WG

10
DISUSUN OLEH : NAMA : ROCHIMAN TRIWIBOWO NIM : 061130200811 KELAS : 1 ME A JURUSAN : TEKNIK MESIN DOSEN PENGAJAR : Ibnu Asrafi SESI KERJA : Welding Gas PROGRAM DIPLOMA III POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG 2011/2012

description

abcd

Transcript of WG

Page 1: WG

DISUSUN OLEH :

NAMA : ROCHIMAN TRIWIBOWO

NIM : 061130200811

KELAS : 1 ME A

JURUSAN : TEKNIK MESIN

DOSEN PENGAJAR : Ibnu Asrafi

SESI KERJA : Welding Gas

PROGRAM DIPLOMA III

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

PALEMBANG

2011/2012

Page 2: WG

KATA PENGANTARPuji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nyasehingga penulis dapat menyelesaikan makalah las listrik dan las gas ini. Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada segenap pihak karena telah banyak membantusehingga makalah ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya.Makalah las listrik dan las gas ini disusun berdasarkan apa yang penulis dapatkan daripembelajaran las listrik dan las gas serta dari berbagai referensi yang penulis dapatkan.Dengan tersusunnya makalah ini, penulis berharap agar kiranya ini dapat digunakansebagai salah satu sumber penambah ilmu, wawasan, dan pengetahuan. Disamping itu penulismengharapkan bahwa makalah ini tidak hanya sebagai pelengkap tugas saja melainkan dapatdisebut sebagai hasil karya yang setidaknya, dipelihara dan digunakan sebagaimana mestinya.Akhirnya penulis sadar bahwa makalah ini belumlah sempurna, oleh karena itu demikesempurnaan makalah yang akan dibuat berikutnya, penulis sangat mengharapkan saranserta dukungan maupun kritik yang sifatnya membangun dari para pembaca sehingga dengansemua itu kesempurnaan makalah ini dapat tercapai.Penulis_______ BAB IPENDAHULUANA.LATAR BELAKANGDengan semakin berkembangnya teknologi industry saat ini, tidak bisamengesampingkan pentingnya penggunaan logam sebagai komponen utama produksisuatu barang, mulai dari kebutuhan yang paling sederhana seperti alat-alat rumah tanggahingga konstruksi bangunan dan konstruksi permesinan. Hal ini menyebabkanpemakaian bahan-bahan logam seperti besi cor, baja, aluminium dan lainnya menjadisemakin meningkat. Sehingga dapat dikatakan tanpa pemanfaatan logam, kemajuanperadaban manuasia tidak mungkin terjadi.Dengan kemampuan akalnya, manusia mampu memanfaatkan logam sebagai alatbantu kehidupannya yang sangat vital. Berbagai macam konstruksi mesin, bangunan danlainnya dapat tercipta dengan adanya logam. Logam tersebut menimbulkan kebutuhanakan teknologi perakitan atau penyambungan. Salah satu teknologi penyambungantersebut adalah dengan pengelasan.Teknik penyambungan logam sebenarnya terbagi dalam dua kelompok besar,yaitu : 1. Penyambungan sementara (temporary joint), yaitu teknik penyambunganlogam yangdapat dilepas kembali. 2.Penyambungan tetap (permanen joint), yaitu teknik penyambungan logam dengancara mengubah struktur logam yang akan disambung dengan penambahan logampengisi. Termasuk dalam kelompok ini adalah solder, brazing dan pengelasan.Dari teknik tersebut dijadikan sebagai dasar dibentuknya benda-benda logamseperti yang dimaksud pada uraian diatas. Dalam hal ini proses pengelasan terdiri dari laslistrik dan las gas.

B.SASARANSasaran dari pembuatan makalah ini adalah semua sector dimana orang-orang yangterkait dalam praktik industry khususnya dalam lingkup Akademi Teknik Soroako.Dengan sasaran utama adalah mahasiswa dan mahasiswi yang berperan penting dalamkegiatan praktik di bengkel khususnya Pengelasan yakni Las listrik dan las gas. C. MAKSUD DAN TUJUANMaksud dan tujuan dibuatnya makalah ini merupakan tugas utama dalam mengisinilai akademik pelajaran teknologi manufaktur yakni las listrik dan las gas. Selain itu,sesuai sasaran yang dikemukakan diatas, sebagian besar tujuan dibuatnya makalah iniialah membagi pengetahuan serta membantu rekan-rekan mahasiswa/mahasiswiAkademi Teknik Soroako yang kurang memahami mengenai las listrik dan las gas,dimana diharapkan dengan itu mahasiswa dapat menguasai teori pengelasan sehingganantinya dapat diaplikasikan dalam proses praktik di bengkel.

