang baik dan
memuaskan. Adapun pekerjaan yang dikerjakan secara efektif akan dapat
diselesaikan dalam waktu yang lebih singkat. Walaupun beban kerja di PT X
cukup berat, namun dengan Psychological Capital maka karyawan akan tetap
dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.
Penghitungan deskriptif dilakukan juga pada variabel Work-Life Balance,
di mana nilai mean empiris yang didapatkan sebesar 58,77. Mean empiris
tersebut lebih besar dari mean teoritisnya yang hanya sebesar 52,5. Dari hasil
tersebut, dapat diketahui bahwa subjek memiliki Work-Life Balance yang
cukup tinggi. Menurut beberapa tokoh yang mengembangkan teori ini,
individu dengan Work-Life Balance yang tinggi memiliki kemampuan untuk
dapat menyeimbangkan serta memenuhi berbagai peran dan tanggung jawab
yang dimilikinya, mampu membuat skala prioritas dari banyaknya tuntutan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
dari berbagai aspek kehidupannya (Clutterbuck, dalam Yuile, 2012; Munn et
al., 2002; Crooker et al., 2002). Clark (dalam Reiter, 2015) menambahkan
bahwa individu yang memiliki Work-Life Balance yang tinggi akan mampu
memperoleh kepuasan dalam hidupnya, serta meminimalisir konflik peran
yang dihadapinya. Dengan begitu, karyawan PT X yang memiliki beban kerja
yang cukup tinggi, tetap menjalankan setiap peran kehidupannya dengan baik
serta meminimalisir konflik peran yang dimilikinya.
Sesuai dengan teori yang telah dipaparkan sebelumnya, karyawan PT X
yang memiliki Psychological Capital akan mampu mengalami Work-Life
Balance. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil penghitungan deskriptif di
mana mean empiris yang lebih besar dari mean teoritis, serta hasil uji korelasi
yang menghasilkan koefisien korelasi yang positif dan signifikan. Walaupun
karyawan PT X memiliki beban kerja yang cukup tinggi, dengan memiliki
Psychological Capital maka mereka akan tetap menganggap pekerjaannya
sebagai sesuatu yang positif dan menantang. Dengan begitu, mereka akan
tetap mampu mengerahkan kemampuannya untuk menyelesaikan setiap
pekerjaannya dan tetap memiliki waktu untuk melakukan aktivitas lain di luar
pekerjaannya. Di dalam 8 jam waktu bekerja yang dimiliki oleh karyawan,
mereka mampu membagi waktu tersebut dengan baik sehingga setiap
pekerjaan dapat diselesaikannya dengan tepat waktu.
Secara lebih spesifik, karyawan PT X yang memiliki Psychological
Capital akan memenuhi dimensi Hope, di mana karyawan tersebut mampu
menentukan target dan tujuan dalam pekerjaannya, dan menyelesaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
permasalahan konflik peran yang dialaminya sehingga dapat menjadikan
setiap peran dalam kehidupannya sebagai sesuatu yang saling mendukung dan
merasa Work-Life Balance (Morganson et al., 2014). Selain itu, karyawan PT
X juga memilki Work-Life Balance oleh karena memenuhi dimensi Efficacy
pada Psychological Capital, di mana karyawan tersebut mampu mengerahkan
tenaga dan kemampuannya untuk menghadapi beban kerjanya yang berat,
serta tetap mampu berperan dengan baik dalam kehidupan di luar
pekerjaannya (Morganson et al., 2014).
Dimensi Optimism pada Psychological Capital yang dimiliki oleh
karyawan PT X juga berperan terhadap bagaimana karyawan PT X dapat
memaknai setiap kejadian secara positif, sehingga di tengah banyaknya
tuntutan peran serta beban pekerjaan yang dimiliki, karyawan tersebut tetap
dapat memaknainya secara positif (Luthans et al., 2015; Morganson et al.,
2014). Demikian juga dimensi Resilience yang dimiliki karyawan PT X
memampukan karyawan tersebut bertahan dalam situasi yang tidak
menyenangkan, di mana beban pekerjaan yang tinggi serta tuntutan peran
lainnya di luar pekerjaan tetap dapat diselesaikan dengan baik sehingga dapat
mencapai Work-Life Balance (Luthans et al., 2015; Morganson et al., 2014).
