WHO Belajar Dari Al-Quran Tentang ASI 2 Tahun

6
Perintah Memberikan ASI Datang Langsung Dari Langit Al-Qur’an 1400 Tahun Lebih Awal Dari WHO Tentang Pentingnya ASI 2 Tahun Bila dibandingkan dengan dunia kedokteran modern, Al-Qur’an ternyata 1.400 tahun lebih dulu memberitakan tentang pentingnya pemberian ASI selama dua tahun penuh. Padahal saat itu Nabi Muhammad s.a.w. dan kehidupan orang-orang Arab belum mengenal teknologi modern seperti yang kita temukan saat ini. Mari kita mulai bandingkan apa yang telah diajarkan al-Qur’an dengan program WHO berkenaan pentingnya pemberian ASI: Tahun lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah diundang oleh World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) dalam rangka memperingati ulang tahun World Breastfeeding Week (WBW) yang ke 18 tahun yang diselenggarakan secara serempak oleh 150 negara dunia pada tanggal 1-7 Agustus 2009. Dalam kesempatan itu, Dr. Margaret Chan selaku WHO Director-General, melalui pidatonya yang berjudul “Breastfeeding: a vital emergency response. Are you ready? ”, menyebutkan: In all situations, the best way of preventing malnutrition and mortality among infants and young children is to ensure that they start breastfeeding within one hour of birth, breastfeed exclusively (with no food or liquid other than breast milk, not even water) until six months of age and continue breastfeeding with appropriate complementary foods up to two years or beyond. Even in emergency situations, the aim should be to create and sustain an environment that encourages frequent breastfeeding for children up to at least two years of age. Dalam semua situasi, cara terbaik dalam mencegah kekurangan nutrisi dan kematian para bayi dan anak-anak adalah dengan memastikan mereka telah memperoleh ASI dimulai dalam jangka 1 (satu) jam setelah kelahiran, lalu ASI Ekslusif (tanpa disertai makanan atau cairan maupun air sekalipun selain hanya ASI saja) hingga usia 6 (enam) bulan, kemudian dilanjutkan dengan pemberian ASI yang disertai tambahan makanan pelengkap yang tepat hingga 2 (dua) tahun atau lebih. Bahkan dalam situasi darurat pun, pemberian ASI tetap terus dianjurkan diberikan secara berkala dan berksinambungan hingga sedikitnya usia 2 (dua) tahun. Dari pernyataan WHO tersebut, dapatlah kita sederhanakan ASI menjadi dua jenis:

Transcript of WHO Belajar Dari Al-Quran Tentang ASI 2 Tahun

Page 1: WHO Belajar Dari Al-Quran Tentang ASI 2 Tahun

Perintah Memberikan ASI Datang Langsung Dari Langit

Al-Qur’an 1400 Tahun Lebih Awal Dari WHO Tentang Pentingnya ASI 2 Tahun

Bila dibandingkan dengan dunia kedokteran modern, Al-Qur’an ternyata 1.400 tahun lebih dulu memberitakan tentang pentingnya pemberian ASI selama dua tahun penuh. Padahal saat itu Nabi Muhammad s.a.w. dan kehidupan orang-orang Arab belum mengenal teknologi modern seperti yang kita temukan saat ini.

Mari kita mulai bandingkan apa yang telah diajarkan al-Qur’an dengan program WHO berkenaan pentingnya pemberian ASI:

Tahun lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah diundang oleh World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) dalam rangka memperingati ulang tahun World Breastfeeding Week (WBW) yang ke 18 tahun yang diselenggarakan secara serempak oleh 150 negara dunia pada tanggal 1-7 Agustus 2009. Dalam kesempatan itu, Dr. Margaret Chan selaku WHO Director-General, melalui pidatonya yang berjudul “Breastfeeding: a vital emergency response. Are you ready?”, menyebutkan:

In all situations, the best way of preventing malnutrition and mortality among infants and young children is to ensure that they start breastfeeding within one hour of birth, breastfeed exclusively (with no food or liquid other than breast milk, not even water) until six months of age and continue breastfeeding with

appropriate complementary foods up to two years or beyond. Even in emergency situations, the aim should be to create and sustain an environment that encourages frequent breastfeeding for children up to at least

two years of age.

Dalam semua situasi, cara terbaik dalam mencegah kekurangan nutrisi dan kematian para bayi dan anak-anak adalah dengan memastikan mereka telah memperoleh ASI dimulai dalam jangka 1 (satu) jam setelah kelahiran, lalu ASI Ekslusif (tanpa disertai makanan atau cairan maupun air sekalipun selain hanya ASI saja) hingga usia 6 (enam) bulan, kemudian dilanjutkan dengan pemberian ASI yang disertai tambahan makanan

pelengkap yang tepat hingga 2 (dua) tahun atau lebih. Bahkan dalam situasi darurat pun, pemberian ASI tetap terus dianjurkan diberikan secara berkala dan berksinambungan hingga sedikitnya usia 2 (dua) tahun.

