pratiwiafrillia21.files.wordpress.com · Web viewUcapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak...

38
Mengembangkan Sumberdaya Laut di Daerah Pulau Mantang Kabupaten Bintan Timur Kepulauan Riau PROYEK KEMARITIMAN Kewajiban Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Pengantar Ilmu Dan Teknologi Kemaritiman Semester II Program Studi Manajemen Ekonomi UMRAH Tanjungpinang DISUSUN OLEH PRATIWI AFRILLIA 150461201053 DOSEN PEMBIMBING Eka Putra Ramdhani, S.T., M. Si

Transcript of pratiwiafrillia21.files.wordpress.com · Web viewUcapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak...

Mengembangkan Sumberdaya Laut di Daerah Pulau Mantang Kabupaten Bintan Timur Kepulauan Riau

PROYEK KEMARITIMAN

Kewajiban Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Pengantar Ilmu Dan Teknologi Kemaritiman Semester II Program Studi Manajemen Ekonomi UMRAH Tanjungpinang

DISUSUN OLEH

PRATIWI AFRILLIA

150461201053

DOSEN PEMBIMBING

Eka Putra Ramdhani, S.T., M. Si

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah Swt, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proyek ini sebagai tugas mata kuliah Pengantar ilmu teknologi kemaritiman. Penulis telah menyusun tugas pengantar ilmu teknologi kemaritiman ini dengan sebaik-baiknya. Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Harapan penulis semoga bisa menjadi koreki dimasa mendatang agar lebih baik lagi dari sebelumnya.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Eka Putra Ramdhani, S.T.,M.Si atas ilmu yang telah diberikan kepada kami. Sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan proyek ini tepat pada waktunya dan insya Allah sesuai yang kami harapkan. Kami ucapkan terima kasih pula kepada rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunkan tugas Pengantar ilmu teknologi kemaritiman.

Pada dasarnya tugas proyek kemaritiman yang kami sampaikan tentang “Mengembangkan Sumberdaya Laut di Daerah Pulau Mantang Kabupaten Bintan Timur Kepulauan Riau”. Mudah-mudahan tugas ini bisa memberikan pemikiran sekaligus pengetahuan bagi kita semua.

Tanjungpinang, 21 Juli 2016

Penulis,

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTARi

DAFTAR ISIii

DAFTAR TABELiv

DAFTAR GAMBARv

BAB I PENDAHULUAN1

Latar Belakang Masalah1

Perumusan masalah1

Tujuan Penelitian1

BAB II LANDASAN TEORI3

Pulau Mantang3

Sistem Pemerintahan Pulau Mantang3

Keadaan dan Mata Pencaharian Penduduk4

Adat Istiadat4

Pertambangan5

Ekosistem dan sumberdaya hayati5

Sumberdaya Non Hayati 11

BAB III METODOLOGI PENELITIAN13

Lokasi Penelitian13

Metode Pengumpulan Data13

Teknik Analisis Data13

Bagan Penelitian14

BAB IV HASIL PENELITIAN15

Aktivitas Pengelolaan Sumberdaya 15

Energi dan Sumber Daya Mineral 15

Sektor Perindustrian 16

Lingkungan 17

Potensi Dan Arahan Pengembangan 19

Sektor Pariwisata21

Kendala Pengembangan24

BAB V PENUTUP27

Kesimpulan27

Saran27

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...28

DAFTAR TABELNomorTeks Halaman1Jenis Lamun 102Jenis Vegetasi Pantai 103Jumlah Kegiatan Pertambangan 164Volume Penjualan Granit 165Hasil analisis kualitas air pulau mantang 176Volume Produk Perikanan 217Nilai Produksi Perikanan 228Jumlah Izin Yang Dikeluarkan 229Potensi Wisata 2310Potensi Objek Wisata 24

BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar  Belakang

Pulau mantang yang terletak di Kabupaten Bintan merupakan salah satu pulau yang masih menyimpan tradisi-tradisi yang bersifat tradisi. Pulau mantang terdiri atas 4 wilayah yaitu : mantang riau, mantang lama, mantang baru , dan mantang besar. Yang bersejarah awal mulanya masih berpengaruh dari kerajaan Riau-Lingga di pulau penyengat .

Kabupaten Bintan merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau yang memiliki potensi perikanan sangat besar untuk dikembangkan menjadi kawasan budidaya teripang, wilayah perairan laut di Kecamatan Mantang banyak ditemukan beberapa spesies teripang, seperti teripang pasir Holothuria scabra dan beberapa jenis teripang lainya, saat ini perlu dilakukan suatu pengkajian, dengan maksud untuk mengetahui daya dukung lingkungan sehingga akan ditemukan suatu Kawasan yang benar – benar memiliki tingkat kesesuaian yang sangat baik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah diteliti , maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui asal usul pulau mantang

2.Bagaimana keadaan penduduk pulau mantang,dan Pertambangan bauksit dipulau mantang

3. Bagaimana cara Aktivitas Pengelolaan Sumberdaya ?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui upaya potensi yang dapat dilakukan di pulau mantang.

