Widi Widayat 0402514025 Artikel Ilmiah Pencemaran Udara Pemanfaatan Kombinasi Larutan CA(OH)2 Dan...

download Widi Widayat 0402514025 Artikel Ilmiah Pencemaran Udara Pemanfaatan Kombinasi Larutan CA(OH)2 Dan Tanaman Sebagai Pereduksi Polutan CO2 Pada Garasi Kendaraan Bermotor

If you can't read please download the document

description

kimia lingkungan

Transcript of Widi Widayat 0402514025 Artikel Ilmiah Pencemaran Udara Pemanfaatan Kombinasi Larutan CA(OH)2 Dan...

  • PEMANFAATAN KOMBINASI LARUTAN Ca(OH2) DAN TANAMAN

    SEBAGAI PEREDUKSI POLUTAN CO2 PADA GARASI KENDARAAN

    BERMOTOR

    Widi Widayat 0402514025

    Program Studi Pendidikan IPA

    Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang

    Email: [email protected]

    ABSTRAK

    Udara merupakan sumber alam yang paling banyak kita butuhkan. Setiap hari kita membutuhkan udara sebanyak tujuh sampai sembilan kali lebih banyak

    daripada air dan makanan. Setiap hari kita membutuhkan sekitar 13,6 kg udara, 2 kg air, dan 1,4 kg makanan. Tetapi seiring meningkatnya jumlah penduduk dan aktivitasnya menyebabkan penurunan terhadap kualitas udara atau yang sering kita kenal dengan pencemaran udara. Gas buang kendaraan bermotor mengandung zat-zat yang berbahaya antara lain, karbon monoksida (CO), hidrokarbon (HC), nitrogen oksida (NOx), sulfur dioksida (SOx), dan partikulat (PM10). Selain itu, emisi gas buang yang paling signifikan dari kendaraan bermotor ke atmosfer berdasarkan massa adalah gas karbondioksida (CO2), dan uap air (H2O). Larutan air kapur atau Ca(OH) 2 dapat mengikat karbondioksida dengan menghasilkan endapan kalsium karbonat dan air. Larutan Ca(OH)2 disebut air kapur dan merupakan basa dengan kekuatan sedang dibandingkan larutan NaOH. Larutan tersebut bereaksi hebat dengan berbagai asam, dan bereaksi dengan banyak logam dengan adanya air. Larutan tersebut menjadi keruh bila dilewatkan CO2, karena mengendapnya kalsium

    karbonat. Seperti dalam reaksi .

    mengurangi polusi udara dengan memanfaatkan larutan kapur yang dikombinasikan dengan tanaman penyerap polutan di setiap garasi rumah. Kata Kunci:Lautan Ca(OH)2, Polutan CO2, Desain garasi

    I. Pendahuluan

    Udara merupakan sumber alam yang paling banyak kita butuhkan. Setiap

    hari kita membutuhkan udara sebanyak tujuh sampai sembilan kali lebih banyak

    daripada air dan makanan. Setiap hari kita membutuhkan sekitar 13,6 kg udara, 2 kg

    air, dan 1,4 kg makanan (Prodjosusanto, A.K.& Regina T., 2011). Tetapi seiring

    meningkatnya jumlah penduduk dan aktivitasnya menyebabkan penurunan terhadap

    kualitas udara atau yang sering kita kenal dengan pencemaran udara. Lebih dari 70%

    pencemaran udara di kota disebabkan oleh kendaraan bermotor, sedangkan 30%

    sumber pencemaran berasal dari kegiatan industri, rumah tangga, dan lain-lain

    (Santoso, S.N., 2012). Menurut Siswantoro, et al. (2012) bahwa Gas buang

    kendaraan bermotor mengandung zat-zat yang berbahaya antara lain, karbon

    monoksida (CO), hidrokarbon (HC), nitrogen oksida (NOx), sulfur dioksida (SOx),

    dan partikulat (PM10). Selain itu, emisi gas buang yang paling signifikan dari

    mailto:[email protected]
  • kendaraan bermotor ke atmosfer berdasarkan massa adalah gas karbondioksida

    (CO2), dan uap air (H2O).

    Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, pencemaran udara

    mengakibatkan terjadinya perubahan suhu dalam kehidupan manusia. Aktivitas

    yang tinggi menuntut pengembangan transportasi yang mendorong terjadinya

    bencana pembangunan yang mempertinggi polusi udara. Hal ini dapat menyebabkan

    pemanasan efek rumah kaca (ERK) yang berujung pada pemanasan global.

    Penelitian yang dilakukan oleh Gunawan (Kusminingrum, N. & Gunawan, G.,

    2008) menyimpulkan bahwa setiap orang mengeluarkan biaya kesehatan rata-rata

    Rp 30.000/orang/tahun akibat pencemaran udara. Memperhatikan kondisi tersebut,

    maka perlu dilakukan program pengelolaan dan pengendalian pencemaran udara.

    Salah satunya dengan pemanfaatan tanaman penyerap bahan pencemar udara yang

    dihasilkan oleh kendaraan bermotor. Sel-sel daun berfungsi menangkap

    karbondioksida dan timbal untuk kemudian diolah dalam sistem fotosintesis. Proses

    fotosintesis mampu mengubah karbondioksida (CO2) menjadi oksigen yang

    dibutuhkan paru-paru (Martuti, N. K. T., 2013).

    Larutan air kapur atau Ca(OH) 2 dapat mengikat karbondioksida dengan

    menghasilkan endapan kalsium karbonat dan air. Larutan Ca(OH)2 disebut air kapur

    dan merupakan basa dengan kekuatan sedang dibandingkan larutan NaOH. Larutan

    tersebut bereaksi hebat dengan berbagai asam, dan bereaksi dengan banyak logam

    dengan adanya air. Larutan tersebut menjadi keruh bila dilewatkan karbon dioksida,

    karena mengendapnya kalsium karbonat.

    Berdasarkan uraian di atas, perlu diadakan kajian yang bertujuan untuk

    mengurangi kadar CO2 pada gas buang kendaraan bermotor dengan memanfaatkan

    larutan kapur yang dikombinasikan dengan tanaman penyerap polutan di setiap

    garasi rumah. Jadi ketika sedang memanaskan kendaraan, emisi gas buang

    kendaraan dapat diminimalisir sehingga mengurangi polusi udara. Dengan langkah

    tersebut diharapkan dapat mengurangi polusi udara dari skala yang kecil dan jika

    dilakukan secara continue dan bertahap di skala yang besar maka akan berkontribusi

    dalam upaya penanganan pencemaran udara.

  • II. Kajian Pustaka

    A. Udara dan Pencemaran Udara oleh Kendaraan Bermotor

    Udara merupakan campuran dari gas yang terdapat pada permukaan bumi,

    yang terdiri dari sekitar 78 % Nitrogen, 20 % Oksigen, 0,93 % Argon, 0,03 % Karbon

    Dioksida (CO2) dan sisanya terdiri dari Neon (Ne), Helium (He), Metan (CH4) dan

    Hidrogen (H2). Menurut Kastiyowati (Santoso, S.N., 2012), udara dikatakan

    "Normal" dan dapat mendukung kehidupan manusia apabila komposisinya seperti

    tersebut diatas. Udara dimana di dalamnya terkandung sejumlah oksigen,

    merupakan komponen esensial bagi kehidupan, baik manusia maupun makhluk

    hidup lainnya. Sedangkan apabila terjadi penambahan gas-gas lain yang

    menimbulkan gangguan serta perubahan komposisi tersebut, maka dikatakan udara

    sudah tercemar/terpolusi.

