West Nile Virus

download West Nile Virus

of 11

description

Paper

Transcript of West Nile Virus

RE-EMERGING DISEASEWEST NILE VIRUS

Disusun oleh: Kelompok 5Aulia Thufael Alfarisi(1102010042)Muhammad Guruh Susanto (1102010180)Selvia Helena Utami (1102010265)

PEMBIMBINGdr. Erlina Wijayanti, MPH.

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSIFEBRUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Emergingdiseases adalah wabah penyakit menular yang tidak diketahui sebelumnya ataupenyakitmenularbaruyanginsidennyameningkatsignifikandalamduadekadeterakhir. Contohnya MERS, hepatitis C, hepatitis B, avian influenza virus, nipah virus, ebola virus, marburgvirus, lyme, lassa fever, hantavirus pulmonary syndrome, SARS, swine flu.Re-emergingdiseases adalah wabah penyakit menular yang muncul kembali setelahpenurunanyangsignifikandalaminsidendimasalampau.Contohnya diphtheria, cholera, human plague, B. Anthracis, C. Botulinum toxin, F. Tularensis, Y. Pestis, variola virus, viral haemorrhagic fever viruses.Faktor yang bertanggung jawab pada Re-Emerging dan Emerging disease adalah : 1. Perencanaan Pembangunan Kota yang tidak semestinya,2. Ledakan penduduk, kondisi kehidupan yang miskin yang terlalu padat,3. Industrialisasi dan urbanisasi, 4. Kurangnya pelayanan kesehatan,5. Meningkatnya perjalanan internasional, globlisasi (gaya hidup),6. Perubahan prilaku manusia seperti penggunaan pestisida, penggunaan obat antimikroba yang bisa menyebabkan resistensi dan penurunan penggunaan vaksin,7. Meningkatnya kontak dengan binatang,8. Perubahan lingkungan karena adanya perubahan pola cuaca,9. Evolusi dari microbial agent seperti variasi genetik, rekombinasi, mutasi dan adaptasi,10. Hubungan microbial agent dengan hewan perantara (zoonotic encounter) 11. Perpindahan secara massal yang membawa serta wabah penyakit tertentu (travel disease)Pada tugas kali ini, kami akan membahas mengenai West Nile Virus.Penyakit ini menyebabkan gejala saraf yang dapat berakibat fatal (Sendow dan Noor dalam Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis). West nile virus (WNV) biasanya ditemukan di Afrika, Eropa, Timur Tengah, dan Asia Barat. Siklus penularan WNV di alam terjadi antara burung dan nyamuk, dimana manusia, kuda dan mamalia lainnya dapat terinfeksi juga oleh virus ini (WHO, 2011 dari http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs354/en/).Virus WN ini pertama kali diisolasi pada tahun 1937 dari darah seorang wanita yang menderita demam di daerah West Nile bagian utara Uganda yang kemudian diketahui juga sebagai virus penyebab demam WN pada anak-anak di Afrika Utara dan Timur Tengah pada tahun 1950 (HAYES, 2001dalam Bahri dan Syarfriati, 2011). Penyakit ini kemudian menyebar ke arah Utara melalui burung yang bermigrasi sampai ke Eropa bagian Selatan, Rusia, India dan Australia yang dibuktikan dengan menganalisis rangkaian genom dan phylogenic tree dari virus WN yang berasal dari Amerika, Eropa, Israel, Afrika, Rusia, India dan Australia sehingga diketahui asal-usul silsilah pertama dari virus WN, sedangkan asal usul silsilah kedua merupakan virus WN yang hanya diisolasi dari sub-Sahara dan Madagaskar (Lanciotti et al., 2002 dalam Bahri dan Syafriati, 2011). Wabah ensefalitis pada manusia pertama kali dilaporkan pada akhir Agustus 1999, di daerah New York city, dan pada saat yang bersamaan burung jenis Corvus spp. ditemukan mati. Hasil isolasi menunjukkan bahawa wabah tersebut disebabkan oleh virus West Nile (Anderson et al., 1999; Anon, 1999 dalam Sendow dalam lokakarya nasional). Di Indonesia, baik kasus klinis maupun data serologis tentang infeksi WN belum pernah diteliti dan dilaporkan. Akan tetapi, begitu gencarnya pemeberitaan kasus WN pada manusia di negara lain, dan frekwensi perpindahan hewan dan manusia dari satu negara ke negara lain sangat tinggi, sehingga tidak menutup kemungkinan masuknya penyakit-penyakit eksotik dan zoonosis ke Indonesia (Sendow dalam Lokakarya Nasional).Virus West Nile merupakan salah satu kelompok Flavivirus yang menyerang unggas, terutama unggas liar yang tidak di kandang tertutup. Penyakit ini menyebabkan gejala syaraf yang dapat berakibat fatal. Penularan penyakit harus melalui gigitan vektor serangga. Kontak dengan burung yang terinfeksi tidak menimbulkan penyakit meskipun pada burung yang terinfeksi. Antibody dan isolasi virus dapat diperoleh baik melalui feses maupun organ. Unggas merupakan amplifier virus West Nile. Centers for Disease Control (CDC) mengatakan bahwa Virus yang menularkan penyakit lewat gigitan nyamuk ini, kasusnya telah meningkat hingga 60 persen dari tahun 1999 hingga 2003.