LANDASAN TEORI

2.1 Pulau Mantang

Pulau Mantang terletak di daerah Kabupaten Bintan Timur Kepulauan Riau. Asal mula pulau mantang sendiri dari pada kata “Pantang”. Dan juga diambil dari bahasa tanggapan kerumah orang zaman dulu, “ketika seseorang bertamu dan di jamu dengan segelas air tetapi dia menolak tawaran pemilik rumah sebanyak 3 kali’ itulah yang dikenal sekarang dengan kata ‘kumpunan’”. Dari bahasa itu diperhalus menjadi nama Pulau Mantang sekarang ini. Kabar berita menyebutkan bahwa nama Mantang sendiri pada tahun 1950-an sudah ada di Badan Pusat Australia.

Di Pulau Mantang terdapat 4 wilayah mantang, yaitu Mantang Lama, Mantang Riau, Mantang Besar, dan Mantang Baru. Nama Mantang Lama dulunya bernama Mantang Kayu Arang, karena penduduk mantang dulunya sering mengambil kayu bakau untuk dijadikan arang. Tahun 1960 Mantang Riau bergabung dengan Mantang Lama menjadi wilayah. Pengaruh Kerajaan Riau-Lingga di Pulau Penyengat sangat mempengaruhi Pulau Mantang.

2.2 Sistem Pemerintahan Pulau Mantang

Awal pemerintahan Pulau Mantang menurut narasumber terdapat pada pulau yang sekarang ada di depan Pulau Mantang. Pada saat itu terdapat 2 orang yang tinggal di pulau itu kekurangan air lalu pindah ke Pulau Mantang.

Menurut berita pada zaman dahulu daerah mantang tersebut mempunyai nama kepala pemerintahan sendiri-sendiri. Seperti Mantang Riau, Mantang Besar ,dan Mantang Lama sistem pemerintahannya bernama Batin dan untuk di Mantang Baru. Pembagian kepala pemerintahan seperti dikarenakan karena dulunya belum adanya sistem pusat pemerintahan di Pulau Mantang.

Proses bergabungnya Mantang Riau dengan Mantang Lama pada tahun 1960 dikarenakan pada tahun 1950-an adanya kebinaan dari daerah setempat untuk menjadi system pemerintahan menjadi satu kepala pemerintahan yaitu menjadi kepenghuluan dan kemudian menjadi seorang Hakim. Kata ‘Hakim: sendiri diambil dari kegiatan masyarakat. Menurut narasumber sudah banyak hakim yang ada di Pulau Mantang. Kedudukan hakim tidak bersifat keturunan akan tetapi seseorang yang menjadi hakim haruslah yang petama mempunya ilmu tentang pemerintahan yang dapat mengatur apa yang dan kondisi masyrakat dan kemudian mempunyai ilmu agama yang mencakup semua sifat perilaku dari hakim tersebut dan mengajak masyarakat untuk beribadah kepada allah swt. Karena Kerajaan Pulau Riau-Lingga sangat berpengaruh pada Pulau Mantang ini jadi kegiatan kemasyrakatan yang ada di kerajaan dan pulau mantang harus mendapat persetujuan hakim terlebih dahulu baru persetujuan dari pihak kerajaan. Karena posisi hakim atau pada dasarnya penduduk asli Mantang yang keturunan dari bangsawan memiliki posisi khusus di kerajaan pada saat acara-acara tertentu. Hakim sebagai tamu istimewa dan berposisi satu tingkat di bawah raja yang ada di kerajaan Riau-Lingga. Setelah tahun 1960-an barulah ada perubahan-perubahan sistem pemerintahan yang dulun adanya Mantang Kayu Arang di ubah namanya menjadi Mantang Riau.

2.3 Keadaan dan Mata Pencaharian Penduduk.

Suku asli penduduk Pulau Mantang pada awalnya terdapat di daerah Daek tepatnya di Pulau Limbung. Sebagian besar mata pencaharian penduduk di Pulau Mantang sebagai nelayan, khususnya kaum laki-laki. Dalam kegiatan nelayan para kaum laki-laki pergi tidak hanya untuk 1 hari saja, ada yang sampai berhari-hari dan bahkan ada yang berminggu-minggu. Dikarenakan mata pencaharian dilihat dari musiman dan kondisi alam. Ada juga orang-orang yang memanfaatkan pohon karet untuk diambil getahnya yang dijadikan sebuah karet yang di jual di warung-warung.

Untuk kaum wanitanya sebagian besar di rumah dan kegiatan dalam acara di kecamatan sebagai ibu-ibu PKK dan juga membuat masakan khas mantang dalam kegiatan acara-acara besar seperti peringatan hari-hari besar Islam. Salah satu makananya adalah kuih bangkit.

2.4 Adat Istiadat

Untuk adat istiadat sendiri masyarakat di Pulau Mantang masih mengenal tradisi pernikahan dengan menggunakan adat-istiadat melayu asli dan mengikuti seperti di kerajaan Riau-Lingga di Pulau Penyengat. Adanya rebana juga membuktikkan bahwa alat musik kompang merupakan salah satu alat yang dipakai pada pernikahan orang melayu.