Dari pernyataan WHO tersebut, dapatlah kita sederhanakan ASI menjadi dua jenis:

ASI Ekslusif: dimulai 1 jam sejak persalinan atau kelahiran bayi hingga bayi berusia 6 (enam) bulan; ASI Ditambah Makanan Pelengkap: mulai bayi berusia 6 (enam) bulan hingga 2 (dua) tahun atau

lebih.

Allah Suhanahu wa Ta’ala telah berfirman:

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan...” [Q.S. al-Baqarah 2:233]

Jadi jelaslah bahwa perintah untuk memberikan ASI itu datang langsung dari langit yang secara istimewa diabadikan dalam al-Qur’an. Dapat dikatakan bahwa pemberian ASI telah mendapat perhatian istimewa dari Allah S.W.T. kepada manusia, oleh karena itu tidak disangsikan lagi Allah S.W.T. akan memberikan pahala dan rahmat-Nya kepada ibu dan si anak.

Page 2: WHO Belajar Dari Al-Quran Tentang ASI 2 Tahun

Menariknya, dalam ayat tersebut, Allah S.W.T. tidak menyebutkan 2 (dua) Tahun, ِن�� �ْي ْو�َل tetapi ,(haulain) َح�justru Allah S.W.T. menyebutkan 2 (dua) Tahun Penuh, ِن�� �ْي �اِم�َل �ِن� َك �ْي ْو�َل .Jadi Allah S.W.T .(haulain kaamilain) َح�benar-benar memerintahkan sang ibu untuk menyusui anaknya secara kontinyu dan berkesinambungan selama 2 (dua) tahun penuh.

Hal ini sama persis dengan yang disampaikan WHO:

In all situations, the best way of preventing malnutrition and mortality among infants and young children is to ensure that they start breastfeeding within one hour of birth, breastfeed exclusively (with no food or liquid other than breast milk, not even water) until six months of age and continue breastfeeding with

appropriate complementary foods up to two years or beyond...

Lalu bagaimana bila tubuh sang ibu benar-benar tidak berkemampuan untuk memberikan ASI (bukan secara disengaja atau direkayasa)? Hal ini pun ternyata tetap mendapat perhatian langsung dari langit sebagaimana kelanjutan dari redaksi al-Baqarah 2:233 itu sendiri yaitu:

Pada prinsipnya, Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang tidak menghendaki kesulitan dan kesengsaraan bagi hamba-hamba-Nya, oleh karena Allah S.W.T. berfirman:

“...Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun

berkewajiban demikian...” [Q.S. al-Baqarah 2:233]

Jadi, Allah S.W.T. memberikan keringanan kepada kedua orang tuanya untuk tidak memberikan ASI selama 2 (dua) Tahun Penuh dengan syarat sang ibu memang benar-benar secara fisik tidak mampu melakukannya. Hal ini termaktub dalam kelanjutan redaksi dari ayat ini:

“...Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya...” [Q.S. al-Baqarah 2:233]

Hal ini sama persis dengan yang disampaikan WHO:

...Even in emergency situations, the aim should be to create and sustain an environment that encourages frequent breastfeeding for children up to at least two years of age.

Lalu bandingkan juga dengan Fakta ke-6 (HIV and Breastfeeding) dalam sebuah rilis WHO yang berjudul “Ten Facts On Breastfeeding” yang berbunyi:

For HIV-positive mothers, WHO recommends exclusive breastfeeding for the first six months unless replacement feeding...

Yaitu bahkan dalam kondisi sang ibu positif HIV-AIDS, WHO tetap menganjurkan untuk tetap memberikan ASI Ekslusif dalam 6 (enam) bulan pertama kelahiran bayi, lalu kemudian setelah itu bisa digantikan dengan makanan pengganti dari susu formula.

Lalu bagaimana bila sang ibu sulit atau tidak memungkinkan untuk mendapat susu formula di wilayah tempat tinggalnya? Mungkin di sinilah letak perbedaan antara WHO dengan al-Qur’an, di mana al-Qur’an punya keunggulan dalam menawarkan solusi yaitu dengan ibu susuan pengganti:

“...Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa

Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan...” [Q.S. al-Baqarah 2:233]

Page 3: WHO Belajar Dari Al-Quran Tentang ASI 2 Tahun

Mengapa solusi al-Qur’an dikatakan punya keunggulan? Karena tidak semua wilayah di belahan dunia ini berkemampuan untuk memproduksi bahkan untuk membeli susu formula. Jadi sekalipun di suatu wilayah tertentu yang terpencil yang sulit mendapat ASI pengganti dari susu formula, tapi sang bayi tetap mendapat ASI pengganti yang lebih baik dari susu formula yaitu dari ASI sang ibu susuan lainnya.