Tabel 1.Distribusi frekuensi kasus West Nile Fever di Amerika Serikat tahun 1999-2003TahunKasusKematianCFR(%)

199962711,3

20002129,5

200164914,1

200233891994,5

200398622642,7

Sumber: Center of Disease Control (CDC, 2004)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwasanya kasus west nile fever cenderung meningkat sejak tahun 1999 sampai dengan 2003. Dimana, kasus terbanyak dijumpai pada tahun 2003 sebesar 9.862 kasus dengan jumlah kematian 264 kasus (CFR=2,7%), sedangkan kasus terendah dapat dilihat pada tahun 2000 sebesar 21 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 2 kasus (CFR= 9,5%). Lebih dari setengah kasus yang terjadi pada saat itu kebanyakan tercatat di Negara bagian Texas, namun sekarang wabah ini meluas hingga ke 47 negara bagian Amerika Serikat dan 38 negara bagian telah melaporkan kasus infeksi pada manusia, hanya di Alaska, Hawaii dan Vermont yang melaporkan tidak ada kasus. Pihak medis Amerika Serikat sendiri hingga kini belum mengetahui penyebab jelas mengapa kasus wabah West Nile meningkat tajam dalam waktu singkat. Sekitar 75 persen dari kasus di atas selain Texas juga terjadi di Missisipi, Lousiana dan South Dakota. Pasien yang terinfeksi biasanya menderita demam dan sakit yang dapat menjadi lebih parah atau menyebabkan kematian, terutama pada orang-orang tua, anak-anak dan kelompok yang berisiko lainnya. Namun belum ada pengobatan khusus untuk penyakit jenis ini.Di Indonesia belum pernah dilaporkan dan diteliti tentang penyakit ini tetapi dengan tingginya mobilitas hewan dan manusia dari dan ke Indonesia memungkinkan untuk terjadinya penularan penyakit ini. Tetapi Pada awal Januari 2014, berdasarkan penelitian oleh tim peneliti dari Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga Surabaya, ditemukan 12 orang positif terjangkit virus West Nile dari 35 sampel yang diteliti pada pasien yang terindikasi di daerah Surabaya. Sebelumnya, pada bulan Oktober 2013 juga pernah dilaporkan bahwa tim peneliti dari ITD UNAIR telah menemukan 19 sampel positif virus West Nile dari 59 sampel yang diteliti. Keberadaan virus West Nile mungkin sudah pernah ada sebelumnya di Indonesia tetapi karena dahulu penyakit ini sulit didiagnosis maka dimungkinkan tidak terdeteksi pada pasien.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. DefenisiWest Nile Fever merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus west nile yang termasuk dalam famili Flaviviradae yang ditularkan kepada manusia maupun hewan melalui gigitan nyamuk Culex. Virus west nile menjadikan nyamuk Culex sebagai vektornya dan burung sebagai agents berkembang biaknya.2.2 EtiologiVirus West Nile digolongkan dalam kelompok Flavivirus yang mempunyai kedekatan antigenik dengan virus Murray Valley Encephalitis (MVE) di Australia, St. Louis Encephalitis (SLE) di Amerika dan Japanese Encephalitis(JE) di Jepang. Kedekatan antigenik ini dapat dibuktikan secara eksperimental pada hamster yang telah diimunisasi dengan virus. Virus ini juga memiliki benang RNA positif tunggal (single positive-stranded RNA) sebagai genomnya dengan panjang sekitar 9 kilobasa.