Dari hasil uji asumsi yang dilakukan sebelumnya, diketahui bahwa
distribusi data dalam penelitian ini tidak normal. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa hasil dari penelitian ini kurang dapat digeneralisasi.
Distribusi data yang tidak normal salah satunya disebabkan oleh keterbatasan
jumlah sampel yang diambil. Oleh karena distribusi data yang tidak normal,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
peneliti menggunakan uji korelasi non-parametric dengan teknik Spearman
Rho Correlation. Walaupun demikian, dari hasil uji linearitas dapat diketahui
bahwa hubungan antara variabel Psychological Capital dan Work-Life
Balance bersifat linear.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini dilaksanakan menggunakan teknik korelasi Spearman Rho
Correlation karena data yang didapat tidak terdistribusi dengan normal. Dari
hasil uji hipotesis dapat diketahui bahwa terdapat hubungan positif yang kuat
dan signifikan antara Psychological Capital dengan Work-Life Balance (n =
56; r = 0,772; p = 0,000). Hasil tersebut mengindikasikan bahwa semakin
tinggi Psychological Capital (M = 94,02; SD = 19,116) maka akan semakin
tinggi juga Work-Life Balance (M = 58,77; SD = 12,752). Dengan demikian
maka hipotesis penelitian ini yang menyatakan bahwa terdapat hubungan
positif dan signifikan antara Psychological Capital dengan Work-Life Balance
dapat diterima.
B. Keterbatasan Penelitian
Selain kesimpulan yang telah disampaikan, peneliti juga perlu untuk
menyampaikan beberapa hal yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini,
yaitu;
1. Keterbatasan jumlah sampel yang mengakibatkan data yang digunakan
untuk uji coba skala juga digunakan sebagai data penelitian.
2. Data yang tidak terdistribusi dengan normal sehingga hasil penelitian
kurang dapat digeneralisasi pada seluruh populasi karyawan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan yang
telah dipaparkan oleh peneliti, terdapat beberapa saran yang diberikan peneliti.
1. Bagi Subjek
Dari hasil penelitian, terlihat bahwa terdapat hubungan positif
yang kuat dan signifikan antara Psychological Capital dengan Work-
Life Balance. Berdasarkan hasil tersebut diharapkan agar responden
dapat senantiasa menumbukan Psychological Capital dalam dirinya
dengan cara selalu berpikir positif serta selalu bersikap optimis dalam
menjalani setiap kegiatan dan pekerjaannya, sekalipun seringkali
terasa berat dan tidak menyenangkan. Selain itu, sebaiknya karyawan
juga senantiasa bekerja secara efektif dan sistematis, sehingga dapat
bekerja dengan baik dalam waktu yang cukup. Dengan demikian,
diharapkan karyawan mampu membagi waktunya untuk bekerja dan
juga untuk melakukan aktivitas lain di luar pekerjaannya, dan
mencapai Work-Life Balance.
2. Bagi Perusahaan
Selain bagi karyawan, penelitian ini juga relevan dengan PT X
selaku perusahaan yang memperkerjakan karyawan. Setelah
mengetahui bahwa terdapat hubungan positif yang kuat dan signifikan
antara Psychological Capital dengan Work-Life Balance, diharapkan
perusahaan memerhatikan dan mempertimbangkan Psychological
Capital sebagai karakteristik individu yang dimiliki oleh setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
karyawannya. Perusahaan juga dapat melakukan Psychological
Capital Intervention (PCI), yaitu sebuah metode intervensi yang
memungkinkan karyawan untuk selalu berpikir positif, menyadari
kemampuan dan tujuan yang ingin dicapai, serta menentukan berbagai
cara yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuannya (Luthans, Avey,
Avolio, Norman, & Combs, 2006).