    Lebih dari 70% pencemaran udara di kota disebabkan oleh kendaraan

    bermotor, sedangkan 30% sumber pencemaran berasal dari kegiatan industri, rumah

    tangga, dan lain-lain (Santoso, S.N., 2012). BPLH DKI Jakarta menyatakan tidak

    ada yang bisa menepis, betapa, emisi gas buang, berupa asap knalpot, adalah akibat

    terjadinya proses pembakaran yang tidak sempurna, dan mengandung

    timbal/timah hitam (Pb), suspended particulate matter (SPM), oksida nitrogen (NOx),

    oksida sulfur (SO), hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), dan oksida

    fotokimia (Ox) (Ismiyati, et. al. 2014). Selanjutnya, emisi gas buang yang paling

    signifikan dari kendaraan bermotor ke atmosfer berdasarkan massa, adalah gas

    karbondioksida (CO2), dan uap air (HO) yang dihasilkan dari pembakaran bahan

    bakar yang berlangsung sempurna yang dapat dicapai dengan tersedianya suplai

    udara yang berlebih. Namun demikian, kondisi pembakaran yang sempurna dalam

    mesin kendaraan jarang sekali terjadi.

    Senyawa HC, CO, dan NOx merupakan gas beracun yang terdapat dalam

    gas bekas kendaraan, sedangkan gas bekas kendaraan sendiri umumnya terdiri dari

    gas yang tidak beracun seperti N2 (Nitrogen), CO2 (gas karbon) dan H2O (uap air).

    Komposisi dari gas buang kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin adalah

    72% N2, 18,1% CO2, 8,2% H2O, 1,2% Gas Argon (gas mulia), 1,1% O2, dan 1,1%

    gas beracun yang terdiri dari 0,13% NOx, 0,09% HC, dan 0,9% CO. Gas buang yang

    beracun merupakan sebagian kecil dari volume gas bekas kendaraan bermotor yang

    menyebabkan polusi udara (Siswantoro, et. al. 2012).

    Udara yang terpolusi berpengaruh buruk terhadap lingkungan. Akibat

    buruk udara kotor dapat dialami manusia, hewan, tanaman, dan material

  • tertentu. Partikulat dapat menyebabkan akibat buruk tambahan, yaitu dapat

    mengurangi daya tembus sinar matahari yang akan menyebabkan penurunan suhu

    bumi sebagai akibat pemantulan kembali sinar matahari oleh partikulat.

    Secara umum polutan dapat menyebabkan udara bermuatan positif. Ion

    positif menghambat gerakan bulu getar dan menyebabkan peningkatan viskositas

    permukaan tenggorokan. Peningkatan viskositas menyebabkan berkurangnya

    sensitifitas tenggorokan dan menurunnya kemampuan bagian tubuh kita

    tersebut untuk menolak partikulat sehingga partikulat sulit untuk keluar dari

    tenggorokan. Ion positif juga dapat menyebabkan kecemasan, depresi, dan lemah

    mental. Polutan udara tidak hanya bersifat toksik, tetapi juga dapat melemahkan

    mekanisme daya tahan tubuh.

    Selain dampak terhadap tubuh makhluk hidup, pencemaran udara dapat

    mengakibatkan terjadinya perubahan suhu dalam kehidupan manusia. Aktivitas

    yang tinggi menuntut pengembangan transportasi yang mendorong terjadinya

    bencana pembangunan yang mempertinggi polusi udara. Hal ini dapat menyebabkan

    pemanasan efek rumah kaca (ERK) yang berujung pada pemanasan global.

    B. Karbon dioksida ( CO2)

    Ismiyati (2014) menyatakan bahwa gas buang yang paling signifikan dari

    kendaraan bermotor ke atmosfer berdasarkan massa adalah gas karbondioksida

    (CO2), dan uap air (H2O). Karbondioksida adalah gas yang tidak berwarna dan tidak

    berbau. Ketika dihirup pada konsentrasi yang lebih tinggi dari konsentrasi

    karbondioksida di atmosfir, ia akan terasa asam di mulut dan mengengat di hidung

    dan tenggorokan. Efek ini disebabkan oleh pelarutan gas di membran mukosa dan

    saliva, membentuk larutan asam karbonat yang lemah. Sensasi ini juga dapat

    dirasakan ketika seseorang bersendawa setelah meminum air berkarbonat (misalnya:

    sprite, fanta, pepsi). Konsentrasi yang lebih besar dari 5.000 ppm tidak baik untuk

    kesehatan, sedangkan konsentrasi lebih dari 50.000 ppm dapat membahayakan

    kehidupan hewan. Pada keadaan STP, rapatan karbondioksida berkisar sekitar 1,98

    kg/m3 , kira-kira 1,5 kali lebih berat dari udara.