2.5 Pertambangan

Karena letak Pulau Mantang sangat strategis dan wilayah mantang sendiri yang sangat cocok untuk membangun industri, salah satunya yang sekarang adalah adanya pertambangan bauksit. Awal mulanya pertambangan ini mulai bekerja kembali setelah tahun 2006, dan sebelumnya sudah ada pekerjaaan bauksit tetapi dihentikan. Pembukaan pertambangan ini tidak sembarangan untuk mendirikan di Mantang, pihak pertambangan harus membayar uang kompensasi atau uang ganti rugi kepada penduduk Pulau Mantang yang mempunyai Kartu Keluarga (KK).

2.6 Ekosistem dan sumberdaya hayati.

1. Terumbu karang

Gambar 1 Terumbu karang

Pulau mantang yang berada tidak jauh dengan daratan pulau Bintan memiliki potensi terumbu karang yang cukup baik. Keberadaan terumbu karang di pulau mantang ini yakni pada kedalaman 1 meter hingga 3 meter. Hasil dari pengamatan kementerian kelautan dan perikanan tahun 2013, bahwa terumbu karang di pulau mantang tinggal hingga 25% yang masih hidup. Terumbu karang di pulau mantang yang tersisa 25% untuk kategori karang hidup, 40% kategori karang mati, 10% kategori biotik, 10% kategori alga, dan 15% kategori abiotik yakni patahan karang dan pasir.

Kondisi terumbu karang dipulau mantang cukup memperhatinkan dikarenakan tingginya sedimentasi dari daratan mengakibatkan bnyak terumbu karang yang mat. Hamper tiap bagian pulau terumbu karang mati salah satu nya dibagian utara pulau akibat dari sedimen yang terperangkap dipermukaan terumbu karang yang mengakibatkan karang tersebut memutih hingga mati. Sedimen dari daratan disebabkan tingginya aktivitas pertambangan dipulau mantang yang tidak terkontrol, sehingga pada musim hujan sedimen tanah liat tersebut masuk ke perairan yang mengakibatkan perairan menjadi keruh. Partikel –partikel inilah yang kemudian mengendap pada permukaan terumbu karang.

2. Mangrove

Gambar 2 Mangrove

Mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan subtropics yang diidominasikan oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Struktur perakaran mangrove yang kuat dan relative lebar dapat menstabilkan substrat di pantai serta menyediakan tempat tinggal dan berlindung bagi biota laut. Ekosistem mangrove merupakan benteng terakhir yang dimiliki oleh daratan terhadap ancaman dari arah laut, terutama gelombang. Keberadaan mangrove merupakan salah satu keharusan bagi wilayah pesisir, terutama di wilayah dengan gelombang laut yang tergolong besar hingga berpotensi abrasi.

Pulau mantang salah satu pulau yang memiliki ekosistem mangrove dibeberapa sisinya. Delapan jenis mangrove terdapat dipulau ini. Enam jenis mangrove ditemukan pada stasiun pengamatan sedangkan dua jenis mangrove ditemukan diluar stasiun pengamatan. Enam jenis mangrove tersebut adalah Avicenia marina, Bruguiera gymnorhiza, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, serta Sonneratia alba. Dua jenis mangrove yang ditemukan diluar stasiun pengamatan adalah Bruguiera cylindrical, dan Xylocarpus granatum.

Magrove yang ada di pulau mantang :

Gambar 1 (Avicenia marina) Gambar 2 (Bruguiera cylindrical)

Gambar 3 (Bruguiera gymnorhiza) Gambar 4 (Rhizophora apiculata)

Gambar 5(Rhizophora stylosa) Gambar 6 (Sonneratia alba)

Gambar 7(Xylocarpus granatum)

Ekosistem mangrove pulau mantang untuk kategori pohon didominasikan oleh mangrove jenis Rhizophora apiculata yang tersebar hamper di semua sisi pulau. Untuk sisi utara, jenis mangrove yng dominan adalah mangrove jenis Rhizophora apiculata dan Sonneratia alba dengan INP masing-masing sebesar 237,14 dan 225,47. Sedangkan INP terendah dimiliki oleh mangrove jenis Bruguiera gymnorhiza dengan nilai sebesar 62,86. Ekosistem mangrove di selatan pulau didominasi oleh mangrove jenis Rhizophora stylosa dengan INP mencapai 220,50 sedangkan disisi timur hanya ditemukan satu jenis mangrove, yaitu Rhizophora apiculata dengan INP sebesar 300,00.

Empat jenis anakan mangrove ditemukan di pulau mantang. Ekosistem mangrove di sisi utara di temukan dua jenis anakan mangrove, yaitu jenis Avicenia marina dan Rhizophora apiculata. Anakan mangrove jenis Rhizophora apiculata mendominasi anakan mangrove di sisi utara dengan INP sebesar 122,22. Ekosistem mangrove di sisi selatan memiliki tiga jenis anakan mangrove yang didominasi oleh anakan mangrove jenis Rhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata dengan INP masing-masing sebesar 77,78. Sedangkan ekosistem mangrove di sisi barat jenis Rhizophora apiculata dengan INP 105,56. Berbeda dengan sisi timur hanya memiliki satu jenis anakan mangrove, yaitu jenis Rhizophora apiculata dengan INP sebesar 200. Secara umum INP tertinggi yang dimiliki anakan mangrove dipulau mantang dimiliki oleh anakan mangrove jenis Rhizophora apiculata disisi timur dengan INP tersebut, sedangkan INP terendah dimiliki oleh anakan mangrove jenis Sonneratia alba disisi selatan pulau dengan INP sebesar 44,44.