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan agar menggunakan
jumlah sampel yang lebih banyak, agar persebaran data dapat
terdistribusi dengan normal dan lebih mampu untuk digeneralisasi
pada keseluruhan populasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
DAFTAR PUSTAKA
Abendroth, Anja-Kristin and Dulk, Laura den (2011). Support for the Work-Life Balance in Europe: the impact of state, workplace and family support on Work-Life Balance satisfaction. Work, employment, and society. 25(2) 234–256
Avey, Reichard, Luthans, and Mhatre (2011). Meta-Analysis of the Impact of
Positive Psychological Capital on Employee Attitudes, Behaviors, and Performance. Human Resource Development Quarterly. 22 (2) 127-152
Azwar, Saifuddin (2005). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Pustaka
Pelajar: Yogyakarta. Badan Pusat Statistik (2017). Keadaan Pekerja di Indonesia Februari 2017.
Diunduh dari https://www.bps.go.id/index.php/publikasi/4648 pada 13 September 2017 pukul 17.03.
Badran, A. Mohga and Youssef-Morgan, Carolyn M. (2015),"Psychological
capital and job satisfaction in Egypt", Journal of Managerial Psychology, Vol. 30 Iss 3 pp. 354 - 370.
Bloomberg (2014). China suffers karoshi, as white-collar workers die from
overwork. Diunduh dari https://www.japantimes.co.jp/news/2014/06/30/asia-pacific/social-issues-asia-pacific/china-suffers-karoshi-as-white-collar-workers-die-from-overwork.html pada 18 September 2017).
Clark, S. C. (2000). Work/family border theory: A new theory of work/family
balance. Human Relations, 53(6), 747-770. Clark, S. C. (2001). Work cultures and work/family balance. Journal of
Vocational Behavior, 58(3), 348-365. Colleen Yuile, Artemis Chang, Amanda Gudmundsson and Sukanlaya Sawang
(2012). The role of life friendly policies on employees' Work-Life Balance. Journal of Management & Organization, 18, pp 53-63 doi:10.1017/S1833367200001061
Crooker, Karen & L. Smith, Faye and Tabak, Filiz. (2002). Creating Work-Life
Balance: A Model of Pluralism Across Life Domains. Human Resource Development Review. 1. 387-419. 10.1177/1534484302238434.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Delina, G. and Raya, R. Prabhakara (2013). A study on Work-Life Balance in Working Women. International Journal of Commerce, Business and Management.
Direnzo, Greenhaus, and Weer (2015) Relationship between protean career
orientation and Work-Life Balance: A resource perspective. Journal of Organizational Behavior.
Fisher, Smith, and Bulger (2009). Beyond Work and Family: A Measure of
Work/Nonwork Interference and Enhancement. Journal of Occupational Health Psychology, 14(4), 441-456.
Grawitch, Barber, and Justice (2010). Rethinking the Work-Life Interface: It's Not
about Balance, It's about Resource Allocation. Applied Psychology: Health and Well-Being 2(2), 127-159.
Hasan, Rizki Akbar (2017). Terapkan Karoshi, Dentsu Didenda dan Minta Maaf.
Diakses pada 24 November 2017 dari https://www.liputan6.com/global/read/3121408/terapkan-karoshi-dentsu-didenda-dan-nhk-minta-maaf.
Hayman, J. (2005). Psychometric Assessment of an Instrument Designed to
Measure Work Life Balance, Research and Practice in Human Resource Management, 13(1), 85-91.
Hogarth, Terence and Bosworth, Derek (2009). Future horizons for Work-Life
Balance. Beyond Current Horizons. Hogarth, Daniel, Dickerson, Campbell, Wintherbotham, and Vivian (2003). The
business context to long hours working. Employment Relations Research Series no. 23.