    Molekul karbondioksida (O=C=O) mengandung dua ikatan rangkap yang

    berbentuk linier. Senyawa ini tidak begitu reaktif dan tidak mudah terbakar, namun

    bisa membantu pembakaran logam seperti magnesium. Pada suhu -78,510 C,

    karbondioksida langsung menyublim menjadi padat melalui proses deposisi. Bentuk

  • padat karbondioksida biasa disebut sebagai es kering. Fenomena ini pertama kali

    dipantau oleh seorang kimiawan Perancis, Charles Thilorier, pada tahun 1825. Es

    kering biasanya digunakan sebagai pendingin yang relatif murah. Sifatsifat yang

    menyebabkannya sangat praktis adalah karbondioksida langsung menyublim

    menjadi gas. Penggunaan lain dari es kering adalah untuk pembersih sembur. Cairan

    karbondioksida terbentuk hanya pada tekanan diatas 5,1 atm, titik tripel

    karbondioksida kira-kira 518 kPa pada -56,60 C. Titik kritis karbondioksida adalah

    7,38 MPa pada 31,10 C.(http://id.wikipedia.org/wiki/Karbon_dioksida).

    C. Larutan Air Kapur Pengikat Karbon dioksida

    Absorbsi Karbon dioksida dapat dilakukan dengan menambahkan senyawa

    yang mampu mengikat gas yang tidak diperlukan yaitu dengan senyawa alkali,

    seperti larutan Ca(OH)2 sesuai dengan persamaan reaksi berikut:

    (Nadliriyah, N., & Triwikantoro, 2014)

    Larutan Ca(OH)2 disebut air kapur dan merupakan basa dengan kekuatan

    sedang dibandingkan larutan NaOH. Larutan tersebut bereaksi hebat dengan

    berbagai asam, dan bereaksi dengan banyak logam dengan adanya air. Larutan

    tersebut menjadi keruh bila dilewatkan karbon dioksida, karena mengendapnya

    kalsium karbonat (Masyhuri, A. P., Ahmad, A. M., & Djojowasito, G. 2013).

    D. Tanaman Penyerap Polutan

    Kata tumbuhan menurut Mangkoedihardjo (2010) digunakan untuk

    menunjukkan tumbuhan pada umumnya (plants). Jika tumbuhan dibudidayakan

    untuk maksud konsumsi atau ekonomi, maka tumbuhan disebut sebagai tanaman

    (crops). Organ tumbuhan biji yang penting ada 3, yakni: akar, batang, daun.

    Sedangkan bagian lain dari ketiga organ tersebut adalah modifikasinya, contoh: umbi

    modifikasi akar, bunga modifikasi dari ranting dan daun.

    Menurut Cahyono (2005) pada siang hari tumbuhan menghasilkan

    Oksigen (O2) menghirup Karbondioksida (CO2 ), sedangkan pada malam hari

    sebaliknya, tumbuhan menghasilkan Karbondioksida (CO2 ) dan menghirup

    Oksigen (O2). Timbul dilematis bahwa Oksigen yang dihasilkan tumbuhan pada

    siang hari diambil kembali pada malam hari. Kenyataannya tidak demikian, pada

    siang hari tumbuhan melakukan aktivitas optimum dengan bantuan sinar matahari

    http://id.wikipedia.org/wiki/Karbon_dioksida
  • tumbuhan melakukan fotosintesis, menghasilkan Oksigen (O2) dan zat gula. Pada

    malam hari aktivitas tumbuhan sangat rendah, sehingga Oksigen (O2) yang

    diperlukanpun sangat rendah dan bahkan kurang dari setengah oksigen yang

    dihasilkan pada siang hari. Kelebihan Oksigen (O2) tersebut dibutuhkan oleh

    manusia dan hewan.

    Gas-gas di udara akan didifusikan ke dalam daun melalui stomata (mulut

    daun) pada proses fotosintesis atau terdeposisi oleh air hujan kemudian didifusikan

    oleh akar tanaman. Gas pencemar yang masuk ke jaringan daun melalui lubang

    stomata yang berada pada epidermis atas. Masing-masing stomata dapat membuka

    jika tekanan air internal berubah, yang merupakan lubang keluar masuk polutan

    walaupun secara umum terdapat kutin pada jaringan epidermis atas, gas pencemar

    dapat masuk ke jaringan daun melalui sedikit stomata.

    Epidermis ini adalah target utama dari polutan udara, dimana polutan

    pertama masuk melalui stomata dan bereaksi dalam lubang ini melalui lubang-

    lubang ini, polutan terlarut dalam air permukaan sel-sel daun dan mempunyai pH

    sel. Selanjutnya bereaksi dengan sel mesofil. Setiap tanaman mempunyai

    karakteristik yang berbeda dalam mengabsorbsi gas-gas tertentu di udara, sehingga

    dapat merupakan penyangga yang baik terhadap pencemaran udara. Beberapa

    tanaman mampu memproduksi polutan menjadi asam organik, gula, dan beberpa

    senyawa asam amino.

    Santosa (2012) mengatakan pada studi kasus di dalam reaktor juga terdapat

    reduksi udara ambien SO2 udara influent SO2 sebesar 0,006 ppm, polutan udara

    effluent SO2 sehingga terdapat reduksi polutan SO2 dan NOx. Polutan sebesar 0,005

    ppm, sebesar 0,001 ppm oleh tanaman puring. Sedangkan polutan udara influent

    NOx sebesar 0,053 ppm, polutan udara effluent NOx sebesar 0,033 ppm, sehingga

    terdapat reduksi polutan NOx sebesar 0,02 ppm oleh akalipa merah. Kriteria

    tumbuhan yang dapat mereduksi pencemaran udara adalah yang memiliki bulu

    halus, permukaan daun kasar, daun bersisik, tepi daun bergerigi, daun jarum, daun

    yang permukaannya bersifat lengket, ini efektif untuk menyerap polutan. Tumbuhan

    yang dapat menyerap SO2 adalah Puring (Codiaeum interuptum), Tembakau

    (Nicotianae tabacum L), Kayu manis (cinamomun sp). Tanaman yang memiliki serapan

    NO2 yang tinggi dari kelompok semak meliputi Lolipop merah, kihujan, akalipa

    merah, lolipop kuning, nusa indah merah, daun mangkokan, bugenvil ungu dan

    merah, kaca piring, miana, hanjuang merah, azalea, lantana ungu, dan akalipa hijau

  • putih. Sedangkan tanaman yang memiliki serapan NO2 adalah dadap kuning,

    kaliandra, kihujan, dan jambu biji.

    Menurut Krisantini (2008) tanaman puring membutuhkan intensitas sinar

    matahari tinggi, sehingga tanaman ditempatkan selama 3-5 jam di jendela timur atau

    barat. Hal ini akan memberikan jumlah sinar matahari yang cukup untuk

    kelangsungan hidupnya. Tanaman puring akan kehilangan warna daunnya jika

    kekurangan sinar matahari yang dibutuhkan. Tanaman ini lebih suka tumbuh pada

    suhu sekitar 30oC. Fluktuasi suhu dianggap menjadi faktor masalah bagi tanaman.

    Jika suhu terlalu panas atau terlalu dingin, bisa menjadi alasan bagi daun untuk

    gugur. Penyiraman berat dan lingkungan kelembaban tinggi juga mendukung

    pertumbuhan tanaman puring. Namun, penyiraman berat tidak berarti penyiraman

    secara terus menerus. Jika tanaman tidak mendapatkan cukup air, maka daun akan

    gugur dan ujung daun berwarna coklat. Penyiraman tanaman dapat dilakukan

    sekali atau dua kali sehari. Tidak ada patokan pasti mengenai volume penyiraman.