Al-Qur’an 1400 Tahun Lebih Awal Dari WHO Tentang Pentingnya Ibu Untuk Memberikan Perhatian Penuh Selama Pemberian ASI

Dalam Fakta ke-9 (Work and Breastfeeding) pada rilis WHO yang berjudul “Ten Facts on Breastfeeding” disebutkan:

WHO recommends that a new mother should have at least 16 weeks of absence from work after delivery, to be able to rest and breastfeed her child. Many mothers who go back to work abandon exclusive

breastfeeding before the recommended six months because they do not have sufficient time, or an adequate place to breastfeed or express and store their milk at work. Mothers need access to a safe, clean and private

place in or near their workplaces to continue the practice.

Jadi pada intinya WHO sangat menganjurkan sang ibu untuk memberikan perhatian penuh pada pemberian ASI tanpa tergesa-gesa untuk memburu pekerjaan mengejar karir, setidaknya minimal selama 16 (enambelas) minggu atau 6 (enam) bulan. Hal ini berkaitan bila si ibu bekerja, maka lebih cenderung untuk memberikan susu formula sebagai pengganti ASI darinya, sedangkan secara medis diketahui selama 6 (enam) bulan, ASI banyak mengandung elemen-elemen sangat penting bagi kesehatan, kecerdasan, dan daya tahan tubuh sang bayi.

Banyak dari ayat-ayat al-Qur’an yang mengisyaratkan pentingnya kasih sayang penuh selama pemberian ASI pada bayi hingga ia menginjak pubertas (baligh). Mungkin salah satu ayat yang mengekspresikan keharusan si ibu untuk memberikan perhatian penuh dalam pemberian ASI tergambar pada ayat berikut ini:

“Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (isteri-isteri

yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka

upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.” [Q.S. ath-Thalaq 65:6]

Di sini sangat jelas Allah S.W.T. lebih banyak memberi perhatian kepada si ibu yang rela meninggalkan karir kerjanya hanya untuk mengasuh dan memberikan ASI pada anaknya. Bahkan al-Qur’an memberikan solusi penggantinya untuk sang ibu yaitu suplai nafkah biaya dari sang suami.

Page 4: WHO Belajar Dari Al-Quran Tentang ASI 2 Tahun

Jenis ASI

Sebagai tambahan pengetahuan, maka berikut ini akan diuraikan jenis-jenis ASI. Secara medis, ASI terbagi menjadi tiga stadium:

a). ASI Kolostrum

Merupakan cairan pertama yang keluar dari kelenjar payudara dan keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 hingga 7.

Komposisinya selalu berubah dari hari ke hari. Merupakan cairan kental dengan warna kekuning-kuningan, lebih kuning dibanding susu matur. Merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi baru

lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan datang. Lebih banyak mengandung protein, sedangkan kadar karbohidrat dan lemaknya lebih rendah

dibandingkan ASI Matang (Mature). Mengandung zat anti infeksi 10-17 kali lebih banyak dari ASI Matang (Mature). Total energi lebih rendah jika dibandingkan ASI Matang (Mature). Volume berkisar 150-300 ml / 24 jam.

b). ASI Transisi

Adalah ASI yang diproduksi pada hari ke-4 sampai 7 sampai hari ke-10 sampai 14. Kadar protein berkurang sedangkan kadar karbohidrat dan lemak meningkat. Volume semakin meningkat.

c). ASI Matang (Mature)

Merupakan ASI yang diproduksi sejak hari ke-14 dan seterusnya. Komposisi relatif konstan. ASI merupakan makanan satu-satunya yang paling baik bagi bayi sampai usia 6 bulan. Komposisi ASI dibandingkan dengan Susu Formula (komposisi kolostrum, ASI Transisi, ASI Matang

dan susu sapi mempunyai kadar protein, 4,1 g %, 1,6 g %, 1,2 g %, 3,3 gr%. Lemak 2,9 g %, 3,5gr%, 3,7gr%, 4,3gr%. Kalori 57 kcal/100ml, 63 kcal/100ml, 65 kcal/100ml, 65 kcal/100 ml. Laktosa 5,5 gr%, 6,4 gr%, 7gr%, 1,8gr% (Depkes RI,1997))

Sumber:

“Cairan Ajaib: Air Susu Ibu” oleh Harun Yahya “Masa Ideal Untuk Menyusui Secara Alami” oleh Ir. Abdel Daim Kaheel “Breastfeeding: a vital emergency response. Are you ready?” oleh Dr. Margaret Chan – WHO “10 Facts On Breastfeeding” - WHO