Hudson (2005). The Case for Work/Life Balance: Closing the Gap Between
Policy and Practice. 20:20 Series. Jakpat.net (2014). Technology at the Workplace – Survei Report. Diunduh dari
https://blog.jakpat.net/technology-at-the-workplace-survei-report/ pada 13 September 2017 pukul 16.47.
Kaiser, S. et al. (2011). Creating Balance?. International Prespectives on the
Work-Life Integration of Professionals. Karatepe, Osman M. and Karadas, Georgiana (2014). The effect of Psychological
Capital on conflicts in the work-family interface, turnover and absence intentions. International Journal of Hospitality Management.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Lu, L., Cooper, C., Kao, S., Chang, T., Allen, T., Lapierre, L., O’Driscoll, M., Poelmans, S., Sanchez, J., and Spector, P.E. (2010). Cross-Cultural Differences on Work-to-Family Conflictand Role Satisfaction: A Taiwanese-British Comparison. Human Resource Management, 49, 67–85.
Luthans, Avey, Avolio, Norman, and Combs (2006). Psychological capital
development: toward a micro-intervention. Journal of Organizational Behavior vol 27 (387-393).
Luthans, Youssef, and Avolio (2007). Psychological Capital - Developing the
Human Competitive Edge. Oxford University Press: New York. Luthans, Youssef-Morgan, and Avolio (2015). Psychological Capital and Beyond.
Oxford University Press: New York. Lyness, Karen S. and Judiesch, Michael K. (2014). Gender Egalitarianism and
Work-Life Balance for Managers: Multisource Perspectives in 36 Countries. Applied Psychology: An International Review 63 (1), 96-129
Merchant, Brian (2017). Life and death in Apple’s forbidden city. Retrieved
September 6, 2017 from https://www.theguardian.com/technology/2017/jun/18/foxconn-life-death- forbidden-city-longhua-suicide-apple-iphone-brian-merchant-one-device-extract
Morganson, Litano, and O'Neill (2014). Promoting Work-Family Balance
Through Positive Psychology: A Practical Review of the Literature. The Psychologist-Manager Journal 17(4) 221-244
Munn, Sunny L. (2013). Unveiling the Work-Life System: The Influence of
Work-Life Balance on Meaningful Work. Advances in Developing Human Resources. 15(4) 401-417
Naithani, P. (2010). Overview of Work-Life Balance discourse and its relevance
in current economic scenario. Asian Social Science, 6 (6), 148-155. Nguyen, T.D. dan Nguyen, T.M. (2011). Psychological Capital, Quality of Work
Life, and Quality of Life of Marketers: Evidence from Vietnam. Journal of Macromarketing.
Noor, Juliansyah (2011). Metodologi Penelitian, Skripsi, Thesis, Disertasi, Karya
Ilmiah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Nursalam, Candra (2012). Pengaturan Jam Kerja. Diunduh dari http://www.hrcentro.com/artikel/PENGATURAN_JAM_KERJA_120419.html pada 13 September 2017 pukul 16.35.
Paula Brough, Carolyn Timms, Michael P. O'Driscoll, Thomas Kalliath, Oi-Ling
Siu, Cindy Sit and Danny Lo (2014): Work–life balance: a longitudinal evaluation of a new measure across Australia and New Zealand workers. The International Journal of Human Resource Management, DOI: 10.1080/09585192.2014.899262
Pradhan, Rabindra Kumar et al. (2016). Effect of Work-Life Balance on
Organizational Citizenship Behaviour: Role of Organizational Commitment. Global Business Review.
Reiter, Natalie (2007). Work Life Balance: What DO You Mean?. The Journal of
Applied Behavioral Science 43(2) 273-294. Rife, Alison A. and Hall, Rosalie J. (2015). Work-Life Balance. SIOP White
Paper Series. Russo, Marcello et al. (2015). Workplace and family support and Work-Life
Balance: Implications for individual psychological availability and energy at work. The Journal of Positive Psychology.