Page 3: WG

SEJARAH PENGELASAN

Kira-kira 5000 th yang lalu, orang sudah dapat melakukan penyambungan logam dengan cara memanasi dua buah logam tersebut sampai suhu kritis kemudian keduanya ditumpangkan dan setelah itu dipalu yang akhirnya membentuk ikatan yang kuat. Api pemanasnya diperoleh dari pembakaran kayu atau arang kayu. Dapat dibayangkan, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu yang dapat memasakan logam sampai suhu kritis...tentu cara semacam ini tidaklah efektif untuk digunakan dalam pengerjaan pengelasan yang sangat banyak dan berfariasi. Tahun 1892 gas asetilen ditemukan oleh Thomas Leopard Wetson. Campuran gas asetilen dan oksigen dengan perbandingan dan tekanan tertentu bila dibakar akan menghasilkan suhu yang cukup tinggiyang dapat mencairkan logam. Gas oksigen ini dapat diproduksi dengan cara mencairkan udara sehingga oksigen murninya dapat diambil. Cara ini dapat dilakukan oleh Brins bersaudara yaitu orang Perancis pada tahun 1886. Sebagai alat pembakar gas asetilen dan oksigen yang dinamakan brander, ditemukan oleh Fouche dan Picord. Alat ini mulai digunakan pada tahun 1901.Setelah energi listrik ditemukan maka perkembangan proses pengelasan berjalan dengan pesat. Pada tahun 1885 alat-alat las busur listrik ditemukan oleh Bernardes. Tahun 1886 Thomas menemukan sistem las dengan tahanan listrik. Kemudian pada tahun 1926 las hidrogen ditemukan oleh Lungumir dan las busur listrik dengan pelindung gas mulia ditemukan oleh Hobart dan Dener. Tahun 1936 Wasserman manamukan cara-cara prmbrasingan yang mempunyai kekuatan tinggi.

PENGERTIAN MENGELAS, MEMBRASING DAN MENYOLDER1. Mengelasadalah suatu cara kerja menyambung dua bagian logam atau lebih dengan jalan memanaskan bagian logam yang akan disambung beserta bahan tambahnya (bila menggunakan) sampai cair kemudian keduanya dipadukan sehingga dapat bercampur satu dengan yang lain, dan setelah dingin sambungan kuat menyatu.Las juga didefinisikan sebagai cara/proses penyambungan dua buah logam atau lebih dengan memberikan pemanasan yang tinggi, sehingga mencapai titik cair logam tersebut dengan atau tanpa logam pengisi.Pengelasan dapat diartikan juga suatu proses penyambungan logam di mana logam menjadi satu akibat panas dengan atau tanpa pengaruh tekanan. Atau dapat juga didefinisikan sebagai ikatan metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom. Menurut DIN (Deuche Industrie Normen) las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair.Dari definisi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las adalah sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas.2. MembrasingMembrasing termasuk cara menyambung logam, hanya kalau di sini benda kerja yang akan disambung dipanaskan sampai di atas 475 derajat celcius di bawah titik cairnya. Bahan tambahnya yang digunakan biasanya dari logam non ferro, misalnya kuningan atau perak. Agar hasil pembrasingan baik, maka perlu menggunakan flux.3. MenyolderAdalah suatu cara menyambung dengan menggunakan logam pengisi. Biasanya logam pengisi mempunyai titik cair yang lebih rendah dari logam yang akan disolder. Untuk mencairkan logam pengisi tidak digunakan api langsung ke benda yang akan disambung, melainkan menggunakan solder yang dipanasi terlebih dahulu. Panas yang diperlukan kira-kira di bawah 450 derajat celcius. Logam pengisi yang digunakan adalah dari bahan paduan timbal.