Kategori anakan mangrove yang ditemukan dipulau mantang masih lebih banyak dibandingkan jenis semaian mangrove di temukan. Berdasarkan pengamatan ekosisitem mangrove disisi utara memiliki empat jenis semaian mangrove jenis Rhizophora apiculata dengan INP sebesar 87,50. Ekosistem mangrove disisi selatanpulau didominasi oleh semaian mangrove jenis Rhizophora apiculata dengan INP sebesar 137,50. Pada stasiun pengamatan mangrove di sisi barat laut tidak ditemukan semaian mangrove sedangkan pada sisi timur hanya ditemukan semaian mangrove jenis Rhizophora apiculata dengan INP 200. Semaian mangrove di sisi timur ini menjadi semaian mangrove dengan INP tertinggi di pulau mantang, sedangkan INP terendah dimiliki oleh semaian mangrove jenis Avicenia marina dan Sonneratia alba serta jenis Rhizophora mucronata di sisi utara dengan INP sebesar 37,50.

3. Lamun

Gambar 3 Lamun

Pulau mantang berbentuk memanjang dari arah timur kebarat. Sisi utara pulau ini memiliki rataan terumbu serta pantai yang tidak terlalu luas, sedangkan sisi selatan memiliki rataan terumbu yang luas hingga lebih besar dari 500 meter dari garis pantai. Substrat disisi utara di dominasi oleh lumpur yang di beberapa tempat berwana kemerahan sedangkan disisi selatan didominasi pasir. Lumpur kemerahan tersebut merupakan aliran lumpur dari tambang bauksit yang tersebar luas dipulau mantang. Meski beberapa bekas area tambang sudah ditanami kembali namun bekas tambang yang di tinggalkan tanpa penanganan masih tersebar luas sehingga menjadi sumber limbah lumpur yang terbawak aliran air hujan ke pantai. Beberapa bekas tambang tersebut membentuk danau atau rawa yang tergenang air saat musim hujan dan kering saat musim kemarau.

Meski di beberapa tempat tercemar limbah di tambang bauksit,rataan terumbu pulau ini masih memiliki beberapa jenis lamun yang masih hidup dan beradaptasi dengan kondisi perairan yang sebagian hamper tidak layak untuk habitat lamun. Terlebih habitat lamun dipulau ini banyak tercemar limbah rumah tangga karena sebagian besar warga yang tinggal di pinggir pantai tidak memiliki fasilitas MCK yang memadai sehingga sampah dan limbah rumah tangga langsung di buang ke laut. Hal ini semakin menambah daftar sumber pencemaran bagi ekosistem pantai dipulau mantang.

Pulau mantai yang memiliki pantai yang berbeda disetiap sisinya memiliki beberapa lamunan yang tersebar dalam kelompok-kelompok kecil disekeliling pulau. Kelompok lamun itu terdiri dari beberapa jenis lamun (padang lamun campuran)dan satu jenis lamun (padang lamun tunggal). Lima jemis lamun ditemukan dipulau mantang ini. Empat jenis ditemukan di stasiun pengamatan sedangkan satu jenis lainnya ditemukan diluar dtasiun pengamatan. Empat jenis lamun di stasiun pengamatan yaitu: Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, dan Thalassodendron ciliatum. Sedangkan lamun jenis Halodule uninervis ditemukan diluar stasiun pengamatan, lebih tepatnya ditemukan dekat ekosistem mangrove disisi selatan pulau.

Jenis lamun yang ada di pulau mantang :

No

Jenis Lamun

1

Cymodocea rotundata

2

Enhalus acoroides

3

Halodule uninervis

4

Thalassia hemprichii

5

Thalassodendron ciliatum

Tabel 3 jenis lamun

4. Vegetasi pantai

Pulau mantang yang menjadi salah satu area penambangan bauksit memiliki 8 jenis vegetasi yang didominasi oleh pepohonan. Di beberapa sisi pulau, pantainya memiliki substrat lumpur dan tanah berwarna kemerahan akibat limbah penambangan bauksit dan tidak banyak vegetasi pantai yang dapat tubuh di tanah merah tersebut , kecuali beberapa jenis pohon.