Sen, Chandrani and Hooja, Himangini, Psychological Capital & Work-Life
Balance: A Study on Police Officers (July 15, 2015). International Journal of Management and Social Sciences Research, Vol. 4:7, 2015. Available at SSRN: https://ssrn.com/abstract=2946662
Shankar, Tara and Bhatnagar, Jyotsna (2010). Work Life Balance, Employee
Engagement, Emotional Consonance/Dissonance & Turnover Intention. Indian Journal of Industrial Relations, Vol. 45 (1) 2010.
Siu, Oi Ling (2013). Psychological Capital, Work Well-Being, and Work-Life
Balance Among Chinese Employees. Journal of Personnel Psychology. 12 (4) 170-181
Syed, J. (2015). Work-Life Balance. In Syed, J., & Özbilgin, M. (Eds.) Managing
Diversity and Inclusion: An International Perspective, pp.291-314. London: Sage.
The Jakarta Post (2017). How Japan's Overwork Culture Leads to 'Karoshi'.
Diunduh dari http://www.thejakartapost.com/life/2017/01/05/how-japans-overwork-culture-leads- to-karoshi.html pada 13 September 2017 pukul 18.00.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Thompson, Cynthia (2001). Conservation of Resources Theory. Sloan Work and
Family Research Network. Wanous, J.P. (1992). Organizational Entry Recruitment, Selection, Orientation,
and Socialization of Newcomers. Prentice Hall. Wijayanti, Endah (2017). Bekerja Lebih dari 8 Jam per Hari Bahaya Ini
Mengintaimu. Diakses pada 26 September 2017 dari https://www.vemale.com/kesehatan/106058-bekerja-lebih-dari-8-jam-per-hari-bahaya-ini-mengintaimu.html
Xiao, Yuchun and Cooke, Fang Lee (2012). Work-Life Balance in China? Social
policy, employer strategy and individual coping mechanisms. Asia Pasific Journal of Human Resources.
Yongduk Choi Dongseop Lee (2014),"Psychological Capital, Big Five traits, and
employee outcomes", Journal of Managerial Psychology, Vol. 29 Iss 2 pp. 122 - 140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Skala Penelitian Yth. Bapak/Ibu yang berpartisipasi dalam penelitian ini.
Saya R.M. Adityo Prakoso, mahasiswa Fakultas Psikologi, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. Saat ini saya menempuh semester VIII dan sedang
menyusun penelitian (skripsi).
Sehubungan dengan penelitian yang saya lakukan sebagai syarat untuk
menyelesaikan studi saya, perkenankan saya untuk memohon bantuan Anda untuk
mengisi skala penelitian ini. Adapun skala ini bertujuan untuk melihat dinamika
kehidupan dan pekerjaan Anda.
Skala ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus Anda isi. Tidak ada jawaban
benar ataupun salah dalam setiap pertanyaan yang disajikan. Oleh karena itu,
diharapkan Anda menjawab setiap pertanyaan dengan jujur sesuai dengan kondisi
yang sebenarnya.
Saya menjamin kerahasiaan identitas dan jawaban yang Anda berikan dalam skala
penelitian ini. hak untuk tidak mengisi skala ini. Oleh karena itu, jika Anda
merasa keberatan untuk mengisi skala penelitian ini, Anda diperkenankan untuk
tidak melanjutkan pengisian dan menutup halaman ini.
Jika Anda setuju untuk mengisi skala ini, silakan mengklik tanda
'Next/Berikutnya' di bawah ini. Atas perhatian dan bantuan Anda, saya
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Lembar Identitas Nama / Inisial *
Jenis Kelamin * Lama Bekerja * Jabatan * Status Pernikahan *
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Petunjuk Pengerjaan Berikut adalah skala penelitian yang berisi sejumlah pernyataan serta pilihan jawaban dari rentang 1 (Sangat Tidak Setuju) hingga 6 (Sangat Setuju). Pilihlah salah satu angka pada setiap pernyataan yang paling mewakili kondisi Anda yang sebenarnya. Perlu diingat bahwa tidak ada jawaban yang benar ataupun salah.