2.3 Klasifikasi dari virus West NileGrup : Kelompok IV ((+) ssRNA)Family : FlaviviridaeGenus : FlavivirusSpesies : West Nile Virus

2.4. EpidemiologiVirus West Nile sendiri pertama kali diisolasi dari darah seorang perempuan yang sedang terserang demam di daerah Omogo, Propinsi West Nile (daerah delta Sungai Nil), Uganda pada tahun 1937. Virus ini juga banyak ditemukan di Timur Tengah, Asia Barat, Oceania, Amerika Utara dan juga daerah-daerah lainnya di Afrika pada perkembangan selanjutnya. Epidemi pertama kali dilaporkan terjadi pada orang di Israel (1950 1954). Antara tahun 1962 1964 ditemukan pada orang di daerah Camargue, Prancis dimana beberapa penderita mengalami encephalitis. Wabah terbesar dilaporkan juga terjadi di Afrika Selatan pada tahun 1974 dengan morbidity rate mencapai 55% namun bersifat ringan tanpa encephalitis. Sejak tahun 1990-an jumlah kasus yang menimbulkan kematian semakin meningkat, dibuktikan dengan kasus di Rumania pada tahun 1996, di Rusia pada tahun 1999dan Israel pada tahun 2000.Tahun 1999, virus West Nile telah menyebar dengan cepat di Amerika Serikat terutama New York mengikuti pola burung yang bermigrasi dan dengan cepat menjadi wabah besar didaerah tersebut.

2.5. Mode of TransmissionGigitan nyamuk yang mengandung virus WN merupakan kunci utama bagi penularan infeksi WN. Vektor nyamuk akan terinfeksi bila menghisap darah burung yang terinfeksi virus WN. dan Virus tsb akan berkembangbiak dalam beberapa hari pada tubuh nyamuk tersebut, dan membawanya ke kelenjar air liur nyamuk yang siap ditularkan ke burung atau manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Pada burung yang telah terinfeksi, viremia dapat bertahan selama 4 hari, dan bila burung tersebut dapat sembuh maka antibody akan terbentuk dan bertahan sangat lama (Sendow dalam Lokakarya). West Nile virus tidak menyebar melalui sentuhan atau melalui kontak langsung dengan orang telah terinfeksi virus tetapi dalam beberapa kasus, virus dapat menyebar melalui transfusi darah, transplantasi organ, menyusui dan bahkan selama kehamilan dari ibu ke bayi. Penelitian Turell (2000) dalam Sedow (Lokakarya) menyatakan bahwa Cx. Pipens, Ae. Japonicus, Ae. Sollicitans, Ae taeniorchynchus dan Ae. Vexans merupakan vektor WN. Bahkan Ae japonicus merupakan vektor yang paling potensial dalam menularkan virus WN. Cx. Pipiens dan Cx. Molestus, merupakan vector yang potensial di Amerika yang dapat menularkan virus WN secara transovary (Fonesca et al., 2004 dalam Sendow).

Gambar 1.0. Mode of Transmission from west nile virus

Sumber: kkpmerauke.blogspot.comMasa inkubasi Masa inkubasi infeksi WN pada manusia berkisar antara 3 hingga 12 hari. Infeksi WN pada manusia umumnya tidak menimbulkan klinis (Petersen and Martin, 2002 dalam Sendow). Virus WN dapat menyebabkan komplikasi berat pada semua golongan usia dan kondisi kesehatan apapun sehingga sangat penting untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi. Gejala klinis yang ditimbulkan pada burung umumnya berupa gejala syaraf seperti, perdarahan pada miokardium, dan perdarahan dan nekrosis pada saluran pencernaan (Senne et al., 2000 dalam Sendow).2.6. Histopatologi west nile virusVirus ini menjadikan nyamuk jenis Cullex sebagai vektornya, lalu burung sebagai agentnya sedangkan manusia, kuda serta mamalia lainnya merupakan induk semang akhir (dead-end). Virus ini dapat juga menyerang burung/unggas, anjing, kucing, kuda dan mamalia lain seperti kelelawar, kelinci, lamma, bajing, skunks, domba, babi namun hewan pada hewan tersebut tidak menimbulkan penyakit yang serius dan berdasarkan penelitian TURELL (Tahun 2000) virus tidak dapat menular dari hewan-hewan tersebut.