Vegetasi pantai di pulau mantang:

No

Jenis Vegetasi Pantai

1

Ipomea pes-caprae

2

Pandanus tectorius

3

Acantathus ilicifolius

4

Scaevola taccada

5

Hibiscus tilaceaus

6

Thespesia populnea

7

Cocos nucifera

8

Terminalia catappa

Tabel 4.1 jenis vegetasi pantai

2.7 Sumberdaya Non Hayati

Pulau mantang memiliki sumber daya non hayati yang cukup melimpah, terutama bauksitnya. Aktivitas penambangan bauksit sudah mulai marak di era awal tahun 2000-an. Dengan memiliki sunber tambang ini, menjadikan pulau mantang menjadi sangat rentan. Lahan terbuka yang diakibatkan oleh penambang bauksit menyisahkan masalah lingkungan yang cukup komplek. Pada musim penghujan, aliran air yang mengalir dari lahan terbuka ini tidak dapat diserap dengan baik oleh tanaman dan hutan-hutan yang ada di sekitar pulau itu. Akibatnya air yang keruh dan mengandung sedimen yang besar tersebut masuk kedalam perairan disekitarpulau. Hal ini menyebabkan kualitas perairan disekitar pulau mantang menjadi rendah dan mempengaruhi kehidupan biota laut disekitar pulau tersebut.

Sejak tahun 2012, pemerintah kabupaten bintan mengambil langkah yang tepat dengan melakukan moratorium aktivitas tambang di wilayah pulau-pulau kecil. Banyak pihak menilai ini merupakan kebijakan pengelolaan wilayah pesisir yang berorientasi pada lingkungan. Selain itu juga, pemerintah kabupaten bintan melakukan pengawasan yang ketat kepada perusahaan-perusahaan tambang untuk melakukan reboisasi lahan-lahan bekas tambang.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai tahun 2016 yang berlokasi di perairan Pulau Mantang, Kecamatan Mantang, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Penentuan Lokasi Penelitian lokasi atau tempat pemeliharaan teripang adalah tempat yang secara langsung mempengaruhi kehidupan biota ini. Kriteria pemilihan kawasan yang sesuai bagi budidaya teripang adalah sebagai berikut:

B. Metode pengumpulan data

Pengumpulan data yang dapat digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah :

1. Teknik observasi lapangan

Teknik ini menggunakan metode dengan cara mengamati objek secara langsung untuk mendapatkan data-data dari objek yang sedang diteliti.

2. Teknik studi pustaka

Teknik ini menggunakan metode dengan mencari dan mengumpulkan beberapa teori, baik yang berada dalam sebuah buku, jurnal, maupun situs internet yang berhubungan dengan sebuah tugas yang sedang diteliti, sehingga dapat diketahui apa saja yang telah dikembangkan oleh peneliti-peneliti lain dan kekurangan apa saja yang harus dipebaiki.

C. Teknik Analisis Data

Analisa data yang peneliti gunakan untuk menganalisi data-data yang didapat dari penelitian ini adalah menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian kualitatif hamper dipastikan berbentuk kata-kata, meskipun data mentahnya bisa berbentuk benda-benda, foto. Analisa dilakukan mulai dari awal penelitian karena data dapat diklasifikasikan secara sistematis.

D. Bagan Penelitian

(Persiapan)

(Survei Lokasi)

(Pengumpulan Data ( Obervasi ))

(Data ( Data Statistik Daerah ))

(Hasil Analisa)

(Penutup)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Aktivitas Pengelolaan Sumberdaya

· Perikanan tangkap

Secara umum produksi perikanan tangkap dipulau mantang cukup tinggi.Jenis tangkapan diantaranya adalah ikan tongkol, ikan selar, ikan selikur, kembung, tenggiri, kakatua, udang, cumi dan juga ikan teri. Hampir sebagian besar hasil tangkapan dipasarkan dikota kijang disebut dengan toke ikan.

Didesa mantang baru terdapat 3 kapal ukuran sedang yang beroperasi penangkapan ikan. Lamanya waktu beroperasi untuk kapal ukuran kecil 3-4 malam sedangkan untuk ukuran kapal besar dan sedang bisa mencapai 20 malam.

· Perikanan Budidaya

Produksi budidaya laut dipulau mantang hanya jenis keramba jaring apung saja. Budidaya ini terjadi di ketiga desa yang ada dipulau ini. Pengelolaan keramba jarring apung terdiri dari perorangan maupun kelompok. Pengelolaan kelompok dtilakukan pada keramba jaring apung bantuan dari pemerintah kabupaten bintan. Jenis ikan yang dibudidayakan dari jenis ikan kerapu. Usaha membudidayakan yang sifatnya perorangan di lakukan dari skala kecil (1 lubang) hingga skala yang cukup besar (>20 lubang). Produksi perikanan air tawar di pulau mantang hanya terdapat di desa mantang lama. Hanya terdapat 10 kelompok pembudidaya ikan lele di desa itu.

