Word Jadilah 26 Juni
-
Upload
muhammad-abdul-rahman -
Category
Documents
-
view
287 -
download
6
Transcript of Word Jadilah 26 Juni
Pendahuluan
Rotator cuff (manset rotator) adalah istilah anatomi yang diberikan pada sekelompok
otot dan tendonnya yang bertindak menstabilkan bahu. Bersama dengan M. teres major dan
M.deltoideus, keempat otot rotator cuff yang terdiri atas M. Supraspinatus,M.Infraspinatus,
M.Teres Minor dan M.Subscapularis menyusun 6 otot scapulohumerus yang menghubungkan
humerus dengan skapula. Otot-otot rotator cuff berasal dari scapula dan menghubungkan caput
humeri membentuk manset di sendi bahu.
Otot-otot itu penting karena memegang caput humeri di fossa glenoidalis tulang
scapula yang kecil dan dangkal. Selama terangkatnya lengan, manset rotator memampatkan
sendi glenohumerale agar memungkinkan otot deltoideus yang besar agar mengangkat lengan
lebih lanjut. Dengan kata lain, tanpa manset rotator, caput humeri akan tergeser naik sebagian
dari fossa glenoidalis dan mengurangi kemampuan otot deltoideus
Definisi
Rotator cuff tears adalah robekan pada satu atau lebih dari empat tendon otot rotator
cuff. Cedera pada rotator cuff dapat mencakup semua jenis iritasi atau kerusakan pada otot
atau tendon rotator cuff. Tendon rotator cuff bukanlah otot yang paling sering robek. Dari
empat tendon, tendon supraspinatus paling sering robek saat melewati tepi bawah akromion.
robekan biasanya terjadi pada titik insersi di tuberositas caput humerus .
Otot pada rotator cuff
Gambar 1. Otot penyusun rotator cuff
1
Otot Origo di
scapula
Insersio di
humerus
Fungsi Inervasi
Supraspinatus Fossa supra
spinatus
Tuberculum
Majus
Abduksi pada bidang
skapular, rotasi
keluar
N.Supracapsularis
Infraspinatus Fossa infra
spinatus
Tuberculum
Majus
Rotasi ke
luar,abduksi pada
bidang skapular
(bagian kranial),
adduksi pada bidang
skapular (bagian
kaudal)
N.Supracapsularis
Teres minor Margo lateralis Tuberculum
Majus
Rotasi ke luar,
adduksi pada bidang
skapular.
Nervus axillaris
Suscapularis Fossa
subcapsularis
Tuberculum
Minus
Rotasi ke dalam,
abduksi pada bidang
skapular (sisi
kranial), adduksi
pada bidang skapular
(sisi kaudal)
N. subscapularis
Tabel 1.Otot penyusun rotator cuff
Kelompok otot utama rotator cuff adalah supraspinatus, subscapularis, infraspinatus,
dan teres minor yang berkontribusi terhadap stabilitas bahu.cuff melekat pada kapsul
glenohumeral dan menempel ke caput humerus. Pada tepi atas caput humerus melekat tepi
atas tendon subscapularis dan tepi anterior dari otot supraspinatus, yang membentuk suatu
ruang segitiga disebut interval rotator.
Rotator berperan dalam hal menstabilkan sendi glenohumeral dan berputarnya
humerus ke arah luar. Cuff pada caput humerus mencegah bergesernya ke atas dari caput 2
humerus yang disebabkan oleh tarikan otot deltoid di awal elevasi lengan. Selanjutnya otot
infraspinatus dan teres minor, adalah otot yang menjamin rotasi eksternal lengan.
Tendon Utama Rotator Cuff
Keempat tendon otot-otot ini bertemu untuk membentuk tendon rotator cuff. Pada
insersi tendon dari otot rotator cuff bersama dengan kapsul artikular ligamentum
coracohumeral, dan kompleks ligamen glenohumeral bersatu sebelum melekat pada
tuberositas humerus. Insersi tendon rotator cuff di tuberculum majus sering disebut sebagai
“footprint” atau tapak. Tendon infraspinatus dan teres minor bersatu didekat
musculotendinous junction mereka, sedangkan tendon supraspinatus dan subscapularis
bergabung sebagai selubung yang mengelilingi tendon biseps. supraspinatus adalah tendon
otot yang paling sering robek pada rotator cuff.
Tulang pada rotator cuff
Gambar 2. Tulang pada rotator cuff
Tulang adalah jaringan hidup yang membentuk kerangka tubuh berfungsi
dalammemberikan bentuk dan sebgai penyokong. Tulang-tulang yang membentuk bahu
adalah klavikula, humerus, dan skapula. Ketiga tulang membentuk suatu “ ball-and-socket
joint” yang dikenal sebagai sendi glenohumeral, yang memberikan jangkauan bahu lebih
luas.