Gambar 2.0.mikrograftransmisi electron dari virus west nile. Sumber: kkpmerauke.blogspot.com2.7. Gejala KlinisMasa inkubasi virus west nile pada manusia umumnya berkisar antara 3 hingga 14 hari. Infeksi virus ini pada manusia muda umumnya tidak terlalu menimbulkan gejala klinis. Namun, pada manusia dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah dapat timbul gejala klinisberupa demam tinggi, lemah, sakit kepala, gangguan pencernaan seperti mual, muntah dan diare, kaku kuduk, myalgia, arthralgia dan bahkan sampai perubahan mental (CDC, 2004). Sedangkan pada kuda, infeksi west nile menyebabkan ataksia, inkoordinasi motorik, paresis dan tremor.2.8. Cara mendiagnosaDiagnosa standard yang dipakai adalah pengukuran antobodi IgM dengan teknik IgM antibody-capture enzyme-linked immunosorbent assay (MAC-ELISA). Serum atau cairan Cerebro Spinal (biasanya diambil di tulang punggung) dari pasien yang menunjukan gejala-gejala diambil selambat-lambatnya dalam jangka 8 hari sejak timbul gejala dan antibodi IgM-nya diukur. Dari hasil pengukuran IgM dari orang yang terinfeksi virus West Nile pada outbreak di New York tahun 1999 dan 2000, 95% diantaranya positif. Namun diagnosa ini memerlukan waktu sekitar 1 minggu.Selain itu, isolasi virus dari serum pasien juga merupakan salah satu cara untuk memastikan diagnosa, namun cara ini memerlukan waktu yang cukup lama. Diagnosa lain seperti Reverse Transcription PCR (Polymerase Chain Reaction) dan Real Time PCR juga merupakan diagnosa yang praktis untuk mendeteksi RNA genom dari virus yang bersangkutan, karena diagnose ini hanya memerlukan beberapa jam saja.

2.9. Differential DiagnosisPenyakit ini sering disamakan dengan infeksi virus lainnya seperti Yellow Fever, Japanese encephalitis, meningitis dan poliomyelitis. Hal ini dikarenakan orang yang terserang penyakit tersebut di atas atau yang terinfeksi Flavivirus lainnya juga menunjukan hasil pemeriksaan MAC-ELISA yang positif pada tes IgM dan menunjukkan gejala klinis yang hampir sama.

2.10. Penanganan dan PencegahanTidak ada pengobatan khusus untuk infeksi virus west nile dan pada kebanyakan orang dengan gejala ringan seperti demam dan nyeri hanya dengan obat-obatan ringan yang bahkan dibeli tanpa resep dokter. Dalam kasus dengan gejala klinis yang lebih serius biasanya orang dirawat di Rumah Sakit dengan pengobatan supportif seperti cairan infus, bantuan pernafasan, dan dirawat sesuai dengan gejala yang tampak. Sedangkan pencegahan infeksi virus ini dengan cara mengurangi kontak dengan nyamuk yang terinfeksi dan melakukan vaksinasi. Namun, vaksin pada manusia hingga saat ini masih belum tersedia. Pencegahan pada manusia sebaiknya dengan meminimalkan gigitan serangga vektor, seperti penggunaan repellent, memakai kelambu atau menyemprot ruangan dengan anti nyamuk. Karantina yang ketat dalam pemasukan hewan terutama dari daerah dimana infeksi west nile telah terjadi diperlukan. Unggas yang terinfeksi virus west nile dapat dikonsumsi setelah dimasak hingga matang terlebih dulu.Untuk mengurangi risiko terinfeksi west nile virus dapat juga dilakukan melalui pendidikan, surveilans, prevention yang bekerja sama dengan departemen kesehatan, departemen-departemen federal dan provinsi, serta kerjasama dengan Wildlife Health Centre. Melalui pendidikan dapat dilakukan dengan memberikan informasi tentang west nile virus melalui brosur, media pertemuan, berita dan websites. Sedangkan surveilans difokuskan terutama untuk identifikasi keberadaan virus west nile pada burung, nyamuk dan kuda.

DAFTAR PUSTAKA

1. www.westnile.state.pa.us/action/wnv_komar_adv_vir_res_61.pdf2. CDC. (2004). West Nile virus: Background information for clinicians. 21 Desember 2004. Pp.1- 12 . Http:/www.cdc.gov/ncidod/dvbid/ westnile/clinicians/background.htm.3. Buletin Info KesPel. Vol. VIII. Edisi 3 Tahun 2013. 4. Buku Saku Kementerian Kesehatan. Tahun 2012. 5. http://idhki.org/karya-tulis-ilmiah/2/343/virus-west-nile-sebagai-salah-satu-penyakit-emerging-zoonosis.html, diunduh pada tanggal 21 Juni 20146. http://itd.unair.ac.id/index.php/itd-news-archive/558-kini-saatnya-indonesia-mewaspadai-penyakit-virus-west-nile.html7. http://rismanismail2.wordpress.com/2010/12/09/west-nile-virus/8. http://www.kamusilmiah.com/kesehatan/mengenal-virus-west-nile-virus-yang-ditakuti-amerika-saat-ini/9. kkpmerauke.blogspot.com

0