4.2 Energi dan Sumber Daya Mineral

Sektor pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian Kabupaten Bintan. Dengan orientasi pasar internasional, sektor pertambangan mempunyai nilai tambah yang relatif tinggi. Jenis barang galian yang diproduksi terdiri dari bauksit, granit, dan pasir darat. Dari 3 (tiga) jenis kegiatan pertambangan yang ada di Kabupaten Bintan, pertambangan pasir darat cukup mendominasi sampai kegiatan ekspornya dihentikan pada awal tahun 2007 berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 02/M-DAG/PER/I/2007 tanggal 22 Januari 2007. Sejak ekspor pertambangan pasir darat dihentikan, kegiatan pertambangan lebih didominasi oleh pertambangan bauksit dimana pada tahun 2010 volume produksinya mencapai 5.866.569,35 ton dan volume penjualan 6.083.383,66. Gambaran umum jumlah kegiatan pertambangan yang ada di Kabupaten Bintan adalah sebagai berikut :

Tabel 1 Jumlah Kegiatan Pertambangan

Untuk volume penjualan granit pada tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2 Volume Penjualan Granit

Disamping bauksit, granit, dan pasir darat Kabupaten Bintan juga memiliki potensi bahan galian yang belum dimanfaatkan seperti kaolin, kromit,molybdenum, antimony, wolfram, andesit dan kwarsa profit yang besarancadangannya belum diketahui. Adapun potensi beberapa bahan tambang dan galian yang sudah diketahui antara lain : bauksit di Pulau Bintan dan sekitarnya diperkirakan berjumlah 14 juta ton, kaolin 125.000 m3, cadangan granit masih sekitar 700 juta m3, pasir 39 juta m3, pasir kuarsa sekitar 215 juta m3, andesit 3000 juta m3 dan basalt 118 juta m3.

4.3 Sektor Perindustrian

Sektor industri kini merupakan sektor utama dalam perekonomian Kabupaten Bintan. Sektor ini sebagai penyumbang terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Bintan selama lima tahun terakhir. Sebagai gambaran, pada tahun 2009 peran industri pengolahan diperkirakan mencapai lebih dari setengah (51,29%) komponen pembentukan PDRB. Industri pengolahan dibagi menjadi empat kelompok, yaitu industri besar, industri sedang, industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga. Pengelompokan itu berdasarkan pada banyaknya pekerja yang terlibat didalamnya tanpa memperhatikan penggunaan mesin produksi yang digunakan atau pun modal yang ditanamkan. Pengumpulan data industri besar dan sedang dilakukan secara lengkap setiap tahun.

4.4 Lingkungan

· Kondisi Perairan

Hasil kualitas air tersaji pada tabel 1. Kualitas peraairan pulau mantang dalam kondisi yang kurang baik berdasarkan pada baku mutu kepMen-LH 51 tahun 2004 untuk biota laut. Terdapat beberapa parameter yang melebihi baku mutu yaitu, nitrat dan fosfat yang merupakan nutrier diperairan.

Tabel 1. Hasil analisis kualitas air pulau mantang

No

Parameter

Satuan

Nilai

Baku mutu*

1

Suhu

oC

30

30-31

2

DO

mg/L

7.5

>5

3

Ph

7.2

7-8.5

4

Salinitas

%o

32

30-34

5

Amonia

mg/L

0.177

0.3

6

Nitrat

mg/L

0.023

0.008

7

Posphat

mg/L

0.152

0.015

8

Kecerahan

Rendah

*) : Baku Mutu Berdasarkan kepmen LH No.51/2004 (untuk biota laut)

Suhu perairan pulau mantang masih dalam toleransi yakni 30°C dan masih memenuhi baku mutu kualitas air bagi kehidupan biota laut. Suhu merupakan factor penting di perairan karena perubahan suhu dapat berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi badan air. Organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu yang mendukung pertumbuhannya (Nybakken 2000).

Konsentrasi DO (oksigen terlarut) di pulau mantang tergolong rendah dengan rata-rata sebesar 7,8 mg/L. hal ini diduga akibat tingginya aktivitas diidaratan yang tidak ramah lingkungan sehingga limbah sedimen masuk kedalam kolam perairan dan mempengaruhi volume oksigen dalam air. Oksigen di perairan merrupakan elemen penting yang mendukung kehidupan biota akuatik karena digunakan untuk bernafas (respirasi).

Nilai pH di pulau mantang tergolong basa (lebih dari 7), yaitu sekitar 7,2 sesuai dengan kadar alamiah pH perairan laut. Kondisi ini juga umum terjadi di pulau-pulau kecil yang kaya akan karang dan lamun. Sedimen karbonat yang terdiri dari patahan karang, cangkang moluska, serta rangka biota mati turut berperan dalam menciptakan kondisi basa diperairan yang terkait dengan keseimbangan alkalinitas. Salinitas yang berukur dipulau mantang sebesar 32% nilai ini masih berada dikisaran toleransi produsen dilaut yaitu,11 sampai 40 %.

Analisis kualitas air dilakukan pada parameter nutrient menunjukkan bahwa kadar ammonia dipulau mantang masih memenuhi baku mutu. Namun, kadar nitrat dipulau mantang sangat tinggi yakni 0.023 mg/L jauh diatas baku mutu yakni 0,008 mg/L. Hal ini terbukti terbukti banyak alga yang tumbuh di sekitar terumbu terumbu karang, diduga nutrien dipulau mantang sangat tinggi. Peningkatan nutrien dapat menstimulasi pertumbuhan alga dan tumbuhan air sangat pesat. Kehadiran alga dan tumbuhan air dalam jumlah berlebihan dapat menghambat pertumbuhan karang (Haris 2001). Pertumbuhan alga di permukaan karang dapat menghalangi karan dalam mendapatkan cahaya. Selain itu, keberadaan alga dapat menghambat proses rekruitmen karang karena larva planula membutuhkan substrat yang bersih dari kotoran, termasuk dari alga.