Page 4: WG

Dasar- dasar Las Gas

Las gas, yang dilapangan lebih dikenal dengan istilah las karbit, sebenarnya adalah pengelasan yang dilaksanakan dengan pencampuran 2 jenis gas sebagai pembentuk nyala api dan sebagai sumber panas. Dalam proses las gas ini,gas yang digunakan adalah campuran dari gas Oksigen (O2) dan gas lain sebagai gas bahan bakar (fuel gas). Gas bahan bakar yang paling popular dan paling banyak digunakan dibengkel-bengkel adalah gas Asetilen ( dari kata “acetylene”, dan memiliki rumus kimia C2H2 ). Gas ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan gas bahan bakar lain. Kelebihan yang dimiliki gas Asetilen antara lain, menghasilkan temperature nyala api lebih tinggi dari gas bahan bakar lainya, baik bila dicampur dengan udara ataupun Oksigen.

Dari table diatas, gas-gas lain yang juga berperan adalah gas propane (LPG), methane dan hydrogen. Karena temperature nyala api yang dihasilkan lebih rendah dari gas asitilen maka ketiga jenis gas ini jarang dipakai sebagai gas pencampur.

Seperti disebutkan, gas Asetilen merupakan jenis gas yang paling banyak digunakan sebagai bahan pencampuran dengan gas Oksigen. Jikagas Asetilen digunakan sebagi gas pencampur maka seringkali proses pengelasan disebut dengan las karbit. Gas Asetilen ini sebenarnya dihasilkan dari reaksi batu Kalsium KARBIDA (orang-orang menyebut karbit) dengan air. Jadi jika Kalsium Karbida ini disiram atau dicelupkan ke dalam air maka akan terbentuk gas Asetilen.Jadi penyebutan nama las karbit hanya untuk mencirikan bahwa gas yang digunakan salah satunya adalah gas Asetilen.

Selain dikenal dengan nama las karbit, kadang-kadang masyarakat umum menyebut kan juga dengan nama lain yaitu las MDQ. Penyebutan nama MDQ ini sesungguhnya mengacu pada satu merk batu karbit. Jadi nama las karbit atau las asetilen atau las MDQ sebenarnya adalah satu nama proses las yang sama.

Untuk dapat melakukan pengelasan dengan caralas gas, diperlukan peralatan seperti tabung gas Oksigen dan tabung gas Asetilen, katup tabung, regulator (pengatur tekanan gas), selang gas dan torch (brander). Kedua gas Oksigen dan Asetilen keluar dari masing-masing tabung dengan tekanan tertentu, mengalir menuju torch melalui regulator dan selang gas. Setelah sampai di torch kedua gas tercampur dan akhirnya keluar dari ujung nosel torch. Dengan bantuan pematik api, campuran gas yang keluar dari ujung nosel membentuk nyala api denagn intensitas tertentu.

Page 5: WG

Peralatan dalam Proses Las Gas

Proses las gas (dibuku ini akan sering disebutkan las gas untuk mencirikan bahwa las yang dimaksud adalah las yang melibatkann campuran gas Oksigen dan gas bahan bakar) umumnya dipakai secar manual yaitu dikerjakan oleh tangan juru las.

Pengaturan panas dan pemberian kawat las dilakukan oleh kombinasi kedua tangan juru las. Oleh karena itu, kualitas sambungan nantinya akan diperngaruhi oleh ketrampilan dan keahlian si juru las.

Sebenarnya sudah ada pengembangan dari proses las gas ini menjadi semi-otomatis atau “dimensikan”. Tentu saja hal itu dilatarbelakangi oleh keinginan untuk mendapatkan kualitas sambungan yang lebih baik. Dengan sistem yang sudah otomatis maka pengaturan panas dan pemberian kawat las akan lebih baik lagi. Kebanyakan otomatis system diterapkan pada operasi-operai pemotongan pelat logam dimana pada sitem itu kecepatan pemotongan dapat diatur.

Proses las gas dapat dilaksanakan dengan pemberian kawat las (atau istilah logam pengisi) atau tidak sama sekali. Satu syarat dimana diperlukan logam pengisi atau tidak adalah dilihat dari ketebalan pelat yang akan di las. Jika pelat itu tipis maka untuk menyambungnya dapat dilakukan tanpa memberikan logam pengisi, sedangkan untuk pelat-pelat tebal diperlukan logam pengisi untuk menjamin sambungan yang optimal. Jika pada pelat tipis dipaksakan harus diberi logam pengisi maka hal itu mungkin saja dilakukan. Akan tetapi pada daerah sambungan akan nampak tonjolan logam las yang terlihat kurang baik.