3
Insidensi
Sebagian besar robekan terjadi pada tendon supraspinatus. Dalam sebuah penelitian
terhadap 306 bahu kadaver, tercatat 32% terjadi robekan parsial dan 19% robekan total
pada tendon supraspinatus. studi kadaver telah mencatat robekan intratendinous lebih sering
dari robekan pada sisi bursa ataupun pada sisi artikular
Kelompok tendon yang robek menimbulkan rasa nyeri dan membatasi gerakan
lengan. Robekan manset rotator dapat terjadi setelah trauma bahu atau terjadi melalui
pergerakan dan robek pada tendon di bawah acromion yang sering diderita atlet yang sering
melakukan lemparan berulang, seperti pelempar bola bisbol, gelandang american foot ball,
perenang, dan petenis (karena gerakan servisnya). Umum dikaitkan dengan gerakan yang
memerlukan gerakan atas kepala berulang maupun mendorong kuat.
Banyak robekan rotator tidak menimbulkan rasa sakit atau menunjukan gejala apapun,
insiden robekan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Penyebab paling sering adalah
degenerasi terkait usia dan cedera saat berolahraga atau trauma. Gangguan pada rotator cuff
dapat disebabkan oleh faktor ekstrinsik dan intrinsik.faktor ekstrinsik dikelompokkan ke
dalam anatomi dan lingkungan. Salah satu faktor anatomi paling banyak adalah karakteristik
morfologi dari akromion. Akromion yang bengkok, melengkung, dan miring dapat
menyebabkan menyebabkan tarikan dan kerusakan pada tendon rotator cuff.. Faktor
lingkungan terlibat meliputi peningkatan usia, terlalu sering menggunakan bahu, merokok,
dan setiap kondisi medis yang merusak respon inflamasi dan penyembuhan seperti diabetes
mellitus.
Faktor intrinsik meliputi berbagai mekanisme cedera yang terjadi dalam rotator cuff
itu sendiri. Yang paling utama adalah disebabkan mikrotrauma.
Sebagai hasil dari microtrauma berulang-ulang, mediator inflamasi mengubah
lingkungan setempat, dan stres oksidatif menginduksi apoptosis tenocyte yang lebih lanjut
4
menyebabkan degenerasi tendo rotator cuff. Adapula teori yang menyatakan overstimulasi
saraf dapat meningkatkan sel inflamasi yanga dapat menyebabkan degenerasi tendon.
Diagnosa
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi,palpasi,ROM,tes kekuatan dan pemeriksaan
neurologi. Bahu diperiksa untuk melihat apakah suatu tempat terdapat kelemahan ataukah
suatu deformitas. Karena banyaknya kekeliruan mengelompokan nyeri servikal kedalam
nyeri bahu maka pemeriksaan fisik harus mengevaluasi menyeluruh terhadap tulang belakang
leher untuk menghilangkan kontradiksi lain seperti "saraf terjepit", osteoarthritis atau
rheumatoid arthritis
Pemeriksaa penunjang yang dapat digunakan untuk mendiagnosis robekan rotator
cuff adalah X-Ray,MRI,arthrography double kontras dan teknik ultrasound. Rotator cuff yang
normal tidak akan terdeteksi dengan pemeriksaan X-Ray meskipun spurs yang dapat menjepit
tendo rotator cuff dan menimbulkan robekan dapat terlihat.terlebih lagi, jika terdapat spurs
hal ini menunjukkan bahwa terdapat gangguan pada rotator cuff yang kronik. Double-contrast
arthrography dilakukan dengan penyuntikan zat kontras ke dalam sendi bahu untuk
mendeteksi kebocoran pada cedera rotator cuff. Arthrography dan USG dapat digunakan,
namun sangat tergantung pada pengalaman dari ahli radiologi.Alat bantu diagnosis yang
paling efektif adalah MRI, yang dapat mendeteksi seberapa besar robekan, serta lokasinya di
dalam tendon. Selain itu, MRI memungkinkan deteksi atau menyingkirkan yang bukan
robekan rotator cuff dengan akurasi yang tepat dan juga cocok untuk mendiagnosa kelainan
lebih lanjut dari sendi bahu.
Gejala
Gejala dari robekan rotator cuff dapat timbul langsung setelah trauma (akut) atau
berkembang secara bertahap dan terus-menerus dari waktu ke waktu (kronis). Cedera akut
tidak sesering penyakit rotator cuff yang kronis. Robekan akut dapat terjadi ketika
mengangkat lengan untuk melawan tahanan yang berat seperti saat melakukan angkat berat
dan terjatuh dengan bahu sebagai landasannya.