Hasil analisis laboraturium bahwa kandungan fosfot di pulau mantang melebihi ambang batas baku mutu. Kandungan fosfot di air pulau mantang 0,152 mg/L, sedangkan baku mutu toleransi kandungan fosfot yakni 0,015 mg/L. Hal ini mengidikasikan bahwa proses dekomposisi material organic dan buangan limbah dari daratan merupakan factor penyebab utama mempengaruhi kondisi diperairan pulau mantang menjadi tidak baik.

Oleh sebab itu, pemahaman mengenai pentingnya menjaga kebersihan dan kelestarian sumberdaya pesisir pulau mantang perlu dikenalkan kepada masyarakat sejak sekarang. Hal ini disebabkan karena terdapat ancaman pencemaran perairan selain dari limbah domestic, yaitu buangan limbah industri penambangan bauksit tersebut. Jika tidak dikelola dengan baik, aktivitas penambangan ini dapat berpotensi menurunkan degradasi kualitas air permukaan diperairan sekitar daerah penambangan tersebut yang kemudian mengalir menuju perairan laut.

4.5 Potensi Dan Arahan Pengembangan

Potensi Pengembangan Wilayah Kawasan Perikanan Kabupaten Bintan memiliki potensi dibidang kelautan dan perikanan yang cukup besar baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Hal ini karena wilayah Kabupaten Bintan sebagian besar adalah wilayah laut dengan luas yang mencapai 57.874,00 km2 dan daratannya terdiri dari pulau-pulau yang secara langsung menciptakan garis pantai yang sangat panjang mencapai 966,54 Km dengan pantai umumnya berpasir, berlumpur dan berkarang. Secara historis, kabupaten ini terkenal akan tebaran pulau-pulau kecil dan wilayah laut yang luas, sehingga mengakibatkan perairannya kaya akan ikan, kerang-kerangan, udang

dan biota laut lainnya seperti terumbu karang, padang lamun dan hutan mangrove.

Disamping itu kegiatan pengolahan hasil perikanan telah pula mulai dikembangkan di Kabupaten Bintan, berupa kegiatan pengeringan (pengasinan), pengasapan, pembuatan kerupuk, pembuatan terasi dan lain sebagainya. Melihat kondisi ini perlu pengembangan akses pasar yang lebih luas, baik akses pasar lokal, antar pulau maupun ekspor. Saat ini, negara- negara yang menjadi importir hasil perikanan dari Kabupaten Bintan adalah Malaysia, Singapura dan Hongkong. Kondisi ini juga ditunjang dengan posisi geografis yang berada di pertemuan antara Laut Natuna dengan laut pedalaman Indonesia (Laut Jawa dan Selat Malaka). Selat Malaka merupakan salah satu laut yang mempunyai produktifitas primer yang tinggi.

Dalam Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI), potensi sumberdaya ikan di wilayah perairan laut Natuna dan laut Cina Selatan mencapai 378,2 ribu ton dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan adalah 302,5 ribu ton. Dari potensi tersebut, potensi sumberdaya ikan yang masuk dalam wilayah perairan Kabupaten Bintan adalah 106.018 ton dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan 84.814 ton. Berdasarkan data dari tahun ke tahun produksi perikanan tangkap mengalami peningkatan.

Potensi perikanan dan kelautan Kabupaten Bintan antara lain:

-Perikanan Tangkap

-Perikanan Budidaya Laut

-Perikanan Budidaya Payau

-Perikanan Budidaya Tawar

Volume produksi perikanan yang berasal dari usaha penangkapan di Kabupaten Bintan pada tahun 2009 tercatat sebesar 19.749,28 ton dengan nilai Rp 138.246.885.000, dibandingkan tahun 2008 yaitu 18.809,10 ton dengan nilai Rp 131.663.700.000, produksi perikanan tangkap mengalami peningkatan Potensi yang bisa di kembangkan di pulau mantang adalah usaha perikanan tangkapan, budidaya ikan kerapu, dan tambang bauksit yang terbatas.

sebesar 940,18 ton (5,00%). Sedangkan volume produksi perikanan usaha budidaya laut di Kabupaten Bintan, pada tahun 2008 yaitu 182,36 ton dengan nilai produksi Rp 16.589.285.000,- sedangkan tahun 2009 tercatat sebanyak 191,49 ton dengan nilai Rp 17.418.749.250,- Kondisi ini menunjukkan adanya peningkatan produksi sebesar 9,13 ton (5,01%), dan nilai produksi mengalami peningkatan sebesar Rp 829.464.250,-(5,00%). Pada tahun 2010, jumlah rumah tangga perikanan di Kabupaten Bintan sebesar 8.460. Tren ini terus naik sejak tahun 2005 untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabel berikut :

Tabel 1 Volume Produk Perikanan

Mengingat besarnya potensi dan peluang usaha/pekerjaan pada sektor kelautan dan perikanan di Kabupaten Bintan, menyebabkan terjadinya peningkatan secara signifikan jumlah Rumah Tangga Perikanan yang melakukan usaha perikanan tangkap, budidaya perikanan laut maupun budidaya perikanan air tawar. Kegiatan usaha perikanan di sektor penangkapan maupun budidaya relatif semakin berkembang dari waktu ke waktu, meskipun didominasi oleh usaha-usaha perikanan skala kecil.