Nyala api dari hasil reaksi gas Oksigen dan gas bahan bakar tidak hanya dimanfaatkan untuk keperluan mengelas saja. Lebih dari itu, nyala api dapat dimanfaatkan untuk keperluan lainnya, seperti :1. Operasi branzing ( flame brazing )Yang dimaksud dengan branzing disini ada lah proses penyambunngan tanpa mencairkan logaminduk yang disambung, hanya logam p eng isi saja. Misalnya saja proses penyambungan pelat baja yang menggunakan kawat las dari kuningan. Ingat bahwa titik cair Baja ( ± 1550 °C) lebih tinggi dari kuningan ( sekitar 1080°C). dengan perbedaan titik car itu, proses branzing, akan lebih mudah dilaksanakan daripada proses pengelasan.

2. Operasi pemotongan logam ( flame cutting )Kasus pemotongan logam sebenarnya dap at dilakukan dengan berbagai cara. Proses penggergajian (sewing) dan menggunting (shearing) merupakan contoh dari proses pemotongan logam dan lembaran logam. Proses menggunting hanya cocok diterapkan pada lembaran logam yang ketebalannya tipis.

Page 6: WG

Proses penggergajian dapat diterapkan pada pelat yang lebih tebal tetapi memerlukan waktu pemotongan yang lebih lama. Untuk dapat memotong pelat tebal denngan waktu lebih singkat dari cara gergaji maka digunakan las gas ini dengan peralatan khusus misalnya mengganti torchnya ( dibengkel-bengkel menyebutnya brender ).

Pemotongan pelat logam dengan nyala api ini dilakukan dengan memberikan suplai gas Oksigen berlebih. Pemberian gas Oksigen lebih, dapat diatur pada torch yang memang dibuat untuk keperluan memotong.

3. Operasi perluasan / pencukilan (flame gauging)Operasi perluasan dan pencukilan ini biasanya diterapkan pada produk/komponen logam yang terdapat cacat/retak permukaannya. Retak/cacat tadi sebelum ditambal kembali dengan pengelasan, terlebih dahulu dicukil atau diperluas untuk tujuan menghilangkan retak itu. Setelah retak dihilangkan barulah kemudian alur hasil pencungkilan tadi diisi kembali dengan logam las.

4. Operasi pelurusan (flame straightening)Operasi pelurusan dilaksanakan dengan memberikan panas pada komponen dengan bentuk pola pemanasan tertentu. Ilustrasi dibawah ini menunjukkan prinsip dasar pemuaian dan pengkerutan pada suatu logam batang.

Page 7: WG

Batang lurus dipanaskan dengan pola pemanasan segitiga. Logam cenderung memuai pada saat dipanaskan. Daerah pemanasan tersebut menghasilkan pemuaian yang besar. Logam mengkerut pasa saat didinginkan. Daerah pemanasan terbesar menghasilkan pengkerutan yang besar pula (Prinsip Pemuaian dan Pengkerutan Logam)

http://indonesia-mekanikal.blogspot.com/2008/06/teknik-pengelasan-welding-bag-2.html

Page 8: WG

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat

Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya, sehingga tersusun laporan ini.

Laporan ini tersusun atas bantuan dari instruktur-instruktur

Polman Astra, sahabat serta teman-teman saya. Untuk itu saya

ucapkan terimakasih atas bantuan pembimbingan, penjelasan,

maupun dorongan yang telah diberkan sehingga laporan ini

dapat disusun dengan baik.

Serta tidak lupa rasa sayang dan terima kasih yang ingin

saya hanturkan kepada orang tua saya, yang telah banyak

memberikan fasilitas, dorongan, kasih sayang dan perhatian

yang tidak terhitung kepada saya. Tidak banyak yang dapat saya

berikan kepada mereka kecuali rasa sayang, perhatian,

kebanggaan serta kesuksesan saya.

Dalam penulisan laporan ini masih banyak terdapat banyak

kekurangan. Untuk itu, saya mengharapkan tegur, sapa atau

kritik demi perbaikan yang akan datang.

Akhirnya, saya ucapkan terimakasih kepada semua pihak

yang telah membantu penyusunan laporan ini.

Jakarta, 17 Sptember 2007

Penyusun

Cornelius Lefrand