5
Robekan kronis terjadi pada individu yang terus-menerus melakukan kegiatan
lengannya diatas kepala, seperti melempar atau berenang. Selain itu, dapat berkembang dari
tendinitis ataupun penyakit rotator cuff bahu. Penyakit ini terdiri dari berbagai patologi
tendon rotator cuff. Gejala yang menetap sebagai hasil dari robekan rotator cuff yang kronik
secara sporadis dapat memperberat rasa sakit, kelemahan dan atrofi otot, sakit timbul saat
istirahat, sensasi gemeretak saat menggerakan bahu, dan ketidakmampuan untuk
memindahkan atau mengangkat lengan secara cukup, terutama pada gerakan abduksi dan
flexi.
Nyeri di anterolateral bahu dapat disebabkan oleh banyak penyebab, gejala mungkin
mencerminkan patologi luar bahu yang menyebabkan nyeri refered pain ke bahu seperti dari
jantung, leher atau usus.riwayat Pasien akan merasa sakit pada bagian depan dan luar dari
bahu, nyeri bertambah dengan bersandar pada siku dan mendorong ke atas bahu, nyeri pada
malam hari ketika berbaring langsung pada bahu yang terkena, nyeri saat meraih sesuatu
yang berada di depannya. Kelemahan mungkin didapatkan, tetapi sering tertutupi oleh nyeri
dan biasanya ditemukan hanya melalui pemeriksaan
Tanda
Pada pemeriksaan abduksi secara aktif hanya dapat dilakukan sampai kurang lebih 90
derajat. Bila diperintahkan untuk mengangkat lebih jauh sambil ditahan oleh pemeriksa,
lengan akan terjatuh (mosely test), walaupun penderita dapat melakukan gerakan pasif secara
normal.
Klasifikasi
Neer membagi gangguan pada rotator cuff dalam 3 tahap.
Tahap I
edema dan perdarahan dari tendon dan bursa
Tahap II
Tendinitis dan fibrosis
Tahap III
6
Robeknya sebagian atau seluruhnya dari rotator Cuff
Penatalaksanaan
Pasien yang diduga memiliki robekan pada rotator cuff dibagi menjadi dua kelompok
perlakuan yaitu penatalaksanaan non operative dan operative,kemudian pasien dievaluasi
ulang berdasarkan respon klinis dan temuan pada pemeriksaan ulang.Karena banyak pasien
dengan robekan parsial bahkan beberapa dengan robekan total dapat merespon manajemen
non-operative, perawatan konservatif ditawarkan pertama kali namun ika trauma yang
signifikan seperti dislokasi bahu, atau patah tulang, atau benturan keras yang terjadi disekitar
rotator cuff maka tindakan operasi merupakan pilihannya.
penatalaksanaan non operative
1.Medikamentosa
Pasien umumnya diterapi untuk mengurangi rasa sakitnya terlebih dahulu.
pengobatan non-operative nyeri bahu yang berkaitan dengan robekan rotator cuff yaitu
dengan pemberian obat-obatan oral yang berfungsi sebagai penghilang rasa sakit seperti obat
anti inflamasi, analgesik topikal dan bila perlu dapat diberikan injeksi steroid atau injeksi
anestesi lokal untuk memblokir rasa sakit dan dan dilanjutkan dengan pengobatan anti-
inflamasi.
Awal terapi fisik mungkin mampu menghilangkan nyeri dan membantu untuk
mempertahankan gerak. terapi fisik konservatif dimulai dengan istirahat dan pembatasan
gerak sejak terjadinya trauma. Dalam situasi normal, peradangan biasanya dapat dikendalikan
dalam waktu 1 sampai 2 minggu dengan menggunakan NSAIDs dan injeksi steroid
subacromial untuk mengurangi peradangan.
2.Mengurangi nyeri dan bengkak :
Sebagaimana semua cedera otot lainnya, modalitas yang direkomendasikan adalah :7
Rest berarti berhenti melakukan latihan atau gerakan apapun yang menimbulkan
nyeri. Nyeri merupakan penanda robekan otot tidak sembuh dan robekan itu
bertambah.
Icing mematikan rasa daerah itu untuk mengurangi nyeri dan juga mempersempit
pembuluh darah untuk meminimalisasi bengkak dan memar. pendinginan lebih dari
15-20 menit akan menimbulkan cedera berbeda pada jaringan lunak.
Compression juga mengurangi bengkak.
Elevation sebenarnya tak dikenakan pada bahu kecuali saat membungkuk atau rebah.
3.Memperkuat otot rotator cuff
Rotator cuff dapat diperkuat untuk merehabilitasi dan mencegah cedera bahu lebih
jauh. Ada sejumlah latihan yang berbeda untuk otot-otot manset rotator setiap orang.
Yang paling efektif adalah abduksi samping, yang mengaktifkan supraspinatus, subscapularis
dan infraspinatus. Abduksi menyamping dilakukan dengan halter yang ringan di awal latihan
tak lebih dari 3 kilogram. Abduksi samping tak melibatkan teres minor, namun sedikit otot
deltoideus, menjadikannya sebagai latihan bahu paling bagus
8
Latihan lain adalah rotator eksternal yang disangga, untuk infraspinatus dan teres minor.
Penderita duduk tegak lurus barbel, dengan lengan fleksi pada sudut 90o di siku dan lengan
bawah diletakkan sejajar barbel.
Latihan terakhir adalah peninggian samping dengan rotasi dalam (Lateral raise with internal
rotation atau LRIR). Menggenggam halter di masing-masing tangan, penderita memutar
lengannya ke dalam agar ibu jarinya yang dibuka menunjuk lantai – seolah pengangkat
menuang minuman ke dalam kaleng. Kemudian pengangkat harus mengangkat lengannya ke
samping, dengan ibu jari masih menunjuk ke bawah, hingga halter tepat di bawah bahu.
Sasaran LRIR terutama supraspinatus.
Pengobatan Operative
Jika pengobatan konservatif tidak ada perbaikan setelah 6 -8 minggu dan pasien
menggunakan aktifitas bahunya dalam pekerjaan sehari harinya maka diambil tindakan
operasi untuk memperbaiki tendon yang robek tersebut.
Ada beberapa pilihan operasi untuk penanganan robekan rotator cuff. jenis operasi
sangat tergantung pada faktor derajat kerusakan tendon, lokasi robekan, pekerjaan pasien,
dan ada atau tidak adanya spurs yang mempengaruhi robekan. Tiga pendekatan umum bedah
adalah arthroscopic repair, mini-open repair, dan open surgical repair.
Akhir – akhir ini robekan kecil pada rotator cuff diterapi dengan arthroskopi, robekan
yang lebih besar biasanya akan memerlukan prosedur terbuka. Kemajuan dalam prosedur
sekarang ini memungkinkan tindakan arthroskopi pada robekan yang luas.dibandintkan
9
teknik bedah terbuka dengan arthroskopi dapat mengevaluasi lebih menyeluruh saat
berlangsungnya tindakan,waktu pemulihan setelah operasi lebih singkat dan nyeri lebih
berkurang daripada operasi terbuka.
jika ada spur yang memicu terjadinya robekan pada rotator cuff, dapat dilakukan
arthroskopi open repair dengan insisi 6-10 cm atau dengan mini open repair dengan insisi 3-
5 cm meliputi tindakan acromioplasty dimana dekompresi subacromial merupakan salah satu
prosedur ini.dekompresi Subacromial terdiri dari pemindahan sebagian kecil dari tulang
akromion yang mengenai rotator cuff, diharapkan dapat untuk mengurangi tekanan pada
rotator cuff dalam kondisi tertentu dan meningkatkan penyembuhan dan pemulihan,
Meskipun subacromial dekompresi mungkin bermanfaat untuk robekan sebagian dan
robekan total, prosedur ini tidak meliputi perbaikan fisik robekan. Arthroscopic dekompresi
akhir – akhir ini dikombinasikan dengan perbaikan "mini-open" repair dari rotator cuff.
Prognosis
Walaupun orang dengan robekan rotator cuff mungkin tidak memiliki gejala nyata,
penelitian telah menunjukkan bahwa dari waktu ke waktu 40% akan memiliki pembesaran
robekan selama periode 5 tahun. Pada kasus yang robekannya meluas, 20% tidak memiliki
gejala sementara 80% akhirnya menimbulkan gejala. penelitian terbaru menjelaskan bahwa
frekuensi robekan tersebut meningkat 13% pada kelompok umur 50-59 tahun menjadi 20%
pada umur 60-69 tahun, 31% umur 70-79 tahun, dan 51% di kelompok usia 80-89 tahun.
Tingkat prevalensi robekan yang tinggi pada individu yang asimtomatik menunjukkan
bahwa robekan rotator cuff bisa dianggap sebagai proses "normal" penuaan yang lebih baik
dari hasil dari proses patologis yang nyata.
Differensial diagnosis
1.Cervical spondylosis
Spondylosis serviks adalah gangguan degeneratif tulang leher . Keausan abnormal pada
10
tulang leher dan tulang rawan dapat menyebabkan kompresi secara bertahap dari satu atau
lebih dari satu radik saraf. akibat kompresi radik saraf mengakibatkan perubahan sensasi,
sakit pada leher dan lengan dan bahkan penderita mungkin mengalami kelemahan
2.Impingement syndrome
Impingement syndrome, disebut juga painful arc syndrome, supraspinatus syndrome,
swimmer's shoulder, and thrower's shoulder, adalah suatu sindrom klinis yang terjadi ketika
tendon otot rotator cuff mengalami iritasi dan meradang ketika mereka melalui ruang
subacromial. Hal ini dapat mengakibatkan rasa sakit, kelemahan dan hilangnya gerakan
pada bahu.
3.Rotator cuff tendinitis
Karena sebab yang belum jelas tendo supraspinatus sangat rawan terhadap perubahan
degenerasi, kalsifikasi, tendinitis serta ruptur terutama 2 cm dari bagian
insersinya.kemungkinan karena iskemia serta beban yang sangat berat dalam melaksanakan
tugasnya, sehingga mudah terjadi degenerasi dan inflamasi.penderita dengan tendinitis
supraspinatus merasa nyeri didaerah tuberositas mayor pada waktu lengan menggantung ke
bawah (dawbam’s sign) nyerinya akan bertambah jika pemeriksa menarik lengannya ke
bawah.
4. Shoulder dislocation
Pada sendi bahu sering terjadi luksasi/subluksasi karena sifatnya globoidea ( kepala sendi
yang masuk ke dalam mangkuk sendi kurang dari separuhnya).cedera pada sendi bahu ini
sering terjadi karena penggunaan berlebihan atau body contact sport, kita harus
memperhatikan kalau sendi bahu sangat lemah karena sifatnya globoidea dimana hanya
diperkuat ligamentum dan otot-otot bahu saja. Tanda dislokasi bahu dapat berupa lengkung
bahu hilang, tidak dapat digerak-gerakan,lengan atas sedikit abduksi dan lengan bawah
sedikit supinasi. gejala dislokasi bahu meliputi nyeri, bengkak, mati rasa,kelemahan dan
11
memar
5.Subacromial bursitis
Subacromial bursitis adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh peradangan pada bursa
yang memisahkan permukaan superior dari tendon supraspinatus dari ligamentum coraco-
acromial atasnya, akromion, coracoid dan dari permukaan dalam dari otot deltoid. bursa
subacromial membantu gerakan tendon supraspinatus dari rotator cuff dalam aktivitas
seperti melakukan gerakan yang berada diatas kepala. Nyeri di sepanjang sisi depan dan
bahu adalah gejala yang paling umum dan dapat menyebabkan kelemahan dan kekakuan.
Jika rasa sakit dan kelemahan menetap kemungkinan penyebab lainnya harus dievaluasi
seperti rotator cuff tear atau masalah neurologis yang timbul dari leher atau enterapment
nervus suprascapular.
6.Subscapular nerve entrapment
N. suprascapular adalah salah satu dari beberapa saraf yang berasal dari pleksus brakialis
saraf melewati lekukan kecil / terowongan di skapula dan kemudian melalui terowongan
kedua di spinoglenoid. Setelah itu berjalan ke belakang bahu. Keluhan pasien dapat berupa
nyeri yang tumpul dan kelemahan.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Tyrone M.Reyes,Ofelia B.Luna Reyes.Kinesiology. 4 th Volume.
Philipine:Philippine Physical Therapy Text Book Series ;1978
2. Priguna Sidharta. Sakit Neuromuskuloskelatal : Nyeri sendi bahu.2 nd Edition:
Jakarta; Dian rakyat. P 93 -102.
3. Soedomo Hadinoto, Setiawan,Soetedjo, Editors. Nyeri pengenalan dan tata
laksana.Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 1996.
4. Rotator Cuff Tera.wikipedia. April 7 2011
Http//: en.wikipedia.org/wiki/rotator_cuff tear# p-search.
5. Rotator Cuff Problem.Agust 9 2011
Http://orthoprdics.about.com/bio/jonathan-cluets-M-D-6391.htm
6.Rotator Cuff Injury. Januari 29,2009
Http://emedicine.medscape.com/sports_medicine#shoulder
7.Subacromial Bursitis.wikipedia.Juni 7,2011
http://en.wikipedia.org/wiki/Supraspinatus_muscle
8.Impingement syndrome.wikipedia.Mei 28,2009
Http://en.wikipedia.org/wiki/impingement_syndrome.htm#Signs_and_symptoms
13