Tabel 2 Nilai Produksi Perikanan

Tabel 3 Jumlah Izin Yang Dikeluarkan

4.6 Sektor Pariwisata

Potensi obyek wisata di Kabupaten Bintan terdiri dari wisata alam, wisata budaya dan minat khusus yang tersebar diberbagai kecamatan. Secara keseluruhan obyek wisata di Kabupaten Bintan berjumlah 19 obyek wisata baik yang sudah maupun yang sedang dikembangkan. Meskipun demikian, masih banyak lagi potensi pariwisata di Kabupaten Bintan yang belum mendapatkan penanganan dan sentuhan dari investor sehingga secara ekonomi dan sosial belum memberikan kontribusi bagi masyarakat maupun bagi daerah. Berikut adalah beberapa potensi pariwisata Kabupaten Bintan yang memiliki prospek yang besar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1 Potensi Wisata

Tabel 2 Potensi Objek Wisata

4.7 Kendala Pengembangan

· Kendala Pengembangan Sumberdaya hayati

Kendala yang dihadapi dalam pengembangan potensi budidaya ikan kerapu adalah terkait biaya untuk bibit ikan kerapu.

· Permasalahan Ekosistem Terumbu Karang

Beberapa masalah bagian dari ekosisitem mangrove dari pulau mantang ini masih terlindungi dari ancaman sehingga masih terjaga kelestarian seperti ekosistem mangrove di sisi selatan. Disisi ini biota asosiasi lebih banyak ditemukan bila dibandingkan dengan ekosistem mangrove di sisi lain pulau mantang ini. Seiring dengan bertambahnya kegiatan warga di pulau ini maka ancaman atau permasalahan yang timbul di ekosistem mangrove semakin besar. Adapun permasalahan yang ditemukan di ekosistem mangrove pulau mantang ini antara lain adalah:

1.Kegiatan pertambangan bauksit dan limbahnya yang semakin mendesak keberadaan ekosistem mangrove.

2.Sampah.

3.Pemanfaatan kayu mangrove untuk kebutuhan pembuatan perahu, rumah, serta kayu bakar.

Permasalahan- permasalahan tersebut dapat di kurangi dengan memberi pemahahaman kepada masyarakat untuk mengganti kayu mangrove dengan jenis kayu lainnya untuk dimanfaatkan. Masih tebalnya ekosistem mangrove di beberapa sisi seperti sisi timur membuka peluang untuk mengembangkan potensi yang dimiliki ekosistem mangrove di pulau mantang. Potensi-potensi yang bisa dikembangkan dipulau mantang yaitu:

1.Budidaya atau pembesaran komoditi perikanan (kepiting dan ikan)

2.Pembibitan dan perdagangan benih mangrove

Di sela-sela pohon mangrove dapat dibuat parit-parit kecil memanjang untuk budidaya atau pembesaran kepitng atau ikan. Dengan sistem seperti kegiatan budidaya atau pembesaran tidak mengancam keberadaan ekosistem mangrove serta pakan alami untuk ikan atau kepiting dapat tersedia tanpa harus ditambah makanan buatan. Melimpahnya buah dan benih mangrove sangat berpotensi untuk dijadikan sentra penjualan bibit mangrove sehingga dapat menambah sumber pendapatan masyarakat.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pulau mantang yang terdapat di kepulauan riau tempatnya di kabupaten bintan timur. Dengan masyarakat yang sebagian besar bekerja sebagai nelayan ternyata didaerah ini juga terdapat penambangan bauksit yang dapat menambah pendapatan dari kompensasi dana dari pihak penambangan. Kami sebagai mahasiswa dapat berbagai sumber tentang asal mula pulau mantang dengan versi yang berbeda-beda. Tetapi pulau mantang tetaplah sebuah pulau sebagai asset daerah dan nasional yang sudah dikenal dunia.

B. Saran

Demikian yang dapat saya sampaikan tentang materi yang menjadi pokok pembahasan dalam proyek ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan karena keterbatasan pengetahuan dan kurangnya referensi yang ada hubungannya dengan judul proyek ini. saya sebagai penyusun proyek ini banyak berharap pada pembaca memberikan kritik dan saran. Semoga proyek ini berguna bagi penyusun pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.ppk-kp3k.kkp.go.id/direktoripulau/index.php/public_c/pulau_info/243

https://bintankab.bps.go.id/.../Mantang-Dalam-Angka-2014-.pdf

http://zaki4794.blogspot.co.id/2013/08/makalah-tradisi-melayu.html

http://iinmariyati.blogspot.co.id/2014/05/sejarah-pulau-mantang-dan-mitosnya.html