No. Aitem Skor
1 2 3 4 5 6 Psychological Capital Questionnaire (PCQ)
1
Saat atasan memberikan tugas yang belum pernah saya kerjakan sebelumnya, saya yakin dapat menyelesaikannya.
2 Saya selalu optimis terhadap masa depan karir/pekerjaan saya.
3 Saya percaya diri dalam mendiskusikan sebuah masalah bersama orang di luar perusahaan (mis. user).
4 Saya percaya dari setiap masalah yang terjadi dalam pekerjaan, selalu terdapat hal yang bisa dipelajari.
5 Saya yakin kinerja saya tetap terjaga saat bekerja di bawah tekanan serta dalam situasi yang sulit.
6 Saya yakin bahwa kesuksesan saya dalam bekerja saat ini akan terjadi juga di kemudian hari.
7 Saya sering menghadapi kemudian menyelesaikan pekerjaan yang tidak menyenangkan bagi diri saya.
8 Ketika saya menghadapi sebuah masalah, saya selalu ragu untuk dapat menyelesaikannya.
9 Saya yakin mampu menganalisis masalah untuk menemukan solusi yang tepat.
10 Saya yakin dapat mencapai target dalam pekerjaan saya.
11 Meskipun ada banyak tanggung jawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
dalam tugas yang membebani, saya mampu mengatasinya dengan baik.
12
Ketika performa saya tidak sesuai dengan yang diharapkan, saya selalu mencari cara untuk memperbaiki dan bekerja dengan lebih baik.
13 Saat ini, saya sangat bersemangat untuk dapat meraih tujuan dalam pekerjaan saya.
14 Saya sering menyelesaikan masalah dalam pekerjaan dengan berbagai cara.
15 Saya mampu menangani kesulitan-kesulitan dalam pekerjaan.
16 Saya memiliki banyak cara untuk dapat mencapai target kerja saya.
17
Ketika perusahaan menerapkan sistem kerja yang baru dan sulit, saya tetap dapat belajar hal baru dari sistem tersebut.
18 Saya menganggap bahwa setiap masalah dalam pekerjaan selalu ada solusinya.
19
Saat saya tidak puas dengan pekerjaan saya, pada awalnya saya merasa kecewa namun dapat bangkit dengan cepat.
20 Saat saya menentukan tujuan dan rencana dalam bekerja, saya akan berfokus untuk meraih tujuan tersebut.
21 Saat saya mengalami situasi yang buruk, saya yakin situasi tersebut akan membaik.
22 Saat ini, saya merasa bersemangat untuk dapat memenuhi target kerja saya.
23
Saya bekerja sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, dengan keyakinan bahwa "Bila ada keinginan, pasti ada jalan".