    E. Pemanfaatan Kombinasi Larutan Ca(OH)2 dan Tanaman Sebagai Pereduksi

    Polutan CO2 Pada Garasi Kendaraan Bermotor

    Pada era globalisasi yang sudah semakin modern, menuntut manusia untuk

    beraktivitas lebih tinggi. Untuk menunjang aktivitasnya, setiap orang menggunakan

    kendaraan bermotor. Sebelum menggunakan kendaraan bermotor, kendaraan

    tersebut haruslah dipanasi terlebih dahulu agar kinerjanya bisa maksimal. Sedangkan

    dalam pemanasan kendaraan tersebut, kendaraan menghasilkan emisi gas buang

    seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Hal ini yang menambah tingkat

    pencemaran udara.

    Salah satu emisi gas buang adalah gas karbon dioksida (CO2). Karbon

    dioksida diperoleh dari pembakaran sempurna di dalam mesin kendaraan ketika

    cukup oksigen tetapi tidak selalu di dalam mesin terjadi pembakaran sempurna.

    Walaupun demikian, gas karbon dioksida tetap berkontribusi dalam pencemaran

    udara di lingkungan.

    Dari berbagai kajian pustaka yang telah dilakukan, ada keterkaitan antara

    pencemaran udara, gas karbon dioksida, larutan kapur, dan tanaman penyerap

    polutan. Untuk menangani masalah pencemaran udara, akan di konsep dari skala

    kecil terlebih dahulu yaitu mulai dari garasi di setiap rumah masyarakat.

    Konsep ini membutuhkan bak penampungan untuk untuk menampung air

    kapur atau Ca(OH)2, selang untuk menyalurkan gas buangan dari knalpot menuju

  • tabung penyimpanan air kapur. Di sekitar tabung diletakkan tanaman penyerap

    polutan seperti puring yang dapat menyerap gas karbon monoksida (CO). Bisa juga

    menggunakan tanaman penyerap polutan yang lain. Hal ini dikarekan untuk

    penyerapan gas buangan dari asap knalpot selain gas karbon dioksida. Tanaman bias

    disesuaikan dengan lokasi garasi. Pemilihan tanaman juga disesuaikan dengan

    intensitas cahaya yang masuk ke dalam garasi tersebut.

    Sebelum kendaraan dipanaskan, tutup terlebih dahulu lubang knalpot dengan

    menggunakan selang penghubung ke tabung air kapur. Setelah itu, kendaraan

    dinyalakan untuk beberapa saat. Gas buangan knalpot akan masuk ke dalam tabung

    air kapur sehingga terjadi reaksi pengikatan karbon dioksida oleh air kapur.

    Proses ini menghasilkan endapan kalsium karbonat dan air. Sedangkan

    untuk gas buangan yang lain akan diserap oleh tumbuhan puring. Gas-gas di udara

    akan didifusikan ke dalam daun melalui stomata (mulut daun) pada proses

    fotosintesis sehingga sangat penting untuk memperhatikan intensitas cahaya yang

    diterima tanaman. Gas pencemar yang masuk ke jaringan daun melalui lubang

    stomata yang berada pada epidermis atas. Masing-masing stomata dapat membuka

    jika tekanan air internal berubah, yang merupakan lubang keluar masuk polutan

    walaupun secara umum terdapat kutin pada jaringan epidermis atas, gas pencemar

    dapat masuk ke jaringan daun melalui sedikit stomata.

    Epidermis ini adalah target utama dari polutan udara, dimana polutan

    pertama masuk melalui stomata dan bereaksi dalam lubang ini melalui lubang-

    lubang ini, polutan terlarut dalam air permukaan sel-sel daun dan mempunyai pH

    sel. Selanjutnya bereaksi dengan sel mesofil. Setiap tanaman mempunyai

    karakteristik yang berbeda dalam mengabsorbsi gas-gas tertentu di udara, sehingga

    dapat merupakan penyangga yang baik terhadap pencemaran udara.

  • Gambar 1. Denah garasi dan bak penampungan larutan Ca(OH)2

    Keterangan

    A = kenalpot kendaraan

    B = pipa saluran

    C = kipas

    D = bak penampung larutan Ca(OH)2

    Gambar 2. Instalasi pengelolaan gas buang kendaraan bermotor

    Dengan desain tersebut walaupun dilakukan pada skala kecil, tetapi dapat

    dilakukan secara continue sehingga dapat mengurangi pencemaran CO2 di udara

    yang disebabkan oleh gas buangan kendaraan bermotor. Jika setiap rumah memiliki

    sistem seperti ini, maka pada saat pemanasan mesin mobil dapat mengurangi

    polutan CO2 di udara. Selain itu, penggalakan seribu pohon dan penghijauan di

    = Garasi kendaraan

    = Bak penampungan larutan Ca(OH)2 = Tanaman

    = Pipa saluran gas buang kendaraan

    Keterangan :

    Knalpot

    A B C

    D

  • rumah-rumah maupun di jalan perkotaan juga dapat dilakukan untuk menunjang

    program pengurangan polusi udara.

    III. Simpulan dan Saran

    Simpulan dari artikel ini adalah (1) usaha-usaha yang dilakukan dalam

    mereduksi pencemaran udara dengan menggunakan tumbuhan yaitu dengan cara

    melakukan program penanaman tanaman pembersih udara baik tanaman yang

    termasuk kelompok pohon maupun kelompok semak terutama di setiap rumah

    lebih khusunya di garasi rumah; (2) Larutan kapur dapat digunakan untuk

    mengikat gas karbon dioksida sehingga dapat megurangi kadar karbon dioksida di

    udara . Saran yaitu (1) perlu penelitian lebih lanjut dalam pemilihan tanaman

    penyerap polutan terutama jenis tanaman dan intensitas cahaya yang dibutuhkan;

    (2) diperlukan penelitian lebih lanjut penggunaan desain pengelolaan gas buang

    kendaraan pada garasi kendaraan dalam menyerap kadar CO2; (3) diperlukan

    koordinasi lebih lanjut dengan pihak yang berwenang mengenai pengelolaan

    lingkungan hidup.

  • Daftar Pustaka

    Ismiyati, Marlita, D., & Saidah, D. 2014. Pencemaran Udara Akibat Emisi Gas

    Buang Kendaraan Bermotor. Di Jurnal Manajemen Transportasi & logistic

    (JMTransLag), Vol. 01, No. 03. Tersedia di http://ejournal.stmt-

    trisakti.ac.id/index.php/JMTRANSLOG/article/download/27/51 [diakses

    20-9-2015].

    Krisantini. 2008. Galeri Tanaman Hias Daun. Depok Jakarta : Penebar Swadaya.

    Mangkoedihardjo, S., & Samudro, G. 2010. Fitoteknologi Terapan. Yogyakarta :

    Graha Ilmu.

    Martuti, N. K. T. 2013. Peranan Tanaman terhadap Pencemaran Udara di Jalan

    Protokol Kota Semarang. Di Biosantifika : Berkala Ilmiah Biologi, Vol. 5, No. 1.

    Tersedia di http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/biosaintifika [diakses

    19-9-2015].

    Masyhuri, A. P., Ahmad, A. M., & Djojowasito, G. 2013. Rancang Bangun Sistem

    Penyerap Karbon Dioksida (CO2) pada Aliran Biogas dengan Menggunakan

    Larutan Ca(OH)2. Di Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem, Vol.

    1, No. 1. Tersedia di

    http://jkptb.ub.ac.id/index.php/jkptb/article/viewFile/96/107 [diakses 7-9-

    2015].

    Nadliriyah, N., & Triwikantoro. 2014. Pemurnian Produk Biogas dengan Metode

    Absorbsi Menggunakan Larutan . Di Jurnal Sains dan Seni POMITS,

    Vol. 3, No. 2. Tersedia di

    http://download.portalgaruda.org/article.php?article=177449&val=4187&titl

    e=Pemurnian%20Produk%20Biogas%20dengan%20Metode%20Absorbsi%20

    Menggunakan%20Larutan%20Ca(OH)2 [diakses 7-9-2015].

    Prodjosantoso,A.K., Tutik, Regina. 2011. Kimia Lingkungan: Teori, Eksperimen, dan

    Aplikasi. Yogyakarta: Kanisius.

    Siswantoro, Lagiyono, Siswiyanti. 2012. Analisa emisi Gas Buang Kendaraan

    Bermotor 4 Tak Berbahan bakar Campuran Premium dengan Variasi

    Penambahan Zat Aditif. Tersedia di

    http://download.portalgaruda.org/article.php?article=116868&val=5335&titl

    e=ANALISA%20EMISI%20GAS%20BUANG%20KENDARAAN%20BER

    MOTOR%204%20TAK%20BERBAHAN%20%20BAKAR%20CAMPURA

    http://ejournal.stmt-trisakti.ac.id/index.php/JMTRANSLOG/article/download/27/51http://ejournal.stmt-trisakti.ac.id/index.php/JMTRANSLOG/article/download/27/51http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/biosaintifikahttp://jkptb.ub.ac.id/index.php/jkptb/article/viewFile/96/107http://download.portalgaruda.org/article.php?article=177449&val=4187&title=Pemurnian%20Produk%20Biogas%20dengan%20Metode%20Absorbsi%20Menggunakan%20Larutan%20Ca(OH)2%20http://download.portalgaruda.org/article.php?article=177449&val=4187&title=Pemurnian%20Produk%20Biogas%20dengan%20Metode%20Absorbsi%20Menggunakan%20Larutan%20Ca(OH)2%20http://download.portalgaruda.org/article.php?article=177449&val=4187&title=Pemurnian%20Produk%20Biogas%20dengan%20Metode%20Absorbsi%20Menggunakan%20Larutan%20Ca(OH)2%20http://download.portalgaruda.org/article.php?article=116868&val=5335&title=ANALISA%20EMISI%20GAS%20BUANG%20KENDARAAN%20BERMOTOR%204%20TAK%20BERBAHAN%20%20BAKAR%20CAMPURAN%20PREMIUM%20DENGAN%20VARIASI%20PENAMBAHAN%20ZAT%20ADITIFhttp://download.portalgaruda.org/article.php?article=116868&val=5335&title=ANALISA%20EMISI%20GAS%20BUANG%20KENDARAAN%20BERMOTOR%204%20TAK%20BERBAHAN%20%20BAKAR%20CAMPURAN%20PREMIUM%20DENGAN%20VARIASI%20PENAMBAHAN%20ZAT%20ADITIFhttp://download.portalgaruda.org/article.php?article=116868&val=5335&title=ANALISA%20EMISI%20GAS%20BUANG%20KENDARAAN%20BERMOTOR%204%20TAK%20BERBAHAN%20%20BAKAR%20CAMPURAN%20PREMIUM%20DENGAN%20VARIASI%20PENAMBAHAN%20ZAT%20ADITIF
  • N%20PREMIUM%20DENGAN%20VARIASI%20PENAMBAHAN%20ZA

    T%20ADITIF [diakses 20-9-2015].

    Wikipedia, 2014, Karbondioksida, http://id.wikipedia.org/wiki/Karbondioksida,

    [diakses 19-9-2015].

    http://download.portalgaruda.org/article.php?article=116868&val=5335&title=ANALISA%20EMISI%20GAS%20BUANG%20KENDARAAN%20BERMOTOR%204%20TAK%20BERBAHAN%20%20BAKAR%20CAMPURAN%20PREMIUM%20DENGAN%20VARIASI%20PENAMBAHAN%20ZAT%20ADITIFhttp://download.portalgaruda.org/article.php?article=116868&val=5335&title=ANALISA%20EMISI%20GAS%20BUANG%20KENDARAAN%20BERMOTOR%204%20TAK%20BERBAHAN%20%20BAKAR%20CAMPURAN%20PREMIUM%20DENGAN%20VARIASI%20PENAMBAHAN%20ZAT%20ADITIFhttp://id.wikipedia.org/wiki/Karbondioksida