24 Saat saya gagal dalam bekerja, saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
selalu mencoba lagi hingga berhasil. Skala Work-Life Balance
1 Saya senang memiliki cukup waktu untuk melakukan aktivitas di luar pekerjaan.
2 Pekerjaan saya sering terganggu karena urusan keluarga saya.
3 Pekerjaan yang saya miliki berpengaruh positif terhadap suasana hati saya.
4 Pekerjaan saya menyulitkan saya dalam berelasi dengan teman di luar kantor.
5 Saya sering mengesampingkan urusan keluarga saya demi pekerjaan.
6 Masalah dalam keluarga membuat saya terlalu lelah untuk dapat bekerja secara efektif.
7 Pekerjaan saya yang memuaskan menyebabkan kehidupan pribadi saya lebih menyenangkan.
8 Hobi saya seringkali terganggu karena pekerjaan.
9 Saya sering melewatkan makan malam bersama keluarga karena pekerjaan.
10 Urusan keluarga menguras energi saya untuk bekerja dengan baik.
11 Waktu istirahat saya sering terabaikan karena pekerjaan.
12 Kehidupan dalam keluarga yang menyenangkan membuat saya bersemangat dalam bekerja.
13 Relasi yang baik dengan teman memberi saya tenaga untuk bekerja.
14 Saya merasa kesulitan dalam menyeimbangkan antara pekerjaan dan aktivitas pribadi.
15 Saya merasa sulit untuk bekerja karena adanya permasalahan pribadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Uji Validitas Aitem
A. Psychological Capital Questionnaire (PCQ)
Item-Total Statistics Scale Mean
if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
a1 84.692 443.422 .623 .870 .962 a2 84.769 437.865 .837 .850 .960 a3 84.423 452.014 .507 .915 .963 a4 84.500 443.620 .757 .964 .961 a5 85.538 448.818 .587 .973 .962 a6 84.808 431.042 .778 .971 .960 a7 84.692 444.622 .653 .986 .961 a8 84.615 425.126 .882 .976 .959 a9 84.654 434.715 .840 .942 .960 a10 84.846 440.375 .710 .886 .961 a11 84.615 442.486 .707 .892 .961 a12 84.423 440.894 .761 .974 .960 a13 84.692 429.822 .758 .978 .960 a14 84.538 442.258 .751 .985 .961 a15 85.038 447.798 .728 .967 .961 a16 84.500 431.460 .768 .974 .960 a17 84.808 453.922 .398 .833 .964 a18 84.923 448.954 .511 .883 .963 a19 85.192 446.962 .583 .894 .962 a20 84.269 436.605 .763 .974 .960 a21 84.423 441.614 .745 .900 .961 a22 84.808 438.322 .799 .972 .960 a23 84.462 433.218 .817 .972 .960 a24 84.615 436.726 .761 .950 .960
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
B. Work-Life Balance Scale
Item-Total Statistics Scale Mean
if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
b1 54.077 196.634 .839 .841 .949 b2 54.308 196.382 .838 .857 .949 b3 53.769 194.825 .817 .796 .950 b4 54.692 203.262 .717 .836 .952 b5 54.038 196.358 .895 .925 .948 b6 54.577 204.654 .684 .764 .953 b7 53.500 200.740 .736 .849 .952 b8 54.038 208.518 .620 .804 .954 b9 54.423 216.654 .424 .457 .957 b10 54.192 205.602 .776 .788 .951 b11 54.577 213.134 .589 .640 .955 b12 53.346 198.155 .826 .808 .950 b13 53.462 207.618 .612 .792 .954 b14 53.692 196.462 .916 .876 .948 b15 54.231 198.025 .859 .877 .949
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Uji Reliabilitas
A. Psychological Capital Questionnaire (PCQ) Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items
N of Items
.963 .963 24
B. Work-Life Balance Scale (WLBS)
Reliability Statistics Cronbach's
Alpha Cronbach's
Alpha Based on Standardized
Items
N of Items
.955 .953 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Uji Normalitas
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig. PsyCap .210 56 .000 .887 56 .000 WLB .201 56 .000 .884 56 .000 a. Lilliefors Significance Correction
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Uji Linearitas
ANOVA Table
Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
WLB * PsyCap
Between Groups
Combined 8571.899 33 259.755 15.358 .000 Linearity 6768.053 1 6768.053 400.172 .000 Deviation from Linearity
1803.845 32 56.370 3.333 .002
Within Groups 372.083 22 16.913
Total 8943.982 55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Uji Hipotesis
Correlations PsyCap WLB
Spearman's rho
PsyCap
Correlation Coefficient 1.000 .772** Sig. (2-tailed) . .000
N 56 56
WLB
Correlation Coefficient .772** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 56 56
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI